peningkatan hasil belajar siswa dalam membuat puisi
Post on 02-Jul-2015
295 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
PROPOSAL PENELITIAN
A. Identitas Mahasiswa
Nama Lengkap : Ratnawati S.
NIM : 07 20717 004
Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Alamat : Mannaungi, Maros
B. Judul Penelitian
Peningkatan Kualitas Belajar Siswa dengan Menggunakan
Lingkungan sebagai Media Pembelajaran Bahasa Indonesia Khususnya
dalam Membuat Puisi pada Siswa Kelas VIII Smp Negeri 1 Maros.
C. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan untuk menata masa
depannya. Pendidikan mempunyai posisi strategis dalam rangka
peningkatan kualitas sumber daya manusia yang berkualitas dihasilkan
dari pendidikan yang berkualitas pula.
Kualitas pendidikan dapat diketahui dari dua hal, yaitu kualitas
proses dan kualitas produk (Sudjana, 2003). Suatu pendidikan dikatakan
berkualitas proses apabila proses belajar mengajar (PBM) dapat
berlangsung secara efektif dan peserta didik mengalami proses
pembelajaran yang bermakna. Selanjutnya suatu pendidikan dikatakan
2
berkualitas produk apabila kualitas proses itu mampu menghasilkan
sumber daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing dalam dunia
pendidikan.
Sebagian besar tenaga pendidik menganggap bahwa rendahnya
kualitas pendidikan disebabkan oleh keterbatasan sarana dan prasarana
atau pun terbatasnya media pendidikan yang dapat digunakan dalam
mempelancar proses belajar mengajar (PBM). Akan tetapi, tanggapan
seperti itu tidak selayaknya terlintas di kepala seorang tenaga pendidikan.
Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai media, antara lain dengan menggunakan
lingkungan disekitar peserta didik sebagai media pembelajaran. Karena
lingkungan merupakan sebuah objek yang melekat pada peserta didik
ataupun guru, sudah selayaknya dimanfaatkan untuk keperluan
pendidikan. Hal ini dilakukan dnegan menjaga agar lingkungan tetap asri
dan terhindar dari kerusakan yang dapat menyengsarakan manusia itu
sendiri.
Sehubungan dengan hal tersebut, penulis bermaksud melakukan
penelitian dengan judul “Peningkatan Kualitas Belajar Siswa dengan
Menggunakan Lingkungan sebagai Media Pembelajaran Bahasa
Indonesia khususnya dalam Membuat Puisi pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Maros.”
3
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah
bagaimana meningkatkan kualitas belajar siswa dengan menggunakan
lingkungan sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
dalam membuat puisi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Maros.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui peningkatan kualitas belajar siswa dengan menggunakan
lingkungan sebagai media pembelajaran bahasa indonesia khususnya
dalam membuat puisi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Maros.
2. Manfaat Penelitian
a. Manfaat teoritis
1. Bagi lembaga pendidikan, sebagai bahan informasi dalam
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya berkaitan dengan
keterampilan membuat puisi.
2. Bagi peneliti, sebagai bahan masukan dalam melakukan
penelitian untuk mengembangkan metode pembelajaran.
b. Manfaat praktis
1. Bagi guru, menjadi masukan dalam meningkatkan keterampilan
siswa dalam membuat puisi.
2. Bagi siswa, sebagai masukan tentang manfaat lingkungan.
4
F. Kajian Pustaka, Hipotesis dan Kerangka Pikir
1. Kajian Pustaka
a. Teori belajar
Belajar adalah terjadinya perubahan diri orang karena belajar dari
pengalaman (Darsono, dkk., 2000).
Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan
serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan,
meniru dan lain sebagainya. Perubahan itu, tidak hanya berkaitan dengan
penambahan ilmu tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap,
pengertian, harga diri, minat, watak, dan penyesuaian diri.
Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa belajar itu sebagai
rankaian kegiatan jiwa raga, psiko-fisik, untuk menuju keperkembangan
pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa dan
karsa, ranah kognitif, afekti dan psikomotorik (Syahruddin : 2009).
Menurut pengertian secara psikologis, belajar merupakan suatu
proses tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian orang beranggapan
bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan
fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/ materi pelajaran. Di
samping itu, adapula sebagian orang yang memandang belajar sebagai
latihan belaka, seperti yang tampak pada latihan membaca dan menulis.
Belajar pernah dipandang sebagai proses penambahan
pengetahuan, pandangan ini hingga sekarang masih berlaku bagi
5
sebagian orang di negeri ini. Pandangan semacam itu tidak salah, akan
tetapi masih sangat parsial, teralalu sempit dan menjadikan peserta didik
sebagai individu yang pasif dan reseptif. Oleh sebab itu, pandangan
tersebut perlu diletakkan pada perspektif yang lebih wajar sehingga ruang
lingkup substan keterampilan dalam pengetahuan luas, yakni
keterampilan untuk hidup, nilai dan sikap (Suniwaty, 2008).
Skinner (dalam Syahruddin, 2009) dalam bukunya Educational
Psychology : The Teaching-leaching process, berpendapat bahwa
belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang
berlangsung secara progresif. Pendapat ini diungkapkan dalam
pernyataan ringkasnya, bahwa belajar adalah “...a process of progressive
behavior adaption.” Berdasarkan eksperimennya, B.F. Skinner percaya
bahwa proses adaptasi tersebut akan mendatangkan hasil yang optimal
apabila ia diberi penguat (reinforcer).
