profil kesehatan diy 2016 - depkes.go.id · daerah istimewa yogyakarta terletak di bagian...
Post on 08-Mar-2019
257 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Profil Kesehatan DIY 2016
2
Profil Kesehatan DIY 2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmad dan hidayahNya sehingga
Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta tahun 2017 ini dapat tersusun.
Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan kesehatan, termasuk kinerja Dinas Kesehatan di D.I. Yogyakarta adalah Profil Kesehatan ini. Data yang digunakan dalam proses penyusunan Profil ini bersumber dari berbagai unit kerja baik lintas program dilingkungan kesehatan maupun lintas sektor dengan didukung data dari kabupaten/kota yang selanjutnya dilakukan pemutakhiran data di provinsi sehingga keluaran data tersebut menjadi valid, akurat dan relevan.
Profil Kesehatan DIY 2017 ini disusun untuk memenuhi kebutuhan akan data dan informasi
kesehatan, khususnya masyarakat pengguna informasi kesehatan. Data dan informasi dalam profil ini
diharapkan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang terkait dengan kesehatan.
Selanjutnya diharapkan saran dan kritik yang membangun, serta partisipasi dari semua pihak khususnya dalam upaya mendapatkan data/informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan. Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran dan tenaganya dalam penyusunan Profil Kesehatan DIY tahun 2017 ini, kami sampaikan terima.
Yogyakarta, Juni 2017
Kepala Dinas
Drg. Pembajun Setyaningastuti, M.Kes.
3
Profil Kesehatan DIY 2016
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam upaya mewujudkan masyarakat DIY yang sehat, pembangunan kesehatan di
Daerah Istimewa Yogyakarta tidak dapat dilakukan sendiri oleh aparat pemerintah di sector
kesehatan, tetapi harus dilakukan secara bersama-sama dengan melibatkan peran serta
swasta dan masyarakat. Segala upaya kesehatan selama ini dilakukan tidak hanya oleh sektor
kesehatan saja, tetapi juga tidak luput peran dari sektor non kesehatan dalam upaya
penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan upaya mengatasi permasalahan kesehatan,
karena masalah kesehatan tidak hanya dapat diintervensi oleh sektor kesehatan saja.
Agar proses pembangunan kesehatan berjalan sesuai dengan arah dan tujuan,
diperlukan manajemen yang baik sebagai langkah dasar pengambilan keputusan dan
kebijakan di semua tingkat administrasi pelayanan kesehatan. Untuk itu pencatatan dan
pelaporan kegiatan pelayanan kesehatan perlu dikelola dengan baik dalam suatu sistem
informasi kesehatan. Sistem Informasi Kesehatan (SIK) yang evidence based diupayakan
untuk dapat menyediakan data dan informasi yang akurat, lengkap, dan tepat waktu. Untuk
itu, peran data dan informasi kesehatan menjadi sangat penting dan semakin dibutuhkan
dalam manajemen kesehatan oleh berbagai pihak.
Kesehatan adalah hak asasi setiap manusia. Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 mengungkapkan bahwa kesehatan
adalah salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita
bangsa Indonesia. Pemerintah Indonesia telah melakukan berbagai macam upaya
untuk mengoptimalkan derajat kesehatan masyarakatnya. Upaya kesehatan telah
dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Selain itu, berbagai
macam pendekatan juga telah dilakukan, antara lain pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Namun, masalah-masalah
kesehatan masih banyak dijumpai di Indonesia.
Masyarakat semakin peduli dengan situasi kesehatan dan hasil pembangunan
kesehatan yang telah dilakukan oleh pemerintah, terutama terhadap masalah-masalah
4
Profil Kesehatan DIY 2016
kesehatan yang berhubungan langsung dengan kesehatan mereka. Kepedulian masyarakat
akan informasi kesehatan ini memberikan nilai positif bagi pembangunan kesehatan itu
sendiri. Untuk itu pengelola program harus bisa menyediakan dan memberikan informasi
yang dibutuhkan masyarakat dengan dikemas secara baik, sederhana, informatif, dan tepat
waktu. Dengan adanya Undang- Undang 14 Tahun 2014 tentang Keterbukaan Informasi
Publik, juga mendorong badan publik untuk dapat menyediakan informasi kesehatan sesuai
kategori yang ditetapkan yaitu informasi berkala, setiap saat dan serta merta.
Profil kesehatan merupakan salah satu produk dari Sistem Informasi Kesehatan yang
penyusunan dan penyajiannya dibuat sesederhana mungkin tetapi informatif, untuk dipakai
sebagai alat tolok ukur kemajuan pembangunan kesehatan sekaligus juga sebagai bahan
evaluasi program-program kesehatan. Profil Kesehatan DIY adalah gambaran situasi
kesehatan yang memuat berbagai data tentang situasi dan hasil pembangunan kesehatan
selama satu tahun yang memuat data derajat kesehatan, sumber daya kesehatan, dan
capaian indikator hasil pembangunan kesehatan
Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah institusi yang
ditunjuk untuk menyelenggarakan urusan Pemerintah Daerah DIY di bidang
kesehatan. Dinas Kesehatan DIY memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai penggerak
pembangunan di bidang kesehatan dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat DIY.
Profil Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta adalah gambaran situasi kesehatan
di DIY yang diterbitkan setiap tahun sekali. Maksud diterbitkannya buku ini adalah
untuk menampilkan berbagai data tentang kesehatan dan data pendukung lain yang
dideskripsikan dengan analisis dan ditampilkan dalam bentuk tabel dan grafik.
Sedangkan tujuan yang ingin dicapai adalah tersampaikannya informasi kesehatan
yang merupakan pencapaian Pembangunan Kesehatan Tahun 2016. Pengguna profil
kesehatan umumnya adalah para mahasiswa kesehatan yang akan menyusun karya
tulis, para peneliti kesehatan, lembaga dan swasta yang berkecimpung dalam hal
kesehatan. Dari data yang terdaftar pada Dinas Kesehatan DIY, sekitar 1200 an orang
mencari data dan informasi kesehatan dengan datang langsung pada Dinas
5
Profil Kesehatan DIY 2016
Kesehatan DIY. Oleh karena itu buku profil kesehatan sebagai kemasan bentuk data
dan informasi masih strategis dan mutlak untuk diterbitkan.
Profil Kesehatan DIY Tahun 2016 disusun secara sistematis mengikuti
pedoman penyusunan profil kesehatan yang diterbitkan oleh Pusat Data dan
Informasi Departemen Kesehatan RI.
Sistimatika penyajian Profil Kesehatan DIY tahun 2016 ini adalah sebagai berikut :
Bab I – Pendahuluan
Bab ini Berisi tentang maksud dan tujuan profil kesehatan dan sistematika dari
penyajiannya.
Bab II – Gambaran Umum
Bab ini menyajikan tentang gambaran umum Provinsi DIY. Selain uraian tentang letak
geografis, administratif, dan informasi umum lainnya, bab ini juga mengulas faktor-
faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan dan faktor-faktor lainnya misal
kependudukan, ekonomi, pendidikan, sosial budaya, dan lingkungan.
Bab III – Situasi Derajat & Upaya Kesehatan
A. Situasi Derajat Kesehatan
Sub Bab ini berisi uraian tentang indikator mengenai mortalitas, morbiditas, dan
status gizi masyarakat
B. Situasi Upaya Kesehatan
Sub Bab ini menguraikan pelaksanakan pembangunan kesehatan,
pelayanan kesehatan dasar & rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan
kesehatan ibu dan anak, pembinaan kesehatan lingkungan, serta perilaku hidup
bersih dan sehat.
Bab IV – Situasi Sumber Daya Kesehatan
Bab ini menguraikan tentang tenaga kesehatan, sarana kesehatan, organisasi
Dinas Kesehatan, serta pembiayaan kesehatan.
6
Profil Kesehatan DIY 2016
Bab V – Penutup (Kesimpulan)
Bab ini diisi dengan sajian tentang hal-hal penting yang perlu disimak dan ditelaah
lebih lanjut dari Profil Kesehatan DIY di tahun 2015.
Lampiran
Pada lampiran ini berisi resume/angka pencapaian DIY dan 82 tabel data sesuai
format yang ditetapkan.
7
Profil Kesehatan DIY 2016
BAB II GAMBARAN UMUM
A. Kondisi Geografis
Daerah Istimewa Yogyakarta terletak di bagian tengah-selatan Pulau Jawa., secara
geografis terletak pada 7°33’-8°12’ Lintang Selatan dan 110°00’-110°50’ Bujur Timur. Luas
DIY adalah 3.185,80 km2 atau 0,17 % dari luas Indonesia (1.890.754 km2) (Sumber : RPJMD).
DIY bagian selatan berbatasan dengan Lautan Indonesia (Samudera Hindia).
Sementara itu, di bagian Timur Laut, Tenggara, Barat dan Barat Laut berbatasan dengan
Provinsi Jawa Tengah. Batas-batas wilayah DIY meliputi :
1. Sebelah Timur Laut berbatasan dengan Kabupaten Klaten
2. Sebelah Tenggara berbatasan dengan Kabupaten Wonogiri
3. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Purworejo
4. Sebelah Barat Laut berbatasan dengan Kabupaten Magelang
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), secara administratif, terdiri dari 1 kota, 4
kabupaten, 78 kecamatan, dan 438 kelurahan/desa. Wilayah administratif DIY adalah :
1. Kota Yogyakarta (luas 32,50 km2, 14 kecamatan, dan 45 kelurahan);
2. Kabupaten Bantul (luas 506,85 km2, 17 kecamatan, dan 75 desa);
3. Kabupaten Kulon Progo (luas 586,27 km2, 12 kecamatan, dan 88 desa);
4. Kabupaten Gunungkidul (luas 1.485,36 km2, 18 kecamatan, dan 144 desa);
5. Kabupaten Sleman (luas 574,82 km2, 17 kecamatan, dan 86 desa).
Berikut tampilan wilayah DIY dalam bentuk peta :
Gambar 1. Peta Wilayah DIY
8
Profil Kesehatan DIY 2016
DIY, menurut altitude, terbagi menjadi daerah dengan ketinggian <100 meter, 100-
500 meter, 500–1.000 meter (sebagian besar di Kabupaten Bantul), dan 1.000–2000
meter diatas permukaan laut terletak di Kabupaten Sleman. Sementara itu, secara
fisiografi, DIY dapat dikelompokkan menjadi 4 satuan wilayah :
1. Satuan fisiografi Gunungapi Merapi, mulai dari kerucut gunung hingga bentang lahan
vulkanik, meliputi Sleman, Kota Yogyakarta dan sebagian Bantul. Daerah kerucut dan
lereng gunung api merupakan daerah hutan lindung sebagai kawasan resapan air
daerah bawahan. Wilayah ini memiliki luas kurang lebih 582,81 km2 dengan ketinggian
80–2.911 meter.
2. Satuan fisiografi Pegunungan Seribu Gunungkidul, merupakan kawasan perbukitan
batu gamping dan bentang karst tandus dan kurang air permukaan, di bagian tengah
merupakan cekungan Wonosari yang terbentuk menjadi Plato Wonosari. Wilayah
pegunungngan ini memiliki luas kurang lebih 1.656,25 km2 dengan ketinggian 150-700
meter.
3. Satuan fisiografi Pegunungan di Kulon Progo bagian utara, merupakan bentang lahan
struktural denudasional dengan topografi berbukit, kemiringan lereng curam dan
potensi air tanah kecil. Luas wilayah ini mencapai kurang lebih 706,25 km2 dengan
ketinggian 0-572 meter.
4. Satuan fisiografi Dataran Rendah, merupakan bentang lahan fluvial (hasil proses
pengendapan sungai) yang didominasi oleh dataran aluvial, membentang mulai dari
Kulon Progo sampai Bantul yang berbatasan dengan Pegunungan Seribu. Wilayah ini
memiliki luas 215,62 km2 dengan ketinggian 0–80 meter.
Kondisi fisiografi tersebut membawa pengaruh terhadap persebaran penduduk,
ketersediaan sarana prasarana, sosial, ekonomi, serta ketimpangan kemajuan
pembangunan. Daerah-daerah yang relatif datar, (dataran faluvial meliputi Sleman, Kota,
dan Bantul) adalah wilayah padat penduduk, memiliki intensitas sosial ekonomi tinggi,
maju, dan berkembang. Namun, di daerah ini banyak terjadi pencemaran lingkungan.
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) memiliki iklim tropis dengan curah hujan
berkisar 38-409 mm dengan hari hujan per bulan antara 0-28 kali. Suhu udara rata-rata
9
Profil Kesehatan DIY 2016
berkisar 27,210C. Kelembaban udara berkisar antara 53,42-98,33 persen dan tekanan
udara 1.009,58–1.018,25 mb dengan arah angin antara 60-240 derajat dan kecepatan angin
antara 0-26 knot (BPS, 2013).
Curah hujan tertinggi pada tahun 2010 tercatat 512,3 mm dengan hari hujan per
bulan sebanyak 25 kali. Kondisi ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2009.
Kecepatan angin maksimum pada tahun 2010 mencapai 47 knot, jauh lebih tinggi
dibandingkan tahun 2009 (43 knot) (Profil Dinas Kesehatan DIY, 2013).
DIY mempunyai potensi bencana alam, terutama yang berkaitan dengan bahaya
geologi, antara lain :
1. Gunung Merapi, mengancam wilayah Kabupaten Sleman bagian utara dan wilayah
sekitar sungai yang berhulu di Puncak Merapi;
2. Gerakan tanah/batuan dan erosi, berpotensi terjadi pada lereng Pegunungan Kulon
Progo (bagian utara dan barat), lereng Pengunungan Selatan (Kabupaten
Gunungkidul), dan bagian timur (Kabupaten Bantul);
3. Bahaya banjir, terutama berpotensi mengancam daerah pantai selatan Kabupaten
Kulon Progo dan Kabupaten Bantul;
4. Bahaya kekeringan berpotensi terjadi di wilayah Kabupaten Gunungkidul bagian
selatan, khususnya kawasan karst;
5. Bahaya tsunami, berpotensi di pantai selatan Kulon Progo, Bantul, dan Gunungkidul,
khususnya pada elevasi kurang dari 30 meter di atas permukaan laut;
6. Bahaya gempa bumi (tektonik, vulkanik) berpotensi terjadi di seluruh wilayah DIY.
Gempa tektonik berpotensi di tumbukan lempeng dasar Samudra Yogyakarta yang
terletak di sebelah selatan DIY;
7. Bahaya angin puting beliung, berpotensi terjadi di seluruh wilayah DIY.
Pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang tidak berkelanjutan dan mengabaikan
kelestarian fungsi lingkungan hidup menyebabkan daya dukung lingkungan menurun dan
ketersediaan SDA menipis. Kawasan hutan dengan luas 23,54% dari luas wilayah DIY
kurang mencukupi sebagai standar lingkungan hidup. Menurunnya daya dukung dan
10
Profil Kesehatan DIY 2016
ketersediaan SDA juga terjadi karena kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK) yang rendah sehingga tidak mampu mengimbangi laju pertumbuhan penduduk.
Pencemaran air, udara, dan tanah juga masih belum tertangani secara tepat karena
semakin pesatnya aktivitas pembangunan yang kurang memperhatikan aspek kelestarian
fungsi lingkungan. Oleh karena itu, kebijakan pengelolaan lingkungan hidup secara tepat
akan dapat mendorong perilaku masyarakat untuk menerapkan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan agar tidak terjadi krisis SDA, khususnya air, pangan, dan
energi.
Kerusakan dan pencemaran lingkungan yang terjadi baik di perkotaan maupun
pedesaan terus terjadi. Kerusakan sumber daya alam (SDA) dan penurunan mutu
lingkungan secara drastis tersebut menyebabkan perubahan tatanan dan fungsi
lingkungan hidup. Hal ini menyebabkan munculnya ancaman global seperti perubahan
iklim global, rusaknya keanekaragaman hayati, serta meningkatnya produksi gas rumah
kaca.
B. Keadaan Demografi
DIY memiliki penduduk sebesar 3.691196 jiwa pada tahun 2015 (Susenas 2015),
sedangkan menurut proyeksi BPS jumlah penduduk DIY tahun 2016 sebesar 3.720.912 jiwa
dengan kepadatan penduduk sebesar 1.155 jiwa per kilometer persegi. Kepadatan
tertinggi terdapat di Kota Yogyakarta yaitu sebesar 11.958 jiwa per kilometer persegi.
11
Profil Kesehatan DIY 2016
Tabel 1. Proyeksi Penduduk Berdasarkan Kabupaten/Kota di DIY Tahun 2016
Kabupaten/Kota Jumlah
Kulon Progo 416.683
Bantul 983.527
Gunung Kidul 722.479
Sleman 1.180.479
Yogyakarta 417.744
DI Yogyakarta 3.720.912
Sumber :BPS DIY, 2016
Perbandingan penduduk laki-laki dan perempuan pada DIY relatif seimbang.
Penduduk dengan jenis kelamin laki-laki adalah 49,5%. Sementara itu, penduduk
perempuan adalah 50,5%. Perbandingan yang relatif seimbang ini menunjukkan bahwa
jumlah penduduk perempuan sedikit lebih besar dibandingkan dengan jumlah penduduk
laki-laki.
Gambar 2. Piramida Penduduk D.I.Yogyakarta
Sumber : BPS DIY (hasil Sensus Penduduk tahun 2010)
(200,000) (100,000) 0 100,000 200,000
0-4
10-14
20-24
30-34
40-44
50-54
60-64
70-74
Laki-laki
12
Profil Kesehatan DIY 2016
C. Kondisi Sosial Ekonomi
Komitmen pertama dalam MDG’s adalah penanggulangan kemiskinan dan
kelaparan. Hal ini menyiratkan bahwa kemiskinan merupakan masalah yang mendesak
untuk segera ditanggulangi. Penduduk miskin secara makro dihitung dengan pendekatan
kebutuhan minimum seseorang untuk dapat hidup layak (basic needs approach).
Kebutuhan minimum tersebut mencakup kebutuhan makanan dan kebutuhan non
makanan. Berdasarkan pengukuran kebutuhan minimum komoditas makanan dan non
makanan tersebut diperoleh batas yang disebut sebagai “garis kemiskinan”. Garis
tersebut merupakan penjumlahan dari garis kemiskinan makanan dan garis kemiskinan
non makanan. Orang-orang yang mempunyai pendapatan di bawah garis kemiskinan
dikategorikan sebagai penduduk miskin. Sebaliknya, orang-orang yang mempunyai
pendapatan di atas garis kemiskinan dikategorikan sebagai penduduk tidak miskin. Laju
pertumbuhan ekonomi di DIY selama tiga tahun terakhir mengalami peningkatan yaitu :
pada tahun 2013 sebesar 5,5, tahun 2014 sebesar 5,58 dan tahun 2015 sebesar 5,97.
Metode pengukuran kemiskinan yang digunakan di Indonesia adalah
menggunakan pendekatan pengeluaran penduduk yang disebut dengan istilah kebutuhan
dasar minimum (basic needs approach). Kebutuhan dasar minimum diterjemahkan sebagai
ukuran finansial dalam bentuk uang yang mencakup kebutuhan dasar makanan yang
disetarakan dengan 2.100 kalori per kapita per hari ditambah dengan kebutuhan dasar
non makanan seperti pakaian, perumahan, pendidikan, kesehatan dan kebutuhan dasar
lainnya. Kebutuhan dasar minimum ini biasa disebut dengan garis kemiskinan. Garis
kemiskinan dihitung dalam bentuk absolut berdasarkan survey pengeluaran rumah
tangga (Susenas) modul konsumsi. Garis kemiskinan pada prinsipnya merupakan
penjumlahan antara garis kemiskinan makanan dengan garis kemiskinan non makanan.
Ukuran0ukuran kemiskinan diestimasi berdasarkan survey Susenas kor yang dilakukan
secara berkala setiap tahun. Seseorang dikatakan miskin apabila memiliki pengeluaran
per kapita sebulan di bawah garis kemiskinan yang ditetapkan.
Indikator kemiskinan di DIY secara berturut-turut mengalami penurunan sejak
tahun 2006 sampai 2011. Pada tahun 2006, persentase penduduk miskin di DIY sebesar
13
Profil Kesehatan DIY 2016
19,15%, tahun 2008 sebesar 18,02%, tahun 2009 sebesar 16,86%, tahun 2010 sebesar 16,83%.
Sementara itu, data terakhir pada tahun 2011 menunjukkan bahwa angka kemiskinan di
DIY sebesar 16%, tahun 2013 sebesar 15,08%, tahun 2014 sebesar 14,48%, tahun 2015
sebesar 13,84% dan pada tahun 2016 sebesar 13,4 %.
Persoalan kemiskinan tidak sekedar mencakup urusan jumlah dan persentase
penduduk miskin, tetapi juga menyangkut aspek kedalaman dan keparahan dari
kemiskinan. Menurut Bappeda DIY dalam Analisis Informasi Statistik Pembangunan DIY
2016 bahwa berdasarkan series data selama periode 2007 – 2016 terdapat kecenderungan
penurunan indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di DIY. Penurunan ini menjadi
sinyal yang positif bagi pengentasan kemiskinan. Namun demikian nilai indeks tercatat
meningkat beberapa kali pada bulan Maret 2009, Maret 2012 dan Maret 2015. Penyebab
kenaikan kedua indeks adalah pertumbuhan garis kemiskinan yang lebih besar dari
pertumbuhan pengeluaran kelompok penduduk miskin.
1. Tingkat Pendidikan
Perkembangan pembangunan bidang pendidikan di DIY mengalami
peningkatan yang cukup menggembirakan. Hal ini bisa dilihat dari beberapa capaian
indikator bidang pendidikan seperti ketersediaan sarana dan infra struktur
pendidikan, angka partisipasi sekolah, rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf
yang semakin meningkat kualitasnya dari waktu ke waktu.
DIY mempunyai institusi pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga
Perguruan Tinggi (PT). Jumlah TK 2135 sekolah, SD/MI 2009 sekolah, SMP/MTS 530
sekolah, SMU/MA 204 sekolah dan SMK 220 sekolah. sehingga total jumlah sekolah
tercatat 5.098 unit. Sementara itu, jenjang Perguruan Tinggi (PT) pada tahun
2015/2016 17 universitas, 5 institut, 36 sekolah tinggi, 41 akademi dan 7 poli teknik.
Perkembangan Angka Melek Huruf (AMH) penduduk di DIY selama kurun
waktu 2003 – 2015 menunjukkan pola yang semakin meningkat. Pada tahun 2003
AMH DIY baru 85,8 % dan meningkat menjadi 94, 5 % pada tahun 2015. Secara eksplisit
angka tersebut menggambarkan bahwa masih ada 5,5 % penduduk DIY masih buta
14
Profil Kesehatan DIY 2016
huruf atau tidak/belum memiliki kemampuan membaca dan menulis. Penyebab belum
optimalnya AMH di DIY adalah karena masih rendahnya AMH pada kelompok usia >
45 tahun dengan angka 87,2 %, sementara AMH pada usia 15 – 44 tahun sudah cukup
tinggi yaitu 99,8 %. Secara alamiah rendahnya AMH pada usia tua ini akan semakin
berkurang akibat proses kematian penduduk. AMH antar kabupaten/kota juga belum
merata. Masih terdapat gab yang cukup besar antar kab/kota di DIY.
Indikator lainnya untuk menilai mutu pendidikan di DIY dapat dilihat dari
tingginya angka partisipasi di dalam bidang pendidikan, yang terdiri dari Angka
Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Tingkat partisipasi
pendidikan anak usia dini (0-6 tahun) dalam mengikuti pendidikan pra-sekolah sudah
mencapai 70%. APK untuk jenjang SD/MI DIY pada tahun 2015 sebesar 99,9%.
Sementara itu, APM tingkat SLTP pada tahun 2015 sebesar 99,7 % dan 86,8 % untuk
SLTA. Angka-angka tersebut mengalami kenaikan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya walaupun relatif kecil.
Produksi tenaga kesehatan oleh sarana pendidikan cukup tinggi namun daya
serapnya masih rendah. Institusi pendidikan kesehatan di DIY terus mengalami
perkembangan. Sejak tahun 2009, tercatat jumlah institusi penyelenggara pendidikan
kesehatan di DIY mencapai 51 institusi yang terdiri dari jenjang D3 dan S1. Perincian
untuk jenjang D3 adalah sebagai berikut : (1) D3 keperawatan sebanyak 11 institusi, (2)
D3 Gizi 3 institusi, (3) D3 Analis 2 institusi, (4) D3 Lingkungan 2 institusi, (5) D3
Kebidanan 7 institusi, dan (6) D3 Farmasi 1 institusi. Sementara itu, untuk jenjang S1
perinciannya adalah sebagai berikut : (1) Fakultas Kedokteran 4 institusi, (2) Fakultas
Kedokteran Gigi 1 institusi, (3) Farmasi 4 institusi, (4) Kesehatan Masyarakat 4
institusi, (5) Keperawatan 8 institusi, dan (6) Gizi 1 institusi.
Pola manajemen pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan telah
menyesuaikan dengan Pemerintah Daerah. Meskipun begitu, koordinasi peningkatan
kualitas tenaga dengan lembaga pendidikan masih kurang. Sementara itu, peran
swasta cenderung kurang terkendali karena kegunaan dan mutu belum sesuai
kebutuhan dan kemampuan penyerapan yang diakibatkan terbatasnya dana dalam
15
Profil Kesehatan DIY 2016
rekruitmen dan pemeliharaan tenaga, profesionalisme, kompetensi dan etika SDM
kesehatan, serta berkaitan dengan proses produksi (pendidikan dan training).
2. Pekerjaan
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang memiliki peran
sentral dalam menggerakkan aktifitas perekonomian. Semakin baik kualitas tenaga
kerja yang dimiliki suatu wilayah, maka produktifitas pekerjanya juga semakin
meningkat. Konsep ketenagakerjaan di Indonesia merujuk pada rekomendasi ILO
yang membagi penduduk berusia produktif berdasarkan aktifitasnya. Pembagian ini
mencakup penduduk berdasarkan aktifitasnya ini menjadi dua yakni angkatan kerja
dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mencakup penduduk yang berusia kerja
yang berstatus sedang bekerja dan pengangguran. Bukan angkatan kerja mencakup
mereka yang akktifitasnya bersekolah, mengurus rumah tangga dan lainnya.
Berdasarkan hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), bahwa jumlah
penduduk berusia kerja meningkat dari 2,8 juta jiwa pada bulan Februari 2013 menjadi
2,9 juta jiwa pada Februari 2016. Komposisi angkatan kerja terhadap penduduk
berusia kerja berfluktuasi pada level 68 – 73 %, sementara komposisi pada penduduk
buan berusia kerja fluktuasinya antara 27 – 32 %. Pada Februari 2016 Tingkat Partisipasi
Angkatan Kerja (TPAK) tercatat 2,1 juta jiwa atau sebasar 72,2 %. Perkembangan TPAK
di DIY menurut jenis kelamin menunjukkan bahwa laki-laki memiliki level yang lebih
tinggi dibanding perempuan dengan TPAK laki-laki berfluktusi antara 77 – 84 % dan
perempuan antara 57 – 67 %. Fenomena ini mengindikasikan keterlibatan laki-laki
dalam aktifitas perekonomian cenderung lebih dominan dianding perempuan. Hal ini
kemungkinan faktor pengaruh budaya di DIY.
Keterbatasan lapangan kerja menyebabkan tidak semua angkatan kerja yang
tersedia dapat terserap di pasar kerja. Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi mencatat
jumlah pencari kerja pada tahun 2012 sebanyak 87.541 orang, meningkat sekitar 0.94%
dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 86.726 orang. Mereka terdiri dari 52,13%
laki-laki dan 47,87% perempuan. Dari jumlah tersebut sebesar 2,74% berpendidikan SD,
5,03% berpendidikan SLTP, 34,32% berpendidikan SLTA, 13,06% berpendidikan D1-D3,
16
Profil Kesehatan DIY 2016
43,40% berpendidikan D4-S1, serta 1,45% berpendidikan S2-S3. Sementara itu,
persentase lowongan pekerjaan yang tersedia dalam penempatan masing-masing
adalah 18,06% dan 13,82% dari total pencari kerja.
Perkembangan TPAK menurut wilayah menunjukkan TPAK daerah pedesaan
tercatat selalu lebih tinggi dari perkotaan. TPAK pedesaan berfluktuasi antara 71 – 81
%, sedangkan perkotaan pada angka 66 – 72 %. Hal ini terkait dengan kecenderungan
penduduk perkotaan terutama yang berusia muda yang lebih memilih menyelesaikan
sekolah sampai tuntas sebelum masuk pada pasar tenaga kerja.
Berdasarkan Kabupaten/kota, TPAK tertinggi ttercatat di kabupaten Kulno
Progo dan Gunung Kidul. Sementara TPAK tterendah di Kabupaten Sleman dan Kota
Yogyakarta. Rendahnya TPAK di Sleman dan Kota Yogyakarta disebabkan oleh
tingginya proporsi penduduk usia kerja yang statusnya masih bersekolah.
Tabel 2. Distribusi Penduduk D.I. Yogyakarta Menurut Lapangan Usaha (dalam %)
No Lapangan Usaha
Utama Kabupaten/Kota
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Pertanian 24,29 25,43 24,38 25,42 25,10 22,81
2 Industri Pengolahan 14,22 15,65 12,96 14,91 17,70 17,85
3 Konstruksi 5,55 5,68 6,39 4,84 8,15 8,53
4 Pedagangan, hotel dan restoran 25,92 26,37 26,38 26,64 24,34 26,60
5 Transportasi dan komunikasi 4,75 3,72 3,87 3,78 2,38 2,35
6 Keuangan, Real Estate dan Jasa Peusahaan 2,20 2,68 3,34 3,37 2,98 2,61
7 Jasa-jasa 21,83 20,25 21,46 20,75 18,71 18,39
8 Lainnya (Pengggalian, LGA) 1,25 0,22 1,22 0,29 0,65 0,87
Total 100 100 100 100 100 100
Sumber : Sakernas Februari 2016, BPS D.I. Yogyakarta
Sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor perdagangan,
hotel dan restoran kemudian pertanian dan disusul sektor jasa-jasa. Realitas ini
menunjukkan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran serta pertanian dan
17
Profil Kesehatan DIY 2016
sektor jasa memberikan kontribusi paling banyak dalam menyerap tenaga kerja.
Sektor perdagangan, hotel dan restoran serta pertanian dan jasa cukup dominan
dalam menciptakan lapangan kerja. Hal ini seiring dengan tumbuh dan
berkembangnya hotel dan restoran di D.I Yogyakarta. Selain itu, sektor yang
potensial untuk dikembangkan antara lain sektor pariwisata, industri kecil menengah
serta kerajinan. Sektor-sektor tersebut dapat dikembangkan sebagai penunjang
keterserapan tenaga kerja.
Jumlah angkatan kerja DIY tahun 2014 adalah 2.032.896 orang, tahun 2015
sebanyak 2.098.080 orang sedangkan pada tahun 2016 tercatat sebesar 2.096.865
orang. Sedangkan pengangguran terbuka di DIY mengalami fluktuatif selama tiga
tahun terakhir yaitu : tahun 2014 sejumlah 43.984 orang, tahun 2015 sebesar 85.454
orang dan tahun 2016 sebesar 59.001 orang. (Sakernas Februari 2016).
3. Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio)
Rasio Ketergantungan (Dependency Ratio) adalah perbandingan antara
jumlah penduduk berumur 0-14 tahun, ditambah dengan jumlah penduduk 65 tahun
keatas dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun. Rasio
ketergantungan dapat dilihat menurut usia yakni Rasio Ketergantungan Muda dan
Rasio Ketergantungan Tua. Rasio Ketergantungan Muda adalah perbandingan jumlah
penduduk umur 0-14 tahun dengan jumlah penduduk umur 15–64 tahun. Rasio
Ketergantungan Tua adalah perbandingan jumlah penduduk umur 65 tahun ke atas
dengan jumlah penduduk di usia 15-64 tahun.
Sejak tahun 2010 hingga 2015 angka beban tanggungan penduduk D.I
Yogyakarta belum mengalami perubahan yang nyata. Pada tahun 2015 Dependency
Ratio sebesar 45,0 sedikit lebih rendah disbanding DR tahun 2010 sebesar 45,9.
Penurunan angka DR yang hanya sebesar 0,9 ini mengindikasikan bahwa beban
tangggungan penduduk usia produktif secara jumlah hanya berkurang satu orang.
18
Profil Kesehatan DIY 2016
BAB III SITUASI DERAJAT & UPAYA KESEHATAN
A. Derajat Kesehatan Masyarakat
Derajat kesehatan masyarakat adalah gambaran kemampuan atau kinerja petugas
kesehatan untuk mencapai egara or kesehatan. Sementara itu, egara or kesehatan
masyarakat adalah rangkuman angka yang dirancang untuk menggambarkan aspek-aspek
tertentu dari kinerja kesehatan atau egara kesehatan (AIHW, 2013). Indikator kesehatan
yang dinilai paling peka dan telah disepakati secara nasional sebagai ukuran derajat
kesehatan suatu wilayah meliputi : (1) Umur Harapan Hidup (UHH), (2) Angka Kematian
Ibu (AKI), (3) Angka Kematian Bayi (AKB), (4) Angka Kematian Balita (AKABA), dan (5)
Status Gizi Bayi/Balita (Kementrian Kesehatan, 2010).
1. Umur Harapan Hidup (UHH)
Derajat kesehatan masyarakat yang tinggi dapat digunakan sebagai acuan
keberhasilan program kesehatan dan program pembangunan ekonomi yang secara
tidak langsung dapat meningkatkan umur harapan hidup (UHH). Menurut Statistik
Indonesia, umur harapan hidup pada saat lahir (life expectancy at birth) ialah rata-rata
tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada suatu tahun tertentu.
Umur harapan hidup di suatu wilayah berbeda dengan wilayah lainnya tergantung dari
kualitas hidup yang mampu dicapai oleh penduduk (Sugiantari, 2013).
World Health Organization (2014) menyebutkan bahwa angka harapan hidup
saat lahir mencerminkan tingkat kematian keseluruhan populasi. Angka harapan hidup
saat lahir merangkum pola mortalitas yang berlaku di semua kelompok umur pada
tahun tertentu (anak dan remaja, dewasa, dan orang tua).
Umur harapan hidup diperoleh melalui survey yang dilaksanakan oleh Badan
Pusat Satatistik (BPS) yang pelaksanaannya tidak tentu setiap tahunnya. Akibatnya,
angka tersebut tidak tersedia setiap tahun. Oleh karena itu, usia harapan hidup dapat
diperoleh melalui laporan rutin yang diperoleh melalui fasilitas kesehatan dengan
mekanisme tertentu dan disampaikan kepada Dinas Kesehatan DIY.
19
Profil Kesehatan DIY 2016
Umur harapan hidup di DIY lebih tinggi dibandingkan dengan umur harapan
hidup nasional. Umur harapan hidup nasional adalah 69.43 tahun (Kementrian
Kesehatan, 2010). Sementara itu umur harapan hidup di DIY mencapai 74 tahun. Umur
harapan hidup di DIY tergolong tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di
Indonesia. Selain DIY, provinsi lain yang memiliki umur harapan hidup tinggi adalah DKI
Jakarta dan Bali. Umur harapan hidup di DKI Jakarta adalah 76,2 tahun. Sementara itu,
umur harapan hidup di Bali adalah 74,3 tahun (BPS Indonesia, 2012).
Gambar 2. Grafik Umur Harapan Hidup di DIY Hasil Sensus Penduduk
Grafik di atas menunjukkan bahwa umur harapan hidup di DIY mengalami
peningkatan sejak 40 tahun terakhir. Peningkatan ini terjadi di semua jenis kelamin.
Meskipun begitu, umur harapan hidup perempuan (76 tahun) lebih tinggi
dibandingkan laki-laki (72 tahun).
Peningkatan umur harapan hidup yang terjadi di DIY dipengaruhi oleh banyak
hal. Kesehatan menjadi salah satu hal yang memiliki peran penting dalam
peningkatan tersebut. Peran pengaruh kesehatan dalam meningkatkan usia harapan
hidup ditunjukkan dari semakin menurunnya angka kematian, perbaikan pelayanan
kesehatan, dan perbaikan gizi di masyarakat.
20
Profil Kesehatan DIY 2016
2. Tingkat Kematian (Mortalitas)
a. Kasus Kematian Ibu
Kematian ibu atau maternal death menurut batasan dari Tenth Revision of The
International Classification of Disease (ICD-10) adalah kematian wanita yang terjadi
pada saat kehamilan, atau dalam 42 hari setelah berakhirnya kehamilan. Kematian
ibu disebabkan oleh kejadian yang berhubungan dengan kehamilan, atau yang
diperberat oleh kehamilan tersebut atau penanganannya. Kematian ibu bukan
kematian yang disebabkan oleh kecelakaan atau kebetulan (WHO, 2010).
