nilai-nilai materi pendidikan karakter pada ...e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/4385/1/ida...
Post on 10-Nov-2020
20 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
NILAI-NILAI MATERI PENDIDIKAN KARAKTER
PADA NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
KARYA TERE LIYE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
IDA RISQI AFITA
111-14-048
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TERBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
ii
iii
NILAI-NILAI MATERI PENDIDIKAN KARAKTER
PADA NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
KARYA TERE LIYE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
Oleh:
IDA RISQI AFITA
111-14-048
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TERBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2018
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan
dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana
mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil" (Q.S Al-Isra’:24)
viii
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahi robbilalamin, atas limpahan rahmat dan karuniaNya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tanpa suatu halangan apapun. Skripsi ini
penulis persembahkan untuk:
1. Ayahanda Kukuh Santoso dan Ibunda Khomsatun yang telah menjadi
alasan untuk selalu semangat, dan yang tak pernah berhenti memberikan
doa, nasihat, kasih sayang, semangat, dan motivasi.
2. Nenekku tercinta Hj. Toyimah dan Alm. Supinah yang selalu memberikan
doa dalam setiap langkahku.
3. Kakakku Devi Hermawanti beserta suami Muhammad Saukani Jamil yang
selalu memberikan semangat dan dukungan.
4. Ponakan tercinta As-Sakya Najid Mauzza Azzavi yang selalu menjadi
alasan untuk tetap tersenyum bahagia disaat hati berantakan.
5. Edi Wiyanto yang selalu berusaha memberikan semangat, dukungan, dan
doanya.
6. Dosen pembimbing skripsiku Bapak Drs. Bahroni, M.Pd yang selalu
memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran selama
poses skripsi ini.
7. Alm. Abah Mahfud Ridwan,Ibu Nyai Hj. Nafisah, Gus Muhammad Hanif,
dan Ibu Nyai Rosyidah selaku pengasuh Pondok Pesantren Edi Mancoro
yang selalu memberikan doa untuk santri-santrinya dan selalu saya
harapkan ridho dan berkah ilmunya.
ix
8. Sahabat-sahabat Pondok Pesantren Edi Mancoro yang selalu setia
memberikan semangat dan doa dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Sahabat seperjuangan Nurul Hidayah yang selalu berusaha ada
disampingku dalam kondisi apapun, yang tak pernah berhenti saling
mendoakan dan memberikan semangat.
10. Teman seperjuangan bimbingan Miftakhul Farid, Hesti Setianungrum, dan
lainnya yang selalu memberikan motivasi, semangat, dan dukungan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman kamar 7 dan kamar 12 Pondok Pesantren Edi Mancoro
(Fariqotul Adhimah, Nurul Ermawati, Ni’matul Wafiroh, Siti Qoniah,
Alfiyah, Anik Meilinda, Fiki Rizkia, Vina Yuliyanti, Siti Mualimah, Siti
Masitoh, Rosy, Siti Rofiqoh, dan Anggun) yang tidak pernah berhenti
memberi semangat, doa dan ikut serta membantu menyelesaikan skripsi
ini.
12. Sahabat-sahabat Purworejo Squad (Tatu, Muza, Izza, Eka, Hima, Ruli,
Hana) yang selalu saling memberi semangat dan mendoakan satu sama
lain.
13. Teman-teman PPL SMK Negeri 1 Salatiga.
14. Teman-teman KKN posko 36 (Alviyan, Rino, Vivi, Anik, Rizka, Vivin,
Qisma) yang selalu menjadi penyemangat untuk dapat wisuda bersama-
sama.
x
15. Sahabat-sahabat seperjuangan PAI angkatan 2014.
16. Dan untuk semua pihak yang telah memberikan bantuan, semangat dan
doa untuk kelancaran dalam menyelesaikan skripsi ini.
xi
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi robbil’alamin atas ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan nikmat, rahmat, karunia, taufik, serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Nilai-Nilai Materi Pendidikan
Karakter Pada Novel Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye dengan baik
dan lancar.
Sholawat serta salam semoga senantiasa selalu tercurahkan kepada Nabi
Agung Muhammad SAW, dimana semoga kelak dapat berjumpa dan
mendapatkan syafaatnya di Yaumul Akhir, amin.
Skripsi ini tidak akan terselesaikan dengan baik dan lancar tanpa bantuan
dari berbagai pihak yang telah berkenan membantu dalam menyelesaikan skripsi
ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat haryadi, M.Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd. Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN
Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati , M.Ag. ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
4. Bapak Drs. Bahroni, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dari awal hingga akhir dalam
proses menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Prof. Dr. Mansur, M.Ag. selaku pembimbing akademik yang
senantiasa membimbing dan mengarahkan dalam proses bimbingan
akademik selama kuliah.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah membekali berbagai ilmu pengetahuan,
serta karyawan IAIN Salatiga sehingga penulis dapat menyelesaikan
jenjang pendidikan S1.
xii
7. Ayah, Ibu, Nenek, dan kakakku beserta suami.
8. Semua pihak yang sudah mendukung dan memberikan semangat, doa, dan
ikut serta membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa
disebutkan satu persatu.
Penulis sepenuhnya sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya,
serta pembaca pada umumnya.
Salatiga, 29 Agustus 2018
Penulis
Ida Risqi Afita
NIM. 111-14-048
xiii
ABSTRAK
Afita, Ida Risqi. 2018. Nilai-Nilai Materi Pendidikan Karakter Pada Novel
Ayahku (Bukan) Pembohong Karya Tere Liye. Skripsi. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama
Islam. Institut Agama Islam Negeri salatiga. Pembimbing Drs.
Bahroni, M.Pd.
Kata Kunci: Nilai Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter merupakan salah satu komponen inti dalam
menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas untuk membangun
atau memajukan bangsa dan negara. Karena pada dasarnya negara tidak
hanya membutuhkan generasi penerus yang cerdas namun juga memiliki
karakter yang berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-
nilai-nilai materi pendidikan karakter yang terkandung dalam novel
Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye . Pertanyaan utama yang
akan dijawab dalam penelitian ini adalah: (1) Apa saja nilai-nilai materi
pendidikan karakter pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere
Liye, dan (2) Bagaimana relevansinya terhadap karakter remaja di era
globalisasi.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research).
Sedangkan dalam pengumpulan data menggunakan metode dokumentasi.
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Nilai-nilai materi
pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong diantaranya: disiplin, kerja keras, peduli, kemandirian,
tanggung jawab, penuh kasih sayang, rasa ingin tahu, santun,
kesederhanaan, keikhlasan, dan kejujuran. (2) Relevansi nilai-nilai materi
pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye pada karakter remaja di era globalisasi saat
ini yaitu dengan semakin merosotnya karakter bangsa maka harus
membiasakan atau menanamkan pendidikan karakter pada anak sejak usia
dini, agar memiliki karakter yang kuat dalam menghadapi berbagai hal
negatif yang dapat menyebabkan rusaknya karakter anak-anak.
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR ............................................................................. i
LEMBAR BERLOGO IAIN ............................................................................... ii
HALAMAN SAMPUL DALAM ......................................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN ..................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ............................ vii
MOTTO ............................................................................................................. viii
PERSEMBAHAN ..............................................................................................viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ xi
ABSTRAK ........................................................................................................ xivi
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xiv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .............................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ............................................................................ 5
E. Metode Penelitian.............................................................................. 5
F. Penegasan Istilah ............................................................................... 8
xv
G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 9
BAB II. KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 11
B. Pengertian Nilai .............................................................................. 14
C. Pendidikan Karakter ................................................................................. 15
1. Pengertian Pendidikan Karakter .......................................................... 15
2. Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter..........................................
.21
3. Tujuan Pendidikan Karakter ................................................................ 25
4. Fungsi Pendidikan Karakter ................................................................. 27
5. Landasan Pendidikan Karakter ............................................................. 29
6. Ciri Dasar Pendidikan Karakter ............................................................ 34
D. Novel ......................................................................................................... 35
1. Pengertian Novel ................................................................................. 35
2. Unsur Intrinsik Novel ........................................................................... 35
3. Macam-Macam Novel ......................................................................... 37
BAB III. GAMBARAN UMUM NOVEL AYAHKU (BUKAN)
PEMBOHONG
A. Biografi Penulis Novel .................................................................... 40
B. Profil Novel .................................................................................... 43
C. Unsur Intrinsik Novel ...................................................................... 44
D. Sinopsis ......................................................................................................... 62
xvi
BAB IV. PEMBAHASAN
A. Analisis Pendidikan Karakter Pada Novel Ayahku (Bukan)
Pembohong ................................................................................... 72
B. Relevansi Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Pada Remaja Di Era
Globalisasi ....................................................................................... 90
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 95
B. Saran .............................................................................................. 98
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 100
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................ 102
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, semakin banyak anak bangsa yang menciptakan karya-
karya yang luar biasa. Salah satunya adalah menciptkan atau menerbitkan
karya sastra berbentuk novel. Dimana setiap penulis memiliki karakteristik
yang berbeda-beda pada karyanya. Salah satu contoh yang ada yaitu
perbedaan pada novel ini dengan novel lainnya. Pada novel yang lain,
biasanya penulis mengangkat cerita yang berhubungan dengan kisah cinta
remaja, pra-nikah, atau kehidupan rumah tangga, dan lain sebagainya
Namun berbeda dengan novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere
Liye ini, yang memberikan pesan-pesan pendidikan dan inspirasi bagi
kehidupan sehari-hari di dalamnya. Terlebih pada saat ini bahwasanya
keadaan karakter remaja, masih banyak sekali yang harus diperbaiki. Hal
tersebut merupakan salah satu dampak dari globalisasi yang terjadi saat ini
yang menyebabkan masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter
bangsa. Padahal pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa yang
sangat penting dan perlu ditanamkan sejak dini kepada anak-anak.
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong ditulis ketika Tere Liye berusia 37
tahun. Pada usia tersebut Tere Liye mampu menciptakan karya yang luar
biasa dengan menunjukkan perbedaan yang cukup menonjol dibandingan
2
dengan karya-karyanya yang sebelumnya dan dengan karya-karya penulis
lainnya.
Ada beberapa pesan yang ingin Tere Liye sampaikan kepada pembaca,
yaitu bahwasanya agar setiap anak memiliki karakter yang lebih baik
dibandingan dengan anak-anak yang lainnya, yang mana harus dimulai dan
ditanamkan sejak dini, yaitu dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana.
Selain itu pelajaran penting yang akan disampaikan adalah tentang sebuah
kemewahan sejatinya tidak selamanya membuat kita bahagia, namun ternyata
sebuah kesederhanaan jika memang kita mensyukuri adalah sebuah
kebahagiaan yang sejati. Karena kebahagiaan itu diciptakan pada diri kita
sendiri bagaimana kita menikmati hidup ini meskipun dalam keadaan yang
sulit atau terbatas sekalipun. Selain itu pentingnya pantang menyerah dalam
melakukan sesuatu, sekalipun badai menghadang. Karena tidak ada hasil
yang menghianati sebuah usaha sekecil apapun itu.
Pada novel Dam digambarkan sebagai anak lelaki yang memiliki
rambut keriting dan berkulit hitam. Dam adalah seorang anak yang memiliki
kepribadian yang baik dibandingkan teman-teman seusianya. Dam berasal
dari keluarga yang sederhana, dan dididik dengan cara yang sederhana pula
yang tidak banyak dilakukan oleh orang tua mana pun, yaitu dengan cara
memberikan cerita atau dongeng-dongeng yang menginspirasi yang
menjadikannya anak yang baik. Ayahnya hanyalah seorang pegawai swasta
3
yang berpenghasilan pas-pasan. Namun keluarga Dam sangat dihormati dan
disegani banyak orang.
Bahkan semua orang di kota tempat mereka tinggal, mengenal Ayah
Dam sebagai orang yang paling jujur dan baik kepada semua orang meskipun
tidak mengenalnya. Hal tersebut membuat Ayah Dam menjadi orang yang
sangat dipercaya. Setiap apa yang dikatakan Ayah Dam, semua orang
mempercayainya.
Semasa kecil, Dam selalu mendengarkan dan menantikan cerita-cerita
dari Ayahnya. Ia lebih memilih mendengarkan cerita Ayahnya dibandingkan
bermain seperti anak seusianya. Baginya cerita-cerita Ayahnya adalah hal
yang paling mengagumkan. Karena Ayahnya selalu menceritakan
petualangan pada masa mudanya dulu. Meskipun terkadang cerita-cerita itu
sangatlah tidak masuk akal. Dari mulai sang Ayah yang bersahabat dengan
sang kapten pemain bola legendaris pada masanya, petualangan di Lembah
Bukhara, mengenal baik si Raja Tidur, mengenal si penguasa angin dan lain
sebagainya.
Hingga suatu hari, Dam tidak mempercayai lagi cerita-cerita Ayahnya.
Bahkan membenci Ayahnya yang ia anggap selama ini telah membohonginya.
Namun saat hari pemakaman Ayahnya, Dam mempercayai semua yang
dikatakan Ayahnya, dan sejak itu Dam sadar bahwa Ayahnya bukanlah
seorang pembohong seperti yang ia pikirkan selama ini.
4
Penulis tertarik untuk meneliti novel ini karena pada novel ini penuh
dengan inspirasi dan motivasi yang sangat baik bagi pembacanya. Dengan
demikian penulis mengungkapkannya sebagai bahan untuk skripsi dengan
judul “NILAI-NILAI MATERI PENDIDIKAN KARAKTER PADA NOVEL
AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG KARYA TERE LIYE”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka rumusan masalah
yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah :
1. Apa saja nilai-nilai materi pendidikan karakter pada novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye?
2. Bagaimana relevansinya terhadap karakter remaja di era globalisasi?
C. Tujuan Penelitian
Dengan adanya permasalahan di atas maka penelitian ini bertujuan
untuk :
1. Untuk mendeskripsikan nilai-nilai materi pendidikan karakter dalam novel
Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
2. Untuk mendeskripsikan relevansi nilai-nilai materi pendidikan karakter
pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye terhadap karakter
remaja di era globalisasi saat ini.
5
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat hasil penelitian ini adalah ditinjau secara teoritis dan
praktis. Penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
dunia pendidikan dalam menambah wawasan pengetahuan, khususnya
tentang pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Ayahku
(Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
langsung kepada masyarakat umum, dan khususnya para pendidik.
Bahwa banyak pelajaran yang dapat diambil di dalamnya.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah
penelitian kualitatif yang bersifat kepustakaan (library research). Bahan-
bahan yang digunakan adalah buku-buku perpustakaan dan sumber-
sumber lainnya yang berbasis kepustakaan.
Pada penelitian ini dilakukan dengan cara mengkaji pada sebuah
buku dan menjelaskan teks-teks yang mengandung nilai-nilai pendidikan
karakter.
6
2. Jenis Pendekatan
Abrams membagi pendekatan penelitian menjadi beberapa bagian.
Yaitu:
a. Pendekatan Ekspresif, yaitu berhubungan dengan pengarang.
b. Pendekatan Objektif, yaitu menitikberatkan pada teks sastra yang
kelas disebut strukturalisme atau instrinsik.
c. Pendekatan Mimetik, yaitu penelitian sastra yang berhubungan dengan
kemestaan.
d. Pendekatan Pragmatik, yaitu penelitian sastra yang berhubungan
dengan persepsi pembaca terhadap teks sastra (Endraswara, 2003:9).