Chaplin (dalam Syahruddin, 2009) dalam dictionary of psychology
membatasi belajar dengan dua macam rumusan. Rumusan pertama
berbunyi : “...acquisition of any relatively permanent change ini behaviour
as a result of practise and experience.” (Belajar adalah perolehan
perubahan tingkah laku yang relatif menetap sebagai akibat latihan dan
pengalaman). Rumusan keduanya adalah “process of acquiring responces
as a result of special practise” (Belajar adalah proses memperoleh respon-
respon sebagai akibat adanya latihan khusus).
6
Biggs (dalam Syahruddin, 2009) dalam pendahuluan Teaching for
learning : The View from Cognitive pschology mendefinisikan belajar
dalam tiga macam rumusan, yaitu : rumusan kuantitatif, rumusan
institusional, dan rumusan kualitatif. Dalam rumusan-rumusan tersebut,
kata-kata seperti perubahan dan tingkah laku tak lagi disebut secara
eksplisit mengingat ke dua istilah ini sudah menjadi kebenaran umum
yang diketahui semua orang yang terlibat dalam proses pendidikan.
Secara kuantitatif, belajar berarti kegiatan pengisian atau
pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya.
Jadi, belajar dalam hal ini dipandang dan sudut berapa banyak materi
yang dikuasai siswa.
Secara institusional (tinjauan kelembagaan) belajar dipandang
sebagai proses validitas (pengabsahan) terhadap penguasan siswa atas
materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan
siswa telah belajar dapat diketahui dalam hubungannya dengan proses
mengajar. Ukurannya ialah, semakin baik mutu mengajar yang dilakukan
guru maka akan semakin baik pula mutu perolehan siswa yang kemudian
dinyatakan dalam bentuk skor antar nilai.
Adapun pengertian secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara
menafsirkan dunia sekeliling siswa, belajar dalam pengertian ini
difokuskan pada tercapainya daya pikir dan tindakan yang berkualitas
untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dan nanti dihadapi siswa.
7
Bertolak dari berbagai definisi yang telah diutarakan tadi, secara
umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah
laku individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi
dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif. Sehubungan dengan
pengertian ini perlu diutarakan sekali lagi bahwa perubahan tingkah laku
yang timbul akibat proses kematangan fisik, keadaan mabuk, lelah, dan
jenuh tidak dapat dipandang sebagai proses belajar.
1) Prinsip-prinsip belajar
Menurut alvin C Eurich (1992), (1) apapun yang dipelajari, murid
sendiri yang harus mempelajarinya, tidak seorang pun yang dapat
melakukan kegiatan belajar untuknya dan (2) setiap murid belajar menurut
tempo atau kecepatannya sendiri dan untuk setiap kelompok umur
terdapat varians dalam kecepatan belajar.
Menurut Thorpe dan Schmuller (dalam Syahruddin, tanpa tahun):
1. Murid itu timbul motivasi jika ia mempunyai harapan atau
kebutuhan dalam kegiatan itu.
2. Belajar itu sesuai dengan tingkatan murid jika sesuai dengan
kemampuan fisik dan intelek murid.
Menurut Ted Ward dan William A. Herzorg Ir., belajar efektif
tergantugn pada :
1. Relevenasi tujuan-tujuan pendidikan dengan nilai-nilai sosial
2. Penyesuaian diri dengan karakteristik belajar murid
3. Penyesuaian diri dengan harapan-harapan padagogik dari murid.
8
2) Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar
Menurut Thomar F. Staton (dalam Syahruddin,2009) ada enam
macam faktor psikologis yang diperlukan dalam kegiatan belajar, yaitu :
1. Motivasi, yakni keinginan atau dorongan untuk belajar. Dalam hal
ini, motivasi meliputi dua hal: (aa) mengetahui apa yang akan
dipelajari dan (b) memahami mengapa hal tersebut patut
dipelajari.
2. Konsentrasi yakni pemusatan segenap kekuatan perhatian pada
suatu situasi belajar. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental
secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak “perhatian”
sekedarnya saja.
3. Reaksi, yakni keterlibatan unsur fisik maupun mental dalam
memberikan respon pada fakta-fakta dan ide-ide yang
disam[aiakan oleh pengajarnya.
4. Organisasi, yakni penataan atau penempatan bagian-bagian
bahan pelajaran ke dalam suatu kesatuan pengertian.
5. Pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran.
Memahami maksudnya, menangkap maknanya, adalah tujuan
akrhi dari setiap belajar.
6. Ulangan atau mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang
sudah dipelajari, agar kemampuan untuk mengingatnya akan
semakin bertambah.
9
3) Contoh belajar
Dalam mempermudah pemahaman mengenai bagaimana
sebenarnya proses belajat iru berlangsung, berikut akan dikemukakan
contoh sederhana sebagai gambaran.
