makalah fix brow
Post on 06-Aug-2015
263 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini, peningkatan produksi pangan yang merupakan kebutuhan pokok dalam
kehidupan ternyata belum dapat mengimbangi pertambahan penduduk dunia yang cukup
pesat. Selain itu, kegagalan dalam penanganan pasca panen dimana termasuk pula
pengawetan dan penyimpanan mengakibatkan kehilangan bahan pangan yang cukup berarti.
Hampir semua bahan pangan, baik golongan nabati maupun hewani mempunyai sifat mudah
rusak atau busuk (perishable). Usaha untuk mengatasi hal tersebut bukan persoalan yang
mudah mengingat bahan pangan merupakan bahan biologis kompleks yang berkaitan dengan
banyak faktor seperti komponen yang terdapat dalam bahan pangan. Salah satu cara untuk
memperpanjang waktu simpan demi terpenuhinya kebutuhan akan bahan dapat dilakukan
dengan pengemasan.
Pengemasan merupakan salah satu cara yang bertujuan untuk melindungi bahan
pangan dari penyebab-penyebab kerusakan fisik, kimia, biologis, maupun mekanis, sehingga
dapat sampai ke tangan konsumen dalam keadaan yang baik dan menarik.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang terdapat makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan pengemasan dan tujuan dilakukan pengemasan?
2. Apa saja klasifikasi kemasan yang digunakan untuk pengemasan bahan pangan?
3. Apa saja jenis kemasan dan bagaimana cara pengemasan bahan pangan ?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah
1. Untuk mengetahui pengemasan dan tujuan dari pengemasan.
2. Untuk mengetahui klasifikasi kemasan yang digunakan untuk pengemasan bahan
pangan.
3. Untuk mengetahui jenis kemasan untuk bahan pangan dan cara pengemasan bahan
pangan.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Dengan membaca makalah ini masyarakat dapat mengetahui cara pengemasan pada
bahan pangan. Dengan mengetahui cara pengemasan bahan pangan diharapkan masyarakat
dapat memilih kemasan yang sesuai untuk setiap bahan pangan sehingga waktu simpan bahan
makanan dapat diperpanjang.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengemasan dan Tujuan pengemasan
Pengemasan merupakan cabang ilmu yang mempelajari usaha-usaha manusia dalam
mengawetkan bahan pangan atau makanan dengan menggunakan bahan-bahan pembungkus
tertentu sesuai dengan sifat masing-masing produk, sehingga terhindar dari kerusakan yang
dapat diakibatkan oleh pengaruh dari luar.
Pengertian umum dari kemasan adalah suatu benda yang digunakan untuk wadah atau
tempat dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Adanya kemasan dapat
membantu mencegah/mengurangi kerusakan, melindungi bahan yang ada di dalamnya dari
pencemaran serta gangguan fisik seperti gesekan, benturan dan getaran. Dari segi promosi
kemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik pembeli (Syarief, 1989).
Fungsi paling mendasar dari kemasan adalah untuk mewadahi dan melindungi produk
dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Tujuan
Pengemasan :
a. Membuat umur simpan bahan pangan menjadi panjang
b. Menyelamatkan produksi bahan pangan yang berlimpah
c. Mencegah rusaknya nutrisi/gizi bahan pangan
d. Menjaga dan menjamin tingkat kesehatan bahan pangan
e. Memudahkan distribusi/ pengangkutan bahan pangan
f. Mendukung perkembangan makanan siap saji
g. Menambah estetika dan nilai jual bahan pangan
B. Klasifikasi Kemasan
Kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara yaitu :
1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi pemakaian :
a. Kemasan sekali pakai (disposable) , yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah
dipakai. Contoh bungkus plastik untuk es, permen, bungkus dari daun-daunan,
karton dus minuman sari buah, kaleng hermetis.
b. Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip), contoh : botol
minuman,botol kecap, botol sirup. Penggunaan kemasan secara berulang
berhubungan dengan tingkat kontaminasi, sehingga kebersihannya harus
diperhatikan.
c. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi
disposable), tapi digunakan untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya
botol untuk tempat air minum dirumah, kaleng susu untuk tempat gula, kaleng
biskuit untuk tempat kerupuk, wadah jam untuk merica dan lain-lain. Penggunaan
kemasan untuk kepentingan lain ini berhubungan dengan tingkat toksikasi.