Berdasarkan penjelasan di atas, pendekatan yang digunakan
penulis adalah pendekatan pragmatik. Dimana suatu karya sastra yang
melatih persepsi atau cara pandang penikmatnya.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan, penulis menggunakan
metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah metode pengumpulan
data dengan menyelidiki benda-benda tertulis sepeti buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya (Suharsimi, 2010:201).
7
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik membaca, menyimak
dan mencatat hal-hal yang bekaitan dengan unsur pendidikan karakter
yang terdapat dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
4. Sumber Data
Sumber data yang dijadikan bahan-bahan dalam kajian ini
merupakan sumber data yang diperoleh dari bahan-bahan kepustakaan
yang dikategorikan sebagai berikut :
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer mencakup data pokok yang dijadikan
obyek kajian, adapun sumber data tersebut adalah novel Ayahku
(Bukan) Pembohong karya Tere Liye.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder yang diambil dalam penelitian ini adalah buku-
buku tambahan yang menurut peneliti di dalamnya mendukung dalam
pembahasan skripsi ini.
5. Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan adalah analisis isi (content
analysis), yaitu sebuah analisis yang digunakan untuk mengungkapkan,
memahami dan menangkap pesan karya sastra (Endraswara, 2013:160).
8
F. Penegasan Istilah
1. Nilai
Nilai berasal dari bahasa Latin Vale’re yang artinya berguna,
mampu akan, berdaya, berlaku, sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat
dan paling benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang
(Adisusilo, 2013:56).
2. Pendidikan Karakter
Pendidikan merupakan terjemahan dari education yang berasal dari
kata educate atau bahasa Latinnya educo. Educo berarti mengembangkan
diri dalam mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Ada juga yang
mengatakan Education berasal dari bahasa Latin Educare yang berarti
melatih atau menjinakkan (seperti manusia melatih hewan-hewan yang
liar menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan) (Najib dkk,
2016:55).
Adapun menurut John S. Brubacher, pendidikan adalah proses
pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia yang mudah
dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan dengan kebiasaan-
kebiasaan yang baik, didukung dengan alat (media) yang disusun
sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat digunakan untuk menolong
orang lain atau dirinya sendiri dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan (Suwarno, 2006:20).
9
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter
merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter
adalah nilai-nilai yang unik yang berparti dalam diri dan dalam perilaku
(Kementrian Pendidikan Nasional, 2010) (Samani dan Hariyanto,
2014:42).
Scerenko mengatakan bahwa pendidikan karakter dapat dimaknai
sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara mana ciri kepribadian
positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan melalui keteladanan,
kajian (sejarah, dan biografi para bijak pemikir besar), serta praktik
emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan hikmah dari apa-apa
yang diamati dan dipelajari) (Samani dan Hariyanto, 2014:45).
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika dalam penulisan skripsi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu
bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul,
lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing, halaman
pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman motto dan
persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar isi,
halaman daftar lampiran.
Bagian inti dalam penelitian ini, peneulis menyusun kedalam lima bab
dengan rincian sebagai berikut :
10
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas mengenai: latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,
metode penelitian, penegasan istilah dan sistematika
penulisan.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini membahas tentang: penelitian terdahulu dan
landasan teori.
BAB III GAMBARAN UMUM NOVEL AYAHKU (BUKAN)
PEMBOHONG
Bab ini membahas tentang: biografi penulis novel, profil novel,
unsur instrinsik, dan sinopsis.
BAB IV PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis memberikan sebuah analisis terhadap
kandungan nilai-nilai materi pendidikan karakter yang terdapat
pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong dan relevansinya
dengan keadaan karakter remaja pada globalisasi sekarang ini.
BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Penelitian Terdahulu
Dari pengamatan penulis, ada beberapa hasil penelitian yang
berhubungan dengan peneilitian ini, antara lain:
1. Skripsi berjudul Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Amelia Karya
Tere Liye Dan Relevansinya Bagi Anak Usia Madrasah Ibtidaiyah (MI)
hasil penelitian Bayu Cahyo Rahtomo, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (2014). Skripsi ini membahas tentang
nilai-nilai pendidikan karakter yang ada dalam novel Amelia dan
relevansinya bagi anak usiaMadrasah Ibtidaiyah (MI), dan mengatakan
bahwa masyarakat Indoneisa sudah mulai kehilangan karakter bangsa
yang santun dan jujur, hal tersebut sudah banyak disaksisakan di media
massa seperti televisi yang menayangkan sikap generasi muda yang
kurang hormat terhadap kedua orang tuanya, guru, dan orang yang lebih
tua. Selain itu Bayu Cahyo Rahmoto menyebutkan nilai-nilai pendidikan
karakter yang ada dalam novel Amelia antara lain: religius, jujur,
toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, cinta tanah air, bersahabat atau komunikatif, cinta damai, gemar
membaca, peduli sosial, dan tanggung jawab.
12
2. Skripsi berjudul Nilai Pendidikan Karakter Novel Bumi Cinta Karya
Habiburrahman El-Shirazy Dan Relevansinya Terhadap Materi
Pembelajaran Sastra Di SMA hasil penelitian Reny Nawang Sakti,
Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta (2013). Skripsi
ini membahas tentang nilai pendidikan karakter dalam novel Bimi Cinta
serta relevansinya terhadap materi pembelajaran sastra pada siswa SMA.
Nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Bumi Cinta
mencakup nilai jujur, religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, komunikatif,
peduli lingkungan, dan peduli sosial. Novel Bumi Cinta dapat digunakan
sebagai materi pembelajaran sastra di SMA karena menggunakan bahasa
yang mudah dipahami, memunculkan situasi baru yang menarik bagi
peserta didik, merupakan bacaan yang memiliki kisah romansa berbalut
dakwah.
3. Skripsi berjudul Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel Sang Pemimpi
Karya Andrea Hirata Dan Pembelajarannya di SMA hasil penelitian Lusy
Tri Lestari, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
(2018). Skripsi ini membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang
ada dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata dan menyusn
rancangan pembelajarannya di SMA. Nilai-nilai pendidikan karakter
dalam novel Sang Pemimpi antara lain, religius, toleransi, disiplin, kerja
13
keras, kreatif, mansiri, rasa ingin tahu, menghargai prestasi, bersahabat,
peduli sosial, tangggug jawab. Lusy juga mengatkan bahwa nilai
pendidiikan karakter tersebut hadir dengan berbgai cara. Ada yang
tampak melalui ucapan atau perkataan tokoh, ada yang hadir melalui
peristiwa yang terjadi dalam novel, ada juga yang tampak melalui perilaku
atau perbuatan tokoh. Nilai pendidikan karakter yang paling baik
dijadikan bahan ajar sastra adalah nilai pendidiikan karakter yang hadir
lewat perilaku tokoh. Hal tersebut akan nmemudahkan siswa dalam
menginterprestasi nilai yang terkandung dalam novel sehingga dapat
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu novel Sang Pemimpi
dapat dijadikan rancangan pembelajaran alternatif bahan pembelajaran di
SMA, khususunya kelas XII semester genap, dengan kompetensi dasar
menginterpretasi makna teks novel secara lisan maupun tulisan.
Skripsi ini berbeda dengan skripsi di atas, dikarenakan skripsi ini
membahas tentang nilai-nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam
novel Ayahku (Bukan) Pembohong dan relevansinya terhadap karakter remaja
di era globalisasi. Pada skripsi ini tidak mengkhususkan pada remaja usia
tertentu yang menjadi pembahasan. Akan tetapi yang menjadi objek
pembahasan remaja dari berbagai usia dan latar belakang yang berbeda-beda.
14
B. Nilai
Nilai berasal dari bahasa Latin Vale’re yang artinya berguna, mampu
akan, berdaya, berlaku, sesuatu yang dipandang baik, bermanfaat dan paling
benar menurut keyakinan seseorang atau sekelompok orang (Adisusilo,
2013:56).
Menurut Steeman, nilai adalah sesuatu yang memberi makna pada
hidup, yang member acuan, titik tolak dan tujuan hidup dan sesuatu yang
dijunjung tinggi, yang dapat mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang
(Adisusilo, 2013:56).
Adapun Raths, Harmin dan Simon mengatakan bahwa nilai itu
merupakan panduan umum untuk membimbing tingkah laku dalam rangka
mencapai tujuan hidup seseorang (Adisusilo, 2013:59).
Diryakara mengatakan bahwa inti pendidikan adalah pemanusiaan
manusia muda.Pada dasarnya pendidikan adalah pengembangan manusia
muda ke taraf insane (Suwarno, 2006:21).
Maka dapat disimpulkan, nilai merupakan sesuatu yang berharga,
bermutu, menunjukkan kualitas, sehingga membuat orang berpikir dalam
bertingkah laku. Bagi orang yang menghayatinya akan menjadi bermartabat.
Karena nilai berhubungan sangat erat dengan etika.
15
C. Pendidikan Karakter
1. Pengertian Pendidikan Karakter
Pengertian pendidikan sangat erat kaitannya dengan pengertian
pengajaran, sehingga sulit untuk dipisahkan dan dibedakan. Pendidikan
tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya pengajaran, dan pengajaran tidak
akan berarti jika tanpa diarahkan ke tujuan pendidikan.
Pendidikan merupakan terjemahan dari education yang berasal dari
kata educate atau bahasa Latinnya Educo. Educo berati mengembangkan
diri dalam mendidik, melaksanakan hukum kegunaan. Ada juga yang
mengatakan Education berasal dari bahasa Latin Educare yang berarti
melatih atau menjinakkan (seperti manusia melatih hewan-hewan yang
liar menjadi semakin jinak sehingga bisa diternakkan) (Najib dkk,
2016:55).
Pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional diungkapkan bahwa pendidikan merupakan usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta berbagai keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara(Najib dkk, 2016:56).
16
Menurut Azyumardi Azra pendidikan merupakan suatu proses di
mana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan
kehidupannya dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan
efisien. Bahkan ia menegaskan, bahwa pendidikan lebih sekedar
pengajaran, artinya bahwa pendidikan adalah suatu proses dimana suatu
bangsa atau negara membina dan mengembangkan kesadaran diri diantara
individu-individu (Muslich, 2015:48).
Dengan demikian, pendidikan adalah sebuah proses bimbingan
atau sarana transfer ilmu pengetahuan yang dilakukan secara sadar dengan
tujuan membentuk kepribadian yang berkualitas.
Pendidikan dapat dipandang dari sudut keilmuan tertentu
(Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:80), misalnya:
a. Sosiologi memandang pendidikan dari aspek sosial.
b. Antropologi memandang pendidikan adalah enkulturalisasi.
c. Psikologi memandang pendidikan dari aspek tingkah laku individu.
d. Ekonomi memandang pendidikan sebagai usaha penanaman modal
insani yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) karakter
merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang
17
membedakan seseorang dengan yang lain (Samani dan Hariyanto,
2014:42).
Prof. Suyanto, Ph.D (Muslich, 2015:70) menyatakan bahwa
karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas
setiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup
keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik
adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap
mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.
Karakter identik dengan akhlak sehingga karakter merupakan
nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas
manusia baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, diri sendiri,
sesama manusia, maupun lingkungan yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan perbuatannya berdasarkan norma-norma agama,
hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Karakter seseorang
dipengaruhi oleh faktor bawaan,faktor lingkungan, serta faktor bawaan
dan lingkungan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa karakter
merupakan cara berpikir dan berperilaku khas yang dimiliki setiap
individu dan membedakan dengan individu yang satu dengan yang
lainnya dalam kehidupan sehari-harinya, seperti dalam lingkungan
18
keluarga, masyarakat, bangsa, negara, dan agama. Individu yang
berkarakter baik adalah individu yang mampu membuat keputusan dan
siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusan yang
diambilnya.
Dari berbagai definisi sebagimana diuraikan, dapat diperoleh
pengertiam jelas tentang pendidikan karakter, yaitu: karakter itu
merupakan ssuatu yang mengualifikasi seorang pribadi (Foerster);
keadaan jiwa yang menyebabkan seseorang bertindak tanpa dipikirkan
terlebih dahulu (Ibnu Miskawaih); “hal” keadaan atau kondisi jiwa yang
bersifat bathiniah (Al-Ghazali); sifatalami seseorang dalam merespons
situasi secara bermoral (Thomas Lickona); cara berpikir dan berperilaku
yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik
dalam lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Suyanto);
serangkaian sikap, perilaku, motivasi, dan keterampilan (Tadkiroatun
Musfiroh); watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang
terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebijakan yang diyakini dan
digunakan sebagai landasan utuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan
bertindak (Wibowo, 2012:35).
Berdasarkan deskripsi di atas, maka pendidikan karakter adalah
sebagai usaha sadar dan terencana yang dilakukan pada diri seseorang
dalam setiap tindakannya agar dapat menjadi ciri khas yang dimiliki yang
19
membedakan dirinya dengan individu lain dan salah satu usaha agar
berperilaku positif dalam menjalin hubungan dengan Tuhan, dirinya
sendiri, orang lain, dan makhluk ciptaan Tuhan lainnya.
Dasar pendidikan karakter diterapkan sejak usia kanak-kanak atau
yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas karena usia dini
terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan
potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas
kecerdasan orang dewasa terjadi ketika anak berusia 4 tahun.
Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya
pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini sudah sepatutnya
pendidikan karakter dimulai dari dalam pendidikan keluarga, yang
merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.
Akan tetapi, bagi sebagian keluarga, proses pendidikan karakter
yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orangtua yang
terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, sebaiknya pendidikan
karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk di lingkungan
sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Disinilah
peran guru yang dalam filosofi Jawa disebut digugu dan ditiru menjadi
ujung tombak di lingkungan sekolah, yang berhadapan langsung dengan
peserta didik (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:56).
20
Adapun peserta didik yang memiliki ciri-ciri :
a. Memiliki kesadaran spiritual
b. Memiliki integritas moral
c. Memiliki kemampuan berpikir holistic
d. Memiliki sikap terbuka
e. Memiliki sikap peduli
Menurut Arif Rahman Hakim (pakar pendidikan) (Salahudin dan
Alkrienciehie, 2013:57), pendidikan dikatakan berhasil apabila memenuhi
lima karakteristik, yaitu:
a. Bertakwa
b. Kepribadian matang
c. Berilmu mutakhir dan berprestasi
d. Mempunyai rasa kebangsaan
e. Berwawasan global
2. Macam-Macam Nilai Pendidikan Karakter
a. Disiplin
Disiplin adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan
patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan (Salahudin dan
Alkrienciehie, 2013:54).
21
b. Kerja Keras
Kerja keras adalah perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-
sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya (Wibowo, 2012:43).
c. Peduli
Peduli adalah sikap dan tindakan yang selalu ingin
memberikan bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan (Wibowo, 2012:44).
d. Kemandirian
Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah
tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas
(Wibowo, 2012:43).
e. Tanggung Jawab
Tanggung jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya,
negara dan Tuhan Yang Maha Esa) (Wibowo, 2012:44).
22
f. Penuh Kasih Sayang
Penuh kasih sayang adalah sikap memiliki dan menunjukkan
perasaan penuh kasih sayang, mencintai, dan bersikap penuh
kelembutan (Samani dan Hariyanto, 2014:118).
g. Rasa Ingin Tau
Rasa ingin tau adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya
untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar (Wibowo, 2012:43).
h. Santun
Santun adalah berperilaku sopan, berbudi bahasa halus sebagai
perwujudan rasa hormat dengan orang lain (SamanidanHariyanto,
2014:119).
i. Kesederhanaan
Kesederhanaan yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesahajaan dan tidak berlebihan dalam berbagai hal (Zuchdi, 2013:28).
j. Keikhlasan
Keikhlasan yakni sikap dan perilaku seseorang untuk
melakukan suatu perbuatan dengan ketulusan hatinya (Zuchdi,
2013:28).