Seorang anak balita (bayi lima tahun) memperoleh mobil-mobilan
dari ayahnya. Lalu ia, mencoba mainan ini dengan cara memutar kuncinya
dan meletakkanya pada suatu permukaan atau dataran perilaku
“memutar” dan “meletakkan” tersebut merupakan repons atau reaksi atas
rangsangan yang timbul / ada pada mainan itu (misalnya kunci dan roda
mobil-mobilan tersebut).
Pada tahap permulaan, repons anak terhadap stimulus yang ada
pada mainan tadi biasanya tidak tepat atau setidak-tidaknya tidak teratur.
Namun, berkat latihan dan pengalaman berulang-ulang, lambat laun ia
menguasai dan akhirnya dapat memainkan mobil-mobilan dengan baik
dan sempurna. Sehubungan dengan contoh ini, belajar dapat dipahami
sebagai proses yang dengan proses itu sebuah tingkah laku ditimbulkan
atau diperbaiki melalui serentetan reaksi atas situasi atau rangsangan
yang ada.
b. Media pembelajaran
Media pendidikan adalah alat, metode, teknik yang digunakan
dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru
dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah
(Pongpalilu, tanpa tahun).
10
Kata media berasal dari bahasa latin “medius” yangs ecara harfiah
berarti tengah, perantara atau pengantar. Dalam bahasa arab, media
adalah perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima
pesan. Gerlach dan Ely (1971) mengatakan bahwa media apabila
dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang
membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh
pengetahuan, keterampilan atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku
teks, dan lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus,
pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Heinich dkk. (1982) mengemukakan bahwa istilah medium sebagai
perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi,
televisi, film, foto, radio, rekaman audio dan sejenisnya adalah media
komunikasi. Apabila media itu disebut media pembelajaran. Sejalan
dengan batasan ini, Hamidjojo dalam Latuheru (1993) memberi batasan
media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia
untuk menyampaikan atau menyebar ide atau gagasan atau pendata pat
sehingga ide, gagasan, atau pendapat yang dikemukakan itu sampai
kepada penerima yang dituju.
1) Ciri-ciri media pendidikan
Gerlach dan Ely (dalam PongPolilu,2008) mengemuakan tiga ciri
media yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa
11
saja yang dapat dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu
(atau kurang efisien) melakukannya.
Pertama, ciri fiksatif (fixative property), ciri ini menggambarkan
kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan, dan
mengkonsruksikan suatu peristiwa atau obyek. Suatu peristiwa atau obyek
dapat diurut dan disusun kembali dengan media seperti fotografi, vidio
tape, distek komputer dan film. Ciri ini amat penting bagi guru karena
kejadian-kejadian atau obyek yang telah direkam atau disimpan dengan
format media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang
terjadinya hanya sekali (dalam satu abad) dapat diabadikan dan disusun
kembali untuk keperluan pengajaran. Demikian pula prosedur-prosedur
yang dianggap penting dan rumit dapat direkam dan diatur untuk
kemudian direproduksi beberapa kali pun saat diperlukan.
Kedua, ciri manipulasi (manipulative property), transformasi suatu
kejadian atau obyek dimungkinkan karena media memiliki ciri manipulatif.
Kejadian yang memakan waktu berhari-hari dapat disajikan kepada siswa
dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan gambar,
misalnya, bagaimana proses larva menjadi kepompong kemidian menjadi
kupu-kupu dapat dipercepat dengan teknik rekaman fotografi tersebut!
Selain dapat dipercepat, suatu kejadian dapat pula diperlambat pada saat
menayangkan kembali hasil suatu rekaman vidio.
Ketiga, ciri distributif dari media memungkinkan suatu obyek atau
kejadian tersebut ditransformasikan melalui ruangan dan secara
12
bersamaan kejadian tersebut disajikan kepada sejumlah besar siswa
dengan stimulus pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu.
Dalam sebuah buku karangan Pongpalilu (2008) disajikan ciri-ciri
umum dari media pendidikan, yaitu:
1. Media pendidikan identik, artinya dengan istilah keperagaan yang
berasal dari kata “raga” artinya suatu benda yang dapat diraba,
dilihat, didengar, dan yang dapat diamati melalui panca indera.
2. Tekanan utama terletak pada benda atau hal-hal yang bisa dilihat
dan didengar.
3. Media pendidikan digunakan dalam rangka hubungan
(komunikasi) dalam pengajarannya, antar guru dan siswa.
4. Media pendidikan adalah semacam alat bantu mengajar, di dalam
maupaun di luar kelas.
5. Media pendidikan merupakan suatu “perantara” dan digunakan
dalam rangka pendidikan.
6. Mengandung aspek; sebagai alat dan sebagai teknik, yang
sangat erat pertaliannya dengan metode mengajar.
2) Macam-macam media pendidikan
Pertama, media hasil teknologi cetak, yakni cara untuk menghasilkan
atau menyampaiakn materi, seperti buku dan materi visual statis terutama
melalui proses pencetakan mekanis atau fotograifs. Kelompok media hasil
teknologi cetak meliputi teks, grafik, foto atau representasi fotografik dan
reproduksi. Teknologi cetak memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
13
1. Teks dibaca secara linear, sedangkan visual diamati berdasarkan
ruang.
2. Baik teks maupun visual menampilkan komunikasi satu arah dan
reseptif.
3. Teks dan visual ditampilkan statis (diam)
4. Pengembangannya sangat tergantung kepada prinsip-prinsip
kebahasaan dan persepsi visual.
