lapkas luka bakar
Post on 29-Oct-2015
83 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
1/32
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangLuka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung
dari api, misalnya tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.
Luka bakar juga bisa timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok listrik
atau bahan kimia.1
Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasiatau kimia. Selain itu, luka bakar juga diklasifikasikan berdasarkan kedalaman
menjadi derajat 1, derajat 2, derajat 3 dan derajat 4 dan berdasarkan luas
daerah yang terbakar. Wallace membagi bagian tubuh dengan kelipatan dari
9 yang terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace. Bagian
tubuh tersebut termasuklah kepala dan leher 9%, lengan 18%, badan depan
18%, badan belakang 18%, tungkai 36% dan genitalia/perineum 1%.1,3
Di Amerika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap
tahunnya dengan jumlah kematian 5-6 ribu kematian pertahun, sedangkan di
Indonesia belum ada laporan tertulis. Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo
Jakarta pada tahun 1998 dilaporkan 107 kasus luka bakar yang dirawat,
dengan angka kematian 37,38 sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo
Surabaya pada tahun 2000 dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26,41%.4
Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada
penderita trauma-trauma lainnya, harus ditangani secara teliti dan sistematik.6
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
2/32
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. LUKA BAKAR
2.1.1. Definisi
Luka bakar adalah luka yang timbul akibat kulit terpajan ke suhu tinggi, syok
listrik, atau bahan kimia. Menurut R. Sjamsuhidajat dan Wan de Jong, luka
bakar adalah luka yang terjadi karena terbakar api langsung maupun tidak
langsung, juga pajanan suhu tinggi dan matahari, listrik, maupun bahan
kimia.1,2
2.1.2. Epidemiologi
Di Amerika di laporkan sekitar 2 sampai 3 juta penderita setiap tahunnya
dengan jumlah kematian 5-6 ribu kematian pertahun, sedangkan di Indonesia
belum ada laporan tertulis. Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta pada
tahun 1998 dilaporkan 107 kasus luka bakar yang dirawat, dengan angka
kematian 37,38 sedangkan di Rumah Sakit Dr. Sutomo Surabaya pada tahun
2000 dirawat 106 kasus luka bakar, kematian 26,41%.3
2.1.3. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energi dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi
elektromagnetik. Kulit dan mukosa saluran nafas atas merupakan lokasi
destruksi jaringan. Jaringan yang dalam, termasuk organ visera, dapat
mengalami kerusakan karena luka bakar elektrik atau kontak yang lama
dengan agen penyebab (burning agent).1
Berdasarkan penyebab luka bakar, luka bakar dibedakan atas
beberapa jenis penyebab, antara lain :1,2
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
3/32
3
1. Luka bakar karena api
2. Luka bakar karena bahan kimia
3. Luka bakar karena listrik, petir dan radiasi
4. Luka bakar karena sengatan sinar matahari.
5. Luka bakar karena air panas, tungku panas, udara panas
6. Luka bakar karena ledakan bom.
2.1.4. Patofisiologi
Setelah cedera termal terjadi, pada daerah luka bakar akan terjadi koagulasi
protein dan kematian sel zona tersebut disebut sebagai zona nekrosis. Dalam
cedera luka bakarfull-thickness, semua elemen kulit hancur, sedangkan luka
bakar yang partial-thickness ditandai dengan nekrosis kulit yang tidak
lengkap. Zona nekrosis yang meluas secara radial dan ditandai kerusakan
seluler disebut sebagai zona st-asis dan hiperemia. Zona stasis ditandai oleh
aliran darah mikrovaskuler yang menurun, yang dapat dikembalikan ke
normal dengan resusitasi perfusi yang memadai, mencegah kulit kering dan
infeksi.3
Cedera termal minimal menginduksi zona hiperemis yang ditandai
dengan respon inflamasi segera dan meningkatnya aliran darah mikrovaskuler.
