perbedaan pemahaman guru bk tentang konseling
Post on 30-Dec-2016
268 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PERBEDAAN PEMAHAMAN GURU BK TENTANG
KONSELING KELOMPOK ANTARA ALUMNI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG (UNNES) DAN
ALUMNI NON-UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
(UNNES) DI SMP NEGERI SE-KOTA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2013/2014
SKRIPSI
disusun sebagai salah satu syarat penyelesaian Studi Strata 1
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
oleh
Desta Rizky Budiarti
1301409047
JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
ii
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
Jurusan Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri
Semarang pada tanggal 23 Januari 2014
Panitia
Ketua Sekretaris
Prof. Dr. Haryono M.Psi. Drs. Eko Nusantoro, M.Pd
NIP. 196202221986011001 NIP. 196002051998021001
Penguji Utama
Dra. M. Th. Sri Hartati, M.Pd, Kons
NIP. 196012281986012001
Penguji/Pembimbing I Penguji/Pembimbing II
Dr. Awalya, M.Pd., Kons Drs. Suharso, M. Pd., Kons
NIP.19601101 1987102001 NIP. 196202261987101001
iii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul
”Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara Alumni
Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Alumni Non-Universitas Negeri
Semarang (UNNES) di SMP Negeri se-Kota Semarang Tahun Ajaran 2013/2014”
benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik
sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Semarang, 20 Januari 2014
Desta Rizky Budiarti
NIM. 1301409047
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto:
1. “Kepala yang baik dan hati yang baik merupakan kombinasi yang hebat.
Namun saat kamu menambahkan lidah atau pena yang terpelajar, maka kamu
memiliki sesuatu yang sangat istimewa” (Nelson Mandela)
2. “Hanya mereka yang berani gagal dapat meraih keberhasilan” (Robert F
Kennedy)
Persembahan,
Skripsi ini saya persembahkan kepada:
1. ALLAH SWT
2. Malaikat dan Pahlawanku, Bapak Budiman dan
Ibu Sri Hartati kedua orangtuaku yang selalu
mendoakan dan memberikan semuanya demi
kelulusanku.
3. Teman-teman mahasiswa Bimbingan Konseling
Angkatan 2009.
4. Alamamaterku
v
ABSTRAK
Budiarti, Desta Rizky. 2014. Survey Perbedaan Pemahaman Guru BK Alumni
Universitas Negeri Semarang (UNNES) dengan Alumni Non-Universitas
Negeri Semarang (UNNES) tentang Konseling Kelompok di SMP Negeri se-
Kota Semarang Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi, Jurusan Bimbingan dan
Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Pembimbing I : Dr. Awalya, M.Pd., Kons dan Pembimbing II: Drs. Suharso,
M.Pd., Kons
Kata Kunci : Perbedaan Pemahaman Konseling Kelompok, Lulusan Unnes dan
Non Unnes
Layanan konseling kelompok merupakan proses interpersonal yang dinamis
yang menitikberatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku. Pemahaman
merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu dan melihatnya dari
berbagai segi. Seorang pendidik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat
memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang suatu hal
dengan menggunakan kata-kata sendiri sehingga peserta didik mengerti apa yang
disampaikannya. Latar belakang pendidikan guru BK yang berbeda-beda
merupakan salah satu faktor adanya perbedaan tingkat pemahaman guru BK
terhadap layanan konseling kelompok.
Jenis penelitian ini adalah survey komparatif, yaitu survey yang membahas
perbedaan dari kedua sampel penelitian yang berbeda. Populasi dalam penelitian
ini seluruh guru BK di SMP Negeri Kota Semarang. Sampel diambil dengan
menggunakan teknik cluster proportional random sampling. Populasi dalam
penelitian berjumlah 144 orang yang terbagi dalam 3 kelompok berdasarkan
pembagian wilayah letak sekolah. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan
mengambil 25% dari keseluruhan jumlah populasi yang terbagi dalam 3 kelompok
wilayah, sehingga jumlah sampel keseluruhan adalah 39 guru BK. Metode
pengumpulan data menggunakan tes pemahaman konseling kelompok. Metode
analisis data yang digunakan adalah analisis kuantitatif dan uji t-test.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata pemahaman konseling kelompok
lulusan Unnes berada pada kategori sangat tinggi dengan persentase 84,26%
sedangkan untuk lulusan non-Unnes berada pada kategori sedang dengan
persentase 63,9%. Dari hasil uji t-test diperoleh thitung = 18,92 dan ttabel= 2,04 jadi
nilai thitung > ttabel . Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan guru BK
lulusan Unnes dan non-Unnes tentang konseling kelompok.
Merujuk pada hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa guru BK di
SMP Negeri kota Semarang yang berasal dari lulusan Unnes mempunyai
pemahaman konseling kelompok lebih tinggi daripada guru BK lulusan non-
Unnes. Hendaknya guru BK semakin meningkatkan pemahaman konseling
kelompok di lapangan, dan perguruan tinggi juga selalu meningkatkan kualitas
pembelajarannya agar dapat mencetak tenaga ahli yang professional
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusun skripsi dengan judul “Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang
Konseling Kelompok antara Alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan
Alumni Non-Universitas Negeri Semarang (UNNES) di SMP Negeri se-Kota
Semarang Tahun Ajaran 2013/2014”.
Penyusunan skripsi berdasarkan atas penelitian survey yang dilakukan
dalam suatu prosedur terstruktur dan terencana. Dalam proses penulisan skripsi ini
peneliti memang menemui kendala di lapangan, seperti perijinan, lokasi antar
sekolah dan respon responden, namun peneliti tetap berusaha menyelesaikan
penelitian ini sampai selesai. Berkat rahmat Allah SWT dan ketekunan, dapat
terselesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1) Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang
yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di
Fakultas Ilmu Pendidikan.
2) Drs. Hardjono, M.Pd. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang yang memberikan ijin penelitian, untuk penyelesaian skripsi ini.
3) Drs. Eko Nusantoro,M.Pd. Ketua jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas
Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan
bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.
vii
4) Dra. M.Th. Sri Hartati, M.Pd. Dosen penguji utama yang telah memberikan
bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.
5) Dr. Awalya,M.Pd.,Kons. Dosen pembimbing I yang telah memberikan
bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.
6) Drs. Suharso,M.Pd.,Kons. Dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan untuk kesempurnaan skripsi ini.
7) Bapak dan Ibu dosen jurusan Bimbingan dan Konseling yang telah
memberikan bekal ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
8) Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru BK di SMP Negeri Kota Semarang yang
telah memberikan ijinnya dan bersedia menjadi responden untuk penelitian
ini.
9) Teman-teman seperjuangan bimbingan dan konseling angkatan 2009 yang
memberikan semangat sampai akhir.
10) Serta pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penelitian ini
yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak demi
kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca yang budiman.
Semarang, 20 Januari 2014
Penulis
viii
DAFTAR ISI Halaman
JUDUL
PENGESAHAN ............................................................................................... ii
PERNYATAAN ............................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
ABSTRAK ....................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ...................................................................................... vi
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ...................................................................................... 5
1.3 TujuanPenelitian ......................................................................................... 5
1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 6
1.5 Sistematika Skripsi ..................................................................................... 6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................................ 8
2.2 Pemahaman Guru BK Tentang Konseling Kelompok .............................. 10
2.2.1 Pemahaman ............................................................................................. 10
2.2.2 Konseling Kelompok .............................................................................. 11
2.2.2.1 Pengertian Konseling Kelompok ....................................................... . 11
2.2.2.2 Tujuan Pemberian Layanan Konseling Kelompok .............................. 12
2.2.2.3 Tahap-tahap Konseling Kelompok ………….… ................................. 13
2.2.2.4 Dinamika Kelompok ............................................................................ 15
2.2.2.5 Anggota Kelompok …………..………………….. .............................. 16
2.2.2.6 Peran Anggota Kelompok …………………………............................. 17
2.2.2.7 Usaha Mempersiapkan Anggota Kelompok ………............................. 18
2.2.2.8 Pemimpin Kelompok ………………………………........................... 19
2.2.2.9 Evaluasi Kegiatan Konseling Kelompok ……….................................. 20
2.2.3 Guru BK .................................................................................................. 21
2.3 Latar Belakang Pendidikan Guru BK SMP Negeri Kota Semarang .......... 22
2.3.1 Pendidikan Bimbingan dan Konseling di Unnes ................................. .. 23
2.3.2 Pendidikan Bimbingan dan Konseling di Universitas Non-Unnes ....... .. 25
ix
2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Tingkat Pemahaman KKp 26
2.5 Hipotesis ..................................................................................................... 28
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ........................................................................................... 29
3.2 Variabel Penelitian ..................................................................................... 30
3.2.1 Identifikasi Variabel ................................................................................ 30
3.2.2 Definisi Operasional ............................................................................ ... 30
3.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling ..................................................... 31
3.3.1 Populasi ................................................................................................... 31
3.3.2 Sampel dan Teknik Sampling ................................................................. 32
3.4 Metode Pengumpulan Data ....................................................................... 34
3.4.1 Alat Pengumpulan Data ........................................................................... 34
3.4.2 Penyusunan Instrumen ............................................................................ 35
3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen ......................................................... 38
3.5.1 Validitas ................................................................................................... 38
3.5.2 Reliabilitas ............................................................................................... 39
3.6 Hasil Uji Coba Instrumen ........................................................................... 40
3.6.1 Hasil Uji Validitas ................................................................................... 40
3.6.2 Hasil Uji Reliabilitas ............................................................................... 41
3.7 Metode Analisis Data ................................................................................ 41
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian ........................................................................................... 45
4.1.1 Pemahaman Konseling Kelompok pada Guru BK SMP Negeri Kota
Semarang Lulusan Unnes ........................................................................ 46
4.1.2 Pemahaman Konseling Kelompok pada Guru BK SMP Negeri Kota
Semarang Lulusan Non-Unnes ................................................................ 49
4.1.3 Perbedaan Pemahaman antara Guru BK SMP Negeri Kota Semarang
Lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok ............... 53
4.1.4 Analisis Uji Beda ……………………………………………………… 57
4.2 Pembahasan ............................................................................................... 58
4.2.1 Pemahaman Guru BK Lulusan Unnes tentang Konseling Kelompok .... 58
4.2.1 Pemahaman Guru BK Lulusan Non-Unnes tentang Konseling
Kelompok……......................................................................................... 61
4.2.2 Perbedaan Pemahaman antara Guru BK SMP Negeri Kota Semarang
Lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok ............... 63
4.3 KeterbatasanPenelitian .............................................................................. 65
x
BAB 5 PENUTUP
5.1 Simpulan ............................................................................................... 66
5.2 Saran ..................................................................................................... 66
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 68
LAMPIRAN .............. ..................................................................................... 70
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Populasi Berdasarkan Lokasi Sekolah ………………………………… .. 31
3.2 Daftar Sampel Penelitian ……………….................................................... 33
3.3 Kisi-kisi Instrumen Pemahaman Konseling Kelompok ............................. 36
3.4 Kategori Tingkatan Pemahaman Konseling Kelompok ............................. 42
3.5 Hasil Uji Normalitas Data .......................................................................... 43
4.1 Tingkat Pemahaman Lulusan Unnes tentang Konseling Kelompok .......... 46
4.2 Analisis Indikator Pemahaman Guru BK Lulusan Unnes tentang KKp .... 47
4.3 Tingkat Pemahaman Lulusan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok .. 49
4.4 Analisis Indikator Pemahaman Guru BK Lulusan Non-Unnes
tentang KKp ............................................................................................... 51
4.5 Perbedaan Pemahaman antara Guru BK Lulusan Unnes dan Non-Unnes
tentang Konseling Kelompok ..................................................................... 53
4.6 Perbedaan Tingkat Pemahaman antara Guru BK Lulusan Unnes dan
Non-Unnes tentang Konseling Kelompok ................................................. 53
4.7 Perbedaan Tiap Indikator Pemahaman antara Guru BK Lulusan Unnes
dan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok ........................................... 54
4.8 Uji t-test ...................................................................................................... 57
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
3.1 Langkah Dasar Penyusunan Instrumen ………………………… ........... 35
4.1 Tingkat Pemahaman Lulusan Unnes tentang Konseling Kelompok ........ 46
4.2 Analisis Indikator Pemahaman Guru BK Lulusan Unnes tentang KKp .. 48
4.3 Tingkat Pemahaman Lulusan Non-Unnes tentang
Konseling Kelompok ................................................................................ 50
4.4 Analisis Indikator Pemahaman Guru BK Lulusan Non-Unnes
tentang KKp ............................................................................................. 52
4.5 Perbedaan Tingkat Pemahaman antara Guru BK Lulusan Unnes dan Non-
Unnes tentang Konseling Kelompok ........................................................ 54
4.6 Perbedaan Tiap Indikator Pemahaman antara Guru BK Lulusan Unnes
dan Non-Unnes tentang Konseling Kelompok ........................................... 55
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Populasi Penelitian....................................................................................... 71
2. Sampel ........................................................................................................ 78
3. Kisi-Kisi Instrumen Sebelum Try Out ....................................................... 80
4. Angket Try Out Instrumen Pemahaman Konseling …................................ 97
5. Hasil Validitas dan Reliabilitas Pemahaman Konseling Kelompok .......... 107
6. Kisi-Kisi Instrumen Sesudah Try Out ........................................................ 118
7. Angket Penelitian Pemahaman Konseling ….............................................. 121
8. Data Pemahaman Konseling Kelompok Lulusan Unnes....................... .... 129
9. Data Pemahaman Konseling Kelompok Lulusan Non-Unnes.................... 136
10. Uji Hipotesis (t-test) Pemahaman Konseling Kelompok ........................... 143
11. Dokumentasi Penelitian .............................................................................. 145
12. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Sekolah ................. .... 147
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling
yang dipimpin oleh konselor/guru BK yang diberikan kepada sejumlah orang
untuk membahas masalah pribadi masing-masing anggota kelompok dengan
memanfaatkan dinamika kelompok. Melalui dinamika kelompok tersebut
kepribadian klien dikembangkan dan berbagai masalah diselesaikan. Konseling
kelompok berfokus pada pembahasan masalah pribadi individu peserta kegiatan
layanan. Hal ini selaras dengan pendapat Wibowo (2005: 33) bahwa:
Konseling kelompok lebih menekankan pada pengembangan pribadi,
yaitu membantu individu-individu dengan cara mendorong pencapaian
tujuan perkembangan dan memfokuskan pada kebutuhan dan kegiatan
belajarnya. Perasaan dan hubungan antar anggota sangat ditekankan di
dalam kelompok ini
Menurut Prayitno (1995: 27) ada beberapa alasan mendasar konseling
kelompok perlu dilakukan oleh guru BK sekolah di antaranya karena konseling
kelompok dapat: (1) membantu seseorang atau sejumlah orang yang tidak siap dan
terbuka secara perorangan menemui guru BK, (2) melayani sejumlah orang dalam
waktu yang bersamaan, (3) memfasilitasi individu atau sekelompok individu yang
lebih berani berbicara dan terbuka saat bersama-sama temannya, (4) menemukan
alternatif pemecahan masalah yang lebih banyak dan bervariasi, karena
mengemukakan berbagai pemikiran dari anggota, (5) menimbulkan keakraban,
membangun suasana saling percaya, saling membantu, dan empati diantara
2
sesama anggota kelompok dan guru BK, (6) praktis, dapat dilakukan dimana saja,
di dalam ataupun di luar ruangan, di sekolah atau di luar sekolah, atau di ruang
praktik pribadi guru BK.
Layanan konseling kelompok merupakan layanan konseling yang
diberikan kepada sejumlah klien sekaligus dalam sebuah kelompok dan dipimpin
oleh guru BK. Konsekuensi logis dari kondisi tersebut menuntut adanya pelayanan
konseling kelompok yang profesional. Untuk memenuhi tuntutan tersebut
diperlukan adanya guru BK profesional. Landasan dasar seorang guru BK mampu
profesional dalam melaksanakan layanan konseling kelompok adalah harus
memahami dahulu apa, bagaimana, dan pentingnya pelaksanaan konseling
kelompok di sekolah mereka.
Namun harapan tersebut tidak selalu dapat tercapai karena di lapangan
masih banyak ditemui guru BK yang belum mampu dan bahkan tidak pernah
memberikan layanan konseling kelompok kepada siswanya di sekolah. Contoh
nyata yang diperoleh peneliti setelah melakukan wawancara di lapangan dengan
15 guru BK di beberapa sekolah di kota Semarang antara lain: (1) ada 5 guru BK
dari responden awal yang belum mampu melakukan rapport dengan baik, (2) ada
6 guru BK yang belum menguasai setiap tahapan yang harus dilakukan dalam
konseling kelompok, (3) ada 4 guru BK yang kurang memahami posisi dan
tugasnya sebagai pemimpin kelompok, (4) pelaksanaan konseling kelompok
belum dilakukan di tempat yang kondusif. (lampiran 12)
Beberapa hal yang menjadi penyebab tidak terlaksananya konseling
kelompok di sekolah secara maksimal, seperti: (1) tidak adanya waktu untuk
3
melaksanakan layanan tersebut, (2) kurangnya pemahaman guru BK akan
pentingnya konseling kelompok bagi siswa di sekolah, (3) kurang adanya
kerjasama antara guru BK, siswa dan pihak sekolah untuk melaksanakan
konseling kelompok, (4) guru BK belum memahami tahapan demi tahapan dalam
konseling kelompok itu sendiri. Jika hal ini dibiarkan maka akan berdampak
negatif pada guru BK, siswa dan sekolah. Guru BK akan pasif dalam memberikan
layanan konseling kelompok pada siswa yang sebenarnya juga penting untuk
diberikan. Siswa tidak akan mengetahui pentingnya layanan konseling kelompok
yang seharusnya mereka terima untuk membantu permasalahan yang sedang
dihadapinya. Sekolah akan dipandang kurang efektif dalam pelayanan bimbingan
konseling di sekolahnya.
Peristiwa di atas tidak akan terjadi, jika guru BK memiliki kemampuan
baik dalam pelaksanaannya yang diperoleh dari perguruan tinggi dimana ia
belajar. Setiap guru BK berasal dari perguruan tinggi yang berbeda-beda, dimana
pada setiap perguruan tinggi memiliki dasar kurikulum pendidikan yang sama.
Kenyataannya di lapangan masih ada perbedaan kemampuan dari guru BK dalam
melakukan layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Kurikulum merupakan
salah satu komponen esensial dari keseluruhan kelembagaan jurusan/program
studi. Kurikulum menjadi isi jurusan/program studi dalam mengemban misinya
mendidik mahasiswa menjadi sarjana, yaitu tenaga professional yang benar-benar
mampu menyelenggarakan kegiatan pelayanan berdasarkan kaidah profesi. Jika
kurikulum yang tersusun dengan baik tidak diimbangi dengan minat dari calon
4
konselor di sekolah, maka calon konselor tersebut belum mampu mengembangkan
kemampuan professional calon konselor yang handal.
Pada dasarnya pendidikan tinggi tidak hanya mencetak tenaga ahli dalam
bidangnya tetapi juga tenaga ahli yang mampu menggunakan keahlian atau
kecerdasannya untuk memberikan manfaat pada masyarakat luas. Setiap
perguruan tinggi memiliki kurikulum yang sama untuk mahasiswanya, namun
yang berbeda antara lain adalah latar belakang pengajaran di perguruan tinggi
tersebut. Seperti contohnya perguruan tinggi A di kota Semarang ini memiliki 3
kelas jurusan bimbingan dan konseling dengan jumlah tenaga dosen sekitar 20
orang, dibandingkan dengan perguruan tinggi B yang memiliki 10 kelas jurusan
bimbingan dan konseling dengan jumlah tenaga dosen hanya sekitar 15 orang.
Tentunya hal tersebut dapat membuat perbedaan dari kedua lulusan perguruan
tinggi tersebut dikarenakan intensitas dan kualitas pengajaran yang berbeda.
Selain itu latar belakang pelatihan yang diikuti oleh guru BK, misalnya guru BK
yang lebih sering mengikuti pelatihan-pelatihan seperti PLPG ataupun seminar,
dan workshop akan lebih memiliki kemampuan atau bekal dalam memberikan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah.
Dari latar belakang inilah, maka peneliti berkeinginan menyusun
penelitian yang berjudul “Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling
Kelompok antara Alumni Universitas Negeri Semarang (UNNES) dan Alumni
Non-Universitas Negeri Semarang (UNNES) di SMP Negeri se-Kota Semarang
Tahun Ajaran 2013/2014.”
5
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan,
sebagai berikut :
1.2.1 Bagaimana pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling
kelompok di SMP Negeri kota Semarang ?
1.2.2 Bagaimana pemahaman guru BK lulusan Non-Unnes tentang konseling
kelompok di SMP Negeri kota Semarang ?
1.2.3 Adakah perbedaan pemahaman antara guru BK tentang konseling kelompok
yang lulusan Unnes dengan Non-Unnes di SMP Negeri kota Semarang?
1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah di atas maka proposal ini bertujuan :
1.3.1 Untuk mengetahui pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang
lulusan Unnes tentang konseling kelompok.
1.3.2 Untuk mengetahui pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang
lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok.
1.3.3 Untuk mengetahui adakah perbedaan pemahaman antara guru BK SMP
Negeri kota Semarang yang lulusan Unnes dengan lulusan Non-Unnes
tentang konseling kelompok.
6
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan memberikan
sumbangan konseptual bagi penelitian sejenis dalam rangka
mengembangkan ilmu pengetahuan dan kemajuan dunia pendidikan
khususnya bimbingan dan konseling.
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi sekolah untuk
meningkatkan dan memajukan kualitas sekolah pada umumnya dan
bimbingan konseling pada khususnya.
1.4.2.2 Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi perguruan tinggi yang
memiliki jurusan bimbingan dan konseling untuk meningkatkan kualitas
dan sistem pembelajarannya.
1.4.2.3 Penelitian ini diharapkan memberikan masukan bagi para guru BK sekolah
dalam pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan
konseling kelompok.
1.4 Garis Besar Sistematika Skripsi
Sistematika penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai gambaran
umum yang akan menjadi pembahasan dalam skripsi. Penulis membagi dalam
lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab agar pembahasannya lebih
teratur dan sistematis. Adapun penulisannya sebagai berikut :
7
Bab 1 yaitu pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan garis besar sistematika skripsi.
Bab 2 yaitu landasan teori yang berisi penelitian terdahulu,
pemahaman guru BK tentang konseling kelompok, pengertian konseling
kelompok, tujuan, tahapan-tahapan konseling kelompok, dinamika kelompok,
peranan dan usaha mempersiapkan anggota kelompok, evaluasi kegiatan
konseling kelompok, pengertian, karakteristik dan kompetensi guru BK, latar
belakang pendidikan guru BK, serta hipotesis.
Bab 3 yaitu metodologi penelitian yang berisi jenis penelitian, variabel
penelitian, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, validitas
dan reliabilitas instrumen, serta teknik analisis data.
Bab 4 yaitu hasil penelitian dan pembahasan yang berisi hasil-hasil
penelitian dan pembahasan dari penelitian.
Bab 5 yaitu simpulan dan saran yang berisi kesimpulan-kesimpulan
dari hasil penelitian dan saran-sarannya.
Daftar Pustaka dan Lampiran-Lampiran.
8
BAB 2
LANDASAN TEORI
Dalam bab ini akan menguraikan tentang pokok bahasan sebagai berikut: (1)
pemahaman guru BK tentang konseling kelompok yang dimulai dari pengertian
konseling kelompok, tujuan pemberian layanan konseling kelompok, tahap-tahap
konseling kelompok, dinamika kelompok, anggota kelompok, peran anggota
kelompok, usaha mempersiapkan anggota kelompok, pemimpin kelompok, asas-
asas konseling kelompok, evaluasi kegiatan konseling kelompok, (2) pendidikan
guru BK yang membandingkan antara lulusan Unnes dan non-Unnes dilihat dari
segi pendidikannya, (3) perbedaan pemahaman konseling kelompok
2.1 Penelitian Terdahulu
Untuk memperkuat penelitian ini, peneliti akan mengemukakan hasil-hasil
penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian yang akan peneliti
laksanakan. Adapun pokok bahasan yang akan diuraikan dalam penelian terdahulu
adalah sebagai berikut:
(1) Hasil penelitian Sulistiawan (2011: 106) menunjukkan bahwa masih ada
konselor yang dikategorikan rendah dalam pelaksanaan konseling kelompok.
Pelaksanaan konseling kelompok oleh konselor belum bisa menerapkan semua
tahap dalam konseling kelompok, hal ini disebabkan oleh keterbatasan waktu
yang diperoleh oleh guru BK di sekolah. Konselor yang dimaksud dalam
9
penelitian ini adalah konselor lulusan BK Unnes di SMA Negeri se-Kota
Semarang.
(2) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Wijayanti (2011: 116) tentang
perbandingan pemahaman tugas konselor, yang salah satu indikatornya adalah
konseling kelompok, menunjukkan bahwa layanan konseling kelompok dapat
dilakukan dengan baik oleh konselor di sekolah terutama bagi konselor lulusan
perguruan tinggi negeri dikarenakan perbedaan latar belakang pendidikan
dengan konselor lulusan perguruan tinggi swasta.
(3) Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sayekti (1994: 35) menunjukkan bahwa
konseling kelompok merupakan salah satu layanan yang harus dapat dilakukan
oleh konselor di sekolah maupun perguruan tinggi. Pendidikan konselor
hendaknya membelajarkan calon konselor tentang konseling kelompok yang
dapat dikembangkan baik di tingkat sekolah menengah, maupun di perguruan
tinggi.
