pendampingan sl-pttbengkulu.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/sdmc/... · dr. ir. wahyu...
Post on 08-Mar-2019
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pendampingan SL-PTT
1
PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga Buku Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT di Provinsi Bengkulu dapat disusun dengan baik. Buku ini disusun untuk memberikan gambaran dan pemahaman kepada anggota Tim SL-PTT, stakeholders dan petani tentang pelaksanaan pendampingan yang dilakukan oleh BPTP Bengkulu.
Buku Petunjuk ini memuat tentang: 1) Pengertian dan prinsif PTT padi sawah, 2) Falsafah SL-PTT, 3) Komponen teknologi PTT Padi, 4) Penyelenggaraan SL-PTT, 5) Bentuk pendampingan, dan 6) Kegiatan utama pendampingan.
Kami menyadari bahwa Buku Petunjuk Pelaksanaan ini belumlah sempurna, dan sudah tentu ada kekurangannya. Untuk itu saran dan masukan sangat diharapkan untuk perbaikan di masa mendatang.
Akhirnya kami berharap agar Buku Petunjuk Pelaksanaan ini dapat dipergunakan dan memberikan manfaat pada berbagai pihak/pengguna.
Bengkulu, Oktober 2010 Penanggung Jawab
Kegiatan
Dr. Ir. Wahyu Wibawa, MP
Pendampingan SL-PTT
2
DAFTAR ISI
Halaman PENGANTAR........................................................ iii DAFTAR ISI......................................................... iv DAFTAR GAMBAR................................................ v I. Pendahuluan................................................. 1
1. Latar Belakang.................................................... 1 2. Tujuan dan Sasaran Pendampingan...................... 2
II. PTT dan Pelaksanaan SL-PTT................. 3
1. Pengertian dan Prinsip PTT.................................. 3 2. Falsafah SL-PTT.................................................. 6 3. Komponen Teknologi PTT Padi dan Jagung........... 7 4. Penyelengaaraan SL-PTT..................................... 19
III. Bentuk Pendampingan............................ 21
1. Penentuan Jumlah Unit Pendampingan................. 21 2. Pembentukan Tim Inti Pelaksanaan SL-PTT BPTP
Bengkulu............................................................ 22 3. Penunjukan LO.................................................... 23 4. Kegiatan Utama Pendampingan............................ 24
IV. Penutup.......................................................... 26 Lampiran..................................................................... 27
Pendampingan SL-PTT
3
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1. Lokasi LL sebagai tempat pembelajaran dalam
kelompok...................................................... 5 2. Varietas Inpari 4 pada fase pengisian bulir...... 10 3. Legowo 4:1 untuk mengoptimalkan populasi
tanaman....................................................... 13 4. Penanaman 1-3 bibit...................................... 16 5. Kondisi tanaman bebas gulma pada umur 30
HST.............................................................. 18
Pendampingan SL-PTT
4
I Pendahuluan
1. Latar Belakang
Komoditas tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pangan. Padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, dan berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan. Padi memberikan kontribusi besar terhadap produk domestic bruto (PDB) nasional (Damardjati, 2006; Dirjen Tanaman Pangan, 2008; sembiring dan Abdulrahman, 2008).
Berdasarkan agroekosistem dan kesesuaian lahannya, tanaman padi mempunyai potensi dan peluang yang besar untuk dikembangkan di Propinsi Bengkulu. Propinsi Bengkulu memiliki lahan sawah seluas 120.000 ha dengan produksi dan produktivitas yang masih rendah, yang berturut-turut adalah 406.117 ton dan 4,06 t/ha. Peluang untuk meningkatkan produksi padi di Propinsi Bengkulu masih terbuka melalui intensifikasi dan efisiensi penggunaan lahan. Intensifikasi dilakukan dengan penerapan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) padi sawah.
SL-PTT adalah program strategis Kemtan untuk mencapai swasembada beras lestari dan bahkan menjadi eksportir beras pada tahun 2020. Teknologi yang disusun dengan PTT bersifat spesifik lokasi dan mempertimbangkan keragaman sumberdaya, iklim, jenis tanah, sosial-ekonomi-budaya masyarakat, serta menjaga kelestarian lingkungan.
Pendampingan SL-PTT
5
Pendampingan merupakan salah satu aspek penting dalam mensukseskan program SL-PTT. Penyusunan Juknis ini dimaksudkan agar pendampingan dapat dilaksanakan secar holistic, bersinergi, terkoordinir, terfokus dan terukur oleh semua pihak dalam mengakselerasi pencapaian sasaran yang telah ditetapkan.
2. Tujuan dan Sasaran Pendampingan
Pendampingan oleh BPTP Bengkulu bertujuan agar teknologi Badan Litbang Pertanian dapat diadopsi secara optimal dalam SL-PTT, sehingga pelaksanaan PTT lebih berkualitas dalam mendukung pencapaian tujuan dan sasaran peningkatan produksi secara regional maupun nasional.