Perubahan histopatologis awal pada titik kontak termal digambarkan sebagai
zona jaringan konsentris. Koagulasi nekrosis pada kulit dan pelengkap kulit
mengakibatkan hilangnya fungsi kulit normal, lapisan penghalang
antimikroba hancur, kontrol evaporasi udara hilang, dan pengaturan suhu
tubuh terganggu.3,4
Mekanisme Pembentukan Edema
Setelah diikuti cedera termal, pembentukan edema yang paling hebat pada
luka bakar dan jaringan yang belum terbakar adalah pada 6 jam pertama dan
diikuti perluasan edema yang lebih kecil pada 24 jam berikutnya. Kontriksi
kapiler vena menyebabkan tekanan hidrostatik meningkat dan mengakibatkan
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
4/32
4
edema interstisial pada awal post-injury. Pada percobaan luka bakar pada
hewan, tekanan hidrostatik negative yang kuat pada cairan interstisial terjadi
dalam waktu 30 menit. Durasi dan luasnya tekanan hidrostatik negatif
sebanding dengan besarnya lukabakar. Perubahan karakteristik fisik dari
jaringan yang terbakar yang diikuti dengan pembentukan edema disebabkan
oleh meningkatnya permeabilitas mikrovaskular yang disebabkan oleh faktor
humoral yang dilepas oleh jaringan yang terbakar dan sitokin yang diproduksi
oleh leukosit yang teraktivasi.4
Respon Sistem Kardiovaskular Pada Luka Bakar
Pada masa resusitasi, respon kardiovaskular pada luka bakar dimanifestasikan
oleh penurunan curah jantung dan peningkatan resistensi vaskular perifer yang
diikuti oleh peningkatan progresif pada curah jantung dan penurunan
resistensi vaskular perifer pada masa aliran hipermetabolik. Penurunan curah
jantung setara dengan ukuran luka bakar dan disebabkan oleh hilangnya
cairan dan protein intravascular ke ekstravaskular kompartmen. Peningkatan
resistensi vaskular perifer disebabkan oleh respon neuro-hormonal pada
hipovolemik.4,5
Respon Sistem Pernafasan Pada Luka Bakar
Pada cedera termal walaupun tidak diikuti inhalasi asap, akan terjadi
perubahan fisik pada fungsi paru. Segera setalah luka bakar terjadi, pernafasan
akan dapat bertambah cepat sebagai hasil dari anxietas dan hiperventilasi yang
diinduksi nyeri. Dengan adanya inisiasi resusitasi cairan, laju nafas dan
volume tidal meningkat secara progresif, yang berakibat peningkatan menit
ventilasi menjadi satu setengah kali normal. Peningkata ini bergantung kepada
luasnya luka dan dianggap merefleksikan hipermetabolisme pasca injuri.3,4
Resistensi vaskular paru meningkat cepat pada luka bakar, dan
peningkatan tersebut lebih lama daripada peningkatan resistensi vaskular.
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
5/32
5
Pada saat meningkatnya resistensi vaskular paru, terjadi pelepasan vasoaktif
amin dan mediator lain yang akan memberikan efek protektif saat resusitasi
cairan dengan cara menurunkan tekanan hidrostatik yang akan mencegah
edema paru.4
Respon Ginjal Pada Luka Bakar
Respon ginjal berparalel dengan respon kardiovaskular. Segera setelah
periode postburn, aliran darah ginjal dan laju infiltrasi glomerulus akan
menurun sesuai dengan proporsi luka bakar dan besarnya defisit volume
intravaskular. Keterlambatan resusitasi cairan akan menyebabkan perfusi
ginjal yang tidak adekuat dan menyebabkan akut tubular nekrosis dan gagal
ginjal akut.4
Sindroma Respon Inflamatori Sistemik/Sistemic I nf lammatory Response
Syndrome (SIRS), Sindroma Disfungsi Organ Multi-sistem/Mul ti -system
Organ Dysfunction Syndrome (MODS), dan Sepsis
SIRS adalah suatu bentuk respon klinik yang bersifat sistemik terhadap
berbagai stimulus klinik berat akibat infeksi ataupun noninfeksi seperti
trauma, luka bakar, reaksi autoimun, sirosis, pankreatitis, dan lain-lain.3,4
Respon ini merupakan dampak dari pelepasan mediator-mediator
inflamasi (proinflamasi) yang mulanya bersifat fisiologik dalam proses
penyembuhan luka, namun oleh karena pengaruh beberapa faktor predisposisi
dan faktor pencetus, respon ini berubah secara berlebihan (mengalami
eksagregasi) dan menyebabkan kerusakan pada organ-organ sistemik,
menyebabkan disfungsi dan berakhir dengan kegagalan organ terkena
menjalankan fungsinya; MODS (Multi-system Organ Disfunction Syndrome)
bahkan sampai kegagalan berbagai organ (Multi-system Organ
Failure/MOF).3,4
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
6/32
6
SIRS dan MODS merupakan penyebab utama tingginya angka
mortalitas pada pasien luka bakar maupun trauma berat lainnya. Dalam
penelitian dilaporkan SIRS dan MODS keduanya menjadi penyebab 81%
kematian pasca trauma; dan dapat dibuktikan pula bahwa SIRS sendiri
mengantarkan pasien pada MODS.3,4
Ada 5 hal yang bisa menjadi aktivator timbulnya SIRS, yaitu infection,
injury, inflamation, inadequate blood flow, dan ischemia-reperfusion injury.
Kriteria klinik yang digunakan, mengikuti hasil konsensus American College
of Chest phycisians dan the Society of Critical Care Medicine tahun 1991,
yaitu bila dijumpai 2 atau lebih menifestasi berikut selama beberapa hari,
yaitu:3,4
Hipertermia (suhu > 38C) atau hipotermia (suhu < 36C) Takikardi (frekuensi nadi > 90x/menit) Takipneu (frekuensi nafas > 20x/menit) atau tekanan parsial CO2 rendah
(PaCO2< 32 mmHg)
Leukositosis (jumlah lekosit > 12.000 sel/mm3), leukopeni (< 4000sel/mm
3) atau dijumpai > 10% netrofil dalam bentuk imatur (band).
