lapkas eritroderma
Post on 29-Dec-2015
188 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
ERITRODERMA
Pendahuluan
Kulit adalah organ tubuh yang terletak paling luar dan membatasinya dari
lingkungan hidup manusia. Kulit merupakan organ yang esensial dan vital serta
merupakan cermin kesehatan dan kehidupan. Salah satu kelainan kulit yang dapat
menyebabkan terganggunya fungsi kulit adalah eritroderma.1
Eritroderma adalah kelainan kulit yang ditandai dengan adanya kemerahan atau
eritema yang bersifat generalisata yang mencakup 90% permukaan tubuh yang
berlangsung dalam beberapa hari sampai beberapa minggu.Bila eritemanya antara
50-90% dinamakan pre-eritroderma.3Dermatitis eksfoliativa dianggap sinonim
dengan eritroderma.2,4Bagaimanapun, kedua istilah ini adalah berbeda, karena
pada gambaran klinik dapat menghasilkan penyakit yang berbeda. Pada banyak
kasus, eritroderma umumnyadisebabkan kelainan kulit yang ada sebelumnya
(misalnya psoriasis atau dermatitis atopik), cutaneous T-cell lymphoma (CTCL)
atau reaksi obat. Identifikasi penyakit yang menyertai menggambarkan satu dari
sekian banyak kelainan kulit.5
Epidemiologi
Insidens eritroderma sangat bervariasi, menurut penelitian dari 0,9-70 dari
100.000 populasi. Penyakit ini dapat mengenai pria ataupun wanita namun paling
sering pada pria dengan rasio 2 : 1 sampai 4 : 1, dengan onset usia rata-rata > 40
tahun, meskipun eritroderma dapat terjadi pada semua usia.Insiden eritroderma
makin bertambah. Penyebab utamanya adalah psoriasis. Hal tersebut seiring
dengan meningkatnya insidens psoriasis.3,6
Penyakit kulit yang sedang diderita memegang peranan penting lebih dari
setengah kasus dari eritroderma. Identifikasi psoriasis mendasari penyakit kulit
lebih dari seperempat kasus. Didapatkan laporan bahwa terdapat 87 dari 160 kasus
adalah psoriasis berat.6
2
Abraham et al. menyatakan bahwa dari 101 kasus eritroderma didapatkan 75%
adalah pria dengan usia rata-rata 50 tahun, dengan durasi penyakit adalah 5 tahun.
Anak-anak bisa menderita eritroderma diakibatkan alergi terhadap obat. Alergi
terhadap obat bisa karena pengobatan yang dilakukan sendiri ataupun penggunaan
obat secara tradisional.2
Etiologi
Eritroderma dapat disebabkan oleh akibat alergi obat secara sistemik, perluasan
penyakit kulit, penyakit sistemik termasuk keganasan.6 Penyakit kulit yang dapat
menimbulkan eritroderma diantaranya adalah psoriasis 23%, dermatitis spongiotik
20%, alergi obat 15%, CTCL atau sindrom sezary 5%.7
Secara morfologis gambaran eritroderma menyerupai beberapa kelainan kulit dan
penyakit sistemik, begitu pula akibat alergi obat-obatan tertentu (Tabel 1).
Eritroderma yang disebabkan oleh alergi obat secara sistemik
Keadaan ini banyak ditemukan pada dewasa muda. Obat yang dapat menyebabkan
eritroderma adalah arsenik organik, emas, merkuri (jarang), penisilin, barbiturat.
