pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba...
Post on 27-Jun-2019
218 Views
Preview:
TRANSCRIPT
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96%
HERBA KUMIS KUCING (Orthosiphon stamineusBenth)
TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS
NORMAL
SKRIPSI
RIZKI HIDAYANTI RAMBE
1111102000013
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JUNI 2015
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL 96%
HERBA KUMIS KUCING(Orthosiphon stamineusBenth)
TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS
NORMAL
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
RIZKI HIDAYANTI RAMBE
1111102000013
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI
JAKARTA
JUNI 2015
iii
iv
v
vi
ABSTRAK
Nama : Rizki Hidayanti Rambe
Program Studi : Farmasi
Judul : Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96% Herba
KumisKucing (Orthosipone stamineus Benth)
Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus Normal
Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural esensial
pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma.Kelebihan kolesterol akan
menyebabkan kolesterol bereaksi dengan zat-zat lain dalam tubuh dan akan
mengendap dalam pembuluh darah arteri. Hal yang akan terjadi selanjutnya
adalah penyempitan dan pengerasan pembuluh darah hingga penyumbatan dan
pemblokiran aliran darah (aterosklerosis). Uji pendahuluan telah dilakukan.
Ekstrak etanol Orthosiphone stamineus Benth menunjukkan adanya kandungan
senyawa kolesterol didalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh ekstrak etanol96% Orthosiphon stamineus Benth terhadap
kadar kolesterol total tikus normal.Tikus dibagi menjadi lima kelompok yang
setiap kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Kelompok 1 diberikan NaCMC 1%
sebagai kontrol normal, kelompok 2 diberikan simvastatin 10 mg/kg sebagai
kontrol positif dan kelompok 3, 4 dan 5 diberikan ekstrak Orthosiphone
stamineusdengan dosis 250, 500 dan 1000 mg/kgBB.Setelah pemberian berulang
melalui oral selama 20 hari, hasilnya menunjukkan kadar kolesterol total menurun
22,539%; 32,476%; 50,241% pada kelompok perlakuan dan 31,485% pada
kelompok kontrol positif. Hal ini menyimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol
96% herba kumis kucing dengan dosis 250 mg/kgBB, 500 mg/kgBB dan 1000
mg/kgBBmampu menurunkan rata-rata kadar kolesterol total secara signifikan
(p<0,05) terhadap kontrol normal, dan masih dalam rentang kadar normal.
Kata Kunci: Antikolesterol, Kolesterol total, Orthosiphon stamineus, etanol 96%,
herba
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
vii
ABSTRACT
Name : Rizki Hidayanti Rambe
Program Study : Pharmacy
Title :Effect of 96% Ethanolic Extract of HerbOrthosiphone
stamineusBenth on Total Cholesterol Levels in Normal
Rats
Cholesterolis alipidamphipathicandanessentialstructuralcomponent
ofthemembraneandthe outer layer ofplasmalipoproteins. The excessof
cholesterolwillcausethese cholesterol reactwithother substancesin the bodyandwill
settlein thearteries. Thiscauseisnarrowingandhardening of the arteries to clogging
andblockingbloodflow(atherosclerosis). Preliminary phytochemical tests were
done. Ethanol extract of Orthosiphone stamineus Benth showed presence of
cholesterol compound. The objective of this study was to investigate the effect
of96% ethanolextract ofthe herbOrthosiphon stamineus Benthon total cholesterol
levelsin normalrats. The rats were divided into five different groups of five rats
each; group 1 received NaCMC 1% as normal control, group 2 received
simvastatin 10 mg/kg as positive control and group 3, 4 and 5 were treated with
250, 500 and 1000 mg/kg of Orthosiphone stamineus extracts, respectively. After
repeated daily oral administrations of the extract for 20 days, the result
showedtotal cholesterol levelsdecreased 22,539%; 50,241%; 32,476% in the
treatment groupand 31,485% in positive control group. It is concludedthatthe 96%
ethanolextract ofthe herbOrthosiphon stamineus Benthat doseof 250mg/kg,
500mg/kgand 1000mg/kgwas a significant mean reduction of total cholesterol
levels(p <0.05) againts normal control, and stillwithin the range ofnormaltotal
cholesterol levels.
Keywords: Anticholesterol, total cholesterol, Orthosiphon stamineus, 96%
ethanol, herb
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang tak pernah lelah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian serta
penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya dari lembah
kegelapan menuju jalan yang terang benderang.
Skripsi yang berjudul “Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol 96%
Herba Kumis Kucing (Orthosipone stamineus Benth) Terhadap Kadar
Kolesterol Total TikusNormal” disusun sebagai salah satu syarat tugas akhir
untuk mendapatkan gelar Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Ibu Nurmeilis,M.Si.,Apt dan Prof.Dr.Atiek Soemiati,MS.,Apt selaku
dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan serta meluangkan
waktu, tenaga, dan juga pikiran dalam penelitian dan penyusunan skripsi
ini.
2. Ibu Dr.Azri Fitria, M.Si.,Apt dan Ibu Eka Putri,M.Si.,Apt selaku dosen
penguji yang telah banyak memberikan evaluasi dan saran dalam
penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Dr. Arief Sumantri, SKM.,M.Kes, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Drs.Umar Mansur,M.Sc.,Apt selaku Ketua Program Studi
FarmasiFakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
5. Kedua orang tua tercinta, Bapak Burhanuddin Rambe,SH.,MM dan ibu
Drs.Mahyuni Siregar, yang selalu memberikan dukungan baik moril
maupun materil, serta kasih sayang dan do’a tiada henti. Kepada ketiga
adikku tercinta, Mar’ie Muhammad Abduh Rambe, Ibrahim Soleh Rambe,
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ix
dan Ni’mah Salsabila Rambe, yang selalu menghibur dan memberikan
semangat serta do’a.
6. Keluarga besar yang selalu memberikan dukungan dan semangat.
7. Bapak/Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya selama penulis
menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Para staf karyawan dan laboran Program Studi Farmasi yang telah banyak
membantu berlangsungnya penelitian ini.
9. Sahabat-sahabatku yang 10 tahun menimba ilmu ditempat dan kota yang
sama Dede, Kak Iin, Bang Hafis, Ari, Sutan, Fahmi, Indah, Sukma,terima
kasih buat dukungan, motivasi, pengalaman dankebersamaannya.
10. Sahabat-sahabatku Intan, Bilqis, Fifi, Erlin, Nuha,Mida dan teman-teman
“House Mate” wina, nicki, ayu yang telah memberikan semangat dan
pengalaman yang indah selama kuliah.
11. Teman yang berjuang bersama dalam berlangsungnya penelitian ini,
partner “Cat Whisker” Dini Fauzana.
12. Teman-teman Farmasi angkatan 2011 yang sama-sama berjuang
menyelesaikan pendidikan ini.
13. Teman-teman Farmasi 2011 AC yang tidak membuat penulis menyesal
telah menjadi bagian dari kalian.
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu penulis selama ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, namun
harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu
pengetahuan. Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala
kebaikan semua pihak yang telah membalas segala kebaikan semua pihak yang
telah membantu penulis dalam penelitian ini.
Ciputat,5Juni 2015
Penulis
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
x
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ... Error! Bookmark not defined.
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ........ Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................. Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ............................................................................................................. v
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI. Error! Bookmark
not defined.
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
DAFTAR ISTILAH .......................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................... 3
1.3 Hipotesis ........................................................................................................ 3
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................... 3
1.5Manfaat Penelitian .......................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 4
2.1 Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.) ........................... 4
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan ............................................................................. 4
2.1.2Nama Lain ............................................................................................... 4
2.1.3Nama Daerah ........................................................................................... 5
2.1.4Uraian Tanaman ....................................................................................... 5
2.1.5Kandungan Kimia Tumbuhan .................................................................. 5
2.1.6Kegunaan Tumbuhan ............................................................................... 6
2.2 Simplisia ........................................................................................................ 7
2.3 Esktraksi ........................................................................................................ 7
2.4 Kolesterol ...................................................................................................... 9
2.4.1 Jenis Kolesterol ..................................................................................... 11
2.4.2 Sumber Kolesterol ................................................................................ 14
2.4.3 Metabolisme Kolesterol ........................................................................ 15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xii
2.4.4 Hiperlipidemia ...................................................................................... 16
2.4.5 Faktor Resiko Pemicu Kolesterol Tinggi ............................................. 17
2.4.6 Kolesterol dan Hubungannya Pada Beberapa Penyakit ........................ 19
2.5 Obat-Obat Penurun Kolesterol .................................................................... 20
2.6 Simvastatin .................................................................................................. 23
2.6.1 Definisi.................................................................................................. 23
2.6.2 Farmakodinamik ................................................................................... 23
2.6.3 Farmakokinetik ..................................................................................... 24
2.6.4 Efek Samping ........................................................................................ 24
2.7Cara Pengukuran Kadar Kolesterol Darah ................................................... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ........................................................ 26
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................... 26
3.2 Alat dan Bahan ............................................................................................ 26
3.2.1 Alat........................................................................................................ 26
3.2.2 Bahan .................................................................................................... 26
3.2.2.1 Bahan Uji ....................................................................................... 26
3.2.2.2Bahan Kimia.................................................................................... 26
3.2.2.3Hewan uji ........................................................................................ 27
3.3 Prosedur Kerja ............................................................................................. 27
3.3.1 Penyiapan Simplisia .............................................................................. 27
3.3.2 Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing ............................................ 27
3.3.3 Pengujian Parameter Ekstrak ................................................................ 27
3.3.3.1 Penetapan Susut Pengeringan ........................................................ 28
3.3.3.2 Penetapan kadar abu ....................................................................... 28
3.3.3.3 Pemeriksaan Identitas Ekstrak ....................................................... 28
3.3.3.4 Pemeriksaan Organoleptis .............................................................. 28
3.3.3.5 Pengukuran Kadar Sinensetin ........................................................ 28
3.3.4Skrining Fitokimia ................................................................................. 29
3.3.5 Penyiapan Hewan Uji ........................................................................... 30
3.3.6 Rancangan Penelitian ............................................................................ 30
3.3.7 Penyiapan Bahan Uji ............................................................................ 31
3.3.7.1 Penentuan Dosis Ektrak Herba Kumis Kucing .............................. 31
3.3.7.2 Pembuatan Suspensi Na-CMC 1%................................................. 31
3.3.7.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Herba Kumis Kucing ...................... 31
3.3.7.4 Dosis Simvastatin Sebagai Kontrol Positif .................................... 32
3.3.8 Uji Efek Antikolesterolemia ................................................................. 32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xiii
3.3.9 Cara Pengambilan Darah ..................................................................... 32
3.3.10 Cara Pengukuran Kadar Kolesterol .................................................... 33
3.3.11 Uji Statistik Terhadap Kadar Kolesterol Darah .................................. 33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 34
4.1 Determinasi herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) ............ 34
4.2 Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing ......................................................... 34
4.3 Pengujian Parameter Ekstrak ....................................................................... 35
4.4 Hasil Uji Penapisan Fitokimia ..................................................................... 37
4.5 Hasil Uji Pengukuran Kadar Kolesterol Total ............................................ 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 47
5.1Kesimpulan ................................................................................................... 47
5.2 Saran ............................................................................................................ 47
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 48
LAMPIRAN ......................................................................................................... 54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.Klasifikasi Kolesterol Total, HDL, LDL dan Trigliserida ....................... 14
Tabel 2.Pembagian Kelompok Hewan uji Berdasarkan Perlakuan ...................... 31
Tabel 3.Hasil Pengujian Parameter Ekstrak .......................................................... 35
Tabel 4.Hasil Penapisan Fitokimia Esktrak Herba Kumis Kucing ....................... 37
Tabel 5.Kadar kolesterol total sebelum dan setelah perlakuan ............................. 42
Tabel 6.Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Total (%) .................................. 43
Tabel 7.Conversion Animal Doses to HED on BSA .............................................. 71
Tabel 8.Hasil Absorbansi Spektrofotometer ......................................................... 73
Tabel 9.Hasil Perhitungan Kadar Kolesterol Total ............................................... 74
Tabel 10.Hasil Uji Normalitas .............................................................................. 77
Tabel 11.Hasil Uji Homogenitas ........................................................................... 78
Tabel 12.Hasil Uji One-Way Anova ..................................................................... 79
Tabel 13.Hasil Uji Post Hock Data Kolesterol Total Awal .................................. 80
Tabel 14.Hasil Uji Post Hoc Data Kolesterol Total Akhir ................................... 81
Tabel 15.Hasil Uji Korelasi................................................................................... 82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tanaman kumis kucing .......................................................................... 4
Gambar 2Biosintesis Kolesterol ............................................................................ 10
Gambar 3Jalur metabolisme eksogen kolesterol ................................................... 16
Gambar 4Diagram kadar kolesterol total tikus normal sebelum dan setelah
perlakuan. .............................................................................................................. 44
Gambar 5 Botol Maserasi ..................................................................................... 57
Gambar 6 Rotary Evaporator ................................................................................ 57
Gambar 7 Timbangan Analitik ............................................................................. 57
Gambar 8 Tanur tinggi .......................................................................................... 57
Gambar 9 Desikator .............................................................................................. 57
Gambar 10Ekstrak kental ...................................................................................... 57
Gambar 11 Sentrifuge ........................................................................................... 57
Gambar 12 Tube EDTA ........................................................................................ 57
Gambar 13 Spektrofotometri UV .......................................................................... 57
Gambar 14.Simplisia ............................................................................................. 58
Gambar 15. Pelarut Etanol 96% ............................................................................ 58
Gambar 16. Plasma Darah..................................................................................... 58
Gambar 17. Reagen Kolesterol ............................................................................. 58
Gambar 18. Suspensi Bahan Uji ........................................................................... 58
Gambar 19. Reagen Penapisan Fitokimia ............................................................. 58
Gambar 20. TLC-Scanner ..................................................................................... 58
Gambar 21. Proses Maserasi ................................................................................. 59
Gambar 22. Proses Penyaringan ........................................................................... 59
Gambar 23. Proses Pengentalan Ekstrak ............................................................... 59
Gambar 24. Pengambilan darah tikus .................................................................. 59
Gambar 25.Pemberian bahan uji ........................................................................... 59
Gambar 26. Penimbangan Berat Badan Tikus ...................................................... 59
Gambar 27. Penambahan reagen ke plasma .......................................................... 59
Gambar 28. Pengukuran Absorbansi Sampel ....................................................... 59
Gambar 29. Pola Kromatografi Sinensetin ........................................................... 65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.Hasil Uji Pendahuluan ...................................................................... 54
Lampiran 2.Alat dan Bahan ................................................................................. 57
Lampiran 3.Prosedur kerja ................................................................................... 59
Lampiran 4.Determinasi Herba Kumis Kucing (Orthosiphone stamineus) ......... 60
Lampiran 5.Surat Keterangan Sehat Tikus .......................................................... 61
Lampiran 6.Alur Penelitian .................................................................................. 62
Lampiran 7.Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing .................. 63
Lampiran 8.Hasil Penapisan Fitokimia ................................................................ 64
Lampiran 9.Hasil Pengukuran Senyawa Sinensetin............................................. 65
Lampiran 10.Pemeriksaan Parameter Ekstrak ..................................................... 67
Lampiran 11.Skema Uji Antikolesterol ............................................................... 68
Lampiran 12.Perhitungan Dosis Uji Ekstrak Herba kumis kucing ...................... 69
Lampiran 13.Perhitungan Dosis Tablet Simvastatin ............................................ 71
Lampiran 14.Hasil Spektrofotometer Plasma Uji ................................................ 73
Lampiran 15.Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus ............................. 76
Lampiran 16.Hasil Statistik Uji Antikolesterol .................................................... 77
Lampiran 17.Hasil Uji Korelasi Berat Badan dan Kadar Kolesterol Total.......... 82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
xvii
DAFTAR ISTILAH
PJK : Penyakit Jantung Koroner
EDTA : Ethylene Diamine Tetra Acetic Acid
GC-MS : Gas Chromatography-Mass Spectro
cAMP : Cyclic Adenosine Monophosphate
HMG-KoA : Hidroksi Metil Glutamil-Koenzim
HDL :High Density Lipoprotein
LDL : Low Density Lipoprotein
IDL : Intermediate Density Lipoprotein
VLDL : Very Low DensityLipoprotein
NaCMC : Natrium Karboksi Metil Selulosa
g : Gram
HCl : Hidroksi Klorida
HED : Human Equivalent Dose
BMI : Body Massa Index
TD : Tekanan Darah
TLC : Thin Layer Chromatography
UV : Ultraviolet
USDA : United States Department of Agriculture
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
1
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolesterol adalah lipid amfipatik dan merupakan komponen struktural
esensial pada membran dan lapisan luar lipoprotein plasma. Kolesterol terdapat
dijaringan dan plasma sebagai kolesterol bebas atau dalam bentuk simpanan, yang
berikatan dengan asam lemak rantai-panjang sebagai ester kolesterol. Didalam
plasma, kedua bentuk tersebut diangkut dalam lipoprotein. Senyawa ini disintesis
dibanyak jaringan dari Asetil-KoA dan merupakan prekursor semua steroid dalam
tubuh, termasuk kortikosteroid, hormon seks, asam empedu, dan vitamin D
(Murray.,2009).
Kolesterol dalam takaran normal merupakan lemak yang berperan penting
dalam tubuh. Namun, jika terlalu banyak kolesterol dalam aliran darah justru
berbahaya bagi tubuh. Kelebihan kolesterol akan menyebabkan kolesterol
bereaksi dengan zat-zat lain dalam tubuh dan akan mengendap dalam pembuluh
darah arteri. Hal yang akan terjadi selanjutnya adalah penyempitan dan
pengerasan pembuluh darah hingga penyumbatan dan pemblokiran aliran darah
yang lazim dikenal aterosklerosis (Srinilawati.dkk.,2008).Aterosklerosis yang
terjadi pada arteri koroner dapat menyebabkan PJK. Manifestasi klinis yang
sering timbul pada aterosklerosis adalah rasa nyeri pada dada (angina pektoris)
yang menjalar ke lengan kiri yang disertai kerusakan otot jantung (infark
miokard). Kerusakan otot jantung terjadi akibat terhentinya suplai darah ke otot
jantung akibat penyumbatan yang pada arteri koroner (Nugraha et al.,2014).
Indonesia kaya akan sumber bahan obat alam dan tradisional yang secara
turun temurun telah digunakan sebagai ramuan obat tradisional. Pengobatan
tradisional dengan tanaman obat diharapkan dapat dimanfaatkan dalam
pembangunan kesehatan masyarakat. Kemajuan pengetahuan dan tekhnologi
modern tidak mampu menggeser peranan obat tradisional, bahkan pada saat ini
pemerintah tengah menggalakkan pengobatan kembali ke alam (back to nature)
(Wijayakusuma, 1999yang dikutip dari Krisyanella dkk.,2011). Selain murah dan
mudah didapat, obat tradisional yang berasal dari tumbuhan pun memiliki efek
1
2
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
samping yang jauh lebih rendah tingkat bahayanya dibandingkan obat-obatan
kimia. Obat tradisional Indonesia masih sangat banyak yang belum diteliti,
khususnya yang sebagian besar berasal dari bahan tumbuhan (I Wayan, S.,2004).
