psychological well-being pada guru honorer
Post on 14-Jan-2017
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
PSYCHOLOGICAL WELL-BEING
PADA GURU HONORER SEKOLAH DASAR
DI KECAMATAN WONOTUNGGAL
KABUPATEN BATANG
SKRIPSI
disajikan sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi
Jurusan Psikologi
oleh
Heri Setiawan
1550407024
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2014
ii
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi dengan judul
Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang benar-benar hasil karya sendiri, bukan jiplakan
dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan pada
kode etik ilmiah.
Semarang, 20 Agustus 2014
Heri Setiawan
NIM.1550407024
iii
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul Psychological Well-Being pada Guru Honorer
Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang telah
dipertahankan dalam sidang dihadapan panitia ujian skripsi Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Semarang, pada tanggal 27 Agustus 2014.
Panitia
Ketua Sekretaris
Drs. Budiyono, M.S. Rahmawati Prihastuti, S.Psi., M.Si.
NIP 19631209 198703 1 002 NIP 19790502 200801 2 018
Penguji I Penguji II
Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si. Sugiariyanti, S.Psi.,M.A.
NIP 19720204 200003 2 001 NIP 19780419 200312 2 001
Penguji III/ Pembimbing Utama
Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi., M.A
NIP 19581125 198601 2 001
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto :
Untuk Benar-Benar Menjadi Besar, Seseorang Harus Berdampingan dengan
Orang Lain, Bukan di Atas Orang Lain. (Charles de Montesquieu)
Esensi Menjadi Manusia Adalah Ketika Seseorang Tidak Mencari Kesempurnaan.
(George Orwell)
PERSEMBAHAN :
Karya sederhana ini aku persembahkan kepada:
Keluargaku tercinta, bapak, ibu, kakak, dan adik
Seluruh teman-teman Jurusan Psikologi angkatan 2007
Almamater Psikologi UNNES
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat ALLAH SWT atas limpahan rahmatnya sehingga
skripsi yang berjudul “Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang” dapat penulis selesaikan
dengan baik.
Penyusunan skripsi ini sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar
Sarjana Psikologi di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Drs. Hardjono, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Semarang.
2. Dr. Edy Purwanto, M.Si., Ketua Jurusan Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.
3. Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi., M.A, sebagai Dosen Pembimbing Utama
sekaligus sebagai Dosen Wali yang dengan sabar telah membimbing dan
memberikan petunjuk serta arahan sehingga penulisan skripsi ini dapat
terselesaikan.
4. Rulita Hendriyani, S.Psi.,M.Si., sebagai Penguji I skripsi yang telah
memberikan masukan dan penilaian terhadap skripsi yang disusun oleh
peneliti.
5. Sugiariyanti, S.Psi.,M.A., sebagai Penguji II skripsi yang telah memberikan
masukan dan penilaian terhadap skripsi yang disusun oleh peneliti.
vi
6. Suparno, S.Pd., M.si. selaku Kepala UPTD Disdikpora Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang yang telah memberikan ijin serta membantu
selama penulis melaksanakan proses penelitian.
7. Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
yang telah bersedia menjadi responden selama pelaksanaan penelitian.
8. Bapak Tumarjo, Ibu Rubinem, Bayu Setiaji, Shinta Aji Pratiwi dan seluruh
keluarga yang telah memberikan motivasi, doa, cinta serta kasih sayangnya
kepada penulis.
9. Seluruh staf pengajar Jurusan Psikologi yang telah memberikan ilmu dan
pengalaman selama proses kuliah.
10. Yang tercinta Astikha Lutfiana dan sahabat-sahabat penulis yang telah
memberikan dorongan semangat, dan membantu penulis (Ari
Suryaman/Bolor, Indra Aji, Tyo, Singgih Kemput, Adi, Singgih Agung,
Kulphunk, Budhe Mahardika, Agung, Gosong, Dheri, Cikal, Kak Ucup,
Adam, Kak Cireng, Kak Indra, Latif, Jeje Sport).
11. Teman-teman Psikologi Universitas Negeri Semarang Angkatan 2007 terima
kasih atas kebersamaan kita selama ini, tetaplah berjuang kawan.
Semoga segala kebaikan dan keikhlasan mendapat balasan dan rahmat
Allah SWT. Akhir kata semoga karya ini bermanfaat.
Semarang, 20 Agustus 2014
Penulis
vii
ABSTRAK
Setiawan, Heri. 2014. Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah
Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Skripsi. Jurusan Psikologi
Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing
Utama Dra. Tri Esti Budiningsih, S.Psi., M.A
Kata kunci: psychological well-being, guru honorer
Guru honorer yang bekerja pada beberapa sekolah negeri maupun swasta,
sampai saat ini belum memiliki standar gaji yang menitikberatkan pada bobot jam
pelajaran, tingkatan jawaban, dan tanggung jawab masa depan siswanya.
Rendahnya penghasilan tersebut membuat guru honorer tentunya akan mengalami
beberapa hambatan dalam memenuhi kebutuhan fisik, seperti makanan dan tempat
tinggal yang layak, serta mengalami akses untuk meningkatkan kemampuan,
memuaskan minat, dan memelihara hubungan, dimana hal-hal tersebut dapat
memberikan kepuasan terhadap kebutuhan psikologis mereka. Pemenuhan
kebutuhan psikologis ini berkaitan dengan Psychological Well-being seseorang,
dimana semakin terpenuhinya kebutuhan psikologis orang tersebut, maka
Psychological Well-being-nya pun akan semakin meningkat. Oleh karena itu,
uang dianggap sebagai sesuatu yang sangat penting untuk dapat meningkatkan
akses terhadap sumber-sumber penting dalam memperoleh kesenangan dan
merealisasikan diri (self-realization).
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif. Populasi dalam
penelitian ini adalah guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal
Kabupaten Batang yang berjumlah 67 orang. Penelitian ini menggunakan total
sampling yang berjumlah 67 guru honorer sekolah dasar. Data penelitian diambil
menggunakan skala psychological well-being, dengan jumlah item 57 yang valid
dengan koefisien alpha cronbach reliabilitasnya sebesar 0,950. Metode analisis
data yang digunakan adalah analisis data deskriptif dengan metode statistik
deskriptif prosentase.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar atau 61,2 persen (41
orang) menyatakan dirinya memiliki psychological well-being pada kategori
sedang. Sedangkan yang termasuk dalam kriteria tinggi hanya sebesar 7,5 persen
persen (5 orang), dan kriteria rendah sebesar 31,3 persen (21 orang). Dari enam
dimensi psychological well-being yang diteliti, yaitu dimensi penerimaan diri,
hubungan positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan
hidup, dan pertumbuhan pribadi berada pada kategori yang sedang.
Kesimpulan yang dapat dilihat pada gambaran secara umum di Kecamatan
Wonotunggal, guru honorer sekolah dasar yang berada pada kategori sedang.
Berarti dengan gaji yang rendah dimungkinkan psychological well-being guru
honorer sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang menjadi
rendah juga.
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
PERNGESAHAN ........................................................................................... ii
PERNYATAAN ...................................................................................................... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ....................................................................................................... vii
DAFTAR ISI .................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xv
BAB
1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar belakang ...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................ 12
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................. 12
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 13
BAB
2 TINJAUAN PUSTAKA....................................................................... 14
2.1 Psychological Well-Being .................................................................... 14
2.1.1 Pengertian Psychological Well-Being .................................................. 14
2.1.2 Teori-Teori Psychological Well-Being ................................................ 17
2.1.3 Dimensi Psychological Well-Being...................................................... 20
ix
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-Being .......... 24
2.1.5 Dinamika Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-
being ..................................................................................................... 26
2.2. Guru Honorer ....................................................................................... 27
2.2.1 Pengertian Guru Honorer ...................................................................... 27
2.2.2 Hak dan Kewajiban Guru Honorer.................................................. ..... 28
2.3 Psychological Well-Being Guru Honorer Sekolah Dasar Di
Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang....................................... 29
BAB
3 METODE PENELITIAN ..................................................................... 32
3.1 Jenis Penelitian ..................................................................................... 32
3.2 Desain Penelitian ................................................................................. 33
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................... 33
3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian...................................................... ...... 33
3.3.2 Definisi Operasional Variabel........................................................ ...... 33
3.4 Populasi ................................................................................................ 34
3.5 Metode Pengumpulan Data ................................................................. 35
3.6 Validitas dan Reliabilitas .................................................................... 40
3.6.1 Validitas .............................................................................................. 40
3.6.2 Reabilitas ............................................................................................ 40
3.7 Teknik Analisis Data .......................................................................... 41
x
BAB
4 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 43
4.1 Persiapan Penelitian ............................................................................ 43
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian ................................................................ 43
4.1.2 Proses Perijinan ................................................................................... 44
4.2 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................ 44
4.2.1 Menyusun Instrumen Penelitian .......................................................... 44
4.2.2 Pengumpulan Data .............................................................................. 45
4.2.3 Pelaksanaan Skoring ........................................................................... 46
4.2.4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Skala Psychological Well-Being ...... 46
4.3 Analisis Hasil Penelitian ..................................................................... 49
4.3.1 Analisis Deskriptif .............................................................................. 49
4.3.1.1 Gambaran Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang..................... 50
4.3.1.1.1 Gambaran Umum Psychological Well-being pada Guru Honorer
Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang..... 50
4.3.1.1.2 Gambaran Spesifik Psychological Well-Being pada Guru Honorer
Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
Ditinjau dari Tiap Dimensi.............................................................. 52
4.3.1.2 Ringkasan Analisis Psychological Well-Being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
Ditinjau Dari Masing-Masing Dimensi........................................ ..... 64
4.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Psychological Well-Being Pada
Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal
Kabupaten Batang............................................................................... 67
4.4.1 Faktor Usia......................................................................................... 67
4.4.2 Faktor Jenis Kelamin.......................................................................... 71
xi
4.5 Pembahasan........................................................................................ 76
4.6 Keterbatasan Penelitian ...................................................................... 83
BAB
5 PENUTUP ......................................................................................... 84
5.1 Simpulan ........................................................................................... 84
5.2 Saran .................................................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 86
LAMPIRAN ..................................................................................................... 89
xii
DAFTAR TABEL
Tabel
3.1 : Definisi-definisi Pedoman Teori Psychological Well-Being ................ 37
3.2 : Kriteria dan Nilai Alternatif Jawaban Skala Psikologis ....................... 38
3.3 : Blue Print Skala Psychological Well-Being ......................................... 38
4.1 : Skala Psychological Well-Being ........................................................... 47
4.2 : Interpretasi reliabilitas .......................................................................... 49
4.3 : Penggolongan Kategori Analisis Berdasarkan Mean Teoritik ............. 49
4.4 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru
Honorer Sekolah Dasar ........................................................................ 51
4.5 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Dimensi Penerimaan Diri ............................................. 54
4.6 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain .......... 56
4.7 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Dimensi Otonomi ......................................................... 57
4.8 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Dimensi Penguasaan Lingkungan ................................ 59
4.9 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Dimensi Tujuan Hidup ................................................. 61
4.10 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Dimensi Pertumbuhan Pribadi ..................................... 63
4.11 : Komposisi Ringkasan Analisis Psychological Well-Being Pada Guru
Honorer Sekolah Dasar Ditinjau Dari Masing-Masing Dimensi ......... 64
4.12 : Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Well-
Being ..................................................................................................... 66
4.13 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru
Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 25-39............................ 68
xiii
4.14 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru
Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59............................ 70
4.15 : Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru
Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria ......................................... 73
4.16 : Distribusi Frekuensi Psychological Well-Being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita .................................................. 75
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar
4.1 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being..................... ... 52
4.2 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Penerimaan Diri ........................................................... 54
4.3 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Hubungan Positif Dengan Orang Lain ........................ 56
4.4 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Otonomi.................................................................... ... 58
4.5 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Penguasaan Lingkungan ............................................ 60
4.6 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Tujuan Hidup ............................................................... 62
4.7 : Diagram Psychological Well-Being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Dimensi Pertumbuhan Pribadi ..................................... 64
4.8 : Diagram Analisis Psychological Well-Being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar ....................................................................................... 65
4.9 : Diagram Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi
Psychological Well-Being .................................................................... 66
4.10 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada Guru
Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 25-35
Tahun.................................................................... ................................ 69
4.11 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada Guru
Honorer Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59.......................... 71
4.12 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada Guru
Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria ......................................... 74
4.13 : Diagram Gambaran Umum Psychological Well-Being Pada
Guru Honorer Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita ........................... 76
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Instrumen Penelitian .................................................................................... 90
2 Tabulasi Data ............................................................................................... 102
3 Hasil Uji ...................................................................................................... 109
1. Hasil Uji Validitas Skala Psychological Well-Being .............................. 110
2. Hasil Uji Reliabilitas Skala Psychological Well-Being .......................... 115
4 Analisis Deskriptif............................................................................. .......... 116
1. Distribusi Statistik Deskriptif Instrumen............................................ .... 117
2. Distribusi Statistik Frekuensi............................................................ ...... 118
5 Surat Penelitian............................................................................................ 128
1
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Manusia senantiasa beperilaku dalam rangka memenuhi kebutuhannya.
Namun pencapaian kebutuhan setiap manusia berbeda-beda. Ada yang berhasil
memenuhi kebutuhannya, namun ada pula yang belum bisa memenuhi
kebutuhannya karena berbagai macam faktor penyebab.
Pencapaian kebutuhan tentunya akan membuat manusia menjadi bahagia
dan kegagalan dalam mencapai kebutuhan juga bisa menimbulkan permasalahan
meskipun tidak sedikit orang yang juga berhasil melewati kegagalannya dengan
baik, hal ini terkait dengan kemampuan individu dalam menerima kenyataan.
Aristoteles (dalam Ryff, 1989: 1070) berpendapat bahwa pengertian
bahagia bukanlah diperoleh dengan jalan mengejar kenikmatan dan menghindari
rasa sakit, atau terpenuhinya segala kebutuhan individu, melainkan melalui
tindakan nyata yang mengaktualisasikan potensi-potensi yang dimiliki individu.
Hal inilah yang merupakan tugas dan tanggung jawab manusia sehingga
merekalah yang menentukan apakah menjadi individu yang merasa bahagia,
merasakan apakah hidupnya bermutu, berhasil, atau gagal.
Teori hirarki kebutuhan Maslow menjadi salah satu tolak ukur yang bisa
digunakan dalam memahami kebutuhan manusia yang sangat beragam. Maslow
menyusun teori kebutuhan dalam bentuk hirarki yang dimulai dari kebutuhan
yang sangat mendasar bagi manusia, seperti kebutuhan makan, minum, dan
2
2
sebagainya hingga kebutuhan yang dianggap tertinggi yaitu kebutuhan aktualisasi
diri (http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow).
Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara berkelanjutan seperti
makan, minum, dan sebagainya manusia dituntut untuk memiliki pekerjaan yang
layak dan mapan agar dalam memenuhi kebutuhan itu tercukupi.
Kebutuhan-kebutuhan yang dimiliki oleh setiap individu tidak akan pernah
berhenti sepanjang hidupnya. Dalam usahanya memenuhi kebutuhan hidup dan
permasalahan yang dihadapi individu tersebut akan membuat individu
mendapatkan pengalaman-pengalaman, baik pengalaman yang menyenangkan
ataupun tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan mengakibatkan kebahagiaan
dan ketidakbahagiaan. Kebahagiaan dan tidak kebahagiaan itu juga disebut
kesejahteraan psikologis atau psychological well-being (Halim & Atmoko, 2005).
Menurut Ryff (1989: 1970) tingkat psychological well-being seseorang
berkaitan dengan tingkat pemfungsian positif yang terjadi dalam hidup orang
tersebut. Dengan kata lain, psychological well-being seseorang akan berkaitan
dengan psychological functioning atau kemampuan berfungsi secara psikologis
orang tersebut dalam menjalani hidupnya. Ketika individu memiliki kondisi
psychological well-being yang baik maka ia mampu berfungsi secara psikologis
dengan baik.
Bila hal ini dispesifikasikan dengan dunia pekerjaan, maka tingkat
psychological well-being seseorang akan berguna dalam komitmen individu,
produktivitas kerja individu, target-target dalam pekerjaan hubungan dengan
rekan kerja, serta penguasaan lingkungan kerja (Horn dkk, 2004: 367).
3
3
Orang dewasa menghabiskan sebagian besar hidupnya dengan bekerja.
Berbagai aktivitas yang terjadi ditempat kerja seperti rutinitas, supervisi, dan
kompleksitas tugas mempengaruhi kemampuan kontrol seseorang sehingga ia
mampu merasakan emosi dan persepsi yang positif mengenai tempat kerjanya.
Penilaian yang positif ini merupakan indikator dari kesejahteraan. Kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) dapat diketahui dari ada atau tidaknya
perasaan bahagia. Ketika seseorang menilai lingkungan kerja sebagai lingkungan
yang menarik, menyenangkan, dan penuh dengan tantangan dapat dikatakan
bahwa ia merasa bahagia dan menunjukkan kinerja yang optimal.
Pekerjaan yang banyak diminati oleh sebagian masyarakat Indonesia
adalah bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS). Dengan bekerja sebagai PNS
mereka akan digaji oleh Negara, bahkan sudah pensiun pun masih tetap
mendapatkan gaji. Maka dari itu kebanyakan masyarakat Indonesia memilih
bekerja sebagai PNS karena mereka berpikiran hidupnya akan sejahtera.
Animo masyarakat yang tinggi dalam setiap penerimaan CPNS, baik yang
sudah berstatus Pegawai Honorer sebelumnya ataupun yang baru melamar,
mengindikasikan profesi tersebut masih begitu menjanjikan, sebagai sebuah
asumsinya, menjadi CPNS akan menjadi titik aman, menerima uang pensiunan,
mendapatkan gaji setiap bulan, dengan segala tunjangan keluarga, kesehatan,
transportasi, dan hingga adanya gaji ke-13, dan akan lebih menjanjikan lagi
apabila dihubungkan dengan kebijakan pemerintah yang meningkatkan gaji dan
kesejahteraan PNS yang hampir setiap tahunnya, pantas saja jika profesi ini akan
semakin banyak diminati. Tidak hanya dampak secara materi semata, namun
4
4
dampak dalam kehidupan bersosial, menjadi PNS biasanya status sosialnya
meningkat, lebih percaya diri, dan sudah barang tentu lebih dihormati dalam
kehidupan bermasyarakat.
Menurut KORAN SINDO pada hari Kamis, tanggal 24 April 2014,
profesi pegawai Negeri Sipil (PNS) menjadi incaran nomor wahid masyarakat
Indonesia. Tak heran, berjuta-juta pelamar selalu berebut posisi tersebut saat
dibuka rekrutmen calon abdi masyarakat ini. Dari survei yang dilakukan Litbang
KORAN SINDO, sebanyak 15% responden menyatakan mengidamkan menjadi
PNS dalam hidupnya. Survei ini dilakukan terhadap penduduk Indonesia berusia
15-25 tahun. (m.koran-sindo.com/node/384472).
Salah satu pekerjaan PNS yang paling banyak diminati masyarakat
Indonesia adalah bekerja sebagai guru. Dengan bekerja sebagai guru yang sudah
diangkat menjadi PNS hidup mereka akan tercukupi. Apalagi guru yang sudah
mendapatkan sertifikasi, gajinya bisa dikatakan lebih banyak dan bisa untuk
mencukupi kebutuhan sehari-hari. Menurut hasil survei Media Indonesia hari
Selasa tanggal 9 November 2013, pekerjaan sebagai guru menduduki posisi kedua
terbanyak pekerjaan yang paling diminati masyarakat Indonesia setelah Dokter.
(forinsight.wordpress.com/2013/11/9/10-pekerjaan-tervaforit/)
Dengan adanya UU Guru dan Dosen, saat ini profesi guru pun mulai
dilirik orang, karena UU ini menjanjikan perbaikan kesejahteraan bagi para guru
yang profesional, yaitu tunjangan sebesar satu kali gaji pokok dan tambahan
tunjangan fungsional (Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007).
5
5
Disisi lain di Indonesia terdapat juga guru honorer yang statusnya belum
Pegawai Negeri Sipil. Kebanyakan guru honorer di Indonesia belum memiliki
kesejahteraan karena gajinya bisa dikatakan sangat sedikit yaitu antara RP.
200.000,00 sampai Rp. 500.000,00. Banyak guru di Indonesia yang belum
diangkat menjadi PNS. Mereka kebanyakan hanya berperan menjadi Guru
honorer yang digaji sangat sedikit. Hal ini sangat memprihatinkan karena dengan
pendapatan gaji yang sedikit itu tidak bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari. Dari
keadaan yang terjadi tersebut maka Guru honorer mengharapkan untuk diangkat
menjadi PNS.
Menurut Ketua Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan
dan Penjamin Mutu Pendidikan, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Syawal
Gultom kepada harian Kompas pada hari Senin, tanggal 5 Maret 2012, bahwa
jumlah guru honorer di Indonesia tahun 2012 mencapai 904.378 orang.
