rencana strategis universitas terbuka
Post on 30-Dec-2016
258 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KATA PENGANTAR
encana Strategis Universitas Terbuka Tahun 2010-2021
(Renstra UT 2010-2021) yang merupakan arah
pengembangan UT untuk periode tersebut, telah disahkan oleh
Senat UT beberapa waktu yang lalu. Renstra yang memuat visi dan
misi dimaksud, merupakan tujuan yang akan dicapai pada 2021.
Selain itu, Renstra ini juga berisi analisis situasi dan rencana
strategis, yang di dalamnya tergambar pula azas pelaksanaan dan
pembangunan bertahap dan berkelanjutan.
Seiring dengan perkembangan dan dinamika baik secara internal
maupun eksternal, maka beberapa sasaran mengalami
penyempurnaan.
Berikut adalah hasil penyempurnaan sasaran-sasaran, khususnya
pada bidang Akademik, Daya Jangkau dan Tata Kelola. Konsep
penyempurnaan ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Rencana Strategis 2010-2021: Rencana Operasional 2010-
2013.
Dengan demikian, maka sasaran-sasaran yang telah
disempurnakan tesebut menjadi acuan kita semua untuk
menggapai visi dan misi bersama.
Tangerang Selatan, 16 Agustus 2011
Rektor Universitas Terbuka, selaku
Ketua Senat Universitas Terbuka
Prof. Ir. Tian Belawati, M.Ed, Ph.D
NIP 19620401 198601 2 001
R
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN 1
BAB II ANALISIS SITUASI 3
A. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS
B. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL
3
20
BAB III VISI, MISI DAN TUJUAN 47
A. VISI
B. MISI
C. TUJUAN
47
49
50
BAB IV RENCANA STRATEGIS 51
A. ASAS
B. SASARAN STRATEGIS
51
52
BAB V PENUTUP 105
1
BAB I
PENDAHULUAN
niversitas Terbuka (UT) merupakan perguruan tinggi
negeri (PTN) ke-45 yang pendiriannya diresmikan pada
tanggal 4 September 1984 dengan Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 41 Tahun 1984 tentang Pendirian UT. Sejak
didirikan, UT telah melakukan berbagai perubahan yang dipicu
oleh perubahan ketentuan perundang-undangan.
Di samping itu, telah terjadi perubahan yang cukup signifikan
dalam penyelenggaraan otonomi daerah dan pengelolaan
pendidikan dalam kerangka otonomi daerah. Pemerintah
daerah memiliki peran yang semakin besar dalam pengelolaan
sumber daya publik. Hal ini menyebabkan UT juga perlu
melakukan repositioning terhadap Pemerintah dan pemerintah
daerah.
Di sisi lain, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) mengarah pada pemanfaatan berbagai media dan
bersifat personal serta semakin mudah diakses, sehingga
menyebabkan terjadinya peningkatan transaksi informasi.
Namun peningkatan tersebut berpeluang juga menyebabkan
terjadinya peningkatan penyimpangan. Untuk itu telah
diterbitkan UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik, yang antara lain bertujuan untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan publik serta
akuntabilitas pemanfaatan TIK. Kemajuan TIK tersebut akan
berpengaruh besar terhadap penyelenggaraan UT secara
keseluruhan.
U
2
Perubahan perundang-undangan dan penyelenggaraan otonomi
daerah serta peningkatan perkembangan TIK menyebabkan
asumsi yang digunakan dalam perumusan Rencana Strategis
(Renstra) UT tahun 2005-2020 perlu disesuaikan. Di samping
perubahan dalam lingkungan eksternal tersebut, secara
internal UT juga mengalami perubahan. Hal tersebut
bertepatan pula dengan berakhirnya masa berlaku Rencana
Operasional (Renop) 2005-2010. Untuk itu perlu disusun
kembali rumusan Renstra yang sesuai dengan asumsi yang
berlaku pada saat ini.
3
BAB II
ANALISIS SITUASI
A. ANALISIS LINGKUNGAN STRATEGIS
ingkungan eksternal yang merupakan lingkungan strategis
UT, akan mempengaruhi serta menentukan perkembangan
dan pertumbuhan UT dalam upaya menjadi institusi
Pendidikan Tinggi Terbuka dan Jarak Jauh (PTTJJ) berkelas
dunia di masa yang akan datang. Beberapa faktor lingkungan
strategis utama yang mempengaruhi perkembangan UT
meliputi:
(1) Perkembangan dan perubahan strategi ekonomi;
(2) Perkembangan kondisi sosial politik dan budaya;
(3) Perkembangan paradigma pendidikan;
(4) Paradigma baru dan strategi jangka panjang
pendidikan tinggi Kementerian Pendidikan Nasional;
(5) Perkembangan TIK; dan
(6) Citra publik tentang Pendidikan Jarak Jauh (PJJ).
1. Perkembangan dan Perubahan Strategi Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi merupakan indikator keberhasilan
pembangunan ekonomi suatu bangsa, dan biasanya merujuk
pada peningkatan pendapatan. Padahal pembangunan ekonomi
seharusnya lebih ditujukan pada peningkatan kesejahteraan
masyarakat termasuk pendapatan dan sisi lainnya yang
menunjang kesejahteraan tersebut. Faktor-faktor yang
mempengaruhi terjadinya kesejahteraan masyarakat seperti
jumlah masyarakat miskin dan tingkat pertumbuhan penduduk
yang tinggi terkadang menyebabkan arah kebijakan
pembangunan ekonomi cenderung hanya bertumpu pada
L
4
pertumbuhan ekonomi, sehingga kesejahteraan masyarakat
tidak tercapai. Hal ini terbukti dengan pembangunan yang
dilakukan di Indonesia, sampai dengan tahun 1996
pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata tujuh persen per
tahun. Namun jumlah penduduk yang berada di bawah garis
kemiskinan mencapai 16,58 persen dari total penduduk (BPS,
2007).
Rendahnya tingkat pendapatan tersebut menyebabkan
investasi untuk pendidikan, yang merupakan human-capital
bagi pertumbuhan ekonomi lebih lanjut, tidak menjadi
prioritas. Padahal, ilmu pengetahuan merupakan faktor utama
yang menentukan keberhasilan ekonomi, setelah bahan baku
dan kapital (Thurow, 1999). Oleh karena itu, negara miskin
dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang rendah
akan sulit untuk mencapai keberhasilan ekonomi.
Mencermati kebijakan pembangunan ekonomi Indonesia di
masa lampau dan kondisi global saat ini, Indonesia harus
memperhatikan kekuatan-kekuatan penggerak penting berikut
ini.
1.1 Peningkatan kualitas sumber daya manusia
Era globalisasi yang didukung percepatan perkembangan
teknologi, menuntut setiap individu memiliki kompetensi
minimal yang dipersyaratkan untuk bisa berpartisipasi di
dalamnya. Agar bangsa Indonesia tidak tersisih dari
persaingan global, maka peningkatan kualitas SDM yang
mandiri harus menjadi semangat bangsa. Semangat
kemandirian tersebut akan mendorong keunggulan daya
saing SDM yang berbasis pengetahuan (knowledge-based
society) yang dicapai melalui pengembangan sistem
pendidikan yang mampu menghasilkan anak bangsa
berkualitas.
5
1.2 Peningkatan peran perguruan tinggi
Untuk mewujudkan suatu masyarakat berpengetahuan,
peran perguruan tinggi (PT) dalam peningkatan kualitas
SDM sangat penting. PT hendaknya menghasilkan lulusan
yang bukan hanya memiliki pengetahuan tetapi juga
mempunyai jiwa wirausaha dan keunggulan daya saing.
Sebagai PT terbuka jarak jauh, UT dapat berperan penting
di dalamnya melalui pengembangan program-program
pendidikan berkelanjutan (continuing education) ataupun
program berjenjang (degree). Program-program
pendidikan berkelanjutan harus didesain sedemikian rupa
sehingga memenuhi kebutuhan masyarakat dan memacu
semangat belajar sepanjang hayat. Sementara itu,
program-program berjenjang selain memenuhi kebutuhan
masyarakat juga harus memiliki standar kualitas nasional.
1.3 Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni
Kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (ipteks)
yang cepat berdampak pada perubahan radikal terkait
dengan kebutuhan dan kompetensi SDM yang
memerlukan pendidikan secara berkelanjutan. Makin
tinggi tingkat teknologi yang digunakan, makin tinggi pula
tingkat pendidikan dan kompetensi SDM yang dituntut.
SDM yang terdidik dan terlatih dengan baik sangat
diperlukan untuk meningkatkan daya saing serta
kelestarian suatu bangsa. Peningkatan proses belajar
berbasis TIK yang dilaksanakan UT merupakan suatu
proses pembudayaan pemanfaatan teknologi bagi
masyarakat, yang juga bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan belajar mandiri mahasiswa. Selain itu,
penggunaan TIK dapat lebih mendorong pendidikan yang
diselenggarakan oleh UT menjadi lebih transparan,
akuntabel, responsif, dan dinamis sesuai dengan dinamika
masyarakat.
6
2. Perkembangan Kondisi Sosial, Politik, dan Budaya
Ditinjau dari sisi perkembangan sosial, politik, dan budaya,
pada abad-21 muncul faktor-faktor baru yang akan mewarnai
perkembangan dunia selama abad ke-21. Faktor tersebut
antara lain munculnya masyarakat jaringan, munculnya
kekuatan lokal yang menentang kekuatan global, menguatnya
isu tentang lingkungan, berakhirnya masa patriarchal,
berkurangnya peran Negara, dan berkembangnya politik
informasi.
Kemajuan TIK telah mampu menyatukan kepentingan-
kepentingan dan individu dalam jaringan global. Jaringan-
jaringan kepentingan yang terbentuk dalam bentuk kerja sama
global atau pasar global yang berbasis teknologi komunikasi,
misalnya muncul pasar keuangan global, kerja sama
antaruniversitas, universitas virtual, dan organisasi-organisasi
yang beroperasi di banyak negara dan disatukan oleh jaringan
komunikasi global. Teknologi komunikasi dan informasi juga
telah mampu menyatukan individu-individu dalam berbagai
komunitas, misalnya blog, friendster, facebook, dan fans club.
Teknologi komunikasi dan informasi telah mempercepat
penyebaran ide-ide baru, keterampilan baru, preferensi baru,
dan informasi dapat diterima seketika di belahan dunia lain
sehingga menyebabkan perubahan yang terjadi pada satu
wilayah secara cepat berpengaruh pada wilayah yang lain.
Kemajuan teknologi memang telah mampu menyatukan
kepentingan-kepentingan dan individu secara lintas negara,
secara ekonomi memang terjadi globalisasi, namun secara
politik dan budaya terjadi perkembangan sebaliknya. Secara
politik, muncul kekuatan-kekuatan lokal yang menentang
upaya merebaknya globalisasi. Secara budaya, muncul gerakan
untuk menandingi dominasi budaya global dalam bentuk
gerakan untuk kembali dan memelihara budaya lokal.
7
Dalam skala nasional, faktor tersebut akan memperkuat
tuntutan otonomi daerah dan pada gilirannya berpengaruh
terhadap sikap daerah untuk mempertahankan dan
memperkuat ciri khas daerahnya. Otonomi daerah akan
berpengaruh terhadap pembiayaan program-program
pemerintah dan penyediaan sarana dan prasarana yang
diperlukan UPBJJ-UT yang merupakan unit pelaksana UT di
daerah. Hal lain yang perlu diperhatikan juga adalah dengan
tetap dipertahankannya ciri khas lokal yang akan
memunculkan jenis kebutuhan yang berbeda untuk setiap
wilayah. Ini berarti UT harus melakukan diversifikasi produk
dan pelayanan. Dampak selanjutnya adalah pada peningkatan
biaya pelayanan karena adanya perbedaan tingkat kebutuhan
dan perlakuan terhadap situasi lokal.
Pembangunan ekonomi yang didasarkan atas pertumbuhan
ternyata berakibat pada ketidakseimbangan lingkungan.
Hutan-hutan telah berubah fungsi dan banyak vegetasi yang
mati karena pencemaran. Ketidakseimbangan telah
mengakibatkan terjadinya peningkatan suhu udara dan
kandungan karbon dalam udara dan air, serta pencemaran
udara, air, dan tanah. Eksploitasi yang berlebihan atas energi
minyak menyebabkan pada abad-21 persediaan minyak
semakin menipis dan perlu dicari pengganti bahan-bakar yang
berbasis fosil dan aman bagi lingkungan. Ketidakseimbangan
lingkungan dan menipisnya persediaan energi fosil telah
mendorong munculnya gerakan-gerakan baik pada tingkat
lokal, regional, dan global untuk membangun kesadaran
terhadap lingkungan. Gerakan tersebut bahkan telah masuk ke
dalam kurikulum sekolah dan berbagai kebijakan politik, baik
lokal maupun global.
Kesadaran terhadap pentingnya menciptakan keseimbangan
lingkungan pada tingkat masyarakat akan menciptakan
kebutuhan masyarakat akan pengetahuan tentang lingkungan
hidup, pengelolaan lingkungan, pelestarian lingkungan hidup,
dan pemanfaatan sumber daya alam secara seimbang. Ini
adalah peluang UT untuk memasarkan program-program baik
8
program tingkat pendidikan tinggi, pelatihan, maupun
program-program continuing education yang berjangka kurang
dari satu tahun.
Faktor berikutnya adalah melemahnya kekerabatan patriarchal.
Gejala ini sebenarnya sudah nampak pada tatanan sebagian
masyarakat Indonesia pada masa lampau, seperti peran kaum
perempuan terutama perempuan pedagang. Teknologi telah
mampu mengambil alih peran otot manusia. Pekerjaan-
pekerjaan yang memerlukan kekuatan otot telah mampu
diambil alih oleh mesin. Pekerjaan berbasis kekuatan otot
adalah pekerjaan yang secara tradisional dikerjakan oleh kaum
pria. Di sisi lain industri jasa berbasis pada teknologi informasi
dan leisure seperti mode, pariwisata, pendidikan, dan teknologi
informasi yang tidak berbasis pada kekuatan otot semakin
meningkat. Berkembangnya industri jasa meningkatkan
kebutuhan terhadap SDM perempuan yang akhirnya
berdampak pula pada meningkatnya peran perempuan dalam
industri dan rumah tangga.
Secara nasional, kecenderungan ini akan berpengaruh
terhadap kebijakan pemerintah terutama kebijakan tentang
pemberdayaan perempuan. Akan semakin banyak peluang
pekerjaan yang tersedia untuk perempuan, sedangkan
mayoritas pengetahuan dan keterampilan perempuan
Indonesia masih belum mencukupi untuk masuk ke dalam
sektor formal. Oleh karena itu terbuka kesempatan untuk
mengembangkan program-program pendidikan, pelatihan, dan
continuing education yang berkaitan dengan industri jasa.
Kemajuan ekonomi, globalisasi ekonomi, dan semakin
banyaknya kekuatan-kekuatan di luar negara, telah
memunculkan suatu konstelasi politik baru. Negara bukan
satu-satunya kekuatan, terdapat kekuatan lain yang muncul
seperti industri, universitas, dan bahkan individu. Pengambilan
kebijakan politik bukan lagi wewenang penuh negara, banyak
kelompok kepentingan dan individu yang harus dilibatkan
dalam proses pengambilan kebijakan. Pada sisi lain pergeseran
9
sumber kekuasaan ini telah mendorong negara untuk
merumuskan kembali makna pelayanan publik. Urusan yang
sebelumnya banyak dilakukan oleh negara kini banyak yang
diserahkan kepada masyarakat termasuk pendidikan dan
kesehatan. Oleh karena itu masyarakat menjadi semakin
otonom dalam memenuhi kebutuhannya.
Dalam konteks akademik, penguatan peran masyarakat dalam
mengurus dirinya sendiri (civil society) akan menuntut
masyarakat untuk memiliki pengetahuan yang mencukupi
dalam mengorganisasikan urusan-urusan masyarakat secara
mandiri. Dalam masyarakat yang terbuka dan mandiri tuntutan
terhadap peningkatan pengetahuan sangat tinggi. Masyarakat
berpengetahuan akan terus menerus memerlukan peningkatan
pengetahuan, sehingga kebutuhan untuk belajar formal dan
nonformal akan terus muncul. Dengan demikian, akan tercipta
kebutuhan untuk belajar sepanjang hayat. Memperhatikan
perkembangan masyarakat yang demikian, maka lingkup
pendidikan tidak hanya mencakup rentang usia yang semakin
lebar, namun juga rentang wilayah yang luas, rentang sosial
ekonomi yang tinggi, serta rentang bidang studi yang
beragam.
Faktor besar terakhir adalah penggunaan informasi untuk
kepentingan politik. Manusia semakin tergantung pada
informasi. Hampir semua bidang kehidupan manusia
bersentuhan dengan informasi. Pada sisi lain, informasi
merupakan sesuatu yang tidak netral artinya informasi dapat
dimanipulasi untuk mempengaruhi persepsi. Media informasi
merupakan kekuatan sentral dalam menghubungkan antar
kelompok masyarakat dan antara masyarakat dengan Negara.
Kekuatan media informasi telah menjadikan masyarakat
mampu mewakili dirinya sendiri, sehingga mereka tidak
memerlukan wakil rakyat. Media informasi juga menjadi alat
sekaligus simbol dominasi politik, ekonomi, dan budaya.
Kelompok yang memegang dominasi media memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi persepsi kelompok
masyarakat lain, misalnya melalui pemasaran politik,
10
pengaburan fakta, dan sebagainya. Namun pada sisi lain,
secara positif media juga merupakan alat yang ampuh untuk
menyebarkan kebijakan-kebijakan pemerintah, sosialisasi, dan
mengendalikan perilaku masyarakat oleh pemerintah, serta
dapat digunakan untuk menyebarkan pengetahuan kepada
masyarakat secara massal maupun individual.
3. Perkembangan Paradigma Pendidikan
Seiring perubahan jaman dan kemajuan teknologi, wajah dunia
pendidikan 2021 dapat dipastikan jauh berubah. Inovasi dan
gagasan baru terus bermunculan baik pada tataran global
maupun regional dan memberikan imbas kepada praktek
pendidikan di Indonesia. Perkembangan masyarakat tidak
selalu harus mengikuti garis linier, dapat terjadi lompatan
bahkan pembelokan sesuai arah yang dikehendaki. Paling tidak
ada tiga faktor makro yang perlu diperhatikan implikasinya
pada arah pengembangan dan pelaksanaan misi UT; yakni
1) Akses dan pemerataan pendidikan,
2) Kualitas program pendidikan, dan
3) Globalisasi dan internasional pendidikan.
3.1 Akses dan pemerataan pendidikan
Visi pendidikan nasional “terwujudnya sistem pendidikan
sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk
memberdayakan semua warga negara Indonesia
berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga
mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang
selalu berubah” menuntut instrumentasi pendidikan pada
semua jalur dan jenjang pendidikan. Untuk mewujudkan
visi tersebut dalam Penjelasan Umum Undang-Undang
(UU) Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) digariskan upaya sistemik bagi
perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh
pendidikan yang bermutu bagi seluruh rakyat Indonesia,
dan memfasilitasi pengembangan potensi anak bangsa
11
secara utuh sejak usia dini sampai akhir hayat dalam
rangka mewujudkan masyarakat belajar.
Lebih lanjut ditegaskan dalam Pasal 5 Undang-undang
tersebut bahwa: (1) setiap warga negara mempunyai hak
yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu;
(2) warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, intelektual, dan/atau sosial berhak memperoleh
pendidikan khusus; (3) warga negara di daerah terpencil
atau terbelakang serta masyarakat adat yang terpencil
berhak memperoleh pendidikan layanan khusus; (4)
warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat
istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus; dan (5)
setiap warga negara berhak mendapat kesempatan
meningkatkan pendidikan sepanjang hayat. Semua butir
dalam Pasal 5 tersebut mengandung makna bahwa
pemerataan dan perluasan akses pendidikan pada semua
jalur dan jenjang pendidikan harus menjadi komitmen
nasional seluruh pemangku kepentingan dalam konteks
sistemik pendidikan nasional.
Sebagaimana diamanatkan dalam UU Nomor 20 Tahun
2003 bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang
sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu, maka
UT menjadikan amanat tersebut sebagai misi utama dan
menggunakan berbagai strategi guna mewujudkan misi
tersebut. Sebagai PTTJJ, jangkauan layanan UT tidak
diragukan lagi, hal ini disadari oleh Pemerintah yang
memberikan kepercayaan pada UT untuk meningkatkan
kualifikasi dan kualitas guru di seluruh tanah air.
Dengan sistem penyelenggaraan PTTJJ yang dilaksanakan
UT, maka UT telah membuka akses ke PT bagi semua
lapisan masyarakat tanpa terkendala ruang dan waktu.
