perbedaan asupan karbohidrat berdasarkan …eprints.ums.ac.id/56576/23/naskah publikasi.pdf ·...
Post on 10-Jun-2019
245 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN
PENGETAHUAN GIZI PADA PENDERITA DIABETES MILITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPER, KABUPATEN KLATEN
Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I
Ilmu Gizi Fakultas Ilmu Kesehatan
Oleh:
Muchlis Rhaysa Ganna
(J310151012)
PROGRAM STUDI ILMU GIZI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
i
ii
ALAMAN PENGESAHAN
PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN PENGETAHUAN
GIZI PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS CEPER, KABUPATEN KLATEN
Oleh :
MUCHLIS RHAYSA GANNA
J 310 151 012
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi Program Studi Ilmu Gizi Jenjang S1
Fakultas Ilmu Kesehatan pada tanggal 07 Agustus 2017 dan dinyatakan telah memenuhi
syarat untuk diterima.
Penguji I : Luluk Ria Rakhma, S.Gz, M.Gizi ( )
(Ketua Dewan Penguji)
Penguji II : Muwakhidah, SKM, M.Kes ( )
(Anggota I Dewan Penguji)
Penguji III : Farida Nur Isnaeni, S.Gz., MSc ( )
(Anggota II Dewan Penguji)
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Dr. Mutalazimah, SKM., M.Kes
NIP/NIDN. 786/06-1711-7301
iii
1
PERBEDAAN ASUPAN KARBOHIDRAT BERDASARKAN
PENGETAHUAN GIZI PADA PENDERITA DIABETES MILITUS
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CEPER, KABUPATEN KLATEN
Abstrak
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat
kronis. Tingginya jumlah penderita DM antara lain disebabkan karena gaya hidup,
pengetahuan, dan kesadaran melakukan deteksi dini penyakit DM yang kurang,
minimnya aktivitas fisik, dan pengaturan pola makan tradisional yang
mengandung banyak karbohidrat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
perbedaan asupan karbohidrat berdasarkan pengetahuan gizi pada penderita DM
di wilayah kerja puskesmas Ceper, Kabupaten Klaten. Jenis penelitian ini adalah
observasional dengan rancangan crosssectional. Penelitian dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Ceper. Responden dalam penelitian ini masing-masing 37
responden berpengetahuan baik dan berpengetahuan kurang. Pengumpulan data
penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan dan formulir Semi Quantitative
FFQ. Data pengetahuan responden diambil menggunakan kuesioner sejumlah 30
soal. Sedangkan data asupan karbohidrat responden diambil dengan formulir Semi
Quantitative FFQ. Untuk mengetahui jumlah kandungan gizi dalam bentuk gram
digunakan aplikasi Nutrisurvey. Analisis data dilakukan pada masing-masing
variabel dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan antar variabel yang terkait.
Uji statistik yang digunakan uji normalitas dengan uji kolmogorov smirknov dan
dilanjutkan dengan uji stastistik Independent t-test. Hasil independent t-test
diperoleh nilai p= 0,276(p>0,05) yang menunjukkan tidak ada perbedaan antara
asupan karbohidrat berdasarkan pengetahuan gizi pada penderita diabetes militus
di wilayah kerja puskesmas Ceper, Kabupaten Klaten. Karakteristik responden
menurut umur diketahui bahwa paling tinggi umur 56-65 tahun yaitu sebesar
28,4%. Menurut jenis kelamin diketahui bahwa perempuan lebih banyak yaitu
sebesar 52,7%. Menurut pendidikan diketahui bahwa responden dengan
pendidikan dasar memiliki prosentase terbanyak yaitu 51,2%. Dan menurut lama
sakit DM <5 tahun sebesar 58,1%. Asupan karbohidrat responden yang tidak
sesuai rekomendasi PERKENI sebesar 66,3%.
Kata Kunci: Pengetahuan Gizi, Pengetahuan tentang Diabetes, Asupan
Karbohidrat.
