memaksimalkan pembelajaran matematika pada penjumlahan melalui
Post on 27-Jun-2015
430 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
MEMAKSIMALKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA
PADA PENJUMLAHAN MELALUI BENDA KONKRIT
DI KELAS RENDAH
Tugas Akhir ini disusun guna Memenuhi Syarat Kelulusan
Program Diploma II Pendidikan Guru Kelas Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Nama : Nurul Aprilianti
NIM : 1402204034
Kelas : IV B
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2006
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Tugas Akhir yang berjudul “Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada
Penjumlahan Melalui Benda Konkrit di Kelas Rendah” disahkan pada :
Hari : Kamis
Tanggal : 7 September 2006
Dosen Pembimbing Kepala Sekolah
SD Wonosari 02
Drs. Sukardi, M.Pd Sutarni NIP. 131676923 NIP.130379874
Ketua UPP D2 PGKSD
FIP UNNES
Drs. Jaino, M.Pd NIP. 130875761
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulilah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir
ini yang berjudul “Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan
Melalui Benda Konkrit Di Kelas Rendah”
Adapun kegunaan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah syarat
kelulusan Progam Diploma II Pendidikan Guru Kelas Sekolah Dasar Fakultas
Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Pada kesempatan ini penulis tidak lupa menyampaikan ucapan terima
kasih kepada yang terhormat :
1. Drs. Siswanto, MM sebagai Dekan FIP UNNES
2. Drs. Sutaryono, M.Pd sebagai Ketua Progam Studi D II PGKSD Semarang
3. Drs. Jaino, M.Pd sebagai Ketua UPP D II PGKSD Semarang
4. Drs. Sukardi, M.Pd sebagai Pembimbing PPL II
5. Semua pihak yang telah memberikan bantuan baik langsung maupun tidak
langsung dalam penyusunan Tugas Akhir ini
Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari kesempurnaan
sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik dari pembaca dan besar harapan
penulis semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan.
Semarang, September 2006
Penulis
iv
MOTTO
Ing Ngarso sung Tulodo Ing Madyo Mangun Karso Tut Wuri Handayani
Menuntut ilmu adalah wajib bagi laki-laki dan perempuan
Keahlian memerlukan latihan dan pengulangan
Perhiasan manusia bukanlah emas permata melainkan imin dan taqwa
v
PERSEMBAHAN
Penulis persembahkan Tugas Akhir yang bejudul “Memaksimalkan
Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui Benda Konkrit Di Kelas
Rendah” kepada :
1. Ayah dan ibu yang mendukung baik moriil maupun materiil dan selalu
mencurahkan kasih sayangnya kepadaku
2. Kakak dan adikku tersayang
3. Seluruh keluarga besar “PAPA ROSS COST” yang banyak membantu dan
memberi warna pada kehidupanku
4. Teman-teman satu angkatan
5. Seseoarang yang telah membantu terselesaikannya Tugas Akhir ini
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN....................................................................... ii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iii
MOTTO......................................................................................................... iv
PERSEMBAHAN ......................................................................................... v
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Masalah ..................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ....................................................................... 2
D. Manfaat Penulisan ..................................................................... 2
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 4
A. Macam-Macam Teori Belajar ................................................. 4
1. Teori Belajar Jean Piaget .................................................... 4
2. Teori Belajar Jerome S Bruner ............................................ 5
3. Teori Belajar Zoltan P Dienes ............................................. 8
B. Alat Peraga dan Media Pengajaran ........................................... 10
1. Fungsi Alat Peraga ............................................................. 11
2. Penggolongan Alat Peraga ................................................. 11
vii
BAB III PAPARAN HASIL ....................................................................... 13
A. Penjumlahan .............................................................................. 13
B. Berbagai Macam Media ............................................................ 13
C. Cara Penggunaan Media............................................................ 16
BAB IV PENUTUP .................................................................................... 21
A. Simpulan ................................................................................... 21
B. Saran.......................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. ix
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tangga garis bilangan ..................................................................... 14
Gambar 2. Neraca bilangan atau timbangan bilangan ....................................... 14
Gambar 3. Papan Planel ..................................................................................... 15
Gambar 4. Blok model Dienes ........................................................................... 16
Gambar 5. Lidi “3 + 2 = 5” .............................................................................. 17
Gambar 6. Tangga garis bilangan “3 + 2 = 5” .................................................. 18
Gambar 7. Neraca Bilangan yang menunjukkan “3 + 2 = 5” ........................... 18
Gambar 8. Papan planel “3 + 2 = 5” ................................................................. 19
Gambar 9. Balok “3 + 2 = 5” ............................................................................ 20
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan mata pelajaran yang dianggap sebagai mata
pelajaran yang berat untuk dipelajari dari tingkatan Sekolah dasar (SD)
sampai dengan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA). Sampai-sampai
mendengar namanya saja anak didik sudah alergi. Apalagi mereka harus
mengikuti pelajaran matematika di kelas, materi yang diajarkan guru mustahil
dapat diserap baik oleh anak didik.
