sikap mahasiswa terhadap berita dan hoaks di media … · mahasiswa universitas x. hasil penelitian...
Post on 07-Dec-2020
5 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SIKAP MAHASISWA TERHADAP BERITA
DAN HOAKS DI MEDIA SOSIAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Progam Studi Psikologi
Disusun oleh :
Filibertus Vanio Christanda
NIM : 149114177
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2020
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
w-
lot
,:i .i,r{&1.
ilt&4J
-rt
"p?r -:
rif'
ilt
ti
!I\I
[1
Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi
IIALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
.$IKAP MAHASISWA TERSADAP S&*ITADAN HOAKS DI MEDIA SOSIAL
.i * tr".''.' /*\. rd \\/,"..
ar"a.-r )"'j'tKi*Pembimbins skri
4//rWTanggal 2 0 ocT 201s
s %roruck
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAIUAN PENGESAIIAN SKRIPSI
SIKAP MAIIASISWA TERT{ADAP BERITA
DAN HOAKS DI MEDIA SOSIAL
Ditulis oleh
Filibertus Vanio Christanda
NIM: 149114177
Telah diujikan di hadapan panitia penguji
pada tanggai 13 November 2019
dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Penguji 2 :Prof. Augustinus Supratiknya, Ph.D.
Penguji 3 : Maria Magdalena Nimas Eki Suprawati, M.Si., psi.
Tanda Tansan
Yogyakarta, ll 5 JAii 7$7J
Fakultas Psikolcsi
iversitas Sanata Dharma
.:4L f r^\
1J#;:i:u#
111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTO
Semua yang kita berikan akan kembali
Sebaik-baiknya, setepat-tepatnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk
Tuhan beserta alam semestanya yang ajaib
Keluarga, sahabat, dan teman-teman yang memberi semangat
serta cinta kasih
Responden yang membantu penelitian hingga titik ini
Serta dunia pendidikan dengan segala jasanya atas kemajuan
umat manusia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan jika skripsi yang saya tulis ini dikerjakan dengan sejujur-
jujurnya dan tidak memuat hasil karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka, selayaknya ketentuan karya ilmiah.
Yogyakarta, 16 Januari2020
Penulis
Y{Filibertus Vanio Christanda
vt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
SIKAP MAHASISWA TERHADAP BERITA DAN HOAKS
DI MEDIA SOSIAL
Progam Studi Psikologi
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Filibertus Vanio Christanda
ABSTRAK
Penelitian ini berusaha mengetahui sikap mahasiswa terhadap berita di
media sosial dan hoaks yang ada di dalamnya. Sikap adalah derajat
positif atau negatif yang bersifat menetap dalam hal pendapat,
evaluasi, ataupun respon terhadap suatu objek di lingkungannya.
Sikap seseorang terhadap suatu objek melibatkan aspek kognitif,
afektif, dan konatif. Jenis penelitian ini adalah survei kuantitatif
dengan kuesioner terbuka. Responden dalam penelitian ini adalah 115
mahasiswa Universitas X. Hasil penelitian menunjukkan jika para
responden cenderung memiliki sikap yang negatif terhadap berita dan
hoaks di media sosial. Sikap negatif tersebut cenderung dominan di
semua aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, konatif.
Kata kunci : sikap, mahasiswa, berita, hoaks, media sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
STUDENTS’ ATTITUDE TOWARDS NEWS AND HOAX ON
SOCIAL MEDIA
Department of Psychology
Faculty of Psychology
Sanata Dharma University
Filibertus Vanio Christanda
ABSTRACT
This research aimed to acknowledge students’ attitude towards news
on social media and the hoax within it. Attitude is a positive and
negative degree which is permanent in terms of opinions, evaluations,
or responses toward an object in its environment. Someone’s attitude
towards an object involves cognitive, affective, and conative aspects.
The type of this research was quantitative survey with an open
questionnaire. Respondents in this research were 115 students of X
University. Furthermore, the results of this research showed that the
respondents intended to have negative attitudes toward news and hoax
on social media. The negative attitudes tended to be dominant in all
aspects, namely cognitive, affective, and conative aspects.
Keywords: attitude, students, news, hoax, social media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
LEMBAR PER}ryATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASIKARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini. saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Filibertus Vanio Christanda
NIM :149114177
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
SIKAP MAHASISWA TERHADAP BtrRITA
DAN HOAKS DI MEDIA SOSIAL
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta rjin dari saya maupun
memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebrenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal 1 6 Januari 2020
Yang menyatakan,
t/r/Filibertus Vanio Christanda
tL
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Skripsi ini
diselesaikan dengan tidak mudah dan membutuhkan waktu yang lebih lama dari
seharusnya. Skripsi ini tidak hanya mengajarkan penulis tentang karya ilmiah
yang baik, tetapi skripsi ini juga mengajarkan saya banyak hal tentang perjuangan,
doa, harapan, tolong-menolong, dan arti sebuah dukungan. Atas semua yang
kebaikan yang ada, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta alam semesta yang agung.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyani, M.Psi., Psi. selaku dosen pembimbing
sekaligus Dekan Fakultas Psikologi yang menjadi Ibu bagi para
mahasiswa-mahasiswinya. Terima kasih atas ilmu, waktu, dan
kesabarannya.
3. Ibu Ratri Sunar Astuti, S.Psi., M.Si. sebagai Wakil Dekan Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas kesabaran dan
ilmu yang diberikan selama ini.
4. Ibu Monica E. Madyaningrum, M. App., Ph. D. sebagai Ketua Progam
Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas waktu
dan bimbingannya selama ini.
5. Ibu Diana Permata Sari, M. Psi. selaku Wakil Ketua Progam Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Terima kasih atas
ilmunya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
6. Ibu Dr. Tjipto Susana, M. Si. sebagai Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing saya sejak menginjakkan kaki pertama kali di
Psikologi.
7. Bapak Timotius Maria Raditya Hernawa, M. Psi. selaku dosen yang
membimbing selama menjadi asisten inventori dan PMB.
8. Semua dosen di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang
mendidik penulis selama ini.
9. Kepada seluruh staf Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Terutama Mas Muji yang membimbing penulis selama menjadi asisten
di laboratorium psikologi, serta Mas Sidiq dan Mas Gandung yang
banyak membantu proses administrasi hingga penulis lulus.
10. Kepada keluarga saya, terutama kedua orangtua saya yang terkasih,
serta Mbak Dona, Mas Agni, Dek Tio, dan Dek Gio. Terima kasih
selalu mendukung dan memberi rasa cinta kasih, hingga penulis bisa
mencapai titik ini.
11. Bolo kentel dari Madiun, si Ega, Rudi, Dedi, Tanto, Aji, Dewandha,
Pongki, Raka, Edo, Thezar, Hanes, dan Theo.
12. Teman-teman kelas saya yang berjuang bersama mulai dari 2014.
Terutama sahabat saya yang sering bersama ketika japok, sambat
kuliah, dolan, dan guyon bersama, yaitu Yus, Teguh, Felik, Wulan,
Rizka, Merry, Dhea, Ima, Jati, Devina, Ita, Rudy, Cila, Denty, Keket,
Ivan, Ara, dan Dimi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
13. Adik tingkat saya yang memberi dukungan dan bantuan selama ini,
Dora, Galuh, Yola, Tyas, Rachel, dan Etha.
14. Teman-teman kepanitiaan, terutama kepanitiaan USD Menanam 1000
Pohon yang menjadi kepanitiaan pertama, Psychofest, serta Aksi 2018
yang menjadi penutup masa perkuliahan.
15. Rekan asisten laboratorium psikologi, asisten PMB, dan para rekan di
biro Detail Consulting. Terima kasih telah memberi banyak ilmu dan
pengalaman.
16. Anak kos Pak Hasan, terutama Wisnu dan Bram yang banyak
membantu selama ini.
17. Kelompok KKN yang menjadi teman susah dan senang selama 1 bulan,
Nata, Elsa, Rosma, Yuka, Esta, Ari, dan Jenti.
18. Teman-teman seperjuangan skripsi, terima kasih sudah saling
mendukung selama ini.
19. Responden yang membantu penelitian ini hingga selesai, penulis
mengucapkan terima kasih. Semoga kebaikan kalian segera kembali.
20. Tanah tercinta yang telah menjadi kota nyaman bagi para perantaunya,
Yogyakarta.
Ucapan terima kasih di atas mungkin tidak bisa menggambarkan betapa
bersyukurnya penulis atas segala kebaikan yang diterima selama ini. Semoga
segala kebaikan yang diberikan segera kembali ke semua orang pada waktu yang
tepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Melalui skripsi ini, penulis berharap dapat ikut memberikan sumbangsih
terhadap ilmu pengetahuan, khususnya ilmu psikologi. Semoga skripsi ini juga
dapat berguna bagi orang yang membacanya.
Yogyakarta. 1 6 Januari 2020
Filibertus Vanio Christanda
x111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................................ ii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ iii
HALAMAN MOTO .............................................................................................. iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ................................................................ vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ........................................................................................................... viii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ............................... ix
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvii
BAB I-PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 14
C. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 14
D. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 14
BAB II-TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 16
A. Media Sosial ................................................................................................ 16
1.Pengertian Media Sosial ................................................................................. 16
2.Jenis Media Sosial .......................................................................................... 17
3.Berita dan Hoaks di Media Sosial .................................................................. 20
4.Jenis Hoaks ..................................................................................................... 24
B. Sikap ............................................................................................................ 25
1. Pengertian Sikap ..................................................................................... 25
2. Komponen Sikap ..................................................................................... 26
3. Ciri-ciri Sikap.......................................................................................... 29
4. Faktor-faktor Pembentuk Sikap .............................................................. 31
C. Mahasiswa ................................................................................................... 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
1. Pengertian Mahasiswa ............................................................................ 34
2. Tahapan Perkembangan .......................................................................... 34
D. Kerangka Berpikir ....................................................................................... 37
BAB III-METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 47
A. Fokus Penelitian........................................................................................... 47
B. Jenis dan Desain Penelitian ......................................................................... 47
C. Definisi Operasional .................................................................................... 48
D. Responden Penelitian................................................................................... 48
E. Alat Pengumpulan Data ............................................................................... 49
F. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 53
G. Metode Analisis Data .................................................................................. 53
H. Kredibilitas Penelitian ................................................................................ 55
BAB IV-HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 57
A. Gambaran Responden .................................................................................. 57
B. Pelaksanaan Penelitian................................................................................. 60
C. Hasil Penelitian ............................................................................................ 61
a. Sikap terhadap Berita di Media Sosial .................................................... 62
b. Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial ................................................... 67
D. Pembahasan ................................................................................................. 71
a. Sikap terhadap Berita di Media Sosial .................................................... 71
b. Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial ................................................... 82
BAB V-KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 95
A. Kesimpulan .................................................................................................. 95
B. Keterbatasan Penelitian ............................................................................... 95
C. Saran ............................................................................................................ 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 97
LAMPIRAN ........................................................................................................ 105
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pertanyaan tentang Sikap terhadap Berita di Media Sosial .................. 51
Tabel 2. Pertanyaan tentang Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial .................. 52
Tabel 3. Pertanyaan tentang Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial .................. 55
Tabel 4. Deskripsi Prodi Responden ................................................................... 58
Tabel 5. Deskripsi Tahun Angkatan Responden ................................................. 59
Tabel 6. Deskripsi Usia Responden .................................................................... 60
Tabel 7. Deskripsi Jenis Kelamin Responden ..................................................... 60
Tabel 8. Sikap terhadap Berita di Media Sosial berdasarkan Aspek Kognitif .... 62
Tabel 9. Sikap terhadap Berita di Media Sosial berdasarkan Aspek Afektif ...... 64
Tabel 10. Sikap terhadap Berita di Media Sosial berdasarkan Aspek Konatif ..... 65
Tabel 11. Sikap terhadap Berita di Media Sosial Secara Keseluruhan ................. 66
Tabel 12. Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial berdasarkan Aspek Kognitif ... 67
Tabel 13. Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial berdasarkan Aspek Afektif ..... 68
Tabel 14. Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial berdasarkan Aspek Konatif ..... 69
Tabel 15. Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial Secara Keseluruhan................. 70
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir 1 ................................................................ 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemajuan teknologi yang ada saat ini telah membuat manusia semakin
mudah mengakses internet. Akses internet yang telah berkembang pesat
tersebut membawa banyak perubahan dalam hal komunikasi dan informasi
melalui media sosial. Media sosial dapat diartikan sebagai aplikasi atau
layanan berbasis web yang memungkinkan serangkaian koneksi dibuat secara
online melalui profil atau konten media (Bossio, 2017). Munculnya internet
dan media sosial dapat memberi kebebasan individu untuk ikut menyebarkan
informasi (Nasrullah, 2018). Contoh media sosial adalah facebook, twitter,
youtube, ataupun wikipedia (Nasrullah, 2018).
Salah satu hal yang menjadi ciri dari media sosial adalah penggunanya
dapat membuat profil pribadi untuk berbagi pengalaman, informasi, ataupun
berita (Heggde & Shainesh, 2018). Berita adalah segala informasi yang
disampaikan dan didengarkan manusia tentang hal-hal yang berkaitan dengan
seluk-beluk kehidupan (Azwar, 2018). Oleh karena itu, berita di media sosial
dapat disimpulkan sebagai informasi, cerita, atau keterangan mengenai suatu
hal terbaru, yang menyebar melalui aplikasi atau layanan web.
Saat ini media sosial memang dapat memberi kemudahan dalam hal
mencari berita yang terbaru. Ada begitu banyak berita bermanfaat yang bisa
kita terima di media sosial. Berita tersebut sangat beragam mulai dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
pendidikan, kesehatan, ekonomi, hingga politik. Bahkan Presiden RI Joko
Widodo juga memiliki akun Youtube yang kini telah menembus 1 juta
subscriber (Clinten, 2019). Menurut Jokowi, membuat akun media sosial
merupakan cara yang baru dan penting dalam menyampaikan informasi
terhadap masyarakat (Deliusno, 2016).
Manfaat media sosial dalam menyebarkan informasi memang dapat
dirasakan oleh banyak orang. Sayangnya, media sosial juga ikut berperan
dalam maraknya penyebaran informasi palsu. Perbedaan antara informasi yang
menyebar di media sosial dengan informasi dari media profesional adalah
dalam hal mekanisme penyuntingan. Media profesional seperti surat kabar,
majalah, maupun televisi akan melakukan verifikasi informasi dan
pemeriksaan ulang sehingga informasi yang dipublikasikan kepada publik
merupakan informasi yang valid. Sebaliknya, informasi yang menyebar di
media sosial tidak memiliki mekanisme penyuntingan yang terstruktur
sehingga belum terverifikasi kebenarannya. Hal tersebut mengakibatkan
terjadinya ledakan informasi “sampah” yang dibuat oleh para pengguna media
sosial, apalagi teknologi media sosial tidak memiliki instrumen untuk
memeriksa kebenaran suatu informasi. Akibatnya, muncul fenomena berita
palsu yang menyebar melalui media sosial. Informasi dalam berita palsu
direkayasa sedemikian rupa demi tujuan tertentu (politik, ekonomi, sosial)
sehingga bisa bersifat bias dan menyesatkan (Wisnuhardana, 2018).
Berita palsu yang tersebar di media sosial biasa disebut sebagai hoaks.
Kata hoaks merupakan serapan dari kata “hoax” yang ramai digunakan di
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
media sosial (Wahyu, 2017). Kata tersebut kini sudah terdaftar di dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) edisi V yang tersedia secara online.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, hoaks diartikan sebagai berita
bohong (KBBI, 2016). Selain itu, berita bohong atau berita palsu dapat
diartikan sebagai berita yang dapat dibuktikan salah, dibuat secara sengaja, dan
dapat menyesatkan para pembaca (Shu, Sliva, Wang, Tang, & Liu, 2017). Di
sisi lain, Barclay (2018) mengartikan berita palsu (Hoaks) sebagai informasi
yang sengaja dibuat seolah-olah kredibilitasnya dapat dipercaya, padahal
kenyataannya tidak.
Hoaks yang menyebar di media sosial sangatlah beragam. Di Sulsel
sempat tersebar hoaks tentang penemuan emas milik Soekarno yang
menghebohkan warga (Mappiwali, 2019). Ada juga hoaks tentang
perpanjangan Surat Izin Mengemudi (SIM) yang sudah mati tanpa perlu
melalui proses pembuatan ulang (Priyantoro, 2019). Di sisi lain, ada pula hoaks
bersifat negatif yang menyebar di media sosial. Contohnya adalah kasus
penyebaran hoaks oleh Saracen.
Saracen merupakan sindikat yang menyebarkan hoaks secara sengaja.
Saracen menyebarkan hoaks berisi konten SARA yang dibuat sesuai pesanan.
Bahkan, kelompok tersebut memiliki sekitar 800.000 akun dalam jaringannya
(Movanita, 2017). Tugas anggota saracen meliputi perekrutan anggota,
memulihkan akun yang diblokir, koordinator grup, menyebarkan foto yang
telah diedit, hingga membuat akun anonim dan memberi komentar provokatif
dalam postingan yang telah diunggah Saracen (Aziz, 2017). Di sisi lain, ada
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
pula individu yang menyebarkan konten hoaks negatif secara tidak sengaja. Di
Sukabumi, seorang pelajar ditangkap oleh pihak kepolisian karena ikut
menyebarkan informasi hoaks tentang adanya 10 ribu orang yang akan
membunuh ulama di facebook. Pelajar tersebut terpancing untuk menyebarkan
postingan tentang pembunuhan ulama dan tidak mengetahui jika isinya
merupakan informasi hoaks. Bahkan dirinya baru saja mengetahui arti dari
“hoaks” setelah ditangkap oleh pihak kepolisian. (Alamsyah, 2018).
Revisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik (ITE) yang diberlakukan sejak 28 November 2016
bertujuan untuk menangani para pelaku penyebar berita hoaks dan fitnah di
internet (Pratama, 2016). UU ITE tersebut berkaitan dengan larangan membuat
dan menyebarkan informasi yang berkaitan dengan tuduhan, fitnah, ataupun
SARA yang mengarahkan kebencian (Fauzi, 2016). Setelah direvisi, orang
yang terjerat UU ITE dapat dihukum penjara paling lama 4 tahun dan denda
maksimal 750 juta rupiah (Deliusno & Hakim, 2016).
Selain melakukan revisi undang-undang, pemerintah juga telah berupaya
menangani hoaks dengan cara melakukan pemblokiran. Pemerintah telah
memblokir sekitar 6000 situs atau akun yang menyebarkan ujaran kebencian,
fitnah, dan hoax (Adiyudha, 2017). Sayangnya pemblokiran terhadap akun
hoaks di media sosial lebih sulit apabila dibandingkan dengan situs web
(Santoso, 2018). Hal tersebut dapat disebabkan oleh adanya hukum di negara
asal aplikasi yang mewajibkan melakukan peradilan terlebih dahulu atas akun
bermasalah (Santoso, 2018). Kini ada 9 media yang sudah menyetujui aturan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
pemblokiran akun di Indonesia, tetapi masalahnya adalah akun yang baru akan
terus bermunculan meskipun telah diblokir (Santoso, 2018).