(4) Hasil penelitian Prayitno (1994: 15) menjelaskan bahwa materi kurikulum
dalam pendidi kan konselor termasuk juga didalamnya konseling kelompok
menunjang tercapainya tujuan pendidikan yang menyeluruh, yang bahan-
bahannya mampu membentuk pada diri konselor. Jurnal yang diterbitkan oleh
Guru Besar IKIP Padang ini menunjukkan perlu adanya hubungan dan
interaksi positif dan dinamis antara kegiatan penyiapan calon konselor di
kampus dan praktek pelayanan bimbingan dan konseling di lapangan.
Dari keempat penelitian terdahulu tersebut menunjukkan bahwa pemahaman
guru BK di sekolah terkait tugasnya terutama tentang konseling kelompok juga
10
penting untuk diperhatikan dengan melihat latar belakang pendidikan dari tiap
guru BK di sekolah sehingga hasil-hasil penelitian tersebut dapat mendukung
penelitian yang akan peneliti laksanakan.
2.2 Pemahaman Guru BK Tentang Konseling Kelompok
Seiring dengan perkembangan jaman, sekarang ini guru BK memegang
peranan penting dalam membantu siswa mengatasi rumitnya permasalahan yang
sedang mereka hadapi. Guru BK perlu menguasai ilmu bimbingan dan konseling
sebagai dasar dari keseluruhan kinerja profesionalnya dalam pelayanan konseling.
Guru BK sebagai penanggungjawab penuh penyelenggara bimbingan dan
konseling di sekolah harus memahami setiap layanan atau tugasnya di lapangan.
2.2.1 Pemahaman
Pengertian pemahaman yang dikemukakan oleh para ahli seperti Benjamin
S. Bloom (Anas Sudijono, 2009: 50) mengemukakan bahwa :
Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk
mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat.
Dengan kata lain, memahami adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat
melihatnya dari berbagai segi. Seorang peserta didik dikatakan memahami
sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang
lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Menurut Taksonomi Bloom (Daryanto, 2008: 106) mengemukakan :
Pemahaman (comprehension) kemampuan ini umumnya mendapat
penekanan dalam proses belajar mengajar. Siswa dituntut untuk memahami
atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Bentuk soal yang sering
digunakan untuk mengukur kemampuan ini adalah pilihan ganda dan
uraian.
11
Menurut Daryanto (2008: 106) kemampuan pemahaman dapat dijabarkan
menjadi tiga, yaitu:
a) Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan di sini bukan saja pengalihan (translation)
arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari
konsepsi abstrak menjadi suatu model, yaitu model simbolik untuk
mempermudah orang mempelajarinya.
b) Menginterpretasi (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan, ini adalah
kemampuan untuk mengenal dan memahami. Ide utama suatu
komunikasi.
c) Mengekstrapolasi (extrapolation)
Agak lain dari menerjemahkan dan menafsirkan, tetapi lebih tinggi
sifatnya. Ia menuntut kemampuan intelektual yang lebih tinggi.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan pemahaman adalah
kemampuan seseorang untuk mengerti tentang sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat, memahami atau mengerti apa yang diajarkan, mengetahui
apa yang sedang dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa
keharusan menghubungkannya dengan hal-hal lain. Dengan kata lain, memahami
adalah mengerti tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seorang
pendidik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan
atau memberi uraian yang lebih rinci tentang suatu hal dengan menggunakan kata-
kata sendiri sehingga peserta didik mengerti apa yang disampaikannya.
2.2.2 Konseling Kelompok
2.2.2.1 Pengertian konseling kelompok
Ada beberapa pengertian konseling kelompok menurut beberapa ahli
seperti berikut :
12
(1) Konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang dinamis yang
terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari (Gazda, 1984 dan
Shertzer Stone, 1980) dalam Wibowo (2005: 32)
(2) Hansen,Warner&Smith (dalam Wibowo, 2005: 32) menyatakan bahwa
konseling kelompok merupakan cara yang amat baik untuk menangani
konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu-individu dalam
pengembangan kemampuan pribadi mereka.
(3) Natawidjaja (1987: 33-34) mengemukakan bahwa konseling kelompok
merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang
bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian
kemudahan dalam rangka perkembangan dan pertumbuhannya
Jadi, dapat disimpulkan dari beberapa pengertian diatas bahwa konseling
kelompok merupakan suatu proses dimana guru BK terlibat dalam hubungan
dengan sejumlah klien pada waktu yang sama, jumlahnya dapat bervariasi.
Konseling kelompok adalah proses interpersonal yang dinamis yang
menitikberatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku, melibatkan fungsi
terapeutis, berorientasi pada kenyataan, ada rasa saling percaya mempercayai, ada
pengertian, penerimaan dan bantuan.
2.2.2.2 Tujuan pemberian layanan konseling kelompok
Layanan konseling kelompok dimaksudkan untuk membahas dan
menyelesaikan masalah yang menyangkut masalah pribadi yang dialami oleh
anggota kelompok. Melalui layanan ini, siswa diajak untuk bersama-sama
13
mengemukakan pendapat tentang suatu permasalahan dan membicarakan topik-
topik yang penting, mengembangkan nilai-nilai kehidupan serta mengembangkan
langkah-langkah bersama untuk menangani permasalahan yang dibahas dalam
kelompok. Tujuan konseling kelompok menurut Sukardi (2000: 49), meliputi:
a. Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak
b. Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman
sebayanya
c. Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota
kelompok
d. Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok
2.2.2.3 Tahap-tahap konseling kelompok
Terdapat keanekaragaman dalam mengklasifikasikan dan menamai
tahapan-tahapan konseling kelompok, Corey (1995: 64-65) dalam Wibowo (2005:
85) menyebutkan tahapan konseling kelompok menjadi 4 tahap, yaitu tahap
orientasi (orientation phase), tahap transisi (transition stage), tahap kerja (working
stage), dan tahap konsolidasi (consolidation stage). Gibson & Mitchell (1995:
198-204) dalam Wibowo (2005: 85) mengklasifikasikan proses konseling
kelompok menjadi 5 tahap, yakni tahap pembentukan kelompok, tahap
identifikasi, tahap produktivitas, tahap realisasi, tahap terminasi. Berdasarkan
pengklasifikasian proses konseling kelompok yang dikemukakan oleh berbagai
ahli tersebut diatas, berikut ini disajikan tahap-tahap konseling kelompok yang
digunakan sebagai pengembangan model menurut Wibowo (2005: 86) seperti
berikut ini :
14
(1) Tahap Permulaan
Pada tahap permulaan ini guru BK perlu mempersiapkan terbentuknya
kelompok. Pada tahap ini dilakukan upaya untuk menumbuhkan minat bagi
terbentuknya kelompok yang meliputi pemberian penjelasan tentang adanya
layanan konseling kelompok bagi para siswa, penjelasan pengertian, tujuan
dan kegunaan konseling kelompok, ajakan untuk memasuki dan mengikuti
kegiatan, serta kemungkinan adanya kesempatan dan kemudahan bagi
penyelenggara konseling kelompok.
(2) Tahap Transisi
Tahap transisi merupakan masa setelah proses pembentukan dan sebelum
masa bekerja (kegiatan). Dalam tahap ini merupakan proses 2 bagian yang
ditandai dengan ekspresi sejumlah emosi dan interaksi anggota.
(3) Tahap Kegiatan
Tahap kegiatan sering disebut juga sebagai tahap bekerja, tahap penampilan,
tahap tindakan dan tahap pertengahan yang merupakan inti kegiatan
konseling kelompok sehingga memerlukan waktu yang besar dalam
keseluruhan kegiatan konseling kelompok. Tahap ini merupakan tahap
kehidupan yang sebenarnya dalam konseling kelompok, yaitu para anggota
memusatkan perhatian terhadap tujuan yang akan dicapai, mempelajari
materi-materi baru, mendiskusikan berbagai topik, menyelesaikan tugas, dan
mempraktekkan perilaku baru. Selama tahap kegiatan, guru BK dan anggota
kelompok merasa lebih bebas dan nyaman dalam mencoba tingkah laku baru
dan strategi baru, karena sudah terjadi saling mempercayai satu sama lain.
15
(4) Tahap Pengakhiran
Menurut Corey (1990) dalam Wibowo (2005: 97) tahap penghentian atau
pengakhiran sama pentingnya seperti tahap permulaan pada sebuah
kelompok. Selama masa penghentian, para anggota kelompok memahami diri
mereka sendiri pada tingkat yang lebih mendalam. Jika dapat dipahami
dengan baik, penghentian dapat menjadi sebuah dukungan penting dalam
menawarkan perubahan dalam diri individu. Penghentian memberi
kesempatan pada anggota kelompok untuk memperjelas pengalaman mereka,
mengkonsilidasi hasil yang mereka buat dan untuk membuat keputusan
mengenai tingkah laku mereka yang ingin dilakukan di luar kelompok dan
dilakukan dalam kehidupan sehari-hari mereka
2.2.2.4 Dinamika kelompok
Dalam proses konseling kelompok sangat diperlukan munculnya dinamika
kelompok agar suasana kelompok lebih akrab dan luwes antar anggota kelompok
dan pemimpin kelompok. Dinamika kelompok merupakan seperangkat konsep
yang dapat menggambarkan proses kelompok. Dinamika kelompok mencoba
menerangkan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kelompok dan mencoba
menemukan serta mempelajari keadaan dan gaya yang dapat mempengaruhi
kehidupan kelompok. Dalam bukunya, Wibowo (2005: 62) menjelaskan dinamika
kelompok adalah “studi yang menggambarkan berbagai kekuatan yang
menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang menyebabkan
terjadinya gerak perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang
16
telah ditetapkan.” Dinamika kelompok mengarahkan anggota kelompok untuk
melakukan hubungan interpersonal satu sama lain. Hubungan interpersonal ini
merupakan sarana bagi anggota kelompok untuk saling berbagi pengetahuan,
pengalaman, dan bahkan perasaan satu sama lain sehingga memungkinkan
terjadinya proses belajar di dalam kelompok secara bersama-sama. Dinamika
kelompok merupakan sinergi dari semua faktor yang ada dalam suatu kelompok,
artinya merupakan pengerahan secara serentak semua faktor yang dapat
digerakkan dalam kelompok itu. Jadi, dinamika kelompok merupakan jiwa yang
menghidupkan dan menghidupi suatu kelompok.
Kelompok yang baik ditumbuhkan melalui dinamika kelompoknya, oleh
anggota-anggotanya tetapi juga sebaliknya, kelompok yang baik dapat membentuk
anggotanya menjadi anggota kelompok yang baik. Faktor-faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas kelompok antara lain sebagai berikut: (Prayitno, 1995: 22)
a. Tujuan dan kegiatan kelompok
b. Jumlah anggota
c. Kualitas pribadi masing-masing anggota kelompok
d. Kedudukan kelompok
e. Kemampuan kelompok dalam memenuhi kebutuhan anggota untuk
saling berhubungan sebagai kawan, kebutuhan untuk diterima,
kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan bantuan moral, dan
sebagainya.
2.2.2.5 Anggota kelompok
Tidak semua kumpulan orang atau individu bisa dijadikan sebagai
anggota konseling kelompok. Dalam konseling kelompok, keanggotaan
merupakan hal yang penting. Tanpa adanya anggota tidak mungkin akan ada
kelompok. Untuk itu, seorang konselor harus membentuk kelompok sebelum
17
menyelenggarakan konseling kelompok. Prayitno (1995: 30) menyebutkan
beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk menciptakan sebuah kelompok
yang aktif dan memahami setiap peranannya, sebagai berikut :
a. Jenis kelompok
Untuk tujuan tertentu mungkin memang diperlukan pembentukan
kelompok yang seimbang antara laki-laki dan perempuan.
Pertimbangan tentang keragaman atau keseragaman jenis kelamin
anggota kelompok ini pada umumnya didasarkan tujuan tertentu
yang akan dicapai dalam kegiatan kelompok.
b. Umur
Pada umumnya dinamika kelompok lebih baik dikembangkan
dalam kelompok-kelompok dengan angota seumur.
c. Kepribadian
Keragaman atau keseragaman dalam kepribadian anggota kelompok
dapat membawa keuntungan ataupun kerugian. Jika perbedaan di
antara para anggota itu besar, maka komunikasi antaranggota akan
mengalami masalah, dan begitu pula sebaliknya, jika kesamaan di
antara anggota itu sangat besar hasilnya juga dapat merugikan.
d. Hubungan awal
Keakraban dapat mewarnai hubungan antar anggota kelompok yang
sudah saling mengenal sebelumnya, dan sebaliknya suasana
keasingan akan dirasakan anggota yang belum saling mengenal.
Jenis kelompok mana yang akan dipilih dalam hubungan awal ini
tergantung pada tujuan dari kegiatan kelompok itu.
2.2.2.6 Peran anggota kelompok
Dalam kegiatan konseling kelompok diperlukan terciptanya dinamika
kelompok yang benar-benar hidup, mengarah pada tujuan yang ingin dicapai, dan
membuahkan manfaat bagi masing-masing anggota kelompok. Maka dari itu,
peranan anggota kelompok sangat menentukan. Peranan yang hendaknya
dimainkan oleh anggota kelompok agar dinamika kelompok itu benar-benar
seperti yang diharapkan ialah: (Prayitno, 1995: 32)
18
a. Membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar
anggota kelompok
b. Mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam
kegiatan kelompok
c. Berusaha agar yang dilakukannya itu membantu tercapainya tujuan
bersama
d. Membantu tersusunnya aturan kelompok dan berusaha mematuhi
dengan baik
e. Benar-benar berusaha untuk secara aktif ikut serta dalam seluruh
kegiatan kelompok
f. Mempu berkomunikasi secara terbuka
g. Berusaha membantu anggota lain
h. Memberi kesempatan kepada anggota lain untuk juga menjalankan
peranannya
i. Menyadari pentingnya kegiatan kelompok itu
2.2.2.7 Usaha mempersiapkan anggota kelompok
Suatu kelompok yang mempersiapkan anggotanya dengan baik akan bisa
benar-benar mencapai tujuan yang diharapkan, dan pemimpin kelompok boleh
menetapkan ketidakikutsertaan seseorang jika dianggap akan mengganggu proses
konseling kelompok. Maka di sinilah pentingnya peranan pemimpin kelompok
dalam mempersiapkan anggota kelompok. Berikut ini beberapa cara merekrut
anggota menurut Wibowo (2005: 343):
a. Pengumuman seharusnya meliputi pernyataan eksplisit tujuan
kelompok, panjang dan jangka waktu program serta jumlah
partisipan/peserta
b. Pengumuman seharusnya meliputi pernyataan eksplisit tentang
kualifikasi pimpinan untuk memimpin kelompok-kelompok yang
dimaksud
c. Pengumuman seharusnya meliputi pernyataan eksplisit tentang
honor pimpinan yang merinci jumlah untuk jasa kerja, makan,
penginapan, materi dan sejenisnya dan juga jumlah untuk jasa
lanjutan
d. Anggota kelompok seharusnya dipaksa untuk masuk dalam suatu
kelompok oleh para senior atau pimpinan kelompok
e. Penyataan tidak puas yang tidak bisa ditunjukkan dengan bukti
ilmiah seharusnya tidak dibuat
19
Sedangkan menurut Prayitno (1995: 33) menjelaskan hal-hal yang perlu
dipersiapkan pemimpin kelompok dalam merekrut anggota kelompok adalah
sebagai berikut :
(1) Apa saja yang diharapkan dari para anggota, suasana khusus yang dapat
terjadi dalam kelompok itu, dan peranan serta cara-cara yang akan
dilakukan oleh pemimpin kelompok
(2) Keikutsertaan dalam kelompok itu adalah serba sukarela
(3) Anggota kelompok bebas menanggapi hal-hal yang disampaikan ataupun
menolak saran-saran yang diberikan anggota lain
(4) Hasil kegiatan kelompok itu tidak mengikat para anggota kelompok itu
dalam kehidupan mereka di luar kelompok
(5) Segala yang terjadi dan menjadi isi dari kegiatan kelompok itu sifatnya
rahasia.
(6) Penghargaan pemimpin kelompok tentang kesukarelaan dan keberanian
para anggota mengikuti kegiatan kelompok itu
2.2.2.8 Pemimpin kelompok
Pemimpin kelompok adalah guru BK atau konselor yang terlatih dan
berwenang menyelenggarakan praktik konseling profesional. Dalam konseling
kelompok tugas pemimpin kelompok adalah memimpin kelompok yang bernuansa
layanan konseling melalui “bahasa” konseling untuk mencapai tujuan-tujuan
konseling. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh seorang pemimpin kelompok
menurut Prayitno dan Erman (2004: 5) adalah :
20
a. Mampu membentuk kelompok dan mengarahkannya sehingga
terjadi dinamika kelompok dalam suasana interaksi antara
anggota kelompok yang bebas, terbuka dan demokratik,
konstruktif, saling mendukung dan meringankan beban,
menjelaskan, memberikan pencerahan, memberikan rasa
nyaman, serta mencapai tujuan bersama kelompok.
b. Berwawasan luas dan tajam sehingga mampu mengisi,
menjembatani, meningkatkan, memperluas dan mensinergikan
konten bahasan yang tumbuh dalam aktifitas kelompok.
c. Memiliki kemampuan hubungan antar-personal yang hangat dan
nyaman, sabar dan memberi kesempatan demokratik dan
kompromistik dalam mengambil keputusan dan kesimpulan,
tanpa memaksakan dalam ketegasan dan kelembutan, jujur dan
tidak berpura-pura, disiplin dan kerja keras.
Berhubungan dengan sikap yang harus dimiliki pemimpin kelompok,
maka peranan pemimpin kelompok menurut Prayitno (1995: 35) dijabarkan
sebagai berikut :
a. Pemimpin kelompok dapat memberikan bantuan, pengarahan
ataupun campur tangan langsung terhadap kegiatan kelompok
b. Pemimpin kelompok memusatkan perhatian pada suasana
perasaan yang berkembang dalam kelompok itu, baik perasaan
anggota-anggota tertentu maupun keseluruhan kelompok.
c. Jika kelompok itu tampaknya kurang menjurus ke arah yang
dimaksudkan maka pemimpin kelompok perlu memberikan arah
yang dimaksudkan itu.
d. Pemimpin kelompok juga perlu memberikan tanggapan atau
umpan balik tentang berbagai hal yang terjadi dalam kelompok,
baik yang bersifat isi maupun proses kegiatan kelompok
e. Pemimpin kelompok juga diharapkan mampu mengatur “lalu
lintas” kegiatan kelompok, dan pemegang aturan permainan,
pendamai dan pendorong kerjasama serta suasana kebersamaan.
f. Sifat kerahasiaan dari kegiatan kelompok itu dengan segenap isi
dan kejadian-kejadian yang timbul di dalamnya, juga menjadi
tanggung jawab pemimpin kelompok.
2.2.2.9 Evaluasi kegiatan konseling kelompok
Pada kegiatan konseling kelompok, penilaian hasil kegiatan dapat
diarahkan secara khusus kepada peserta yang masalahnya dibahas. Peserta itu
21
diminta mengungkapkan sampai sejauh mana kegiatan kelompok telah
membantunya memecahan masalah yang dialaminya. Penilaian terhadap hasil
kegiatan kelompok dapat dilakukan secara tertulis melalui lembar layanan segera
(laiseg). Secara tertulis anggota kelompok diminta mengungkapkan perasaannya,
pendapatnya, harapannya, minat dan sikapnya terhadap berbagai hal. Anggota
kelompok juga dapat mengemukakan hal-hal yang paling disenangi atau kurang
disenangi selama kegiatan berlangsung. Penilaian kegiatan layanan konseling
kelompok dan hasilnya berorientasi pada perkembangan, yaitu mengenali
kemajuan atau perkembangan positif yang terjadi pada diri anggota kelompok.
Lebih mendalam lagi, Prayitno (1995: 81) akan membahas penilaian terhadap
layanan tersebut dapat dilakukan melalui :
a. Mengamati partisipasi dan aktivitas peserta selama kegiatan
berlangsung
b. Mengungkapkan pemahaman peserta atas materi yang dibahas
c. Mengungkapkan kegunaan layanan bagi mereka, dan perolehan
mereka sebagai hasil keikutsertaan mereka.
d. Mengungkapkan minat dan sikap mereka tentang kemungkinan
kegiatan lanjutan
e. Mengungkapkan kelancaran proses dan suasana
penyelenggaraan layanan
2.2.4 Guru BK
Ada beberapa pengertian guru BK menurut para ahli, sebagai berikut :
(1) Guru BK sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh
pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya
pada pelayanan bimbingan. Tenaga ini memberikan layanan-layanan
bimbingan kepada peserta didik dan menjadi konsultan bagi staf sekolah
dan orang tua (Winkel, 2004:171).
22
(2) Dalam Permendiknas No. 27 Tahun 2008 disebutkan bahwa guru BK
adalah tenaga pendidik profesional yang telah menyelesaikan pendidikan
akademik strata satu (S-1) program studi Bimbingan dan Konseling dan
program Pendidikan Profesi Guru BK dari perguruan tinggi penyelenggara
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi.
(3) Guru BK pendidikan adalah guru BK yang bertugas dan bertanggung jawab
dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik
di satuan pendidikan. (Fenti Hikmawati, 2011: 43)
Jadi, dapat disimpulkan bahwa guru BK adalah tenaga pendidik profesional
yang telah menempuh pendidikan khusus di perguruan tinggi sehingga siap dan
mampu melakukan seluruh layanan bimbingan dan konseling kepada peserta didik
di sekolah dengan penuh tanggung jawab
2.3 Latar Belakang Pendidikan Guru BK di SMP Negeri Kota Semarang
Seorang guru BK atau calon konselor pastinya harus sudah menempuh
pendidikan konselor di jurusan atau prodi Bimbingan dan Konseling minimal
dengan gelar Sarjana (S1). Ada banyak pilihan yang dapat diambil oleh seorang
calon guru BK untuk memperoleh gelar sebagai sarjana, antara lain dengan
menempuh pendidikan di universitas-universitas, institut keguruan dan ilmu
pendidikan (IKIP), sekolah tinggi, akademi-akademi dan juga Lembaga
Pendidikan Tenaga Keguruan (LPTK). Perguruan tinggi adalah lembaga
pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi. Menurut jenisnya,
perguruan tinggi dibagi menjadi dua yaitu perguruan tinggi negeri dan swasta.
23
Perguruan tinggi negeri adalah perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh
pemerintah, sedangkan perguruan tinggi swasta adalah perguruan tinggi yang
diselenggarakan oleh pihak swasta. Dalam Undang-undang Sisdiknas Nomor 20
Tahun 2003 disebutkan bahwa “pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan
setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan diploma,
sarjana, magister, spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh pendidikan
tinggi dengan sistem terbuka.” Terdapat sekitar 26 universitas negeri yang
memiliki jurusan bimbingan dan konseling, serta ada 57 universitas swasta,
sekolah tinggi, IKIP dan LPTK lainnya penyelenggara jurusan bimbingan dan
konseling. Salah satu contoh universitas negeri penyelenggara bimbingan dan
konseling di Indonesia adalah Universitas Negeri Semarang (Unnes). Berikut
adalah beberapa gambaran perbedaan jurusan bimbingan dan konseling yang ada
di Unnes dengan universitas lainnya:
2.3.1 Pendidikan Bimbingan dan Konseling di Unnes
Calon guru BK lulusan UNNES sudah dibekali dengan berbagai mata
kuliah yang sangat bermanfaat bagi calon guru BK saat menghadapi dunia kerja
nantinya. Sejak tahun 2011 jurusan BK UNNES mulai membuka 3 kelas karena
peminat jurusan BK semakin banyak sehingga kelas yang dibuka juga selalu
bertambah. Selaras dengan visi jurusan BK Unnes yang sudah terakreditasi A
yaitu “Program Studi Bimbingan dan Konseling menjadi pusat unggulan dan
rujukan dalam bidang Bimbingan dan Konseling tingkat nasional serta
menyiapkan calon guru Bimbingan dan Konseling/konselor profesional yang
24
berwawasan konservasi pada tahun 2016” sehingga mahasiswa lulusannya sudah
mendapat bekal yang sangat banyak.
Mahasiswa jurusan bimbingan konseling Unnes wajib menempuh semua
jenis mata kuliah yang ada seperti: (1) kelompok mata kuliah pengembangan
kepribadian (BKP) sebanyak 14 sks, (2) kelompok mata kuliah keahlian dan
keterampilan (BKT) sebanyak 26 sks, (3) kelompok mata kuliah aktif (BKA)
sebanyak 49 sks, (4) kelompok mata kuliah perilaku berkarya (BKK) sebanyak 27
sks, (5) kelompok mata kuliah kehidupan bermasyarakat (BKM) sebanyak 14 sks,
(6) kelompok mata kuliah bimbingan dan konseling di sekolah dasar sebanyak 16
sks, dan (7) kelompok mata kuliah rehabilitasi sosial sebanyak 16 sks. Kurikulum
yang ada di jurusan bimbingan dan konseling Unnes mendorong penguasaan teori
maupun praktik . Hal ini terlihat dari sejumlah mata kuliah praktik dan internship
seperti praktikum pemahaman individu (teknik tes dan non-test), praktikum
bimbingan dan konseling belajar, praktikum bimbingan dan konseling karir,
praktikum bimbingan dan konseling kelompok, praktikum model konseling, serta
mata kuliah internship seperti praktik BK di SD, praktik konseling komunitas,
PPL 1 dan 2. Mahasiswa Unnes juga wajib menempuh 4 sks untuk Kuliah Kerja
Nyata (KKN) sebagai bekal lulusannya agar bisa bersosialisasi dengan masyarakat
umum. Dengan berbagai bekal yang ditempuh oleh mahasiswa selama kuliah 4
tahun diharapkan tercipta lulusan atau alumni yang memiliki kemampuan ahli atau
profesional dalam bidangnya sehingga bisa bekerja juga dengan profesional saat
terjun ke dunia kerja atau menjadi guru BK yang sebenarnya.