23
k. Kejujuran
Kejujuran yakni sikap dan perilaku seseorang yang didasarkan
pada upaya menjadikan dirinya selalu dapat dipercaya dalam perkataan
dan perbuatannya (Zuchdi, 2013:26).
l. Keadilan
Keadilan yakni sikap dan perilaku seseorang yang
menunjukkan upaya untuk melakukan perbuatan yang sepatutnya
sehingga terhindar dari perbuatan yang semena-mena dan berat sebelah
(Zuchdi dkk, 2013:28).
m. Religius
Religius yakni sikap dan perilaku yang patuh dalam
melaksanakan ajaran agama yang dianutnya (Salahudin dan
Alkrienciehie, 2013:111).
n. Toleransi
Toleransi adalah sikap dan tindakan yang menghargai
perbedaan agama, suku, etnis, sikap, dan tindakan orang lain yang
berbeda dari dirinya (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:111).
24
o. Cinta Tanah Air
Cinta tanah air adalah cara berpikir, bersikap, danberbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi
terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:111).
p. Menghargai Prestasi
Menghargai prestasi adalah sikap dan tindakan yang
mendorong dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi
masyarakat, dan mengakui serta menghormati keberhasilan orang lain
(Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:111).
q. Bersahabat atau Komunikatif
Bersahabat atau komunikatif adalah tindakan yang
memperlihatkan rasa senang berbicara, bergaul, dan bekerja sama
denganorang lain (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:112).
r. Gemar Membaca
Gemar membaca adalah kebiasaan menyediakan waktu untuk
membaca berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya
(Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:112).
25
3. Tujuan Pendidikan Karakter
Tujuan pertama, pendidikan karakter adalah memfasilitasi
penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam
perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun ketika sudah menjadi
alumni. Penguatan mengarahkan proses pendidikan pada proses
pembiasaan yang disertai oleh logika dan refleksi terhadap proses dan
dampak dari proses pembiasaan yang dilakukan di sekolah. Penguatan
juga memiliki makna adanya hubungan antara penguatan perilaku melalui
pembiasaan di sekolah dengan pembiasaan di rumah. Hal ini berimplikasi
bahwa proses pendidikan harus dilakukan secara kontekstual.
Tujuan kedua, pendidikan karakter adalah mengoreksi perilaku
peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah. Yang bermaksud bahwa pendidikan karakter
memiliki sasaran untuk meluruskan berbagai perilaku anak yang negatif
menjadi positif. Proses pelurusan yang dimaknai sebagai pengkoreksian
perilaku dipahami sebagai proses yang pedagogis, bukan suatu pemaksaan
atau pengkondisian yang tidak mendidik.
Tujuan ketiga, pendiidkan karakter setting sekolah adalah
membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat
dalam memerankan tanggungjawab pendidikan karakter secara bersama.
26
Yang bermakna bahwa proses pendidikan karakter di sekolah harus
dihubungkan dengan proses pendidikan karakter di keluarga. Jika saja
pendidikan karakter di sekolah hanya bertumpu pada interaksi antara guru
dengan peserta didik di kelas dan sekolah, maka pencapaian berbagai
karakter yang diharapkan akan sangat sulit diwujudkan (Najib dkk,
2016:69).
Berdasarkan deskripsi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
tujuan pendidikan karakter sebagai berikut:
1. Menciptakan lingkungan sekolah yang kondusif bagi peserta didik
pada khususnya dan seluruh warga sekolah pada umumnya dalam
menjalin interaksi edukasi yang sesuai dengan nilai-nilai karakter.
2. Membentuk peserta didik yang memiliki kecerdasan emosional dan
kecerdasan spiritual (emotional and spiritual quotient/ESQ).
3. Menguatkan berbagai perilaku positif yang ditampilkan oleh peserta
didik baik melalui kegiatan pembelajaran maupun pembiasaan di kelas
dan sekolah.
4. Mengoreksi berbagai perilaku negatif yang ditampilkan oleh peserta
didik ketika berada di lingkungan sekolah maupun di lingkungan
keluarga.
27
5. Memotivasi dan membiasakan peserta didik mewujudkan berbagai
pengetahuan tentang kebaikan dan kecintaannya akan kebaikan ke
dalam berbagai perilaku positif di lingkungan sekolah dan lingkungan
keluarga (Najib dkk, 2016:71).
Adapun tujuan pendidikan karakter menurut Kementerian
Pendidikan Nasional adalah mengembangkan karakter peserta didik agar
mampu mewujudkan nilai-nilai luhur Pancasila (Salahudin dan
Alkrienciehie, 2013:110).
4. Fungsi Pendidikan Karakter
Masyarakat memandang pendidikan sebagai pewaris kebudayaan
atau nilai-nilai budaya, baik yang bersifat keterampilan, keahlian dari
generasi tua kepada generasi muda agar masyarakat tersebut memelihara
kelangsungan hidupnya atau tetap memelihara kepribadiannya. Dari segi
pandangan individu, pendidikan berarti upaya pengembangan potensi
yang dimiliki individu yang masih terpendam agar teraktualisasi secara
konkret, sehingga hasilnya dapat dinikmati oleh individu dan masyarakat.
Fungsi pendidikan karakter menurut Kementerian Pendidikan
Nasional (Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:105), sebagai berikut:
1. Pengembangan potensi dasar, agar berhati baik, berpikiran baik, dan
berperilaku baik.
28
2. Perbaikan perilaku yang kurang baik dan penguatan perilaku yang
sudah baik.
3. Penyaring budaya yang kurang sesuai dengan nilai-nilai luhur
Pancasila.
Adapun fungsi pendidikan karakter menurut Ahmad Fikri
(Salahudin dan Alkrienciehie, 2013:104), yaitu:
a. Pengembangan
Pengembangan potensi dasar peserta didik agar berhati,
berpikiran, dan berperilaku baik.
b. Perbaikan
Untuk memperkuat dan membangun perilaku bangsa yang
multikutur untuk menjadi bangsa yang bermartabat.
c. Penyaring
Untuk menyaring budaya yang negarif dan menyerap budaya
yang sesuai dengan nilai budaya dan karakter bangsa untuk
meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan
dunia.
29
5. Landasan Pendidikan Karakter
Landasan pelaksanaan pendidikan karakter sangat jelas. Hal ini
tampak dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional pada Pasal 3 yang menyatakan “Pendidikan Nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga yang demokratis serta tanggung jawab” (Wiyani, 2013:31-
32).
Dalam penelitian berjudul “Revitalisasi Pendidikan Karakter di
Sekolah Dasar”, Sa’dun Akbar menemukan tujuh landasan pendidikan
karakter sebagai berikut:
a. Landasan Filsafat Manusia
Secara filosofis manusia diciptakan oleh Tuhan dalam keadaan
“belum selesai”, mereka dilahirkan dalam keadaan belum jadi.
Manusia yang ketika dilahirkan berwujud anak manusia belum tentu
dalam proses perkembangannya menjadi mansuia yang sesungguhnya.
Agar dapat menjadi manusia yang sesungguhnya, dalam proses
pertumbuhan dan perkembangannya, anak-anak manusia memerlukan
30
bantuan. Upaya membantu manusia menjadikan manusia yang
sesungguhnya itulah yang disebut pendidikan. Dalam proses
perkembangannya, karakter manusia bahkan dapat menjadi lebih buruk
daripada hewan. Oleh sebab itu, pendidikan karakter sangat
diperlukan bagi manusia sepanjang hidupnya, agar menjadi manusia
yang berkarakter baik.
b. Landasan Filsafat Pancasila
Manusia Indonesia yang ideal adalah manusia Pancasila, yaitu
menghargai nilai-nilai Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan,
Kerakyatan, dan Keadilan sosial.Nilai-nilai Pancasila tersebut
harusnya menjadi cover value dalam pendidikan karakter di negeri ini
(Wiyani, 2013:33).
Pendidikan dan pendidikan karakter berbasis Pancasila sangat
dibutuhkan oleh bangsa dan rakyat Indonesia dewasa ini. Sangat
dibutuhkan karena mengingat banyaknya ideologi dan praktik-praktik
hidup yang bertentangan dengan ideologi dan praktik hidup Pancasila
(Dwiyanto dan Saksono, 2012:171). Pancasila sebagai ideologi
pembentukan karakter bangsa yang bernuansa pembebasan tidak boleh
impoten atau tak berdaya (Dwiyanto dan Saksono, 2012:173).
31
Pendidikan harus dijadikan arena bagi pembebasan manusia,
yang akan mengantar orang untuk menemukan dirinya sendiri, yang
kemudian secara kritis dapat menghadapi realitas di sekitarya dan
secara kreatif mengubah dunianya. Perubahan semacam ini yang
dikehendaki oleh sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab (Dwiyanto
dan Saksono, 2012:162).
Pendidikan karakter yang berbasis Pancasila akan mengajak
setiap insan manusia untuk menghormati hak asasi manusia lain,
manusia sebagai manusia, bukan manusia yang boleh ditindas dalam
sistem kapitalisme yang sedang mencengkram manusia Indonesia
sekarang (Dwiyanto dan Saksono, 2012:163).
c. Landasan Filsafat Pendidikan
Pendidikan pada dasarnya bertujuan mengembangkan
kepribadian utuh dan mencetak warga negara yang baik. Seseorang
yang berkepribadian utuh digambarkan dengan terinternalisasikannya
nilai-nilai dari berbagai dunia makna (nilai). Yaitu simbolik, empirik,
estetik, etik, sinoptik, dan sinnoetik. Nilai simbolik ada dalam bahasa,
ritualis keagamaan, dan matematika. Nilai empirik terdapat dalam
Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial. Nilai etik berupa pilihan-pilihan
moral yang dikembangkan melalui pendidikan moral, budi pekerti,
32
adab, dan akhlak.Nilai estetik terdapat pada kesenian. Dan nilai
sinnoetik adalah nilai yang bersifat personal yang hadir dari
pengalaman-pengalaman personal. Nilai sinoptik di dalamnya
terangkum nilai simbolik, estetik, etik, dan sinnoetik. Nilai-nilai
tersebut hadir dalam pendidikan agama, sejarah, dan filsafat.
d. Landasan Agama atau Religius
Pada hakikatnya manusia membutuhkan agama. Hal ini
disebabkan agama berfungsi sebagai pembimbing dan petunjuk arah
atau haluan. Agama memiliki peran besar dalam pembangunan
karakter manusia. Agama menjamin pemeluknya memiliki karakter
mulia, jika ia memiliki komitmen tinggi dengan seluruh ajaran
agamanya. Apabila pemeluk agama memiliki agama hanya sebagai
formalitas belaka tanpa memperhatikan dan mematuhi ajaran
agamanya, maka yang terjadi sering kali agama tidak bisa
mengantarkan pemeluknya berkarakter mulia, malah agama sering
menjadi tameng di balik ketidakberhasilan membangun karakter
pemeluknya (Zuchdi dkk, 2013:19).
Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh
karena itu, dalam kehidupan sehari-harinya baik dalam berhubungan
dengan sesama ataupun berhubungan dengan kebangsaan dan
33
kenegaraan selalu didasari pada ajaran agama yang dianutnya. Maka
nilai-nilai pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan
pada nilai-nilai dan kaidah yang berasal dari agama.
Untuk menjadikan manusia yang memiliki karakter mulia
(berakhlak mulia), manusia berkewajiban menjaga dirinya dengan cara
memelihara kesucian lahir batin, selalu menambah ilmu pengetahuan,
membina disiplin diri, dan berusaha melakukan perbuatan-perbuatan
terpuji serta menghindari perbuatan-perbuatan tercela (Zuchdi dkk,
2013:18).
e. Landasan Sosiologis
secara sosiologis manusian Indonesia hidup dalam masyarakat
heterogen yang terus berkembang. Karena berada di tengah-tengah
masyarakat dengan suku, etnis, agama, golongan, status sosial, dan
ekonomi yang berbeda-beda. Di smaping itu, bangsa Indonesia juga
hidup berdampingan dan bergaul dengan bagsa-bangsa lain. Oleh
sebab itu upaya mengembangkan karakter saling menghargai dan
toleran pada aneka ragam perbedaan menjadi sangat mendasar.
34
f. Landasan Psikologis
Dari segi psikologis perkembangan terdapat tahapan-tahapan
dalam perkembangan manusia.Perkembangan manusia tercermin dari
karakteristik masing-masing dalam setiap tahap perkembangan.
g. Landasan Teoretik
Ada beberapa teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat
dirujuk untuk pengembangan karakter, antara lain: teori-teori yang
berorientasi behavioristik, teori-teori yang berorientasi kognitivistik,
teori-teori yang berorientasi komprehensif.
6. Ciri Dasar Pendidikan Karakter
Menurut Foester (Muslich, 2015:127), pencetus pendidikan
karakter dan pedagog Jerman, ada empat ciri dasar dalam pendidikan
karakter, yaitu:
a. Keteraturan interior di mana setiap tindakan diukur berdasar hieraki
nilai. Nilai menjadi pedoman normatif setiap tindakan.
b. Koherensi yang memberi keberanian, membantu seseorang teguh pada
prinsip, tidak mudah terombang-ambing pada situasi baru atau takut
resiko. Koherensi merupakan dasar yang membangun rasa percaya
35
satu sama lain. Tidak adanya koherensi meruntuhkan kredibilitas
seseorang.
c. Otonomi, dimana seseorang menginternalisasikan aturan dari luar
sampai menjadi nilai-nilai bagi pribadi. Ini dapat dilihat lewat
penilaian atas keputusan pribadi tanpa terpengaruh atau desakan pihak
lain.
d. Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan merupakan daya tahan seseorang
guna menginginkan apa yang dipandang baik, dan kesetiaan
merupakan dasar bagi penghormatan atas komitmen yang dipilih.
D. Novel
1. Pengertian Novel
Novel merupakan sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan
naratif. Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2017:126).
2. Unsur-Unsur Instrinsik Novel
Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra
itu sendiri (Nurgiyantoro, 2013:30). Berikut ini adalah beberapa unsur
instrinsik yang ada di dalam novel:
36
a. Tema
Tema adalah sesuatu yang menjadi dasar cerita, sesuatu yang
menjiwai cerita, atau sesuatu yang menjadi pokok masalah dalam
cerita (Kurniasari, 2014:160).
b. Tokoh dan Penokohan
Menurut Baldic menjelaskan bahwa tokoh adalah orang yang
menjadi pelaku dalam cerita fiksi atau darma, sedangkan penokohan
adalah penghadiran tokoh dalam cerita fiksi atau drama dengan cara
langsung atau tidak langsung dan mengundang pembaca untuk
menafsirkan kualitas dirinya lewat kata dan tindakannya
(Nurgiyantoro,2013:247).
c. Alur
Alur adalah urutan atau rangkaian peristiwa dalam cerita
(Kurniasari, 2014:160).
d. Latar (Setting)
Latar atau setting disebut juga sebagai landasan tumpu,
menunjuk pada pengertian tempat, hubungan waktu sejarah, dan
lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa-peristiwa yang
diceritakan (Nurgiyantoro, 2013:302).
