sampul depan sumber foto : agus budiyanto desain cover...
Post on 09-Jan-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Sampul Depan Sumber Foto : Agus Budiyanto Desain Cover : Siti Balkis
MONITORING KESEHATAN TERUMBU KARANG KABUPATEN NATUNA (BUNGURAN BARAT)
TAHUN 2010
Koordinator Tim Penelitian
Anna Manuputty
Disusun Oleh:
Hendrik A.W. Cappenberg
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
i
RINGKASAN EKSEKUTIF PENDAHULUAN
Di dalam program COREMAP Fase II ADB, tugas CRITC-LIPI adalah melanjutkan program pemantauan kesehatan terumbu karang di daerah COREMAP II ADB. Data baseline ekologi terumbu karang di daerah COREMAP II ADB telah diambil dari stasiun transek permanen yang telah dibuat di masing-masing kabupaten COREMAP II ADB pada tahun 2004. Tugas ini sangat diperlukan dalam program COREMAP II untuk mengetahui perubahan kondisi ekologi terumbu karang setelah dilaksanakannya program COREMAP di daerah termaksud.
Program COREMAP II ADB bertujuan melindungi, merehabilitasi dan memanfaatkan secara lestari terumbu karang dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir di tujuh lokasi COREMAP II ADB, yaitu: Kabupaten Natuna, Kab Batam, Kabupaten Lingga dan Kabupaten Bintan Provinsi Kepulauan Riau. Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Nias dan Kabupaten Tapanuli Tengah, Provinsi Sumatera Utara; dan Kabupaten Mentawai, Provinsi Sumatera Barat.
Data ekologi yang dipakai sebagai indikator kesehatan terumbu karang adalah: Persen tutupan karang batu hidup (LC), Makro algae (Fs), Turf Algae ( DCA), Dead coral (DC), dan unsur Abiotik (Ruble, Sand, Silt dan Rock). Data tersebut diperoleh dengan metode ”Line Intercept Transect” (LIT); data makro bentos (Jumlah individu /transek) untuk Diadema sp., Drupella sp., Acanthaster planci, Kima (Giant clam), Teripang (Holothuria), Lobster dan Trochus sp. diperoleh dengan metode ”Reef Check Benthos”; dan data kelimpahan Ikan terumbu karang (jumlah individu ikan indikator, ikan target dan ikan major per transek) yang diperoleh dengan metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC).
HASIL
Hasil pemantauan kondisi terumbu karang di perairan Bunguran Barat pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang rata-rata meningkat lebih baik dari tahun ke tahun. Populasi yang seimbang antara jenis-jenis Acropora dan Non-Acropora di perairan Bunguran Barat, diduga dapat menjaga kondisi terumbu karang tetap stabil. Tingginya persen tutupan alga (DCA+FS) tidak dapat membatasi pertumbuhan koloni jenis Acropora. Sedangkan jenis-jenis Non-Acropora (yang berbentuk bulat dan masif) dapat bertahan dari pengeboman ikan.
Walaupun pecahan karang (rubble) banyak dijumpai hampir di semua stasiun transek permanen, jenis-jenis Acropora masih tetap dapat berkembang dan terus tumbuh apabila pengeboman ikan di terumbu karang dapat dihentikan. Hasil pemantauan menunjukkan peningkatan persen
A.
B.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
ii
tutupan karang batu hidup dari 40,45% pada tahun 2004 naik menjadi 46,04% pada tahun 2007 dan terus meningkat menjadi 51,38% pada tahun 2008, menjadi 51,77% pada tahun 2009 dan menjadi 53,23% pada tahun 2010. Kalau dibandingkan dengan data baseline tahun 2004, kondisi
terumbu karang di perairan Bunguran Barat naik 10,92%, termasuk kenaikan yang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Kecamatan Bunguran Barat sebelum tahun 2004 menderita kerusakan fisik sangat berat (persen tutupan karang batu hidup 40,45 %), dan terus bertambah baik dengan adanya pengelolaan terumbu karang oleh Kelompok Masyarakat Pengelola Terumbu Karang setempat (KMPTK) yang berkembang dengan baik di Kabupaten Natuna.
Secara ringkas, rata-rata hasil persentase tutupan kategori biota dan substrat pada pengamatan /studi ”baseline” tahun 2004 sampai dengan ”monitoring tahun 2010, serta rata-rata kondisi ikan dan biota megabentos ditampilkan dalam Tabel 1.
Indikator T0(2004) T1(2007) T2(2008) T3(2009) T4(2010)
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
iii
Tabel 1. Kondisi ekosistem terumbu karang rata-rata tahun pengamatan 2004,2007, 2008, 2009 dan 2010, di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna.
SARAN
Dari pengamatan dan hasil yang diperoleh selama melakukan penelitian, maka disarankan untuk meningkatkan lagi peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian terumbu karang sehingga kondisi
Karang Live Coral 40,63 % 46,04% 51,38% 51,77% 53,23%
Ikan Karang
(Jml individu
/350m2)
Ikan indikator
Ikan target
Ikan major
17
178
509
12,00
313
87
21
99
428
15,88
68,63
514,25
23,00
109,63
728,38
Megabenthos
(Jml individu/
140m2)
A.planci
Diadema sp.
Drupella sp.
Kima besar
Kima kecil
Teripang bsr
Teripang kecil
Lobster
Trochus sp.
0,0
57,24
0,0
4,87
22,75
2,63
0,0
0,0
0,0
0,00
21,63
0,00
0,00
15,75
0,00
2,50
0,63
0,00
0,04
11,29
6,67
2,08
14,13
0,13
0,04
0,0
0,42
0,13
29,25
2,63
2,00
35,13
0,38
0,00
0,00
0,00
0,88
28,88
13,13
2,25
38,63
0,63
0,0
0,0
0,25
DCA+ FS 40,28 % 37,16% 30,75% 29,70% 29,99%
DC+Rubble 7,64 % 5,66% 7,79% 8,46% 8,17%
Abiotik 4,73 % 5,24% 3,56% 3,05 1,95%
C.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
iv
karang semakin baik mengingat adanya penurunan persentase tutupan karang hidup pada pengamatan saat ini.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan karunia berupa wilayah perairan laut Indonesia yang sangat luas dan keanekaragaman hayatinya yang dapat dimanfaatkan baik untuk kemakmuran rakyat maupun untuk obyek penelitian ilmiah.
Sebagaimana diketahui, COREMAP yang telah direncanakan berlangsung selama 15 tahun yang terbagi dalam 3 Fase, kini telah memasuki Fase kedua. Pada Fase ini, beberapa kegiatan telah dilaksanakan dengan penyandang dana dari “Asian Development Bank” (ADB). Salah satu kegiatannya adalah monitoring kesehatan terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP. Kegiatan monitoring ini bertujuan untuk mengetahui kondisi karang di lokasi tersebut apakah ada perubahan ke arah baik atau sebaliknya. Hasil monitoring dapat dijadikan sebagai salah satu bahan evaluasi keberhasilan program COREMAP.
Pada kesempatan ini pula kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam kegiatan penelitian lapangan dan analisa datanya, sehingga buku tentang monitoring kesehatan karang ini dapat tersusun. Kami juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan buku ini. Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Desember 2010
Direktur CRITC-COREMAP II - LIPI
Drs. Susetiono, M.Sc.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
v
DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF ………………………………………........... i
A. PENDAHULUAN ……………………………………........... i
B. HASIL ……………………………………………................. i
C. SARAN ……………………………………………............... iii
KATA PENGANTAR ……………………………………………............. iv
DAFTAR ISI ………………………………………………………........... v
DAFTAR TABEL ……………………………………………................... vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………............... viii
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………............ x
BAB I. PENDAHULUAN ……………………………………........... 1
I.1. LATAR BELAKANG ………………………........... 1
I.2. TUJUAN PENELITIAN ………………………....... 1
I.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN …………......... 1
BAB II. METODE PENELITIAN ………………………………........ 2
II.1. LOKASI PENELITIAN ………………………........ 2
II.2. WAKTU PENELITIAN ………………………........ 2
II.3. PELAKSANAAN PENELITIAN ……………......... 2
II.4. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA ..................................................
3
II.4.1. SIG (Sistem Informasi Geografis) ..... 3
II.4.2. Karang ................................................ 3
II.4.3. Megabentos ........................................ 3
II.4.4. Ikan Karang ........................................ 4
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................ 6
III.1. LINGKUNGAN FISIK DAN PESISIR PERAIRAN 6
III.2. KARANG ............................................................. 7
III.2.1. Hasil pengamatan karang .................. 11
III.2.2. Hasil analisa karang .......................... 15
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
vi
III.3. MEGABENTOS .................................................. 18
III.3.1. Hasil pengamatan megabentos ........ 18
III.3.2. Hasil analisa megabentos ................. 19
III.4. IKAN KARANG ................................................... 20
III.4.1. Hasil pengamatan ikan karang ........ 20
III.4.2. Hasil analisa ikan karang ................. 24
BAB IV. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................... 27
IV.1. KESIMPULAN ..................................................... 27
IV.2. SARAN ............................................................... 27
UCAPAN TERIMA KASIH ................................................................. 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 28
LAMPIRAN ....................................................................................... 29
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kondisi ekosistem terumbu karang rata-rata tahun
pengamatan 2004,2007, 2008, 2009 dan 2010, di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna.................
iii
Tabel 2. Nilai p berdasarkan hasil uji one-way ANOVA terhadap persentase tutupan biota dan substrat, dari perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.....................
17
Tabel 3. Plot interval berdasarkan nilai rerata karang hidup pada masing-masing waktu pengamatan, dari perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna..............................
20
Tabel 4. Kelimpahan individu ikan karang berdasarkan dominasi jenis, hasil ”monitoring” dengan metode ”UVC” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.......