Insiden ini dapat lebih tinggi karena kebiasaan masyarakat orang sering
melakukan pengobatan sendiri dan pengobatan secara tradisional.2Waktu
mulainya obat ke dalam tubuh hingga timbul penyakit bervariasi dapat segera
sampai 2 minggu. Gambaran klinisnya adalah eritema universal. Bila ada obat
yang masuk lebih dari satu yang masuk ke dalam tubuh diduga sebagai
penyebabnya ialah obat yang paling sering menyebabkan alergi.3
Eritroderma yang disebabkan oleh perluasan penyakit kulit
Eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang paling
banyak ditemukan dan dapat disebabkan oleh penyakit psoriasis maupun akibat
pengobatan psoriasis yang terlalu kuat.3
Dermatitis seboroik pada bayi juga dapat menyebabkan eritroderma yang
juga dikenal sebagai penyakit Leiner. Etiologinya belum diketahui pasti. Usia
penderita berkisar 4-20 minggu.Ptyriasis rubra pilaris yang berlangsung selama
beberapa minggu dapat pula menjadi eritroderma. Selain itu yang dapat
3
menyebabkan eritroderma adalah pemfigus foliaseus, dermatitis atopik dan liken
planus.2,3
Eritroderma akibat penyakit sistemik
Berbagai penyakit atau kelainan alat dalam termasuk infeksi fokal dapat memberi
kelainan kulit berupa eritroderma. Jadi setiap kasus eritroderma yang tidak
termasuk akibat alergi obat dan akibat perluasan penyakit kulit harus dicari
penyebabnya, yang berarti perlu pemeriksaan menyeluruh (termasuk pemeriksaan
laboratorium dan sinar X toraks), untuk melihat adanya infeksi penyakit pada alat
dalam dan infeksi fokal. Ada kalanya terdapat leukositosis namun tidak
ditemukan penyebabnya, jadi terdapat infeksi bakterial yang tersembunyi (occult
infection) yang perlu diobati.3
Tabel 1. Proses yang Berkaitan dengan Timbulnya Eritroderma
Penyakit Kulit Penyakit Sistemik Obat-obatan
Dermatitis atopik
Dermatitis kontak
Dermatofitosis
Penyakit Leiner
Liken planus
Mikosis fungoides
Pemfigus foliaceus
Pitiriasis rubra
Psoriasis
Sindrom Reiter
Dermatitis seboroik
Dermatitis statis
Mikosis fungoides
Penyakit Hodgkin
Limfoma
Leukemia akut dan kronis
Multipel mieloma
Karsinoma paru
Karsinoma rektum
Karsinoma tuba falopii
Dermatitis
papuloskuamosa pada
AIDS
Sulfonamid
Antimalaria
Penisilin
Sefalosporin
Arsen
Merkuri
Barbiturat
Aspirin
Kodein
Difenilhidantoin
Yodium
Isoniazid
Kuinidin
Kaptopril
Sumber: Fitzpatrick et all. Fitzpatrick’s dermatology in general medicine.
4
Patofisiologi
Dalam mempelajari patogenis dari eritroderma membutuhkan pengetahuan biologi
normal dari epidermis. Seperti pada jaringan lainnya, epidermis melakukan
regenerasi secara rutin yang terjadi pada membrana basalis, dan sel-sel ini
berubah menjadi struktur keratin yang utuh melalui proses selama 10-12 hari.
Pada umumnya, sel-sel ini membutuhkan tambahan sekitar 12-14 hari lagi di
stratum korneum sebelum sel ini dilepaskan.6
Berdasarkan penelitian, jumlah skuama yang hilang pada manusia normal antara
500-1000 mg/hari. Pengelupasan keratin paling banyak terjadi pada telapak
tangan, kulit kepala, dan dahi (kurang lebih 2-3,5 gr/m2 per 24 jam) dan paling
sedikit pada dada, lengan bawah dan tungkai bawah (0,1 gr/m2 per 24 jam).
Karena Tubuh mengkatabolisme 50-60 gr protein per hari, pengelupasan kulit
yang fisiologis ini berperan penting dalam metabolisme protein secara
keseluruhan.6
Pada eritroderma terjadi peningkatan laju pengelupasan epidermis. Meskipun
beberapa peneliti memperkirakan sekitar 100 gr epidermis hilang setiap harinya,
tetapi pada beberapa literatur menyatakan bahwa hanya 20-30 gr yang hilang.
