ned fix.docx
Post on 27-Dec-2015
53 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
NEW EMERGING DISEASE
New Emerging Disease adalah penyakit yang baru muncul di populasi dan perluasan
host (misal dari hewan ke manusia) secara cepat yang berhubungan dengan peningkatan
penyakit yang dapat terdeteksi. Reemerging Disease adalah penyakit yang dulu ada dan
kemudian hilang, dan sekarang kembali muncul.
Penyakit-penyakit New Emerging Disease dan Reemerging Disease yang terjadi di
dunia adalah :
HIV AIDS : Penyakit ini telah menjadi pandemik selama lebih dari 20 tahun dan
benar-benar menjadi Emerging Disease.
Malaria : Merupakan salah satu penyakit yang sebagian besar orang di negara
maju tidak memikirkannya. Tetapi sekarang lebih dari 1 juta orang dengan Malaria
meninggal setiap tahunnya.
Tuberkulosis : Merupakan pembunuh mayor yang menyebabkan kematian sekitar 2
juta orang tiap tahunnya.
Influenza : Merupakan penyakit musiman / interpandemik. Pandemik terjadi
karena paparan terhadap mikroba di saat tidak terdapat imunitas dasar di populasi.
Beberapa Strain yang dahulu sudah hilang, banyak yang mulai Reemerging
SARS : Beberapa tahun yang lalu terdapat New Emerging Microbe yang
menyebabkan sindrom pernapasan akut yang parah (Severe Acute Respiratory
Syndrome - SARS).
Untuk mencegah kemunculan kembali suatu penyakit tertentu diperlukan perencanaan
tindakan Preventif dan Promotif.
Penyebab :
Penyakit yang tergolong baru atau disebabkan oleh peradaban modern. Penyakit
tersebut sebagai New Emerging Disease.
Kategori pertama dalam New Emerging Disease adalah SARS, H5N1 dan H1N1 yang
menjadi pandemi global. Hal ini terjadi disebabkan oleh peningkatan protektif dan
pengelolaan kawasan rawan terkena penyakit menular contohnya jalur-jalur masuk penduduk
asing baik melalui udara, laut atau darat, maka haruslah diadakan langkah penanggulangan
pandemi global mengingat bangsa Indonesia masih sangat kurang dalam hal manajemen
kawasan yang di indikasi masuknya virus dari luar terutama proteksi terhadap penduduk
sendiri. Migrasi penduduk merupakan faktor terbesar tersebarnya pandemi, maka masyarkaat
berusaha diberikan kesadaran akan penyakit-penyakit yang mengglobal dan berusaha untuk
memproteksi diri. Sistem informasi yang cepat dapat mendukung kesadaran masyarakat
untuk lebih proaktif menjaga kesehatannya. Penyebab lainnya adalah :
Product and Lifestyle; Tantangan global seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi maka perubahan pola penyakit dari akut ke kronik atau dari menular ke tidak
menular semakin dirasakan terutama untuk negara berkembang bukan saja di negara maju
justru semakin dirasakan. Dari tahun ke tahun jumlah kasus kanker paru-paru, serviks,
payudara, diabetes mellitus, hipertensi, dll semakin meningkat. Masyarakat yang cenderung
serba instan dengan produk yang ada maka akan merubah pola perilaku masyarakat itu
sendiri. Peran pemerintah dalam mengawasi dan memberikan proteksi terhadap produk-
produk yang membahayakan baik dari makanan maupun alat kosmetik.
Prosperity; migrasi penduduk sangat mempengaruhi proses pembangunan dan
pemerataan, seakan-akan ditekankan pembangunan hanya terjadi di wilayah perkotaan,
semakin banyaknya masyarakat yang berminat melakukan urbanisasi maka semakin
memperlambat proses pembangunan dan pemerataan.
Environmental Issue and Degradation; Hal ini berkaitan erat dengan pemanasan
global sampai sanitasi lingkungan dan kesediaan air bersih merupakan isu terpenting pada
masa ini. Perubahan iklim dan tidak menentunya arah angin maupun cuaca tidak lain efek
dari perubahan lingkungan itu sendiri. Struktur lingkungan semakin mengalami degradasi.
