pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas...
Post on 05-Feb-2018
264 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP INTENSITAS
NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai Sarjana Keperawatan
Oleh:
Sri Handayani
NIM. ST13065
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
Yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa laporan Skripsi
Keperawatan yang berjudul:
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP INTENSITAS
NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA
Oleh :
SRI HANDAYANI
NIM. ST 13065
Telah diuji pada tanggal 18 Agustus 2015 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
untuk mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan
Pembimbing Utama,
(bc. Yeti Nurhayati, M.Kes)
NIK: 201378115
Pembimbing Pendamping,
(Ari Setiyajati, S.Kep., Ns., M.Kes)
NIK: 19660121 199603 1 002
Penguji,
Happy Indri Saputri, S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. 201284113
Surakarta, Agustus 2015
Ketua Program Studi S-1 Keperawatan,
Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns., M.Kep
NIK. 201279102
3
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sri Handayani
NIM : ST13065
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
1) Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pernah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik (sarjana), baik di STIKes Kusuma Husada
Surakarta maupun di perguruan tinggi lain.
2) Karya tulis ini adalah murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing dan masukan Tim Penguji.
3) Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis dengan jelas dicantumkan
sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan
dicantumkan dalam daftar pustaka.
4) Pernyataan ini saya buat sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat
penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia
menerima sanksi akademik berupa pencabutan gelar yang telah diperoleh karena
karya ini, serta sanksi lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruan
tinggi ini.
Surakarta, Agustus 2015
Yang membuat pernyataan
( Sri Handayani )
NIM. ST13065
iii
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-
Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh
Mobilisasi Dini terhadap Intensitas Nyeri post Operasi Sectio Caesarea di RSUD
Dr. Moewardi ”. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
1. Dra. Agnes Sri Harti, M.Si, selaku ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.
2. Wahyu Rima Agustin, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1
Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
3. bc. Yeti Nurhayati, M.Kes, selaku pembimbing Utama yang telah meluangkan
waktu untuk memberikan masukan dan arahan selama penyusunan skripsi.
4. Ari Setiyajati, S.Kep, Ns, M.Kes, selaku pembimbing Pendamping yang juga
telah meluangkan waktu untuk memberikan masukan dan arahan selama
penyusunan skripsi.
5. Happy Indri Hapsari, S.Kep., Ns., M.Kep sebagai penguji yang memberikan
saran demi kesempurnaan penelitian ini.
6. Seluruh dosen dan staf akademik program studi S1 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada Surakarta.
7. Direktur dan staf DIKLIT RSUD Dr. Moewardi yang telah memberikan ijin dan
arahan kepada penulis dalam melakukan penelitian.
iv
5
8. Perawat Ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr. Moewardi yang telah
memberikan bantuan selama proses penyusunan skripsi.
9. Seluruh responden penelitian yang bersedia meluangkan waktu dalam membantu
kelancaran penelitian ini.
10. Orang tua tercinta, yaitu Bapak Sarwono dan Ibu Musidah yang telah
memberikan dukungan dan do’anya.
11. Suamiku tercinta Sularto, dan anak-anakku tersayang Ataya Callista Anindya dan
Arkana Dzaki Ardana yang telah memberikan semangat, motivasi, do’a dan kasih
sayangnya.
12. Teman-teman mahasiswa angkatan 1 program Transfer S1 Keperawatan STIKes
Kusuma Husada, yang saling mendukung dan membantu dalam proses
penyusunan skripsi ini.
Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal yang akan mendapat balasan
yang lebih baik oleh Allah SWT. Selanjutnya penulis mengharapkan masukan,
saran dan kritik demi perbaikan skripsi ini sehingga dapat digunakan untuk
pengembangan ilmu dan pelayanan keperawatan.
Surakarta, Agustus 2015
Penulis
v
6
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHASAN ............................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................ iv
DAFTAR ISI ............................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xi
DAFTAR SINGKATAN ............................................................................ xii
ABSTRAK .................................................................................................. xiii
ABSTRACT .................................................................................................. xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ..................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ................................................................ 3
1.3. Tujuan ................................................................................. 3
1.4. Manfaat penelitian ............................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Sectio Caesarea
a. Pengertian ................................................................. 5
b. Tipe-tipe Sectio caesarea ......................................... 5
vi
7
c. Etiologi ..................................................................... 6
d. Patofisiologi .............................................................. 9
e. Komplikasi ................................................................ 11
2.1.2 Nyeri
a. Pengertian ................................................................. 12
b. Etiologi ..................................................................... 12
c. Klasifikasi nyeri ........................................................ 13
d. Patofisiologi .............................................................. 17
e. Efek nyeri ................................................................. 18
f. Pengukuran nyeri ...................................................... 19
g. Managemen nyeri ..................................................... 21
2.1.3 Mobilisasi Dini
a. Pengertian ................................................................. 21
b. Tujuan ....................................................................... 23
c. Faktor yang mempengaruhi mobilisasi ....................... 23
d. Macam – macam mobilisasi ..................................... 24
e. Pelaksanaan mobilisasi dini ........................................ 25
2.2 Keaslian Penelitian ........................................................ 33
2.3 Kerangka Teori ............................................................. 34
2.4 Kerangka Konsep ............................................................ 35
2.5 Hipotesis Penelitian ....................................................... 35
vii
8
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ....................................... 36
3.2 Populasi dan Sampel ...................................................... 37
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ........................................ 38
3.4 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran . 38
3.5 Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data ................. 40
3.6 Teknik Pengelolaan dan Analisa Data ........................... 41
3.7 Etika Penelitian .............................................................. 43
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Analisis Univariat ................................................................ 45
4.1.1 Karakteristik responden ............................................. 45
4.2 Analisis Bivariat ................................................................... 47
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Karakteristik Responden ........................................................ 49
5.2 Analisis Univariat .................................................................. 51
5.3 Pengaruh antara Mobilisasi Dini dengan Intensitas Nyeri
Post Operasi Sectio Caecarea ................................................ 54
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan ................................................................................. 57
6.2 Saran ....................................................................................... 57
DAFTAR PUSTAKA
viii
9
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Tabel Halaman
Tabel
2.1 Keaslian Penelitian 33
3.1 Rancangan Penelitian Pre Eksperimental 36
3.2 Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran 39
4.1 Distribusi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia 45
4.2 Distribusi Karakteristik responden berdasarkan tingkat
pendidikan 46
4.3 Distribusi Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri
post operasi SC Sebelum mobilisasi dini 46
4.4 Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post
operasi SC Sesudah mobilisasi dini 47
4.5 Hasil uji Wilcoxon tingkat nyeri pada responden sebelum
dan sesudah melakukan mobilisasi dini 47
ix
10
DAFTAR GAMBAR
Nomor Gambar Judul Gambar Halaman
2. 1 Skala numeric rating scale (NRS) 20
2. 2 Skala visual analog scale (VAS) 20
2. 3 Skala Wajah Wong dan Barker 20
2. 4 Gerakan mobilisasi dini pertama 26
2. 5 Gerakan mobilisasi dini kedua 26
2. 6 Gerakan mobilisasi dini ketiga 27
2. 7 Gerakan mobilisasi dini keempat 28
2. 8 Gerakan mobilisasi dini kelima 28
2. 9 Gerakan mobilisasi dini keenam 29
2. 10 Gerakan mobilisasi dini ketujuh 30
2. 11 Gerakan mobilisasi dini kedelapan 30
2. 12 Gerakan mobilisasi dini kesepuluh 31
2. 13 Kerangka teori 34
2. 14 Kerangka konsep 35
x
11
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan
Lampiran
1 F.01 Usulan Topik Penelitian
2 F.02 Pernyataan Pengajuan Judul Skripsi
3 F.04 Pengajuan Ijin Studi Pendahuluan
4 Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan
5 F.05 Lembar Oponent Ujian Sidang Skripsi
6 F.06 Lembar Audience Ujian Sidang Skripsi
7 Lembar Permintaan Menjadi Responden
8 Lembar Persetujuan Menjadi Responden
9 Kuesioner Untuk Mengetahui Intensitas Nyeri Ibu Post Operasi
Sectio Caesarea dengan Numeric Rating Scale (NRS)
10 Kuesioner Observasi Untuk Mengetahui Intensitas Nyeri Ibu Post
Operasi Sectio Caesarea dengan Numeric Rating Scale (NRS )
11 Standar Prosedur Operasional (SPO) Mobilisasi Dini Post
Operasi Sectio Caesarea
12 Satuan Acara Pembelajaran (SAP) Mobilisasi Dini Post Operasi
Sectio Caesarea
13 Data karakteristik responden
14 Hasil uji statistik
15 Jadwal penelitian
16 Gambar proses penelitian
17 Lembar Konsultasi
xi
12
DAFTAR SINGKATAN
SC : Sectio Caesarea
NRS : Numeric Rating Score
SPO : Standar Prosedur Operasional
CPD : Chepalo Pelvik Disproportion
PEB : Pre Eklamsi Berat
KPD : Ketuban Pecah Dini
VAS : Visual Analog Scale
UUB : Ubun-Ubun Besar
xii
13
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2015
Sri Handayani
PENGARUH MOBILISASI DINI TERHADAP INTENSITAS
NYERI POST OPERASI SECTIO CAESAREA
DI RSUD DR. MOEWARDI
Abstrak
Seorang ibu yang melahirkan bayi dengan cara operasi sectio caesarea (SC)
akan mengalami rasa nyeri. Mobilisasi dini merupakan salah satu cara untuk
menurunkan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap
intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi. Rancangan
penelitian menggunakan metode pre eksperimental dengan pendekatan one group
pretest – posttest. Sampel penelitian adalah 61 ibu post operasi Sectio Caesaria di
RSUD Dr. Moewardi di Ruang Mawar I dan PONEK, dengan teknik sampling
menggunakan total sampling. Instrumen penelitian dalam mengukur intensitas nyeri
numerical rating scale, sementara Instrumen mobilisasi dini menggunakan lembar
checklist. Analisis data menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata intensitas nyeri nilai sebelum
mobilisasi dini sebesar 5,77 dan setelah mobilisasi dini menjadi 3,99. Hasil analisis
uji statistic diperoleh nilai Z score = -6.835 dengan p-value = 0,000 sehingga
disimpulkan ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi
sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi. Oleh karena itu mobilisasi dini efektif
mampu menurunkan intensitas nyeri post operasi sectio caesarea. Diharapkan bagi
ibu post operasi SC dapat melakukan mobilisasi dini untuk mempercepat penurunan
intensitas nyeri
Kata kunci: mobilisasi dini, nyeri, post operasi sectio caesarea
Daftar pustaka: 38 (2004-2014)
xiii
14
BACHELOR DEGREE PROGRAM IN NURSING SCIENCE
KUSUMA HUSADA SCHOOL OF HEALTH OF SURAKARTA
2015
Sri Handayani
THE EFFECT OF THE EARLY MOBILIZATION ON THE POST-
OPERATIVE CAESAREAN SECTION PAIN INTENSITY AT
DR. MOEWARDI GENERAL HOSPITAL OF SURAKARTA
Abstract
Mother giving birth by Caesarean Section will experience pain. One of the
ways to relieve the post Caesarean Section pain is early mobilization.