22
Tabel 5. Kelimpahan individu ikan karang berdasarkan dominasi suku, hasil ”monitoring” dengan metode ”UVC” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.......
22
Tabel 6. Uji ”one-way ANOVA” untuk jumlah individu dan jumlah jenis ikan karang hasil monitoring dengan metode ”UVC” di perairan perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010...............................................................
26
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta lokasi monitoring kesehatan terumbu karang di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna 2010..........
2
Gambar 2. Peta topografi Pulau Bunguran dan sekitarnya, Kabupaten Natuna, 2010..................................................
6
Gambar 3. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil studi ”baseline” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2004.........
7
Gambar 4. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil “monitoring” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2007.........
8 Gambar 5. Histogram persentase tutupan kategori biota dan
substrat hasil “monitoring” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2008.........
8 Gambar 6. Histogram persentase tutupan kategori biota dan
substrat hasil ”monitoring” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2009.........
9
Gambar 7. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil ”monitoring” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.........
9
Gambar 8. Histogram persentase tutupan karang hidup hasil pengamatan dengan metode ”LIT” tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010 di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna...........................................................
10
Gambar 9. Peta persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010....
11
Gambar 10. Peta persentase tutupan karang hidup hasil monitoring dengan metode “LIT” di perairan Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010......................................
12
Gambar 11. Plot interval biota dan substrat pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna...................
16
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
ix
Gambar 12. Plot interval berdasarkan nilai rerata karang hidup pada masing-masing waktu pengamatan, dari perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna.................................
18
Gambar 13.
Peta kelimpahan biota megabentos hasil monitoring dengan metode “reef check benthos” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.......................
19
Gambar 14 Peta komposisi persentase ikan major, ikan target dan ikan indikator hasil monitoring dengan metode “UVC” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.........
21
Gambar 15 Plot interval rata-rata jumlah individu ikan karang hasil monitoring dengan metode ”UVC” pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna.....
24
Gambar 16 Plot interval rata-rata jumlah jenis ikan karang hasil monitoring dengan metode ”UVC” pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna.....
25
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Posisi stasiun transek permanen di perairan Bunguran
Barat, Kabupaten Natuna...............................................
29
Lampiran 2. Sebaran jenis karang batu di lokasi transek permanen di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010..
30
Lampiran 3. Kelimpahan biota megabentos pada stasiun transek permanen di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010..............................................................
37
Lampiran4. Sebaran jenis ikan karang di lokasi transek permanen di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010..
38
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
1
BAB I. PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG
Perairan Kecamatan Bunguran Barat terletak di Laut Cina Selatan yang secara administratif masuk ke dalam Kabupaten Natuna, Provinsi Kepulauan Riau, memiliki perairan pantai yang luas.
Pengamatan ekologi terumbu karang di lokasi-lokasi COREMAP merupakan salah satu kegiatan yang merupakan tugas utama CRITC COREMAP-LIPI. Kegiatan ini telah dilakukan sejak program Fase I. Dalam program COREMAP yang sudah berjalan sampai ke Fase II saat ini, telah dilakukan kegiatan studi baseline di perairan Kepulauan Natuna ini pada tahun 2004 dan kegiatan pemantauan pada tahun 2007, 2008 dan 2009.
Kegiatan tahun 2010 ini merupakan kegiatan pemantauan yang keempat (t4). Seperti tahun-tahun sebelumnya, pemantauan dilakukan di lokasi stasiun transek permanen seperti saat kegiatan “baseline” tahun 2004 yang meliputi delapan stasiun. I.2. TUJUAN PENELITIAN
Melihat kondisi terumbu karang di lokasi transek permanen, apakah terjadi perubahan kondisi terumbu karang serta biota yang hidup di dalamnya, apakah itu perubahan yang positif ataupun perubahan yang cenderung menurun dalam hal persentase tutupan karang, kelimpahan biota megabentos, maupun kelimpahan ikan karang di lokasi transek. I.3. RUANG LINGKUP PENELITIAN
Ruang lingkup studi monitoring kesehatan terumbu karang ini meliputi empat tahapan yaitu:
Tahap persiapan, meliputi kegiatan administrasi, koordinasi dengan tim penelitian baik yang berada di Jakarta maupun di daerah setempat, pengadaan dan mobilitas peralatan penelitian serta perancangan penelitian untuk memperlancar pelaksanaan survei di lapangan. Selain itu, dalam tahapan ini juga dilakukan persiapan penyediaan peta dasar untuk lokasi penelitian yang akan dilakukan.
Tahap pengumpulan data, dilakukan langsung di lapangan yang meliputi data tentang kondisi karang, termasuk ikan karang dan megabentos.
Tahap analisa data, meliputi verifikasi data lapangan dan pengolahan data, sehingga data lapangan dapat disajikan dengan lebih informatif.
Tahap pelaporan, meliputi pembuatan laporan sementara dan laporan akhir.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
2
BAB II. METODE PENELITIAN II.1 LOKASI PENELITIAN
Lokasi penelitian terletak di daerah pesisir perairan Bunguran Barat, Pulau Natuna. Selain Pulau Natuna, terdapat pula pulau-pulau kecil di sekitarnya seperti Pulau Sedanau, Pulau Genting, Pulau Kumbik, Pulau Sabangmawang dan Pulau Tiga (Gambar 1).
Gambar 1. Peta lokasi “monitoring” kesehatan terumbu karang di perairan
Bunguran Barat, Kabupaten Natuna 2010. II.2 WAKTU PENELITIAN
Kegiatan penelitian lapangan dilaksanakan pada bulan April-Mei tahun 2010. II.3 PELAKSANA PENELITIAN
Kegiatan penelitian lapangan ini melibatkan staf CRITC “Coral Reef Information and Training Centre” Jakarta, dibantu oleh Staf Puslit Oseanografi Jakarta dan beberapa personil CRITC daerah Natuna.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
3
II.4. METODE PENARIKAN SAMPEL DAN ANALISA DATA
Penelitian “monitoring” kesehatan terumbu karang ini melibatkan beberapa kelompok penelitian. Metode penarikan sampel dan analisa data yang digunakan oleh masing-masing kelompok penelitian adalah sebagai berikut : II.4.1. Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sebelum kegiatan di lapangan, bagian SIG perlu menyiapkan peta lokasi penelitian yang sudah diplot dengan titik-titik lokasi dengan posisi yang sama seperti pada waktu studi baseline atau juga monitoring sebelumnya. Hasil pengamatan juga akan diplot dalam bentuk peta tematik sehingga lebih informatif. II.4.2. Karang
Pada titik stasiun yang dipasang transek permanen di kedalaman antara 3-7 m, data dicatat dengan menggunakan metode ”Line Intercept Transect” (LIT) mengikuti English et al., (1997) dengan beberapa modifikasi. Teknik pelaksanaan sama dengan pada waktu kegiatan baseline. Panjang garis transek 10 m dan diulang sebanyak 3 kali.Untuk memudahkan pekerjaan di bawah air, seorang penyelam meletakkan pita berukuran sepanjang 70 m sejajar garis pantai di mana posisi pantai ada di sebelah kiri penyelam. Kemudian “LIT” ditentukan pada garis transek 0-10 m, 30-40 m dan 60-70 m. Semua biota dan substrat yang berada tepat di garis tersebut dicatat dengan ketelitian hingga centimeter.
Dari data hasil “LIT” tersebut, kemudian dihitung nilai persentase tutupan untuk masing-masing kategori biota dan substrat yang berada di bawah garis transek. Selain itu, untuk melihat perubahan yang terjadi di dalam ekosistem terumbu karang pada waktu monitoring, dilakukan analisa “one-way ANOVA” dengan uji lanjut Tukey (Walpole, 1982). II.4.3. Megabentos
Untuk mengetahui kelimpahan beberapa megabentos terutama yang memiliki nilai ekonomis penting dan bisa dijadikan indikator dari kesehatan terumbu karang, dilakukan pengamatan kelimpahan megabentos dengan metode ”Reef Check Benthos” (RCB) di sepanjang transek permanen di mana posisi stasiunnya sama dengan stasiun untuk pengamatan karang dengan metode “LIT”. Dengan dilakukannya pengamatan megabentos ini pada setiap stasiun transek permanen, diharapkan di waktu-waktu mendatang bisa dilakukan pemantauan kembali pada posisi stasiun yang sama sehingga bisa dibandingkan kondisinya.
Secara teknis di lapangan, pada stasiun transek permanen yang telah ditentukan tersebut diletakkan pita berukuran (roll meter) sepanjang 70 m sejajar garis pantai pada kedalaman antara 3-5 m. Semua biota megabentos yang berada 1 m sebelah kiri dan kanan pita berukuran sepanjang 70 m tadi dicatat jumlahnya, sehingga luas bidang yang teramati untuk setiap
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
4
stasiunnya sebesar (2 m x 70 m) = 140 m2. Adapun biota megabentos yang dicatat jenis dan jumlah individunya sepanjang garis transek terdiri dari :
Acanthaster planci (bintang bulu seribu) “Mushroom coral” (karang jamur, Fungia spp.) Diadema setosum (bulu babi hitam) Drupella sp. (sejenis Gastropoda / keong yang hidup di atas atau di
sela-sela karang terutama karang bercabang) “Large Holothurian” (teripang ukuran besar) “Small Holothurian” (teripang ukuran kecil) “Large Giant Clam” (kima ukuran besar) “Small Giant Clam” (kima ukuran kecil) Lobster (udang karang) “Pencil sea urchin” (bulu babi seperti pensil) ”Banded coral shrimp” (udang karang kecil yang hidup di sela-sela
cabang karang Acropora spp, Pocillopora spp. atau Seriatopora spp.) Trochus sp. (lola) Drupella sp. (sejenis Gastropoda / keong yang hidup di atas atau di
sela-sela karang terutama karang bercabang) “Mushroom coral’ (karang jamur, Fungia spp.)