Healthy Child; angka kematian anak terus ditekan, kasus gizi buruk semakin
dikurangi, kemudian peningkatan nutrisi anak bangsa sedang diupayakan pemerintah,
keterbelakangan mental terutama anak-anak terlantar, anak jalanan, kekerasan orang tua,
pendidikan anak yang terabaikan, dll. Anak-anak adalah generasi harapan bangsa maka peran
semua pihak dalam mendorong peningkatan kecerdasan bangsa.
New information and communication technologies will help gov, make more effective
decision for health; Peran pemerintah dalam meng-update isu-isu terbaru mempermudah
masyarakat dalam menerima informasi yang tepat dan cepat sehingga masyarakat lebih
mudah memperhatikan masalah kesehatannya, system informasi kesehatan harus ditingkatkan
yang ditunjang dengan teknologi komunikasi dalam mempercepat akses pemerataan
pembangunan terutama di bidang kesehatan.
Habitats, Urbanization and Rural Deprvation; tekanan-tekanan yang dihadapi
masyarakat miskin dengan berbagai masalah yang dihadapi membuatnya melakukan
perpindahan untuk mencari kehidupan baru. Semakin banyaknya masyarakat yang melakukan
urbanisasi memberikan dampak tersendiri bagi kemajuan suatu daerah. Populasi penduduk
semakin bertambah yang harus dihimpit oleh kesulitan ekonomi memiliki pengaruh terhadap
struktur masyarakat maka tidak heran muncul berbagai tindakan kriminal, dsb.
Families Structure; kekerasan dalam rumah tangga, kasus perceraian semakin
meningkat di pengadilan tinggi dan agama, perpecahan hubungan keluarga dan keretakan
hubungan anak dengan orang tua memberikan dampak tersendiri terhadap perilaku
masyarakat yang pada akhirnya berdampak pada kehidupan bangsa dan bernegara.
Masyarakat semakin materialistik yang mengutamakan materi bahkan menjadikan materi
sebagai tuhan, maka diharapkan peran-peran pemerintah yang dibangun diatas nilai-nilai
agama supaya tidak mengalami keparahan.
Work; Kwik Kian Gie, mantan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan
Nasional/Ketua Bappenas pernah mengemukakan bahwa tantangan utama yang dihadapi oleh
pemerintah adalah terus membesarnya jumlah pengangguran. Data tahun 2002 menunjukkan
jumlah pengangguran terbuka mencapai 9,13 juta orang atau 9,06 persen dari keseluruhan
angkatan kerja. Jumlah ini dua kali lipat tahun 1996, atau setahun sebelum krisis moneter
melanda Indonesia. Data itu, menurut Kwik, belum termasuk setengah penganggur yakni
orang yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu yang jumlahnya mencapai 28,9 juta orang
pada tahun 2002. Kemudian pada tahun angka pengangguran semakin meningkat yaitu
sebanyak 32,7 juta dan terakhir pada akhir tahun 2008 tercatat sebanyak 40 juta penduduk
yang menganggur.
Ageing; Lost Generation merupakan salah satu tantangan terbesar untuk bangsa
Indonesia, dekadensi moral dan kurangnya perhatian keluarga masyarakat dan pemerintah
dalam memberikan kontribusi dalam pembentukan akhlak dan moral anak, keterbelakangan
mental dan kondisi lingkungan yang keras dengan kehidupan, untuk penduduk Sulawesi
Selatan dikhawatirkan terjadinya hal deikian terutama kalangan mahasiswa yang sering
tawuran dan aksi anarkis.
Violence; Kekerasan, tindakan kriminal, kasus demi kasus terjadi mulai dari kepala
negara sampai kepala desa, struktur masyarakat semakin bebas, kekerasan dalam rumah
tangga, kasus aborsi semakin tahun meningkat hamper mencapai 4 juta wanita Indonesia
pernah mengalami aborsi. Pemerkosaan terhadi dimana-mana, kebebasan kaum remaja, dll.