(http://edukasi.kompas.com/2012/03/06/06420188/Guru.Honorer.Membengkak).
Guru honorer yang bekerja pada beberapa sekolah negeri maupun swasta,
sampai saat ini belum memiliki standar gaji yang menitikberatkan pada bobot jam
pelajaran, dan tanggung jawab masa depan siswanya. Banyak diantara mereka
yang bekerja melebihi dari imbalan yang mereka terima. Dengan kata lain,
insentif atau gaji yang mereka terima tidak sebanding dengan pekerjaan yang
mereka laksanakan dan tanggung jawab yang mereka terima terhadap masa depan
siswanya.
Berbeda kondisi dengan para guru yang telah diangkat statusnya menjadi
Pegawai Negeri Sipil (PNS). Selain kenaikan gaji pokok, pemerintah juga
6
6
memberikan gaji bulan ke-13 bagi PNS dan pensiunan. Bahkan PNS yang
berstatus guru, selain mendapatkan kenaikan gaji setiap tahunnya, mereka juga
mendapatkan tunjangan perbaikan kesejahteraan bagi mereka yang sudah lolos
sertifikasi.
Minimnya kesejahteraan guru honorer telah menyebabkan konsentrasi
guru honorer terpecah menjadi beberapa sisi. Disatu sisi seorang guru harus
menambah kapasitas akademis pembelajaran dengan terus memperbaharui dan
berinovasi dengan media, metode pembelajaran, dan kapasitas dirinya. Disisi lain,
seorang guru honorer dituntut memenuhi kesejahteraannya dengan melakukan
usaha atau kegiatan lain seperti katering, bimbingan belajar, dan lain-lain.
Di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang memiliki cukup banyak
guru honorer, khususnya guru honorer Sekolah Dasar, menurut kepala UPTD
Kecamatan Wonotunggal memiliki 67 guru honorer di Sekolah Dasar. Dari hasil
wawancara yang dilakukan pada 4 guru honorer sekolah dasar yang ada di
kecamatan Wonotunggal pada hari Senin tanggal 22 Juli 2013, mereka rata-rata
hanya digaji Rp. 250.000,00 per bulan. Ada juga yang digaji tiap jam pelajaran.
Mereka mengatakan dengan gaji yang rendah tersebut membuat guru honorer
mengalami beberapa hambatan dalam memenuhi kebutuhan fisik, seperti
makanan dan tempat tinggal yang layak, serta mengalami akses untuk
meningkatkan kemampuan, memuaskan minat, dan memelihara hubungan,
dimana hal-hal tersebut dapat memberikan kepuasan terhadap kebutuhan
psikologis mereka.
7
7
Ryan & deci (2001: 146) mengatakan, pemenuhan kebutuhan psikologis
ini berkaitan dengan psychological well-being seseorang, dimana semakin
terpenuhinya kebutuhan psikologis orang tersebut, maka psychological well-
being-nya pun akan semakin meningkat. Oleh karena itu, uang dianggap sebagai
sesuatu yang sangat penting untuk dapat meningkatkan akses terhadap sumber-
sumber penting dalam memperoleh kesenangan dan merealisasikan diri (self-
realization). Menurut Ryff dan Singer (dalam Ryan & Deci, 2001:146),
perealisasian diri terhadap potensi yang sebenarnya dimiliki ini merupakan
gambaran untuk mencapai psychological well-being.
Ryff kemudian mengemukakan adanya enam dimensi yang membangun
psychological well-being seseorang. Dimensi yang Petama adalah penerimaan diri
(self-acceptance), yaitu kepemilikan sikap yang positif terhadap diri. Kedua
adalah hubungan positif dengan orang lain (positive relations with others), yaitu
kemampuan seseorang untuk membina hubungan yang baik dengan orang lain.
Ketiga adalah kemandirian (autonomy), yaitu kemampuan seseorang untuk
mengambil keputusan bagi dirinya sendiri berdasarkan standart pribadi dan tidak
bergantung pada pandangan orang lain. Keempat adalah penguasaan lingkungan
(environmental mastery), yaitu kemampuan seseorang untuk memilih atau
membentuk lingkungan yang sesuai dengan keadaan dirinya. Kelima adalah
tujuan hidup (purpose in life), yaitu kepercayaan yang menimbulkan perasaan
bahwa hidup itu berarti dan memiliki tujuan, dimensi yang terakhir adalah untuk
pertumbuhan pribadi (personal growth), yaitu kemampuan untuk
mengembangkan potensi diri (Ryff, 1989: 1070).
8
8
Penelitian mengenai psychological well-being dinilai penting untuk
dilakukan karena tidak hanya memberikan manfaat yang bersifat teoritis, tetapi
juga manfaat yang bersifat praktis. Meskipun demikian, penelitian mengenai
psychological well-being pada guru honorer belum banyak dilakukan di
Indonesia. Sebuah penelitian yang dianggap paling mendekati penelitian tersebut
adalah penelitian yang dilakukan oleh Sumule dan Taganing (2008) mengenai
“Psychological Well-Being pada Guru di Yayasan PESAT Nabire, Papua”, yaitu
sebuah yayasan yang terletak diwilayah pedalaman Papua. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa sejumlah guru yang menjadi subjek dalam
penelitian tersebut memiliki tingkat psychological well-being yang beragam. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan kondisi dimensi-dimensi psychological well-
being yang beragam terutama dipengaruhi oleh faktor spiritualitas, pengalaman
masa lalu, dan dukungan sosial. Selebihnya peneliti belum menemukan penelitian
psychological well-being lain yang dilakukan terhadap guru honorer atau subjek
lain yang serupa. Padahal, penelitian mengenai psychological well-being pada
guru honorer dinilai dapat memberikan kontribusi terhadap kemajuan dunia
pendidikan.
Penelitian yang dilakukan Ryff dkk. (dalam Ryan & Deci, 2001:154)
menunjukan adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkatan
Psychological Well-being seseorang. Biasanya seseorang dengan status ekonomi
yang rendah cenderung, memiliki Psychological Well-being yang rendah pula,
khususnya pada dimensi penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan,
dan pertumbuhan pribadi. Hal ini kerena mereka sering membandingkan diri
9
9
sebagai orang yang lebih buruk dibandingkan orang lain dan merasa mereka tidak
mampu untuk mengumpulkan sumber-sumber yang dapat membantu dalam
menghadapi kelemahan mereka.
Dalam penelitian yang dipaparkan diatas menunjukan adanya pengaruh
spiritualitas, pengalaman masa lalu, dukungan sosial budaya, dan status sosial
ekonomi terhadap psychological well-being. Sayangnya, berbagai penelitian
tersebut juga menunjukan hasil yang berbeda dan penelitian mengenai
psychological well-being guru honorer di Indonesia belum banyak dilakukan.
Namun, penelitian di Barat mengenai psychological well-being dan status social
ekonomi ini menunjukan bahwa semakin rendah status sosial ekonomi seseorang,
maka psychological well-being pun semakin rendah. Hal ini membuat peneliti
tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai psychological well-being pada guru
honorer sekolah dasar.
Penelitian ini difokuskan terhadap guru honorer sekolah dasar karena guru
honorer yang mengajar di Sekolah Dasar dianggap memiliki beban kerja yang
lebih berat daripada guru honorer di Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah
Menengah Atas. Dengan pendapatan yang relatif rendah, guru honorer Sekolah
Dasar dituntut untuk mengerjakan hampir semua mata pelajaran sebagaimana
guru yang telah berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil. Perbedaan beban kerja
dengan jumlah pendapatan yang relatif sama dinilai akan berpengaruh terhadap
psychological well-being guru honorer. Menurut salah satu guru yang ada di
Purwokerto pada harian Pikiran Rakyat hari Sabtu tanggal 23 Agustus 2014:
10
10
Padahal guru honorer SD juga membutuhkan kesejahteraan. Sebab
honor saya terima hanya dari sekolah. Sebulan yang saya terima
hanya Rp. 300.000,00 saja sementara beban pekerjaan saya lebih
besar dari pada guru SMP atau SMA....(www.pikiran-
rakyat.com/node/127787)
Sementara itu, Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dipilih sebagai
lokasi penelitian karena merupakan salah satu Kecamatan di Kabupaten Batang
dengan jumlah guru honorer sekolah dasar yang banyak, yaitu mencapai 67 guru
honorer dengan 21 sekolah dasar terdapat rata-rata 2 sampai 3 guru honorer
disetiap sekolah dasar.
Menurut studi pendahuluan awal yang dilakukan, hasil yang diperoleh
menunjukkan bahwa kehidupan yang dialami sebagian besar guru honorer
Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal terbilang cukup berat dimana dengan
gaji dibawah RP. 500.00,00 mereka belum merasa bahagia lantaran keadaan
keluarganya pas-pasan, merasa terbebani dengan status sosialnya sekarang,
merasa malu karena hanya sebagai guru honorer tetapi mereka berusaha bekerja
demi menghidupi keluarganya, kurang harmonis, ada rasa iri ketika melihat guru
yang sudah PNS karena gajinya yang lebih tinggi, dan mereka belum bisa
mencapai apa yang mereka inginkan. Namun ada pula guru honorer yang merasa
sudah cukup bahagia walaupun dengan keadaan serupa. Cara yang mereka pilih
ketika menghadapi masalah atau keadaan tersebut beragam, diantaranya: ada yang
merasa lega setelah bercerita pada teman, minta masukan pada seseorang yang
berpengalaman, dan ada pula yang memilih untuk mendekatkan diri pada Allah.
Selain itu dari hasil studi pendahuluan dengan metode wawancara kepada
3 kepala sekolah dasar yang ada di kecamatan Wonotunggal, peneliti
11
11
mendapatkan informasi bagaimana keadaan psychological well-being guru
honorer yang ada di kecamatan Wonotunggal. Dari hasil wawancara tersebut
peneliti mendapatkan informasi kalau sebagian besar guru hororer SD di
kecamatan Wonotunggal belum bisa menerima keadaan dirinya, belum bisa
menerima berbagai aspek baik dan buruk, hal ini menunjukkan kalau dimensi
penerimaan diri masih rendah. Selain itu sebagian guru honorer juga merasa
kurang bisa menggunakan kesempatan secara efektif disekitarnya, belum bisa
menguasai dan mengatur lingkungan tujuan, hal ini menunjukkan dimensi
penguasaan lingkungan masih rendah. Dan yang terakhir sebagian besar guru
honorer masih rendah dalam pertumbuhan pribadi, hal ini ditunjukkan dengan
merasa jenuh dan tidak tertarik dengan kehidupan, serta tidak mampu
mengembangkan sikap serta tingkah lakunya, dan tidak bisa mengembangkan
potensi yang dimilikinya.
. Bagi guru honorer yang mampu melewati dan menghadapi masalah yang
dihadapi dan berkompetensi mengatur lingkungan, maka akan mengarah pada
kondisi psikologis yang positif dan terbentuklah kesejahteraan psikologis
(psychological well-being) dalam dirinya. Jiwa yang sejahtera menggambarkan
seberapa positif seseorang menghayati dan menjalani fungsi-fungsi psikologisnya.
Peneliti psychological well-being, Ryff & Keyes (1995: 721) menyatakan,
seseorang yang jiwanya sejahtera apabila ia tidak sededar bebas dari tekanan atau
masalah mental yang lain. Lebih dari itu, ia juga memiliki penilaian positif
terhadap dirinya dan mampu bertindak secara otonomi, serta tidak mudah hanyut
oleh pengaruh lingkungan.
12
12
Dari hasil wawancara guru honorer dan beberapa kepala sekolah SD di
Kecamatan Wonotunggal, menunjukkan bahwa sebagian besar guru honorer SD
memiliki psychological well-being yang rendah, sedangkan dari informasi
beberapa kepala sekolah menunjukkan kalau sebagian besar guru honorer di
kecamatan Wonotunggal memiliki psychological well-being rendah juga.
Jika melihat tentang fenomena rendahnya kesejahteraan psikologis guru
honorer Sekolah Dasar di Kecamatan Wonotunggal, kabupaten Batang seperti
yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai:
“Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan
Wonotunggal, Kabupaten Batang”.
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimana tingkat psychological well-being guru honorer Sekolah Dasar
di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang?
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui tingkat psychological well-being guru honorer Sekolah
Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan
pemikiran terhadap perkembangan teori keilmuan psikologi pada umumnya, dan
keilmuan psikologi pendidikan dan psikologi sosial pada khususnya.
13
13
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis penelitian ini mengungkap tentang tingkat psychological
well-being pada guru honorer. Dan diharapkan penelitian ini bisa memberikan
kontribusi yang yang nyata pada dunia pendidikan. Khususnya dapat memberikan
masukan yang positif kepada pemerintah di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang untuk lebih memperhatikan nasib dan mensejahterakan guru honorer.
Sehingga kehidupan guru honorer layak dan sejahtera, dan psychological well-
being guru honorer dapat meningkat.
14
14
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Psychological Well-Being
2.1.1 Pengertian Psychological Well-Being
Psychological Well-being merupakan suatu gambaran kualitas kehidupan
dan kesehatan mental yang dimiliki seseorang. Para ahli psikologi mengemukakan
bahwa penelitian mengenai kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dikenal sebagai
psychological well-being. Psychological Well-being sendiri memiliki banyak
definisi dari masing-masing tokoh psikologi.
Menurut Stern (2007: 40) konsep psychological well-being adalah konsep
yang secara kontemporer banyak dikembangkan dari konsep utamanya yakni
“Well-Being”. Secara umum, psychological well-being digunakan sebagai hasil
dalam studi penelitian secara empiris.
Ryff dan Singer (2002: 542) mendefinisikan psychological well-being
sebagai hasil evaluasi/penilaian individu terhadap dirinya yang merupakan
evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap pengalaman
akan dapat menyebabkan individu menjadi pasrah terhadap keadaan yang
membuat kesejahteraan psikologis menjadi rendah atau berusaha memperbaiki
keadaan hidupnya yang akan membuat kesejahteraan psikologisnya meningkat.
Ryan & Deci (dalam Stern 2007: 40) mengidentifikasi dua pendekatan
pokok untuk memahami well-being. Pertama difokuskan pada kebahagiaan,
15
15
dengan memberi batasan dengan “batas-batas pencapaian kebahagiaan dan
mencegah dari kesakitan”. Fokus yang kedua adalah batasan menjadi orang yang
fungsional secara keseluruhan / utuh, termasuk cara berfikir yang baik dan fisik
yang sehat.
Definisi psychological well-being yang berkembang selama ini ada dua.
Definisi pertama berdasarkan pendapat Bradburn (Ryff, 1989: 1069), berdasarkan
penelitian yang dilakukan Bradburn untuk meneliti perubahan sosial pada level
makro (perubahan yang terjadi akibat tekanan politik, urbanisasi, pekerjaan, dan
pendidikan), serta rujukan Bradburn pada buku terkenal karangan Aristoteles
yang berjudul “Nichomachean Ethics”. Ia menerjemahkan kesejahteraan
psikologis (psychological well-being) menjadi kebahagiaan (happines). Dalam
Nichomachean Ethics dijelaskan bahwa tujuan tertinggi yang ingin diraih individu
adalah kebahagiaan. Kebahagiaan berdasarkan pendapat Bradburn berarti adanya
keseimbangan afek positif dan negatif.
Pendapat Bradburn tersebut ditentang oleh Waterman (Ryff, 1989: 1070).
Waterman merujuk pada kata yang sama dengan yang digunakan Bradburn dalam
buku Nichomachean Ethics, yaitu “Eudaimonia”. Ia menerjemahkan kata tersebut
sebagai usaha individu untuk memberikan arti dan arah dalam kehidupan. Dapat
disimpulkan bahwa eudaimonia adalah realisi potensi-potensi yang ada dalam
individu.
Ryff (1989: 1070) mencoba merumuskan pengertian psychological well-
being bahwa individu berusaha berpikir positif tentang dirinya meskipun sadar
akan keterbatasan-keterbatasan dirinya (penerimaan diri). Individu tersebut juga
16
16
mencoba mengembangkan dan menjaga kehangatan dan rasa percaya dalam
hubungan interpersonal (hubungan positif dengan orang lain) dan membentuk
lingkungan mereka, sehingga kebutuhan pribadi (personal needs) dan
keinginannya dapat terpenuhi (penguasaan lingkungan). Ketika mempertahankan
individualitas dalam konteks sosial makro, individu juga mengembangkan self
determination dan kewibawaan (otonomi). Upaya yang paling penting adalah
menemukan makna dari tantangan yang telah dilalui dari upaya-upaya yang
dilakukan dalam menghadapinya (tujuan hidup). Terakhir, mengembangkan bakat
dan kemampuan secara optimal (pertumbuhan pribadi) merupakan paling utama
dalam psychological well-being.
Diener (dalam Leddy, 2006: 140) mengemukakan bahwa psychological
well-being adalah evaluasi manusia secara kognitif dan afektif terhadap kehidupan
yang menjadi komponen kualitas hidup seseorang. Persepsi dari kesehatan
dipengaruhi oleh kesejahteraan yang terdiri dari pengaruh positif, pengaruh
negatif, dan kepuasan hidup.
Latipun (2005: 3) mengungkapkan bahwa orang yang memiliki
psychological well-being yang tinggi juga disebut sebagai orang yang memiliki
mental yang sehat. Sehat (health) adalah konsep yang tidak mudah diartikan
sekalipun dapat dirasakan dan diamati keadaanya. World Health Organization
(WHO) dalam bukunya Latipun (2005: 3) merumuskan dalam cakupan yang
sangat luas tentang konsep sehat, yaitu “keadaan yang sempurna baik fisik, mental
maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat”.
17
17
Pengertian kesehatan yang dikemukakan WHO merupakan suatu keadaan ideal,
dari sisi biologis, psikologis, sosial.
Berdasarkan beberapa definisi diatas, maka peneliti mengambil
kesimpulan bahwa kesejahteraan psikologis (psychological well-being) adalah
suatu keadaan dimana individu mampu menerima keadaan dirinya, mampu
membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, mampu mengontrol
lingkungan, memiliki kemandirian, memiliki tujuan hidup dan mampu
mengembangkan bakat serta kemampuan untuk perkembangan pribadi.
2.1.2 Teori-Teori Psychological Well-Being
Dalam bagian ini dijelaskan mengenai model psychological well-being
yang dikemukakan oleh beberapa ahli yaitu teori Ryff mengenai enam dimensi
psychological well-being, model pendekatan kesejahteraan Oishi mengenai
kebudayaan dan dukungan sosial, serta model kesejahteraan Marcus dan
Kitayama mengenai psikologi kebudayaan. Penjelasan secara lebih rinci akan
dijelaskan sebagai berikut :
2.1.2.1 Model Psychological Well-Being Ryff
Ryff (1989: 1070) menyarankan bahwa keberfungsian psikologis
seharusnya dinilai dalam pola-pola yang terkonsep. Enam dimensi kunci yang
memulai titik konsep untuk instrumen penilaian perkembangan manusia tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Penerimaan diri. Indikatornya adalah Memiliki perilaku positif pada diri
seperti mengakui dan menerima berbagai aspek diri, termasuk kualitas baik
dan buruk, dan perasaan positif dengan kehidupan yang dijalani.
18
18
2. Hubungan positif dengan orang lain. Indikatornya adalah Mempunyai
hubungan yang hangat dan intim dengan orang lain, dapat dipercaya orang
lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, dan empati
3. Otonomi (kemandirian). Indikatornya Menentukan diri dan mandiri, mampu
menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri, dan mengevaluasi
diri dengan patokan sendiri.
4. Penguasaan lingkungan. Indikatornya adalah Memiliki perasaan menguasai
dan mampu mengatur lingkungan, mengontrol kegiatan luar yang kompleks,
menggunakan secara efektif kesempatan disekitarnya.
5. Tujuan hidup. Indikatornya adalah Memiliki tujuan hidup dan arah hidup,
dan merasakan adanya makna dalam hidup masa kini dan masa lampau.
6. Pertumbuhan pribaadi. Indikatornya adalah Merasakan adanya
pengembangan potensi yang berkelanjutan, terbuka pada pengalaman baru,
menyadari potensi diri, dan melihat peningkatan dalam diri dan perilaku dari
waktu ke waktu.
2.1.2.2. Teori Pendekatan Kesejahteraan Oishi
Oishi (dalam Leddy, 2006: 143) beranggapan bahwa menandai
kesejahteraan seperti kemandirian mengubah individu secara tepat bergantung
pada cita-cita dan nilai-nilai.
“values, which are guiding principles in life, are considered higher
order goals. Lower order goals include personal strivings, which are
defined as the activities done in daily life. Oishi assums that markers
of well-being (e.g., autonomy) varu across individuals, depending on
their goals and values” (dalam Leddy, 2006: 143).
