market focus 15 november 2019 - aia financial · harga minyak dunia yang sempat memanas. aksi...
Post on 18-May-2020
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MARKET FOCUS
INVESTMENT DIVISION PT AIA FINANCIAL DECEMBER 2018 1/1
Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan AS sebanyak +25bps menjadi 2,5%. Ini merupakan kenaikan yang keempat di tahun 2018. Sementara itu, Bank Indonesia (BI), mempertahankan tingkat suku bunga acuan di 6,0%. Kedua keputusan Bank Sentral ini sejalan dengan ekspektasi investor.
Tidak ada kejutan dari keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan AS yang keempat kalinya tahun ini, namun disisi lain terbuka kemungkinan jalur kebijakan moneter yang lebih akomodatif di 2019. Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, mengabaikan peringatan Presiden Donald Trump dan kekhawatiran investor akan ekonomi AS dengan menaikkan suku bunga acuan untuk kali keempat di tahun ini sebanyak +25bps menjadi 2,5%. Keputusan ini bukan merupakan kejutan, karena investor sudah mengantisipasi besaran probabilitas 64% untuk hal ini. Dan, dari hasil pertemuan ini terdapat beberapa sinyal kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari The Fed untuk tahun 2019.
Gubernur The Fed, Jerome Powell, menyoroti ketidakpastian yang meningkat akhir-akhir ini mengenai arah dan besaran kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019. Pertama, The Fed mulai mengisyaratkan mereka mungkin akan mulai merubah arah kebijakan moneter AS. The Fed memangkas perkiraan jumlah kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019, menjadi 2 kali dari sebelumnya 3 kali.
Kedua, perkiraan median The Fed untuk tingkat suku bunga acuan netral AS jangka panjang turun menjadi 2,75% dari 3% dalam perkiraan sebelumnya. Proyeksi median untuk tingkat suku bunga acuan AS di akhir tahun 2021 berada di 3,1%, turun dari 3,4% dalam perkiraan sebelumnya.
Ketiga, The Fed juga menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) AS untuk tahun 2019, dari +2,5% menjadi +2,3%. Sementara untuk tahun 2020 dan 2021 tetap tidak berubah pada level +2% dan +1,8%.
Figur 1: Probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019 yang diproyeksikan pasar, per tanggal 20 Desember 2018
Sumber: Bloomberg, AIA Investment Research
MARKET FOCUSINVESTMENT DIVISIONPT AIA FINANCIAL
1 FEBRUARI 2019
Disclaimer: Dokumen ini hanya digunakan sebagai sumber informasi dan tidak diperbolehkan untuk diterbitkan, diedarkan, dicetak ulang, atau didistribusikan baik sebagian atau pun secara keseluruhan kepada pihak lain mana pun tanpa persetujuan tertulis dari PT AIA FINANCIAL. Isi dari dokumen ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu bentuk penawaran atau permintaan untuk pembayaran, pembelian, atau penjualan dari setiap jenis Efek yang disebutkan di dalam dokumen ini. Meskipun kami telah melakukan segala tindakan yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam dokumen ini adalah tidak keliru ataupun tidak salah pada saat penerbitannya, kami tidak bisa menjamin keakuratan dan kelengkapan informasi dalam dokumen ini. Perubahan terhadap setiap pendapat dan perkiraan yang terdapat dalam dokumen ini dapat dilakukan kapan pun tanpa pemberitahuan tertulis terlebih dahulu. Para nasabah disarankan untuk meminta nasehat terlebih dahulu dari penasehat keuangannya sebelum berkomitmen melakukan investasi pada unit penyertaan kami. Laporan ini disiapkan oleh PT AIA FINANCIAL dan hanya digunakan sebagai informasi saja. Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya, risiko perubahan tingkat suku bunga, risiko likuiditas, risiko kredit, risiko perubahan nilai ekuitas dan risiko perubahan nilai tukar mata uang. Kinerja investasi tidak dijamin, nilai unit dan hasil investasi dapat bertambah atau berkurang. Kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan untuk kinerja masa depan.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan Indonesia (7-Day Reverse Repo Rate) di 6,0% dalam Rapat Dewan Gubernur BI yang terakhir di tahun ini. Tidak berubahnya tingkat suku bunga acuan Indonesia di bulan Desember 2018 ini juga sesuai dengan ekspektasi pasar, setelah kenaikan yang sudah cukup tinggi sebesar +175 bps di tahun 2018 ini. Keputusan ini menandakan bahwa BI memiliki pandangan bahwa kebijakan moneter AS akan lebih akomodatif di tahun 2019 dan tingkat inflasi Indonesia masih cukup rendah dan terkendali.