5. Baik teks maupun visual berorientasi (berpusat) pada siswa.
6. Informasi dapat diatur kembali atau ditata ulang oleh pemakai.
Kedua, media hasil teknologi audio-visual, yakni cara menghasilkan
atau menyampaikan materi dengan menggunakan mesin-mesin mekanis
dan elektronik untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual.
Pengajaran melalui audio-visual jelas bercirikan pemakaian perangkat
keras dan proyektor visual yang lebar. Ciri-ciri utama teknologi media
audio-visual yang lebar. Ciri-ciri utama teknologi audio-visual adalah
sebagai berikut:
1. Mereka biasanya bersifat linear.
2. Mereka biasanya menyajikan visual yang dinamis.
3. Mereka digunakan dengan cara yang telah ditetapkan
sebelumnya oleh perancangannya.
4. Mereka merupakan representasi fisik dari gagasan real atau
gagasan abstrak.
14
5. Mereka dikembangkan menurut prinsip psikologis behaviorisme
dan kognitif.
6. Umumnya mereka berotientasi kepada guru dengan tingkat
perlibatan interaktif murid yang rendah.
Ketiga, media hasil teknologi berbasis komputer, yakni cara
menghasilkan atau menyampaikan materi dengan menggunakan sumber-
sumber yang berbasis mikro-prosessor. Perbedaan antara media yang
dihasilkan oleh teknologi berbasis komputer dengan yang dihasilkan dari
dua teknologi lainnya adalah karena informasi atau materi disimpan dalam
bentuk digital, bukan dalam bentuk cetakan/visual.
Beberapa ciri media yang dihasilkan teknologi berbasis komputer
(baik perangkat keras maupun perangkat lunak) adalah sebagai berikut.
1. Mereka dapat digunakan berdasarkan keinginan siswa atau
berdasarkan keinginan perancang sebagaimana direncanakanya
2. Biasanya gagasan-gagasan yang disajikan dalam gaya abstrak
dengan kata, simbol, dan grafik
3. Prinsip-prinsip ilmu kognitif atau mengembangkan media ini
4. Pembelajaran dapat berorientasi siswa dan melibatkan
interaktivitas siswa yang tinggi.
Keempat, media hasil teknologi gabungan, yakni cara untuk
menghasilkan dan menyampaikan materi yang menggabungkan
pemakaian beebrapa bentuk media yang dikendalikan oleh komputer.
Perpaduan beberapa jenis teknologi ini dianggap teknik yang paling
15
canggih apabila dikendalikan oleh komputer, yang memiliki kemampuan
yang hebat, seperti jumlah random access, memory yang besar, hardisk
yang besar dan monitor yang beresolusi tinggi ditambah dengan periperal.
Ciri utama teknologi berbasis komputer adalah sebagai berikut:
1. Ia dapat digunakan secara acak, sekuensial, secara linear
2. Ia dapat digunakan sesuai dengan keinginan siswa, bukan saja
dengan cara yang direncanakan dan diinginkan oleh
perancangnya.
3. Gagasan-gagasan sering disajikan secara realistik dalam konteks
pengalaman siswa, menurut apa yang relevan dengan siswa dan
dibawah pengendalian siswa.
4. Prinsip ilmu kognitif dan konstruktivisme diterapkan dalam
pengembangan dan penggunaan pelajaran.
5. Pembelajaran ditata dan terpusat pada lingkup kognitif sehingga
pengetahuan dikuasai jika pelajaran itu digunakan.
6. Bahan-bahan pelajaran melibatkan banyak interaktivitas siswa.
7. Bahan-bahan pelajaran memadukan kata dan visual dari
berbagai sumber.
3) Fungsi media pendidikan
Hamalik (dalam Arsyad, 2005) mengemukakan bahwa pemakaian
media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat
membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi
dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-
16
pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran
pada tahap orientasi pengajaran akan sangat membantu keefektifan
proses pembelajaran dan penyampaian pesan dan isi pelajaran pada saat
itu. Selain membangkitkan motivasi dan minat siswa, media pembelajaran
juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data
dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data dan
memadatkan informasi.
Levie dan Lentz (dalam Arsyad, 2005) mengemukakan empat fungsi
media pembelajaran khususnya media visual, yaitu:
1. Fungsi atensi, yakni fungsi media visual yang merupakan inti,
yaitu menarik dan mengarahkan perhatian siswa untuk
berkonsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan dengan
makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran.
2. Fungsi afektif, fungsi ini dapat terlihat dari tingkat kenikmatan
siswa ketika belajar teks yang bergambar. Gambar atau lambang
visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya
informasi atau pesan yang menyangkut masalah sosial atau ras.
3. Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan
penelitian yang mengunkapkan bahwa lambang visual atau
gambar memperlancar pencapaian tujuan untuk memahami dan
mengingat informasi atau pesan yang terkandung dalam gambar.
17
4. Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca
untuk mengorganisasikan informasi dalam teks dan
mengingatnya kembali.
4) Manfaat media pendidikan
Adapun manfaat media pendidikan ini adalah sebagai berikut :
1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku.
2. Pengajaran bisa lebih menarik.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori
belajar dan prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal
partisipasi siswa, umpan balik dan penguatan.