Food Consumption; Pada suatu kelompok masyarakat, anak balita merupakan
kelompok yang paling rawan terjadinya kekurangan gizi. Kekurangan gizi dapat terjadi dari
tingkat ringan sampai tingkat berat dan terjadi secara perlahan-lahan dalam waktu cukup
lama. Keadaan gizi atau status gizi masyarakat menggambarkan tingkat kesehatan yang
diakibatkan oleh keseimbangan antara kebutuhan dan asupan zat-zat gizi yang dikonsumsi
seseorang. Anak yang kurang gizi akan menurun daya tahun tubuhnya sehingga mudah
terkena penyakit infeksi, sebaliknya anak yang menderita penyakit infeksi akan mengalami
gangguan nafsu makan dan penyerapan zat-zat gizi sehingga menyebabkan kurang gizi. Anak
yang sering terkena infeksi dan gizi kurang akan mengalami gangguan tumbuh kembang
yang akan mempengaruhi tingkat kesehatan, kecerdasan dan produktifitas di masa dewasa.
Berdasarkan perkembangan masalah gizi, pada tahun 2005 diperkirakan sekitar 5 juta
anak menderita gizi kurang (berat badan menurut umur), 1,5 juta diantaranya menderita gizi
buruk. Dari anak yang menderita gizi buruk tersebut ada 150.000 menderita gizi buruk
tingkat berat yang disebut marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor, yang
memerlukan perawatan kesehatan yang intensif di Puskesmas dan RUmah Sakit. Masalah
gizi kurang dan gizi buruk terjadi hampir di semua kabupaten dan kota. Pada saat ini masih
terdapat 110 kabupaten/kota dari 440 kabupaten/kota di Indonesia yang mempunyai
prevalensi diatas 30 persen (berat badan menurut umur). Menurut WHO, keadaan ini masih
tergolong sangat tinggi.
Bio-Terorism; bio-terorism merupakan kejahatan kemanusiaan yang melanggar nilai-
nilai humanity. Di Indonesia banyak kasus bom bunuh diri misalnya di Hotel JW Marriot.
Terakhir kejahatan yang dilakukan tentara Israel sangat tragis dengan penggunaan racun pada
aktifis yang berada pada kapal Mavi Marmara di perairan internasional Laut Merah.
International Traveling/Migration/Mobility; perpindahan penduduk yang sangat cepat
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi modern jaman sekarang
sangat memungkinkan manusia untuk lebih mudah mengadakan perjalanan keliling negara,
akses komunikasi yang serba cepat dan sisitem informasi yang mutakhir, perpindahan
penduduk merupakan tantangan global terutama kaitannya dengan dampak kesehatan.
Weak Surveillance System; tidak bisa dipungkiri untuk negara berkembang terutama
di Indonesia sendiri system pencatatan dan pelaporannya pun masih minim dan jauh dari
nilai-nilai efektifitas misalnya dalam hal surveillans epidemiologi pun masih sangat lemah
dan banyak kekeliruan ditambah lagi masih ada sebagian besar yang menggunakan system
manual.
Pengendalian
Manajemen pengendalian penyakit lingkungan berbasis wilayah merupakan upaya
tatalaksana pengendalian penyakit dengan cara mengendalikan berbagai faktor risiko
penyakit yang dilaksanakan secara simultan, paripurna, terencana, dan terintegrasi dengan
tatalaksana kasus penyakit berkenaan yang dilaksanakan pada satu wilayah tertentu.
Manajemen penyakit menular dalam sebuah wilayah harus dilakukan secara terencana dan
terpadu dengan berbagai faktor risiko. Dengan demikian, manajemen penyakit menular
berbasis lingkungan adalah suatu proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi program
pemberantasan penyakit menular yang didasarkan pada fakta, dengan melakukan intervensi
pada sumber penyakit, serta faktor risiko yang berkenaan dengan proses timbulnya penyakit
yang dilakukan secara simultan dan komprehensif dalam satu wilayah.
Ciri lain dari manajemen penyakit menular dan penyehatan lingkungan adalah
penggalangan kemitraan dengan mitra yang memiliki perhatian sama. Kejadian penyakit
menular disuatu wilayah berakar pada budaya, ekosistem dan kondisi sosial kependudukan.
