mengenal gejala dan pengobatan pembesaran limpa
Post on 18-Feb-2015
87 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MENGENAL GEJALA DAN PENGOBATAN PEMBESARAN LIMPA
Limpa menghasilkan, memantau, menyimpan dan menghancurkan sel darah.Limpa merupakan organ sebesar kepalan tinju yang lembut dan berongga-rongga, dan berwarna keunguan.Limpa terdapat dibagian atas rongga perut, tepat dibawah lengkung tulang iga di sebelah kiri.
Limpa berfungsi sebagai 2 organ.Bagian yang putih merupakan sistem kekebalan untuk melawan infeksi dan bagian yang merah bertugas membuang bahan-bahan yang tidak diperlukan dari dalam darah (misalnya sel darah merah yang rusak).
Sel darah putih tertentu (limfosit) menghasilkan antibodi pelindung dan memegang peranan penting dalam melawan infeksi.Limfosit dapat dibentuk dan mengalami pematangan di dalam bagian putih limpa.
Bagian merah limpa mengandung sel darah putih lainnya (fagosit) yang mencerna bahan yang tidak diinginkan (misalnya bakteri atau sel yang rusak) dalam pembeluh darah.Bagian merah memantau sel darah merah (menentukan sel yang abnormal atau terlalu tua atau
sel yang mengalami kerusakan) dan menghancurkannya.Karena itu, bagian merah ini kadang disebut sebagai kuburan sel darah merah.
Bagian merah juga berfungsi sebagai cadangan untuk elemen-elemen darah, terutama sel darah putih dan trombosit.Pada banyak binatang, bagian merah ini melepasakan elen darah ke dalam darah sirkulasi pada saat tubuh memerlukannya; tetapi pada manusia pelepasan elemen ini bukan merupakan fungsi limpa yang penting.
Jika limpa diangkat melalui pembedahan (splenektomi), tubuh akan kehilangan beberapa kemampuannya untuk menghasilkan antibodi pelindung dan untuk membuang bakteri yang tidak diinginkan dari tubuh.Sebagai akibatnya, kemampuan tubuh dalam melawan infeksi akan berkurang.Tidak lama kemudian, organ lainnya (terutama hati) akan meningkatkan fungsinya dalam melawan infeksi untuk menggantikan kehilangan tersebut, sehingga peningkatan resiko terjadinya infeksi tidak akan berlangsung lama.
Jika limpa membesar (splenomegali), kemampuannya untuk menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.Splenomegali dapat menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah, sel darah putih dan
trombosit dalam sirkulasi.
Jika limpa yang membesar menangkap sejumlah besar sel darah yang abnormal, sel-sel ini akan menyumbat limpa dan mengganggu fungsinya.Proses ini menyebabkan suatu lingkaran setan, yaitu semakin banyak sel yang terperangkap dalam limpa, maka limpa akan semakin membesar; semakin membesar limpa, maka akan semakin banyak sel yang terperangkap.
Jika limpa terlalu banyak membuang sel darah dari sirkulasi (hipersplenisme), bisa timbul sejumlah masalah, seperti:- anemia (karena jumlah sel darah merah berkurang)- sering mengalami infeksi (karena jumlah sel darah putih berkurang)- kelainan perdarahan (karena trombosit berkurang).Pada akhirnya limpa yang sangat membesar juga menangkan sel darah merah yang normal dan menghancurkannya bersama dengan sel-sel yang abnormal.
PENYEBABPenyebab pembesaran limpa:Infeksi- Hepatitis- Mononukleosis infeksiosa- Psitakosis- Endokarditis bakterialis subakut- Bruselosis
- Kala-azar- Malaria- Sifilis- Tuberkulosis
Anemia- Elliptositosis herediter- Sferositosis herediter- Penyakit sel sabit (terutama pada anak-anak)- Thalassemia
Kanker darah dan penyakit proliferatif- Penyakit Hodgkin dan limfoma lainnya- Leukemia- Mielofibrosis- Polisitemia vera
Penyakit peradangan- Amiloidosis- Sindroma Felty- Sarkoidosis- Lupus eritematosus sistemik
Penyakit hati- Sirosis
Penyakit penimbunan
- Penyakit Gaucher- Penyakit Hand-Sch?ller-Christian- Penyakit Lettere-Siwe- Penyakit Niemann-Pick
Penyebab lain- Kisata dalam limpa- Penekanan terhadap vena dari limpa atau vena yang menuju ke hati- Bekuan darah dalam vena dari limpa atau vena yang menuju ke hati.
