obstuksi mekanik
Post on 30-Oct-2014
207 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan YME, karena atas rahmat dan
izin-Nya penyusun dapat menyelesaikan referrat ini tepat pada waktunya. Referat ini disusun
guna memenuhi tugas kepaniteraan klinik Ilmu Bedah di Rumah Sakit Umum Daerah Kota
Bekasi.
Penyusun mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada dr. Raya
Henri Batubara Sp.B yang telah membimbing penyusun dalam mengerjakan referat ini, serta
kepada seluruh dokter yang telah membimbing penyusun selama di kepaniteraan klinik Ilmu
Bedah di Rumah Sakit Umum Kota Bekasi. Dan juga ucapan terima kasih kepada Orangtua
ayah dan ibu serta teman-teman seperjuangan di kepaniteraan ini, serta kepada semua pihak
yang telah memberi dukungan dan bantuan kepada penyusun.
Dengan penuh kesadaran dari penyusun, meskipun telah berupaya semaksimal
mungkin untuk menyelesaikan referat ini, namun masih terdapat kelemahan dan kekurangan.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penyusun harapkan. Akhir kata,
penyusun mengharapkan semoga referat ini dapat berguna dan memberikan manfaat bagi kita
semua.
Jakarta, Januari 2013
Alfian Wibisono s.ked
1
Lembar Persetujuan Referat
Referat dibawah ini :
Judul : Obstruksi Usus Mekanik
Penyusun : Alfian Wibisono S.ked
NIM : 030.08.017
Universitas : Fakultas Kedokteran Trisakti
Telah diterima dan disetujui sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepaniteraan klinik Ilmu Bedah Rumah Sakit Umum Daerah Kota Bekasi .
Jakarta, Januari 2013 Jakarta, Januari 2013
Dr. Raya Henri Batubara Sp.B Alfian Wibisono S.ked
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………................... 1
Lembar Pengesahan …………………………………………………................... 2
Daftar Isi ……………………………………………………………... 3
BAB I
Pendahuluan………………………………………………...4
I. Definisi …………………………………………………… 4
BAB II OBSTRUKSI USUS MEKANIK ….…………………………….. 5
I. Embriologi
II. Anatomi Usus ……………………………………………... 6
III. Fisiologi Usus ……...……………………………………… 9
IV. Epidemiologi ……………………………………………....11
V. Klasifikasi ..……..……………………………………....12
VI. Etiologi ...........…………………………………………….13
VII. Patofisiologi ...…………………………………………….. 16
VIII. Manifestasi Klinis …………….………………………….....17
IX. Diagnosis ...………………………………………….............19
X. Gambaran Radiologi………………………………….…..... .21
XI. Diagnosis Banding.………………………………………... .23
XII. Penatalaksanaan.…………………………………………... .23
XIII. Komplikasi .............................................................................25
XIV. Prognosis ................................................................................26
BAB III KESIMPULAN ...................................................................................27
BAB III. DAFTAR PUSTAKA …..………………………………………... ..28
3
BAB I
PENDAHULUAN
Obstruksi usus diakui oleh Hippocrates. Memang, operasi tercatat paling awal sebagai
pengobatan yang dilakukan oleh Praxagoras sekitar 350 SM, ketika ia menciptakan fistula
enterocutaneous untuk meringankan obstruksi segmen usus. Obstruksi usus tetap menjadi
salah satu masalah intra-abdomen yang paling sering dihadapi oleh ahli bedah umum dalam
praktek mereka. Apakah disebabkan oleh hernia, neoplasma, adhesi, atau berhubungan
dengan gangguan biokimia, obstruksi usus usus baik kecil atau besar terus menjadi penyebab
utama morbiditas dan mortalitas. Pengenalan dini dan pengobatan agresif pada pasien dari
segala usia, termasuk neonatus, dapat mencegah iskemia transmural ireversibel dan nekrosis,
sehingga mengurangi jangka panjang mortalitas dan morbiditas. (2)
Hambatan pasase usus dapat disebabkan oleh obstruksi lumen usus atau oleh
gangguan peristaltis. Obstruksi usus disebut juga obstruksi mekanik. Penyumbatan dapat
terjadi dimana saja di sepanjang usus. Pada obstruksi usus harus dibedakan lagi obstruksi
sederhana dan obstruksi strangulata. Obstruksi usus yang disebabkan oleh hernia, invaginasi,
adhesi dan volvulus mungkin sekali disertai strangulasi, sedangkan obstruksi oleh tumor atau
askariasis adalah obstruksi sederhana yang jarang menyebabkan strangulasi. (3)
I. DEFINISI
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda adanya
obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau tindakan. Ileus ada 2 macam,
yaitu ileus obstruktif dan ileus paralitik.
Ileus obstruktif atau disebut juga ileus mekanik adalah keadaan dimana isi lumen
saluran cerna tidak bisa disalurkan ke distal atau anus karena adanya sumbatan/hambatan
mekanik yang disebabkan kelainan dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang
menekan atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose
segmen usus tersebut.
Sedangkan ileus paralitik atau adynamic ileus adalah keadaan di mana usus gagal/
tidak mampu melakukan kontraksi peristaltik untuk menyalurkan isinya akibat kegagalan
neurogenik atau hilangnya peristaltik usus tanpa adanya obstruksi mekanik. (1)
BAB II
4
OBSTRUKSI USUS MEKANIK
Istilah usus obstruksi mekanis digunakan untuk menentukan obstruksi usus yang
disebabkan oleh penyumbatan fisik dari lumen usus. Penyumbatan ini mungkin intrinsik atau
ekstrinsik pada dinding usus atau dapat terjadi sekunder untuk obstruksi lumen yang timbul
dari isi intraluminal (misalnya, batu empedu intraluminal) (Tabel 1). Obstruksi parsial terjadi
ketika lumen usus menyempit tetapi masih memungkinkan perpindahan beberapa isi usus. Di
sisi lain, menunjukkan bahwa obstruksi lumen lengkap sepenuhnya terhambat, dan tidak ada
isi usus bisa bergerak ke distal.