Pada skuama penderita eritroderma ditemukan peningkatan jumlah asam nukleat
dan hasil metabolismenya, penurunan jumlah asam amino, dan peningkatan
jumlah protein bebas.6
Reaksi tubuh terhadap suatu agen dalam tubuh (baik itu obat-obatan, perluasan
penyakit kulit dan penyakit sistemik)adalah berupa pelebaran pembuluh darah
kapiler (eritema) yang generalisata.Eritema berarti terjadi pelebaran pembuluh
darah yang menyebabkan aliran darah ke kulit meningkat sehingga kehilangan
panas bertambah. Akibatnya pasien merasa dingin dan menggigil. Pada
eritroderma kronis dapat terjadi gagal jantung. Juga dapat terjadi hipotermia
akibat peningkatan perfusi kulit. Penguapan cairan yang makin meningkat dapat
menyebabkan dehidrasi. Bila suhu badan meningkat, kehilangan panas juga
meningkat. Pengaturan suhu terganggu. Kehilangan panas menyebabkan
5
hipermetabolisme kompensatoar dan peningkatan laju metabolisme basal.
Kehilangan cairan oleh transpirasi meningkat sebanding laju metabolisme basal.1,6
Kehilangan skuama dapat mencapai 9 gram/m2 permukaan kulit atau lebih sehari
sehingga menyebabkan kehilangan protein Hipoproteinemia dengan berkurangnya
albumin dan peningkatan relatif globulin terutama gammaglobulin merupakan
kelainan yang khas. Edema sering terjadi, kemungkinan disebabkan oleh
pergesaran cairan ke ruang ekstravaskuler.1
Eritroderma akut dan kronis dapat menganggu mitosis rambut dan kuku berupa
kerontokan rambut dan kuku berupa kerontokan rambut difus dan kehilangan
kuku. Pada eritroderma yang telah berlangsung berbulan – bulan dapat terjadi
perburukan keadaan umum yang progresif.2
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis eritroderma beraneka ragam dan bervariasi tiap individu.
Kelainan yang paling pertama muncul adalah eritema, yang disebabkan oleh
pelebaran pembuluh darah, yang umumnya terjadi pada area genetalia,
ekstremitas, atau kepala. Eritema ini akan meluas sehingga dalam beberapa hari
atau minggu seluruh permukaan kulit akan terkena, yang akan menunjukan
gambaran yang disebut “red man syndrome”.6
Skuama muncul setelah eritema, biasanya setelah 2-6 hari.Skuama adalah lapisan
stratum korneum yang terlepas dari kulit. Skuama berkonsistensi mulai dari halus
sampai kasar.6 Ukuran skuama bervariasi; pada proses akut akan berukuran besar,
sedangkan pada proses kronis akan berukuran kecil. Warna skuama juga
bervariasi, dari putih hingga kekuningan. Deskuamasi yang difus dimulai dari
daerah lipatan, kemudian menyeluruh. Dapat juga mengenai membran mukosa,
terutama yang disebabkan oleh obat. Bila kulit kepala sudah terkena, dapat terjadi
alopesia, perubahan kuku, dan kuku dapat lepas. Pada eritroderma, skuama tidak
selalu terdapat, misalnya eritroderma karena alergi obat sistemik, pada mulanya
tidak disertai skuama, skuama kemudian timbul pada stadium penyembuhan
timbul.6,10
6
Gambar 1. Eritema disertai Skuama
Sumber: www.your-doctor.net/dermatology_atlas
Kulit kepala dapat terlibat, yang akan meluas ke folikel rambut dan matriks kuku.
