pengaruh penggunaan model pembelajaran …/pengaruh... · metode dokumentasi yang berupa kalender...
Post on 19-Mar-2019
226 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL
BELAJAR IPS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA
KELAS IV SD NEGERI SE – GUGUS SLAMET RIYADI
BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
DEWI WIJAYANTI
K7108115
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Dewi Wijayanti
NIM : K7108115
Jurusan/Program Studi : IP/PGSD
menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “PENGARUH PENGGUNAAN
MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR IPS DITINJAU DARI
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI SE – GUGUS
SLAMET RIYADI BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012” ini benar-
benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang
dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
daftar pustaka.
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya
Surakarta, 18 Juni 2012
Yang membuat pernyataan
Dewi Wijayanti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL
BELAJAR IPS DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA
KELAS IV SD NEGERI SE – GUGUS SLAMET RIYADI
BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
DEWI WIJAYANTI
K7108115
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Surakarta, Juni 2012
Pembimbing I
Drs. Chumdari, M. Pd
NIP. 195605121981111001
Pembimbing II
Hadiyah, S. Pd, M. Pd
NIP. 195807271985032003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari : Rabu
Tanggal : 11 Juli 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRAK
Dewi Wijayanti. PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
TERHADAP HASIL BELAJAR IPS DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI SE – GUGUS SLAMET
RIYADI BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya
pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT) terhadap hasil belajar IPS ditinjau dari motivasi belajar siswa
kelas IV SD Negeri se – gugus Slamet Riyadi Boyolali tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan motode eksperimen semu. Populasi
penelitian adalah seluruh siswa kelas IV SD Negeri se – gugus Slamet Riyadi
Boyolali tahun ajaran 2011/2012, yang berjumlah 112 siswa pada 5 sekolah.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 2 kelas, yaitu kelas
eksperimen pada SD Negeri 1 Kiringan yang berjumlah 26 siswa dan kelas
kontrol pada SD Negeri 3 Kiringan yang berjumlah 26 siswa. Teknik pengambilan
sampel dilakukan secara sampling ramdom kluster. Uji instrumen dilaksanakan di
SD Negeri 4 Kiringan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah: (1)
Metode dokumentasi yang berupa kalender pendidikan semester genap tahun
ajaran 2011/2012, foto dan video kegiatan pembelajaran di kelas, (2) Metode
angket untuk motivasi belajar, dan (3) Metode tes untuk data hasil belajar IPS.
Teknik analisis yang digunakan adalah analisis variansi dua jalan sel tak sama.
Sebagai persyaratan analisis yaitu populasi berdistribusi normal menggunakan uji
Lilliefors dan populasi mempunyai variansi yang sama (homogen) menggunakan
uji Bartlett dengan statistik uji Chi Kuadrat dengan taraf signifikansi 5%.
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa: (1) Penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) menghasilkan
hasil belajar IPS yang lebih baik daripada penggunaan model pembelajaran
langsung pada siswa kelas IV SD Negeri se – gugus Slamet Riyadi Boyolali
Tahun Ajaran 2011/2012 (Fhitung=32,39 > 4,06=Ftabel pada taraf signifikansi 5%),
(2) Terdapat pengaruh motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar IPS siswa
kelas IV SD Negeri se – gugus Slamet Riyadi Boyolali tahun ajaran 2011/2012
(Fhitung=51,51 > 2,82=Ftabel pada taraf signifikansi 5%), (3) Tidak terdapat
pengaruh interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar terhadap hasil
belajar IPS siswa kelas IV SD Negeri se – gugus Slamet Riyadi Boyolali tahun
ajaran 2011/2012 (Fhitung=0,84 < 2,82=Ftabel pada taraf signifikansi 5%)
Kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, hasil
belajar IPS, motivasi belajar siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
ABSTRACT
Dewi Wijayanti. THE INFLUENCE NUMBERED HEADS TOGETHER
(NHT) TYPE OF COOPERATIVE LEARNING MODEL TO RESULT ON
LEARNING SOCIAL STUDIES LOOK FROM STUDENT MOTIVATION
FOURTH GRADE ELEMENTARY SCHOOL OF SLAMET RIYADI
GROUP BOYOLALI 2011/2012 ACADEMIC YEAR. Minithesis, Teacher
Training and Education Faculty Sebelas Maret University of Surakarta. July 2012.
The purpose of this research is to determine whether there is influence of
the use Numbered Heads Together (NHT) type of cooperative learning model on
learning outcomes in terms of motivation to learn social studies fourth grade
elementary school students of Slamet Riyadi group Boyolali 2011/2012 academic
year.
This research uses quasi – experimental method. The population of
research is all fourth grades students of Slamet Riyadi group Boyolali 2011/2012
academic year, which totaled 112 students in five schools. The sample in this
research use 2 classes, experimental class in SD N 1 Kiringan with 26 students
and control class in SD N 3 Kiringan with 26 students. The sampling technique is
random cluster sampling. Test instruments held in SD N 4 Kiringan. Data
collection techniques used are: (1) Documentation in the form of education
calendar in odd semester 2011/2012 academic year, photos and videos in the
classroom learning activities, (2) The questionnaire method for learning
motivation , and (3) Test method for data on student social studies learning
achivement. Technique of analyzing data uses two way analysis of variance with
unequel cells. The analysis requirement is the population with normal distribution
using Lilliefors test and population having the same variance (homogenous) using
Bartlett method with Chi Square test statistic at 5% significance level.
The result of research can be concluded that: (1) Learning using
Numbered Heads Together (NHT) type of cooperative learning model provides
social studies learning achivement better than direct instruction in the fourth grade
elementary school students of Slamet Riyadi group Boyolali 2011/2012 academic
year (Fcount=32,39 > 4,06=Ftable at 5% significance level), (2) There is an
influence of students motivation to result on learning social studies fourth grade
elementary school of Slamet Riyadi group Boyolali 2011/2012 academic year
(Fcount=51,51 > 2,82=Ftable at 5% significance level), (3) There is no interaction
influence between learning model and learning motivation to students result on
learning social studies fourth grade elementary school of Slamet Riyadi group
Boyolali 2011/2012 academic year (Fcount=0,84 < 2,82=Ftable at 5%
significance level)
Key words: Numbered Heads Together type of cooperative learning model, the
result of studying social studies, students motivation
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
MOTTO
# Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya
(Q.S Al Baqarah : 286)#
# Kegagalan hanya terjadi bila kita menyerah (Lessing)#
#Pikirkan hal-hal yang paling hebat, dan engkau akan menjadi terhebat. Tetapkan
akal pada hal tertinggi, dan engkau akan mencapai yang tertinggi#
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
PERSEMBAHAN
Dengan segenap hati, karya ini penulis persembahkan untuk:
Ayah dan Ibuku tercinta ”Suparman & Sumiyati”yang selalu memberikan
kasih sayang yang tak terhingga, pengorbanan yang tulus, dan doa yang
tiada terputus
Kakakku ”Danang Atmojo” yang selalu memberikan doa, semangat, dan
dukungan
Sahabat-sahabatku semoga persahabatan kita selalu terjaga
Teman-teman kelas B angkatan 2008
Bapak dan Ibu Dosen PGSD FKIP UNS
Almamater tercinta PGSD FKIP UNS
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan berkat, rahmat,
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“PENGARUH PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT)
TERHADAP HASIL BELAJAR IPS DITINJAU DARI MOTIVASI
BELAJAR SISWA KELAS IV SD NEGERI SE – GUGUS SLAMET
RIYADI BOYOLALI TAHUN AJARAN 2011/2012.”
Penulis menyadari selama pembuatan skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, arahan, petunjuk, dan saran-saran dari berbagai pihak. Untuk itu, pada
kesempatan ini penulis dengan tulus menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret.
3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret.
4. Drs. Chumdari, M.Pd., selaku pembimbing I skripsi yang telah memberi
bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Hadiyah, S.Pd, M.Pd., selaku pembimbing II skripsi yang telah memberi
dorongan, semangat, dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SD Negeri 1 Kiringan yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian di SD Negeri 1 Kiringan.
7. Kepala SD Negeri 3 Kiringan yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk
melaksanakan penelitian di SD Negeri 3 Kiringan.
8. Kepala SD Negeri 4 Kiringan yang telah memberi ijin kepada peneliti untuk
melaksanakan try out di SD Negeri 4 Kiringan.
9. Sri Ngatini, A.Ma,Pd., selaku guru kelas IV SD Negeri 1 Kiringan yang telah
merelakan waktunya untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian.
10. Dyah Sinung D, S.Pd., selaku guru kelas IV SD Negeri 3 Kiringan yang telah
merelakan waktunya untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
11. Krisyati, S.Pd., selaku guru kelas IV SD Negeri 4 Kiringan yang telah
memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan try out di kelas IV SD
Negeri 4 Kiringan.
12. Pihak-pihak lain yang tidak bisa peneliti sebutkan satu per satu atas bantuan
terhadap penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan dan menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Juli 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii
HALAMAN PENGAJUAN ........................................................................... . iii
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... . iv
HALAMAN PEGESAHAN ........................................................................... v
HALAMAN ABSTRAK ................................................................................. vi
HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... ix
KATA PENGANTAR ..................................................................................... x
DAFTAR ISI ................................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 4
C. Pembatasan Masalah ............................................................... 5
D. Perumusan Masalah ................................................................ 5
E. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian .................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 7
A. Kajian Pustaka ......................................................................... 7
1. Hasil Belajar IPS ............................................................... 7
a. Pengertian Belajar ........................................................ 7
b. Hasil Belajar ................................................................ 8
c. Pembelajaran IPS.......................................................... 9
d. Hasil Belajar IPS .......................................................... 13
2. Motivasi Belajar …………………………………………. 13
a. Pengertian Motivasi ………………………………… . 13
b. Macam – Macam Motivasi ………………………….. 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
c. Teori Motivasi ……………………………………….. 16
d. Model ARCS ………………………………………… 17
e. Motivasi Belajar ……………………………………... 18
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together ............................................................................. 20
a. Model Pembelajaran …………………………………. 20
b. Model Pembelajaran Kooperatif ……………………... 21
c. Langkah – Langkah Model Pembelajaran Kooperatif .. 22
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together ……………………………………… 23
4. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) ........ 25
a. Pengertian Pembelajaran Langsung …………………. 25
b. Fase Pembelajaran Langsung ………………………... 26
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Langsung ... 27
5. Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan
Pembelajaran Langsung . ................................................... 28
a. Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe NHT ………………………………... 28
b. Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran
Langsung …………………………………………….. 29
c. Perbedaan Pembelajaran IPS dengan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) dan Pembelajaran Langsung ………. 29
B. Penelitian yang Relevan .......................................................... 30
C. Kerangka Berpikir ................................................................... 31
D. Perumusan Hipotesis ............................................................... 33
BAB III METODE PENELITIAN ............................................................. 34
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
B. Jenis Penelitian ....................................................................... 34
C. Rancangan/Desain Penelitian ……………………………….. 35
D. Populasi dan Sampel ............................................................... 36
E. Teknik Pengambilan Sampel ................................................... 36
F. Pengumpulan Data .................................................................. 37
G. Validasi Instrumen Penelitian .................................................. 39
H. Analisis Data ........................................................................... 42
BAB IV HASIL PENELITIAN …………………………………………… 53
A. Deskripsi Data .......................................................................... 53
B. Uji Keseimbangan .................................................................... 63
C. Pengujian Hipotesis .................................................................. 63
D. Pembahasan Hasil Analisis Data .............................................. 67
BAB V SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN .................................... .. 69
A. Simpulan .................................................................................. 69
B. Implikasi .................................................................................. 69
C. Saran ........................................................................................ 71
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73
LAMPIRAN .................................................................................................... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Hierarki Kebutuhan Maslow ..................................................................... 17
2.2 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 32
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 ARCS Categories ...................................................................................... 18
2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif ........................... ...... 22
2.3 Perbedaan Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Pembelajaran Langsung .... 29
3.1 Desain Faktorial 2 x 4 ................................................................................ 35
3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi .................................. 47
3.3 Rataan dan Jumlah Rataan ......................................................................... 47
3.4 Rangkuman Analisis .................................................................................. 50
4.1 Deskripsi Data Skor Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.. 61
4.2 Cacah Siswa Untuk Tiap Kategori Motivasi Belajar Siswa ...................... 62
4.3 Data Hasil Belajar IPS Siswa .................................................................... 62
4.4 Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ........ 63
4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas .................................................................... 64
4.6 Hasil Uji Homogenitas .............................................................................. 65
4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama ........................... 65
4.8 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom ................................................ 66
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Silabus ... ...................................................................................................... 77
2. RPP Kelas Eksperimen ................................................................................ 84
3. RPP Kelas Kontrol ...................................................................................... 120
4. Materi Pembelajaran .................................................................................... 144
5. Materi Pembelajaran .................................................................................... 146
6. Jadwal Kegiatan Penelitian .......................................................................... 149
7. Kisi-Kisi, Soal, dan Kunci Jawaban Pre-Test .............................................. 150
8. Kisi-Kisi, Soal, dan Kunci Jawaban Post-Test ............................................ 158
9. Pedoman Pengamatan Afektif ..................................................................... 167
10. Lembar Pengamatan Afektif Kelas Eksperimen ........................................ 169
11. Lembar Pengamatan Afektif Kelas Kontrol .............................................. 175
12. Pedoman Pengamatan Psikomotorik ......................................................... 181
13. Lembar Pengamatan Psikomotorik Kelas Eksperimen ............................. 183
14. Lembar Pengamatan Psikomotorik Kelas Kontrol .................................... 189
15. Rangkuman Data Induk Penelitian Kelas Eksperimen .............................. 195
16. Rangkuman Data Induk Penelitian Kelas Kontrol ..................................... 196
17. Instrumen Angket ....................................................................................... 197
18.Uji Validitas Soal Pre-Test ......................................................................... 202
19. Uji Reliabilitas Soal Pre-Test .................................................................... 205
20. Uji Daya Beda Soal Pre-Test ..................................................................... 207
21. Uji Validitas Soal Post-Test ....................................................................... 208
22. Uji Reliabilitas Soal Post-Test ................................................................... 212
23. Uji Daya Beda Soal Post-Test ................................................................... 214
24. Uji Tingkat Kesukaran Soal Pre-Test dan Post-Test.................................. 215
25. Uji Normalitas Hasil Pre-Test ................................................................... 216
26. Uji Homogenitas ........................................................................................ 220
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
27. Uji Keseimbangan ...................................................................................... 222
28. Uji Normalitas ............................................................................................ 223
29. Uji Homogenitas ........................................................................................ 232
30. Analisis Variansi Dua Jalan (2 x 4) dengan Frekuensi Sel Tak Sama ....... 235
31. Uji Komparasi Ganda ................................................................................ 241
32. Foto-Foto Hasil Penelitian...................................................................... ... 244
33. Surat Perijinan ........................................................................................... 247
34. Daftar Tabel ....................................................................................... ...... 248
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran adalah suatu proses serangkaian interaksi guru dan siswa
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu baik bersifat akademis
maupun non akademis yang dilaksanakan di dalam atau di luar kelas, kegiatan
ekstrakurikuler maupun non kurikuler. Pembelajaran yang berkualitas sangat
tergantung dari motivasi peserta didik dan kreativitas guru. Peserta didik yang
memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan guru yang mampu memfasilitasi
motivasi tersebut akan membawa keberhasilan pencapaian target belajar. Guru
mempunyai kewajiban untuk memberikan, membangkitkan, dan mengembangkan
motivasi siswa agar dapat mencapai target belajar secara optimal. Apabila peran
guru di dalam pembelajaran itu tidak dapat terlaksana dengan baik, maka target
belajar tidak akan tercapai.
Salah satu pembelajaran di sekolah dasar adalah pembelajaran IPS.