4. Lama waktu pengajaran yang diperlukan dapat dipersingkat.
5. Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bilaman integrasi kata
dan gambar sebagai media pembelajaran dapat
mengkonumunikasikan elemen-elemen pengetahuan dengan
cara yang terorganisasikan dengan baik, spesifik dan jelas.
6. Pengajaran dapat diberikan kapan dan dimana diinginkan atau
diperlukan terutama jika media pembelajaran dirancang untuk
penggunaan secara individu.
7. Sikap positif siswa terhadap apa yang mereka pelajari dan
terhadap proses belajar dapat ditingkatkan.
18
8. Peran guru dapat berubah ke arah yang lebih positif, beban guru
untuk penjelasan yang berulang-ulang mengenai isi pelajaran
dapat dikurangi bahkan dihilangkan sehingga ia dapat
memusatkan perhatian kepada aspek penting dalam proses
belajar mengajar, misalnya sebagai konsultan atau penasihat
siswa.
Sudjana dan Rivasi (1992) mengemukakan manfaat media
pembelajaran dalam proses belajar siswa, sebagai berikut :
1. Pengajaran akan lebih menarik perhatian sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
2. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat
lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan
mencapai tujuan pengajarannya.
3. Metode pengajaran akan lebih bervariasi, tidak semata-mata
komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru,
sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga,
apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam jam pelajaran.
4. Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab siwa
tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain
seperti mengamati, melakukan mendemonstrasikan,
menerangkan dan lain-lain.
5) Pertimbangan dalam pemilihan dan penggunaan media
pembelajaran
19
Berikut ini diberikan pertimbangan pemilihan dan penggunaan media
pembelajaran :
1. Motivasi, harus ada kebutuhan, minat, atau keinginan untuk
belajar dari pihak siswa sebelum meminta perhatiannya untuk
mengerjakan tugas dan latihan. Oleh karena itu, perlu melahirkan
minat dengan perlakuan yang memotivasi dari informasi yang
terkandung dalam media pengajaran itu.
2. Perbedaan individual, siswa belajar dengan cara kecepatan yang
berbeda-beda. Faktor-faktor seperti kemampuan inteligensi,
tingkat pendidikan, kepribadian dan gaya belajar mempengaruhi
kemampuan dan kesiapan siswa untuk belajar.
3. Tujuan pembelajaran, jika siswa diberitahukan apa yang
diharapkan mereka pelajari melalui media pembelajaran itu,
kesempatan untuk berhasil dalam pembelajaran semakin besar.
Di samping itu, pernyataan mengenai tujuan belajar yang ingin
dicapai dapat menolong perancangan dan penulis materi
pelajaran.
4. Organisasi isi, pembelajaran akan lebih mudah jika isi dan
prosedur atau keterampilan fisik yang akan dipelajari diatur dan
diorganisasikan ke dalam urutan-urutan yang bermakna. Siswa
akan memahami dan mengingat lebih lama materi pelajaran yang
secara logis disusun dan diurut-urutkan secara teratur.
20
5. Persiapan sebelum belajar, siswa sebaiknya menguasai secara
baik pelajaran dalam atau memiliki pengalaman yang diperlukan
secara memadai yang mungkin merupakan prasyarat untuk
penggunaan media dengan sukses. Dengan kata lain, ketika
merancang materi pelajaran, perhatian harus ditujukan kepada
sifat dan tingkat persiapan siswa.
6. Emosi, pembelajaran yang melibatkan emosi dan perasaan
pribadi serta kecakapan amat berpengaruh dan bertahan. Media
pembelajaran adalah cara yang sangat baik untuk menghasilkan
respons emosional seperti takut, cemas, empati, cinta kasih dan
kesenangan. Oleh karena itu, perhatian khusus harus ditujukan
kepada elemen-elemen rancangan media, jika hasil yang
diinginkan berkaitan dengan pengetahuan dan sikap.
7. Partisipasi, agar pembelajaran berlangsung dengan baik, seorang
siswa harus menginternalisasi informasi, tidak sekedar
diberitahukan kepadanya. Oleh karena itu, belajar memerlukan
kegiatan. Partisipasi aktif oleh siswa jauh lebih baik daripada
mendengarkan dan menonton secara pasif.
8. Umpan balik, hasil belajar dapat meningkatkan apabila secara
berkala siswa diinformasikan kemajuan belajarnya. Pengetahuan
tentang hasil belajar, pekerjaan yang baik, atau kebutuhan untuk
perbaikan sisi-sisi tertentu akan memberikan sumbangan
terhadap motivasi belajar yang berkelanjutan.
21
9. Penguatan (reinforcement), apabila siswa berhasil belajar, ia
dorong untuk terus belajar. Pembelajaran yang didorong oleh
keberhasilan amat bermanfaat, dapat membangun kepercayaan
diri dan secara positif mempengaruhi perilaku dimasa-masa yang
akan datang.
10.Latihan dan pengulangan, sesuatu hal baru jarang sekali dapat
dipelajari, secara efektif hanya dengan sekali jalan. Agar suatu
pengetahuan atau keterampilan dapat menjadi bagian
kompetensi atau kecakapan intelektual seseorang, haruslah
pengetahuan atau keterampilan itu sering diulangi dan dilatih
dalam berbagai konteks.