Oleh karena itu, dalam rangka membantu Bupati maupun Walikota, Dinas Kesehatan
Kabupaten Kota harus memiliki perspektif luas, termasuk pengendalian faktor yang berperan
dalam kejadian timbulnya penyakit, dengan siapa harus bekerja sama, sumber daya apa yang
diperlukan serta bagaimana mendapatkannya. Dalam satu wilayah, kejadian penyakit menular
merupakan “out come” dari hubungan interaktif antara kelompok faktor risiko penyakit yaitu,
variabel lingkungan dan variabel sosiodemografi kependudukan seperti umur, jender,
genetika dan perilaku. Status kesehatan, sebagai akibat dari hubungan kedua faktor risiko
tersebut, juga dipengaruhi oleh kualitas dan aksesibilitas pelayanan kesehatan. Manajemen
pemberantasan penyakit di samping harus mampu mengendalikan sumber penyakit dengan
cara melakukan diagnosis dan mengobati dengan cepat dan tuntas, juga harus mengendalikan
faktor risiko, baik yang berasal dari faktor lingkungan maupun kependudukan, secara
terintegrasi, serta menggalang sumber daya untuk melaksanakan pelayanan kesehatan bagi
penduduknya.
Pembahasan
Faktor yang Berperan
Berbagai faktor dapat berperan dalam timbulnya penyakit lingkungan berbasis
wilayah seperti water borne diseases, air borne diseases, vector borne diseases, food borne
diseases, antara lain dukungan ekosistem sebagai habitat dari pelbagai vektor, peningkatan
iklim global (global warming) yang meningkatkan akselerasi perkembangbiakan nyamuk,
peningkatan kepadatan populasi penduduk yang dijadikan hamparan kultur biakan bagi
berbagai macam penyakit serta dijadikan persemaian subur bagi virus sekaligus sarana
eksperimen rekayasa genetika.
Mobilisasi penduduk yang memungkinkan ’ekspor-import’ penyakit yang tidak lagi
mengenal batas administrasi wilayah, Kemampuan mikroba pathogen untuk mengubah sifat
dirinya dari waktu ke waktu, misalnya mutasi yang menimbulkan perubahan sifat, resistensi
terhadap obat obatan dan lain sebagainya, kurangnya kesadaran masyarakat dalam
membiasakan perilaku hidup bersih dan sehat atau perubahan perilaku yang mendukung
aksesbilitas agent menginfeksi host serta pencemaran lingkungan yang cukup intens sebagai
konsekuensi oleh eksplorasi, manipulasi, dan eksploitasi terhadap lingkungan biologis,
kimiawi, fisis dan sosial. Berbagai kegiatan pembangunan manusia yang dikerjakan secara
sendiri-sendiri berkelompok maupun yang diprogramkan karena kepentingan negara, bahkan
dunia sekalipun akan menimbulkan dampak, faktor-faktor ini bisa menyebabkan kerentanan
terhadap kemampuan tubuh dalam menangkal penyakit sehingga melahirkan pelbagai
penyakit menular berbasis lingkungan yang melengkapi koleksi penyakit di tanah air.
Pada kejadian suatu penyakit, berbagai variabel lingkungan dan kependudukan
termasuk didalamnya perilaku hidup sehat adalah dua faktor risiko utama penyakit.
Penyehatan lingkungan dan pemberdayaan masyarakat merupakan upaya utama pengendalian
berbagai faktor risiko penyakit dalam satu wilayah. Manajemen penyakit lingkungan berbasis
wilayah, dapat dilakukan melalui manajemen kasus (case management) dan manajemen
kesehatan masyarakat (public health management).
