laporan 1 kelompok 2
Post on 07-Aug-2015
128 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM KEPERAWATAN KELUARGA
KONSEP KELUARGA
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan keluarga
Dosen pengampu : Ns. Latifa Aini S. M.Kep., Sp.Kom
Kelompok 2
Anggota:
1. Bagus Setyo Probowo 082310101010
2. Desy Rindra Puspita 092310101002
3. Mashuda Adi Suryawan 092310101018
4. Rindy Erlinda 092310101034
5. Erawati 092310101045
6. Luluk Minarsih 092310101051
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2012
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang terikat karena
memiliki hubungan darah, pernikahan ataupun adopsi (Bailon & Maglaya,
1997). Setiap anggota keluarga saling memperhatikan satu sama lain dalam
arti mempunyai satu ikatan emosional, peran sosial dan pembagian tugas.
Keluarga dipandang sebagai sistem itu artinya setiap keluarga memiliki tata
cara yang berbeda dalam menghadapi masalah yang sedang dihadapi.
Menurut Friedman, Bowden, & Jonesm 2003 setiap keluarga memiliki
tahap perkembangan yang berbeda-beda tergantung dari keadaan keluarga.
Tahap perkembangan keluarga dibagi menjadi VIII tahap diantaranya:
1.Pasangan baru, 2.Childbearing family, 3.Keluarga dengan anak
prasekolah, 4.Keluarga dengan anak sekolah, 5.Keluarga dengan anak
remaja, 6.Keluarga melepaskan anak dewasa muda, 7. Orang tua paruh
baya, 8.Keluarga lansia pensiunan. Pada keluarga Tn.P tahap perkembangan
yang sedang dialami sekarang adalah tahap II yaitu Childbearing famil,
keluarga Tn.P baru saja memiliki seorang anak yang sekarang baru berusia
7 hari. Ada beberapa tugas perkembangan yang harus dipenuhi oleh
keluarga Tn.P yang membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang
stabil, memperbaiki hubungan setelah terjadi konflik mengenai tugas
perkembangan dan kebutuhan berbagai anggota keluarga, mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan serta memperluas hubungan dengan
keluarga besar dengan menambah peran sebagai orang tua dan menjadi
kakek atau nenek. Dari ke-4 tugas perkembangan keluarga tersebut ada
beberapa tugas yang belum bisa diatasi oleh keluarga tersebut. Maka dari itu
dilakukan proses keperawatan keluarga pada keluarga Tn.P untuk
mengetahui apa saja masalah dan tugas perkembangan yang tidak mampu
diatasi oleh keluarga Tn.P.
Pada proses pengkajian keluarga sendiri dilakukan dengan beberapa
tahap, yaitu mulai dari penjajakan tahap I yang terdiri dari data umum,
riwayat dan tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga,
fungsi keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, harapan
keluarga. Berikutnya adalah penjajakan tahap II yang didalamnya berisikan
tentang proses mengenal masalah, mengambil keputusan, melakukan
perawatan sederhana, memodifikasi lingkungan, menggunakan fasilitas
kesehatan. Pada keluarga Tn.P karena ini masih kunjungan yang pertama
maka hanya dilakukan proses pengkajian keluarga yaitu penjajakan tahap I
saja.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari praktikum kali ini adalah mengetahui masalah
yang sedang dihadapi oleh keluarga Tn.P
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari praktikum kali ini adalah:
a. Mengkaji keluarga terkait masalah yang sedang dihadapi.
b. Mengetahui pola komunikasi antar anggota keluarga.
c. Mengetahui setiap anggota dari keluarga.
d. Mengetahui lingkungan tempat tinggal keluarga.
e. Mengetahui karakteristik keluarga.
f. Mengetahui riwayat dan tahap perkembangan keluarga.
g. Mengetahui struktur keluarga.
BAB 2
KONSEP TEORI
2.1 Definisi Keluarga
Definisi yang di kemukakan oleh Departemen Kesehatan 1988 adalah
unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa
orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat dibawah suatu atap
dalam keadaan saling ketergantungan (Efendi, 2009).
Menurut Burges, dkk (1963) membuat defenisi yang berorientasi pada
tradisi dan digunakan sebagai referensi secara luas:
a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan
perkawinan, darah dan ikatan adopsi.
b. Para anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu
rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah, mereka tetap
menganggap rumah tangga tersebut sebagi rumah mereka.
c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam
peran-peran sosial keluarga seperti suami istri, ayah dan ibu, anak laki-
laki dan anak perempuan, serta saudara dan saudari.
d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu kultur yang
diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri
(Friendman, Marlin, M., 1998).