Sasaran pendampingan teknologi pada ≥ 60% total unit SL-PTT padi, 1470 unit, yang tersebar di seluruh Propinsi Bengkulu. Target sasaran peningkatan produktivitas pada lahan SL-PTT untuk padi inhrida 0,5-1 t/ha dan padi hibrida 2 t/ha. Pada lokasi LL sasaran peningkatan produktivitasnya untuk padi inhrida 1-1-5 t/ha, sedangkan untuk hibrida 2,5 t/ha.
Pendampingan pada SL-PTT jagung dilaksanakan melalui pelatihan dan apresiasi. Pendampingan SL-PTT jagung hibrida lebih difokuskan pada kegiatan pelatihan PL 2 dan 3 yang diikuti oleh PPL maupun petugas POPT dari Kabupaten/Kota.
Pendampingan SL-PTT
6
II. PTT dan Pelaksanaan SL-PTT
1. Pengertian dan Prinsip PTT
Salah satu cara untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan menerapkan teknologi yang spesifik lokasi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). PTT adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2009). Dengan pendekatan ini diharapkan selain produksi padi naik, biaya produksi optimal, produknya berdaya saing dan lingkungan terpelihara sehingga berkelanjutan.
PTT dilaksanakan berdasarkan 5 (lima) prinsip utama, yaitu: 1. Partisipatif. Petani berperan aktif dalam
penentuan teknologi sesuai kondisi setempat serta meningkatakan kemampuan melalui pembelajaran di laboratorium lapangan.
2. Spesifik Lokasi. Memperhatikan kesesuaian teknologi dengan lingkungan sosial budaya, dan ekonomi petani setempat.
3. Terpadu. Sumberdaya tanaman, tanah dan air dikelola dengan baik secara terpadu.
4. Sinergi dan serasi. Pemanfaatan teknologi terbaik memperhatikan keterkaitan antar komponen teknologi yang saling mendukung.
Pendampingan SL-PTT
7
5. Dinamis. Penerapan teknologi selalu disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan Iptek serta kondisi social ekonomi setempat. SL-PTT adalah bentuk sekolah yang seluruh
proses belajar-mengajarnya dilakukan di lapangan dan di tempat-tempat lain yang berdekatan dengan lahan belajar, tidak terikat ruangan kelas. Sekolah lapangan (SL) menjadi tempat pendidikan nonformal bagi petani untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan utamanya dalam mengenali potensi, penyusunan rencana usaha tani, mengatasi permasalahan. Melalui SL petani diharapkan mampu mengambil keputusan untuk menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat secara sinergi dan berwawasan lingkungan. Dengan demikian usahataninya lebih efisien, produktivitas tinggi dan berkelanjutan. Pendekatan SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manjemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya (Gambar 1).
Pendampingan SL-PTT
8
Gambar 1. Lokasi LL sebagai tempat pembelajaran dalam
kelompok
SL-PTT merupakan salah satu cara untuk
mengenalkan inovasi teknologi spesifik lokasi secara partisipatif kepada masyarakat tani. Melalui kegiatan SL-PTT diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan teknologi dengan benar untuk meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan usahataninya.
Pendampingan SL-PTT
9
2. Falsafah SL-PTT
Falsafah SL-PTT mengajarkan bahwa agar teknologi yang dintroduksikan dapat diterima, diadopsi dan didifusikan secara luas, maka peran dari seluruh panca indera haruslah dioptimalkan. Falsafah dari SL-PTT adalah sebagai berikut :
Mendengar, Saya Lupa Melihat, Saya Ingat Melakukan, Saya Faham Menemukan Sendiri, Saya Kuasai Falsafah di atas menunjukan bahwa proses
pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja, dari panca indra. Learning by doing secara partispatif merupakan metode pembelajaran yang tepat, karena petani tidak hanya mendengar ataupun melihat, tetapi lebih ditekankan untuk mampu melaksanakan, mengevaluasi/membuat penilaian (menemukan), menentukan pilihan, mengadopsi, dan mendifusikan teknologi yang spesifik lokasi. Di sini tampak adanya bentuk pemberdayaan petani. Dengan cara ini diharapkan petani lebih kreatif dan inovatif yang dapat berperan seperti halnya seorang peneliti dan penyuluh.
Petani akan menerima dan mengadopsi inovasi teknologi dengan syarat teknologi yang diintroduksikan secara ekonomis menguntungkan dan secara teknis dapat dilaksanakan serta tidak
Pendampingan SL-PTT
10
bertentangan dengan sosial budaya masyarakat setempat. Proses pembelajaran bagi petani haruslah dilakukan secara sistematis, lengkap, sederhana/ aplikatif, dan partisipatif dengan mengoptimalkan kinerja dari panca indra.
Melalui kegiatan SL-PTT diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi teknologi dengan benar untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usahataninya. Salah satu cara untuk meningkatkan pemahaman dan keterampilan petani adalah melalui pertemuan kelompok. Pertemuan kelompok dilaksanakan oleh pelaksana SL-PTT dan tempat pertemuan juga berada di lokasi SL-PTT. Peserta pertemuan-pertemuan dalam SL-PTT diharapkan 8 kali pertemuan, oleh karena itu perlu dijadwal secara periodik dengan kesepakat petani peserta sehingga tidak mengganggu waktu petani (Dirjen Tanaman pangan, 2010).
