perbandingan model pembelajaran make a match dan …
Post on 27-Oct-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DAN
TALKING CHIPS TERHADAP HASIL BELAJAR KOGNITIF
MATERI VIRUS PADA SISWA KELAS X SMAN 2 GOWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Biologi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
Mustainah
NIM 105441101316
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
2020
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“
”
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan skripsi ini untuk:
Keluargaku terkhusus kedua orang tuaku, saudarku, dan sahabatku.
Atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan
harapan menjadi kenyataan.
Juga,
Untuk diriku sendiri
ABSTRAK
Mustainah. 2020. “Perbandingan Model Pembelajaran Make a Match dan
Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kognitif Materi Virus Pada Siswa Kelas X
SMAN 2 Gowa”. Skripsi jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Skripsi ini membahas tentang (1) Bagaimana pengaruh model
pembelajaran Make a Match terhadap hasil belajar kognitif kelas X SMAN 2
GOWA, (2) Bagaimana pengaruh model pembelajaran Talking Chips terhadap
hasil belajar kognitif kelas X SMAN 2 Gowa, (3) Apakah ada perbedaan hasil
belajar kognitif dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dengan
Talking Chips pada siswa kelas X SMAN 2 Gowa. Tujuan penelitian ini adalah
(1) mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif Make a Match terhadap
hasil belajar kognitif pada siswa kelas X SMAN 2 Gowa, (2) mengetahui
pengaruh model pembelajaran kooperatif Talking Chips terhadap hasil belajar
kognitif kelas X SMAN 2 Gowa, (3) mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif
dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dan Talking Chips pada
siswa kelas X SMAN 2 Gowa.Jenis penelitian ini adalah Quasy Eksperimen.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMAN 2 Gowa yang
terdiri dari 315 siswa. Sampel dari penelitian ini adalah 23 siswa yang dipilih
menggunakan teknik random sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan
dengan menggunakan instrumen tes hasil belajar berbentuk pilihan ganda
sejumlah 30 nomor (materi virus). Teknik analisis data menggunakan analisis
statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial.Hasil penelitian yang diperoleh
pada kedua kelompok tersebut melalui analisis statistik deskriptif, rata – rata hasil
belajar biologi menggunakan model pembelajaran Make a Match sebesar = 83,55
sedangkan rata – rata hasil belajar biologi menggunakan model pembelajaran
Talking Chips sebesar = 55,75. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif Make a Match dan model pembelajaran kooperatif Talking Chips pada
kelas X SMAN 2 Gowa.
Kata Kunci:Make a Match, Talking Chips, hasil belajar
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang senantiasa
memberi berbagai karunia dan nikmat yang tiada tara kepada seluruh makhluk-
Nya terutama manusia. Salam dan shalawat senantiasa dikirimkan kepada
junjungan kita Nabiullah Muhammad SAW. yang merupakan panutan dan contoh
kita sampai akhir zaman. Yang dengan keyakinan itu penulis dapat menyelesaikan
kewajiban akademik dalam penyelesaian skripsi dengan judul “Perbandingan
Model Pembelajaran Make a Match dan Talking Chips Terhadap Hasil Belajar
Kognitif Materi Virus Pada Siswa Kelas X SMAN 2 Gowa”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi dalam
lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Makassar. Dalam penyusunan skripsi ini, tidak sedikit mendapat hambatan dan
kesulitan yang dihadapi penulis. Namun, berkat bantuan dan dorongan dari
berbagai pihak sehingga hambatan dan kesulitan dapat diatasi.
Melalui kesempatan yang baik ini, penghargaan dan ucapan terima kasih
penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag, selaku Rektor
Universitas Muhammadiyah Makassar atas segala kebijakan dan dukungannya
dalam proses perkuliahan. Bapak Erwin Akib, S.Pd., M.Pd., Ph.D, selaku Dekan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
atas dukungan dan kebijakannya sehingga proses perkuliahan maupun
penyusunan skripsi diperlancar.
Terima kasih kepada Ibu Irmawanty, S.Si., M.Si, selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhamadiyah Makassar yang telah memberikan arahan, petunjuk dan bimbingan
selama perkuliahan hingga proses penyelesaian studi. Bapak dan ibu dosen
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya jurusan Pendidikan Biologi
yang telah mendidik dan memberikan bekal ilmu pengetahuan.
Terima kasih kepada Ibu Irmawanty S.Si., M.Si, selaku dosen pembimbing
I dan Ibu Dian Safitri, S.Pd., M.Pd, selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu dan tenaga dalam pemberian arahan, bimbingan dan motivasi
kepada penulis mulai dari penyusunan proposal hingga selesainya skripsi ini.
Terima kasih kepada Bapak Drs. Tarmo. M., M.Pd selaku Kepala SMA
Negeri 2 Gowa yang telah memberi izin untuk melakukan penelitian. Ibu St
Saniasa Rahmawati Peter, S.Pd, selaku guru mata pelajaran Biologi SMA Negeri
2 Gowa yang telah membimbing jalannya penelitian, staf dan pegawai SMA
Negeri 2 Gowa serta siswa/siswi SMA Negeri 2 Gowa khususnya kelas X IPA 1
dan X IPA 2 yang telah bekerjasama selama berlangsungnya penelitian.
Terima kasih kepada keluargaku terkhusus kedua orang tuaku tercinta atas
segala kasih sayang, pengorbanan, pengertian, kepercayaan dan doa yang
menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan studi dengan baik. Semoga apa
yang telah mereka berikan kepada penulis menjadi kebaikan dan cahaya penerang
kehidupan di dunia dan akhirat.
Terima kasih kepada sahabatku (Nunu, Indah, Nirma, Ade, Nita, Nina,
Ulfa dan Kardi) yang selalu ada dan setia menemani dalam suka maupun duka
selama menempuh perkuliahan. Rekan-rekan mahasiswa khususnya Biologi 16. A
yang telah menjadi teman seperjuangan, pemberi semangat, motivasi dan
dukungan dalam penyelesaian skripsi.
Terima kasih kepada sahabat-sahabat tercinta (Firah, Wati, Lenni dan Ria)
yang selalu memberi dukungan, semangat, motivasi dan selalu mengingatkan arti
penting persaudaraan dan selalu ada untuk menghibur.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini, masih banyak
terdapat kekurangan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini
dikemudian hari.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat menjadi masukan yang
bermanfaat, khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya. Semoga segala
jerih payah kita bernilai ibadah di sisi Allah SWT, Amin.
Makassar, 16 Oktober 2020
Penulis
Mustainah
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .............................................................................. i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii
KARTU KONTROL BIMBINGAN SKRIPSI ..................................... iii
SURAT PERNYATAAN ........................................................................ v
SURAT PERJANJIAN .......................................................................... vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................... 5
C. Tujuan ................................................................................. 6
D. Manfaat Penelitian .............................................................. 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ................................................................ 8
A. Kajian Pustaka ..................................................................... 8
1. Hasil Belajar Siswa ......................................................... 8
2. Model Pebelajaran Kooperatif Tipe Make a Match ........ 11
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips ..... 17
4. Materi Virus .................................................................... 20
5. Keterkaitan Antara Model dengan Materi Virus ............. 21
6. Penelitian yang Relevan .................................................. 22
B. Kerangka Pikir ..................................................................... 24
C. Hipotesis Penelitian .............................................................. 26
BAB III METODE PENELITIAN ....................................................... 27
A. Rancangan Penelitian .......................................................... 27
B. Populasi dan Sampel ............................................................ 32
C. Definisi Operasional Variabel ............................................. 33
D. Instrumen Penelitian ............................................................ 34
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................. 35
F. Teknik Analisis Data ............................................................ 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................... 40
A. Hasil Penelitian ................................................................... 40
B. Pembahasan ......................................................................... 50
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................ 54
A. Simpulan ............................................................................. 54
B. Saran .................................................................................... 54
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 55
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DOKUMENTASI
RIWAYAT HIDUP
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Desain Penelitian ............................................................................................. 27
3.2 Sintaks Model Pembelajaran Make a Match ................................................... 29
3.3 Sintaks Model Pembelajaran Talking Chips ................................................... 31
3.4 Populasi Siswa ................................................................................................ 32
3.5 Sampel Siswa Kelas X IPA SMAN 2 Gowa ................................................... 33
3.6 Sampel Penelitian ............................................................................................ 33
3.7 Kategori Hasil Belajar Siswa .......................................................................... 36
3.8 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar Biologi .................................. 36
3.9 Kriteria Tingkat N-gain Ternomalisasi ........................................................... 37
4.1 Data Statistik Skor Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siswa Pada Kelas
Eksperimen I (Make a Match) ........................................................................ 41
4.2 Data Ditribusi Frekuensi dan Persentase Hasil Belajar Posttest Siswa Pada
Kelas Eksperimen I (Make a Match) .............................................................. 42
4.3 Data Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Posttest Siswa Pada Kelas
Eksperimen I (Make a Match) ........................................................................ 42
4.4 Data Statistik Skor Hasil Belajar Pretest dan Posttest Siswa Pada Kelas
Eksperimen II (Talking Chips) ........................................................................ 44
4.5 Data Distribusi Frekuensi dan Persentasi Hasil Belajar Posttest Siswa Pada
Kelas Eksperimen II (Talking Chips) ............................................................. 44
4.6 Data Deskripsi Ketuntasan Hasil Belajar Posttest Siswa Pada Kelas
Eksperimen II (Talking Chips) ..................................................................... 45
4.7 Hasil uji normalitas N-Gain ........................................................................... 47
4.8 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Normalitas pada Kelas Eksperimen
I yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dan
Kelas Eksperimen II yang Diajar dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Talking Chips ........................................................................... 48
4.9 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Homogenitas....................................... 49
4.10 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Hipotesis pada Kelas Eksperimen
I yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dan
Kelas Eksperimen II yang Diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Talking Chips .................................................................................................. 49
4.11 Nilai N-Gain ................................................................................................... 50
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pikir ................................................................................................ 26
4.3 Diagram Kategori Hasil Belajar Posttest Siswa Kelas Eksperimen I (Make a
Match) dan Kelas Eksperimen II (Talking Chips) .......................................... 46
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A PERSURATAN ............................................................................ 60
A.1 Surat Permohonan Izin Penelitian dari LP3M Unismuh Makassar ....... 61
A.2 Surat Izi Penelitian dari Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan
Terpadu Satu Pintu Provinsi Sulawesi Selatan ..................................... 62
A.3 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari UPT SMAN 2 Gowa ............. 63
A.4 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ................................... 64
LAMPIRAN B LEMBAR VALIDASI INSTRUMEN ......................................... 65
B.1 Lembar Validasi Instrumen Penelitian Validator I ................................ 66
B.2 Lembar Validasi Instrumen Penelitian Validator I ................................ 82
LAMPIRAN C INSTRUMEN PENELITIAN..................................................... 101
C.1 Silabus Mata Pelajaran Biologi Kelas X Materi Virus ........................ 102
C.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Make a Match ............................ 105
C.3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Talking Chips ............................. 124
C.4 Soal Pretest Posttest ............................................................................. 142
C.5 Kisi-Kisi Soal ....................................................................................... 149
C.6 Pedoman Penskoran ............................................................................. 152
C.7 Kartu Make a Match ............................................................................. 153
C.8 Kartu Talking Chips ............................................................................. 157
LAMPIRAN D HASIL BELAJAR SISWA ........................................................ 158
D.1 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA 1.................................. 159
D.2 Daftar Nilai Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA 2.................................. 160
D.3 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa ................................................ 161
LAMPIRAN E ANALISIS DATA ...................................................................... 166
E.1 Analisis Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa ................................. 167
E.2 Analisis Statistik Inferensial Hasil Belajar Siswa ................................ 170
LAMPIRAN F LEMBAR OBSERVASI ............................................................. 171
F.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa....................................................... 172
LAMPIRAN G KARTU KONTROL PELAKSANAAN PENELITIAN ........... 176
G.1 Kartu Kontrol Pelaksanaan Penelitian .................................................. 177
LAMPIRAN H DOKUMENTASI ....................................................................... 178
H.1 Dokumentasi Penelitian Kelas X IPA 1 ................................................ 179
H.2 Dokumentasi Penelitian Kelas X IPA 2 ................................................ 180
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam menciptakan
sumber daya manusia yang berkualitas. Proses pendidikan yang dilaksanakan
di sekolah pada dasarnya adalah kegiatan belajar mengajar yang bertujuan
agar siswa memiliki hasil yang memuaskan sesuai dengan kemampuannya.
Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilaksanakan berupa
bimbingan/pimpinan bagi anak didik agar ia dapat berkembang kearah
kedewasaan yang di cita-citakan.
Penyelenggaraan pendidikan di sekolah sering dihadapkan dengan
berbagai masalah, salah satunya adalah masih rendahnya daya serap siswa
dalam memahami materi pelajaran tertentu misalnya biologi. Hal ini dapat
dilihat dari hasil belajar biologi yang masih sangat rendah setiap jenjang
pendidikan.
Proses pembelajaran dikelas saat ini masih banyak ditemukan
pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan
sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam
keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja
di dalam kelas sehingga peserta didik mudah merasa bosan. Kurang
efektifnya pembelajaran di kelas dapat terjadi karena adanya berbagai hal
yang menjadi penghambat proses pembelajaran, baik itu dari pihak guru
maupun siswa, hal ini terlihat dari hasil belajar belajar siswa. Kebanyakan
guru hanya menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga siswa
bosan dalam proses pembelajaran, kurang aktif sehingga hasil belajarnya
menurun.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di SMA Negeri 2
Gowa diketahui bahwa hasil belajar siswa kelas X IPA masih banyak yang
belum mencapai kritetia ketuntasan minimal (KKM). Hal ini dilihat dari nilai
ujian semester ganjil tahun 2020 pada mata pelajaran biologi di kelas X IPA.
Pada kelas X IPA 1 dari 35 siswa hanya 80% yang mencapai KKM dan 20%
yang belum mencapai KKM. Pada kelas X IPA 2 dari 31 siswa hanya 54,83%
yang mencapai KKM dan 45,16% yang belum mencapai KKM. Pada kelas X
IPA 3 dari 35 siswa hanya 51,42% yang mencapai KKM dan 48,57% yang
belum mencapai KKM. Pada kelas X IPA 4 dari 33 siswa hanya 39,39% dan
60,60% yang belum mencapai KKM. Pada kelas X IPA 5 dari 34 siswa hanya
32,35% yang mencapai KKM dan 67,64% yang belum mencapai KKM. Pada
kelas X IPA 6 dari 34 siswa hanya 26,47% yang mencapai KKM dan 73,52%
yang belum mencapai KKM. Pada kelas X IPA 7 dari 35 siswa hanya 11,42%
yang mencapai KKM dan 88,57% yang belum mencapai KKM. Pada kelas X
IPA 8 dari 34 siswa hanya 31,42% yang mencapai KKM dan 68,57% yang
belum mencapai KKM. Pada kelas X IPA 9 dari 34 siswa hanya 17,64% yang
mencapai KKM dan 82,35% yang belum mencapai KKM.