Untuk melihat perubahan yang terjadi pada megabentos dilakukan analisa “one-way ANOVA” dengan uji lanjut Tukey (Walpole, 1982) II.4.4. Ikan Karang
Pengamatan ikan karang pada setiap stasiun transek permanen dilakukan dengan metode ”Underwater Fish Visual Census” (UVC). Ikan-ikan yang berada jarak 2,5 m sebelah kiri dan kanan sepanjang 70 m garis transek dicatat jenis dan jumlahnya sehingga total luas bidang yang teramati per transek yaitu 350 m2 (5 m x 70 m).
Identifikasi jenis ikan karang mengacu kepada Matsuda, et al. (1984), Kuiter (1992), Lieske dan Myers (1994). Khusus untuk ikan kerapu (grouper) digunakan acuan dari Randall dan Heemstra (1991), Heemstra dan Randall (1993). Jenis ikan yang didata dikelompokkan ke dalam 3 kelompok utama (English, et al., 1997), yaitu : kelompok ikan target, kelompok ikan indikator dan kelompok ikan major. Selain itu juga dihitung kelimpahan jenis ikan karang dalam satuan unit individu/ha. Tiga kelompok utama ikan karang menurut English et al., 1997 yaitu :
a. Ikan-ikan target, yaitu ikan ekonomis penting dan biasa ditangkap untuk konsumsi. Biasanya mereka menjadikan terumbu karang sebagai tempat pemijahan dan sarang/daerah asuhan. Ikan-ikan target ini diwakili oleh famili Serranidae (ikan kerapu), Lutjanidae (ikan kakap), Lethrinidae (ikan lencam), Nemipteridae (ikan kurisi), Caesionidae (ikan ekor kuning), Siganidae (ikan baronang), Haemulidae (ikan bibir tebal), Scaridae (ikan kakatua) dan Acanthuridae (ikan pakol);
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
5
b. Ikan-ikan indikator, yaitu jenis ikan karang yang khas mendiami daerah terumbu karang dan menjadi indikator kesuburan ekosistem daerah tersebut. Ikan-ikan indikator diwakili oleh famili Chaetodontidae (ikan kepe-kepe);
c. Ikan-ikan major, merupakan jenis ikan berukuran kecil, umumnya 5–25 cm, dengan karakteristik pewarnaan yang beragam sehingga dikenal sebagai ikan hias. Kelompok ini umumnya ditemukan melimpah, baik dalam jumlah individu maupun jenisnya, serta cenderung bersifat teritorial. Ikan-ikan ini sepanjang hidupnya berada di terumbu karang, diwakili oleh famili Pomacentridae (ikan betok laut), Apogonidae (ikan serinding), Labridae (ikan sapu-sapu), dan Blenniidae (ikan peniru).
Selain itu untuk melihat perubahan kondisi ikan karang dilakukan analisa “one-way ANOVA” dengan uji lanjut Tukey (Walpole, 1982).
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
6
BAB III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Kegiatan “monitoring” kondisi karang (t4) di lokasi transek permanen di perairan Kecamatan Bunguran Barat dan sekitarnya telah dilakukan pada bulan April-Mei tahun 2010. Substansi yang dipantau meliputi karang, megabentos dan ikan karang. Metoda yang digunakan disesuaikan dengan masing-masing substansi, diseragamkan dengan metode yang digunakan pada kegiatan “baseline”. Kegiatan pengamatan dilakukan pada delapan (8) stasiun transek permanen (Gambar 1). Posisi lengkap masing-masing titik transek dapat dilihat dalam Lampiran 1. Hasil pengamatan diuraikan berdasarkan masing-masing substansi. III.1 LINGKUNGAN FISIK PESISIR DAN PERAIRAN
Kabupaten Natuna terdiri dari daratan utama yaitu Pulau Bunguran dan pulau-pulau kecil di sekitarnya ± 24 pulau. Secara umum topografi di daratan utama Kabupaten Natuna mulai dari rataan datar dengan kemiringan lereng 0-5o hingga berbukit dengan kemiringan lereng 5-25o, sedangkan pada puncak bukit dapat mencapai kemiringan lereng hingga 45o. Pulau Bunguran sebagai daratan utama Kabupaten Natuna sebagian besar merupakan wilayah yang datar, wilayah berbukit terdapat di bagian utara dan timur pulau. Lokasi tertinggi berada di perbukitan timur dengan ketinggian mencapai ± 900 m.
Gambar 2. Peta topografi Pulau Bunguran dan sekitarnya, Kabupaten Natuna, 2010.
Pulau-pulau kecil disekitar Pulau Bunguran, memiliki topografi berbukit dengan kemiringan lereng pada puncak bukit dapat mencapai 45o. Dataran
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
7
dengan kemiringan lereng < 2o hanya ditemukan di sepanjang garis pantai. Ketinggian pulau-pulau kecil tersebut rata-rata dapat mencapai > 200 meter, bahkan di Pulau Sebangmawang bukitnya dapat mencapai ketinggian ± 400 m. Perairan pada Pulau Bunguran dan sekitarnya tidak terlalu dalam dengan kisaran 0 hingga 100 m di bawah permukaan laut. Kedalaman mulai bertambah hingga > 100 m terletak 25 km arah tenggara dari Pulau Bunguran dan 6 km arah barat dari Pulau Sededap. III.2 KARANG
Pemantauan kondisi terumbu karang, karang dan biota lain yang hidup di dalamnya, dilakukan dengan metode LIT ”Line Intercept Transect”. Sebagai perbandingan, ditampilkan juga hasil-hasil pengamatan pada waktu studi “baseline” tahun 2004 (t0), pemantauan pertama tahun 2007 (t1), kedua tahun 2008 (t2), ketiga tahun 2009 (t3) dan saat ini 2010 (t4). Tujuannya untuk dapat melihat perubahan yang terjadi di lokasi transek, baik untuk persentase karang, maupun untuk biota bentik lainnya dan kategori abiotik. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil pengamatan dapat dilihat pada Gambar 3, 4, 5, 6 dan 7. Sedangkan persentase tutpan karang hidup pada masing-masing tahun pengamatan ditampilkan dalam Gambar 8.
Gambar 3. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil studi ”baseline” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2004.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
8
Gambar 4. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil “monitoring” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2007.
Gambar 5. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil “monitoring” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2008.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
9
Gambar 6. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil ”monitoring” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2009.
Gambar 7. Histogram persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil ”monitoring” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
10
Pada Gambar 7 terlihat persentase tutupan karang serta komponen lain hasil “monitoring” kesehatan terumbu karang tahun 2010 (t4). Hasil pemantauan saat ini diperoleh tutupan karang hidup berkisar 31,07 - 67,70%. Persentase tutupan karang hidup didominasi oleh karang dari jenis Non-Acropora dengan rata-rata persentase tutupan 36,32±14,56%. Komponen lain yang mendominasi adalah karang mati yang ditumbuhi alga (DCA) dengan rata-rata 28,72±7,89%.
Gambar 8. Histogram persentase tutupan karang hidup hasil pengamatan dengan metode ”LIT” tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010 di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna.
Hasil pemantauan kondisi terumbu karang di perairan Bunguran Barat pada tahun 2010 menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang rata-rata meningkat lebih baik dari tahun ke tahun (Gambar 8). Populasi yang seimbang antara jenis-jenis Acropora dan Non-Acropora di perairan Bunguran Barat, diduga dapat menjaga kondisi terumbu karang tetap stabil. Tingginya persen tutupan alga (DCA+FS) tidak dapat membatasi pertumbuhan koloni jenis Acropora. Sedangkan jenis-jenis Non-Acropora (yang berbentuk bulat dan masif) dapat bertahan dari pengeboman ikan.
Walaupun pecahan karang “rubble” banyak dijumpai hampir di semua stasiun transek permanen, jenis-jenis Acropora masih tetap dapat berkembang dan terus tumbuh apabila pengeboman ikan di terumbu karang dapat dihentikan. Hasil pemantauan menunjukkan peningkatan persen tutupan karang batu hidup dari 40,45% pada tahun 2004 naik menjadi 46,04% pada tahun 2007 dan terus meningkat menjadi 51,38% pada tahun 2008, menjadi 51,77% pada tahun 2009 dan menjadi 53,23% pada tahun 2010. Kalau dibandingkan dengan data baseline tahun 2004, kondisi terumbu karang di perairan Bunguran Barat naik 10,92%, termasuk
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
11
kenaikan yang luar biasa. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi terumbu karang di Kecamatan Bunguran Barat sebelum tahun 2004 menderita kerusakan fisik sangat berat (persen tutupan karang batu hidup 40,45 %), dan terus bertambah baik. III.2.1. Hasil Pengamatan Karang
Hasil pengamatan kondisi karang dengan metode LIT diperoleh tutupan karang dengan kategori tutupan karang hidup ”baik” dan kategori ”sedang” masing-masing sebanyak empat stasiun. Stasiun yang mengalami peningkatan persentase tutupan karang terdiri dari stasiun NTNL01, NTNL05, NTNL06, NTNL07 dan stasiun NTNL08, sedangkan stasiun yang mengalami penurunan persentase tutupan karang hidup yaitu, NTNL02, NTNL03 dan NTNL04.
Pada pengamatan di seluruh stasiun diperoleh 14 suku karang batu dengan 107 jenis karang. Sebaran jenis karang yang ditemukan dapat dilihat lebih lengkap pada Lampiran 2. Hasil pengamatan kondisi karang di lokasi transek permanen disajikan dalam Gambar 9, yakni menyajikan peta persentase tutupan kategori biota dan substrat. Gambar 10 menunjukkan peta tutupan karang hidup, selanjutnya kondisi masing-masing stasiun pengamatan akan diuraikan sebagai berikut.