Abstract
Diabetes mellitus is chronic metabolism nuisance disease. The high amount of
diabetic can be caused by low life style, low knowledge, and low awereness in
early detecting the diabetes mellitus, low physic activity, and low traditional
eating pattern which is too much of carbohydrate. The purpose of the research is
to know the difference between carbohydrate consumption based on nutrition
knowledge in diabetic at the work place, the public healt center , Ceper district,
2
Klaten regency. The kind of the research in observational by cross-sectional
formation. The research is 37 respondents either who has good knowledhe or less
knowledge. The data collection in the research by using knowledge questionnaire
and Semi Quantitative FFQ form. The Respondent's knowledge data were taken
using questionnaire of 30 questions. While the data of respondents carbohydrate
consumption taken by using Semi Quantitative FFQ form. Nutrisurvey application
used to know the amount of nutrition facts in gram. Data analysisi done in each
variable in order to know the difference between related variables. Statistic test
which is used normality test by Kolmogorov Smirkov test and continued by using
t-test independent statistic. The result of independent t-test obtained that the value
p = 0.276 (p > 0.05). So, it means there is no diferrence of carbohydrate
consumption based on nutrition knowledge at the work place in the public healt
center, in Ceper district. Characteristics of respondents by age known that the
highest age 56-65 years that is equal to 28.4%. According to gender it is known
that more women that is equal to 52.7%. According to the education is known that
the respondents with primary education has the highest percentage of 51.2%. And
according to old sickness DM <5 year equal to 58.1%. Carbohydrate intake of
respondents according not to recommendation of PERKENI amounted to 66,3%.
Keywords : carbohydrate consumption, diabetes knowledge, nutrition knowledge.
1. PENDAHULUAN
Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolisme yang bersifat
kronis (Reaven,1988). Diabetes Mellitus tidak dapat disembuhkan tetapi kadar
gula darah dapat dikendalikan melalui diet, olah raga, dan obat-obatan. Untuk
dapat mencegah terjadinya komplikasi kronis, diperlukan pengendalian DM yang
baik yang mempunyai sasaran dengan kriteria nilai baik, di antaranya gula darah
puasa 80-<100 mg/dL, 2 jam sesudah makan 80-144 mg/dL, A1C <6,5%,
kolesterol total < 200 mg/dL, trigliserida <150 mg/dL, IMT 18,5-22,9 kg/m2 dan
tekanan darah <130/80 mmHg (PERKENI, 2006).
Tingginya jumlah penderita DM antara lain disebabkan karena perubahan
gaya hidup, tingkat pengetahuan rendah, dan kesadaran melakukan deteksi dini
penyakit DM yang kurang, aktivitas fisik yang minim, dan pengaturan pola makan
tradisional yang mengandung banyak karbohidrat (Sudoyo, 2006). Konsumsi
makanan yang tidak seimbang, tinggi gula dan rendah serat merupakan faktor
risiko dari DM. Perencanaan makanan yang dianjurkan seimbang dengan
komposisi energi yang dihasilkan oleh karbohidrat. Asupan karbohidrat yang
3
dianjurkan karbohidrat : 45-60%. Konsumsi sayuran dan buah-buahan yang
dianjurkan adalah 3-4 porsi setiap harinya (Ditjen PP dan PL, 2008).
Karbohidrat memiliki beberapa jenis yang terdiri dari karbohidrat
kompleks dan karbohidrat sederhana (Almatsier, 2001). Karbohidrat sederhana
merupakan jenis karbohidrat yang mudah diubah menjadi glukosa, sehingga
karbohidrat ini sangat cepat meningkatkan kadar glukosa darah (Soewondo,
2007). Pada prinsipnya, penderita DM harus menghindari makanan yang cepat
diserap menjadi gula darah yang disebut karbohidrat sederhana, seperti yang
terdapat pada gula pasir, gula jawa, sirup, dodol, selai, permen, coklat, es krim,
minuman ringan, dan sebagainya. Di dalam tubuh, karbohidrat sederhana diubah
menjadi gula sederhana atau glukosa yang larut dalam aliran darah, sehingga
menyebabkan kadar glukosa darah meningkat dan turun dengan cepat. Keadaan
ini berbahaya bagi penderita diabetes mellitus (Maulana, 2010).
Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan
seimbang (PERKENI, 2011). Bagi penderita DM dianjurkan untuk konsumsi
karbohidrat kompleks bersama serat makanan akan menekan glukosa darah
sedemikian rupa sehingga jauh lebih rendah dari biasanya dan itu sangat
membantu untuk terapi diitnya (Almatsier, 2001).
Berbagai komplikasi dapat timbul akibat kadar glukosa yang tidak
terkontrol, misalnya neuropati, hipertensi, jantung koroner, retinopati, nepropati,
gangren, dll( Reaven,1988). Kontrol glukosa merupakan dasar dari pengelolaan
diabetes (Herman, 2002). Kadar glukosa pada penderita DM yang terkontrol
dengan baik dapat menyebabkan penurunan terjadinya infeksi (Taylor, 1996).
Selain itu, untuk menjaga glukosa darah agar tetap terkontrol sebaiknya penderita
DM menjaga asupan gula, selalu rutin berolahraga, tidak merokok dan selalu
menjalani pengobatan (Ahmad, 2014).
Seorang diabetes yang memiliki pengetahuan yang minim tentang diabetes
melitus akan lebih mudah menderita komplikasi DM (Basuki, 2005). Perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih mudah dilaksanakan dari pada yang
tidak didasari oleh pengetahuan. Salah satu cara untuk mengatasi akibat dari
diabetes melitus adalah dengan penerapan diet diabetes melitus, namun banyak
4
penderita diabetes yang tidak patuh pada dalam pelaksanaan diet. Pengetahuan
erat hubungannya dengan perilaku, karena dengan pengetahuan pasien memiliki
alasan atau landasan untuk mengambil suatu keputusan atau pilihan (Waspadji,
2007). Ketidakpatuhan ini merupakan salah satu hambatan untuk tercapainya
tujuan pengobatan. Untuk mengatasi ketidakpatuhan tersebut, penyuluhan bagi
penderita diabetes mellitus beserta keluarganya mutlak dan sangat diperlukan
(Karyoso, 1999).
Dalam penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Salsabilah dan Nuzrina
(2014) didapatkan hasil penelitian yaitu ada perbedaan yang bermakna pada
asupan karbohidrat berdasarkan tingkat pendidikan (p-value = 0,006) yang artinya
ada perbedaan asupan karbohidrat berdasarkan tingkat pendidikan.
Berdasarkan data Riskesdas (2013) Prevalensi penyakit diabetes melitus
secara nasional yang berdasarkan wawancara terjadi peningkatan dari 1,1% pada
tahun 2007 menjadi 2,1% pada tahun 2013. Sedangkan menurut data Depkes
(2014) diabetes menduduki urutan kedua penyakit tidak menular di jawa tengah
yaitu sebesar 16,53%. Kemudian di kecamatan Ceper Kabupaten Klaten terdapat
2,415% penderita DM.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan penelitian yang berkaitan
dengan penyakit diabetes militus, karena mengingat jumlah penderita penyakit
degeneratif ini dari tahun ke tahun semakin bertambah. Bahkan masyarakat yang
memiliki faktor resiko DM tergolong cukup banyak, terutama faktor resiko DM
yang berkaitan dengan pola makan atau asupan makan. Untuk itu perlu dilakukan
penelitian tentang perbedaan asupan karbohidrat berdasarkan pengetahuan gizi
pada penderita diabetes militus di wilayah kerja puskesmas Ceper, Kabupaten
Klaten.
2. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah observasional dengan rancangan crosssectional.
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Ceper, Kabupaten Klaten.
Responden dalam penelitian ini yaitu masing-masing 41 responden
berpengetahuan baik dan berpengetahuan kurang. Pengambilan sampel penelitian
5
ini adalah menggunakan teknik pengambilan Accidental Sampling. Teknik
pengumpulan data yang akan digunakan adalah dengan menggunakan instrumen
penelitian yaitu kuesioner yang ditanyakan kepada responden langsung dalam
bentuk pertanyaan tertutup untuk mendapat jawaban yang kemudian akan diambil
datanya untuk dianalisa.