Orthosiphone stamineusyang umumnya dikenal sebagai misaikucingdan
kumis kucing banyak tumbuhdiAsiaTenggaradannegara-negaratropis.
Dauntanaman iniumum digunakandi AsiaTenggaradanNegara-negara
Eropasebagai tehherbal, jugadikenal sebagai"Java tea" (Indubala, 2000).
Tanaman ini memilikimanfaat yang luassecara tradisionaluntuk mengobati
beberapapenyakit manusia. Studi ilmiahtelahditemukanbahwa Orthosiphone
stamineus memiliki sifat farmakologiseperti, antioksidan dan hepatoprotektif
(Yam, M.Fet al.,2007), antihipertensi (Azizan et al., 2012), penurun glukosa
darah (Sriplang et al.,2007),vasodilatasi (Abraikaet al.,2012) dan memiliki
aktivitas hipolipidemik (Umbare et al.,2009).
Sriplang et al(2007) meneliti efek dari ekstrak air Orthosiphone stamineus
dengan dosis 1,0 g/kg paling efektif menurunkan konsentrasi glukosa plasma,
profil lipid, dan trigliserida plasma pada tikus normal dan tikus diabetes yang
diinduksi streptozotocin dan juga dapat meningkatkan konsentrasi plasma HDL-
kolesterol secara signifikan. Hal ini mengemukakan bahwaOrthosiphone
stamineus efektif untuk mengurangi glukosa dan meningkatkan profil lipid pada
tikus diabetes. Temuan bahwa tanaman Orthosiphon stamineus dapat
mempengaruhi profil lipid juga diperkuat dengan adanya penelitian yang
dilakukan oleh Umbare et al (2009). Pada penelitian ini disebutkan bahwa ekstrak
hidroalkohol kulit kayu Orthosiphon stamineus memiliki aktivitas hipolipidemik
yang signifikan pada dosis 500 dan 750 mg/kg.
Orthosiphon stamineus yang kaya akan senyawa kimia aktif seperti asam
oleanolat, polifenol, flavonoid, dan terpenoid. Polifenol yang merupakan senyawa
yang paling dominan dalam daun Orthosiphon stamineus, dapat mencegah
pembentukan produk peroksidasi lipid dalam sistem biologi, dan memiliki peran
yang cukup besar dalam mengurangi stres oksidatif. Selain itu, tingginya jumlah
flavonoid seperti eupatorin, sinensetin, asam rosmarinat, dan quersetin juga
terdeteksi dalam jaringan yang berbeda dari tanaman ini (Almatar et
al.,2014).Senyawa fenolik memiliki banyak aktivitas biologis seperti
3
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
antikarsinogenik, antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis (Gaoet al., 2008). Selain
uraian diatas, hal yang mendasari penelitian ini adalah bahwa pada saat dilakukan
uji pendahuluan tentang kandungan ekstrak herba kumis kucing menggunakan
kromatografi gas-spektrofotometri massa (GC-MS) ditemukan senyawa kolesterol
terkandung didalam ekstrak tersebut (Lampiran 1). Tanaman kumis kucing
memiliki senyawa marker yaitu sinensetin. Sinensetin dilaporkan dapat
meningkatkan adipogenesis dan lipolisis dengan meningkatkan jumlah cAMP
dijaringan adiposit (Kang, S.I et al.,2015). Lipolisis jaringan adiposa merupakan
proses katabolik yang berperan dalam pemecahan trigliserida yang disimpan
dalam sel lemak dan juga berperan dalam pelepasan asam lemak dan gliserol.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dilakukan penelitian untuk
mengetahui efek terhadap kadar kolesterol total tikus normal menggunakan
ekstrak etanol 96% herba kumis kucing. Karena rerata kadar sinensetin tertinggi
dalam ekstrak daun Orthosiphon stamineus Benth diperoleh dengan pelarut
pengekstraksi etanol 96%(Arifianti et al.,2014).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan
masalah pada penelitian ini, yaitu : Apakah pemberian ekstrak etanol 96% herba
kumis kucing (Orthosiphon stamineus) dapat mempengaruhi kadar kolesterol total
tikus normal?
1.3 Hipotesis
Pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon
stamineus) dapat menurunkan kadar kolesterol total tikus normal.
1.4 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis
kucing (Orthosiphon stamineus) terhadap penurunan kadar kolesterol total tikus
normal.
1.5 Manfaat Penelitian
Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai ekstrak
etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphon stamineus) sebagai tanaman yang
berkhasiat sebagai antikolesterol dan dapat dijadikan dasar bagi penelitian
selanjutnya.
4
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Kumis Kucing (Orthosiphon stamineus Benth.)
2.1.1 Klasifikasi Tumbuhan
Klasifikasi tanaman kumis kucing menurut USDA sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Tubiflorae
Suku : Labiatae
Marga : Orthosiphon stamineus Benth.
Gambar1: Tanaman kumis kucing (sumber: USDA)
2.1.2 Nama Lain
Tanaman kumis kucing mempuyai nama botani Orthosiphon stamineus
Benth., dan mempunyai sinonim Orthosiphon aristatus Miq., Orthosiphon
spicatus B.Bs, Orthosiphon grandiflorus Bold (Dalimartha, 2000). Kumis kucing
juga dikenal sebagai Misai Kucing atau cats whiskers (Malaysia) (Almatar et
al.,2013),Yaa Nuat Maeo, Rau Meo Cay Bac(Thailand),Moustaches de Chat
(Perancis), or Java Tea (Eropa) (Elsnoussiet al.,2011)
4
5
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.1.3 Nama Daerah
Tanaman kumis kucing dapat ditemukan pada daerah yang teduh tidak
terlalu kering; 1-700m di Jawa dan pulau-pulau lain nya di nusantara, tumbuh
menjulang sepanjang anak air dan selokan, karena daunnya berkhasiat untuk
pengobatan, sering dibiarkan tumbuh di halaman (Dalimartha.,2000). Kumis
kucing yang merupakan tanaman obat yang telah banyak dikenal juga tumbuh di
negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia, Thailand, Vietnam dan negara
tetangga lainnya (Almataret al.,2014). Kumis kucing juga tumbuh di Eropa yang
dikenal sebagai “Java Tea” (Elsnoussi et al.,2011)
2.1.4 Uraian Tanaman
Tanaman kumis kucing biasanya tumbuh di sepanjang anak sungai atau
selokan atau biasanya ditanam di pekarangan rumah untuk digunakan sebagai
tanaman obat keluarga, karena kumis kucing memiliki banyak khasiat dan mudah
ditanam yaitu dengan cara menebar biji atau setek batang. Tanaman ini dapat
ditemukan di dataran rendah pada ketinggian ± 700 m di atas permukaan
laut.Tanaman kumis kucing tumbuh tegak dengan tinggi antara 50-150 cm.
Batang berkayu, segi empat agak beralur, beruas, bercabang, berambut pendek
atau gundul, berakar kuat. Daun tunggal, bulat telur, elips atau memanjang,
berambut halus, tepi bergerigi, ujung dan pangkal runcing, tipis, panjang 2-10 cm,
lebar 1-5 cm, warna hijau. Bunga majemuk dalam tandan yang keluar di ujung
percabangan, berwarna ungupucat atau putih, benang sari lebih panjang dari
tabung bunga.Buah berupa nuah kotak, bulat telur, masih muda berwarna hijau,
setelah tua berwarna coklat.Biji kecil, masih muda berwarna hijau, setelah tua
berwarna hitam (Dalimartha,2000).
2.1.5 Kandungan Kimia Tumbuhan
Studi fitokimia dari kumis kucing yang tumbuh di Asia telah dilakukan
secara ekstensif sejak tahun 1930-an. Ratusan senyawa kimia dilaporkan dan
diklasifikasikan sebagai monoterpen, diterpenes, triterpen, saponin, flavonoid,
asam organik, dan lain-lain (Adnyana et al.,2013). Berbagai flavonoid yang
terdeteksi di berbagai jaringan seperti asam rosmarinat,quersetin, eupatorin dan
sinensetin (Gabriel et al.,2012). Senyawa fenolik memiliki banyak aktivitas
6
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
biologis seperti antikarsinogenik, antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis (Gao et al.,
2008).
2.1.6 Kegunaan Tumbuhan
Studi farmakologi dari Orthosiphone stamineus yang ditentukan dari
keseluruhan ekstrak, tingtur, fraksi yang dipilih dan senyawa murni. Studi tersebut
menunjukkan aktivitas antioksidan, antitumor, diuretik, antidiabetes,
antihipertensi, antiinflamasi, antibakteri, dan aktivitas hepatoprotektif (Adnyana et
al.,2013). Selain itu, senyawa fenolik yang terkandung didalam Orthosiphone
stamineus memiliki banyak aktivitas biologis seperti antikarsinogenik,
antiinflamasi, dan anti-aterosklerosis (Gao et al.,2008).
Penelitian yang dilakukan oleh Yam et al(2013) menyatakan bahwa
ekstrak metanol 50% daun kumis kucing tidak menimbulkan kematian dan tidak
memperlihatkan efek samping terhadap kondisi umum, seperti pertumbuhan, berat
badan dan berat organ, hematologi dan nilai biokimia lain pada dosis 1250, 2500
dan 5000 mg/kg pada tikus jantan dan betina galur Sprague-Dawley. Dosis oral
yang dapat menyebabkan kematian pada tikus jantan dan betina yaitu pada dosis
lebih dari 5000 mg/kg.
Committee on Herbal Medicinal Products/HMPC (2010) menyebutkan
tentang manfaat daun kumis kucing yang telah melalui uji klinik yaitu sebagai
diuretik, peningkat sekresi empedu dari hati dan pengobatan batu ginjal. Ekstrak
air daun kumis kucing yang diberikan 5x100 ml sekali sehari selama 10-15 hari,
dapat meningkatkan volume urin serta meningkatkan eliminasi urea dan klorida
pada 14 pasien dengan kondisi azotaemic ureamia. Ekstrak daun kumis kucing
juga dapat meningkatkan produksi empedu dan eliminasi asam empedu dari
kandung empedu pada sukarelawan sehat.
Kumis kucing telah banyak digunakan dalam pengobatan tradisional
sebagai antihipertensi, hipolipidemik, hipoglikemik rematik, antiinflamasi,
antibakteri, dan antijamur, tetapi belum ada studi farmakologi atau studi klinis
yang mendukung tentang manfaat kumis kucing tersebut (Committee on Herbal
Medicinal Products, 2010).
7
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2.2. Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai bahan baku
obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan, kecuali dinyatakan
lain,simplisia merupakan bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat berupa
simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia pelikan atau mineral. Simplisia
nabati adalah simplisia berupa tanaman utuh atau bagian tanaman (DepKes,
1985).
Menurut Material Medika (MMI,1995), simplisia dapat digolongkan
dalam tiga kategori, yaitu:
1. Simplisia nabati
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat adalah isi sel yang secara spontan
keluar dari tanaman atau isi sel yang dengan cara tertentu dipisahkan dari
tanamannya dan belum berupa zat kimia.
2. Simplisia hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian hewan
zat- zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia
murni.
3. Simplisia pelikan (mineral)
Simplisia pelikan adalah simplisia yang berupa bahan- bahan pelican
(mineral) yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan
belum berupa zat kimia.
2.3 Esktraksi
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair. Senyawa
aktif yang terdapat dalam berbagai simplisia dapat digolongkan ke dalam
golongan minyak atsiri, alkaloid, flavonoid dan lain-lain. Setelah diketahui
senyawa aktif yang dikandung oleh simplisia, akan mempermudah pemilihan
pelarut dan cara ekstraksi yang tepat. Simplisia yang lunak seperti rimpang dan
daun mudah ditembus oleh pelarut, karena itu pada proses ekstraksi tidak perlu
diserbuk sampai halus. Simplisia yang keras seperti biji, kulit kayu dan kulit akar
sulit untuk ditembus oleh pelarut, karena itu perlu diserbuk sampai halus (Depkes,
8
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2000).Dalam proses ekstraksi suatu bahan tanaman, banyak faktor yang dapat
mempengaruhi kandungan senyawa hasil ekstraksi diantaranya: jenis pelarut,
konsentrasi pelarut, metode ekstraksi dan suhu yang digunakan untuk ekstraksi
(Senja,dkk.,2014).
Metode ekstraksi menurut Depkes (2000) ada beberapa cara, yaitu:
maserasi, perkolasi, refluks, sokletasi, digesti, infundasi dan dekoktasi.
1. Maserasi
Maserasi adalah suatu cara penyarian simplisia dengan cara merendam
simplisia tersebut dalam pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau
pengadukan pada temperatur kamar, sedangkan remaserasi adalah
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat
pertama dan seterusnya . Keuntungan metode maserasi adalah prosedur
dan peralatannya sederhana (MMI III, 1979).
2. Perkolasi
Perkolasi adalah suatu cara penyarian simplisia menggunakan perkolator
dimana simplisianya terendam dalam pelarut yang selalu baru dan
umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Prosesnya terdiri dari
tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi
sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak) terus-menerus sampai
diperoleh ekstrak (perkolat) (Depkes, 2000).
Keuntungan metode perkolasi adalah proses penarikan zat berkhasiat dari
tumbuhan lebih sempurna, sedangkan kerugiannya adalah membutuhkan
waktu yang lama dan peralatan yang digunakan mahal (Agoes, 2007).
3. Refluks
Refluks adalah ekstraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya
dalam jangka waktu tertentu dimana pelarut akan terkondensasi menuju
pendingin dan kembali ke labu (Depkes, 2000).
4. Sokletasi
Sokletasi adalah ekstraksi kontinu menggunakan alat soklet dimana pelarut
akan terkondensasi dari labu menuju pendingin, kemudian jatuh
membasahi sampel dan mengisi bagian tengah alat soklet. Tabung sifon
9
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
juga terisi dengan larutan ekstraksi dan ketika mencapai bagian atas
tabung sifon, larutan tersebut akan kembali ke dalam labu (Depkes, 2000).
5. Digesti
Digesti adalah maserasi kinetik (dengan pengadukan kontinu) pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar, umumnya dilakukan
pada suhu 40-60oC (Depkes, 2000).
6. Infus
Infundasi adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama
15- 20 menit.
7. Dekoktasi
Dekoktasi adalah ekstraksi pada suhu 90oC- 98
oC menggunakan pelarut air
selama 30 menit (Agoes, 2007).
2.4 Kolesterol
Kolesterol terdapat di dalam jaringan dan lipoprotein plasma, yang bisa
dalam bentuk kolesterol bebas atau gabungan dengan asam lemak rantai panjang
sebagai ester kolesteril. Unsur ini disintesis di banyak jaringan dari asetil-KoA
dan akhirnya dikeluarkan dari tubuh di dalam empedu sebagai garam kolesterol
atau empedu. Kolesterol merupakan prekursor semua senyawa steroid lainnya di
dalam tubuh, misal kortikosteroid, hormon seks, asam empedu dan vitamin D
(Murray.,2003).
Biosintesis kolesterol dapat dibagi menjadi lima tahap sebagai berikut :
Tahap pembentukan mevalonat, yang merupakan senyawa enam-karbon,
disintesis dari asetil-KoA.
Unit isoprenoid dibentuk dari mevalonat dengan menghilangkan CO2.
Enam unit isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk skualen.
Skualen mengalami siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk,
yaitu lanosterol.
Kolesterol dibentuk dari lanosterol setelah melalui beberapa tahap lebih
lanjut,termasuk menghilangkan tiga gugus metil (Murray,2003).
10
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sintesis squalen
Gambar 2: Biosintesis Kolesterol (Dipiro,2002)
Kolesterol merupakan zat yang berguna untuk menjalankan fungsi tubuh.
Selain berguna untuk proses metabolisme, kolesterol berguna untuk membungkus
jaringan saraf (mielin), melapisi selaput sel, dan melarutkan vitamin. Kolesterol
pada anak- anak dibutuhkan untuk mengembangkan jaringan otak. Kolesterol
secara khas adalah produk metabolisme hewan, oleh karena itu terdapat pada
makanan yang berasal dari hewan seperti kuning telur, daging, hati dan otak
(Murray,2003).
Berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara lemak jenuh
dan kolesterol dan timbulnya penyakit jantung koroner, obesitas, serta sejumlah
penyakit kanker, termasuk kanker payudara dan kanker usus besar (kolon).Untuk
itu, kita dianjurkan untuk mengurangi konsumsi zat–zat ini. Kolesterol dan lemak
Asetil KoA
HMG KoA
Geranil pirofosfat
Mevalonat
Mevalonat pirofosfat
Isopentenil pirofosfat
Fernesil pirofosfat
Ubiquinon
Kolesterol
Squalen
Dolichol
11
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
berhubungan erat dengan timbulnya aterosklerosis, endapan lemak dan garam–
garam lain dalam dinding pembuluh darah nadi (arteri) sehingga pembuluh darah
menjadi kaku (sklerosis), yang mengakibatkan menurunnya aliran darah pada
bagian yang seharusnya mendapat suplai. Jika sklerosis menyerang arteri
koronaria yang menyalurkan darah ke dalam otot jantung maka jantung
kekurangan suplai oksigen dan terjadilah angina pektoris atau infark jantung,
yaitu suatu keadaan ketika jantung tidak dapat menjalankan fungsinya dengan
benar (Uripi, 2002).
Arteriosklerosis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan penebalan
dan hilangnya elastisitas dinding arteri. Aterosklerosis adalah bentuk
arteriosklerosis yang paling umum ditemukan (Suyatna,1995). Aterosklerosis
disebabkan oleh penebalan zat-zat lemak di dalam dan di bawah lapisan intima
dinding pembuluh darah, yang juga terjadi pada arteri koroner. Athere (bahasa
Yunani) berarti bubur encer sedangkan skleros berarti pengerasan. Jadi,
arterosklerosis adalah penumpukan endapan jaringan lemak (atheroma) dalam
pembuluh darah. Pengendapan lemak seperti ini disebut plaque (plak), terutama
terdiri atas kolesterol dan ester kolesterol (Silalahi, 2006). Usaha untuk mencegah
dan memperbaiki aterosklerosis adalah antara lain dengan menurunkan kadar
kolesterol dalam plasma (Suyatna,1995).
2.4.1 Jenis Kolesterol
Di dalam darah ada tiga jenis lipid yaitu kolesterol, trigliserida, dan
fospolipid. Oleh karena itu sifat lipid yang susah larut dalam lemak, maka dibuat
bentuk yang terlarut. Zat pelarut yaitu suatu protein yang dikenal dengan nama
apoliprotein atu apoprotein. Setiap jenis senyawa mempunyai apolipoprotein
tersendiri. Misalnya VLDL, IDL, dan LDL mengandung apoprotein B100.
