pengaruh pemungutan pajak restoran , pajak hotel dan pajak hiburan dalam meningkatkan pendapatan...
Post on 07-Jan-2017
929 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN , PAJAK HOTEL DAN
PAJAK HIBURAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BEKASI
(PERIODE 2004-2013)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akademika Dan Melengkapi
Sebagian Syarat-Syarat Guna Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi
Oleh :
Ervina Yulia Candra
2011420025
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS DARMA PERSADA
JAKARTA
2015
ABSTRAK
NIM : 2011420025, Judul Skripsi : PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK HOTEL, PAJAK RESTORAN DAN PAJAK HIBURAN DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA BEKASI (PERIODE 2004-2013) Jumlah Hal : xiv + 85 Hal, Kata Kunci : Pajak Hotel, Pajak Restoran, dan Pajak Hiburan Penelitian ini membahas tentang pajak hotel, pajak hiburan, dan pajak restoran. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripstif kuantitatif. Tujuan dalam penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh pemungutan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan terhadap Pendapatan asli daerah selama 10 tahun dari tahun 2004-2013. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara individual variabel pajak hotel berpengaruh tidak signifikan sebesar 0,133. Variabel Pajak restoran berpengaruh negatif terhadap pendapatan asli daerah dengan tingkat signifikansi sebesar -0,291. Variabel pajak hiburan berpengaruh positif terhadap pendapatan asli daerah dengan tingkat signifikansi sebesar 0.318. Uji analisis regresi menunjukkan hasil yang tinggi dari R Square (R2) sebessar 0,809 atau 89,9%. Hal ini menunjjukkan bahwa sebesar 89,9% variabel pendapatan asli daearh dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan. Sedangkan sisanya 1,1% dapat dijelaskan oleh faktor lain diluar. Daftar Acuan : (2005-2014)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas
segala rahmat yang telah diberikan kepada penulis, baik berupa kesehatan fisik
dan mental sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul
“PENGARUH PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN
DAN PAJAK HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI
DAERAH PADA DINAS PENDAPATAN KOTA BEKASI TAHUN 2004-
2013” yang merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi jurusan akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada
Jakarta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin terselesaikan
dengan baik tanpa adanya dukungan, bimbingan, bantuan, serta doa dari berbagai
pihak selama penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan
terima kasih yang tidak terhingga kepada semua pihak yang telah memberikan
bantuan sehingga memungkinkan skripsi ini terwujud. Ucapan terimakasih
penulis sampaikan kepada :
1. Ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa dan materil.
Serta adik-adikku tersayang yang selalu memberikan semangat dan doa
selama penulis menuntut ilmu sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini dengan baik. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan
kebahagiaan “Amin”.
2. Bapak Sukardi Hardjo Sentono, SE., MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi.
3. Bapak Ahmad Basid, M.Si, selaku Ketua Jurusan Akuntansi Universitas
Darma Persada dan Pembimbing yang dengan sabar selalu memberikan
semangat, masukan dan nasehat yang sangat-sangat berharga hingga akhirnya
penulis dapat menyelesaikan skripsi.
4. Ibu Sri Ari Wahyuningsih, Dra, MM, selaku Dosen Wali dan Pembimbing
Akademik yang telah sabar mengajari dan menasehati penulis, serta dosen
dan staf karyawan yang tidak bisa disebutkan satu persatu dalam membantu
penyusunan skripsi penulis dan memberikan bekal ilmu yang sangat
bermanfaat bagi penulis.
5. Teman-teman angkatan 2011 dan teman-temanku didalam maupun diluar
kampus yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu, terimakasih atas doa dan
dukungannya.
Dengan segala hormat dan kerendahan diri, penulis menyadari bahwa
penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna
dikarenakan keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki. Penulis berharap
skripsi ini dapat berguna nantinya. Untuk itu penulis dengan senang hati
menerima kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan penulisaan dimasa yang akan datang.
Jakarta, Agustus 2015
Penulis,
Ervina Yulia Candra
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL SKRIPSI ............................................................................ i
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................ iv
ABSTRAK ....................................................................................... v
KATA PENGANTAR ..................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................ 5
1.3. Pembatasan Masalah …………………………………… 6
1.4. Tujuan Penelitian ……...................................................... 7
1.5. Manfaat Penelitian ........................................................... 8
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Tinjauan Pustaka .............................................................. 9
2.1.1 Definisi Perpajakan ................................................. 9
2.1.2 Fungsi Pajak ............................................................ 10
2.1.3 Pengelompokan Pajak.............................................. 11
2.1.4 Asas-asas Pemungutan Pajak …………………... 12
2.1.5 Tata Cara Pemungutan Pajak ............................... 12
2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak ....................................... 14
2.1.7 Hambatan Pengelompokan Pajak ……………….. 14
2.2 Pendapatan Asli Daerah ………………..………………. 15
2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah ……………… 16
2.2.2 Pajak Daerah dan Jenis Pajak …………………… 16
2.2.3 Tarif Pajak Daerah ………………………………. 20
2.3 Pajak Restoran ……………………………………………. 21
2.3.1 Pengertian Pajak Restoran ………………………….. 21
2.3.2 Objek Pajak Restoran ……………………………… 21
2.3.3 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Restoran…………….. 22
2.3.4 Tata cara Pembayaran Pajak Restoran ……………… 22
2.3.5 Dasar Pengenaan, Tarif Pajak Restoran ……………. 22
2.4 Pajak Hotel ………………………………………………. 23
2.4.1 Pengertian Pajak Hotel …………………………….. 23
2.4.2 Karakteristik Hotel ……………………………….. 23
2.4.3 Objek Pajak Pajak Hotel …………………………. 24
2.4.4 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hotel………………. 24
2.4.5 Dasar Pengenaan, Tarif Pajak Hotel …………………… 25
2.5 Pajak Hiburan ……………………………………………. 25
2.5.1 Objek Pajak Pajak Hiburan ………………………... 25
2.5.2 Subjek Pajak dan Wajib Pajak Hiburan…………….. 25
2.5.3 Tarif Pajak Hiburan …………………………………. 26
2.6 Penelitian Terdahulu …………………………………… 26
2.7 Kerangka Pikir …………………………………………… 27
2.8 Hipotesis ………………………………………………….. 29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................... 30
3.2 Jenis Data ............................................................................. 30
3.3 Teknik Pengumpulan Data .................................................. 32
3.4 Metode Analisis Data ........................................................... 32
3.5 Definisi Variabel Operasional …………………………… 38
BAB IV ANALISIS DAN HASIL PENELITIAN
4.1 Hasil Perhitungan Data Variabel …………………………… 39
4.1.1 Penerimaan Pajak Hotel ……………………………… 39
4.1.2 Perhitungan Pajak Restoran ……………………….. 44
4.1.3 Penerimaan Pajak Hiburan …………………………… 48
4.1.4 Penerimaan Pendapatan asli daerah ………………… 52
4.3 Pengujian Data …………………………………………… 54
4.3.1 Uji Deskriptif Statistik ……………………………… 54
4.3.2 Uji Asumsi Klasik ………………………………… 55
4.3.3 Uji Regresi Linear Berganda ………………………. 59
4.3.4 Hasil Pengujian Hipotesis ………………………… 61
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian …………………………….. 66
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................. 67
5.2 Saran ....................................................................................... 68
DAFTAR PUSTAKA
RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tarif Pajak …………………..................................................... 19
Tabel 3.2 Pengambilan Keputusan ada atau Tidaknya Autokorelasi .......... 35
Tabel 4.1 Rasio Perhitungan Target & Realisasi Pajak Hotel kota Bekasi 39
Tabel 4.2 Rasio Vertikal Penerimaan Pajak Hotel Periode 2004-2013 41
Tabel 4.3 Perhitungan Target & Realisasi Pajak Restoran ……..……… 44
Tabel 4.4 Rasio Vertikal Penerimaan Pajak Restoran …………………. 46
Tabel 4.5 Target dan Realisasi penerimaan Pajak Hiburan …………… 48
Tabel 4.6 Rasio Vertikal Penerimaan Pajak Hiburan …………………… 50
Tabel 4.7 Target dan Realisasi PAD …………………………………….. 52
Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptive Data ………………………………. 54
Tabel 4.6 Uji Normalitas ………………………………………………… 56
Tabel 4.7 Uji Multikolinearitas …………………………………………. 57
Tabel 4.8 Uji Coefficient Correlation …………………………………… 57
Tabel 4.9 Uji Autokorelasi ……………………………………………... 58
Tabel 4.10 Uji Regresi Linear Berganda ………………………………… 59
Tabel 4.11 Uji Koefisien Determinasi R2 ………………………………… 61
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Model Kerangka Pikir …………………………………………………………………… 28
Gambar 4.1 Pertumbuhan target dan realisasi PAD …..…………………………………… 53
Gambar 4.2 Struktur Organisasi PAD …………………………………….......…………………. 43
Gambar 4.3 Uji Hipotesis 1 …………………………………………………………………………….. 63
Gambar 4.4 Uji Hipotesis 2 ……………………………………………………………………………… 64
Gambar 4.5 Uji Hipotesis 3 …………………………………………………………………………….. 65
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas
desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan
kesempatan dan keleluasaan kepada daerah untuk menyelenggarakan otonomi
daerah. Undang-Undang Dasar 1945 merupakan landasan yang kuat untuk
menyelenggarakan otonomi dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata,
dan bertanggung jawab kepada daerah,
Dengan ditetapkan Undang-undang No.34/2000 tentang perubahan atas
undang-undang No.18/1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah sebagai
salah satu upaya untuk mewujudkan otonomi daerah yang luas, nyata dan
bertanggung jawab, pembiayaan pemerintahan dan pembangunan daerah yang
berasal dari pendapatan asli daerah, khususnya yang bersumber dari pajak daerah
perlu ditingkatkan sehingga kemandirian daerah dalam hal pembiayaan
penyelenggaraan pemerintah di daerah dapat terwujud.( Ardiansyah : 2010)
Pemerintah daerah memiliki kewenangan untuk melakukan pemungutan
terhadap pajak-pajak tertentu, melakukan usaha-usaha tertentu untuk
mendapatkan sejumlah uang agar dapat membiayai pengeluaran rutin dan
pengeluaran pembangunan, membuat peraturan-peraturan daerah yang dibutuhkan
dalam menyelenggarakan pemerintahan daerah dan berhak untuk memperoleh
sejumlah dana yang berupa transfer dari pemerintah pusat (Halim,2009:154).
Semakin tinggi kekuatan pengenaan pajak, semakin tinggi proporsi Pendapatan
Asli Daerah terhadap total anggaran. Disamping itu daerah tersebut menjadi lebih
otonom.
Pemerintah daerah harus mampu mengembangkan dan memaksimalkan
segala sumber daya yang tersedia guna membiayai penyelenggaraan pemerintah
daerah dan pembangunan daerah. Ada banyak sumber pendapatan daerah namun
berbagai alternatif penerimaan daerah, salah satu upaya yang dilakukan
pemerintah daerah dalam meningkatkan pembangunan daerah adalah dengan
memberlakukannya pajak daerah dan retribusi daerah
Setiap daerah walaupun diberikan jenis sumber pendapatan yang sama,
tetapi tidak berarti setiap daerah memiliki jumlah pendapatan yang sama dalam
membiayai kewenangannya. Pendapatan daerah tergantung pada kondisi yang
dimiliki setiap daerah, misalnya jumlah penduduk, kekayaan daerah ,luas wilayah
dan tingkat pertumbuhan ekonomi
Pemungutan pajak merupakan alternatif yang paling potensial dalam
meningkatkan pendapatan negara. Hal ini dikarenakan pajak memiliki jumlah
yang relatif stabil. Selain itu pajak daerah merupakan cerminan partisipasi aktif
masyarakat dalam membiayai pelaksanaan pemerintahan daerah. Jenis
pemungutan pajak di Indonesia terdiri dari pajak negara (pajak pusat), pajak
daerah, retribusi daerah, bea dan cukai, dan penerimaan negara bukan pajak. Salah
satu usaha untuk meningkatkan kemampuan dalam bidang pendanaan pelaksanaan
pemerintah daerah untuk pembangunan adalah meningkatkan dan menggali setiap
potensi yang ada di masing-masing daerah melalui pajak daerah. (Jabar:2013).
Agar dapat terlaksana secara efektif, pemahaman tentang pajak dan pihak
terkait dengan pemungutan pajak harus sesuai dengan ketentuan yang diatur
dalam Undang-undang dan Peraturan Daerah yang mengatur tentang pajak daerah.
Hal ini tentu memerlukan sosialisasi kepada masyarakat umum sehingga mereka
mau dan sadar untuk membayarnya, tetapi disisi lain masyarakat juga
menghendaki adanya kepastian bahwa pemungutan dilakukan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
Salah satu usaha untuk membiayai pembangunan adalah dengan cara
penarikan pendapatan yang potensial untuk membiayai pembangunan. Pemerintah
daerah membutuhkan biaya dan dana untuk membangun daerah. Dalam rangka
mendukung perkembangan otonomi daerah yang nyata, dan bertanggung jawab,
pembiayaan pemerintah dan pembangunan daerah yang bersumber dari
pendapatan Asli Daerah sendiri, khususnya yang berasal dari pajak daerah,
pemungutan pajak daerah perlu ditingkatkan lagi. Daerah diberi wewenang untuk
menggali sumber dana yang sesuai dengan potensi dan keadaan daerah masing-
masing, sehingga nantinya dapat meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
(Brno,Czech Republic : 2014 )
Dalam penyelenggaran pemerintah di daerah dan peningkatan pelayanan
kepada masyarakat serta melaksanakan pembangunan daerah, maka daerah
membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang cukup memadai, salah satu
sumber penerimaan derah yaitu pendapatan asli daerah (PAD).
