pengaruh fosfor dan nitrogen pada bobot serta mutu benih …digilib.unila.ac.id/30863/2/skripsi...
Post on 30-Apr-2019
214 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH FOSFOR DAN NITROGEN PADA BOBOT SERTA MUTUBENIH TANAMAN KEDELAI [Glycine max (L.) Merr]
(Skripsi)
Oleh
RISMA RAHMAWATI
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
ABSTRAK
PENGARUH FOSFOR DAN NITROGEN PADA BOBOT SERTA MUTUBENIH TANAMAN KEDELAI [Glycine max (L.) Merr]
Risma Rahmawati
Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan penting di Indonesia. Pemberian
fosfor dan nitrogen pada tanaman kedelai diharapkan mampu meningkatkan bobot
dan mutu benih yang dihasilkan. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui
pengaruh peningkatan dosis fosfor pada bobot dan mutu benih kedelai yang
dihasilkan, (2) mengetahui apakah pemberian nitrogen menghasilkan bobot dan
mutu benih kedelai yang berbeda dibandingkan dengan tanpa nitrogen,
(3) mengetahui apakah terdapat kombinasi dosis fosfor dan nitrogen yang tepat
untuk menghasilkan bobot dan mutu benih kedelai yang maksimum.
Penelitian dilaksanakan dari Juli 2017 hingga Agustus 2017 di Laboratorium
Benih dan Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Benih
yang diuji berasal dari tanaman yang telah diberi perlakuan pemupukan.
Perlakuan pemupukan disusun secara faktorial (4x2) dalam Rancangan Kelompok
Teracak Sempurna (RKTS) dengan tiga kali ulangan. Faktor pertama adalah
Risma Rahmawati
dosis fosfor (0, 50, 100, 150 kg/ha SP-36). Faktor kedua adalah dosis nitrogen
(0 dan 150 kg/ha urea). Data yang diperoleh diuji homogenitas ragam antar-
perlakuan dengan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji dengan Uji Tukey. Jika
kedua uji tersebut telah memenuhi asumsi analisis ragam maka nilai tengah
perlakuan diuji dengan Uji Polinomial Ortogonal pada taraf α = 5%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) pemberian fosfor hingga dosis 150 kg/ha
SP-36 masih meningkatkan bobot dan mutu fisiologis benih kedelai,
(2) pemberian nitrogen 150 kg/ha urea menghasilkan benih kedelai dengan bobot
dan mutu fisiologis yang lebih baik dibandingkan dengan tanpa nitrogen,
(3) pemberian 150 kg/ha urea disertai 120 kg/ha SP-36 menghasilkan bobot 100
butir maksimum sedangkan pemberian fosfor dari dosis 50-150 kg/ha SP-36
disertai 150 kg/ha urea selalu menghasilkan benih kedelai dengan mutu fisiologis
yang lebih tinggi.
Kata kunci: bobot, kedelai, mutu benih, SP-36, urea
PENGARUH FOSFOR DAN NITROGEN PADA BOBOT SERTA MUTUBENIH TANAMAN KEDELAI [Glycine max (L.) Merr]
Oleh
RISMA RAHMAWATI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelarSARJANA PERTANIAN
pada
Jurusan AgroteknologiFakultas Pertanian Universitas Lampung
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG2018
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada 19 Februari1996, sebagai anak pertama dari
lima bersaudara dari pasangan Bapak Idris dan Ibu Maraslenda. Penulis memulai
pendidikan formal di Sekolah Dasar (SD) Negeri 09 Cibubur Jakarta Timur pada
tahun 2001-2007, kemudian melanjutkan Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Negeri 258 Jakarta Timur pada tahun 2007-2008, Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Negeri 30 Bandar Lampung pada tahun 2007-2010 dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) Negeri 6 Bandar Lampung pada tahun 2010-2013.
Pada tahun 2013, penulis diterima sebagai mahasiswa Program Studi
Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi
Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Pada bulan Juli sampai
Agustus tahun 2016 Penulis melaksanakan Praktik Umum (PU) di PD Jaya
Mandiri Farm, Lembang, Jawa Barat. Pada bulan Januari sampai Februari tahun
2017 Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Rejo Asri,
Kecamatan Seputih Raman, Kabupaten Lampung Tengah. Selama menjadi
mahasiswi penulis pernah menjadi Asisten Dosen pada praktikum mata kuliah
Dasar-Dasar Ilmu Tanah, Produksi Tanaman Pangan, dan Teknologi Benih untuk
Program Studi Agroteknologi.
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahuwata’ala
kupersembahkan karya tulis ini sebagai ungkapan bhaktiku kepada:
Keluarga terkasih, ibu dan ayah serta adik-adikku
Aldi Luhur, Alliya Fajrin, Anita Yuliana Puteri, dan
Raisa Maharani yang telah memberikan cinta, kasih sayang,
motivasi, dan doa yang tiada ternilai kepada Penulis.
Almamaterku tercinta Jurusan Agroteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Dan dari langit kami turunkan air yang memberi berkah, lalu kami tumbuhkan
dengan (air) itu pepohonan yang rindang dan biji-bijian yang dapat dipanen
(QS. Qaf: 9)
Dan suatu tanda (kebesaran Allah) bagi meraka adalah bumi yang mati (tandus).
Kami hidupkan bumi itu dan kami keluarkan darinya biji-bijian,
maka dari (biji-bijian) itu mereka makan.
(QS. Yasin: 33)
SANWACANA
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT karena dengan rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini.
Shalawat dan salam tidak lupa penulis haturkan kepada Rasulullah Muhammad
SAW. Selama proses penyusunan skripsi penulis memperoleh begitu banyak
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa M.Si., selaku Dekan Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung;
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Sri Yusnaini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Agroteknologi,
Fakultas Pertanian, Universitas Lampung;
3. Bapak Dr. Agustiansyah, S.P., M.Si., selaku dosen pembimbing pertama atas
fasilitas penelitian, saran, nasihat, dan bimbingan yang telah diberikan selama
penelitian sampai penulisan skripsi ini selesai;
4. Bapak Dr. Ir. Paul Benyamin Timotiwu, M.S., selaku dosen pembimbing
kedua atas saran, nasihat, ilmu, dan bimbingan yang telah diberikan selama
penelitian sampai penulisan skripsi ini selesai;
5. Ibu Ir. Yayuk Nurmiaty M.S., selaku dosen penguji atas arahan, saran, dan
nasihat selama penulisan skripsi;
ii
6. Ibu Ir. Herawati Hamim, M.S., selaku pembimbing akademik tahun 2013-
2017 yang telah memberikan arahan, nasihat, dan motivasi;
7. Bapak Ir. Setyo Widagdo, M.Si., selaku pembimbing akademik tahun 2017-
2018 yang telah memberikan arahan, nasihat, dan motivasi;
8. Orang tua terkasih Ibu Maraslenda dan Bapak Idris yang selalu memberikan
doa serta dukungan secara morel dan materiel;
9. Sofiah, Suci, dan Steffy selaku rekan penelitian atas yang telah menemani,
memberikan bantuan dan dukungan selama penulis melaksanakan penelitian
hingga menyelesaikan skripsi;
10. Kharla, Rini, Garcia, Rizki, Siti Maysaroh, Ajeng, Ade dan Tika selaku
sahabat yang telah menemani, memberikan dukungan, bantuan, dan semangat
selama penulis menyelesaikan studinya;