Kondisi semacam ini sudah berlangsung sejak lama, dan kita tidak dapat
menyalahkan anak didik kita. Anak didik datang ke sekolah untuk menimba
ilmu dari gurunya, tergantung bagaimana cara guru dalam menyampaikan
pelajaran sangat menentukan keberhasilan anak didik dalam belajar.
Tugas sebagai guru sekolah dasar adalah bagaimana memaksimalkan
pembelajaran matematika dengan metode yang tepat, yaitu metode yang
sesuai dengan tingkat pertumbuhan serta perkembangan anak didik sedini
mungkin. Dengan metode yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan serta
perkembangan, diharapkan mata pelajaran matematika menjadi mata
pelajaran yang disukai oleh peserta didik di sekolah.
Pada kelas rendah biasanya anak masih kesulitan dalam membaca dan
memaknai tanda-tanda / simbol-simbol dalam matematika. Menurut asumsi
penulis dalam tahapan ini anak belum mampu mempelajari simbol itu dengan
1
2
baik, maka simbol itu harus dikonkritkan. Untuk menanamkan simbol itu
pada peserta didik, maka penulis mengembangkan konsep dengan
menggunakan benda-benda konkrit unuk menyelidiki hubungan dan model-
model ide abstrak. Biasanya pada tahapan ini anak sudah berfikir logis
sebagai dampak dari kegiatan memanipulasikan benda-benda konkret
(Piaget).
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik dan merasa perlu untuk
memecahkan masalah tersebut. Untuk itu penulis memilih judul
“Memaksimalkan Pembelajaran Matematika Pada Penjumlahan Melalui
Benda konkrit di Kelas Rendah”.
B. Masalah
Atas dasar latar belakang dalam pembelajaran matematika, maka penulis
memunculkan suatu masalah yaitu “Bagaimana memaksimalkan Pembelajaran
Matematika Pada Penjumlahan Melalui Benda Konkrit di Kelas Rendah”.
C. Tujuan Penulisan
Setiap penulisan selalu menginginkan tujuan agar tercapai dengan baik,
tujuan yang ingin dicapai adalah Memaksimalkan Pembelajaran Matematika
Pada Penjumlahan Melalui Benda Konkrit di Kelas Rendah.
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan di atas manfaat yang diharapkan dari penulisan Tugas
Akhir ini sebagai berikut:
3
1. Manfaat Teoritis
Sebagai wahana latihan pengembangan kemampuan dalam bidang penulisan
karya ilmiah dan penerapan teori yang penulis dapatkan di bangku kuliah.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan pertimbangan dan masukan untuk dapat bersikap dan
bertindak dalam kehidupan sehari-hari agar dapat dicontoh masyarakat
sekitar pada umumnya dan guru pada khususnya.
