makalah 004 gambaran hematology darah pedet friesian...
Post on 31-Oct-2019
48 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2
Surakarta, 6 November 2017
23
Makalah 004
Gambaran Hematology Darah Pedet Friesian Holstein yang Diberi Pelletcalf Starter
dengan Limbah Kubis Terfermentasi
Darmawan A.D, S. Mukodiningsih dan F. Wahyono
Program Studi S1 Peternakan
Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang
darmawanahmad22@gmail.com
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk mengkaji kualitas pelletcalf starter dengan penambahan limbah kubis
terfermentasi melalui uji biologis pada pedet Friesian Holstein yang ditinjau dari hematology darah.
Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Petak Terbagi ( SplitPlot Design). Terdiri
dari dua perlakuan yaitu umur ternak sebagai petak utama (A1: umur 3 minggu dan A2: 6 minggu) dan
penambahan limbah kubis fermentasi sebagai anak petak (T1: 2% T2: 4% dan T3: 6%) dengan 4
ulangan. Materi yang digunakan adalah 12 ekor pedet sapi FH prasapih umur 7-42 hari dengan obot
badan rata-rata 38 kg±5 kg, bahan pakan yang terdiri dari jagung giling, bekatul, bungkil kedelai,
molasses, mieral mix, limbah kubis, gula dan garam, air. Peralatan yang digunakan meliputi cooling
box, venoject dan tabung EDTA. Parameter yang diamati meliputi eritrosit dan leukosit darah. Data
yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Analysis of Variance/ ANOVA).Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara umur dan jenis calf starter
terhadap eritrosit dan leukosit. Pedet pada umur 3 minggu pada T1, T2,T3 masing masing
mengasilkan eritrosit darah4,62;4,83; T3: 4,92 juta/ml danLeukosit sebesar 11.325;11.200; 9.800
gr/dl. Pedet umur 6 minggu memiliki Eritrosit T1, T2, T3 = 4,78; 4.93; 5.17 juta/mldan Leukosit
T1,T2,T3 = 10.567;8.967;8.632 gr/dl.
Kata kunci: pellet calf starter, fermentasi limbah kubis, eritrosit, leukosit
Pendahuluan
Fase pemeliharaan pedet yang baru lahir sampai dengan umur 6 minggu merupakan fase penting
dalam pemeliharan sapi, karena pada fase ini sapi mulai tumbuh dan berkembang, sehingga perlu
dilakukan upaya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan pedet. Pedet ketika lahir memiliki
rumen yang belum berkembang dan belum berfungsi dengan baik, oleh karena itu perkembangan
rumen harus dirangsang dengan pemberian pakan starter (Cunningham,1995). Pemberian calf starter
dengan sumber protein dari bungkil kedelai dengan tambahan molases menghasikan perkembangan
rumen yang baik pada pedet FH (Mukodiningsihet el, 2016).
Di sisi lain pedet baru lahir sangat rentan terhadap gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh
bakteri patogen, salah satunya yaitu gangguan pencernaan seperti diare yang menyebabkan kematian.
Tingkat kesakitan dan kematian pedet cukup tinggi yaitu 62% dan 22% dan kejadian tertinggi
disebabkan oleh kasus diare sebesar 39% (Wuduet al., 2008). Diare terjadi akibat peningkatan jumlah
bakteri patogen (Krehbielet al., 2003), oleh karena itu perlu dilakukan upaya untuk mengurangi
bakteri patogen pada pedet. Jumlah bakteri patogen dalam saluran pencernaan dapat ditekan dengan
menggunakan antibiotik, akan tetapi antibiotik berpotensi ikut terserap pada produk hasil peternakan
(Greathead 2003). Oleh karena itu diperlukan alternatif salah satunya menggunakan bakteri asam
laktat yang dihasilkan dari limbah kubis terfermentasi.