Survei yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet
Indonesia (APJII) tahun 2017 menunjukkan jika mayoritas penggunaan internet
dimanfaatkan untuk layanan chatting, yaitu sebanyak 89,35 persen.
Selanjutnya diikuti oleh media sosial, seperti instagram atau facebook
sebanyak 87,13 persen (Setiawan, 2018). Padahal hasil survei Masyarakat
Telematika Indonesia (Mastel) menunjukkan bahwa media sosial menjadi
sumber utama peredaran hoaks (berita palsu), yaitu sejumlah 92,40 persen
(Librianty, 2017). Apalagi rata-rata orang Indonesia menghabiskan waktu 3
jam 23 menit dalam sehari untuk mengakses media sosial, tertinggi nomor 3 di
dunia (Pertiwi, 2018). Selain itu, pertumbuhan pengguna media sosial
Indonesia merupakan tertinggi nomor 3 di dunia pula, yaitu sebanyak 23 persen
(Jamaludin, 2018). Data tentang tingginya pertumbuhan dan akses terhadap
media sosial tersebut membuat orang Indonesia memiliki resiko tinggi terpapar
berita hoaks.
Maraknya hoax yang bersifat negatif di media sosial dapat memiliki
dampak buruk pada psikis individu. Wawancara yang dilakukan oleh Herwanto
dan Febyani (2015) terhadap millenial mom menunjukkan jika terdapat lima
dari enam subjek yang merasa khawatir dan takut terhadap berita hoaks negatif
yang mengancam keselamatan anaknya. Sehubungan dengan hal tersebut,
survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan jika 75
persen publik merasa khawatir terhadap maraknya hoaks (Sukmana, 2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Johnston dan Davey (1997)
menunjukkan jika buletin berita televisi yang bersifat negatif dapat
meningkatkan perasaan cemas dan sedih dalam diri seseorang. Bahkan
kekhawatiran yang bersifat personal pada individu pun juga ikut meningkat.
Dari hasil penelitian tersebut dapat muncul kemungkinan jika berita hoaks
yang bersifat negatif juga dapat menimbulkan efek serupa pada kondisi
psikologis individu. Di sisi lain, hoaks juga dapat memunculkan kembali
trauma lama seseorang (Kurnia, 2017). Hal ini dapat dilihat dari kasus seorang
perempuan yang mengalami ketakutan dan teringat pengalaman traumatik
tahun 1998 akibat dari berita tentang gejolak demo dan hoaks berkaitan dengan
etnis Tionghoa di media sosial (Kurnia, 2017).
Berita hoaks dapat pula mengancam keselamatan jiwa seseorang. Hal ini
dapat dilihat dari kasus pengeroyokan terhadap orang yang mengidap
gangguan jiwa karena adanya isu penyerangan ulama dan PKI (Rifa’i, 2018).
Selain itu, ada pula kasus tewasnya seorang lelaki di Kalimantan Barat karena
dikeroyok warga yang terhasut hoaks penculikan anak (Irawan, 2017).
Hal lain yang membuat hoaks semakin berbahaya adalah penyebarannya
yang lebih cepat diketahui masyarakat dibandingkan berita sesungguhnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Vosoughi, Roy, dan Aral (2018) di twitter
menunjukkan jika berita palsu menyebar lebih cepat dan luas dibandingkan
berita asli di semua kategori informasi. Hasil penelitian tersebut juga
menunjukkan jika berita palsu di bidang politik memiliki efek yang paling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
signifikan dibandingkan berita palsu tentang terorisme, bencana alam,
informasi keuangan, ataupun ilmu pengetahuan.
Tingginya penggunaan media sosial dan banyaknya hoaks yang
menyebar di dalamnya membuat peneliti ingin mengetahui bagaimana sikap
penggunanya. Sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang terhadap
objek atau situasi yang relatif tetap, mengandung perasaan tertentu, dan
menjadi dasar manusia untuk memberikan respon atau berperilaku sesuai
pilihannya (Walgito, 1991). Sikap terdiri dari tiga komponen, yaitu kognitif,
afektif, dan konatif (Azwar, 2005).
Sikap dapat diartikan pula sebagai derajat positif atau negatif dalam hal
pendapat ataupun respon terhadap suatu objek (Berkowitz, 1972 dalam Azwar,
2005 & Ajzen, 2005). Ketika seseorang memiliki sikap yang positif terhadap
suatu objek, maka ia akan menunjukkan perilaku mendekati atau mendukung
objek sikap (Sarwono & Meinarno, 2009). Sebaliknya ketika seseorang
memiliki sikap yang negatif terhadap objek sikap, maka ia akan cenderung
menjauhi dan menolaknya.
Salah satu faktor pembentuk sikap manusia adalah media massa (Azwar,
2005). Media massa sebagai sarana komunikasi membawa pesan yang dapat
mengarahkan opini seseorang, sehingga dapat menjadi dasar kognitif dalam
pembentukan sikap individu. Serupa dengan media massa, tentunya isi berita
media sosial juga membawa suatu pesan yang dapat membentuk sikap
seseorang. Padahal berita di media sosial dapat berisi hoaks yang berisi hal
negatif dan menyesatkan. Oleh karena itu, penting mengetahui ke mana arah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
sikap seseorang terhadap berita dan hoaks di media sosial. Hal ini dikarenakan
individu yang memiliki sikap positif terhadap berita-berita di media sosial bisa
saja termakan hoaks yang ada di dalamnya. Di sisi lain, individu yang memiliki
sikap positif terhadap hoaks dapat ikut mendukung penyebarannya, sedangkan
individu yang memiliki sikap negatif terhadap hoaks dapat menolak dan
menghindarinya.
Salah satu faktor yang menyebabkan manusia memercayai berita palsu
adalah confirmation bias (Shu, Sliva, Wang, Tang, & Liu, 2017). Confirmation
bias tersebut bisa diartikan sebagai kondisi saat seorang individu lebih suka
menerima informasi yang menguatkan pandangan dalam diri mereka
(Nickerson, 1998 dalam Shu, Sliva, Wang, Tang, & Liu, 2017). Hal tersebut
sesuai dengan pandangan Myers (2014) yang menyatakan bahwa orang
cenderung tidak mencari informasi yang berbeda dengan keyakinannya.
Manusia memang memiliki kecenderungan untuk memercayai informasi
yang dapat menguatkan opini atau sikapnya tentang kelompok, produk, atau
kebijakan tertentu (Respati, 2017). Oleh karena itu, ketika seseorang menerima
informasi yang sesuai dengan kepercayaannya, niat untuk mencari tahu
kebenarannya akan berkurang (Respati, 2017). Selain itu, semua orang
memiliki resiko menjadi korban berita hoaks. Tinggi rendahnya resiko
seseorang menjadi korban berita hoaks ditentukan oleh kemampuan berpikir
kritis dan mengevaluasi informasi yang diterimanya (Respati, 2017). Selain itu,
Ekopriyono (2018) juga menyatakan jika pendekatan kritis merupakan jawaban
atas hoaks yang saat ini merajalela. Sikap kritis terhadap suatu informasi akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
membuat seorang individu tidak mudah dipengaruhi informasi yang simpang
siur (Ekopriyono, 2018).
Kemampuan berpikir kritis dalam menyikapi informasi yang diterimanya
seharusnya dimiliki oleh mahasiswa. Hal ini dikarenakan perguruan tinggi
merupakan tempat mahasiswa tumbuh dan mendapat kecerdasan khususnya
dalam hal penalaran moral dan berpikir kritis (Montgomery & Core, 2003
dalam Feldman & Papalia, 2014). Selain itu, Piaget menyatakan bahwa pada
umur 11 hingga 15 tahun, remaja akan memasuki tahap perkembangan kognitif
operasional formal (Santrock, 2012). Pada tahapan operasional formal, seorang
individu sudah memiliki pemikiran yang lebih logis dibandingkan tahapan
operasional konkret (Santrock, 2012). Oleh karena itu, seorang mahasiswa
yang rata-rata berusia 18-22 tahun sudah memasuki tahap operasional formal
dan memiliki pemikiran yang lebih logis pula. Piaget (Santrock, 2012) juga
menyatakan bahwa orang dewasa muda memiliki pemikiran yang lebih baik
secara kuantitatif, sehingga mereka mempunyai pengetahuan yang lebih
banyak apabila dibandingkan dengan remaja. Oleh karena itu, seharusnya
mahasiswa mampu menyikapi berita dan hoaks di media sosial dengan lebih
baik.
Kenyataannya saat ini sikap mahasiswa terhadap berita di media sosial
yang marak akan hoaks masih belum jelas. Di Bandung, tiga mahasiswa asal
salah satu PTN menciptakan aplikasi anti hoax bernama Hoax Analyzer. Hoax
Analyzer dapat digunakan sebagai alat untuk mengecek kebenaranan suatu
informasi. Aplikasi tersebut dibuat karena mereka merasa gelisah serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
menganggap media sosial telah menjadi tidak sehat dan tidak nyaman (Agung,
2017). Di sisi lain, ada mahasiswa yang justru menimbulkan keresahan publik
dengan menyebarkan berita palsu di media sosial tentang penculikan anak
(Ruslan, 2018). Selain itu, ada pula mahasiswa yang menyebarkan berita palsu
di grup WhatsApp kampusnya tentang peristiwa pembegalan sebagai alasan
tidak masuk. Bahkan rekan-rekan sesama mahasiswanya memercayai infomasi
tersebut hingga diimbau untuk waspada (Yulianto, 2018). Hal-hal tersebut
menunjukkan jika ada mahasiswa yang merasa resah terhadap informasi di
media sosial yang penuh dengan hoaks, tapi ada pula mahasiswa yang justru
menyebarkan hoaks dan dengan mudah terhasut informasi yang diterimanya di
media sosial.
Di sisi lain, hasil survei pendahuluan yang disebarkan secara online
kepada 167 mahasiswa Universitas X di Yogyakarta menunjukkan jika
sebanyak 98,2% cenderung menerima informasi melalui media sosial
dibandingkan dengan media cetak. Alasan mereka mulai dari media sosial
lebih mudah diakses, praktis, penyebaran informasi yang lebih cepat, terbaru,
hingga tampilan dan bahasa yang lebih menarik. Masalahnya adalah 63,5%
mahasiswa tersebut pernah memercayai sebuah informasi yang ternyata adalah
hoaks. Hoaks yang mereka terima pun beragam entah itu tentang bencana
alam, perceraian artis, kasus penganiayaan Ratna Sarumpaet, kerusuhan orang
timur di daerah Yogyakarta, ujaran kebencian tentang agama, hingga politik.
Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan pada beberapa mahasiswa
juga menunjukkan jika mereka pun bisa termakan oleh sebuah hoaks. Salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
seorang mahasiswa menyatakan jika dirinya pernah merasa takut dan tidak mau
pergi ke mall yang ada di Jogja karena ada informasi tentang adanya bom yang
menyebar melalui grup WhatsApp keluarganya (Komunikasi pribadi, 26
September 2018). Selain itu, wawancara dengan T (Komunikasi pribadi, 25
Februari 2019) juga menunjukkan jika dirinya pernah memercayai sebuah
berita dari akun instagram “Info Cegatan Jogja” tentang adanya pencuri yang
dihakimi massa di Bantul. Kemudian barulah dia mengetahui jika informasi itu
merupakan hoaks.
Hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukkan pentingnya
mengetahui gambaran sikap mahasiswa terhadap berita dan hoaks di media
sosial. Berita di media sosial memang dapat berisi berita yang benar dan
bermanfaat. Di satu sisi, hoaks juga marak menyebar dan tidak dapat
dipisahkan dari media sosial. Oleh karena itu peneliti ingin mengetahui
gambaran sikap terhadap berita di media sosial secara umum dan berita yang
sudah terbukti merupakan hoaks. Sikap terhadap kedua hal tersebut dipisahkan
karena keduanya merupakan hal yang berbeda.
Saat ini sudah ada beberapa penelitian tentang fenomena penggunaan
media sosial. Seperti misalnya penelitian yang memiliki tujuan untuk
mengetahui hubungan antara kesepian dan kecenderungan narsisistik di
jejaring sosial instagram (Sembiring, 2017). Hasil penelitian tersebut
menunjukkan jika tinggi atau rendahnya kesepian yang dialami pengguna
media sosial tidak berhubungan dengan tingkat narsisistik seseorang. Adapula
penelitian yang membahas perilaku pengguna media sosial melalui perspektif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
psikologi sosial (Mulawarman & Nurfitri, 2017). Perilaku pengguna media
sosial tersebut meliputi swafoto, cyberwar, belanja daring, personalisasi diri
pengguna, dan budaya share.
Sebelumnya juga sudah ada penelitian tentang hoaks di media sosial.
Salah satunya adalah penelitian yang berusaha mengetahui intensi individu
menyebarkan hoaks berdasarkan kepribadiannya (Gumelar, Erik, & Robbany,
2019). Hasil penelitian itu menunjukkan jika individu dengan dimensi
kepribadian extraversion dan neuroticism memiliki pengaruh signifikan
terhadap intensi menyebarkan hoaks. Di sisi lain, ada pula penelitian lain yang
berusaha mengetahui sikap mahasiswa terhadap suatu fenomena. Diantaranya
adalah penelitian tentang pengaruh harga diri, komitmen, dan juga sikap
mahasiswa terhadap perilaku seks pranikah (Rahardjo, Citra, Saputra,
Damariyanti, Ayuningsih, & Siahay, 2017). Hasil penelitian menunjukkan jika
sikap positif mahasiswa terhadap perilaku seks pranikah menjadi salah satu
faktor utama perilaku seks pranikah.
Sejauh yang peneliti telah telusuri, saat ini belum ada penelitian dalam
bidang psikologi tentang sikap mahasiswa terhadap berita di media sosial dan
hoaks yang sedang marak. Peneliti merasa penting untuk mengetahui
bagaimana sikap mahasiswa terhadap berita di media sosial karena hasil survei
menunjukkan jika 98,2% dari 167 mahasiswa Universitas X menyatakan
cenderung menerima informasi melalui media sosial. Padahal saat ini hoaks
marak menyebar di media sosial. Berita di media sosial memang tidak bisa
dipisahkan dari hoaks. Oleh karena itu peneliti juga ingin mengetahui
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
bagaimana sikap mahasiswa Universitas X terhadap hoaks tersebut. Sikap yang
dimiliki oleh seorang individu akan memberi warna atau corak pada
perilakunya. Dari sikap tersebut dapat diketahui bagaimana respon atau
perilaku seseorang terhadap keadaan yang dihadapinya. Oleh karena itu, dapat
diketahui pula gambaran kemungkinan perilaku yang muncul (Walgito, 1991).
Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan pengetahuan dalam
bidang psikologi sosial. Para psikolog sosial memandang sikap sebagai sesuatu
yang penting karena sikap sangat memengaruhi pemikiran sosial individu
(Baron & Byrne, 2004). Sikap sebagai evaluasi terhadap dunia di sekitar invidu
mewakili kognisi sosial yang sangat mendasar (Baron & Byrne, 2004).
Penelitian ini juga dapat memberi gambaran tentang sikap mahasiswa. Dengan
mengetahui gambaran sikap tersebut, mahasiswa dapat melakukan evaluasi
atas sikapnya terhadap informasi di media sosial yang marak akan hoaks.
Selain itu, universitas juga dapat menjadikan penelitian ini sebagai alasan
pentingnya melakukan literasi digital terhadap mahasiswanya. Di sisi lain,
penelitian ini juga dapat memberikan referensi bagi para peneliti selanjutnya
yang ini meneliti tentang sikap mahasiswa terhadap berita di media sosial dan
hoaks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penelitian ini berusaha
menjawab pertanyaan :
1. Bagaimana gambaran sikap mahasiswa terhadap berita di media
sosial?
2. Bagaimana gambaran sikap mahasiswa terhadap hoaks yang marak di
media sosial?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah mendeskripsikan secara kuantitatif sikap
mahasiswa terhadap berita dan hoaks di media sosial.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan mampu memberi tambahan pengetahuan
terkait ilmu psikologi, khususnya di bidang psikologi sosial. Hasil
penelitian ini diharapkan bermanfaat dalam memberi gambaran yang lebih
jelas tentang sikap mahasiswa terhadap informasi di media sosial dan
hoaks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
2. Manfaat Praktis
2.1. Penelitian ini dapat menjadi pengetahuan tambahan bagi mahasiswa
yang ingin meneliti lebih jauh mengenai sikap mahasiswa terhadap
berita dan hoaks di media sosial.
2.2. Bagi para mahasiswa, penelitian ini dapat menjadi bahan reflektif
dalam menyikapi informasi di media sosial yang marak akan hoaks.
2.3 Bagi pihak universitas, penelitian ini diharapkan dapat membantu
untuk lebih memahami sikap mahasiswanya terhadap berita di media
sosial dan hoaks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Media Sosial
1. Pengertian Media Sosial
Saat ini media sosial berkembang melalui teknologi web 2.0.
Teknologi web 2.0 diartikan sebagai platform yang memungkinkan
penggunanya untuk ikut berpartisipasi dalam membuat dan
mendistribusikan kontennya (Wisnuhardana, 2018). Perbedaannya dengan
teknologi web 1.0 adalah penyediaan informasinya masih berpusat pada
orang yang mengelola platform tersebut (Wisnuhardana, 2018).
Media sosial adalah aplikasi atau layanan berbasis web yang ada untuk
memungkinkan serangkaian koneksi dibuat secara online melalui profil atau
konten media (Bossio, 2017). Selain itu, media sosial dapat diartikan
sebagai media di internet yang memungkinkan penggunanya untuk
merepresentasikan diri serta melakukan interaksi, komunikasi, kerja sama,
membagikan sesuatu, dan menciptakan ikatan sosial secara virtual
(Nasrullah, 2018). Ciri khas dari media sosial adalah pengguna dapat
membuat halaman profil pribadi sehingga dapat terhubung dengan teman,
keluarga, kenalan atau membuat koneksi baru untuk membagi pengalaman,
informasi, ataupun berita (Heggde & Shainesh, 2018).
Oleh karena itu media sosial dapat disimpulkan sebagai suatu aplikasi
atau layanan web yang memungkinkan penggunanya berinteraksi secara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
online dalam bentuk komunikasi, kerja sama, berbagi konten, serta
menciptakan ikatan sosial melalui profil pribadi yang dibuat penggunanya.
2. Jenis Media Sosial
Nasrullah (2018) membagi media sosial menjadi 6 bagian, yaitu:
2.1. Media Jejaring Sosial (Social Networking)
Jejaring sosial adalah medium yang dapat menjadi sarana
penggunanya untuk melakukan hubungan sosial. Karakter utama dari
situs jejaring sosial adalah para penggunanya dapat membuat jaringan
pertemanan, entah itu dengan orang yang sudah dikenalnya di dunia
nyata maupun dengan orang baru di dunia maya. Banyak kasus
menunjukkan jika pembentukan jaringan pertemanan baru terjadi
ketika pengguna tersebut memiliki suatu persamaan, seperti hobi,
pandangan politik, asal sekolah, ataupun pekerjaan.