Setiap liporotein akan terdiri atas kolesterol (bebas atau ester), trigliserida,
fosfolipid, dan apoprotein. Lipoprotein berbentuk sterik dan mempunyai inti
trigliserida dan kolesterol ester dan dikelilingi oleh fosfolipid dan sedikit
kolesterol bebas. Setiap lipoprotein berbeda berbeda dalam ukuran, densitas,
komposisi lemak, dan komposisi apoprotein. Dengan menggunakan metode
ultrasentrifugasi dan kepadatan, pada manusia dibedakan menjadi lima bagian
yakni kilomikron, very low density lipoprotein (VLDL), intermediate
12
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
densitylipoprotein (IDL), low density lipoprotein (LDL), dan high density
lipoprotein (HDL). Dari kelimanya yang penting untuk diketahui adalah LDL dan
HDL.
1. Low density lipoprotein
LDL mengandung kolesterol dan fosfolipid yang cukup tinggi. LDL
merupakan lipoprotein yang mengangkut kolesterol terbesar untuk
disebarkan ke seluruh jaringan tubuh dan pembuluh darah. LDL sering
disebut kolesterol jahat karena efeknya yang arterogenik (mudah melekat
pada dinding pembuluh darah), sehingga dapat menyebabkan penumpukan
lemak dan penyempitan pembuluh darah (aterosklerosis). Kadar LDL di
dalam darah sangat tergantung dari lemak jenuh yang masuk. Semakin
banyak lemak jenuh yang masuk, semakin menumpuk pula LDL. Hal ini
disebabkan LDL merupakan lemak jenuh yang tidak mudah larut.
2. High density lipoprotein
HDL mengandung protein yang tinggi dan rendah kolesterol dan
fosfolipid. HDL merupakan lipoprotein yang mengandung Apo-A, yang
memiliki efek anti-aterogenik, sehingga disebut kolesterol baik. Fungsi
utamanya adalah membawa kolesterol bebas dari dalam endotel dan
mengirimkannya ke pembuluh darah perifer, lalu keluar tubuh lewat
empedu. Dengan demikian penimbunan kolesterol di perifer menjadi
berkurang (Guyton.,2006).
Kolesterol tidak digunakan sebagai bahan bakar metabolik oleh sel.
Kolesterol berfungsi sebagai komponen penting bagi membran plasma. Selain itu,
beberapa jenis sel khusus menggunakan kolesterol sebagai prekursor untuk
membentuk produk-produk sekretorik, misalnya hormon steroid dan garam
empedu. Walaupun sebagian besar sel mampu mensintesis sebagian kolesterol
yang diperlukan untuk membran plasma mereka sendiri, sel-sel tersebut tidak
dapat membentuk dalam jumlah yang cukup, melalui makanan atau dari sel-sel
yang mengkhususkan diri untuk mensintesis kolesterol, terutama sel-sel hati
(Sherwood, 2003).
Sel-sel mengambil kolesterol dari darah dengan mensintesis protein
reseptor kolesterol yang mampu mengikat LDL dan menyisipkan reseptor tersebut
13
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
di membran plasma sel. Sewaktu suatu partikel LDL berikatan dengan salah satu
reseptor membran, sel akan memakan partikel tersebut melalui proses endositosis.
Di dalam sel, enzim-enzim lisosom akan menguraikan LDL untuk membebaskan
kolesterol sehingga dapat digunakan oleh sel untuk mensintesis membran sel baru.
Apabila terjadi penimbunan berlebihan kolesterol bebas di dalam sel, terjadi
penghentian sintesis protein reseptor LDL (sehingga penyerapan kolesterol
menurun) dan sintesis kolesterol oleh sel itu sendiri (sehingga kolesterol yang
baru juga berkurang). Di pihak lain, apabila kekurangan kolesterol, sel akan
membentuk lebih banyak reseptor LDL, sehingga sel dapat menyerap lebih
banyak kolesterol dari darah (Sherwood, 2003).
Pemeliharaan penyaluran kolesterol darah ke sel melibatkan interaksi
antara kolesterol dari makanan dan sintesis kolesterol oleh hati. Apabila jumlah
kolesterol dari makanan meningkat, sintesis kolesterol oleh hati dihentikan karena
kolesterol dalam darah secara langsung menghambat suatu enzim hati yang
penting untuk sintesis kolesterol. Dengan demikian, semakin banyak kolesterol
yang dimakan, semakin sedikit kolesterol yang dibentuk oleh hati. Sebaliknya,
apabila asupan kolesterol melalui makanan berkurang, hati mensintesis lebih
banyak kolesterol karena efek inhibisi koleterol pada enzim hati tersebut tidak ada
(Sherwood, 2003).
Kolesterol total plasma tersusun atas turunan kolesterol dari VLDL, LDL
dan HDL. Pemeriksaan kadar dari VLDL, LDL dan HDL dapat menentukan ada
atau tidaknya peningkatan kolesterol plasma. Peningkatan kadar LDL dan VLDL
serta penurunan kadar HDL merupakan indikasi terjadinya hiperkolesterolemia.
VLDL = Trigliserida/5, LDL = kolesterol total – (VLDL + HDL).
14
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 1.Klasifikasi Kolesterol Total, HDL, LDL dan Trigliserida
(Dipiro, 2009).
2.4.2 Sumber Kolesterol
Terdapat dua sumber kolesterol untuk tubuh:
Asupan kolesterol melalui makanan, dengan produk-produk hewani, misal
kuning telur, daging merah, dan mentega sebagai sumber utama lipid ini
(lemak hewani mengandung kolesterol, sedangkan lemak nabati tidak)
(Sherwood, 2003).
Pembentukan kolesterol oleh banyak organ, terutama hati. Karena tubuh
mampu membentuk kolesterol, tidak terdapat korelasi langsung antara
kolesterol yang dimakan dengan kadar kolesterol dalam darah, walaupun
penurunan asupan lemak hewani dapat menurunkan kolesterol darah
Kolesterol Total
< 200 mg/dl
200-239 mg/dl
≥ 240 mg/dl
Diinginkan
Cukup tinggi
Tinggi
Kolesterol HDL
< 40 mg/dl
≥ 60 mg/dl
Rendah
Tinggi
Kolesterol LDL
< 100 mg/dl
100-129 mg/dl
130-159 mg/dl
160-189 mg/dl
≥ 190 mg/dl
Optimal
Jauh dan diatas optimal
Cukup tinggi
Tinggi
Sangat Tinggi
Trigliserida
<150 mg/dl
150-199 mg/dl
200-499 mg/dl
≥ 500 mg/dl
Normal
Cukup tinggi
Tinggi
Sangat tinggi
15
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam tingkat sedang. Bagi sebagian orang,mungkin diperlukan obat untuk
menurunkan kadar kolesterol darah (Sherwood.,2003).
2.4.3 Metabolisme Kolesterol
Metabolisme lipoprotein dapat dibagi atas tiga jalur yaitu jalur
metabolisme eksogen, endogen dan jalur revers cholesterol transport. Kedua
jalur pertama berhubungan dengan metabolisme kolesterol- LDL dan trigliserida,
sedang jalur revers cholesterol transport khusus mengenai metabolisme kolesterol
HDL (Dipiro.,2009).
a. Jalur Metabolisme Eksogen
Pada metabolisme ini, trigliserida dan kolesterol yang berasal dari
makanan berlemak masuk ke usus dan dicerna. Selain itu, dalam usus juga
terdapat kolesterol yang berasal dari hati yang disekresikan bersama dengan
empedu ke usus halus. Kedua trigliserida dan kolesterol yang berasal dari
makanan dan hati ini yang terdapat di usus halus disebut lemak
eksogen.Trigliserida dan kolesterol dalam usus halus akan diserap ke dalam
enterosit mukosa usus halus. Trigliserida diserap dalam bentuk asam lemak bebas
sedangkan kolesterol diserap sebagai kolesterol. Setelah melewati mukosa usus
halus, asam lemak bebas akan diubah kembali menjadi trigliserida dan kolesterol
diesterifikasi menjadi kolesterol ester. Kedua jenis molekul ini bersamaan dengan
fosfolipid dan apolipoprotein akan membentuk lipoprotein yang disebut dengan
kilomikron.
Kilomikron ini kemudian masuk ke saluran limfa dan akhirnya menuju ke
aliran darah. Dalam aliran darah kilomikron dihidrolisis oleh enzim lipoprotein
lipase menjadi asam lemak bebas.Asam lemak bebas akan diserap oleh endotel
pembuluh darah dan dapat disimpan sebagai trigliserida kembali pada jaringan
adiposa. Namun bila terdapat dalam jumlah yang banyak, sebagian akan diambil
oleh hati untuk membentuk trigliserida hati. Kilomikron sisa yang kaya kolesterol
ester disebut kilomikron remnantdan akan dibawa ke hati (Shepherd,2001).
Skema jalur eksogen kolesterol dapat dilihat pada Gambar 2.
16
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 3.Jalur metabolisme eksogen kolesterol (Sheperd.,2001)
b. Jalur Endogen
Pembentukan trigliserida dan kolesterol disintesis oleh hati diangkut
secara endogen dalam bentuk VLDL.VLDL akan mengalami hidrolisis dalam
sirkulasi oleh lipoprotein lipase yang juga menghidrolisis kilomikron menjadi
IDL(Intermediate Density Lipoprotein). Partikel IDL kemudian diambil oleh hati
dan mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi produk akhir yaitu LDL.LDL
akan diambil oleh reseptor LDL di hati dan mengalami katabolisme.LDL ini
bertugas menghantar kolesterol kedalam tubuh. HDL berasal dari hati dan usus
sewaktu terjadi hidrolisis kilomikron dibawah pengaruh enzim lecithin cholesterol
acyltransferase(LCAT). Ester kolesterol ini akan mengalami perpindahan dari
HDL kepada VLDL dan IDL sehingga dengan demikian terjadi kebalikan arah
transpor kolesterol dari perifer menuju hati.Aktifitas ini mungkin berperan sebagai
sifat antiterogenik (Adam.,2009).
c. Jalur Reverse Cholesterol Transport
Suatu proses yang membawa kolesterol dari jaringan kembali ke hepar.
HDL merupakan lipoprotein yang berperan pada jalur ini.
2.4.4 Hiperlipidemia
Hiperlipidemia merupakan kelompok penyakit yang dapat bersifat primer
atau sekunder, tergantung penyebabnya. Hiperlipidemia primer berasal dari
kelainan gen tunggal yang diwarisi atau lebih sering disebabkan kombinasi faktor
genetik dan lingkungan. Hiperlipidemia sekunder merupakan penyakit metabolik
yang lebih umum seperti diabetes melitus,asupan alkohol yang berlebihan,
hipotiroidisme, atau sirosis biliar primer.Strategi pengobatan
17
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
hiperlipidemiasekunder akibat salah satu gangguan ini termasuk pengaturan diet
serta sejumlah obat-obat untuk penyebab utama hiperlipidemia (Mycek,
dkk.,2001).
Sebelum menentukan apakah yang terjadi adalah hiperlipidemia primer,
harus disingkirkan penyakit-penyakit yang menyebabkan hiperlipidemia sekunder
seperti diabetes, hipotiroidisme, gagal ginjal kronis atau sindrom nefrotik,
penyakit hati kronis, terutama pada alkoholik, dan obstruksi bilier kronis.
Selain hiperlipidemia primer dan sekunder, ada juga yang disebut
hiperlipidemia genetik. Defek tunggal dalam metabolisme lipid jarang
menyebabkan hiperlipidemia hebat. Namun variabilitas genetik umum atau status
heterozigot merupakan penentu kadar kolesterol yang sangat penting pada
populasi umum. Hiperkolesterol familial merupakan sekelompok gangguan gen
tunggal yang mempengaruhi reseptor LDL dan menyebabkan berkurang atau
tidak adanya ambilan pertikel LDL, sehingga terakumulasi dalam aliran darah.
Homozigot (1/1.000.000) memiliki kadar kolesterol yang sangat tinggi (10-25
mmol/L) dan penyakit jantung koroner pada usia remaja atau 20-an. Heterozigot
(1/500) memiliki kolesterol yang cukup tinggi (7-12 mmol/L) dan beresiko
mengidap PJK dini. Pasien bisa memiliki arkus kornea, xantelasma, dan xantorna
tendon.
Hiperkolesterolemia poligenetik dan hiperlipidemia gabungan familial
merupakan keadaan yang diturunkan (1/300-600) ditandai oleh kadar kolesterol
yang agak meningkat (7-12 mmol/L) dengan atau tanpa kadar trigliserida yang
tinggi, tidak disebabkan oleh kelainan gen tunggal, walaupun pada beberapa kasus
nampaknya diturunkan secara dominan autosomal yang merupakan penyebab
penting pada peningkatan resiko aterosklerosis dalam populasi. Kadar trigliserida
yang sangat tinggi bisa menyebabkan pankreatitis (Davey,Patrick.,2005).
2.4.5. Faktor Resiko Pemicu Kolesterol Tinggi
Setiap faktor yang meningkatkan timbulnya penyakit disebut sebagai
faktor resiko. American Heart Association membagi faktor risiko ini menjadi tiga
golongan, yaitu sebagai berikut:
Faktor risiko utama (major risk factor): Faktor risiko utama diyakini
secara langsung meningkatkan resiko timbulnya penyakit jantung koroner,
18
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
seperti kadar kolesterol darah abnormal, tekanan darah tinggi, dan
merokok.
Faktor risiko tidak langsung (contributing risk factor): Faktor risiko ini
dapat diasosiasikan dengan timbulnya penyakit jantung koroner.
Hubungan antara faktor tersebut dengan penyakit jantung koroner
seringkali bersifat tidak langsung. Faktor-faktor yang termasuk golongan
resiko ini adalah diabetes melitus, kegemukan, tidak aktif, dan stress.
Faktor risiko alami: Faktor risiko alami disebabkan karena keturunan, jenis
kelamin, dan usia.
Faktor risiko utama dan tidak langsung dapat diperbaiki, bahkan
dihilangkan atau diubah. Faktor risiko berkaitan satu dengan lainnya, misalnya
penyakit diabetes dengan kegemukan. Hal yang perlu diperhatikan lagi adalah
adakalanya faktor risiko yang satu mendorong timbulnya faktor risiko lain, seperti
merokok dapat menyebabkan kadar kolesterol abnormal. Adapun beberapa faktor
risiko yang mempengaruhi kadar kolesterol adalah sebagai berikut:
a. Merokok
Merokok akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk
menggumpal didalam pembuluh dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah.
Hal ini akan meningkatkan kecenderungan sel-sel darah untuk menggumpal
didalam pembuluh dan melekat pada lapisan dalam pembuluh darah. Hal ini
meningkatkan risiko penggumpalan darah dan biasanya terjadi di daerah-daerah
yang terpengaruh oleh adanya aterosklerosis. Kebiasaan merokok dapat
menurunkan kadar kolesterol HDL yang baik dalam aliran darah sehingga
menyebabkan darah mudah membeku. Dengan demikian, kemungkinan terjadinya
penyumbatan arteri, serangan jantung, dan stroke menjadi semakin besar.
b. Kurang mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan
Sayuran dan buah-buahan merupakan sumber bahan makanan yang aman
bagi tubuh karena tidak memiliki kandungan kolesterol. Lemak yang dihasilkan
pun merupakan lemak tidak jenuh. Konsumsi lemak jenuh dan kolesterol dari
makanan sehari-hari dan kebiasaan kurang mengonsumsi jenis bahan makanan
yang berasal dari sayuran dan buah-buahan dapat mempengaruhi kadar kolesterol
darah.
19
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
c. Konsumsi alkohol secara berlebihan
Kebiasaan minum alkohol berlebihan dapat meningkatkan kadar kolesterol
total dan trigliserida. Alkohol juga menyebabkan jantung dan hati tidak dapat
bekerja secara optimal.
d. Obesitas dan kurang aktivitas
Obesitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan adanya kelebihan
lemak dalam tubuh secara abnormal. Obesitas dan kurangnya aktivitas merupakan
salah satu faktor resiko penyakit jantung koroner. Selain itu, obesitas juga
mendorong timbulnya faktor risiko lain, seperti diabetes dan hipertensi yang pada
taraf selanjutnya meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
e. Diabetes melitus
Diabetes melitus pada dasarnya merupakan suatu gangguan
metabolisme.Dalam kasus diabetes, produksi insulin oleh pankreas berkurang,
atau mungkin terhenti sama sekali. Oleh karena itu, kadar gula dalam darah
meningkat hingga melampaui batas sesudah makan. Selain gangguan metabolisme
gula, konversi lemak oleh tubuh juga terganggu sehingga menyebabkan kadar
lemak dalam darah meningkat (Srinilawati,dkk.,2008).
2.4.6Kolesterol dan Hubungannya Pada Beberapa Penyakit
Beberapa penyakit yang berhubungan dengan kolesterol adalah sebagai
berikut:s
a. Infark jantung.Arteri koroner yang mensuplai darah ke jantung menjalar
diseluruh bagian luar otot jantung dan dapat tersumbat oleh endapan
kolesterol-kapur (aterosklerosis). Sekitar tempat penyempitan, yaitu
bagian dalam pembuluh, dapat robek yang mengakibatkan pembekuan
darah setempat. Bila suatu gumpalan darah beku (trombus) menyumbat
aliran darah jantung (trombosis koroner), maka terjadilah infark jantung.
Akibatnya bagian jantung tersebut tidak menerima lagi darah, zat-zat gizi
serta oksigen dan dalam waktu 6-12 jam berangsur-angsur mati.
Dijaringan mati terbentuk parut besar yang dapat menganggu fungsi-
pompa jantung (Tjay,TH dan Kirana.,2008).
b. Hipertensi. Hipertensi sebetulnya bukan penyakit, melainkan merupakan
salah satu faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung dan pembuluh,
20
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
khususnya CVA (cerebrovascular accident, infark atau pendarahan di
otak). Penyebabnya diketahui hanya lebih kurang 10% dari semua kasus,
antara lain akibat penyakit ginjal, juga akibat tumor di anak ginjal dengan
efek overproduksi hormon-hormon tertentu yang berkhasiat meningkatkan
TD (feochromytomaI). Dalam kebanyakan hal penyebabnya tidak
diketahui, bentuk umum yang disebut hipertensi essensial. Faktor
keturunan berperan penting pada timbulnya hipertensi ini (Tjay,TH dan
Kirana.,2008).
c. Angina pektoris. Suatu keadaan dimana terjadi ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan oksigen jantung. Penyebab umumnya
ialah aterosklerosis pembuluh darah epikardial. Gangguan perfusi
miokardium pada insufisiensi koroner menimbulkan perubahan
biokimiawi, elektrofisiologi dan mekanik jantung. Gejala klasik angina
pektoris ditandai oleh adanya referred pain daerah dermatom yang
dipersarafi oleh segmen T1-T4, yaitu nyeri substernal menjalar ke lengan
kiri bagian medial. Bila iskemia berlangsung lama dan berat, maka akan
terjadi infark jantung (Suyatna.,2007).
d. Obesitas. Obesitas atau kegemukan adalah penumpukan lemak tubuh yang
berlebihan. Penumpukan lemak pada orang gemuk jelas terlihat di bagian
perut, pinggul, atau paha. Kegemukan cenderung menyebabkan kadar
kolesterol, VLDL, dan LDL tinggi.