GEJALALimpa yang membesar tidak menyebabkan banyak gejala, dan tidak satupun gejala yang menunjukkan penyebab membesarnya limpa.
Limpa yang membesar terletak di dekat lambung dan bisa menekan lambung, sehingga penderita bisa merasakan perutnya penuh meskipun baru makan sedikit makanan kecil atau bahkan belum makan apa-apa.
Penderita juga bisa merasakan nyeri perut atau nyeri punggung di daerah limpa, yang bisa menjalar ke bahu, terutama jika sebagian limpa tidak mendapatkan cukup darah dan mulai mati.
DIAGNOSA Biasanya pada pemeriksaan fisik, seorang dokter
dapat merasakan adanya pembesaran limpa.
Pembesaran limpa juga bisa terlihat pada foto rontgen perut.
Kadang diperlukan CT scan untuk menentukan besarnya limpa dan melihat adanya penekanan terhadap organ di sekitarnya.MRI scan juga memberikan hasil yang sama dengan CT scan dan juga bisa mengikuti aliran darah yang melalui limpa.
Pemeriksaan penyaringan lainnya menggunakan partikel radioaktif yang ringan untuk mengukur besarnya limpa dan fungsinya serta untuk menentukan apakah terdapat penumpukan atau penghancuran sel darah dalam jumlah besar.
Pemeriksaan darah menunjukkan berkurangnya jumlah sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.Pada pemeriksaan dibawah mikroskop, bentuk dan ukuran sel darah bisa memberikan petunjuk mengenai penyebab membesarnya limpa.
Pemeriksaan sumsum tulang dapat menemukan adanya kanker sel darah (misalnya leukemia atau limfoma) atau penumpukan bahan-bahan yang tidak diinginkan.
Pengukuran protein darah bisa membantu menyingkirkan beberapa keadaan, seperti multipel
mieloma, amiloidosis, malaria, kala-azar, bruselosis, tuberkulosis dan sarkoidosis.
Kadar asam urat (produk sisa yang ditemukan dalam darah dan air kemih) dan kadar alkalin fosfatase (suatu enzim yang ditemukan pada beberapa sel darah) dalam leukosit, juga diukur untuk menentukan apakah terdapat leukemia atau limfoma.
Pemeriksaan fungsi hati membantu menentukan adanya kerusakan hati.
PENGOBATANJika memnungkinkan, dilakukan pengobatan terhadap penyakit yang menyebabkan terjadinya pembesaran limpa.
Pengangkatan limpa melalui pembedahan jarang diperlukan dan bisa menyebabkan masalah, seperti kepekaan terhadap infeksi yang serius.Tetapi pada keadaan tertentu resiko ini lebih baik dihadapi, yaitu jika: limpa dengan sangat cepat menghancurkan sel darah merah sehingga terjadi anemia yang berat cadangan sel darah putih dan trombosit sangat berkurang, sehingga mudah mengalami infeksi dan perdarahan limpa sangat membesar sehingga menyebabkan nyeri atau menekan organ lainnya limpa sangat membesar sehingga sebagian dari limpa mengalami perdarahan atau mati.
Sebagai alternatif lain dari pembedahan, kadang dilakukan terapi penyinaran untuk memperkecil limpa.
2.1 Pengertian
Schistosomiasis atau disebut juga demam keong merupakan
penyakit parasitik yang disebabkan oleh infeksi cacing yang
tergolong dalam genus Schistosoma. (Miyazaki, 1991)
Schistosomiasis (bilharziasis) adalah infeksi yang disebabkan
oleh cacing pipih (cacing pita). Ini seringkali menyebabkan
ruam, demam, panas-dingin, dan nyeri otot dan kadangkala
menyebabkan nyeri perut dan diare atau nyeri berkemih dan
pendarahan.