Contoh dari jejaring sosial adalah facebook. Facebook adalah
media sosial yang dapat digunakan untuk memublikasikan konten,
seperti profil, aktivitas, ataupun pendapat penggunanya. Selain itu,
facebook juga dapat digunakan untuk melakukan interaksi dan
komunikasi dengan orang lain.
2.2. Jurnal Online (Blog)
Blog adalah media sosial yang dapat digunakan penggunanya
untuk mengunggah aktivitas sehari-hari, saling mengomentari, serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
berbagi tautan, informasi, ataupun situs web lainnya. Karakter lain
dari blog adalah kontennya yang berhubungan dengan pengalaman
pemilik blog tersebut. Blog dibedakan menjadi dua, kategori yang
pertama adalah yang menggunakan domain pribadi, seperti “.com”
atau “.net”. Kategori yang kedua adalah yang memakai penyedia
halaman blog gratis, seperti wordpress (www.wordpress.com) atau
blogspot (www.blogspot.com).
Pada awalnya memang blog dibuat oleh individu, tetapi kini
perusahaan maupun institusi bisnis pun mulai masuk ke dalam blog
(Cross, 2011 dalam Nasrullah, 2018). Konten yang ada di blog
perusahaan biasanya berhubungan dengan aktivitas perusahaan
dengan sudut pandang orang ketiga. Berbeda dengan blog pribadi
yang cenderung berkaitan dengan pengalaman penggunanya.
2.3. Jurnal Online Sederhana (Microblogging)
Tidak jauh berbeda dengan blog, microblogging adalah jenis
media sosial yang dapat menjadi tempat bagi penggunanya untuk
memublikasikan aktivitas ataupun menulis pendapatnya. Munculnya
microblogging ditandai dengan hadirnya Twitter yang saat itu dibatasi
140 karakter tulisan sekali tweet. Twitter merupakan media sosial
yang dapat digunakan untuk menjalin jaringan dengan pengguna lain,
membagikan informasi, membagikan pandangan orang lain, hingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
membahas isu terhangat (trending topic) dengan membuat tweet
menggunakan tagar tertentu.
2.4. Media Berbagi (Media Sharing)
Media sharing merupakan jenis media sosial yang memfasilitasi
penggunanya untuk membagikan media seperti dokumen, video,
audio, ataupun gambar secara online. Mayoritas media sharing dapat
diakses secara gratis, tetapi ada pula yang menerapkan biaya
keanggotaan tergantung dari fitur dan layanan yang ditawarkan
(Saxena, 2014 dalam Nasrullah, 2018). Contoh dari jenis media ini
adalah Youtube, Flickr, ataupun Photobucket.
2.5. Penanda Sosial (Social Bookmarking)
Penanda sosial merupakan jenis media sosial yang dapat
dimanfaatkan penggunanya untuk mengorganisasi, menyimpan,
mengelola, serta mencari suatu informasi atau berita secara online.
Istilah social bookmarking muncul pada tahun 2003 ditandai dengan
hadirnya situs Delicious. Situs tersebut mempopulerkan penandaan
menggunakan tagar sehingga pengguna di internet dapat mencari
informasi melalui kata kunci. Contoh situs penanda sosial yang
populer adalah Delicious.com, Digg.com, ataupun Reddit.com.
Informasi yang ada di media sosial jenis ini tidak hadir dalam
bentuk yang utuh. Informasi yang tersedia entah itu teks, video, atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
foto hanyalah sebagai pengantar yang akan mengarahkan pengguna ke
tautan sumber informasi itu berada. Situs penanda sosial bisa
diibaratkan sebagai lemari katalog di perpustakaan. Lemari tersebut
menyediakan berbagai informasi tentang buku dan nomor panggil
yang disesuaikan dengan bidang ilmu ataupun karakter buku itu.
Pengguna berperan sebagai pemberi label atau tanda tagar (hastag)
pada situs penanda sosial agar informasi yang ada terpublikasikan.
2.6. Media Konten Bersama atau (Wiki)
Wiki disebut sebagai media konten bersama karena konten yang
dihasilkan merupakan hasil kolaborasi dari penggunanya. Serupa
dengan kamus atau ensiklopedi, wiki menyajikan pengertian, sejarah,
rujukan buku, hingga tautan suatu kata kepada para penggunanya.
Wiki merujuk pada media sosial Wikipedia yang dikenal sebagai
media kolaborasi konten bersama. Di wiki setiap pengguna dapat
berperan dalam hal mengisi, menyunting, atau mengomentari sebuah
penjelasan. Pengguna dalam wiki juga dapat melihat kronologis
perubahan yang terjadi dalam suatu konten dan mengetahui data
terakhir yang ditambahkan oleh orang lain.
3. Berita dan Hoaks di Media Sosial
Ciri khas dari media sosial adalah penggunanya dapat membuat
halaman profil pribadi untuk membagi pengalaman, informasi, ataupun
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
berita (Heggde & Shainesh, 2018). Segala informasi yang disampaikan dan
didengarkan manusia tentang hal-hal yang berkaitan dengan seluk-beluk
kehidupan dapat diartikan sebagai berita (Azwar, 2018). Di sisi lain, media
sosial merupakan aplikasi atau layanan berbasis web yang ada untuk
memungkinkan serangkaian koneksi dibuat secara online melalui profil atau
konten media (Bossio, 2017). Oleh karena itu, berita di media sosial dapat
disimpulkan sebagai informasi, cerita, atau keterangan mengenai seluk-
beluk kehidupan, yang menyebar melalui aplikasi atau layanan web.
Saat ini berita di media sosial memang mudah untuk diakses dan dapat
menyebar dengan cepat. Salah satu karakteristik lain dari media sosial
adalah penyebaran (Nasrullah, 2018). Semua informasi yang menyebar
melalui media sosial memiliki kemungkinan untuk berkembang dengan
tambahan data, revisi informasi, komentar, hingga opini setuju atau tidak
setuju dari pengguna lain. Selain itu, teknologi media sosial yang ada saat
ini memiliki fitur “share” untuk memperluas penyebaran konten. Contohnya
adalah fitur “share” di youtube yang memfasilitasi penyebaran konten ke
platform media sosial yang lain. Kini, budaya menyebarkan suatu konten
sudah menjadi semacam kebiasaan baru bagi pengguna media sosial. Oleh
karena itu saat ini ada banyak sekali berita yang menyebar di media sosial.
Salah satu karakteristik lain dari media sosial adalah konten oleh
pengguna atau biasa disebut user generated content (Nasrullah, 2018). Hal
tersebut merujuk pada pengertian jika konten di media sosial dimiliki dan
dibentuk oleh pemilik akun. Berbeda dengan media lama yang khalayaknya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
hanya menjadi objek penerima pesan yang pasif. Budaya yang ada dalam
media sosial memberikan kesempatan bagi para penggunanya untuk ikut
berpartisipasi dalam konten. Oleh karena itu, setiap pengguna media sosial
dapat ikut serta dalam membuat dan menyebarkan berita. Selain berperan
sebagai pembuat konten, pengguna media sosial juga menjadi konsumen
dari konten yang dibuat oleh pengguna lain dalam ruang online.
Memang saat ini internet dan media sosial dapat memberi kebebasan
individu untuk ikut menyebarkan informasi (Nasrullah, 2018). Hal tersebut
membuat ada begitu banyak informasi bermanfaat yang menyebar di media
sosial. Di satu sisi, manfaat media sosial dalam menyebarkan berita
bagaikan pisau bermata dua. Hal tersebut dikarenakan media sosial juga ikut
berperan dalam maraknya penyebaran informasi palsu. Media sosial tidak
memiliki mekanisme penyuntingan yang sama seperti media profesional.
Sebaliknya, media profesional seperti surat kabar, radio, ataupun televisi
memiliki proses verifikasi informasi terlebih dahulu sebelum
menyebarkannya ke publik. Akibatnya, saat ini banyak sekali muncul
fenomena berita palsu yang menyebar melalui media sosial. Informasi
dalam berita palsu direkayasa sedemikian rupa demi tujuan tertentu (politik,
ekonomi, sosial) sehingga bisa bersifat bias dan menyesatkan
(Wisnuhardana, 2018).
Hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukkan jika media
sosial tidak dipisahkan dari maraknya penyebaran berita, entah itu berita
yang benar ataupun palsu. Berita palsu yang tersebar di media sosial biasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
disebut sebagai hoaks. Kata hoaks merupakan serapan dari kata “hoax” yang
ramai digunakan di media sosial (Wahyu, 2017). Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, hoaks diartikan sebagai berita bohong (KBBI, 2016).
Lebih lanjut, hoaks dapat pula diartikan sebagai usaha untuk menipu atau
mengakali pembacanya untuk memercayai sesuatu dengan menggunakan
berita palsu (Rahadi, 2017). Di sisi lain, Barclay (2018) mengartikan berita
palsu (Hoaks) sebagai informasi yang sengaja dibuat seolah-olah
kredibilitasnya dapat dipercaya, padahal kenyataannya tidak. Dari hal
tersebut dapat disimpulkan jika hoaks merupakan berita bohong yang dibuat
seakan-akan dapat dipercaya kredibilitasnya, dan dibuat oleh seseorang
dengan tujuan menipu.
Hal lain yang menyebabkan hoaks marak di media sosial adalah tidak
adanya instrumen untuk memeriksa kebenaran suatu berita di media sosial
(Wisnuhardana, 2018). Selain itu, sebenarnya media sosial merupakan suatu
simulasi sosial (Nasrullah, 2018). Media sosial tidak lagi menampilkan
realitas, bahkan sudah menjadi realitasnya sendiri. Realitas yang ada di
media sosial merupakan proses simulasi, sehingga apa yang terlihat di
media sosial terkadang berbeda dengan kehidupan nyata. Di media sosial,
identitas seseorang bukanlah suatu hal yang tetap. Media sosial memberi
kemungkinan bagi individu untuk menjadi siapa saja yang berbeda dengan
realitasnya, entah itu jenis kelamin, keanggotaan suatu kelompok, hingga
foto profil. Oleh karena itu, suatu akun yang menyebarkan berita di media
sosial bisa saja bukanlah identitas asli.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Hoaks memang sulit dipisahkan dari berita yang menyebar di media
sosial. Ciri-ciri hoaks yang paling banyak ditemukan adalah penggunaan
bahasa tidak baku (Fatmawati, Salzabila, Rizkitama, & Nugroho, 2019).
Selain itu, hoaks juga memiliki ciri-ciri lain seperti huruf kapital yang tidak
tepat, tidak memiliki narasumber yang jelas, tidak memiliki wartawan yang
jelas, penulis tidak melihat konteks, tidak ada gambar pendukung berita,
tidak ada hubungan antara berita dan gambar pendukung, serta waktu dan
tempat kejadian yang tidak jelas (Fatmawati, Salzabila, Rizkitama, &
Nugroho, 2019).
4. Jenis Hoaks
Rahadi (2017) membagi informasi hoaks menjadi 7 jenis, yaitu :
4.1. Fake news: Berita bohong yang bertujuan untuk memalsukan atau
memasukkan ketidakbenaran dalam suatu berita.
4.2. Clickbait: Clickbait muncul di tempat strategis dalam suatu situs
dengan tujuan untuk menarik orang masuk ke situs yang lain.
Clickbait akan membuat pembaca terpancing untuk membukanya
karena judulnya yang dibuat berlebihan dan berisi tampilan gambar
yang menarik.
4.3. Confirmation bias: Confirmation bias atau bias konfirmasi adalah
kecenderungan seseorang untuk menginterpretasikan kejadian yang
baru saja terjadi dengan mencari bukti-bukti yang sesuai dengan
kepercayaan atau pendapat yang dimilikinya. Oleh karena itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
interpretasi yang dibuat akan mengabaikan bukti-bukti yang
berlawanan dengan kepercayaan seseorang tersebut.
4.4. Misinformation: Sebuah informasi yang salah atau tidak akurat,
terutama apabila informasi tersebut dipakai untuk melakukan
penipuan.
5.5. Satire: Sebuah tulisan yang berisikan humor, ironi, atau hal-hal yang
dilebih-lebihkan untuk mengomentari kejadian yang sedang menjadi
tren.
5.6. Post-truth: Kondisi ketika informasi yang ada didominasi oleh emosi
daripada fakta dengan tujuan membentuk opini publik.
5.7. Propaganda: Kegiatan yang bertujuan untuk menyebarluaskan
informasi, fakta, pendapat, isu, hingga kebohongan untuk
memengaruhi opini publik.
B. Sikap
1. Pengertian Sikap
Terdapat berbagai macam pengertian sikap menurut tokoh yang
berbeda-beda. Ada beberapa tokoh yang mengartikan sikap sebagai derajat
positif atau negatif maupun baik atau buruk terhadap suatu objek. Salah
satunya adalah Berkowitz (dalam Azwar, 2005) yang mengartikan sikap
sebagai perasaan mendukung atau memihak maupun tidak mendukung atau
tidak memihak suatu objek yang bersangkutan. Selain itu, Thurstone (dalam
Edwards, 1957) mengartikan sikap sebagai tingkat pengaruh positif atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
negatif sehubungan dengan hal yang menjadi objek psikologis. Di sisi lain,
sikap juga bisa diartikan sebagai kecenderungan seseorang untuk merespon
secara baik atau buruk terhadap objek, individu, lembaga, atau suatu
peristiwa (Ajzen, 2005).
Ada pula beberapa tokoh yang menghubungkan sikap dengan aspek
kognitif, afektif, dan konatif. Secord dan Backman (dalam Azwar, 2005)
mengartikan sikap sebagai keteraturan dalam diri individu berkaitan dengan
perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi)
terhadap aspek tertentu yang ada di lingkungannya. Selain itu, sikap dapat
didefinisikan sebagai hasil evaluasi terhadap suatu objek yang ditunjukkan
melalui proses kognitif, afektif, dan perilaku (Eagly & Chaiken, 1993 dalam
Wawan & Dewi, 2010). Di samping itu, Walgito (1991) berpendapat bahwa
sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan individu terhadap objek atau
situasi yang relatif tetap, mengandung suatu perasaan, dan menjadi dasar
seseorang untuk memberikan respon atau berperilaku sesuai cara pilihannya.
Dari hal tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan derajat
positif atau negatif yang bersifat menetap dalam hal pendapat, evaluasi,
ataupun respon terhadap suatu objek di lingkungannya, serta melibatkan
aspek kognitif, afektif, dan konatif.
2. Komponen Sikap
Menurut Azwar (2005), sikap dibedakan menjadi 3 komponen, yaitu :
2.1. Komponen kognitif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Komponen kognitif merupakan kepercayaan seseorang terhadap
suatu hal yang berlaku atau apa yang benar terhadap objek sikap.
Kepercayaan tersebut muncul dari apa yang telah dilihat ataupun
diketahui manusia. Dari hal-hal yang telah diketahui oleh seseorang
tersebut akan tercipta ide mengenai sifat atau karakteristik umum suatu
objek.
Kepercayaan yang telah terbentuk dalam diri manusia akan
menjadi dasar pengetahuan bagi apa yang diharapkan dari suatu objek.
Oleh karena itu, interaksi seseorang dengan pengalamannya di masa
yang akan datang lebih memiliki arti dan keteraturan. Contohnya,
ketika dalam diri seseorang sudah terbentuk ide negatif tentang
pelacuran, maka dasar kepercayaannya tentang segala sesuatu yang
menyangkut pelacuran selalu buruk.
Kepercayaan seorang manusia dapat terus berkembang. Hal-hal
seperti pengalaman pribadi, cerita orang lain, dan kebutuhan emosional
individu adalah determinan utama dalam terbentuknya kepercayaan. Di
sisi lain, kepercayaan sebagai komponen kognitif tidak selalu akurat.
Terkadang suatu kepercayaan terbentuk karena kurang atau tidak
adanya informasi yang tepat mengenai objek yang bersangkutan. Oleh
karena itu, orang yang belum pernah mencicipi atau mendengar cerita
tentang rasa daging kuda akan mempunyai anggapan jika rasa daging
kuda itu buruk. Lalu orang tersebut akan tidak menyukai makanan yang
berasal dari daging kuda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
2.2. Komponen afektif
Komponen afektif berhubungan dengan emosi subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Dapat diartikan pula sebagai perasaan
seseorang terhadap suatu hal. Contohnya, orang yang memiliki sikap
negatif terhadap pelacuran akan mewujudkan ketidaksukaannya dalam
bentuk rasa takut akan akibat dari perbuatan pelacuran. Di sisi lain, ada
pula orang yang mewujudkan sikap negatifnya dalam bentuk rasa benci
atau jijik pada hal-hal yang berkaitan dengan pelacuran.
Pada dasarnya, reaksi emosional dari komponen afektif banyak
dipengaruhi oleh kepercayaan individu tentang apa yang dianggap
benar dan berlaku bagi objek yang bersangkutan. Oleh karena itu,
ketika seseorang memiliki kepercayaan bahwa pelacuran membawa
ancaman pada kesehatan, maka dirinya akan memiliki perasaan yang
negatif pula terhadap pelacuran.
2.3. Komponen konatif
Komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan perilaku atau
bagaimana seseorang berperilaku terhadap objek sikap. Suatu perilaku
banyak dipengaruhi oleh kepercayaan dan perasaan yang dimiliki
seseorang. Orang yang percaya bahwa daging kuda memiliki rasa yang
buruk akan merasa tidak suka daging kuda, sehingga dirinya akan
menunjukkan perilaku menolak daging kuda.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Komponen konatif tidak hanya meliputi perilaku yang dapat
dilihat secara langsung saja. Bentuk perilaku seperti perkataan ataupun
pernyataan seseorang juga termasuk dalam komponen konatif. Oleh
karena itu, individu yang memiliki sikap positif terhadap model rambut
remaja masa kini tidak harus ditunjukkan oleh perilaku memotong
rambut sesuai tren. Akan tetapi, hal itu dapat disimpulkan dari
pernyataannya yang menyatakan bahwa ia bersedia untuk dipotong
menurut model terbaru apabila ia masih remaja.
3. Ciri-ciri Sikap
Walgito (1991) menyatakan bahwa sikap memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
3.1. Sikap manusia bukanlah bawaan dari lahir
Manusia belum memiliki sikap tertentu terhadap suatu objek
ketika lahir di dunia ini. Sikap terbentuk sesuai perkembangan hidup
manusia, serta dapat diubah dan juga dipelajari. Meskipun dapat
mengalami perubahan, sikap seorang individu memiliki sifat cenderung
stabil.
3.2. Sikap selalu berhubungan dengan hal yang menjadi objek sikap
Proses manusia mempelajari dan membentuk sikap selalu
berhubungan dengan suatu objek, yaitu melalui proses persepsi
terhadap objek tersebut. Hubungan yang positif atau negatif antara
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
seseorang dengan suatu objek akan memengaruhi sikap individu yang
bersangkutan.
