perbedaan kontrol diri pada mahasiswi muslim yang memakai...
Post on 11-Mar-2019
266 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PERBEDAAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI MUSLIM
YANG MEMAKAI JILBAB DAN YANG TIDAK MEMAKAI JILBAB
OLEH :
DEA WAHYU WIDIANI
80 2010 029
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari
Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
PERBEDAAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI MUSLIM
YANG MEMAKAI JILBAB DAN YANG TIDAK MEMAKAI JILBAB
Dea Wahyu Widiani
Berta Esti Ari Prasetya
Progam Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
i
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan self-control
pada mahasiswi yang menggunakan jilbab dan yang tidak menggunakan jilbab. Dalam
penelitian ini teknik sampling yang digunakan ialah Snowball Sampling dan untuk pengujian
data digunakan teknik Mann-Whitney U test. Total partisipan dalam penelitian ini adalah 120
orang, untuk mahasiswi yang menggunakan jilbab sebanyak 60 orang dan untuk mahasiswi
yang tidak menggunakan jilbab juga sebanyak 60 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan
tidak ada perbedaan self-control antara kedua kelompok sampel. Dengan nilai t = -1,095 dan
nilai signifikansi sebesar 0,273 (p>0,05). Kedua kelompok sampel ini memiliki kategori self-
control yang tinggi.
Kata Kunci: Kontrol diri, Mahasiswi muslim.
ii
Abstract
The purpose of this study was to determine whether there are differences in self-control on
the students who use the veil and who do not wear the veil. In this study the sampling
technique used is Snowball Sampling and technique for testing the data used Mann-Whitney
U test. Total participants in this study were 120 people, to the student who uses the veil as
many as 60 people and for students who do not wear the veil as well as 60 people. The results
showed no difference in self-control between the two groups of sample. With the value of t = -
1,095 and significance value of 0,273 (p>0,005). Both groups of sample in high self-control
category.
Keywords: Self-Control, Muslim Student.
1
PENDAHULUAN
Bagi kalangan perempuan muslim kini semakin banyak menyadari pentingnya
penggunaan jilbab. Terlebih lagi bagi kalangan siswi-siswi sekolah maupun mahasiswi. Dari
beberapa penelitian yang pernah dilakukan (El Guindi dalam Budiastuti, 2012) mengatakan
penggunaan jilbab dapat dikaitkan dengan wujud simbol-simbol keagamaan yang dimiliki
kelompok-kelompok sosial tertentu. Dalam penelitiannya juga dikatakan bahwa jilbab
menandai pandangan tentang kewanitaan dan kesalehan, termasuk di kalangan penganut
agama lain.
Budiastuti (2012) menjelaskan, di Indonesia jilbab dianggap sebagai bagian dari sebuah
kajian agama. Dalam agama Islam, pemahaman mengenai jilbab tersebut terdapat
representasi dari kemuliaan akhlak dan keihsanan yang terwujud melalui cara berpakaian
seorang perempuan muslim. Jilbab kerap menjadi suatu bahan pembahasan, bukan hanya
berkaitan dengan ajaran agama ataupun eksistensi sebuah budaya yaitu budaya masyarakat
Arab, namun juga berkaitan dengan persoalan gaya hidup terlebih lagi bagi kalangan
perempuan salah satunya adalah kalangan mahasiswi. Oleh karena itu penggunaan jilbab
bukan hanya identik dengan aspek religiusitas, akan tetapi jilbab juga ada kaitannya dengan
pola perilaku seorangindividu yang mengenakannya.
Washburn (dalam Eviandaru dalam Budiastuti, 2012) menyatakan jilbab merupakan
bagian dari komoditi pop. Melalui penelitiannya yang diperoleh dari tiga subjek
penelitiannya, Washburn memperoleh makna jilbab sebagai ;
1. Bentuk lambang identifikasi orang islam dengan cara pemaknaan yang beragama.
2. Arti personal yang tidak memiliki arti khusus, tetapi justru dapat membawa
diskriminasi terhadap perempuan, tetapi ada pula yang dimaknai sebagai alat kontrol
diri.
2
3. Bentuk transformasi personal dan total.
Washburn (2001) berpendapat terdapat fenomena yang cukup menarik dalam
penggunaan jilbab oleh kalangan mahasisiwi muslim di beberapa perguruan tinggi atau
universitas non muslim. Sebagian besar mahasiswi muslim yang berkuliah di perguruan
tinggi non muslim tanpa ragu-ragu mereka tetap menggunakan jilbab, untuk pemenuhan
kewajibannya dengan budaya atau kepercayaan agamanya. Akan tetapi adapula kalangan
mahasisiwi muslim yang berkuliah di perguruan tinggi non muslim tidak menghiraukan
penggunaan jilbab tersebut. Karena berasumsi kehidupannya akan terbatasi.