37
e. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah cara memandang penulis dalam
menempatkan dirinya pada posisi tertentu dalam cerita tersebut
(Kurniasari, 2014:161).
f. Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang
dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah
(Kurniasari, 2014:161).
g. Amanat
Amanat merupakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh
pengarang kepada pembaca, dan merupakan makna yang terkandung
dalam sebuah karya, makna yang disarankan lewat cerita (Nurgiyanto,
2013:429).
3. Macam-Macam Novel
a. Novel Serius
Novel serius adalah novel yang membutuhkan konsentrasi yang
tinggi dalam membacanya agar memahami dengan baik isi dari novel
tersebut (Nurgiyantoro, 2013:21).
38
Pengalaman dan permasalahan kehidupan yang ditampilkan
dalam novel jenis ini disoroti dan diungkapkan sampai ke inti hakikat
kehidupan yang bersifat universal. Di samping memberikan hiburan,
novel serius juga memberikan pengalaman yang berharga kepada
pembaca dan merenungkan secara lebih sungguh-sungguh tentang
permasalahan yang diangkat. Hakikat kehidupan, boleh dikatakan
tetap bertahan sepanjang masa. Tidak pernah ketinggalan zaman.
Itulah sebabnya novel serius tetap menarik sepanjang masa, tetap
menarik untuk dibicarakan. Misalnya seperti, Romeo dan Juliet
(Nurgiyantoro, 2013:22).`
b. Novel Populer
Novel popular adalah novel yang popular pada masanya dan
banyak penggemarnya, khususnya pembaca kalangan remaja
(Nurgiyantoro, 2013:21).
Novel popular lebih mudah dibaca dan lebih mudah dinikmati
Karena semata-mata menyampaikan cerita (Nurgiyantoro, 2013:22).
Contoh novel popular pada tahun 70-an seperti, novel Cewek
Komersil, Gita Cinta dari SMA, dan Musim Bercinta. Sedangkan
novel populer pada saat ini seperti, novel Dilan 1990, Dear Nathan,
Merindu Baginda Nabi, dan lainnya.
39
c. Novel Teenlit
Novel teenlit adalah novel yang mengangkat tokoh-tokoh
sebaya yang pada umunya adalah perempuan (Nurgiyantoro, 2013:27).
Biasanya novel teenlit berkisah tentang dunia remaja seperti
percintaan dan persahabatan dengan bahasa gaul yang khas remaja,
maka amat digandrungi oleh kaum remaja putri yang haus akan bacaan
yang sesuai dengan kondisi kejiwaan mereka. Contoh novel
teenlitseperti, Backstreet, Dea Lova, Me vs High Heelas!dan lainnya.
40
BAB III
GAMBARAN UMUM NOVEL AYAHKU (BUKAN) PEMBOHONG
A. Biografi Penulis Novel
Nama “Tere Liye” adalah nama pena seorang penulis berbakat di
tanah air. Yang diambil dari bahasa Indian yang memiki arti untukmu. Tere
Liye mempunyai nama asli Darwis. Untuk sebagian orang yang mendengar
nama Tere Liye, pasti akan beranggapan bahwa dia adalah seorang
perempuan. Meskipun Tere Liye banyak menghasilkan karya-karya best
seller, akan tetapi sangat sulit sekali mencari biodata atau biografi Tere Liye.
Oleh karena Tere Liye tidak seperti penulis lainnya yang mencantumkan
biografi ataupun foto dalam setiap karyanya.Tere Liye tidak ingin
mempublikasikan kehidupan pribadinya pada umum. Bagi para penggemar
yang ingin berkomunikasi dengan Tere Liye hanya dapat melalui email yaitu
darwisdarwis@yahoo.com.Cara inilah yang dia pilih, cukup dengan berusaha
memberikan hasil karya yang terbaik. Hal tersebut terbukti dari beberapa
karyanya yang menjadi best seller dan pernah diangkat ke layar kaca.
Inilah sedikit informasi mengenai biografi Tere Liye yang penulis
dapatkan dari berbagai sumber di internet.Nama asli Tere Liye adalah Darwis,
yang lahir di Lahat pada 21 Mei 1979. Tere Liye lahir dan tumbuh di
pedalaman Sumatera. Istrinya bernama Riski Amelia. Dikaruniai dua orang
anak yang diberi nama Abdullah Pasai dan Faizah Azkia.Tere Liye adalah
41
anak ke enam dari tujuh bersaudara yang berasaldari keluarga sederhana.
Orang tuanya hanya sebagai petani biasa.Namun hal tersebut tidak
menghalanginya untuk terus berjuang menjadi seseorang yang luar biasa.
Tere Liye menyelesaikan masa pendidikan dasar dan menengah
pertama di SD Negeri 2 dan SMP Negeri 2 Kikim Timur, Sumatera
Selatan.Kemudian melanjutkan sekolah menengah atas di SMU Negeri 9
Bandar Lampung.Setelah selesai SMU di Bandar Lampung, ia melanjutkan
pendidikannya di Universitas Indonesia Fakultas Ekonomi.
1. Karakteristik Novel Karya Tere Liye
Setiap penulis memiliki karakteristik yang berbeda-beda pada hasil
karyanya. Sama halnya dengan Tere Liye yang mempunyai karakteristik
tersendiri pada karya-karyanya yang dapat memikat pembacanya. Tere
Liye memiliki ciri khas tersendiri dengan mengangkat tema yang
bernuansa Islami dan kemanusiaan. Dalam setiap karya-karyanya,ia
mampu membuat pembaca tersentuh hatinya, memberikan pelajaran
hidup, dan mampu membius pembaca seolah-olah ikut serta dalam cerita
tersebut.Baik dalam kejadian yang menyedihakn ataupun yang
membahagiakan.Selain itu, dalam penggunaan bahasa Tere Liye lebih
cenderung menggunakan bahasa yang halus, indah, dan mudah dipahami
oleh berbagai kalangan pembaca. Desain cover dan pemberian judul juga
sangat berbeda dengan penulis lainnya. dimana penulis lainnya
42
menggunakan cover yang berkaitan dengan judul, sehingga mudah sekali
pembaca menebak isi dari novel tersebut. Berbeda dengan Tere Liye yang
sering menggunakan cover dan judul novel yang terkadang jauh sekali
dengan isi novel yang sebenarnya. Sehingga membuat para pembaca
penasaran dengan isinya. Salah satu contoh adalah novel Ayahku (Bukan)
Pembohong yang menggunakan cover atau sampul yang bergambarkan
layang-layang yang tersangut di pohon.Bagi orang yang melihat, hal
tersebut sangatlah tidak menyambung antara judul dengan gambar sampul.
Dari setiap karya-karyanya Tere Liye memberikan pemahaman
bahwa hidup tidaklah serumit seperti yang dipikirkan kebanyakan
orang.Hidup adalah anugerah terindah dari Yang Maha Kuasa yang harus
kita jalani dan syukuri.Ia selalu memberikan pelajaran di setiap karyanya
bahwa kita tidak boleh berhenti berusaha dalam meraih apa yang kita cita-
citakan. Tidak ada yang tidak mungkin selama kita tetap berusaha dan
berdoa.
2. Karya-Karya Tere Liye
Tere Liye merupakan salah satu dari sekian banyak penulis di
tanah air yang menghasilkan karya-karya best seller.Salah satunya adalah
novel Ayahku (Bukan) Pembohong yang menjadi bahan penelitian ini.
Beberapa karya Tere Liye yang lainnya, sebagai berikut :
43
a. Tentang Kamu (Republika, 2016)
b. Bintang (Gramedia Pustaka Utama, 2017)
c. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka
Utama, 2010)
d. Moga Bunda Disayang Allah (Republika, 2006)
e. Bidadari-Bidadari Surga (Republika, 2008)
f. Hafalan Shalat Delisa (Republika, 2005)
g. Negeri Di Ujung Tanduk (Gramedia Pustaka Utama, 2013)
h. Hujan (Gramedia Pustaka Utama, 2016)
i. Bulan (Gramedia Pustaka Utama, 2015)
j. Matahari (Gramedia, 2016)
B. Profil Novel
Judul : Ayahku (Bukan) Pembohong
Penulis : Tere Liye
Tahun Terbit : 2016
Cetakan ke :16
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Jl. Palmerah Barat 29-37 Blok 1, Lt 5 Jakarta 10270
Tebal Buku : 304 halaman; 20 cm
44
C. Unsur Instrinsik Novel
Adapun unsur-unsur instrinsik dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong adalah sebagai berikut :
1. Tema
Tema yang diangkat dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohongmengungkapkan tentang sebuah keluarga yang membesarkan
anak dengan dongeng-dongeng, sederhana, dan tentang definisi
kebahagiaan yang sesungguhnya.
2. Tokoh dan Penokohan
Tokoh-tokoh dalam novel Ayahku (Bukan) Pembohong adalah
sebagai berikut:
a. Dam
1) Tokoh Dam dalam cerita digambarkan sebagai anak laki-laki yang
memiliki tubuh pendek dan berambut keriting. Hal ini ditunjukkan
ketika Jajrit mengejeknya. Yang terdapat pada kalimat sebagai
berikut:
“Ternyata menarik melihat anak pendek, keriting, telanjang bulat
di tengah kolam….” (Liye,2016:46).
45
2) Dam juga digambarkan memiliki sifat yang pekerja keras. Hal
tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Satu jam lalu, bahkan saat ayah dan ibu belum bangun, saat
jalanan masih gelap, aku juga sudah menggowes sepeda,
mengantar koran, mengepel lantai, menyiram tanam,
mengerjakan seluruh tugas rumah yang kuabaikan sebuan
terakhir.”(Liye, 2016:57).
3) Memiliki semangat yang tinggi. Hal tersebut tertulis pada kalimat
sebagai berikut:
”Aku berlatih dua kali lebih semangat dibanding anggota klub
lain-datang lebih awal, pulang paling akhir.”(Liye, 2016:51).
4) Menerima resiko dan bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya. Hal tersebut tertulis pada kalimat sebgai berikut:
“Baiklah aku akan membayar denda.Itu malah lebih mudah
dibandingkan membersihkan sesuatu selama
sebulan.”(Liye,2016:200).
5) Membantu sesama, meskipun tidak mengenal orang tersebut. Hal
tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
46
“Dia anak yang baik.Dia menjaga wanita tua ini sepanjang
perjalanan.” Nenek itu tertawa renyah….”(Liye,2016:172).
“Nenek tua itu melakukan perjalanan sendirian, ia bilang
punggungnya sakit kalau terlalu lama duduk.Aku memberikan
separuh kursiku padanya agar ia bisa
bersandar.”(Liye,2016:172).
6) Perhatian dan penuh kasih sayang. Hal tersebut tertulis pada
kalimat sebagai berikut :
“Aku sempat menemani Ibu makan malam di kamarnya, memijat
hingga ia jatuh tertidur.Mematikan lampu, berjinjit keluar.”
(Liye,2016:175).
7) Mandiri. Hal tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Ini hari libur, sepatu dan seragam sekolah kau belum dicuci,
Dam?Dan kau juga belum mengepel lantai, membersihkan
halaman,” Ibu mengingatkanku yang asyik memasang poster
baru.”(Liye,2016:55).
“Sejak kecil Ayah tidakmembiasakanku minta tolong-bahkan
mengambil sendok di seberang meja makan, aku memilih berdiri
dan meraihnya sendiri.”(Liye, 2016:195).
47
8) Optimis. Hal tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Aku akan mengumpulkan uang Bu.Lihat, aku sudah dewasa, aku
sudah bisa bekerja,” aku berkata menyakinkan, memegang lengan
Ibu.” (Liye, 2016:196).
9) Kreatif, hal tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Maka esok harinya aku memasang pengumuman tentang
kesempatan bekerja di perkampungan bagi siapa saja yang
berminat.”(Liye,2016:206).
10) Mudah bersosialisasi, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Aku ingin bekerja di luar, membantu perkampungan dekat
Akademi Gajah.Setiap sore, lepas jadwal di kelas, aku bisa
membantu mereka mengurus mereka ngurus ladang, menangkap
ikan, dan jenis pekerjaan yang tersedia.”(Liye,2016:204).
11) Rasa ingin tahu yang besar, hal tersebut terdapat pada kalimat :
“Bagaimana rumah sang kapten, Yah? Besar?Kecil? Ayah ke
kamarnya? Apakah ada poster-poster seperti kamarku? Apakah
sang kapten punya koleksi gambar idolanya?” Aku mencengkram
lengan Ayah.”(Liye,2016:35).
48
b. Ayah
1) Seorang Ayah yang digambarkan memiliki kehidupan yang sangat
sederhana. Hal tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Keluarga kami tidak kekurangan, meski tidak juga kaya (jangan
bandingkan dnegan keluarga Jajrit). Walaupun lulusan master
hukum luar negeri, Ayah hanya menjadi pegawai negeri golongan
menengah, bukan hakim, jaksa, atau pejabat penting seperti
teman-temannya yang bahkan lulusan sekolah hukum terbaik
dalam negeri pun tidak. Lebih tepatnya, hidup kami apa
adanya.”(Liye, 2016:51).
2) Memiliki kejujuran yang luar biasa. Hal tersebut tertulis pada
kalimat sebagai berikut :
”Ayahku bukan pembohong.Seluruh penghuni kota kami tahu
ayahku pegawai yang jujur dan sederhana.”(Liye, 2016:141).
3) Perhatian. Hal tersebut tertulis pada kalimat sebagai berikut :
“Pulang sekolah, dengan menumpang angkutan umum, Ayah
menjemputku. Ia langsung mengantarkanku ke klub renang kota
kami.”(Liye,2016:22).
4) Mudah tersinggung, hal tersebut tertulis pada kalimat :
49
“Kau tidak menuduhAyah berbohong kan?”Ayahbertanya
tajam.”(Liye,2016:191).
5) Mudah marah, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Astaga?Setelah bertahun-tahun tidak ada satu pun penduduk kota
yang berani meragukan apa yang keluar dari mulut Ayah, malam
ini, anakku satu-satunya meragukan sendiri ucapanku.”Ayah
berdiri, berkata lantang, menatap tajam, mengacungkan telunjuk.”
(Liye,2016:192).
c. Ibu
1) Penuh kasih sayang , hal tersebut tertulis dalam kalimat :
“Jangan lupa makan, Dam, “Ibu berbisik, setengah menit tidak
melepaskan pelukannya.” (Liye,2016:122).
2) Perhatian, hal tersebut tertulis dalam kalimat :
“Bergegas, Dam. Kau sudah terlambat!”Sambil mengomel, Ibu
memasukkan celana dan kacamata renang ke dalam kantong
plastik, mencari sepatu, sekaligus meneriakiku yang masih
berkutat memasang seragam sekolah.”(Liye,2016:19).
3) Mudah terharu, hal tersebut dituliskan pada kalimat :
50
“Ibu terharu dan berkata, “ini kado terindah yang pernah Ibu
terima, saying.Terima kasih.”(Liye,2016:191).
d. Taani
1) Optimis, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Aku berani bertaruh, dia paling juga tidak menonton, hanya
melihat beritanya tadi pagi, sekarang berlagak paling
tahu….”(Liye,2016:21).
2) Perhatian, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Sejauh ini, Taani rajin mengunjungi Ayah, mengirimi makanan,
membantu mengurus rumah, dan tentu saja menemani Ayah,
mendengarkan cerita-cerita itu.”(Liye,2016:266).
3) Tanggung jawab, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Taani melakukan apa saja untuk membuat mereka berhenti,
termasuk sengaja meninggalkan buku hariannya lagi di laci meja,
yang di dalamnya sudah ditulis bahwa papa Jajrit juga teman
dekat sang kapten.”(Liye,2016:94).
