press release gladhen hageng jemparingan ngayogyakarta
Post on 18-Jul-2015
584 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta
Dalam Rangka Hari Olahraga Nasional 2013
Alun-Alun Kidul Yogyakarta Minggu, 1 September 2013
PRESS RELEASE
Balai Pemuda dan Olahraga Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga
Daerah Istimewa Yogyakarta
2013
PENDAHULUAN
Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) yang diperingati setiap tanggal 9 September telah rutin diselenggarakan sejak tahun 1983. Dasar penetapan tanggal 9 September sebagai Hari Olahraga adalah untuk mengenang sejarah diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) edisi perdana yang digelar pada tanggal 9-12 September 1948 di kota Solo.
Untuk penyelenggaraan HAORNAS 2013 mendatang yang akan diselenggarakan di 33 propinsi akan dipusatkan di Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana disampaikan oleh Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo saat mengunjungi Monumen PSSI di Jalan Mawar, Baciro, Yogyakarta pada tanggal 6 April 2013.
Menpora berharap momen peringatan HAORNAS 2013 yang akan dipusatkan di Daerah Istimewa Yogyakarta ini dapat mengangkat kembali olahraga DIY ke permukaan mengingat banyak tokoh olahraga Nasional berasal dari sini.
Dan dalam kesempatan yang sama, Menpora juga menyampaikan bahwa penyelenggaraan HAORNAS 2013 mendatang akan menampilkan beberapa olahraga tradisional yang berasal dari Daerah Istimewa Yogyakarta, salah satunya adalah lomba panahan tradisional atau biasa dikenal dengan jemparingan.
Berikut kutipan berita mengenai pernyataan Menpora saat mengunjungi Monumen PSSI pada tanggal 6 April 2013 lalu,
“Sudah saatnya olahraga DIY kembali diangkat kepermukaan. Banyak tokoh olahraga yang berasal dari sini. Untuk itu, kunjungan saya ke Monumen PSSI ini bukan semata berwisata namun juga ingin mengangkat kembali olahraga di sini. Rencananya, monumen ini akan kami revitalisasi sekaligus menyambut Haornas yang dipusatkan di Stadion Mandala Krida,” ujarnya.
Sebagai gambaran awal, Roy mengungkapkan jika penyelenggaraan Haornas nantinya akan menampilkan beberapa olahraga tradisional yang berasal dari DIY. “Nanti akan ada lomba panahan tradisional atau biasa dikenal jemparingan kalau di sini. Ini menjadi salah satu daya tarik karena banyak olahraga tradisional yang sudah terlupakan. Selain jemparingan nanti akan ada beberapa olahraga tradisional lainnya,” ungkapnya.
http://krjogja.com/read/167718/haornas-dipusatkan-di-yogyakarta.kr
INFORMASI UMUM KEGIATAN
Latar Belakang
Sebagaimana telah disampaikan pada bagian Pendahulan proposal kegiatan – Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta dilatarbelakangi keinginan untuk mengangkat kembali olahraga tradisional yang hampir terlupakan, salah satunya olahraga tradisi jemparingan.
Dan momen peringatan Hari Olahraga Nasional 2013 yang akan dipusatkan di Daerah Istimewa Yogyakarta dianggap momen yang sangat tepat untuk kembali memperkenalkan olahraga tradisional jemparingan kepada masyarakat secara luas dan menjadikan jemparingan sebagai salah satu ikon budaya yang akan memperkuat posisi keistimewaan Yogyakarta sebagai kota Budaya.
Berangkat dari pemikiran di atas, Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) melalui Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga DIY dan Balai Pemuda dan Olahraga DIY bersama komunitas Jemparingan yang ada di DIY berencana menggelar kegiatan:
Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta Dalam Rangka Hari Olahraga Nasional 2013
Tujuan Kegiatan
Kegiatan Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta yang akan digelar nantinya bertujuan:
Sebagai kegiatan pelestarian seni olahraga tradisional khususnya Jemparingan Gaya Mataram Jawi dan menempatkan jemparingan sebagai ikon budaya yang diharapkan dapat memperkuat posisi keistimewaan Yogyakarta sebagai kota budaya
Membangun wadah pengembangan & pembinaan bagi penggiat olahraga tradisional Jemparingan Gaya Mataram Jawi di Yogyakarta
Jadwal Kegiatan
Gladi Resik dan Technical Meeting dilaksanakan, pada:
Hari/Tanggal : Sabtu, 31 Agustus 2013 Pukul : 15:30 wib – 18:00 wib Tempat : Balai Pemuda Olahraga
Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta dalam rangka Hari Olahraga Nasional 2013 dilaksanakan, pada
Hari/Tanggal : Minggu, 1 September 2013 Pukul : 08:00 wib – selesai Tempat : Alun Alun Selatan (Kidul) Yogyakarta
Sekretariat
Untuk kepentingan administrasi surat-menyurat dan korespondensi lainnya, sekretariat Kegiatan Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta menggunakan alamat:
BALAI PEMUDA DAN OLAHRAGA DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA nDalem Ngadiwinatan Suryoputran KT II/23 – Yogyakarta
Telp. 0274-374916 Faks. 0274-374916 HP: 0817 6477 213 (Rahmat Sulistyawan)
Peserta Gladhen
Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta terbuka untuk seluruh pemanah tradisional (jemparingan) maupun pemanah non-tradisi dan ronde tradisi (PERPANI) dari seluruh Indonesia.