PAD merupakan pendapatan daerah sendiri yang potensinya berada di
daerah dan dikelola oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan. Undang-Undang
No. 32 Tahun 2000 menjelaskan sumber pendapatan daerah terdiri atas PAD,
yaitu hasil pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang
dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. PAD yang berasal dari sumber-sumber
keuangan seperti yang telah disebutkan, harus selalu diupayakan agar terus
meningkat dari tahun ke tahun sesuai dengan perkembangan pembangunan
daerah. Masyarakat di tuntut untuk sadar akan kewajibannya kepada negara yaitu
membayar pajak sesuai ketentuan yang berlaku. (Tjahjono,2008 : 162-173).
Upaya peningkatan pendapatan asli daerah dapat dilakukan dengan
ekstensifikasi yang salah satunya adalah dengan meningkatkan efisiensi
pemungutan yaitu dengan mengoptimalkan potensi yang ada (Saki Bigio,2011 :
1021-1035) serta terus diupayakan menggali sumber – sumber pendapatan baru
yang potensinya memungkinkan sehingga dapat dipungut pajak.
Pajak yang dipungut dapat meningkatkan PAD guna membantu
pemerintah melaksanakan program pembangunan, mensejahterakan daerah, serta
pembiayaan program kerja pemerintah daerah lainnya. (Dubin ,2013:1049-1059).
Pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan merupakan jenis-jenis Pajak
Daerah yang potensinya semakin berkembang seiring dengan makin
diperhatikannya komponen pendukung yaitu sektor jasa dan pariwisata dalam
kebijakan pembangunan daerah. Jenis-Jenis Pajak diatas menggambarkan
besarnya potensi akan keberadaan jenis-jenis pajak dalam pembangunan suatu
daerah. Kebijakan dan strategi yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk
meningkatkan penerimaan daerah salah satunya yaitu menghitung potensi
Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Melly Oktaviani (2009)
dengan menggunakan pajak hotel dan pendapatan asli daerah menujukkan bahwa
penerimaan tidak memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pendapatan
asli daerah Suku Dinas Administrasi pelayanan Pajak 1 Jakarta timur. Sedangkan,
hasil penelitian Rustam (2014) tidak sama dengan hasil penelitian Melly
Oktaviani ( 2009 ) meskipun variable independen dan variable dependen yang
sama. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara pajak
hotel terhadap Suku Dinas Pelayanan Pajak II Jakarta timur.
Penulis bermaksud untuk meneliti pengaruh pajak restoran, pajak hotel
dan pajak hiburan di kota Bekasi. maka penelitian ini diberi judul “ PENGARUH
PEMUNGUTAN PAJAK RESTORAN, PAJAK HIBURAN DAN PAJAK
HOTEL DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH
PADA DINAS PENDAPATAN KOTA BEKASI TAHUN 2004-2013”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang masalah,
maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Apakah pemungutan pajak Restoran berpengaruh terhadap peningkatan
pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi Tahun 2004-2013 ?
2. Apakah pemungutan pajak Hotel berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
Asli Daerah Kota Bekasi Tahun 2004-2013 ?
3. Apakah pemungutan pajak Hiburan berpengaruh terhadap peningkatan
pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi Tahun 2004-2013?
4. Apakah pemungutan pajak Restoran, Pajak Hotel dan Pajak Hiburan
berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi Tahun
2004-2013 ?
1.3 Batasan Masalah
Masalah perlu diberi batasan agar dalam pembahasannya dapat lebih
terarah. Maka permasalahan dalam penelitian ini dibatasi dalam hal-hal sebagai
berikut:
1. Penelitian ini hanya dibatasi pada sumber pemungutan pendapatan Asli Daerah
Kota Bekasi.
2. Tahun penelitian yang diambil dalam penelitian ini adalah tahun 2004-2013.
1.4 Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.4.1 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Hasil pemungutan pajak restoran terhadap peningkatan pendapatan asli daerah
kota Bekasi periode 2004-2013.
2. Hasil pemungutan pajak Hotel terhadap peningkatan pendapatan asli daerah
kota Bekasi periode 2004-2013
3. Hasil pemungutan pajak Hiburan terhadap peningkatan pendapatan asli daerah
kota Bekasi periode 2004-2013
4. Hasil pemungutan pajak restoran, pajak Hotel dan Pajak Hiburan terhadap
peningkatan pendapatan asli daerah kota Bekasi periode 2004-2013.
1.4.2 Manfaat Penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan nantinya dapat menghasilkan sesuatu
yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang terkait dengan masalah yang diteliti
tersebut. Adapun manfaat dari penelitian ini antara lain:
1. Bagi Peneliti
Diharapkan penulis dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam
mengenai konsep dan pengaruh antara Pajak hotel, pajak restoran dan pajak
hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah.
2. Bagi Akademik
a. Secara akademik untuk memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar
sarjana (S1) di Fakultas Ekonomi Universitas Darma Persada.
b. Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang bidang-bidang
ilmu yang terkait, seperti Perpajakan Indonesia, Metodologi Penelitian
yang saling berhubungan. khususnya tentang pemungutan pajak hotel,
pajak restoran dan pajak hiburan pada Dinas Pendapatan dan Pengelolaan
Keuangan. Serta untuk membandingkan antara teori yang ada dengan
kenyataan yang terjadi di lapangan
3. Peneliti selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan referensi bagi peneliti
selanjutnya yang berhubungan dengan pemungutan pajak hotel, pajak restoran
dan pajak hiburan Kota Bekasi Periode 2004-2013.
4. Dinas Pendapatan Asli Daerah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan, pemikiran dan
masukan bagi dinas pendapatan asli daerah kota bekasi dalam upaya
meningkatkan pemasukan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan
secara efektif dalam merumuskan kebijakan untuk mengoptimalkan
pendapatan daerah.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pajak
2.1.1 Pengertian Pajak
Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang
(yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontra Prestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar untuk
membayar pengeluaran umum. Soemitro.(2013 : 1 )
Pengertian pajak menurut Suandy (2010:10)yaitu :
Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakan, tanpa ada kalanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hal yang individual; maksud nya adalah untuk membiayai pengeluaran pemerintah. Adapun menurut Soemitro (2013: 2) Pajak merupakan :
Prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada penguasa ( menurut norma-norma yang ditetapkannya secara umum ), tanpa adanya kontraprestasi dan semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran umum.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa
ciri-ciri pajak adalah sebagai berikut :
1. Pajak dipungut berdasarkan atau dengan kekuatan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya
2. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontrraprestasi
individual oleh pemerintah
3. Pajak dipungut Negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah
4. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari
pemasukannya masih terdapat suplus, digunakan untuk membiayai public
investment.
2.1.2 Fungsi Pajak
Terdapat 2 (dua) fungsi pajak, yaitu fungsi budgetair (sumber keuangan) dan
fungsi Regularend (pengatur), (Resmi, 2013 : 3 )
a. Fungsi Budgetair ( Sumber Keuangan Negara)
Pajak mempunyai fungsi budgetair, artinya pajak merupakan salah satu
sumber penerimaan pemerintah untuk membiayai pengeluaran baik rutin
maupun pembangunan. Sebagai sumber keuangan Negara, pemerintah
berupaya memasukkan uang sebanyak-banyaknya untuk kas Negara.
b. Fungsi Mengatur
Pajak mempunyai fungsi pengatur, artinya pajak sebagai alat untuk mengatur
atau melaksanakan kebijakan pemerintah dalam bidang social dan ekonomi,
serta mencapai tujuan-tujuan tertentu di luar bidang keuangan.
2.1.3 Pengelompokan Pajak
Pengelompokan pajak menurut lembaga pemungutnya pajak
dikelompokkan menjadi dua yaitu pajak pusat dan pajak daerah.
a. Pajak Negara ( Pajak Pusat )
Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara pada umumnya.
b. Pajak Daerah
Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah baik daerah tingkat I
(Pajak Provinsi) maupun pajak daerah tingkat II (Pajak Kabupaten/Kota) dan
digunakan untuk membaiayi rumah tangga daerah masing-masing.
Pajak Provinsi meliputi pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di
atas air, Bea Balik nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas air,
pajak bahan Kendaraan Bermotor, serta pajak pengambilan dan Pemanfaatan
Air Bawah tanah dan Air permukaan.sedangkan Pajak Kabupaten/Kota
meliputi Pajak hotel , pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak
penerangan jalan, pajak pengambilan bahan galian golongan c dan pajak
parkir.
2.1.4 Asas-Asas Pemungutan Pajak
Proses pemungutan Pajak baik yang dikelola pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah selalu berpedoman pada asas-asas pemungutan pajak (Resmi,
2013 : 18 ). Yaitu antara lain :
a. Asas Domisili ( Tempat Tinggal )
Asas ini menyatakan bahwa negara berhak mengenakan pajak atas seluruh
penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal di wilayahnya, baik yang
berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
b. Asas Kebangsaan
Asas ini menyatakan bahwa pengenaan pajak dihubungkan dengan
kebangsaan suatu Negara. Contohnya pajak bangsa asing di Indonesia
dikenakan atas setiap orang asing yang bukan berkebangsaan Indonesia yang
bertempat tinggal di Indonesia.
c. Asas sumber penghasilan
Asas ini menyatakan bahwa Negara berhak mengenakan pajak atas
penghasilan yang bersumber diwilayahnya tanpa memperhatikan wilayah
tempat tinggal wajib pajak.
2.1.5 Tata Cara Pemungutan Pajak
Tata cara pemungutan pajak terdiri atas stelsel pajak, asas pemungutan
pajak dan system pemungutan pajak
1. Stelsel Pajak
a. Stelsel Nyata ( Rill)
Pengenaan pajak didasarkan pada objek (pengahasilan yang nyata), sehingga
pemungutan dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setalah
penghasilan yang sesenggguhnya diketahui. Stelsel nyata mempunyai
kelebihan atau kebaikan dan kekurangan. Sedangkan kelemahannya adalah
pajak yang dapat dikenakan pada akhir periode.(setelah penghasilan rill
diketahui).
b. Stelsel Anggapan (Fiktif)
Stelsel ini menyatakan bahwa pengenaan pajak didasarkan pada suatu
anggapan yang diatur oleh undang-undang. Kelebihan stelsel fiktif adalah
pajak dapat dibayar selama tahun berjalan,tanpa harus menunggu sampai
akhir suatu tahun, misalnya pembayaran pajak dilakukan pada saat wajib
pajak memperoleh penghasilan tinggi atau dapat diangsur dalam tahun
berjalan. Sedangkan kekurangan stelsel ini adalah pajak yang dibayar tidak
berdasarkan pada keadaan yang sesungguhnya, sehingga penentuan pajak
menjadi tidak akurat.
c. Stelsel Campuran
Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan.
Pada awal tahun, besarnya pajak dihitung berdasarkan suatu anggapan,
kemudian pada akhir tahun besarnya pajak disesuaikan dengan keadaan yang
sebenarnya. Bila besarnya pajak menurut kenyataan lebih besar dari pada
pajak menurut anggapan, maka wajib pajak harus menambah. Sebaliknya,
jika lebih kecil kelebihannya dapat diminta kembali.
2.1.6 Sistem Pemungutan Pajak
Cara untuk mementukan jumlah pajak dapat dilakukan dengan beberapa
system, antara lain Official Assessment System, Semi Self Assessment System, dan
With Holding System. Adapun penjelasan system-sistem yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
a. Official Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi kewenangan aparatur perpajakan
untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku.
Ciri-ciri nya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang pada fiskus
2. Wajib pajak bersifat pasif
3. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus
b. Self Assessment System
Sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam
menentukan sendiri jumlah pajak yang terutang setiap tahunnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
Ciri-cirinya :
1. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib
pajak sendiri
2. Wajib pajak aktif, mulai dan menghitung, menyetor dan melaporkan
sendiri pajak yang terutang
3. Fiskus tidak ikut camour dan hanya mengawasi
c. With Holding System
Adalah suatu Sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pihak
ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2.1.7 Hambatan Pengelompokan Pajak
Mardiasmo ( 2009 ) mengelompokkan hambatan pajak yang terdiri dari dua
perlawanan yaitu :
a. Perlawanan Pasif adalah Masyarakat yang enggan (pasif ) membayar pajak
disebabkan oleh :
1. Perkembangan intelektual dan moral masyarakat
2. System perpajakan yang mungkin sulit dipahami masyarakat
3. System control tidak dapat dilakukan dan dilaksanakan dengan baik.
b. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua urusan dan perbuatan yang secara langsung
ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak.
2.2 Pendapatan Asli Daerah
2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli daerah ( PAD )
PAD merupakan pendapatan yang berasal dari pemanfaatan dan
penggalian potensi yang dimiliki oleh daerah. Di era otonomi daerah ini, daerah
dituntut untuk mencari alternatif lain yang dapat dimanfaatkan sebagai bentuk
inovasi sistem guna meningkatkan pendapatan daerah. Menurut Muluk (2010:77).
Menurut Halim (2012: 67) menyatakan bahwa saham adalah :
semua penerimaan daerah yang berasal dari sumber ekonomi asli daerah. Adapun komponen dari PAD dibagi menjadi empat jenis, yaitu: (1) Pajak daerah; (2) Retribusi daerah; (3) Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; (4) Lain-lain PAD yang sah
Berdasarkan uraian diatas secara umum pengertian Pendapatan Asli
Daerah dapat disimpulkan bahwa Pendapatan Asli Daerah adalah salah satu
komponen sumber penerimaan keuangan negara di samping penerimaan lainnya
berupa dana perimbangan, pinjaman daerah dan lain-lain. Pendapatan daerah yang
sah juga sisa anggaran tahun sebelumnya dapat ditambahkan sebagai sumber
pendanaan penyelenggaran pemerintah di daerah..
