penerapan teknik koreksi teman sebaya · pdf fileprogram studi pendidikan bahasa dan sastra...
Post on 02-Feb-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENERAPAN TEKNIK KOREKSI TEMAN SEBAYA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN
PADA SISWA KELAS X AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
(Penelitian Tindakan Kelas)
Skripsi
Oleh:
SURYANI
K 1205039
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
ii
PENERAPAN TEKNIK KOREKSI TEMAN SEBAYA
UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN
PADA SISWA KELAS X AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA
TAHUN AJARAN 2008/2009
(Penelitian Tindakan Kelas)
Oleh:
SURYANI
K 1205039
Skripsi
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan
Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2009
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing,
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Andayani, M.Pd Drs. Suyitno, M.Pd
NIP. 131 569 198 NIP. 130 814 586
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : ………………….
Tanggal : ………………….
Tim Penguji Skripsi:
Nama Terang Tanda tangan
Ketua : Drs. Slamet Mulyono, M. Pd. ......................
Sekretaris : Sri Hastuti, S. S, M. Pd. ......................
Anggota I : Dr. Andayani, M. Pd. ......................
Anggota II : Drs. Suyitno, M. Pd. ......................
Disahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu PendidikanUniversitas Sebelas MaretDekan,
Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd.
NIP 131 658 563
v
ABSTRAK
Suryani. K1205039. PENERAPAN TEKNIK KOREKSI TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN PADA SISWA KELAS X AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA (PENELITIAN TINDAKAN KELAS). Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, April 2009.
Tujuan penelitian ini adalah untuk: (1) meningkatkan kualitas proses
pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2
Surakarta; (2) meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada
siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Penelitian ini dilaksanakan pada
tahun ajaran 2008/2009, mulai Desember 2008 sampai dengan April 2009.
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian tindakan kelas.
Sumber data penelitian ini meliputi: peristiwa proses pembelajaran menulis
karangan, informan, serta dokumen. Teknik pengumpulan data yang digunakan
adalah observasi, wawancara, tes unjuk kerja, serta analisis dokumen. Untuk
menguji validitas data peneliti menggunakan teknik trianggulasi, yakni
trianggulasi sumber data, triangulasi metode, serta revieu informan. Data yang
terkumpul dianalisis dengan teknik analisis interaktif berdasarkan indikator
keberhasilan yang telah ditetapkan. proses penelitian dilaksanakan dalam 2 siklus
dengan 4 tahapan dalam setiap siklus, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan,
tahap observasi, serta analisis dan refleksi.
Hasil penelitian ini adalah: (1) peningkatan kualitas proses
pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2
Surakarta. Peningkatan kualitas proses tersebut ditandai dengan: (a) peningkatan
keaktifan siswa selama pembelajaran; (b) peningkatan perhatian dan konsentrasi
siswa selama pembelajaran; dan (c) peningkatan minat dan motivasi siswa dalam
proses pembelajaran. (2) peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis
karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Peningkatan kualitas
hasil tersebut ditandai dengan: (a) peningkatan dalam pengungkapan pendapat/isi
pada karangan siswa; (b) peningkatan dalam pengorganisasian paragraf/organisasi
isi; (c) peningkatan dalam pemanfaatan potensi kata/kosakata; (d) peningkatan
dalam pengembangan bahasa/struktur kalimat; (e) peningkatan dalam aspek
mekanik/ejaan.
vi
MOTTO
Hidup adalah sebuah tantangan, maka hadapilah. Hidup adalah sebuah lagu, maka
nyanyikanlah. Hidup adalah sebuah mimpi, maka sadarilah.
Hidup adalah sebuah permainan, maka mainkanlah.
Hidup adalah Cinta, maka nikmatilah.
(Bhagawan Sri Sthya Sai Baba)
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis kupersembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku tercinta yang
telah memberikan kasih sayang
juga dukungan yang tak lekang
oleh waktu, serta
2. Adikku yang memberikan nuansa
ceria dalam setiap detik hidupku.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt., atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancer.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar
sarjana Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sebelas Maret.
Penelitian dan penulisan skripsi ini dapat diselesaikan atas bantuan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada semua pihak yang turut membantu, terutama
kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd., selaku Dekan FKIP UNS yang
telah mengesahkan skripsi yang telah peneliti susun;
2. Drs. Suparno, M. Pd., selaku Ketua Jurusan PBS yang telah memberikan izin
untuk penulisan skripsi ini;
3. Drs. Slamet Mulyono, M. Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah memberikan dukungan dan motivasi serta izin
untuk menyusun skripsi ini;
4. Drs. Amir Fuady, M. Hum. Selaku pembantu Dekan III FKIP UNS yang telah
memberi banyak kemudahan pada peneliti;
5. Dr. Andayani, M. Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan motivasi kepada peneliti sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan lancar;
6. Drs. Suyitno, M. Pd., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan motivasi selama penyususnan skripsi;
7. Dra. Ani Rakhmawati, M.A., selaku dosen pembimbing akademik peneliti
yang banyak memberikan masukan dan motivasi;
8. Bapak dan Ibu Dosen Program Bahasa dan Sastra Indonesia yang secara tulus
memberikan ilmunya kepada peneliti;
9. Drs Suwitadi, SH, MM, M. Si. selaku Kepala SMK Murni 2 Surakarta yang
telah memberikan izin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian;
ix
10. Drs. Ponco Kussarwitoyo, selaku Waka. Kurikulum SMK Murni 2 Surakarta
yang telah memberikan banyak bantuan kepada peneliti;
11. Dra. Sri Sumaryamti, selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X
AP 2 SMK Murni 2 Surakarta yang telah banyak membantu dan berpartisipasi
aktif dalam proses penelitian ini;
12. Siswa-siswi kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta yang telah berpartisipasi
aktif sebagai subjek penelitian dan membantu pelaksanaan penelitian ini;
13. Keluarga besar mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan
2005 yang telah memberi semangat dan motivasi kepada peneliti dalam proses
penelitian ini; dan
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
dalam penyusunan ini.
Semoga amal kebaikan semua pihak tersebut mendapat imbalan dari
Allah SWT. Amin.
Surakarta, April 2009
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iv
ABSTRAK .................................................................................................. v
MOTTO ..................................................................................................... vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vii
KATA PENGANTAR ................................................................................ viii
DAFTAR ISI .............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ...................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ......................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .............................................................................. 8
B. Penelitian yang Relevan ................................................................ 32
C. Kerangka Berpikir ......................................................................... 33
D. Hipotesis Tindakan ........................................................................ 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu penelitian ........................................................ 36
B. Pendekatan dan Strategi Penelitian ................................................ 37
C. Subjek dan Objek Penelitian........................................................... 38
D. Sumber Data .................................................................................. 39
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 39
F. Teknik Validitas Data .................................................................... 41
xi
G. Teknik Analisis Data ..................................................................... 42
H. Indikator Keberhasilan .................................................................. 44
I. Prosedur Penelitian ........................................................................ 45
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Kondisi Awal Prasiklus ................................................................. 49
B. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian. ................................... 60
1. Deskripsi Siklus I ..................................................................... 60
2. Deskripsi Siklus II..................................................................... 75
3. Deskripsi Antarsiklus ............................................................... 88
C. Pembahasan Hasil Penelitian.......................................................... 98
D. Keterbatasan Penelitian .................................................................. 106
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ....................................................................................... 108
B. Implikasi ....................................................................................... 110
C. Saran ............................................................................................. 111
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 112
LAMPIRAN....................................................................................... 115
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan ................................................. 37
Tabel 2. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus ......... 51
Tabel 3. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus ............ 56
Tabel 4. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I ............ 67
Tabel 5. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I. ............. 72
Tabel 6. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II .......... 82
Tabel 7. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II ............ 86
Tabel 8. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan Antarsiklus .............. 88
Tabel 9. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Antarsiklus................. 96
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Kerangka Berpikir .............................................................. 34
Gambar 2. Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas ...................................... 38
Gambar 3. Analisis Interaktif (Miler dan Huberman) ................................... 42
Gambar 4. Grafik Nilai Proses Pembelajaran pada Prasiklus ........................ 53
Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran pada Prasiklus ........................... 57
Gambar 6. Grafik Nilai Proses Pembelajaran pada Prasiklus dan Siklus I ..... 69
Gambar 7. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran pada Prasiklus dan Siklus I........ 73
Gambar 8. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Antarsiklus ............................ 84
Gambar 9. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Antarsiklus................................ 87
Gambar 10. Grafik Nilai Rata-rata Proses Pembelajaran Antarsiklus ............ 89
Gambar 11. Grafik Nilai Rata-rata Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran...... 90
Gambar 12. Grafik Nilai Rata-rata Perhatian dan Konsentrasi Siswa dalam
Pembelajaran .............................................................................. 90
Gambar 13. Grafik Nilai Rata-rata Minat dan Motivasi Siswa dalam
Pembelajaran .............................................................................. 91
Gambar 14. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Isi pada Karangan Siswa ............. 92
Gambar 15. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Organisasi Isi pada Karangan
Siswa ......................................................................................... 93
Gambar 16. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Kosakata pada Karangan Siswa ... 93
Gambar 17. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Struktur Kalimat pada Karangan
Siswa ......................................................................................... 94
Gambar 18. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Ejaan pada Karangan Siswa.......... 95
Gambar 19. Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran
Antarsiklus ................................................................................ 95
Gambar 20. Grafik Nilai Rata-rata Proses dan Hasil Pembelajaran Antarsiklus 97
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Instrumen Penelitian ................................................................ 116
Lampiran 2: Perangkat Pembelajaran ........................................................... 128
Lampiran 3: Data Penelitian ......................................................................... 162
Lampiran 4: Dokumentasi Pelaksanaan Tindakan ........................................ 197
Lampiran 5: Surat Perizinan ......................................................................... 200
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemampuan menulis para siswa, khususnya siswa Sekolah Menengah
Atas saat ini masih menduduki peringkat paling bawah apabila dibandingkan
dengan keterampilan berbahasa lainnya, yaitu menyimak, membaca, dan berbicara
(Barnas, 1997). Seperti diketahui bahwa pada umumnya siswa akan mengalami
kesulitan ketika mereka diberi tugas untuk menulis maupun mengarang oleh guru.
Kesulitan yang terjadi pada siswa diantaranya mengenai kesulitan dalam ejaan,
tanda baca, pemilihan kosakata, penyusunan kalimat, hingga kesulitan dalam
mengembangkan pokok pikiran. Kesulitan-kesulitan tersebut menjadikan siswa
tidak mampu menyampaikan gagasannya melalui tulisan dengan baik, sehingga
dapat dipastikan kualitas tulisannya pun cenderung masih rendah.
Berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) keterampilan menulis di kelas X
SMK semester genap disebutkan: membuat berbagai teks tertulis dalam konteks
bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.
Dengan salah satu indikatornya adalah: menyusun karangan sesuai dengan pilihan
jenis karangan tertentu (narasi, deskripsi, eksposisi) dengan pemilihan kata,
bentuk kata, dan ungkapan yang tepat. Bertolak dari hal tersebut, siswa
diharapkan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan
kemampuan, kebutuhan, dan minatnya. Oleh karena itu, peneliti memilih untuk
meningkatkan kemampuan menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK
Murni 2 Surakarta yang pada survei awal terindikasi masih rendah. Survei awal
tersebut secara teknis dilakukan dengan memberikan pembelajaran menulis
karangan seperti biasa atau tanpa diberi tindakan kemudian siswa diberi tugas
untuk mengarang yang kemudian dikumpulkan serta dinilai oleh guru bersama
peneliti.
2
Berdasarkan data (pada lampiran) diperoleh keterangan bahwa pada survei
awal dari 22 siswa hanya ada 3 siswa yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimal), sedangkan 19 siswa lainnya masih belum mencapai KKM sebesar 65.
Untuk nilai rata-ratanya adalah 59,04. Selain penilaian hasil pembelajaran, dalam
survei awal ini juga diambil penilaian proses pembelajaran. Yang hasilnya
menunjukkan bahwa nilai proses pembelajaran siswa di kelas yang mencakup
aspek keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi dalam
pembelajaran masih termasuk dalam kriteria sedang. Dari data yang diperoleh
tersebut dapat dinyatakan bahwa kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta masih rendah dan
harus ditingkatkan.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan ibu Dra. Sri Sumaryamti,
selaku guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di kelas tersebut, diperoleh
informasi bahwa memang benar jika kemampuan siswa dalam kegiatan menulis
atau mengarang masih sangat rendah. Pada umumnya karangan para siswa hanya
memuat satu hingga tiga paragraf, organisasi isinya meloncat-loncat sehingga
menampakkan penalaran bahasa yang kurang logis, terdapat banyak kesalahan
bahasa yang meliputi pemakaian ejaan, diksi, dan kalimat, dan ada beberapa
tulisan yang sama/mirip. Hal ini dikarenakan siswa masih merasa kesulitan dalam
menulis, baik dalam menulis kosakata, penguasaan ejaan, menggunakan konjungsi
atau kata penghubung, membuat kalimat efektif, bahkan dalam menggunakan
tanda baca.
Selain itu, faktor-faktor lain penyebab masih rendahnya kemampuan
menulis para siswa, antara lain: pertama, kurangnya minat dan motivasi siswa
dalam pembelajaran menulis. Mereka merasa jenuh jika harus mengerjakan tugas-
tugas yang berkaitan dengan menulis. Kedua, kurangnya latihan yang dilakukan
oleh siswa, hal ini disebabkan oleh minat siswa dalam menulis memang masih
kurang. Ketiga, minimnya waktu pembelajaran sehingga guru merasa kesulitan
dalam memberikan materi yang berkaitan dengan menulis serta latihan yang
cukup kepada siswa. Keempat, banyaknya tugas yang harus diselesaikan oleh guru
sehingga membuat guru kurang optimal dalam mengevaluasi kemampuan menulis
3
para siswa. Kelima, koreksi yang dilakukan terhadap hasil pekerjaan siswa selama
ini masih dilakukan oleh guru, sehingga belum melibatkan siswa untuk aktif
dalam mengoreksi hasil pekerjaannya. Faktor-faktor tersebutlah yang selama ini
menjadi penyebab masih rendahnya kemampuan menulis karangan pada siswa
kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta.
Dari sisi siswa, diketahui pula gambaran bahwa selama ini proses
pembelajaran masih tergolong kurang bervariasi. Siswa kurang ikut secara aktif
terlibat dalam proses pembelajaran menulis. Guru memberikan materi kemudian
setelah itu memberi tugas kepada siswa untuk menulis atau mengarang. Hal ini
tentunya akan membuat siswa merasa bosan dan kurang memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berlatih dan mengembangkan kreativitas serta
keterampilannya.
Berdasarkan gambaran yang telah diketahui, hendaknya perlu dilakukan
upaya pembenahan dalam proses pembelajaran menulis guna meningkatkan
kemampuan menulis karangan para siswa. Upaya pembenahan ini perlu dilakukan
agar para siswa mampu mengomunikasikan setiap ide atau gagasannya melalui
media tulis dengan baik dan dapat dengan mudah dipahami oleh orang lain atau
pembaca. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah guru harus mampu
menerapkan teknik pembelajaran menulis yang tepat, kreatif, inovatif, dan mampu
mengaktifkan siswa dalam kegiatan pembelajaran.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka peneliti bersama guru bidang studi
Bahasa Indonesia, Dra. Sri Sumaryamti, memilih untuk menerapkan teknik
koreksi teman sebaya (peer correction) dalam proses pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan menulis karangan para siswa. Hal ini didasarkan pada
kenyataan yang selama ini terjadi, yaitu siswa kurang berminat dan terlibat secara
aktif dalam proses pembelajaran serta teknik pengoreksian hasil tulisan siswa
masih dilakukan oleh gurunya sendiri. Sehingga belum ada keterlibatan siswa
secara aktif dalam mengoreksi hasil tulisannya, akibatnya siswa kurang
memahami dan mengalami secara lebih mendalam bagaimana cara menulis yang
baik dan bagaimana membetulkan kesalahan yang ada dalam tulisan mereka.
4
Secara singkat dapat dijelaskan, jika hasil pekerjaan siswa dikoreksi oleh
guru tanpa melibatkan siswa secara langsung akan membuat siswa lebih mudah
melupakan kesalahan yang telah dilakukan. Mereka cenderung menerima hasil
atau nilai jadi dari gurunya. Namun, jika koreksi yang dilakukan melibatkan para
siswa akan mampu memberikan dampak yang sangat baik bagi siswa dalam
memberikan latihan bagi mereka untuk mengenali kesalahan yang mereka lakukan
atau kesalahan yang dilakukan oleh teman-temannya. Selain itu, kegiatan koreksi
yang melibatkan siswa secara langsung akan mampu membuat ingatan siswa
bertahan lama dibandingkan dengan belajar hafalan.
Adapun alasan lain peneliti bersama kolaborator dalam hal ini adalah guru
dalam memilih teknik koreksi teman sebaya pada pembelajaran menulis adalah
bahwa siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta merupakan siswa-siswa yang
cukup aktif sehingga teknik koreksi teman sebaya ini dapat diterapkan pada kelas
tersebut. Hal ini mengingat teknik koreksi teman sebaya dalam penerapanannya di
kelas mengharuskan siswa yang cenderung lebih aktif.
Teknik koreksi teman sebaya juga dapat dipandang sebagai salah satu
implementasi dari SAL (student active learning). Hal ini didasarkan pada adanya
pandangan baru dalam pembelajaran menulis di sekolah-sekolah yang saat ini
lebih menekankan pada proses pembelajaran yang berpusat pada kegiatan siswa
(student centre). Pandangan ini diharapkan mampu memberikan kontribusi yang
berarti bagi peningkatan kemampuan menulis (Barnas, 1997). Dengan adanya
kegiatan siswa mencari dan menemukan kesalahan dalam kelompok kelas, siswa
berpeluang mengambil bagian secara aktif untuk mencoba, mencari, dan
membetulkan kesalahan temannya, sehingga memungkinkan siswa yang lebih
mampu akan mengambil porsi pembicaraan lebih besar. Pada kegiatan ini siswa
yang lemah dapat belajar banyak dari siswa yang lebih mampu. Apa yang
disampaikan teman sebayanya lebih mudah dicerna daripada yang disampaikan
oleh guru.
Dapat disebutkan pula bahwa alasan peneliti menerapkan teknik koreksi
teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan antara lain sebagai berikut:
(1) teknik ini berpusat pada kegiatan siswa sebagai peserta didik; (2) dapat
5
memotivasi siswa untuk aktif berpikir; (3) siswa terlibat langsung dalam menilai
hasil karangan; (4) dapat menghilangkan rasa kaku selama proses pembelajaran
karena siswa bertukar pikiran dengan temannya sendiri; (5) memberikan
pengalaman langsung kepada siswa dalam memperbaiki karangan; (6)
menghilangkan kejemuan saat proses pembelajaran di kelas; (7) guru lebih mudah
memantau perkembangan kemampuan menulis karangan siswa, karena setiap
tahapan dalam kegiatan menulis tersebut akan tampak terlihat (Barnas, 1997).
Selain dari alasan tersebut, teknik koreksi teman sebaya ini dipilih untuk
diterapkan dalam proses pembelajaran menulis karangan juga didasarkan
pendapat yang disampaikan oleh Walz (1982) yang mengungkapkan kelebihan
penerapan pemberian umpan balik dari teman sebaya tersebut, yaitu: (1) akan
dapat memperkuat motivasi siswa dalam pembelajaran; (2) akan mampu
melibatkan lebih banyak siswa yang aktif dalam proses belajar mengajar; (3)
koreksi yang diberikan akan lebih mudah dipahami oleh siswa-siswa lainnya; dan
(4) dengan diterapkannya teknik koreksi teman sebaya maka siswa akan lebih
banyak berperan aktif dalam pembelajaran.
Beberapa alasan tersebut juga diperkuat dengan adanya penelitian tindakan
kelas yang dilaksanakan oleh Joko Purwanto pada tahun 2008 dengan judul
“Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah Melalui Teknik Peer
Correction pada Siswa Kelas XI IA SMA Muhammadiyah 3 Masaran”.
Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kualitas proses
pembelajaran serta peningkatan kemampuan menulis ilmiah siswa setelah
diterapkannya teknik peer correction.
Berdasarkan beberapa alasan yang diuraikan di atas, peneliti terdorong
untuk menerapkan teknik koreksi teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan
menulis karangan yang meliputi kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran
pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta, melalui metode penelitian
tindakan kelas.
6
B. Rumusan Masalah
Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, di
bawah ini disajikan rumusan masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini,
yaitu:
1. Apakah penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni
2 Surakarta?
2. Apakah penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas
hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2
Surakarta?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk:
1. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan pada siswa
kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta.
2. Meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas
X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah keilmuan,
khususnya dalam hal pembelajaran menulis karangan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa, dapat melakukan kegiatan menulis dengan benar, dengan
diterapkannya teknik koreksi teman sebaya yang dapat meningkatkan
keaktifan dan motivasi siswa sehingga kemampuan menulisnya juga
meningkat.
b. Bagi guru, penerapan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran
menulis merupakan hal yang belum umum dilakukan oleh guru di sekolah,
oleh sebab itu hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman baru
7
untuk menerapkan metode yang lebih inovatif dalam pembelajaran
menulis.
c. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya
penerapan inovasi pembelajaran bagi guru yang lain, juga memotivasi
mereka untuk selalu melakukan inovasi dalam pembelajaran di kelas.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Hakikat Menulis Karangan
a. Pengertian Menulis Karangan
Menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai siswa. Setiap siswa mempunyai kemampuan
untuk mengekspresikan pikiran, perasaan, dan sikapnya dalam sebuah tulisan.
Menulis adalah sebagai bentuk komunikasi tidak langsung yang bermediakan
tulisan. Menulis atau mengarang adalah proses menggambarkan suatu bahasa
sehingga pesan yang disampaikan penulis dapat dipahami pembaca (Henry
Guntur Tarigan, 1993: 21).
The Liang Gie (2002:3) menyamakan pengertian menulis dengan
mengarang. Diungkapkan bahwa menulis arti pertamanya ialah pembuatan
huruf, angka, nama, sesuatu tanda kebahasaan apa pun dengan sesuatu alat
tulis pada suatu halaman tertentu. Kini dalam pengertiannya yang luas,
menulis merupakan kata sepadan yang mempunyai arti sama dengan
mengarang. Mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada
masyarakat pembaca untuk dipahami. Burhan Nurgiyantoro (2001:273)
menambahkan pengertian menulis sebagai aktivitas mengemukakan gagasan
melalui bahasa. Aktivitas pertama menekankan unsur bahasa sedangkan yang
kedua gagasan. Dalam tulisan, gagasan cemerlang yang tersirat dalam tulisan
akan mampu memikat pembaca dan pada akhirnya membuat pembaca
melakukan perubahan-perubahan besar yang berarti dalam hidupnya.
Hernowo (2002: 212) menegaskan bahwa menulis merupakan aktivitas
intelektual praktis yang dapat dilakukan oleh siapa saja yang amat berguna
untuk mengukur sudah seberapa tinggi pertumbuhan ruhani kedua belah otak,
baik otak kanan maupun otak kiri.
9
Sebuah tulisan dapat dikatakan berhasil apabila tulisan tersebut dapat
dipahami dengan mudah oleh pembaca. Segala ide dan pesan yang
disampaikan dipahami secara baik oleh pembacanya, tafsiran pembaca sama
dengan maksud penulis. Untuk menghasilkan tulisan yang baik, seorang
penulis hendaknya memiliki tiga keterampilan dasar yang meliputi: (1)
keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca,
pembentukan kata, pemilihan kata serta penggunaan kalimat yang efektif; (2)
keterampilan penyajian, yaitu keterampilan pembentukan dan pengembangan
paragraf, keterampilan merinci pokok bahasan menjadi sub pokok bahasan,
menyusun pokok bahasan dan sub pokok bahasan ke dalam susunan yang
sistematis; (3) keterampilan perwajahan, yaitu keterampilan pengaturan
tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien, tipe huruf,
penjilidan, penyusunan tabel dan lain-lain. Ketiga keterampilan tersebut saling
menunjang dalam kegiatan menulis tentunya didukung oleh keterampilan
menyimak, membaca serta berbicara dengan baik (Atar Semi, 1990: 10).
Berdasar pada beberapa pendapat yang dikemukakan di atas, dapat
dikemukakan bahwa menulis karangan merupakan aktivitas melahirkan
pikiran dan perasaan lewat tulisan dengan memperhatikan aspek-apek
kebahasaan yang baik dan benar sehingga dapat dipahami oleh pembaca.
b. Tahapan Penulisan
Menulis merupakan proses kreatif yang banyak melibatkan cara
berpikir divergen (menyebar) daripada konvergen (memusat). Menulis tidak
ubahnya dengan melukis. Penulis memiliki banyak gagasan tetapi seringkali
tidak dapat untuk diungkapkan. Untuk mempermudah menulis harus
memperhatikan tahapan-tahapan menulis.
Khaerudin Kurniawan (2005) mengungkapkan 4 tahapan menulis,
yaitu: (1) Tahap persiapan/prapenulisan, tahap ini meliputi: menyiapkan diri,
mengumpulkan informasi, merumuskan masalah, menentukan fokus,
mengolah informasi, menarik tafsiran dan refleksi terhadap realitas yang
dihadapinya, berdiskusi, membaca, mengamati. (2) Tahap inkubasi, tahap
10
inkubasi adalah ketika pembelajar memproses informasi yang dimilikinya
sedemikian rupa sehingga mengantarkannya pada ditemukannya pemecahan
masalah atau jalan keluar yang dicarinya. (3) Tahap inspirasi (insight), tahap
inspirasi yaitu gagasan seakan-akan tiba dan berloncatan pada pikiran kita. (4)
Verifikasi, pada tahap ini, apa yang dituliskan akan diperiksa kembali,
diseleksi dan disusun sesuai fokus tulisan.
Atar Semi (1990: 11) menambahkan proses menulis menjadi 7
langkah, yaitu: (1) Pemilihan dan penetapan topik; memilih dan menetapkan
topik merupakan suatu langkah awal yang penting, sebab tidak ada tulisan
yang tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis. Topik tulisan adalah gagasan
yang hendak disampaikan dalam tulisan. (2) Pengumpulan informasi dan data;
pengumpulan informasi dan data perlu dilakukan agar tulisan tersebut menjadi
tulisan yang berbobot dan meyakinkan. Informasi dan data yang dikumpulkan
adalah informasi dan data yang relevan dengan topik atau pokok bahasan dan
sesuai pula dengan tujuan penulisan. (3) Penetapan tujuan; menetapkan tujuan
penulisan adalah hal penting yang harus dilakukan sebelum menulis. Hal
tersebut karena tujuan berpengaruh dalam menetapkan bentuk, panjang
tulisan, dan cara penyajian tulisan. (4) Perancangan tulisan; merancang tulisan
diartikan sebagai suatu kegiatan menilai kembali informasi dan data, memilih
subtopik yang perlu dimuat, melakukan pengelompokan topik-topik kecil ke
dalam suatu kelompok yang lebih besar dan memilih suatu sistem notasi dan
sistem penyajian secara tepat. (5) Penulisan; dalam penulisan perlu dipilih
organisasi dan sistem penyajian yang tepat, artinya tepat menurut jenis tulisan,
tepat menurut tujuan atau sasaran tulisan. (6) Penyuntingan atau revisi; dalam
penyuntingan dilakukan kegiatan mengecek ketepatan angka-angka atau
menghilangkan yang tidak perlu, menambahkan sesuatu yang tidak perlu,
perbaikan kalimat ejaan, maupun kosakata yang kurang tepat sehingga
menjadi tulisan yang baik. (7) Penulisan naskah jadi; pada penulisan naskah
jadi, masalah perwajahan harus mendapat perhatian yang sungguh-sungguh,
karena kesempurnaan tulisan tidak hanya terbatas pada kesempurnaan isi dan
ketepatan pemakaian perangkat kebahasaan tetapi juga masalah susunan.
11
c. Asas-asas Menulis
Setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan sejumlah asas yang dapat
dijadikan pedoman. Demikian pula halnya dengan aktivitas menulis. The
Liang Gie (2002: 33-37) mengemukakan enam asas menulis—yang disebut
dengan asas mengarang—yang meliputi, kejelasan (clarity), keringkasan
(conciseness, ketepatan (correctness), Kesatupaduan (unity), pertautan
(coherence), penegasan (emphasis).
Berdasarkan asas kejelasan (clarity), setiap karangan haruslah jelas
benar. Tulisan harus mencerminkan gagasan yang dapat dibaca dan dimengeri
oleh pembacanya. Disamping itu, tulisan yang jelas berarti tidak dapat
disalahtafsirkan oleh pembacanya. Kejelasan berarti tidak samar-samar, tidak
kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan tampak nyata oleh pembaca.
Untuk memenuhi asas ini, H.W. Fowler sebagaimana dikutip oleh The Liang
Gie (2002: 34) mengungkapkan bahwa asas kejelasan dalam kegiatan menulis
sepanjang menyangkut kata-kata dapat dilaksanakan dengan memilih: (1) kata
yang umum dikenal ketiumbang kata yang harus dicari-cari artinya; (2) kata
yang konkret ketimbang kata yang abstrak; (3) kata tunggal ketimbang
karangan yang panjang lebar; (4) kata yang pendek ketimbang kata yang
panjang lebar; (5) kata dalam bahasa sendiri ketimbang kata asing.
Asas menulis yang pertama ini berlaku untuk tulisan nonfiksi ilmiah,
tetapi tidak berlaku untuk tulisan fiksi. Dalam tulisan fiksi seperti cerpen,
novel, drama maupun puisi, asas-asas tersebut sengaja dilanggar untuk
memperoleh efek keindahan.
Asas keringkasan (Conciseness) yang dimaksud dalam asas menulis ini
bukan berarti setiap tulisan harus pendek. Keringkasan berarti suatu tulisan
tidak boleh ada penghamburan kata, tidak terdapat butir ide yang
dikemukakan berulang-ulang, gagasan tidak disampaikan dalam kalimat yang
terlalu panjang. Harry Shaw sebagaimana diungkapkan oleh The Liang Gie
(2002: 36) mengungkapkan bahwa penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide
yang kaya dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya, ide yang miskin
12
dan kata yang boros. Jadi, sesuatu karangan adalah ringkas apabila karangan
itu mengungkapkan banyak buah pikiran dalam kata-kata yang sedikit.
Sebagaimana halnya dengan asas yang pertama, asas menulis yang
kedua berlaku sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Puisi terkadang diungkapkan
dengan kata yang hemat meskipun pada dasarnya mengandung berbagai
gagasan. Lain halnya dengan novel dan cerpen yang diungkapkan dengan kata
berlebihan untuk memperoleh efek keindahan, memperkuat perwatakan serta
memperjelas setting.
Asas ketepatan (Correctness) mengandung ketentuan bahwa suatu
tulisdan harus dapat menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca
dengan kecocokan sepenuhnya seperti yang dimaksud oleh penulisnya (The
Liang Gie, 2002: 36). Untuk menepati asas ini, penulis harus memperhatikan
berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca serta kelaziman.
Seperti halnya duia asas sebelumnya, asas ketiga ini tidak berlaku
sepenuhnya untuk tulisan fiksi. Tulisan fiksi bersifat multitafsir. Pemahaman
pembaca bukan bergantung pada ketepatan tulisan, akan tetapi tingkat
apresiasi yang dimilikinya.
Berdasar pada asas Kesatupaduan (Unity), segala hal yang disajikan
dalam tulisan tersebut memuat satu gagasan pokok atau sering disebut dengan
tema. Tulisan yang tersusun atas alinea-alinea tidak boleh ada uraian yang
menyimpang serta tidak ada ide yang lepas dari gagasan pokok tersebut. Asas
yang sering disebut dengan syarat kohesi suatu tulisan ini berlaku untuk
semua jenis tulisan baik fiksi maupun nonfiksi.
Jika pada asas sebelumnya sebuah tulisan memuat satu gagasan pokok,
maka berdasar pada asas pertautan (Coherence) tiap alinea dalam satu tulisan
hendaklah berkaitan satu sama lain. Kalimat satu dengan kalimat yang lain
harus berkesinambungan. Asas yang sering disebut dengan prinsip koherensi
ini berlaku untuk semua tulisan baik jenis fiksi maupun nonfiksi.
Asas Penegasan (Emphasis) menegaskan bahwa dalam tulisan perlu
ada penekanan atau penonjolan tertentu. Hal ini diperlukan agar pembaca
mendapatkan kesan yang kuat terhadap suatu tulisan. Asas ini sangat perlu
13
diterapkan pada tulisan-tulisan fiksi meskipun tulisan nonfiksi juga perlu
memperhatikan asas ini. Penegasan pada beberapa bagian fiksi menjadikan
tulisan lebih menarik.
d. Jenis-jenis Tulisan
Ada banyak cara yang dipilih seseorang untuk mengemukakan
gagasannya dalam tulisan. Cara yang dipilih serta tujuan penulisan
menghasilkan berbagai bentuk tulisan, yaitu: narasi, deskripsi, eksposisi, dan
argumentasi.
Tulisan narasi merupakan satu bentuk wacana yang berusaha
menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa
yang telah terjadi (Gorys Keraf, 2004: 136). Penggambaran peristiwa dalam
bentuk paragraf narasi didasarkan pada perkembangan dari waktu ke waktu.
Atar Semi (1990: 33) mengemukakan ciri penanda narasi yaitu: (1) berupa
cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia; (2) kejadian atau peristiwa
yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau kejadian yang benar-benar
terjadi, semata-mata imajinasi, atau gabungan keduanya.; (3) berdasarkan
konflik; (4) memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampaiannya
bersifat sastra; (5) menekankan susunan kronologis; dan (6) biasanya memiliki
dialog.
Tulisan eksposisi merupakan tulisan yang beretujuan menjelaskan atau
memberikan informasi tentang sesuatu (Atar Semi, 1990: 37). Eksposisi
ditandai dengan tulisan berupa: pengertian atau pengetahuan; menjawab
pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, dan bagaimana; disampaikan dengan
lugas serta bahasa yang baku; penggunaan bahasa netral, tidak memihak serta
tidak memaksakan sikap penulis terhadap pembaca.
Tulisan deskripsi merupakan tulisan yang bertujuan memberikan
perincian atau detail tentang objek. Perincian tersebut memberi pengaruh pada
sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar. Tulisan dseskripsi yang
berhasil, dapat membawa pembaca untuk melihat, mendengar, merasakan atau
mengalami langsung objek tersebut.
14
Tulisan argumentasi merupakan tulisan yang bertujuan meyakinkan
atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau pernyataan penulis
(Atar Semi, 1990: 47) argumentasi merupakan proses penalaran, oleh karena
itu sebuah tulisan argumentatif dapat dikembangkan dengan teknik induktif
maupun deduktif.