Menurut Trianto (2010: 171) Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi
dari berbagai cabang ilmu-ilmu sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi,
ekonomi, politik, hukum, dan budaya. Pembelajaran IPS di sekolah dasar
merupakan mata pelajaran yang mengaitkan permasalahan dan perkembangan
masyarakat dari masa lampau hingga masa kini. IPS sebagai salah satu bidang
studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan
penalarannya di samping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial
sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk hafalan
(Winataputra, 2008: 9.4). Hal yang menjadi hambatan dalam pembelajaran IPS
adalah penerapan model pembelajaran dari guru yang kurang tepat dalam
menyampaikan pelajaran dan guru kurang memanfaatkan sumber belajar yang ada
dengan baik sehingga siswa cenderung pasif dan kurang termotivasi dalam
pembelajaran.
Pembelajaran di sekolah seharusnya berlangsung secara aktif dan
dilaksanakan berpusat pada siswa. Siswa melakukan sebagian besar pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
yang harus dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Siswa
menggunakan otak untuk melaksanakan tugasnya, mengeluarkan ide-ide,
memecahkan masalah, dan menerapkan sesuatu yang mereka pelajari. Menurut
Silberman (2009: 28) ketika kegiatan belajar aktif, siswa akan mengupayakan
sesuatu. Dia menginginkan jawaban atas sebuah pertanyaan, membutuhkan
informasi untuk memecahkan masalah, atau mencari cara untuk mengerjakan
tugas. Jadi dalam pembelajaran aktif peran siswa akan lebih dominan karena
siswa akan mencari informasi dan mencari cara untuk memecahkan masalah yang
dihadapinya.
Pembelajaran IPS yang berlangsung di kelas IV SD Negeri se – gugus
Slamet Riyadi Boyolali selama ini banyak ditemukan kelemahan-kelemahan yang
mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu: (1) selama proses pembelajaran siswa
kurang memperhatikan penjelasan guru, (2) konsentrasi siswa kurang terfokus, (3)
penerapan model pembelajaran yang kurang tepat oleh guru. Berdasarkan nilai
pre-test yang dilakukan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen siswa kelas IV
SD Negeri se – gugus Slamet Riyadi menunjukkan hasil belajar yang masih
rendah dan di bawah nilai KKM yaitu 60. Nilai rata-rata pre-test untuk kelas
kontrol 54,38 (lampiran 16 halaman 196 ) dan untuk kelas eksperimen 54,88
(lampiran 15 halaman 195). Jika model pembelajaran yang diterapkan guru tidak
sesuai dengan keadaan siswa, maka akan dapat berdampak buruk bagi siswa dan
sekolah tersebut. Dampak yang bisa terjadi antara lain: (1) menurunnya motivasi
belajar siswa, (2) menurunnya hasil belajar siswa, (3) pembelajaran menjadi tidak
efektif, (4) prestasi sekolah menurun.
Penggunaan model pembelajaran yang inovatif dalam KBM juga menjadi
pengaruh besar dalam keberhasilan pembelajaran dan sebuah keberhasilan
tersebut sangat dimungkinkan tumbuh dari motivasi atau dorongan yang besar
dalam diri siswa. Arends (2008) menyeleksi enam macam model pembelajaran
yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, masing-masing adalah:
presentasi, pengajaran langsung (direct instruction), pengajaran konsep,
pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah (problem base
instruction), dan diskusi kelas. Untuk mencapai keberhasilan suatu pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
yang terkait dengan masalah dalam proses pembelajaran di kelas, maka diperlukan
suatu upaya peningkatan keberhasilan pembelajaran IPS dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang
lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang
lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Agus Suprijono, 2011: 54).
Slavin (2005: 33) menyatakan bahwa tujuan yang paling penting dari
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,
konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi
anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi. Jadi dengan
penerapan model pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat memperoleh
pengetahuan, kemampuan, dan pemahaman dalam pembelajaran melalui interaksi
sosial dengan siswa yang lain.
Model pembelajaran kooperatif memiliki banyak tipe / teknik antara lain
Student Teams Achievement Divisions (STAD), Teams Games Tournament
(TGT), Team Accelerated Instruction (TAI), Cooperative Integrated Reading and
Composition (CIRC), Jigsaw, dan Numbered Heads Together (NHT) (Arends,
2008). Salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif adalah Numbered Heads
Together Numbered Heads Together adalah pendekatan yang dikembangkan oleh
Spenser Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam review
berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran dan untuk memeriksa
pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu (Arends, 2008: 16). Dalam
pembelajaran menggunakan Numbered Heads Together siswa diberi kesempatan
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling
tepat. Dengan penerapan Numbered Heads Together diharapkan siswa lebih
berperan aktif dalam proses pembelajaran dan semangat kerja sama dalam
kelompok meningkat.
Motivasi memiliki peranan penting dalam belajar dan pembelajaran.
Prinsip mengajar adalah mempermudah dan memberikan motivasi kegiatan
belajar. Menurut Sardiman (2004: 75) dalam kegiatan belajar, motivasi dapat
dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
dan yang memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang
dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Agus Suprijono (2011:163)
menyatakan bahwa motivasi belajar adalah proses yang memberi semangat
belajar, arah, dan kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang temotivasi adalah
perilaku yang penuh energi, terarah dan tahan lama. Jadi dengan adanya motivasi
dalam belajar siswa siswa akan lebih semangat dalam belajar, proses belajar akan
penuh energi, terarah, dan akan tahan lama.
Motivasi dapat mendorong timbulnya tingkah laku dan mempengaruhi
serta mengubah tingkah laku. Dengan adanya motivasi seseorang akan lebih
bergairah dalam melakukan suatu hal. Dalam pembelajaran, motivasi diperlukan
untuk memperoleh hasil belajar yang optimal. Semakin tepat motivasi yang
diberikan, akan semakin berhasil pula pembelajaran tersebut. Dengan adanya
usaha yang tekun dan disadari dengan adanya motivasi, seseorang yang belajar
akan dapat memperoleh hasil belajar yang optimal. Indikator prestasi belajar
menurut Uno (2008: 23) dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (1) adanya hasrat
dan keinginan berhasil, (2) adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar, (3)
adanya harapan dan cita-cita masa depan, (4) adanya penghargaan dalam belajar,
(5) adanya kegiatan yang menarik dalam belajar, (6) adanya lingkungan belajar
yang kondusif sehingga memungkingkan peserta didik dapat belajar dengan baik.
Berdasarkan pendapat di atas maka peneliti melakukan penelitian dengan
judul “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar IPS Ditinjau dari Motivasi
Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri Se – Gugus Slamet Riyadi Boyolali Tahun
Ajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah – masalah
dalam penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut :
1. Rendahnya motivasi belajar mempengaruhi hasil belajar siswa.
2. Penggunaan model pembelajaran yang kurang tepat dapat menyebabkan
rendahnya motivasi belajar siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
3. Pembelajaran IPS memerlukan penggunaan model pembelajaran yang inovatif
agar hasil belajar siswa optimal.
4. Penggunaan model pembelajaran dapat mempengaruhi motivasi belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah, maka
pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah Numbered Heads Together
(NHT) dalam pembelajaran IPS.
2. Hasil belajar ditinjau dari motivasi belajar yang dimaksud adalah hasil belajar
IPS ditinjau dari motivasi siswa dalam belajar IPS.
3. Materi IPS dibatasi pada K.D 2.3 (perkembangan teknologi) dan K.D 2.4
(masalah sosial)
4. Subjek penelitian dibatasi pada siswa kelas IV SD di Gugus Slamet Riyadi
Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012.
D. Perumusan Masalah
Dari identifikasi dan pembatasan masalah di atas, rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah “Adakah pengaruh penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) terhadap hasil belajar IPS
ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas IV SD negeri se – gugus Slamet Riyadi
Boyolali tahun ajaran 2011/2012?”
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya pengaruh
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) terhadap hasil belajar IPS ditinjau dari motivasi belajar siswa kelas IV SD
negeri se – gugus Slamet Riyadi Boyolali tahun ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dibedakan atas menfaat teoritis dan manfaat
praktis. Berdasarkan tujuan tersebut di atas manfaat yang diharapkan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sumbangan karya ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan,
khususnya bagi guru (pendidik).
b. Memberi sumbangan positif untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan
dalam ilmu pendidikan khususnya mengenai inovasi model pembelajaran.
c. Sebagai dasar teori bagi penngembangan penelitian yang relevan lebih
lanjut
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
1) Menjadikan pembelajaran IPS lebih bermakna.
2) Memotivasi siswa untuk belajar lebih giat sehingga hasil belajar IPS
meningkat.
3) Memberikan pengalaman belajar yang menarik dan mengesankan bagi
siswa.
b. Bagi Sekolah
1) Untuk perbaikan mutu pembelajaran IPS Sekolah Dasar.
2) Memberikan masukan kepada sekolah dan guru agar dalam
pelaksanaan pembelajaran selalu memperhatikan faktor- faktor yang
mempengaruhi motivasi belajar.
3) Untuk mendorong sekolah melaksanakan pembelajaran yang inovatif
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads
Together (NHT).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar IPS
a. Pengertian Belajar
Morgan (1986: 112) menyatakan definisi belajar sebagai berikut,
”Learning is any relatively permanent change in behaviour which occurs
as a result of practice or experience”. Ini berarti bahwa belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.
Menurut Dimyati & Mudjiono (2002: 295) belajar adalah kegiatan
individu memperoleh pengetahuan, perilaku, dan keterampilan dengan
cara mengolah bahan belajar. Menurut Uno (2008: 23) belajar adalah
perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi
sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang
dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu.
Slavin (1997: 151) menjelaskan “ Learning is a change in an
individual that results from experience”. Artinya bahwa belajar adalah
suatu perubahan individu yang berasal dari sebuah pengalaman. Menurut
Slameto (1991:78) belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Menurut Djamarah (2002: 13) belajar adalah
serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi
dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
belajar adalah perubahan perilaku individu secara keseluruhan
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik yang bersifat
permanen sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
b. Hasil Belajar
Agus Suprijono (2011: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap,
apresiasi dan ketrampilan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 20)
hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar. Hasil belajar dapat
berupa dampak pengajaran dan dampak pengiring. Kedua dampak tersebut
bermanfaat bagi guru dan siswa.
Nana Sudjana (2001: 22) menyatakan hasil belajar adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima
pengalaman belajarnya. Oleh karena itu, hasil belajar tidak akan pernah
diperoleh selama seseorang tidak melakukan kegiatan pembelajaran.
Menurut Winkel (1996: 51) hasil belajar merupakan perubahan yang
mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.
Menurut Bloom (Agus Suprijono, 2011: 6) hasil belajar
mencakup tiga domain/ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Penjelasan dari setiap domain adalah sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek
yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
2) Ranah Afektif
Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang
kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai,
organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.
3) Ranah Psikomotor
Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi
neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan individu yang merupakan puncak dari suatu proses
belajar yang meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Pembelajaran IPS
1) Pengertian IPS
Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan terjemahan
dari social studies, yang bisa juga diartikan penelaahan masyarakat.
Melalui IPS para siswa diajarkan mengerti dan memahami kenyataan
yang ada di dalam masyarakat dengan berbagai masalah dan cara
pemecahannya.
National Council for Social Studies (NCSS) dalam Hidayati
(2008: 1-6), mendefinisikan IPS sebagai berikut, “Social studies is the
integrated study of the science and humanities to promote civic
competence.“ Artinya IPS atau ilmu sosial merupakan sebuah bidang
studi yang menggabungkan ilmu pengetahuan dan manusia untuk
meningkatkan kemampuan sosial.
Menurut Saidiharjo (Hidayati, 2008: 1-7) IPS merupakan hasil
kombinasi atau hasil pemfusian atau perpaduan dari sejumlah mata
pelajaran seperti: geografi, ekonomi, sejarah, sosiologi, antropologi,
politik. Team IPS (2003: 2) mendefinisikan IPS merupakan perpaduan
konsep-konsep dari berbagai ilmu sosial yang sejenis yang digabungkan
dengan pendekatan edukatif, psikologis, kelayakan dan kegunaan bagi
siswa.
Jadi, pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial adalah bidang studi
yang mempelajari, menelaah dan menganalisis gejala dan masalah
sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai aspek kehidupan secara
terpadu. Memang pengetahuan sosial itu diperoleh secara alamiah dari
kehidupan sehari-hari dan telah ada pada diri kita masing-masing,
namun hal ini belum cukup mengingat kehidupan masyarakat dengan
segala permasalahannya semakin berkembang. Untuk menghadapi
keadaan demikian pengetahuan sosial yang diperoleh secara alamiah
tidak cukup. Maka diperlukan pendidikan formal khususnya pendidikan
Ilmu Pengetahuan Sosial.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Pembelajaran IPS di SD memiliki beberapa karakteristik.
Karakteristik Pendidikan IPS terutama di sekolah dasar dapat dilihat
dari berbagai pandangan. Berikut ini dikemukakan karakteristik IPS
dilihat dari materi dan strategi penyampaiannya.
2) Karakteristik IPS
Karakteristik Pendidikan IPS terutama di sekolah dasar dapat
dilihat dari berbagai pandangan. Mempelajari IPS pada hakekatnya
adalah menelaah interaksi antara individu dan masyarakat dengan
lingkungan. Materi IPS digali dari segala aspek kehidupan praktis
sehari – hari di masyarakat. Menurut Badan Standar Nasional
Pendidikan Sekolah Dasar tahun 2006, ruang lingkup mata pelajaran
IPS sekolah dasar meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
a) Manusia, Tempat, dan Lingkungan
b) Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan
c) Sistem Sosial dan Budaya
d) Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
3) Materi IPS SD
Materi IPS dapat bersumber dari segala aspek kehidupan
praktis sehari-hari di masyarakat (Hidayati dkk, 2008: 1-26). Ada 5
macam sumber materi IPS untuk sekolah dasar, yaitu: (a) segala sesuatu
atau apa yang terjadi di sekitar siswa, (b) kegiatan-kegiatan manusia, (c)
lingkungan geografi dan budaya, (d) sejarah, (e) siswa sebagai sumber
belajar. Penjelasan dari sumber materi IPS di atas adalah sebagai
berikut:
a) Segala sesuatu atau apa saja yang ada dan terjadi di sekitar siswa
dimulai dari lingkup keluarga, sekolah, desa, kecamatan hingga
lingkungan yang lebih luas yaitu negara dan dunia dengan berbagai
permasalahannya.
b) Kegiatan-kegiatan manusia misalnya: mata pencaharian, ekonomi
pendidikan, keagamaan, produksi, komunikasi, dan transportasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
c) Lingkungan geografi dan budaya meliputi segala aspek geografi
dan antropologi yang terdapat sejak dari lingkungan tempat tinggal
siswa yang terdekat sampai wilayah yang lebih jauh.
d) Kehidupan masa lampau, perkembangan kehidupan manusia,
sejarah yang dimulai dari sejarah lingkungan terdekat sampai yang
terjauh, tentang tokoh-tokoh dan kejadian-kejadian yang penting.
e) Siswa sebagai sumber materi belajar meliputi berbagai segi, dari
makanan, pakaian, permainan, keluarga, dan lain sebagainya.
4) Strategi Penyampaian Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar
Hidayati, dkk (2008: 1-29) mengemukakan ada beberapa
karakteristik yang dapat diidentifikasi pada siswa sekolah dasar
berdasarkan tingkatan kelas-kelasnya.