Kurang lebih 25% dari pasien mengalami alopesia, dan pada banyak kasus, kuku
akan mengalami kerapuhan sebelum lepas seluruhnya. Telapak tangan dan kaki
biasanya ikut terlibat, namun jarang mengenai membran mukosa. Sering terjadi
pula bercak hiper dan hipopigmentasi.Pada eritroderma kronis, eritema tidak
begitu jelas karena bercampur dengan hiperpigmentasi.2,6
Epidermis berukuran tipis pada awal proses penyakit dan akan terlihat dan terasa
tebal pada stadium lanjut. Kulit akan terasa kering dengan krusta berwarna
kekuningan yang disebabkan serum yang mengering dan kemungkinan karena
infeksi sekunder. Pada beberapa kasus, manifestasi klinis yang muncul pada
eritroderma yang akut menyerupai nekrolisis epidermal toksik, walaupun secara
patofisiologi sangat berbeda.6
Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit sistemik dan obat-obatan,sering
dijumpai kelainan-kelainan yang mendasarinya, yang membantu dalam
menegakan diagnosis. Sering ditemukan plak psioriasis yang masih tersisa; papul
atau lesi oral likenplanus; gambaran pulau yang khas dari pitiriasis rubra; dan lesi
papular dari drug eruption.6 Gejala dari penyakit yang mendasari ini sering sulit
ditemukan dan harus diperiksa dengan cermat.3
Pasien mengeluh kedinginan. Pengendalian regulasi suhu tubuh menjadi hilang,
sehingga sebagai kompensasi terhadap kehilangan panas tubuh, sekujur tubuh
pasien menggigil untuk dapat menimbulkan panas metabolik. Eritroderma akibat
7
alergi obat secara sistemik diperlukan anamnesis yang teliti untuk mencari obat
penyebabnya. Umumnya alergi timbul akut dalam waktu 10 hari. Pada mulanya
kulit hanya eritem saja, setelah penyembuhan barulah timbul skuama.2,3 Pada
eritroderma akibat alergi obat, dapat disertai edema pada wajah dan leher.12,13
Gambar 2. Eritroderma karena alergi obat (gambar kiri); Red Man Syndrome
(gambar kanan)
Sumber: www.your-doctor.net/dermatology_atlas
Eritroderma akibat perluasan penyakit kulit seringkali pada psoriasis dan
dermatitis seboroik bayi. Psoriasis dapat menjadi eritroderma karena dua hal
yaitu: karena penyakitnya sendiri atau karena pengobatan yang terlalu kuat.
Psoriasis yang menjadi eritroderma tanda khasnya akan menghilang. Pada
eritroderma et causa psoriasis, merupakan eritroderma yang disebabkan oleh
penyakit psoriasis atau pengobatan yaitu kortikosteroid sistemik, steroid topikal,
komplikasi fototerapi, stress emosional yang berat, penyakit terdahulu misalnya
infeksi.2,3,11
Diagnosis
Diagnosis agak sulit ditegakkan, harus melihat dari tanda dan gejala yang sudah
ada sebelumnya misalnya, warna hitam-kemerahan di psoriasis dan kuning-
kemerahan di pilaris rubra pityriasis; perubahan kuku khas psoriasis; likenifikasi,
8
erosi, dan ekskoriasi di dermatitis atopik dan eksema menyebar, relatif
hiperkeratosis tanpa skuama,dan pityriasis rubra; ditandai bercak kulit dalam
eritroderma. Dengan beberapa biopsi biasanya dapat menegakkan diagnosis.2,6,9
+
-
+ +
- --
+
-
+
Diagram 1. Diagnosis pasien yang dicurigai
(CBC = pemeriksaan sel darah, CXR = x-ray thoraks)
Sumber: Champion RH ed. Rook’s, textbook of dermatology, 5th ed
Diagnosis Banding
Ada beberapa diagnosis banding pada eritorderma :
Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik adalah peradangan kulit kronis yang terjadi di lapisan epidermis
dan dermis, sering berhubungan dengan riwayat atopik pada keluarga asma
bronchial, rhinitis alergi, konjungtivitis. Atopik terjadi diantara 15-25% populasi,
berkembang dari satu menjadi banyak kelainan dan memproduksi sirkulasi