11. Keluarga besar Agroteknologi dan seluruh civitas akademi.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya.
Bandar Lampung, 21 Maret 2018
Penulis
Risma Rahmawati
iii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL .................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR .............................................................................. viii
I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ........................................................................ 4
1.3 Landasan Teori ........................................................................... 4
1.4 Kerangka Pemikiran ..................................................................... 8
1.5 Hipotesis ..................................................................................... 11
II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 12
2.1 Tanaman Kedelai ....................................................................... 12
2.2 Karakteristik Benih Kedelai ....................................................... 12
2.3 Peran Fosfor untuk Benih Kedelai ............................................. 13
2.4 Peran Nitrogen untuk Benih Kedelai ......................................... 14
2.5 Mutu Benih ................................................................................ 15
III. BAHAN DAN METODE .............................................................. 16
3.1 Waktu Pelaksanaan dan Lokasi Penelitian ................................ 16
3.2 Alat dan Bahan ........................................................................... 16
3.3 Metode Penelitian ...................................................................... 16
3.4 Pelaksanaan Penelitian ................................................................ 17
3.4.1 Persiapan benih ............................................................... 173.4.2 Pengujian benih ................................................................ 18
iv
3.5 Pengamatan ................................................................................ 20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 23
4.1 Hasil Penelitian .......................................................................... 23
4.2 Pembahasan ................................................................................ 31
V. SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 37
5.1 Simpulan .................................................................................... 37
5.2 Saran .......................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 39
LAMPIRAN ............................................................................................ 42
v
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Rekapitulasi pengaruh pemberian fosfor dan nitrogen pada produksikedelai ............................................................................................ 24
2 Koefisien perbandingan kelompok dan polinomial ortogonal untukpengaruh peningkatan dosis fosfor dan pemberian nitrogen padabobot dan mutu benih kedelai ........................................................ 43
3 Data bobot 100 butir benih kedelai ................................................ 44
4 Uji homogenitas ragam bobot 100 butir benih kedelai .................. 44
5 Analisis ragam pengaruh pemberian fosfor dan nitrogen pada bobot100 butir benih kedelai ................................................................... 45
6 Tanggapan bobot 100 butir benih kedelai terhadap pemberianfosfor dan nitrogen ......................................................................... 45
7 Data persentase perkecambahan benih kedelai .............................. 46
8 Uji homogenitas ragam persentase perkecambahan benihkedelai ............................................................................................ 46
9 Analisis ragam pengaruh pemberian fosfor dan nitrogen padapersentase perkecambahan benih kedelai ...................................... 47
10 Tanggapan persentase perkecambahan benih kedelai terhadappemberian fosfor dan nitrogen ..................................................... 47
11 Data persentase kecambah abnormal ........................................... 48
12 Uji homogenitas ragam persentase kecambah abnormal (datatransformasi √x + 0,5) ................................................................ 48
13 Analisis ragam pengaruh pemberian fosfor dan nitrogen padapersentase kecambah abnormal (data transformasi √x + 0,5) .... 49
vi
14 Tanggapan persentase kecambah abnormal terhadap pemberianfosfor dan nitrogen (data transformasi √x + 0,5) ........................ 49
15 Data persentase benih mati .......................................................... 50
16 Uji homogenitas ragam persentase benih mati (data transformasi√x + 0,5) ..................................................................................... 50
17 Analisis ragam pengaruh pemberian fosfor dan nitrogen padapersentase benih mati (data transformasi √x + 0,5) .................... 51
18 Tanggapan persentase benih mati terhadap pemberian fosfor dannitrogen (data transformasi √x + 0,5) ......................................... 51
19 Data indeks vigor benih kedelai .................................................. 52
20 Uji homogenitas ragam indeks vigor benih kedelai .................... 52
21 Analisis ragam pengaruh pemberian fosfor dan nitrogen padaindeks vigor benih kedelai ........................................................... 53
22 Tanggapan indeks vigor benih kedelai terhadap pemberianfosfor dan nitrogen ....................................................................... 53
23 Data kecepatan perkecambahan benih kedelai ............................ 54
24 Uji homogenitas ragam kecepatan perkecambahan benihkedelai .......................................................................................... 54
25 Analisis ragam pengaruh pemberian fosfor dan nitrogen padakecepatan perkecambahan benih kedelai ..................................... 55
26 Tanggapan kecepatan perkecambahan benih kedelai terhadappemberian fosfor dan nitrogen ..................................................... 55
27 Data panjang akar kecambah normal ........................................... 56
28 Uji homogenitas ragam panjang akar kecambah normal ............. 56
29 Analisis ragam pengaruh pemberian fosfor dan nitrogen padapanjang akar kecambah normal ................................................... 57
30 Tanggapan panjang akar kecambah normal terhadap pemberianfosfor dan nitrogen ....................................................................... 57
31 Data panjang tajuk kecambah normal ......................................... 58
32 Uji homogenitas ragam panjang tajuk kecambah normal ............ 58
vii
33 Analisis ragam pengaruh pemberian fosfor dan nitrogen padapanjang tajuk kecambah normal .................................................. 59
34 Tanggapan panjang tajuk kecambah normal terhadap pemberianfosfor dan nitrogen ....................................................................... 59
35 Data bobot kering kecambah normal ........................................... 60
36 Uji homogenitas ragam bobot kering kecambah normal ............. 60
37 Analisis ragam pengaruh pemberian fosfor dan nitrogen padabobot kering kecambah normal ................................................... 61
38 Tanggapan bobot kering kecambah normal terhadap pemberianfosfor dan nitrogen ....................................................................... 61
39 Data hasil analisis tanah ............................................................... 62
8
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Bagan Kerangka Pemikiran ....................................................... 10
2. Tata letak percobaan .................................................................. 17
3. Kecambah normal (a), kecambah abnormal (b), dan benihmati (c) ....................................................................................... 19
4. Hubungan antara peningkatan dosis SP-36 dan dosis urea0 dan 150 kg/ha untuk bobot 100 butir ...................................... 25
5. Hubungan antara peningkatan dosis SP-36 dan dosis urea0 dan 150 kg/ha untuk persentase perkecambahan .................... 26
6. Pengaruh peningkatan dosis SP-36 terhadap persentasekecambah abnormal ................................................................... 27
7. Pengaruh peningkatan dosis SP-36 terhadap persentasebenih mati .................................................................................... 27
8. Hubungan antara peningkatan dosis SP-36 dan dosis urea0 dan 150 kg/ha untuk indeks vigor ............................................ 28
9. Hubungan antara peningkatan dosis SP-36 dan dosis urea0 dan 150 kg/ha untuk kecepatan perkecambahan . .................... 29
10. Hubungan antara peningkatan dosis SP-36 dan dosis urea0 dan 150 kg/ha untuk panjang akar kecambah normal . .......... 29
11. Hubungan antara peningkatan dosis SP-36 dan dosis urea0 dan 150 kg/ha untuk panjang tajuk kecambah normal . ......... 30
12. Pengaruh peningkatan dosis SP-36 terhadap bobot keringkecambah normal . .................................................................... 31
13. Diagram alir hasil penelitian .................................................... 36
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kedelai [Glycine max (L.) Merr] merupakan salah satu komoditas pangan penting
di Indonesia. Masyarakat Indonesia memanfaatkan kedelai sebagai sumber utama
protein nabati untuk perbaikan mutu gizi. Rante (2013) menyebutkan bahwa
akhir-akhir ini kedelai mulai digunakan sebagai bahan pangan fungsional untuk
mencegah timbulnya penyakit degeneratif, seperti jantung koroner dan hipertensi.