Bila diperoleh bukti bahwa infeksi sebagai penyebab (dari hasil kultur
darah/bakteremia), maka SIRS disebut sebagai sepsis. SIRS akan selalu
berkaitan dengan MODS karena MODS merupakan akhir dari SIRS.4
Pada dasarnya MODS adalah kumpulan gejala dengan adanya
gangguan fungsi organ pada pasien akut sedemikian rupa, sehingga
homeostasis tidak dapat dipertahankan tanpa intervensi. Bila ditelusuri lebih
lanjut, SIRS sebagai suatu proses yang berkesinambungan sehingga dapat
dimengerti bahwa MODS menggambarkan kondisi lebih berat dan merupakan
bagian akhir dari spektrum keadaan yang berawal dari SIRS.3
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
7/32
7
2.1.5. Klasifikasi
Derajat Luka Bakar
Klasifikasi dari derajat luka bakar yang banyak digunakan di dunia medis
adalah jenis "Superficial Thickness", "Partial Thickness" dan "Full Thickness"
dimana pembagian tersebut didasarkan pada kedalaman luka bakar tersebut.
Pengklasifikasian luka ini digunakan untuk panduan pengobatan dan
memprediksi prognosis. Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar
tergantung pada derajat panas sumber, penyebab dan lamanya kontak
dengan tubuh penderita.3,4,5
Derajat Karakteristik
Derajat 1 - kerusakan epitel kecil dari epidermis ada.- Kemerahan, nyeri, dan rasa sakit.- Blistering tidak terjadi.- Penyembuhan terjadi setelah beberapa hari tanpa bekas luka.
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
8/32
8
- Karena penghalang epidermal tetap utuh, respon metabolik dan risikoinfeksi yang minimal.
- Penyebab paling umum dari luka bakar tingkat pertama adalah sunburns.
Derajat 2 Terbagi 2, yaitu ketebalan superfisial parsial dan ketebalan mendalam parsial.
a. Ketebalan superficial parsial (superficial partial-thickness):- melibatkan epidermis dan dangkal (papillary) dermis, sering
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
9/32
9
mengakibatkan berdinding tipis, berisi cairan lepuh.
- Luka-luka bakar tampak merah muda, lembab, dan lembut ketikadisentuh oleh tangan bersarung.
- Mereka sembuh dalam sekitar 2-3 minggu, biasanya tanpa bekas luka,dengan hasil dari tunas epitel dari unit pilosebasea dan kelenjar keringat
yang berada di dermis papiler dan retikuler.
b. Ketebalan mendalam parsial (Deep partial-thickness):- meluas ke dermis reticular.- Warna kulit biasanya campuran merah putih dan pucat, dan pengisian
kapiler lambat.- Melepuh yang berdinding tebal dan sering pecah.
Derajat 3 - Luka bakar tingkat tiga penuh-ketebalan luka bakar yang merusak baik
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
10/32
10
epidermis dan dermis. Jaringan kapiler dermis benar-benar hancur.
- Warna kulit menjadi putih atau kasar dengan underlying kapalbergumpal dan anestesi. Kecuali luka bakar tingkat tiga cukup kecil
untuk sembuh dengan kontraksi (
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
11/32
11
biasa luka bakar tingkat tiga.
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
12/32
12
Luas Luka Bakar
Dikarenakan formula resusitasi berdasarkan berat badan dan persentasi
luas permukaan tubuh total, pasien harus ditimbang dan diperkirakan derajat
luka bakarnya. Untuk mengukur luas permukaan tubuh yang terbakar
menggunakan rule of nine, dimana setiap regio anatomi yang spesifik
menggambarkan 9-18% dari luas permukaan tubuh. Area dari telapak tangan
dan jari-jari tangan digambarkan 1% dari luas permukaan tubuh seseorang.3,5
Bayi dan anak-anak memiliki distribusi luas permukaan tubuh yang
berbeda dengan dewasa, dimana kepala yang lebih besar dan ekstermitas yang
lebih pendek. Ketika memperkirakan luas permukaan tubuh untuk anak usia
dibawah 10 tahun menggunakan diagram Lund and Browder.4,5
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
13/32
13
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
14/32
14
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
15/32
15
2.1.6. Diagnosis dan Pemeriksaan Penunjang
Manifestasi klinis:
Semua luka bakar didiagnosa berdasarkan temuan pemeriksaan fizik dan juga
pemeriksaan laboratorium.2,3
1. Keracunan Karbon Monoksida (CO) : Ditandai dengan kekuranganoksigen dalam darah, lemas binggung, mual, muntah, koma bahkan
meninggal
2. Distress pernafasan : Ditandai dengan sesak, dan ketidakmampuanmenangani sekresi
3. Cedera Pulmonal : Ditandai dengan pernafasan cepat atau sulit, krakles,stridor, dan batuk
4. Gangguan hematologik : Tanda yang ditemukan adalah kenaikanhematokrit, penurunan SDP, leukosit meningkat, penurunan trombosit
5. Gangguan elektrolit : Tanda yang ditemukan adalah penurunan kalium,kenaikan natrium dan klorida, serta kenaikan BUN
6. Gangguan ginjal : Tanda yang ditemukan adalah peningkatan keluaranurine dan mioglobinuria
7. Gangguan metabolik : Tanda yang ditemukan adalah hipermetabolismedan kehilangan berat badan
Khusus untuk luka bakar dengan trauma inhalasi adalah terdapat gejala seperti
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap (jelaga).
Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar terdapat 3
atau lebih dari keadaan berikut :3,4
1. Riwayat terjebak dalam rumah/ ruangan terbakar2. Sputum tercampur arang
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
16/32
16
3. Luka bakar perioral, hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.4. Penurunan kesadaran.5. Tanda distress napas, rasa tercekik, tersedak, malas bernapas dan adanya6. Wheezing atau rasa tidak nyaman pada mata atau tenggorokan (iritasi
mukosa)
7. Gejala distress napas/takipnea8. Sesak atau tidak ada suara.Pada pasien luka bakar juga dilakukan pemeriksaan penunjang:
4
1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah
2. Urinalisis
3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit
4. Analisis gas darah
5. Radiologijika ada indikasi ARDS
6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan
MODS
Pemeriksaan tambahan khusus untuk luka bakar inhalasi merupakan:4
1. Kadar karboksihemoglobin (COHb)Pada trauma inhalasi, kadar COHb 35-45% (berat), bahkan setelah 3 jam dari
kejadian, kadar COHb pada batas 20-25%. Bila kadar COHb lebih dari 15%
setelah 3 jam kejadian bukti kuat terjadi trauma inhalasi.
2. Gas DarahPaO2 yang rendah (kurang dari 10 kPa pada konsentrasi oksigen 50%, FiO2
= 0,5)
mencurigakan adanya trauma inhalasi. PaO2 biasanya normal pada fase awal,
tetapi dapat meningkat pada fase lanjut.
3. Foto Toraks
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
17/32
17
biasanya normal pada fase awal
4. Bronkoskopi FiberopticBila terdapat sputum beraran, edema mukosa, adanya bintik bintik
pendarahan
dan ulserasi
5. Tes Fungsi paru
2.1.7. PenatalaksanaanPenanganan Prehospital
Perhatian utama di lokasi kecelakaan adalah menghentikan proses
pembakaran. Pembakaran dan pakaian yang membara harus dipadamkan.
Kemudian seperti dengan semua pasien trauma, perhatian utama selama
penilaian awal adalah pemeliharaan fungsi kardiopulmonari. Patensi jalan
nafas dan kecukupan ventilasi harus dijaga dan pemberian oksigen tambahan
yang diperlukan. Jika tidak adanya trauma mekanik yang terkait atau
kebutuhan untuk resusitasi kardiopulmonari, penempatan kanula intravena
tidak diperlukan jika transportasi ke fasilitas pengobatan dapat dicapai dalam
waktu kurang dari 45 menit.8
Penerapan es atau air dingin membasahi akan menghilangkan rasa
sakit pada daerah luka bakar derajat dua. Jika terapi dingin dimulai dalam
waktu 10 menit dari pembakaran, kandungan jaringan panas juga berkurang,
dan kedalaman kecederaan termal dapat berkurang. Jika terapi dingin
digunakan, perawatan harus diambil perhatian untuk menghindari hipotermia.
Air dingin atau es hanya boleh digunakan pada pasien dengan luka bakar
kurang dari 10% dari permukaan tubuh dan pada waktu hanya untuk
memproduksi analgesia. Setelah es atau air dingin rendam dialihkan, pasien
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
18/32
18
harus ditutup dengan kain lembaran bersih dan selimut untuk melestarikan
panas tubuh dan meminimalkan kontaminasi luka bakar selama transportasi
ke rumah sakit.6,8
Pada pemeriksaan yang akan dilakukan penderita diwajibkan memakai
sarung tangan yang steril, bebaskan penderita dari baju yang terbakar,
penderita luka bakar dapat pula mengalami trauma lain, misalnya bersamaan
dengan trauma abdomen dengan adanya internal bleeding atau mengalami
patah tulang punggung / spine. Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini
penting, apakah penderita terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan
adanya trauma inhalasi yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan
kejadiannya terjadi, serta ditanyakan penyakitpenyakit yang pernah di alami
sebelumnya.6,8
Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar
sedang atau ringan. Luka bakar ditentukan luas luka bakar dengan
menggunakan Rule of Nine. Kemudian kedalaman luka bakar ditentukan
dengan derajat kedalaman luka bakar.6
Penanganan Emergensi
Kondisi pasien luka bakar itu berubah secara dramatis selama cedera. Awal
periode postkebakaran ditandai oleh ketidakstabilan kardiopulmonari
disebabkan oleh perpindahan cairan dan kecederaan akibat asap yang
langsung masuk ke jalan nafas. Dengan terjadinya peradangan luka intens,
imunosupresi, dan infeksi, parameter fisiologis dan metabolik berubah secara
substansial dari yang terlihat pada awalnya. Karena itu pengobatan harus
didasarkan pada pemahaman yang jelas tentang perubahan-perubahan dari
waktu ke waktu.6,8
Ketidakstabilan kardiopulmonari menunjukkan ciri fase resusitasi.
Masalah jalan napas dan pernapasan merupakan hal yang mengancam jiwa
saat ini, dengan ditambah keracunan karbon monoksida, edema jalan nafas
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
19/32
19
atas, dan efek langsung dari cedera inhalasi asap yang paling sering terjadi.