Family Service Amerika (1998), mendefinisikan keluarga dalam suatu
cara yang komprehensif, yaitu sebagai dua orang atau lebih yang disatukan
oleh ikatan kebersamaan dan keintiman (Friendman, Marlin, M., 1998).
Salvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya juga mengungkapkan
keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
perannya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan
(Friendman, Marlin, M., 1998).
Menurut BKKBN (1999), keluarga adalah dua orang atau lebih yang
dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi
kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan,
memiliki hubungan yang selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan
masyarakat serta lingkungannya.
Jadi dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari dua orang
atau lebih yang mempunyai hubungan karena ikatan perkawinan, pertalian
darah atau adopsi yang tinggal bersama dalam satu rumah, yang dipimpin
oleh seorang kepala keluarga, saling berinterkasi antar anggota keluarga,
serta mempunyai peran dan fungsi masing-masing untuk menciptakan serta
mempertahankan suatu kebudayaan.
2.2 Struktur Keluarga
Keseluruhan proses yang digunakan dalam keluarga untuk mencapai
tujuan yang diharapkan, dimana proses ini meliputi komunikasi antar
anggota keluarga, tujuan, pemecahan konflik, pemeliharaan, dan
penggunaan sumber eksternal dan internal, hal tersebutlah yang dikenal
sebagai struktur keluarga (Friedman, Bowden & Jones dalam Susanto,
2012). Struktur keluarga dapat menggambarkan bagaimana keluarga
melaksanakan fungsi keluarga di masyarakat sekitarnya. Parad dan Caplan
(1965) yang diadopsi oleh Friedman mengatakan ada empat elemen struktur
keluarga, yaitu:
1. Struktur peran keluarga, menggambarkan peran masing-masing anggota
keluarga dalam keluarga sendiri dan perannya di lingkungan
masyarakat atau peran formal dan informal.
2. Nilai atau norma keluarga, menggambarkan nilai dan norma yang
dipelajari dan diyakini oleh keluarga, khususnya yang berhubungan
dengan kesehatan.
3. Pola komunikasi keluarga, menggambarkan bagaimana cara dan pola
komunikasi ayah-ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan
anak, dan anggota keluarga lain (pada keluarga besar) dengan keluarga
inti.
4. Struktur kekuatan keluarga, menggambarkan kemampuan anggota
keluarga untuk memengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
mengubah perilaku keluarga yang mendukung kesehatan
(Setiadi, 2008).
Dari keempat elemen struktur keluarga di atas, maka ciri-ciri
struktur keluarga yaitu:
1. Terorganisasi
Keluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota
keluarga memiliki peran dan fungsi masing-masing sehingga tujuan
keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya
hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling
ketergantungan dalam mencapai tujuan.
2. Keterbatasan
Dalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan
tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap
anggota tidak semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang
dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.
3. Perbedaan
Adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-
masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda
dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran
ibu yang merawat anak-anak.
(Setiadi, 2008)
2.3 Fungsi Keluarga
1. Fungsi Afektif
Berhubungan dengan fungsi internal keluarga dalam pemenuhan
kebutuhan psikososial. Fungsi afektif ini merupakan dasar kekekuatan
keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan kebutuhan
psikososial. Anggota keluarga mengembangkan gambaran diri yang
positif, peran dijalankan dengan baik, dan penuh rasa kasih sayang.
2. Fungsi Sosialisasi
Proses perkembangan dan perubahan yang dilaluo individu
menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut melaksanakan
perannya dalam lingkungan sosial. Keluarga merupakan tempat
individu melaksanakan sosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar
disiplin, norma budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga,
sehingga individu mampu berperan melalui interaksi dalam keluarga.
3. Fungsi Reproduksi
Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah
sumber daya manusia.
4. Fungsi Ekonomi
Fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti makanan, pakaian,
perumahan, dan lain-lain
5. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan asuhan
kesehatan/keperawatan.kemampuan keluarga melakukan asuhan
keperawatan atau pemeliharaan kesehatan memengaruhi status
kesehatan keluarga dan individu
(Ali, 2009)
2.4 Tugas dan Tahap Perkembangan Keluarga
Perkembangan keluarga adalah proses perubahan dari sistem keluarga
yang terjadi dari waktu ke waktu meliputi perubahn interaksi dan hubungan
di antara keluarga dari waktu ke waktu. Perkembangan ini terbagi dalam
beberapa tahapan, setiap tahapan memiliki tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tahapan tersebut dapat dilalui dengan sukses.