Pengumpulan data penelitian menggunakan kuesioner pengetahuan dan
formulir Semi Quantitative FFQ. Pengambilan data formulir semi kuantitatif FFQ
dibantu dengan menggunakan acuan ”Buku Foto Makanan Survey Konsumsi
Makanan Individu (SKMI-2014)”. Kuesioner pengetahuan penderita DM
berjumlah 30 soal dengan bentuk kalimat pernyataan benar dan salah yang akan
diuji reabilitas terlebih dahulu sebelum digunakan. Isi dari kuesioner tersebut
terbagi menjadi 5 sub bab yaitu tentang diabetes militus, pola makan 3J, asupan
karbohidrat, asupan lemak dan asupan serat. Sedangkan data asupan karbohidrat
responden diambil dengan formulir Semi Quantitative FFQ. Untuk mengetahui
jumlah kandungan gizi dalam bentuk gram digunakan aplikasi Nutrisurvey.
Keudian dibandingkan dengan persentase kebutuhan menurut Perkeni.
Pengambilan data tersebut dilakukan pada bulan Februari-Maret yang berlokasi di
Wilyah Kerja Puskesmas Ceper.
Analisis data dilakukan pada masing-masing variabel dengan tujuan untuk
mengetahui perbedaan antar variabel yang terkait. Uji statistik yang digunakan uji
normalitas dengan uji kolmogorov smirknov dan dilanjutkan dengan uji stastistik
Independent t-test. Didapatkan uji normalitas dengan hasil normal. Kemudian
dilanjutkan uji stastistik Independent T-test dan didapatkan hasil p > 0,05. Maka
hipotesis ditolak, artinya tidak ada perbedaan asupan karbohidrat berdasarkan
pengetahuan gizi pada penderita diabetes militus di wilayah kerja puskesmas
Ceper, Kabupaten Klaten.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Ceper yang merupakan Unit Pelayabab
Kesehatan yang beralamatkan di Jalan Raya Ceper, Klaten. Ceper adalah sebuah
kecamatan di kabupaten Klaten, Jawa Tengah yang terletak sekitar 10Km arah
6
utara klaten. Terdapat 18 desa di kecamatan Ceper. Sumber pendapatan penduduk
terutama diperoleh dari pertanian dan sebagian bekerja di pabrik industri diarea
area ceper. Mayoritas penduduk di Ceper beragama islam. Pelayanan kesehatan di
kecamatan Ceper terdapat 2 puskesmas yaitu puskesmas Jambu Kulon dan
puskesmas Ceper. Puskesmas Ceper terletak dijalan raya Ceper dan berdekatan
dengan kantor Kecamatan, sehingga akses jalan menuju lokasi sangat strategis
dan mudah dicari. Puskesmas Ceper hanya melayani pasien rawat jalan. Adapun
10 besar penyakit yang sering terjadi antara lain Ispa, Artritis, Hipertensi,
Penyakit sistim cerna, Penyakit kulit dan jaringan subkutan, Infeksi kulit dan
jaringan subkutan, Pharingitis, Karies, Migrain dan Diabetes Militus. Pada kasus
penyakit Diabetes Militus pada tahun sebelumnya terdapat 805 kasus yang sudah
terdeteksi di wilayah kerja puskesmas Ceper.
3.1 Karakteristik Responden menurut Umur
Tabel 1. Distribusi Responden Menurut Umur
Kategori Umur Depkes (2009) Jumlah Prosentase (%)
Remaja Akhir (17-25 tahun)
Dewasa Awal (26-35 tahun)
Dewasa Akhir (36-45 tahun)
Lansia Awal (46-55 tahun)
Lansia Akhir (56-65 tahun)
Manula (≥65 tahun)
2
9
13
19
21
10
2,7
12,1
17,6
25,7
28,4
13,5
Total 74 100
Berdasarkan tabel, responden ada 6 kategori yaitu umur 17-25 tahun, 26-
35 tahun, 36-45 tahun, 46-55 tahun, 56-65 tahun dan ≥ 65 tahun. Distribusi
responden menurut umur paling tinggi adalah kisaran umur 56-65 tahun yaitu
sebesar 28,4% dan distribusi responden paling rendah adalah umur 17-25 tahun
yaitu sebesar 2,7%.
