referat meningitis
Post on 29-Dec-2015
32 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Meningitis adalah radang pada meningen (membran yang mengelilingi
otak dan medula spinalis) dan disebabkan oleh virus, bakteri atau organ-organ
jamur (Smeltzer, 2001).
Meningitis adalah peradangan pada selaput meningen, cairan serebrospinal
dan spinal column yang menyebabkan proses infeksi pada sistem saraf pusat
(Suriadi & Rita, 2001).
Meningitis merupakan infeksi akut dari meninges, biasanya ditimbulkan
oleh salah satu dari mikroorganisme pneumokok, Meningokok, Stafilokok,
Streptokok, Hemophilus influenza dan bahan aseptis (virus) (Long, 1996).
Meningitis adalah infeksi cairan otak disertai radang yang mengenai
piamater,araknoid dan dalam derajat yang lebih ringan mengenai jaringan otak
dan medulla spinalis yang superficial.(neorologi kapita selekta,1996).
2.2 ETIOLOGI
1. Bakteri; Mycobacterium tuberculosa, Diplococcus pneumoniae (pneumokok),
Neisseria meningitis (meningokok), Streptococus haemolyticuss, Staphylococcus
aureus, Haemophilus influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae,
Peudomonas aeruginosa
2. Penyebab lainnya, Virus, Toxoplasma gondhii dan Ricketsia
3. Faktor predisposisi : jenis kelamin laki-laki lebih sering dibandingkan dengan
wanita
4. Faktor maternal : ruptur membran fetal, infeksi maternal pada minggu terakhir
kehamilan.
5. Faktor imunologi : defisiensi mekanisme imun, defisiensi imunoglobulin.
6. Kelainan sistem saraf pusat, pembedahan atau injuri yang berhubungan
dengan sistem persarafan.
2
Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :
1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria
monositogenes
2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus,
Pneumococcus.
3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus
(Japardi, Iskandar., 2002).
Beberapa keadaan yang merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
meningitis, yaitu mencakup : Infeksi jalan napas bagian atas, Otitis media,
mastoiditis, Anemia sel sabit dan hemoglobinopatis lain, Prosedur bedah saraf
baru, trauma kepala, dan pengaruh immunologis.
Saluran vena yang melalui nasofaring posterior, telinga bagian tengah,
dan saluran mastoid menuju otak dan dekat saluran vena-vena meningen,
semuanya ini penghubung yang menyongkong perkembangan bakteri.
Dari hasil laporan kasus, bakteri penyebab meningitis terbanyak
disebabkan oleh: Hemophilus influenzae, Streptococcus pneumoniae dan
Neisseria meningitidis.
2.3 ANATOMI FISIOLOGI
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis
cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu :
a. Pia meter : yang menyelipkan dirinya ke dalam celah pada otak dan sumsum
tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak yang sangat erat akan
menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.
b. Arachnoid : Merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura
meter.
c. Dura meter : Merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal dari
jaringan ikat tebal dan kuat.
3
2.4 TIPE MENINGITIS
Meningitis Kriptikokus
Adalah meningitis yang disebabkan oleh jamur kriptokokus. Jamur ini bisa masuk
ke tubuh kita saat kita menghirup debu atau tahi burung yang kering. Kriptokokus
ini dapat menginfeksikan kulit, paru, dan bagian tubuh lain. Meningitis
Kriptokokus ini paling sering terjadi pada orang dengan CD4 di bawah 100.
Diagnosis
Darah atau cairan sumsum tulang belakang dapat dites untuk kriptokokus dengan
dua cara. Tes yang disebut ‘CRAG’ mencari antigen ( sebuah protein) yang dibuat
oleh kriptokokus. Tes ‘biakan’ mencoba menumbuhkan jamur kriptokokus dari
contoh cairan. Tes CRAG cepat dilakukan dan dapat memberi hasil pada hari
yang sama. Tes biakan membutuhkan waktu satu minggu atau lebih untuk
menunjukkan hasil positif. Cairan sumsum tulang belakang juga dapat dites secara
cepat bila diwarnai dengan tinta India (Yayasan Spiritia., 2006).