Menurut Duvall (1977) siklus kehidupan keluarga terdiri dari 8 tahapan
yang mempunyai tugas dan resiko tertentu pada setiap tahapan
perkembangannya. Adapun 8 tahapan perkembangan tersebut adalah:
1. Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan
perempuan membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan
meninggalkan (psikologis) keluarga masing-masing, diantaranya
dengan:
a. Membina hubungan intim yang memuaskan.
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak.
2. Keluarga Child-Bearing (Kelahiran Anak Pertama)
Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan sampai
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30
bulan, diantaranya dengan:
a. Persiapan menjadi orang tua.
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi,
hubungan sexual dan kegiatan keluarga.
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Keluarga Dengan Anak Pra-Sekolah
Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir
saat anak berusia 5 tahun, diantaranya dengan:
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat
tinggal, privasi dan rasa aman.
b. Membantu anak untuk bersosialisasi.
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan
anak yang lain juga harus terpenuhi.
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di
luar keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang
paling repot).
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Keluarga Dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan
berakhir pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai
jumlah anggota keluarga maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk,
diantaranya dengan:
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin
meningkat, termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan
anggota keluarga.
5. Keluarga Dengan Anak Remaja
Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir
sampai 6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah
orangtuanya. Tujuan keluarga ini adalah melepas anak remaja dan
memberi tanggung jawab serta kebebasan yang lebih besar untuk
mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa, diantaranya dengan:
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab,
mengingat remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga.
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga.
6. Keluarga Dengan Anak Dewasa (Pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan
berakhir pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap
ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orang tua, diantaranya
dengan:
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
b. Mempertahankan keintiman pasangan.
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki
masa tua.
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat.
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga.
7. Keluarga Usia Pertengahan
Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah
dan berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal,
diantaranya dengan:
a. Mempertahankan kesehatan.
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman
sebaya dan anak-anak.
c. Meningkatkan keakraban pasangan.
8. Keluarga Usia Lanjut
Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu
pasangan pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi
keduanya meninggal, diantaranya dengan:
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman,
kekuatan fisik dan pendapatan.
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat.
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
2.5 Keluarga Sebagai Sistem
Pengertian sistem yang paling umum adalah kumpulan dari beberapa
bagian fungsional yang saling berhubungan dan tergantungan satu dengan
yang lain dalam waktu tertentu untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah sebagai berikut:
LINGKUNGAN
UMPAN BALIK
MASUKAN LUARANPROSES
1. Keluarga mempunyai subsistem: anggota, fungsi, peran, aturan, budaya,
dan lainnya yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidpan
keluarga.
2. Terdapat saliong berhubungan dan ketergantungan antar sub-sistem.
3. Merupakan unit (bagian) terkecil dari masyarakat yang dapat
memengaruhi suprasistem.
Keluarga merupakan sistem sosial karena terdiri dari kumpulan dua
orang atau lebih yang mempunyai peran sosial yang berbeda dengan ciri
saling berhubungan dan tergantung antar individu. Seperti pada umumnya
suatu sistem, keluarga juga mempunyai komponen-komponen sistem.
Gambar. Komponen dalam sistem keluarga
Gambar di atas dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Masukan (input), terdiri dari: anggota keluarga, struktur keluarga,
fungsi keluarga, aturan dari lingkungan (masyarakat) sekitar (luas),
budaya, agama, dan sebagainya.
2. Proses (throughput) merupakan proses yang terjadi dalam
melaksanakan fungsi keluarga.
3. Luaran (output) adalah hasil dari suatu proses yang berbentuk perilaku
keluarga: perilaku sosial, perilaku kesehatan, perilaku keagamaan,
perilaku sebagai warga negara, dan lainnya.
4. Umpan balik (feedback) adalah sebagai pengontrol dalam masukan dan
proses yang berasal dari perilaku keluarga yang ditampakkan pada
lingkungan/masyarakat di sekitarnya.
MASYARAKAT LUAS
KOMUNITAS
KELUARGA DENGAN KARAKTERISTIKNYA
SISTEM KESEHATAN
SISTEM KESEHATAN
SISTEM KESEHATA
N
SISTEM KESEHATAN
SISTEM YANG LAIN
Keluarga sebagai sistem mempunyai karakteristik dasar yang dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
1. Keluarga sebagai sistem terbuka. Suatu sistem yang mempuyai
kesempatan dan mau menerima atau memperhatikan lingkungan
(masyarakat) sekitarnya.