mencari tanda dari
etiologi dari riwayat dan
terlihat multiple pada biopsy
punch; diulangi biopsy 3-6 bulan
untuk menentukan diagnosis
pasti
dilakukan pemeriksaan
tambahan : biopsy untuk
immunofluorescence, CBC, CD4:
ratio CD8, CXR, biopsy kelenjar limfa
pikirkan DD
lain
diagnosis pasti
dan pengobatan
yang tepat
9
antibodi IgE yang tinggi, lebih banyak karena alergi inhalasi. Dermatitis atopik
adalah penyakit kulit yang mungkin terjadi pada usia
berapapun,tetapibiasanyatimbulsebelumusia5tahun. Biasanya, adatigatahap:
balita, anak-anak dan dewasa.5,8
Dermatitis atopik merupakan salah satu penyebab eritroderma pada orang dewasa
dimana didapatkan gambaran klinisnya terdapat lesi pra-existing, pruritus yang
parah, likenifikasi dan prurigo nodularis, sedangkan pada gambaran histologi
terdapat akantosis ringan, spongiosis variabel, dermal eosinofil dan
parakeratosis.3,8
Psoriasis
Eritroderma psoriasis dapat disebabkan oleh karena pengobatan topikal yang
terlalu kuat atau oleh penyakitnya sendiri yang meluas. Ketika psoriasis menjadi
eritroderma biasanya lesi yang khas untuk psoriasis tidak tampak lagi karena
terdapat menghilang dimana plak-plak psoriasis menyatu, eritema dan skuama
tebal universal. Psoriasis mungkin menjadi eritroderma dalam proses yang
berlangsung lambat dan tidak dapat dihambat atau sangat cepat. Faktor genetik
berperan. Bila orang tuanya tidak menderita psoriasis resiko mendapat psoriasis
12%, sedangkan jika salah seseorang orang tuanya menderita psoriasis resikonya
mencapai 34 – 39%.2,9
Psoriasis ditandai dengan adanya bercak-bercak, eritema berbatas tegas dengan
skuama yang kasar, berlapis-lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin,
Auspitz, dan Kobner.3
Dermatitis seboroik
Dermatitis seboroikadalah peradangan kulit yang kronis
ditandaidenganplakeritema yang sering terdapat pada daerah tubuh yang banyak
mengandung kelenjar sebasea sepertikulit kepala, alis, lipatannasolabial, belakang
telinga, cuping hidung, ketiak, dada, antara skapula. Dermatitis seboroik dapat
terjadi pada semua umur, dan meningkat pada usia 40 tahun. Biasanya lebih berat
10
apabila terjadi pada laki-laki daripada wanita dan lebih sering pada orang-orang
yang banyak memakan lemak dan minum alkohol.2,10
Biasanya kulit penderita tampak berminyak, dengan kuman Pityrosporum ovale
yang hidup komensal di kulit berkembang lebih subur. Pada kepala tampak
eritema dan skuama halus sampai kasar (ketombe). Kulit tampak berminyak dan
menghasilkan skuama putih yang berminyak pula. Penderita akan mengeluh rasa
gatal yang hebat.(3)DS dapat diakibatkan oleh ploriferasi epidermis yang
meningkat seperti pada psoriasis. Hal ini dapat menerangkan mengapa terapi
dengan sitostatik dapat memperbaikinya. Pada orang yang telah mempunyai
faktor predisposisi, timbulnya DS dapat disebabkan oleh faktor kelelahan sterss
emosional infeksi, atau defisiensi imun.10
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan laboratorium darahrutin, didapatkan penurunan hemoglobin,
peningkatan eosinofil, dan peningkatan leukosit (pada infeksi sekunder). Kadar
imunoglobulin dapat meningkat, khususnya IgE. Albuminserummenurun
dangamma globulin meningkat relatif. Didapatkan pula
ketidakseimbanganelektrolit karena dehidrasi.6
Pasien dengan eritrodetma yang luas dapat ditemukan tanda-tanda dari
ketidakseimbangan nitrogen: edema, hipoalbuminemia, dan hilangnya masa otot.
Beberapa penelitian menunjukan terdapat perubahan keseimbangan nitrogen dan
potasium ketika laju pembentukan skuama mencapai 17 gr/m2 per 24 jam.