Sehubungan dengan hal diatas, maka guru harus mampu menguasai
materi dan mampu memilih model pembelajaran yang baik dan mampu
menghasilkan hasil belajar yang tinggi. Salah satu upaya untuk mengatasi hal
tersebut yaitu dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Make
a Match dan model pembelajaran kooperaif tipe Talking Chips.
Menurut Iwan (2016: 79) Model pembelajaran tipe Make a Match
dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
diharapkan dapat memotivasi siswa karena model tersebut bersifat kritis dan
menarik, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Model pembelajaran
tipe Make a Match, siswa belajar sambil bermain untuk memberikan peluang
siswa belajar secara santai dengan menumbuhkan rasa tanggung jawab,
kerjasama yang baik, persaingan yang sportif dan keterlibatan belajar. Sejalan
dengan hal tersebut, hasil penelitian Maulidyah (2014) menunjukkan bahwa
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match memberikan pengaruh
yang signifikan terhadap hasil belajar IPA siswa materi adaptasi makhluk
hidup. Adapun keunngulan model pembelajaran Make a Match adalah dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik,
karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan, meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk
tampil presentasi, efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk
belajar.
Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips adalah
jenis model struktural yang mengembangkan hubungan timbal balik antar
anggota kelompok dengan didasari adanya kepentingan yang sama. Setiap
anggota mendapatkan Chips yang berbeda yang harus digunakan setiap kali
mereka ingin berbicara menyatakan keraguan, menjawab pertayaan,
bertanya, mengenai sesuatu, mengungkapkan ide, mengklarifikasi pernyataan,
mengklarifikasi ide, merespon ide, merangkum, mendorong partisipasi
anggota lainnya, dan memberikan penghargaan untuk ide yang dikemukakan
anggota lainnya dengan mengatakan hal yang diinginkan sehingga tingkah
lakunya mengalami perubahan ke hal yang lebih baik. Sejalan dengan hal
tersebut, hasil penelitian Guslina (2017) menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa kelas XI IPA 8 SMAN 1 Meureubo terjadi penigkatan pada materi
asam basa setelah diterapkan model pembelajaran Talking Chips. Adapun
keunggulan dari model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips adalah
masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk memberikan
kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran anggota yang
lain. Keunggulan lain dari model ini adalah untuk mengatasi hambatan
pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
Perbedaan antara model pembelajaran Make a Match dengan Talking
Chips adalah model pembelajaran Make a Match adalah model
pembelajaran yang setiap siswanya memegang satu kartu soal dan
jawabannya dan siswa diuntut untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam
menemukan kartu jawaban maupun kartu soal yang dipegang pasangannya
dengan batas waktu tertentu. Sedangkan model pembelajaran Talking Chips
adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil secara heterogen
yang terdiri atas 5-6 orang dan masing-masing anggota kelompok membawa
sejumlah Chips agar mereka dapat berbicara atau berpendapat dengan
menyerahkan salah satu Chips nya. Kedua model pembelajaran tersebut
memiliki perbedaan tetapi sama-sama menggunakan kartu sebagai media
pembelajaran.
Jika dilihat dari kedua model pembelajaran tersebut yang digunakan
pada penelitian sebelumnya dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
masing-masing memiliki pengaruh hasil belajar siswa dan kedua model
tersebut memiliki perbedaan hasil belajar yang dicapai namun belum
diketahui seberapa besar perbedaan tersebut. Oleh karena itu peneliti tertarik
untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tersebut.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis termotivasi untuk melakukan
penelitian dengan judul “Perbandingan Model Pembelajaran Make a Match
dengan Talking Chips Terhadap Hasil Belajar Kognitif Materi Virus Pada
Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Gowa”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah terdapat perbedaan hasil belajar kognitif yang diajar dengan
model pembelajaran Make a Match dan Talking Chips materi Virus pada
siswa kelas X SMA Negeri 2 Gowa?
2. Bagaimana hasil belajar kognitif yang diajar dengan model pembelajaran
Make a Match materi Virus pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gowa?
3. Bagaimana hasil belajar kognitif yang diajar dengan model pembelajaran
Talking Chips materi Virus pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gowa?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kognitif yang diajar dengan
model pembelajaran Make a Match dan Talking Chips materi Virus pada
siswa kelas X SMA Negeri 2 Gowa.
2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Make a Match materi Virus pada siswa kelas X SMA Negeri
2 Gowa .
3. Untuk mengetahui hasil belajar kognitif yang diajar dengan model
pembelajaran Talking Chips materi Virus pada siswa kelas X SMA Negeri
2 Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan
masukan dalam penerapan model pembelajaran sehingga diharapkan
aktivitas dan hasil belajar kognitif siswa dapat meningkat.
2. Manfaat Teoritis
a. Bagi siswa, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat
dalam proses pembelajaran sehingga diharapkan aktivitas dan hasil
belajar kognitif siswa dapat meningkat.
b. Bagi guru, dapat memberikan motivasi untuk melakukan inovasi dalam
mengajar sehingga proses pembelajaran yang berlangsung menjadi
lebih menarik.
c. Bagi sekolah, dapat menjadi bahan acuan dalam menerapkan model
pembelajaran Make a Match dengan model pembelajaran Talking Chips
yang aktif untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Hasil Belajar Siswa
Menurut Sinar (2018: 20-21) hasil belajar merupakan prestasi yang
dicapai setelah siswa menyelesaikan sejumlah materi pelajaran. Prestasi
belajar merupakan hasil belajar yang ideal meliputi segenap ranah psikologis
yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Adapun
prestasi merupakan hasil yang diperoleh karena adanya aktivitas belajar yang
telah dilakukan. Dalam proses pembelajaran di sekolah kegiatan belajar
merupakan kegiatan yang paling pokok, artinya bahwa berhasil tidaknya
pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kep ada bagaimana proses
belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Pandangan seseorang
tentang belajar akan mempengaruhi tindakan-tindakannya yang berhubungan
dengan belajar, dan setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda tentang
belajar.
Menurut Husamah (2018:18-19) hasil belajar adalah kemampuan yang
dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-
kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat dari perbuatan belajar dapat
diamati melalui penampilan siswa atau Leaner’s performance. Hasil belajar
sebagai sesuatu yang diperoleh, didapatkan atau dikuasai setelah proses
belajar biasanya ditunjukkan dengan nilai atau skor. Penilaian hasil belajar
adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang dicapai siswa
dalam kriteria tertentu. Hal ini mengisyaratkan bahwa objek yang dinilai
adalah hasil belajar. Hasil belajar pada hakekatnya adalah perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari proses belajar. Perubahan ini berupa pengetahuan,
pemahaman, keterampilan dan sikap yang biasanya meliputi ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik. Hal ini juga dijelaskan oleh Bloom proses belajar,
baik disekolah maupun di luar sekolah menghasilkan 3 pembentukan
kemampuan kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik
(keterampilan).
Menurut Sa’diyah (2019: 11-13) hasil belajar adalah kemampuan yang
diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar dan mencapai tujuan-tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional. Hasil belajar adalah perubahan
perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil
belajar dapat ditentukan apabila seseorang tersebut mempunyai tujuan dalam
proses pembelajaran. Proses tersebut memiliki standar dalam mengukur
perubahan atau perkembangan jiwa peserta didik dan menjadi pedoman
dalam pelaksanaan belajar mengajar. Dengan demikian, proses belajar
mengajar akan memiliki tujuan tertentu sehingga pelaksanaannya akan
berjalan sistematis dan terarah. Hasil belajar adalah proses untuk melihat
sejauh mana siswa dapat menguasai pembelajaran setelah mengikuti kegiatan
proses belajar mengajar atau keberhasilan yang dicapai seorang peserta didik
setelah mengikuti pembelajaran yang ditandai dengan bentuk angka, huruf
atau symbol tertentu yang disepakati oleh pihak penyelenggara pendidikan.
Hasil belajar yang hakikatnya merupakan perubahan tingkah laku siswa
sebagai hasil dari proses belajar yang efektif dengan mencakup sikap,
pengetahuan dan keterampilan yang nantinya menjadi tolak ukur dalam
menentukan prestasi belajar siswa. Dari ketiga dasar inilah yang nantinya
akan menghasilkan kemampuan-kemampuan yang melekat dan menjadi ciri
khas pada diri siswa serta mengkontruksikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar menjadi tolak ukur dalam menentukan prestasi belajar yang
telah dilakukan.
Menurut Susanto (2016: 5) hasil belajar siswa adalah kemampuan
yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar itu
sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Dalam
kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan
tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional.
Menurut Matondang (2019: 2) hasil belajar merupakan suatu perubahan
perilaku yang terjadi bagi seseorang setelah selesai penyelenggaraan
pembelajaran. Untuk itu seorang mahasiswa calon guru harus mampu untuk
mengukur perubahan perilaku peserta belajar (siswa) yang merupakan
cerminan dari hasil belajar. Dengan demikian evaluasi hasil belajar sangat
relevan diberikan kepada mahasiswa calon guru, sehingga dapat mengukur
hasil belajar siswa secara akurat dan terpercaya.
Menurut Sudjana dalam Prasetya (2012: 108) ranah kognitif adalah
ranah yang berkaitan dengan hasil belajar intelektual yang meliputi enam
aspek yaitu: pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sistesis
dan evaluasi.
Menurut Bloom dalam Fiteriani (2017: 13) ranah kognitif adalah
ranah yang mencakup kegiatan mental (otak), terdapat enam tingkatan
penilaian pada ranah kognitif, yaitu level pengetahuan, pemahaman,
penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut
kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif
tingkat tinggi.
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
Menurut yanti (2016: 141) Make a Match merupakan pembelajaran
yang setiap siswanya memegang satu kartu soal dan jawabannya dan siswa
diuntut untuk bekerja sama dengan siswa lain dalam menemukan kartu
jawaban maupun kartu soal yang dipegang pasangannya dengan batas
waktu tertentu. Make a match ini mendorong siswa untuk meningkatkan
keaktifan, semangat belajar, penguasaan terhadap materi secara pelajaran
serta kerja sama antar siswa yang secara langsung akan berpengaruh pada
peningkatan motivasi maupun hasil belajarnya.
Menurut Meida (2017:3) model pembelajaran tipe make a match
merupakan model pembelajaran yang berhubungan dengan karakteristik
siswa, dimana pada model pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif
untuk memecahkan permasalahan yang diberikan oleh guru. Make a match
atau mencari pasangan merupakan salah satu alteratif yang dapat
diterapkan kepada siswa. Model pebelajaran akan lebih efektif jika
didukung oleh media pembelajaran yang tepat. Salah satu media
pembelajaran yang dirasakan tepat digunakan dalam pembelajaran IPA
dengan make a match adalah peta pikiran.
Menurut Diana (2016: 63) media kartu Make a match merupakan
salah satu media pembelajaran yang menyenangkan karena terdapat unsur
permainan. Siswa diminta untuk menemukan kartu jawaban atau kartu soal
yang dipegang pasangannya mengenai suatu materi yang diajarkan.
Pembelajaran menggunakan kartu make a match memiliki beberapa
keunggulan, antara lain:
1. Menyenangkan karena terdapat unsur permain
2. Meningkatkan motivasi belajar siswa
3. Meningkatkan aktivitas belajar siswa
4. Meningkatkan rasa ingin tahu
Menurut Nining (2015: 197-198) pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang menekankan adanya pengelompokan siswa kedalam
beberapa kelompok untuk bekerja sama memecahkan masalah atau
mendiskusikan suatu konsep atau permasalahan dan dalam kelompok
tersebut terdapat interaksi, mempunyai tujuan, berstruktur serta groupnees.
Dengan demikian, dalam aplikasinya harus ada pembentukan kelompok
sebagai wadah bekerja sama untuk mengaktifkan siswa sehingga
berimplikasi pada hasil belajar yang optimal dan mencapai kriteria
ketuntasan minimal (KKM). Tipe make a match memiliki keunikan
tersendiri. Hal ini disebabkan kelompok terbentuk hanya beranggotakan
dua kecuali jika jumlah siswa ganjil, maka ada satu kelompok yang jumlah
siswanya tiga orang.
Menurut Iwan (2016: 79) model pembelajaran tipe make a match
dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match
diharapkan dapat memotivasi siswa karena model tersebut bersifat kritis
dan menarik, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Model
pembelajaran tipe make a match, siswa belajar sambil bermain untuk
memberikan peluang siswa belajar secara santai dengan menumbuhkan
rasa tanggung jawab, kerjasama yang baik, persaingan yang sportif dan
keterlibatan belajar. Dengan cara guru menyiapkan beberapa kartu yang
berisi soal dan jawaban, kemudian siswa dibagi menjadi 2 kelompok,
kelompok pertama berperan sebagai pemegang kartu soal, kelompok
kedua berperan sebagai pemegang kartu jawaban.
b. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
Menurut Noer (2019: 10) model pembelajaran Make a Match
artinya model pembelajaran mencari pasangan. Setiap siswa mendapat
sebuah kartu (bisa soal atau jawaban), lalu secepatnya mencari pasangan
yang sesuai dengan kartu yang ia pegang. Suasana pembelajran dalam
model pembelajaran Make a Match akan riuh, tetapi sangat asik dan
menyenangkan. Langkah-langkah pembelajaran Make a Match adalah
sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau
topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal
dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok
dengan kartunya. Artinya siswa yang kebetulan mendapat kartu ‘soal’
maka harus mencari pasangan yang memegang kartu ‘jawaban soal’
secepat mungkin. Demikian juga sebaliknya.
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya seblum batas waktu
diberi poin.
6. Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar setiap siswa mendapat
kartu yang berbeda dari sebelumnya.
7. Demikian seterusnya sampai semua kartu soal dan jawaban jatuh ke
semua siswa.
8. Kesimpulan/penutup
Menurut Huda (2019: 252-253) sintaks model Make a Match dapat
dilihat pada langkah-langkah kegiatan pembelajaran berikut ini:
1. Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk
mempelajari materi di rumah.
2. Siswa di bagi ke dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan
kelompok B. kedua kelompok diminta untuk berhadap-hadapan.
3. Guru membagikan kartu pertanyaan kepada kelompok A dan kartu
jawaban kepada kelompok B.
4. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus
mencari/mencocokkan kartu yang dipegang dengan kartu kelompok
lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang
telah ia berikan kepada mereka.
5. Guru meminta semua anggota kelompok A untuk mencari
pasangannya di kelompok B. jika mereka sudah menemukan
pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri
kepadanya. Guru mencatat mereka pada kertas yang sudah
dipersiapkan.
6. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberitahu bahwa waktu sudah
habis. Siswa yang belum menemukan pasangan diminta untuk
berkumpul tersendiri.
7. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan
siswa yang tidak mendapat pasangan memperhatikan dan memberikan
tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak.
8. Guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan
pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi.
9. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai
seluruh pasangan melakukan presentasi.
c. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
Menurut Dwi (2017: 114) Model pembelajaran Make a Match
sendiri adalah pembelajaran yang mengutamakan hubungan social karena
dalam model ini siswa diharapkan untuk bekerja sama dengan teman dan
berkemanapun berpikir cepat dalam mengerjakan soal dan jawaban dengan
memasangkan atau menjodohkan. Kelebihan dari model Make a Match
adalah:
1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara fisik maupun
kognitif
2. Adanya unsur permainan sehingga model ini menyenangkan
3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan
meningkatkan motivasi
4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi
5. Efektif melatih kedisiplinan siswa untuk menghargai waktu belajar.
Menurut Huda (2019: 253) kelebihan model pembelajaran Make a
Match antara lain:
1. Dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif
maupun fisik.
2. Karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan.
3. Meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan
dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
4. Efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk tampil
presentasi.
5. Efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk belajar.
Menurut Isjoni (2013: 112) salah satu keunggulan model
pembelajaran Make a Match adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik salam suasana yang menyenangkan.
Model ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua
tingkatan usia.
d. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match
Menurut Huda (2019: 253-254) kelemahan model pembelajaran
Make a Match adalah:
1. Jika model ini tidak dipersiapkan dengan baik, akan banyak waktu
yang terbuang.
2. Pada awal-awal penerapan model, banyak siswa yang akan malu
berpasangan dengan lawan jenisnya.
3. Jika guru tidak mengarahkan siswa dengan baik, akan banyak siswa
yang tidak memperhatikan pada saat presentasi pasangan.
4. Guru harus hati-hati dan bijaksana saat memberi hukuman pada siswa
yang tidak mendapat pasangan, karena mereka bisa malu.
5. Menggunakan model ini secara terus-menerus akan menimbulkan
kebosanan.
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Talking Chips
a. Pengertian model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips
Menurut Fathurrohman (2015) model pembelajaran kooperatif tipe
Talking chips adalah jenis model struktural yang mengembangkan
hubungan timbal balik antar anggota kelompok dengan didasari adanya
kepentingan yang sama. Setiap anggota mendapatkan chips yang berbeda
yang harus digunakan setiap kali mereka ingin berbicara menyatakan
keraguan, menjawab pertayaan, bertanya, mengenai sesuatu,
mengungkapkan ide, mengklarifikasi pernyataan, mengklarifikasi ide,
merespon ide, merangkum, mendorong partisipasi anggota lainnya, dan
memberikan penghargaan untuk ide yang dikemukakan anggota lainnya
dengan mengatakan hal yang diinginkan sehingga tingkah lakunya
mengalami perubahan ke hal yang lebih baik.
Menurut Alawi (2019: 6) model pembelajaran Talking Chips
adalah pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok kecil secara
heterogen yang terdiri atas 5-6 orang dan masing-masing anggota
kelompok membawa sejumlah Chips agar mereka dapat berbicara atau
berpendapat dengan menyerahkan salah satu Chips nya.
b. Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips
Menurut Lie yang dikutip oleh Radja (2017: 1197) langkah-
langkah dalam pembelajaran Talking Chips adalah:
1. Menyiapkan kotak kecil yang berisi kancing-kancing.
2. Sebelum memulai pelajaran, setiap siswa mendapat dua atau tiga buah
kancing (jumlah kancing tergantung dari sukar tidaknya tugas ya ng
diberikan).
3. Setiap kali anggota selesai berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia
harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkan di meja
kelompok.
4. Jika kancing yang dimilikinya salah satu peserta didik telah habis, dia
tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan
kancing mereka.
5. Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai,
kelompok boleh mengambil kesempatan untuk membagi kancing lagi
dan mengulang prosedur kembali.
Menurut Alawi (2019: 6) langkah-langkah model pembelajaran
Talking Chips adalah:
1. Guru menyiapkan satu kotak kecil berisi Chips, setiap siswa di
masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah Chips.
2. Setiap kali seorang siswa berbicara atau berpendapat, dia harus
menyerahkan salah satu Chips dan memberikannya kepada guru.
3. Jika Chips yang dimiliki salah seorang siswa habis, dia tidak boleh
bebriacara lagi sampai semua rekannya menghabiskan Chips yang
dimilikinya.
4. Jika pada salah satu kelompok semua Chips nya sudah habis,
sedangkan tugas mereka belum selesai, kelompok boleh meminta
Chips mereka kepada guru untuk membagi-bagi Chips lagi dan
mengulangi prosedurnya kembali.
c. Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips
Menurut Darmadi (2017: 198) dalam kegiatan Talking Chips,
masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk
memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan
pemikiran anggota yang lain. Keunggulan lain dari model ini adalah untuk
mengatasi hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja
kelompok.
d. Kelemahan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips
Menurut Darmadi (2017: 199) kelemahan dalam model
pembelajaran Talking Chips diantaranya : 1) Tidak semua konsep dapat
mengungkapkan model Talking Chips, disinilah tingkat profesionalitas
seorang guru dapat dinilai. 2) Pengelolaan waktu saat persiapan dan
pelaksanaan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, terutama dalam proses pembentukan pengetahuan siswa. 3)
Pembelajaran model talking chips memerlukan persiapan yang cukup
rumit. 4) Guru dituntut untuk dapat mengawasi setiap siswa yang ada
dikelas, oleh karena itu cukup sulit dilakukan terutama jika jumlah siswa
dalam kelas terlalu banyak.
4. Materi Virus
Menurut Fifendy, (2017:35-36) virus berasal dari bahasa latin yaitu
venom yang berarti racun. Diartikan demikian karena hampir semua jenis
virus adalah penyebab penyakit, baik pada tumbuhan, hewan maupun
manusia. Virus meiliki sifat yang unik yaitu apabila di dalam sel hidup
(intraseluler) virus dapat bereplikasi seperti makhluk hidup, sebaliknya
apabila virus berada diluar sel makhluk hidup (ekstraseluler) virus merupakan
benda mati sehingga sering di sebut partikel. Dalam kondisi ekstraseluler ini,
partikel virus dikenal dengan nama virion. Virion tidak melakukan aktifitas
biosintesis atau respirasi. Pada saat genom virus memasuki sel baru, kondisi
intraseluler dimulai. Dalam kondisi intraseluler terjadi reproduksi virus,
genom virus di hasilkan dan komponen-komponen pembentuk mantel virus
disintesis. Proses pada saat genom virus memasuki sel dan bereproduksi
dinamakan infeksi. Sel yang dapat diinfeksi oleh virus dan virus tersebut
dapat bereproduksi di dalamnya dinamakan inang. Virus tersebut kemudian
mengambil alih mesin dan fungsi metabolic inang untuk menghasilkan
komponen-komponen pembentuk virus.
Menurut Pelczar (2015: 268-269) ada dua tipe utama virus bakterial :
litik atau virulen dan tenang (lisogenik), atau avirulen. Bila fage litik
menginfeksi sel, sel tersebut memberi tanggapan dengan cara menghasilkan
virus-virus baru dalam jumlah besar, yaitu pada akhir masa inkubasi, sel
inang itu pecah atau mengalami lisis, melepaskan fage-fage baru untuk
menginfeksi sel-sel inang yang lain. Ini disebut daur litik. Pada infeksi tipe
tenang, akibatnya tidak sedemikian jelas. Asam nukleat virus itu dibawa dan
direplikasikan di dalam sel-sel bakteri dari satu genegrasi ke yang lain tanpa
terjadi lisis pada sel-selnya. Namun, fage tenang dapat secara mendadak
menjadi virulen pada suatu generasi berikutnya dan menyebabkan lisis pada
sel inangnya. Di samping itu, ada pula beberapa fage berbentuk filament yang
hanya sekedar keluar dari sel tanpa mematikan.
5. Keterkaitan antara Materi Ajar dengan Model Pembelajaran Make a
Match dan Talking Chips
Adapun keterkaitan antara model pembelajaran Make a Match dan
Talking Chips dengan materi Virus, yaitu materi virus merupakan materi yang
sangat kompleks dan materi yang mempunyai banyak pembahasan untuk di
diskusikan langsung sehingga cocok dengan model ini karena model
pembelajaran Make a Match dan Talking Chips sama-sama menggunakan
kartu sebagai model pembelajaran dan model pembelajaran ini siswa bekerja
sama, mendorong siswa untuk meningkatkan keaktifan, semangat belajar,
penguasaan terhadap materi serta kerja sama antar siswa yang secara
langsung.
6. Penelitian yang Relevan
a. Penelitian yang dilakukan Oleh Fitri (2018) yang berjudul perbedaan hasil
belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajara tipe Make a
Match dan tipe Jigsaw pada materi Operasi aljabar di kelas VIII MTS Al-
Fauzan Aek Pain Labuhanbatu menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
hasil belajar siswa yang diajarkan model pembelajaran tipe Make a Match
dengan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran tipe
Jigsaw terhadap hasil belajar siswa kelas VIII MTs A-Fauzan Aek Paing
Labuhanbatu pada materi Operasi aljabar. Hal ini berdasarkan hasil
temuan yang menyatakan bahwa hipotesis Ha yakni terdapat perbedaan
hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran kooperatif
tipe Make a Match dan tipe Jigsaw pada materi Operasi aljabar dikelas
VIII MTs Al-Fauzan Aek Paing Labuhanbatu, hal ini berdasarkan
perhitungan statistic uji-t diperoleh thitung 8,283 dan ttabel 2,004. Dengan
memperoleh nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajarkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match lebih baik dan lebih
efektif dibandingkan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model
pembelajaran tipe Jigsaw.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Maulidiyah (2014) yang berjudul pengaruh
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap hasil belajar
siswa padamateri Adaptasi makhluk hidup menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match terhadap hasil belajar siswa pada materi adaptasi makhluk
hidup, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa model pembelajaran
kooperatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar
IPA siswa materi adaptasi makhluk hidup. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
perhitungan uji-T diperoleh nilai thitung>ttabel yaitu sebesar 2,12>1,706.
c. Penelitian yang dilakukan oleh Guslina (2017) yang berjudul penerapan
model pembelajaran Talking Chips dalam meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi Asam basa di SMAN 1 Meureubo Aceh Barat
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas XI IPA 8 SMAN 1
Meureubo terjadi penigkatan pada materi asam basa setelah diterapkan
model pembelajaran Talking Chips yaitu siklus I dengan nilai rata-rata
68,85 dan siklus II 82,31. Ketuntasan klasikal siklus I adalah 65,38% dan
siklus II 88,46% memenuhi KKM pada materi asam basa.
d. Penelitian yang dilakukan oleh Haeruddin (2017) yang berjudul
perbandingan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dan
Snowball Throwing terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran
biologi kelas XI IPA MAN 1 Sinjai Uatara menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa yang menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips dengan hasil belajar
siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Snowball
Throwing. Dimana nilai rata-rata kelompok yang diberi perlakuan model
pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips lebih tinggi dibandingkan
dengan ke lompok yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran
kooperati tipe Snowball throwing, hal itu dapat dilihat dari nilai thitung yang
lebih besar dari pada nilai ttabel (5,62> 1,67), sehingga dapat disimpulkan
bahwa H0 ditolak dan H1 diterima.
B. Kerangka Pikir
Proses pembelajaran biologi selama ini masih banyak yang
menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga siswa menjadi
bosan, kurang aktif dalam proses pembelajaran sehingga hasil belajar siswa
menurun. Jadi, guru harus menerapkan model pembelajaran yang efektif
kepada siswa sehingga siswa dapat menjadi aktif dalam proses pembelajaran
dan dapat meningkatkan hasil belajarnya.
Model pembelajaran Make a Match dan Talking Chips adalah model
pembelajaran yang berhubungan dengan karakteristik siswa, dimana pada
model pembelajaran ini siswa menjadi lebih aktif untuk memecahkan
permasalahan yang diberikan oleh guru. Make a Match atau mencari
pasangan merupakan salah satu alteratif yang dapat diterapkan kepada siswa.
Talking Chips menggunakan kartu sebagai media pembelajaran, semua siswa
mendapat kartu untuk mengeluarkan pendapat mereka.
Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan Talking Chips
memiliki persamaan yaitu menggunakan kartu sebagai media pembelajaran.
Adapun keunggulan model pembelajaran Make a Match Match adalah dapat
meningkatkan aktivitas belajar siswa, baik secara kognitif maupun fisik,
karena ada unsur permainan, model ini menyenangkan, meningkatkan
pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan dapat meningkatkan
motivasi belajar siswa, efektif sebagai sarana melatih keberaniaa untuk tampil
presentasi, efektif melatih kedisiplinan siswa menghargai waktu untuk
belajar. Sedangkan keunggulan dari model pembelajaran Talking Chips
adalah masing-masing anggota kelompok mendapat kesempatan untuk
memberikan kontruksi mereka dan mendengarkan pandangan dan pemikiran
anggota yang lain. Keunggulan lain dari model ini adalah untuk mengatasi
hambatan pemerataan kesempatan yang sering mewarnai kerja kelompok.
Berdasarkan kerangka pikir diatas kedua model pembelajaran
kooperatif diatas meskipun sama-sama menggunakan kartu sebagai media
pembelajaran namun cara pembelajaran dan pengalaman siswa yang berbeda.
Maka hal tersebut akan menyebabkan apakah terdapat perbedaan hasil belajar
kognitif siswa terutama pada pokok bahasan Virus pada dua kelas dengan tipe
model pembelajaran yang berbeda di kelas X SMA Negeri 2 Gowa.
Gambar 2.1
C. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian ini yaitu:
1. H0: Tidak terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips.
2. H1: Terdapat perbedaan hasil belajar kognitif siswa yang diajar dengan model
pembelajaran kooperatif tipe Make a Match dan siswa yang diajar
dengan model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips.
Perbedaan hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran Make a Match dan Talking Chips
Model pembelajaran
Make a Match
Model pembelajaran
Talking Chips
Permasalahan pada proses pembelajaran di SMA Negeri 2
Gowa dimana rendahnya hasil belajar pada siswa karena
penggunaan model pembelajaran yang monoton oleh guru
Guru kiranya memberikan model pembelajaran
yang lebih bervariasi dan inovatif kepada siswa
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Quasy Eksperimen yang
melibatkan dua kelas, dimana ada sebagai kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II. Kelas eksperimen I diberi perlakuan dengan mengunakan
model pembelajaran Make a Match dan kelas eksperimen II diberi perlakuan
dengan menggunakan model pembelajaran Talking Chips.