Angka kematian ibu (AKI) termasuk di dalam target pencapaian Millenium
Development Goals (MDGs) nomor lima. MDGs menargetkan bahwa setiap egara
yang telah menyepakati MDGs harus berhasil mengurangi ¾ resiko jumlah kematian
ibu. Oleh karena itu, Indonesia harus berhasil menurunkan angka kematian ibu
menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Indonesia terancam gagal memenuhi target MDGs tahun 2015. Data
menunjukkan bahwa AKI di Indonesia berdasarkan SDKI tahun 2012 (359 per
100.000 kelahiran hidup) mengalami peningkatan dibandingkan SDKI tahun 2007
(228 per 100.000 kelahiran hidup). Padahal, sebelumnya, AKI sempat menurun
secara bertahap, dari 390 (1991) menjadi 334 (1997), 307 (2003), dan 228 (2007).
Tabel 3. Jumlah Kematian Ibu, BAyi dan Balita DIY 2012-2016
21
Profil Kesehatan DIY 2016
Tabel diatas menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu di DIY tahun 2014 (40
ibu) mengalami penurunan dibandingkan dengan tahun 2013 (46 ibu). Pada tahun
2015 penurunan jumlah kematian ibu sangat siknifikan hingga menjadi sebesar 29
kasus. Namun pada tahun 2016 kembali naik tajam menjadi 39 kasus. Kasus
terbanyak terjadi di Kabupaten Bantul (12 kasus) dan terendah di Kabupaten
Gunung Kidul (5 kasus).
Penyebab kematian ibu yang paling banyak ditemukan di DIY adalah lain-lain,
yaitu karena masalah jantung (8), Emboli (1), syok (3), Tb (1), HIV (1), Pneumoni (1),
DBD (1), MODS (1), Anemia hemolitik autoimun (1), Hiperemesis gravidarum (1),
belum diketahui (1).
Gambar 3. Penyebab Kematian Ibu Tahun 2016 di DIY
b. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka kematian bayi (Infant Mortality Rate) merupakan salah satu indikator
penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat karena dapat
menggambarkan kesehatan penduduk secara umum. Angka ini sangat sensitif
terhadap perubahan tingkat kesehatan dan kesejahteraan. Angka kematian bayi
Penyebab Kematian Ibu di DIY Tahun 2016
22
Profil Kesehatan DIY 2016
tersebut dapat didefenisikan sebagai kematian yang terjadi antara saat setelah bayi
lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun (BPS Indonesia, 2014).
Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan indikator kesehatan yang termasuk
di dalam salah satu target MDGs. MDGs menargetkan bahwa setiap negara yang
telah berkomitmen di dalam MDGs harus mampu menurunkan ⅔ angka kematian
bayi dari kondisi tahun 1999. Oleh karena itu, AKB di Indonesia harus berada kurang
dari atau sama dengan 23 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2015.
Hasil SDKI 2012 menunjukkan bahwa AKB DIY menduduki peringkat lima
besar terbaik secara nasional bersama dengan Kalimantan Timur, DKI Jakarta, Riau,
dan Sulawesi Selatan (SDKI, 2012). Meskipun begitu, DIY belum mampu memenuhi
target MDGs karena AKB tahun 2012 masih berada di angka 25 per 1000 kelahiran
hidup.
Gambar 4. Angka Kematian Bayi, SDKI 2012 & 2007
Secara umum kasus kematian bayi di DIY fluktuatif dari tahun 2012 – 2015.
Tahun 2015 sebesar 405 dan turun cukup banyak pada tahun 2016 yaitu menjadi 329
kasus kematian bayi. Kasus kematian bayi tertinggi di Kabupaten Bantul (33 kasus)
dan terendah di Kabupaten Sleman (10 kasus). Penyebab umum kematian bayi di
DIY adalah berat bayi lahir rendah (BBLR) dan sepsis. Selain itu, penyebab lain
kematian bayi yang sering dijumpai di DIY antara lain asfiksi pada saat lahir karena
lama di jalan kelahiran, letak melintang, serta panggul sempit.
23
Profil Kesehatan DIY 2016
c. Angka Kematian Balita (AKBA)
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru
lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari).
Oleh karena itu, angka kematian balita adalah jumlah kematian anak berusia 0
sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari) selama satu tahun
tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk
kematian bayi) (BPS Indonesia, 2014).
Angka Kematian Balita (AKBA) termasuk di dalam salah satu target MDGs.
MDGs menargetkan AKBA tahun 2015 mampu berkurang menjadi ⅔ dari kondisi
tahun 1999. Oleh karena itu, Pemerintah Indonesia menargetkan agar AKBA
Indonesia berada pada angka 32 per 1000 kelahiran hidup di tahun 2015.
Hasil SDKI tahun 2012 menunjukkan bahwa AKBA DIY sebesar 30 per 1000
kelahiran hidup. Sementara itu, profil kesehatan DIY tahun 2012 menyebutkan
bahwa AKBA DIY adalah 9,8 per 1000 kelahiran hidup. Hal ini menunjukkan bahwa
DIY telah memenuhi target Pemerintah Indonesia (32 per 1000 kelahiran hidup).
Kasus kematian Balita di DIY juga fluktuatif dari tahun 2012-2016, tetapi pada kurun
waktu 3 tahun terakhir mengalami penurunan yaitu 508 pada tahun 2014, turun
menjadi 454 pada tahun 2015 dan turun lagi menjadi 378 pada tahun 2016.
3. Status Gizi
Status gizi merupakan salah satu faktor yang menentukan sumber daya
manusia dan kualitas hidup. Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi
makanan dan penggunaan zat-zat (Almatsier, 2001:3). Sedangkan menurut Suhardjo
(2003:256) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat dari pemakaian,
penyerapan, dan penggunaan makanan.
a. Status Gizi Bayi/Balita
Status gizi bayi/balita merupakan salah satu indikator yang menggambarkan
tingkat kesejahteraan masyarakat. Penilaian status gizi bayi/balita dapat dilakukan
24
Profil Kesehatan DIY 2016
dengan pengukuran antropometri. Indikator yang diukur ada 3 macam, yaitu berat
badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan
menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator yang sering digunakan adalah berat badan
menurut umur (BB/U). Hasil yang didapatkan kemudian dibandingkan dengan data dari
WHO, dimana gizi normal adalah nilai z-score didalam ±2SD, gizi kurang adalah nilai z-
score kurang dari -2SD tetapi lebih dari -3SD, gizi buruk adalah nilai z-score kurang dari -
3SD dan gizi lebih adalah nilai z-score lebih dari 2SD (Arisman, 2007).
(i) Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) ialah bayi baru lahir dengan berat badan saat
lahir kurang dari 2.500 gram (sampai dengan 2.499 gram). Prevalensi BBLR di DIY
tahun 2015 adalah 5,32%. Angka ini lebih rendah dari prevalensi BBLR tingkat nasional
yang mencapai 8,8% (Kemenkes RI, 2010). Angka prevalensi BBLR (%) selama 3 tahun
terakhir adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Prevalensi BBLR DIY 2014-1016
No. Kabupaten/Kota Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
1. Kulon Progo 7,11 6,95 7.47
2. Bantul 3,58 3,62 3.66
3. Gunung Kidul 6,19 7,33 6.68
4. Sleman 4,85 4,81 4.84
5. Yogyakarta 5,65 6,45 5.47
DIY 4,71 5,32 5.20
(ii) Gizi Buruk dan Gizi Kurang
Keadaan gizi buruk dan kurang dapat menurunkan daya tahan tubuh terhadap
berbagai penyakit, terutama penyakit infeksi yang mengganggu pertumbuhan dan
perkembangan fisik, serta mental dan jaringan otak.
25
Profil Kesehatan DIY 2016
Prevalensi balita Kurang Energi Protein (Gizi Buruk dan Kurang) di DIY tahun
2015 sebesar 8,04. Prevalensi KEP ini menurun dibandingkan dengan tahun 2013 tetapi
sedikit lebih tinggi dari tahun 2014. Pada tahun 2016 KEP DIY sebesar 8,83. Angka
prevalensi selama tiga tahun terakhir masih berkisar pada angka 8 yang menunjukan
bahwa upaya yang dilakukan dalam rangka penurunan prevalensi KEP Balita di DIY
belum tercapai secara maksimal. Kondisi paling tinggi prevalensi balita KEP adalah
Kabupaten Kulon Progo.
(iii) Bawah Garis Merah (BGM)
Bawah Garis Merah (BGM) merupakan standar yang biasa digunakan untuk
menggambarkan status gizi balita. Balita BGM adalah balita yang ditimbang berat
badannya berada pada garis merah atau di bawah garis merah pada Kartu Menuju
Sehat (KMS). BGM dapat menyebabkan penurunan daya tahan tubuh serta
menganggu pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan jaringan otak.
BGM memang bukan menunjukkan keadaan gizi buruk, tetapi sebagai
peringatan untuk konfirmasi dan tindak lanjut, karena apabila balita BGM tidak segera
ditangani, maka akan semakin memperburuk kesehatan Balita tersebut sehingga bisa
menimbulkan kematian Balita. Padahal, badan kesehatan dunia (WHO) memperkirakan
54% kematian bayi dan anak dilatarbelakangi oleh keadaan gizi yang buruk. Sementara
itu, hasil penelitian di Indonesia menunjukkan bahwa gizi buruk menyebabkan 80%
kematian anak (WHO, 2011).
Tabel 5. Persentase BGM di DIY Tahun 2013-2015
Kab/kota 2014(%) 2015(%) 2016(%)
Kota Yogyakarta 1.06 1.06 0,94
Bantul 0.74 0.60 0,63
Kulon Progo 0.88 0.87 1,32
Gunungkidul 0.90 1.69 0,51
Sleman 0.58 0.47 1,04
Provinsi 0.77 0.84 0,81 Sumber : Seksi Gizi Dinas Kesehatan DIY
26
Profil Kesehatan DIY 2016
Tabel di atas menunjukkan bahwa persentase BGM di DIY mengalami
peningkatan pada tahun 2015, kemudian menurun lagi pada tahun 2016. Persentase
BGM di DIY mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2013 (0,98%) dan
naik pada tahun 2015 (0,84%) dibanding tahun 2014 (0,77%). Angka ini menunjukkkan
bahwa upaya penurunan prevalensi BGM di DIY masih belum berjalan secara optimal
mengingat hasil cakupan penemuan kasus BGM pada Balita masih fluktuatif.
(iv) Stunted
Stunted adalah pertumbuhan yang terhambat (tumbuh pendek). Stunted terjadi
akibat kegagalan pada saat proses tumbuh kembang seorang anak karena kondisi
kesehatan dan asupan gizi yang tidak optimal. Stunted sering berkaitan erat dengan
kondisi sosial ekonomi, paparan suatu penyakit, dan asupan gizi yang kurang secara
kuantitas dan kualitas (WHO, 2014). Stunted merupakan keadaan tubuh yang pendek
dan sangat pendek sehingga melampaui defisit -2 SD dibawah median panjang atau
tinggi badan (Manary & Solomons, 2009).
Stunted merupakan masalah kesehatan masyarakat karena berhubungan
dengan meningkatnya risiko terjadinya kesakitan dan kematian, perkembangan
motorik terlambat, dan terhambatnya pertumbuhan mental (Waterlow, 1994). Anak-
anak stunted menghadapi kemungkinan yang lebih besar untuk tumbuh menjadi orang
dewasa yang kurang berpendidikan, miskin, kurang sehat dan lebih rentan terhadap
penyakit tidak menular (UNICEF, 2004).
Prevalensi balita pendek di DIY pada tahun 2016 sebesar 11 % dan angka ini turun
dari tahun 2015 sebesar 14,36. Prevalensi balita pendek terbesar adalah Kota
Yogyakarta (17,57) disusul Kulon Progo (14,87). Dari angka ini terlihat bahwa prevalensi
balita pendek di DIY lebih tinggi jika dibandingkan dengan Riskesdas tahun 2010
(10.2%).
27
Profil Kesehatan DIY 2016
(v) Gizi Lebih
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada saat ini mengalami permasalahan gizi
ganda. Di satu sisi, masih banyak ditemukan Balita menderita gizi kurang dan gizi
buruk. Di sisi lain, Balita dengan kasus gizi lebih mulai banyak ditemukan di DIY.
Gizi lebih pada anak umum-nya lebih ringan dibandingkan dengan obesitas pada
orang dewasa. Akan tetapi, kasus gizi lebih derajat berat pada anak mungkin telah
disertai gangguan pernapasan, hipertensi, dermatitis, dan lain-lain. Meskipun
begitu, gizi lebih yang dibiarkan cenderung akan berlanjut menjadi kelebihan berat
badan pada saat dewasa.
Gizi lebih di DIY juga merupakan masalah kesehatan yang harus mendapatkan
perhatian. Berdasarkan Pemantauan Status Gizi di DIY dari tahun 2013 sampai
tahun 2015 bahwa Balita kegemukan (berat badan per Umur) tahun 2014 adalah
5,84%, menurun menjadi 3,81% (Tahun 2015) dan 3,11% (tahun 2015). Permasalahan
balita kegemukan berdasarkan pemantauan status gizi (BB/U) dari tiap
Kabupaten/Kota menunjukkan Kota Yogyakarta tertinggi, tetapi dalam tiga tahun
terakhir mengalami penurunan yang signifikan, sedangkan untuk Kabupaten Kulon
Progo hampir tidak mengalami perubahan yang berarti.
(vi) ASI Ekslusif
ASI adalah gold-standard bagi nutrisi dan pertumbuhan bayi. (AAP, 2005;
WHO, 2006). ASI adalah salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi bayi
umur 0-6 bulan. Selain itu, pemberian ASI secara eksklusif menghindarkan bayi dari
kematian yang disebabkan oleh penyakit anak, mempercepat penyembuhan
selama sakit, dan membantu dalam proses kelahiran (Baker, 2009).
ASI eksklusif adalah pemberian makanan kepada bayi berupa ASI saja tanpa
tambahan makanan apapun kecuali obat dan air putih yang diminum bersama
dengan obat dari usia 0-6 bulan (WHO, 2006). Definisi ASI eksklusif yang
dikeluarkan oleh WHO ini sangat sulit diterapkan karena berbagai macam faktor
sosial dan budaya.
28
Profil Kesehatan DIY 2016
Jumlah ibu menyusui di Indonesia semakin menurun meskipun ASI eksklusif
memiliki banyak keunggulan. Ibu Indonesia cenderung memilih memberikan susu
formula kepada bayinya. Perilaku ini berkembang menjadi gengsi pada sebagian
ibu. Perilaku salah ini ditiru oleh ibu dari keluarga kurang mampu. Akibatnya, ibu
dari keluarga kurang mampu memberikan susu formula sangat encer dan tidak
memenuhi kebutuhan gizi bayi (Roesli, 2008).
Gambar 5. Prosentase Bayi Mendapat ASI Eksklusif DIY 2016
Grafik di atas menunjukkan bahwa persentase pemberian ASI eksklusif paling
tinggi terjadi di Kabupaten Sleman dan paling rendah terjadi di Kota Yogyakarta.
Upaya promosi melalui berbagai media tentang pentingnya ASI eksklusif masih
terus dilakukan meskipun capaian program semakin meningkat.
b. Status Gizi Ibu Hamil
Status gizi selama kehamilan adalah salah satu faktor penting dalam
menentukan pertumbuhan janin. Status gizi ibu hamil akan berdampak pada berat
badan lahir, angka kematian perinatal, keadaan kesehatan perinatal, dan pertumbuhan
bayi setelah kelahiran (Adair dan Bisgrove, 1991). Situasi status gizi ibu hamil sering
digambarkan melalui prevalensi anemia dan Kurang Energi Kronis (KEK) pada ibu
hamil.
29
Profil Kesehatan DIY 2016
(i) Anemia
Anemia adalah suatu keadaan dimana jumlah hemoglobin dalam darah kurang
dari normal. Hemoglobin ini dibuat di dalam sel darah merah, sehingga anemia dapat
terjadi baik karena sel darah merah mengandung terlalu sedikit hemoglobin maupun
karena jumlah sel darah yang tidak cukup.
American Society of Hematology mengungkapkan bahwa anemia ringan (9-10,4
g/dL) adalah kondisi normal yang dialami selama kehamilan karena adanya
peningkatan volume darah. Sementara itu, anemia berat (<7,5 g/dL) dapat
menyebabkan bayi berisiko menderita anemia pada masa kanak-kanak. Anemia pada
dua trimester pertama akan meningkatkan risiko persalinan premature atau BBLR.
Selain itu, anemia akan meningkatkan risiko pendarahan selama persalinan dan
membuat ibu lebih sulit melawan infeksi.
Hasil penelitian Fakultas Kedokteran di seluruh Indonesia menunjukkan bahwa
prevalensi anemia ibu hamil di Indonesia adalah 50-63%. Sementara itu, penelitian
Pusponegoro dan Anemia World Map pada waktu yang sama menyebutkan 51% wanita
hamil menderita anemia sehingga menyebabkan kematian hingga 300 jiwa perhari.
Gambar 6. Prevalensi Bumil Anemia di DIY 2016
Prevalensi anemia ibu hamil di DIY pada tahun 2015 sebesar 14,85 % dan
mengalami kenaikan pada tahun 2016 yiatu sebesar 16,09 %. Upaya menuruman
30
Profil Kesehatan DIY 2016
prevalensi anemia ibu hamil harus lebih dilakukan secara optimal mengingat target
penurunan jumlah kematian ibu menjadi prioritas permasalahan kesehatan di DIY.
(ii) Kurang Energi Kronis (KEK)
Kurang Energi Kronis (KEK) adalah keadaan dimana seseorang mengalami
kekurangan gizi (kalori dan protein) yang berlangsung lama atau menahun. Dengan
ditandai berat badan kurang dari 40 kg atau tampak kurus dan dengan Lingkar Lengan
Atas (LILA) kurang dari 23,5 cm (Depkes,1999).
Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa persentase ibu hamil di
Indonesia yang mengkonsumsi energi di bawah 70% Angka Kecukupan Gizi (AKG)
adalah 44.8%. Sementara itu, proporsi ibu hamil KEK usia 15-19 tahun di Indonesia
mencapai 31% (Bappenas, 2012).
Gambar 7. Prevalensi Bumil KEK DIY 2016
Prevalensi ibu hamil yang menderita KEK di DIY tahun 2015 adalah 9,11% dan
meningkat pada tahun 2016 yaitu sebesar 10,39 %. Prevalensi Bumil KEK di DIY selama
tahun 2013 sampai dengan tahun 2015 mengalami penurunan, begitu juga dengan
angka di masing-masing Kabupaten/Kota, akan tetapi beberapa Kabupaten masih
menunjukkan angka yang tinggi diatas rata rata DIY, yaitu Kota Yogyakarta, Gunung
Kidul dan Kulon Progo. Permasalahan Bumil KEK merupakan permasalahan mendasar
31
Profil Kesehatan DIY 2016
yang perlu mendapatkan penanganan yang lebih baik, mengingat status kesehatan ibu
hamil sangat menentukan dalam penurunan angka kematian ibu dan bayi.
4. Morbiditas
a. Pola Penyakit
Pola penyakit di DIY dipantau oleh sistem Surveilans Terpadu Penyakit (STP)
dan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS) di Puskesmas, Rumah Sakit, dan tempat
pelayanan kesehatan lainnya. Pemantauan dilakukan terhadap kunjungan pasien di
tempat-tempat pelayanan kesehatan tersebut.
(i) Surveillans Terpadu Penyakit (STP)
Pemantauan STP dilakukan setiap bulan berdasarkan laporan dari Puskesmas
kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Selanjutnya, Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota akan meneruskan ke Dinas Kesehatan DIY untuk dilakukan
pengolahan dan pengamatan secara terus menerus terhadap penyakit yang berpotensi
menyebabkan terjadinya wabah.
Gambar 8. Pola 10 Besar Penyakit di DIY Tahun 2016 berdasarkan STP Puskesmas
Grafik di atas menunjukkan bahwa diare adalah penyakit yang sering muncul di
DIY pada tahun 2016 berdasarkan STP Puskesmas. Secara berurutan, 10 penyakit yang
sering muncul di tahun 2016 adalah diare, hipertensi, influenza, diabetes mellitus, tifus
32
Profil Kesehatan DIY 2016
perut klinis, demam dengue, pneumoni, tersangka Tuberkolosis (TBC) paru, Diare
Berdarah (disentri) dan Demam Berdarah Dengue
Gambar 9. Pola Penyakit di DIY Tahun 2016 berdasarkan STP Rawat Inap RS
Grafik di atas menunjukkan bahwa 10 besar penyakit di DIY berdasarkan STP
rawat inap di rumah sakit berbeda dengan STP Puskesamas. STP rawat inap di rumah
sakit menunjukkan bahwa Penyakit Tidak Menular (PTM) masuk dalam 10 besar
penyakit di DIY . Sementara itu, kecelakaan menjadi kasus paling dominan berdasarkan
STP rawat inap di rumah sakit.
b. Penyakit Menular
1. Demam Berdarah Dengue (DBD)
Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang disebabkan
oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti dan Aealbopictus yang
terinfeksi. Virus DBD biasa disebut dengan DEN. Ada beberapa tipe virus dengue
antara lain DEN-1, DEN-2, dan DEN-3 (Shepherd, 2012).
Penelitian yang dilakukan di Malaysia menunjukkan bahwa terdapat 10.000
kasus DBD di Malaysia setiap tahunnya dan menyebabkan negara tersebut
33
Profil Kesehatan DIY 2016
mengalami kerugian US$ 13 juta per tahun. Kerugian ini setara dengan 940.000 hari
kerja yang hilang.
Gambar 10. Pola Kasus DBD di DIY Tahun 2016
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pola kasus per bulan selama tahun 2016 fluktuatif dan
tertinggi pada bulan Juni dan terendah pada bulan Desember 2016.
Gambar 11. Jumlah Kasus DBD dan Incidence Rate 2012-2016
Laporan yang didapatkan dari Seksi Penanggulangan Penyakit (P2)
menunjukkan bahwa angka kejadian (IR) DBD secara umum trennya meningkat
34
Profil Kesehatan DIY 2016
dari tahun 2012 – 2016, menurun pada tahun 2014 dan kembali meningkat sampai
dengan 2016.
Jumlah kematian pada tahun 2014 mengalami penurunan (13 orang)
dibanding tahun sebelumnya, kemudian naik pada tahun 2015 (35 orang) dan
kembali turun pada tahun 2016 (31 orang).
Untuk tahun 2016 incidence rate kasus DBD paling banyak ditemukan di
Kota Yogyakarta (341,97/100.000 penduduk). Sementara itu, incidence rate kasus
DBD paling sedikit ditemukan di Kabupaten Sleman (80,17/100.000 penduduk).
2. Tuberkulosis (TBC)
Penyakit tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit infeksi kronis yang
terutama menyerang paru-paru namun bisa juga menyerang organ-organ lain.
Penyakit ini disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis kompleks antara lain
Mycobacterium tuberculosis, Mycobacterium bovis, Mycobacterium africanum.
Bakteri tersebut merupakan bakteri tahan asam berbentuk batang dan bersifat
aerobik. Penyakit TBC menular melalui droplet yang dikeluarkan oleh orang yang
terinfeksi TBC. Selain itu penularan TBC bersifat kontak lama dan terus menerus
(Raviglione, 2009).
TBC adalah penyakit yang dapat mengancam derajat kesehatan
masyarakat. TBC dapat menimbulkan angka kematian yang tinggi. Selain itu, TBC
mampu menjadi comorbid berbagai penyakit fatal lainnya seperti HIV/AIDS,
penyakit paru obstruksi, dan lain sebagainya. TBC memegang peranan penting
dalam kasus kematian dan kesakitan akibat penyakit infeksi saluran pernafasan.
Padahal, ISPA merupakan penyebab kematian terbesar dan memiliki
kecenderungan peningkatan. TBC memegang peranan penting pada angka
kesakitan dan kematian pada infeksi saluran pernafasan karena sifat penularannya.
Target program penanggulangan TBC adalah tercapainya penemuan pasien
baru TBC BTA positif paling sedikit 70% dari perkiraan dan menyembuhkan 85% dari
semua pasien tersebut serta mempertahankannya. Target ini diharapkan dapat
35
Profil Kesehatan DIY 2016
menurunkan tingkat prevalensi dan kematian akibat TBC hingga separuhnya pada
tahun 2010 dibanding tahun 1990, dan mencapai tujuan millenium development
goals (MDGs) pada tahun 2015.
Gambar 12. Cakupan Penemuan Penderita Penyakit Tuberkolosis (TBC) di DIY
Gambar 13. Penemuan KAsus Baru BTA+ DIY Tahun 2016
36
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 14. Sukses Rate TB di DIY
Gambar 15. Angka Keberhasilan Pengobatan Tb (success rate) tahun 2016
Angka keberhasilan pengobatan tertinggi di Kabupaten Bantul (104,67 %)
dan terendah di Kulon Progo (77,78 %). Penemuan kasus baru Tb di DIY sebanyak
18.856 dengan penemuan tertinggi di Kabupaten Bantul (6.639) dan terendah di
Kabupaten Gunung Kidul (2096).
3. Malaria
Malaria adalah penyakit yang mengancam keselamatan jiwa yang
disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk yang
37
Profil Kesehatan DIY 2016
terinfeksi. Parasit yang menjadi penyebab malaria antara lain Plasmodium
Falciparum, Plasmodium Vivax, Plasmodium Malariae, dan Plasmadium Ovale.
Namun, Plasmodium Falciparum dan Plasmodium Vivax merupakan jenis yang
paling sering dijumpai.
Gambar 16. Distribusi Jenis Parasit Penyebab Malaria DIY
Grafik di atas menunjukkan bahwa parasit yang paling banyak menyebabkan
malaria di DIY adalah Plasmodium Falciparum. Plasmodium Falciparum merupakan
jenis yang paling mematikan. Hanya sebagian kecil malaria di DIY yang terjadi akibat
Plasmodium Vivax.
Masalah malaria di suatu wilayah (endemisitas) dapat digambarkan dengan
beberapa macam ukuran, antara lain Annual Parasite Incidence (API) dan Annual
Malaria Incidence (AMI). AMI adalah angka kesakitan malaria (berdasarkan gejala
klinis) per 1000 penduduk dalam 1 tahun yang dinyatakan per mil (‰). Sementara itu,
API adalah angka kesakitan malaria (berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium)
per 1000 penduduk dalam 1 tahun yang dinyatakan dalam permil (‰). Sebelum
tahun 2007, AMI sering digunakan sebagai angka kesakitan malaria karena fasilitas
pemeriksaan laboratorium di tingkat Puskesmas masih terbatas. Sementara itu, saat
ini API lebih sering digunakan sehingga diagnosis malaria tidak hanya berdasarkan
gejala klinis tetapi juga hasil laboratorium.
38
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 17. Jumlah Kasus Malaria DIY 2016
Data yang didapatkan dari Seksi Penanggulangan Penyakit (P2) Dinas
Kesehatan DIY menunjukkan bahwa kasus malaria pada tahun 2013 sebesar 134
kasus dan kasus pada Tahun 2014 sebanyak 94 kasus, tahun 2015 sebanyak 126 kasus
dan tahun 2016 sebanyak 95 kasus. Secara umum trennya menurun, walau sedikit
meningkat pada tahun 2015.
4. HIV-AIDS
Penyakit HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah penyakit yang
disebabkan oleh virus HIV dan menyerang sistem kekebalan tubuh manusia.
Sedangkan AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome) adalah sindrom atau
kumpulan gejala yang timbul karena sangat turunnya kekebalan tubuh penderita
HIV dan merupakan stadium akhir dari HIV (Fauci, 2009).
DIY menempati urutan ke-9 sebagai provinsi dengan penderita HIV-AIDS
terbanyak. Total penderita HIV di DIY tahun 2013 adalah 1323 orang dan total
penderita AIDS di DIY adalah 965 orang. Kejadian HIV pada tahun 2014 untuk laki-laki
1.118 dan perempuan 377 kasus, sedangkan AIDS untuk laki laki 802 kasus dan
perempuan 366 kasus. Kasus HIV laki laki di tahun 2015 adalah 2078 orang,
39
Profil Kesehatan DIY 2016
perempuan 1000 orang, sedangkan AIDS laki-laki 830 orang dan perempuan 409
orang.
Penemuan kasus HIV berfluktuatif setiap tahunnya. Pada tahun 2010 dan
2011, penemuan kasus HIV sempat mengalami penurunan hingga di bawah 100
kasus. Sementara itu, penemuan kasus mengalami peningkatan kembali pada tahun
2012 (244 kasus) dan menurun kembali pada tahun 2013 (134 kasus). Pasien HIV-AIDS
di DIY yang meninggal pada tahun 2013 (9.66%) dan tidak diketahui (2.23%).
Sampai dengan tahun 2016,
Gambar 18. Kasus HIV DIY Berdasar Jenis Kelamin s.d Tahun 2016
40
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 19. Distribusi Kasus HIV-AIDS Tahun 2016 di DIY
Kasus HIV paling banyak ditemukan pada penduduk usia 20-29 tahun. Kasus
HIV paling sedikit ditemukan pada penduduk usia lebih dari 60 tahun. Meskipun
begitu, kasus HIV-AIDS masih ditemukan pada bayi usia kurang dari 1 tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa penularan HIV-AIDS dari ibu ke bayi masih terjadi di DIY.
Gambar 20. Distribusi Faktor Risiko HIV-AIDS
41
Profil Kesehatan DIY 2016
Grafik di atas menunjukkan bahwa faktor risiko HIV-AIDS yang paling banyak
ditemukan di DIY adalah heteroseksual (51%). Hanya sebagian kecil HIV-AIDS yang
disebabkan oleh transfusi darah dan biseksual (1%). Selain itu, masih banyak kasus
HIV-AIDS yang belum diketahui penyebab pastinya (25%).
5. Filariasis
Filariasis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria
yang ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk. Terdapat tiga spesies cacing
penyebab Filariasis yaitu: Wuchereria Bancrofti; Brugia malayi; dan Brugia timori.
Semua spesies tersebut terdapat di Indonesia. Namun, lebih dari 70% kasus filariasis
di Indonesia disebabkan oleh Brugia malayi.
Kasus filariasis di DIY ditemukan pada tahun 2011. Kasus filariasis pada saat
itu hanya ditemukan di Kabupaten Gunungkidul. Jumlah kasus yang ditemukan pada
saat itu adalah 6 kasus yang meliputi laki-laki 1 kasus dan perempuan 5 kasus.
Kasus-kasus filariasis yang ditemukan di DIY pada saat itu berasal dari daerah
di luar DIY. Sementara itu, tidak ditemukan kasus baru pada tahun 2013 dan 2014.
Oleh karena itu, kasus-kasus filariasis yang ditemukan pada saat ini adalah kasus
filariasis tahun 2011 yang sudah bersifat kronis. Kasus-kasus tersebut saat ini sudah
memasuki fase L4 atau sudah tidak bersifat menular.
6. Kusta
Penyakit kusta merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh
Mycobacterium Leprae. Penyakit ini menyerang saraf dan ditularkan melalui kontak
langsung dan udara (droplet penderita). Akan tetapi, penularannya harus melalui
kontak yang terus menerus dan dalam jangka waktu yang lama. Fakta lain tentang
kusta yang jarang diketahui oleh masyarakat adalah bahwa kusta adalah penyakit
yang dapat diobati.
Penyakit kusta terdiri dari dua tipe, Pausi Basiler (PB) dan Multi Basiler (MB).
Pausi Basiler adalah kusta kering yang ditandai dengan bercak putih seperti panu
dan mati rasa atau kurang merasa. Permukaan bercak tersebut kering, kasar, tidak
42
Profil Kesehatan DIY 2016
berkeringat, tidak tumbuh rambut/bulu, dan terjadi di 1-5 tempat. Jika diperiksa
menggunakan laboratorium maka hasil pemeriksaan bakteriologis negatif (-). Kusta
jenis ini mengakibatkan kerusakan saraf tepi namun bersifat tidak menular.
Sementara itu, Multi Basiler adalah kusta basah yang ditandai dengan bercak putih
kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata di seluruh tubuh. Bercak terjadi di
lebih dari 5 tempat. Selain itu, terjadi penebalan dan pembengkakan di bercak
tersebut. Jika diperiksa menggunakan tes laboratorium maka hasil pemeriksaan
bakteriologisnya positif (+). Kusta jenis ini menyebabkan banyak kerusakan pada
saraf tepi dan sangat mudah menular.
Gambar 22. Penderita Kusta berdasarkan Jenis & Kelompok Umur 2015
43
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 23. Prevalensi kusta DIY tahun 2016
Jumlah kasus baru kusta yang ditemukan di DIY berdasarkan
kabupaten/kota, tertinggi di Kabupaten Sleman sebanyak 22 orang (2 PB dan 20
MB), sedangkan kabuoaten Bantul dan Gunung Kidul tidak ada kasus baru kusta.
7. ISPA dan Pneumonia
ISPA merupakan kepanjangan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut dan mulai
diperkenalkan pada tahun 1984 setelah dibahas dalam lokakarya Nasional ISPA di
Cipanas. Istilah ini merupakan padanan istilah bahasa Inggris yakni Acute Respiratory
Infections (ARI).
ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran nafas mulai dari hidung (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah)
termasuk jaringan adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
ISPA umumnya berlangsung selama 14 hari. Penyakit yang termasuk dalam ISPA
antara lain batuk pilek biasa, sakit telinga, radang tenggorokan, influenza,
bronchitis, dan juga sinusitis.
Pneumonia adalah penyakit infeksi saluran pernafasan yang menyerang
bagian bawah paru-paru, yang ditandai dengan batuk dan disertai nafas cepat dan
atau nafas sesak serta tarikan ke dalam pada dinding dada bagian bawah.
Pneumonia umumnya terjadi pada anak kecil, terutama apabila terdapat gizi kurang
ditambah dengan keadaan lingkungan yang tidak sehat, seperti contohnya terdapat
44
Profil Kesehatan DIY 2016
asap rokok di dalam rumah, dan polusi udara. Risiko pneumonia lebih tinggi terjadi
pada anak-anak karena meningkatnya kemungkinan infeksi silang, tingginya beban
immunologis karena dipakai untuk penyakit parasit dan cacing, serta tidak
tersedianya atau berlebihannya pemakaian antibiotik.
Pneumonia selalu masuk dalam 10 besar penyakit di Indonesia. Prevalensi
balita Indonesia yang menderita pneumonia adalah 38%. Sementara itu, hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2010 menyebutkan bahwa pneumonia
menduduki peringkat kedua sebagai penyebab kematian bayi dan balita di
Indonesia. Oleh karena itu, pemberantasan penyakit ISPA dititikberatkan dan
difokuskan pada penanggulangan penyakit pneumonia balita.
Gambar 24. Jumlah Kasus ISPA berdasarkan klasifikasi di DIY Tahun 2015
45
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 25. Jumlah Kasus ISPA berdasarkan klasifikasi di DIY Tahun 2016
Data pneumonia balita di DIY berasal dari laporan berbagai sarana pelayanan
kesehatan pemerintah di DIY. Hasilnya menunjukkan bahwa jumlah kasus
pneumonia balita ditemukan dan ditangani di DIY tahun 2016 sebesar 23,13 %.
mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Persentase
penemuan penderita terbesar pada kabupaten Gunung Kidul 115,78 % dan tterendah
di kabupaten Bantul sebesar 12,5 %. Secara keseluruhan, angka penemuan kasus
pneumonia di DIY tahun 2016 adalah 23,13%. Angka ini jauh lebih rendah
dibandingkan dengan angka nasional (60%).
8. Diare
Diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal atau bentuk tinja
yang encer dan frekuensinya lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare
bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali. Sementara itu, untuk bayi
berumur lebih dari satu bulan dan anak dikatakan diare bila frekuensinya lebih dari 3
kali.
Diare selalu menjadi 10 besar penyakit yang paling banyak dijumpai kasusnya
di DIY. Hal ini ditunjukkan dengan angka penderita diare di Puskesmas wilayah
Kabupaten/Kota yang tinggi setiap tahunnya. Namun, sulit untuk mengetahui
46
Profil Kesehatan DIY 2016
jumlah penderita diare yang sesungguhnya karena mengingat banyaknya penderita
yang tidak terdata karena tidak mengunjungi tempat-tempat pelayanan kesehatan.