Kedelai kaya akan vitamin dan mineral. Menurut Cahyadi (2015) dalam 100 g
biji kedelai mengandung sebanyak 331 kkal energi, 35 g karbohidrat, 18 g lemak,
35 g protein, serta berbagai vitamin, mineral, dan asam amino essensial seperti
vitamin A, vitamin B1, zat besi, kalsium, leusin, triptofan, dan lain-lain.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin beragamnya
pemanfaatan kedelai maka permintaan kedelai juga akan terus meningkat,
sehingga perlu didukung dengan adanya peningkatan produksi. Penggunaan
benih bermutu merupakan salah satu faktor penting dalam rangka meningkatkan
produktivitas kedelai. Namun, Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan
Umbi (2016) mengungkapkan bahwa tingkat penggunaan benih bermutu untuk
komoditas kacang-kacangan di Indonesia masih relatif rendah sehingga perlu
2
dilakukan suatu upaya untuk menghasilkan benih kedelai bermutu tinggi dengan
vigor dan viabilitas awal yang baik.
Benih bermutu dihasilkan melalui proses produksi yang optimum. Proses
produksi yang optimum dapat dicapai melalui penerapan prinsip-prinsip
agronomik, salah satunya pemupukan. Pemupukan pada tanaman harus diberikan
dengan dosis yang tepat. Menurut Mussadad (2008), pemberian pupuk untuk
budidaya kedelai berdasarkan rekomendasi yang bersifat umum yaitu 25-75 kg/ha
urea + 50-100 kg/ha SP-36 + 50-100 kg/ha KCl. Pada penelitian ini dilakukan
pengujian mutu benih kedelai hasil dari tanaman yang telah diberi perlakuan
pemupukan SP-36 dalam beberapa taraf dosis dikombinasikan dengan pemberian
urea di atas dosis rekomendasi. Pemupukan yang dilakukan diharapkan dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi terutama Pdan N bagi tanaman sehingga dapat
memproduksi benih bermutu tinggi. Copeland & McDonald (2001) menyebutkan
bahwa nutrisi yang diterima tanaman induk memengaruhi kandungan komposisi
kimia benih yang dihasilkan.
Fosfor merupakan salah satu hara penting yang berkaitan dengan mutu benih
kedelai. Fosfor diperlukan tanaman dalam proses pembelahan sel, merangsang
perkembangan akar, pembentukan bunga, buah dan biji (Damanik et al., 2010).
Pemberian fosfor pada tanaman jagung mampu meningkatkan bobot 1000 butir
benih yang dihasilkan (Iqbal & Chauhan, 2003). Aplikasi fosfor juga
meningkatkan bobot 100 butir benih kapas diikuti dengan meningkatnya
persentase perkecambahan dan bobot kering kecambah (Sawan et al., 2007).
3
Benih yang memiliki bobot lebih tinggi biasanya mengandung lebih banyak
cadangan makanan di dalamnya. Menurut Copeland & McDonald (2001),
kandungan fosfor dalam benih diperlukan sebagai sumber cadangan makanan dan
pasokan energi selama proses perkecambahan.
Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas
benih kedelai. Fungsi terpenting nitrogen bagi tanaman ialah kehadirannya dalam
struktur asam nukleat dan protein. Nitrogen juga ditemukan dalam molekul
klorofil yang berperan dalam mentransfer energi dari sinar matahari melalui
fotosintesis untuk proses asimilasi. Pasokan nitrogen untuk tanaman akan
mempengaruhi jumlah protein, protoplasma dan klorofil yang terbentuk. Pada
akhirnya, akan memengaruhi jumlah dan ukuran sel, aktivitas fotosintesis,
sehingga akan meningkatkan seluruh komponen hasil seperti bobot 1000 butir.
Pemberian nitrogen juga menunjukkan hasil nyata dalam meningkatkan kualitas
benih seperti persentase perkecambahan, panjang tajuk, dan bobot kering
kecambah normal benih gandum (Seadh et al., 2009).
Hasil penelitian Tarekegn et al. (2017) menunjukkan bahwa terdapat interaksi
antara fosfor dan nitrogen dalam meningkatkan tinggi tanaman, bobot 100 butir,
dan produksi kedelai per hektar. Oleh sebab itu, pemupukan urea dan SP-36
diharapkan mampu memacu tingkat pengisian biji tanaman kedelai sehingga
dengan pemberian dosis yang tepat dapat meningkatkan bobot dan kualitas benih
kedelai yang dihasilkan.
4
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka kegiatan penelitian ini dilakukan untuk
menjawab permasalahan sebagai berikut:
1. Apakah peningkatan dosis fosfor berpengaruh pada bobot dan mutu benih
kedelai yang dihasilkan?
2. Apakah pemberian nitrogen menghasilkan bobot dan mutu benih kedelai yang
berbeda dibandingkan dengan tanpa nitrogen?
3. Apakah terdapat kombinasi dosis fosfor dan nitrogen yang tepat untuk
menghasilkan bobot dan mutu benih kedelai yang maksimum?
1.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini dilakukan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh peningkatan dosis fosfor pada bobot dan mutu benih
kedelai yang dihasilkan.
2. Mengetahui apakah pemberian nitrogen menghasilkan bobot dan mutu benih
kedelai yang berbeda dibandingkan dengan tanpa nitrogen.
3. Mengetahui apakah terdapat kombinasi dosis fosfor dan nitrogen yang tepat
untuk menghasilkan bobot dan mutu benih kedelai yang maksimum.