Limbah kubis secara alami mengandung bakteri asam laktat (BAL) yang jumlahnya dapat
diperbanyak melalui fermentasi (Suprihatin dan Perwitasari, 2010).Bakteri asam laktat dapat
digunakan sebagai sumber probiotik untuk menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Murwani,
2008). Bakteri tersebut bersifat menekan bakteri patogen yang akan berkembang dalam saluran
pencernaan, sehingga tercipta kondisi pencernaan dan penyerapan nutrien yang baik. Kesehatan ternak
Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2
Surakarta, 6 November 2017
24
dapat dilihat dari hematology darahnya, karena darah memiliki fungsi penting dalam pengaturet aan
fisiologis tubuh. Jumlah eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit menggambarkan kemampuan membawa
oksigen ke jaringan dan ekskresikan karbondioksida (CO2) dari tubuh. Ketiga parameter ini berjalan
sejajar dan memiliki fungsi terkait satu sama lain (Meyer et al. 2004). Nilai leukosit darah
menunjukakan ada tidaknya infeksi dalam tubuh, ketika terjadi infeksi maka nilai leukosit dalam darah
akan meningkat (Frandson 1996). Hasil uji mikrobiologis pemanfaatan limbah kubis fermentasi
dalam pellet calf starter sebanyak 6%, menghasikan bakteri asam laktat paling tertinggi disbanding 2
dan 4% (Sholikhah, 2015).
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengkaji kualitas pelletcalf starter dengan
penambahan limbah kubis terfermentasi melalui uji biologis terhadap perkembangan rumen dan
kesehatan pedet Friesian Holstein yang ditinjau dari hematology darahnya. Manfaat dari penelitian ini
adalah memberikan informasi kualitas pellet calf starter dengan penambahan limbah kubis fermentasi
yang teruji secara biologis pada pedet FH dari gambaran hematology darahnya.
Materi dan Metode
Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni - Agustus 2016. Pembuatan pakan dilakukan di
Laboratorium Teknologi Makanan Ternak dan Laboratorium Ilmu Makanan Ternak Fakultas
Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro. Pemeliharaan pedet bertempat di Balai Besar
Pembibitan Ternak Unggul dan Hijauan Pakan Ternak (BBPTU-HPT) Baturraden, Purwokerto.
Analisis sempel darah dilakuakan di Laboratorium Klinik Omnia Purwokerto.
Materi
Penelitian yang telah dilakukan menggunakan 12 ekor pedet Frisien Holstein (FH) lepas
colostrum dengan umur antara 7 hari – 42 hari, bahan penyusun pellet. Alat-alat yang digunakan
antara lain adalah peralatan pelleting, peralatan kandang, timbangan pedet dan peralatan tulis serta
peralatan laboratorium untuk pengambilan sampel darah.
Metode
Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, pembuatan limbah kubis
fermentasi dan pembuatan pellet calf starter (Mukodiningsih et al, 2010), pelaksaaan, pengambilan
data, analisis sampel dan analisis data.
Tahap persiapan dilakukan kurang lebih 1 bulan yang meliputi pengadaan bahan pakan dan
peralatan yang dibutuhkan untuk penelitian.
Pembuatan limbah kubis fermentasi dilakukan dengan cara, limbah kubis dipotong-potong
dengan ukuran ± 1 cm. Kemudian diblender hingga tekstur berubah seperti bubur. Limbah kubis yang
telah halus kemudian ditambahkan garam sebesar 6% dan gula 6,4% dari berat limbah kubis yang
dibuat. Campuran limbah kubis, garam dan gula lalu dibungkus dengan menggunakan plastik hingga
anaerob dan diperam selama 6 hari. Berdasarkan penelitian sebelumnya (Sholikhah, 2015) limbah
kubis yang ditambah garam sebesar 6% dan diperam selama 6 hari menghasilkan total bakteri tertinggi
yaitu 1,1 x 108 cfug.
Pembuatan pelet meliputi beberapa proses, yaitu menyiapakan bahan baku seperti jagung giling,
bekatul, bungkil kedelai, molases dan mineral mix serta aquadest sebanyak 70% dari berat calf starter
yang dibuat. Selanjutnya adalah mencampur beberapa bahan baku pakan diatas dan ditambahkan
Aquadest sebanyak 35% dari total bahan pakan. mencampur formula calf starter yang disusun atas
dasar Total Digestible Nutrient (TDN) 79,10% dan Protein Kasar (PK) 19,61%
Proses selanjutnya adalah conditioning calf starter dengan cara dikukus menggunakan panci
pengukus dan kompor hingga suhu mencapai 800 C kemudian diangkat dan diangin-anginkan hingga
dingin. Setelah dingin kemudian dicampur fermentasi limbah kubis sesuai perlakuan yang diberikan
yaitu: T1 (2% limbah kubis terfermentasi + 100% Calf starter), T2 (4% limbah kubis terfermentasi +
100% Calf starter) dan T3 (6% limbah kubis terfermentasi + 100% Calf starter)
Hasil campuran ditambahkan aquadest sebanyak 35% (sisa aquadest), kemudian dicetak dengan
menggunakan mesin pelleter dengan lubang berdiameter 5 mm. Pengeringan pellet dilakukan hingga
diperoleh kadar air pellet sebesar 12,5 - 13%. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan inkubator
Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2
Surakarta, 6 November 2017
25
yang dilengkapai blower in dan blower out sebagai penguat aliran udara serta sumber pemanas
inkubator berasal dari luar kotak inkubator.