25
2.3.2 Pendidikan Bimbingan dan Konseling di Universitas Non-Unnes
Terdapat berbagai universitas lain yang juga membuka jurusan/prodi
bimbingan konseling tetapi tidak semuanya memiliki kurikulum yang lengkap
juga untuk bekal lulusanya. Contohnya saja salah satu IKIP A di kota Semarang
ini membuka 5 kelas tetapi masih berakreditasi B. Jumlah sks yang harus
ditempuh oleh mahasiswanya juga tidak sebanyak yang diberikan oleh BK Unnes,
waktu Praktik Pengalaman Lapangan juga 3 bulan, tetapi tidak ada praktik
lapangan tambahan khusus. Selain itu juga terdapat universitas swasta B di kota
Salatiga yang memberikan 144 sks bagi mahasiswanya dengan pembagian
konsentrasi pendidikan menengah dan industri. Perkuliahan progdi BK di
universitas tersebut berbasis multimedia, dan melakukan pelayanan konseling bagi
para warga kampus maupun luar kampus. Progdi BK bekerjasama dengan ABKIN
dan APECA (The Association of Psychological and Educational Counsellors of
Asia-Pacific) yaitu organisasi yang beranggotakan para psikolog, pendidik,
konselor/pembimbing dan pekerja sosial. Salah satu IKIP B di kota Semarang ini
juga membuka jurusan bimbingan dan konseling dengan jumlah total 142 sks yang
harus ditempuh oleh mahasiswanya untuk memperoleh gelar sarjana. Adapun
pembagian kelompok mata kuliahnya sebagai berikut: (1) mata kuliah
pengembangan kepribadian (MPK), (2) mata kuliah keilmuan dan keterampilan
(MKK), (3) mata kuliah keahlian berkarya (MKB), (4) mata kuliah perilaku
berkarya (MPB), (5) mata kuliah kehidupan bersama (MKB), dan (6) mata kuliah
pilihan diluar sekolah (MPDS).
26
2.4 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Perbedaan Tingkat Pemahaman
Konseling Kelompok
Dilihat dari lulusannya terdapat perbedaan tingkat pemahaman konseling
kelompok padahal materi yang diberikan pada mahasiswa di perguruan tinggi juga
sama saja. Proses perubahan pada diri seseorang merupakan hasil pengalaman dan
pelatihan, dimana penyaluran dan pelatihan itu terjadi melalui interaksi antara
individu dan lingkungannya (Hamalik, 1991: 16). Menurut Slameto (1995: 54)
faktor penyebab tingkat pemahaman seseorang berasal dari faktor intern (faktor
jasmani, psikologi dan kelelahan) dan ekstern (lingkungan dan sekolah). Faktor
penyebab perbedaan tingkat pemahaman seorang guru BK, antara lain:
(1) Latar belakang tenaga pengajar dari setiap perguruan tinggi yang berbeda-
beda. Tidak semua perguruan tinggi memiliki tenaga pengajar yang handal dan
berpendidikan cukup tinggi. Seperti misalnya di salah satu perguruan tinggi
non-unnes bahkan memiliki tenaga pengajar/dosen yang sebenarnya seorang
guru SMP di kota Semarang, sedangkan jika dibandingkan dengan jurusan
bimbingan dan konseling di Unnes memiliki beberapa guru besar sebagai
tenaga pengajar/dosen.
(2) Latar belakang sistem pengajaran di perguruan tinggi yang berbeda. Ada
beberapa perguruan tinggi yang membuka banyak kelas untuk jurusan
bimbingan dan konseling tetapi tidak diimbangi dengan jumlah tenaga
pengajar yang memadai, sehingga kualitas pengajarannya masih kurang. Lebih
baik membuka kelas yang memang sesuai dengan jumlah tenaga pengajar,
sehingga kualitas dari mahasiswa tersebut dapat diperhatikan dengan baik.
27
(3) Latar belakang akreditasi jurusan di perguruan tinggi. Setiap perguruan tinggi
akan dinilai oleh tim akreditasi terkait kualitas dan kuantitas pengajaran,
kurikulum serta sarana dan prasarananya. Jadi tingkat akreditasi jurusan juga
mempengaruhi terhadap hasil lulusan dari perguruan tinggi tersebut.
(4) Latar belakang praktek atau latihan yang diberikan oleh perguruan tinggi.
Setiap perguruan tinggi pasti memiliki kurikulum yang berbeda untuk
diterapkan pada mahasiswanya. Bagi perguruan tinggi yang memberikan
latihan atau mata kuliah praktek pada mahasiswanya akan sangat membantu
mahasiswanya untuk bekal nantinya saat menjadi guru di sekolah. Jadi selain
teori yang juga penting, mata kuliah praktek juga berperan dalam mencetak
lulusan yang handal.
(5) Latar belakang jumlah mahasiswa di perguruan tinggi. Terkadang ada asumsi
bahwa jika banyak mahasiswa pada salah satu jurusan di perguruan tinggi itu
menunjukkan bahwa jurusan tersebut baik. Tetapi jika tidak diimbangi dengan
tenaga pengajar yang sesuai maka hasilnya tidak akan maksimal. Jika terlalu
banyak mahasiswa dalam tiap kelas justru membuat kualitas pengajaran
menjadi kurang karena fokus dari tenaga pengajar yang terbagi terlalu banyak
mahasiswa dan suasana kelas menjadi kurang kondusif untuk proses
pengajaran.
(6) Sarana dan prasarana di perguruan tinggi. Pentingnya sarana dan prasarana
guna menunjang pembelajaran di perguruan tinggi juga berperan dalam
meningkatkan pemahaman seseorang. Jika sarana dan prasarana yang dimiliki
oleh perguruan tinggi memenuhi kebutuhan pembelajaran bagi mahasiswa
28
tentunya akan sangat mendukung mahasiswa dalam mengikuti proses
perkuliahan dengan baik.
(7) Minat dari dalam diri calon konselor. Dorongan dan motivasi dari dalam diri
calon konselor tidak kalah pentingnya untuk membantu dalam proses
pembelajaran. Jika calon konselor memiliki minat yang tinggi terhadap bidang
yang ditekuni, terutama bimbingan dan konseling nantinya akan meningkatkan
semangat belajar yang ada dari dalam diri sendiri.
2.5 Hipotesis
Berdasarkan atas kajian teori yang telah dibahas dan hasil studi awal
penelitian ini maka diperoleh jawaban sementara yang disebut sebagai hipotesis
yaitu “ada perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang
lulusan UNNES dan lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok.”
29
BAB 3
METODE PENELITIAN
1.1 Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian survei yang berupa
deskriptif komparatif jadi penelitian ini adalah penelitian survei deskriptif
komparatif karena ingin mencari perbandingan pemahaman konseling kelompok
antara guru BK yang lulusan Unnes dengan Non-Unnes. Singarimbun (1989: 3)
menyatakan bahwa “penelitian survei diartikan sebagai penelitian yang
mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok”. Jadi penelitian survei yang berupa deskriptif
yaitu memaparkan atau menggambarkan suatu variable atau fenomena tanpa
melakukan pengujian hipotesis. Mempelajari masalah dalam masyarakat, tata cara
yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi, sikap, pandangan, proses
yang sedang berlangsung, pengaruh dari suatu fenomena, pengukuran yang cermat
tentang fenomena dalam masyarakat. Peneliti mengembangkan konsep,
menghimpun fakta tapi tidak menguji hipotesis.
Menurut Sukmadinata (2008: 35) survei digunakan untuk mengumpulkan
data atau informasi tentang populasi yang besar dengan menggunakan sampel
yang relative kecil. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data
tentang pemahaman guru BK terhadap pelaksanaan layanan konseling kelompok.
30
1.2 Variabel Penelitian
1.2.1 Identifikasi Variabel
Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk
apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini
ada 2 variabel yaitu variabel terikat adalah pemahaman guru BK tentang konseling
kelompok, dan variabel bebas adalah status perguruan tinggi.
1.2.2 Definisi Operasional Variabel
Pemahaman adalah kemampuan seseorang untuk mengerti suatu materi
atau gagasan, mengerti apa yang diajarkan, mengetahui apa yang sedang
dikomunikasikan dan dapat memanfaatkan isinya tanpa keharusan
menghubungkannya dengan hal-hal lain. Konseling kelompok merupakan proses
interpersonal yang dinamis yang menitikberatkan pada kesadaran berpikir dan
tingkah laku. Pemahaman terhadap konseling kelompok merupakan kemampuan
mengerti suatu materi atau gagasan yang dilakukan guru BK dalam hubungan
dengan sejumlah klien pada waktu yang sama sebagai upaya bantuan kepada
individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan,
yang menitikberatkan pada kesadaran berpikir dan tingkah laku.
31
1.3 Populasi, Sampel dan Teknik Sampling
1.3.1 Populasi
“Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono,2007: 80).
Sedangkan menurut Singarimbun (1989: 76) “populasi adalah jumlah keseluruhan
dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga”. Populasi yang digunakan dalam
survei ini adalah seluruh guru BK yang ada di SMP Negeri se-Kota Semarang.
Tabel 3.1
Daftar persebaran SMP Negeri Kota Semarang beserta jumlah guru BK
berdasarkan pembagian letak wilayah pinggiran, transisi dan kota
Wilayah Nama Sekolah Jumlah Guru BK
Pusat kota
SMP Negeri 2 3 guru
SMP Negeri 3 3 guru
SMP Negeri 4 4 guru
SMP Negeri 5 3 guru
SMP Negeri 6 2 guru
SMP Negeri 7 2 guru
SMP Negeri 8 4 guru
SMP Negeri 9 3 guru
SMP Negeri 15 5 guru
SMP Negeri 32 3 guru
SMP Negeri 37 3 guru
SMP Negeri 39 5 guru
Jumlah total 12 sekolah 40 guru
Transisi/perbatasan
SMP Negeri 1 4 guru
SMP Negeri 10 3 guru
SMP Negeri 11 2 guru
SMP Negeri 12 4 guru
SMP Negeri 13 5 guru
SMP Negeri 14 4 guru
SMP Negeri 16 4 guru
SMP Negeri 17 4 guru
SMP Negeri 18 4 guru
SMP Negeri 19 2 guru
SMP Negeri 21 3 guru
SMP Negeri 25 3 guru
32
SMP Negeri 26 5 guru
SMP Negeri 27 4 guru
SMP Negeri 29 4 guru
SMP Negeri 30 4 guru
SMP Negeri 33 4 guru
SMP Negeri 34 4 guru
SMP Negeri 36 4 guru
SMP Negeri 38 4 guru
SMP Negeri 40 4 guru
Jumlah total 21 sekolah 79 guru
Desa
SMP Negeri 20 4 guru
SMP Negeri 22 4 guru
SMP Negeri 23 3 guru
SMP Negeri 24 4 guru
SMP Negeri 28 3 guru
SMP Negeri 31 4 guru
SMP Negeri 41 3 guru
Jumlah total 7 sekolah 25 guru
1.3.2 Sampel dan Teknik Sampling
Menurut Sugiyono, (2007: 62), “sampel adalah bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi”. Menurut Arikunto (2006: 109) sampel
adalah “sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”. Jadi sampel adalah wakil
dari populasi yang bersifat sama dengan populasi.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan Cluster
Proportional Random Sampling. Alasan peneliti mengambil teknik ini adalah
dengan melihat wilayah unit kerja konselor sekolah di kota Semarang yang sangat
luas, maka tiap wilayah akan diambil secara proportional dengan cara random
atau acak. Sugiyono (2007: 65) menjelaskan cluster sampling digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas.
Teknik ini dilakukan dengan mengambil sampel berdasarkan daerah populasi yang
telah ditetapkan. Proportional sampling digunakan untuk menentukan sampel dari
33
masing-masing daerah populasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan
untuk teknik random sampling, Sugiyono (2007: 64) mengungkapkan bahwa
teknik ini dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada, cara yang
demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen atau sama sehingga
setiap obyek mendapat kesempatan dipilih menjadi sampel. Teknik ini dipilih
karena diasumsikan homogen dari segi profesinya yaitu guru BK di SMP.
Menurut Arikunto (2006: 134), untuk sekedar ancer-ancer, maka
apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya berupa penelitian populasi. Namun, jika jumlah subyeknya lebih
dari 100 dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih.
Berdasarkan keterangan tersebut, peneliti memilih jumlah sampel
penelitian sebesar 25% dari jumlah populasi yang sudah terbagi kedalam 3
kelompok wilayah sebagai berikut : daerah pusat kota sebanyak 9 guru BK, daerah
perbatasan/transisi sebanyak 20 guru BK, dan daerah pinggiran kota sebanyak 8
guru BK. Setiap wilayah akan dipilih secara random, sehingga terpilih sampel
sebagai berikut :
Tabel 3.2
Daftar Sampel Penelitian
Wilayah Nama Sekolah Jumlah
Guru BK
Asal Perguruan
Tinggi
Pusat Kota SMP Negeri 2 2 guru IKIP Negeri Surabaya
1 guru IKIP Negeri Semarang
SMP Negeri 3 1 guru IKIP Veteran Semarang
2 guru IKIP Negeri Semarang
SMP Negeri 32 1 guru Universitas Sebelas
Maret (UNS)
1 guru Universitas Kristen
Satya Wacana (UKSW)
1 guru IKIP PGRI Semarang
Jumlah 3 sekolah 9 guru
34
Transisi SMP Negeri 1 1 guru IKIP Veteran Semarang
1 guru Universitas Kristen
Katholik Soegijapranata
(Unika)
2 guru IKIP Negeri Semarang
SMP Negeri 10 1 guru IKIP Negeri Bandung
1 guru IKIP Negeri
Yogyakarta
1 guru IKIP Negeri Semarang
SMP Negeri 33 1 guru IKIP Negeri Semarang
2 guru IKIP PGRI Semarang
SMP Negeri 17 1 guru IKIP Veteran Semarang
2 guru IKIP PGRI Semarang
1 guru IKIP Negeri Semarang
SMP Negeri 27 1 guru Universitas Sebelas
Maret (UNS)
3 guru IKIP Negeri Semarang
SMP Negeri 14 2 guru IKIP PGRI Semarang
1 guru IKIP Veteran Semarang
1 guru IKIP Negeri Semarang
Jumlah 6 sekolah 22 guru
Pinggiran SMP Negeri 24 4 guru IKIP Negeri Semarang
SMP Negeri 22 4 guru IKIP Negeri Semarang
Jumlah 2 sekolah 8 guru
1.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting dalam
penelitian. Data merupakan faktor yang sangat penting dalam suatu penelitian
karena dengan adanya data akan dapat ditarik suatu kesimpulan, untuk
menyimpulkan suatu data digunakan satu cara atau alat yang tepat.
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti adalah pemahaman
konseling kelompok guru BK di sekolah, responden yang akan menjadi sumber
data berjumlah banyak, dan penelitian yang dilakukan merupakan penelitian
untuk mengetahui dari segi kognitifnya saja maka dari pertimbangan tersebut
dipilihlah tes sebagai metode pengumpulan data.
35
1.4.1 Alat Pengumpulan Data
Penentuan alat pengumpul data yang akan digunakan dalam
penelitian ditentukan berdasarkan variabel yang akan diamati yaitu pemahaman
konseling kelompok guru BK di sekolah. Alat pengumpulan data yang dipilih
pada penelitian ini yaitu jenis tes. “Yang dimaksud tes adalah alat yang
digunakan untuk mengukur ada atau tidaknya serta besarnya kemampuan objek
yang diteliti” (Arikunto, 2006: 223). Instrumen berupa tes dapat digunakan untuk
mengukur kemampuan dasar dan pencapaian atau prestasi. Tes pada penelitian
ini digunakan untuk memperoleh data pemahaman guru BK tentang konseling
kelompok di sekolah. Peneliti menggunakan jenis pertanyaan “benar salah”
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman guru BK di sekolah terhadap
layanan konseling kelompok.
1.4.2 Penyusunan Instrumen
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penyusunan instrumen
dilakukan dengan beberapa tahap, baik dalam pembuatan maupun uji coba
seperti bagan berikut :
Gbr 3.1 Langkah Dasar Penyusunan Instrumen
Kisi-kisi pengembangan
Instrumen penelitian Instrumen
(2)
Uji Coba
Revisi
(4)
Instrumen
Jadi
(5)
36
Dalam penelitian ini digunakan tes. Tes ini digunakan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman guru BK terhadap layanan konseling
kelompok di sekolah. Jawaban yang disediakan hanya ada 2 pilihan yaitu benar
atau salah, sehingga guru BK akan diberikan sejumlah pernyataan tentang
konseling kelompok dan hanya tinggal memilih apakah pernyataan tersebut benar
atau salah. Untuk penskoran bagi jawaban yang benar adalah skor 1, dan yang
jawaban salah atau tidak sesuai yang seharusnya adalah skor 0. Untuk lebih
jelasnya akan dijelaskan pada pengembangan kisi-kisi instrumen tentang
pemahaman konseling kelompok pada guru BK sebagai berikut:
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Pemahaman Guru BK terhadap Konseling Kelompok
Variabel Komponen Indikator Deskriptor Item
+ -
Pemahaman
konseling
kelompok
1. Memahami
konsep
dasar
konseling
kelompok
1.1 Mengerti
pengertian
konseling
kelompok
1.1.1 Konsep dasar konseling
kelompok
1.1.2 Proses interaksi yang ada
dalam konseling
kelompok
1,2,3,5
11
4,6,8
9,10,12
1.2 Mengerti
tujuan
konseling
kelompok
1.2.1 Tujuan umum konseling
kelompok
1.2.2 Tujuan khusus konseling
kelompok
14,18
13,20
17,16
15,19
1.3 Mengerti asas-
asas konseling
kelompok
1.3.1 Asas kerahasiaan
1.3.2 Asas kekinian
23,31
34,40
21,27
24,37
1.3.3 Asas kesukarelaan 22,26 29,35
1.3.4 Asas keterbukaan 32,43 36,39
1.3.5 Asas kegiatan 25,42 30,44
1.3.6 Asas kenormatifan 33,41 28,38
1.4 Mengerti
komponen
konseling
kelompok
1.4.1 Karakteristik dan peran
pemimpin kelompok
45,47,
53
46,48
1.4.2 Karakteristik dan peran
anggota kelompok
56,58 54,57
1.4.3 Besarnya jumlah
anggota kelompok
yang efektif
49,50,
55
51,52
1.5 Mengerti
persamaan dan
perbedaan
konseling
kelompok
1. Persamaan konseling
kelompok dengan
bimbingan kelompok
60,61 62,65
2. Perbedaan bimbingan
kelompok dan konseling
63,66 59,64
37
dengan
bimbingan
kelompok
kelompok
1.6 Mengerti
hambatan-
hambatan
konseling
kelompok
1. Kepercayaan dan
keterbukaan anggota
kelompok terhadap
pemimpin kelompok
68,70,
71
67,73
2. Proses dinamika
kelompok
74,76 72,75
2 Memahami
prosedur
pelaksanaan
konseling
kelompok
2.1 Mengerti cara
perekrutan
anggota
konseling
kelompok
2.1.1 Sosialisasi konseling
kelompok kepada siswa
di sekolah
77,78 79,83
2.1.2 Teknik-teknik perekrutan
anggota kelompok
81,82 80,84
2.2 Mengerti tahap
permulaan
konseling
kelompok
2.2.1 Menerima anggota
kelompok lalu
memimpin doa (rapport)
85,87 86,88
2.2.2 Menjelaskan
pengertian,tujuan,
cara, dan asas
pelaksanaan konseling
kelompok
89,90,
91
92,93,
96
2.2.3 Kesepakatan waktu,
perkenalan dan
permainan
94,95 97,98,
99
2.2 Mengerti tahap
peralihan dalam
konseling
kelompok
2.3.1 Menjelaskan kembali
kegiatan konseling
kelompok
102,
105
100,
106
2.3.2 Melihat kesiapan
anggota kelompok dan
menjelaskan batasan
masalah
101,
104
103,
107
2.4 Mengerti tahap
kegiatan
konseling
kelompok
2.4.1 Memberikan contoh
masalah pribadi
108,
111
112,
116
2.4.2 Mempersilahkan anggota
kelompok
mengemukakan topik
masalah pribadi
kemudian membahas
masalah terpilih
110,
113,
114
109,
119
2.4.3 Kegiatan selingan dan
penyimpulan kegiatan
118,
120
115,
117
2.5 Mengerti tahap
pengakhiran
konseling
kelompok
2.5.1 Menjelaskan kegiatan
akan diakhiri dan
penilaian segera (UCA)
121,
123
122,
127
2.5.2 Pembahasan kegiatan
lanjutan
126,
129
124,
131
2.5.3 Mengemukakan pesan
dan harapan
125,
128
130,
132
38
2.5 Mengerti proses
evaluasi dan
tindak lanjut
konseling
kelompok
2.6.1 Evaluasi isi, dampak,
dan proses
133,
136
134,
135
2.6.2 Menetapkan jenis dan
arah tindak lanjut
139,
144
137,
141
2.6.3 Mengkomunikasikan
rencana tindak lanjut
kepada pihak terkait
140,
142
143,
138
2.7 Mengerti proses
penyusunan
laporan
2.7.1 Menyusun laporan
konseling kelompok dan
menyampaikan pada
pihak terkait
147,
151
146,
148
2.7.2 Mendokumentasikan
laporan layanan
149,
145
150,
152
1.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen
3.5.1 Validitas
Menurut Azwar (2006: 5) “validitas berasal dari kata validity yang
mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur
(tes) dalam melakukan fungsi ukurnya”. Dalam penelitian ini juga menggunakan
validitas yang dilihat dari validitas itemnya melalui pengecekan kesejajaran antara
item satu dengan item lainnya. Validitas ini untuk mengetahui butir angket yang
mana yang tidak mendukung validitas angket secara keseluruhan.
Uji validitas menggunakan validitas internal. Validitas internal akan dicapai
jika terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen dengan instrumen secara
keseluruhan. Instrumen dikatakan valid apabila setiap bagian instrumen
mengandung tujuan instrumen secara keseluruhan, yaitu mengungkap data
variabel yang dimaksud. Rumus yang digunakan untuk menguji validitas menurut
Arikunto (2006: 17) adalah “rumus yang digunakan oleh Pearson yang dikenal
dengan rumus krelasi Product Moment.
39
2222 YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
xyr : Koefisien X dan Y
X : Jumlah Skor X
2
X : Jumlah kuadrat skor X
Y
: Jumlah Skor Y
2Y : Jumlah kuadrat skor Y
XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y
a.
N : Jumlah responden
1.5.2 Reliabilitas
Sebuah tes dikatakan reliabel apabila hasil tes tersebut menunjukkan hasil
yang relatif sama. Kemudian hasil analisis dapat digunakan untuk memprediksi
reliabilitas instrumen. Jika datanya memang sudah sesuai dengan faktanya, maka
berapa kalipun diambil datanya akan tetap sama. Menurut Arikunto (2006: 178)
“reliabilitas menunjukkan pada tingkat keterandalan sesuatu”.
Untuk mengetahui reliabel atau tidaknya digunakan rumus Alpha. Rumus
ini dipilih karena skornya menggunakan rentangan antara beberapa nilai (skala).
Menurut Arikunto (2006: 196) “rumus Alpha digunakan untuk mencari reliabilitas
40
instrumen yang skornya bukan 1 dan 0 misalnya, antara 1 sampai dengan 5
misalnya:. Adapun rumus Alpha sebagai berikut :
Keterangan:
= Reliable instrument
= Jumlah varians butir
= Varians total
K = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
1.6 Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian
1.6.1 Hasil Uji Validitas Angket Pemahaman Konseling Kelompok
Berdasarkan hasil pengujian validitas item dengan menggunakan rumus
product moment, dapat diketahui bahwa dari bahwa dari 141 item yang diajukan
kepada 20 responden diperoleh 31 item yang tidak valid, adapun 31 nomer
tersebut adalah 1, 4, 12, 17, 19, 20, 23, 24, 27, 35, 38, 42, 48, 52. 53, 55, 70, 75,
76, 83, 85, 96, 105, 106, 116, 122, 124, 130, 132, 140, dan 141. Item yang tidak
valid tersebut kemudian dibuang dan tidak digunakan dalam penelitian, karena
telah terwakili oleh item yang lain sesuai dengan indikator dalam instrument.
Sehingga instrument angket pemahaman konseling kelompok yang akan
digunakan dalam penelitian ini adalah 110 item.
41
1.6.2 Hasil Uji Reliabilitas Angket Pemahaman Konseling Kelompok
Berdasarkan hasil uji reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha
terdapat 20 responden, angket pemahaman konseling kelompok dinyatakan
reliable, karena r11
> rtabel
dengan nilai r11
= 0,970 dan rtabel
= 0,444.