1.3 Landasan Teori
Dalam rangka menyusun penjelasan teoritis terhadap pertanyaan yang telah
dikemukakan, digunakan landasan teori sebagai berikut:
5
Proses perkembangan benih dipengaruhi oleh kondisi lingkungan tumbuh
tanaman seperti kesuburan tanah, cahaya, suhu, dan kelembapan. Secara umum
proses perkembangan benih meliputi perkembangan morfologi, perubahan bobot,
dan perubahan komposisi kimia. Komposisi kimia benih dipengaruhi oleh faktor
genetik dan lingkungan. Parameter lingkungan yang paling mudah dikendalikan
diantara faktor-faktor yang mempengaruhi komposisi kimia benih adalah nutrisi
mineral yang diterima tanaman induk (Copeland & McDonald, 2001).
Tanaman memerlukan unsur hara dan mineral sebagai sumber nutrisi dalam
pertumbuhan dan perkembangan serta sebagai bahan pembangun tubuhnya.
Sekitar 15-20 % tubuh tumbuhan tak berkayu tersusun atas berbagai unsur hara
dan sisanya tersusun atas air. Ada16 hara essensial bagi tanaman, diantaranya
adalah fosfor dan nitrogen (Salisbury & Ross, 1995). Sebagai unsur hara
essensial, maka peran fosfor dan nitrogen dalam kehidupan tumbuhan tidak dapat
digantikan oleh unsur hara lain.
Tanaman menyerap P dalam bentuk H2PO4- dan HPO4
2- tergantung dari kondisi
pH tanah. Fosfor memegang berbagai peranan penting bagi kehidupan tanaman,
terutama dalam proses penyimpanan dan pemindahan energi. Energi yang
dihasilkan dari proses fotosintesis dan metabolisme karbohidrat disimpan dalam
senyawa fosfat berupa ADP & ATP untuk penggunaan selanjutnya dalam proses
pertumbuhan dan proses reproduksi (Tisdale et al., 1985). Di samping perannya
dalam proses pemindahan energi, ikatan fosfat berfungsi sebagai kelompok
keterkaitan yang penting. Fosfat merupakan komponen struktural fosfolipid,
6
asam nukleat, nukleotida, koenzim, dan fosfoprotein. Fosfolipid penting dalam
struktur membran asam nukleat dari gen dan kromosom yang membawa materi
genetik dari satu sel ke sel lainnya (Sanchez, 2007).
Pemberian pupuk fosfor akan memacu pertumbuhan generatif tanaman kedelai
sehingga dapat meningkatkan hasil serta mutu benih yang dihasilkan. Fosfor
dalam jumlah besar ditemukan pada biji dan buah sehingga hara ini dianggap
penting untuk pembentukan biji dan buah serta berpengaruh pada daya
berkecambah biji yang dijadikan benih (Tisdale et al., 1985). Di dalam
penelitiannya Thoyyibah et al. (2014) mengungkapkan bahwa pemberian fosfor
berpengaruh dalam meningkatkan bobot 100 butir kedelai. Benih yang memiliki
ukuran lebih besar mengandung lebih banyak cadangan makanan dan memiliki
embrio yang lebih besar (Yusuf et al., 2014). Di dalam benih, fosfor disimpan
sebagai fitin, yang terdiri dari garam kalsium dan magnesium dari asam fitat.
Fitin akan digunakan sebagai sumber energi utama bagi benih selama proses
perkecambahan (Tisdale et al., 1985). Peningkatan dosis fosfor hingga 70 kg/ha
pada tanaman jagung berpengaruh terhadap peningkatan daya berkecambah,
kecepatan tumbuh, bobot kering kecambah normal, dan panjang akar primer
kecambahnya (Lesilolo, 2012).
Sama halnya dengan fosfor, nitrogen juga merupakan unsur hara penting bagi
tanaman yang dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak. Tanaman leguminosae
mengandung nitrogen dengan konsetrasi lebih dari 3% (Barker & Bryson, 2007).
Nitrogen diserap tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO3-) dan amonium (NH4
+).
7
Dalam keadaan lembab, hangat, dan tanah dengan aerasi baik bentuk nitrat lebih
dominan diserap sedangkan dalam kondisi tanah tergenang bentuk amonium lebih
dominan diserap tanaman (Tisdale et al., 1985).
Tanaman kedelai memerlukan pasokan nitrogen yang cukup untuk meningkatkan
pertumbuhan dan kualitas hasil yang baik. Peran nitrogen dalam tanaman
berhubungan dengan aktivitas fotosintesis, sehingga secara langsung maupun
tidak langsung nitrogen juga berperan dalam proses metabolisme dan respirasi
tanaman (Julita et al., 2016). Selain berperan dalam meningkatkan pertumbuhan
vegetatif tanaman dan pembentukan protein, nitrogen merupakan bagian integral
dari klorofil, yang merupakan penyerap utama energi cahaya yang diperlukan
untuk fotosintesis (Tisdale et al., 1985).
Nitrogen berperan dalam mengendalikan karakterisitik kimiawi seperti kandungan
protein pada benih kedelai. Kandungan protein mempunyai pengaruh besar
terhadap kualitas benih kedelai. Sebagian besar protein benih merupakan protein
non aktif yang berfungsi sebagai cadangan makanan untuk digunakan oleh embrio
yang tumbuh selama perkecambahan. Sebagian kecil sisanya merupakan protein
enzimatik yang berperan dalam mengkatalis seluruh proses metabolisme benih
selama proses perkecambahan (Copeland & Mc Donald, 2001). Hasil penelitian
Seadh et al. (2009) menunjukkan bahwa perlakuan nitrogen dengan dosis
tertinggi, yaitu 90 kg/ha N dapat menghasilkan nilai tertinggi pada bobot 1000
butir benih, persentase perkecambahan, kecepatan berkecambah, dan bobot kering
kecambah normal benih gandum.
8
1.4 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan landasan teori yang telah dikemukakan, berikut ini disusun kerangka
pemikiran untuk memberikan penjelasan teoritis terhadap perumusan masalah.
Pada masa pengisian biji, kondisi lingkungan tumbuh tanaman, terutama
kesuburan tanah akan mempengaruhi perkembangan benih yang dihasilkan. Hal
ini karena nutrisi mineral yang diterima tanaman induk berpengaruh pada
kandungan komposisi kimia benih. Nutrisi tersebut diantaranya adalah fosfor dan
nitrogen. Kedua unsur ini merupakan hara essensial yang dibutuhkan tanaman
dalam jumlah relatif banyak dan peranannya bagi tanaman tidak dapat digantikan
oleh unsur hara lain.
Fosfor merupakan unsur penting yang dibutuhkan tanaman sejak awal fase
pertumbuhan hingga fase pemasakan biji. Unsur ini memiliki berbagai fungsi
penting dalam tanaman, terutama dalam proses pembelahan sel serta proses
penyimpanan dan pemindahan energi. Pembelahan sel bertujuan untuk
memperbanyak jumlah sel tubuh pada tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh
dan berkembang. Peningkatan jumlah fosfor yang diserap oleh tanaman akan
memacu pembelahan sel yang terjadi sehingga menyebabkan pertumbuhan
tanaman seperti tinggi dan jumlah daun akan meningkat. Semakin banyak jumlah
daun yang terbentuk maka akan semakin tinggi laju fotosintesis yang terjadi.