The objective of this research is to investigate the effect of the early
mobilization on the post-operative Caesarean Section pain intensity at Dr.Moewardi
General Hospital of Surakarta. The research used the pre-experimental method with
the one group pretest – posttest approach. The samples of research were 61 mothers
with the post-operative Caesarean Section at Ward Mawar I and Comprehensive
Obstetric and Neonatal Emergency Service Unit. They were taken by using the total
sampling technique. The research used the numerical rating scale as the instrument
for the pain intensity and the checklist for the early mobilization. The data were
analyzed by using the Wilcoxon’s test.
The result of the research shows that prior the treatment, the average level of
pain intensity, was 5.77. Following the treatment it became 3.99, meaning that there
was an effect of the early mobilization on the post-operative Caesarean Section pain
intensity at Dr. Moewardi General Hospital of Surakarta as indicated by the Z score
= -6.835 with the p-value = 0.00.
Thus, the early mobilization was expected to effectively relieve the mothers’
post-operative Caesarean Section pain intensity.
Keyword: Early mobilization, pain intensity, post-operative Caesarea Section
Reference 38 (2004-2014)
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Persalinan merupakan kejadian fisiologis yang normal dialami oleh
seorang ibu berupa pengeluaran hasil konsepsi yang hidup di dalam uterus
melalui vagina ke dunia luar ( David T.Y.Liu, 2007 ). Cara persalinan ada dua
yaitu persalinan normal dan persalinan operasi sectio caesarea (SC).
Persalinan dengan sectio caesarea memiliki resiko tinggi karena dilakukan
pembedahan dengan membuka dinding perut dan dinding uterus atau insisi
transabdominal uterus, pasien dengan post operasi sectio caesarea akan
merasakan rasa nyeri. Rasa nyeri merupakan stresor yang dapat menimbulkan
stress dan ketegangan dimana individu dapat berespon secara biologis dan
perilaku yang menimbulkan respon fisik dan psikis. Respon fisik meliputi
perubahan keadaan umum, wajah, denyut nadi, pernafasan, suhu badan, sikap
badan, dan apabila nafas makin berat dapat menyebabkan kolaps
kardiovaskuler dan syok, sedangkan respon psikis akibat nyeri dapat
merangsang respon stres yang dapat mengurangi sistem imun dalam
peradangan, serta menghambat penyembuhan respon yang lebih parah akan
mengarah pada ancaman merusak diri sendiri (Corwin, 2006).
Mobilisasi dini adalah upaya untuk mempertahankan kemandirian sedini
mungkin yang merupakan aspek terpenting pada fungsi fisiologis (Carpenito,
2009). Mobilisasi dini pada pasien yang mengalami pembedahan berguna
untuk mencegah tromboemboli, kekakuan otot pembedahan, melancarkan
1
2
siklus peredaran darah dan mencegah terjadinya perdarahan (Manuaba,
2004). Hasil penelitian Karujan (2010) menyimpulkan bahwa dengan
melakukan mobilisasi dini pasien dapat lebih cepat dalam pemulihan
peristaltik usus pasien pasca bedah sectio caesarea dengan anestesi umum di
RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
Data dari Departemen Kesehetan RI tahun 2013 Jumlah ibu yang bersalin
pada tahun 2013 sebanyak 4.622.741 jiwa, sedangkan persalinan dengan
sectio caesaria adalah 921.000 atau sekitar 19,92% dari seluruh persalinan.
Data jumlah kasus persalinan normal di RSUD Dr. Moewardi tahun 2013
adalah 1.019 pasien, dan persalinan sectio caesarea di ruang Mawar 1 dari
bulan September - Desember 2014 sebanyak 208 persalinan.
Berdasarkan studi pendahuluan di RSUD Dr. Moewardi, pada bulan
Agustus 2014 didapatkan 63% pasien post operasi sectio caesarea pada hari
kedua masih berbaring ditempat tidur. Rasa nyeri bagian operasi sangat
dirasakan. Peneliti dengan menggunakan alat pengukur nyeri yaitu Numeric
Rating Scale (NRS) diperoleh pasien masih takut untuk melakukan mobilisasi
seperti menggerakan badan ataupun kaki. Tingkat nyeri pada hari kedua yang
diukur dengan NRS pada nilai 6-7. Sebagian pasien namun sudah mulai
melakukan mobilisasi dini. Mengingat pentingnya mobilisasi dini yang
dilakukan pada ibu post operasi sectio caesarea, peneliti ingin meneliti lebih
lanjut mengenai pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post
operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti dapat merumuskan
permasalahan sebagai berikut: “Apakah terdapat pengaruh mobilisasi dini
terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr.
Moewardi?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri
post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui karakteristik responden.
2. Mengetahui intensitas nyeri post operasi sectio caesarea sebelum
mobilisasi dini.
3. Mengetahui intensitas nyeri post operasi sectio caesarea sesudah
mobilisasi dini.
4. Menganalisis beda intensitas nyeri post operasi sectio caesarea
sebelum dan sesudah mobilisasi dini.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Rumah Sakit
Sebagai konstribusi untuk pertimbangan pihak rumah sakit
dalam pembuatan Standar Prosedur Operasional (SPO) mobilisasi dini
post operasi sectio caesarea.
4
1.4.2 Bagi Institusi Pendidikan
Sebagai konstribusi untuk pertimbangan institusi pendidikan
untuk menambah pustaka kepada mahasiswa tentang mobilisisasi dini
post operasi sectio caesarea.
1.4.3 Bagi Petugas Kesehatan
Sebagai acuan dalam meningkatkan profesionalisme perawat
dalam memberikan pelayanan kepada pasien khususnya dalam
memobilisasi dini post operasi sectio caesarea.
1.4.4 Bagi peneliti lain
Sebagai dasar pengembangan penelitian sejenis agar dapat
diperoleh hasil yang lebih baik.
1.4.5 Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan dan
manfaat mobilisasi post operasi sectio caesarea.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teori
2.1.1 Sectio Caesaria
a. Pengertian
Sectio Caesaria (SC) adalah suatu tindakan untuk
melahirkan bayi per abdominal dengan melalui insisi pada dinding
abdomen dan dinding uterus interior, biasanya yang sering
dilakukan insisi segmen bawah tranversal (Farrer, 2005). Sectio
caesarea juga didefinisikan sebagai suatu persalinan buatan
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut
rahim dengan saraf rahim dalam keadaan utuh serta berat di atas
500 gram (Mitayani, 2009). Tindakan Sectio caesarea digunakan
bilamana diyakini bahwa penundaan persalinan pervaginam tidak
mungkin dilangsungkan secara aman (Cunningham, 2006).
b. Tipe-tipe Sectio Caesaria
Menurut Farrer (2006), tipe – tipe sectio Caesaria adalah :
1. Segmen bawah : insisi melintang
Pada bagian segmen bawah uterus dibuat insisi melintang
yang kecil, luka ini dilebarkan ke samping dengan jari-jari
tangan dan berhenti didekat daerah pembuluh-pembuluh darah
uterus. Kepala janin yang pada sebagian besar kasus terletak
5
6
dibalik insisi diekstraksi atau didorong, diikuti oleh bagian
tubuh lainnya dan kemudian plasenta serta selaput ketuban.
2. Segmen Bawah : Insisi Membujur
Cara membuka abdomen dan menyingkapkan uterus sama
seperti pada insisi melintang. Insisi membujur dibuat dengan
skapel dan dilebarkan dengan gunting tumpul untuk
menghindari cidera pada bayi.
3. Sectio Caesaria klasik
Insisi longitudinal digaris tengah dibuat dengan skapel ke
dalam dinding anterior uterus dan dilebarkan ke atas serta ke
bawah dengan gunting berujung tumpul. Diperlukan luka insisi
yang lebar karena bayi dilahirkan dengan presentasi bokong
dahulu, janin atau plasenta dikeluarkan dan uterus ditutup
dengan jahitan tiga lapis.
4. Sectio Caesaria Ekstra Peritoneal
Pembedahan ekstra peritoneal dikerjakan untuk
menghindari perlunya histerektomi pada kasus-kasus yang
mengalmi infeksi luas dengan mencegah peritonitis
generalisasi yang sering bersifat fatal.
c. Etiologi
Manuaba (2004) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea
adalah ruptur uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah
dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah fetal distres dan janin
7
besar melebihi 4.000 gram. Penyebab Sectio caesarea sebagai
berikut:
1. Chepalo Pelvik Disproportion / CPD
CPD adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang-tulang
panggul merupakan susunan beberapa tulang yang
membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang
harus dilalui oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk
panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul patologis
juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan
alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan
patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul
menjadi asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul
menjadi abnormal.
2. Pre-Eklamsi Berat / PEB
Pre-eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit
yang langsung disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya
masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi, pre-
eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal
dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena
itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali
dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
8
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum
terdapat tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi
inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm
di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar.
Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi
komplikasi yang lebih tinggi dari pada kelahiran satu bayi.
Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau
salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir
yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor
dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu
sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada
pemeriksaan dalam teraba Ubun-Ubun Besar (UUB)
yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
9
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati,
kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga
bagian kepala yang terletak paling rendah ialah
muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi
berada pada posisi terendah dan tetap paling depan.
Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya
akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin
terletak memanjang dengan kepala difundus uteri dan
bokong berada di bagian bawah kavum uteri. Dikenal
beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong,
presentasi bokong kaki, sempurna, presentasi bokong
kaki tidak sempurna dan presentasi kaki.
d. Patofisiologi
Sectio Caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
dengan berat di atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus
yang masih utuh. Indikasi dilakukan tindakan ini yaitu distorsi
10
kepala panggul, disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta
previa untuk ibu. Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin
besar dan letak lintang setelah dilakukan Sectio Caesarea ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa
kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek
fisiologis yaitu produk oxsitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi port de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah
salah utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa
nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi
bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih
banyak pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin
sehingga kadang-kadang bayi lahir dalam keadaan apnoe yang
tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa mati,
sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap
tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar.
Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif
akibat sekret yan berlebihan karena kerja otot nafas silia yang
menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi saluran pencernaan
dengan menurunkan mobilitas usus.
11
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk
lambung akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan
peristaltik usus. Kemudian diserap untuk metabolisme sehingga
tubuh memperoleh energi. Akibat dari mortilitas yang menurun
maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di lambung akan
menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka
pasien sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang
pipa endotracheal. Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat
pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin,
Mansjoer & Prawirohardjo, 2002).
e. Komplikasi Sectio Caesarea
1. Nyeri pada daerah insisi,
2. Perdarahan primer sebagai akibat kegagalan mencapai
homeostatis karena insisi rahim atau akibat atonia uteri yang
dapat terjadi setelah pemanjangan masa persalinan,
3. Sepsis setelah pembedahan, frekuensi dari komplikasi ini lebih
besar bila Sectio Caesaria dilaksanakan selama persalinan atau
bila terdapat infeksi dalam rahim,
4. Cidera pada sekeliling struktur usus besar, kandung kemih yang
lebar dan ureter,
5. Infeksi akibat luka pasca operasi,
6. Bengkak pada ekstremitas bawah,
7. Gangguan laktasi,
12
8. Penurunan elastisitas otot perut dan otot dasar panggul,
9. Potensi terjadinya penurunan kemampuan fungsional (Farrer,
2006)
2.1.2 Nyeri
a. Pengertian
Nyeri merupakan kejadian yang tidak menyenangkan,
mengubah gaya hidup dan kesejahteraan individu. Perawat harus
mengkaji hal-hal berikut ini untuk mengetahui efek nyeri pada
klien (Mulyadi, 2011). Potter dan Perry (2005) menyatakan nyeri
didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi
seseorang dan ekstensinya diketahui bila seseorang pernah
mengalaminya, sedangkan menurut Wartonah (2005), nyeri
merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak menyenangkan
bersifat sangat subjektif karena perasaan nyeri berbeda pada
setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya dan hanya orang
tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri
yang dialaminya.
b. Etiologi
Nyeri dapat disebabkan oleh trauma, yaitu mekanik,
thermos, elektrik, neoplasma (jinak dan ganas), peradangan,
gangguan sirkulasi darah dan kelainan pembuluh darah serta
trauma psikologis.
13
c. Klasifikasi nyeri
Klasifikasi nyeri menurut beberapa ahli di bawah ini :
1. Nyeri berdasarkan tempatnya
a) Pheriperal pain
Pheriperal pain merupakan nyeri yang terasa pada
permukaan tubuh. Nyeri ini termasuk nyeri pada kulit dan
permukaan kulit. Stimulus yang efektif untuk
menimbulkan nyeri di kulit dapat berupa rangsangan
mekanis, suhu, kimiawi, atau listrik. Apabila hanya kulit
yang terlibat, nyeri sering dirasakan sebagai menyengat,
tajam, meringis, atau seperti terbakar (Irman, 2007).
b) Deep pain
Deep pain merupakan nyeri yang terasa pada permukaan
tubuh yang lebih dalam (nyeri somatik) atau pada organ
tubuh visceral (nyeri visceral). Nyeri somatis mengacu
pada nyeri yang berasal dari otot, tendon, ligamentum,
tulang, sendi, dan arteri. Stuktur-stuktur ini memiliki lebih
sedikit reseptor nyeri sehingga lokalisasi nyeri sering tidak
jelas (Irman, 2007).
c) Reffered pain
Reffered pain merupakan nyeri dalam yang disebabkan
karena penyakit organ/ struktur dalam tubuh yang
ditransmisikan ke bagian tubuh di daerah yang berbeda,
14
bukan dari daerah asal nyeri misalnya, nyeri pada lengan
kiri atau rahang berkaitan dengan iskemia jantung atau
serangan jantung (Irman, 2007).
d) Central pain
Central pain adalah nyeri yang didahului atau disebabkan
oleh lesi atau disfungsi primer pada sistem saraf perifer
(Meliala, 2007).
2. Nyeri berdasarkan sifat
a) Incidental pain
Incidental pain merupakan nyeri yang timbul sewaktu-
waktu lalu menghilang. Incidental ini terjadi pada pasien
yang mengalami nyeri kanker tulang (Meliala, 2007).
b) Steady pain
Steady pain merupakan nyeri yang timbul dan menetap
serta dirasakan dalam waktu yang lama. Pada distensi
renal kapsul dan iskemik ginjal akut merupakan salah satu
jenis steady pain.
c) Proximal pain
Proximal pain merupakan nyeri yang dirasakan
berintensitas tinggi dan kuat sekali. Nyeri tersebut
biasanya menetap kurang lebih10-15 menit, lalu
menghilang, kemudian timbul lagi. Nyeri ini terjadi pada
pasien yang mengalami Carpal Tunnel Syndrome.
15
3. Nyeri berdasarkan ringan beratnya
a) Nyeri ringan
Nyeri ringan merupakan nyeri yang timbul dengan
intensitas yang ringan. Nyeri ringan biasanya pasien
secara obyektif dapat berkomunikasi dengan baik
(Wartonah, 2005).
b) Nyeri sedang
Nyeri sedang merupakan nyeri yang timbul dengan
intensitas yang sedang. Nyeri sedang secara obyektif
pasien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi
nyeri dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik (Wartonah, 2005).
c) Nyeri berat
Nyeri berat merupakan nyeri yang timbul dengan
intensitas yang berat. Nyeri berat secara obyektif pasien
terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih
respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi
nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat
diatasi dengan alih posisi nafas panjang (Wartonah,
2005).
16
4. Nyeri berdasarkan waktu serangan
a) Nyeri akut
Nyeri akut merupakan nyeri yang mereda setelah
intervensi atau penyembuhan. Awitan nyeri akut biasanya
mendadak dan berkaitan dengan masalah spesifik yang
memicu individu untuk segera bertindak menghilangkan
nyeri. Nyeri berlangsung singkat (kurang dari 6 bulan) dan
menghilang apabila faktor internal dan eksternal yang
merangsang reseptor nyeri dihilangkan. Durasi nyeri akut
berkaitan dengan faktor penyebabnya dan umumnya dapat
diperkirakan (Irman, 2007 ).
b) Nyeri kronis
Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung terus
menerus selama 6 bulan atau lebih. Nyeri ini berlangsung
di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering
tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera
spesifik (Irman, 2007).
Nyeri kronis ini berbeda dengan nyeri akut dan
menunjukkan masalah baru. Pada sindrom nyeri kronis
dapat disebabkan oleh faktor penyakit atau proses patologi
yang persisten. Nyeri kronis ini sering mempengaruhi
semua aspek kehidupan penderitanya, menimbulkan
17
distress, kegalauan emosi, dan mengganggu fungsi fisik
dan sosial (Potter & Perry, 2005).
d. Patofisiologi nyeri
Reseptor nyeri merupakan organ tubuh yang berfungsi
untuk menerima rangsangan nyeri. Reseptor nyeri disebut juga
dengan nosiceptif merupakan ujung saraf bebas dalam kulit yang
berespon hanya pada stimulus yang kuat, yang secara potensial
merusak (Hamilton, 2006). Reseptor pada bagian kutaneus terbagi
dalam dua komponen yaitu: serabut A delta dan serabut C.
Serabut A delta merupakan serabut komponen cepat yang
memungkinkan timbulnya nyeri tajam, yang akan cepat hilang,
sementara serabut C merupakan serabut komponen lambat yang
terdapat pada daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya tumpul dan
sulit dilokalisasi.
Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi, dan
perilaku. Cara yang paling baik untuk memahami pengalaman
nyeri, akan membantu untuk menjelaskan tiga komponen
fisiologis berikut yaitu: resepsi, persepsi, dan reaksi. Stimulus
penghasil nyeri mengirimkan implus melalui serabut saraf perifer.
Serabut nyeri memasuki medula spinalis dan menjalani salah satu
dari beberapa rute saraf perifer. Serabut nyeri memasuki medula
spinalis dan menjalani salah satu dari beberapa rute saraf dan
akhirnya sampai di dalam massa berwarna abu-abu di medulla
18
spinalis. Terdapat pesan nyeri dapat berinteraksi dengan sel-sel
saraf inhibitor, mencegah stimulus nyeri sehingga tidak mencapai
otak atau ditransmisi tanpa hambatan ke korteks serebral. Sekali
stimulus nyeri mencapai korteks serebral, maka otak
menginterpretasikan kualitas nyeri dan memproses informasi
tentang pengalaman serta pengetahuan yang lalu serta asosiasi
kebudayaan dalam upaya mempersepsikan nyeri (Potter & perry,
2005).