2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan
kemasan) :
a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus
bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe.
b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-
kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng,
kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan sebagainya.
c. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan
primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama
pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam
kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.
3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan :
a. Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya
retak atau patah. Misalnya plastik, kertas dan foil.
b. Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan,
patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel. Misalnya kayu,
gelas dan logam.
c. Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki sifat-sifat
antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (susu, kecap,
saus), dan wadah bahan yang berbentuk pasta.
4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan :
a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara sempurna tidak
dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis wadah
ini tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu. Misalnya kaleng, botol
gelas yang ditutup secara hermetis. Kemasan hermetis dapat juga memberikan bau
dari wadah itu sendiri, misalnya kaleng yang tidak berenamel.
b. Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya
kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang
mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi,
karena cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan aktivitas enzim.
c. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses
pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.
5. Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan) :
a. Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk yang
telah sempurna. Contoh : botol, wadah kaleng dan sebagainya.
b. Wadah siap dirakit / wadah lipatan yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap
perakitan sebelum diisi. Misalnya kaleng dalam bentuk lembaran (flat) dan
silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik. Keuntungan
penggunaan wadah siap dirakit ini adalah penghematan ruang dan kebebasan
dalam menentukan ukuran.
C. Jenis Kemasan
C.1 Kemasan Kaca atau Gelas
Jenis kemasan ini merupakan salah satu kemasan yang paling umum dan banyak
digunakan untuk mengemas produk pangan. Bahan dasar pembuatan kemas kaca adalah
pasir, silika, batu, kapur, dan soda abu (Na2CO3) . Bahan-bahan tersebut dilebur pada suhu ±
15000C kemudian dicetak menjadi bentuk-bentuk yang dikehendaki. Karakteristik kemasan
gelas diantaranya berat, mudah pecah, mahal, dapat dipanaskan, transparan,bentuk tetap
(rigid), dan dapat didaur ulang. Bentuk kemasan kaca diantaranya botol, jar, tumbler, dan
lain-lain.
C.2 Pengemasan dengan Cara Pembotolan
Pembotolan atau yang biasa disebut bottling adalah metode pengemasan bahan
pangan dengan menggunakan botol sebagai kemasannya. Tujuan utama pembotolan adalah
untuk mengawetkan bahan makanan dalam kondisi yang dapat dimakan (edible) dan dengan
demikian dapat mencegah kebusukan. Prinsip pembotolan adalah mengemas bahan makanan
dalam wadah yang tertutup dan hemertis. Pembotolan merupakan salah satu cara pengawetan
bahan pangan, sebab bahan pangan dikemas secara hemertis, yakni kedap terhadap udara, air
dari lingkungan luar, mikrobia kontaminan, dan benda asing), sehingga bahan pangan akan
menjadi tidak mudah mengalami kerusakan (Sacharow, 1970). Wadah yang hemertis
merupakan kemasan yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh udara dan air dari
lingkungan luar,selain itu mampu melindungi bahan terhadap kontaminasi mikrobia dan
benda asing. Dalam pembotolan juga dilakukan penutupan botol, yang berfungsi
mengintensifkan perlindungan bahan makanan dari lingkungan luar. Sehingga harus penutup
bahan dengan bahan yang sesuai, misalnya yang umum digunakan tutup botol dari logam,
selain itu perlu dipilih metode dan alat penutupan yang sesuai pula, sehingga benar-benar
dapat menutup botol secara sempurna. Dari sinilah dapat dikatakan bahwa pembotolan
merupakan salah satu cara pengawetan bahan makanan (Dedi Muchtadi, 1979).
