laporan kp nyicil
Post on 27-Nov-2015
47 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN
PRAKTIK KERJA LAPANGAN
DI LABORATORIUM DNA BIDOKPOL MABES POLRI
PROSES PEMBUATAN PROFIL DNA DARI SAMPEL BUCCAL SWABS
Disusun oleh
Nama : Muhamad Itqan Adiguna
NIM : 4411411030
Jurusan/prodi : Biologi/Biologi
FAKULTAS MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TAHUN 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Praktik Kerja Lapangan telah di syahkan oleh laboratorium DNA
bidokpol MABES POLRI dan jurusan Biologi
Hari :
Tanggal :
Dosen pembimbing Pembimbing
Lapangan
NIP NIP
Mengetahui , Mengetahui ,
Ketua Jurusan
Pimpinan/Ketua Institusi mitra
NIP NIP
Abstrak
Queen kartika ayu marthani
Proses Pembuatan Profil DNA dari Sampel Buccal Swabs
Bidokpol MABES POLRI
Biologi –biologi
Universitas Negeri Semarang
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena
atas ridhoNya laporan praktik kerja lapangan di laboratorium DNA bidokpol
MABES POLRI ini dapat diselesaikan. Ucapan terimakasih penulis ucapkan
kepada Kepala laboratorium DNA bidokpol MABES POLRI yang telah
mengijinkan kami melaksanakan praktik kerja lapangan di laboratorium DNA
bidokpol MABES POLRI serta dosen pembimbing yang telah membimbing
dalam pelaksanaan praktik kerja lapangan ini. Dan tak lupa pula ucapan
terimakasih , kami ucapkan kepada seluruh kakak- kakak dan teman yang telah
mendukung membantu dan membimbing kami dalam pelaksannan Praktik Kerja
Lapangan .
Laporan praktik kerja lapangan ini menjelaskan tentang proses pembuatan
profil DNA manusia yang dilakukan di laboratorium DNA bidokpol MABES
POLRI. Pembahasan yang dikemukakan meliputi proses pengambilan sampel,
sampling, ekstraksi, quantifikasi, amplifikasi, dan kemudian capillary
electroforesis . Semoga laporan praktik kerja lapangan ini memberikan banyak
manfaat kepada para pembacanya. Selanjutnya, demi kesempurnaan makalah ini
sangat diharapkan segalah masukan dan saran yang sifatnya membangun.
Semarang , Februari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium DNA Biddokpol Pusdokkes Polri dirintis oleh Dr. Christanto TH,
dr. Slamet Poernomo, drg. Alphonsus Q, dr. Lukman Hakim pada kurun waktu
tahun 1990-2005 dengan kegiatan seperti Uji Serology : Dot Blot (1992);
Organic Isolation Validation (1993);HLA DQ-A(awal 1994); PolyMarker
(pertengahan 1994); D1S80 (akhir 1994) dan SA Gel Electrophoresis. Pada
tahun 2006 hingga 26 Maret 2007 dilakukan rehabilitasi dan pembangunan
Laboratorium DNA yang baru oleh Polri bekerja sama dengan Australian Federal
Police, dan pada tanggal 26 Maret 2007 diresmikanlah Laboratorium Dna
Forensik Biddokpol Pusdokkes Polri yang baru oleh Kapolri dan Commissioner
Australian Federal Police.Laboratorium DNA Pusdokkes Polri merupakan
laboratprium DNA forensik, di mana laboratorium DNA forensik memiliki
standar pemeriksaan tertinggi dan dapat dipergunakan dalam kasus-kasus pidana,
namun dapt juga dimanfaatkan untuk kepentingan proses identifikasi seperti
kasus- kasus DVI. Sejak tahun 2007 Laboratorium DNA Biddokpol Pusdokkes
Polri telah mampu menangani tipe kasus pembunuhan, mutilasi, pemerkosaan,
paternitas, orang hilang, DVI maupun terorisme dengan jumlah lebih dari 160
kasus dengan sampel lebih dari 1000 buah. Diantara kasus kasus yang dapat
tertangani tersebut terdapat kasus Pembunuhan Berantai oleh Veri Idham H. alias
Ryan di Jombang, WNI korban kebakaran hutan di Negara bagian Victoria,
Australia, serta kasus terorisme . Laboratorium DNA Biddokpol Pusdokkes Polri
juga akan membangun Database DNA pelaku kriminal di Indonesia yang
pembangunannya akan dilakukan secara bertahap dan berkelanjutan mulai tahun
2009. Laboratorium DNA Biddokpol Pusdokkes Polri mempunyai 9 ruangan
pokok yang berbeda-beda fungsinya, namun keberadaan ruangan-ruangan tersebut
merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan, karena fungsinya
saling berkaitan. Masing-masing ruangan terletak berurutan sesuai dengan
peranannya.Laboratorium DNA Forensik sendiri harus mempunyai cara
pemeriksaan yang standar sehingga dapat digunakan sebagai alat bukti di
pengadilan dan hasil yang diperoleh dapat diuji ulang oleh laboratorium DNA
forensik lainnya atau lebih dikenal dengan laboratorium pembanding. Standar
laboratorium DNA forensik internasional minimal harus mempunyai ruangan
penyimpanan sampel, ruangan sampling, ruang ekstraksi, ruang amplifikasi, ruang
typing, ruang pencampuran kimia dan ruang administrasi. Dilihat dari jumlah
ruangan dan kelengkapannya, Laboratorium DNA Biddokpol Pusdokkes Polri
sudah memenuhi standar internasional. Laboratorium DNA Biddokpol Pusdokkes
Polri mempunyai storage room, examination room I, examination room II,
extraction room, pre amplification room, amplification room, capillary
examination room, preparation room dan administration room.