Apalagi dengan berkembangnya TIK, maka jalur
komunikasi antara peserta didik dan pendidik semakin
diperluas, sehingga berbagai alternatif komunikasi dapat
digunakan oleh kedua belah pihak dalam penyelenggaraan
12
proses belajar. Dengan demikian, diharapkan bahwa SDM
Indonesia dapat maju secara bersamaan untuk dapat
berkontribusi dalam pembangunan bangsa ini.
Dalam menyelenggarakan pendidikan, UT berkolaborasi
dengan berbagai PT di tanah air. Penulis bahan ajar dan
bahan ujian UT, serta pembimbing akademik adalah
dosen-dosen yang berasal dari berbagai PT negeri
ternama di Indonesia. Kepakaran para dosen tersebut
selama ini hanya dapat diperoleh mahasiswa dari PT
tempat dosen tersebut bertugas. Dengan pengembangan
bahan ajar, bahan ujian, dan pembimbing akademik yang
dilaksanakan oleh UT maka pada dasarnya kepakaran dari
dosen-dosen tersebut telah tersebar secara meluas ke
semua tempat domisili mahasiswa UT. Secara konseptual
telah terjadi transfer ilmu pengetahuan dari kelompok
pakar kepada mahasiswa di seluruh tanah air, sehingga
terjadi pemerataan kualitas pendidikan.
Lebih lanjut UU Nomor 20 Tahun 2003 mengamanatkan
bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan
kesempatan meningkatkan pendidikan sepanjang hayat.
Oleh karena itu sifat keterbukaan UT merupakan
kemungkinan terbesar untuk dapat mewujudkan amanat
dari UU ini. Konsep pendidikan sepanjang hayat antara
lain bermakna bahwa untuk dapat mengikuti suatu
pendidikan maka umur dan tahun ijazah misalnya, tidak
menjadi kendala lagi. Sifat keterbukaan UT ini merupakan
suatu kekuatan yang bersifat unik yang sulit kiranya
dilaksanakan oleh PT tatap muka.
Selain itu, konsep pendidikan sepanjang hayat juga berarti
bahwa setiap orang dapat menentukan jenjang dan jenis
pendidikan yang dibutuhkannya. Dengan demikian PT
tidak hanya menyediakan program pendidikan yang
berjenjang seperti program sarjana ataupun magister,
namun juga harus mengakomodasi program-program
pendidikan jangka pendek seperti program sertifikat. Jadi,
13
kontribusi UT sebagai PT dalam meningkatkan kualitas
SDM Indonesia seperti yang akan dituliskan dalam Visi UT
2010-2021 dapat terlaksana.
3.2 Kualitas program pendidikan
Kualitas merupakan tuntutan semua pemangku
kepentingan pendidikan, terlepas dari jenis, jenjang, jalur,
dan metode pendidikan yang diterapkan. Tuntutan
kualitas pendidikan terkait erat dengan berbagai upaya
dalam meningkatkan kompetensi lulusan, daya saing SDM
maupun akuntabilitas. Upaya peningkatan kualitas PJJ
bersifat menyeluruh, sistemik dan berkelanjutan, yang
mencakup produk, proses, rancangan, penyampaian, dan
filosofi Sistem Pendidikan Jarak Jauh (SPJJ).
Ada beberapa hal pokok yang menjadi perhatian penting
berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas. Kualitas
menentukan keberlanjutan atau kelanggengan UT sebagai
institusi PTTJJ yang disegani, handal, dan terpercaya.
Peningkatan kualitas harus berfokus pada upaya
pemberian layanan PJJ terbaik kepada peserta didik dan
pihak pemangku kepentingan. Kualitas merupakan
indikator kredibilitas dan citra institusi yang harus menjadi
tanggungjawab bersama dalam upaya pencapaiannya.
Peningkatan kualitas berkaitan dengan penilaian internal
dan eksternal. Penilaian internal dilakukan melalui
mekanisme audit internal secara periodik dan konsisten
dengan tujuan perbaikan secara berkelanjutan. Penilaian
eksternal melibatkan pihak luar seperti lembaga
akreditasi, badan sertifikasi, asosiasi profesi, serta
benchmarking dengan institusi penyelenggara PJJ yang
memiliki standar kualitas tinggi. Sebuah institusi PTTJJ
yang berkualitas tinggi akan mampu memberikan layanan
terbaik kepada pengguna jasa dari berbagai lapisan tanpa
dibatasi oleh lokasi geopolitik, status sosial, kemampuan
ekonomi, dan akses pada teknologi. Institusi yang
14
berkualitas akan mampu bersaing dan sekaligus bersinergi
dalam berbagai bidang yang menjadi misi utama institusi
dalam bidang pendidikan dan pengajaran, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat.
Institusi PTTJJ berkualitas harus mampu
menyelenggarakan program pendidikan terbuka jarak jauh
(PTJJ) berkualitas sehingga dapat menghasilkan SDM yang
kompeten, handal dan kompetitif. Program PTJJ
berkualitas dapat menjangkau mahasiswa secara nasional
dan memiliki standar penyelenggaraan berkualitas
internasional. Oleh sebab itu upaya peningkatan kualitas
bersifat komprehensif, sistemik, berkelanjutan dan
menjadi tanggungjawab bersama untuk memastikan
keberlanjutan program dan kelanggengan institusi PTTJJ.
3.3 Globalisasi dan internasionalisasi pendidikan
Dari menjamurnya berbagai institusi lintas negara yang
bekerja sama dalam menyelenggarakan jasa pendidikan,
mulai dari jenjang pendidikan usia dini hingga PT, dapat
diperkirakan bahwa untuk 20 tahun ke depan,
kecenderungan menawarkan pendidikan dengan
kolaborasi institusi antar negara akan semakin menguat.
Semakin mudahnya akses kepada sumber-sumber
pembelajaran secara terbuka seperti yang tersedia pada
berbagai website, akan semakin mendorong munculnya
globalisasi dan internasionalisasi pendidikan tanpa batas.
Ke depan, para penyelenggara pendidikan seyogyanya
memikirkan strategi-strategi pemasaran yang lebih luwes
dan sangat memperhatikan kebutuhan pendidikan per
individu dengan kemudahan cara mendapatkan layanan
pendidikan tersebut.
Trend strategi penawaran program pendidikan misalnya
dengan multibahasa, atau dengan sistem pengakuan
kredit multi institusi, akan banyak nampak dan hal ini
sangat mempengaruhi pengemasan program-program di
15
UT. Saat ini, UT baru melakukan pengembangan berbagai
strategi seperti diuraikan sebelumnya, yaitu penawaran
program dengan multi bahasa, joint program atau mata
kuliah dengan institusi lainnya baik di dalam maupun di
luar negeri, dan pengembangan sistem alih kredit multi
institusi.
Melihat perkembangan strategi penawaran pendidikan
secara global tersebut, semestinya UT sudah mulai
mendesain strategi penawaran program yang bersifat
global dan internasional. Melalui rintisan Program Bahasa
Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) akan terlihat
kekuatan dan kelemahan UT dalam
menginternasionalisasikan dan mengglobalkan
programnya. Program BIPA merupakan program sertifikat
yang dapat memberikan inspirasi untuk menyisipkan
muatan-muatan vokasional dalam program-program
sarjana yang sifatnya akademis. Peluang untuk mendesain
program-program secara kolaboratif dengan berbagai
strategi penyelenggaraannya akan dapat dipelajari melalui
penawaran program BIPA. Dari penyelenggaraan Program
BIPA, UT akan belajar menemukan berbagai alternatif
strategi pengelolaan bahan atau sumber belajar serta
proses pembelajaran.
4. Paradigma Baru dan Strategi Jangka Panjang
Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional
UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas) telah memasukkan konsep-konsep baru
dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional di
Indonesia. Salah satu konsep baru adalah masuknya sistem
pendidikan jarak jauh sebagai bagian integral dari
instrumentasi dan praksis pendidikan nasional. Di samping itu,
UU Sisdiknas juga menekankan pentingnya otonomi perguruan
tinggi untuk mendorong peningkatan kualitas pengelolaan dan
penyelenggaraan pendidikan tinggi secara umum. Dengan
demikian, pengelolaan dan penyelenggaraan pendidikan jarak
16
jauh, yang sudah sejak berdirinya pada tahun 1984 menjadi
ciri utama Universitas Terbuka dapat diwujudkan dalam
konteks otonomi perguruan tinggi. Dalam konteks itu, UT
sebagai perguruan tinggi perlu terus melakukan upaya
penyempurnaan organisasi dan manajemen yang mengacu
pada ketentuan perundang-undangan yang menjadi turunan
dari UU Sisdiknas tersebut. Dengan demikian UT tetap menjadi
perguruan tinggi terbuka dan jarak jauh yang diselenggarakan
secara efektif, efisien, dan berkualitas.
Sebagai perguruan tinggi negeri, UT beroperasi berdasarkan PP
RI Nomor 17 tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan beserta ketentuan yang menjadi
turunannya, yang secara normatif telah menggantikan PP RI
Nomor 60 Tahun 1999. Merujuk pada PP tersebut semua
kebijakan kelembagaan, akademik, pengelolaan, dan keuangan
UT dengan sendirinya harus merujuk, memperoleh
persetujuan, atau penguatan dari Kementerian Pendidikan
Nasional (Kemendiknas) dan Kementerian Keuangan
(Kemenkeu). Namun demikian, karena PP RI Nomor 17 tahun
2010 ini belum mengakomodasi tata kelola perguruan tinggi
yang mencerminkan semangat otonomi, saat ini Pemerintah
sedang menyusun RPP RI Perubahan atas PP RI Nomor 17
Tahun 2010 yang menggariskan tata kelola perguruan tinggi
secara umum. Sebelum tata kelola baru resmi diundangkan,
maka semua perguruan tinggi termasuk UT, menggunakan tata
kelola status quo berdasarkan ketentuan perundanga-
undangan sebelumnya.
Dalam status apapun, UT tetap dituntut untuk mampu
beroperasi secara efektif dan efisien. Sampai saat ini UT telah
melakukan perbaikan-perbaikan berkelanjutan di antaranya
dalam pengembangan SDM, sistem dan prosedur, sarana dan
prasarana, sistem pengelolaan keuangan, dan budaya kerja.
Walaupun demikian, proses perbaikan tersebut masih perlu
dipercepat dan dievaluasi lagi pelaksanaannya. Ke depan UT
harus tetap bekerja dengan merujuk pada etika, norma, dan
nilai-nilai good governance, total quality management, dan
17
organisasi yang selalu belajar (learning organization). Prinsip-
prinsip good governance mencakup akuntabilitas, transparansi,
taat hukum, partisipatif, profesional, efektif, dan efisien. Prinsip
total quality management (TQM) adalah pencapaian kualitas
secara total dan berkelanjutan. Sementara itu learning
organization dibangun atas disiplin dalam proses pembelajaran
individu, kelompok, dan pembelajaran pada tingkat organisasi.
Berbagai kebijakan di atas, pada dasarnya sudah terlaksana,
meskipun budaya kerja birokrasi masih dominan. Perubahan
budaya kerja dari budaya birokrasi menuju budaya organisasi
korporat termasuk kompensasinya masih harus terus menerus
diupayakan dengan sungguh-sungguh. Dari evaluasi diri dapat
diketahui bahwa sebagian staf sudah berubah cara kerjanya,
namun masih perlu usaha yang konsisten dalam
mengimplementasikan kebijakan-kebijakan tersebut di
lingkungan UPBJJ-UT.
Sejak awal berdirinya, UT sudah menyadari bahwa
kemitraan/kerjasama antarinstitusi merupakan keharusan
dalam menjalankan PTJJ. Saat ini kemitraan dengan berbagai
instansi seperti pemerintah daerah, universitas lain, dan
lembaga penyedia jasa,yang dilakukan dalam penulisan bahan
ajar, pengembangan soal, pelaksanaan tutorial, peningkatan
angka partisipasi mahasiswa, dukungan operasional UT, dan
pengadaan sarana dan prasarana UT. Kerja sama antarinstansi
atau lembaga ini masih perlu terus ditingkatkan baik dalam
jumlah maupun jenisnya.
5. Perkembangan TIK
TIK berkembang sangat pesat baik dalam hal kuantitas
maupun kualitas. Dampak dari perkembangan ini menunjukkan
bahwa penetrasi TIK dalam hampir seluruh aspek kehidupan
semakin kuat. Penetrasi ini terjadi secara global, sehingga
Indonesia tak dapat menghindarkan diri untuk dijadikan
sebagai salah satu pasar produk TIK. Pemerintah
berkepentingan untuk merespon dampak penetrasi TIK secara
18
bijak baik di sektor ekonomi, pemerintahan, maupun
pendidikan yang masing-masing dikenal dengan e-commerce,
e-government, dan e-education.
Di dunia pendidikan, pemanfaatan TIK juga berjalan sangat
cepat untuk kepentingan administrasi, manajemen, dan
pembelajaran. Dari waktu ke waktu selalu bermunculan
institusi-insitusi pendidikan yang menyatakan bahwa mereka
mengintegrasikan TIK dalam sistem mereka. Jargon TIK dalam
pendidikan seperti e-learning, virtual learning, mobile-learning
sepertinya bersaing satu sama lain walaupun pada hakikatnya
secara substansial tidak terlalu berbeda. Dalam konteks PTTJJ,
konsep e-learning sepertinya menjanjikan suatu alternatif baru
dalam hal proses pembelajaran karena e-learning juga
berkonotasi online learning yang artinya pembelajaran berbasis
web atau internet.
TIK dapat dimanfaatkan untuk online learning pada pendidikan
jarak jauh antara lain; course websites, audiovideo capture via
web, web conferencing, dan penggunaan telepon genggam
(HP) untuk melakukan mengunduh materi. Dengan adanya
course websites, mahasiswa dan/atau dosen mendapatkan
berbagai keuntungan diantaranya mahasiswa dapat mengakses
materi website kapan dan dari manapun, staf pengajar dapat
mengembangkan website sendiri untuk mata kuliahnya, dan
terdapat banyak sumber yang sudah dikembangkan dan dapat
direvisi untuk dipergunakan kembali. Selain itu, audiovideo
capture via web mempunyai kelebihan karena mahasiswa
dapat mengakses dari rumah ataupun kantor, materi dapat
direviu sesuai dengan kebutuhan dan sumber yang sudah ada
dapat dikembangkan untuk jangka panjang.
Web conferencing sangat bermanfaat dalam menyelenggarakan
konferensi jarak jauh dengan murah dan mudah, dan
mahasiswa dapat berpartisipasi dari rumah atau kantor.
Keuntungan lain yang didapat adalah bahwa mahasiswa
mendapatkan kesempatan berinteraksi dengan komunitas
mahasiswa yang lain dan merupakan media yang baik untuk
19
interaksi antara dosen dan mahasiswa. Di samping itu,
kemajuan teknologi pada telepon genggam memudahkan
mahasiswa untuk memperoleh informasi penting dan bahkan
untuk mendapatkan materi yang diperlukan.
Pada masa mendatang, diharapkan TIK menjadi semakin
murah dan merata di seluruh Indonesia. Ke depan, UT perlu
mengembangkan infrastruktur dan SDM yang sesuai dengan
tuntutan program dan institusi, baik pusat maupun UPBJJ-UT.
Pemanfaatan TIK dan Transaksi Elektronik dilaksanakan
berdasarkan asas kepastian hukum, manfaat, kehati-hatian,
itikad baik, dan kebebasan memilih teknologi atau netral
teknologi.
6. Citra Publik tentang Pendidikan Jarak Jauh
Pencapaian kualitas UT yang ditandai dengan diperolehnya
sertifikat akreditasi internasional dari Internasional Council for
Distance Education (ICDE) yang berpusat di Oslo, Swedia,
tahun 2005 dan kemudian diikuti dengan pemerolehan
sertifikat ISO dalam berbagai bidang telah menyebabkan UT
diliput banyak media dan UT menjadi semakin dikenal oleh
para pemangku kepentingan. Di samping itu jumlah mahasiswa
dan alumni yang semakin besar turut berperan dalam
menyebarluaskan nama UT. Persoalan yang dihadapi oleh UT
sekarang adalah bukan bagaimana mensosialisasikan UT tetapi
lebih kepada mempertahankan dan meningkatkan citra yang
positif tentang UT serta keunggulan sistem pendidikan jarak
jauh dalam menghasilkan SDM berkualitas.
Keunggulan sistem pendidikan jarak jauh yang telah terbukti
mampu menjangkau daerah yang luas dan massal
menyebabkan biaya yang harus ditanggung mahasiswa juga
menjadi lebih murah. Namun, bukan hanya luas jangkauan
sistem dan besarnya jumlah mahasiswa yang menjadi fokus
penyelenggaraan UT, tetapi peningkatan kualitas layanan baik
layanan akademik maupun administrasi akademik juga menjadi
fokus utama.
20
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa UT mampu
mengendalikan kualitas layanan sampai pada tingkat desa.
Terlaksananya strategi pengembangan kualitas sistem layanan
secara tidak langsung akan meningkatkan citra UT.
B. ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL
Secara umum faktor internal yang mempengaruhi
pengembangan UT pada masa mendatang meliputi aspek:
(1) Kualitas dan relevansi akademik;
(2) Daya jangkau dan kualitas layanan pendidikan; dan
(3) Tata kelola organisasi.
1. Kualitas dan Relevansi Akademik
1.1 Program pendidikan
Saat ini UT memiliki 31 program studi, mulai dari strata
diploma, sarjana, sampai dengan pascasarjana. Secara
khusus dalam penerimaan mahasiswa program diploma
dan sarjana, UT tidak melakukan seleksi masuk seperti
halnya di PT tatap muka. Semua calon mahasiswa yang
memiliki ijasah sekolah menengah atas atau yang
sederajad dapat menjadi mahasiswa program diploma dan
sarjana UT tanpa seleksi masuk. Namun demikian, syarat
administrasi harus dipenuhi. Sementara itu, untuk
penerimaan mahasiswa baru program magister, UT
melakukan seleksi berupa tes masuk bagi calon
mahasiswa. Hal ini dilakukan karena lulusan program
magister diharapkan menjadi pengembang ilmu serta
memiliki kompetensi profesional yang tinggi dalam
bidangnya sehingga mahasiswa harus memenuhi syarat-
syarat khusus yang ditetapkan.
Mengantisipasi pemanfaatan TIK dalam pembelajaran, UT
mensyaratkan calon mahasiswa magister memiliki akses
internet karena sistem pembelajaran program
21
Pascasarjana mensyaratkan partisipasi aktif dalam tutorial
terintegrasi antara tutorial tatap muka dan online. Di
samping itu, sekalipun secara umum penyelenggaraan
pendidikan di UT bersifat massal, namun khusus untuk
program magister jumlah minimal mahasiswa satu
angkatan dalam satu wilayah ditetapkan 20 orang.
Pembatasan ini dilakukan dengan tujuan untuk menjamin
keefektifan dan efisiensi kegiatan tutorial tatap muka.
Seleksi masuk dalam penyelenggaraan pendidikan di atas
memperlihatkan bahwa UT sangat menyadari bahwa untuk
mengikuti suatu program pendidikan pada jenjang
tertentu, diberlakukan pula kekhususan sesuai dengan
standar kompetensi lulusan yang dituntut oleh program
tersebut. Demikian pula halnya dengan program-program
yang membutuhkan adanya praktikum, UT memberikan
persyaratan khusus. Misalnya untuk Program Studi Biologi
hanya dibuka di UPBJJ-UT yang telah memiliki kerja sama
dengan institusi yang dapat memfasilitasi pelaksanaan
praktikum.
Dengan penerapan berbagai kebijakan akademik di atas,
UT sangat menyadari bahwa proses pembelajaran
merupakan bagian yang harus tetap dapat dimonitor. Bagi
program pendidikan yang mempersyaratkan kontrol
proses belajar secara tatap muka seperti halnya
praktikum, maka pembatas adalah tempat pelaksanaan
praktikum. Bagi program-program yang mempersyaratkan
kontrol proses pembelajaran secara online atau dengan
memanfaatkan TIK maka UT mengenakan persyaratan
dapat menggunakan TIK bagi calon mahasiswa. Penerapan
kebijakan dalam bidang akademik ini merupakan upaya
UT untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar.
22
1.2 Mahasiswa dan lulusan
Pada dasarnya program pendidikan UT ditawarkan secara
terbuka yang memungkinkan mahasiswa bebas
melakukan registrasi sesuai dengan situasi dan
kondisinya. Mahasiswa dapat melakukan registrasi mata
kuliah kapan saja dan untuk jumlah dan jenis mata kuliah
apa saja. Namun demikian, UT juga menawarkan program
pendidikan berbasis kelompok belajar dan layanan
bantuan belajar yang lebih terstruktur yang disebut
dengan Sistem Paket Semester (SIPAS). SIPAS ini
diterapkan untuk program pendidikan dasar (pendas) dan
nonpendas berdasarkan jumlah mahasiswa dalam suatu
kelompok atau mitra. Jumlah total mahasiswa (aktif dan
registrasi) UT dalam 4 (empat) tahun terakhir mengalami
peningkatan yang signifikan. Tabel 1 menunjukkan
perkembangan data mahasiswa termasuk mahasiswa baru
dari tahun ke tahun.