4
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Macam-Macam Teori Pembelajaran Matematika
1. Teori Belajar Jean Piaget
Menurut Jean Peaget ada 4 tahapan perkembangan mental :
a. Tahap Sensiomotor (0-2 tahun)
Pada tahapan ini anak mengembangkan konsep dasar melalui
interaksi dengan dunia fisik. Pada tahap ini dasar-dasar pertumbuhan
mental dan belajar matematika mulai dikembangkan.
b. Tahap Praoperasional (2-7 tahun)
Pada tahap ini anak telah menggunakan simbul, Dia belajar untuk
menggunakan kata atau istilah dengan obyek yang diwakili dan telah
menganal ide tentang “kekekalan” tidak “berubah” walaupun belum
sempurna benar.
c. Tahap Operasi Konkrit (7-12 tahun)
Pada tahapan ini anak mengembangkan konsep dengan
menggunakan benda-benda konkrit untuk menyelidiki hubungan dan
model-model ide abstrak. Pada tahapan ini anak sudah berpikir logis
sebagai akibat dari kegiatan memanipulasikan benda-benda konkrit.
Konsep kekekalan yang merupakan karakteristik. Tahap ini sudah dapat
diterima dengan mantap oleh anak
4
5
d. Tahap Operasi Formal (12 tahun – Dewasa)
Pada tahap ini anak sudah mulai mampu berpikir secara abstrak,
Dia dapat menyusun hipotesa dari hal-hal yang abstrak menjadi dunia riel
dan tidak selalu tergantung pada benda-benda konkrit.
Suatu istilah umum untuk teori belajar “Jean Piaget” adalah
Contructivism, karena keyakinannya bahwa para siswa pasti mengkontruksi
pikiran mereka sendiri dan bukan menjadi penerima informasi yang bersifat
pasif.
2. Teori Belajar Jerome S. Bruner
Bruner lebih menekankan terhadap proses belajar daripada hasil
belajar. Oleh sebab itu, metode belajar merupakan faktor yang menentukan
dalam pembelajaran dibandingkan dengan pemerolehan suatu kemampuan
khusus. Metode yang digunakan adalah metode belajar dengan penemuan.
Dengan ini anak didorong untuk memahami suatu fakta atau hubungan
matematika yang belum dia pahami sebelumnya, dan yang belum diberikan
kepadanya secara langsung oleh orang lain. Menurut Bruner dalam
mempelajari matematika seorang anak perlu secara langsung menggunakan
bahan-bahan manipulatif, bahan manipulatif merupakan benda konkrit yang
dirancang khusus dan dapat diotak-atik oleh siswa dalam berusaha untuk
memahami konsep matematika.
Bruner mengemukakan bahwa dalam proses belajar, siswa melewati 3
(tiga) tahap yaitu :
6
a. Tahap Enactive
Dalam tahap ini siswa secara langsung terlibat dalam hal memanipulasi
obyek atau benda-benda konkrit dalam belajar.
b. Tahap Iconic
Dalam tahap ini kegiatan yang dilakukan siswa berhubungan dengan
mental yang merupakan gambaran dari obyek-obyek yang
dimanipulasinya.
c. Tahap Simbolic
Dalam tahap ini siswa memanipulasi simbul atau lambang-lambang
obyek tertentu
Dari hasil pengamatan Bruner ke sekolah-sekolah diperoleh beberapa
kesimpulan yang melahirkan dalil-dalil, di antaranya adalah :
a. Dalil Penyusunan (Kontruksi)
Dalil ini menyatakan bahwa siswa ingin selalu mempunyai
kemampuan dalam hal menguasai konsep, teorema, definisi dan
semacamnya. Untuk melekatkan ide atau definisi tertentu dalam pikiran,
siswa harus menguasai konsep dengan mencobanya dan melakukannya
sendiri. Dengan demikian konsep yang dilakukan dengan jalan
memperlihatkan representasi konsep tersebut maka siswa akan lebih
memahaminya
Apabila dalam proses penyusunan dan perumusan ide-ide tersebut
disertai dengan benda-benda konkrit maka siswa siswa akan lebih mudah
mengingat ide-ide yang dipelajarinya itu. Dalam tahapan ini siswa akan
7
memperoleh penguatan yang diakibatkan interaksinya dengan benda-
benda konkrit yang dimanipulasinya. Memori seperti ini bukan sebagai
penguatan. Dapat disimpulkan bahwa pada hakekatnya dalam tahap awal
pemahaman konsep diperlukan aktivitas-aktivitas konkrit yang
mengantar siswa pada pengertian konsep.