Gambar 9. Peta persentase tutupan kategori biota dan substrat hasil
“monitoring” dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
12
Gambar 10. Peta persentase tutupan karang hidup hasil “monitoring”
dengan metode “LIT” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
Selanjutnya, kondisi karang, biota bentik lainnya dan kategori substrat diuraikan secara rinci berdasarkan masing-masing lokasi sebagai berikut : Stasiun NTNL01 (Kampung Selaut, Pulau Salor)
Stasiun pengamatan terletak di depan Kampung Selaut yang memiliki pantai berpasir putih. Vegetasi pantai didominasi oleh pohon kelapa diselingi dengan tumbuhan pantai lainnya. Panjang rataan terumbu sekitar 500 meter. Pengamatan dilakukan pada kedalaman 5 m. Kondisi perairan tenang tidak berarus dengan jarak pandang ± 12 m. Karang hidup masih ditemukan hingga kedalaman 6 m.
Kondisi karang di stasiun ini masih dalam kategori ”baik” dengan persentase tutupan karang hidup sebesar 50% yang terdiri dari karang Acropora 8,67% dan Non-Acropora 41,33%. Tutupan karang mengalami peningkatan sebesar 8,07% dibandingkan dengan tahun 2009 (t3). Kategori lain yang mendominasi adalah karang mati beralga (DCA) sebesar 23,23%, patahan karang ”rubble” 15,50%, kemudian pasir ”sand” 4,70%. Kategori karang mati ”dead coral”, spong, ”fleshy seaweed”, lumpur ”silt” dan batuan keras ”rock” tidak ditemukan di lokasi transek.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
13
Stasiun NTNL02 (Pulau Sedanau)
Pulau Sedanau memiliki rataan terumbu sepanjang 500 m. Substrat pantai tersusun dari batuan cadas, karang mati dan pasir yang ditumbuhi oleh tumbuhan pantai. Umumnya pertumbuhan karang yang ditemukan, memiliki bentuk pertumbuhan seperti bolder dan didominasi oleh jenis Porites sp. Pertumbuhan karang hidup masih ditemukan hingga kedalaman 10 m.
Kondisi karang termasuk dalam kategori ”baik” dengan persentase tutupan karang hidup sebesar 57,90%, terdiri dari 3,50% karang Acropora dan 54,40% karang Non-Acropora. Tutupan karang hidup menurun sebesar 13,50% dibandingkan dengan tahun 2009. Karang mati beralga (DCA) juga mendominasi dengan tutupan sebesar 32,33%, mengalami peningkatan sebesar 9,83% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Kategori lain seperti karang lunak ”soft coral”, biota lain ”other biota”, patahan karang ”rubble” memiliki nilai tutupan secara berurutan sebesar, 0,43%, 0,10% dan 0,77%. Kondisi karang di lokasi ini masuk dalam kategori ”baik” Stasiun NTNL03 (Tanjung Legung, Pulau Komang)
Pengamatan karang dilakukan pada jarak kurang lebih 10 m dari garis pantai, yang berupa dinding batuan vulkanis. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 3-5 m dengan lereng terumbu yang tergolong landai. Perairan relatif tenang dengan jarak pandang ±15 m. Karang tumbuh secara bergerombol (patches) dan didominasi oleh Porites lutea.
Kondisi karang termasuk dalam kategori ”sedang” dengan tutupan karang hidup sebesar 43,40%, terdiri dari Acropora 20,30% dan Non-Acropora 23,10%. Tutupan karang Acropora mengalami peningkatan sebesar 5,43% sedangkan karang Non-Acropora menurun sebesar 10,17% dibandingkan dengan kondisi pada tahun 2009. Kategori yang mendominasi adalah karang mati beralga (DCA) sebesar 34,07%, karang lunak ”soft coral” 14,93%, merupakan nilai tutupan tertinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya, kemudian patahan karang ”rubble” sebesar 7%. Stasiun NTNL04 (Tanjung Selanding, Kampung Panyong)
Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 m dengan lereng terumbu tergolong landai. Kondisi perairan tenang tidak berarus dan jernih, dengan jarak pandang ± 15 m. Karang keras yang dijumpai didominasi oleh bentuk pertumbuhan bercabang dari jenis Porites cylindrica, sedangkan bentuk pertumbuhan bongkahan didominasi oleh Porites lutea.
Pada lokasi ini banyak dijumpai karang mati yang ditutupi alga (DCA) dengan persentase sebesar 42,13%, nilai ini meningkat sebesar 11,47% dibandingkan dengan tahun 2009, dan merupakan nilai tertinggi dibandingkan dengan stasiun lainnya. Persentase tutupan karang hidup tercatat sebesar 31,07%, dengan tutupan karang Non-Acropora lebih dominan, yaitu 27,90%, sedangkan karang Acropora 3,17%. Tutupan karang hidup mengalami penurunan sebesar 11,17% dibandingkan dengan tahun 2009.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
14
Karang lunak ”soft coral” memiliki tutupan 5,27%, kemudian spons dan ”fleshy seaweed” memiliki tutupan 1,00% dan 0,23%. Persentase tutupan dari kelompok abiotik, hanya diwakili oleh pasir ”sand” yang dicatat sebesar 8,63% dan patahan karang ”rubble” 6,90%. Nilai persentase tutupan dari komponen pasir ”sand” adalah yang tertinggi diantara stasiun pengamatan di perairan Bunguran Barat. Kondisi karang di lokasi ini masuk dalam kategori ”sedang”. Stasiun NTNL05 (Selat Depeh)
Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 5 meter dengan substrat tersusun dari pasir dan patahan karang mati. Karang tumbuh secara bergerombol dengan keragaman yang rendah. Pertumbuhan karang didominasi oleh Porites lobata, Porites rus, dan Pavona cactus. Dari hasil transek diperoleh persentase tutupan karang 49,63% dengan tutupan karang Acropora sebesar 30,17% nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan persentase tutupan pada stasiun sebelumnya (NTNL04), sedangkan karang Non-Acropora sebesar 19,47%. Nilai ini jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang ditemukan pada pengamatan 2009 (16,47%). Kategori bentik lain seperti ”DCA” dicatat sebesar 32,10% dan spong hanya sebesar 5,37%. Untuk kategori abiotik, diwakili oleh pecahan karang (Rubble) dan pasir (Sand), masing-masing 9,37% dan 3,13%. Kondisi karang di lokasi ini masuk dalam kategori mendekati ”baik” Stasiun NTNL06 (Pulau Seluar, Desa Seluar)
Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 4-6 m, lereng terumbu tergolong landai, dengan kemiringan sekitar 10-15º, substrat tersusun dari pasir dan pecahan karang mati. Perairan tenang dengan jarak pandang ± 10 m. Pertumbuhan karang dengan bentuk bercabang didominasi oleh jenis Porites cylindrica, sedangkan bentuk pertumbuhan submasive didominasi oleh Porites rus. Karang tumbuh secara bergerombol dengan keragaman yang rendah.
Dari hasil transek diperoleh persentase tutupan karang hidup sebesar 60,10%, yang terdiri dari persentase tutupan jenis karang kelompok Non-Acropora sebesar 57,90% dan kelompok Acropora 2,20%. Komponen ”DCA” dicatat sebesar 23%, dan nilai patahan karang (rubble) 15,63% dan merupakan yang tertinggi dibandingkan stasiun lainnya. Kondisi karang di stasiun ini tergolong dalam kategori “baik”. Stasiun NTNL07 (Pulau Tiga)
Stasiun ini memiliki rataan terumbu sepanjang 200 meter. Substrat tersusun dari batuan, patahan karang mati dan pasir yang ditumbuhi oleh tumbuhan pantai. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 6 meter dengan lereng terumbu yang tergolong curam. Pertumbuhan karang dengan bentuk bercabang didominasi oleh jenis Porites cylindrica, sedangkan bentuk pertumbuhan submasive didominasi oleh Porites rus. Jenis karang yang dominan pada stasiun ini relatif sama dengan stasiun NTNL06.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
15
Tutupan karang hidup dicatat 66,03% yang terdiri dari tutupan Acropora 40,47% dan karang non-Acropora 25,57%.
Persentase tutupan ”DCA” dicatat sebesar 25,60%, sedangkan karang lunak (soft coral) hanya 1,73%. Kondisi karang dikategorikan dalam kondisi ”baik”.
Stasiun NTNL08 (Pulau Sebangmawang)
Stasiun ini memiliki rataan terumbu sepanjang 300 meter. Substrat terdiri dari batuan, patahan karang mati serta pasir yang ditumbuhi oleh banyak tumbuhan pantai. Pengamatan karang dilakukan pada kedalaman 6-8 m dengan lereng terumbu landai. Pertumbuhan karang masih ditemukan hingga kedalaman 17 m, memiliki perairan yang jernih dengan jarak pandang sekitar 15 m.
Pertumbuhan karang dengan bentuk bercabang didominasi oleh jenis Porites nigrescens. Total tutupan karang hidup dicatat 67,70% dan merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan lokasi lainnya di Bunguran Barat. Nilai persentase tutupan kelompok Non-Acropora yang dicatat dalam pengamatan ini sebesar 40,90%, lebih tinggi dibandingkan kelompok Acropora (26,80%). Komponen abiotik pada stasiun ini hanya diwakili oleh pecahan karang (Rubble), yang dicatat dengan persentase tutupan sebesar 3,90%. Tutupan karang lunak dicatat 5,60%. Kondisi karang dikategorikan dalam kondisi “baik”.