2. Rancangan Penelitian
Desain penelitian ini adalah pretest-postest control group design,
yaitu eksperimen yang dilaksanakan pada dua kelompok. Kelompok pertama
sebagai kelompok eksperimen I dan kelompok dua sebagai eksperimen II, dan
akan diawali dengan Pretest dan diakhiri dengan Posttest setelah diberikan
perlakuan. Secara umum model penelitian eksperimen ini disajikan pada tabel
3.1.
Tabel 3.1 Desain Penelitian Pretest-Posttest Control Group Design
Kelompok Pretest Perlakuan Posttest
K. Eksperimen 1 (R) O1 X O2
K. Eksperimen 2 (R) O3 X O4
(Sugiyono, 2018: 114)
Keterangan:
R : Kelompok eksperimen I dan eksperimen II yang diambil secara
random
O1, O3 : Kelompok eskperimen I dan eksperimen II sama-sama diberikan
pretest untuk mengetahui hasil belajar siswa
X : Perlakuan model pembelajaran untuk eksperimen I menggunakan
Make a Match dan eksperimen II menggunakan Talking Chips
O2 : Posttest pada kelompok eksperimen berupa model pembelajaran
Make a Match
O4 : Posttest pada kelompok eksperimen berupa model pembelajaran
Talking Chips
3. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah hasil belajar kognitif siswa dan
model pembelajaran. Variabel terikat adalah hasil belajar kognitif siswa dan
variabel bebas I model pembelajaran Make a Match. Variabel bebas II model
pembelajaran Talking Chips.
4. Lokasi dan Waktu Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SMA Negeri 2 Gowa Jl.
Pendidikan Limbung, Kelurahan Kalebajeng, Kecamatan Bajeng,
Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Gowa pada Bulan
September-Oktober 2020. Karena materi yang dipilih dalam penelitian ini
adalah “Virus” yang merupakan materi semester ganjil di kelas X.
5. Prosedur Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam pengumpulan data
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tahap Observasi
a) Bertemu dengan kepala sekolah SMA Negeri 2 Gowa untuk
meminta izin melakukan wawancara terhadap guru mata pelajaran
biologi.
b) Wawancara dengan guru mata pelajaran biologi.
2. Tahap Persiapan
a) Mengurus surat izin penelitian di dekan FKIP yang ditujukan kepada
kantor Dinas Pendidikan Kota Makassar dan Kepala Sekolah SMA
Negeri 2 Gowa.
b) Menyiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP serta
instrument penelitian lainnya.
c) Menentukan jadwal penelitian dan mengkondisikan kelas serta
materi pembelajaran.
3. Tahap Pelaksanaan
a) Melakukan proses belajar mengajar sebanyak 3 kali pertemuan.
b) Memberikan perlakuan selama materi Virus diajarkan dengan
alokasi waktu 3x45 menit setiap pertemuan.
Tabel 3.2 Sintaks Aktifitas Guru dan Siswa Model Pembelajaran Make a
Match
Sintaks Aktifitas
Guru Siswa
Pemberian Pretest
kepada kelas
eksperimen I
Guru memberikan 30 butir
soal
Siswa mengerjakan
soal yang diberikan
oleh guru
Guru menjelaskan materi Siswa menyimak
Langkah-langkah
model pembelajaran
Make a Match
Guru membagi siswa
menjadi 2 kelompok
Siswa mulai
berkelompok
Guru membagi siswa
menjadi 2 kelompok
Siswa mulai
berkelompok
Guru membagikan kartu
soal kepada kelompok A
dan kartu jawaban kepada
kelompok B.
Siswa dari kelompok
A dan B saling
mencari kartu yang
cocok dengan kartu
yang ia pegang.
Guru menyampaikan
kepada siswa bahwa
mereka harus mencari
kartu yang dipegang
dengan kartu kelompok
lain dan menyampaikan
batasan maksimum waktu
yang telah ia berikan
kepada mereka.
Siswa mendengarkan
penjelasan dari guru
sambil mencari
pasangan dari kartu
masing-masing.
Guru meminta semua
anggota kelompok A
mencari pasangannya di
kelompok B. Jika mereka
sudah menemukan
pasangannya masing-
masing guru meminta
mereka melaporkan diri
kepadanya.
Siswa mengikuti
arahan dari guru
sambil melaporkan
diri bahwasanya
mereka sudah
menemukan pasangan
masing-masing.
Jika waktu sudah habis,
mereka harus diberitahu
bahwa waktu sudah habis.
Siswa mendengarkan
arahan dari guru.
Guru memanggil pasangan
untuk melakukan
presentasi
Siswa melakukan
presentasi
Guru memberikan
konfirmasi tentang
kebenaran dan kecocokan
pertanyaan dan jawaban
dari pasangan yang
presentasi
Siswa memberikan
tanggapan kepada
kelompok pasangan
yang melakukan
presentasi.
Guru memanggil pasangan
berikutnya, begitu
seterusnya sampai seluruh
pasangan melakukan
presentasi.
Siswa melanjutkan
presentasi.
Pemberian Posttest Guru membagikan 30
butir soal
Siswa mengerjakan
soal yang diberikan
oleh guru
Tabel 3.3 Sintaks Aktifitas Guru dan Siswa Model Pembelajaran Talking
Chips
Sintaks Aktifitas
Guru Siswa
Pemberian Pretest
kepada kelas
eksperimen
Guru memberikan 30 butir
soal
Siswa mengerjakan
soal yang diberikan
oleh guru
Membimbing
kelompok belajar
Guru membagi siswa
menjadi 4-5 orang
kemudian membagikan
satu buah kartu kepada
masing-masing siswa dan
menjelaskan prosedur
pembelajaran Talking
Chips dimana setelah
pembagian kartu talking,
guru menjelaskan materi
setelah itu kemudian guru
akan memberikan
pertanyaan kepada
siswanya.
Siswa berkumpul
dengan teman
kelompoknya
kemudian mengikuti
arahkan dari guru.
Siswa menyimak
penjelasan materi dari
guru setelah selesai
kemudian siswa
menjawab pertanyan
yang di berikan oleh
guru. Siswa yang telah
menjawab pertanyaan
menyerahkan kartu
talking yang
dimilikinya sebagai
bukti tanggung
jawabnya telah selesai.
Pemberian Posttest Guru membagikan 30 butir
soal
Siswa mengerjakan
soal yang diberikan
oleh guru
4. Tahap Evaluasi
Memberikan posttest pada dua kelas Eksperimen dengan soal dan
alokasi waktu yang sama, dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan
ranah kognitif setelah diberikan perlakuan.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X IPA SMA
Negeri 2 Gowa, yang terbagi ke dalam 9 rombongan belajar dengan jumlah
total 315 siswa.
Tabel 3.4 Rombon gan Belajar Siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Gowa
Rombongan Belajar Jumlah Siswa
X IPA 1 35
X IPA 2 35
X IPA 3 35
X IPA 4 35
X IPA 5 35
X IPA 6 35
X IPA 7 35
X IPA 8 35
X IPA 9 35
Jumlah Siswa 315
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 2 Gowa Tahun 2020
2. Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan teknik “sample random sampling” dengan alasan bahwa sifat
populasi yang terdiri dari beberapa kelas dan setiap kelas di sekolah yang
bersangkutan memiliki anggota dengan sifat dan karakteristik yang
diasumsikan sama atau hampir sama, hal ini dikarenakan pembagian kelas di
sekolah tersebut tidak berdasarkan peringkat atau bersifat homogen. Setelah
diambil dua kelas secara acak, terpilihlah kelas X IPA 1 sebagai kelas
eksperimen I yang diajar dengan menerapkan model pembelajaran Make a
Match dan X IPA 2 sebagai kelas eksperimen II yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Talking Chips.
Tabel 3.5 Sampel Siswa kelas X IPA SMA Negeri 2 Gowa
Sampel Jumlah Siswa
X IPA 1 35
X IPA 2 35
Total 70 Siswa
Sumber: SMA Negeri 2 Gowa Tahun 2020
Berdasarkan tabel 3.5 diatas sampel awal sebelum masa pandemi yaitu
pada kelas X IPA 1 berjumlah 35 siswa dan kelas X IPA 2 berjumlah 35
siswa. Sedangkan penelitian ini dilaksanakan pada masa pandemi sehingga
jumlah sampel tersebut berubah karena keterbatasan siswa yang hadir ke
sekolah yaitu dapat dilihat pada tabel 3.6.
Tabel 3.6 Sampel Penelitian
Sampel Jumlah Siswa
X IPA 1 11
X IPA 2 12
Total 23 Siswa
C. Definisi Operasional Variabel
1. Hasil belajar merupakan skor yang dicapai oleh siswa melalui usaha dan
kemampuan setelah mengikuti proses pembelajaran. Nilai ini diperoleh
dengan melihat hasil belajar siswa. Alat yang digunakan untuk mengukur
hasil belajar siswa adalah berupa tes akhir hasil belajar biologi siswa.
2. Model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match adalah model
pembelajaran yang mencari pasangan melalui kartu soal dan kartu jawaban,
dimana siswa ada yang mendapat kartu jawaban dan ada yang mendapat kartu
soal, kemudian siswa mencari pasangan sesuai dengan kartu yang ia pegang.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe Talking Chips adalah model
pembelajaran yang membagi siswa ke dalam beberapa kelompok dan masing-
masing anggota kelompok mendapat beberapa kartu. Setiap kali salah seorang
anggota kelompok menyampaikan pendapat ia harus meletakkan salah satu
kartunya diatas meja dan semua anggota kelompok harus menyampaikan
pendapat sampai kartunya habis.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan salah satu unsur yang sangat penting
dalam penelitian. Instrumen penelitian berfungsi sebagai alat bantu yang
dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data.
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa instrumen yang digunakan,
diantaranya sebagai berikut.
1. Tes hasil belajar biologi
Tes hasil belajar biologi merupakan instrumen penelitian yang
digunakan untuk mengukur hasil belajar kognitif biologi siswa sebelum
dan setelah digunakan model kooperatif tipe Make a Match dan model
pembelajaran Talking chips. Tes ini berupa soal pilihan ganda sebanyak 30
nomor. Isi soal tergolong soal C1, C2, C3, C4 dan C5. Sebuah tes
dikatakan valid apabila sudah melakukan uji validitas tes. Instrumen
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran C.4 (halaman 142).
2. Lembar Observasi Siswa
Lembar observasi digunakan untuk melihat bagaimana proses
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match
dan Talking Chips. Instrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
F.1 (halaman 172).
3. Pedoman Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan untuk bisa mendapatkan gambar selama
penelitian berlangsung. Instrument selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran H (halaman 179).
E. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara sebagai berikut :
1. Teknik tes
Data tentang hasil belajar biologi siswa diambil dengan cara
memberikan tes hasil belajar.
2. Teknik non tes
a. Observasi siswa
Data mengenai pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran Make a Match dan Talking Chips.
b. Dokumentasi
Melihat hasil tes yang telah diberikan kepada siswa sebagai data
untuk melihat hasil penelitian yang digunakan berhasil atau tidak.
F. Teknik Analisis Data
Data yang telah terkumpul dengan menggunakan instrumen-instrumen
yang ada kemudian di analisis secara kuantitatif dengan menggunakan teknik
analisis deskriptif dan analisis inferensial. Teknik analisis deskriptif
digunakan untuk mengungkap keterlaksanaan pembelajaran. Sedangkan
teknik analisis Inferensial digunakan untuk menganalisis pengujian hipotesis.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan dengan menggunakan bantuan
SPSS versi 24.0 for windows. Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk
mengetahui nilai rata-rata hasil belajar siswa, interval kelas, standar deviasi,
nilai maksimum dan nilai minimum.
Untuk mengelompokkan tingkat hasil belajar yang diperoleh siswa,
baik pada kelas eksperimen I maupun kelas eksperimen II dapat dilihat pada
tabel 3.7.
Tabel 3.7 Kategori Hasil Belajar Siswa
Skor Kategori
0-54 Sangat Rendah
55-64 Rendah
65-79 Sedang
80-89 Tinggi
90-100 Sangat Tinggi
Sumber: (Nana Sudjana:2011)
Disamping itu hasil belajar siswa juga diarahkan pada pencapaian
ketuntasan hasil belajar secara individual. Kriteria seorang siswa dikatakan
tuntas belajar apabila memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditentukan
oleh sekolah. Pengkategorian ketuntasan hasil belajar siswa digambarkan
seperti pada Tabel 3.8.
Tabel 3.8 Kategorisasi Standar Ketuntasan Hasil Belajar Biologi
Tingkat Penguasaan Kategorisasi Ketuntasan Belajar
0 ≤ 𝑥 < 70 Tidak Tuntas
70 ≤ 𝑥 ≤ 100 Tuntas
Sumber : SMAN 2 Gowa (2019)
Berdasarkan pada tabel 3.8 bahwa siswa yang memperoleh nilai 70
sampai 100 maka dapat dinyatakan tuntas dan siswa yang memperoleh nilai 0
sampai 69 maka siswa dinyatakan tidak tuntas dalam pembelajaran.
Kriteria seorang siswa dikatakan tuntas apabila memenuhi Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yang bersangkutan
yakni 70 sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila minimal 80% siswa
di kelas tersebut telah dinyatakan tuntas dalam pembelajaran.
Ketuntasan klasikal dapat dirumuskan sebagai berikut:
untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada kelas eksperimen.
N-gain diperoleh dengan cara membandingkan hasil pretest dengan hasil
posttest. N-gain yang digunakan untuk menghitung peningkatan hasil belajar
biologi siswa adalah n-gain ternormalisasi (normalisasi gain). Adapun rumus
dari n-gain ternormalisasi adalah:
𝑔 =𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 − 𝑆𝑝𝑟𝑒
Keterangan :
𝑆𝑝𝑜𝑠𝑡 : Rata-rata skor tes akhir
𝑆𝑝𝑟𝑒 : Rata-rata skor tes awal
𝑆𝑚𝑎𝑘𝑠 : Skor maksimum yang mungkin dicapai
Untuk klasifikasi N-Gain ternomalisasi terlihat pada tabel 3.9
Ketuntasan belajar klasikal =
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ siswa dengan skor ≥70
jumlah siswax 100%
Tabel 3.9 Kriteria Tingkat N-gain Ternomalisasi
Nilai Gain Ternormalisai Kategori
g ≥ 0,7
𝟎, 𝟑 ≤ g < 𝟎, 𝟕
g < 0,3
Tinggi
Sedang
Rendah
Sumber: Departemen Pendidikan Nasional (Nadir, 2014)
2. Analisis Statistik Inferensial
Analisis Statistik Inferensial ini digunakan untuk menguji hipotesis
penelitian yang dilakukan. Sebelum mengadakan uji statistik inferensial,
maka terlebih dahulu dilakukan pengujian Normalitas sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas merupakan langkah awal dalam menganalisis data
secara spesifik. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data
berdistribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas bertujuan untuk
melihat apakah data tentang hasil belajar biologi siswa setelah perlakuan
berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Untuk pengujian tersebut
digunakan uji Kolmogrov Smirnov dengan menggunakan taraf signifikansi
5% atau 0,05, dengan syarat :
JikaPvalue≥ 𝛼= 0,05 maka distribusinya adalah normal.