Pada penelitian Washburn (2001) , menemukan bahwa salah satu dari makna jilbab
adalah sebagai sarana kontrol diri. Kontrol diri sendiri merupakan sebuah potensi yang dapat
dikembangkan dan digunakan oleh individu selama proses-proses perkembangannya
termasuk dalam menghadapi berbagai kondisi yang ada dilingkungan sekitarnya. Di samping
itu kontrol diri memiliki makna sebagai suatu kecakapan individu dalam kepekaan membaca
situasi diri dan lingkungannya serta kemampuan untuk mengontrol dan mengelola faktor-
faktor perilaku sesuai dengan situasi dan kondisi untuk menampilkan diri dalam melakukan
sosialisasi (Calhoun dan Acocella, 1990). Perilaku individu kadangkala dapat menghasilkan
konsekuensi positif tetapi dimungkinkan juga untuk menghasilkan konsekuensi yang negatif.
Oleh karena itu kontrol diri juga memiliki fungsi untuk mengatasi kemungkinan terjadinya
konsekuensi negatif, disamping kemampuan untuk mendapatkan konsekuensi yang positif.
Baumeister, Heatherton & Tice (1994) mengatakan dimana seseorang kehilangan kontrol
diri yaitu antara lain tidak bisa menentukan tujuan atau menentukan tujuan yang tidak
mungkin dan menyebabkan seseorang kehilangan kendali dengan tidak memperhatikan
perilakunya sehingga seseorang akan mengalami stres dan merasa lemah. Seseorang perlu
untuk dapat menyesuaikan situasi dan perlu melihat tujuan jangka panjang agar tidak
3
kehilangan kontrol diri. Seseorang cenderung untuk melepaskan segala perasaan daripada
menghilangkan emosi yang ada. Pengontrolan diri yang berkaitan dengan bagaimana invidu
mengendalikan emosi dalam dirinya. Semakin berhasil seseorang menekan ekspresi yang
tampak semakin baik pula pengendalian dirinya. Maka, dengan adanya kemampuan
mengontrol diri memungkinkan seseorang untuk berperilaku lebih terarah dan dapat
menyalurkan dorongan-dorongan dari dalam dirinya secara benar dan tidak menyimpang dari
norma serta aturan yang berlaku di masyarakat.
Penggunaan jilbab dapat dikaitkan dengan bagaimana perilaku yang ditampilkan oleh
seseorang tersebut. Jilbab juga digunakan sebagai sarana kontrol diri. Selain sebagai alat
kontrol diri akan perilakunya, Al-Quran juga menjelaskan jilbab wajib digunakan perempuan
muslim supaya tidak menimbulkan masalah atau menarik perhatian lawan jenis. Hal ini tidak
jauh dari bagaimana individu tersebut berperan dalam kesehariannya. Peran sendiri merujuk
pada aksi yang diharapkan dari mereka yang memegang suatu posisi sosial tertentu.
Zimbardo (1971) dalam penelitiannya mengenai peran, melakukan riset dengan adanya
sukarelawan yang berperan sebagai narapidana dan penjaga pejara, Zimbardo menjelaskan
bahwa intinya bukan pada kita yang tidak memiliki kekuatan untuk bertahan dari peran yang
diberikan. Namun perilaku merupakan hasil dari individu yang bersangkutan dan situasi yang
mengelilinginya. Sama seperti penelitian yang dilakukan oleh Suhardono (1994), mengenai
teori peran dijelaskan bahwa ketika seorang sukarelawan wanita diberikan peran sebagai laki-
laki dan dipakaikan pakaian seperti laki-laki, subjek membawakan perilaku peran sebagai
laki-laki. Dan yang menciptakan subjek berperilaku seperti laki-laki ialah didasari atas
keinginannya untuk menjadi laki-laki. Dari penjelasan mengenai penelitian yang sudah
pernah dilakukan tersebut, maka dengan kata lain apa yang dikenakan akan mempengaruhi
perilaku individu. Sama halnya seperti penggunaan jilbab, ketika seseorang atau individu
menggunakan jilbab maka individu tersebut akan berperilaku sesuai dengan apa yang
4
individu tersebut tampilkan. Nurpadilah (2013) mengatakan bahwa dalam agama islam jilbab
adalah suatu aturan yang wajib dilaksanakan penggunaannya oleh wanita muslimah, sehingga
jilbab digunakan juga bertujuan untuk memenuhi aturan dari agama atau kepercayaannya
agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti pelecehan yang dilakukan oleh lawan
jenis. Dengan begitu wanita muslim yang menggunakan jilbab akan memiliki kontrol diri
yang baik terhadap perilaku yang akan ditampilkan sesuai dengan ajaran dan hadis dari Al-
Quran. Hal tersebut berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Washburn (2001) ialah
jilbab juga digunakan sebagai sarana kontrol diri. Sedangkan wanita muslim yang tidak
menggunakan jilbab tentunya tidak merasa dirinya terikat dengan aturan dan tujuan serta
ajaran agama seperti yang dijelaskan pada Al-Quran mengenai penggunaan jilbab sehingga
dengan kata lain mereka cenderung memiliki kontrol diri yang kurang baik.