Obstruksi lengkap membawa risiko nyata dari peningkatan strangulasi. Obstruksi usus
lengkap dapat dikategorikan sebagai obstruksi sederhana, obstruksi loop tertutup, strangulasi
atau obstruksi. Obstruksi loop tertutup terjadi ketika kedua ujung segmen usus yang terlibat
terhambat (misalnya, volvulus) dengan akibat peningkatan tekanan intraluminal sekunder
untuk meningkatkan sekresi usus dan akumulasi cairan di segmen usus yang terlibat, suatu
obstruksi loop tertutup, menimbulkan resiko yang lebih tinggiuntuk terjadinya iskemi.
Pada obstruksi strangulasi ada pembuluh darah yang terjepit sehingga bisa terjadi
iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau gangren yang ditandai dengan gejala umum
berat yang disebabkan oleh toksin dari jaringan gangren.
Tabel 1. Penyebab obstruksi Usus Mekanik (2,3)
Lesi Ekstrinsik ke dinding usus Lesi Intrinsik ke dinding usus
ADHESI KONGENITAL
Postoperatif Intestinal atresia
Kongenital Meckel's diverticulum
Post Inflamasi Duplikasi/ kista
HERNIA INFLAMASI
Luar dinding abdomen (kongenital atau
didapat)
Crohn's disease
Internal Eosinophilic granuloma
5
Lesi Ekstrinsik ke dinding usus Lesi Intrinsik ke dinding usus
Insisi INFEKSI
CONGENITAL Tuberkulosis
Annular pancreas Aktinomicosis
Malrotasi Diverticulitis komplikasi
Omphalomesenteric duktus NEOPLASTIK
NEOPLASTIK Primary neoplasma
Carcinomatosis Metastasis neoplasma
Extraintestinal neoplasma
INFLAMASI MISCELLANEOUS
Intra-abdominal abscess Intussusepsi
Endometriosis
MISCELLANEOUS Enteropathy Radiasi/striktur
Volvulus Intramural hematoma
Gossypiboma Ischemic striktur
Superior mesenteric artery syndrome INTRALUMINAL/OBSTRUKSI
OBTURATOR
Batu empedu
Enterolith
Phytobezoar
Infestasi Parasit
I. EMBRIOLOGI
6
Usus primitive terbentuk sejak minggu ke empat dari perkembangan fetus. Lapisan
endodermal membentuk lapisan epitel dari traktus digestivus dan mesoderm splanchnic di
sekitar endermal membentuk jaringan muskular konektif dan lapisan usus lainnya. Kecuali
duodenum, dimana usus primitif berasal dari usus tengah. Selama minggu keempat
perkembangan fetus, panjang usus meningkat dengan cepat, herniasi dari usus tengah terjadi
sampai umbilikus. Putaran usus tengah mempunyai dua cabang yaitu kranial dan kaudal.
Cabang kranial berkembang menjadi duodenum distal, jejenum dan ileum proksimal.
Sedangkan cabang kaudal menjadi ileum distal, dua pertiga proksimal dari kolon
transversum. Herniasi usus tengah terjadi sampai usia 10 minggu masa gestasi fetus, ketika
usus masuk kembali ke rongga abdomen. Setelah memutar komplit 270º dari titik awal,
bagian proksimal jejenum masuk kembali ke abdomen dan menempati bagian kiri abdomen
dengan lingkaran selanjutnya menempati bagian kanan. Sekum yang terakhir masuk dan
lokasinya di sebelah kanan kuadran atas, walaupun pada akhirnya sekum akan turun ke posisi
normal pada kuadran kanan bawah. Malrotasi anomali kongenital usus dapat terjadi pada
proses ini. 1,5
Fase embriologi dan tingkatan putaran usus
1. Usus dengan arteri dan vena mesenterika superior di dalam bakal mesenterium. Usus
setelah berputar 90º. Bagian proksimal berada di sebelah kanan, distal di sebelah kiri.
2. Putaran duodenum sebelah dorsal a.mesenterika superior, sedangkan sekum dengan
kolon berputar di ventral ke kanan.
3. Putaran berlangsung terus, sekum di sebelah kanan masih turun ke kanan bawah. Usus
belakang membentuk sebagian kolon transversum, kolon desendens dan sigmoid yang
diperdarahi oleh a.mesenterika superior.
4. Setelah putaran lengkap (270º)
Secara embriologik, kolon kanan berasal dari usus tengah, sedangkan kolon kiri
sampai ke rektum berasal dari usus belakang. Dalam perkembangan embriologik kadang
terjadi gangguan rotasi usus embrional sehingga kolon kanan dan sekum mempunyai
mesenterium yang bebas. Keadaan ini memudahkan terjadinya putaran atau volvulus
sebagian besar usus yang sama halnya dapat terjadi dengan mesenterium yang panjang
pada kolon sigmoid dengan radiks yang sempit.
7
II. ANATOMI USUS
Usus halus merupakan tabung yang kompleks, berlipat-lipat yang membentang dari
pilorus sampai katup ileosekal.