Karakteristik pada masa kelas rendah SD (Kelas 1, 2, dan 3):
a) Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b) Suka memuji diri sendiri
c) Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya
tidak penting
d) Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang
menguntungkan dirinya
e) Suka meremehkan orang lain
Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4, 5, dan 6);
a) Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b) Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c) Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d) Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
Dalam teori belajar kognitivisme Jean Piaget (Hidayati, 2008:
1-29), usia siswa SD (7-12 tahun) tingkat berpikirnya berada pada
stadium operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu
merancang pembelajaran yang dapat membangkitkan siswa, misalnya
melalui model pembelajaran yang membuat siswa aktif, peristiwa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
belajar yang bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian materi
menggunakan media menarik bagi siswa.
Dengan memperhatikan materi dan strategi penyampaian
pembelajaran IPS SD, guru dapat menentukan perencanaan
pembelajaran yang dapat disesuaikan dengan karakteristik dan tingkat
perkembangan siswa SD.
5) Media dalam Pembelajaran IPS
Hidayati (2008:7-9) mengemukakan bahwa jenis- jenis media
pengajaran yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam
pembelajaran IPS antara lain:
a) Media yang tidak diproyeksikan
b) Media visual yang diproyeksikan
c) Media audio
d) Sistem multimedia
Penjelasan dari jenis media dalam pembelajaran IPS di atas
adalah sebagai berikut:
a) Media yang tidak diproyeksikan adalah jenis media yang tidak
memerlukan proyektor (alat proyeksi) untuk melihatnya. Media
yang tidak diproyeksikan ini dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
(1) gambar diam (gambar yang menyerupai foto yang
menggambarkan lokasi atau benda tertentu); (2) bahan-bahan grafis
(bahan non fotografik dua dimensi yang biasanya memuat
lambang-lambang verbal dan tanda-tanda visual secara simbolis
misalnya sketsa, poster, komik); (3) model dan realita (tiruan benda
yang sebenarnya dan bersifat tiga dimensi misalnya uang logam,
globe).
b) Media visual yang diproyeksikan adalah jenis media yang terdiri
dari dua macam, yaitu: (1) media proyeksi yang tidak bergerak
(slide, film rangkai/filmstrip, dan OHP); (2) media proyeksi yang
bergerak (film, televisi, video tape recorder (VTR), film loop)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
c) Media audio adalah berbagai bentuk atau cara perekaman dan
transmisi suara (manusia dan suara lainnya) untuk kepentingan
tujuan pembelajaran, misalnya radio dan rekaman.
d) Sistem multimedia adalah kombinasi dari media dasar audio visual
dan visual yang dipergunakan untuk tujuan pembelajaran. Jadi
penggunaan secara kombinasi dua atau lebih media pembelajaran
dikenal sebagai sistem multimedia. Contohnya kombinasi slide
suara, kombinasi sistem audio kaset, dan kit (peralatan)
multimedia.
d. Hasil Belajar IPS
Hasil belajar adalah perubahan individu yang merupakan puncak
dari suatu proses belajar yang meliputi tiga ranah yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah
dan menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari
berbagai aspek kehidupan secara terpadu.
Jadi hasil belajar IPS adalah perubahan individu dalam segi
kognitif, afektif, dan psikomotorik sebagai suatu hasil dalam mempelajari
gejala dan masalah sosial di masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan,
misalnya siswa mengetahui tentang permasalahan sosial yang terjadi di
daerahnya dan ikut berpartisipasi dalam mengatasinya.
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan
sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat (Uno, 2008: 3). Motif adalah daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan (Sardiman, 2004: 73). Jadi
dapat disimpulkan bahwa motif adalah kekuatan dari dalam individu yang
menyebabkan individu tersebut melakukan sesuatu untuk mencapai suatu
tujuan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Motivasi merupakan hal-hal yang dapat mempengaruhi motif.
Bimo Walgito (2004: 224) mengemukakan terdapat beberapa jenis motif,
antara lain: (1) motif fisiologis; (2) motif sosial; (3) motif eksplorasi,
kompetensi, dan self-aktualisasi. Salah satu jenis motif adalah motif sosial.
Motif sosial merupakan motif yang kompleks, dan bersumber dari banyak
perilaku atau perbuatan manusia (Bimo Walgito: 227). McClelland dalam
Bimo Walgito (2004: 227) berpendapat bahwa motif sosial itu dapat
dibedakan dalam: (1) motif berprestasi (achievement motivation) atau juga
disebut need for achivement (n-achivement), (2) motif berafiliasi atau juga
disebut kebutuhan berafiliasi (need for affiliation atau n-affiliation), (3)
motif berkuasa atau kebutuhan berkuasa (need for power atau n-power).
Mc. Donald (Djamarah, 2002: 114) mengatakan bahwa
”Motivation is a energy change within person characterized by affective
arousal and anticipatory goal reactions” yang diartikan, bahwa motivasi
adalah suatu perubahan energi di dalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbunya afektif (perasaan) dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Menurut Sardiman (2004: 75) motivasi adalah serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ingin
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka akan berusaha untuk
meniadakan atau mengelakkan perasaan tidak suka itu.
Motivasi merupakan keadaan dalam diri individu atau organisme
yang mendorong perilaku ke arah tujuan (Bimo Walgito, 2004: 220).
Menurut Uno (2008: 3) motivasi merupakan dorongan yang terdapat
dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku
yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Winataputra (2008: 9.7)
mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan guna mencapai tujuan, atau keadaan dan
kesiapan dalam diri seseorang yang mendorong tingkah lakunya untuk
berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk melakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
sesuatu yang ditandai dengan timbulnya afektif (perasaaan) dalam
mencapai suatu tujuan tertentu.
Mc. Donald (Sardiman, 2004: 74) mengemukakan bahwa
motivasi mengandung tiga elemen penting yaitu: (1) motivasi mengawali
terjadinya perubahan energi pada setiap individu manusia, (2) motivasi
ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang, (3) motivasi
akan dirangsang karena adanya tujuan. Penjelasan dari setiap elemen
adalah sebagai berikut:
1) Motivasi mengawali terjadinya perubahan energi pada setiap individu
manusia. Maksud dari pernyataan ini adalah dengan adanya
perkembangan motivasi pada individu akan membawa perubahan
energi pada individu tersebut. Perubahan energi dalam diri indvidu
tersebut akan tampak pada kegiatan yang dilakukannya.
2) Motivasi ditandai dengan munculnya rasa (feeling), afeksi seseorang.
Maksudnya adanya motivasi dalam diri individu berkaitan dengan
munculnya persoalan-persoalan kejiwaan, sikap, dan emosi yang dapat
menentukan tingkah laku manusia.
3) Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Motivasi dalam hal ini
merupakan suatu respon dari suatu aksi, yakni tujuan yang akan dicapai.
Dalam pengertian yang lain, motivasi akan muncul karena terangsang
oleh tujuan yang ingin dicapai individu tersebut. Tujuan yang ingin
dicapai oleh individu ini menyangkut kebutuhan yang ingin
dipenuhinya.
Dengan ketiga elemen di atas, maka dapat dikatakan bahwa
motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan
terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga
akan berkaitan dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga
emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini
didorong karena adanya tujuan, kebutuhan atau keinginan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
b. Macam-Macam Motivasi
Menurut Djamarah (2002: 115) motivasi terdapat dua macam
yaitu motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik. Berikut penjelasan dari
kedua jenis motivasi tersebut:
1) Motivasi Instrinsik
Motivasi instrinsik adalah motif-motif yang menjadi aktif atau
berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri
individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu
2) Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah motif-motif yang aktif dan berfungsi
karena adanya perangsang dari luar seperti diakui, angka, ijazah,
pujian, dan hadiah.
c. Teori Motivasi
Abraham Maslow mengemukakan teori motivasi atau yang lebih
dikenal dengan hirearki teori kebutuhan. Maslow berpendapat bahwa
dalam setiap diri manusia terdapat hierarki dari lima kebutuhan, yaitu
fisiologis (rasa lapar, haus, seksual, dan kebutuhan fisik lainnya), rasa
aman (rasa ingin dilindungi dari bahaya fisik dan emosional), sosial (rasa
kasih sayang, kepemilikan, penerimaan, dan persahabatan), penghargaan
(faktor penghargaan internal dan eksternal), dan aktualisasi diri
(pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang, dan pemenuhan diri sendiri).
Maslow menunjukkannya dalam 5 tingkatan yang berbentuk piramid,
orang memulai dorongan dari tingkatan terbawah. Lima tingkat kebutuhan
itu dikenal sebagai teori kebutuhan (needs) yang digambarkan hierarkis
seperti berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 2.1: Hierarki Kebutuhan Maslow
(Uno, 2008: 6)
d. Model ARCS
“The ARCS model is a problem solving approach to designing the
motivational aspects of learning environments to stimulate and sustain
students’ motivation to learn” (John Keller, 2006). Model ARCS adalah
pendekatan pemecahan masalah untuk merancang aspek motivasi dalam
lingkungan belajar untuk merangsang dan mempertahankan motivasi siswa
untuk belajar. Model ARCS ini dikembangkan oleh John Keller, memiliki
dua bagian utama yaitu seperangkat kategori yang mewakili komponen
motivasi dan proses desain sistematis yang membantu dalam menciptakan
perangkat tambahan motivasi yang sesuai bagi siswa. Jadi model ARCS
merupakan suatu model yang dirancang untuk mempertahankan motivasi
siswa untuk belajar.
Model ARCS memiliki empat kategori yaitu attention (perhatian),
relevance (relevansi), confidence (percaya diri), dan satisfaction
(kepuasan). Masing-masing kategori memiliki aspek-aspek yang saling
mempengaruhi. Aspek-aspek tersebut disebutkan pada tabel di bawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Tabel 2.1 ARCS Categories
Attention Relevance Confidence Satisfaction
A
1
A
2
A
3
Perceptual
arousal
Inquiry
arousal
Variability
R
1
R
2
R
3
Goal
orienta-
tion
Motive
matching
Familiari
-ty
C1
C2
C3
Learning
requirements
Success
opportunities
Personal
control
S1
S2
S3
Intrinsic
reinforce-
ment
Extrinsic
rewards
Equity
Pada kategori perhatian (attention) aspek yang mempengaruhi
yaitu adanya hasrat untuk memahami, hasrat untuk menyelidiki, dan
variabilitas (adanya perubahan). Pada kategori relevansi/hubungan
(relevance) aspek yang mempengaruhi yaitu adanya pemaparan dari tujuan
yang ingin dicapai, kesamaan alasan, dan kebiasaan yang sama. Untuk
kategori kepercayaan diri (confidence) terdapat aspek syarat-syarat belajar,
keberhasilan dalam memanfaatkan peluang, dan kontrol diri sendiri.
Sedangkan pada kategori kepuasan (satisfaction) aspek yang
mempengaruhi yaitu penguatan dari dalam diri individu, penghargaan dari
orang lain, dan perlakuan yang adil. Jadi pembelajaran motivasional dapat
timbul dengan adanya perhatian dari siswa dan adanya hubungan yang
baik antara guru dengan siswa, serta siswa dengan siswa yang dapat
menumbuhkan kepercayaan diri siswa, didukung dengan adanya
penguatan, penghargaan, dan perlakuan yang sama dari guru sehingga
dapat menciptakan kepuasan siswa dalam belajar. Dengan timbulnya
kepuasan siswa dalam belajar, maka siswa akan lebih temotivasi dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran.
e. Motivasi Belajar
Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang sangat
mempengaruhi. Motivasi belajar dapat timbul karena faktor intrinsik,
berupa hasrat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya
penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang
menarik (Uno, 2008: 23).
Hakikat motivasi belajar (Agus Suprijono, 2011: 163) adalah
dorongan internal dan eksternal para peserta didik yang sedang belajar
untuk mengadakan perubahan perilaku. Motivasi belajar adalah proses
yang memberi semangat belajar, arah, dan kegigihan perilaku, artinya
perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan
bertahan lama. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 97) motivasi
belajar merupakan segi kejiwaan yang mengalami perkembangan, artinya
terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis siswa.
Sebagai ilustrasi, keinginan anak untuk membaca majalah misalnya,
terpengaruh oleh kesiapan alat-alat indra untuk mengucap kata.
Keberhasilan mengucap kata dari simbol pada huruf-huruf mendorong
keinginan menyelesaikan tugas baca. Menurut Sardiman (2004: 75),
dalam kegiatan belajar motivasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan daya
penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang
menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberikan arah
pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek
belajar itu dapat tercapai.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi
belajar adalah dorongan internal dan eksternal dari peserta didik yang
terpengaruh oleh kondisi fisiologis dan kematangan psikologis yang
menimbulkan kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki peserta
didik dapat tercapai. Belajar yang termotivasi merupakan suatu kegiatan
belajar yang penuh energi, terarah, dan dapat bertahan lama.
Indikator motivasi belajar menurut Uno (2008: 23) dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
1) Adanya hasrat dan keinginan berhasil.
2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.
3) Adanya harapan dan cita – cita masa depan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4) Adanya penghargaan dalam belajar.
5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.
6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan
peserta didik dapat belajar dengan baik.
Motivasi belajar bertalian erat dengan tujuan belajar. Terkait
dengan hal tersebut motivasi mempunyai fungsi:
1) Mendorong peserta didik untuk berbuat. Motivasi sebagai pendorong
atau motor dari setiap kegiatan belajar.
2) Menentukan arah kegiatan pembelajaran yakni kearah tujuan belajar
yang hendak dicapai.
3) Menyeleksi kegiatan pembelajaran yang sesuai guna mencapai tujuan
pembelajaran.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
a. Model Pembelajaran
Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proes aktual
yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu (Mills dalam Agus Suprijono, 2011: 45). Menurut
Dimyati & Mudjiono (2002: 297) pembelajaran adalah kegiatan guru
secara terprogram dalam desain instruksional, untuk membuat siswa
belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar.
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola
yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di
kelas atau pembelajaran dalam tutorial (Trianto, 2010: 51). Agus
Suprijono (2011: 46) mengemukakan bahwa model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Aunurrahman (2009: 146) menyatakan bahwa model pembelajaran dapat
diartikan sebagai blueprint yang dapat dipergunakan untuk membimbing
guru di dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Berdasarkan uraian di atas, model pembelajaran adalah
perencanaan atau pola yang dapat dipergunakan oleh guru dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan
belajar. Model pembelajaran ini dipergunakan guru untuk mempersiapkan
dan melaksanakan pembelajaran.
Arends (2008) menyeleksi enam macam model pembelajaran
yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar, yaitu: (1)
pengajaran langsung (direct instruction); (2) pengajaran konsep; (3)
pembelajaran kooperatif; (4) pembelajaran berdasarkan masalah (problem
based instruction); dan (5) diskusi kelas.
b. Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim (Isjoni, 2009:14).
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih meliputi semua jenis
kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru
(Agus Suprijono, 2011:54). Pembelajaran kooperatif (cooperative
learning) merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan
bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri
dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat
heterogen (Rusman, 2011:202). Etin Solihatin & Rahardjo (2007:4)
mengemukakan bahwa cooperative learning mengandung pengertian
sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di
antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok,
yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat
dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.
Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan
pembelajaran kooperatif (cooperative learning) adalah bentuk
pembelajaran yang meliputi semua jenis kerja kelompok. Dalam
pembelajaran kooperatif siswa belajar dan bekerja pada kelompok kecil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen di mana keberhasilan
kerja dipengaruhi oleh keterlibatan setiap individu dalam kelompok.
Menurut Slavin (2005) ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif
yaitu:
1) Student Teams Achievement Divisions (STAD)
2) Teams Games Tournament (TGT)
3) Team Accelerated Instruction (TAI)
4) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
5) Jigsaw
6) Numbered Heads Together (NHT)
c. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran
yang menggunakan pembelajaran kooperatif, pelajaran dimulai dengan
guru menyampaikan tujuan pelajaran dan mengkondisikan suasana belajar
siswa. Tahap ini diikuti penyajian informasi oleh guru secara verbal
kepada siswa. Selanjutnya, siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar.