Penderita diare di DIY tergolong tinggi. Sementara itu, kasus diare yang
terdata mengalami peningkatan dari 64.857 kasus pada tahun 2011 menjadi 74.689
kasus pada tahun 2012. Dari laporan STP Puskesmas tahun 2013 kasus diare
dilaporkan sebanyak 39.710 kasus dan tahun 2014 sebanyak 40.432 kasus,
sedangkan pada tahun 2015 sebanyak 33.157 kasus diare, kemudian pada tahun 2016
kasusnya hamper sama dengan tahun sebelumnya yaitu sebsar 33.033 kasus.
9. Penyakit Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
Penyakit-penyakit yang termasuk dalam program PD3I antara lain adalah
difteri, tetanus, batuk rejan (pertusis), campak (measles), polio, dan tuberculosis
(Notoatmodjo, 2007). Program pengendalian PD3I berada satu bagian dengan
program imunisasi di Dinas Kesehatan DIY.
DIY merupakan provinsi yang memiliki tingkat pencapaian kinerja program
imunisasi terbaik di Indonesia. Sejak tahun 2012, seluruh desa (100%) yang ada di DIY
telah masuk dalam kategori desa UCI (Universal Coverage Immunization). UCI adalah
suatu indikasi yang menggambarkan bahwa 90% penduduk di desa tersebut telah
menjalankan imunisasi (RPJMN, 2014).
Gambar 26. Hasil Cakupan Immunisasi Bayi Tahun 2015
47
Profil Kesehatan DIY 2016
Target cakupan imunisasi di DIY adalah 95% dan telah terpenuhi untuk
wilayah DIY dimana hasil laporan menunjukkan bahwa cakupan semua imunisasi
tahun 2014 sudah memenuhi target karena sudah berada di atas angka 95%.
Hasil pencapaian program imunisasi juga terlihat dari jumlah kasus berbagai
penyakit yang bisa dicegah dengan imunisasi, antara lain campak, polio, postusis,
dan tetanus neonatum. Pada tahun 2016, tidak ditemukan kasus polio dan tetanus
neonatum di DIY. Sementara itu, hanya 2 kasus pertusis ditemukan di DIY pada
tahun 2016.
Salah satu penyakit lain yang dapat dicegah dengan imunisasi adalah
campak. Campak adalah penyakit yang sangat menular, terutama jika terjadi pada
anak-anak. Campak dapat sembuh setelah 2-3 minggu. Akan tetapi, jika campak
terjadi pada anak yang gizi kurang atau manusia dewasa dengan kekebalan kurang
maka akan dapat menyebabkan komplikasi yang serius (WHO, 2014).
Jumlah kasus campak berfluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2011, 140
kasus campak ditemukan di DIY. Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2012
(31 kasus) dan meningkat kembali menjadi 68 kasus pada tahun 2013. Sedangkan
pada tahun 2014 jumlah kasus baru campak sebanyak 856 kasus dan tahun 2015
hanya 49 kasus baru campak. Pada tahun 2016 kasus campak ditemukan sebanyak
864 kasus (sesuai laporan STP Puskesmas 2016).
DIY menjadi satu diantara 4 provinsi yang melakukan imunisasi pentavalen.
Vaksin pentavalen adalah vaksin DPT-HB ditambah Hib. Penyakit yang dapat dicegah
dengan imunisasi ini antara lain difteri, batuk rejan atau batuk 100 hari, tetanus,
hepatitis B, serta radang otak (meningitis) dan radang paru (pneumonia) yang
disebabkan oleh kuman Hib (Haemophylus influenza tipe B).
10. New Emerging Disease
New emerging disease adalah penyakit baru yang harus diwaspadai karena
dapat mengancam kesehatan masyarakat. Hasil laporan dari masing-masing
kabupaten/kota menunjukkan bahwa di semua kabupaten/kota di DIY telah
48
Profil Kesehatan DIY 2016
terdeteksi unggas (lebih dari 1 jenis) positif Avian Influenza. Sementara itu, potensi
penyakit Avian Influenza masih sangat terbuka lebar karena masih buruknya
pemahaman dan perilaku masyarakat untuk melakukan pencegahan. Selain itu,
H1N1, SARS, dan penyakit baru lainnya akan tetap mengancam kesehatan
masyarakat karena semakin tingginya mobilitas penduduk dan pola perilaku sehat
masyarakat. Selama tahun 2016 tidak ditemukan kasus penyakit baru tersebut.
c. Penyakit Tidak Menular
Penyakit tidak menular adalah penyakit yang bukan disebabkan oleh infeksi
bakteri atau virus. Penyakit tidak menular yang sering dijumpai antara lain
hipertensi, diabetes mellitus, asma, penyakit kardiovaskuler, gangguan jiwa, dan
kecelakaan. Peningkatan status ekonomi, perubahan gaya hidup, dan efek
modernisasi menyebabkan prevalensi penyakit tidak menular mengalami
peningkatan pada beberapa tahun terakhir. Laporan Survailans Terpadu Penyakit
(STP) Puskesmas di DIY pada tahun 2016 menunjukkan bahwa kasus baru hipertensi
esensial (29.105 kasus) dan diabetes mellitus (9.473 kasus) masuk dalam urutan
kedua dan keempat 10 besar penyakit di DIY.
Peningkatan prevalensi kasus penyakit tidak menular tersebut diikuti dengan
pergeseran dominasi penyebab kematian di DIY. Penyebab kematian di DIY telah
bergeser dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular sejak tahun 1997.
Data penyebab kematian di DIY didapatkan data laporan rumah sakit dan kegiatan
autobsi verbal yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di puskesmas. Namun
kegiatan autobsi verbal ini belum dapat dilaksanakan oleh 4 kabupaten dan kota di
DIY, baru dilaksanakan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Kulno Progo. Dari laporan
hasil kegiatan di Kulon Progo didapatkan data penyebab kematian sebagai berikut :
49
Profil Kesehatan DIY 2016
Kondisi ini diprediksi akan terus terjadi di tahun-tahun yang akan datang
karena jumlah penduduk usia tua yang semakin bertambah dan gaya hidup modern
yang semakin berkembang. Faktor-faktor risiko penyakit tidak menular terlihat
mengalami peningkatan. Data di DIY menunjukkan bahwa jumlah rumah bebas asap
rokok pada tahun 2012 (46.67%) cenderung mengalami penurunan jika dibandingkan
dengan tahun 2011 (66.1%). Sedangkan hasil Riskesdas 2013 prevalensi obesitas pada
penduduk usia lebih dari 18 tahun sebesar 15,8 sedangkan prosentase merokok
penduduk usia 15 – 19 tahun sebesar 21,3%. Sementara itu, kebiasaan makan cukup
sayur dan buah mengalami cenderung mengalami penurunan.
Gambar 27. Grafik Perilaku Makan Cukup Sayur dan Buah
50
Profil Kesehatan DIY 2016
Sumber : Riskesdas 2013 Grafik di atas menunjukkan bahwa DIY menempati urutan terbawah terkait
dengan perilaku cukup makan sayur dan buah dibandingkan dengan provinsi lainnya
berdasarkan Riskesdas 2013. Selain itu, persentase perilaku cukup makan sayur dan
buah di DIY terlihat mengalami penurunan pada tahun 2013 (84.9%) dibandingkan
dengan tahun 2007 (86%).
1. Hipertensi
Hipertensi diartikan sebagai peningkatan tekanan darah secara terus
menerus sehingga melebihi batas normal. Tekanan darah normal adalah 110/90
mmHg. Hipertensi merupakan produk dari resistensi pembuluh darah perifer dan
kardiak output (Wexler, 2002).
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik diatas 90 mmHg. Pada populasi
lanjut usia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan
diastolik 90 mmHg (Sheps, 2005).
Hipertensi adalah faktor risiko terjadinya stroke, gagal jantung, gagal ginjal,
serta penyakit serius lainnya. Oleh karena itu, penelitian di Amerika Serikat
menunjukkan bahwa hipertensi mengakibatkan kerugian ekonomi sebesar US$ 73.4
di negara tersebut.
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan
hipertensi sekunder (Setiawati dan Bustami, 2005).
a. Hipertensi esensial disebut juga dengan hipertensi primer atau idiopatik. Lebih
dari 90% kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Kelainan hemodinamik
utama pada hipertensi esensial adalah peningkatan resistensi perifer. Penyebab
hipertensi esensial adalah multifactor, terdiri dari faktor genetik dan lingkungan.
Faktor genetik (keturunan) bersifat poligenik dan terlihat dari adanya riwayat
penyakit kardiovaskuler dari keluarga. Faktor predisposisi genetik ini dapat
berupa sensitivitas pada natrium, kepekaan terhadap stress, peningkatan
reaktivitas vascular (terhadap vasokonstriktor), dan resistensi insulin. Paling
51
Profil Kesehatan DIY 2016
sedikit ada 3 faktor lingkungan yang dapat menyebabkan hipertensi yakni, makan
garam (natrium) berlebihan, stress psikis, dan obesitas.
b. Hipertensi sekunder. Prevalensinya hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita
hipertensi. Hipertensi ini dapat disebabkan oleh penyakit ginjal (hipertensi renal),
penyakit endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan lain-lain. Penyakit lain yang
dapat menimbulkan hipertensi adalah koarktasio aorta, kelainan neurogenik,
stress akut, polisitemia, dan lain-lain.
Angka pasti kasus hipertensi sulit untuk didapatkan mengingat hipertensi
adalah penyakit yang tidak menimbulkan gejala khusus kecuali dengan pemeriksaan.
Hipertensi baru disadari bila telah menyebabkan gangguan organ seperti gangguan
fungsi jantung dan stroke. Oleh karena itu, tidak jarang hipertensi ditemukan secara
tidak sengaja pada waktu pemeriksaan kesehatan rutin atau datang dengan keluhan
lain. Bahkan, 76% penduduk tidak mengetahui bahwa mereka menderita hipertensi
(tidak terdiagnosis). Padahal, hipertensi merupakan salah satu faktor risiko yang
paling berpengaruh terhadap kejadian penyakit jantung dan pembuluh darah.
(Yoga, 2012).
Prevalensi hipertensi di DIY menurut Riskesdas adalah 35,8% atau lebih tinggi
jika dibandingkan dengan angka nasional (31,7%). Prevalensi ini menempatkan DIY
pada urutan ke-5 sebagai provinsi dengan kasus hipertensi yang tinggi. Hipertensi
selalu masuk dalam 10 besar penyakit sekaligus 10 besar penyebab kematian di DIY
selama beberapa tahun terakhir berdasarkan STP maupun SIRS. Laporan STP
Puskesmas Tahun 2016 tercatat kasus hipertensi 29.105 kasus. Sedangkan laporan
STP Rumah Sakit Rawat Jalan sebanyak 1.152 kasus (hipertensi essensial).
2. Jantung
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologi dimana jantung sebagai pompa
tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Gangguan
fungsi jantung ditinjau dari efek-efeknya terhadap perubahan tiga penentu utama
52
Profil Kesehatan DIY 2016
dari fungsi miokardium yaitu freeload (beban awal), afterload (beban akhir), dan
kontraktilitas miokardium.
Freeload (beban awal) yaitu derajat peregangan serabut miokardium pada
akhir pengisian ventrikel atau diastolic. Afterload (beban akhir) yaitu besarnya
tegangan dinding ventrikel yag harus dicapai selama sistol untuk memompa darah.
Kontraktilitas miokardium yaitu perubahan kekuatan kontraksi.
Gagal jantung yang sering dijumpai di DIY antara lain infark miokard. Infark
miokard adalah nekrosis miokard yang berkembang cepat oleh karena
ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen otot-otot jantung (Fenton,
2009). Hal ini biasanya disebabkan oleh ruptur plak yang kemudian diikuti oleh
pembentukan trombus oleh trombosit. Lokasi dan luasnya miokard infark
bergantung pada lokasi oklusi dan aliran darah kolateral (Irmalita, 1996). Infark
miokard terdiri dari infark miokard akut dan infark miokard subsequent.
Laporan hasil Survailans Terpadu Penyakit (STP), jumlah kasus dan
pengelompokan penyakit jantung sebagai berikut infark miokard akut (401), infark
miokard subsequent (151), jantung hipertensi (265), serta jantung dan ginjal
hipertensi (34).
3. Diabetes Mellitus (DM)
Diabetes mellitus adalah penyakit kronis yang disebabkan oleh warisan dari
orang tua dan atau kekurangan produksi insulin oleh pancreas, atau oleh tidak
efektifnya insulin yang diproduksi. Akibatnya, terjadi peningkatan konsentrasi
glukosa dalam darah, yang pada akhirnya akan merusak banyak sistem tubuh,
khusunya pembuluh darah dan syaraf (WHO, 2014).
Diabetes mellitus terdiri dari dua type :
a. Type 1
Diabetes mellitus type 1 (insulin-dependent) adalah kondisi dimana pancreas
gagal memproduksi insulin yang penting untuk keberlangsungan hidup. Kondisi
ini paling sering dialami oleh anak-anak dan remaja.
53
Profil Kesehatan DIY 2016
b. Type 2
Diabetes mellitus type 2 (non-insulin-dependent) adalah kondisi dimana insulin
yang dihasilkan oleh pancreas tidak dapat berfungsi dan merangsang reseptor
dengan benar. Diabetes mellitus type 2 terjadi lebih umum dan menyumbang 90%
dari semua kasus diabetes di dunia. Hal ini terjadi paling sering pada orang
dewasa. Namun, akhir-akhir ini sudah terjadi pada remaja.
Berdasar STP puskesmas tahun 2016 jumlah kasus diabetes sebanyak 9.473
kasus. Sedangkan berdasar STP rumah sakit jumlah kasus dan pengelompokan
penyakit diabetes sebagai berikut DM YTT (659), DM tak bergantung insulin (473),
DM YTD Lainnya (56), DM Bergantung Insulin (52), DM berhubungan malnutrisi
(4), Hasil STP Puskesmas menunjukkan bahwa DM adalah penyakit terbanyak
nomer 4 di DIY pada tahun 2016 dengan jumlah 9.473 kasus.
4. Kanker (Neoplasma)
Kanker adalah istilah yang digunakan untuk suatu kondisi di mana sel telah
kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya sehingga mengalami
pertumbuhan yang tidak normal, cepat, dan tidak terkendali. Sel-sel kanker tumbuh
dan berkembangbiak membentuk suatu massa berupa jaringan ganas yang
menyusup ke jaringan sehat di sekitarnya atau disebut dengan invasive. Selain
bersifat invasive, sel kanker dapat menyebar (metastasis) ke bagian alat tubuh lain
yang jauh dari tempat asal melalui pembuluh darah dan pembuluh getah bening
sehingga tumbuh sel kanker baru di tempat lain dan hasil akhirnya adalah suatu
kondisi serius yang sangat sulit untuk diobati. Terdapat lebih dari 100 jenis kanker
dan setiap jenis diklasifikasikan berdasarkan jenis sel yang terlibat.
Angka kanker di DIY dapat dilihat dari STP rawat jalan dan rawat inap rumah
sakit. Meskipun begitu, angka pasti mengenai kanker sulit didapatkan. STP Dinas
Kesehatan DIY mengelompokkan kanker menjadi neoplasma ganas serviks uteri,
payudara, hati dan saluran empedu intrahepatik, dan bronchus paru.
54
Profil Kesehatan DIY 2016
Tabel 6. Kasus Baru Neoplasma di DIY Tahun 2016
Jenis Neoplasma Kasus Baru
Rawat Jalan Rawat Inap
Neoplasma Ganas Serviks Uteri 18 9
Neoplasma Ganas Payudara 103 54
Neoplasma Ganas Hati dan Saluran Empedu Intrahepatik
31 15
Neoplasma Ganas Bronkhus dan Paru 73 12
Sumber : STP Dinas Kesehatan DIY, 2016
Tabel di atas menunjukkan bahwa kasus baru neoplasma ganas payudara
terlihat paling tinggi jika dibandingkan dengan kasus baru neoplasma lainnya baik di
rawat jalan (103 kasus) maupun rawat inap (54 kasus). Sementara itu, kasus baru
neoplasma ganas Bronkhus dan Paru menduduki peringkat nomer dua di rawat jalan
(73 kasus) dan untuk rawat inap Neoplasma Ganas Hati dan Saluran empedu (15
kasus).
Deteksi dini kanker leher rahim telah dilakukan pada setiap tahun oleh Dinas
Kesehatan DIY melalui metode IVA. Data dari Seksi Pengendalian Penyakit Tahun
2016 menunjukkan bahwa sampel yang dilakukan pemeriksaan IVA di seluruh
kabupaten/kota.
Gambar 28. Target dan Capaian Penyiapan Puskesmas dan SDM Mampu Deteksi Dini Kanker
Leher Rahim 2016
55
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 29. Deteksi Dini Kanker Leher Rahim
5. Asma dan Penyakit Paru
Dinas Kesehatan DIY menyatakan bahwa penyakit yang berhubungan
dengan organ paru termasuk dalam penyakit yang perlu diwaspadai di DIY. Hasil
Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa asma dan penyakit
paru lainnya selalu masuk 10 penyebab langsung dan tidak langsung kesakitan dan
kematian utama di DIY. Kualitas udara yang buruk merupakan salah satu penyebab
tinggiya morbiditas dan mortalitas penyakit yang berhubungan dengan organ paru.
Kota Yogyakarta menjadi Kabupaten/Kota dengan kualitas udara paling
buruk dibandingkan dengan Kabupaten/Kota lain di DIY. Suhu udara yang panas dan
meningkatnya asap kendaraan bermotor di Kota Yogyakarta mengakibatkan
beberapa parameter pencemaran udara sudah memasuki taraf waspada. Hasil
pantauan kualitas udara oleh Kantor Penanggulangan Dampak Lingkungan Kota
Yogyakarta menunjukkan beberapa kadar zat berbahaya di udara melebihi batas
baku mutu udara. Selain itu, hasil dari berbagai jenis survey menunjukkan bahwa
jumlah perokok di Yogyakarta mencapai >30%.
56
Profil Kesehatan DIY 2016
6. Kecelakaan
Kecelakaan (intra cranial injury) memperlihatkan trend peningkatan sebagai
penyebab kematian di DIY. Data Polisi Daerah (Polda) DIY mengungkapkan bahwa
kecelakaan di DIY cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Dari
laporan STP rawat jalan Rumah Sakit di DIY tahun 2015 kasus kecelakaan lalulintas
sebesar 2.558 kasus, naik menjadi 3.350 pada tahun 2016. Untuk rawat inap pada
tahun 2015 sebanyak 709 kasus, dan meningkat menjadi 1.180 pada tahun 2016.
Peningkatan angka kematian dini akibat kecelakaan sesungguhnya masih
dapat dicegah. Dinas Kesehatan DIY melakukan upaya peningkatan peran sistem
rujukan gawat darurat, penanganan pra rujukan, dan kualitas pelayanan di sarana
pelayanan kesehatan untuk memperingan penderitaan korban dan meminimalisir
angka kematian dini akibat kecelakaan tersebut. Sistem Penanggulangan Gawat
Darurat Terpadu pada Dinas Kesehatan DIY dengan menyediakan layanan call center
dengan nomor 119 atau (0274) 2924233 sehingga masyarakat atau siapapun yang
melihat kasus kecelakaan di wilayah DIY dapat menghubungi nomor tersebut
sehingga akan penanganan kasus kecelakaan akan lebih cepat dengan pengiriman
ambulance dan tenaga medis. Unit Reaksi Cepat di beberapa Kabupaten/Kota terus
dikembangkan untuk memperingan penderitaan dan mempercepat penanganan
korban. Unit Reaksi Cepat ini melibatkan instansi terkait seperti PMI. Selain itu, “Yes
118” semakin dioptimalkan di Kota Yogyakarta dan Kabupaten lain. Sementara itu,
upaya lain yang tidak kalah penting adalah peningkatan kapasitas tenaga medis
melalui berbagai pelatihan kegawatdaruratan. Pada Tahun 2015 mulai
dikembangkan Sistem Informasi kegawat Daruratan (SI SPGDT) dengan tenaga
layanan 24 jam.
57
Profil Kesehatan DIY 2016
B. Situasi Upaya Kesehatan
Dinas Kesehatan DIY sebagai institusi yang ditunjuk dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsinya sebagai penggerak pembangunan kesehatan telah melaksanakan
program-program pembangunan kesehatan sesuai dengan Rencana Strategik Dinas
Kesehatan tahun 2003-2017. Beberapa upaya kesehatan yang dilakukan oleh Dinas
Kesehatan DIY dalam melaksanakan tugas dan fungsinya adalah pelayanan kesehatan
dasar dan rujukan, perbaikan gizi masyarakat, pelayanan kesehatan ibu dan anak,
pembinaan kesehatan lingkungan, dan peningkatan perilaku hidup sehat masyarakat DIY.
1. Pelayanan Kesehatan Dasar dan Rujukan
Pelayanan kesehatan masyarakat yang dilaksanakan di wilayah DIY meliputi
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan. Sarana pelayanan kesehatan dasar
dilaksanakan oleh Puskesmas dan jajarannya Sementara itu, pelayanan kesehatan
rujukan diampu oleh Rumah Sakit. Jumlah sarana kesehatan dasr di DIY relative tidak
mengalami peningkatan tetapi dari sisi kualitas sudah semakin meningkat, hal ini
dibuktikan dengan meningkatnya jumlah puskesmas yang telah melaksanakan
akreditasi puskesmas. Tatun 2015 sebanyak 30 Puskesmas telah dilakukan akreditasi,
dan pada tahun 2016 puskesmas terakreditasi sebanyak 50 puskesmas, sehingga 80
puskesmas di DIY sudah terakreditasi dengan kategori yang berbeda. Diharapkan pada
tahun 2019 seluruh puskesmas di DIY telah terakreditasi.
58
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 30 Data akreditasi puskesmas di DIY sampai dengan tahun 2016.
Gambar 31 Data jenis akreditasi puskesmas di DIY sampai dengan tahun 2016.
59
Profil Kesehatan DIY 2016
Pelayanan kesehatan rujukan Jumlah Rumah Sakit di DIY adalah 75, terdiri dari
54 RS Umum dan 21 RS Khusus. Jumlah Rumah Sakit menurut jenis dan klasifikasinya
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Jumlah Sarana Pelayanan Kesehatan Rujukan DIY
Penduduk di DIY memiliki kemampuan yang cukup baik dalam mengakses
sarana pelayanan kesehatan. Hal ini ditunjukkan dengan prevalensi jarak jangkauan
penduduk dengan sarana pelayanan kesehatan. Data Dinas Kesehatan DIY tahun 2012
menunjukkan bahwa lebih dari 80% penduduk DIY hanya berjarak 1-5 km dari
Puskesmas. Selain itu, lebih dari 70% penduduk DIY hanya berjarak 1-5 km dari rumah
sakit dan dokter swasta. Sementara itu, tidak ditemukan penduduk yang memiliki jarak
tempuh lebih dari 10 km dari sarana pelayanan kesehatan, dokter praktek swasta, dan
bidan.
2. Perbaikan Gizi Masyarakat
Posyandu adalah salah satu upaya kesehatan yang terkait dengan perbaikan gizi
masyarakat. Posyandu adalah kegiatan yang berbasis masyarakat sekaligus sarana
untuk mengetahui status gizi anak balita. Oleh karena itu, Posyandu memiliki peran
penting dalam rangka memantau status gizi masyarakat sekaligus mengevaluasi
program yang berkaitan dengan upaya perbaikan status gizi masyarakat.
60
Profil Kesehatan DIY 2016
Partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan Posyandu terlihat dari persentase
masyarakat yang datang di Posyandu dibandingkan dengan semua masyarakat sasaran
(D/S). Hasil survey Dinas Kesehatan DIY menunjukkan bahwa D/S tahun 2012 (84%)
meningkat dibandingkan dengan tahun 2011 (70-79%). Kemudian turun kembali menjadi
79,49 pada tahun 2016. Meskipun mengalami peningkatan, angka ini tetap
menunjukkan bahwa belum semua sasaran datang ke Posyandu. Hasil dari pendataan
di Posyandu tahun 2014 menunjukkan bahwa persentase balita yang datang dan
ditimbang di Posyandu berkisar antara 80%. Kota Yogyakarta merupakan wilayah
dengan persentase terendah (77,52%). Persentase cakupan secara merata di
Kabupaten Gunungkidul, Bantul, dan Sleman.
Gambar 32. Grafik Persentase Balita Datang & Ditimbang di Posyandu DIY
Upaya kesehatan lain terkait dengan perbaikan gizi adalah pemberian kapsul
Vitamin A. Pada tahun 2016, cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada bayi di DIY
telah mencapai 98,95%. Sementara itu, cakupan pemberian kapsul Vitamin A pada
balita di DIY pada tahun 2016 mencapai 98,52%. Angka ini mengalami penurunan
dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Gambaran pemberian Vitamin A pada Balita
di DIY tahun 2016 adalah sebagai berikut :
61
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 33. Persentase Balita Mendapat Vitamin A di DIY
Upaya perbaikan gizi pada ibu hamil adalah pemberian tablet penambah darah.
Anemia pada ibu hamil, yang merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu, terjadi
karena ibu hamil mengalami defisiensi zat besi. Oleh karena itu, pemberian tablet
tambah darah diharapkan mampu mengurangi kasus anemia pada ibu hamil yang pada
akhirnya akan menurunkan risiko kematian ibu.
Persentase Bumil Mendapat 90 Tablet Tambah DarahDIY Tahun 2014
Gambar 34. Peta Persentase Bumil Mendapat Tablet FE Lengkap DIY 2014
62
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 35. Persentase Ibu Hamil Mendapatkan Tablet Tambah Darah di DIY Tahun 2016
Grafik di atas menunjukkan persentase ibu hamil yang mendapatkan tablet
tambah darah di masing-masing Kabupaten/Kota di DIY pada Tahun 2016. Kabupaten
Sleman memiliki persentase tertinggi (95,17%). Sementara itu, persentase terendah
terjadi di Kota Yogyakarta dengan angka 82,09 %.
3. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
a. Pelayanan Kesehatan Ibu
Upaya kesehatan juga menyasar pada pelayanan kesehatan ibu dan anak.
Kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak dapat terlihat dari proporsi persalinan yang
ditangani oleh tenaga kesehatan serta pemeriksaan pada saat hamil.
Gambar 36. Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu
63
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 37. Cakupan Indkator Kesehatan IBU DIY 2016
Grafik di atas menunjukkan bahwa cakupan pelayanan K1 dan K4 dari tahun ke
tahun mengalami peningkatan. Proporsi persalinan di DIY yang ditolong tenaga
kesehatan mengalami peningkatan sejak tahun 2010. Pada tahun 2014 dan 2015 dan
2016 pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan sudah hampir mencapai 100%.
Pemeriksaan ibu pada saat hamil merupakan upaya lain untuk menurunkan
angka kematian ibu karena melahirkan. Pemeriksaan pada saat hamil diharapkan
mampu mendeteksi secara dini gangguan-gangguan yang terjadi pada kehamilan
sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada saat kehamilan maupun melahirkan.
Indikator yang digunakan untuk menilai cakupan tersebut adalah K1 dan K4. K1
adalah cakupan ibu hamil yang pertama kali mendapatkan pelayanan antenatal yang
menunjukkan indikator akses. Sementara itu, K4 adalah cakupan ibu hamil yang telah
memperoleh pelayanan antenatal sebanyak minimal empat kali sesuai distribusi waktu
dan sesuai standard yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu
wilayah.
64
Profil Kesehatan DIY 2016
b. Pelayanan Kesehatan Anak
Upaya pelayanan kesehatan anak dilakukan dengan menilai kunjungan
neonatus. Kunjungan neonatus merupakan langkah untuk mengurangi angka kematian
pada bayi (0-28 hari). Indikator yang digunakan adalah Kunjungan Neonatus 1 (KN-1)
dan Kunjungan Neonatus Lanjutan (KN-L). KN-1 adalah cakupan pelayanan neonatal
minimal sesuai dengan standard pada usia 6-48 jam setelah lahir. Sementara itu, KN-L
adalah cakupan pelayanan neonatal minimal tiga kali sesuai distribusi waktu dan
standar.
Gambar 38. Grafik Persentase Cakupan KN-1 dan KN-L 2011-2015
Gambar 39. Grafik Persentase Cakupan KN-1 dan KN-L 2011-2016
65
Profil Kesehatan DIY 2016
Grafik di atas menunjukkan bahwa cakupan KN-1 pada tahun 2012 (99,33%)
mengalami sedikit peningkatan dibandingkan dengan tahun 2011 (98,99%). Pada Tahun
2014 cakupan Kn1 sudah mencapai 99,63% (sedikit mengalami penurunan dibandingkan
pada tahun sebelumnya). Sementara itu, KN-L tahun 2012 masih sebesar 88,28%, angka
ini sedikit mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2011 (88,26%), dan pada tahun
2014 mencapai 94,72%. Cakupan pelayanan kesehatan bayi pada tahun 2014 mencapai
92% sedangkan untuk cakupan pelayanan kesehatan Balita sebesar 87,27%. Tahun 2015
cakupan KN1 dan KN L mengalami peningkatan (99,64% dan 95,23%). Pada tahun 2016
KN1 mencapai 99,98% dan KN Lengkap sebesar 94,65 %.
c. Pembinaan Kesehatan Remaja
Program pembinaan kesehatan di DIY lebih diutamakan pada pencegahan
terhadap kesehatan reproduksi remaja serta edukasi dan informasi bekerjasama
dengan lintas sektor terkait. Jumlah kasus persalinan usia remaja yang makin
memprihatinkan sangat memerlukan dukungan preventif dan promotif agar dapat
ditekan. Berikut gambaran kasus persalinan usia remaja yang dilaporkan di DIY selama
tahun 2015 :
Gambar 40. Distribusi Kasus Persalinan Usia Remaja di DIY
66
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 41. Distribusi Kasus Persalinan Usia Remaja di DIY 2016
Data tentang persalinan remaja di DIY seperti terlihat pada gambar di atas,
jumlah kasus 776 kasus persalinan remaja dengan kasus terbanyak di Kabupaten
Gunung Kidul dan terendah di Kota Yogyakarta. Tingkat pendidikan umumnya
berpengaruh terhadap angka ini. Di Gunung Kidul umumnya tingkat melanjutkan
pendidikan ke jenjang lebih tinggi masih cukup rendah, sehingga memungkinkan
kesempatan menikah pada usia remaja cukup besar. Berbagai upaya telah dilakukan
dan akan lebih dioptimalkan dalam pembinaan kesehatan reproduksi remaja,
diantaranya Puskesmas PKPR yang terintegrasi dengan program UKS, kampanye
kesehatan remaja di sekolah, jambore kesehatan remaja dengan pemilihan duta
remaja sehat serta edukasi dan konsultasi serta sosialisasi program kesehatan
reproduksi remaja melalui media sosial (web site), dengan alamat url :
www.duniaremaja.jogjaprov.go.id .
4. Pembinaan Kesehatan Lingkungan
Upaya kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan DIY juga meliputi
pembinaan kesehatan lingkungan. Pembinaan kesehatan lingkungan yang dilakukan
67
Profil Kesehatan DIY 2016
oleh Dinas Kesehatan DIY antara lain kualitas air minum memenuhi syarat, jamban
sehat, dan tempat-tempat umum memenuhi syarat.
Gambar 42. Cakupan Penduduk Terhadap Akses Air Minum dan Jamban Sehat
Penduduk dengan akses air minum suudah cukup baik, tertinggi di Sleman yang
sudah mencapai 100 %, terendah di Kabupaten Gunung Kidul 90,03 %. Gunung Kidul secara
geografis merupakan daerah pegunungan dan sering mengalami kekeringan pada musim
kemarau, hal ini menjadi penyebab utama kabupaten Gunung Kidul masih cukup rendah
cakupan akses penduduk terhadap air minum dibanding dengan kabupaten lainnya.
68
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 43. Cakupan Desa Stop BABS DIY 2016
Untuk data desa dengan Stop Buang Air Bersih Sembarangan (Stop BABS) sampai dengan
tahun 2016 sudah mencapai 89,04 % untuk DIY, dengan capaian tertinggi di Kabupaten
Gunung Kidul dan Kota Yogyakarta, dan tterendah di Kabupaten Kulon Progo.
Gambar 44. Cakupan Kualitas Air Minum di DIY Tahun 2015
Cakupan kualitas air minum Tahun 2015 di DIY (93,13%) pada umumnya telah
memenuhi syarat dari target yang ditetapkan. Cakupan air minum memenuhi syarat
69
Profil Kesehatan DIY 2016
tertinggi terdapat di Sleman (100%). Sementara itu, Kota Yogyakarta, dan Bantul juga
memiliki cakupan kualitas air minum memenuhi syarat (>90%).
Tempat-Tempat Umum memenuhi syarat tahun 2016 tertinggi di kabupaten
Kulon Progo (99,8 %) dan terendah di Kabupaten Sleman (78,7 %)
Jamban adalah sarana penting yang mampu mencegah berbagai macam
penyakit menular dan mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
Sayangnya, kebutuhan penting ini belum dimiliki oleh semua penduduk di DIY.
Persentase penduduk yang menggunakan jamban di DIY tahun 2014 sebesar 90,79%
(Target Tahun 2014, 75%) cakupan terendah terdapat di Kabupaten Bantul (82,11%).
Gambar 45. Cakupan Tempat-Tempat Umum Memenuhi Syarat
70
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 46. Tempat – Tempat Umum Memenuhi Syarat Kesehatan DIY 2016
Gambar di atas menunjukkan cakupan tempat-tempat umum yang memenuhi
syarat kesehatan di DIY tahun 2015 (84,67%) dan meningkat menjadi 88,1 % pada tahun
2016. Kabupaten Sleman memiliki tingkat cakupan terendah tempat-tempat umum
yang memenuhi syarat kesehatan di DIY pada tahun 2016 (78,8%).
5. Perilaku Hidup Sehat Masyarakat dan Pemberdayaan Masyarakat
Pencegahan penyakit yang dilakukan dengan mengurangi atau menghilangkan
faktor risiko dapat dilakukan dengan penerapan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan
Sehat). Indikator-indikator yang terdapat di dalam PHBS antara lain persalinan ditolong
oleh tenaga kesehatan, pemberian ASI secara eksklusif, penimbangan balita,
penggunaan air bersih, cuci tangan, penggunaan jamban, pemberantasan jentik
nyamuk, konsumsi buah dan sayur, serta tidak merokok di dalam rumah.
DIY telah memiliki indikator untuk melakukan evaluasi terhadap penerapan
PHBS di tingkat rumah tangga. Hasilnya menunjukkan bahwa persentase rumah tangga
yang menerapkan PHBS pada tahun 2012 adalah 33,07%. Angka ini mengalami
peningkatan dibandingkan tahun 2011 (31,40%). Cakupan PHBS pada Tahun 2013
71
Profil Kesehatan DIY 2016
meningkat yaitu sebasar 36,27% dan tahun 2014 mencapai 37,74%, tahun 2015 mencapai
40,42% serta tahun 2016 mencapai 40,20 %.
Penerapan PHBS paling rendah terjadi pada perilaku tidak boleh merokok di
dalam rumah. Perilaku ini hanya diterapkan oleh 46,67% rumah tangga di DIY. Angka ini
menurun dibandingkan Hasil Riskesdas tahun 2010 (66,1%).
Gambar 47. Prosentase Rumah Tangga berPHBS di DIY
Perilaku pemberian ASI eksklusif, konsumsi buah dan sayur, serta aktivitas fisik
juga belum diterapkan di semua rumah tangga di DIY. ASI ekslusif hanya dilakukan oleh
73,70% penduduk di DIY. Konsumsi buah dan sayur hanya dilakukan oleh 83,35%
penduduk DIY. Sementara itu, aktivitas fisik hanya dilakukan oleh 87,48% penduduk di
DIY.
Gambar 48. Jumlah Pos Yandu Menurut Strata di DIY
Peningkatan peran serta masyarakat di DIY dilaksanakan dengan pembinaan
terhadap Posyandu yang tersebar di seluruh wilayah DIY. Posyandu di DIY sebanyak
72
Profil Kesehatan DIY 2016
5.717 terstrata dalam 4 tatanan, yaitu Pratama, Madya, Purnama dan Mandiri. Jumlah
posyandu yang masih strata pratama 109 posyandu (1,91%), Madya 891 (15,59%),
Purnama 2169 (37,94%) dan Mandiri 2548 (44,57%). Sedangkan pengembangan Desa
Siaga di Daerah Istimewa Yogyakarta dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 49. Distribusi Desa Siaga di DIY
Peningkatan peran serta masyarakat di DIY dalam rangka pencegahan
penyakit tidak menular, maka dilaksanakan dengan pembinaan terhadap Posbindu
yang tersebar di seluruh wilayah DIY. Jumlah posbindu ditiap Kabupaten/Kota adalah
sebagai berikut :
Gambar 50. Capaian Posbindu di DIY
73
Profil Kesehatan DIY 2016
6. Disabilitas di D.I Yogyakarta
Disabilitas merupakan suatu ketidakmampuan tubuh dalam melakukan suatu aktifitas
tertentu sebagimana orang normal pada umumnya yang disebabkan oleh kondisi
ketidakmampuan dalam hal fisiologis, psikologis dan kelainan struktur atau fungsi anatomi.