Schistosomiasis mempengaruhi lebih dari 200 juta orang di
daerah tropis dan subtropis di Amerika Selatan, Afrika, dan
Asia. Lima jenis schistosoma yang paling menyebabkan kasus
pada schistosomiasis pada orang:
Schistosoma hematobium menginfeksi saluran kemih
(termasuk kantung kemih)
Schistosoma mansoni, Schistosoma japonicum,
Schistosoma mekongi, dan Schistosoma
intercalatummenginfeksi usus dan hati. Schistosoma
mansoni menyebar luas di Afrika dan satu-satunya
schistosome di daerah barat.
Di Indonesia, schistosomiasis disebabkan oleh Schistosoma
japonicum ditemukan endemik di dua daerah di Sulawesi
Tengah, yaitu di Dataran Tinggi Lindu dan Dataran Tinggi
Napu. Secara keseluruhan penduduk yang berisiko tertular
schistosomiasis (population of risk) sebanyak 15.000 orang.
Penelitian schistosomiasis di Indonesia telah dimulai pada
tahun 1940 yaitu sesudah ditemukannya kasus
schistosomiasis di Tomado, Dataran Tinggi Lindu, Kecamatan
Kulawi, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah pada tahun
1935. Pada tahun 1940 Sandground dan Bonne mendapatkan
53% dari 176 penduduk yang diperiksa tinjanya positif
ditemukan telur cacingSchistosoma.
2.2 Etiologi
Schistosomiasis adalah penyakit yang disebabkan oleh
parasit schistosoma, yaitu sejenis parasit berbentuk cacing
yang menghuni pembuluh darah usus atau kandung empedu
orang yang dijangkiti.
Schistosomiasis diperoleh dari berenang, menyeberangi, atau
mandi di air bersih yang terkontaminasi dengan parasit yang
bebas berenang. Schistosomes berkembang biak di dalam
keong jenis khusus yang menetap di air, dimana mereka
dilepaskan untuk berenang bebas di dalam air. Jika mereka
mengenai kulit seseorang, mereka masuk ke dalam dan
bergerak melalui aliran darah menuju paru-paru, dimana
mereka menjadi dewasa menjadi cacing pita dewasa. Cacing
pita dewasa tersebut masuk melalui aliran darah menuju
tempat terakhir di dalam pembuluh darah kecil di kandung
kemih atau usus, dimana mereka tinggal untuk beberapa
tahun. Cacing pita dewasa tersebut meletakkan telur-telur
dalam jumlah besar pada dinding kandung kemih atau usus.
Telur-telur tersebut menyebabkan jaringan setempat rusak
dan meradang, yang menyebabkan borok, pendarahan, dan
pembentukan jaringan luka parut. Beberapa telur masuk ke
dalam kotoran(tinja)atau kemih. Jika kemih atau kotoran
pada orang yang terinfeksi memasuki air bersih, telur-telur
tersebut menetas, dan parasit memasuki keong untuk mulai
siklusnya kembali.
Schistosoma mansoni dan schistosoma japonicum biasanya
menetap di dalam pembuluh darah kecil pada usus.
Beberapa telur mengalir dari sana melalui aliran darah
menuju ke hati. Akibatnya peradangan hati bisa
menyebabkan luka parut dan meningkatkan tekanan di
dalam pembuluh darah yang membawa darah antara saluran
usus dan hati (pembuluh darah portal). Tekanan darah tinggi
di dalam pembuluh darah portal (hipertensi portal) bisa
menyebabkan pembesaran pada limpa dan pendarahaan dari
pembuluh darah di dalam kerongkongan.
Telur-telur pada schistosoma hematobium biasanya menetap
di dalam kantung kemih, kadangkala menyebabkan borok,
ada darah dalam urin, dan luka parut. Infeksi schistosoma
hematobium kronis meningkatkan resiko kanker kantung
kemih.
Semua jenis schistosomiasis bisa mempengaruhi organ-organ
lain (seperti paru-paru, tulang belakang, dan otak). Telur-
telur yang mencapai paru-paru bisa mengakibatkan
peradangan dan peningkatan tekanan darah di dalam arteri
pada paru-paru (hipertensi pulmonari).