Tabel 1 Total Mahasiswa Program Diploma dan
Sarjana Aktif dan Registrasi 2006 – 2009
Tabel 1 menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa registrasi
(termasuk mahasiswa baru) program studi non-FKIP
meningkat dari 38.729 pada tahun 2006 menjadi 64.701
tahun 2009. Ini menunjukkan kenaikan sebesar 67.06%.
Sedangkan mahasiswa registrasi (termasuk mahasiswa
Tahun
Program
Total Program Non-FKIP dan FKIP
Non-FKIP FKIP
Registrasi Total
Aktif
Registrasi Total
Aktif
Registrasi Total
Aktif Baru Ulang Total Baru Ulang Total Baru Ulang Total
2006 10.166 28.563 38.729 58.729 110.866 137.437 248.303 252.558 121.032 166.000 287.032 311.287
2007 13.188 26.979 40.167 61.167 166.059 81.923 247.982 275.381 179.247 108.902 288.149 336.548
2008 20.527 25.200 45.727 66.469 170.165 195.518 365.683 486.677 190.692 220.718 411.410 553.146
2009 32.237 32.464 64.701 78.094 140.712 329.108 469.820 557.458 172.949 361.572 534.521 635.552
23
baru) FKIP meningkat dari 148.303 orang pada tahun
2006 menjadi 469.820 orang pada tahun 2009. Ini berarti
terjadi lonjakan jumlah mahasiswa yang sangat fenomenal
yaitu sebesar 216.8%. Salah satu faktor pendorong
peningkatan jumlah mahasiswa FKIP ini adalah UU Nomor
20 Tahun 2003 Tentang Sisdiknas dan UU Nomor 14 tahun
2005 tentang Guru dan Dosen yang mempersyaratkan
guru harus memiliki kualifikasi akademik minimal sarjana
atau sarjana sains terapan. Kecenderungan peningkatan
mahasiswa FKIP diperkirakan masih akan berlanjut hingga
tahun 2013.
Khusus untuk mahasiswa baru non-FKIP, peningkatan
terjadi dari 10.166 pada tahun 2006 menjadi 32.237 pada
tahun 2009 atau terjadi peningkatan sebesar 217.11%.
Sementara itu, jumlah mahasiswa baru FKIP meningkat
dari 110.866 orang pada tahun 2006 menjadi 140.712
orang pada tahun 2009, yang berarti kenaikan sebesar
26.92%. Jumlah mahasiswa baru tertinggi terjadi pada
tahun 2008 yaitu sebanyak 170.165 orang (peningkatan
53.49% dari tahun 2006).
Jumlah lulusan UT juga mengalami peningkatan dari tahun
ke tahun seperti terlihat dalam Tabel 2.
Tabel 2 Jumlah Lulusan UT 2006-2009
dan Lulusan Total sejak 1984
Seperti terlihat dalam Tabel 2 jumlah lulusan program
non-FKIP yang pada tahun 2006 sebanyak 1.161 orang
meningkat menjadi 1.706 orang pada tahun 2009. Jumlah
kumulatif lulusan program-program non FKIP dari tahun
2006 – 2009 adalah 7.171 orang. Sementara itu, jumlah
Program 2006 2007 2008 2009 Total 1984-2009
Non FKIP 1.161 2.469 1.835 1.706 48.612
FKIP 30.579 38.807 62.784 87.377 947.752
Total 31.740 41.376 64.619 89.083 996.364
24
lulusan program-program FKIP yang pada tahun 2006
sebanyak 30.579 orang meningkat menjadi 87.377 orang
pada tahun 2009. Secara kumulatif, jumlah total lulusan
program-program FKIP UT dalam empat tahun terakhir
(2006-2009) adalah 219.547 orang, sedang total lulusan
sejak tahun 1984 adalah 996.364 orang.
Jika dilihat dari masa studi mahasiswa yang telah lulus,
rerata masa studi dalam empat tahun terakhir adalah 6
tahun 5 bulan. Sementara itu untuk lulusan program-
program FKIP rerata masa studi bervariasi tergantung
tingkat pendidikan terakhir sebelum masuk UT. Untuk
program jenjang sarjana masukan lulusan diploma II,
rerata masa studi adalah 3 (tiga) tahun 9 (sembilan)
bulan. Untuk program sarjana masukan lulusan diploma
III adalah 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan sedangkan untuk
program sarjana masukan SLTA saat ini belum dapat
dilihat karena belum menghasilkan lulusan.
Dari segi kualitas yang diukur melalui indeks prestasi
kumulatif (IPK) rata-rata, dalam empat tahun terakhir,
rerata IPK lulusan program jenjang sarjana non-FKIP,
adalah antara 2,19 sampai 2,27. Di lain pihak, rerata IPK
lulusan jenjang sarjana pada program di FKIP dalam
empat tahun terakhir berkisar antara 2,29 sampai 2,31.
Khusus untuk Program Pendas (PGSD dan PG PAUD),
rerata IPK lulusan dalam empat tahun terakhir adalah
2,36 sampai 2,63. IPK tertinggi yang pernah dicapai oleh
lulusan FKIP adalah 3,98, sedangkan untuk mahasiswa
non-FKIP adalah 3,72.
Jumlah total mahasiswa Progam Pascasarjana (PPs) baik
yang aktif maupun registrasi dalam empat tahun terakhir
juga mengalami peningkatan yang signifikan. Tabel 3
menunjukkan perkembangan data mahasiswa PPs
termasuk mahasiswa baru dari tahun ke tahun.
25
Tabel 3 Total Mahasiswa PPs Aktif
dan Registrasi 2006–2009
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah mahasiswa yang
registrasi (termasuk mahasiswa baru) PPs meningkat dari
219 pada tahun 2006 menjadi 1.022 tahun 2009. Ini
menunjukkan kenaikan sebesar 366.66%. Ini berarti
lonjakan jumlah mahasiswa PPs juga sangat fenomenal.
Salah satu faktor pendorong peningkatan jumlah
mahasiswa PPs ini adalah keberhasilan menjalin kerja
sama dengan pemerintah daerah dan banyaknya
pemerintah daerah yang mempersyaratkan pejabat eselon
III ke atas berkualifikasi akademik magister. Jumlah
lulusan PPs UT juga mengalami peningkatan dari tahun ke
tahun seperti terlihat dalam Tabel 4.
Tabel 4 Jumlah Lulusan UT 2006 – 2009 dan Lulusan
Total sejak 1984
Seperti terlihat dalam Tabel 4 jumlah lulusan PPs pada
tahun 2006 sebanyak 18 orang meningkat menjadi 74
orang pada tahun 2009. Ini berarti terjadi kenaikan yang
sangat signifikan yaitu sebesar 311, 11%. Jumlah
kumulatif lulusan PPs dari mulai menghasilkan lulusan
yaitu sejak tahun 2005 – 2009 adalah 187 orang. Jika
dilihat dari masa studi mahasiswa yang telah lulus, rerata
masa studi dalam empat tahun terakhir adalah 2 tahun 6
Tahun Registrasi
MahasiswaAktif Total Aktif Baru Ulang Total
2006 14 205 219 65 284
2007 504 152 656 44 700
2008 325 469 794 6 800
2009 459 563 1022 8 1030
Program Tahun Total s/d
2009 2006 2007 2008 2009
PPs 18 31 58 74 181
26
bulan. Dari segi kualitas yang diukur melalui indeks
prestasi kumulatif (IPK) rata-rata dalam empat tahun
terakhir rerata IPK lulusan PPs adalah antara 3.02 sampai
3,92.
Kegiatan yang dilakukan dalam bidang kemahasiswaan, di
antaranya adalah pemberian beasiswa, Orientasi
Mahasiswa Baru (OSMB), pembinaan kemahasiswaan dan
kelompok belajar, pembinaan paduan suara dan
kerohanian. Sementara itu, untuk menampung aspirasi
alumni UT serta menggalang kebersamaan, UT juga
memfasilitasi para alumni UT mendirikan Ikatan Alumni UT
(IKA UT). Sejumlah aktivitas telah dilakukan IKA UT di
berbagai daerah dengan mengundang para alumni dan
pengelola UT. Beberapa kegiatan IKA UT antara lain
seminar ilmiah, disporseni, dan pameran/kegiatan sosial
untuk menggalang dana bantuan bagi saudara-saudara
kita di wilayah yang terkena bencana.
1.3 Layanan bantuan belajar
Penyelenggara PTTJJ wajib menyediakan layanan bantuan
belajar sesuai kebutuhan mahasiswa yang umumnya
merupakan orang dewasa yang mampu mengembangkan
kemampuan belajar mandiri. Walaupun demikian, tidak
semua mahasiswa wajib memanfaatkan layanan bantunan
belajar tertentu. Layanan bantuan belajar UT meliputi
antara lain; tutorial (tatap muka dan online), program
radio dan TV, suplemen (cetak dan web), dry lab,
perpustakaan digital UT, dan jurnal online, open sources,
pembimbingan akademik, dan konseling di UPBJJ-UT.
Berbagai jenis layanan bantuan belajar UT disediakan
dengan memperhatikan faktor demografi dan geografi
mahasiswa serta kondisi lingkungan belajar mahasiswa.
Saat ini UT menyelenggarakan dua model tutorial, yaitu
tutorial online (Tuton) berbasis jaringan internet dan
tutorial tatap muka (TTM). Baik tuton maupun TTM
27
bersifat wajib disediakan oleh UT sesuai dengan
permintaan mahasiswa. Mahasiswa memiliki kelonggaran
untuk mengikuti atau tidak mengikuti tuton atau TTM
sesuai dengan situasi dan kondisi masing-masing. Setiap
semester, UT menyediakan layanan tuton untuk lebih dari
500 mata kuliah. Tutor untuk Tuton sejauh ini masih
menggunakan dosen tetap UT, baik yang ada di UT Pusat
maupun di UPBJJ-UT. Sementara itu, jumlah mata kuliah
yang di-TTM-kan bervariasi tergantung pada jumlah
permintaan mahasiswa. Secara total jumlah mata kuliah
yang di-TTM-kan pada tahun 2009 adalah 149 mata kuliah
(termasuk matakuliah Pendas dan Sipas), yang diikuti
oleh 399.521 mahasiswa dan melibatkan 14.091 tutor,
5.184 Pengurus Pokjar dan 1.296 Pemantau.
1.4 Bahan ajar
Secara umum, proses pembelajaran mahasiswa UT
dilakukan secara mandiri oleh mahasiswa dengan
memanfaatkan bahan ajar yang dirancang khusus untuk
mahasiswa PTTJJ. UT menyediakan bahan ajar yang self-
contained dan dapat dipelajari secara mandiri (self-
instructional) oleh mahasiswa. Bahan ajar UT berbentuk
multi media yang meliputi antara lain bahan ajar cetak
(buku materi pokok/BMP) yang dikenal dengan modul,
serta bahan ajar noncetak seperti kaset/CD audio, VCD,
dan bahan ajar berbasis web.
Setiap bahan ajar UT disusun oleh satu tim yang terdiri
atas pakar-pakar dari PT negeri/swasta ternama, baik
pakar di bidang ilmu, pakar media, maupun pakar disain
instruksional. Pengembangan bahan ajar UT dilaksanakan
oleh Fakultas bersama Pusat Produksi Bahan Ajar Cetak
(PPBAC) dan Pusat Produksi Bahan Ajar Non Cetak
(PPBANC) UT. Fakultas mengkoordinasikan penulisan,
sedangkan PPBAC dan PPBANC mengkoordinasikan
proses produksi bahan ajar cetak mulai dari pengetikan
sampai dengan pencetakan bahan ajar, serta produksi
28
bahan ajar noncetak (kaset/CD audio, VCD, dan web
suplemen).
Pemutakhiran bahan ajar merupakan kegiatan yang wajib
dilakukan oleh UT untuk menjamin kualitas bahan ajar
sesuai dengan perkembangan IPTEKS. Secara reguler, UT
mendesain agar setiap bahan ajar mulai dievaluasi ketika
berumur 5 (lima) tahun untuk persiapan pemutakhiran
atau revisi, dan bahan ajar harus dipastikan telah direvisi
setelah berumur 7 (tujuh) tahun. Namun demikian, untuk
bahan ajar tertentu yang sifatnya sangat cepat berubah
(misalnya terkait perubahan UU dan PP lainnya), maka
pemutakhiran dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan
tanpa harus menunggu bahan ajar berumur 5 (lima)
tahun.
Proses pemutakhiran bahan ajar UT dikoordinasikan oleh
Pembantu Rektor Bidang Akademik. Proses ini dimulai
dengan identifikasi bahan ajar yang sudah berumur 5
(lima) tahun, kajian atau penelitian bahan ajar termasuk
reviu substansi oleh pakar eksternal dari PT ternama bagi
bahan ajar yang telah digunakan mahasiswa, penentuan
pakar dari PT sebagai calon pereviu, perevisi/penulis
bahan ajar, dan dilanjutkan dengan proses
penulisan/revisi berdasarkan masukan dari hasil penelitian
bahan ajar dan hasil reviu pakar eksternal. Sebelum
diproses oleh PPBAC dan PPBANC, hasil penulisan/revisi
selanjutnya ditelaah terlebih dahulu, baik dari segi materi,
bahasa, maupun desain instruksionalnya. Setelah selesai
ditulis dan ditelaah sesuai dengan perbaikan, PPBAC dan
PPBANC akan memproduksi bahan ajar menjadi master
siap cetak sampai mencetaknya. Demikian selanjutnya,
proses berulang kembali sehingga terjamin bahan ajar
yang berkualitas sesuai dengan perkembangan terkini
dapat tersedia tepat waktu bagi mahasiswa. UT telah
merencanakan bahwa dalam beberapa tahun kedepan,
bahan ajar UT juga akan tersedia dalam bentuk online.
Selain itu, ke depan, UT akan melakukan scanning
29
terhadap seluruh bahan ajar dan mengunggah dalam web
UT sehingga tersedia bagi mahasiswa dengan mudah.
Setiap semester UT menawarkan sekitar 1.065 mata
kuliah. Setiap mata kuliah memiliki bahan ajar termasuk
bahan ajar yang digunakan bersama. Jumlah bahan ajar
aktif hingga tahun 2009 adalah 974 judul yang ditulis
oleh 2.032 orang. Data jumlah bahan ajar yang diampu
setiap fakultas berdasarkan umur bahan ajar ditunjukkan
dalam Tabel 5. Dari tabel tersebut terlihat bahwa bahan
ajar cetak UT cukup mutakhir, yaitu 96 % berumur kurang
dari 5 tahun.
Tabel 5 Rekapitulasi Umur Bahan Ajar
Hingga tahun 2009, dari 1.592 judul bahan ajar, terdapat
278 (17 %) bahan ajar telah dalam bentuk paket bahan
ajar multimedia (BAMM). Di samping itu, UT juga telah
memiliki beragam bahan ajar suplemen non-cetak dengan
jumlah seperti pada Tabel 6.
Fakultas ≤ 5 Tahun 6 - 7
Tahun
8-12
Tahun Total
1. FKIP 356 2 0 358
2. FMIPA 201 11 0 212
3. FISIP 250 14 1 265
4. FEKON 90 3 0 93
5. PPs 43 1 0 44
Total 940 31 1 972
% 96.7 3.2 0.1 100,00
30
Tabel 6 Beragam Bahan Ajar Non-Cetak untuk Siarandan
Suplemen
Mahasiswa UT tidak wajib membeli bahan ajar namun
mahasiswa wajib memiliki akses terhadap bahan ajar baik
dengan cara membeli maupun meminjam. Pembelian
bahan ajar dilakukan melalui toko buku online. Khusus
untuk mahasiswa Pendas dan peserta layanan Sistem
Paket Semester (SIPAS), bahan ajar otomatis diberikan
sebagai bagian dari paket pembayaran biaya pendidikan.
1.5 Evaluasi hasil belajar
Untuk menjamin kualitas pembelajaran, UT menerapkan
evaluasi hasil belajar mahasiswa baik yang bersifat
formatif maupun sumatif. Evaluasi hasil belajar formatif
dirancang sebagai evaluasi mandiri yang diberikan
langsung sebagai bagian dari buku materi pokok (BMP).
Selain itu, UT juga menyediakan latihan mandiri yang
dapat diakses secara online (Latihan Mandiri/LM online).
Evaluasi hasil belajar mandiri lainnya berupa tugas tutorial
bagi mahasiswa yang mengikuti tutorial dan laporan
praktik/praktikum bagi mata kuliah tertentu. Evaluasi
formatif diharapkan dapat melatih mahasiswa
mempersiapkan diri untuk evaluasi hasil belajar sumatif
yang berbentuk ujian akhir semester atau ujian akhir
program (tugas akhir program). Evaluasi sumatif dapat
bersifat obyektif atau esai. Untuk menjamin terlaksananya
UAS, soal ujian UT dikelola dalam satu bank soal yang
hingga saat ini telah memiliki koleksi 478.509 butir soal
No. Jenis Program Jumlah
1 Televisi 800
2 Video 70
3 Radio 3000
4 Audio 163
5 Web Suplemen 120
31
ujian dari 974 mata kuliah yang ditulis oleh sekitar 1.069
orang.
Setiap semester, UAS dilakukan secara tatap muka dan
serentak dengan sistem dua tahap di 794 tempat/kota
ujian, di 1.606 lokasi ujian, dan 50.123 ruang ujian di
seluruh Indonesia. Pada setiap penyelenggaraan UAS
dilibatkan rata-rata 77.429 orang yang bertugas sebagai
panitia, pengawas dan pemantau, tenaga kebersihan, dan
keamanan. Khusus penyelenggaraan UAS di luar negeri
diatur tersendiri dengan melibatkan pegawai Kedutaan
Besar Republik Indonesia atau Konsulat Jendral Republik
Indonesia setempat. Akuntabilitas dan kualitas persiapan
dan pelaksanaan UAS UT dijamin dengan dilakukannya
penempatan seorang pengawas di tiap-tiap ruangan ujian,
seorang pengawas keliling per lima ruang ujian, seorang
penanggungjawab setiap lokasi ujian, seorang pemantau
untuk memonitor keterlaksanaan UAS (umumnya para
pimpinan di UT dan tenaga akademik dengan
menggunakan instrumen yang telah ditetapkan). Di
samping itu, para auditor baik internal maupun eksternal
juga melakukan audit pada saat persiapan dan
pelaksanaan ujian di UPBJJ-UT.
Pencapaian hasil belajar mahasiswa dituangkan dalam
bentuk nilai mutu (grade) yang merupakan integrasi dari
nilai evaluasi hasil belajar formatif dan sumatif. Komposisi
kontribusi skor tugas tutorial program diploma dan
sarjana terhadap nilai mutu akhir adalah sebagai berikut:
a. Tugas dan partisipasi dalam TTM mata kuliah 50%
b. Tugas dan partisipasi dalam Tuton mata kuliah 30%
c. Tugas dan partisipasi dalam Tuton TAP 50%
d. Tugas dan partisipasi dalam TTM TAP 50% (khusus
untuk Program Pendas)
e. Praktikum (termasuk bimbingan)
f. Praktek 50 %
32
Sementara itu, ketentuan skor tugas tutorial (TTM dan
Tuton) pada Program Pascasarjana adalah 60%.
1.6 Penelitian dan pengabdian kepada masyarakat
1.6.1 Penelitian
Dukungan UT dalam kegiatan penelitian ditunjukkan
dengan mengalokasikan anggaran untuk penelitian dan
diseminasi hasil penelitian/publikasi karya ilmiah. Untuk
menjamin keefektifan penggunaan dana yang disediakan,
setiap tahun UT mengembangkan acuan desain penelitian
yang mengacu pada visi dan misi UT.
Setiap tahun UT mengalokasikan sejumlah dana untuk
membiayai penelitian dan publikasi. Pada Tabel 7 disajikan
jumlah penelitian yang dilakukan oleh dosen UT sejak
tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Dari Tabel 7
terlihat bahwa jumlah penelitian mengalami peningkatan
yaitu sebesar 129.73%. Sementara itu, jumlah publikasi
dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 mengalami
peningkatan sebesar 14.29%. Dari Tabel 7 tersebut juga
terlihat bahwa dana penelitian dan publikasi yang
dialokasikan UT mulai tahun 2006 sampai dengan tahun
2009 meningkat sebesar 1.931.29%. Peningkatan ini
karena UT meningkatkan jumlah biaya per penelitian
yang meningkat hampir dua kali lipat. Demikian juga
dengan jumlah penelitian yang dibiayai meningkat dari
tahun ke tahun. Peningkatan jumlah alokasi dana tersebut
dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah dosen yang
meneliti, kualitas penelitian, dan jumlah publikasi.