3.3. Sikap dapat berhubungan dengan satu atau sekumpulan objek sekaligus
Manusia memiliki tendensi untuk menggeneralisasikan objek
sikap. Oleh karena itu ketika seorang individu memiliki sifat negatif
terhadap individu lain, maka dirinya juga cenderung memiliki sikap
negatif terhadap kelompok individu yang bersangkutan.
3.4. Sikap dapat berlangsung dalam waktu yang singkat ataupun lama
Secara relatif suatu sikap akan bertahan lama dalam diri manusia
apabila sikap tersebut telah menjadi nilai dalam diri seseorang. Hal ini
membuat sikap tersebut sulit untuk berubah dan akan memakan waktu
yang relatif lama untuk merubahnya. Sebaliknya, sikap yang belum
melekat dalam diri individu lebih mudah untuk berubah dan secara
relatif tidak menetap dalam waktu yang lama.
3.5. Sikap memiliki faktor perasaan dan motivasi
Sikap seorang individu selalu diliputi oleh perasaan positif
ataupun negatif terhadap objek yang bersangkutan. Selain itu, dalam
sikap juga terdapat motivasi yang dapat mendorong seseorang untuk
berperilaku tertentu terhadap suatu objek.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
4. Faktor-faktor Pembentuk Sikap
Berikut adalah beberapa faktor pembentuk sikap menurut Azwar (2005) :
4.1. Pengalaman pribadi
Semua hal yang pernah dialami manusia akan membentuk
penghayatan dan tanggapan manusia ketika menerima stimulus sosial.
Sehubungan dengan itu, tanggapan merupakan salah satu dasar
pembentukan sikap.
Pembentukan kesan atau tanggapan seorang individu terjadi
melalui proses yang kompleks. Proses yang kompleks tersebut
melibatkan individu itu sendiri, situasi, dan atribut atau ciri-ciri objektif
suatu stimulus. Selain itu, pengalaman pribadi dapat menjadi dasar
pembentukan sikap apabila melibatkan faktor emosional dan
meninggalkan kesan yang kuat.
4.2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Kehadiran orang lain yang penting bagi seorang individu
merupakan salah satu faktor yang memengaruhi sikapnya ketika
dihadapkan pada suatu stimulus sosial. Orang yang penting tersebut
bisa saja merupakan orang yang tidak ingin kita kecewakan, orang yang
memiliki arti khusus (significant others), ataupun orang yang kita
harapkan persetujuannya bagi tingkah dan pendapat kita. Contoh orang
yang dianggap penting tersebut adalah orangtua, teman sebaya, sahabat,
guru, pasangan, ataupun orang yang mempunyai status sosial lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
tinggi. Oleh karena itu, manusia cenderung mempunyai sikap yang
selaras dengan orang yang dianggapnya penting. Sikap yang cenderung
selaras tersebut dipengaruhi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
4.3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan yang dimiliki oleh manusia akan memengaruhi
sikapnya pula. Contohnya, orang yang memiliki budaya hidup
berkelompok akan cenderung memiliki sikap negatif terhadap orang
yang memiliki kehidupan individualisme. Manusia memiliki pola sikap
dan perilaku tertentu karena mendapat reinforcement (penguatan,
ganjaran) dari masyarakat atas hal yang dilakukannya.
4.4. Media massa
Media massa memiliki pengaruh yang besar terhadap
pembentukan opini dan kepercayaan manusia. Hal ini dikarenakan
sebagai sarana komunikasi, media massa membawa pula pesan yang
mengarahkan opini seseorang. Masuknya informasi baru dalam diri
manusia dapat menjadi dasar kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap
suatu hal. Selain itu, Pesan-pesan yang cukup sugestif dalam sebuah
informasi dapat menjadi dasar afektif seseorang ketika menilai sesuatu,
sehingga membentuk arah sikap tertentu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Berita yang tersebar melalu media massa seharusnya berisikan
informasi yang faktual dan objektif. Akan tetapi, justru banyak berita
yang di dalamnya terdapat unsur subjektif penulisnya. Oleh karena itu,
unsur subjektif tersebut dapat memengaruhi pembaca atau
pendengarnya sehingga terbentuklah sikap tertentu.
4.5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan dan lembaga agama dapat memengaruhi
sikap seseorang karena lembaga tersebut turut memberikan konsep
moral dalam diri individu. Konsep moral tersebut dapat berupa
pemahaman akan baik dan buruk ataupun pemahaman tentang sesuatu
yang boleh dan tidak boleh dilakukan.
4.6. Pengaruh faktor emosional
Sikap yang ditunjukkan seseorang dapat berlandaskan emosi yang
bertujuan untuk menyalurkan frustasi atau pengalihan bentuk
mekanisme pertahanan ego. Sikap tersebut dapat bersifat sementara
karena frustasi yang ada dalam diri seseorang telah hilang. Akan tetapi,
sikap tersebut juga dapat menjadi lebih persisten dan menetap dalam
diri seseorang. Prasangka adalah salah satu bentuk sikap yang didasari
oleh faktor emosional.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
C. Mahasiswa
1. Pengertian Mahasiswa
Menurut KBBI (2016), mahasiswa adalah orang yang belajar di
perguruan tinggi. Sementara Sarwono (1978) mendefinisikan mahasiswa
sebagai suatu kelompok masyarakat yang mendapatkan statusnya karena
menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Definisi perguruan tinggi yang
dimaksud oleh Sarwono (1978) adalah lembaga pendidikan formal di atas
sekolah lanjutan dan mengadakan pendidikan gelar sarjana di bawah
naungan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, baik yang berstatus
swasta maupun negeri.
2. Tahapan Perkembangan
Mahasiswa masuk dalam masa emerging adulthood. Emerging
adulthood (beranjak dewasa) merupakan istilah yang saat ini digunakan
para ahli untuk menyebut masa transisi dari remaja menuju dewasa.
Rentang usia masa tersebut adalah 18 hingga 25 tahun (Arnett, 2006; 2007
dalam Santrock, 2012). Tahap perkembangan ini ditandai dengan eksplorasi
hal-hal seperti karier, gaya hidup, hingga hidup melajang ataupun hidup
dengan seseorang.
Lima ciri orang yang memasuki tahap emerging adulthood menurut
Arnett (2006, dalam Santrock, 2012) yaitu :
a. Eksplorasi identitas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
Eksplorasi identitas yang terjadi terutama dalam hal relasi romantis
dan pekerjaan. Masa beranjak dewasa adalah masa ketika sebagian besar
individu mengalami perubahan penting menyangkut identitas (Cote,
2009; Kroger, Martinussen, & Marcia, 2010, dalam Santrock 2012).
b. Ketidakstabilan
Individu yang memasuki tahap beranjak dewasa akan sering
mengalami perubahan tempat tinggal. Selain itu, pada masa ini akan
terjadi ketidakstabilan dalam hal relasi romantis, pekerjaan, dan
pendidikan.
c. Self-focused (terfokus pada diri)
Pada masa ini, individu akan cenderung fokus pada dirinya sendiri.
Hal tersebut diartikan sebagai kurang terlibatnya dalam kewajiban sosial,
ataupun melakukan tugas dan komitmen terhadap orang lain, sehingga
mereka mempunyai otonomi yang besar dalam mengatur kehidupannya.
d. Feeling in-between (merasa seperti di masa peralihan)
Ketika memasuki tahapan ini, kebanyakan individu tidak lagi
menganggap dirinya sebagai remaja. Di satu sisi, mereka juga belum
menganggap dirinya sudah dewasa dan berpengalaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
e. Usia dengan berbagai kemungkinan
Tahapan ini adalah masa ketika individu memiliki peluang untuk
mengubah kehidupan mereka. Kemungkinan yang pertama adalah
banyak orang beranjak dewasa merasa optimis dengan masa depannya.
Di satu sisi, bagi individu yang pernah mengalami kesulitan dalam hidup,
masa beranjak dewasa dapat menjadi kesempatan untuk mengarahkan
kehidupan mereka ke arah yang lebih baik.
Piaget menyatakan bahwa remaja yang berumur 11 hingga 15 tahun
akan memasuki tahap perkembangan kognitif operasional formal. Pada
tahapan tersebut, seorang individu memiliki pemikiran yang lebih logis
dibandingkan tahapan operasional konkret (dalam Santrock, 2012). Oleh
karena itu, mahasiswa yang rata-rata memiliki usia 18 tahun ke atas sudah
memasuki tahap perkembangan kognitif operasional formal. Piaget juga
berpendapat bahwa remaja dan orang dewasa berpikir secara kualitatif
dengan cara yang sama (dalam Santrock, 2012). Akan tetapi, Piaget (dalam
Santrock, 2012) mengungkapkan jika orang dewasa muda mempunyai
pemikiran yang lebih baik secara kuantitatif daripada remaja. Oleh karena
itu, orang dewasa muda mempunyai pengetahuan yang lebih banyak apabila
dibandingkan dengan remaja.
Remaja seringkali memandang dunia sebagai sebuah polaritas, seperti
baik atau buruk, kami atau mereka, serta benar atau salah. Kemudian saat
remaja tersebut beranjak dewasa, mereka akan mulai meninggalkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
pemikiran absolut tersebut dan menyadari adanya perbedaan pendapat
dengan orang lain (Perry, 1999 dalam Santrock, 2012). Gisela Labouvie-
Vief (2006, dalam Santrock, 2012) juga menekankan jika aspek penting dari
perkembangan kognitif remaja yang beranjak dewasa mencakup
menentukan pandangan tentang dunia, mengenali dunia bersifat subjektif,
dan memerlukan berbagai pandangan dunia yang berbeda-beda untuk
memahaminya.
D. Kerangka Berpikir
Sikap merupakan derajat positif atau negatif yang bersifat menetap dalam
hal pendapat, evaluasi, ataupun respon terhadap suatu objek di lingkungannya,
serta melibatkan aspek kognitif, afektif, dan konatif. (Secord & Backman, 1964
dalam Azwar, 2005; Thurstone, 1946 dalam Edwards, 1957; Ajzen, 2005;
Eagly & Chaiken, 1993 dalam Wawan & Dewi, 2010; Walgito, 1991). Salah
satu faktor pembentuk sikap adalah media massa (Azwar, 2005). Hal ini
dikarenakan media massa merupakan sarana komunikasi yang dapat
mengandung suatu pesan. Masuknya informasi baru ke dalam diri individu
dapat menjadi dasar kognitif dalam pembentukan sikap. Serupa dengan media
massa, berita dalam media sosial juga membawa suatu pesan yang juga dapat
membentuk sikap seseorang.
Media sosial merupakan aplikasi atau layanan berbasis web yang ada
untuk memungkinkan serangkaian koneksi dibuat secara online melalui profil
atau konten media (Bossio, 2017). Perkembangan teknologi saat ini mendorong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
kebebasan individu dalam menyebarkan informasi di media sosial (Nasrullah,
2018). Hal ini dikarenakan media sosial memiliki ciri dapat membuat halaman
profil pribadi untuk membagi pengalaman, informasi, ataupun berita (Heggde
& Shainesh, 2018). Berita tersebut dapat didefinisikan sebagai segala informasi
yang disampaikan dan didengarkan manusia tentang seluk-beluk kehidupan
(Azwar, 2018).
Saat ini berita di media sosial memang mudah untuk ditemukan. Salah
satu karakteristik dari media sosial adalah penyebaran (Nasrullah, 2018).
Menyebarkan konten telah menjadi semacam budaya baru dalam media sosial.
Teknologi media sosial yang ada saat ini memiliki fitur “share” untuk
memperluas penyebaran konten. Contohnya adalah fitur “share” di youtube
yang memfasilitasi penyebaran konten ke platform media sosial yang lain.
Selain itu, karakteristik lain dari media sosial adalah konten oleh pengguna
atau biasa disebut user generated content (Nasrullah, 2018). Hal tersebut
merujuk pada pengertian jika konten di media sosial dimiliki dan dibentuk oleh
pemilik akun. Media sosial memberikan kesempatan bagi para penggunanya
untuk ikut berpartisipasi dalam konten, sehingga pengguna media sosial juga
dapat terlibat dalam membuat berita-berita baru. Hal tersebut membuat ada
banyak sekali berita yang menyebar di media sosial.
Salah satu manfaat dari banyaknya berita yang menyebar di media sosial
adalah kemudahan bagi penggunanya untuk mengaksesnya. Di media sosial
ada begitu banyak berita yang bermanfaat. Ada berita tentang info-info
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
kesehatan yang dibuat oleh para dokter, ada berita tentang keuangan, ataupun
berita-berita terbaru tentang dunia hiburan.
Memang di media sosial terdapat berita yang benar dan terpercaya. Di
sisi lain, media sosial juga ikut berperan dalam maraknya penyebaran berita
palsu. Penyebabnya adalah tidak adanya mekanisme penyuntingan yang sama
seperti media profesional. Media profesional seperti surat kabar, radio, ataupun
televisi memiliki proses verifikasi informasi terlebih dahulu sebelum
menyebarkannya ke publik. Akibatnya, saat ini banyak sekali muncul
fenomena berita palsu yang menyebar melalui media sosial. Informasi dalam
berita palsu direkayasa sedemikian rupa demi tujuan tertentu (politik, ekonomi,
sosial) sehingga bisa bersifat bias dan menyesatkan (Wisnuhardana, 2018).
Hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya menunjukkan jika media
sosial tidak dipisahkan dari maraknya penyebaran berita, entah itu berita yang
benar ataupun palsu. Berita palsu yang tersebar di media sosial biasa disebut
sebagai hoaks. Kata hoaks merupakan serapan dari kata “hoax” yang ramai
digunakan di media sosial (Wahyu, 2017). Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, hoaks diartikan sebagai berita bohong (KBBI, 2016). Lebih lanjut,
hoaks dapat pula diartikan sebagai usaha untuk menipu atau mengakali
pembacanya untuk memercayai sesuatu dengan menggunakan berita palsu
(Rahadi, 2017). Di sisi lain, Barclay (2018) mengartikan berita palsu (Hoaks)
sebagai informasi yang sengaja dibuat seolah-olah kredibilitasnya dapat
dipercaya, padahal kenyataannya tidak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Salah satu faktor lain yang membuat hoaks marak di media sosial adalah
tidak adanya instrumen untuk memeriksa kebenaran suatu berita di media
sosial (Wisnuhardana, 2018). Selain itu, sebenarnya media sosial merupakan
sebuah simulasi sosial (Nasrullah, 2018). Realitas yang ada di media sosial
merupakan proses simulasi, sehingga apa yang terlihat di media sosial
terkadang berbeda dengan kehidupan nyata. Identitas seseorang di media sosial
dapat berubah-ubah. Di media sosial seseorang bisa menjadi sesuai
keinginannya, entah itu jenis kelamin, status, hingga foto profil. Oleh karena
itu, suatu akun yang menyebarkan berita di media sosial bisa saja bukanlah
identitas asli.
Hoaks memang sulit dipisahkan dari berita yang menyebar di media
sosial. Ciri-ciri hoaks yang paling banyak ditemukan adalah penggunaan
bahasa tidak baku (Fatmawati, Salzabila, Rizkitama, & Nugroho, 2019). Selain
itu, hoaks juga memiliki ciri-ciri lain seperti huruf kapital yang tidak tepat,
tidak memiliki narasumber yang jelas, tidak memiliki wartawan yang jelas,
penulis tidak melihat konteks, tidak ada gambar pendukung berita, tidak ada
hubungan antara berita dan gambar pendukung, serta waktu dan tempat
kejadian yang tidak jelas (Fatmawati, Salzabila, Rizkitama, & Nugroho, 2019)
Memang tak semua hoaks bermuatan negatif, seperti misalnya hoaks
tentang penemuan emas milik Soekarno yang menghebohkan warga
(Mappiwali, 2019). Ada pula hoaks tentang perpanjangan Surat Izin
Mengemudi (SIM) yang sudah mati tanpa perlu melalui proses pembuatan
ulang (Priyantoro, 2019). Di sisi lain ada pula hoaks bersifat negatif yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
menyebar di media sosial. Contohnya adalah kasus penyebaran hoaks berisi
SARA yang dibuat oleh Saracen. Orang Indonesia menduduki peringkat
tertinggi nomor 3 di dunia dalam hal mengakses media sosial (Pertiwi, 2018).
Padahal sebanyak 92,40% hoaks menyebar melalui media sosial (Librianty,
2017). Hal tersebut membuat orang Indonesia memiliki resiko tinggi terpapar
berita hoaks. Hasil penelitian menunjukkan jika hoaks dapat menimbulkan rasa
khawatir, takut, menimbulkan trauma lama, hingga mengancam nyawa
seseorang (Herwanto & Febyani, 2015; Kurnia, 2017; Suksmana, 2018; Rifa’I,
2018).
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pesan yang ada dalam media
massa dapat membentuk sikap seseorang karena pesan-pesan yang ada di
dalamnya. Oleh karena itu semua berita yang ada di media sosial, entah itu
benar atau salah juga dapat mengarahkan sikap seorang individu pula.
Mahasiswa pun memiliki resiko terkena dampak berita hoaks, karena tinggi
rendahnya resiko seseorang terkena dampak hoaks ditentukan oleh kemampuan
berpikir kritis, mengevaluasi informasi yang diterimanya, dan literasi media
(Respati, 2017). Mahasiswa sebagai individu yang telah memasuki tahap
operasional formal sudah memiliki pemikiran yang lebih logis dan pemikiran
yang lebih baik daripada tahap perkembangan sebelumnya (Santrock, 2012).
Perguruan tinggi juga menjadi tempat mahasiswa tumbuh dan mendapat
kecerdasan khususnya dalam hal penalaran moral dan berpikir kritis
(Montgomery & Core, 2003 dalam Feldman & Papalia, 2014). Oleh karena itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
mahasiswa harusnya tidak mudah termakan informasi palsu yang menyebar di
media sosial.
Kenyataannya, sikap mahasiswa dalam menyikapi informasi yang
menyebar di media sosial berbeda-beda. Ada mahasiswa yang resah dengan
gelisah dengan banyaknya hoaks di media sosial dan menciptakan aplikasi anti
hoax untuk mengecek kebenaran suatu informasi (Agung, 2017). Di satu sisi
ada sekelompok mahasiswa yang menerima mentah-mentah informasi yang
diterimanya di media sosial dan termakan berita hoaks (Yulianto, 2018).
Bahkan ada mahasiswa yang menyebarkan hoaks di media sosial tentang
penculikan anak hingga menimbulkan keresahan publik (Ruslan, 2018). Hal
tersebut menunjukkan jika sikap mahasiswa terhadap berita dan hoaks yang
diterimanya di media sosial masih belum jelas.
Pada dasarnya sikap seorang mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor selain media massa. Faktor lain tersebut adalah pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, pengaruh
faktor emosional, serta lembaga pendidikan dan lembaga agama (Azwar,
2005).