Viral meningitis
Termasuk penyakit ringan. Gejalanya mirip dengan sakit flu biasa, dan umumnya
penderita dapat sembuh sendiri. Frekuensi viral meningitis biasanya meningkat di
musim panas karena pada saat itu orang lebih sering terpapar agen pengantar
virus. Banyak virus yang bisa menyebabkan viral meningitis. Antara lain virus
herpes dan virus penyebab flu perut (Anonim., 2007).
Bacterial meningitis
Disebabkan oleh bakteri tertentu dan merupakan penyakit yang serius. Salah satu
bakterinya adalah meningococcal bacteria. Gejalanya seperti timbul bercak
kemerahan atau kecoklatan pada kulit. Bercak ini akan berkembang menjadi
memar yang mengurangi suplai darah ke organ-organ lain dalam tubuh dapat
berakibat fatal dan menyebabkan kematian (Anonim., 2007).
Meningitis Tuberkulosis Generalisata
Terjadi akibat komplikasi penyebaran tuberculosis primer, biasanya dari paru.
Meningitis terjadi bukan karena terimfeksinya selaput otak langsung oleh
penyebaran hematogen, tetapi biasanya sekunder melalui pembentukan tuberkel
pada permukaan otak, sumsum tulang belakang atau vertebra yang kemudian
pecah ke rongga araknoid (Rich dan McCordeck). Anak-anak yang ibunya
4
menderita TBC kadang-kadang mendapatkan meningitis tuberkolusa pada bulan-
bulan pertama setelah lahir (Ngastiyah,2005).
Gejala : demam, mudah kesal, obstipasi, muntah- muntah, ditemukan tanda-tanda
perangsangan meningen seperti kaku kuduk, suhu badan naik turun, nadi sangat
labil/lambat, hipertensi umum, abdomen tampak mencekung, gangguan saraf otak.
Penyebab : kuman mikobakterium tuberkulosa varian hominis.
Diagnosis : Meningitis Tuberkulosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan cairan
otak, darah, radiologi, test tuberkulin (Harsono., 2003).
Meningitis Purulenta
Radang selaput otak ( araknoidea dan piameter) yang menimbulkan eksudasi
berupa pus, disebabkan oleh kuman nonspesifik dan nonvirus.
Gejala : demam tinggi, menggigil, nyeri kepala yang terus-menerus, kaku kuduk,
kesadaran menurun, mual dan muntah, hilangnya nafsu makan, kelemahan umum,
rasa nyeri pada punggung serta sendi.
Penyebab : Diplococcus pneumoniae(pneumokok), Neisseria meningitidis
(meningokok), Stretococcus haemolyticus, Staphylococcus aureus, Haemophilus
influenzae, Escherichia coli, Klebsiella pneumoniae, Pneudomonas aeruginosa.
Diagnosis : dilakukan pemeriksaan cairan otak, antigen bakteri pada cairan otak,
darah tepi, elektrolit darah, biakan dan test kepekaan sumber infeksi, radiologik,
pemeriksaan EEG (Harsono., 2003).
Faktor resiko terjadinya meningitis :
1. Infeksi sistemik
Didapat dari infeksi di organ tubuh lain yang akhirnya menyebar secara
hematogen sampai ke selaput otak, misalnya otitis media kronis, mastoiditis,
pneumonia, TBC, perikarditis, dll.
2. Trauma kepala
Bisanya terjadi pada trauma kepala terbuka atau pada fraktur basis cranii
yang memungkinkan terpaparnya CSF dengan lingkungan luar melalui othorrhea
dan rhinorhea.
3. Kelaianan anatomis
Terjadi pada pasien seperti post operasi di daerah mastoid, saluran telinga
tengah, operasi cranium.
5
2.5 PATOGENESIS
Kuman dapat mencapai selaput otak dan subaraknoidea melalui:
1. Luka terbuka dikepala.
2. Penyebaran langsung dari proses infeksi ditelinga tengah dan sinus paranasalis.
3. Pembuluh darah pada keadaan sepsis.
4. Penyebaran dari abses ekstradural, abses subdural dan abses otak.
5. Lamina kribosa osis etmoidalis pada keadaan rinorea.
6. Penyebaran dari radang paru.
7. Penyebarn dari infeksi kulit.
2.6 PATOFISIOLOGI
Meningitis terjadi akibat masuknya bakteri ke ruang subaraknoid, baik
melalui penyebaran secara hematogen, perluasan langsung dari fokus yang
berdekatan, atau sebagai akibat kerusakan sawar anatomik normal secara
konginetal, traumatik, atau pembedahan. Bahan-bahan toksik bakteri akan
menimbulkan reaksi radang berupa kemerahan berlebih (hiperemi) dari pembuluh
darah selaput otak disertai infiltrasi sel-sel radang dan pembentukan eksudat.