2.2.2 Pajak Daerah dan Jenis pajak
1. Pajak Daerah
Berdasarkan UU No.28 Tahun 2009 tentang pajak daerah dan retribusi
daerah, yang dimaksud dengan pajak daerah adalah kontribusi wajib pajak kepada
daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan UU, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Menurut Mardiasmo (2009) Pajak Daerah adalah :
“Pajak yang dipungut oleh daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh Daerah untuk kepentingan pembiayaan rumah tangganya sebagai badan hukum public”
Ciri-ciri menyertai pajak daerah ( Mardiasmo , 2009 ) terdiri atas 4 komponen,
yaitu
1. Pajak daerah berasal dari Negara yang diserahkan kepada daerah sebagai
pajak daerah
2. Penyerahan berdasarkan Undang-Undang
3. Hasil pemungutan pajak daerah dipergunakan untuk membiayai
penyelenggaraan urusan rumah tangga daerah atau membiayai pengeluaran
daerah sebagai badan hukum public
4. Pemungutan pajak daerah berdasarkan pada kekuatan Undang-Undang atau
peraturan hukum lainnya.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka penulis dapat dijelaskan
bahwa pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau
badan kepada daerahnya tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang tariff dan
peraturannya berdasarkan kebijakan daerah itu sendiri dan digunakan untuk
penyelenggaraan pemerintah Daerah dan Pembangunan Daerah.
Pajak daerah terdiri atas 2 bagian, yaitu :
1. Pajak Provinsi
a. Pajak Kendaraan Motor
Pajak kendaraan bermotor adalah pajak atas kepemilikan dan atau
penguasaan kendaraan bermotor.
b. Bea Balik nama
Bea balik nama adalah pajak atas penyerahan hak milik kendaraan
bermotor sebagai perjanjian dua pihak yang terjadi karena jual beli.
c. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor
Pajak bahan bakar kendaraan bermotor adalah pajak atas penggunaan
bahan bakar kendaraan bermotor
d. Pajak air permukaan
Pajak air permukaan adalah pajak atas pengambilan dan pemanfaatan air
permukaan
e. Pajak Rokok
Pajak rokok adalah pungutan atas cukai rokok yang dipungut oleh
pemerintah
2. Pajak Kabupaten/Kota
a. Pajak hotel
Pajak hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. hotel
adalah fasilitas penyedia jasa penginapan dengan dipungut bayaran.
b. Pajak restoran
Pajak restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh
restoran.restoran adalah fasilitas penyedia makanan atau minuman dengan
di pungut bayaran ,yang mencakup rumah makan dan sejenisnya.
c. Pajak hiburan
Pajak hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. hiburan adalah
semua jenis tontonan, permainan dan keramaian yang dinikmati dengan
dipungut bayaran.
d. Pajak Reklame
Pajak reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah
benda atau alat yang bentuk corak ragamnya dirancang untuk tujuan
memperkenalan,mempromosikan yang dapat dilihat/dibaca oleh umum
e. Pajak penerangan Jalan
Pajak Penerangan jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik yang
dihasilkan sendiri maupun sumber lain
f. Pajak Mineral bukan logam dan batuan
Pajak mineral bukan logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan
pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di
dalam dan/atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
g. Pajak Parkir
Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parker di luar badan
jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang
disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan
kendaraan bermotor.
h. Pajak air tanah adalah pajak atas pengambilan dan atau pemanfaatan air
tanah
i. Pajak Sarang burung wallet adalah pajak atas kegiatan pengambilan dan
atau pengusahaan sarang burung wallet.
j. Pajak Bumi dan Bangunan, pajak atas bumi atau bangunan yang memiliki,
dikuasai atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan
yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan dan
pertambangan
k. Bea Perolehan atas Tanah dan Bangunan, yaitu pajak atas perolehan atas
hak tanah dan bangunan.
2.2.3 Tarif Pajak Daerah
Tarif pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah daerah telah diatur
dalam UU No.28 tahun 2009 yang di tetapkan dengan pembatasan tarif paling
tinggi berbeda untuk setiap jenis pajak, yaitu :
No Pajak Tarif Pajak
Pajak Provinsi
1 Pajak kendaraan bermotor 5%
2 Bea balik nama kendaraan bermotor 10%
3 Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 5%
4 pajak air permukaan 20%
5 pajak rokok 10%
Pajak Daerah/kabupaten
1 Pajak Hotel 10%
2 Pajak restoran 10%
3 Pajak hiburan 35%
4 Pajak reklame 25%
5 Pajak mineral bukan logam dan batuan 25%
6 pajak parkir 30%
7 Pajak air tanah 20%
8 Pajak sarang burung wallet 10%
9 Pajak bumi dan bangunan 30%
10 pajak bea perolehan Hak atas tanah-bangunan 5% Sumber : Pendapatan asli daerah yang diolah kembali
Walaupun ditetapkan batasan tarif pajak yang paling tinggi, terdapat
pengaturan yang berbeda tentang penetapan tarif pajak oleh pemerintah daerah
antara pajak propinsi dengan pajak kabupaten atau kota. Penetapan pajak propinsi
diatur dalam peraturan Pemerintah No. 65 tahun 2001 tentang pajak daerah,
menetapkan tariff pajak yang paling tinggi.
2.3 Pajak Restoran
2.3.1 Pengertian Pajak Restoran
Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.
Yang dimaksudkan restoran adalah fasilitas penyedia makanan dan atau minuman
dengan dipungut bayaran, yang mencakup rumah makan, kafetaria, kantin,
warung, bar, dan sejenisnya termasuk jasa boga/catering.
Menurut Pahala (2011:272) dalam pemungutan pajak restoran terdapat
beberapa terminology yang perlu diketahui.terminologi tersebut dapat dilihat
antara lain :
a. Restoran adalah tempat menyantap makanan dan minuman yang disediakan
dengan dipungut bayaran,tidak termasuk jasa boga dan catering.
b. Pengusaha restoran adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa
pun,yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan usaha
di bidang rumah makan
c. Pembayaran adalah jumlah yang diterima atau seharusnya diterima sebagai
imbalan atas penyerahan barang atau pelayanan, sebagai pembayaran kepada
pemilik rumah makan.
d. Bon penjualan adalah bukti pembayaran yang sekaligus diterima sebagai
bukti pungutan pajak, yang dibuat oleh wajib pajak pada saat mengajukan
pembayaran atas pembelian makanan dan minuman kepada subjek pajak.
2.3.2 Objek Pajak Restoran
Objek pajaknya adalah pelayanan yang disediakan oleh restoran dengan
pembayaran dalam arti bahwa setiap orang yang mengkonsumsi makanan di
dalam suatu restoran akan diikuti pembayaran. Dengan demikian diketahui bahwa
pelayanan yang dimaksud meliputi pelayanan penjualan makanan dan/atau
minuman yang dikonsumsi pembeli.
2.3.3 Subjek Pajak dan Wajib pajak restoran
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli
makanandan/atau minuman dari restoran. Dengan kata lain yang menjadi subjek
Pajak Restoran adalah pembeli dari restoran atau rumah makan. (Pahala,
2011:330).
Marihot Pahala (2010:330) Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi
atau badan yang mengusahakan Restoran, yaitu orang pribadi atau badan dalam
bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya melakukan
jasa di bidang rumah makan.
2.3.4 Tata Cara pembayaran Pajak restoran
Pembayaran masa pajak restoran terutang dilakukan selambat-lambatnya
15 hari setelah berakhirnya masa pajak dengan menggunakan surat setoran Pajak
Daerah ( SSPD ). Apabila pembayarannya lewat dari tanggal jatuh tempo maka
akan dikenakan bunga keterlambatan sebesar 2 % sebulan dan ditagih dengan
surat Tagihan Pajak Daerah ( STPD ).
2.3.5 Dasar Pengenaan dan tariff Pajak restoran
Pahala (2011:331) “Dasar pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah
pembayaran yang diterima atau yang seharusnya diterima restoran. Dengan
demikian dasar pengenaan Pajak Restoran adalah tarif pembayaran yang
dikenakan subjek pajak kepada wajib pajak. pengenaan tarif Pajak Restoran
adalah 10% (sepuluh persen) dari tarif pembayaran yang dikenakan subjek pajak
kepada wajib pajak.
2.4 Pajak Hotel
2.4.1 Pengertian Pajak Hotel
Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 1 angka 20 dan 21, Pajak Hotel
adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Sedangkan yang
dimaksud dengan hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapan/peristirahatan
termasuk jasa yang terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga
losmen, wisma pariwisata, rumah penginapan dan sejenisnya.
Berdasarkan Perda No. 16 Tahun 2010 Pasal 10 Objek Pajak Hotel adalah
pelayanan yang disediakan hotel dengan pembayaran, termasuk jasa penunjang
sebagai kelengkapan hotel yang sifatnya memberikan kenyamanan, termasuk
fasilitas olahraga dan hiburan, Sedangkan yang menjadi subjek pajak adalah orang
pribadi atau badan yang mengusahakan hotel.
2.4.2 Karakteristik Hotel
Karakteristik hotel secara umum, yang membedakan hotel dengan industry
yang lainnya adalah :
a. Industry hotel tergolong industry yang padat modal serta padat karya
b. Beroperasi selama 24 jam sehari, tanoa adanya hari libur dalam pelayanan
jasa terhadap pelanggan hotel dan masyarakat pada umumnya
c. Menghasilkan dan memasukkan produknya bersamaan dengan tempat dimana
jasa pelayanannya dilakukan
d. Dipengaruhi oleh keadaan dan perubahan yang terjadi pada sektor ekonomi
dan social dan keamanaan hotel tersebut beradafasilitas hotel tersebut.
2.4.3 Objek Pajak Hotel
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang diberikan oleh hotel termasuk
fasilitas yang tersedia. Objek Pajak hotel adalah pelayanan yang diberikan hotel
dengan pembayaran termasuk jasa penunjang sebagai kelengkapan hotel yang
sifatnya memberikan kemudahan dan kenyamanan”. Sugianto(2010:43)
menjelaskan yang termasuk objek pajak hotel adalah pelayanan yang disediakan
dengan pembayaran termasuk:
a. Fasilitas penginapan atau fasilitas tinggal jangka pendek.
b. Pelayanan penunjang sebagai kelengkapan yang sifatnya memberikan
kemudahan dan kenyamanan.
c. Fasilitas olah raga dan hiburan yang disediakan khusus untuk tamu hotel.
d. Jasa persewaan ruangan untuk kegiaatan acara atau pertemuan.
2.4.4 Subjek Pajak dan wajib pajak hotel
Subjek Pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran atas pelayanan jasa hotel yang diterima kepada orang pribadi atau
badan yang mengusahakan hotel, Dengan kata lain yang menjadi subjek pajak
hotel adalah orang yang menginap atau menggunakan jasa hotel untuk suatu
keperluan yang lain (Pahala, 2011:303).
Menurut Sugianto (2010:43) “Wajib Pajak hotel adalah pengusaha hotel”.
Pendapat senada juga diungkapkan Pahala (2011:303) “Wajib Pajak hotel adalah
orang pribadi atau badan yang mengusahakan hotel, yaitu orang pribadi atau
badan dalam bentuk apapun yang dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya
melakukan jasa di bidang penginapan”.
2.4.5 Dasar Pengenaan dan Tarif pajak hotel
Menurut Pahala (2011:304) “Dasar pengenaan Pajak hotel adalah jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar kepada hotel”. Dengan demikian dasar
pengenaan pajak hotel adalah tarif pembayaran yang dikenakan subjek pajak
kepada wajib pajak. Kemudian pengenaan tarif pajak hotel adalah 10% (sepuluh
persen) dari tarif pembayaran yang dikenakan subjek pajak kepada wajib pajak.
2.5 Pajak Hiburan
2.5.1 Objek Pajak Hiburan
Objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan dengan dipungut
bayaran. Hiburan antara lain, berupa tontonan film , kesenian,panti pijat,
pagelaran music, tari dll.
Yang tidak termasuk objek pajak hiburan adalah penyelenggaraan hiburan
yang tidak dipungut bayaran, Seperti hiburan yang diselenggarakan dalam rangka
pernikahan, upacara adat, kegiatan keagamaan.
2.5.2 Subjek Pajak Hiburan
Subjek pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang menonton dan
menikmati hiburan. Wajib pajak hiburan adalah orang pribadi atau badan yang
menyelenggarakan hiburan. Dasar pengenaan pajak hiburan adalah jumlah
pembayaran atau yang seharusnya dibayar untuk menonton dan menikamati
hiburan. Yang dimaksud dengan yang seharusnya dibayar adalah termasuk
pemberian potongan harga.
2.5.3 Tarif Pajak Hiburan
Tarif pajak hiburan paling tinggi sebesar 35% . Tarif pajak hiburan
ditetapkan dengan peraturan Daerah. Besarnya pokok pajak hiburan yang terutang
dihitung dengan cara mengalihkan tarif dengan dasar pengenaan pajak. Pajak
hiburan yang terutang dipungut di wilayah daerah tempat hiburan
terselenggarakan.
2.6 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai kontribusi pajak hotel dan pajak restoran terhadap
Pendapatan Asli Daerah sudah dibanyakan dilakukan oleh peneliti-peneliti
sebelumnya. Penelitian-penelian tersebut banyak memberikan masukan serta
kontribusi tambahan bagi Dinas Pendapatan asli daerah sebagai acuan untuk lebih
meningkatkan penerimaan pajak daerah.