b. Dalil Notasi
Dalil notasi mengungkapkan bahwa dalam penyajian konsep,
notasi memegang peranan penting. Notasi yang digunakan dalam
menyatakan sebuah konsep tertentu harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan mental siswa.
Notasi yang diberikan tahap demi tahap ini sifatnya berurutan dari
yang paling sederhana sampai yang paling sulit. Penyajian seperti ini
dalam matematika merupakan pendekatan spiral. Dalam pendekatan
spiral setiap ide yang disajikan secara sistematis dengan menggunakan
notasi-notasi yang bertingkat. Pada tahap awal notasi ini sederhana,
diikuti notasi berikutnya yang lebih kompleks. Notasi yang terakhir
mungkin belum dikenal sebelumnya oleh siswa, umumnya merupakan
notasi yang akan banyak digunakan dalam pengembangan konsep
matematika selanjutnya.
c. Dalil Pengkontrasan dan Keanekaragaman
Dalam dalil ini dinyatakan bahwa pengontrasan dan
keanekaragaman sangat penting dalam melakukan pengubahan konsep
matematika dari konsep konkrit ke konsep yang lebih abstrak.
8
Diperlukan contoh-contoh yang banyak, sehingga siswa mengetahui
karakteristik konsep tersebut.
Contoh yang diberikan harus sesuai dengan rumusan atau teorema
yang diberikan. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika kita memberikan
juga contoh-contoh yang tidak memenuhi rumusan, sifat atau teorema
dengan harapan agar siswa tidak mengalami salah pengertian terhadap
konsep yang sedang dipelajarinya. Konsep yang diterangkan dengan
contoh dan bukan contoh adalah salah satu pengontrasan. Melalui cara ini
siswa akan mudah memahami arti dan karakteristik yang diberikan
tersebut. Keanekaragaman juga membantu siswa dalam memahami
konsep yang disajikan.
d. Dalil Pengaitan (Konektivitas)
Dalil ini menyatakan bahwa dalam matematika antara satu konsep
dengan satu konsep lainnya terdapat hubungan yang erat, bukan saja dari
segi isi, namun juga dari segi rumus yang digunakan. Materi yang satu
mungkin merupakan prasyarat bagi yang lain atau suatu konsep tertentu
diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya.
3. Teori Belajar Zoltan P. Dienes
Dienes berpendapat bahwa pada dasarnya matematika dapat diangkat
sebagai studi tentang struktur, memisah-misahkan hubungan di antara
struktur dan mengkategorikan hubungan di antara struktur. Dienes
mengemukakan bahwa tiap-tiap konsep atau prinsip matematika yang
disajikan dalam bentuk yang konkrit akan dapat dipahami dengan baik. Ini
9
mengandung arti bahwa, jika benda atau obyek dalam bentuk permainan
akan sangat berperan bila dimanipulasi dengan baik dalam pengajaran
matematika.