19
19
Nilai-nilai yang menuntun prinsip-prinsip hidup dan menganggap cita-cita
yang diinginkan lebih tinggi. Cita-cita yang diinginkan lebih rendah termasuk
kerja keras pribadi, yang didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari.
Pembelajaran Oishi menemukan perbedaan dalam menghubungkan
dengan kesejahteraan. Hasil yang menggambarkan keberfungsian yang baik
individu yang menunjukan beragam sistematika kebudayaan yang
mengindikasikan bahwa perbedaan kebudayaan dan lingkungan sosial memiliki
perbedaan cara-cara tingkah laku, menilai, dan bersikap yang cocok dengan
penyesuaian fakta-fakta dimasyarakat. Ini berarti, teori-teori konteks sosial dari
kesejahteraan perlu untuk dikembangkan yang didasarkan pada pemahaman yang
jelas tentang pola-pola kebudayaan dalam membentuk kesejahteraan perasaan
individu.
2.1.2.3. Model Kesejahteraan Marcus dan Kitayama
Marcus dan Kitayama mengutarakan bahwa ”Based on cultural
psychology, maintains that the nature of “good feelings” differs from culture to
culture, depending on each culture’s view of the self” (dalam Leddy, 2006: 143).
Model keseahteraan Marcus dan Kitayama (dalam Leddy, 2006: 143)
didasarkan pada psikologi kebudayaan, yang mempertahankan bahwa sifat dasar
dari “good feelings” berbeda dari kebudayaan ke kebudayaan, bergantung pada
pandangan masing-masing kebudayaan tentang diri.
Baik model kesejahteraan Marcus dan Kitayama maupun model
pendekatan Oishi memperkirakan ragam kebudayaan dalam menentukan perasaan
20
20
kesejahteraan. Tetapi ada perbedaan penting masing-masing model pendekatan
dengan pola kebudayaan. Marcus dan Kitayama menyarankan kebudayaan
menentukan penerimaan tingkah laku, dan ketika individu mengikuti tingkah laku
tersebut mereka merasa puas. Model ini tidak menyarankan banyak ragam
individu yang didalamnya ada kebudayaan yang sama. Di lain pihak, model
pendekatan Oishi menyarankan bahwa kebudayaan mempengaruhi cita-cita
individu tersebut dan puas dengan kehidupan yang meningkat karena mereka
bergerak, kearah cita-cita yang meraka inginkan. Model ini juga membolehkan
perbuatan individu dalam sumber-sumber kesejahteraan dalam sebuah
kebudayaan.
2.1.3 Dimensi Psychological Well-Being
Dalam bagian ini diterangkan mengenai dimensi-dimensi psychological
well-being menurut Ryff dalam (Blechman & Brownell 1998: 184) yang terdiri
dari enam dimensi yaitu dimensi penerimaan diri, dimensi hubungan positif
dengan orang lain, dimensi otonomi (kemandirian), dimensi penguasaan
lingkungan, dimensi tujuan hidup, serta dimensi pertumbuhan pribadi.
2.1.3.1 Penerimaan diri (self-acceptance)
Sikap positif terhadap diri sendiri dan merupakan ciri penting dari
psychological well-being. Skor tinggi pada dimensi ini menunjukkan bahwa
individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri, mengakui dan menerima
berbagai aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, dan merasa positif tentang
kehidupan yang telah dijalani. Skor rendah menunjukkan individu merasa tidak
puas dengan diri sendiri, merasa kecewa terhadap kehidupan yang dijalani,
21
21
mengalami kesukaran karena sejumlah kualitas pribadi dan ingin menjadi orang
yang berbeda dari dirinya saat ini.
Dimensi ini dicirikan dengan aktualisasi dan dapat berfungsi secara
optimal, kedewasaan, dan penerimaan kehidupan yang dilewati. Faktor-faktor
dalam aspek ini mencakup evaluasi diri yang positif, penerimaan diri, dan orang
lain.
2.1.3.2 Hubungan positif dengan orang lain (positive relationship with others)
Kemampuan seseorang dalam membina hubungan yang hangat dengan
orang lain. Seseorang yang memiliki psychological well-being yang baik
digambarkan sebagai seseorang yang mempunyai empati dan bersahabat. Faktor-
faktor dalam dimensi ini mencakup hubungan yang dekat, hangat, dan intim
dengan orang lain, membangun kepercayaan dalam suatu hubungan, memiliki
rasa empati, dan perhatian kepada orang lain.
Dimensi hubungan positif dengan orang lain dapat dioperasionalisasikan
ke dalam tinggi rendahnya kemampuan seseorang dalam membina hubungan yang
hangat dengan orang lain. Skor tinggi menunjukkan individu mempunyai
hubungan yang hangat, saling percaya dengan orang lain, memperhatikan
kesejahteraan orang lain, dan mampu melakukan empati yang kuat. Skor rendah
menunjukkan individu hanya mempunyai sedikit hubungan yang dekat dan saling
percaya dengan orang lain, merasa kesulitan untuk bersikap hangat, terbuka, dan
memperhatikan orang lain, merasa terasing dan frustasi dalam hubungan
interpersonal, tidak bersedia menyesuaikan diri mempertahankan hubungan yang
penting dengan orang lain.
22
22
2.1.3.3 Otonomi (autonomy)
Kemampuan untuk menentukan tindakan sendiri. Hal ini berkaitan dengan
kemampuan untuk mengarahkan diri sendiri, kemandirian, dan kemampuan
mengatur tingkah laku. Faktor-faktor dalam dimensi ini mencakup kemandirian,
self determined kemampuan untuk melawan atau menghadapi tekanan sosial, dan
kemampuan untuk mengatur tingkah laku.
Konsep otonomi berkaitan dengan kemampuan untuk mengarahkan diri
sendiri, kemandirian, dan kemampuan untuk mengatur tingkah laku. Skor tinggi
menunjukkan bahwa individu mampu mengarahkan diri dan mandiri, mampu
menghadapi tekanan sosial, mengatur tingkah laku sendiri dan mengevaluasi diri
dengan standar pribadi. Skor rendah menunjukkan bahwa individu
memperhatikan pengharapan dan evaluasi orang lain, bergantung pada penilaian
orang lain dalam membuat keputusan, menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial
dalam berfikir dan bertingkah laku.
2.1.3.4 Penguasaan lingkungan (environmental mastery)
Kemampuan individu untuk memilih atau mengubah lingkungan sehingga
sesuai dengan kebutuhannya. Faktor-faktor dalam dimensi ini mencakup memiliki
kemampuan untuk mengatur dan memilih lingkungan yang kondusif untuk
mencapai tujuan.
Skor tinggi menyatakan bahwa individu mempunyai sense of mastery dan
mampu mengatur lingkungan, mengontrol berbagai kegiatan eksternal yang
kompleks, dan menggunakan kesempatan yang ada secara efektif. Skor rendah
menunjukkan bahwa individu mengubah atau meningkatkan konteks di sekitar,
23
23
tidak waspada akan kesempatan-kesempatan yang ada di lingkungan, dan kurang
mempunyai kontrol terhadap dunia luar.
2.1.3.5 Keyakinan memiliki tujuan hidup (purpose in life)
Kemampuan pemahaman seseorang akan tujuan dan arah hidupnya.
Faktor-faktor dalam Dimensi ini mencakup memiliki makna dan arti hidup, serta
memiliki arah dan tujuan hidup.
Dimensi tujuan hidup dapat dioperasionalisasikan dalam tinggi rendahnya
pemahaman individu akan tujuan dan arah hidupnya. Skor tinggi menyatakan
bahwa individu mempunyai tujuan dan arah hidup, merasakan adanya arti / makna
dalam hidup masa kini dan masa lampau. Individu yang berfungsi secara positif
memiliki tujuan, misi, dan arah yang mebuatnya merasa hidup ini memiliki
makna. Skor rendah menunjukkan bahwa individu kurang mempunyai arti hidup,
tujuan, arah hidup dan cita-cita yang jelas, serta tidak melihat adanya tujuan dari
kehidupan masa lalu.
2.1.3.6 Pertumbuhan pribadi (personal growth)
Kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri secara
berkelanjutan. Faktor-faktor dalam dimensi ini mencakup kapasitas untuk
bertumbuh dan mengembangkan potensi, perubahan personal atau pribadi
sepanjang hidup yang mencerminkan pengetahuan diri dan efektivitas yang
bertambah, keterbukaan terhadap pengalaman-pengalaman baru, dapat menerima
kenyataan, mampu membela diri, dan menghargai diri sendiri.
Dimensi pertumbuhan pribadi dapat dioperasionalisasikan dalam tinggi
rendahnya kemampuan seseorang untuk mengembangkan potensi diri secara
24
24
berkelanjutan. Skor yang tinggi menunjukkan bahwa individu merasakan adanya
pengembangan potensi diri yang berkelanjutan, terbuka terhadap pengalaman-
pengalaman baru, menyadari potensi diri, dan dapat melihat kemajuan diri dari
waktu ke waktu. Skor yang rendah menunjukkan bahwa individu tidak merasakan
adanya kemajuan dan potensi diri dari waktu ke waktu, merasa jenuh dan tidak
tertarik dengan kehidupan, serta merasa tidak mampu untuk mengembangkan
sikap atau tingkah laku baru.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dimensi psycholohgical well-
being meliputi 6 dimensi, yaitu: penerimaan diri, hubungan positif dengan orang
lain, otonomi, penguasaan lingkungan, keyakinan memiliki tujuan hidup, dan
pertumbuhan pribadi.
2.1.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being
Melalui berbagai penelitian yang dilakukan, Ryff (1989: 1070)
menemukan bahwa faktor-faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, status
sosial ekonomi, dan budaya mempengaruhi perkembangan psychological well-
being seseorang.
Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being dapat
dijelaskan sebegai berikut:
2.1.4.1 Usia
Perbedaan rentang usia berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian
Ryff menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) seiring
dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan
hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring
25
25
dengan bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan
positif dengan orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia.
2.1.4.2 Jenis Kelamin
Merupakan adanya suatu perbedaan gender pria atau wanita. Faktor jenis
kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif
dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan
angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria.
2.1.4.3 Status sosial ekonomi
Adanya perbedaan status ekonomi maupun perbedaan status pekerjaan
memicu terbentuknya kelas-kelas sosial. Hal ini akan mempengaruhi seberapa
baik kondisi psikis seseorang dalam menjalani hidup. Perbedaan status sosial juga
mendukung seberapa mandiri seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hasil
penelitian Ryff (dalam Leddy, 2006: 143) menunjukan bahwa orang dengan status
pekerjaan yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi, serta
kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat
pendidikan seseorang.
2.1.4.4 Budaya
Menurut Ryff & Keyes (1995: 720) mengatakan bahwa sistem nilai
individualisme-kolektivisme memberi dampak terhadap psychological well-being
yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki skor yang tinggi dalam
dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi, sedangkan budaya timur yang
menjunjung tinggi nilai kolektivisme, memiliki skor yang tinggi pada dimensi
hubungan positif dengan orang lain.
26
26
2.1.5 Dinamika Faktor-faktor yang mempengaruhi psychological well-being
Penelitian yang dilakukan, Ryff (1989: 1070) menemukan bahwa faktor-
faktor demografis seperti usia, jenis kelamin, status sosial ekonomi dan budaya
mempengaruhi perkembangan psychological well-being seseorang.
Perbedaan rentang usia berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian
Ryff menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) seiring
dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan
hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring
dengan bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan
positif dengan orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia.
Adanya suatu perbedaan gender pria atau wanita. Faktor jenis kelamin
menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan positif dengan
orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan angka
kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria.
Perbedaan status ekonomi maupun perbedaan status pekerjaan memicu
terbentukya kelas-kelas sosial. Hal ini akan mempengaruhi seberapa baik kondisi
psikis seseorang dalam menjalani hidup. Perbedaan status sosial juga mendukung
seberapa mandiri seseorang dalam memenuhi kebutuhan hidup. Hasil penelitian
Ryff (dalam Leddy, 2006: 143) menunjukan bahwa orang dengan status pekerjaan
yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi, serta kesejahteraan
psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan seseorang.
Status pekerjaan yang tinggi atau tingginya tingkat pendidikan seseorang
27
27
menunjukan bahwa individu memiliki faktor pengaman (misalnya: uang, ilmu,
dan keahlian) dalam hidupnya untuk menghadapi masalah, tekanan dan tantangan.
Sistem nilai individualisme-kolektivisme memberi dampak terhadap
psychological well-being yang dimiliki suatu masyarakat. Budaya barat memiliki
skor yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri dan dimensi otonomi, sedangkan
budaya timur yang menjunjung tinggi nilai kolektivisme, memiliki skor yang
tinggi pada dimensi hubungan positif dengan orang lain.
2.2 GURU HONORER
2.2.1 Pengertian Guru Honorer
Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu
pengetahuan kepada anak didiknya. Guru dalam pandangan masyarakat adalah
orang yang melaksanakan pendidikan ditempat-tempat tertentu, tidak mesti
dilembaga pendidikan formal tetapi bisa juga di lembaga pendidikan nonformal
seperti masjid, surau, dirumah dan sebagainya (Djamarah, 2000: 34).
Sedangkan guru honorer adalah guru tidak tetap yang belum berstatus
minimal sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS), dan digaji per-jam
pelajaran. Seringkali mereka digaji secara sukarela, dan bahkan di bawah gaji
minimum yang telah ditetapkan secara resmi. Secara kasat mata, mereka sering
nampak tidak jauh berbeda dengan guru tetap, bahkan mengenakan seragam
Pegawai Negeri Sipil layaknya seorang guru tetap. Hal tersebut sebenarnya sangat
menyalahi aturan yang telah ditetapkan pemerintah. Secara fakta, mereka
berstatus pengangguran terselubung. Pada umumnya, mereka menjadi tenaga
sukarela demi diangkat menjadi Calon Pegawai Negeri Sipil melalui jalur
28
28
honorer, ataupun sebagai penunggu peluang untuk lulus tes Calon Pegawai Negeri
Sipil formasi umum. (http://id.wikipedia.org/wiki/Guru)
2.2.2 Hak dan Kewajiban Guru Honorer
Ada beberapa hak yang dapat diterima oleh guru honorer (Mulyasa, 2006:
52) yaitu :
a. Honorarium perbulan
b. Cuti berdasarkan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan
c. Perlindungan hukum
Ada beberapa kewajiban yang harus dilaksanakan oleh seorang guru
honorer (Mulyasa, 2006: 53), yaitu :
a. Melaksanakan tugas mengajar, melatih, membimbing dan unsur pendidikan
lainnya kepada peserta didik sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
b. Melaksanakan tugas-tugas administrasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku
c. Mematuhi segala ketentuan yang berlaku disekolah tempat tugasnya.
d. Mematuhi ketentuan yang diatur dalam Surat Perjanjian Kerja (SPK).
Keputusan Gubernur nomor 8 tahun 2004 guru honorer berhak
mendapatkan gaji. Gaji adalah hak yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk
uang sebagai imbalan dari pemerintah daerah kepada guru honorer. Gaji yang
diberikan sesuai dengan jenis kedudukannya. Guru honorer dapat diberikan
kesejahteraan yang bersifat materiil dan non materiil. Kesejahteraan yang bersifat
materil adalah tunjangan profesi, tunjangan transport dan uang makan, tunjangan
kecelakaan apabila mengalami kecelakaan pada saat melaksanakan tugas, uang
29
29
duka terhadap keluarga guru yang meninggal dunia dan pakaian dinas.
Kesejahteraan
2.3 Psychological Well-Being Guru Honorer Sekolah Dasar Di
Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
Sesuai dengan tugas perkembangannya, seorang individu dewasa harus
memiliki pekerjaan. Pada saat sekarang ini untuk mendapatkan suatu pekerjaan
sangatlah sulit karena jumlah lapangan pekerjaan yang lebih sedikit dibandingkan
dengan pencari kerja. Untuk mendapatkan pekerjaan setiap individu harus
berusaha dengan keras karena persaingan untuk mendapatkan pekerjaan sangatlah
ketat. Oleh karena itu diperlukan keterampilan yang baik untuk memenangkan
persaingan tersebut. Sekarang ini masih banyak guru yang hanya menjadi guru
honorer. Guru honorer diangkat secara resmi oleh pemerintah untuk mengatasi
kekurangan guru. Fasilitas yang diperoleh oleh guru honorer tidak sama dengan
yang diperoleh oleh guru tetap. Selain itu status kepegawaiannya pun juga belum
jelas karena hanya dikontrak saja. (Anoraga, 2001: 41).
Selain itu gaji yang diterima guru honorer juga terbilang rendah sehingga
menyebabkan guru honorer kekurangan materi pada sejumlah atau segolongan
orang dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Kekurangan materi ini membuat orang-orang yang mengalaminya
mendapat kesulitan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya, seperti
kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, perumahan yang layak, air bersih, rasa
30
30
aman dari perlakuan dan ancaman tindak kekerasan, dan lain sebagainya (Sahdan,
2005).
Menurut studi pendahuluan awal terlihat kondisi tersebut terlihat pada
guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.
Kehidupan guru honorer terbilang cukup berat sekali dimana dengan gaji dibawah
RP. 500.00,00 mereka belum merasa bahagia lantaran keadaan keluarganya pas-
pasan, merasa terbebani dengan status sosialnya sekarang, merasa malu karena
hanya sebagai guru honorer tetapi mereka berusaha bekerja demi menghidupi
keluarganya.
Penelitian yang dilakukan Ryff dkk. (dalam Ryan & Deci, 2001: 154)
menunjukan adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkatan
psychological well-being seseorang. Biasanya seseorang dengan status ekonomi
yang rendah cenderung , memiliki psychological well-being yang rendah pula,
khususnya pada dimensi penerimaan diri, tujuan hidup, penguasaan lingkungan,
dan pertumbuhan pribadi. Hal ini kerena mereka sering membandingkan diri
sebagai orang yang lebih buruk dibandingkan orang lain dan merasa mereka tidak
mampu untuk mengumpulkan sumber-sumber yang dapat membantu dalam
menghadapi kelemahan mereka.
Hasil penelitian Ryff (dalam Leddy, 2006: 143) menunjukan bahwa orang
dengan status pekerjaan yang tinggi memiliki kesejahteraan psikologis yang
tinggi, serta kesejahteraan psikologis meningkat seiring dengan meningkatnya
tingkat pendidikan seseorang. Status pekerjaan yang tinggi atau tingginya tingkat
pendidikan seseorang menunjukan bahwa individu memiliki faktor pengaman
31
31
(misalnya: uang, ilmu, dan keahlian) dalam hidupnya untuk menghadapi masalah,
tekanan dan tantangan.
32
BAB 3
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah masalah yang penting dan syarat utama dalam
pelaksanaan suatu penelitian ilmiah. Penelitian ilmiah merupakan kegiatan yang
bertujuan untuk atau berusaha menemukan, mengembangkan, dan menguji
kebenaran suatu pengetahuan dengan menggunakan cara-cara ilmiah dan metode
tertentu yang sistematik.
Penggunaan metode penelitian harus tepat dan mengarah pada tujuan
penelitian, serta dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, khususnya untuk
menjawab permasalahan yang diajukan. Bab 3 ini akan dijelaskan mengenai jenis,
desain penelitian, variabel penelitian yang meliputi identifikasi variabel, definisi
operasional variabel, subjek yang meliputi populasi, metode pengumpulan data,
validitas, reliabilitas dan metode analisis data.
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Menurut Arikunto
(2010: 27) penelitian kuantitatif yaitu jenis pendekatan penelitian yang banyak
dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap
data tersebut serta penampilan dari hasil. Hasil penelitian dengan pendekatan
kuantitatif menjadi lebih baik apabila disertai dengan tabel, grafik, bagan, gambar,
atau tampilan lain yang dapat menjelaskan gambaran di lapangan secara ringkas
namun jelas dan mudah dipahami.
33
3.2 Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian deskriptif
prosentase (Azwar, 2012: 7) yang bertujuan untuk menggambarkan secara
sistematik dan akurat fakta dan karakteristik mengenai populasi atau bidang
tertentu. Penyajian hasil analisis penelitian deskriptif dalam penelitian ini berupa
frekuensi dan persentase, yaitu dengan menggunakan tabel frekuensi dan grafik
untuk memberikan kejelasan serta pemahaman keadaan data yang disajikan
(Azwar, 2012: 126).
3.3 Variabel Penelitian
3.3.1 Identifikasi Variabel Penelitian
Arikunto (2010: 161) menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian
atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Identifikasi variabel
merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama dalam penelitian dan
fungsi masing-masing variabel Azwar (2010: 61). Pengidentifikasian membantu
dalam menemukan alat pengumpulan data dan teknik analisis yang digunakan.
Variabel yang diteliti harus sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin
dicapai dalam penelitian. Adapun variabel pada penelitian ini adalah
psychological well-being.