1.2 Rumusan masalah
Bagaimana proses pembuatan profil DNA manusia yang dilakukan di
laboratorium DNA forensik BIDOKPOL MABES POLRI ?
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud dari penelitian ini untuk mengetahui proses pembuatan profil DNA
manusia.
1.4 Tempat pelaksanaan
Laboratorium DNA biddokpol MABES POLRI ,Cipinang baru raya No 3B
1.5 Pengumpulan Data
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.6 Sejarah DNA
DNA pertama kali berhasil dimurnikan pada tahun 1868 oleh ilmuwan Swiss
Friedrich Miescher di Tubingen, Jerman, yang menamainya nuclein berdasarkan
lokasinya di dalam inti sel. Namun demikian, penelitian terhadap peranan DNA
di dalam sel baru dimulai pada awal abad 20, bersamaan dengan ditemukannya
postulat genetika Mendel. DNA dan protein dianggap dua molekul yang paling
memungkinkan sebagai pembawa sifat genetis berdasarkan teori tersebut.Dua
eksperimen pada dekade 40-an membuktikan fungsi DNA sebagai materi
genetik. Dalam penelitian oleh Avery dan rekan-rekannya, ekstrak dari sel
bakteri yang satu gagal men-transform sel bakteri lainnya kecuali jika DNA
dalam ekstrak dibiarkan utuh. Eksperimen yang dilakukan Hershey dan Chase
membuktikan hal yang sama dengan menggunakan pencari jejak radioaktif
(bahasa Inggris: radioactive tracers).
Misteri yang belum terpecahkan ketika itu adalah: "bagaimanakah struktur DNA
sehingga ia mampu bertugas sebagai materi genetik". Persoalan ini dijawab oleh
Francis Crick dan koleganya James Watson berdasarkan hasil difraksi sinar X
pada DNA oleh Maurice Wilkins dan Rosalind Franklin.Pada tahun 1953, James
Watson dan Francis Crick mendefinisikan DNA sebagai polimer yang terdiri
dari 4 basa dari asam nukleat, dua dari kelompok purina:adenina dan guanina;
dan dua lainnya dari kelompok pirimidina:sitosina dan timina. Keempat
nukleobasa tersebut terhubung dengan glukosa fosfat.[5]Maurice Wilkins dan
Rosalind Franklin menemukan bahwa molekul DNA berbentuk heliks yang
berputar setiap 3,4 nm, sedangkan jarak antar molekul nukleobasa adalah 0,34
nm, hingga dapat ditentukan bahwa terdapat 10 molekul nukleobasa pada setiap
putaran DNA. Setelah diketahui bahwa diameter heliks DNA sekitar 2 nm, baru
diketahui bahwa DNA terdiri bukan dari 1 rantai, melainkan 2 rantai
heliks.Crick, Watson, dan Wilkins mendapatkan hadiah Nobel Kedokteran pada
1962 atas penemuan ini. Franklin, karena sudah wafat pada waktu itu, tidak
dapat dianugerahi hadiah ini.Konfirmasi akhir mekanisme replikasi DNA
dilakukan lewat percobaan Meselson-Stahl yang dilakukan tahun 1958.
1.7 DNA
Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris:
deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul
utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya
terletak di dalam inti sel.Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel
adalah sebagai materi genetik; artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala
aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme. Di antara perkecualian
yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak termasuk organisme)
seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus).
Struktur untai komplementer DNA menunjukkan pasangan basa (adenina dengan
timina dan guanina dengan sitosina) yang membentuk DNA beruntai ganda.