3. Komponen Teknologi PTT Padi dan Jagung
Komponen Teknologi Padi
Dalam pelaksana SL-PTT padi terdapat dua komponen teknologi, yaitu komponen dasar dan komponen pilihan. Komponen teknologi dasar yaitu teknologi yang sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi padi sawah. Komponen teknologi ini terdiri dari atas: (1) Varietas unggul baru, inhibrida dan hibrida (2) Benih bermutu dan berlabel
Pendampingan SL-PTT
11
(3) Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau dalam bentuk kompos
(4) Pengaturan populasi tanaman secara optimum (5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan
status hara tanah (6) Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT
Komponen teknologi pilihan yaitu teknologi yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat. Teknologi ini terdiri atas: (1) Pengelahan tanah sesuai musim dan pola tanam (2) Penggunaan bibit muda (< 21 hari) (3) Tanam bibit 1-3 batang per rumpun (4) Pengairan secara efektif dan efisien (5) Penyiangan dengan landak atau gasrok (6) Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok
Komponen Teknologi Jagung
Teknologi dasar yaitu, teknologi yang sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi teknologi ini terdiri dari atas: (1) Varietas unggul baru, hibrida atau komposit (2) Benih bermutu dan berlabel (3) Populasi 66.000-75.000 tanaman/ha (4) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan
status hara tanah
Teknologi Pilihan yaitu teknologi yang disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat, Teknologi ini terdiri atas: (1) Penyiapan lahan
Pendampingan SL-PTT
12
(2) Pembuatan saluran drainase dilahan kering pada musim hujan, atau saluran irigasi dilahan sawah pada musim kemarau
(3) Pemberian bahan organik (4) Pembumbunan (5) Pengedalian gulma secara mekanis atau dengan
herbisida kontak (6) Pengendalian hama penyakit (7) Panen tepat waktu dan pengeringan segera
Varietas Unggul Baru
Varietas mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya peningkatan produktivitas dan produksi padi. Revitalisasi pertanian bertujuan untuk mencapai swasembada beras dalam upaya mendukung ketahanan pangan nasional. Penggunaanvarietas unggul baru (VUB) bersama inovasi lainnya pengelolaan tanaman terpadu (PTT) dapat berperan dalam mewujudkan swasembada beras berkelanjutan.
Pergiliran varietas diperlukan dalam upaya peningkatan produktivitas dan poduksi padi. VUB sudah cukup banyak tersedia dan dihasilkan oleh Badan Litbang Petanian, tetapi yang dikenal dan ditanam oleh petani masih sangat terbatas. Varietas IR 64 dan Ciherang masih sangat dominan di Propinsi Bengkulu. Upaya pengenalan dan penyebaran VUB yang dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian perlu dilakukan secara intensif. VUB dapat dipilih sesuai dengan kondisi agroekosistem dan keinginan pasar. Inpari 1, Inpari 3, Inpari 4 dan Inpari 6 serta silugonggo merupakan VUB yang di display dan di demplotkan di Bengkulu (Gambar 2). Potensi hasil dari
Pendampingan SL-PTT
13
tiap varietas akan dapat dicapai pada kondisi lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Masing-masing varietas mempunyai daya adaptasi yang berbeda, untuk itu display dan demplot perlu dilakukan sebelum suatu varietas dikembangkan secara luas.
Pewilayahan varietas didasarkan pada: 1) Lahan; irigasi, tadah hujan, lahan kering, lahan rawa dan pasang surut. 2) Tinggi Tempat; dataran rendah, sedang dan dataran tinggi. 3) Lingkungan tumbuh (Endemik hama dan penyakit utama; kesuburan fisik dan kesuburan kimia, status hara makro dan mikro); target produksi dan produktivitas; iklim; teknik budidaya yang ditetapkan; serta mutu produk.
Gambar 2. Varietas Inpari 4 pada fase pengisian bulir
Pendampingan SL-PTT
14
Benih bermutu dan berlabel
Benih bermutu dan berlabel dengan tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi. Pada umumnya benih bermutu dapat diperoleh dari benih berlabel yang sudah lulus proses sertifikasi. Benih bermutu akan menghasilkan bibit yang sehat dengan perakaran yang banyak.
Terdapat empat kelas benih berdasarkan peraturan Menteri Pertanian No.39/Permentan/ OT.140/8/2006 dalam sertifikasi benih di insdonesia. Urutan kelas benih adalah sebagai berikut: 1. Benih penjenis (BS/Breeder Seed) ditandai
dengan label berwarna kuning, dimiliki dan diproduksi oleh pemulia tanaman di Balai penelitian Komoditas atau UPBS
2. Benih Dasar (BD/FS/Foundation Seed) tandai dengan label berwarna putih dimiliki dan diproduksi oleh BBI (Balai Benih Induk), penangkar benih yang mendapat rekomendasi dari BPSB, produsen benih swasta/BUMN.