2. Hakikat Pembelajaran Menulis di Sekolah Menengah Kejuruan
a. Hakikat Pembelajaran
Belajar merupakan kegiatan mental yang tidak dapat dilihat dari luar.
Apa yang sedang terjadi dalam diri seseorang yang sedang belajar, tidak dapat
diketahui secara langsung. Hasil belajar seseorang tidak dapat terlihat tanpa
melakukan hal yang menunjukkan kemampuan yang diperolehnya dalam
belajar.
Winkel (1996: 36) merumuskan belajar sebagai suatu aktivitas mental
atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu relatif konstan dan berbekas.
Perubahan itu dapat berupa suatu hasil baru atau penyempurnaan terhadap
hasil yang telah diperoleh. Hasil belajar dapat berupa yang utama dapat juga
hasil sebagai efek sampingan.
Pembelajaran adalah proses yang dilakukan oleh siswa dalam materi
kajian yang tersirat dalam pembelajaran. Pembelajaran bersinonim dengan
istilah proses belajar, kegiatan belajar dan aktivitas belajar atau pengalaman
belajar. Pembelajaran menjadi titik tolak guru dalam merancang,
melaksanakan, dan mengevaluasi proses belajar mengajar.
Nababan (dalam Sri Hastuti, 1996: 20) mengatakan bahwa
pembelajaran adalah usaha pengajar dan lembaga untuk membantu orang
belajar. Kegiatan pembelajaran dapat menimbulkan terjadinya interaksi
manusia, sumber daya, dan lingkungan. Interaksi yang terjadi dalam proses
belajar mengajar dapat mengubah kemampuan siswa dari satu tingkatan ke
tingkatan lain yang lebih tinggi. Dalam proses perubahan itu, siswa dibantu
15
oleh seorang guru yang membimbing dan mengarahkan siswa menuju ke arah
yang lebih baik.
Dimyati dan Mudjiono (1999: 32) menyebutkan prinsip-prinsip yang
hendaknya ada dalam dimensi program pembelajaran, antara lain: (1) tujuan
dan isi pelajaran memenuhi kebutuhan, minat, serta kemampuan siswa; (2)
kemungkinan terjadinya pengembangan konsep dan aktivitas siswa; (3)
pemilihan dan penggunaan metode dan media (multi-methods dan multi-
media); (4) penentuan metode dan media fleksibel.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran adalah usaha sadar dan sengaja oleh guru untuk membuat siswa
belajar guna mengubah perilaku yang lebih baik. Dalam usahanya guru
didukung oleh adanya materi pelajartan yang sesuai, motode, dan
penggunaaan media yang tepat.
b. Pembelajaran Menulis di Sekolah Menengah Kejuruan
Pembelajaran menulis karangan merupakan salah satu aspek
pembelajaran Bahasa Indonesia yang tercakup dalam kelompok program
adaptif di Sekolah Menengah Kejuruan. Menurut Sri Hastuti (1996: 21)
pembelajaran bahasa adalah upaya untuk membuat pembelajar terampil,
cekatan, dan cermat menggunakan unsur-unsur bahasa untuk berkomunikasi,
baik komunikasi lisan maupun tertulis.
Dalam pembelajaran menulis siswa harus berlatih secara berulang-
ulang. Untuk melatih menulisnya, siswa dibantu oleh guru yang bertugas
memberikan teori-teori tentang menulis, memotivasi siswa agar tertarik
dengan kegiatan menulis dan memberi kesempatan kepada siswanya untuk
berlatih menulis, guru juga harus bisa membuat siswa dapat mengungkapkan
gagasan dalam pikirannya melalui media tulis dengan menggunakan tanda
baca, struktur, ejaan yang benar, kalimat yang runtut sehingga membuat
paragraf yang baik.
Dengan demikian pembelajaran menulis karangan dapat diartikan
sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh guru untuk membuat siswa dalam
16
mengembangkan kreativitas dan imajinasinya sehingga tercapai tujuan yang
diinginkan, yaitu siswa mampu mengungkapkan gagasan, pendapat dan
pengetahuan secara tertulis.
c. Penilaian Pembelajaran Menulis Karangan
Penilaian merupakan suatu proses untuk mengetahui apakah proses
dan hasil dari suatu program kegiatan sesuai dengan tujuan atau kriteria yang
telah ditetapkan (Sarwiji Suwandi, 2008:15). Berkaitan dengan proses dan
hasil tersebut, dalam hal ini penilaian pembelajaran menulis karangan juga
dibagi menjadi dua, yakni (1) Penilaian kualitas proses pembelajaran, dan (2)
Penilaian kualitas hasil pembelajaran.
1) Penilaian kualitas proses pembelajaran
Penilaian proses belajar-mengajar merupakan menyangkut penilaian
terhadap kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru dan siswa, dan
keterlaksanaan kegiatan belajar-mengajar (Nana Sudjana, 2005:1). Penilaian
proses pembelajaran bertujuan untuk perbaikan dan lebih mengoptimalkan
kegiatan pembelajaran, terutama efisiensi, keefektifan, serta
produktifitasnya. Beberapa diantaranya adalah (a) efesiensi dan keefektifan
pencapaian tujuan instruksional, (b) keefektifan dan relevansi bahan
pengajaran, (c) produktivitas kegiatan pembelajaran, (d) keefektifan sumber
dan sarana pembelajaran, dan (e) keefektifan penilaian hasil dan proses
pembelajaran (Nana Sudjana, 2005:57).
Masih menurut Nana Sudjana, (2005:60-62) kriteria yang dapat
digunakan dalam penilaian proses pembelajaran adalah sebagai berikut:
(1) Konsistensi kegiatan pembelajaran dengan kurikulum
Kurikulum adalah program pembelajaran yang telah ditentukan
sebagai acuan yang seharusnya dilaksanakan. Keberhasilan proses
pembelajaran dilihat dari sejauh mana acuan tersebut dilaksanakan
secara nyata dalam bentuk dan aspek-aspek: (a) tujuan-tujuan
pengajaran, (b) bahan pengajaran yang diberikan, (c) jenis kegiatan
yang dilaksanakan, (d) cara melaksanakan setiap jenis kegiatan, (e)
17
peralatan yang digunakan untuk masing-masing kegiatan, dan (f)
penialaian yang digunakan untuk setiap tujuan.
(2) Keterlaksanaan oleh guru
Dalam hal ini adalah sejauh mana kegiatan dan program yang
telah direncanakan dapat dilaksanakan oleh guru tanpa mengalami
hambatan dan kesulitan yang berarti. Dengan demikian, apa yang
direncanakan dapat dilihat dalam hal: (a) mengondisikan kegiatan
belajar siswa; (b) menyiapkan alat, sumber, dan perlengkapan belajar;
(c) waktu yang disediakan untuk kegiatan pembelajaran; (d)
memberikan bantuan dan bimbingan pembelajaran pada siswa; (e)
melaksanakan penilaian proses dan hasil pembelajaran; (f) kegiatan
menggeneralisasikan hasil pembelajaran dan tindak lanjutnya untuk
kegiatan pembelajaran berikutnya.
(3) Keterlaksanaan oleh siswa
Dalam hal ini dinilai sejauh mana siswa melakukan kegiatan
pembelajaran sesuai dengan program yang telah ditentukan guru tanpa
mengalami hambatan dan kesulitan yang berarti. Keterlaksanaan oleh
siswa dapat dilihat dalam hal: (a) memahami dan mengikuti petunjuk
yang diberikan guru; (b) semua siswa turut serta melakukan kegiatan
pembelajaran; (c) tugas-tugas belajar dapat diselesaikan sebagaimana
mestinya; (d) memanfaatkan semua sumber belajar yang disedioakan
guru; (e) menguasai tujuan-tujuan pengajaran yang ditetapkan guru.
(4) Motivasi belajar siswa
Keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dalam
motivasi belajar yang ditunjukkan oleh para siswa saat melaksanakan
kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dalam hal: (a) minat dan
perhatian siswa terhadap pelajaran; (b) semangat siswa untuk
melaksanakan tugas belajarnya; (c) tanggung jawa siswa dalam
melaksanakan tugas belajarnya; (d) reaksi yang ditunjukkan siswa
terhadap stimulus yang diberikan guru; (e) rasa senang dan puas dalam
mengerjakan tugas yang diberikan.
18
(5) Keaktifan para siswa dalam kegiatan pembelajaran
Penilaian proses pembelajaran terutama adalah melihat sejauh
mana keaktifan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Keaktifan
siswa dapat dilihat dalam hal: (a) turut serta dalam melaksanakan tugas
belajarnya; (b) terlibat dalam pemecahan masalah; (c) bertanya kepada
siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan yang
dihadapinya; (d) berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan
untuk pemecahan masalah; (e) melaksanakan diskusi kelompok sesuai
dengan petunjuk guru; (f) melatih diri dalam memecahkan soal atau
mesalah yang sejenis; (g) kesempatan menggunakan atau menerapkan
apa yang telah diperolehnya dalam menyelesaikan tugas atau persoalan
yang dihadapi.
(6) Interaksi guru dan siswa
Interaksi guru dan siswa berkenaan dengan komunikasi atau
hubungan timbal-balik atau hubungan dua arah antara siswa dengan
guru atau siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran.
Hal ini dapat dilihat dalam: (a) tanya jawab atau dialog antara guru
dengan siswa atau antara siswa dengan siswa; (b) bantuan guru
terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual
maupun secara kelompok; (c) dapatnya guru dan siswa tertentu
dijadikan sumber belajar; (d) senantiasa beradanya guru dalam situasi
pembelajaran sebagai fasilitator pembelajaran; (e) tampilnya guru
sebagai pemberi jalan keluar manakala siswa menghadapi jalan buntu
dalam tugas belajarnya; (f) adanya kesempatan mendapat umpan balik
secara berkesinambungan dari hasil pembelajaran yang diperoleh siswa.
(7) Kemampuan atau keterampilan guru mengajar
Keterampilan atau kemampuan guru mengajar merupakan
puncak keahlian guru yang profesional sebab merupakan penerap[an
semuan kemampuan yang telah dimilikinya dalam hal pengajaran,
komunikasi dengan siswa, metode mengajar, dll. Beberapa indikator
dalam menilai kemampuan ini antara lain: (a) menguasai bahan
19
pelajaran yang disampaikan pada siswa; (b) terampil berkomunikasi
pada siswa; (c) menguasai kelas sehingga dapat mengendalikan siswa;
(d) terampil menggunakan berbagai alat dan sumber belajar; (e)
terampil mengajukan pertanyaan, baik lisan maupun tulisan.
(8) Kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa
Salah satu keberhasilan proses pembelajaran dapat dilihat dari
hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Dalam hal ini, aspek yang dilihat
antara lain: (a) perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa
setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya; (b) kualitas dan
kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa; (c) jumlah
siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75% dari
jumlah instruksional yang harus dicapai; (d) hasil belajar tahan lama
diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan
berikutnya.
Berdasarkan kriteria tersebut dapat dijadikan pegangan dalam
menilai kualitas proses pembelajaran agar upaya memperbaiki proses
pembelajaran dapat ditentukan lebih lanjut. Dari kriteria tersebut penilai
dapat melihat bagian-bagian mana yang telah dicapai dan bagian-bagian
mana yang belum dicapai untuk kemudian dilakukan tindakan untuk
memperbaikinya.
Sekalipun kriteria tersebut masih bersifat umum, penilai dapat
mengembangkan dan menjabarkannya lebih lanjut sesuai dengan bidang
pelajaran yang diberikan atau diajarkan. Hal ini penting mengingat setiap
mata pelajaran atau bidang studi memiliki beberapa karakteristik tertentu,
baik dalam hal tujuan, bahan, metode mempelajarinya, maupun sistem
penilaiannya.
2) Penilaian kualitas hasil pembelajaran
Hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa
setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2005:22). Horward
Kingsley dalam Nana Sudjana membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a)
keterampilan dan kebiasaan; (b) pengetahuan dan pengertian; (c) sikap dan
20
cita-cita. Sedangkan Gagne, masih dalam Nana Sudjana membagi lima
kategori hasil belajar, yakni (a) informasi verbal; (b) keterampilan intelektual;
(c) strategi kognitif; (d) sikap; dan (e) keterampilan motoris.
Sedangkan dalam hal ini adalah penilaian kualitas hasil pembelajaran
menulis karangan, yang ditekankan pertama kali yaitu unsur bahasa,
sedangkan yang kedua adalah gagasan. Kedua unsur tersebut dalam tugas-
tugas menulis yang dilakukan di sekolah hendaknya diberi penekanan yang
sama. Artinya, walaupun tugas itu diberikan dalam rangka mengukur
kemampuan berbahasa, penilaian yang dilakukan sebaiknya
mempertimbangkan ketepatan bahasa dalam kaitannya dengan konteks dan isi.
Jadi, penilaian ditekankan pada kemampuan siswa mengorganisasi dan
mengemukakan gagasan dalam bentuk bahasa secara tepat (Burhan
Nurgiyantoro, 2001: 298).
Selanjutnya diungkapkan oleh Burhan Nurgiyantoro, bahwa penilaian
terhadap karangan bebas mempunyai kelemahan pokok, yaitu rendahnya
objektifitas. Dalam hal ini, unsur subjektifitas penilai pasti berpengaruh.
Sebuah karangan yang dinilai oleh dua orang atau lebih biasanya tidak akan
sama skornya. Bahkan, sebuah karangan dinilai oleh hanya seorang penilai
pun kondisinya berlainan. Ada kemungkinan skor yang diberikan berbeda.
Masalah yang perlu dipikirkan adalah bagaimana cara memilih model
penilaian yang memungkinkan penilai untuk memperkecil kadar subjektifitas
dirinya.
Zaini Machmoed (dalam Burhan Nurgiyatoro, 2001: 305) menyatakan
bahwa penilaian yang bersifat holistik memang diperlukan. Akan tetapi, agar
guru dapat menilai secara lebih objektif dan dapat memperoleh informasi yang
lebih memerinci tentang kemampuan siswa untuk keperluan diagnostik-
edukatif, penilaian hendaknya sekaligus disertai dengan penilaian yang
bersifat analitis. Penilaian dengan pendekatan analisis merinci karangan ke
dalam aspek-aspek atau kategori-kategori tertentu. Memerinci karangan ke
dalam kategori-kategori tersebut antara karangan yang satu dengan yang lain
dapat berbeda tergantung jenis karangan itu sendiri. Walaupun pengkatagorian
21
itu bervariasi hendaknya kategori tersebut meliputi 5 pokok, yaitu (1) kualitas
dan ruang lingkup isi, (2) organisasi dan penyajian isi, (3) gaya dan bentuk
bahasa, (4) mekanik: tata bahasa, ejaan, tanda baca yang sesuai dengan kaidah
yang berlaku, dan (5) respon afektif guru terhadap karya tulis.
Hartfield (dalam Burhan Nurgiantoro, 2001: 307) mengemukakan
salah satu model yang lebih rinci dalam melakukan penyekoran, yaitu dengan
menggunakan model skala interval untuk tiap tingkat tertentu pada tiap aspek
yang dinilai. Model penilaian ini lebih rinci dan teliti dalam memberikan skor
dan lebih dapat dipertanggungjawabkan. Model penilain tersebut adalah
sebagai berikut:
Tabel 2. Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval
No AspekPenilaian
Skor Kriteria
1. ISI
27-30
22-26
17-21
13-16
SANGAT BAIK-SEMPURNA: padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas.CUKUP-BAIK: informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan tetapi tidak lengkap.SEDANG-CUKUP: informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tak cukup, permasalahan tak cukup.SANGAT KURANG: tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan.
2. ORGANISASI
18-20
14-17
10-13
7-9
SANGAT BAIK-SEMPURNA: ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif.CUKUP-BAIK: kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap.SEDANG-CUKUP: tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis. SANGAT KURANG: tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tidak layak nilai.
22
3. KOSAKATA
18-20
14-17
10-13
7-9
SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.CUKUP-BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu.SEDANG-CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai.
4. PENGEM-BANGAN
BAHASA
22-25
18-21
11-17
5-10
SANGAT BAIK-SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan.CUKUP-BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur.SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai.
5. MEKANIK
5
4
3
2
SANGAT BAIK-SEMPURNA: menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan.CUKUP-BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna.SEDANG-CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur.SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai.
Sumber: Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307-308
3) Bentuk dan alat penilaian
Untuk memperoleh data dan informasi sebagai dasar penentuan
tingkat keberhasilan siswa dalam penguasaan kompetensi dasar diperlukan
tagihan-tagihan. Setiap tagihan memerlukan seperangkat alat penilaian
(Sarwiji Suwandi, 2005:40).
Dalam hal ini, bentuk dan alat penialainnya juga meliputi dua hal,
yakni : (1) bentuk dan alat penilaian kualitas proses pembelajaran, serta (2)
bentuk dan alat penilaianh kualitas hasil pembelajaran.
23
a) Bentuk dan alat penilain kualitas proses pembelajarn
Alat penilaian yang digunakan untuk menuliai kualitas proses
pembelajaran dapat berbentuk tes maupun non tes. Alat penilaian bentuk
tes dapat berupa tes uraian maupun tes objektif. Sedangkan alat penilaian
bentuk nontes yang akan diuraikan dalam hal ini berupa kuesioner,
wawancara, skala, dan observasi. Dalam hal ini, penilaian kualitas proses
pembelajaran cenderung pada penggunaan bentuk penilaian nontes, yang
meliputi:
(1) Wawancara
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat digunakan untuk
menilai kualitas proses pembelajaran. Kelebihan wawancara ialah
bisa kontak langsung dengan siswa sehingga dapat mengungkapkan
jawaban secara lebih bebas dan mendalam.
Ada dua jenis wawancara, yakni wawancara terstruktur dan
wawancara bebas (tidak terstruktur). Dalam wawancara terstruktur
kemungkinan jawaban telah disiapkan sehingga penilai tinggal
mengategorikannya pada alternatif jawaban yang telah dibuat.
Keuntungannya ialah data yang dihasilkan mudah diolah dan
dianalisis untuk disimpulkan. Sedangkan pada wawancara bebas,
jawaban belum disiapkan sebelumnya sehingga siswa bebas
mengemukakan pendapatnya. Dan keuntungannya ialah bahwa
informasi yang diperoleh lebih padat dan lengkap, sekalipun dalam
menganalisisnya lebih sulit karena jawabannya beranekaragam.
(2) Kuesioner
Kelebihan kuesioner dari wawancara ialah sifatnya yang
praktis, hemat waktu, tenaga, dan biaya. Kelemahannya ialah
jawaban sering tidak objektif, lebih-lebih apabila pernyataannya
kurang tajam yang memungkinkan siswa berpura-pura. Seperti
halnya wawancara, kuesioner pun terbagi menjadi dua jenis, yakni
kuesioner terstruktur dan kuesioner terbuka.
24
(3) Skala
Skala merupakan alat untuk mengukur nilai, sikap, minat dan
perhatian, dan lain sebagainya. Dalam hal ini skala yang diuraikan
hanya yang berkaiatan dengan proses pembelajaran yakni skala
penilaian dan skala sikap.
Skala penilaian (rating scale) merupakan penilaian yang
menggunakan skala penilaian yang memungkinkan penilai memberi
nilai tengah terhadap kompetensi tertentu, karena pemberian nilai
secara kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala
penilaian ini terentang dari nilai tidak sempurna sampai sangat
sempurna. Misalnya: 1 = tidak kompeten, 2 = cukup kompeten, 3 =
kompeten, dan 4 = sangat kompeten (Sarwiji Suwandi, 2008:83).
Skala sikap merupakan skala yang digunakan untuk
mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa
kategori sikap, yakni mendukung (positif), menolak (negatif), atau
netral. Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada
seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni kognisi, afeksi, dan
konasi. Kognisi berkenaan dengan pengetahuan seseprang tentang
objek atau stimulus yang dihadapinya, afeksi berkenaan dengan
perasaan dalam menanggapi objek tersebut, sedangkan konasi
berkenaan dengan kecenderungan berbuat terhadap objek tersebut
(Nana Sudjana, 2005:80).
(4) Observasi
Observasi atau pengamatan sebagai alat penilaian digunakan
untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya
suatu kegiatan yang dapat diamati, baik dalam situasi yang
sebenarnya maupun dalam situasi buatan. Dengan kata lain, observasi
dapat digunakan untuk mengukur atau menulai kualitas proses
pembelajaran (Nana Sudjana, 2005:84).
25
b) Bentuk dan alat penilaian kualitas hasil pembelajaran
Dalam hal ini alat yang diguanakan untuk penilaian hasil
pembelajaran berbentuk tes. Alat penilaian dalam bentuk tes ini meliputi
tes uraian maupun tes objektif.
(1) Tes Uraian
Tes uraian secara umum dapat diartikan sebagai tes dengan
pertanyaan yang menuntuk siswa menjawabnya dalam bentuk
menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan,
memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan
tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa
sendiri. Tes uraian terdiri dari uraian bebas, uraian terbatas, dan
uraian terstruktur (Nana Sudjana, 2005:35).
(2) Tes Objektif
Pada umumnya tes objektif digunakan untuk menilai kualitas
hasil pembelajaran. Hal ini disebabkan antara lain karena luasnya
bahan pembelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya
menulai jawaban yang diberikan. Soal-soal bentuk tes objektif ini
dikenal ada beberapa bentuk, yakni jawaban, bentuk pilihan benar-
salah, pilihan berganda dengan berbagai variasinya, menjodohkan,
dan isian pendek atau melengkapi (Nana Sudjana, 2005:44).
3. Hakikat Teknik Koreksi Teman Sebaya
a. Pengertian Teknik Koreksi Teman Sebaya
Dalam sebuah proses pembelajaran bahasa terdapat tiga istilah yang
tersusun secara hierarkis, yaitu pendekatan, metode, dan teknik. Untuk lebih
mengetahui serta memperjelas perbedaan antara ketiga istilah tersebut, berikut
ini dipaparkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli berkaitan
dengan gambaran yang mengidentifikasikan konseptualisasi dan organisasi
yang terdapat pada ketiga istilah tersebut.
Anthony (dalam Pranowo, 1996) menyatakan bahwa metode adalah
rancangan menyeluruh untuk menyajikan secara teratur materi bahasa
26
sehingga tidak ada bagian-bagian yang saling bertentangan karena semua
rancangan tersebut telah didasarkan pada satu pendekatan tertentu. Senada
dengan pendapat Anthony tersebut, Senn (dalam Jujun S. Suriasumantri, 2001:
119) menjelaskan bahwa metode merupakan suatu prosedur atau cara
mengetahui sesuatu, yang mempunyai langkah-langkah yang sistematis.
Dalam kesempatan yang lain, Richard dan Rodgers dalam Nuril Huda
(1988: 296) menjelaskan bahwa dalam desain atau rancangan pengajaran
terkandung unsur, antara lain : (1) tujuan pengajaran; (2) materi pengajaran;
(3) kegiatan pengajaran; (4) peran siswa; (5) peran guru; (6) peran materi
pengajaran. sedangkan prosedur merupakan deskripsi teknik dan prosedur
dalam sistem pengajaran.
Memperjelas pengertian mengenai metode dan teknik, Surayin (dalam
Barnas, 1997) mengemukakan bahwa metode adalah cara yang teratur dan
terpikir baik-baik untuk mencapai maksud; cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan sedangkan teknik adalah cara membuat sesuatu atau melakukan
sesuatu yang berhubungan dengan metode atau sistem mengerjakan sesuatu.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa istilah metode dan teknik adalah
dua hal yang saling menentukan dan saling mendukung dalam proses
pembelajaran.
Pembahasan yang berkaitan dengan teknik koreksi teman sebaya, pada
dasarnya teknik ini merujuk pada kegiatan atau aktivitas siswa dalam
membaca tulisan temannya kemudian membuat respon berupa koreksi dalam
posisinya sebagai pembaca. Dengan menggunakan teknik ini, dimungkinkan
terwujudnya peningkatan kemampuan menulis para siswa dan juga
berkembangnya kepekaan siswa untuk menjadi pembaca kritis sehingga
mampu mendorong siswa untuk mampu berkomunikasi lewat media tulis
dengan baik dan benar.
Secara lebih jelas dapat diungkapkan, bahwa dengan adanya kegiatan
siswa mencari dan menemukan kesalahan dalam suatu kelompok kelas, siswa
akan berpeluang mengambil bagian secara aktif untuk mencoba, mencari, dan
27
membetulkan kesalahan temannya sehingga memungkinkan siswa yang lebih
mampu akan mengambil porsi yang lebih besar pada proses pembelajaran.
Pada kegiatan ini siswa yang lemah dapat belajar banyak pada siswa yang
lebih mampu diantara teman-temannya. Selain itu pula bahwa apa yang
disampaikan oleh teman sebayanya akan lebih mudah dicerna daripada apa
yang disampaikan oleh guru. Pendapat ini senada dengan apa yang
disampaikan oleh Stevick (dalam Walz, 1982: 17) yang mengungkapkan
bahwa pemberian koreksi atau umpan balik yang dilakukan oleh teman sebaya
siswa merupakan cara koreksi kesalahan yang lebih informatif karena
diberikan oleh orang yang memiliki kemampuan yang sebanding.
Selain itu, dengan adanya penerapan teknik koreksi teman sebaya ini
akan diperoleh manfaat diantaranya: (1) memperkuat motivasi siswa dlam
proses pembelajaran bahasa; (2) mampu melibatkan siswa secara lebih aktif
dalam proses pembelajaran; (3) koreksi yang diberikan akan lebih mudah
dipahami oleh siswa-siswa lainnya; dan (4) dengan diterapkannya teknik
koreksi teman sebaya maka siswa akan lebih banyak berperan untuk lebih
aktif dalam pembelajaran (Walz, 1982: 17).
Memperjelas apa yang telah dikemukakan oleh Walz tersebut, Barnas
(1997) mengungkapkan kelebihan pelaksanaan teknik koreksi teman sebaya,
yaitu bahwa: (1) teknik ini berpusat pada kegiatan siswa sebagai peserta didik;
(2) dapat memotivasi siswa untuk aktif berpikir; (3) siswa terlibat langsung
delam menilai hasil karangan; (4) dapat menghilangkan rasa kaku selama
proses pembelajaran karena siswa bertukar pikiran dengan temannya sendiri;
(5) memberikan pengalaman langsung pada siswa dalam memperbaiki
karangan; (6) menghilangkan kejemuan saat proses pembelajaran di dalam
kelas; (7) guru lebih mudah memantau perkembangan kemampuan menulis
karangan siswa, karena setiap tahapan kegiatan menulis akan tampak terlihat.
Berkaitan dengan proses pembelajaran menulis yang menggunakan
teknik koreksi teman sebaya, Walz dalam Bambang Agus Purwanto, A.
Handoko Pudjobroto, Sujoko (2004: 11) menjelaskan bahwa teknik koreksi
teman sebaya dapat dilakukan dalam bentuk kelompok, baik dalam kelompok
28
kecil yang terdiri dari dua orang, maupun dalam kelompok besar yang terdiri
lebih dari lima orang. Adapun wujud pelaksanaannya dapat diwujudkan
dengan cara sebagai berikut:
1). Menggunakan media proyeksi
Prosesnya dapat dilakukan dengan cara menayangkan sebuah tulisan siswa
melalui OHP yang kemudian siswa lain dalam satu kelompok dibawah
bimbingan guru menemukan letak-letak kesalahan, menemukan penyebab
terjadinya kesalahan, dan membetulkan kesalahan tersebut. Dalam hal ini,
guru hendaknya menyeleksi tulisan yang hendak ditampilkan sesuai
dengan keperluan atau aspek-aspek yang hendak dibahas dalam
pembelajaran.
2). Membahas secara berkelompok
Penerapannya dapat dilakukan dengan cara membahas sebuah tulisan
secara bersama-sama oleh sekelompok kecil siswa—bisa dua orang—yang
kemudian melakukan kegiatan koreksi terhadap tulisan tersebut
berdasarkan tipe-tipe kesalahan yang telah ditentukan sebelumnya.
3). Tukar-menukar tulisan teman sebaya
Prosesnya berupa tukar-menukar tulisan, misalnya dengan teman sebangku
untuk dikoreksi. Jadi, antara siswa yang satu dengan siswa yang lain saling
mengoreksi hasil tulisan yang telah dibuat oleh temannya. Proses ini tetap
harus berada dalam bimbingan guru. Guru harus memberi pengertian dan
penegasan kepada siswa bahwa mereka harus benar-benar dan sungguh-
sungguh dalam mengoreksi dan koreksi yang dilakukan berdasarkan pada
tipe-tipe kesalahan yang telah ditentukan sebelumnya.
4). Menulis secara berkelompok
Bentuk ini dapat diterapkan pada kelas dengan jumlah siswa yang banyak
yang kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa kelompok untuk membuat
sebuah tulisan. Kemudian, tulisan tersebut dikoreksi secara bersama-sama
pula sehingga akan dihasilkan tulisan final yang akan dikumpulkan kepada
guru. Dengan demikian, hasil tulisan tersebut merupakan hasil dari
29
kerjasama kelompok dan hendaknya penilaian yang dilakukan juga
berdasarkan aspek kerjasama dan kekompakan anggota kelompok.
b. Langkah-langkah Pembelajaran Menulis dengan Teknik Koreksi
Teman Sebaya
Menurut Walz dalam Bambang Agus Purwanto, A. Handoko
Pudjobroto, Sujoko (2004: 13-14) sebelum kegiatan teknik koreksi teman
sebaya dilakukan, pada tahap-tahap permulaan hendaknya siswa perlu di beri
umpan balik (feedback) dengan berbagai cara, seperti:
1). Memberi simbol-simbol dan singkatan
Cara yang sering digunakan guru untuk memotivasi pembelajar,
khususnya yang sedang belajar menulis supaya mereka bisa melakukan
koreksi sendiri adalah dengan memberi berbagai simbol atau singkatan
pada tulisannya. Penanda tersebut biasanya ditempatkan pada bagian
margin, tidak pada sumber atau letak kesalahan yang sebenarnya. Dengan
demikian, pembelajar harus menentukan sendiri letak-letak kesalahannya
dan membetulkan kesalahan tersebut.
Namun, untuk pembelajar yang masih kesulitan dengan cara itu,
penandaan tersebut kurang efektif sehingga perlu dibuat yang lebih
khusus. Hendrickson dalam Bambang Agus Purwanto, A. Handoko
Pudjobroto, Sujoko (2004: 14) mengusulkan seperangkat penanda koreksi
tak langsung pada tulisan pembelajar dari kelas-kelas permulaan itu,
sebagai pelengkap dari pemberian tanda pada bagian margin tulisannya
yang meliputi:
a) Garis bawah untuk penulisan huruf atau kata yang salah,
b) Lingkarang untuk pemakaian tanda baca yang tidak tepat,
c) Tanda panah untuk penempatan bagian kalimat yang tidak pada
tempatnya,
d) Tanda tanya untuk bagian-bagian yang membingungkan.
2). Memberi contoh-contoh kesalahan dan pembetulannya
Untuk jenis kesalahan yang sifatnya tidak terlalu kompleks atau
mudah untuk ditemukan sendiri oleh pembelajar, pelaksanaan koreksi
30
dapat dilakukan pengajar dan pembelajar secara bersama. Pengajar dalam
hal ini adalah guru terlebih dahulu memberikan contoh-contoh mengenai
satu jenis kesalahan, kemudian pembelajar dalam hal ini adalah siswa,
harus mengoreksi tulisan untuk jenis kesalahan yang sama dengan
bimbingan pengajar, selanjutnya pembahasan dapat dilakukan pada jenis
kesalahan yang lain.
Jenis-jenis kesalahan yang dapat dikoreksi dengan memberi
contoh-contoh adalah penempatan tanda baca, misalnya: tanda titik dan
koma, pemakaian huruf kecil dan kapital, penulisan kata depan dan
imbuhan. Untuk menentukan jenis kesalahan yang bisa dikoreksi dengan
cara ini, pengajar dapat melakukannya berdasarkan tingkat kemampuan
pembelajar.
3). Menggunakan referensi tentang kaidah-kaidah bahasa tulis
Untuk menerapkan cara ini, terlebih dahulu pengajar atau guru
menyeragamkan buku-buku atau referensi mengenai kaidah-kaidah
penulisan yang dipakai para pembelajar maupun yang menjadi
pegangannya. Referensi yang memuat kaidah-kaidah bahasa tulis tersebut
seperti buku pedoman penulisan komposisi, buku pedoman pembentukan
istilah, dasar-dasar komposisi, dan tata kalimat maupun kamus.
Dengan berpedoman pada buku-buku yang telah dimiliki
pembelajar, pengajar dapatr menandai bagian-bagian tulisan yang salah
dengan menuliskan nomor halaman buku dan identitas yang lebih khusus
berkenaan dengan kaidah penulisan yang dapat membantu pem,belajar
untuk memperbaiki kesalahan tersebut.
c. Langkah-langkah yang Dilakukan Peneliti dalam Penerapan Teknik
Koreksi Teman Sebaya
Dalam praktiknya atau secara konkrit penerapan teknik koreksi
teman sebaya dalam setiap siklusnya dilakukan dalam 2 x pertemuan yang
setiap pertemuan mencakup waktu 2 x 45 menit. Langkah-langkah
pembelajarannya adalah sebagai berikut:
31
1) Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1)
pemberian materi menulis karangan oleh guru; (2) pemberian latihan
menulis karangan; (3) pemberian latihan mengoreksi hasil tulisan
teman; (4) guru menugasi siswa untuk menulis karangan; (5) guru
meminta siswa untuk mengumpulkan karangan.
2) Pertemuan Kedua
Pada pertemuan kedua, kegiatan yang dilakukan meliputi: (1)
guru memberikan materi penegasan mengenai teknik koreksi teman
sebaya; (2) guru membagikan hasil karangan siswa yang telah
dikumpulkan sebelumnya; (3) guru meminta siswa menukarkan hasil
karangannya, secara teknis hasil karangan siswa ditukar dengan
diputar ke kanan sebanyak lima kali hitungan; (4) guru meminta siswa
mengoreksi karangan temannya; (5) guru sebagai fasilitator dan
membimbing siswa dalam mengoreksi; (6) setelah koreksi selasai,
siswa diminta mengembalikan karangan yang dikoreksi pada siswa
yang bersangkutan; (7) seluruh siswa diminta memperbaiki
karangannya berdasarkan hasil koreksi teman sebaya; (8) karangan
yang telah diperbaiki dikumpulkan dan dinilai.
Berdasarkan langkah-langkah yang diuraikan dalam dua pertemuan
tersebut, secara singkat dapat diringkas bahwa penerapan teknik koreksi
teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan adalah sebagai
berikut: (1) pemberian materi; (2) pemberian latihan menulis dan
mengoreksi; (3) pemberian tugas menulis; (4) hasil tulisan ditukarkan
dengan teman sebaya; (5) pengoreksian hasil karangan dengan teman
sebaya; (6) perbaikan hasil karangan berdasarkan koreksi teman; dan (7)
penilaian.