Sementara penyandang disabilitas adalah orang yang mempunyai keterbatasan mental, fisik,
intelektual maupun sensorik yang dialami dalam jangka waktu lama.
Banyak factor yang menyebabkan terjadinya disabilitas di Indonesia, antara lain
tingkatkecelakaan lalu lintas yang tinggi, penyakit infeksi yang tinggi, malnutrisi dan kurang
vitamin, serta disabilitas akibat penyakit kronik dan penyakit degenaratif. Selama kurun
waktu tahun 2013 – 2015 jumlah penyandang disablitas di D.I Yogyakarta cenderung turun
yaitu tahun 2013 ada penyandang disabilitas sebanyak 28.196 orang, tahun 2014 sebanyak
26.947 dan 25.050 pada tahun 2015.
Jika dilihat menurut jenis kelamin, proporsi penyandang disabilitas laki-laki di D.I
Yogyakarta pada tahun 2015 lebih banyak disbanding pada perempuan. Secara keseluruhan
ada sebanyak 54,25 % penyandang disabilitas tersebut berjenis kelamin laki-laki.
Sementara itu Anak Dengan Kecacatan (ADK) di D.I Yogyakarta selama kurun waktu
2013 – 2015 jumlahnya fluktuatif, pada tahun 2013 jumlahnya 3.858 anak, meningkat menjadi
4.116 pada tahun 2014 dan menurun menjadi 3.708 pada tahun 2015. Kabupaten Bantul
merupakan daerah dengan ADK tertinggi yaitu sebesar 27,72 % pada tahun 2015.
74
Profil Kesehatan DIY 2016
BAB IV SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN
A. Tenaga Kesehatan
Undang – undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mendefinisikan
bahwa yang dimaksud dengan tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan/atau
keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sedangkan sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan,
maka tenaga kesehatan terbagi atas 7 (tujuh) jenis tenaga yaitu tenaga medis,
tenaga kefarmasian, tenaga kesehatan masyarakat, tenaga gizi, tenaga keterapian
fisik dan tenaga keteknisian medis.
Ketersediaan tenaga di sarana kesehatan baik di puskesmas maupun rumah
sakit pada umumnya sudah baik. Rasio tenaga kesehatan terhadap jumlah penduduk
di DIY sudah mencukupi apabila dilihat dari ketersediaan tenaga kesehatan, akan
tetapi bila dilihat dari distribusi tenaga kesehatan di 5 Kabupaten/Kota di DIY masih
melum merata, terutama untuk Kabupaten Kulon Progo dan Gunung Kidul.
75
Profil Kesehatan DIY 2016
1:48
1:44
1:06
1:07
1:10
1:19
0:00 0:14 0:28 0:43 0:57 1:12 1:26 1:40 1:55
Bidan
Farmasi
Kesehatan Masyarakat
Kesehatan Lingkungan
Gizi
Teknisi Lab Medik
Rasio Nakes per 100 ribu penduduk
Gambar 51. Rasio Tenaga Kesehatan per 100.000 penduduk DIY Tahun 2016
Jumlah tenaga kesehatan yang ada di seluruh DIY yang terdiri dari RSU
Pemerintah dan Swasta, Puskesmas, Dinas Kesehatan Kab/Kota, Dinas Kesehatan
DIY tahun 2014 adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Jumlah Tenaga Kesehatan di DIY Tahun 2016
No. JENIS TENAGA JUMLAH (ORANG)
1 Dokter Spesialis 1.107
2 Dokter Umum 847
3 Dokter Gigi 283
4 Dokter Gigi Spesialis 131
5 Perawat 6.353
6 Keterapian Fisik 199
7 Bidan 1.508
8 Kefarmasian 1.078
9 Keteknisian Medis 728
10 Kesehatan Masyarakat 199
76
Profil Kesehatan DIY 2016
11 Kesehatan Lingkungan 214
12 Gizi 364
13 Teknis Biomedika 912
14 Tenaga Penunjang Kesehatan 5.898
Dinas Kesehatan DIY merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah di
DIY yang membidangi masalah kesehatan. Visi Dinas Kesehatan DIY adalah : “Dinas
Kesehatan yang mendukung terciptanya status kesehatan DIY yang tinggi serta
sebagai pusat pelayanan dan pelatihan kesehatan yang bermutu, beretika dan
berbudaya”. Sedangkan Misi dari Dinas Kesehatan adalah :
1. Mencegah meningkatnya resiko penyakit dan masalah kesehatan
2. Menjamin ketersediaan dan pemerataan sumber daya kesehatan
3. Menyediakan upaya kesehatan pemerintah dan swasta yang merata,
bermutu dan berkualitas.
Inastansi Dinas Kesehatan DIY mempunyai struktur organisasi sesuai dengan
Peraturan Gubernur nomor 57 Tahun 2015 dengan susunan sebagai berikut :
Kepala Dinas
Kesehatan
Prov DIY
Sekretaris
Dinas Kesehatan
Prov DIY
Subag Umum Subag Keuangan Subag Program
Bidang Pencegahan dan
Penanggulangan masalah
Kesehatan
Bidang Pelayanan
Kesehatan
Bidang Kesehatan
Masyarakat
Bidang Sumberdaya
Kesehatan
Seksi Pengendalian Penyakit
Seksi Surveilans dan
Imunisasi
Seksi Penyehatan Lingkungan
Seksi Kesehatan Dasar
Seksi Kesehatan Rujukan &
Kesehatan Khusus
Seksi Pelayanan Informasi
Kesehatan
Seksi Kesehatan Keluarga
Seksi Promkes dan Kemitraan
Seksi Gizi
Seksi Pembiayaan dan
Jaminan Kesehatan
Seksi Bina Tenaga dan
Sarana Kesehatan
Seksi Farmasi, Makanan,
Minuman dan Alat kesehatan
Kelompok Jabatan Fungsional
UPTD :
1. Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru
2. Balai Laboratorium Kesehatan
3. Balai Pelatihan Kesehatan
4. Balai Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Sosial
Gambar 52. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan DIY
77
Profil Kesehatan DIY 2016
Sumberdaya manusia di lingkungan Dinas Kesehatan DIY tersebar di instansi induk
Dinas Kesehatan DIY maupun pada Unit Pelaksana Teksi (UPT) Dinkes. Dinas Kesehatan DIY
mempunyai 3 UPT, yaitu : Balai Pelatihan Kesehatan, Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan, dan Balai Laboratorium Kesehatan. Berikut ini adalah pegawai Dinas Kesehatan
menurut tingkat pendidikan. Jumlah pegawai pada Dinas Kesehatan dan UPT Dinas
Kesehatan pada Tahun 2016 menurut tingkat pendidikan adalah sebagai berikut :
Tabel 9. Jumlah Pegawai Dinas Kesehatan DIY
NO.
INSTANSI
JUMLAH PEGAWAI
S3 S2 S1 SM D3 D2/D1 SLTA SLTP SD
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Dinas Kesehatan 0 31 48 13 34 0 16 1 2
2 Balai Laboratorium Kesehatan 0 5 26 1 14 0 6 0 1
3 Balai Pelatihan Kesehatan 0 6 12 3 9 0 19 0 0
4 Balai Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial 0 4 6 1 4 0 3 2 0
TOTAL 0 45 92 18 61 0 44 3 3
Gambar 53. Jumlah PNS Perempuan Dinkes DIY Per Jenis Pendidikan 2016
78
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 54. Jumlah PNS Laki-Laki DInkes DIY Per Jenis Pendidikan 2016
B. Pembiayaan Kesehatan
1. Jaminan Pembiayanan Kesehatan Masyarakat
Daerah Istimewa Yogyakarta termasuk daerah dengan angka kemiskinan yang
tinggi diantara propinsi lain di Indonesia sehingga pembiayaan kesehatan utamanya
pada masyarakat miskin harus diupayakan. Program pembiayaan terutama khusus
bagi masyarakat miskin dan upaya untuk pembiayaan kesehatan semesta
dilaksanakan di DIY sejak beberapa tahun.
Program Pembiayaan Kesehatan telah dilaksanakan sesuai dengan pedoman
di tingkat Pusat, diantaranya untuk Program Jaminan Kesehatan untuk
masyarakat miskin. Selain program Jamkesmas, pembiayaan kesehatan masyarakat
miskin juga dilaksanakan melalui program Askes, Jamsostek, Jamkesos dan
Jamkesda. Berbagai upaya program pembiayaan kesehatan telah dilakukan di
dimonitor terhadap implementasinya di lapangan khususnya terhadap cakupan
kepesertaan serta mutu pelayanan kesehatan masyarakat.
79
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 55. Jumlah Peserta Jaminan Kesehatan Nasional Per Kab/Kota DIY
Gambar 56. Data Kepesertaan BPJS DIY 2016
Bapel Jamkessos merupakan UPT Dinas Kesehatan pelaksana pembiayaan
kesehatan masyarakat miskin di DIY dengan bekerjasama melalui Pemberi Pelayanan
Kesehatan di DIY. Tugas pokok Balai Penyelenggara Jaminan Kesehatan Sosial DIY
berdasarkan Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 57 Tahun 2015
80
Profil Kesehatan DIY 2016
adalah “Menyelenggarakan kegiatan di bidang jaminan kesehatan bagi masyarakat
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta”.
Fungsi Bapel Jamkesos DIY adalah sebagai berikut:
1) penyusunan program balai;
2) penyelenggaraan manajemen kepesertaan jaminan kesehatan sosial;
3) penyelenggaraan manajemen pemeliharaan kesehatan;
4) penyelenggaraan manajemen keuangan;
5) pelaksanaan kegiatan ketatausahaan;
6) evaluasi dan penyusunan laporan pelaksanaan program balai;
7) pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai tugas dan fungsi
Gambar 48. Kepesertaan PBI-COB Jamkessos DIY
Data Kepesertaan PBI Jamkesta/ Jamkesos, PBI Jamkesus, PBI Jamkesda 2016
No. Kab./ Kota PBI Jamkesta PBI Jamkesda PBI Jamkesus Total
1. Yogyakarta 550 - 1.864 2.414
2. Bantul 4.323 85.803 5.726 95.852
3. Kulon Progo 1.952 120.060 1.112 123.124
4. Gunungkidul 4.300 - 8.157 12.457
5. Sleman 0 - 5.165 5.165
Jumlah 11.125 205.863 22.024 239.012
81
Profil Kesehatan DIY 2016
1. Data Faskes Kerjasama BPJS Kesehatan tahun 2016
No. Kab./ Kota Nama Rumah Sakit Tipe/ Kelas
1. Yogyakarta 1. RS Jogja B
2. RS Panti Rapih B
3. RS Bethesda B
4. RS PKU Muhammadiyah Yk B
5. RSM dr. Yap B Khusus
6. RSKB Soedirman C
7. RSKIA PKU Muhammadiyah Kotagede C
8. RSI Hidayatullah D
9. RS Bethesda Lempuyangwangi D
10. RS DKT dr. Soetarto C
11. RS Happy Land D
12. RS Ludira Husada D
13. RSKIA Permata Bunda C
14. RSUD Pratama D
2. Bantul 1. RSUD Panembahan Senopati B
2. RSPAU DR. Suhardi Hardjolukito B
3. RSK Paru Respira C Khusus Paru
4. RS PKU Muhammadiyah Bantul C
5. RSKB Ring Road Selatan C
6. RS Griya Mahardika D
7. RS Patmasuri D
8. RS Rajawali Citra D
9. RS Permata Husada D
10. RS St Elisabeth D
11. RS Nur Hidayah D
12. RS Rachma Husada D
13. RSIA Umi Khasanah C
14. Klinik Bedah Adelia KU
15. Klinik HD Nitipuran KU
3. Kulon Progo 1. RSUD Wates B
2. RSUD Nyi Ageng Serang D
3. RSU Rizki Amalia Medika D
4. RSKB Kharisma Paramedika D
5. RS Santo Yusup Boro D
6. RSU Rizki Amalia D
7. Klinik Utama Alesha KU
4. Gunungkidul 1. RSUD Wonosari C
2. RS Nur Rohmah D
3. RS Panti Rahayu D
82
Profil Kesehatan DIY 2016
4. RS Pelita Husada D
5. RS PKU Muhammadiyah Wonosari D
5. Sleman 1. RSUP Dr. Sardjito A
2. RSJ Grhasia A Khusus
3. RSUD Sleman B
4. RS Akademik UGM B
5. RS “JIH” B
6. RSUD Prambanan C
7. RS PKU Muh Yogya Unit II C
8. RSIY PDHI C
9. RSKIA Sadewa C Khusus
10. RSIA Sakina Idaman C Khusus
11. RS Condong Catur D
12. RS Panti Rini D
13. RS Panti Nugroho D
14. RS At Turots Al Islamy D
15. RS Queen Latifa D
16. RSU Panti Bhaktiningsih D
17. RS Puri Husada D
18. RS Mitra Paramedika D
19. RSU Mitra Sehat D
20. RS Gramedika 10 D
21. RS Bhayangkara D
22. Klinik Hemodialisis Golden PMI KU
Perkembangan Kepesertaan
1) Regulasi kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) membagi penduduk DIY
menjadi 6 kelompok kepesertaan berdasar jenis pekerjaan sumber pendapatan
keluarga dan kemampuan membayar iuran. Kelompok tersebut adalah (1) fakir
miskin; (2) sektor nonformal tidak mampu; (3) sektor nonformal area kritis; (4)
sektor nonformal mampu; (5) sektor formal manpu; dan (6) bukan pekerja
mampu.
2) Keluarga fakir miskin dan tidak mampu yang belum menjadi peserta PBI JKN BPJS
Kesehatan dijamin melalui Jamkesda dan Jamkesos. Keluarga PBI diluar peserta
JKN BPJS Kesehatan diutamakan menjadi peserta Jamkesta CoB. Dapat dipahami
ketika terjadi peningkatan kepesertaan Jamkesta CoB dan penurunan PBI
83
Profil Kesehatan DIY 2016
Jamkesos karena kepesertaan PBI Jamkesos menjadi kepesertaan Jamkesda yang
kemudian oleh Jamkesda didaftarkan sebagai kepesertaan Jamkesta CoB.
Gambar 49. Kepesertaan PBI-Maskin Jamkessos DIY
Gambar 50. Proporsi Kunjungan Kepesertaan Jamkessos DIY
2. Anggaran Pembangunan Kesehatan
Anggaran pembiayaan program kesehatan di DIY bersumber kepada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), Anggaran Pendapaten dan
Belanja Daerah (APBD) dan sebagian Anggaran Bantuan Luar Negeri (BLN).
Jumlah total aggaran program kesehatan di Dinas Kesehatan DIY Tahun Anggaran
2016 sebesar Rp. 177.157.174.879,-. dengan proporsi sebagai berikut.
84
Profil Kesehatan DIY 2016
Gambar 51. Proporsi Anggaran Dinas Kesehatan DIY Tahun 2016
Gambar 52. Jumlah Anggaran Dinas Kesehatan DIY Tahun 2016
Jenis anggaran kesehatan pada Dinas Kesehatan DIY Tahun 2016 terdiri atas :
APBD DIY, Hibah/Bansos, Dana Alokasi Khusus untuk Rujukan, Farmasi dan DAK
Yandas serta Dana Tugas Pembantuan (TP) Bantuan Operasional Khusus), TP P2MK
dan TP Bina Upaya Kesehatan (BUK).
85
Profil Kesehatan DIY 2016
BAB V PENUTUP
KESIMPULAN
Pembangunan kesehatan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2016
berdasarkan hasil pengumpulan dan pengolahan data berbagai indikator kesehatan yang
dilakukan oleh para pengelola program kesehatan mulai dari tingkat Puskesmas, Rumah
Sakit maupun dinas kesehatan di Kabupaten/Kota dan DIY telah berhasil dilaksanakan
dengan baik sesuai dengan target yang ditetapkan. Adapun gambaran kondisi kesehatan
di wilayah DIY pada tahun 2016 adalah sebagai berikut :
1. Angka Kematian (Mortalitas)
a. Kasus Kematian Ibu tahun 2016 sejumlah 39 ibu, naik dibanding tahun 2015 (29 ibu)
b. Kasus Kematian Bayi Tahun 2016 sejumlah 278 bayi, menurun dibandingkan tahun
2015 (329 bayi)
c. Kasus Kematian Balita Tahun 2016 sejumlah 323 Balita, menurun dibanding tahun
2015 ( 378 Balita)
2. Angka Kesakitan (Morbiditas)
a. Jumlah Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) Tahun 2016 adalah 6.241 meningkat
dibanding tahun 2015 (3.420 kasus)
b. Tuberculosis (TBC)
Angka kesembuhan TBC pada tahun 2016 sebesar 84,73 % meningkat dibanding
tahun 2015 (83,13%)
c. Kasus HIV (wanita 1.178 dan pria 2429)
d. Penyakit Degeneratif (Hipertensi, Diabetes Mellitus, dan Jantung)
Hipertensi dan Diabetes Mellitus selalu masuk 10 besar penyakit dan 10 besar
penyebab kematian selama beberapa tahun terakhir berdasarkan STP. Sementara
itu, penyakit jantung termasuk dalam 10 besar penyebab kematian di DIY.
3. Status Gizi
DIY mengalami beban gizi ganda, gizi lebih pada balita meningkat pada tahun
2016 (3,11 %) menurun dari tahun 2015 (3,81%), sementara itu, prevalensi balita sangat
pendek pada tahun 2016 (3,18 %) menurun dibanding Tahun 2015 ( 4,36%). balita
86
Profil Kesehatan DIY 2016
Kurang Energi Protein (Gizi Buruk dan Kurang) di DIY tahun 2016 sebesar (8,83) naik
dibanding tahun 2015 sebesar 8,04.
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L + P Satuan
A. GAMBARAN UMUM
1 Luas Wilayah 3,183 Km2
Tabel 1
2 Jumlah Desa/Kelurahan 438 Desa/Kel Tabel 1
3 Jumlah Penduduk 1,801,170 1,811,306 3,612,476 Jiwa Tabel 2
4 Rata-rata jiwa/rumah tangga 3.0 Jiwa Tabel 1
5 Kepadatan Penduduk /Km2
1134.8 Jiwa/Km2
Tabel 1
6 Rasio Beban Tanggungan 45.7 per 100 penduduk produktif Tabel 2
7 Rasio Jenis Kelamin 99.4 Tabel 2
8 Penduduk 10 tahun ke atas melek huruf 51.13 48.64 49.88 % Tabel 3
9 Penduduk 10 tahun yang memiliki ijazah tertinggi
a. SMP/ MTs ######### ######### ######### % Tabel 3
b. SMA/ SMK/ MA ######### ######### ######### % Tabel 3
c. Sekolah menengah kejuruan 0.00 0.00 0.00 % Tabel 3
d. Diploma I/Diploma II 6,111.00 8,060.00 14,171.00 % Tabel 3
e. Akademi/Diploma III 5,292.00 6,127.00 11,419.00 % Tabel 3
f. Universitas/Diploma IV 41,182.00 41,100.00 82,282.00 % Tabel 3
g. S2/S3 (Master/Doktor) 3,716.00 2,228.00 5,944.00 % Tabel 3
B. DERAJAT KESEHATAN
B.1 Angka Kematian
10 Jumlah Lahir Hidup #REF! #REF! #REF! Tabel 4
11 Angka Lahir Mati (dilaporkan) #REF! #REF! #REF! per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 4
12 Jumlah Kematian Neonatal #REF! #REF! #REF! neonatal Tabel 5
13 Angka Kematian Neonatal (dilaporkan) #REF! #REF! #REF! per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
14 Jumlah Bayi Mati #REF! #REF! #REF! bayi Tabel 5
15 Angka Kematian Bayi (dilaporkan) #REF! #REF! #REF! per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
16 Jumlah Balita Mati #REF! #REF! #REF! Balita Tabel 5
17 Angka Kematian Balita (dilaporkan) #REF! #REF! #REF! per 1.000 Kelahiran Hidup Tabel 5
18 Kematian Ibu
Jumlah Kematian Ibu #REF! Ibu Tabel 6
Angka Kematian Ibu (dilaporkan) 0 per 100.000 Kelahiran Hidup Tabel 6
RESUME PROFIL KESEHATAN
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
B.2 Angka Kesakitan
19 Tuberkulosis
Jumlah kasus baru TB BTA+ 1,386 1,063 1,938 Kasus Tabel 7
Proporsi kasus baru TB BTA+ 71.48 54.83 % Tabel 7
CNR kasus baru BTA+ 38.58 29.25 26.83 per 100.000 penduduk Tabel 7
Jumlah seluruh kasus TB 2,896 2,343 5,169 Kasus Tabel 7
CNR seluruh kasus TB 80.65 64.47 71.54 per 100.000 penduduk Tabel 7
Kasus TB anak 0-14 tahun 7.55 % Tabel 7
Persentase BTA+ terhadap suspek 0.00 0.00 0.00 % Tabel 8
Angka kesembuhan BTA+ 0.00 0.00 0.00 % Tabel 9
Angka pengobatan lengkap BTA+ 0.00 0.00 0.00 % Tabel 9
Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) BTA+ 0.00 0.00 - % Tabel 9
Angka kematian selama pengobatan 0.00 0.00 0.00 per 100.000 penduduk Tabel 9
20 Pneumonia Balita ditemukan dan ditangani #REF! #REF! #REF! % Tabel 10
21 Jumlah Kasus HIV 398 227 625 Kasus Tabel 11
22 Jumlah Kasus AIDS 179 106 285 Kasus Tabel 11
23 Jumlah Kematian karena AIDS 22 16 38 Jiwa Tabel 11
24 Jumlah Kasus Syphilis 163 202 365 Kasus Tabel 11
25 Donor darah diskrining positif HIV #REF! #REF! #REF! % Tabel 12
26 Persentase Diare ditemukan dan ditangani 0.00 0.00 0.00 % Tabel 13
27 Kusta
Jumlah Kasus Baru Kusta (PB+MB) #REF! #REF! #REF! Kasus Tabel 14
Angka penemuan kasus baru kusta (NCDR) #REF! #REF! #REF! per 100.000 penduduk Tabel 14
Persentase Kasus Baru Kusta 0-14 Tahun #REF! % Tabel 15
Persentase Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta #REF! % Tabel 15
Angka Cacat Tingkat 2 Penderita Kusta #REF! per 100.000 penduduk Tabel 15
Angka Prevalensi Kusta 0.00 0.00 0.00 per 10.000 Penduduk Tabel 16
Penderita Kusta PB Selesai Berobat (RFT PB) #REF! #REF! #REF! % Tabel 17
Penderita Kusta MB Selesai Berobat (RFT MB) #REF! #REF! #REF! % Tabel 17
28 Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi
AFP Rate (non polio) < 15 th #REF! per 100.000 penduduk <15 tahun Tabel 18
Jumlah Kasus Difteri #REF! #REF! #REF! Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Difteri #REF! % Tabel 19
Jumlah Kasus Pertusis #REF! #REF! #REF! Kasus Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus (non neonatorum) #REF! #REF! #REF! Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus (non neonatorum) #REF! % Tabel 19
Jumlah Kasus Tetanus Neonatorum #REF! #REF! #REF! Kasus Tabel 19
Case Fatality Rate Tetanus Neonatorum #REF! % Tabel 19
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
Jumlah Kasus Campak #REF! #REF! #REF! Kasus Tabel 20
Case Fatality Rate Campak #REF! % Tabel 20
Jumlah Kasus Polio #REF! #REF! #REF! Kasus Tabel 20
Jumlah Kasus Hepatitis B #REF! #REF! #REF! Kasus Tabel 20
29 Incidence Rate DBD #REF! #REF! #REF! per 100.000 penduduk Tabel 21
30 Case Fatality Rate DBD #REF! #REF! #REF! % Tabel 21
31 Angka Kesakitan Malaria (Annual Parasit Incidence ) #REF! #REF! #REF! per 1.000 penduduk berisiko Tabel 22
32 Case Fatality Rate Malaria 0.00 0.00 0.00 % Tabel 22
33 Angka Kesakitan Filariasis #REF! #REF! #REF! per 100.000 penduduk Tabel 23
34 Persentase Hipertensi/tekanan darah tinggi #REF! #REF! #REF! % Tabel 24
35 Persentase obesitas #REF! #REF! #REF! % Tabel 25
36 Persentase IVA positif pada perempuan usia 30-50 tahun #REF! % Tabel 26
37 % tumor/benjolan payudara pada perempuan 30-50 tahun #REF! % Tabel 26
38 Desa/Kelurahan terkena KLB ditangani < 24 jam #REF! % Tabel 28
C. UPAYA KESEHATAN
C.1 Pelayanan Kesehatan
39 Kunjungan Ibu Hamil (K1) #REF! % Tabel 29
40 Kunjungan Ibu Hamil (K4) #REF! % Tabel 29
41 Persalinan ditolong Tenaga Kesehatan #REF! % Tabel 29
42 Pelayanan Ibu Nifas #REF! % Tabel 29
43 Ibu Nifas Mendapat Vitamin A #REF! % Tabel 29
44 Ibu hamil dengan imunisasi TT2+ #REF! % Tabel 30
45 Ibu Hamil Mendapat Tablet Fe3 #REF! % Tabel 32
46 Penanganan komplikasi kebidanan #REF! % Tabel 33
47 Penanganan komplikasi Neonatal #REF! #REF! #REF! % Tabel 33
48 Peserta KB Baru #REF! % Tabel 36
49 Peserta KB Aktif #REF! % Tabel 36
50 Bayi baru lahir ditimbang #REF! #REF! #REF! % Tabel 37
51 Berat Badan Bayi Lahir Rendah (BBLR) #REF! #REF! #REF! % Tabel 37
52 Kunjungan Neonatus 1 (KN 1) #REF! #REF! #REF! % Tabel 38
53 Kunjungan Neonatus 3 kali (KN Lengkap) #REF! #REF! #REF! % Tabel 38
54 Bayi yang diberi ASI Eksklusif #REF! #REF! #REF! % Tabel 39
55 Pelayanan kesehatan bayi #REF! #REF! #REF! % Tabel 40
56 Desa/Kelurahan UCI #REF! % Tabel 41
57 Cakupan Imunisasi Campak Bayi #REF! #REF! #REF! % Tabel 43
58 Imunisasi dasar lengkap pada bayi #REF! #REF! #REF! % Tabel 43
59 Bayi Mendapat Vitamin A #REF! #REF! #REF! % Tabel 44
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
60 Anak Balita Mendapat Vitamin A #REF! #REF! #REF! % Tabel 44
61 Baduta ditimbang #REF! #REF! #REF! % Tabel 45
62 Baduta berat badan di bawah garis merah (BGM) #REF! #REF! #REF! % Tabel 45
63 Pelayanan kesehatan anak balita #REF! #REF! #REF! % Tabel 46
64 Balita ditimbang (D/S) 96.49 97.03 96.75 % Tabel 47
65 Balita berat badan di bawah garis merah (BGM) 0.74 0.88 0.81 % Tabel 47
66 Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan - - - % Tabel 48
67 Cakupan Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan Setingkat #REF! #REF! #REF! %
Tabel 49
68 Rasio Tumpatan/Pencabutan Gigi Tetap #REF! Tabel 50
69 SD/MI yang melakukan sikat gigi massal 49.61 sekolah Tabel 51
70 SD/MI yang mendapat pelayanan gigi 65.90 sekolah Tabel 51
71 Murid SD/MI Diperiksa (UKGS) 39.13 35.32 41.89 % Tabel 51
72 Murid SD/MI Mendapat Perawatan (UKGS) 51.86 45.55 57.91 % Tabel 51
73 Siswa SD dan setingkat mendapat perawatan gigi dan
mulut 51.86 45.55 57.91 % Tabel 51
74 Pelayanan Kesehatan Usila (60 tahun +) #REF! #REF! #REF! % Tabel 52
C.2 Akses dan Mutu Pelayanan KesehatanPersentase
75 Peserta Jaminan Pemeliharaan Kesehatan #REF! #REF! #REF! % Tabel 53
76 Cakupan Kunjungan Rawat Jalan 131.59 184.95 196.41 % Tabel 54
77 Cakupan Kunjungan Rawat Inap 7.19 8.20 8.18 % Tabel 54
78 Angka kematian kasar/Gross Death Rate (GDR) di RS - - - per 100.000 pasien keluar Tabel 55
79 Angka kematian murni/Nett Death Rate (NDR) di RS - - - per 100.000 pasien keluar Tabel 55
80 Bed Occupation Rate (BOR) di RS 16.53 % Tabel 56
81 Bed Turn Over (BTO) di RS 24.60 Kali Tabel 56
82 Turn of Interval (TOI) di RS 12.39 Hari Tabel 56
83 Average Length of Stay (ALOS) di RS 2.03 Hari Tabel 56
C.3 Perilaku Hidup Masyarakat
87 Rumah Tangga ber-PHBS #REF! % Tabel 57
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
C.4 Keadaan Lingkungan
88 Persentase rumah sehat #REF! % Tabel 58
89 Penduduk yang memiliki akses air minum yang layak #REF! % Tabel 59
90 Penyelenggara air minum memenuhi syarat kesehatan #REF! % Tabel 60
91 Penduduk yg memiliki akses sanitasi layak (jamban sehat) #REF! % Tabel 61
92 Desa STBM #REF! % Tabel 62
93 Tempat-tempat umum memenuhi syarat #REF! % Tabel 63
TPM memenuhi syarat higiene sanitasi #REF! % Tabel 64
TPM tidak memenuhi syarat dibina #REF! % Tabel 65
TPM memenuhi syarat diuji petik #REF! % Tabel 65
D. SUMBERDAYA KESEHATAN
D.1 Sarana Kesehatan
94 Jumlah Rumah Sakit Umum #REF! RS Tabel 67
95 Jumlah Rumah Sakit Khusus #REF! RS Tabel 67
96 Jumlah Puskesmas Rawat Inap #REF! Tabel 67
97 Jumlah Puskesmas non-Rawat Inap #REF! Tabel 67
Jumlah Puskesmas Keliling #REF! Tabel 67
Jumlah Puskesmas pembantu #REF! Tabel 67
98 Jumlah Apotek #REF! Tabel 67
99 RS dengan kemampuan pelayanan gadar level 1 90.78 % Tabel 68
100 Jumlah Posyandu - Posyandu Tabel 69
101 Posyandu Aktif - % Tabel 69
102 Rasio posyandu per 100 balita - per 100 balita Tabel 69
103 UKBM
Poskesdes #REF! Poskesdes Tabel 70
Polindes #REF! Polindes Tabel 70
Posbindu #REF! Posbindu Tabel 70
104 Jumlah Desa Siaga - Desa Tabel 71
105 Persentase Desa Siaga - % Tabel 71
D.2 Tenaga Kesehatan
106 Jumlah Dokter Spesialis - - - Orang Tabel 72
107 Jumlah Dokter Umum - - - Orang Tabel 72
108 Rasio Dokter (spesialis+umum) 3,249.00 per 100.000 penduduk Tabel 72
109 Jumlah Dokter Gigi + Dokter Gigi Spesialis - - - Orang Tabel 72
L P L + P Satuan
ANGKA/NILAINO INDIKATOR No. Lampiran
110 Rasio Dokter Gigi (termasuk Dokter Gigi Spesialis) 685.00 per 100.000 penduduk
111 Jumlah Bidan - Orang Tabel 73
112 Rasio Bidan per 100.000 penduduk - per 100.000 penduduk Tabel 73
113 Jumlah Perawat - - - Orang Tabel 73
114 Rasio Perawat per 100.000 penduduk - per 100.000 penduduk Tabel 73
115 Jumlah Perawat Gigi - - - Orang Tabel 73
116 Jumlah Tenaga Kefarmasian - - - Orang Tabel 74
117 Jumlah Tenaga Kesehatan kesehatan - - - Orang Tabel 75
118 Jumlah Tenaga Sanitasi - - - Orang Tabel 76
119 Jumlah Tenaga Gizi - - - Orang Tabel 77
D.3 Pembiayaan Kesehatan
120 Total Anggaran Kesehatan #REF! Rp Tabel 81
121 APBD Kesehatan terhadap APBD Kab/Kota #REF! % Tabel 81
122 Anggaran Kesehatan Perkapita #REF! Rp Tabel 81
TABEL 1
LUAS WILAYAH, JUMLAH DESA/KELURAHAN, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,
DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT KECAMATAN
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
LUAS JUMLAH RATA-RATA KEPADATAN
WILAYAH RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK
(km2) TANGGA TANGGA per km
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Kota Yogyakarta 32.5 0 45 45 411,282 131,092 3.14 12658.73
2 Kab Bantul 504.5 75 0 75 928,676 312,982 2.97 1840.89
3 Kab Kulon Progo 586.3 87 1 88 437,441 146,414 2.99 746.13
4 Kab Gunung Kidul 1,485.4 144 0 144 756,024 241,459 3.13 508.98
5 Kab Sleman 574.8 86 0 86 1,079,053 365,207 2.95 1877.27
0 #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 3,183.4 392 46 438 3,612,476 1,197,154 3.02 1,135
Sumber: - Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2016
- sumber lain…... (sebutkan)
JUMLAH
PENDUDUK
JUMLAH
NO KAB/KOTADESA KELURAHAN
DESA +
KELURAHAN
TABEL 2
JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN DAN KELOMPOK UMUR
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
JUMLAH PENDUDUK
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+PEREMPUAN RASIO JENIS KELAMIN
1 2 3 4 5 6
1 0 - 4 117,199 110,852 228,051 105.73
2 5 - 9 134,932 127,316 262,248 105.98
3 10 - 14 131,767 123,801 255,568 106.43
4 15 - 19 133,923 127,010 260,933 105.44
5 20 - 24 126,524 122,734 249,258 103.09
6 25 - 29 118,623 118,943 237,566 99.73
7 30 - 34 137,087 135,895 272,982 100.88
8 35 - 39 141,771 138,281 280,052 102.52
9 40 - 44 135,816 136,036 271,852 99.84
10 45 - 49 134,866 138,357 273,223 97.48
11 50 - 54 118,892 126,087 244,979 94.29
12 55 - 59 106,165 113,261 219,426 93.73
13 60 - 64 84,989 83,632 168,621 101.62
14 65 - 69 56,251 63,186 119,437 89.02
15 70 - 74 47,199 53,663 100,862 87.95
16 75+ 75,166 92,252 167,418 81.48
JUMLAH 1,801,170 1,811,306 3,612,476 99.44
ANGKA BEBAN TANGGUNGAN (DEPENDENCY RATIO) 46
Sumber: - Kantor Statistik Kabupaten/kota
- Sumber lain…... (sebutkan)
NO KELOMPOK UMUR (TAHUN)
DAN IJAZAH TERTINGGI YANG DIPEROLEH MENURUT JENIS KELAMIN
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI+
PEREMPUANLAKI-LAKI PEREMPUAN
LAKI-LAKI+
PEREMPUAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1 PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS 911,938 924,636 1,836,574
2PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG
MELEK HURUF466,297 449,763 916,060 51.13 48.64 49.88
3PERSENTASE PENDIDIKAN TERTINGGI YANG
DITAMATKAN:0 0
a. TIDAK MEMILIKI IJAZAH SD 223,151 255,094 478,245 24.47 27.59 26.04
b. SD/MI 260,722 279,062 539,784 28.59 30.18 29.39
c. SMP/ MTs 180,771 167,345 348,116 19.82 18.10 18.95
d. SMA/ MA 255,007 214,817 469,824 27.96 23.23 25.58
e. SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN 0 0 0 0.00 0.00 0.00
f. DIPLOMA I/DIPLOMA II 6,111 8,060 14,171 0.67 0.87 0.77
g. AKADEMI/DIPLOMA III 5,292 6,127 11,419 0.58 0.66 0.62
h. UNIVERSITAS/DIPLOMA IV 41,182 41,100 82,282 4.52 4.44 4.48
i. S2/S3 (MASTER/DOKTOR) 3,716 2,228 5,944 0.41 0.24 0.32
Sumber: …………… (sebutkan)
TABEL 3
JUMLAH PERSENTASE
PENDUDUK BERUMUR 10 TAHUN KE ATAS YANG MELEK HURUF
NO VARIABEL
TABEL 4
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 KULON PROGO 2,581 17 2,598 2,529 28 2,557 5,110 45 5,155
2 BANTUL 6,184 34 6,218 6,104 30 6,134 12,288 64 12,352
3 GUNUNG KIDUL 3,936 26 3,962 3,713 25 3,738 7,649 51 7,700
4 SLEMAN 7,034 20 7,054 7,104 16 7,120 14,138 36 14,174
5 KOTA YOGYAKARTA 1,938 17 1,955 1,903 4 1,907 3,841 21 3,862
JUMLAH (KAB/KOTA) 21,673 114 21,787 21,353 103 21,456 43,026 217 43,243