Penggunaan botol gelas sebagai kemasan produk pangan dinilai memiliki keunggulan
dari segi keamanan, kompatibilitas produk, dan penerimaan konsumen. Wadah gelas dapat
menyimpan pangan cair dan padat untuk waktu periode waktu yang lama tanpa efek
perubahan pada kualitas flavor produk, sehingga merupakan bahan yang cocok untuk
mewadahi makanan dan minuman. Dari sisi penerimaan konsumen, riset pemasaran
mengindikasikan bahwa konsumen memberikan penilaian kualitas yang tinggi terhadap
pangan yang dikemas botol gelas. Pada umumnya gelas digunakan untuk mengemas bahan-
bahan seperti jam, jelly, susu serta berbagai prosuk minuman seperti brem, anggur, bir, dan
sebagainya.Metode pengemasan dengan pembotolan ada tiga macam yaitu cold pack method,
hot pack methode dan open kettle method.
1. Cold Pack Method
Pada metode ini makanan atau bahan dalam keadaan segar dimasukkan ke dalam
wadah dari gelas dalam keadaan dingin, kemudian ke dalam wadah dituangkan sirup panas
atau cairan yang sesuai. Wadah ditutup tidak sampai rapat kemudian disterilisasi dengan
pemanasan dalam air mendidih atau dalam Pressure Cooker. Setelah dilakukan
sterilisasi,wadah ditutup rapat. Metode ini cocok untuk saos tomat.
2. Hot Pack Method
Pada metode ini dilakukan pemasakan pendahuluan terhadap bahan yaitu dengan cara
dididihkan atau dipanaskan. Dalam keadaan panas bahan segera dimasukkan ke dalam
wadah steril, wadah tidak ditutup rapat kemudian disterilkan dalam air mendidih. Segera
setelah disterilisasi wadah ditutup rapat. Metode ini dapat mempersingkat waktu
sterilisasi.
3. Open Kettle Method
Bahan dimasak terlebih dahulu, kemudian dalam keadaan panas dimasukkan ke dalam
wadah steril dan segera ditutup rapat. Metode ini tidak lagi digunakan untuk bahan
makanan yang diawetkan dengan pemberian gula atau cuka seperti selai , jelly atau acar.
C.2 Kemasan Logam
Kemasan logam merupakan penghantar panas yang baik sehingga sangat cocok
sebagai wadah untuk proses sterilisasi. Karakteristik kemasan yang terbuat dari logam
diantaranya mempunyai bentuk tetap, ringan, dapat dipanaskan, tidak transparan, non
biodegradable, dan tidak dapat didaur ulang. Bentuk kemasan logam untuk makanan
diantaranya kaleng dan alumunium foil.
C.2.1 Pengemasan dengan Alumunium Foil
Alumunium foil adalah bahan kemas dari logam berupa lembaran alumunium yang
padat dan tipis dengan ketebalan kurang dari 0,15mm. Sifat-sifat dari Alumunium Foil adalah
hermetis, fleksibel, tidak tembus cahaya sehingga dapat digunakan untuk mengemas bahan-
bahan yang berlemak dan bahan-bahan yang peka terhadap cahaya seperti margarin dan
yoghurt. Alumunium Foil banyak digunakan sebagai bahan pelapis atau laminan. Kombinasi
Alumunium Foil dengan bahan kemasan lain dapat menghasilkan jenis kemasan baru yang
disebut dengan retort pouch. Syarat-syarat retort pouch adalah harus mempunyai daya simpan
yang tinggi, teknik penutupan mudah, tidak mudah sobek bila tertusuk dan tahan terhadap
suhu sterilisasi yang tinggi (Julianti, 2007).