32
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan atau sesuai dengan
penelitian ini, diantaranya adalah:
Penelitian yang dilakukan oleh Handoko Pujobroto, Bambang Agus
Purwanto, dan Sujoko pada tahun 2004 dengan judul ”Optimalisasi Penerapan
teknik Self-Correction dalam Pembimbingan Skripsi untuk meningkatkan
Kemampuan Mengidentifikasi Kesalahan berbahasa Mahasiswa Bahasa
Inggris FKIP UNS (Penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di
LPTK)”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa penerapan teknik self-
correction dapat meningkatkan kemampuan dan motivasi menulis mahasiswa.
Penelitian tindakan kelas yang dilakukan oleh Joko Purwanto pada
tahun 2008 dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah
Melalui Teknik Peer Correction pada Siswa Kelas XI IA SMA
Muhammadiyah 3 Masaran”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya
peningkatan kualitas proses pembelajaran serta peningkatan kemampuan
menulis ilmiah siswa setelah diterapkannya teknik peer correction.
Penelitian yang dilakukan oleh Sumarwati, Suyatmin, dan Siti Mulyani
pada tahun 2008 dengan judul “Penerapan Teknik Peer-Correction dalam
Pembelajaran Menulis untuk Meningkatkan Penguasaan Bahasa Indonesia
Tulis Siswa Kelas VIII SMP”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah adanya
peningkatan keaktifan dan kesungguhan siswa dalam pembelajaran menulis
disamping adanya peningkatan kualitas hasil dan kualitas proses dalam
pembelajaran menulis setelah diterapkankan teknik peer-correction.
Berdasarkan kesimpulan dari ketiga penelitian di atas maka
relevansinya dengan penelitian yang peneliti ini adalah bahwa keterlibatan
serta keaktifan siswa dalam memberikan umpan balik dari hasil pekerjaan,
baik pekerjaannya sendiri maupun pekerjaan temannya, mempunyai pengaruh
yang positif dalam meningkatkan kemampuan, khususnya kemampuan
produktif siswa atau mahasiswa. Atau secara singkat dapat dijelaskan bahwa
apabila siswa mampu berperan aktif dalam proses pembelajaran, makan akan
33
berpengaruh positif dalam meningkatkan kemampuannya dalam
pembelajaran.
Penelitian yang akan dilaksanakan ini dapat dikatakan mampu
memberikan tambahan bukti penguat bahwa jika siswa dilibatkan secara aktif
dalam memberikan umpan balik terhadap hasil kerja, baik pekerjaannya
sendiri maupun temannya, akan meningkatkan kemampuan produktif para
siswa tersebut.
C. Kerangka Berpikir
Seperti yang teridentifikasi pada survei awal, kualitas proses dan hasil
pembelajaran mengarang pada siswa masih rendah. Pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung, keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat
dan motivasi siswa yang menjadi aspek penilaian proses pembelajaran terbukti
masih rendah. Untuk kualitas hasil pembelajaran yang tergambar dari hasil
karangan siswa, pada umumnya karangan para siswa hanya memuat satu
hingga tiga paragraf, organisasi isinya meloncat-loncat sehingga
menampakkan penalaran bahasa yang kurang logis, serta terdapat banyak
kesalahan bahasa yang meliputi pemakaian ejaan, diksi, dan kalimat. Keadaan
tersebut dikarenakan siswa masih merasa kesulitan dalam menulis, baik dalam
menulis kosakata, penguasaan ejaan, menggunakan konjungsi atau kata
penghubung, membuat kalimat efektif, bahkan dalam menggunakan tanda
baca. Hal yang demikian inilah yang menyebabkan rendahnya kemampuan
menulis siswa.
Untuk itu, diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran, agar
kemampuan siswa dalam menulis dapat ditingkatkan. Salah satu cara yang
dapat dipilih adalah dengan menerapkan teknik koreksi teman sebaya.
Pembelajaran menulis dengan menerapkan teknik koreksi teman sebaya dapat
mendorong siswa untuk mampu mengoreksi hasil tulisan temannya sehingga
mereka akan benar-benar mampu memahami dan mengalami secara nyata dan
lebih mendalam bagaimana cara menulis yang baik dan benar.
Dengan menggunakan teknik ini maka siswa mempunyai kesempatan
untuk mengoreksi hasil tulisan, baik dari segi ejaan dan tanda baca,
34
penyusunan kalimat, hingga pengembangan pokok pikiran. Dengan demikian,
diharapkan akan mampu memunculkan daya ingat siswa yang lebih tinggi.
Selain itu, siswa juga akan mampu merefleksi terhadap dirinya sendiri untuk
tidak melakukan kesalahan yang sama saat mereka sedang menulis. Dengan
demikian, kemampuan siswa dalam menulis karangan akan meningkat.
Berdasarkan gambaran tersebut maka peneliti berencana menerapkan
teknik koreksi teman sebaya untuk meningkatkan kemampuan menulis
karangan pada siswa. Berikut ini adalah gambaran secara singkat alur
kerangka berpikirnya:
Kerangka Berpikir
Gambar 1.
Alur Kerangka Berpikir
Masalah yang dihadapi sebelum tindakan
Hasil akhir setelah dilakukan tindakan
Kualitas proses pembelajaran menulis
karangan rendah
Penggunaan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan
Tindakan Penelitian1. Koreksi kesalahan pada karangan teman2. Belajar dari kesalahan teman3. Menghindari kesalahan yang sama
Refleksi
Kualitas hasil pembelajaran menulis
karangan rendah
Kualitas proses pembelajaran menulis karangan meningkat
Kualitas hasil pembelajaran menulis karangan meningkat
35
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teoritis serta kerangka berpikir dan kondisi objektif
di lapangan, maka perlu dilakukan perumusan hipotesis tindakan. Hipotesis
tindakan disusun sebagai berikut.
1. Penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas
proses pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK
Murni 2 Surakarta.
2. Penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas hasil
pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2
Surakarta.
36
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas X Administrasi Perkantoran 2 SMK
Murni 2 Surakarta, yang beralamat di jalan Dr. Wahidin No. 33, Surakarta. Di
dalam ruangan kelas tersebut terdapat sepasang meja dan kursi untuk guru, 12
meja dan 24 kursi untuk siswa, 2 buah papan tulis yang digabung menjadi satu
yang ukurannya masing-masing 2,5 x 1,5 meter.
Guru pengampu mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas X AP 2
adalah Dra. Sri Sumaryamti. Beliau merupakan lulusan S1 Pendidikan Bahasa,
Sastra Indonesia dan Daerah, Universitas Muhamadiyah Surakarta. Beliau
mengajar dengan metode ceramah dan penugasan. Sumber belajar yang biasa
digunakan adalah modul Vokasi, yang disusun oleh MGPD Surakarta, papan
tulis dan materi-materi lain yang menunjang dalam pembelajaran.
Alasan pemilihan sekolah dan kelas X AP 2 sebagai tempat penelitian
adalah pertama, peneliti sudah memiliki hubungan yang cukup baik dengan
guru pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesi di kelas X AP 2, kedua,
karena sekolah tersebut belum pernah digunakan sebagai objek penelitian
sejenis sehingga terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang. Ketiga,
keterampilan menulis di kelas X AP 2 tergolong masih rendah. Keempat,
siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta memiliki kelebihan, yakni kritis
terhadap pembelajaran, sehingga memungkinkan diterapkannya teknik koreksi
teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan di kelas.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 5 bulan, yakni mulai bulan
Desember 2008 sampai April 2009. Tahap persiapan dilaksanakan pada bulan
Desember sampai Januari awal, pelaksanaan pada bulan Januari akhir sampai
37
Februari, sedangkan tahap penyusunan laporan pada bulan Maret hingga
April. Rincian waktu dan jenis kegiatannya adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan
No Kegiatan Des 08 Jan 09 Feb 09 Mar 09 Apr 091. Penyusunan proposal.2. Menentukan informan,
menyiapkan alat dan instrumen.
3. Pengumpulan data.4. Analisis data5. Penyusunan laporan
B. Pendekatan dan Strategi Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan
strategi penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yaitu sebuah
penelitian kolaboratif antara peneliti, guru, siswa maupun staf sekolah yang
lain untuk menciptakan kinerja sekolah yang lebih baik. Lebih lanjut,
penelitian tindakan kelas ini diarahkan untuk menindaklanjuti alternatif
pemecahan masalah dengan cara melaksanakan tindakan-tindakan nyata yang
terencana dan terstruktur. Hal ini karena bagian penting dari sebuah penelitian
tindakan kelas adalah adanya tindakan nyata. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis pada
siswa kelas X AP 2 dengan diterapkannya teknik koreksi teman sebaya.
Prinsip utama dalam penelitian tindakan kelas adalah pemberian
tindakan dalam siklus yang bertahap dan berkelanjutan hingga memperoleh
hasil yang telah ditetapkan. Ada beberapa ahli yang mengemukakan model
penelitian tindakan kelas dengan bagan yang berbeda, namun secara garis
besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2)
pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi (Suharsimi Arikunto,
Suhardjono, dan Supardi, 2006:16). Penentuan tindakan siklus kedua
berdasarkan hasil tindakan pada siklus pertama dan seterusnya. Dari siklus
dasar yang pertama inilah apabila peneliti menilai adanya kesalahan atau
38
kekurangan dapat diperbaiki dengan mengembangkannya dalam spiral ke
perencanaan tindakan kedua (Rochiati Wiriaatmadja, 2007:63).
Berikut ini adalah gambaran daur ulang (siklus) tindakan dalam
penelitian tindakan kelas:
Penelitian Tindakan Kelas
Siklus I
Siklus II
Gambar 2. Tahap-tahap penelitian tindakan kelas
(Suharsimi Arikunto, Suhardjojo, dan Supardi, 2006:74)
C. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2
Surakarta yang terdiri dari 22 siswa yang keseluruhannya adalah putri, guru
pengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia yakni Dra. Sri Sumaryamti, serta
peneliti sendiri sebagai kolaborator.
Permasalahan Perencanaan Tindakan I
Pelaksanaan Tindakan I
Refleksi I
Perencanaan Tindakan II
Pengamatan/ Pengumpulan
Data I
Pelaksanaan Tindakan II
Refleksi II
Dilanjutkan ke siklus
berikutnya
Pengamatan/ Pengumpulan
Data II
Apabila permasalahanbelum terselesaikan
Permasalahanbaru hasil refleksi
39
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah pembelajaran menulis karangan di kelas
X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta.
D. Sumber Data
Ada tiga sumber data penting yang dijadikan sasaran penggalian dan
pengumpulan data serta informasi dalam penelitian ini. Sumber data tersebut
meliputi:
1. Proses pembelajaran menulis
Data yang dikumpulkan yaitu data tentang bagaimana proses
pembelajaran menulis karangan yang berlangsung di kelas X AP 2 SMK
Murni 2 Surakarta.
2. Informan
Informan dalam penelitian ini adalah guru pengampu mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas X AP 2 dan siswa kelas X AP 2 yang berjumlah 22
siswi.
3. Dokumen
Dokumen yang akan dijadikan sumber data berupa: silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta hasil karangan siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan pembelajaran
menulis karangan yang dilakukan siswa dan guru sejak sebelum pelaksanaan
tindakan, pada saat pelaksanaan tindakan, sampai akhir tindakan.
Dalam kegiatan ini, peneliti sebagai partisipan pasif. Peneliti tidak
melakukan tindakan yang dapat mempengaruhi peristiwa yang sedang
berlangsung. Observasi dilakukan dengan cara peneliti bertindak sebagai
40
partisipan pasif yang mengamati jalannya pembelajaran di kelas yang
dipimpin oleh guru. Peneliti mengambil posisi tempat duduk di belakang,
mengamati jalannya proses pembelajaran sambil mencatat segala sesuatu yang
terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan berada di tempat
duduk bagian belakang, peneliti memiliki kesempatan untuk mengamati
seluruh peristiwa yang terjadi di dalam kelas dengan leluasa.
Hasil observasi peneliti didiskusikan dengan guru yang bersangkutan
untuk kemudian dianalisis bersama-sama untuk mengetahui berbagai
kelemahan yang ada dan untuk mencari solusi terhadap segala kelemahan
yang ada. Hasil diskusi berupa solusi untuk berbagai kelemahan tersebut
kemudian dilaksanakan dalam siklus berikutnya.
Observasi terhadap guru difokuskan pada kemampuan guru dalam
mengelola kelas, dan bagaimana guru merangsang keaktifan siswa dalam
pembelajaran yang sedang berlangsung. Sedangkan observasi terhadap siswa
difokuskan pada keaktifan siswa selama pembelajaran, perhatian dan
konsentrasi siswa selama pembelajaran, serta minat dan motivasi siswa dalam
pembelajaran.
2. Wawancara
Wawancara dilakukan terhadap siswa dan guru. Teknik ini digunakan
untuk memperoleh data dari informan tentang pelaksanaan pembelajaran
menulis, berbagai informasi mengenai kesulitan yang dialami guru dalam
pembelajaran menulis, serta faktor-faktor penyebabnya. Selain itu, peneliti
juga melakukan wawancara dengan siswa untuk mengetahui pembelajaran
menulis karangan yang diterapkan oleh guru dan untuk mengetahui bagaimana
tanggapan siswa terhadap cara mengajar yang digunakan oleh guru tersebut,
serta untuk mengetahui kesulitan siswa yang dihadapi selama pembelajaran.
3. Tes/Unjuk Kerja
Tes unjuk kerja yang berupa tugas digunakan untuk mengetahui
perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Usaha yang dilakukan
oleh guru dalam rangka mengetahui hasil dari kegiatan pembelajaran siswa
sebelum dan sesudah pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian ini, guru
41
melaksanakan beberapa kali tes, yakni pre-tes dilakukan dengan cara
memberikan tugas menulis karangan yang bertujuan untuk mengetahui
keterampilan siswa dalam menulis, kemudian tes berikutnya dilakukan setelah
pelaksanaan tindakan yang bertujuan untuk mengetahui tingkat ketercapaian
indikator keberhasilan.
4. Analisis Dokumen
Teknik ini dilakukan dengan menganalisis dokumen yang
berhubungan dengan pembelajaran menulis yang meliputi hasil nilai karangan
siswa yang merupakan pedoman untuk mengetahui kualitas hasil
pembelajaran serta hasil pengamatan lapangan selama penelitian yang
merupakan pedoman penilaian kualitas proses pembelajaran.
F. Teknik Validitas Data
Teknik validitas data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data itu (Moleong, 2000:300). Teknik
ini dipilih karena merupakan salah satu cara yang mampu menghilangkan
perbedaan-perbedaan kenyataan yang ada dalam konteks suatu studi sewaktu
mengumpulkan data tentang kejadian dan hubungan antargagasan.
Teknik triangulasi yang dipilih peneliti dalam penelitian ini adalah
trianggulasi sumber data, trianggulasi metode, serta review informan.
Trianggulasi sumber data digunakan untuk untuk menguji kebenaran data
yang diperoleh dari satu informan dengan informan yang lain. Triangulasi
metode digunakan untuk membandingkan data yang sudah diperoleh dengan
data hasil observasi, serta dengan data yang diperoleh dari hasil wawancara.
Review informan digunakan untuk menanyakan informan, apakah data yang
diperoleh dari hasil wawancara sudah valid atau belum.
Triangulasi sumber data memanfaatkan sumber data yang berbeda-
beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti dapat memperoleh data yang
berbeda-beda untuk menggali data yang sejenis. Peneliti bisa memperoleh data
42
PengumpulaSajian Data
Penarikan simpulan
Reduksi Data
dari narasumber dengan teknik wawancara mendalam yang kebenarannya
dapat dibuktikan dengan mengadakan observasi secara cermat terhadap objek
penelitian. Dengan demikian, informasi dari narasumber yang satu bisa
dibandingkan dengan informasi dari narasumber lain. Triangulasi metode
digunakan untuk mengumpulkan data dari hasil observasi dan wawancara.
Serta review informan dengan menanyakan kembali hasil wawancara dengan
informan yang bersangkutan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif yang
dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis interaktif tersebut terdiri
atas empat komponen yang mencakup komponen pengumpulan data dan tiga
komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yang meliputi reduksi
data, beberan (display) data, dan penarikan kesimpulan. Teknik analisis
interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman (1992) tersebut dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 3. Analisis Interaktif (Miles dan Huberman)
Teknik analisis interaktif ini digunakan untuk mengungkapkan
kelebihan dan kekurangan dalam proses pembelajaran baik dari sisi siswa
maupun guru. Hasil analisis akan dijadikan dasar dalam penyusunan
43
perencanaan tindakan. Teknik analisis ini juga dilakukan pada survei awal.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal kemampuan menulis siswa.
Setelah kondisi awal diketahui, peneliti merencanakan tindakan untuk
memecahkan masalah. Setiap akhir siklus dianalisis kelebihan dan
kekurangannya sehingga dapat diketahui hasil penerapan tindakan pada setiap
siklusnya. Secara terperinci, langkah-langkah dalam teknik analisis interaktif
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat dan merekam interaksi
lisan serta tindakan antara guru dan murid yang terjadi dalam proses
pembelajaran.
2. Reduksi Data
Reduksi data dilakukan dengan menyeleksi dan memilih data yang
kurang mendukung penelitian. Data yang mendukung dipergunakan sesuai
fokus penelitian.
3. Displai Data
Melalui sajian ini, data yang sudah terkumpul dikelompokkan dalam
beberapa bagian sesuai dengan jenis permasalahannya supaya mudah
dimengerti. Data yang ada dijabarkan dan ditafsirkan kemudian dibandingkan
persamaan dan perbedaanya.
4. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan berdasarkan reduksi data dan displai data
berupa perubahan yang terjadi setelah dilakukan tindakan yang berlangsung
secara bertahap. Kesimpulan sementara pada akhir siklus I, kemudian
kesimpulan akhir pada siklus II, dan seterusnya sampai kesimpulan terakhir
pada siklus terakhir.
44
H. Indikator Keberhasilan
Dalam penelitian tindakan kelas dengan penerapan teknik koreksi teman
sebaya yang dilakukan pada siswa kelas X Administrasi Perkantoran 2 SMK
Murni 2 Surakarta indikator yang ingin dicapai yaitu meningkatnya kualitas
proses pembelajaran serta meningkatnya kualitas hasil pembelajaran yang
tercermin pada kemampuan menulis karangan siswa. Indikator yang digunakan
untuk mengetahui peningkatan tersebut yaitu:
1. Proses pembelajaran menulis, ditandai dengan:
a. Keaktifan siswa selama pembelajaran.
b. Perhatian dan Konsentrasi siswa selama pembelajaran.
c. Minat dan Motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
d. Perolehan nilai proses pembelajaran menulis karangan siswa meningkat.
Untuk mengetahui peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis, peneliti
bersama guru melakukan penilaian dengan mengamati proses pembelajaran
yang berlangsung menggunakan lembar penilaian proses yang telah ditentukan
sebelumnya.
2. Hasil Pembelajaran menulis karangan, ditandai dengan:
a. Siswa mampu mengungkapkan pikiran, gagasan, maupun idenya yang
dituangkan dalam isi karangan.
b. Siswa mampu mengorganisasikan sebuah gagasan menjadi paragraf yang
runtut.
c. Variasi kosakata yang dimiliki siswa lebih meningkat.
d. Siswa mampu mengembangkan bahasa dalam karangannya dengan baik
e. Siswa mampu menulis karangan dengan memperhatikan penggunaan EYD
yang tepat.
f. Perolehan nilai hasil pembelajaran menulis karangan siswa meningkat dan
mencapai rata-rata sesuai batas minimal ketuntasan belajar sebesar 65.
Untuk mengetahui peningkatan kemampuan menulis siswa, peneliti dan guru
menilai hasil pekerjaan siswa berupa karangan dan menghitung skor atau
capaian yang diperoleh berdasarkan pedoman penilaian yang telah disepakati
oleh guru dan peneliti sebelumnya.
45
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan rangkaian tahapan penelitian dari
awal hingga akhir penelitian. Prosedur penelitian yang diterapkan dalam
penelitian ini meliputi tahap-tahap sebagai berikut:
1. Tahap Perencanaan Penelitian
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini adalah: (1)
Mengidentifikasi masalah pembelajaran menulis pada siswa kelas X AP 2 di
SMK Murni 2 Surakarta; (2) Menganalisis masalah pembelajaran menulis
secara mendalam dengan mengacu pada teori-teori yang relevan; (3)
Menyusun bentuk tindakan yang sesuai untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan dengan menerapkan teknik koreksi teman sebaya pada tindakan
siklus pertama, kedua, dan ketiga; (4) Menyusun jadwal penelitian dan
rancangan pelaksanaan tindakan; (5) Menyusun lembar observasi dan
pedoman penilaian hasil tulisan siswa.
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah meningkatkan
kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X
AP 2 SMK Murni 2 Surakarta dengan menerapkan teknik koreksi teman
sebaya. Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ini, prosedur
penelitiannya diwujudkan dalam bentuk siklus (direncanakan 3 siklus
tindakan), yang setiap siklusnya mencakup 4 kegiatan, yaitu (1) perencanaan,
(2) pelaksanaan, (3) observasi, (4) analisis dan refleksi.
a. Rancangan Siklus I
1) Tahap perencanaan, mencakup kegiatan:
a) Menyusun rencana pembelajaran dengan materi menulis karangan
jenis narasi.
b) Merancang skenario pembelajaran menulis karangan jenis narasi
dengan teknik koreksi teman sebaya.
Pada pertemuan pertama, langkah-langkahnya adalah
sebagai berikut: (1) Guru memberikan apersepsi dengan menggali
pengetahuan siswa berkaitan dengan materi menulis karangan, yang
46
pada siklus I ini ditentukan mengenai menulis karangan narasi; (2)
Guru memberikan materi berkaitan dengan menulis karangan narasi,
baik dari pengertiannya, sistematika penulisan, maupun hal-hal yang
berkaitan dengan menulis karangan narasi; (3) Guru memberikan
materi berupa pedoman pengoreksian yang telah disiapkan
sebelumnya; (4) Guru menugasi siswa untuk mencoba menganalisis
dan mengoreksi kesalahan dari contoh karangan yang telah disiapkan
oleh guru; (5) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan
dengan proses pengoreksian yang telah dilakukan; (6) Guru menugasi
siswa untuk menulis karangan jenis narasi pada kertas yang telah
disediakan dan dikumpulkan; (7) Guru melakukan refleksi atas
pembelajaran yang telah dilakukan kemudian menutup pelajaran.
Pada pertemuan kedua, langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut: (1) Guru memberikan apersepsi berkaitan dengan materi
menulis karangan narasi; (2) Guru memberikan penjelasan mengenai
hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa, yaitu berkaitan dengan isi,
organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik; (3)
Guru membagikan karangan siswa yang pada pertemuan sebelumnya
sudah dikumpulkan kemudian siswa diminta menukarkan
karangannya tersebut dengan temannya; (4) Di bawah bimbingan
guru, masing-masing siswa melakukan koreksi terhadap tulisan
temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah ditentukan serta
pedoman pengoreksian yang telah diberikan; (5) Guru melakukan
tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan-kesulitan yang dialami
selama melakukan koreksi; (6) Guru meminta siswa untuk
mengembalikan karangan yang dikoreksinya pada siswa yang
bersangkutan; (7) Guru memberikan penegasan kembali tentang
penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi,
kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; (8) Guru
menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis
ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam
47
karangan kemudian dikumpulkan; (9) Guru dan siswa melakukan
refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan; (10)
Guru menutup pelajaran.
2) Tahap Pelaksanaan
Tahap ini dilakukan dengan mengadakan pembelajaran di kelas
yang dalam satu siklus ada dua kali pertemuan, dengan alokasi waktu
setiap pertemuan adalah 2 x 45 menit. Tindakan ini dilakukan sesuai
skenario pembelajaran yang telah dibuat sebelumnya. pada siklus
pertama ini pembelajaran dilakukan oleh guru kelas, sedangkan peneliti
melakukan observasi terhadap proses pembelajaran dan wawancara
kepada beberapa siswa setelah pembelajaran berakhir.
3) Tahap observasi
Tahap ini dilakukan dilakukan dengan mengamati proses
pembelajaran menulis karangan (aktivitas guru dan siswa). observasi
diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah disiapkan peneliti.
Selain itu, untuk memperoleh data yang akurat, peneliti juga melakukan
wawancara dengan para siswa mengenai poin-poin tertentu yang dirasa
perlu ditanyakan pada siswa untuk mendapatkan data yang lebih
lengkap.
4) Tahap analisis dan refleksi
Tahap ini dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan
siswa, hasil observasi, serta hasil wawancara. Dengan demikian, analisis
dilakukan terhadap proses dan hasil pembelajaran. Berdasarkan hasil
analisis tersebut akan diperoleh kesimpulan bagian mana yang telah
memenuhi target. Kualitas proses pembelajaran dinyatakan mengalami
perbaikan apabila capaian pada indikator keberhasilan yang telah
ditetapkan sesuai terget atau bahkan melebihinya.
48
b. Rancangan Siklus II dan III
Pada siklus II dan III dilakukan tahapan-tahapan seperti pada siklus I,
akan tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil yang
diperoleh dari siklus I, sehingga kekurangan yang terjadi pada siklus I tidak
terjadi pada siklus II. Perbaikan tindakan pada siklus II tetap menggunakan
teknik koreksi teman sebaya dengan mengambil materi menulis yang berbeda,
demikian juga dengan siklus III apabila masih diperlukan perbaikan.
49
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada Bab IV ini akan disajikan uraian hasil penelitian. Uraian hasil
penelitian ini merupakan jawaban atas rumusan masalah dari Bab I. Sebelum hasil
penelitian dipaparkan, pada bab ini diuraikan terlebih dahulu mengenai kondisi
awal prasiklus pembelajaran menulis karangan serta kemampuan menulis
karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Maka, pada bab ini
akan dikemukakan tentang kondisi awal proses pembelajaran serta kemampuan
menulis karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta, pelaksanaan
siklus dan hasil penelitian, serta pembahasan hasil penelitian. Penelitian tindakan
kelas dilakukan dalam 2 siklus dengan 4 tahap dalam tiap siklusnya. Tahapan
tersebut meliputi: perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan
refleksi.
A. Kondisi Awal Prasiklus
Kondisi awal prasiklus diketahui dengan diadakannya survei awal yang
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 20 Januari 2009 pada saat pembelajaran
menulis karangan di kelas. Survei ini dilaksanakan dengan tujuan untuk
mengetahui kondisi awal prasiklus pembelajaran menulis karangan pada siswa
kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Kondisi awal prasiklus ini nantinya
menjadi acuan untuk menentukan tindakan yang akan dilakukan pada
pembelajaran selanjutnya. Pada kegiatan prasiklus ini, guru melaksanakan proses
pembelajaran seperti biasa dan peneliti sebagai partisipan pasif. Secara teknis,
peneliti sebagai partisipan pasif yakni hanya mengamati jalannya proses
pembelajaran dengan duduk di meja belakang.
Pada kondisi awal prasiklus, guru memulai kegiatan pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan membuka pelajaran dan mengondisikan kelas agar siswa
siap mengikuti pembelajaran. Setelah itu guru menanyakan siswa yang tidak
hadir, dan beberapa siswa menjawab “nihil”. Sebelum memulai pembelajaran
50
guru mengabsen siswa satu persatu sambil lebih mengondisikan kelas supaya
lebih kondusif. Kemudian guru meminta siswa untuk menyiapkan buku tulisnya
dan pembelajaran dimulai dengan materi menulis karangan narasi.
Pembelajaran diawali dengan apersepsi yang dilakukan guru dengan
menanyakan tentang materi menulis narasi yang pada semester sebelumnya sudah
pernah dipelajari. Saat guru menanyakan pengertian dari karangan narasi, sedikit
banyak siswa masih ingat mengenai materi menulis narasi, hal ini ditandai dengan
jawaban siswa yang bernama Minda Leli Maryani yang menyatakan bahwa
karangan narasi merupakan karangan yang bersifat menceritakan. Kemudian guru
memberi tanggapan positif dengan mengucapkan “betul”, setelah itu guru
memberikan catatan kepada siswa tentang materi menulis narasi. Pada kegiatan ini
siswa tampak antusias mencatat materi yang dijelaskan oleh guru, meskipun
beberapa siswa masih ada yang berbisik-bisik dengan teman semejanya.
Saat proses pembelajaran berlangsung, siswa terlihat pasif. Beberapa
siswa tampak memperhatikan guru dengan tenang dan antusias, akan tetapi
beberapa diantaranya sibuk dengan aktivitasnya sendiri bahkan mengobrol dengan
teman sebangkunya. Hasil pantauan peneliti dari lembar observasi penilaian
proses pembelajaran yang telah ditentukan (pada lampiran), nilai rata-rata
keaktifan siswa baru mencapai skor 1,95. Skor ini dapat dikatakan masih sangat
rendah dan masuk dalam kategori kurang. Kemudian nilai rata-rata perhatian dan
konsentrasi siswa selama pembelajaran mencapai skor 2,14 dan termasuk kategori
sedang. Untuk nilai minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
mencapai skor 2,09 yang juga termasuk kategori sedang. Dengan demikian nilai
rata-rata seluruh aspek dalam penilaian proses pembelajaran mencapai skor 6,18.
berdasarkan skor tersebut, kualitas proses pembelajaran yang mencakup keaktifan,
perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran
baru mencapai pada kategori sedang. Untuk suatu kualitas proses pembelajaran
yang maksimal, tentunya hasil tersebut masih jauh dari harapan. Berikut ini adalah
tabel hasil penilaian proses pembelajaran pada saat prasiklus dan grafiknya.
51
Tabel 2. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus
Nilai
No Nama Siswa A* B* C* Total Kriteria**
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
1
2
2
3
2
1
2
1
2
2
2
4
4
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
3
2
3
3
2
2
3
3
2
1
2
2
2
4
7
6
7
7
5
6
4
6
7
6
10
10
6
6
7
7
6
4
5
4
6
sedang
cukup
Sedang
Cukup
Cukup
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Cukup
Sedang
Baik
Baik
Sedang
Sedang
Cukup
Cukup
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Sedang
Rata-rata 1,95 2,14 2,09 6,18
*Keterangan:
A : Keaktifan siswa selama pembelajaran
B : Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran
C : Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran
52
Keterangan lanjutan:
A : Keaktifan siswa selama pembelajaran
Untuk menilai poin A peneliti menggunakan pedoman penilaian yang
dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang
mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam
setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria
tersebut adalah: (1) Mengajukan pertanyaan; (2) Mengungkapkan
pendapat; (3) Menjawab pertanyaan guru; (4) Memperhatikan pertanyaan
orang lain; (5) Menanggapi pertanyaan.
B : Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran
Untuk menilai poin B peneliti menggunakan pedoman penilaian yang
dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang
mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam
setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria
tersebut adalah: (1) Memperhatikan penjelasan guru; (2) Mencatat
penjelasan guru; (3) Mempelajari kembali materi yang diberikan; (4)
Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas; (5) Tidak mengobrol
dengan teman lain.
C : Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk menilai poin C peneliti menggunakan pedoman penilaian yang
dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang
mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam
setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria
tersebut adalah: (1) Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu; (2)
Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan; (3) Mengerjakan
tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asal-asalan; (4) Tidak
bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, meletakkan kepala di
atas meja, dan lain-lain; (5) Tidak mengucapkan keluhan saat
pembelajaran.
53
**Kriteria nilai setiap pernyataan
1,00 – 1,99 : kurang
2,00 – 2,99 : sedang
3,00 – 3,99 : cukup
4,00 – 4,99 : baik
5,00 : sangat baik
**Kriteria nilai total
1,00 – 3,99 : kurang
4,00 – 6,99 : sedang
7,00 – 9,99 : cukup
10,00 – 12,99 : baik
13,00 – 15,00 : sangat baik
Selain dengan tabel, berikut ini adalah gambar grafik nilai proses
pembelajaran siswa pada prasiklus:
Gambar 4. Grafik Nilai Proses Pembelajaran pada Prasiklus
Keterangan:
1 – 22 : Nomor urut siswa
0 – 12 : Rentangan nilai
Berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat mengenai hasil nilai proses
pembelajaran yang diperoleh setiap siswa. Garis yang ditunjukkan memberikan
informasi mengenai skor nilai yang diperoleh siswa. Siswa dengan nilai rendah
tergambar dengan garis/balok yang lebih pendek, sedangkan siswa dengan nilai
tinggi tergambar dengan garis/balok yang lebih tinggi.
54
Dalam setiap pembelajaran di kelas, guru selalu berusaha untuk
mengaktifkan siswa akan tetapi kurang berhasil. Guru sudah memberi kesempatan
pada siswa untuk bertanya akan tetapi tidak ada siswa yang memanfaatkan
kesempatan tersebut untuk bertanya. Justru ketika diberi kesempatan, siswa
cenderung diam. Keaktifan siswa sedikit terlihat hanya ketika guru mengajukan
pertanyaan kepada siswa dan beberapa dari mereka menjawab secara serentak.
Setelah guru selesai memberikan catatan tentang materi menulis
karangan narasi dan menjelaskannya secara singkat, guru menugaskan siswa
untuk menulis karangan narasi pada selembar kertas. Siswa menulis karangan
dengan tema bebas. Pada kegiatan ini siswa dengan tenang mengerjakan
karangannya sehingga kelas terasa sepi dan guru hanya duduk di meja guru sambil
menunggu siswa selesai mengerjakan karangannya. Setelah kurang lebih 30 menit
berlalu, ada beberapa siswa yang sudah selesai membuat karangan, hal tersebut
tampak dari aktivitas siswa yang tidak menulis lagi, bahkan hanya mengobrol
dengan teman semejanya. Karena kelas terasa sedikit gaduh, guru
memperingatkan dan meminta siswa yang telah selesai mengarang untuk
memeriksanya kembali sebelum dikumpulkan. Hanya beberapa siswa yang
terlihat membaca kembali karangannya, yang lain masih tetap dengan aktivitasnya
sendiri, ada yang menyisir rambutnya, kipas-kipas dengan buku, dan mengobrol.
Guru kemudian berjalan mengelilingi siswa untuk melihat karangan siswa sembari
memperingatkan siswa agar tidak membuat gaduh yang dapat menganggu siswa
lain yang belum selesai. Setelah siswa selesai dengan karangannya, guru meminta
untuk seluruh siswa mengumpulkannya. Saat itu sisa waktu pembelajaran masih
10 menit dan guru memanfaatkannya dengan memberi penegasan kembali tentang
materi menulis narasi serta memberi kesempatan bertanya pada siswa. Karena
tidak ada siswa yang ingin bertanya, guru kemudian menutup pembelajaran.