JikaPvalue< 𝛼= 0,05 maka distribusinya adalah tidak normal.
b. Uji Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan bantuan SPSS versi
24.0 for Windows menggunakan uji Homogenity of Variancetest. Taraf
signifikan yang digunakan yaitu α = 0,05. Bila taraf signifikan data yang
lebih besar dari 0,05 maka varian kelompok data homogen. Sebaliknya,
jika taraf signifikan data menghasilkan data yang lebih kecil dari 0,05
maka varian kelompok tidak homogeny.
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipótesis dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS
versi 24.0 for windows dengan N-gain statistik uji Independent Sample t-
test. Dengan taraf signifikansi 0,05 (5%). Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05
maka hipotesis diterima dan jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis
ditolak.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan dua kelas eskperimen.
Pada kelas eksperimen I yaitu kelas X IPA 1 dengan menggunakan model
pembelajaran Make a Match dengan jumlah populasi sampel sebanyak 11
siswa dan kelas eksperimen II yaitu kelas X IPA 2 dengan menggunakan
model pembelajaran Talking Chips dengan jumlah populasi sampel sebanyak
12 siswa. Data yang diperoleh melalui instrumen penelitian berupa tes hasil
belajar yang bertujuan untuk menjawab rumusan masalah. Adapun hasil
penelitian diperoleh melalui analisis data secara statistik deskriptif dan
statistik inferensial.
1. Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan karakteristik skor dari
sampel penelitian untuk masing-masing variabel. Analisis statistik
deskriptif dilakukan dengan menggunakan bantuan SPSS versi 24.0 for
Windows.
a. Deskripsi Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen I yang diajar
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match
Penelitian yang telah dilakukan pada kelas X IPA 1 yang
berjumlah 11 siswa sebagai kelas eksperimen I dengan menggunakan
model pembelajaran Make a Match yaitu nilai hasil belajar diperoleh
nilai Pretest terendah yaitu 16 dan nilai Pretest tertinggi yaitu 40
dengan nilai rata-rata 27,00 Nilai Posttest terendah yaitu 73 dan nilai
Posttest tertinggi yaitu 97 dengan nilai rata-rata 83,55. Untuk lebih jelas
mengenai nilai hasil belajar Pretest dan Posttest pada siswa kelas
eksperimen I dapat dilihat pada tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa pada
Kelas Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Make a Match
Statistik Nilai Statistik
(Pretest)
Nilai Statistik
(Posttest)
Ukuran Sampel 11 11
Skor Ideal 100 100
Skor Maximum 40 97
Skor Minimum 16 73
Rentang Skor 24 24
Rata-rata (Mean) 27,00 83,55
Standar Deviasi 7,58 7,20
Variasi 57 51
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, pada kelas eksperimen I nilai
Pretest rata- rata hasil belajar siswa yaitu 27,0 dan nilai Posttest rata-
rata hasil belajar siswa yaitu 83,55 yang menunjukkan bahwa rata-rata
hasil belajar siswa pada nilai Pretest berada pada kategori sangat rendah
dan nilai Posttest berada pada kategori tinggi. (lampiran E.1 Hal 167).
Kategori hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori, maka
diperoleh distribusi skor frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4. 2.
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa pada
Kelas Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Make a Match
Nilai hasil
belajar Kategori
Frekuensi Persentase (%)
Pretest Posttest Pretest Posttest
0-54 Sangat Rendah 11 0 100 0
55-64 Rendah 0 0 0 0
65-79 Sedang 0 3 0 27
80-89 Tinggi 0 6 0 55
90-100 Sangat Tinggi 0 2 0 18
Jumlah 11 11 100 100
Berdasarkan tabel 4.2 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah
siswa pada nilai hasil belajar Pretest terdapat 11 siswa yang berada
pada kategori sangat rendah, jumlah siswa pada nilai hasil belajar
Posttest terdapat 2 siswa yang berada pada kategori sangat tinggi, 6
siswa yang berada pada kategori tinggi dan 3 siswa yang berada pada
kategori sedang (lampiran E.1 Hal 168). Untuk menentukan kriteria
keberhasilan siswa dikatakan tuntas belajar jika memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 pada mata pelajaran Biologi.
Pengkategorian ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.3
berikut.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa pada
Kelas Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Make a Match
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%0)
Pretest Posttest Pretest Posttest
< 70 Tidak tuntas 11 0 100 0
≥ 70 Tuntas 0 11 0 100
Jumlah 11 11 100 100
Berdasarkan tabel 4.3 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah
siswa pada nilai Pretest yang berada pada kategori tidak tuntas
sebanyak 11 siswa dengan nilai < 70. Sedangkan jumlah siswa pada
nilai Posttest yang berada pada kategori tuntas sebanyak 11 siswa
dengan nilai ≥ 70 (lampiran E.1 Hal 167). Data distribusi frekuensi
ketuntasan belajar siswa menunjukkan bahwa semua siswa memperoleh
nilai diatas KKM
b. Deskripsi Hasil Belajar Siswa Pada Kelas Eksperimen II yang diajar
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Talking Chips
Penelitian yang telah dilakukan pada kelas X IPA 2 yang
berjumlah 12 siswa sebagai kelas eksperimen II dengan menggunakan
model pembelajaran Talking Chips yaitu nilai hasil belajar diperoleh
nilai Pretest terendah yaitu 13 dan nilai Pretest tertinggi yaitu 46
dengan nilai rata-rata 23. Nilai Posttest terendah yaitu 43 dan nilai
Posttest tertinggi yaitu 73 dengan nilai rata-rata 55,75. Untuk lebih jelas
mengenai nilai hasil belajar Pretest dan Posttest pada siswa kelas
eksperimen II dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4 Data Statistik Deskriptif Hasil Belajar Siswa pada
Kelas Eksperimen II yang diajar dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Talking Chips
Statistik Nilai Statistik
(Pretest)
Nilai Statistik
(Posttest)
Ukuran Sampel 12 12
Skor Ideal 100 100
Skor Maximum 46 73
Skor Minimum 13 43
Rentang Skor 33 30
Rata-rata (Mean) 23,50 55,75
Standar Deviasi 9,37 9,43
Variasi 87 88
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, pada kelas eksperimen II nilai
Pretest rata-rata hasil belajar siswa yaitu 23,50 dan nilai Posttest rata-
rata hasil belajar siswa yaitu 55,75 yang menunjukkan bahwa rata-rata
hasil belajar siswa pada nilai Pretest berada pada kategori sangat rendah
dan nilai Posttest berada pada kategori rendah. (lampiran E.1 Hal 168).
Kategori hasil belajar siswa dikelompokkan ke dalam 5 kategori, maka
diperoleh distribusi skor frekuensi yang ditunjukkan pada tabel 4. 5.
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Nilai Hasil Belajar Siswa pada
Kelas Eksperimen II yang diajar dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Talking Chips
Nilai hasil
belajar Kategori
Frekuensi Persentase (%)
Pretest Posttest Pretest Posttest
0-54 Sangat Rendah 12 5 100 42
55-64 Rendah 0 5 0 42
65-79 Sedang 0 2 0 16
80-89 Tinggi 0 0 0 0
90-100 Sangat Tinggi 0 0 0 0
Jumlah 12 12 100 100
Berdasarkan tabel 4.5 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah
siswa pada nilai hasil belajar Pretes terdapat 12 siswa yang berada
pada kategori sangat rendah, jumlah siswa pada nilai hasil belajar
Posttest terdapat 5 siswa yang berada pada kategori sangat rendah, 5
siswa yang berada pada kategori rendah dan 2 siswa yang berada pada
kategori sedang (lampiran E.1 Hal 169). Untuk menentukan kriteria
keberhasilan siswa dikatakan tuntas belajar jika memenuhi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 70 pada mata pelajaran Biologi.
Pengkategorian ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada tabel 4.6
berikut.
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Ketuntasan Belajar Siswa pada
Kelas Eksperimen II yang diajar dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Talking Chips
Skor Kategori Frekuensi Persentase (%0)
Pretest Posttest Pretest Posttest
< 70 Tidak tuntas 12 10 100 83
≥ 70 Tuntas 0 2 0 17
Jumlah 12 12 100 100
Berdasarkan tabel 4.6 tersebut dapat diketahui bahwa jumlah
siswa pada nilai Pretest yang berada pada kategori tidak tuntas
sebanyak 12 siswa dan jumlah siswa pada nilai Posttest terdapat10
siswa yang berada pada kategori tidak tuntas dengan nilai < 70.
Sedangkan jumlah siswa pada nilai Posttest yang berada pada kategori
tuntas sebanyak 2 siswa dengan nilai ≥ 70 (lampiran E.1 Hal 168).
Data distribusi frekuensi ketuntasan belajar siswa menunjukkan bahwa
semua siswa memperoleh nilai diatas KKM.
c. Perbedaan Hasil Belajar Siswa pada Kelas Eksperimen I yang diajar
dengan Menggunakan Model Pembelajaran Make a Match dan Kelas
Eksperimen II yang diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Talking Chips
Setelah dilakukan analisis statistik deskriptif pada kelas
eksperimen I dan kelas eksperimen II, untuk melihat perbedaan hasil
belajar siswa dapat dilihat pada gambar 4.1 berikut.
Gambar 4.1 Diagram Batang Perbedaan Hasil Belajar Siswa pada
Kelas Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Make a Match dan Kelas Eksperimen
II yang diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Talking Chips
0 0
3
6
2
5 5
2
0 00
1
2
3
4
5
6
7
Make a Match Talking ChipsInterval Nilai dan Kategori
Frekuensi
Berdasarkan gambar 4.1 tersebut terlihat jelas perbedaan nilai
hasil belajar pada kelas eksperimen I dengan mengunakan model
pembelajaran Make a Match dan nilai hasil belajar pada kelas
eksperimen II dengan menggunakan model pembelajaran Talking Chips
. Dimana pada nilai hasil belajar siswa menggunakan model
pembelajaran Make a Match lebih tinggi dibandingakan dengan nilai
hasil belajar siswa menggunakan model pembelajaran Talking Chips.
d. Uji N-Gain
Uji normalitas gain berguna untuk mengetahui perbandingan
antara nilai pretest dan posttest pada kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II. Adapun hasil perhitungan uji N-Gain adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas N-Gain
Kelas N Mean Kategori
Eksperimen I 11 77,57 Sedang
Eksperimen II 12 42,33 Sangat rendah
2. Analisis Statistik Inferensial
Terdapat beberapa pengujian yang dilakukan pada analisis statistik
inferensial dengan menggunakan bantuan SPSS versi 24.0 for Windows.
Pengujian normalitas dan homogenitas data dilakukan sebagai uji
prasyarat, kemudian dilakukan uji hipotesis. Untuk lebih jelasnya,
pengujian normalitas dapat dilihat pada tabel 4.7 dan uji homogenitas data
dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Normalitas pada Kelas
Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Make a Match dan Kelas Eksperimen II yang
diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Talking
Chips
Kelas Sig
Pretest Eskperimen I 0,200
Posttest Eskperimen I 0,200
Pretest Eksperimen II 0,200
Posttest Eksperimen II 0,200
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui data berdistribusi
normal atau tidak. Pengujian normalitas bertujuan untuk melihat apakah
data tentang hasil belajar biologi siswa setelah perlakuan berasal dari
populasi yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dihitung dengan
menggunakan bantuan SPSS versi 24.0 for Windows dengan statistik uji
Kolmogorov Smirnov. Persyaratan data tersebut berdistribusi normal jika
probabilitas atau p> taraf signifikansi (α), dimana α adalah 0,05.
Berdasarkan tabel 4.7 di atas menunjukkan bahwa nilai Sig. pada hasil
belajar siswa kelas eksperimen I pada nilai Pretest yaitu Sig. 0,547 > α =
0,05 dan pada nilai Posttest yaitu Sig. 0,797 > α = 0,05 Sedangkan nilai
Sig. pada hasil belajar siswa kelas eksperimen II pada nilai Pretest yaitu
Sig. 0,116 > α = 0,05 dan pada nilai Posttest yaitu Sig. 0,373 > α = 0,05.
Berdasarkan data tersebut dapat diketahui bahwa masing-masing nilai Sig.
adalah > α = 0,05 sehingga data hasil analisis berdistribusi normal
(lampiran E.2 halaman 170).
Tabel 4.8 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variances
Hasil Belajar Siswa
Based on Mean df1 df2 Sig.
0.787 1 21 0.385
Pengujian homogenitas dilakukan dengan bantuan SPSS versi
24.0 for Windows menggunakan statistik uji Homogenity of Variances.
Taraf signifikan yang digunakan yaitu α = 0,05. Bila taraf signifikan data
yang lebih besar dari 0,05 maka varian kelompok data homogen.
Sebaliknya, jika taraf signifikan data menghasilkan data yang lebih kecil
dari 0,05 maka varian kelompok tidak homogen. Berdasarkan tabel 4.8 di
atas nilai Sig. 0, 385> α = 0,05 (lampiran E.2 halaman 170). Berdasarkan
nilai signifikan tersebut, nilai hasil belajar kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II memiliki varian kelompok data homogen. Setelah data
dinyatakan berdistribusi normal dan memiliki varian kelompok data
homogen maka dilakukan pengujian hipotesis untuk menjawab rumusan
masalah. Data pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.
Tabel 4.9 Hasil Analisis Statistik Inferensial Uji Hipotesis pada
Kelas Eksperimen I yang diajar dengan Menggunakan
Model Pembelajaran Make a Match dan Kelas Eksperimen
II yang diajar dengan Menggunakan Model Pembelajaran
Talking Chips
Uji Analisis Sig. (2 Tailed)
Hipotesis Independent Sample t-test 0,000
Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan SPSS versi 24.0 for
Windows dengan statistik uji Independent Sample t-test. Dengan taraf
signifikansi 0,05 (5%). Jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 maka hipotesis
diterima dan jika nilai Sig. (2-tailed) > 0,05 maka hipotesis ditolak. Pada
tabel 4.8 di atas nilai Sig. (2-tailed) yang diperoleh adalah 0,000 ˂ α =
0,05 (lampiran E.2 halaman 170). Karena data hasil uji hipotesis kurang
dari 0,05 maka hipotesis penelitian dalam penelitian ini diterima, yaitu
ada perbedaan hasil belajar kognitif materi virus setelah diajarkan dengan
menggunakan model pembelajaran Make a Match dan model
pembelajaran Talking Chips pada siswa kelas X di SMAN 2 Gowa.
