psda makalah
Post on 04-Jul-2015
563 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan sumber kehidupan dan kebutuhan manusia, segala aktifitas
dapat berjalan dengan baik apabila kebutuhan akan air bersih telah terpenuhi bagi
kebutuhan masyarakat, untuk itu diperlukan adanya sumber dan penyediaan air
bersih bagi masyarakat, sehingga aktifitas pun dapat berjalan dengan semestinya.
Namun, seiring berkembangnya zaman, maka kebutuhan akan air bersih pun
semakin tinggi, sedangkan sumber air yang ada sudah tidak mampu lagi untuk
menyuplai bagi kebutuhan masyarakat yang jumlahnya terus bertambah.
Sumber air bersih yang kini sulit diperoleh tersebut, memaksa masyarakat
untuk mencari alternatif lain sebagai sumber air sehingga kebutuhan akan air
dapat tetap terpenuhi, namun tidak semua sumber air yang diperoleh layak
dikonsumsi masyarakat secara langsung, perlu beberapa penanganan khusus untuk
menetralkan atau menjernihkan sumber air tersebut hingga layak dimanfatkaan
masyarakat
Air payau merupakan salah satu sumber air yang tidak dapat di
manfaatkan secara langsung untuk keperluan sehari-hari, untuk itu diperlukan
adanya suatu pengolahan sumber air tersebut agar dapat dimanfaatkan
masyarakat. Air payau atau brackish Water adalah air yang mempunyai salinitas
antara 0,5 ppt s/d 17 ppt. Sebagai perbandingan, air tawar mempunyai salinitas
kurang dari 0,5 ppt dan air minum maksimal 0,2 ppt. Air payau mengandung
natrium dan klorida relatif tinggi serta Ca dan Mg yang menyebabkan kesadahan.
Hal inilah yang tengah dihadapi oleh masyarakat di sekitar Pusri Borang Provinsi
Sumatera Selatan. Sungai Borang yang selama menjadi sumber air bagi
masyarakat sekitar telah mengalami intrusi air laut sehingga mengakibatkan
masyarakat sekitar kesulitan memperoleh sumber air bersih.
Dari penjelasan di atas, diperlukan adanya penyelesaian untuk
permasalahan tersebut, maka dari itu dalam makalah ini akan dibahas mengenai
1
cara penetralan dan penjernihan sumber air payau, dimana zeolit atau bahan
pengganti lainya sebagai bahan penetralan dan biji kelor sebagai bahan
penjernihan air. Makalah ini dibuat dalam upaya mensosialisasikan kepada
masyarakat Pusri Borang agar dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi
dilematika krisis sumber air bersih di daerah tersebut .
1.2 Perumusan Masalah
Permasalahan yang akan dibahas pada penulisan makalah ini terbatas pada
pembuatan alat dan aplikasi zeolit atau bahan pengganti lainya dan biji kelor
sebagai bahan penetral dan penjernih sumber air payau.
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan ini pada dasarnya adalah untuk mensosialisasikan
kepada masyarakat, khususnya masyarakat Pusri Borang untuk mengaplikasikan
alat dan bahan penetral dan penjernih sumber air payau sehingga sumber air
tesebut menjadi layak dikonsumsi oleh masyarakat sekitar.
1.4 Metodologi Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah studi pustaka,
dimana web browser dan literature sebagai panduan penulisan.
1.5 Ruang lingkup Penulisan
Ruang lingkup Penulisan meliputi :
1. Zeolit dan biji kelor yang digunakan sebagai bahan penetral dan penjernih
sumber air payau
2. Proses pembuatan alat untuk penetral dan penjerniahn sumber air payau
3. Pengujian rasa, warna dan bau sumber air yang telah mengalami
penetralan dan penjernihan
2
1.6 Sistematika Penulisan
Penulisan ini terdiri dari lima bab secara sistematika dan berurutan
yaitu:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah,
tujuan penulisan, ruang lingkup penelitian dan sistematika.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menjelaskan mengenai sifat dan manfaat zeolit dan biji
kelor sebagai penetral dan penjernih air payau
BAB III METODOLOGI
Bab ini menjelaskan tentang bahan, alat, tempat dan waktu serta
prosedur pembuatan alat penjernihan dalm rangka penulisan
maklah ini
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi hasil dan pembahasan dari hasil penentralan dan
penjerinihan air payau dengan menggunakan alat dan bahan yang
digunakan untuk penjernihan dan penetralan tersebut
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari analisa pembahasan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sifat-sifat Zeolit
Zeolit adalah mineral alami yang merupakan senyawa aluminium silikat
hidrat yang mempunyai luas permukaaan luas dan kapasitas tukar kation yang
tinggi. Pada awal pemanfaatan proses pertukaran ion dalam industri, resin penukar
ion berasal dari senyawa inorganik mineral zeolit. Dengan berkembangnya resin
sintetis organik yang berkapasitas tukar ion lebih besar pemakaian mineral zeolit
sebagai penukar ion semakin sediktit. Pemakaianya dapat ditingkatkan jika
kapaitas tukar kation dapat ditingkatkan mendekati resin-resin organik dengan
harga yang lebih murah.