Berkaitan dengan hasil wawancara kepada beberapa sampel penelitian, mahasiswi yang
menggunakan jilbab merasa dirinya lebih terikat dengan aturan agama dan sadar akan
perannya sebagai seorang muslimah. Sehingga mereka lebih memilih untuk berperilaku
sesuai dengan aturan yang ditetapkan. Berbeda halnya dengan mahasiswi yang tidak
menggunakan jilbab, mereka tidak merasa bahwa dirinya terikat dengan aturan agama.
Sehingga, mereka tidak mempedulikan perilaku apa yang nantinya akan ditampilkan.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui : “Apakah ada
perbedaan yang signifikan pada kontrol diri (self-control) terhadap wanita muslim yang
menggunakan jilbab dan wanita muslim yang tidak menggunakan jilbab?”.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan, maka pertanyaan penelitian ini adalah :
“Apakah ada perbedaan yang signifikan pada kontrol diri (self-control) terhadap wanita
muslim yang mengenakan jilbab dan wanita muslim yang tidak mengenakan jilbab?”.
5
KONTROL DIRI / SELF-CONTROL
Pengertian Kontrol Diri
Self-Control secara luas dianggap sebagai kemampuan untuk mengubah dan
menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik, lebih optimal, sesuai antara diri dan lingkungan.
Self-Control adalah kemampuan untuk mengubah suatu respon yang memiliki kecenderungan
yang tidak diinginkan serta perilaku menahan diri. (Tangney, Baumeister, & Boone 2004).
Self-Control adalah tenaga kontrol atas diri oleh dirinya sendiri. Self-Control terjadi
ketika seseorang atau organisme mencoba untuk mengubah cara bagaimana seharusnya
individu tersebut berpikir, merasa, atau berperilaku. (Muraven & Baumeister 2000).
Self-Control merupakan fungsi utama dari diri dan kunci penting untuk kesusksesan
dalam hidup. Dalam penelitian ditunjukkan bahwa self-control yang tinggi juga memiliki
kontribusi terhadap keberhasilan dibidang akademis, mengurangi makanan yang berlebihan
dan mengurangi penyalahgunaan alkohol, memiliki hub yang lebih baik dan memiliki
keterampilan interpersonal yang baik. (Tangney, Baumeister, & Boone 2004).
Peningkatan kemampuan mengontrol diri menurut Miller (1993) dapat membuat
seseorang menjadi berkurang emosinya dan dapat berbuat lebih baik. Pemahaman terhadap
diri sendiri dan mampu mengenali bagaimana perasaan-perasaan sendiri dan alasannya. Juga
merupakan benteng pertahanan yang mencegah kita dari kesalahan-kesalahan dan terlibat
dalam masalah (Patton, 1998). Kontrol diri diperlukan guna membantu individu untuk
mengatasi kemampuannya yang terbatas dan membantu individu dalam mengatasi berbagai
hal yang merugikan (Kazdin, 1994).
Tidak semua perilaku menghasilkan konsekuensi positif tetapi juga konsekuensi negatif.
Kontrol diri berguna untuk mengatasi konsekuensi positif dan konsekuensi negatif. Kontrol
diri merupakan suatu perasaan seseorang untuk mampu membuat keputusan dan mengambil
6
tindakan efektif sehingga mengakibatkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat
yang tidak diinginkan (Sarafini, 1990).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kontrol diri adalah kemampuan
individu untuk memandu, mengarahkan dan mengatur perilakunya dalam menghadapi
stimulus sehingga menghasilkan akibat yang diinginkan dan menghindari akibat yang tidak
diinginkan.
Tangney et al. (2004) menjelaskan terdapat beberapa konsep mengenai self-control
didalam penelitiannya, yaitu self-control merupakan sebuah kemampuan individu untuk
merubah salah satu respon dari dalam diri guna mencegah kecenderungan perilaku yang tidak
diinginkan, serta menahan diri untuk tidak melakukannya. Dari konsep tersebut, muncullah 5
dimensi untuk mengetahui seberapa besar tingkat self-control seseorang. Dimensi tersebut
adalah :
1. Kedisiplinan Diri
Dimensi ini berkaitan dengan seberapa besar kedisiplinan seseorang dalam melakukan
sesuatu.
2. Deliberate/Non-Impulsive (Aksi Tidak Impulsif)
Dimensi ini berkaitan dengan bagaimana kecenderungan seseorang terhadap tindakan
yang disengaja atau non-impulsive.
3. Healthy Habits
Dimensi ini berkaitan dengan beragam kebiasaan sehat yang dilakukan oleh seseorang.
4. Work Ethic
Dimensi ini berkaitan dengan bagaimana pelayanan seseorang terhadap suatu etika
dalam bekerja.
5. Reliability
Dimensi ini berkaitan dengan kehandalan seseorang dalam menangani sebuah tugas.
7
Faktor – Faktor Kontrol diri
Sebagaimana faktor psikologis lainnya, kontrol diri dipengaruhi pula oleh beberapa
faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal (Hurlock, 1973). Faktor eksternal meliputi
lingkungan keluarga. Dalam lingkungan keluarga terutama orangtua akan menentukan
bagaimana kemampuan kontrol diri seseorang .