Persentase tutupan karang hidup (LC) yang diamati menunjukkan bahwa hanya stasiun NTNL02, NTNL03, NTNL07 dan NTNL08 yang relatif mengalami peningkatan nilai persentase tutupan karang hidup, sedangkan 4 stasiun lainnya (NTNL01, NTNL04, NTNL05 dan NTNL06) mengalami penurunan. Dari hasil studi “baseline” tahun 2004(t0) dan “monitoring” yang telah dilakukan pada tahun 2007 (t1), 2008 (t2) dan 2009 (t3), hanya stasiun NTNL02 dan NTNL07 yang mengalami peningkatan persentase tutupan karang hidup secara kontinyu. Nilai rata-rata persentase tutupan karang hidup yang dicatat pada pengamatan 2009 adalah 51,77%, nilai ini tidak berbeda jauh dengan yang ditemukan pada pengamatan 2008 (51,38%). Perbedaan persentase tutupan karang hidup pada masing-masing stasiun transek permanen antara tahun pengamatan 2004 (t0), 2007 (t1), 2008 (t2) dan 2009 (t3) ditampilkan pada Gambar 11.
III.2.2. Hasil Analisa Karang
Pengamatan kondisi terumbu karang di wilayah perairan Bunguran Barat (Kabupaten Natuna) tahun 2010 (t4) mencakup delapan stasiun permanen seperti pada penelitian “baseline” tahun 2004 (t0). Plot interval untuk masing-masing biota dan substrat berdasarkan waktu pemantauan dengan menggunakan interval kepercayaan 95 % disajikan dalam Gambar 11.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
16
Gambar 11. Plot interval biota dan substrat pada pengamatan t0, t1, t2, t3
dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna
Untuk melihat apakah ada perbedaan persentase tutupan untuk
masing-masing kategori biota dan substrat antar waktu pengamatan (t0=2004, t1=2007, t2=tahun 2008, t3=2009, dan t4=2010) digunakan uji “one-way ANOVA’, dimana data ditransformasi ke dalam bentuk arcsin akar pangkat dua dari data (y’ =arcsin√y) sebelum dilakukan pengujian. Dari pengujian tersebut diperoleh nilai p, atau nilai kritis untuk menolak Ho. Bila nilai p<0,05 pada Tabel 1, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan persentase tutupan yang signifikan untuk kategori tersebut antar lima waktu pengamatan yang berbeda (2004, 2007, 2008, 2009, dan 2010).
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
17
Tabel 2. Nilai p berdasarkan hasil uji one-way ANOVA terhadap persentase tutupan biota dan substrat, dari perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
*) Jika p < 0,05 maka berbeda signifikan pada tingkat kepercayaan 5%.
Dari Tabel 2 diketahui bahwa data karang mati (DC), lumpur (SI) dan
batuan (RK) tidak dilakukan uji karena terdapat populasi data yang memiliki variansi nol, sehingga tidak memenuhi prasyarat uji “one-way ANOVA”. Kategori yang memiliki H0<0,05 adalah karang mati dengan alga (DCA). Persentase tutupan “DCA” berbeda signifikan antar waktu pengamatan dan perbedaannya ditemukan antara tahun 2010 (t4) versus 2004 (t0), dan 2008 (t2) versus 2004 (t0). Tutupan “DCA” pada tahun 2004 lebih besar dibandingkan tahun berikutnya. Hal ini menunjukkan adanya penurunan persentase tutupan “DCA” selama pengamatan. Sebagian “DCA” berangsur-angsur berubah menjadi karang hidup (LC) selama lima tahun pengamatan, tapi pertambahan persentase tutupan karang hidup tidak signifikan.
Peningkatan persentase tutupan karang hidup dapat dilihat pada Gambar 12. Nilai rerata ± kesalahan baku karang hidup pada saat t0 sebesar (40,45 ± 3,55%), t1 sebesar (46,04 ± 4,03%), t2 sebesar (51,38 ± 2,59%), t3 sebesar (51,77 ± 4,50%) dan t4 sebesar (53,23 ± 4,34%).
Kategori Nilai p
Karang hidup (LC) 0,396
Acropora (AC) 0,057
Non Acropora (NA) 0,812
Karang mati (DC) Tidak diuji
Karang mati dengan alga (DCA) 0,005*)
Karang lunak (SC) 0,535
Sponge (SP) 0,853
Fleshy seaweed (FS) 0,898
Biota lain (OB) 0,605
Pecahan karang (R) 0,189
Pasir (S) 0,633
Lumpur (SI) Tidak diuji
Batuan (RK) Tidak diuji
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
18
Gambar 12. Plot interval berdasarkan nilai rerata karang hidup pada masing-masing waktu pengamatan, dari perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna.
III.3. MEGABENTOS
III.3.1. Hasil Pengamatan Megabentos
Pengamatan biota megabentos dilakukan pada transek permanen dengan metode ”Reef Check Benthos”. Hasil pengamatan megabentos ditampilkan dalam bentuk peta kelimpahan pada Gambar 13, sedangkan hasil lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3.
Dari hasil pengamatan, dicatat bahwa biota karang jamur (CMR) menunjukkan nilai tertinggi dibandingkan dengan biota lainnya. Jumlah individu “CMR” bervariasi dari 29 individu (NTNL 06) sampai tertinggi 223 individu (NTNL 01). Tertinggi kedua dicatat pada biota Diadema setosum, bervariasi dari 3 individu (NTNL 06) sampai 86 individu (NTNL 05). Kedua jenis tersebut di atas ditemukan merata di semua lokasi transek. Biota lain yang cukup tinggi jumlah individunya yaitu ”Small Giant Clam”, ditemukan di 5 lokasi, dan tidak ditemukan di stasiun NTNL 08. Dicatat tertinggi ditemukan di stasiun NTNL 04 sebesar 144 individu dan terendah di stasiun NTNL 01 yaitu 1 individu. Biota ”Large Giant Clam” juga ditemukan di 5 lokasi kecuali stasiun NTNL 01, dengan jumlah individu bervariasi dari 1 individu – 4 individu. Biota ”Large Holothurian” hanya ditemukan di 3 stasiun denga jumlah 1-2 individu. Biota Acanthaster planci juga ditemukan di 3 lokasi dengan variasi jumlah 1 – 5 individu dan tertinggi dicatat di stasiun NTNL 08. Untuk biota lainnya hanya ditemukan di 1 atau 2 stasiun
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
19
pengamatan dengan jumlah 1 individu. Hasil selengkapnya dapat dilihat dalam Lampiran 3.
Gambar 13. Peta kelimpahan biota megabentos hasil “monitoring” dengan metode “Reef Check Benthos” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
III.3.2. Hasil Analisa Megabentos
Untuk melihat apakah jumlah individu setiap kategori megabentos berbeda atau tidak untuk setiap waktu pengamatan (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010), maka dilakukan uji menggunakan “one-way ANOVA”. Sebelum uji dilakukan, untuk memenuhi asumsi-asumsi yang diperlukan dalam penggunaan “one-way ANOVA” ini, data ditransformasikan terlebih dahulu menggunakan transformasi logaritma natural (Ln), sehingga datanya menjadi y’=Ln (y+1). Berdasarkan data yang ada, uji hanya bisa dilakukan untuk “Coral Mushroom” (CMR), Diadema setosum, dan “Small Giant Clam”, karena kategori megabentos yang lainnya memiliki populasi dengan variansi nol, sehingga tidak memenuhi prasyarat “uji ANOVA”.
Nilai p untuk setiap data jumlah individu/transek pada kategori megabentos yang diuji disajikan pada Tabel 3. Bila nilai p tersebut lebih kecil dari 5% (=0,05), maka Ho ditolak, yang berarti ada perbedaan jumlah individu/transek untuk kategori megabentos tersebut antara selang lima waktu pengamatan yang berbeda (2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010).