1.7 Metode Analisis Data Penelitian
Metode analisis data adalah cara yang ditempuh untuk mengurai data
menurut unsur-unsur yang ada di dalamnya sehingga mudah dibaca dan
dipresentasikan. Data yang terkumpul perlu diolah untuk mengetahui kebenaran
sehingga diperoleh hasil yang meyakinkan. Data ini berhubungan dengan angka,
maka analisis yang digunakan adalah analisis statistik. Sesuai dengan tujuan
penelitian yaitu ingin mengetahui (1) tingkat pemahaman guru BK SMP Negeri
kota Semarang yang lulusan Unnes tentang konseling kelompok, (2) tingkat
pemahaman guru BK SMP Negeri kota Semarang yang lulusan Non-Unnes
tentang konseling kelompok, dan (3) perbedaan pemahaman antara guru BK SMP
Negeri kota Semarang lulusan Unnes dan Non-Unnes tentang konseling
kelompok, maka harus ditentukan tingkat persentase pemahaman konseling
kelompoknya terlebih dahulu. Berhubung skor dalam nilai pemahaman konseling
kelompok dalam penelitian ini hanya ada 1 dan 0, sehingga tidak dikelompokkan
dalam bentuk persentase melainkan interval angka biasa saja. Untuk menentukan
interval kriteria nilai pemahaman konseling kelompok dengan skor 1 dan 0,
dilakukan dengan cara sebagai berikut:
42
(1) Menentukan nilai maksimum = (nilai tertinggi x jumlah item)
= 1 x 110 = 110
(2) Menentukan nilai minimum = (nilai terendah x jumlah item)
= 0 x 110 = 0
(3) Menentukan interval kelas = (nilai max – nilai min) : banyaknya criteria
= (110 – 0) : 5 = 110 : 5 = 22
Berdasarkan panjang kelas interval tersebut, maka kategori dapat disusun
sebagai berikut :
Tabel 3.4
Kategori Tingkatan Pemahaman Konseling Kelompok
Interval Kategori
≥ 92 Sangat Tinggi
69 – 91 Tinggi
46 – 68 Sedang
23 – 45 Rendah
0 – 22 Sangat Rendah
Untuk tujuan penelitian yang terakhir yaitu mengetahui perbedaan
pemahaman antara guru BK lulusan Unnes dan lulusan Non-Unnes tentang
konseling kelompok perlu dilakukan uji beda. Uji beda yang akan dilakukan
menggunakan rumus t-test dua sampel independen (t-test polled varian).
Penggunaan uji t-test ini untuk mengetahui perbedaan signifikan pemahaman
antara guru BK lulusan Unnes dan lulusan Non-Unnes tentang konseling
kelompok. Namun sebelum uji t-test dilakukan, maka akan dilakukan uji analisis
prasyarat yaitu uji normalitas data. Uji normalitas data bertujuan untuk
mengetahui apakah skor-skor terhadap sampel normal atau tidak. Jika
signifikansi lebih besar dari 0,05 maka data tersebut berdistribusi normal. Uji
43
normalitas data disini menggunakan rumus Kolmogorov – Smirnov dan diperoleh
hasil sebagai berikut :
Tabel 3.5
Hasil Uji Normalitas Data menggunakan Kolmogorov – Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Nilai
KKp
N 39
Normal Parametersa Mean 79.46
Std. Deviation 12.311
Most Extreme
Differences
Absolute .159
Positive .159
Negative -.140
Kolmogorov-Smirnov Z .990
Asymp. Sig. (2-tailed) .281
a. Test distribution is Normal.
Dari hasil penghitungan menggunakan SPSS di atas, sudah terlihat
hasilnya bahwa data sampel pemahaman konseling kelompok terdistribusi secara
normal. Dikarenakan jenis sampel yang digunakan adalah sampel homogen yaitu
guru BK SMP Negeri kota Semarang, maka dalam penghitungan normalitas data
digunakan rumus one sampel kolmogorov-smirnov test. Dari hasil penghitungan
tersebut menunjukkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) pada sampel pemahaman
konseling kelompok guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dan
Non-Unnes sebesar 0,281 > 0,05. Jadi hasil hitung lebih besar dari tabel sehingga
Ho tersebut diterima dan data variabel pemahaman konseling kelompok
terdistribusi secara normal.
44
Dalam penelitian ini terdapat dua kelompok sampel yang berbeda,
sehingga digunakan rumus t-test sebagai berikut :
Mx - My
t =
Keterangan :
t = koefisien perbedaan
Mx dan My = masing-masing adalah perbedaan mean
Σx2 dan Σy
2 = jumlah deviasi dari mean perbedaan
N = jumlah sampel (Arikunto, 2002: 280)
Dari hasil hitung tersebut dicocokkan dengan indeks tabel. Jika hasil
analisis lebih besar dari indeks tabel maka hipotesis terbukti. Hipotesis yang
diajukan adalah :
1. Ho ditolak & Ha diterima apabila thitung lebih besar atau sama dengan ttabel
2. Ho diterima & Ha ditolak apabila thitung lebih kecil dari ttabel
45
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan dijelaskan secara lebih mendalam tentang hasil
penelitian dan pembahasan pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling
kelompok, pemahaman guru BK lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok,
dan perbedaan pemahaman konseling kelompok diantara keduanya.
1.1 Hasil Penelitian
Berdasarkan tujuan dari penelitian, maka dibawah ini akan dijelaskan hasil
penelitian tentang pemahaman konseling kelompok pada guru BK lulusan Unnes,
pemahaman konseling kelompok pada guru BK lulusan non-Unnes dan perbedaan
pemahaman konseling kelompok diantara keduanya. Hasil penelitian akan
disajikan secara kuantitatif dan deskriptif.
1.1.1 Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes
tentang Konseling Kelompok
Sesuai dengan tujuan penelitian, yaitu mengetahui bagaimana pemahaman
guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok maka akan disajikan hasil
penelitian dari lapangan. Hasil analisis penelitian tersebut dapat digambarkan
sebagai berikut :
46
Tabel 4.1
Tingkat Pemahaman Konseling Kelompok pada Guru BK SMP
Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes
Interval Frekuensi % Kriteria
≥ 92 10 62,5% Sangat Tinggi
69 – 91 6 37,5% Tinggi
46 – 68 0 0% Sedang
23 – 45 0 0% Rendah
0 - 22 0 0% Sangat Rendah
16 100% TOTAL
Gambar 4.1
Grafik Tingkat Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang
Lulusan Unnes tentang Konseling Kelompok
Dari tabel 4.1 dan gambar 4.1 diperoleh gambaran tingkat pemahaman
konseling kelompok lulusan Unnes yang secara rata-rata berada pada kriteria
sangat tinggi. Dari jumlah keseluruhan responden sebanyak 16 guru BK, diperoleh
10 guru BK yang mempunyai tingkat pemahaman konseling kelompok dengan
kriteria sangat tinggi dengan hasil persentase sebesar 62,5% dan 6 guru BK yang
mempunyai tingkat pemahaman konseling kelompok dengan kriteria tinggi
dengan hasil persentase sebesar 37,5%.
47
Dari gambaran tersebut, berikut akan disajikan analisis tiap indikator
pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok :
Tabel 4.2
Analisis Indikator Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang
Lulusan Unnes Tentang Konseling Kelompok
No Indikator Sudah
PLPG
Belum
PLPG
TOTAL
Persentase Kriteria
1 Memahami pengertian konseling
kelompok
52,3% 34,5% 86,8% Tinggi
2 Memahami tujuan konseling kelompok 46,4% 36,6% 83% Tinggi
3 Memahami asas-asas konseling
kelompok
45% 41,1% 86,1% Tinggi
4 Memahami komponen konseling
kelompok
61,1% 23,3% 84,4% Tinggi
5 Memahami persamaan dan perbedaan
KKp dengan BKp
65,7% 23,4% 89,1% Tinggi
6 Memahami cara perekrutan anggota KKp 32,4% 41,7% 75,9% Tinggi
7 Memahami tahap pembukaan konseling
kelompok
57% 34% 91% Tinggi
8 Memahami tahap peralihan konseling
kelompok
48% 39,5% 87,5% Tinggi
9 Memahami tahap kegiatan konseling
kelompok
47,8% 35,7% 83,5% Tinggi
10 Memahami tahap pengakhiran konseling
kelompok
42,5% 34,2% 76,7% Tinggi
11 Memahami proses evaluasi dan tindak
lanjut konseling kelompok
37% 42,7% 79,7% Tinggi
12 Memahami proses penyusunan laporan
konseling kelompok
52,3% 33,1% 85,4% Tinggi
Rata-rata 84,05% Tinggi
48
Gambar 4.2
Grafik Analisis Keseluruhan Tiap Indikator Pemahaman Guru BK SMP
Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes Tentang Konseling Kelompok
Dari perhitungan Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 diatas dapat diketahui bahwa
dari keseluruhan indikator pemahaman konseling kelompok pada 16 guru BK
SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dalam kategori tinggi dengan
persentase 84,05%. Hasil pemahaman dari guru BK yang sudah pernah mengikuti
PLPG dalam beberapa indikator lebih tinggi dibandingkan dengan yang belum
mengikuti PLPG. Hasil pemahaman konseling kelompok yang paling tinggi
adalah pemahaman pada tahap pembukaan konseling kelompok dengan hasil
persentase sebesar 91%. Pemahaman tersebut mencakup tentang cara menerima
anggota kelompok (rapport), cara menjelaskan pengertian, tujuan, cara dan asas
pelaksanaan konseling kelompok, serta penjelasan kesepakatan waktu, perkenalan
dan permainan. Sedangkan hasil yang masih kurang baik dengan persentase
75,9% adalah pemahaman pada saat cara perekrutan anggota konseling kelompok
49
yang mencakup sosialisasi konseling kelompok pada siswa, dan teknik perekrutan
anggota kelompok.
1.1.2 Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Non-
Unnes Tentang Konseling Kelompok
Tujuan kedua dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
pemahaman guru BK lulusan Non-Unnes tentang konseling kelompok. Untuk
menjelaskan hasil dari tujuan tersebut maka akan digambarkan hasil analisis
persentase dari data yang diperoleh di lapangan. Hasil analisis tersebut sebagai
berikut :
Tabel 4.3
Tingkat Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Non-
Unnes Tentang Konseling Kelompok
Interval Frekuensi % Kriteria
≥ 92 0 0% Sangat Tinggi
69 – 91 13 56,5% Tinggi
46 – 68 10 43,4% Sedang
23 – 45 0 0% Rendah
0 - 22 0 0% Sangat Rendah
23 100% TOTAL
50
Gambar 4.3
Grafik Tingkat Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan
Non-Unnes Tentang Konseling Kelompok
Dari tabel 4.3 dan gambar 4.3 diperoleh gambaran tingkat pemahaman
konseling kelompok lulusan non-unnes. Dari jumlah keseluruhan responden
sebanyak 23 guru BK, diperoleh 13 guru BK yang mempunyai tingkat
pemahaman konseling kelompok dengan kriteria tinggi dengan hasil persentase
sebesar 56,5% dan 10 guru BK yang mempunyai tingkat pemahaman konseling
kelompok dengan kriteria sedang dengan hasil persentase sebesar 43,3%.
Dari gambaran tersebut, berikut akan disajikan analisis tiap indikator
pemahaman konseling kelompok pada guru BK SMP Negeri kota Semarang
lulusan non-unnes :
51
Tabel 4.4
Analisis Indikator Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang
Lulusan Non-Unnes Tentang Konseling Kelompok
No Indikator Sudah
PLPG
Belum
PLPG
TOTAL
Persentase Kriteria
1 Memahami pengertian konseling
kelompok
42% 28% 70% Tinggi
2 Memahami tujuan konseling
kelompok
37,4% 32,17% 69,57% Tinggi
3 Memahami asas-asas konseling
kelompok
26,7% 40,2% 66,9% Sedang
4 Memahami komponen konseling
kelompok
33% 17,4% 50,4% Sedang
5 Memahami persamaan dan perbedaan
KKp dengan BKp
34,7% 23,5% 58,2% Sedang
6 Memahami cara perekrutan anggota
KKp
29,36% 28,4% 57,76% Sedang
7 Memahami tahap pembukaan
konseling kelompok
41,5% 22,41% 63,91% Sedang
8 Memahami tahap peralihan konseling
kelompok
34,21% 32,25% 66,46% Sedang
9 Memahami tahap kegiatan konseling
kelompok
28,4% 36,82% 65,22% Sedang
10 Memahami tahap pengakhiran
konseling kelompok
37,2% 30,8% 68% Sedang
11 Memahami proses evaluasi dan
tindak lanjut konseling kelompok
42,4% 25% 67,4% Sedang
12 Memahami proses penyusunan
laporan konseling kelompok
34% 26% 60% Sedang
Rata-rata 63,65% Sedang
52
Gambar 4.4
Grafik Analisis Tiap Indikator Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota
Semarang Lulusan Non-Unnes Tentang Konseling Kelompok
Dari perhitungan Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 diatas dapat diketahui bahwa
hasil pemahaman guru BK lulusan non-unnes tentang konseling kelompok berada
pada kategori sedang dengan persentase 63,65% dalam pemahaman seluruh
indikator konseling kelompok. Hasil pemahaman dari guru BK yang sudah PLPG
maupun yang belum tidak berbeda terlalu signifikan pada beberapa indikator.
Hasil tertinggi dari keseluruhan indikator pada responden kelompok ini adalah
pemahaman tentang pengertian konseling kelompok dengan persentase 70% yang
mencakup tentang pemahaman konsep konseling kelompok, dan proses interaksi
yang ada dalam konseling kelompok. Sedangkan hasil terkecil dengan persentase
50,4% ada pada indikator pemahaman komponen konseling kelompok antara lain
pemahaman karakteristik dan peran pemimpin kelompok, karakteristik dan peran
anggota kelompok, besarnya jumlah anggota kelompok yang efektif.
53
1.1.3 Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok
antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang
Untuk mengetahui perbedaan pemahaman antara guru BK SMP Negeri
kota Semarang yang lulusan Unnes dan lulusan non-Unnes tentang konseling
kelompok, akan dijelaskan hasil analisis deskriptif persentase secara umum
sebagai berikut :
Tabel 4.5
Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara
Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang
Variabel Lulusan Unnes Lulusan Non-Unnes Hasil
Pemahaman
Konseling Kelompok
84,05%
(Sangat Tinggi)
63,65%
(Sedang)
Unnes > Non Unnes
Dari tabel 4.5 diatas dapat dilihat bahwa pemahaman guru BK SMP
Negeri kota Semarang yang lulusan Unnes tentang konseling kelompok (84,05%)
lebih tinggi dibandingkan dengan pemahaman guru BK SMP Negeri kota
Semarang yang lulusan non-unnes tentang konseling kelompok (63,65%). Dari
beberapa hasil perbedaan tersebut dapat dilihat pada tabel dan grafik perbedaan
pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dengan
lulusan non-Unnes tentang konseling kelompok sebagai berikut :
Tabel 4.6
Perbedaan Tingkat Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok
antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang
UNNES NON-UNNES Kriteria
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
10 62,5% 0 0% Sangat Tinggi
6 37,5% 13 56,5% Tinggi
0 0% 10 43,4% Sedang
0 0% 0 0% Rendah
0 0% 0 0% Sangat Rendah
54
Gambar 4.5
Grafik Perbedaan Tingkat Pemahaman Guru BK tentang Konseling
Kelompok antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota
Semarang
Untuk lebih memahami perbedaan pemahaman antara guru BK SMP
Negeri kota Semarang yang lulusan Unnes dengan lulusan non-Unnes tentang
konseling kelompok secara lebih detail dan lebih jelas pada tiap indikator, berikut
ini gambaran perbedaan pada tiap indikatornya :
Tabel 4.7
Perbedaan Tiap Indikator Pemahaman Guru BK tentang Konseling
Kelompok antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota
Semarang
Indikator UNNES NON UNNES
Persentase Kriteria Persentase Kriteria
Memahami komponen
konseling kelompok
84,4% Tinggi 50,4% Sedang
Memahami persamaan dan
perbedaan KKp dengan BKp
89,1% Tinggi 58,2% Sedang
Memahami tahap pembukaan
konseling kelompok
91% Tinggi 63,91% Sedang
Memahami proses penyusunan
laporan konseling kelompok
85,4% Tinggi 60% Sedang
Memahami tahap peralihan
konseling kelompok
87,5% Tinggi 66,46% Sedang
55
Memahami asas-asas konseling
kelompok
86,1% Tinggi 66,9% Sedang
Memahami tahap kegiatan
konseling kelompok
83,5% Tinggi 65,22% Sedang
Memahami cara perekrutan
anggota KKp
75,9% Tinggi 57,76% Sedang
Memahami pengertian
konseling kelompok
86,8% Tinggi 70% Tinggi
Memahami tujuan konseling
kelompok
83% Tinggi 69,57% Tinggi
Memahami proses evaluasi dan
tindak lanjut konseling
kelompok
79,7% Tinggi 67,4% Sedang
Memahami tahap pengakhiran
konseling kelompok
76,7% Tinggi 68% Sedang
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
100%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
UNNES
NON UNNES
Gambar 4.6
Grafik Perbedaan Tiap Indikator Pemahaman Guru BK tentang Konseling
Kelompok antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota
Semarang
56
Keterangan :
1. Memahami pengertian konseling kelompok
2. Memahami tujuan konseling kelompok
3. Memahami asas-asas konseling kelompok
4. Memahami komponen konseling kelompok
5. Memahami persamaan dan perbedaan KKp dengan BKp
6. Memahami cara perekrutan anggota KKp
7. Memahami tahap pembukaan konseling kelompok
8. Memahami tahap peralihan konseling kelompok
9. Memahami tahap kegiatan konseling kelompok
10. Memahami tahap pengakhiran konseling kelompok
11. Memahami proses evaluasi dan tindak lanjut konseling kelompok
12. Memahami proses penyusunan laporan konseling kelompok
Dari hasil Tabel 4.7 dan Gambar 4.8 dapat disimpulkan bahwa hasil yang
memiliki perbedaan signifikan dalam pemahaman konseling kelompok antara
guru BK lulusan Unnes dengan lulusan non-Unnes ada pada pemahaman tentang
tahap pembukaan konseling kelompok dengan persentase 91% untuk guru BK
lulusan Unnes dan 63,9% untuk guru BK lulusan non-Unnes yang mencakup
tentang cara menerima anggota kelompok (rapport), cara menjelaskan pengertian,
tujuan, cara dan asas pelaksanaan konseling kelompok, serta penjelasan
kesepakatan waktu, perkenalan dan permainan. Sedangkan hasil terendah dari
keseluruhan indikator dengan persentase sebesar 75,9% untuk guru BK lulusan
Unnes dan 57,7% untuk guru BK lulusan non-Unnes adalah pada pemahaman cara
perekrutan anggota konseling kelompok antara lain cara sosialisasi konseling
kelompok pada siswa, dan teknik perekrutan anggota kelompok.
57
1.1.4 Analisis Uji Beda (t-test)
Untuk memperjelas perbedaan pemahaman guru BK tentang konseling
kelompok antara lulusan Unnes dengan guru BK lulusan non-Unnes tentang
konseling kelompok maka dilakukan uji t-test pada data yang diperoleh dari
lapangan. Berikut ini hasil pengujian t-test:
Tabel 4.8
Uji t-test Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok
antara Lulusan Unnes dan Non-Unnes di SMP Negeri Kota Semarang
Variabel t hitung t tabel hasil
Guru BK lulusan unnes
18,92 2,04
t hitung > t tabel
18,92 > 2,04
Signifikan Guru BK lulusan non-unnes
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah “adanya perbedaan
pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dengan
lulusan non-unnes tentang konseling kelompok.” Berdasarkan hasil uji beda
pemahaman konseling kelompok tersebut diperoleh hasil bahwa thitung = 18,92 dan
ttabel= 2,04 jadi nilai thitung > ttabel. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran. Dari tabel hasil uji t-test diatas dapat dijelaskan bahwa terlihat “adanya
perbedaan yang signifikan pada pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota
Semarang lulusan Unnes dengan lulusan non-unnes tentang konseling kelompok”
karena hasil dari t hitung yang lebih besar daripada t tabel atau dengan kata lain
hipotesis yang diajukan diterima. Dengan demikian, terbukti bahwa ada perbedaan
pemahaman antara guru BK SMP Negeri kota Semarang lulusan Unnes dengan
lulusan non-unnes tentang konseling kelompok.
58
1.2 Pembahasan
Peranan dan keberadaan guru BK di sekolah belakangan ini semakin
diakui oleh pemerintah, dan masyarakat. Oleh karena itu, tuntutan bagi seorang
guru BK untuk memberikan layanan secara optimal juga sangat diperhitungkan.
Di lapangan sendiri terlihat jelas bahwa tantangan kerja seorang guru BK semakin
kompleks, tidak hanya terkait dengan permasalahan siswa di sekolah saja.
Sebagai seorang tenaga ahli yang professional, seorang guru BK harus
memahami segala tuntutan tugasnya dalam berbagai layanan yang harus
diberikannya secara professional. Pemahaman layanan konseling kelompok dari
setiap guru BK juga dipengaruhi oleh latar belakang pendidikan dan pelatihan
yang pernah diikutinya. Dalam penelitian ini digunakan angket instrument
pemahaman konseling kelompok. Di dalam angket tersebut terdapat 2 subvariabel
dan 12 indikator yang semuanya berkaitan dengan konseling kelompok mulai dari
teori sampai pada prakteknya.
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka peneliti akan
membahas tentang pemahaman konseling kelompok berdasarkan analisis hasil
kuantitatif yang telah dijelaskan sebelumnya.
1.2.1 Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Unnes
tentang Konseling Kelompok
Dari hasil yang sudah dijelaskan sebelumnya, terlihat bahwa pemahaman
guru BK SMP Negeri Kota Semarang lulusan Unnes tentang konseling kelompok
berada pada kriteria sangat tinggi dengan persentase 84,05% dalam keseluruhan
indikator konseling kelompok mulai dari pemahaman pengertian konseling
59
kelompok sampai pemahaman proses penyusunan laporan. Hal ini menunjukkan
bahwa guru BK lulusan Unnes mempunyai tingkat pemahaman konseling
kelompok yang sangat tinggi seperti pada pemahaman tahap pembukaan konseling
kelompok, pemahaman perbedaan dan persamaan konseling kelompok dengan
bimbingan kelompok, namun masih ada beberapa yang harus ditingkatkan seperti
dalam hal pemahaman cara perekrutan anggota konseling kelompok, dan
pemahaman proses evaluasi dan tindak lanjut konseling kelompok.
Hasil pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok
termasuk dalam kategori tinggi terutama bagi guru-guru yang sudah mengikuti
pelatihan pendidikan guru (PLPG). Hal ini selaras dengan latar belakang
pendidikan guru BK itu sendiri yang memperoleh bekal cukup banyak dari Unnes
ditambah lagi dengan mengikuti PLPG, seminar dan workshop selama bertugas
menjadi guru BK di sekolah. Ada juga beberapa guru BK lulusan Unnes yang
sudah menempuh pendidikan konselor selama 1 tahun. Dari hasil pengalaman
yang cukup banyak itulah dapat membuat guru BK memiliki pemahaman yang
tinggi terutama dalam hal layanan konseling kelompok.
Latar belakang pendidikan guru BK lulusan Unnes merupakan salah satu
faktor penunjang tingkat pemahaman guru BK yang baik, mengingat kurikulum
yang diterapkan dalam jurusan bimbingan dan konseling di Unnes sudah baik dan
tenaga pengajar yang dimiliki juga memadai dari segi kualitas dan kuantitas.
Kurikulum yang ada di jurusan bimbingan dan konseling Unnes mendorong
penguasaan teori maupun praktik. Hal ini terlihat dari sejumlah mata kuliah
praktikum termasuk praktikum bimbingan dan konseling kelompok. Dengan
60
berbagai bekal yang ditempuh oleh mahasiswa selama kuliah, diharapkan tercipta
lulusan yang memiliki kemampuan ahli atau profesional dalam bidangnya
sehingga dapat bekerja dengan professional dan membawa nama baik
almamaternya.
Faktor lain yang menunjang tingkat pemahaman guru BK lulusan Unnes
memiliki pemahaman konseling kelompok yang baik diantaranya minat dari
dalam diri guru BK untuk professional dalam bidangnya. Proses perkuliahan di
jurusan BK Unnes yang baik juga berpengaruh dalam pemahaman guru BK,
dengan memiliki 144 sks yang harus ditempuh oleh mahasiswa dalam 4 tahun
memberikan bekal yang banyak bagi lulusannya. Tenaga pengajar yang dimiliki
mencukupi untuk mengajar 3 kelas yang dibuka oleh jurusan BK Unnes, selain itu
latar belakang pendidikan dari dosen-dosennya juga sangat baik sehingga mampu
memberikan pengetahuan tentang bimbingan dan konseling yang baik, berkualitas
dan professional. Sarana dan prasarana penunjang perkuliahan juga mendukung
untuk menciptakan calon konselor yang handal, seperti adanya laboratorium,
perpustakaan dan tempat praktek latihan dalam perkuliahan.
Apabila dalam pemahaman konseling kelompok ini para guru BK lulusan
Unnes memiliki hasil yang sangat tinggi, diharapkan pula saat memberikan
layanan konseling kelompok di sekolah juga hasilnya maksimal sesuai dengan
pemahaman yang telah dimilikinya. Bagi guru BK lulusan Unnes yang belum
mengikuti PLPG meskipun sudah memiliki pemahaman yang cukup tinggi, tetap
diharapkan selalu meningkatkan kualitas layanannya di sekolah dan menambah
pengalaman serta pengetahuan-pengetahuan tentang BK.
61
1.2.2 Pemahaman Guru BK SMP Negeri Kota Semarang Lulusan Non-
Unnes tentang Konseling Kelompok
Pembahasan yang kedua adalah pembahasan hasil pemahaman guru BK
SMP Negeri Kota Semarang lulusan non-Unnes tentang konseling kelompok yang
berada pada kriteria sedang dengan persentase 63,65% dalam keseluruhan
indikator konseling kelompok mulai dari pemahaman pengertian konseling
kelompok sampai pemahaman proses penyusunan laporan. Hal ini menunjukkan
bahwa guru BK lulusan non-unnes memiliki pemahaman konseling kelompok
yang masih kurang seperti dalam hal pemahaman komponen konseling kelompok
yang mencakup tentang karakteristik dan peran pemimpin kelompok dan anggota
kelompok, serta besarnya jumlah anggota kelompok yang efektif dalam konseling
kelompok, dari beberapa hal tersebut perlu adanya peningkatan kemampuan
pemahaman konseling kelompok.
