presentasi kasus stroma nodusa aviv
Post on 19-Feb-2015
94 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
STRUMA NODOSA NON TOKSIK
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di
Bagian Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh :
Aviv Aziz Triono, S. Ked
20080310209
Diajukan kepada :
dr. Suryo Hapsara, Sp. B
BAGIAN ILMU BEDAHPROGRAM PENDIDIKAN PROFESI
RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL2012
LEMBAR PENGESAHAN
PRESENTASI KASUS
STRUMA NODOSA NON TOKSIK
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat
Mengikuti Ujian Kepaniteraan Klinik di Bagian Bedah
Rumah Sakit Umum Daerah Panembahan Senopati Bantul
Disusun oleh:
Aviv Aziz Triono
20080310209
Telah dipresentasikan dan disetujui pada:
2012
Mengetahui,
Dosen Pembimbing & Penguji Klinik
dr. Suryo Hapsara, Sp. B
BAB I
LAPORAN KASUS
A. Identitas
Nama : Ny S S
Usia : 51 tahun
Alamat : Ngibikan Garden jetis Bantul
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Nomor RM : 480910
B. Anamnesis
Keluhan utama : OS datang ke poli bedah dengan keluhan terdapat
benjolan pada leher sebelah kiri sejak sekitar 10 tahun
yang lalu. Benjolan tersebut pada awalnya dirasa kecil
yang kemudian membesar secara perlahan. OS
mengeluhkan agak seret saat makan.
Riwayat penyakit dahulu : Pasien tidak pernah mengalami penyakit serupa
sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga : Riwayat Asma, Diabetes Melitus, Hipertensi, dan
Penyakit Jantung disangkal
C. Pemeriksaan Fisik
Kondisi Umum : Baik, sadar, tidak tampak anemis.
Vital Sign : TD : 110/80 mmHg RR : 20 x/menit
N : 80 x/menit T : 36,1 ⁰C
Status Generalisata : Kepala : dbn
Mata : CA (-/-), SI (-/-)
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : pembesaran limfonodi (-)
Thorax : simetris, ketinggalan gerak (-/-), sonor (+/+)
normal, vocal fremitus (+/+) normal, vesikular
(+/+) normal, COR S1/S2 regular
1
Abdomen : supel, peristaltik (+) normal, nyeri tekan (-),
massa tumor (-), timpani (+), tidak tampak tanda
peradangan, tidak ada sikatrik
Extremitas : akral hangat, edema (-/-)
D. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium : (Darah Lengkap)
Hb : 12,8
AL : 7,6
AE : 4,34
AT : 237
Segmen : 73
Ureum : 29
Kreatinin : 0,6
Cl : 106,8
K : 3,79
Na : 140,3
HbsAg : Negatip
T4 : 7,2
TSH : 0,438
EKG : Normal sinus rythm
Ro Thorax : Cor dan pulmo dalam batas normal
E. Diagnosis Kerja
Struma Nodosa Non Toksik
F. Terapi
Subtotal lubektomi
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena
folikel-folikel terisi koloid secara berlebih. Setelah bertahun-tahun, sebagian folikel
tumbuh semakin besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler.
Struma nodosa non toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang secara klinik teraba
nodul satu atau lebih tanpa disertai tanda-tanda hipertiroidisme.
B. Anatomi Fisiologi
Kelenjar tiroid terletak tepat di bawah laring pada kedua sisi dan sebelah anterior
trakea, merupakan kelenjar terbesar (15-20 gram pada orang dewasa). Tiroid
menyekresikan dua hormon utama yaitu tiroksin dan triiodotironin. Kedua hormon ini
sangat meningkatkan kecepatan metabolisme tubuh. Bila kelebihan sekresi tiorid sangat
hebat, dapat meningkatkan kecepatan metabolisme 60-100%, dan sebaliknya. Kelenjar
tiroid juga menyekresikan kalsitonin, hormon yang penting untuk metabolisme
kalsitonin. Hormon-hormon tiroid memiliki efek pada pertumbuhan sel, perkembanan
dan metabolisme energi. Efek-efek ini bersifat genomik (melalui pegnaturan ekspresi
gen) dan tidask bersifat genomik (melalui efek langsung pada sitosol sel, membran dan
mitokondria). Untuk melengkapi efek ini, hormon tiroid yang tidak terikat, melewati
membran sel secara menyeluruh dan memasuki inti sel, tempat hormon tiroid tersebut
terikat secara khusus dan mengaktifkan reseptor hormon tiroid. Reseptor hormon tiroid
yang diaktifkan kemudian terikat pada inti DNA melalui ikatan DNA dan meningkatkan
traskripsi messenger asam ribonukleat (mRNA) serta sintesis protein. Tiroksin dan
triyodotironin merangsang proses pemintdahan elektron penghasil energi dalam sistem
enzim pernapasan mitokondria sel. Rangsangan hormon tiroid dalam proses oksidatif
menyebabkan rangsangan pada termogenesis. Selain itu juga merangasang meningkatkan
kerja epinefrin dengan cara meningkatkan kepekaan reseptor beta terhadap katekolamin.