Dimana selisih perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen I
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match
dan kelas eksperimen II yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Talking Chips yaitu 27,7.
Tabel 4. 10 Nilai N-Gain
Case Processing Summary
Kelompok
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
N_Gain
_Persen
Eksperimen1 11 100,0% 0 0,0% 11 100,0%
Eksperimen 2 12 100,0% 0 0,0% 12 100,0%
B. Pembahasan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar
kognitif yang diajar dengan model pembelajaran Make a Match dan Talking
Chips materi Virus pada siswa kelas X SMA Negeri 2 Gowa.
Penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen I yang
diajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match dan kelas
eskperimen II yang dijar dengan menggunakan model pembelajaran Talking
Chips. Sebelum diberi perlakuan kedua kelas eksperimen tersebut diberikan
soal Pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Adapun nilai rata-rata
pada kelas eskperimen I yaitu 27,00 dan pada kelas eksperimen II yaitu 23,50.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui
bahwa penggunaan model pembelajaran Make a Match dan model
pembelajaran Talking Chips memiliki pengaruh terhadap keberhasilan belajar
siswa dan terlihat pula perbedaan hasil belajar siswa dengan menggunakan
model pembelajaran Make a Match dan model pembelajaran Talking Chips.
Perbedaan kedua model pembelajaran ini sesuai dengan analisis data yang
telah dilakukan oleh peneliti berdasarkan instrumen penelitian. Penelitian ini
menggunakan dua analisis data yaitu analisis statistik deskriptif dan analisis
statistik inferensial.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif pada kelas eksperimen I
yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match
diperoleh hasil belajar siswa berada pada kategori Baik. Hal ini dapat dilihat
dari nilai rata-rata hasil belajar Postest yaitu 83,55 dan jumlah siswa yang
dikategorikan tuntas dalam belajar yaitu dari 11 siswa semua tuntas dalam
belajar. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat diketahui bahwa penggunaan
model pembelajaran Make a Match mampu memberikan pengaruh positif
terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal ini dikarenakan oleh penggunaan
model pembelajaran Make a Match siswa belajar sambil bermain untuk
memberikan peluang siswa belajar secara santai dengan menumbuhkan rasa
tanggung jawab, kerjasama yang baik, persaingan yang sportif dan
keterlibatan belajar.
Kelebihan dari penggunaan model pembelajaran Make a Match adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik
salam suasana yang menyenangkan. Model ini bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Adapun kelebihan lain model
pembelajaran Make a Match dalam proses belajar mengajar pada dasarnya
adalah dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa baik secara fisik maupun
kognitif, adanya unsur permainan sehingga model ini menyenangkan,
meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang dipelajari dan
meningkatkan motivasi, efektif sebagai sarana melatih keberanian siswa untuk
tampil presentasi dan efektif melatih kedisiplinan siswa untuk menghargai
waktu belajar.
Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif pada kelas eksperimen II
pada penggunaan model pembelajaran Talking Chips diperoleh hasil belajar
siswa berada pada kategori kurang. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata
hasil belajar Posttest yaitu 55,75 dan jumlah siswa yang dikategorikan tuntas
dalam belajar yaitu siswa yang tidak tuntas dalam belajar lebih banyak dari
jumlah siswa yang tuntas dalam belajar. Berdasarkan hasil yang diperoleh
dapat diketahui bahwa penggunaan model Talking Chips tidak memberikan
pengaruh positif terhadap keberhasilan belajar siswa. Hal ini disebabkan oleh
penggunaan model pembelajaran Talking Chips yaitu tidak semua konsep
dapat mengungkapkan model Talking Chips, pengelolaan waktu saat
persiapan dan pelaksanaan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas
pembelajaran, terutama dalam proses pembentukan pengetahuan siswa dan
pembelajaran model Talking Chips memerlukan persiapan yang cukup rumit.
Selanjutnya untuk membuktikan bahwa penelitian ini dapat menjawab
rumusan masalah dan menerima hipotesis yang diajukan peneliti, maka
dilakukan analisis data secara inferensial dengan beberapa uji yaitu uji
normalitas dan uji homogenitas kemudian dilakukan uji hipotesis dengan
menggunakan statistik Independent Sample t-test. Seperti pada tabel 4.9 yang
menunjukkan bahwa hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai Sig. (2-tailed)
yang lebih kecil dari nilai α. Karena data hasil uji hipotesis lebih kecil dari nilai
α maka hipotesis dalam penelitian ini diterima, yaitu terdapat perbedaan hasil
belajar kognitif yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe Make a
Match dan siswa yang diajar dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Chips.
Hasil perhitungan rata-rata hasil belajar kognitif antara kedua kelas
tersebut menunjukkan bahwa hasil belajar kognitif biologi siswa yang diajar
dengan model pembelajaran Make a Match sebagai kelas eksperimen I lebih
tinggi daripada hasil belajar kognitif biologi siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Talking Chips sebagai kelas eksperimen II yaitu nilai nilai rata-
rata hasil belajar Posttest pada kelas eksperimen I yaitu 83,55 dan nilai rata-
rata hasi belajar Posttest pada kelas eksperimen II yaitu 55,75.
Penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Halimatun Nisa (2019: 66), bahwa hasil belajar IPA peserta didik yang diajar
dengan menggunakan model pembelajaraan cooperative learning tipe Make a
Match lebih tinggi hal ini dikarenakan proses pembelajaran peserta didik lebih
model pembelajaran Make a Match membantu peserta didik lebih dapat
bermain sambil belajar, semangat, berperan aktif dan ceria dalam proses
pembelajaran.
Penelitian lain yang juga mendukung penelitian ini yaitu yang telah
dilakukan oleh Salmiah (2016: 55), bahwa penggunaan model pembelajaran
Make a Match dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dikarenakan
oleh model pembelajaran kooperaif tipe Make a Match dapat menumbuhkan
rasa ingin tahu siswa mengenai pertanyaan maupun jawaban yang diberikan
guru. Siswa menjadi tertarik untuk mendalami materi yang diberikan agar
dapat menyelesaikan persoalan yang dikemas dalam bentuk permainan secara
berkelompok.
Adapun penelitian yang dilakukan oleh Maulidyah (2014) yang
berjudul pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match terhadap
hasil belajar siswa pada materi Adaptasi makhluk hidup menunjukkan bahwa
berdasarkan hasil penelitian mengenai model pembelajaran kooperatif tipe
Make a Match terhadap hasil belajar siswa pada materi adaptasi makhluk
hidup, peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa model pembelajaran
kooperatif memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA
siswa materi adaptasi makhluk hidup. Hal ini ditunjukkan oleh hasil
perhitungan uji-T diperoleh nilai thitung>ttabel yaitu sebesar 2,12>1,706.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini,
maka diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada perbedaan hasil belajar biologi yang diajar dengan menggunakan
model pembelajaran Make a Match dan siswa yang diajar dengan model
pembelajaran Talking Chips materi virus pada siswa kelas X SMAN 2
Gowa. Dimana selisih perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen
I yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran Make a Match
dan kelas eksperimen II yang diajar dengan menggunakan model
pembelajaran Talking Chips yaitu 27,7.
2. Hasil belajar biologi kelas X IPA 1 SMAN 2 Gowa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Make a Match tergolong kategori Baik
dengan nilai rata-rata sebesar 83,55.
3. Hasil belajar biologi kelas X IPA 2 SMAN 2 Gowa yang diajar dengan
menggunakan model pembelajaran Talking Chips tergolong kategori
Kurang dengan nilai rata-rata sebesar 55,75.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, saran yang
disampaikan peneliti adalah sebagai berikut:
1. Model pembelajaran Make a Match dapat digunakan sebagai alternatif
model pembelajaran untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya
pada mata pelajaran biologi pada pokok bahasan Virus.
2. Bagi penelitian eksperimen selanjutnya, peneliti dapat menambah variabel
yang ingin diteliti dengan menggunakan model pembelajaran Make a
Match.
DAFTAR PUSTAKA
Alawi Achmad Basori. 2019. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Chips untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas VII di MTS.
Yatubu Surabaya. Vol 6 No 2. ISSN: 2355-3782.
Aprilla Diana. 2016. Validitas kartu make a match pada materi sel kelas XI SMA
the validity of make a match cards on cell topic grade XI of senior high
scholl. Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi. Vol 5 No 2. ISSN: 2302-
9528.
Darmadi. 2017. Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Depublish.
Fathurrohman, Muhammad. 2015. Model- Model Pembelajaran Inovatif.
Jogjakarta: Ar – Ruzz Media.
Fifendy, Mades,. Dan M. Biomed. 2017. Mikrobiologi. Depok : kencana
Fiteriani Ida. 2017. Analisis perbedaan hasil belajar kognitif menggunakan
metode pembelajaran kooperatif yang berkombinasi pada materi IPA di
MIN Bandar Lampung. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran Dasar. Vol
4 No 2. ISSN: 2355-1925.
Fitriyani. 2017. Pengaruh Penerapan Metode Make a Match Terhadap Hasil
Belajar Siswa Kelas V Pada Mata pelajaran Fiqih Di Madrasah
Ibtidaiyah Daarull Aitam Palembang. (Skripsi)
Guslina. 2017. Penerapan Model Pembelajaran Talking Chips dalam
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Asam Basa di Kelas XI
IPA 8 SMAN 1 Meureubo Aceh Barat . (Skripsi)
Haeruddin. 2017. Perbandingan Model pembelajaran Kooperatif Tipe Talking
Chips dan Snowball Throwing Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Biologi Kelas XI IPA MAN ! Sinjai Utara. (Skripsi)
Huda Miftahul. 2019. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Belajar.
Husamah, dkk. 2018. Belajar dan Pembelajaran. Malang: UMM Press.
Isjoni. 2013. Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Iwan, Lestari NiPutu Puspa. 2016. Penerapan Model pembelajaran kooperatif tipe
Make a match untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar biologi
pada materi Ekosistem. Jurnal Nalar Pendidikan. Vol 3 No 2. ISSN:
2339-0794.
Khosim Noer Al. 2019. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Surya Media
Publishing.
Maulidiyah. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match
Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Adaptasi Makhluk Hidup
Kelas V di MI Raudhatul Jannah. (Skripsi)
Mariyaningsih Nining. 2018. Bukan Kelas Biasa. Surakarta: Kekata Publisher.
Matondang Zulkifli. 2019. Evaluasi Hasil Belajar. Jakarta: Yayasan Kita
Menulis.
Meida, dkk. 2017. Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe make a match
berbantuan peta pikiran terhadap hasil belajar siswa kelas V sekolah
dasar. E-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol 5 No 2.
Nadir, Asrimansyah. 2014. Efektifitas Pembelajaran Matematika dengan
Menerapkan Model Kooperatif tipe Rotating Trio Exchange (RTE) Pada
Kelas VIII SMP Negeri 2 Barru. (Skripsi)
Nining, dkk. Pengaruh model kooperatif tipe make a match dalam meningkatkan
hasil belajar siswa pada materi pelajaran sejarah di SMA Negeri 1 Palu.
E-Journal Katalogis. Vol 3 No 9. ISSN: 2302-2019.
Nisa, Halimatun. 2019. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a
Match Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas IV PAda Mata Pelajaran IPA
Di MIN 1 Kec. Padang Hulu. (Skripsi)
Nurjanna, Fitri. 2018. Perbedaan Hasil Belajar Siswa yang Diajarkan Dengan
Model Pembelajaran Kooperatif Tipr Make a Match dan Tipe Jigsaw
Pada Materi Operasi Aljabar Di Kelas VIII MTS AL-Fauzan Aek Paing
Labuhanbatu. (Skripsi)
Pelczar, Michael J., dan E.C.S Chan. 2015. Dasar-dasar Mikrobiologi. Jakarta :
Penertbit Universitas Indonesia (UI-Press)
Prasetya Tri Indra. 2012. Meningkatkan keterampilan menyusun instrument hasil
belajar berbasis modul interaktif bagi guru-guru IPA SMPN Kota
Magelang. Journal of Educational Research and Evaluation. Vol 1 No 2.
ISSN: 2252-6420.
Radja Petrus Logo. 2017. Implementasi model pembelajaran kooperatif tipe
Talking Chips dan Fan-N-Pick dalam meningkatkan motivasi dan hasil
belajar IPS. Jurnal Pendidikan. Vol 2 No 9. 2052-471X.
Sinar. 2018. Metode Active Learning. Yogyakarta: Depublish.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta
Sudjana, Nana. (2016). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.Bandung:
Rosdikarya
Susanto Ahmad. 2016. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Wulandari Dwi. 2017. Upaya peningkatan hasil belajar IPS kelas II SD Negeri
Kemiloko dengan menggunakan model make a match. Jurnal Taman
Cendekia. Vol 01 No 02. ISSS: 2579-5112.
Yanti, dkk. 2016. Penerapan model pembelajaran kooperatif make a match dan
gaya belajar visualization, auditory, kinesthetic (VAK) terhadap hasil
belajar siswa materi ruang lingkup biologi kelas X SMA Negeri 1
Selesai. Jurnal Pelita Pendidikan. Vol 04 No 04. ISSN:2338-3003.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN A
PERSURATAN
Lampiran A.1 Surat Pengantar Penelitian dari LP3M Unismuh Makassar
Lampiran A.2 Surat Permohonan Izin Penelitian dari Dinas Penanaman
Modal dan Pelayanan Satu Pintu Terpadu
Lampiran A.3 Surat Keterangan Selesai Penelitian dari UPT SMA Negeri 2
Gowa
Lampiran A.4 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian
LAMPIRAN B
LEMBAR VALIDASI
INSTRUMEN
Lampiran B.1 Lembar Validasi Instrumen Penelitian Validator I
Lampiran B. 2 Lembar Validasi Intrumen Pembimbing 2
LAMPIRAN C
INSTRUMEN PENELITIAN
Lampiran C. 1 Silabus Virus
Lampiran C.2 RPP Make a Match
Lampiran C.3 RPP Talking Chips
Lampiran C. 4 Soal Pretest dan Posttest
Mata Pelajaran : Biologi
Pokok Bahasan : Virus
Kelas/Semester : X/ I (Ganjil)
Waktu : 60 Menit
PETUNJUK PENGERJAAN:
1. Tulis identitas dan kelas anda pada lembar jawaban yang tersedia.
2. Beri tanda (X) pada huruf a, b, c, d dan e pada lembar jawaban sebagai
jawaban yang dianggap benar .
3. Apabila jawaban yang dipilih ternyata salah dan anda ingin mengganti
maka berilah tanda (=) pada huruf yang telah disilang dan diberi tanda (X)
pada huruf lain yang dianggap benar.