Faktor internal yang mempengaruhi kontrol diri seseorang adalah faktor usia dan
kematangan (Hurlock, 1973). Semakin bertambahnya usia maka akan semakin baik kontrol
dirinya. Individu yang matang secara psikologis juga akan mampu mengontrol perilakunya
karena telah mampu mempertimbangkan mana hal yang baik dan yang tidak baik bagi
dirinya.
Penggunaan Jilbab
El-Guindi (dalam Fantako,2012) mengartikan jilbab sebagai kain atau pakaian yang
dikenakan untuk menutupi kepala, pundak dan sekitarnya, bahkan untuk menutupi muka.
Di dalam Al-Quran juga dijelaskan bahwa Islam mengajarkan hendaknya suatu pakaian
yang mereka (perempuan muslim) kenakan adalah pakaian yang menutupi aurat. Yang
dimaksud dengan aurat ialah bagian anggota tubuh yang nantinya akan menarik perhatian
lawan jenis.
Sedangkan legitimasi terhadap kewajiban muslimah memakai jilbab diperlihatkan dalam
Al-Qur’an yang berbunyi : “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak
perempuanmu, dan isteri-isteri orang-orang beriman, hendaklah mereka mengulurkan
jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk
dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Surat al-Ahzab: 59).
Nurpadilah (2013) menjelaskan didalam Al-Quran juga disebutkan bagaimana cara
mengenakan dan batasannya dalam penggunaan jilbab. Dikatakan pakaian wanita muslimah
8
itu harus menutupi aurat, batasan aurat wanita adalah muka dan telapak tangan, dan
kewajiban menutupi aurat itu berlaku setiap waktu di dalam dan diluar proesi ibadah. Yang
artinya penggunaan jilbab tersebut berlaku umum.
Adapula hadis yang menjelaskan bagaimana seharusnya wanita muslim dalam
menggunakan jilbabnya. "Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka
menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan
perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak daripadanya. dan hendaklah mereka
menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali
kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera
mereka, atau putera-putera suami mereka,atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau
putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau
wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki
yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti
tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasan
yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang
yang beriman supaya kamu beruntung." (Qs. An-Nisa : 31).
Terdapat dua kelompok dalam penggunaan jilbab yaitu yang menggunakan jilbab dan
yang tidak menggunakan jilbab. Individu dapat dikatakan menggunakan jilbab, jika individu
tersebut menggunakan kain atau penutup untuk menutup auratnya sesuai dengan aturan dan
tata cara yang ditentukan dalam Al-Quran. Penggunaan jilbab yang dimaksudkan adalah
menutup aurat atau seluruh badan terkecuali muka dan telapak tangan, panjang jilbab yang
digunakan harus menutupi area dada, jilbab yang digunakan atau busananyatidak transparan
atau tidak tembus pandang agar aurat tidak terlihat, kemudian pakaian yang dikenakan tidak
ketat yang artinya tidak memperlihatkan lekuk tubuh (Budiati, 2011). Sedangkan dikatakan
tidak menggunakan jilbab, apabila individu tersebut sama tidak menggunakan kain atau
9
penutup seperti kerudung yang bertujuan untuk menutup auratnya seperti aturan yang sudah
Al-Quran jabarkan.
Mahasisiwi Muslim
Pengertian mahasiswa menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), mahasiswa ialah
pelajar perguruan tinggi. Didalam struktur pendidikan Indonesia,mahasiswa menduduki
jenjang satuan pendidikan tertinggi di antara yang lain. itulah menurut KBBI.
Sedangkan mahasiswa menurut Sarwono (1978) adalah setiap orang yang secara resmi
terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18 - 30 thn.
Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya
karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau
cendekiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai
predikat. Jadi dapat disimpulkan bahwa mahasiswa adalah seorang pelajar yang terdaftar
resmi di perguruang tinggi.
Muslim secara etimologi merupakan bentuk subyek atau pelaku dari kata kerja aslama-
yuslimu-Islaman. Karena hanya sebagai subyek dari perbuatan Islam, maka pengertiannya
tergantung pada pengertian Islam itu sendiri. Muslim pun secara bahasa berarti orang yang
damai, orang yang menyerah, orang yang patuh, orang yang selamat, orang yang sejahtera
dan sebagainya. Pengertian muslim secara bahasa mempunyai arti luas dan sempit. Dalam
arti luas, muslim adalah orang yang memeluk agama yang diturunkan kepada seluruh nabi.
Dan dalam arti sempit, muslim adalah orang yang memeluk agama yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad.
Dari penjabaran pengertian mengenai mahasisiwa dan muslim diatas dapat disimpulkan
bahwa mahasiswa atau mahasiswi muslim adalah pelajar perguruan tinggi atau universitas
yang memeluk agama islam yang diturunkan dengan perantara nabi.