Tahap awal ini juga ditandai dengan hipovolemia karena volume plasma yang
hilang ke dalam jaringan terbakar. Luka bakar itu sendiri kurang diperhatikan
dahulu, karena pengobatan awal paru dan peredaran darah kelainan
merupakan prioritas pertama. Kesalahan manajemen awal akan menyebabkan
peningkatan dramatis dalam morbiditas dan mortalitas selama fase cedera
berikutnya. Ini adalah sangat penting untuk mengingatkan bahwa pasien luka
bakar adalah pasien trauma dengan potensi mengalami cedera lainnya.
Pendekatan standar untuk resusitasi trauma harus diikuti, termasuk penilaian
untuk tulang belakang leher dan cedera kepala, trauma paru dan abdomen,
fraktur, dan sebagainya. Pengelolaan masalah ini adalah sama seperti pada
pasien trauma lainnya.6,7
Setibanya di rumah sakit, penilaian patensi jalan napas dan kecukupan
pernapasan harus diulangi dan intubasi endotrakeal dilakukan jika diperlukan.
Resusitasi cairan intravena dimulai dengan pemberian larutan garam
fisiologis, misalnya, larutan Ringer laktat, melalui kanula intravena ukuran
besar. Urutan preferensi untuk tempat kanulasi intravena adalah vena perifer
mendasari kulit yang tidak terbakar, vena perifer yang mendasari kulit
terbakar, dan terakhir, vena sentral.6,8
Riwayat terdahulu harus diperoleh, dan penting untuk pengobatan
cedera selanjutnya, riwayat penyakit terdahulu, alergi dan obat-obatan, dan
penggunaan obat-obatan terlarang atau alkohol sebelum cedera. Pemeriksaan
fisik lengkap harus dilakukan dan cedera terkait diidentifikasi. Data
laboratorium harus mencakup analisa gas darah dan analisis pH, elektrolit
serum, nitrogen urea, kreatinin, dan glukosa, dan pemeriksaan darah lengkap.
Jika tersedia, penentuan oksimetri transkutan dari saturasi oksigen harus
dimulai pada pasien dengan dicurigai cedera inhalasi atau luka bakar yang
luas.6,8
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
20/32
20
Berikut terdapat beberapa langkah penanganan emergensi luka bakar :
6
1. Diwajibkan memakai sarung tagan steril ketika melakukan pemeriksaan.2. Bebaskan pakaian penderita yang terbakar.3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan adnya
trauma lain yang menyertai.
4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapatdipasang endotracheal tube. Tracheostomy dilakukan hanya bila ada indikasi.
5. Pemasangan intraveneous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkanpemasangan scalp vein. Diberikan cairan ringer Laktat dengan jumlah 30-50
cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anakanak di atas 2 tahun dan
1 cc/kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.
6. Dilakukan pemasangan Foley kateter untuk monitor jumlah produksi urine.Dicatat jumlah urine/jam.
7. Dilakukan pemasangan nosogastrik tube untuk gastric dekompresi denganintermitten pengisapan.
8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena danjangan secara intramuskuler.
9. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus toksoid boosterbila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun terakhir.
10.Pencucian luka bakar di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum.Luka dicuci debridement dan di disinfektsi dengan salvon 1 : 30. Setelah
bersih tutup dengan tulle kemudian olesi dengan Silver Sulfa Diazine (SSD)
sehingga tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada hari ke 5
kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur Salvon 1 : 30.
11.Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang mati(eskar)dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi lapis jaringan
nekrotik sampai di dapatkan permukaan yang berdarah. Fasiotomi dilakukan
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
21/32
21
pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan melingkar, agar bagian distal
tidak nekrose karena stewing.
12.Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi bed luka telahdilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative lebih bersih dan tidak
infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur operasi. Secara persekundam
terjadi proses epitelisasi pada luka bakar yang relative superficial. Untuk luka
bakar yang dalam pilihan yang tersering yaitu split tickness skin grafting.
Split tickness skin grafting merupakan tindakan definitive penutup 10 luka
yang luas. Tandur alih kulit dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh
sembuh dalam waktu 2 minggu dengan diameter > 3 cm.
Prinsip Penanganan Luka Bakar
Kelainan pada ventilasi dan oksigenasi paling sering terjadi secara langsung
pada periode posttrauma. Beberapa proses penyakit kritis harus dievaluasi dan
ditangani secara agresif. Suhu yang tinggi atau panas menghasilkan cedera
langsung pada mukosa saluran nafas, sehingga menimbulkan edema, eritema,
dan ulserasi. Meskipun perubahan mukosa secara anatomis dapat terjadi
setelah kejadian, perubahan fisiologis tidak akan hadir sehingga edema
menghasilkan bukti klinis gangguan patensi saluran napas bagian atas. Ini
tidak mungkin terjadi selama 12 sampai 18 jam.7
Kejadian luka bakar pada tubuh memperbesar efek cedera saluran
napas yang kadar langsung dengan ukuran dan kedalaman luka bakar kulit.