Berbagai jenis produk makanan yangdikemas dengan menggunakan bahan pengemas
alumunium foil menunjukkan makanan tersebut cukup baik dan tahan terhadap alumunium
dengan resiko pengkaratan kecil. Teknik pengemasan dengan cara mengkombinasikan
berbagai jenis bahan kemas bentuk (fleksibel) telah menghasilkan suatu bentuk yang disebut
“retort pouch“. Bahan kemasan yang berbentuk “retort pouch” memiliki beberapa
keunggulan diantaranya yaitu: daya simpan tinggi, Teknik penutupan mudah, kuat, tidak
mudah sobek tertusuk, tahan terhadap proses pemanasan sterilisasi, resisten terhadap
penetrasi lemak, minyak atau komponen makanan lainnya, dan tahan terhadap UV.
Menurut Julianti (2007) aluminium dapat digunakan untuk mengemas produk buah-
buahan dan sayuran, produk daging, ikan dan kernag-kerangan, produk susu dan minuman.
Penggunaan kemasan aluminium untuk bahan-bahan ini harus memperhatikan beberapa
kondisi sebagai berikut:
a. Produk Buah-buahan dan Sayuran
Aluminium yang digunakan untuk mengemasan produk buah-buah harus dilapisi
dengan enamel untuk mencegah terjadinya akumulasi gas hidrogen yang dapat menyebabkan
terbentuknya gelembung gas dan karat. Penyimpangan warna pada saus apel yang dikemas
dengan aluminium, dapat dicegah dengan menambahkan asam askorbat.
b. Produk daging
Pengemasan daging dengan wadah aluminium tidak menyebabkan terjadinya
perubahan warna sebagaimana yang terjadi pada logam lain. Produk yang mengandung asam
amino dengan sulfur seperti daging dan ikan dapat bereaksi dengan besi dan membentuk
noda hitam. Penambahan aluminium yang dipatri pada kaleng tin plate dapat mencegah
pembentukan noda karat. Pada produk daging yang berkadar garam tinggi dan mengandung
bumbu yang mudah berkarat, maka penambahan gelatin dapat mengurangi sernagan karat
pada logam.
c. Ikan dan Kerang-kerangan
Pengemasan ikan sarden dalam minyak atau saus tomat dan saus mustard degan
kemasan aluminium yang berlapis enamel, maka pH nya tidak boleh lebih dari 3.0, karena
jika lebih besar enamel tidak dapat melindungi produk. Pengemasan lobster dengan kaleng
aluminium tidak memerlukan kertas perkamen yang biasanya digunakan untuk mencegah
perubahan warna pada kaleng tinplate.
d. Produk-produk susu
Kemasan aluminium untuk produk susu memerlukan lapisan pelindung, terutama pada
susu kental yang tidak manis. Penggunaan aluminium untuk produk-produk susu seperti
margarine dan mentega, berperan untuk memberikan sifat opaq sehingga menjadi sekat bagi
cahaya dan O2.
e. Minuman
Pengemasan minuman dengan wadah aluminium harus diberi pelapis, yaitu
epoksivinil atau epoksi jernih untuk bir dan epoksivinil atau vinil organosol untuk minuman
ringan atau minuman berkarbonasi. Pengemasan teh dengan aluminium yang tidak diberi
lapis dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna dan flavor.
C.3 Kemasan Plastik
Plastik merupakan senyawa polimer tinggi yang dicetak dalam lembaran-lembaran
yang mempunyai ketebalan yang berbeda-beda. Karakteristik kemasan plastik diantaranya -
bentuk fleksibel, transparan, non biodegradable, dan ada yang tahan panas. Bentuk
kemasan plastik untuk makanan seperti karung plastik, keranjang, plastik wrap, dan lain-lain.
Prinsip pengemasan bahan makanan menggunakan plastik adalah mencegah terjadinya
pergerakan gas dan uap air sehingga dapat mencegah terjadinya makanan terkontaminasi
mikroba.
Beberapa nama plastik yang umum digunakan adalah HDPE (High Density
Polyethylene), LDPE ( Low Density Polyethylene), PP (Polypropylene), PVC (Polyvinyl
chloride), PS (Polystryrene), dan PC (Polycarbonate). PE (Polyethylene) dan PP mempunyai
banyak kesamaan dan sering disebut sebagai polyolefin. Untuk mempermudah proses daur
ulang plastik, telah disetujui pemberian kode plastik secara internasional. Kode tersebut
terutama digunakan pada kemasan plastik yang disposable atau sekali pakai.