Dienes dalam konsepnya membagi tahap-tahap belajar menjadi 6
(enam) tahap, yaitu :
a. Permainan Bebas (free play)
Tahap belajar yang konsep yang aktivitasnya tidak berstruktur dan
tidak diarahkan. Aktivitas ini memungkinkan siswa mengadakan
percobaan dan mengotak-atik (memanipulasi) benda-benda konkrit dan
abstrak dari unsur-unsur yang dipelajarinya itu.
b. Permainan yang Disertai Aturan (games)
Siswa sudah mulai meneliti pola-pola dan keteraturan yang terdapat
dalam konsep tertentu. Dengan melalui permainan siswa diajak untuk
mulai mengenal dan memikirkan bagaimana struktur matematika.
c. Permainan Kesamaan Sifat (searching for comunities)
Siswa sudah mulai diarahkan dalam kegiatan menemukan sifat-
sifat kesamaan dalam permainan.
d. Representasi (representation)
Tahap pengambilan kesamaan sifat dari beberapa situasi yang
sejenis. Para siswa menentukan representasi dari konsep-konsep tertentu,
dan berhasil menyimpulkan kesamaan sifat dalam situasi yang
dihadapnya. Representasi yang didapat bersifat abstrak.
10
e. Simbolisasi (symbolization)
Tahap belajar konsep yang membutuhkan kemampuan
merumuskan representasi dari setiap konsep-konsep dengan
menggunakan simbol matematika atau melalui perumusan verbal.
f. Formalisasi (formalization )
Tahap ini siswa dituntut untuk menurunkan sifat-sifat, kemudian
merumuskan sifat-sifat baru konsep tersebut.
Di sini dapat disimpulkan bahwa Dienes beranggapan benda-benda
konkrit yang disajikan dalam bentuk permainan dengan memanipulasikan
benda tersebut maka pembelajaran matematika atau penyampaian konsep
akan ditangkap baik oleh siswa.
Alasan yang dikemukakan Diense sehubungan dengan pemakaian
alat peraga dalm pengajaran matematika yang perlu mendapat perhatian, di
antaranya :
a. Peraga hendaknya dengan menggunakan berbagai contoh supaya
penghayatan siswa lebih besar.
b. Selain menggunakan berbagai contoh, peraga juga harus beraneka ragam.
B. Alat Peraga dan Media Pengajaran Matematika
Setiap konsep abstrak dalam matematika yang harus dipahami anak perlu
segera diberikan penguatan supaya mengendap, melekat, dan tahap lama serta
tertanam sehingga menjadi miliknya dalam pola pikir maupun pola
tindakannya. Untuk keperluan inilah maka diperlukan belajar melalui berbuat
dan pengertian tidak hanya sekedar hafalan atau mengingat-ingat fakta saja
11
yang tentunya akan mudah dilupakan dan sulit untuk dimiliki. Karena itulah
maka dalam pengajaran matematika di SD masih diperlukan alat peraga.
1. Fungsi atau manfaat alat peraga dalam pengajaran matematika, yaitu :
a. Anak-anak akan lebih banyak mengikuti pelajaran matematika dengan
gembira, sehingga minatnya dalam mempelajari matematika semakin
besar. Anak akan senang, terangsang, tertarik dan bersikap positif
terhadap pengajaran matematika.
b. Dengan disajikannya konsep abstrak matematika menjadi konkrit, maka
siswa pada tingkatkan yang lebih rendah akan mudah memahami dan
mengerti.
c. Dapat membantu daya tilik ruang
d. Anak akan menyadari adanya hubungan antara pengajaran dengan benda-
benda di sekitarnya atau antara ilmu dengan alam sekitar dan masyarakat.
e. Memberikan pengalaman belajarar yang berbeda dan bervariasi sehingga
merangsang siswa untuk belajar.
f. Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan oleh siswa.