Bagi guru BK lulusan non-unnes yang sudah mengikuti PLPG memiliki
tingkat pemahaman konseling kelompok yang lebih tinggi jika dibandingkan
dengan yang belum mengikuti PLPG. Dari hal tersebut dapat terlihat bahwa jika
guru BK tersebut mau berusaha untuk menambah pengetahuan dan
pengalamannya di luar sekolah akan dapat meningkatkan kualitas layanannya.
Hasil dari penelitian untuk guru BK lulusan non-unnes berasal dari
berbagai perguruan tinggi swasta terutama yang ada di Jawa Tengah. Dari
berbagai perguruan tinggi swasta tersebut tentunya juga memiliki kurikulum
pendidikan yang berbeda bagi bekal lulusannya. Misalnya seperti pada salah satu
IKIP A di Kota Semarang ini membuka 5 kelas tetapi jumlah sks yang harus
ditempuh mahasiswanya tidak sebanyak yang diberikan oleh BK Unnes. Ada
62
universitas swasta lain di Kota Salatiga yang juga membuka jurusan bimbingan
dan konseling, sebenarnya sudah memiliki jumlah sks cukup memadai dan
berbasis multimedia hanya saja universitas tersebut kurang memberikan bekal
pendidikan praktek bagi lulusannya sehingga kurang seimbang. Ada pula salah
satu IKIP Swasta di Kota Semarang yang membuka banyak kelas jurusan
bimbingan dan konseling tetapi tidak diimbangi dengan jumlah tenaga pengajar
dan kualitas kemampuan tenaga pengajar yang memadai.
Latar belakang pendidikan dari tenaga pengajar di perguruan tinggi non-
Unnes juga memiliki kualitas yang masih belum dapat diakui secara professional,
seperti pada salah satu IKIP swasta yang memiliki jumlah tenaga pengajar tidak
seimbang dengan jumlah mahasiswa yang harus diajar. Beberapa dosen dari IKIP
tersebut ternyata merangkap sebagai guru BK di sekolah, sehingga waktu untuk
memberikan materi juga terbatas di kampus. Selain itu faktor sarana dan prasarana
penunjang juga perlu dipertimbangkan, di salah satu universitas negeri di Kota
Surakarta yang juga membuka jurusan BK kurang memiliki tempat perkuliahan
yang cukup layak untuk proses perkuliahan sehingga membuat mahasiswanya
kurang nyaman dalam perkuliahan.
Apabila pemahaman guru BK lulusan non-unnes tentang konseling
kelompok dirasa masih kurang dari bekal perguruan tinggi, diharapkan guru BK
tersebut berusaha menambah pengetahuan dan pengalamannya selama menjadi
guru BK dengan mengikuti PLPG, seminar maupun workshop tentang BK. Begitu
pula dengan guru BK di sekolah yang belum memiliki latar belakang pendidikan
bimbingan dan konseling. Sehingga diharapkan kedepannya para guru BK dapat
63
memberikan layanan bimbingan dan konseling kepada siswa di sekolah secara
lebih optimal dan berkualitas.
1.2.3 Perbedaan Pemahaman Guru BK tentang Konseling Kelompok antara
Lulusan Unnes dan Guru BK Lulusan Non-Unnes di SMP Negeri Kota
Semarang
Pada dasarnya baik guru BK lulusan unnes maupun non-unnes seharusnya
memiliki pemahaman konseling kelompok yang sama karena guru BK tersebut
sama-sama berasal dari pendidikan sarjana bimbingan konseling, meskipun ada
beberapa guru BK yang bukan lulusan bimbingan dan konseling namun mereka
pernah dan seharusnya mengikuti pelatihan-pelatihan tentang bimbingan dan
konseling.
Dari hasil analisis deskriptif diketahui bahwa pemahaman konseling
kelompok lulusan unnes berada pada kriteria sangat tinggi dalam pemahaman
keseluruhan indikator konseling kelompok mulai dari pemahaman pengertian
konseling kelompok sampai pemahaman proses penyusunan laporan dengan
persentase 84,05%. Sedangkan untuk pemahaman konseling kelompok lulusan
non-unnes berada pada tingkat sedang dengan persentase 63,65%. Dari hasil
tersebut terlihat perbedaan diantara keduanya yang mudah dijelaskan yaitu
pemahaman konseling kelompok lulusan unnes lebih baik daripada pemahaman
konseling kelompok lulusan non-unnes, dengan selisih persentase 20,36%.
Dengan selisih tertinggi ada pada indikator pemahaman komponen konseling
kelompok.
64
Ada banyak faktor penyebab perbedaan pemahaman konseling kelompok
guru BK di SMP Negeri kota Semarang ini salah satunya dikarenakan oleh latar
belakang pendidikan para guru BK tersebut dan juga banyaknya pelatihan yang
pernah diikuti selama menjadi guru BK di sekolah. Guru BK yang dari Unnes
adalah guru BK yang memang berasal dari pendidikan sarjana bimbingan
konseling, namun untuk guru BK lulusan non-unnes sebagian adalah guru BK
yang tidak memiliki latar belakang pendidikan bimbingan konseling dan ada pula
yang sedang menempuh pendidikan bimbingan dan konseling di perguruan tinggi
selain Unnes yang memiliki jadwal kuliah tidak terlalu padat sehingga bisa
dijadikan sampingan saja. Selain itu latar belakang program studi dan cara
pembelajaran di setiap perguruan tinggi yang berbeda-beda juga menyebabkan
adanya perbedaan pemahaman tersebut.
Ada beberapa perguruan tinggi selain Unnes yang membuka kelas banyak
untuk prodi bimbingan dan konseling tetapi kurang memperhatikan kualitas
pembelajarannya sehingga juga akan berpengaruh pada hasil lulusan yang
dicetaknya. Pemberian tugas mandiri untuk mahasiswa juga berpengaruh terhadap
kualitas guru BK yang sudah terjun ke dunia kerja di sekolah-sekolah. Faktor
tahun kelulusan dan lama masa kerja juga mempengaruhi tingkat pemahaman
guru BK tentang konseling kelompok, bagi guru BK yang sudah pernah mengikuti
PLPG memiliki tingkat pemahaman yang lebih tinggi dibandingkan yang belum.
Hal itu dikarenakan selama proses PLPG para guru benar-benar diberikan bekal
tentang bimbingan dan konseling baik secara teori maupun prakteknya langsung
sehingga kemampuan para guru BK diasah secara keseluruhan.
65
Dari hasil adanya perbedaan tingkat pemahaman konseling kelompok ini,
diharapkan untuk para guru BK baik lulusan Unnes maupun non-Unnes dan yang
sudah menempuh PLPG maupun yang belum agar senantiasa meningkatkan
kemampuan dan pengetahuannya tentang bimbingan dan konseling dengan
mengikuti berbagai seminar maupun workshop atau membaca buku dan mengikuti
perkembangan dunia bimbingan dan konseling. Dengan begitu diharapkan
kedepannya tidak ada lagi perbedaan kualitas layanan antara guru BK lulusan
Unnes dan non-Unnes dalam pemberian layanan BK di sekolah. Siswa di sekolah
dapat menerima layanan BK dengan optimal dan berkualitas.
1.3 Keterbatasan Peneliti
Peneliti telah berusaha melakukan penelitian sebaik mungkin, akan tetapi
penelitian ini masih memiliki beberapa keterbatasan diantaranya seperti :
(1) Penggunaan instrument test yang hanya berfokus pada segi kognitifnya saja,
sehingga kurang mengungkap pemahaman lebih mendalam lagi.
(2) Kemungkinan jawaban tidak sesuai dengan keadaan yang sebenarnya dari
responden karena alasan – alasan tertentu, meskipun peneliti sudah berupaya
menjelaskan kepada responden untuk jujur dalam menjawab pertanyaan yang
sesuai dengan pemahaman yang dimiliki.
(3) Meskipun seharusnya penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, tetapi
peneliti menggunakan kuantitatif sehingga penelitian ini hanya berfokus pada
segi kognitif saja. Penelitian ini tidak bisa menjadi penelitian kualitatif karena
jumlah sampel yang terlalu banyak.
66
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian perbandingan pemahaman antara guru BK
lulusan unnes dengan guru BK lulusan non-unnes tentang konseling kelompok,
dapat disimpulkan bahwa :
5.1.1 Pemahaman guru BK lulusan Unnes tentang konseling kelompok di SMP
Negeri Kota Semarang berada pada tingkat kriteria sangat tinggi. Indikator
yang tertinggi yaitu memahami tahap pembukaan konseling kelompok.
5.1.2 Pemahaman guru BK lulusan non-Unnes tentang konseling kelompok di
SMP Negeri Kota Semarang berada pada tingkat kriteria sedang. Indikator
yang tertinggi yaitu tentang memahami pengertian konseling kelompok.
5.1.3 Terdapat perbedaan pemahaman guru BK tentang konseling kelompok
antara lulusan Unnes dan guru BK lulusan non-Unnes di SMP Negeri Kota
Semarang. Hal ini didukung pula oleh hasil test uji beda yang dilakukan
dengan menggunakan t-test polled varian yang menunjukkan adanya hasil
beda yang signifikan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diajukan beberapa saran
untuk beberapa pihak sebagai berikut :
67
5.2.1 Untuk guru BK yang masih kurang memahami konseling kelompok
terutama bagi yang lulusan non-unnes maupun lulusan di luar jurusan
bimbingan dan konseling, hendaknya berperan aktif untuk meningkatkan
pemahaman konseling kelompoknya sesuai dengan prosedur yang berlaku,
misalnya dengan mengikuti workshop, seminar, atau bahkan menempuh
pendidikan lanjutan bimbingan dan konseling
5.2.2 Untuk sekolah yang memiliki guru BK cukup baik tetapi kurang efektif
dalam memberikan layanan, hendaknya memfasilitasi guru BK sekolahnya
untuk bisa mengembangkan kemampuan yang dimilikinya
5.2.3 Untuk perguruan tinggi yang membuka jurusan bimbingan dan konseling
baik Unnes maupun non-Unnes, hendaknya meningkatkan kualitas
pendidikannya agar dapat mencetak konselor-konselor yang ahli dan
professional di bidangnya
5.2.4 Untuk peneliti lanjutan, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan pedoman
awal bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini,
dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan instrumen yang
lebih bervariatif agar mendapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam
lagi.
68
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan (Edisi
Revisi VI). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).
Jakarta : Bumi Aksara
Azwar, Saifudin. 2006. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka
Pelajar
Daryanto. 2008. Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Corey, Gerald.1995.Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi.Bandung:
PT. Eresco
Hamalik. 1991. Manajemen Belajar di Perguruan Tinggi Bandung. ----: Sinar
Baru
Hikmawati, Fenti. 2011. Bimbingan Konseling-Edisi Revisi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada
Moloeng, Lexy J. 2004. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.
Munandir, Utami. 2004. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta :
Rineka Cipta
Nana, Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Tindakan. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya
Nasution. 2003. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung : Tarsito.
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan Kelompok Konseling Kelompok (L6 L7).
Padang.
Permendiknas No. 27 tahun 208 tentang Guru BK
Prayitno. 1994. Pokok-Pokok Pendidikan Konselor Prajabatan. Surabaya :
Ikatan Pendidik Konselor Indonesia (jurnal ilmiah)
Prayitno dan Erman Amti. 2004. Dasar – Dasar Bimbingan dan Konseling.
Jakarta : Rineka Cipta
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok (Dasar dan
Profil). Jakarta : Ghalia Indonesia
69
Prayitno,dkk. 1997. Buku II Layanan Bimbingan dan Konseling SLTP.
Padang
Rochman Natawidjaja. 1987. Pendekatan-pendekatan dalam Penyuluhan
Kelompok 1. Bandung : CV Diponegoro
Sayekti. 1994. Pengembangan Konseling Kelompok Di Perguruan Tinggi
(Implikasinya bagi Pendidikan Calon Konselor). Surabaya : Ikatan
Pendidik Konselor Indonesia (jurnal ilmiah)
Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survey. LP3ES: Jakarta
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara
Sukardi, Dewa Ketut. 2000. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan
dan Konseling di sekolah. Rineka Cipta : Jakarta
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta
Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
Sulistiawan, Neni. 2011. Studi Deskriptif Kinerja Konselor Lulusan
Bimbingan dan Konseling Unnes di SMA Negeri se-Kota Semarang
Tahun 2010/101. Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Sutrisno, Hadi. 2004. Bimbingan Menulis Skripsi&Thesis (Jilid 1).
Yogyakarta : Andi
Undang-undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 tentang Perguruan Tinggi
Wibowo, Mungin Eddy. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan.
Semarang ; UPT UNNES Press
Wijayanti, Galuh Sekar. 2011. Perbandingan Pemahaman Tugas Konselor
antara Konselor Lulusan Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Lulusan
Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di SMP Negeri dan SMA Negeri se-
Kabupaten Blora. Skripsi Universitas Negeri Semarang.
Winkel & Sri Hastuti. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
LAMPIRAN
71
DATA GURU BK SMP NEGERI KOTA SEMARANG
TAHUN AJARAN 2013/2014
(sumber : Dinas Pendidikan, 2013)
NAMA NIP TEMPAT_TUGAS
H. Nusantara , Drs.MM 19601010 198803 1 015 SMP NEGERI 1
SEMARANG
Safaatun, S.Pd 19661216 199003 2 009 SMP NEGERI 1
SEMARANG
Soeharti, S.Pd 19530717 197803 2 006 SMP NEGERI 1
SEMARANG
Sri Wresni, S.Pd 19641223 200801 2 003 SMP NEGERI 1
SEMARANG
Susetyaningsih, Dra. 19600702 198703 2 003 SMP NEGERI 1
SEMARANG
Ani Prihati Joediati, Dra,
M.Pd. 19661214 200604 2 006
SMP NEGERI 2
SEMARANG
Enny Setyawati, S.Pd. 19590314 198403 2 003 SMP NEGERI 2
SEMARANG
Sukati, S.Pd, S.Kons. 19660910 199203 2 009 SMP NEGERI 2
SEMARANG
Sri Winarni, S.Pd 196610281995122004 SMP NEGERI 3
SEMARANG
Suryo Atmojo, Drs 195703041978021006 SMP NEGERI 3
SEMARANG
Sutarno, Drs 196609071998021003 SMP NEGERI 3
SEMARANG
Binti Sulastri, S.Pd 196008141981032004 SMP NEGERI 4
SEMARANG
Helena Lilis Vonawati, S.Pd 196310071984032008 SMP NEGERI 4
SEMARANG
Binti Sulastri, S.Pd 196008141981032004 SMP NEGERI 4
SEMARANG
Helena Lilis Vonawati, S.Pd 196310071984032008 SMP NEGERI 4
SEMARANG
Sri Hariningsih, S.Pd 195704101981032008 SMP NEGERI 4
SEMARANG
Supriyono. Drs 196011291987031004 SMP NEGERI 4
SEMARANG
HARINI, S.Pd 19550810 198603 2 002 SMP NEGERI 5
SEMARANG
Lampiran 1
72
JIRAHAYU, S.Pd 19650108 198703 2 004 SMP NEGERI 5
SEMARANG
SRI ANDAYANI, S.Pd 19581125 198111 2 001 SMP NEGERI 5
SEMARANG
Renny Imelda, S.Psi, S.Pd. 19710603 200801 2 005 SMP NEGERI 6
SEMARANG
Sri Wahyu Puji Astuti, S.Pd 19720620 200801 2 004 SMP NEGERI 6
SEMARANG
Niken Prabandari,Dra 196403151987032013 SMP NEGERI 7
SEMARANG
Sri Ardiati,Dra 195610121982032009 SMP NEGERI 7
SEMARANG
Ahmad Saekhan, S.Pd 19631112 198405 1 007 SMP NEGERI 8
SEMARANG
Dewi Cahya Haksini,Dra 19620327 198803 2 006 SMP NEGERI 8
SEMARANG
Djoko Suprayitno, Drs.S.Pd,
MM 19590717 198109 1 004
SMP NEGERI 8
SEMARANG
Katmiati, S.Pd 19630407 200604 2 001 SMP NEGERI 8
SEMARANG
Agus Purjono, Drs 19610820 198703 1 007 SMP NEGERI 9
SEMARANG
Tina Atik Prihatini, Dra. 19640107 200604 2 003 SMP NEGERI 9
SEMARANG
Wiwik Diah Murniaty, S.Pd 19611027 198401 2 001 SMP NEGERI 9
SEMARANG
Dra. Siti Marfu'ah 19671212 199802 2 001 SMP NEGERI 10
SEMARANG
Dra.Muztahidah 19680727 200501 2 010 SMP NEGERI 10
SEMARANG
Hartati Agustiyani 19671023 198903 2 008 SMP NEGERI 10
SEMARANG
SRI HASTUTI, DRA 196612051990032007 SMP NEGERI 11
SEMARANG
TRISNANINGSIH, DRA 196302081987032010 SMP NEGERI 11
SEMARANG
Nunuk Malika Nurul
Hidayah, Dra. 195905221986032005
SMP NEGERI 12
SEMARANG
Sri Budi Dadiningsih, Dra. 195910021986032010 SMP NEGERI 12
SEMARANG
Suryo Muryanto, S.Pd. 196301231989031009 SMP NEGERI 12
SEMARANG
73
Suyati, S.Pd 195907161984032007 SMP NEGERI 12
SEMARANG
Agnes Hermin, S.Pd 196801211994032006 SMP NEGERI 13
SEMARANG
Henny Ernawati, S.Pd 196806152005012012 SMP NEGERI 13
SEMARANG
Muarifah, S.Pd 195706241982022002 SMP NEGERI 13
SEMARANG
Nunik Budisetyani, Kons.,
Dra 195710111986032005
SMP NEGERI 13
SEMARANG
Th. Sulistyowati, S.Pd 195804021981032007 SMP NEGERI 13
SEMARANG
Edy Budoyo, S.Pd 196505231989031010 SMP NEGERI 14
SEMARANG
RM Nentin Yulsasih, Dra. 196607192006042004 SMP NEGERI 14
SEMARANG
Sri Hartati, Dra. 195901181979032001 SMP NEGERI 14
SEMARANG
Iriani, S.Pd 19630319 198303 2 005 SMP NEGERI 15
SEMARANG
Umi Hanik, Dra. 19640101 199003 2 013 SMP NEGERI 15
SEMARANG
Bedjo Eko Prajitno, S.Pd 19591020 198601 1 003 SMP NEGERI 16
SEMARANG
Iswanti, S.Pd 19600704 198703 2 003 SMP NEGERI 16
SEMARANG
Musiamah, Dra 19671203 199802 2 002 SMP NEGERI 16
SEMARANG
Supiyarto, BA 19590404 198503 1 014 SMP NEGERI 16
SEMARANG
Dra. Sartini 196404211988032005 SMP NEGERI 17
SEMARANG
Hendiyartininhsih, S.Pd 196505131993032007 SMP NEGERI 17
SEMARANG
Maryatun, Dra 196802212005012009 SMP NEGERI 17
SEMARANG
Dra.Siti Aisyah,Kons 196704111995122001 SMP NEGERI 18
SEMARANG
Hartinigtyas,S.Pd 195902191987032003 SMP NEGERI 18
SEMARANG
Maryati, S.Pd. 196304181983032011 SMP NEGERI 19
SEMARANG
74
Dra. NANIK SETYOWATI 19631123 199512 2 001 SMP NEGERI 20
SEMARANG
Drs. YOHANES ROBIN 19540109 197701 1 001 SMP NEGERI 20
SEMARANG
FIRSTY MAHNANI Y.,
S.Pd 19601231 198111 2 011
SMP NEGERI 20
SEMARANG
Asri Mutuwanti, S.Pd 19561020 197701 2 004 SMP NEGERI 21
SEMARANG
Fuaidiyati, Dra. 19600729 198603 2 014 SMP NEGERI 21
SEMARANG
Lilis Tri Saktini, M.Pd 19650209 198903 2 006 SMP NEGERI 21
SEMARANG
Anita Rakhmi Shintasari,
S.Pd. 19770519 200903 2 001
SMP NEGERI 22
SEMARANG
Rofiin, S.Pd. 19700908 200212 1 006 SMP NEGERI 22
SEMARANG
Tunggul Widyastuti, S.Pd. 19810202 201001 2 025 SMP NEGERI 22
SEMARANG
Upiek Susilohadi, S.Pd. 195411251980122001 SMP NEGERI 23
SEMARANG
Dra. Yuniarti 19670401 199512 2 003 SMP NEGERI 24
SEMARANG
Susi Eriyani,S.Pd. 19620523 198304 2 006 SMP NEGERI 24
SEMARANG
DWI
LASWIJATI,Dra.MM.Kons. 19540105 198703 2 001
SMP NEGERI 25
SEMARANG
THERESIA INDAH
ABRIANISASI,Dra. 19660624 199003 2 006
SMP NEGERI 25
SEMARANG
YULIATININGSIH,S.Pd. 19560705 198203 2 004 SMP NEGERI 25
SEMARANG
Fendi Ermawan, S.Pd 19760226 200801 1 008 SMP NEGERI 26
SEMARANG
Rini Andayani S.Pd 19681001 200801 2 014 SMP NEGERI 26
SEMARANG
Sukasti, S.Pd 19600919 198703 2 012 SMP NEGERI 26
SEMARANG
Tri Setyaningsih, S.Pd 19730306 200801 2 011 SMP NEGERI 26
SEMARANG
Yani Husniati, S.Pd 19630129 198803 2 005 SMP NEGERI 26
SEMARANG
Mudjiono, S.Pd 19550319 198503 1 007 SMP NEGERI 27
SEMARANG
75
Surati, S.Pd 19570902 198203 2 005 SMP NEGERI 27
SEMARANG
Wiwik Soyichati, S.Pd 19541205 198103 2 004 SMP NEGERI 27
SEMARANG
Dra.Dateng Rejeki, Dewi
Cahyani, MM 19620117 198602 2 002
SMP NEGERI 28
SEMARANG
Widayati, S.Pd 19670908 200501 2 007 SMP NEGERI 28
SEMARANG
Retno Ambarwati, Dra. 196209121987032010 SMP NEGERI 29
SEMARANG
Sulistyaningsih, S.Pd. 197112052007012006 SMP NEGERI 29
SEMARANG
CH. SRI SUHARNI, S.Pd. 195304141980032008 SMP NEGERI 30
SEMARANG
Diyah Soeprobowati, S.Pd. 196902172008012005 SMP NEGERI 30
SEMARANG
Dra. WIDYANINGSIH 196209111986092001 SMP NEGERI 30
SEMARANG
Kun Indah Hartati, B.A. 196202031989032007 SMP NEGERI 30
SEMARANG
MUNADI, S.Pd. 196502161988031009 SMP NEGERI 30
SEMARANG
SUKAEMI, S.Pd. 196010101984032019 SMP NEGERI 30
SEMARANG
Sunarno, Drs. 195807071986031021 SMP NEGERI 30
SEMARANG
NURWAKHIDAH P.,
DRA 19650305 199003 2 006
SMP NEGERI 31
SEMARANG
SULISTYORINI,DRA 19600228 198803 2 004 SMP NEGERI 31
SEMARANG
RIS SUMARYANI, S.PD 19731227 199403 2 005 SMP NEGERI 31
SEMARANG
Diyah Soeprobowati, S.Pd. 196902172008012005
SMP NEGERI 32
SEMARANG
Kun Indah Hartati, B.A. 196202031989032007
SMP NEGERI 32
SEMARANG
Sunarno, Drs. 195807071986031021
SMP NEGERI 32
SEMARANG
Ch. Retnaningsih, M.Pd. 19590916 198603 2 004 SMP NEGERI 33
SEMARANG
Dra. Etty Zuraida 19620401 198703 2 006 SMP NEGERI 33
SEMARANG
76
Susilowati, S.Pd. 19581209 198503 2 006 SMP NEGERI 33
SEMARANG
Tuty Rahayu, S. Pd. 19630811 200801 2 001 SMP NEGERI 33
SEMARANG
Prihatin, S.Pd 196003241987032002 SMP NEGERI 34
SEMARANG
Sri Kusyati, S.Pd 195802031987032002 SMP NEGERI 34
SEMARANG
Sri Sunarti, Dra 196311041992032006 SMP NEGERI 34
SEMARANG
Sri Untari, S.Pd 196504211989022005 SMP NEGERI 34
SEMARANG
EKWANTO HS,BA 1957062219860310007 SMP NEGERI 35
SEMARANG
LULUS PUJIATI, S. Pd. 19650630 198902 2 002 SMP NEGERI 36
SEMARANG
Mariyoto, SPd. 19641018 199802 1 002 SMP NEGERI 36
SEMARANG
Marta Suliastiningsih, SPd,
M.Si 19750313 200701 2 017
SMP NEGERI 36
SEMARANG
Nanik Dwihastuti, S.Pd.