Diseluruh dunia terdapat lebih dari empat puluh macam zeolit alam salah
satunya adalah Clinoptilolite dengan rumus kimia (CaNa2K2)(Al2SiO)24H2O.
Clinoptilolite mempunyai struktur cincin dua dimensi yang berisi 8 dan 10 lubang.
Lubang terbesar dalam struktur tersebut berukuran 4,4 x 7,2 Angstrom. Sifat
Kimia perumakaan zeolit mrip dengan lempung Smectite. Namun berbeda dengan
lempung yang lengket, partikel zeolit ada dalam ukuran milimeter atau lebih,
bebas dari mengkerut, mengembang dan lengket. Sifat ini sangat cocok untuk
material operasi “aliran melalui media porous” yang memrlukan sifat hidrolis
tertentu.
Zeolit dapat menukar ion-ion yang ada dalam air payau dengan ion-ion
bermuatan listrik yang sama dengan ion dalam larutan air payau tersebut. Bahan
penukar ion berasa padat akan mengeluarkan ion dan masuk ke dalam larutan, ion
ini diikat kedalam bahan penukar ion dengan demikian terjadi pemisahan ion-ion
yang tidak dikehendaki dari dalam larutan. Contohnya ion Ca2+ dari dalam resin
dengan ion Na+ dari dalam larutan. Jumlah muatan yang dipertukarkan harus
sama, yaitu satu gram ekivalen Ca2+ dengan satu gram ekivalen Na+.
Dari proses pertukaran ion tersebut, diperoleh penetralan air payau
menjadi air tawar yang layak dikonsumsi masyarakat. Banyak manfaat yang bisa
diperoleh masyarakat diantaranya: air tidak mengandung kadar kapur dan garam
4
sehingga dapat dikonsumsi untuk keperluan sehari-hari, selain itu harganya relatif
lebih murah dibandingkan masyarakat harus membeli air bersih. Satu liter air
cukup dengan satu sendok teh zeolit.
2.2 Sifat-Sifat Biji Kelor
Biji buah kelor (Moringan oleifera) mengandung zat aktif
rhamnosyloxybenzil isothiocyanate, yang mampu mengadopsi dan menetralisir
partikel-partikel lumpur serta logam yang terkandung dalam air. Penemuan yang
telah dikembangkan sejak tahun 1986 di negeri Sudan untuk menjernihkan air dari
anak sungai Nil dan tampunagan air hujan ini di masa datang dapat dikembangkan
sebagai penjernih air Sungai Mahakam dan hasilnya dapat dimanfaatkan oleh
PDAM setempat.
Serbuk biji buah kelor ternyata cukup ampuh menurunkan dan
mengendapkan kandungan unsur logam berat yang cukup tinggi dalam air,
shingga air tersebut memenuhi standar baku air minum dan air bersih.
Menurut penelitian terhadap sungai Mahakam, kandungan logam besi
dalam air yang sebelumnya mencapai 3,23mg/l, setelah dibersihkan dengan
serbuk biji kelor menurun menjadi 0,13mg/l, dan telah memenuhi standar baku
mutu air minum, yaitu 0,3 mg/l dan standar mutu air bersih 1,0mg/l. Sedangkan
tembaga (Cu) yang semula 1,15mg/l menjadi 0,12mg/l, tealah memenuhi standar
baku mutu air minum dan air bersih yang diperbolehkan, yaitu 1 mg/l, dan
kandungan logam mangan (Mn) yang semula 0,24 mg/l menjadi 0,04mg/l, telah
memenuhi standar baku mutu air minum dan air bersih 0,1 mg/l dan 0,5 mg/l.
Selain itu, berdasrkan hasil uji sifat fisika, kualitas air sungai Mahakam
dengan Parameter kekeruhan semula mencapai 146NTU, setelah dibersihkan
dengan serbuk biji kelor menurun menjadi 7,75 NTU, atau memenuhi standar
baku air bersih yang ditetapkan, yaitu 25 NTU. Untuk parameter warna yang
semula sebesar 233 Pt.Co menjadi 13,75 Pt.Co, atau telah memenuhi standar baku
mutu air minum dan air bersih 15 Pt.Co dan 50 Pt.Co.
Namun apabila air tersebut dikonsumsi untuk diminum, aroma kelor yang
khas masih terasa, oleh sebab itu, pada bak penampungan air harus ditambahkan
arang. Arang berfungsi untuk menyerap aroma kelor tersebut.