11.Penerapan, hasil belajar yang diinginkan adalah meningkatkan
kemampuan seseorang untuk menerapkan atau mentrasfer hasil
belajar pada masalah atau situasi baru.
c. Lingkungan sebagai Media Pembelajaran
Pengguna nilai grafis, tiga dimensi dan proyeksi pada dasarnya
menvisualkan Fakta, gagasan, kejadian, peristiwa dalam bentuk tiruan
dari keadaan sebenarnya untuk di bahas didalam kelas dalam membantu
proses pengajaran. Di lain pihak, guru dan siswa bisa mempelajari
keadaan sebenarnya di luar kelas dengan menghadapkan para siswa
kepada lingkungan yang aktual untuk di pelajari, diamati dalam
hubungannya dengan proses belajar mengajar (PBM). Cara ini lebih
bermakna karena para siswa dihadapkan dengan peristiwa dan keadaan
22
yang sebenarnya secara alami, sehingga lebih nyata, lebih aktual dan
kebenarannya lebih dapat dipertanggung jawabkan.
Ada banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari kegiatan
mempelajari lingkungan dalam proser belajar, antara lain:
1. Kegiatan belajar lebih menarik dan tidak membosankan,
sehingga motivasi belajar siswa lebih tinggi
2. Hakikat belajar lebih bermakna sebab siswa dihadapkan dengan
situasi dan keadaan yang sebenarnya atau bersifat alami
3. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual
sehingga kebenarannya lebih akurat.
4. Kegiatan belajar siswa lebih konfrehensif dan lebih aktif sebab
dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti mengamati,
wawancara, membuktikan, menguji fakta dll.
5. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan
yang ada dilingkungannya, sehingga dapat membentuk pribadi
yang tidak asing dengan kehidupan disekitarnya, sehingga dapat
memupuk rasa cinta terhadap lingkungan.
Oleh sebab itu, lingkungan disekitarnya harus dioptimalkan sebagai
media dalam pangajaran dan lebih dari itu dapat dijadikan sumber belajar
para siswa. Berbagai bidang studi yang dipelajari dari lingkungan seperti,
ilmu sosial, ilmu pengetahuan alam, bahasa, kesenian, keterampilan, olah
raga kesehatan, kependudukan, ekologi, dll.
23
Dari semua kesehatan masyarakat yang dapat digunakan dalam
proses pendidikan dan pengajaran secara umum dapat dikategorikan
menjadi tiga macam lingkungan belajar, ketiga lingkungan tersebut
sebagai berikut :
1. Lingkungan sosial
sebagai sumber belajar berkenaan dengan interaksi
manusia dengan kehidupan bermasyarakat, seperti organisasi
sosial, adat dan kebiasaan, mata pensaharian, kebudayaan,
pendidikan, kependudukan, strukturpemerintahan, agama dan
sistem nilai. Dalam praktik pengajaran, penggunaan lingkungan
sosial sebagai media dan sumber belajar hendaknya dimulai
dari lingkungan yang paling dekat seperti keluarga, tetangga,
rukun tetangga, rukun warga dan seterusnya
2. Lingkungan Alam
Lingkungan alam berkenaan dengan segala sesuatu yang
sifatnya alamiah seperti keadaan geografis , iklim, suhu udara,
musim, curah hujan, flora, fauna, Sumber Daya Alam / SDA (air,
hutan, tanah, batu-batuan, dll). Lingkunagan alam tepat
digunakan untuk bidang studi IPA. dengan mempelajari dari
lingkungan alam diharafkan para siswa dapat lebih memahami
materi pelajaran disekolah serta dapat menumbuhkan rasa
cinata alam, kesadaran untuk menjaga dan memelihara
lingkungan, turut serta dalam menanggulangi kerusakan dan
24
pencemaran lingkungan serta tetap menjaga kelestarian
kemampuan sumber daya alam bagi kehidupan manusia.
3. Lingkungan Buatan atau Nonalamiah
Lingkungan buatan adalah lingkungan yang sengaja diciptakan
atau dibangun manusia untuk tujuan-tujuan tertentu yang
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Lingkunagan buatan antara
lain: irigasi atau pengairan, bendungan pertaanaman,
penghijauan, kebun binatang, pembangkit tenagan listrik dll.
Siswa dapat mempelajari lingkungan batan dari berbagai aspek
seperti prosesnya, pemanfaatannya, fungsinya, pemeliharaanya,
daya dukungnya, serta aspek lain yang berkanaan dengan
pembangunan dan kepentingan manusia dan masyarakat pada
umumnya.
Ketiga lingkungan di atas dapat dimanfaatkan sekolah dalam
proses belajar mengajar (BPM) melalui perencanaan yang seksama oleh
para guru bidang studi baik secara sendiri-sendiri maupun seksama .
d. Prinsip-prinsip Dasar Puisi
1. Pengertian puisi
Secara etimologi, istilah puisi berasal dari bahasa Yunani Poeima
‘membuat’ atau poesis ‘pembuatan’ atau ‘penciptaan’. Dalam bahasa
Inggris disebut poem atau poerty. Puisi diartikan ‘membuat’ dan
‘pembuatan’ karena lewat puisi pada dasarnya orang telah menciptakan
suatu dunia tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran
25
suasana-suasana tertentu, baik fisik maupun batinia. Kemudian arti yang
semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang lingkupnya menjadi
“hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat-syarat
tertentu dengan menggunakan, irama, sajak, dan kadang-kadang kata-
kata khiasan.”