Tahap ini diikuti bimbingan guru saat bekerja bersama untuk
menyelesaikan tugas. Fase terakhir yaitu presentasi hasil akhir kerja
kelompok atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan
memperi pengakuan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.
Tabel 2.2 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1: Present goals and set
Menyampaikan tujuan dan
memper-siapkan peserta didik
Menjelaskan tujuan pembelajaran
dan mempersiapkan peserta didik
siap belajar
Fase 2: Present information
Menyajikan informasi
Mempresentasikan informasi
kepada peserta didik secara verbal
Fase 3: Organize students into
learning teams
Mengorganisir peserta didik ke
Memberikan penjelasan kepada
peserta didik tentang cara
pembentukan tim belajar dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
dalam tim-tim belajar membantu kelompok melakukan
transisi yang efisien
Fase 4: Assist team work and study
Membantu kerja tim dan belajar
Membantu tim-tim belajar selama
peserta didik mengerjakan
tugasnya
Fase 5: Test on the materials
Mengevaluasi
Menguji pengetahuan peserta
didik mengenai berbagai materi
pembelajaran atau kelompok-
kelompok mempresen-tasikan
pekerjaannya
Fase 6: Provide recognition
Memberikan pengakuan atau
penghargaan
Mempersiapkan cara untuk
mengakui usaha dan prestasi
individu maupun kelompok
(Agus Suprijono, 2011: 65)
d. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together
Numbered Heads Together adalah pendekatan yang
dikembangkan oleh Spenser Kagan (1998) untuk melibatkan lebih banyak
siswa dalam review berbagai materi yang dibahas dalam sebuah pelajaran
dan untuk memeriksa pemahaman mereka tentang isi pelajaran itu
(Arends, 2008: 16). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang
paling tepat. Selain itu, teknik ini juga mendorong siswa untuk
meningkatkan semangat kerja sama mereka (Anita Lie, 2008: 59).
Miftahul Huda (2011: 138) berperdapat bahwa Numbered Heads Together
dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide
dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat.dan dapat
meningkatkan semangat kerja sama siswa. Numbered Heads Together
dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.
Kagan (1992) mengemukakan bahwa: “Numbered Heads
Together (NHT) is another instructional strategy designed to actively
engage more pupils during lessons and, thereby, improve their academic
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
performace”. Artinya Numbered Heads Together (NHT) adalah salah satu
bentuk desain strategi pengajaran untuk mengaktifkan peran serta siswa
selama pembelajaran sehingga siswa dapat meningkatkan prestasi
akademiknya.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa Numbered
Heads Together adalah pendekatan pembelajaran yang melibatkan lebih
banyak siswa dan mengaktifkan peran serta siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat
dalam pembelajaran. Numbered Heads Togehter dapat meningkatkan
semangat kerjasama siswa dan dapat digunakan pada semua mata
pelajaran.
Arends (2008:16) mengemukakan terdapat empat langkah dalam
Numbered Heads Together yaitu: (1) numbering, (2) questioning, (3)
heads together, (4) answering. Penjelasan dari masing-masing langkah
sebagai berikut:
1) Numbering
Guru membagi siswa menjadi beberapa tim beranggota tiga sampai
lima orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-
masing tim memiliki nomor antara 1 sampai 5.
2) Questioning
Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaannya
bisa bervariasi. Pertanyaan itu bisa sangat spesifik dan dalam bentuk
pertanyaan.
3) Heads Together
Siswa menyatukan ”kepalanya” untuk menemukan jawabannya dan
memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya.
4) Answering
Guru memanggil salah satu nomor dan siswa dari masing-masing
kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan
memberikan jawabannya ke hadapan seluruh kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Penerapan teknik Numbered Heads Together pada pembelajaran
di kelas memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan teknik Numbered
Heads Together yaitu: (a) setiap siswa menjadi siap semua, (b) siswa dapat
melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, (c) siswa yang pandai dapat
mengajari siswa yang kurang pandai. Kelemahan dari teknik Numbered
Heads Together yaitu: (a) kemungkinan nomor yang dipanggil, akan
dipanggil lagi oleh guru, (b) tidak semua kelompok dipanggil oleh guru
(Hamdani, 2011:90).
4. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
a. Pengertian Pembelajaran Langsung
Pembelajaran langsung atau direct instruction dikenal dengan
sebutan active teaching dan whole class teaching. Penyebutan itu mengacu
pada gaya mengajar di mana guru terlibat aktif dalam mengusung isi
pelajaran kepada peserta didik dan mengajarkannya secara langsung
kepada seluruh kelas (Agus Suprijono, 2011:46). Menurut Rusman
(2011:132) pendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi
pembelajaran langsung (direct instruction), pembelajaran deduktif atau
pembelajaran ekspositori. Slavin (1997:231) menyatakan bahwa, “direct
instruction approach to teaching in which lesson are goal-oriented and
structured by the teacher”. Artinya pembelajaran langsung adalah cara
mengajar suatu pelajaran yang tujuan dan susunannya dirancang sendiri
oleh guru. Menurut Trianto (2011:41) pengajaran langsung adalah suatu
model pengajaran yang bersifat teacher center.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran langsung adalah gaya mengajar yang bersifat teacher center
atau guru menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran. Guru
menyampaikan materi kepada siswa secara langsung dan tujuan serta
susunan dalam pembelajaran dirancang sendiri oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b. Fase Pembelajaran Langsung
Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase yang sangat
penting. Arends (1997: 67) mengemukakan bahwa: ”direct instruction is a
teacher-centered model that has five steps: set induction, demonstration,
guided practice, feedback, and extended practice”. Artinya pembelajaran
langsung adalah model pembelajaran berpusat pada guru yang memiliki
lima tahap pembelajaran yaitu: mengatur kondisi pembelajaran,
demonstrasi, praktik terbimbing, timbal balik, dan praktik mandiri.
Joyce, Weil, dan Calhoun (2009) menjelaskan bahwa model
pengajaran langsung terdiri dari lima tahap aktivitas, yaitu orientasi,
presentasi, praktik yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan, dan
praktik mandiri. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:
1) Orientasi
Pada tahap ini guru menyampaikan harapan dan keinginannya, guru
menjelaskan tugas-tugas, dan menentukan tanggung jawab siswa
dalam pembelajaran.
2) Presentasi
Dalam tahap ini guru menyampaikan penjelasan tentang konsep
materi ajar dan memberikan pemeragaan contoh.
3) Praktik yang terstruktur
Guru menuntun siswa melalui contoh-contoh praktik dan langkah-
langkah di dalamnya.
4) Praktik dibawah bimbingan guru
Guru memberikan siswa kesempatan untuk melakukan praktik
dengan kemauan mereka sendiri.
5) Praktik mandiri
Praktik ini diberikan jika siswa telah mencapai level bimbingan 85%
sampai dengan 90%. Tujuan praktik mandiri ini adalah untuk
memastikan dan menguji pemahaman siswa terhadap praktik-praktik
sebelumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
c. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Langsung
Pembelajaran konvensional disebut juga pembelajaran langsung.
Dalam pembelajaran langsung terjadi tatap muka secara langsung antara
guru dan siswa dalam satu ruang kelas. Guru menyiapkan rencana
pembelajaran dan materi pelajaran yang akan disajikan, kemudian guru
menyajikan materi yang akan diajarkan sesuai dengan silabus. Metode
penyajian dalam pembelajaran langsung dapat berupa metode bercerita,
metode pemecahan masalah bersama, metode tanya jawab, dan metode
penugasan disesuaikan dengan tuntutan isi materi pelajaran. Guru menilai
tingkat pemahaman siswa dengan cara mengadakan evaluasi pada akhir
pembelajaran yang disebut tes formatif.
Menurut Joyce, Weil dan Caalhoun (2009) keunggulan terpenting
pengajaran langsung adalah adanya fokus akademik, arahan dan kontrol
guru, harapan yang tinggi terhadap perkembangan siswa, sistem
menejemen waktu, dan atmosfer akademik yang cukup netral. Jadi dalam
pembelajaran langsung guru dapat memanajemen waktu dengan baik dan
guru dapat mengkondisikan kelas dengan lebih mudah.
Joyce, Weil dan Caalhoun (2009) mengemukakan beberapa
kekurangan tentang model pengajaran langsung ini antara lain: 1) selama
aktivitas pengajaran akademik berlangsung, penggunaan perangkat
akademik seperti mainan dan teka-teki, tidak terlalu ditekankan atau
bahkan ditiadakan. Seperti halnya interaksi guru-siswa yang tidak
berorientasi akademik, seperti diskusi masalah pribadi 2) siswa sering
diminta untuk bekerja dari teks atau buku pelajarannya tanpa sedikitpun
diberi penjelasan dari atau oleh arahan guru. Dalam pembelajaran
langsung biasanya murid akan lekas bosan karena pembelajaran lebih
terpusat pada guru (teacher center) dan siswa kurang dilibatkan dalam
kegiatan pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
5. Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) dan Pembelajaran Langsung
a. Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT
Pembelajaran IPS merupakan kegiatan belajar antara guru dengan
siswa dalam mempelajari bidang studi yang menelaah dan menganalisis
gejala dan masalah sosial di masyarakat dinjau dari berbagai aspek
kehidupan secara terpadu. Pada pembelajaran IPS dengan menggunakan
model kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) siswa akan
belajar dalam kelompok kecil yang telah dibentuk guru. Setiap anggota
dalam kelompok akan diberi nomor oleh guru di “kepala” mereka. Siswa
dalam kelompok akan bekerja sama untuk menjawab pertanyaan dari guru.
Apabila guru telah memanggil satu nomor, maka nomor yang dipanggil
guru dari masing-masing kelompok mengangkat tangan dan memberikan
jawabannya di hadapan seluruh kelas. Jawaban dari perwakilan kelompok
ini merupakan jawaban dari hasil diskusi kelompok, jadi bukan merupakan
jawaban dari individu yang nomornya dipanggil oleh guru. Setelah
perwakilan dari masing-masing kelompok memberikan jawaban, guru
memberikan kesimpulan dari jawaban yang telah disampaikan oleh
perwakilan kelompok.
Pada pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
siswa akan terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran. Siswa dituntut
untuk selalu siap menjawab pertanyaan dari guru karena guru memanggil
nomor secara acak. Pembelajaran dengan model kooperatif tipe Numbered
Heads Together ini bersifat student center atau pembelajaran berpusat
pada siswa karena pada kegiatan pembelajaran siswa akan menggunakan
otak mereka untuk menjawab pertanyaan/permasalahan yang diberikan
oleh guru secara kelompok dan guru sebagai fasilitator akan membimbing
serta mengarahkan siswa dalam bekerja secara berkelompok. Dengan
belajar secara berkelompok ini siswa diharapkan akan saling memiliki
ketergantungan positif, maksudnya siswa akan saling membantu dan saling
memberikan motivasi dalam menyelesaikan permasalahan/pertanyaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
yang diberikan oleh guru. Pada akhir pembelajaran siswa yang dapat
mengerjakan soal evaluasi dengan baik, maka siswa tersebut akan
mendapatkan reward dari guru sebagai penghargaan atas prestasi yang
telah dicapai.
b. Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran IPS dengan pembelajaran langsung yaitu
penyampaian materi pembelajaran IPS secara langsung dari guru dan
tujuan dan susunan pembelajaran dirancang sendiri oleh guru. Pada
pembelajaran IPS dengan pembelajaran langsung guru akan menjadi pusat
pembelajaran (teacher center), siswa akan mengikuti arahan dari guru
tanpa adanya partisipasi aktif pada proses pembelajaran. Siswa sering
diminta untuk bekerja dari teks atau buku pelajarannya tanpa sedikitpun
diberi penjelasan dari atau oleh arahan guru. Metode yang digunakan guru
pada pembelajaran langsung yaitu metode ceramah atau metode
ekspositori, metode penugasan, metode tanya jawab, dan metode
penyelesaian masalah bersama.
c. Perbedaan Pembelajaran IPS dengan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) dan Pembelajaran
Langsung
Tabel 2.3 Perbedaan Pembelajaran IPS dengan Model Kooperatif Tipe
Numbered Heads Together (NHT) dan Pembelajaran Langsung
Pembelajaran IPS dengan Model
Pembelajaran tipe NHT
Pembelajaran IPS dengan Model
Pembelajaran Langsung
Pembelajaran berpusat pada siswa
(student center)
Pembelajaran berpusat pada guru
(teacher center)
Siswa terlibat aktif dalam
pembelajaran
Siswa cenderung pasif
Guru sebagai fasilitator Guru sebagai nara sumber pokok
pada pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Adanya diskusi kelompok untuk
memecahkan masalah yang
diberikan guru
Masalah diselesaikan oleh seluruh
siswa bersama guru
Siswa yang mendapatkan prestasi
tertinggi dalam evaluasi akan
mendapatkan reward
Tidak ada reward yang diberikan
guru
Adanya ketergantungan positif antar
siswa
Tidak adanya ketergantugan positif
dari siswa
Dari perbedaan pembelajaran IPS menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dan model
pembelajaran langsung, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together lebih tepat diterapkan pada
pembelajaran IPS karena pada model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together siswa akan lebih berpartisipasi aktif pada
pembelajaran karena pembelajaran bersifat student center.
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian Anik Nur Khayati pada siswa kelas X SMA Batik 1
Surakarta tahun ajaran 2008/2009 menyimpulkan bahwa pemakaian model
kooperatif tipe Numbered Heads Together menghasilkan prestasi belajar yang
lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional. Analisis data
yang diperoleh Fab = 0.3703 < 3.134 = Ftabel pada taraf signifikansi 5%. Rata-rata
prestasi belajar kelompok kontrol 74 dan kelompok eksperimen 82.
Hasil penelitian Sri Retno Wulansari pada siswa kelas X administrasi
perkantoran SMK Kristen 1 Surakarta tahun ajaran 2010/2011 menyimpulkan
bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT)
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil pekerjaan siswa pada
siklus pertama diketahui bahwa sebanyak 25 siswa atau sebesar 73,52% sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
memenuhi KKM dan meningkat sebanyak 17,65% menjadi 31 siswa atau sebesar
91,17% pada siklus yang kedua.
Jurnal Internasional : Journal Behavioral of Education volume 19 number
3 hasil penelitian Todd Haydon, Lawrence Maheady and William Hunter during
7th
grade language arts lessons menyimpulkan bahwa “Results indicated that
three students with various disabilities had higher percent intervals of on-task
behavior and daily quiz scores during either Heads Together condition.” yang
berarti hasil penelitian menunjukkan bahwa tiga siswa dengan berbagai
ketidakmampuannya memiliki interval persen lebih tinggi pada perilaku tugas dan
nilai kuis sehari-hari selama dalam kondisi Numbered Heads Together. Jadi
penelitian ini membuktikan siswa yang memilki kekurangan akademik dengan
treatment Numbered Heads Together pada proses pembelajaran dapat
meningkatkan hasil belajar siswa. Indikator peningkatan hasil belajar siswa dilihat
dari hasil tugas dan hasil ulangan sehari-hari yang mengalami kenaikan
dibandingkan dengan hasil pada proses pembelajaran yang lalu.
C. Kerangka Berpikir
Berdasarkan kajian teori yang telah dikemukakan di atas, maka dapat
disusun kerangka berpikir. Terdapat dua macam model pembelajaran yang akan
diteliti dalam penelitian ini yaitu pertama penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together. Kedua menggunakan model
pembelajaran konvensional/ pembelajaran langsung.
Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini masih
menggunakan model yang kurang tepat. Biasanya mereka menggunakan model
pembelajaran langsung/model pembelajaran konvensional. Pada pembelajaran
langsung ini guru menjadi pusat informasi dan mengajar secara klasikal di dalam
kelas, siswa hanya mengikuti arahan dari guru tanpa bisa berpartisipasi aktif pada
pembelajaran. Oleh karena itu, proses pembelajaran seperti ini akan
mengakibatkan kejenuhan dan kebosanan siswa. Siswa kurang dirangsang berpikir
untuk memecahkan masalah sehingga siswa hanya bersikap pasif. Strategi
metode konvensional dalam pembelajaran meliputi kegiatan awal dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
membangkitkan minat siswa dan apersepsi. Kegiatan inti meliputi memberikan
informasi tentang materi dengan metode ceramah, tanya jawab tentang materi dan
kegiatan terakhir meliputi penarikan kesimpulan, tes dan pemberian tugas/praktik
mandiri. Strategi ini lebih menitikberatkan persamaan daripada perbedaan yang
ada pada siswa. Hasil belajar yang dihasilkan pun akan kurang maksimal.
Pembelajaran langsung yang dilakukan guru berakibat rendahnya
motivasi belajar IPS. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) ini diharapkan mampu berpengaruh terhadap motivasi
belajar IPS. Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Heads Together adalah suatu
pendekatan pembelajaran yang melibatkan lebih banyak siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Model
pembelajaran ini dapat meningkatkan semangat kerja sama siswa dalam kelompok
sehingga motivasi belajar siswa akan meningkat.
Bertolak dari pemikiran di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada
pengaruh besar terhadap motivasi belajar IPS dengan menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan dan menarik minat siswa. Oleh karena itu,
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
menjadi lebih efektif daripada model pengajaran langsung/metode konvensional
dalam meningkatkan motivasi belajar siswa mata pelajaran IPS. Untuk
memperjelas kerangka pemikiran ini, maka dapat digambarkan kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir
Pembelajaran IPS
dengan NHT
(kelompok
eksperimen)
Pembelajaran IPS
dengan pembe-
lajaran langsung
(kelompok kontrol)
Motivasi
belajar IPS
rendah
Hasil belajar IPS
rendah
Motivasi
belajar IPS
tinggi
Hasil belajar IPS
tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
D. Perumusan Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas maka rumusan
hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together terhadap hasil belajar IPS siswa kelas IV SD
Negeri Se – Gugus Slamet Riyadi Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Terdapat pengaruh antara motivasi belajar siswa dengan hasil belajar IPS
siswa kelas IV SD Negeri Se – Gugus Slamet Riyadi Boyolali Tahun
Ajaran 2011/2012.
3. Terdapat pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar
IPS siswa kelas IV SD Negeri Se – Gugus Slamet Riyadi Boyolali Tahun
Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan tempat untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam suatu penelitian. Tempat yang digunakan untuk penelitian
ini dibatasi yaitu SD Negeri se-gugus Slamet Riyadi Boyolali dengan subjek
penelitian siswa SD Negeri kelas IV Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 7 bulan meliputi tahap persiapan
penelitian, pelaksanaan sampai dengan penyusunan laporan serta ujian
skripsi. Penelitian ini di mulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Juli
tahun 2012. Persiapan penelitian yang meliputi pengajuan judul, penyusunan
proposal, seminar proposal, dan pengajuan surat ijin penelitian dilaksanakan
pada bulan Januari sampai dengan bulan Maret. Pelaksanaan penelitian yang
meliputi uji coba instrumen, pengumpulan data, dan analisis data
dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Mei. Penyusunan dan
penyelesaian laporan dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan bulan Juli.
Dan untuk ujian skripsi dilaksanakan pada tanggal 11 Juli 2012. Adapun
rincian waktu penelitiannya terlampir pada lampiran 6 halaman 149.
B. Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
eksperimental semu (quasi experimental research). Hal ini dikarenakan tidak
memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasikan semua variabel yang
relevan. Seperti yang dikemukakan St. Y. Slamet dan Suwarto (2007 : 42) bahwa
tujuan penelitian eksperimental semu adalah untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol
atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Metode dalam penelitian ini
memberikan perlakuan pada objek penelitian berupa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together
(NHT) pada kelompok eksperimen dan pembelajaran langsung pada kelompok
kontrol
C. Rancangan/Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain faktorial 2 x 4 dengan
model desain sebagai berikut:
Tabel 3.1 Desain Faktorial 2 x 4
A
B
Motivasi Belajar (A)
A1 A2 A3 A4
Model
Pembelajaran
(B)
B1 A1B1 A2B1 A3B1 A4B1
B2 A1B2 A2B2 A3B2 A4B2
Rancangan penelitian tersebut berbentuk matrik yang terdiri atas 4 sel.
Secara umum setiap selnya dapat dijelaskan sebagai berikut: AB dengan motivasi
belajar (A) dan model pembelajaran (B). Indek B1 menunjukkan pembelajaran
dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together dan B2
menunjukkan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung, sedangkan A1
dan A2 menunjukkan motivasi belajar tinggi dan rendah. A1B1 menunjukkan
kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi yang diberi perlakuan
pembelajaran dengan model pembelajaran Numbered Heads Together. A1B2
menunjukkan kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar rendah yang diberi
perlakuan dengan menggunakan model pembelajaran Numbered Heads Together.
A2B1 menunjukkan kelompok siswa yang memiliki motivasi belajar tinggi yang
diberi perlakuan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
langsung. A2B2 menunjukkan kelompok siswa yang memilki motivasi belajar
rendah yang diberi perlakuan pembelajaran dengan model pembelajaran langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
D. Populasi dan Sampel
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini peneliti melakukan berbagai
hal antara lain :
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Suharsimi Arikunto,
2006: 130). Populasi yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah seluruh
siswa kelas IV yang berada di SD Negeri se-gugus Slamet Riyadi Kecamatan
Boyolali Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2011/2012. Adapun jumlah
populasi seluruhnya ada 112 siswa yang berada di 5 SD se-gugus Slamet
Riyadi Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2011/2012.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Suharsimi
Arikunto, 2006: 131). Dari pengertian itu sampel berarti sebagian populasi
yang terpilih untuk mewakili menjadi subjek penelitian. Apabila subyek
kurang dari 100 lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Namun jika jumlahnya besar, maka diambil antara 10-
15% atau 20-25% atau lebih tergantung dari kemampuan peneliti (waktu,
tenaga, dan dana), sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek,
dan besar kecilnya resiko ditanggung oleh peneliti.
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai sampel adalah
sebagian siswa kelas IV di SD Negeri se-gugus Slamet Riyadi Kecamatan
Boyolali Kabupaten Boyolali tahun pelajaran 2011/2012, sebanyak 52 siswa
yang berada di 2 SD yaitu SD Negeri 1 Kiringan sebanyak 26 siswa dan SD
Negeri 3 Kiringan sebanyak 26 siswa. Uji instrumen dilaksanakan di SD
Negeri 4 Kiringan yang berjumlah 16 siswa.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan dengan cluster sampling (sampling
kelompok). Sampling kelompok adalah bentuk sampling random yang
populasinya dibagi menjadi beberapa kelompok (cluster) dengan menggunakan
aturan-aturan tertentu (Iqbal Hasan, 2010:90). Cara pengambilan sampel dari 5
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
SD Negeri se-gugus Slamet Riyadi Kecamatan Boyolali Kabupaten Boyolali
tahun pelajaran 2011/2012 dimana peneliti mengambil kelas IV dan untuk
penentuan SD dilakukan secara random sampling maksudnya dalam menentukan
anggota sampel dilakukan secara acak dan sembarang, dengan cara setiap populasi
diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel penelitian. Prosedur
yang digunakan yaitu dengan menggunakan undian yang sudah diisi dengan
nama-nama SD Negeri se-gugus Slamet Riyadi Kecamatan Boyolali Kabupaten
Boyolali. Kemudian mengundinya sebanyak tiga kali, tiga sekolah dasar tesebut
kemudian diundi lagi untuk ditentukan sebagai kelompok eksperimen, kelompok
kontrol dan kelompok uji coba.
Dari lima SD yang ada di gugus Slamet Riyadi Boyolali terpilih 3 SD
sebagai sampel, yaitu SD Negeri 1 Kiringan sebagai kelompok eksperimen, SD
Negeri 3 Kiringan sebagai kelompok kontrol, dan SD Negeri 4 Kiringan sebagai
kelompok uji coba.
F. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Metode pengumpulan data
yang dipilih untuk penelitian ini adalah angket, tes, dan dokumentasi.
1. Angket
Definisi angket sama dengan kuesioner. Menurut Suharsimi
Arikunto (2002:202) kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan
tentang pribadinya atau hal-hal lain yang ia ketahui. Angket ini digunakan
untuk mengukur tinggi rendahnya motivasi belajar siswa. Pemberian skor
untuk angket motivasi digunakan skala 1 sampai 4, untuk item yang
mengarah jawaban positif, pemberian skornya sebagai berikut: (1) Skor 4
untuk jawaban Sangat Setuju, (2) Skor 3 untuk jawaban Setuju, (3) Skor 2
untuk jawaban Tidak Setuju, (4) Skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak Setuju.
Dan item yang mengarah jawaban negatif, pemberian skornya sebagai
berikut: (1) Skor 1 untuk jawaban Sangat Setuju, (2) Skor 2 untuk jawaban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Setuju, (3) Skor 3 untuk jawaban Tidak Setuju, (4) Skor 4 untuk jawaban
Sangat Tidak Setuju.
2. Tes
Menurut Suharsimi Arikunto (2010 : 193) tes adalah serentetan
pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
oleh individu atau kelompok. Ditinjau dari segi fungsinya, tes yang
digunakan adalah tes awal (pre- test) dan tes akhir (post- test). Tes awal (pre-
test) diberikan sebelum mempelajari materi IPS tentang perkembangan
teknologi di Indonesia dan masalah-masalah sosial di Indonesia. Menurut
Anas Sudijono (2006:69), tes jenis ini dilaksanakan untuk mengetahui sejauh
manakah bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai oleh peserta
didik. Tes akhir (post- test) diberikan sesudah mempelajari materi tentang
perkembangan teknologi di Indonesia dan masalah-masalah sosial di
Indonesia. Tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah
semua materi pelajaran yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan
sebaik-baiknya oleh peserta didik.
Pre-test dan post-test ini diadakan secara terpisah terhadap masing-
masing kelompok dalam bentuk tes yang sama. Data dari hasil pre-test dan
post-test akan digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian. Tipe tes
yang digunakan adalah tipe tes objektif, dengan bentuk pilihan ganda.
Sebelum soal digunakan, terlebih dahulu diujicobakan untuk mengetahui
validitas, reliabilitas, daya pembeda, dan taraf kesukaran tiap-tiap butir tes
pada kelas uji coba. Jika terdapat butir soal yang tidak valid, daya beda tidak
signifikan serta taraf kesukaran yang tinggi maka butir soal tersebut tidak
digunakan dalam penelitian. Sedangkan butir soal yang valid, signifikan, taraf
kesukaran rendah dan reliabel akan digunakan dalam penelitian. Soal-soal
tersebut akan digunakan sebagai tes untuk kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol yang kemudian akan dianalisis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
3. Dokumentasi
Menurut Suharsimi Arikunto (2006:231) dokumentasi berasal dari
kata dokumen yang berarti barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan
metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-
buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian,
dan sebagainya. Adapun jenis dokumen yang diperlukan dalam penelitian ini
adalah kalender pendidikan semester genap tahun ajaran 2011/2012 dan
dokumentasi berupa foto dan video kegiatan pembelajaran IPS di kelas.
G. Validasi Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi instrumen
angket dan instrumen tes.
1. Instrumen Angket
Instrumen angket pada penelitian ini menggunakan angket model ARCS
oleh John Keller. Dalam angket ARCS ini terdapat empat aspek motivasi yang
ingin diteliti yaitu attention (perhatian), relevance (relevansi), confidence
(percaya diri), dan satisfaction (kepuasan).
2. Instrumen Tes
Tes sebagai alat ukur dapat dikatakan baik bila memenuhi syarat-syarat:
validitas, daya beda, reliabilitas, dan taraf kesukaran. Berikut penjelasan
mengenai validitas, daya beda, reliabilitas, dan taraf kesukaran alat ukur
tersebut:
a. Uji Validitas Isi
Sebelum dilaksanakan analisis data terlebih dahulu dilakukan uji
instrumen terhadap responden. Instrumen adalah alat ukur yang dapat
digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Instrumen juga digunakan
untuk mendapatkan hasil yang baik, cermat, lengkap, dan sistematis
sehingga mempermudah pengolahan data. Menurut Purwanto (2010: 114),
validitas berhubungan dengan kemampuan untuk mengukur secara tepat
sesuatu yang akan diukur. Dengan demikian, data itu valid jika sudah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
diukur dengan instrumen yang valid sehingga bias digunakan sebagai alat
ukur.
Untuk mengukur hasil belajar IPS, peneliti menggunakan
instrumen tes. Untuk instrumen yang berbentuk tes, dikaatakan valid
apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat.
Tinggi rendahnya instrumen menunjukkan kesesuaian data dengan
validitas yang telah ditentukan. Pengujian validitas ini dilakukan dengan
membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah
diajarkan. Secara teknis pengujian validitas isi ini dapat dibantu dengan
menggunakan kisi-kisi instrumen, atau matrik pengembangan instrumen.
Dalam kisi-kisi itu terdapat materi yang diteliti, indikator, dan
deskripsi/jenis penilaiannya.
Untuk menguji tingkat validitas instrumen, peneliti mengadakan
kegiatan tes uji coba (try out) instrumen. Apabila data yang diperoleh
sudah sesuai, maka instrumennya sudah baik/valid. Adapun rumus korelasi
untuk mengukur validitas instrumen adalah rumus korelasi product
moment yang dikemukakan oleh Pearson. Rumusnya sebagai berikut:
rxy = ∑ ∑ ∑
∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
rxy = Koefisien korelasi antara skor tiap – tiap item dengan
skor total
X = Jumlah skor tiap – tiap item
Y = Jumlah skor total
N = Jumlah subyek dalam uji coba
(Suharsimi Arikunto, 2006:170)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
b. Uji Daya Beda
Untuk mengetahui daya pembeda butir digunakan rumus sebagai
berikut:
Keterangan :
= banyaknya penjawab item dengan benar dari kelompok tinggi
= banyaknya penjawab dari kelompok tinggi
= banyaknya penjawab item dengan benar dari kelompok rendah
= banyaknya penjawab dari kelompok rendah
Klasifikasi daya beda :
0, 40 atau lebih = baik sekali
0, 30 – 0, 39 = baik
0, 20 – 0, 29 = cukup
Kurang dari 0, 20 = jelek
(Saifuddin Azwar, 2010: 138)
c. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas merupakan penerjemahan dari kata relibility yang
artinya ketidakpercayaan, keterandalan, konsistensi dan sebagainya.
Reabilitas merupakan indek yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
ukur dipercaya dan dapat diandalkan. Adapun penghitungan menggunakan
rumus KR. 20 sebagai berikut :
Keterangan :
ri = Reliabilitas intrumen
k = Jumlah item dalam instrumen
pi = Proporsi banyaknya subyek yang menjawab pada item 1.
qi = 1 - pi
S2i = Varians total
d = ⁄ - ⁄
ri =
{ ∑
}
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Patokan yang digunakan:
0,00≤ rn < 0,20 : sangat rendah
0,20≤ rn < 0,40 : rendah
0,40 ≤ rn < 0,60 : cukup
0,60 ≤ rn < 0,80 : tinggi
0,80 ≤ rn < 1,00 : sangat tinggi
(Sugiyono, 2009: 360)
d. Uji Taraf Kesukaran
Butir soal yang baik adalah soal yang mempunyai tingkat
kesukaran yang memadai artinya tidak mudah dan tidak terlalu sukar.