51
4) Keras kepala, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Berhari-hari Taani menolak berbicara denganku… “Kau harus
sabar, Dam.Sejak kecil Taani memang keras
kepala.”(Liye,2016:262).
5) Tidak mudah putus asa, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Ia berkali-kali sengaja membawa Zas dan Qon yang berusia
enam dan empat tahun mengunjungi Ayah.Membiarkan Ayah
bercengkrama dengan cucu-cucu menggemaskan, seru-seruan
Qon,celetukkanZas,tawa dan seringhai lebar
mereka.”(Liye,2016:271).
6) Pandai membagi waktu, hal tersebut tertulis pada kalimat:
“Ia pandai mengurus rumah, mengurus Zas dan Qon,
mengurusku, serta megurus toko dan kebun bunganya sekaligus.
Taani juga tetap disiplin mengunjungi Ayah, mengirimkan
makanan, bertanya apakah Ayahmemerlukan
bantuan.”(Liye,2016:270).
e. Jajrit
1) Suka mengejek, hal tersebut tertulis pada kalimat :
52
“Kau terlalu pendek untuk menjadi perenang, dan rambut kau,
astaga, “Jajrit terbahak melirik kepalaku,” Kau harus hati-hati,
jangan-jangan kalau kolamini ada ikannya, mereka menyangka itu
sarangnya.”(Liye,2016:24).
2) Senang membuat keributan, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Sepertinya dugaanku benar kawan.Rambut jeleknya membuat dia
tenggelam.Meluncur ke bawah seperti patung batu.”Jajrit tertawa,
diikuti kameradnya yang selalu setia.”(Liye.2016:36).
3) Peduli, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Biar kau tidak perlu memotong rambut kau itu.”Jajrit
menyeringai lebar, menunjuk kepalaku.”(Liye,2016:85).
f. Pelatih Renang
1) Tegas, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Kalian siap, hah?” (Liye,2016:76).
2) Penuh semangat, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Bagus.Hajar lawan kalian.Berenanglah seolah itu kesempatan
terakhir kalinya kalian renang. Berenanglah seperti besok semua
53
air di planet Bumi menguap.”Pelatih mengepalkan
tangan.”(Liye,2016:98).
g. Zas dan Qon
1) Rasa ingin tahu yang tinggi, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Pa, apakah cerita-cerita kakek itu benar?Zas sudah berdiri di
belakang kursi, memeperhatikanku yang sibuk dengan program
grafis di layar laptop.”(Liye,2016:188).
“Tetapi apa susahnya menunggu setengah menit, Kek? Bukankah
sang kapten hampir melewati bangku Papa? Bukankah Nenek
hanya merasa lelah?Bukankah Papa juga memenagkan piala
renangnya?Qon yang baru berusia tujuh tahun saja bahkan tidak
bisa menerima logika Ayah.”(Liye,2016:108).
2) Penurut, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Zas dan Qon menurut, saling menatap.”(Liye,2016:219).
h. Retro
1) Mudah marah, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Retro bersungut-sungut sepanjang lorong, menolak bicara
denganku.”(Liye, 2016:127).
54
2) Penasaran, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“…Apakah kau berhasil soal itu, Dam. Aku bertanya soal Ayah
kau. Apakah kau berhasil mendapatkan bukti bahwa cerita-cerita
itu sungguhan atau bohong…”(Liye, 2016:197).
3) Keras kepala, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Namaku harus ada!”Retro mengancam, tangannya bergerak
cepat, hendak merampas kertas di tanganku.”(Liye, 2016:207).
4) Senang bercanda, hal tersebut tertulis pada kalimat :
“Dia palinag hebat di seluruh Akademi Gajah, Pak.Satu anak
panah bisa membelah diri membunuh tiga ekor babi sekaligus,”
Retro membual, membuatku tertawa lebar.”(Liye, 2016:214).
3. Alur atau Plot
Alur atau plot yang digunakan pada novel Ayahku (Bukan)
Pembohong yaitu menggunakan alur sorot balik, flash back. Dimana
urutan kejadian yang dikisahkan dalam cerita tidak bersifat
kronologis.Melainkan pembaca langsung disuguhkan dengan konflik-
konflik yang telah meruncing.Sedangkan pembaca belum mengetahui
situasi dan permasalahan yang menyebabkan terjadinya konflik dan
pertentangan itu (Nurgiyantoro, 2013:214).
55
4. Sudut Pandang
Adapun sudut pandang yang digunakan dalam novel Ayahku
(Bukan) Pembohong adalah sudut pandang orang pertama.Karena pada
novel Ayahku (Bukan) Pembohongini menggunakan kata “Aku” ketika
tokoh utama berkisah, mengisahkan kesadaran dirinya sendiri,
mengisahkan peristiwa dan tindakan, yang diketahui, dilihat, didengar,
dialami, dan dirasakan, serta sikapnya terdahap orang (tokoh) lain kepada
pembaca(Nurgiyanto, 2013:352).
5. Latar atauSetting
Adapun latar yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan)
Pembohong sebagai berikut :
a. Latar Tempat
Latar tempat menunjuk lokasi terjadinya peristiwa yang
diceritakan dalam sebuah karya fiksi(Nurgiyanto, 2013:314).
Adapun latar tempat yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan)
Pembohong, sebagai berikut :
1) Ruang keluarga, yang ditunjukkan pada kalimat :
“Menahan rasa jenhgkel, aku akhirnya memilih meningglkan
ruang keluarga kami.” (Liye, 2016:7).
56
2) Sekolah, yang ditunjukkan pada kalimat :
“Tadi pagi, seluruh teman di sekolah sibhuk meributkan
pertandingan ini, bertengkar membela klub kesayngan masing-
masing.” (Liye, 2016:8).
3) Angkutan kota, yang ditunjukkan pada kalimat :
“Angkutan umum yang kami tumpangi berhenti untuk kesekian
kali.”(Liye,2016:22).
4) Kolam renang, yang ditunjukkan pada kalimat :
“Cahaya matahari terhalang dinding tribun dan pohon, kolam
renang tidak panas lagi.”(Liye,2016:44).
5) Ruang kerja, yang ditunjukkan pada kalimat :
“Aku bergegas meraih charger laptop yang tertinggal, kembali
masuk ke ruang kerja.”(Liye,2016:31).
6) Halaman sekolah, yang ditunjukkan pada kalimat :
“Esok harinya, di halaman sekolah, aku bertengkar dengan Jajrit.”
(Liye,2016:35).
57
7) Lorong sekolah, yang ditunjukkan pada kalimat :
“Di lorong sekolah, ibu berkali-kali minta maaf pada ibu Jajrtit.”
(Liye,2016:37).
8) Toilet sekolah, yang ditunjukkan pada kalimat :
“Jajrit membersihkan toilet laki-laki, bagianku toilet
perempuan.”(Liye, 2016:40).
9) Ruang ganti, yang ditunjukkan pada kalimat :
“Anak-anak yang berada di ruangan ganti berusaha melerai.”
(Liye, 2016:46).
10) Kamar , yang ditunjukkan pada kalimat :
“Aku hanya mendengarkan diskusi mereka dari kamarku sambil
belajar.”(Liye, 2016:51).
11) Dapur, yang ditunjukkan pada kalimat :
“ …membuat langit-langit dapur hanya menyisakan suara ketel air
panas.”(Liye,2016:58).
58
12) Stadion, yang ditunjukka pada kalimat :
“…lautan manusia yang sudah memenuhi stadion.”
(Liye,2016:103).
13) Akademi Gajah, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Tahun pertama di Akademi gajah terlewati.” (Liye,2016:115).
14) Stasiun, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Pagi ini Ayah dan Ibu mengantarku ke stasiun kereta.”
(Liye,2016:122).
15) Halaman rumah, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Kami membawa meja dan kursi ke halaman rumah, makan malam
beratapan bintang gemintang.” (Liye,2016:117).
16) Bangunan rumah kaca, yang ditunjukka pada kalimat:
“Kepala sekolah menghukum kami di bangunan rumah kaca
(tempat praktik pelajaran tumbuh-tumbuhan).”(Liye,2016:119).
17) Perpustakaan sekolah, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Kami datang ke gedung perpustakaan pukul lima, saat pintu
perpustakaan siap ditutup.” (Liye, 2016:128).
59
18) Pinggir danau, yang ditunjukka pada kalimat:
“Salah satu perahu merapat ke pinggir danau, menyilakan kami
loncat ke dalamnya, mendayung kembali ke perahu satunya.”
(Liye,2016:203).
19) Hutan, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Di bagian hutan lain, kelompok lain juga mulai mengejar
sasaran.”(Liye,2016:222).
20) Rumah Sakit, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Saat aku selesai menumpang mandi di toilet rumah sakit, kembali
menunggui Ibu….” (Liye,2016:230).
“Ayah masih di ruang gawat darurat.” (Liye,2016:285).
21) Makam, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Langit mendung, awan gelap sejauh mata memandang. Taman
perkuburan hanya menyisakan aku dan Ayah.” (Liye,2016:236).
“Di tepi pemakaman terdengar teriakan-teriakan.”
(Liye,2016:296).
60
22) Kampus, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Jurusan ini berisik sekali, berbeda dengan gedung
jurusanku.Wajah mahasiswa jurusanku tertekuk seperti gambar
arsitek.”(Liye,2016:244).
23) Kantin, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Tidak ada kembaliannya. Petugas kantin menggeleng.”
(Liye,2016:244).
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi(Nurgiyanto,
2013:318).
Adapun latar waktu yang terdapat pada novel Ayahku (Bukan)
Pembohong , sebagai berikut:
1) Pagi, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Masih pagi, sekolah belum ramai saat Taani tergopoh-gopoh
datang.”(Liye,2016:40).
“Pagi yang cerah, hari libur, deadline desainku tinggal
seminggu.”(Liye,2016:188).
61
2) Malam, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Kota bercahaya.Ini malam festival kembang api.”
(Liye,2016:248).
3) Sore, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Sore ini kolam renang kota kami ramai.” (Liye,2016:42).
“Persis pukul lima sore, tibalah pertandingan besar itu.”
(Liye,2016:105).
4) Dini hari, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Dini hari, pertandingan putaran kedua semifinal Liga
Champions Eropa tiga puluh tahun lalu.”(Liye,2016:49).
5) Tiga puluh menit, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Tiga puluh menit lepas, cuaca semakin menyenangkan.”
(Liye,2016:44).
6) Empat puluh lima menit, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Empat puluh lima menitterlewati, salah satu anak
mengacungkanangka 15,itu jumlah putaranku.” (Liye,2016:44).
62
7) Lima puluh lima menit, yang ditunjukkan pada kalimat:
“Menit lima puluh lima menit, separuh undangan mulai berdiri,
menyemangati.”(Liye,2016:44).
6. Amanat
Amanat yang terkandung dalam novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye ini yaitu agar tidak mudah putus asa dan
tetap semangat dengan apa yang dicita-citakan, meskipun berbagai
rintangan besar menghadang. Mendidik anak dengan cara yang sederhana
dan berbeda dengan cara orang lain, bukanlah hal yang salah selama itu
akan tetap berdampak positif untuk anak dan orang sekitarnya. Karena
setiap orang tua memiliki cara yang berbeda-beda untuk mendidik dan
menjadikan anak-anaknya orang yang lebih baik di masa depan.
Menyadarkan semua manusia bahwa kemewahan bukanlah kebahagiaan
yang sesungguhnya. Karena kebahagiaan itu tumbuh dan tercipta dari diri
kita sendiri meskipun dengan sebuah kesederhanaa. Keluarga adalah harta
terbesar, maka dengan menjalin komunikasi yang baik akan menciptakan
sebuah keharmonisan dan kebahagiaan tersendiri.
D. Sinopsis
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye menceritakan
tentang sebuah keluarga yang membesarkan anak lelaki sematang wayangnya
63
dengan cara yang sederhana. Dengan carayang tidak biasa, unik dan berbeda
dengan yang dilakukan oleh jutaan orang tua manapun. Yaitu mendidik
anaknya dengan dongeng-dongeng yang penuh dengan inspirasi, motivasi,
pemahaman yang baik, hati yang baik, dan semangat yang begitu besar. Yang
membuat ia tidak tertarik bermain diluar rumah seperti teman-teman
seumurannya. Ia lebih senang menghabiskan hari-harinya dengan
mendengarkan cerita-cerita dari Ayahnya, membantu pekerjaan rumah, dan
kegiatan lainnya seperti rutin melakukan latihan di club renang daerahnya.
Dam seorang anak lelaki dengan rambut keriting dan memiliki tubuh
yang kurus.Hal tersebut sering menjadi bahan ejekan teman-teman
sekelasnya.Ia sering dipanggil dengan panggilan si keriting. Namun ia hanya
diam meskipun terkadang membuat hatinya jengkel. Ia lebih memilih diam
daripada rebut dengan teman-temannya meskipun telah mengejeknya.
Dam berasal dari keluarga yang sederhana dan setiap harinya hanya
mendengarkan cerita dari Ayahnya dan membantu pekerjaan rumah, namun
Dam memiliki kepribadian yang mandiri dan tidak manja seperti teman
seumurannya.Ia terbiasa dengan kehidupan yang apa adanya. Bahkan banyak
sekali orang yang menilai bahwa keluarga Dam adalah keluarga
teladan.Keluarga yang banyak menginspirasi keluarga lainnya. Bahkan setiap
apa yang dikatakan Ayah Dam, orang di kota tempat mereka tinggal
mempercayainya. Hal tersebut dikarenakan Ayah Dam dikenal dengan
64
seseorang yang paling jujur dan paling baik dengan siapapun di kota tempat
mereka tinggal. Dari mulai sopir angkutan umum, pedangan, hingga pejabat
tinggi sekalipun mengenal Ayah Dam.Meskipun Ayah Dam bukanlah seorang
pejabat tinggi namun karena kepribadiannya yang sangat baik membuat
dirinya banyak dikenal orang dari berbagai golongan.
Ibu Dam hanyalah seorang mantan bintang film terkenal pada
jamannya.Namun ketika sudah berkenalan dan memutuskan menikah dengan
Ayah Dam, ia memilih untuk meninggalkan hingar bingar dan popularitas
yang ia miliki. Dan memutuskan menjadi seorang ibu rumah
tangga.Meskipun begitu ia sudah merasa bahagia dan cukup. Karena baginya
keluarga adalah segalanya.
Karena banyak orang yang mengetahui bahwa Dam adalah anak dari
seseorang yang dianggap paling jujur di kotanya, banyak orang yang
menyukai Dam karena sikapnya yang baik dan peduli terhadap semua orang
seperti Ayahnya. Bahkan tidak sedikit orang tua dari teman sekelasnya yang
selalu membandingkan anak mereka dengan Dam.Mereka menginginkan
anaknya bersikap sopan dan baik seperti Dam.Seperti Jajrit teman sekelasnya
yang berasal dari keluarga berada yang selalu membuat keributan dengan
Dam.Jajrit selalu mengganggu Dam, dan dialah orang yang pertama kali
memanggil Dam dengan sebutan si keriting dan si pengecut.Jajrit selalu
membuat keributan dengan Dam yang akhirnya mereka berdua mendapat
65
hukuman dari sekolah. Mulai dari panggilan untuk orang tua, membersihkan
toilet sekolahan selama satu minggu, bahkan hingga mendapatkan skors dari
sekolahan.Hingga suatu hari karena mereka ribut di kolam renang, mereka
dihukum oleh pelatih untuk membersihkan kolam renang setiap harinya.