Pembelajaran tersebut masih bersifat konvensional. Pembelajaran masih
berpusat pada guru, meskipun siswa sedikit banyak sudah diberi kesempatan
untuk bertanya. Metode yang diterapkan pun kurang bervariasi, dan ceramah
masih mendominasi kegiatan pembelajaran. Penugasan dilakukan guru sebagai
kegiatan evaluasi pembelajaran, dan koreksinya pun dilakukan oleh guru sendiri.
55
Kesimpulan hasil wawancara pada siswa adalah sebagai berikut: (1)
Siswa merasa bosan saat pembelajaran mengarang karena terlalu lama menunggu
siswa yang lain yang belum selesai. (2) Guru memberi materi secara singkat. (3)
Guru memberi materi dengan ceramah, yakni memberi catatan dan menjelaskan
hal-hal yang penting. (4) Guru memberi contoh dari bacaan dan memberi latihan
pada siswa dengan membuat karangan. (5) Siswa tidak termotivasi untuk aktif di
kelas, aktif hanya ketika ditanya oleh guru saja. (6) Karangan dikoreksi dan
dinilai secara individu oleh guru.
Berdasarkan kesimpulan hasil wawancara yang dilakukan pada beberapa
siswa tersebut, diketahui bahwa pembelajaran menulis karangan dianggap sangat
membosankan. Guru selalu menggunakan metode ceramah untuk menyampaikan
materi yang kemudian dilanjutkan dengan mencatat. Diakhir pembelajaran guru
memberikan tugas menulis karangan sebagai evaluasi, dan saat tersebutlah yang
paling membosankan. Siswa dibiarkan menunggu lama ketika sudah selesai
mengarang dan teman yang lain belum selesai. Hal ini membuat siswa sangat
jenuh dan bosan karena guru pun tidak memberikan kegiatan lain untuk mengisi
waktu sambil menunggu teman yang lain, yang akhirnya siswa hanya mengobrol
dengan teman semejanya dan membuat gaduh.
Kemudian dari hasil wawancara dengan guru Bahasa Indonesia di kelas
X AP 2, yakni Dra. Sri Sumaryamti, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: (1)
Menurut pendapat guru pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan yang ingin di
capai. (2) Skenario pembelajaran dibuat hanya garis besarnya saja. (3) Materi
diberikan dengan ceramah. (4) Contoh diberikan melalui bacaan, serta latihan
diberikan dengan penugasan pada siswa. (5) Siswa tidak terlalu aktif dalam
pembelajaran karena berasal dari siswa dengan nilai rendah di SMP nya dan tidak
diterima di sekolah negeri. (6) Pekerjaan siswa dikoreksi dan dinilai guru secara
individu. Dari kesimpulan hasil wawancara yang dilakukan dengan guru, dapat
diketahui bahwa pembelajaran tersebut masih sangat konvensional, guru masih
sangat dominan di dalam kelas, dan siswa tidak dapat berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran.
56
Berikut ini adalah tabel nilai hasil pembelajaran menulis siswa pada
prasiklus:
Tabel 3. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus
SkorNo Nama
Isi Organi
-sasi isi
Kosa
kata
Struk-tur
kali-mat
ejaan Total
1
2
3
4
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
18
18
20
21
21
18
20
18
18
21
18
22
22
18
17
21
21
18
17
18
17
18
11
14
11
14
13
11
13
11
11
13
13
14
15
12
11
13
13
12
14
13
11
11
12
12
11
13
12
11
11
11
12
14
11
11
12
11
11
11
13
12
11
12
11
11
11
12
12
12
13
11
12
11
12
13
12
16
14
12
11
13
16
12
12
13
12
12
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
55
60
58
63
62
55
59
54
57
64
58
67
67
56
53
62
67
57
57
59
54
55
Nilai rata-rata 19,09 12,5 11,68 12,45 3,31 59,04
57
Berdasarkan tabel 3 tersebut diperoleh informasi bahwa pretes yang
dilakukan pada saat survei awal prasiklus, diketahui bahwa kemampuan menulis
karangan pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta masih tergolong
rendah. Hal itu dapat dilihat dari nilai rata-rata karangan siswa yang baru
mencapai skor 59,04 yang berarti belum mencapai KKM yang ditentukan oleh
guru dan peneliti sebesar 65.
Proses penilaian hasil pembelajaran menulis karangan tersebut
didasarkan pada pedoman penilaian menulis yang diadaptasi dari Burhan
Nurgiyantoro. Selain dengan tabel, nilai hasil pembelajaran juga dapat
digambarkan dengan grafik. Berikut ini adalah grafik batang nilai hasil
pembelajaran pada prasiklus:
Gambar 5. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran pada Prasiklus
Keterangan:
1 – 22 : Nomor urut siswa
0 – 80 : Rentangan nilai
Berdasarkan grafik pada gambar 5 di atas dapat diperoleh informasi
mengenai sebaran nilai yang diperoleh siswa. Semakin tinggi garis/batang yang
mewakili nilai siswa maka semakin tinggi pula nilai yang diperoleh siswa. Grafik
58
tersebut ditampilkan untuk menggambarkan lebih lanjut perolehan nilai siswa
berdasarkan data dari tabel 3.
Berdasarkan hasil evaluasi menulis karangan, serta berdasarkan observasi
dan wawancara, baik dengan guru maupun siswa, dapat direfleksi bahwa beberapa
faktor yang menjadikan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis karangan
pada siswa rendah adalah sebagai berikut:
1. Siswa kurang tertarik pada pembelajaran menulis karangan.
Dari observasi yang dilakukan peneliti, siswa kurang tertarik dengan
pembelajaran menulis karangan karena mereka menganggap bahwa
mengarang merupakan pembelajaran yang tidak terlalu penting. Siswa
menganggap bahwa mengarang merupakan pelajaran untuk anak SD,
sedangkan mereka adalah siswa SMK yang bukan seperti anak SD lagi.
Ketidaktertarikan tersebut terlihat dari hasil penilaian proses pembelajaran
yang menunjukkan siswa masih kurang aktif, perhatian dan konsentrasinya
masih sedang, serta minat dan motivasinya juga masih tergolong sedang.
Selain itu, ketidaktertarikan siswa pada kegiatan mengarang juga terlihat pada
beberapa hasil karangan siswa yang dikerjakan hanya asal-asalan sehingga
hasilnya tidak maksimal.
2. Siswa kesulitan dalam mengungkapkan dan mengorganisasikan gagasan.
Berdasarkan hasil pekerjaan siswa menunjukkan bahwa sebagian
besar siswa belum mampu mengorganisasikan gagasan secara baik. Hal ini
terlihat pada karangan siswa yang sebagian besar pengungkapan gagasannya
kurang lancar, gagasan yang dikemukakan masih kacau, kurang terorganisasi,
tidak runtut, dan bahkan beberapa gagasan hanya diulang-ulang sehingga
karangannya belum kohesif dan koherensif. Hal ini terlihat dari hasil nilai
karangan siswa pada aspek organisasi isi saat prasiklus yang baru mencapai
skor 12,5. Skor tersebut baru masuk dalam kategori sedang-cukup (model
penilaian Burhan Nurgiyantoro) dan masih perlu ditingkatkan.
59
3. Siswa kesulitan dalam pemilihan kata dan penyusunannya dalam sebuah
kalimat.
Berdasarkan hasil perolehan nilai pada aspek kosakata dan struktur
kalimat, siswa masih tergolong dalam pencapain kriteria sedang-cukup, yakni
skor antara 10-13 untuk kosakata dan 11-17 untuk struktur kalimat. Dari
koreksi oleh guru bersama peneliti, sebagaian besar siswa belum
menggunakan kosakata yang bervariasi. Dalam hal ini, penguasaan yang
dimiliki siswa masih terbatas, seperti mengulang-ulang kata yang sama.
Selain itu, penyusunan struktur kalimatnya pun masih kacau. Contoh
penulisan kata dan struktur kalimat yang kurang tepat misalnya pada
penggalan paragraf dari karangan siswa berikut ini: “Saat bis yang kami naiki
itu, di tengah perjalanan sempat-sempat mogok, karena bis yang kami naiki
itu tidak kuat untuk naik di jalan yang sangat tinggi” pemilihan kata bis, naiki
itu, sempat-sempat, tidak kuat untuk naik, serta di jalan yang sangat tinggi,
dalam kalimat tersebut terlihat sangat rancu dan masih terpengaruh unsur
bahasa jawa. Pemilihan kata yang lebih tepatnya misalnya bis diganti bus,
naiki itu diganti tumpangi, sempat-sempat diganti sempat, tidak kuat untuk
naik diganti tidak mampu berjalan, serta di jalan yang sangat tinggi diganti di
jalan yang menanjak.
4. Siswa belum mampu menggunakan ejaan serta tanda baca yang tepat.
Berdasarkan hasil karangan siswa diketahui bahwa masih banyak
terdapat kesalahan ejaan dan tanda baca. Siswa masih kesulitan dalam
penulisan huruf kapital, pemakain tanda titik, pemakaian tanda koma,
penulisan kata depan, serta penulisan singkatan. Sebagian besar siswa masih
menggunakan banyak singkatan kata dalam karangannya, misalnya penulisan
“yang” ditulis “yg”, “tetapi” ditulis “tp”, “tidak ditulis “tdk”, “telah” ditulis
“tlah” dan lain sebagainya.
5. Guru belum menemukan metode yang tepat untuk mengajarkan menulis
karangan pada siswa.
Dalam mengajarkan menulis karangan pada siswa selama ini guru
cenderung menggunakan metode konvensional, yaitu dengan ceramah. Pada
60
awal kegiatan pembelajaran, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan
guru tentang langkah-langkah menyusun karangan, setelah itu siswa diminta
untuk mengarang dan hasilnya dikumpulkan kemudian dinilai oleh guru.
Pembelajaran seperti ini membuat siswa menjadi pasif, akan tetapi guru pun
masih bingung menentukan metode pembelajaran menulis karangan yang
mampu mengaktifkan siswa.
Berdasarkan analisis dan refleksi di atas, peneliti dan guru merasa sangat
perlu untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran serta kualitas hasil
pembelajaran menulis karangan pada siswa. Untuk itulah peneliti berdiskusi
dengan guru untuk merencanakan langkah selanjutnya. Peneliti dan guru sepakat
untuk melaksanakan tindakan siklus I pada hari Selasa, tanggal 27 Januari 2009.
B. PELAKSANAAN TINDAKAN DAN HASIL PENELITIAN
Bertolak dari hasil analisis dan refleksi peneliti pada saat survei awal
serta wawancara dengan guru dan siswa, tindakan perlu dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran menulis karangan.
Tindakan tersebut dilakukan dalam bentuk siklus. Setiap siklus terdiri dari empat
tahapan yang berkesinambungan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi.
1. Siklus I
a. Perencanaan Tindakan
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 24 Januari 2009 di SMK
Murni 2 Surakarta. Pada kesempatan tersebut peneliti berdiskusi dengan guru
tentang beberapa hal yang akan dilakukan pada siklus I. Hal-hal yang
didiskusikan antara lain: (1) peneliti menyamakan persepsi dengan guru mengenai
penelitian yang akan dilakukan, (2) peneliti mengusulkan diterapkannya teknik
koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan serta menjelaskan
cara penerapannya, (3) peneliti dan guru bersama-sama menyusun RPP untuk
siklus I, (4) peneliti dan guru bersama-sama merumuskan indikator pencapaian
tujuan, (5) guru dan peneliti bersama-sama membuat lembar penilaian siswa, yaitu
instrumen penelitian berupa tes dan nontes. Instrumen tes digunakan untuk
61
menilai hasil karangan siswa. Instrumen nontes ini berbentuk pedoman observasi
dan digunakan untuk menilai proses pembelajaran menulis karangan, (6)
menentukan jadwal pelaksanaan tindakan.
Dalam perencanaan tindakan ini disepakati bahwa siklus I akan
dilaksanakan sebanyak 2 kali pertemuan. Setiap pertemuan mempunyai alokasi
waktu 2 x 45 menit (2 jam pelajaran), yakni pada hari Selasa, 27 Januari 2009 dan
hari Selasa, 3 Februari 2009.
Adapun skenario yang direncanakan dalam siklus I adalah sebagai
berikut: (1) Guru memberikan apersepsi dengan menggali pengetahuan siswa
berkaitan dengan materi menulis karangan, yang pada siklus I ini ditentukan
mengenai menulis karangan narasi; (2) Guru memberikan materi berkaitan dengan
menulis karangan narasi, baik dari pengertiannya, sistematika penulisan, maupun
hal-hal yang berkaitan dengan menulis karangan narasi; (3) Guru memberikan
materi berupa pedoman pengoreksian yang telah disiapkan sebelumnya; (4) Guru
menugasi siswa untuk mencoba menganalisis dan mengoreksi kesalahan dari
contoh karangan yang telah disiapkan oleh guru; (5) Guru melakukan tanya jawab
dengan siswa berkaitan dengan proses pengoreksian yang telah dilakukan; (6)
Guru menugasi siswa untuk menulis karangan jenis narasi pada kertas yang telah
disediakan dan dikumpulkan; (7) Guru melakukan refleksi atas pembelajaran yang
telah dilakukan kemudian menutup pelajaran.
Sedangkan skenario pada pertemuan kedua adalah sebagai berikut: (1)
Guru memberikan apersepsi berkaitan dengan materi menulis karangan narasi;
(2) Guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus dikoreksi oleh
siswa, yaitu berkaitan dengan isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa,
dan mekanik; (3) Guru membagikan karangan siswa yang pada pertemuan
sebelumnya sudah dikumpulkan kemudian siswa diminta menukarkan
karangannya tersebut dengan temannya; (4) Di bawah bimbingan guru, masing-
masing siswa melakukan koreksi terhadap tulisan temannya berdasarkan aspek-
aspek yang telah ditentukan serta pedoman pengoreksian yang telah diberikan; (5)
Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan-kesulitan yang
dialami selama melakukan koreksi; (6) Guru meminta siswa untuk
62
mengembalikan karangan yang dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan; (7)
Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan yang baik dan
benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan
mekaniknya; (8) Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan
menulis ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam karangan
kemudian dikumpulkan; (9) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan; (10) Guru menutup pelajaran.
b. Pelaksanaan Siklus I
Pelaksanaan siklus I pada pertemuan pertama dilaksanakan pada hari
Selasa, 27 Januari 2009 selama dua jam pelajaran (2 x 45 menit) diruang kelas X
Administrasi Perkantoran 2 SMK Murni 2 Surakarta. Dalam hal ini, guru
bertindak sebagai pemimpin jalannya kegiatan pembelajaran, sedangkan peneliti
melakukan observasi terhadap proses pembelajaran. Peneliti bertindak sebagai
partisipan pasif dengan duduk di kursi belakang untuk mengamati jalannya
pembelajaran.
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis
karangan pada siklus I pertemuan pertama adalah sebagai berikut: (1) guru
membuka pelajaran dengan mengucap salam; (2) guru mengondisikan kelas
dengan mengabsen siswa; (3) guru melakukan apersepsi mengenai pengalaman
siswa dalam mengarang, apersepsi ini dikaitkan juga dengan pembelajaran
menulis karangan pada saat prasiklus; (4) guru memberikan materi menulis
karangan narasi dan langkah-langkah dalam teknik koreksi teman sebaya; (5)
siswa diminta berlatih mengoreksi karangan yang telah disiapkan oleh guru; (6)
guru menugasi siswa untuk menulis karangan narasi kemudian dikumpulkan.
Kegiatan siswa yang dilakukan di kelas setelah mendengarkan penjelasan
guru adalah melakukan latihan koreksi dengan karangan yang sudah disiapkan,
kemudian siswa diminta menulis karangan. Dalam menulis karangan, siswa diberi
kebebasan untuk memilih topik atau tema, yang terpenting karangan tersebut
merupakan karangan jenis narasi. Setelah siswa selesai menulis karangan
63
kemudian dikumpulkan pada guru, dan pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan
berikutnya yakni hari Selasa, 3 Februari 2009.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan
kedua adalah: (1) guru membuka pembelajaran dengan mengucap salam; (2) guru
mengondisikan kelas dengan melakukan absen siswa; (3) guru melakukan
apersepsi melalui kegiatan tanya jawab serta menjelaskan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan, yakni koreksi teman sebaya; (4) guru membagikan karangan
yang dikumpulkan pada minggu lalu; (5) siswa diminta menukarkan karangannya
tersebut, secara teknis karangan ditukarkan dengan diputar berjalan sebanyak lima
kali hitungan ke kanan; (6) di bawah bimbingan guru, siswa mengoreksi karangan
temannya; (7) guru melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan
kesulitan dalam pengoreksian; (8) guru meminta siswa untuk mengembalikan
karangannya pada siswa yang bersangkutan; (9) Guru memberikan penegasan
kembali tentang penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi,
organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; (10) Guru
menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta
menambahkan hal-hal yang dianggap kurang dalam karangan kemudian
dikumpulkan; (11) Guru dan siswa melakukan refleksi terhadap proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan; (12) guru menutup pelajaran.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis karangan dengan
teknik koreksi teman sebaya berlangsung pada hari Selasa, 27 Januari 2009 dan 3
Februari 2009 pukul 07.45 – 09.15 WIB (jam ke-2 dan ke-3). Observasi
difokuskan pada situasi pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan
guru, serta aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam observasi ini, peneliti
menggunakan pedoman observasi sebagaimana terlampir. Pada saat observasi,
peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku belakang, sesekali
peneliti berada di samping kelas untuk mengambil gambar.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh
gambaran tentang jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan dengan
64
teknik koreksi teman sebaya yakni, saat masuk kelas guru membuka pembelajaran
dengan mengucapkan salam setelah seluruh siswa tenang. Selanjutnya guru
menanyakan siswa yang tidak masuk, mengabsen kehadiran siswa satu per satu
serta mengisi buku presensi siswa. Kelas sedikit ramai meskipun tidak terlalu
gaduh karena beberapa siswa masih ada yang mengobrol dengan teman
semejanya.
Setelah itu, guru memberikan apersepsi tentang pembelajaran menulis
karangan jenis narasi. Selain itu guru juga mengevaluasi hasil karangan minggu
lalu yang telah dinilai. Dalam evaluasi tersebut guru menyatakan bahwa masih
banyak hal yang harus diperbaiki dalam karangan siswa, baik dari isi, organisasi,
kosakata, pengembangan bahasa, maupun mekaniknya. Pada awalnya siswa
terlihat asing dan kurang paham dengan yang dimaksudkan guru, akan tetapi guru
kemudian menjelaskannya secara lebih menyeluruh. Pejelasan tersebut misalnya,
pengembangan bahasa berkaitan dengan struktur maupun penyusunan kalimatnya,
serta ejaan berkaitan dengan aspek mekaniknya. Setelah itu guru menjelaskan
tentang penerapan teknik koreksi teman sebaya yang akan dilaksanakan dalam
pembelajaran menulis karangan dan siswa tampak sangat paham.
Selanjutnya, guru menyampaikan materi tentang menulis karangan narasi
serta pedoman pengoreksian dalam sebuah karangan. Pedoman pengoreksian ini
diberikan dalam bentuk lembar fotokopian yang sudah disiapkan guru
sebelumnya. Sambil mendengarkan penjelasan guru dan mencermati pedoman
pengoreksian, siswa diminta mengevaluasi sendiri karangannya dari pembelajaran
prasiklus pada minggu lalu. Meskipun karangan tersebut sudah dikoreksi dan
dinilai guru akan tetapi siswa diminta mencermati kesalahan-kesalahannya yang
telah ditunjukkan oleh guru dengan coretan maupun lingkaran pada bagian yang
salah. Dari kegiatan tersebut banyak siswa yang merasa malu karena sadar bahwa
kerangannya terdapat banyak kesalahan.
Kemudian, guru meminta siswa membuat karangan jenis narasi dengan
tema bebas pada lembar kertas yang telah disediakan guru, akan tetapi karangan
ini harus beda dengan karangan pada kegiatan prasiklus minggu lalu. Pada
kegiatan ini siswa sangat antusias dan konsentrasi dalam menulis karangan,
65
sambil membaca kembali karangannya minggu lalu dan memperbaiki kesalahan-
kesalahannya. Ada beberapa siswa yang membuat sedikit gaduh dengan saling
melempar tipe-x pada temannya, beberapa juga berbisik-bisik mengobrol dengan
teman semejanya. Kegaduhan tersebut hanya terjadi sebentar, siswa kemudian
tampak menikmati kegiatan mengarangnya hingga kelas sangat tenang dan
tampak sepi. Setelah sekitar 30 menit berlalu, siswa mulai gaduh lagi, mereka
mengobrol dengan teman semejanya, kemudian guru menegur dan mereka mulai
tenang. Saat guru menanyakan hasil karangannya, beberapa siswa sudah
menyatakan selesai, kemudian guru memintannya untuk dibaca dan dicermati lagi
yang kemudian dikumpulkan.
Siswa yang sudah mengumpulkan karangannya diminta menunggu
temannya yang belum selesai. Pada kegiatan ini, beberapa siswa yang sudah
selesai cenderung sibuk dengan aktivitasnya sendiri, mengobrol dengan teman
semejanya atau bahkan tidur-tiduran dengan meletakkan kepalanya di atas meja.
Hal seperti ini membuat suasana kelas tidak terlalu kondusif bahkan mengganggu
siswa lain yang belum selesai dengan karangannya.
Setelah semua selesai, guru memberikan refleksi atas pembelajaran yang
telah dilaksanakan. Pada kegiatan ini guru melakukan sedikit tanya jawab dengan
siswa kemudian memberikan penegasan kembali atas materi yang telah
disampaikan. Kemudian guru memberi sedikit gambaran tentang pembelajaran
minggu depan, yakni mengoreksi hasil karangan dengan teknik koreksi teman
sebaya, kemudian guru menutup pelajaran.
Pada pertemuan kedua, gambaran pelaksanaannya adalah sebagai berikut,
guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran
siswa. Guru memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang akan
dilaksanakan, yakni mengoreksi karangan yang telah ditulis pada minggu lalu.
Pada kegiatan ini, guru juga menjelaskan kembali tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam pengoreksian, misalnya dalam pemakain ejaan, pemakaian
tanda baca, penulisan singkatan dan pemakaiannya, pemilihan kata, kejelasan isi
serta penyusunan kalimatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut tentunya
berkaitan dengan lima aspek penilaian yang ditonjolkan dalam sebuah karangan,
66
yang meliputi isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, serta mekanik.
Pada kegiatan tersebut siswa mendengarkan penjelasan guru dengan sangat
antusias. Hal ini terlihat dari suasana kelas yang hening karena seluruh siswa
memperhatikan poin-poin yang ditekankan guru dalam mengoreksi karangan.
Setelah penjelasan dirasa cukup, guru membagikan karangan siswa yang
telah dikumpulkan pada minggu lalu. Karangan tersebut tidak dikoreksi oleh guru,
akan tetapi pada saat memanggil setiap siswa, guru memberi sedikit komentar
dengan hasil karangan siswa. Misalnya guru mengomentari panjang karangan
yang masih kurang, penulisannya yang kurang rapi, acak-acakan, banyak tipe-x,
dan sebagainya. Hal ini dilakukan guru untuk memberi penjelasan lebih konkrit
dari hal-hal yang perlu dikoreksi sekaligus memberi contoh pada siswa agar
nantinya saat mengoreksi karangan temannya lebih cermat.
Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menukarkan karangannya dengan
diputar ke kanan sebanyak lima kali hitungan. Seluruh siswa sangat paham
kemudian melakukannya atas arahan guru. Setelah itu, siswa mengoreksi
karangan temannya. Pada kegiatan ini siswa terlihat sangat antusias mengoreksi,
mereka terlihat semangat dapat menyalahkan kemudian membetulkan pekerjaan
temannya. Ada beberapa siswa yang secara bersama-sama mengoreksi dengan
saling membantu. Hal ini memang sedikit membuat gaduh karena mereka
berbisik-bisik akan tetapi itu tidak mengganggu proses pembelajaran.
Setelah koreksi selesai, guru meminta siswa untuk mengembalikan
karangan tersebut pada siswa yang bersangkutan. Setelah siswa menerima hasil
karangannya masing-masing yang telah dikoreksi temannya, siswa diminta
mencermati kembali karangan tersebut. Kegiatan selanjutnya, siswa diminta
memperbaiki karangan yang telah dikoreksi. Karangan tersebut diperbaiki dan
ditulis ulang pada lembar kertas yang masih kosong yang telah disediakan guru.
Hasil karangan yang telah diperbaiki tersebut yang nantinya akan dinilai dan
menjadi hasil dari siklus I. Kemudian, setelah siswa selesai memperbaiki
karangannya, guru meminta siswa mengumpulkan karangan tersebut. Selanjutnya
guru memberi penegasan kembali tentang materi yang telah dijelaskan
sebelumnya, kemudian guru menutup pelajaran.
67
d. Analisis dan Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti pada siklus I
dapat dianalisis bahwa, keaktifan siswa dalam pembelajaran belum maksimal,
nilai rata-ratanya baru mencapai skor 3,05 (cukup). Untuk lebih jelasnya, berikut
ini adalah tabel hasil penilaian proses pembelajaran pada siklus I.
Tabel 4. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I
Nilai
No Nama Siswa A* B* C* Total Kriteria**
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
2
3
3
3
3
4
2
3
2
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
3
4
3
4
2
3
2
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
6
9
9
10
9
11
7
9
6
9
11
12
12
9
9
9
9
10
9
11
9
9
Sedang
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Sedang
Cukup
Sedang
Cukup
Baik
Baik
Baik
Cukup
Cukup
Cukup
Cukup
Baik
Cukup
Baik
Cukup
Cukup
Rata-rata 3,05 3,09 3,14 9,27
68
*Keterangan:
A : Keaktifan siswa selama pembelajaran
Untuk menilai poin A peneliti menggunakan pedoman penilaian yang
dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang
mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam
setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria
tersebut adalah: (1) Mengajukan pertanyaan; (2) Mengungkapkan
pendapat; (3) Menjawab pertanyaan guru; (4) Memperhatikan pertanyaan
orang lain; (5) Menanggapi pertanyaan.
B : Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran
Untuk menilai poin B peneliti menggunakan pedoman penilaian yang
dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang
mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam
setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria
tersebut adalah: (1) Memperhatikan penjelasan guru; (2) Mencatat
penjelasan guru; (3) Mempelajari kembali materi yang diberikan; (4)
Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas; (5) Tidak mengobrol
dengan teman lain.
C : Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk menilai poin C peneliti menggunakan pedoman penilaian yang
dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang
mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam
setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria
tersebut adalah: (1) Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu; (2)
Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan; (3) Mengerjakan
tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asal-asalan; (4) Tidak
bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, meletakkan kepala di
atas meja, dan lain-lain; (5) Tidak mengucapkan keluhan saat
pembelajaran.
69
**Kriteria nilai pernyataan
1,00 – 1,99 : kurang
2,00 – 2,99 : sedang
3,00 – 3,99 : cukup
4,00 – 4,99 : baik
5,00 : sangat baik
**Kriteria nilai total
1,00 – 3,99 : kurang
4,00 – 6,99 : sedang
7,00 – 9,99 : cukup
10,00 – 12,99 : baik
13,00 – 15,00 : sangat baik
Berdasarkan pengamatan peneliti diperoleh informasi bahwa, guru masih
mendominasi kegiatan pembelajaran sehingga siswa hanya memiliki kesempatan
terbatas untuk ikut aktif dalam pembelajaran. Dominasi guru misalnya
ditunjukkan saat guru memberi materi di depan kelas. Guru secara jelas
memberikan materi dan menjelaskannya, akan tetapi siswa tidak dilibatkan untuk
berpendapat. Berikut ini digambarkan grafik nilai proses pembelajaran yang
didasarkan dari data prasiklus dan siklus I.
Gambar 6. Grafik Nilai Proses Pembelajaran pada Prasiklus dan Siklus I
Keterangan:
1 – 22 : Nomor urut siswa
0 – 14 : Rentangan nilai
70
Berdasarkan grafik pada gambar 6 yang menggambarkan perbandingan
nilai proses pembelajaran pada prasiklus dan siklus I menunjukkan bahwa nilai
proses pembelajaran pada siklus I lebih baik daripada nilai proses pembelajaran
pada prasiklus. Hal ini terlihat pada garis/batang yang tergambar lebih tinggi pada
siklus I jika dibandingkan dengan garis/batang pada prasiklus.
Meskipun demikian, terlepas dari grafik tersebut selain keaktifan siswa
yang masih kurang, siswa juga masih kurang memperhatikan proses
pembelajaran. Dari hasil penilaian terhadap proses pembelajaran seperti yang
terdapat pada tabel 4, nilai perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran
baru mencapai skor 3,09. Meskipun termasuk dalam kategori cukup akan tetapi
hasil ini masih belum maksimal. Dari pengamatan peneliti, masih ada beberapa
siswa yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri saat guru menjelaskan materi. Hal
tersebut mengakibatkan guru sering menegur siswa di sela-sela memberi
penjelasan. Bahkan ketika guru menegur siswa yang sedang gaduh, itupun hanya
akan menenangkan siswa dalam beberapa saat. Ketika guru kembali menjelaskan
materi, tidak sedikit siswa yang kembali membuat gaduh.
Berkaitan dengan pengajar, guru belum mampu membangkitkan minat
dan semangat siswa dalam pembelajaran secara optimal. Hal ini terlihat dari hasil
penilaian minat dan motivasi siswa terhadap pembelajaran di kelas yang rata-
ratanya baru mencapai skor 3,14. Ketika siswa melakukan koreksi terhadap
tulisan temannya masih ada beberapa siswa yang kurang serius. Mereka justru
bermain-main sendiri dengan teman semejanya atau bahkan hanya bertopang dagu
dan tidur-tiduran dengan meletakkan kepalanya di atas meja. Melihat keadaan
tersebut pun guru tidak mampu berbuat banyak selain menegurnya, dan lebih
parahnya siswa tidak begitu takut dengan teguran guru.
Berkaitan dengan peserta didik, siswa sudah cukup mampu dalam
mengidentifikasi letak kesalahan yang terdapat dalam karangan temannya, hal ini
terlihat dari hasil koreksian siswa yang sudah maksimal dikoreksi. Karangan yang
berhasil dikoreksi dengan maksimal oleh siswa dapat diketahui dengan banyaknya
coretan pembetulan di dalamnya, baik dari aspek isi maupun ejaannya. Hanya saja
dari koreksian tersebut, beberapa siswa masih belum mampu membetulkannya.
71
Sehingga secara singkat dapat dinyatakan bahwa siswa sudah mampu mengoreksi
kesalahan temannya, akan tetapi belum maksimal dalam membetulkan kesalahan
tersebut. Mereka tahu jika karangan temannya ada beberapa kesalahan, hanya saja
masih ragu dan takut untuk membetulkannya. Sehingga masih banyak coretan
koreksi yang tanpa tulisan pembetulan.
Masih berkaitan dengan siswa, mereka merasa bosan dengan
pembelajaran dengan materi yang sama. Dari prasiklus hingga siklus I pertemuan
kedua yang jika dihitung terlaksana dalam tiga kali pertemuan selama tiga minggu
berturut-turut, materi yang disampaikan adalah menulis karangan narasi.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan siswa, mereka merasa bosan
dengan menulis narasi. Kebosanan tersebut tentunya dikhawatirkan akan
berpengaruh negatif terhadap kualitas pembelajaran selanjutnya, baik secara
proses maupun hasil. Dapat dikatakan demikian karena ketika siswa sudah merasa
mampu dan mengerti akan suatu materi yang diberikan guru, apabila materi
tersebut masih terus diberikan maka mereka akan segan untuk memperhatikan
lagi. Lebih parahnya lagi, siswa dapat bertindak acuh tak acuh dengan penjelasan
guru. Untuk itu, agar terhindar dari kebosanan siswa yang nantinya akan
berpengaruh terhadap hasil pembelajaran, maka perlu dilakukan pembenahan
kembali mengenai materi menulis karangan yang akan disampaikan.
Selain itu secara kualitas, siswa masih belum mampu menulis karangan
dengan baik. Meskipun telah dikoreksi antar teman dan diperbaiki, dari hasil nilai
yang diperoleh masih ada beberapa siswa yang belum mencapai KKM sebesar 65.
Adapun dari hasil nilai karangan siswa pada siklus I, diketahui bahwa terjadi
peningkatan kemampuan menulis siswa. Skor dalam tiap aspek karangan
mengalami peningkatan. Hal ini ditandai dengan meningkatnya sejumlah indikator
dalam aspek penulisan karangan yang meliputi isi, organisasi isi, kosakata,
struktur kalimat, serta ejaan.
Untuk lebih jelasnya, berikut adalah tabel nilai hasil pembelajaran
menulis karangan siswa pada siklus I.
72
Tabel 5. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I
SkorNo Nama
Isi Organi
-sasi isi
Kosa
kata
Struktur
kalimat
Ejaan Total
1
2
3
4
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
18
21
22
21
19
23
18
18
18
21
23
23
22
18
17
22
22
21
18
21
19
20
13
15
15
15
14
14
14
14
13
15
15
15
16
14
14
13
16
13
15
15
14
14
13
15
15
14
14
15
14
14
13
15
15
15
16
14
13
13
16
13
15
15
14
14
13
14
13
15
13
16
14
13
13
14
15
16
15
14
13
13
16
18
14
19
14
13
4
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
61
69
69
69
63
72
63
62
60
69
72
73
73
64
61
64
74
74
66
74
64
65
Nilai rata-rata 20,22 14,41 14,36 14,50 3,72 67,31
73
Dibandingkan dengan nilai karangan siswa pada saat prasiklus, nilai rata-
rata kelas pada siklus I meningkat sebesar 8,27 poin, yakni dari skor 59,04
menjadi 67,31. Dari kenaikan nilai rata-rata tersebut juga mempengaruhi nilai
rata-rata tiap aspeknya. Dari aspek isi yang pada prasiklus nilai rata-ratanya baru
mencapai skor 19,09 pada siklus I ini mencapai skor 20,22. Aspek organisasi isi
dari skor 12,5 pada prasiklus menjadi 14,41. Aspek kosakata pada prasiklus
mencapai skor 11,68 kemudian menjadi 14,36 pada siklus I. Aspek
pengembangan bahasa, yang tercakup dalam struktur kalimat mencapai skor 12,45
kemudian naik menjadi 14,50 pada siklus I. Begitu juga dengan penguasaan
mekanik yang tercakup dalam aspek ejaan yang juga naik, yakni dari skor 3,31
pada prasiklus menjadi 3,72 pada siklus I. Dalam aspek ejaan ini meskipun masih
pada level nilai 3 dan masuk dalam kriteria sedang-cukup seperti pada prasiklus,
akan tetapi paling tidak sudah mengalami peningkatan nilai rata-ratanya. Dalam
hal ini berarti menunjukkan bahwa ada peningkatan kualitas hasil pembelajaran
dari aspek ejaan meskipun tidak signifikan. Berikut ini adalah grafik perolehan
nilai hasil pembelajaran pada siklus I dibandingkan dengan nilai hasil
pembelajaran pada prasiklus.