Jumlah besar cairan diberikan adalah sebagian dari tanggung jawab. Luka
bakar pada wajah atau leher akan menekankan masalah ini ditandai dengan
menghasilkan distorsi anatomi dan, dalam kasus luka bakar pada leher yang
mendalam, kompresi eksternal laring. Edema jalan nafas dan edema luka
bakar eksternal memiliki selang waktu tertentu sehingga pada waktu itu gejala
edema saluran napas muncul, eksternal dan internal distorsi anatomi yang
sangat luas. Edema lokal biasanya menyembuh dalam 4 sampai 5 hari.4,7
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
22/32
22
Inspeksi orofaring untuk jelaga atau bukti cedera panas harus rutin
dilakukan pada setiap korban luka bakar. Banyak teknik telah digunakan
untuk menilai tingkat kecederaan dan menentukan kebutuhan untuk intubasi
endotrakeal. Bronkoskopi atau laringoskopi fiberoptik menunjukkan apakah
ada bukti fisik cedera pada mukosa faring atau laring. Laringoskopi akan
menunjukkan adanya iritasi mukosa dan memberikan informasi tentang
perlunya intubasi endotrakeal. Namun begitu, tidak satupun dari tes ini dapat
memprediksi tingkat keparahan pernafasansecara akurat karena edema
berlangsung selama 18 sampai 24 jam pertama. Pemeriksaan ulang untuk
gangguan jalan napas dapat dilakukan pada pasien tanpa luka bakar pada
wajah. Namun, dengan adanya luka bakar yang besar, yang terbaik adalah
untuk melanjutkan dengan intubasTYi jika ada indikasi.6,7
Keputusan awal mengenai kebutuhan untuk intubasi saluran napas
sangat penting. Bila ada keraguan, lebih aman untuk intubasi. Pasien dengan
kecederaan inhalasi dan luka bakar pada wajah yang dalam biasanya harus
dikelola oleh intubasi endotrakeal awal. Ada indikasi lain untuk intubasi pada
pasien luka bakar selain daripada edema saluran napas, seperti ketidakstabilan
hemodinamik dan penurunan kesadaran. Orotracheal tube dengan ukuran
yang besar (setidaknya 7 mm dengan diameter internal) harus digunakan pada
orang dewasa karena sekresi yang dihasilkan sangat padat. Jika orotracheal
tube awalnya terlalu kecil, maka akan berbahaya sekali untuk menggantikan
karena edema masif pada wajah dan saluran napas terjadi.4,7
Resusitasi cairan harus dimulai sesegera mungkin setelah cedera
termal. Umumnya, luka bakar yang melibatkan lebih dari 25% dari luas
permukaan tubuh memerlukan resusitasi cairan intravena karena ileus
menghalangi resusitasi oral. Pasien dengan luka bakar kecil tidak membentuk
ileus harus memiliki akses liberal untuk elektrolit yang mengandung cairan,
seperti jus buah atau susu,tetapi asupan yang berlebihan dari elektrolit-bebas
air harus dihindari untuk mencegah hiponatremia.6,7
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
23/32
23
Yang paling utama adalah volume cairan yang dibutuhkan tergantung
pada berat badan pasien dan tingkat kecederaan luka bakar. Kebanyakan
sering disarankan bahwa setengah dari kebutuhan yang dihitung diberikan
selama 8 jam pertama setelah kejadian, yaitu, pada waktu permeabilitas
pembuluh darah maksimal, sisa volume 24 jam pertama resusitasi
disampaikan selama 16 jam ke depan. Subkelompok tertentu pasien
memerlukan resusitasi volume secara signifikan lebih besar daripada yang
diperkirakan oleh rumus. Sebuah keterlambatan dalam memulai resusitasi
cairan, cedera inhalasi, dan keracunan etanol sering dikaitkan dengan lebih
besar dari kebutuhan cairan yang diprediksi.7,8
Kita harus menyadari bahwa setiap rumus resusitasi hanya untuk
membantu dalam inisiasi terapi cairan. Jumlah yang sebenarnya cairan
resusitasi disesuaikan dengan respon fisiologis setiap pasien, sering dengan
penilaian ulang dan penyesuaian kadar infus yang diperlukan untuk
JVmelestarikan perfusi organ vital. Kegagalan untuk sering mengevaluasi
kembali respon pasien untuk resusitasi secara teratur dapat menyebabkan
kelebihan atau kekurangan resusitasi. Hal ini sering terlihat ketika volume
cairan diberikan hanya berdasarkan perkiraan awal. Dengan administrasi
berlebihan dari cairan infus akan mengakibatkan edema pada luka bakar, paru
dan otak. Komplikasi yang paling jelas terlihat dari hari ketiga hingga keenam
posttrauma, ketika permeabilitas pembuluh darah telah kembali ke "normal,"
resistensi vaskular telah menurun, dan edema luka bakar sedang diserap.7
Secara umum, cairan yang mengandung setidaknya garam sebanyak
kandungan di dalam plasma sesuai dalam resusitasi. Pemulihan natrium yang
hilang ke dalam luka bakar sangat penting. Cairan harus bebas dari glukosa
(kecuali dalam pengobatan anak-anak kecil) karena karekteristik intoleransi
glukosa akan muncul. Volume darah dapat dipulihkan dengan lebih efektif