Sikap seorang manusia tidak dibawa dari lahir dan dibentuk oleh faktor
yang berbeda-beda. Faktor-faktor yang ada dalam diri individu dapat
membentuk sikap yang berbeda-beda dalam diri individu. Faktor yang pertama
adalah pengalaman pribadi. Pengalaman pribadi seseorang dapat menjadi dasar
pembentukan sikap apabila melibatkan faktor emosional (Azwar, 2005).
Misalnya, seorang mahasiswa yang selama hidupnya merasa terbantu akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
berita di media sosial akan memiliki sikap positif terhadap berita di media
sosial. Sebaliknya, apabila dia pernah menerima berita di media sosial yang
ternyata adalah sebuah hoaks, dapat membuatnya memiliki sikap yang negatif.
Di sisi lain, bisa jadi orang yang selama ini sering menerima hoaks di media
sosial akan memiliki sikap positif terhadap hoaks karena melatihnya untuk
kritis.
Sosok yang dianggap penting juga dapat berpengaruh dalam membentuk
sikap manusia (Azwar, 2005). Manusia memiliki kecenderungan untuk
memiliki sikap yang selaras dengan orang yang disukainya. Hal tersebut dapat
membuat seorang individu langsung memercayai ataupun menyebarkan berita
yang diterimanya dari seseorang tanpa bersikap kritis. Hal ini dapat
berpengaruh buruk jika ternyata berita tersebut adalah hoaks. Di sisi lain,
seorang individu dapat bersikap negatif dengan mengabaikan berita yang
diterimanya karena berasal dari orang yang tidak penting baginya.
Faktor lain yang berperan dalam membentuk sikap manusia adalah
kebudayaan (Azwar, 2005). Manusia memiliki sikap tertentu karena mendapat
reinforcement dari masyarakat atas perilakunya. Oleh karena itu, bisa saja
orang yang terbiasa hidup dalam budaya tidak kritis akan menerima secara
langsung semua informasi yang diterimanya di media sosial. Contoh lain yang
ekstrem yaitu orang yang terbiasa hidup dalam budaya tidak jujur bisa saja
menggunakan hoaks sebagai sarana menyebarkan kebohongan.
Faktor berikutnya yang dapat memengaruhi sikap seseorang adalah
lembaga pendidikan dan agama (Azwar, 2005). Hal tersebut dikarenakan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
lembaga tersebut turut memberi konsep moral dalam diri individu. Mahasiswa
yang mendapat pendidikan kritis di universitas seharusnya dapat menyikapi
berita yang diterimanya di media sosial dengan lebih baik. Selain itu, agama
selalu mengajarkan manusia untuk berbuat baik. Oleh karena itu, bisa saja
seseorang melaporkan berita bohong yang menyesatkan di media sosial atas
dorongan moral agama. Sehubungan dengan hal itu, orang yang memiliki
pendidikan agama yang baik pasti memiliki sikap negatif terhadap hoaks yang
menyebarkan kebohongan.
Kemudian ada pula faktor emosional. Sikap seorang individu dapat
berlandaskan emosi dengan tujuan menyalurkan frustasi (Azwar, 2005). Oleh
karena itu, seseorang yang sedang frustasi dapat terpancing hoaks yang ada di
media sosial dan ikut bersikap negatif, seperti misalnya membenci kelompok
tertentu, hingga melakukan agresi. Sikap tersebut dapat bersifat sementara
ketika frustasi dalam diri seseorang telah hilang.
Sikap seorang individu dapat berupa derajat positif atau negatif dalam hal
pendapat ataupun respon terhadap suatu objek (Berkowitz, 1972 dalam Azwar,
2005 & Ajzen, 2005). Ketika seseorang memiliki sikap yang positif terhadap
suatu objek, maka ia akan menunjukkan perilaku mendekati atau mendukung
objek sikap (Sarwono & Meinarno, 2009). Sebaliknya ketika seseorang
memiliki sikap yang negatif terhadap objek sikap, maka ia akan cenderung
menjauhi dan menolaknya. Oleh karena itu, sikap mahasiswa terhadap berita
dan hoaks di media sosial dapat berupa derajat positif dan negatif pula. Sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
seseorang terhadap suatu objek tersebut dapat digambarkan melalui aspek
kognitif, afektif, dan konatif (Azwar, 2005).
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan sebelumnya, peneliti akan
berusaha menggambarkan bagaimana sikap mahasiswa terhadap berita dan
hoaks melalui aspek kognitif, afektif, dan konatif. Aspek kognitif merupakan
kepercayaan seseorang terhadap suatu hal yang berlaku atau apa yang benar
terhadap objek sikap. Kepercayaan yang telah terbentuk dalam diri manusia
akan menjadi dasar pengetahuan bagi apa yang diharapkan dari suatu objek.
Selain itu, komponen afektif berhubungan dengan emosi subjektif seseorang
terhadap suatu objek sikap. Dapat diartikan pula sebagai perasaan seseorang
terhadap suatu hal. Terakhir adalah komponen konatif, yang berkaitan dengan
kecenderungan perilaku atau bagaimana seseorang berperilaku terhadap objek
sikap. Perilaku tersebut banyak dipengaruhi oleh kepercayaan dan perasaan
yang dimiliki seseorang (Azwar, 2005).
Berikut adalah skema yang memberikan gambaran terhadap kerangka
berpikir di atas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir 1
Sikap Mahasiswa
terhadap Berita
dan Hoaks
Faktor sikap
Pengalaman pribadi
Pengaruh orang lain
yang dianggap penting
Pengaruh kebudayaan
Lembaga pendidikan
dan lembaga agama
Pengaruh faktor
emosional
Media Massa
-Berita benar
-Hoaks
Aspek Sikap
Kognitif
Afektif
Konatif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Fokus Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan sikap mahasiswa
terhadap berita di media sosial dan hoaks yang menyertainya.
B. Jenis dan Desain Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei. Penelitian ini tergolong
dalam survei karena pertanyaan yang diajukan kepada responden berkaitan
dengan keyakinan, pendapat, serta perilaku di masa lalu ataupun sekarang
(Neuman, 2016). Penelitian ini juga tergolong penelitian survei karena
memiliki ciri dikumpulkan dari banyak responden dengan menggunakan
kuesioner (Singarimbun & Effendi, 1989). Menurut Neuman (2016), survei
dapat digunakan untuk penelitian deskriptif.
Penelitian ini memiliki desain survei kuantitatif dengan kuesioner
terbuka. Data yang dihasilkan dari kuesioner terbuka berupa kata dan tulisan
dari responden. Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner tersebut akan
diidentifikasi tema dan kategorinya melalui proses coding. Kemudian tema
yang telah terkumpul akan dihitung persentasenya. Data akan disajikan dalam
bentuk tabel dan dibahas dari yang tertinggi hingga terendah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
C. Definisi Operasional.
1. Berita di Media Sosial
Berita di media sosial adalah informasi, cerita, atau keterangan
mengenai seluk-beluk kehidupan, yang menyebar melalui aplikasi atau
layanan web.
2. Hoaks di Media Sosial
Hoaks di media sosial adalah berita bohong yang dibuat seakan-akan
dapat dipercaya kredibilitasnya, dibuat oleh seseorang dengan tujuan
menipu, dan menyebar melalui aplikasi atau layanan web.
3. Sikap Mahasiswa
Sikap mahasiswa merupakan derajat positif atau negatif individu yang
menempuh pendidikan di perguruan tinggi, bersifat menetap dalam hal
pendapat, evaluasi, ataupun respon terhadap suatu objek, serta melibatkan
aspek kognitif, afektif, dan konatif.
D. Responden Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah mahasiwa tingkat akhir
Universitas X. Kriteria mahasiswa tingkat akhir yang digunakan tersebut
adalah mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi. Dengan pandangan bahwa
mahasiswa tingkat akhir seharusnya dapat menyikapi berita dan hoaks dengan
lebih baik karena telah menempuh jenjang pendidikan pendidikan yang lebih
lama di perguruan tinggi. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa
perguruan tinggi merupakan tempat mahasiswa tumbuh dan mendapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
kecerdasan khususnya dalam hal penalaran moral dan berpikir kritis
(Montgomery & Core, 2003 dalam Feldman & Papalia, 2014).
Responden yang digunakan untuk penelitian ini memiliki kriteria sebagai
berikut :
1. Memiliki status sebagai mahasiswa aktif
2. Memiliki akun media sosial dan aktif menggunakannya dalam
kehidupan sehari-hari
Alasan kriteria responden harus memiliki akun media sosial dan aktif
menggunakannya adalah supaya lebih mampu memberikan informasi tentang
topik yang sedang diteliti. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
teknik quota sampling. Pada teknik ini sampel diambil dengan cara
memberikan jumlah tertentu pada setiap kelompok populasi. Lalu peneliti
langsung mengambil data dari setiap anggota kelompok populasi yang ditemui.
Ketika jumlah untuk setiap kelompok terpenuhi, maka pengambilan data akan
dihentikan (Nawawi, 2005). Sampel dalam penelitian berjumlah 115 orang.
E. Alat Pengumpulan Data
Alat pengumpul data yang digunakan oleh peneliti adalah kuesioner.
Kuesioner merupakan alat pengumpul data berupa informasi atau pertanyaan
dalam bentuk gambar atau tulisan yang dijawab responden dengan cara
memberi tanda cek, melingkari jawaban yang dipilih, atau menulis sendiri
jawaban dalam bentuk kata, kalimat, atau rangkaian kalimat tertentu
(Henerson, Morris, & Fits-Gibbon, 1978 dalam Supratiknya, 2015). Selain itu,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
Nawawi (2005) menyatakan bahwa kuesioner merupakan usaha
mengumpulkan informasi melalui pertanyaan tertulis dan dijawab secara
tertulis pula oleh responden.
Format kuesioner yang digunakan oleh peneliti adalah pertanyaan
terbuka. Kuesioner dengan pertanyaan terbuka tidak menyediakan pilihan
jawaban yang bisa dipilih responden, sehingga responden diminta untuk
menjawab dengan kata-kata mereka sendiri (Henerson, Morris, & Fitz-Gibbon,
1978; Rea & Parker, 2014, dalam Supratiknya, 2015). Survei dengan
pertanyaan tertutup memang bisa dilakukan dalam skala lebih besar dan lebih
cepat (Neuman, 2016). Sayangnya survei dengan pertanyaan tertutup dapat
membuat peneliti kehilangan sesuatu yang penting setiap kali memaksakan
keyakinan dan perasaan individu dalam beberapa kategori yang telah
ditetapkan sebelumnya (Neuman, 2016). Aspek sikap berkaitan dengan
keyakinan dan perasaan terhadap suatu objek (Azwar, 2005), sehingga peneliti
memilih menggunakan pertanyaan terbuka yang lebih dapat membantu
mengungkap temuan yang tidak diantisipasi memberi kesempatan responden
untuk menjawab secara lebih rinci (Neuman, 2016).
Berikut adalah pertanyaan yang akan digunakan dalam kuesioner :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
Tabel 1
Pertanyaan tentang Sikap terhadap Berita di Media Sosial
Aspek Pertanyaan
Kognitif
Bagaimana pandangan anda terhadap banyaknya
berita yang menyebar di media sosial saat ini?
Jelaskan.
Afektif Bagaimana perasaan anda terhadap banyaknya
berita yang menyebar di media sosial saat ini?
Konatif Apa yang biasa anda lakukan pertama kali ketika
menerima berita di media sosial? Jelaskan.
Tabel pertama berisi tiga pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui
sikap responden terhadap berita di media sosial. Masing-masing aspek sikap
(kognitif, afektif, dan konatif) diwakili oleh satu pertanyaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
Tabel 2
Pertanyaan tentang Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial
Aspek Pertanyaan
Kognitif
1. Menurut anda apakah hoaks itu?
Jelaskan.
2. Apa pandangan anda terhadap
hoaks yang semakin marak saat
ini? Mengapa anda memiliki
pandangan seperti itu?
Afektif
3. Bagaimana perasaan anda
terhadap banyaknya hoaks yang
anda terima di media sosial saat
ini? Kenapa anda merasa seperti
itu?
4. Perasaan apa yang muncul
dalam diri anda saat mengetahui
suatu hoaks viral dan dipercayai
masyarakat? Kenapa anda
merasa seperti itu?
Konatif
5. Apa yang anda lakukan ketika
mengetahui sebuah berita yang
anda terima adalah hoaks?
Jelaskan.
6. Apa yang anda lakukan ketika
menemui akun-akun yang secara
sengaja menyebarkan hoaks di
media sosial? Jelaskan.
Tabel kedua merupakan pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui
sikap responden terhadap hoaks yang ada di media sosial. Pertanyaan dibuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
berdasarkan aspek sikap menurut Azwar (2005), yaitu kognitif, afektif, dan
konatif.
F. Prosedur Pengumpulan Data
Langkah yang dilakukan peneliti dalam mengumpulkan data adalah
sebagai berikut:
1. Menentukan metode pengambilan data dan menyusun kuesioner
2. Menentukan subjek penelitian
3. Menyebar kuesioner secara acak kepada 115 orang mahasiswa tingkat
akhir di 23 prodi
4. Menganalisis data yang telah dikumpulkan
G. Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan melalui kuesioner terbuka akan dianalisis
terlebih dahulu menggunakan metode analisis isi kualitatif, atau bisa disebut
AIK. AIK memiliki tujuan untuk menafsirkan secara subjektif isi data berupa
teks dengan cara melakukan coding atau identifikasi tema dan pola (Hsieh &
Shannon, 2005 dalam Supratiknya, 2015). Setelah tema ditemukan, tema
tersebut akan dihitung persentasenya dan disajikan dalam bentuk tabel mulai
dari yang tertinggi hingga terendah.
Berikut adalah langkah-langkah yang dilakukan peneliti dalam
menganalisis data:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
1. Menyiapkan data dengan mengetik semua jawaban yang diberikan
responden. Lalu jawaban dari tiap responden tersebut akan dipilah
sesuai urutan pertanyaan yang diberikan.
2. Membaca keseluruhan data untuk mendapat gambaran data secara
umum.
3. Peneliti mulai melakukan coding. Diawali dengan mencari kata kunci
dari jawaban responden. Satu jawaban responden bisa menghasilkan
lebih dari satu kata kunci.
4. Mengidentifikasi tema dari tiap kata kunci. Setelah itu setiap kata
kunci akan dikelompokkan dalam tema yang sesuai.
5. Menganalisis kategorisasi dari tema yang telah ditemukan. Kemudian
tiap tema akan dikelompokkan dalam kategorisasi yang sama.
6. Menghitung frekuensi dan persentase dari tema serta kategorisasi yang
telah ditemukan. Kemudian data akan disajikan dalam bentuk tabel.
7. Menuliskan hasil penelitian dalam bentuk naratif, yang meliputi
penjabaran tema dari setiap kategori. Selain itu disajikan pula
hubungan antar tema yang telah ditemukan.
8. Langkah terakhir adalah membuat interpretasi dan memaknai data.
Interpretasi ini berupa penjelasan hasil penelitian melalui literatur atau
teori yang ada.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
Berikut adalah contoh coding yang dilakukan peneliti:
Tabel 3
Gambaran Proses Coding
Respon Kata kunci Tema Kategori
Setiap menerima
berita di medsos,
saya akan
membaca kembali
berita yang lain,
karena berita di
medsos belum
tentu benar.
Membaca kembali dari
berita lain
Memastikan
kebenaran Konatif
Belum tentu benar
Tingkat
kebenaran
rendah
Kognitif
H. Kredibilitas Penelitian
Dalam sebuah penelitian, seorang peneliti haruslah memiliki langkah-
langkah tertentu untuk memeriksa kredibilitas penelitiannya. Oleh karena itu,
peneliti melakukan upaya validitas dan reliabilitas agar hasil penelitian dapat
dipercaya. Validitas kualitatif adalah upaya pemeriksaan akurasi hasil
penelitian yang dicapai dengan cara melakukan prosedur-prosedur tertentu
(Gibbs, 2007 dalam Creswell, 2017). Cara yang dilakukan oleh peneliti untuk
meningkatkan validitas penelitian adalah berdiskusi dengan dosen pembimbing
selaku professional judgement. Melibatkan interpretasi orang lain dalam
penelitian selain pandangan peneliti dapat menambah validitas penelitian
(Creswell, 2017).
Reliabilitas yang dimaksudkan dalam penelitian kualitatif adalah tingkat
kesesuaian antara data yang dikumpulkan subjek dengan kondisi yang ada di
lapangan (Herdiansyah, 2010). Reliabilitas dalam penelitian ini dicapai dengan
cara mengecek hasil transkripsi. Melakukan pengecekan kembali hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
transkrip wawancara bertujuan untuk memastikan tidak ada kesalahan selama
proses transkripsi (Gibbs, 2007 dalam Creswell, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Responden
Responden dalam penelitian ini adalah 115 mahasiswa Universitas X.
Universitas X berdiri sejak tahun 1955, tetapi saat itu masih berbentuk
Perguruan Tinggi Pendidikan Guru (PTPG). Kemudian pada tahun 1958
bentuk PTPG tersebut berubah bentuk menjadi FKIP (Fakultas Keguruan Ilmu
Pendidikan) karena adanya ketentuan baru dari pemerintah. Selanjutnya, dari
FKIP berubah bentuk lagi menjadi IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan) pada tahun 1965. Akhirnya, untuk menyesuaikan tuntutan zaman
dan kebutuhan masyarakat, pada tahun 1993 IKIP tersebut dikembangkan
menjadi bentuk universitas hingga sekarang.
Saat ini Universitas X memiliki 5 kampus yang berada di lokasi terpisah
di Daerah Istimewa Yogyakarta. Universitas X memiliki total 8 fakultas dan 25
prodi. Berdasarkan data pelaporan tahun 2018/2019 Universitas X memiliki
12.742 mahasiswa dan 364 dosen tetap.
Berikut adalah gambaran prodi, angkatan, usia dan jenis kelamin
responden yang disajikan dalam bentuk tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
Tabel 4
Deskripsi Prodi Responden
Fakultas Prodi Jumlah
Ekonomi 1. Akuntansi 5
2. Manajemen 5
Psikologi 3. Psikologi 5
Farmasi 4. Farmasi 5
Keguruan dan Ilmu
Pendidikan
5. Bimbingan dan Konseling 5
6. Pendidikan Agama 5
7. Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia
5
8. Pendidikan Bahasa Inggris 5
9. Pendidikan Biologi 5
10. Pendidikan Ekonomi Bidang
Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi
5
11. Pendidikan Ekonomi Bidang
Keahlian Khusus Pendidikan
Ekonomi
5
12. Pendidikan Fisika 5
13. Pendidikan Guru Sekolah Dasar 5
14. Pendidikan Matematika 5
15. Pendidikan Sejarah 5
Sains dan Teknologi
16. Matematika 5
17. Teknik Elektro 5
18. Teknik Informatika 5
19. Teknik Mesin 5
Sastra
20. Sastra Indonesia 5
21. Sastra Inggris 5
22. Sejarah 5
Teologi 23. Ilmu Teologi 5
Total 115
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
Responden dalam penelitian diambil sebanyak 5 orang dari tiap prodi di
Universitas X. Dari tabel tersebut dapat dilihat jika responden penelitian berasal
dari 7 fakultas dan 23 prodi yang ada di Universitas X, sehingga total responden
dalam penelitian adalah 115 orang. Mayoritas prodi yang ada di Universitas X
berasal dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Hal tersebut dikarenakan
status Universitas X sebelumnya adalah Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan
(IKIP).