M.Si 19750930 199403 2 002
SMP NEGERI 36
SEMARANG
Endang Pudji Astuti, S.Pd. 196007301979112004 SMP NEGERI 37
SEMARANG
Kristina Yuliati, Dra. 196607152005012003 SMP NEGERI 37
SEMARANG
Endriana Ambarwati, S.Pd. 19640115 199802 2 001 SMP NEGERI 38
SEMARANG
Wigati Yanti,S.Pd. 19621214 198803 2 006 SMP NEGERI 38
SEMARANG
Antonius Sri Gunadi, SH 19560612 197703 1 003 SMP NEGERI 39
SEMARANG
Budi Suryanti, S Pd 19620814 199302 2 001 SMP NEGERI 39
SEMARANG
Dra. Sri Setyaningsih 19630808 199412 2 001 SMP NEGERI 39
SEMARANG
Kusriningsih, S.Pd 19670908 200212 2 001 SMP NEGERI 39
SEMARANG
Sri Rejeki, S.Pd 19640402 198703 2 011 SMP NEGERI 39
SEMARANG
Biif Nur Wahyu Eny, Dra 19640830 198903 2 002 SMP NEGERI 40
SEMARANG
77
Dra. Siwinarti 19590507 198703 2 003 SMP NEGERI 40
SEMARANG
Eka Parasita, Dra 19660914 199512 2 003 SMP NEGERI 40
SEMARANG
Enggi Suwahuni, S.Pd. 19740412 200701 2 020 SMP NEGERI 41
SEMARANG
Nunik Prihatini, S.Pd. 19770625 200801 2 009 SMP NEGERI 41
SEMARANG
DAFTAR SAMPEL PENELITIAN
Lampiran 2
78
GURU BK SMP NEGERI KOTA SEMARANG TAHUN AJARAN 2013/2014
Wilayah Nama Sekolah Nama Guru BK
Pusat Kota SMP Negeri 2 Ani Prihati Joediati, Dra, M.Pd.
Enny Setyawati, S.Pd.
Sukati, S.Pd, S.Kons.
SMP Negeri 3 Sri Winarni, S.Pd
Suryo Atmojo, Drs
Sutarno, Drs
SMP Negeri 32 Diyah Soeprobowati, S.Pd.
Kun Indah Hartati, B.A.
Sunarno, Drs.
Jumlah 3 sekolah 9 guru
Transisi/perbatasan SMP Negeri 1 H. Nusantara , Drs.MM
Safaatun, S.Pd
Soeharti, S.Pd
Sri Wresni, S.Pd
SMP Negeri 10 Dra. Siti Marfu'ah
Dra.Muztahidah
Hartati Agustiyani
SMP Negeri 33 Dra. Etty Zuraida
Susilowati, S.Pd.
Tuty Rahayu, S. Pd.
SMP Negeri 17 Dra. Sartini
Hendiyartininhsih, S.Pd
Maryatun, Dra
SMP Negeri 27 Mudjiono, S.Pd
Surati, S.Pd
Wiwik Soyichati, S.Pd
Nurisdina, S.Pd
SMP Negeri 14 Edy Budoyo, S.Pd
Dra. RM Nentin Yulsasih
Dra. Sri Hartati
Pribadi, S.Pd
Jumlah 6 sekolah 22 guru
Pinggiran SMP Negeri 24 Dra. Yuniarti
Susi Eriyani,S.Pd.
Dyan Umi R, S.Pd
Candra Aprilia, S.Pd
SMP Negeri 22 Anita Rakhmi Shintasari, S.Pd.
79
Rofiin, S.Pd.
Tunggul Widyastuti, S.Pd.
Agus Prabowo S.B, M.Pd
Jumlah 2 sekolah 8 guru
KISI-KISI INSTRUMEN UJI COBA PEMAHAMAN KONSELING
KELOMPOK GURU BK
Lampiran 3
80
Variabel Komponen Indikator Deskriptor Item
+ -
Pemahaman
konseling
kelompok
2. Memaha
mi konsep
dasar
konseling
kelompok
1.3 Mengerti
pengertian
konseling
kelompok
1.3.1 Konsep dasar konseling
kelompok
1.3.2 Proses interaksi yang
ada dalam konseling
kelompok
1,2,3,4,
5
7,11
6,8
9,10,12
1.4 Mengerti
tujuan
konseling
kelompok
1.4.1 Tujuan umum
konseling kelompok
1.4.2 Tujuan khusus
konseling kelompok
14,18
13,20
17,16
15,19
2.3 Mengerti
asas-asas
konseling
kelompok
2.3.1 Asas kerahasiaan
2.3.2 Asas kekinian
23,31
34,40
21,27
24,37
2.3.3 Asas kesukarelaan 22,26 29,35
2.3.4 Asas keterbukaan 32,43 36,39
2.3.5 Asas kegiatan 25,42 30,44
2.3.6 Asas kenormatifan 33,28 41,38
2.4 Mengerti
komponen
konseling
kelompok
2.4.1 Karakteristik dan peran
pemimpin kelompok
45,47,
53
46,48
2.4.2 Karakteristik dan peran
anggota kelompok
56,58 54,57
1.5.3 Besarnya jumlah
anggota kelompok
yang efektif
49,50,
55
51,52
1.6 Mengerti
persamaan
dan
perbedaan
konseling
kelompok
dengan
bimbingan
kelompok
1. Persamaan konseling
kelompok dengan
bimbingan kelompok
60,61 62,65
2. Perbedaan bimbingan
kelompok dan
konseling kelompok
63,66 59,64
3 Memaham
i prosedur
pelaksana
an
konseling
kelompok
2.3 Mengerti
cara
perekrutan
anggota
konseling
kelompok
2.3.1 Sosialisasi konseling
kelompok kepada siswa
di sekolah
67,68 69,73
2.3.2 Teknik perekrutan
anggota kelompok
71,72 70,74
2.4 Mengerti 2.4.1 Menerima anggota 75,77 76,78
81
tahap
pembukaan
konseling
kelompok
kelompok lalu
memimpin doa
(rapport)
2.4.2 Menjelaskan
pengertian,tujuan,
cara, dan asas
pelaksanaan konseling
kelompok
79,80, 81,82,
85
2.2.4 Kesepakatan waktu,
perkenalan dan
permainan
83,84,
87
86,
88
2.3 Mengerti
tahap
peralihan
dalam
konseling
kelompok
2.5.1 Menjelaskan kembali
kegiatan konseling
kelompok
91,
94
89,
95
2.5.2 Melihat kesiapan
anggota kelompok dan
menjelaskan batasan
masalah
90,
93
92,
96
2.6 Mengerti
tahap
kegiatan
konseling
kelompok
2.6.1 Memberikan contoh
masalah pribadi
97,
100
101,
105
2.6.2 Mempersilahkan
anggota kelompok
mengemukakan topik
masalah pribadi
kemudian membahas
masalah terpilih
99,
102,
103
98,
108
2.6.3 Kegiatan selingan dan
penyimpulan kegiatan
107,
109
104,
106
2.6 Mengerti
tahap
pengakhiran
konseling
kelompok
2.6.1 Menjelaskan kegiatan
akan diakhiri dan
penilaian segera (UCA)
110,
112
111,
116
2.6.2 Pembahasan kegiatan
lanjutan
115,
118
113,
120
2.5.4 Mengemukakan pesan
dan harapan 114,
117
119,
121
2.8 Mengerti
proses
evaluasi dan
tindak lanjut
2.8.1 Evaluasi isi, dampak,
dan proses
122,
125
123,
124
2.8.2 Menetapkan jenis dan
arah tindak lanjut
128,
133
126,
130
82
konseling
kelompok
2.8.3 Mengkomunikasikan
rencana tindak lanjut
kepada pihak terkait
129,
131
132,
127
2.9 Mengerti
proses
penyusunan
laporan
2.9.1 Menyusun laporan
konseling kelompok
dan menyampaikan
pada pihak terkait
136,
140
135,
137
2.9.2 Mendokumentasikan
laporan layanan
138,
134
139,
141
97
ANGKET UJI COBA
“PEMAHAMAN GURU BK TENTANG LAYANAN KONSELING KELOMPOK”
Identitas Peneliti
Nama : Desta Rizky Budiarti
NIM : 1301409047
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Semester : 9 (sembilan)
Informasi
Dalam rangka penyelesaian studi dan penulisan skripsi dengan judul “Survey
Pemahaman Konseling Kelompok pada Guru BK Lulusan UNNES dengan Lulusan Non-Unnes
di SMP Negeri se-Kota Semarang”. Saya mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk
memberikan jawaban yang jujur sesuai dengan pemahaman Bapak/Ibu tentang konseling
kelompok. Melalui keterangan Bapak/Ibu dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk membantu meningkatkan mutu bimbingan dan konseling di sekolah. Atas partisipasi,
bantuan dan kerjasamanya, saya sampaikan terimakasih.
Petunjuk
Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan konseling kelompok.
Bapak/Ibu diharapkan mengisi sesuai pemahamannya terhadap masing-masing pernyataan
tersebut dengan memberi tanda centang (V) di bawah kolom yang sesuai.
Jawaban ditulis pada lembar jawaban yang telah disediakan.
B : bila pernyataan tersebut dianggap benar oleh responden
S : bila pernyataan tersebut dianggap salah oleh responden
Contoh Pengisian
1. Konseling kelompok dipimpin oleh pemimpin kelompok yaitu guru BK
No B S
1 V
Lampiran 4
98
- Selamat Mengerjakan -
No Pernyataan
1 Konseling kelompok merupakan salah satu cara untuk menangani konflik antar pribadi
dan membantu pengembangan kemampuan pribadi
2 Konseling kelompok bersifat pencegahan dan penyembuhan
3 Konseling kelompok terfokus pada kesadaran berpikir dan tingkah laku
4 Konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu yang bersifat
pencegahan dan penyembuhan
5 Konseling kelompok secara langsung terfokus pada masalah pribadi yang dialami
masing-masing anggota kelompok
6 Orientasi konseling kelompok pada pengembangan wawasan, penghayatan, aspirasi
dan sikap terhadap topik yang dibahas
7 Konseling kelompok dapat dilakukan di ruangan terbuka, seperti taman, lapangan
sekolah, perpustakaan, dll
8 Konseling kelompok sama seperti kegiatan diskusi antara guru BK dengan siswa di
sekolah
9 Permainan kelompok kurang sesuai jika diterapkan dalam konseling kelompok
10 Konseling kelompok hanya boleh dilakukan di ruangan tertutup untuk menjaga
kerahasiaannya
11 Teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam melakukan konseling
kelompok mengacu pada berkembangnya dinamika kelompok
12 Sikap anggota kelompok yang kurang terbuka selama konseling kelompok
berlangsung merupakan hal yang wajar
13 Konseling kelompok bertujuan mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan
dinamika kelompok
14 Tujuan umum konseling kelompok sama dengan tujuan bimbingan kelompok yaitu
mengembangkan kemampuan komunikasi siswa
15 Pengembangan perasaan, pikiran, persepsi dan kemampuan bersosialisasi/komunikasi
bukan tujuan dari konseling kelompok
99
16 Konseling kelompok bukan bertujuan untuk mengembangkan bakat dan minat
masing-masing anggota kelompok
17 Tujuan umum konseling kelompok adalah pembahasan masalah pribadi individu
18 Konseling kelompok dapat membantu meringankan pikiran yang suntuk, buntu
ataupun beku melalui berbagai masukan dari anggota kelompok
19 Adanya imbas atau dampak dari pemecahan masalah individu bukan termasuk tujuan
konseling kelompok melainkan sebagai tindak lanjut saja.
20 Konseling kelompok dapat membantu mengentaskan masalah klien tanpa melalui
dinamika kelompok
21 Konseling kelompok hanya membutuhkan asas kerahasiaan tanpa menerapkan asas-
asas yang lainnya karena masalah yang dibahas bersifat pribadi
22 Pendapat,usulan maupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat sukarela
23 Janji rahasia harus diucapkan oleh seluruh anggota kelompok dan pemimpin
kelompok sebelum memulai konseling kelompok
24 Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok boleh masalah yang sudah pernah
dialami oleh anggota kelompok
25 Hasil dari konseling kelompok tidak akan berarti jika klien tidak melakukan kegiatan
apapun untuk mencapai tujuannya
26 Kehadiran anggota kelompok secara sukarela termasuk salah satu aspek yang harus
dipenuhi dalam konseling kelompok
27 Janji rahasia tidak harus diucapkan oleh anggota kelompok karena seluruh anggota
kelompok pasti sudah bisa menjaga rahasia dari teman-temannya sendiri
28 Setiap anggota kelompok harus dapat menghargai pendapat anggota lainnya dalam
konseling kelompok
29 Siswa yang hadir dalam konseling kelompok boleh dipanggil atau dipilih oleh
konselor untuk mengikuti konseling kelompok
30 Asas kegiatan tidak perlu dilakukan oleh pemimpin kelompok, cukup anggotanya saja
31 Asas kerahasiaan memegang peranan penting dalam konseling kelompok
32 Anggota kelompok harus bisa terbuka dalam menyampaikan pendapat atau
100
masalahnya demi kelancaran proses konseling kelompok
33 Cara menyampaikan pendapat ataupun usulan dalam konseling kelompok secara
bergantian dan mengangkat tangan terlebih dahulu sebelum diperkenankan oleh
pemimpin kelompok untuk berbicara
34 Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok adalah masalah yang saat itu juga
sedang dihadapi oleh anggota kelompok
35 Anggota kelompok yang mengikuti konseling kelompok boleh hasil ajakan dari teman
di kelasnya untuk ikut menemani
36 Anggota kelompok boleh bersikap tertutup pada pemimpin kelompok karena
masalahnya terlalu pribadi untuk dikemukakan
37 Anggota kelompok boleh membahas masalah teman dekatnya yang tidak hadir dalam
konseling kelompok
38 Pemimpin kelompok boleh bersikap bebas sesuai kehendaknya dalam kelompok
39 Anggota kelompok boleh menangis sampai puas dan lega, karena itu salah satu bentuk
keterbukaannya dalam mengemukakan masalahnya
40 Pemilihan masalah dilihat dari mendesak atau tidaknya suatu masalah untuk
diselesaikan bersama pada saat itu juga
41 Anggota kelompok boleh saling menyalahkan dan memojokkan anggota yang lain
42 Pemimpin kelompok berperan penting dalam proses kegiatan konseling kelompok
43 Keterbukaan tidak hanya diperlukan dari anggota kelompok, tetapi pemimpin
kelompok juga perlu terbuka
44 Konseling kelompok tetap bisa berjalan normal dan lancar meskipun anggota
kelompok tidak sepenuhnya terbuka mengemukakan pendapatnya
45 Pemimpin kelompok adalah guru BK atau konselor yang sudah terlatih dalam
menyelenggarakan praktik konseling professional
46 Salah satu anggota kelompok boleh menjadi pemimpin kelompok yang ditunjuk oleh
konselor dengan beberapa pertimbangan
47 Seorang pemimpin kelompok harus memiliki wawasan yang luas dan tajam sehingga
mampu mengikuti pembahasan dalam kelompok
101
48 Seorang pemimpin boleh tidak jujur dan tidak terbuka sepenuhnya dalam kelompok
untuk menunjukkan kesan yang baik bagi anggota kelompok
49 Jumlah anggota konseling kelompok yang efektif terdiri atas 6-8 orang
50 Pemimpin kelompok perlu melakukan penstrukturan konseling kelompok
51 Homogenitas/heterogenitas anggota kelompok tidak berpengaruh terhadap proses
konseling kelompok
52 Kelompok yang homogen lebih efektif dalam konseling kelompok
53 Pemimpin kelompok perlu menguasai teknik-teknik konseling dalam pelaksanaan
konseling kelompok
54 Peranan anggota kelompok tidak terlalu penting dalam konseling kelompok, karena
sudah ada pemimpin kelompok yang mengatur jalannya konseling kelompok
55 Kelompok yang heterogen lebih efektif dalam konseling kelompok
56 Mendengar, memahami dan merespon (3-M) merupakan salah satu aktifitas mandiri
anggota kelompok
57 Aktifitas mandiri anggota kelompok berarti bahwa setiap siswa diharapkan bersikap
individual meskipun sedang dalam format kelompok
58 Peran anggota kelompok bersifat dari, oleh, dan untuk anggota kelompok sendiri
59 Perbedaan yang paling pokok antara konseling kelompok dengan bimbingan
kelompok terletak pada jumlah anggota kelompok
60 Konseling kelompok boleh menggunakan kelompok yang sama dengan kelompok
yang digunakan untuk bimbingan kelompok
61 Layanan konseling kelompok dan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan oleh
pemimpin kelompok yang sama
62 Konseling kelompok membahas masalah umum yang ada kaitannya dengan anggota
kelompok
63 Perbedaan pokok bimbingan kelompok dan konseling kelompok terletak pada materi
pembahasannya
64 Konseling kelompok membahas masalah umum yang menjadi perhatian anggota
kelompok
102
65 Penggunaan kelompok yang sama dari konseling kelompok dan bimbingan kelompok
akan menimbulkan kebingungan bagi anggota kelompok
66 Perbedaan bimbingan dan konseling kelompok terletak pada perbedaan orientasinya
atau tujuannya
67 Konselor boleh membuat pengumuman di mading sekolah untuk mengajak siswa
mengikuti konseling kelompok
68 Guru BK harus mengenalkan konseling kelompok pada siswa di sekolah
69 Konseling kelompok tidak terlalu penting untuk diketahui oleh siswa di sekolah,
dengan layanan klasikal saja sudah cukup bagi siswa
70 Konselor boleh memanggil siswa-siswa terpilih untuk mengikuti konseling kelompok
71 Konselor bisa membagi siswa menjadi beberapa kelompok dalam satu kelas untuk
mengikuti konseling kelompok
72 Guru BK bisa membagi siswa dalam satu kelas berdasarkan nomer urutnya untuk
membentuk kelompok dalam mengikuti konseling kelompok
73 Konseling kelompok di sekolah tidak perlu rutin dilakukan, cukup dengan konseling
individual saja
74 Guru BK boleh memberikan sangsi pada siswa yang tidak mau mengikuti konseling
kelompok di sekolah
75 Pemimpin kelompok harus memimpin doa sebelum melaksanakan konseling
kelompok
76 Doa sebelum memulai konseling kelompok boleh dipimpin oleh salah satu anggota
kelompok
77 Penerimaan dari pemimpin kelompok yang baik akan membuat anggota kelompok
merasa senang dan dihargai
78 Setelah menerima anggota kelompok, pemimpin kelompok langsung memulai
konseling kelompok
79 Sebelum memulai konseling kelompok, pemimpin kelompok menjelaskan pengertian
dan tujuan diadakannya konseling kelompok
80 Cara pelaksanaan konseling kelompok harus dijelaskan secara sangat detail dan
103
lengkap agar proses konseling kelompok berjalan lancer
81 Pemimpin kelompok tidak perlu menjelaskan pengertian dan tujuan konseling
kelompok karena anggota kelompok sudah bisa paham sendiri setelah nanti mengikuti
kegiatan kelompok
82 Pemimpin kelompok hanya perlu menjelaskan asas kerahasiaan karena kegiatan ini
bersifat lebih pribadi dan rahasia
83 Pemimpin kelompok dan anggota kelompok perlu membuat kesepakatan waktu dalam
konseling kelompok
84 Kesepakatan waktu yang ideal dalam konseling kelompok sekitar 45-60 menit
85 Dalam satu pertemuan konseling kelompok bisa membahas lebih dari 1 masalah siswa
86 Permainan tidak perlu dilakukan karena sesama anggota kelompok sudah saling
mengenal dan untuk mempersingkat waktu
87 Dinamika kelompok mampu ditumbuhkan melalui permainan dan perkenalan
kelompok
88 Tidak perlu melakukan perkenalan antar anggota kelompok dan pemimpin kelompok
karena sudah saling mengenal dalam satu sekolah
89 Untuk mempersingkat waktu agar lebih efisien, setelah pembukaan langsung pada
tahap kegitan
90 Pemimpin kelompok perlu memperhatikan kesiapan anggota kelompok sebelum
memulai kegiatan konseling kelompok
91 Penjelasan ulang tentang konseling kelompok perlu diberikan setelah permainan
92 Pemimpin kelompok tidak perlu menjelaskan batasan masalah dalam konseling
kelompok
93 Pemimpin kelompok boleh menanyakan pada anggota kelompok terkait kesiapannya
melanjutkan konseling kelompok
94 Penjelasan kegiatan konseling kelompok berperan penting demi kelancaran konseling
kelompok sampai akhir
95 Penjelasan ulang tentang konseling kelompok hanya membuang-buang waktu
96 Setelah permainan selesai, pemimpin kelompok langsung masuk pada tahap kegiatan
104
meskipun kondisi anggota kelompok belum kondusif kembali
97 Pemimpin kelompok harus memberikan contoh masalah yang dapat dibahas dalam
konseling kelompok
98 Pemimpin kelompok langsung memilih salah satu siswa untuk mengemukakan
masalah pribadinya di dalam kelompok
99 Pemimpin kelompok membahas masalah bersama-sama dengan anggota kelompok
dengan komunikasi dua arah
100 Pemimpin kelompok boleh memberikan contoh masalah pribadi yang sedang
dialaminya
101 Anggota kelompok sudah mengerti apa yang akan dibahas dalam konseling kelompok,
sehingga tidak perlu diberikan contoh lagi
102 Pemimpin kelompok mempersilahkan anggota kelompok untuk mengemukakan topik
masalahnya secara bergantian
103 Masalah yang akan dibahas dalam kelompok merupakan hasil pilihan bersama dalam
kelompok
104 Kegiatan selingan tidak penting untuk dilakukan dalam konseling kelompok karena
akan memecah konsentrasi anggota kelompok
105 Salah satu anggota kelompok dapat memberikan contoh masalah pribadinya
106 Penyimpulan kegiatan dilakukan pada akhir kegiatan konseling kelompok
107 Sebelum kegiatan diakhiri, pemimpin kelompok melakukan penyimpulan kegiatan
108 Anggota kelompok meminta pada pemimpin kelompok untuk masalahnya saja yang
dibahas tanpa melihat masalah anggota kelompok yang lainnya
109 Salah satu bentuk kegiatan selingan dapat berupa permainan sederhana atau
merenggangkan otot-otot yang kaku untuk mencairkan suasana
110 Pemimpin kelompok harus menjelaskan pada anggota kelompok bahwa kegiatan akan
segera berakhir sesuai kesepakatan waktu bersama
111 Pemimpin kelompok langsung melakukan penilaian segera untuk mempersingkat
waktu
112 Penilaian segera mencakup tentang pemahaman, kenyamanan selama kegiatan, dan
105
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
113 Setelah masalah yang dibahas selesai, maka kegiatan konseling kelompok juga
berakhir jadi tidak perlu melakukan kegiatan lanjutan
114 Anggota kelompok boleh menyampaikan pesan, kesan dan harapannya pada
pemimpin kelompok dan kegiatan konseling kelompok
115 Perlu dilakukan pembahasan kegiatan lanjutan untuk membahas masalah-masalah lain
yang belum sempat dibahas
116 Pemimpin kelompok tidak memberikan arahan kepada anggota kelompok saat mengisi
UCA tertulis
117 Pesan, kesan dan harapan dapat disampaikan melalui laiseg tertulis
118 Pemimpin kelompok harus menawarkan pertemuan lanjutan
119 Anggota kelompok tidak perlu menyampaikan pesan, kesan dan harapan secara lisan,
cukup mengisi laiseg tertulis saja
120 Setelah konseling kelompok selesai, maka pemimpin kelompok tidak perlu membahas
masalah dari anggota lain yang belum sempat dibahas dalam kesempatan tersebut
121 Pesan, kesan dan harapan hanya perlu disampaikan oleh klien yang masalahnya
dibahas
122 Evaluasi yang perlu dilakukan dalam konseling kelompok adalah evaluasi isi, dampak
dan proses
123 Evaluasi yang perlu dilakukan dalam konseling kelompok adalah evaluasi pemimpin
kelompok, anggota kelompok, dan masalah yang dibahas
124 Evaluasi tidak mempertanyakan pemahaman anggota kelompok terkait alternatif
pemecahan masalah yang telah dibahas bersama-sama
125 Laiseg secara tertulis merupakan salah satu bentuk evaluasi
126 Setelah kegiatan konseling kelompok selesai maka masalah siswa juga sudah selesai
sepenuhnya, dan tidak membutuhkan tindakan yang lainnya
127 Rencana tindak lanjut cukup diketahui oleh guru-guru BK saja
128 Pemimpin kelompok menetapkan jenis dan arah tindak lanjut melalui proses diskusi
106
dengan pihak-pihak terkait
129 Rencana tindak lanjut perlu disampaikan pada kepala sekolah dan guru kelas
130 Semua bentuk tindak lanjut konseling kelompok dilakukan dengan konseling individu
131 Guru BK boleh mengundang orang tua siswa yang dibahas masalahnya untuk
berdiskusi
132 Pemimpin kelompok langsung melaksanakan tindak lanjut sendiri tanpa bantuan pihak
lain
133 Anggota kelompok yang dibahas masalahnya diajak berdiskusi untuk menetapkan
tindak lanjut
134 Laporan konseling kelompok boleh diarsipkan dalam bentuk softfile saja
135 Pemimpin kelompok tidak perlu menyusun laporan hasil konseling kelompok karena
dalam lingkup sekolah sendiri
136 Hasil laporan konseling kelompok perlu disampaikan pada kepala sekolah
137 Siswa terkait yang dibahas masalahnya juga perlu diberi laporan dari konseling
kelompok
138 Laporan konseling kelompok perlu didokumentasikan dalam bentuk hardfile oleh
pihak sekolah dan arsip guru BK
139 Guru BK tidak perlu membuat laporan konseling kelompok karena masih berada
dalam lingkup sekolahnya sendiri
140 Penyusunan laporan konseling kelompok harus sesuai prosedur secara sistematis dan
dilaporkan pada pihak-pihak terkait
141 Mendokumentasikan laporan layanan berarti memfoto proses konseling kelompok
HASIL VALIDITAS DAN RELIABILITAS PEMAHAMAN KONSELING KELOMPOK
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 R-1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
2 R-2 0 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1
3 R-3 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0
4 R-4 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
5 R-5 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0
6 R-6 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1
7 R-7 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1
8 R-8 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1
9 R-9 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1
10 R-10 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 R-11 1 0 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0
12 R-12 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
13 R-13 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0
14 R-14 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1
15 R-15 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
16 R-16 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0
17 R-17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
18 R-18 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
19 R-19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
20 R-20 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
SX 11 9 16 14 15 16 15 13 13 16 12 13
SX2 11 9 16 14 15 16 15 13 13 16 12 9
SXY 957 970 1530 1135 1445 1508 1438 1330 1295 1510 1201 1213
rxy -0.029 0.638 0.554 -0.359 0.523 0.458 0.495 0.698 0.569 0.466 0.532 0.267
rtabel 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
KriteriaTidak
ValidValid Valid
Tidak
ValidValid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tidak
Valid
sb2 0.2605 0.2605 0.1684 0.2211 0.1974 0.1684 0.1974 0.2395 0.2395 0.1684 0.2526 0.2395
No KodeV
alid
itas
Rel
iabi
litas
BUTIR SOAL
107
LA
MP
IRA
N 5
13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1
1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0
1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1
1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0
0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 1 0
0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0
1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1
0 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1
1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1
0 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 0 0
1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 0
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1
16 15 12 12 8 14 14 9 15 15 10 13 9 11
16 15 11 13 6 11 10 9 16 15 11 13 6 11