1. Penelitian yang dilakukan Inayati (2009)
a. Judul penelitian : Kontribusi Pajak hotel dan pajak restoran terhadap
pendapatan asli daerah pada suku Dinas Pendapatan Daerah kota
administrasi Jakarta Pusat II
b. Metode data yang digunakan merupakan data sekunder bukti, catatan, atau
laporan historis yang tersusun dalam arsip(dokumen). Data diolah melalui
riset kepustakaan dan melalui riset lapangan dengan melakukan wawancara
dan observasi.
c. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pajak hotel dan pajak restoran
berpengaruh terhadap Pendapatan asli Daerah. Penelitian ini menggunakan
data kualitatif, data tersebut hanya mencari persentase per variabel
2. Penelitian yang dilakukan oleh Hendayani (2014)
a. Judul penelitian : Pengaruh Pajak hotel, pajak restoran dan pajak reklame
terhadap pendapatan asli daerah kota bogor periode 2009-2013, Metode
pengambilan data dengan menggunakan data sekunder.
b. Hasil penelitian menunjukkan pajak hotel dan pajak reklame tidak
berpengaruh parsial terhadap PAD kota Bogor periode 2009-2013. Pajak
restoran berpengaruh secara parsial terhadap PAD kota bogor periode 2009-
2013.
2.7 Kerangka Pikir
Kerangka berpikir adalah hasil dan sintesis, teori serta kajian pustaka yang
dikaitkan dengan masalah yang dihadapi dalam perumusan masalah penelitian ini.
Kerangka berpikir dalam penelitian ini didasarkan pada pemikiran bahwa segala
sesuatu yang dilakukan oleh manusia selalu berdasarkan suatu motivasi dan minat
tertentu, yang artinya akan mempengaruhi kinerja individu tersebut.
Sumber-sumber penerimaan daerah dalam pelaksanaan desentralisasi adalah
(1) Pendapatan Asli Daerah, (2) Dana Perimbangan, (3) Pinjaman Daerah. (4)
Lain-lain penerimaan yang sah. Konsekuensi yang dihadapi oleh pemerintah kota
Bekasi adalah harus mampu menggali sumber-sumber keuangan daerah. Hal ini
disebabkan kota Bekasi tidak memiliki sumberdaya alam sehingga perolehan dana
perimbangannya reltif kecil, sehingga harus meningkatkan sumber potensi
keuangan dari pajak daerah.
Pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan berpengaruh terhadap
pendapatan asli daerah, namun ada yang mengatakan bahwa tidak semua
komponen pajak hotel berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah. Karena dapat
disebabkan oleh adanya variabel lain yang mempengaruhi hubungan variabel
dependen dan independen.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis dapat dirumuskan permasalahan
yang akan diteliti, kemudian membangun hipotesis dalam membentuk kelompok
teori yang perlu dikemukakan dalam penyusunan kerangka berfikir dalam
membuat suatu hipotesis harus diterapkan terlebih dahulu variabel penelitiannya.
Dalam penelitian ini, terdapat 3 variabel dari pajak hotel, pajak restoran dan pajak
hiburan sebagai variabel bebas, dan pendapatan asli daerah sebagai variabel
terikat yang dibentuk melalui hasil empiris penelitian-penelitian sebelumnya.
Untuk mengetahui apakah hipotesis diterima atau ditolak, peneliti melakukan
analisis regresi berganda terhadap data-data yang dikumpulkan.
Berdasarkan uraian latar belakang masalah, tinjauan teoritis, tinjauan
penelitian terdahulu dan keterangan di atas maka dapat digambarkan sebuah
kerangka berfikir penelitian sebagai berikut :
Gambar 2.1 Model Kerangka Pikir
Sumber : gambar diolah oleh penulis
Pajak Hotel (X1)
Pajak Restoran(X2)
Pajak Hiburan(X3)
Pendapatan
Asli
2.7 Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat, pernyataan atau kesimpulan yang masih kurang
atau belum selesai atau masih bersifat sementara.Hipotesis merupakan jawaban
yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian dimana kebenarannya
memerlukan pengujian secara empiris.jawaban atau dugaan sementara yang harus
diuji kebenarannya. Secara teknis hipotesis diartikan sebagai pernyataan mengenai
keadaan populasi yang akan diuji keberhasilannya berdasarkan data yang didapat
dari smple penelitian. Dan secara statistik hipotesis diartikan sebagai pernyataan
mengenai keadaan parameter (populasi) yang akan diuji melalui statistik sample.
Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan diatas, maka penulis
membuat hipotesa yang akan diuji sebagai berikut :
1. H0 : Pajak Hotel berpengaruh terhadap PAD.
Ha : Pajak Hotel tidak berpengaruh terhadap PAD.
2. H0 : Pajak restoran berpengaruh terhadap PAD.
Ha : Pajak Restoran tidak berpengaruh terhadap PAD.
3. H0 : Pajak Hiburan berpengaruh terhadap PAD.
Ha : Pajak Hiburan tidak berpengaruh terhadap PAD.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi dan waktu penelitian yang digunakan oleh penulis dijelaskan
dibawah ini :
1. Lokasi Penelitian
Guna memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka penulis
mengadakan penelitian pada Dinas Pendapatan Asli Daerah kota Bekasi Jl.
Djuanda No.100.
2. Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan penulis untuk menyelesaikan penelitian ini kurang
lebih dari bulan Mei 2015 sampai dengan Agustus 2015. Dalam Penelitian ini
penulis membahas Pengaruh Pemungutan Pajak Hotel, pajak restoran dan
pajak hiburan dalam meningkatkan pendapatan daerah di PAD tahun 2004-
2013.
3.2 Jenis Data yang Digunakan
Jenis data yang digunakan berupa data kuantitatif, yaitu data yang diukur
dalam suatu skala numerik. Sumber data dalam penelitian ini adalah data
sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitan kepustakaan
atau bahan yang bersifat teoritis yang relevan dengan penelitian buku-buku,
majalah, internet dan media lain. Data sekunder yang penulis gunakan berupa
bukti; target dan realisasi pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan periode
2004-2013.
3.3 Penentuan Sampel
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode purposive sampling, dengan mengambil sampel yang telah ditentukan
sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pemungutan pajak
daerah selama 10 tahun yaitu dari periode 2004-2013 di Dinas Pendapatan Daerah
kota Bekasi, sedangkan metode penentuan sampel yang digunakan adalah
purposive sampling, yaitu penentuan sampel dengan pengambilan data tertentu
yang dianggap sesuai dan terkait dengan penelitian yang akan dilakukan.
Data dikumpulkan dengan teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan dengan
cara melihat dan mencatat hal-hal yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Data tersebut berupa target dan realisasi pendapatan asli daerah, Pajak Hotel, pajak
restoran dan pajak hiburan periode 2004-2013 di PAD.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Dalam penulisan skripsi ini penulisan mengumpulkan data dengan metode :
1. Observasi
Peneliti melakukan pengamatan secara langsung dan pencatatan, terhadap
aktifitas Dinas Pendapatan Asli Daerah Kota Bekasi yang berhubungan
dengan Pemungutan Pajak Daerah.
2. Wawancara
Metode pengumpulan data dengan “mengadakan tanya jawab langsung dan
meminta penjelasan kepada pihak-pihak terkait” yang mengetahui persoalan
dari objek yang sedang diteliti. Dalam penelitian ini, penulis melakukan
wawancara dengan berbagai Bidang di Dinas Pendapatan Asli Daerah Kota
Bekasi (Roy Paul Nelson, Jurnalistik 2009)
3. Teknik Kepustakaan
Penulis menggunakan metode pengumpulan data dengan mencari informasi-
informasi yang dibutuhkan melalui dokumen-dokumen, majalah, surat kabar,
buku-buku dan sumber data lainnya, dilengkapi dengan pendapat para ahli yang
berhubungan dengan apermasalahan dibahas untuk mendapatkan data teoritis yang
akan dijadikan sebagai bahan pembanding
3.5 Metode Analisa Data
Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data yang berkaitan antara
variabel-varibel. Pengolahan data yang dilakukan pertamakali oleh peneliti adalah
dengan menghitung Persentasi (%) yang sudah ditetapkan sebagai variabel
penelitian yaitu Pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan dan PAD. Hasil dari
perhitungan Persentase (%) ini selanjutnya digunakan sebagai data dalam
pengujian statistik.
Data-data yang diperoleh akan diolah menggunakan SPSS 20 dengan
menggunakan alat statistik deskriptif, uji asumsi klasik (uji normalitas, uji
multikolonieritas, uji autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas), regresi linear
berganda, uji koefisien determinasi (R²) dan uji statistik t. dengan satu variabel
tidak bebas (Y) dan 3 variabel bebas (X₁, X₂ dan X3).
3.5.1 Statistik Deskriptif
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, data yang terkumpul dianalisis
dengan menggunakan rumusan statistik, yaitu statistik deskriptif. Statistik
deskriptif memberikan informasi hanya mengenai data yang dipunyai dan tidak
menarik kesimpulan lebih banyak dan lebih jauh dari data yang ada. Ukuran yang
digunakan dalam deskripsi antara lain berupa : rata-rata, median, modus dan
standar deviasi.
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik harus dilakukan dalam penelitian ini untuk menguji
apakah data memenuhi asumsi klasik. Hal ini untuk menghindari terjadinya
estimasi yang bias mengingat tidak semua data dapat diterapkan regresi.
Uji asumsi klasik yang digunakan pada penelitian ini adalah uji normalitas
data, uji multikolineaeritas dan uji autokorelasi
1. Uji Normalitas
Uji normalitas adalah bentuk pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
dependen, independen atau keduanya memiliki distribusi normal, mendekati
normal atau tidak. Model regresi yang baik hendaknya berdistribusi normal atau
mendekati normal.Uji normalitas dilakukan dengan uji statistik non-parametik
Kolmogrov-Smirnov. Apabila hasil uji probabilitas signifikansinya >0,05 maka
data berdistribusi secara normal (Ghozali, 2014:32-33). Sehingga
mengidentfikasikan data tersebut layak.
2. Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen atau tidak
mengalami multikolonieritas. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka
variabel-variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen adalah nol.
Untuk menguji multikolonieritas dapat dilakukan dengan menganalisis matrik
korelasi variabel-variabel independen, dan melihat nilai tolerance dan lawannya
variance inflation factor (VIF). Nilai tolerance dan variance inflation factor
(VIF) merupakan nilai yang bisa menunjukkan ada atau tidaknya
multikolonieritas(Ghozali, 2011:105). Regresi yang terbebas dari problem
multikolinearitas apabila nilai tolerance dan nilai variance inflation factor (VIF)
berada di sekitar angka satu.
3. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada
korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan penggangu
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi.
Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan melakukan uji Durbin-
Watson (DW test). Uji Durbin-Watsonhanya digunakan untuk autokorelasi tingkat
satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta)
dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel bebas.
Untuk mendiagnosis adanya autokorelasi dalam suatu model regresi
dilakukan pengujian terhadap nilai Uji Durbin-Watson (uji DW) tabel klasifikasi
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Pengambilan Keputusan Ada atau Tidaknya Autokorelasi
Nilai DW Keterangan
Kurang 1,10 Ada Autokorelasi
1,10 sampai 1,54 Tidak ada kesimpulan / ragu-ragu
1,55 sampai 2,46 Tidak ada autokorelasi
2,46 sampai 2,90 Tidak ada kesimpulan / ragu-ragu
Lebih dari 2,91 Ada autokorelasi
3.5.3 Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linier berganda adalah hubungan secara linier antara dua
atau lebih variabel dependen (X1, X2, ... Xn) dengan variabel dependen (Y). Analisis
ini untuk memprediksikan nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel
independen mengalami kenaikan atau penurunan dan untuk mengetahui arah
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-
masing variabel independen berhubungan positif atau negatif (Priyatno, 2010).
Analisis regresi linier berganda dalama penelitian ini digunakan untuk
menghitung besarnya pengaruh variabel independen Pajak hotel, pajak restoran
dan pajak hiburan terhadap variabel dependen Pendapatan Asli Daearh.
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan model berikut :
Dimana :
Y = Pendapatan Asli Daerah
a = Konstanta, besar nilai Y jika X=0
b₁-b₂-b3 = Koefisien arah regresi, yang menyatakan perubahan nilai
Y apabila terjadi perubahan nilai X
X1 = Pajak hotel
X2 = Pajak Restoran
X3 = Pajak Hiburan
e = Standard error
Besarnya konstanta dalam a dan besarnya koefisien regresi masing-masing
variabel independen yang ditunjukkan X1,X2 dan X3. Analisis regresi dilakukan
untuk mengetahui seberap besar hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependennya.
3.5.4 Pengujian Hipotesis
Pada dasarnya ada dua jenis alat uji statistik, yaitu statistik parametrik dan
statistik non parametrik. Statistik parametrik digunakan jika distribusi data yang
digunakan normal, sedangkan data yang bersifat tidak normal, maka uji statistik
yang digunakan adalah statistik non parametrik. Uji regresi merupakan salah satu
jenis uji statistik parametrik, untuk menguji hipotesis yang diajukan peneliti maka
akan dilakukan uji koefisien determinasi dan uji statistik t.
Y = a + b₁X1 + b₂x2+b3x3 = e
1. Uji Keoefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberpa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi varibel dependen. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu.
Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sangat kecil. Nilai yang mendekati satu berarti
variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang
dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.
Kelemahan mendasar penggunaan koefisien determiniasi adalah bias
terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan ke dalam model. Setiap
tambahan satu variabel independen, maka R2 pasti meningkat tidak peduli apakah
variabel tersebut berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen
(Ghozali, 2011:97).
2. Uji Regresi Individual (Uji Statistik t)
Menurut Ghozali (2014:98) uji statistik t pada dasarnya menunjukkan
seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas / independen secara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh masing-masing variabel bebas secara individual terhadap variabel
terikat digunakan tingkat signifikan 5% (Ghozali 2014: 85).