Tahap uji biologis (feeding trial) dilakukan dengan carapemberian formula pellet Calf starter plus
LKF pada pedet selama 5 minggu dengan 1 minggu pertama sebagai masa adaptasi dan 4 minggu
selanjutnya untuk pengambilan data. Kebutuhan nutrisi pedet dihitung berdasarkan bobot badan dan
pertambahan bobot badan per minggu sesuai dengan kebutuhan nutrisi pedet dalam NRC (2001)
dengan perbandingan susu dan Calf starter sebesar 60 : 40 dan hijauan secara ad libitum. Susu
diberikan pada pagi hari sekitar pukul 05.30 WIB dan sore hari sekitar pukul 15.30-16.00 WIB. Calf
starter diberikan 30 menit setelah pemberian susu sedangkan air minum diberikan ad libitum.
Parameter yang diamati meliputi adalah eritrosdit dan leukosit darah. Pengambilan sampel darah
dilakukan pada saat pedet berumur 3 minggu dan 6 minggu. Pengambilan sampel darah dilakukan
melalui vena jugularis menggunakan jarum venoject bermata dua dengan bantuan holder untuk
menampung darah pada tabung vacutainer yang berisi antikoagulan EDTA (Ethylene Diamine
Tetraacetic Acid), sebanyak 3 ml. Sampel darah kemudian dimasukkan dibawa ke Laboratorium untuk
dianalisis. Darah dalam bentuk whole blood digunakan untuk analisis hematology meliputi jumlah sel
darah merah (eritrosit) dan jumlah sel darah putih (leukosit).
Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (Analisys of Variance) untuk
mengetahui pengaruh perlakuan terhadap nilai hematology darah pedet FH , jika terjadi pengaruh
nyata dilanjutkan dengan Uji Wilayah Berganda Duncan (Duncan’s Multiple Range Test) pada tingkat
kepercayaan 5% (Steel dan Torrie, 1993).
Hasil dan Pembahasan
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Hasil analisis kadar Eritrosit pada darah pedet dengan perlakuan pellet calf starter yang
ditambah limbah kubis terfermentasi dengan taraf berbeda dan rentang umur berbeda dapat dilihat
pada Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Nilai Eritrosit.
Pakan Perlakuan
Umur Rata rata 3 minggu 6 minggu
----- (x 106/ml) --- T1 4,62 4,78 4,70 T2 4,83 4,93 4,88 T3 4,92 5,17 5,04 Rata-rata 4,79 4,96
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa tidak ada pengaruh interaksi (P>0,05) antara
pemberian pellet calf starter yang ditambah limbah kubis terfermentasi dengan umur pedet terhadap
nilai eritrosit darah pedet. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pellet calf starter dengan
penambahan limbah kubis terfermentasi pada umur 3 dan 6 minggu menghasilkan nilai eritrosit yang
sama. Hasil ANAVA menunjukkan bahwa perbedaan umur tidak memberikan pengaruh nyata (P >
0,05) terhadap jumlah eritrosit, begitu juga dengan perlakuan jenis pakan memberikan pengaruh tidak
nyata (P > 0,05). Menurut Adeyemo et al., (2010) jumlah total eritrosit dipengaruhi oleh peningkatan
umur, kondisi nutrisi, aktivitas fisik dan jenis kelamin. Menurut Cunningham (1995) bahwa pedet saat
lahir hingga 6 minggu memiliki kondisi fisiologis yang sama, tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin
jantan dan betina. Kondisi nutrisi calf starter yang diberikan pada pedet juga sama baik kandungan
protein maupun TDN. Hal ini menyebabkan jumlah produksi eritrosit darah pedet penelitian sama.