3. Benih Pokok (BP/SS/Stock Seed) ditandai dengan label berwarna unggu, dimiliki dan diproduksi oleh BBU ( balai Benih Utama ) penangkar yang mendapat rekomendasi dari BPSP, produsen benih swasta/BUMN.
4. Benih Sebar (BR/ES/Extention Seed) ditandai dengan label berwarna biru, dimiliki dan diproduksi oleh BBU (Balai Benih Utama) ditandai dengan label berwarna biru, dimiliki dan diproduksi oleh BBU (Balai Benih Utama) penangkar benih/produsen benih swasta/ BUMN.
Pendampingan SL-PTT
15
Pemberian bahan organik
Pemberian bahan organic sangat dianjurkan untuk memelihara kesuburan tanah. Peran bahan organic tidak hanya memperbaiki kesuburan kimia tetapi sekaligus dapat meningkatkan kesuburan fisik dan biologi tanah.
Bahan organic yang dianjurkan adalah jerami padi. Jumlah bahan organic yang dianjurkan sebanyak 2 - 4 t/ha. Untuk memperbaiki kualitas jerami, maka jerami dikomposkan dengan berbagai activator misalnya stardec EM4, maupun MOL.
Pengaturan populasi tanaman secara optimum
Pengaturan tanaman diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal. Pertumbuhan dan perkembangan tanaman yang optimal berpengaruh terhadap produktivitas tanaman.
Pengaturan populasi tanaman diperlukan untuk mendapatkan pertumbuhan dan system tanam tegel dan legowo paling umum dilakukan. Sistem legowo dilakukan untuk meningkatkan produktivitas dan mempermudah pemeliharaan tanaman. Sistem tanam legowo beragam dari legowo 2:1, 4:1, 6:1, namun legowo 4:1 yang paling optimal dan umum dilakukan. Jarak tanam yang umum adalah 20 x 20 cm; 22,5 x22,5 cm dan 25 x 25 cm. Populasi tanaman yang optimum dipengaruhi oleh varietas yang ditanam, kesuburan tanah, dan ketinggian tempat.
Pendampingan SL-PTT
16
Gambar 3. Legowo 4:1 untuk mengoptimalkan populasi
tanaman
Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
Pemupukan tanaman padi spesifik lokasi adalah suatu upaya menambah/menyediakan semua hara penting untuk kebutuhan tanaman padi sehingga tanaman dapat tumbuh optimal. Pemberian pupuk harus tepat jenis, dosis dan waktu. Pemberian pupuk berbeda antar lokasi, antar varietas dan antar waktu. Pemupukan Nitrogen (N) dapat menggunakan Bagan Warna Daun (BWD), sedangkan pemupukan Phosfor (P) dan Kalium (K) dapat menggunakan perangkat Uji Tanah Padi Sawah, petak omisi atau Permentan No. 40/Permentan/Ot.140/04/2007.
Pendampingan SL-PTT
17
Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT
OPT merupakan salah satu faktor pembatas produksi dalam budidaya tanaman padi. OPT meliputi hama, penyakit, dan gulma. Pengendalian terpadu adalah upaya untuk menekan populasi hama dan infeksi penyakit sehingga di bawah ambang ekonomi melalui beberapa cara pengendalian yang sinergis. Hama padi utama di Bengkulu diantaranya adalah tikus, keong mas, wereng hijau, wereng coklat, pengerek batang, ulat grayak, walang sangit, kepik hijau dam burung. Penyakit padi utama di Bengkulu diantaranya adalah Tungro, Blast, Hawar Daun bakteri (HDB).
Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
Pengolahan tanah bertujuan mengubah keadaan tanah pertanian dengan alat tertentu hingga memperoleh struktur tanah yang dikehendaki oleh tanaman. Pengolahan lahan pada budidaya padi sawah dimaksudkan untuk mengubah sifat fisik tanah agar lapisan atas yang semula keras menjadi datar dan melumpur. Keuntungan yang didapat selama pengolahan tanah yaitu gulma mati yang kemudian akan membusuk menjadi humus. Aerasi tanah menjadi lebih baik, lapisan bawah tanah jenuh air, dan dapat menghemat air.
Musim pada saat mengolah tanah mempengaruhi biaya dan mutu pengolahan tanah. Pada saat lahan terlalu basah atau terlalu kering mutu pengolahan tanah tidak sesuai harapan, bahkan kadang-kadang
Pendampingan SL-PTT
18
pengolahan tanah tidak optimal. Contohnya pada tanah lempung yang basah maka tanah akan menempel pada rotary dan hasilnya kurang baik.
Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
Penggunaan bibit padi muda (< 21 Hari) menunjukan keragaan tanaman lebih baik dan produksi lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan bibit tua (> 21 hari). Semakin tua bibit padi yang ditanam semakin tidak baik keragaan tanaman. Keuntungan dari menanaman bibit muda diantaranya adalah: 1) Bibit yang dipindahkan cepat tumbuh dan berkembang (recovery-nya cepat). 2) Pecabutan lebih mudah dan cepat. 3) Performa tanaman lebih seragam, anakan aktif dan produktif lebih banyak.
Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun
Manfaat dari tanam bibit 1 - 3 batang diantaranya adalah: 1) Menghemat penggunaan benih sekitar 40%, 2) Mengurangi biaya untuk pembelian benih, 3) Mengurangi penggunaan tenaga kerja untuk penyiapan persemaian, pencabutan dan pengangkutan bibit.
Terjadi 30 - 40 % penghematan benih padi dari kebiasaan yang selama ini dilakukan petani. Kalau sebelumnya petani menggunakan benih padi sebanyak 25 kg/ha, maka dengan penanaman 1 - 3 batang per rumpun, maka petani cukup hanya menyediakan benih sebanyak 15 kg/ha.
Pendampingan SL-PTT
19
Dengan penghematan benih sebanyak 10 kg/ha berarti akan terjadi efisiensi yang cukup tinggi dalam penggunaan benih di Propinsi Bengkulu. Luas sawah di Bengkulu sekitar 120.000 ha, maka efisiensi benih diperkirakan mencapai 1.200.000 kg (1.200 ton/musim tanam) yang nilainya mencapai 8,4 milyar rupiah dengan asumsi harga benih bersertifikat Rp. 7.000/kg.
Gambar 4. Penanaman 1-3 bibit
Pengairan secara efektif dan efisien
Pengairan yang efektif dan efisien terdiri dari pengairan dengan teknik berselang, gilir giring, gilir glontar dan basah kering dapat menghemat pemakai air hingga 30%. Pengairan berselang (intermitten irrigation) adalah pengaturan lahan pada kondisi kering dan tergenang secara bergantian dalam periode tertemtu. Teknik gilir giring adalah
Pendampingan SL-PTT
20
pendistribusian air 4 - 5 hari sekali jika debit air sungai sekitar 40 %. Pengairan gilir glontar adalah pendistribusian air 2 - 3 hari sekali jika debit air sungai 40 - 60 %. Teknik basah kering adalah pengairan menggunakan paralon berlubang untuk menentukan kapan sawah perlu diairi.
Tujuan pengairan yang efektif dan efisien diantaranya adalah: 1) Menghemat air irigasi. 2) memberikan kesempatan pada akar tanaman untuk mendapatkan udara. 3) Mencegah timbulnya keracunan besi. 4) Mencegah penimbunan asam organik dan H2S yang menghambat perkembangan akar. 5) Mengaktifkan jasad mikroba yang bermanfaat.
Penyiangan
Gulma adalah tumbuhan yang tidak diinginkan dan kehadirannya dapat menurunkan keuntungan usahatani. Gulma dapat menurunkan hasil padi 12 - 80 %. Gulma juga dapat menyebabkan penurunan efisiensi input dan kualitas produk tanaman padi.
Waktu pengendalian gulma yang tepat adalah saat periode kritis persaingan antara gulma dengan tanaman. Periode kritis persaingan terjadi pada 30 % fase pertumbuhan tanaman yang pertama. Umur rata- rata padi genjah di pertanaman adalah 90 hari, maka periode kritisnya adalah 30 hari yang pertama. Pengendalian gulma yang pertama adalah pada umur 15 - 20 hari setelah tanam (HST), kemudian diulang pada umur 30 HST.
Pendampingan SL-PTT
21
Gambar 5. Kondisi tanaman bebas gulma pada
umur 30 HST
Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok
Hasil panen yang berkualitas tidak hanya diperoleh dari penanganan budidaya yang baik saja, tetapi juga didukung oleh penanganan panennya. Waktu panen padi yang tepat yaitu jika gabah telah tua atau matang. Saat panen di lapangan dipergaruhi oleh berbagai hal, seperti tinggi tempat, musim tanam, pemeliharaan, pemupukan, dan varietas. Pada musim kemarau, tanaman biasanya dapat dipanen lebih awal. Jika dipupuk dengan nitrogen dosis tinggi, tanaman cenderung dapat dipanen lebih lama dari biasa. Panen yang baik dilakukan pada saat cuaca terang. Secara umum, padi dapat dipanen pada umur antar 90 -115 hari setelah tanam.
Kriteria padi yang siap panen diantaranya adalah: 1) umur tanaman tersebut telah mencapai umur yang tertera pada deskripsi varietas. 2) daun bendera dan 90 - 95 % bulir padi telah menguning. 3) malai padi menunduk karena menopang bulir-bulir yang bernas. 4) butir gabah terasa keras ditekan. Apabila dikupas,
Pendampingan SL-PTT
22
tampak isi butir gabah berwarna putih dan keras bila digigit, biasanya gabah memiliki kadar air 22 - 25 %.
4. Penyelenggaraan SL-PTT
Pendekatan SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen kelompok serta sebagai percontohan kawasan lainnya.
Penciri SL-PTT adalah sebagai berikut: (1) Salah satu SL-PTT luasnya 10 - 25 hektar, dan di
dalam SL-PTT terdapat laboratorium Lapang (LL) seluas satu hektar. LL adalah kawasan atau area dalam kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai percontohan, tempat belajar dan praktek penerapan teknologiyang disususn dan diaplikasikan bersama kelompok tani/petani. Komponen teknologi yang diterapkan berdasarkan hasil kajian kebutuhan dan peluang (KKP) oleh petani.