Munculnya nyeri berkaitan dengan reseptor dan adanya
rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociceptor,
merupakan ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiliki sedikit
atau bahkan tidak memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan
mukosa, khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati,
dan kandung empedu. Reseptor nyeri dapat memberikan respons
akibat adanya stimulasi atau rangsangan. Stimulasi tersebut dapat
berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikidin, prostaglandin,
dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat kerusakan
pada jaringan akibat kekurangan oksigen (Smeltzer & Bare,
2006).
e. Efek nyeri
Menurut Smeltzer & Bare (2006), efek membahayakan dari
nyeri dibedakan berdasarkan klasifikasi nyeri, yaitu nyeri akut
dan nyeri kronis. Nyeri akut mempunyai efek yang
19
membahayakan diluar ketidaknyamanan yang disebabkannya,
selain merasa ketidaknyamanan dan mengganggu, nyeri akut yang
tidak reda dapat mempengaruhi sistem pulmonari, kardiovaskular,
gastrointestinal, endokrin, dan imunologik. Pasien dengan nyeri
hebat dan stres yang berkaitan dengan nyeri tidak mampu untuk
nafas dalam dan mengalami peningkatan nyeri dan mobilitas
menurun. Nyeri kronis mempunyai efek yang membahayakan
seperti supresi fungsi imun yang berkaitan dengan nyeri kronis
dapat meningkatkan pertumbuhan tumor. Nyeri kronis juga sering
mengakibatkan depresi dan ketidakmampuan. Pasien mungkin
tidak mampu untuk melanjutkan aktivitas dan melakukan
hubungan interpersonal. Ketidakmampuan ini dapat berkisar dari
membatasi keikutsertaan dalam aktivitas fisik sampai tidak
mampu untuk memenuhi kebutuhan pribadi, seperti berpakaian
atau makan.
f.Pengukuran nyeri
1. Numeric Rating Scale ( NRS)
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah divalidasi. Berat
ringannya rasa sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan
mengobyektifkan pendapat subyektif nyeri. Skala numerik dari
0 hingga 10, di bawah ini, nol (0) merupakan keadaan tanpa atau
bebas nyeri, sedangkan 1-3 adalah nyeri ringan, 4-6 adalah nyeri
20
sedang, 7-9 adalah nyeri berat terkontrol, dan 10 adalah nyeri
berat tidak terkontrol (Potter & Perry, 2005).
Gambar 2. 1 Skala numeric rating scale (NRS)
2. Visual analog scale ( VAS )
Skala sejenis yang merupakan garis lurus, tanpa angka. Bisa
bebas mengekspresikan nyeri, ke arah kiri menuju tidak sakit,
arah kanan sakit tak tertahankan, dengan tengah kira-kira nyeri
yang sedang (Potter & Perry, 2005).
Gambar 2. 2 Skala visual analog scale (VAS)
3. Skala Wajah Wong dan Barker
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda,
menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih, digunakan
untuk mengekspresikan rasa nyeri. Skala ini biasanya
dipergunakan mulai anak usia 3 (tiga) tahun (Potter & Perry,
2005).
Gambar 2. 3 Skala Wajah Wong dan Barker
Tidak Nyeri Nyeri Ringan Nyeri Sedang Nyeri Berat Sangat Nyeri
21
g. Managemen nyeri
Manajeman nyeri dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Manajemen farmakologis dengan menggunakan obat-obatan
analgetik atau anastesi untuk mengurangi nyeri,
penggunaan analgetik bertujuan untuk mengganggu
penerimaan/ stimuli nyeri dan interpretasi dengan menekan
fungsi talamus dan kortek serebri.
2. Manajemen non farmakologi, manajemen non farmakologis
ini tidak mengunakan obat-obatan untuk mengurangi nyeri,
sehingga sebagian dapat digunakan mandiri oleh pasien.
Berikut adalah beberapa manajemen non farmakologis:
sentuhan terapeutik, akupresur, guided imagery, distraksi,
anticipatory guidance, hypnoterapi, biofeedback, stimulasi
kutaneus, aspek spiritual dzikir (Tamsuri, A. 2007).
2.1.3 Mobilisasi Dini
a. Pengertian
Menurut Carpenito (2009), mobilisasi dini merupakan
suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu
esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi dini adalah suatu
upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan
cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi
22
fisiologis. Konsep mobilisasi mula–mula berasal dari ambulasi
dini yang merupakan pengembalian secara berangsur–angsur ke
tahap mobilisasi sebelumnya untuk mencegah komplikasi.
Mobilisasi mengacu pada kemampuan seseorang untuk
bergerak dengan bebas dan imobilisasi mengacu pada
ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas.
Mobilisasi dan imobilisasi berada pada suatu rentang dengan
banyak tingkatan imobilisasi parsial. Beberapa klien mengalami
kemunduran dan selanjutnya berada di antara rentang
mobilisasi-imobilisasi, tetapi pada klien lain, berada pada
kondisi imobilisasi mutlak dan berlanjut sampai jangka waktu
tidak terbatas.
Mobilisasi sangat penting dalam percepatan hari rawat
dan mengurangi resiko-resiko karena tirah baring lama seperti
terjadinya dekubitus, kekakuan/penegangan otot-otot di seluruh
tubuh dan sirkulasi darah dan pernapasan terganggu, juga
adanya gangguan peristaltik maupun berkemih. Sering kali
dengan keluhan nyeri, klien tidak mau melakukan mobilisasi
ataupun tidak berani merubah posisi. Disinilah peran perawat
sebagai edukator dan motivator kepada klien sehingga klien
tidak mengalami suatu komplikasi yang tidak diinginkan.
23
b. Tujuan Mobilisasi
1. Mempertahankan fungsi tubuh
2. Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat
penyembuhan luka
3. Membantu pernafasan menjadi lebih baik
4. Mempertahankan tonus otot
5. Memperlancar eliminasi Alvi dan Urin
6. Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat
kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak
harian.
7. Memberi kesempatan perawat dan pasien untuk berinteraksi
atau berkomunikasi (Susan, 2004).
c. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
1. Gaya Hidup
Gaya hidup seseorang sangat tergantung dari tingkat
pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang
akan diikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan
kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan
kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa
melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat.
2. Proses Penyakit dan injury
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan
mempengaruhi mobilitasnya, misalnya; seorang yang patah
24
tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas.
Demikian pula orang yang baru menjalani operasi, karena
adanya rasa sakit/nyeri yang menjadi alasan mereka
cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien
harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit
tertentu.
3. Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam
melakukan aktifitas misalnya; pasien setelah operasi
dilarang bergerak karena kepercayaan kalau banyak
bergerak nanti luka atau jahitan tidak jadi.
4. Tingkat energi
Seseorang melakukan mobilisasi jelas membutuhkan energi
atau tenaga. Orang yang sedang sakit akan berbeda
mobilitasnya dibandingkan dengan orang dalam keadaan
sehat.
5. Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan
mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja.
d. Macam-macam Mobilisasi
1. Mobilisasi penuh
Mobilisasi penuh ini menunjukkan syaraf motorik dan
sensorik mampu mengontrol seluruh area tubuh. Mobilisasi
25
penuh mempunyai banyak keuntungan bagi kesehatan, baik
fisiologis maupun psikologis bagi pasien untuk memenuhi
kebutuhan dan kesehatan secara bebas, mempertahankan
interaksi sosial dan peran dalam kehidupan sehari hari.
2. Mobilisasi sebagian
Pasien yang mengalami mobilisasi sebagian umumnya
mempunyai gangguan syaraf sensorik maupun motorik pada
area tubuh. Mobilisasi sebagian dapat dibedakan menjadi:
a. Mobilisasi temporer yang disebabkan oleh trauma
reversibel pada sistim muskuloskeletal seperti dislokasi
sendi dan tulang
b. Mobilisasi permanen biasanya disebabkan oleh
rusaknya sistim syaraf yang reversibel.
e. Pelaksanaan Mobilisasi Dini
Pelaksanaan mobilisasi dini terdapat 3 langkah penting
yaitu pemanasan, gerakan inti dan pendinginan.
1) Pemanasan
Pemanasan berguna untuk menghangatkan suhu otot,
melancarkan aliran darah dan memperbanyak masuknya O2
ke dalam tubuh, memperbaiki kontraksi otot dan kecepatan
gerak refleks, juga menjaga kejang otot dan pegal-pegal
keesokan harinya. Pemanasan dapat dilakukan dengan
26
menggerakkan mengepalkan tangan, tarik nafas pelan-pelan
dan dikeluarkan dengan pelan-pelan (Soekarno, 2006).
2) Gerakan inti mobilisasi dini :
a) Gerakan Pertama
Gambar 2.4 Gerakan mobilisasi dini pertama
Posisi tubuh terlentang dan rileks, kemudian lakukan
pernafasan perut diawali dengan mengambil nafas
melalui hidung, kembungkan perut dan tahan hingga
hitungan ke-5, lalu keluarkan nafas pelan-pelan melalui
mulut sambil mengkontraksikan otot perut. Ulangi
gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
b) Gerakan Kedua :
Gambar 2.5 Gerakan mobilisasi dini kedua
27
Sikap tubuh terlentang dengan kedua kaki lurus ke
depan. Angkat kedua tangan lurus ke atas sampai kedua
telapak tangan bertemu, kemudian turunkan perlahan
sampai kedua tangan terbuka lebar hingga sejajar dengan
bahu. Lakukan gerakan dengan mantap hingga terasa
otot sekitar tangan dan bahu terasa kencang. Ulangi
gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
c) Gerakan Ketiga :
Gambar 2.6 Gerakan mobilisasi dini ketiga
Berbaring relaks dengan posisi tangan di samping badan
dan lutut ditekuk. Angkat pantat perlahan kemudian
turunkan kembali. Ingat jangan menghentak ketika
menurunkan pantat. Ulangi gerakan sebanyak 8
(delapan) kali.
28
d) Gerakan Keempat :
Gambar 2.7 Gerakan mobilisasi dini keempat
Posisi tubuh berbaring dengan posisi tangan kiri di
samping badan, tangan kanan di atas perut, dan lutut
ditekuk. Angkat kepala sampai dagu menyentuh dada
sambil mengerutkan otot sekitar anus dan
mengkontraksikan otot perut. Kepala turun pelan-pelan
ke posisi semula sambil mengendurkan otot sekitar anus
dan merelaksasikan otot perut. Jangan lupa untuk
mengatur pernafasan. Ulangi gerakan sebanyak 8
(delapan) kali.
e) Gerakan Kelima :
Gambar 2.8 gerakan mobilisasi dini kelima
29
Tubuh tidur terlentang, kaki lurus, bersama-sama
dengan mengangkat kepala sampai dagu menyentuh
dada, tangan kanan menjangkau lutut kiri yang ditekuk,
diulang sebaliknya. Kerutkan otot sekitar anus dan
kontraksikan perut ketika mengangkat kepala. Lakukan
perlahan dan atur pernafasan saat melakukan gerakan.