Untuk menentukan tingkat kesukaran tiap-tiap butir tes digunakan rumus:
Keterangan:
I = indeks kesulitan untuk setiap butir soal
B = banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal
N = banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang
dimaksudkan
Kriteria indeks kesulitan soal tersebut adalah sebagai berikut :
0 – 0, 30 = soal kategori sukar
0,31 – 0,70 = soal kategori sedang
0,71 – 1,00 = soal kategori mudah
(Nana Sudjana, 2001: 137)
H. Analisis Data
1. Uji Keseimbangan
Uji ini dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
sebelum dikenai perlakuan yang bertujuan untuk mengetahui apakah kedua
kelompok tersebut seimbang. Hal ini bertujuan agar hail eksperimen adalah
I =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
benar akibat perlakuan yang telah diberikan bukan karena adanya pengaruh
lain. Secara statistik, apakah terdapat perbedaan mean yang berarti dari dua
sampel yang independen. Statistik ujinya adalah uji-t. sebelum dilakukan
perhitungan, diuji terlebih dahuluapakah kedua kelompok berdistribusi
normal.
a. Hipotesis :
a) : = (kedua kelompok mempunyai kemampuan awal yang
sama).
b) : (kedua kelompok mempunyai kemampuan awal tidak
sama).
b. Taraf signifikansi ( )
c. Statistik Uji
Dengan :
s = standar deviasi
Keterangan:
= rata-rata kelompok eksperimen
= rata-rata kelompok kontrol
= simpangan baku kelompok eksperimen
= simpangan baku kelompok kontrol
= jumlah sampel kelompok eksperimen
= jumlah sampel kelompok control
d. Daerah Kritik (dk) = ( dan peluang (1- ⁄ )
t =
√
=
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
e. Keputusan Uji
= diterima jika ⁄ < t <
⁄
f. Kesimpulan
a) Motivasi awal kelompok sama jika diterima.
b) Motivasi awal kelompok tidak sama jika ditolak.
(Sudjana, 2005: 238)
2. Uji Hipotesis
a. Uji Prasyarat Analisis Variansi
1) Uji Normalitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui suatu sampel berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Untuk mendapatkan uji
normalitas dengan menggunakan metode Lilliefors sebagai berikut :
1) Hipotesis :
a) : Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
b) : Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi
normal
2) Taraf signifikansi (
3) Statistik uji yang digunakan :
;
Dengan
F = P ; Z N ;
S = proporsi cacah Z terhadap seluruh
4) Daerah Kritis = {( | )} dengan n adalah ukuran sampel
5) Keputusan Uji
ditolah jika terletak di daerah kritik
6) Kesimpulan
a) Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal jika
tidak ditolak
L = Maks | | =
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
b) Sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal
jika ditolak
(Budiyono, 2009: 170)
2) Uji Homogenitas
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah populasi
penelitian mempunyai variansi yang sama atau tidak. Untuk
mendapatkan uji homogenitas dengan menggunakan uji Bartlett
sebagai berikut :
1) Hipotesis :
a) = =
(variansi populasi homogen)
b) =
(variansi populasi tidak homogen)
2) Taraf signifikansi ( = 0,05)
3) Statistik uji yang digunakan
Dengan
;
Keterangan :
= variansi gabungan
= banyaknya anggota sampel ke-i
= variansi sampel ke-i
4) Daerah Kritik (dk) = (k-1) dan peluang (1- )
5) Keputusan Uji
= ditolak jika
6) Kesimpulan
a) Populasi-populasi homogen jika tidak ditolak
b) Populasi-populasi tidak homogen jika ditolak
(Sudjana, 2005: 261)
= ∑ log
= ∑
∑
B = ∑
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama digunakan untuk
menguji signifikansi perbedaan efek dua faktor A dan B serta interaksi AB
terhadap variabel terikat. Model dari analisis dua jalan dengan sel tak sama
adalah sebagai berikut:
Xijk = µ + αi +βj + (αβ)ij + εijk
Dengan :
Xijk : data (nilai) ke-k pada baris ke – i dan kolom ke – j
µ : rerata dari seluruh data (rerata besar, grand mean)
i : efek baris ke-i pada variabel terikat
j : efek kolom ke-j pada variabel terikat
()iji : kombinasi efek baris ke-i dan kolom ke-j pada variabel
terikat
εijk : deviasi data Xijk terhadap rataan populasinya (µijk) yang
berdistribusi normal dengan rataan 0, 2 = 1
i : 1, 2, ..., p ; p : cacah baris (A)
j : 1, 2, …, q ; q ; cacah kolom (B)
k : 1, 2, …, nij ; nij : cacah data amatan pada setiap sel
(Budiyono, 2009:228)
Prosedur dalam pengujian dengan menggunakan analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama yaitu:
a. Hipotesis
1) H0A : = 0 untuk setiap i = 1, 2, .... p (tidak ada pengaruh model
pembelajaran terhadap hasil belajar IPS)
H1A : paling sedikit ada satu 1 yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar baris terhadap variabel terikat)
2) H0B : 1 = 0 untuk setiap j = 1, 2, ... q (tidak ada perbedaan efek
antara kolom kolom terhadap variabel terikat)
H1B : paling sedikit ada satu j yang tidak nol (ada perbedaan efek
antar kolom terhadap variabel terikat)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
3) H0AB : ()ij = 0 untuk setiap i = 1, 2, ... q (tidak ada interaksi baris
dan kolom terhadap variabel terikat)
H1AB : paling sedikit ada satu ()ij yang tidak nol (ada interaksi
baris dan kolom terhadap variabel terikat)
(Budiyono, 2009:228)
b. Komputasi
Tabel 3.2 Data Amatan, Rataan, dan Jumlah Kuadrat Deviasi
Motivasi Belajar
b1 b2 b3 b4
Model
Pembelajaran
a1
n11
kX11
X 11
kx
11
2
C11
SS11
n12
kx
12
X 12
kx
12
2
C12
SS12
n13
kX13
X 13
kx
13
2
C13
SS13
n14
kX14
X 14
kx
14
2
C14
SS14
a2
n21
KX 21
X 21
kx
21
2
C21
SS21
n22
Kx
22
X 22
kx
22
2
C22
SS22
n23
kX 23
X 23
kx
23
2
C23
SS23
n24
kX 24
X 24
kx
24
2
C24
SS24
Tabel 3.3 Rataan dan Jumlah Rataan
B
A b1 b2 b3 b4 Total
a1 11AB 12AB 13AB 14AB A1
a2 21AB 22AB 23AB 24AB A2
Total B1 B2 B3 B4 G
Sel abij memuat : Xij1 ; Xij2 ; ... ; Xijn
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama didefinisikan
notasi-notasi sebagai berikut:
nij = ukuran sel ij (sel pada baris ke-i dan kolom ke-j)
= cacah data amatan pada sel ij
= frekuensi sel ij
hn = rataan harmonik frekuensi seluruh sel
ji ij
h
n
pqn
,
1
N = cacah seluruh data amatan
ji
ijnN,
SSij = jumlah kuadrat deviasi data amatan pada sel ij
k ij
k
ijk
ijkijn
X
XSS
2
2
ijAB = rataan pada sel ij = ij
k
ijk
n
X
Ai = jumlah rataan pada baris ke-i =j
ijAB
Bi = jumlah rataan pada kolom ke-j = i
ijAB
G = jumlah rataan semua sel = ji i j
jiij BAAB,
Untuk memudahkan perhitungan, didefinisikan besaran-besaran
(1), (2), (3), (4), dan (5) sebagai berikut
(1) = pq
G 2
(4) = j
j
p
B2
(2) = ji
ijSS,
(5) = ji
ijAB,
2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
(3) = i
i
q
A2
Pada analisis variansi dua jalan dengan sel tak sama terdapat lima
jumlah kuadrat yaitu:
JKA = hn [(3) – (1)]
JKB = hn [(4) – (1)]
JKAB = hn [(1) + (5) – (4) – (3) ]
JKG = (2)
JKT = JKA + JKB + JKAB + JKG
Dengan:
JKA = jumlah kuadrat baris
JKB = jumlah kuadrat kolom
JKAB = jumlah kuadrat interaksi antara baris
JKG = jumlah kuadrat galat
JKT = jumlah kuadrat total
Derajat kebebasan (dk) untuk masing-masing jumlah kuadrat
tersebut adalah:
dkA = p – 1 dkT = N – 1
dkB = q – 1 dkG = N – pq
dkAB = (p – 1) (q – 1)
Berdasar jumlah kuadrat dan derajat kebebasan masing-masing
diperoleh rataan kuadrat berikut:
RKA = dkA
JKA RKAB =
dkAB
JKAB
RKB = dkB
JKB RKG =
dkG
JKG
c. Statistik Uji
Untuk H0A adalah Fa = RKG
RKA
Untuk H0B adalah Fb = RKG
RKB
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Untuk H0AB adalah Fab = RKG
RKAB
d. Taraf Signifikansi () = 0,05
e. Daerah Kritik
(1) Daerah kritik untuk Fa adalah DK {Fa | Fa > F; p-1; N-pq}
(2) Daerah kritik untuk Fb adalah DK{Fb | Fb > F; q-1;N-pq}
(3) Daerah kritik untuk Fab adalah DK {Fab | Fab > F; (p-1)(q-1);N-pq}
f. Keputusan Uji
H0 ditilak jika Fhit DK
Rangkuman analisis
Tabel 3.4 Rangkuman analisis
Sumber JK dK RK Fhit F
A (baris) JKA dkA RKA Fa Fa > F; p-1; N-pq
B (kolom) JKB dkB RKB Fb Fb > F; q-1;N-pq
AB JKAB dkAB RKAB Fab Fab > F; (p-1)(q-1);N-pq
Galat JKG dkG RKG - -
Total JKT dkT - - -
(Budiyono, 2009:228-230)
c. Uji Komparasi Ganda
Komparasi ganda adalah tindak lanjut dari analisis variansi
apabila hasil analisis variansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis nol
ditolak. Uji ini digunakan untuk mengetahui perbedaan rerata setiap
pasang baris, setiap pasang kolom dan setiap pasang sel. Untuk uji lanjutan
setelah analisis variansi digunakan metode Scheffe. Adapun langkah-
langkah dalam menggunakan metode Scheffe adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rataan yang ada
b. Merumuskan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut
c. Mencari nilai statistik uji dengan rumus yang bersesuaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
1) Komparasi rataan tiap baris
Karena dalam penelitian ini hanya terdapat 2 variabel maka
jika H0A ditolak tidak perlu dilakukan komparasi pasca anava antar
baris. Untuk mengetahui model pembelajaran manakah yang lebih
baik cukup dengan membandingkan besarnya rerata marginal dari
masing-masing model pembelajaran. Jikan rataan marginal untuk
model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih besar dari rataan
marginal untuk model pembelajaran langsung berarti model
pembelajaran kooperatif tipe NHT dikatakan lebih baik dibandingkan
dengan model pembelajaran langsung atau sebaliknya.
2) Komparasi rataan antar kolom
Fi-j =
ji
ji
nnRKG
XX
11
2
Fi-j = nilai Fobs pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
iX = rerata pada kolom ke-i
jX = rerata pada kolom ke-j
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
ni = ukuran sampel kolom ke-i
nj = ukuran sampel kolom ke-j
dengan daerah kritik DK = {F | F > (q-1) F; q-1; N-pq}
3) Komparasi rataan antar sel pada kolom yang sama
Fij.ki =
kjij
kjij
nnRKG
XX
11
2
Fij.ki = nilai Fobs pada pembandingan rataan pada sel ij dan rataan
pada sel kj
ijX = rerata pada sel ij
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
kjX = rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
dengan daerah kritik DK = {Fij | Fij.kj > (pq-1) F; pq-1; N-pq}
4) Komparasi rataan antar sel pada baris yang sama
Fij.ik =
ikij
ikij
nnRKG
XX
11
2
Fij.ik = nilai Fhit pada pembandingan kolom ke-i dan kolom ke-j
ijX = rerata pada sel ij
kjX = rerata pada sel kj
RKG = rerata kuadrat galat, yang diperoleh dari perhitungan
analisis variansi
nij = ukuran sel ij
nkj = ukuran sel kj
dengan daerah kritik DK = {Fij | Fij.ik > (p-1) F; q\p-1; N-pq}
(Budiyono, 2009:213-215)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Pelaksanaan Penelitian
a. Uji Coba (Try Out)
Kegiatan uji coba (try out) instrumen tes dilaksanakan pada
kelompok uji coba yaitu pada kelas IV di SD Negeri 4 Kiringan Boyolali
yang berjumlah 16 siswa. Instrumen tes yang akan diuji cobakan ini
berupa soal objektif dengan 4 pilihan jawaban. Try out pada kelas uji
coba dilaksanakan sebanyak dua kali, yang pertama yaitu uji coba soal
pre-test dan yang kedua yaitu uji coaba soal post-test. Jumlah yang diuji
cobakan untuk soal pre-test adalah 35 soal dengan waktu untuk
mengerjakan soal selama 45 menit. Sedangkan untuk soal post-test
berjumlah 50 soal dengan waktu untuk mengerjakan soal selama 60
menit.
Setelah dilakukan uji coba terhadap soal pre-test dan soal post-
test, tahap selanjutnya yang dilakukan adalah menguji tingkat validitas,
reliabilitas, dan daya beda soal. Setelah soal sudah valid, reliabel, dan
memiliki daya beda yang bagus, soal tersebut sudah layak digunakan
untuk mengukur kemampuan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Soal pre-test ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa
dalam belajar IPS pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan
soal post-test digunakan untuk mengetahui hasil belajar IPS siswa pada
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Tes Awal (Pre-Test)
1) Kelas Eksperimen
Pre-test dilakukan sebelum kelas eksperimen mendapatkan
treatment. Pre-test ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
kemampuan awal kelas eksperimen sebelum diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together. Soal yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
digunakan untuk pre-test adalah berupa soal objektif berjumlah 30
soal (lampiran 7 halaman 150) yang telah diuji validitas, reliabilitas,
dan daya bedanya pada kelas uji coba. Waktu yang diberikan untuk
mengerjakan soal pre-test ini adalah 45 menit.
2) Kelas Kontrol
Sama dengan kelas eksperimen, pre-test pada kelas kontrol
ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa sebelum
dilakukan treatment. Treatment yang diberikan pada kelas kontrol
adalah model pembelajaran langsung. Soal yang digunakan untuk
pre-test pada kelas kontrol sama dengan soal yang digunakan pada
kelas eksperimen, yaitu soal objektif berjumlah 30 soal dengan 4
macam pilihan jawaban yang sudah diuji validitas, reliabilitas, dan
daya bedanya pada kelas uji coba. Waktu yang digunakan untuk
mengerjakan soal adalah 45 menit.
c. Perlakuan (Treatment)
1) Kelas Eksperimen
Kelas eksperimen mendapatkan treatment berupa model
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together. Model
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ini digunakan
pada pembelajaran IPS di kelas IV SD Negeri 1 Kiringan selama
penelitian berlangsung.