(2) Didukung pemandu lapangan (PL) yang terdiri dari Penyuluh Pertanian, Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman (PBT) yang telah mengikuti pelatihan. Pemandu sebagai fasilitator memberi bimbingan. Peserta dan pemandu saling memberikan dan menghargai.
(3) Menggunakan sarana kelompok tani yang sudah terbentuk dan masih aktif, berbasis domisili atau hamparan dimana lokasi lahan usahataninyamasih
Pendampingan SL-PTT
23
dalam satu hamparan. Perencanaan pengambilan keputusan dilakukan bersama dengan kelompok tani dan gabungan kelompok tani.
(4) Materi pelatihan, praktek dan sarana belajar ada di lapangan dan memiliki programa kegiatan untuk satu musim tanam.
(5) Penyelenggaraan SL-PTT berdasarkan pada beberapa azas sebagai berikut: • Sawah sebagai sarana belajar • Belajar lewat pengalaman dan penemuan
petani sendiri • Pengkajian agroekosistem sawah • Metode belajar praktis • Programa berdasarkan keterampilan yang
dibutuhkan (6) Pendidikan yang dikembangkan dalam SL-PTT
meliputi tiga aspek, yaitu: • Aspek teknologi: keterampilan dan
pengetahuan • Aspek hubungan antar petani: interaksi dan
komunikasi • Aspek pengelolaan: manajer di lahan usaha
Pendampingan SL-PTT
24
III. Bentuk Pendampingan
1. Penentuan Jumlah Unit Pendampingan
Pada tahun 2010, pendampingan SL-PTT dilakukan pada 10 Kabupaten/Kota yang melaksanakan SL-PTT padi dan jagung. Ada 1608 unit LL padi dan jagung yang terdisribusi di seluruh Propinsi dengan perincian sebagai berikut: Padi inhibrida 1.200 unit, padi hibrida 150 unit, padi lahan kering 120 unit, dan jagung hibrida 138 unit. Dari data ini diketahui bahwa ada 965 unit LL (60 %) yang harus didampingi oleh BPTP Bengkulu. Pendampingan dilaksanakan secara proporsional sesuai dengan jumlah unit SL-PTT di setiap Kabupaten/Kota. Pendampingan dilakukan mulai dari persiapan, pelaksanaan lapangan hingga panen.
Setelah daftar calon petani calon lokasi (CPCL) diperoleh, baik untuk tingkat Propinsi maupun Kabupaten, maka LO segera melakukan koordinasi, LO bersama Dinas Pertanian kabupaten dan BP4K menetukan 60% lokasi LL yang akan didampingi. Kriteria dari lokasi LL yang akan didampingi diantaranya adalah: Lokasinya strategis dan mudah dijangkau, petaninya kooperatif, serta kondusif kondisi sosial budayanya. Setelah lokasi pendampingan ditentukan, maka LO segera mencari informasi ke Tim Teknis SL-PTT Kabupaten untuk mengetahui jadwal pelaksanaan pelatihan Pemandu lapangan (PL II dan PL), jadwal tanam, dan jadwal pertemuan kelompok tani.
Pendampingan SL-PTT
25
Penyebarluasan VUB dilakukan melalui uji adaptasi pada lahan seluas 0,25 ha di LL ataupun di luar LL, tergantung dari kesepakatan antara Tim Teknis SL-PTT Kabupaten, kelompok tani dan BPTP. Diharapkan uji adaptasi VUB masuk di dalam LL, Karena BPTP hanya menyalurkan benih tanpa saprodi lainnya (pupuk dan pertisida). Pada LL diintroduksikan 4 -5 varietas unggul baru yang berproduksi tinggi. Dinas Pertanian Propinsi dan Kabupaten/Kota sepakat bahwa pendampingan untuk display VUB yang dilaksanakan oleh BPTP berada di luar lokasi LL dan bahkan di luar lokasi SL, dengan alasan untuk tertib administrasi.
2. Pembentukan Tim Inti Pelaksanaan SL-PTT BPTP Bengkulu
Tim ini disusun dengan keanggotaan yang kompeten (Koordinator Program, penanggung jawab kegiatan SL-PTT, peneliti/penyuluh), karena tim ini mempunyai tugas yang cukup penting dalam pelaksanaan SL-PTT. Tugas dari Tim diantaranya adalah: 1. Merancang, mengarahkan dan mengendalikan
pelaksanaan SL-PTT. 2. Menyusun panduan teknis pelaksanaan SL-PTT
spesifik lokasi dengan inovasi baru yang spesifik lokasi.