Menurut beberapa penelitian menunjukkan bahwa umur penderita diabetes
pada usia 60 tahun 3kali lebih banyak dari usia < 55 tahun. Umur 60 tahun
berkaitan dengan terjadinya diabetes karena pada usia tua, fungsi tubuh secara
fisiologis menurun karena terjadi penurunan sekresi atauresistensi insulin
7
sehingga kemampuan fungsi tubuh terhadap pengendalian glukosa darah yang
tinggi kurang optimal (Suwondo, 1998).
3.2 Karakteristik Responden menurut Jenis Kelamin
Tabel 2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin
Kategori jenis kelamin Jumlah Prosentase (%)
Laki-laki 35 47,3
Perempuan 39 52,7
Total 74 100
Berdasarkan tabel 6, didapatkan responden jenis kelamin perempuan
lebih banyak yaitu sebesar 52,7%. Sedangkan jenis kelamin laki laki sebesar
47,3%.
Penyakit Diabetes Mellitus ini sebagian besar dapat dijumpai pada
perempuan dibandingkan laki – laki. Hal ini disebabkan karena perempuan
cenderung memiliki LDL dan tingkat trigliserida yang lebih tinggi dibandingkan
dengan laki – laki. Jumlah lemak pada laki – laki dewasa rata – rata berkisar
antara 15 – 20 % dari berat badan total, dan pada perempuan sekitar 20 – 25 %.
Jadi peningkatan kadar lipid (lemak darah) pada perempuan lebih tinggi
dibandingkan pada laki- laki, sehingga faktor risiko terjadinya Diabetes Mellitus
pada perempuan 3-7 kali lebih tinggi dibandingkan pada laki – laki yaitu 2-3 kali,
(Soeharto, 2003).
3.3 Karakteristik Responden menurut Pendidikan
Tabel 3. Distribusi Responden Menurut Pendidikan
Pendidikan Jumlah Prosentase (%)
Pendidikan Dasar
Pendidikan Menengah
Pendidiakan Tinggi
39
16
19
52,7
21,6
25,7
Total 74 100
Berdasarkan tabel, terdapat 3 kategori pendidikanmenurut UU Sistem
Pendidikan nasional (2003) yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan
pendidikan tinggi. Dari data diperoleh responden dengan pendidikan terbanyak
adalah responden dengan pendidikan dasar dengan prosentase sebesar 52,7%.
8
Rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan merupakan salah satu
penyebab tingginya angka kasus suatu penyakit. Pengetahuan bisa diperoleh
melalui upaya promosi kesehatan. Promosi kesehatan yang meliputi pendidikan
kesehatan, faktor ekonomi dan lingkungan mendukung terbentuknya perilaku
sehat dan dapat menurunkan faktor risiko DM (Green, 1991).
3.4 Karakteristik Responden menurut Lama Sakit DM
Tabel 4. Distribusi Responden Menurut Lama Sakit DM
Lama Sakit Jumlah Prosentase (%)
<5 tahun
5-10 tahun
>10 tahun
43
27
4
58,1
36,5
5,4
Total 74 100
Distribusi Responden menurut Lama Sakit DM diambil dengan data
primer. Terdapat 3 kategori lama sakit DM dalam tabel yaitu <5 tahun sebesar
58,1%, 5-10 tahun sebesar 36,5% dan >10 tahun sebesar 5,4%.
3.5 Asupan Karbohidrat Responden
Tabel 5. Asupan Karbohidrat Responden Menurut Anjuran PERKENI
Kategori Pgthn
Baik
% Pgthn
Kurang
% total %
>Asupan rekomendasi 14 37,8 15 40,6 29 39,2
Asupan rekomendasi 14 37,8 11 29,7 25 33,7
<Asupan rekomendasi 9 24,4 11 29,7 20 27,1
Total 37 100 37 100 74 100
Kebutuhan karbohidrat menurut anjuran PERKENI (2006) adalah 50-
60%.Dalam penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa distribusi responden
menurut asupan karbohidrat dapat dilihat pada Tabel 5. Responden dengan asupan
yang melebihi rekomendasi PERKENI sebesar 39,2%, responden dengan asupan
kurang dari rekomendasi sebesar 27,1%, sedangkan responden yang sudah masuk
range rekomendasi PERKENI sebesar 33,7%. Bahan makanan yang sering
dikonsumsi responden antara lain nasi dengan jumlah 56 responden
mengkonsumsi setiap harinya, singkong dengan jumlah 56 responden
mengkonsumsi setiap harinya.