Usus halus mempunyai panjang 270 cm sampai 290 cm. Usus halus dibagi menjadi
duodenum, jejenum dan ileum. Duodenum panjangnya sekitar 25 cm. Panjang jejenum 100 –
110 cm dan panjang ileum 150 -160 cm. Pemisahan duodenum dan jejenum ditandai oleh
Ligamentum Treitz. Ligamentum ini berperan sebagai ligamentum suspensorium. Kira – kira
dua per lima dari sisa usus halus adalah jejenum, dan tiga per lima bagian terminalnya adalah
ileum. Jejenum mempunyai vaskularisasi yang besar dimana lebih tebal dari ileum.
Secara mikroskopik, dinding usus halus dibagi atas empat lapisan yaitu lapisan serosa,
muskularis propria, lapisan submukosa dan lapisan mukosa. Lapisan serosa merupakan
lapisan terluar yang terdiri dari peritoneum visceralis dan parietal dan ruang yang terletak
antara lapisan visceral dan parietal dinamakan rongga peritoneum. Lapisan muscularis
propria terdiri dari dua lapisan otot yaitu lapisan otot longitudinal yang tipis dan lapisan otot
sirkular yang tebal. Ganglion sel berasal dari pleksus Myenterica (Auerbach) yang berada di
antara lapisan otot dan mengirimkan rangsangan pada kedua lapisan tersebut. Lapisan
submucosa terdiri dari lapisan jaringan konektif fibroelastis yang berisi pembuluh darah dan
saraf. Lapisan mukosa dibagi menjadi 3 lapisan yaitu mukosa muscularis, lamina propria dan
lapisan epitel. Lapisan mukosa dan submukosa membentuk lapisan sirkular yang dinamakan
valvula koniventes (Lig.Kerckringi) yang menonjol ke dalam sekitar 3 mm.
Mesenterium merupakan lipatan peritoneum yang lebar, menyerupai kipas yang
menggantung jejenum dan ileum dari dinding posterior abdomen. Omentum mayus
merupakan lapisan ganda peritoneum yang mengantung dari curvatura mayor lambung dan
berjalan turun di depan visera abdomen. Omentum biasanya mengandung banyak lemak dan
kelenjar limfe yang membantu melindungi rongga peritoneum terhadap infeksi. Omentum
minus merupakan lipatan peritoneum yang terbentang dari curvatura minor lambung dan
bagian atas duodenum menuju ke hati, membentuk Ligamentum Hepatogastrikum dan
Ligamentum hepatoduodenale.
Arteri mesenterika superior dicabangkan dari aorta tepat di bawah arteri celiaca.
Arteri ini mendarahi seluruh usus halus kecuali duodenum yang diperdarahi oleh arteri
8
gastroduodenalis dan cabangnya arteri pankreatikoduodenalis superior. Darah dikembalikan
lewat vena mesenterika superior yang menyatu dengan vena lienalis membentuk vena porta.
Usus halus dipersarafi cabang-cabang kedua sistem saraf otonom. Rangsangan
parasimpatis merangsang aktivitas sekresi dan pergerakan, sedangkan rangsangan simpatis
menghambat pergerakan usus. Serabut saraf sensorik sistem simpatis menghantarkan nyeri,
sedangkan serabut saraf parasimpatis
mengatur refleks usus.
Gambar 1. Sistem saluran pencernaan
Gambar 2. Pembagian dari usus
Usus besar merupakan tabung muskular berongga dengan panjang sekitar 5 kaki
(sekitar 1,5 m). Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata
sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus semakin kecil.
Usus besar dibagi menjadi sekum, kolon dan rektum. Pada sekum terdapat katup
ileocaecaal dan apendiks yang melekat pada ujung sekum. Sekum menempati sekitar dua atau
tiga inci pertama dari usus besar. Katup ileocaecaal mengontrol aliran kimus dari ileum ke
sekum. Kolon dibagi lagi menjadi kolon asendens, transversum, desendens dan sigmoid.
9
Kolon ascendens berjalan ke atas dari sekum ke permukaan inferior lobus kanan hati,
menduduki regio iliaca dan lumbalis kanan. Setelah mencapai hati, kolon ascendens
membelok ke kiri, membentuk fleksura koli dekstra (fleksura hepatik). Kolon transversum
menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura koli dekstra sampai fleksura koli
sinistra. Kolon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membengkok ke bawah,
membentuk fleksura koli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi kolon
descendens. Kolon sigmoid mulai pada pintu atas panggul. Kolon sigmoid merupakan
lanjutan kolon descendens. Ia tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk
lengkungan. Kolon sigmoid bersatu dengan rektum di depan sakrum. Rektum menduduki
bagian posterior rongga pelvis. Rektum ke atas dilanjutkan oleh kolon sigmoid dan berjalan
turun di depan sekum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Di sini rektum
melanjutkan diri sebagai anus dalan perineum. (11)
Sekum, kolon ascenden dan bagian kanan kolon transversum diperdarahi oleh cabang
a.mesenterika superior yaitu a.ileokolika, a.kolika dekstra dan a.kolika media. Kolon
transversum bagian kiri, kolon descendens, kolon sigmoid dan sebagian besar rektum
perdarahi oleh a.mesenterika inferior melalui a.kolika sinistra, a.sigmoid dan a.hemoroidalis
superior. Pembuluh vena kolon berjalan paralel dengan arterinya. Kolon dipersarafi oleh oleh
serabut simpatis yang berasal dari n.splanknikus dan pleksus presakralis serta serabut
parasimpatis yang berasal dari N.vagus.
III. FISIOLOGI USUS
Usus halus mempunyai dua fungsi utama : pencernaan dan absorpsi bahan- bahan
nutrisi dan air. Proses pencernaan dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam
klorida, dan pepsin terhadap makanan masuk. Proses dilanjutkan di dalam duodenum
terutama oleh kerja enzim-enzim pankreas yang menghidrolisis karbohidrat, lemak, dan
protein menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Sekresi empedu dari hati membantu proses
pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehimgga memberikan permukaan lebih luas bagi
kerja lipase pankreas. Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumnlah enzim dalam getah
usus (sukus enterikus). Banyak di antara enzim-enzim ini terdapat pada brush border vili dan
mencernakan zat-zat makanan sambil diabsorpsi.