33
Tabel 7 Rekapitulasi Jumlah Penelitian, Publikasi,
dan DanaPenelitian UT Tahun 2006-2009
Untuk mendiseminasikan karya ilmiah dan hasil penelitian,
saat ini UT mengelola empat jurnal ilmiah berskala
nasional, yaitu: 1) Jurnal Pendidikan Terbuka dan Jarak
Jauh (terakreditasi sampai dengan tahun 2008), 2) Jurnal
Pendidikan, 3) Jurnal Organisasi dan Manajemen, serta 4)
Jurnal Matematika, Sains, dan Teknologi. Jurnal-jurnal
tersebut terbit 2 kali dalam setahun, yaitu bulan Maret
dan September. Di samping itu, UT juga mengelola satu
jurnal berskala internasional yaitu: The AAOU Journal (The
Asociation Open University Journal) yang terbit dua kali
setahun.
Di samping itu, UT juga memberikan kesempatan kepada
setiap dosen untuk mengikuti seminar dan penulisan
karya ilmiah di luar UT baik pada tingkat nasional, regional
maupun internasional.
1.6.2 Pengabdian kepada masyarakat
Agar tidak menjadi menara gading di tengah masyarakat,
UT juga melakukan kegiatan pengabdian masyarakat
(abdimas) sehingga masyarakat ikut berkembang seiring
dengan perkembangan UT. Sesuai dengan visi dan misi
UT, kegiatan abdimas UT diarahkan pada penyediaan
program sertifikat atau program pendidikan berkelanjutan,
kegiatan pemberdayaan masyarakat, serta kegiatan
konsultasi. Berdasarkan cakupan pelaksanaan abdimas,
kegiatan abdimas UT dapat dilakukan secara mandiri oleh
dosen, secara berkelompok (lintas program studi ataupun
lintas fakultas), dan secara institusi. Dana abdimas
Komponen 2006 2007 2008 2009
Penelitian 74 94 145 170
Publikasi 28 47 22 32
Dana (Rp) 407.659.000 917.287.000 1.855.946.000 8.280.730.000
34
diperoleh dari: kerja sama dengan instansi lain, UT, serta
dari individu dosen UT.
Pada tahun 2006 sebanyak 15 kegiatan, tahun 2007
sebanyak 13 kegiatan, tahun 2008 sebanyak 16 kegiatan,
dan tahun 2009 sebanyak 14 kegiatan. Kegiatan-kegiatan
tersebut ada yang dilaksanakan dengan dana dari UT ada
juga kegiatan yang dilaksanakan dengan dana kerja sama
dengan mitra.
Program abdimas UT meliputi kegiatan antara lain
peningkatan kesejahteraan masyarakat, kewirausahaan,
mendukung program Pemerintah, dan mendukung dunia
usaha/industri. Program abdimas tersebut dilaksanakan
dalam bentuk: program peningkatan jumlah warga yang
melek aksara melalui program pemberantasan buta
aksara, peningkatan keterampilan ibu-ibu rumah tangga,
peningkatan keterampilan mengajar, peningkatan
keterampilan guru dalam menulis bahan ajar, dan
peningkatan kualitas pembelajaran di sekolah.
2. Peningkatan Daya Jangkau dan Kualitas Layanan
Akademik
2.1 Peningkatan pengakuan masyarakat (pencitraan)
Sebagai PTTJJ yang telah masuk dalam jajaran institusi
besar di dunia UT harus tetap meningkatkan kualitas
layanan pendidikannya di Tanah Air. Berbagai upaya telah
dikembangkan dan akan terus dikembangkan untuk
meningkatkan kualitas layanan tersebut di antaranya
dengan meningkatkan penggunaan TIK di bidang layanan
akademik dan administrasi akademik. Upaya tersebut
bertujuan untuk menjadikan sistem PTTJJ yang mudah
diakses dengan cepat dan akurat, serta terjangkau oleh
semua lapisan masyarakat.
35
Kemampuan menjangkau masyarakat perlu terus menerus
ditingkatkan. Kemampuan tersebut dalam bentuk jaminan
ketepatan dalam distribusi bahan ajar, jangkauan dalam
pelayanan administrasi akademik, jangkauan dalam
pemberian layanan bantuan belajar, jangkauan dalam
penyelenggaraan ujian, dan sertifikasi. Secara singkat
dapat dikatakan bahwa UT harus mampu mengendalikan
kualitas pelayanannya sampai ke desa-desa.
Keunggulan jangkauan ini dapat dicapai jika UT memiliki
kemampuan membangun sistem pelayanan yang
kompleks dan berdayajangkau luas, kemampuan
membentuk jaringan hingga ke desa-desa, dan
kemampuan manajemen pengendalian jaringan. Jika UT
mampu melaksanakan strategi tersebut maka secara tidak
langsung citra UT akan terangkat.
2.2 Kemitraan
Kemitraan dengan institusi lain, baik institusi pendidikan
maupun nonpendidikan merupakan kekuatan UT yang
harus terus dikembangkan. Dengan meningkatnya
pemanfaatan TIK, maka jaringan kerjasama tersebut akan
semakin berkembang terutama dalam mengembangkan
dan meningkatkan produk akademik dan non-akademik
UT.
Kemitraan dalam bidang akademik dengan lembaga
pendidikan dalam proses pembelajaran merupakan suatu
terobosan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Karena itu,
ke depannya perlu terus diupayakan adanya kemitraan
antarinstitusi pendidikan yang saling bersinergi untuk
meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Dengan
memanfaatkan TIK, kendala ruang dan waktu akan dapat
diatasi sehingga kerja sama ini akan lebih mudah
dilaksanakan.
36
Tabel 8 menunjukkan bahwa jumlah mitra kerja yang
berhubungan dengan UT kelihatan menurun dalam
jumlah. Namun jika ditinjau dari sisi kebutuhan UT dan
jumlah mahasiswa menunjukkan peningkatan.
Tabel 8 Potret Kerja sama 2006 – 2009
No. Kerja Sama Tahun
Jumlah 2006 2007 2008 2009
1 Instansi Pemerintah
& Swasta 262 221 184 114 781
2 Penyedia Jasa 8 2 6 3 19
3 Mitra Luar Negeri 4 1 - 2 7
Peningkatan kualitas kemitraan dengan lembaga non-
akademik akan lebih diarahkan untuk meningkatkan
layanan administrasi akademik dan layanan akademik bagi
mahasiswa. Sebagaimana umumnya lembaga PTTJJ,
sebagian besar mahasiswa UT adalah mahasiswa yang
berasal dari lembaga tertentu. Kerja sama dengan
lembaga lain dalam bidang penyediaan prasarana untuk
pelaksanaan tutorial misalnya, akan mempermudah
mahasiswa menjalankan proses belajar.
3. Tata kelola Organisasi
Adanya pengakuan dari pihak luar atas kualitas
penyelenggaraan dan program pendidikan, mendorong UT
berupaya mempertahankan dan melakukan perbaikan secara
berkelanjutan. Hal ini dilakukan antara lain dengan terus
mengupayakan peningkatan tatakelola organisasi dalam
bidang-bidang struktur organisasi, SDM, keuangan, prasarana
dan sarana serta penjaminan kualitas.
37
3.1 Status dan struktur organisasi UT
Struktur organisasi UT yang saat ini berlaku disusun
berdasarkan PP 60 Tahun 1999 tentang Pendidikan Tinggi.
Menurut PP tersebut, struktur organisasi UT disamakan
dengan struktur organisasi PT tatap muka sehingga
banyak fungsi operasionalisasi PTTJJ yang tidak terwadahi.
Oleh sebab itu, pada tahun 2002 UT mengajukan
perubahan struktur oganisasi yang mengakomodasi
kepentingan fungsi-fungsi PTTJJ dan telah ditetapkan oleh
Mendiknas pada tahun 2004 melalui SK Nomor
123/0/2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja UT. Dalam
perkembangannya, struktur ini disempurnakan lagi agar
sesuai dengan perubahan dan kebutuhan UT. Struktur
lengkap UT yang berlaku saat ini, baik yang dibentuk
dengan SK Mendiknas maupun tambahannya melalui SK
Rektor Nomor 112/J31/2005 tanggal 10 Maret 2005
tentang Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja di Lingkungan
UT adalah sebagai berikut.
38
Gambar 1 Bagan Struktur Organisasi UT
Keterangan Bagan:
BAUK : Biro Administrasi Umum dan Keuangan
BAAPM : Biro Administrasi Akademik, Perencanaan,
dan Monitoring
LPPM : Lembaga Penelitian dan Pengabdian
kepada Masyarakat
LPBAUSI : Lembaga Pengembangan Bahan Ajar,
Ujian, dan Sistem Informasi
PPs : Program Pascasarjana*)
PPSDM : Pusat Pengembangan Sumber daya
Manusia*)
BAUK
LPPM LPBAUSI Fakultas PPs*)
PPSDM*)
Pusminta
s
Puslata
Pusjian
PPBAC
Puskom
PPBANC
Puslaba
PK
PAU-PPI
PPM
Puslitgasis
BAAPM
UPBJJ
REKTOR dan 4
PEMBANTU REKTOR
39
Puslata : Pusat Layanan Pustaka
Pusmintas : Pusat Jaminan Kualitas
PK : Pusat Keilmuan
PPM : Pusat Pengabdian kepada Masyarakat
PAU-PPI : Pusat Antar Universitas–Pengembangan
dan Peningkatan Instruksional
Puslitgasis : Pusat Penelitian Kelembagaan dan
Pengembangan Sistem
Pusjian : Pusat Pengujian
Puskom : Pusat Komputer
PPBAC : Pusat Produksi Bahan Ajar Cetak
Puslaba : Pusat Layanan Bahan Ajar
PPBANC : Pusat Produksi Bahan Ajar Non Cetak
UPBJJ : Unit Program Belajar Jarak Jauh
*) Unit ini dibentuk dengan SK Rektor
3.2 Sumber daya manusia
SDM merupakan salah satu unsur utama yang
menyebabkan program-program pendidikan di UT dapat
terselenggara dengan baik sesuai dengan standar yang
berlaku. Untuk itu dibutuhkan SDM dalam jumlah,
kualifikasi dan komposisi bidang studi dan keahlian yang
memadai serta dikelola dengan baik.
Dosen UT terdiri dari dosen tetap dan dosen tidak tetap
yang secara administratif berada dalam satuan
administrasi pangkal (satminkal) UT dan mitra UT. Secara
fungsional, dosen tetap adalah dosen dalam Satminkal UT,
sementara dosen tidak tetap adalah penulis bahan
ajar/ujian Satminkal mitra UT. Penulis bahan ajar/ujian
jumlahnya bervariasi disesuaikan dengan kebutuhan
pengembangan bahan ajar/ujian. Selain dosen, UT juga
memiliki tenaga akademik tidak tetap yang berfungsi
sebagai fasilitator kegiatan tutorial yang disebut tutor.
Tutor tidak sama dengan dosen dan oleh karena itu
kriteria pemilihannya tidak terikat pada ketentuan
kualifikasi dosen seperti yang diatur dalam UU Nomor 14
40
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, sehingga tutor
dapat berasal dari akademisi, praktisi, dan anggota
masyarakat lainnya selama yang bersangkutan memenuhi
kompetensi yang dipersyaratkan UT.
Seluruh dosen tetap Satminkal UT adalah Pegawai Negeri
Sipil (PNS) yang direkrut sejak UT berdiri tahun 1984
hingga saat ini. Masalah yang dihadapi UT dalam
penyediaan SDM adalah kualifikasi akademik sebagian
dosen belum memadai dan komposisi jumlah dosen per
rumpun ilmu yang belum seimbang. Sekitar 55% dosen
UT masih berkualifikasi pendidikan sarjana dan 56%
dosen UT terkonsentrasi pada bidang ilmu pendidikan dan
keguruan. Ketimpangan dalam kualifikasi pendidikan dan
komposisi bidang ilmu para dosen UT ini sudah sejak awal
disadari dan tidak mudah diselesaikan. Hal ini terjadi
karena UT sebagai PTN berkewajiban mempekerjakan
dosen yang telah ada dan membina karir para dosen
tersebut. Cara yang ditempuh UT untuk meningkatkan
kualifikasi pendidikan para dosen adalah melalui program-
program percepatan studi lanjut, sedangkan untuk
memperbaiki komposisi dosen pada setiap bidang ilmu
adalah dengan merekrut tenaga dosen PNS baru yang
sesuai dengan bidang ilmu yang dibutuhkan dan tidak
menambah dosen melebihi jumlah dosen yang pensiun.
Dengan demikian diharapkan pada tahun 2013, secara
perlahan-lahan kualifikasi dan komposisi dosen UT
terpenuhi.
Total pegawai (dosen dan non dosen) UT di awal 2010
adalah 1.860 orang, terdiri atas 788 orang dosen dan
1.054 orang non dosen (tenaga administrasi dan tenaga
pustakawan). Sedangkan perbandingan jumlah pegawai
yang ditempatkan di UT Pusat dan UPBJJ-UT adalah 886
orang : 974 orang. Kemudian, komposisi dosen
berdasarkan jabatan fungsional akademik dan pendidikan
tertinggi sebagaimana terlihat dalam Tabel 9.
41
Tabel 9 Jumlah Dosen UT per Jenjang Pendidikan
pada setiapJabatan Fungsional Akademik
Per 10 Desember 2009
No. Jabatan Pendidikan
Jumlah
S1 S2 S3
1 Guru Besar 0 0 4 4
2 Lektor Kepala 11 92 16 119
3 Lektor 190 177 4 371
4 Asisten Ahli 172 41 0 213
5 Tenaga Pengajar 62 18 0 80
Jumlah Total 435 328 25 788
Hingga tahun 2010, jumlah dan kualifikasi akademik
untuk tenaga kependidikan UT sudah dapat dikatakan
cukup baik namun masih belum ideal dalam hal
keterampilan atau keahlian teknisnya. Untuk menunjang
tata kelola organisasi sesuai dengan fungsi UT sebagai
penyelenggara PTTJJ, disamping tenaga-tenaga teknis
dengan kualifikasi akademik minimal diploma dalam
bidang administrasi seperti yang sudah ada saat ini, UT
masih sangat membutuhkan tenaga-tenaga teknis dalam
bidang TIK, keuangan/akuntansi, hukum, dan bidang-
bidang kreatif seperti desain grafis/komunikasi visual.
Dengan demikian, dalam sistem rekrutmen tenaga
kependidikan UT akan difokuskan pada bidang-bidang
yang belum tersedia dalam jumlah yang memadai dan
meningkatkan kompetensi tenaga kependidikan yang
sudah ada melalui studi lanjut dan pelatihan.
42
3.3 Keuangan
Sebagai PTN, UT bertekad untuk menerapkan sistem
pengelolaan keuangan secara transparan dan akuntabel
sesuai dengan tuntutan UU Keuangan Negara. Komposisi
sumber pendanaan UT yang didominasi dana bersumber
dari Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) memaksa UT
selama ini untuk menerapkan sistem pengelolaan
keuangan yang didasarkan pada prinsip-prinsip tatakelola
yang baik, mulai dari diterapkannya kebijakan
dekonsentrasi keuangan, penertiban sistem pengelolaan
keuangan, peningkatan kompetensi tenaga-tenaga
pengelola keuangan, hingga dikembangkannya sistem
pengendalian internal. Dalam implementasinya, sebagai
konsekuensi besarnya jumlah dana yang dikelola dan
luasnya wilayah kerja UT yang mencakup seluruh
Indonesia, pengelolaan keuangan UT acapkali dihadapkan
pada berbagai kendala, ketatnya ketentuan-ketentuan
yang mengatur pengelolaan keuangan negara.
Perkembangan keuangan UT dalam empat tahun terakhir
cukup menggembirakan. Tabel 10 menunjukkan
perkembangan realisasi penerimaan PNBP UT yang
meningkat dari Rp 331,7 milyar pada tahun 2006 menjadi
Rp 1,2 triliyun pada tahun 2009. Peningkatan ini
mengubah komposisi sumber pendanaan UT yang pada
tahun 2006 adalah 14% dana bersumber dari rupiah
murni (RM) dan 86% berasal dari PNBP, kemudian pada
tahun 2009, perbandingan berubah menjadi 8% dana
bersumber dari RM dan 92% dana berasal dari PNBP.
Secara keseluruhan, pada tahun 2009 total realisasi
penerimaan dana UT meningkat 253,5% dibandingkan
realisasi penerimaan dana UT tahun 2006.
43
Tabel 10 Sumber Pendanaan UT Tahun
2006-2009 Per 31 Desember 2009
(dalam milyar rupiah)
* sesuai Pagu DIPA
** sesuai dana disetor ke kas negara, termasuk
dana luncuran dari tahun sebelumnya
3.4 Prasarana dan sarana kerja
Dalam upaya mendukung penyelenggaraan program dan
layanan akademik, UT terus berupaya melengkapi
prasarana dan sarana kerja, baik di Kantor Pusat maupun
di kantor-kantor UPBJJ-UT. Prasarana dan sarana kerja di
lingkungan UT ini merupakan harta kekayaan yang
kepemilikannya dikuasai oleh UT mencakup tanah, gedung
dan bangunan, kendaraan dinas, peralatan mesin,
peralatan kantor, serta harta kekayaan tidak tetap seperti
bahan ajar, peralatan/bahan pendukung kerja dan sistem
aplikasi komputer yang mendukung penyelenggaraan UT.
Hingga tahun 2010, seluruh lahan/gedung/ bangunan di
kantor pusat dan sebagian besar lahan/gedung kantor-
kantor di UPBJJ-UT juga merupakan milik UT dan
merupakan harta kekayaan UT dengan total nilai sebesar
Rp 775.486.289.794,- pada tahun akhir tahun 2009.
Jenis, volume, dan nilai harta kekayaan UT dalam bentuk
sarana dan prasarana berupa barang modal yang
dimanfaatkan oleh UT pada saat ini dijabarkan dalam
Tabel 11.
Tahun Dana RM* Dana PNBP**
Total Jumlah % Jumlah %
2006 54,089 14 331,726 86 385,815
2007 83,241 11 650,727 89 733,968
2008 86.940 8 1.012,596 92 1.099,536
2009 106,724 8 1.264,385 92 1.371,109
44
Tabel 11 Jenis, Volume dan Nilai Harta
Kekayaan UTTahun 2009Per 30 Desember 2009
3.5 Sistem jaminan kualitas
Upaya penjaminan kualitas di UT merupakan suatu proses
berkelanjutan yang tidak akan pernah berhenti dan
mencakup hampir seluruh kegiatan penyelenggaraan UT.
Sistem jaminan kualitas (simintas) UT bersifat
komprehensif dan mengupayakan agar setiap aspek
kegiatan dalam penyelenggaraan pendidikan diterapkan
sesuai dengan standar. Penerapan simintas UT
dilaksanakan pada 9 komponen kegiatan utama UT yakni
dalam kebijakan dan perencanaan, pengadaan dan
pengembangan SDM, manajemen dan administrasi,
mahasiswa, rancangan dan pengembangan program,
rancangan dan pengembangan matakuliah, bantuan
belajar bagi mahasiswa, penilaian mahasiswa, dan media
pembelajaran.
Dalam upaya menjamin bahwa kualitas sistem
penyelenggaraan UT setara dengan kualitas
penyelenggaraan organisasi-organisasi kelas dunia, dalam
periode tahun 2006-2009 UT menerapkan sistem
Jenis Harta
Kekayaan Volume Nilai (rupiah)
Tanah 243.432 m2 167.403.931.600
Peralatan Mesin 62.206 unit/buah 209.565.557.778
Gedung dan
Bangunan 167 unit 375.597.094.579
Jalan, Irigasi,
Jembatan, KDP
dan aset lainnya
- 22.919.705.837
Total - 775.486.289.794
45
penjaminan kualitas berbasis Sistem Manajemen Kualitas
ISO 9001:2000 dalam berbagai bidang penyelenggaraan
seperti Layanan Bahan Ajar, Layanan Belajar Jarak Jauh,
Pengembangan Akademik, Layanan Administrasi
Akademik, Promosi dan Kerja sama, serta bidang-bidang
yang sampai tahun 2009 masih dalam proses penjajagan
seperti Manajemen Kesehatan Lingkungan dan
Keselamatan Kerja serta Manajemen Layanan Teknologi
Informatika.