Hormon tiroid juga mengansang pertumbohan somatis dan berperan dalam
perkembangan normal sistem saraf pusat. Tidak adanya hormon ini membuat retardasi
mental dan kematangan neurologik timbul pada saat lahir dan bayi, dengan kata lain
hormon tiroid meningkatakan aktivitas metabolisme hampir seluruh jaringna tubuh.
Sekresi kelenjar tiroid diatur oleh hormon peransang tiroid (TSH). Kira-kira 93%
hormon-hormon aktif metabolisme yang disekresikan oleh kelenjar tiroid adalah tiroksin
3
dan 7 % adalah triiodotironin, akan tetapi hampir semua tiroksin akhirnya akan diubah
menjadi triiodotironin di dalam jaringan. Secara kualitatif fungsi kedua hormon sama
tetapi keduanya berbeda dalam kecepatan dan intensitas kerjanya. Triiodotironin kira-
kira empat kali lebih kuat dari tiroksin, namun jumlahnya di dalam darah jauh lebih
sedikit dasn keberadaannya di dalam darah jauh lebih singkat daripada tiroksin. Kelenjar
tiroid terdiri atas banyak folikel-folikel yang tertutup yang dipenuhi oleh bahan
sekretorik yang disebut koloid dan dibatasi oleh sel-sel epitel kuboid yang mengeluarkan
hormonnya ke bagian folikel. unsur utama dari koloid adalah glikoprotein tiroglobulin
besar yang mengandung hormon tiroid di dalam molekulnya. Sesudah hormon tiroid
disintesis setiap molekul tiroglobulin mengandung 30 molekul tiroksin (T4) dan rata-
rata terdaapt sedikit molekul triiodotironin (T3). Dalam bentuk ini hormon tiroid
disimpada di dalam folikel dalam jumlah yang cukup untuk menyuplai tubuh dengan
kebutuhan normal hormon tiroid selama 2 sampai 3 bulan.
C. Etiologi
Penyebab pasti pembesaran kelenjar tiroid pada struma nodosa tidak diketahui,
namun sebagian penderita menunjukkan gejala tiroiditis ringan. Oleh karena itu, diduga
tiroiditis ini menyebabkan hipotiroidisme ringan, yang selanjutnya menyebabkan
peningkatan sekresi TSH (Tiroid Stimulating Hormon) dan pertumbuhan yang progresif
dari bagian kelenjar yang tidak meradang. Keadaan inilah yang dapat menjelaskan
mengapa kelenjar ini biasanya nodular, dengan beberapa bagian kelenjar tumbuh namun
bagian yang lain rusak akibat tiroiditis.
Adanya gangguan fungsional dalam pembentukan hormon tiroid merupakan
faktor penyebab pembesaran kelenjar tiroid, antara lain :
1. Defisiensi iodium
Pada umumnya, penderita penyakit struma sering terdapat di daerah yang kondisi air
minum dan tanahnya kurang mengandung iodium, misalnya daerah pegunungan.
2. Kelainan metabolik kongenital yang menghambat sintesis hormon tiroid
a. Penghambatan sintesis hormon oleh zat kimia (seperti substansi dalam kol, lobak,
kacang kedelai)
b. Penghambatan sintesis hormon oleh obat-obatan
c. Hiperplasi dan involusi kelenjar tiroid
4
Pada umumnya ditemui pada masa pertumbuhan, pubertas, menstruasi,
kehamilan, laktasi, menopause, infeksi, dan stress lainnya.
Ada beberapa makanan yang mengandung substansi goitrogenik yakni makanan
yang mengandung sejenis propiltiourasil yang mempunyai aktifitas antitiroid sehingga
juga menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid akibat rangsangan TSH. Beberapa bahan
goitrogenik ditemukan pada beberapa varietas lobak dan kubis.
D. Patofisiologi
Iodium merupakan semua bahan utama yang dibutuhkan tubuh untuk
pembentukan hormon tiroid. Bahan yang mengandung iodium diserap oleh usus, masuk
ke dalam sirkulasi darah, dan ditangkap paling banyak oleh kelenjar tiroid.
Dalam kelenjar, iodium dioksida menjadi bentuk yang aktif yang distimulasi oleh
Tiroid Stimulating Hormon (TSH) kemudian disatukan menjadi molekul tiroksin yang
terjadi pada fase sel koloid. Senyawa yang terbentuk dalam molekul diiodotironin
membentuk tiroksin (T4) dan triiodotironin (T3).