Tabel 5
Deskripsi Tahun Angkatan Responden
Angkatan Jumlah Persentase
2016 4 3,5%
2015 103 89,6%
2014 6 5,2%
Tak diketahui 2 1,7%
Total 115 100%
Tabel 4 tersebut menunjukkan jika mayoritas responden berasal dari
angkatan 2015. Hal tersebut dikarenakan mayoritas mahasiswa yang sedang
mengerjakan skripsi saat proses pengambilan data adalah angkatan 2015. Selain
itu ada sekitar 5,2% mahasiswa angkatan 2014 dan 3,5% mahasiswa angkatan
2016 yang menjadi responden penelitian. Di sisi lain, ada 1,7% mahasiswa yang
tidak diketahui tahun angkatannya karena tidak dituliskannya keterangan tahun
dalam kuesioner.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
Tabel 6
Deskripsi Usia Responden
Usia Jumlah Persentase
24 tahun 2 1,7%
23 tahun 9 7,8%
22 tahun 57 49,6%
21 tahun 42 36,5%
20 tahun 4 3,5%
Tak diketahui 1 0,9%
Total 115 100%
Hasil dari tabel 5 menunjukkan jika responden dalam penelitian didominasi
oleh usia 22 tahun, yaitu sebanyak 49,6%, lalu diikuti oleh usia 21 tahun sebanyak
36,5%. Responden penelitian didominasi usia 21 hingga 22 tahun karena memang
lazimnya mahasiswa angkatan 2015 berada di kisaran usia tersebut. Di sisi lain,
ada satu responden (0,9%) yang tidak menuliskan usianya di kuesioner sehingga
tidak diketahui datanya.
Tabel 7
Deskripsi Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
Laki-laki 39 33,9%
Perempuan 76 66,1%
Total 115 100%
Mayoritas subjek dalam penelitian ini adalah perempuan, dengan persentase
66,1%. Kemudian sisanya adalah laki-laki dengan persentase 33,9%.
B. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dimulai dengan melakukan uji coba pertanyaan untuk melihat
apakah pertanyaan dapat dipahami dengan baik dan dapat menggali topik yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
diukur. Uji coba pertanyaan dilakukan tanggal 24 April hingga 26 April 2019
pada 10 orang responden.
Setelah uji coba selesai dilakukan, peneliti langsung menyebar kuesioner
kepada perwakilan satu orang tiap prodi yang ada. Lalu perwakilan dari tiap
prodi tersebut yang akan menyebarkannya. Selain itu, ada 17 orang responden
yang mengisi kuesioner secara online dikarenakan keterbatasan waktu dan
tempat.
Jumlah responden yang dicari peneliti adalah 115 orang. Ketika kuota
responden sudah dipenuhi, peneliti langsung melakukan pengolahan data.
Pengumpulan data dimulai pada tanggal 17 Mei hingga 19 Juni 2019.
C. Hasil Penelitian
Pertanyaan nomor 1 hingga 3 di kuesioner dikhususkan untuk menggali
sikap terhadap berita media sosial secara umum, sementara pertanyaan nomor
4 hingga 9 dikhususkan untuk mengetahui sikap responden terhadap hoaks.
Hasil dari penelitian ini akan dijelaskan secara terpisah, karena di media sosial
terdapat berita yang benar dan hoaks. Ciri-ciri hoaks di media sosial adalah
penggunaan bahasa tidak baku, huruf kapital yang tidak tepat, tidak memiliki
narasumber yang jelas, tidak memiliki wartawan yang jelas, penulis tidak
melihat konteks, tidak ada gambar pendukung berita, tidak ada hubungan
antara berita dan gambar pendukung, serta waktu dan tempat kejadian yang
tidak jelas (Fatmawati, Salzabila, Rizkitama, & Nugroho, 2019).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
Hasil penelitian menunjukkan jika satu respon dari responden bisa
menghasilkan beberapa kata kunci. Lalu kata kunci tersebut akan
dikelompokkan ke dalam beberapa tema. Kemudian tema tersebut akan
dikelompokkan lagi ke dalam kategori aspek kognitif, afektif, ataupun konatif.
Setelah dikelompokkan ke dalam beberapa kategori, tema-tema tersebut akan
diukur frekuensinya dan persentasenya dari tiap aspek untuk memberi
gambaran sikap yang lebih jelas.
a. Sikap terhadap Berita di Media Sosial
Sikap terhadap berita di media sosial didapat dari jawaban pertanyaan
nomor 1 hingga 3 di kuesioner. Berikut adalah tema-tema yang ditemukan
setelah proses analisis data dalam bentuk tabel.
Tabel 8
Sikap terhadap Berita di Media Sosial berdasarkan Aspek Kognitif
Tema Frekuensi Persentase Kategori
Bermanfaat 86 31.7%
Asp
ek K
ognitif
Tingkat kebenaran rendah 63 23.2%
Perlu disikapi kritis 45 16.6%
Berpengaruh negatif 25 9.2%
Berita yang benar dan salah sulit
dibedakan 21 7.7%
Menarik 8 3.0%
Berita berpihak 5 1.8%
Berita berkualitas rendah 5 1.8%
Digunakan untuk mencari
kepopuleran 4 1.5%
Berisi hal negatif 4 1.5%
Bentuk kebebasan individu 3 1.1%
Konten seragam 2 0.7%
Total 271 100.0%
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Berdasarkan hasil analisis data, muncul beberapa tema dari aspek
kognitif. Tema yang paling sering muncul dari aspek kognitif adalah
pandangan tentang berita di media sosial yang bermanfaat (31,7%). Tema
kedua yang paling sering muncul adalah anggapan tentang tingkat
kebenaran berita yang rendah (23,2%).Tema dengan jumlah respon
terbanyak nomor 3 adalah perlunya bersikap kritis terhadap berita di media
sosial (16,6%). Berikutnya diikuti oleh tema berpengaruh negatif (9,2%)
dan sulit untuk dibedakan mana berita yang benar ataupun salah (7,7%). Di
sisi lain, responden memandang berita di media sosial merupakan hal yang
menarik (3%).
Selain itu, responden beranggapan jika berita di media sosial memiliki
kualitas yang rendah (1,8%). Ada pula responden yang merasa berita
cenderung berpihak (1,8%) dan digunakan untuk mencari kepopuleran
(1,5%). Selanjutnya, responden merasa jika berita di media sosial berisi hal
negatif (1,5%). Di samping itu, subjek memandang berita di media sosial
sebagai bentuk kebebasan individu (1,1%), tetapi responden juga
menganggap konten yang ada terasa seragam (0,7%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
Tabel 9
Sikap terhadap Berita di Media Sosial berdasarkan Aspek Afektif
Tema Frekuensi Persentase Kategori
Senang 30 21.0%
Asp
ek A
fektif
Skeptis 22 15.4%
Cemas 21 14.7%
Prihatin 19 13.3%
Merasa biasa 18 12.6%
Bingung 11 7.7%
Resah 8 5.6%
Kecewa 7 4.9%
Penasaran 3 2.1%
Lelah 2 1.4%
Kesal 2 1.4%
Total 143 100.0%
Hasil penelitian menunjukkan jika mayoritas responden merasa
senang terhadap berita yang ada di media sosial (21%). Sebaliknya ada pula
yang merasa cemas (14,7%), prihatin (13,3%), resah (5,6%), kecewa
(4,9%), lelah (1,4%) dan kesal (1,4%). Selain itu, sebanyak 15,4%
responden merasa skeptis terhadap berita di media sosial. Sehubungan
dengan itu, sebanyak 7,7% responden merasa bingung terhadap berita di
media sosial yang tidak dapat diketahui mana yang benar. Ada pula
sebagian kecil responden (2,1%) yang merasa penasaran terhadap berita
yang ada di media sosial. Di sisi lain, ada sebanyak 12,5% responden yang
tidak merasa apa-apa terhadap berita di media sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
Tabel 10
Sikap terhadap Berita di Media Sosial berdasarkan Aspek Konatif
Tema Frekuensi Persentase Kategori
Memastikan kebenaran 78 40.4% Asp
ek K
onatif
Memahami berita 66 34.2%
Mengabaikan 21 10.9%
Menerima 14 7.3%
Mewaspadai 10 5.2%
Menyebarkan 4 2.1%
Total 193 100.0%
Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, perilaku yang
mayoritas responden lakukan adalah memastikan kebenaran (40,4%).
Responden juga menyatakan berusaha memahami berita di media sosial
dengan cara membaca dan menelaah berita yang diterimanya (34,2%). Ada
pula 7,3% responden yang bersikap menerima berita yang ada di media
sosial. Selain itu, sebanyak 2,1% respon menunjukkan jika responden akan
menyebarkan berita yang diterimanya. Sebaliknya, tema lain yang muncul
adalah perilaku mengabaikan (10,9%) dan mewaspadai (5,2%) berita di
media sosial.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
Tabel 11
Sikap Mahasiswa terhadap Berita di Media Sosial Secara Keseluruhan
Tema Kategori
Bermanfaat
Asp
ek K
ognitif
Tingkat kebenaran rendah
Perlu disikapi kritis
Berpengaruh negatif
Berita yang benar dan salah sulit dibedakan
Menarik
Berita berpihak
Berita berkualitas rendah
Digunakan untuk mencari kepopuleran
Berisi hal negatif
Bentuk kebebasan individu
Konten seragam
Senang
Asp
ek A
fektif
Skeptis
Cemas
Prihatin
Merasa biasa
Bingung
Resah
Kecewa
Penasaran
Lelah
Kesal
Memastikan kebenaran Asp
ek K
on
atif
Memahami berita
Mengabaikan
Menerima
Mewaspadai
Menyebarkan
Sikap mahasiswa terhadap berita di media sosial terdiri dari 3 kategori
dan 29 tema. Tema yang paling banyak berasal dari aspek kognitif dan yang
paling sedikit berasal dari aspek konatif.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
b. Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial
Sikap terhadap hoaks didapat dari analisis jawaban pertanyaan nomor
4 hingga 9 di kuesioner. Berikut adalah hasil analisis data yang disajikan
dalam bentuk tabel untuk memberi gambaran yang lebih jelas.
Tabel 12
Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial berdasarkan Aspek Kognitif
Tema Frekuensi Persentase Kategori
Berakibat negatif 128 26.6%
Asp
ek K
og
nitif
Mudah menyebar 109 22.7%
Berita bohong 90 18.7%
Memiliki kepentingan pihak
tertentu 52 10.8%
Berita yang belum tentu benar 23 4.8%
Menyebar karena kurangnya
pendidikan 19 4.0%
Hal yang buruk 11 2.3%
Dimanipulasi 11 2.3%
Sumber tidak jelas 8 1.7%
Digunakan untuk menarik
perhatian 7 1.5%
Mendorong untuk kritis 5 1.0%
Perlu adanya penanganan lebih
terhadap hoaks 4 0.8%
Disebarkan oleh orang dengan
kepribadian buruk 3 0.6%
Bentuk suara masyarakat 3 0.6%
Berkaitan dengan politik 3 0.6%
Menarik 2 0.4%
Membuat lebih waspada 2 0.4%
Disebarkan oleh orang kurang
kerjaan 1 0.2%
Total 481 100.0%
Hasil penelitian menunjukkan jika tema berakibat negatif memiliki
persentase paling tinggi, yaitu 26,6%. Kemudian diikuti oleh tema mudah
menyebar (22,7%), berita bohong (18,7%), memiliki kepentingan tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
(10,8%), berita yang belum tentu benar (4,8%), menyebar karena kurangnya
pendidikan (4%), hal yang buruk (2,3%), dimanipulasi (2,3%) dan sumber
tidak jelas (1,7%). Selain itu ada pula tema lain seperti digunakan untuk
menarik perhatian (1,5%), dan mendorong untuk kritis (1%). Di sisi lain
terdapat juga tema tentang perlu adanya penanganan lebih (0,8%),
disebarkan oleh orang dengan kepribadian buruk (0,6%), bentuk suara
masyarakat (0,6%), berkaitan dengan politik (0,6%), menarik (0,4%),
membuat lebih waspada (0,4%), dan disebarkan oleh orang yang kurang
kerjaan (0,2%).
Tabel 13
Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial berdasarkan Aspek Afektif
Tema Frekuensi Persentase Kategori
Prihatin 130 39.3%
Asp
ek A
fektif
Kesal 47 14.2%
Kecewa 39 11.8%
Merasa biasa 28 8.5%
Marah 22 6.6%
Resah 22 6.6%
Heran 19 5.7%
Cemas 16 4.8%
Bosan 6 1.8%
Senang 2 0.6%
Total 331 100.0%
Hasil analisis data menunjukkan jika respon yang paling sering
muncul dari kategori afektif adalah perasaan prihatin (39,3%). Kemudian
diikuti oleh perasaan negatif lainnya seperti kesal (14,2%), kecewa (11,8%),
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
marah (6,6%), resah (6,6%), heran (5,7%), cemas (4,8%), dan bosan (1,8%).
Sebaliknya, ada beberapa respon yang menunjukkan perasaan senang
(0,6%). Di sisi lain, sebanyak 8,5% respon menunjukkan perasaan biasa.
Tabel 14
Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial berdasarkan Aspek Konatif
Tema Frekuensi Persentase Kategori
Mengurangi penyebaran 135 42.2%
Asp
ek K
on
atif
Membiarkan 84 26.3%
Menghindari 75 23.4%
Mencari kebenaran 19 5.9%
Menolak 7 2.2%
Total 320 100%
Respon yang paling sering muncul terkait perilaku responden adalah
mengurangi penyebaran hoaks (42,2%). Selain itu, sebanyak 26,3% respon
menunjukkan perilaku membiarkan. Ada pula tema lain dari aspek konatif
seperti menghindari (23,4%), mencari kebenaran (5,9%), dan menolak
(2,2%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
Tabel 15
Sikap Mahasiswa terhadap Hoaks di Media Sosial Secara Keseluruhan
Tema Kategori
Berakibat negatif
Asp
ek K
ognitif
Mudah menyebar
Berita bohong
Memiliki kepentingan pihak tertentu
Berita yang belum tentu benar
Menyebar karena kurangnya pendidikan
Hal yang buruk
Dimanipulasi
Sumber tidak jelas
Digunakan untuk menarik perhatian
Mendorong untuk kritis
Perlu adanya penanganan lebih terhadap hoaks
Disebarkan oleh orang dengan kepribadian buruk
Bentuk suara masyarakat
Berkaitan dengan politik
Menarik
Membuat lebih waspada
Disebarkan oleh orang kurang kerjaan
Prihatin
Asp
ek A
fektif
Kesal
Kecewa
Merasa biasa
Marah
Resah
Heran
Cemas
Bosan
Senang
Mengurangi penyebaran
Asp
ek K
on
atif
Membiarkan
Menghindari
Mencari kebenaran
Menolak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
Secara keseluruhan, aspek kognitif menghasilkan paling banyak tema,
yaitu sebanyak 18 tema. Kemudian diikuti aspek afektif sebanyak 10 tema
dan aspek konatif sebanyak 5 tema.
D. Pembahasan
Sikap terhadap berita di media sosial secara umum dan hoaks akan
dibahas secara berbeda. Alasannya adalah di media sosial juga terdapat berita
yang benar, tetapi tidak bisa dipisahkan dari hoaks. Pembahasan dari sikap
terhadap berita secara umum dianalisis dari respon pertanyaan nomor 1 hingga
3 di kuesioner, sementara pertanyaan nomor 4 hingga 9 dikhususkan untuk
mengetahui sikap responden terhadap hoaks. Hoaks di media sosial memiliki
ciri-ciri menggunakan bahasa tidak baku, huruf kapital yang tidak tepat, tidak
memiliki narasumber yang jelas, tidak memiliki wartawan yang jelas, penulis
tidak melihat konteks, tidak ada gambar pendukung berita, tidak ada hubungan
antara berita dan gambar pendukung, serta waktu dan tempat kejadian yang
tidak jelas (Fatmawati, Salzabila, Rizkitama, & Nugroho, 2019).
a. Sikap terhadap Berita di Media Sosial
Sikap seorang individu dapat berupa derajat positif atau negatif
terhadap suatu objek. Berkowitz (dalam Azwar, 2005) mengartikan sikap
sebagai perasaan mendukung atau memihak maupun tidak mendukung atau
tidak memihak terhadap suatu objek. Selain itu, Ajzen (2005) mengartikan
sikap sebagai kecenderungan seseorang untuk merespon secara baik atau
buruk terhadap objek, individu, lembaga, atau suatu peristiwa. Hasil
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
penelitian menunjukkan jika mayoritas subjek cenderung memiliki sikap
yang negatif terhadap berita di media sosial. Sikap negatif itu cenderung
lebih dominan di semua aspek sikap (kognitif, afektif, & konatif).
Hasil analisis data menunjukkan jika mayoritas responden memiliki
sikap yang cenderung ke arah negatif di kategori kognitif. Berdasarkan
aspek kognitif, sebanyak 64,2% subjek memiliki sikap negatif terhadap
berita di media sosial. Hal tersebut terlihat dari tema yang condong ke arah
negatif, seperti tingkat kebenaran rendah (23,2%), perlu disikapi kritis
(16,6%), berpengaruh negatif (9,2%), serta sulit dibedakan mana berita yang
benar ataupun salah (7,7%). Selain itu, tema negatif lain yang muncul
adalah berita berkualitas rendah (1,8%), berpihak (1,8%), digunakan untuk
mencari kepopuleran (1,5%), berisi hal negatif (1,5%), serta konten seragam
(0,7).
Pandangan responden terhadap tingkat kebenaran yang rendah di
media sosial dikarenakan banyaknya hoaks yang bertebaran di media sosial
itu sendiri. Para responden menganggap berita di media sosial disajikan
terlalu berlebihan, tidak sesuai fakta, dan sumber tidak jelas. Tingkat
kebenaran yang rendah tersebut dikarenakan banyak berita di media sosial
yang tidak melakukan proses verifikasi informasi seperti media profesional
(Wisnuhardana, 2018). Berita yang ada di media sosial menyebar tanpa
adanya proses penyaringan informasi terlebih dahulu, sehingga berita yang
menyebar belum terverifikasi kebenarannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
Responden juga merasa berita yang ada di media sosial perlu disikapi
secara kritis. Alasannya masih berhubungan dengan hoaks yang marak di
sosial media. Para responden beranggapan jika berita di media sosial dapat
menyesatkan dan dapat terkena hoaks jika tidak hati-hati. Sebagian respon
menunjukkan jika berita di media sosial harus disaring, diseleksi, dan harus
dipastikan kebenarannya terlebih dahulu. Pandangan responden tersebut
dapat dianggap benar karena berpikir kritis dapat membantu dalam
menggunakan internet dengan lebih baik (Wade, Tavris, & Garry, 2014).