Kemudian, untuk memantapkan sistem penjaminan
kualitas, UT juga mengembangkan sistem pengendalian
internal dengan harapan manajemen UT berjalan sesuai
dengan kaidah-kaidah penyelenggaraan organisasi
pemerintah yang baik (good governance). Untuk
menghindarkan terjadinya kerumitan dalam
implementasinya, berbagai sistem jaminan kualitas yang
telah diterapkan di UT harus dikoordinasikan dan
disinergikan satu sama lain, hingga didapat suatu sistem
jaminan kualitas yang komprehensif yang mampu
mengintegrasikan berbagai sistem yang berlaku, termasuk
Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPM-PT) yang
dikeluarkan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi.
47
BAB III
VISI, MISI DAN TUJUAN
A. VISI
ada saat didirikan Pemerintah tahun 1984, UT mengemban
dua misi utama, yaitu: (1) memperluas akses masyarakat
terhadap pendidikan tinggi, dan (2) meningkatkan kualitas dan
kualifikasi guru sampai dengan jenjang yang dipersyaratkan.
Dalam perjalanan UT sejak didirikan hingga sekarang, telah
terjadi banyak perubahan baik secara internal maupun
eksternal. Berbagai upaya dilakukan untuk menyikapi
perubahan-perubahan yang terjadi tersebut, termasuk
perumusan ulang, penajaman, serta perluasan kedua misi
awal tersebut sesuai dengan tuntutan kebutuhan pemerintah
dan masyarakat luas.
Perkembangan lingkungan eksternal ke depan diperkirakan
akan tetap menempatkan pendidikan tinggi pada posisi sentral
dalam pengembangan SDM suatu bangsa. Di samping itu,
semakin kaburnya batas-batas wilayah suatu negara
mendorong terjadinya migrasi baik itu informasi, pengetahuan,
orang, maupun barang secara lintas negara. Akibatnya secara
tidak langsung menimbulkan terjadinya saling ketergantungan
antar-negara atau antarinstitusi, termasuk di bidang
pendidikan.
Untuk dapat masuk ke dalam jaringan global PT, UT harus
memiliki kualitas akademik yang setara atau lebih tinggi dari
anggota jaringan PT tersebut, di samping tetap mengemban
mandatnya sebagai institusi PTTJJ. Berdasarkan perkembangan
lingkungan dan pemikiran tersebut, visi UT dirumuskan sebagai
berikut:
P
48
Pada tahun 2021, UT menjadi institusi PTTJJ
berkualitas dunia dalam menghasilkan produk
pendidikan tinggi dan dalam penyelenggaraan,
pengembangan, dan penyebaran informasi
PTTJJ.
Penetapan 2021 sebagai tahun pencapaian Renstra didasarkan
pemikiran bahwa tahun capaian Renstra saat ini adalah 2020.
Agar program-program yang dilaksanakan dapat
berkesinambungan tanpa harus mengubah titik tujuan sasaran
pencapaian Renstra dan disesuaikan periode masa jabatan
Rektor, maka target capaian Renstra ini ditetapkan harus
dicapai tahun 2021.
UT menjadi institusi PTTJJ berkualitas dunia mengandung
makna bahwa penyelenggaraan UT telah memenuhi standar
penyelenggaraan terbaik PTTJJ yang diakui, baik oleh
komunitas maupun lembaga-lembaga atau asosiasi institusi
PTTJJ dunia. Sebagai konsekuensi dan sesuai dengan prinsip
sistem PTTJJ, UT juga menghasilkan berbagai produk
pendidikan tinggi berkualitas tinggi yang terstandar. Pengertian
produk pendidikan tinggi meliputi produk akademik yang
secara substansi mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (IPTEK) dan tetap terjaga relevansinya dengan
perkembangan masyarakat dan pembangunan nasional; serta
lulusan yang kompetitif secara global. Pengertian terstandar
adalah kualitas produk yang dijamin baku di setiap tempat
penyelenggaraan PTTJJ oleh UT.
Sistem pendidikan terbuka mengandung arti bahwa UT dalam
menyelenggarakan pendidikan mengutamakan dan
menekankan keterbukaan sistem yang merupakan
operasionalisasi filosofi pendidikan sepanjang hayat (tanpa
seleksi masuk, tanpa batasan usia, tanpa batasan lokasi
geografis, tidak mempersyaratkan latar belakang pendidikan
tertentu, tanpa batasan tahun ijazah SLTA, tanpa batasan
masa studi, serta bersifat multi entry-multi exit). Sementara
itu dengan sistem pendidikan jarak jauh berarti UT mendorong
49
terjadinya kemandirian belajar bagi peserta didikagar mampu
mengarahkan diri sendiri dalam mengorganisasikan proses
belajar dan dalam memanfaatkan layanan bantuan belajar
yang disediakan oleh UT. Dengan demikian, sistem PTTJJ yang
diterapkan UT menghasilkan fleksibilitas sistem dan menjamin
aksesibilitas masyarakat terhadap pendidikan tinggi sesuai misi
UT. Dengan demikian UT harus memiliki sistem
penyelenggaraan yang adaptif terhadap perubahan dalam
masyarakat.
Untuk mencapai kualitas dunia seperti yang diberikan di atas,
UT harus secara terus menerus melakukan pengembangan
sistem maupun produk akademik yang berbasis penelitian.
Selanjutnya, dalam melaksanakan tri dharma PT, UT harus
mempublikasikan hasil penelitian tentang penyelenggaraan UT
dan produk akademik melalui jurnal, website, dan seminar.
B. MISI
Misi yang diamanatkan kepada UT melalui Keppres Nomor 41
Tahun 1984, pada prinsipnya masih tetap menjadi misi utama
UT. Namun, selaras dengan Tridharma PT dan perkembangan
lingkungan strategis, rumusan misi UT disempurnakan menjadi
sebagai berikut.
1. Menyediakan akses pendidikan tinggi yang berkualitas
dunia bagi semua lapisan masyarakat melalui
penyelenggaraan berbagai program PTTJJ.
2. Mengkaji dan mengembangkan sistem PTTJJ.
3. Memanfaatkan dan mendiseminasikan hasil kajian
keilmuan dan kelembagaan untuk menjawab
tantangan kebutuhan pembangunan Nasional.
50
C. TUJUAN
Untuk mencapai Visi dan menjalankan Misi, Tujuan
penyelenggaraan UT dirumuskan sebagai berikut.
1. Menyediakan akses pendidikan tinggi yang berkualitas
dunia bagi seluruh lapisan masyarakat melalui
penyelenggaraan berbagai program PTTJJ.
2. Menghasilkan SDM yang memiliki kompetensi akademik
dan/atau profesional yang mampu bersaing secara
global.
3. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan
berkelanjutan guna mewujudkan masyarakat berbasis
pengetahuan (knowledge-based society).
4. Menghasilkan produk-produk akademik dalam bidang
PJJ, khususnya PTTJJ, dan bidang keilmuan lainnya.
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas penelitian dan
pengembangan sistem PJJ, khususnya PTTJJ.
6. Memanfaatkan dan mendiseminasikan hasil kajian
keilmuan dan kelembagaan untuk menjawab tantangan
kebutuhan pembangunan nasional.
7. Memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa melalui
pelayanan pendidikan tinggi secara luas dan merata.
8. Meningkatkan pemahaman lintas budaya dan jaringan
kerja sama melalui kemitraan pendidikan pada tingkat
lokal, nasional, dan global.
51
BAB IV
RENCANA STRATEGIS
A. ASAS
sas pengembangan dan penyelenggaraan UT dalam semua
aspek pelayanannya didasarkan pada nilai-nilai yang bukan
saja dikembangkan bersama tetapi juga dipahami, diyakini,
dan diterapkan secara bersama. Nilai utama yang melandasi
semua aspek eksistensi UT adalah sebagai berikut.
Kualitas
Produk dan layanan UT berkualitas tinggi sehingga memenuhi
harapan seluruh pemangku kepentingan.
Aksesibilitas
Seluruh program UT dapat diakses oleh semua lapisan
masyarakat tanpa terkendala tempat dan waktu.
Relevansi
Pengembangan seluruh program UT dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat secara kontekstual.
Integritas
Setiap penyelenggara UT menjunjung tinggi etika dan standar
profesionalisme.
Akuntabilitas
Penyelenggaraan seluruh program UT dilakukan dengan efektif
dan efisien sehingga dapat dipertanggung jawabkan secara
transparan.
A
52
B. SASARAN STRATEGIS
Secara umum, profil UT pada akhir tahun 2021 adalah sebagai
berikut:
1) Menjadi PTTJJ berkualitas dunia.
2) Memiliki mahasiswa 250.000 orang yang minimal 50%
diantaranya adalah mahasiswa nonguru.
3) Menyediakan berbagai bentuk layanan bantuan belajar
berbasis TIK dengan tingkat akurasi tinggi.
4) Telah menerapkan sistem tata kelola dan pembelajaran
berbasis TIK.
Atas dasar asas dan asumsi profil UT pada akhir tahun 2021
yang akan datang, maka disusunlah tiga sasaran strategis yang
meliputi bidang akademik, daya jangkau, dan tata kelola
organisasi. Adapun sasaran strategis masing-masing bidang
untuk Renstra akhir tahun 2021 dan sasaran operasional
periode tahun 2010-2013 dijabarkan di bawah ini. Sasaran-
sasaran operasional yang dijabarkan merupakan program
kegiatan yang bersifat pengembangan, peningkatan dan
inovasi baru disamping program kegiatan yang sedang
berjalan.
1. SASARAN BIDANG AKADEMIK
Berkembangnya institusi pendidikan tinggi jarak jauh yang
diikuti dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
menuntut UT untuk meningkatkan kualitas bidang akademik
sehingga dapat lebih kompetitif baik di tingkat nasional
maupun internasional. Untuk menjadi PTTJJ berkualitas dunia,
UT harus menerapkan best practices PTTJJ di dunia sebagai
dasar acuan pengembangan program akademik UT.
Peningkatan kualitas dan relevansi akademik UT pada kurun
waktu 2010 – 2021 akan difokuskan pada enam aspek sebagai
berikut.
53
1.1 Pengembangan dan Diversifikasi Program Akademik.
1.2 Kualitas Produk Akademik.
1.3 Kualitas dan Jangkauan Layanan Bantuan Belajar.
1.4 Layanan Administrasi Akademik.
1.5 Kualitas Evaluasi Hasil Belajar.
1.6 Kualitas Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, dan
Publikasi.
Keenam aspek ini menjadi landasan kebijakan bidang
akademik secara terpadu dengan memanfaatkan TIK melalui
Portal Akademik Terintegrasi (PAKET). PAKET merupakan
sarana untuk lebih mengoptimalkan mobilisasi sumber daya
akademik dan produk akademik secara lebih efisien. Sumber
daya akademik meliputi tenaga akademik, layanan pustaka,
penelitian, dan pengabdian pada masyarakat serta publikasi,
sedangkan produk akademik mencakup kurikulum, bahan ajar
cetak (BAC), bahan ajar non cetak (BANC), bahan tutorial, dan
bahan evaluasi hasil belajar (BU dan LM), serta publikasi
ilmiah. Terintegrasinya pengelolaan program akademik melalui
PAKET menghasilkan tata kelola akademik yang efisien dan
akuntabel.
1.1 Pengembangan dan Diversifikasi Program Akademik
Pengembangan dan diversifikasi program akademik
dilakukan dengan memperhatikan berbagai hal, seperti:
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni,
kebijakan pemerintah, tuntutan dan kebutuhan
masyarakat, kebutuhan dan tuntutan lapangan pekerjaan
yang beragam. Untuk memenuhi hal tersebut, perlu
dikembangkan program yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat baik program berjenjang maupun program
sertifikat yang tidak berjenjang (non-degree). Kompetensi
lulusan yang diharapkan adalah lulusan yang memiliki
kemampuan analisis dan adaptasi yang tinggi terhadap
perubahan lingkungan yang cepat dan kompleks.
54
Setiap program yang dikembangkan dilakukan untuk
mengantisipasi perubahan lingkungan baik yang berupa
meningkatnya tuntutan terhadap kompetensi lulusan, arah
kebijakan pemerintah, maupun pengaruh globalisasi. Oleh
karena itu arah pengembangan program akademik adalah
tersedianya program-program yang relevan dengan
tuntutan masyarakat dan disampaikan dengan
mengoptimalkan pemanfaatan media yang sesuai dengan
kebutuhan masyarakat. Untuk mengakomodasi
perkembangan TIK, program-program pendidikan didesain
khusus, sehingga mudah diakses dengan teknologi dan
terjangkau.
Sasaran 1
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
1.1.
Pengembangan dan
Diversifikasi
Program Akademik
Pada tahun 2013, UT
telah menyelengga-rakan
12 program pendidikan
berkelanjutan, 30
program sarjana, 2
program pendidikan
profesi, 10 program
magister, 1 (satu)
program magister
internasional, 2 (dua)
program doktor yang
berkualitas dengan sistem
pelayanan akademik dan
non-akademik termasuk
yang sudah sepenuhnya
online (fully online) dan
berakreditasi.
Pada tahun 2021, UT
telah menyelengarakan
20 program pendidikan
berkelanjutan, 35
program sarjana, 4
(empat) program
pendidikan profesi, 15
program magister, 1
(satu) program magister
internasional, 5 (lima)
program doktor yang
berkualitas dengan
sistem pelayanan
akademik dan non-
akademik termasuk
yang sudah sepenuhnya
online (fully online) dan
berakreditasi.
55
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
1.1.1 Menyelenggarakan 5 (lima) program pendidikan
berkelanjutan;
1.1.2 Menyelenggarakan paling sedikit 4 (empat)
program magister;
1.1.3 Menyelenggarakan 1 (satu) program magister
yang sepenuhnya online (fully online);
1.1.4 Mendapatkan peringkat akreditasi minimal B
dari BAN-PT untuk 24 program sarjana; dan
1.1.5 Mendapatkan perpanjangan sertifikat kualitas
internasional dari ICDE.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.1.
Pengembangan &
Diversifikasi
Program Akademik
1.1.6
Menyelenggarakan 8
(delapan) program
pendidikan
berkelanjutan
1.1.6
Menawarkan 3 program
pendidikan berkelanjutan
1.1.7
Menyelenggarakan 5
program pendidikan
berkelanjutan
1.1.7
Menyelenggarakan
paling sedikit 28
program sarjana
1.1.8
Menawarkan paling sedikit
3 program sarjana
1.1.9
Menyelenggarakan paling
sedikit 25 program sarjana
1.1.8
Menyelenggarakan 1
(satu) program
pendidikan profesi
Dihilangkan dari target
56
Aspek Target Renop Perubahan
1.1.9
Menyelenggarakan
paling sedikit 5 (lima)
program magister
1.1.10
Menyelenggarakan paling
sedikit 4 (empat) program
magister
1.1.10
Menyelenggarakan 2
(dua) program magister
yang sepenuhnya
online (fully online)
1.1.11
Menyelenggarakan 2
program magister yang
sepenuhnya online (fully
online) untuk proses
tutorial
1.1.11
Menyelenggarakan 1
program doktor
Ditangguhkan
1.1.12
Memiliki akreditasi 3
(tiga) program magister
Dipindahkan ke 2012
1.1.13
Menawarkan program
magister internasional
1.1.12
Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.1.
Pengembangan &
Diversifikasi
Program
Akademik
1.1.14
Menyelenggarakan paling
sedikit 10 program
pendidikan berkelanjutan
1.1.13
Tidak ada perubahan
1.1.15
Menyelenggarakan paling
sedikit 29 program sarjana
1.1.14
Tidak ada perubahan
1.1.16
Menyelenggarakan 2 (dua)
program pendidikan
profesi
Dihilangkan dari target
57
Aspek Target Renop Perubahan
1.1.17
Menyelenggarakan paling
sedikit 7 (tujuh) program
magister
1.1.15
Menyelenggarakan paling
sedikit 5 (lima) program
magister
1.1.18
Menyelenggarakan paling
sedikit 2 (dua) program
doktor
1.1.16
Menawarkan paling sedikit
1 (satu) program doktor
1.1.17
Memiliki akreditasi 3 (tiga)
program magister
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.1.
Pengembangan &
Diversifikasi
Program
Akademik
1.1.19
Menyelenggarakan paling
sedikit 12 program
pendidikan berkelanjutan
1.1.18
Tidak ada perubahan
1.1.20
Menyelenggarakan paling
sedikit 30 program sarjana
1.1.19
Tidak ada perubahan
1.1.21
Menyelenggarakan paling
sedikit 10 (sepuluh)
program magister
1.1.20
Menyelenggarakan paling
sedikit 7 (tujuh) program
magister
1.2 Kualitas Produk Akademik
Pengembangan produk akademik dilakukan dengan
memperhatikan standar kualitas akademik yang mampu
menjamin pencapaian kompentensi lulusan yang
dipersyaratkan dan kemudahan akses oleh mahasiswa. UT
secara terus menerus telah mengembangkan quality
assurance (QA) dalam pengembangan produk akademik
sebagai bagian dari peningkatan kualitas produk
58
akademik. Pada tahun 2021 setiap bahan belajar
dikembangkan melalui berbagai media dan merupakan
satu kesatuan yang utuh. Bahan belajar tersebut dapat
diakses secara mudah dan terjangkau oleh masyarakat.
Sasaran 2
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
1.2.
Peningkatan
Kualitas Produk
Akademik
Seluruh produk akademik
UT sudah dapat diakses
oleh peserta didik dan
seluruh pemangku
kepentingan lainnya
dengan paling sedikit 50%
diantaranya dapat diakses
melalui portal layanan
akademik online terpadu.
Seluruh produk akademik
UT sudah dapat diakses
oleh peserta didik dan
pemangku kepentingan
lainnya melalui portal
layanan akademik online
terpadu.
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
1.2.1 Menyediakan bahan ajar suplemen noncetak paling sedikit 80% dari matakuliah yang ditawarkan;
1.2.2 Menyediakan Tutorial Kit untuk 30% matakuliah yang ditawarkan;
1.2.3 Melakukan validasi paling sedikit 40% dari
substansi bahan ajar cetak oleh pakar dalam bidangnya;
1.2.4 Melengkapi paling sedikit 10% mata kuliah dengan bahan ajar multimedia; dan
1.2.5 Memiliki fasilitas drylab paling sedikit 10% dari matakuliah praktikum/berpraktikum.
59
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.2.
Kualitas Produk
Akademik
1.2.6
Menyediakan bahan ajar
suplemen noncetak
untuk 100% matakuliah
yang ditawarkan
1.2.6
Menyediakan bahan ajar
suplemen noncetak untuk
100% matakuliah tawar
yang bahan ajar cetaknya
berumur maksimal 5
tahun atau tidak sedang
proses pengembangan/
revisi
1.2.7
Menyediakan tutorial kit
untuk 60% matakuliah
yang ditawarkan
1.2.7
Menyediakan tutorial kit
untuk 60% matakuliah
tawar yang bahan ajar
cetak nya berumur
maksimal 5 tahun atau
tidak sedang proses
pengembangan/ revisi
1.2.8
Menyediakan 60%
substansi bahan ajar
cetak yang telah
divalidasi oleh pakar
dalam bidangnya
1.2.8
Menyediakan 60%
substansi bahan ajar cetak
dari total bahan ajar cetak
yang berumur maksimal 5
tahun dan tidak sedang
proses revisi yang telah
divalidasi oleh pakar
dalam bidangnya
1.2.9
Menyediakan 20%
matakuliah yang telah
dilengkapi dengan bahan
ajar multimedia
1.2.9
Menyediakan 20%
matakuliah dari
matakuliah tawar yang
bahan ajar cetaknya
berumur maksimal 5
tahun atau tidak sedang
proses pengembangan/
revisi yang telah
60
Aspek Target Renop Perubahan
dilengkapi dg bahan ajar
multimedia
1.2.10
Menyediakan 50% dari
matakuliah
praktikum/berpraktikum
yang telah memiliki
fasilitas drylab
1.2.10
Tidak ada perubahan
1.2.11
Bahan ajar suplemen
yang dapat diakses
melalui internet TV-UT
(ITV-UT)
1.2.11
Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.2.
Kualitas produk
akademik
1.2.12
Menyediakan tutorial kit
untuk 80% matakuliah
yang ditawarkan
1.2.12
Menyediakan tutorial kit
untuk 80% matakuliah
tawar yang bahan ajar
cetaknya berumur
maksimal 5 tahun atau
tidak sedang proses
pengembangan/revisi
1.2.13
Melakukankan validasi 80%
substansi bahan ajar cetak
oleh pakar dalam
bidangnya
1.2.13
Melakukan validasi 80%
substansi bahan ajar cetak
dari total bahan ajar cetak
yang berumur maksimal 5
tahun atau tidak sedang
proses revisi oleh pakar
dalam bidangnya
61
Aspek Target Renop Perubahan
1.2.14
Melengkapi 30% mata
kuliah dengan bahan ajar
multimedia
1.2.14
Melengkapi 30%
matakuliah dari matakuliah
tawar yang bahan ajar
cetaknya berumur
maksimal 5 tahun atau
tidak sedang proses
pengembangan/revisi dg
bahan ajar multimedia
1.2.15
Memiliki fasilitas 50%
drylab untuk seluruh
matakuliah
praktikum/berpraktikum
1.2.15
Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.2.