Energi yang dihasilkan dari proses fotosintesis dan metabolisme karbohidrat akan
disimpan oleh tanaman dalam senyawa fosfor dan akan digunakan kembali untuk
proses pertumbuhan dan reproduksinya.
9
Seiring dengan meningkatnya jumlah fosfor yang diserap tanaman kedelai maka
akan meningkatkan energi tersimpan yang dapat digunakan dalam proses
pertumbuhannya, terlebih pada pertumbuhan generatif sehingga akan memacu
tingkat pengisian biji. Pada akhirnya pemberian fosfor akan meningkatkan bobot
benih yang dihasilkan. Bertambahnya bobot benih sejalan dengan bertambahnya
cadangan makanan tersimpan dalam benih. Fitin merupakan bentuk penyimpanan
fosfor dalam benih. Di dalam benih, fitin digunakan sebagai sumber cadangan
makanan dan energi benih selama masa perkecambahan. Dengan bertambahnya
kandungan cadangan makanan benih nantinya akan meningkatkan indeks vigor,
kecepatan perkecambahan, persentase perkecambahan dan komponen mutu benih
lainnya.
Nitrogen yang diserap tanaman akan berperan dalam memacu pertumbuhan
vegetatif. Unsur ini juga berperan sebagai komponen penyusun klorofil.
Tanaman yang memperoleh cukup hara nitrogen akan memiliki pertumbuhan
vegetatif yang lebih baik, biasanya dapat dilihat dari penambahan tinggi dan
jumlah daun tanaman. Penambahan nitrogen diduga berkorelasi positif dengan
kadar klorofil dalam daun dan aktivitas fotosintesis. Pada proses fotosintesis akan
dihasilkan fotosintat berupa protein, pati, dan lipid. Tercukupinya kebutuhan
nitrogen bagi tanaman kedelai dapat meningkatkan fotosintat yang di transfer ke
biji saat pengisian polong, pada akhirnya meningkatkan bobot benih yang
dihasilkan. Benih yang memiliki bobot lebih berat mengandung lebih banyak
cadangan makanan, sehingga memiliki mutu yang lebih baik. Mutu benih yang
baik ditunjukkan oleh vigor awal dan viabilitas yang tinggi.
10
S
Gambar 1. Bagan kerangka pemikiran.
Tanpa pupuk Pemberian fosforsebelum tanam
Penanaman kedelai
Pengisian biji ↓
Mutu Benih
Vigor ↓
Viabilitas ↓
Pertumbuhan tanaman
Pemberian nitrogenpada 2 dan 6 MSTTanpa pupuk
Pertumbuhan ↓ Pertumbuhan ↑
Mutu Benih
Vigor ↑
Viabilitas ↑
TANAH
Pengisian biji ↑
Bobot 100 butir benih ↓ Bobot 100 butir benih ↓
Cadangan makanan ↓ Cadangan makanan ↑
11
1.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
hipotesis sebagai berikut:
1. Peningkatan dosis fosfor berpengaruh dalam meningkatkan bobot dan mutu
benih kedelai yang dihasilkan hingga mencapai tanggapan maksimum.
2. Pemberian nitrogen akan menghasilkan bobot dan mutu benih yang berbeda
dibandingkan dengan tanpa nitrogen.
3. Terdapat dosis fosfor dan nitrogen yang tepat untuk menghasilkan bobot dan
mutu benih kedelai yang maksimum.
12
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kedelai
Tanaman kedelai memiliki batang semak dengan tinggi antara 30-100 cm. Setiap
batang dapat membentuk 3-6 cabang. Daun kedelai merupakan daun majemuk
yang kebanyakan berjumlah tiga lembar (trifoliate). Akar kedelai merupakan akar
tunggang yang dapat tumbuh hingga kedalaman 150 cm. Kedelai memiliki bunga
berwarna ungu atau putih yang terletak pada ruas-ruas batang. Bunga kedelai
merupakan bunga sempurna sehingga dapat melakukan penyerbukan sendiri.
Penyerbukan kedelai terjadi saat mahkota bunga masih tertutup sehingga
kemungkinan terjadi penyerbukan silang sangat kecil. Buah kedelai berbentuk
polong, setiap polong berisi 1-4 biji. Biji kedelai terdiri atas dua keping yang
terbungkus oleh kulit biji. Embrio terletak di antara dua biji (Septiatin, 2012).
2.2 Karakteristik Benih Kedelai
Benih kedelai memiliki bentuk dan warna bervariasi tergantung dari varietasnya.
Struktur benih kedelai terdiri atas kulit benih (hull), dua kotiledon, hipokotil, dan
plumula. Komposisi kimia benih kedelai terdiri atas air, protein, lipid, mineral,
dan karbohidrat. Kotiledon berisi cadangan makan benih seperti minyak dan
protein yang menyumbang sekitar 90% berat benih (Berk, 1992).
13
Berikut ini adalah beberapa sifat dari benih kedelai menurut Septiatin (2012):
1. Pada kondisi suhu dan kelembapan tinggi, viabilitas benih kedelai cepat
menurun akibat laju respirasi yang meningkat.
2. Benih kedelai bersifat higroskopis sehingga kadar airnya mudah terpengaruh
oleh kelembapan udara di sekitar benih.
3. Kulit benih sangat tipis sehingga mudah terinfeksi oleh cendawan, bakteri, dan
virus serta rentan terhadap kerusakan fisik dan mekanik.
4. Di areal pertanaman, benih kedelai rentan terserang hama penggerek dan
penghisap biji 1.
2.3 Peran Fosfor untuk Benih Kedelai
Unsur fosfor berperan dalam pertumbuhan sel, pembentukan bunga, buah, dan biji
(Damanik et al., 2010). Fosfor dapat merangsang perkembangan akar sehingga
tanaman menjadi lebih tahan terhadap kekeringan serta dapat menambah
kandungan gizi seperti lemak dan protein dalam biji (Sihaloho, 2015). Fosfor
juga berperan dalam pembentukan asam nukleat, koenzim, nukleotida, fosfolipid,
dan gula fosfat. Nukleotida merupakan monomer penyusun asam nukleat yang
penting dalam pengembangan dan pewarisan sifat tanaman (Tisdale et al., 1985).
Fosfor merupakan unsur hara penting yang berkaitan dengan mutu benih kedelai.
Unsur fosfor diperlukan tanaman untuk menyusun senyawa fitin dalam benih.