Histopatologi
Pada kebanyakan pasien dengan eritroderma histopatologi dapat membantu
mengidentifikasi penyebab eritroderma pada sampai dengan 50% kasus, biopsi
kulit dapat menunjukkan gambaran yang bervariasi, tergantung berat dan durasi
proses inflamasi. Pada tahap akut, spongiosis dan parakeratosis menonjol, terjadi
edema. Pada stadium kronis, akantosis dan perpanjangan rete ridge lebih
dominan.2
11
Eritroderma akibat limfoma, yang infiltrasi bisa menjadi semakin pleomorfik, dan
mungkin akhirnya memperoleh fitur diagnostik spesifik, seperti bandlike limfoid
infiltrat di dermis-epidermis, dengan sel cerebriform mononuklear atipikal dan
Pautrier's microabscesses. Pasien dengan sindrom Sezary sering menunjukkan
beberapa fitur dari dermatitis kronis, dan eritroderma jinak mungkin kadang-
kadang menunjukkan beberapa gambaran tidak jelas pada limfoma.2
Pemeriksaan immunofenotipe infiltrat limfoid juga mungkin sulit menyelesaikan
permasalahan karena pemeriksaan ini umumnya memperlihatkan gambaran sel T
matang pada eritroderma jinak maupun ganas. Pada psoriasis papilomatosis dan
gambaran clubbing lapisan papiler dapat terlihat, dan pada pemfigus foliaseus,
akantosis superficial juga ditemukan. Pada eritroderma ikhtisioform dan ptiriasis
rubra pilaris, biopsi diulang dari tempat-tempat yang dipilih dengan cermat dapat
memperlihatkan gambaran khasnya. 2
Penatalaksanaan
Terapi yang optimal untuk eritroderma tergantung pada penegakan penyebab
penyakit.2 Pada eritroderma karena alergi obat, penghentian dari obat-obat yang
menyebabkan alergi atau berpotensi menyebabkan alergi memberikan hasil yang
baik. Pada eritroderma karena penyakit kulit, penyakit yang mendasari harus
diatasi. Pemberian salep ter pada psoriasis sebaiknya secara hati-hati karena
mampu mencetuskan eksaserbasi eritroderma.3
Karena terdapat peningkatan kehilangan cairan transepidermal, dehidrasi sering
ditemukan sebagai komplikasi. Input dan output cairan harus dipantau secara hati-
hati.Pemberian kortikosteroid topikal efektif dalam mengatasi inflamasi pada
kulit. Pemberian antihistamin ditujukan untuk mengatasi pruritus.2
Pada eritroderma idiopatik, pemberian steroid diindikasikan apabila pengunaan
terapi konservatis tidak menunjukan perbaikan. Rata-rata 100-300 mg kortison
diberikan perhari dan biasanya digunakan sebagai terapi awal, walaupun dosis
rumatan harian hanya 50 mg kortison. Pemberian kortikosteroid harus dipantau
secara ketat dalam hal efek samping, terutama pada pasien usia lanjut.2
12
Perhatikan kemungkinan terjadinya masalah medis sekunder (misal: dehidrasi,
gagal jantung, dan infeksi).
13
STATUS PASIEN DERMATOVENEROLOGI
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Dariyah
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 45 tahun
Agama : Islam
Suku : Melayu
Alamat : Dusun Margo Mulyo Kubu Raya
Pekerjaan : Swasta
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan pada tanggal: 24 Maret 2014.
Keluhan Utama
Pasien merasakan gatal dan kulit terkelupas di seluruh tubuh.
Riwayat Penyakit Sekarang
Sepuluh hari yang lalu timbul bintik kemerahan di seluruh tubuh diikuti rasa gatal.
Bintik kemerahan dan rasa gatal terjadi selama seminggu, setelah itu kulit mulai
mengelupas dan terasa panas di seluruh tubuh. Kulit menjadi sangat kering.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengalam diabetes melitus. Pasien belum pernah mengalami penyakit kulit
serupa sebelumya dan belum ada pengobatan lain sebelumnya.