Kualitas Produk
Akademik
1.2.16
Menyediakan Tutorial Kit
untuk 100% matakuliah
yang ditawarkan
1.2.16
Menyediakan tutorial kit
untuk 100% matakuliah
tawar yang bahan ajar
cetaknya berumur
maksimal 5 tahun atau
tidak sedang proses
pengembangan/revisi
1.2.17
Melakukan validasi seluruh
subtansi bahan ajar cetak
oleh pakar dalam
bidangnya
1.2.17
Melakukan validasi seluruh
substansi bahan ajar cetak
oleh pakar dalam
bidangnya dari total bahan
ajar cetak yang berumur
maksimal 5 tahun atau
tidak sedang proses revisi
62
Aspek Target Renop Perubahan
1.2.18
Melengkapi 35%
matakuliah telah dilengkapi
dengan bahan ajar
multimedia
1.2.18
Melengkapi 35%
matakuliah dari matakuliah
tawar yang bahan ajar
cetaknya berumur
maksimal 5 tahun atau
tidak sedang proses
pengembangan/ revisi
dengan bahan ajar
multimedia
1.2.19
memiliki fasilitas drylab
untuk seluruh matakuliah
praktikum/berpraktikum
1.2.19
Tidak ada perubahan
1.3 Kualitas dan Jangkauan Layanan Bantuan Belajar
SPJJ memungkinkan proses pembelajaran mahasiswa
dilakukan tanpa kendala ruang, dan waktu. Untuk
membantu mahasiswa dalam belajar, UT menyediakan
berbagai layanan bantuan belajar yaitu tutorial dengan
berbagai modus (tutorial tatap muka, tutorial elektronik,
tutorial radio, dan tutorial tertulis), konseling, dan
bimbingan akademik.
Dalam rangka meningkatkan kualitas proses belajar
mahasiswa, berbagai ragam tutorial yang disediakan UT
memiliki kontribusi pada nilai akhir suatu mata kuliah
secara signifikan. Dengan demikian, ketersediaan tutor
untuk setiap mata kuliah menjadi sangat penting.
Penyediaan tutor dilakukan dengan menjalin kerja sama
dengan PT ataupun institusi lainnya dan merekrut secara
terbuka dosen-dosen PT setempat atau para profesional
yang memenuhi kriteria sebagai tutor. Di samping itu, UT
juga melaksanakan tutorial tertulis yang disampaikan
melalui media massa nasional dan daerah.
63
Agar kualitas tutor dapat terjamin maka UT melakukan
berbagai upaya di antaranya melalui pengembangan
standar dan prosedur layanan prima serta berbagai
pelatihan, baik melalui modus tatap muka maupun jarak
jauh. Upaya perbaikan layanan tersebut bukan hanya
untuk meningkatkan keterampilan tutor/konselor dan
pengelola, tetapi juga meningkatkan kemampuan
mahasiswa dalam belajar mandiri.
Pada tahun 2021 diharapkan UT sudah menyediakan
beragam bentuk layanan bantuan belajar, antara lain:
tutorial (baik tatap muka maupun jarak jauh), konseling,
pembimbingan akademik, dan layanan pustaka digital.
Secara kelembagaan, UT wajib menyediakan berbagai
bentuk tutorial agar mahasiswa memiliki kebebasan untuk
memanfaatkan beragam layanan belajar yang tersedia
sesuai dengan kemampuan dan kondisi mahasiswa.
Sasaran 3
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
1.3.1.
Layanan Tutorial
Seluruh layanan tutorial
sudah tersedia dalam
berbagai modus dan dapat
diakses mahasiswa melalui
berbagai media termasuk
peralatan komunikasi
mobile, yang difasilitasi
oleh tutor berakreditasi UT.
Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas
seluruh layanan tutorial
yang tersedia.
1.3.2. Konseling Tersedia layanan konseling
secara online untuk seluruh
mahasiswa termasuk yang
diakses melalui peralatan
komunikasi mobile.
Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas
layanan konseling yang
tersedia secara online.
64
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
1.3.3.
Layanan
Perpustakaan
Digital
Telah tersedia layanan
perpustakaan digital bagi
seluruh mahasiswa
termasuk yang dapat
diakses melalui peralatan
komunikasi mobile.
Mempertahankan dan
meningkatkan kualitas
layanan perpustakaan
digital bagi seluruh
mahasiswa.
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
1.3.1 Layanan Tutorial
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
1.3.1.1 Menyediakan seluruh layanan tutorial,
termasuk bimbingan penelitian dan penulisan
tesis/disertasi dalam berbagai modus dan dapat
diakses mahasiswa melalui berbagai media
termasuk peralatan komunikasi mobile, yang
difasilitasi oleh tutor berakreditasi UT;
1.3.1.2 Mengakreditasi 50% tutor; dan
1.3.1.3 Menyelenggarakan sistem pengelolaan tutor
dan tutorial yang berstandar di semua kantor
UPBJJ-UT.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.3.1.
Layanan
Tutorial
1.3.1.4
Menyediakan seluruh
layanan tutorial online
telah dilengkapi dengan
fasilitas akses melalui
jejaring komunitas sosial
(social platform) dan
layanan pesan singkat
(SMS)
1.3.1.4
Melengkapi layanan
tutorial online dengan
pengiriman reminder
melalui jaringan sosial dan
SMS
65
Aspek Target Renop Perubahan
1.3.1.5
Mengakreditasi 75% tutor
1.3.1.5
Mengakreditasi 50% tutor
1.3.1.6
Menyediakan fasilitas
akses terhadap layanan
tutorial online paling
sedikit di 20%
kabupaten/kota berbasis
kemitraan
1.3.1.6
Menyediakan fasilitas
akses terhadap layanan
tutorial online paling
sedikit di 15%
kabupaten/kota berbasis
kemitraan
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.3.1.
Layanan Tutorial
1.3.1.7
Mengakreditasi seluruh
tutor
1.3.1.7
Mengakreditasi 60% tutor
1.3.1.8
Menyediakan fasilitas akses
terhadap layanan tutorial
online paling sedikit di 35%
kabupaten/kota berbasis
kemitraan
Dihilangkan dari target
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.3.1.
Layanan Tutorial -
1.3.1.8
Mengakreditasi 75% tutor
1.3.1.9
Menyediakan fasilitas akses
terhadap layanan tutorial
online paling sedikit di 50%
kabupaten/kota berbasis
kemitraan
Dihilangkan dari target
66
1.3.2 Konseling
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
1.3.2.1 Menyediakan layanan informasi melalui
newsletter berbasis teknologi push e-mail
kepada seluruh mahasiswa yang alamat e-mail-
nya terdaftar di UT.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.3.2.
Konseling
1.3.2.2
Menyediakan layanan
konseling secara online
untuk seluruh mahasiswa
dengan pengelolaan
berbasis program studi dan
wilayah
1.3.2.2
Menyediakan layanan
konseling secara online
untuk seluruh mahasiswa
dengan pengelolaan
berbasis program studi
1.3.3 Layanan Perpustakaan Digital
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
1.3.3.1 Menyediakan layanan perpustakaan digital bagi
seluruh mahasiswa termasuk yang dapat
diakses melalui peralatan komunikasi mobile.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.3.3.
Layanan
Perpustakaan
Digital
1.3.3.2
Menyediakan BMP digital
untuk semua matakuliah di
dalam layanan
perpustakaan digital
1.3.3.2
Tidak ada perubahan
67
1.4 Layanan Administrasi Akademik
Salah satu faktor penting dalam mengelola UT adalah
pengelolaan registrasi mahasiswa. Kegiatan registrasi
menyangkut penyediaan informasi UT, prosedur registrasi,
biaya kuliah, dan produk UT untuk mahasiswa,
penyediaan formulir, pelaksanaan registrasi oleh
mahasiswa, pengolahan data mahasiswa dan alumni,
penyediaan data mahasiswa dan alumni, dan
penyimpanan data mahasiswa dan alumni. Di samping itu,
sistem registrasi menyangkut pula integrasi antara sistem
pencatatan data mahasiswa dengan sistem pencatatan
keuangan pembayaran registrasi dan produk UT lain yang
berkaitan dengan registrasi mahasiswa.
Sasaran 4
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
1.4.
Sistem
Registrasi
UT telah menerapkan
sistem registrasi online
yang terintegrasi dengan
sistem aplikasi keuangan
dan sistem aplikasi ujian,
disamping sistem
registrasi yang telah ada.
UT telah menerapkan
sistem registrasi online
yang terintegrasi dengan
sistem aplikasi keuangan
dan sistem aplikasi ujian
sesuai dengan
perkembangan teknologi
mutakhir dan kebutuhan,
disamping sistem
registrasi yang telah ada.
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
1.4.1 Memiliki sistem registrasi online, di samping
sistem registrasi yang telah ada.
68
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.4.
Layanan
Administrasi
Akademik
1.4.2
Menerapkan sistem
registrasi online yang
terintegrasi dengan sistem
aplikasi keuangan dan
sistem aplikasi ujian, di
samping sistem registrasi
yang telah ada
1.4.2 Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.4.
Layanan
Administrasi
Akademik
1.4.3
Menerapkan sistem
registrasi online yang
terintegrasi dengan sistem
aplikasi keuangan dan
sistem aplikasi ujian, di
samping sistem registrasi
yang telah ada
1.4.3
Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.4.
Layanan
Administrasi
Akademik
1.4.4
Menerapkan sistem
registrasi online yang
terintegrasi dengan sistem
aplikasi keuangan dan
sistem aplikasi ujian, di
samping sistem registrasi
yang telah ada
1.4.4
Tidak ada perubahan
69
1.5 Evaluasi Hasil Belajar
Evaluasi hasil belajar (EHB) yang dilaksanakan oleh UT
terdiri dari: (a) tugas mata kuliah, laporan
praktek/praktikum, UAS, tugas akhir program (untuk
program sarjana), (b) Project/tesis (untuk program
magister), dan (c) Disertasi (untuk program doktor).
Selain itu ada pula UAS berbentuk: (a) penilaian unjuk
kerja, lisan, atau tertulis (ujian pilihan ganda atau ujian
uraian), (b) ujian tertulis dilaksanakan secara tatap muka
dan online, serta (c) ujian tesis dan disertasi yang
dilaksanakan secara tatap muka dan melalui media.
Bahan UAS, TM, dan TAP dikembangkan dengan prosedur
dan format yang telah distandardisasi. Para pengembang
bahan ujian tersebut dapat berasal dari dalam dan dari
luar UT. Bahan ujian yang telah divalidasi disimpan di
Bank Soal yang terkomputerisasi dan dijamin
kerahasiaannya. Selanjutnya, naskah ujian yang akan
digunakan dirakit dari Bank Soal UT.
Mahasiswa dapat mengikuti ujian di tempat ujian atau di
lokasi yang sesuai dengan pilihannya. Tempat ujian
tersebar sampai di tingkat kabupaten/kota di seluruh
Indonesia dan beberapa lokasi di luar negeri. Hal ini
sangat memudahkan mahasiswa dalam mengikuti ujian
walaupun mereka tidak berada di kota asalnya. Naskah
ujian disiapkan di UT Pusat dan berlaku di seluruh lokasi
ujian. Dengan demikian, terdapat ukuran baku atau
standarisasi materi yang diujikan termasuk sistem
penilaiannya bagi setiap mahasiswa.
Untuk mengelola penyelenggaraan UAS ini, UT telah
mengembangkan dan menerapkan prosedur pedoman
baku pelaksanaan ujian. Meskipun demikian, karena
cakupan UAS UT yang sangat luas dan menyebar,
kadangkala muncul kesulitan dalam memonitor
pelaksanaan ujian. Untuk mengatasi masalah ini, UT
70
menjalin kerja sama dengan berbagai instansi di daerah.
Saat ini, UT telah bekerja sama dengan dinas pendidikan
provinsi dan kabupaten/kota dalam bentuk penggunaan
fasilitas fisik (sekolah-sekolah untuk tempat ujian dan
untuk kegiatan praktek dan praktikum). Di samping itu,
UT juga melakukan kerja sama dengan PT lain dalam
penyediaan pengawas ujian.
Sistem ujian UT saat ini mengharuskan mahasiswa datang
ke lokasi ujian pada waktu yang telah ditentukan secara
serentak di seluruh Indonesia dan di beberapa tempat di
luar negeri. Dalam perkembangannya, terdapat kebutuhan
mahasiswa akan ujian secara perorangan pada waktu
yang mereka inginkan. Mengingat keterbatasan sarana
dan prasarana serta memperhatikan unsur kerahasiaan
ujian, sampai saat ini UT belum dapat memberikan
layanan ujian perorangan.
Untuk meningkatkan layanan UT dalam pelaksanaan ujian
dan karena terbatasnya waktu ujian untuk setiap mata
kuliah UT telah menyiapkan sistem ujian online (SUO)
yang akan diujicobakan pada tahun 2010 dan akan
dilaksanakan secara penuh setelah melakukan evaluasi
terhadap sistem tersebut. Untuk menjamin keamanan
pelaksanaan ujian, pelaksanaan SUO yang akan dilakukan
di seluruh UPBJJ-UT akan diawasi dengan ketat oleh staf
UPBJJ-UT.
Sasaran 5
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
1.5.
Sistem
Penyelenggaraan
Ujian
UT telah memiliki sistem
penyelenggaraan ujian,
termasuk ujian online jenis
soal obyektif dan esai, yang
akuntabel dan efisien.
UT telah memiliki sistem
penyelenggaraan ujian
dengan memanfaatkan
perkembangan teknologi
terkini, yang fleksibel,
akuntabel, dan efisien.
71
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
1.5.1 Menyediakan ujian online untuk 80%
matakuliah dengan jenis soal obyektif; dan
1.5.2 Menyediakan ujian berbasis komputer (UBK)
untuk semua matakuliah.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.5.
Evaluasi Hasil
Belajar
1.5.3
Menyediakan ujian online
untuk seluruh matakuliah
dengan jenis soal obyektif
1.5.3
Menyediakan ujian online
untuk matakuliah yang
memiliki minimal 6 set soal
sudah divalidasi dengan
jenis soal obyektif
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.5.
Evaluasi Hasil
Belajar
1.5.4
Menyediakan ujian online
untuk 50% mata kuliah
dengan jenis soal esai
1.5.4
Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.5.
Evaluasi Hasil
Belajar
1.5.5
Menyediakan ujian online
untuk 100% matakuliah
dengan jenis soal esai
1.5.5
Tidak ada perubahan
72
1.6. Peningkatan Kualitas Penelitian, Pengabdian kepada
Masyarakat, dan Publikasi Ilmiah
Hasil-hasil penelitian harus dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan, pengembangan
masyarakat, perumusan kebijakan UT, dan publikasi
ilmiah. Kebijakan penelitian, abdimas, dan publikasi ilmiah
harus didasarkan pada kemanfaatan hasil penelitian yang
dilakukan oleh dosen. Sebagai PT, UT memiliki kewajiban
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan seni
melalui kegiatan penelitian. Oleh karena itu setiap dosen
memiliki kewajiban untuk melaksanakan penelitian,
mengujicobakan hasilnya di masyarakat, dan
mempublikasikannya melalui berbagai forum atau jurnal
ilmiah.
Sasaran 6
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
1.6.1.
Peningkatan
Kualitas
Penelitian dan
Publikasi ilmiah
Menghasilkan 400
penelitian pertahun yang
dilakukan oleh dosen,
dimana 50% diantaranya
dipublikasikan dalam jurnal
ilmiah termasuk 25%
diantaranya dalam jurnal
internasional.
Setiap tahun menghasilkan
penelitian sejumlah dosen,
dimana 50% diantaranya
dipublikasikan dalam jurnal
ilmiah termasuk 25%
diantaranya dalam jurnal
internasional.
1.6.2.
Peningkatan
Kualitas
Pengabdian
kepada
Masyarakat
UT telah menyelenggara-
kan program pengabdian
kepada masyarakat,
program pemberdayaan
masyarakat di 10 wilayah,
serta 1 (satu) program
abdimas berskala nasional.
UT telah menyelengga-
rakan program pengabdian
kepada masyarakat,
program pemberdayaan
masyarakat di 18 wilayah,
serta 3 (tiga) program
abdimas berskala nasional.
73
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
1.6.1. Peningkatan Kualitas Penelitian dan
Publikasi ilmiah
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
1.6.1.1 Melaksanakan 200 penelitian;
1.6.1.2 Mempublikasikan paling sedikit 20% dari
jumlah penelitian dalam jurnal ilmiah nasional;
1.6.1.3 Mempublikasikan paling sedikit 5% dari jumlah
penelitian dalam jurnal ilmiah internasional;
dan
1.6.1.4 Mendiseminasikan paling sedikit 50% dari
jumlah penelitian dalam pertemuan ilmiah
nasional atau internasional.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.6.1.
Peningkatan
Kualitas
Penelitian dan
Publikasi Ilmiah
1.6.1.5
Melaksanakan 250
penelitian
1.6.1.5
Melaksanakan 215
penelitian
1.6.1.6
Mempublikasikan paling
sedikit 30% dari jumlah
penelitian dalam jurnal
ilmiah nasional
1.6.1.6
Mempublikasikan paling
sedikit 25% dari jumlah
penelitian dalam jurnal
ilmiah nasional
1.6.1.7
Mempublikasikan paling
sedikit 10% dari jumlah
penelitian dalam jurnal
ilmiah internasional
1.6.1.7
Mempublikasikan paling
sedikit 6% dari jumlah
penelitian dalam jurnal
ilmiah internasional
1.6.1.8
Mendesiminasikan paling
sedikit 50% dari jumlah
penelitian dalam pertemuan
ilmiah nasional dan
internasional
1.6.1.8
Mendesiminasikan paling
sedikit 65% dari jumlah
penelitian dalam pertemuan
ilmiah nasional dan
internasional
74
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.6.1.
Peningkatan
Kualitas
Penelitian dan
Publikasi Ilmiah
1.6.1.9
Menyelenggarakan 300
penelitian
1.6.1.9
Menyelenggarakan 230
penelitian
1.6.1.10
Mempublikasikan paling
sedikit 40% dari jumlah
penelitian dalam jurnal
ilmiah nasional
1.6.1.10
Mempublikasikan paling
sedikit 30% dari jumlah
penelitian dalam jurnal
ilmiah nasional
1.6.1.11
Mempublikasikan paling
sedikit 15% dari jumlah
penelitian dipublikasikan
dalam jurnal ilmiah
internasional
1.6.1.11
Mempublikasikan paling
sedikit 10% dari jumlah
penelitian dipublikasikan
dalam jurnal ilmiah
internasional
1.6.1.12
Mendesiminasikan paling
sedikit 50% dari jumlah
penelitian dalam pertemuan
ilmiah nasional dan
internasional
1.6.1.12
Mendesiminasikan paling
sedikit 65% dari jumlah
penelitian dalam pertemuan
ilmiah nasional dan
internasional
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.6.1.
Peningkatan
Kualitas
Penelitian dan
Publikasi Ilmiah
1.6.1.13
Menyediakan 400 penelitian
1.6.1.13
Menyediakan 250 penelitian
1.6.1.14
Mempublikasikan paling
sedikit 50% dari jumlah
penelitian dalam jurnal
ilmiah nasional
1.6.1.14
Mempublikasikan paling
sedikit 35% dari jumlah
penelitian dalam jurnal
ilmiah nasional
1.6.1.15
Mempublikasikan paling
sedikit 25% dari jumlah
penelitian dalam jurnal
ilmiah internasional
1.6.1.15
Mempublikasikan paling
sedikit 15% dari jumlah
penelitian dalam jurnal
ilmiah internasional
75
Aspek Target Renop Perubahan
1.6.1.16
Mendesiminasikan paling
sedikit 50% dari jumlah
penelitian dalam pertemuan
ilmiah nasional atau
internasional
1.6.1.16
Mendesiminasikan paling
sedikit 65% dari jumlah
penelitian dalam pertemuan
ilmiah nasional atau
internasional
1.6.2 Peningkatan Kualitas Pengabdian kepada
Masyarakat
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
1.6.2.1 Menyelenggarakan program pemberdayaan
masyarakat paling sedikit di 5 (lima) Wilayah
Binaan, termasuk yang dilakukan oleh UPBJJ-
UT; dan
1.6.2.2 Menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu)
program pengabdian kepada masyarakat
berskala nasional.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.6.2.
Peningkatan
Kualitas
Pengabdian
kepada
Masyarakat
1.6.2.3
Menyelenggarakan program
pemberdayaan masyarakat
paling sedikit di 7 (tujuh)
Wilayah Binaan, termasuk
yang dilakukan oleh UPBJJ-
UT
1.6.2.3
Tidak ada perubahan
76
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.6.2.