2. Keluarga sebagai sistem tertutup. Suatu sistem yang kurang mempunyai
kesempatan, kurang mau menerima atau memberi perhatian kepada
lingkungan (masyarakat) sekitarnya.
Gambar. Keluarga sebagai sistem memengaruhi suprasistem (masyarakat)
Karakteristik keluarga sebagai sistem
Sistem terbuka Sistem tertutup
Pola komunikasi keluarga Langsung, jelas,
spesifik, tulus, jujur,
tanpa hambatan
Tidak langsung,
tidak jelas, tidak
spesifik, tidak
selaras, sering
menyalahkan,
kacau,
membingungkan
Aturan keluarga Hasil musyawarah,
tak tertinggal
zaman, berubah
sesuai kebutuhan
keluarga
Bebas
mengeluarkan
pendapat
Ditentukan tanpa
musyawarah, tidak
sesuai
perkembangan
mengikat, tidak
sesuai kebutuhan
Pendapat terbatas
Perilaku anggota keluarga Sesuai dengan
kemampuan
keluarga, memiliki
kesiapan, mampu
berkembang sesuai
kondisi
Harga diri: percaya
diri meningkat dan
mampu
mengembangkan
dirinya
Memiliki sikap
melawan, kacau,
tidak siap (selalu
tergantung), tidak
berkembang
Harga diri: kurang
peracaya diri (ragu-
ragu) dan kurang
mendapat dukungan
untuk
mengembangkan
diri
Sumber: Suprajitno, 2004
BAB 3
KASUS DAN PERTANYAAN
3.1 Skenario
Di suatu rumah tinggalah keluarga Bp. P yang berusia 30 tahun.Bp. P
tinggal bersama istrinya yaitu Ibu S. Bp. P dan istrinya menikah kurang
lebih 1 tahun yang lalu. Keadaan keluarga saat ini Ibu S sedang melahirkan
anak pertamanya dengan persalinan normal 7 hari yang lalu. Keadaan Ibu S
saat ini sangat tertekan dengan peran barunya yaitu sebagai seorang ibu
karena harus meneteki bayinya setiap 2 jam sekali, masih terasa nyeri saat
bergerak, takut merawat tali pusat bayinya dan takut untuk memandikan
bayinya karena takut jatuh. Keadaan bayi Ibu S saati ini sehat dan tidak
menunjukkan masalah kesehatan. Ibu S kadang mengeluh nyeri saat
meneteki dan tidak mengerti cara perawatan payudara sehingga putingnya
selalu lecet setelah meneteki bayinya. Ibu S juga mengeluh kenapa berat
badannya tidak cepat turun karena merasa gendut dan tidak cantik lagi.Ibu S
saat ini tinggal di rumah bersama ibu kandungnya yang membantu untuk
merawat bayinya serta ada seorang pembantu rumah tangga yang tinggal di
rumahnya. Bp. P sering sibuk dengan pekerjaan kantornya dan dinas di luar
kota sehingga jarang memperhatikan istri dan anaknya. Suatu hari dua
orang perawat datang ke keluarga Bp. P untuk melakukan pengkajian tahap
I untuk melakukan identifikasi keluarga tersebut.
3.2 Pertanyaan Modul
1. Apa karakteristik dari setiap dimensi keluarga?
2. Apa yang dimaksud dengan:
a. Keluarga Tradisional yang terdiri dari:
1).The nuclear family (keluarga inti)
2).The dyad family
3).Keluarga usila
4).The childless family
5).The extended family
6).The single-parent family
7).Multigenerational family
8).Kin-network family
b. Keluarga Non Tradisional
1).The unmarried teenage mother
2).The stepparent family
3).Commune family
4).The nonmarital heterosexual cohabitating family
5).Gay and lesbian family
6).Cohabitating family
7).Group marriage family
8).Group network family
9).Foster family
10). Homeless family
11). Gang
3. Apa yang dimaksud dengan keluarga sebagai sistem?
4. Buatlah resume tentang konsep keluarga!
5. Jelaskan keluarga sebagai fokus sentral pelayanan kesehatan keluarga!
6. Uraikan struktur dan fungsi keluarga dalam dimensi sistem keluarga
sebagai klien!