9
3.6 Perbedaan Asupan Karbohidrat Berdasarkan Pengetahuan Gizi Pada
Penderita Diabetes Militus
Tabel 6. Perbedaan Asupan Karbohidrat Berdasarkan Pengetahuan
Rata-rata
(g)
SD
(g)
Min
(g)
Max
(g)
ρ-value
Pengthn. Baik 104,86 21,05 77,88 198,37 0,276
Pengthn. Kurang 106,93 22,43 77,04 140,29
Dari data diperoleh nilai ρ = 0,276. Jika pada uji perbedaan asupan
karbohidrat dengan nilai ρ ≥ 0,05 maka Ho diterima sehingga dapat disimpulkan
tidak ada perbedaan antara asupan karbohidrat berdasarkan pengetahuan gizi pada
penderita diabetes Melitus di wilayah kerja puskesmas Ceper, Kabupaten Klaten.
Pada penelitian ini tidak ada perbedaan antara asupan karbohidrat
berdasarkan pengetahuan gizi pada penderita diabetes Melitus.Tidak adanya
perbedaan asupan ini disebabkan kerena pola makan yang tidak teratur, dan
adanya beberapa pengaruh lain. Misalnya pendidikan, pengalaman dan usia yang
akan mempengaruhi pengetahuan seseorang yang akan menentukan sikap
seseorang terhadap kepatuhan diit. Hal tersebut dibuktikan oleh asupan
karbohidrat yang melebihi rekomendasi PERKENI sebesar 36,59%.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kepatuhan diit pada penderita
DM, antara lain sikap, pengetahuan, dukungan petugas kesehatan dan dukungan
keluarga (Neff, 2009). Keluarga mempunyai pengaruh terhadap sikap dan
penerimaan pendidikan kesehatan pasien Diabetes Melitus. Pasien Diabetes
Melitus akan bersikap positif untuk mempelajari pengelolaan diabetes melitus
apabila keluarga memberikan dukungan dan ikut berpartisipasi dalam pendidikan
kesehatan Diabetes Melitus. Sebaliknya apabila keluarga tidak mendukung, acuh
tak acuh bahkan menolak pemberian pendidikan kesehatan mengenai pengelolaan
Diabetes Mellitus, maka pasien DM akan bersikap negatif terhadap pengelolaan
diabetes tersebut (Soegondo, 2006)
Selain dukungan keluarga dan tenaga kesehatan, motivasi juga berperan
penting dalam pembentukan perilaku, termasuk perilaku untuk menjalani terapi
10
diit. Hal ini dapat dijelaskan bahwa motivasi adalah suatu proses dalam diri
manusia yang menyebabkan seseorang tersebut bergerak menuju tujuan yang
dimiliki (Wade dan Travis, 2008). Sikap perilaku dalam kesehatan individu juga
dipengaruhi oleh motivasi diri individu untuk berperilaku yang sehat dan menjaga
kesehatan. Tanpa motivasi dalam pengaturan diet pasien DM akan mengalami
ketidakpatuhan dalam mengatur pola makan sehari-hari. Kepatuhan pasien DM
dalam melaksanakan diet merupakan salah satu hal terpenting dalam pengendalian
DM. Pasien DM harus bisa mengatur pola makannya sesuai dengan prinsip diet
DM yang dianjurkan oleh tenaga kesehatan, karena dengan mengatur pola makan
pasien bisa mempertahankan gula darah mereka agar tetap terkontrol.
3.7 Keterbatasan Penelitian
Penelitian yang dilakukan terdapat beberapa keterbatasan yaitu peneliti
menggunakan variabel asupan karbohidrat secara umum belum dipisahkan antara
karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Karena yang bepengaruh besar
dalam peningkatan kadar glukosa penderita DM adalah karbohidrat sederhana.
Sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memisahkan jenis
karbohidratnya. Keterbatasan dalam pengambilan sampel penelitian yaitu hanya
terbatas pada lingkup Puskesmas, sehingga cakupan wilayah penelitian ini tidak
cukup luas.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
a. Asupan karbohidrat responden yang tidak sesuai rekomendasi PERKENI
sebesar 66,3%.
b. Tidak ada perbedaan antara asupan karbohidrat berdasarkan pengetahuan
gizi pada penderita diabetes Melitus di wilayah kerja puskesmas Ceper,
Kabupaten Klaten dengan ρ sebesar 0,276 (ρ>0,05).
11
5. SARAN
1. Kepada Puskesmas Ceper diharapkan untuk memberikan dan
meningkatkan informasi tentang kesehatan kepada masyarakat tentang
bahaya penyakit DM melalui kegiatan penyuluhan yang dilaksanakan
Puskesmas.
2. Kepada peneliti selanjutnya diharapkan memperhatikan faktor-faktor lain
yang berpengaruh terhadap DM (seperti aktivitas fisik, asupan serat, dan
asupan lemak) sehingga dapat dijadikan acuan sebagai bahan penelitian
selanjutnya.
3. Kepada pasien diharapkan lebih mematuhi diit sebagaimana dengan yang
disarankan untuk pasien penderita DM.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, A, Khan, R and Alkharfy, K. 2014. Development and validation of RP-
HPLC method for simultaneous estimation of plasma and its application to
pharmacokinetics. Originanl paper Chomatographica. Vol 3(5):33
Almatsier, Sunita. 2001.Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Almatsier, Sunita. 2003.Dasar Ilmu Gizi. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Basuki, E. 2005. Penyuluhan Diabetes Melitus. Balai Penerbit FK UI. Jakarta.
Bilous. 2002. Seri Kesehatan Bimbingan Dokter pada Diabetes. Dian Rakyat.
Jakarta.
Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
EGC. Jakarta
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Diagnosa Keperawatan. Editor Monica Ester.
EGC : Jakarta.
Darmasusila, I. 2013. Bahaya konsumsi makanan manis berlebihan bagi
perkembangan anak. Dalam : Almatsier, S. 2006. Penuntun diet. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta
Delamater, A.M., Jacobson, A. M., Anderson, B., Cox, D., Fisher, L., Lustman, P.,
Rubin, R., Wysocki, T., 2001, Psychososial Therapies in Diabetes, Diabetes
Care. Vol 24: 1286-1292.
Ditjen PP & PL. 2008. Petunjuk Teknis Pengukuran Faktor Risiko Diabetes
Melitus. Ditjen PP & PL Kemenkes RI. Jakarta.
Fox, C & Kilvert A. 2010. Bersahabat dengan Diabetes Melitus Tipe 2. Penebar
Plus. Jakarta.
Gustaviani, R., 2007. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Militus. Buku Ilmu
Penyakit Dalam. Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam. FK UI
Green, W. 1991. Health Promotion Planning An Education and Environmental
Approach. Second Edition. Columbia: Mayfield Publishing Company.
Herman WH. 2002. Evidence-Based Diabetes Care. Clinical Diabetes January.
12
Diaclin.
Hidayat, Aziz, A. 2007. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Salemba
Medika. Jakarta.
Kim, C.K., McEwen, L.N., Kieffer, E.C., Herman, W.H.,& Piete, J.D. (2008). Self
efficacy, social support, and association with physical activity and body mass
index among women with histories of gestasional diabetes mellitus. The
Diabetes Educator. Vol 34(4): 719-728
Soeharto, Imam. 2002. Kolesterol dan Lemak Jahat, Kolesterol dan Lemak Baik dan
Proses Terjadinya Serangan Jantung dan Stroke. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Karyoso 1999. Pengantar Komunikasi Perawat. EGC. Jakarta.
Marsono Y, P. Wiyono, dan Z. Noor. 2002. Indeks Glikemik Kacang-kacangan. Jurnal
Teknologi dan Industri Pangan.
Maulana, M. 2010. Diabetes Melitus. Kata hati. Jogjakarta.