2. Benda-benda riel, gambar atau diagram yang dipakai dalam pengajaran
matematika dibedakan menjadi beberapa kategori sesuai dengan fungsinya :
a. Alat Peraga, Yaitu alat untuk menerangkan atau mewujudkan konsep
matematika. Benda-benda itu misalnya batu-batuan dan kacang-kacangan
untuk menerangkan konsep bilangan; kubus (bendanya) untuk
menjelaskan konsep titik, ruas, garis, daerah bujur sangkar dan wujud
dari kubus itu sendiri; benda-benda bidang beraturan untuk menerangkan
12
konsep pecahan; benda-benda seperti cincin untuk menerangkan konsep
lingkaran dan sebagainya.
b. Alat, yaitu alat menghitung, menggambar, mengukur, dsb, seperti mistar
jangka, busur derajat, abakus, klinometer, kalkulator, komputer dsb.
c. Alat Pengajaran, yaitu alat bantu untuk memperlancar pengajaran
matematika seperti kapur tulis, papan tulis, kertas, proyektor, kalkulator,
komputer dsb.
d. Alat yang tidak berfungsi atau tidak mempunyai arti apa-apa.
Hal ini terjadi jika kita tidak mengaitkan alat dalam pengajaran
matematika. Misalnya sebuah kelereng tidak akan mempunyai arti apa-apa
dalam pengajaran matematika bila tidak dijadikan anggota himpunan.
13
BAB III
PAPARAN HASIL
A. Penjumlahan
Penjumlahan pada dasarnya merupakan satu aturan yang mengaitkan
setiap pasang bilangan yang lainya.jika a dan b adalah bilangan, maka jumlah
dari kedua bilangan tersebut dilambangkan “a + b” yang dibaca “a tambah b”
atau “jumlah a dan b“ jumlah dari a dan b ini diperoleh dengan menentukan
gabungan himpunan yang mempunyai sebanyak anggota-anggota dengan
himpunan yang mempunyai sebanyak anggota, asalkan kedua anggota
himpunan tersebut tidak mempunyai unsur persekutuan.
Penjumlahan dapat diajarkan kepada siswa kalau sudah didahului dengan
pengenalan bilangan, dalam arti anak telah mengenal bilangan sebagai suatu
jumlah tertentu, kemudian akan lebih mudah lagi jika telah didahului
pengelompokkan jumlah tertentu pula. Dianjurkan dalam mengajar
penjumlahan untuk pertama kali dibatasi sampai angka 5 (lima) dulu.
B. Berbagai Macam Media yang Digunakan dalam Penjumlahan.
1. Himpunan dengan Benda Konkrit
Benda konkrit yang digunakan adalah jeruk, apel, lidi, sedotan dan juga
benda yang terdapat pada alam sekitar.
2. Tangga Garis Bilangan
Alat peraga ini dapat kita buat dari kertas manila, kertas karton atau kertas
tebal lainnya yang cukup kuat. Kertasnya memanjang seperti pita dan
13
14
dibagian atasnya digambar garis bilangan denagn tangga-tangganya.
Tangga-tanggaa ini adalah batas ruas garis pada garis bilangan itu. Buatlah
gambar orang yang sedang berjalan dari kertas lain kemudian tempelkan
pada kotak yang diinginkan.
Seperti gambar di bawah ini :
Gambar 1. Tangga garis bilangan
3. Timbangan Bilangan / Neraca Bilangan
Timbangan bilangan atau neraca bilangan dapat digunakan dalam
penjumlahan. Timbangan terdiri dari lengan, jarum penunjuk, pemberat atau
anak timbangan, tiang dan kaki.
Gambar :
Keterangan :
1. Lengan
2. Jarum Penunjuk
3. Pemberat/anak timbangan
4. Tiang
5. Kaki
Gambar 2. Neraca bilangan atau timbangan bilangan
15
4. Papan Planel
Papan ini terdiri dari sebuah papan datar atau tripleks yang agak tebal atau
teakblok dan dibungkus oleh kain planel. Kemudian benda-benda yang akan
ditempelkan dibuat dari bahan yang tipis dan datar dan dari kertas atau
tripleks yang di bagian belakangnya ditempelkan amplas kasar menghadap
keluar. Benda-benda yang memakai amplas ini diharuskan dapat menempel
pada permukaan papan planel.