7. Jelaskan 4 dimensi pandangan keluarga pada gambar!
3.3 Pertanyaan dari Kasus
1. Ada berapa banyak orang yang tinggal dalam rumah ini dan siapa saja?
2. Apa saja pekerjaan dari masing-masing anggota keluarga?
3. Bagaimana perasaan Ibu S setelah melahirkan? sekarang anak Ibu
usianya berapa?
4. Bagaimana peran Bapak Pkepada Ibu S pada saat setelah melahirkan?
5. Apakah Bapak P dan Ibu S sering berdiskusi dalam merawat anak?
6. Apabila Ibu S mandapat kesulitan dalam merawat anak , biasanya Ibu S
bertanya dan meminta bantuan kepada siapa?
7. Apakah Ibu S mengalami masalah terkait perawatan bayinya?
8. Apakah ada keluhan terkait pemberian ASI pada bayinya?
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Jawaban Pertanyaan Modul
1. Karakteristik dari setiap dimensi keluarga
a. Keluarga dipandang sebagai konteks
1). Asuhan keperawatan berfokus pada individu.
2). Keluarga dipandang sebagai latar belakang .
3). Perawat dapat melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan
pada tingkatan tertentu.
4). Keluarga menjadi sumber dukungan utama.
b. Keluarga dipandang sebagai penjumlahan dari anggotanya
1). Keluarga merupakan kumpulan .
2). Keperawatan diberikan pada semua anggota.
3). Masing-masing klien yang dilihat sebagai unit yang terpisah.
c. Subsistem keluarga sebagai klien
1). Subsistem keluarga merupakan focus dan penerima pengkajian
serta intervensi keperawatan.
2). Keluarga inti, keluarga besar, dan subsistem keluarga lainnya
adalah unit analisis dari asuhan keperawatan.
d. Keluarga sebagai klien
1). Keluarga sebagai fokus utama pengkajian.
2). Keluarga dianggap sebagai suatu sistem yang saling
berinteraksi.
2. Macam keluarga:
a. Keluarga Tradisional yang terdiri dari:
1). The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga inti merupakan keluarga yang terdiri dari suami, istri
dan anak, dimana salah satu orang tua bekerja dan semuanya
tinggal dalam satu rumah.Keluarga yang dimaksud termasuk
keluarga pada pernikahan pertama, keluarga dengan orang tua
tiri ataupuin keluarga adopsi.
2). The dyad family
Keluarga ini terdiri dari suami istri saja tanpa anak yang hidup
dalam satu rumah, baik salah satu pasangan bekerja ataupun
keduanya sama-sama bekerja.
3). Keluarga usila
Keluarga ini terdiri dari sepasang suami istri yang sudah lansia
dengan anak yang sudah memisahkan diri baik itu kuliah,
bekerja atau sudah menikah.
4). The childless family
Keluarga dimana sepasang suami istri yang tinggal tanpa anak
karena keterlambatan menikah yang disebabkan kesibukan
mengejar karir.
5). The extended family
Keluarga ini terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama
dalam satu rumah seperti nuclear family disertai dengan
saudara dan orang tua.
6). The single-parent family
Keluarga ini hanya memiliki satu orang tua dalam satu rumah,
hal ini biasanya disebakan oleh perceraian ataupun kematian
baik orang tua tersebut bekerja ataupun penganguran.
7). Multigenerational family
Keluarga ini terdiri dari banyak generasi yang tinggal bersama
dalam satu rumah.
8). Kin-network family
Keluarga ini terdiri dari beberapa keluarga inti dalam satu
rumah serta dalam memenuhi kehidupannya seperti
penggunaan dapur, kamar mandi, telepon, televisi dan
perlengkapan lainnya menggunakan barang yang sama dalam
rumah tersebut.
b. Keluarga Non Tradisional
1). The unmarried teenage mother
Keluarga dengan orang tua yang tidak menikah, biasanya hnya
ada ibu dan anak.
2). The stepparent family
Keluarga yang di dalamnya terdapat orang tua tiri.
3). Commune family
Keluarga atau rumah tangga yang terdiri dari beberapa
pasangan dengan anaknya, dimana antar pasangan tidak
memiliki hubungan saudara yang hidup dalam satu rumah serta
mengadalakan sosialisasi pada anak melalui aktivitas
kelompok dan juga membesarkan anak secara bersama-sama.