Peningkatan
Kualitas
Pengabdian
kepada
Masyarakat
1.6.2.4
Menyelenggarakan program
pemberdayaan masyarakat
paling sedikit di sembilan
Wilayah Binaan, termasuk
yang dilakukan oleh UPBJJ-
UT
1.6.2.4
Tidak ada perubahan
1.6.2.5
Menyelenggarakan paling
sedikit dua program
pengabdian masyarakat
berskala nasional
1.6.2.5
Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
1.6.2.
Peningkatan
Kualitas
Pengabdian
kepada
Masyarakat
1.6.2.6
Menyelenggarakan program
pemberdayaan masyarakat
paling sedikit di sepuluh
wilayah binaan, termasuk
yang dilakukan oleh UPBJJ-
UT
1.6.2.6
Tidak ada perubahan
2. DAYA JANGKAU DAN KUALITAS LAYANAN
2.1 Peningkatan dan Pemantapan Jaringan Kemitraan
Sistem PTTJJ relatif masih dirasakan baru kehadirannya di
Indonesia. Sampai saat ini institusi PTTJJ yang diakui
secara resmi sejak tahun 1984 adalah UT. Sistem
pendidikan jarak jauh (SPJJ) merupakan budaya belajar
dan pembelajaran baru bagi masyarakat kita sehingga
wajar bila keberadaan UT sampai saat ini masih sering
diragukan terutama dari segi kualitas lulusannya. Hal ini
77
dipengaruhi budaya belajar mandiri yang belum
tersosialisasi dan terinternalisasikan dengan baik.
Masyarakat masih terbiasa dibimbing secara tatap muka.
Hal ini menyebabkan mahasiswa lebih menyukai
mengikuti perkuliahan tatap muka daripada jarak jauh,
sehingga menimbulkan persepsi bahwa UT merupakan PT
kelas dua.
Terbitnya SK Mendiknas Nomor 107/U/2001 tentang
penyelenggaraan institusi PTTJJ membuat UT harus siap
berkompetisi dengan PT lain yang kemungkinan besar
akan menyelenggarakan SPJJ. Sehubungan dengan hal
tersebut, UT harus mampu mengubah pengakuan
masyarakat (citra) menjadi PT pilihan berkualitas berbasis
TIK, mudah diakses, cepat, akurat, dan murah serta
terjangkau bagi semua golongan masyarakat (quality
mass distance education institution). Pembentukan citra
ini dapat diwujudkan melalui beberapa pencapaian, yaitu
semua program, bahan ajar, layanan bantuan belajar,
sarana dan prasarana yang sudah berkualitas dan relevan
dengan perkembangan teknologi mutakhir serta didukung
oleh SDM yang profesional di bidangnya.
Sasaran 7
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
2.1.
Daya Jangkau
Melayani paling sedikit
550.000 mahasiswa
registrasi per semester,
yang terdiri dari 150.000
mahasiswa nonguru dan
400.000 mahasiswa guru,
dari berbagai lapisan
masyarakat dan tersebar
baik di seluruh wilayah
Nusantara maupun luar
negeri.
Melayani paling sedikit
250.000 mahasiswa
registrasi per semester dari
berbagai lapisan
masyarakat dan tersebar
baik di seluruh wilayah
Nusantara maupun luar
negeri.
78
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
2.1.1 Melayani paling sedikit 90.000 mahasiswa
nonguru dan 460.000 mahasiswa guru
registrasi per semester;
2.1.2 Memiliki kerja sama dengan Pemerintah, yang
mencakup paling sedikit 60% pemerintah
provinsi dan pemerintah kabupaten/kota, 7
(tujuh) lembaga pemerintah, 5 (lima) lembaga
pendidikan, dan 1 (satu) lembaga
nonpemerintah;
2.1.3 Menyediakan titik akses internet bagi
mahasiswa melalui kemitraan dengan penyedia
akses internet di Jaringan Pendidikan Nasional
(Jardiknas);
2.1.4 Memberikan pelayanan registrasi secara
mobile, khususnya bagi mahasiswa Pendas di
10 UPBJJ-UT;
2.1.5 Melakukan sosialisasi melalui satu stasiun radio
nasional dan satu radio lokal per UPBJJ-UT
paling sedikit satu kali satu bulan;
2.1.6 Melakukan sosialisasi melalui satu stasiun
televisi nasional dan satu televisi lokal per
UPBJJ-UT paling sedikit satu kali satu semester;
2.1.7 Melakukan sosialisasi melalui satu media cetak
nasional dan satu media cetak lokal per UPBJJ-
UT paling sedikit dua kali dalam satu semester;
dan
2.1.8 Melakukan sosialisasi melalui situs jejaring
sosial.
79
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
2.1.
Peningkatan dan
Pemantapan
Jaringan
Kemitraan
2.1.9
Melayani paling sedikit
100.000 mahasiswa
nonguru dan 450.000
mahasiswa guru registrasi
per semester;
2.1.9
Tidak ada perubahan
2.1.10
Memiliki kerja sama paling
sedikit dengan Pemerintah,
65% pemerintah provinsi
dan pemerintah
kabupaten/kota, 10
lembaga pemerintah, 10
lembaga pendidikan, serta
2 (dua) lembaga
nonpemerintah;
2.1.10
Tidak ada perubahan
2.1.11
Memiliki jaringan komunitas
yang secara aktif
menggalang dana beasiswa
dalam rangka
pengembangan daya
jangkau;
2.1.11
Tidak ada perubahan
2.1.12
Menyediakan titik akses
internet bagi mahasiswa
melalui kemitraan dengan
penyedia akses internet
yang dimiliki oleh sektor
swasta/masyarakat di
paling sedikit 10% dari
jumlah kabupaten/kota
yang ada;
2.1.12
Tidak ada perubahan
80
Aspek Target Renop Perubahan
2.1.13
Memberikan pelayanan
registrasi dan persiapan
ujian secara mobile,
khususnya bagi mahasiswa
Pendas di 15 UPBJJ-UT
2.1.13
Memberikan pelayanan
registrasi secara mobile,
khususnya bagi mahasiswa
Pendas di 15 UPBJJ-UT
2.1.14
Melakukan sosialisasi
melalui satu stasiun radio
nasional dan satu radio
lokal per UPBJJ-UT paling
sedikit satu kali satu bulan;
2.1.14
Tidak ada perubahan
2.1.15
Melakukan sosialisasi
melalui satu stasiun televisi
nasional dan satu televisi
lokal per UPBJJ-UT paling
sedikit satu kali satu
semester;
2.1.15
Tidak ada perubahan
2.1.16
Melakukan sosialisasi
melalui satu media cetak
nasional dan satu media
cetak lokal per UPBJJUT
paling sedikit dua kali
dalam satu semester.
2.1.16
Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
2.1.
Peningkatan dan
Pemantapan
Jaringan
Kemitraan
2.1.17
Melayani paling sedikit
125.000 mahasiswa
nonguru dan 425.000
mahasiswa guru registrasi
per semester
2.1.17
Tidak ada perubahan
81
Aspek Target Renop Perubahan
2.1.18
Memiliki kerja sama paling
sedikit dengan Pemerintah;
70% pemerintah provinsi
dan pemerintah
kabupaten/kota; 12
lembaga pemerintah; 10
lembaga pendidikan; serta
5 (lima) lembaga
nonpemerintah
2.1.18
Tidak ada perubahan
2.1.19
Menyediakan titik akses
internet bagi mahasiswa
melalui kemitraan dengan
penyedia akses internet
yang dimiliki oleh sektor
swasta/masyarakar di
paling sedikit 30% dari
jumlah kabupaten/kota
yang ada
2.1.19
Tidak ada perubahan
2.1.20
Memberikan pelayanan
registrasi dan persiapan
ujian secara mobile,
khususnya bagi mahasiswa
Pendas di 25 UPBJJ-UT
2.1.20
Memberikan pelayanan
registrasi secara mobile,
khususnya bagi mahasiswa
Pendas di 25 UPBJJ-UT
2.1.21
Melakukan sosialisasi
melalui 1 (satu) stasiun
radio nasional dan satu
radio lokal per UPBJJ-UT
paling sedikit 1 (satu) kali
satu bulan
2.1.21
Tidak ada perubahan
82
Aspek Target Renop Perubahan
2.1.22
Melakukan sosialisasi
melalui 1 (satu) televisi
nasional dan 1 (satu)
televise lokal per UPBJJ-UT
paling sedikit 2 (dua) kali
dalam 1 (satu) semester
2.1.22
Tidak ada perubahan
2.1.23
Melakukan sosialisasi
melalui 1 (satu) media
cetak nasional dan 1 (satu)
media cetak lokal per
UPBJJ-UT paling sedikit 2
(dua) kali dalam 1 (satu)
semester
2.1.23
Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
2.1.
Peningkatan dan
Pemantapan
Jaringan
Kemitraan
2.1.24
Melayani paling sedikit
150.000 mahasiswa
nonguru dan 400.000
mahasiswa guru registrasi
per semester
2.1.24
Tidak ada perubahan
2.1.25
Memiliki kerja sama paling
sedikit dengan pemerintah,
75% pemerintah provinsi
dan kabupaten/kota, 15
lembaga pemerintah, 30
lembaga pendidikan, serta
10 lembaga nonpemerintah
2.1.25
Tidak ada perubahan
83
Aspek Target Renop Perubahan
2.1.26
Menyediakan titik akses
internet bagi mahasiswa
melalui kemitraan dengan
penyedia akses internet
yang dimiliki oleh sektor
swasta/masyarakat di
paling sedikit 50% dari
jumlah kabupaten/kota
2.1.26
Tidak ada perubahan
2.1.27
Memberikan pelayanan
registrasi dan persiapan
ujian secara mobile,
khususnya bagi mahasiswa
Pendas di semua UPBJJ-UT
2.1.27
Memberikan pelayanan
registrasi secara mobile,
khususnya bagi mahasiswa
Pendas di semua UPBJJ-UT
2.1.28
Melakukan sosialisasi
melalui 1 (satu) stasiun
radio nasional dan 1 (satu)
radio lokal per UPBJJ-UT
paling sedikit 2 (dua) kali 1
(satu) bulan
2.1.28
Tidak ada perubahan
2.1.29
Melakukan sosialisasi
melalui 1 (satu) stasiun
televisi nasional dan 1
(satu) televisi lokal per
UPBJJ-UT paling sedikit 2
(dua) kali 1 (satu)
semester
2.1.29
Tidak ada perubahan
2.1.30
Melakukan sosialisasi
melalui 1 (satu) media
cetak nasional dan 1 (satu)
media cetak lokal per
UPBJJ-UT paling sedikit 4
(empat) kali dalam 1 (satu)
semester
2.1.30
Tidak ada perubahan
84
2.2 Peningkatan Pengakuan Masyarakat terhadap
Institusi
UT sebagai lembaga pendidikan tinggi yang
menyelenggarakan PTTJJ akan mampu berperan secara
efektif dan efisien apabila mempunyai jaringan kerja sama
yang kuat dengan berbagai lembaga pendidikan dan
lembaga nonpendidikan. Pembentukan, pemeliharaan, dan
peningkatan jaringan kerja sama yang dilakukan secara
terus-menerus dalam bidang penyediaan dan layanan
produk akademik dan nonakademik, seyogyanya
menggunakan berbagai strategi yang memanfaatkan
perangkat teknologi komunikasi mutakhir. Dengan
demikian, secara logis jumlah pengguna layanan
pendidikan melalui UT yang berasal dari berbagai segmen
pasar dapat meningkat dan stabil.
Sasaran 8
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
2.2.
Peningkatan
citra institusi
UT telah diakui oleh
komunitas pendidikan
sebagai institusi yang
membuka akses pendidikan
tinggi berkualitas bagi
seluruh warga negara
Indonesia, termasuk warga
negara berkebutuhan
khusus, yang tinggal di
daerah terisolasi, yang
sedang berdomisili di luar
negeri serta memiliki
keterbatasan ekonomi.
UT telah diakui oleh
masyarakat luas sebagai
institusi yang membuka
akses pendidikan tinggi
berkualitas bagi seluruh
warga negara Indonesia,
termasuk warga negara
berkebutuhan khusus, yang
tinggal di daerah terisolasi,
serta memiliki keterbatasan
ekonomi.
85
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
2.2.1 Memiliki website yang menarik, komunikatif,
dan mengandung informasi komprehensif dan
mutakhir;
2.2.2 Memiliki gedung kantor UPBJJ-UT yang
dilengkapi dengan fasilitas terstandar di 75%
UPBJJ-UT; dan
2.2.3 Memiliki produk dan layanan akademik yang
diakui oleh komunitas pendidikan yang
ditunjukkan dengan pemanfaatan produk dan
layanan akademik di berbagai instansi
pendidikan lain.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
2.2.
Peningkatan
Pengakuan
Masyarakat
terhadap
Institusi
2.2.4
Memiliki gedung kantor
UPBJJ-UT yang dilengkapi
dengan fasilitas terstandar
di 90% UPBJJ-UT;
2.2.4
Tidak ada perubahan
2.2.5
Memiliki jaringan komunitas
yang secara aktif
melakukan program
kegiatan dalam rangka
meningkatkan citra
institusi.
2.2.5
Tidak ada perubahan
86
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
2.2.
Peningkatan
Pengakuan
Masyarakat
terhadap
Institusi
2.2.4
Memiliki gedung kantor
UPBJJ-UT yang dilengkapi
dengan fasilitas terstandar
di 90% UPBJJ-UT
2.2.6
Tidak ada perubahan
2.2.5
Memiliki jaringan komunitas
yang secara aktif
melakukan program
kegiatan dalam rangka
meningkatkan citra institusi
2.2.7
Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
2.2.
Peningkatan
Pengakuan
Masyarakat
terhadap
Institusi
2.2.8
Memiliki staf yang mampu
melakukan komunikasi
kepada masyarakat
mengenai eksistensi dan
keunggulan UT
2.2.8
Tidak ada perubahan
2.2.9
Mendapat pengakuan
masyarakat luas sebagai PT
yang memanfaatkan
teknologi terkini
2.2.9
Tidak ada perubahan
2.2.10
Memiliki jaringan komunitas
yang secara aktif
membantu meningkatkan
pendanaan UT dari
berbagai sumber
2.2.10
Tidak ada perubahan
87
Aspek Target Renop Perubahan
2.2.11
Mendapat pengakuan
sebagai PT yang bisa
melayani warga negara
berkebutuhan khusus, yang
tinggal di daerah yang
terisolasi, sedang
berdomisili di luar negeri,
dan memiliki keterbatasan
ekonomi
2.2.11
Tidak ada perubahan
3. TATA KELOLA
Sasaran akhir pengembangan dan implementasi tata kelola
yaitu UT memiliki manajemen PTTJJ yang handal dan sehat.
Untuk mencapai tujuan tersebut, UT mengembangkan berbagai
strategi dan menetapkan sasaran antara agar sasaran akhir
bidang tata kelola dapat dicapai.
Secara umum, tatakelola UT diarahkan kepada adanya suatu
sistem pengendalian yang efektif, efisien, dan akuntabel
sekaligus adaptif terhadap perubahan lingkungan. Tata kelola
UT didesain dengan mengimplementasikan prinsip-prinsip good
public governance yaitu transparansi, akuntabilitas, adil, taat
hukum, dan kualitas. Dengan menerapkan prinsip-prinsip good
governance, stakeholders termasuk pegawai UT diharapkan
memiliki kepekaan dan tanggungjawab yang tinggi dalam
bekerja. Prinsip-prinsip good governance diharapkan menjadi
faktor pendorong dan pengendali dalam merencanakan,
melaksanakan, memonitor, serta melaporkan seluruh kegiatan
UT.
Pengendalian dimulai dari proses perumusan kebijakan dan
perencanaan, pelaksanaan, sampai dengan pelaporan. Oleh
karena itu, proses perumusan kebijakan dan perencanaan
merupakan titik awal pengendalian seluruh kegiatan di UT.
Pengendalian tidak hanya dilakukan melalui pengendalian
88
formal namun juga melalui penanaman nilai, norma, dan etika
dalam bekerja. Pada akhirnya seluruh sistem dan prosedur
kerja harus menjiwai setiap insan pegawai UT dalam bekerja.
Mekanisme pengendalian yang dikembangkan harus mampu
menyeimbangkan antara sistem dan prosedur yang cenderung
kaku namun tetap memberikan ruang gerak bagi munculnya
ide-ide baru dalam bekerja. Sistem juga didesain mampu
memberikan umpan balik yang cepat (feedback prompted)
sehingga kesalahan-kesalahan dapat dideteksi sedini mungkin
dan dapat dilakukan perbaikan. Dengan demikian setiap staf
dan unit perlu diberikan kewenangan yang cukup untuk
menangani umpan balik sekaligus melakukan perbaikan.
Sistem ini didukung oleh SDM yang memiliki kompetensi tinggi
dan dapat melakukan kegiatan secara multitasking. Di samping
itu, tatakelola UT juga harus didukung oleh penyediaan
infrastruktur yang memadai dalam jumlah dan kualitasnya.
3.1 Kebijakan dan Perencanaan
Kebijakan yang efektif adalah kebijakan yang dapat
diterima dan dilaksanakan oleh pihak-pihak yang
berkepentingan. Kebijakan yang jelas akan mampu
menghindarkan salah tafsir dan memudahkan bagi unit
dalam menyusun perencanaan. Kebijakan yang dijadikan
acuan adalah UU dan PP yang mengatur urusan akademik
perguruan tinggi, sumber daya manusia perguruan tinggi,
keuangan, aset, serta akreditasi perguruan tinggi,
Rencana Strategis UT, dan Rencana Operasional UT. Untuk
mencapai sasaran yang telah ditetapkan dalam kebijakan
yang lebih tinggi, Pimpinan UT perlu menyusun kebijakan
yang dituangkan dalam Peraturan Rektor dan turunannya.
Penyusunan kebijakan dan perencanaan dilaksanakan
berdasarkan prinsip dekonsentrasi yang partisipatif artinya
setiap pegawai sesuai dengan kewenangannya memiliki
kontribusi dalam proses penyusunan perencanaan di UT
berdasarkan kebijakan di atasnya. Proses perencanaan
89
unit disusun dengan melibatkan seluruh komponen yang
berkepentingan. Sasaran yang ingin dicapai proses
penyusunan kebijakan adalah sebagai berikut.
Sasaran 9
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
3.1.
Kebijakan dan
Perencanaan
Setiap kebijakan dan
perencanaan di UT
dirumuskan dalam bentuk
yang dapat diukur, realistis,
dan didasarkan pada
sasaran yang ditetapkan
oleh kebijakan yang lebih
tinggi dengan prinsip
partisipatif.
Setiap kebijakan dan
perencanaan di setiap unit
di UT dirumuskan dalam
bentuk yang dapat diukur,
realistis, dan didasarkan
pada sasaran yang
ditetapkan oleh kebijakan
yang lebih tinggi dengan
prinsip partisipatif.
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
3.1.1. Kebijakan dan Perencanaan
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
3.1.1.1 Mengusulkan UT sebagai PTN yang menerapkan
Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
3.1.1.2 Menyiapkan seluruh perangkat-perangkat
aturan, sarana dan prasarana, dan personalia
yang dibutuhkan dalam pengelolaan keuangan
BLU;
3.1.1.3 Melakukan sosialisasi tentang PK BLU UT pada
seluruh staf dan pemangku kepentingan
3.2 Struktur Organisasi
Ruang lingkup struktur organisasi meliputi pembagian
tugas, sistem dan prosedur kerja, kewenangan, rumusan
garis komando dan koordinasi, dan bentuk struktur
90
organisasi. Pada tahun 2010 ini jumlah mahasiswa UT
melebihi angka 600.000 orang dan tersebar di seluruh
wilayah Indonesia hingga ke tingkat kecamatan. Untuk itu
UT perlu memiliki mekanisme pengendalian yang efektif.
Mekanisme ini diakomodasikan dalam struktur organisasi
dan tatakerja (OTK) yang fleksibel dan adaptif terhadap
perubahan.
Fleksibilitas dicapai dengan dimungkinkannya
pembentukan tim-tim kerja adhoc untuk mendukung
struktur organik, sedangkan adaptabilitas dicapai melalui
evaluasi-evaluasi dan penyesuaian secara periodik dan
berkelanjutan terhadap kinerja struktur organisasi.
Sementara itu, 37 UPBJJ-UT yang merupakan frontliners di
daerah, belum seluruhnya memiliki kemampuan melayani
sesuai dengan yang diharapkan oleh para pemangku
kepentingan. Sebagai PTTJJ, UT tidak akan mampu
memenuhi sendiri seluruh kebutuhannya, karena itu
dukungan dari mitra kerja mutlak diperlukan. Oleh sebab
itu, sasaran ke depan yang hendak dicapai sebagai
berikut.