Perubahan ini terutama terjadi pada infeksi bakteri streptococcus pneumoniae dan
H. Influenzae dapat terjadi pembengkakan jaringan otak, hidrosefalus dan infark
dari jaringan otak.
Efek peradangan akan menyebabkan peningkatan cairan cerebro spinalis
yang dapat menyebabkan obstruksi dan selanjutnya terjadi hidrosefalus dan
peningkatan TIK. Efek patologi dari peradangan tersebut adalah hiperemi pada
meningen. Edema dan eksudasi yang kesemuanya menyebabkan peningkatan
intrakranial (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2005).
Penyebaran hematogen merupakan penyebab tersering, dan biasa terjadi
pada adanya fokus penyakit lain (misalnya, pneumonia, otitis media, selulitis)
atau akibat bakteremia spontan. Oleh karena patogen-lazim menyebar melalui
jalur pernapasan , peristiwa awalnya adalah kolonisasi traktus respiratorius bagian
atas.
Meningitis yang disebabkan oleh penyebaran nonhematogen mencakup
penyebaran infeksi dari daerah infeksi yang berdekatan ( otitis media, mastoiditis,
sinusitis, osteomielitis vertebralis atau tulang kranialis) serta kerusakan anatomi
6
(fraktur dasar tengkorak, pasca-prosedur bedah saraf, atau sinus dermal konginetal
di sepanjang aksis kraniospinalis). Gambaran lazim setiap penyebab infeksi
adalah masuknya bakteri patogen ke dalam ruang subaraknoid dan perbanyakan
bakteri (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri Rudolph,vol.1, 2006 ).
Meningitis biasanya mulai perlahan-lahan tanpa panas atau terdapat
kenaikan suhu yang ringan saja, jarang terjadi akut dengan panas yang tinggi.
Sering dijumpai anak mudah terangsang atau menjadi apatis dan tidurnya sering
terganggu. Anak besar dapat mengeluh nyeri kepala. Anoreksia, obstipasi, dan
muntah juga sering dijumpai.
Stadium ini kemudian disusul dengan stadium transisi dengan kejang.
Gejala di atas menjadi lebih berat dan gejala rangsangan meningeal mulai nyata,
kuduk kaku, seluruh tubuh menjadi kaku dan timbul opistotonus. Refleks tendon
menjadi lebih tinggi, ubun-ubun menonjol dan umumnya juga terdapat
kelumpuhan urat saraf mata sehingga timbul gejala strabismus dan nistagmus.
Sering tuberkel terdapat di koroid. Suhu tubuh menjadi lebih tinggi dan kesadaran
lebih menurun hingga timbul stupor.
Stadium terminal berupa kelumpuhan-kelumpuhan, koma menjadi lebih
dalam, pupil melebar dan tidak bereaksi sama sekali. Nadi dan pernapasan
menjadi tidak teratur, sering terjadi pernafasan `Cheyne-Stokes`.
Hiperpireksia timbul dan anak meninggal tanpa kesadarannya pulih
kembali. Tiga stadium tersebut biasanya tidak mempunyai batas yang jelas antara
satu dengan lainnya, namun jika tidak diobati umumnya berlangsung 3 minggu
sebelum anak meninggal (Ngastiyah. Perawatan Anak Sakit, ed.2, 2005).
2.7 KOMPLIKASI
1. Hidrosefalus obstruktif
2. MeningococcL Septicemia ( mengingocemia )
3. Sindrome water-friderichen (septik syok, DIC,perdarahan adrenal bilateral)
4. SIADH ( Syndrome Inappropriate Antidiuretic hormone )
5. Efusi subdural
6. Kejang
7. Edema dan herniasi serebral
7
8. Cerebral palsy
9. Gangguan mental
10. Gangguan belajar
11. Attention deficit disorder
2.8 MANIFESTASI KLINIS
Trias klasik gejala meningitis adalah demam, sakit kepala, dan kaku
kuduk. Namun pada anak di bawah usia dua tahun, kaku kuduk atau tanda iritasi
meningen lain mungkin tidak ditemui. Peruban tingkat kesadaran lazim terjadi
dan ditemukan pada hingga 90% pasien. (Jay Tureen. Buku Ajar Pediatri
Rudolph,vol.1, 2006 ).