karena kebocoran menurun pada sekitar 24 sampai 36 jam. Volume infus di
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
24/32
24
atas jumlah yang diperlukan untuk perfusi yang memadai dapat menonjolkan
edema yang berhubungan dengan komplikasi adalah nyata.7,8
Jumlah kristaloid isotonik yang diperlukan dalam 24 jam pertama
disesuaikan berdasarkan parameter yang digunakan untuk memantau
kecukupan resusitasi. Jika menggunakan solusi hipertonik, tingkat natrium
serum seharusnya tidak diperbolehkan untuk melebihi 160 mEq / L. Oleh
karena tampak permeabilitas jaringan tanpa luka bakar kembali cepat setelah
cedera, dan karena hypoproteinemia mungkin terjadi pada edema jaringan
tanpa luka bakar, restorasi awal protein bermula sekitar 8 sampai 12 jam
dengan albumin 6% tampaknya tepat jika edema dalam jaringan tanpa cedera
dan persyaratan cairan total harus diminimalkan. Penggunaan fresh frozen
plasma harus disediakan untuk koreksi kelainan pembekuan yang
didokumentasikan. Karena tidak ada tanda awal defisit sel darah merah
dengan luka bakar saja (kecuali hemolisis parah terjadi), pengganti darah
biasanya tidak diperlukan. Bantuan inotropik untuk melengkapi cairan
diindikasikan jika perfusi yang memadai tidak dapat dipertahankan tanpa
pemberian cairan yang berlebihan.8
2.1.8. Komplikasi
Antara komplikasi yang bias terjadi pada pasien dengan luka bakar adalah:6
a.Setiap luka bakar dapat terinfeksi sehingga menyebabkan cacat lebih lanjut
atau kematian.
b. Lambatnya aliran darah dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah
sehingga timbul cerebrovascular accident, infark miokardium, atau emboli
paru.
c. Kerusakan pam akibat inhalasi asap atau pembentukan embolus. Dapat
terjadi kongesti paru akibat gagal jantung kiri atua infark miokardium, serta
sindrom distress pernafasan pada orang dewasa.
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
25/32
25
d. Gangguan elektrolit dapat menyebabkan disaritmia jantung.
e. Syok luka bakar dapaat secara irreversibel merusak ginjal sehingga timbul
gagal ginjal dalam 1 atau 2 minggu pertama setelah luka bakar. Dapat terjadi
gagal gnjal akibat hipoksia ginjal atau rabdomiolisis (obstruksi mioglobin
pada tubulus ginjal akibat nekrosis otot yang luas).
f. Penurunan aliran darah ke saluran cerna dapat menyebabkan hipoksia sel-
sel penghasil mukus sehingga terjadi ulkus peptikum.
g. Dapat terjadi koagulasi intravaskular diseminta (DIC) karena destruksi
jarngan yang luas.
h. Pada luka bakar yang luas akan menyebabkan kecacatan, trauma psikologis
dapat menyebabkan depresi, pencegahan keluarga, dan keinginan untuk bunuh
diri. Gejala-gejala psikologis dapat timbul setiap saat setelah luka bakar.
Gejala-gejala dapat datang dan pergi berulnag-ulang kapan saja seumur hidup.
i. Beban biaya pada keluarga pasien pengidap luka bakar yang luas sangatlah
besar. Apabila pasiennya orang dewasa, yang hilang tidak saja penghasilan
tetapi perawatan pasien tersebut juga harus terus-menerus mahal.
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
26/32
26
BAB 3
STATUS PASIEN
3.1. Identitas Pribadi
Nama : Nurhayati Putri
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 13 tahun
Suku Bangsa : Indonesia, Jawa
Agama : Islam
Alamat : Dusun IV Desa Silau Jawa Kab.Asahan
Status : belum kawin
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal Masuk : 21 Maret 2013 pada pukul 17:31
3.2. Riwayat Perjalanan Penyakit
Keluhan Utama : Luka bakar
Telaah : Hal ini dialami pasien sejak 4 bulan yang lalu. Hal ini diawali
ketika os bermain di dekat orangtua os yang sedang berjualan bensin.
Kemudian bensin tumpah, dan tidak sengaja seseorang lewat dan menjatuhkan
puntung rokok di tumpahan bensin tersebut. Seketika juga terbentuk kobaran
api, dan os yang sedang bermain ikut terbakar. Pasien mengalami cedera pada
lengan atas dan bawah pada kedua tangan, dan pada kedua kaki. Sesak nafas
(+), mual (-). Kemudian os dibawa oleh orangtuanya ke rumah sakit di
Kisaran dan di rawat, namun orangtua os keberatan dan membawa pulang
kembali os untuk dirawat di rumah. Hingga sampai sekarang, keadaan os
semakin memburuk, hal ini lah yang menyebabkan os dibawa ibunya ke
rumah sakit HAM
Riwayat Penyakit Terdahulu : -
Riwayat penggunaan obat : -
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
27/32
27
3.2.1. Pemeriksaan Fisik
Primary Survey
B1 (Breathing) : Airway clear, snoring (-), gargling (-), crowing (-),
RR: 29x/menit, SP: vesikuler +/+, ST: -/-, Riwayat
sesak/asma/batuk/alergi (+/-/-), Skor Mallampatti: I,
JMH > 6 cm, Gerak leher : bebas.