Gambar 7. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran pada Prasiklus dan Siklus I
Keterangan:
1 – 22 : Nomor urut siswa
0 – 80 : Rentangan nilai
74
berdasarkan grafik tersebut dapat dilihat dengan jelas bahwa terjadi
peningkatan nilai hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa. Dengan
demikian, siklus I ini dapat dikatakan berhasil, akan tetapi belum mencapai hasil
maksimal sesuai yang direncanakan dalam indikator keberhasilan. Peningkatan
memang terjadi pada beberapa indikator yang telah ditentukan, akan tetapi dari
nilai karangan siswa masih ada 9 siswa yang belum mencapai KKM yang telah
ditentukan guru bersama peneliti sebesar 65. Oleh karena itu, siklus II sebagai
perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran pada siklus I perlu dilaksanakan.
Berdasarkan analisis tersebut, berikut ini dikemukakan refleksi dari
kekurangan yang ditemukan baik bagi guru maupun bagi siswa. Bagi guru untuk
direfleksi dapat dinyatakan bahwa: (1) Untuk mendorong siswa agar lebih aktif
dalam pembelajaran maupun saat melakukan koreksi, guru hendaknya
memberikan motivasi, pengarahan serta penjelasan bahwa penilaian pembelajaran
tidak hanya dari hasil, akan tetapi juga dari keaktifan saat proses pembelajaran;
(2) Guru perlu memperbaiki cara mengajar yang diterapkan. Hal ini perlu
dilakukan untuk menjadikan siswa yang tidak memperhatikan menjadi lebih
memperhatikan. Pada awalnya guru hanya menegurnya disela-sela menjelaskan
materi, sebaiknya guru menegurnya dengan memberikan pertanyaan sehingga
akan lebih mengena pada siswa.
Selanjutnya, (3) Guru memberikan lebih banyak latihan pada siswa
mengenai pembetulan kesalahan dalam koreksi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak
hanya mampu menyalahkan, akan tetapi juga mampu membetulkan.; (4) Guru
memberikan materi menulis karangan yang berbeda dari jenis narasi. Hal ini
dilakukan agar siswa tidak merasa bosan karena beberapa pertemuan berturut-
turut membahas materi yang sama. Selain itu, berkaitan dengan indikator
pembelajaran dalam silabus juga mencakup tiga jenis karangan yang harus
dikuasai yakni narasi, deskripsi, serta eksposisi. Dengan demikian langkah ini
tidak menyimpang dari silabus pembelajaran; serta (5) Untuk lebih
memaksimalkan kemampuan siswa dalam mengarang, guru hendaknya lebih
menegaskan kembali pokok-pokok penilaian dalam sebuah karangan. Dengan
75
demikian nilai karangan siswa akan lebih baik atau paling tidak mencapai batas
minimal ketuntasan sebesar 65.
Refleksi bagi siswa dapat dinyatakan: (1) Siswa diharapkan lebih aktif
dalam pembelajaran, terutama saat kegiatan koreksi teman sebaya: (2) Siswa
diharapkan lebih memperhatikan dan sungguh-sungguh dalam melakukan koreksi,
serta tidak melakukan aktivitas sendiri diluar kegiatan pembelajaran; dan (3)
Siswa diharapkan mampu memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri sehingga
akan timbul rasa senang mengikuti pembelajaran. Motivasi yang muncul dari
dalam diri siswa akan mendorong siswa untuk tidak lagi berpikir bahwa belajar
adalah kewajiban melainkan kebutuhan bagi dirinya sendiri.
Berdasarkan hasil siklus I yang belum maksimal, diperlukan adanya
perbaikan pembelajaran dalam siklus II. Perbaikan ini dilakukan untuk mengatasi
kekurangan-kekurangan yang terjadi pada siklus I. Selanjutnya untuk pelaksanaan
siklus II disetujui oleh guru setelah peneliti mengajukan hasil analisis dan refleksi
siklus I. Siklus II direncanakan akan dilaksanakan pada tanggal 10 Februari 2009
dan 17 Februari 2009.
2. Deskripsi Siklus II
a. Perencanaan Tindakan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I disepakati bahwa siklus II perlu
dilaksanakan. Persiapan dan perencanaan siklus dilakukan pada hari Jumat, 6
Februari 2009 di ruang guru SMK Murni 2 Surakarta. Dalam kesempatan ini,
peneliti kembali menyampaikan hasil observasi dan refleksi terhadap
pembelajaran menulis karangan yang dilaksanakan pada siklus I. Pada guru yang
bersangkutan disampaikan segala kelebihan dan kekurangan proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan.
Untuk mengatasi beberapa kekurangan pada pelaksanaan siklus I,
akhirnya disepakati hal-hal yang sebaiknya dilakukan guru dalam pembelajaran
menulis karangan. Guru memberikan motivasi kepada siswa agar lebih aktif
dalam pembelajaran, guru perlu memperbaiki teknik mengajar yang diterapkan,
76
serta guru lebih banyak memberikan latihan dalam pengoreksian. Kemudian untuk
mengatasi kebosanan siswa terhadap materi yang sama, guru memberikan materi
menulis karangan dengan jenis yang lain (deskripsi), dan memberikan penegasan
tentang pokok-pokok penilaian dalam karangan.
Adapun urutan kegiatan yang direncanakan dalam siklus II sebagai
berikut. Pada pertemuan pertama meliputi: (1) Guru mengondisikan kelas; (2)
Guru menjelaskan hasil refleksi karangan siswa pada siklus I; (3) Guru
menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis karangan pada siklus I;
(4) Guru menyampaikan materi menulis karangan deskripsi dan langkah-langkah
pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya seperti pada
siklus I; (5) Guru memberikan latihan pada siswa untuk mengoreksi karangan
yang telah disiapkan; (6) Guru menegaskan pokok-pokok penilaian dalam sebuah
karangan; (7) Guru menugaskan siswa untuk menulis karangan deskripsi dengan
tema bebas pada lembar kertas yang telah disediakan; (8) Guru melakukan refleksi
atas pembelajaran yang telah dilakukan kemudian menutup pelajaran.
Kemudian rencana kegiatan pada pertemuan kedua meliputi: (1) Guru
memberikan apersepsi berkaitan dengan materi menulis karangan deskripsi; (2)
Guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus dikoreksi oleh siswa,
yaitu berkaitan dengan isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, dan
mekanik; (3) Guru membagikan karangan siswa yang pada pertemuan sebelumnya
sudah dikumpulkan kemudian siswa diminta menukarkan karangannya tersebut
dengan temannya; (4) Di bawah bimbingan guru, masing-masing siswa
melakukan koreksi terhadap tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang telah
ditentukan serta pedoman pengoreksian yang telah diberikan; (5) Guru melakukan
tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan-kesulitan yang dialami selama
melakukan koreksi; (6) Guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan yang
dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan; (7) Guru memberikan penegasan
kembali tentang penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi,
organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekaniknya; (8) Guru menugasi
siswa untuk memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta menambahkan
hal-hal yang dianggap kurang dalam karangan kemudian dikumpulkan; (9) Guru
77
dan siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah
dilaksanakan; (10) Guru menutup pelajaran.
Setelah itu disepakati bahwa rencana tindakan pada siklus II ini akan
dilaksanakan pada hari Selasa, tanggal 10 dan 17 Februari 2009.
b. Pelaksanaan Siklus II
Seperti yang telah direncanakan, siklus II dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan, yaitu hari Selasa tanggal 10 Februari 2009 dan 17 Februari 2009.
Pelaksanaan tindakan dimulai pada pukul 07.45 WIB – 09.15 WIB.
Langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran menulis
karangan pada siklus II ini adalah: (1) guru membuka pelajaran dengan mengucap
salam; (2) guru mengondisikan kelas dengan mengabsen siswa; (3) guru
menjelaskan hasil refleksi karangan siswa pada siklus I; (4) guru menanyakan
kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengarang pada siklus I; (5) guru
memberikan penjelasan dan penegasan kembali mengenai kesulitan yang dialami
siswa dalam mengarang pada siklus I; (6) setelah refleksi hasil karangan pada
siklus I selesai, guru memberikan materi menulis karangan deskripsi dan langkah-
langkah dalam teknik koreksi teman sebaya seperti pada siklus I; (7) siswa
diminta berlatih mengoreksi karangan yang telah disiapkan oleh guru; (8) guru
menugasi siswa untuk menulis karangan deskripsi kemudian dikumpulkan.
Kegiatan siswa yang dilakukan di kelas setelah mendengarkan penjelasan
guru adalah melakukan latihan koreksi dengan karangan yang sudah disiapkan,
kemudian siswa diminta menulis karangan. Jenis karangan yang dibuat berbeda
dengan karangan yang dibuat pada siklus I, yakni karangan deskripsi. Hal ini
dilakukan untuk mengatasi kekurangan dari siklus I, yakni bahwa dari refleksi
siklus I siswa merasa bosan dengan materi menulis narasi. Selain itu, penguasaan
materi narasi oleh siswa yang terlihat dari hasil karangannya pada siklus I juga
sudah sesuai, hanya saja aspek-aspek kebahasaannya yang masih kurang. Untuk
itu, setelah dilakukan refleksi dari siklus I guru bersama peneliti sepakat untuk
memilih jenis tulisan deskripsi pada siklus II, dengan acuan bahwa dalam silabus,
siswa diharapkan mampu menguasai tiga jenis karangan yang meliputi narasi,
78
deskripsi, serta eksposisi. Dengan demikian, materi tersebut tidak menyimpang
dari silabus yang telah ditentukan. Setelah siswa selesai menulis karangan
kemudian dikumpulkan pada guru, dan pembelajaran dilanjutkan pada pertemuan
berikutnya yakni hari Selasa, 17 Februari 2009.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada pertemuan
kedua dalam pelaksanaan siklus II adalah: (1) guru membuka pembelajaran
dengan mengucap salam; (2) guru mengondisikan kelas dengan melakukan absen
siswa; (3) guru melakukan apersepsi melalui kegiatan tanya jawab serta
menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yakni koreksi teman
sebaya; (4) guru membagikan karangan yang dikumpulkan pada minggu lalu; (5)
siswa diminta menukarkan karangannya tersebut, secara teknis karangan
ditukarkan dengan diputar berjalan sebanyak lima kali hitungan ke kanan; (6) di
bawah bimbingan guru, siswa mengoreksi karangan temannya; (7) guru
melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan kesulitan dalam
pengoreksian; (8) guru meminta siswa untuk mengembalikan karangannya pada
siswa yang bersangkutan; (9) Guru memberikan penegasan kembali tentang
penulisan karangan yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata,
pengembangan bahasa, dan mekaniknya; (10) Guru menugasi siswa untuk
memperbaiki karangannya dengan menulis ulang serta menambahkan hal-hal
yang dianggap kurang dalam karangan kemudian dikumpulkan; (11) Guru dan
siswa melakukan refleksi terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan;
(12) guru menutup pelajaran.
Dalam tahap ini seperti pada siklus I, guru bertindak sebagai pemimpin
jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan di dalam kelas, sedangkan
peneliti hanya bertindak sebagai partisipan pasif yang memantau serta
mendokumentasikan kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Observasi dilaksanakan saat pembelajaran menulis karangan dengan
teknik koreksi teman sebaya berlangsung pada hari Selasa, 10 Februari 2009 dan
17 Februari 2009 pukul 07. 45 – 09.15 WIB. Observasi difokuskan pada situasi
79
pelaksanaan pembelajaran, kegiatan yang dilaksanakan guru, serta aktivitas siswa
dalam pembelajaran. Dalam observasi ini, peneliti menggunakan pedoman
observasi sebagaimana terlampir untuk menilai proses pembelajaran serta
membuat catatan lapangan.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh
gambaran jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan dengan teknik
koreksi teman sebaya sebagai berikut:
Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam setelah
seluruh siswa tenang. Selanjutnya guru menanyakan siswa yang tidak masuk,
mengabsen kehadiran siswa serta mengisi buku presensi siswa. Setelah itu, guru
memberikan hasil refleksi karangan siswa pada siklus I. Hasil perbaikan karangan
siswa yang sudah dinilai dikoreksi secara sekilas di depan kelas oleh guru. Guru
memanggil siswa satu persatu, hal ini dimaksudkan agar siswa lebih
memperhatikan penjelasan guru.
Selanjutnya, guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam
mengarang pada siklus I. Dalam kegiatan ini guru dan siswa bertanya jawab
tentang masalah-masalah yang membuat siswa kesulitan mengarang. Dari
kesulitan-kesulitan yang disampaikan siswa tersebut, guru memberikan solusi atau
pemecahan masalahnya. Pemberian solusi dengan menjelaskan kembali hal-hal
yang perlu diperhatikan dalam mengarang, misalnya pemilihan kata, penyusunan
kalimat, serta penulisan ejaan.
Setelah refleksi dari siklus I, sesuai dengan skenario pembelajaran yang
telah disepakati kemudian guru memberikan materi menulis karangan jenis
deskripsi. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari refleksi guru dan peneliti
pada siklus I bahwa siswa merasa bosan dengan materi yang sama, selain itu juga
berkaitan dengan keterbatasan waktu yang diberikan untuk setiap pembahasan
materi. Mengingat, dalam silabus pembelajaran Bahasa Indonesia, dihadapkan
pada materi yang padat untuk waktu yang terbatas.
Kegiatan selanjutnya, guru memberikan latihan pada siswa untuk
mengoreksi karangan yang sudah disiapkan. Latihan ini dimaksudkan agar siswa
mengenali kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada karangan. Setelah itu,
80
guru menugasi siswa untuk membuat karangan deskripsi pada lembar kertas yang
sudah disediakan. Setelah seluruh siswa selesai, karangan dikumpulkan pada guru.
Guru menutup pembelajaran dan dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan kedua, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam kemudian mengabsen kehadiran siswa. Sebelum memulai
kegiatan pembelajaran, guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab atas
pembelajaran yang telah dilakukan pada minggu lalu. Kemudian guru
menjelaskan kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan, yakni koreksi teman
sebaya. Pada siklus I kegiatan ini sudah pernah dilaksanakan sehingga guru hanya
memberikan penegasan-penegasan kembali tentang hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengoreksi.
Setelah penjelasan dirasa cukup, guru membagikan karangan siswa yang
telah dikumpulkan pada minggu lalu. Karangan tersebut diberi sedikit komentar
oleh guru secara lisan sambil memanggil siswa yang bersangkutan. Misalnya guru
mengomentari panjang karangan yang masih kurang, penulisannya yang kurang
rapi, acak-acakan, banyak tipe-x, dan sebagainya. Hal ini dilakukan guru untuk
memberi penjelasan sekaligus contoh pada siswa agar nantinya saat mengoreksi
karangan temannya lebih cermat.
Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menukarkan karangannya dengan
diputar ke kanan sebanyak lima kali hitungan. Seluruh siswa sudah sangat paham
dengan kegiatan ini karena sudah pernah dilakukan pada siklus I, kemudian siswa
dengan cekatan menukarkan karangannya sesuai arahan guru. Setelah itu, siswa
mengoreksi karangan temannya. Ada beberapa siswa yang secara bersama-sama
mengoreksi dengan saling membantu. Dalam kegiatan koreksi pada siklus II ini
siswa terlihat lebih antusias daripada saat siklus I, hal ini karena siswa sudah
sangat paham dengan hal-hal yang harus dikoreksi.
Setelah koreksi selesai, guru meminta siswa untuk mengembalikan
karangan tersebut pada siswa yang bersangkutan. Pada kegiatan tersebut siswa
diminta mencermati kembali karangan yang telah dikoreksi temannya tadi
kemudian diperbaiki dengan ditulis ulang pada lembar kertas yang telah
disediakan guru. Kemudian guru meminta siswa mengumpulkan karangan yang
81
telah diperbaiki kemudian memberi penegasan kembali tentang materi yang telah
dipelajari, setelah itu guru menutup pelajaran.
d. Analisis dan Refleksi
Proses pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman
sebaya di kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta pada siklus II yang dilaksanakan
selama dua kali pertemuan, yakni hari Selasa tanggal 10 Februari 2009 dan 17
Februari 2009 dapat berjalan dengan baik dan lancar. Kekurangan-kekurangan
yang terjadi pada siklus I dapat diatasi dengan baik.
Kualitas pembelajaran menulis karangan mengalami peningkatan, hal ini
terlihat dari tercapainya sejumlah indikator yang telah ditetapkan. ketercapaian
indikator tersebut meliputi meningkatnya keaktifan, perhatian dan konsentrasi,
serta minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran. Disamping itu,
kekurangan-kekurangan yang ditemui dalam siklus I dapat diatasi dengan baik
oleh guru pada siklus II. Pada siklus II siswa lebih aktif selama proses
pembelajaran, siswa lebih memperhatikan penjelasan guru dan memiliki motivasi
yang tinggi dalam pembelajaran. Keaktifan, perhatian, dan motivasi siswa
meningkat karena guru menyampaikan penjelasan materi dengan lebih menarik,
misalnya diselingi humor serta sesekali memanggil nama-nama siswa. Dengan
kegiatan tersebut, siswa akan merasa lebih diperhatikan sehingga mereka tidak
canggung untuk aktif saat menjawab pertanyaan guru atau mengutarakan
pendapatnya saat proses pembelajaran. Berdasarkan penilaian proses
pembelajaran pada siklus II, hasilnya adalah sebagai berikut:
82
Tabel 6. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II
Nilai
No Nama Siswa A* B* C* Total Kriteria**
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
5
4
5
4
4
3
4
4
4
3
5
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
4
5
3
3
11
12
12
12
11
14
12
12
12
12
14
15
14
11
12
12
14
14
12
14
11
11
baik
baik
baik
baik
baik
sangat baik
baik
baik
baik
baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
baik
baik
baik
sangat baik
sangat baik
Baik
sangat baik
Baik
Baik
Rata-rata 4,00 4,32 4,14 12,5
83
*Keterangan:
A : Keaktifan siswa selama pembelajaran
Untuk menilai poin A peneliti menggunakan pedoman penilaian yang
dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang
mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam
setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria
tersebut adalah: (1) Mengajukan pertanyaan; (2) Mengungkapkan
pendapat; (3) Menjawab pertanyaan guru; (4) Memperhatikan pertanyaan
orang lain; (5) Menanggapi pertanyaan.
B : Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran
Untuk menilai poin B peneliti menggunakan pedoman penilaian yang
dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang
mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam
setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria
tersebut adalah: (1) Memperhatikan penjelasan guru; (2) Mencatat
penjelasan guru; (3) Mempelajari kembali materi yang diberikan; (4)
Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas; (5) Tidak mengobrol
dengan teman lain.
C : Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Untuk menilai poin C peneliti menggunakan pedoman penilaian yang
dikembangkan dari penilaian proses pembelajaran (Nana Sudjana) yang
mencakup beberapa kriteria yang dilakukan siswa di dalam kelas. Dalam
setiap kriteria tersebut menjadi poin nilai untuk tiap siswa. Kriteria
tersebut adalah: (1) Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu; (2)
Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan; (3) Mengerjakan
tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asal-asalan; (4) Tidak
bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu, meletakkan kepala di
atas meja, dan lain-lain; (5) Tidak mengucapkan keluhan saat
pembelajaran.
84
**Kriteria nilai setiap pernyataan
1,00 – 1,99 : kurang
2,00 – 2,99 : sedang
3,00 – 3,99 : cukup
4,00 – 4,99 : baik
5,00 : sangat baik.
**Kriteria nilai total
1,00 – 3,99 : kurang
4,00 – 6,99 : sedang
7,00 – 9,99 : cukup
10,00 – 12,99 : baik
13,00 – 15,00 : sangat baik
Berdasarkan hasil penilaian proses pada siklus II yang termuat dalam
tabel 6, berikut ini digambarkan grafik nilai proses pembelajaran yang
dibandingkan dari prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Gambar 8. Grafik Nilai Proses Pembelajaran Antarsiklus
Keterangan:
1 – 22 : Nomor urut siswa
0 – 16 : Rentangan nilai
85
berdasarkan tabel serta grafik hasil penilaian proses pembelajaran
tersebut menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas proses pembelajaran
pada siklus II ini. Nilai rata-rata keaktifan siswa mencapai skor 4,00 (baik),
perhatian dan konsentrasi siswa mencapai skor 4,32 (baik), serta nilai minat dan
motivasi siswa dalam pembelajaran mencapai 4,14 (baik). Dari nilai tersebut yang
merupakan aspek-aspek dalam penilaian seluruh kualitas proses pembelajaran,
sekaligus meningkatkan nilai rata-rata keseluruhannya yang mencapai skor 12,5
dan masuk dalam kriteria baik.
Secara lebih terperinci lagi seluruh skor tersebut sudah mengalami
kenaikan jika dibandingkan dengan penilaian saat prasiklus dan siklus I. Dari
grafik tergambar jelas bahwa garis yang menggambarkan nilai rata-rata tiap siswa
pada siklus II merupakan garis paling tinggi dari garis-garis sebelumnya yang
menggambarkan nilai rata-rata pada siklus sebelumnya.
Adapun hasil kerja siswa berupa karangan pada siklus II juga
menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan pada siswa.
Skor dalam tiap aspek penulisan karangan mengalami peningkatan yang cukup
baik. Nilai rata-rata kelas naik sebesar 8,13 poin, yakni dari 67,00 menjadi 75,13.
Dalam hal ini menunjukkan bahwa kualitas hasil pembelajaran semakin
meningkat setelah dilakukan tindakan pada siklus II. Kenaikan nilai tersebut
terjadi secara keseluruhan, baik tiap aspeknya maupun secara rata-rata
keseluruhan. Dari aspek isi, pada siklus II ini nilai rata-ratanya mencapai skor
22,02 dan naik cukup banyak dari skor 19,09 pada prasiklus, dan 20,22 pada
siklus I. Pada aspek organisasai isi, pada siklus II ini hasil rata-ratanya mencapai
15,50, naik cukup banyak juga dari skor 12,5 pada prasiklus, dan 14, 41 pada
siklus I. Dari aspek kosakata, pada siklus II ini hasil rata-ratanya mencapai skor
15,40. Skor tersebut naik cukup banyak dari skor 11,68 pada prasiklus dan 14,36
pada siklus I. Aspek struktur kalimat mencapai nilai rata-rata 18,05 naik dari skor
12,45 pada prasiklus dan 14,50 pada siklus I. Begitu juga dengan aspek ejaan
yang mengalami kenaikan, pada siklus II ini nilai rata-ratanya mencapai skor 4,00
naik dari skor 3,31 pada prasiklus dan skor 3,72 pada siklus I. Untuk lebih
86
jelasnya, hasil perolehan nilai karangan siswa pada siklus II ini dapat dilihat pada
tabel berikut.
Tabel 7. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II
SkorNo Nama
Isi Organi
-sasi isi
Kosa
kata
Struk-
tur
kali-
mat
ejaan Total
87
1
2
3
4
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
22
24
22
23
20
25
22
24
23
23
22
25
23
20
21
20
21
23
19
22
22
22
14
16
15
17
15
15
16
16
14
16
16
17
16
15
15
14
16
16
16
16
15
15
14
16
15
16
15
16
15
16
14
16
16
17
16
15
14
14
17
15
16
16
15
15
17
17
17
19
17
20
17
17
17
18
20
20
19
18
18
18
20
17
18
20
17
17
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
71
77
73
79
71
80
74
77
72
77
78
83
78
72
71
70
78
75
73
78
73
73
Nilai rata-rata 22,04 15,50 15,40 18,05 4,00 75,13
Berdasarkan hasil penilaian hasil pembelajaran menulis karangan pada
siklus II yang termuat dalam tabel 7, berikut ini digambarkan grafik nilai hasil
pembelajaran menulis karangan yang dibandingkan dari prasiklus, siklus I, dan
siklus II.
88
Gambar 9. Grafik Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Antarsiklus
Keterangan:
1 – 22 : Nomor urut siswa
0 – 90 : Rentangan nilai
Berpedoman dari grafik di atas, tergambar jelas bahwa garis yang
menunjukkan hasil nilai karangan siswa pada siklus II tergambar paling tinggi dari
garis yang lainnya. Hal ini semakin memperjelas bahwa kenaikan nilai rata-rata
kualitas hasil pembelajaran pada siswa tidak hanya pada nilai rata-rata secara
keseluruhan, akan tetapi juga menyeluruh dari tiap siswa.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi, dapat dinyatakan bahwa
penelitian tindakan kelas telah berhasil mencapai hasil yang optimal. Meskipun
tindakan hanya terjadi sebanyak dua siklus akan tetapi seluruh indikator
keberhasilan penelitian telah terpenuhi, yakni adanya peningkatan kualitas proses
dan hasil pembelajaran menulis karangan. Selain itu, semua kekurangan yang
terjadi pada siklus I dapat teratasi dengan baik pada siklus II. Sehingga
berdasarkan kesepakatan bersama antara peneliti, guru, dan kepala sekolah,
penelitian tindakan kelas dapat diselesaikan.
3. Deskripsi Antarsiklus
Data penilaian proses pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II dapat
dilihat dari tabel berikut:
Tabel 8. Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan Antarsiklus
Nilai
No Nama Siswa Pra- Siklus I Siklus II Keterangan
89
siklus
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
4
7
6
7
7
5
6
4
6
7
6
10
10
6
6
7
7
6
4
5
4
6
6
9
9
10
9
11
7
9
6
9
11
12
12
9
9
9
9
10
9
11
9
9
11
12
12
12
11
14
12
12
12
12
14
15
14
11
12
12
14
14
12
14
11
11
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Rata-rata 6,18 9,27 12,5 Meningkat
Berdasarkan data pada tabel 8 tersebut dapat digambarkan menjadi grafik
sebagai berikut:
90
Gambar 10. Grafik Nilai Rata-rata Proses Poembelajaran Antarsiklus
Berdasarkan grafik pada gambar 10 di atas tergambar dengan jelas bahwa
nilai rata-rata proses pembelajaran dari prasiklus hingga siklus II mengalami
kenaikan. Pada prasiklus nilai rata-ratanya 6,18 kemudian naik menjadi 9,27 pada
siklus I, dan 12,5 pada siklus II. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan kualitas
proses pembelajaran menulis karangan..
Peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karangan dari
prasiklus hingga siklus II dapat dilihat dengan semakin meningkatnya nilai rata-
rata keseluruhan siswa seperti yang termuat pada tabel 8 dan gambar 10. Akan
tetapi penilaian proses tersebut juga dipengaruhi oleh kenaikan nilai rata-rata dari
tiap aspek penilaian proses tersebut. Aspek-aspek tersebut meliputi: (1) keaktifan;
(2) perhatian dan konsentrasi; serta (3) minat dan motivasi siswa selama proses
pembelajaran. Berikut ini adalah grafik nilai rata-rata tiap aspek yang dinilai
dalam proses pembelajaran.
91
Gambar 11. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Keaktifan Siswa dalam Pembelajaran
Grafik pada gambar 11 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek
keaktifan siswa dalam pembelajaran. Pada prasiklus nilai rata-ratanya mencapai
skor 1,95 kemudian menjadi 3,05 pada siklus I, dan 4,00 pada siklus II. Perolehan
nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk pada garis
naik seperti pada gambar di atas. Hal tersebut menjadi gambaran yang
memperjelas bahwa adanya kenaikan nilai rata-rata aspek keaktifan siswa dalam
pembelajaran dari prasiklus, siklus I, dan siklus II. Selanjutnya, dibawah ini
merupakan grafik nilai rata-rata aspek perhatian dan konsentrasi siswa dalam
pembelajaran.
Gambar 12. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Perhatian dan Konsentrasi Siswa
dalam Pembelajaran
Grafik pada gambar 12 tersebut menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek
Perhatian dan Konsentrasi Siswa dalam Pembelajaran. Pada prasiklus nilai
rata-ratanya mencapai skor 2,14 kemudian menjadi 3,09 pada siklus I, dan
4,32 pada siklus II. Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik
garis akan menunjuk pada garis naik seperti pada gambar di atas. Hal tersebut
92
menjadi gambaran yang memperjelas bahwa adanya kenaikan nilai rata-rata
aspek perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran dari prasiklus,
siklus I, dan siklus II. Selanjutnya, dibawah ini merupakan grafik nilai rata-rata
aspek minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran.
Gambar 13. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Minat dan Motivasi Siswa dalam
Pembelajaran
Grafik pada gambar 13 di atas menggambarkan hasil nilai rata-rata aspek
minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran. Pada prasiklus nilai rata-ratanya
mencapai skor 2,09 kemudian menjadi 3,14 pada siklus I, dan 4,14 pada siklus II.
Perolehan nilai tersebut apabila digambarkan dengan grafik garis akan menunjuk
pada garis naik seperti pada gambar di atas. Hal tersebut menjadi gambaran yang
memperjelas bahwa adanya kenaikan nilai rata-rata aspek minat dan motivasi
siswa dalam pembelajaran dari prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Selain data mengenai kualitas proses pembelajaran, berikut ini juga
dijabarkan mengenai penilaian kualitas hasil pembelajaran menulis karangan.
Sebelumnya, kualitas hasil pembelajaran tersebut yang berupa karangan siswa
juga dinilai dari berbagai aspek, yakni meliputi: (1) isi; (2) organisasi isi; (3)
kosakata; (4) struktur kalimat; dan (5) mekanik/ejaan. Adapun datanya dapat
dilihat dari grafik berikut.
93
Gambar 14. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Isi pada Karangan Siswa
Berdasarkan grafik tersebut dapat diketahui bahwa pada prasiklus,
rata-rata skor pada aspek isi adalah 19,09 kemudian menjadi 20,00 pada
siklus I, dan menjadi 22,18 pada siklus II. Dari rata-rata skor tiap siklus
tersebut sesuai dengan model penilaian dari Burhan Nurgiyantoro dapat
dijabarkan bahwa pada saat prasiklus skor 19,09 masuk dalam kriteria
sedang – cukup, 20,00 pada siklus I juga masih masuk dalam kriteria sedang
– cukup, serta 22,18 pada siklus II masuk dalam kriteria cukup – baik.
Dengan demikian, kemampuan siswa dalam pengungkapan gagasan yang
tercakup dalam isi karangannya mengalami peningkatan setelah dilakukan
tindakan dengan teknik koreksi teman sebaya. Selanjutnya dibawah ini
merupakan grafik nilai aspek organisasi isi dalam karangan siswa.
94
Gambar 15. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Organisasi Isi pada Karangan Siswa
Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada prasiklus skor rata-ratanya
12,05 kemudian menjadi 14,41 pada siklus I, dan 15,5 pada siklus II. Dari
capaian skor tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam
mengorganisasi paragraf semakin meningkat setelah dilakukan tindakan.
Selanjutnya di bawah ini merupakan grafik nilai aspek kosakata pada
karangan siswa.
Gambar 16. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Kosakata pada Karangan Siswa
Berdasarkan grafik tersebut dapat dinyatakan bahwa pada prasiklus
skor rata-rata yang dicapai siswa 11,68 kemudian menjadi 14,36 pada siklus
I, dan menjadi 15,40 pada siklus II. Skor 15,40 pada siklus II ini masuk
dalam kriteria cukup – baik sesuai dengan model penilaian dari Burhan
95
Nurgiyantoro. Dengan demikian kemampuan siswa dalam pemanfaatan
potensi kata (kosakata) semakin meningkat setelah dilakukan tindakan.
Selanjutnya di bawah ini merupakan grafik nilai aspek pengembangan
bahasa/struktur kalimat pada karangan siswa.
Gambar 17. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Struktur Kalimat pada Karangan
Siswa
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa capaian skor rata-
rata dari prasiklus mencapai 12,45 (sedang-cukup), kemudian menjadi 14,50
(sedang-cukup) pada siklus I, serta menjadi 18,05 (cukup-baik) pada siklus
II. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan
penguasaan siswa dalam aspek struktur kalimat setelah dilakukan tindakan.
Selanjutnya berikut ini merupakan grafik nilai aspek mekanik/ejaan pada
karangan siswa.
96
Gambar 18. Grafik Nilai Rata-rata Aspek Ejaan pada Karangan Siswa
Berdasarkan grafik tersebut diperoleh informasi bahwa skor rata-rata
yang dicapai yaitu, 3,31 (sedang – cukup) pada prasiklus, 3,72 (sedang -
cukup) pada siklus I, dan 4,00 (cukup – baik) pada siklus II. Data tersebut
menunjukkan bahwa terjadi peningkatan nilai pada aspek mekanik dalam
karangan siswa. Selanjutnya berikut ini adalah grafik yang menggambarkan
nilai rata-rata secara keseluruhan dari hasil penilaian menulis karangan pada
siswa yang merupakan indikator dari kualitas hasil pembelajaran.
Gambar 19. Grafik Nilai Rata-rata Hasil Pembelajaran Antarsiklus
Adapun hasil nilai rata-rata karangan siswa secara menyeluruh pada
tiap siklus dapat ditampilkan dalam tabel berikut:
Tebel 9. Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan Antarsiklus
No Nama Pra-siklus Siklus I Siklus II Keterangan
97
1
2
3
4
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
55
60
58
63
62
55
59
54
57
64
58
67
67
56
53
62
67
57
57
59
54
55
61
69
69
69
63
72
63
62
60
69
72
73
73
64
61
64
74
74
66
74
64
65
71
77
73
79
71
80
74
77
72
77
78
83
78
72
71
70
78
75
73
78
73
73
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Nilai rata-rata 59,04 67,31 75,13 Meningkat
Berdasarkan pada gambar grafik dan tabel di atas, diperoleh
informasi bahwa pada saat prasiklus nilai rata-rata yang dicapai adalah
59,04, nilai ini belum mencapai KKM yang ditentukan oleh guru dan
peneliti sebesar 65,00. Pada siklus I terdapat peningkatan nilai karangan
siswa, nilai rata-rata yang dicapai adalah 67,00. Meskipun pada siklus I ini
98
nilai rata-rata sudah mencapai KKM, akan tetapi masih ada 9 siswa yang
belum mencapai KKM sehingga perlu dilakukan siklus II. Pada siklus II
nilai rata-rata yang dicapai adalah 75,13. Nilai pada siklus II ini sudah
cukup baik, secara rata-rata telah memenuhi KKM dan seluruh siswa juga
sudah mencapai KKM.
Apabila nilai rata-rata proses dan hasil pembelajaran digambarkan
dalam grafik, maka hasilnya adalah sebagai berikut:
Gambar 20. Grafik Nilai Rata-rata Proses dan Hasil Pembelajaran
Berdasarkan data-data tersebut dapat dinyatakan bahwa terjadi
peningkatan kualitas proses maupun hasil pembelajaran menulis karangan pada
siswa. Hal tersebut terlihat dari meningkatnya nilai rata-rata dari prasiklus, siklus
I, dan siklus II.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan siklus I dan siklus II, guru berhasil melaksanakan
pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya.