Menurut Brunner & Suddath. 2002. Gejala meningitis diakibatkan dari
infeksi dan peningkatan tekanan intra cranial berupa :
Sakit kepala dan demam, adalah gejala awal yang sering. Sakit kepala
dihubungkan dengan meningitis yang selalu berat dan sebagai akibat iritasi
meningen. Demam umumnya ada dan tetap tinggi selama perjalanan
penyakit.
Perubahan tingkat kesadaran, dihubungkan dengan meningitis bakteri.
Disorientasi dan gangguan memori biasanya merupakan awal adanya
penyakit. Perubahan yang terjadi bergantung pada beratnya penyakit,
demikian pula respon individu terhadap proses fisiologi. Manifestasi
perilaku juga umum terjadi. Sesuai pengembangan penyakit, dapat terjadi
letargik, tidak responsi, dan koma.
Iritasi meningen, mengakibatkan sejumlah tanda yang mudah dikenali
yang umumnya terlihat pada semua tipe meningitis.
Rigiditas nukal, (kaku leher) adalah tanda awal. Adanya upaya untuk
fleksi kepala mengalami kesukaran karena adanya spasme otot-otot leher.
Tanda kernig positif; ketika pasien dibaringkan dengan paha dalam
keadaan fleksi kearah abdomen, kaki tidak dapat diekstensikan sempurna.
Tanda Brudzinski: Bila leher pasien difleksikan, maka dihasilnya fleksi
lutut dan pinggul; bila dilakukan fleksi pasif pada ekstremitas bawah pada
salah satu sisi, maka gerakan yang sama terlihat pada sisi ekstremitas yang
berlawanan.
8
Fotophobia (respon nyeri terhadap sinar) akibat iritasi syaraf-syaraf
kranialis.
Kejang dan peningkatan TIK, kejang terjadi sekunder akibat area fokal
kortikal yang peka. Tanda-tanda peningkatan TIK sekunder akibat eksudat
purulen dan edema serebral terdiri dari perubahan karakteristik tanda-
tanda vital (melebarnya tekanan pulsa dan bradikardia), pernafasan tidak
teratur, sakit kepala, muntah dan penurunan tingkat kesadaran.
Adanya ruam, seperti terdapat lesi-lesi pada kulit diantaranya ruam ptekie
dengan lesi purpura sampai ekimosis pada daerah yang luas.
Infeksi fulminating terjadi pada sekitar 10% pasien dengan meningitis
meningokokus, dengan tanda-tanda septikemia; demam tinggi yang tiba-
tiba muncul, lesi purpura yang menyebar (sekitar wajah dan ekstremitas),
syok dan tanda-tanda kuagolupati intravaskular diseminata (KID).
Kematian mungkin terjadi dalam beberapa jam setelah serangan infeksi.
Organisme penyebab infeksi selalu dapat diidentifikasi melalui biakan
kuman pada cairan serebrospinal dan darah.
Counterimmunoelectrophoresis (CIE) digunakan secara luas untuk
mendeteksi antigen bakteri pada cairan tubuh, umumnya cairan
serebrospinal dan urine.
2.9 GEJALA
Gejala meningitis tidak selalu sama, tergantung dari usia penderita serta
virus apa yang menyebabkannya. Gejala yang paling umum adalah demam yang
tinggi, sakit kepala, pilek, mual, muntah, kejang. Setelah itu biasanya penderita
merasa sangat lelah, leher terasa pegal dan kaku, gangguan kesadaran serta
penglihatan menjadi kurang jelas. Gejala pada bayi yang terkena meningitis,
biasanya menjadi sangat rewel, muncul bercak pada kulit, tangisan lebih keras dan
nadanya tinggi, demam ringan, badan terasa kaku, dan terjadi gangguan kesadaran
seperti tangannya membuat gerakan tidak beraturan (Japardi, Iskandar., 2002).
2.10 DIAGNOSIS
9
1. Punksi Lumbal : tekanan cairan meningkat, jumlah sel darah putih meningkat,
glukosa menurun, protein meningkat.