3.3.2 Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang
dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel tersebut yang diamati
(Azwar, 2010:74). Definisi operasional variabel digunakan untuk menghindari
salah pengertian terhadap variable-variabel penelitian serta menghindari
34
ambiguitas arti suatu variabel penelitian dan memudahkan peneliti dalam
pelaksanaan penelitian maupun dalam proses analisisnya.
Psychological well-being adalah suatu keadaan dimana individu mampu
menerima keadaan dirinya, mampu membentuk hubungan yang hangat dengan
orang lain, mampu mengontrol lingkungan, memiliki kemandirian, memiliki
tujuan hidup dan mampu mengembangkan bakat serta kemampuan untuk
perkembangan pribadi. Dalam penelitian ini, psycholagical well-being akan
diukur menggunakan alat ukur yang berupa skala psychological well-being
melalui beberapa dimensi-dimensi tersebut antara lain penerimaan diri, hubungan
positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup, dan
pertumbuhan pribadi.
3.4 Populasi
Menurut Azwar (2010: 77) populasi adalah sekelompok subjek yang akan
dikenai generalisasi hasil penelitian. Arikunto (2010: 173) mendefinisikan
populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi menunjukan sejumlah
individu-individu yang mempunyai ciri dan karakter yang sama.
Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah guru honorer SD di
Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Populasi ini merujuk pada sejumlah
individu yang paling sedikitnya mempunyai sifat atau karakteristik yang sama.
Untuk menentukan populasi, terlebih dahulu perlu ditentukan luas dan
karakteristik populasi serta memberikan batas yang tegas agar tidak terjadi
kesimpangsiuran dan kesalahpahaman generalisasi hasil penelitian.
35
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode total sampling
dikarenakan jumlah subjek penelitian kurang dari 100, maka keseluruhan populasi
akan digunakan sebagai subjek penelitian menjadi penelitian populasi. (Arikunto,
2006: 134).
3.5 Metode Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psikologi.
Skala psikologi selalu mengacu pada alat ukur aspek atau atribut afektif. Sebagai
alat ukur, skala memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan alat
ukur yang lain, karakteristik skala sebagai alat ukur psikologi.
Data akan dikumpulkan melalui skala psikologis. Skala psikologis selalu
mengacu kepada alat ukur aspek atau atribut afektif. Skala terdiri dari daftar
pertanyaan atau pernyataan yang diajukan agar dijawab oleh responden dan
interpretasi jawaban responden dapat merupakan proyeksi dari perasaan
responden.
Alasan peneliti menggunakan skala psikologi sebagai metode
pengumpulan data adalah sebagai berikut:
(1). Data yang diungkap berupa konstrak atau konsep psikologi yang
menggambarkan kepribadian individu.
(2). Pertanyaan sebagai stimulus tertentu pada indikator perilaku guna memancing
jawaban yang merupakan refleksi keadaan dari diri subjek yang tidak disadari
oleh responden.
(3). Responden tidak menyadari arah jawaban yang dikehendaki dan kesimpulan
apa yang sesungguhnya diungkap oleh pertanyaan tersebut (Azwar , 2005: 5).
36
Azwar (2005: 3) menyebutkan karakteristik skala sebagai alat ukur
psikologi, yaitu:
(1). Stimulus berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung
mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator
perilaku dari atribut yang bersangkutan. Dalam hal ini, meskipun subjek yang
diukur memahami pertanyaan atau pernyataan namun tidak mengetahui arah
jawabannya yang dikehendaki oleh pertanyaan yang diajukan sehingga
jawaban yang diberikan akan tergantung pada interpretasi subjek terhadap
pertanyaan tersebut dan jawabannya lebih bersifat proyektif, yaitu berupa
proyeksi diri perasaan atau kepribadiannya.
(2). Atribut psikologi diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator
perilaku tetapi indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk item-item,
maka skala psikologi selalu berisi banyak item. Jawaban subyek terhadap
suatu item baru merupakan sebagian dari banyak indikasi mengenai atribut
yang diukur, sedangkan kesimpulan akhir sebagai suatu diagnosis baru dapat
dicapai bila semua item telah direspons.
(3). Respons subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban “benar” atau “salah”.
Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-
sungguh. Hanya saja, jawaban yang berbeda akan diinterpretasikan berbeda
pula.
Penelitian ini menggunakan try out terpakai dimana hasil uji coba
instrumen sekaligus digunakan sebagai data penelitian. Hal ini dikarenakan
37
memiliki keunggulan dalam hal efisiensi dan kepraktisan, disamping itu juga
mempertimbangkan jumlah subjek dan waktu penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan skala psychological well-
being. Skala ini disusun untuk mengungkap psychological well-being yang
dialami guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang. Bagaimana gambaran psychological well-being yang dialami guru
honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, Indikator
dalam skala psychological well-being ini meliputi :
Tabel 3.1 Definisi-definisi Pedoman Teori Dimensi-dimensi psychological
well-being menurut Ryff dan Singer (2002: 543)
No. Dimensi Indikator
1. Penerimaan diri Memiliki sikap positif pada diri, mengakui dan menerima berbagai
aspek diri termasuk kualitas baik dan buruk, perasaan positif
terhadap kehidupan yang dijalani.
2. Hubungan
positif dengan
orang lain
Mempunyai hubungan yang intim dan hangat, dapat dipercaya
orang lain, memperhatikan kesejahteraan orang lain, mampu
berempati yang kuat.
3. Otonomi
(kemandirian)
Menentukan diri dan mandiri, dapat melawan tekanan sosial,
mengatur tingkah laku dari dirinya, mengevaluasi diri dengan
patokan sendiri.
4. Penguasaan
lingkungan
Memiliki perasaan menguasai dan mampu mengatur lingkungan,
mengontrol kegiatan luar yang kompleks, menggunakan secara
efektif kesempatan disekitarnya.
5. Tujuan hidup Memiliki tujuan hidup dan tujuan hidup, Perasaan akan makna
dimasa sekarang dan dimasa lalu.
6. Pertumbuhan
pribaadi
Mengalami proses-proses perkembangan diri yang berkelanjutan,
terbuka pada pengalaman baru, menyadari potensi diri, melihat
peningkatan dalam diri dan perilaku dari waktu ke waktu.
38
Skala psychological well-being guru honorer sekolah dasar di Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang ini menggunakan model skala Likert, di mana
terdapat item favourable dan item unfavorable dengan respon jawaban mulai dari
Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS) dan Sangat Tidak Sesuai (STS).
Pemberian skor untuk aitem favorable adalah skor 1 untuk jawaban Sangat Tidak
Sesuai (STS), skor 2 untuk jawaban Tidak Sesuai (TS), skor 3 untuk jawaban
Sesuai (S), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Sesuai (SS). Sedangkan skor-skor
jawaban untuk aitem unfavorable berlaku sebaliknya, yaitu skor 1 untuk jawaban
Sangat Sesuai (SS), skor 2 untuk jawaban Sesuai (S), skor 3 untuk jawaban Tidak
Sesuai (TS), dan skor 4 untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS).
Tabel 3.2 Kriteria dan Nilai Alternatif Jawaban Skala Psikologi
No Kriteria Favorable Unfavorabel
1. Sangat Sesuai (SS) 4 1
2. Sesuai (S) 3 2
3. Tidak Sesuai (TS) 2 3
4. Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4
Menurut Azwar (2005:26) yang dimaksud dengan pernyataan favorable
adalah pernyataan yang mendukung gagasan, memihak atau menunjukkan ciri
adanya atribut yang diukur. Sebaliknya, item yang isinya tidak mendukung atau
tidak menggambarkan ciri atribut yang diukur disebut item unfavorable.
Sedangkan sebaran nomor item pada instrument psychological well-being
terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.3 Blue-print Skala Psychological Well-being
39
No. Dimensi-dimensi
psychological well-
being
Indikator
Sebaran item
Jumlah
F UF
1. Penerimaan diri a. Memiliki sikap positif
terhadap diri sendiri.
1, 2 34, 35
12
b. Menerima berbagai aspek diri
termasuk kualitas baik dan
buruk.
3, 4 36, 37
c. Merasa positif dengan
kehidupan yang dijalani
5, 6 38, 39
2. Hubungan positif
dengan orang lain
a. Mempunyai hubungan yang
intim dan hangat.
7, 8 40, 41
13
b. Saling percaya dengan orang
lain.
9, 10 42
c. Memperhatikan
kesejahteraan orang lain.
11, 12 43
d. Empati 13, 14 44
3.
Otonomi
(kemandirian)
a. Mengarahkan diri dan
mandiri
15, 16 45
13
b. Menghadapi tekanan sosial. 17 46, 47
c. Mengatur tingkah laku
sendiri.
18, 19 48, 49
d. Mengevaluasi dengan
standar pribadi.
20 50, 51
4. Penguasaan
lingkungan
a. Menguasai dan mengatur
lingkungan.
21, 22 52, 53
11
b. Mengontrol kegiatan luar
yang kompleks.
23,24 54, 55
c. Menggunakan secara efektif
kesempatan disekitarnya.
25 56, 57
5. Tujuan hidup a. Memiliki tujuan dan arah 26 58, 59
40
hidup 7
b. Merasakan adanya arti /
makna dalam hidup masa
kini dan masa lampau.
27, 28 60, 61
6. Pertumbuhan
pribaadi
a. Merasakan ada
pengembangan potensi yang
berkelanjutan.
29, 30 62
10
b. Terbuka terhadap
pengalaman baru.
31 63, 64
c. Menyadari potensi diri. 32 65
d. Melihat kemajuan diri dari
waktu ke waktu
33 66
Jumlah Total 20 33 33 66
3.6 Validitas dan Reliabilitas
3.6.1 Validitas
Azwar (2011: 5) mengatakan bahwa validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur
dalam melakukan fungsi ukurnya. Berdasarkan instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini maka validitas yang digunakan adalah validitas konstrak. Azwar
(2011: 48) menyatakan bahwa validitas konstrak yaitu tipe validitas yang
menunjukkan sejauh mana tes mengungkap suatu trait atau konstrak teoritik yang
hendak diukurnya. Untuk menguji validitas tiap-tiap item dalam instrumen
dugunakan teknik product moment.
Adapun rumus product moment adalah sebagai berikut:
41
2222 )(.)(.
))(()(
YYNXXN
YXXYNrxy
Keterangan :
rxy = Koefisien korelasi antara X dan Y
X = Jumlah sampel X
Y = Jumlah sampel Y
N = Jumlah responden
Kemudian harga rxy yang diperoleh dibandingkan dengan rtabel Product-
Moment dengan taraf signifikan 5%. Jika harga rhitung > rtabel, maka butir soal yang
diuji bersifat valid.
3.6.2 Reliabilitas
Azwar (2011: 4) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan penerjemahan
dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely dan ability. Pengukuran yang
memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang reliabel (reliable).
Reliabilitas mempunyai berbagai nama lain seperti keterpercayaan, keterandalan,
keajegan, kestabilan, konsistensi, dan sebagainya. Konsep reliabilitas adalah
sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2011: 4). Dalam
penelitian ini reliabilitas dihitung dengan menggunakan teknik analisis reliabilitas
dengan formula alpha dari Cronbach, dengan rumus:
Keterangan:
r n : Reliabilitas instrument
k : Banyaknya pertanyaan
∑σb2 : Jumlah varian butir
t 2 : Varian total
42
Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas dengan rentang angka 0
sampai 1,00. Koefisien reliabilitas yang mendekati angka 1,00 berarti alat ukur
yang digunakan memiliki reliabilitas yang tinggi, dan sebaliknya angka yang
mendekati 0 berarti memiliki reliabilitas alat ukur yang rendah (Azwar, 2010: 83).
3.7 Teknik Analisis Data
Analisis data yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis data
deskriptif dengan metode statistik deskriptif prosentase. Analisis data deskriptif
bertujuan untuk memberikan deskripsi mengenai subyek penelitian berdasarkan
data dari variabel yang diperoleh dari kelompok subyek yang diteliti dan tidak
dimaksudkan untuk pengujian hipotesis (Azwar, 2012: 126).
Adapun rumus statistik deskriptif prosentase adalah sebagai berikut:
n
Presentase Skor = × 100 %
N
Keterangan:
n = Jumlah skor jawaban responden
N = Jumlah skor jawaban ideal
43
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan membahas hal yang berkaitan dengan proses penelitian, hasil
analisis data dan pembahasan. Penelitian ini diharapkan akan memperoleh hasil sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, oleh karenanya diperlukan analisis data yang tepat
serta pembahasan secara jelas agar tujuan dari penelitian yang telah ditetapkan dapat
tercapai.
Data yang dipakai dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan skala
psikologi. Data tersebut akan dianalisis dengan menggunakan metode yang telah
ditentukan. Hal yang berkaitan dengan proses, hasil dan pembahasan hasil penelitian akan
diuraikan sebagai berikut.
4.1 Persiapan Penelitian
4.1.1 Orientasi Kancah Penelitian
Orientasi kancah penelitian dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan dengan
tujuan untuk mengetahui kesamaan karakteristik subjek penelitian dengan lokasi
penelitian. Penelitian ini dilaksanakan semua sekolah dasar yang berjumlah 21 di daerah
Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Subjek yang digunakan adalah guru-guru
honorer yang mengajar sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
yang berjumlah 67 guru honorer.
Penelitian yang bertempat di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
bertujuan untuk mengetahui tingkat psychological well-being pada guru honorer sekolah
dasar. Pertimbangan melakukan penelitian pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan
44
Wonotunggal Kabupaten Batang adalah ciri-ciri subjek yang akan diteliti memenuhi
syarat tercapainya tujuan penelitian dan lokasi penelitian sesuai dengan fenomena yang
telah dipaparkan dalam bab satu.
4.1.2 Proses Perijinan
Proses perijinan terhadap pihak-pihak terkait merupakan salah satu hal yang
paling penting dalam penelitian demi kelancaran sebuah penelitian. Sebelum melakukan
penelitian, terlebih dahulu peneliti harus mempersiapkan proses perijinan. Pertama,
peneliti melakukan wawancara atau studi pendahuluan terlebih dahulu sebelum
melakukan penelitian yang sebenarnya. Kemudian peneliti meminta surat ijin untuk
melaksanakan penelitian dari Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
yang ditandatangani oleh Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang
No 3183/UN37.1.1/KM/2014 yang ditujukan kepada Kepala UPTD Disdikpora
Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang. Kemudian UPTD Disdikpora Kecamatan
Wonotunggal membuat surat balasan yang menyatakan bahwa peneliti di ijinkan untuk
melakukan penelitian yang ditandatangani oleh Kepala UPTD Disdikpora kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang.
4.2 Pelaksanaan Penelitian
4.2.1 Menyusun Instrumen Penelitian
Penelitian membutuhkan suatu alat pengumpulan data yang tepat untuk
mendapatkan hasil yang akurat dan terpercaya. Instrumen yang digunakan untuk
penelitian ini terdiri dari satu skala psikologi yaitu skala psychological well-being.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psychological well-
being yang dikembangkan berdasarkan dimensi-dimensi psychological well-being yaitu
45
penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain, otonomi (kemandirian), penguasaan
lingkungan, tujuan hidup, dan pertumbuhan pribadi.
Berdasarkan pada dimensi psychological well-being tersebut kemudian
dirumuskan dalam bentuk indikator-indikator perilaku untuk selanjutnya dijadikan
pernyataan-pernyataan. Pernyataan yang disusun sebanyak 66 item pernyataan yang
terdiri dari pernyataan 33 favorable dan 33 pernyataan unfavorable.
4.2.2 Pengumpulan Data
Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 14 Juli 2014 sampai selesai pada guru
honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal. Pengumpulan data ini menggunakan
skala psychological well-being yang memiliki empat alternatif jawaban yaitu Sangat
Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai(STS).
Proses pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menyebarkan skala, peneliti
datang ke tiap sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal sebagai tempat subjek penelitian
dan peneliti membawa bukti surat ijin penelitian dari kantor UPTD Disdikpora
Kecamatan Wonotunggal untuk diperlihatkan kepada tiap kepala sekolah. Kemudian
peneliti membagikan skala dan menjelaskan kembali mengenai petunjuk cara pengisian
skala tersebut kepada para guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal
Kabupaten Batang untuk menyelesaikan mengisi skala. Setelah guru honorer sekolah
dasar selesai mengisi skala, peneliti langsung mengumpulkan kembali skala-skala yang
sudah diisi.
4.2.3 Pelaksanaan Skoring
Setelah pengumpulan data dilakukan, selanjutnya skala yang telah diisi
responden kemudian dilakukan skoring atau penyekoran. Langkah-langkah penyekoran
46
dilakukan dengan memberikan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh
responden dengan rentang skor satu sampai dengan empat pada skala psychological well-
being yang selanjutnya ditabulasi. Setelah dilakukan tabulasi langkah selanjutnya adalah
melakukan pengolahan data yang meliputi pengujian statistik deskriptif.
4.2.4 Hasil Validitas dan Reliabilitas Skala Psychological Well-Being
4.2.4.1 Validitas Instrumen
Berdasarkan uji validitas yang diperoleh pada penelitian yang dilakukan
menggunakan skala terpakai (try-out terpakai), skala psychological well-being yang telah
disusun oleh peneliti dengan bantuan program SPSS versi 20 for Windows menunjukkan
bahwa dari 66 item yang diuji validitasnya dengan N = 67, terdapat 57 item yang valid
dan 9 item yang tidak valid, diketahui hasil koefisien validitas skala psychological well-
being memiliki rentang antara 0,248 sampai 0,792, item-item tersebut dikatakan valid
karena tingkat signifikansinya lebih kecil dari = 0,05 atau = 0,01. Sementara item
yang tidak valid dinyatakan tidak valid karena tingkat signifikansinya lebih besar dari =
0,05 atau = 0,01. Adapun sebaran item yang valid dan yang tidak valid dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 4.1 Skala Psychological Well-being
No. Dimensi-dimensi
psychological well-
being
Indikator
Sebaran item
Jumlah
F UF
1. Penerimaan diri a. Memiliki sikap positif
terhadap diri sendiri.
1*, 2 34, 35
12
b. Menerima berbagai aspek diri
termasuk kualitas baik dan
buruk.
3, 4 36, 37*
47
c. Merasa positif dengan
kehidupan yang dijalani
5, 6 38, 39
2. Hubungan positif
dengan orang lain
a. Mempunyai hubungan yang
intim dan hangat.
7, 8 40*, 41
13
b. Saling percaya dengan orang
lain.
9, 10 42
c. Memperhatikan
kesejahteraan orang lain.
11, 12 43
d. Empati 13, 14* 44
3.
Otonomi
(kemandirian)
a. Mengarahkan diri dan
mandiri
15, 16 45
13
b. Menghadapi tekanan sosial. 17 46, 47
c. Mengatur tingkah laku
sendiri.
18, 19 48, 49
d. Mengevaluasi dengan
standar pribadi.
20* 50*, 51
4. Penguasaan
lingkungan
a. Menguasai dan mengatur
lingkungan.
21, 22 52, 53
11
b. Mengontrol kegiatan luar
yang kompleks.
23,24 54*, 55
c. Menggunakan secara efektif
kesempatan disekitarnya.
25 56, 57
5. Tujuan hidup a. Memiliki tujuan dan arah
hidup
26 58, 59
7 b. Merasakan adanya arti /
makna dalam hidup masa
kini dan masa lampau.
27, 28 60, 61*
6. Pertumbuhan
pribaadi
a. Merasakan ada
pengembangan potensi yang
berkelanjutan.
29, 30 62
10 b. Terbuka terhadap 31 63, 64
48
pengalaman baru.
c. Menyadari potensi diri. 32 65*
d. Melihat kemajuan diri dari
waktu ke waktu
33 66
Jumlah Total 20 33 33 66
Keterangan: (*) merupakan item yang tidak valid
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah total dari item valid yang
ada pada skala psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang adalah 57 item. Dari 66 item yang ada pada skala,
terdapat 9 item yang tidak valid. Implikasi dari banyaknya item yang tidak valid adalah
dikhawatirkan skala tersebut tidak mampu mengukur dengan baik apa yang seharusnya
diukur, yakni variabel psychological well-being.
Namun, jika dicermati lebih lanjut sebaran item yang valid pada skala tersebut
mampu merepresentasikan dimensi-dimensi yang terdapat pada variabel tersebut.
Artinya, sebaran item yang valid mampu mewakili tiap dimensi yang ada pada variabel
psychological well-being. Dengan tidak adanya dimensi yang tidak terwakili oleh item
yang ada pada psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang, maka validitas konstruk dari variabel tersebut dapat
dipertanggungjawabkan.