Contoh: a b c d e diganti a b c d e
4. Apabila terdapat ketidakjelasan dalam soal tanyakan pada pengawas.
5. Setelah semua pertanyaan selesai dijawab serahkan lembar jawaban dan
lembar soal kepada pengawas.
6. Selamat mengerjakan
1. Bagian yang dimiliki oleh virus adalah ….
a. Inti sel
b. Sitoplasma
c. Organel sel
d. Membran sel
e. Selubung protein
2. Sebagian ahli biologi menganggap virus sebagai benda mati karena virus
memiliki sifat ….
a. Tidak dapat bergerak aktif
b. Tidak memiliki membrane inti sel
c. Tidak memiliki sel dan dapat dikristalkan
d. Tidak memiliki dinding sel dan vakuola
e. Dapat dikristalkan dan diubah bentuknya
3. Berdasarkan struktur dan komposisi tubuhnya, virus diklasifikasikan menjadi
dua golongan, yaitu ….
a. Virus DNA dan virus RNA
b. Virus menguntungkan dn virus merugikan
c. Virus patogen dan virus apatogen
d. Virus gram positif dan virus gram negatif
e. Virus tumbuhan dan virus hewan
4. Pada daur lisogenik, virus dapat mereplikasi DNA-nya dengan cara ….
a. Menghancurkan DNA inang dan menggantikannya
b. DNA virus ikut bereplikasi bersama DNA inang
c. Partikel virus membelah di dalam sel inang
d. Mengendalikan metabolism sel inang
e. Menempel pada DNA inang dan mengendalikan replikasi
5. Perhatikan ciri-ciri virus berikut.
(1) Dapat dikristalkan
(2) Tubuh terdiri atas asam nukleat dan DNA atau RNA
(3) Mampu bereproduksi
(4) Tidak memiliki sitoplasma, organel dan inti sel.
Virus digolongkan sebagai makhluk hidup karena memiliki ciri-ciri yang
ditunjukkan oleh nomor….
a. (1) dan (2)
b. (1) dan (4)
c. (2) dan (3)
d. (2) dan (4)
e. (3) dan (4)
6. Bagian nomor 2 adalah ….
a. Selubung protein yang terdiri atas kapsomer
b. Asam nukleat yang mengandung kode genetik
c. Inti sel yang terbungkus dalam membrane inti
d. Enzim lisozim yang melisiskan sel inang
e. Organel di dalam sitoplasma
7. Dalam organisasi kehidupan, virus termasuk makhluk hidup pada tingkat ….
a. Atom
b. Molekul
c. Sel
d. Jaringan
e. Organ
8. Profag adalah ....
a. Virus yang menginfeksi protozoa
b. Virus yang melisiskan sel inang
c. Ikatan antara DNA virus dan DNA bakteri
d. DNA bakteri yang mereplikasikan DNA virus
e. DNA virus yang menyusup ke DNA inang dan nonaktif
9. Ciri- ciri virus menunjukkan bahwa virus adalah….
a. Benda mati
b. Makhluk hidup
c. Peralihan antara benda abiotik dan biotik
d. Organisme mikroskopis
e. Mikroorganisme mirip bakteri
10. Virus tidak dapat menghasilkan energy sendiri dan mensintesis protein enzim
tetapi ia dapat berkembang biak hal ini karena ….
a. Virus hidup dalam inang yang sedang tidak aktif melakukan metabolisme
b. Virus hidup dalam sel inang yang sedang aktif melakukan metabolisme
c. Virus memiliki kapsomer yang terdapat materi genetik
d. Virus tersusun oleh DNA dan RNA saja
e. Virus memiliki bagian yang dapat mengkistalkan dirinya.
11. Berikut ini perbedaan dan persamaan antara daur litik dengan daur lisogenik
yang benar adalah ….
a. Sama-sama menginfeksi sel inang dan perbedaannya daur litik diakhiri
dengan kerusakan sel inang, daur lisogenik tidak menyebabkan kematian
sel secara langsung.
b. Sama-sama menginfeksi sel inang dan perbedaannya daur litik, tidak
menyebabkan kematian sel secara langsung, daur lisogenik diakhiri
dengan kerusakan sel inang.
c. Daur litik menginfeksi, daur lisogenik hanya dormansi dan perbedaanya
daur litik diakhiri dengan kerusakan sel inang, daur lisogenik tidak
menyebabkan kematian sel secara langsung.
d. Daur litik mengalami dormansi, daur lisogenik menginfeksi dan
perbedaanya daur litik diakhiri dengan kerusakan sel inang, daur
lisogenik tidak menyebabkan kematian sel secara langsung.
e. Sama-sama menginfeksi sel inang sama-sama diakhiri dengan kerusakan
sel inang.
12. Ukuran virus jauh lebih kecil disbanding bakteri, yaitu sekitar ….
a. 10-200 milimikron
b. 20-300 milimikron
c. 200 milimikron
d. 10 mikron
e. 20-300 mikron
13. Virus terkadang hidup jika ada sel inang dan apabila tidak menemukan sel
inang ia dapat mengkristal ia juga dapat berkembangbiak tetapi virus ini tidak
di katakan sel karena ….
a. Virus tidak dilengkapi alat perkembangbiakan yang kompleks
b. Virus hanya memiliki selubung protein dan asam nukleat dan membrane
sel saja
c. Virus hanya tersusun atas selubung protein dan asam nukleat, belum
mempunyai membran sel, sitoplasma, dan organel
d. Virus mempunyai kapsomer yang dapat dikristalkan
e. Virus tidak dilindungi oleh kapsid yang kompleks
f. Mikroorganisme mirip bakteri
14. Perhatikan daftar penyakit-penyakit berikut.
(1) Campak
(2) Tuberkulosis
(3) Meningitis
(4) Herpes
(5) Gondongan
(6) Malaria
(7) Cacar variola
(8) Influenza
Penyakit yang disebabkan oleh virus ditunjukkan oleh nomor ….
a. (1), (2), (4), (6) dan (8)
b. (1), (3), (5), (7) dan (8)
c. (1), (4), (5), (7) dan (8)
d. (2), (3), (5), (6) dan (7)
e. (2), (4), (5), (6) dan (7)
Untuk soal nomor 15, perhatikan gambar struktur tubuh bakteriofag berikut.
15. Bagian kapsid yang terdiri atas banyak subunit protein ditunjuk oleh nomor
….
a. 1
b. 2
c. 3
d. 4
e. 5
16. Onkogen adalah virus yang menyebabkan penyakit ….
a. Herpes
b. Hepatitis
c. AIDS
d. SARS
e. Kanker
17. Perhatikan proses-proses yang dilakukan bakteriofag di dalam sel inang
berikut.
(1) Melisiskan dinsing sel bakteri
(2) Menyintesis protein kapsid
(3) Menghancurkan DNA bakteri
(4) Mereplikasi DNA virus
(5) Merakit kapsid menjadi virus baru
Urutan proses yang benar pada daur litik adalah ….
a. (1) - (3) - (5) - (2) - (4)
b. (2) - (4) - (1) - (5) - (3)
c. (3) - (4) - (2) - (5) - (1)
d. (4) - (1) - (3) - (2) - (5)
e. (5) - (3) - (4) - (1) - (2)
18. Virus menginfeksi sel inang berupa makhluk hidup lain dengan tujuan untuk
….
a. Memperbanyak sel inang
b. Berkembang biak
c. Memperoleh makanan
d. Menimbulkan penyakit
e. Menghancurkan sel inang
19. Penyakit ringan akibat infeksi virus yang mudah menular pada anak-anak
yang ditandai dengan timbulnya vesikula (gelembung) pada kulit dan selaput
lender adalah penyakit ….
a. Cacar air varisela
b. Cacar variola
c. Herpes zoster
d. Herpes simpleks
e. Campak
20. Perhatikan ciri-ciri penyakit berikut
(1) Infeksi akut pada susunan saraf pusat
(2) Disebabkan oleh Rhabdovirus
(3) Dapat menular ke manusia melalui gigitan hewan, seperti anjing, kucing,
dan kelelawar
(4) Gejalanya sakit kepala, demam, muntah, berhalusinasi, dan kaku otot
(5) Peningkatan ekskresi keringat dan sekresi air
Penyakit yang memliki ciri-ciri tersebut adalah
a. Ebola
b. Tetelo
c. Karsinoma
d. Rabies
e. Morbili
21. Tabacco mosaic virus menyerang tanaman tembakau dengan gejala ….
a. Bercak kuning pada daun
b. Tanaman tumbuh kerdil
c. Batang dan daun layu
d. Daun menggulung
e. Daun rontok
22. Berikut ini cara pencegahan penyakit flu burung yang tidak benar adalah ….
a. Memasak daging unggas minimal 800 selama 1 menit
b. Menghindari kontak langsung dengan unggas terinfeksi
c. Membersihkan kotoran unggas setiap hari
d. Menjaga daya tahan tubuh
e. Tidak mengonsumsi daging unggas
23. Virus yang menyebabkan daun tanaman kapas, lobak, dan tembakau
menggulung sehingga menurunkan produktivitas tanaman adalah ….
a. Tomato yellow leaf curl virus
b. Bean golden mosaic virus
c. Turnip yellow mosaic virus
d. Citrus vein phloem degeneration virus
e. Tobacco mosaic virus
24. Vaksin dapat dibuat dari ….
a. Hormon hewan ternak
b. Cairan tubuh orang yang terinfeksi
c. Virus yang telah dilemahkan
d. Bakteri yang diserang virus
e. Profag dalam sel bakteri
25. Pemberian vaksin dapat mencegah penyakit infeksi virus, karena ….
a. Tubuh membentuk antibody terhadap virus
b. Virus tidak dapat masuk ke dalam tubuh
c. Tubuh menjadi teradaptasi dengan keadaan virus
d. Sifat patogen virus dalam tubuh menjadi menurun
e. Virus di dalam tubuh tak mampu bereplikasi
26. Seorang peternak mendapati ayamnya terserang penyakit dengan gejala diare.
Batuk-batuk, dan kehilangan keseimbangan sehingga tubuhnya berputar-
putar dengan kepala tertekuk. Peternak itu menduga ayamnya terserang
penyakit ….
a. Rabies
b. Tumor
c. Flu burung
d. Tetelo
e. Antraks
27. Penyakit berikut yang bukan cara penularan penyakit AIDS adalah ….
a. Hubungan seksual dengan pengidap HIV
b. Berbagai penggunaan alat suntik dengan pengidap HIV
c. Transfusi darah yang tercemar HIV
d. Berjabat tangan dengan penderita AIDS
e. Janin dalam kandungan ibu yang positif HIV
28. Tindakan yang tepat untuk melindungi diri agar tidak tertular HIV/AIDS
adalah ….
a. Menjauhi orang yang positif HIV
b. Menghindari seks bebas dan narkoba
c. Menghindari gigitan nyamuk
d. Tidak memakai baju milik pengidap HIV
e. Berjabat tangan dengan penderita AIDS
29. Tidak bersentuhan dengan penderita AIDSVirus sebagian besar sangat
merugikan manusia karena dapat menimbulkan penyakit yang berbahaya
seperti virus HIV, virus Ebola dan Virus Cacar. Namun tidak semua virus
tidaklah berbahaya berikut ini virus yang paling tepat dimanfaatkan dalam
kehidupan manusia….
a. Virus litik yang disisipkan pada sel bakteri untuk memusnakan bakteri
yang berbahaya.
b. Virus lisogenik menyisipkan materi genetic pada sel inang dimanfaatkan
dalam rekayasa genetika untuk menyisipkan gen tertentu pada sel bakteri.
c. Virus digunakan untuk melumpuhkan musuh dengan cara senjata
biologis.
d. Virus digunakan untuk membasmi bakteri yang berbahaya.
e. Virus hanya dapat menginjeksi sel inang saja tanpa ada kegunaannya.
30. Kematian pada penderita AIDS disebabkan oleh ….
a. Penyakit jantung coroner
b. Pendarahan pada otak
c. Hilangnya respons imun terhadap infeksi pathogen
d. Turunnya jumlah sel darah merah
e. Penyakit degenerative akut
Lampiran C.5 Kisi-kisi Soal Pretest Posttest
Lampiran C. 6 Pedoman Penskoran
PEDOMAN PENSKORAN
A. Kriteria jawaban pilihan ganda
No Kriteria Jawaban Skor
1-30 Benar 1
Salah 0
B. Skor maksimal pilihan ganda
Penilaian = Jumlah Skor Perolehan X 100 =
30
Skor Kategori
0-54 Sangat Rendah
55-64 Rendah
65-79 Sedang
80-89 Tinggi
90-100 Sangat Tinggi
Sumber: (Nana Sudjana:2011)
Lampiran C.7 Kartu Make a Match
Dia adalah makhluk kecil yang dinamakan
Virus. Virus ini mempunyai ciri-ciri yaitu
ukuranya sangat kecil yakni sekitar 10
hingga 300 milimikron. Virus mempunyai
bermacam-macam bentuk ada yang batang,
oval, filame, dan persegi juga memiliki
struktur tubuh yang terdiri dari dinding
sel, membran sel, sitoplasma, inti sel dan
organ sel lainnya.
Dapat menyerang
makhluk hidup kapan
saja dan dimanapun
baik itu pada
tumbuhan, hewan, dan
manusia dan juga tak
terlihat oleh kasat
mata. Siapakah dia?
Dan bagaimana ciri-
cirinya.…?
KARTU MAKE A MATCH
KARTU MAKE A MATCH
Virus juga mempunyai beberapa jenis
dan kelompok baik dari segi asam
nukleatnya maupun dari sel inangnya,
berdasarkan sel inangnya virus
dikelompokkan menjadi empat yaitu
Virus penyerang bakteri, misalnya virus
T, Virus penyerang tanaman, misalnya
TMV dan Tungro, Virus penyerang
hewan, misalnya virus rabies dan flu
burung, Virus penyerang manusia,
misalnya polio, HIV, dan flu.
Seperti halnya
tumbuhan dan hewan
yang memiliki beragam
jenis begitupun dengan
virus yang memiliki
banyak macam jenis,
dan kelompok-
kelompoknya apa
sajakah itu? Coba
jelaskan klasifikasi
virus berdasarkan
jenis sel inangnya….!
KARTU MAKE A MATCH
KARTU MAKE A MATCH
Virus ternyata memiliki banyak bentuk, ada
yang berbentuk batang, contohnya TMV
(Tabacco Mosaic Virus) ada yang
berbentuk dan berujung oval seperti
peluru, contohnya Rhabdovirus, berbentuk
bulat, contohnya HIV (Human
Immunodeficiency Virus) berbentuk
filament atau benang, contohnya virus
Ebola. Berbentuk polyhedral, contohnya
Adenovirus dan ada juga yang berbentuk
seperti huruf T, contohnya bakteriofag
yaitu virus yang menyerang bakteri
Escherichia coli.