2.3 Masa Inkubasi dan Diagnosis
1.a. Masa Inkubasi
Ketika schistosomes pertama kali memasuki kulit, ruam yang
gatal bisa terjadi (gatal perenang). Sekitar 4 sampai 8
minggu kemudian (ketika cacing pita dewasa mulai
meletakkan telur), demam, panas-dingin, nyeri otot, lelah,
rasa tidak nyaman yang samar (malaise), mual, dan nyeri
perut bisa terjadi. Batang getah bening bisa membesar untuk
sementara waktu, kemudian kembali normal. kelompok
gejala-gejala terakhir ini disebut demam katayama.
Gejala-gejala lain bergantung pada organ-organ yang
terkena:
1.Jika pembuluh darah pada usus terinfeksi secara kronis :
perut tidak nyaman, nyeri, dan pendarahan (terlihat
pada kotoran), yang bisa mengakibatkan anemia.
2.Jika hati terkena dan tekanan pada pembuluh darah
adalah tinggi : pembesaran hati dan limpa atau muntah
darah dalam jumlah banyak.
3.Jika kandung kemih terinfeksi secara kronis : sangat
nyeri, sering berkemih, kemih berdarah, dan
meningkatnya resiko kanker kandung kemih.
4.Jika saluran kemih terinfeksi dengan kronis : peradangan
dan akhirnya luka parut yang bisa menyumbat saluran
kencing.
5.Jika otak atau tulang belakang terinfeksi secara kronis
(jarang terjadi) : Kejang atau kelemahan otot.
6.b. Diagnosis
Wisatawan dan imigran dari daerah-daerah dimana
schistosomiasis adalah sering terjadi harus ditanyakan
apakah mereka telah berenang atau menyeberangi air alam.
Dokter bisa memastikan diagnosa dengan meneliti contoh
kotoran atau urin untuk telur-telur. Biasanya, beberapa
contoh diperlukan, tes darah bisa dilakukan untuk
memastikan apakah seseorang telah terinfeksi dengan
schistosoma mansoni atau spesies lain, tetapi tes tersebut
tidak dapat mengindikasikan seberapa berat infeksi atau
seberapa lama orang tersebut telah memilikinya.
Untrasonografi bisa digunakan untuk mengukur seberapa
berat schistosomiasis pada saluran kemih atau hati.
2.4 Cara Penularan
Schistosomiasis adalah penyakit menular; penularannya
melalui air. Mula-mula schistosomiasis menjangkiti orang
melalui kulit dalam bentuk cercaria yang mempunyai ekor
berbentuk seperti kulit manusia, parasit tersebut mengalami
transformasi yaitu dengan cara membuang ekornya dan
berubah menjadi cacing.
Selanjutnya cacing ini menembus jaringan bawah kulit dan
memasuki pembuluh darah menyerbu jantung dan paru-paru
untuk selanjutnya menuju hati. Di dalam hati orang yang
dijangkiti, cacing-cacing tersebut menjadi dewasa dalam
bentuk jantan dan betina. Pada tingkat ini, tiap cacing betina
memasuki celah tubuh cacing jantan dan tinggal di dalam
hati orang yang dijangkiti untuk selamanya. Pada akhirnya
pasangan-pasangan cacing Schistosoma bersama-sama
pindah ke tempat tujuan terakhir yakni pembuluh darah usus
kecil yang merupakan tempat persembunyian bagi pasangan
cacing Schistosoma sekaligus tempat bertelur.
2.5 Pencegahan dan Penanggulangan
1.a. Pencegahan
Schistosomiasis paling baik dicegah dengan menghindari
berenang, mandi, atau menyeberang di air alam di daerah
yang diketahui mengandung schistosomes.
1.b. Penanggulangan
Pemberantasan schistosomiasis telah dilakukan sejak tahun
1974 dengan berbagai metoda yaitu pengobatan penderita
dengan Niridazole dan pemberantasan siput penular (O.
hupensislindoensis) dengan molusisida dan agroengineering.
Pemberantasan yang dilakukan dengan metodatersebut
dapat menurunkan prevalensi dengansangat signifikan
seperti di Desa Anca dari 74% turun menjadi 25%.