Para responden dalam penelitian merupakan mahasiswa yang memang
sudah sewajarnya memiliki pemikiran kritis. Hal ini dikarenakan perguruan
tinggi adalah tempat bagi mahasiswa untuk tumbuh dan mendapat
kecerdasan khususnya dalam hal penalaran moral dan berpikir kritis
(Montgomery & Core, 2003 dalam Feldman & Papalia, 2014).
Tema lainnya adalah tentang pengaruh negatif berita di media sosial.
Para responden meyakini jika berita di media sosial dapat menyesatkan,
memprovokasi orang lain, hingga menimbulkan keresahan dan perpecahan.
Salah satu faktor pembentukan sikap adalah media massa, karena setiap
media membawa suatu pesan yang dapat mengarahkan opini seseorang
(Azwar, 2005). Banyak berita di media sosial yang berisi hoaks bermuatan
negatif. Pesan yang ada dalam hoaks tersebut dapat menjadi dasar kognitif
dalam terbentuknya sikap negatif individu terhadap sesuatu. Entah itu dalam
hal politik ataupun sesuatu yang menyinggung SARA. Oleh karena itu
hoaks dapat menyesatkan dan memprovokasi seorang individu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
Tema selanjutnya adalah pandangan bahwa berita di media sosial sulit
dibedakan mana yang benar dan salah. Hal tersebut disebabkan oleh
beberapa alasan seperti berita yang rancu, simpang siur, sulit disaring karena
banyaknya informasi.
Kemudian ada pula tema tentang berita yang berpihak. Berita di media
sosial dianggap berpihak karena mengandung kepentingan, terdapat berita
politik yang berkubu-kubu, hingga menjatuhkan pihak tertentu. Saat ini
cyberwar merupakan salah satu perilaku pengguna media sosial
(Mulawarman & Nurfitri, 2017). Dalam kasus Pilpres di Indonesia tahun
2014, kelompok pendukung kedua belah pihak saling berlomba mengusung
masing-masing calon. Tiap kubu menggunakan stereotipe yang dimiliki
pihak lawan sebagai “senjata”. Contohnya adalah kubu A yang dicap
sebagai pro-komunis dan kubu B dicap sebagai pelanggar HAM. Stereotipe
tersebut dapat menjadi dasar belief dalam diri individu atau kelompok.
Dalam kondisi tertentu, belief tersebut dapat menjadi prasangka yang
mendorong perilaku diskriminasi ataupun tindakan non-kooperatif seperti
fitnah dan permusuhan antar kelompok. Perwujudan perilaku pendukung
kedua belah pihak tersebut terjadi secara masif dalam dunia online, sehingga
ajang debat kusir dan adu berita hoaks tersebut mudah ditemui di media
sosial.
Berita yang ada di media sosial juga dianggap memiliki kualitas yang
rendah. Para responden memandang berita yang ada kurang mendalam dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
kritis. Selain itu, berita di media sosial juga tidak mempunyai kualitas dan
apa yang disampaikan tidak bermutu.
Selain itu, beberapa responden meyakini jika berita di media sosial
digunakan untuk mencari kepopuleran. Alasannya adalah berita digunakan
untuk mencari pengikut dan terlalu membesar-besarkan sesuatu yang
seharusnya tidak dilakukan demi popularitas.
Tema lain yang mengarah ke sikap negatif adalah berita berisi hal
negatif. Respon yang berhubungan dengan tema tersebut adalah anggapan
tentang berita yang hanya mengkritik, menjelek-jelekkan, menyinggung isu
SARA, serta selalu terdapat komentar negatif. Selain itu, berita politik dan
hiburan juga tidak memberi cerminan yang baik karena banyak drama.
Tema terakhir yang mengarah sikap negatif adalah konten di media
sosial yang seragam. Salah satu responden menganggap ketika suatu berita
viral maka semua akun akan memposting hal yang sama. Selain itu, salah
satu responden memandang berita yang ada hanya mengutamakan sensasi
tanpa esensi karena banyak akun memiliki konten seragam.
Berbeda dengan tema sebelumnya, tema kategori kognitif yang
mengarah ke sikap positif memiliki persentase sebanyak 35,8%. Tema yang
muncul adalah bermanfaat (31,7%), menarik (3%), dan bentuk kebebasan
individu (1,1%).
Tema dengan persentase paling banyak adalah pandangan tentang
berita di media sosial yang bermanfaat. Hal ini dikarenakan melalui media
sosial responden dapat mengetahui berita dengan cepat dan mudah untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
diakses. Memang salah satu perubahan yang dibawa media sosial dalam
praktik jurnalisme adalah kecepatan (Nasrullah, 2018). Di media sosial,
sebuah peristiwa yang terjadi di suatu tempat dapat langsung diakses tanpa
melalui prosedur media profesional. Bahkan berita yang diunggah suatu
akun dapat menyebar dengan lebih luas dan cepat karena disebarkan oleh
akun pengguna lainnya dalam sebuah jaringan. Di sisi lain, responden
menganggap berita di media sosial dapat menambah wawasan, memperluas
sudut pandang, hingga memberi informasi bermanfaat seperti lowongan
pekerjaan.
Selain itu, para responden menganggap berita di media sosial lebih
menarik. Beberapa respon menyatakan jika berita di media sosial menarik
jika ditulis dengan gaya seperti cerita dan diulas dengan cara modern.
Tema terakhir adalah bentuk kebebasan individu. Tema tersebut
berasal dari pandangan responden tentang berita di media sosial yang dapat
menjadi tempat untuk bebas menulis maupun membaca. Selain itu, salah
satu responden menganggap jika saat ini merupakan masa orang bebas
berpendapat dan berita di media sosial termasuk kebebasan berekspresi.
Kini media sosial memang menyediakan ruang bagi penggunanya untuk
menyuarakan pikiran dan opininya (Nasrullah, 2018). Kemunculan media
sosial telah membawa nilai-nilai baru dalam kehidupan masyarakat. Media
sosial tidak hanya digunakan untuk menceritakan diri (self disclosure),
tetapi telah menjadi medium aspirasi warga secara daring (Jordan, 1999;
Saco, 2002; & Wilhelm, 2000 dalam Nasrullah, 2018).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
Hasil penelitian menunjukkan jika tema dari aspek afektif cenderung
ke arah negatif, yaitu sebanyak 64,3%. Tema dari aspek afektif atau
perasaan yang negatif adalah skeptis (15,4%), cemas (14,7%), prihatin
(13,3%), bingung (7,7%), resah (5,6%), kecewa (4,9%), lelah (1,4%), dan
kesal (1,4%).
Aspek afektif dipengaruhi oleh kepercayaan individu tentang objek
yang bersangkutan (Azwar, 2005). Oleh karena itu tema-tema dari aspek
afektif banyak dipengaruhi oleh aspek kognitif responden itu sendiri.
Tema dari kategori afektif yang pertama adalah perasaan skeptis.
Respon yang menggambarkan perasaan skeptis tersebut muncul karena
responden menganggap berita di media sosial berasal dari orang tidak
bertanggung jawab serta bisa saja hoaks. Perasaan skeptis tersebut juga
memiliki kaitan dengan pandangan para responden tentang berita di media
sosial yang memiliki tingkat kebenaran rendah. Perasaan skeptis tersebut
dapat dibenarkan karena berita di media sosial banyak yang tidak melewati
proses penyaringan informasi seperti media profesional, sehingga
kredibilitasnya rendah (Wisnuhardana, 2018).
Tema selanjutnya adalah perasaan cemas. Perasaan cemas tersebut
dapat dipengaruhi oleh anggapan responden tentang berita di media sosial
yang memiliki tingkat kebenaran rendah ataupun berisi hal negatif.
Kecemasan merupakan perasaan negatif yang melibatkan rasa khawatir
tentang kemungkinan ancaman atau bahaya di masa depan (Hooley,
Butcher, Nock, & Mineka, 2018). Hal tersebut sesuai dengan hasil yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
menunjukkan jika salah satu responden merasa harus berhati-hati karena ia
dapat terkena bullying akibat hoaks di media sosial yang cenderung
mengutamakan mayoritas. Ada pula responden yang merasa cemas karena
bisa saja berita yang diterimanya merupakan berita yang salah. Selain itu,
responden lain merasa cemas karena bisa saja berita untuk kepentingan
tertentu. Penelitian yang dilakukan oleh Johnston dan Davey (1997)
menunjukkan jika buletin berita televisi yang bersifat negatif dapat
meningkatkan rasa cemas pada diri individu. Hal tersebut sesuai dengan
hasil penelitian, sebab responden merasa cemas terhadap berita yang ada di
media sosial dikarenakan berita berisi hal negatif.
Kemudian ada pula tema perasaan prihatin. Perasaan prihatin tersebut
muncul karena responden merasa banyak berita yang belum tentu benar,
cenderung menjatuhkan pihak tertentu, serta dapat membuat masyarakat
salah persepsi.
Selanjutnya adalah perasaan bingung. Perasaan bingung responden
diakibatkan beberapa berita terindikasi hoaks dan mereka tidak mengetahui
mana berita yang benar.
Tema berikutnya adalah perasaan resah. Salah satu responden
menyatakan jika salah satu asalannya merasa adalah sebagian berita berisi
informasi tidak benar yang mudah dipercaya oleh beberapa kalangan.
Ada pula tema yang menunjukkan perasaan kecewa responden.
Perasaan kecewa tersebut didasari atas banyaknya berita politik dan berita
negatif seperti perang, fitnah, hingga hoax. Salah satu respon juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
menunjukkan alasan mereka merasa kecewa adalah tidak dapat mendapat
berita yang sesungguhnya.
Kemudian ada tema yang berhubungan dengan perasaan lelah. Salah
satu responden merasa lelah karena dikepung banyak berita yang sumbernya
tidak jelas. Apalagi ada individu yang menyebarkan berita tersebut tanpa
melihat sumbernya.
Tema terakhir yang mengarah ke sikap negatif adalah perasaan kesal.
Perasaan kesal tersebut muncul karena berita di media sosial memiliki
tingkat kebenaran yang rendah. Responden juga merasa kesal karena
banyaknya hoaks yang menyebar di media sosial.
Lalu, tema yang mengarah ke arah sikap positif adalah sebesar 23,1%.
Tema yang termasuk di dalamnya adalah senang (21%) dan penasaran
(2,1%). Responden merasa senang apabila berita yang diterimanya
merupakan berita yang baik dan benar. Selain itu, responden merasa senang
karena berita di media sosial lebih mudah diakses, informatif, dan dapat
menambah pengetahuan. Di sisi lain, ada pula responden yang merasa
penasaran terhadap berita di media sosial. Salah satu responden merasa
penasaran karena ingin mengetahui kebenaran dari berita yang diterimanya.
Di sisi lain ada satu tema yang tidak mengarah ke sikap positif
ataupun negatif, yaitu merasa biasa (12,6%). Perasaan biasa saja tersebut
muncul karena ada responden yang kurang tertarik terhadap berita di media
sosial. Ada pula responden yang menganggap tidak semua berita penting
untuk diketahui. Selain itu ada responden yang merasa biasa karena terbiasa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
membaca dari sumber yang terpercaya. Di sisi lain, beberapa responden
memiliki perasaan seperti itu karena menganggap kontrol ada dalam dirinya
sendiri, yang penting cerdas dalam menerima berita. Ada pula yang dapat
mengetahui mana berita yang bisa dipercaya.
Tema yang muncul dari aspek konatif atau perilaku cenderung ke arah
negatif, yaitu sebanyak 56,5%. Tema yang tergolong sikap negatif tersebut
adalah memastikan kebenaran (40,4%), mengabaikan (10,9%), dan
mewaspadai (5,2%). Sisanya adalah tema yang mengarah ke sikap positif,
yaitu sebesar 43,5%. Tema-tema tersebut adalah memahami berita (34,2%),
menerima (7,3%), dan menyebarkan (2,1%).
Tema yang paling tinggi persentasenya dari aspek konatif adalah
memastikan kebenaran. Respon perilaku yang muncul dari tema ini
beragam. Mulai dari membaca dari sumber lain, menanyakan kebenaran
berita kepada orang lain, membandingkan dengan berita di televisi, hingga
melihat komentar untuk menganalisis hoaks. Perilaku responden dalam
memastikan kebenaran berita tersebut dapat dihubungan dengan perasaan
skeptis yang tinggi terhadap berita di media sosial. Hal ini dapat
dihubungkan pula dengan pandangan responden tentang berita di media
sosial yang memiliki tingkat kebenaran rendah dan perlu disikapi kritis.
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, pada dasarnya perilaku kritis
tersebut berasal dari perguruan tinggi yang menjadi tempat bagi mahasiswa
untuk tumbuh dan mendapat kecerdasan dalam hal berpikir kritis
(Montgomery & Core, 2003 dalam Feldman & Papalia, 2014).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
Tema selanjutnya adalah perilaku mengabaikan. Respon-respon yang
muncul terkait dengan tema ini adalah tidak menanggapi, menghapus,
ataupun menutup berita. Ketika seseorang memiliki keyakinan dan perasaan
yang buruk terhadap objek sikap, maka individu tersebut cenderung akan
menjauhi, menolak, dan menghindari objek tersebut (Sarwono & Meinarno,
2009). Oleh karena itu, tema ini cenderung mengarah ke sikap yang negatif.
Ada pula tema mewaspadai. Hasil analisis data menunjukkan jika
beberapa responden bersikap berhati-hati terhadap berita yang diterimanya
di media sosial. Kecenderungan perilaku ini berasal dari pandangan
responden tentang berita di media sosial yang memiliki tingkat kebenaran
rendah.
Di sisi lain, ada pula tema dari aspek konatif yang mengarah ke sikap
yang positif. Sikap positif yang paling tinggi ditunjukkan melalui perilaku
memahami berita. Responden berusaha memahami berita yang diterimanya
di media sosial dengan cara membaca hingga tuntas, mencari inti informasi,
hingga mencermati isi, sumber, dan kata dari berita. Pada dasarnya tujuan
orang membaca adalah memahami isi bacaan (Ampuni, 1998). Oleh karena
itu perilaku membaca bukan hanya sekedar aktivitas mengeja ataupun
merangkai kata-kata. Membaca adalah proses kognitif kompleks dalam hal
mengolah isi bacaan, yang bertujuan untuk memahami ide dan pesan penulis
serta menjadikannya bagian dari pengetahuan individu (Ampuni, 1998).
Oleh karena itu, perilaku responden dalam membaca berita secara seksama
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
dan berusaha mencari inti informasi dapat digolongkan dalam perilaku
memahami berita, bukan sekedar membaca berita secara sekilas.
Selanjutnya, beberapa respon juga menunjukkan jika responden
bersikap menerima berita yang ada di media sosial. Mereka beranggapan
jika berita di media sosial merupakan hal yang positif dan baik. Hanya saja
beberapa responden bersikap menerima berita di media sosial bila berita
tersebut sesuai dengan fakta dan digunakan dengan tepat. Ada pula yang
menyatakan mendukung penyebaran berita di media sosial.
Kemudian tema terakhir yang memiliki persentase paling kecil adalah
perilaku menyebarkan. Respon yang ada menunjukkan jika responden akan
menyebarkan berita tersebut apabila berita tersebut baik dan benar. Selain
itu, ada salah satu respon yang menyatakan jika berita yang ada akan ia
sebarkan ke orang terdekat. Tema ini mengarah ke sikap positif karena
ketika individu mengenali dan memiliki perasaan positif terhadap objek
sikap, maka akan muncul perilaku mendekati objek sikap (Sarwono &
Meinarno, 2009). Dalam hal ini perilaku mendekati objek sikap terlihat dari
perilaku menyebarkan. Perilaku mendekati objek sikap dapat pula terlihat
dalam bentuk dukungan ataupun bantuan (Sarwono & Meinarno, 2009).
b. Sikap terhadap Hoaks di Media Sosial
Seperti telah dibahas sebelumnya, sikap seorang individu terhadap
suatu objek dapat mengarah ke derajat positif atau negatif. Berkowitz
(dalam Azwar, 2005) mengartikan sikap sebagai perasaan mendukung atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
memihak maupun tidak mendukung atau tidak memihak terhadap suatu
objek. Selain itu, Ajzen (2005) mengartikan sikap sebagai kecenderungan
seseorang untuk merespon secara baik atau buruk terhadap objek, individu,
lembaga, atau suatu peristiwa. Analisis data yang dilakukan menunjukkan
jika mayoritas tema mengarah ke sikap yang negatif terhadap hoaks. Sikap
negatif itu cenderung lebih dominan di semua kategori sikap (kognitif,
afektif, & konatif).
Hasil analisis data pada kategori kognitif menunjukkan jika sebanyak
97,5% respon mengarah ke sikap negatif. Tema yang mengarah ke sikap
negatif adalah berakibat negatif (26,6%), mudah menyebar (22,7%), berita
bohong (18,7%), memiliki kepentingan pihak tertentu (10,8%), berita belum
tentu benar (4,8%), menyebar karena kurangnya pendidikan (4%), hal yang
buruk (2,3%), dimanipulasi (2,3%), sumber tidak jelas (1,7%), digunakan
untuk menarik perhatian (1,5%), perlu adanya penanganan lebih (0,8%),
disebarkan oleh orang dengan kepribadian buruk (0,6%), berkaitan dengan
politik (0,6%), dan disebarkan oleh orang kurang kerjaan (0,2%).
Tema yang memiliki persentase paling tinggi adalah pandangan
tentang hoaks yang dapat mengakibatkan hal negatif. Beberapa akibat dari
hoaks menurut para responden adalah dapat menimbulkan perpecahan,
menyesatkan, memprovokasi, menakuti masyarakat, hingga membodohi
masyarakat. Faktanya saat ini hoaks memang memiliki banyak dampak
negatif, seperti menimbulkan rasa khawatir, takut, menimbulkan trauma
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
lama, hingga mengancam nyawa seseorang (Herwanto & Febyani, 2015;
Kurnia, 2017; Suksmana, 2018; Rifa’I, 2018).
Tema selanjutnya adalah hoaks yang mudah menyebar. Hal ini
berkaitan dengan pandangan responden tentang hoaks yang diterima dengan
mentah-mentah oleh banyak orang tanpa dicari kebenarannya terlebih
dahulu. Apalagi ada beberapa individu yang menyebarkan berita tersebut
tanpa menyaringnya terlebih dahulu, sehingga banyak hoaks viral. Saat ini
memang banyak pengguna media sosial yang malas membaca. Banyak
orang yang mudah terprovokasi oleh judul yang menarik dan langsung
membagikannya tanpa menelaah terlebih dahulu (Mulawarman & Nurfitri,
2017).
Para responden mengartikan hoaks sebagai berita bohong. Hal ini
dikarenakan hoaks tidak sesuai dengan fakta dan tidak bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Pemahaman responden terhadap
hoaks tersebut sesuai dengan pengertian hoaks menurut KBBI (2016), yaitu
berita bohong.