Gambar 3. Papan Planel
5. Blok Model Dienes
Alat peraga ini dikembangkan oleh Zoltan P. Dienes yang bertujuan
memahami konsep dari bilangan dan nilai tempat. Blok model Dienes ini
dapat kita buat dari balok kayu.Untuk bilangan dasar 10 (sepuluh), blok
model Dienes ini terdiri atas satuan (berupa dadu kecil). Puluhan (berupa
batang), ratusan (berupa balok) dan ribuan (berupa kubus besar).
16
Gambar :
Gambar 4. Blok model Dienes
C. Cara Penggunaan Media Penjumlahan
1. Himpunan Benda Konkrit
Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas “3 + 2” :
a. Mulailah dengan menggunakan benda yang dikenal baik oleh siswa
misalnya, lidi, sedotan dan lain-lain.
b. Setiap anak harus mempunyai benda tersebut, anak disuruh mengambil 3
(tiga) lidi dan guru menunjukkan bahwa itu merupakan himpunan
pertama dan menuliskan lambangnya di papan tulis
c. Anak disuruh mengambil 2 (dua) lidi dan guru menunjukkan bahwa itu
merupakan himpunan ke dua dan menuliskan lambangnya di papan tulis
d. Guru menyuruh anak untuk menggabungkan kedua himpunan tadi lalu
menghitung jumlahnya
17
e. Guru menuliskan tanda dan jumlahnya (3+2 = 5)
+ =
3 2 5
Gambar 5. Lidi “3 + 2 = 5”
f. Lakukanlah beberapa kali agar anak paham tentang konsep penjumlahan
dan gunakan berbagai macam benda agar anak tidak merasa bosan.
Aktivitas di atas dimaksudkan untuk mengajarkan atau menanamkan
konsep penjumlahan sebagai gabungan dari dua himpunan. Penganekaan
aktivitas ini sangat diperlukan untuk memantapkan penanaman konsep
penjumlahan. Perlu ditekankan akan keberadaan benda konkrit dalam
melaksanakan aktivitas ini. Kalau benda yang akan dijadikan sebagai alat
belajarnya adalah mainan, maka guru mengupayakan mainan itu secara
nyata di depan siswa.
2. Tangga Garis Bilangan
Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas “3+2“ :
a. Guru menyuruh siswa A untuk menempelkan gambar orang pada tangga
garis bilangan dimulai dari 0 (nol). Guru menanyakan kepada siswa
“berapa kotak satuan angkanya?” Siswa: “3 (tiga) ”
b. Guru menyuruh siswa B untuk melakukan kegiatan pertama (kegiatan A)
berapa siswa B melangkah ? siswa : “2 (dua)” siapakah yang paling jauh?
Siswa : “ siswa (A) “
c. Kemudian siswa C disuruh melangkah dari 0 (nol) sampai 3 (tiga) lalu
melangkah lagi sampai ke 5 (lima). Apa yang terjadi ? (jawab : 3+2 = 5)
18
Gambar 6. Tangga garis bilangan “3 + 2 = 5”
Di sini dapat dilihat bahwa 3 + 2 = 5. cobalah kepada beberapa anak,
sehingga konsep penjumlahan akan tertanam dalam diri anak. Selain itu
anak tidak merasa bosan karena di dalamnya anak ikut melakukan aktivitas.
3. Timbangan Bilangan atau Neraca Bilangan
Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas belajar “3+2” :
a. Perkenalkan timbangan bilangan pada anak beserta bagian-bagiannya
b. Ambillah satu keping anak timbangan letakkan posisi 3 (tiga) pada
sebelah kiri, kemudian ambil satu keping lagi pada posisi 2 (dua) sebelah
kiri (dengan demikian timbangan tidak setimbang lagi), tangan-tangan
sebelah kiri ke bawah
c. Agar timbangan setimbang lagi maka kita harus menempatkan satu
keping anak timbangan pada posisi 5 (lima) di tangan sebelah kanan. Ini
menunjukkan 3 + 2 = 5
Gambar :
Gambar 7. Neraca Bilangan yang menunjukkan “3 + 2 = 5”
5 43 2
1 1 2 3 45
19
d. Apakah sama menyimpan satu keping timbangan pada posisi lima
dengan lima keping pada posisi satu ? jawab : “sama”
Suruhlah anak yang lain untuk mencobanya, sehingga anak akan
menemukan sendiri konsep penjumlahan. Lakukanlah beberapa kali agar
konsep yang didapat dapat tertanam baik pada pikiran mereka dan tidak
cepat hilang.