Keberhasilan tersebut dapat dilihat dari keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta
minat dan motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran sehingga keterampilan
99
siswa dalam pembelajaran berkembang dengan baik yang berakibat pada
meningkatnya kualitas proses dan hasil pembelajaran. Selain itu, penelitian ini
juga bermanfaat untuk meningkatkan kinerja guru dalam melaksanakan
pembelajaran yang efektif dan menarik di kelas. Teknik koreksi teman sebaya
juga sebagai salah satu teknik atau metode alternatif bagi guru untuk menarik
perhatian siswa agar terlibat aktif dalam mengikuti pembelajaran menulis
karangan.
Keberhasilan teknik koreksi teman sebaya dalam meningkatkan kualitas
proses dan hasil pembelajaran menulis karangan dapat dilihat dari indikator-
indikator yang telah dicapai. Berikut ini adalah indikator-indikator keberhasilan
penelitian yang telah dicapai:
1. Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Karangan
Penerapan teknik koreksi teman sebaya yang dilaksanakan dalam tiap
siklus mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis karangan
pada siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta. Hal ini dapat dilihat dari
indikator-indikator berikut.
a. Keaktifan siswa selama pembelajaran menulis karangan
Dengan menerapkan teknik koreksi teman sebaya dalam
pembelajaran menulis karangan akan memudahkan siswa dalam mengenali
kesalahan-kesalahan dalam karangannya. Baik kesalahan yang diperbuatnya
sendiri maupun kesalahan yang dibuat temannya. Hal ini karena
pelaksanaan koreksi dilakukan dengan menukar hasil karangan siswa
dengan siswa yang lainnya. Melalui kegiatan inilah, siswa dapat terlibat
secara aktif dalam peoses pembelajaran.
Keaktifan siswa terlihat dari antusiasme siswa dalam mengoreksi
karangan temannya, selain itu siswa juga semakin aktif untuk bertanya pada
guru tentang hal-hal yang kurang jelas dalam proses pembelajaran.
Keaktifan siswa tersebut tentunya berbeda dengan keadaan saat prasiklus.
Pada saat prasiklus, siswa cenderung menjadi siswa yang pasif, mereka
duduk, mendengarkan, kemudian mengerjakan tugas.
100
Keaktifan siswa dalam pembelajaran menulis karangan diukur
dengan lima aspek yang mencakup: (1) mengajukan pertanyaan; (2)
mengungkapkan pendapat; (3) menjawab pertanyaan guru; (4)
memperhatikan pertanyaan orang lain; dan (5) menanggapi pertanyaan
orang lain.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian keaktifan siswa dapat
dilihat pada gambar 11 halaman 90. Dari grafik tersebut, nilai rata-rata
keaktifan siswa dari mulai prasiklus hingga siklus II meliputi: 1,95 (kurang)
pada prasiklus, 3,05 (cukup) pada siklus I, serta 4,00 (baik) pada siklus II.
Hasil tersebut memperjelas bahwa ada peningkatan keaktifan siswa setelah
diterapkannya teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis
karangan.
b. Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran
Perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran mengalami
peningkatan. Perhatian dan konsentrasi siswa ini dinilai berdasarkan 5 aspek
yang meliputi: (1) memperhatikan penjelasan guru; (2) mencatat penjelasan
guru; (3) mempelajari kembali materi yang diberikan; (4) tidak sibuk
dengan aktivitasnya sendiri di kelas; dan (5) tidak mengobrol dengan teman
lain.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian perhatian dan konsentrasi
siswa dapat dilihat pada gambar 12 halaman 90. Dari grafik tersebut
diperoleh hasil bahwa nilai rata-rata perhatian dan konsentrasi siswa dari
prasiklus hingga siklus II yaitu: 2,14 (sedang) pada prasiklus, 3,09 (cukup)
pada siklus I, dan 4,32 pada siklus II. Dari data tersebut menunjukkan
bahwa dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan
perhatian dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran
Selain dari nilai tersebut, secara garis besar keadaan yang terjadi di
kelas dapat dideskripsikan bahwa pada saat siklus I, siswa lebih
memperhatikan penjelasan guru dari pada saat prasiklus. Keadaan ini terjadi
karena dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya, siswa dituntut untuk
mengerti hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengoreksi. Jika siswa
101
tidak memperhatikan maka tidak akan mampu mengoreksi dengan baik, hal
inilah yang selalu ditekankan oleh guru dalam setiap penjelasannya
sehingga siswa terdorong untuk memperhatikan guru dengan baik.
Demikian pula dengan siklus pada siklus II, siswa semakin
memperhatikan hal-hal yang disampaikan guru, mereka tidak lagi sibuk
dengan aktivitasnya sendiri seperti pada prasiklus. Hal ini dikarenakan pada
saat prasiklus, siswa cenderung meremehkan penjelasan guru karena mereka
merasa bahwa pembelajaran mengarang itu sangat mudah, bahkan tanpa
diberi penjelasan pun mereka merasa bisa mengerjakannya. Akan tetapi
pada saat siklus I dan kedua, mereka dituntut untuk mampu mengoreksi
kesalahan pada karangan temannya, sehingga harus memperhatikan hal-hal
yang dijelaskan oleh guru.
Keadaan yang demikian seperti yang dikemukakan oleh Galina
(2003) dalam penelitiannya bahwa self-correction yang dalam hal ini
dikaitkan dengan koreksi teman sebaya pada pembelajaran menulis, selain
akan mengurangi ketakutan siswa pada kekeliruan juga memudahkan proses
pembelajaran. Dan yang paling penting, hal ini dapat mengembangkan
kesadaran bahasa pada siswa.
c. Minat dan motivasi dalam proses pembelajaran
Tindakan dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya
menjadikan siswa semakin berminat dan termotivasi dalam pembelajaran.
Minat dan motivasi siswa dinilai dari beberapa aspek yang mencakup: (1)
mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu; (2) semangat dalam
mengerjakan tugas yang diberikan; (3) mengerjakan tugas dengan sungguh-
sungguh atau tidak asal-asalan; (4) tidak bermalas-malasan di kelas dengan
bertopang dagu, meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain; serta (5)
tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian minat dan motivasi siswa
dapat dilihat pada gambar 13 halaman 91. Dari grafik tersebut diperoleh
gambaran bahwa nilai rata-rata siswa pada aspek minat dan motivasinya
adalah sebagai berikut: 2,09 (sedang) pada prasiklus, 3,14 (cukup) pada
102
siklus I, dan 4,14 (baik) pada siklus II. Dari grafik tersebut yang
menggambarkan garis yang naik, dapat dinyatakan bahwa dengan penerapan
teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan minat dan motivasi siswa
dalam pembelajaran menulis karangan.
Secara garis besar, peningkatan minat dan motivasi siswa tersebut
keadaannya dapat dideskripsikan bahwa dengan mengoreksi karangan
teman menjadikan siswa terdorong untuk mampu mengoreksi karangan
temannya dengan baik. Hal ini karena ketika mampu mengoreksi kesalahan
orang lain dan sanggup membetulkannya akan menimbulkan kebanggaan
serta kepuasan tersendiri pada diri siswa. Sehingga secara tidak langsung hal
ini menjadikan siswa memiliki minat yang tinggi dan termotivasi untuk
mengikuti pembelajaran selanjutnya, bahkan menunggu-nunggu saat
kegiatan koreksi berlangsung. Keadaan demikian seperti yang dikemukakan
oleh Allwright (1975: 98) dalam Sumarwati (2008: 59) bahwa feedback
yang dalam hal ini adalah kegiatan koreksi mempunyai tiga fungsi, yakni
sebagai pemberi reinforcement ‘penguatan’, information ‘informasi’, dan
motivation ‘motivasi’. Sebagai pemberi motivasi, koreksi dapat
mempengaruhi pembelajar untuk memperbaiki kesalahan pada hasil
kerjanya. Dengan demikian siswa menjadi lebih semangat dalam
menyelesaikan setiap tugas, tidak bermalas-malasan di kelas, serta tidak
mengeluh ketika harus menyelesaikan tugas.
Sejalan dengan hal tersebut, Claudio (2008) dalam penelitiannya
menyimpulkan bahwa minat dan motivasi siswa semakin meningkat dengan
adanya kerjasama dengan teman sebaya dalam kegiatan pembelajaran dan
mengoreksi kesalahan. Kerjasama dengan teman sebaya dalam belajar dan
saling mengoreksi kesalahan akan menimbulkan persaingan yang nantinya
memacu semangat dan motivasi siswa dalam belajar.
d. Perolehan Nilai Proses Pembelajaran Meningkat
Peningkatan nilai tiap aspek dalam penilaian proses secara langsung
akan berpengaruh pada meningkatnya nilai rata-rata proses pembelajaran
pada keseluruhan. Meskipun penilaian proses ini tidak dijadikan sebagai
103
penilaian yang nantinya masuk dalam nilai rapot siswa, akan tetapi penilaian
ini penting guna mengetahui keberhasilan pembelajaran. Dengan demikian
nantinya jika diketahui kualitas proses pembelajarannya baik maka akan
berpengaruh pada kualitas hasilnya. Kemudian, apabila diketahui kualitas
proses pembelajarannya kurang baik maka dapat dijadikan acuan uantuk
memperbaiki proses pembelajaran selanjutnya.
Gambaran lebih jelas dari nilai proses pembelajaran secara
keseluruhan dapat dilihat pada gambar 10 halaman 89. Dari grafik tersebut
diperoleh keterangan bahwa pada prasiklus nilai rata-ratanya mencapai 6,18
(sedang), kemudian menjadi 9,27 (cukup) pada siklus I serta menjadi 12,5
(baik) pada siklus II. Dari data tersebut dapat dinyatakan bahwa adanya
peningkatan nilai proses pembelajaran setelah dilakukan tindakan, dengan
demikian kualitas proses pebelajarannya pun semakin baik..
2. Kemampuan siswa dalam menulis karangan
Peningkatan kualitas proses pembelajaran juga berimplikasi pada
kemampuan siswa dalam menulis karangan. Kemampuan siswa dalam menulis
karangan mengalami peningkatan yang cukup baik. Hal ini terlihat dari hasil
karangan siswa dari tiap siklus dibandingkan dengan saat prasiklus.
Peningkatan tersebut diindikatori oleh:
a. Pengungkapan gagasan (isi)
Siswa mampu menuangkan ide serta mengembangkannya dengan
baik. Hal ini terlihat dari karangan siswa yang dari aspek isi mengalami
peningkatan setelah dilakukan tindakan. Berbeda dengan kondisi prasiklus,
yang mana karangan siswa pada aspek isinya masih kurang baik, memuat
ide atau gagasan yang terlalu sedikit dan cenderung hanya diulang-ulang.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian pengungkapan gagasan
atau isi dalam karangan siswa dapat dilihat pada gambar 14 halaman 92.
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa pada prasiklus, rata-rata skor
pada aspek isi adalah 19,09 kemudian menjadi 20,00 pada siklus I, dan
menjadi 22,18 pada siklus II. Dari rata-rata skor tiap siklus tersebut sesuai
dengan model penilaian dari Burhan Nurgiyantoro dapat dijabarkan bahwa
104
pada saat prasiklus skor 19,09 masuk dalam kriteria sedang – cukup, 20,00
pada siklus I juga masih masuk dalam kriteria sedang – cukup, serta 22,18
pada siklus II masuk dalam kriteria cukup – baik. Dengan demikian,
kemampuan siswa dalam pengungkapan gagasan yang tercakup dalam isi
karangannya mengalami peningkatan setelah dilakukan tindakan dengan
teknik koreksi teman sebaya.
b. Pengorganisasian paragraf (organisasi isi)
Berdasarkan hasil karangan siswa dalam tiap siklusnya diketahui
bahwa siswa sudah dapat mengorganisasi paragraf dengan baik, sehingga
dari segi isi karangannya mudah dipahami oleh pembaca. Peningkatan
kemampuan pengorganisasian paragraf tersebut tampak dari grafik nilai
rata-rata capaian skor siswa dari aspek organisasi isi yang dapat dilihat pada
gambar 15 halaman 93.
Grafik tersebut menunjukkan bahwa pada prasiklus skor rata-ratanya
12,05 kemudian menjadi 14,41 pada siklus I, dan 15,5 pada siklus II. Dari
capaian skor tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam
mengorganisasi paragraf semakin meningkat setelah dilakukan tindakan.
c. Pemanfaatan potensi kata (kosakata)
Melalui karangan yang dihasilkan, dapat dikatakan bahwa siswa
sudah mampu memanfaatkan potensi kata dengan baik. Hal ini terlihat dari
siklus I dan kedua, bahwa kosakata yang dipilih siswa untuk
mengungkapkan ide serta gagasannya semakin variatif. Dengan semakin
variatifnya kosakata yang digunakan oleh siswa dalam karangannya
menjadikan hasil karangan tersebut tidak membosankan untuk dibaca.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian aspek pemanfaatan potensi
kata atau kosakata dapat dilihat dari grafik gambar 16 halaman 93. Dari
grafik tersebut dapat dinyatakan bahwa pada prasiklus skor rata-rata yang
dicapai siswa 11,68 kemudian menjadi 14,36 pada siklus I, dan menjadi
15,40 pada siklus II. Skor 15,40 pada siklus II ini masuk dalam kriteria
cukup – baik sesuai dengan model penilaian dari Burhan Nurgiyantoro.
105
Dengan demikian kemampuan siswa dalam pemanfaatan potensi kata
(kosakata) semakin meningkat setelah dilakukan tindakan.
d. Pengembangan Bahasa (struktur kalimat)
Siswa sudah mampu mengembangkan bahasa dengan baik, hal ini
terlihat dari struktur kalimat yang dihasilkan siswa pada setiap karangannya.
Pada prasiklus siswa memang belum mampu mengembangkan bahasa
dengan baik, dalam karangan yang dihasilkannya dari aspek kalimat-
kalimatnya masih kurang efektif. Ketidakefektifan tersebut misalnya terlihat
pada penggunaan kata-kata yang tidak perlu sehingga menimbulkan
kemubaziran kata-kata bahkan mengakibatkan kalimat sulit untuk dipahami.
Akan tetapi setelah dilakukan siklus, siswa sudah mampu mengembangkan
kalimatnya dengan baik.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian aspek pengembangan
bahasa atau struktur kalimat dapat dilihat pada gambar 17 halaman 94.
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa capaian skor rata-rata dari
prasiklus mencapai 12,45 (sedang-cukup), kemudian menjadi 14,50
(sedang-cukup) pada siklus I, serta menjadi 18,05 (cukup-baik) pada siklus
II. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan
penguasaan siswa dalam aspek struktur kalimat setelah dilakukan tindakan.
e. Mekanik (ejaan)
Kesalahan mekanik yang dalam hal ini dikhususkan menjadi ejaan
yang awalnya sering ditemui pada karangan siswa, setelah dilakukan
tindakan menjadi berkurang. Karangan siswa menjadi lebih baik dalam hal
ejaannya serta lebih rapi dalam penulisannya. Dalam aspek mekanik ini
siswa mengalami perubahan yang cukup baik setelah dilakukan tindakan,
pada prasiklus karangan siswa pada umumnya mengalami kesalahan pada
penulisan ejaan yang meliputi huruf kapital, pemakaian tanda baca,
penulisan kata-kata baku, juga masih digunakannya penyingkatan kata yang
tidak dibenarkan dalam penulisan. Akan tetapi setelah dilakukan tindakan
dengan penerapan teknik koreksi teman sebaya, hal ini sangat membantu
siswa dalam belajar menggunakan ejaan yang benar sehingga mereka lebih
106
cepat mengerti dan memahaminya sehingga skor yang dicapai dari aspek
mekanik dalam karangannya juga semakin meningkat. Hal ini seperti
dikemukakan Calkins (dalam Tompkins, 1990: 90) dalam Sumarwati (2008:
59) bahwa pembelajaran tersebut—yang dalam hal ini adalah
pengoreksian—akan lebih efektif untuk mengajarkan masalah kebahasaan
daripada pengajaran dengan hafalan.
Gambaran lebih jelas dari hasil penilaian aspek mekanik atau ejaan
dalam karangan siswa dapat dilihat pada gambar 18 halaman 95.
Berdasarkan grafik tersebut diperoleh informasi bahwa skor rata-rata yang
dicapai yaitu, 3,31 (sedang – cukup) pada prasiklus, 3,72 (sedang - cukup)
pada siklus I, dan 4,00 (cukup – baik) pada siklus II. Data tersebut
memperjelas bahwa terjadi peningkatan nilai pada aspek mekanik dalam
karangan siswa.
f. Perolehan nilai karangan siswa meningkat
Berdasarkan nilai karangan siswa pada saat prasiklus, diketahui
bahwa kemampuan menulis karangan pada siswa masih tergolong rendah.
Hal ini terlihat dari nilai rata-rata yang dicapai oleh siswa.
Gambaran lebih jelas dari hasil nilai rata-rata karangan siswa dapat
dilihat pada grafik gambar 19 halaman 95. Pada saat prasiklus nilai rata-rata
yang dicapai adalah 59,04, nilai ini belum mencapai KKM yang ditentukan
oleh guru dan peneliti sebesar 65,00. Pada siklus I terdapat peningkatan nilai
karangan siswa, nilai rata-rata yang dicapai adalah 67,00. Meskipun pada
siklus I ini nilai rata-rata sudah mencapai KKM, akan tetapi masih ada 9
siswa yang belum mencapai KKM sehingga perlu dilakukan siklus II. Pada
siklus II nilai rata-rata yang dicapai adalah 75,13. Nilai pada siklus II ini
sudah cukup baik, secara rata-rata telah memenuhi KKM dan seluruh siswa
juga sudah mencapai KKM.
Dengan adanya peningkatan nilai yang dicapai siswa, menunjukkan
bahwa penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas
hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa. Hal ini sejalan dengan
yang dikemukakan oleh Wood (dalam Sumarwati, 2008:18) hasil
107
penelitiannya yang menemukan bahwa penerapan peer-correction dalam
pembelajaran menulis memiliki nilai plus, yakni: (1) dapat mengembangkan
penguasaan dan ketepatan berbahasa pada siswa, (2) memungkinkan siswa
untuk tidak selalu tergantung pada guru dalam mengoreksi kesalahan
bahasanya, serta (3) memungkinkan siswa dapat membimbing siswa lain.
Dengan demikian maka semakin memperkuat hasil bahwa dengan
penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat menungkatkan kualitas hasil
pembelajaran menulis pada siswa.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 20 halaman 97.
Grafik tersebut secara jelas menunjukkan adanya peningkatan nilai rata-rata
proses dan hasil pembelajaran menulis karangan secara keseluruhan setelah
dilakukan tindakan. Hal tersebut ditunjukkan dari garis yang terus naik dari
titik prasiklus, siklus I, dan siklus II.
Berdasarkan pembahasan hasil penelitian ini dapat dinyatakan bahwa
penerapan teknik koreksi teman sebaya dapat meningkatkan kualitas proses
dan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X AP 2
SMK Murni 2 Surakarta.
D. Keterbatasan Penelitian
Terkait dengan beberapa aspek, Penelitian Tindakan Kelas yang
dilakukan di kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta memiliki keterbatasan.
Keterbatasan tersebut meliputi: (1) Ketiadaan buku paket Bahasa Indonesia
sebagai pegangan siswa dalam pembelajaran yang mengharuskan peneliti dan
guru menyiapkan materi sendiri yang diambilkan dari berbagai sumber yang
sesuai dengan silabus; (2) Siklus III sebagai perbaikan pembelajaran siklus II
untuk lebih memaksimalkan hasilnya tidak dapat dilaksanakan karena
keterbatasan waktu yang diberikan oleh pihak sekolah.
Namun demikian, keterbatasan yang ada tidak mengurangi tingkat
keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini. Ketiadaan buku paket sekolah
memang tidak dapat dipungkiri dan peneliti pun tidak dapat memaksakan
keadaan. Dalam hal ini peneliti bersama guru mencarikan materi-materi yang
108
sesuai dengan ketentuan yang ada pada silabus. Sehingga dengan keterbatasan
yang ada siswa hanya diberi catatan materi yang sudah dipersiapkan oleh guru dan
foto kopian materi yang diambilkan dari berbagai sumber yang mendukung
pembelajaran.
Keterbatasan yang kedua yakni karena waktu yang diberikan pihak
sekolah kepada peneliti sangat terbatas. Hal ini dapat peneliti maklumi karena
untuk kurikulum SMK, pembelajaran Bahasa Indonesia hanya memiliki alokasi
waktu yang sedikit. Dalam satu minggu, pembelajaran Bahasa Indonesia hanya
mendapat waktu 2 jam pelajaran saja, hal itu pun dengan materi yang sangat
padat. Oleh karena itu, peneliti tidak dapat memaksakan untuk melanjutkan siklus
III. Mengingat, apabila hal tersebut dipaksakan maka akan mengganggu jalannya
proses pembelajaran yang sudah ditetapkan oleh pihak sekolah. Namun demikian,
meskipun dengan keterbatasan waktu yang ada, penelitian tindakan kelas sudah
cukup berhasil sesuai dengan indikator keberhasilan penelitian yang telah
ditentukan sebelumnya.
108
108
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada
siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta dengan penerapan teknik koreksi
teman sebaya dalam pembelajaran menulis karangan, dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Ada peningkatan kualitas proses pembelajaran menulis karangan pada siswa
kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:
a. Adanya peningkatan keaktifan siswa selama pembelajaran. Pada indikator
ini terjadi peningkatan nilai keaktifan siswa pada tiap siklus. Pada survei
awal prasiklus, nilai rata-rata siswa dari aspek keaktifan sebesar 1,95,
kemudian menjadi 3,05 pada siklus I, serta 4,00 pada siklus II.
b. Adanya peningkatan perhatian dan konsentrasi siswa selama pembelajaran.
Pada indikator ini terjadi peningkatan nilai perhatian dan konsentrasi siswa
pada tiap tindakan. Pada survei awal prasiklus, nilai rata-rata siswa dari
aspek perhatian dan konsentrasi sebesar 2,14, kemudian menjadi 3,09 pada
siklus I, serta 4,32 pada siklus II.
c. Adanya peningkatan minat dan motivasi siswa dalam proses pembelajaran.
Pada indikator ini terjadi peningkatan nilai minat dan motivasi siswa pada
tiap tindakan. Pada survei awal prasiklus, nilai rata-rata siswa dari aspek
minat dan motivasi sebesar 2,09, kemudian menjadi 3,14 pada siklus I, serta
4,14 pada siklus II.
Dari beberapa indikator tersebut menjadi dasar bahwa kualitas proses
pembelajaran semakin meningkat. Dari nilai keseluruhan yang mencakup
keaktifan, perhatian dan konsentrasi, serta minat dan motivasi, rata-rata
meliputi 6,18 pada survei awal prasiklus, kemudian 9,27 pada siklus I, serta
12,50 pada siklus II. Poin nilai kualitas proses pembelajaran pada survei awal
109
prasiklus masuk dalam kriteria sedang, kemudian kriteria cukup untuk siklus I,
serta kriteria baik untuk siklus II.
2. Ada peningkatan kualitas hasil pembelajaran menulis karangan pada siswa
kelas X AP2 SMK Murni 2 Surakarta.
Peningkatan tersebut dapat dilihat dari beberapa indikator berikut:
a. Adanya peningkatan dalam pengungkapan pendapat (isi). Dari skor
rata-rata yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada survei awal
prasiklus, rata-rata skor pada aspek isi adalah 19,09 kemudian menjadi
20,00 pada siklus I, dan menjadi 22,18 pada siklus II. Dari rata-rata
skor tiap tindakan tersebut sesuai dengan model penilaian dari Burhan
Nurgiyantoro dapat dijabarkan bahwa pada saat survei awal prasiklus
skor 19,09 masuk dalam kriteria sedang – cukup, 20,00 pada siklus I
juga masih masuk dalam kriteria sedang – cukup, serta 22,18 pada
siklus II masuk dalam kriteria cukup – baik.
b. Adanya peningkatan dalam pengorganisasian paragraf (organisasi isi).
Peningkatan kemampuan pengorganisasian paragraf tersebut tampak
dalam rata-rata capaian skor siswa dari aspek organisasi isi. Pada
survei awal prasiklus skor rata-ratanya 12,05 kemudian menjadi 14,41
pada siklus I, dan 15,5 pada siklus II.
c. Adanya peningkatan dalam pemanfaatan potensi kata (kosakata). Pada
survei awal prasiklus skor rata-rata yang dicapai siswa 11,68,
kemudian menjadi 14,36 pada siklus I, dan menjadi 15,40 pada siklus
II.
d. Adanya peningkatan dalam pengembangan bahasa (struktur kalimat).
Hal ini terlihat dari capaian skor rata-rata dari survei awal prasiklus
yang baru mencapai 12,45 (sedang-cukup), kemudian menjadi 14,50
(sedang-cukup) pada siklus I, serta menjadi 18,05 (cukup-baik) pada
siklus II.
e. Adanya peningkatan dalam aspek mekanik (ejaan). Skor rata-rata yang
dicapai yaitu, 3,31 (sedang – cukup) pada survei awal prasiklus, 3,72
(sedang - cukup) pada siklus I, dan 4,00 (cukup – baik) pada siklus II.
110
Dari beberapa indikator tersebut menjadi dasar bahwa kualitas hasil
pembelajaran yang dinilai dari hasil pekerjaan siswa berupa karangan, semakin
meningkat. Berdasarkan nilai keseluruhan yang mencakup isi, organisasi isi,
kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik, rata-ratanya meliputi 59,04
pada survei awal prasiklus, kemudian 67,31 pada siklus I, serta 75,13 pada
siklus II.
B. Implikasi
Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan teknik koreksi teman
sebaya dapat meningkatkan kualitas proses dan kualitas hasil pembelajaran
menulis karangan. Hal ini disebabkan teknik koreksi teman sebaya merupakan
suatu teknik yang mampu melibatkan siswa secara aktif, baik secara fisik maupun
emosional dalam mengoreksi hasil tulisan temannya. Teknik ini membantu siswa
dalam mengaplikasikan kemampuannya serta menjadikan pengetahuan yang
dimilikinya bertahan lebih lama dibandingkan jika mereka harus menghafal
materi-materi yang berkaitan dengan menulis karangan.
Mengingat penerapan teknik koreksi teman sebaya ini dapat
meningkatkan kualitas psoses dan hasil pembelajaran menulis karangan,
diharapkan teknik ini dapat diterapkan oleh guru dalam pembelajaran, khususnya
pembelajaran menulis. Sedangkan hal-hal yang dapat diterapkan oleh guru untuk
meningkatkan kemampuan menulis karangan pada siswa sebagai implikasi
penelitian ini adalah:
1. Memotivasi dan melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran
Kegiatan menulis karangan merupakan suatu proses. Oleh karena itu, siswa
harus tetap diberikan motivasi supaya rajin berlatih. Selain itu, keterlibatan
siswa secara aktif dalam pembelajaran harus diupayakan agar mereka
mendapatkan pengetahuan yang mendalam serta mampu mengaplikasikannya
secara nyata, misalnya melalui kegiatan saling mengoreksi tulisan temannya.
2. Meningkatkan pengetahuan siswa
Selain siswa dilibatkan secara aktif dan terus dimotivasi untuk menulis, siswa
juga harus dimotivasi untuk terus menambah wawasan dan pengetahuannya.
111
Hal tersebut dapat dilakukan dengan banyak membaca buku atau referensi-
referensi yang berkaitan dengan pembelajaran menulis.
C. Saran
Berkaitan dengan hasil yang dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini,
peneliti mengajukan saran-saran sebagai berikut:
1. Hendaknya para guru bidang studi Bahasa Indonesia pada khususnya,
menerapkan teknik koreksi teman sebaya dalam pembelajaran menulis
karangan untuk lebih meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
2. Hendaknya dalam penerapan teknik koreksi teman sebaya ini guru
mempersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung agar peleksanaan
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
3. Hendaknya para siswa dapat mempraktikkan teknik koreksi teman sebaya
dalam pembelajaran menulis karangan, yaitu dengan menukarkan hasil
karangannya untuk saling dikoreksi kemudian diperbaiki, sehingga dapat
meningkatkan kualitas hasil karangannya.
4. Hendaknya pihak sekolah menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung
bagi peningkatan kemampuan menulis para siswa. Selain iru, tetap berupaya
meningkatkan profesionalisme para guru melalui berbagai pelatihan, seminar,
dan bentuk-bentuk kegiatan lain demi tercapainya kualitas proses dan hasil
pembelajaran, khususnya pembelajaran menulis.
112
DAFTAR PUSTAKA
Atar Semi. 1990. Menulis Efektif. Padang: CV Angkasa Raya.
Bambang Agus Purwanto, A. Handoko Pudjobroto, Sujoko. 2004. “Aplikasi Teknik Koreksi dengan Feedback Tak Langsung dalam Pembelajaran Writing IV pada Mahasiswa Program Studi Bahasa Inggris FKIP UNS”. Laporan Penelitian RII. Surakarta: LPPM UNS.
Barnas. 2007. ”Meningkatkan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi dengan Teknik Koreksi Teman Sebaya”. http://barnas.wordpress.com diakses tanggal 10 Desember 2008.
Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPFE.
Claudio de Paiva Franco. 2008. ”Using Wiki-Based Peer-correction to Develop Writing Skills of Brazilizn EFL Learners”. Navitas-Royal, 2008. Vol: 2 (1), 49 – 59. ISSN: 1307 – 4733.
Depdiknas. 2006. Silabus Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas Direktorat Jenderal Manajemen pendidikan dasar dan Menengah Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.
Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Rieneka Karya.
Galina Kavaliauskiene. 2003. ”Correction and Self-correction of Written Assignments at Tertiary Level”. Journal of language and Learning Volume 1 Number 2 2003. ISSN: 1740 – 4983.
Gorys Keraf. 2004. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.
Henry Guntur Tarigan. 1993. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung: CV Angkasa.
Hernowo. 2002. Mengikat Makna. Bandung: Kaifa.
113
104
Joko Purwanto. 2008. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Ilmiah Melalui Teknik Peer Correction pada Siswa Kelas XI 1A SMA Muhammadiyah 3 Masaran”. Skripsi. Surakarta: FKIP UNS.
Jujun S. Suriasumantri. 2001. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Khaerudin Kurniawan. 2005. ”Model Pengajaran Menulis bagi Penutur Asing Tingkat Lanjut”. (http://www./kibipa/papers/Khaerudinkurniawan.doc).Diakses tangaal 10 Desember 2008.
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Milles, Matthew B. Dan Hubermen, A. Michael. 1992. Analisis Data Kualitatif (edisi terjemahan oleh Tjeptjep Rohendi Rohidi). Jakarta: UI Press.
Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Nurhasanah. 2005. “Pengajaran Bahasa yang Kreatif”.(http://lubisgufurawordpress.com). Diakses tanggal 10 Desember 2008.
Nuril Huda. 1988. “Metode Audiolingual Vs. Metode Komunikatif.; Suatu Perbandingan”. Dalam Soendjono Dardjowijojo (ed.). PELLBA I (hal. 296). Jakarta: Lembaga Bahasa Unika Atmajaya.
Pranowo. 1996. Analisis Pengajaran Bahasa: untuk Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Guru Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Rochiati Wiriatmadja. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Sarwiji Suwandi. 2008. Model Asesmen dalam Pembelajaran. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.
Sri Hastuti, P.H. 1996. Strategi Belajar Mengajar Bahasa Indonesia. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara DIII.
114
104
Sri Utari Subyakto Nababan. 1993. Metodologi Pengajaran Bahasa. Jakarta: Gramedia.
Suharsimi Arikunto, Suhardjo, dan Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara
Sumarwati, Suyatmin, dan Siti Mulyani. 2008. Penerapan Teknik peer-correction dalam Pembelajaran menulis untuk meningkatkan Penguasaan Bahasa Indonesia Tulis Siswa Kelas VIII SMP; Penelitian dengan dana Dikti. Surakarta: LPPM UNS.
The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Walz, Joel C. 1982. Correction Techniques for the Foreighn Language Classroom, Language in Education: Theory and Practice Series No. 5.Washington D.C. Center for Applied Linguistick.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia.
115
115
116
Lampiran 1: Instrumen Penelitian
1. Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
DI KELAS I AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran menulis
dikelas pada prasikus.
Nama Guru : Dra. Sri Sumaryamti
Bidang studi : Bahasa Indonesia
Materi : Menulis karangan narasi
Waktu : 2 x 45 menit/ 27 Januari 2009
Komponen yang Diamati Hasil Pengamatan
A. Tujuan Pembelajaran
1. Penyampaian tujuan
pembelajaran.
2. Ketepatan tujuan dengan waktu
yang tersedia.
B. Penguasaan Bahan Pembelajaran
1. Penyampaian materi ajar pada
siswa
2. Sistematika pemberian materi
pada siswa
117
C. Kegiatan Belajar Mengajar
1. Metode mengajar
2. Kegiatan belajar siswa
3. Alat peraga atau alat bantu
pengajaran
4. Kegiatan guru selama mengajar
5. Kesimpulan pelajaran
D. Penilaian
1. Pelaksanaan penilaian
2. Isi pertanyaan
3. Hasil yang dicapai siswa
4. Tindak lanjut
27 Januari 2009
Pengamat
118
2. Pedoman Wawancara dengan Guru
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran di kelas.
Bentuk : Wawancara
Responden : Guru Bahasa Indonesia kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama : Dra. Sri Sumaryamti
Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapat Ibu tentang
pembelajaran menulis yang telah
dilaksanakan di kelas?
2. Apakah Ibu membuat skenario
pembelajarannya secara rinci dan
detail atau hanya secara garis besar
saja?
3. Bagaimana metode pemberian
materi yang dilakukan Ibu di kelas?
4. Bagaimana cara Ibu memberikan
contoh serta latihan dalam
pembelajaran menulis di kelas?
119
5. Bagaimana pendapat Ibu tentang
keaktifan siswa di kelas?
6. Bagaimana Ibu menilai hasil
pekerjaan siswa?
Kesimpulan dan Refleksi
Januari 2009
Pengamat
120
3. Pedoman Wawancara Prasiklus dengan Siswa
PEDOMAN WAWANCARA
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap
proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk : Wawancara
Responden : Siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama : ____________________
Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapat Anda tentang
pembelajaran menulis yang
dilaksanakan guru di kelas?
2. Apakah guru memberikan materi
secara rinci dan terstruktur?
3. Bagaimana metode pemberian
materi yang dilakukan guru di
kelas?
4. Bagaimana cara guru memberikan
contoh serta latihan dalam
pembelajaran menulis di kelas?