Fitin berfungsi sebagai sumber energi utama yang akan digunakan benih selama
fase perkecambahan (Tisdale et al., 1985). Sekitar 80% fosfor dalam biji
disimpan sebagai garam mangan inositol heksaphosphat atau fitin, 20% lainnya
14
sebagai senyawa organik seperti nukleotida, asam nukleat, fosfolipid, gula
terfosforilasi dan fosfoprotein. Selama perkecambahan, fitin dipecah, melepaskan
fosfor anorganik untuk sintesis senyawa lain yang mengandung fosfor. Karena
sebagian besar fosfat, magnesium, dan potasium benih ada di fitin, sebagian besar
metabolisme benih berikutnya bergantung pada hidrolisis fitin dan pelepasan ion
magnesium dan kalium bersamaan (Copeland & Mc Donald, 2001).
2.4 Peran Nitrogen untuk Benih Kedelai
Nitrogen merupakan komponen penyusun protein, klorofil, RNA dan DNA.
Klorofil merupakan penyerap utama energi cahaya yang diperlukan untuk
fotosintesis. DNA berperan sebagai materi genetik yang berperan dalam
pewarisan sifat dan mengendalikan aktifitas sel sedangkan RNA berperan sebagai
pembawa informasi genetik dari dari DNA (Tisdale et al., 1985).
Di dalam benih, kandungan protein kedelai merupakan peubah kualitas yang
berpengaruh pada perkecambahan benih. Protein merupakan komponen
penyimpanan makanan yang penting dalam benih, terutama pada benih kedelai.
Sebagian besar protein benih merupakan protein non aktif dan hanya berfungsi
sebagai cadangan makanan untuk digunakan embrio yang tumbuh selama proses
perkecambahan. Sebagian kecil sisanya merupakan protein yang aktif secara
metabolik. Protein aktif ini berperan sebagai enzim yang mengkatalisis semua
proses metabolisme dalam pencernaan, translokasi, dan pemanfaatan cadangan
makanan, sehingga tidak ada pertumbuhan yang bisa terjadi tanpanya
(Copeland & McDonald, 2001).
15
2.5 Mutu Benih
Mutu benih merupakan salah satu faktor penting penentu keberhasilan dalam
budidaya tanaman karena benih adalah bahan tanaman pembawa potensi genetik.
Benih bermutu tinggi ditunjukkan oleh vigor awal yang tinggi (Sadjad, 1993)
Menurut Copeland & McDonald (2001) vigor benih merupakan sifat benih yang
menentukkan potensi munculnya kecambah normal dengan pertumbuhan seragam
dan cepat pada berbagai kondisi lingkungan. Vigor benih dipengaruhi oleh
beberapa faktor seperti faktor genetik, lingkungan tempat benih diproduksi, dan
lingkungan penyimpanan benih. Uji vigor adalah indikator kualitas benih yang
lebih sensitif dibandingkan dengan uji perkecambahan standar. Salah satu jenis
pengujian vigor benih yaitu uji kecepatan perkecambahan.
Perkecambahan adalah muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari
embrio benih serta kecambah tersebut menunjukkan kemampuan berkembang
menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang menguntungkan.
Persentase perkecambahan (germination capacity) merupakan indikator viabilitas
suatu benih. Viabilitas benih menunjukkan daya hidup benih, aktif secara
metabolik dan memiliki enzim yang dapat mengkatalis reaksi metabolik yang
diperlukan untuk perkecambahan dan pertumbuhan kecambah (Copeland &
McDonald, 2001)
16
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu Pelaksanaan dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada Juli-Agustus 2017 di Laboratorium Benih dan
Pemuliaan Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah, timbangan analitik, oven, alat
pengecambah benih (germinator) tipe IPB 73-2B, alat penghitung benih (seed
counter), alat pembagi tepat benih (seed devider), kamera, serta alat tulis. Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah benih kedelai varietas Willis, kertas
merang, plastik HD roll, label, dan plastik klip.
3.3 Metode Penelitian
Untuk menjawab rumusan permasalahan dan menguji hipotesis maka rancangan
perlakuan disusun secara faktorial (4x2) dalam Rancangan Kelompok Teracak
Sempurna (RKTS). Faktor pertama adalah dosis fosfor yang terdiri atas empat
taraf, yaitu 0 kg/ha SP-36 (P0), 50 kg/ha SP-36 (P1), 100 kg/ha SP-36 (P2), dan
150 kg/ha SP-36 (P3). Faktor kedua adalah dosis nitrogen yang terdiri atas
17
dua taraf, yaitu 0 kg/ha urea (N0) dan150 kg/ha urea (N1) sehingga terdapat 8
kombinasi perlakuan. Masing-masing perlakuan diulang tiga kali sebagai
kelompok sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Data yang diperoleh diuji
homogenitas ragam antarperlakuan dengan Uji Bartlett dan aditivitas data diuji
dengan Uji Tukey. Jika kedua uji tersebut telah memenuhi asumsi analisis ragam
maka nilai tengah perlakuan diuji dengan Uji Polinomial Ortogonal. Semua uji
dilakukan pada taraf α = 5%.
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
p0n1 p2n1 p3n0 p0n1 p0n0 p1n1
p1n1 p2n0 p3n1 p2n0 p3n0 p2n0
p1n0 p0n0 p1n0 p2n1 p0n1 p2n1
p3n1 p3n0 p1n1 p0n0 p3n1 p1n0
Gambar 2. Tata letak percobaan.
Keterangan :p0n0 = 0 kg/ha SP-36 + 0 kg/ha Urea p0n1 = 0 kg/ha SP-36 + 150 kg/ha Ureap1n0 = 50 kg/ha SP-36 + 0 kg/ha Urea p1n1 = 50 kg/ha SP-36 + 150 kg/ha Ureap2n0 = 100 kg/ha SP-36 + 0 kg/ha Urea p2n1 = 100 kg/ha SP-36 + 150 kg/ha Ureap3n0 = 150 kg/ha SP-36 + 0 kg/ha Urea p3n1= 150 kg/ha SP-36 + 150 kg/ha Urea
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Benih
Benih yang diuji adalah benih varietas Willis hasil panen 12 Juli 2017 . Benih
berasal dari tanaman kedelai yang telah diberi perlakuan pemupukan fosfor dan
nitrogen. Benih dipanen setelah mencapai masak fisiologis yaitu pada usia ± 90
18
HST. Setelah benih dipanen, dilakukan pengeringan di bawah sinar matahari
selama 2-3 hari hingga kadar air benih mencapai ± 10%. Selanjutnya dilakukan
pemipilan dan pembersihan benih dari kotoran. Benih yang telah bersih
dimasukkan ke dalam kantung kertas dan diberi label. Pada label berisi
keterangan berupa tanggal panen, perlakuan, dan ulangan.