1. Manajemen Kasus (case management)
Merupakan bagian penting dari manajemen penyakit infeksi baru maupun penyakit
infeksi lama yang muncul kembali, penerapan teknik dan kemampuan diagnosis,
pemeriksaan laboratorium, pengobatan, perawatan dan rehabilitasi serta pencegahan agar
tidak menular kepada orang lain. Manajemen kasus yang berhasil, merupakan upaya
pencegahan yang efektif agar penyakit tidak menyebar, dan tidak menjadi sumber
penularan. Survailans kasus, yang dilakukan dengan baik, sampai menimbulkan ”aksi’,
merupakan salah satu item penting yang perlu dilakukan. Surveilans terpadu adalah
kegiatan pengumpulan data, baik faktor risiko maupun kejadian penyakit yang dilakukan
secara simultan, sistematik, periodik, berkesinambungan dan terencana, yang diikuti oleh
analisis data untuk mendapatkan informasi yang digunakan dalam pengambilan
keputusan (manajemen). Menurut The Centers for Disease Control (CDC), surveilans
kesehatan masyarakat adalah: “the on going sistematic collection, analysis and
interpretation of health data essential to the planning, implementation, and evaluation of
public health practice, closely integrated with the timely disseminationof these data to
those who need to know. The final link of the surveillance chain is the application of
these data to prevention and control”. Salah satu pengunaan perangkat lunak yang dapat
mendukung upaya survailans kasus adalah ArcView GIS untuk menggambarkan pola
incidence, pravalence penyakit, yang dapat dioverlay berdasarkan model faktor prediksi
penemuan kasus baru. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) di bidang
kesehatan bukan hanya pemanfaatan teknologi komputer (otomasi) di bidang SIG
semata, namun harus lebih diarahkan kepada pembentukan informasi yang berkaitan
dengan wilayah, pengembangan indikator, pengembangan teknologi manipulasi data dan
analisis secara spasial. Pemanfaatan teknologi komputer akan sangat berperan dalam
mempercepat proses analisa data geografik dengan volume lebih besar.
2. Manajemen Kesehatan Masyarakat (Public Health Management)
Manajemen penyakit berbasis lingkungan tidak bisa dilaksanakan secara sendiri.
Oleh sebab itu, kemitraan dan Networking adalah salah satu kunci utama. Global
Networking dilakukan antarnegara, misalnya ASEAN, ASEAN + 3 negara (Japan,
China, Korea), networking Indonesia melalui NAMRU 2 dengan CDC Atlanta.
Walaupun, terlepas dari “kinerja NAMRU 2, akhir ini mendapat sorotan hangat publik”,
networking antara Indonesia dan Singapore begitu juga Malaysia ada kerja sama bilateral
untuk menangani SARS. Komitmen international dalam Roll Back Malaria yang
operasionalisasinya di Indonesia disepakati dengan Gebrak Malaria. FAO dan OIE
bekerjasama dengan WHO telah memprakarsai dokumen (Global Strategy for the
Progressive Control of Highly Pathogenic Avian Infuenza) sebagai visi global bagi
rencana aksi terkoordinasi menghadapi penyakit yang transboundary. Kejadian Pandemi
Influenza (Spanish Flu H1N1, 1918), (Asian Flu, H2N2, 1957), (Hongkong Flu, H3N2,
1968), (Avian Influenza, H5N1, 2004). Pada Tahun 2002, disepakati “Global Agenda on
Influenza Surveillance and Control”, Mei 2003, Resoluasi WHA di Genewa serta 17 – 20
Mei 2004, Training and Workshop Influenza Surveillance di Tokyo dengan kesepakatan
workshop bahwa surveilans influenza dilaksanakan terintegrasi dengan sistem surveilans
nasional. Surveilans meliputi: virologi, SKD-KLB/EWORS, outbreak preparedness,
vaccine policy. (1) Sejak tahun 1997, diperkenalkan pendekatan Integrated Management
Childhood Illness (IMCI) atau Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) yang sekaligus
merupakan model tatalaksana kasus untuk berbagai penyakit anak, yaitu: ISPA, diare,
malaria, campak, gizi kurang dan kecacingan. Dalam pola baru ini disamping digunakan
cara klasifikasi gejala penyakit yang praktis dan sederhana dengan teknologi tepat guna,
juga dipisahkan antara tatalaksana penyakit Pneumonia dan tatalaksana penderita
penyakit infeksi akut telinga dan tenggorok.
Kesimpulan dan Saran
Masalah penyakit lingkungan berbasis wilayah
Meliputi penyakit New Emerging Infectious Disease (NEID) dan Re Emerging
Infectious Disease (REID) merupakan ancaman kesehatan masyarakat yang harus
diantisipasi, karena berpotensi terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB), menyebar dalam
tempo singkat dan menimbulkan dampak luar biasa terhadap kehidupan masyarakat serta
merupakan salah satu ancaman serius di masa mendatang. Untuk itu dibutuhkan kolaborasi
lintas sektor, lintas program maupun lintas negara dalam manajemen penanggulangannya,
termasuk keterlibatan aktif lembaga pendidikan kesehatan.