Pada kegiatan awal pembelajaran, guru membuka
pembelajaran dengan berdoa, presensi siswa, apersepsi, dan
motivasi. Pada kegiatan inti terdapat tiga tahap, yaitu eksplorasi,
elaborasi, dan konfirmasi. Pada tahap eksplorasi, guru menguji
pengetahuan awal siswa terhadap materi pembelajaran yang akan
disampaikan dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, setelah itu
guru memberikan gambaran umum mengenai materi pembelajaran
yang akan dipelajari. Pada tahap elaborasi, guru menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together. Pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
meliputi tahap questioning, numbering, heads together, dan
answering. Pada tahap questioning, guru memberikan permasalahan
yang harus diselesaikan siswa dalam kelompok. Guru membagikan
lembar kerja siswa yang harus dikerjakan setiap kelompok. Pada
tahap selanjutnya yaitu numbering, guru memberikan nomor kepada
setiap siswa pada setiap kelompok. Kelompok pada kelas
eksperimen ini berjumlah 5 kelompok dengan jumlah anggota 5-6
orang setiap kelompok. Pada setiap kelompok, siswa diberi nomor
dari angka 1 sampai angka 6. Pada tahap heads together, siswa
bekerja sama untuk menyelesaikan lembar kerja siswa yang
diberikan oleh guru secara kelompok. Pada tahap ini guru berperan
mengarahkan dan membimbing siswa dalam bekerja secara
kelompok. Pada tahap answering, guru menunjuk salah satu nomor
pada semua kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka
ke depan kelas. Setelah semua kelompok selesai menyampaikan
hasil diskusi mereka, pada tahap konfirmasi guru memberikan
penguatan kepada siswa yang sudah menyampaikan hasil diskusi di
depan kelas, selanjutnya tugas guru adalah mempertegas kembali
jawaban yang benar dari hasil diskusi siswa.
Pada kegiatan akhir, siswa bersama guru menyimpulkan
pembelajaran yang sudah berlangsung. Guru menberikan umpan
balik dan pertanyaan-pertanyaan tentang materi pembelajaran yang
sudah dipelajari kepada siswa. Setelah itu guru mengadakan evaluasi
individu untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dan guru
dalam pembelajaran. Setelah evaluasi individu selesai, guru
mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas atau
pekerjaan rumah kepada siswa.
2) Kelas Kontrol
Kelas kontrol pada siswa kelas IV SD Negeri 3 Kiringan
Boyolali mendapatkan treatment berupa model pembelajaran
langsung (direct instruction). Pelaksanaan pembelajaran pada kelas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
kontrol ini lebih didominasi oleh guru atau pembelajaran lebih
berpusat pada guru dan tidak seperti pada kelas eksperimen yang
pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa. Pada kegiatan awal,
pelaksanaannya hampir mirip dengan pembelajaran pada kelas
eksperimen yaitu diawali dengan berdoa, presensi, apersepsi, dan
motivasi.
Pada kegiatan inti tahap eksplorasi, guru memberikan
gambaran umun tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari
siswa. Guru memberikan penjelasan tentang materi yang akan
dibahas pada pembelajaran. Selanjutnya pada tahap elaborasi guru
memberikan soal kepada siswa untuk dikerjakan secara kelompok.
Pada tahap ini guru bertugas memberikan pengarahan dan bimbingan
kepada siswa dalam mengerjakan soal. Setelah siswa selesai
mengerjakan soal, kemudian guru bersama siswa membahas soal
yang dikerjakan siswa. Pada tahap konfirmasi, guru kembali
mempertegas hasil dari soal yang dikerjakan siswa dan memberikan
penguatan kepada siswa.
Pada kegiatan akhir, guru meminta siswa untuk
menyimpulkan hasil dari kegiatan pembelajaran. Guru memberikan
umpan balik tentang materi pembelajaran yang sudah dipelajari.
Kegiatan selanjutnya yaitu siswa mengerjakan soal evaluasi individu
yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dan
guru dalam pembelajaran. Setelah evaluasi individu selesai, guru
mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan memberikan tugas atau
pekerjaan rumah kepada siswa.
d. Tes Akhir (Post-Test)
1) Kelas Eksperimen
Post-test pada kelas eksperimen ini dilakukan untuk
mengetahui hasil belajar IPS siswa setelah mendapatkan treatment.
Post-test ini dilakukan pada akhir penelitian setelah seluruh materi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
pembelajaran telah disampaikan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered heads together.
Jumlah soal untuk post-test ini ada 40 nomor (lampiran 8
halaman 158) yang berupa tes objektif dengan 4 macam pilihan
jawaban. Soal yang digunakan untuk post-test ini sebelumnya sudah
dilakukan uji coba pada kelas uji coba terlebih dahulu untuk
mengetahui validitas, reliabilitas, dan daya beda soal. Waktu yang
diberikan untuk mengerjakan soal post-test ini adalah 60 menit.
2) Kelas Kontrol
Pada kelas kontrol juga dilakukan post-test untuk
mengetahui hasil belajar IPS siswa setelah mendapatkan treatment
model pembelajaran langsung (direct instruction). Post-test ini
dilaksanakan setelah semua materi pembelajaran telah selesai
disampaikan guru.
Soal yang digunakan untuk post-test pada kelas kontrol
sama dengan soal yang digunakan untuk post-test pada kelas
eksperimen yang berjumlah 40 soal berupa tes objektif dengan 4
macam pilihan jawaban. Setelah hasil dari post-test ini didapat,
kemudian dianalisis dari hasil dari kelas eksperimen dan kelas
kontrol untuk mengetahui hasil penelitian yang sudah dilaksanakan
pada kedua kelas tersebut.
e. Pengisian Angket
Pengisian angket ini bertujuan untuk mengetahui motivasi
belajar IPS siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah
mendapatkan treatment yang berbeda dari guru. Angket motivasi ini diisi
oleh siswa dengan bimbingan dari peneliti. Sebelum siswa memberikan
penilaian, peneliti memberikan penjelasan dari pernyataan yang tertulis
pada angket motivasi siswa. Pengisian angket ini dilakukan setelah
proses pembelajaran berlangsung, jadi angket ini diisi siswa setelah
mendapatkan treatment dari guru berupa model pembelajaran kooperatif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
tipe numbered heads together untuk kelas eksperimen dan model
pembelajaran langsung (direct instruction) pada kelas kontrol.
Setelah hasil dari angket motivasi didapat, hasilnya
menunjukkan bahwa siswa yang memiliki motivasi belajar sangat tinggi
akan memiliki hasil belajar IPS yang tidak sama dengan siswa yang
memiliki motivasi belajar tinggi, rendah, dan sangat rendah. Dan untuk
siswa yang memiliki motivasi tinggi memiliki hasil belajar yang berbeda
dengan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah dan sangat rendah.
Sedangkan siswa yang memiliki motivasi belajar rendah memiliki hasil
belajar yang sama dengan siswa yang memiliki motivasi belajar sangat
rendah.
2. Hasil Pengembangan Tes Kemampuan Awal Siswa (Pre-test)
a. Uji Validitas
Pada penelitian ini dilakukan kegiatan uji coba (try out)
instrumen untuk menguji tingkat validitas instrumen tersebut sebelum
dilakukan perlakuan/treatment. Apabila instrumen sudah valid maka data
yang diperoleh dan dapat digunakan untuk mengukur tigkat kemampuan
siswa. Instrumen ini berbentuk tes pilihan ganda yang berjumlah 30 soal
dengan 4 macam pilihan jawaban dan waktu unutk mengerjakan selama
45 menit. Jumlah soal untuk tes kemampuan awal berjumlah 35 butir
soal. Berdasarkan uji validitas soal, diketahui rtabel product moment
dengan n=16 pada taraf signifikansi 5% adalah 0,497. Soal yang valid
kriterianya adalah jika rhitung > rtabel. Dari 35 butir soal tersebut terdapat 30
soal yang valid dan digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa,
sedangkan 5 soal yang tidak valid tidak digunakan untuk pengukuran.
Dengan demikian, instrumen tes tersebut sudah valid dan dapat
digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa. (Perhitungan
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 18 halaman 202)
b. Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan analisis validitas soal, selanjutnya dihitung
reliabilitas terhadap 30 soal try out yang valid menggunakan rumus KR-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
20. Berdasarkan uji reliabilitas soal, maka diperoleh indeks reliabilitas
soal yaitu 0,998. Hal ini menunjukkan bahwa soal tersebut memiliki
reliabilitas/tingkat keajegan yang sangat tinggi. Dengan demikian 30 soal
tersebut valid dan reliabel. (Perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada
Lampiran 19 halaman 205)
c. Uji Daya Beda Soal
Berdasarkan perhitungan uji daya beda terhadap 30 soal yang
valid pada lampiran 2, diketahui bahwa soal yang berada dalam daya
pembeda baik sekali berjumlah 18 soal karena daya pembeda soal
tersebut lebih besar atau sama dengan 0,40; soal dengan daya beda baik
berjumlah 9 karena soal tersebut memiliki daya beda 0,30 – 0,39; dan
soal dengan daya beda cukup sejumlah 3 soal karena soal tersebut
memiliki daya pembeda 0,20 – 0,29 (Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 20 halaman 207). Untuk soal-soal valid yang
memiliki daya beda yang jelek, kemudian dilakukan perbaikan soal
sebelum soal tersebut diujikan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar soal
tersebut memiliki daya beda yang baik.
d. Uji Tingkat kesukaran Soal
Berdasarkan hasil uji indeks kesukaran terhadap 30 soal yang
valid, maka diperoleh 8 soal dalam kategori sedang dan 22 soal dalam
kategori mudah. Hasil analisis indeks kesukaran soal dapat dilihat pada
lampiran 24 halaman 215.
3. Hasil Pengembangan Tes Hasil Belajar Siswa (Post-test)
a. Uji Validitas
Pada penelitian ini dilakukan kegiatan uji coba (try out)
instrumen untuk menguji tingkat validitas instrumen tersebut sebelum
dilakukan perlakuan/treatment. Apabila instrumen sudah valid maka data
yang diperoleh dan dapat digunakan untuk mengukur tigkat kemampuan
siswa. Instrumen ini berbentuk tes pilihan ganda dengan 4 macam pilihan
jawaban. Jumlah soal untuk tes akhir berjumlah 50 butir soal.
Berdasarkan uji validitas soal, diketahui rtabel product moment dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
n=16 pada taraf signifikansi 5% adalah 0,497. Soal yang valid kriterianya
adalah jika rhitung > rtabel. Dari 50 butir soal tersebut terdapat 40 soal yang
valid dan digunakan untuk mengukur kemampuan awal siswa, sedangkan
10 soal yang tidak valid tidak digunakan untuk pengukuran. Dengan
demikian, instrumen tes tersebut sudah valid dan dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan awal siswa. (Perhitungan selengkapnya dapat
dilihat pada Lampiran 21 halaman 208)
b. Uji Reliabilitas
Setelah dilakukan analisis validitas soal, selanjutnya dihitung
reliabilitas terhadap 40 soal try out yang valid menggunakan rumus KR-
20. Berdasarkan uji reliabilitas soal, maka diperoleh indeks reliabilitas
soal yaitu 0,984. Hal ini menunjukkan bahwa soal tersebut memiliki
reliabilitas/tingkat keajegan yang sangat tinggi. Dengan demikian 40 soal
tersebut valid dan reliabel. (Perhitungan uji reliabilitas dapat dilihat pada
Lampiran 22 halaman 212)
c. Uji Daya Beda Soal
Berdasarkan perhitungan uji daya beda terhadap 40 soal yang
valid pada lampiran 21, diketahui bahwa soal yang berada dalam daya
pembeda sangat baik berjumlah 28, soal yang memiliki daya beda baik
berjumlah 6 soal, soal yang berdaya beda cukup berjumlah 2 soal, dan
soal yang berdaya beda jelek sejumlah 4 soal (Perhitungan selengkapnya
dapat dilihat pada Lampiran 23 halaman 214). Untuk soal-soal valid yang
memiliki daya beda yang jelek, kemudian dilakukan perbaikan soal
sebelum soal tersebut diujikan kepada siswa. Hal ini bertujuan agar soal
tersebut memiliki daya beda yang baik.
d. Uji Tingkat Kesukaran Soal
Berdasarkan hasil uji indeks kesukaran soal terhadap 40 soal
yang valid, maka diperoleh 30 soal dengan indeks kesukaran soal cukup
dan 10 soal dengan indeks kesukaran soal mudah. Hasil analisis indeks
kesukaran soal dapat dilihat pada lampiran 24 halaman 215.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
4. Hasil Pengembangan Angket
Angket motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah angket motivasi belajar yang telah disesuaikan dengan model ARCS
yang dikembangkan oleh John Keller.(Terlampir pada lampiran 17 halaman
197)
5. Data Skor Hasil Belajar Siswa
Setelah data dari setiap variabel terkumpul, yaitu data tentang
motivasi belajar siswa dan data tes hasil belajar siswa, selanjutnya data
tersebut akan digunakan untuk menguji hipotesis penelitian (Data
selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 15 halaman 195 dan Lampiran 16
halaman 196). Berikut ini akan diberikan data hasil belajar siswa , dicari
ukuran tendensi sentral meliputi rata-rata ( X ), Median (Me), Modus (Mo),
dan ukuran penyebaran dispersi meliputi jangkauan (R) dan deviasi standar
(s) yang dapat dirangkum dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 4.1 Deskripsi Data Skor Hasi Belajar IPS Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol
Kelas
Ukuran Tendensi Sentral Ukuran Dispersi
X Mo Me Skor
Min
Skor
Maks R s
Eksperimen 88,19 90 88 80 95 15 4,578
Kontrol 83,62 80 83 75 93 18 5,485
6. Data Skor Angket Motivasi Belajar Siswa
Data tentang motivasi belajar IPS diperoleh dari skor angket
motivasi belajar siswa. Selanjutnya dikelompokkan menjadi 2 kategori
berdasarkan skor rata-rata gabungan dari kriteria positif dan negatif tiap
kondisi. Sedangkan untuk penentuan kategori dengan ketentuan skor rata-rata
yaitu 1,00-1,49 = sangat rendah, 1,50-2,49 = rendah, 2,50-3,49 = tinggi, dan
4,50-5,00 = sangat tinggi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Setelah dilakukan pengelompokan data motivasi belajar siswa
sesuai dengan kategori yang telah ditentukan, diperoleh cacah siswa untuk
tiap kategori motivasi belajar sebagai berikut:
Tabel 4.2 Cacah Siswa Untuk Tiap Kategori Motivasi Belajar Siswa
Kategori
Model
Pembelajaran
Sangat
Tinggi Tinggi Rendah
Sangat
Rendah Jumlah
Numbered Heads
Together 5 14 4 3 26
Pembelajaran
Langsung 5 14 4 3 26
Jumlah 10 28 8 6 52
Setelah diperoleh skor tes hasil belajar IPS, kemudian skor
dikelompokkan berdasarkan kategori motivasi belajar masing-masing siswa.
Setelah dilakukan pengelompokkan ke dalam tiap-tiap kategori motivasi
belajar IPS diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.3 Data Hasil Belajar IPS Siswa
Model
Pembelajaran
Motivasi Belajar
Sangat
Tinggi Tinggi Rendah
Sangat
Rendah
Numbered
Heads
Together
95 95 95 95
90
90 88 85 88
90 85 88 90
90 93 93 88
85 90
88 83 83 80 83 80 83
Pembelajaran
Langsung
90 93 90 88
93
80 80 83 80
83 83 88 83
78 78 80 78 75 75 75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
88 85 90 85
88 85
B. Uji Keseimbangan
Data untuk uji keseimbangan diambil dari nilai pre-test kelas eksperimen
dan kelas kontrol. Sebelum dilakukan uji keseimbangan perlu diadakan uji
normalitas dan uji homogenitas. Hasil uji normalitas telah terangkum dalam tabel
berikut: (Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 25 halaman 216)
Tabel 4.4 Hasil Analisis Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Kelompok Lhitung Ltabel Kesimpulan
1.
2.
Eksperimen
Kontrol
0,1526
0,1392
0,1726
0,1726
Normal
Normal
Hasil uji homogenitas kemampuan awal diperoleh x2hitung = 0,1727.
Dengan demikian x2
hitung tidak terletak di daerah kritik DK = { x2 | x
2 > x
2 0,05;1 =
3,841} sehingga H0 diterima dan dapat disimpulkan sampel dalam penelitian ini
berasal dari populasi yang homogen. (Perhitungan selengkapnya terdapat pada
Lampiran 26 halaman 220).