3. Melakukan koordinasi pelaksanaan SL-PTT ditingkat Provinsi dan pusat
4. Membantu mekanisme kelancaran distribusi benih dari BB padi ke lokasi demoplot.
Pendampingan SL-PTT
26
3. Penunjukan LO
LO ditunjuk oleh Kepala Balai berdasarkan kompotensi dan dedikasi dari staf. Tugas LO cukup berat karena dituntut untuk mampu berkoordinasi, bernegosiasi, dan berargumentasi serta menguasai teknologi budidaya padi baik secara teoritis maupun praktis. BPTP akan menugaskan peneliti/penyuluh sebagai tenaga penghubung di tiap Kabupaten atau Kota di seluruh Propinsi Bengkulu. LO ini diharapkan juga masuk dalam tim teknis SL-PTT Kabupaten. Hal ini dimaksudkan agar ada koordinasi yang tepadu antara BPTP dan Kabupaten, sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan pelaksanaan SL-PTT dapat diinformasikan dengan cepat. Tugas LO diantaranya adalah: • Membuat demplot PTT dengan luasan 0,5 hektar
di luar SL-PTT pada 1 - 2 titik (unit) per kabupaten. Demplot berisikan (a) keragaan beberapa varietas unggul baru dan (b) Komponen teknologi PTT secara lengkap. Sebagai narasumber untuk teknologi PTT (padi dan jagung)
• Mengumpulkan data. • Membantu kelancaran distribusi benih dari BB
Padi ke lokasi-lokasi yang berdekatan/ berdampingan dengan lokasi SL-PTT dan Demplot.
Pendampingan SL-PTT
27
4. Kegiatan Utama Pendampingan
Pada tahun 2010 akan didampingi 60% dari total unit SL-PTT (965 unit). Di sekitar lokasi SL-PTT dilakukan dislay 5 VUB yaitu INPARI 1, INPARI 3, INPARI 4, INPARI 6 dan SILUGONGGO dengan luas 0,25 ha. Pada tiap unit dibagikan 5 VUB, masing-masing varietas sebanyak 1 kg. Varietas diujiadaptasikan berasal dari BB padi Sukamandi. BPTP Bengkulu hanya menyalurkan bantuan 5 VUB yang berasal dari BB padi, sedangkan upah dan saprodi lainnya disiapkan secara mandiri oleh petani. Hal yang sama dilakukan juga untuk padi hibrida, padi lahan kering dan jagung hibrida. Untuk padi hibrida, padi lahan kering dan jagung pendampingan lebih banyak ke aspek pelatihan teknis.
Penyediaan informasi teknologi, bahan dan alat pendukung
Pendekatan SL-PTT berfungsi sebagai pusat belajar pengambilan keputusan para petani/kelompok tani, sekaligus tempat tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaaan manjemen kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya. Informasi teknologi, bahan dan alat pendukung SL-PTT untuk penyuluh maupun petani harus disiapkan dengan baik. Pemahaman yang benar terhadap SL-PTT akan menimbulkan persepsi yang positif baik dari petugas maupun petani pelaksana. Bahan informasi diantaranya adalah buku panduan pelaksanaan SL-PTT, buku saku, poster, dan leaflet.
Pendampingan SL-PTT
28
Bahan dan alat pendukung lainnya adalah BWD, PUTS, pertisida dan benih.
Demontrasi Plot PTT dan Display
Demontrasi plot PTT dilakukan pada lahan seluas 0,5 ha per kabupaten untuk menguji paket teknologi lengkap PTT (Lampiran 1). Lahan demplot yang luasnya 0,5 ha dapat dianggap sebagai super imposed oleh BPTP, sekaligus sebagai media pembuktian teknologi PTT yang sebenarnya (Pusat Penelitian dan pengembangan Tanaman Pangan, 2009). Perlakuan yang diterapkan sepenuhnya menenuhi kaidah- kaidah pengkajian. Demplot jagung tidak dilakukan dengan berbagai alasan diantaranya adalah ketidaktepatan antara waktu tanam dan ketersediaan benih dari Balit komoditas. Lahan SL yang luasnya 24 ha bisa dijadikan lahan perluasan inovasi teknologi yang dikembangkan dalam LL dan lahan demplot. Penyelenggaraan pendampingan di SL dilakukan oleh Penyuluh Pertanian Lapangan. Pengamatan hasil panen dilakukan secara ubinan untuk tiap varietas dengan ukuran 5 - 6 m2 tergantung dari jarak tanam. Pengambilan ubinan dan tanaman sampel (komponen hasil dari 5 rumpun tanaman) diambil di lokasi LL, luar LL di dalam SL dan pada lahan petani yang bukan peserta SL. Hasil gabah ditimbang dalam bentuk kering panen. Pada kegiatan ini diharapkan benih ditanam oleh petani yang maju dan telah melaksanakan pemupukan menurut rekomendasi.
Pendampingan SL-PTT
29
IV. Penutup
Peningkatan produksi usahatani padi melalui pendekatan SL-PTT menjadi salah satu strategi yang di harapkan mampu memberikan sumbangan nyata dan lebih besar terhadap produksi padi nasional dalam mewujudkan swasembada berkelanjutan.
Program SL-PTT akan berhasil meningkatkan produksi dan pendapatan petani manakala didukung oleh semua pihak, termasuk pemangku kepentingan baik di hulu, maupun hillir.
Koordinasi antara BPTP dengan stakeholders menjadi faktor kunci keberhasilan, oleh karena itu jalinan kerjasama BPTP dengan pihak lain harus terus dibina dan ditingkatkan intensitasnya.