Menurut Emerson (dalam Syahruddin, 2009) puisi merupakan
upaya abadi untuk mengekspresikan jiwa seseorang, untuk
menggerakkan tubuh yang kasar dan mencari kehidupan dan alas an
yang menyebabkannya ada. Disamping itu dengan mengutip pendapat
Hudson (dalam Syahruddin 2009) mengungkapkan bahwa puisi adalah
salah satu cabang sastra yang menggunakan kata-kata sebagai media
penyampaian untuk membuahkan ilusi dan imajinasi, seperti halnya
lukisan yang menggunakan garis dan warna dalam menggambarkan
gagasan pelukisnya.
Dengan demikian, puisi merupakan rekaman dari saat-saat yang
paling baik dan menyenangkan. Hal ini diungkapkan melalui intonasi vocal
yang merdu dan biasa diiringi dengan irama.
2. Unsur –unsur yang Membangun Puisi
a. Diksi berarti pilihan kata. Kalau dipandang sepintas lalu maka
kata-kata yang dipergunakan dalam puisi pada umumnya sama
saja dengan yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Walaupun demikian haruslah kita sadari bahwa penempatan
26
serta penggunaan dalam puisi dilakukan secara hati-hati dan
teliti serta lebih tepat.
b. Imaji yakni bayangan tentang segala hal atau kejadian yang
tertuang dalam setiap kata pada puisi, sehingga penikmat akan
turut merasakan apa yang diutarakan oleh sang penyair.
c. Kata nyata yakni kata-kata yang tepat, kongkrit, yang dapat
menyatakan suatu pengertian menyeluruh.
d. Majas yakni bahasa kias atau gaya bahasa yang digunakan
penyair untuk memperindah karya sastra yang diciptakannya.
e. Ritme dan rima. Ritme adalah turun naiknya suara secara
teratur, sedangkan rima atau sajak yakni persamaan bunyi.
2. Hipotesis
Adapun hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha : Terdapat pengaruh media lingkungan dalam membuat puisi
terhadap hasil belajar bahasa Indonesia pada siswa kelas VIII
SMPN 1 Maros.
Ho : Tidak terdapat pengaruh media lingkungan dalam membuat puisi
terhadap hasil belajar bahasa indonesia pada siswa kelas VIII
SMPN 1 Maros
3. Kerangka Pikir
Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
bagaiaman meningkatkan kualitas belaja siswa dengan menggunakan
lingkungan sebagai media pembelajaran bahasa Indonesia khususnya
PembelajaranBahasa Indonesia
Sastra
Membuat Puisi Lingkungan
Hasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP N 1
Maros
27
dalam membuat puisi pada siswa kelas VIII SMPN 1 Maros. Penelitian ini
akan membahas secara mendalam tentang penggunaan lingkungan
sebagai media pembelajaran, sertai bagaimana seorang siswa
memanfaatkan lingkungan disekitarnya untuk membantu peningkatan
hasil belajarnya. Lebih lanjut dapat kita lihat pada skema kerangka pikir
berikut.
Gambar 1 Kerangka Pikir
G. Metode Penelitian
1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di SMP Negeri 1 Maros Kabupaten
Maros
28
Waktu pelaksanaan penelitian ini selama 2 (dua) bulan, yakni pada bulan
Mei sampai dengan Juni 2011.
2. Desain dan Variabel Penelitian
a. Desain penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Adapun
model penelitian yang digunakan adalah model Kemmis (Arikunto, 2002),
dimana dibagi menjadi 4 (empat) bagian yakni ; Perencanaan,
Pelaksanaan, Observasi dan Refleksi. Dan masing-masing bagian ini
merupakan satu siklus, siklus I dilakukan sebelum menggunakan tindakan
dan siklus II sesudah memberikan tindakan.
b. Variabel penelitian
Adapun variabel penelitin ini adalah sebagai berikut :
Variabel bebas yaitu media lingkungan
Variabel terikat yaitu hasil belajar bahasa Indonesia
3. Definisi Operasional Variabel
Untuk memperjelas istilah variabel penelitian ini, maka peneliti
mendefinisikan variabel tersebut, yakni
Hasil belajar adalah adalah hasil perolehan siswa dalam mengikut
pembelajaran baik kognitif, psikomotorik, dan afektif.
Media lingkungan adalah adalah media pembelajaran, dimana
lingkungan sebagai objek / media dalam proses pembelajaran.
29
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tes
Dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan butir soal sehingga dapat diseleksi atau revisi.Tes
adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur
ketrampilan, pengetahuan, sikap, intelegensi, kemampuan atau
bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Rianto, 1963).
Tes dibuat untuk mengukur sejauh mana siswa dapat memahami
atau mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Sebelumnya perlu
dilakukan analisis butir soal dari soal pada tes tersebut.
Pemberian tes dilakukan setelah akhir pokok bahasan pecahan.