Meski demikian, melebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia masih menjadi risiko dan tantangan bagi BI maupun Pemerintah Indonesia yang perlu dicermati saat ini. Terlebih setelah defisit neraca perdagangan bulan November 2018 sebesar USD 2,05 miliar yang jauh lebih besar dari perkiraan dan merupakan defisit neraca perdagangan Indonesia yang terbesar sejak bulan Juli 2013.
10000.0
11000.0
12000.0
13000.0
14000.0
15000.0
16000.0
17000.0
18000.0
19000.0
Jan-
18
Feb-
18
Mar
-18
Apr-1
8
May
-18
Jun-
18
Jul-1
8
Aug-
18
Sep-
18
Oct
-18
Nov
-18
Dec-
18
Jan-
19
Feb-
19
Mar
-19
Apr-1
9
May
-19
Jun-
19
Jul-1
9
Aug-
19
Sep-
19
Oct
-19
Nov
-19
Dec-
19
Kinerja Ekspor-Impor Indonesia (USD Juta)
Ekspor Impor
MARKET FOCUS
INVESTMENT MARKETING PT AIA FINANCIAL 16 JANUARY 2020 1/2
16 JANUARY 2020
Badan Pusat Statistik mengumumkan neraca dagang
Indonesia di bulan Desember tercatat defisit -USD28,1
juta, lebih baik dari ekspektasi. Sementara dari luar
negeri, deeskalasi konflik AS-Iran meredam harga minyak
dunia yang sempat memanas.
Badan Pusat Statistik mengumumkan neraca dagang
Indonesia bulan Desember defisit -USD28,2 juta, naik dari
defisit -USD1.392,9 juta di bulan November, dan lebih baik
dari perkiraan ekonom di angka -USD430 juta. Sedangkan
keseluruhan neraca dagang tahun 2019 mencetak defisit
-USD3,2 miliar, jauh berkurang dari defisit 2018 sebesar
-USD8,7 miliar. Tercatat ekspor naik 3,7% MoM atau 1,28%
YoY. Sementara itu impor turun 5,47% MoM atau -5,62% YoY.
Kenaikan ekspor di bulan Desember terutama didorong oleh
ekspor CPO, terlihat dari nilai ekspor golongan lemak dan
minyak hewan/nabati yang tumbuh 25,76% MoM. Meskipun
demikian sepanjang 2019 terdapat penurunan ekspor lemak
dan minyak hewan/nabati sebesar -13,44% akibat rata-rata
harga CPO 2019 yang lebih rendah dari 2018.
Secara keseluruhan di tahun 2019 nilai ekspor Indonesia
tercatat USD167,53 miliar, turun -6,94% dibanding 2018.
Meskipun demikian, secara volume jumlah ekspor Indonesia
sepanjang 2019 naik 7,64%. Rendahnya harga komoditi
terutama harga minyak sawit menjadi penyebab utama
turunnya nilai ekspor Indonesia sepanjang 2019.
Dari sisi impor di tahun 2019 keseluruhan nilai impor tercatat
USD170,72 miliar, turun -9,5% dari 2018. Penurunan nilai
impor sepanjang 2019 terlihat merata, dengan golongan
penggunaan barang konsumsi turun 4,51%, bahan
baku/penolong turun 11,07%, dan barang modal turun 5,13%.
Berdasarkan data historis dan pola musiman, kondisi neraca
dagang di kuartal 1 2020 diperkirakan akan relative lebih
baik yang didorong oleh impor yang lebih rendah serta harga
minyak sawit yang diprediksi masih akan tinggi di kuartal 1.
Sumber: Badan Pusat Statistik
Dari luar negeri, deeskalasi konflik AS-Iran telah meredam
harga minyak dunia yang sempat memanas. Aksi saling
balas AS-Iran sempat menaikkan harga minyak ke USD70/bbl
di 6 Januari (vs USD66 di Desember). Namun konflik tersebut
relatif berjalan singkat tanpa adanya eskalasi lebih jauh dari
kedua pihak, seiring dengan penurunan tensi harga minyak
dunia telah kembali turun ke level USD 62-65. Perkembangan
ini disambut baik oleh pasar karena kenaikan harga minyak
akan berpengaruh negatif ke perekonomian banyak negara
termasuk Indonesia.
Pelemahan harga minyak berpotensi mendorong
pertumbuhan ekonomi Indonesia karena akan menurunkan
harga BBM industri yang akan menurunkan biaya produksi.
Diperkirakan setiap 10% penurunan harga minyak maka
pertumbuhan ekonomi akan bertambah sebesar 0.02%.
Begitu juga sebaliknya kenaikan harga minyak akan
menurunkan pertumbuhan ekonomi Indonesia, oleh karena itu
turunnya harga minyak setelah adanya de-eskalasi konflik AS
– Iran menjadi sentimen positif bagi perekonomian Indonesia.
Selain itu di awal Januari 2020 pemerintah melalui
kementerian ESDM telah menurunkan harga BBM non subsidi.