Bentuk apakah yang
terdapat pada gambar
virus tersebut dan apa
contohnya….?
KARTU MAKE A MATCH
KARTU MAKE A MATCH
Penelitian mengenai virus dimulai dengan
penelitian mengenai penyakit mosaik yang
menghambat pertumbuhan tanaman
tembakau dan membuat daun tanaman
tersebut memiliki bercak-bercak. Pada
tahun 1883, Adolf Mayer seorang ilmuwan
Jerman, menemukan bahwa penyakit
tersebut dapat menular ketika tanaman
yang ia teliti menjadi sakit setelah
disemprot dengan getah tanaman yang
sakit, karena tidak berhasil menemukan
mikrob pada getah tanaman tersebut,
sehingga Mayer menyimpulkan bahwa
penyakit tersebut disebabkan oleh bakteri
yang lebih kecil dari biasanya dan tidak
dapat dilihat dengan mikroskop.
Pada tahun 1883 seorang
ilmuwan jerman, yang bernama
Adolf Mayer berhasil
menemukan sebuah tanaman
yang ia teliti menjadi bercak-
bercak dan sakit setelah
menyemprotkan getah tanaman
yang sakit pula. Yang dimana
penyakit tersebut disebabkan
oleh bakteri yang lebih kecil
dari biasanya dan tidak dapat
dilihat dengan mikroskop. Jenis
tanaman apakah yang diteliti
oleh Adolf Mayer dan jenis
penyakit apakah yang
menghambat tanaman
tersebut….?
KARTU MAKE A MATCH
KARTU MAKE A MATCH
Flu merupakan penyakit yang disebabkan
oleh infeksi virus yang dapat menyerang
hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Flu
atau influenza ini sangat umum terjadi di
musim pancaroba. Munculnya penyakit flu
ini melalui bersin atau menyentuh benda
yang sudah terkontaminasi virus flu.
Selain itu flu juga bisa menyebar lewat
kontak dengan hewan yang sudah
terinfeksi.
Di musim pancaroba seperti
ini, harus selalu menjaga
kesehatan agar tidak rentan
terkena penyakit, terlebih lagi
penyakit flu. Saat flu
menyerang, tubuh akan
merasa tidak nyaman karena
pasti akan muncul demam,
sakit tenggorokan, hidung
berair, dan pegal-pegal. Kira-
kira apa yang menyebabkan
munculnya penyakit flu ini?
KARTU MAKE A MATCH
KARTU MAKE A MATCH
Salah satu karakteristik virus yang
menyerupai makhluk hidup adalah
ditemukannya asam nukleat di dalam
virus. Berdasarkan asam nukleatnya,
virus dikelompokkan menjadi dua yaitu
virus DNA yang dimana asam
nukleatnya berupa DNA contohnya
parvovirus dan yang kedua virus RNA
yaitu virus yang asam nukleatnya
berupa RNA, contohnya Picornavirus.
Klasifikasi virus
berdasarkan asam
nukleatnya yaitu ada
dua yakni virus RNA
dan virus DNA. Coba
Jelaskan klasifikasi
virus berdasarkan asam
nukleatnya dan apa saja
contohnya….!
KARTU MAKE A MATCH
KARTU MAKE A MATCH
Temuan Beijenrick dibuktikan oleh
ilmuwan Amerika Wendell Meredith
Stanley. Stanley berhasil mengkristalkan
partikel agen penyakit mosaic yang
kemudia dinamakan Tobacco mosaic virus
(TMV). Ia juga menemukan bahwa virus
tersebut tetap aktif walaupun dalam fase
Kristal.
Tokoh dibawah ini merupakan
Wendell Meredith Stanley.
Yang dimana seperti yang
diketahui memiliki kontribusi
dalam penemuan virus. Apa
kontribusi beliau dalam
sejarah tentang virus ?
KARTU MAKE A MATCH
KARTU MAKE A MATCH
Virus dikatakan benda mati tanpa berada
dalam makhluk hidup. Artinya virus dapat
dikatakan sebuah entitas nonseluler yang
tersusun atas protein yang hanya
melakukan infeksi terhadap inang dan
memperbanyak diri. virus tersebut dapat di
kristalkan, sedangkan virus dikatakan
benda hidup karena virius dapat
memperbanyak diri (replikasi) dalam tubuh
inang
Kecil dan tak terlihat
oleh kasat mata
tetapi dapat
menyerang makhluk
hidup. bagaimana
virus dikatakan
sebagai makhluk tak
hidup….?
KARTU MAKE A MATCH
KARTU MAKE A MATCH
Lampiran C.8 Kartu Talking Chips
Kartu
Talking Chips
Kartu
Talking Chips
Kartu
Talking Chips
Kartu
Talking Chips
Kartu
Talking Chips
Kartu
Talking Chips
LAMPIRAN D
HASIL BELAJAR SISWA
Lampiran D.1 Hasil Belajar Siswa kelas X IPA 1
NILAI PRETEST DAN POSTTEST
KELAS X IPA 1
No Nama Siswa Nilai
Benar Pretest Benar Posttest
1 Nurul Aulia 6 20 25 83
2 Muthia Syahrani 9 30 25 83
3 Nayla Nur Azizah 12 40 29 97
4 Agus Andrian 10 33 23 76
5 Nur Salsabila R 5 16 26 87
6 Nur Alifia 9 30 24 80
7 Ana Purti Ariyanti 9 30 26 87
8 Nurul Mutmainnah 7 23 73 73
9 Rezki Ayu Ramadhani 5 16 25 83
10 Shah Reza Nur Alamsyah 8 26 23 77
11 Fadillah Radesiawan 10 33 28 93
Lampiran D.2 Hasil Belajar Siswa Kelas X IPA 2
NILAI PRETEST DAN POSTTEST
KELAS X IPA 2
No Nama Nilai
Benar Pretest Benar Posttest
1 Anisa Ardani Kalista 8 26 21 70
2 Ince Muthia Salsabila 8 26 15 50
3 Nadiva Putri M 9 30 17 57
4 Siti Nurhalisa 8 26 15 50
5 Syahrir Syarifuddin 5 16 17 57
6 Alfariza 14 46 22 73
7 Rifkah Nurul Aini M 6 20 17 57
8 Faiq Naoval 4 13 17 57
9 Maya Dwi Fani 9 30 19 63
10 Alini Muthia 4 13 14 46
11 Nurjihan Ufairah 5 16 14 46
12 Muh Naufal Dzaky 6 20 13 43
Lampiran D.3 Rekapitulasi Nilai Hasil Belajar Siswa
LAMPIRAN E
ANALISIS DATA
Lampiran E.1 Analisis Statistik Deskriptif
Analisis Statistik Deskriptif
1. Kelas Eksperimen I (Make a Match)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
pretest ipa 1 11 16 40 27,00
posttest ipa 1 11 73 97 83,55
Valid N (listwise) 11
Statistics
pretest ipa 1 posttest ipa 1
N Valid 11 11
Missing 1 1
Std. Error of Mean 2,288 2,172
Std. Deviation 7,589 7,202
Variance 57,600 51,873
Range 24 24
Minimum 16 73
Maximum 40 97
pretest ipa 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 16 2 16,7 18,2 18,2
20 1 8,3 9,1 27,3
23 1 8,3 9,1 36,4
26 1 8,3 9,1 45,5
30 3 25,0 27,3 72,7
33 2 16,7 18,2 90,9
40 1 8,3 9,1 100,0
Total 11 91,7 100,0
Missing System 1 8,3
Total 12 100,0
posttest ipa 1
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 73 1 8,3 9,1 9,1
76 1 8,3 9,1 18,2
77 1 8,3 9,1 27,3
80 1 8,3 9,1 36,4
83 3 25,0 27,3 63,6
87 2 16,7 18,2 81,8
93 1 8,3 9,1 90,9
97 1 8,3 9,1 100,0
Total 11 91,7 100,0
Missing System 1 8,3
Total 12 100,0
2. Kelas Eksperimen II (Talking Chips)
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
pretest ipa 2 12 13 46 23,50
posttest ipa 2 12 43 73 55,75
Valid N (listwise) 12
Statistics
pretest ipa 2 posttest ipa 2
N Valid 12 12
Missing 0 0
Std. Error of Mean 2,707 2,722
Std. Deviation 9,376 9,430
Variance 87,909 88,932
Range 33 30
Minimum 13 43
Maximum 46 73
pretest ipa 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 13 2 16,7 16,7 16,7
16 2 16,7 16,7 33,3
20 2 16,7 16,7 50,0
26 3 25,0 25,0 75,0
30 2 16,7 16,7 91,7
46 1 8,3 8,3 100,0
Total 12 100,0 100,0
posttest ipa 2
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 43 1 8,3 8,3 8,3
46 2 16,7 16,7 25,0
50 2 16,7 16,7 41,7
57 4 33,3 33,3 75,0
63 1 8,3 8,3 83,3
70 1 8,3 8,3 91,7
73 1 8,3 8,3 100,0
Total 12 100,0 100,0
Lampiran E.2 Analisis Statistik Inferensial
Analisis Statistik Inferensial
1. Uji Normalitas
(1) Tests of Normality
KELAS
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
HASIL BELAJAR PRETEST IPA 1 ,199 11 ,200* ,942 11 ,547
POSTEST IPA 1 ,167 11 ,200* ,962 11 ,797
PRETEST IPA 2 ,161 12 ,200* ,889 12 ,116
PRETEST IPA 2 ,197 12 ,200* ,929 12 ,373
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
2. Uji Homogenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
HASIL BELAJAR Based on Mean ,787 1 21 ,385
Based on Median ,647 1 21 ,430
Based on Median and with
adjusted df
,647 1 19,810 ,431
Based on trimmed mean ,862 1 21 ,364
3. Uji Hipotesis
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differen
ce
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lowe
r Upper
HASIL
BELAJA
R
Equal variances
assumed
,78
7
,385 7,887 21 ,000 27,795 3,524 20,46
6
35,125
Equal variances
not assumed
7,982 20,
37
7
,000 27,795 3,482 20,54
0
35,051
LAMPIRAN F LEMBAR OBSERVASI
GURU DAN SISWA
Lampiran F.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Gowa
Kelas/Semester : X IPA 1/1 (Ganjil)
Pokok Bahasan : Virus
Kelas Eksperimen : Eksperimen I (Make a Match)
No. Aspek Yang Diamati
Hasil Pengamatan
Pertemuan Ke- Rata-Rata Persentase
(%) 1 2 3 4
1. Siswa menjawab salam
dari guru
2.
Siswa berdoa dan
menyiapkan fisik dan
psikis dalam kegiatan
pembelajaran
3. Siswa menjawab
pertanyaan dari guru
4.
Siswa mendengarkan
namanya yang disebut
oleh guru
5.
Siswa medengarkan
apersepsi yang
disampaikan oleh guru
6
Siswa mendengarkan KI,
KD dan tujuan
pembelajaran yang
disampaikan guru
7.
Melihat, mengamati,
membaca, menulis dan
menyimak penjelasan
guru mengenai materi
yang diajarkan
8.
Siswa mengidentifikasi
dan memberi pertanyaan
berkaitan informasi yang
disampaikan guru
9.
Siswa menyimak materi
yang disampaikan oleh
guru
10. Siswa mulai berkelompok
11. Siswa mengambil kartu
yang diberikan oleh guru
12.
Siswa diminta untuk
mencocokkan kartu yang
dipegang dengan kartu
kelompok lain
13. Siswa mencari pasangan
di kelompok lain
14. Siswa diminta untuk
presentasi
15.
Siswa memberikan
tanggapan pada saat
kelompok lain presentasi
16. Siswa menjawab
pertanyaan bersama guru
17.
Siswa menyimpulkan
hasil diskusi dan materi
yang telah diajarkan
18. Guru memberi salam
penutup
Rata-Rata
Penilaiaan: Jumlah Persentase
Jumlah aktivitas yang diamati
Keterangan:
(0-20)% = Tidak Aktif
(21-40)% = Kurang Aktif
(41-60)% = Cukup Aktif
(61-80)% = Aktif
(81-100)% = Sangat Aktif
Gowa, 2020
Observer
Mustainah
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
Nama Sekolah : SMA Negeri 2 Gowa
Kelas/Semester : X IPA 2/1 (Ganjil)
Pokok Bahasan : Virus
Kelas Eksperimen : Eksperimen II (Talking Chips)
No. Aspek Yang Diamati
Hasil Pengamatan
Pertemuan Ke- Rata-Rata Persentase
(%) 1 2 3 4
1. Siswa menjawab salam
2.
Siswa berdoa dan
menyiapkan fisik dan
psikis dalam kegiatan
pembelajaran
3. Siswa menjawab
pertanyaan dari guru
4.
Siswa mendengarkan
namanya yang disebut
oleh guru
5.
Siswa mendengarkan
apersepsi yang
disampaikan oleh guru
6.
Siswa mendengarkan KI,
KD dan tujuan
pembelajaran yang
disampaikan guru
7.
Melihat, mengamati,
membaca, menulis dan
menyimak penjelasan
guru mengenai materi
yang diajarkan
8.
Siswa mengidentifikasi
dan memberi pertanyaan
berkaitan informasi yang
disampaikan guru
9. Siswa mendengarkan
jawaban dari guru
10.
Siswa menyimak materi
yang disampaikan oleh
guru
11. Siswa dibagi ke dalam
beberapa kelompok
12.
Siswa menjawab
pertanyaan dari guru
dengan cara menaikkan
kartunya diatas meja
13. Siswa menjawab
pertanyaan bersama guru
14.
Siswa menyimpulkan
hasil pembelajaran yang
telah dilakukan
15. Siswa berdoa dan
menjawab salam
Rata-Rata
Penilaiaan: Jumlah Persentase
Jumlah aktivitas yang diamati
Keterangan:
(0-20)% = Tidak Aktif
(21-40)% = Kurang Aktif
(41-60)% = Cukup Aktif
(61-80)% = Aktif
(81-100)% = Sangat Aktif
Gowa, 2020
Observer
Mustainah
LAMPIRAN G
KARTU KONTROL
PELAKSANAAN
PENELITIAN
Lampiran G.1 Kartu Kontrol Pelaksanaan Penelitian
LAMPIRAN H DOKUMENTASI
PENELITIAN
H.1 Dokumentasi Kelas X Eksperimen I (Make a Match)
(Pemberian Soal Pretest)
(Guru menjelaskan materi)
(Pembagian Kelompok)
(Mencocokkan Kartu)
(Presentasi)
(Pemberian Soal Posttest)
H.2 Dokumentasi Kelas Eksperimen II (Talking Chips)
(Pemberian Soal Pretest)
(Pembagian Kelompok)
(Pemberian Materi)
(Siswa menjawab pertanyaan dari guru sambil memegang kartu Talking Chips)
(Pemberian Soal Posttest)
top related