T4 menunjukkan pengaturan umpan balik negatif dari sekresi TSH dan bekerja
langsung pada tirotropihypofisis, sedangkan T3 merupakan hormon metabolik tidak
aktif. Beberapa obat dan keadaan dapat mempengaruhi sintesis, pelepasan, dan
metabolisme tiroid sekaligus menghambat sintesis tiroksin dan melalui rangsangan
umpan balik negatif meningkatkan pelepasan TSH oleh kelenjar hypofisis. Keadaan
inilah yang menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid.
E. Gejala dan Tanda
Pada penyakit struma nodosa non toksik, tiroid membesar dengan lambat.
Awalnya kelenjar ini membesar secara difus dengan permukaan yang licin. Jika struma
cukup besar, maka akan menekan area trakea yang mengakibatkan gangguan pada
respirasi serta apabila esofagus tertekan juga dapat mengakibatkan gangguan menelan.
Pada keadaan ini tidak ditemukan tanda-tanda hipertiroidisme, seperti meningkatnya
denyut nadi, jantung berdebar, gelisah, berkeringat, ataupun penurunan berat badan.
5
F. Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Penilaian risiko keganasan
4. Pemeriksaan penunjang
G. Penatalaksanaan
Pilihan terapi nodul tiroid :
1. Terapi Terapi supresi dengan hormon levotiroksin
2. Pembedahan
Jalannya operasi , eksisi ,,,,,
3. Iodium radioaktif
4. Suntikan etanol
5. US Guided Laser Therapy
6. Observasi, bila hasil PA menunjukkan nodul tidak ganas
Indikasi operasi pada struma adalah :
1. Struma difus toksik yang gagal dengan terapi medikamentosa
2. Struma uni atau multinodosa dengan kemungkinan keganasan
3. Struma dengan gangguan tekanan
4. Kosmetik
Pertama, dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan apakah nodul tiroid
tersebut suspek maligna atau suspek benigna. Bila nodul tersebut suspek maligna
dibedakan atas apakah kasus tersebut operable atau inoperable. Bila kasus yang dihadapi
inoperable maka dilakukan tindakan biopsi insisi dengan pemeriksaan histopatologi
secara blok parafin. Kemudian dilanjutkan dengan tindakan debulking dan radiasi
eksterna atau khemoterapi.
6
BAB III
PEMBAHASAN
Pada anamnesis diketahui bahwa penderita berusia 51 tahun. Perjalanan penyakit yang
relatif lama (10 tahun), pertumbuhan nodul yang membesar secara perlahan tanpa disertai
nyeri dan demam dapat menyingkirkan kemungkinan bahwa penyebab penyakit adalah
infeksi ataupun trauma. Kemungkinan bahwa kasus ini adalah hipertiroidsme juga dapat
disingkirkan karena tidak ditemukan gejala tremor, tangan berkeringat, ataupun jantung
berdebar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan sebuah nodul soliter dengan konsistensi kenyal,
permukaan rata, terfiksir, ikut dalam gerakan menelan, dan tanpa disertai nyeri sehingga
dapat disimpulkan bahwa penyakit yang diderita pasien ini adalah suatu pembesaran kelenjar.
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang telah
dilakukan maka disimpulkan diagnosis kerja bahwa pasien ini menderita struma nodosa non
toksik. Penatalaksaan yang tepat untuk pasien ini adalah subtotal lubektomi.
7
BAB IV
KESIMPULAN
Struma adalah pembesaran pada kelenjar tiroid yang biasanya terjadi karena folikel-
folikel terisi koloid secara berlebih. Setelah bertahun-tahun, sebagian folikel tumbuh semakin
besar dengan membentuk kista dan kelenjar tersebut menjadi noduler. Struma nodosa non
toksik adalah pembesaran kelenjar tiroid yang secara klinik teraba nodul satu atau lebih tanpa
disertai tanda-tanda hipertiroidisme.
Pada penyakit struma nodosa non toksik, tiroid membesar dengan lambat. Awalnya
kelenjar ini membesar secara difus dengan permukaan yang licin. Jika struma cukup besar,
maka akan menekan area trakea yang mengakibatkan gangguan pada respirasi serta apabila
esofagus tertekan juga dapat mengakibatkan gangguan menelan. Pada keadaan ini tidak
ditemukan tanda-tanda hipertiroidisme, seperti meningkatnya denyut nadi, jantung berdebar,
gelisah, berkeringat, ataupun penurunan berat badan.
8
Daftar Pustaka
Nontoxic Goiter. 2011. Diakses pada tanggal 3 Februari 2011, dari
http://emedicine.medscape.com/article/120392-overview
Nontoxic Goiter Treatment and Management. 2011. Diakses pada tanggal 3 Februari 2011,
dari http://emedicine.medscape.com/article/120392-treatment
Sjamsuhidayat, R. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ketiga. EGC : Jakarta.
9
top related