Tabel karakteristik material plastik
Nama Senyawa
Kode Penggunaan Sifat Bahan Saran Penanganan
PETPolyethylen Terephthalate
Botol minuman, tray biskuit, wadah selai, wadah kosmetik
Tembus pandang, kuat, tahan pelarut, kedap gas dan cairan, melembek pada suhu 800C
Di desain untuk single use , meningkatkan resiko leaching dan pertumbuhan bakteri
HDPEHigh Density Polyethylene
Tas plastik belanja, notol pengemas susu cair dan juice, sampo, sabun cair, wadah eskrim
Keras sampai semi fleksibel, tahan terhadap bahan kimia, permukaan berlilin, buram, dan melembek pada suhu 750C, mudah diwarnai dan dibentuk
Sejauh ini dianggap aman
PVCPolyvinyl Chloride
Pembungkus pangan (food wrap dan meat wrap), botol minyak sayur
Kuat, keras, tembus pandang dan melembek pada suhu 800C
Sebaiknya dihindari dan mengandung racun yang berbahaya
LDPELow Density Polyethylene
Tas kantong belanja, kantong roti dan bahan pangan segar
Lunak, fleksibel, permukaan berlilin, tidak tembus pandang tapi tembus cahaya, melembek pada suhu 700C, mudah tergores
Sejauh ini dianggap aman
PPPolypropylene
Botol obat, kantong chips kentang, cereal,
Keras tapi fleksibel,permukaan berlilin, melembek
Sejauh ini dianggap aman
sedotan, pita perekat kemasan
pada suhu 1400C, tidak tembus pandang tapi tembus sinar, tahan pelarut
PSPolystyrene
Pisau plastik, kemasan foam, karton telur
Tembus pandang, kaku, mudah patah, buram, melembek pada suhu 950C
Sebaiknya dihindari. Dapat melepaskan styrene, senyawa yang diduga karsinogen dan pengganggu hormon
OTHERUntuk jenis plastik PC, Nylon
Botol bayi, botol pendingin air
Mencakup semua resin lain dan material majemuk. Sifat tergantung pada plastik atau kombinasi plastik yang digunakan
Dapat digunakan dengan hati-hati. Yang dikhawatirkan adalah pelepasan Bisphenl A yang diduga dapat memicu kerusakan kromosom
C.4 Kemasan Kertas dan Karton
Kertas digunakan untuk mengemas makanan disebabkan oleh alasan kemudahan
pemakaian . Kertas yang paling kuat dan paling banyak digunakan untuk kemasan adalah
kertas kraft. Jenis kemasan kertas lebih ringan bobotnya, murah, dan mudah dalam
pemakaian. Akan tetapi kertas kraft tidak dapat digunakan untuk mengemas bahan cair secara
langsung. Untuk pengemasan produk yang bersifat cair, kemasan kertas dikombinasikan
dengan bahan kemasan lain misalnya plastik atau alumunium foil. Jenis-jenis kertas yang
digunakan dalam pengemasan makanan diantaranya :
a. Kertas Kraft
Mempunyai sifat sangat kaku, harganya murah, dan berkerut. Pada umumnya
digunakan untuk mengemas bahan-bahan yang berat jenisnya besar yaitu dalam
bentuk kantung, sak, pembungkus,dan lain-lain.
b. Kertas Minyak
Warna kertas ini agak kecoklatan, sedikit tembus pandang, tahan terhadap minyak dan
lemak, tidak tahan air, penutupan kemasan cukup mudah. Biasanya digunakan untuk
mengemas mentega, keju, permen, dan produk-produk kering.