DNA merupakan polimer yang terdiri dari tiga komponen utama,
gugus fosfat
gula deoksiribosa
basa nitrogen, yang terdiri dari:[1]
o Adenina (A)
o Guanina (G)
o Sitosina (C)
o Timina (T)
Sebuah unit monomer DNA yang terdiri dari ketiga komponen tersebut
dinamakan nukleotida, sehingga DNA tergolong sebagai polinukleotida.Rantai
DNA memiliki lebar 22-24 Å, sementara panjang satu unit nukleotida 3,3 Å[2].
Walaupun unit monomer ini sangatlah kecil, DNA dapat memiliki jutaan
nukleotida yang terangkai seperti rantai. Misalnya, kromosom terbesar pada
manusia terdiri atas 220 juta nukleotida[3].Rangka utama untai DNA terdiri dari
gugus fosfat dan gula yang berselang-seling. Gula pada DNA adalah gula pentosa
(berkarbon lima), yaitu 2-deoksiribosa. Dua gugus gula terhubung dengan fosfat
melalui ikatan fosfodiester antara atom karbon ketiga pada cincin satu gula dan
atom karbon kelima pada gula lainnya. Salah satu perbedaan utama DNA dan
RNA adalah gula penyusunnya; gula RNA adalah ribosa.
DNA terdiri atas dua untai yang berpilin membentuk struktur heliks ganda. Pada
struktur heliks ganda, orientasi rantai nukleotida pada satu untai berlawanan
dengan orientasi nukleotida untai lainnya. Hal ini disebut sebagai antiparalel.
Masing-masing untai terdiri dari rangka utama, sebagai struktur utama, dan basa
nitrogen, yang berinteraksi dengan untai DNA satunya pada heliks. Kedua untai
pada heliks ganda DNA disatukan oleh ikatan hidrogen antara basa-basa yang
terdapat pada kedua untai tersebut. Empat basa yang ditemukan pada DNA adalah
adenina (dilambangkan A), sitosina (C, dari cytosine), guanina (G), dan timina
(T). Adenina berikatan hidrogen dengan timina, sedangkan guanina berikatan
dengan sitosina. Segmen polipeptida dari DNA disebut gen, biasanya merupakan
molekul RNA.[4]
1.8DNA dalam forensik
Ilmuwan forensik dapat menggunakan DNA yang terletak dalam darah, sperma,
kulit, liur atau rambut yang tersisa di tempat kejadian kejahatan untuk
mengidentifikasi kemungkinan tersangka, sebuah proses yang disebut
fingerprinting genetika atau pemrofilan DNA (DNA profiling). Dalam pemrofilan
DNA panjang relatif dari bagian DNA yang berulang seperti short tandem repeats
dan minisatelit, dibandingkan. Pemrofilan DNA dikembangkan pada 1984 oleh
genetikawan Inggris Alec Jeffreys dari Universitas Leicester, dan pertama kali
digunakan untuk mendakwa Colin Pitchfork pada 1988 dalam kasus pembunuhan
Enderby di Leicestershire, Inggris.
Banyak yurisdiksi membutuhkan terdakwa dari kejahatan tertentu untuk
menyediakan sebuah contoh DNA untuk dimasukkan ke dalam database
komputer. Hal ini telah membantu investigator menyelesaikan kasus lama di mana
pelanggar tidak diketahui dan hanya contoh DNA yang diperoleh dari tempat
kejadian (terutama dalam kasus perkosaan antar orang tak dikenal). Metode ini
adalah salah satu teknik paling tepercaya untuk mengidentifikasi seorang pelaku
kejahatan, tetapi tidak selalu sempurna, misalnya bila tidak ada DNA yang dapat
diperoleh, atau bila tempat kejadian terkontaminasi oleh DNA dari banyak orang.
1.9 ekstraksi DNA
1.10 kuantifikasi DNA
1.11 pcr
1.12 ce
1.13
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
3.1.2 Bahan
3.2 Prosedur
3.2.1 Pengambilan Sampel
3.2.2 ekstraksi DNA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Uraian kegiatan
Paparan laporan
Hari ke -1
27 Januari 2014
Bertemu dengan kepala lab dna , akp ifan dan akp hastanto
Berkenalan dengan teman magang yg lain dr ui kak zatta dan kak dwi
Perkenalan laboratorium
Sampling darah
Open packaged sampel tulang
Studying paternitas: kecocokan, ketidakcocokan, identik.
Ekstraksi sampel darah menggunakan qiagen bio robot Z
Hari ke-2
28 januari
Maintanance schedule
Sampling tulang
Sampling bucal swab
Mencuci peralatan laboratorium
Sealing peralatan laboratorium
Hari ke – 3
29 januari 2014
Maintanance schedule
Open packaged kasus X
Sampling darah di kain kasa
Sampling bucal swab
Hari ke – 4
30 januari 2014
Open packaged dan sampling rambut dan darah
Sealing peralatan laboratorium
Maintanance schedule
top related