Ulangi gerakansebanyak 8 (delapan) kali.
f) Gerakan Keenam :
Gambar 2.9 gerakan mobilisasi dini keenam
Posisi tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di
samping badan, kemudian lutut ditekuk ke arah perut
90 derajat secara bergantian antara kaki kiri dan kaki
kanan. Jangan menghentak ketika menurunkan kaki,
lakukan perlahan namun bertenaga. Ulangi gerakan
sebanyak 8 (delapan) kali.
30
g) Gerakan Ketujuh :
Gambar 2.10 Gerakan mobilisasi dini ketujuh
Tidur terlentang, kaki lurus, dan kedua tangan di
samping badan. Angkat kedua kaki secara bersamaan
dalam keadaan lurus sambil mengkontraksikan perut,
kemudian turunkan perlahan. Atur pernafasan. Lakukan
sesuai kemampuan, tidak usah memaksakan diri.
Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
h) Gerakan Kedelapan :
Gambar 2.11 Gerakan mobilisasi dini kedelapan
Posisi menungging, nafas melalui pernafasan perut.
Kerutkan anus dan tahan 5-10 detik. Saat anus
dikerutkan, ambil nafas kemudian keluarkan nafas
31
pelan-pelan sambil mengendurkan anus.
Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
i) Gerakan Kesembilan :
Posisi berbaring, kaki lurus, dan kedua tangan di
samping badan. Angkat kedua kaki dalam keadaan
lurus sampai 90 derajat, kemudian turunkan kembali
pelan-pelan. Jangan menghentak ketika menurunkan
kaki. Atur nafas saat mengangkat dan menurunkan
kaki.
Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
j) Gerakan Kesepuluh :
Gambar 2.12 Gerakan mobilisasi dini kesepuluh
Tidur terlentang dengan kaki lurus, kedua telapak tangan
diletakkan di belakang kepala, kemudian bangun sampai
32
posisi duduk, lalu perlahan-lahan posisi tidur kembali
(sit up). Ulangi gerakan sebanyak 8 (delapan) kali.
Ingat kekuatan bertumpu pada perut, jangan
menggunakan kedua tangan yang ditekuk di belakang
kepala untuk mendorong tubuh untuk duduk karena akan
berpotensi menimbulkan nyeri leher. Lakukan perlahan,
tidak menghentak dan memaksakan.
3) Pendinginan.
Pendinginan setalah mobilisasi tetap diperlukan, hal
ini agar kerja jantung kembali menjadi normal. Gerakan
pendinginan berupa menghela napas lebih panjang dan lebih
dalam, lengan, tungkai, dan dilakukan sekurang-kurangnya 3
kali. Dengan cara demikian, akan membantu sistem jantung
dan pembuluh darah mampu menyesuaikan diri dengan
semakin mengendurnya aktivitas tubuh. Proses gerakan
mobiliasasi ini dini dilakukan 3 kali dalam 1 hari, yaitu pagi,
siang, dan sore hari selama 3 hari.
Gerakan senam mobilisasi dini pada pasien post operasi Sectio
Caesarea dari 10 gerakan yang ada secara teori, hanya dilakuan pada
garakan pertama sampai gerakan ketujuh.
33
2.2 Keaslian Penelitian
Tabel 2.1. Keaslian penelitian
Nama
peneliti
Judul Penelitian Metode penelitian Hasil penelitian
Jyoti V.
Dube (2014)
Effect of Planned Early
Recommended
Ambulation Technique
on Selected Post
Caesarean
Biophysiological Health
Parameters
Penelitian dengan
model kuasi
eksperimen dengan
kelompok kontrol.
analisis data
menggunakan uji
komparatif
terdapat perbedaan
yang signifikan
dengan
menggunakan
ambulasi dini pada
pasien post operasi
caesarean
biophysiological
dengan p< 0,0.5
Yusnidar
(2014)
Hubungan Mobilisasi
Dini Dengan Intensitas
Nyeri Pada Ibu Post
Seksio Cesarea Di Ruang
Rawat Gabung Badan
Layanan Umum Daerah
(BLUD) Dr Fauziah
Bireuen
Jenis penelitian
dengan analitik
Observasional dengan
rancangan Case
Control. penelitian
dengan uji t
independen
Menunjukan tidak
terdapat perbedaan
rata-rata nyeri hari 1
antara kelompok
intervensi dan
kelompok kontrol (p
value = 0,222),
namun ada
perbedaan yang
signifikan pada hari
3 (p value = 0,000).
Uji t dependen
menunjukan
terdapat perbedaan
yang signifikan
antara hari 1 dan 3
pada kelompok
intervensi (p value =
0,000), dan terdapat
perbedaan juga
antara hari 1 dan 3
pada kelompok
kontrol (p value =
0,000).
34
2.3 Kerangka Teori
Gambar. 2.13 Kerangka teori
( Cunningham 2006, Farrer 2006, Manuaba 2004, Potter dan Perry 2005, Smeltzer &
Bare 2006, Tamsuri 2007, Wartonah 2005 )
1. Tipe
2. Etiologi
3. Patofisiologi
4. Komplikasi
Managemen
1. Manajemen
farmakologis
2. non farmakologi
Nyeri Mobilisasi dini
Tujuan
1. Mempertahankan fungsi
tubuh
2. Memperlancar
peredaran darah
sehingga mempercepat
penyembuhan luka
3. Membantu pernafasan
menjadi lebih baik
4. Mempertahankan tonus
otot
5. Memperlancar eliminasi
alvi dan urin
6. Mengembalikan
aktivitas tertentu
Sectio Caesarea ( SC )
Penyebab :
1. peradangan, gangguan
sirkulasi darah
2. kelainan pembuluh
darah
3. trauma psikologis.
Efek nyeri:
1. Nyeri akut
2. Nyeri kronis.
Faktor:
1. Gaya hidup
2. Proses penyakit
3. Tingkat energy
4. Usia dan status
perkembangan
35
2.4 Kerangka Konsep
Gambar 2.14. Kerangka Konsep
2.5 Hipotesis Penelitian
Ha = Ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi
Sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
Pemberian
Mobilisasi dini
Nyeri Pasien
Post operasi Sectio
Caesaria sebelum
mobilisasi dini
Nyeri Pasien
post operasi Sectio
Caesaria setelah
mobilisasi dini
36
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, metode penelitian yaitu
pre eksperimental design, karena design ini belum merupakan eksperimen
sungguh-sungguh. Penelitian ini menggunakan one group pre test–post test
design, yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan
satu kelompok subjek. Kelompok subjek diobservasi sebelum dilakukan
intervensi, kemudian diobservasi lagi setelah intervensi (Nursalam, 2011).
Rancangan penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut
Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Pre Eksperimental
Subjek Pre test Perlakuan Post test
K O I O1
Waktu I Waktu 2 Waktu 3
Keterangan:
K : Subjek post operasi section caesarea
O : Observasi tingkat nyeri sebelum dilakukan mobilisasi dini.
I : Intervensi ( mobilisasi dini).
OI : Observasi tingkat nyeri setelah dilakukan mobilisasi dini.
36
37
3.2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Arikunto, 2006). Populasi penelitian semua ibu
post operasi Sectio Caesaria di ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr.
Moewardi. Data dari rekam medis RSUD Dr. Moewardi menunjukkan
jumlah persalinan dengan sectio caesarea di Ruang Mawar 1 dan PONEK
dari bulan September - Desember 2014 sebanyak 208 persalinan. Jumlah
pasien post operasi sectio caesarea di Mawar 1 bulan Desember 2014
sebanyak 61 orang.
b. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,
2006). Sampel penelitian adalah ibu post operasi Sectio Caesaria di ruang
Mawar 1 dan PONEK RSUD RSUD Dr. Moewardi. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Februari 2015. Teknik pengambilan sampling adalah Teknik
pengambilan sampel menggunakan teknik total sampling, yaitu teknik
penentuan sampel dengan mengambil seluruh anggota populasi sebagai
responden atau sampel (Sugiyono, 2009).
c. Kriteria sampel
1) Kriteria inklusi
a) Pasien post operasi sectio caesarea yang dirawat di ruang Mawar 1
dan PONEK
b) Pasien telah 10 – 24 jam post operasi sectio caesarea.
38
c) Pasien yang bersedia diberikan mobilisasi dini.
d) Pasien yang tidak sedang mendapatkan obat analgesic.
2) Kriteria eksklusi
a) Pasien post operasi sectio caesarea dengan pre eklamsi berat
b) Pasien yang pernah melakukan operasi sectio caesarea sebelumnya
3.3. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr.
Moewardi. Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 – Juni 2015.
3.4. Variabel, Definisi Operasional, dan Skala Pengukuran
a. Variabel
Variabel adalah karakteristik subjek penelitian yang berubah
dari suatu subjek ke subjek lain (Alimul, 2007). Variabel independent
(bebas) adalah variabel yang nilainya menentukan variabel lain. Sedangkan
variabel dependen (terikat) yaitu variabel yang nilainya ditentukan oleh
variabel lain (Nursalam, 2011). Dalam penelitian ini hanya ada satu variabel
dependen yaitu intensitas nyeri dan variabel independen mobilisasi dini
merupakan suatu tindakan yang diberikan sebagai intervensi untuk
memperoleh suatu efek tertentu yaitu perubahan intensitas nyeri.
39
b. Definisi Operasional
Tabel 3.2 Variabel, Definisi operasional dan skala pengukuran
No Variabel Definisi Alat Ukur Skor Skala
Variabel bebas
1
Mobilisasi
dini
Tindakan yang dilakukan
oleh ibu agar bangun
dari tempat tidurnya
dalam waktu 6-24 jam
post operasi Sectio
Cesarea
SPO senam
nifas
dengan
frekuensi 3
kali sehari
selama 3
hari
berturut-
turut
-
Variabel terikat
2 nyeri
post operasi
Sectio
Caesaria
Adalah rasa tidak nyaman
pada bagian perut akibat
luka post operasi Sectio
Caesarea yang diukur
dengan skala nyeri NRS
(Numeric Ranting Scale).