Sebagai dampaknya, rata-rata harga BBM turun sebesar 12%.
Hal ini menjadi sentimen positif kepada daya beli masyarakat
dalam jangka pendek.
MARKET FOCUS
INVESTMENT DIVISION PT AIA FINANCIAL DECEMBER 2018 1/1
Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, kembali menaikkan tingkat suku bunga acuan AS sebanyak +25bps menjadi 2,5%. Ini merupakan kenaikan yang keempat di tahun 2018. Sementara itu, Bank Indonesia (BI), mempertahankan tingkat suku bunga acuan di 6,0%. Kedua keputusan Bank Sentral ini sejalan dengan ekspektasi investor.
Tidak ada kejutan dari keputusan The Fed untuk menaikkan suku bunga acuan AS yang keempat kalinya tahun ini, namun disisi lain terbuka kemungkinan jalur kebijakan moneter yang
Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed, mengabaikan peringatan Presiden Donald Trump dan kekhawatiran investor akan ekonomi AS dengan menaikkan suku bunga acuan untuk kali keempat di tahun ini sebanyak +25bps menjadi 2,5%. Keputusan ini bukan merupakan kejutan, karena investor sudah mengantisipasi besaran probabilitas 64% untuk hal ini. Dan, dari hasil pertemuan ini terdapat beberapa sinyal kebijakan moneter yang lebih akomodatif dari The Fed
Gubernur The Fed, Jerome Powell, menyoroti ketidakpastian yang meningkat akhir-akhir ini mengenai arah dan besaran kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019. Pertama, The Fed mulai mengisyaratkan mereka mungkin akan mulai merubah arah kebijakan moneter AS. The Fed memangkas perkiraan jumlah kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019, menjadi 2 kali dari sebelumnya 3 kali.
Kedua, perkiraan median The Fed untuk tingkat suku bunga acuan netral AS jangka panjang turun menjadi 2,75% dari 3% dalam perkiraan sebelumnya. Proyeksi median untuk tingkat suku bunga acuan AS di akhir tahun 2021 berada di 3,1%, turun dari 3,4% dalam perkiraan sebelumnya.
Ketiga, The Fed juga menurunkan proyeksi pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) AS untuk tahun 2019, dari +2,5% menjadi +2,3%. Sementara untuk tahun 2020 dan 2021 tetap tidak berubah pada level +2% dan +1,8%.
Figur 1: Probabilitas kenaikan suku bunga acuan AS di tahun 2019 yang diproyeksikan pasar, per tanggal 20 Desember 2018
Sumber: Bloomberg, AIA Investment Research
MARKET FOCUSINVESTMENT DIVISION
Dokumen ini hanya digunakan sebagai sumber informasi dan tidak diperbolehkan untuk diterbitkan, diedarkan, dicetak ulang, atau didistribusikan baik sebagian atau pun secara keseluruhan kepada pihak lain mana pun tanpa persetujuan tertulis dari PT AIA FINANCIAL. Isi dari dokumen ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu bentuk penawaran atau permintaan untuk pembayaran, pembelian, atau penjualan dari setiap jenis Efek yang disebutkan di dalam dokumen ini. Meskipun kami telah melakukan segala tindakan yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam dokumen ini adalah tidak keliru ataupun tidak salah pada saat penerbitannya, kami tidak bisa menjamin keakuratan dan kelengkapan informasi dalam dokumen ini. Perubahan terhadap setiap pendapat dan perkiraan yang terdapat dalam dokumen ini dapat dilakukan kapan pun tanpa pemberitahuan tertulis terlebih dahulu. Para nasabah disarankan untuk meminta nasehat terlebih dahulu dari penasehat keuangannya sebelum berkomitmen melakukan investasi pada unit penyertaan kami. Laporan ini disiapkan oleh PT AIA FINANCIAL dan hanya digunakan sebagai informasi saja. Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya, risiko perubahan tingkat suku bunga, risiko likuiditas, risiko kredit, risiko perubahan nilai ekuitas dan risiko perubahan nilai tukar mata uang. Kinerja investasi tidak dijamin, nilai unit dan hasil investasi dapat bertambah atau berkurang. Kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan untuk kinerja masa depan.
Sementara itu, Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan Indonesia (7-Day Reverse Repo Rate) di 6,0% dalam Rapat Dewan Gubernur BI yang terakhir di tahun ini. Tidak berubahnya tingkat suku bunga acuan Indonesia di bulan Desember 2018 ini juga sesuai dengan ekspektasi pasar, setelah kenaikan yang sudah cukup tinggi sebesar +175 bps di tahun 2018 ini. Keputusan ini menandakan bahwa BI memiliki pandangan bahwa kebijakan moneter AS akan lebih akomodatif di tahun 2019 dan tingkat inflasi Indonesia masih cukup rendah dan terkendali.