Ketentuan Khusus Peserta Gladhen
Mengenakan baju tradisional Jawa saat pelaksanaan kegiatan;
Menggunakan perangkat tradisional, baik busur maupun anak panah;
Proses panahan dilakukan dengan posisi duduk;
Untuk point (2) dan (3), khusus bagai pemanah non-tradisi (PERPANI) masih dimungkinkan dengan menggunakan perangkat non-tradisional tanpa asesoris dan posisi berdiri saat melakukan proses panahan;
Pendaftaran Peserta Gladhen
Jumlah peserta Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta tidak dibatasi. Namun untuk menjaga kenyamanan peserta dan kelancaran pelaksanaan Gladhen Hageng Jemparingan maka calon peserta diharapkan sudah mendaftarkan diri ke panitia penyelenggara sebelumnya melalui pengurus/koordinator paguyuban komunitas jemparingan.
Pendaftaran peserta dapat dilakukan melalui pengurus/koordinator komunitas jemparingan secara berkelompok atau secara individual langsung ke Sekretariat Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta.
Tidak dipungut biaya pendaftaran
Fasilitas Bagi Peserta Gladhen (Prioritas Luar Kota)
Penginapan gratis
Angkutan dari tempat penginapan menuju tempat diselenggarakannya kegiatan
Hadiah yang Disediakan
Disediakan hadiah berupa piala penghargaan dari MENPORA dan uang, sebagai berikut:
POSISI DUDUK POSISI BERDIRI KELOMPOK ANAK
Juara Putra Putri Putra Putri
I 2.000.000 1.750.000 1.000.000 1.000.000
Rp. 2.000.000 yang akan dibagikan sebagai dana pembinaan dan untuk memberikan motivasi kepada anak-anak dan generasi muda
II 1.750.000 1.500.000 750.000 750.000
III 1.500.000 1.250.000 500.000 500.000
IV 1.250.000 1.000.000 300.000 300.000
V 1.000.000 750.000 200.000 200.000
VI 750.000 500.000 100.000 100.000
Bebungah untuk yang mendapatkan nilai merah (kepala) dan sandang dengan total nilai Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah)
Khusus untuk sandang empat disediakan hadiah 1 unit Sepeda Motor
TATA LAKSANA GLADHEN HAGENG
Susunan Acara
PE
RS
IAP
AN
06:00 – 07:00 Persiapan Akhir Lapangan
07:00 – 08:15 Pendaftaran ulang peserta dan penyambutan tamu undangan/VIP
PE
MB
UK
AA
N
08:15 – 08:30
Peserta dan tamu undangan menempati tempat yang telah disediakan, MC membuka acara dan pembacaan kalam Illahi
08:30 – 09:00 Sambutan-sambutan
Sambutan Ketua Panitia
Sambutan Gubernur DIY
Sambutan Menpora
09:00 – 09:15 Kirab prajurit, (perwakilan) peserta pembawa pataka komunitas jemparingan dan peserta anak-anak
09:15 – 09:30
Pembacaan dan doa pembukaan gladhen
GL
AD
HE
N
09:30 – 12:30 Pelaksanaan Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta
Gladhen dilaksanakan dalam 15 rambahan (ronde) untuk dewasa dan 10 rambahhan untuk anak dengan masing-masing rambahan 4 anak panah
Awal rambahan ditandai dengan peniupan terompet, genderang dan peluit panjang sekali
Akhir rambahan ditandai dengan peluit panjang dua kali
Akhir gladhen ditandai dengan peluit panjang tiga kali
Dalam setiap rambahan dan di antara rambahan, saat peserta mengambil anak panah akan diiringi karawitan (panembrono)
PE
NU
TU
PA
N
12:30 – 13:00 Perhitungan nilai peserta Peserta dan tamu undangan menikmati makan siang dan hiburan selama perhitungan nilai dilakukan
13:00 – 14:00
Pengumuman pemenang dan pembagian hadiah untuk setiap kelompok peserta
Pembagian hadiah doorprize
14:00 Penutupan acara
Kirab Pembukaan
Kirab pembukaan akan dilaksanakan dengan alur sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut:
1) Peserta kirab memulai prosesi dari Balai Pemuda dan Olahraga (A) menuju panggung kehormatan tamu undangan VIP (B). Untuk tidak mengganggu hikmatnya kirab pembukaan, pengambilan gambar/dokumentasi oleh media tidak diperkenankan melewati area steril (C) dan bisa memanfaatkan area-area yang telah disediakan (misal: D)