4.2.4.2 Reliabilitas Instrumen
Uji reliabilitas skala psychological well-being diperoleh koefisien reliabilitas
sebesar 0,950, sehingga instrumen tersebut dinyatakan memiliki reliabilitas dengan taraf
baik. Interpretasi reliabilitas didasarkan pada tabel berikut:
Tabel 4.2 Interpretasi reliabilitas
49
Besarnya Linear r Interpretasi
0,800-1,00 Tinggi
0,600-0,800 Cukup
0,400-0,600 Agak Rendah
0,200-0,400 Rendah
0,000-0,200 Sangat Rendah
4.3 Analisis Hasil Penelitian
4.3.1 Analisis Deskriptif
Berdasarkan data skala yang sudah terkumpul kemudian dianalisis untuk
mengetahui psychological well-being. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif.
Peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang
didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik untuk menganalisis hasil
penelitian. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya Mean Teoritik (µ)
dan Standar Deviasi (σ) dengan mendasarkan pada jumlah item, skor maksimal, serta
skor minimal pada masing-masing alternatif jawaban.
Kategori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan kategorisasi
berdasarkan model distribusi normal. Menurut Azwar (2009: 108) penggolongan subjek
kedalam tiga kategori adalah sebagai berikut:
Tabel 4.3 Penggolongan Kategori Analisis Berdasarkan Mean Teoritik
Interval Kategori
X ≤ (µ - 1,0 σ) Rendah
50
(µ - 1,0 σ) < X ≤ (µ + 1,0 σ) Sedang
(µ + 1,0 σ) ≤ X Tinggi
Keterangan:
µ : Mean Teoritik
σ : Standar Deviasi
X : Skor
Adapun deskripsi hasil penelitian berdasarkan penggolongan Kategori analisis
tersebut adalah sebagai berikut:
4.3.1.1 Gambaran Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah Dasar di
Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala psychological well-being,
dimana skala tersebut disusun berdasarkan oleh beberapa dimensi yang menyusun
psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar. Gambaran psychological well-
being pada guru honorer sekolah dasar ini dapat ditinjau baik secara umum maupun
secara spesifik (ditinjau dari tiap dimensi).
Berikut adalah gambaran mengenai psychological well-being pada guru honorer
sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang ditinjau secara umum
maupun spesifik.
4.3.1.1.1 Gambaran Umum Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
51
Gambaran secara umum psychological well-being pada guru honorer sekolah
dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dapat dilihat dari analisis data
dengan perhitungan statistik. Skala psychological well-being pada guru honorer sekolah
dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang terdiri dari 57 item yang valid
dengan skor tertinggi empat dan skor terendah satu.
Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well-
being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang:
Jumlah item = 57
Skor tertinggi = 57 x 4 = 228
Skor terendah = 57 x 1 = 57
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 228 + 57 ) : 2
= 142,5
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 228 – 57 ) : 6
= 28,5
Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas
diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai
berikut :
µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114
52
µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang sebagai berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer
Sekolah Dasar
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 171 ≥ X 5 7,5
Sedang 114 ≤ X < 171 41 61,2
Rendah X < 114 21 31,3
Jumlah 67 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang yang berada pada kategori tinggi sebanyak 7,5% (5 orang), kategori sedang
sebanyak 61,2% (41 orang), kategori rendah 31,3% (21 orang). Dengan demikian maka
dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong memiliki tingkat psychological
well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
53
Gambar 4.1 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar
4.3.1.1.2 Gambaran Spesifik Psychological Well-Being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Ditinjau dari Tiap
Dimensi
Psychological Well-being terdiri dari enam dimensi, yaitu dimensi penerimaan
diri, dimensi hubungan positif dengan orang lain, dimensi otonomi (kemandirian),
dimensi penguasaan lingkungan, dimensi tujuan hidup, serta dimensi pertumbuhan
pribadi. Gambaran dari masing-masing dimensi psychological well-being dapat dijelaskan
sebagai berikut:
a. Dimensi Penerimaan Diri
Gambaran psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar
berdasarkan dimensi penerimaan diri dijelaskan sebagai berikut:
Jumlah item = 10
Skor tertinggi = 10 x 4 = 40
Skor terendah = 10 x 1 = 10
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
7,50%
61,20%
31,30%
54
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 40 + 10 ) : 2
= 25
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 40 – 10 ) : 6
= 5
Perhitungan gambaran dimensi penerimaan diri di atas diperoleh µ = 20 dan σ
= 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :
µ - 1,0 σ = 25 – (1,0 x 5) = 20
µ + 1,0 σ = 25 +(1,0 x 5) = 30
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi
penerimaan diri sebagai berikut:
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Penerimaan Diri
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 30 ≥ X 3 4,5
Sedang 20 ≤ X < 30 47 70,1
55
Rendah X < 20 17 25,4
Jumlah 67 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang ditinjau dari dimensi penerimaan diri yang berada pada kategori tinggi sebanyak
4,5% (3 orang), kategori sedang sebanyak 70,1% (47 orang), kategori rendah 25,4% (17
orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong
memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada dimensi
penerimaan diri. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
Gambar 4.2 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah
dasar dimensi penerimaan b. Dimensi Hubungan positif dengan orang lain
Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar
berdasarkan dimensi hubungan positif dengan orang lain dijelaskan sebagai
berikut:
Jumlah item = 11
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
4,50%
70,10%
25,40%
56
Skor tertinggi = 11 x 4 = 44
Skor terendah = 11 x 1 = 11
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 44 + 11 ) : 2
= 27,5
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 44 – 11 ) : 6
= 5,5
Perhitungan gambaran dimensi hubungan positif dengan orang lain di atas
diperoleh µ = 27,5 dan σ = 5,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :
µ - 1,0 σ = 27,5 – (1,0 x 5,5) = 22
µ + 1,0 σ = 27,5 +(1,0 x 5,5) = 33
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi hubungan
positif dengan orang lain sebagai berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Hubungan Positif dengan Orang Lain
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 33 ≥ X 4 6
Sedang 22 ≤ X < 33 39 58,2
57
Rendah X < 22 24 35,8
Jumlah 67 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang ditinjau dari dimensi hubungan positif dengan orang lain yang berada pada
kategori tinggi sebanyak 6% (4 orang), kategori sedang sebanyak 58,2% (39 orang),
kategori rendah 35,8% (24 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian
besar responden tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang
cenderung rendah pada dimensi hubungan positif dengan orang lain. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
Gambar 4.3 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar
dimensi hubungan positif dengan orang lain
b. Dimensi Otonomi
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
6,00%
58,20%
35,80%
58
Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar
berdasarkan dimensi otonomi dijelaskan sebagai berikut:
Jumlah item = 11
Skor tertinggi = 11 x 4 = 44
Skor terendah = 11 x 1 = 11
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 44 + 11 ) : 2
= 27,5
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 44 – 11 ) : 6
= 5,5
Perhitungan gambaran dimensi otonomi di atas diperoleh µ = 27,5 dan σ =
5,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :
µ - 1,0 σ = 27,5 – (1,0 x 5,5) = 22
µ + 1,0 σ = 27,5 +(1,0 x 5,5) = 33
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi otonomi
sebagai berikut:
59
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Otonomi
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 33 ≥ X 19 28,3
Sedang 22 ≤ X < 33 31 46,3
Rendah X < 22 17 25,4
Jumlah 67 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang ditinjau dari dimensi otonomi yang berada pada kategori tinggi sebanyak 28,3%
(19 orang), kategori sedang sebanyak 46,3% (31 orang), kategori rendah 25,4% (17
orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden tergolong
memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung tinggi pada dimensi
otonomi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
Gambar 4.4 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah
dasar dimensi otonomi
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
28,30%
46,30%
25,40%
60
d. Dimensi Penguasaan Lingkungan
Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar
berdasarkan dimensi penguasaan lingkungan dijelaskan sebagai berikut:
Jumlah item = 10
Skor tertinggi = 10 x 4 = 40
Skor terendah = 10 x 1 = 10
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 40 + 10 ) : 2
= 25
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 40 – 10 ) : 6
= 5
Perhitungan gambaran dimensi penguasaan lingkungan di atas diperoleh µ =
20 dan σ = 5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :
µ - 1,0 σ = 25 – (1,0 x 5) = 20
µ + 1,0 σ = 25 +(1,0 x 5) = 30
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi
penguasaan lingkungan sebagai berikut:
61
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Penguasaan Lingkungan
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 30 ≥ X 14 21
Sedang 20 ≤ X < 30 34 50,7
Rendah X < 20 19 28,3
Jumlah 67 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang ditinjau dari dimensi penguasaan lingkungan yang berada pada kategori tinggi
sebanyak 21% (14 orang), kategori sedang sebanyak 50,7% (34 orang), kategori rendah
28,3% (19 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada
dimensi penguasaan lingkungan. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase
berikut ini:
Gambar 4.5 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar
dimensi penguasaan lingkungan
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
21,00%
50,70%
28,30%
62
63
e. Dimensi Tujuan Hidup
Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar
berdasarkan dimensi tujuan hidup dijelaskan sebagai berikut:
Jumlah item = 6
Skor tertinggi = 6 x 4 = 24
Skor terendah = 6 x 1 = 6
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 24 + 6 ) : 2
= 15
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 24 – 6 ) : 6
= 3
Perhitungan gambaran dimensi tujuan hidup di atas diperoleh µ = 15 dan σ =
3. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :
µ - 1,0 σ = 15 – (1,0 x 3) = 12
µ + 1,0 σ = 15 +(1,0 x 3) = 18
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi tujuan
hidup sebagai berikut:
64
Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Tujuan Hidup
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 18 ≥ X 19 28,3
Sedang 12 ≤ X < 18 30 44,8
Rendah X < 12 18 26,9
Jumlah 67 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten
Batang ditinjau dari dimensi tujuan hidup yang berada pada kategori tinggi sebanyak
28,3% (19 orang), kategori sedang sebanyak 44,8% (30 orang), kategori rendah 26,9%
(18 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung tinggi pada
dimensi tujuan hidup. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
28,30%
44,80%
26,90%
65
Gambar 4.6 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar
dimensi tujuan hidup
66
f. Dimensi Pertumbuhan Pribadi
Gambaran psychological well-being guru honorer sekolah dasar
berdasarkan dimensi pertumbuhan pribadi dijelaskan sebagai berikut:
Jumlah item = 9
Skor tertinggi = 9 x 4 = 36
Skor terendah = 9 x 1 = 9
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 36 + 9 ) : 2
= 22,5
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 36 – 9 ) : 6
= 4,5
Perhitungan gambaran dimensi pertumbuhan pribadi di atas diperoleh µ = 22,5
dan σ = 4,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai berikut :
µ - 1,0 σ = 22,5 – (1,0 x 4,5) = 18
µ + 1,0 σ = 15 +(22,5 x 4,5) = 27
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi dimensi
pertumbuhan pribadi sebagai berikut:
67
Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar Dimensi Pertumbuhan Pribadi
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 27 ≥ X 13 19,4
Sedang 18 ≤ X < 27 35 52,2
Rendah X < 18 19 28,4
Jumlah 67 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang ditinjau dari dimensi pertumbuhan pribadi yang berada pada kategori tinggi
sebanyak 19,4% (13 orang), kategori sedang sebanyak 52,2% (35 orang), kategori rendah
28,4% (19 orang). Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden
tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang cenderung rendah pada
dimensi pertumbuhan pribadi. Lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase
berikut ini:
Gambar 4.7 Diagram Psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar
dimensi pertumbuhan pribadi
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
19,40%
52,20%
28,40%
68
69
4.3.1.2 Ringkasan Analisis Psychological Well-being pada Guru Honorer Sekolah
Dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang Ditinjau dari
Masing-masing Dimensi
Secara keseluruhan, ringkasan hasil perhitungan psychological well-being pada
guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang ditinjau dari
masing-masing dimensi lebih lanjut dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Komposisi Ringkasan Analisis Psychological Well-being pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Ditinjau dari Masing-masing Dimensi
Kelompok
Kategorisasi
Tinggi
(%)
Sedang
(%)
Rendah
(%)
Dimensi Penerimaan Diri 4,5 70,1 25,4
Dimensi Hubungan Positif
dengan Orang lain 6 58,2 35,8
Dimensi Otonomi 28,3 46,3 25,4
Dimensi Penguasaan
Lingkungan 21 50,7 28,3
Dimensi Tujuan Hidup 28,3 44,8 26,9
Dimensi Pertumbuhan Pribadi 19,4 52,2 28,4
70
Berdasarkan penjelasan di atas dari tiap-tiap dimensi psychological well-being di
atas, secara lebih jelas dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut:
Gambar 4.8 Diagram Analisis Psychological Well-being pada guru Honorer Sekolah
Dasar
Penjelasan kategorisasi psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar
di atas disusun berdasarkan kategorisasi distribusi normal, sedangkan untuk menentukan
dimensi psychological well-being mana yang paling berpengaruh terhadap tinggi
rendahnya variabel psychological well-being dapat ditentukan dengan membandingkan
mean empirik tiap dimensi. Untuk menetukan nilai mean empirik dapat dicari dengan
membagi jumlah skor item pada tiap dimensi dengan jumlah subjek, dalam hal ini dibantu
program SPSS (Statistical Product and Service Sollutions) versi 20 for Windows. Adapun
perbandingan mean empirik tiap bentuk dapat dilihat pada tabel berikut :
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
4,50%6,00%
28,30%
21%
28,30%
19,40%
70,10%
58,20%
46,30%50,70%
44,80%
52,20%
25,40%
35,80%
25,40%28,30% 26,90% 28,40%
Tinggi Sedang Rendah
71
Tabel 4.12 Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Well-Being
Penerimaan
Diri
Hubungan
Positif
dengan
Orang
Lain
Otonomi Penguasaan
Lingkungan
Tujuan
Hidup
Pertumbuhan
Pribadi
Mean
Empirik 22,21 24,42 27,78 24,75 14,96 21,64
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa dimensi psychological
well-being yang mempunyai nilai mean empirik terbesar adalah dimensi Otonomi
dengan mean empirik sebesar 27,78 yang berarti dimensi otonomi mempunyai
pengaruh terbesar dalam menentukan tinggi rendahnya psychological well-being
pada guru honorer sekolah dasar. Diagram perbandingan mean empirik dari tiap
dimensi psychological well-being dijelaskan sebagai berikut:
Gambar 4.9 Diagram Perbandingan Mean Empirik Tiap Dimensi Psychological Well-
being
05
101520
22,21 24,42 27,78 24,75 14,96 21,64
Mean Empirik
72
4.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Psychological Well-Being
pada Guru Honorer Sekolah Dasar di Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang.
Setelah dilakukan penelitian ternyata tidak hanya faktor status sosial ekonomi
saja yang dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being, tetapi faktor
usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi.
4.4.1 Faktor Usia
Perbedaan rentang usia berdasarkan data yang didapatkan dari penelitian Ryff
(1989: 1070) menunjukan akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian)
seiring dengan perbandingan usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan
hidup dan pertumbuhan pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring dengan
bertambahnya usia. Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan positif dengan
orang lain menunjukan variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia.
Di Kecamatan Wonotunggal terdapat 59 guru honorer sekolah dasar yang
mempunyai usia rentang usia antara 25-39 tahun, sementara untuk rentang usia 40-59
terdapat 8 guru honore sekolah dasar, dan untuk usia 60-74 tidak ada.
a. Usia 25-39 Tahun
Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well-
being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di
lihat dari rentang usia antara 25-39 tahun:
Jumlah item = 57
73
Skor tertinggi = 57 x 4 = 228
Skor terendah = 57 x 1 = 57
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 228 + 57 ) : 2
= 142,5
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 228 – 57 ) : 6
= 28,5
Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas
diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai
berikut :
µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114
µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang untuk rentang usia antara 25-39 tahun sebagai berikut:
Tabel 4.13 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 25-39 tahun
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 171 ≥ X 5 8,48
Sedang 114 ≤ X < 171 33 55,93
74
Rendah X < 114 21 35,59
Jumlah 67 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang rentang usia 25-39 tahun yang berada pada kategori tinggi sebanyak 8,48% (5
orang), kategori sedang sebanyak 55,93% (33 orang), kategori rendah 35,59% (21 orang).
Dengan demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berusia antara
25-39 tahun tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
Gambar 4.10 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 29-35 Tahun
b. Usia 40-59 Tahun
Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well-
being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di
lihat dari rentang usia antara 40-59 tahun:
Jumlah item = 57
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
8,48%
55,93%
35,59%
75
Skor tertinggi = 57 x 4 = 228
Skor terendah = 57 x 1 = 57
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 228 + 57 ) : 2
= 142,5
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 228 – 57 ) : 6
= 28,5
Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas
diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai
berikut :
µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114
µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang untuk rentang usia antara 40-59 tahun sebagai berikut:
Tabel 4.14 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59 Tahun
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 171 ≥ X 0 0
Sedang 114 ≤ X < 171 8 100
76
Rendah X < 114 0 0
Jumlah 8 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang rentang usia 40-59 tahun yang berada pada kategori tinggi sebanyak 0% (0
orang), kategori sedang sebanyak 100% (8 orang), kategori rendah 0% (0 orang). Dengan
demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berusia antara 40-59
tahun tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya
dapat dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
Gambar 4.11 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Rentang Usia Antara 40-59 Tahun
Dari hasil analisis deskriptif di atas dapat di simpulkan bahwa guru honorer
sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang dengan rentang usia antara
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
0,00%
100,00%
0,00%
77
25-39 tahun memiliki psychological well-being lebih tinggi dibandingkan guru honorer
sekolah dasar dengan rentang usia antara 40-59 tahun.
78
4.4.2 Faktor Jenis Kelamin
Merupakan adanya suatu perbedaan gender pria atau wanita. Menurut Ryff (1989:
1070) faktor jenis kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi
hubungan positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita
menunjukan angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria.
Di Kecamatan Wonotunggal terdapat 25 guru honorer sekolah dasar yang
berjenis kelamin pria, sementara untuk jenis kelamin wanita terdapat 42 guru honorer
sekolah dasar.
a. Jenis Kelamin Pria
Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well-
being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di
lihat dari jenis kelamin pria:
Jumlah item = 57
Skor tertinggi = 57 x 4 = 228
Skor terendah = 57 x 1 = 57
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 228 + 57 ) : 2
= 142,5
79
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 228 – 57 ) : 6
= 28,5
Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas
diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai
berikut :
µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114
µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang untuk jenis kelamin pria sebagai berikut:
Tabel 4.15 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 171 ≥ X 1 4
Sedang 114 ≤ X < 171 20 80
Rendah X < 114 4 16
Jumlah 25 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang jenis kelamin pria yang berada pada kategori tinggi sebanyak 4% (1 orang),
kategori sedang sebanyak 80% (20 orang), kategori rendah 16% (4 orang). Dengan
demikian maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin pria
80
tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
Gambar 4.12 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Jenis Kelamin Pria
b. Jenis Kelamin Wanita
Berikut ini merupakan analisis deskriptif gambaran umum psychological well-
being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang di
lihat dari jenis kelamin wanita:
Jumlah item = 57
Skor tertinggi = 57 x 4 = 228
Skor terendah = 57 x 1 = 57
Mean Teoritik = ( Skor Tertinggi + Skor Terendah ) : 2
= ( 228 + 57 ) : 2
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
4,00%
80,00%
16,00%
81
= 142,5
82
Standar Deviasi = ( Skor Tertinggi – Skor Terendah ) : 6
= ( 228 – 57 ) : 6
= 28,5
Perhitungan gambaran secara umum psychological well-being di atas
diperoleh µ = 142,5 dan σ = 28,5. Selanjutnya dapat diperoleh perhitungan sebagai
berikut :
µ - 1,0 σ = 142, 5 – (1,0 x 28, 5) = 114
µ + 1,0 σ = 142, 5 +(1,0 x 28,5) = 171
Berdasarkan perhitungan di atas diperoleh distribusi frekuensi psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten
Batang jenis kelamin wanita sebagai berikut:
Tabel 4.16 Distribusi Umum Frekuensi Psychological Well-being pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita
Kriteria Interval Frekuensi Subjek Persentase (%)
Tinggi 171 ≥ X 4 9,5
Sedang 114 ≤ X < 171 21 50
Rendah X < 114 17 40,5
Jumlah 42 100
Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa gambaran mengenai psychological
well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten jenis
kelamin wanita yang berada pada kategori tinggi sebanyak 9,5% (4 orang), kategori
sedang sebanyak 50% (21 orang), kategori rendah 40,5% (17 orang). Dengan demikian
maka dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang berjenis kelamin wanita
83
tergolong memiliki tingkat psychological well-being yang sedang. Lebih jelasnya dapat
dilihat pada diagram prosentase berikut ini:
Gambar 4.13 Diagram Gambaran Umum Psychological Well-being Pada Guru Honorer
Sekolah Dasar Jenis Kelamin Wanita
Dari hasil analisis deskriptif di atas dapat di simpulkan bahwa guru honorer
sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang yang berjenis kelamin
wanita memiliki psychological well-being lebih tinggi dibandingkan guru honorer sekolah
dasar yang berjenis kelamin pria.