4. Papan Planel
Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas belajar “3+2” :
a. Kenalkan papan planel beserta cara penggunaannya
b. Suruhlah anak untuk menempelkan 3 buah gambar bintang pada
himpunan di sebelah kiri
c. Suruhlah anak yang lain untuk menempelkan 2 gambar bintang pada
himpunan sebelah kanan
Gambar :
Gambar 8. Papan planel “3 + 2 = 5”
d. Gabungkan dua himpunan tersebut? Berapa jumlahnya? 3+2 = 5
Bentuklah beberapa kelompok, dan buatlah suatu permainan dan
berilah soal pada tiap kelompok, anggota pada kelompok harus bekerja
sama sehingga semua ikut aktif dalam permainan itu. Guru hanya
membimbing saja, dan berilah penghargaan pada kelompok yang menang.
20
Dengan begitu anak akan menjadi senang dan tidak merasa bosan sehingga
konsep penjumlahan dapat diterima baik oleh siswa.
5. Balok Model Dienes
Langkah-langkah pembelajaran atau aktivitas mengajar “3+2” :
a. sediakan bolok model Diense yang berupa kayu dadu kecil (satuan)
b. anak disuruh mengambil 3 (tiga) balok, kemudian disuruh untuk
mengambil lagi 2 (dua) balok satuan
c. anak disuruh menghitung balok yang sudah diambil, guru sambil
menuliskan lambangnya dipapan tulis.
Gambar :
+ =
3 2 5
Gambar 9. Balok “3 + 2 = 5”
d. jika jumlah balok sudah mencapai 10 (sepuluh) biji ganti balok 10
(sepuluh) satuan dengan 1 (satu) balok puluhan
Lakukan beberapa kali agar anak dapat menemukan konsep
penjumlahan. Berikan permainan dengan membagi kelompok, Siapa yang
terlebih dahulu menyelesaikan tugasnya dan benar, berarti menjadi
pemenang. Dengan permainan anak akan menjadi senang, tidak merasa
bosan dan dapat pula menumbuhkan motivasi siswa untuk ikut pelajaran
matematika berikutnya.
21
BAB IV
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pada uraian pada paparan hasil maka penulis dapat menarik
beberapa kesimpulan :
1. Konsep pembelajaran matematika akan mudah dipahami dan diterima oleh
siswa kelas rendah apabila media yang digunakan berhubungan dengan
benda konkrit, sehingga pembelajaran matematika akan lebih optimal.
2. Pemainan yang dimasukkan pada pembelajaran matematka akan
meningkatkan motivasi siswa.
B. Saran
1. Hendaknya guru dalam pembelajaran matematika di kelas rendah
menggunakan media yang konkrit, agar konsep matematika dapat diterima
dengan mudah dan cepat.
2. Diharapkan sekolah perlu mengembangkan media pembelajaran matematika
untuk memaksimalkan pembelajaran.
22
DAFTAR PUSTAKA
Sutawidjaja, Akbar.1992. Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan Tenaga Pendidikan.
Rusenffendi Dkk.1992. Pendidikan Matematika 3. Jakarta : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan Pendidikan Tinggi.
Karin, Muchtar.A Dkk.1996. Pendidikan Matematika 1. Malang : Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Jenderal Pendidikan TinggiBagian Proyek Pengembangan Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
21
top related