Pendampingan SL-PTT
30
Lampiran 1. Demontrasi plot VUB di Provinsi Bengkulu.
DEMPLOT VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) MENDUKUNG PROGRAM SL-PTT DI PROPINSI BENGKULU
PENDAHULUAN
SL-PTT merupakan salah satu cara untuk mengenalkan inovasi teknologi spesifik lokasi secara partisipatif kepada masyarakat tani. Melalui kegiatan SL-PTT diharapkan terjadi perbaikan pemahaman petani dan kelompok tani mengenai pentingnya penerapan inovasi teknologi dengan benar untuk meningkatkan produksi dan pendapatan usaha taninya.
Senjang hasil (yield gap) antara hasil penelitian dengan hasil riel di tingkat petani sangat tinggi yaitu lebih dari 40%. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa produktivitas padi sawah di Bengkulu dapat mencapai 6,5-7,5 t/ha, sedangkan produktivitas yang dicapai petani baru berkisar antara 4 - 5,5 t/ha.
Salah satu cara untuk mengurangi senjang hasil adalah dengan menerapkan teknologi spesifik lokasi dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT). PTT adalah suatu pendekatan inovatif dan dinamis dalam upaya meningkatkan produksi dan pendapatan petani melalui perakitan komponen teknologi secara partisipatif bersama petani. Dengan pendekatan ini dharapkan teradi peningkatan produksi, efisiensi biaya produksi, daya saing produk dan lingkungan tetap terpilihara sehingga bisa berkelanjutan. Hasil penelitian Balai Besar Penelitian Padi menunjukan bahwa dengan teknologi PTT hasil padi dapat ditingkatkan sebesar 7 - 38 %.
Pendampingan SL-PTT
31
Varietas Unggul Baru (VUB) mempunyai peranan yang penting dalam upaya peningkatan produktivitas, produksi dan pendapatan petani. Tiap wilayah memerlukan varietas yang spesifik, karena tidak semua varietas mempunyai adaptasi yang baik di seluruh lokasi. Demontrasi plot diperlukan untuk mengenalkan sekaligus menyebarkan VUB yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang Pertanian. Demplot VUB merupakan upaya untuk mendekatkan komponen teknologi kepada petani/pengguna, sehingga dapat mempercepat adopsi teknolgi. Petani dapat memilih VUB yang adaptif dengan produktivitas tinggi sebagai alternatif dalam pergiliran varietas.
PELAKSANAAN DEMPLOT
Tempat
Demplot VUB dilaksanakan di setiap kabupaten/kota dengan luas 0,5 ha. Demplot dilaksanakan di 1 - 2 titik pada lahan milik petani. Lokasi demplot berada di luar kawasan SL-PTT. Lokasi demplot ditetapkan dengan memperhatiakn saran dan masukan Dinas Pertanian maupun BP4K dari masing-masing kabupaten.
Teknologi
Teknologi yang diterapkan dalam demplot adalah teknologi dari BPTP Bengkulu (Tabel 1) Teknologi disusun berdasarkan pendekatan PTT padi sawah irigasi, teknologi disusun dalam rangka untuk mendapatkan hasil yang maksimal, sesuai dengan potensi genetik dari varietas yang ditanam. Potensi genetik suatu varietas akan dapat dicapai jika seluruh aspek lingkungan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman dalam kondisi optimal.
Pendampingan SL-PTT
32
Analisa tanah dilakukan pada setiap lokasi demplot untuk mengetahui kondisi fisik dan kimia tanah. Analisa ini penting untuk memprediksi kebutuhan pupuk dan juga untuk mengevaluasi pertumbuhan serta hasil dari setiap varietas yang diintroduksikan. Analisa tanah dilakukan di laboratoruim tang BPTP Bengkulu. Tabel 1. Teknologi PTT Padi sawah untuk demplot VUB di Propinsi
Bengkulu tahun 2010.
KOMPONEN TEKNOLOGI KETERANGAN
1. Varietas Unggul Baru (VUB) 2. Benih bermutu dan berlabel 3. Pemberian bahan organik 4. Pengaturan populasi
tanaman secara optimum 5. Pemupukan berdasarkan
kebutuhan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
6. Pengendalian OPT dengan
PHT 7. Pengolahan tanah 8. Penggunaan bibit muda 9. Jumlah bibit/lubang 10. Pengairan secara efektif
dan efisien 11. Penyiangan 12. Panen
Inpari 1, 3, 4, 6 dan silugonggo Label ungu 2 ton/ha (jika tersedia) Dengan sistem legowo 4:1 dengan jarak tanam 20 x20 x10 Ponska 300 kg/ha dan Urea 200 kg/ha: - 150 kg/ha ponska diberikan
pada umur 7 HST, dan 150 kg/ha diberikan pada umur 21-25 HST
- 50 kg/ha diberikan pada umur 21-25 HST, 150 kg/ha diberikan pada umur 45 HST
Untuk hama, penyakit dan gulma Sempurna Umur kurang dari 21 hari 1-3 bibit Intermitten/berselang – seling Secara manual atau khemis Tepat waktu dan segera dirontok
top related