Alasan Jajrit yang selalu mengganggu dan membuat keributan dengan
Dam adalah dikarenakan ayah Jajrit selalu membandingkan dirinya dengan
Dam. Hal tersebut membuat Jajrit merasa bahwa dirinya selalu salah di mata
Ayahnya yang dikarenakan ia tidak bisa seperti Dam. Seorang anak laki-laki
dari keluarga sederhana yang selalu dibandingkan dengan dirinya. Mengetahui
hal tersebut Dam hanya terdiam dan berfikir sebenarnya apa yang membuat
ayah Jajrit menyuruh Jajrit untuk seperti dirinya.
Taani adalah teman sekelas Dam yang tidak pernah memanggilnya
dengan sebutan si keriting dan si pengecut.Taani adalah teman satu-satunya
yang paling setia dan peduli dengannya.Ia selalu mendengarkan cerita Dam
dan membantu Dam.Bahkan ia adalah satu-satunya orang yang selalu Dam
beritahu mengenai cerita-cerita Ayahnya. Mulai dari cerita sang kapten
(pemain sepak bola legendaris pada masa itu), lembah Bukhara, penguasa
angin dan lainnya. Cerita yang terkadang tidak masuk akal.Namun Taani
tetap saja menanggapi apa yang Dam katakan padanya. Hingga suatu hari
ketika Taani menuliskan apa yang Dam ceritakan padanya di buku harian
miliknya, yaitu tentang Ayah Dam adalah teman baik, teman dekat sang
66
kapten. Hal tersebut membuat terkejut teman sekelasnya dan bahkan seluruh
sekolah mengetahui berita tersebut.Hal itu membuat Dam marah besar dengan
Taani. Kemarahan Dam kepada Taani tidak hanya sehari dua hari, namun
hingga hari kelulusan tiba pun Dam tetap tidak peduli dengan penjelasan dari
Taani.Bahkan ketika mereka sudah memasuki sekolah menengah, Dam tidak
pernah bertegur sapa dengan Taani meskipun melalui surat. Bahkan Dam
tidak akan memanggil atau menyebut nama Taani lagi sebelum ia memaafkan
kesalahan Taani.
Hingga suatu hari ketika mereka sudah memasuki bangku perkuliahan,
tanpa sengaja mereka dipertemukan di sebuah kantin di kampus
mereka.Berawal dari itu mereka mulai dekat kembali dan akhirnya
memutuskan untuk menikah. Dari pernikahan itu mereka di karuniai dua
orang anak, lelaki dan perempuan yang mereka beri nama Zas dan Qon. Zas
dan Qon memiliki kisah yangsama dengan Dam, Ayah mereka. Yaitu lebih
memilih mendengarkan cerita kakek mereka daripada harus bermain di luar
rumah seperti teman-temannya.Mereka lebih tertarik mendengarkan cerita-
cerita Kakeknya. Kakek mereka menceritakan apa yang diceritakan dengan
Dam semasa kecil. Sebenarnya Dam tidak menyukai hal tersebut, karena
menurutnya cerita-cerita itu adalah cerita bohong.Iaadalah kepala rumah
tangga yang mempunyai aturan dan cara tersendiri untuk membesarkan kedua
anaknya. Yang pasti tidak dengan cerita-cerita bohong seperti yang Ayahnya
67
lakukan padanya semasa kecil.Namun ketika Dam akan marah karena hal
tersebut, Taani selalu menahannya agar tidak marah pada Ayahnya.
Retro adalah teman sekamar Dam selama tiga tahun di Akademi
Gajah.Selain teman sekamar, Retro juga teman yang sering sekali menemani
Dam ketika dihukum.Karena setiap Dam membuat kesalahan dan berakhir
dihukum, maka Retro selalu terkena imbas dari kesalahan Dam.Mulai dari
dihukum untuk menunggu buah apel yang jatuh dengan sendirinya, dihukum
untuk membersihkan perpustakaan dan masih banyak hukuman-hukuman
lainnya. Ketika mendapatkan hukuman untuk membersihkan seluruh ruangan
perpustakaan, Retro lebih sering duduk dan membaca buku-buku yang berada
pada tumpukan buku lama, berdebu, dan kotor pada sebuah rak tua yang tak
ada satupun pengunjung yang menyentuh buku-buku di rak tersebut.
Suatu ketika Dam penasaran dengan buku yang dibaca Retro, sehingga
membuat Retro tertawa sedikit keras dan sempat diperingatkan oleh penjaga
perpustakaan yang sangat menakutkan. Ketika Dam berusaha merebut buku
yang sedang dibaca Retro, Dam terkejut dengan apa yang ia lihat. Ternyata
selama ini Retro membaca buku yang berjudul Lembah Bukhara. Cerita yang
pernah ia dengar dari Ayahnya. Seketika Dam berusaha mencari buku lainnya
di rak tersebut. Karena ia penasaran apakah cerita-cerita lainnya ada di rak
itu. Sebelum selesai mencari Dam dan Retro sudah dipanggil untuk keluar
dari perpustakan karena jam kunjungan sudah habis. Hal itu membuat Dam
68
berpikir keras dengan ucapan Retro setelah Dam mengatakan bahwa Ayahnya
pernah ke Lembah Bukhara. Apakah Ayahnya pernah bersekolah di Akademi
Gajah tempat ia sekolah saat itu? Apakah Ayahnya pernah membaca buku itu
lalu menceritakan kepadanya dan seolah-olah mengalami kejadian yang
diceritkan pada buku itu.
Semakin hari ia tak sabar menunggu liburan tiba. Karena ketika
pulang nanti ia berencana akan menanyakan hal tersebut pada Ayahnya.
Namun hal tersebut ternyata diluar dugaan, ketika Dam menyinggung hal
tersebut Ayahnya seketika tersinggung dan marah. Hal itu membuat Dam
merasa bersalah, tidak seharusnya ia menanyakan hal tersebut pada Ayahnya.
Seharusnya ia tidak memikirkan apakah cerita-cerita itu bohong atau bukan,
yang jelas dengan cerita-cerita itu semangatnya menjadi lebih besar.
Semenjak kejadian itu Dam mulai tidak peduli dengan kebenaran cerita-cerita
itu lagi.Ia mulai melupakan hal tersebut.
Namun ketika ia sudah memasuki tahun ketiga dan tinggal beberapa
minggu ujian akhir, ia dipanggil kepala sekolah. Ternyata ia mendapatkan
telegram dari Ayahnya yang meyuruhnya pulang dikarenakan Ibunya sakit
dan dirawat di rumah sakit. Ini tidak seperti biasanya.Dam bergegas
memasukkan pakaian kedalam koper dan segera menuju stasiun.Sesampainya
di rumah sakit, dan melihat wanita tercintanya terbaring lemah dan tak
berdaya. Ayahnya hanya berkata bahwa Ibunya akan segera sembuh, dan
69
obatnya hanyalah istirahat. Ayahnya tidak mengatakan kondisisebenarnya
pada Dam. Dam dan Ayahnya dipanggil dokter yang menangani Ibunya, dan
dokter tersebut berkata bahwa kondisi Ibunya sudah sangat lemah dikarenakan
penyakit kelainan itu sudah terlalu parah dan sudah menyebar keseluruh
darah. Ketika itu Dam marah besar dengan Ayahnya. Hingga kepergian sang
Ibu, Dam masih sangat kecewa dan marah dengan Ayahnya. Semenjak
kejadian itu, Dam tidak pernah percaya lagi dengan semua cerita-cerita
Ayahnya dan menganggap semua cerita Ayahnya adalah kebohongan besar.
Dam juga tidak pernah bercengkrama dengan Ayahnya seperti dahulu kala di
masa kecilnya. Ia lebih memilih pergi dari rumah meninggalkan Ayahnya dan
tinggal di sebuah flat kecil dekat kampus. Itu semua karena ia masih merasa
kecewa dan marah dengan Ayahnya. Ia hanya pulang kerumah ketika merasa
rindu dengan Ibunya, bukan karena rindu dengan Ayahnya. Kemarahan itu
berlangsung hingga ia menikah dan memiliki dua orang anak. Hingga suatu
hari ketika sang Ayah mulai menua, Taani meminta Ayah mertuanya itu ikut
tinggal bersama dengan mereka. Namun selalu ditentang keras oleh
Dam.Dengan berbagai usaha Taani, akhirnya Dam dengan berat hati
mengijinkan Ayahnya tinggal bersama dengan mereka.
Hal tersebut tidak kurang tidak lebih, dikarenakan Dam masih
menyimpan rasa kecewa dan marah dengan Ayahnya semenjak kepergian
Ibunya beberapa tahun silam.Semenjak Ayahnya tiggal bersama Dam dan
70
keluarga kecilnya, kedua anak Dam lebih banyak menghabiskan waktu
dengan Kakek mereka. Itumembuat Dam merasa bahwa Ayahnya telah
merebut waktunya dengan kedua anaknya.Kedua anaknya lebih dekat dengan
Kakeknya daripada dengan Dam. Mereka merelakan jam bermain untuk
mengerjakan pekerjaan rumah atau sekedar belajar agar jam belajar mereka
bisa untuk mendengarkan cerita-cerita hebat Kakeknya. Itu semakin membuat
Dam marah besar. Karena ia tidak suka dengan apa yang dilakukan ayahnya
kepada kedua anaknya. Dam tidak ingin kedua anaknya tumbuh besar dengan
cerita-cerita bohong itu seperti yang dilakukan ketika ia masih kecil. Hingga
suatu hari ketika Dam mengetahui kedua anaknya tidak masuk sekolah selama
beberapa hari, iamarah besar dan akhirnya meminta Ayahnya untuk pergi
meninggalkan rumahnya. Pagi harinya Dam menerima telepon dari penjaga
pemakaman tempat dimana Ibunya dimakamkan.Ternyata pagi itu Ayahnya
pingsan di atas pusaran makam Ibunya.Penjaga makam langsung
membawanya ke rumah sakit untuk di rawat.Ketika itu, Ayahnya meminta
maaf kepada Dam dan meminta dam untuk mendengarkan cerita
terakhirnya.Dam mendengarkan cerita terakhir itu. Ternyata itu benar-benar
menjadi cerita terakhir Ayah Dam kepadanya. Ayah Dam menghembuskan
napas terakhir. Ketika pemakaman, pelayat yang datang silih berganti
mengalahkan keramaian festival kembang api bahkan tour sang Kapten
beberapa puluhtahun silam. Ada hal tak terduga di acara pemakaman itu,
71
sang Kapten idola Dam di masa kecil dan si Nomor Sepuluh idola kedua anak
Dam hadir di pemakaman Ayahnya. Hal itu membuat Dam merasa tidak
percaya dan merasa menyesal karena telah menganggap Ayahnya seorang
pembohong. Sejak pagi itu, ia sadar bahwa Ayahnya bukan pembohong.
72
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Analisis Nilai-Nilai Materi Pendidikan Karakter Pada Novel Ayahku
(Bukan) Pembohong
Nilai-nilai pendidikan karakter pada novel Ayahku (Bukan)
Pembohong karya Tere Liye banyak ditunjukkan dalam bentuk deskripsi
cerita, dialog antar tokoh, maupun respon para tokoh dalam menyikapi suatu
kejadian dalam cerita.
Kalimat yang digunakan oleh pengarang mudah dipahami pembaca
berbagai kalangan. Pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang pun mudah
dipahami oleh pembaca.
Penulis akan menjabarkan nilai-nilai pendidikan karakter yang
terdapat pada novel Ayahku (Bukan)Pembohong karya Tere Liye, sebagai
berikut:
1. Disiplin
Pada dasarnya disiplin muncul dari kebiasaan-kebiasaan yang
dimulai dari hal yang kecil dan sederhana dalam melakukan aktivitas
setiap harinya.
73
Pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang
menunjukkan nilai pendidikan karakter yaitu seseorang yang disiplin,
sebagai berikut:
“Kita sudah bersepakat. Setengah jam sudah lewat, saatnya tidur. Kalian
tidak akan melanggar kesepakatan kita, bukan? Atau tidak akan ada lagi
orang yang menghormati janji kalian.” (Liye, 2016:109).
Kutipan di atas menceritakan seorang Ayah yang mendidik anak-
anaknya sejak kecil agar menjadi orang yang disiplin. Tidak ingin anak-
anaknya melanggar peraturan atau kesepakatan yang telah dibuat. Semua
itu dimulai dari hal-hal yang kecil dan sederhana, dan selalu mengingatkan
kepada anak-anaknya resiko yang akan diperoleh ketika seseorang telah
melanggar kesepakatan yang telah dibuat.
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang disiplin. Yang terdapat pada
surat Al-Ashr ayat 1-3 :
Artinya: “Demi masa. Sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling
menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran”. (Al-
Ashr ayat 1-3) (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013:603).
74
Pada ayat di atas sudah diterangkan bahwa Allah telah memerintah
manusia untuk menjadi manusia yang disiplin dan menggunakan waktu
dengan sebaik mungkin agar tidak menjadi manusia yang merugi.
2. Kerja Keras
Kerja keras merupakan suatu usaha lebih yang dilakukan
seseorang untuk meraih apa yang diinginkan. Pada novel Ayahku
(Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang menunjukkan nilai pendidikan
karakter yaitu kerja keras. Hal tersebut terdapat pada kutipan :
“Satu jam lalu, bahkan saat ayah dan ibu belum bangun, saat jalanan
masih gelap, aku juga sudah menggowes sepeda, mengantar koran,
mengepel lantai, menyiram tanam, mengerjakan seluruh tugas rumah
yang kuabaikan sebulan terakhir.” (Liye, 2016:57).
Pada kutipan novel di atas, menunjukkan seorang anak kecil yang
bekerja keras untuk mendapatkan apa yang ia inginkan meskipun harus
mengantar koran. Bukan hanya itu, bahkan melakukan pekerjaan rumah
yang tidak biasa dilakukan anak seusianya. Karena anak seusianya lebih
banyak dan lebih memilih menghabiskan waktu mereka untuk bermain
bersama teman-temannya. Namun berbeda dengannya yang sudah
terbiasa mengerjakan pekerjaan rumah untuk membantu orang tuanya.
75
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang ayat yang memerintahkan
untuk kerja keras. Yang terdapat pada surah At-Taubah ayat 105 :
Artinya : “Dan Katakanlah, "Bekerjalah kamu, maka Allah akan melihat
pekerjaanmu, begitu juga Rasul-Nya dan orang-orang mukmin, dan kamu
akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan”.
(At-Taubah:105) (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013:203).
Pada ayat di atas sudah dijelaskan bahwa Allah telah
memerintahkan kepada manusia untuk bekerja keras. Tidak menjadi
manusia yang mudah menyerah dengan keadaan. Karena dengan bekerja
keras seseorang dapat mencapai apa yang diinginkan. Karena tidak ada
hasil yang menghianati suatu usaha. Sesuatu yang dilakukan dengan
bekerja keras akan memperoleh hasil yang memuaskan.
3. Peduli
Memiliki rasa peduli dengan keadaan sekitar harus dimiliki setiap
orang agar tercipta kehidupan bermasyarakat yang damai, tentram dan
menyenangkan.
76
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang
menunjukkan nilai pendidikan karakter yaitu memiliki kepedulian kepada
sesama. Hal tersebut terdapat pada kutipan :
“Dia anak yang baik. Dia menjaga wanita tua ini sepanjang
perjalanan.” Nenek itu tertawa renyah….” (Liye,2016:172).