5.2 4.8 5.0
Sumber: ………. (sebutkan)
Keterangan : Angka Lahir Mati (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan Angka Lahir Mati yang sebenarnya di populasi
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN)
KAB/KOTA
JUMLAH KELAHIRAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN DAN PUSKESMAS
MATI HIDUP + MATI
LAKI-LAKI LAKI-LAKI + PEREMPUAN
JUMLAH KELAHIRAN
MATI HIDUP + MATI HIDUP + MATI
NO
HIDUP
PEREMPUAN
HIDUP HIDUP MATI
TABEL 5
JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH KEMATIAN NEONATAL, BAYI, DAN BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, DAN KABUPATEN
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
KULON PROGO 16 25 5 30 17 25 4 29 33 50 9 59
#### BANTUL 35 59 10 69 26 35 5 40 61 94 15 109
3 GUNUNG KIDUL 31 37 2 39 16 24 4 28 47 61 6 67
4 SLEMAN 7034 7039 4 7,043 18 23 1 24 7,052 7,062 5 7,067
5 KOTA YOGYAKARTA 119 126 4 130 10 15 6 21 129 141 10 151
DI YOGYAKARTA 119 7,286 25 7,311 87 122 20 142 7,322 7,408 45 7,453
63912.28 219.30 337.33 4.07 5.71 0.94 6.65 33741.94 34138.25 207.37 34345.62
Sumber: ………. (sebutkan)
Keterangan : - Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum tentu menggambarkan AKN/AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi
ANGKA KEMATIAN (DILAPORKAN)
NO KAB/KOTA
BALITA ANAK
BALITABAYI
a ANAK
BALITANEONATAL NEONATAL
LAKI - LAKI PEREMPUAN LAKI - LAKI + PEREMPUAN
JUMLAH KEMATIAN
BAYIa BALITA BAYI
a ANAK
BALITABALITA NEONATAL
TABEL 6 TABEL 6
JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH KEMATIAN IBU MENURUT KELOMPOK UMUR, KABUPATEN
PROVINSI DI YOGYAKARTA 0 0
TAHUN 2016 0 2016
< 20
tahun
20-34
tahun≥35 tahun JUMLAH
< 20
tahun
20-34
tahun≥35 tahun JUMLAH
< 20
tahun
20-34
tahun≥35 tahun JUMLAH
< 20
tahun
20-34
tahun≥35 tahun JUMLAH
< 20
tahun
20-34
tahun
≥35
tahun
JUMLA
H
< 20
tahun
20-34
tahun
≥35
tahun
JUMLA
H
< 20
tahun
20-34
tahun
≥35
tahun
JUMLA
H
< 20
tahun
20-34
tahun
≥35
tahun
JUMLA
H1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
1 KULON PROGO ## ########## # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### 0 0 0 ##### ########## # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # ####
2 BANTUL ###### ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### ## ##### 0 0 0 ###### ######### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### ## ###
3 GUNUNG KIDUL ##### ####### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### 3 0 0 ##### ########## # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # ####
4 SLEMAN ###### ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### 0 0 0 ###### ######### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # ####
5 KOTA YOGYAKARTA ### ######### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### 0 0 0 ##### ########## # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # ####
###### ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### # ###### ## ##### ## ##### ## ##### # ###### ## ##### ## ##### ## ##### ###### ######### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### # #### ## ### ## ### ## ### # #### ## ### ## ### ## ###
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN)
ANGKA KEMATIAN IBU (DILAPORKAN)
Sumber: laporan kabupaten/kota
Keterangan:
- Jumlah kematian ibu = jumlah kematian ibu hamil + jumlah kematian ibu bersalin + jumlah kematian ibu nifas
- Angka Kematian Ibu (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa menggambarkan AKI yang sebenarnya di populasi
JUMLAH (KAB/KOTA)JUMLAH (KAB/KOTA)
NO KABUPATENPUSKESMASJUMLAH LAHIR
HIDUPNO KAB/KOTA
JUMLAH LAHIR
HIDUP
KEMATIAN IBU
JUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBU
KEMATIAN IBU
JUMLAH KEMATIAN IBU BERSALIN JUMLAH KEMATIAN IBU NIFAS JUMLAH KEMATIAN IBUJUMLAH KEMATIAN IBU HAMIL
TABEL 7
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KOTA YOGYAKARTA 200,595 210,687 411,282 134 58.52 95 41.48 9 333 56.06 261 43.94 594 55 9.26
2 KAB. BANTUL 459,734 468,942 928,676 167 52 157 48.46 324 383 55 319 45.44 702 16 2.28
3 KAB. KULON PROGO 216,902 220,539 437,441 68 60 60 39.82 113 161 59 111 111.00 272 0 0.00
4 KAB. GUNUNG KIDUL 376,852 379,172 756,024 100 61 63 38.65 163 126 54 108 46.15 234 55 23.50
5 KAB. SLEMAN 541,577 537,476 1,079,053 205 59 142 40.92 347 406 54 341 747.00 747 69 9.24
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,795,660 1,816,816 3,612,476 674 71 517 54 956 1,409 55 1,140 45 2,549 195 8
CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK 37.53 28.47 26.46
CNR SELURUH KASUS TB PER 100.000 PENDUDUK 78.47 62.75 70.56
JUMLAH (KAB/KOTA) 3,591,320 3,633,632 7,224,952 1,386 71 1,063 55 1,938 2,896 56 2,343 45 5,169 390 8
CNR KASUS BARU TB BTA+ PER 100.000 PENDUDUK 38.58 29.25 26.83
CNR SELURUH KASUS TB PER 100.000 PENDUDUK 80.65 64.47 71.54
Sumber: …………….. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan, rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
Catatan : Jumlah kolom 6 = jumlah kolom 7 pada Tabel 1, yaitu sebesar: 3612476
KASUS BARU TB BTA+, SELURUH KASUS TB, KASUS TB PADA ANAK, DAN CASE NOTIFICATION RATE (CNR) PER 100.000 PENDUDUK
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
KASUS TB ANAK
0-14 TAHUNNO KAB/KOTAJUMLAH PENDUDUK
JUMLAH KASUS BARU TB BTA+
L PL+P
JUMLAH SELURUH
KASUS TB
L PL+P
TABEL 8
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TB PARU BTA+ MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
TB PARU
L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KOTA YOGYAKARTA 0 0 0 3,663 214 155 369 N/A N/A 10.07
2 KAB. BANTUL 3,300 3,300 3,339 6,639 167 157 324 5.06 4.70 4.88
3 KAB. KULON PROGO 1,388 1,388 1,411 2,800 61 39 100 4.39 2.76 3.57
4 KAB. GUNUNG KIDUL 1,011 1,011 1,085 2,096 56 49 105 5.54 4.52 5.01
5 KAB. SLEMAN 1,571 1,571 1,777 3,348 205 142 347 13.05 7.99 10.36
JUMLAH (KAB/KOTA) 7,270 7,612 18,546 703 542 1,245 9.67 7.12 6.71
Sumber: …………….. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
% BTA (+)
TERHADAP SUSPEKBTA (+)NO KAB/KOTA PUSKESMAS
SUSPEK
TABEL 9
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L + PJUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H% L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
1 KOTA YOGYAKARTA 123 152 359 94 75.36 121 79.61 277 77.16 8 6.76 13 8.55 27 7.52 82.93 88.16 84.68 7 8 22
2 KAB. BANTUL 162 107 269 103 63.58 88 82.24 191 71.00 14 8.64 8 7.48 22 8.18 72.22 89.72 79.18 12 4 16
3 KAB. KULON PROGO 58 50 108 0 0.00 0 0.00 76 70.37 0 0.00 0 0.00 8 7.41 0.00 0.00 77.78 0 0 6
4 KAB. GUNUNG KIDUL 116 71 187 91 78.45 54 76.06 144 77.01 6 5.17 9 12.68 12 6.42 83.62 88.73 83.42 12 7 19
5 KAB. SLEMAN 193 129 322 161 83.42 120 93.02 281 87.27 15 7.77 3 2.33 18 5.59 91.19 95.35 92.86 3 0 3
JUMLAH (KAB/KOTA) 652 509 1,245 449 68.87 383 75.25 969 77.83 43 6.60 33 6.48 87 6.99 75.46 81.73 84.82 34 19 66
ANGKA KEMATIAN SELAMA PENGOBATAN PER 100.000 PENDUDUK #DIV/0! 1 5
Sumber: …………….. (sebutkan)
Keterangan:
* kohort yang sama dari kasus yang dinilai kesembuhan dan pengobatan lengkap
Jumlah pasien adalah seluruh pasien yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk pasien yang ditemukan di BBKPM/BPKPM/BP4, RS, Lembaga Pemasyarakatan,
rumah tahanan, dokter praktek swasta, klinik dll
P L + P
ANGKA KESEMBUHAN (CURE RATE)
NO KAB/KOTA
JUMLAH KEMATIAN
SELAMA PENGOBATAN
ANGKA KESEMBUHAN DAN PENGOBATAN LENGKAP TB PARU BTA+ SERTA KEBERHASILAN PENGOBATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
L L + P
ANGKA PENGOBATAN LENGKAP
(COMPLETE RATE)
L P
BTA (+) DIOBATI*
ANGKA KEBERHASILAN
PENGOBATAN
(SUCCESS RATE/SR)
TABEL 10
PENEMUAN KASUS PNEUMONIA BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KULON PROGO 13,215 12,496 25,711 1,322 1,250 2,571 0 0.0 0 0.0 1,061 41.3
2 BANTUL 30,235 29,086 59,321 3,024 2,909 5,932 413 13.66 331 11.38 744 12.5
3 GUNUNG KIDUL 16,461 16,467 32,928 1,659 1,634 3,293 287 17 288 18 575 18
4 SLEMAN 31,190 30,819 62,009 1,347 1,331 2,679 506 37.6 460 34.6 966 36.1
5 KOTA YOGYAKARTA 20,060 21,069 62,009 1,347 1,331 2,679 506 37.6 460 34.6 966 36.1
111,161 109,937 41,128 867 910 1,777 404 46.62056 356 39.11367 760 42.78
Sumber: …………….. (sebutkan)
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
JUMLAH (KAB/KOTA)
JUMLAH BALITA JUMLAH PERKIRAAN
PENDERITANO KAB/KOTA
PNEUMONIA PADA BALITA
PENDERITA DITEMUKAN DAN DITANGANI
L P L + P
TABEL 11
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+PPROPORSI
KELOMPOK
UMUR
L P L+PPROPORSI
KELOMPOK
UMUR
L P L+P L P L+PPROPORSI
KELOMPOK
UMUR
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 ≤ 4 TAHUN 9 6 15 2.40 2 3 5 1.75 1 0 1 0 0 0 0.00
2 5 - 14 TAHUN 5 3 8 1.28 3 6 9 3.16 0 0 0 0 1 1 0.27
3 15 - 19 TAHUN 2 2 4 0.64 24 5 29 10.18 0 0 0 10 6 16 4.38
4 20 - 24 TAHUN 115 44 159 25.44 26 15 41 14.39 6 5 11 69 35 104 28.49
5 25 - 49 TAHUN 203 141 344 55.04 89 64 153 53.68 10 8 18 75 144 219 60.00
JUMLAH (KAB/KOTA) ≥ 50 TAHUN 64 31 95 15.20 35 13 48 16.84 5 3 8 9 16 25 6.85
KAB. GUNUNG KIDUL 0 0 0 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0 0 0
KAB. SLEMAN 0 0 0 0.00 0 0 0 0.00 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 398 227 625 179 106 285 22 16 38 163 202 365
PROPORSI JENIS KELAMIN 63.68 36.32 62.81 37.19 57.89 42.11 44.66 55.34
Sumber: - Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2016
JUMLAH KASUS HIV, AIDS, DAN SYPHILIS MENURUT JENIS KELAMIN
NO KELOMPOK UMUR
H I V AIDS SYPHILISJUMLAH KEMATIAN AKIBAT AIDS
TABEL 12
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 KAB. BANTUL 7,575 1,364 8,939 0 0 0 0 8,876 99.30 0 0 0 0 52 0.59
2 KAB. KULON PROGO 4,026 475 4,501 4,026 100.00 475 100.00 4,501 100.00 0 0.00 0 0.00 7 0.16
3 KAB. GUNUNG KIDUL 4,606 942 5,548 4,606 100.00 942 100.00 5,548 100.00 22 0.48 3 0.32 25 0.45
4 KAB. SLEMAN 7,712 1,865 9,577 7,712 100.00 1,865 100.00 9,577 100.00 26 0.34 2 0.11 28 0.29
5 KOTA YOGYAKARTA 0 0 40,653 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 40,653 100.00 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 59 0.15
23,919 4,646 28,565 #REF! #REF! #REF! #REF! 28,502 99.78 #REF! #REF! #REF! #REF! 112 0.39
Sumber: …………….. (sebutkan)
PERSENTASE DONOR DARAH DISKRINING TERHADAP HIV MENURUT JENIS KELAMIN
NO UNIT TRANSFUSI DARAH
DONOR DARAH
SAMPEL DARAH DIPERIKSA/DISKRINING
TERHADAP HIV
L P
POSITIF HIV
L + P L P L + P
JUMLAH PENDONOR
TABEL 13
KASUS DIARE YANG DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KULON PROGO 216,902 220,539 437,441 9,179 9,328 18,507 0 0 0 0 11,097 60
2 BANTUL 30,235 29,086 59,321 0 0 10,126 0 0 0 0 4,822 48
3 GUNUNG KIDUL 376,862 379,162 756,024 8,065 8,114 16,179 5,423 67 6,164 76 11,587 72
4 SLEMAN 541,577 537,476 1,079,053 11,590 11,502 23,092 6,849 59 7,722 67 14,571 63
5 KOTA YOGYAKARTA 200,595 210,687 411,282 5,416 5,689 11,105 5,183 96 5,709 100 10,892 98
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,366,171 1,376,950 2,743,121 34,250 34,633 79,008 17,455 51.0 19,595 56.6 52,969 67.0
ANGKA KESAKITAN DIARE PER 1.000 PENDUDUK 214
Sumber: …………….. (sebutkan)
P L + PLNO KAB/KOTAJUMLAH PENDUDUK
DIARE
JUMLAH TARGET PENEMUANDIARE DITANGANI
TABEL 14
KASUS BARU KUSTA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KULON PROGO 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 BANTUL 1 1 4 5 4 2 6 5 6 11
3 GUNUNG KIDUL 0 2 0 2 15 5 20 17 5 22
4 SLEMAN 2 1 2 3 2 2 4 3 4 7
5 KOTA YOGYAKARTA 1 1 0 1 4 1 5 5 1 6
5 5 6 11 25 10 35 30 16 46
PROPORSI JENIS KELAMIN 83.33 83.33 110.00 250.00 218.75 187.50 188
ANGKA PENEMUAN KASUS BARU (NCDR/NEW CASE DETECTION RATE ) PER 100.000 PENDUDUK #REF! #REF! #REF!
Sumber: …………….. (sebutkan)
JUMLAH (KAB/KOTA)
PB + MBPausi Basiler (PB)/ Kusta kering Multi Basiler (MB)/ Kusta BasahNO KAB/KOTA PUSKESMAS
KASUS BARU
TABEL 15
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8
1 KOTA YOGYAKARTA 0 - - N/A - N/A
2 KAB. BANTUL 0 6 - - - -
3 KAB. KULON PROGO 0 - - #DIV/0! - #DIV/0!
4 KAB. GUNUNG KIDUL 0 22 - - - -
5 KAB. SLEMAN 0 - - #DIV/0! - #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 28 - 0.00 - 0
ANGKA CACAT TINGKAT 2 PER 100.000 PENDUDUK #DIV/0!
Sumber: …………….. (sebutkan)
KASUS BARU KUSTA 0-14 TAHUN DAN CACAT TINGKAT 2 MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PENDERITA KUSTA
0-14 TAHUN
KASUS BARU
CACAT TINGKAT 2NO KAB/KOTA PUSKESMAS PENDERITA
KUSTA
TABEL 16
JUMLAH KASUS DAN ANGKA PREVALENSI PENYAKIT KUSTA MENURUT TIPE/JENIS, JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KULON PROGO 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 BANTUL 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 GUNUNG KIDUL 2 0 2 15 5 20 17 5 22
4 SLEMAN 1 2 3 2 2 4 3 4 7
5 KOTA YOGYAKARTA 1 0 1 2 3 5 3 3 6
4 2 6 21 10 31 25 12 37
ANGKA PREVALENSI PER 10.000 PENDUDUK
Sumber: …………….. (sebutkan)
JUMLAH (KAB/KOTA)
NO KAB/KOTA
KASUS TERCATAT
Pausi Basiler/Kusta kering Multi Basiler/Kusta Basah JUMLAH
TABEL 17
PERSENTASE PENDERITA KUSTA SELESAI BEROBAT (RELEASE FROM TREATMENT/RFT) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
KUSTA (PB) KUSTA (MB)
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KULON PROGO 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0 0 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 BANTUL 1 3 4 1 0 3 0 4 0 3 3 6 0 0 1 100 1 100
3 GUNUNG KIDUL 1 0 1 1 100 0 #DIV/0! 1 100 9 2 11 9 100 2 100 11 100
4 SLEMAN 1 2 3 2 2 4 3 4 7 0 0 0 0 0 0 0 0 0
5 KOTA YOGYAKARTA 0 1 1 0 N/A 0 0 0 0 1 0 1 1 100 0 0 1 1
3 6 9 3 100 5 83 8 89 15 7 22 9 60 3 43 12 55
Sumber: …………….. (sebutkan)
PENDERITA MBa
L + P
RFT MB
L PL P
JUMLAH (KAB/KOTA)
NO KAB/KOTARFT PB
L + PPENDERITA PB
a
TABEL 18
KAB/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
NO KAB/KOTAJUMLAH PENDUDUK
<15 TAHUN
JUMLAH KASUS AFP
(NON POLIO)
1 2 4 5
0 0 85,256 1
0 0 193,799 6
3 0 146,506 5
0 0 226,169 4
0 0 89,522 2
JUMLAH (KAB/KOTA) 741,252 18
AFP RATE (NON POLIO) PER 100.000 PENDUDUK USIA < 15 TAHUN 2.43
Sumber: Laporan Surveilnas AFP
Keterangan:
Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
Catatan : Jumlah penduduk < 15 tahun kolom 4 = jumlah penduduk < 15 tahun pada tabel 2, yaitu sebesar:0
JUMLAH KASUS AFP (NON POLIO) MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
TABEL 19
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN KAB KABUPATEN
PROV. D.I. YOGYAKARTA
TAHUN 2016 2016
JUMLAH KASUS PD3I
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1 KULON PROGO 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0
2 BANTUL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
3 GUNUNG KIDUL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SLEMAN 0 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
5 KOTA YOGYAKARTA 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 4 5 6 7 9 9 11 11 13 14 15 15 16 17 18
CASE FATALITY RATE (%) 116.67 107.14 105.88
Sumber:
JUMLAH KASUSMENINGGAL
TETANUS (NON NEONATORUM) TETANUS NEONATORUM
JUMLAH KASUSMENINGGAL
PERTUSISNO KABUPATEN PUSKESMASDIFTERI
JUMLAH KASUSMENINGGAL
TABEL 20
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KULON PROGO 21 23 44 0 0 0 0 0 0 0
2 BANTUL 66 58 124 0 0 0 0 0 0 0
3 GUNUNG KIDUL 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 SLEMAN 329 315 644 0 2 2 4 0 0 0
5 KOTA YOGYAKARTA 71 86 157 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 482 969 0 2 2 4 0 0 0
CASE FATALITY RATE (%) #DIV/0!
Sumber: Laporan CBMS 2015
JUMLAH KASUS PD3I
JUMLAH KASUS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI (PD3I) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
CAMPAK
JUMLAH KASUSMENINGGAL
POLIO HEPATITIS BNO KAB/KOTA
TABEL 21
JUMLAH KASUS DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KULON PROGO 217 164 381 1 1 1 2 0.5 0.6 0.5
2 BANTUL 1,394 1,048 2,442 4 0 4 0.3 0.0 0.2
3 GUNUNG KIDUL 661 470 1,131 2 2 4 0.3 0.4 0.4
4 SLEMAN 465 415 880 5 4 9 1,1 1,0 1,0
5 KOTA YOGYAKARTA 415 880 5 4 9 13 0.4 1.1 0.82,886 6,539 16 16 32 0 0.6 0.5
INCIDENCE RATE PER 100.000 PENDUDUK #REF! #REF! #REF!
Sumber: …………….. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
JUMLAH (KAB/KOTA)
NO KAB/KOTA MENINGGAL CFR (%)JUMLAH KASUSPUSKESMAS
DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)
TABEL 22
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L P L+P
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21
1 KULON PROGO 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2 BANTUL 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3 GUNUNG KIDUL 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
4 SLEMAN 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
5 KOTA YOGYAKARTA 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA)#REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 0 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#### #REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#### #REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#### #REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#### #REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#### #REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#### #REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#### #REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#### #REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#### #REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
#### #REF! 0 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1 KOTA YOGYAKARTA 0 0 0 0 0 0 0 N/A - N/A N/A N/A 0 0 0 N/A N/A N/A
2 KAB. BANTUL 0 0 0 - - - - #DIV/0! 0.00 - - #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0! 0.00 #DIV/0!
3 KAB. KULON PROGO 0 0 17,342 - - 17,342 62 #DIV/0! 34 #DIV/0! 96.00 0.55 0 1 1 0.00 2.94 1.04
4 KAB. GUNUNG KIDUL 0 0 0 - - - - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
5 KAB. SLEMAN 1 0 1 1 - 1 - 0,00 - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 3 1 17,346 1 - 1 62 6,200.00 34 #DIV/0! 182 18,235.29 0 1 1 0.00 2.94 0.55
JUMLAH PENDUDUK BERISIKO
ANGKA KESAKITAN (ANNUAL PARASITE INCIDENCE) PER 1.000 PENDUDUK BERISIKO #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Sumber: …………….. (sebutkan)
KESAKITAN DAN KEMATIAN AKIBAT MALARIA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
CFRMENINGGAL SUSPEK
MALARIA
NO KAB/KOTA POSITIFL P L+P
SEDIAAN DARAH DIPERIKSA
TABEL 23
PENDERITA FILARIASIS DITANGANI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L P L+P1 2 4 5 6 7 8 9
1 KULON PROGO 0 0 0 0 0 0
2 BANTUL 0 0 0 0 0 0
3 GUNUNG KIDUL 0 0 0 0 0 0
4 SLEMAN 0 0 0 0 0 0
5 KOTA YOGYAKARTA 0 0 0 0 0 0
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 1 17,346 1 0 1 62
ANGKA KESAKITAN PER 100.000 PENDUDUK (KAB/KOTA) #REF! #REF! #REF!
Sumber: …………….. (sebutkan)
Ket: Jumlah kasus adalah seluruh kasus yang ada di wilayah kerja puskesmas tersebut termasuk kasus yang ditemukan di RS
JUMLAH SELURUH KASUSKASUS BARU DITEMUKANNO KAB/KOTA
PENDERITA FILARIASIS
TABEL 27
JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
DIKETAHUIDITANGGU-
LANGIAKHIR L P L+P 0-7 HARI 8-28 HARI 1-11 BLN 1-4 THN 5-9 THN 10-14 THN 15-19 THN 20-44 THN 45-54 THN 55-59 THN 60-69 THN 70+ THN L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KOTA YOGYAKARTA 0
1 DIPHTERI KLINIS 1 1 19-01-2016 19-01-2016 - 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 1 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
2 VARICELA KLINIS 1 1 04-02-2016 04-02-2016 - 9 15 24 0 0 0 0 20 4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
3 KERACUNAN MAKANAN 1 1 08-03-2016 08-03-2016 - 2 3 5 0 0 0 1 0 0 1 1 2 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
4 HFMD KLINIS 1 1 03-04-2016 03-04-2016 - 0 0 0 0 0 5 13 2 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
5 HFMD KLINIS 1 1 - - - 0 0 0 0 0 0 19 3 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
6 MIX CAMPAK RUBELLA 1 1 02-04-2016 02-04-2016 - 0 0 0 0 0 1 3 4 1 0 2 0 0 1 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
7 KERACUNAN MAKANAN 1 1 28-4-2016 28-4-2016 - 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
8 KERACUNAN MAKANAN 1 1 29-4-2016 29-4-2016 - 0 0 0 0 0 0 3 12 3 2 8 2 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
9 DIARE 1 1 18-4-2016 18-4-2016 - 0 0 0 0 0 0 3 1 0 1 3 4 0 0 1 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
10 HFMD KLINIS 1 1 18-4-2016 18-4-2016 - 0 0 0 0 0 2 10 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
11 CAMPAK 1 1 28-4-2016 28-4-2016 - 0 0 0 0 0 0 3 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
12 HFMD KLINIS 1 1 4-4-2016 4-4-2016 - 0 0 0 0 0 1 3 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
13 CAMPAK 1 1 16-4-2016 16-4-2016 - 0 0 0 0 0 0 1 2 2 0 1 0 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
14 LEPTOSPIROSIS 1 1 8-4-2016 8-4-2016 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 - - 0 #VALUE! #VALUE! #DIV/0!
15 HFMD KLINIS 1 1 18-5-2016 18-5-2016 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0
16 LEPTOSPIROSIS 1 1 15-5-2016 15-5-2016 - - - 0 - - - - - - - - - - - - 0 0 0 - - 0
17 HFMD KLINIS 1 1 15-5-2016 15-5-2016 - - - 0 - - - - - - - - - - - - 0 0 0 - - 0
18 LEPTOSPIROSIS 1 1 29-5-2016 29-5-2016 - - - 0 - - - - - - - - - - - - 0 0 0 - - 0
19 KERACUNAN MAKANAN 1 1 31-7-2016 31-7-2016 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0
20 DIARE 1 1 20-7-2016 20-7-2016 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0
21 KERACUNAN MAKANAN 1 1 15-8-2016 15-8-2016 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0
22 KERACUNAN MAKANAN 1 1 15-8-2016 15-8-2016 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0
23 KERACUNAN MAKANAN 1 1 16-8-2016 16-8-2016 - - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0
24 CAMPAK 1 1 07-Sep-16 07-Sep-16 - - - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0
25 CAMPAK 1 1 08-Sep-16 08-Sep-16 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0
26 CAMPAK 1 1 24-Sep-16 24-Sep-16 - - - 0 - - - - - - - - - - - - 0 0 0 - - 0
27 CAMPAK KLINIS 1 1 30-Sep-16 30-Sep-16 - - - 0 - - - - - - - - - - - - 0 0 0 - - 0
28 CAMPAK 1 1 02-Oct-16 02-Oct-16 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0
29 KERACUNAN MAKANAN 22-Oct-16 22-Oct-16
30 KERMAK 03-Nov-16 03-Nov-16
31 KERMAK 05-Nov-16 05-Nov-16
32 TETANUS 06-Nov-16 06-Nov-16
33 VARICELA KLINIS 06-Nov-16 06-Nov-16
34 PAROTITIS KLINIS 1 1 07-Nov-16 07-Nov-16 - 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 - - 0
KAB KULON PROGO
1 Keracunan Makanan 1 1 04-02-2016 04-02-2016 05-02-2016 3 2 5 1 3 1 0 0 0 3 2 5 100.00 100.00 100.00
2 Keracunan Makanan 1 1 13-02-2016 13-02-2016 14-02-2016 1 1 2 2 0 0 0 1 1 2 100.00 100.00 100.00
3 Keracunan Makanan 1 1 19-02-2016 19-02-2016 20-02-2016 1 2 3 3 0 0 0 1 2 3 100.00 100.00 100.00
4 Keracunan Makanan 1 1 06-04-2016 06-04-2016 07-04-2016 4 7 11 11 0 0 0 5 10 15 80.00 70.00 73.33
5 Keracunan Makanan 1 1 4/19/2016 4/19/2016 4/21/2016 7 18 25 2 1 2 8 6 2 3 1 0 0 0 0 0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
6 Chikungunya 1 1 7/3/2016 7/3/2016 9/3/2016 25 32 57 1 4 3 3 4 17 13 2 6 4 0 0 0 0 0 6925 #DIV/0! #DIV/0! 0.82
7 Keracunan Makanan 1 1 09-08-2016 09-08-2016 10-08-2016 0 4 4 4 0 0 0 0 0 35 #DIV/0! #DIV/0! 11.43
8 Keracunan Makanan 1 1 8/13/2016 8/13/2016 8/14/2016 20 16 36 7 29 0 0 0 7 31 38 285.71 51.61 94.74
9 Keracunan Makanan 1 1 14-10-2016 14-10-2016 14-10-2016 2 2 4 1 1 2 0 0 0 2 2 4 100.00 100.00 100.00
10 Keracunan Makanan 1 1 10/23/2016 10/23/2016 12/23/2016 11 16 27 1 3 13 9 1 0 0 0 230 224 454 4.78 7.14 5.95
11 Keracunan Makanan 1 1 04-11-2016 04-11-2016 05-11-2016 19 15 34 33 2 0 0 0 54 34 88 35.19 44.12 38.64
NOJENIS KEJADIAN LUAR
BIASA
ATTACK RATE (%)JUMLAH PENDERITA JUMLAH KEMATIANJUMLAH PENDUDUK
TERANCAMJUMLAH
KEC
YANG TERSERANGWAKTU KEJADIAN (TANGGAL) KELOMPOK UMUR PENDERITA
JUMLAH
DESA/KEL
DIKETAHUIDITANGGU-
LANGIAKHIR L P L+P 0-7 HARI 8-28 HARI 1-11 BLN 1-4 THN 5-9 THN 10-14 THN 15-19 THN 20-44 THN 45-54 THN 55-59 THN 60-69 THN 70+ THN L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
KAB GUNUNG KIDUL
1 Kematian DBD 1 1 10/01/2015 10/01/2015 10/01/2015 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 - #DIV/0! -
2 Kematian DBD 1 1 12/03/2015 12/03/2015 12/03/2015 0 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 - #DIV/0! -
3 Kematian DBD 1 1 02/06/2015 02/06/2015 02/06/2015 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 0 1 100.00 #DIV/0! 100.00
4 Keracunan Makanan 1 1 30/04/2015 30/04/2015 30/04/2015 1 4 5 0 0 1 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 4 6 50.00 100.00 83.33
5 Keracunan Makanana 2 2 30/04/2015 30/04/2015 30/04/2015 35 33 68 0 0 0 1 7 3 2 15 18 2 11 9 0 0 0 98 102 200 35.71 32.35 34.00
6 Diare Berdarah 1 1 22/04/2015 22/04/2015 22/04/2015 7 8 15 0 0 0 0 0 0 1 2 2 10 0 0 0 47 53 100 14.89 15.09 15.00
7 Keracunan Makanan 1 1 29/06/2015 29/06/2015 29/06/2015 1 4 5 0 0 0 2 1 1 0 1 0 0 0 0 0 0 0 1 5 6 100.00 80.00 83.33
8 Keracunan Makanan 1 1 05/07/2015 05/07/2015 05/07/2015 24 34 58 0 0 0 1 6 10 4 22 6 7 2 0 0 0 0 40 48 88 60.00 70.83 65.91
9 Malaria 1 1 29/08/2015 29/08/2015 29/08/2015 1 1 2 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2 2 4 50.00 50.00 50.00
10 Rubella 1 1 15/09/2015 15/09/2015 15/09/2015 6 8 14 0 0 0 0 6 8 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 70 120 12.00 11.43 11.67
11 Mixed Campak Rubella 1 1 17/11/2015 17/11/2015 17/11/2015 5 0 5 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 50 0 50 10.00 #DIV/0! 10.00
KAB SLEMAN
1 Keracunan makanan Depok Maguwoharjo19-1-2016 19-1-2016 20-1-2016 7 8 15 15 0 0 0 17 10 27 41.18 80.00 55.56
2 Keracunan makanan Seyegan Margoluwih 30-1-2016 30-1-2016 1-2-2016 10 10 20 18 2 0 0 0 20 #DIV/0! #DIV/0! 100.00
3 Keracunan makanan Gamping Ambarketwng 12-2-2016 12-2-2016 13-2-2016 65 0 65 2 63 0 0 0 72 0 72 90.28 #DIV/0! 90.28
4 Keracunan makanan Pramb Bokoharjo 17-2-2016 17-2-2016 18-2-2016 4 8 12 5 7 0 0 0 30 43 73 13.33 18.60 16.44
5 Keracunan makanan Turi Donokerto 19-3-2016 19-3-2016 19-3-2016 0 8 8 8 0 0 0 0 8 8 #DIV/0! 100.00 100.00
6 Keracunan makanan Ngaglik Sardonoharjo24-3-2016 24-3-2016 25-3-2016 22 0 22 18 3 1 0 0 0 37 0 37 59.46 #DIV/0! 59.46
7 Keracunan makanan Depok Cond.catur 28-4-2016 28-4-2016 29-4-2016 0 12 12 8 4 0 0 0 30 #DIV/0! #DIV/0! 40.00
8 Keracunan makanan Kalasan Purwomartan28-4-2016 28-4-2016 29-4-2016 16 28 44 10 34 0 0 0 30 108 138 53.33 25.93 31.88
9 Keracunan makanan Sleman Caturharjo 31-3-2016 31-3-2016 31-3-2016 2 1 3 1 2 0 0 0 1 2 3 200.00 50.00 100.00
10 Keracunan makanan Pakem Pakembinangun4-5-2016 4-5-2016 5-5-2016 8 6 14 5 9 0 0 0 33 27 60 24.24 22.22 23.33
11 Keracunan makanan Minggr Sendangarum18-6-2016 18-6-2016 18-6-2016 8 32 40 7 9 9 8 7 0 0 0 11 32 43 72.73 100.00 93.02
12 Keracunan makanan Ngaglik Sinduharjo 22-6-2017 22-6-2017 24-6-2016 39 37 76 2 3 14 11 14 16 16 0 0 0 39 37 76 100.00 100.00 100.00
13 Campak Pramb Bokoharjo 12-7-2016 12-7-2016 14-7-2016 6 8 14 1 6 7 0 0 0 6 8 14 100.00 100.00 100.00
14 Keracunan makanan Gamping Banyraden 5-9-2016 5-9-2016 6-9-2016 41 53 94 22 31 33 8 0 0 0 41 53 94 100.00 100.00 100.00
15 Keracunan makanan Godean Sidorejo 27-10-2016 27-10-2016 27-10-2016 6 8 14 5 9 0 0 0 8 8 19 75.00 100.00 73.68
16 Keracunan makanan Tempel Lumb.rejo 28-11-2016 28-11-2016 28-11-2016 8 7 8 7 0 0 0 12 12 24
NOJENIS KEJADIAN LUAR
BIASA
YANG TERSERANGWAKTU KEJADIAN (TANGGAL) JUMLAH PENDERITA KELOMPOK UMUR PENDERITA JUMLAH KEMATIAN
JUMLAH PENDUDUK
TERANCAMATTACK RATE (%)
JUMLAH
KEC
JUMLAH
DESA/KEL
JUMLAH PENDERITA DAN KEMATIAN PADA KLB MENURUT JENIS KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)
L P L+P
32 33 34
#DIV/0! ##### ####
- - -
- - -
#DIV/0! #DIV/0! #####
#DIV/0! #DIV/0! #####
#DIV/0! #DIV/0! #####
#DIV/0! #DIV/0! #####
#DIV/0! #DIV/0! #####
#DIV/0! #DIV/0! #####
#DIV/0! #DIV/0! #####
#DIV/0! #DIV/0! #####
#DIV/0! #DIV/0! #####
#DIV/0! #DIV/0! #####
#DIV/0! #DIV/0! #####
CFR (%)
L P L+P
32 33 34
#DIV/0!
#DIV/0!