Isi usus digerakkan oleh peristalsis yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu
segmental dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormon. Pergerakan
segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret pankreas, hepatobiliar, 10
dan sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi dari salah satu ujung ke ujung lain
dengan kecepatan yang sesuai untuk absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung. (11)
Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat, lemak dan
protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asa-asam amino) melalui dinding usus ke
sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sesl-sel tubuh. Selain itu air, elektrolit dan
vitamin juga diabsorpsi. Absoprpsi berbagai zat berlangsung dengan mekanisme transpor
aktif dan pasif yang sebagian kurang dimengerti.
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrodrolisa oleh enzim lipase pankreas, lalu di
emulsikan oleh garam empedu membentuk micel. Micel kemudian memasuki membran sel
secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami disagregasi, melepaskan garam empedu
yang kembali ke dalam lumen usus dan asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel
kemudian membentuk kembali trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid,
dan apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki lakteal.
Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju ke vena porta. Garam
empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik dalam ileum distalis. Dari kumpulan 5
gram garam empedu yang memasuki kantung empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari;
kumpulan ini bersirkulasi ulang 6 kali dalam 24 jam.
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses proteolisis. Enzim
protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh enterokinase menjadi tripsin, dan
endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan proses pencernaan protein, menghasilkan asam
amino dan 2 sampai 6 residu peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke
dalam sel untuk diabsorpsi.
Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan dengan menghidrolisis pati
menjadi maltosa (atau isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian disakarida ini,
bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa, dihidrolisis menjadi
monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim laktase, sukrase, maltase, dan
isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak di dalam mikrovili ’brush border’ sel epitel.
Disakarida ini dicerna menjadi monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau
sewaktu mereka berdifusi ke dalam mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa,
galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera disbsorpsi ke dala darah porta. (9)
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan duodenum
menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan diabsorpsi. Air secara osmotik dan
secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui difusi pasif. Natrium dan khlorida diabsorpsi
dengan pemasangan zat telarut organik atau secara transport aktif. Bikarbonat diabsorpsi
11
secara pertukaran natrium/hidrogen. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif dalam
duodenum dan jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH) dan vitamin D. Kalium
diabsorpsi secara difusi pasif.
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan proses akhir
isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah mengabsorpsi air dan elektrolit, yang
sudah hampir lengkap pada kolon bagian kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir
yang menampung massa feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek serta
mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga keseimbangan air
adan elektrolit dan mencegah dehidrasi. Menerima 900-1500 ml/hari, semua, kecualim100-
200 ml diabsorpsi, paling banyak di proksimal. Kapasitas sekitar 5 l/hari. (11)
Gerakan retrograd dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan,
meningkatkan absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum,
mengisolasi segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik, meningkat
oleh makanan, kolinergik. Gerakan massa merupakan pola yang kurang umum, pendorong
antegrad melibatkan segmen panjang 0,5-1,0 cm/detik, 20-30 detik panjang, tekanan 100-200
mmHg, tiga sampai empat kali sehari, terjadi dengan defekasi.
Sepertiga berat feses kering adalah bakterri; 10¹¹-10¹²/gram. Anaerob > aerob. Gas
kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi dari darah, produksi intralumen. Nitrogen,
oksigen, karbon dioksida, hidrogen, metan. Bakteri membentuk hidrogen dan metan dari
protein dan karbohidrat yang tidak tercerna. Normalnya 600 ml/hari.
IV. EPIDEMIOLOGI
Ada variasi luas dalam frekuensi dan etiologi obstruksi usus di seluruh dunia
tergantung pada etnis, lokasi kelompok usia, kebiasaan diet, dan geografis, antara faktor-
faktor lainnya. Baik etiologi dan frekuensi obstruksi usus berubah secara dramatis selama
1900-an. Selama sepertiga pertama abad ke-20, penyebab paling umum dari obstruksi usus
adalah hernia inkaserata. Terapi pertumbuhan luas bedah intra-abdomen di paruh kedua abad
ke-20 menyebabkan peningkatan frekuensi obstruksi adhesif pasca operasi dan penurunan
frekuensi relatif obstruksi sekunder untuk hernia. Penurunan frekuensi obstruksi sekunder
untuk hernia inkaserata adalah karena diagnosis dini dan pengobatan bedah hernia dinding
abdomen, terutama di negara-negara industri. Obstruksi usus di negara-negara Dunia Ketiga
bermanifestasi sebagai gambaran klinis yang berbeda menyerupai yang ditemukan di awal
abad 20 dalam masyarakat Barat. Di masa depan, aplikasi yang lebih luas dari pendekatan
12
akses minimal laparoskopi dapat menurunkan frekuensi obstruksi usus sekunder untuk
perlengketan pasca operasi, 4 namun trend ini diperkirakan belum dapat dikonfirmasi.
Ada frekuensi sedikit lebih tinggi dari obstruksi usus pada wanita karena fakta bahwa
kebidanan, ginekologi, dan prosedur bedah panggul etiologi penting untuk pengembangan
perlengketan pasca operasi.
Sekitar 80% dari obstruksi usus terjadi di usus kecil, lain 20% terjadi di usus besar.