2.5Obat-Obat Penurun Kolesterol
Hiperlipidemia adalah peningkatan salah satu atau lebih kolesterol,
kolesterol ester, fosfolipid, atau trigliserida. Hiperlipoproteinemia adalah
meningkatnya konsentrasi makromolekul lipoprotein yang membawa lipid dalam
plasma. Ketidaknormalan lipid plasma dapat menyebabkan pengaruh yang buruk
(prediposition) terhadap koroner , serebrovaskular, dan penyakit pembuluh darah
perifer (Sukandar,dkk., 2008).
Prinsip utama pengobatan hiperlipoproteinemia ialah mengatur diet yang
mempertahankan berat badan normal dan mengurangi kadar lipid plasma.
Individu dengan berat badan berlebih sebaiknya segera mulai makanan dengan
diet penurun berat badan.Pasien tanpa penyakit jantung koroner, diharuskan
21
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengubah gaya hidup (diet, latihan fisik, penurunan berat badan) selama 3-6
bulan sebelum mulai terapi. Sebelum pengobatan dimulai penyebab
hiperlipidemia sekunder harus diobati/disingkirkan seperti diabetes melitus,
sindrom nefrotik, penggunaan alkohol, kontrasepsi/esterogen, hipotiroidisme,
kelebihan glukokortikoid, penyakit hati obstruktif dan lain-lain (Suyatna,2007).
Bila individu dengan hiperproteinemia dipacu oleh beberapa penyakit lain
seperti diabetes melitus, pecandu alkohol atau hipotiroidisme maka penyakit
tersebut perlu diobati. Individu tersebut dianjurkan menghindari faktor-faktor
yang dapat meningkatkan pembentukan aterosklerosis, yaitu menghentikan rokok,
mengobati hipertensi, olah-raga yang cukup dan pengawasan kadar gula darah
pada pasien diabetes (Suyatna,2007).
Bila pengobatan secara non farmakologi tidak memberikan pengaruh maka
diperlukan pengobatan dengan obat–obatan. Pemakaian obat–obatan harus diingat
pula tidak terlepas dari efek samping. Obat sesungguhnya adalah ”benda asing”
yang dimasukkan ke dalam tubuh semacam ”racun” yang diharapkan memberikan
efek baik, tetapi sekaligus mencemaskan karena memendam pula efek yang tidak
mengenakkan. Itulah sebabnya indikasi pemakaian obatpun hendaklah setepat
mungkin, seakan tidak ada pilihan lain lagi kecuali terpaksa menelannya. Banyak
obat antikolesterol yang kini beredar di pasaran. Obat–obat ini hanya boleh
dipakai, apabila dengan diet yang ketat, latihan yang teratur dan pengendalian
faktor–faktor resiko lainnya tidak lagi bisa menekan kadar kolesterol dalam darah
(Baaras, 1993).
Adapun obat-obat penurun kolesterol adalah:
1. Inhibitor HMG-KoA reduktase (statin) adalah obat penurun lipid yang
paling baru. Obat ini sangat efektif dalam menurunkan angka kejadian
penyakit koroner dan mortalitas total. Statin mempunyai sedikit efek
samping dan saat ini biasanya merupakan obat pilihan pertama. Inhibitor
HMG-KoA reduktase memblok sintesis kolesterol dalam hati (yang
mengambil sebagian besar obat). Hal ini menstimulasi ekspresi lebih
banyak enzim, cenderung untuk mengembalikan sintesis kolesterol
menjadi normal bahkan pada saat terdapat obat. Akan tetapi, efek
kompensasi ini tidak lengkap dan pengurangan kolesterol dalam hepatosit
22
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
menyebabkan peningkatan ekspresi reseptor LDL, yang meningkatkan
bersihan kolesterol dari plasma. Bukti kuat bahwa statin menurunkan
kolesterol plasma, terutama dengan meningkatkan jumlah reseptor LDL,
adalah kegagalan obat untuk bekerja pada pasien dengan
hiperkolesterolemia familial homozigot (yang tidak mempunyai reseptor
LDL). Efek samping jarang terjadi, salah satu yang utama adalah miopati.
Insidensi miopati meningkat pada pasien yang menerima terapi kombinasi
dengan asam nikotinat atau fibrat. Statin tidak boleh diberikan selama
kehamilan karena kolesterol penting untuk perkembangan normal fetus.
2. Resin pertukaran anion. Kolestiramin dan kolestipol adalah bubuk yang
digunakan dengan cairan . Kedua obat ini meningkatkan ekskresi asam
empedu, menyebabkan lebih banyak kolesterol yang diubah menjadi asam
empedu. Penurunan konsentrasi kolesterol hepatosit menyebabkan
kompensasi peningkatan aktivitas HMG-KoA reduktase dan jumlah
reseptor LDL. Tampaknya peningkatan ekspresi reseptor LDL hati
merupakan mekanisme utama resin menurunkan kolesterol plasma, karena
resin tidak bekerja pada pasien dengan hiperkolestrolemia familial
homozigot. Efek samping terbatas pada usus, karena resin tidak diabsorpsi,
dan mencakup rasa penuh, rasa tidak nyaman pada perut, diare, dan
konstipasi.
3. Asam Nikotinat mengurangi pelepasan VLDL dan kemudian menurunkan
trigliserida plasma (sekitar 30-50%). Asam nikotinat juga menurunkan
kolesterol sebanyak (10-20%) dan meningkatkan HDL. Asam nikotinat
merupakan obat penurun lipid pertama untuk mengurangi mortalitas
keseluruhan pada pasien dengan penyakit arteri koroner, namun
penggunaannya dibatasi oleh efek yang tidak diharapkan yang meliputi
kemerahan yang diperantarai prostaglandin, pusing, dan palpitasi. Saat ini
asam nikotinat hampir tidak pernah digunakan.
4. Fibrat (misalnya gemfibrozil, bezafibrat) menghasilkan penurunan ringan
pada LDL (sekitar 10%) dan peningkatam HDL (sekitar 10%). Sebaliknya,
fibrat menyebabkan penurunan yang bermakna pada trigliserida plasma
(sekitar 30%). Fibrat bekerja sebagai ligan untuk reseptor transkripsi
23
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
nukleus, reseptor alfa peroksisom yang diaktivasi proliferator (PPAR- ,
peroxisom proliferator-activated receptor alpha), dan menstimulasi
aktivitas lipoprotein lipase. Fibrat merupakan obat lini pertama pada
pasien dengan kadar trigliserida plasma yang sangat tinggi yang berisiko
mengalami pankreatitis. Semua fibrat dapat menyebabkan sindrom seperti
miositis. Insidensi miositis meningkat dengan penggunaan bersama
inhibitor HMG-KoA dan kombinasi tersebut sebaiknya dihindari.
5. Inhibitor pada absorbsi kolesterol usus. Ezetimibe menurunkan
penyerapan kolesterol (dan fitosterol) dan menurunkan kolesterol LDL
sekitar 18%) dengan sedikit perubahan pada kolesterol HDL. Hal ini
mungkin sinergis dengan statin sehingga menjadi terapi kombinasi yang
baik (Neal,M.J.,2006).
2.6 Simvastatin
2.6.1 Definisi
Simvastatin adalah obat golongan statin, digunakan untuk menurunkan
kolesterol (agen hipolipidemik) pada keadaan hiperkolesterolemi dan juga dapat
mencegah penyakit kardiovaskular. Statin saat ini merupakan hipolipidemik yang
paling efektif dan aman (Suyatna, 2007).
2.6.2 Farmakodinamik
Statin bekerja dengan cara menghambat sintesis kolesterol dalam hati,
dengan menghambat enzim HMG-KoA reduktase (Suyatna, 2007). HMG-KoA
reduktase memperantarai langkah pertama biosintesis sterol (Katzung, 1997).
Akibat penurunan sintesis kolesterol ini maka SREBP (sterol regulatory
elementbinding protein) yang terdapat pada membran dipecah oleh protease, lalu
diangkut ke nukleus. Faktor-faktor transkripsi kemudian akan berikatan dengan
gen reseptor LDL, sehingga terjadi peningkatan sintesis reseptor LDL.
Peningkatan jumlah reseptor LDL pada membran sel hepatosit akan menurunkan
kadar kolesterol darah lebih besar lagi. Selain LDL, VLDL dan IDL juga
menurun, sedangkan HDL meningkat (Suyatna, 2007). Karena obat ini diekstraksi
paling banyak di dalam hati, efek utama obat ini pada hati. Aktivitas pada hati
beberapa turunan tampaknya dapat disebabkan perbedaan spesifisitas jaringan
untuk ambilan obat. Selama pengobatan dapat terjadi penurunan sedang
24
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
trigliserida plasma dan peningkatan ringan kadar HDL kolesterol (Katzung,
1997).
Statin menurunkan kejadian penyakit jantung koroner fatal dan nonfatal,
stroke, dan angka mortalitas totalnya (Suyatna, 2007).
2.6.3 Farmakokinetik
Semua statin, kecuali lovastatin dan simvastatin berada dalam bentuk asam
β-hidroksi. Kedua statin yang disebut di atas merupakan prodrug dalam bentuk
lakton dan harus dihidrolisis lebih dahulu menjadi bentuk aktif asam β-hidroksi.
Statin diabsorpsi sekitar 40-75%, kecuali fluvastatin yang diabsorpsi hampir
sempurna. Semua obat mengalami metabolisme lintas pertama di hati. Obat-obat
ini sebagian besar terikat protein plasma. Sebagian besar produk degradasi
dieksresi melalui feses dan kurang dari 10% dalam urin. Kadar puncak lovastatin
dalam plasma terlihat 2-4 jam sesudah pemberian oral tunggal. Sesudah 3 hari
dengan pemberian 1x sehari, mantap akan tercapai dan kadar plasma 1½x kadar
puncak pada pemberian tunggal. Kadar tetinggi bisa didapat bila lovastatin
diberikan bersama makanan. Lovastatin agaknya tidak menginduksi sitokrom
P450 (Suyatna, 2007).
2.6.4 Efek Samping
Efek samping statin yang potensial berbahaya adalah miopati dan
rabdomiolisis. Efek samping lain yang dapat terjadi adalah gangguan saluran
cerna, sakit kepala, rash, neuropati perifer dan sindroma lupus (Suyatna, 2007).
2.7 Cara Pengukuran Kadar Kolesterol Darah
Spektrofotometri adalah suatu metode pengukuran serapan radiasi
elektromegnetik pada panjang gelombang tertentu, spektrofotometer terdiri dari
spektrometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dan spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometri adalah alat pengukur intensitas
cahaya yangdapat diabsorbsi (Ganiet al.,2010).
Pelarut yang banyak digunakan untuk spektroskopi UV adalah etanol 95%
karena kebanyakan golongan senyawa larut dalam pelarut tersebut. Pelarut lain
yang sering digunakan ialah air, metanol, heksana, eter minyak bumi, dan eter.
Senyawa tanpa warna diukur pada jangka 200-400 nanometer (nm), senyawa
berwarna pada jangka 200-700 nm. Panjang gelombang serapan maksimum dan
25
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
minimum pada spektrum serapan yang diperoleh direkam dalam nm, demikian
juga kekuatan absorbansi pada maksima dan minima yang khas (Harborne,1987).
Pengukuran kadar kolesterol menggunakan metode enzimatik dengan
reagen spesifik untuk kolesterol total. Dimana adsorpsi diukur menggunakan
spektrofotometer UV pada panjang gelombang 500 nm (Dachriyanus et al.,2007).
26
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini adalah eksperimental meliputi penyediaan simplisia,
pembuatan ekstrak, pengujian farmakologi, dan uji statistik terhadap data hasil
percobaan.
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan dilaboratorium Farmasi Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah jakarta. Proses
pembuatan ekstrak dan penapisan fitokimia dilakukan dilaboratorium penelitian I,
uji penurunan kolesterol terhadap hewan uji dilakukan di laboratorium Animal
house. Penelitian berlangsung mulai dari bulan februari 2015 sampai mei 2015.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: timbangan
analitik, erlenmeyer, gelas ukur, gelas piala, spatula, corong, batang pengaduk,
hot plate,tabung reaksi, kaca arloji, kertas saring, alumanium foil, pipet tetes,
termometer, cawan penguap, botol timbang, rotary evaporator, oven, tanur tinggi,
vortex, mikropipet, timbangan hewan, sentrifugasi, kandang tikus, kapas, sonde,
tabung Effendrof, spuit,TLC scanner dan spektrofotometer UV.
3.2.2 Bahan
3.2.2.1 Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan adalah bagian herba dari tanaman kumis kucing
yang diperoleh dari PT.Karya Sari Jl. Klamono A5 No. 4 Jatiwaringin Asri,
Pondokgede 17411, Bekasi, Indonesia sebanyak 1,5 kg.
3.2.2.2 Bahan Kimia
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah aquadest,
etanol 96%, Natrium Karboksi Metil Selulosa (Na-CMC), simvastatin dari Kimia
Farma, dan larutan pereaksi kolesterol ELITech yang mengandung:
Pepes buffer pH 6,750 mmol/L
Fenol 24 mmol/L
Sodium kolat 5 mmol/L
26
27
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4-aminoantipirin 0, 5 mmol/L
Kolesterol esterase 180 U/L
Kolesteril oksidase 200 U/L
Peroksidase 1000 U/L
3.2.2.3 Hewan uji
Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah tikus putih jantan
galur Sparague-Dawley dengan berat badan 150-250 gram dan berumur 3-4 bulan
yang diperoleh dari Institus Pertanian Bogor. Tikus yang digunakan berjumlah 30
ekor.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Penyiapan Simplisia
Sebanyak 1,5 kg simplisia kering yang diperoleh dari PT Karya
Saridihaluskan dengan cara digrinder yang dilakukan di Laboratorium
Farmakognosi Fitokimia Universitas Indonesia .
3.3.2 Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing
Simplisia herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) yang telah
dihaluskan diekstraksi menggunakan metode maserasi dengan pelarut etanol 96%.
Serbuk yang diperoleh setelah dihaluskan ditimbang sebanyak 1,5 kg dan
ditambahkan pelarut etanol 96% kedalam bejana tersebut kurang lebih hingga 2
cm diatas permukaan serbuk.Pelarut diganti setiap 3 hari sekali dan pengadukan
dilakukan setiap harinya 2-3 kali sehari. Hasil maserat yang didapatkan kemudian
disaring dan dipekatkan menggunakan rotary evaporator. Ekstrak kental yang
diperoleh dikeringkan menggunakan oven vakum yang dilakukan di laboratorium
fitokimia Universitas Indonesia selama 5 hari hingga didapatkan ekstrak
kering.Perhitungan randemen dihitung dari ekstrak kental yang diperoleh
sebelumnya.
%Randemen=
3.3.3 PengujianParameter Ekstrak
Pengujian parameter ekstrak yang dilakukan adalah parameter non spesifik
meliputi susut pengeringan dan kadar abu, dan parameter spesifik yaitu identitas
ekstrak, organoleptis, dan pengukuran kadar senyawa marker sinensetin.
28
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.3.1 Penetapan Susut Pengeringan
Ekstrak ditimbang sebanyak 1 g dan dimasukkan ke dalam botol timbang
dangkal bertutup yang sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 1050C selama 30
menit dan telah ditara.Ekstrak yang ditimbang diratakan dalam botol timbang
kemudian dimasukkan kedalam oven, sebelumnya tutup botol timbang dibuka dan
dikeringkan pada suhu 1050C hingga bobot tetap. Sebelum setiap pengeringan,
botol dibiarkan dalam keadaan tertutup mendingin dalam eksikator hingga suhu
kamar (Depkes RI,2000).
3.3.3.2 Penetapan kadar abu
1 gram ekstrak yang telah digerus dan ditimbang, dimasukkan kedalam
krus silikat yang telah dipijarkan dan ditara, kemudian diratakan. Pijarkan
perlahan-lahan hingga arang habis, dinginkan, timbang (Depkes, 2000).Hitung
kadar abu dengan rumus sebagai berikut:
% Kadar abu=
Keterangan :
A : Berat cawan kosong
B : Berat cawan kosong + berat ekstrak sebelum dipanaskan
C : Berat cawan kosong + berat ekstrak setelah dikeringkan
3.3.3.3 Pemeriksaan Identitas Ekstrak
Diidentifikasi dengan tata nama yang meliputi nama ekstrak, nama latin
tumbuhan, bagian tumbuhan yang digunakan,nama Indonesia tumbuhan, serta
senyawa marker tumbuhan (Depkes, 2000).
3.3.3.4 Pemeriksaan Organoleptis
Diidentifikasi menggunakan panca indera untuk mengetahui bentuk,
warna, bau, dan rasa (Depkes, 2000).
3.3.3.5 Pengukuran Kadar Sinensetin
Pengukuran kadar sinenstin dilakukan dengan metode kromatografi lapis
tipis densitometri. Larutan uji dibuat dengan melarutkan 0,2 gram ekstrak herba
kumis kucing dengan 10 ml etanol 96%. Larutan standar dibuat dengan
melarutkan 1 mg sinensetin didalam metanol dan diencerkan dengan 20 ml
metanol. Plat yang digunakan adalah plat silika gel dengan ukuran 10 x 7 cm.
29
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fase gerak yang digunakan adalah metanol, etil asetat, dan toluen dengan
perbandingan 5:40:55 Masing-masing larutan standar ditotolkan sebanyak 10 l,
30 l,50 l, dan 70 l, sedangkan untuk larutan uji digunakan 20 l. Setelah
dieluasi dan dikeringkan diudara, plat dideteksi dengan menggunakan UV 365 nm
(European Pharmacopoeia Comission,2005). Untuk pengukuran kadar sinensetin
dilakukan dengan menggunakan alat TLC-Scanner 3 yang dilengkapiprogram
winCATS (Camag).
3.3.4 Skrining Fitokimia
1. Identifikasi golongan alkaloid
Sebanyak 0,5 gram esktrak dilarutkan dalam larutan HCl encer kemudian
disaring. Kedalam filtrat ditambahkan 2 ml larutan ammonia. Kemudian
ditambahkan kloroform 5ml dan dikocok perlahan-lahan untuk
mengekstraksi basa alkaloid. Lapisan kloroform diambil lalu diekstraksi
dengan 10 ml asam asetat, kemudian dibagi menjadi 2 bagian. Pada
pembagian pertama ditambahkan reagen Mayer dan bagian kedua
ditambahkan reagen Dragendorff. Terbentuknya warna krem dengan
reagen meyer dan endapan coklat kemerahan dengan reagen Dragendorff
menunjukkan adanya senyawa golongan alkaloid (Ayoolaet al.,2008).