3.6 Definisi Variabel Operasional
Penelitian ini peneliti menggunakan empat variabel, yaitu variabel Pajak
hotel, pajak restoran dan pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daearah.Untuk
menjelaskan lingkup penelitian dan mencapai obyektivitas penelitian khususnya
yang berkaitan dengan pengukuran variabel, maka perlu ditentukan definisi
operasional dari variabel yang diteliti terlebih dahulu. Definisi operasional
merupakan salah satu cara dari pendefinisian suatu gagasan.
1. Variabel Bebas(Independen)
Variabel bebas (independen) adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel yang lain. Dalam penelitian ini definisi dari variabel-
variabel bebas adalah sebagai berikut :
a. Pajak hotel sebagai variabel independen (tidak terikat) yang dilambangkan
dengan X1.
b. Pajak restoran sebagai variabel independen (tidak terikat) yang
dilambangkan dengan X2.
c. Pajak hiburan sebagai variabel independen (tidak terikat) yang
dilambangkan dengan X3.
2. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel Terikat atau biasa disebut dengan variabel dependen adalah variabel
yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Dalam penelitian ini
variabel dependen yang dipakai peneliti yaitu Pendapatan Asli Daerah.
BAB IV
ANALISA DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Perhitungan Data Variabel
4.1.1 Penerimaan Pajak Hotel
Penerimaan Pajak hotel selama tahun 2004-2013 disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 4.1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel kota Bekasi Periode 2004-2013
Sumber : Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi (diolah kembali)
Dari Tabel di atas tampak jelas bahwa penerimaan pendapatan yang
direncanakan oleh Dinas Pendapatan Daerah kota Bekasi tahun 2004 hanya
terealisasi sebesar Rp.907.986.725.00 dibawah perencanaan sebesar Rp.
916.057.766.00 yang artinya adalah Dispenda kota Bekasi tidak mencapai rencana
Tahun Target pajak Hotel
Realisasi Pajak
Hotel (%)
2004 916,057,766.00 907,986,725.00 99.1
2005 1,092,983,050.00 967,214,238.00 88.4
2006 1,225,054,065.00 1,348,472,889.00 110
2007 1,240,609,000.00 1,254,563,232.00 101.1
2008 2,290,609,000.00 2,022,716,728.00 88.3
2009 2,297,270,500.00 2,212,566,114.00 96.3
2010 2,605,618,000.00 2,711,074,812.00 104
2011 3,299,999,400.00 3,348,011,541.00 101.4
2012 4,500,000,000.00 4,062,680,578.00 90.2
2013 4,439,768,300.00 4,836,097,802.00 108.9
Rata-Rata 98.7
yang ditargetkan dengan ratio 99.1%, dan pada tahun 2005 masih dibawah
perencanaan sebesar Rp.976.214.238.00 tidak sesuai dengan target yang
diharapkan sebesar Rp.1,092,983,050.00. Hal ini disebabkan menurunnya jumlah
potensi objek pajak hotel dan banyaknya berdiri hotel-hotel baru yang tidak
melaporkan kepada Dispenda kota Bekasi.
Tahun 2006 Dinas pendapatan kota Bekasi merencanakan penerimaan
yang diperoleh dari pajak hotel sebesar Rp.1,225,054,065.00 dan terealisasi
sebesar Rp. 1,348,472,889.00 dengan persentase 110% yang artinya penerimaan
PAD kota Bekasi mengalami surplus penerimaan sebesar 10 % dari perencanaan.
Tahun 2007 PAD merencanakan Rp.1,240,609,000.00 dan terealisasi
sebesar Rp.1,254,563,232.00 dengan perentase 101,1%. Terealisasi rencana pajak
hotel tahun 2006-2007 disebabkan oleh bertambahnya jumlah wajib pajak hotel
baru yang mendatakan dirinya ke Dinas Pendapatan Asli Daerah.
Tahun 2008 PAD kota Bekasi merencanakan Rp.2,290,609,000.00 dan
yang terealisasi sebesar Rp.2,022,716,728.00 dengan persentase 88,3% yang
artinya penerimaan PAD kota mengalami defisit penerimaan 11,7% dari
perencanaan. Dan pada tahun 2009 mengalami defisit penerimaan sebesar 3,7%
dengan persentasi hanya 96,3% .
Tahun 2010 penerimaan pajak hotel mengalami kenaikan sebesar 104%
dan pada tahun 2011 penerimaan pajak hotel yang direncanakan
Rp.3,299,999,400.00 dan terealisasi sebesar Rp.3,348,011,541.00 mengalami
surplus 1,45%.
Tahun 2012 tingkat penerimaan pajak hotel mengalami penurunan sebesar
90,2%, tapi pada tahun 2013 merupakan penerimaan tertinggi sebesar 108.9
selama kurun waktu 10 tahun dengan surplus sebesar 8,9% . Hal ini disebabkan
meningkatnya jumlah potensi objek pajak hotel dan peningkatan jumlah hotel
baru di kota Bekasi.
Setelah melakukan perhitungan di atas maka penulis dapat menjelaskan
bahwa dalam 10 tahun terakhir yaitu tahun 2004-2013 PAD kota Bekasi belum
dapat mencapai rata-rata target 98.7 % dari pendapatan pajak hotel selama 10
tahun terakhir, meskipun untuk tahun 2006, 2010,2011 dan 2013 sudah tercapai
target penerimaannya.
Untuk mengetahui keadaan atau hasil pajak hotel untuk satu periode atau
satu tahun berikut penulis akan menyajikan Ratio vertikal dari rencana dan
realisasi pajak hotel selama 10 tahun yaitu dari tahun 2004-2013 :
Tabel 4.2 Rasio Vertikal Penerimaan Pajak Hotel Periode 2004-2013
Sumber : Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi (diolah kembali)
No Tahun
Penerimaan
Target pajak Hotel Ratio Realisasi Ratio
1 2 3 4 5 6
1 2004 916,057,766.00 907,986,725.00
2 2005 1,092,983,050.00 19.30 967,214,238.00 6.12
3 2006 1,225,054,065.00 10.7 1,348,472,889.00 28.2
4 2007 1,240,609,000.00 1.26 1,254,563,232.00 7.49
5 2008 2,290,609,000.00 45.8 2,022,716,728.00 38
6 2009 2,297,270,500.00 0.28 2,212,566,114.00 8.6
7 2010 2,605,618,000.00 11.8 2,711,074,812.00 18.39
8 2011 3,299,999,400.00 21.04 3,348,011,541.00 19.02
9 2012 4,500,000,000.00 26.6 4,062,680,578.00 17.59
10 2013 4,439,768,300.00 1.35 4,836,097,802.00 15.9
Berdasarkan data di atas dapat dilihat kenaikan ratio vertikal dari
perencanaan dan realisasi penerimaan pajak hotel di Dinas Pendapatan Asli
Daerah, pada tahun 2005 kenaikan ratio vertikal dari perencanaan adalah sebesar
19,30 dan kenaikan dari realisasi penerimaan pajak hotel adalah sebesar 6.12
selisih dari ratio vertikal perencanaan dan realisasi adalah sebesar 13.18.
meskipun angka ratio vertikal dari realisasi penerimaan pajak hotel lebih besar
tetapi pada tahun 2005 ini rencana penerimaan yang disusun PAD belum dapat
terealisasi.
Angka ratio vertikal PAD kota Bekasi pada tahun 2006 dari perencanaan
pajak hotel sebesar 10.7 dari realisasi penerimaan pajak hotel sebesar 28.2 selisih
dari ratio perencanaan dan realisasi penerimaan pajak hotel sebesar 17,5. Pada
tahun 2006 ini PAD kota Bekasi telah menerima pendapatan dari pajak hotel
melebihi rencana yang telah di anggarkan sebelumnya atau dapat dikatakan
rencana yang telah dibuat dapat direalisasikan dengan baik.
Tahun 2007 angka Ratio vertikal untuk rencana pajak hotel di PAD kota
Bekasi adalah 1.26 dan sedangkan untuk realisasi angka ratio vertikal (7.49) .
Meskipun angka ratio rencana pajak hotel lebih besar dari pada angka rasio
realisasi penerimaan tetapi untuk tahun 2007 ini rencana penerimaan yang
disusun PAD belum dapat terealisasi.
Tahun 2008-2010 angka ratio vertikal untuk rencana pajak hotel di PAD
kota Bekasi adalah sebesar 45,8 untuk tahun 2008 dan 38 untuk tahun 2009
sedangkan realisasi angka angka ratio vertikal 0.28 dan 8.6 untuk tahun 2009.dan
untuk tahun 2010 rencana sebesar 11,8 dan untuk realisasi nya sebesar 18.39 Pada
tahun 2008-2010 ini PAD kota Bekasi telah menerima pendapatan dari pajak hotel
melebihi rencana yang telah di anggarkan sebelumnya atau dapat dikatakan
rencana yang telah dibuat dapat direalisasi dengan baik.
Tahun 2011-2012 dari perencanaan pajak hotel adalah sebesar 21,04 untuk
tahun 2011 dan 26.6 untuk tahun 2012. Artinya pajak hotel tahun 2011-2012 ini
rencana penerimaan yang disusun PAD kota Bekasi belum terealisasi.
Angka Ratio vertikal PAD kota Bekasi pada tahun 2013 untuk rencana
penerimaan pajak hotel sebesar 1.35 dan untuk realisasi pajak hotel adalah sebesar
15.9. Meskipun pada tahun 2013 ini angka ratio dari realisasi penerimaan pajak
hotel lebih besar tetapi PAD kota Bekasi tidak dapat merealisasikan rencana
pendapatannya
Setelah melakukan analisis ratio vertikal diatas maka penulis dapat
menjelaskan bahwa, selisih terkecil dari angka ratio rencana dan realisasi
penerimaan pajak hotel di PAD kota Bekasi selama 10 tahun adalah 0,28.
4.1.2 Perhitungan Pajak Restoran
Penerimaan Pajak Restoran selama tahun 2004-2013 disajikan dalam tabel
4.2 berikut ini :
Tabel 4.3
Target dan Realisasi penerimaan pajak restoran kota Bekasi Periode2004-2013
Sumber : Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi (diolah kembali)
Berdasarkan Tabel 4.3 hasil perhitungan diatas dapat dilihat bahwa tingkat
penerimaan pajak restoran kota Bekasi pada tahun 2004-2013 dengan rata-rata
104.7%. Pada tahun 2004 pajak restoran terealisasi Rp.11,911,723,820.00 dengan
target yang direncanakan sebesar Rp.11,721,425,100.00 dengan persentasi
101,6% dan mengalami surplus sebesar 1,6% dari perencanaan.
Tahun 2005 tingkat penerimaan mengalami penurunan sebesar 96,7% akan
tetapi pada tahun 2007-2008 merupakan penerimaan tertinggi sebesar 112,7% -
Tahun Target Pajak Restauran Realisasi Pajak
Restoran (%)
2004 11,721,425,100.00 11,911,723,820.00 101.6
2005 13,588,744,500.00 13,144,309,043.00 96.7
2006 14,711,631,682.00 15,432,807,636.00 104.9
2007 16,439,292,000.00 18,792,438,078.00 114.3
2008 22,189,292,000.00 25,018,097,798.00 112.7
2009 27,949,910,251.00 29,072,724,403.00 104
2010 36,816,105,000.00 35,993,072,300.00 97.76
2011 43,279,918,850.00 45,324,573,725.00 104.7
2012 54,237,912,400.00 58,706,451,527.00 108.2
2013 79,243,776,270.00 81,625,437,811.00 103
Rata-Rata 104.7
114,3%. Hal ini disebabkan meningkatnya jumlah potensi objek pajak restoran
dan peningkatan jumlah restoran-restoran baru di kota Bekasi.
Penerimaan pendapatan yang direncanakan oleh PAD pada tahun 2009
Rp.27,949,910,251.00 dan terealisasi sebesar Rp. 29,072,724,403.00 dengan rasio
persentasi sebesar 104 % dan mengalami surplus penerimaan sebesar 4% dari
perencanaan. Ditengah meningkatnya pajak restoran pertahunnya.
Tahun 2010 mengalami penurunan sebesar 97,7% dan mengalami defisit
2,3% dari perencanaan. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya hotel restoran-
restoran di kota Bekasi objek pajak tidak melaporkan kepada PAD kota Bekasi.
Tahun 2011-2013 mengalami peningkatan penerimaan dengan rata-rata
24,7% dari perencanaan pertahunnya. Terealisasinya rencana penerimaan dari
pajak restoran disebabkan oleh bertambahnya jumlah wajib pajak restoran yang
mendatakan dirinya ke PAD kota Bekasi.
Tabel 4.4
Rasio Vertikal Penerimaan Pajak Restoran Periode 2004-2013
No Tahun
Penerimaan
Target pajak Restoran Ratio Realisasi p.restoran Ratio
1 2 3 4 5 6
1 2004
11,721,425,100.00
11,911,723,820.00
2 2005
13,588,744,500.00
13.7
13,144,309,043.00 9.3
3 2006
14,711,631,682.00
7.6
15,432,807,636.00 14.8
4 2007
16,439,292,000.00
10.5
18,792,438,078.00 17.8
5 2008
22,189,292,000.00
25.9
25,018,097,798.00 24.8
6 2009
27,949,910,251.00
20.6
29,072,724,403.00 13.9
7 2010
36,816,105,000.00
24.08
35,993,072,300.00 19.2
8 2011
43,279,918,850.00
14.9
45,324,573,725.00 20.5
9 2012
54,237,912,400.00
20.2
58,706,451,527.00 22.7
10 2013
79,243,776,270.00
31.5
81,625,437,811.00 28.08
Sumber : Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi (diolah kembali)
Berdasarkan data diatas dapat dilihat kenaikan ratio vertikal dan
perencanaan dan realisasi penerimaan pajak restoran di PAD kota Bekasi, pada
tahun 2005 dari perencanaan pajak restoran adalah sebesar 13,7 sedangkan angka
realisasi penerimaannya adalah sebesar 9.3. meskipun angka ratio vertikal dari
realisasi penerimaan pajak restoran lebih besar tetapi pada tahun 2004 ini rencana
penerimaan yang disusun PAD belum dapat terealisasi.