Kanker kolorektal bertanggung jawab atas 60-70% dari semua obstruksi usus, sementara
divertikulitis dan volvulus untuk sebagian besar 30% sisanya. Biaya dan sumber daya yang
dihabiskan dalam pengobatan obstruksi usus menggambarkan signifikan pada sistem
perawatan kesehatan nasional bagi negara manapun. Satu studi memperkirakan bahwa
obstruksi usus lebih dari satu juta hari rawat inap dan $ 1.33 juta dolar dalam pengeluaran
perawatan kesehatan di Amerika Serikat pada tahun 1994. Memang, telah diperkirakan
bahwa 1% dari semua rawat inap, 3% dari penerimaan darurat bedah untuk rumah sakit
umum.
Secara keseluruhan mortalitas dan morbiditas dari obstruksi usus besar. Tingkat
mortalitas berkisar dari sampai dengan 3% untuk obstruksi sederhana untuk sebanyak 30%
jika ada perforasi dari usus, tergantung pada pengaturan klinis dan komorbiditas terkait.
Tingkat kekambuhan bervariasi menurut metode manajemen (konservatif atau operatif).
Obstruksi usus akan kambuh sekitar 12% dari pasien setelah pengobatan konservatif dari
primer dan antara 8% dan 32% pasien setelah operasi untuk pengelolaan obstruksi adhesif
usus (7)
V. KLASIFIKASI
Berdasarkan lokasi obstruksinya, ileus obstrukif atau ileus mekanik dibedakan
menjadi, antara lain :
Berdasarkan Lokasi Obstruksi :
Letak Tinggi : Duodenum-Jejunum
Letak Tengah : Ileum Terminal
Letak Rendah : Colon-Sigmoid-rectum
13
Gambar 3. Klasifikasi berdasarkan letak obstruksi
Selain itu, ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antara lain :
(chirurgica)
1. Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian sehingga makanan
masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi sedikit.
2. Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi/sumbatan yang tidak disertai
terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
3. Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan terjepitnya
pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir dengan nekrosis atau
gangren.(1)
VI. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain :
1. Hernia inkarserata : usus masuk dan terjepit di dalam pintu hernia. Pada anak dapat
dikelola secara konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jika percobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus diadakan herniotomi
segera.
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Di mana pita fibrosis dari jaringan ikat menjepit usus. Dapat berupa perlengketan
mungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa setempat atau luas. Umunya
berasal dari rangsangan peritoneum akibat peritonitis setempat atau umum. Ileus
karena adhesi biasanya tidak disertai strangulasi.
14
b. Invaginasi
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak jarang pada orang
muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering bersifat idiopatik karena tidak
diketahui penyebabnya. Invaginasi umumnya berupa intususepsi ileosekal yang
masuk naik ke kolon ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini
dapat mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk dengan
komplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat diduga atas
pemeriksaan fisik, dan dipastikan dengan pemeriksaan Roentgen dengan pemberian
enema barium. Invaginasi pada orang muda dan dewasa jarang idiopatik, umumnya
ujung invaginatum merupakan polip atau tumor lain di usus halus. Pada anak, apabila
keadaan umumnya mengizinkan, maka dapat dilakukan reposisi hidrostatik yang
dapat dilakukan sekaligus sewaktu diagnosis Roentgen ditegakkan. Namun, apabila
tidak berhasil, harus dilakukan reposisi operarif. Sedangkan pada orang dewasa,
terapi reposisi hidrostatik umumnya tidak mungkin dilakukan karena jarang
merupakan invaginasi ileosekal. (8)
c. Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya jumlahnya puluhan
hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di mana-mana di usus halus, tetapi
biasanya di ileum terminal yang merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi
umumnya disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat cacing.
Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk mengalami volvulus,
strangulasi, dan perforasi.
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang abnormal dari
segmen usus sepanjang aksis longitudinal usus sendiri, maupun pemuntiran terhadap
aksis radii mesenterii sehingga pasase makanan terganggu. Pada usus halus agak
jarang ditemukan kasusnya. Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan
mudah mengalami strangulasi. Gambaran klinisnya berupa gambaran ileus obstruksi
tinggi dengan atau tanpa gejala dan tanda strangulasi. (8)
e. Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi usus, kecuali jika ia
menimbulkan invaginasi. Proses keganasan, terutama karsinoma ovarium dan
15
karsinoma kolon, dapat menyebabkan obstruksi usus. Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis di peritoneum atau di mesenterium yang menekan usus.
f. Batu empedu yang masuk ke ileum.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul dari saluran empedu
ke duodenum atau usus halus yang menyebabkan batu empedu masuk ke traktus
gastrointestinal. Batu empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada
bagian ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma, terutama pada daerah
rektosigmoid dan kolon kiri distal. Selain itu, obstruksi dapat pula disebabkan oleh
divertikulitis, striktur rektum, stenosis anus, volvulus sigmoid. (7)
Gambar
4. Penyebab-penyebab obstruksi dari usus
16
VII. PATOFISIOLOGI
Gambar 5. Mekanisme akibat dari obstruksi usus
17
Proliferasi bacteri yang berlangsung cepat
Tekanan intralumen
Pelepasan bakteri dan toksin dari usus yang nekrotik ke
dalam peritoneum dan sirkulasi sistemik
Syok hipovolemik
Obstruksi usus
Ischemia dinding usus
Volume ECF
Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi
Kehilangan H2O dan elektrolit
Kehilangan cairan yang menuju ruang peritoneum
Distensi
Usus di bagian distal kolaps, sementara bagian proksimal berdilatasi. Usus yang
berdilatasi menyebabkan penumpukan cairan dan gas, distensi yang menyeluruh
menyebabkan pembuluh darah tertekan sehingga suplai darah berkurang (iskemik), dapat
terjadi perforasi. Dilatasi dan dilatasi usus oleh karena obstruksi menyebabkan perubahan
ekologi, kuman tumbuh berlebihan sehingga potensial untuk terjadi translokasi kuman.