4). The nonmarital heterosexual cohabitating family
Keluarga yang hidup bersama-sama dan berganti-ganti
pasangan tanpa memalui pernikahan
5). Gay and lesbian family
Individu dengan jenis kelamin yang sama yang tinggal dalam
satu rumah seperti pasangan menikah.
6). Cohabitating family
Orang dewasa yang hidup bersama dalam satu rumah tanpa
ikatan pernikahan atau diluar ikatan pernikahan karena alasan
tertentu.
7). Group marriage family
Beberapa orang dewasa yang tinggal dalam satu rumah dengan
menguanakan alat-alat rumah tangga secara bersama dan
merasa saling menikah satu sama lain sehingga selalu berbagi
satu sama lain termasuk hubungan seksual dan membesarkan
anak.
8). Group network family
Keluarga inti yang dibatasi berbagai peraturan atau nilai-nilai
yang hidup berdekatan serta saling menggunakan alat bersama-
sama.
9). Foster family
Keluarga yang merawat anak yang tidak ada hubungan darah
dengan keluarga tersebut disaat orng tua si anak perlu
mendapat bantuan untuk menyatukan keluarga aslinya.
10). Homeless family
Keluarga yang terbentuk tanpa perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan
ekonomi.
11). Gang
Sebuah keluarga yang bersifat destruktifdari orang-orang muda
yang mencari ikatan emosional, dimana dalam perkembangan
keluarganya berkembang dengan kekerasan dan kriminalitas.
3. Keluarga pada dasarnya merupakan bagian terkecil dari masyarakat.
Didalam keluarga terdapat suatu sistem atau kesatuan tertentu yang
menjadi khas dari setiap keluarga yang pastinyanakan berbeda dengan
keluarga lain. Masing-masing keluarga akan memberlakukan suatu
aturan didalamnya agar kehidupan dalam keluarga tersebut dapat
dikontrol dengan baik. Ada sebuah aturan yang mengatur jalannya
keluarga tersebut seperti pembagian tugas, peran dan fungsi dalam
keluarga, pemberlakuan reward and punishment. Dalam kehidupannya
juga keluarga ini memiliki cara yang unik dalam pemecahan masalah
dengan memainkan peran dan fungsinya dalam keluarga. Kesemuanya
yang ada dalam sebuah keluarga adalah sebuah sistem yang akan
berlangsung dan berlaku sepanjang kehidupannya serta tidak dapat
diganggu atau dipengaruhi oleh keluarga lain.
4. Keluarga merupakan kumpulan dari dua orang atau lebih yang tinggal
dalam satu rumah dalam jangka waktu yang lama baik terikat oleh
ikatan perkawinan, sedarah, adopsi ataupun tanpa ikatan apunpun, serta
di dalamnya ada pola interaksi yang baik satu sama lain. Masing-
masing anggota keluarga memiliki peran dan fungsi yang jelas yang
harus dijalankan. Keluarga dapat dibagi dalam keluarga tradisional dan
keluarga nontradisional. Pembagian tersebut terbagi berdasarnya jumlah
anggota dalam keluarga dan status hubungan masing-masing anggota
dalam keluarga tersebut.
5. Keluarga sebagai focus sentral pelayanan kesehatan keluarga
maksudnya bahwa keluarga menjadi tempat yang paling sentral bagi
partumbuhan dan perkembangan individu-individu didalamnya.
Dinamika dalam keluarga mempengaruhi kondisi kesehatan masing-
masing anggota, dimana tiap keluarga akan berbeda. Keberadaan
keluarga dalam masyarakat memerlukan pengawasan dalam fasilitas
kesehatan. Ketidakmampuan keluarga dalam mengetahui tahap
perkembangan masing-masing anggota keluarga juga akan
mempengaruhi kesehatan dalam keluarga dimana akan mengakibatkan
kondisi maladaptif dalam keluarga. Kondisi inilah yang membuat
keluarga memelukan fasilitas pelayanan kesehatan dalam
mengoptimalkan keluarga dalam mencapai tugas perkembangan dan
kemandirian. Dalam hal inilah keluarga dapat dikatakan sebagai focus
sentral pelayanan kesehatan keluarga.
6. Struktur dan fungsi keluarga dalam dimensi system keluarga sebagai
klien.
Struktur dan fungsi keluarga memiliki hubungan yanga sangat erat.