Namun masih dalam kisaran standart sesuai dengan pernyataan Weiss dan Wardrop (2010) bahwa
nilai normal eritrosit sapi berkisar 4,9-7,5 juta/ml. Guyton dan Hall (1996) menyatakan bahwafungsi
utama dari sel-sel darah merah adalah mengangkut hemoglobin dan seterusnya mengangkut oksigen
dari paru-paru ke jaringan.
Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2
Surakarta, 6 November 2017
26
Sel Darah Putih (Leukosit)
Hasil analisis kadar Leukosit pada darah pedet dengan perlakuan pellet calf starter yang
ditambah limbah kubis terfermentasi dengan taraf berbeda dan rentang umur berbeda dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan Nilai Leukosit
Pakan
Umur Rata –
rata 3 minggu 6 minggu
----- (/ml) ------- T1 11.325 10.567 10.946 T2 11.200 8.967 10.083 T3 9.800 8.633 9.216 Rerata 10.775 9.389
Berdasarkan hasil analisis ragam diketahui bahwa tidak ada pengaruh interaksi (P>0,05) antara
pemberian pellet calf starter yang ditambah limbah kubis terfermentasi dengan umur pedet terhadap
nilai leukosit darah pedet. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pellet calf starter dengan
penambahan limbah kubis terfermentasi pada umur 3 dan 6 minggu menghasilkan nilai leukosit yang
sama. Hasil ANAVA menunjukakan bahwa perbedaan umur tidak memberikan pengaruh nyata (P >
0,05) terhadap penurunan jumlah leukosit, begitu juga dengan perlakuan pakan yang memberikan
pengaruh tidak nyata (P > 0,05). Rata rata jumlah leukosit yang didapat dari pedet hasil penelitian
berada dibawah standar maksimal yang disampaikan oleh Lumsden et al., (1980) yaitu bahwa pedet
yang berumur 2 minggu - 6 bulan memiliki nilai leukosit sebesar 5,6-13,7 x103/ml. Juga sesuai dengan
pernyataan Bami et al., (2008) yang menyatakan bahwa pedet yang berumur 7-24 hari memiliki
jumlah leukosit sebesar 10,92-13,88 x103/ml. Sedangkan menurut Weiss dan Wardrop (2010) Jumlah
Leukosit sapi normal adalah 5,1-13,3 x103/ml.
Sesuai dengan pernyataan Alakomi et al., (2000) bahwa bakteri asam laktat dapat menghambat
bakteri pembusuk dan bakteri patogen seperti bakteri gram negatif. Penurunan jumlah leukosit ini juga
menunjukan bahwa kesehatan ternak semakin baik karena jumlah leukosit darah dapat
mengindikasikan ada tidaknya infeksi dan penyakit pada ternak. Frandson (1996) menyatakan bahwa
sel darah putih (leukosit) merupakan salah satu sarana pertahanan tubuh terhadap suatu infeksi dan
apabila jumlah sel ini berlebihan, berkaitan dengan adanya penyakit yang bersifat kronis. Nilai
leukosit pedet pada umur 3 dan 6 minggu tidak menunjukkan perbedaan yang nyata, tetapi
menunjukkan adanya penurunan jumlah dari umur 3 minggu ke 6 minggu. Hal ini dimungkinkan
karena fungsi organ tubuh pedet terutama rumen mulai berfungsi dengan baik sehingga kesehatan
ternak semakin membaik.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa pedet yang
mendapatkan perlakuan pakan pellet calf starter yang ditambah limbah kubis terfermentasi dengan
taraf berbeda dengan umur berbeda hingga 6 minggu menghasilkan nilai eritrosit dan leukosit darah
sama. Perbedaan umur 3 dan 6 minggu menghasilkan nilai eritrosit dan leukosit darah sama. Taraf
penambahan limbah kubis fermentas dalam pellet calf starter juga menghasilkan nilai eritrosit dan
leukosit darah sama.