Gangguan vaskularisasi menyebabkan mortalitas yang tinggi, air dan elektrolit dapat lolos
dari tubuh karena muntah. Dapat terjadi syok hipovolemik, absorbsi dari toksin pada usus
yang mengalami strangulasi.
Dinding usus halus kuat dan tebal, karena itu tidak timbul distensi berlebihan atau
ruptur. Dinding usus besar tipis, sehingga mudah distensi. Dinding sekum merupakan
bagian kolon yang paling tipis, karena itu dapat terjadi ruptur bila terlalu tegang. Gejala
dan tanda obstruksi usus halus atau usus besar tergantung kompetensi valvula Bauhini.
Bila terjadi insufisiensi katup, timbul refluks dari kolon ke ileum terminal sehingga ileum
turut membesar.
Pengaruh obstruksi kolon tidak sehebat pengaruh pada obstruksi usus halus karena
pada obstruksi kolon, kecuali pada volvulus, hampir tidak pernah terjadi strangulasi.
Kolon merupakan alat penyimpanan feses sehingga secara relatif fungsi kolon sebagai
alat penyerap sedikit sekali. Oleh karena itu kehilangan cairan dan elektrolit berjalan
lambat pada obstruksi kolon distal.
VIII. MANIFESTASI KLINIS
1. Obstruksi sederhana
Obstruksi usus halus merupakan obstruksi saluran cerna tinggi, artinya disertai
dengan pengeluaran banyak cairan dan elektrolit baik di dalam lumen usus bagian oral dari
obstruksi, maupun oleh muntah. Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala
muntah yang banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi berlangsung
lama. Nyeri bisa berat dan menetap. Nyeri abdomen sering dirasakan sebagai perasaan tidak
enak di perut bagian atas. Semakin distal sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin
fekulen.
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan dehidrasi akibat
kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal sampai demam. Distensi abdomen
18
dapat dapat minimal atau tidak ada pada obstruksi proksimal dan semakin jelas pada
sumbatan di daerah distal. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar
sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai dengan nyeri
hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya skar bekas operasi atau hernia. Bila
dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri iskemik dimana nyeri yang sangat hebat,
menetap dan tidak menyurut, maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah
terjadinya nekrosis usus. (4)
3. Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri akibat sumbatan biasanya
terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau
peritonitis. Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi atau
obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih sering terjadi pada
penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian dan tidak terjadi bila katup ileosekal
mampu mencegah refluks. Bila akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan
tampak gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada keadaan
valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering mengakibatkan perforasi sekum
karena tekanannya paling tinggi dan dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan
menunjukkan distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien yang
kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri yang terlokasi, dan terabanya
massa menunjukkan adanya strangulasi. (1)
Table 2. Perbandingan Klinis bermacam-macam ileus.
Macam ileus
Nyeri Usus Distensi Muntah Bising usus Ketegangan abdomen
Obstruksi simple tinggi
++
(kolik)
+ +++ Meningkat -
Obstruksi simple rendah
+++
(Kolik)
+++ +
Lambat, fekal
Meningkat -
Obstruksi strangulasi
++++
(terus-menerus,
++ +++ Tak tentu
biasanya
+
19
terlokalisir) meningkat Paralitik + ++++ + Menurun - Oklusi vaskuler
+++++ +++ +++ Menurun +
IX. Diagnosis
1. Subyektif -Anamnesis
Nyeri-Kolik. Obstruksi usus halus : kolik dirasakan disekitar umbilicus, Obstruksi
kolon : kolik dirasakan disekitar suprapubik. Muntah, Perut Kembung (distensi),
Konstipasi, Tidak ada defekasi, Tidak ada flatus
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat kembali
menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului oleh riwayat
buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c. peritonitis dapat
diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap. Riwayat operasi
sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus. Onset keluhan yang
berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak tinggi dan onset yang lambat
dapat menjurus kepada ileus letak rendah. (1)
2. Obyektif-Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Perut distensi, dapat ditemukan kontur dan steifung. Benjolan pada regio inguinal,
femoral dan skrotum menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada Intussusepsi
dapat terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat dicurigai bila
ada bekas luka operasi sebelumnya.
Palpasi
Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.
20
Gambar 6. Distensi abdomen
Auskultasi
Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi, borborygmi. Pada fase lanjut bising
usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
Perkusi
Hipertimpani
Rectal Toucher
- Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
- Adanya darah dapat menyokong adanya strangulasi, neoplasma
- Feses yang mengeras : skibala
- Feses negatif : obstruksi usus letak tinggi
- Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
- Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis (4,6)
3. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Tes laboratorium mempunyai keterbatasan nilai dalam menegakkan diagnosis,
tetapi sangat membantu memberikan penilaian berat ringannya dan membantu
dalam resusitasi. Pada tahap awal, ditemukan hasil laboratorium yang normal.
Selanjutnya ditemukan adanya hemokonsentrasi, leukositosis dan nilai elektrolit
yang abnormal. Peningkatan serum amilase sering didapatkan.10 Leukositosis
menunjukkan adanya iskemik atau strangulasi, tetapi hanya terjadi pada 38% -
50% obstruksi strangulasi dibandingkan 27% - 44% pada obstruksi non
strangulata. Hematokrit yang meningkat dapat timbul pada dehidrasi. Selain itu
dapat ditemukan adanya gangguan elektrolit. Analisa gas darah mungkin
terganggu, dengan alkalosis metabolik bila muntah berat, dan metabolik asidosis
bila ada tanda – tanda shock, dehidrasi dan ketosis.