2. Identifikasi golongan flavonoid
0,5 gram ekstrak ditambah 50 ml air panas, dididihkan selama 5 menit dan
disaring, filtrat yang digunakan sebagai larutan percobaan. 5 ml larutan
percobaan ditambahkan sedikit serbuk magnesium, 1 ml asam klorida
pekat dan 2 ml amilalkohol, dikocok dengan kuat dan dibiarkan memisah,
terbentuknya warna orange, merah, kuning pada lapisan amilalkohol
menunjukkan adanya senyawa flavonoid (Wijono,2003).
3. Identifikasi golongan saponin
0,5 gram ekstrak dimasukkan ke dalam tabung reaksi dimasukkan ke
dalam tabung reaksi dan ditambahkan aquadest, larutan dikocok secara
vertikal selama 3-5 menit. Terbentuknya busa yang stabil selama 30 menit
menunjukkan adanya senyawa golongan saponin (Farnsworth,1966).
30
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Identifikasi golongan tannin
0,5 gram ekstrak dididihkan dalam 10 ml aquadest dalam tabung reaksi,
lalu disaring. Kemudian ke dalam filtrat ditambahkan 3 tetes larutan FeCl3.
Terbentuk warna hijau kecoklatan atau biru kehitaman menunjukkan
adanya tannin (Ayoolaet al.,2008).
5. Identifikasi golongan steroid dan triterpenoid
0,5 gram ekstrak ditambahkan 2 ml kloroform, kemudian 2 tetes asam
asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Libermann-
Burchard). Jika terbentuk warna hijau kehitaman menunjukkan golongan
steroid dan jika terbentuk warna merah yang cepat hilang menunjukkan
adanya senyawa golongan triterpenoid (Ayoolaet al.,2008).
3.3.5Penyiapan Hewan Uji
Sebelum digunakan untuk penelitian, hewan diaklimatisasi selama 2
minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Selama
diaklimatisasi, tikus diberikan minum dan makanan standar serta mengontrol
kesehatan dan berat badan tikus.
3.3.6 Rancangan Penelitian
Pada penelitian ini digunakan hewan uji tikus putih jantan dipilih secara
acak sebanyak 30 ekor untuk dibagi menjadi 5 kelompok, dihitung berdasarkan
rumus federer:
(n-1)(t-1) 15
Dimana: n = jumlah ulangan minimal dari tiap perlakuan
t = jumlah perlakuan
Jumlah hewan uji yang digunakan adalah : (n-1) (t-1) ) 15
(n-1) (5-1) ) 15
(n-1) (4) ) 15
(5n-4) 15
5n 19
n 3,8 = 4 ekor
Dalam jumlah perhitungan tersebut dapat diartikan bahwa pada 5 kelompok
percobaan terdapat minimal 4 ekor tikus pada masing-masing kelompok, dalam
penelitian ini tikus yang digunakan berjumlah 5 ekor pada masing-masing
31
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kelompok, hal ini karena untuk uji antihiperlipidemia digunakan minimal 5 ekor
tikus pada masing-masing kelompok (Depkes RI,1993).
Tabel 2.Pembagian Kelompok Hewan uji Berdasarkan Perlakuan
Kelompok Jumlah Perlakuan
1 5 Sebagai kontrol normal diberikan suspensi Na-
CMC 1%
2 5 Sebagai kontrol positif diberikan suspensi
simvastatin
3 5 Dosis 1, pemberian ekstrak herba kumis kucing
dosis rendah 250 mg/kgBB
4 5 Dosis 2, pemberian ekstrak herba kumis kucing
dosis sedang 500 mg/kgBB
5 5 Dosis 3, pemberian ekstrak herba kumis kucing
dosis tinggi1000 mg/kgBB
3.3.7 Penyiapan Bahan Uji
Penyiapan bahan-bahan meliputi suspensi Na-CMC (kontrol), bahan uji
(ekstrak herba kumis kucing), dan dosis simvastatin (pembanding).
3.3.7.1 Penentuan Dosis Ektrak Herba Kumis Kucing
Dosis ekstrak etanol 96% herba kumis kucing yang digunakan yaitu
250mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB. Pemilihan dosis berdasarkan
dosis yang telah digunakan pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sriplang et al.,2007). Volume larutan uji yang diberikan dibuat 2 ml yang
disesuaikan dengan berat badan tikus.
3.3.7.2 Pembuatan Suspensi Na-CMC 1%
Sebanyak 1 gram NaCMC, didispersikan dalam 20 ml aquadest hangat
hingga homogen didalam lumpang, lalu digerus dan ditambahkan sedikit demi
sedikit aquadeshingga 100 ml.
3.3.7.3 Pembuatan Suspensi Ekstrak Herba Kumis Kucing
Karena dosis yang dipakai pada ekstrak herba kumis kucing terdiri dari
tiga variasi dosis yaitu dosis 250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB,
32
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
maka cara pembuatan suspensi ekstrak : Ekstrak etanol herba kumis kucing
ditimbang masing-masing sebanyak 0,5g, 1g, dan 3g, dimasukkan ke dalam
lumpang yang berisi sedikit suspensi Na-CMC 1%digerus homogen lalu
dicukupkan dengan suspensi Na-CMC hingga 20 ml.
3.3.7.4 Dosis Simvastatin Sebagai Kontrol Positif
Dosis simvastatin yang digunakan untuk manusia adalah 5-10 mg/hari.
Dosis yang digunakan untuk penelitian yaitu 10 mg/hari. Konversi dosis ke tikus
berdasarkan rumus HED adalah 1,03 mg/kgBB. Pemberian simvastatin melalui
oral dalam bentuk suspensi dengan menambahkan NaCMC.
3.3.8 Uji Efek Antikolesterolemia
a. Tikus dibagi menjadi 5 kelompok, tiap kelompok terdiri dari 5 ekor tikus
putih jantan galur Sparague-Dawley. Kelompok tersebut terdiri dari
kelompok kontrol normal, kontrol positif, uji dosis 250 mg/kg BB, 500
mg/kg BB, dan 1000 mg/kg BB.
b. Setiap hari semua tikus diberi pakan standar 120 gram/6 ekor tikus dan
aquadest.
c. Sebelum diberikan perlakuan, masing-masing tikus diukur kadar kolesterol
total.
d. Pada kelompok 1 diberikan suspensi NaCMC 1%, kelompok 2 diberikan
suspensi simvastatin, kelompok 3 diberikan suspensi ekstrak herba kumis
kucing dosis 250 mg/kgBB, kelompok 4 dengan dosis 500 mg/kgBB, dan
kelompok 5 diberikan dosis 1000 mg/kgBB.
e. Masing-masing kelompok uji diberikan perlakuan selama 20 hari..
f. Pada hari ke 21 setelah pemberian ekstrak herba kumis kucing dilakukan
pengambilan darah tikus pada semua kelompok melalui vena mata,
kemudian dilakukan pengukuran kadar kolesterol total pada darah tikus.
Sebelumnya tikus dipuasakan selama 12 jam.
3.3.9 Cara Pengambilan Darah
Tikus dipuasakan 12 jam sebelum dilakukan pengambilan darah.
Pengambilan darah dilakukan sebanyak 2 kali, yaitu sebelum perlakuan dan
setelah perlakuan. Pengambilan darah dilakukan dengan cara tikus dianestesi
terlebih dahulu menggunakan eter lalu dipegang dan dijepit bagian tengkuk
33
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan jari tangan. Tikus dikondisikan senyaman mungkin, kemudian pipa
kapiler digoreskan pada retro-orbital pleksus.Pipa kapiler diputar sampai melukai
pleksus, lalu darah ditampung pada tube EDTA untuk tujuan pengambilan
plasma darah . Darah yang diambil dari setiap mata tikus berkisar antara 1-1,5ml.
Darah didiamkan selama 15 menit dan disentrifus selama 15 menit dengan
kecepatan 3000 rpm.Plasma darah yang diperoleh dipipet menggunakan pipet
mikro dan dimasukkan ke dalam tabung Effendorf lalu disimpan pada suhu -200C.
3.3.10 Cara Pengukuran Kadar Kolesterol
Pengukuran kadar kolesterol total tikus dilakukan dengan metode
enzimatis dengan larutan pereaksi kolesterol ELITech yang mengandung pepes
buffer, fenol, sodium kolat, 4-aminoantipirin, kolesterol esterase, kolesterol
oksidase dan peroksidase. Plasma darah dipipet menggunakan mikropipet
sebanyak 0,01 l dimasukkan ke dalam tabung reaksi, kemudian ditambahkan
larutan pereaksi kolesterol ELITech sebanyak 1 ml dan dibiarkan selama 20
menit pada suhu kamar. Sebagai blanko digunakan pereaksi kolesterol ELITech
sebanyak 1 ml dan aquadest 0,01 ml, dan sebagai standar digunakan 0,01ml
standar kolesterol dan 1 ml reagen kolesterol ELITech. Kemudian diukur
absorbansinya menggunakan spektrofotometer UV-visibel pada panjang
gelombang 500 nm (Dachriyanus et al.,2007). Untuk mengetahui kadar kolesterol
total dihitung menggunakan rumus:
(200 mg/dl)
3.3.11 Uji Statistik Terhadap Kadar Kolesterol Darah
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif, uji statistik homogenitas
menggunakan Lavene dan uji normalitas menggunakan Kolmogorov-Smirnov
test.Apabila hasil sebaran data normal, maka untuk perbedaan kadar dari masing-
masing kelompok perlakuan dianalisis dengan uji statistik One Way ANOVA,
kemudian dilanjutkan dengan uji LSD. Apabila sebaran data tidak normal,
dilanjutkan dengan uji statistik Kruskal Wallis (Santoso,2009).
34
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Determinasi herba kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth)
Berdasarkan hasil determinasi yang dilakukan di Pusat Konservasi
Tumbuhan Kebun Raya Bogor menunjukkan bahwa jenis simplisia yang
digunakan pada penelitian ini adalah kumis kucing (Orthosiphone stamineus
Benth) dengan suku Lamiaceae (Lampiran 3). Determinasi dilakukan dengan
tujuan untuk mengidentifikasi jenis simplisia yang digunakan.
4.2 Hasil Ekstraksi Herba Kumis Kucing
Dari 1500 g serbuk herba kumis kucing yang diekstraksi diperoleh ekstrak
kental sebanyak 133 g sehingga randemen yang diperoleh yaitu 8,87 % (lampiran
10). Randemen merupakan perbandingan ekstrak yang diperoleh dengan simplisia
awal.Menurut Farmakope herbal randemen ekstrak dari daun kumis kucing tidak
kurang dari 8,7%, dan hasil randemen yang diperoleh pada penelitian ini adalah
8,87%. Metode maserasi yang digunakan dalam proses ektraksi ini dipilih karena
maserasi merupakan metode sederhana dan baik untuk senyawa-senyawa yang
tidak tahan terhadap pemanasan. Pemilihan pelarut etanol 96% sebagai pelarut
yang digunakan dalam proses ekstraksi ialah karena senyawa sinensetin dari
golongan flavonoid yang berperan dalam memberikan aktivitas farmakologi larut
dengan baik dalam pelarut ini. Hal ini berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan oleh Arifiantiet al pada tahun 2014 yang menyatakan bahwa rerata
kadar sinensetin tertinggi dalam ekstrak daun Orthosiphon stamineus Benth
diperoleh pada kelompok ekstrak dengan pelarut pengekstraksi etanol 96%. Selain
itu, pelarut ideal yang sering digunakan adalah alkohol atau campurannya dengan
air yang merupakan pelarut pengekstraksi yang mempunyai extractive power yang
terbaik untuk hampir semua senyawa yang mempunyai berat molekul rendah
seperti alkohol, saponin dan flavonoid.
34
35
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.3 Pengujian Parameter Ekstrak
Tabel 3. Hasil Pengujian Parameter Ekstrak
Parameter
Standarisasi
Jenis Hasil
Spesifik Identitas Ekstrak Nama Ekstrak: Kumis kucing
Nama Latin : Orthosiphon stamineus Benth
Bagian tanaman yang digunakan : Herba
Senyawa Identitas : Sinensetin
Organoleptis Bentuk : kental
Warna : coklat kehitaman
Rasa : Pahit
Bau : Khas
Pengukuran
Senyawa sinensetin
0,075%
Nonspesifik Susut pengeringan 0,948%
Kadar abu 12,587%
Pengujian parameter ekstrak meliputi parameter spesifik dan non-spesifik.
Parameter spesifik merupakan suatu aspek yang berfokus pada senyawa atau
golongan senyawa yang berperan dan bertanggung jawab terhadap aktivitas
farmakologis.Pengujian parameter spesifik yang dilakukan ialah pemeriksaan
identitas, organoleptis dan pengukuran senyawa marker sinensetin. Penentuan
identitas ekstrak perlu dilakukan untuk memberikan identitas obyektif dari nama
dan senyawa identitas. Identitas ekstrak yang digunakan memiliki nama daerah
kumis kucing dengan nama latin tumbuhanOrthosiphone stamineus Benth. Untuk
bagian tanaman yang digunakan ialah bagian herba meliputi batang, daun, dan
bunga. Senyawa marker dari tanaman ini ialah senyawa sinensetin. Pada
pemeriksaan organoleptis yang bertujuan untuk melakukan pengenalan awal yang
sederhana dan seobyektif mungkin didapatkan bahwa ekstrak herba kumis kucing
memiliki bentuk kental, warna coklat kehitaman, rasa pahit dan memiliki bau
yang khas.
36
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Pada pengukuran senyawa sinensetin yang merupakan senyawa marker
dari ekstrak etanol 96% herba Orthosiphon stamineusdilakukan dengan
menggunakan kromatografi lapis tipis-densitometri. Dari pengujian ini didapatkan
kadar senyawa sinensetin yang terkandung dalam ekstrak sebanyak 0,075%.
Kromatografi lapis tipis-densitometer (TLC scanner) merupakaninstrumen
pengukur densitasbercak hasil pemisahan kromatografilapis tipis. Instrumen
dilengkapidengan suatu perangkat optik, sumbercahaya dan detektor seperti
halnyaspektrofotometer (Touchstone dan Dobbins,1983; Poole dan Khatib,1987;
yang dikutip dariHayun, dkk.,2007).
Pada pengujian ini, digunakan empat standar larutan sinensetin dengan
konsentrasi yang sama, namun jumlah penotolannya berbeda yaitu 10 l, 30 l,
50 l, dan 70 l. Untuk larutan uji digunakan larutan dengan konsentrasi 2%
dengan jumlah penotolan sebanyak 20 l. Untuk fase diam digunakan plat Silika
Gel F254 dan fase gerak metanol, etil asetat, dan toluen dengan perbandingan
5:40:55. Hal ini sesuai dengan European Pharmacopoeia. Pada pengukuran
menggunakan kromatogrfi lapis tipis-densitometri pada panjang gelombang 341
nmdiperoleh nilai Rf sebesar 0,53 dengan persamaan y=18777,150x + 11323,215
sehingga diperoleh persentase kadar sinensetin sebesar0,075%.Menurut
farmakope herbal kadar sinensetin dalam ekstrak kental daun kumis kucing
mengandung sinensetin tidak kurang dari 1,10%. Hasil yang diperoleh
menunjukkan jumlah yang jauh lebih kecil dari standar yang ada. Hal ini dapat
terjadi karena beberapa faktor sepertibagian tanaman yang digunakan ialah bagian
herba meliputi batang, daun,dan bunga dari kumis kucing, Sinensetin diketahui
banyak terkandung di bagian daun kumis kucing. Menurut Dalimartha setiawan
(2008) kadar sinensetin dalam daun kumis kucing yang tertinggi terdapat dalam
daun tua yang berbunga ungu (0,365%), sedangkan yang terkecil berasal dari
daun muda yang berbunga putih (0,095%). Faktor lain yang dapat mempengaruhi
ialah tempat penanaman, waktu panen, teknik pengumpulan, dan penanganan
setelah panen meliputi sortasi basah, pencucian, pengeringan, sortasi kering dan
penyimpanan.
Parameter non-spesifik merupakan suatu aspek yang berfokus pada aspek
kimia, mikrobiologi dan fisis yang akan mempengaruhi keamanan konsumen dan
37
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
stabilitas. Standarisasi parameter non-spesifik yang dilakukan ialah kadar susut
pengeringan dan kadar abu. Parameter susut pengeringan bertujuan untuk
memberikan batasan maksimal (rentang) tentang besarnya senyawa yang hilang
pada proses pengeringan. Parameter kadar abu bertujuan memberikan gambaran
kandungan mineral internal dan eksternal yang berasal dari proses awal sampai
terbentuknya ekstrak.
Pada pengujian parameter ekstrak tersebut diperoleh hasil susut
pengeringan sebesar 0,948% dan kadar abu 12,587%. Perhitungan uji parameter
esktrakdapat dilihat pada lampiran 10. Menurut farmakope herbal kadar susut
pengeringan dari daun Orthosiphone stamineus tidak lebih dari 12% dan hasil
yang diperoleh sebesar 0,948%. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya senyawa
yang hilang pada proses pengeringan sangat kecil. Dan untuk kadar abu total dari
ekstrak kental daunOrthosiphone stamineus tidak kurang dari 9%, namun hasil
yang didapatkan adalah 12,587%.Seperti yang diketahui kumis kucing
mengandung senyawa mineral yang sebagian besarnya adalah mineral kalium
(Awaleet al.,2001yang dikutip dari Arifiantiet al.,2014). Kandungan mineral
kalium dalam daun segar kumis kucing yaitu sekitar 600-700 mg/100gdaun segar
(Anon,2001 yang dikutip dari Almataret al.,2013).
4.4 Hasil Uji Penapisan Fitokimia
Tabel 4.Hasil Penapisan Fitokimia Esktrak Herba Kumis Kucing
Golongan Senyawa Hasil
Alkaloid -
Saponin +
Flavonoid +
Steroid +
Tanin +
Penapisan fitokimia adalah pemeriksaan kandungan kimia secara kualitatif
untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam suatu tumbuhan.
Pemeriksaan dilakukan pada senyawa metabolit sekunder yang memiliki khasiat
bagi kesehatan seperti alkaloid, glikosida, flavonoid, terpenoid, tanin, dan saponin
(Harborne,1987). Adapun tujuan dilakukan penapisan fitokimia adalah untuk
38
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
mengetahui kandungan-kandungan yang terdapat dalam bahan alam yang
memberikan gambaran kemungkinan aktivitas biologisnya. Penapisan fitokimia
yang dilakukan pada ekstrak kental herba kumis kucing adalah golongan saponin,
flavonoid, steroid, tanin dan alkaloid. Dari ke lima golongan yang dilakukan
penapisan fitokimia, ekstrak herba kumis kucing positif mengandung flavonoid,
saponin, steroid, dan tanin dan negatif untuk uji senyawa alkaloid.