5
BAB III
METODOLOGI
3.1 Bahan dan Peralatan
3.1.1 Bahan Yang Diperlukan
Pelaksanaan pembuatan alat penetral dan penjernih air payau
menggunakan bahan alami dan kimiawi, diantaranya :
1. Bubuk Zeolit sebagai bahan penetral Na dan Cl dari air payau
2. Biji kelor yang telah ditumbuk sebagai bahan penjernih air payau
3. Bahan tambahan penjernih pada umumnya, seperti : arang, kerikil, sabut
kelapa dan pasir
3.1.2 Peralatan Yang Diperlukan
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah:
1. 2 buah tempat penampungan air, penjernihan dan penyaringan air
2. Keran
3. Pengaduk
4. Alat bantu lainya yang diperlukan
3.2 Persiapan Bahan dan Peralatan
3.2.1 Persiapan Bahan
1. Biji kelor yang telah di petik, dibuang kulitnya, setelah bersih terlepas dari
kulinya, lakukan penumbukan hingga halus
2. Biji kelor yang telah di haluskan dibagi menjadi dua bagian, sebagian dari
yang telah dihaluskan dicampurkan dengan sedikit air sampai berbentuk
pasta dan sebagian lagi dibiarkan dalam bentuk biji yang halus
3. Ijuk / sabut kelapa dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai
kering
4. Pasir halus dicuci dengan air bersih dalam ember, diaduk sehingga kotoran
dapat dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering
5. Kerikil dan batu dicuci dengan air dan dijemur hingga kering
6
3.2.2 Persiapan Alat
Bak penampung untuk penjernihan dan penyaringan dicuci hingga bersih,
bak penampung dapat berupa ember, kaleng cat, drum atau galon yang
sudah tidak terpakai lagi
3.3 Tahap Pembuatan Alat
1. Dua buah Bak (penampung) yang telah dibersihkan, masing-masing di beri
nama. Bak I, sebagai bak untuk proses penetralan dan penjernihan
sedangkan Bak II sebagai bak untuk proses penyaringan
2. Pada Bak I diisi dengan air payau
3. Pada bak penyaringan (Bak II), diisi dengan ijuk setebal 5 cm, pasir
setebal 3 cm, ijuk setebal 3 cm, pasir setebal 2 cm, arang setebal 3 cm,
kerikil setebal 5 cm, dan koral setebal 3 cm
5. Lubangi atau beri saluran pada bak II agar, air bersih hasil penetralan dan
penjernihan serta penyaringan dapat dialirkan
3.4 Tahap Penggunaan Alat
3.4.1 Penetralan dan Penjernihan pada Bak I
1. Salah satu bak yang telah dibersihkan diisi dengan air payau
2. Masukkan bubuk zeolit ke dalam bak tersebut, dengan perbandingan 1
sendok teh zeolit untuk satu liter air payau
3. Masukkan biji kelor yang telah ditumbuk halus dan pasta biji kelor
kedalam bak tersebut, dengan perbandingan 1 biji kelor untuk satu liter air
payau
4. Aduklah secara cepat, dengan durasi 30 detik.
5. Kemudian diaduk secara perlahan dan beraturan selama 5 menit.
6. Setelah dilakukan pengadukan, air diendapkan selama 1-2 jam. Makin
lama waktu pengendapan makin jernih dan netral air yang diperoleh
7. Apabila air payau telah diendapkan, maka air tersebut telah mengalami
proses penetralan dan penjernihan, selanjutnya dilakukan penyaringan
7
kembali agar air benar-benar bersih dan siap dimanfaatkan tanpa adanya
sisa – sisa pengendapan
3.4.2 Penyaringan pada Bak II
Setelah diendapkan, kemudian air payau yang telah netral tersebut di
saring kembali dalam bak penyaringan, berikut tahapannya:
1. Dari bak pengendapan, pisahkan air yang jernih endapan, dengan cara
memindahkan air jernih menuju ke bak penyaringan. Pemisahan
diusahakan harus dilakukan dengan hati-hati agar endapan tidak ikut
terbawa
2. Beri saluran atau keran pada bak penyaringan, sehinga air bersih hasil
penetralan, penjernihan dan penyaringan dapat mengalir dan dimanfaatkan
3.5 Diagram Alir Persiapan dan Pembuatan Alat
8
Persiapan Peralatan
Pembuatan Alat
Pembagian Menjadi Bak I dan Bak II
Persiapan Bahan
Bak I diisi air payau
Bak II diisi dengan ijuk, pasir, arang, kerikil dan
batu
Dimasukkan ke dalam air payau dalam bak I
Bak II dilubangi sebagai saluran keluarnya air hasil
penyaringan
Penggunanan Alat
Biji kelor di kupas dan dihaluskan
Dibentuk pasta
Dalam Bentuk butiran
Zeolit dimasukkan dalam bak I
diendapakan
Jernih
Dialirkan ke Bak II