WEST NILE VIRUS (WNV)
Sejarah dan Penyebaran
West Nile Virus (WNV) termasuk golongan arbovirus yang pertama kali ditemukan
pada tahun 1937 di daerah West Nile di negara Uganda yang terjadi pada seorang wanita
dewasa yang terkena demam tinggi. Namun kasus ini tidak dihubugkan dengan ensefalitis.
Pada tahun 1951 virus pertama kali dipelajari, dan virus ini didapatkan sudah tersebar ke
seluruh Afrika dan Timur Tengah. Demam West Nile disebabkan oeh WNV. Virus ini mulai
terkenal sebagai penyebab meningoensefalitis berat pada orang tua di Israel tahun 1957.
Bertahun-tahun kemudian westnile virus juga ditemukan di Perancis tahun 1962, Romania
1966, dan Afrika Selatan tahun 1974. Warga dunia mulai melihat virus ini sebagai ancaman
ketika sepuluh ribu orang di Amerika Utara terinfeksi dengan WNV dan timbul gejala. Sejak
saat itu virus ini menyebar secara luas ke seluruh dunia dan dikenal sebagai salah satu
Flavivirus yang paling banyak tersebar diseluruh dunia.
Sejak saat itu WNV sudah mulai diisolasi dari burung, kuda, manusia, dan vertebrata
lain. Sekarang, virus ini sudah biasa ditemukan di afrika barat, asia dan endemic di negara
spanyol sampai Rusia Asia. Dan sudah menyebar sampai ke negara Afrika Selatan , Kanada,
dan Malaysia. Pada tahun 2013 virus ini ditemukan di Indonesia, tepatnya di Surabaya
dengan mengabil sampel 59 orang. Dari 59 orang, 19 diantaranya terdeteksi terdapat WNV.
Klasifkasi Taksonomi dan Struktur
WNV adalah partica sferica yang memiliki diameter 50nm. Virus ini termasuk
golongan flaviridae family dan memiliki genus flavivirus. Pada bagian inti virus ini
mengandung single stranded RNA, dan dibungkus oleh protein C. Pada bagian envelope virus
dibentuk oleh envelope E dan membran M, kemudian mereka membentuk lipid bilayer.
Protein E memiliki peran yang penting yang meliputi sebagai tempat melekatnya virion,
reseptor recognition, penyatuan dengan membran sel endosomal, aglutinasi sel darah merah,
dan menginduksi respon sel B dan T yang berhubungan dengan ketahanan imunitas (WNV
structure, 1988).
Gambar 1 Struktur West Nile Virus
Kedaruratan
Saat ini WNV ditemukan pada burung manusia dan vertebra lain di Afrika, Eropa
Timur, Asia Barat, dan Timur Tengah. Cara penyebaran dari WNV masih belum diketahui,
tetapi cara penyebaran yang memungkinkan ialah migrasi burung, storm – transported birds,
nyamuk atau larva, bermigrasinya manusia yang terinfeksi dan binatang impor.
Gambar . 2 Proses dari kedatagan WNV kedalam
Epidemiologi
Penyebaran WNV sulit untuk dikontrol karena banyaknya migrasi burung yang
terinfeksi. WNV bisa bertransmisi ke nyamuk pada daerah regional baru dan virus dapat
menyebar ke area lain yang meliputi daerah migrasi burung-burung yang terinfesi WNV.
Kemungkinan manusia yang terinfeksi oleh WNV adalah rendah karena hanya 1 %
dari nyamuk yang menjadi pembawa WNV. 80% dari manusia yang terinfeksi tidak
menimbulkan gejala apapun, dan dapat sembuh dengan sendirinya. 20 % dari manusia yang
terinfeksi akan menimbulkan gejala ringan, penyakit seperti flue, dan kurang dari 1% akan
menyebabkan penyakit yang berat seperti gangguan pada saraf.