Orthosiphon stamineus yang tumbuh di Asia yang telah diketahui sejak
tahun 1930 dilaporkan lebih dari 100 senyawa kimia yang terkandung dalam
tanaman tersebut yang diklasifikasikan sebagai monoterpen, diterpen, triterpen,
saponin, flavonoid, asam organik dan lain sebagainya. Adapun senyawa yang
diduga memiliki potensi manurunkan kadar kolesterol adalah antara lain
flavonoid. Flavonoid yang bersifat antioksidan memiliki aktivitas sebagai
antiaterosklerosis dan memiliki pengaruh besar pada sistem vaskular (Nijveldt et
al.,2001). Flavonoid mampu memperbaiki fungsi endotel pembuluh darah, dapat
mengurangi kepekaan LDL terhadap pengaruh radikal bebas dan dapat bersifat
hipolipidemik, antiinflammasi serta sebagai antioksidan (I Wayan.S., dan I Made
J.,2012).Asam rosmarinat yang merupakan senyawa polifenol yang terkandung
didalam Orthosiphone stamineus juga dapat mencegah oksidasi LDL. Quersetin
juga dapat menurunkan konsentrasi plasma aterogenik LDL teroksidasi pada
manusia (Almatar et al.,2013).Sinensetin yang merupakan senyawa marker dari
tanaman ini diduga memiliki pengaruh besar dalam memberikan aktivitas
farmakologi. Sinensetin dilaporkan dapat meningkatkan adipogenesis dan lipolisis
dengan meningkatkan jumlah cAMP dijaringan adiposit (Kang, S.I et al.,2015).
Lipolisis jaringan adiposa merupakan proses katabolik yang berperan dalam
pemecahan trigliserida yang disimpan dalam sel lemak dan juga berperan dalam
pelepasan asam lemak dan gliserol. Selain flavonoid, saponin juga menunjukkan
kemampuan menurunkan kadar kolesterol darah. Penelitian tentang efek saponin
menunjukkan bahwa saponin yang tidak terhidrolisis dapat menurunkan
penyerapan kolesterol, sedangkan saponin yang terhidrolisis asam dapat
meningkatkan kemampuannya untuk menurunkan penyerapan kolesterol
(Malinowet al.,1977). Efek penurunan kolesterol oleh saponin tersebut
berhubungan dengan kemampuan saponin untuk membentuk insoluble
39
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
complexes(micelles) dengan sterol.Cara saponin menurunkan kolesterol darah
adalah secara langsung maupun tidak langsung yakni dengan menghambat
absorpsi kolesterol dari usus halus dan menghambat reabsorpsi asam empedu
(Oakenfull dan Sidhu, 1990yang dikutip dari Priyo,dkk.,2015). Saponin juga
dapatberinteraksi dengan asam empedu yang dapat meningkatkan metabolisme
kolesterol dalam hati yang pada akhirnya menurunkan tingkat kolesterol dalam
serum (Desai et al.,2009 yang dikutip dari Priyo,dkk.,2015). Selain itu, tanin yang
tergolong senyawa polifenol yang memiliki aktivitas antioksidan juga mempunyai
efek yang menguntungkan pada fungsi endotel yaitu dapat menurunkan oksidasi
LDL dan meningkatkan produksi nitrit oksida. Nitrit oksida adalah vasodilator
endogenous yang mempunyai antiaterosklerosis (Umaruddin et al.,2012). Dalam
literatur lain tanin mampu menurunkan kolesterol total,low density
lipoprotein(LDL), dan dapat mencegah LDL. Efek hipokolesterolemik dari tanin
disebabkan aksi antioksidan, yang menghambat inisiasi dan propagasi radikal
bebas yang menyebabkan teroksidasinya kolesterol LDL (Auger et al, 2002yang
dikutip dari Felipedan Maria.,2007). Efek lain dari tanin terhadap kolesterol juga
terkait dengan penghambatan 3-hidroksi-3-metilglutaril KoA reduktase yang
merupakan enzim yang diperlukan untuk biosintesis kolesterol (Chang, 2001yang
dikutip dari Felipedan Maria.,2007). Dalam penapisan fitokimia yang dilakukan,
Orthosiphone stamineus juga mengandung steroid. Steroid merupakan senyawa
organik yang larut dalam lemak yang ditemukan secara alami dalam organisme
hidup.Potensi penurun kolesterol dari makanan yang mengandung sterol telah
dikenal selama lebih dari 50 tahun. Kesamaan struktur antara sterol, stanol dengan
kolesterol memungkinkan mereka untuk bersaing dengan kolesterol ketika masuk
ke dalam misel, partikel yang mengangkut lipid dan kolesterol ke dalam mukosa
usus. Kompetisi ini mengurangi penyerapan kolesterol makanan dan empedu di
saluran pencernaan. Ketika penyerapan kolesterol menurun maka regulator
konsentrasi reseptor LDL juga menurun sehingga kadar serum LDL juga
berkurang. Steroid dapat menurunkan kadar LDL dan kolesterol total tanpa
berefek pada kadar HDL dan trigliserida (Phuruengrat, A. and Phaisansuthichol,
S.,2006).
40
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.5 Hasil Uji Pengukuran Kadar Kolesterol Total
Pada penelitian ini menggunakan tikus putih sebagai subjek penelitian.
Tikus yang digunakan adalah tikus jantan galur Sparague-Dawley yang berusia 3-
4 bulan dengan berat badan sekitar 150-250 g. Tikus putih banyak digunakan pada
penelitian-penelitian toksikologi, metabolisme lemak, obat-obatan maupun
mekanisme penyakit infeksius. Tikus putih baik digunakan dalam penelitian
karena mudah dipelihara, mudah berkembang biak sehingga cepat mendapatkan
hewan coba yang seragam dan mudah dikelola dilaboratorium (Berata et
al.,2010). Selain itu tikus putih pada umumnya tenang,mudah ditangani, tidak
bersifat fotofobik, dan aktivitasnya tidak demikian terganggu dengan adanya
manusia disekitarnya. Sebelum digunakan untuk penelitian,tikus diaklimatisasi
selama dua minggu agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Selama
proses aklimatisasi, tikus diamati aktivitasnya maupun kondisi fisiknyasetiap hari,
yaitu dengan cara menimbang berat badan tikus dan melihat apakah ada luka atau
tidak pada hewan. Selama proses aklimatisasi hingga akhir penelitian berat badan
tikus menunjukkan kenaikan setiap harinya, kecuali pada akhir penelitian dimana
berat badan tikus kontrol positif mengalami penurunan. Grafik kenaikan berat
badan tikus dapat dilihat pada lampiran 15.Setelah diaklimatisasi, tikus
dikelompokkan menjadi 5 kelompok yaitu kelompok kontrol normal, positif, dosis
rendah, dosis sedang, dan dosis tinggi yang mana masing-masing kelompok terdiri
dari 5 ekor tikus.
Pada penelitian ini digunakan dua kontrol yaitu kontrol normal dan positif.
Kontrol normal diperlukan untuk mengetahui kadar kolesterol total darah tikus
selama uji. Sedangkan kontrol positif menggunakan simvastatin diperlukan untuk
melihat pengaruh obat antikolesterol yang telah terbukti khasiatnya menurunkan
kadar kolesterol. Karena simvastatin tidak larut dalam air, maka disuspensikan
dengan Na CMC 1%.
Sebelum pemberian perlakuan pada tikus, dilakukan pengukuran kadar
kolesterol darah awal sebelum perlakuan . Hal ini dilakukan untuk memperoleh
data kolesterol yang akan digunakan sebagai pembanding pada saat tikus telah
diberikan perlakuan. Dari data yang diperoleh, kadar kolesterol total masing-
masing tikus sebelum perlakuan menunjukkan normal. Adapun kadar kolesterol
41
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
total normal tikus adalah 40-130 mg/dl (Malole dan Sri.,1989).Pada hari ke 15
diberikan perlakuan dengan pemberian bahan uji dan pembanding pada masing-
masing tikus normal. Ekstrak herba kumis kucing yang telah disuspensikan
terlebih dahulu dengan NaCMC 1% diberikan dalam 3 variasi dosis yaitu dosis
250 mg/kg berat badan, 500 mg/kg berat badan dan 1000 mg/kg berat badan.
Dosis ini dipilih berdasarkan dosis yang digunakan pada penelitian efek ekstrak
air Orthosiphon stamineus Benth terhadap kadar glukosa dan profil lipid pada
tikus normal dan tikus yang diinduksi streptozotocin. Untuk kelompok normal
diberikan suspensi NaCMC 1% dan untuk kelompok kontrol positif diberikan
simvastatin dengan dosis 10 mg/kg berat badan.Dosis ini diambil berdasarkan
dosis lazim yang sering digunakan pada manusia sebagai obat antikolesterol yang
kemudian dikonversikan ke dalam dosis tikus dengan rumus HED. Dosis
simvastatin yang digunakan pada tikus ialah 1,03 kg/BB. Bahan uji diberikan
secara oral mengunakan sonde lambung yang diberikan pada interval satu hari
sekali di pagi hari. Perlakuan diberikan selama 20 hari.
Pengukuran kadar kolesterol total darah tikus dilakukan dengan metode
enzimatis dengan larutan pereaksi kolesterol ELITech menggunakan alat
spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm. Plasma yang digunakan
ditambahkan dengan larutan pereaksi kolesterol. Pada penambahan ini akan
terjadi reaksi dimana enzim kolesterol esterase akan menghidrolisis kolesterol
ester menjadi kolesterol bebas dan asam lemak. Enzim kolesterol oksidase akan
mengoksidasi kolesterol bebas menjadi koles-4-en-3-one dan hidrogen
peroksida.Selanjutnya hidrogen peroksida akan bereaksi dengan 4-
aminoantipirin dan fenol membentuk komplek quinoneimine yang berwarna
merah (Anonim.,2014). Warna yang terbentuk diukur serapannya dengan
spektrofotometer UV-visibel pada panjanggelombang 500 nm (Dachriyanus dkk.,
2007).Kadar kolesterol total darah tikus normal dapat dilihat pada Tabel 5.
42
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 5.Kadar kolesterol total sebelum dan setelah perlakuan
Keterangan:
SD: Standar Deviasi
Berdasarkan uji normalitas (One Sample Kolmogrov-Smirnov Test) yang
bertujuan untuk melihat data kadar kolesterol total darah tikus terdistribusi normal
atau tidak menunjukkan bahwa kadar kolesterol total darah terdistribusi dengan
normal (p 0,05). Pada uji homogenitas yang betujuan untuk melihat data kadar
kolesterol darah tikus homogen atau tidak menunjukkan bahwa data kadar
kolesterol total darah bervariasi homogen, maka dari itu dapat dilanjutkan dengan
uji One-Way Anova.Uji One-Way ANOVA bertujuan untuk melihat apakah data
kadar kolesterol darah tikus antar kelompok terdapat perbedaan secara bermakna
atau tidak, dan hasil yang diperoleh data kolesterol akhir menunjukkan ada
perbedaan yang bermakna (signifikan) pada semua kelompok uji (p 0,05).Hal ini
menunjukkan bahwa esktrak etanol 96% dari herba kumis kucing (Orthosiphone
stamineus Benth) dapat mempengaruhi kadar kolesterol total secara bermakna.
Hasil yang tertera pada Tabel 5dapat dilihat bahwa rata-rata kadar
kolesterol total plasma darah tikus setelah diberi perlakuan menunjukkan kadar
yang lebih rendah dari pada sebelum diberi perlakuan kecuali pada kontrol
normal, namun masih dalam rentang kadar normal (40-130 mg/dl). Untuk
mengetahui kelompok mana yang memiliki perbedaan yang signifikan maka
dilakukan analisa Post Hock. Dari analisa tersebut diperoleh bahwa kadar
kolesterol total tikus normal dari kelompok kontrol positif, uji dosis 250, 500, dan
1000 mg/kgBB memiliki perbedaan yang signifikan dengan kontrol normal.
Kelompok Kelompok Perlakuan Rata-rata Kadar Kolesterol Total (mg/dl)
SD
Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
1 Normal 78,42 20,72 96,94 19,77
2 Positif 98,32 14,79 67,37 15,17
3 Dosis 250 mg/kgBB 91,81 21,71 71,12 22,59
4 Dosis 500 mg/kgBB 100,58 15,35 67,92 14,27
5 Dosis 1000 mg/kgBB 105,85 15,35 52,67 9,64
43
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Namun dari ketiga variasi dosis ekstrak etanol 96% herba kumis kucing yang
diberikan tidak memiliki perbedaan yang bermakna dalam penurunan kolesterol
total tikus normal. Hal ini menjelaskan bahwa peningkatan dosis tidak
memberikan aktivitas yang berbeda.
Berdasarkan data persentase penurunan kadar kolesterol total tikus (Tabel
6) diketahui bahwa semua kelompok uji dosis ekstrak herba kumis kucing (250
mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 1000 mg/kgBB) menunjukkan penurunan kadar
kolesterol total yang signifikan jika dibandingkan dengan kontrol normal. Namun
jika dibandingkan dengan kontrol positif, kelompok uji dosis 500 mg/kgBB
memiliki persentase penurunan kolesterol total yang hampir sama, maka dari itu
dapat disimpulkan pemberian ekstrak etanol 96% herba kumis dosis 500 mg/kgBB
memiliki efek yang sama dengan simvastatin pada tikus normal.
Tabel 6.Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Total (%)
Pada uji aktivitas antikolesterol ekstrak etanol 96% herba kumis kucing
dengan 3 variasi dosis, ekstrak yang diberikan dengan dosis 1000 mg/kgBB
selama 20 hari menunjukkan aktivitas antikolesterol tertinggi yang mampu
menurunkan kadar kolesterol total tikus normal hingga 50,24%. Jika diberikan
lebih lama, kemungkinan untuk terjadinya hipokolesterol semakin tinggi.
Kemudian dilanjutkan dengan dosis 500 mg/kgBB yang mampu menurunkan
kadar kolesterol total tikus normal hingga 32,47%. Persentase penurunan
kolesterol total dari ekstrak etanol 96% herba kumis kucing dengan dosis 500
mg/kgBB memiliki persentase penurunan kolesterol yang hampir sama dengan
kelompok kontrol positif yang diberikan suspensi simvastatin. Simvastatin telah
banyak digunakan sebagai obat penurun kolesterol. Efek simvastatin sebagai
Kelompok Persentase Penurunan Kadar Kolesterol Total Tikus
Setelah Perlakuan(%)
Normal -23,614
Positif 31,485
Dosis 250 mg/kgBB 22,539
Dosis 500 mg/kgBB 32,476
Dosis 1000 mg/kgBB 50,241
44
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
penurun kolesterol sudah terlihat dalam waktu dua minggu dan maksimal setelah
penggunaan satu bulan (Rahardja.,2002). Pada uji dosis 250 mg/kgBB dapat
menurunkan kadar kolesterol total tikus normal sebanyak 22,53%. Berikut
diagram penurunan kadar kolesterol total sebelum dan setelah diberi perlakuan.
Gambar 4. Diagram kadar kolesterol total tikus normal sebelum dan setelah
perlakuan.
Berdasarkan tabel 5 dan Gambar 4 diatas dapat dilihat bahwa pemberian
suspensi simvastatin dan ekstrak herba kumis kucing selama 20 hari memberikan
efek penurunan kadar kolesterol total, namun masih dalam rentang kadar normal.
Semakin tinggi dosis ekstrak herba kumis kucing yang diberikan akan
menghasilkan persentase penurunan kadar kolesterol total yang semakin besar.
Namun berdasarkan uji statistik, perbedaan persentase penurunan tersebut tidak
berbeda secara bermakna. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Umbare et al(2007) tentang efek ekstrak etanol 95% dari kulit
batang Orthosiphone stamineus Benth dengan dosis 500 dan 750 mg/kgBB
mampu menurunkan kadar kolesterol total masing-masing 20,32% dan 28,84%.
Untuk kadar trigliserida ekstrak kulit batang dari kumis kucing mampu
menurunkan 26,6% dan 28,09%. Hal ini menunjukkan bahwa ekstrak herba kumis
kucing memiliki aktivitas yang lebih besar dalam menurunkan kadar kolesterol
totaltikus dibandingkan dengan ekstrak kulit batang. Penelitian lain dari tanaman
obat yang telah banyak dikenal seperti temulawak terhadap kolesterol telah diteliti
oleh Silvia dan Arifah (2012). Ekstrak yang digunakan adalah ekstrak etanol 50%
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
Normal Positif Dosis
250 mg
Dosis
500 mg
Dosis
1000 mg
Kadar Kolesterol Awal
Kadar Kolesterol Akhir
45
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
rimpang temulawak dengan dosis 100 dan 400 mg/kgBB selama 14 hari dengan
metode induksi pakan hiperkolesterol. Dari hasil yang diperoleh ekstrak rimpang
temulawak dengan dosis 100 mg/kgBB mampu menurunkan kadar kolesterol total
sebanyak 24,78% dan untuk dosis 400 mg/kgBB menurunkan hingga 58,3%.
Tanaman obat lainnya yang telah banyak dikenal ialah biji jinten hitam. Penelitian
yang dilakukan oleh Daniek et al (2013) tentang efek suspensi sediaan jinten
hitam dengan dosis 378 mg/kgBB, 756 mg/kgBB, dan 1,134 g/kgBB dengan
metode induksi pakan tinggi kolesterol selama 14 hari. Hasil yang diperoleh
adalah masing-masing dosis dari sediaan suspensi jinten hitam mampu
menurunkan kadar kolesterol total tikus normal sebanyak 35,89%, 43,16%,
47,13%. Hal ini menyimpulkan bahwa ekstrak herba kumis kucing tidak kalah
manfaatnya dengan rimpang temulawak dan jinten hitam dalam menurunkan
kadar kolesterol total. Perbedaan persentase penurunan dapat disebabkan karena
adanya perbedaan metode uji yang digunakan, perbedaan kandungan senyawa,
perbedaan dosis yang diberikan serta lama pemberian.
Senyawa kolesterol ditemukan didalam tanaman kumis kucing tersebut.
Kolesterol adalah sterol yang ditemukan dalam sel manusia, sedangkan fitosterol
diproduksi oleh tanaman.Sterol merupakan konstituen penting dari membran sel
pada hewan dan tumbuhan. Meskipun keduanya memiliki susunan kimiawi yang
mirip dengan kolesterol, fitosterol mengandung gugus metil atau etil dalam rantai
samping yang menyebabkan mereka sulit diserap oleh usus. Sterol secara alami
ditemukan dalam jumlah kecil dalam buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan,
biji-bijian, sereal, kacang-kacangan dan minyak sayur. Stanol ditemukan dalam
makanan yang sama tetapi dalam jumlah yang jauh lebih kecil. Lebih dari 40
sterol telah diidentifikasi, dan yang paling banyak ditemukan ialah ß-sitosterol,
stigmasterol dan campesterol. Menurut beberapa penelitian, fitosterol dapat
membantu menurunkan kadar kolesterol LDL sebanyak 15% dengan cara
bersaing dengan kolesterol untuk masuk ke dalam saluran pencernaan dan
menghalangi penyerapan, sehingga hanya sedikit kolesterol yang diserap oleh
tubuh dan disalurkan ke hati (Fitzgerald.,2009). Senyawa lainyang terkandung
dalam tanaman ini yang juga mampu menurunkan kadar kolesterolseperti
46
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
flavonoid, saponin, tanin, dan senyawa marker sinensetin diduga berperan penting
dalam memberikan aktivitas antikolesterol dari ekstrak herba kumis kucing.