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarga dengan keluhan yang sama dengan pasien.
Riwayat Kebiasaan/Lingkungan
Pasien mandi menggunakan air parit di dekat rumah.
14
Riwayat Sosial Ekonomi
Bekerja di perkebunan kelapa sawit.
C. PEMERIKSAAN DERMATOLOGI
Keadaan umum : baik
Kesadaran : kompos mentis
Pemeriksaan Ujud Kelainan Kulit (UKK):
a. Pada regio Umbilikus : makula eritema; papul miliaris.
b. Pada regio Inguinal dekstra : makula hiperpigmentasi; papul miliaris.
c. Pada regio Inguinal sinistra : makula eritema; papul miliaris
15
D. RESUME
E. DIAGNOSIS
Diagnosis Banding : 1.
2.
3.
F. USULAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
G. DIAGNOSIS KERJA
Eritroderma
H. TATALAKSANA
A. NON MEDIKAMENTOSA
Menganjurkan pasien untuk menghindari penggunaan sabun dengan kadar pH
yang tidak sesuai dengan pH kulit, mandi dengan air yang lebih bersih, yaitu air
hujan yang telah dimasak, dan memakai pakaian yang tidak berlapis-lapis.
B. MEDIKAMENTOSA
1. Antifungal topikal, yaitu clotrimazole ataupun mikonazole. diberikan 2
kali sehari selama 4 minggu.
2. Antifungal sistemik, yaitu Griesofulvin oral 0,5-1 g/kgBB atau itrakenazol
oral 2 x 100-200 mg selama 3 hari.
3. Antihistamin yaitu cetirizin 1 tablet 10mg perhari tuntuk mengurangi
sensasi gatal.
I. PROGNOSIS
16
Et vitam : bonam
Et functionam : bonam
Et sanactionam : dubia et bonam
PEMBAHASAN
Pada kasus ini, diagnosis ditegakan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan
pemeriksaan fisik pada pasien. Pada anamnesis diperoleh informasi bahwa pasien
datang dengan keluhan gatal dan adanya bercak merah pada perut dan di sekitar
kemaluannya. Sebelumnya keluhan ini hanya dirasakan di sekitar daerah
kemaluannya, kemudian perut juga mengalami gejala yang sama. Pasien mengaku
pernah mengalami gejala yang sama seperti saat ini, mendapatkan pengobatan
namun gejala tidak sembuh total. Pada pemeriksaan dermatologi ditemukan
makula hiperpigmentasi, makula eritema, maupun papul miliaris di regio inguinal
dan umbilikus pasien. Jika melihat ujud kelainan kulit (UKK) yang ditemukan
pada pasien ini maka diagnosis yang dapat ditegakkan dapat berupa tinea cruris et
corporis, kandidosis, ataupun psoriasis. Pemeriksaan penunjang dilakukan untuk
menegakkan diagnosis kerja pada kasus ini.
Tinea cruris et corporis merupakan infeksi jamur yang predileksi lesinya sering
pada daerah lipatan paha, daerah perineum, dan sekitar anus. Jenis jamur yang
paling sering menyebabkan tinea cruris adalah T. Rubrum dan Epidermophyton
floccosum. Lesi kulit dapat terbatas pada daerah genito-kruris saja, atau meluas ke
daerah sekitar anus, daerah gluteus dan perut bagian bawah, atau bagian tubuh
yang lain. Kelainan kulit yang tampak pada sela paha merupakan lesi berbatas
tegas, makula eritematosa yang terdiri dari papul atau pustul. Pengaruh gaya
hidup seseorang sangat berpengaruh dalam manifestasi dari pertumbuhan jamur
itu sendiri, dimana kurangnya higienitas dapat mempercepat pertumbuhan jamur
ini.