Indikasi Punksi Lumbal:
a. Setiap pasien dengan kejang atau twitching baik yang diketahui dari
anamnesis atau yang dilihat sendiri.
b. Adanya paresis atau paralysis. Dalam hal ini termasuk strabismus karena
paresis N.VI.
c. Koma.
d. Ubun-ubun besar menonjol.
e. Kuduk kaku dengan kesadaran menurun.
f. Tuberkulosis miliaris dan spondilitis tuberculosis.
g. Leukemia.
2. Glukosa serum : meningkat ( meningitis )
3. LDH serum : meningkat ( meningitis bakteri )
4. Sel darah putih : sedikit meningkat dengan peningkatan neutrofil ( infeksi
bakteri )
5. Elektrolit darah : abnormal .
6. ESR/LED : meningkat pada meningitis
7. Kultur darah/ hidung/ tenggorokan/ urine : dapat mengindikasikan daerah pusat
infeksi atau mengindikasikan tipe penyebab infeksi
8. MRI/ skan CT : dapat membantu dalam melokalisasi lesi, melihat ukuran/letak
ventrikel; hematom daerah serebral, hemoragik atau tumor
9. Ronsen dada/kepala/ sinus ; mungkin ada indikasi sumber infeksi intra kranial.
2.11 DIAGNOSA BANDING
a. Meningismus
Definisi
Tanda meningeal tanpa adanya infeksi pada meningens, biasanya terjadi
selama periodik bayi mengalami panas, gejalanya adalah nyeri kepala, kaku dan
nyeri pada punggung serta kuduk, terdapatnya tanda kernig dan brudzinski.
10
b. Abses Otak
Definisi
Abses otak adalah kumpulan nanah yang terbungkus oleh suatu kapsul
dalam jaringan otak yang disebabkan karena infeksi bakteri atau jamur. Abses
otak biasanya akibat komplikasi dari suatu infeksi, trauma atau tindak
pembedahan. Keadaan-keadaan ini jarang terjadi, namun demikian insidens
terjadinya abses otak sangat tinggi pada penderita yang mengalami gangguan
kekebalan tubuh (seperti penderita HIV positif atau orang yang menerima
transplantasi organ).
Gejala
Gejala yang timbul bervariasi dari seorang dengan yang lain, tergantung
pada ukuran dan lokasi abses pada otak. Lebih dari 75% penderita mengeluh sakit
kepala dan merupakan gejala utama yang paling sering dikeluhkan. Sakit kepala
yang dirasakan terpusat pada daerah abses dan rasa sakit semakin hebat dan parah.
Aspirin atau obat lainnya tidak akan menolong menyembuhkan sakit kepala
tersebut. Kuranglebih separuh dari penderita mengalami demam tetapi tidak
tinggi. Gejala-gejala lainnya adalah mual dan mintah, kaku kuduk, kejang,
gangguan kepribadian dan kelemahan otot pada salah satu sisi bagian tubuh.
Diagnosa
Gejala awal abses otak tidak jelas karena tidak spesifik. Pada beberapa
kasus, penderita yang berobat dalam keadaan distress, terus menerus sakit kepala
dan semakin parah, kejang atau defisit neurologik (misalnya otot pada salah satu
sisi bagian tubuh melemah). Dokter harus mengumpulkan riwayat medis dan
perjalanan penyakit penderita serta keluhan-keluhan yang diderita oleh pasien.
Harus diketahui kapan keluhan pertama kali timbul, perjalanan penyakit dan
apakah baru-baru ini pernah mengalami infeksi. Untuk mendiagnosis abses otak
dilakukan pemeriksaan CT scan (computed tomography) atau MRI sken
(magnetic resonance imaging) yang secara mendetil memperlihatkan gambaran
potongan tiap inci jaringan otak. Abses terlihat sebagai bercak/noktah pada
jaringan otak. Kultur darah dan cairan tubuh lainnya akan menemukan sumber
infeksi tersebut. Jika diagnosis masih belum dapat ditegakkan, maka sampel dari
11
bercak/noktah tersebut diambil dengan jarum halus yang dilakukan oleh ahli
bedah saraf.
Pencegahan
Kebanyakkan abses otak berhubungan dengan higiene mulut yang buruk,
infeksi sinus yang kompleks atau gangguan sistem kekebalan tubuh. Oleh karena
itu, pencegahan yang terbaik adalah menjaga dan membersihkan rongga mulut
dan gigi dengan baik serta secara teratur mengunjungi dokter gigi. Infeksi sinus
diobati dengan dekongestan dan antibiotika yang tepat. Infeksi HIV dicegah
dengan tidak melakukan hubungan seks yang tidak aman.