100
0
0
0
0
0
0
0
0
CFR (%)
TABEL 24
PENGUKURAN TEKANAN DARAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
LAKI-LAKI PEREMPUANLAKI-LAKI +
PEREMPUANJUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KULON PROGO 0 0 118,674 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 1,021 0.86 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 0
2 BANTUL 197,855 211,529 409,384 61,855 31.26 96,381 45.56 158,236 38.65 6908.104 11.168222 12283.444 12.744674 19191.548 12.128433
3 GUNUNG KIDUL 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
4 SLEMAN 55,357 96,187 151,544 55,357 #DIV/0! 96,187 #DIV/0! 151,544 #DIV/0! 4385 7.9213108 9558 9.9368938 14955 9.8684211
5 KOTA YOGYAKARTA 401,740 370,451 772,191 125,185 31.16 180,038 48.60 305,223 39.53 27718 22.14163 58387 32.430376 86105 28.210521
654,952 678,167 1,333,119 242,397 37.01 372,606 54.94 616,024 46.21 39011.104 16.093889 80228.444 21.53171 120251.55 19.520595
Sumber: …………….. (sebutkan)
KAB/KOTA
JUMLAH PENDUDUK ≥ 18 TAHUNLAKI-LAKI PEREMPUAN
JUMLAH (KAB/KOTA)
LAKI-LAKI +
PEREMPUAN
HIPERTENSI/TEKANAN DARAH TINGGIDILAKUKAN PENGUKURAN TEKANAN DARAH
LAKI-LAKI PEREMPUANLAKI-LAKI +
PEREMPUANNO
TABEL 25
PEMERIKSAAN OBESITAS MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
LAKI-LAKI PEREMPUANLAKI-LAKI +
PEREMPUANJUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KULON PROGO 100,639 200,959 301,598 21,932 21.79 42,566 21.18 64,498 21.39 0 #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
2 BANTUL 55,896 80,672 136,568 162 0.29 379 0.47 541 0.40 71 43.8271605 143 37.7308707 214 39.5563771
3 GUNUNG KIDUL 25,756 47,816 73,572 117 0.45 272 0.57 389 0.53 0 0 0 0
4 SLEMAN 11,259 18,832 30,091 792 7.03 976 5.18 1,768 5.88 20 2.52525253 73 7.4795082 93 5.260181
5 KOTA YOGYAKARTA 276,091 466,235 742,326 5,446 1.97 14,600 3.13 20,046 2.70 223 4.09474844 323 2.21232877 546 2.72373541
369,002 613,555 982,557 6,517 1.77 16,227 2.64 22,744 2.31 314 4.81816787 539 3.32162445 853 3.75043968
Sumber: …………….. (sebutkan)
KAB/KOTA
JUMLAH PENGUNJUNG PUSKESMAS
DAN JARINGANNYA BERUSIA ≥ 15
TAHUN
DILAKUKAN PEMERIKSAAN OBESITAS
LAKI-LAKI
JUMLAH (KAB/KOTA)
PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUAN
OBESITAS
LAKI-LAKI PEREMPUAN LAKI-LAKI + PEREMPUANNO
TABEL 26
CAKUPAN DETEKSI DINI KANKER LEHER RAHIM DENGAN METODE IVA DAN KANKER PAYUDARA DENGAN PEMERIKSAAN KLINIS (CBE)
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 KULON PROGO 68624 1381 2 3.00 0.22 0.00 0 0.00
2 BANTUL 30859.159 432 1 8 2 77.00 18 1,273.23
3 GUNUNG KIDUL 62383 1120 2 31 11.00 0.00
4 SLEMAN 2230 831 37 0 0 0.00 0 0.00
5 KOTA YOGYAKARTA 176879 2103 1 50 2 4,155.00 198 16,617.62
340975.159 5867 2 92 2 4,243.00 72 4,203.04
#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Sumber: …………….. (sebutkan)
Ket: IVA: Inspeksi Visual dengan Asam asetat
CBE: Clinical Breast Examination
JUMLAH (KAB/KOTA)
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN)
PEMERIKSAAN LEHER RAHIM
DAN PAYUDARATUMOR/BENJOLAN
NO KAB/KOTA PUSKESMASPEREMPUAN
USIA 30-50 TAHUN
IVA POSITIF
TABEL 28
DI YOGYAKARTA
2016
JUMLAH DITANGANI <24 JAM %1 2 4 5 6
1 KULON PROGO 11 11 100.00
2 BANTUL 23 23 100.00
3 GUNUNG KIDUL 19 19 100.00
4 SLEMAN 16 16 100.00
5 KOTA YOGYAKARTA 35 35 100.00
JUMLAH (KAB/KOTA)DI YOGYAKARTA 104 104 100.00
Sumber: STP KLB DIY 2015
KLB DI DESA/KELURAHANNO KAB/KOTA
KEJADIAN LUAR BIASA (KLB) DI DESA/KELURAHAN YANG DITANGANI < 24 JAM
TABEL 29
MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS MENURUT KABUPATEN
PROVINSI DI YOGAYAKARTA
TAHUN 2016
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KULON PROGO 5,592 5,592 100.00 5,195 92.90 5,117 5,114 99.94 4,937 96.48 5,111 99.88
2 BANTUL 13,250 13,250 100.00 12,200 92.08 12,303 12,303 100.00 11,849 96.31 12,202 99.18
3 GUNUNG KIDUL 8,463 8,463 100.00 7,555 89.27 7,654 7,641 99.83 7,089 92.62 7,480 97.73
4 SLEMAN 15,488 15,488 100.00 14,737 95.15 14,119 14,114 99.96 13,543 95.92 14,112 99.95
5 KOTA YOGYAKARTA 4,213 4,213 100.00 3,832 90.96 3,841 3,840 99.97 3,539 92.14 3,657 95.21
DI YOGYAKARTA 47,006 47,006 100.00 43,519 92.58 43,034 43,012 99.95 40,957 95.17 42,562 98.90
NO KAB/KOTAJUMLAH
CAKUPAN KUNJUNGAN IBU HAMIL, PERSALINAN DITOLONG TENAGA KESEHATAN, DAN PELAYANAN KESEHATAN IBU NIFAS
IBU BERSALIN/NIFASIBU HAMIL
PERSALINAN
DITOLONG NAKES
MENDAPAT
YANKES NIFAS
IBU NIFAS
MENDAPAT VIT A JUMLAH
K1 K4
TABEL 30 TABEL 30
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA IBU HAMIL MENURUT KABUPATEN
PROVINSI DI YOGYAKARTA 0 0
TAHUN 2016 0 2016
TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+ TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 KULON_PROGO 5,592 11 0.2 46 0.8 1,871 33.5 2,200 39.3 997 17.8 5,114 91.5 1 KULON_PROGO5,592 11 0.2 46 0.8 1,871 33.5 2,200 39.3 997 17.8 5,114 91.5
2 BANTUL 13,250 145 1.1 206 1.6 2,779 21.0 4,089 30.9 3,752 28.3 10,826 81.7 2 BANTUL 13,250 145 1.1 206 1.6 2,779 21.0 4,089 30.9 3,752 28.3 10,826 81.7
3 GUNUNG_KIDUL 8,463 33 0.4 239 2.8 2,333 27.6 2,615 30.9 1,999 23.6 7,186 84.9 3 GUNUNG_KIDUL8,463 33 0.4 239 2.8 2,333 27.6 2,615 30.9 1,999 23.6 7,186 84.9
4 SLEMAN 15,488 130 0.8 538 3.5 4,611 29.8 4,402 28.4 3,751 24.2 13,302 85.9 4 SLEMAN 15,488 130 0.8 538 3.5 4,611 29.8 4,402 28.4 3,751 24.2 13,302 85.9
5 KOTA_YOGYAKARTA 4,213 14 0.3 113 2.7 1,087 25.8 1,170 27.8 954 22.6 3,324 78.9 5 KOTA_YOGYAKARTA4,213 14 0.3 113 2.7 1,087 25.8 1,170 27.8 954 22.6 3,324 78.9
DI Yogyakarta 47,006 333 0.7 1,142 2.4 12,681 27.0 14,476 30.8 11,453 24.4 39,752 84.6 JUMLAH (KAB/KOTA)47,006 333 0.7 1,142 2.4 12,681 27.0 14,476 30.8 11,453 24.4 39,752 84.6
Sumber: laporan bulanan kab/kota 2016
KABUPATEN
JUMLA
H IBU
HAMIL
STATUS IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMILIMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMILJUMLAH IBU
HAMILNO KAB/KOTA NO
TABEL 31
PERSENTASE CAKUPAN IMUNISASI TT PADA WANITA USIA SUBUR MENURUT KABUPATEN
KAB/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
TT-1 TT-2 TT-3 TT-4 TT-5 TT2+
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 3 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KOTA_YOGYAKARTA0 2,209 44 4.0 38 18.3 1,663 17.5 341 15.5 167 7.9 2,209 15.7
2 BANTUL 0 3,847 935 84.2 31 14.9 2,381 25.0 921 42.0 514 24.4 3,847 26.8
3 KULON_PROGO 0 1,949 14 1.3 58 24.0 1,215 12.8 325 14.8 351 16.7 1,949 13.9
4 GUNUNG_KIDUL 0 4,696 101 9.1 52 25.0 3,415 35.9 437 19.9 792 37.6 4,696 32.8
5 SLEMAN 0 1,332 17 1.5 29 13.9 848 8.9 171 7.8 284 13.5 1,332 9.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 14,033 1,111 100.0 208 100.0 9,522 100.0 2,195 100.0 2,108 100.0 14,033 98.7
Sumber: …………….. (sebutkan)
Ket : DIY hanya melaksanaan imunisasi TT pada calon temanten wanita dan ibu hamil
KABUPATEN PUSKESMAS
JUMLA
H WUS
(15-39
TAHUN)
IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA WUS
NO
TABEL 32
JUMLAH IBU HAMIL YANG MENDAPATKAN TABLET FE1 DAN FE3 MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
TAHUN 2016
FE1 (30 TABLET) FE3 (90 TABLET)
JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8
1 Kulonprogo 5592 5350 95.67 5160 92.27
2 Bantul 13220 12737 96.35 11733 88.75
3 Gunungkidul 8464 7917 93.54 7377 87.16
4 Sleman 15488 15488 100.00 14740 95.17
5 Kota Yogyakarta 4222 3711 87.90 3466 82.09
#REF!
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) DI Yogyakarta 46986 45,203 96.21 42,476 90.40
Sumber: ……………… (sebutkan)
KABUPATEN KOTA Di Yogyakaarta
KECAMATANJUMLAH
IBU HAMILNO
TABEL 33 TABEL 33
PROVINSI DI. YOGYAKARTA 0 0
TAHUN 2016 0 2015
S % L P L + P L P L + P S % S % S % S % L P L + P L P L + P S % S % S %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
1 KULON PROGO - - 1,321 14.53 - 2,598 2,598 - 390 390 481 15.5 373 95.7 854 219.14 0 0 0 - - 1,321 #DIV/0! - - - - - - 481 #DIV/0! 373 #DIV/0! 854 #DIV/0!
2 BANTUL - - 2,728 30.01 - 6,218 6,218 - 933 933 951 30.7 803 86.1 1,754 188.06 0 0 0 - - 2,728 #DIV/0! - - - - - - 951 #DIV/0! 803 #DIV/0! 1,754 #DIV/0!
3 GUNUNG KIDUL - - 1,313 14.44 - 3,962 3,962 - 594 594 414 13.4 380 63.9 794 133.60 0 0 0 - - 1,313 #DIV/0! - - - - - - 414 #DIV/0! 380 #DIV/0! 794 #DIV/0!
4 SLEMAN - - 2,786 30.65 - 7,054 7,054 - 1,058 1,058 989 31.9 1,029 97.2 2,018 190.72 0 0 0 - - 2,786 #DIV/0! - - - - - - 989 #DIV/0! 1,029 #DIV/0! 2,018 #DIV/0!
5 KOTA YOGYAKARTA - - 942 10.36 - 1,955 1,955 - 293 293 264 8.5 258 88.0 522 178.01 0 0 0 - - 942 #DIV/0! - - - - - - 264 #DIV/0! 258 #DIV/0! 522 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA)DI Yogyakarta - - 9,090 100.00 - 21,787 21,787 - 3,268 3,268 3,099 100.0 2,843 87.0 5,942 181.82 JUMLAH (KAB/KOTA) - - 9,090 #DIV/0! - - - - - - 3,099 #DIV/0! 2,843 #DIV/0! 5,942 #DIV/0!
Sumber: laporan kabupaten/kota
Keterangan: Jumlah bumil dengan komplikasi kebidanan adalah 20% bumil
Jumlah neonatal koml\plikasi adalah 15% bayi
Sumber: ……………… (sebutkan)
PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
L P L + P
JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL
MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN
PERKIR
AAN
BUMIL
DENGA
N
PENANGANAN
KOMPLIKASI
KEBIDANAN
JUMLAH LAHIR HIDUPPERKIRAAN NEONATAL
KOMPLIKASI NO KABUPATEN
JUMLA
H
IBU
HAMIL
PUSKESMAS
JUMLAH DAN PERSENTASE PENANGANAN KOMPLIKASI KEBIDANAN DAN KOMPLIKASI NEONATAL
MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KAB/KOTAJUMLAH
IBU HAMIL
JUMLAH LAHIR HIDUP
PERKIRAAN
BUMIL
DENGAN
KOMPLIKASI
KEBIDANAN
PERKIRAAN NEONATAL
KOMPLIKASI
PENANGANAN KOMPLIKASI NEONATAL
L + PL P
PENANGANAN
KOMPLIKASI
KEBIDANAN
TABEL 34
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
PESERTA KB AKTIF
MKJP
IUD % MOP % MOW % IM PLAN % JUMLAH % KON DOM % SUNTIK % PIL %OBAT
VAGINA%
LAIN
NYA% JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 KULON PROGO 13,563 25.6 666 1.3 2,866 5.4 7,025 13.3 24,120 45.6 2,400 4.5 21,301 40.3 5,063 9.6 0 0.0 0 0.0 28,764 54.4 52,884 100.0
2 BANTUL 29,301 24.1 1,269 1.0 5,761 4.7 5,977 4.9 42,308 34.7 8,340 6.8 57,318 47.1 13,798 11.3 0 0.0 0 0.0 79,456 65.3 121,764 100.0
3 GUNUNG KIDUL 14,132 427.3 424 12.8 2,937 88.8 10,702 323.6 28,195 22.4 2,552 77.2 49,662 78.8 10,793 17.1 0 0.0 0 0.0 63,007 69.1 91,202 100.0
4 SLEMAN 33,313 26.4 790 0.6 5,783 4.6 7,207 5.7 47,093 37.4 9,096 11.5 58,520 46.5 11,239 14.3 0 0.0 0 0.0 78,855 62.6 125,948 100.0
5 KOTA YOGYAKARTA 11,385 31.5 269 0.7 2,116 5.8 1,084 3.0 14,854 41.1 5,997 16.6 11,532 31.9 3,795 10.5 0 0.0 0 0.0 21,324 58.9 36,178 100.0
#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
#DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 101,694 23.8 3,418 0.8 19,463 4.5 31,995 7.5 156,570 36.6 28,385 6.6 198,333 46.3 44,688 10.4 0 0.0 0 0.0 271,406 63.4 427,976 100.0
Sumber: ……………….. (sebutkan)
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
PROPORSI PESERTA KB AKTIF MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
MKJP +
NON
MKJP
% MKJP +
NON
MKJP
NO KAB/KOTANON MKJP
TABEL 35
DI YOGYAKARTA
2016
PESERTA KB BARU
MKJP
IUD % MOP % MOW % IMPLAN % JUMLAH % KONDOM % SUNTIK % PIL %OBAT
VAGINA%
LAIN
NYA% JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 KULON PROGO 972 22.5 60 1.4 113 2.6 925 21.5 2,070 48.0 92 2.1 1,725 40.0 424 9.8 0 0.0 0 0.0 2,241 52.0 4,311 100.0
2 BANTUL 3,734 27.0 132 1.0 395 2.9 731 5.3 4,992 36.1 695 5.0 6,937 50.1 1,213 8.8 0 0.0 0 0.0 8,845 63.9 13,837 100.0
3 GUNUNG KIDUL 917 18.8 2 0.0 88 1.8 1,107 22.7 2,114 43.4 137 2.8 2,240 46.0 376 7.7 0 0.0 0 0.0 2,753 56.6 4,867 100.0
4 SLEMAN 1,608 28.4 2 0.0 49 0.9 57 1.0 1,716 30.3 98 1.7 3,151 55.6 701 12.4 0 0.0 0 0.0 3,950 69.7 5,666 100.0
5 KOTA YOGYAKARTA 707 41.9 22 1.3 50 3.0 57 3.4 836 49.6 118 7.0 625 37.1 107 6.3 0 0.0 0 0.0 850 50.4 1,686 100.0
JUMLAH (KAB/KOTA)#REF! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 7,938 26.1 218 0.7 695 2.3 2,877 9.5 11,728 38.6 1,140 3.8 14,678 48.3 2,821 9.3 0 0.0 0 0.0 18,639 61.4 30,367 100.0
Sumber: ……………….. (sebutkan)
Keterangan: MKJP = Metode Kontrasepsi Jangka Panjang
PROPORSI PESERTA KB BARU MENURUT JENIS KONTRASEPSI, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NON MKJP MKJP +
NON
MKJP
% MKJP
+ NON
MKJP
NO KAB/KOTA
TABEL 36 TABEL 36
JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS JUMLAH PESERTA KB BARU DAN KB AKTIF MENURUT KABUPATEN
PROVINSI DI YOGYAKARTA 0 0
TAHUN 2016 0 2016
PESERTA KB BARU PESERTA KB AKTIF
JUMLAH % JUMLAH % % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 1 2 4 5 6 7 8
1 KULON PROGO 67,543 4,311 6.4 52,884 78.30 45 5155 67543 - 0 0.0 0
2 BANTUL 154,202 13,837 9.0 121,764 78.96 64 12352 151851 - 0 0.0 0
3 GUNUNG KIDUL 115,115 4,667 4.1 87,895 76.35 51 7700 119240 - 0 0.0 0
4 SLEMAN 157,408 5,666 3.6 125,948 80.01 36 14174 157408 - 0 0.0 0
5 KOTA YOGYAKARTA 46,493 1,681 3.6 36,624 78.77 21 3862 46493 - 0 0.0 0
JUMLAH (KAB/KOTA)#REF! 540,761 30,162 5.6 425,115 78.61 JUMLAH (KAB/KOTA) 542535 0 0 0.0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) #REF! #REF! #REF! #REF! #REF!
Sumber: …………….. (sebutkan)
PESERTA KB AKTIFJUMLAH PUSNO KAB/KOTA NO KABUPATEN
PESER
TA KB
BARU
JUMLAH PUS
TABEL 37 TABEL 37
PROVINSI DI YOGYAKARTA 0 0
TAHUN 2016 0 2016
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KULON PROGO 17 28 45 2,572 15,129.4 2,515 8,982.1 5,087 11,304.44 189 7.35 191 7.59 380 7.47 0 0 0 0 0 2,572 #DIV/0! 2,515 #DIV/0! 5,087 #DIV/0! 189 7.35 191 7.59 380 7.47
2 BANTUL 34 30 64 6,184 18,188.2 6,104 20,346.7 12,288 19,200.00 192 3.10 258 4.23 450 3.66 0 0 0 0 0 6,184 #DIV/0! 6,104 #DIV/0! 12,288 #DIV/0! 192 3.10 258 4.23 450 3.66
3 GUNUNG KIDUL 26 25 51 3,918 15,069.2 3,706 14,824.0 7,624 14,949.02 273 6.97 236 6.37 509 6.68 0 0 0 0 0 3,918 #DIV/0! 3,706 #DIV/0! 7,624 #DIV/0! 273 6.97 236 6.37 509 6.68
4 SLEMAN 20 16 36 6,987 34,935.0 7,068 44,175.0 14,055 39,041.67 317 4.54 363 5.14 680 4.84 0 0 0 0 0 6,987 #DIV/0! 7,068 #DIV/0! 14,055 #DIV/0! 317 4.54 363 5.14 680 4.84
5 KOTA YOGYAKARTA 17 4 21 1,938 11,400.0 1,903 47,575.0 3,841 18,290.48 92 4.75 118 6.20 210 5.47 0 0 0 0 0 1,938 #DIV/0! 1,903 #DIV/0! 3,841 #DIV/0! 92 4.75 118 6.20 210 5.47
DI YOGYAKARTA 114 103 217 21,599 18,946.49 21,296 20,675.73 42,895 19,767.28 1,063 4.92 1,166 5.48 2,229 5.20 JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 21,599 #DIV/0! 21,296 #DIV/0! 42,895 #DIV/0! 1,063 4.92 1,166 5.48 2,229 5.20
Sumber: ………. (sebutkan)
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
P LL + P L + P
BBLRJUMLAH LAHIR HIDUP
L L P L + P LNO KAB/KOTA P L + P
BAYI BARU LAHIR DITIMBANG
P
BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN
NO KABUPATENJUMLAH LAHIR HIDUP
BAYI BARU LAHIR DITIMBANG BBLR
TABEL 38 TABEL 38
CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS CAKUPAN KUNJUNGAN NEONATAL MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN
PROVINSI DI YOGYAKARTA 0 0
TAHUN 2016 0 2016
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 KULON PROGO 2,529 5,110 7,639 2,557 101.11 2,489 48.71 5,046 66.06 2,489 98.42 2,392 46.81 4,881 63.90 0 0 0 0 0 2,557 #DIV/0! 2,489 #DIV/0! 5,046 #DIV/0! 2,489 #DIV/0! 2,392 #DIV/0! 4,881 #DIV/0!
2 BANTUL 6,104 12,288 18,392 6,067 99.39 6,018 48.97 12,085 65.71 5,846 95.77 5,826 47.41 11,672 63.46 0 0 0 0 0 6,067 #DIV/0! 6,018 #DIV/0! 12,085 #DIV/0! 5,846 #DIV/0! 5,826 #DIV/0! 11,672 #DIV/0!
3 GUNUNG KIDUL 3,713 7,649 11,362 3,901 105.06 3,682 48.14 7,583 66.74 3,671 98.87 3,500 45.76 7,171 63.11 0 0 0 0 0 3,901 #DIV/0! 3,682 #DIV/0! 7,583 #DIV/0! 3,671 #DIV/0! 3,500 #DIV/0! 7,171 #DIV/0!
4 SLEMAN 7,104 14,138 21,242 7,030 98.96 7,102 50.23 14,132 66.53 6,706 94.40 6,823 48.26 13,529 63.69 0 0 0 0 0 7,030 #DIV/0! 7,102 #DIV/0! 14,132 #DIV/0! 6,706 #DIV/0! 6,823 #DIV/0! 13,529 #DIV/0!
5 KOTA YOGYAKARTA 1,903 3,841 5,744 1,934 101.63 1,894 49.31 3,828 66.64 1,751 92.01 1,722 44.83 3,473 60.46 0 0 0 0 0 1,934 #DIV/0! 1,894 #DIV/0! 3,828 #DIV/0! 1,751 #DIV/0! 1,722 #DIV/0! 3,473 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA)DI YOGYAKARTA 21,353 43,026 64,379 21,489 100.64 21,185 49.24 42,674 66.29 20,463 95.83 20,263 47.09 40,726 63.26 JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 0 21,489 #DIV/0! 21,185 #DIV/0! 42,674 #DIV/0! 20,463 #DIV/0! 20,263 #DIV/0! 40,726 #DIV/0!
Sumber: ………. (sebutkan)
JUMLAH BAYINO KAB/KOTA P L + P L
KUNJUNGAN NEONATAL 3 KALI (KN LENGKAP)
P P L + P
KUNJUNGAN NEONATAL 1 KALI (KN1)
L L + PL L P L + PNO KABUPATENJUMLAH BAYI
KUNJUNGAN NEONATAL 1 KALI (KN1) KUNJUNGAN NEONATAL 3 KALI (KN LENGKAP)
TABEL 39
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kulonprogo 1900 1832 3732 1414 74.4 1389 75.82 2803 75.11
2 Bantul 3939 3939 7878 2945 74.8 2968 75.35 5913 75.06
3 Gunungkidul 2741 2538 5279 1791 65.3 1655 65.21 3446 65.28
4 Sleman 3991 4143 8134 3262 81.7339013 3380 81.5833937 6642 81.66
5 Kota Yogyakarta 0 0 3191 0 N/A 0 N/A 1963 61.52
JUMLAH (KAB/KOTA) 12,571 12,452 28,214 9,412 74.9 9,392 75.4 20,767 73.6
Sumber: ……………… (sebutkan)
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF
USIA 0-6 BULAN
L + P
JUMLAH BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KAB/KOTA
JUMLAH BAYI
0-6 BULANL P
TABEL 40
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN
KAB/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kulonprogo 4,881 96 4,977 2,434 49.87 2,413 2,526.21 4,847 97.40
2 Bantul 11,672 95 11,767 5,518 47.28 5,433 5,719.73 10,951 93.07
3 Gunungkidul 7,171 94 7,265 3,789 52.84 3,704 3,950.90 7,493 103.14
4 Sleman 13,529 96 13,625 6,448 47.66 6,645 6,944.12 13,093 96.10
5 Kota Yogyakarta 3,473 90 3,563 1,754 50.50 1,772 1,959.76 3,526 98.95
JUMLAH (KAB/KOTA) 40,726 470 41,196 19,943 48.97 19,967 4,244.97 39,910 96.88
Sumber: laporan kabupaten/kota
NO KAB/KOTAJUMLAH BAYI
PELAYANAN KESEHATAN BAYI
L P L + P
TABEL 41
PROV. D.I. YOGYAKARTA
KAB/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN di Yogyakrta
1 2 4 5 6
1 KULON PROGO 88 88 100.0
2 BANTUL 75 75 100.0
3 GUNUNG KIDUL 144 144 100.0
4 SLEMAN 86 86 100.0
5 KOTA YOGYAKARTA 45 45 100.0
DI Yogyakarta 438 438 100.0
Sumber: …………….. (sebutkan)
% DESA/KEL UCINO KAB/KOTAJUMLAH
DESA/KELURAHANDESA/KEL UCI
CAKUPAN DESA/KELURAHAN UCI MENURUT KABUPATEN
TABEL 42 TABEL 42
CAKUPAN IMUNISASI HEPATITIS B < 7 HARI DAN BCG PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMASCAKUPAN IMUNISASI DPT, HB, DAN CAMPAK PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN
PROVINSI DI YOGYAKARTA 0 0
TAHUN 2016 0 0
BAYI DIIMUNISASI BAYI DIIMUNISASI
Hb < 7 hari BCG DPT-HB-Hib 3 CAMPAK
L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
KULON PROGOKULON_PROGO 2,913 2,554 5,467 2,904 99.7 2,542 99.5 5,446 99.6 2890.0 99.2 2517.0 98.6 5407 98.9 0 KULON_PROGO 0 2,913 2,554 5,467 2,904 99.7 2,542 99.5 5,446 99.6 2890.0 99.2 2517.0 98.6 5407 98.9 2,889 99.2 2,517 98.6 5,406 98.9 2,373 13.4 2,350 14.0 4,723
BANTULBANTUL 6,156 5,996 12,152 5,996 97.4 5,863 97.8 11,859 97.6 5975.0 97.1 5839.0 97.4 11814 97.2 0 BANTUL 0 6,156 5,996 12,152 5,996 97.4 5,863 97.8 11,859 97.6 5975.0 97.1 5839.0 97.4 11814 97.2 5,954 96.7 5,822 97.1 11,776 96.9 5,045 28.4 4,770 28.3 9,815
GUNUNG KIDULGUNUNG_KIDUL 4,046 3,690 7,736 4,013 99.2 3,665 99.3 7,678 99.3 4003.0 98.9 3676.0 99.6 7679 99.3 0 GUNUNG_KIDUL 0 4,046 3,690 7,736 4,013 99.2 3,665 99.3 7,678 99.3 4003.0 98.9 3676.0 99.6 7679 99.3 3,993 98.7 3,659 99.2 7,652 98.9 3,128 17.6 2,946 17.5 6,074
SLEMANSLEMAN 7,176 6,352 13,528 6,796 94.7 5,974 94.0 12,770 94.4 6895.0 96.1 6110.0 96.2 13005 96.1 0 SLEMAN 0 7,176 6,352 13,528 6,796 94.7 5,974 94.0 12,770 94.4 6895.0 96.1 6110.0 96.2 13005 96.1 6,867 95.7 6,085 95.8 12,952 95.7 4,743 26.7 4,564 27.1 9,307
KOTA YOGYAKARTAKOTA_YOGYAKARTA 2,008 1,947 3,955 1,988 99.0 1,924 98.8 3,912 98.9 1978.0 98.5 1917.0 98.5 3895 98.5 0 KOTA_YOGYAKARTA0 2,008 1,947 3,955 1,988 99.0 1,924 98.8 3,912 98.9 1978.0 98.5 1917.0 98.5 3895 98.5 1,966 97.9 1,907 97.9 3,873 97.9 2,469 13.9 2,207 13.1 4,676
JUMLAH (KAB/KOTA) 22,299 20,539 42,838 21,697 97.3 19,968 97.2 41,665 97.3 21,741 97.5 20,059 97.7 41,800 97.6 JUMLAH (KAB/KOTA) 22,299 20,539 42,838 21,697 97.3 19,968 97.2 41,665 97.3 21,741 97.5 20,059 97.7 41,800 97.6 21,669 97.2 19,990 97.3 41,659 97.2 17,758 79.6 16,837 82.0 34,595 80.8 18.15 15.68 16.97
Sumber: …………….. (sebutkan)
L + P L P L + PNO KABUPATEN
JUMLAH BAYI
L PNO KABUPATENPUSKESMAS
JUMLAH BAYIDO RATE (%)
DPT-HB-Hib 1 DPT-HB-Hib 2
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + PL P L + P
TABEL 43
CAKUPAN IMUNISASI DPT-HB/DPT-HB-Hib, POLIO, CAMPAK, DAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
BAYI DIIMUNISASI
DPT-HB3/DPT-HB-Hib3 POLIO 4a CAMPAK IMUNISASI DASAR LENGKAP
L P L+PJUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
1 2 4 5 6 13 14 15 16 17 18 7 8 9 10 11 12 7 8 9 10 11 12
1 KULON_PROGO 2,913 2,554 5,467 2,910 99.9 2,552 99.9 5,462 99.9 2,909 99.9 2,549 99.8 5,458 99.8 2,890 99.2 2,517 98.6 5,407 98.9 2,890 99.2 2,517 98.6 5,407 98.9
2 BANTUL 6,156 5,996 12,152 6,036 98.1 5,909 98.5 11,945 98.3 6,038 98.1 5,893 98.3 11,931 98.2 5,995 97.4 5,863 97.8 11,858 97.6 5,970 97.0 5,839 97.4 11,809 97.2
3 GUNUNG_KIDUL 4,046 3,690 7,736 3,984 98.5 3,674 99.6 7,658 99.0 3,991 98.6 3,679 99.7 7,670 99.1 4,011 99.1 3,668 99.4 7,679 99.3 3,997 98.8 3,677 99.6 7,674 99.2
4 SLEMAN 7,176 6,352 13,528 6,902 96.2 6,112 96.2 13,014 96.2 6,930 96.6 6,139 96.6 13,069 96.6 6,918 96.4 6,137 96.6 13,055 96.5 6,890 96.0 6,109 96.2 12,999 96.1
5 KOTA_YOGYAKARTA 2,008 1,947 3,955 1,996 99.4 1,928 99.0 3,924 99.2 1,989 99.1 1,923 98.8 3,912 98.9 1,987 99.0 1,924 98.8 3,911 98.9 1,978 98.5 1,917 98.5 3,895 98.5
JUMLAH (KAB/KOTA) 22,299 20,539 42,838 21,828 97.9 20,175 98.2 42,003 98 21,857 98 20,183 98 42,040 98 21,801 97.8 20,109 97.9 41,910 97.8 21,725 97.4 20,059 97.7 41,784 97.5
L + PL P L + PL + P L P L + P L PNO KABUPATEN
JUMLAH BAYI
L P
TABEL 44
CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BAYI DAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
BAYI 6-11 BULAN ANAK BALITA (12-59 BULAN) BALITA (6-59 BULAN)
L P L+P SƷ % S % S % L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S %1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
1 KULON PROGO 2735 2516 5251 2735 100 2512 99.84 5247 99.92 10927 10285 21212 10926 99.99 10284 99.99 21210 99.99 13662 12801 26463 13661 12796 26457 99.98
2 BANTUL 6156 5996 12152 5954 96.7186 5822 97.0981 11776 96.91 5934 96.3938 5812 96.9313 11746.00 96.659 5940 96.4912 5785.00 96.481 11725 96.4862 5902 95.8739 5769 96.2141 11671 96.04
3 GUNUNG KIDUL 4625 4484 9109 4618 99.85 4480 99.91 9098 99.88 16777 16105 32882 16726 99.70 16064 99.75 32790 99.72 21402 20589 41991 21344 99.73 20544 99.78 41888 99.75
4 SLEMAN 6732 6448 13180 6720 99.82 6433 99.77 13153 99.80 25372 25221 50593 25299 99.71 25135 99.66 50434 99.69 32104 31669 63773 32019 99.7352 31568 99.6811 63587 99.71
5 KOTA YOGYAKARTA 2008 1947 3955 1966 97.91 1907 97.9456 3873 97.93 0 0 0 0 0 0 1945 96.8625 1892.00 97.1751 3837 97.0164 1938 96.5139 1883 96.7129 3821 96.61
JUMLAH (KAB/KOTA)#REF!
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 0 22,256 21,391 43,647 21,993 98.82 21,154 98.89 43,147 98.85 59,010 51,707 110,499 53,048 89.90 51,580 99.75 104,627 94.69 67,362 80,621 132,421 74,864 111.14 72,560 90.00 147,424 111.33
Sumber: ……………… (sebutkan)
Keterangan: Pelaporan pemberian vitamin A dilakukan pada Februari dan Agustus, maka perhitungan bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A dalam setahun
dihitung dengan mengakumulasi bayi 6-11 bulan yang mendapat vitamin A di bulan Februari dan yang mendapat vitamin A di bulan Agustus
L PL + P
MENDAPAT VIT AJUMLAH
L + P
MENDAPAT VIT ANO KECAMATAN
L + PJUMLAH BAYI JUMLAH
PLP
MENDAPAT VIT A
L
TABEL 45 TABEL 45
JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS JUMLAH ANAK 0-23 BULAN DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI. YOGYAKARTA #REF! #REF!
TAHUN 2016 #REF! #REF!
L P L+P L P L+P L P L+PJUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H% L P L+P L P L+P L P L+P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 Kulonprogo 3883 3654 7,537 3350 3183 6,533 86.3 87.1 86.7 0.0 0.0 0 0.0 #REF! Kulonprogo 3883 3654 7,537 3350 3183 6,533 86.3 87.1 86.7 0.0 0.0 0 0.0
2 Bantul 12040 11854 23,894 9794 9601 19,395 81.3 81.0 81.2 0.0 0.0 0 0.0 #REF! Bantul 12040 11854 23,894 9794 9601 19,395 81.3 81.0 81.2 0.0 0.0 0 0.0
3 Gunungkidul 8209 7744 15,953 6766 6348 13,114 82.4 82.0 82.2 0.0 0.0 0 0.0 #REF! Gunungkidul 8209 7744 15,953 6766 6348 13,114 82.4 82.0 82.2 0.0 0.0 0 0.0
4 Sleman 11971 11668 23,639 9836 9850 19,686 82.2 84.4 83.3 0.0 0.0 0 0.0 #REF! Sleman 11971 11668 23,639 9836 9850 19,686 82.2 84.4 83.3 0.0 0.0 0 0.0
5 Kota Yogyakarta 3694 3569 7,263 2794 2752 5,546 75.6 77.1 76.4 0.0 0.0 0 0.0 #REF! Kota Yogyakarta3694 3569 7,263 2794 2752 5,546 75.6 77.1 76.4 0.0 0.0 0 0.0
JUMLAH (KAB/KOTA)
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN)
39,797 38,489 78,286 32,540 31,734 64,274 81.8 82 82.1 0 0.0 0 0.0 0 0.0 JUMLAH (KAB/KOTA)39,797 38,489 78,286 32,540 31,734 64,274 81.8 82 82.1 0 0.0 0 0.0 0 0.0
Sumber: ………. (sebutkan)
JUMLAH BADUTA
DILAPORKAN (S)NO KAB/KOTA
ANAK 0-23 BULAN (BADUTA)
JUMLAH BADUTA
DILAPORKAN (S) PL L+P
BGM
L P
ANAK 0-23 BULAN (BADUTA)
DITIMBANG BGM
JUMLAH (D) L+PJUMLAH (D)NO KECAMATAN
DITIMBANG
% (D/S) % (D/S)
TABEL 46
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
ANAK BALITA (12-59 BULAN)
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KULON PROGO 10,634 9,967 20,601 9,556 89.9 9,485 95.2 19,041 92.432 BANTUL 28,914 28,946 57,860 23,550 81.4 23,004 79.5 46,554 80.46
3 GUNUNG KIDUL 17,199 16,603 33,802 14,920 86.7 15,370 92.6 30,290 89.61
4 SLEMAN 30,053 30,200 60,253 28,817 95.9 29,627 98.1 58,444 97.00
5 KOTA YOGYAKARTA 8,150 7,778 15,928 6,399 78.5 6,189 79.6 12,588 79.03
JUMLAH (KAB/KOTA)DI YOGYAKARTA 94,950 93,494 188,444 83,242 87.7 83,675 89.5 166,917 88.58
Sumber: laporan kabupaten/kota
CAKUPAN PELAYANAN ANAK BALITA MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
P L + P
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (MINIMAL 8 KALI)
LNO KAB/KOTA JUMLAH
TABEL 47
JUMLAH BALITA DITIMBANG MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L P L+P L P L+PJUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
1 KULON PROGO 13,215 12,496 25,711 11,120 10,603 21,723 84.1 85 84.5 97 0.9 108 1.0 205 0.9
2 BANTUL 29,802 29,048 58,851 23,745 23,409 47,155 79.7 81 80.1 152 0.6 147 0.6 299 0.6
3 GUNUNG KIDUL 21,135 20,316 41,451 16,072 15,703 31,775 76.0 77 76.7 190 1.2 228 1.5 418 1.3
4 SLEMAN 12,019 12,056 24,075 24,322 24,113 48,435 202.4 200 201.2 107 0.4 141 0.6 248 0.5
5 KOTA YOGYAKARTA 9,842 8,871 18,713 7,731 6,500 14,231 78.6 73 76.0 67 0.9 79 1.2 146 1.0
0 0 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 86,013 82,787 168,801 82,990 80,328 163,319 96.5 97 96.8 613 0.7 703 0.9 1,316 0.8
Sumber: - Profil Kesehatan Kabupaten/Kota Tahun 2016
DITIMBANG
JUMLAH (D) % (D/S)
BGMNO KAB/KOTA
JUMLAH BALITA
DILAPORKAN (S)
BALITA
L+PL P
TABEL 48 TABEL 48
CAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMASCAKUPAN KASUS BALITA GIZI BURUK YANG MENDAPAT PERAWATAN MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
#REF! #REF!