Sasaran 10
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
3.2.1.
Struktur
Organisasi
UT telah memiliki struktur
organisasi secara utuh yang
sesuai dengan kebutuhan
UT dan peraturan yang
berlaku.
UT telah memiliki struktur
organisasi yang sesuai
dengan perubahan
lingkungan, fleksibel, dan
mampu menjadi pedoman
dalam setiap pelaksanaan
kegiatan.
91
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
3.2.1 Struktur Organisasi
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
3.2.1.1 Menyempurnakan struktur organisasi yang
sesuai dengan kebutuhan UT dengan
mengusulkan UT sebagai PTN yang
menerapkan Pengelolaan Keuangan-Badan
Layanan Umum.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.2.1.
Struktur
Organisasi
3.2.1.2
Menyempurnakan struktur
organisasi yang sesuai
dengan kebutuhan UT
dengan mengusulkan UT
sebagai UT sebagai PTN
yang menerapkan
Pengelolaan Keuangan-
Badan Layanan Umum
3.2.1.2
Perkiraan SK UT dengan
PK BLU baru akan
diterbitkan tahun 2011,
sehingga penerapan
struktur UT dengan PK BLU
baru akan dapat
direalisasikan tahun 2012
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.2.1.
Struktur
Organisasi
3.2.1.3
Menerapkan struktur
organisasi dengan PK BLU
3.2.1.3
Tidak ada perubahan
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.2.1. Struktur
Organisasi
3.2.1.4 Memiliki struktur organisasi
yang sesuai dengan
kebutuhan UT
3.2.1.4 Tidak ada perubahan
92
3.3 Pengelolaan SDM
Untuk menyelenggarakan berbagai program pendidikan
tinggi berkualitas melalui sistem pendidikan terbuka dan
jarak jauh yang berkualitas dan mudah diakses, UT perlu
memanfaatkan berbagai macam instrumen dan peralatan
termasuk TIK dalam bidang akademik dan manajemen.
Untuk itu UT harus didukung oleh SDM yang berkualitas
dan kompeten, serta memiliki etika dan norma kerja yang
sesuai dengan UT sebagai PTTJJ berkualitas dunia.
Sebagai PTTJJ, UT perlu mendorong SDM agar selalu
belajar melalui proses belajar secara mandiri baik pada
tingkat individu, kelompok, maupun organisasi sehingga
setiap SDM menjadi sangat mahir dalam pekerjaannya
masing-masing.
Kondisi SDM UT saat ini dari sisi jumlah sudah mencukupi,
namun dari sisi kompetensi dan komposisi masih perlu
ditingkatkan dan direformulasi baik di UT-Pusat maupun di
UPBJJ-UT, agar mampu bekerja sesuai dengan sasaran
yang ingin dicapai dan nilai-nilai yang ditetapkan UT.
Pengembangan kompetensi dan komposisi SDM UT
diarahkan pada terpenuhinya kebutuhan UT akan SDM
dalam bidang akademik, manajemen termasuk
operasional, pengembangan dan produksi bahan ajar, dan
pelayanan. Dosen perlu dikelompokkan berdasarkan
bidang studi masing-masing. Kelompok bidang studi ini
merupakan basis pengembangan Tridharma Perguruan
Tinggi. Komposisi SDM kelompok bidang studi ini perlu
diatur agar tercapai komposisi yang seimbang antara Guru
Besar, Lektor Kepala, Lektor, dan Asisten Ahli dalam
setiap program studi.
Di samping itu, UT harus mengembangkan sistem
perencanaan, rekrutmen, pengembangan, rotasi dan
mutasi, sistem informasi SDM, remunerasi, penilaian
kinerja, penanganan hukum, pemensiunan, dan
pemutusan hubungan kerja dengan berbasis TIK.
93
Sasaran 11
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
3.3.1.
Komposisi SDM
UT memiliki SDM dalam
jumlah, kualifikasi, dan
komposisi yang memadai
dalam berbagai bidang
keahlian akademik maupun
administratif yang sesuai
dengan kebutuhan dan
kompetensinya.
UT secara terus menerus
mengembangkan SDM agar
tercapai jumlah, kualifikasi,
dan komposisi yang
memadai dalam berbagai
bidang keahlian akademik
maupun administratif yang
sesuai dengan kebutuhan
dan kompetensinya.
3.3.2.
Sistem
manajemen SDM
UT telah menerapkan
sistem pengelolaan SDM
yang efektif dengan
berbasis TIK.
UT telah memiliki sistem
pengelolaan SDM yang
integratif berbasis TIK.
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
3.3.1. Komposisi SDM
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
3.3.1.1 Memiliki 50% dosen berkualifikasi akademik
minimal sesuai dengan dipersyaratkan oleh UU
Guru dan Dosen; dan
3.3.1.2 Memiliki 5% dosen berkualifikasi akademik
doktor
94
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.3.1.
Komposisi SDM
3.3.1.3
Memiliki 53% dosen
berkualifikasi akademik
minimal sesuai dengan
dipersyaratkan oleh UU
Guru dan Dosen;
3.3.1.3
Tidak ada perubahan
3.3.1.4
Memiliki 7% dosen
berkualifikasi akademik
doktor.
3.3.1.4
Tidak ada perubahan
-
3.3.1.5
10% pelatihan dosen
dilakukan secara online
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.3.1.
Komposisi SDM
3.3.1.5
Memiliki 60% dosen
berkualifikasi akademik
minimal sesuai dengan
dipersyaratkan oleh UU
Guru dan Dosen;
3.3.1.6
Tidak ada perubahan
3.3.1.6
Memiliki 7% dosen
berkualifikasi akademik
doktor.
3.3.1.7
Tidak ada perubahan
3.3.1.8
Memiliki 1 tenaga
Teknologi Pendidikan (TP)
di setiap jurusan (14
jurusan)
95
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek
Target Renop
Perubahan
3.3.1.
Komposisi SDM
3.3.1.7
Memiliki 90% dosen
berkualifikasi akademik
minimal sesuai dengan
dipersyaratkan oleh UU
Guru dan Dosen;
3.3.1.9
Tidak ada perubahan
3.3.1.8
Memiliki 15% dosen
berkualifikasi akademik
doktor.
3.3.1.10
Tidak ada perubahan
3.3.1.9
Menempatkan seluruh
pegawai berdasarkan
kebutuhan organisasi UT
dan kentrampilan serta
kompetensi SDM.
3.3.1.11
Tidak ada perubahan
3.3.2. Pengelolaan SDM
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
3.3.2.1 Mengembangkan desain sistem pengelolaan
SDM yang terarah dan terukur
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.3.2.
Pengelolaan SDM
3.3.2.2
Menerapkan sistem
pengelolaan SDM yang
efektif berbasis TIK
3.3.2.2
Tidak ada perubahan
96
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.3.2.
Pengelolaan SDM
3.3.2.3
Memiliki sistem audit SDM
3.3.2.3
Tidak ada perubahan
3.4 Pengelolaan Keuangan
Sebagai PTN, sistem pengelolaan keuangan UT mengacu
pada UU Keuangan Negara dan UU PNBP. Kedua peraturan
perundangan ini menjadikan pendapatan UT dalam
kategori pendapatan negara bukan pajak (PNBP) yang
harus disetorkan ke Kas Negara sebelum dapat digunakan
oleh UT. Dengan demikian, UT tidak memiliki otonomi dan
keleluasaan dalam mengelola sumberdaya keuangan yang
digali dari masyarakat. Untuk memiliki otonomi
pengelolaan keuangan, UT perlu merujuk pada pilihan
pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU).
Pengadopsian pola PK-BLU ini telah mendapatkan
persetujuan Kemendiknas dan telah diterapkan oleh
beberapa PTN. Dengan pola pengelolaan BLU, UT akan
dapat mengelola langsung pendapatannya walaupun tetap
menjadi PNBP.
Dengan ketentuan tersebut, UT dituntut melakukan
reformasi secara mendasar dalam sistem pengelolaan
pendapatan, pengalokasian, dan pertanggungjawaban
anggaran. Wilayah kerja UT yang luas, urusan UT yang
kompleks, dan rentang kendali yang lebar menuntut UT
agar mampu menyusun sistem keuangan yang mampu
menjamin kecukupan dan keberlanjutan pemasukan UT,
mengalokasikan anggaran dana secara tepat berdasarkan
prinsip ketepatan alokasi dan efisiensi, mengelola
penggunaannya secara profesional dan akuntabel, dan
melaporkannya kepada stakeholders.
Karena menguatnya tuntutan masyarakat terhadap
pengelolaan keuangan dengan sistem ‘good governance’
97
dan adanya kebijakan yang membatasi pemasukan UT
dari dana masyarakat, maka selain harus mencari
alternatif sumber pendapatan, UT juga dituntut untuk
mengelola keuangan secara profesional.
Sasaran 12
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
3.4.1.
Sistem
Pengelolaan
Keuangan
UT telah menerapkan
sistem pengelolaan
keuangan berbasis TIK
yang mampu menjamin
pengelolaan keuangan yang
profesional, akuntabel, dan
transparan yang akan
disesuaikan secara terus
menerus sesuai dengan
tuntutan profesional dan
peraturan.
UT telah menerapkan
sistem pengelolaan
keuangan berbasis TIK
yang mampu menjamin
pengelolaan keuangan yang
profesional, akuntabel, dan
transparan yang telah
disesuaikan secara terus
menerus sesuai dengan
tuntutan profesional dan
peraturan.
3.4.1. Sistem Pengelolaan Keuangan
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
3.4.1.1 Mengajukan usulan untuk menjadi PTN yang
menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan
Layanan Umum.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.4.1.
Sistem
Pengelolaan
Keuangan
3.4.1.2
Menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLU
yang berbasis TIK.
Target digeser ke tahun 2012
98
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.4.1.
Sistem
Pengelolaan
Keuangan
2.4.1.2
Menerapkan pola
pengelolaan keuangan BLU
yang berbasis TIK.
3.4.1.3
Melakukan audit
nonakademik oleh auditor
eksternal
3.4.1.3
Tidak ada perubahan
3.5 Pengelolaan Prasarana dan Sarana
Pengelolaan aset yang dimaksud di sini adalah aset yang
berwujud (tangible asset) dan aset tak berwujud
(intangible asset). Aset berwujud berbentuk antara lain
gedung, tanah, dan peralatan, sedangkan aset tak
berwujud berbentuk desain sistem, aplikasi, hak cipta, dan
hak paten.
Penyediaan akses pendidikan tinggi yang berkualitas perlu
didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana dalam
jumlah yang cukup dan dengan kualitas yang memadai.
Sarana dan prasarana selalu disesuaikan dengan
perkembangan TIK, sesuai dengan kebutuhan operasional
UT dan sesuai dengan tingkat perkembangan masyarakat.
Saat ini kondisi sarana prasarana di UT Pusat 75% sudah
sesuai dengan kebutuhan, namun sarana prasarana di
UPBJJ-UT masih perlu ditingkatkan.
Dengan status sebagai PTN, maka aset-aset UT tetap
merupakan kekayaan yang tidak terpisah dari aset
negara. Tidak semua sarana dan prasarana pendidikan di
UT dapat dipenuhi oleh UT seperti tempat ujian, tempat
tutorial, laboratorium, perpustakaan, dan studio radio/TV.
Oleh karena itu, UT harus juga mampu menjalin
kerjasama untuk menjamin tersedianya sarana dan
99
prasarana belajar dan administrasi. Untuk UPBJJ-UT,
secara bertahap terus diupayakan agar gedung kantor
dibangun di atas tanah milik UT.
Dengan perkembangan TIK, berbagai infrastruktur dan
sistem UT dibangun berbasis TIK. Proses implementasi TIK
memerlukan kesiapan desain, perangkat keras, perangkat
lunak, dan SDM. Di samping itu, setelah tiga tahun
instalasi terpasang perlu dilakukan lagi reinvestasi.
Perangkat TIK akan digunakan UT untuk mendukung
program-program layanan akademik seperti Sistem Ujian
Online (SUO), video conference, Tutorial Online, serta
introduksi mobile technology dalam sistem PJJ di UT dan
layanan administrasi.
Hal lain yang perlu dilaksanakan adalah menyangkut
pengelolaan aset-aset yang tidak berwujud. Pengelolaan
asset yang tak berwujud perlu dilakukan secara terpadu
dan sistematis, termasuk di dalamnya pengelolaan
pendaftaran dan perlindungan hak cipta dan paten, di
samping kekayaan seperti sistem registrasi, ujian, dan
layanan bahan ajar.
Sasaran 13
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
3.5.1.
Pemenuhan
Sarana dan
Prasarana
UT memiliki sarana dan
prasarana kerja dalam
kuantitas, kualitas dan
fungsi yang menjamin
terselenggara-nya PTTJJ
secara efektif dan efisien.
UT memiliki sistem
pengelolaan sarana dan
prasarana kerja yang
mampu menjamin
terselenggara-nya PTTJJ
secara efektif dan efisien.
100
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
3.5.1 Pemenuhan Sarana dan Prasarana
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
3.5.1.1 Memiliki sarana dan prasarana lengkap yang
mendukung layanan operasional UT secara
merata di seluruh Indonesia dan
3.5.1.2 Menyediakan jaringan komunikasi internal UT
Pusat dan UPBJJ-UT secara online.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.5.1.
Pemenuhan
Sarana dan
Prasarana
3.5.1.3
Menerapkan sistem
pengelolaan aset yang
berbasis TIK.
3.5.1.3
Tidak ada perubahan
-
3.5.1.4
Setiap UPBJJ-UT memiliki
ruang sumber belajar
3.6 Budaya organisasi
Budaya organisasi terdiri dari seperangkat sistem nilai dan
asumsi yang menjadi dasar setiap pegawai UT dalam
bekerja. Sistem nilai ini dibangun dengan tujuan agar
seluruh pegawai memiliki sikap dan keyakinan yang akan
membentuk perilaku pegawai dalam bekerja. Untuk
mencapai keunggulan sebagai PTTJJ, baik dalam bidang
penyelenggaraan maupun dalam bidang akademik, sistem
UT perlu ditopang oleh adanya kemampuan dan
kesempatan untuk melakukan inovasi produk dan
perubahan manajemen tatkala diperlukan.
Efisiensi dan akuntabilitas dalam manajemen dan alokasi
anggaran dicapai dengan implementasi prinsip-prinsip
good governance dan kewirausahaan. Kewirausahaan
101
dimaknai dua hal yaitu pertama setiap penetapan alokasi
anggaran harus selalu memperhitungkan manfaat dan
biaya. Kedua, setiap pegawai memiliki jiwa sebagai
petugas hubungan masyarakat UT yang senantiasa
mampu memberikan informasi tentang UT dan produk UT
kepada siapa saja yang membutuhkan informasi tersebut.
Sasaran 14
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
3.6.1.
Budaya Organisasi
UT memiliki budaya
organisasi berorientasi
pada kinerja berkualitas
UT telah memiliki budaya
organisasi yang inovatif.
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
3.6.1. Budaya Organisasi
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
3.6.1.1 Menerapkan prinsip-prinsip budaya organisasi
yang berorientasi pada peningkatan kualitas
produk, program dan layanan
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.6.1
Budaya Organisasi
3.6.1.2
Mengembangkan prinsip-
prinsip budaya organisasi
yang inovatif
3.6.1.2
Tidak ada perubahan
3.7 Sistem Penjaminan Kualitas
Prinsip-prinsip total quality management dan corporate
and good governance dijadikan filosofi pembentukan
budaya organisasi dalam rangka mencapai 3 (tiga) fokus
102
pengembangan UT. Budaya organisasi tidak akan dapat
diimplementasikan secara baik jika tidak disertai dengan
instrumen dan metode penerapannya. Instrumen yang
digunakan untuk membangun budaya organisasi
dikembangkan dengan mengadopsi pedoman yang telah
dikembangkan dan digunakan oleh Asian Association of
Open Universities (AAOU). Hasil modifikasinya kemudian
dituangkan dalam bentuk Sistem Jaminan Kualitas
Universitas Terbuka (Simintas-UT).
Penyelenggaraan PTTJJ berkualitas mensyaratkan sistem
manajemen yang handal yang mampu melayani
kebutuhan mahasiswa yang beragam dan bertempat
tinggal di berbagai wilayah Indonesia. Sistem jaminan
kualitas UT paling tidak mencakup 9 (sembilan) komponen
yaitu kebijakan dan perencanaan, pengadaan dan
pengembangan sumber daya manusia (SDM), manajemen
dan administrasi, mahasiswa, rancangan dan
pengembangan program, rancangan dan pengembangan
matakuliah, bantuan belajar bagi mahasiswa, penilaian
mahasiswa, dan media pembelajaran.
Di samping mengembangkan sistem pengendalian mutu,
UT juga mengembangkan dan mengimplementasikan
sistem penilaian kinerja pegawai dan sistem pengendalian
internal. Ketiga sistem ini secara bertahap, konsisten, dan
berkesinambungan akan diintegrasikan sehingga pada
akhirnya UT akan memiliki suatu sistem pengendalian
mutu yang efisien sekaligus akuntabel. Pada akhirnya
diharapkan SPM-PT terinternalisasi dalam setiap jiwa
pegawai dan selalu menjadi prinsip dalam bekerja.
Sasaran akhir dari implementasi sistem jaminan mutu
adalah terintegrasi mutu layanan UT yang tinggi,
akuntabel, efisien, mudah diakses, dan memiliki tingkat
kepastian yang tinggi yang dibuktikan adanya pengakuan
nasional dan internasional atas sistem UT baik dalam
bentuk akreditasi nasional maupun pengakuan dalam
103
bentuk diperolehnya sertifikat kualitas internasional pada
tahun 2013.
Sasaran 15
Komponen Sasaran 2013 Sasaran 2021
3.7.1.
Sistem
Penjaminan Mutu
UT telah memiliki sistem
penjaminan mutu
penyelenggaraan PTTJJ dan
produk akademik yang
berkualitas tinggi yang
memenuhi standar
nasional, regional, dan/atau
internasional.
UT telah memiliki sistem
penjaminan mutu
penyelenggaraan PTTJJ
dan produk akademik
yang terus menerus
dikembangkan untuk
mempertahankan dan
meningkatkan kualitas
yang berstandar nasional,
regional, dan/atau
internasional.
Tahapan pencapaian sasaran 2010-2013
3.7.1 Sistem Penjaminan Mutu
Pada akhir tahun 2010, UT telah:
3.7.1.1 Mengembangkan sistem penjaminan mutu
terintegrasi yang memenuhi standar SPM-PT.
Pada akhir tahun 2011, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.7.1.
Sistem
Penjaminan Mutu
3.7.1.2
Menerapkan sistem
penjaminan mutu
terintegrasi yang
memenuhi standar SPM-PT
dan sistem penilaian kinerja
individu dan unit.
3.7.1.2
Tidak ada perubahan
104
Pada akhir tahun 2012, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.7.1.
Sistem
Penjaminan
Mutu
3.7.1.3
Setiap unit memiliki
seorang auditor internal
untuk monitoring
implementasi QA unit
Pusat.
Pada akhir tahun 2013, UT telah:
Aspek Target Renop Perubahan
3.7.1.
Sistem
Penjaminan
Mutu
3.7.1.4.
Setiap unit memiliki
seorang auditor internal
untuk monitoring
implementasi QA unit
Pusat dan UPBJJ.
105
BAB V
PENUTUP
ahun 2010-2013 adalah masa-masa yang sangat krusial
bagi UT. Masa ini masa di mana UT harus melakukan
perubahan-perubahan mendasar. Perubahan-perubahan
tersebut antara lain adalah perubahan UT menjadi PT dengan
PK-BLU. Perubahan menjadi PT dengan PK-BLU merupakan
perubahan strategi pengelolaan pendanaan UT. Perubahan ini
perlu dibarengi dengan perubahan peningkatan kualitas produk
akademik, peningkatan citra UT di mata masyarakat,
perubahan menuju tata kelola yang efektif dan perubahan
komposisi mahasiswa UT.
Perubahan komposisi mahasiswa UT dari mayoritas mahasiswa
Pendas menjadi mayoritas mahasiswa non Pendas menuntut
perumusan dan pelaksanaan strategi yang efektif. Renstra
2010-2021 dirumuskan dengan memperhatikan perubahan
pada lingkungan strategis tersebut.
Renstra 2010-2013 ini diharapkan mampu menjadi pedoman
dalam membawa UT menjawab tema utama perubahan UT
seperti yang disebutkan di atas. Visi, misi, dan strategi ini tidak
akan banyak berguna sebagai pengarah jika setiap kebijakan
yang dirumuskan tidak didasarkan atas visi, misi, dan strategi
yang telah disepakati dan pegawai tidak bekerja dengan niat
memberikan pelayanan yang baik bagi mahasiswa dan
stakeholder lainnya.
T
top related