Kutipan di atas menunjukkan seseorang yang memiliki rasa
peduli dengan orang-orang dan keadaan sekitarnya. Tidak peduli apakah
mengenal orang tersebut atau tidak dan sebaliknya. Baginya membantu
orang lain adalah suatu kewajiban yang harus dilakukan. Hal tersebut
sudah ditanamkan sejak kecil oleh kedua orang tuanya.
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang ayat yang memerintahkan
manusia untuk menjadi manusia yang peduli. Yang terdapat pada
potongan surat Al-Maidah ayat 2:
Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan
dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
permusuhan.. Bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah sangat berat
siksa-Nya”. (Al-Maidah:2) (Kementrian Agama Republik Indonesia,
2013:106).
Pada potongan ayat di atas, sudah dijelaskan bahwa Allah telah
memerintahkan kepada makhluk-Nya untuk saling tolong menolong
77
dalam hal kebaikan. Karena pada dasarnya tolong menolong bukanlah
perbuatan yang keji melainkan perbuatan yang mulia. Allah akan
mempermudah urusan hamba-Nya yang dengan senang hati menolong
sesamanya.
4. Kemandirian
Seseorang yang memiliki sifat mandiri bukan berarti tidak
membutuhkan bantuan orang lain. Akan tetapi tidak tergantung pada
orang lain. Berusaha melakukan sesuatu yang sekiranya masih bisa
dilakukan sendiri.
Pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang
menunjukkan nilai pendidikan karakter yaitu kemandirian. Hal tersebut
terdapat pada kutipan :
“Ini hari libur, sepatu dan seragam sekolah kau belum dicuci, Dam?
Dan kau juga belum mengepel lantai, membersihkan halaman,” Ibu
mengingatkanku yang asyik memasang poster baru.” (Liye,2016:55).
“Sejak kecil Ayah tidak membiasakanku minta tolong, bahkan mengambil
sendok di seberang meja makan, aku memilih berdiri dan meraihnya
sendiri.” (Liye, 2016:195).
Pada kutipan di atas menunjukkan seorang anak kecil yang
memiliki kemandirian yang luar biasa dibandingan dengan anak
seusianya. Sejak kecil orang tuanya telah mengajarkan untuk tidak
78
membiasakan diri menjadi orang yang selalu tergantung pada orang lain.
Jika semua masih bisa dilakukan sendiri, maka tidak perlu merepotkan
orang lain.
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang kemandirian. Yang
terdapat pada surat Al-Mukminun ayat 62:
Artinya:“Dan Kami tidak membebani seseorang melainkan menurut
kesanggupannya, dan pada Kami ada suatu catatan yang menuturkan
dengan sebenarnya, dan mereka tidak dizalimi (dirugikan)”. (Al-
Mukminuun:62) (Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013:346).
Dari ayat tersebut menjelaskan bahwa Allah tidak akan
memberikan beban kepada hamba-Nya di luar kemampuannya. Allah
memberikan beban kepada hamba-Nya karena tahu bahwa hamba-Nya
dapat menyelesaikan atau menemukan jalan keluar dari beban atau
masalah yang diberikan. Dari situlah Allah menumbuhkan kemandirian
dari dalam diri setiap hamba Nya.
5. Tanggung Jawab
Pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang
menunjukkan nilai pendidikan karakter yaitu tanggung jawab. Hal
tersebut terdapat pada kutipan:
79
“Baiklah aku akan membayar denda. Itu malah lebih mudah
dibandingkan membersihkan sesuatu selama sebulan” (Liye, 2016:200).
Kutipan di atas memaparkan seseorang yang memiliki tanggung
jawab. Berani menerima resiko dari apa yang telah diperbuat. Meskipun
harus membayar denda yang tidak sedikit, dan tidak tau harus
mendapatkan uang untuk membayar denda tersebut.
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang tanggung jawab. Yang
terdapat pada surat Al-Mudtastsir ayat 38:
Artinya: “Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah
dilakukannya”. (Al-Muddatsir:38) (Kementrian Agama Republik
Indonesia, 2013:576).
Pada ayat di atas Allah telah mengingatkan kepada makhluk nya
bahwa setiap apa yang di lakukan akan diminta pertanggungjawaban.
Maka dengan adanya ayat tersebut, dapat menjadikan manusia yang lebih
berhati-hati dalam setiap melakukan sesuatu, berhati-hati dalam
berperilaku.
80
6. Penuh Kasih Sayang
Pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang
menunjukkan nilai pendidikan karakter yaitu penuh kasih sayang. Hal
tersebut terdapat pada kutipan:
“Ibu juga jaga kesehatan.” Aku mencium pipi Ibu, aroma rambutnya
tercium menyenangkan. “Ibu jangan terlalu lelah, karena tidak ada aku
yang suka memijat Ibu malam-malam.” Aku menatap wajah wanita
tercantik di dunia.” (Liye, 2016:122).
Pada kutipan novel di atas, menunjukkan bentuk kasih sayang
seorang anak kepada ibunya yang ia anggap sebagai wanita tercantik di
dunia. Ia tidak malu untuk mencium pipi ibunya di tempat umum.
Karena kebanyakan anak seusianya sudah canggung untuk menunjukkan
rasa sayang kepada orang tuanya, dengan alasan malu dilihat orang
karena menurutnya ia bukanlah anak kecil lagi.
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang kasih sayang. Yang
terdapat pada surat Al-Mumtahanah ayat 7:
Artinya: “Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang di antara
kamu dengan orang-orang yang pernah kamu musuhi di antara mereka.
81
Allah Maha Kuasa, Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang”.
(Al- Munthahanah:7) (Kementrian Agama Republik Indonesia,
2013:550).
Benang merah pada ayat di atas adalah perintah saling
menyayangi dengan sesama sekalipun dengan orang yang kita anggap
musuh dan dengan orang menganggap kita sebagai musuhnya. Selain
itu, kasih sayang tidak hanya untuk sesama melainkan juga dengan
makhluk lainnya.
7. Rasa Ingin Tahu
Pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang
menunjukkan nilai pendidikan karakter yaitu rasa ingin tau. Hal tersebut
terdapat pada kutipan:
“Bagaimana rumah sang Kapten, Yah? Besar? Kecil? Ayah ke
kamarnya? Apakah ada poster-poster seperti kamarku? Apakah sang
Kapten punya koleksi gambar idolanya?” Aku mencengkram lengan
Ayah.” (Liye, 2016:35).
Kutipan di atas menunjukkan seorang anak yang antusias ingin
mengetahui semua hal tentang pemain sepak bola kesayangannya. Ia
berusaha bertanya kepada ayahnya, meskipun satu pertanyaan saja belum
dijawab, ia sudah memberikan pertanyaan lainnya.
82
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang rasa ingin tahu. Yang
terdapat pada surat Ali-Imran ayat 190:
Artinya: “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
pergantian malam dan siang terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) vagi
orang yang berakal”. (Ali-Imran:190) (Kementrian Agama Republik
Indonesia, 2013:75).
Pada ayat di atas, sudah dijelaskan bahwa Allah menciptakan
langit dan bumi, siang dan malam agar manusia berpikir dan mencari tahu
atas kebesaran Allah. Allah memberikan akal kepada manusia untuk
berpikir dan mencari tahu apa yang belum diketahui agar menambah ilmu
dan pengetahuannya. Hal tersebut yang membedakan manusia dengan
binatang. Karena binatang tidak memiliki akal seperti manusia.
8. Santun
Pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang
menunjukkan nilai pendidikan karakter yaitu sikap santun. Hal tersebut
terdapat pada kutipan:
“…Nenek tua itu juga suka sekali bicara, sepanjang perjalanan terus
bicara, dan aku demi sopan santun mengangguk, menggeleng,
83
mengangguk lagi, dan menggeleng lagi menanggapi. Ia biacara tentang
keluarganya, tentang sakit tuanya, tentang suaminya yang telah
meninggal, hal-hal yang tidak penting semacam itulah. Kalian tidak
akan tahan walau hanya setengah jam. Aku menelan ludah. Aku menjadi
pendengar yang baik untuk nenek tua itu selama delapan jam.” (Liye,
2016:173).
Kutipan novel di atas menunjukkan seorang pemuda yang
berusaha mendengarkan cerita seorang nenek dengan sopan meskipun
cerita tersebut sangatlah tidak menarik dan tidak penting baginya.
Namun berusaha untuk mendengarkan dengan baik seolah-olah paham
dengan cerita tersebut.
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang bersikap santun. Yang
terdapat pada surat Al-Baqarah ayat 83:
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil,
“Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada
kedua orangtua, kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin. Dan
bertutur katalah yang baik kepada manusia, laksanakan salat dan
84
tunaikanlah zakat.”tetapi kemudian kamu berpaling (mengingkari),
kecuali sebagian kecil dari kamu, dan kamu (masih menjadi)
pembangkang”. (Al-Baqarah:83) (Kementrian Agama Republik
Indonesia, 2013:12).
Pada ayat di atas sudah dijelaskan bahwa Allah telah
memerintahkan kepada makhluk-Nya untuk bersikap santun kepada
sesama. Terutama kepada kedua orang tua mereka. ketika seseorang
sudah terbiasa bersikap santun kepada kedua orang tuanya, maka akan
santun pula kepada orang lain.
9. Kesederhanaan
Pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang
menunjukkan nilai pendidikan karakter yaitu kesederhanaan. Hal tersebut
terdapat pada kutipan:
“Ayah tidak menjadi hakim agung. Ayah memilih jalan hidup sederhana.
Berprasangka baik ke semua orang, berbuat baik bahkan pada orang
yang baru dikenal, menghargai orang lain, kehidupan, dan alam sekitar.
Itu jalan hidup Ayah.” (Liye, 2016:294).
“Sejak kecil, bahkan sejak aku belum bisa diajak bicara, Ayah sudah
suka bercerita. Ia menghabiskan banyak waktu menemaniku,
membacakan buku-buku. Ketika halaman buku-buku itu habis, meski
sudah membeli buku-buku terbaru dari toko dan meminjam seluruh
85
tumpukan buku di perpustakaan, Ayah mulai mencomot begitu saja
dongeng darii langit-langit kamar.” (Liye, 2016:12).
Kutipan novel di atas, memaparkan sifat sederhana dan cara
sederhana yang dimiliki seorang ayah dalam memilih jalan hidupnya dan
mendidik anak sematang wayangnya. Melakukan hal yang tidak biasa
dilakukan oleh orang tua manapun dalam mendidik anak-anaknya. Hanya
dengan cara yang sederhana yaitu menceritakan masa kecilnya, masa
mudanya, dan menceritakan hal-hal yang bisa membangkitkan semangat
anaknya. Cerita dan dongeng yang menjadikan anaknya seseorang yang
tidak penuh semangat, tidak mudah putus asa, dan menjadi anak yang
memiliki karakter yang baik dibandingkan anak seusianya.
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang kesederhanaan. Yang
terdapat pada surat Al-A’raf ayat 31:
Artinya: “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang bagus
pada setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan
berlebihan. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-
lebihan”. (Al-A’raf:31) (Kementrian Agama Republik Indonesia,
2013:154).
86
Pada ayat di atas sudah dijelaskan bahwa Allah tidak menyukai
hal-hal yang berlebihan. Dengan memiliki sifat serba mewah dan
berlebihan dapat menjadikannya manusia yang celaka dan tidak mudah
bersyukur atas apa yang Allah berikan kepadanya. Selalu merasa kurang
puas dengan apa yang sudah ada.
10. Keikhlasan
Pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang
menunjukkan nilai pendidikan karakter yaitu keikhlasan. Hal tersebut
terdapat pada kutipan:
“Tidak ada waktu untuk berpikir soal kemenangan. Jajrit mengalami
masalah, maka aku segera membalik badan. Jajrit berseru panik,
tersedak, meminum air lebih banyak.” (Liye, 2016:71).
“Aku tidak ingat detail setelah itu, bergegas lari ke luar kolam renang,
menghentikan angkutan umum, meminta orang-orang yang sedang joging
di jalanan membantu menggendong Jajrit.” (Liye, 2016:72).
“ Ketika memangkunya di atas angkutan umum, mata kami bersitatap
sejenak. Saat itu aku tahu bahwa masalah kami sudah selesai. Tidak ada
lagi sinar benci di matanya.” (Liye, 2016:72).
Kutipan novel di atas, memaparkan sebuah keikhlasan yang
dimiliki seseorang dalam membantu orang yang selama ini sangat
membencinya dan selalu membuat masalah kepadanya. Ia bertindak
87
cepat dan tidak peduli apakah orang yang ia selamatkan menyukainya
ataukah membencinya. Yang ia pikirkan hanyalah bagaimana caranya
menolong orang tersebut sebelum terlambat.
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang keikhlasan. Yang terdapat
pada surat Al-Gafir ayat 14:
Artinya: “Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada
Nya, meskipun orang-orang kafir tidak menyukai Nya”. (Al-Gafir:14)
(Kementrian Agama Republik Indonesia, 2013:468).
Pada ayat di atas, sudah jelas bahwa kita harus ikhlas dalam
melakukan sesuatu. Seperti halnya kita ikhlas dalam beribadah dan
beragama kepada Allah.
11. Kejujuran
Jujur merupakan kesesuaian antara hati, perkataan, dan perilaku.
Jika diantara ketiganya ada yang tidak sesuai, maka belum bisa dikatakan
jujur. Karena kejujuran itu sumbernya dari hati.
Pada novel Ayahku (Bukan) Pembohong terdapat kutipan yang
menunjukkan nilai pendidikan karakter yaitu kejujuran. Hal tersebut
terdapat pada kutipan:
88
“Dan kau lupa, Ayah dikenal seluruh kota sebagai pegawai yang jujur
dan sederhana. Dia tidak kaya. Dia bukan pejabat tinggi, tetapi
martabatnya tidak tercela. Tidak pernah berbohong.” (Liye, 2016:273).
Kutipan novel di atas, memaparkan seseorang yang sudah terkenal
akan kesederhanaan dan kejujurannya dalam kehidupannya di kota tempat
tinggalnya. Dari semua kalangan mulai pejabat tinggi dan sopir angkutan
mengenalnya karena kejujurannya tersebut. Meskipun hanya sebagai
pegawai, namun banyak orang yang segan dan menghormatinya seperti
menghormati pejabat tinggi. Bahkan pejabat tinggi sekalipun merasa iri
dengannya karena banyak sekali orang yang mengenal dan
menghormatinya.
Dalam Al-Qur’an diterangkan tentang kejujuran. Yang terdapat
pada surat Al-Maidah ayat 8:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman!jadilah kamu sebagai
penegak keadilan karena Allah, (ketika) menjadi saksi dengan adil. Dan
janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum, mendorong kamu untuk
berlaku tidak adil. Berlaku adillah. Karena (adil) itu lebih dekat kepada
89
takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sungguh, Allah Maha Teliti
terhadap apa yang kamu kerjakan”. (Al-Maidah:8) (Kementrian Agama
Republik Indonesia, 2013:108).
Ayat di atas sudah jelas bahwa Allah memerintahkan manusia
untuk menjadi makhluk yang senantiasa menegakkan kebenaran dan
keadilan. Orang-orang yang selalu berkata jujur, menegakkan kebenaran
dan keadilan dalan kehidupan sehari-harinya akan di percaya oleh orang
lain dan kejujuran akan membawa keberkehan tersendiri untuknya.