4.5 Pembahasan
Psychological Well-being merupakan suatu gambaran kualitas kehidupan dan
kesehatan mental yang dimiliki seseorang. Ryff dan Singer (2002: 542) mendefinisikan
psychological well-being sebagai hasil evaluasi atau penilaian individu terhadap dirinya
yang merupakan evaluasi atas pengalaman-pengalaman hidupnya. Evaluasi terhadap
pengalaman akan dapat menyebabkan individu menjadi pasrah terhadap keadaan yang
0%
20%
40%
60%
80%
100%
Tinggi Sedang Rendah
9,50%
50,00%40,50%
84
membuat psychological well-being menjadi rendah atau berusaha memperbaiki keadaan
hidupnya yang akan membuat psychological well-being nya meningkat.
Secara umum psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di
Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang berada dalam kategori sedang. Hal ini .dapat
dimungkinkan bahwa dengan pendapatan gaji guru honorer yang rendah dapat
menyebabkan psychological well-being individu berada dalam kategori sedang cenderung
rendah. Penelitian yang dilakukan Ryff dkk. (dalam Ryan & Deci, 2001:154) menunjukan
adanya pengaruh status sosial ekonomi terhadap tingkatan psychological well-being
seseorang. Biasanya seseorang dengan status ekonomi yang sedang, memiliki
psychological well-being pada tingkatan sedang cenderung rendah. Hal ini dapat
dimungkinkan bahwa sebagian dari guru honorer sekolah dasar di Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang sudah cukup mampu menerima keadaan dirinya, sudah
cukup memiliki tujuan hidup, cukup memiliki hubungan yang hangat dan positif dengan
orang lain, cukup memiliki kemandirian, cukup memiliki penguasaan lingkungan, dan
cukup memiliki kemampuan untuk mengembangkan bakat dan kemampuan untuk
perkembangan pribadi.
Terlihat dalam studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa kehidupan yang
dialami sebagian besar guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal terbilang
cukup berat, dimana dengan gaji rendah mereka belum merasa bahagia lantaran keadaan
keluarganya pas-pasan, merasa terbebani dengan status sosialnya sekarang, merasa malu
karena hanya sebagai guru honorer tetapi mereka berusaha bekerja demi menghidupi
keluarganya, kurang harmonis, ada rasa iri ketika melihat guru yang sudah PNS karena
gajinya yang lebih tinggi, dan mereka belum bisa mencapai apa yang mereka inginkan.
Namun ada pula guru honorer yang merasa sudah cukup bahagia walaupun dengan
keadaan serupa. Cara yang mereka pilih ketika menghadapi masalah atau keadaan
85
tersebut beragam, diantaranya: ada yang merasa lega setelah bercerita pada teman, minta
saran pada seseorang yang berpengalaman, ada pula yang memilih mendekatkan diri pada
Allah.
Dari hasil yang ditemukan dalam studi pendahuluan dimungkinkan bahwa
keadaan psychological well-being guru honorer sekolah dasar di Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten batang berada pada kategori sedang cenderung rendah karena
sebagian guru honorer sekolah dasar ada yang belum bisa mencapai psychological well-
being dan ada yang sudah cukup bisa mencapai psychological well-being tersebut. Hal ini
didukung dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ruth Priscilla Sumule dan Ni
Made Taganing (2008) mengenai “Psychological Well-Being pada Guru di Yayasan
PESAT Nabire, Papua”, yaitu sebuah yayasan yang terletak diwilayah pedalaman Papua.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa sejumlah guru yang menjadi subjek dalam
penelitian tersebut memiliki tingkat psychological well-being yang beragam. Hasil
penelitian tersebut menunjukkan tinggi rendahnya kondisi psychological well-being
dipengaruhi oleh faktor sosial ekonomi, spiritualitas, pengalaman masa lalu, dan
dukungan sosial.
Selain itu dari hasil temuan di lapangan terdapat juga faktor usia dan jenis
kelamin dapat mempengaruhi tinggi rendahnya psychological well-being pada guru
honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang. Untuk rentang usia
25-39 memiliki psychological well-being yang lebih tinggi dari rentang usia antara 40-59.
Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Ryff (1989: 1070), menunjukan
akan penguasaan lingkungan dan otonomi (kemandirian) seiring dengan perbandingan
usia yaitu antara usia 25-39, usia 40-59, dan 60-74. Tujuan hidup dan pertumbuhan
pribadi, secara jelas, menunjukan penurunan seiring dengan bertambahnya usia.
86
Sedangkan dari sisi penerimaan diri dan hubungan positif dengan orang lain menunjukan
variasi skor kesejahteraan berdasarkan usia.
Selain itu jenis kelamin juga mempengaruhi tinggi rendahnya psychologigal well-
being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang,
dari hasil temuan di lapangan guru honorer dengan jenis kelamin wanita memiliki
psychological well-being lebih tinggi dari pada guru honorer sekolah dasar dengan jenis
kelamin wanita. Hal ini juga didukung penelitian yang dilakukan Ryff (1989: 1070),
faktor jenis kelamin menunjukan perbedaan yang signifikan pada dimensi hubungan
positif dengan orang lain dan dimensi pertumbuhan pribadi dimana wanita menunjukan
angka kesejahteraan yang lebih tinggi dari pada pria.
Setelah diuraikan secara umum psychological well-being seperti di atas berikut
pembahasan psychological well-being pada guru honorer sekolah dasar di Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang di lihat dari dimensi-dimensi yang ada.
Pada dimensi penerimaan diri sebagian besar subjek penelitian mempunyai
penerimaan diri yang berada pada kategori sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin
disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di Kecamatan
Wonotunggal Kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan bahwa
sebagian besar dari mereka belum bisa mempunyai sikap positif terhadap dirinya sendiri,
belum bisa mengakui dan menerima berbagai aspek positif dan negatif dalam dirinya
yang relatif cukup, dan belum memiliki perasaan negatif tentang kehidupan masa lalu,
sehingga dapat menyebabkan dimensi penerimaan diri berada pada kategori sedang
cenderung rendah (Ryff dan Singer, 2002: 543).
Pada dimensi hubungan positif dengan orang lain sebagian besar subjek
penelitian mempunyai hubungan positif dengan orang lain yang berada pada kategori
87
sedang cenderung rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru
honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang terlalu rendah
sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum mempunyai sikap
hangat dan percaya dalam hubungan dengan orang lain, belum memiliki empati, afeksi,
dan keintiman yang kuat, belum memiliki pemahaman mengenai pemberian dan
penerimaan dalam suatu hubungan yang relatif rendah/sedang, sehingga dapat
menyebabkan dimensi hubungan positif dengan orang lain berada pada kategori sedang
cenderung rendah (Ryff dan Singer, 2002: 543).
Pada dimensi otonomi sebagian besar subjek penelitian mempunyai otonomi
yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Hal ini mungkin disebabkan karena
gaji rendah yang diterima guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal
Kabupaten Batang tidak mempengaruhi mereka untuk menjadi mandiri dalam keadaan
apapun sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka mempunyai
pengharapan, tidak terlalu bergantung pada penilaian orang lain dalam mengambil
keputusan, cukup mampu menyesuaikan diri terhadap tekanan sosial dalam berfikir dan
bertingkah laku, sehingga dapat menyebabkan dimensi otonomi berada pada kategori
sedang cenderung tinggi (Ryff dan Singer, 2002: 543).
Pada dimensi penguasaan lingkungan sebagian besar subjek penelitian
mempunyai penguasaan lingkungan yang berada pada kategori sedang cenderung rendah.
Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer sekolah dasar di
kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang terlalu rendah sehingga dapat dimungkinkan
bahwa sebagian besar dari mereka belum mempunyai kemampuan dan berkompetensi
mengontrol lingkungan, belum mampu menyusun kontrol yang kompleks terhadap
aktivitas eksternal, belum mampu menggunakan secara efektif kesempatan dalam
lingkungan, dan belum mampu memilih dan menciptakan konteks yang sesuai dengan
88
kebutuhan, sehingga dapat menyebabkan dimensi penguasaan lingkungan berada pada
kategori sedang cenderung rendah (Ryff dan Singer, 2002: 543).
Pada dimensi tujuan hidup sebagian besar subjek penelitian mempunyai
tujuan hidup yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Hal ini mungkin
disebabkan karena gaji rendah yang diterima guru honorer sekolah dasar di
kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang tidak mempengaruhi akan tujuan
hidup dari mereka sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari
mereka mempunyai keyakinan-keyakinan yang memberikan perasaan bahwa
terdapat tujuan dan makna didalam hidupnya, baik masa lalu maupun yang sedang
dijalaninya kini, sehingga dapat menyebabkan dimensi tujuan hidup berada pada
kategori serang cenderung tinggi (Ryff dan Singer, 2002: 543).
Pada dimensi pertumbuhan pribadi sebagian besar subjek penelitian
mempunyai pertumbuhan pribadi yang berada pada kategori sedang cenderung
rendah. Hal ini mungkin disebabkan karena gaji yang diterima guru honorer
sekolah dasar di kecamatan Wonotunggal kabupaten Batang terlalu rendah
sehingga dapat dimungkinkan bahwa sebagian besar dari mereka belum
berkeinginan untuk beraktualisasi diri dan belum mampu menyadari bahwa
potensi diri merupakan perspektif utama dari dimensi pertumbuhan pribadi, belum
memiliki keterbukaan akan pengalaman baru, sehingga dapat menyebabkan
dimensi pertumbuhan pribadi berada pada kategori serang cenderung rendah (Ryff
dan Singer, 2002: 543).
Berdasarkan hasil pembahasan di atas dari tiap-tiap dimensi psychological
well-being yaitu dimensi penerimaan diri, hubungan positif dengan orang lain,
89
otonomi, penguasaan lingkugan, dan pertumbuhan pribadi semuanya berada pada
kategori sedang cenderung rendah. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa rata-
rata guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang
memiliki psychological well-being pada kategori sedang cenderung rendah.
Psychological well-being yang mengindikasikan bahwa sebagian besar guru
honorer sekolah dasar belum mampu menerima keadaan dirinya, belum mampu
membentuk hubungan yang hangat dengan orang lain, belum mampu mengontrol
lingkungan, dan belum mampu mengembangkan bakat serta kemampuan untuk
perkembangan pribadi.
Hasil berbeda ditunjukkan pada dimensi otonomi dan dimensi tujuan
hidup yang berada pada kategori sedang cenderung tinggi. Psychological well-
being yang mengindikasikan bahwa sebagian besar guru honorer sekolah dasar
sudah memiliki kemandirian dan memiliki tujuan hidup yang positif.
4.6 Keterbatasan Penelitian
Hal-hal yang dapat menggangu validitas konstruk dari sebuah instrumen
penelitian sekaligus menjadi kekurangan dalam instrumen penelitian dapat
disebabkan antara lain oleh:
1) Pada saat melakukan studi pendahuluan peneliti kurang cermat dalam
menganalisa fenomena yang ada di tempat penelitian, sehingga masih jauh
dari keterpenuhannya terhadap dimensi-dimensi psychological well-being
yang diungkap sehingga hasil studi pendahuluan dan hasil penelitian berbeda.
2) Pada saat mengisi skala mungkin responden sedang tidak berminat sehingga
kurang bisa berkonsentrasi.
90
Kelemahan dalam penelitian ini nantinya dapat dijadikan pertimbangan
bagi peneliti selanjutnya.
84
BAB 5
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Gambaran secara umum guru honorer sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal
Kabupaten Batang mempunyai psychological well-being yang berada pada kategori
sedang.
5.2 Saran
Merujuk pada simpulan penelitian di atas, peneliti mengajukan saran-saran
sebagai berikut:
1. Guru Honorer
Guru honorer disarankan untuk lebih bisa mempunyai sikap positif terhadap dirinya
sendiri, bisa menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain, bisa menggunakan
kesempatan secara efektif, mampu mengembangkan diri mereka sehingga
psychological well-being nya meningkat.
2. Pemerintah
Sebaiknya pemerintah di Kecamatan Wonotunggal lebih memperhatikan
kesejahteraan guru honorer, khususnya untuk guru honorer sekolah dasar, karena
dengan tugas yang sama dengan guru PNS mereka kurang diperhatikan.
85
3. Peneliti
Untuk peneliti selanjutnya diharapakan mampu menggali lebih dalam mengenai
informasi yang berkaitan dengan psychological well-being pada guru honorer
sekolah dasar di Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang.
86
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, P. 2001. Psikologi kerja. Jakarta: Rineka Cipta
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta
___________. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi revisi
VI. Jakarta: Rineka Cipta
Azwar, S. 2005. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
_____________. 2010. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
_____________. 2011. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
_____________. 2012. Metode Penelitian. Cetakan ke-13. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Blechman & Brownell. 1998. Behavioral Medicine & Women: A Comprehensive
Handbook. New York: The Guilford Press
Djamarah, S.B. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
Rineka Cipta
Gregorius Sahdan, 2005. Menanggulangi Kemiskinan Desa. Artikel Ekonomi
Rakyat dan Kemiskinan, Maret 2005.
Halim, SM & Atmoko W.D. 2005. Hubungan antara kecemasan akan HIV/AIDS
dan psychological well-being pada waria yang menjadi pekerja seks
komersial. Jurnal Psikologi. Volume 15, No. 1. 2005. Universitas
Padjajaran Bandung
Horn, J.E.V., Taris, T.W., Schaufeli, W.B., & Schteurs, P.J.G. 2004. “The
Structure of Occupational Well-Being: A Study Among Dutch Theachers”.
Journal of Occupational and Organizational Psychology, Vol. 77, 365-
375
Latipun. 2005. Kesehatan Mental. Malang : UMM Press
Leddy, Susan. 2006. Health Promotion : Mobilizing Strengths to Enhance Health,
wellness, and Well-being. Philadelphia : F. A. Davis Company
87
Mulyasa, H.E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Ryan, R. M., & Deci, E. L. 2001. On Happiness and Human Potentials: A Review
of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being. Annual Review
Psychology.
Ryff, Carol, & Singer, Burton. 2002. From social structure to biology: integrative
science in persuit of human health and well-being. In C. R. Snyder, &
Lopes (Eds.), Handbook of Positive Psychology. New York: Oxford
University Press.
Ryff, D. Caroll. 1989. “Happines is Everyting, or is it? Exploration on The
Meaning of Psychological Well-Being”. Journal of Personality Social
Psychology. Vol. 56, No. 6, 1069-1081
Ryff & Keyes. 1995. “The Structure of Psychological Well-Being Revisited”.
Journal of Personality and Social Psychologi. Vol. 69, No. 4, 719-727
Stern, Samantha, 2007. Factor That Impact The Health and Psychological Well-
Being of Older Adults Shortly Following Institutionalization. Case
Western Reserve University
Sumule, R.P & Taganing, N.M. 2008. Psychological Well-Being pada Guru yang
bekerja di Yayasan PESAT Nabire, Papua. Depok: Fakultas Psikologi
Universitas Gunadarma
Permendiknas RI Nomor 18 Tahun 2007
Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen
Abraham Maslow @http://id.wikipedia.org/wiki/Abraham_Maslow (di unduh pada
26 /04/2014)
Guru @(http://id.wikipedia.org/wiki/Guru) (di unduh pada 26/04/2014)
Guru Honorer Membengkak @http://edukasi.kompas.com/read/2012/03/06/
06420188/Guru.Honorer.Membengkak (di unduh pada 26/04/2014)
Guru Wiyata Bakti Kecewa Batal Diangkat Jadi PNS @(www.pikiran-
rakyat.com/node/127787) (di unduh pada 27/08/2014)
Just for insight @(forinsight.wordpress.com/2013/11/9/10-pekerjaan-tervaforit/)
(di unduh pada 27/08/2014)
88
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK
INDONESIA @http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/guru (di unduh
pada 26/04/2014)
PNS Profesi Paling Diidamkan Orang Indonesia @(m.koran-
sindo.com/node/384472) ( di unduh pada 27/08/2014)
10
LAMPIRAN
90
LAMPIRAN 1
INSTRUMEN PENELITIAN
91
Skala Psikologis
Ψ
Universitas Negeri Semarang
Fakultas Ilmu Pendidikan
Jurusan Psikologi
2014
92
PENGANTAR
Dengan hormat,
Perkenankan saya
Nama : Heri Setiawan
Nim / Jurusan : 1550407024 / Psikologi
Memohon bantuan saudara untuk bersedia menjadi responden penelitian
dalam rangka penyelesaikan skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar
sarjana psikologi. Mengingat pentingnya data tersebut maka saya berharap
saudara dapat mengisi skala psikologi ini sesuai dengan keadaan saudara.
Tidak ada jawaban yang salah dan benar, jawaban yang benar adalah jawaban
yang sesuai dengan keadaan saudara. Dalam penelitian ini kerahasiaan
identitas dan privasi subyek terjamin kerahasiaannya. Atas perhatian dan
kerja sama saudara, saya ucapkan terima kasih.
93
Petunjuk Pengisisan :
Berikut ini adalah sejumlah pernyataan mengenai keadaan perasaan yang
mungkin anda alami. Anda diminta menggunakan pernyataan-pernyataan tersebut
untuk melukiskan diri anda sendiri, dengan memberikan tanda centang (√) pada
jawaban yang anda pilih. Adapun pilihan jawaban tersebut sebagai berikut:
SS :bila pernyataan Sangat Sesuai dengan kondisi
anda.
S :bila pernyataan Sesuai dengan kondisi anda.
TS :bila pernyataan Tidak Sesuai dengan kondisi
STS :bila pernyataan Sangat Tidak Sesuai dengan
kondisi anda.
Contoh :
No Pernyataan SS S TS STS
1 Menolong merupakan hal
yang menyenangkan bagi
saya
√
Identitas subjek
Nama ( Inisial) :
Jenis kelamin :
Umur :
94
No Pernyataan SS S TS STS
1 Secara umum saya merasa percaya
diri dan positif terhadap diri saya.
2 Ketika saya membandingkan diri
saya dengan teman dan kenalan,
saya merasa bangga.
3 Saya bahagia dengan keadaan
hidup sekarang ini walau hanya
sebagai guru honorer.
4 Sedikit atau banyak upah yang saya
terima tidak jadi masalah bagi saya.
5 Meskipun penghasilan sebagai guru
honorer rendah, tetapi saya bangga
bisa mendapatkan penghasilan
sendiri.
6 Saya bangga terhadap keluarga dan
merasa tidak perlu ada yang disesali
dari perjalanan hidup saya.
7 Saya merasa nyaman mengobrol
dengan siapa saja termasuk dengan
guru/orang yang baru saya kenal.
8 Saya senang cerita dengan anggota
keluarga dan teman-teman.
9 Saya percaya pada teman-teman,
begitu juga sebaliknya mereka
percaya pada saya.
10 Teman, tetangga, dan keluarga
sering menceritakan masalahnya
kepada saya, karena mereka
95
percaya kepada saya.
11 Meskipun hidup saya pas-pasan,
tapi saya senang membantu jika ada
teman atau orang yang
membutuhkan.
12 Banyak teman menilai saya sebagai
orang yang penyayang, perhatian,
dan pengertian.
13 Saya akan berusaha menghibur
teman apabila sedang ditimpa
musibah.
14 Orang-orang disekitar saya
menganggap saya sebagai
pendengar yang baik dan mau
meluangkan waktu untuk berbagi
cerita dengan mereka.
15 Saya mampu mengambil keputusan
sendiri yang menurut saya benar.
16 Keputusan yang saya ambil pada
umumnya tidak dipengaruhi orang
lain.
17 Saya berani menyampaikan
pendapat saya meski bertentangan
dengan kebanyakan pendapat orang
lain.
18 Saya enggan menanggapi masalah
yang berpengaruh pada pekerjaan
saya.
19 Saya yakin dengan pendapat saya
meskipun bertentangan dengan
96
pendapat orang pada umumnya.
20 Saya enggan melakukan
kecurangan seandainya ada
kesempatan untuk melakukannya.
21 Sehabis selesai bekerja, saya
berusaha mengajak teman untuk
meluangkan waktu berkumpul atau
sekedar mengobrol.
22 Saat berkumpul dengan guru,
teman, atau tetangga, saya yakin
ucapan saya didengar mereka.
23 Saya mampu mengelola tanggung
jawab dengan baik dalam
kehidupan sehari-hari.
24 Saya mengajak tetangga untuk ikut
aktif dalam kegiatan masyarakat
seperti kerja bakti, dll.
25 Saya mampu mengatur waktu, oleh
karena itu saya bisa menyesuaikan
segala kebutuhan yang harus
dikerjakan.
26 Saya adalah orang yang aktif dalam
merencanakan hidup.
27 Saya senang membuat rencana
untuk masa depan dan berusaha
mewujudkannya.