2) Peserta kirab memberikan hornat kepada tamu undangan dan melanjutkan defile nya
3) Peserta kirab prajurit yang bertugas meniup terompet dan genderang penanda rambahan saat gladhen bersiap di tempat yang telah disediakan
4) Peserta kirab yang juga menjadi peserta gladhen menempati tempat yang telah disediakan untuk mengikuti acara pembukaan selanjutnya
Tata Letak Lapangan Gladhen
Agar acara Gladhen dapat terselenggara dengan lancar dan aman, panitia penyelenggara Gladhen Hageng Jemparingan Ngayogyakarta telah merancang tata letak lapangan yang akan digunakan sebagai arena perlombaan dan juga upacara seremonial lainnya sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut:
(1) Tenda peserta – terdiri dari 16 tenda (4m x 5m) yang masing-masing akan ditempati oleh 16-20 orang pemanah dan diharapkan dapat menampung k.l 300 orang pemanah dengan jarak tembak sasaran 30-34m (a)
(2) Tenda peserta khusus anak-anak – 1 dari 16 tenda digunakan oleh kelompok pemanah anak-anak usia SD-SMP dengan jarak tembak sasaran 20m (b)
(3) Tenda/panggung kehormatan tamu undangan VIP
(4) Panitia
(5) Musik pengiring (karawitan/panembrono)
(6) Tenda juri dan team penilai
(7) Tenda media dan fotografer – pemanfaatan area selain tenda ini diatur dan dijelaskan pada bagian berikutnya (pembahasan tata tertib media dan fotografer)
(8) Tenda penonton (memanfaatkan bagian belakang berbagi tenda dengan media dan fotografer)
Tata Tertib Media dan Fotografer
Mengingat jemparingan adalah olahraga yang cukup berbahaya karena menggunakan benda tajam sebagai obyek kegiatannya, maka tata tertib untuk media dan fotografer SANGAT PERLU diperhatikan, Dalam tata letak lapangan akan ditetapkan ZONA TEMBAK berdasarkan perkiraan jarak tembak terjauh (80m) sebagaimana ditunjukkan pada gambar berikut:
1) Media dan fotografer TIDAK DIPERKENANKAN mengambil gambar dalam area ZONA TEMBAK selama rambahan panahan (ronde panahan) sedang berjalan.
2) Pengambilan gambar saat rambahan panahan sedang berjalan hanya diperkenankan melalui tempat-tempat yang telah disediakan (A,B dan C).
3) Pengambilan gambar dalam area ZONA TEMBAK hanya diperkenankan jika rambahan panahan sudah selesai dan para pemanah mengambil anak panahnya.
MENGINGAT BAHAYA YANG MUNGKIN TERJADI DIMOHONKAN DENGAN HORMAT KEPADA
AWAK MEDIA DAN FOTOGRAFER UNTUK MEMPERHATIKAN, MENJAGA DAN SALING MENGINGATKAN TATA TERTIB DI ATAS
Tata Tertib Gladhen Jemparingan
Gladhen Jemparingan yang dilaksanakan mengikuti aturan sebagai berikut:
1) Gladhen terdiri dari 20 rambahan (ronde) dengan masing-masing rambahan pemanah melepas 4 anak panah.
2) Dalam kondisi terpaksa (cuaca) – pimpinan lomba dapat memutuskan gladhen diakhiri sebelum mencapai 20 rambahan.
3) Peserta hanya diperkenankan melepas anak panah jika tanda awal rambahan telah dibunyikan dan peserta harus menghentikan pelepasan anak panah jika tanda akhir rambahan telah dibunyikan.
4) Awal rambahan akan ditandai dengan: a. Pengumuman dari pimpinan lomba yang mengingatkan peserta untuk bersiap dan
menyebutkan jumlah rambahan yang akan dilaksanakan. b. Genderang dan terompet c. Peluit
5) Akhir rambahan ditandai dengan peluit panjang 3x
SEKILAS JEMPARINGAN
Jemparingan tradisional menggunakan busur (jw:
gendewa) sebagai pelontar anak panah (jw:
jemparing). Sedikit berbeda dengan olahraga atau
rekreasi panahan lainnya,
(1) Jemparingan tidak menggunakan sasaran
berbentuk lingkaran tapi menggunakan
bandulan sebagai target sasaran.
(2) Penjemparing (ind: pemanah) melakukan
kegiatan ini dengan posisi duduk bersila.