Kegiatan pemberantasan schistosomiasis secara intensif
dimulai pada tahun 1982. Pemberantasan pada awalnya
dititikberatkan pada kegiatan penanganan terhadap
manusianya yaitu pengobatan penduduk secara masal yang
ditunjang dengan kegiatan penyuluhan, pengadaan sarana
kesehatan lingkungan, pemeriksaan tinja penduduk,
pemeriksaan keong penular dan tikus secara berkala dan
rutin. Hasil pemberantasan tersebut mampu menurunkan
prevalensi schistosomiasis.`
Masalah schistosomiasis cukup komplekskarena untuk
melakukan pemberantasan harusmelibatkan banyak faktor,
dengan demikian pengobatan massal tanpa diikuti oleh
pemberantasan hospes perantara tidak akan mungkin
menghilangkan penyakit tersebut untuk waktu yang lama.
Selain itu schistosomiasis di Indonesia merupakan penyakit
zoonosis sehingga sumber penular tidak hanya pada
penderita manusia saja tetapi semua hewan mamalia yang
terinfeksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
penularan schistosomiasis di Desa Dodolo dan Mekarsari.
MALARIA
Apa saja tipe - tipe demam ?
a. Demam septik : Suhu berangsur naik ke tingkat yang tinggi sekali pada malam hari dan turun kembali ke
tingkat di atas normal pada pagi hari. Sering disertia keluhan menggigil dan berkeringat. Bila demam
tinggi lalu turun ke tingkat yang normal dinamakan juga demam hektik.
b. Demam Remiten: Suhu badan turun setiap hari tapi tidak pernah mencapai suhu badan normal.
c. Demam Intermiten: Suhu badan turun ke tingkat normal selama beberapa jam dalam satu hari. Bila
demam seperti ini terjadi setiap dua hari sekali disebut tertiana dan bila terjadi dua hari bebas demam
di antara dua serangan demam disebut kuartana.
d. Demam Kontinyu: Suhu tubuh saat demam tidak memiliki variasi signifikan (tidak sampai satu derajat).
Bila demam yang terus menerus tinggi maka disebut hiperpireksia.
Bagaimana mekanisme menggigil dan demam pada malaria ?
Mekanisme demam dan menggigil
Mengapa pada malaria mengalami nyeri kepala, dan nyeri di sekitar bola
Vasodilatasi pembuluh darah di otak disebabkan oleh invasi parasit, sehingga pasokan darah ke otak
berkurang, tubuh mengkompensasi dengan melakukan vasokontriksi pembuluh darah agar pasokan
darah tercukupi. Lalu parasit yang masih ada akan menginvasi kembali sehingga terjadi kembali
vasodilatasi dan kembali dikompensasi dengan vasokonstriksi. Terjadi berulang – ulang yang akan
menimbulkan sakit kepala.
Apa hubungan kunjungan siti ke papua dengan penyakitnya?
Papua merupakan daerah endemik malaria
Apa saja daerah endemik malaria di Indonesia?
Daerah dengan kasus klinik tinggi di indonesia:
Papua, NTT, Maluku, Sulawesi Tenggara, Kalimantan Barat, Bangka Belitung, Bengkulu dan Riau, serta
timur-timur merupakan daerah endemis malaria dengan plasmodium falcifarum dan plasmodium Vivax.
Apa saja macam - macam tingkat kesadaran?
1. Compos Mentis(conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua
pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak
acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak,
berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen(Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat,
mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh
tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun
(tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Mengapa pada malaria bisa menyebabkan kesadaran menurun (pada kasus ini somnolen)?
Karena eritrosit yang matur membentuk knop sehingga menyebabkan terjadinya sekuestrasi.
Sekuestrasi paling sering terjadi di otak sehingga menyebabkan kesadaran menurun.
Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik?