Ada 2 pendekatan yang dilakukan dalam terapi abses otak, yaitu :
1. Antibiotika untuk mengobati infeksi. Jika diketahui infeksi yang terjadi
disebabkan oleh bakteri yang spesifik, maka diberikan antibiotika yang
sensitif terhadap bakteri tersebut, paling tidak antibiotika berspektrum luas
untuk membunuh lebih banyak kuman penyakit. Paling sedikit antibiotika
yang diberikan selama 6 hingga 8 minggu untuk menyakinkan bahwa
infeksi telah terkontrol.
2. Aspirasi atau pembedahan untuk mengangkat jaringan abses. Jaringan
abses diangkat atau cairan nanah dialirkan keluar tergantung pada ukuran
dan lokasi abses tersebut. Jika lokasi abses mudah dicapai dan kerusakkan
saraf yang ditimbulkan tidak terlalu membahayakan maka abses diangkat
dengan tindakan pembedahan. Pada kasus lainnya, abses dialirkan keluar
baik dengan insisi (irisan) langsung atau dengan pembedahan yaitu
memasukkan jarum ke lokasi abses dan cairan nanah diaspirasi (disedot)
keluar. Jarum ditempatkan pada daerah abses oleh ahli bedah saraf dengan
bantuan neurografi stereotaktik, yaitu suatu tehnik pencitraan radiologi
untuk melihat jarum yang disuntikkan ke dalam jaringan abses melalui
suatu monitor. Keberhasilan pengobatan dilakukan dengan menggunakan
MRI sken atau CT sken untuk menilai keadaan otak dan abses tersebut.
Antikonvulsan diberikan untuk mengatasi kejang dan penggunaanya dapat
diteruskan hingga abses telah berhasil diobati.
12
c. Tumor Otak
Definisi
Tumor otak adalah proliferasi dan pertumbuhan tak terkendali sel-sel di
dalam dan di sekitar jaringan otak. Tumor otak mencakup sekitar 7-9% dari
semua jenis kanker dan dapat terjadi pada semua usia. Pria lebih banyak terkena
penyakit ini daripada wanita. Tumor otak dapat jinak atau ganas, primer atau
sekunder.
Penyebab
Penyebab pasti pembentukan tumor otak tidak diketahui. Diduga radiasi
ionisasi dapat menyebabkan pertumbuhan tumor. Radiasi ionisasi adalah energi
radiasi tinggi yang menyebabkan kerusakan pada molekul DNA, sehingga
menyebabkan mutasi yang menyebabkan kanker.
Kebiasaan hidup berisiko, seperti merokok dan konsumsi alkohol, turut
berperan. Faktor risiko lain adalah genetik dan hormonal, zat karsinogenik, virus
onkogenik (virus tumor), dan zat kimia tertentu (pestisida, herbisida).
Gejala
Tumor otak menyebabkan kerusakan sistem saraf pusat karena menyerang
dan menghancurkan jaringan otak lainnya. Massa fisik tumor juga dapat
menyebabkan efek sekunder, seperti :
Kompresi otak, saraf tengkorak dan pembuluh darah.
Cerebral edema atau pembengkakan akibat akumulasi cairan.
Peningkatan tekanan intrakranial (ICP)
Gejala tepatnya tergantung pada jenis, ukuran dan lokasi tumor, serta
luasnya invasi. Tumor otak seringkali tetap tersembunyi untuk waktu yang lama
karena hanya menyebabkan ketidaknyamanan kecil di awal. Tumor biasanya
didiagnosis terlambat, karena gejalanya tidak spesifik dan ambigu, seperti gejala
pertama dan paling umum yaitu sakit kepala.
Gejala khas yang mungkin mengindikasikan tumor otak adalah :
Sakit kepala, terutama pada malam dan pagi hari. Sakit kepala yang
disebabkan tumor otak semakin parah dalam beberapa hari ke minggu dan
obat analgesik biasa tidak mengurangi sakitnya.
Vertigo dan penglihatan kabur.
13
Mual dan muntah, biasanya di pagi hari. Ini sering menandakan tekanan
intrakranial yang meningkat.