17
Diagnosis banding kandidosis di ambil karena pasien memiki gejala yang
menyerupai kandidosis yaitu gatal dan terdapat bercak merah pada area di sekitar
kemaluannya serta lesi berbatas tegas. Kandidosis kadang sulit dibedakan dengan
tinea cruris jika menganai area di lipatan paha dan perianal. Perbedaannya ialah
pada kandidosis terdapat eritema berwarna merah cerah berbatas tegas dengan
satelit-satelit di sekitarnya. Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk
memastikan penyebab dari infeksi yang dialami oleh pasien tersebut. Diagnosis
banding psoriasis diambil dengan alasan lesi yang eritem disertai dengan papul
yang dapat menyerupai lesi pada tinea cruris maupun kandidoses. Diagnosis ini
disingkirkan karena tempat predileksi psoarisis pada selangkangan jarang
ditemukan, selain itu lesi psoriasis memiliki skuama yang tebal sedangkan pada
pasien tidak. Pemeriksaan lanjutan yan biasanya dilakukan pada penyakit ini
dengan fenomena koebner, auspitz, dan tetesan lilin.
Penatalaksanaan yang diberikan pada pasien ini terdiri atas pengobatan non
medikamentosa dan medikamentosa. Pengobatan non medika mentosa yang
diberikan berupa memberikan saran dan edukasi mengenai pentingnya menjaga
higienitas, tidak menggaruk lesi yang gatal, memakai sabun yang sesuai dengan
keadaan kulit, mandi dengan air yang bersih, dalam hal ini menggunakan air hujan
yang telah dimasak, serta menghindari pemakaian pakaian yang berlapis-lapis.
Penting menjaga higienitas ini karena jamur merupakan mikroorganisme yang
dapat tumbuh dengan baik seiring dengan kurangnya tingkat higienitas pada orang
tersebut.
Pengobatan medikamentosa yang diberikan terdiri dari pengobatan topikal
maupun sistemik. Pengobatan topikal yang diberikan berupa cream clotrimazole
ataupun mikonazole, diberikan pada daerah infeksi dua kali sehari selama empat
minggu. Clotrimazole dan mikonazole adalah antifungal golongan azole yang
bersifat spektrum luas, mekanismenya menghambat pertumbuhan ragi dengan
mengubah permeabilitas membran sel sehingga menyebabkan sel-sel jamur mati.
Pengobatan sistemik yang diberikan pada pasien ini adalah griseofulvin dengan
dosis 0,5-1 g/KgBB oral sampai sembuh kemudian dilanjutkan selama dua
minggu agar tidak residitif. Terapi lain yang dapat digunakan ialah dengan
18
itrakenazol 2 x 100-200 mg selama 3 hari. Griseofulvin merupakan antifungal
spektrum luas yang bekerja dengan menghambat mitosis sel jamur dengan
mengikat mikrotubuler dalam sel. Sedangkan itrakenazol merupakan antifungal
berspektrum luas yang menghambat pertumbuhan sel jamur dengan menghambat
sitokrom P-450 yang merupakan komponen penting pada selaput sel jamur.
Cetirizine merupakan antihistamin selektif dengan efek sedatif ringan dan juga
sebagai antialergi. Cetirizine menghambat pelepasan histamin pada fase awal dan
mengurangi migrasi sel inflamasi. Pemberian antihistamin agar gejala gatal yang
dialami pasien dapat diminimalisir.
19
DAFTAR PUSTAKA
Balci DD, Sangun O, Duran N, Peker E. Etiopathogenic Factors and Clinical
Findings of Pityriasis Alba.Turkiye Klinikleri J Dermatol.
Burns T, Breathnach S, Cox N, Griffiths C, editors. Rook’s Textbook of
Dermatology. 7th ed. Massachusetts: Blackwell; 2004.
Andrew’s Disease of The Skin Clinical Dermatology. 9th ed. New York: WB
Saunders Company; 2000.s
Juanda, A., Hamzah, M., Aisah, S., Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi
Kelima, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2007.
Bolognia JL, Jorizzo JL, Rapini RP, editors. Dermatology. 2nd. Chapter 65. New
York: Mosby Elsevier; 2008.
Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, editors.
Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hill
Companies, Inc; 2008.
top related