Walaupun WNV bukan merupakan penyakit menular , namun daerah yang telah
dilaporkan terdapat WNV dinyatakan sebagai daerah yang beresiko tinggi. Meskipun tidak
semua nyamuk membawa WNV, namun manusia yang telah tergigit nyamuk di daerah
tersebut memiliki resiko tinggi terinfeksi.
Kondisi lingkungan memiliki pegaruh terhadap efisiensi terinfeksi WNV. Resiko
terinfeksi paling tinggi didapatkan pada musim reproduksi nyamuk, dan paling rendah pasa
musim dngin dimana aktifitas nyamuk paling menurun. Infeksi WNV biasaya diperngaruhi
oleh daerah tersebut, dan paling banyak ditemukan pada akhir musim panas atau awa musim
gugur.
Semua orang dapat terinfeksi WNV, namun resiko lebih tinggi sejalan dengan
bertambahnya usia. Manusia dengan usia diatas 50 tahun memiliki resiko lebih tinggi untuk
terinfeksi, dan mempunyai resiko meningkatnya drajat keparahan penyakit. Selain itu kondisi
kesehatan juga berpengaruh terhadap tingkat terjadinya infeksi WNV. Manusia dengan
imunitas yang rendah mempunyai resiko terinfeksi dan berkembang menjadi penyakit yang
lebih berat.
Selain itu manusia dengan penyakit kronik seperti kanker, diabetes, dan penyakit
jantung juga beresiko tinggi terinfeksi WNV.
WNV di Indonesia
Indonesia memiliki pedoman No, 612/Menkes/SK/2010 tentang Pedoman Penye-
lenggaraan Karantina Kesehatan pada Penanggulangan Kedaruratan Kesehatan Masyarakat
yang Meresahkan Dunia. Dimulai dengan selalu mewaspadai sinyal epidemiologi adalah
sinyal yang paling sensitive dan dapat dipercaya untuk segera memulai tindakan
penanggulangan sebelum diperoleh konfirmasi virology. Pada sinyal epidemiologi ber-
dasarkan pada terjadinya jumlah kasus penyakit menular tertentu belum diketahui
penyebabnya pada suatu daerah/kelompok masyarakat tertentu dalam periode waktu yang
singkat dan pola yang berbeda dari penyakit tersebut sebelumnya yang biasa dikenal.
Hasil riset dari Institute of Tropical Disease Universitas Airlangga Surabaya, telah
berhasil mengidentifikasi WNV. Beberapa pasien yang dicurigai kemudian di identifikasi.
Dari 59 sampel darah 19 diantaranya ada yang menunjukan virus tersebut. Temuan tersebut
juga sudah dikonfirmasi dengan Gene Bank yang telah diakreditasi Organisasi Kesehatan
Dunia (WHO) dan ternyata sequencingnya sesuai.
Cara Transmisi
WNV tidak menular. Dengan demikian, tidak dapat ditularkan dari orang yang terinfeksi ke
orang normal melalui kontak biasa seperti menyentuh atau mencium. Tidak ada laporan yang
menyebutkan bahwa orang menjadi terinfeksi karena kontak langsung dengan hewan yang
terinfeks baik hidup atau mati contohnya burung.
Modus yang paling umum penularan adalah melalui gigitan nyamuk. nyamuk menjadi
terinfeksi ketika mereka menggigit unggas yang terinfeksi dan mengandung virus. Virus
berkembang dan bereplikasi di tubuh nyamuk . Virus ini kemudian masuk ke kelenjar ludah
nyamuk . Gigitan nyamuk ke burung yang tidak terinfeksi mentransmisikan virus sehingga
burung menjadi terinfeksi. Nyamuk menggigit manusia atau apapun yang ada disekitarnya
yang menyebabkan infeksi incidental tapi manusia dan hewan lain tidak bisa menjadi jalur
penyebaran virus saat nyamuk lain menggigitnya.
Cara penularan juga dapat terjadi lewat transfusi darah, transplantasi organ, dan juga dari ibu
ke anak contohnya pada ibu hamil ke janin dalam kandungan atau pada bayi yang
mendapatkan ASI.