Radiologik
Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid level”
pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi. Foto
21
polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus halus,
sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.
Foto polos abdomen
Dapat ditemukan gambaran ”step ladder dan air fluid level” terutama pada
obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak tampak gas. Jika terjadi
stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran berupa hilangnya muosa
yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus. Udara bebas pada foto thoraks
tegak dan foto abdomen dengan posisi left lateral decubitus menunjukkan adanya
perforasi usus. Penggunaan kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan
peritonitis akibat adanya perforasi.
X. GAMBARAN RADIOLOGI
Untuk menegakkan diagnosa secara radiologis pada ileus obstruktif dilakukan foto
abdomen 3 posisi. Yang dapat ditemukan pada pemeriksaan foto abdomen ini antara lain :
1. Ileus obstruksi letak tinggi :
- Dilatasi di proximal sumbatan (sumbatan paling distal di ileocecal junction) dan
kolaps usus di bagian distal sumbatan.
- Coil spring appearance
- Herring bone appearance
- Air fluid level yang pendek-pendek dan banyak (step ladder sign)
2. Ileus obstruksi letak rendah :
- Gambaran sama seperti ileus obstruksi letak tinggi
- Gambaran penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi abdomen
- Air fluid level yang panjang-panjang di kolon
Sedangkan pada ileus paralitik gambaran radiologi ditemukan dilatasi usus yang menyeluruh
dari gaster sampai rectum. (5)
Gambaran radiologis ileus obstruktif dibandingkan dengan ileus paralitik :
22
Gambar 7. Ileus Obstruktif . Tampak coil
spring dan herring bone appearance
Gambar 8. Ileus Paralitik.
Tampakdilatasi usus keseluruhan.
Gambar 9. Gambaran air fluid level
pada ileus obstruktif
Gambar 10. Ileus Obstruktif karena
adanya volvulus
23Gambar 11. Ascariasis yang bisa
menyebabkan ileus obstruktif
Gambar 12. Ileus obstruktif yang
disebabkan oleh massa tumor
extraintestinal
XI. DIAGNOSIS BANDING
Pada ileus paralitik nyeri yang timbul lebih ringan tetapi konstan dan difus, dan terjadi
distensi abdomen. Ileus paralitik, bising usus tidak terdengar dan tidak terjadi ketegangan
dinding perut. Bila ileus disebabkan oleh proses inflamasi akut, akan ada tanda dan gejala
dari penyebab primer tersebut. Gastroenteritis akut, apendisitis akut, dan pankreatitis akut
juga dapat menyerupai obstruksi usus sederhana. (1)
XII. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi
untuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan. Menghilangkan
penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-kadang suatu penyumbatan sembuh dengan
sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika disebabkan oleh perlengketan. Penderita
penyumbatan usus harus di rawat di rumah sakit.
1. Persiapan penderita
Persiapan penderita berjalan bersama dengan usaha menegakkan diagnosa obstruksi
ileus secara lengkap dan tepat. Sering dengan persiapan penderita yang baik,
obstruksinya berkurang atau hilang sama sekali. Persiapan penderita meliputi :
o Penderita dirawat di rumah sakit.
o Penderita dipuasakan
o Kontrol status airway, breathing and circulation.
o Dekompresi dengan nasogastric tube.
o Intravenous fluids and electrolyte
o Dipasang kateter urin untuk menghitung balance cairan. (1,3)
2. Operatif.
Bila telah diputuskan untuk tindakan operasi, ada 3 hal yang perlu :
Berapa lama obstruksinya sudah berlangsung.
Bagaimana keadaan/fungsi organ vital lainnya, baik sebagai akibat
obstruksinya maupun kondisi sebelum sakit.
24
Apakah ada risiko strangulasi.
Kewaspadaan akan resiko strangulasi sangat penting. Pada obstruksi ileus yang
ditolong dengan cara operatif pada saat yang tepat, angka kematiannya adalah 1%
pada 24 jam pertama, sedangkan pada strangulasi angka kematian tersebut 31%.
Pada umumnya dikenal 4 macam (cara) tindakan bedah yang dikerjakan pada
obstruksi ileus :
a) Koreksi sederhana (simple correction). Hal ini merupakan tindakan bedah
sederhana untuk membebaskan usus dari jepitan, misalnya pada hernia incarcerata
non-strangulasi, jepitan oleh streng/adhesi atau pada volvulus ringan.
b) Tindakan operatif by-pass. Membuat saluran usus baru yang "melewati" bagian
usus yang tersumbat, misalnya pada tumor intralurninal, Crohn disease, dan
sebagainya.
c) Membuat fistula entero-cutaneus pada bagian proximal dari tempat obstruksi,
misalnya pada Ca stadium lanjut.
d) Melakukan reseksi usus yang tersumbat dan membuat anastomosis ujung-ujung
usus untuk mempertahankan kontinuitas lumen usus, misalnya pada
carcinomacolon, invaginasi strangulate dan sebagainya.
Pada beberapa obstruksi ileus, kadang-kadang dilakukan tindakan operatif bertahap,
baik oleh karena penyakitnya sendiri maupun karena keadaan penderitanya, misalnya
pada Ca sigmoid obstruktif, mula-mula dilakukan kolostomi saja, kemudian hari
dilakukan reseksi usus dan anastomosis.
3. Pasca Operasi
Suatu problematik yang sulit pada keadaan pasca bedah adalah distensi usus yang
masih ada. Pada tindakan operatif dekompressi usus, gas dan cairan yang terkumpul
dalam lumen usus tidak boleh dibersihkan sama sekali oleh karena catatan tersebut
mengandung banyak bahan-bahan digestif yang sangat diperlukan. Pasca bedah tidak
dapat diharapkan fisiologi usus kembali normal, walaupun terdengar bising usus. Hal
tersebut bukan berarti peristaltik usus telah berfungsi dengan efisien, sementara
ekskresi meninggi dan absorpsi sama sekali belum baik.