1530 1460 1181 1190 693 1347 1181 839 1470 1426 876 1134 925 1105
0.554 0.584 0.460 0.492 -0.032 0.455 -0.182 0.174 0.625 0.446 -0.005 -0.025 0.478 0.494
0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
Valid Valid Valid ValidTidak
ValidValid
Tidak
Valid
Tidak
ValidValid Valid
Tidak
Valid
Tidak
ValidValid Valid
0.1684 0.1974 0.2526 0.2526 0.2526 0.2211 0.2211 0.2605 0.1974 0.1974 0.2632 0.2395 0.2605 0.2605
BUTIR SOAL
108
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0
0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0
0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0
1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 1 0
0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1
1 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1
0 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1
0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 0
1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0
0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 10 13 12 11 10 10 14 18 6 18 14 16 12
10 9 13 11 10 10 11 14 18 8 17 15 15 9
992 1028 1268 1179 1129 1063 1015 1371 1604 671 1659 1294 1530 1184
0.095 0.530 0.470 0.453 0.579 0.653 0.484 0.547 0.144 0.555 0.466 0.252 0.554 0.471
0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
Tidak
ValidValid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tidak
ValidValid Valid
Tidak
ValidValid Valid
0.2605 0.2632 0.2395 0.2526 0.2605 0.2632 0.2632 0.2211 0.0947 0.2211 0.0947 0.2211 0.1684 0.2526
BUTIR SOAL
109
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1
1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1
0 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0
0 1 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 0 1
1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 0
1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0
1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
15 15 13 12 14 10 13 14 12 13 12 7 12 13
15 15 14 13 15 10 12 15 13 13 12 8 13 13
1497 1382 1287 1198 1361 1031 1309 1234 1187 1302 1212 633 1089 1299
0.735 0.267 0.540 0.521 0.509 0.540 0.621 0.021 0.481 0.595 0.571 0.069 0.129 0.584
0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
ValidTidak
ValidValid Valid Valid Valid Valid
Tidak
ValidValid Valid Valid
Tidak
Valid
Tidak
ValidValid
0.1974 0.1974 0.2395 0.2526 0.2211 0.2632 0.2395 0.2211 0.2526 0.2395 0.2526 0.2395 0.2526 0.2395
BUTIR SOAL
110
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0
1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1
1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1
1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1
0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0
1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1
0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1
1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
16 14 16 14 14 9 15 13 16 9 14 11 7 14
19 11 13 13 12 11 16 14 15 9 14 12 10 4
1296 1350 1525 1363 1406 917 1436 1332 1523 918 1370 1126 787 1361
-0.475 0.467 0.532 0.517 0.682 0.450 0.487 0.706 0.524 0.454 0.543 0.569 0.637 0.509
0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
Tidak
ValidValid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
0.1684 0.2211 0.1684 0.2211 0.2211 0.2605 0.1974 0.2395 0.1684 0.2605 0.2211 0.2605 0.2395 0.2211
BUTIR SOAL
111
69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82
1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1
1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0
1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 0 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0
1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0
0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1
0 0 1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0
0 1 1 0 0 0 0 1 1 0 1 1 0 0
0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 0
1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0
1 0 0 0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0
1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0
1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 0
1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
16 8 14 8 7 14 11 10 13 9 18 17 13 8
13 8 13 18 15 12 14 13 10 16 11 9 16 14
1521 646 1371 841 770 1400 969 914 1273 975 1688 1586 1359 856
0.515 -0.201 0.547 0.499 0.575 0.659 0.013 0.128 0.488 0.655 0.636 0.465 0.805 0.553
0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
ValidTidak
ValidValid Valid Valid Valid
Tidak
Valid
Tidak
ValidValid Valid Valid Valid Valid Valid
0.1684 0.2526 0.2211 0.2526 0.2395 0.2211 0.2605 0.2632 0.2395 0.2605 0.0947 0.1342 0.2395 0.2526
BUTIR SOAL
83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1
0 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0
1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0
1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0
0 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 0
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
0 1 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 0 0
0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0
0 1 0 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0
0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0
0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
11 10 4 10 14 13 13 17 12 13 15 13 13 7
13 13 9 10 11 10 9 10 12 11 13 12 11 11
1052 1036 398 1018 1350 1342 1319 1620 1231 1300 1442 1295 1267 709
0.307 0.558 0.207 0.495 0.467 0.743 0.658 0.632 0.639 0.588 0.511 0.569 0.466 0.350
0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
Tidak
ValidValid
Tidak
ValidValid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Tidak
Valid
0.2605 0.2632 0.1684 0.2632 0.2211 0.2395 0.2395 0.1342 0.2526 0.2395 0.1974 0.2395 0.2395 0.2395
BUTIR SOAL
112
97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1
1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 1 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0
1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0
1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1
1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0
0 0 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0
1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1
1 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
17 9 10 10 14 11 11 14 11 6 13 16 18 14
11 13 18 5 18 12 14 11 15 14 13 13 13 6
1598 933 1027 1018 1391 1098 1124 1377 1048 469 1275 1565 1688 1349
0.524 0.507 0.526 0.495 0.624 0.470 0.562 0.570 0.293 -0.221 0.495 0.708 0.636 0.463
0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid ValidTidak
Valid
Tidak
ValidValid Valid Valid Valid
0.1342 0.2605 0.2632 0.2632 0.2211 0.2605 0.2605 0.2211 0.2605 0.2211 0.2395 0.1684 0.0947 0.2211
BUTIR SOAL
113
111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0
0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1
0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1
0 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 1 0 0
0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1
0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0
0 0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0
0 0 0 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1
0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0
0 0 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1
1 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1
0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0
0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1
0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
7 13 13 16 16 10 10 10 15 11 14 14 14 12
13 16 14 14 9 10 14 14 19 11 15 12 15 10
749 1280 1286 1523 1530 918 1006 1014 1441 1094 1429 1208 1402 1111
0.497 0.514 0.536 0.524 0.554 0.143 0.452 0.480 0.507 0.455 0.770 -0.079 0.666 0.208
0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
Valid Valid Valid Valid ValidTidak
ValidValid Valid Valid Valid Valid
Tidak
ValidValid
Tidak
Valid
0.2395 0.2395 0.2395 0.1684 0.1684 0.2632 0.2632 0.2632 0.1974 0.2605 0.2211 0.2211 0.2211 0.2526
BUTIR SOAL
114
125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138
1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1
1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1
0 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1
1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1
0 0 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0
1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
0 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 1 1
1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 0 1
1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1
0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0
0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1
1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1
1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1
0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1
13 10 9 9 17 11 9 7 16 13 15 11 17 18
16 12 15 9 14 12 10 4 14 7 15 14 15 16
1271 1021 932 947 1620 1014 922 733 1516 1276 1491 1114 1582 1661
0.481 0.505 0.503 0.556 0.632 0.172 0.468 0.438 0.493 0.499 0.710 0.526 0.445 0.478
0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444 0.444
Valid Valid Valid Valid ValidTidak
ValidValid
Tidak
ValidValid Valid Valid Valid Valid Valid
0.2395 0.2632 0.2605 0.2605 0.1342 0.2605 0.2605 0.2395 0.1684 0.2395 0.1974 0.2605 0.1342 0.0947
BUTIR SOAL
115
139 140 141
1 1 1 123 15129
1 0 0 99 9801
1 1 0 94 8836
1 0 0 68 4624
0 1 1 30 900
1 0 0 59 3481
1 0 1 37 1369
0 0 0 70 4900
0 0 1 68 4624
1 0 0 103 10609
0 1 0 64 4096
1 1 1 68 4624
0 1 0 76 5776
1 0 1 108 11664
1 0 1 110 12100
1 0 0 91 8281
1 1 0 120 14400
1 0 1 119 14161
1 0 0 121 14641
1 1 1 127 16129
15 8 9 1755 170145
15 13 13
1447 702 790
0.531 0.000 0.001 k = 141
0.444 0.444 0.444 Ssb2 = 31.64
ValidTidak
Valid
Tidak
Validst
2 = 849.67
0.1974 0.2526 0.2605 r11 = 0.970
Y2Y
116
117
118
KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN
PEMAHAMAN KONSELING KELOMPOK
Variabel Sub
Variabel
Indikator Deskriptor Item
+ -
Mengerti
Pemahaman
konseling
kelompok
1. Memahami
konsep
dasar
konseling
kelompok
1.1 Mengerti
pengertian
konseling
kelompok
1.1.1 Paham konsep dari
konseling kelompok
1.1.2 Proses interaksi yang
ada dalam konseling
kelompok
1,2,
5,9
4,6
7,8
1.2 Mengerti
tujuan
konseling
kelompok
1.2.1 Tujuan umum
konseling kelompok
1.2.2 Tujuan khusus
konseling kelompok
11,14
10
13
12
1.3 Mengerti
asas-asas
konseling
kelompok
1.3.1 Asas kerahasiaan
1.3.2 Asas kekinian
22
25,29
15
27
1.3.3 Asas kesukarelaan 16,18 20
1.3.4 Asas keterbukaan 23,31 26,28
1.3.5 Asas kegiatan 17 21,32
1.3.6 Asas kenormatifan 24,19 30
1.4 Mengerti
komponen
konseling
kelompok
1.4.1 Karakteristik dan peran
pemimpin kelompok
33,35 34
1.4.2 Karakteristik dan peran
anggota kelompok
40,42 38,41
1.4.3 Besarnya jumlah
anggota kelompok
yang efektif
36,37 38
1.5 Mengerti
persamaan
dan
perbedaan
konseling
kelompok
dengan
bimbingan
kelompok
1.5.1 Persamaan konseling
kelompok dengan
bimbingan kelompok
44,45 46,49
1.5.2 Perbedaan bimbingan
kelompok dan
konseling kelompok
47,50 43,48
2. Memahami
prosedur
pelaksanaa
n konseling
kelompok
2.1 Mengerti
cara
perekrutan
anggota
konseling
kelompok
2.1.1 Sosialisasi konseling
kelompok kepada
siswa di sekolah
51,52 53,56
2.1.2 Teknik perekrutan
anggota kelompok
54,55 57
117
LAMPIRAN 6
2.2 Mengerti
tahap
pembukaan
konseling
kelompok
2.2.1 Menerima anggota
kelompok lalu
memimpin doa
(rapport)
58 59
2.2.2 Menjelaskan
pengertian,tujuan,
cara, dan asas
pelaksanaan konseling
kelompok
60,61 62,63
2.2.3 Kesepakatan waktu,
perkenalan dan
permainan
64,
66
65,
67
2.3 Mengerti
tahap
peralihan
dalam
konseling
kelompok
2.3.1 Menjelaskan kembali
kegiatan konseling
kelompok
70, 73 68, 74
2.3.2 Melihat kesiapan
anggota kelompok dan
menjelaskan batasan
masalah
69, 72 71
2.4 Mengerti
tahap
kegiatan
konseling
kelompok
2.4.1 Memberikan contoh
masalah pribadi
75, 78 79
2.4.2 Mempersilahkan
anggota kelompok
mengemukakan topik
masalah pribadi
kemudian membahas
masalah terpilih
77, 80,
81
76, 84
2.4.3 Kegiatan selingan dan
penyimpulan kegiatan
83, 85 82
2.5 Mengerti
tahap
pengakhiran
konseling
kelompok
2.5.1 Menjelaskan kegiatan
akan diakhiri dan
penilaian segera (UCA)
86, 88 87
2.5.2 Pembahasan kegiatan
lanjutan
91, 93 89, 95
2.5.5 Mengemukakan pesan
dan harapan
90, 92 94, 96
2.6 Mengerti
proses
evaluasi dan
tindak lanjut
konseling
kelompok
2.6.1 Evaluasi isi, dampak,
dan proses
98 97
2.6.2 Menetapkan jenis dan
arah tindak lanjut
101,
104
99
2.6.3 Mengkomunikasikan
rencana tindak lanjut
kepada pihak terkait
102,
103
100
119
2.7 Mengerti
proses
penyusunan
laporan
2.7.1 Menyusun laporan
konseling kelompok
dan menyampaikan
pada pihak terkait
107 106,
108
2.7.2 Mendokumentasikan
laporan layanan
109,
105
110
120
122
ANGKET “PEMAHAMAN GURU BK DALAM PELAKSANAAN LAYANAN
KONSELING KELOMPOK”
Identitas Peneliti
Nama : Desta Rizky Budiarti
NIM : 1301409047
Jurusan : Bimbingan dan Konseling
Semester : 9 (sembilan)
Informasi
Dalam rangka penyelesaian studi dan penulisan skripsi dengan judul “Survey
Pemahaman Konseling Kelompok pada Guru BK Lulusan UNNES dengan Lulusan Non-Unnes
di SMP Negeri se-Kota Semarang”. Saya mengharapkan kesediaan Bapak/ Ibu untuk
memberikan jawaban yang jujur sesuai dengan pemahaman Bapak/Ibu tentang konseling
kelompok. Melalui keterangan Bapak/Ibu dalam penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk membantu meningkatkan mutu bimbingan dan konseling di sekolah. Atas partisipasi,
bantuan dan kerjasamanya, saya sampaikan terimakasih.
Petunjuk
Di bawah ini ada sejumlah pernyataan yang berkaitan dengan konseling kelompok.
Bapak/Ibu diharapkan mengisi sesuai pemahamannya terhadap masing-masing pernyataan
tersebut dengan memberi tanda centang (V) di bawah kolom yang sesuai.
Jawaban ditulis pada lembar jawaban yang telah disediakan.
B : bila pernyataan tersebut dianggap benar oleh responden
S : bila pernyataan tersebut dianggap salah oleh responden
Contoh Pengisian
1. Konseling kelompok dipimpin oleh pemimpin kelompok yaitu guru BK
No B S
1 V
- Selamat Mengerjakan -
Lampiran 7
122
No Pernyataan
1 Konseling kelompok bersifat pencegahan dan penyembuhan
2 Konseling kelompok terfokus pada kesadaran berpikir dan tingkah laku
3 Konseling kelompok secara langsung terfokus pada masalah pribadi yang dialami
masing-masing anggota kelompok
4 Orientasi konseling kelompok pada pengembangan wawasan, penghayatan, aspirasi
dan sikap terhadap topik yang dibahas
5 Konseling kelompok dapat dilakukan di ruangan terbuka, seperti taman, lapangan
sekolah, perpustakaan, dll
6 Konseling kelompok sama seperti kegiatan diskusi antara guru BK dengan siswa di
sekolah
7 Permainan kelompok kurang sesuai jika diterapkan dalam konseling kelompok
8 Konseling kelompok hanya boleh dilakukan di ruangan tertutup untuk menjaga
kerahasiaannya
9 Teknik-teknik yang digunakan oleh pemimpin kelompok dalam melakukan konseling
kelompok mengacu pada berkembangnya dinamika kelompok
10 Konseling kelompok bertujuan mengentaskan masalah klien dengan memanfaatkan
dinamika kelompok
11 Tujuan umum konseling kelompok sama dengan tujuan bimbingan kelompok yaitu
mengembangkan kemampuan komunikasi siswa
12 Pengembangan perasaan, pikiran, persepsi dan kemampuan bersosialisasi/komunikasi
bukan tujuan dari konseling kelompok
13 Konseling kelompok bukan bertujuan untuk mengembangkan bakat dan minat
masing-masing anggota kelompok
14 Konseling kelompok dapat membantu meringankan pikiran yang suntuk, buntu
ataupun beku melalui berbagai masukan dari anggota kelompok
15 Konseling kelompok hanya membutuhkan asas kerahasiaan tanpa menerapkan asas-
asas yang lainnya karena masalah yang dibahas bersifat pribadi
16 Pendapat,usulan maupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat sukarela
17 Hasil dari konseling kelompok tidak akan berarti jika klien tidak melakukan kegiatan
apapun untuk mencapai tujuannya
18 Kehadiran anggota kelompok secara sukarela termasuk salah satu aspek yang harus
dipenuhi dalam konseling kelompok
19 Setiap anggota kelompok harus dapat menghargai pendapat anggota lainnya dalam
konseling kelompok
20 Siswa yang hadir dalam konseling kelompok boleh dipanggil atau dipilih oleh
konselor untuk mengikuti konseling kelompok
21 Asas kegiatan tidak perlu dilakukan oleh pemimpin kelompok, cukup anggotanya saja
22 Asas kerahasiaan memegang peranan penting dalam konseling kelompok
23 Anggota kelompok harus bisa terbuka dalam menyampaikan pendapat atau
masalahnya demi kelancaran proses konseling kelompok
24 Cara menyampaikan pendapat ataupun usulan dalam konseling kelompok secara
bergantian dan mengangkat tangan terlebih dahulu sebelum diperkenankan oleh
pemimpin kelompok untuk berbicara
25 Masalah yang dibahas dalam konseling kelompok adalah masalah yang saat itu juga
sedang dihadapi oleh anggota kelompok
26 Anggota kelompok boleh bersikap tertutup pada pemimpin kelompok karena
masalahnya terlalu pribadi untuk dikemukakan
27 Anggota kelompok boleh membahas masalah teman dekatnya yang tidak hadir dalam
konseling kelompok
28 Anggota kelompok boleh menangis sampai puas dan lega, karena itu salah satu bentuk
keterbukaannya dalam mengemukakan masalahnya
29 Pemilihan masalah dilihat dari mendesak atau tidaknya suatu masalah untuk
diselesaikan bersama pada saat itu juga
30 Anggota kelompok boleh saling menyalahkan dan memojokkan anggota yang lain
31 Keterbukaan tidak hanya diperlukan dari anggota kelompok, tetapi pemimpin
kelompok juga perlu terbuka
32 Konseling kelompok tetap bisa berjalan normal dan lancar meskipun anggota
kelompok tidak sepenuhnya terbuka mengemukakan pendapatnya
123
33 Pemimpin kelompok adalah guru BK atau konselor yang sudah terlatih dalam
menyelenggarakan praktik konseling profesional
34 Salah satu anggota kelompok boleh menjadi pemimpin kelompok yang ditunjuk oleh
konselor dengan beberapa pertimbangan
35 Seorang pemimpin kelompok harus memiliki wawasan yang luas dan tajam sehingga
mampu mengikuti pembahasan dalam kelompok
36 Jumlah anggota konseling kelompok yang efektif terdiri atas 6-8 orang
37 Pemimpin kelompok perlu melakukan penstrukturan konseling kelompok
38 Homogenitas/heterogenitas anggota kelompok tidak berpengaruh terhadap proses
konseling kelompok
39 Peranan anggota kelompok tidak terlalu penting dalam konseling kelompok, karena
sudah ada pemimpin kelompok yang mengatur jalannya konseling kelompok
40 Mendengar, memahami dan merespon (3-M) merupakan salah satu aktifitas mandiri
anggota kelompok
41 Aktifitas mandiri anggota kelompok berarti bahwa setiap siswa diharapkan bersikap
individual meskipun sedang dalam format kelompok
42 Peran anggota kelompok bersifat dari, oleh, dan untuk anggota kelompok sendiri
43 Perbedaan yang paling pokok antara konseling kelompok dengan bimbingan
kelompok terletak pada jumlah anggota kelompok
44 Konseling kelompok boleh menggunakan kelompok yang sama dengan kelompok
yang digunakan untuk bimbingan kelompok
45 Layanan konseling kelompok dan bimbingan kelompok dapat diselenggarakan oleh
pemimpin kelompok yang sama
46 Konseling kelompok membahas masalah umum yang ada kaitannya dengan anggota
kelompok
47 Perbedaan pokok bimbingan kelompok dan konseling kelompok terletak pada materi
pembahasannya
48 Konseling kelompok membahas masalah umum yang menjadi perhatian anggota
kelompok
124
49 Penggunaan kelompok yang sama dari konseling kelompok dan bimbingan kelompok
akan menimbulkan kebingungan bagi anggota kelompok
50 Perbedaan bimbingan dan konseling kelompok terletak pada perbedaan orientasinya
atau tujuannya
51 Konselor boleh membuat pengumuman di mading sekolah untuk mengajak siswa
mengikuti konseling kelompok
52 Guru BK harus mengenalkan konseling kelompok pada siswa di sekolah
53 Konseling kelompok tidak terlalu penting untuk diketahui oleh siswa di sekolah,
dengan layanan klasikal saja sudah cukup bagi siswa
54 Konselor bisa membagi siswa menjadi beberapa kelompok dalam satu kelas untuk
mengikuti konseling kelompok
55 Guru BK bisa membagi siswa dalam satu kelas berdasarkan nomer urutnya untuk
membentuk kelompok dalam mengikuti konseling kelompok
56 Konseling kelompok di sekolah tidak perlu rutin dilakukan, cukup dengan konseling
individual saja
57 Guru BK boleh memberikan sangsi pada siswa yang tidak mau mengikuti konseling
kelompok di sekolah
58 Penerimaan dari pemimpin kelompok yang baik akan membuat anggota kelompok
merasa senang dan dihargai
59 Setelah menerima anggota kelompok, pemimpin kelompok langsung memulai
konseling kelompok
60 Sebelum memulai konseling kelompok, pemimpin kelompok menjelaskan pengertian
dan tujuan diadakannya konseling kelompok
61 Cara pelaksanaan konseling kelompok harus dijelaskan secara sangat detail dan
lengkap agar proses konseling kelompok berjalan lancar
62 Pemimpin kelompok tidak perlu menjelaskan pengertian dan tujuan konseling
kelompok karena anggota kelompok sudah bisa paham sendiri setelah nanti mengikuti
kegiatan kelompok
63 Pemimpin kelompok hanya perlu menjelaskan asas kerahasiaan karena kegiatan ini
125
bersifat lebih pribadi dan rahasia
64 Kesepakatan waktu yang ideal dalam konseling kelompok sekitar 45-60 menit
65 Permainan tidak perlu dilakukan karena sesama anggota kelompok sudah saling
mengenal dan untuk mempersingkat waktu
66 Dinamika kelompok mampu ditumbuhkan melalui permainan dan perkenalan
kelompok
67 Tidak perlu melakukan perkenalan antar anggota kelompok dan pemimpin kelompok
karena sudah saling mengenal dalam satu sekolah
68 Untuk mempersingkat waktu agar lebih efisien, setelah pembukaan langsung pada
tahap kegitan
69 Pemimpin kelompok perlu memperhatikan kesiapan anggota kelompok sebelum
memulai kegiatan konseling kelompok
70 Penjelasan ulang tentang konseling kelompok perlu diberikan setelah permainan
71 Pemimpin kelompok tidak perlu menjelaskan batasan masalah dalam konseling
kelompok
72 Pemimpin kelompok boleh menanyakan pada anggota kelompok terkait kesiapannya
melanjutkan konseling kelompok
73 Penjelasan kegiatan konseling kelompok berperan penting demi kelancaran konseling
kelompok sampai akhir
74 Penjelasan ulang tentang konseling kelompok hanya membuang-buang waktu
75 Pemimpin kelompok harus memberikan contoh masalah yang dapat dibahas dalam
konseling kelompok
76 Pemimpin kelompok langsung memilih salah satu siswa untuk mengemukakan
masalah pribadinya di dalam kelompok
77 Pemimpin kelompok membahas masalah bersama-sama dengan anggota kelompok
dengan komunikasi dua arah
78 Pemimpin kelompok boleh memberikan contoh masalah pribadi yang sedang
dialaminya
79 Anggota kelompok sudah mengerti apa yang akan dibahas dalam konseling kelompok,
126
sehingga tidak perlu diberikan contoh lagi
80 Pemimpin kelompok mempersilahkan anggota kelompok untuk mengemukakan topik
masalahnya secara bergantian
81 Masalah yang akan dibahas dalam kelompok merupakan hasil pilihan bersama dalam
kelompok
82 Kegiatan selingan tidak penting untuk dilakukan dalam konseling kelompok karena
akan memecah konsentrasi anggota kelompok
83 Sebelum kegiatan diakhiri, pemimpin kelompok melakukan penyimpulan kegiatan
84 Anggota kelompok meminta pada pemimpin kelompok untuk masalahnya saja yang
dibahas tanpa melihat masalah anggota kelompok yang lainnya
85 Salah satu bentuk kegiatan selingan dapat berupa permainan sederhana atau
merenggangkan otot-otot yang kaku untuk mencairkan suasana
86 Pemimpin kelompok harus menjelaskan pada anggota kelompok bahwa kegiatan akan
segera berakhir sesuai kesepakatan waktu bersama
87 Pemimpin kelompok langsung melakukan penilaian segera untuk mempersingkat
waktu
88 Penilaian segera mencakup tentang pemahaman, kenyamanan selama kegiatan, dan
tindakan yang akan dilakukan selanjutnya
89 Setelah masalah yang dibahas selesai, maka kegiatan konseling kelompok juga
berakhir jadi tidak perlu melakukan kegiatan lanjutan
90 Anggota kelompok boleh menyampaikan pesan, kesan dan harapannya pada
pemimpin kelompok dan kegiatan konseling kelompok
91 Perlu dilakukan pembahasan kegiatan lanjutan untuk membahas masalah-masalah lain
yang belum sempat dibahas
92 Pesan, kesan dan harapan dapat disampaikan melalui laiseg tertulis