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
20
Tabel 3. Nilai p berdasarkan hasil uji ”one-way” ANOVA terhadap data jumlah individu/transek biota megabentos, di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
Kategori Nilai p
Acanthaster planci Tidak diuji
CMR 0,003*)
Diadema setosum 0,136
Drupella Tidak diuji
Large Giant clam Tidak diuji
Small Giant clam 0,274
Large Holothurian Tidak diuji
Small Holothurian Tidak diuji
Lobster Tidak diuji
Pencil sea urchin Tidak diuji
Trochus niloticus Tidak diuji
Tanda *) berarti Ho ditolak
Dari Tabel 3 terlihat bahwa hanya kategori “CMR” yang memiliki H0<0,05, artinya ada perbedaan jumlah individu yang signifikan selama lima tahun pengamatan. Perbedaannya ditemukan antara tahun 2007 (t1) dan 2004 (t0). Antara tahun 2004 (t0) dan 2010 (t4) tidak berbeda signifikan. Perubahan jumlah individu “CMR” selama tahun pengamatan tidak menunjukkan pola yang khusus. Kategori lain yang diuji bahkan tidak mengalami perubahan yang signifikan. III.4. IKAN KARANG
III.4.1. Hasil Pengamatan Ikan Karang
Hasil pengamatan ikan karang pada tahun 2010 diperoleh kelimpahan 6.888 individu termasuk ke dalam 181 jenis dan 27 suku ikan karang. Kelimpahan ini terdiri dari 5.827 individu ikan major, 877 individu ikan target dan 184 ikan indikator shingga memiliki perbandingan 32 : 5 : 1. Peta komposisi persentase ikan major, target dan indikator hasil monitoring dengan metode “UVC” disajikan dalam Gambar 14.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
21
Gambar 14. Peta komposisi persentase ikan major, ikan target dan ikan
indikator hasil monitoring dengan metode “UVC” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
Kelimpahan individu ikan karang di lokasi transek berdasarkan dominasi jenis ditampilkan dalam Tabel 4, sedangkan kelimpahan individu berdasarkan dominasi suku dapat dilihat pada Tabel 5.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
22
Tabel 4. Kelimpahan individu ikan karang berdasarkan dominasi jenis, hasil ”monitoring” dengan metode ”UVC” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
No. Jenis Kategori Jumlah individu
1 Amblyglyphidodon curacao Major 925
2 Pomacentrus alexanderae Major 615
3 Dascyllus reticulatus Major 525
4 Chromi s viridis Major 430
5 Neopomacentrus filamentosus Major 395
6 Pomacentrus lepidogenys Major 314
7 Apogon quinquelineatus Major 230
8 Amblyglyphidodon leucogaster Major 190
9 Pomacentrus moluccensis Major 184
10 Abudefduf sexfasciatus Major 147
Tabel 5. Kelimpahan individu ikan karang berdasarkan dominasi suku, hasil
”monitoring” dengan metode ”UVC” di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
No. S u k u Jumlah Individu
1 Pomacentridae 4829
2 Labridae 614
3 Apogonidae 467
4 Scaridae 262
5 Chaetodontidae 184
6 Lutjanidae 78
7 Scolopsidae 78
8 Siganidae 77
9 Pomacanthidae 66
10 Serranidae 50
11 Acanthuridae 40
12 Holocentridae 31
13 Mullidae 29
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
23
14 Zanclidae 20
15 Monacanthidae 13
16 Centriscidae 9
17 Lethrinidae 8
18 Nemipteridae 8
19 Synodontidae 6
20 Haemulidae 4
21 Pempheridae 4
22 Balistidae 2
23 Blenniidae 2
24 Dasyatidae 2
25 Ostracionidae 2
26 Tetraodontidae 2
27 Malacanthidae 1
Dari hasil sensus, jumlah individu ikan karang dari kelompok ikan
major 925 individu, didominasi oleh Amblyglyphidodon curacao (suku Pomacentridae), kemudian diikuti oleh Pomacentrus alexanderae (suku Pomacentridae) 615 individu, Dascyllus reticulatus (suku Pomacentridae 525 individu, Chromis viridis (suku Pomacentridae) 430 individu. Jenis lain dari suku Pomacentridae memiliki jumlah individu antara 147 – 395 individu. Jenis Apogon quinquelineatus (suku Apogonidae) 230 individu. Jenis-jenis tersebut di atas masuk dalam kelompok ikan major. Dari kelompok ikan ekonomis penting (ikan target), jumlah individu rata-rata jumlah individunya di bawah nilai 100. Kehadiran ikan indikator yang diwakili oleh suku Chaetodontidae dalam pengamatan ini, sebanyak 13 jenis dengan total individu 184 individu. Dimana tidak ada jenis yang memiliki jumlah individu yang dominan, tetapi semua jenis hadir dengan jumlah individu yang relatif berimbang.
Jumlah suku ikan karang yang ditemukan pada masing-masing lokasi pengamatan, menunjukkan bahwa suku Pomacentridae adalah yang tertinggi yaitu 4.829 individu dengan jumlah jenis yang diwakili sebanyak 43 jenis. Tempat kedua ditempati oleh suku Labridae walaupun memiliki jumlah jenis yang relatif sedikit, suku ini hadir sebanyak 614 individu dengan oleh 41 jenis. Suku Scaridae dicatat 262 individu dengan 13 jenis. Kemudian suku Apogonidae dengan 6 jenis. Suku Chaetodontidae dicatat 184 individu dengan 13 jenis. Suku lainnya jumlah individunya dicata lebih kecil dari 80 individu.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
24
III.4.2 Hasil Analisa Ikan Karang
Pada penelitian kali ini berhasil dilakukan pengambilan data untuk semua stasiun penelitian sebagaimana yang dilakukan saat “baseline” tahun 2004, yaitu sebanyak delapan stasiun. Rata-rata jumlah individu per tahun pengamatan disajikan pada Gambar 15, sedangkan rata-rata jumlah jenis per tahun pengamatan disajikan pada Gambar 16.
Gambar 15. Plot interval rata-rata jumlah individu ikan karang hasil “monitoring” dengan metode ”UVC” pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
25
Gambar 16. Plot interval rata-rata jumlah jenis ikan karang hasil “monitoring” dengan metode ”UVC” pada pengamatan t0, t1, t2, t3 dan t4 (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010) di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna.
Untuk melihat apakah jumlah individu dan jumlah jenis berbeda untuk setiap waktu pengamatan (tahun 2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010), maka dilakukan uji menggunakan ”one-way ANOVA”. Data tidak perlu ditransformasi karena datanya sudah memenuhi prasyarat uji ANOVA.
Gambar 15 menunjukkan bahwa interval rata-rata jumlah individu ikan karang pada tahun 2010 (t4) saling berselingkupan dengan tahun sebelumnya, 2009 (t3), begitu pula dengan tahun-tahun sebelumnya. Artinya tidak ada perbedaan rata-rata jumlah individu ikan antara tahun pengamatan. Hal ini diperkuat dengan hasil uji hasil uji ANOVA, yaitu rata-rata jumlah individu antara tahun pengamatan tidak berbeda signifikan, p = 0,059 (Tabel 6).
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
26
Tabel 6. Uji ”one-way ANOVA” untuk jumlah individu dan jumlah jenis ikan karang hasil “monitoring” dengan metode ”UVC” di perairan Kecamatan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
Kategori Sumber Variasi
Jumlah Kuadrat
Derajat Kebebasan
Kuadrat rata-rata
F P
Jumlah Individu
Antara tahun
1219307 4 304826,775 2,518 0,059
Dalam tahun
4237406 35 121068,739
Total 5456713 39
Jumlah Jenis
Antara tahun
7591,900 4 1897,975 10,560 0,000*)
Dalam tahun
6290,500 35 179,729
Total 13882,400 39
*) Jika p < 0,05 maka berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 5%.
Rata-rata jumlah jenis ikan berbeda signifikan berdasarkan uji ANOVA dengan p=0,000. Perbedaan tersebut ditemukan antara tahun 2010 (t4) dan tahun pengamatan lainnya. Lebih jelas lagi dapat dilihat pada Gambar 16, interval rata-rata jumlah jenis ikan pada tahun 2010 tidak berselingkupan dengan yang lainnya.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
27
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1. KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan kondisi karang di lokasi transek permanen, perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
Dari hasil uji statistik, dicatat bahwa ada perbedaan persentase tutupan yang signifikan untuk kategori tersebut antar lima waktu pengamatan yang berbeda (2004, 2007, 2008, 2009, dan 2010).
Nilai rerata ± kesalahan baku karang hidup pada saat t0 sebesar (40,45 ± 3,55%), t1 sebesar (46,04 ± 4,03%), t2 sebesar (51,38 ± 2,59%), t3 sebesar (51,77 ± 4,50%) dan t4 sebesar (53,23 ± 4,34%).
Untuk biota megabentos, dicatat ada perbedaan jumlah individu/transek untuk kategori megabentos tersebut antara selang 5 waktu pengamatan yang berbeda (2004, 2007, 2008, 2009 dan 2010).
Kategori “CMR” yang memiliki H0<0,05, artinya ada perbedaan jumlah individu yang signifikan selama lima tahun pengamatan. Perbedaannya ditemukan antara tahun 2007 (t1) dan 2004 (t0). Antara tahun 2004 (t0) dan 2010 (t4) tidak berbeda signifikan. Perubahan jumlah individu “CMR” selama tahun pengamatan tidak menunjukkan pola yang khusus.
Dari uji statistic untuk ikan karang dicatat ahwa interval rata-rata jumlah individu ikan karang pada tahun 2010 (t4) saling berselingkupan dengan tahun sebelumnya, 2009 (t3), begitu pula dengan tahun-tahun sebelumnya. Artinya tidak ada perbedaan rata-rata jumlah individu ikan antara tahun pengamatan.
Rata-rata jumlah jenis ikan berbeda signifikan berdasarkan uji ANOVA dengan p=0,000. Perbedaan tersebut ditemukan antara tahun 2010 (t4) dan tahun pengamatan lainnya
IV.2. SARAN
Program COREMAP tahap II sudah berakhir. Untuk menjaga kesinambungan data, hendaknya para staf CRITC di masing-masing daerah melakukan pengamatan lanjutan, sehingga kesinambungan data tetap ada, sehingga diiperoleh suatu data seri yang lebih baik. Data tersebut dapat dimanfaatkan oleh para “stakeholder” di daerah untuk pembangunan daerahnya masing-masing.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
28
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih ditujukan kepada Staf CRITC Jakarta, Peneliti dan Teknisi Puslit Oseanografi LIPI Jakarta, dan Staf CRITC daerah yang terlibat dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
English, S., C. Wilkinson and V. Baker 1997.Survey Manual for Tropical
Marine Resources.Second edition.Australian Institute of Marine Science. Townsville: 390 pp.
Heemstra, P.C and J.E. Randall 1993.FAO Species Catalogue.Vol.
16.Grouper of the World (Family Serranidae, Sub Family Epinephelidae).
Kuiter, R.H. 1992. Tropical Reef-Fishes of the Western Pacific, Indonesia
and Adjacent Waters.PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Indonesia.
Lieske, E. and R. Myers 1994. Reef Fishes of the World. Periplus Edition,
Singapore: 400 pp. Matsuda, A.K., C. Amoka, T. Uyeno and T. Yoshiro 1984.The Fishes of the
Japanese Archipelago.Tokai University Press. Randall, J.E and P.C.Heemstra 1991.Indo-PacificFishes. Revision of Indo-
Pacific Grouper (Perciformes: Serranidae: Epinepheliae), With Description of Five New Species.
Walpole, R.E. 1982. Pengantar Statistika. Ed ke-3, Sumantri B., penerjemah;
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Introduction to Statistics 3rd edition: 551 pp.