3.4.2 Pengujian Benih
Kecepatan Perkecambahan. Kecepatan perkecambahan benih merupakan
pengujian untuk vigor kekuatan tumbuh benih. Sebanyak 50 butir benih diuji
pada media substrat kertas dengan metode di antara kertas (ISTA, 2007). Pada
penelitian ini, substrat yang digunakan adalah kertas merang. Kertas merang
direndam ke dalam air dan ditiriskan menggunakan alat pengempa kertas sehingga
kertas menjadi lembab. Kemudian dua lembar kertas merang lembab tersebut
diletakkan di atas sebuah plastik dan susun sebanyak 25 butir benih kedelai secara
zig-zag di atasnya. Benih ditutup kembali menggunakan selembar kertas merang,
lalu digulung dan dimasukkan ke dalam germinator tipe IPB 73-2A/B.
Pengamatan dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah normal per hari
dimulai sejak hari ke-2 hingga hari terakhir perkecambahan.
Persentase perkecambahan. Pengujian dilakukan sesuai dengan ketetapan ISTA
(2007). Benih sebanyak 50 butir diuji pada media substrat kertas dengan metode
di antara kertas. Benih kedelai disusun secara zig-zag di atas kertas merang yang
sudah dilembabkan. Benih ditutup kembali menggunakan selembar kertas
merang, lalu digulung dan dimasukkan ke dalam germinator tipe IPB 73-2A/B.
19
Pengamatan dilakukan pada hari ke-5 dan ke-8 dengan menghitung jumlah
kecambah normal, abnormal, dan benih mati. Penentuan kecambah abnormal dan
benih mati dilakukan pada pengamatan hari ke 8.
Kriteria kecambah normal yaitu kecambah utuh yang seluruh bagiannya lengkap
dan berkembang dengan baik, kecambah dengan sedikit kerusakan, dan kecambah
dengan infeksi sekunder. Benih mati adalah yang tidak menunjukkan adanya
gejala perkecambahan hingga akhir periode pengujian dan bukan termasuk benih
keras (ISTA, 2007). Kecambah abnormal adalah kecambah yang salah satu
struktur pentingnya ( radikula, epikotil, kotiledon) tidak ada atau rusak, bentuk
memutar dan tidak normal sehingga mengurangi kemampuan pertumbuhan
kecambah (Copeland & McDonald, 2001).
Gambar 3. Kecambah normal (a), kecambah abnormal (b), dan benih mati (c).
A B C
20
3.5 Pengamatan
Untuk menguji kesahihan kerangka pemikiran dan hipotesis maka dilakukan
pengamatan terhadap indikator bobot dan mutu benih kedelai yang dihasilkan.
Adapun variabel-variabel yang akan diamati dijelaskan dalam uraian sebagai
berikut :
Bobot 100 butir biji. Pengamatan dilakukan setelah benih dijemur selama 3 hari
hingga kadar air ± 10%. Benih kedelai diambil secara acak menggunakan seed
counter sejumlah 100 butir kemudian ditimbang bobotnya.
Persentase perkecambahan. Berdasarkan ketetapan ISTA (2007) penilaian
persentase perkecambahan benih kedelai dilakukan dengan mengamati jumlah
kecambah normal pada hari ke- 5 dan hari ke- 8. Persentase perkecambahan dapat
dihitung menggunakan rumus:
PP(%) = Ʃ kecambah normal yang dihasilkanƩ benih yang diuji x 100%Persentase kecambah abnormal. Kecambah abnormal ditentukan saat hari ke- 8
pada pengujian perkecambahan. Persentase kecambah abnormal dapat dihitung
menggunakan rumus:
KAN(%) = Ʃ kecambah abnormal yang dihasilkanƩ benih yang diuji x 100%
21
Persentase benih mati. Pengamatan dilakukan saat hari ke- 8 pada pengujian
perkecambahan. Persentase benih mati dihitung dengan rumus:
BM(%) = Ʃ benih matiƩ benih yang diuji x 100%Indeks vigor. Penilaian indeks vigor dilakukan berdasarkan jumlah kecambah
normal yang dihasilkan pada saat pengamatan pertama (first count) pada uji
perkecambahan. Nilai indeks vigor selalu lebih rendah dibandingkan dengan nilai
persentase perkecambahan tetapi cenderung mendekati field emergence (Copeland
dan McDonald, 2001). Nilai indeks vigor dihitung dengan rumus sebagai berikut:
IV = Ʃ kecambah normal pengamatan IƩ benih yang diuji x 100%Kecepatan Perkecambahan. Penilaian kecepatan perkecambahan dihitung
berdasarkan pertambahan persentase kecambah normal per hari dengan rumus
Maguire dalam Copeland & McDonald (2001):
KP(% per hari) = KN
d1+ KN
d2+⋯+ KN
dn
Keterangan:
d = Hari pengamatan ke-
KN = Persentase kecambah normal setiap waktu pengamatan
dn = Hari terakhir pengamatan
Panjang akar primer kecambah normal. Panjang akar primer kecambah
normal diukur dari pangkal akar sampai bagian ujung akar primer dengan
menggunakan penggaris pada 10 kecambah normal yang diambil secara acak.
22
Panjang tajuk kecambah normal. Pengukuran dilakukan dengan cara
mengukur dari pangkal batang hingga bagian paling atas kecambah menggunakan
penggaris pada 10 kecambah normal yang diambil secara acak.
Bobot kering kecambah normal. Pengamatan dilakukan setelah hari terakhir
perkecambahan. Kecambah normal dipisahkan kotiledonnya dan dimasukkan ke
dalam amplop dan diberi label. Kemudian kecambah dikeringkan dalam oven
pada suhu 80oC selama 24 jam. Selanjutnya kecambah yang telah kering
ditimbang bobotnya.
37
V. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Pemberian fosfor hingga dosis 150 kg/ha SP-36 masih meningkatkan bobot dan
mutu fisiologis benih kedelai, ditunjukkan oleh variabel bobot 100 butir, indeks
vigor, kecepatan perkecambahan, persentase perkecambahan, persentase
kecambah abnormal, persentase benih mati, panjang akar dan panjang tajuk
kecambah normal, serta bobot kering kecambah normal.
2. Pemberian nitrogen 150 kg/ha urea menghasilkan benih kedelai dengan bobot
dan mutu fisiologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan tanpa nitrogen
ditunjukkan oleh variabel bobot 100 butir, indeks vigor, kecepatan
perkecambahan, persentase perkecambahan, persentase kecambah abnormal,
persentase benih mati, panjang akar dan panjang tajuk kecambah normal, serta
bobot kering kecambah normal.
3. Pemberian 150 kg/ha urea disertai 120 kg/ha SP-36 menghasilkan bobot 100
butir maksimum sedangkan pemberian fosfor dari dosis 50 kg/ha hingga
38
150 kg/ha SP-36 disertai 150 kg/ha urea selalu menghasilkan benih kedelai
dengan mutu fisiologis yang lebih tinggi.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan setelah benih disimpan untuk melihat
pengaruh fosfor dan nitrogen dalam mempertahankan kualitas benih kedelai yang
disimpan.