10
Perbedaan Kontrol Diri Mahasisiwi Muslim Yang Menggunakan Jilbab Dan Yang
Tidak Menggunakan Jilbab.
Seperti yang sudah dijelaskan kontrol diri merupakan sebuah potensi yang dapat
dikembangkan dan digunakan oleh individu selama proses-proses perkembangannya
termasuk pula berbagai kondisi yang ada dilingkungan sekitarnya (Calhoun dan Acocela,
1990). Perilaku individu kadang kala dapat menimbulkan konsekuensi positif maupun
konsekuensi negatif. Oleh karena itu kontrol diri ada untuk mengatasi kemungkinan
terjadinya konsekuensi negatif, disamping kemampuan individu tersebut untuk memperoleh
konsekuensi yang positif.
Pada hasil penelitian Washburn dijelaskan apabila bagi kaum muslim jilbab digunakan
sebagai alat kontrol diri. Dalam Al-Quran juga dijelaskan mengenai pentingnya penggunaan
jilbab serta aturan dan tujuan dari pentingnya penggunaan jilbab. Secara singkat jilbab
digunakan untuk menghindari perbuatan yang tidak baik serta hal-hal yang tidak diinginkan
seperti pelecehan oleh lawan jenis.
Nurpadilah (2013) mengatakan bahwa dalam agama islam jilbab adalah suatu aturan
yang wajib dilaksanakan penggunaannya oleh wanita muslimah, sehingga jilbab digunakan
juga bertujuan untuk memenuhi aturan dari agama atau kepercayaannya agar terhindar dari
hal-hal yang tidak diinginkan seperti pelecehan yang dilakukan oleh lawan jenis. Dengan
begitu wanita muslim yang menggunakan jilbab akan memiliki kontrol diri yang baik
terhadap perilaku yang akan ditampilkan sesuai dengan ajaran dan hadis dari Al-Quran. Hal
tersebut berkaitan dengan penelitian yang dilakukan oleh Washburn (2001) ialah jilbab juga
digunakan sebagai sarana kontrol diri. Sedangkan wanita muslim yang tidak menggunakan
jilbab tentunya tidak merasa dirinya terikat dengan aturan dan tujuan serta ajaran agama
seperti yang dijelaskan pada Al-Quran mengenai penggunaan jilbab sehingga dengan kata
lain mereka cenderung memiliki kontrol diri yang kurang baik.
11
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dari penelitian ini adalah H0 = tidak ada perbedaan kontrol diri
pada mahasiswi muslim yang menggunakan jilbab dan yang tidak menggunakan jilbab. H1 =
ada perbedaan kontrol diri pada mahasiswi muslim yang menggunakan jlbab dan yang tidak
menggunakan jilbab.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yaitu prosedur penelitan yang
menghasilkan data numerikal (angka yang diolah dengan metode statistika. Metode
pengumpulan data yang dilakukan adalah metode skala. Dalam penelitian ini terdapat dua
variabel. Variabel-variabel yang dibahas adaldah: 1. Variabel Tergantung (X) : Kontrol Diri /
Self-Control, 2. Variabel Bebas (Y) : Pengguna jilbab ; yaitu a. Yang menggunakan jilbab, b.
Yang tidak menggunakan jilbab.
Metode Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data dengan angket yang diberikan
secara langsung kepada partisipan. Angket merupakan suatu metode penyelidikan dengan
menggunakan daftar pernyataan atau pertanyaan yang harus dijawab oleh orang-orang yang
menjadi subjek penelitian (Suryabrata, 2000).
Partisipan
Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswi muslim Universitas Kristen
Satya Wacana Salatiga. Sampel yang digunakan berjumlah 120 orang. Terdapat dua jenis
subjek yang digunakan dalam penelitian ini yaitu mahasiswi muslim yang menggunkan jilbab
sebanyak 60 orang, dan mahasiswi yang tidak menggunakan jilbab sebanyak 60 orang.
12
Prosedur Sampling
Sampel merupakan bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut
(Sugiyono, 2010). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik Snowball Sampling,
teknik ini digunakan ketika penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian
membesar (Sugiyono, 2011).
Pengukuran
Self-Control Scale
Dalam penelitian ini hanya menggunakan satu skala pengukuran yaitu Self-Control
Scale yang disusun oleh Baumeister (1994). Terdapat beberapa dimensi yang digunakan
dalam Self-Cotrol Scale yaitu Self-Disipline, Aksi Tidak Impulsif, Healthy Habits, Work
Ethic, dan Reliability. Skala ini menggunakan 5 point-Linkert-type scale (1=Not at All to
5=Very Much). Aitem yang digunakan dalam skala ini terdiri dari 36 aitem. Skor reliabilitas
dalam peneltian ini adalah α = 0,815.