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
29
LAMPIRAN
Lampiran 1. Posisi stasiun transek permanen di perairan Bunguran Barat,
Kabupaten Natuna.
Stasiun Longitude Latitude Lokasi
NTNL 01 107.92630 3.89076 Pulau Salor
NTNL 02 108.00321 3.78984 Pulau Sedanau
NTNL 03 108.07323 3.68760 Pulau Komang
NTNL 04 108.04523 3.66167 Tanjung Selanding
NTNL 05 108.07261 3.63147 Selat Depeh
NTNL 06 108.07939 3.57879 Pulau Seluar
NTNL 07 108.10630 3.67291 Pulau Tiga
NTNL08 108.17780 3.63786 Pulau Sebangmawang
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
30
Lampiran 2. Sebaran jenis karang batu di lokasi transek permanen di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
NO. SUKU/JENIS NTNL01 NTNL02 NTNL03 NTNL04 NTNL05 NTNL06 NTNL07 NTNL08
I ACROPORIDAE
1 Acropora acuminata - - + - + - - +
2 Acropora aspera - - - - - - + +
3 Acropora brueggemanni - - + - + - + -
4 Acropora cerealis - - + - - - - +
5 Acropora digitifera - - - - - - - +
6 Acropora divaricata - - + - - - - +
7 Acropora florida - - - - - - - +
8 Acropora formosa + + + + + + + +
9 Acropora gemmifera - - - - + + + -
10 Acropora humilis - - - - - + - +
11 Acropora hyacinthus - - + - - - - -
12 Acropora millepora - - - - - - - +
13 Acropora palifera - - + - - - + -
14 Acropora paniculata - - - - - + - -
15 Acropora prostrata + - + - - - - +
16 Acropora pulchra - - + + + + + +
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
31
17 Acropora samoensis - - + - - - - +
18 Acropora sp. - - + + + + + +
19 Acropora subglabra - + - + - - - -
20 Acropora tenuis - - + - - - - -
21 Acropora valenciennesi - - - - - - + -
22 Astreopora gracilis + - + - - - - -
23 Astreopora ocellata - - + - - - - +
24 Astreopora sp. - - - - - - + -
25 Montipora foliosa - + - - - - - -
26 Montipora hirsuta + - - - - - - -
27 Montipora hispida - - + - - - - -
28 Montipora informis + - + + + - + +
29 Montipora millepora + + + + + - - -
30 Montipora monasteriata - - - - - + + -
31 Montipora sp. + + + + + - - -
32 Montipora stellata + - - - - - - -
33 Montipora turgescens - - + - + - - -
34 Montipora venosa - + + + - + + -
35 Montipora verrucosa - - - + + - + -
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
32
II AGARICIIDAE
36 Coeloseris mayeri + - + + - - + +
37 Pachyseris rugosa + + + - - + + +
38 Pachyseris speciosa + + - + + - + -
39 Pavona sp. - - - - + - - -
III EUPHYLLIDAE
40 Euphyllia glabrescens - + - - - - - +
41 Physogyra lichtensteini - + - - + - + -
IV FAVIIDAE
42 Cyphastrea chalcidicum - - + - - - + -
43 Cyphastrea microphthalma - - + - - - + -
44 Cyphastrea serailia - - - - + - - -
45 Diploastrea heliopora - - - + - + + +
46 Echinopora gemmacea + + + - - + - -
47 Echinopora horrida - - - - + - - +
48 Favia favus - + - + - - + -
49 Favia helianthoides - - + - - - - -
50 Favia laxa - - - - - - - +
51 Favia matthaii + + - + - - - +
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
33
52 Favia pallida - - - + - - - -
53 Favia sp. - - - + - + - -
54 Favia speciosa - - - - - - + -
55 Favia veroni - - + - - - + -
56 Goniastrea australensis - - - - - - - +
57 Goniastrea edwardsi + + - - + - - +
58 Goniastrea edwarsi - - - - - - + -
59 Goniastrea pectinia - - + - - - - -
60 Goniastrea retiformis - - - + - - - -
61 Leptastrea pruinosa - - + - - - + -
62 Montastrea annuligera - - + - - - - -
63 Montastrea curta - - - + - - - -
64 Montastrea sp. - - - + - - - -
65 Platygyra daedalea - - + - - - - -
66 Platygyra lamellina - - - + - - + -
67 Platygyra pini - - + - - - - -
68 Platygyra sinensis - - - - - - - +
V FUNGIIDAE
69 Ctenactis echinata + + - - + - + +
70 Fungia fungites + + - - - - + -
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
34
71 Fungia molluccensis + - - - - - + -
72 Fungia paumotensis + - + - - - - -
73 Fungia repanda - + - - - - + +
74 Fungia scutaria - - - + + - - -
75 Podabacia crustacea - + - - - - - -
VI HELIOPORIDAE
76 Heliopora coerulea + - + + - + - +
VII MERULINIDAE
77 Merulina ampliata - - - - - - + -
78 Merulina scabricula + - - - + - + -
VIII MILLEPORIDAE
79 Millepora dichotoma - - - - - - + -
80 Millepora exaesa - - + - - + - -
IX MUSSIDAE
81 Acanthastrea hillae - + - - - - - -
82 Lobophyllia corymbosa - - - - + - - -
83 Lobophyllia hataii - - - + - - + -
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
35
84 Symphyllia recta - - - - - - - +
X OCULINIDAE
85 Galaxea astreata - - - + - - - -
86 Galaxea fascicularis + + - - + - - +
XI PECTINIIDAE
87 Mycedium elephantotus - - - - - - - +
88 Oxypora lacera - - - - - - + +
89 Pectinia alcicornis - + - - + - - -
90 Pectinia paeonia - - - + - - - -
XII POCILLOPORIDAE
91 Pocillopora damicornis - + + - - - + -
92 Pocillopora verrucosa - - - - - - + +
XIII PORITIDAE
93 Goniopora columna - - - - + - - -
94 Goniopora djiboutiensis - - - - - - + -
95 Goniopora lobata + - - - - - - -
96 Porites cylindrica + + + + + + - +
97 Porites lichen - - - - - - - +
98 Porites lobata + + + + + + + +
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
36
99 Porites lutea + + + + + + + +
100 Porites negrosensis + - - - - - - +
101 Porites rus + + + + + + + +
102 Porites sp. - - - - - + - -
XIV SIDERASTREIDAE
103 Coscinaraea columna - - - - - - + -
104 Psammocora contigua + - - - - - - -
105 Psammocora digitata - - - - - - - +
106 Psammocora sp. - - - - - + - -
107 Psammocora superficialis - + - - - - - -
Jumlah jenis 28 27 40 29 28 20 42 40
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
37
Lampiran 3. Kelimpahan biota megabentos pada stasiun transek permanen di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
Megabentos NTNL 01 NTNL 02 NTNL 03 NTNL 04 NTNL 05 NTNL 06 NTNL 07 NTNL 08
Acanthaster planci 0 0 0 0 1 0 1 5
Banded coral shrimp 0 0 0 0 0 0 0 0
CMR 223 131 74 32 44 29 99 204
Diadema setosum 68 9 9 7 86 3 6 43
Drupella sp. 0 6 17 16 21 3 4 38
Large Giant Clam 0 4 2 2 4 3 2 1
Small Giant Clam 1 2 61 147 41 33 24 0
Large Holoturian 0 0 0 2 0 1 2 0
Small Holoturian 0 0 0 0 0 0 0 0
Lobster 0 0 0 0 0 0 0 0
Pencil sea Urchin 0 0 0 0 0 0 0 0
Trocus sp. 0 0 1 0 0 0 0 1
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
38
Lampiran 4. Sebaran jenis ikan karang di lokasi transek permanen di perairan Bunguran Barat, Kabupaten Natuna, 2010.