25
Sering didapati penderita dalam keadaan masih distensi dan disertai diare pasca
bedah. Tindakan dekompressi usus dan koreksi air dan elektrolit serta menjaga
keseimbangan asam basa darah dalam batas normal tetap dilaksanakan pada pasca
bedahnya. Pada obstruksi yang lanjut, apalagi bila telah terjadi strangulasi, monitoring
pasca bedah yang teliti diperlukan sampai selama 6 - 7 hari pasca bedah. Bahaya lain
pada masa pasca bedah adalah toksinemia dan sepsis. Gambaran kliniknya biasanya
mulai nampak pada hari ke 4-5 pasca bedah. Pemberian antibiotika dengan spektrum
luas dan disesuaikan dengan hasil kultur kuman sangatlah penting. (1)
XII. Komplikasi
o Nekrosis usus
o Perforasi usus
o Sepsis
o Syok-dehidrasi
o Abses
o Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi
o Pneumonia aspirasi dari proses muntah
o Gangguan elektrolit
o Meninggal (2)
XIII. Prognosis
Mortalitas obstruksi tanpa strangulata adalah 5% sampai 8% asalkan operasi dapat
segera dilakukan. Keterlambatan dalam melakukan pembedahan atau jika terjadi
strangulasi atau komplikasi lainnya akan meningkatkan mortalitas sampai sekitar 35%
atau 40%.3 Prognosisnya baik bila diagnosis dan tindakan dilakukan dengan cepat (1,2)
26
BAB III
KESIMPULAN
Obstruksi usus (mekanik) adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal atau anus karena ada sumbatan/hambatan yang disebabkan kelainan
dalam lumen usus, dinding usus atau luar usus yang menekan atau kelainan vaskularisasi
pada suatu segmen usus yang menyebabkan nekrose segmen usus tersebut.
Obstruksi usus halus dapat disebabkan oleh adhesi, hernia inkarserata, neoplasma,
intususepsi, volvulus, benda asing, kumpulan cacing askaris, sedangkan obstruksi usus besar
penyebabnya adalah karsinoma, volvulus, divertikulum Meckel, penyakit Hirschsprung,
inflamasi, tumor jinak, impaksi fekal. Gejala penyumbatan usus meliputi nyeri kram pada
perut, disertai kembung. Bising usus yang meningkat dan “metallic sound” dapat didengar
sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
Gejala umum berupa syok, oliguri dan gangguan elektrolit. Kolik dapat terlihat pada
inspeksi perut sebagai gerakan usus atau kejang usus dan pada auskultasi sewaktu serangan
kolik, hiperperistaltis kedengaran jelas sebagai bunyi nada tinggi. Tujuan utama
27
penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami obstruksi untuk mencegah
perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu diperlukan.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Sjamsuhidajat, R.; Dahlan, Murnizat; Jusi, Djang. Gawat Abdomen. Dalam Buku Ajar
Ilmu Bedah. Edisi 2. Editor: Sjamsuhidajat, R. dan De Jong, Wim. Jakarta: EGC,
2003. Hal: 181-192.
2. Fiedberg, B. and Antillon, M.: Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J., Windle,
W.L., Li, B.U.K., Schwarz, S., and Altschuler, S. http://www.emedicine.com. Last
Updated, June 29, 2004.
3. Basson, M.D.: Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F., Mechaber, A.J.,
and Katz, J. http://www.emedicine.com. Last Updated, June 14, 2004.
4. General and laparoscopy surgeon,: Ileus obstruksi. Editor : Dr. A. Yuda Hendaya. Sp
B, FInaCS,FMAS. http://www.dokteryudabedah.com . last Update januari 5, 2010
5. Obstruksi usus kecil. Avialablle at www.learningRadiology.com Accessed on 14
December 2012
28
6. Evers, BM Usus Kecil. In: Townsend CM, Beauchamp RD, Evers BM, Mattox KL,
eds. Sabiston Textbook of Surgery . 18th ed. St. Louis, Mo: WB Saunders; 2008:chap
48
7. Intestinal obstruction. Aviable at www.healthline.com. Accessed 0n 14 December
2012
8. Markogiannakis H, Messaris E, Dardamanis D, Pararas N, Tzertzemelis D,
Giannopoulos P,et al. Acute mechanical bowel obstruction:clinical presentation,
etiology, management and outcome. World Journal of gastroenterology. 2007 January
21;13(3):432-437. Available from:URL:http://www.wjgnet.com
9. Simeone DM. Anatomy and physiology of the small intestine. In : Greenfield LJ,
Mulholland MW, Oldham KT, Zelenock GB, Lillimoe KD, editors. Essentials of
surgery : scientific principles and practice. [Book on CD-ROM]. 2nd ed. New York:
Lippincott Williams & Wilkin publishers;1997.
10. Suyono YJ,editor. Disunting oleh R.Putz & R. Pabst. Atlas Anatomi manusia Sobotta.
Ed.21. Jakarta: EGC,2003.
11. iregar H, Yusuf I, Sinrang AW, Gani AA. Fisiologi Gastrointestinal. Ed.1. Ujung
Pandang: Fak. Kedokteran Unhas;1995
12. Ansari P. Intestinal obstruction. [Online]. 2007 September [edited 2008 May 21];[4
screens]. Available from: URL:http://www.merck.com/mmpe/sec02/choll/chollh.html.
13. Schrock TR. Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery). Alih
Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. 1993; 239 – 42.
29
top related