BMI yang tinggi berhubungan dengan tingginya kadar kolesterol total,
kolesterol LDL dan trigliserida dan rendahnya kadar kolesterol HDL. Hal tersebut
berhubungan dengan faktor risiko terjadinya CHD dan stroke, dan dapat
meningkatkan berat badan dan obesitas. Meta analisis yang dilakukan oleh Datillo
dan Krish-Etherton dari 70 studi dan review lainnya menyimpulkan bahwa setiap
kehilangan 1 kg berat badan ada hubungannya dengan penurunan 1% kadar total
kolesterol dan LDL, peningkatan 1% HDL serta penurunan sebanyak 3% dari
kadar trigliserida (Roland.,1997). Pada penelitian ini juga dilihat korelasi antara
berat badan dan kadar kolesterol total tikus. Berdasarkan uji korelasi statistik,data
berat badan tikus dan kolesterol total tikus memiliki nilai korelasi 0,104. Hal ini
menyimpulkan bahwa antara berat badan dan kadar kolesterol memiliki kadar
korelasi yang sangat lemah.
47
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1Kesimpulan
Dari hasil penelitian uji pengaruh pemberian ekstrak etanol 96% herba
kumis kucing (Orthosiphone stamineus Benth) pada tikus normal selama 20 hari,
diperoleh kesimpulan bahwa pemberian ekstrak dengan dosis 250 mg/kgBB, 500
mg/kgBB dan 1000 mg/kgBB mampu menurunkan kadar kolesterol total tikus
normal secara signifikan (p<0,05) terhadap kontrol normal, dan masih dalam
rentang kadar normal.
5.2 Saran
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai efek penurunan kadar kolesterol
total darah tikus dari ekstrak etanol 96% herba kumis kucing (Orthosiphone
parameter uji lainnya yang berkaitan dengan kolesterol seperti LDL,HDL, dan
trigliserida dengan lama pemberian ekstrak yang berbeda.
47
48
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
DAFTAR PUSTAKA
Abraika,O.S.S., Item, J.A, Amirin, S., Mohd Z.Asmawi, Alssanousi, A.H. (2012).
In Vitro Activity –Guided Vasodilatory Effect of Orthosiphone stamineus
Leaves. Journal of Experimental and Integrative Medicine, 2(3), 255-261.
Adam, J.M.(2009).Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta:
Balai Penerbit FKUI.
Adnyana,I.K., Finna, S., Muhamad,I. (2013). From Ethnopharmacology To
Clinical Study Of Orthosiphon Stamineus Benth.Journal of Pharmacy
and Pharmaceutical Sciences,5 (3).
AgroMedia.(2008). 273 Ramuan Tradisional Untuk mengatasi Aneka Penyakit.
Jakarta: Agromedia Pustaka. Hal.1-13.
Agoes, G. (2007). Teknologi Bahan Alam Bandung: ITB. Hal.8; 38-39.
Almatar,M.,Zaidah, R.,Faezah, M.S. (2013). Preliminary morphological and
anatomical study of Orthosiphon stamineus. IndianJ.Pharm.Biol.Res,
1(4), 1-6.
Almatar, M.,Harith, E., Zaidah, R. (2014). A Glance on Medical Applications of
Orthosiphon stamineus and Some of its Oxidative Compounds.Int. J.
Pharm. Sci. Rev.Res, 24(2),83-88.
Anon. (2001).Orthosiphon Medicinal and Poisonous Plants. Leidin: Buckhuys
Publication. 368-371.
Anonim.(2014). Cholesterol SL.Brosure. Ellitech Clinical System.
Arifianti, L., Rice, D.S., Idha, K. (2014).Pengaruh Jenis Pelarut Pengektraksi
Terhadap Kadar Sinensetin Dalam Ekstrak Daun Orthosiphon stamineus
Benth. Journal Planta Husada, 2 (1).
Awale S, Tesuka Y, Banskota A.H, Kouda K, Tun KM, Kadota S. (2001). Five
Novel Highly Oxigenated Diterpenes of Orthosiphon stamineus from
Myanmar. Journal of Natural Product, 64(5), 592-596.
Ayoola,GA.,HAB,Coker.,Adesegun, SA., Adepoju,A.A., Obaweya,K., Ezennia,
Atangbayila, TO.(2008). Phytochemical Screening and Antioxidant
Activities of Some Selected Medicinal Plants Used For Malaria Therapy
In Southwestern Nigeria. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, 7
(3), 1019-1024.
48
49
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Azizan, N.A., Rashidi, A, Khaleed, M., Mohd Zikri, A.,dan Zaini, A. (2012). The
In Vivo Antihypertensive Effects Of Standardized Methanol Extracts of
Orthosiphon stamineus on Spontaneous Hypertensive Rats: A preliminary
study.Journal of Pharmacy and Pharmacology, 6 (6),376-379.
Baaras,F.(1993).Mencegah Serangan Jantung Dengan Menekan Kolesterol.
Cetakan Pertama. Jakarta : Penerbit Gramedia Pustaka Utama.
Berata, I.K.,Anak, A.G.A.,I Wayan,S.,I Made, M., I Ketut, B., Ida, B.M.O.(2010).
Studi Patologi Kejadian Cysticercosis pada Tikus Putih.Jurnal Veteriner, 11
(4), 232-237.
Dachriyanus,Delpa,O.K.,Rika, O.,Olivia, E., Suhatri, dan Mukhtar, M.H.(2007).
Uji Efek A-Mangostin Terhadap Kadar Kolesterol Total, Trigliserida,
Kolesterol HDL, dan Kolesterol LDL Darah Mencit Putih Jantan serta
Penentuan Lethal Dosis 50 (Ld50).J.Sains Tek.Far, 12(2).
Dalimartha, S. (2000).Atlas Tumbuhan Obat Indonesia. Bogor: Trobus
Agriwidya.
Dalimartha, S.(2008).Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 2. Jakarta:Niaga
Swadaya.
Daniek, V., Sapto,Y., Akrom.(2013). Pengaruh Pemberian Suspensi Sediaan
Jinten Hitam (Nigella sativa,L.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Tikus
Jantan Wistar yang Diberi Diet Lemak Tinggi. Farma Sains, 2(1), 44-49.
Davey,Patrick. (2005). At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga.
Depkes RI.(1979). Materia Medika Indonesia. Jilid III. Jakarta:Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan. Hal.159, 167-171.
Depkes RI.(1985).Cara Pembuatan Simplisia. Jakarta: Departemen kesehatan RI.
Depkes RI. (1993). Metode Penapisan Farmakologi, Pengujian Klinik,
Pengembangan dan Pemanfaatan Obat Bahan Alam: Jakarta: Yayasan
Pengembangan Obat Bahan Alam Phyto Medica.
Depkes RI. (1995). Materia Medika Indonesia Jilid VI. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat Dan Makanan.
Depkes RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Hal 1, 10-11.
Depkes RI. (2008). Farmakope Herbal Indonesia Edisi Pertama. Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
50
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Desai,S.D.,Desai,D.G. and H, Kaur. (2009). Saponins and their biological
activities: Article Pharma Times, 41(3),13-16.
Dipiro, J.T., Barbara G., Gary C., Gary R., Robert L., and Michael P. (2005).
Pharmacotherapy A Pathophysiologic Approach 6th
edition.The McGraw-
Hill Companies, Inc.
Dipiro, J.T., Barbara G., Cecily V., and Terry L.S. (2009). Pharmacotherapy
Handbook 7th
edition. The McGraw-Hill Companies, Inc.
Elsnoussi, A.H.M.,Ali, J.M., Mohd,Zaini, Amirin, S., Omar,A.,and Mun, F.Y.
(2011). Antihyperglycemic Effect of Orthosiphon Stamineus Benth Leaves
Extract and Its Bioassay -Guided Fractions.Molecules, 16, 3787-3801.
European Pharmacopoeia Comission. (2005).European Pharmacopoeia Volume
5th Edition.Strasbourg, France: CouncilEuropean Departement Quality
Medicines.
Farnsworth, N.R. (1996). Biological and Phytochemical Screening of Plant.
Journal of Pharmaceutical Science, 55 (3), 225-276.
Felipe,S.A dan Maria,R.B. (2007).Body Lipid Deposition In Nile Tilapia Fed On
Rations Containing Tannin.Pesq. agropec. Bras:42 (1), 51-56.
Fitzgerald, C. (2009). The Skinny on Food and Cholesterol. Food Product Design,
18 (8), 1-4.
Gabriel, A.A, Zhari,I., Maraiam, A. (2012). HPLC-TOF/MS profile and nitric
oxide scavenging activity of Orthosiphon stamineus leaf extracts.Asian
Pacific Journal of Tropical Biomedicine, S1436-S1439.
Gani,R.L., Esti,M., Sudjaswadi.(2010). Uji Efek Antioksidan dan Antiinflamasi
dari Ekstrak Tumbuhan Kayu Angin (Usnea flexuosa,Tayl)
Terstandarisasi. Penelitian Universitas Pancasila.
Gao,DF., Zhang,YJ., Yang,CR., Chen, KK., Jiang, HJ. (2008). Phenolic
Antioxidants From Green Tea Produced From Camellia taliensis.
Journal of Agricultural and Food Chemistry, 56,7517-7521.
Guyton,A.C., Hall, J.E. (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Edisi 11.
Penerjemah: Irawati, Ramadani D, Indriyani F. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Harborne, J.B. (1987). Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis
Tumbuhan. Bandung: Penerbit ITB.
Hayun, N.D.L dan Camelia, D.P.M.(2007). Penetapan Kadar Triprolidina
Hidroklorida dan Pseudoefedrina Hidroklorida dalam Sediaan Sirup Obat
51
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Influenza Secara Kromatografi Lapis Tipis Densitometri.Majalah Ilmu
Kefarmasian, 49 (2), 59-72.
Indubala,J.Ng.LT. (2000). The green pharmacy of Malaysia. Vinpress Sdn Bhd:
Kuala Lumpur, Malaysia: 76-77.
I Wayan,S. (2004). Pemanfaatan obat penurun panas oleh masyarakat Angkah,
Tabanan Bali. Dalam Prosiding Seminar Nasional XXV Tumbuhan
Obat Indonesia. Tawangmangu: Pokjanas.
I Wayan, S dan I Made, J. (2012). Ekstrak Air Daun Ubi jalar Ungu Memperbaiki
Profil Lipid dan Meningkatkan Kadar SOD Darah Tikus yang di Beri
Makanan Tinggi Kolesterol. Artikel Asli, 43 (2).
Kang, S.I., Shin, H.S.,and Kim,S.J.(2015). Sinensetin Enhances Adipogenesis
and Lipolysis by Increasing Cyclic Adenosine Monophosphate Levels in
3T3-L1 Adipocytes.Biol. PharmBull, 38, 552–558
Katzung, B.1997. Farmakologi Dasar dan Klinik Edisi 4. Jakarta: EGC.
Krisyanella, Dachriyanus,Marlina. (2011). Karakterisasi Simplisia Dan Ekstrak
Serta Isolasi Senyawa Aktif Antibakteri Dari Daun Karamunting
(Rhodomyrtus tomentosa ( W.Ait ) Hassk ). Artikel.Pasca Sarjana Prodi
Farmasi Universitas Andalas.
Malinow, M.R., Phyllis, Mc.L., Lynne, P., Carolyn,S., George,O.K.,Livingstone,
A.L and Peter, R.C. (1977). Effect of Alfaalfa Saponins on Intestinal
Cholesterol Absorbtion in Rats.The American Journal of Clinical
Nutrition, 30, 2061-2067.
Malole dan Sri Utami,P. (1989). Penggunaan Hewan-Hewan Percobaan di
Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Bioteknologi Institut
Pertanian Bogor.
Murray, R.K.,Daryl, K.G, Victor, W.R. (2003). Biokimia Harper Edisi 25.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Nijveldt, R.J., Elsvan,N., Danny, E.C.H., Petra,G.B., Klaske,N., and Paul,A.M.L.
(2001). Flavonoid: A review of Probable Mechanism of Action and
Potential Applications.American Journal of Clinical Nutrition, 74 (4),
418-425.
Neal, M.J. (2006). At a Glance Farmakologi Medis Edisi lima. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
52
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nugraha, M.A.,Agustin, W.S.D., I Dewa, A.S. (2014). Kadar LDL dan HDL
Dalam Darah Model Tikus Periodontitis. e-Jurnal Pustaka Kesehatan,
2(1).
Oakenfull, D.G. and G.S. Sidhu. (1990). Saponins a Useful Treatment For
Hypercholesterolaemia. European J. Clin. Nutrit, 44, 79-88.
Phuruengrat, A., and Phaisansuthichol, S. (2006). Preliminary study of steroids in
Sericocalyx schomburgkii (Craib) Bremek by GC-MS. Songklanakarin J.
Sci. Technol, 28 (1),39-44.
Priyo, S., Angelina, N.T., dan Sientje, D.R. (2015). Efek Antikolesterol Fraksi n-
Heksana Rumput Kebar Pada Hewan Model Hiperlipidemia.Jurnal
Kedokteran Hewan, 9 (1).
Rahardja, K. (2002). Obat-obat Penting, Khasiat, Penggunaan dan Efek-efek
Sampingnya. Cetakan Kelima: Jakarta: Penerbit Elex Media Komputindo.
Roland,T.J. (1996). Obesity as a Disease. British Medical Buletin,53 (2), 307-321.
Santoso,S. (2009). Panduan Lengkap Menguasai Statistik dengan SPSS 17.
Jakarta: PT Gramedia.
Senja, R.Y., Elisa, I.N., Akhmad, K.N., dan Erna, P.S. (2014). Perbandingan
Metode Ekstraksi Dan Variasi Pelarut Terhadap Rendemen Dan Aktivitas
Antioksidan Ekstrak Kubis Ungu (Brassica oleracea L.var.Capitata
f.rubra).Traditional Medicine Journal, 19 (1), 43-48.
Sherwood, L. (2003). Human Physiology:From Cells to Systems.5th Edition.USA:
Brooks/Cole.
Silalahi, J. (2006). Makanan Fungsional.Yogyakara: Penerbit Kanisius. Hal
85-89.
Silvia, A dan Arifah,S.W. (2012). Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Temulawak
(Curcuma xanthorrhiza Roxb.) Terhadap Kadar Kolesterol Total Pada
Tikus Putih Hiperlipidemia. Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Srinilawati, Diah,K., Mahendra,B., Djing,O.G.(2008).Care Your Self Kolesterol.
Jakarta: Penebar Plus.
Sriplang,K., Adisakwattana,S., Rungsipipat, A., Yibchok-anun,S. (2007). Effects
of Orthosiphon stamineusAqueous Extract On Plasma Glucose
Concentration And Lipid Profile In Normal And Streptozotocin-Induced
Diabetic Rats. J Ethnopharmacol, 109 (3),510-14.
53
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Sukandar, E.Y., Retnosari, A., Joseph, I.S., Adnyana, I.K., Adji,P.S., Kusnandar.
(2008). ISO Farmakoterapi. Jakarta: PT ISFI Penerbitan.
Suyatna, F., dan Tony,H. (1995). Farmakologi Dan Terapi. Editor. Sulistia G.G.
Edisi Keempat. Jakarta : Penerbit Bagian Farmakologi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 365, 374-375.
Suyatna, F.D. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi.Editor. Sulistia G.G. Edisi
5. Jakarta: Penerbit Bagian Farmakologi Universitas Indonesia.
Tjay,T.H., dan Kirana,R. (2008). Obat-Obat Penting. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. Hal 589,591.
Umarudin, R.,Susanti dan Ari,Y. (2012). Efektivitas Ekstrak Tanin Seledri
Terhadap Profil Lipid Tikus Putih Hiperkolestrolemi.Unnes J Life Sci,
1(2).
Umbare, R.P., Patil, S.M.,Mate, G.S., Dongare, S.S. (2009). Hypolipidemic
Activity of Orthosiphone stamineus Benth Bark Extract.Journal of
Pharmacy Research, 2 (11),1735-1738.
Uripi,V. (2002) . Menghidangkan Makanan Rendah kolesterol. Jakarta: Penerbit
Puspa Swara.
USDA.2015. Natural Resources Conservation Service. Available at:
http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=ORTHO7. Diakses pada
tanggal 4 februari 2015.
Wijono, S., Sri Harsodjo.(2003). Isolasi dan Identifikasi Flavonoid Pada Daun
Katu (Sauropus androgynus (L) Merr.).Makara Sains, 7(2).
Yam, F.M., Rusliza, B., Mohd, Z.A., Zhari.I. (2007). Antioxidant and
Hepatoprotective Effects of Orthosiphon stamineus Benth.Standardized
Extract. International Journal of Comparative Medicine East and West,
35 (1).
54
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
LAMPIRAN
Lampiran 1.Hasil Uji Pendahuluan
54
55
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil Fragmentasi GC-MS
56
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Korelasi Data Pada Library Search
57
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 2.Alat dan Bahan
Gambar 6 Rotary
Evaporator Gambar 5 Botol
Maserasi
Gambar 7
Timbangan Analitik
Gambar 8 Tanur
tinggi Gambar 9 Desikator
Gambar 11 Sentrifuge Gambar 12 Tube
EDTA
Gambar 13
Spektrofotometri UV
Gambar 10 Ekstrak
kental
58
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Gambar 14. Simplisia Gambar 15. Pelarut
Etanol 96%
Gambar 16. Plasma
Darah
Gambar 17. Reagen
Kolesterol Gambar 18.
Suspensi Bahan Uji
Gambar 19. Reagen
Penapisan Fitokimia
Gambar 20. TLC-Scanner
59
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 3.Prosedur kerja
Gambar 27. Penambahan
reagen ke plasma
Gambar 21. Proses
Maserasi
Gambar 22. Proses
Penyaringan
Gambar 23. Proses
Pengentalan Ekstrak
Gambar 24. Pengambilan
darah tikus
Gambar 25.Pemberian
bahan uji
Gambar 26. Penimbangan
Berat Badan Tikus
Gambar 28. Pengukuran
Absorbansi Sampel
60
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 4.Determinasi Herba Kumis Kucing (Orthosiphone stamineus)
61
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 5.Surat Keterangan Sehat Tikus
62
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 6.Alur Penelitian
Simplisia kering Herba
Kumis Kucing
Simplisia dihaluskan
Determinasi
Serbuk simplisia herba
kumis kucing dimaserasi
menggunakan etanol 96%
Ekstrak cair
Disuspensikan
dengan NaCMC 1%
Tikus di aklimatisasi
selama 14 hari
Analisi data hasil dengan
menggunakan statistik
Dikentalkan dengan
rotary evaporator
evaporator
Ekstrak kental
Pemeriksaan kadar kolesterol
darah tikus sebelum perlakuan
Tikus Uji
Pemeriksaan kadar kolesterol
darah tikus setelah perlakuan
Pembagian Kelompok
Selama 20 hari
63
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 7.Skema Kerja Pembuatan Ekstrak Herba Kumis Kucing
Maserasi dengan etanol 96%
Dikentalkan menggunakan Rotary evaporator
Simplisia kering Herba
Kumis Kucing
Simplisia dihaluskan
Serbuk halus herba
kumis kucing
Ekstrak cair
Ekstrak kental
Pembuatan
Dosis Ekstrak
Uji efek
hipolipidemik
Penapisan Fitokimia
1. Flavonoid
2. Saponin
3. Tanin
4. Steroid dan triterpenoid
Standarisasi ekstrak
1. Kadar abu
2. Susut pengeringan
3. Pengukuran kadar
sinensetin
4.