TAHUN 2016 #REF! #REF!
KASUS BALITA GIZI BURUK KASUS BALITA GIZI BURUK
L P L+P S % S % S % L P L+P S % S % S %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 Kulonprogo 14 17 31 14 100.0 17 100.0 31 100.0 #REF! Kulonprogo #REF! 14 17 31 14 100.0 17 100.0 31 100.0
2 Bantul 25 18 43 25 100.0 18 100.0 43 100.0 #REF! Bantul #REF! 25 18 43 25 100.0 18 100.0 43 100.0
3 Gunungkidul 15 12 27 15 100.0 12 100.0 27 100.0 #REF! Gunungkidul#REF! 27 #DIV/0! #DIV/0! 27 100.0
4 Sleman 17 15 32 17 100.0 15 100.0 32 100.0 #REF! Sleman #REF! 17 15 32 17 100.0 15 100.0 32 100.0
5 Kota Yogyakarta 56 40 96 56 100.0 40 100.0 96 100.0 #REF! Kota Yogyakarta#REF! 56 40 96 56 100.0 40 100.0 96 100.0
DI Yogyakarta 127 102 229 127 100.0 102 100.0 229 100.0 JUMLAH (KAB/KOTA) 112 90 229 112 100.0 90 100.0 229 100.0
Sumber: ……………… (sebutkan)
L + P
MENDAPAT PERAWATANNO KAB/KOTA
LJUMLAH DITEMUKAN
MENDAPAT PERAWATAN
L P L + P
KABUPATEN KOTA DI YOGYAKARTA
NO KECAMATANPUSKESMASJUMLAH DITEMUKANP
TABEL 49
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
MURID KELAS 1 SD DAN SETINGKAT
L P L + P JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
1 KULON PROGO 3,697 2,530 6,227 3,697 100.0 2,530 100.0 6,227 100.0 366 366 100.00
2 BANTUL 7,183 6,560 13,743 7,183 100.0 6,560 100.0 13,743 100.0 394 394 100.00
3 GUNUNG KIDUL 5,008 4,575 9,583 5,005 99.9 4,574 100.0 9,579 100.0 0 0 #DIV/0!
4 SLEMAN 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0!
5 KOTA YOGYAKARTA 1,370 1,516 7,148 3,458 252.4 3,508 231.4 6,966 97.5 170 170 100.00
JUMLAH (KAB/KOTA)#REF! 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0!
ANGKA LAHIR MATI PER 1.000 KELAHIRAN (DILAPORKAN) 0 0 #DIV/0! #DIV/0! 0 #DIV/0! #DIV/0!
CAKUPAN PENJARINGAN KESEHATAN SISWA SD & SETINGKAT #REF! #REF! #REF!
Sumber: ………. (sebutkan)
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN) SISWA SD & SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KAB/KOTAJUMLAH
MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN (PENJARINGAN)
L P L + P
SD DAN SETINGKAT
JUMLAH
MENDAPAT
PELAYANAN
KESEHATAN
(PENJARINGAN)
%
TABEL 50
DI. YOGYAKARTA
2016
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT
TUMPATAN GIGI TETAPPENCABUTAN GIGI
TETAP
RASIO TUMPATAN/
PENCABUTAN1 2 4 5 6
0 KULON PROGO 10,609 4,732 2.2
0 BANTUL 11,361 7,093 1.6
0 GUNUNG KIDUL 3,906 2,628 1.5
0 SLEMAN 18,895 7,132 2.6
0 KOTA YOGYAKARTA #DIV/0!
JUMLAH (KAB/ KOTA) 44,771 21,585 2.1
Sumber: Data Program Seksi Kesdas & Data Profil Kab/Kota
Sumber: …………… (sebutkan)
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
NO KAB/KOTA
TABEL 51
PELAYANAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT PADA ANAK SD DAN SETINGKAT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L + P L % P % L + P % L P L + P L % P % L + P %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
KULON PROGO 157 43 176.0 48 8092.0 7,547 15,639 4,706 58 4439.0 59 9145.0 58 1972.0 2,131 4,577 1,497 76 1682.0 79 3490.0 76 5.1
#### BANTUL 394 - 0.0 - 0.0 - - - - - - - -
#### GUNUNG KIDUL 549 324 59.0 491 89.4 20,741 19,448 40,189 9,799 47.2 9,259 47.6 18,877 47.0 4,077 3,717 7,794 3,244 79.6 2,899 78.0 6,143 78.8
#### SLEMAN 546 450 82.4 546 100.0 47,606 47,275 94,881 19,840 41.7 19,771 41.8 39,611 41.7 8,059 8,492 16,551 4,079 50.6 4,668 55.0 8,747 52.8
1 KOTA YOGYAKARTA #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! - #DIV/0! - #DIV/0! #DIV/0! - #####
JUMLAH (KAB/ KOTA) 1,646 817 49.6 1,085 65.9 75,894 82,362 139,776 29,697 39.1 29,089 35.3 58,546 41.9 14,267 16,786 25,842 7,399 51.9 7,646 45.5 14,966 57.9
Sumber: …………… (sebutkan)
%
MURID SD/MI DIPERIKSA PERLU PERAWATAN MENDAPAT PERAWATANNO KAB/KOTA
JUMLAH MURID SD/MI
UPAYA KESEHATAN GIGI SEKOLAH
JUMLAH
SD/MI
JUMLAH
SD/MI DGN
SIKAT GIGI
MASSAL
JUMLAH
SD/MI
MENDAPAT
YAN. GIGI
%
TABEL 52 TABEL 52
PROVINSI DI YOGYAKARTA 0 0
TAHUN 2016 0 2016
L P L+P L % P % L+P % L P L+P L % P % L+P %1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1 KULON PROGO 26,739 32,198 58,937 6,461 24.16 10,943 33.99 17,404 29.53 0 0 0 26,739 32,198 58,937 6,461 24.16 10,943 33.99 17,404 29.53
2 BANTUL 48,255 58,477 106,732 15,033 31.15 24,382 41.70 39,415 36.93 0 0 0 48,255 58,477 106,732 15,033 31.15 24,382 41.70 39,415 36.93
3 GUNUNG KIDUL 59,023 62,613 121,636 15,843 26.84 43,393 69.30 59,236 48.70 0 0 0 59,023 62,613 121,636 15,843 26.84 43,393 69.30 59,236 48.70
4 SLEMAN 47,493 58,462 105,955 36,390 76.62 44,269 75.72 80,659 76.13 0 0 0 47,493 58,462 105,955 36,390 76.62 44,269 75.72 80,659 76.13
5 KOTA YOGYAKARTA 19,153 22,766 41,919 - - 0 - 0 0 0 19,153 22,766 41,919 - - 0 -
JUMLAH (KAB/KOTA)DI YOGYAKARTA 200,663 234,516 435,179 73,727 36.74 122,987 52.44 196,714 45.20 JUMLAH (KAB/KOTA) 200,663 234,516 435,179 73,727 36.74 122,987 52.44 196,714 45.20
Sumber: laporan kabupaten/kota Sumber: laporan kabupaten/kota
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
USILA (60TAHUN+)
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
NO KAB/KOTA
CAKUPAN PELAYANAN KESEHATAN USIA LANJUT MENURUT JENIS KELAMIN DAN KABUPATEN
NO KABUPATENPUSKESMAS
USILA (60TAHUN+)
JUMLAH MENDAPAT PELAYANAN KESEHATAN
TABEL 53
KAB/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
%
L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8
1 Jaminan Kesehatan Nasional 0 0 2710276 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1.1 Penerima Bantuan Iuran (PBI) APBN 1,650,333 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1.2 PBI APBD 45,619 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1.3 Pekerja penerima upah (PPU) 612,236 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1.4 Pekerja bukan penerima upah (PBPU)/mandiri 245,918 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
1.5 Bukan pekerja (BP) 156,170 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
2 Jamkesda 518,607 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
3 Asuransi Swasta 93,185 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
4 Asuransi Perusahaan 1,292 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH (KAB/KOTA) 0 0 3,323,360 #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Sumber: ……………….. (sebutkan)
NO JENIS JAMINAN KESEHATAN
PESERTA JAMINAN KESEHATAN
JUMLAH
CAKUPAN JAMINAN KESEHATAN PENDUDUK MENURUT JENIS JAMINAN DAN JENIS KELAMIN
TABEL 54
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
JUMLAH KUNJUNGAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
1 Puskesmas Kota Yogyakarta 345,126 619,344 964,470 0 1,450 1,450 0 0 9,022
2 Puskesmas Kab. Bantul 1,257,692 4,833 7,926
3 Puskesmas Kab, Kulon Progo 271,835 436,402 708,237 1,766 2,596 4,362 3,784 3,443 7,475
4 Puskesmas Kab. Gunung Kidul 235,132 329,515 549,571 1,979 2,193 4,172 3,574 2,763 6,337
5 Puskesmas Kab. Sleman 422,839 718,138 1,140,977 7,791 8,358 16,149 11,968 15,352 27,320
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
0 0 0
SUB JUMLAH I 1,274,932 2,103,399 4,620,947 11,536 14,597 30,966 19,326 21,558 58,080
1 RS Kota Yogyakarta 646,456 613,073 1,366,413 36,358 42,660 91,607 8,050 7,904 15,954
2 RS Kab. Bantul 278,901 366,229 645,130 43,542 45,808 89,350 453 380 833
3 RS Kab, Kulon Progo 16,298 22,700 64,683 238 357 595 0 1 1
4 RS Kab. Gunung Kidul 73,299 77,324 150,623 22,686 22,881 45,567 2,593 2,628 5,221
5 RS Kab. Sleman 80,266 167,351 247,612 15,216 22,193 37,409 13,816 11,006 24,822
SUB JUMLAH II 1,095,220 1,246,677 2,474,461 118,040 133,899 264,528 24,912 21,919 46,831
1 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
2 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
3 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
4 Sarana Yankes lainnya (sebutkan) 0 0 0
0 0 0
SUB JUMLAH III 0 0 0 0 0 0 0 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 2,370,152 3,350,076 7,095,408 129,576 148,496 295,494 44,238 43,477 104,911
JUMLAH PENDUDUK KAB/KOTA 1,801,170 1,811,306 3,612,476 1,801,170 1,811,306 3,612,476
CAKUPAN KUNJUNGAN (%) 131.6 185.0 196.4 7.2 8.2 8.2
Sumber: ……………… (sebutkan)
Catatan: Puskesmas non rawat inap hanya melayani kunjungan rawat jalan
NO SARANA PELAYANAN KESEHATAN
JUMLAH KUNJUNGAN RAWAT JALAN, RAWAT INAP, DAN KUNJUNGAN GANGGUAN JIWA DI SARANA PELAYANAN KESEHATAN
RAWAT JALAN RAWAT INAP JUMLAH
TABEL 55
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18
1 RS Sardjito 818 12,392 14,542 26,934 1,389 1,152 2,541 1,091 926 2,017 112.1 79.2 94.3 88.0 63.7 74.9
2 RSUD Sleman 230 5,351 7,143 12,494 178 233 411 100 124 224 33.3 32.6 32.9 18.7 17.4 17.9
3 RSUD Prambanan 107 2,003 3,085 5,088 26 40 66 23 21 44 13.0 13.0 13.0 11.5 6.8 8.6
4 RS UGM 150 2,359 2,421 4,780 71 59 130 34 37 71 30.1 24.4 27.2 14.4 15.3 14.9
5 RS Bhayangkara 47 699 800 1,647 5 3 8 - - - 7.2 3.8 4.9 - - -
6 RS PDHI 101 3,440 3,741 7,181 107 126 233 56 59 115 31.1 33.7 32.4 16.3 15.8 16.0
7 RS JIH 210 4,324 5,127 9,451 13 12 25 4 - 4 3.0 2.3 2.6 0.9 - 0.4
8 RS Concat 50 1,072 1,254 2,326 20 21 41 12 14 26 18.7 16.7 17.6 11.2 11.2 11.2
9 RS Panti Nugroho 50 1,543 1,613 3,156 52 53 105 9 10 19 33.7 32.9 33.3 5.8 6.2 6.0
10 RS Atturots 51 17,767 23,371 2,374 46 47 93 10 13 23 2.6 2.0 39.2 0.6 0.6 9.7
11 RS PKU Muh Gamping 153 5,686 7,743 2,374 80 150 230 82 101 183 14.1 19.4 96.9 14.4 13.0 77.1
12 RS Panti Rini 50 1,712 2,165 3,877 32 26 58 17 15 32 18.7 12.0 15.0 9.9 6.9 8.3
13 RS Panti Bhaktiningsih 44 1,243 1,407 2,650 56 42 98 38 21 59 45.1 29.9 37.0 30.6 14.9 22.3
14 RS Mitra Medika 50 1,337 1,764 3,101 6 1 7 3 1 4 4.5 0.6 2.3 2.2 0.6 1.3
15 RS Mitra Sehat 30 405 753 1,158 7 3 10 7 3 10 17.3 4.0 8.6 17.3 4.0 8.6
16 RS Holistika Medika 50 52 99 151 - 3 3 - 3 3 - 30.3 19.9 - 30.3 19.9
17 RS Gramedika 10 35 186 233 419 3 5 8 3 2 5 16.1 21.5 19.1 16.1 8.6 11.9
18 RSK Gigi Mulut 5 - - - - #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
19 RSKB Sinduadi 25 5,662 5,118 10,780 - - - - - - - - - - - -
20 RSKB Annur 25 614 248 862 - 1 1 1 - 1 - 4.0 1.2 1.6 - 1.2
21 RSKIA Sakina Idaman 67 607 3,318 3,925 - - - - - - - - - - - -
22 RSKIA Arvita Bunda 25 184 431 615 - - - - - - - - - - - -
23 RSKIA Sadewa 45 150 5,077 5,227 - - - - - - - - - - - -
24 RS Queen Latifa 50 1,861 1,138 2,999 7 6 13 - - - 3.8 5.3 4.3 - - -
25 RS Puri Husada 50 439 445 884 8 3 11 - 1 1 18.2 6.7 12.4 - 2.2 1.1
26 RS Grasia 255 952 719 1,671 6 1 7 5 1 6 6.3 1.4 4.2 5.3 1.4 3.6
JUMLAH
TEMPAT TIDUR
ANGKA KEMATIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
GDR NDRPASIEN KELUAR MATI PASIEN KELUAR (HIDUP +
MATI)
PASIEN KELUAR MATI
≥ 48 JAM DIRAWATNONAMA RUMAH
SAKITa
TABEL 56
INDIKATOR KINERJA PELAYANAN DI RUMAH SAKIT
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
NONAMA RUMAH
SAKITa
JUMLAH
TEMPAT TIDUR
PASIEN KELUAR
(HIDUP + MATI)
JUMLAH HARI
PERAWATAN
JUMLAH LAMA
DIRAWATBOR (%) BTO (KALI) TOI (HARI) ALOS (HARI)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 RS Sardjito 818 26,934 210,786 216,791 70.6 32.93 3.26 8.0
2 RSUD Sleman 230 12,494 55,385 63,276 66.0 54.32 2.29 5.1
3 RSUD Prambanan 107 5,088 15,244 14,824 39.0 47.55 4.68 2.9
4 RS UGM 150 4,780 23,732 23,345 43.3 31.87 6.49 4.9
5 RS Bhayangkara 47 1,647 5,624 5,199 32.8 35.04 7.00 3.2
6 RS PDHI 101 7,181 19,808 20,023 53.7 71.10 2.38 2.8
7 RS JIH 210 9,451 39,517 39,821 51.6 45.00 3.93 4.2
8 RS Concat 50 2,326 1,107 6,948 6.1 46.52 7.37 3.0
9 RS Panti Nugroho 50 3,156 11,467 10,950 62.8 63.12 2.15 3.5
10 RS Atturots 51 2,374 10,035 7,637 53.9 46.55 3.61 3.2
11 RS PKU Muh Gamping 153 2,374 40,004 38,975 71.6 15.52 6.67 16.4
12 RS Panti Rini 50 3,877 11,617 11,757 63.7 77.54 1.71 3.0
13 RS Panti Bhaktiningsih 44 2,650 10,429 13,444 64.9 60.23 2.12 5.1
14 RS Mitra Medika 50 3,101 8,598 8,021 47.1 62.02 3.11 2.6
15 RS Mitra Sehat 30 1,158 4,348 3,155 39.7 38.60 5.70 2.7
16 RS Holistika Medika 50 151 674 528 3.7 3.02 116.40 3.5
17 RS Gramedika 10 35 419 823 825 6.4 11.97 28.53 2.0
18 RSK Gigi Mulut 5 #REF! 0.0 #REF! #REF! #REF!
19 RSKB Sinduadi 25 10,780 1,266 1,001 13.9 431.20 0.73 0.1
20 RSKB Annur 25 862 2,915 2,910 31.9 34.48 7.20 3.4
21 RSKIA Sakina Idaman 67 3,925 18,374 14,029 75.1 58.58 1.55 3.6
22 RSKIA Arvita Bunda 25 615 1,508 1,249 16.5 24.60 12.39 2.0
23 RSKIA Sadewa 45 5,227 16,062 11,195 97.8 116.16 0.07 2.1
24 RS Queen Latifa 50 2,999 8,304 6,002 45.5 59.98 3.32 2.0
25 RS Puri Husada 50 884 4,100 2,661 22.5 17.68 16.01 3.0
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
JUMLAHJUMLAH
DIPANTAU
% DIPANTAUJUMLAH
BER- PHBS % BER- PHBS
1 2 4 5 6 7 8
1 KULON PROGO 411,282 75,752 18.4 37,505 49.51
2 BANTUL 262,738 185,662 70.7 75,710 40.78
3 GUNUNG KIDUL 117,164 106,630 91.0 46,455 43.57
4 SLEMAN 206,892 119,163 57.6 28,689 24.08
5 KOTA YOGYAKARTA 365,207 95,749 26.2 46,429 48.49
1,363,283 582,956 42.76 234,788 40.28
#DIV/0! #DIV/0!
Sumber ……
RUMAH TANGGA
TABEL 57
NO KAB/KOTA
PERSENTASE RUMAH TANGGA BERPERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (BER-PHBS) MENURUT KECAMATAN DAN
PUSKESMAS
JUMLAH (KAB/KOTA)
ANGKA LAHIR MATI PER
KAB/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
JUMLAHJUMLAH
DIPANTAU% DIPANTAU
JUMLAH
BER- PHBS % BER- PHBS
1 2 4 5 6 7 8
1. BANTUL 262,738 185,662 70.7 75,710 40.78
2. KULON PROGO 117,164 106,630 91.0 46,455 43.57
3. GUNUNGKIDUL 206,892 119,163 57.6 28,269 23.72
4. SLEMAN 365,207 95,749 26.2 46,429 48.49
5. KOTA YOGYAKARTA 129,092 75,752 58.7 37,505 49.51
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,081,093 582,956 304.17 234,368 206.07
TABEL 58
Sumber ……
PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KECAMATAN DAN PUSKESMAS
TABEL 58
NO KABUPATEN
RUMAH TANGGA
TABEL 59
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUDU
K
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDU
DUK
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDU
DUK
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDU
DUK
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDU
DUK
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDU
DUK
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDU
DUK
1 2 4 5 6 8 9 10 11 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %
1 KULONPROGO 437,441 68,452 315466 59235 259,377 - 0 0 0.00 385 1,155 5 15 7 74 5 51 3652 174278 1875 ###### 160 610 153 500 30522 114677 14609 ###### 426030 97.39 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
2 BANTUL 928,676 209,642 851,324 188424 801,324 - 0 0 0.00 0 - 0 0 0 - - 0 1675 7976 285 21,622 904 4614 856 4,374 15335 83293 15335 83293 910613 98.05 1
KULONP
ROGO #REF! 108,001. 72,336. 66.98 35,665. 15,276 42.83 2924 19.14 75,260 69.68
3 GUNUNGKIDUL 756,024 55921 216777 42226 213195 635 0 215 1062 72 17480 68 17460 20 200 20 295 244 12894 152 10903 41053 165987 34065 150429 47086 172102 44474 217250 610594 80.76 2 BANTUL #REF! 239,983. 130,012. 54.18 109,971. 43,033 39.13 28238 65.62 158,250 65.94
4 SLEMAN 1,079,053 233,980. 942,907. 224,456. 942,907. 0. 0. 0. 0. 85. 258. 0. 258. 5. 0. 0. 0 0. 0. 0. 0. 1,304. 1,304. 0. 3,912. 20,109. ###### 0. ###### 1079053 100.00 3
GUNUNG
KIDUL #REF! 206,398. 127,048. 61.55 79,350. 10,367 13.06 6863 66.20 133,911 64.88
5 YOGYAKARTA 411282 54061 409478 53338 383143 4 20 4 20 9 175 9 175 68 0 0 0 15 542 10 534 0 0 0 0 16617 23212 15185 21212 405084 98.5 4 SLEMAN #REF! 273,571. 232,442. 84.97 41,129. 14,083 34.24 6298 44.72 238,740 87.27
JUMLAH (KAB/KOTA) DIY 3,612,476 622,056. 2735952 567679 2599946 639 20 219 1082 551 19068 82 17908 100 274 25 346 5586 195690 2322 95400 43421 172515 35074 159215 129669 525260 89603 ###### 3431374 94.99 5
YOGYAK
ARTA #REF! 83,158. 79,974. 96.17 3,184. 32 1.01 16.00 50.00 79,990 96.19
Sumber: ………………… (sebutkan)
JUMLAH
SARANA
SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR MATA AIR TERLINDUNG PENAMPUNGAN AIR HUJAN
MEMENUHI
SYARAT JUMLAH
SARANA
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
MEMENUHI SYARATJUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDU
DUK
PENGG
UNA
MEMENUHI
SYARAT
PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUTKABUPATEN
TAHUN 2016
NO KABUPATEN PENDUDUK
BUKAN JARINGAN PERPIPAAN
PERPIPAAN (PDAM,BPSPAM)
PENDUDUK YANG
MEMILIKI AKSES
AIR MINUMSUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA
RUMAH DIBINARUMAH DIBINA
MEMENUHI SYARAT
RUMAH MEMENUHI
SYARAT (RUMAH
PERSENTASE RUMAH SEHAT MENURUT KABUPATEN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2016
NO
JUMLAH
SELURUH
RUMAH
2015 2016
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
JUMLAH
PENDU
DUK
PENGG
UNA
MEMENUHI
SYARAT JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDU
DUK
PENGG
UNARUMAH MEMENUHI
SYARAT (RUMAH JUMLAH
RUMAH
YANG
BELUM
MEMENU
HI
SYARAT
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDU
DUK
PENGG
UNAKABUPAT
ENPUSKESMAS
MEMENUHI
SYARATJUMLAH %
JUMLAH
PENDU
DUK
PENGG
UNA
MEMENUHI
SYARAT JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDU
DUK
PENGG
UNA
MEMENUHI
SYARAT
TABEL 60
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUDUK
PENGGUNA
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA1 2 4 5 6 8 9 10 11 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1 KULONPROGO 437,441 68,452 315466 59235 259,377 - 0 0 0.00 385 1,155 5 15 7 74 5 51 3652 174278 1875 62341.00 160 610 153 500 30522 114677 14609 103,746. 426030 97.39
2 BANTUL 928,676 209,642 851,324 188424 801,324 - 0 0 0.00 0 - 0 0 0 - - 0 1675 7976 285 21,622 904 4614 856 4,374 15335 83293 15335 83293 910613 98.05
3 GUNUNGKIDUL 756,024 55921 216777 42226 213195 635 0 215 1062 72 17480 68 17460 20 200 20 295 244 12894 152 10903 41053 165987 34065 150429 47086 172102 44474 217250 610594 80.76
4 SLEMAN 1,079,053 233,980. 942,907. 224,456. 942,907. 0. 0. 0. 0. 85. 258. 0. 258. 5. 0. 0. 0 0. 0. 0. 0. 1,304. 1,304. 0. 3,912. 20,109. 131,976. 0. 131,976. 1079053 100.00
5 YOGYAKARTA 411282 54061 409478 53338 383143 4 20 4 20 9 175 9 175 68 0 0 0 15 542 10 534 0 0 0 0 16617 23212 15185 21212 405084 98.5
JUMLAH (KAB/KOTA) DIY 3,612,476 622,056. 2735952 567679 2599946 639 20 219 1082 551 19068 82 17908 100 274 25 346 5586 195690 2322 95400 43421 172515 35074 159215 129669 525260 89603 557,477. 3431374 94.99
%JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
MEMENUHI SYARAT
JUMLAH
SARANA
MEMENUHI SYARATJUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
MEMENUHI SYARAT
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
MEMENUHI SYARAT
JUMLAH
JUMLAH
PENDUDUK
PENGGUNA
MEMENUHI SYARAT
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
MEMENUHI SYARATJUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
MEMENUHI SYARAT
JUMLAH
SARANA
PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUTKABUPATEN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2016
NO KABUPATEN PENDUDUK
BUKAN JARINGAN PERPIPAANPERPIPAAN (PDAM,BPSPAM)
PENDUDUK YANG
MEMILIKI AKSES AIR
JUMLAH
SARANA
SUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR MATA AIR TERLINDUNG PENAMPUNGAN AIR HUJAN
TABEL 61
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUDUK
PENGGUNA
JUMLA
H
SARAN
A
JUMLA
H
PENDU
DUK
PENGG
UNA
JUMLA
H
SARAN
A
JUMLA
H
PENDU
DUK
PENGG
UNA
JUMLA
H
SARAN
A
JUMLA
H
PENDU
DUK
PENGG
UNA
JUMLA
H
SARAN
A
JUMLAH
PENDUDU
K
PENGGUN
A
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
1 2 4 5 6 8 9 10 11 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
1 KULONPROGO 437,441 68,452 315466 59235 259,377 - 0 0 0.00 385 1,155 5 15 7 74 5 51 3652 174278 1875 62341.00 160 610 153 500 30522 114677 14609 103,746. 426030 97.39
2 BANTUL 928,676 209,642 851,324 188424 801,324 - 0 0 0.00 0 - 0 0 0 - - 0 1675 7976 285 21,622 904 4614 856 4,374 15335 83293 15335 83293 910613 98.05
3 GUNUNGKIDUL 756,024 55921 216777 42226 213195 635 0 215 1062 72 17480 68 17460 20 200 20 295 244 12894 152 10903 41053 165987 34065 150429 47086 172102 44474 217250 610594 80.76
4 SLEMAN 1,079,053 233,980. 942,907. 224,456. 942,907. 0. 0. 0. 0. 85. 258. 0. 258. 5. 0. 0. 0 0. 0. 0. 0. 1,304. 1,304. 0. 3,912. 20,109. 131,976. 0. 131,976. 1079053 100.00
5 YOGYAKARTA 411282 54061 409478 53338 383143 4 20 4 20 9 175 9 175 68 0 0 0 15 542 10 534 0 0 0 0 16617 23212 15185 21212 405084 98.5
JUMLAH (KAB/KOTA) DIY 3,612,476 622,056. 2735952 567679 2599946 639 20 219 1082 551 19068 82 17908 100 274 25 346 5586 195690 2322 95400 43421 172515 35074 159215 129669 525260 89603 557,477. 3431374 94.99
PENDUDUK DENGAN AKSES BERKELANJUTAN TERHADAP AIR MINUM BERKUALITAS (LAYAK) MENURUTKABUPATEN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2016
NO KABUPATEN PENDUDUK
BUKAN JARINGAN PERPIPAANPERPIPAAN (PDAM,BPSPAM)
PENDUDUK YANG
MEMILIKI AKSES
AIR MINUMSUMUR GALI TERLINDUNG SUMUR GALI DENGAN POMPA SUMUR BOR DENGAN POMPA TERMINAL AIR MATA AIR TERLINDUNG PENAMPUNGAN AIR HUJAN
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUDUK
PENGGUNA
MEMENUHI SYARAT
JUMLA
H
SARAN
A
JUMLA
H
PENDU
DUK
PENGG
UNA
MEMENUHI
JUMLA
H
SARAN
A
JUMLA
H
PENDU
DUK
PENGG
UNA
MEMENUHI
JUMLA
H
SARAN
A
JUMLA
H
PENDU
DUK
PENGG
UNA
MEMENUHI
JUMLA
H
SARAN
A
JUMLA
H
PENDU
DUK
PENGG
UNA
MEMENUHI
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
MEMENUHI SYARAT
JUMLAH
SARANA
JUMLAH
PENDUD
UK
PENGGU
NA
MEMENUHI SYARAT
JUMLAH %
TABEL 62
TABEL 63
SD SLTP SLTAPUSKE
SMAS
RUMA
H
SAKIT
UMUM
BINTA
NG
NON
BINTA
NG
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
JUMLA
H%
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27
1 KULONPROGO 327 67 46 21 11 - 3 475 327 100.0 67 100.0 46 100.0 21 100.0 11 100.0 0 #DIV/0! 2 66.7 474 99.8
2 BANTUL 393 109 78 27 15 1 18 641 327 83.2 91 83.5 65 83.3 27 100.0 15 100.0 1 100 18 100.0 544 84.9
3 GUNUNGKIDUL 545 89 46 30 5 1 49 765 537 98.5 85 95.5 18 39.1 30 100.0 5 100.0 1 100 5 10.2 681 89.0
4 SLEMAN 576. 130. 112. 25. 28. 32. 238. 1,141 523. 90.8 122. 93.8 103. 92.0 25. 100.0 28. 100.0 23. 71.875 74. 31.1 898 78.7
5 YOGYAKARTA 176. 66. 86. 18. 26. 40. 278. 690 172. 97.7 66. 100.0 84. 97.7 18. 100.0 23. 88.5 39. 97.5 273. 98.2 675 97.8
JUMLAH (KAB/KOTA)DIY 2,017 461 368 121 85 74 586 3,712 1,886 93.5 431 93.5 316 85.9 121 100.0 82 96.5 64 86.486 372 63.5 3,272 88.1
Sumber: …………………….. (sebutkan)
PERSENTASE TEMPAT-TEMPAT UMUM MEMENUHI SYARAT KESEHATAN MENURUT KABUPATEN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2016
NO KABUPATENRUMAH SAKIT BINTANG
TEMPAT-TEMPAT UMUM
YANG ADA MEMENUHI SYARAT KESEHATAN
SARANA PENDIDIKANSARANA PENDIDIKAN SARANA KESEHATAN
SD SLTP SLTA PUSKESMAS NON BINTANGHOTEL
JUMLA
H TTU
HOTELSARANA
KESEHATAN
TEMPAT-
TEMPAT UMUM
JASA BOGA
RUMAH
MAKAN/
RESTORAN
DEPOT AIR
MINUM
(DAM)
MAKANAN
JAJANANTOTAL % JASA BOGA
RUMAH
MAKAN/
RESTORAN
DEPOT AIR
MINUM
(DAM)
MAKANAN
JAJANANTOTAL %
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 KULONPROGO 1495 129 73 37 567 806 53.91 146 58 24 461 689 46.09
2 BANTUL 3076 100 2 957 1373 2432 79.06 0 64 218 362 644.00 20.94
3 GUNUNGKIDUL 957 53 220 44 200 517 54.02 48 204 188 440 45.98
4 SLEMAN 1511 97 570 78 194 939 62.14 29 299 46 198 572 37.86
5 YOGYAKARTA 736 111 317 87 179 694 94.29 3 14 11 15 43 5.84
JUMLAH (KAB/KOTA)DIY 7775 490 1182 1203 2513 5388 69.30 226 639 299 1224 2388 30.71
TABEL 65
TEMPAT PENGELOLAAN MAKAN (TPM) MENURUT STATUS HIGIENE SANITASI
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2016
NO KABUPATENJUMLAH
TPM
TPM MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI TPM TIDAK MEMENUHI SYARAT HIGIENE SANITASI
TABEL 65 (a)
JA
SA
BO
GA
RU
MA
H M
AK
AN
/
RE
ST
OR
AN
DE
PO
T A
IR
MIN
UM
(D
AM
)
MA
KA
NA
N
JA
JA
NA
N
TO
TA
L
JA
SA
BO
GA
RU
MA
H M
AK
AN
/
RE
ST
OR
AN
DE
PO
T A
IR
MIN
UM
(D
AM
)
MA
KA
NA
N
JA
JA
NA
N
TO
TA
L
1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
1
KULONPROGO
1495 129 73 37 567 806 53.91 146 58 24 461 689 46.09 31.57
2BANTUL
3076100 2 957 1373 2432
79.060 64 218 362 644.00
20.94 #DIV/0!