Dalam penelitian ini, tes digunakan untuk memperoleh data
tentang hasil belajar
2. Observasi
Tentang hasil belajar siswa dan keaktifan siswa selama mengikuti
kegiatan belajar mengajar. Observasi terhadap aktivitas kelas
yang berhubungan dengan perilaku siswa maupun
guru.Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang
menggunakan pengmatan terhadap obyek penelitian. Observasi
yang akan dilakukan adalah observasi langsung, dalam artian
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-
gejala subyek yang diselidiki, baik pengamatan itu dilakukan
30
dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan dalam situasi buatan
yang khusus diadakan. Petunjuk yang bersifat umum yang
mendasari pelaksanaan obervasi.
5. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah keseluruhan siswa di kelas VIII SMP
Negeri 1 Maros Kabupaten Maros, sebanyak 32 orang, terdiri dari 20
perempuan dan 12 laki-laki.
6. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yakni, melalui tes dan
observasi. Pada tiap akhir siklus dalam pembelajaran tersebut diadakan
evaluasi akhir guna mengetahui hasil belajar siswa selama satu siklua.
Adapun jenis tes yang diberikan adalah berupa tes pilihan ganda
sebanyak 10 nomor, dengan memperhatikan tingkat kesulitan peserta.
Selain penilaian tes, peneliti juga memberikan penilaian terhadap sikap
dan perilaku siswa selama pembelajaran dengan mengisi lembar
observasi yang telah disediakan. Dan membuat hasil afektif tersebut.
7. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik
deskriptif, yang terdiri dari rata-rata nilai maksimal dan minimum yang
diperoleh Peserta Didik pada setiap siklus untuk analisis kuantitatif, yang
digunakan teknik kategorisasi yang dikemukakan oleh Suherman (1990)
sebagai berikut:
a. Tingkat penguasaan 85 % - 100% sangat tinggi
31
b. Tingkat penguasaan 75% - 84% tinggi
c. Tingkat penguasaan 55 % - 74% sedang, cukup
d. Tingkat penguasaan 40 % - 74% rendah
e. Tingkat penguasaan 0 % - 40 % jelek, sangat rendah
Untuk analisis deskriptif, rumus yang digunakan sebagai berikut :
Keterangan :
Me = Mean
f = Frekuensi
x = Nilai perolehan Peserta Didik
N = Jumlah Peserta Didik
8. Sistematika Penelitian
Sistematika penulisan adalah sebagai berikut :
SAMPUL
JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
32
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Tinjauan Pustaka
1) Pengertian belajar
2) Tujuan belajar dan mengajar
3) Prinsip dalam belajar
4) Strategi pembelajaran
5) Sikap belajar
6) Proses belajar mengajar
7) Karangan Deskripsi
8) Majas Personifikasi
9) Hasil belajar
B. Kerangka pikir
BAB III METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
B. Variabel dan Desain Penelitian
C. Definisi Operasional Variabel
D. Instrumen penelitian
E. Subjek Penelitian
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Teknik Analisis Data
33
H. Sistematika Penelitian
I. Jadwal Penelitian
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
9. Jadwal penelitian
No Jenis KegiatanMaret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 41. Persiapan
a. Pengajuan Judulb. Penyusunan Proposalc. Konsultasi Dosend. Perbaikan Proposal
2 Pelaksanaana. Pengumpulan datab. Analisis data
3 Penyelesaiana. Seminar ujian skripsib. Perbaikan hasil seminarc. Pemasukan skripsi
34
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, Azhar. 2005. Media Pembelajaran. Rajawali Pers
Djamarah, S.B. dan Zain, Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta. Rineka Cipta
Engkoswaro. 2004. Buku Ilmu Pendidikan Pengertian Belajar. Jakarta :
Bumi Aksara.
Hamalik, Oemar. 1989. Media Pendidikan. Bandung : PT. Citra Aditya
Bakti
Ibrahim R. dan Syaodiah, Nana S. 2003. Perencanaan Pengajaran.
Jakarta : Rineka Cipta.
Nasution S. 2003. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan
Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Pongpalilu, fien. 2008 : Media Pendidikan. Maros : Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan YAPIM Maros.
Pradopo, Djoko, Rachmat. 2005. Pengkajian Puisi. Jogjakarta : Gajah
Mada University Press.
Poerwadarminta. 1999. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka.
Suniwati, Luny. 2008. Implementasi Life skill Pada Siswa SMP
Muhammadiyah Maros. SKRIPSI YAPIM.
Syahruddin. 2009. Perencanaan pengajaran. Maros Sekolah Tinggi Ilmu
Keguruan dan Ilmu Pendidikan YAPIM Maros.
----------------. 2009. Apresiasi Puisi. Makassar : CV. Permata Ilmu.
35
-----------------. 2000. Metodologi Penelitian. Makassar : CV. Permata Ilmu
Samad, Sulaiman. 2007. Perkembangan Peserta didik. Makassar :
Penerbit FIP UNM
Sudjana, Nana dan Rivai, Ahmad.1990. Media Pengajaran . Bandung :
Sinar Baru.
Sutjarso A.S. 2004. Sejarah Sastra Indonesia. Makassar : Fakultas
Bahasa dan Seni UNM
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Rajawali Pers
Tim Reality. 2008. Kamus Terbaru Bahasa Indonesia. Surabaya : Reality
Publisher.
top related