Notoatmodjo, S. (2002). Prinsip-prinsip Ilmu Kesehatan Masyakarat, Rineka
Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta. Jakarta.
Notoatmodjo, S. 2005. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Jakarta.
Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu
Keperawatan: Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan Edisi 2. Salemba Medika. Jakarta.
PERKENI, 1998. Konsesus Penelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia
2002. PB PERKENI. Semarang
PERKENI. 2002. Konsesus Penelolaan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia
2002. PB PERKENI. Semarang.
PERKENI. 2006. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus
Tipe 2 di Indonesia. PB. PERKENI. Jakarta.
PERKENI. 2011. Konsensus pengelolaan diabetes melitus tipe 2 di indonesia
2011. PB PERKENI. Semarang.
Price, A. dan Wilson, L. 1995. Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4. Penebit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
S. Rambhade, A. K. Chakraborty, U. K. Patil, A. Rambhade. 2010. Diabetes
MellitusIts complications, factors influencing complications and
prevention An Overview. Journal of Chemical and Pharmaceutical
Research. Vol 2(6):17
Rahmat, Jalaludin. 2002. Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung
Reaven GM, Banting L. 1988. Role of insulin resistance in human disease. Diabetes
RISKESDAS. 2013. Laporan Provinsi Jawa Tengah. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
RISKESDAS. 2013. Laporan Nasional. Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.
13
Salsabilah, Ghea Yasfi dan Nuzrina, Rachmanida. 2014. Skripsi : Perbedaan
Asupan Zat Gizi Makro Dan Serat Berdasarkan Status Gizi Anak Usia 7-
12 Tahun Di Kepulauan Nusa Tenggara. Departement of Nutrition,
Faculty of Health Sciences, Esa Unggul University. Jakarta
Sarwono W. 2003. Pengkajian Status Gizi. Fakultas Kedokteran UI. Jakarta.
Sastroasmoro P. (2002). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta
Sastroasmoro, Sudigdo, dan Ismael, Sofyan.(2010). Dasar-Dasar Metodologi
Penelitian Klinis edisi ketiga. In: Pemilihan Subyek Penelitian dan Desain
Penelitian. Sagung Seto. Jakarta.
Serena, Beber. 2004. Diabetes and nutrition: The role of carbohydrates and the
glycemic index. Diabetes Care News.
Smet, Bart. 2004. Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.
Soewondo, P. 2007. Hidup Sehat dengan Diabetes. Fakultas Kesehatan Universitas
Indonesia. Jakarta.
Shuldiner, A.R., Yang, R., Gong, D.W., 2001. Resistin, Obesity, and Insulin
Resistance – The Emerging Role of the Adipocyte as an Endocrine Organ. N
Engl J Med 345(18): 6.
Smeltzer & Bare. 2002. Buku Ajar Medikal Bedah edisi 8. EGC. Jakarta.
Suriasumantri, Jujun S. 2005. Filsafat ilmu: sebuah pengantar popular. Pustaka
Sinar Harapan. Jakarta
Surkesda Sukoharjo. 2008. Survey Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Tengah tahun
2008. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.
Soewondo P, Soegondo S, Subekti I. 1998. Penatalaksanaan Diabetes Melitus
Terpadu. Jakarta
Syaifudin 2009. Panduan praktis pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Yayasan Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta
Taylor, G.W., Burt, B.A., Becker, M.P., Genco, R.J., Shlossman, M., Knowler, W.C.,
1996. Severe Periodontitis and Risk for Poor Glycemic Control in Patients
with Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus, J. Periodontal. Vol 3(5):14
Wade & Travis, 2007, Psikologi, ed. 9, Erlangga, Jakarta.
Waspadji, S. 2007. Pedoman Diet Diabetes Mellitus Sebagai Panduan Bagi Ahli Gizi
Dokter, Mahasiswa dan Petugas Kesehatan. FKUI. Jakarta
Wijayakusuma H. (2004). Bebas Diabetes Mellitus Ala Hembing. Puspa Swara.
Jakarta.
WHO. 1990. Prevention of Diabetes Militus. Technical Repord Series.
WHO. 1999. Prevention of Diabetes Militus. Technical Repord Series.
top related