Tahun 2006-2007 angka ratio vertikal untuk rencana pajak restoran di
PAD kota Bekasi adalah sebesar 7.6 untuk tahun 2006 dan untuk tahun 2007
sebesar 10.5. Angka rasio realisasi pajak restoran lebih besar dari pada rasio
rencana untuk tahun 2007-2008, artinya PAD kota Bekasi telah dapat
merealisasikan penerimaan pajak restoran melebihi rencana yang telah disusun
pada awal tahun.
Angka rasio pada tahun 2009-2010 angka rasio vertikal untuk rencana
pajak restoran sebesar 20.6 dan untuk tahun 2010 sebesar 24,08 . artinya pajak
restoran tahun 2009-2010 lebih besar perencanaan dibandingkan realisasinya,
maka rencana penerimaan yang disusun PAD belum dapat terealisasi dengan baik.
Tahun 2011-2012 angka ratio vertikal untuk rencana pajak restoran di
PAD kota Bekasi adalah sebesar 14.9 untuk tahun 2011 dan untuk tahun 2012
sebesar 20.2 selisih angka dari kedua ratio 2012 adalah sebesar 2,6. Pada tahun
2011-2012 ini PAD kota Bekasi telah menerima pendapatan dari pajak restoran
melebihi rencana yang telah dibuat dapat direalisasikan dengan baik.
Angka ratio vertikal PAD kota Bekasi pada tahun 2013 untuk rencana
penerimaan pajak restoran adalah sebesar 31.5 sedangkan angka realisasi
penerimaan pajak restoran adalah sebesar 28.08 dengan selisih angka dari kedua
ratio 3.42. angka ratio dari rencana penerimaan pajak restoran lebih besar tetapi
PAD kota Bekasi tidak dapat merealisasikan rencana pendapatannya.
4.1.3 Penerimaan Pajak Hiburan
Penerimaan Pajak hiburan selama tahun 2004-2013 disajikan dalam tabel
4.3 berikut ini :
Tabel 4.5
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan kota bekasi Periode 2004-2013
Sumber : Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi (diolah kembali)
Dari table 4.3 rasio penerimaan pajak hiburan diatas pada tahun 2004 PAD
merencanakan penerimaan sebesar Rp.1,172,101,700.00 dengan persentase
110.2% dari pajak hiburan dengan realisasi Rp. 1,292,312,402.00.
Tahun 2005 PAD kota Bekasi merencanakan penerimaan yang diperoleh
pajak hiburan sebesar Rp.1,367,118,700.00 dan yang terealisasi sebesar
Rp.1,467,443,201.00 dengan persentase 107,3% yang artinya penerimaan PAD
Tahun Target P.Hiburan Realisasi P.Hiburan (%)
2004 1,172,101,700.00 1,292,312,402.00 110.2
2005 1,367,118,700.00 1,467,443,201.00 107.3
2006 1,539,555,317.00 1,887,490,767.00 122.5
2007 2,187,101,000.00 2,401,878,106.00 109.8
2008 4,043,143,868.00 3,704,270,966.00 91.6
2009 4,298,655,900.00 4,378,328,433.00 101.8
2010 6,528,654,900.00 5,940,680,537.00 90.9
2011 8,083,507,100.00 8,610,847,387.00 106.5
2012 12,034,187,700.00 12,749,787,164.00 105.9
2013 15,710,472,013.00 17,755,898,893.00 113
Rata-rata 105.9
kota Bekasi dari pajak hiburan mengalami surplus penerimaan sebesar 7,3% dari
perencanaan.
Tahun 2006 PAD kota Bekasi merencanakan penerimaan yang diperoleh
pajak hiburan sebesar Rp.1,539,555,317.00 dan yang terealisasi sebesar Rp.
1,887,490,767.00 dengan persentase 122,5% yang artinya penerimaan PAD kota
Bekasi dari pajak hiburan mengalami surplus penerimaan sebesar 22,5% dari
perencanaan.
Tahun 2007 PAD kota Bekasi merencanakan penerimaan yang diperoleh
pajak hiburan sebesar Rp2,187,101,000.00 dan yang terealisasi sebesar Rp.
2,401,878,106.00 dengan persentase 109,8% yang artinya penerimaan PAD kota
Bekasi dari pajak hiburan mengalami surplus penerimaan sebesar 9,8% dari
perencanaan.
Tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 91.6% mengalami defisit
penerimaan sebesar 8.4%. Penurunan ini disebabkan oleh berkurangnya jumlah
wajib pajak lama yang memperpanjang izin hiburan.
Dari 5 tahun terakhir ini 2009-2013 mengalami peningkatan
dengan rata-rata 1,06% pertahunnya dari perencanaan. Hal ini didorong adanya
factor peluang bisnis restoran yang semakin tahun semakin banyak juga peluang
untuk membuka usaha restoran yang menyebabkan restoran sudah sangat banyak
di kota Bekasi, maka semakin pajak restoran semakin meningkat PAD kota
Bekasi.
Tabel 4.6
Rasio Vertikal Penerimaan Pajak Hiburan Periode 2004-2013
No Tahun
Penerimaan
Target pajak
Restoran Ratio
Realisasi
p.restoran Ratio
1 2 3 4 5 6
1 2004 1,172,101,700.00 1,292,312,402.00
2 2005 1,367,118,700.00 14.26 1,467,443,201.00 11.9
3 2006 1,539,555,317.00 11.2 1,887,490,767.00 22.2
4 2007 2,187,101,000.00 29.6 2,401,878,106.00 21.4
5 2008 4,043,143,868.00 45.9 3,704,270,966.00 35.1
6 2009 4,298,655,900.00 5.9 4,378,328,433.00 15.4
7 2010 6,528,654,900.00 34.1 5,940,680,537.00 26.3
8 2011 8,083,507,100.00 19.2 8,610,847,387.00 31.0
9 2012 12,034,187,700.00 32.8 12,749,787,164.00 32.4
10 2013 17,710,472,013.00 32.0 15,755,898,893.00 19.0
Sumber : Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi (diolah kembali)
Berdasarkan data diatas dapat dilihat kenaikan ratio vertikal dari
perencanaan dan realisasi penerimaan pajak hiburan di PAD kota Bekasi, pada
tahun 2005 dari perencaan adalah sebesar 14.2 dan realisasi nya adalah sebesar
11.9 selisih dari ratio kedua vertikal perencanaan adalah sebesar 3.7. meskipun
angka ratio vertikal dan realisasi penerimaan pajak hiburan besar tetapi pada tahun
2005 ini rencana penerimaan yang disusun oleh PAD kota Bekasi belum dapat
terealisasi.
Angka rasio vertikal dari perencanaan dan realisasi penerimaan pajak
hiburan adalah sebesar 11.3 dan realisasi sebesar 22.2 selisih nya adalah sebesar
11.1 Pada tahun 2006 ini PAD kota Bekasi telah menerima pendapatan dari pajak
hiburan melebihi rencana yang telah dibuat dapat direalisasikan dengan baik.
Pada tahun 2007 dari perencaan adalah sebesar 29.6 dan realisasi nya
adalah sebesar 21.4 selisih dari ratio kedua vertikal perencanaan adalah sebesar
3.7. Meskipun angka ratio vertikal dan realisasi penerimaan pajak hiburan besar
tetapi pada tahun 2005 ini rencana penerimaan yang disusun oleh PAD kota
Bekasi belum dapat terealisasi.
Tahun 2008 angka ratio vertikal untuk rencana pajak hiburan di PAD kota
daerah adalah sebesar 45.9 dan angka ratio vartikel untuk realisasi penerimaan
pajak hiburan adalah 35.1 selisih dari ratio vertikaltersebut adalah sebesar 10.8.
pada tahun 2008 ini pendapatan asli daerah kota Bekasi tidak dapat merealisasikan
penerimaannya.
Angka rasio vertikal Pendapatan asli daerah kota Bekasi pada tahun 2009
dari perencanaan pajak hiburan adalah sebesar 5.9% sedangkan angka ratio dari
realisasi penerimaannya adalah sebesar 15.4 %. Angka ratio rencana pajak
hiburan lebih kecil dibandingkan dengan angka rasio realisasi penerimaan jauh
lebih besar. Untuk tahun 2009 ini PAD kota Bekasi telah dapat merealisasikan
penerimaan pajak hiburannya melebihi rencana yang telah disusun pada awal
tahun.
Tahun 2010 angka ratio vertikal untuk rencana pajak hiburan di PAD kota
daerah adalah sebesar 34.1 dan angka ratio vartikel untuk realisasi penerimaan
pajak hiburan adalah 26.3 selisih dari ratio vertikaltersebut adalah sebesar 7.8.
pada tahun 2010 ini pendapatan asli daerah kota Bekasi tidak dapat merealisasikan
penerimaannya.
Angka rasio vertikal 2011 dari perencanaan penerimaan pajak hiburan
adalah sebesar 19.2 % dan realisasi sebesar 31 % selisih nya adalah sebesar 10.8
% Pada tahun 2011 ini PAD kota Bekasi telah menerima pendapatan dari pajak
hiburan melebihi rencana yang telah dibuat dapat direalisasikan dengan baik.
Ratio vertikal dari perencanaan dan realisasi penerimaan pajak hiburan di
PAD kota Bekasi, pada tahun 2012 dan 2013 dari perencaan adalah sebesar 32.8
dan 2013 sebesar 32 % dan realisasi nya adalah sebesar 2010 sebesar 32.4%, 19
% untuk tahun 2013. selisih dari ratio kedua vertikal perencanaan adalah sebesar
4% dan 18% untuk tahun 2013. meskipun angka ratio vertikal dan realisasi
penerimaan pajak hiburan besar tetapi pada tahun 2012-2013 ini rencana
penerimaan yang disusun oleh PAD kota Bekasi belum dapat terealisasi.
4.1.4 Penerimaan Pendapatan Asli Daerah
Untuk mengetahui perkembangan pemungutan pendapatan asli daerah di
kota Bekasi selama 10 tahun terakhir (2004-2013) dapat dilihat di tabel 4.7 berikut
ini :
Tabel 4.7 Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah kota Bekasi periode 2004-
2013200
Sumber : data diolah penulis
Perbandingan jumlah Pendapatan Asli Daerah pada tahun 2007
mengalami peningkatan, yaitu sebesar 112.9% atau dapat dikatakan bahwa
target sebesar Rp. 19.867.002.000,- realisasinya sebesar Rp.
22.448.897.416,- perbandingan rencana dan realisasi rata-rata mencapai
94.88% pertahun yang dapat diketahui bahwa nilai pemungutan
Pendapatan asli daerah berpengaruh dalam meningkatkan pendapatan
daerah.
Target dan realisasi pendapatan asli daerah tahun 2004-2013 dapat
dilihat dari grafik dibawah ini :
Tahun Target PAD Realisasi PAD (%)
2004 13,809,584,566.00 14,112,022,947.00 102.1
2005 16,048,846,250.00 15,578,966,482.00 97.02
2006 17,476,241,064.00 18,668,771,292.00 106.8
2007 19,867,002,000.00 22,448,879,416.00 112.9
2008 28,523,044,868.00 30,745,085,492.00 107.8
2009 34,545,836,651.00 35,663,618,950.00 103.2
2010 45,950,377,900.00 44,644,827,649.00 97.1
2011 54,663,425,350.00 57,283,432,653.00 104.7
2012 70,772,100,100.00 75,518,919,269.00 106.7
2013 101,394,016,583.00 102,217,434,506.00 100.8
Rata-rata 94.88
Gambar 4.1 Pertumbuhan Target dan Realisasi Pendapatan Daerah
kota Bekasi periode 2004-2013
Sumber : Dispenda kota Bekasi (data diolah kembali)
Dari pertumbuhan target dan realisasi pendapatan asli daerah dari
tahun 2004 sampai dengan tahun 2013 selalu mengalami kenaikan dan
penurunan hal ini disebabkan karena pajak hotel, pajak restoran dan pajak
hiburan tidak mencapai target pertahunnya. Penurunan yang terjadi
disebabkan kurangnya pengawasan dinas pendapatan asli daerah terhadap
pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan dalam membayar pajak. dan
hal lainnya disebabkan karena kenaikan dan penurunan dinas pendapatan
asli daerah bisa disebabkan oleh pajak-pajak daerah lain
mempengaruhinya.
2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013
(%) PAD 102.1 97.02 106.8 112.99 107.8 103.23 97.15 104.79 106.7 100.81
102.1
97.02
106.8
112.99
107.8
103.23
97.15
104.79106.7
100.81
(%) Pendapatan Asli Daerah
4.2 Pengujian Data
4.2.1 Uji Deskriptif Statistik
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data. Dalam
statistik deskriptif berisi tentang jumlah sample yang diteliti, nilai minimum dan
maskimum, mean dan standar deviasi.
Berikut ini adalah hasil uji dari perhitungan deskriptif data pajak hotel,
pajak restoran dan pajak hiburan terhadap PAD tahun 2004 sampai dengan 2013
yang dapat dilihat pada table 4.4 dibawah ini :
Tabel 4.8 Deskriptif Statistik
Sumber : Output pengolahan SPSS, Deskriptif Statistik
Berdasarkan tabel 4.8 diatas dapat dijelaskan bahwa :
1. Variabel X1 yang diukur dengan Pajak hotel menunjukkan nilai rata-rata yang
terjadi sebesar 89.82 dengan standar deviasi 29,4 Nilai minimumnya sebesar
9,24 dan maksimumnya sebesar 110,07.
2. Variabel X2 yang diukur dengan pajak restoran menunjukkan nilai rata-rata
yang terjadi sebesar 104,8 dengan standar deviasi 5,71 Nilai minimumnya
sebesar 96,72 dan maksimumnya sebesar 114,31.