NRS Skala nyeri
Tidak ada nyeri:
0
Nyeri ringan : 1-
3
Nyeri Sedang :
4-6
Nyeri Berat : 7-9
Sangat berat :10
Ordinal
40
3.5. Alat Penelitian dan Cara Pengumpulan Data
a. Alat Penilaian
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan alat ukur tingkat nyeri yang dalam penggunaannya
menggunakan metode observasi dan kuesioner. Alat ukur tingkat nyeri yang
paling efektif yang sering digunakan adalah skala penilaian numerik
(numerical rating scale) (AHCPR, dalam Potter & Perry 2005). Lembar
observasi yang digunakan peneliti sebagai alat ukur dalam mengukur
intensitas nyeri, pada penelitian ini merujuk pada tingkat nyeri dengan skala
0-10 untuk menentukan tingkat akhir nyeri. Kriteria skala nyeri menurut
Potter & Perry (2005) adalah 0 : tidak nyeri, 1-3 : nyeri ringan, 4-6 : nyeri
sedang, 7-9 : nyeri berat dan 10 : sangat nyeri. Selain dengan alat ukur
Numeric Rating Scale ( NRS ), pemberiaan mobilisasi dini diberikan selama
20 menit, kuesioner numeric rating scale (NRS), bolpoint. Pengkajian nyeri
dilakukan sebelum dilakukan mobilisasi dini untuk pertama kali dan pada
akhir mobilisasi dini pada hari ketiga.
b. Cara Pengumpulan Data
1) Peneliti melakukan permohonan ijin penelitian dari institusi kepada
Direktur RSUD Dr. Moewardi.
2) Setelah mendapatkan surat persetujuan dari direktur RSUD Dr.
Moewardi, selanjutnya peneliti menentukan waktu penelitian.
3) Peneliti menemui kepala ruang Mawar 1 dan PONEK untuk meminta
bantuan dan kerja sama dalam pelaksanaan penelitian dan pengumpulan
data tentang pasien yang dilakukan operasi section caesarea.
41
4) Peneliti menemui calon responden dan menjelaskan tentang tujuan,
manfaat penelitian kemudian memberikan informed consent.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2015.
5) Calon responden yang menyetujui dijadikan responden dalam
penelitian, diminta untuk menandatangani lembar informed consent.
6) Peneliti melakukan pretest dengan memberikan responden lembar
kuesioner Numeric Rating Scale (NRS) dan lembar observasi diisi oleh
peneliti, dilakukan tidak lebih dari 10 jam post operasi SC
7) Peneliti melakukan intervensi dengan pemberian mobilisasi dini selama
20 menit selama 3 hari berturut-turut, dimulai 10-24 jam post operasi
SC. Dalam satu hari peneliti memberikan intervensi sebanyak 1 kali.
8) Peneliti melakukan post-test dengan kuesioner yang diberikan kepada
responden dan lembar observasi yang diisi oleh peneliti, setelah
melakukan mobilisasi dini, dilakukan pengukuran intensitas nyeri
dengan menggnakan Skala nyeri NRS. Hasil intensitas nyeri kemudian
dicatat sebagai data penelitian.
3.6. Teknik Pengolahan dan Analisa Data
a. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses yang sangat penting. Oleh
karena itu, harus dilakukan dengan baik dan benar. Kegiatan dalam
proses pengolahan data yaitu:
42
1) Editing untuk meneliti kelengkapan data dengan cara mengoreksi
data yang telah diperoleh, sehingga dapat dilakukan perbaikan data
yang kurang.
2) Coding untuk mempermudah dalam pengolahan data dan proses
selanjutnya melalui tindakan mengklasifikasikan data.
3) Tabulating yaitu penyusunan data yang merupakan pengorganisasian
data sedemikian rupa agar data dapat dengan mudah dijumlah,
disusun dan didata untuk disajikan dan dianalisis.
b. Analisa Data
Analisa data merupakan pengumpulan data dari seluruh responden yang
dikumpulkan. Teknik analisa data dalam penelitian kuantitatif
menggunakan statistik (Sugiyono, 2014). Analisa data terdiri dari :
1. Analisis Univariat
Analisa data ini dilakukan terhadap tiap variabel dari penelitian dan
pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi dan
presentasi dari tiap variabel (Notoadmodjo, 2005). analisa univariat
pada penelitian ini adalah intensitas nyeri pasien post operasi sectio
caesarea, dengan variabel : pre mobilisasi dini dan post mobilisasi
dini.
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat adalah analisa yang dilakukan terhadap dua variabel
yang diduga ada hubungan atau korelasi (Notoatmojo, 2005).
Analisa bivariat ini berfungsi untuk mengetahui pengaruh mobilisasi
43
dini terhadap intensitas nyeri pasien post operasi sectio caesarea.
Uji statistik yang digunakan dalam penilaian ini adalah dengan uji
Wilcoxon untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua
kelompok sampel yang berpasangan.
Rumus :
Keterangan :
Z : Hasil Uji Wilcoxon.
T : Total jenjang ( selisih ) terkecil antara nilai pretest dengan
postest mobilisasi dini.
N : Jumlah sampel.
Maka taraf signifikasi menggunakan 0,05 dengan pengambilan
keputusan jika signifikasi > 0,05 Ho diterima yang artinya tidak ada
pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi sectio
caesarea dan apabila nilai signifikasi 0,05 maka Ho ditolak yang
artinya ada pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post
operasi sectio caesarea ( Priyatno, 2012 )
3.7. Etika dalam Penelitian
Dalam melakukan penelitian, peneliti mendapat izin dari RSUD Dr.
Moewardi untuk melakukan penelitian. Setelah mendapat izin, barulah
melakukan penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi :
24
121
4
1
nnn
nnT
Z
44
a. Lembar Persetujuan (Informed Consent)
Lembar persetujuan ini diberikan dan dijelaskan kepada responden
yang akan diteliti yang memenuhi kriteria inklusi dan disertai judul
penelitian serta manfaat penelitian dengan tujuan responden dapat
mengerti maksud dan tujuan penelitian. Bila subjek menolak maka peneliti
tidak memaksa dan tetap menghormati hak-hak subjek.
b. Tanpa Nama (Anonymity)
Peneliti tidak akan mencantumkan nama subjek pada lembar
pengumpulan data yang diisi subjek, tetapi hanya diberikan kode tertentu,
demi menjaga kerahasiaan identitas subyek.
c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Kerahasiaan informasi responden dijamin peneliti, hanya kelompok
data tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan pada bulan Oktober 2014 –Agustus 2015. Sampel
penelitian adalah 61 ibu dengan post operasi sectio caesarea di ruang Mawar 1 dan
PONEK. Hasil Penelitian meliputi intensitas nyeri sebelum dan setelah dilakukan
mobilisasi dini. Data intensitas nyeri diuji dengan menggunakan wilcoxon test
untuk mengetahui pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi
sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi.
4.3 Analisis Univariat
4.1.2 Karakteristik responden
a. Usia responden
Distribusi responden berdasarkan usia di ruang Mawar 1 dan
PONEK RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1
Distribusi Karakteristik responden berdasarkan usia (n = 61)
Usia f %
20-35 tahun 55 90.2
>35 tahun 6 9.8
Jumlah 61 100
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui 55 usia responden (90,2%)
berusia antara 20-35 tahun dan 6 responden (9,8%) berusia responden
lebih dari 35 tahun.
45
46
b. Tingkat pendidikan responden
Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan di ruang
Mawar 1 dan PONEK RSUD Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 4.2
Tabel 4.2
Distribusi Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan
(n = 61)
Pendidikan f %
SMP 16 26,2
SMA 27 44,3
PT 18 29,5
Jumlah 61 100
Berdasarkan Tabel 4.2. 16 responden (26,2%) berpendidikan SMP, 27
responden (44,3%) berpendidikan SMA dan 18 responden (29,5%)
berpendidikan PT.
c. Intensitas nyeri sebelum dilakukan mobilisasi dini
Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC
sebelum dilakukan mobilisasi dini di ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD
Dr. Moewardi dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3
Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC
Sebelum mobilisasi dini
Intensitas nyeri sebelum
mobilisasi dini f %
Nyeri berat 10 16,4
Nyeri sedang 51 83,6
Jumlah 61 100
Tabel 4.3 diketahui bahwa 10 responden (16,4%) dengan
intensitas nyeri berat dan 51 responden (83,6%) dengan intensitas nyeri
sedang.
47
d. Intensitas nyeri sesudah dilakukan mobilisasi dini
Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC
sesudah dilakukan mobilisasi dini di ruang Mawar 1 dan PONEK RSUD
Dr. Moewardi dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4.
Distribusi responden berdasarkan intensitas nyeri post operasi SC
Sesudah mobilisasi dini
Intensitas nyeri sesudah
mobilisasi dini f %
Nyeri ringan 41 67,2
Nyeri sedang 20 32,8
Jumlah 61 100
Tabel 4.4 diketahui bahwa 41 responden (67,2%) dengan intensitas
nyeri ringan dan 20 responden (32,8%) dengan intensitas nyeri sedang.
4.4 Analisis Bivariat
Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji beda rata-rata dari 2
sampel yang berhubungan yaitu uji Wilcoxon. Hasil uji statistik dengan Wilcoxon
ditampilkan dalam tabel 4.5.
Tabel 4.5. Hasil uji Wilcoxon intensitas nyeri pada responden sebelum dan
sesudah melakukan mobilisasi dini
Variabel Rata-rata Z score p-value
Nyeri pre test 5,77 -6,835 0,000
Nyeri post test 3,99
Tabel 4.5 di atas diperoleh data bahwa nilai rata-rata tingkat nyeri
responden sebelum mobilisasi dini sebesar 5,77 dan setelah melakukan
mobilisasi dini sebesar 3,99. Hasil uji dengan Wilcoxon diperoleh nilai Z score =
-6.835 dengan p-value = 0,000. Berdasarkan hasil tersebut, keputusan yang
48
diambil adalah Ho ditolak, artinya ada pengaruh mobilisasi dini terhadap
intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi. Intensitas
nyeri pada responden dapat menurun dari nilai rata-rata 5,77 menjadi 3,99. Oleh
karena itu mobilisasi dini efektif mampu menurunkan intensitas nyeri post
operasi sectio caesarea.