Patogenesis
Nyamuk bertindak sebagai vektor untuk transmisi WVN. Sampai saat ini, satu-satunya
spesies nyamuk yang telah diuji positif untuk virus WNV adalah Culexrestuans dan
Culexpipiens. Diduga vektor nyamuk lain dari virus WNV adalah Culexsalinarius,
Culexerraticus, Ochlerotatustriseriatus, Ochlerotatus japonicas, Aedesalbopictus,
Ochlerotatusatropalpus, Aedesvexans, dan Ochlerotatussollicitans ( Potensi WVN Nyamuk
Vektor , 2011) .
Hanya nyamuk betina yang bisa menggigit . Nyamuk betina bertelur di " rakit " , yang
mungkin mengandung 50 sampai 150 telur. Kelembaban dan cuaca berpengaruh dalam
pertumbuhan dan reproduksi nyamuk.
Siklus hidup nyamuk, dari telur hingga dewasa , membutuhkan waktu 10 sampai 14
hari. Setelah nyamuk betina menggigit hewan yang terinfeksi seperti burung. Nyamuk betina
hanya membutuhkan waktu 4 sampai 7 hari sebelum mereka siap untuk menularkan infeksi
tersebut ke hewan lain atau manusia. Nyamuk betina yang terinfeksi dapat menularkan
kepada telurnya. Rentang hidup nyamuk betina mungkin 4 sampai 5 bulan, tetapi biasanya
mereka hidup sekitar dua minggu ( Virus Pendahuluan - WNV ( WVN ) , 2011).
Sebagian besar kasus infeksi Virus WNV adalah ringan dan biasanya tidak dilaporkan.
Tanda dan gejala untuk penyakit ringan adalah demam, mual, nyeri kepala, diare, ruam
tubuh, nyeri otot, sakit tenggorokan, muntah dan pembengkakan kelenjar getah bening.
Gejala ini biasanya berlangsung 3 sampai 6 hari dan pasien pulih secara spontan. ( Jeffrey N.
Sfakianos , 2009 ). Infeksi berat jarang terjadi dan ditandai dengan demam tinggi, kaku leher,
mengantuk, koma , tremor, kejang, dan kelumpuhan. Penyakit ini dapat mengancam jiwa,
misalnya orang yang terinfeksi berat dapat menderita ensefalitis, meningitis,
meningoencephalitis, dan acute flaccid paralysis yang fatal. Selain itu, pasien juga
mengalami kelelahan, kelemahan otot, confusion , dan kurangnya koordinasi.
Diagnosis dan Penatalaksanaan
Tes yang paling umum digunakan untuk diagnosis virus WNV adalah darah dan tes
cairan serebrospinal. Melalui tes ini, jumlah antibodi IgM diproduksi oleh orang yang
terinfeksi selama tahap awal infeksi dapat diukur dalam darah dan LCS.
Tidak ada pengobatan khusus untuk virus WNV . Untuk kasus-kasus serius , terapi
suportif yang diberikan untuk mengurangi gejala dan mencegah infeksi sekunder. Obat anti
inflamasi, cairan infus, dan pemantauan medis intensif mungkin diperlukan pada kasus yang
berat. Vaksin terhadap virus WNV di kuda telah diproduksi untuk digunakan pada kuda .
Namun, tidak ada vaksin manusia tersedia sekarang.
Menghindari gigitan nyamuk adalah cara terbaik untuk menghindari infeksi dengan
virus WNV. Tindakan pencegahan pribadi terhadap gigitan nyamuk yang mengenakan baju
lengan panjang, celana dan menggunakan repelen. Repelen mengusir nyamuk, membuat
nyamuk tidak menggigit orang tersebut. Selain itu, masyarakat dianjurkan untuk tinggal di
dalam rumah selama senja dan fajar sebagai nyamuk yang paling aktif pada saat itu.
Menghancurkan perkembangbiakan habitat nyamuk juga dapat membantu dalam
mencegah virus WNV . Genangan air kosong di sekitar daerah perumahan seperti pot bunga,
selokan, mandi burung , ban bekas, kolam memperlakukan dengan larvasida dengan ikan
adalah contoh yang dapat mengurangi waduk nyamuk.
top related