Meski demikian, melebarnya defisit neraca perdagangan Indonesia masih menjadi risiko dan tantangan bagi BI maupun Pemerintah Indonesia yang perlu dicermati saat ini. Terlebih setelah defisit neraca perdagangan bulan November 2018 sebesar USD 2,05 miliar yang jauh lebih besar dari perkiraan dan merupakan defisit neraca perdagangan Indonesia yang terbesar sejak bulan Juli 2013.
Pertumbuhan Ekonomi ↑
Inflasi ↑ Kurs Rupiah ↑ ICP ↑
1% 1% +RP100/USD +USD1A. Pendapatan Negara 16,8 - 20,2 12,6 - 17,1 4,9 - 5,6 3,6 - 4,2
a. Penerimaan Perpajakan 16,8 - 20,2 12,6 - 17,1 2,9 - 3,1 1,0 - 1,4b. PNBP - - 2,0 - 2,5 2,6 - 2,8
B. Belanja Negara 5,2 - 7,8 4,9 - 5,8 3,6 - 3,8 3,1 - 3,9a. Belanja Pemeritah Pusat 1,2 - 2,0 1,2 - 1,7 2,2 - 2,3 1,8 - 2,4b.Transfer ke Daerah dan Dana Desa 4,0 - 5,8 3,7 - 4,1 1,5 - 1,5 1,2 - 1,4
C. Surplus/(Defisit) Anggaran 11,5 - 12,4 7,7 - 11,3 1,3 - 1,8 0,3 - 0,5
D. Pembiayaan - - (0,3) - (0,3) -
Kelebihan/(Kekurangan) Pembiayaan 11,5 - 12,4 7,7 - 11,3 1,0 - 1,5 0,3 - 0,5
Uraian
SENSITIVITAS APBN 2020 TERHADAP PERUBAHAN ASUMSI DASAR EKONOMI MAKRO(triliun rupiah)
2020
Disclaimer: Dokumen ini hanya digunakan sebagai sumber informasi dan tidak diperbolehkan untuk diterbitkan, diedarkan, dicetak ulang, atau didistribusikan baik sebagian atau pun secara keseluruhan kepada pihak lain mana pun tanpa persetujuan tertulis dari PT AIA FINANCIAL. Isi dari dokumen ini tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu bentuk penawaran atau permintaan untuk pembayaran, pembelian, atau penjualan dari setiap jenis Efek yang disebutkan di dalam dokumen ini. Meskipun kami telah melakukan segala tindakan yang dibutuhkan untuk memastikan bahwa informasi yang ada dalam dokumen ini adalah tidak keliru ataupun tidak salah pada saat penerbitannya, kami tidak bisa menjamin keakuratan dan kelengkapan informasi dalam dokumen ini. Perubahan terhadap setiap pendapat dan perkiraan yang terdapat dalam dokumen ini dapat dilakukan kapan pun tanpa pemberitahuan tertulis terlebih dahulu. Para nasabah disarankan untuk meminta nasehat terlebih dahulu dari penasehat keuangannya sebelum berkomitmen melakukan investasi pada unit penyertaan kami. Laporan ini disiapkan oleh PT AIA FINANCIAL dan hanya digunakan sebagai informasi saja. Investasi pada produk unit link mengandung risiko, termasuk namun tidak terbatas pada risiko politik, risiko perubahan peraturan pemerintah atau perundang-undangan lainnya, risiko perubahan tingkat suku bunga, risiko likuiditas, risiko kredit, risiko perubahan nilai ekuitas dan risiko perubahan nilai tukar mata uang. Kinerja investasi tidak dijamin, nilai unit dan hasil investasi dapat bertambah atau berkurang. Kinerja masa lalu bukan merupakan jaminan untuk kinerja masa depan.
MARKET FOCUS
INVESTMENT MARKETING PT AIA FINANCIAL 16 JANUARY 2020 2/2
Sumber: Kementerian Keuangan
Dampak Ke Pasar Keuangan.
Deeskalasi AS-Iran dan perbaikan defisit neraca dagang
Indonesia memberikan sentimen positif ke pelaku pasar
untuk kembali focus pada kondisi fundamental dan prospek
kinerja pasar saham tahun 2020. Hingga 16 Januari 2020,
IHSG masih cenderung bergerak datar (-0,21%) dari awal
tahun di level 6.286,05, sementara BINDO telah naik +1.2%
sepanjang tahun 2020 ini. Akan tetapi, kondisi
makro-ekonomi dalam negeri tetap positif dengan
berlanjutnya transmisi suku bunga ke sektor riil,
membaiknya sentimen bisnis paska tahun pemilu, serta
prospek aliran FDI di tahun 2020. Sehingga kami melihat
potensi kesempatan yang baik saat ini bagi investor untuk
membeli pasar saham.
top related