HASIL
Uji Reliabilitas
Berdasarkan seleksi aitem pada Self-Control Scale terdapat 36 aitem yang digunakan
dalam pengolahan data. Dalam penelitian ini, standar diskriminasi aitem adalah sebesar 0,20
menurut Azwar (2013). Setelah dilakukan penghitungan menggunakan SPSS terdapat 18
aitem yang gugur dan hasilnya didapatkan 18 aitem yang memenuhi standar diskriminasi
aitem yang digunakan. Dan untuk reliabilitas alat ukur yang digunakan adalah sebesar 0,815
> 0,5, dapat diartikan bahwa alat ukur yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi. Hasil
uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel berikut.
13
Tabel 1.
Uji Reliabilitas
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
Cronbach's
Alpha Based on
Standardized
Items N of Items
.815 .815 18
Uji Normalitas
Dalam uji normalitas digunakan uji Kolmogrof Smirnov. Hasil uji pada mahasiswi yang
tidak menggunakan jilbab ( subjek 1) sebesar 0,038 (p < 0,05) yang artinya sample ini tidak
berdistribusi normal. Sedangkan, hasil uji untuk sampel yang menggunakan jilbab (subjek 2)
sebasar 0,200 (p > 0,05) yang artinya sampel ini juga berdistribusi normal.
Tabel 2.
Uji Normalitas
Tests of Normality
subjek
Kolmogorov-Smirnova
Statistic df Sig.
Self-
Control
1 .118 60 .038
2 .075 60 .200*
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
Uji Homogenitas
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan menggunakan SPSS, diketahui nilai
Levene Statistic pada Based on Mean sebesar 0,256. Dari hasil uji ini juga didapatkan
signifikansi sebesar 0,614 ( p > 0,05 ). Hal ini menunjukkan bahwa distribusi skor pada
penelitian ini bersifat homogen atau memiliki varians yang sama.
14
Tabel 3.
Uji Homegenitas
Test of Homogeneity of Variance
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Self-
Control
Based on Mean .256 1 118 .614
Based on Median .303 1 118 .583
Based on Median and with
adjusted df
.303 1 116.995 .583
Based on trimmed mean .280 1 118 .598
Analisis Deskriptif
Setelah dilakukannya uji normalitas dan uji homogenitas, maka peneliti melakukan
pengujian statistik deskriptif berdasarkan 18 aitem yang valid. Hasil pengukurannya dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.1.
Kategori Skor Skala Self-Control Tidak Berjilbab
No Interval Katego
ri
Frekuensi
Tidak
berjilbab
%
Mean Standar
Deviasi
1 75,6 ≤ x ≤ 90 Sangat
Tinggi 5 8,33 %
2 61,2 ≤ x < 75,6 Tinggi 32 53,33 % 63,42 9,634
3 46,8 ≤ x < 61,2 Sedang 20 33,33%
4 32,4 ≤ x < 46,8 Rendah 2 3,33%
5 18 ≤ x < 32,4 Sangat
Rendah 1 1,66%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mahasiswi yang tidak menggunakan jilbab
frekuensinya berkisar dari kategori sangat rendah sampai sangat tinggi. Pada sampel
mahasiswi yang tidak menggunakan jilbab terdapat 5 orang atau 8,33% berada pada kategori
sangat tinggi, 32 orang atau 53,33% berada pada kategori tinggi, 20 orang atau 33,33%
15
berada pada kateorgi sedang, 2 orang atau 3,33% berada pada kategori rendah, dan 1 orang
atau 1,66% berada pada kategori sangat rendah. Berdasarkan pemaparan sebelumnya untuk
kategori skor skala Self-Control pada sampel Mahasiswi Tidak Berjilbab berada pada
kategori tinggi dengan Mean sebesar 63,42 dan SD sebesar 9,634.
Tabel 4.2.
Kategori Skor Skala Self-Control Berjilbab
No Interval Katego
ri
Frekuensi
Berjilbab %
Mean
Standar
Deviasi
1 75,6 ≤ x ≤ 90 Sangat
Tinggi 5 8,33 %
2 61,2 ≤ x < 75,6 Tinggi 38 63,33% 65,18 8,777
3 46,8 ≤ x < 61,2 Sedang 16 26,66%
4 32,4 ≤ x < 46,8 Rendah
5 18 ≤ x < 32,4 Sangat
Rendah 1 1,66%
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa mahasiswi yang menggunakan jilbab frekuensinya
berkisar antara sangat rendah sampai sangat tinggi. Pada sampel ini terdapat 5 orang atau
8,33% berada pada kategori sangat tinggi, 38 orang atau 63,33% berada pada kategori tinggi,
16 orang atau 26,66% berada pada kategori sedang, dan 1 orang atau 1,66% berada pada
kategori sangat rendah. Berdasarkan pemaparan diatas untuk kategori skor skala Self-Control
Mahasiswi Berjilbab berada pada kategori tinggi dengan Mean sebesar 65,18 dan SD sebesar
8,777.
Seseorang dikategorikan memiliki tingkat kontrol diri yang tinggi yaitu bahwa individu
tersebut mampu mengontrol serta mengarahkan perilakunya berkaitan dengan dimensi-
dimensi kontrol diri yang telah dijabarkan menurut Tangney et al. (2004). Selain itu, individu
tersebut juga memiliki kemampuan untuk merubah dan mencegah respon atau kecenderungan
berperilaku yang tidak diinginkan, serta manahan diri untuk memampilkan respon-respon
16
perilaku yang berlebihan. Sehingga tidak menimbulkan konsekuensi negatif bagi individu itu
sendiri.