Tekanan darah normal :
Sistol 120mmHg
Diastol 80mmHg
Nadi :
72 x/menit (60 x/menit – 100 x/menit)
Respirasi/Pernapasan :
14 – 18 x/menit
Suhu normal :
36,5-37,2 C (untuk suhu 37 C denyut nadi 72 x/menit dan untuk setiap kenaikan suhu tubuh 1 C maka
denyut nadi mengalami kenaikan 20 x/menit)
Kadar Hb normal menurut Dacie :
Dewasa laki-laki 12,5 – 18,0 gr%
Dewasa Wanita 11,5 – 16,5 gr %
Bayi < 3 bulan 13,5 – 19,5 gr %
Bayi >3 bulan 9,5 – 13,5 gr%
Umur 1 tahun 10,5 – 13,5 gr%
Umur 3-6 tahun 12,0 – 14,0 gr%
Umur 10 – 12 tahun 11,5 – 14,5 gr%
Hasil pemeriksaan:
1. Tekanan darah 100/70
tidak normal, penyebab : hemolisis eritrosit, sehingga volume darah yang menuju dan keluar jantung
berkurang.
2. Nadi 170x/menit
tidak normal(nadi cepat) penyebab : Jantung berusaha mencukupi kebutuhan darah diseluruh tubuh
akibat hemolisis darah (kontraksi jantung meningkat)
3. Frekuensi nafas 30x/menit
tidak normal (nafas cepat) penyebab : eritrosit yang mengandung Hb(F/Hb mengikat 02), banyak
pecah , sehingga tubbuh kekurangan O2, dikompensasi dengan pernafasan yang cepat.
4. Suhu 40o
tidak normal, suhu meningkat penyebab : mekanisme demam
5. Hb : 8 gr%
tidak normal , penyebab : plasmodium menyerang eritrosit sehingga eritrosit lisis dan gangguan dari
eritropoesis
6. Petekie 7
masih normal
7. Limpa teraba pada scuffner 1
terjadi splenomegali
8. Hepar teraba 1 cm bawah arkus costa dan 1cm bawah processus xyphoideus
terjadi hepatomegali.
Mengapa terjadi konjungtiva anemis pada malaria?
Kurangnya Hb dalam darah yang dikarenakan penurunan eritrosit, sedangkan darah yang ada di perifer
di pasokkan ke organ – organ vital sehingga pasokan darah di perifer berkurang.
Mengapa sklera ikterik pada malaria ?
Mekanisme Ikterik pada Malaria
Mengapa terjadi pembesaran limpa pada malaria?
Limpa merupakan organ RES yg berfungsi memfagositosis kuman pada kasus ini eritrosit terinfeksi oleh
plasmodium sehingga kerja limpa semakin berat karena banyaknya infeksi dari plasmodium.
Mengapa terjadi pembesaran hati pada malaria?
Sebagai kompensasi hemolisis dan memperbanyak jumlah sel (hiperplasi) dan adanya sporozoit yang
masuk kedalam hepar banyak, maka hepar melakukan kompensasi dengan memperbanyak jumlah sel.
Apa penyebab peteki?
Bila terjadi bendungan pembuluh darah vena dan kapiler melebar, trombosit kan membuat sumbatan
platelets agar tidak terjadi rembesan darah melalui elah – celah endotel kapiler. Jika terjadi penurunan
trombosi, sehingga mengakibatkan gangguan pembentukan sumbatan platelets, timbul manifestasi
perdarahan beberapa titik – titik perdarahan di bawah kulit.
Apa saja DD (Diagnosis Banding) pada malaria ?
Demam thypoid
Masa inkubasi 2 minggu gejala bervariasi. Minggu pertama demam pada sore hari dan malam hari(febris
remiten), adanya nyeri kepala, myalgia, anoreksia, mual, muntah,diare, batuk dan epistaksis. Minggu
keduanya demam terus menerus tinggi (febris continu) kemudian turun secara lisis, demam ini tidak
hilang dengan pemberian antipiretk, tidak menggigil dan tidak berkeringat, kadang disertai dengan
epistaksis, bradikardi, lidah yang khas, hepatomegali,splenomegali, meteorismus, dan gangguan
mental.
Leptopspirosis
- Masa inkubasi 2 – 26 hari, biasanya 7-13 hari dan rata-rata 10 hari.
- Mempunya 2 fase yang khas yaitu fase lepthospirenia dan vasoimun.
- Yang sering berupa demam, menggigil, sakit kepala, meningismus, anoreksia, mialgia, konjungtiva
supusian, mual, muntah, nyeri abdomen, disterus, hepatomegali, ruam kulit dan fotofobia.