c. Kertas Perkament
Kertas ini mempunyai sifat ketahanan baik terhadap lemak dan cukup kuat dalam
keadaan basah, dan lebih kasar dari kertas minyak dan mempunyai permukaan yang
licin. Digunakan untuk mengemas mentega, keju dalam bentuk bungkusan .
d. Kertas Lapis
Sumber : www.plastics.org dan www.plasticfreebottle.com
Kertas ini aadalah kertas yang permukaannya dilaminasi dengan bahan lain, seperti
plastik, alumunium foil, lilin, dan sebagainya. Kertas ini biasanya dibuat dalam
bentuk kantung atau kotak yang direkatkan dengan panas. Contohnya adalah tetra
pack yang terdiri dari lilin, karton, alumunium foil, dan polietilen.
Salah satu cara pengemasan menggunakan kertas adalah dengan menggunakan tetra
pack. Prinsip pengemasan dengan tetra pack adalah dengan pengemasan aseptik. Prinsip
pengemasan aseptik adalah baik bahan pangan yang dikemas maupun bahan kemasan harus
bebas dari mikroorganisme perusak ketika bahan pangan tersebut dikemas, sehingga produk
pangan yang dikemas merupakan produk yang steril. Hal ini berarti kemasan harus bebas dari
mikroorganisme patogen dan toksin, dan mikroorganisme penyebab kerusakan tidak dapat
berkembang. Cara untuk mensterilkan bahan pangan dan kemasan melalui pemanasan UHT
(Ultra High Temperature). Jika kondisi ini sudah diterapkan, maka bahan pangan akan aman
untuk disimpanpada suhu ruang dalam jangka waktu yang lebih lama. Dalam pengawetan
bahan pangan, pengemasan aseptis banyak digunakan untuk pengawetan minuman atau
makanan berbentuk cair terutama susu.
Metode pemanasan susu yang dilakukan selain pasteurisasi biasa adalah metode
HTST (High Temperature Short Time) dan UHT (Ultra High Temperature). Pada metode
HTST, suhu yang digunakan adalah 71,70C selama 15 detik dengan menggunakan alat
berbentuk lempengan dan untuk mencegah tumbuhnya bakteri yang masih hidup dalam susu
yang sudah dipasteurisasi. Produk susu harus didinginkan dengan cepat sesudah dipanaskan.
Metode UHT menggunakan suhu 1250C selama 15 detik atau 1310C selama 0,5 detik.
Pemanasan dilakukan dibawah tekanan tinggi untuk menghasilkan perputaran dan mencegah
terjadinya pembakaran susu pada lempeng-lempeng alat pemanas. Susu yang dihasilkan
dapat disimpan pada suhu kamar selama beberapa bulan.
BAB III
KESIMPULAN
Pengemasan merupakan salah satu cara mengawetkan bahan pangan atau makanan
dengan menggunakan bahan-bahan pembungkus tertentu sesuai dengan sifat masing-
masing produk.
Kemasan dapat diklasifikasikan menjadi klasifikasi kemasan berdasarkan frekwensi
pemakaian, klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk
dengan kemasan), klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan,
klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan, dan
klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan).
Jenis kemasan yang dapat digunakan untuk pengemasan bahan pangan diantaranya
kemasan gelas atau kaca dengan metode pembotolan; kemasan logam dengan metode
pengemasan menggunakan alumunium foil, kemasan plastik , dan kemasan kertas
dengan metode pengemasan aseptik.
DAFTAR PUSTAKA
Fellows,P.J. 2000. Food Processing Technology. Principles and Practice. 2nd Ed. Woodhead Publishing Ltd., Cambridge, England.
Herudiyanto, Marleen S. 2008. Teknologi Pengemasan Pangan. Bandung : Widya Padjadjaran.
Julianti, E dan Mimi, N. 2007. Tehnologi Pengemasan. http: //www.usu.ac.id/elearning/Teknologi%20Pengemasan/Textbook/thp-407-textbook-teknologi-pengemasan.pdf. Diakses tanggal 30 November 2012.
Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan gizi, ipb.
top related