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
P.Hotel 10 9.24 110.07 89.8230 29.40058
P.Restoran 10 96.72 114.31 104.8110 5.71663
P.Hiburan 10 89.96 122.60 103.7870 10.37647
PAD 10 62.12 113.00 100.2240 14.33257
Valid N (listwise) 10
3. Variabel X3 diukur dengan pajak hiburan menunjukkan nilai rata-rata yang
terjadi sebesar 103.78 dengan standar deviasi 10.37 Nilai minimumnya sebesar
89.96 dan maksimumnya sebesar 113.
4. Variabel Y (Pendapatan Asli Daerah) menunjukkan nilai rata-rata yang terjadi
sebesar 89.82 dengan standar deviasi 29,40 Nilai minimumnya sebesar 9,24 an
maksimumnya sebesar 110,07.
4.2.2 Uji Asumsi Klasik
Sebelum melakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji regresi
berganda, terlebih dahulu dilakukan pengujian apakah terdapat penyimpangan
asumsi klasik yaitu melalui pengujian normalitas, multikolinearitas dan
autokorelasi.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan menguji apakah model regresi variabel independen
dan variabel dependen berdistribusi secara normal atau tidak.Regresi linier
menghendaki variabel yang diteliti harus memenuhi asumsi normalitas.Pada
penelitian ini uji normalitas diuji dengan menggunakan uji Kolmogrof-
Sminrnov.Jika taraf signifikan diatas 0,05 maka data terdistribusi secara normal.
Tabel 4.9
Besarnya nilai Kolmogrov smirnov adalah 0,724 dan signifikansi pada
0,694 yang artinya berada diatas 0,05. Hal ini berarti nilai residual terdistribusi
secara normal sehingga model penelitian ini dinyatakan telah memenuhi asumsi
normalitas.
2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditentukan adanya korelasi antara variabel bebas atau independen. Pengujian
multikolinearitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan VIF dan
tolerance. Jika nilai VIF dan tolerance berada disekitar angka satu, maka model
dalam penelitian ini dinyatakan bebas dari gangguan multikolinearitas.Selain itu,
dapat juga dilihat dari korelasi antar variabel, model regresi linear yang baik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 10
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 6.26786971
Most Extreme Differences
Absolute .213
Positive .213
Negative -.186
Kolmogorov-Smirnov Z .724
Asymp. Sig. (2-tailed) .694
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Output SPSS, Kolmogrov Smirnov
adalah nilai korelasi antaa variabel bebasnya lemah atau kurang dari 0,5. Berikut
adalah hasil dari pengujian multikolinearitas dalam penelitian ini :
Tabel 4.10 Uji Multikolinearitas
Sumber : Output SPSS, Coefficients a
Berdasarkan table 4.10 di atas menunjukkan bahwa pajak hotel, pajak
restoran dan pajak hiburan memiliki nilai tolerance dan VIF disekitar angka 1.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan tidak
terjadi multikolinearitas antar variabel independen dalam model regresi.
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standard
ized
Coefficie
nts
Collinearity
Statistics
B Std.
Error
Beta Tolera
nce
VIF
1
(Const
ant) 101.315 57.871
P.Hotel -.342 .049 1.310 .672 1.195
P.Rest
oran .753 .322 .422 .556 1.433
P.Hibu
ran .436 .265 .188 .773 1.272
a. Dependent Variable: PAD
Tabel 4.11
Dari hasil yang ditunjukkan oleh tabel 4.11 dapat dilihat bahwa
hubungan antara pajak hiburan dengan pajak restoran sebesar -0,314. Hubungan
antara pajak hiburan dengan pajak hotel 0,346. Hubungan antara pajak restoran
dengan pajak hotel -0,351. Hal tersebut membuktikan bahwa korelasi antara
variabel bebas < 0,5, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
multikolinearitas, sehingga data dalam penelitian ini dapat digunakan untuk
analisis penelitian.
3. Hasil Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1. Jika terjadi korelasi maka ditengarai terdapat
masalah autokorelasi. Autokorelasi terjadi karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu dan berkaitan satu dengan yang lainnya. Suatu model regresi
yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau
Coefficient Correlationsa
Model P.Hiburan P.Hotel P.Restoran
1
Correlations
P.Hiburan 1.000 .346 -.314
P.Hotel .346 1.000 -.351
P.Restoran -.314 -.351 1.000
Covariances
P.Hiburan .085 .011 -.083
P.Hotel .011 .010 -.025
P.Restoran -.083 -.025 .305
a. Dependent Variable: PAD Sumber : Output SPSS, Coefficients a
tidaknya autokorelasi dalam model penelitian ini maka dilakukan pengujian
Durbin Watson. Berikut ini adalah hasil dari uji autokorelasi :
Tabel 4.12
Berdasarkan tabel 4.12 diatas menunjukkan nilai Durbin-watson sebesar
2.073. Karena angka D-W berada antara 1,55 sampai dengan 2,46 hal ini berarti
pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan tidak terdapat masalah autokorelasi
sehingga layak untuk dijadikan sebagai variabel.
4.2.3 Uji Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan bertujuan untuk mengetahui
pengaruh variabel bebas terhadap variabel tidak bebas(terikat) atau perubahan dari
setiap peningkatan atau penurunan variabel bebas yang akan mempengaruhi
variabel terikat. Berdasarkan pengolahan data ysng telah dilakukan menggunakan
SPSS versi 20, maka hasil regresi akan disajikan pada tabel di bawah ini :
Model Summaryb
Mo
del
R R
Squa
re
Adjuste
d R
Square
Std.
Error of
the
Estimat
e
Change Statistics Durbin-
Watson R
Square
Change
F
Chan
ge
df1 df2 Sig. F
Change
1 .899
a
.809 .713 7.67654 .809 8.458 3 6 .014 2.073
a. Predictors: (Constant), P.Hiburan, P.Hotel, P.Restoran
Sumber : Output SPSS, Model Summaryb
Tabel 4.13 Regresi Linier Berganda
Sumber :diolah penulis dengan SPSS 20
Berdasarkan hasil ouput pada tabel 4.13 diatas, maka diperoleh hasil
persamaan regresi sebagai berikut :
PAD = 101.315 - 0,342 P.hotl + 0,753 P.rstran + 0,436 P.hbran + error
Keterangan :
Y : Pendapatan Asli Daaerah (PAD)
P.hotl : Pajak hotel
P.rstran : Pajak restoran
P.hbran :Pajak hiburan
e : Error
Persamaan tersebut dapat dianalisis sebagai berikut ini :
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 101.315 57.871
2.422 .058
P.Hotel -.342 .049 1.310 -1.971 .133
P.Restoran .753 .322 .422 3.558 -.291
P.Hiburan .436 .265 .188 1.870 .318
a. Dependent Variable: PAD
1. Nilai Konstanta (PAD) sebesar 101.315. Hal ini menunjukan bahwa jika pajak
hotel, pajak restoran dan pajak hiburan bernilai nol maka nilai PAD sebesar
101.315.
2. Nilai koefisien (X1) sebesar 0,342. Hal ini menunjukan bahwa pajak hotel dan
PAD berbanding lurus, yang artinya jika pajak hotel ditingkatkan, maka
pendapatan asli daerah berkurang.
3. Nilai koefisien (X2) pajak restoran sebesar 0,753. Hal ini menunjukan bahwa
pajak restoran dan PAD berbanding terbalik, yang artinya jika pajak restoran
ditingkatkan, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan meningkat.
4. Nilai koefisien pajak hiburan (X3) sebesar 0,436. Hal ini menunjukan bahwa
Pajak hiburan dan PAD berbanding terbalik, yang artinya jika pajak hiburan
ditingkatkan, maka Pendapatan Asli Daerah (PAD) akan meningkat
4.3.4 Hasil Pengujian Hipotesis
Setelah dilakukan pengujian asumsi klasik, maka dapat dilakukan
pengujian statistik/signifikan model regresi untuk melihat pengaruh variabel
independen terhadap variabel dependen.
1. Koefisien Determinasi R²
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen yang digunakan dalam penelitian. Berikut ini adalah hasil dari uji
Koefisien determinasi R².
Tabel 4.14 Uji Koefisien Determinasi R²
Pernyataan
di atas
berlandaskan
penjabaran hasil
pengujian pada table 4.14 yang menunjukkan hasil perhitungan R adalah 0.899
ini berarti 89,9% variasi Pendapatan Asli Daerah yang dapat dijelaskan oleh
variasi 3 variabel independen Pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan.
Sedangkan sisanya (100%-89,9%=1,1%) dijelaskan oleh sebab lain diluar model
penelitian.
Nilai R sebesar 0.899 yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara
Pendapatan Asli Daerah dengan Pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan
adalah erat.
2. Uji Parameter Individual (Uji Statistik t)
Pengujian ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen.Berikut ini adalah hasil dari Uji Parameter Individual (Uji
Statistik t).
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .899a .809 .713 7.67654
a. Predictors: (Constant), P.Hiburan, P.Hotel, P.Restoran
c. Dependent Variable: PAD Sumber : Output SPSS, Model Summary
b
Tabel 4.15 Uji Parameter Individual
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 101.315 57.871 2.422 .058
P.Hotel -.342 .049 1.310 -1.971 .133
P.Restoran .753 .322 .422 3.558 -.291
P.Hiburan .436 .265 .188 1.870 .318
a. Dependent Variable: PAD Sumber : Output SPSS, Coefficients
a
Berdasarkan tabel 4.15 maka hasil pengujian hipotesis menggunakan
koefisien secara individual adalah sebagai berikut :
1. Pengaruh Pajak hotel terhadap Pendapatan asli daerah
Uji hipotesis 1 dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
Pajak hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah. Berikut hipotesis untuk variabel
pajak hotel yang diuji :
Ha : Pajak hotel berpengaruh terhadap PAD
Ho : Pajak hotel tidak berpengaruh terhadap PAD
Pajak hotel pada tabel 4.11 menunjukan hasil nilai thitung sebesar -1.971
dengan ttabel sebesar 2,262 dan nilai signifikan sebesar 0,133 yang berarti lebih
besar dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,133 > 0,05.
Ho Diterima
Gambar 4.2 Uji Hipotesis 1
Sumber : Di olah penulis
Berdasarkan gambar 4.2 menunjukan bahwa hipotesis nol untuk pajak
hotel Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa pajak hotel berpengaruh
terhadap Pendapatan Asli Daerah
2. Pengaruh Pajak Restoran terhadap PAD
Uji hipotesis 2 dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
Pajak restoran terhadap PAD. Berikut hipotesis untuk variabel Pajak restoran yang
diuji :
Ha : Pajak Restoran berpengaruh terhadap PAD
Ho : Pajak Restoran tidak berpengaruh PAD
Pajak Restoran pada tabel 4.11 menunjukan hasil nilai thitung sebesar
3.558 dengan ttabel sebesar 2,262 dan nilai signifikan sebesar -0,291 yang berarti
lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau -0,291 < 0,05.
-2,262 2,262 -1.971
Ho Ditolak Ha Diterima
Ho Ditolak Ha Diterima
Ho Diterima
Gambar 4.3
Uji Hipotesis 2
Sumber : di oalah penulis
Berdasarkan gambar 4.3 menunjukan bahwa hipotesis nol untuk Pajak
restoran Ho diterima dan Ha ditolak, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pajak
restoran berpengaruh terhadap PAD.
3. Pengaruh Pajak Hiburan Terhadap PAD
Uji hipotesis 3 dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
pengaruh Pajak hiburan terhadap PAD. Berikut hipotesis untuk variabel Pajak
hiburan yang diuji :
Ha : Pajak hiburan berpengaruh terhadap PAD
Ho : Pajak hiburan tidak berpengaruh terhadap PAD
Pajak Hiburan pada tabel 4.11 menunjukan hasil nilai thitung sebesar
1,870 dengan ttabel sebesar 2,262 dan nilai signifikan sebesar 0,318 yang berarti
lebih besar dari nilai probabilitas 0,05 atau 0,318 > 0,05.
-2,262 2,262 3.558
Ho Ditolak Ha Diterima
Ho Ditolak Ha Diterima
Ho Diterima
Gambar 4.4
Uji Hipotesis 3
Berdasarkan gambar 4.4 menunjukan bahwa hipotesis nol untuk pajak
hiburan Ho diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa Pajak Hiburan
berpengaruh terhadap PAD.
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan penyajian data hasil penelitian, maka penulis akan membahas
hasil penelitian sesuai dengan permasalahan yang diajukan. Dalam penelitian ini
telah membuktikan bahwa :
a. Pengaruh Pajak Hotel terhadap PAD
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pajak hotel
berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah. Hal
tersebut didukung dengan nilai signifikan sebesar 0,133 yang berarti lebih kecil
dariI 0,05 atau 0,133 > 0,05 dan hasil uji t juga menunjukan bahwa pajak hotel
memiliki thitung sebesar -1.971 dengan ttabel sebesar 2,262. Pengaruh negatif ini
menunjukkan bahwa apabila variabel pajak hotel mengalami kenaikan maka akan
menyebabkan penurunan pada variabel pendaparan asli daerah.