NO. SUKU/JENIS NTNL01 NTNL02 NTNL03 NTNL04 NTNL05 NTNL06 NTNL07 NTNL08 Kategori
I ACANTHURIDAE
1 Ctenochaetus striatus - - + - + + + + Target
2 Naso lituratus - - + + + + - + Target
3 Zebrasoma scopas - - - - - - + + Major
II APOGONIDAE
4 Apogon compressus - + - - - - - - Major
5 Apogon fasciatus - + - + - - - - Major
6 Apogon macrodon - + + + - + - - Major
7 Apogon multilineatus - - - - - - - + Major
8 Apogon quinquelineatus + + + + - + + + Major
9 Archamia zosterophora - - - + - - - - Major
III BALISTIDAE
10 Balistapus undulatus - - - - - + - - Major
IV BLENIIDAE
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
39
11 Meiacanthus ditrema - + - - - - - - Major
V CENTRISCIDAE
12 Aeoliscus strigatus - + + - - - - - Major
VI CHAETODONTIDAE
13 Chaetodon adiergastos + - - + - + - - Indicator
14 Chaetodon lunula - - + - - - - + Indicator
15 Chaetodon melannotus - - - - - - - + Indicator
16 Chaetodon octofasciatus + + + + + - + + Indicator
17 Chaetodon rafflesii - - + - - - - - Indicator
18 Chaetodon triangulum + + + + + + + + Indicator
19 Chaetodon trifascialis + - + - - - - + Indicator
20 Chaetodon trifasciatus - + + - + + + + Indicator
21 Chaetodon ulietensis - + - - - - - - Indicator
22 Chelmon rostratus - - + - - - - - Indicator
23 Heniochus chrysostomus - - - + - - - - Indicator
24 Heniochus singularis - - - - - + - - Indicator
25 Heniochus varius - - - + - + + + Indicator
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
40
VII DASYATIDAE
26 Taeniura lymma - - - - - - + + Target
VIII HAEMULIDAE
27 Plectorhinchus chaetodonoides - - + - - - - - Target
28 Plectorhinchus lineatus - - - - - - - + Target
IX HOLOCENTRIDAE
29 Myripristis violacea - - - - - + - - Major
30 Sargocentron caudimaculatus - - + - - + - - Major
31 Sargocentron rubrum - - + + - - + + Major
32 Sargocentron violaceum - - - - - - - + Major
X LABRIDAE
33 Anampses geographicus + + + + - - + - Major
34 Anampses melanurus + - - - + - + - Major
35 Anampses meleagrides + + + + - + - + Major
36 Bodianus axillaris - - - + - - - + Major
37 Bodianus mesothorax - - - + - - + + Major
38 Caesio caerulaurea - - - - + - - - Target
39 Caesio lunaris - - - - + - - - Target
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
41
40 Caesio teres - - - - + - + - Target
41 Cheilinus chlorurus + - + - - + - + Major
42 Cheilinus diagrammus + + + + + + - + Major
43 Cheilinus fasciatus + + - + + + + + Target
44 Cheilinus sp. - - + - - - - - Major
45 Cheilinus undulatus - - - - + - - + Target
46 Choerodon anchorago - + + - - - + - Major
47 Diproxtaxanthus sp. - - + - - - - - Major
48 Diproxtaxanthus xanthurus + - - - - - + + Major
49 Epibulus insidiator + + + - + + + + Major
50 Gomphosus varius + + + + + + - + Major
51 Halichoeres argus - + + - + - - - Major
52 Halichoeres chloropterus - + - - + - - - Major
53 Halichoeres chrysus - - - - - + - - Major
54 Halichoeres hortulanus + + + + + + + - Major
55 Halichoeres marginatus + + + + - + + + Major
56 Halichoeres melanurus + + - - + + + + Major
57 Halichoeres prosopeion - - - - - - + - Major
58 Halichoeres scapularis + + - - + - - + Major
59 Hemiglyphidodon plagiometopon + + + + + + + + Target
60 Hemigymnus fasciatus + + - - - + + + Target
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
42
61 Hemigymnus melapterus + + + + - + + + Target
62 Labrichthys unilineatus + + + - + - + + Major
63 Labroides dimidiatus + + + + - + + - Major
64 Macropharyngodon meleagris + - - - - - - - Major
65 Macropharyngodon sp. - - + - - - - - Major
66 Novaculichthys taeniurus - - - - - + - - Major
67 Stethojulis albovittata + + + + + - - - Major
68 Stethojulis bandanensis - - + - - - - - Major
69 Thalassoma amblycephalus + + - - - + - - Major
70 Thalassoma hardwickei - - + + + + + + Major
71 Thalassoma janseni + - - - - - + + Major
72 Thalassoma lunare + + + + + + + + Major
73 Thalassoma lutescens - - + + + + + - Major
XI LETHRINIDAE
74 Lethrinus erythropterus - - + - + - - - Target
75 Lethrinus harak - + - - - - - - Target
76 Lethrinus lencan - - - - + - - - Target
77 Monotaxis grandoculis - - - + - - - - Target
XII LUTJANIDAE
78 Lutjanus carponotatus + - - + - - - - Target
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
43
79 Lutjanus decussatus + + + + + + + + Target
80 Lutjanus fulviflamma + - + - - - + + Target
81 Lutjanus russellii - - - - - - + - Target
82 Symphorichthys spilurus - + - - - - - + Target
XIII MALACANTHIDAE
83 Malacanthus latovittatus - + - - - - - - Major
XIV MONACANTHIDAE
84 Amanses scopas - - - - - - + + Major
85 Oxymonacanthus longipinis - - - + + - + - Major
XV MULLIDAE
86 Parupeneus barberinoides - - + + + + - - Major
87 Parupeneus barberinus + - - + - - - + Major
88 Parupeneus bifasciatus - - - - + + + - Major
89 Parupeneus flavomaculatus - + - - - - - - Major
90 Parupeneus multifasciatus - - + - + + + - Major
91 Parupeneus sp. + - - - - - - - Major
92 Upeneus tragula + - - - - - - - Major
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
44
XVI NEMIPTERIDAE
93 Pentapodus caninus - + - + + - + - Major
XVII OSTRACIONIDAE
94 Ostracion meleagris - - - - + + - - Major
XVIII PEMPHERIDAE
95 Pempheris oualensis + - - - - - - - Major
XIX POMACANTHIDAE
96 Centropyge tibicen - - - - + - + + Major
97 Centropyge vroliki - - - + + + + + Major
98 Chaetodontoplus mesoleucus - + + + + + + + Major
99 Pomacanthus navarchus - - + - - - - - Major
100 Pomacanthus xanthometopon - - - - - + - - Major
101 Pomacantus sexstriatus - - - - - - - + Major
102 Pygoplites diacanthus - - - - + - - + Major
XX POMACENTRIDAE
103 Abudefduf bengalensis - - - - + - - - Major
104 Abudefduf septemfasciatus - - - - + - - - Major
105 Abudefduf sexfasciatus - - + - + + + + Major
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
45
106 Amblyglyphidodon aureus - - - - - - + - Major
107 Amblyglyphidodon curacao + + + + + + + + Major
108 Amblyglyphidodon leucogaster - + - + + - + + Major
109 Amphiprion clarkii - - - - - + - - Major
110 Amphiprion frenatus - - + + + - - - Major
111 Amphiprion ocellaris - + + + + - + - Major
112 Amphiprion perideraion - + - - - - - - Major
113 Amphiprion sandaracinos - + - - - - - - Major
114 Amphiprion speculum - - + - - - - - Major
115 Chromis amboinensis - - - - - - + - Major
116 Chromis atripes - - - - - - + - Major
117 Chromis fumea - + - - - - - - Major
118 Chromis margaritifer + + + - - - + - Major
119 Chromis retrofasciata - - - - - - + + Major
120 Chromis ternatensis - - - - - - + + Major
121 Chromis viridis + + + - + + + + Major
122 Chromis weberi - - - - - + - + Major
123 Chromis xanthura - - - - - + - + Major
124 Chrysiptera cyanea + + - - - - + + Major
125 Chrysiptera rollandi + + + + + + + + Major
126 Coris batuensis + + - - - - - - Major
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
46
127 Dascyllus melanurus - + + - + + + + Major
128 Dascyllus reticulatus - + + - + + + + Major
129 Dascyllus trimaculatus - - - - - - - + Major
130 Dischistodus melanotus + - + + + + + - Major
131 Dischistodus perspicillatus + + + - +- - - - Major
132 Dischistodus prosopotaenia + + + + + + + - Major
133 Neopomacentrus filamentosus + + + - - + + + Major
134 Paraglyphidodon melas + + + - + + + + Major
135 Paraglyphidodon nigroris + + + + + + - + Major
136 Plectroglyphidodon lacrymatus + + + + - + - + Major
137 Pomacentrus alexanderae + + + + + + + + Major
138 Pomacentrus bankanensis - + + + + + - + Major
139 Pomacentrus lepidogenys + + + - + + + + Major
140 Pomacentrus moluccensis + + + + + + + + Major
141 Pomacentrus nagasakiensis - - - - - + - - Major
142 Pomacentrus philippinus + + + + - + + + Major
143 Pomacentrus tripunctatus - - + - - + - - Major
144 Premnas biaculeatus - - - + - - - - Major
145 Stegastes nigricans + - + + + + - - Major
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
47
XXI SCARIDAE
146 Bolbometopon muricatum - - + - + - - - Target
147 Scarus bicolor - - - - + + - - Target
148 Scarus bleckeri + + + + + + + + Target
149 Scarus bowersi + + + - + + + + Target
150 Scarus dimidiatus + + + + + + - + Target
151 Scarus ghoban + + + + + + + + Target
152 Scarus longiceps + + + + + + + + Target
153 Scarus microhinos - + - - + - - - Target
154 Scarus niger - - - - - + - + Target
155 Scarus oviceps - - + + - + - - Target
156 Scarus prasiognathus - + + + + - - + Target
157 Scarus schlegeli - - - - - + - - Target
158 Scarus sordidus + + + + + + + + Target
XXII SCOLOPSIDAE
159 Scolopsis bilineatus + - + + + + + - Target
160 Scolopsis ciliatus + + - - + - - + Target
161 Scolopsis margaritifer + + + + + - + + Target
162 Siganus canaliculatus - - - - - + - - Target
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
48
XXIII SERRANIDAE
163 Aetaloperca roghaa - - - - + - - + Target
164 Anyperodon leucogrammicus - - - - + - - - Target
165 Cephalopholis argus - + + + + + + + Target
166 Cephalopholis boenak - + - + + + - - Target
167 Cephalopholis cyanostigma - - - + - - - + Target
168 Cephalopholis formosa + + - - - - - + Target
169 Diploprion bifasciatum - + - - - - - - Major
170 Epinephelus ongus - - - - - + - + Target
171 Plectropoma leopardus - - - - - - - + Target
172 Plectropomus laevis - - - - + - - - Target
173 Plectropomus truncatus - + - - - - - - Target
XXIV SIGANIDAE
174 Siganus guttatus - - + - - - + - Target
175 Siganus puellus - - - - + - - - Target
176 Siganus vulpinus + - - + + + + + Target
177 Siganus virgatus + - + + + + + + Target
178 Siganus corallinus + - + - + + - + Target
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
49
XXV SYNODONTIDAE
179 Saurida gracilis - + + - - - + - Major
XXVI TETRAODONTIDAE
180 Arothron nigropunctatus - - - - + - - - Major
XXVII ZANCLIDAE
181 Zanclus cornutus - - - + + + + + Major
Jumlah jenis 66 78 84 66 82 81 77 88
Monitoring kesehatan terumbu karang Bunguran, Natuna
50
top related