49
BAB V
PEMBAHASAN
5.4 Karakteristik Responden
5.1.1 Usia
Berdasarkan hasil penelitain diketahui 90,2% usia responden
antara 20-35 tahun. Menurut BKKBN tahun 2007 menyatakan usia risiko
rendah kehamilan dan persalinan pada ibu adalah 20-35 tahun. Usia
risiko tinggi kehamilan dan persalinan adalah kurang dari 20 tahun dan
diatas 35 tahun. Aritonang (2010) menjelaskan bahwa pasien nyeri
dengan usia yang lebih muda memiliki koping yang lebih berfokus pada
emosi dibandingkan dengan pasien dengan usia yang lebih tua. Hasil
penelitian Grace (2012) menyebutkan dari 34 responden, sebanyak 25
responden (73,5%) berusia 20-34 tahun yang melakukan mobilisasi dini
pascasalin dengan seksio sesaria di RSUD dr. Pirngadi Medan. Namun
berdasarkan hasil penelitian bahwa usia responden baik antara 20-35
tahun maupun diatas 35 tahun, pada pre test diketahui rata-rata intensitas
nyeri pada nilai 5,77 (atau intensitas nyeri sedang), dan sesudah
mobilisasi dini intensitas nyeri menurun dengan rat-rata nilai 3,99 (nyeri
ringan). Hal ini menunjukkan bahwa usia responden dalam penelitian ini
mempunyai kesamaan nyeri dan melakukan strategi koping dengan
melakukan mobilisasi dini.
49
50
5.1.2 Tingkat pendidikan
Distribusi tingkat pendidikan responden menunjukkan sebagian
besar responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 27 responden
(44,3%). Mubarak (2009) menyatakan pendidikan yang dimiliki
responden berhubungan dengan kemampuan menerima informasi tentang
pentingnya kesehatan. Semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang,
maka kemampuannya untuk menerima informasi semakin baik. Penelitian
Angriani (2014) menyebutkan dari 15 responden penelitian, 60% ibu
berpendidikan SMA, berkaitan dengan tindakan mobilisasi dini terhadap
penyembuhan luka post operasi sectio caesarea di RSUD Salewangang
Maros. Pendidikan ibu pada tingkat SMA sudah dapat menerima
informasi kesehatan termasuk melakukan mobilisasi dini post operasi SC,
maka dengan pengetahuannya tersebut ibu mengerti tentang cara untuk
mempercepat penurunan intensitas nyeri apabila melakukan mobiliasi
dengan baik dan teratur.
Namun berdasarkan penelitian yang dilakukan Kristiani & Latifah
(2013) pasien pasca bedah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara intensitas nyeri dan tingkat pendidikan. Penelitian lain
yang dilakukan Harsono (2009) pada 85 pasien bedah sectio caesarea
juga menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak ada hubungan yang
signifikan antara intensitas nyeri dan tingkat pendidikan. Menurut
Harsono (2009), tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang
mendukung peningkatan pengetahuan yang berkaitan dengan daya serap
51
informasi. Orang yang memiliki pendidikan tinggi diasumsikan lebih
mudah menyerap informasi. Pengetahuan tentang pengelolaan nyeri dapat
diperoleh dari pengalaman pasien sendiri atau dari sumber lain. Sehingga
tingkat pendidikan bukan merupakan variabel yang dapat mempengaruhi
persepsi nyeri.
5.5 Analisis Univariat
1. Intensitas Nyeri Sebelum Mobilisasi Dini
Berdasarkan hasil peneliitian, intensitas nyeri responden sebelum
mobilisasi dini banyak dalam intensitas sedang sebanyak 51 responden
(83,6%). Hasil penelitian ini didukung penelitian dari Astutik (2014) yang
menjelaskan sebelum dilakukan mobilisasi dini, tingkat nyeri ibu post
operasi SC banyak dalam kategori nyeri berat (67,3%) dan setelah mobilisasi
dini, tingkat nyeri banyak dalam tingkat sedang (53,8%). Hasil uji statistic
menunjukkan ada pengaruh mobilisasi terhadap penurunan nyeri ibu post
Sectio Caesarea di Ruang Post Anesthesi Care Unit RSUD Dr. Harjono
Ponorogo.
Dewi & Fauzi (2007) menjelaskan bahwa tindakan sectio caesarea
merupakan tindakan yang cepat dan mudah, akan tetapi tindakan sectio
caesarea juga memiliki beberapa bahaya komplikasi, seperti infeksi luka,
tromboflebitis, perdarahan dan nyeri pasca pembedahan. Nyeri merupakan
masalah yang paling mendominasi pada pasca pembedahan sectio caesarea.
52
Nyeri merupakan sensasi tidak menyenangkan yang terlokalisasi pada
suatu bagian tubuh. Marmi (2013) menyatakan bahwa sectio caesarea adalah
sebuah bentuk proses melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan
pembedahan yang menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus
(hiskotomi) untuk mengeluarkan satu anak atau lebih dan cara ini dilakukan
ketika kelahiran melalui vagina akan mengarah pada komplikasi-komplikasi.
Nyeri pasien post sectio caesarea disebabkan oleh terjadinya kerusakan
kontinuitas jaringan karena pembedahan.
Tamsuri (2007) menyatakan kerusakan kontinuitas jaringan
menyebabkan pelepasan mediator kimia yang kemudian mengaktivasi
nosiseptor dan memulai transmisi nosiseptif sampai terjadinya nyeri. Nyeri
akan mengakibatkan mobilisasi pasien menjadi terbatas. Dampak tidak
melakukan mobilisasi dini yaitu terjadinya involusi uterus yang tidak baik
sehingga menghambat pengeluaran lochea dan meningkatkan resiko
terjadinya perdarahan abnormal.
Menurut Perry dan Potter (2006) menyatakan beberapa faktor
mempengaruhi nyeri antara lain adalah usia, jenis kelamin, kebudayaan,
makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya
koping dan dukungan keluarga dan sosial. Andarmoyo (2013) menyatakan
bahwa pengalaman nyeri operasi sebelumnya terkadang meningkatkan stres
pada periode post operasi, karena pasien akan bertanya-tanya tentang
keefektifan prosedur terhadap perbaikan sakitnya. Selain itu pendapat Potter
dan Perry (2006) menyatakan setiap individu belajar dari pengalaman nyeri,
53
apabila seseorang belum merasakan nyeri sebelumnya maka persepsi pertama
nyeri dapat menggangu koping terhadap nyeri. Dapat diambil kesimpulan jika
seorang pasien post operasi sectio caesarea pertama kali melakukan
persalinan dengan sectio caesarea dan belum prnah melakukan operasi
sebelumnya seorang pasien akan mengalami konsep mekanisme koping
dalam mengatasi nyeri sehingga dapat mengakibatkan kondisi pasien menjadi
cemas sehingga otot-otat menjadi tegang dan rasa nyeri menjadi berat.
2. Intensitas Nyeri Sesudah Mobilisasi Dini
Berdasarkan hasil peneliitian, intensitas nyeri responden sesudah
mobilisasi dini banyak dalam intensitas ringan sebanyak 41 responden
(67.2%).
Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri
dirasakan oleh individu, pengukuran intensitas nyeri sangat subjektif dan
individual dan kemungkinan nyeri dalam intensitas yang sama dirasakan
sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda oleh dua orang yang berbeda.
Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah
menggunakan respon fisiologik tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Namun,
pengukuran dengan tehnik ini juga tidak dapat memberikan gambaran pasti
tentang nyeri itu sendiri (Tamsuri, 2007). Tingkat nyeri sedang dapat
digambarkan secara obyektif pasien mendesis, menyeringai, dapat
menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti
perintah dengan baik (Perry dan Potter, 2005).
Intensitas nyeri pasien setelah mobilisasi dalam kategori ringan, hal ini
54
kemungkinan dipengaruhi oleh kemampuan pasien melaksanakan instruksi
dari peneliti untuk melakukan mobilisasi. Kemampuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh pendidikan. Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia
(Purwodarminto, 2001), disebutkan bahwa pendidikan adalah proses
pengubahan sikap dan perilaku seseorang atau kelompok dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran pada responden adalah
meskipun mobilisasi dilakukan dengan bantuan dan instruksi dari peneliti,
namun apabila pasien tidak mempunyai motivasi untuk melaksanakan
mobilisasi juga akan mempengaruhi keberhasilan dalam menurunkan
intensitas nyeri post operasi sectio caesarea.
5.6 Analisis bivariat Pengaruh antara Mobilisasi Dini dengan Intensitas Nyeri
Post Operasi Sectio Caecarea
Berdasarkan hasil peneltian disimpulkan terdapat pengaruh mobilisasi dini
terhadap intensitas nyeri post operasi sectio caesarea di RSUD Dr. Moewardi
dengan p = 0,000. Hasil penelitian ini memperkuat penelitan Arum (2011),
menunjukan bahwa tingkat nyeri menurun dari nyeri sedang menjadi nyeri ringan
seiring dengan mobilisasi dini yang dilakukan sehingga mampu mencapai tingkat
aktifitas normal seperti biasanya dan dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.