- Yang jarang berupa delirium, perdarahan, diare, edema, splenomegali.
Diagnosis Banding malaria berat
1. Meningoencefalitis
2. Stroke
3. Tifoid ensefalopati
4. Hepatitis
5. Leptospirosis berat
6. Glomerulonefritis akut atau kronik
7. Sepsis
8. DHF atau DSS
Bagaimana etiologi penyakit yang dialami Siti ?
Malaria di sebabkan oleh protozoa dari genus plasmadium.
Plasmadium ada 4 facies :
1. P. falcifarum ( menyebabkan malaria tropika )
2. P. vivak (menyebabkan malaria tertiana)
3. P. malariae (menyebabkan malaria quartiana)
4. P. ovale (menyebabkan malaria ovale)
Daur Hidup Plasmodium
Daur hidup Malaria di tubuh manusia dan nyamuk
Bagaimana Manifestasi Klinis Malaria berdasarkan penyebabnya?
Ciri M. falcifarum M.Tertiana M.Kuartana M.Ovale
Inkubasi 9-14 hari 12-17 hari 18-40 hari 16-18 hari
Panas 24,36,48jam 48jam 72jam 48jam
Relaps - vv vv v
Recrudensi vv - - v
Manifestasi klinis
Menggigil
Splenomegali
Anemia
Jarang menggigil
Splenomegali
Anemia akronik
Menggigil
Jarang splenomegali
Jarang anemia
Jarang menggigil
Jarang splenomegali
Anemia kronik
Hemolisis
Syok
Gejala serebral
Edema paru
Hipoglikemi
Kelainan retina
Demam berlangsung cepat
Demam lama sampai 5 minggu
Jarang terjadi syok
Jarang terjadi syok
Jarang terjadi syok
Bagaimana tatalaksana dan pegobatan malaria
Pengobatan yang diberikan adalah pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium
parasit yang ada di dalam tubuh manusia. Adapun tujuan pengobatan radikal untuk mendapat
kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan.
Semua obat anti malaria tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong karena bersifat iritasi
lambung, oleh sebab itu penderita harus makan terlebih dahulu setiap akan minum obat anti malaria.
Pada Malaria Falciparum:
1. Lini Pertama:
Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
2. Lini Kedua:
Kina + Doksisilin / tetrasiklin + Primakuin
3. Malaria Mix:
Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
Pada Malaria Vivaks, Ovale, Malariae
1. Lini Pertama:
Klorokuin + Primakuin
2. Lini Kedua:
Kina + Primakuin
3. Malaria Vivaks relaps
Klorokuin + Primakuin
Cara Kerja / Sifat Obat
Klorokuin :
- Sizontosid darah
- anti gametosid, P.vivax dan P.malarie
SP :
- Sizontosid darah
- Sporontosidal
Kina :
- Sizontosid darah
- Anti gametosid, P.vivax dan P.malarie
Primaquin :
- Anti gametosid
- Anti hipnosoit,
Artesunat :
- Sizontosid darah,
Amodiakuin :
- Struktur dan aktivitas sama dgn klorokuin
Tetracyclin :
- Sizontosid darah
Bagaimana pencegahan malaria ?
Menghindari gigitan nyamuk, Tidur memakai kelambu, menggunakan obat nyamuk, memakai obat oles
anti nyamuk, pasang kawat kasa pada ventilasi, menjauhkan kandang ternak dari rumah, kurangi berada
di luar rumah pada malam hari.
Pengobatan pencegahan :
2 hari sebelum berangkat ke daerah endemi malaria, minum obat doksisilin 1 x 1 kapsul/ hari sampai 2
minggu setelah keluar dari lokasi endemis malaria.
Membersihkan lingkungan, Menimbun genangan air, membersihkan lumut, gotong royong
membersihkan lingkungan sekitar, mencegahnya dengan kentongan.
Menebar kan pemakan jentik, Menekan kepadatan nyamuk dengan menebarkan ikan pemakan jentik.
Seperti ikan kepala timah, nila merah, gupi, mujair dll.
Baca : Pedoman Pengobatan Malaria WHO
top related