3
GUNUNGKIDUL
957 53 220 44 200 517 54.02 48 204 188 440 45.98 95.79
4SLEMAN
151197 570 78 194 939
62.1429 299 46 198 572
37.86 130.54
5YOGYAKARTA
736 111 317 87 179 694 94.29 3 14 11 15 43 5.84 194.75
Jumlah DIY 7775 490 1182 1203 2513 5388 69.30 226 639 299 1224 2388 30.71 13.59
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
TAHUN 2016
JUMLAH TPM DIUJI PETIK
JU
ML
AH
TP
M T
IDA
K
ME
ME
NU
HI
SY
AR
AT
PE
RS
EN
TA
SE
TP
M D
IUJI P
ET
IK
PE
RS
EN
TA
SE
TP
M D
IBIN
A
TEMPAT PENGELOLAAN MAKANAN DIBINA DAN DIUJI PETIK
JU
ML
AH
TP
M
ME
ME
NU
HI
SY
AR
AT
HIG
IEN
E S
AN
ITA
SI
NO Kab/Kota
JUMLAH TPM DIBINA
TABEL 66
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
NO KAB/KOTA NAMA OBATSATUAN
TERKECILKEBUTUHAN
TOTAL
PENGGUNAANSISA STOK
1 2 3 4 5 6
KP
1 KULON PROGO Alopurinol tablet 100 mg tablet
2 Aminofilin tablet 200 mg tablet
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml tablet
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) tablet
5 Amoksisilin kapsul 250 mg kapsul
6 Amoksisilin kaplet 500 mg kaplet
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg botol
8 Metampiron tablet 500 mg tablet
9 Metampiron injeksi 250 mg ampul
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium
Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg
tablet
11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g +
polimiksin 10.000 IU/g
tube
12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg +
Heksaklorofen 250 mg
supp
13 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam
Salisilat 3%
pot
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg tablet
15 Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg +
Levodopa 250 mg
tablet
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen vial
17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg tablet
18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) tablet
19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) tablet
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg tablet
21 Atropin tetes mata 0,5% botol
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) ampul
23 Betametason krim 0,1 % krim
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml ampul
25 Deksametason tablet 0,5 mg tablet
26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril botol
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) botol
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) tablet
29 Diazepam Injeksi 5mg/ml ampul
30 Diazepam tablet 2 mg tablet
31 Diazepam tablet 5 mg tablet
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) ampul
33 Diagoksin tablet 0,25 mg tablet
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) tablet
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg tablet
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) ampul
37 Etakridin larutan 0,1% botol
38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul
39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml ampul
40 Fenobarbital tablet 30 mg tablet
41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg tablet
42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg tablet
43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% botol
44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml ampul
45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg tablet
46 Furosemid tablet 40 mg tablet
47 Gameksan lotion 1 % botol
48 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g, Kalium
klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g
sach
49 Gentian Violet Larutan 1 % botol
50 Glibenklamida tablet 5 mg tablet
51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg tablet
52 Gliserin botol
53 Glukosa larutan infus 5% botol
54 Glukosa larutan infus 10% botol
55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) ampul
56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized tablet
57 Haloperidol tablet 0,5 mg tablet
58 Haloperidol tablet 1,5 mg tablet
59 Haloperidol tablet 5 mg tablet
60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg tablet
61 Hidrkortison krim 2,5% tube
62 Ibuprofen tablet 200 mg tablet
63 Ibuprofen tablet 400 mg tablet
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg tablet
65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg tablet
66 Kaptopril tablet 12,5 mg tablet
67 Kaptopril tablet 25 mg tablet
68 Karbamazepim tablet 200 mg tablet
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
NO KAB/KOTA NAMA OBATSATUAN
TERKECILKEBUTUHAN
TOTAL
PENGGUNAANSISA STOK
1 2 3 4 5 6
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml vial
70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine kapsul
71 Kloramfenikol kapsul 250 mg kapsul
72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % botol
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg tablet
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) ampul
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) ampul
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) tablet
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) tablet
78 Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg +
Sulfadoxin 500 mg
tablet
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg
+ Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
botol
80 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi :
Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
tablet
81 Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi :
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
tablet
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg tablet
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml ampul
84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml vial
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml vial
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml vial
87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram sach
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml botol
89 Mebendazol tablet 100 mg tablet
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125
mg
tablet
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml ampul
92 Metronidazol tablet 250 mg tablet
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg tablet
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % botol
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % botol
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ampul
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g tablet
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g tablet
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) botol
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % tube
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml vial
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml ampul
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml botol
104 Paracetamol tablet 100 mg tablet
105 Paracetamol tablet 500 mg tablet
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg tablet
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) tablet
109 Povidon Iodida larutan 10 % botol
110 Povidon Iodida larutan 10 % botol
111 Prednison tablet 5 mg tablet
112 Primakuin tablet 15 mg tablet
113 Propillitiourasil tablet 100 mg tablet
114 Propanol tablet 40 mg (HCL) tablet
115 Reserpin tablet 0,10 mg tablet
116 Reserpin tablet 0,25 mg tablet
117 Ringer Laktat larutan infus botol
118 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap
4%
tube
119 Salisil bedak 2% kotak
120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) vial
121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) vial
122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) vial
123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) ampul
124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) vial
125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg ampul
126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % botol
127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% botol
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg kapsul
129 Tetrasiklin kapsul 500 mg kapsul
130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ampul
131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) tablet
132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp ampul
133 Triheksifenidil tablet 2 mg tablet
134 Vaksin Rabies Vero vial
135 Vitamin B Kompleks tablet tablet
VAKSIN
136 BCG vial
137 T T vial
138 D T vial
139 CAMPAK 10 Dosis vial
140 POLIO 10 Dosis vial
141 DPT-HB vial
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS vial
143 POLIO 20 Dosis vial
144 CAMPAK 20 Dosis vial
Sumber: …………………….. (sebutkan)
TABEL 66
PROVINSI
TAHUN
NO KAB/KOTA NAMA OBATSATUAN
TERKECIL
1 2 3
KP
1 KULON PROGO Alopurinol tablet 100 mg tablet
2 Aminofilin tablet 200 mg tablet
3 Aminofilin injeksi 24 mg/ml tablet
4 Amitripilin tablet salut 25 mg (HCL) tablet
5 Amoksisilin kapsul 250 mg kapsul
6 Amoksisilin kaplet 500 mg kaplet
7 Amoksisilin sirup kering 125 mg/ 5 mg botol
8 Metampiron tablet 500 mg tablet
9 Metampiron injeksi 250 mg ampul
10 Antasida DOEN I tablet kunyah, kombinasi :Aluminium
Hidroksida 200 mg + Magnesium Hidroksida 200 mg
tablet
11 Anti Bakteri DOEN saleb kombinasi : Basitrasin 500 IU/g +
polimiksin 10.000 IU/g
tube
12 Antihemoroid DOEN kombinasi : Bismut Subgalat 150 mg +
Heksaklorofen 250 mg
supp
13 Antifungi DOEN Kombinasi : Asam Benzoat 6% + Asam
Salisilat 3%
pot
14 Antimigren : Ergotamin tartrat 1 mg + Kofein 50 mg tablet
15 Antiparkinson DOEN tablet kombinasi : Karbidopa 25 mg +
Levodopa 250 mg
tablet
16 Aqua Pro Injeksi Steril, bebas pirogen vial
17 Asam Askorbat (vitamin C) tablet 50 mg tablet
18 Asam Asetisalisilat tablet 100 mg (Asetosal) tablet
19 Asam Asetisalisilat tablet 500 mg (Asetosal) tablet
20 Atropin sulfat tablet 0,5 mg tablet
21 Atropin tetes mata 0,5% botol
22 Atropin injeksi l.m/lv/s.k. 0,25 mg/mL - 1 mL (sulfat) ampul
23 Betametason krim 0,1 % krim
24 Deksametason Injeksi I.v. 5 mg/ml ampul
25 Deksametason tablet 0,5 mg tablet
26 Dekstran 70-larutan infus 6% steril botol
27 Dekstrometorfan sirup 10 mg/5 ml (HBr) botol
28 Dekstrometorfan tablet 15 mg (HBr) tablet
29 Diazepam Injeksi 5mg/ml ampul
30 Diazepam tablet 2 mg tablet
31 Diazepam tablet 5 mg tablet
32 Difenhidramin Injeksi I.M. 10 mg/ml (HCL) ampul
33 Diagoksin tablet 0,25 mg tablet
34 Efedrin tablet 25 mg (HCL) tablet
35 Ekstrks belladona tablet 10 mg tablet
36 Epinefrin (Adrenalin) injeksi 0,1% (sebagai HCL) ampul
37 Etakridin larutan 0,1% botol
38 Fenitoin Natriun Injeksi 50 mg/ml ampul
39 Fenobarbital Injeksi I.m/I.v 50 mg/ml ampul
40 Fenobarbital tablet 30 mg tablet
41 Fenoksimetil Penisilin tablet 250 mg tablet
42 Fenoksimetil Penisilin tablet 500 mg tablet
43 Fenol Gliserol tetes telinga 10% botol
44 Fitomenadion (Vit. K1) injeksi 10 mg/ml ampul
45 Fitomenadion (Vit. K1) tablet salut gula 10 mg tablet
46 Furosemid tablet 40 mg tablet
47 Gameksan lotion 1 % botol
48 Garam Oralit I serbuk Kombinasi : Natrium 0,70 g, Kalium
klorida 0,30 g, Tribatrium Sitrt dihidrat 0,58 g
sach
49 Gentian Violet Larutan 1 % botol
50 Glibenklamida tablet 5 mg tablet
51 Gliseril Gualakolat tablet 100 mg tablet
52 Gliserin botol
53 Glukosa larutan infus 5% botol
54 Glukosa larutan infus 10% botol
55 Glukosa larutan infus 40% steril (produk lokal) ampul
56 Griseofulvin tablet 125 mg, micronized tablet
57 Haloperidol tablet 0,5 mg tablet
58 Haloperidol tablet 1,5 mg tablet
59 Haloperidol tablet 5 mg tablet
60 Hidroklorotiazida tablet 25 mg tablet
61 Hidrkortison krim 2,5% tube
62 Ibuprofen tablet 200 mg tablet
63 Ibuprofen tablet 400 mg tablet
64 Isosorbid Dinitrat Tablet Sublingual 5 mg tablet
65 Kalsium Laktat (Kalk) tablet 500 mg tablet
66 Kaptopril tablet 12,5 mg tablet
67 Kaptopril tablet 25 mg tablet
68 Karbamazepim tablet 200 mg tablet
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
JUMLAH
OBAT/VAKSIN
PERSENTASE
KETERSEDIAAN
OBAT/VAKSIN7 8
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
PROVINSI
TAHUN
NO KAB/KOTA NAMA OBATSATUAN
TERKECIL
1 2 3
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
69 Ketamin Injeksi 10 mg/ml vial
70 Klofazimin kapsul 100 mg microzine kapsul
71 Kloramfenikol kapsul 250 mg kapsul
72 Kloramfenikol tetes telinga 3 % botol
73 Kloraniramina mealeat (CTM) tablet 4 mg tablet
74 Klorpromazin injeksi i.m 5 mg/ml-2ml (HCL) ampul
75 Klorpromazin injeksi i.m 25 mg/ml (HCL) ampul
76 Klorpromazin tablet salut 25 mg (HCL) tablet
77 Klorpromazin HCl tablet salut 100 mg (HCL) tablet
78 Anti Malaria DOEN Kombinasi Pirimetamin 25 mg +
Sulfadoxin 500 mg
tablet
79 Kotrimosazol Suspensi Kombinasi :Sulfametoksazol 200 mg
+ Trimetoprim 40 mg/ 5 ml
botol
80 Kotrimosazol DOEN I (dewasa) Kombinasi :
Sulfametoksazol 400 mg, Trimetoprim 80 mg
tablet
81 Kotrimosazol DOEN II (pediatrik) Kombinasi :
Sulfametoksazol 100 mg, Trimetoprim 20 mg
tablet
82 Kuinin (kina) tablet 200 mg tablet
83 Kuinin Dihidrokklorida injeksi 25%-2 ml ampul
84 Lidokain injeksi 2% (HCL) + Epinefrin 1 : 80.000-2 ml vial
85 Magnesium Sulfat inj (IV) 20%-25 ml vial
86 Magnesium Sulfat inj (IV) 40%-25 ml vial
87 Magnesium Sulfat serbuk 30 gram sach
88 Mebendazol sirup 100 mg / 5 ml botol
89 Mebendazol tablet 100 mg tablet
90 Metilergometrin Maleat (Metilergometrin) tablet salut 0,125
mg
tablet
91 Metilergometrin Maleat injeksi 0,200 mg -1 ml ampul
92 Metronidazol tablet 250 mg tablet
93 Natrium Bikarbonat tablet 500 mg tablet
94 Natrium Fluoresein tetes mata 2 % botol
95 Natrium Klorida larutan infus 0,9 % botol
96 Natrium Thiosulfat injeksi I.v. 25 % ampul
97 Nistatin tablet salut 500.000 IU/g tablet
98 Nistatin Vaginal tablet salut 100.000 IU/g tablet
99 Obat Batuk hitam ( O.B.H.) botol
100 Oksitetrasiklin HCL salep mata 1 % tube
101 Oksitetrasiklin injeksi I.m. 50 mg/ml-10 ml vial
102 Oksitosin injeksi 10 UI/ml-1 ml ampul
103 Paracetamol sirup 120 mg / 5 ml botol
104 Paracetamol tablet 100 mg tablet
105 Paracetamol tablet 500 mg tablet
106 Pilokarpin tetes mata 2 % (HCL/Nitrat) botol
107 Pirantel tab. Score (base) 125 mg tablet
108 Piridoksin (Vitamin B6) tablet 10 mg (HCL) tablet
109 Povidon Iodida larutan 10 % botol
110 Povidon Iodida larutan 10 % botol
111 Prednison tablet 5 mg tablet
112 Primakuin tablet 15 mg tablet
113 Propillitiourasil tablet 100 mg tablet
114 Propanol tablet 40 mg (HCL) tablet
115 Reserpin tablet 0,10 mg tablet
116 Reserpin tablet 0,25 mg tablet
117 Ringer Laktat larutan infus botol
118 Salep 2-4, kombinasi: Asam Salisilat 2% + Belerang endap
4%
tube
119 Salisil bedak 2% kotak
120 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 5 ml (ABU I) vial
121 Serum Anti Bisa Ular Polivalen injeksi 50 ml (ABU II) vial
122 Serum Anti Difteri Injeksi 20.000 IU/vial (A.D.S.) vial
123 Serum Anti Tetanus Injeksi 1.500 IU/ampul (A.T.S.) ampul
124 Serum Anti Tetanus Injeksi 20.000 IU/vial (A.T.S.) vial
125 Sianokobalamin (Vitamin B12) injeksi 500 mcg ampul
126 Sulfasetamida Natrium tetes mata 15 % botol
127 Tetrakain HCL tetes mata 0,5% botol
128 Tetrasiklin kapsul 250 mg kapsul
129 Tetrasiklin kapsul 500 mg kapsul
130 Tiamin (vitamin B1) injeksi 100 mg/ml ampul
131 Tiamin (vitamin B1) tablet 50 mg (HCL/Nitrat) tablet
132 Tiopental Natrium serbuk injeksi 1000 mg/amp ampul
133 Triheksifenidil tablet 2 mg tablet
134 Vaksin Rabies Vero vial
135 Vitamin B Kompleks tablet tablet
VAKSIN
136 BCG vial
137 T T vial
138 D T vial
139 CAMPAK 10 Dosis vial
140 POLIO 10 Dosis vial
141 DPT-HB vial
142 HEPATITIS B 0,5 ml ADS vial
143 POLIO 20 Dosis vial
144 CAMPAK 20 Dosis vial
Sumber: …………………….. (sebutkan)
JUMLAH
OBAT/VAKSIN
PERSENTASE
KETERSEDIAAN
OBAT/VAKSIN7 8
PERSENTASE KETERSEDIAAN OBAT DAN VAKSIN
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
#DIV/0!
TABEL 72
KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
DR SPESIALIS a DOKTER UMUM
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Kulonprogo - 7 18 25 7 18 25 4 15 19
Bantul - 25 56 81 25 56 81 - 39 39
Gunungkidul - 26 34 60 26 34 60 3 26 29
Sleman - 1 1 16 72 88 16 73 89 - 28 28 - 2
Kota Yogyakarta - 14 61 75 14 61 75 2 32 34 - 1
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - 1 1 88 241 329 88 242 330 9 140 149 - 3
Kulonprogo 52 28 80 51 60 111 103 88 191 5 7 12 2 -
Bantul 124 61 185 63 99 162 187 160 347 8 14 22 4 2
Gunungkidul 28 22 50 15 15 30 43 37 80 3 - 3 1 -
Sleman 345 252 597 156 140 296 501 392 893 42 40 82 29 37
Kota Yogyakarta 429 243 672 117 164 281 546 407 953 31 51 82 29 27
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 978 606 1,584 402 478 880 1,380 1,084 2,464 89 112 201 65 66
Kulonprogo - - - - - -
Bantul 2 - 2 10 17 27 12 17 29 - 6 6 2 -
Gunungkidul - - - - - -
Sleman 4 3 7 70 51 121 74 54 128 43 46 89 2 2
Kota Yogyakarta 32 41 73 73 152 225 105 193 298 24 59 83 1 16
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 38 44 82 153 220 373 191 264 455 67 111 178 5 18
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,016 651 1,667 643 939 1,582 1,659 1,590 3,249 165 363 528 70 87
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Keterangan : a termasuk S3
JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN
TOTAL DOKTER GIGI DOKTER
GIGI SPESIALIS
Sumber: ……………… (sebutkan)
NO UNIT KERJA
L+P L P L+P
17 18 19 20
- 4 15 19
- - 39 39
- 3 26 29
2 - 30 30
1 2 33 35
3 9 143 152
2 7 7 14
6 12 16 28
1 4 - 4
66 71 77 148
56 60 78 138
131 154 178 332
- - - -
2 2 6 8
- - - -
4 45 48 93
17 25 75 100
23 72 129 201
- - - -
- - - -
157 235 450 685
#DIV/0! #DIV/0!
JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN
DOKTER
GIGI SPESIALIS TOTAL
TABEL 68
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
MEMPUNYAI KEMAMPUAN YAN. GADAR LEVEL I
JUMLAH %
1 2 3 4 5
1 RUMAH SAKIT UMUM 55 55 100.00
2 RUMAH SAKIT KHUSUS 21 14 66.6
JUMLAH (KAB/KOTA) 76 22 90.78
Sumber: ……………… (sebutkan)
PERSENTASE SARANA KESEHATAN (RUMAH SAKIT) DENGAN KEMAMPUAN PELAYANAN GAWAT DARURAT (GADAR ) LEVEL I
NO SARANA KESEHATAN JUMLAH SARANA
TABEL 69
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH % JUMLAH %1 2 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1.KOTA
YOGYAKARTA3 0.48 179 28.64 248 39.68 195 31.20 625 443 70.88
2.BANTUL
31 2.73 212 18.65 502 44.15 392 34.48 1137 894 78.63
3. KULON PROGO 22 2.29 108 11.25 226 23.54 604 62.92 960 830 86.46
4.GUNUNGKIDUL
0 0.00 209 14.25 585 39.88 673 45.88 1467 1258 85.75
5.SLEMAN
53 3.47 183 11.98 608 39.79 684 44.76 1528 1292 84.55
109 1.91 891 15.59 2169 37.94 2548 44.57 5717 4717 82.51
KABUPATENJUMLAH
STRATA POSYANDU
PRATAMA
JUMLAH POSYANDU MENURUT STRATA, KECAMATAN, DAN PUSKESMAS
MADYA PURNAMA MANDIRIPOSYANDU AKTIF
NO
JUMLAH (KAB/KOTA)
RASIO POSYANDU PER 100 BALITA
TABEL 70
PROVINSI DI. YOGYAKARTA
TAHUN 2016
POSKESDES POLINDES POSBINDU
1 2 4 5 6 7
KOTA YOGYAKARTA 45 - 0 -
#REF! BANTUL 75 - 0 70
#REF! KULON PROGO 88 40 2 90
#REF! GUNUNGKIDUL 144 21 21 94
1 SLEMAN 86 86 1 171
2 JUMLAH (KAB/KOTA) 147 24 425
Sumber: ………. (sebutkan)
JUMLAH UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM) MENURUT KECAMATAN
NO KAB/KOTA DESA/
KELURAHAN
UPAYA KESEHATAN BERSUMBERDAYA MASYARAKAT (UKBM)
TABEL 71
PROVINSI DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
PRATAMA MADYA PURNAMA MANDIRI JUMLAH %
1 2 4 5 6 7 8 9 10
KOTA YOGYAKARTA 45 1 9 32 3 45 100
#### BANTUL 75 - 31 23 21 75 100
#### KULON PROGO 88 11 21 38 18 88 100
#### GUNUNGKIDUL 144 60 52 22 10 144 100
1 SLEMAN 86 6 46 28 6 86 100
JUMLAH (KAB/KOTA) 438 78 159 143 58 438 100.00
Sumber: ………. (sebutkan)
DESA/KELURAHAN SIAGA
JUMLAH DESA SIAGA MENURUT KECAMATAN
NO KABUPATEN
JUMLAH
DESA/
KELURAHAN
TABEL 72
KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
DR SPESIALIS a DOKTER UMUM
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kulonprogo - 7 18 25 7 18 25 4 15 19 - 4 15 19
Bantul - 25 56 81 25 56 81 - 39 39 - - 39 39
Gunungkidul - 26 34 60 26 34 60 3 26 29 - 3 26 29
Sleman - 1 1 16 72 88 16 73 89 - 28 28 - 2 2 - 30 30
Kota Yogyakarta - 14 61 75 14 61 75 2 32 34 - 1 1 2 33 35
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - 1 1 88 241 329 88 242 330 9 140 149 - 3 3 9 143 152
Kulonprogo 52 28 80 51 60 111 103 88 191 5 7 12 2 - 2 7 7 14
Bantul 124 61 185 63 99 162 187 160 347 8 14 22 4 2 6 12 16 28
Gunungkidul 28 22 50 15 15 30 43 37 80 3 - 3 1 - 1 4 - 4
Sleman 345 252 597 156 140 296 501 392 893 42 40 82 29 37 66 71 77 148
Kota Yogyakarta 429 243 672 117 164 281 546 407 953 31 51 82 29 27 56 60 78 138
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 978 606 1,584 402 478 880 1,380 1,084 2,464 89 112 201 65 66 131 154 178 332
Kulonprogo - - - - - - - - - -
Bantul 2 - 2 10 17 27 12 17 29 - 6 6 2 - 2 2 6 8
Gunungkidul - - - - - - - - - -
Sleman 4 3 7 70 51 121 74 54 128 43 46 89 2 2 4 45 48 93
Kota Yogyakarta 32 41 73 73 152 225 105 193 298 24 59 83 1 16 17 25 75 100
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 38 44 82 153 220 373 191 264 455 67 111 178 5 18 23 72 129 201
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 1,016 651 1,667 643 939 1,582 1,659 1,590 3,249 165 363 528 70 87 157 235 450 685
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Sumber: ……………… (sebutkan)
DOKTER
GIGI SPESIALIS TOTAL
JUMLAH TENAGA MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN
TOTAL DOKTER GIGI NO UNIT KERJA
TABEL 73
KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kulonprogo 101 41 81 122 4 29 33
Bantul 271 53 157 210 19 55 74
Gunungkidul 132 103 114 217 4 9 13
Sleman 145 52 143 195 6 49 55
Kota Yogyakarta 81 25 89 114 6 37 43
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 730 274 584 858 39 179 218
1 Kulonprogo 123 120 336 456 1 4 5
Bantul 136 124 284 408 5 11 16
Gunungkidul 39 67 173 240 1 1 2
Sleman 358 638 1690 2328 7 16 23
Kota Yogyakarta 333 526 2180 2706 8 59 67
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 989 1475 4663 6138 22 91 113
1 Kulonprogo 0 0
Bantul 97 23 93 116 0 2 2
Gunungkidul 0 0
Sleman 86 70 34 104 10 15 25
Kota Yogyakarta 57 37 153 190 5 37 42
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 240 130 280 410 15 54 69
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT 0 0
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA 0 0
JUMLAH (KAB/KOTA) 1959 1879 5527 7406 76 324 400
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Sumber: ……………… (sebutkan)
BIDANPERAWAT
a
JUMLAH TENAGA KEPERAWATAN DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJAPERAWAT GIGI
TABEL 74
KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
TENAGA TEKNIS
KEFARMASIANa APOTEKER
L P L + P L P L + P L P L + P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kulonprogo - 4 15 19 4 15 19
Bantul 1 24 25 1 10 11 2 34 36
Gunungkidul 9 17 26 1 - 1 10 17 27
Sleman 8 39 47 1 29 30 9 68 77
Kota Yogyakarta 2 32 34 2 20 22 4 52 56
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 20 112 132 9 74 83 29 186 215
Kulonprogo 6 47 53 9 29 38 15 76 91
Bantul 8 22 30 3 17 20 11 39 50
Gunungkidul 3 17 20 - 7 7 3 24 27
Sleman 56 240 296 29 81 110 85 321 406
Kota Yogyakarta 32 254 286 16 111 127 48 365 413
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 105 580 685 57 245 302 162 825 987
Kulonprogo - - - - -
Bantul 6 74 80 15 162 177 21 236 257
Gunungkidul - - - - -
Sleman 5 8 13 13 25 38 18 33 51
Kota Yogyakarta 31 204 235 61 353 414 92 557 649
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 42 286 328 89 540 629 131 826 957
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 167 978 1,145 155 859 1,014 322 1,837 2,159
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #DIV/0! #DIV/0! #DIV/0!
Sumber: ……………… (sebutkan)
Keterangan : a termasuk analis farmasi, asisten apoteker, sarjana farmasi
JUMLAH TENAGA KEFARMASIAN DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA TOTAL
TENAGA KEFARMASIAN
TABEL 75
KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
KESEHATAN MASYARAKATa
KESEHATAN LINGKUNGANb
L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8
Kulonprogo 3 15 18 13 10 23
Bantul 20 28 48 26 19 45
Gunungkidul 3 3 6 19 7 26
Sleman 5 4 9 11 26 37
Kota Yogyakarta - 3 3 8 12 20
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 31 53 84 77 74 151
Kulonprogo 1 2 3 7 6 13
Bantul 15 28 43 15 13 28
Gunungkidul - 2 2 4
Sleman 2 8 10 37 19 56
Kota Yogyakarta 3 12 15 13 17 30
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 21 50 71 74 57 131
Kulonprogo - -
Bantul 2 14 16 - - -
Gunungkidul - -
Sleman - -
Kota Yogyakarta 11 8 19 1 2 3
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 13 22 35 1 2 3
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 65 125 190 152 133 285
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #DIV/0! #DIV/0!
Sumber: ……………… (sebutkan)
Keterangan : a termasuk tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku, pembimbing kesehatan kerja, tenaga biostatistik dan kependudukan,
JUMLAH TENAGA KESEHATAN MASYARAKAT DAN KESEHATAN LINGKUNGAN DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA
TABEL 76
KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
NUTRISIONIS DIETISIEN
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kulonprogo 8 16 24 - 8 16 24
Bantul 14 31 45 - 14 31 45
Gunungkidul 13 12 25 - 13 12 25
Sleman 9 37 46 - 9 37 46
Kota Yogyakarta 1 31 32 - 1 31 32
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 45 127 172 - - - 45 127 172
1 Kulonprogo 20 20 1 8 9 1 28 29
Bantul 9 31 40 - 9 31 40
Gunungkidul 2 7 9 - 2 7 9
Sleman 29 64 93 - 29 64 93
Kota Yogyakarta 9 93 102 2 20 22 11 113 124
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 49 215 264 3 28 31 52 243 295
Kulonprogo - - - - -
Bantul - 1 1 - - 1 1
Gunungkidul - - - - -
Sleman 1 1 - - 1 1
Kota Yogyakarta 2 2 - - 2 2
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - 4 4 - - - - 4 4
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 94 346 440 3 28 31 97 374 471
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #DIV/0!
Sumber: ……………… (sebutkan)
TOTAL
JUMLAH TENAGA GIZI DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA
TABEL 77
KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
FISIOTERAPIS OKUPASI TERAPIS TERAPIS WICARA AKUPUNKTUR
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Kulonprogo - - - - - - -
Bantul 6 10 16 - - - 6 10 16
Gunungkidul - - - - - - -
Sleman 7 11 18 - - - 7 11 18
Kota Yogyakarta - - - - - - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 13 21 34 - - - - - - - - - 13 21 34
1 Kulonprogo 7 8 15 - - 1 - 1 8 8 16
Bantul 15 18 33 2 - 2 - 1 1 - 17 19 36
Gunungkidul 3 2 5 - - - 3 2 5
Sleman 28 32 60 5 13 18 2 12 14 2 - 2 37 57 94
Kota Yogyakarta 19 41 60 2 3 5 4 3 7 - 3 3 25 50 75
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 72 101 173 9 16 25 6 16 22 3 3 6 90 136 226
1 Kulonprogo - - - - - - -
Bantul 1 3 4 - - - 1 3 4
Gunungkidul - - - - - - -
Sleman 1 1 - - - - 1 1
Kota Yogyakarta - - - - - - -
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 4 5 - - - - - - - - - 1 4 5
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 86 126 212 9 16 25 6 16 22 3 3 6 104 161 265
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK #DIV/0!
JUMLAH TENAGA KETERAPIAN FISIK DI FASILITAS KESEHATAN
TENAGA KETERAPIAN FISIKTOTAL
NO UNIT KERJA
TABEL 78
KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P L P L + P1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32
Kulonprogo 1 2 3 - - - 6 31 37 - - 2 6 8 - -
Bantul - 1 1 - 1 - 1 - 9 43 52 - - 2 15 17 - -
Gunungkidul - 1 1 - 1 - 1 - 11 20 31 - - 3 6 9 - -
Sleman 4 - 4 - - 2 2 - 11 46 57 - - 5 35 40 - -
Kota Yogyakarta - - - - 10 27 37 - - 4 22 26 - -
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 5 4 9 - - - 2 2 4 - - - 47 167 214 - - - - - - 16 84 100 - - - - - -
1 Kulonprogo 13 10 23 - 3 - 3 - 13 37 50 - - 6 25 31 - -
Bantul 26 27 53 5 3 8 2 6 8 - 26 78 104 - 1 - 1 9 30 39 - 3 3 -
Gunungkidul 4 7 11 - 1 - 1 - 4 20 24 - - 5 4 9 - -
Sleman 65 58 123 - 14 11 25 8 4 12 76 135 211 - 2 1 3 43 84 127 3 15 18 -
Kota Yogyakarta 32 36 68 - 13 2 15 1 3 4 38 149 187 - - 1 1 52 135 187 4 6 10 -
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 140 138 278 5 3 8 33 19 52 9 7 16 157 419 576 - - - 3 2 5 115 278 393 7 24 31 - - -
1 Kulonprogo - - - - - - - - - -
Bantul 1 1 2 1 1 2 - - 4 6 10 - - - 1 1 - -
Gunungkidul - - - - - - - - - -
Sleman - 4 4 - - - 20 20 - - 1 1 - -
Kota Yogyakarta - - - - 39 95 134 26 28 54 - 2 2 - -
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN 1 5 6 1 1 2 - - - - - - 43 121 164 26 28 54 - - - - 4 4 - - - - - -
KLINIK DI INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - -
KLINIK DI DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 146 147 293 6 4 35 21 56 9 7 16 247 707 954 26 28 54 3 2 5 131 366 497 7 24 31 - - -
RASIO TERHADAP 100.000 PENDUDUK
Sumber: ……………… (sebutkan)
ANALISIS KESEHATAN REFRAKSIONIS OPTISIEN ORTETIK PROSTETIKREKAM MEDIS DAN
INFORMASI KESEHATAN
TEKNISI TRANSFUSI
DARAH
TEKNISI
KARDIOVASKULER
JUMLAH TENAGA KETEKNISIAN MEDIS DI FASILITAS KESEHATAN
RADIOGRAFER RADIOTERAPIS TEKNISI ELEKTROMEDIS TEKNISI GIGI
TABEL 79
KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2016
L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
Kulonprogo - - 2 2 - 2 2
Bantul - - - - -
Gunungkidul - - - - -
Sleman - 1 24 25 1 24 25
Kota Yogyakarta - 157 139 296 157 139 296
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) - - - 158 165 323 158 165 323
1 Kulonprogo 1 7 8 14 19 33 15 26 41
Bantul 285 285 1 2 3 1 287 288
Gunungkidul - - - - -
Sleman - - - - -
Kota Yogyakarta - 6 6 543 597 1,140 543 603 1,146
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 1 298 299 558 618 1,176 559 916 1,475
1 Kulonprogo - - - - -
Bantul - - - - -
Gunungkidul - - - - -
Sleman - - - - -
Kota Yogyakarta - 88 105 193 88 105 193
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - 88 105 193 88 105 193
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 1 298 299 804 888 1,692 805 1,186 1,991
JUMLAH TENAGA KESEHATAN LAIN DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA
TENAGA KESEHATAN LAIN
TOTALPENGELOLA PROGRAM
KESEHATANTENAGA KESEHATAN LAINNYA
TABEL 80
KABUPATEN/KOTA DI YOGYAKARTA
TAHUN 2017
L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P L P L+P
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Kulonprogo 18 24 42 112 66 178 - - - - - - 130 90 220
Bantul 77 77 - - - - - - - - 77 77
Gunungkidul 36 23 59 132 86 218 - - - - - - 168 109 277
Sleman 22 34 56 88 82 170 13 11 24 - - - - - 123 127 250
Kota Yogyakarta 11 24 35 - - - - - - - 11 24 35
SUB JUMLAH I (PUSKESMAS) 87 182 269 332 234 566 13 11 24 - - - - - - - - - - - - - - - 432 427 859
1 Kulonprogo 20 41 61 131 108 239 5 - 5 3 1 4 - - 31 12 43 - 190 162 352
Bantul 59 55 114 87 61 148 5 - 5 - - - - - 151 116 267
Gunungkidul 10 4 14 47 49 96 - - - - - - 57 53 110
Sleman - - - - - - - - - - -
Kota Yogyakarta 32 34 66 236 261 497 23 2 25 4 1 5 16 27 43 2 11 13 62 38 100 127 131 258 502 505 1,007
SUB JUMLAH II (RUMAH SAKIT) 121 134 255 501 479 980 33 2 35 7 2 9 16 27 43 2 11 13 93 50 143 127 131 258 900 836 1,736
1 Kulonprogo - - - - - - - - - - -
Bantul - - - - - - - - - - -
Gunungkidul - - - - - - - - - - -
Sleman - - - - - - - - - - -
Kota Yogyakarta - - - - - - - - - - -
SARANA PELAYANAN KESEHATAN LAIN - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -
INSTITUSI DIKNAKES/DIKLAT - - - - - - - - - - -
DINAS KESEHATAN KAB/KOTA - - - - - - - - - - -
JUMLAH (KAB/KOTA) 208 316 524 833 713 1,546 46 13 59 7 2 9 16 27 43 2 11 13 93 50 143 127 131 258 1,332 1,263 2,595
TENAGA
PENUNJANG
KESEHATAN
JUMLAH TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN DI FASILITAS KESEHATAN
NO UNIT KERJA
TENAGA PENUNJANG/PENDUKUNG KESEHATAN
TOTALPEJABAT
STRUKTURAL
STAF PENUNJANG
ADMINISTRASI
STAF PENUNJANG
TEKNOLOGI
STAF PENUNJANG
PERENCANAANTENAGA PENDIDIK JURU
TENAGA
KEPENDIDIKAN
TABEL 81
ANGGARAN KESEHATAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016
NO SUMBER BIAYA
1 APBD KAB/ KOTA
a. Pendapatan #DIV/0!
b. Belanja #DIV/0!
- Belanja Tidak Langsung -
- Belanja Langsung -
2 APBD PROVINSI
a. Pendapatan 3,905,666,302,867.80 100.00%
b. Belanja 4,039,848,730,885.60 100.00%
- Belanja Tidak Langsung 2,077,792,555,106.60 51.43%
- Belanja Langsung 1,962,056,175,779.00 48.57%
APBD BIDANG KESEHATAN
a. Dinas Kesehatan DIY
1) Pendapatan 8,139,066,900.00 0.21%
2) Belanja 127,416,337,684.00 3.15%
- Belanja Tidak Langsung 18,028,920,047.00 0.45%
- Belanja Langsung 109,387,417,637.00 2.71%
b. RSKP Respira Yogyakarta
1) Pendapatan 3,599,647,700.00 0.09%
2) Belanja 37,324,794,073.00 0.92%
- Belanja Tidak Langsung 9,159,912,578.00 0.23%
- Belanja Langsung 28,164,881,495.00 0.70%
c. RSJ Ghrasia Yogyakarta
1) Pendapatan 17,262,390,000.00 0.44%
2) Belanja 51,935,292,124.00 1.29%
- Belanja Tidak Langsung 17,239,880,261.00 0.43%
- Belanja Langsung 34,695,411,863.00 0.86%
3 APBN 23,801,664,000 100.00%
a. Dana Alokasi Umum ( DAU ) - 0.00%
b. Dana Alokasi Khusus ( DAK ) Fisik murni 8,576,110,000 36.03%
c. Dana Alokasi Khusus ( DAK ) Non Fisik - 0.00%
a. Dana Dekonsentrasi 15,225,554,000.00 63.97%
d. Dana Lain - lain - 0.00%
3 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI ( PHLN ) 5,616,877,295.13 100.00%
a. GF Aids 2,474,346,917.13 44.05%
b. GF TB 2,230,052,378.00 39.70%
c. Hibah GAVI 131,888,000.00 2.35%
d. Pamsimas 780,590,000 13.90%
4 SUMBER PEMERINTAH LAIN/BANSOS/HIBAH/BKK12,183,229,000.00 100.00%
a. Hibah KPAD 620,000,000.00 5.09%
b. Hibah PMI 463,229,000.00 3.80%
c. Bantuan Keuangan Khusus ( BKK )
- RSUD Wonosari 6,100,000,000.00 50.07%
- RSUD Wates 3,000,000,000.00 24.62%
- RS Nyi Ageng Serang 2,000,000,000.00 16.42%
Jumlah
Rupiah %
1 APBD DINAS KESEHATAN DIY -
- Pendapatan 8,139,066,900 4.59%
- Belanja 127,416,337,684 71.92%
2 APBN 23,801,664,000 13.44%
3 PINJAMAN/HIBAH LUAR NEGERI ( PHLN ) 5,616,877,295 3.17%
4 SUMBER PEMERINTAH LAIN/BANSOS/HIBAH/BKK 12,183,229,000 6.88%
JUMLAH 177,157,174,879 100.00%
Sumber Biaya
ALOKASI ANGGARAN KESEHATAN
No Alokasi Anggaran Kesehatan
top related