Hasil analisis dari uji keseimbangan menggunakan uji t diperoleh thitung =
0,1024. Dengan demikian thitung tidak terletak di daerah kritik DK = {t t < -2,0
atau i > 2,0} sehingga H0 diterima. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari populasi yang memiliki
kemampuan awal sama. (Perhitungan selengkapnya terdapat pada lampiran 27
halaman 222).
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Prasyarat Analisis Variansi
a. Uji Normalitas
Salah satu syarat agar teknik analisis dapat diterapkan maka
harus normal pada distribusi populasinya. Untuk mengetahui apakah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
prasyarat telah dipenuhi, maka dilakukan uji Lilliefors. Uji ini bertujuan
untuk menyelidiki apakah sampel dalam penelitian ini berasal dari
populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hasil uji normalitas telah
terangkum dalam tabel berikut:
Tabel 4.5 Hasil Analisis Uji Normalitas
No Kelompok Lhitung Ltabel Kesimpulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Model Numbered Heads
Together
Pembelajaran Langsung
Motivasi belajar sangat tinggi
Motivasi belajar tinggi
Motivasi belajar rendah
Motivasi belajar sangat rendah
0,1136
0,13
0,2159
0,1307
0,2843
0,3106
0,1727
0,1727
0,2580
1,4980
0,2850
0,3190
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Normal
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa harga statistik uji masing-masing
kelompok tidak melebihi Ltabel , maka diambil kesimpulan bahwa H0
diterima atau sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
(Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 28 halaman 223)
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah sampel
berasal dari populasi yang homogen atau tidak. Uji homogenitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah uji Bartlet dengan statistik uji Chi
Kuadrat. Dalam penelitian ini ada dua kali uji homogenitas yaitu antar
baris (uji homogenitas hasil belajar siswa ditinjau dari model
pembelajaran), antar kolom (uji homogenitas hasil belajar siswa ditinjau
dari motivasi belajar siswa). Hasil uji homogenitas dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tabel 4.6 Hasil Uji Homogenitas
Sampel k x2
hitung x2
0,05;n Keputusan Kesimpulan
Model Mengajar
Motivasi Belajar
2
4
0,1899
0,3714
3,8410
7,8150
H0 diterima
H0 diterima
Homogen
Homogen
Berdasarkan tabel di atas, ternyata harga x2hitung dari kelas yang diberi
perlakuan model pembelajaran dan motivasi belajar siswa kurang dari
x2
0,05;n , sehingga H0 diterima. Ini berarti variansi-variansi motivasi
belajar siswa berasal dari populasi homogen. (Perhitungan selengkapnya
terdapat pada Lampiran 29 halaman 232)
2. Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Hasil perhitungan anava dua jalan sel tak sama disajikan pada tabel
berikut: (Perhitungan selengkapnya terdapat pada Lampiran 30 halaman 235)
Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama
Sumber JK dK RK Fhit Ftabel Keputusan
Model Pembelajaran (A) 225,44 1 225,44 32,39 4,06 H0A ditolak
Motivasi Belajar (B) 1075,56 3 358,52 51,51 2,82 H0B ditolak
Interaksi (AB) 17,60 3 5,87 0,84 2,82 H0AB diterima
Galat 306,37 44 6,96
Total 1624,97 51
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Siswa yang mendapat perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe numbered heads together memiliki hasil belajar IPS yang berbeda
dari siswa yang dikenai model pembelajaran langsung.
b. Terdapat perbedaan hasil belajar IPS antara siswa dengan motivasi
belajar IPS sangat tinggi, tinggi, rendah, dan sangat rendah.
c. Tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran dengan motivasi
belajar terhadap hasil belajar IPS siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
3. Uji Komparasi Ganda
Uji komparasi ganda (uji lanjut pasca anava) dilakukan dengan
menggunakan metode Scheffe. Berdasarkan perhitungan analisis variansi dua
jalan sel tak sama telah diperoleh keputusan bahwa H0A ditolak, H0B ditolak
dan H0AB diteima, maka perlu dilakukan uji komparasi rataan antar kolom
disajikan dalam tabel sebagai berikut: (Perhitungan selengkapnya terdapat
pada Lampiran 31 halaman 241)
Tabel 4.8 Hasil Uji Komparasi Ganda Antar Kolom
Komparasi (i
X -- j
X )2
(
) RKG F Kritik Keputusan
µ1 vs µ2
µ1 vs µ3
µ1 vs µ4
µ2 vs µ3
µ2 vs µ4
µ3 vs µ4
33,99
129,96
193,21
31,03
65,13
6,25
0,1357
0,2250
0,2667
0,1607
0,2024
0,2917
6,96
6,96
6,96
6,96
6,96
6,96
36,16
82,99
104,10
27,74
46,24
3,08
8,46
8,46
8,46
8,46
8,46
8,46
H0 Ditolak
H0 Ditolak
H0 Ditolak
H0 Ditolak
H0 Ditolak
H0 Diterima
Keterangan:
µ1 : rataan siswa yang mempunyai motivasi belajar sangat tinggi
µ2 : rataan siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi
µ3 : rataan siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah
µ4 : rataan siswa yang mempunyai motivasi belajar sangat rendah
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Siswa dengan motivasi belajar sangat tinggi mempunyai hasil belajar yang
tidak sama daripada siswa dengan motivasi belajar tinggi.
b. Siswa dengan motivasi belajar sangat tinggi mempunyai hasil belajar yang
tidak sama daripada siswa dengan motivasi belajar rendah.
c. Siswa dengan motivasi belajar sangat tinggi mempunyai hasil belajar yang
tidak sama daripada siswa dengan motivasi belajar sangat rendah.
d. Siswa dengan motivasi belajar tinggi mempunyai hasil belajar yang tidak
sama daripada siswa dengan motivasi belajar rendah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
e. Siswa dengan motivasi belajar tinggi mempunyai hasil belajar yang tidak
sama daripada siswa dengan motivasi belajar sangat rendah.
f. Siswa dengan motivasi belajar rendah mempunyai hasil belajar yang sama
daripada siswa dengan motivasi belajar sangat rendah.
D. Pembahasan Hasil Analisis Data
1. Hipotesis Pertama
Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh
Fhitung>Ftabel (32,39 > 4,06). Dengan demikian Fhitung terletak di daerah kritik
maka H0A ditolak dan berarti terdapat pengaruh model pembelajaran terhadap
hasil belajar IPS. Dari rataan marginalnya (model pembelajaran kooperatif
tipe numbered heads together lebih besar daripada model pembelajaran
langsung (85,97 > 81,65)) menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together menghasilkan hasil
belajar yang lebih baik dibandingkan model pembelajaran langsung pada
mata pelajaran IPS.
2. Hipotesis Kedua
Berdasarkan hasil anava dua jalan sel tak sama diperoleh
Fhitung>Ftabel (51,51 > 2,82). Dengan demikian Fhitung terletak di daerah kritik
maka H0B ditolak dan berarti terdapat pengaruh motivasi belajar siswa
terhadap hasil belajar IPS. Dari rataan marginalnya (motivasi belajar tinggi
(87,24) dan motivasi belajar rendah (80,38)) dan setelah dilakukan uji
Scheffe, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa siswa dengan
motivasi belajar tinggi mempunyai hasil belajar yang lebih baik daripada
siswa dengan motivasi belajar rendah.
3. Hipotesis Ketiga
Berdasarkan hasil anava dua jalan tak sama diperoleh Fhitung < Ftabel
(0,84 < 2,82). Dengan demikian Fhitung tidak terletak di daerah kritik, maka
H0AB diterima dan berarti tidak terdapat interaksi antara model pembelajaran
dan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS. Berdasarkan hasil uji
hipotesis pertama, pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
kooperatif tipe numbered heads together menghasilkan hasil belajar yang
lebih baik daripada model pembelajaran langsung. Karena tidak ada interaksi
maka hal tersebut juga berlaku pada tiap kategori motivasi belajar siswa,
dalam arti model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together
akan menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran
langsung untuk setiap kategori motivasi belajar yang dimiliki siswa.
Berdasarkan uji hipotesis yang kedua dan uji komparasi ganda, siswa yang
mempunyai motivasi belajar sangat tinggi memiliki hasil belajar yang lebih
baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar tinggi, siswa yang
mempunyai motivasi belajar sangat tinggi memiliki hasil belajar yang lebih
baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah, siswa yang
mempunyai motivasi belajar sangat tinggi memiliki hasil belajar yang lebih
baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sangat rendah, siswa
yang mempunyai motivasi belajar tinggi memiliki hasil belajar yang lebih
baik daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah, siswa yang
mempunyai motivasi belajar tinggi memiliki hasil belajar yang lebih baik
daripada siswa yang mempunyai motivasi belajar sangat rendah, sedangkan
siswa yang mempunyai motivasi belajar rendah memiliki hasil belajar yang
sama dengan siswa yang mempunyai motivasi belajar sangat rendah. Karena
tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dan motivasi belajar siswa
terhadap hasil belajar IPS siswa, maka ini berarti bahwa hasil belajar siswa
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
together pada siswa yang memiliki motivasi belajar sangat tinggi, tinggi,
rendah, dan sangat rendah lebih baik daripada menggunakan model
pembelajaran langsung pada mata pelajaran IPS.
Tidak adanya interaksi antara model pembelajaran dan motivasi
belajar siswa terhadap motivasi belajar IPS mungkin dikarenakan dalam
penelitian ini siswa yang mempunyai motivasi rendah dan diprediksikan akan
kurang aktif dalam pembelajaran ternyata ikut berperan aktif dalam
pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
BAB V
SIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan kajian teori dan hasil penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hasil sebagai berikut:
a. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together terhadap hasil belajar
IPS siswa kelas IV SD se-gugus Slamet Riyadi Boyolali tahun ajaran
2011/2012.
b. Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan dari model pembelajaran
kooperatif tipe numbered heads together dan model pembelajaran langsung
antara siswa dengan motivasi belajar IPS sangat tinggi, tinggi, rendah, dan
sangat rendah dilihat dari perbedaan hasil belajar IPS.
c. Tidak terdapat pengaruh interaksi penggunaan model pembelajaran yang
berbeda yaitu model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together
untuk kelas eksperimen dan model pembelajaran langsung untuk kelas
kontrol dengan motivasi belajar terhadap hasil belajar IPS siswa.
B. Implikasi
Berdasarkan kajian teori dan mengacu pada hasil penelitian ini, maka
implikasi dalam penelitian ini adalah dengan model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together menghasilkan hasil belajar yang lebih baik daripada
dengan model pembelajaran langsung. Model pembelajaran kooperatif tipe
numbered heads together mempunyai karakteristik mengaktifkan siswa karena
dalam model pembelajaran ini guru memberikan materi pelajaran kemudian
memberikan LKS yang berisi permasalahan yang harus diselesaikan secara
kelompok.
Pembelajaran menggunakan model pembelejaran kooperatif tipe
numbered heads together lebih baik dari model pembelajaran langsung karena
dengan melakukan diskusi dalam kelompoknya dapat menjalin kerjasama serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
dapat bertukar pikiran tentang materi yang sedang dipelajari sesuai dengan
pemahaman masing-masing kemudian disatukan pemahaman masing-masing
anggota kelompok untuk menyelesaikan masalah yang diberikan guru. Bagi siswa
yang belum paham dapat bertanya kepada siswa yang sudah paham dan bagi
siswa yang sudah paham dapat lebih memperdalam materi yang sedang dipelajari.
Selanjutnya perwakilan dari setiap kelompok menyampaikan hasil diskusi
kelompok dengan cara guru memanggil nomor anggota tertentu dari semua
kelompok untuk mewakili kelompoknya. Setelah semua kelompok selesai
menyampaikan hasil diskusi, maka selanjutnya tugas guru untuk membahas hasil
diskusi dan menyatukan pemahaman siswa yang memiliki beda pemahaman
tentang hasil diskusi dari masalah yang diberikan guru.
Diskusi yang dilakukan siswa ini akan membuat siswa lebih mudah
menyelesaikan permasalahan/soal yang diberikan oleh guru dan siswa akan
belajar dengan memahami bukan mengahapal. Selain itu pemberian latihan soal
pada tiap LKS memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan apa yang telah
mereka temukan untuk menyelesaikan masalah pada materi pelajaran yang sedang
mereka pelajari. Kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan
permasalahan akan diberi bimbingan guru, namun guru hanya memberikan
pengarahan bukan jawaban dari permasalahan tersebut. Jadi dalam pembelajaran
siswa dituntut untuk berpikir bersama dalam menemukan penyelesaian dari
masalah tersebut.
Adanya presentasi dari beberapa kelompok tentang hasil diskusi mereka
membuat siswa berani mengungkapkan pemikirannya dan diskusi mereka
sehingga mengetahui mana yang benar dan mana yang salah dengan penegasan
jawaban dari guru.
Dari hasil penelitian diperoleh bahwa tidak ada interaksi antara model
pembelajaran dan motivasi belajar siswa terhadap hasil belajar IPS. Hal ini
mungkin dikarenakan dalam penelitian ini siswa yang mempunyai motivasi
rendah dan diprediksikan akan kurang aktif dalam pembelajaran ternyata ikut
berperan aktif dalam pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penggunaan model pembelajaran
kooperatif tipe numbered heads together memberikan hasil yang lebih baik
daripada pembelajaran dengan model pembelajaran langsung sehingga dapat
digunakan sebagai masukan bagi guru dan calon guru dalam upaya peningkatan
kualitas proses pembelajaran khususnya pada mata pelajaran IPS dan lebih
luasnya dapat digunakan sebagai model pembelajaran pada mata pelajaran yang
lain dengan memperhatikan beberapa faktor yaitu: kesesuaian materi, kemampuan
guru, kemampuan siswa, lingkungan belajar siswa, dan fasilitas belajar di sekolah.
C. Saran
Sesuai dengan simpulan dan implikasi hasil penelitian di atas, maka
peneliti menyampaikan saran bagi siswa, guru, sekolah, dan peneliti yang akan
datang. Adapun penjelasan lebih lanjut dapat disampaikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Bagi Siswa
a. Siswa hendaknya memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru
dengan seksama agar dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik.
b. Siswa hendaknya mempersiapkan diri dengan baik sebelum mengikuti
pembelajaran, misalnya dengan lebih aktif mencari informasi materi dan
sumber selain dari buku pelajaran.
c. Siswa hendaknya lebih aktif dalam kegiatan diskusi maupun pada saat
presentasi kelompok.
2. Bagi Guru
a. Guru hendaknya meningkatkan kompetensi keprofesionalannya dengan
merancang proses pembelajaran yang inovatif. Hal ini dapat dilakukan
dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
together dalam pembelajaran agar pembelajaran menjadi lebih bermakna.
Dengan demikian siswa dalam mengikuti pembelajaran tidak mudah
bosan dan tetap bersemangat untuk mengikuti pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
b. Guru hendaknya menambah wawasan, pengalaman, pengetahuan, dan
keterampilan dalam merancang model yang tepat dan menarik sehingga
mempermudah proses pembelajaran.
3. Bagi Sekolah
a. Sekolah hendaknya menyediakan fasilitas baik sarana dan prasarana yang
menunjang bagi keberhasilan guru dalam menerapkan model
pembelajaran yang inovatif, misalnya pada penerapan model
pembelajaran kooperatif tipe numbered heads together .
4. Bagi Peneliti Yang Akan Datang
a. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian tentang model
pembelajaran inovatif, hendaknya mampu mengetahui dan menguasai
kondisi pembelajaran dan kemampuan siswa dengan lebih cermat.
b. Peneliti mampu memanfaatkan model pembelajaran inovatif dengan
maksimal sehingga diperoleh hasil penelitian yang lebih baik.
c. Mampu meningkatkan kreatifitas dan keterampilan peneliti untuk
mengatasi permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran melalui
penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe numbered heads
together dan model-model pembelajaran inovatif lainnya.
top related