39
DAFTAR PUSTAKA
Ararso, G. G. 2011. Influence of Nitrogen and Phosporus Fertilizers on SeedYield and Quality of Maize (Zea Mays L.) at Bedele, South-WesternEthiopia. Thesis post-graduate of Haramaya University. Ethiopia.
Balitkabi. 2016. Hasil Utama Penelitian Aneka Kacang dan Umbi Tahun 2016.www.balitkabi.libang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 30 Desember2017 pukul 19.30 WIB.
Balitkabi. 2016. Deskripsi Varietas Unggul Kedelai 1918-2016.www.balitkabi.libang.pertanian.go.id. Diakses pada tanggal 18 Mei 2017pukul 19.00 WIB.
Barker, A.V. and G. M. Bryson. 2007. Nitrogen. In Barker, A.V. andD. J. Pilbeam. Handbook of Plant Nutrition. Taylor & Francis Group.USA. 660 p.
Berk, Z. 1992. Technology of production of edible flours and protein productsfrom soybeans. FAO Agricultural Service Bulletin (97). FAO of theUnited Nations Rome. Rome, Italy. www.fao.org/docrep./t0532e00.Accessed on 29th November 2016 at 09.00 pm.
Cahyadi, W. 2015. Kedelai Khasiat dan Tenologi Edisi I. Bumi Aksara. Jakarta.95 hlm.
Copeland. L. O. and M. B. McDonald. 2001. Principles of Seed Science andTechnology 4th Edition. Kluwer Academic Publishers. New York. 478 p.
Cordazzo, C. V. 2002. Effect of seed mass on germination and growth in threedominant species in southern brazilian coastal dunes. Braz. J. Biol. 62 (3):427-435
Damanik, M. M. B., B. E. Hasibuan, S. Fauzi, dan H. Hanum. 2010. KesuburanTanah dan Pemupukan. USU Press. Medan. 304 hlm.
Iqbal, R. M. and H. Q. I. Chauhan. 2003. Effect of phosphorus levels on yieldcomponents, grain yield, and harvest indeks of two maize varieties. Asian J.of Plant Sciences. 2 (10): 800-803.
40
ISTA. 2007. International Rules for Seed Testing Edition 2007. Internationalseed association. Zurich, Switzerland.
Julita HD., Syamsuddin, dan R. Hayati. 2016. Pengaruh pemberian nitrogendan boron melalui daun terhadap mutu benih kedelai (Glycine max (L.)Merril). J. Floratek. 11 (1): 10-17.
Kakon, S. S., Md. S. U. Bhuiyan, and S. M. A. Hossain. 2015. Influence ofnitrogen and phosphorus on yield and seed quality of french bean.Bangladesh Agron. J. 18 (2): 1-8.
Khan, F., S. Khan, S. Fahad, S. Faisal, S. Hussain, S. Ali, and A. Ali. 2014.Effect of different levels of nitrogen and phosporus on the phenology andyield of maize varieties. American J. of Plant Sciences. 5: 2582-2590.
Lesilolo, M. K. 2012. Studi pemupukan fosfat terhadap viabilitas dan vigorbenih jagung (Zea mays L.) Varietas Hulaliu. J. Agrologia. 1 (2): 119-125.
Mussadad, A. 2008. Teknologi produksi kedelai, kacang tanah, kacang hijau, ubikayu, dan ubi jalar. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi.Malang.
Nonogaki, H., F. Chen, and K. J. Bradford. 2002. Mechanisms and genesinvolved in germination sensu stricto In Bradford K. J. and H. Nonogaki.Seed Development, Dormancy and Germination. Blackwell Publishing Ltd.USA. 389 p.
Pramono, E. 2012. Viabilitas benih yang dihasilkan dari pertanaman buncis(Phasaeolus vulgaris L.) yang dipupuk dengan dosis urea dan SP-36berbeda. Prosiding SNSMAIP III. 143-148.
Rante, Y. 2013. Strategi pengembangan tanaman kedelai untuk pemberdayaanekonomi rakyat di kabupaten keerom provinsi papua. J. Manajemen danKewirausahaan. 15 (1): 75-88.
Salisbury, F.B dan C. W. Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan III. Diterjemahkanoleh Lukman, D.R. dan Sumaryono dari buku Plant Physiology. ITB.Bandung. 241 hlm.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Grasindo. Jakarta. 143 hlm.
Sanchez, C. A. 2007. Phosporus. In Barker, A.V. and D. J. Pilbeam. Handbookof Plant Nutrition. Taylor & Francis Group. USA. 660 p.
41
Sawan, Z. M., A. H. Fahmy, and S. E. Yousef. 2007. Cottonseed yield, seedviability and seedling vigour as affected by nitrogen, pottasium, phosphorus,zinc, and a plant growth retardant. The African Journal of Plant Scienceand Biotechnology. 1 (1): 16-25.
Seadh, S. E., M. L. EL-Abady, A. M. El-Ghamry, and S. Farouk. 2009. Influenceof micronutrients foliar application and nitrogen fertilization on wheatyield and quality of grain and seed. J. Biological Sci. 9 (8): 851-858.
Septiatin, A. 2012. Meningkatkan Produksi Kedelai di Lahan Kering, Sawah,dan Pasang surut. Yrama Widya. Bandung. 74 hlm.
Sihaloho, N. S., N. Rahmawati, dan L. A. P. Putri. 2015. Respons pertumbuhandan produksi tanaman kedelai varietas detam 1 terhadap pemberianvermikompos dan pupuk P. J. Agroteknologi. 3 (4): 1591-1600.
Tarakegn, M. A. and K. Kibret. 2017. Effect of rhizobium, nitrogen, andphosphorus fertilizer on growth, nodulation, yield, and yield attributes ofsoybean at pawe northwestern ethiophia. World Scientific News. 67 (2):201-218.
Tisdale, S. L., Nelson, W. L., and Beaton, J. L. 1985. Soil Fertility and Fertlizer4th Edition. The Mac Millan Publ. Co. New York. 754 p.
Thoyyibah, S., Sumadi, dan A. Nuraini. 2014. Pengaruh dosis pupuk fosfatterhadap pertumbuhan, komponen hasil, hasil, dan kualitas benih duavarietas kedelai (Glycine max (L.) Merr.) pada iceptisol Jatinangor.Agric. Sci. J. 1 (4): 111-121.
Wang, Y. P., B. Z. Houlton, and C. B. Field. 2007. A model of biogeochemicalcycles of carbon, nitrogen, and phosporus including symbiotic nitrogenfixation and phospatase production. Global Biogeochemical Cycles.21: 1018-1029.
Xu, S., J. M. Niles, and K. H. Bowen. 2002. Zwitterion formation in hydratedamino acid, dipole bound anions: How many water molecules are required?.J. Chem. Phys. 119 (20): 10696-10701.
Yusuf, C. S., N. Makate, and R. Jacob. Effect of seed size on germination andearly growth of maize (Zea mays). Int. journal of Scientific and ResearchPublications. 4 (10): 1-3.
top related