28 Saya sekarang sebagai guru
honorer, tetapi suatu saat nanti saya
pasti akan diangkat menjadi PNS.
97
29 Saya merasa bahwa saya telah
berkembang seperti kenbanyakan
orang pada umumnya.
30 Saya berusaha menggali potensi
yang saya miliki agar bisa dijadikan
untuk mencari penghasilan.
31 Saya merasa perlu untuk memiliki
pengalaman baru yang menantang
seperti yang orang lain pikirkan.
32 Saya suka berada pada situasi baru
yang dapat merubah kebiasaan
lama saya dalam melakukan
sesuatu.
33 Saya mencari informasi agar bisa
mengikuti kegiatan seminar untuk
menambah pengalaman dan
keahlian.
34 Sikap saya terhadap diri sendiri
tidak sepositif sikap orang lain
terhadap mereka.
35 Dalam banyak hal, saya kecewa
dengan prestasi dalam hidup saya.
36 Dalam keadaan serba kekurangan
saya sering merasa putus asa.
37 Saya merasa orang-orang yang saya
kenal mempunyai / mendapat
sesuatu yang lebih dibanding
dengan yang saya punya.
38 Saya menganggap sebagai orang
yang penuh kekurangan dan
98
kelemahan dibandingkan orang
lain.
39 Saya merasa malu karena pekerjaan
saya hanya sebagai guru honorer.
40 Saya tidak memiliki banyak teman
seperti yang dimiliki orang lain.
41 Saya jarang mengikuti
perkumpulan guru karena saya
lebih senang menyendiri.
42 Saya tidak mempunyai banyak
teman yang mau mendengarkan
saat saya curhat, karena saya tidak
mudah percaya pada orang lain.
43 Saya memilih cuek ketika ada
teman/tetangga membutuhkan
bantuan.
44 Saya merasa enggan untuk
mengikuti bakti sosial.
45 Kalau teman sekantor saya sesama
guru honorer tidak berangkat
bekerja, saya juga tidak berangkat.
46 Saya sering berubah pikiran tentang
apa yang jadi keputusan saya jika
teman-teman dan keluarga tidak
menyetujuinya.
47 Saya akan menolak jika ada teman
atau guru yang lebih senior
menyuruh yang bukan menjadi
tanggung jawab saya.
99
48 Sulit bagi saya mengemukakan
pendapat ketika sedang ada diskusi.
49 Banyak sedikitnya hasil yang
didapat tergantung dari hasil kinerja
saya.
50 Saya berangkat ke sekolah jika
ingin mengajar saja.
51 Saya mudah terpengaruh dengan
pendapat orang lain.
52 Ketika berkumpul dengan siapa
saja ketika tidak diminta bicara,
saya lebih baik diam.
53 Saya tidak bisa menyesuaikan diri
dengan orang lain dan lingkungan
di sekitar saya.
54 Saya enggan ditunjuk sebagai
pengurus kegiatan apa saja.
55 Saya sering merasa kewalahan
dengan tanggung jawab yang saya
hadapi.
56 Saya takut memberikan pendapat
ketika mengikuti perkumpulan yang
diadakan sekolah.
57 Saya menolak apabila disuruh jadi
pembina pramuka di sekolah.
58 Aktifitas saya sehari-hari seringkali
nampak biasa saja dan tidak penting
untuk saya.
100
59 Saya tidak punya tujuan dari apa
yang saya jalani dalam hidup ini.
60 Saya cenderung fokus pada masa
sekarang, karena memikirkan masa
depan selalu membawa saya pada
masa lalu.
61 Melihat kondisi ekonomi saya
sekarang yang rendah, rasanya cita-
cita hidup saya tidak akan tercapai.
62 Ketika saya mencoba hal baru saya
tetap tidak bisa mengembangkan
diri saya.
63 Saya tidak tertarik dengan kegiatan
yang dapat memperluas wawasan
saya.
64 Saya tidak bisa mengubah
kebiasaan - kebiasaan lama dengan
kebiasaan/pengalaman baru.
65 Hidup saya berjalan baik sesuai
dengan apa adanya, oleh karena itu
saya tidak ingin mencoba cara atau
hal baru untuk merubahnya.
66 Saya banyak menghabiskan waktu
luang untuk berkumpul dengan
tetangga dan santai.
-Terima Kasih-
101
LAMPIRAN 2
TABULASI DATA
102
No. ITEM PERNYATAAN
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
G_1 2 4 2 1 4 3 4 2 3 4 2 2 1 2 3 4 2 4 1 2 4 3 3 4 4 2 2 1 2 4 4 3 4
G_2 3 2 2 4 3 3 4 2 3 4 2 3 4 1 3 4 2 4 4 1 3 3 3 3 4 2 3 4 1 4 3 3 1
G_3 3 3 2 2 4 4 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 1 1 4 4 3 4 3 3 3 1 1 3 3 3 1
G_4 4 3 3 2 2 3 3 3 4 3 3 3 1 2 4 3 3 4 1 2 2 3 4 3 3 3 3 1 2 3 4 2 1
G_5 3 4 2 3 2 2 4 2 2 4 3 2 1 1 3 4 2 3 1 1 4 3 3 3 4 2 2 1 1 4 2 2 1
G_6 4 2 3 3 2 2 2 3 4 2 2 2 1 2 4 2 3 3 1 2 2 3 4 3 2 3 2 1 2 2 1 3 2
G_7 2 1 2 1 2 1 2 2 2 3 3 3 2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 1 3 2 3
G_8 3 3 2 3 4 4 3 3 3 1 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 4 4 3 4 3 2 2 3 2 3 3 2 1
G_9 4 3 4 3 4 3 3 3 3 2 2 2 1 1 4 3 4 3 1 1 4 3 4 3 3 4 2 1 1 3 2 2 3
G_10 2 2 1 2 1 2 2 1 3 2 2 2 2 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 2 4 2
G_11 3 2 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 3 2 3 3 4 4 2 2 3 4 2 3 2 3 2 2
G_12 3 3 4 4 2 3 3 4 3 4 3 3 2 2 3 3 4 4 2 2 2 3 4 3 3 4 2 2 2 3 2 3 3
G_13 4 2 2 4 3 3 2 2 4 3 2 3 3 2 4 2 2 4 3 2 3 3 3 3 2 2 3 3 2 2 2 1 1
G_14 2 3 3 1 2 1 2 2 2 2 1 1 1 4 2 2 2 1 1 4 2 1 1 1 2 2 1 1 4 2 4 3 2
G_15 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 1 3 3 2 3 4 4 3 2 2 3 3 4 3 4 4 3 2 2 3 3 2 2
G_16 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 4 3 3 4 2 1 3 3 3 4 3 3 2 2 1 3 3 3 2
G_17 2 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 1 2 4 3 3 4 3 2 2 3 4 4 4 3 4 1 2 2 3 3 2 1
G_18 3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 2 2 1 2 3 3 3 4 1 2 4 3 3 3 3 3 2 1 2 3 3 1 1
G_19 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 2 1 1 3 3 3 4 4 1 1 4 3 3 3 3 4 1 1 1 3 3 2 2
G_20 4 3 3 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 1
G_21 3 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 3 1 2 3 3 4 4 1 2 4 4 3 3 3 4 2 1 2 3 3 2 2
G_22 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 1 2 2 2 4 3 4 4 2 2 3 3 3 4 3 4 2 2 2 3 3 2 1
103
G_23 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 1 2 1 2 4 3 3 3 1 2 4 3 4 4 3 3 2 1 2 3 2 2 1
G_24 3 2 3 3 3 3 2 3 4 3 1 2 1 3 3 2 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 1 3 2 3 1 1
G_25 3 3 4 4 2 4 3 4 4 3 2 1 1 1 3 3 4 3 1 1 2 4 3 3 3 4 1 1 1 3 4 1 1
G_26 3 4 4 3 4 2 4 4 3 4 2 1 1 2 3 4 4 3 1 2 4 2 3 4 4 4 1 1 2 4 3 2 1
G_27 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 2 1 2 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 2 1 2 3 4 1 1
G_28 3 4 3 4 4 3 4 3 4 2 2 1 1 4 3 4 3 4 1 1 4 3 3 3 4 3 1 1 1 4 3 3 1
G_29 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 1 4 4 3 3 3 1 4 4 3 4 3 3 3 3 1 4 3 4 3 1
G_30 2 4 2 3 3 3 4 2 3 2 1 3 1 2 2 4 2 3 1 2 3 3 3 4 4 2 3 1 2 4 3 3 3
G_31 2 4 4 3 2 4 2 2 3 4 3 4 2 2 3 3 4 3 4 2 3 3 4 2 4 4 3 2 4 3 4 3 3
G_32 2 4 3 3 2 4 2 3 3 3 3 4 3 1 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 4 3 3 2 3 3 3 4 4
G_33 3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 4 2 3
G_34 3 4 2 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 2 3 4 3 4 3 3 4 4 3 3 4 2 3 3 2 4 3 4 3
G_35 2 3 4 3 2 3 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 3 2 4 2 3 3 4 2 3 4 3 3 4 3 3 2 3
G_36 4 3 2 3 3 3 2 2 4 3 4 3 2 2 3 4 3 4 3 2 4 4 2 3 3 2 3 2 2 4 1 2 1
G_37 2 1 2 1 2 1 3 3 2 1 2 3 3 3 2 2 1 2 3 3 2 2 1 2 1 2 1 3 2 2 3 4 4
G_38 1 1 4 3 3 3 4 2 2 1 1 4 3 4 2 3 4 3 1 2 3 3 3 2 3 4 4 2 4 3 3 4 3
G_39 1 2 2 3 4 3 2 3 2 1 2 2 3 2 2 4 3 3 2 2 4 4 3 4 3 4 3 2 4 4 2 1 2
G_40 2 2 2 1 2 1 1 2 3 2 2 1 3 3 2 1 3 1 3 2 3 2 3 1 3 1 3 2 1 1 3 3 4
G_41 3 2 4 4 3 4 3 2 2 3 2 3 2 3 2 4 2 3 3 4 4 3 2 3 3 3 4 2 3 4 4 2 3
G_42 1 1 4 3 4 3 3 4 2 1 1 3 3 2 1 4 3 3 4 2 4 3 3 4 4 2 3 2 2 4 4 3 3
G_43 2 1 1 2 1 2 2 1 2 2 1 2 4 4 1 3 3 4 3 3 3 4 2 2 4 3 3 2 3 3 1 2 1
G_44 2 3 3 4 4 2 2 3 4 2 3 2 3 3 2 1 1 2 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 2 1 3 3 3
G_45 2 2 2 3 4 3 3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 3 3 1 3 4 4 3 3
G_46 3 2 3 4 3 3 2 2 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3 4
104
G_47 1 4 2 3 3 1 2 2 4 3 3 3 4 2 3 4 4 3 3 1 4 3 3 4 3 3 4 2 3 4 4 4 3
G_48 2 2 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 3 4 4 3 2 4 3 2 2 3
G_49 2 2 3 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 4 3 4 4 4 3 2 4 3 3 4 4
G_50 2 2 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 1 4 3 3 3 4 2 3 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 4
G_51 1 2 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 2 2 3 3 3 4 4 4 4 1 4 3 4 3 3
G_52 1 1 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 4 3 4 4 3 3 1 3 3 3 4 3
G_53 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 3 4 4 3 3 2 4 4 3 3 3 3 4 3 4 2 3 3 3
G_54 1 2 4 4 3 3 3 4 2 2 4 3 1 2 1 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 1 3 3 3 2 3
G_55 2 2 3 3 3 4 3 4 3 4 2 4 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 2
G_56 4 3 4 2 4 3 2 1 4 4 4 3 3 4 3 3 4 3 4 1 3 3 4 4 3 4 2 2 4 3 3 4 3
G_57 2 3 3 4 3 3 1 3 4 4 3 4 3 1 3 3 2 4 3 2 3 4 3 3 3 4 4 2 4 3 4 4 3
G_58 3 4 4 3 3 4 2 1 3 4 3 3 1 2 3 3 3 4 3 1 3 3 4 3 4 4 3 2 4 3 3 4 3
G_59 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 3 2 4 4 3 3 3
G_60 1 4 3 3 2 3 1 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 4 2 3 3 3 1 3 3 4 3 3
G_61 2 4 3 2 3 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 4 3 4 3 1 4 3 3 3 3 1 3 3 3
G_62 4 4 4 2 3 4 3 3 3 3 1 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3
G_63 3 4 3 3 3 1 3 4 3 3 1 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 1 4 4 3 4 3 1 2 3 4
G_64 4 3 3 4 4 1 4 3 4 3 2 4 4 3 3 4 2 3 4 3 4 3 4 1 2 3 4 3 4 1 4 3 3
G_65 3 4 4 4 3 1 3 3 2 2 1 3 2 1 2 3 4 3 3 3 2 4 3 1 4 3 3 3 2 1 2 3 4
G_66 3 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 4 2 4 2 3 2 2 4 3 2 3 4 1 2 3 4 1 4 1 2 1 2
G_67 3 4 2 3 2 2 4 2 2 4 3 2 1 1 3 4 2 3 1 1 4 3 3 3 4 2 2 1 1 4 2 2 1
105
No. ITEM PERNYATAAN
34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66
G_1 1 3 3 3 3 2 3 4 1 3 4 2 4 4 3 3 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 4 2 2 2 3 4 4
G_2 1 4 3 4 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 1 3 4 3 4 1 2 2 3 4 3 3 1 3 3 4 2 3 3
G_3 2 3 4 3 4 3 3 1 2 3 3 3 4 3 3 3 2 4 3 2 2 4 3 2 4 4 1 3 2 3 1 4 4
G_4 1 3 3 3 2 3 2 1 1 2 4 2 3 4 1 3 3 4 2 1 1 3 3 3 4 3 1 3 4 4 2 4 4
G_5 2 3 4 3 4 2 2 1 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 1 4 3 3 1 3 3
G_6 2 1 2 1 2 3 3 2 2 3 1 2 1 1 3 3 4 3 2 3 2 3 3 4 3 2 2 4 3 3 1 3 3
G_7 2 4 3 4 3 2 2 3 2 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 3 3 3 4 4 3 1 4 3
G_8 1 3 4 3 3 2 2 1 1 2 3 4 3 3 3 3 3 1 3 3 4 2 4 3 3 4 1 4 4 3 1 4 3
G_9 3 2 1 2 1 2 3 2 1 2 2 1 2 2 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 1 3 3
G_10 3 4 4 2 3 2 4 2 3 4 2 3 3 2 3 4 3 2 4 4 3 3 4 2 3 4 2 4 3 4 1 3 4
G_11 2 3 4 3 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 3 2 2 1 3 2 4 2 3 4 3 3 3 3 2 3 1 3 3
G_12 2 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 2 4 2 3 4 2 2 4 4 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 1 2 3
G_13 4 1 1 1 2 1 1 1 4 1 2 2 1 3 1 2 3 2 2 2 3 2 1 2 1 1 1 2 3 4 2 3 3
G_14 2 3 4 3 3 1 3 2 2 3 4 4 3 4 4 3 2 2 3 3 1 2 3 4 4 4 2 4 3 2 2 4 3
G_15 1 3 3 4 4 2 2 2 1 2 3 3 4 3 3 3 2 1 4 3 2 4 3 4 3 3 2 3 3 3 3 3 4
G_16 2 3 4 4 3 2 1 2 2 1 3 4 3 3 2 1 3 1 1 3 2 1 2 1 2 4 2 3 4 3 3 4 2
G_17 2 3 3 3 4 2 2 1 2 2 3 3 4 3 2 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 1 3 3 4 2 3 4
G_18 1 3 3 3 3 2 1 1 1 1 3 4 4 3 3 3 2 2 4 3 4 4 4 2 3 2 2 4 3 1 3 3 2
G_19 3 4 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 3 4 3 2 4 3 3 3 2 3 3 2 2 1 2
G_20 2 4 3 3 3 1 2 1 2 2 3 4 4 3 1 2 1 4 1 2 2 2 1 2 1 3 1 3 3 3 2 3 4
G_21 2 3 3 4 3 1 2 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 2 4 3 4 4 3 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4
G_22 2 3 4 4 3 1 2 1 2 2 3 3 3 3 4 4 2 1 3 4 3 3 4 3 3 4 1 3 3 2 1 2 1
G_23 3 3 3 3 4 1 2 1 3 2 2 3 3 2 4 3 1 2 4 3 3 4 3 3 4 3 1 4 4 3 3 3 3
106
G_24 1 4 3 3 4 2 1 1 1 1 3 4 3 3 3 4 2 2 3 4 4 3 4 4 3 3 3 2 2 2 4 4 2
G_25 2 2 3 4 3 2 1 1 2 1 4 4 3 4 3 3 1 1 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 2 2 4 3
G_26 2 4 3 2 4 1 2 1 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 3 1 4 4 4 2 1 2
G_27 1 3 3 3 4 2 1 1 1 1 4 3 4 4 3 3 2 2 3 3 2 4 4 4 4 3 2 1 1 1 4 3 3
G_28 4 3 4 4 3 2 3 1 4 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 4 4 3 3 4 1 4 4 3 3 4 3
G_29 2 3 3 3 3 1 3 1 2 3 4 2 3 4 4 3 2 2 4 3 3 3 3 4 3 3 1 4 4 4 4 3 3
G_30 3 3 4 2 3 3 1 3 2 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 4 4
G_31 3 4 4 3 4 3 4 2 2 3 3 3 4 2 3 3 1 1 3 4 3 4 3 2 4 3 3 1 1 3 4 4 4
G_32 3 1 3 3 3 4 1 3 3 4 3 4 3 3 4 3 1 2 3 3 4 4 3 4 2 3 4 4 4 4 3 3 4
G_33 4 2 3 3 4 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 4 2 2 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 4 4
G_34 3 1 4 2 3 4 1 2 2 3 3 3 4 2 3 4 1 1 3 4 2 3 4 4 3 2 3 4 4 3 4 4 3
G_35 4 1 2 2 3 2 1 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 4
G_36 2 2 1 3 1 2 2 2 2 1 2 1 1 2 4 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3
G_37 3 2 3 2 3 4 2 2 3 4 3 4 3 2 3 2 2 3 2 2 4 3 4 4 2 3 4 3 3 3 4 3 2
G_38 4 1 3 2 3 4 1 4 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 1 3 4 2 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4
G_39 1 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 1 2 3 3 2 3 3 4
G_40 4 2 2 4 3 3 2 3 3 4 4 2 2 3 4 3 3 1 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 4 3 3 4 4
G_41 4 2 3 2 3 2 2 4 4 3 4 3 3 4 2 3 2 1 1 2 4 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 4
G_42 3 3 2 3 4 3 3 2 2 3 3 3 2 2 4 2 2 1 2 3 2 3 3 2 2 4 3 3 3 2 2 3 3
G_43 1 1 2 1 3 2 1 2 2 1 1 1 2 2 2 3 3 2 2 3 1 2 1 1 3 2 2 3 1 4 3 3 3
G_44 4 2 4 3 3 3 2 4 4 3 4 3 4 4 3 2 2 3 2 3 3 2 3 3 2 3 1 3 3 2 3 3 3
G_45 3 2 3 2 4 3 2 3 3 3 3 4 3 3 3 2 2 4 1 2 3 4 3 3 2 4 4 3 3 3 4 4 3
G_46 4 2 3 1 3 3 2 4 4 4 4 4 3 4 4 2 3 2 1 3 2 1 2 2 2 3 2 4 4 3 4 3 4
G_47 3 1 3 2 4 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 2 3 4 2 3 3 2 4 4 3 3 3 1 3 3 3
G_48 3 2 3 3 2 4 1 4 4 3 3 3 3 4 3 2 2 2 2 2 3 4 4 3 2 3 3 2 3 4 3 3 3
107
G_49 3 2 3 2 3 4 2 3 3 4 3 3 3 3 4 2 3 3 2 3 2 2 4 2 3 3 1 2 2 4 3 3 3
G_50 3 1 3 2 4 4 1 4 4 4 3 3 3 4 2 1 1 3 4 2 2 2 1 3 1 3 4 3 3 3 4 4 4
G_51 3 2 3 2 4 3 2 4 4 3 3 4 3 4 3 1 3 2 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 4 4 3 3 G_52 4 1 3 2 3 4 1 3 3 3 4 4 3 3 4 2 2 2 1 4 3 3 4 3 2 3 3 2 3 3 3 3 4 G_53 3 2 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 2 4 4 3 3 1 1 3 2 3 1 1 2 G_54 3 2 3 1 3 2 2 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 2 3 4 2 3 3 4 3 4 3 2 2 3 2 2 4 G_55 3 2 4 3 3 4 2 4 4 2 3 4 4 4 3 2 3 2 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 3 2 2 3 G_56 3 1 3 2 3 4 1 3 3 4 3 2 3 3 4 1 3 4 4 4 2 4 4 3 3 4 4 3 4 3 2 2 4 G_57 3 2 4 1 4 4 2 3 3 3 3 3 4 3 1 1 3 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3 4 1 1 3 G_58 4 1 3 3 3 4 1 3 3 3 4 3 3 3 4 1 3 2 3 3 2 3 3 3 4 3 3 3 4 4 2 1 4 G_59 3 1 4 3 3 3 1 2 2 3 3 4 4 2 3 1 3 4 3 3 2 4 4 2 4 3 3 3 3 4 2 2 3 G_60 4 1 2 3 4 3 3 4 3 3 3 3 2 4 4 1 3 3 4 4 4 2 3 4 4 3 3 3 4 4 1 1 4 G_61 3 4 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 3 1 2 4 2 3 2 2 3 4 3 3 4 3 4 3 2 2 4 G_62 4 1 3 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3 1 2 3 4 3 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 1 1 3 G_63 3 2 3 4 2 3 4 2 3 3 3 4 3 4 4 1 2 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 2 3 3 2 2 3 G_64 3 1 2 4 4 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 1 2 4 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 4 2 2 4 G_65 3 1 3 4 2 3 4 2 3 3 3 4 3 3 4 1 1 4 3 4 3 3 4 3 2 3 4 4 4 4 2 2 4 G_66 1 2 1 1 2 1 2 2 1 1 1 2 2 1 1 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 3 2 3 2 2 2 1 3 G_67 2 3 4 3 4 2 2 1 2 2 2 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 4 1 4 3 3 1 3 3