5. Apakah Anda termotivasi untuk
aktif dalam pembelajaran di kelas?
121
6. Bagaimana cara guru menilai hasil
pekerjaan Anda?
Kesimpulan dan Refleksi
Januari 2009
Pengamat,
122
4. Pedoman Catatan Lapangan
Pedoman Catatan Lapangan
Tempat : Kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Tgl/Wkt :______________________
Catatan
Refleksi
5.
123
Pedoman Penilai
A
124
125
n Proses Pembelajara
126
6. Pedoman Penilaian Hasil Pembelajaran
Tabel Model Penilaian Tugas Menulis dengan Skala Interval
No Aspek
Penilaian
Skor Kriteria
1. ISI 27-30
22-26
17-21
13-16
SANGAT BAIK-SEMPURNA: padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas.
CUKUP-BAIK: informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan permasalahan tetapi tidak lengkap.
SEDANG-CUKUP: informasi terbatas, substansi kurang, pengembangan tesis tak cukup, permasalahan tak cukup.
SANGAT KURANG: tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan.
2. ORGANISASI 18-20
14-17
10-13
7-9
SANGAT BAIK-SEMPURNA: ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, kohesif.
CUKUP-BAIK: kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat, bahan pendukung terbatas, urutan logis tetapi tidak lengkap.
SEDANG-CUKUP: tidak lancar, gagasan kacau, terpotong-potong, urutan dan pengembangan tidak logis.
SANGAT KURANG: tidak komunikatif, tidak terorganisasi, tidak layak nilai.
3. KOSAKATA 18-20
14-17
10-13
7-9
SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih, pilihan kata dan ungkapan tepat, menguasai pembentukan kata.
CUKUP-BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih, pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tidak mengganggu.
SEDANG-CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas, sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna.
SANGAT KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan, pengetahuan tentang kosa kata rendah, tidak layak nilai.
127
4. PENGEMBANGAN
BAHASA
22-25
18-21
11-17
5-10
SANGAT BAIK-SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif, hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan.
CUKUP-BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif, kesalahan kecil pada konstruksi kompleks, terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tidak kabur.
SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat, makna membingungkan atau kabur.
SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan sintaksis, terdapat banyak kesalahan, tidak komunikatif, tidak layak nilai.
5. MEKANIK 5
4
3
2
SANGAT BAIK-SEMPURNA: menguasai aturan penulisan, hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan.
CUKUP-BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tidak mengaburkan makna.
SEDANG-CUKUP: sering terjadi kesalahan ejaan, makna membingungkan atau kabur.
SANGAT KURANG: tidak menguasai aturan penulisan, terdapat banyak kesalahan ejaan, tulisan tidak terbaca, tidak layak nilai.
Sumber: Burhan Nurgiyantoro, 2001: 307-308
128
Lampiran 2: Perangkat Pembelajaran
1. Materi Pembelajaran Siklus I
RINGKASAN MATERI
MENULIS KARANGAN NARASI
1) Narasi adalah karangan yang berupa rangkaian peristiwa yang terjadi dalam
satu kesatuan waktu. Cerpen, novel, roman, dan semua prosa imajinatif
merupakan contoh karangan narasi.
2) Narasi merupakan sebuah cerita. Cerita ini didasarkan atas urutan kejadian
atau peristiwa. Narasi dapat bersifat fakta (cerita sebenarnya) maupun fiksi
(cerita rekaan).
Contoh:
Narasi yang berisi fakta: biografi dan autobiografi.
Narasi yang berupa fiksi: cerpen dan novel.
3) Ciri-ciri narasi:
Bersumber dari fakta maupun fiksi (rekaan)
Berupa rangkaian peristiwa
Bersifat menceritakan
4) Langkah-langkah menulis karangan narasi:
a. Menentukan tema karangan
b. Menentukan tujuan karangan
c. Mengumpulkan bahan-bahan karangan
Berdasarkan pengalaman pribadi atau orang lain
Berdasarkan khayalan atau imajinasi
d. Menyusun kerangka karangan
Tentukan tujuan secara jelas
Hanya satu gagasan setiap paragraf
Disusun secara logis dan wajar
e. Mengembangkan keraangka karangan
129
Narasi atau cerita dapat disusun dengan memperhatikan alur cerita atau
jalannya cerita (dapat alur maju, alur mundur atau flash back, atau
gabungan keduanya)
Bahasa yang digunakan dapat ragam bahasa baku (pengalaman, peristiwa),
atau ragam bahasa nonbaku (cerpen, novel).
5) Contoh narasi:
Rekreasi di Pantai Baron
Hari minggu jam 09.00, tanggal 7 Desember 2008, kami
sekeluarga berangkat menuju Pantai Baron. Pemandangan menuju Pantai
Baron sungguh indah, apalagi waktu kendaraan kami melewati jalan di
atas bukit, kami bisa melihat pemandangan dibawah yang sangat indah.
Menjelang siang kami sampai di Pantai baron, di sana sudah
banyak turis, baik domestik maupun wisatawan asing. Selanjutnya kami
mencari tempat yang aman dan nyaman untuk beristirahat. Dengan
menggunakan tikar sewaan, kami semua duduk sambil menikmati bekal
yang kami bawa dari rumah.
Setelah selesai makan, kami sekeluarga ada yang bermain ditepi
pantai, melihat burung, berbelanja ikan goreng, dan ada pula yang hanya
duduk menikmati pemandangan di Pantai baron. Setelah puas menikmati
indahnya pantai Baron, kami bersiap-siap untuk pulang.
130
2. Materi Pembelajaran Siklus II
RINGKASAN MATERI
MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
1) Pengertian deskripsi
Pengertian deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan
keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar,
merasakan) apa yang dilukiskan sesuai citra penulisnya.
2) Tujuan deskripsi
Orang menulis deskripsi bertujuan menggambarkan sesuatu sesuai dengan apa
yang dilihat sendiri oleh pengarang. Jadi, orang yang membaca karangan
deskripsi tersebut dapat merasakan seperti yang dirasakan pengarang dalam
tulisannya. Objek yang dilukiskan sesuai dengan yang kita lihat, kita cermati
sampai pada hal yang sekecil-kecilnya. Dalam penulisan karangan deskripsi ini
panca indra kita berperan penting, misalnya melukiskan kelas, keramaian
lomba panjat pinang, arena pemancingan, dan sebagainya.
3) Ciri-ciri deskripsi:
Gambaran apa adanya dan dilukiskan dengan sehidup-hidupnya.
Tidak ada pertimbangan atau pendapat.
4) Contoh karangan deskripsi:
Deskripsi 1
Ruang kamar itu berukuran 3 x 3 meter. Mempunyai satu pintu dan satu
jendela, serta dicat biru muda dengan kuning. Dinding ruang dicat merah muda dan
eternitnya putih. Ubinnya dari keramik berwarna putih dan ada bunga transparan
berwarna biru.
Di dalam kamar itu bagian barat berisi meja belajar Olympic diisi buku-buku
yang tertata rapi, sebuah komputer, kipas angin, lampu belajar, boneka-boneka kecil,
kotak yang terbuat dari plastik untuk menaruh pernak-pernik, dan ada sebuah kursi.
Sebagian pojok utara dan timur terdapat sebuah tempat tidur yang diatur
rapi, diberi sprei serta sarung bantal dengan dasar putih dihiasi kembang-kembang
warna biru. Sedangkan dinding sebelah selatan ada sebuah kaca rias lengkap dengan
131
alat untuk merias wajah. Sebelah timurnya terdapat sebuah meja untuk menaruh mini
compo Polytrin dan sebuah televisi 14 inchi bermerk Panasonic.
Deskripsi 2
Ruang kamar itu berukuran 3 x 3 meter. Mempunyai satu pintu dan satu
jendela, serta dicat biru muda dengan kuning. Dinding ruang dicat merah muda dan
eternitnya putih. Ubinnya dari keramik berwarna putih dan ada bunga transparan
berwarna biru. Sungguh serasi warnanya antara cat dinding, pintu, maupun ubin
yang ada di dalam kamar itu.
Di dalam kamar itu bagian barat berisi meja belajar Olympic diisi buku-buku
yang tertata rapi, sebuah komputer, kipas angin, lampu belajar, boneka-boneka kecil,
kotak yang terbuat dari plastik untuk menaruh pernak-pernik, dan ada sebuah kursi.
Sebagian pojok utara dan timur terdapat sebuah tempat tidur yang diatur
rapi, diberi sprei serta sarung bantal dengan dasar putih dihiasi kembang-kembang
warna biru. Sedangkan dinding sebelah selatan ada sebuah kaca rias lengkap dengan
alat untuk merias wajah. Sebelah timurnya terdapat sebuah meja untuk menaruh mini
compo Polytrin dan sebuah televisi 14 inchi bermerk Panasonic. Ternyata di dalam
kamar ukuran kecil itu isinya bermacam-macam.
Pada dua contoh deskripsi yang isinya sedikit berbeda. Dalam contoh
deskripsi pertama dilukiskan keadaan sebuah kamar apa adanya. Pengembangan
sebuah paragraf deskripsi tanpa memasukkan opini atau pendapat penulis
dinamakan pengembangan paragraf deskripsi objektif.
Sedangkan contoh deskripsi kedua tertulis: Sungguh serasi warnanya antara
cat dinding, pintu, maupun ubin yang ada di dalam kamar itu. Ternyata di dalam
kamar ukuran kecil itu isinya bermacam-macam. Kalimat yang dicetak miring
adalah contoh opini atau pendapat penulis yang dimasukkan dalam paragraf
deskripsi. Pengembangan sebuah paragraf deskripsi dengan menambahkan opini
atau pendapat penulis dinamakan pola pengembangan paragraf deskripsi
subjektif.
132
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS I
Mata Diklat : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X / II
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (4 x 45 menit)
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat
Semenjana
Kompetensi Dasar : 1. 10 Membuat berbagai teks tertulis dalam konteks
bermasyarakat dengan memilih kata, bentuk kata, dan
ungkapan yang tepat.
Indikator : Menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan
tertentu (narasi, deskripsi, eksposisi) dengan pemilihan
kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.
I. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan
tertentu (narasi, deskripsi, eksposisi) dengan pemilihan kata, bentuk kata,
dan ungkapan yang tepat.
II. Materi Ajar
MENULIS KARANGAN NARASI
1) Narasi adalah karangan yang berupa rangkaian peristiwa yang terjadi
dalam satu kesatuan waktu. Cerpen, novel, roman, dan semua prosa
imajinatif merupakan contoh karangan narasi.
2) Narasi merupakan sebuah cerita. Cerita ini didasarkan atas urutan kejadian
atau peristiwa. Narasi dapat bersifat fakta (cerita sebenarnya) maupun fiksi
(cerita rekaan).
Contoh:
Narasi yang berisi fakta: biografi dan autobiografi.
Narasi yang berupa fiksi: cerpen dan novel.
133
3) Ciri-ciri narasi:
Bersumber dari fakta maupun fiksi (rekaan)
Berupa rangkaian peristiwa
Bersifat menceritakan
4) Langkah-langkah menulis karangan narasi:
a. Menentukan tema karangan
b. Menentukan tujuan karangan
c. Mengumpulkan bahan-bahan karangan
Berdasarkan pengalaman pribadi atau orang lain
Berdasarkan khayalan atau imajinasi
d. Menyusun kerangka karangan
Tentukan tujuan secara jelas
Hanya satu gagasan setiap paragraf
Disusun secara logis dan wajar
e. Mengembangkan keraangka karangan
Narasi atau cerita dapat disusun dengan memperhatikan alur cerita atau
jalannya cerita (dapat alur maju, alur mundur atau flash back, atau
gabungan keduanya)
Bahasa yang digunakan dapat ragam bahasa baku (pengalaman,
peristiwa), atau ragam bahasa nonbaku (cerpen, novel).
5) Contoh narasi:
Rekreasi di Pantai Baron
Hari minggu jam 09.00, tanggal 7 Desember 2008, kami
sekeluarga berangkat menuju Pantai Baron. Pemandangan menuju Pantai
Baron sungguh indah, apalagi waktu kendaraan kami melewati jalan di
atas bukit, kami bisa melihat pemandangan dibawah yang sangat indah.
Menjelang siang kami sampai di Pantai baron, di sana sudah
banyak turis, baik domestik maupun wisatawan asing. Selanjutnya kami
mencari tempat yang aman dan nyaman untuk beristirahat. Dengan
134
menggunakan tikar sewaan, kami semua duduk sambil menikmati bekal
yang kami bawa dari rumah.
Setelah selesai makan, kami sekeluarga ada yang bermain ditepi
pantai, melihat burung, berbelanja ikan goreng, dan ada pula yang hanya
duduk menikmati pemandangan di Pantai baron. Setelah puas menikmati
indahnya pantai Baron, kami bersiap-siap untuk pulang.
III.Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ceramah dilakukan ketika guru menyampaikan materi.
2. Bertanya/Quistioning
Metode ini dilakukan guru dengan memberikan apersepsi maupun
kesempatan tanya jawab kepada siswa.
2. Pemodelan/Modelling
Metode ini dilakukan guru ketika memberikan model berupa berbagai
jenin bentuk informasi nonverbal yang dapat dijadikan sebagai contoh
pada siswa sekaligus contoh dalam menjelaskan materi.
3. Teknik Koreksi Teman Sebaya
Metode ini dilakukan dengan meminta siswa untuk saling mengoreksi
karangan temannya, sehingga mereka dapat berpartisipasi lebih aktif
dalam pembelajaran serta dapat belajar lebih dalam dengan memahami
berbagai kesalahan yang dilakukan oleh temannya.
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan pertama:
a. Kegiatan Awal
1) Guru membuka pelajaran.
2) Guru memberikan apersepsi.
b. Kegiatan Inti
1) Guru menyampaikan meteri menulis narasi.
2) Guru memberi contoh karangan narasi.
135
3) Guru menyampaikan langkah-langkah dalam koreksi teman sebaya
serta memberikan pedoman hal-hal yang dikoreksi pada karangan
dalam bentuk fotokopi materi.
4) Guru menugasi siswa untuk menulis karangan narasi pada kertas
yang disediakan.
5) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan karangan narasinya.
6) Guru memberikan kesempatan bertanya pada siswa.
c. Kegiatan Penutup
1) Guru memberikan refleksi berkaitan dengan pembelajaran yang
telah berlangsung.
2) Guru menutup pelajaran.
Pertemuan kedua:
A. Kegiatan Awal
1) Guru membuka pelajaran.
2) Guru memberikan apersepsi.
B. Kegiatan Inti
1) Guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus
dikoreksi oleh siswa, yaitu berkaitan dengan isi, organisasi isi,
kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik;
2) Guru membagikan karangan siswa yang pada pertemuan
sebelumnya sudah dikumpulkan kemudian siswa diminta
menukarkan karangannya tersebut dengan temannya;
3) Di bawah bimbingan guru, masing-masing siswa melakukan
koreksi terhadap tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang
telah ditentukan serta pedoman pengoreksian yang telah diberikan;
4) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan-
kesulitan yang dialami selama melakukan koreksi;
5) Guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan yang
dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan;
136
6) Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan
yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata,
pengembangan bahasa, dan mekaniknya;
7) Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan
menulis ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang
dalam karangan kemudian dikumpulkan;
C. Kegiatan Penutup
1) Guru memberikan refleksi berkaitan dengan pembelajaran yang
telah berlangsung.
2) Guru menutup pelajaran
V. Alat/Bahan/Sumber Bahan
1. Modul Bahasa Indonesia
2. Kumpulan materi menulis narasi dari berbagai sumber.
3. Pedoman pengoreksian karangan.
VI. Penilaian
1. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung
menggunakan lembar pengamatan, secara garis besar penilaian proses
meliputi pengamatan terhadap keaktifan, perhatian dan konsentrasi,
serta minat dan motivasi siswa secara individu dalam mengikuti
pembelajaran.
137
Lembar Penilaian
Nama:_________________
Nilai Aspek
Pernyataan
Pernyataan
1 2 3 4 5
Total
A. Keaktifan siswa selama pembelajaran
B. Perhatian dan konsentrasi siswa selama
pembelajaran
C. Minat dan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran
Jumlah
Keterangan Pernyataan:
A. Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran.
1. Mengajukan pertanyaan.
2. Mengungkapkan pendapat.
3. Menjawab pertanyaan guru.
4. Memperhatikan pertanyaan orang lain.
5. Menanggapi pertanyaan.
B. Perhatian dan Konsentrasi Siswa Selama Pembelajaran.
1. Memperhatikan penjelasan guru.
2. Mencatat penjelasan guru.
3. Mempelajari kembali materi yang diberikan.
4. Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas.
5. Tidak mengobrol dengan teman lain.
C. Minat dan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran.
1. Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu.
2. Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
138
3. Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asal-
asalan.
4. Tidak bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu,
meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain.
5. Tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran.
Keterangan Penilaian:
Setiap pernyataan mendapat nilai 1-5 berdasarkan aspek-aspek pernyataan
yang dilakukan oleh siswa, dan setiap aspek dalam pernyataan memiliki
bobot nilai 1.
Kriteria nilai pernyataan
1,00 – 1,99 : kurang
2,00 – 2,99 : sedang
3,00 – 3,99 : cukup
4,00 – 4,99 : baik
5,00 : sangat baik
Kriteria nilai total
1,00 – 3,99 : kurang
4,00 – 6,99 : sedang
7,00 – 9,99 : cukup
10,00 – 12,99 : baik
13,00 – 15,00 : sangat baik
139
2. Tugas Siswa
Buatlah sebuah karangan narasi dengan tema bebas!
PEDOMAN PENILAIAN KARANGAN
( Adaptasi model penilaian menulis skala interval Burhan Nurgiyantoro)
No. Aspek Karangan yang Dinilai Bobot
Penilaian
1. ISI (Relevansi jusul dengan isi) 13 – 30
2. ORGANISASI ISI 7 – 20
3. KOSA KATA 7 – 20
4. PENGEMBANGAN BAHASA (Struktur kalimat) 5 – 25
5. MEKANIK (Pemakaian ejaan) 2 – 5
Jumlah ( Rentangan Nilai ) 34 - 100
Surakarta, 27 Januari 2009
Guru
Dra. Sri Sumaryamti
140
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
SIKLUS II
Mata Diklat : Bahasa Indonesia
Kelas/Semester : X / II
Alokasi Waktu : 2 x pertemuan (4 x 45 menit)
Standar Kompetensi : Berkomunikasi dengan Bahasa Indonesia setara tingkat
Semenjana
Kompetensi Dasar : 1. 10 Membuat berbagai teks tertulis dalam konteks
bermasyarakat
dengan memilih kata, bentuk kata, dan ungkapan yang
tepat.
Indikator : Menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan
tertentu(narasi,deskripsi, eksposisi) dengan pemilihan
kata, bentuk kata, dan ungkapan yang tepat.
I. Tujuan Pembelajaran
Siswa mampu menyusun karangan sesuai dengan pilihan jenis karangan
tertentu (narasi, deskripsi, eksposisi) dengan pemilihan kata, bentuk kata,
dan ungkapan yang tepat.
II. Materi Ajar
MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
1) Pengertian deskripsi
Pengertian deskripsi adalah karangan yang melukiskan sesuatu sesuai
dengan keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai
(melihat, mendengar, merasakan) apa yang dilukiskan sesuai citra
penulisnya.
141
2) Tujuan deskripsi
Orang menulis deskripsi bertujuan menggambarkan sesuatu sesuai
dengan apa yang dilihat sendiri oleh pengarang. Jadi, orang yang
membaca karangan deskripsi tersebut dapat merasakan seperti yang
dirasakan pengarang dalam tulisannya. Objek yang dilukiskan sesuai
dengan yang kita lihat, kita cermati sampai pada hal yang sekecil-
kecilnya. Dalam penulisan karangan deskripsi ini panca indra kita
berperan penting, misalnya melukiskan kelas, keramaian lomba panjat
pinang, arena pemancingan, dan sebagainya.
3) Ciri-ciri deskripsi:
Gambaran apa adanya dan dilukiskan dengan sehidup-hidupnya.
Tidak ada pertimbangan atau pendapat.
4) Contoh karangan deskripsi:
Deskripsi 1
Ruang kamar itu berukuran 3 x 3 meter. Mempunyai satu pintu
dan satu jendela, serta dicat biru muda dengan kuning. Dinding ruang dicat
merah muda dan eternitnya putih. Ubinnya dari keramik berwarna putih
dan ada bunga transparan berwarna biru.
Di dalam kamar itu bagian barat berisi meja belajar Olympic diisi
buku-buku yang tertata rapi, sebuah komputer, kipas angin, lampu belajar,
boneka-boneka kecil, kotak yang terbuat dari plastik untuk menaruh pernak-
pernik, dan ada sebuah kursi.
Sebagian pojok utara dan timur terdapat sebuah tempat tidur yang
diatur rapi, diberi sprei serta sarung bantal dengan dasar putih dihiasi
kembang-kembang warna biru. Sedangkan dinding sebelah selatan ada
sebuah kaca rias lengkap dengan alat untuk merias wajah. Sebelah timurnya
terdapat sebuah meja untuk menaruh mini compo Polytrin dan sebuah
televisi 14 inchi bermerk Panasonic.
142
Deskripsi 2
Ruang kamar itu berukuran 3 x 3 meter. Mempunyai satu pintu
dan satu jendela, serta dicat biru muda dengan kuning. Dinding ruang dicat
merah muda dan eternitnya putih. Ubinnya dari keramik berwarna putih
dan ada bunga transparan berwarna biru. Sungguh serasi warnanya antara
cat dinding, pintu, maupun ubin yang ada di dalam kamar itu.
Di dalam kamar itu bagian barat berisi meja belajar Olympic diisi
buku-buku yang tertata rapi, sebuah komputer, kipas angin, lampu belajar,
boneka-boneka kecil, kotak yang terbuat dari plastik untuk menaruh pernak-
pernik, dan ada sebuah kursi.
Sebagian pojok utara dan timur terdapat sebuah tempat tidur yang
diatur rapi, diberi sprei serta sarung bantal dengan dasar putih dihiasi
kembang-kembang warna biru. Sedangkan dinding sebelah selatan ada
sebuah kaca rias lengkap dengan alat untuk merias wajah. Sebelah timurnya
terdapat sebuah meja untuk menaruh mini compo Polytrin dan sebuah
televisi 14 inchi bermerk Panasonic. Ternyata di dalam kamar ukuran kecil
itu isinya bermacam-macam.
Pada dua contoh deskripsi yang isinya sedikit berbeda. Dalam
contoh deskripsi pertama dilukiskan keadaan sebuah kamar apa adanya.
Pengembangan sebuah paragraf deskripsi tanpa memasukkan opini atau
pendapat penulis dinamakan pengembangan paragraf deskripsi objektif.
Sedangkan contoh deskripsi kedua tertulis: Sungguh serasi
warnanya antara cat dinding, pintu, maupun ubin yang ada di dalam
kamar itu. Ternyata di dalam kamar ukuran kecil itu isinya bermacam-
macam. Kalimat yang dicetak miring adalah contoh opini atau pendapat
penulis yang dimasukkan dalam paragraf deskripsi. Pengembangan sebuah
paragraf deskripsi dengan menambahkan opini atau pendapat penulis
dinamakan pola pengembangan paragraf deskripsi subjektif.
143
III. Metode Pembelajaran
1. Metode Ceramah
Metode ceramah dilakukan ketika guru menyampaikan materi.
2. Bertanya/Quistioning
Metode ini dilakukan guru dengan memberikan apersepsi maupun
kesempatan tanya jawab kepada siswa.
3. Pemodelan/Modelling
Metode ini dilakukan guru ketika memberikan model berupa berbagai
jenin bentuk informasi nonverbal yang dapat dijadikan sebagai contoh
pada siswa sekaligus contoh dalam menjelaskan materi.
4. Teknik Koreksi Teman Sebaya
Metode ini dilakukan dengan meminta siswa untuk saling mengoreksi
karangan temannya, sehingga mereka dapat berpartisipasi lebih aktif
dalam pembelajaran serta dapat belajar lebih dalam dengan memahami
berbagai kesalahan yang dilakukan oleh temannya.
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan pertama:
A. Kegiatan Awal
1) Guru membuka pelajaran.
2) Guru memberikan apersepsi.
B. Kegiatan Inti
1) Guru menjelaskan hasil refleksi karangan siswa pada siklus I;
2) Guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam menulis
karangan pada siklus I;
3) Guru menyampaikan materi menulis karangan deskripsi dan
langkah-langkah pembelajaran menulis karangan dengan teknik
koreksi teman sebaya seperti pada siklus I;
4) Guru memberikan latihan pada siswa untuk mengoreksi karangan
yang telah disiapkan;
5) Guru menegaskan pokok-pokok penilaian dalam sebuah
karangan;
144
6) Guru menugaskan siswa untuk menulis karangan deskripsi
dengan tema bebas pada lembar kertas yang telah disediakan;
7) Guru meminta siswa untuk mengumpulkan karangannya.
C. Kegiatan Penutup
1) Guru memberikan refleksi berkaitan dengan pembelajaran yang
telah berlangsung.
2) Guru menutup pelajaran.
Pertemuan kedua:
A. Kegiatan Awal
1) Guru membuka pelajaran.
2) Guru memberikan apersepsi.
B. Kegiatan Inti
1) Guru memberikan penjelasan mengenai hal-hal yang harus
dikoreksi oleh siswa, yaitu berkaitan dengan isi, organisasi isi,
kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik;
2) Guru membagikan karangan siswa yang pada pertemuan
sebelumnya sudah dikumpulkan kemudian siswa diminta
menukarkan karangannya tersebut dengan temannya;
3) Di bawah bimbingan guru, masing-masing siswa melakukan
koreksi terhadap tulisan temannya berdasarkan aspek-aspek yang
telah ditentukan serta pedoman pengoreksian yang telah diberikan;
4) Guru melakukan tanya jawab dengan siswa tentang kesulitan-
kesulitan yang dialami selama melakukan koreksi;
5) Guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan yang
dikoreksinya pada siswa yang bersangkutan;
6) Guru memberikan penegasan kembali tentang penulisan karangan
yang baik dan benar, baik dari segi isi, organisasi, kosakata,
pengembangan bahasa, dan mekaniknya;
7) Guru menugasi siswa untuk memperbaiki karangannya dengan
menulis ulang serta menambahkan hal-hal yang dianggap kurang
dalam karangan kemudian dikumpulkan;
145
C. Kegiatan Penutup
1) Guru memberikan refleksi berkaitan dengan pembelajaran yang
telah berlangsung.
2) Guru menutup pelajaran
V. Alat/Bahan/Sumber Bahan
1. Modul Bahasa Indonesia
2. Kumpulan materi menulis narasi dari berbagai sumber.
3. Pedoman pengoreksian karangan.
VI. Penilaian
1. Penilaian Proses
Penilaian proses dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung menggunakan lembar pengamatan, secara garis besar
penilaian proses meliputi pengamatan terhadap keaktifan, perhatian
dan konsentrasi, serta minat dan motivasi siswa secara individu
dalam mengikuti pembelajaran.
Lembar Penilaian
Nama:_________________
Nilai Aspek
Pernyataan
Pernyataan
1 2 3 4 5
Total
A. Keaktifan siswa selama pembelajaran
B. Perhatian dan konsentrasi siswa selama
pembelajaran
C. Minat dan motivasi siswa dalam
mengikuti pembelajaran
Jumlah
146
Keterangan Pernyataan:
D. Keaktifan Siswa Selama Pembelajaran.
1. Mengajukan pertanyaan.
2. Mengungkapkan pendapat.
3. Menjawab pertanyaan guru.
4. Memperhatikan pertanyaan orang lain.
5. Menanggapi pertanyaan.
E. Perhatian dan Konsentrasi Siswa Selama Pembelajaran.
1. Memperhatikan penjelasan guru.
2. Mencatat penjelasan guru.
3. Mempelajari kembali materi yang diberikan.
4. Tidak sibuk dengan aktivitasnya sendiri di kelas.
5. Tidak mengobrol dengan teman lain.
F. Minat dan Motivasi Siswa dalam Mengikuti Pembelajaran.
1. Mengerjakan tugas yang diberikan tepat waktu.
2. Semangat dalam mengerjakan tugas yang diberikan.
3. Mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh atau tidak asalasalan.
4. Tidak bermalas-malasan di kelas dengan bertopang dagu,
meletakkan kepala di atas meja, dan lain-lain.
5. Tidak mengucapkan keluhan saat pembelajaran.
Keterangan Penilaian:
Setiap pernyataan mendapat nilai 1-5 berdasarkan aspek-aspek pernyataan
yang dilakukan oleh siswa, dan setiap aspek dalam pernyataan memiliki
bobot nilai 1.
Kriteria nilai pernyataan
1,00 – 1,99 : kurang
2,00 – 2,99 : sedang
3,00 – 3,99 : cukup
4,00 – 4,99 : baik
5,00 : sangat baik
Kriteria nilai total
1,00 – 3,99 : kurang
4,00 – 6,99 : sedang
7,00 – 9,99 : cukup
10,00 – 12,99 : baik
13,00 – 15,00 : sangat baik
147
3) Tugas Siswa
Buatlah sebuah karangan deskripsi dengan tema bebas!
PEDOMAN PENILAIAN KARANGAN
( Adaptasi model penilaian menulis skala interval Burhan Nurgiyantoro)
No. Aspek Karangan yang Dinilai Bobot
Penilaian
1. ISI (Relevansi jusul dengan isi) 13 – 30
2. ORGANISASI ISI 7 – 20
3. KOSA KATA 7 – 20
4. PENGEMBANGAN BAHASA (Struktur kalimat) 5 – 25
5. MEKANIK (Pemakaian ejaan) 2 – 5
Jumlah ( Rentangan Nilai ) 34 - 100
Surakarta, 7 Februari 2009
Guru
Dra. Sri Sumaryamti
5. Silabus
148
149
150
151
152
153
154
155
156
6. Materi Kebahasaan/Ejaan
157
158
159
160
161
162
Lampiran 3: Data Penelitian
1. Hasil Observasi Pembelajaran Prasiklus
HASIL OBSERVASI KEGIATAN PEMBELAJARAN
DI KELAS I AP 2 SMK MURNI 2 SURAKARTA
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran menulis di
kelas sebelum tindakan (prasiklus).
Nama Guru : Dra. Sri Sumaryamti
Bidang studi : Bahasa Indonesia
Materi : Menulis karangan narasi
Waktu : 2 x 45 menit/ Selasa, 20 Januari 2009
Komponen yang Diamati Hasil Pengamatan
A. Tujuan Pembelajaran
1.Penyampaian tujuan
pembelajaran.
Tujuan pembelajaran disampaikan secara garis besarnya.
2. Ketepatan tujuan dengan
waktu yang tersedia.
Pembelajaran menulis dilaksanakan selama 2 jam pelajaran, 30
menit penyampaian materi, 50 menit untuk menulis karangan, dan
10 menit untuk refleksi.
B.Penguasaan Bahan
Pembelajaran
1.Penyampaian materi ajar pada
siswa.
Penyampaian materi dengan ceramah, garis besar materi di tulis di
papan tulis, dan guru mendikte materi pada siswa.
2.Sistematika pemberian materi
pada siswa.
1. Guru membuka pelajaran dan menyampaikan tujuan.
2. Guru menyampaikan materi dengan ceramah.
3. Guru meminta siswa untuk mengarang.
4. Karangan dikumpulkan.
5. Karangan dinilai oleh guru.
163
C.Kegiatan Belajar
Mengajar
1. Metode mengajar
Metode mengajar secara konvensional, yakni dengan ceramah, serta
pemberian tugas mengarang pada siswa untuk dikerjakan di kelas
kemudian dikumpulkan sebelum pembelajaran berakhir.
2. Kegiatan belajar siswa Kegiatan siswa adalah mendengarkan penjelasan guru. Pada saat
kegiatan menulis karangan, siswa sangat tenang, sibuk dengan
imajinasinya sendiri-sendiri, dan hanya sesekali satu dua siswa yang
berbisik-bisik mengobrol dengan teman sebangkunya. Namun
beberapa saat kemudian, siswa mulai sedikit gaduh, siswa saling
lempar tipe-x. guru duduk di kursi meja guru menunggu siswa
selesai mengerjakan karangannya, sambil sesekali guru berkeliling
untuk melihat pekerjaan siswa namun tanpa memberi arahan
apapun. Siswa yang sudah selesai memngerjakan dibiarkan
menmunggu, sehingga tidak sedikit dari mereka yang mengobrol
dan sibuk dengan kegiatannya sendiri
3. Alat peraga atau alat bantu
pengajaran
Tidak ada alat peraga khusus kecuali kapur dan papan tulis.
4. Kegiatan guru selama
mengajar
Kegiatan guru selama pembelajaran adalah memberikan penjelasan
tentang materi menulis karangan narasi dengan ceramah, kemudian
mengamati siswa saat mengarang, serta membaca beberapa
karangan siswa yang sudah jadi dan tanpa memberikan komentar
apapun.
5. Kesimpulan pelajaran Guru menjelaskan kembali secara singkat pembelajaran yang telah
dilaksanakan secara lisan.
D. Penilaian
1.Pelaksanaan penilaian
Penilaian dilaksanakan sendiri oleh guru.
164
2. Isi pertanyaan Pertanyaan berisi tentang perintah untuk membuat sebuah karangan
menulis narasi dengan tema bebas.
3. Hasil yang dicapai siswa Seluruh siswa mengerjakan perintah guru. Siswa menulis
karangannya pada lembar kertas yang sudah disediakan. Dan
hasilnya di bawa oleh guru, dan tanpa diberi komentar maupun
masukan apapun.
4. Tindak lanjut Tidak ada tindak lanjut dari guru tentang hail karangan yang telah
dikumpulkan oleh siswa. Guru hanya menilainya dan kemudian
dibagikan kembali.
20 Januari 2009
Pengamat,
1. Jhkjh
165
2. Hasil Catatan Lapangan pada Siklus I
Catatan Lapangan Siklus I
Tempat : Kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Hari/Tgl/Wkt : Selasa, 27 Januari 2009 dan 3 Februari 2009
pukul 07.45 – 09.15
Catatan
Pada saat observasi, peneliti bertindak sebagai partisipan pasif dan duduk di bangku
belakang, sesekali peneliti berada di samping kelas untuk mengambil gambar. Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran tentang jalannya kegiatan
pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya yakni, saat masuk kelas
guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam setelah seluruh siswa tenang.
Selanjutnya guru menanyakan siswa yang tidak masuk, mengabsen kehadiran siswa satu per
satu serta mengisi buku presensi siswa. Kelas sedikit ramai meskipun tidak terlalu gaduh
karena beberapa siswa masih ada yang mengobrol dengan teman semejanya.
Setelah itu, guru memberikan apersepsi tentang pembelajaran menulis karangan
jenis narasi. Selain itu guru juga mengevaluasi hasil karangan minggu lalu yang telah dinilai.