Ucapan Terima Kasih
Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepala BBPTU-HPT Baturraden Jawa Tengah atas
bantuan penyediaan materi dan dukungan tenaga teknis dalam penelitian sampai koleksi sampel,
laboratorium teknologi pakan Fakultas Peternakan dan Pertanian Universitas Diponegoro atas fasilitas
yang telah diberikan.
Seminar Nasional Peternakan Tropis Berkelanjutan 2
Surakarta, 6 November 2017
27
Daftar Pustaka
Alakomi HL, Skytta E, Saarela M, Mattila-Sandholm T. 2000. Lactid acid permeabilizes Gram negatif bacteria
by distrupting the outer membran. J. Appl. Enuiron. Microbiol. 66:2001-2005
Chuningham, G.G. 1995. Veterinary Fisiology. WR. Saunders Company, Tokyo.
Chuzaaemi, S. 2012. Fisiologi Nutrisi Ruminansia. UB Press. Malang.
Cunningham, J. G. 2002. Textbook of Veterinary Phisiology. Saunders Company, USA.
Frandson, R.D. 1996. Anatomi dan Fisiologi Ternak IV. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
(Diterjemahkan oleh B. Srigandono dan K. Praseno)
Greathead H. 2003. Plants and plant extracts for improving animal productivity. Proc Nutr Soc. 62:279-290.
Guyton, A.C. dan Hall. 1996. Fisiologi Kedokteran. Edisi ke 9. EGC, Jakarta.
Krehbiel, C.R. , S.R. Rust, G. Zhang, and S.E. Gilliland. 2003. Bacterial direct fed microbials in ruminants diet:
Performance response and mode of action. J. Dairy Sci. 81 (2): 120-132.
Mayer, D.J. and J.W., Harvey. 1998. Veterninary Laboratory Medicine, Interpretation and Diagnostic 2nd Ed., W.
B. Saunders Company. Philadelphia, pp : 43-44, 48, 62-64.
Meyer DJ, Coles EH, Rich LJ. 2004. Veterinary Laboratory Madicine Interpretation and Diagnosis.WB
Saunders Company, Philadelphia,Pennsylvania (US).
Mukodiningsih, S., S. Budhi A. Agus, Haryadi dan S.J. Ohh. 2010. Effect of molasses addition level to the
mixture of calf starter and corn fodder on pellet quality, rumen development and performance of
Holstein-Friesian calves in Indonesia. Journal of Animal Science and Technology 52 (3):229-236.
Mukodiningsih S, Achmadi J, Wahyono F, Sung K I and Ohh S J. 2016. Effect of feeding pellet type complete
calf starter combined with maize fodder and molasses on the rumen development of dairy calves.
Livestock Research For Rural Development 28 (5)
Murwani, R. 2008. Aditif Pakan. Universitas Negeri Semarang Press. Semarang.
National Research Council. 2001. Nutrient Requirement of Dairy Cattle. 7th Revised Edition. National Academy
Press, Washington D. C.
Nurhasanah, H. 1995. Pemeliharaan Pedet Sapi Perah, Balai Penelitian Ternak, Bogor.
Parakkasi, A. 1999.Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminansia. Jakarta: Universitas Indonesia Press
Quigly, Jd., III, L. A. Caldwell, G. D. Sinks And R. N. Heitmann. 1991. Changes In Blood Glucose,
Noneterified Fatty Acid, And Ketones In Response To Weaning And Feed Intake In Young Calves. J.
Dairy Sci. 74: 250-257.
Sholikhah, S.C. 2015. Populasi Bakteri dan Keberadaan Bakteri Gram Pada PelletCalfStarter Dengan
Penambahan Bakteri Asam Laktat dari Limbah Kubis Fermentasi. Fakultas peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro (Skripsi).
Suprihatin dan D. S. Perwitasari. 2010. Pembuatan asam laktat dari limbah kubis. Seminar Nasional Teknik
Kimia Soebardjo Brotohardjono. ISSN 1978-0427. 281-288.
Weiss D J And Wardrop K J. 2010. Schalm’s Veterinary Hematology Sixth Edition. Blackwell Publishing .Lowa
USA.
Wudu & B. Kelay & H. M. Mekonnen & K. Tesfu. 2008. Calf morbidity and mortality in smallholder dairy
farms in Ada’a Liben district of Oromia, Ethiopia. Trop Anim Health Prod 40:369–376.Yogyakarta.
top related