Kejang, kedutan pada anggota badan atau satu sisi tubuh
Masalah neurologis, kelumpuhan
Gangguan koordinasi, limbung dan pelupa
Perubahan kepribadian
Diagnosis
Eksaminasi neurologis
Rontgen tengkorak dan angiografi serebral. Pembuluh darah diperiksa oleh
rontgen setelah injeksi larutan yang membuat mereka terlihat.
Computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance imaging
(MRI).
Electroencephalogram (EEG). Tes ini mengukur aktivitas listrik otak.
Tumor mungkin terlihat sebagai kelainan lokal.
Pemeriksaan cairan cerebrospinal. Pada tes ini, contoh cairan serebrospinal
diambil dari tulang belakang. Tumor otak mengakibatkan tekanan yang
meningkat, tingkat protein lebih tinggi, mengurangi kadar gula atau
glukosa. Mungkin juga ada sel-sel tumor di cairan cerebrospinal.
Biopsi jaringan. Bila ada dugaan tumor ganas, sampel tumor diambil
melalui operasi khusus. Ahli bedah dapat menargetkan lokasi tertentu,
dipandu oleh CT scan atau MRI.
Terapi
Pengobatan tumor otak tergantung pada jenis, lokasi dan kepekaan
terhadap radiasi dan agen kimia. Tujuan perawatan adalah menghilangkan tumor
jika mungkin, atau jika tidak maka untuk menguranginya, meringankan gejala dan
mencegah kerusakan otak lebih lanjut. Pilihan terapi tumor otak seperti halnya
pada kanker jenis lain, yaitu operasi, kemoterapi, dan radioterapi.
Obat-obatan lain untuk mengontrol gejala termasuk obat untuk mengontrol
edema otak atau akumulasi cairan, diuretik untuk mengurangi pembengkakan
otak, analgesik untuk mengurangi rasa sakit, antasida untuk mengurangi stres
ulkus dan antikonvulsan untuk mengurangi kejang.
14
2.12 PENATALAKSANAAN
Farmakologis
A. Obat anti inflamasi :
1) Meningitis tuberkulosa :
a) Isoniazid 10 – 20 mg/kg/24 jam oral, 2 kali sehari maksimal 500 gr selama 1 ½
tahun.
b) Rifamfisin 10 – 15 mg/kg/ 24 jam oral, 1 kali sehari selama 1 tahun.
c) Streptomisin sulfat 20 – 40 mg/kg/24 jam sampai 1 minggu, 1 – 2 kali sehari,
selama 3 bulan.
2) Meningitis bacterial, umur < 2 bulan :
a) Sefalosporin generasi ke 3
b) ampisilina 150 – 200 mg (400 gr)/kg/24 jam IV, 4 – 6 kali sehari.
c) Koloramfenikol 50 mg/kg/24 jam IV 4 kali sehari.
3) Meningitis bacterial, umur > 2 bulan :
a) Ampisilina 150-200 mg (400 mg)/kg/24 jam IV 4-6 kali sehari.
b) Sefalosforin generasi ke 3.
B. Pengobatan simtomatis :
1) Diazepam IV : 0.2 – 0.5 mg/kg/dosis, atau rectal 0.4 – 0.6 /mg/kg/dosis
kemudian klien dilanjutkan dengan.
2) Fenitoin 5 mg/kg/24 jam, 3 kali sehari.
3) Turunkan panas :
a) Antipiretika : parasetamol atau salisilat 10 mg/kg/dosis.
b) Kompres air PAM atau es.
C. Pengobatan suportif :
1) Cairan intravena.
2) Zat asam, usahakan agar konsitrasi O2 berkisar antara 30 – 50%.
2.13 PROGNOSIS
Penderita meningitis dapat sembuh, baik sembuh dengan cacat motorik
atau mental atau meninggal tergantung :
a. umur penderita.
b. Jenis kuman penyebab
c. Berat ringan infeksi
15
d. Lama sakit sebelum mendapat pengobatan
e. Kepekaan kuman terhadap antibiotik yang diberikan
f. Adanya dan penanganan penyakit.
2.14 CARA PENCEGAHAN
Kebersihan menjadi kunci utama proses pencegahan terjangkit virus atau
bakteri penyebab meningitis. Ajarilah anak-anak dan orang-orang sekitar untuk
selalu cuci tangan, terutama sebelum makan dan setelah dari kamar mandi.