Struktur keluarga kaitannya dengan keanggootaan dalam keluarga
beserta hubungan interaksi didalamnya serta proses yang digunakan
dalam keluarga untuk mencapai tujuan, dimana struktur dalam keluarga
akan menentukan fungsi dalam keluarga. Fungsi dalam keluarga
kaitannya dengan apa-apa yang dikerjakan dalam keluarga berdasarkan
perannya masing-masing dalam kelurga tersebut. Dalam struktur dan
fungsi keluarga ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu
komunikasi dalam keluarga, pola peran keluarga, pola nilai dan norma
serta pola kekuatan keluarga
Pola komunikasi sangat mempengaruhi kondisi dalam keluarga
tersebut, komunikasi verbal ataupun nonverbal harus tetap
dipertahankan dalam keluarga supaya tidak terjadi kesalahpahaman
dalam keluarga
Pola peran dalam keluarga perlu dipastikan pada saat keluarga
tersebut dibentuk supaya tidak menimbulkan ketimpangan dalam peran
seperti peran ganda dan meminimalkan kegagalan peran dalam
keluarga.Masing-masing peran yang diberikan harus disepakati bersama
dalam keluarga.
Pola nilai dan norma keluarga harus diperhatikan disesuaikan
dengan masyarakat sekitar karena akan mempengaruhi pandangan
masyarakat terhadap keluarga tersebut. Nilai merupakanpersepsi
seseorang terhadap suatu hal yang merupakan tujuan perilaku
seseorang, sedangkan norma mengarah pada nilai yang dianut oleh
masyarakat. Sehingga keduanya harus seimbang.
Pola kekuatan keluarga dimaksudkan agar mampu mengarahkan
anggota keluarga ke arah yang positif serta merubah perilaku yang
kurang baik dalam anggota keluarga.
7. Empat dimensi pandangan keluarga adalah:
Dimensi pertama yaitu keluarga dipandang sebagai konteks.
Asuhan keperawatan yang diberikan oleh perawat berfokus pada
individu, sedangkan keluarga dipandang sebagai latar belakang atau
fokus sekunder. Individu dianggap sebagai bagian terdepan atau fokus
primer yang berkaitan dengan pengkajian dan intervensi. Perawat dapat
melibatkan keluarga dalam pemberian asuhan pada tingkatan tertentu.
Keluarga merupakan lingkungan social yang krusial dari klien,
sehingga keluarga menjadi sumber dukungan utama.
Pada dimensi kedua, keluarga dipandang sebagai penjumlahan dari
anggotanya. Keluarga merupakan kumpulan atau jumlah anggota secara
individu sehingga asuhan keperawatan diberikan pada semua anggota
keluarga. Model ini dipraktekkan secara nyata di lingkup keperawatan
komunitas. Dimensi ini menganggap dimensi terdepannya adalah
masing-masing klien yang dilihat sebagai unit yang terpisah dari unit
yang berinteraksi.
Dimensi ketiga memandang subsistem keluarga sebagai klien.
Subsistem keluarga merupakan focus dan penerima pengkajian serta
intervensi keperawatan. Sedangkan keluarga inti, keluarga besar, dan
subsistem keluarga lainnya adalah unit analisis dari asuhan
keperawatan. Contoh fokus keperawatan yaitu hubungan dan orangtua,
interaksi perkawinan, isu-isu tentang pemberi perawatan, dan perhatian
atau concern pada bonding attachment.
Tingkatan dimensi keempat yaitu keluarga sebagai klien. Pada
dimensi ini keluarga dipandang sebagai klien atau sebagai fokus utama
pengkajian atau asuhan keperawatan. Keluarga menjadi bagian terdepan
dan anggota keluarga secara individu sebagai latar belakang atau
konteks. Keluarga dianggap sebagai suatu sistem yang saling
berinteraksi. Sistem keperawatan keluarga menggunakan pengkajian
klinis lanjut (advanced) dan keterampilan intervensi berdasarkan pada
integrasi keperawatan, terapi keluarga dan teori sistem.
(Friedman, Marilyn (2010); Susanto, Tantut (2012)).
4.2 Jawaban Pertanyaan Kasus
a. Ada berapa banyak orang yang tinggal dalam rumah ini dan siapa saja?
“Di rumah ini ada 5 orang, yaitu saya (ibu S), suami saya (Bp P), ibu
saya, anak saya, dan seorang pembantu.Tetapi suami saya sedang sibuk
tidak berada di rumah, sudah 2 hari ini belum pulang.”
b. Apa saja pekerjaan dari masing-masing anggota keluarga?