64
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 8.Hasil Penapisan Fitokimia
Saponin (+)
Terbentuknya busa yang
stabil selama 30 menit
setelah pengocokan
Flavonoid (+)
Terbentuknya warna
dalam larutan amilalkohol
(lapisan bagian atas)
Alkaloid ()
Tidak terbentuk warna
krem dengan reagen
Meyer
Steroid (+)
Terbentuknya warna
hijau setelah ditetesi
pereaksi Libermann-
buchard
Tanin atau Polifenol (+)
Terbentuknya warna hijau
kehitaman atau biru tua
setelah ditambahkan FeCl3
65
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 9.Hasil Pengukuran Senyawa Sinensetin
Metanol: Etil Asetat: Toluen
5 : 40 : 55
Gambar 29. Pola Kromatografi SinensetinPada Sinar UV 365 nm
Keterangan:
1 : Standar sinensetin 10
2 : Standar sinensetin 30
3 : Standar sinensetin 50
4 : Satndar sinensetin 70
5 :Sampel Esktrak herba kumis kucing
1 2 3 4 5
Rf: 0, 53
66
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Kurva Standar Sinensetin
Persamaan regresi yang diperoleh adalah:
y= 18777,150x + 11323,215
Maka kadar sinensetin:
17004,5= 18777,150x + 11323,215
17004,5-11323,215= 18777,150x
x= 0,303 g
Maka persentase kadar sinensetin:
x 100= 0,075%
Keterangan: Larutan ekstrak yang digunakan adalah sebanyak 2% dan volume
larutan ekstrak yang ditotolkan sebanyak 20 L.
y = 18,777.150x + 11,323.215 R² = 0.999
0
5000
10000
15000
20000
25000
30000
0 0.2 0.4 0.6 0.8
Series1
Linear (Series1)
67
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 10. Pemeriksaan Parameter Ekstrak
1. Perhitungan Randemen
% Randemen=
100%
% Randemen=
100%
% Randemen= 8,87 %
2. Pemeriksaan Susut Pengeringan
Berat botol kosong = 23,641 g
Berat Ekstrak = 2,002 g
Berat botol kosong + ekstrak sebelum dipanaskan (W0)= 25,649 g
Berat botol kosong + ekstrak setelah dikeringkan (W1) = 25,400 g
% Susut pengeringan =
100%
% Susut pengeringan =
100%
% Susut pengeringan = 0,948 %
3. Pemeriksaan Kadar abu
Berat cawan kosong (A)= 59,139 g
Berat ekstrak= 2,002 g
Berat cawan kosong + berat ekstrak sebelum dipanaskan (B)= 61,141 g
Berat cawan kosong + berat ekstrak setelah dikeringkan (C)= 59,391 g
% Kadar abu=
100%
% Kadar abu= –
100%
% Kadar abu= 12,587%
68
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 11. Skema Uji Antikolesterol
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
________________________________________________________________________
Tikus Diaklimatisasi
Kelompok
Normal
Kontrol Positif Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
Pengukuran kadar kolesterol awal sebelum perlakuan
Pemberian
Suspensi
ekstrak dosis 3
Pemberian
Suspensi
ekstrak dosis 2
Pemberian
Suspensi
ekstrak dosis 1
Pemberian
Suspensi
Simvastatin
Pemberian
Suspensi
NaCMC 1%
Pengukuran kadar kolesterol setelah 20 hari perlakuan
Analisis Data
69
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 12. Perhitungan Dosis Uji Ekstrak Herba kumis kucing
Untuk perhitungan dosis uji ekstrak herba kumis kucing digunakan rumus sebagai
berikut:
VAO =
a. Perhitungan jumlah ekstrak dengan dosis 250 mg/kgBB
VAO =
2 ml=
=
Konsentrasi mg/ml = 25 mg/ml
Pembuatan ekstrak dilakukan tiap 3 hari sekali,dan perhitungan dilakukan untuk 6
ekor tikus, maka perhitungan jumlah ekstrak yang dibutuhkan ialah:
VAO total = VAO x Jumlah tikus x waktu perlakuan
= 2 ml x 6 (ekor tikus) x3 (hari)
=36 ml
Karena VAO yang diberikan disesuaikan dengan berat badan tikus, maka suspensi
ekstrak dibuat dalam 50 ml.
Jumlah ekstrak herba kumis kucing = VAO total x konsentrasi
= 50 ml x 25 mg/ml
= 1250 mg= 1,25g
b. Perhitungan jumlah ekstrak dengan dosis 500 mg/kgBB
VAO =
2 ml=
Konsentrasi mg/ml =
Konsentrasi mg/ml = 50 mg/ml
70
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Karena pembuatan ekstrak dilakukan tiap 3 hari sekali,dan perhitungan dilakukan
untuk 6 ekor, maka perhitungan jumlah ekstrak yang dibutuhkan ialah:
VAO total = VAO x Jumlah tikus x waktu perlakuan
= 2 ml x 6 (ekor tikus) x 3 (hari)
= 36 ml
Karena VAO yang diberikan disesuaikan dengan berat badan tikus, maka suspensi
ekstrak dibuat dalam 50 ml.
Jumlah ekstrak herba kumis kucing = VAO total x konsentrasi
= 50 ml x 50 mg/ml
= 2500 mg= 2,5g
c. Perhitungan jumlah ekstrak dengan dosis 1000 mg/kgBB
VAO =
2 ml=
=
Konsentrasi mg/ml = 100 mg/ml
Karena pembuatan ekstrak dilakukan tiap 3 hari sekali,dan perhitungan dilakukan
untuk 6 ekor tikus, maka perhitungan jumlah ekstrak yang dibutuhkan ialah:
VAO total = VAO x Jumlah tikus x waktu perlakuan
= 2 ml x 10 (ekor tikus) x 3 (hari)
= 36 ml
Karena VAO yang diberikan disesuaikan dengan berat badan tikus, maka suspensi
ekstrak dibuat dalam 50 ml
Jumlah ekstrak herba kumis kucing = VAO total x konsentrasi
= 50 ml x 100 mg/ml
= 5000 mg= 5 g
71
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 13. Perhitungan Dosis Tablet Simvastatin
Perhitungan Dosis Simvastatin berdasarkan rumus HED untuk
menkonversikan dosis dari manusia ke tikus (Shaw et al,2007):
HED (mg/kg) = Animal dose (mg/kg) x
Tabel 7.Conversion Animal Doses to HED on BSA
Spesies Berat Badan (kg) Luas Permukaan Tubuh Faktor Km
Manusia
Dewasa
Anak
60
20
1,6
0,8
37
25
Baboon 12 0,6 20
Anjing 10 0,5 20
Monyet 3 0,24 12
Kelinci 1,8 0,15 12
Babi 0,4 0,05 8
Tikus 0,15 0,025 6
Hamster 0,08 0,02 5
Mencit 0,02 0,007 3
HED (mg/kg) = Dosis hewan x
10 mg/60 kg = Dosis hewan x
0,167 mg/kg = Dosis hewan x
Dosis hewan = 1,03 mg/kg
Berat badan tikus: 200-250 g
VAO =
2 ml =
Konsentrasi simvastatin dalam larutan = 0,116 mg/ml
VAO total = VAO x jumlah tikus x waktu perlakuan
= 2 ml x 6 (ekor tikus) x 20 hari
= 240 ml
72
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jumlah simvastatin = VAO total x konsentrasi
= 240 ml x 0,116 mg/ml
= 27,84 mg
Dengan pertimbangan bahwa 10 mg simvastatin terdistribusi merata didalam
tablet dengan berat total 100 mg, maka pembuatan dosis simvastatin dilakukan
sebagai berikut:
Tablet simvastatin 100 mg mengandung 10 mg simvastatin, berarti 3 tablet
300 mg mengandung 30 mg simvastatin.
3 tablet simvastatin digerus dalam lumpang hingga menjadi serbuk.
Ditimbang 278,4 mg serbuk, mengandung simvastatin 27,84 mg.
Hasil timbangan disuspensikan dalam NaCMC 1%.
Suspensi simvastatin diberikan 2 ml/200gramBB tikus setiap hari selama
20 hari.
73
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 14. Hasil Spektrofotometer Plasma Uji Tabel 8.Hasil Absorbansi Spektrofotometer
Kelompok No Sebelum Perlakuan Setelah Perlakuan
Standar Absorbansi Standar Absorbansi
Kontrol
normal
1 0,210 0,0675 0,395 0,1850
2 0,655 0,1640 0,369 0,1180
3 0,318 0,1350 0,275 0,1420
4 0,318 0,1520 0,275 0,1510
5 0,318 0,1560 0,275 0,256
Kontrol
Positif
1 0,210 0,0935 0,369 0,0845
2 0,380 0,1650 0,369 0,1145
3 0,210 0,1165 0,369 0,1485
4 0,210 0,1235 0,369 0,1535
5 0,210 0.0915 0,369 0,1205
Uji Dosis
250
mg/kgBB
1 0,395 0,1190 0,395 0,0900
2 0,210 0,1150 0,369 0,1925
3 0,210 0,1055 0,369 0,1470
4 0,210 0,0820 0,369 0,1280
5 0,210 0,1155 0,369 0,1045
Uji Dosis
500
mg/kgBB
1 0,210 0,1015 0,369 0,1605
2 0,210 0,0930 0,369 0,1105
3 0,210 0,1330 0,369 0,1435
4 0,210 0,1085 0,369 0,1170
5 0,210 0,1155 0,369 0,0950
Uji Dosis
1000
mg/kgBB
1 0,395 0,2420 0,395 0,1290
2 0,105 0,0490 0,628 0,1480
3 0,210 0,0995 0,395 0,0950
4 0,215 0,1020 0,395 0,0840
5 0,215 0,1320 0,395 0,1190
74
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Hasil absorbansi dari spekrofotometer kemudian dimasukkan kedalam rumus:
C =
x C st
Keterangan: C = Kadar kolesterol (mg/dl)
A = Serapan
Cst = Kadar kolesterol standar (200 mg/dl)
Tabel 9.Hasil Perhitungan Kadar Kolesterol Total
Kelompok No Kadar Kolesterol (mg/dl)
Sebelum perlakuan Setelah perlakuan
Kontrol normal 1 64,30 93,67
2 50,08 65,74
3 84,00 102,00
4 95,59 109,82
5 98,11 113,46
Kontrol Positif 1 89,05 45,78
2 86,84 62,05
3 110,95 80,49
4 117,62 83,19
5 87,14 65,31
Uji Dosis 250
mg/kgBB
1 60,25 45,57
2 109,52 104,34
3 100,48 79,68
4 78,81 69,38
5 110,00 56,64
Uji Dosis 500
mg/kgBB
1 96,67 86,99
2 88,57 59,89
3 126,70 77,78
4 103,33 63,42
5 87,62 51,49
75
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Uji Dosis 1000
mg/kgBB
1 122,53 65,32
2 94,23 47,14
3 94,80 48,10
4 94,88 42,53
5 122,79 60,25
76
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 15. Grafik Rata-Rata Kenaikan Berat Badan Tikus
0
50
100
150
200
250
3003
1-M
ar
03
-Ap
r
06
-Ap
r
09
-Ap
r
12
-Ap
r
14
-Ap
r
17
-Ap
r
20
-Ap
r
23
-Ap
r
26
-Ap
r
29
-Ap
r
02
-Me
i
Aklimitasi Perlakuan
Normal
Positif
Uji Dosis 250 mg/kgBB
Uji Dosis 500 mg/kgBB
Uji Dosis 1000 mg/kgBB
77
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 16. Hasil Statistik Uji Antikolesterol 1. Uji Normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov Test
Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol darah tikus terdistribusi normal atau
tidak.
Hipotesis:
Ho: Data kadar Kolesterol total darah tikus terdistribusi normal
Ha: Data Kadar kolesterol total darah tikus tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho ditolak
Tabel 10.Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DataKolesterolAwal DataKolesterolAkhir
N 25 25
Normal Parametersa Mean 94.9929 71.1300
Std. Deviation 18.99620 21.19198
Most Extreme Differences Absolute .134 .168
Positive .075 .168
Negative -.134 -.089
Kolmogorov-Smirnov Z .669 .840
Asymp. Sig. (2-tailed) .761 .480
a. Test distribution is Normal.
78
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Uji Homogenitas (Lavene) Terhadap Kadar Kolesterol Darah Kelompok
Hewan Uji
Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol total tikus homogen atau tidak.
Hipotesis:
Ho: Data kadar kolesterol total darah tikus bervariasi homogen
Ha: Data kadar kolesterol total darah tikus tidak bervariasi homogen
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho ditolak
Tabel 11.Hasil Uji Homogenitas
Keputusan: Data kadar kolesterol total tikus bervariasi homogen.
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Data Kolesterol Awal .738 4 20 .577
Data Kolesterol Akhir .637 4 20 .642
79
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Uji One-Way ANOVA
Tujuan: Untuk melihat data kadar kolesterol darah tikus antar kelompok terdapat
perbedaan secara bermakna atau tidak.
Hipotesis:
Ho: Data kadar kolesterol total darah tikus tidak terdapat perbedaan secara
bermakna.
Ha: Data kadar kolesterol total darah tikus terdapat perbedaan secara bermakna.
Pengambilan keputusan:
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho diterima
Jika nilai signifikansi 0,05, maka Ho ditolak
Tabel 12.Hasil Uji One-Way Anova
Keputusan: Data kadar kolesterol total tikus terdapat perbedaan secara bermakna.
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
DataKolesterol
Awal
Between Groups 2224.719 4 556.180 1.728 .183
Within Groups 6435.813 20 321.791
Total 8660.533 24
DataKolesterol
Akhir
Between Groups 5065.292 4 1266.323 4.433 .010
Within Groups 5713.109 20 285.655
Total 10778.401 24
80
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Uji Post-Hock
Post Hock Tests digunakan untuk mengetahui variabel mana yang
memiliki perbedaan yang signifikan. Cara menganalisanya adalah dengan melihat
ada tidaknya tanda * pada kolom Mean Difference.
Tabel 13.Hasil Uji PostHock Data Kolesterol Total awal
DataKolesterol Total Awal
LSD
Kelompok Kelompok
Mean
Difference Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Normal Positif -19.90540 11.34532 .095 -43.5713 3.7605
Dosis 250 -13.39740 11.34532 .252 -37.0633 10.2685
Dosis 500 -22.15740 11.34532 .065 -45.8233 1.5085
Dosis 1000 -27.43140* 11.34532 .025 -51.0973 -3.7655
Postif Normal 19.90540 11.34532 .095 -3.7605 43.5713
Dosis 250 6.50800 11.34532 .573 -17.1579 30.1739
Dosis 500 -2.25200 11.34532 .845 -25.9179 21.4139
Dosis 1000 -7.52600 11.34532 .515 -31.1919 16.1399
Dosis 250 Normal 13.39740 11.34532 .252 -10.2685 37.0633
Positif -6.50800 11.34532 .573 -30.1739 17.1579
Dosis 500 -8.76000 11.34532 .449 -32.4259 14.9059
Dosis 1000 -14.03400 11.34532 .230 -37.6999 9.6319
Dosis 500 Normal 22.15740 11.34532 .065 -1.5085 45.8233
Positif 2.25200 11.34532 .845 -21.4139 25.9179
Dosis 250 8.76000 11.34532 .449 -14.9059 32.4259
Dosis 1000 -5.27400 11.34532 .647 -28.9399 18.3919
Dosis 1000 Normal 27.43140* 11.34532 .025 3.7655 51.0973
Positif 7.52600 11.34532 .515 -16.1399 31.1919
Dosis 250 14.03400 11.34532 .230 -9.6319 37.6999
Dosis 500 5.27400 11.34532 .647 -18.3919 28.9399
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
81
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tabel 14.Hasil Uji Post Hoc Data Kolesterol Total Akhir
Data Kolesterol Total Akhir
LSD
Kelompok Kelompok
Mean
Difference Std. Error Sig.
95% Confidence Interval
Lower
Bound
Upper
Bound
Normal Positif 29.21400* 10.68935 .013 6.9164 51.5116
Dosis 250 25.45800* 10.68935 .027 3.1604 47.7556
Dosis 500 28.66600* 10.68935 .014 6.3684 50.9636
Dosis 1000 43.91200* 10.68935 .001 21.6144 66.2096
Positif Normal -29.21400* 10.68935 .013 -51.5116 -6.9164
Dosis 250 -3.75600 10.68935 .729 -26.0536 18.5416
Dosis 500 -.54800 10.68935 .960 -22.8456 21.7496
Dosis 1000 14.69800 10.68935 .184 -7.5996 36.9956
Dosis 250 Normal -25.45800* 10.68935 .027 -47.7556 -3.1604
Positif 3.75600 10.68935 .729 -18.5416 26.0536
Dosis 500 3.20800 10.68935 .767 -19.0896 25.5056
Dosis 1000 18.45400 10.68935 .100 -3.8436 40.7516
Dosis 500 Normal -28.66600* 10.68935 .014 -50.9636 -6.3684
Positif .54800 10.68935 .960 -21.7496 22.8456
Dosis 250 -3.20800 10.68935 .767 -25.5056 19.0896
Dosis 1000 15.24600 10.68935 .169 -7.0516 37.5436
Dosis 1000 Normal -43.91200* 10.68935 .001 -66.2096 -21.6144
Positif -14.69800 10.68935 .184 -36.9956 7.5996
Dosis 250 -18.45400 10.68935 .100 -40.7516 3.8436
Dosis 500 -15.24600 10.68935 .169 -37.5436 7.0516
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
82
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Lampiran 17. Hasil Uji Korelasi Berat Badan dan Kadar Kolesterol Total
Tabel 15. Hasil Uji Korelasi
Berat_badan Kadar_kolesterol_total
Beratbadan Pearson Correlation 1 .104
Sig. (2-tailed)
.622
N 25 25
Kadarkolesteroltotal Pearson Correlation .104 1
Sig. (2-tailed) .622
N 25 25
Keterangan:
0,00-0,20: korelasi sangat lemah
0,21-0,40: korelasi lemah
0,41-0,70: korelasi kuat
0,71-0,90: korelasi sangat kuat
0,91-1,00: korelasi sempurna
Nilai korelasi yang diperoleh antara berat badan dan kadar kolesterol total tikus
adalah 0,104 yang menunjukkan korelasi antara kedua variabel ini sangat lemah.
top related