Uji Mann-Whitney U test
Mengingat data sampel tidak berdistribusi normal, maka peneliti melakukan pengujian
dengan menggunakan uji Mann-Whitney U untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan
antara kedua sampel. Hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi sebesar 0,273 ( p >
0,05). Dan nilai Z sebesar -1,095. Maka, H0 diterima dan H1 ditolak. Yang artinya tidak ada
perbedaan Kontrol Diri/Self-Control antara kedua sampel.
PEMBAHASAN
Berdasarkan uji Mann-Whitney U test yang dilakukan dan diketahui nilai Z = -1,095 dan
nilai signifikansinya sebesar 0,273 ( p > 0,05 ). Hal tersebut memiliki arti bahwa hipotesis
awal (H1) yang berbunyi “terdapat perbedaan kontrol diri/self-control pada mahasiswi yang
tidak menggunakan jilbab dan mahasiswi yang menggunakan jilbab” ditolak, yang artinya
tidak ada perbedaan Kontrol Diri pada mahasiswi yang tidak menggunakan jilbab maupun
mahasiswi yang menggunakan jilbab. Kedua kelompok subjek memiliki kategori self-control
yang sama tinggi. Untuk kelompok subjek yang tidak menggunakan jilbab memiliki Mean
sebesar 63,42. Sedangkan kelompok subjek yang menggunakan jilbab memiliki Mean sebesar
65,18.
Tidak adanya perbedaan antara kedua kelompok tersebut mungkin dikarenakan oleh
beberapa hal seperti usia dan kematangan (Hurlock, 1973). Semakin bertambahnya usia maka
akan semakin baik kontrol dirinya. Individu yang matang secara psikologis juga akan mampu
mengontrol perilakunya karena telah mampu mempertimbangkan mana hal yang baik dan
yang tidak baik bagi dirinya. Berdasarkan data yang diperoleh usia subjek berkisar antara 19
hingga 25 tahun. Di usia ini mungkin seseorang telah mencapai kematangan sehingga
memiliki self-control yang baik. Hurlock (1990) menambahkan ketika individu sudah
17
mencapai kematangan, maka individu tersebut dapat melakukan kontrol diri yang baik. Oleh
karena itu mereka dapat mengontrol ekspresi emosi atau perilakunya yang dapat diterima
secara sosial.
Selain itu melalui wawancara kepada beberapa subjek penelitian, baik itu mahasisiwi
yang tidak menggunakan jilbab atau mahasiswi yang menggunakan jilbab, peneliti mendapati
bahwa kebanyakan dari mereka telah diajarkan dasar-dasar ajaran agama Islam dan juga
norma-norma yang berlaku dimasyarakat oleh orangtua mereka sejak dini. Ahmed (dalam
Shiraev & Levy , 2012) mengungkapkan bahwa perilaku seorang anak mencerminkan apa
yang orangtua mereka terapkan pada diri mereka. Nilai-nilai serta norma budaya Islam sejak
dini diterapkan oleh orangtua kepada anaknya. Dalam norma-norma tersebut mungkin juga
melingkupi dimensi self-control, yaitu kedisiplinan diri, deliberate/Non-Impulsive, healthy
habits, work ethic dan reliability. Ditambah lagi di Indonesia, wanita dituntut untuk dapat
memiliki self-control yang tinggi. Hal tersebut mungkin menjadi faktor yang membuat kedua
kelompok ini sama-sama memiliki self-control yang tinggi.
Hal lain yang bisa menjelaskan tidak adanya perbedaan adalah faktor lingkungan yang
mempengaruhi seseorang untuk berperilaku berkaitan dengan kontrol dirinya. Seperti
konformitas, terlebih lagi subjek penelitian ini adalah mahasiswi aktif dengan usia antara 19-
25 tahun. Konformitas sendiri adalah melakukan tindakan atau mengadopsi sikap sebagai
hasil dari adanya tekanan dari kelompok yang nyata maupun yang dipersepsikan. Setiap
orang cenderung akan melakukan konformitas dalam situasi tertentu dan alasan yang sama
dengan yang lain. Beberapa melakukannya karena ingin mengidentifikasikan dirinya dengan
kelompok, serta ingin tampil serupa dengan kelompok mereka. Hal tersebut dikarenakan rasa
ingin disukai didalam kelompok, dan mereka menganggap bahwa kelompok memiliki
pengetahuan yang lebih dibandingkan diri mereka sendiri. Namun, adapula yang
melakukannya karena keinginan dari dalam diri mereka sendiri (Tavris & Wade, 2007 dalam
18
Psikologi, Edisi 9, Jilid 1). Sama halnya seperti seseorang menggunakan jilbab, ketika
beberapa orang dalam kelompok mereka ada yang menggunakan jilbab maka secara tidak
sadar mereka juga ingin melakukan hal yang sama. Perasaan ingin dianggap sama dan disukai
oleh kelompok menjadi hal yang penting bagi mereka. Keadaan tersebut dilakukan karena
merasa ingin menjadi bagian dari suatu kelompok.