Disaring di Bak II
Jernih
Selesai
YaTidak
Ya
Tidak
Persiapan
3.6 Tahap Pemeliharaan Alat
Tahap pemeliharaan alat meliputi :
1. Apabila telah terbentuk endapan pada Bak I, maka endapan tersebut
dibuang, dengan cara mengalirkanya melalui saluran atau keran pada
bagian dasar bak
2. Bahan-bahan seperti, ijuk, pasir, kerikil dan batu di bersihkan dengan air
bersih kembali kemudian dijemur hingga kering seperti yang dilakukan
pada tahap persiapan bahan
3. Apabila bak sudah kotor, cuci kembali bak dengan air bersih kemudian
rangkai kembali bahan-bahan kedalam bak
9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Yang Diperoleh Pada Bak I
Dari hasil pengendapan pada Bak I, dapat diamati bahwa air hasil
pengendapan tersebut berwarna jernih dan kadar Na serta Cl dari air payau
tersebut telah netral, sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga
bagi masyarakat sekitar, namun ada kalanya air dalam bak pengendapan
ditakutkan masih sedikit bearoma buah kelor, selain itu kadar Na dan Cl yang
tinggi mempengaruhi jumlah endapan, sehingga ditakutkan endapan kadang kala
masih terbawa di air yang jernih, untuk itu ada baiknya air di saring kembali
dengan arang dan bahan lainya pada Bak II, agar dapat dan layak dikonsumsi
sebagai air minum yang tidak berbahaya bagi kesehatan
4.2 Hasil Yang diperoleh Pada Bak II
Dari hasil penyaringan pada Bak II, dapat diamati air hasil penyaringan
tersebut berwarna jernih, berasa tawar dan tidak berbau, sehingga benar-benar
layak dimanfaatkan untuk kebutuhan sehari-hari dan kebutuhan air minum,
dengan memasak terlebih dahulu air tersebut.
Dari hasil yang diperoleh dapat disimpulkan bahwa air yang melewati
proses penetralan dan penjernihan serta penyaringan dengan alat yang telah dibuat
dimana menggunakan bahan dan peralatan yang sederhana, dapat di manfaatkan
untuk dikonsumsi oleh masyarakat, karena mutu air telah memenuhi standar baku
mutu air, dimana air hasil penetralan dan penjernihan serta penyaringan tersebut
telah tidak berbau, berasa tawar, tidak berwarna dan tidak mengandung zat-zat
berbahaya. Selain itu, penjelasan pada Bab II yang merupakan hasil studi dan
penelitian turut mendukung untuk pemanfaatan alat dan bahan-bahan yang
diguanakan.
10
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
1. Secara Kualitatif telah ditunjukkan bahwa air payau dapat diolah
(dinetralkan) menjadi air tawar menggunakan zeolit dengan prinsip
pertukaran ion
2. Biji kelor sebagai bahan sederhana, terbukti dapat menjernihkan
air, baik air sungai, rawa maupun air payau
3. Bahan tambahan, seperti ijuk, arang, pasir, kerikil dan pasir
mampu menyaring air, sehingga air dapat benar – benar jernih,
berasa tawar dan tidak berbau, sehingga menjadi layak dikonsumsi
oleh masyarakat
4. Dari segi keuangan, penetralan dan penjernihan air dengan
menggunakan alat yang telah dibuat dapat lebih hemat jika
dibandingkan dengan harga air bersih yang harus dibeli oleh
masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari
5. Alat dan bahan dapat dimanfaatkan secara sederhana dan tidak
berbahaya bagi kesehatan
4.2 Saran
1. Masyarakat diharapkan dapat mengapliksaikan dan memanfaatkan
bahan dan alat yang dimuat dalam makalah ini
2. Peran serta pemerintah sangat dibutuhkan dalam membantu
mensosialisasikan pengolahan dan pemanfaat sumber air payau ini
seperti yang tertulis dalam makalah ini, agar masyrakat dapat lebih
mengerti dan percaya untuk memanfaatkanya.
3. Pemerintah dan masyarakat diharapkan mampu berinovasi untuk
mengolah sumber air menjadi sumber air layak konsumsi dengn
tujuan menanggulangi masalah krisis sumber air bersih
11
DAFTAR PUSTAKA
Al Azharia Jahn, Samia. 1981. Traditional Water Purification in Tropical Developing Countries : Existing Methods and Potential Application. Eschborn : GTZ
---. 1991. Buku Panduan Air dan Sanitasi, Pusat Informasi Wanita dalam Pembangunan PDII-LIPI bekerjasama dengan Swiss Development Cooperation. Jakarta.
12
LAMPIRAN
13
top related