Usahakan pula untuk tidak berbagi makanan, minuman atau alat makan, untuk
membantu mencegah penyebaran virus. Selain itu lengkapi juga imunisasi si kecil,
termasuk vaksin-vaksin seperti HiB, MMR, dan IPD ( Japardi, Iskandar., 2002 ).
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Otak dan sumsum otak belakang diselimuti meningea yang melindungi
struktur syaraf yang halus, membawa pembuluh darah dan dengan sekresi sejenis
cairan yaitu cairan serebrospinal. Meningea terdiri dari tiga lapis, yaitu:
a. Pia meter, merupakan lapisan yang menyelipkan dirinya ke dalam celah
pada otak dan sumsum tulang belakang dan sebagai akibat dari kontak
yang sangat erat akan menyediakan darah untuk struktur-struktur ini.
b. Arachnoid, merupakan selaput halus yang memisahkan pia meter dan dura
meter.
c. Dura meter, merupakan lapisan paling luar yang padat dan keras berasal
dari jaringan ikat tebal dan kuat.
Komponen intrakaranial terdiri dari : parenkim otak, sistem pembuluh
darah, dan CSF. Apabila salah satu komponen terganggu, akan mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakranial, yang akhirnya akan menurunkan fungsi
neurologis.
Meningitis merupakan salah satu jenis infeksi yang menyeranga susunan
saraf pusat, dimana angka kejadiannya masih tinggi di Indonesia. Pada banyak
penyakit yang mempunyai mobiditas dan mortalitas yang tinggi, prognosis
penyakit sangat ditentukan pada permulaan pengobatan. Beberapa bakteri
penyebab meningitis ini tidak mudah menular seperti penyakit flu, pasien
meningitis tidak menularkan penyakit melalui saluran pernapasan. Resiko
terjadinya penularan sangat tinggi pada anggota keluarga serumah, penitipan anak,
kontak langsung cairan ludah seperti berciuman. Perlu diketahui juga bahwa bayi
dengan ibu yang menderita TBC sangat rentan terhadap penyakit ini.
Meningitis adalah infeksi pada cairan otak dan selaput otak (meningen)
yang melindungi otak dan medulla spinalis. Meningitis bacterial merupakan
penyakit yang sangat serius dan fatal.
17
3.2 SARAN
Mengerti dan memahami gejala meningitis sangat penting untuk
menegakkan diagnosis sedini mungkin. Diagnosis dan pengobatan dini mencegah
terjadinya komplikasi yang bersifat fatal. Mengetahui penyebab meningitis sangat
penting untuk menentukan jenis pengobatan yang diberikan. Vaksin untuk
mencegah terjadinya meningitis bakterial telah tersedia, dan sangat dianjurkan
untuk diberikan jika berada atau akan berkunjung ke daerah epidemik.
18
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E, dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Alih Bahasa, I Made
Kariasa, N Made Sumarwati. Editor edisi bahasa Indonesia, Monica Ester,
Yasmin asih. Ed.3. Jakarta : EGC.
Harsono. 1996. Buku Ajar Neurologi Klinis.Ed.I.Yogyakarta : Gajah Mada University
Press.
Harsono. 2003. Meningitis. Kapita Selekta Neurologi. 2 URL :
http://www.uum.edu.my/medic/meningitis.htm diakses pada tanggal 15
September 2012.
Japardi, Iskandar. 2002. Meniingitis meningococcus. USU digital library URL :
http://www.library.usu.ac.id/download/fk/bedah-iskandar%20japardi23.pdf
diakses pada tanggal 15 September 2012.
Long, Barbara C. perawatan Medikal Bedah : Suatu Pendekatan Proses Keperawatan.
Bandung : yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan; 1996.
Price, Sylvia Anderson. Pathophysiology : Clinical Concepts Of Disease Processes. Alih
Bahasa Peter Anugrah. Ed. 4. Jakarta : EGC; 1994.
Smeltzer, Suzanne C & Bare,Brenda G. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Alih bahasa, Agung Waluyo, dkk. Editor edisi bahasa
Indonesia, Monica Ester. Ed. 8. Jakarta : EGC.
Tucker, Susan Martin et al. Patient care Standards : Nursing Process, diagnosis, And
Outcome. Alih bahasa Yasmin asih. Ed. 5. Jakarta : EGC; 1998.
19
top related