Ranjabar (2013) juga menjelaskan perilaku manusia memiliki suatu pola yang terperinci
menurut fungsi-fungsi khasnya dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia dalam
bermasyarakat. Berkaitan juga dengan pola pikir, pola tindakan dan fungsi sistem sosial
budaya Indonesia. Sistem tersebut menunjukkan bahwa peranan sosial dan norma-norma
saling berkait, yang disusun untuk dapat memuaskan suatu kehendak atau fungsi sosial.
Karena fungsi-fungsi khas serta nilai dan norma dari kedua jenis sampel ini tidak berbeda,
maka hal tersebutlah yang menyebabkan tidak adanya perbedaan self-control antara
keduanya.
KESIMPULAN, KELEMAHAN PENELITIAN, DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan Self-Control
pada mahasiswi yang tidak menggunakan jilbab dan mahasiswi yang menggunakan jilbab.
Kelemahan Penelitian
Dalam penelitian ini memiliki beberapa kelemahan yaitu aitem-aitem yang ada didalam
alat ukur yang digunakan bersifat umum, sehingga berpengaruh terhadap hasil yang didapat
oleh peneliti.
Saran
Penelitian Selanjutnya
Karena tidak terdapat perbedaan dalam penelitian ini, maka diharapkan untuk penelitian
selanjutnya dapat membandingkan dengan rentang usia yang sama atau seusia.
19
Mahasisiwi Muslim
Diharapkan dapat tetap mempertahankan kontrol dirinya. Sehingga dapat mengurangi
munculnya konsekuensi yang negatif dari perilaku yang ditampilkan.
Masyarakat & Orangtua
- Diharapkan bagi masyarakat untuk tidak mengandalkan penggunaan jilbab sebagai
sebuah patokan dalam dunia pekerjaan. Karena tidak selalu seseorang yang
menggunakan jilbab memiliki kontrol diri yang baik begitu juga sebaliknya, tidak
selalu wanita muslim yang tidak menggunakan jilbab memiliki kontrol diri yang
rendah. Mengingat hasil kategorisasi dalam penelitian ini bahwa kedua sampel
berada pada kategori yang sama.
- Diharapkan bagi orangtua untuk tidak menilai perilaku anak berdasarkan apa yang
anak mereka kenakan, karena tidak selalu kontrol diri anak mereka tinggi hanya
karena menggunakan jilbab.
20
DAFTAR PUSTAKA
Andriani R.& Kusrohmaniah S. (2011).Perbedaan Kontrol Diri Antara Partisipan Meditasi
Waskita Reiki Dan Non Partisipan.Journal.
Azwar S. (2015). Penyusunan Skala Psikologi Edisi Dua. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Baron A. R. &Donn B. (2004). Psikologi Sosial Edisi Kesepuluh. Jakarta: Erlangga.
Baumeister R. F., Vohs K.D., & Tice D. M. (2007). The Strenght Model of Self-Control.
Association for Psychological Science. Volume 16, Number 6 : 351-355.
Budiastuti. (2012). Jilbab dalam Perspektif Sosiologi. Skripsi Universitas Indonesia.
Budiati C. A. (2011). Jilbab: Gaya Hidup Baru Kaum Hawa. Jurnal Sosiologi Islam, Vol.1,
No.1, April 2011: 60-70.
FantakoR. K. (2012). Penyesuaian Diri Mahasiswi Muslim yang Memakai Jilbab di Fakultas
Psikologi UKSW. Skripsi Fakultas Psikologi UKSW.
Martono N. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif: Analisis Data Sekunder Edisi Revisi.
Jakarta: Rajawali Pers.
Myers G. D. (2012). Psikologi Sosial – Social Psychology. Jakarta: Salemba Humanika.
Nurpadilah. (2013). Tindakan Sosial Dalam Memakai Jilbab Dikalangan Mahasiswa Fakultas
Ilmu Sosial Dan Politik Universitas Maritim Raja Ali HAji Tanjungpinan.Skripsi
Fakultas Sosiologi UMRAH.
Ranjabar J. (2013). Sistem Sosial Budaya Indonesia, Suatu Pengantar. Bandung : Penerbit
Alfabeta.
Shiraev B. & Levy A. (2012). Psikologi Lintas Kultural. Jakarta : Kencana.
21
Surya W. Y. (2008). Image of Contemporary Muslim Women: The Representation of Muslim
Women In Ramadhan Sinetron. Jurnal Penelitian Dinas Sosial.Vol. 7, No. 2,
Agustus 2008: 78-87.
Tangney P. J., Baumeister F. R.& Boone L. A. (2004). High Self-Control Predict Good
Adjusment, Less Pathology, Better Grades, and Interpersonal Success.Journalof
Personality. 72:2.
top related