B. Relevansinya Terhadap Karakter Remaja di Era Globalisasi
Pendidikan karakter merupakan salah satu komponen inti dalam
mewujudkan negara yang maju melalui generasi penerus bangsa yang
berkualitas. Dengan adanya pendidikan karakter, generasi penerus bangsa
akan memiliki kepribadian yang lebih baik dan berkualitas dalam
membangun negara. Sampai saat ini dunia pendidikan di Indonesia dinilai
belum mendorong pembangunan karakter bangsa. Pendidikan kita kehilangan
nilai-nilai luhur kemanusiaan, padahal pendidikan seharusnya memberikan
pencerahan nilai-nilai luhur itu sendiri.
Di era globalisasi ini, masih banyak orang tua yang tidak
memperhatikan moral anak-anaknya. Dengan berbagai alasan, seperti karena
kesibukan yang membuat mereka tidak memperhatikan anak-anaknya.
90
Padahal masa remaja merupakan masa dimana seseorang mencari jati dirinya
dengan berbagai macam cara, tingkah laku, sikap yang kadang-kadang apabila
tidak dikontrol dan dikendalikan akan terjurumus pada perbuatan-perbuatan
yang negatif (Syafaat dkk, 2008:95). Hal tersebut berdampak pada anak-anak
yang merasa bahwa mereka bebas melakukan hal apapun, seperti anak
Sekolah Dasar yang sudah berani merokok, padahal ia tahu bahwa ia belum
cukup umur untuk hal tersebut. Remaja yang mulai mengkonsumsi narkoba,
anak yang membantah dan tidak mendengarkan nasihat orang tuanya, dan lain
sebagainya.
Di era teknologi seperti sekarang ini lebih memudahkan manusia
dalam melakukan apa saja. Bahkan dapat dijadikan alternative menghibur
diri. Seperti sekarang ini yang sedang diminati banyak orang dari berbagai
kalangan dan usia adalah dengan adanya game online. Game online yang
banyak diminati ini ternyata menjadi salah satu penyebab merosotnya moral
masyarakat. Bagaimana tidak, saat ini game online bagaikan kebutuhan yang
menjadi prioritas utama.
Rusaknya karakter remaja sudah sangat jelas terlihat dan bukan
menjadi rahasia lagi. Banyak faktor yang menyebabkan hal ini terjadi. Selain
pendidikan dan perhatian orang tua dalam keluarga, namun juga kurangnya
ilmu agama yang didapatkan baik di sekolah maupun di keluarga atau
lingkungannya. Bahkan bukan hanya game online saja yang merusak karakter
91
remaja saat ini. Akan tetapi masih banyak faktor lainnya yang dapat merusak
moral remaja. Namun pada saat ini yang sedang banyak dikeluhkan yaitu
adanya game online.
Dengan adanya game online banyak orang yang kecanduan sehingga
menyebabkan seseorang melupakan pekerjaan atau kewajibannya. Semua
waktu dan kesempatan sekecil apapun digunakan untuk menyelesaikan game
tersebut. Mereka lebih memilih membuang waktu untuk menyelesaikan game
online ketimbang menghabiskan waktu untuk membaca buku walaupun hanya
sehalaman. Ini merupakan salah satu penyebab berkurangnya minat baca
pada masyarakat.
Bukan hanya mengenai membuang-buang waktu dan menurunnya
minat membaca, akan tetapi berkurangnya interaksi sosial. Hal ini sudah
sering kita jumpai dibelahan sudut mana saja. Seperti, di angkutan umum, di
terminal, di bandara, bahkan di rumah, dan tempat-tempat lainnya. Banyak
orang yang lebih memilih sibuk dengan ponselnya ketimbang sibuk
mengobrol dan memperhatikan keadaan sekitarnya. Mereka lebih asyik
bermain ponsel dan game online ketimbang mengobrol dengan orang di
sebelahnya. Bahkan ketika sedang diajak mengobrol, lebih memilih
memperhatikan ponselnya ketimbang memperhatikan lawan bicaranya.
92
Hal tersebut berdampak buruk bagi remaja khususnya. Karena remaja
lah yang diserang, dan menyebabkan moral mereka semakin merosot.
Padahal masa depan bangsa berada di tangan remaja. Jika karakter remaja
saat ini sudah dikatakan rusak, maka bagaimana dengan nasib bangsa ini
kedepannya.
Bukan hanya game online saja yang menyebabkan terjadinya
merosotnya moral remaja di era globalisasi sekarang ini. Masih banyak kasus
dan permasalahan yang mengakibatkan merosotnya mora remaja. Diketahui
dari detikNews pada Selasa, 30 Januari 2018 terjadi perampasan Handphone
dan pemalakan yang dilakukan dua orang pelajar SMK di Magelang. Kedua
pelajar SMK swasta di Magelang melakukan pemerasan terhadap sesama
pelajar di kawasan Sumogawe, Kecamatan, Kabupaten Semarang. Mereka
melakukan perampasan tidak hanya sekali saja, akan tetapi sudah melakukan
aksinya sebanyak lima kali, yakni di wilayah Kabupaten Semarang sekali,
wilayah Temanggung Sekali dan tiga kali di wilayah Magelang. Sasaran
mereka adalah pelajar yang sama-sama membolos dengan cara membututi dan
sasaran yang dipilih merupakan musuh di sekolahnya. Hasil dari pemerasan
tersebut digunakan untuk membeli rokok yang akan dinikmati bersama
teman-temannya yang ikut serta membantu aksinya tersebut.
Hal tersebut sudah jelas bahwa remaja di era globalisasi ini sudah
tidak memiliki rasa takut akan melakukan hal-hal negative. Padahal mereka
93
tahu apa yang dilakukan adalah hal yang salah. Hal tersebut dikarenakan
beberapa faktor seperti kurangnya perhatian dan kasih sayang kedua orang
tua, tingginya gaya hidup mewah yang tidak sesuai dengan keadaan ekonomi
keluarga, salah dalam memilih teman, kurangnya penanaman ilmu agama, dan
masih banyak faktor lainnya. Dengan begitu mereka akan merasa tidak puas
dan akan melakukan apa saja yang dapat memenuhi keinginan mereka yang
tidak mereka dapatkan didalam keluarga.
Ini merupakan tanggung jawab bersama dalam mewujudkan negara
yang maju dengan terbentuknya generasi penerus bangsa yang berkarakter.
Bukan hanya tanggung jawab guru di sekolah, akan tetapi tanggung jawab
keluarga dan lingkungan sekitar sangat dibutuhkan. Pendidikan dalam
keluargalah yang merupakan faktor penting dalam pendidikan kepribadian
anak remaja karena mereka memiliki banyak waktu di rumah dengan
keluarga. Melihat beberapa fenomena yang merusak moral remaja saat ini,
maka sudah menjadi tanggung jawab semua pihak untuk membuka mata dan
melihat fenomena yang terjadi saat ini.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Nilai-nilai materi pendidikan karakter yang terkandung pada novel Ayahku
(Bukan) Pembohong di antaranya adalah sebagai berikut:
a. Disiplin, adalah tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh
pada berbagai ketentuan dan peraturan.
b. Kerja keras, perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh
dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan tugas, serta
menyelesaikan tugas dengan sebaik-baiknya.
c. Peduli, sikap dan tindakan yang selalu ingin memberikan bantuan pada
orang lain dan masyarakat yang membutuhkan.
d. Kemandirian, adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung
pada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.
e. Tanggung jawab, adalah sikap dan perilaku seseorang untuk
melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan
budaya, negara dan Tuhan Yang Maha Esa).
95
f. Penuh kasih sayang, adalah sikap memiliki dan menunjukkan perasaan
penuh kasih sayang, mencintai, dan bersikap penuh kelembutan.
g. Rasa ingin tahu, adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang
dipelajarinya, dilihat, dan didengar.
h. Santun, adalah berperilaku sopan, berbudi bahasa halus sebagai
perwujudan rasa hormat dengan orang lain.
i. Kesederhanaan, yakni sikap dan perilaku yang menunjukkan
kesahajaan dan tidak berlebihan dalam berbagai hal.
j. Keikhlasan, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan dengan ketulusan hatinya.
k. Kejujuran, yakni sikap dan peilaku seseorang yang didasarkan pada
upaya menjadikan dirinya selalu dapat dipercaya dalam perkataan dan
perbuatannya.
2. Relevansinya terhadap karakter pada remaja di era globalisasi
Novel Ayahku (Bukan) Pembohong karya Tere Liye ini adalah
salah satu cara untuk menyampaikan nilai-nilai pendidikan karakter yang
harus ditanamkan pada anak sejak dini. Karena pada usia dini atau sering
dikenal dengan usia emas, anak-anak dengan mudah menerima informasi
yang didapatkan dan sangat pada usia tersebut sangat menentukan
kemampuas anak dalam mengembangkan potensinya, selain itu agar
96
mereka memiliki karakter yang berkualitas. Karena seorang anak
merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Pada dasarnya generasi
penerus bangsa tidak hanya memiliki pengetahuan yang luas, akan tetapi
juga yang memiliki kerakter kepribadian yang baik.
Keluarga memiliki peran penting dan utama dalam pembentukan
karakter anak yang berkualitas, meskipun pembentukan karakter tersebut
dilakukan dengan hal-hal yang kecil dan sederhana. Ketika sudah terbiasa
melakukan hal-hal kecil dan sederhana tersebut, maka akan sangat mudah
dan terbiasa pula dengan hal-hal yang tidak sederhana. Karena setiap
orang tua memiliki cara yang berbeda-beda dalam mendidik anak-
anaknya.
Terlebih pada era globalisasi saat ini, banyak sekali hal-hal negatif
yang menjadikan remaja sasaran utamamnya. Jika perhatian dan kasih
sayang kedua orang tua tidak mereka dapatkan di rumah, maka akan
sangat mudah sekali hal-hal negatif tersebut menyerang mereka dan
menjadikan mereka remaja yang tidak memiliki karakter yang baik.
Padahal remaja atau pemuda merupakan generasi penerus bangsa, harapan
bangsa dalam memajukan negaranya.
97
B. Saran
1. Bagi Orang Tua
Keluarga merupakan sentral dalam menanamkan pendidikan
karakter pada anak-anak. Karena tidak hanya seorang guru saja yang
bertanggung jawab akan karakter anak. Orang tua yang mengajarkan dan
membiasakn berperilaku baik atau berkarakter yang baik pada anaknya
sejak usia dini, maka hingga dewasa anak-anak tersebut akan memiliki
karakter yang baik dari anak-anak lainnya.
2. Bagi Dunia Sastra
Dalam membuat sebuah karya sastra, sebaiknya tidak hanya
memperhatikan penampilan luarnya saja agar memiliki nilai jual yang
tinggi. Akan tetapi lebih memperhatikan isi dan pesan-pesan yang dapat
diambil dari karya sastra tersebut bagi pembacanya. Maka karya sastra
tersebut akan menjadi sebuah karya sastra yang berkualitas baik dari segi
penampilan maupun segi isinya.
3. Bagi Dunia Pendidikan
Dalam proses pembelajaran baik didalam kelas maupun di luar
kelas, seorang pendidik harus lebih kreatif dan inovatif dalam
menyampaikan materi agar peserta didik tidak merasa bosan dengan
metode pembelajaran yang digunakan. Mengingat di era globalisasi
98
sekarang ini anak-anak lebih aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi.
4. Bagi Dunia Penelitian
Dalam melakukan penelitian sebaiknya tidak hanya mengkaji
lingkungan sekitar, akan tetapi juga dapat mengkaji karya-karya inspiratif
yang belum diketahui banyak orang.
100
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Dwiyanto, Djoko dan Gatut Saksono. 2012. Nilai Pendidikan Karakter Berbasis
Pancasila. Yogyakarta: Ampera Utama.
Endraswara, Suwardi. 2003. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka
Widyatama.
Kurniasari, Anna Nurlaila. 2014. Sarikata Bahasa dan Sastra Indonesia
Superkomplet. Yogyakarta: CV Solusi Distribusi.
Liye, Tere.2016. Ayahku (Bukan) Pembohong. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Maslikhah. 2017. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.
Yogyakarta: Trustmedia Publishing.
Muslich, Mansur. 2015. Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis
Multidimensional. Jakarta: Bumi Aksara.
Najib, dkk. 2016. Manajemen Strategik Pendidikan Karakter bagi Anak Usia Dini.
Yogyakarta: Gava Media.
Nurgiyantoro, Burhan. 2013. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Salahudin, Anas dan Irwanto Alkrienciehie. 2013. Pendidikan Karakter Pendidikan
Berbasis Agama dan Budaya Bangsa. Bandung: Pustaka Setia.
Samani, Muchlas dan Hariyanto. 2014. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Syafaat, dkk. 2008. Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan
Remaja (Juvenile Delinquency). Jakarta: Rajawali Pers.
Wibowo, Agus. 2012. Pendidikan Karakter Strategi Membangun Karakter Bangsa
Berperadapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
101
Wiyani, Novan Ardy. 2013. Konsep, Praktik, & Strategi Membumikan Pendidikan
Karakter Di SD.
Yahya, Harun. 2003. Keikhlasan Dalam Paparan Al-Qur’an. Jakarta Selatan:
Senayan Abadi Publishing.
Zuchdi, Darmiati, dkk. 2013. Pendidikan Karakter Konsep Dasar dan Implementasi
di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: UNY Press.
Rahtomo, Bayu Cahyo. 2014. Nilai Pendidikan Karakter Dalam Novel Amelia Karya
Tere Liye Dan Relevansinya Bagi Anak Usia Madrasah Ibtidaiyah (MI.
Skripsi ini tidak diterbitkan. Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Kalijaga.
Sakti, Reny Nawang. 2013. Nilai Pendidikan Karakter Novel Bumi Cinta Karya
Habiburrahman El-Shirazy Dan Relevansinya Terhadap Materi
Pembelajaran Sastra Di SMA. Skripsi ini tidak diterbitkan. Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Negeri
Yogyakarta.
Lestari, Lusy Tri. 2018. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter Novel Sang Pemimpi Karya
Andrea Hirata Dan Pembelajarannya di SMA. Skripsi ini tidak
diterbitkan. Lampung: Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Lampung.
Kementerian Agama Republik Indonesia. 2013. Al-Qur’an Al-Karim dan
Terjemahnya. Surabaya: Halim Publishing dan Distributing.
http://tanya-biografi.blogspot.co.id/2013/01/biografi-tere-liye.html?m=1#.WvMJUp-
yTqA//diakses pada 9 Mei 2018 pukul 21:47.
https://googleweblight.com/i?u=https://id.m.wikipedia.org/wiki/Tere_Liye_(penulis)
&hl=id=ID//diakses pada 9 Mei 2018 pukul 21:51.
https://googleweblight.com/i?u=https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-
3841439/rampas-hp-dua-pelajar-smk-di-magelang-ditangkap-polisi-
semarang&hi=id-ID&tg-192&pt-12/diakses pada 27 Agustus pukul
01:58.
102
`DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Ida Risqi Afita
2. Tempat/tanggal lahir : Ketapang, 24 Maret 1997
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Kemiri Rt/Rw 02/02 Gebang, Purworejo
B. Pendidikan
1. SD Negeri Kemiri lulus tahun 2008
2. SMP YBK Loano lulus tahun 2011
3. MAN Purworejo lulus tahun 2014
4. S1 IAIN Salatiga lulus tahun 2018
Salatiga, 21 September2018
Penulis
Ida Risqi Afita
103
104
105
106
107
108
109
110
top related