Nyeri pada daerah incisi yang di sebabkan oleh perobekan jaringan pada
dinding perut dan dinding uterus sehingga dengan adanya perobekan jaringan ini
akan mengaktifkan bukan hannya reseptor nyeri perifer namun juga
55
menimbulkan proses respon peradangan lokal dengan di kluarkannya berbagai
mediator dan sel-sel pertahanan tubuh (immun). Disamping reaksi peradangan
lokal adanya nyeri juga mengaktifkan syaraf-syaraf simpatif, akibat timbulnya
hiperaktif syaraf simpatif berupa keluarnya keringat yang berlebihan, respon
metabolisme yang meningkat ,stimulasi kardiovaskuler, gangguan fungsi saliran
kencing, pencernaan (Nugroho, 2001). Dengan melakukan mobilisasi dini
mempunyai pengaruh memperbaiki dan melancarkan sirkulasi darah. Dengan
lancarnya sirkulasi darah di harapkan suplay nutrisi ke jaringan luka dapat
tercukupi sehingga proses penyembuhan akan lebih cepat. Selain itu sisa
metabolisme mudah tersangkut dan terbuang. Bentuk latihan ini adalah latihan
active movement yang di lakukan untuk memelihara keadaan, kemampuan dan
kekuatan otot untuk berkontraksi setelah mendapatkan fisioterapi berupa terapi
latihan karena dengan adanya mobilisasi akan memberikan otot menjadi rileks
dengan adanya pembuangan zat “P” (histamin, prostaglandin) sebagai penyebab
nyeri yang merupakan akumulasi sisa hasil metabolisme yang menumpuk
(kisner, 1996)
Manfaat mobilisasi adalah pasien merasa lebih sehat dan kuat dengan early
ambulation. Dengan bergerak, otot-otot perut dan panggul akan kembali normal
sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit
(nyeri) post operasi sectio caecarea. Mobilisasi merupakan faktor yang menonjol
dalam mempercepat pemulihan post sectio caecarea. Mobilisasi bisa mencegah
terjadinya trombosis dan tromboemboli, selain itu mobilisasi akan mencegah
kekakuan otot dan sendi sehingga juga mengurangi nyeri, menjamin kelancaran
56
peredaran darah, memperbaiki pengaturan metabolisme tubuh, mengembalikan
kerja fisiologis organ-organ vital (Kasdu, 2005).
57
BAB VI
PENUTUP
6.1 Simpulan
6.1.1 Responden penelitian banyak berusia 20-35 tahun (90,2%) dan
berpendidikan SMA (44,3%).
6.1.2 Intensitas nyeri post operasi sectio caesarea sebelum mobilisasi dini pada
responden sebagian besar dalam ketagori sedang.
6.1.3 Intensitas nyeri post operasi sectio caesarea sesudah mobilisasi dini pada
responden sebagian besar dalam ketagori ringan.
6.1.4 Terdapat pengaruh mobilisasi dini terhadap intensitas nyeri post operasi
sectio caesarea dengan nilai p = 0,000.
6.2 Saran
6.2.1 Bagi Rumah Sakit
Diharapkan penelitian ini memberikan kontribusi untuk pertimbangan
pihak rumah sakit dalam pembuatan Standar Prosedur Operasional ( SPO )
mobilisasi dini post operasi section caesarea sehingga pihak Rumah sakit
lebih menggiatkan lagi sosialisasi mobilisasi dini post operasi section
caesarea kepada seluruh karyawan rumah sakit.
6.2.2 Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penelitian ini dapat menambah pustaka kepada mahasiswa
tentang mobilisasi dini post operasi section caesarea.
57
58
6.2.3 Bagi Petugas Kesehatan
Diharapkan penelitian ini menjadi acuan dalam meningkatkan pelayanan
kepada pasien khususnya tentang mobilisasi dini post operasi sectio caesarea.
Sebagai petugas kesehatan sebaiknya memotivasi pasien untuk melakukan
mobilisasi dini setelah 6 jam post operasi sectio caesarea, menjelaskan
pengertian dari mobilisasi dini serta menjelaskan keuntungan dan kerugian
apabila tidak melakukan mobilisasi dini.
6.2.4 Bagi Peneliti yang lain
Diharapkan penelitian ini sebagai dasar pengembangan penelitian yang
sejenis dengan lebih menggali beberapa faktor yang mempengaruhi
mobilisasi dini post operasi sectio caesarea seerti melakukan penilaian
tingkat motivasi responden dalam melakukan mobilisasi dini.
6.2.5 Bagi Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan peneliti dan
manfaat mobilisasi dini post operasi sectio caesarea.
59
DAFTAR PUSTAKA
Abdo (2008). Factors Affecting Pain Intensity Post Caesarean Section in
Governmental Hospitals in the West Bank-Palestine. Health Journal. Faculty
of Graduate Studies, at An-Najah National University, Nablus, Palestine.
Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri, Yogyakarta: Ar-
Ruzz.
Angriani S. (2014) Hubungan Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Luka Post
Operasi sectio Caesarea di RSUD. Salewangang Maros. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Diagnosisi Volume 4 Nomor 5 Tahun 2014 . ISSN : 2302-1721
Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi
VI, Jakarta : Rineka Cipta.
Aritonang, I. (2000). Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta: PT. Kanisius.
Arum, R (2011). Hubungan Mobilisasi Dini dengan Intensitas Nyeri Ibu Post Seksio
Sesarea di RSD Dr. Haryoto Lumajang. Jurnal kesehatan, Universitas
Brawijaya Malang.
Astutik, P. (2014). Mobilisasi terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Ibu Postoperasi
Sectio Caesarea di Care Unit Ruang Post Anesthesia RSUD dr. Harjono
ponorogo. Jurnal Kesehatan Stikes Satriya Bhakti Nganjuk, Vol. 1, No. 1,
Juni 2014
Bariah K. (2010). Efektifitas Mobilisasi Dini Terhadap Penyembuhan Pasien Pasca
Bedah Seksio Cesaria. Jurnal kesehatan. Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatra Utara Medan.
Carpenito, L, J. (2009). Diagnosis Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis: Edisi
9. Jakarta: EGC.
Corwin, E.J. (2006). Patofisiologi. Jakarta : EGC.
Cunningham, F.G., Clark, S. L., Hankins, G. D. V., Gilstrap, L. C.,MacDonald, P.
C., Norman., et.all. (2006). Obstetri Williams, Edisi : 21, Vol : 1. Jakarta :
EGC.
Davir. T.Y Liu (2007) Manual Persalinan. Edisi 3. Alih bahasa. Eny Meiliya.
Jakarta: EGC
Dewi, Y & Fauzi, DA (2007) Operasi Caesar Pengantar dari A samapai Z, Jakarta:
Edsa Mahkot.
60
Farrer, H. (2005). Perawatan Maternitas. Jakarta :EGC
Grace C. (2012). Pengetahuan, Sikap Dan Pelaksanaan Mobilisasi Dini Ibu
Ascasalin Dengan Seksio Sesaria. Jurnal kesehatan. Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Gruendemann, J. Barbara & Fernsebner, B. (2006). Buku Ajar Keperawatan
Perioperatif. Jakarta: EGC
Guyton & Hall, 2007. Sel Darah, Imunitas dan Pembekuan Darah, Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Hamilton (2006). Brieft Summary Pain Management. National Guidelines Clearing
House. Diambil dari http : // www.guidline.gov/summary/summary. Diakses
tanggal 23 November 2014.
Hamilton. (2010). Mobilisasi Dini. Jakarta: Salemba Medika.
Harsono (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri Pasca Bedah
Abdomen dalam Konteks Asuhan Keperawatan di RSUD Ade Mohammad
Djoen Sintang. Thesis, Universitas Indonesia
Irman. (2007). Konsep Nyeri. Fakultas keperawatan. Universitas Pajajaran. Diambil
dari http : www.fkep.unpad.ac.id
Joyce M.Black. (2008). Medical – Surgical Nursing. Clinical Managament for
ositive Outcome . 7
Jyoti V. Dube (2014). Effect of Planned Early Recommended Ambulation Technique
on Selected Post Caesarean Biophysiological Health Parameters
Kasdu, D (2005) Operasi Caesar Masalah dan Solusinya, Puspa Swara, Jakarta.
Kiik, S. M. (2009). Early Mobilization Influence to Peristaltic's Recovery Time
Intestine on Pasca's Patient Hands Out Abdomen at ICU BPRSUD Labuang
Baji Makassar. STIK Maranatha Kupang
Kisner C and Lynn C. (1996). Therapeutic Exercise Foundations and Tecniques;
Third Edition, F A Davis Company, Philadelphia.
Kristiani, D & Latifah, L (2013). Pengaruh Teknik Relaksasi Autogenik Terhadap
Skala Nyeri pada Ibu Post Operasi Sectio Caesarea (SC) di RSUD
Banyumas. Skripsi, Universitas Jenderal Soedirman
Kristiyanasari, W. (2010). Gizi Ibu Hamil. Yogyakarta: Nuha Medika.
61
Long C, B. (2005). Fundamental of nursing ; principle and practice nurcing. Mosby:
Erb company
Manuaba, I.B.G. (2004). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta: EGC
Manuaba I.B.G. (2010). Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi
dan KB. Jakarta: EGC
Marmi, D (2013), Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta.
Meliala, Lucas & Andradi Suryamiharja. (2007). Penuntun Penatalaksanaan Nyeri
Neuropatik. Yokyakarta: Medikagama.
Mitayani. (2009). Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba Medika.
Mochtar, R. (2006) Sinopsis Obsetri Jilid 2, Jakarta : EGC
Mubarak. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Nugroho, (2001). Neurofisiologi Nyeri dari Aspek Kedokteran, disampaikan pada
Pelatihan Penatalaksanaan Fisioterapi Komprehensif pada Nyeri Surakarta.
Nursalam. (2011). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta : Salemba Medika.
Poerwadarminta, W.J.S. (2003). Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Potter dan Perry. (2005). Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses dan Praktek.
Jakarta: EGC.
Shela, C dan Erva, EK. (2011). Mobilisasi Dini Berhubungan dengan Peningkatan
Kesembuhan Luka pada Pasien Operasi Sectio Caesaria. Jurnal Kesehatan.
Stikes RS Baptis Kediri.
Smeltzer dan Bare (2005). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC
Smeltzer, S. C; Bare, B. (2006). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (8 ed., Vol. III). (M. Ester, Penyunt., A. Hartono, H. Y. Kuncara, E.
S. Siahaan, & A. Waluyo, Penerj.). Jakarta: EGC.
Soekarno. W. (2006). Teori dan Praktek Senam Dasar. Yogyakarta: PT. Intan
Pariwara.
62
Sugiyono, (2014). Metode Penelitian Kuantatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Susan J. Garrison, (2004). Dasar-dasar Terapi dan Latihan Fisik. Jakarta:
Hypocrates.
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.
Wartonah dan Tarwoto (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses. UI.
Whalley, Janet. RN, BSN. (2004). Panduan Praktis bagi Calon Ibu Kehamilan dan
Persalinan. Jakarta: BIP.
top related