(3) Dalam event gladhen, penjemparing
menggunakan busana tradisional jawa lengkap
(jw: jawi jangkep).
Bandulan
Posisi duduk dalam jemparingan juga dilakukan dalam ronde tradisi PERPANI, sehingga perbedaan yang
paling mendasar antara jemparingan dengan ronde tradisi PERPANI selain dari busana yang dikenakan
adalah sasaran yang digunakan dan sistem penilaiannya.
Bandulan sering juga disebut dengan wong-wongan (ind: orang-orangan). Material bandul bisa sangat
beragam. Namun bahan yang paling sering digunakan adalah jerami, lembar karet, busa dan kain untuk
membungkusnya. Agar tidak mudah robek, kain biasanya diberi lapisan pengeras dengan lem kayu/kertas.
Ukuran bandul yang biasa digunakan adalah bandul dengan ukuran panjang 30-33 cm dengan diameter
3.0 – 3.5 cm. Bandul ini diletakkan sejauh 30 - 33 meter dari posisi penjemparing duduk dan menggantung
setinggi 160 cm dihitung dari permukaan tanah hingga ujung atas bandul.
Bandul yang digunakan untuk jemparingan tradisional bandulan biasanya diberi warna merah di ujung atas
(sekitar 5 cm) dan sisanya adalah putih. Namun beberapa tradisi juga memberikan warna kuning (dengan
lebar 1 cm) di antara warna merah dan putih serta warna hitam (dengan lebar 1 cm) di bagian bawah.
Warna pada bandulan memiliki penyebutan dan nilai
yang berbeda.
(1) Warna merah diberi nama molo, sirah (Ind: kepala)
dan bernilai 3;
(2) Warna kuning jika ada pada bandul diberi nama
jonggo (Ind: leher) dengan nilai 2;
(3) Warna putih diberi nama awak (Ind: badan) dan
nilai 1;
(4) Warna hitam jika ada pada bandul diberi nama
bokong (Ind: pantat) dengan nilai -1;
Gambar 1: Jemparingan (inset: Bandulan)
Gambar 2: Bandul
Gladhen dan Tata Laksananya
Gladhen atau lomba/aduan dalam jemparingan biasanya dilaksanakan dengan kesepakatan sebagai
berikut:
(1) Gladhen terdiri dari 20 rambahan (ind: ronde) dengan masing-masing rambahan pemanah melepas 4
jemparing (ind: anak panah).
(2) Dalam kondisi terpaksa (cuaca) – pimpinan lomba dapat memutuskan gladhen diakhiri sebelum
mencapai 20 rambahan.
(3) Peserta hanya diperkenankan melepas jemparing jika tanda awal rambahan telah dibunyikan dan
peserta harus menghentikan pelepasan jemparing jika tanda akhir rambahan telah dibunyikan.
(4) Tanda awal dan akhir rambahan disesuaikan dengan kesepakatan.
Sistem Nilai dalam Gladhen
Jemparing yang mengenai bandul akan mendapatkan nilai. Jumlah nilai yang diperoleh satu jemparing
didasarkan pada warna bandul yang dikenainya.
(1) Jemparing yang mengenai warna merah akan mendapat nilai 3;
(2) Jemparing yang mengenai warna kuning (jika ada) akan mendapat nilai 2;
(3) Jemparing yang mengenai warna putih akan mendapat nilai 1;
(4) Jemparing yang mengenai warna hitam (jika ada) akan mendapat nilai -1;
(5) Dalam kasus khusus jemparing yang menancap di antara 2 (dua) area warna pada bandul, penetapan
nilai didasarkan pada area warna terbesar yang dikenai jemparing.
Nilai Sandang
Selain nilai yang didasarkan pada area warna bandul yang dikenai sebuah jemparing dalam jemparingan
dikenal juga nilai sandang. Nilai sandang diperoleh jika dalam satu rambahan, lebih dari satu jemparing
mengenai bandul. Dengan demikian dalam penilaian memungkinkan adanya nilai:
(1) Sandang dua – bila dua jemparing mengenai bandul dalam satu rambahan;
(2) Sandang tiga – bila tiga jemparing mengenai bandul dalam satu rambahan;
(3) Sandang empat – bila empat jemparing mengenai bandul dalam satu rambahan;
Penetapan Pemenang
Setelah seluruh perolehan nilai dari setiap penjemparing dihitung, pemenang gladhen jemparingan
ditentukan berdasarkan perolehan nilai tertinggi. Untuk kasus dimana dua penjemparing atau lebih
memiliki nilai sama, maka dibuat kesepakatan tambahan, misalnya: penjemparing dengan nilai sandang
lebih banyak akan menjadi pemenang, nilai tertinggi lebih dahulu, dsb.
top related