B2 (Blood) : Akral: D/P/K, TD: 80/60 mmHg, HR: 108 x/menit,
reguler, T/V: lemah
B3 (Brain) : Sens : apatis, pupil isokor, 4mm/4mm, RC -/-,
kejang (-)
B4 (Bladder): Kateter terpasang, UOP 10 cc, warna kuning pekat
B5 (Bowel) : Abdomen soepel, peristaltik (+) normal, mual (-),
muntah (-)
B6 (Bone) : Oedem (-), fraktur (-), luka bakar (+) pada punggung,
kedua tangan dan kaki. BB : 20 kg
Secondary Survey
Kepala dan leher : dbn
Punggung : dbn
Dada atas : dbn
Lengan atas : luka bakar grade 2A-B 1,5% (kanan), luka bakar
grade 2A-B 3,5% (kiri)
Tungkai bawah : luka bakar grade 2A-B 16% (kanan-kiri)
3.2.2. Pemeriksaan Laboratorium (07/03/13)
Jenis Pemeriksaan Hasil
Hb/Leu/Ht/Plt
Ur/Cr
5,4 gr/dl | 8,27x10 /mm | 18,10% | 161x10 /mm
19,8 mg/dl | 0,37 mg/dl
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
28/32
28
KGD ad random
Na/ K/ Cl
PT/APTT/TT/INR
74 mg/dl
129 mEq/L | 4,4 mEq/L | 112 mEq/L
14,0(12,7) | 24,2(32,0) | 23,5(18.5) | 1,13
Pemeriksaan Foto Toraks (21/03/13)
Kesan : dekstrokardi dengan kesan semua segmen dan corakan pembuluh
darah Normal
3.3. Diagnosis : Flame burn grade 2A-B 24,5%, ASA 2E
3.4 Pengobatan sementara :
- IVFD Ringer Laktat 490cc (8 jam pertama)
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
29/32
29
- IVFD Ringer Laktat 490cc (16 jam kedua)
- Inj. Ceftriaxone 500 mg/12 jam IV
- Inj. Ranitidin 20mg/12 jam IV
- Inj. Ketorolac 10mg/8 jam
3.5. Rencana tindakan : Debridement emergency, GA-ETT
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
30/32
30
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
31/32
31
BAB 4
KESIMPULAN
Luka bakar adalah luka yang disebabkan karena pengalihan energi dari suatu
sumber panas kepada tubuh. Luka bakar karena api atau akibat tidak langsung
dari api, misalnya tersiram air panas, banyak terjadi pada kecelakaan rumah
tangga.
Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi
atau kimia. Selain itu, luka bakar juga diklasifikasikan berdasarkan kedalaman
menjadi derajat 1, derajat 2, derajat 3 dan derajat 4 dan berdasarkan luas
daerah yang terbakar. Wallace membagi bagian tubuh dengan kelipatan dari
9 yang terkenal dengan nama Rule of Nine atau Rule of Wallace.
Mengingat kasus luka bakar merupakan suatu cidera berat yang
memerlukan penanganan dan penatalaksanaan yang sangat komplek dengan
biaya yang cukup tinggi serta angka morbiditas dan mortalitas karena
beberapa faktor penderita, faktor pelayanan petugas, faktor fasilitas pelayanan
dan faktor cederanya. Untuk penanganan luka bakar perlu perlu diketahui fase
luka bakar, penyebab luka bakar, derajat kedalaman luka bakar, luas luka
bakar. Pada penanganan luka bakar seperti penanganan trauma yang lain
ditangani secara teliti dan sistematik. Penatalaksanaan sejak awal harus sebaik
baiknya karena pertolongan pertama kali sangat menentukan perjalanan
penyakit ini.
-
7/15/2019 Lapkas Luka Bakar
32/32
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidaja t R, de Jong W., editor.Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005; hal. 73-5
2. Sukasah C.L, Luka Bakar, Departemen Bedah, Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia, 2009, pg 2124
3. Kartohatmodjo S., dalam Luka Bakar (Combustio); pg 16184. Bongard. F.S, Sue. D.Y, Vintch. J.R.E. in Current Diagnosis & Treatment:
Critical Care 3rd Edition. 2008. McGraw-Hill:Lange.
5. Hettiaratchy.S, Dziewulski.ABC OF BURNS. BMJ 2004; 329: 504-6.6. Edlich.R.F, in Thermal Burns. 2010. Accessed from :
www.emedicine.medscape.com/article/1278244.
7. David S. Perdanakusuma. 2006. Penanganan Luka Bakar. AirlanggaUniversity Press.
8. Hall J.B., Schmidt G.A., Wood L.D.H., in Principles of Critical Care. In :Burns: Resucitation Phase (0 to 36 hours). 3
rdedition. pg 1457-1466.
http://www.emedicine.medscape.com/http://www.emedicine.medscape.com/http://www.emedicine.medscape.com/
top related