93 Pemimpin kelompok harus menawarkan pertemuan lanjutan
94 Anggota kelompok tidak perlu menyampaikan pesan, kesan dan harapan secara lisan,
cukup mengisi laiseg tertulis saja
127
95 Setelah konseling kelompok selesai, maka pemimpin kelompok tidak perlu membahas
masalah dari anggota lain yang belum sempat dibahas dalam kesempatan tersebut
96 Pesan, kesan dan harapan hanya perlu disampaikan oleh klien yang masalahnya
dibahas
97 Evaluasi yang perlu dilakukan dalam konseling kelompok adalah evaluasi pemimpin
kelompok, anggota kelompok, dan masalah yang dibahas
98 Laiseg secara tertulis merupakan salah satu bentuk evaluasi
99 Setelah kegiatan konseling kelompok selesai maka masalah siswa juga sudah selesai
sepenuhnya, dan tidak membutuhkan tindakan yang lainnya
100 Rencana tindak lanjut cukup diketahui oleh guru-guru BK saja
101 Pemimpin kelompok menetapkan jenis dan arah tindak lanjut melalui proses diskusi
dengan pihak-pihak terkait
102 Rencana tindak lanjut perlu disampaikan pada kepala sekolah dan guru kelas
103 Guru BK boleh mengundang orang tua siswa yang dibahas masalahnya untuk
berdiskusi
104 Anggota kelompok yang dibahas masalahnya diajak berdiskusi untuk menetapkan
tindak lanjut
105 Laporan konseling kelompok boleh diarsipkan dalam bentuk softfile saja
106 Pemimpin kelompok tidak perlu menyusun laporan hasil konseling kelompok karena
dalam lingkup sekolah sendiri
107 Hasil laporan konseling kelompok perlu disampaikan pada kepala sekolah
108 Siswa terkait yang dibahas masalahnya juga perlu diberi laporan dari konseling
kelompok
109 Laporan konseling kelompok perlu didokumentasikan dalam bentuk hardfile oleh
pihak sekolah dan arsip guru BK
110 Guru BK tidak perlu membuat laporan konseling kelompok karena masih berada
dalam lingkup sekolahnya sendiri
128
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 R-1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 8 88.9% 1 1 1 0 1 4 80%
2 R-2 1 1 1 1 0 1 0 1 1 7 77.8% 1 1 1 0 1 4 80%
3 R-3 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 88.9% 1 1 1 1 1 5 100%
4 R-4 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 88.9% 1 1 1 1 1 5 100%
5 R-5 1 1 1 0 1 1 1 0 1 7 77.8% 1 1 1 0 1 4 80%
6 R-6 1 1 0 0 1 1 1 0 1 6 66.7% 1 1 1 0 1 4 80%
7 R-7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 88.9% 1 1 1 0 1 4 80%
8 R-8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 100% 1 1 1 0 1 4 80%
9 R-9 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 88.9% 1 1 1 1 1 5 100%
10 R-10 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 88.9% 1 0 1 1 1 4 80%
11 R-11 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 88.9% 1 0 1 1 1 4 80%
12 R-12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 100.0% 1 1 1 1 1 5 100%
13 R-13 1 1 0 0 1 1 1 1 0 6 66.7% 0 0 1 0 1 2 40%
14 R-14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 100.0% 1 1 1 1 1 5 100%
15 R-15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 100.0% 1 0 1 0 1 3 60%
16 R-16 1 1 1 0 0 1 1 1 1 7 77.8% 1 1 0 1 1 4 80%
16 16 14 6 14 16 14 14 15 125 86.8% 15 12 15 8 16 66 83%
KodeNo
DATA HASIL ANGKET PEMAHAMAN KONSELING KELOMPOK LULUSAN UNNES
Jumlah
Memahami pengertian konseling kelompok Memahami tujuan KKpy % y %
129
LA
MP
IRA
N 8
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 83.3%
0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 16 88.9%
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 83.3%
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 15 83.3%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 16 88.9%
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 15 83.3%
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 15 83.3%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 18 100.0%
1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 15 83.3%
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 15 83.3%
1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 14 77.8%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 16 88.9%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 16 88.9%
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 15 83.3%
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 16 88.9%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 16 88.9%
14 16 14 16 16 9 11 16 16 15 11 16 15 9 14 16 14 10 248 86.1%
y %Memahami asas-asas konseling kelompok
130
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 80% 1 1 1 1 0 1 1 1 7 87.5%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% 1 1 1 1 1 1 0 1 7 87.5%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% 1 1 1 0 1 1 0 1 6 75%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100%
1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 7 70% 1 1 1 1 1 1 0 1 7 87.5%
1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 8 80% 1 1 1 1 1 1 0 1 7 87.5%
1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90% 1 1 1 1 1 1 0 1 7 87.5%
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 80% 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100%
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80% 1 1 1 1 0 1 1 1 7 87.5%
1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9 90% 1 1 1 1 1 1 0 1 7 87.5%
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 80% 1 1 1 1 0 1 1 1 7 87.5%
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90% 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100.0%
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 7 70% 1 1 1 1 0 1 1 0 6 75.0%
1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 7 70% 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100.0%
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 80% 1 1 1 1 1 0 1 1 7 87.5%
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90% 1 0 1 1 1 1 1 1 7 87.5%
15 9 14 16 16 8 16 16 9 16 135 84.4% 16 15 16 15 12 15 10 15 114 89.1%
Memahami persamaan & perbedaan KKp dengan BKpy %
Memahami komponen KKpy %
131
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
1 1 1 0 1 0 1 5 71.4% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100%
1 1 0 0 1 1 1 5 71.4% 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90%
1 0 1 1 0 1 1 5 71.4% 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90%
1 1 1 1 1 1 1 7 100.0% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100%
1 1 1 0 0 1 1 5 71.4% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100%
0 1 1 0 1 1 0 4 57.1% 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 8 80%
1 1 1 0 1 0 0 4 57.1% 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 8 80%
0 1 1 1 0 0 1 4 57.1% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100%
1 1 1 0 1 1 1 6 85.7% 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 8 80%
0 1 1 1 0 1 1 5 71.4% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100%
0 1 1 1 1 1 1 6 85.7% 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90%
1 1 1 0 0 1 1 5 71.4% 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90%
1 1 1 1 1 1 1 7 100.0% 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 80%
1 1 1 0 1 1 1 6 85.7% 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 90%
1 0 1 0 0 1 1 4 57.1% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100%
1 1 1 1 1 1 1 7 100.0% 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 90%
12 14 15 7 10 13 14 85 75.9% 16 12 15 16 16 12 15 14 16 14 146 91%
Memahami tahap pembukaan konseling kelompoky %
Memahami cara perekrutan anggota KKpy %
132
68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 10 90.9%
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 100.0%
1 1 0 1 0 1 1 5 71% 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 9 81.8%
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 8 72.7%
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 100%
1 1 1 1 0 1 1 6 86% 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 10 90.9%
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10 90.9%
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10 90.9%
1 0 1 1 0 1 1 5 71.4% 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7 63.6%
0 0 1 1 1 1 1 5 71.4% 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 8 72.7%
0 0 1 1 1 1 1 5 71.4% 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 8 72.7%
1 0 0 1 1 1 1 5 71.4% 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 6 54.5%
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81.8%
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 10 90.9%
1 1 1 0 1 1 1 6 85.7% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 100%
1 0 0 1 1 1 1 5 71.4% 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 9 81.8%
14 11 13 15 13 16 16 98 87.5% 12 14 12 10 12 14 14 13 14 16 16 147 83.5%
Memahami tahap peralihan konseling kelompok% y %y
Memahami tahap kegiatan konseling kelompok
133
86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 9 81.8% 1 1 1 0 1 1 1 1 7 87.5%
1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 9 81.8% 0 1 1 0 1 0 1 1 5 62.5%
1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 90.9% 1 1 1 0 1 1 0 1 6 75.0%
0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 8 72.7% 1 1 0 1 0 0 1 1 5 62.5%
1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 63.6% 0 1 1 1 1 1 1 1 7 87.5%
1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 9 81.8% 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100.0%
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81.8% 0 1 0 0 0 1 1 1 4 50.0%
0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 1 5 45.5% 1 1 1 1 0 0 1 1 6 75.0%
1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9 81.8% 0 1 1 1 1 1 1 1 7 87.5%
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 8 72.7% 1 1 1 0 1 1 1 1 7 87.5%
0 1 1 1 0 1 0 0 0 0 1 5 45.5% 1 1 1 1 0 1 1 1 7 87.5%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 90.9% 0 1 1 1 1 1 1 1 7 87.5%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 9 81.8% 1 1 1 0 0 1 1 0 5 62.5%
1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81.8% 0 1 1 1 1 0 1 1 6 75.0%
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81.8% 1 1 1 1 1 1 1 1 8 100.0%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 90.9% 1 1 1 1 1 0 1 1 7 87.5%
12 10 14 10 15 13 13 14 12 9 13 135 76.7% 10 16 14 10 11 11 15 15 102 79.7%
Memahami tahap pengakhiran konseling kelompok Memahami proses evaluasi dan tindak lanjut KKpy % y %
134
105 106 107 108 109 110
1 1 1 1 1 1 6 100% 96 9216 87.27% Sangat Tinggi
1 1 1 1 1 1 6 100% 96 9216 87.27% Sangat Tinggi
1 1 1 0 1 1 5 83.3% 93 8649 84.55% Sangat Tinggi
0 1 1 0 1 1 4 66.7% 95 9025 86.36% Sangat Tinggi
1 1 0 1 1 1 5 83% 93 8649 84.55% Sangat Tinggi
1 1 1 1 1 1 6 100% 91 8281 82.73% Tinggi
1 0 1 1 0 1 4 66.7% 89 7921 80.91% Tinggi
1 1 1 1 1 1 6 100.0% 95 9025 86.36% Sangat Tinggi
0 1 1 1 1 1 5 83.3% 90 8100 81.82% Tinggi
1 0 0 0 1 1 3 50.0% 89 7921 80.91% Tinggi
0 1 1 1 0 1 4 66.7% 85 7225 77.27% Tinggi
1 1 1 1 1 1 6 100% 95 9025 86.36% Sangat Tinggi
0 1 1 1 1 1 5 83.3% 87 7569 79.09% Tinggi
1 1 1 1 0 1 5 83.3% 96 9216 87.27% Sangat Tinggi
1 1 1 1 1 1 6 100.0% 97 9409 88.18% Sangat Tinggi
1 1 1 1 1 1 6 100% 96 9216 87.27% Sangat Tinggi
12 14 14 13 13 16 82 85.4% 1483 137663 84.26% Sangat Tinggi
Kriteriay % %X2JUMLAHMemahami proses penyusunan laporan
135
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 R-1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 100% 1 1 1 0 1 4 80%
2 R-2 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 77.8% 1 0 1 1 1 4 80%
3 R-3 1 0 1 0 1 0 1 1 1 6 66.7% 0 1 1 0 1 3 60%
4 R-4 0 1 1 0 1 0 1 0 1 5 55.6% 1 1 1 1 1 5 100%
5 R-5 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 77.8% 0 1 1 0 1 3 60%
6 R-6 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 77.8% 1 1 0 0 1 3 60%
7 R-7 1 0 1 0 0 0 1 0 1 4 44.4% 0 1 1 1 1 4 80%
8 R-8 1 1 1 1 0 0 0 0 1 5 55.6% 1 1 0 0 1 3 60%
9 R-9 1 1 0 1 1 1 1 1 1 8 89% 1 1 1 0 1 4 80%
10 R-10 1 1 1 1 0 1 0 1 1 7 78% 0 1 1 0 1 3 60%
11 R-11 1 1 0 1 1 1 0 1 1 7 78% 1 1 0 0 1 3 60%
12 R-12 0 0 1 0 1 1 1 1 0 5 55.6% 0 0 1 1 1 3 60%
13 R-13 1 0 1 0 0 1 1 0 1 5 55.6% 1 1 1 0 1 4 80%
14 R-14 1 1 1 0 1 0 1 1 1 7 77.8% 1 0 1 0 1 3 60%
15 R-15 1 0 0 0 1 1 1 1 1 6 66.7% 0 1 1 0 1 3 60%
16 R-16 1 1 1 0 0 0 1 0 1 5 55.6% 1 1 0 0 1 3 60%
17 R-17 1 1 1 0 1 1 1 1 1 8 88.9% 1 1 1 0 1 4 80%
18 R-18 0 0 0 0 1 1 1 1 1 5 55.6% 0 1 1 0 1 3 60%
19 R-19 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 77.8% 1 0 1 1 1 4 80%
20 R-20 1 0 1 1 0 1 1 0 1 6 66.7% 1 0 1 0 1 3 60%
21 R-21 1 1 1 1 1 0 1 1 0 7 77.8% 1 1 0 1 1 4 80%
22 R-22 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 77.8% 0 0 1 1 1 3 60%
23 R-23 0 1 1 0 1 0 1 0 1 5 55.6% 0 1 1 1 1 4 80%
15 16 19 7 17 15 20 16 20 145 70.0% 14 17 18 8 23 80 69.57%
DATA HASIL ANGKET PEMAHAMAN KONSELING KELOMPOK LULUSAN NON-UNNES
Jumlah
Memahami pengertian konseling kelompoky %
Memahami tujuan KKpy %No Kode
136
L
AM
PIR
AN
9
15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 15 83.3%
1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 12 66.7%
1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 13 72.2%
0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 12 66.7%
1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 12 66.7%
1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 15 83.3%
1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 11 61.1%
0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 10 55.6%
1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 13 72.2%
1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 10 55.6%
1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 14 77.8%
0 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 11 61.1%
1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 1 0 1 0 12 66.7%
1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 15 83.3%
1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 11 61.1%
1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 14 77.8%
1 1 0 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0 10 55.6%
1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 1 1 1 9 50.0%
1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 12 66.7%
1 0 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 12 66.7%
0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 13 72.2%
1 1 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 1 1 10 55.6%
0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 1 11 61.1%
18 15 15 17 18 11 13 12 17 12 16 17 17 10 19 17 16 17 277 66.9%
Memahami asas-asas konseling kelompoky %
137
33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 8 80% 1 0 1 1 0 1 1 0 5 63%
0 0 0 0 1 0 0 0 1 1 3 30% 0 1 0 0 1 1 0 1 4 50%
1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 8 80% 1 0 1 1 0 1 1 1 6 75%
0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 3 30% 1 1 1 0 1 0 1 0 5 63%
1 0 1 0 1 0 0 1 1 0 5 50% 0 1 0 1 1 1 1 1 6 75.0%
1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 7 70% 1 0 0 1 0 0 0 0 2 25.0%
0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 4 40% 0 0 1 0 1 1 1 1 5 62.5%
1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 6 60% 1 1 0 1 0 1 0 0 4 50%
1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 4 40% 0 0 0 0 1 1 1 1 4 50%
1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 7 70% 1 1 1 0 1 1 0 1 6 75%
0 1 0 0 1 0 1 1 0 0 4 40% 0 1 0 1 1 1 1 0 5 63%
0 0 0 1 0 0 0 1 0 1 3 30% 1 0 1 1 0 0 0 0 3 38%
0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 5 50% 1 1 0 0 1 1 1 1 6 75%
1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 3 30% 0 1 1 1 0 0 1 1 5 62.5%
0 0 1 1 0 0 0 1 0 1 4 40% 0 0 0 0 1 1 0 0 2 25%
1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 6 60% 1 1 1 1 0 1 0 1 6 75.0%
1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 5 50% 1 0 1 0 1 1 1 1 6 75.0%
0 1 1 0 1 0 1 1 0 1 6 60% 1 1 1 1 1 1 1 0 7 88%
1 0 1 0 1 0 1 0 0 1 5 50% 1 0 0 1 0 0 1 1 4 50%
1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 5 50% 0 0 1 0 0 1 0 1 3 38%
0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 6 60% 1 1 1 0 1 1 1 0 6 75.0%
1 0 0 0 1 0 1 0 0 0 3 30% 1 0 0 0 0 0 1 1 3 38%
1 0 1 1 0 0 1 1 0 1 6 60% 0 1 1 0 1 0 1 0 4 50.0%
14 8 11 12 15 5 16 13 8 14 116 50.4% 14 12 13 11 13 16 15 13 107 58.2%
Memahami komponen KKpy % %
Memahami persamaan & perbedaan KKp dengan BKpy
138
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 6 60%
0 1 0 0 0 0 1 2 28.6% 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 8 80%
1 0 1 1 1 1 1 6 86% 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 6 60%
1 1 1 1 1 1 0 6 86% 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 6 60%
1 1 0 1 0 1 1 5 71.4% 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 7 70%
1 0 1 1 1 1 1 6 86% 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 7 70%
1 1 1 1 0 1 1 6 85.7% 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 5 50%
1 0 0 0 0 0 0 1 14.3% 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 80%
0 1 0 0 0 1 1 3 42.9% 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 7 70%
0 1 1 1 0 0 1 4 57.1% 0 0 1 0 0 1 1 0 1 0 4 40%
0 1 1 1 0 0 0 3 42.9% 1 0 1 0 1 0 0 1 0 1 5 50%
0 0 0 0 0 1 1 2 28.6% 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 7 70%
1 1 1 1 0 0 0 4 57.1% 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 8 80%
1 0 1 0 0 1 1 4 57.1% 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 90%
1 1 1 0 0 1 1 5 71.4% 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 3 30%
1 1 0 0 0 0 0 2 28.6% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 9 90%
1 1 0 1 1 1 1 6 86% 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 4 40%
1 0 1 1 1 0 1 5 71% 1 0 0 0 1 1 0 1 1 0 5 50%
0 1 0 0 0 1 0 2 28.6% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 100%
1 0 1 0 1 0 1 4 57.1% 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 4 40%
0 0 0 0 0 1 1 2 28.6% 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 7 70%
0 1 1 0 0 0 0 2 28.6% 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 8 80%
1 1 1 1 0 1 1 6 85.7% 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 4 40%
15 15 14 12 7 14 16 93 57.76% 15 15 15 16 13 13 13 17 14 16 147 63.91%
y %Memahami cara perekrutan anggota KKp
%Memahami tahap pembukaan konseling kelompok
y
139
68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85
1 0 1 1 0 1 1 5 71% 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 10 90.9%
1 1 1 0 0 1 1 5 71% 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 9 81.8%
1 0 0 0 1 1 0 3 42.9% 0 0 0 0 0 1 1 0 1 0 1 4 36.4%
0 1 1 0 0 1 0 3 42.9% 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 5 45.5%
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 10 91%
0 1 1 1 1 1 1 6 86% 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 6 54.5%
1 0 1 1 0 0 0 3 43% 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 8 72.7%
1 1 1 1 1 1 1 7 100% 0 1 0 1 0 1 1 0 1 1 1 7 63.6%
0 1 0 1 1 1 0 4 57% 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 9 82%
1 1 1 0 0 1 1 5 71% 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 8 73%
1 0 1 1 1 0 1 5 71% 0 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 6 55%
0 1 0 0 1 1 1 4 57.1% 0 0 1 0 0 1 1 0 0 1 1 5 45.5%
1 1 1 1 1 0 0 5 71% 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 0 6 55%
0 0 1 0 1 1 1 4 57.1% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 100%
1 1 0 1 1 1 0 5 71% 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 6 54.5%
1 1 1 0 1 1 1 6 86% 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 6 54.5%
1 0 0 1 0 1 1 4 57% 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 7 63.6%
1 1 1 0 1 0 0 4 57% 1 1 0 0 0 0 0 1 0 1 0 4 36.4%
0 1 1 0 1 1 1 5 71.4% 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 7 63.6%
1 1 0 1 0 1 0 4 57% 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 9 81.8%
0 1 1 1 0 1 1 5 71.4% 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 0 5 45.5%
0 0 0 0 1 1 1 3 42.9% 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 7 63.6%
1 1 0 1 1 0 1 5 71% 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10 90.9%
15 16 15 13 15 18 15 107 66.46% 12 15 17 12 17 14 16 14 16 15 17 165 65.22%
y %Memahami tahap peralihan KKp
%Memahami tahap kegiatan konseling kelompok
y
140
86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104
0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 8 72.7% 0 1 0 1 0 0 0 0 2 25%
1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 9 81.8% 1 1 1 1 1 1 0 1 7 87.5%
1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 6 54.5% 0 1 0 0 1 1 1 1 5 62.5%
1 0 1 0 1 1 0 1 0 1 0 6 54.5% 0 0 1 1 1 1 1 1 6 75%
0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 9 81.8% 1 1 1 0 1 0 1 0 5 63%
1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 9 81.8% 0 0 1 1 1 1 0 1 5 63%
1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 7 63.6% 1 1 0 1 1 0 1 1 6 75.0%
0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 8 72.7% 0 1 1 0 1 0 1 1 5 62.5%
1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 7 63.6% 1 1 1 1 1 0 0 1 6 75.0%
1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 7 63.6% 1 1 0 1 1 0 1 1 6 75.0%
1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 6 54.5% 1 1 1 1 1 0 1 0 6 75.0%
1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 8 72.7% 0 1 0 1 1 1 1 1 6 75.0%
1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 7 64% 1 1 0 0 1 0 0 1 4 50.0%
0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 8 72.7% 0 1 1 1 1 1 1 0 6 75.0%
1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 8 72.7% 0 1 1 0 0 0 1 1 4 50.0%
1 0 0 0 1 1 1 1 0 1 1 7 63.6% 1 1 1 1 0 0 0 1 5 62.5%
1 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 7 63.6% 0 1 1 0 1 1 1 1 6 75.0%
0 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 7 63.6% 1 0 1 1 1 1 1 0 6 75%
1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 8 72.7% 0 0 1 1 1 1 1 1 6 75.0%
1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 8 72.7% 1 1 0 0 1 0 0 1 4 50.0%
0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 5 45.5% 0 0 1 1 1 1 1 0 5 62.5%
1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 8 72.7% 0 1 1 1 1 1 1 1 7 87.5%
1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 9 81.8% 1 1 1 1 1 0 0 1 6 75.0%
17 15 16 17 15 16 16 18 13 11 18 172 68.0% 11 18 16 16 20 11 15 17 124 67.4%
y %Memahami tahap pengakhiran konseling kelompok
%Memahami proses evaluasi dan tindak lanjut KKp
y
141
105 106 107 108 109 110
1 1 1 1 0 1 5 83.3% 84 7056 76.4% Tinggi
0 1 0 0 0 0 1 16.7% 71 5041 64.5% Tinggi
1 1 1 0 1 1 5 83.3% 71 5041 64.5% Tinggi
0 1 0 0 1 0 2 33% 64 4096 58.2% Sedang
1 1 1 1 0 1 5 83% 81 6561 73.6% Tinggi
0 1 0 0 1 0 2 33% 75 5625 68.2% Tinggi
1 1 1 0 0 1 4 66.7% 67 4489 60.9% Sedang
1 1 0 1 0 1 4 67% 68 4624 61.8% Sedang
0 1 0 1 1 1 4 66.7% 73 5329 66.4% Tinggi
0 1 1 1 0 1 4 66.7% 71 5041 64.5% Tinggi
0 1 0 1 1 0 3 50.0% 67 4489 60.9% Sedang
0 1 1 0 1 1 4 66.7% 61 3721 55.5% Sedang
0 0 1 0 1 0 2 33% 68 4624 61.8% Sedang
1 1 1 0 0 1 4 66.7% 79 6241 71.8% Tinggi
1 0 0 0 0 1 2 33.3% 59 3481 53.6% Sedang
1 1 1 1 0 1 5 83.3% 74 5476 67.3% Tinggi
1 1 1 0 1 0 4 67% 71 5041 64.5% Tinggi
0 0 1 1 1 1 4 66.7% 65 4225 59.1% Sedang
0 1 0 0 1 1 3 50.0% 73 5329 66.4% Tinggi
0 1 1 1 1 0 4 67% 66 4356 60.0% Sedang
0 0 1 1 1 1 4 66.7% 69 4761 62.7% Tinggi
0 1 1 1 1 0 4 66.7% 65 4225 59.1% Sedang
0 1 1 0 1 1 4 66.7% 74 5476 67.3% Tinggi
9 19 15 11 14 15 83 60% 1616 114348 63.9% Sedang
% KRITERIAy %Memahami proses penyusunan laporan
JUMLAH X2
142
143
UJI PERBEDAAN RATA-RATA DATA HASIL PEMAHAMAN KONSELING
KELOMPOK LULUSAN UNNES DAN NON-UNNES
Hipotesis
Ho : <
Ha : >
Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis digunakan rumus :
Mx - My
t =
Dimana,
Mx = = = 92,69 My = = = 70,26
= - = -
= 137663 - = 114348 -
= 137663 – 137455,5 = 114348 – 113541,5
= 207,5 = 806,5
92,69 - 70,26
t =
Lampiran 10
144
=
= = = 18,928
Pada α = 5% dengan dk = 16 + 23 – 2 = 37 diperoleh t(tabel) = 2,042
Daerah
Penerimaan Ho -2,04 2,04 18,92
Karena t berada pada daerah penolakan Ho, maka dapat disimpulkan bahwa pemahaman
konseling kelompok pada guru BK lulusan Unnes lebih baik daripada guru BK lulusan non-
Unnes.
DOKUMENTASI PENELITIAN
Lampiran 11
145
146
SURAT IJIN PENELITIAN
Lampiran 12 147
148
149
150
151
152
153
154
155
156
157
158
159
200
201
202
top related