108
LAMPIRAN 3
1. HASIL UJI VALIDITAS
2. HASIL UJI RELIABILITAS
109
1. Hasil Uji Validitas Skala Psychological Well-Being
Total VAR00001 Pearson Correlation ,237
Sig. (2-tailed) ,054
N 67
VAR00002 Pearson Correlation ,269*
Sig. (2-tailed) ,027
N 67
VAR00003 Pearson Correlation ,485**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00004 Pearson Correlation ,248*
Sig. (2-tailed) ,043
N 67
VAR00005 Pearson Correlation ,436**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00006 Pearson Correlation ,495**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00007 Pearson Correlation ,590**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00008 Pearson Correlation ,336**
Sig. (2-tailed) ,005
N 67
VAR00009 Pearson Correlation ,501**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00010 Pearson Correlation ,560**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00011 Pearson Correlation ,681**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00012 Pearson Correlation ,660**
Sig. (2-tailed) ,000
110
N 67
VAR00013 Pearson Correlation ,429**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00014 Pearson Correlation ,198
Sig. (2-tailed) ,109
N 67
VAR00015 Pearson Correlation ,792**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00016 Pearson Correlation ,782**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00017 Pearson Correlation ,707**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00018 Pearson Correlation ,697**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00019 Pearson Correlation ,534**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00020 Pearson Correlation ,218
Sig. (2-tailed) ,076
N 67
VAR00021 Pearson Correlation ,636**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00022 Pearson Correlation ,671**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00023 Pearson Correlation ,298*
Sig. (2-tailed) ,014
N 67
VAR00024 Pearson Correlation ,399**
Sig. (2-tailed) ,001
N 67
VAR00025 Pearson Correlation ,761**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00026 Pearson Correlation ,699**
Sig. (2-tailed) ,000
111
N 67
VAR00027 Pearson Correlation ,601**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00028 Pearson Correlation ,578**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00029 Pearson Correlation ,294*
Sig. (2-tailed) ,016
N 67
VAR00030 Pearson Correlation ,629**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00031 Pearson Correlation ,578**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00032 Pearson Correlation ,463**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00033 Pearson Correlation ,326**
Sig. (2-tailed) ,007
N 67
VAR00034 Pearson Correlation ,249*
Sig. (2-tailed) ,042
N 67
VAR00035 Pearson Correlation ,466**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00036 Pearson Correlation ,426**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00037 Pearson Correlation ,225
Sig. (2-tailed) ,067
N 67
VAR00038 Pearson Correlation ,474**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00039 Pearson Correlation ,314**
Sig. (2-tailed) ,010
N 67
VAR00040 Pearson Correlation ,236
112
Sig. (2-tailed) ,054
N 67
VAR00041 Pearson Correlation ,364**
Sig. (2-tailed) ,002
N 67
VAR00042 Pearson Correlation ,462**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00043 Pearson Correlation ,424**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00044 Pearson Correlation ,383**
Sig. (2-tailed) ,001
N 67
VAR00045 Pearson Correlation ,474**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00046 Pearson Correlation ,359**
Sig. (2-tailed) ,003
N 67
VAR00047 Pearson Correlation ,544**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00048 Pearson Correlation ,385**
Sig. (2-tailed) ,001
N 67
VAR00049 Pearson Correlation ,438**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00050 Pearson Correlation ,219
Sig. (2-tailed) ,074
N 67
VAR00051 Pearson Correlation ,331**
Sig. (2-tailed) ,006
N 67
VAR00052 Pearson Correlation ,425**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00053 Pearson Correlation ,463**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
113
VAR00054 Pearson Correlation ,226
Sig. (2-tailed) ,066
N 67
VAR00055 Pearson Correlation ,514**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00056 Pearson Correlation ,586**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00057 Pearson Correlation ,552**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00058 Pearson Correlation ,520**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00059 Pearson Correlation ,566**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00060 Pearson Correlation ,330**
Sig. (2-tailed) ,006
N 67
VAR00061 Pearson Correlation ,187
Sig. (2-tailed) ,129
N 67
VAR00062 Pearson Correlation ,548**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00063 Pearson Correlation ,535**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00064 Pearson Correlation ,531**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
VAR00065 Pearson Correlation ,208
Sig. (2-tailed) ,091
N 67
VAR00066 Pearson Correlation ,631**
Sig. (2-tailed) ,000
N 67
114
Total Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 67
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
2. Hasil Uji Reliabilitas Skala Psychological Well-Being
Case Processing Summary
N %
Cases Valid 67 100,0
Excludeda 0 0,0
Total 67 100,0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of
Items
,950 57
115
LAMPIRAN 4
ANALISIS DESKRIPTIF
1. Distribusi Statistik Deskriptif
2. Distribusi Statistik Frekuensi
116
ANALISIS DESKRIPTIF
1. Distribusi Statistik Deskriptif Instrumen
Statistics
Penerimaan Diri
Hubungan
Positif dengan Orang Lain
Otonomi
Penguasaan
Lingkungan
Tujuan
Hidup
Pertumbuhan
Pribadi
Psychology
Well-Being
N Valid 67 67 67 67 67 67 67
Missing
0 0 0 0 0 0 0
Mean 22,2090 24,4179
27,7761
24,7463 14,9552
21,6418 135,7463
Median 22,0000 25,0000
29,0000
27,0000 15,0000
22,0000 145,0000
Mode 24,00 29,00 32,00 17,00 15,00 17,00 98,00
Std. Deviation
4,11773 5,61424
6,65564
5,66045 4,06177
5,12777 27,45815
Variance
16,956 31,520 44,298
32,041 16,498
26,294 753,950
Skewness
,007 ,072 -,388 -,375 -,143 -,210 -,427
Std. Error of Skewness
,293 ,293 ,293 ,293 ,293 ,293 ,293
Kurtosis -,431 -,895 -,964 -1,217 -,886 -1,096 -1,297
Std. Error of Kurtosis
,578 ,578 ,578 ,578 ,578 ,578 ,578
Range 18,00 23,00 26,00 21,00 16,00 19,00 88,00
Minimum
13,00 15,00 14,00 14,00 7,00 11,00 89,00
Maximum
31,00 38,00 40,00 35,00 23,00 30,00 177,00
Percentiles
10 16,0000 17,0000
17,0000
16,8000 9,0000
14,0000 96,0000
20 18,0000 18,0000
20,6000
17,0000 11,0000
17,0000 98,0000
25 19,0000 19,0000
21,0000
19,0000 11,0000
17,0000 99,0000
30 20,0000 20,0000
23,0000
21,0000 12,0000
18,0000 110,8000
40 21,0000 23,2000
28,0000
24,0000 15,0000
20,0000 137,0000
50 22,0000 25,0000
29,0000
27,0000 15,0000
22,0000 145,0000
60 24,0000 26,8000
31,8000
28,0000 16,0000
24,0000 150,8000
70 24,0000 28,0000
32,0000
29,0000 17,0000
25,0000 153,0000
75 24,0000 29,000 33,00 29,0000 18,00 26,0000 157,000
117
0 00 00 0
80 25,0000 29,0000
34,0000
30,0000 19,0000
26,4000 159,4000
90 28,0000 31,2000
35,0000
31,0000 20,2000
28,2000 166,4000
2. Distribusi Statistik Frekuensi 2.1. Distribusi Statistik Frekuensi Responden Keseluruhan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
89,00 1 1,5 1,5 1,5
94,00 1 1,5 1,5 3,0
96,00 5 7,5 7,5 10,4
97,00 3 4,5 4,5 14,9
98,00 6 9,0 9,0 23,9
99,00 1 1,5 1,5 25,4
101,00 1 1,5 1,5 26,9
102,00 1 1,5 1,5 28,4
110,00 1 1,5 1,5 29,9
112,00 1 1,5 1,5 31,3
132,00 1 1,5 1,5 32,8
133,00 1 1,5 1,5 34,3
135,00 2 3,0 3,0 37,3
136,00 1 1,5 1,5 38,8
137,00 2 3,0 3,0 41,8
140,00 1 1,5 1,5 43,3
141,00 2 3,0 3,0 46,3
143,00 1 1,5 1,5 47,8
144,00 1 1,5 1,5 49,3
145,00 1 1,5 1,5 50,7
146,00 2 3,0 3,0 53,7
147,00 1 1,5 1,5 55,2
149,00 1 1,5 1,5 56,7
150,00 2 3,0 3,0 59,7
151,00 1 1,5 1,5 61,2
152,00 5 7,5 7,5 68,7
118
153,00 2 3,0 3,0 71,6
156,00 2 3,0 3,0 74,6
157,00 2 3,0 3,0 77,6
158,00 1 1,5 1,5 79,1
159,00 1 1,5 1,5 80,6
160,00 1 1,5 1,5 82,1
162,00 1 1,5 1,5 83,6
163,00 3 4,5 4,5 88,1
164,00 1 1,5 1,5 89,6
166,00 1 1,5 1,5 91,0
168,00 1 1,5 1,5 92,5
172,00 1 1,5 1,5 94,0
173,00 1 1,5 1,5 95,5
175,00 1 1,5 1,5 97,0
176,00 1 1,5 1,5 98,5
177,00 1 1,5 1,5 100,0
Total 67 100,0 100,0
2.2. Distribusi Statistik Frekuensi Responden Tiap Dimensi
a. Penerimaan Diri
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
13,00 1 1,5 1,5 1,5
15,00 2 3,0 3,0 4,5
16,00 4 6,0 6,0 10,4
17,00 3 4,5 4,5 14,9
18,00 5 7,5 7,5 22,4
19,00 2 3,0 3,0 25,4
20,00 5 7,5 7,5 32,8
21,00 6 9,0 9,0 41,8
22,00 7 10,4 10,4 52,2
23,00 1 1,5 1,5 53,7
24,00 15 22,4 22,4 76,1
25,00 5 7,5 7,5 83,6
119
27,00 3 4,5 4,5 88,1
28,00 4 6,0 6,0 94,0
29,00 1 1,5 1,5 95,5
30,00 1 1,5 1,5 97,0
31,00 2 3,0 3,0 100,0
Total 67 100,0 100,0
b. Hubungan positif dengan orang lain
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
15,00 2 3,0 3,0 3,0
16,00 3 4,5 4,5 7,5
17,00 3 4,5 4,5 11,9
18,00 6 9,0 9,0 20,9
19,00 5 7,5 7,5 28,4
20,00 4 6,0 6,0 34,3
21,00 1 1,5 1,5 35,8
22,00 1 1,5 1,5 37,3
23,00 2 3,0 3,0 40,3
24,00 4 6,0 6,0 46,3
25,00 6 9,0 9,0 55,2
26,00 3 4,5 4,5 59,7
27,00 1 1,5 1,5 61,2
28,00 7 10,4 10,4 71,6
29,00 8 11,9 11,9 83,6
30,00 3 4,5 4,5 88,1
31,00 2 3,0 3,0 91,0
32,00 2 3,0 3,0 94,0
33,00 1 1,5 1,5 95,5
34,00 1 1,5 1,5 97,0
35,00 1 1,5 1,5 98,5
38,00 1 1,5 1,5 100,0
Total 67 100,0 100,0
120
c. Otonomi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
14,00 1 1,5 1,5 1,5
16,00 2 3,0 3,0 4,5
17,00 4 6,0 6,0 10,4
19,00 5 7,5 7,5 17,9
20,00 1 1,5 1,5 19,4
21,00 4 6,0 6,0 25,4
22,00 2 3,0 3,0 28,4
23,00 2 3,0 3,0 31,3
24,00 2 3,0 3,0 34,3
26,00 1 1,5 1,5 35,8
27,00 2 3,0 3,0 38,8
28,00 2 3,0 3,0 41,8
29,00 6 9,0 9,0 50,7
30,00 3 4,5 4,5 55,2
31,00 3 4,5 4,5 59,7
32,00 8 11,9 11,9 71,6
33,00 5 7,5 7,5 79,1
34,00 7 10,4 10,4 89,6
35,00 4 6,0 6,0 95,5
38,00 1 1,5 1,5 97,0
40,00 2 3,0 3,0 100,0
Total 67 100,0 100,0
d. Penguasaan Lingkungan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
14,00 1 1,5 1,5 1,5
16,00 5 7,5 7,5 9,0
17,00 9 13,4 13,4 22,4
18,00 1 1,5 1,5 23,9
121
19,00 3 4,5 4,5 28,4
21,00 3 4,5 4,5 32,8
23,00 2 3,0 3,0 35,8
24,00 4 6,0 6,0 41,8
25,00 1 1,5 1,5 43,3
26,00 3 4,5 4,5 47,8
27,00 6 9,0 9,0 56,7
28,00 7 10,4 10,4 67,2
29,00 8 11,9 11,9 79,1
30,00 5 7,5 7,5 86,6
31,00 5 7,5 7,5 94,0
32,00 1 1,5 1,5 95,5
33,00 2 3,0 3,0 98,5
35,00 1 1,5 1,5 100,0
Total 67 100,0 100,0
e. Tujuan Hidup
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
7,00 1 1,5 1,5 1,5
8,00 2 3,0 3,0 4,5
9,00 7 10,4 10,4 14,9
10,00 2 3,0 3,0 17,9
11,00 6 9,0 9,0 26,9
12,00 3 4,5 4,5 31,3
13,00 1 1,5 1,5 32,8
14,00 3 4,5 4,5 37,3
15,00 10 14,9 14,9 52,2
16,00 6 9,0 9,0 61,2
17,00 7 10,4 10,4 71,6
18,00 5 7,5 7,5 79,1
19,00 6 9,0 9,0 88,1
20,00 2 3,0 3,0 91,0
122
21,00 3 4,5 4,5 95,5
22,00 2 3,0 3,0 98,5
23,00 1 1,5 1,5 100,0
Total 67 100,0 100,0
f. Pertumbuhan pribadi
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
11,00 1 1,5 1,5 1,5
13,00 3 4,5 4,5 6,0
14,00 3 4,5 4,5 10,4
15,00 4 6,0 6,0 16,4
16,00 1 1,5 1,5 17,9
17,00 7 10,4 10,4 28,4
18,00 3 4,5 4,5 32,8
19,00 2 3,0 3,0 35,8
20,00 4 6,0 6,0 41,8
21,00 1 1,5 1,5 43,3
22,00 6 9,0 9,0 52,2
23,00 4 6,0 6,0 58,2
24,00 3 4,5 4,5 62,7
25,00 6 9,0 9,0 71,6
26,00 6 9,0 9,0 80,6
27,00 4 6,0 6,0 86,6
28,00 3 4,5 4,5 91,0
29,00 4 6,0 6,0 97,0
30,00 2 3,0 3,0 100,0
Total 67 100,0 100,0
123
2.3 Distribusi Statistik Frekuensi Responden Faktor Usia
a. Usia25-39
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
89,00 1 1,7 1,7 1,7
94,00 1 1,7 1,7 3,4
96,00 5 8,5 8,5 11,9
97,00 3 5,1 5,1 16,9
98,00 6 10,2 10,2 27,1
99,00 1 1,7 1,7 28,8
101,00 1 1,7 1,7 30,5
102,00 1 1,7 1,7 32,2
110,00 1 1,7 1,7 33,9
112,00 1 1,7 1,7 35,6
132,00 1 1,7 1,7 37,3
133,00 1 1,7 1,7 39,0
135,00 1 1,7 1,7 40,7
137,00 1 1,7 1,7 42,4
140,00 1 1,7 1,7 44,1
141,00 2 3,4 3,4 47,5
143,00 1 1,7 1,7 49,2
144,00 1 1,7 1,7 50,8
145,00 1 1,7 1,7 52,5
146,00 1 1,7 1,7 54,2
147,00 1 1,7 1,7 55,9
149,00 1 1,7 1,7 57,6
150,00 2 3,4 3,4 61,0
151,00 1 1,7 1,7 62,7
152,00 5 8,5 8,5 71,2
153,00 2 3,4 3,4 74,6
156,00 1 1,7 1,7 76,3
157,00 1 1,7 1,7 78,0
158,00 1 1,7 1,7 79,7
159,00 1 1,7 1,7 81,4
124
160,00 1 1,7 1,7 83,1
162,00 1 1,7 1,7 84,7
163,00 2 3,4 3,4 88,1
164,00 1 1,7 1,7 89,8
166,00 1 1,7 1,7 91,5
172,00 1 1,7 1,7 93,2
173,00 1 1,7 1,7 94,9
175,00 1 1,7 1,7 96,6
176,00 1 1,7 1,7 98,3
177,00 1 1,7 1,7 100,0
Total 59 100,0 100,0
b. Usia 40-59
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
135,00 1 1,7 12,5 12,5
136,00 1 1,7 12,5 25,0
137,00 1 1,7 12,5 37,5
146,00 1 1,7 12,5 50,0
156,00 1 1,7 12,5 62,5
157,00 1 1,7 12,5 75,0
163,00 1 1,7 12,5 87,5
168,00 1 1,7 12,5 100,0
Total 8 13,6 100,0
Missing System 51 86,4
Total 59 100,0
125
2.4 Distribusi Statistik Frekuensi Responden Faktor Jenis Kelamin
a. Jenis Kelamin Pria
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
89,00 1 2,4 4,0 4,0
94,00 1 2,4 4,0 8,0
97,00 1 2,4 4,0 12,0
101,00 1 2,4 4,0 16,0
133,00 1 2,4 4,0 20,0
135,00 1 2,4 4,0 24,0
136,00 1 2,4 4,0 28,0
137,00 1 2,4 4,0 32,0
140,00 1 2,4 4,0 36,0
146,00 2 4,8 8,0 44,0
149,00 1 2,4 4,0 48,0
152,00 1 2,4 4,0 52,0
153,00 1 2,4 4,0 56,0
156,00 1 2,4 4,0 60,0
157,00 2 4,8 8,0 68,0
158,00 1 2,4 4,0 72,0
160,00 1 2,4 4,0 76,0
163,00 3 7,1 12,0 88,0
164,00 1 2,4 4,0 92,0
168,00 1 2,4 4,0 96,0
173,00 1 2,4 4,0 100,0
Total 25 59,5 100,0
Missing System 17 40,5
Total 42 100,0
126
b. Jenis Kelamin Wanita
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
96,00 5 11,9 11,9 11,9
97,00 2 4,8 4,8 16,7
98,00 6 14,3 14,3 31,0
99,00 1 2,4 2,4 33,3
102,00 1 2,4 2,4 35,7
110,00 1 2,4 2,4 38,1
112,00 1 2,4 2,4 40,5
132,00 1 2,4 2,4 42,9
135,00 1 2,4 2,4 45,2
137,00 1 2,4 2,4 47,6
141,00 2 4,8 4,8 52,4
143,00 1 2,4 2,4 54,8
144,00 1 2,4 2,4 57,1
145,00 1 2,4 2,4 59,5
147,00 1 2,4 2,4 61,9
150,00 2 4,8 4,8 66,7
151,00 1 2,4 2,4 69,0
152,00 4 9,5 9,5 78,6
153,00 1 2,4 2,4 81,0
156,00 1 2,4 2,4 83,3
159,00 1 2,4 2,4 85,7
162,00 1 2,4 2,4 88,1
166,00 1 2,4 2,4 90,5
172,00 1 2,4 2,4 92,9
175,00 1 2,4 2,4 95,2
176,00 1 2,4 2,4 97,6
177,00 1 2,4 2,4 100,0
Total 42 100,0 100,0
127
LAMPIRAN 4
SURAT IJIN PENELITIAN
128
top related