-2,262 2,262 1870
Ho Ditolak Ha Diterima
Ho Ditolak Ha Diterima
b. Pengaruh Pajak Restoran terhadap PADD
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pajak restoran
berpengaruh positif secara signifikan terhadap PAD. Hal tersebut didukung
dengan nilai signifikan sebesar -0,291 yang berarti lebih besar dari nilai 0,05 atau
-0,291 < 0,05 dan hasil uji t juga menunjukan bahwa pajak restoran memiliki thitung
sebesar 3.558 dengan ttabel sebesar 2,262. Pengaruh positif ini menunjukan bahwa
apabila variabel pajak restoran mengalami kenaikan maka akan menyebabkan
peningkatan pada variabel pendapatan asli daerah.
c. Pengaruh Pajak Hiburan terhadap PAD
Hasil pengujian dalam penelitian ini menunjukan bahwa Pajak Hiburan
berpengaruh positif secara tidak signifikan terhadap PAD. Hal tersebut didukung
dengan nilai signifikan sebesar 0,318 yang berarti lebih besar dari nilai 0,05 atau
0,318 > 0,05 dan hasil uji t juga menunjukan bahwa pajak hiburan memiliki thitung
sebesar 1,870 dengan ttabel sebesar 2,262. Pengaruh positif ini menunjukkan
bahwa apabila variabel pajak hiburan mengalami kenaikan maka akan
menyebabkan kenaikan pula pada variabel pendaparan asli daerah.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data tentang Pajak hotel, pajak restoran dan
pajak hiburan terhadap Pendapatan Asli Daerah periode 2004-2013, dapat
disimpulkan bahwa :
a. Pajak hotel berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pendapatan asli
daerah kota Bekasi periode 2004-2013, hal ini ditunujukkan dengan uji
parameter Individual (Uji statistic t)
b. Pajak Restoran berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli
daerah kota Bekasi periode 2004-2013, hal ini ditunujukkan dengan uji
parameter Individual (Uji statistic t)
c. Pajak Hiburan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan
asli daerah kota Bekasi periode 2004-2013, hal ini ditunujukkan dengan uji
parameter Individual (Uji statistic t)
d. Korelasi pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan Nilai R sebesar 0.899
yang berarti bahwa korelasi atau hubungan antara Pendapatan Asli Daerah
dengan Pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan adalah erat dan positif
e. Hasil dari penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan terhadap
pendapatan asli daerah selama 10 tahun adalah sebesar 94.88%, yang artinya
pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan berpengaruh terhadap PAD,
sedangkan sisanya 5.14% yang artinya dipengaruhi oleh faktor lain.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan diatas penulis mengajukan beberapa saran
sebagai berikut :
1. Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi harus melakukan sosialisasi terhadap
wajib pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan agar mereka lebih menyadari
hak dan kewajiban yang dimilikinya sehingga kenaikan pajak hotel, pajak restoran
dan pajak hiburan diikuti oleh kenaikan laju pertumbuhan.
2. Dilihat dari pengaruh penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan
terhadap pendapatan asli daerah kota Bekasi yang signifikan, sebaiknya dinas
pendapatan asli daerah lebih memaksimalkan lagi pemungutan pajak hotel, pajak
restoran dan pajak hiburan di kota Bekasi dengan melakukan pendataan ulang
yang lebih lengkap terhadap subjek maupun objek pajak sehingga dapat
meningkatkan pendapatan asli daerah.
3. Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi sebaiknya terus berupaya meningatkan
penerimaan pajak daerah khususnya dari pajak hotel, pajak restoran dan pajak
hiburan yang memiliki hubungan yang sangat erat terhadap penerimaan pajak
daerah kota Bekasi.
4. Dalam upaya untuk meningkatkan penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan
pajak hiburan di kota Bekasi diharapkan meningkatkan realisasi dan target yang
ditetapkan pertahunnya. Peningkatan penerimaan pajak hotel, pajak restoran dan
pajak hiburan juga akan meningkatkan PAD dikota Bekasi. Maka dengan adanya
peningkatan penerimaan PAD dapat digunakan untuk pembiayaan pembangunan
Kota Bekasi.
DAFTAR PUSTAKA
………..Republik Indonesia.Undang-Undang N0. 28 Tahun 2009 Tenang Pajak
Daerah dan Retribusi daerah
………..Republik Indonesia.Undang-undang No.16 Tahun 2010 Tentang Pajak
Daerah
A.A.N.B. Dwiranda.Efektivitas Keuangan. http//ejournal.Uhud.ac.id di unduh
tanggal 20 maret 2015
Bungin,Burhan.2009. Metode Penelitian Kuantitatif kom. Jakarta : Prenada Media
EMBA. 1049. Vol.1 No.3 September 2013, Hal. 1049-1059, Dubin
Enterprise and the Competitive Environment 2014 conference, ECE 2014, 6–7
March 2014, Brno,Czech Republic
Ghozali, Imam. (2014). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro
Halim, Abdul. 20012 .Manajemen Keuangan Daerah.
Indra Widhi Ardiansyah.. Analisis kontribusi pajak hotel dan restoran terhadap
pendapatan Asli Daerah Purwarejo 2010. Universitas Islam negeri
Yogyakarta
Jabar Abdul Jurnal Berkala Ilmiah Efisiensi Volume 14 no. 2 - Mei 2013. Analisis
potensi penerimaan dan pentargetan paja daerah kota solo..
Mardiasmo. (20011Perpajakan. Edisi Revisi 2005. Yogyakarta : Andi
Mardiasmo. (2010). Perpajakan . Ghali Indonesia . Jakarta
Marhayudi, Putut ( 2009). Otonomi daerah, Jakarta : ISMEE
Nugraha dan Arvian Triantoro . 2012 . Analisis Efektivitas pajak restoran dan
kontribusinya terhadap Pendapatan asli daerah kota bandung .
Paramita, Vidya 2010.pengaruh hasil pemungutan pajak hotel dan pajak restoran
terhadap pendapatan asli daerah kota bandung. Program Diploma III
Fakultas Ekonomi Perpajakan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Priyatno, Dwi. 2008. Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom
Resmi, Siti ( 2011 ) Perpajakan II . Jakarta : Salemba Empat
Resmi, Siti ( 2013 ) perpajakan . Jakarta : salemba empat
Saki,Bigio. Issues 9–10, October 2011, Pages 1021-1035:Journal of Public
Economics, Elsevier,Volume 95
Siahaan, Marihot. 2011. Pajak Daerah dan Retribusi daerah , Jakarta: Rajawali
Press
Silesian University in Opava, Univerzitni nam. 1934, 73340 Karvina, Czech
Republic
Soemitro (2013) Perpajakan 1. Jakarta : Salemba Empat
Suandy,Erly (2011) perencanaan Pajak. Jakarta : Salemba Empat
Sugianto (2010) Otonomi Daerah. Jakarta : Erlangga.
Tjahjono, A. dan M. Fakhri Husein. (2009). Volume 7, Nomor 2, September
2008, hlm. 1 : Jurnal Akuntansi dan Keuangan.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ervina Yulia Candra
Umur : 20 tahun
Tempat,tanggal lahir : sukabumi, 20 juli 1993
Alamat : Jln.Tanah Merdeka RT 009/005 Ciracas-Susukan
Jakarta timur 13750
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
No hp : 0896-3257-5476
Email : ervinayulia26@yahoo.com
Pendidikan akhir
• 1999-2005 Sekolah dasar 1 parungkuda
• 2006-2008 Sekolah menengah pertama negeri 1 parungkuda
• 2009-2011 Sekolah menengah atas negeri 104 jakarta jurusan IPS
• 2011-2014 Universitas Darma Persada jurusan Akuntansi
Lampiran 1 : Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hotel kota Bekasi Periode 2004-2013
Sumber : Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi (diolah kembali)
Lampiran 2 : Target dan Realisasi penerimaan pajak restoran kota Bekasi
Periode20042013
Sumber : Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi (diolah kembali)
Tahun Target pajak Hotel Realisasi Pajak Hotel (%)
2004 916,057,766.00 907,986,725.00 99.1
2005 1,092,983,050.00 967,214,238.00 88.4
2006 1,225,054,065.00 1,348,472,889.00 110
2007 1,240,609,000.00 1,254,563,232.00 101.1
2008 2,290,609,000.00 2,022,716,728.00 88.3
2009 2,297,270,500.00 2,212,566,114.00 96.3
2010 2,605,618,000.00 2,711,074,812.00 104
2011 3,299,999,400.00 3,348,011,541.00 101.4
2012 4,500,000,000.00 4,062,680,578.00 90.2
2013 4,439,768,300.00 4,836,097,802.00 108.9
Rata-Rata
98.7
Tahun Target Pajak Restauran Realisasi Pajak
Restoran (%)
2004 11,721,425,100.00 11,911,723,820.00 101.6
2005 13,588,744,500.00 13,144,309,043.00 96.7
2006 14,711,631,682.00 15,432,807,636.00 104.9
2007 16,439,292,000.00 18,792,438,078.00 114.3
2008 22,189,292,000.00 25,018,097,798.00 112.7
2009 27,949,910,251.00 29,072,724,403.00 104
2010 36,816,105,000.00 35,993,072,300.00 97.76
2011 43,279,918,850.00 45,324,573,725.00 104.7
2012 54,237,912,400.00 58,706,451,527.00 108.2
2013 79,243,776,270.00 81,625,437,811.00 103
Rata-Rata 104.7
Lampiran 3 : Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Hiburan kota bekasi Periode 2004-2013
Sumber : Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi (diolah kembali)
Lampiran 4 : Target dan Realisasi Pendapatan Asli daerah kota Bekasi periode
2004-2013
Sumber : Dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi (diolah kembali)
Tahun Target P.Hiburan Realisasi P.Hiburan (%)
2004 1,172,101,700.00 1,292,312,402.00 110.2
2005 1,367,118,700.00 1,467,443,201.00 107.3
2006 1,539,555,317.00 1,887,490,767.00 122.5
2007 2,187,101,000.00 2,401,878,106.00 109.8
2008 4,043,143,868.00 3,704,270,966.00 91.6
2009 4,298,655,900.00 4,378,328,433.00 101.8
2010 6,528,654,900.00 5,940,680,537.00 90.9
2011 8,083,507,100.00 8,610,847,387.00 106.5
2012 12,034,187,700.00 12,749,787,164.00 105.9
2013 15,710,472,013.00 17,755,898,893.00 113
Rata-rata 105.9
Tahun Target PAD Realisasi PAD (%)
2004 13,809,584,566.00 14,112,022,947.00 102.1
2005 16,048,846,250.00 15,578,966,482.00 97.02
2006 17,476,241,064.00 18,668,771,292.00 106.8
2007 19,867,002,000.00 22,448,879,416.00 112.9
2008 28,523,044,868.00 30,745,085,492.00 107.8
2009 34,545,836,651.00 35,663,618,950.00 103.2
2010 45,950,377,900.00 44,644,827,649.00 97.1
2011 54,663,425,350.00 57,283,432,653.00 104.7
2012 70,772,100,100.00 75,518,919,269.00 106.7
2013 101,394,016,583.00 102,217,434,506.00 100.8
Rata-rata 94.88
Lampiran 4 : Hasil Perhitungan Descriptive Statistics
Sumber : Hasil Output SPSS Versi 20
Lampiran 5: Hasil Perhitungan Uji Asumsi Klasik
Uji Normalitas
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
P.Hotel 10 9.24 110.07 89.8230 29.40058
P.Restoran 10 96.72 114.31 104.8110 5.71663
P.Hiburan 10 89.96 122.60 103.7870 10.37647
PAD 10 62.12 113.00 100.2240 14.33257
Valid N (listwise) 10
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 10
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 6.26786971
Most Extreme Differences
Absolute .213
Positive .213
Negative -.186
Kolmogorov-Smirnov Z .724
Asymp. Sig. (2-tailed) .694
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Hasil Output SPSS 20
Lampiran 6 : Hasil perhitungan Uji Autokorelasi
Lampiran 7 :Hasil Perhitungan Regresi linier Berganda
Sumber : Hasil Output SPSS Versi 20
Model Summaryb
Mo
del
R R
Squar
e
Adjusted
R
Square
Std.
Error of
the
Estimate
Change Statistics Durbin-
Watson R
Square
Change
F
Chan
ge
df1 df2 Sig. F
Change
1 .899a .809 .713 7.67654 .809 8.458 3 6 .014 2.073
a. Predictors: (Constant), P.Hiburan, P.Hotel, P.Restoran
Sumber : Output SPSS, Model Summaryb
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardize
d
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 101.315 57.871
2.422 .058
P.Hotel -.342 .049 1.310 -1.971 .133
P.Restoran .753 .322 .422 3.558 -.291
P.Hiburan .436 .265 .188 1.870 .318
a. Dependent Variable: PAD
Lampiran 8 : Uji Hipotesis (Uji Parameter Individual)
Uji Hipotesis
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 101.315 57.871 2.422 .058
P.Hotel -.342 .049 1.310 -1.971 .133
P.Restoran .753 .322 .422 3.558 -.291
P.Hiburan .436 .265 .188 1.870 .318
a. Dependent Variable: PAD
Sumber : Hasil Output SPSS Versi 20
LAPORAN : TARGET DAN REALISASI PAD
KOTA BEKASI
TAHAPAN TARGET : 100,00 %
TAHUN 2004
KODE REK URAIAN TARGET T.A 2004
(Rp) REALISASI T.A
2004 (Rp) 1 2 3 4
4
PENDAPATAN DAERAH
4 1 Pendapatan Asli Daerah 4 1 1 Hasil Pajak Daerah
4 1 1 1 Pajak Hotel
916,057,766.00
907,986,725.00
4 1 1 2 Pajak Restoran
11,721,425,100.00
11,911,723,820.00
4 1 1 3 Pajak Hiburan
1,172,118,700.00
1,292,312,402.00
4 1 1 4 Pajak Reklame
4,101,727,780.00
4,801,882,021.00
4 1 1 5 Pajak Penerangan Jalan
22,434,675,590.00
22,265,458,788.00
4 1 1 6 Pajak Parkir
1,328,143,767.00
1,443,664,657.00
Pajak Pengambilan dan pengelolaan Bahan Galian c
13,545,100.00
24,120,000.00
JUMLAH A
41,687,693,803.00
42,647,148,413.00
Sumber : dinas pendapatan asli daerah kota Bekasi
top related