“Saya sebagai ibu rumah tangga, suami saya bekerja sebagai direktur di
sebuah perusahaan, sehingga dia jarang pulang biasanya dalam
seminggu itu cm 4 hari dia di rumah karena sibuknya kesana-kemari. “
c. Bagaimana perasaan Ibu S setelah melahirkan? sekarang anak Ibu
usianya berapa?
“Saya merasa tertekan karena harus meneteki anaknya setiap 2 jam
sekali, capek sekali rasanya, belum lagi rasa sakitnya waktu anak saya
menyusu, Saya juga merasa gendut dan tidak cantik lagi karena berat
badannya tidak juga cepat turun”
d. Bagaimana peran Bapak P kepada Ibu S pada saat setelah melahirkan?
“Suami saya terlalu sibuk dengan pekerjaannya dan sedang dinas di luar
kota sehingga jarang memperhatikan saya dan anak kita, kadang saya
juga merasa marah dengan suami saya karena tidak perhatian”.
e. Apakah Bapak P dan Ibu S sering berdiskusi dalam merawat anak?
“Tidak pernah, saya selalu berdiskusi masalah anak kepada ibu saya
karena pasti lebih berpengalaman, kalau suami saya pasti tidak tau apa-
apa”
f. Apabila ibu S mandapat kesulitan dalam merawat anak , biasanya Ibu S
bertanya dan meminta bantuan kepada siapa?
“Saya selalu bertanya kepada ibu saya, karena pasti beliau lebih tau”.
g. Apakah ibu S mengalami masalah terkait perawatan bayinya?
“Iya, saya takut merawat tali pusat dan tidak berani memandikan anak
sendiri, kadang ibu saya yang memandikan anak saya, Selain itu anak
saya sering rewel, kadang saya juga merasa capek”
h. Apakah ada keluhan terkait pemberian asi pada bayinya?
“Iya, saya merasa nyeri saat meneteki dan saya juga tidak mengerti cara
perawatan payudara”.
BAB 5
PENUTUP
1.1. Kesimpulan
Keluarga adalah hubungan antara dua individu atau lebih yang
disatukan dalam ikatan pernikahan, adanya kelahiran atau adopsi yang
saling berhubungan dan memiliki peran yang dilaksanankan dalam suatu
lingkungan rumah serta adat istiadat yang dianut.Tujuan dasar pada
keperawatan keluarga antara lain untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
(fungsi reproduksi dan fungsi vital) individu yang menjadi bagian dari
keluarga dan memenuhi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sosial.
Pada proses pengkajian keluarga dilakukan dengan beberapa tahap,
yaitu mulai dari penjajakan tahap I yang terdiri dari data umum, riwayat dan
tahap perkembangan keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi
keluarga, stress dan koping keluarga, pemeriksaan fisik, harapan keluarga.
1.2. Saran
Diharapkan mahasiswa keperawatan mampu memahami dan menjelaskan
tentang konsep keluarga dan lingkup keperawatan keluarga sehingga
nantinya apabila sudah melakukan pengabdian ke masyarakat bisa sesuai
dengan prinsip ilmu dan teori keperawatan keluarga.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Zaidin. 2009. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta:EGC.
Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik dalam
Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Friedman, Marilyn M. 2010. Buku Ajar Keperawatan Keluarga, Riset, Teori, Dan
Praktik. Jakarta: EGC.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha
Ilmu.
Suprajitno. 2004. Asuhan Keperawatan Keluarga: aplikasi dalam praktik. Jakarta:
EGC.
Susanto, Tantut. 2012. Buku Ajar Keperawatan Keluarga: Aplikasi Pasa Praktik
Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: TIM.
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
I. Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga (KK) : Bp. P
2. Usia : 30 tahun
3. Pendidikan : S 1
4. Pekerjaan : Pegawai
5. Alamat : Jalan Kaliurang No. 44, Jember
6. Komposisi Anggota Keluarga
No. Nama Jenis
Kelamin
Hubungan
dg KK
Umur Pendidikan Pekerjaan
1 Bp P L KK 30 th S1 Pegawai
2 Ibu S P Istri 27 th SMA Ibu RT
3 Ny N L Ibu 55 th SMA Ibu RT
4 Ibu P P PRT 29 th SMP PRT
Genogram:
7. Tipe Keluarga : Keluarga Inti
8. Suku Bangsa : Jawa
9. Agama : Islam
10. Status sosial ekonomi keluarga : Menengah/ kecukupan
11. Aktivitas rekreasi keluarga : 2 atau 3 bulan sekali
top related