Dalam evaluasi tersebut guru menyatakan bahwa masih banyak hal yang harus diperbaiki
dalam karangan siswa, baik dari isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, maupun
mekaniknya. Pada awalnya siswa terlihat asing dan kurang paham dengan yang dimaksudkan
guru, akan tetapi guru kemudian menjelaskannya secara lebih menyeluruh. Pejelasan tersebut
misalnya, pengembangan bahasa berkaitan dengan struktur maupun penyusunan kalimatnya,
serta ejaan berkaitan dengan aspek mekaniknya. Setelah itu guru menjelaskan tentang
penerapan teknik koreksi teman sebaya yang akan dilaksanakan dalam pembelajaran menulis
karangan dan siswa tampak sangat paham.
Selanjutnya, guru menyampaikan materi tentang menulis karangan narasi serta
pedoman pengoreksian dalam sebuah karangan. Pedoman pengoreksian ini diberikan dalam
bentuk lembar fotokopian yang sudah disiapkan guru sebelumnya. Sambil mendengarkan
penjelasan guru dan mencermati pedoman pengoreksian, siswa diminta mengevaluasi sendiri
karangannya dari pembelajaran prasiklus pada minggu lalu. Meskipun karangan tersebut
166
sudah dikoreksi dan dinilai guru akan tetapi siswa diminta mencermati kesalahan-
kesalahannya yang telah ditunjukkan oleh guru dengan coretan maupun lingkaran pada
bagian yang salah. Dari kegiatan tersebut banyak siswa yang merasa malu karena sadar
bahwa kerangannya terdapat banyak kesalahan.
Kemudian, guru meminta siswa membuat karangan jenis narasi dengan tema bebas
pada lembar kertas yang telah disediakan guru, akan tetapi karangan ini harus beda dengan
karangan pada kegiatan prasiklus minggu lalu. Pada kegiatan ini siswa sangat antusias dan
konsentrasi dalam menulis karangan, sambil membaca kembali karangannya minggu lalu dan
memperbaiki kesalahan-kesalahannya. Ada beberapa siswa yang membuat sedikit gaduh
dengan saling melempar tipe-x pada temannya, beberapa juga berbisik-bisik mengobrol
dengan teman semejanya. Kegaduhan tersebut hanya terjadi sebentar, siswa kemudian
tampak menikmati kegiatan mengarangnya hingga kelas sangat tenang dan tampak sepi.
Setelah sekitar 30 menit berlalu, siswa mulai gaduh lagi, mereka mengobrol dengan teman
semejanya, kemudian guru menegur dan mereka mulai tenang. Saat guru menanyakan hasil
karangannya, beberapa siswa sudah menyatakan selesai, kemudian guru memintannya untuk
dibaca dan dicermati lagi yang kemudian dikumpulkan.
Siswa yang sudah mengumpulkan karangannya diminta menunggu temannya yang
belum selesai. Pada kegiatan ini, beberapa siswa yang sudah selesai cenderung sibuk dengan
aktivitasnya sendiri, mengobrol dengan teman semejanya atau bahkan tidur-tiduran dengan
meletakkan kepalanya di atas meja. Hal seperti ini membuat suasana kelas tidak terlalu
kondusif bahkan mengganggu siswa lain yang belum selesai dengan karangannya.
Setelah semua selesai, guru memberikan refleksi atas pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Pada kegiatan ini guru melakukan sedikit tanya jawab dengan siswa kemudian
memberikan penegasan kembali atas materi yang telah disampaikan. Kemudian guru
memberi sedikit gambaran tentang pembelajaran minggu depan, yakni mengoreksi hasil
karangan dengan teknik koreksi teman sebaya, kemudian guru menutup pelajaran.
Pada pertemuan kedua, gambaran pelaksanaannya adalah sebagai berikut, guru
membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan mengabsen kehadiran siswa. Guru
memberikan penjelasan tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan, yakni mengoreksi
karangan yang telah ditulis pada minggu lalu. Pada kegiatan ini, guru juga menjelaskan
kembali tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengoreksian, misalnya dalam
167
pemakain ejaan, pemakaian tanda baca, penulisan singkatan dan pemakaiannya, pemilihan
kata, kejelasan isi serta penyusunan kalimatnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan tersebut
tentunya berkaitan dengan lima aspek penilaian yang ditonjolkan dalam sebuah karangan,
yang meliputi isi, organisasi isi, kosakata, pengembangan bahasa, serta mekanik. Pada
kegiatan tersebut siswa mendengarkan penjelasan guru dengan sangat antusias. Hal ini
terlihat dari suasana kelas yang hening karena seluruh siswa memperhatikan poin-poin yang
ditekankan guru dalam mengoreksi karangan.
Setelah penjelasan dirasa cukup, guru membagikan karangan siswa yang telah
dikumpulkan pada minggu lalu. Karangan tersebut tidak dikoreksi oleh guru, akan tetapi
pada saat memanggil setiap siswa, guru memberi sedikit komentar dengan hasil karangan
siswa. Misalnya guru mengomentari panjang karangan yang masih kurang, penulisannya
yang kurang rapi, acak-acakan, banyak tipe-x, dan sebagainya. Hal ini dilakukan guru untuk
memberi penjelasan lebih konkrit dari hal-hal yang perlu dikoreksi sekaligus memberi contoh
pada siswa agar nantinya saat mengoreksi karangan temannya lebih cermat.
Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menukarkan karangannya dengan diputar ke
kanan sebanyak lima kali hitungan. Seluruh siswa sangat paham kemudian melakukannya
atas arahan guru. Setelah itu, siswa mengoreksi karangan temannya. Pada kegiatan ini siswa
terlihat sangat antusias mengoreksi, mereka terlihat semangat dapat menyalahkan kemudian
membetulkan pekerjaan temannya. Ada beberapa siswa yang secara bersama-sama
mengoreksi dengan saling membantu. Hal ini memang sedikit membuat gaduh karena
mereka berbisik-bisik akan tetapi itu tidak mengganggu proses pembelajaran. Dengan
keadaan tersebut justru siswa terlihat lebih aktif dan mampu bekerja sama dengan teman
yang lain. Selain itu ada juga beberapa siswa yang bertanya kepada guru tentang kesulitannya
dalam mengoreksi.
Setelah koreksi selesai, guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan
tersebut pada siswa yang bersangkutan. Setelah siswa menerima hasil karangannya masing-
masing yang telah dikoreksi temannya, siswa diminta mencermati kembali karangan
tersebut. Kegiatan selanjutnya, siswa diminta memperbaiki karangan yang telah dikoreksi.
Karangan tersebut diperbaiki dan ditulis ulang pada lembar kertas yang masih kosong yang
telah disediakan guru. Hasil karangan yang telah diperbaiki tersebut yang nantinya akan
dinilai dan menjadi hasil dari siklus siklus I. Kemudian, setelah siswa selesai memperbaiki
168
karangannya, guru meminta siswa mengumpulkan karangan tersebut. Selanjutnya guru
memberi penegasan kembali tentang materi yang telah dijelaskan sebelumnya, kemudian
guru menutup pelajaran.
Refleksi
Bagi guru untuk direfleksi dapat dinyatakan bahwa: (1) Untuk mendorong siswa
agar lebih aktif dalam pembelajaran maupun saat melakukan koreksi, guru hendaknya
memberikan motivasi, pengarahan serta penjelasan bahwa penilaian pembelajaran tidak
hanya dari hasil, akan tetapi juga dari keaktifan saat proses pembelajaran; (2) Guru perlu
memperbaiki cara mengajar yang diterapkan. Hal ini perlu dilakukan untuk menjadikan
siswa yang tidak memperhatikan menjadi lebih memperhatikan. Pada awalnya guru hanya
menegurnya disela-sela menjelaskan materi, sebaiknya guru menegurnya dengan
memberikan pertanyaan sehingga akan lebih mengena pada siswa; (3) Guru memberikan
lebih banyak latihan pada siswa mengenai pembetulan kesalahan dalam koreksi. Hal ini
dilakukan agar siswa tidak hanya mampu menyalahkan, akan tetapi juga mampu
membetulkan.; (4) Guru memberikan materi menulis karangan yang berbeda dari jenis
narasi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa bosan karena beberapa pertemuan berturut-
turut membahas materi yang sama. Selain itu, berkaitan dengan indikator pembelajaran
dalam silabus juga mencakup tiga jenis karangan yang harus dikuasai yakni narasi, deskripsi,
serta eksposisi. Dengan demikian langkah ini tidak menyimpang dari silabus pembelajaran;
serta (5) Untuk lebih memaksimalkan kemampuan siswa dalam mengarang, guru hendaknya
lebih menegaskan kembali pokok-pokok penilaian dalam sebuah karangan. Dengan demikian
nilai karangan siswa akan lebih baik atau paling tidak mencapai batas minimal ketuntasan
sebesar 65.
Refleksi bagi siswa dapat dinyatakan: (1) Siswa diharapkan lebih aktif dalam
pembelajaran, terutama saat kegiatan koreksi teman sebaya: (2) Siswa diharapkan lebih
memperhatikan dan sungguh-sungguh dalam melakukan koreksi, serta tidak melakukan
aktivitas sendiri diluar kegiatan pembelajaran; dan (3) Siswa diharapkan mampu
memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri sehingga akan timbul rasa senang mengikuti
pembelajaran. Motivasi yang muncul dari dalam diri siswa akan mendorong siswa untuk
tidak lagi berpikir bahwa belajar adalah kewajiban melainkan kebutuhan bagi dirinya sendiri.
169
3. Hasil Catatan Lapangan pada Siklus II
Catatan Lapangan Siklus II
Tempat : Kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Hari/Tgl/Wkt : Selasa, 10 Februari 2009 dan 17 Februari 2009
Pukul 07.45 – 09.15
Catatan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan peneliti, diperoleh gambaran
jalannya kegiatan pembelajaran menulis karangan dengan teknik koreksi teman sebaya
sebagai berikut:
Guru membuka pembelajaran dengan mengucapkan salam setelah seluruh siswa
tenang. Selanjutnya guru menanyakan siswa yang tidak masuk, mengabsen kehadiran
siswa serta mengisi buku presensi siswa. Setelah itu, guru memberikan hasil refleksi
karangan siswa pada siklus I. Hasil perbaikan karangan siswa yang sudah dinilai dikoreksi
secara sekilas di depan kelas oleh guru. Guru memanggil siswa satu persatu, hal ini
dimaksudkan agar siswa lebih memperhatikan penjelasan guru.
Selanjutnya, guru menanyakan kesulitan yang dihadapi siswa dalam mengarang
pada siklus I. Dalam kegiatan ini guru dan siswa bertanya jawab tentang masalah-masalah
yang membuat siswa kesulitan mengarang. Dari kesulitan-kesulitan yang disampaikan
siswa tersebut, guru memberikan solusi atau pemecahan masalahnya. Pemberian solusi
dengan menjelaskan kembali hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengarang, misalnya
pemilihan kata, penyusunan kalimat, serta penulisan ejaan.
Setelah refleksi dari siklus I, sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah
disepakati kemudian guru memberikan materi menulis karangan jenis deskripsi. Hal ini
dilakukan sebagai tindak lanjut dari refleksi guru dan peneliti pada siklus I bahwa siswa
merasa bosan dengan materi yang sama, selain itu juga berkaitan dengan keterbatasan
waktu yang diberikan untuk setiap pembahasan materi. Mengingat, dalam silabus
pembelajaran Bahasa Indonesia, dihadapkan pada materi yang padat untuk waktu yang
terbatas.
Kegiatan selanjutnya, guru memberikan latihan pada siswa untuk mengoreksi
170
karangan yang sudah disiapkan. Latihan ini dimaksudkan agar siswa mengenali
kesalahan-kesalahan yang sering terjadi pada karangan. Setelah itu, guru menugasi siswa
untuk membuat karangan deskripsi pada lembar kertas yang sudah disediakan. Setelah
seluruh siswa selesai, karangan dikumpulkan pada guru. Guru menutup pembelajaran dan
dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan kedua, guru membuka kegiatan pembelajaran dengan
mengucapkan salam kemudian mengabsen kehadiran siswa. Sebelum memulai kegiatan
pembelajaran, guru memberikan apersepsi dengan tanya jawab atas pembelajaran yang
telah dilakukan pada minggu lalu. Kemudian guru menjelaskan kegiatan pembelajaran
yang akan dilakukan, yakni koreksi teman sebaya. Pada siklus I kegiatan ini sudah pernah
dilaksanakan sehingga guru hanya memberikan penegasan-penegasan kembali tentang
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengoreksi.
Setelah penjelasan dirasa cukup, guru membagikan karangan siswa yang telah
dikumpulkan pada minggu lalu. Karangan tersebut diberi sedikit komentar oleh guru
secara lisan sambil memanggil siswa yang bersangkutan. Misalnya guru mengomentari
panjang karangan yang masih kurang, penulisannya yang kurang rapi, acak-acakan,
banyak tipe-x, dan sebagainya. Hal ini dilakukan guru untuk memberi penjelasan
sekaligus contoh pada siswa agar nantinya saat mengoreksi karangan temannya lebih
cermat.
Selanjutnya, guru meminta siswa untuk menukarkan karangannya dengan diputar
ke kanan sebanyak lima kali hitungan. Seluruh siswa sudah sangat paham dengan
kegiatam ini karena sudah pernah dilakukan pada siklus I, kemudian siswa dengan cekatan
menukarkan karangannya sesuai arahan guru. Setelah itu, siswa mengoreksi karangan
temannya. Ada beberapa siswa yang secara bersama-sama mengoreksi dengan saling
membantu. Dalam kegiatan koreksi pada siklus II ini siswa terlihat lebih antusias daripada
saat siklus I, hal ini karena siswa sudah sangat paham dengan hal-hal yang harus
dikoreksi.
Setelah koreksi selesai, guru meminta siswa untuk mengembalikan karangan
tersebut pada siswa yang bersangkutan. Pada kegiatan tersebut siswa diminta mencermati
kembali karangan yang telah dikoreksi temannya tadi kemudian diperbaiki dengan ditulis
ulang pada lembar kertas yang telah disediakan guru. Kemudian guru meminta siswa
171
mengumpulkan karangan yang telah diperbaiki kemudian memberi penegasan kembali
tentang materi yang telah dipelajari, setelah itu guru menutup pelajaran.
Refleksi
Tindakan pada siklus II dapat dinyatakan telah berhasil. Meskipun tindakan
hanya terjadi sebanyak dua siklus akan tetapi seluruh indikator keberhasilan penelitian
telah terpenuhi, yakni adanya peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis
karangan. Selain itu, semua kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat teratasi dengan
baik pada siklus II.
172
4. Hasil Wawancara dengan Guru pada Prasiklus
HASIL WAWANCARA
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai proses pembelajaran
menulis di kelas.
Bentuk : Wawancara
Responden : Guru Bahasa Indonesia kelas X AP 2 SMK Murni 2
Surakarta
Nama : Dra. Sri Sumaryamti
Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapat Ibu
tentang pembelajaran menulis
yang telah dilaksanakan di
kelas?
Pembelajaran yang saya lakukan saya pikir
sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang ingin di capai yakni menulis karangan.
2. Apakah Ibu membuat skenario
pembelajarannya secara rinci
dan detail atau hanya secara
garis besar saja?
Untuk pembelajaran di tiap pertemuan saya
hanya membuat garis besarnya saja mengenai
hal-hal yang akan disampaikan.
3. Bagaimana metode pemberian
materi yang dilakukan Ibu di
kelas?
Materi saya berikan dengan ceramah dan penjelasan kembali kepada siswa mengenai bagian-bagian yang penting.
4. Bagaimana cara Ibu
memberikan contoh serta
latihan dalam pembelajaran
menulis di kelas?
Contoh saya berikan dengan memberikan
bacaan yang sekiranya sesuai dengan
karangan narasi, dan latihan dengan
pemberian tugas mengarang pada siswa
sekaligus untuk dinilai.
5. Bagaimana pendapat Ibu
tentang keaktifan siswa di
kelas?
Siswa memang tidak terlalu aktif, karena
mungkin di kelas ini siswanya juga berasal
dari anak-anak yang tidak diterima di sekolah
negeri.
173
6. Bagaimana Ibu menilai hasil
pekerjaan siswa?
Pekerjaan siswa saya nilai sesuai hasil dari
karangan tersebut, biasanya meliputi isi dan
ejaan.
Kesimpulan dan Refleksi
Kesimpulan:
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan guru untuk memperoleh informasi
mengenai proses pembelajaran menulis di kelas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Menurut pendapat guru pembelajaran sudah sesuai dengan tujuan yang ingin di
capai.
2. Skenario pembelajaran dibuat hanya garis besarnya saja.
3. Materi diberikan dengan ceramah.
4. Contoh diberikan melalui bacaan,serta latihan diberikan dengan penugasan pada
siswa.
5. Siswa tidak terlalu aktif dalam pembelajaran karena berasal dari siswa dengan
nilai rendah di SMP nya dan tidak diterima di sekolah negeri.
6. Pekerjaan siswa dinilai guru secara individu.
Refleksi:
Dari kesimpulan hasil wawancara tersebut, peneliti berpendapat bahwa guru belum
mampu mengupayakan kegiatan pembelajaran yang lebih aktif, inovatif, kreatif,efektif,
dan m. guru masih sangat dominan dalam proses pembelajaran di kelas, dan siswa
cenderung pasif. Dengan demikian, proses pembelajaran ini perlu dibenahi supaya
hasil yang akan dicapai nantinya juga lebih maksimal.
20 Januari 2009
Pengamat,
174
5. Hasil Wawancara dengan Siswa pada Prasiklus
HASIL WAWANCARA
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap
proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk : Wawancara
Responden : Siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama : Minda Leli Maryani
Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapat Anda tentang
pembelajaran menulis yang
dilaksanakan guru di kelas?
Pembelajaran membosankan, apalagi saat
mengarang dan menunggu yang lain yang
belum selesai.
2. Apakah guru memberikan materi
secara rinci dan terstruktur?
Guru memberi materi singkat dan garis
besarnya saja.
3. Bagaimana metode pemberian
materi yang dilakukan guru di
kelas?
Guru memberi materi dengan ceramah.
4. Bagaimana cara guru memberikan
contoh serta latihan dalam
pembelajaran menulis di kelas?
Contoh diberikan dari bacaan dan
dibacakan oleh guru. Latihan dengan
membuat karangan dan dikumpulkan.
5. Apakah Anda termotivasi untuk
aktif dalam pembelajaran di kelas?
Sedikit. Ketika guru bertanya saya
menjawab, tetapi jika tidak bertantanya
saya diam saja.
6. Bagaimana cara guru menilai hasil
pekerjaan Anda?
Dinilai biasa dengan memberi angka pada
karangan.
175
Kesimpulan dan Refleksi
Kesimpulan:
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk memperoleh informasi
mengenai proses pembelajaran menulis di kelas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Siswa merasa bosan saat pembelajaran mengarang karena terlalu lama
menunggu siswa yang lain yang belum selesai.
2. Guru memberi materi secara singkat.
3. Guru memberi materi dengan ceramah, yakni memberi catatan dan menjelaskan
hal-hal yang penting.
4. Guru memberi contoh dari bacaan dan memberi latihan pada siswa dengan
membuat karangan.
5. Siswa tidak termotivasi untuk aktif di kelas, aktif hanya ketika ditanya oleh
guru saja.
6. Karangan dinilai secara individu oleh guru.
Refleksi:
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa tersebut, peneliti berpendapat
bahwa guru sangat dominan pada proses pembelajaran sehingga siswa tidak dapat
berpartisipasi aktif mengikuti proses dan akhirnya mengalami kebosanan di dalam
kelas. Dari gambaran tersebut, proses pembelajaran di kelas harus dibenahi sehingga
siswa dapat ikut aktif dan tidak mengalami kebosanan.
20 Januari 2009
Pengamat,
176
HASIL WAWANCARA
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap
proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk : Wawancara
Responden : Siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama : Tri Susilowati
Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapat Anda tentang
pembelajaran menulis yang
dilaksanakan guru di kelas?
Pembelajaran membosankan, apalagi saat
mengarang dan menunggu yang lain yang belum
selesai.
2. Apakah guru memberikan materi
secara rinci dan terstruktur?
Guru memberi materi singkat, meskipun jelas
tetapi hanya sedikit.
3. Bagaimana metode pemberian materi
yang dilakukan guru di kelas?
Guru memberi materi dengan ceramah dan
memberi catatan.
4. Bagaimana cara guru memberikan
contoh serta latihan dalam
pembelajaran menulis di kelas?
Contoh dibacakan oleh guru. Latihan dengan
membuat karangan dengan kertas yang
dibagikan dan dikumpulkan.
5. Apakah Anda termotivasi untuk aktif
dalam pembelajaran di kelas?
Tidak. Karena guru tidak menyuruh.
6. Bagaimana cara guru menilai hasil
pekerjaan Anda?
Menilai karangan dengan angka, tidak ada
pembetulah ketika ada yang salah, dan kemudian
dibagikan pada pertemuan berikutnya.
Kesimpulan dan Refleksi
Kesimpulan:
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk memperoleh informasi mengenai
177
proses pembelajaran menulis di kelas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Siswa merasa bosan saat pembelajaran mengarang karena terlalu lama menunggu
siswa yang lain yang belum selesai.
2. Guru memberi materi secara singkat dan hanya sedikit.
3. Guru memberi materi dengan ceramah dan catatan.
4. Guru memberi contoh dengan membacakan bacaan dan memberi latihan pada siswa
dengan membuat karangan.
5. Siswa tidak termotivasi untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran di kelas.
6. Karangan dinilai secara individu oleh guru.
Refleksi:
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa tersebut, peneliti berpendapat bahwa
guru masih sangat dominan pada proses pembelajaran di kelas sehingga siswa tidak dapat
berpartisipasi aktif mengikuti proses dan akhirnya mengalami kebosanan di dalam kelas. Dari
gambaran tersebut, proses pembelajaran di kelas harus dibenahi sehingga siswa dapat ikut
aktif dan tidak mengalami kebosanan.
20 Januari 2009
Pengamat,
178
6. Hasil wawancara dengan Siswa pada Siklus I
HASIL WAWANCARA
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap
proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk : Wawancara
Responden : Siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama : Nanik Listyaningrum
Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapat Anda tentang
pembelajaran menulis yang
dilaksanakan guru di kelas?
Pembelajaran lebih menyenangkan daripada
pertemuan sebelumnya karena guru tidak hanya
ceramah tapi juga memberi fotokopian materi
sehingga lebih jelas. Akan tetapi saya juga
merasa bosan karena tiga kali pertemuan
materinya sama, yakni menulis narasi.
2. Apakah guru memberikan materi secara
rinci dan terstruktur?
Guru memberi materi singkat, kemudian
ditambah dengan materi dari fotokopian.
3. Bagaimana metode pemberian materi
yang dilakukan guru di kelas?
Guru memberi materi dengan ceramah, memberi
catatan, serta memberi fotokopian.
4. Bagaimana cara guru memberikan
contoh serta latihan dalam pembelajaran
menulis di kelas?
Contoh dibacakan oleh guru. Latihan dengan
membuat karangan dengan kertas yang
dibagikan dan dikumpulkan, kemudian dikoreksi
pada pertemuan selanjutnya.
5. Apakah Anda termotivasi untuk aktif
dalam pembelajaran di kelas?
Sedikit aktif. Karena terkadang malu untuk
bertanya. Misalnya saat karangan banyak
kesalahan.
179
6. Bagaimana cara guru menilai hasil
pekerjaan Anda?
Karangan yang dinilai adalah hasil perbaikan
setelah dikoreksi antar teman. Saya sangat
senang karena setelah diperbaiki nilainya lebih
baik.
Kesimpulan dan Refleksi
Kesimpulan:
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk memperoleh informasi mengenai
proses pembelajaran menulis di kelas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Guru sudah berusaha menerapkan teknik koreksi teman sebaya.
2. Siswa masih merasa malu jika bertanya dengan guru.
3. Secara proses, kualitas pembelajaran belum maksimal.
4. Siswa merasa bosan dengan materi yang sama selama tiga minggu berturut-turut.
Refleksi:
Bagi guru untuk direfleksi dapat dinyatakan bahwa: (1) Untuk mendorong siswa agar
lebih aktif dalam pembelajaran maupun saat melakukan koreksi, guru hendaknya memberikan
motivasi, pengarahan serta penjelasan bahwa penilaian pembelajaran tidak hanya dari hasil,
akan tetapi juga dari keaktifan saat proses pembelajaran; (2) Guru memberikan materi menulis
karangan yang berbeda dari jenis narasi. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa bosan
karena beberapa pertemuan berturut-turut membahas materi yang sama. Selain itu, berkaitan
dengan indikator pembelajaran dalam silabus juga mencakup tiga jenis karangan yang harus
dikuasai yakni narasi, deskripsi, serta eksposisi. Dengan demikian langkah ini tidak
menyimpang dari silabus pembelajaran;
Refleksi bagi siswa dapat dinyatakan: (1) Siswa diharapkan lebih aktif dalam
pembelajaran, terutama saat kegiatan koreksi teman sebaya: (2) Siswa diharapkan mampu
memunculkan motivasi dalam dirinya sendiri sehingga akan timbul rasa senang mengikuti
pembelajaran. Motivasi yang muncul dari dalam diri siswa akan mendorong siswa untuk tidak
lagi berpikir bahwa belajar adalah kewajiban melainkan kebutuhan bagi dirinya sendiri.
3 Februari 2009
Pengamat,
180
7. Hasil Wawancara dengan Siswa pada Siklus II
HASIL WAWANCARA
Tujuan : Memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa terhadap
proses pembelajaran menulis di kelas.
Bentuk : Wawancara
Responden : Siswa kelas X AP 2 SMK Murni 2 Surakarta
Nama : Minda Leli Maryani
Pertanyaan Jawaban
1. Bagaimana pendapat Anda tentang
pembelajaran menulis yang
dilaksanakan guru di kelas?
Pembelajaran lebih menyenangkan daripada
pertemuan sebelumnya. Guru lebih
membangkitkan semangat saya karena
selalu memperhatikan kesalahan-kesalahan
pada karangan.
2. Apakah guru memberikan materi secara
rinci dan terstruktur?
Guru memberikan materi yang berbeda dari
minggu lalu, yakni menulis deskripsi. Guru
memberi ceramah dan mencatatkan materi.
Materi yang diberikan mudah dipahami.
3. Bagaimana metode pemberian materi
yang dilakukan guru di kelas?
Guru memberi materi dengan ceramah dan
memberi catatan.
4. Bagaimana cara guru memberikan
contoh serta latihan dalam pembelajaran
menulis di kelas?
Siswa diberi contoh dari guru, selain itu
juga diminta mencari contoh kesalahan dari
karangan minggu lalu.
5. Apakah Anda termotivasi untuk aktif
dalam pembelajaran di kelas?
Saya lebih termotivasi dengan sikap guru
yang memperhatikan karangan satu persatu.
Dengan kesalahan yang dibacakan di depan
kelas kami merasa malu sehingga berusaha
untuk tidak berbuat salah lagi.
181
6. Bagaimana cara guru menilai hasil
pekerjaan Anda?
Karangan dinilai oleh guru dengan
bebereapa aspek. Penilaian itu pun setelah
kami memperbaiki karangan yang salah
sebelumnya, sehingga kami dapat
memperbaiki kesalahan dan nilai menjadi
lebih baik.
Kesimpulan dan Refleksi
Kesimpulan:
Dari hasil wawancara yang dilakukan dengan siswa untuk memperoleh informasi
mengenai proses pembelajaran menulis di kelas, dapat disimpulkan bahwa:
1. Guru mampu menerapkan teknik koreksi teman sebaya dengan baik.
2. Guru mampu membangkitkan semangan dan motivasi siswa dalam mengarang.
3. Guru telah memberikan materi menulis yang berbeda sehingga siswa tidak
merasa bosan.
Refleksi:
Tindakan pada siklus II sudah memenuhi target yang telah ditentukan sebelumnya.
Kekurangan pada siklus I dapat diatasi pada siklus II dan seluruh indikaror keberhasilan
penelitian dapat tercapai, yakni baik secara proses maupun hasil.
20 Januari 2009
Pengamat,
182
8. Hasil Penilaian Proses pada Prasiklus
Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus
Nilai
No Nama Siswa A B C Total Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
1
2
2
3
2
1
2
1
2
2
2
4
4
2
2
2
2
2
1
1
1
2
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
2
2
2
1
2
3
2
3
3
2
2
3
3
2
1
2
2
2
4
7
6
7
7
5
6
4
6
7
6
10
10
6
6
7
7
6
4
5
4
6
sedang
cukup
sedang
cukup
cukup
sedang
sedang
sedang
sedang
cukup
sedang
baik
baik
sedang
sedang
cukup
cukup
sedang
sedang
sedang
sedang
sedang
Rata-rata 1.95 2.14 2.09 6.18
183
9. Hasil Penilaian Proses pada Siklus I
Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan
pada Siklus I
Nilai
No Nama Siswa A B C Total Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
2
3
3
3
3
3
3
3
2
3
3
4
4
3
3
3
3
4
3
3
3
3
2
3
3
3
3
4
2
3
2
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
2
3
3
4
3
4
2
3
2
3
4
4
4
3
3
3
3
3
3
4
3
3
6
9
9
10
9
11
7
9
6
9
11
12
12
9
9
9
9
10
9
11
9
9
sedang
cukup
cukup
baik
cukup
baik
sedang
cukup
sedang
cukup
baik
baik
baik
cukup
cukup
cukup
cukup
baik
cukup
baik
cukup
cukup
Rata-rata 3.05 3.09 3.14 9.27
184
10. Hasil Penilaian Proses pada Siklus II
Nilai Proses Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II
Nilai
No Nama Siswa A B C Total Kriteria
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
4
4
4
4
3
4
4
4
4
4
5
5
4
3
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
4
4
5
5
4
4
4
5
5
4
5
4
4
3
4
4
4
3
5
4
4
4
4
5
5
5
4
4
4
5
5
4
5
3
3
11
12
12
12
11
14
12
12
12
12
14
15
14
11
12
12
14
14
12
14
11
11
baik
baik
baik
baik
baik
sangat baik
baik
baik
baik
baik
sangat baik
sangat baik
sangat baik
baik
baik
baik
sangat baik
sangat baik
baik
sangat baik
baik
baik
Rata-rata 4 4.32 4.14 12.5
185
11. Hasil Penilaian Karangan Siswa pada Prasiklus
Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Prasiklus
SkorNo Nama
Isi Organi
-sasi isi
Kosa
kata
Struk-
tur
kali-
mat
ejaan Total
1
2
3
4
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
18
18
20
21
21
18
20
18
18
21
18
22
22
18
17
21
21
18
17
18
17
18
11
14
11
14
13
11
13
11
11
13
13
14
15
12
11
13
13
12
14
13
11
11
12
12
11
13
12
11
11
11
12
14
11
11
12
11
11
11
13
12
11
12
11
11
11
12
12
12
13
11
12
11
12
13
12
16
14
12
11
13
16
12
12
13
12
12
3
3
3
3
3
3
3
3
4
3
4
4
4
3
3
3
4
3
3
3
3
3
55
60
58
63
62
55
59
54
57
64
58
67
67
56
53
62
67
57
57
59
54
55
Nilai rata-rata 19,09 12,5 11,68 12,45 3,31 59,04
186
12. Hasil Penilaian Karangan Siswa pada Siklus I
Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus I
SkorNo Nama
Isi Organi
-sasi isi
Kosa
kata
Struk-
tur
kali-
mat
Ejaan Total
1
2
3
4
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
18
21
22
21
19
23
18
18
18
21
23
23
22
18
17
22
22
21
18
21
19
20
13
15
15
15
14
14
14
14
13
15
15
15
16
14
14
13
16
13
15
15
14
14
13
15
15
14
14
15
14
14
13
15
15
15
16
14
13
13
16
13
15
15
14
14
13
14
13
15
13
16
14
13
13
14
15
16
15
14
13
13
16
18
14
19
14
13
4
4
4
4
3
4
3
3
3
4
4
4
4
4
4
3
4
4
4
4
3
4
61
69
69
69
63
72
63
62
60
69
72
73
73
64
61
64
74
74
66
74
64
65
Nilai rata-rata 20,22 14,41 14,36 14,50 3,72 67,31
187
13. Hasil Penilaian Karangan Siswa pada Siklus II
Nilai Hasil Pembelajaran Menulis Karangan pada Siklus II
SkorNo Nama
Isi Organi
-sasi isi
Kosa
kata
Struk-
tur
kali-
mat
ejaan Total
1
2
3
4
5.
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Amin Suryaningsih
Apriska KaruniaAmanda
Astri Nur Afni
Ayu Saputri
Desbi Ariyanti
Sri Suryaningsih
Dyah Intan Salfri Aminah
Fifi Arum Sari
Iin Purwanti
Lestari Widyastuti
Marina Is Indriyati
Minda Leli Maryani
Nanik Listyaningrum
Okky Dwi Susanti
Ovi Ayatin
Ria Winarni
Rika Puspitaningrum
Rika Rahmawati
Saputri Nana Maryana
Taat Indri Astuti
Tri Susilowati
Wahyu Tri Mulyani
22
24
22
23
20
25
22
24
23
23
22
25
23
20
21
20
21
23
19
22
22
22
14
16
15
17
15
15
16
16
14
16
16
17
16
15
15
14
16
16
16
16
15
15
14
16
15
16
15
16
15
16
14
16
16
17
16
15
14
14
17
15
16
16
15
15
17
17
17
19
17
20
17
17
17
18
20
20
19
18
18
18
20
17
18
20
17
17
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
71
77
73
79
71
80
74
77
72
77
78
83
78
72
71
70
78
75
73
78
73
73
Nilai rata-rata 22,04 15,50 15,40 18,05 4,00 75,13
188
14. Contoh Karangan Siswa pada Prasiklus
189
190
191
15. Contoh Karangan Siswa pada Siklus I
192
193
194
16. Contoh Karangan Siswa pada Siklus II
195
196
197
Lampiran 4. Dokumentasi Pelaksanaan Tindakan
1. Dokumentasi pembelajaran prasiklus
Suasana kelas saat guru memberikan materi pembelajaran, ada yang mencatat, ada yang sibuk dengan aktivitasnya sendiri
Aktivitas siswa saat diminta menulis karangan, sebagian terlihat malas dan hanya mengobrol dengan teman-temannya.
198
2. Dokumentasi pembelajaran siklus I
Suasana kelas saat siswa mengoreksi karangan temannya
Suasana kelas saat siswa mengembalikan karangan yang telah dikoreksi
199
3. Dokumentasi pembelajaran siklus II
Gambaran dua orang siswa yang saling membantu dalam mengoreksi hasil karangan
Suasana kelas saat siswa mengembalikan karangan temannya
200
Lampiran 5: Surat Perizinan
201
202
203
204
205
top related