Responden juga memandang hoaks memiliki kepentingan pihak
tertentu. Respon yang berkaitan dengan tema tersebut adalah hoaks dibuat
demi kepentingan kelompok, terdapat keberpihakan, dan menguntungkan
suatu oknum. Selain itu, para responden juga beranggapan bahwa hoaks
berusaha menggiring opini, bertujuan menimbulkan konflik, menjatuhkan
orang lain, hingga alat mencari kekuasaan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
Sebelumnya telah dibahas jika beberapa responden mengartikan hoaks
sebagai berita bohong. Hampir serupa dengan hal tersebut, ternyata
beberapa responden mengartikan hoaks sebagai berita yang belum tentu
benar. Dari hal tersebut dapat disimpulkan jika beberapa responden belum
memahami arti hoaks yang benar. Hal ini dikarenakan hoaks merupakan
berita bohong (KBBI, 2016), bukan berita yang belum tentu benar.
Hoaks yang marak juga dapat menggambarkan kurangnya pendidikan
di masyarakat. Beberapa responden beranggapan hoaks marak karena
dipercaya oleh orang yang minim pendidikan dan hal tersebut dapat
menggambarkan bodohnya masyarakat. Menurut para responden hal itu
tidak akan tercipta jika para pengguna media sosial lebih cerdas. Selain itu,
salah satu responden beranggapan jika hoaks bukan masalah apabila
penggunanya selektif dan kritis. Hal ini sesuai dengan pendapat Ekopriyono
(2018) yang menyatakan jika pendekatan kritis merupakan jawaban atas
hoaks yang merajalela. Selain itu, ada pula responden yang menyatakan jika
masyarakat minim pendidikan mudah termakan hoaks dan perlu edukasi
lebih dalam. Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu responden
menganggap maraknya hoaks menandakan literasi masyarakat rendah. Saat
ini literasi digital memang perlu ditingkatkan untuk menanggulangi masalah
hoaks (Sabrina, 2019). Melalui literasi digital seorang individu dapat
mengenali tanda-tanda hoaks, prosedur verifikasi informasi, hingga
menindaklanjuti informasi yang tergolong hoaks.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Selanjutnya adalah tema hal yang buruk. Tema tersebut didasari oleh
pandangan bahwa hoaks merupakan hal tidak terpuji dan tindak kejahatan
yang tidak bisa ditoleransi.
Selain itu, hasil analisis respon juga memunculkan tema manipulasi.
Para responden menganggap berita yang ada dibuat seolah-olah benar dan
dimanipulasi faktanya. Selain itu, para responden juga merasa hoaks yang
ada terlalu melebih-lebihkan peristiwa yang terjadi dan tidak masuk akal.
Hal ini sesuai dengan pendapat Barclay (2018) yang mengartikan hoaks
sebagai informasi yang dibuat seolah-olah kredibilitasnya dapat dipercaya,
padahal kenyataannya tidak.
Selain itu, hoaks dianggap para responden berasal dari sumber tidak
jelas. Hoaks memang bertujuan untuk menipu atau mengakali orang yang
menerimanya (Rahadi, 2017). Oleh karena itu pastinya sumber yang
digunakan bukan berasal dari media terpercaya.
Beberapa responden beranggapan jika hoaks digunakan untuk menarik
perhatian. Hal ini disebabkan responden merasa banyak orang yang ingin
mencari sensasi lewat hoaks. Mereka melakukan itu hanya untuk membuat
media sosialnya lebih populer. Pola pemberitaan dalam berita hoaks relatif
sama, yaitu berusaha menarik perhatian pembaca melalui judul yang
bombastis dan tidak sesuai dengan isi beritanya (Mulawarman & Nurfitri,
2017)
Tema berikutnya adalah perlu adanya penanganan lebih terhadap
hoaks. Tema ini muncul karena responden merasa pemerintah kurang tegas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
sehingga banyak orang tertipu oleh hoaks. Salah satu responden juga
beranggapan jika hoaks merajalela karena kurangnya pengawasan dan
konsekuensi terhadap penyebarnya. Di sisi lain, ada satu responden yang
beranggapan jika perlu adanya pembinaan untuk menumbuhkan jiwa
patriotisme. Pemblokiran terhadap akun hoaks di media sosial memang
lebih sulit apabila dibandingkan dengan pemblokiran situs penyebar hoaks
(Santoso, 2018). Penyebabnya adalah adanya hukum di negara asal aplikasi
yang mewajibkan peradilan terlebih dahulu terhadap akun tersebut. Saat ini
ada 9 media yang sudah menyetujui aturan pemblokiran akun di Indonesia,
tetapi masalahnya adalah akun yang baru akan terus bermunculan meskipun
telah diblokir (Santoso, 2018). Walaupun begitu, pemerintah kini dapat
menjerat penyebar berita hoaks jika terbukti melanggar Pasal 28 ayat 1 UU
Nomor 11 Tahun 2008 Tentang ITE (Berlian, 2017). Pasal tersebut berbunyi
“Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong
dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam transaksi
elektronik”. Individu yang terbukti melanggar pasal tersebut dapat diancam
hukuman pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling
banyak Rp. 1.000.000.000 (Berlian, 2017).
Selanjutnya adalah tema tentang hoaks yang disebarkan oleh orang
dengan kepribadian buruk. Para responden menganggap hoaks disebarkan
oleh orang yang kualitas dirinya tidak baik, tidak bertanggung jawab dan
tidak memiliki jiwa nasionalisme. Saat ini belum ada banyak penelitian
tentang kepribadian penyebar hoaks. Salah satu penelitian yang dilakukan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
oleh Gumelar, Erik, dan Robbany (2019) menunjukkan jika individu dengan
dimensi kepribadian extraversion dan neuroticism cenderung memiliki
kemungkinan lebih tinggi untuk menyebarkan berita palsu. Orang dengan
kepribadian neurotisme memiliki kecenderungan penuh kecemasan,
temperamental, emosional, dan rentan terhadap stres. Di sisi lain, orang
dengan kepribadian ekstraversi cenderung penuh kasih sayang, ceria, senang
berkumpul, dan berbicara (Feist & Feist, 2010).
Kemudian responden juga menganggap jika hoaks berkaitan dengan
politik. Respon yang berkaitan dengan tema tersebut adalah keyakinan
responden terhadap hoaks yang marak dan semakin berkembang di tahun
politik. Selaras dengan hal tersebut, Mulawarman dan Nurfitri (2017)
menyatakan jika cyberwar terjadi antar kedua belah pihak pendukung calon
Presiden di Pilpres 2014. Saat itu perilaku pendukung para calon tersebut
terjadi secara masif di lingkungan daring dalam bentuk debat kusir dan adu
berita hoax.
Tema negatif terakhir berkaitan dengan hoaks yang disebarkan oleh
orang kurang kerjaan. Tema ini merupakan tema yang memiliki persentase
paling rendah diantara lainnya.
Selain tema yang mengarah ke arah negatif, ada pula beberapa tema
yang mengarah ke sikap positif. Tema tersebut adalah mendorong untuk
kritis (1%), hoaks bentuk suara masyarakat (0,6%), menarik (0,4%), dan
membuat lebih waspada (0,4%).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
Tema dengan persentase paling tinggi adalah mendorong untuk kritis.
Tema ini berasal dari pandangan responden tentang hoaks yang
membuatnya lebih berhati-hati dalam menggunakan media sosial. Selain itu,
beberapa responden beranggapan jika hoaks dapat mengasah membedakan
kebenaran suatu berita, serta membuat seseorang makin selektif dan kritis.
Di sisi lain, ada satu responden yang menganggap hoaks di media sosial
justru menantangnya untuk membaca dan menemukan sumber asli.
Tema selanjutnya adalah bentuk suara masyarakat. Hal ini
dikarenakan hoaks dianggap responden sebagai bentuk keresahan
masyarakat. Responden merasa hoaks merupakan cara masyarakat
menyuarakan pikirannya, namun dengan cara yang salah. Di sisi lain, hoaks
juga merupakan tanda masyarakat ingin diakui kelompoknya.
Selain itu, ada tema menarik yang muncul dari hasil analisis data. Hal
itu dapat dilihat dari salah satu responden yang menganggap hoaks dapat
dijadikan hiburan. Selain itu, ada pula yang menganggap hoaks seru karena
komentar pro dan kontra pembaca sambung menyambung.
Tema kategori kognitif yang terakhir adalah membuat lebih waspada.
Responden merasa hoaks dapat membuatnya lebih waspada terhadap
fenomena di sekitar.
Tema yang muncul dari aspek afektif menunjukkan sebanyak 90,9%
responden memiliki perasaan yang negatif terhadap hoaks. Tema-tema
tersebut adalah prihatin (39,3%), kesal (14,2%), kecewa (11,8%), marah
(6,6%), resah (6,6%), heran (5,7%), cemas (4,8%), dan bosan (1,8%). Selain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
sikap negatif, ada sebanyak 0,6% tema yang mengarah ke sikap positif,
yaitu perasaan senang (0,6%). Di sisi lain, ada tema aspek afektif yang
mengarah ke sikap netral, yaitu merasa biasa (8,5%).
Tema yang memiliki persentase paling tinggi adalah prihatin. Salah
satu alasan responden merasa prihatin karena banyak orang yang ingin
membuat masalah dengan hoaks, dan seharusnya masyarakat menggunakan
media sosial untuk hal positif. Ada pula yang merasa prihatin karena banyak
orang yang mudah terpengaruh hoaks, padahal seharusnya berita berisi
kebenaran.
Tema berikutnya adalah kesal. Perasaan kesal muncul dikarenakan
masih ada orang yang memercayai hoaks. Responden juga kesal karena
merasa ditipu dan berita tidak sesuai fakta.
Selanjutnya adalah tema kecewa. Respon yang menunjukkan
kekecewaan tersebut muncul dalam respon dikarenakan fakta yang ada
ditutupi dan orang dengan tega memalsukan berita. Salah satu responden
juga menyayangkan para penerima yang menelan mentah-mentah informasi.
Berikutnya adalah perasaan marah. Salah satu responden merasa
marah karena menurutnya banyak orang yang belum siap terhadap
perkembangan dunia. Selain itu, ada pula rasa marah yang muncul
dikarenakan responden merasa dibohongi dan dibodohi. Hal tersebut sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti, Husni, dan Fitriyani
(2015). Penelitian tersebut menunjukkan jika faktor utama yang
menyebabkan individu merasa marah adalah perasaan terluka. Responden
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dalam penelitian tersebut merasa marah ketika terluka akibat dikhianati,
dihina, diremehkan, dikecewakan, dan dibohongi.
Ada pula respon yang berkaitan dengan perasaan resah. Salah satu
responden merasa resah karena masyarakat menjadi sasaran yang diadu
domba. Selain itu, responden juga merasa tidak nyaman dan terganggu.
Selain itu, ada pula tema perasaan heran. Perasaan heran tersebut
diakibatkan responden merasa bingung terhadap penyebar hoaks yang tidak
melihat dampaknya. Responden juga merasa bingung kenapa hoaks masih
dipercaya.
Selanjutnya adalah perasaan cemas. Salah satu responden merasa
cemas karena merasa memikirkan hal yang negatif secara berlebihan. Selain
itu, ada pula responden yang merasa cemas karena dirinya berasal dari
minoritas. Salah satu faktor pembentuk sikap adalah pengalaman pribadi
(Azwar, 2005). Kemungkinan responden tersebut merasa cemas
dikarenakan pernah menemukan hoaks yang mengancam masalah minoritas.
Di samping itu ada tema perasaan bosan. Perasaan bosan yang muncul
dikarenakan responden merasa hoaks mudah menyebar dan banyak orang
yang tertipu. Selain itu, salah satu respon menyatakan bosan karena mental
masyarakat memang sulit untuk belajar maju.
Hasil penelitian menunjukkan jika ada 0,6% tema yang mengarah ke
sikap positif, yaitu perasaan senang. Salah satu responden merasa senang
karena hoaks dapat mendorongnya untuk lebih kritis. Selain itu, salah satu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
responden merasa senang karena orang yang terlibat dalam hoaks menarik
untuk dinilai sifatnya.
Lalu ada sebanyak 8,5% respon yang tidak mengarah ke sikap netral,
tidak mengarah ke arah positif ataupun negatif. Hal ini dikarenakan para
responden merasa biasa saja terhadap hoaks yang ada di media sosial. Para
responden merasa biasa saja karena menurut mereka semua kembali ke
pribadi masing-masing dalam hal memfilter berita. Selain itu, salah satu
responden merasa biasa saja karena menurutnya pemerintah memiliki sistem
untuk mendeteksi ketersebaran hoaks.
Hasil analisis data menunjukkan jika sebanyak 100% respon aspek
konatif mengarah ke sikap yang negatif terhadap hoaks. Urutan tema yang
muncul dari yang paling besar hingga kecil adalah mengurangi penyebaran
(42,2%), membiarkan (26,3%), menghindari (23,4%), mencari kebenaran
(5,9%), dan menolak (2,2%).
Pada dasarnya, kecenderungan perilaku seorang individu akan
dipengaruhi oleh kepercayaan dan perasaannya (Azwar, 2005). Oleh karena
itu tema yang muncul dalam aspek konatif dapat dipengaruhi oleh aspek
kognitif dan afektif.
Tema yang memiliki persentase paling banyak adalah perilaku
mengurangi penyebaran. Perilaku tersebut ditunjukkan melalui respon
menghapus, menegur orang yang menyebarkan, memperingatkan orang lain,
tidak ikut menyebarkan, hingga melaporkan hoaks ke pihak media sosial.
Beberapa responden yang memiliki kecenderungan perilaku mengurangi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
penyebaran memiliki pandangan jika hoaks mudah menyebar. Salah satu
respon unik yang muncul adalah mendoakan orang lain agar tidak menerima
hoaks. Salah satu faktor pembentuk sikap adalah lembaga agama (Azwar,
2005). Hal tersebut dikarenakan agama turut memberi konsep moral dalam
diri individu. Jawaban responden tersebut dapat dipengaruhi oleh konsep
moral dalam agama tentang melakukan sesuatu yang baik untuk orang lain.
Perilaku mengurangi penyebaran tersebut dapat dianggap sebagai upaya
menolong orang lain supaya tidak terkena dampak hoaks. Menurut Baron
dan Byrne (2005), orang melakukan perilaku prososial untuk mengurangi
perasaan negatif dalam dirinya. Oleh karena itu, perilaku prososial
responden dapat didorong oleh perasaan negatif seperti resah dan prihatin
terhadap hoaks yang semakin marak.
Setelah itu diikuti oleh tema membiarkan. Tema membiarkan
ditunjukkan melalui respon seperti diam, melewati berita dan mengabaikan.
Selain membiarkan, tema lain yang hampir serupa adalah menghindari.
Tema menghindari ditunjukkan melalui perilaku unfollow akun, menghapus
berita, memblokir, hingga mematikan notifikasi dari akun tersebut. Tema ini
tergolong ke sikap negatif karena ketika seseorang memiliki keyakinan
negatif dan perasaan tidak senang terhadap suatu objek, maka ia akan
cenderung menjauhi, menghindar, dan menolak (Sarwono & Meinarno,
2009).
Berikutnya adalah tema menolak. Tema tersebut muncul dari respon
keberatan dari responden. Selain itu, beberapa respon menyatakan jika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
hoaks tidak patut diterima, harus dilawan dan diberantas hingga akarnya.
Serupa dengan sebelumnya, tema ini juga mengarah ke sikap negatif karena
terdapat perilaku menentang dan menolak (Sarwono & Meinarno, 2009).
Selanjutnya, ada pula tema mencari kebenaran. Perilaku tersebut
berasal dari respon seperti melakukan klarifikasi, mempertanyakan
kebenaran berita, ataupun mengecek sumber lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini berusaha mengetahui sikap mahasiswa Universitas X
terhadap berita di media sosial dan hoaks. Sikap tersebut digambarkan melalui
aspek kognitif, afektif, dan konatif. Hasil penelitian menunjukkan jika
mahasiswa Universitas X memiliki sikap yang cenderung ke arah negatif
kepada berita di media sosial dan hoaks. Sikap negatif tersebut tampak
dominan tiap aspek sikap. Secara tidak langsung pemikiran kritis yang dimiliki
oleh mahasiswa muncul dalam sikap negatif tersebut.
B. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan dalam penelitian ini adalah adanya beberapa responden
yang tidak memahami pertanyaan yang diberikan, sehingga beberapa jawaban
kurang sesuai dengan apa yang ingin digali di penelitian. Kekurangan lain dari
penelitian ini adalah tidak adanya probing untuk menggali lebih dalam jawaban
dari responden.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
C. Saran
1. Bagi Mahasiswa
Hasil penelitian menunjukkan jika beberapa responden belum
memahami arti hoaks yang sebenarnya. Selain itu, banyak responden yang
menganggap sulit membedakan antara berita yang benar dan hoaks di
media sosial. Oleh karena itu, penting bagi para mahasiswa untuk
memahami lebih dalam tentang hoaks dan mencari tahu ciri-cirinya,
sehingga dapat mengurangi resiko terkena hoaks dan dapat menyikapi berita
di media sosial dengan lebih baik.
2. Bagi Universitas
Universitas dapat melakukan pendidikan literasi digital terhadap
mahasiswanya. Melalui literasi digital mahasiswa akan mengetahui
bagaimana cara verifikasi informasi hingga prosedur pelaporan informasi
hoaks.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Topik tentang berita di media sosial dan hoaks masih sangat terbuka
untuk diteliti. Penelitian selanjutnya dapat dilakukan kepada kelompok
responden yang lain, seperti jurnalis, aparat pemerintah, ataupun anggota
partai politik. Selain itu, peneliti selanjutnya juga dapat menggunakan
metode penelitian yang lain seperti wawancara untuk menggali data lebih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
dalam. Di sisi lain, peneliti selanjutnya dapat menggunakan lebih dari satu
coder agar hasil penelitian lebih reliabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
DAFTAR PUSTAKA
Adiyudha, R. (2017, 26 Agustus). Kominfo Blokir 6 Ribu Situs Penyebar Hoax
dan Ujaran Kebencian. Republika. Diunduh 25 November, 2018, dari
https://m.republika.co.id/berita/nasional/umum/17/08/26/ovakgy-kominfo-
blokir-6-ribu-situs-penyebar-hoax-dan-ujaran-kebencian
Agung, B. (2017, 27 April). Kegelisahan Mahasiswa Bandung Berbuah Aplikasi
Anti-Hoax. CNN Indonesia. Diunduh 28 November, 2018, dari
https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20170426111022-185-
210180/kegelisahan-mahasiswa-bandung-berbuah-aplikasi-anti-hoax
Ajzen, I. (2005). Attitudes, Personality, and Behavior. United Kingdom:
McGraw-Hill Education.
Alamsyah, S. (2018, 3 Maret). Jadi Tersangka Penyebaran Hoax, Pelajar di
Sukabumi Menyesal. Detik News. Diunduh 14 Agustus, 2018, dari
https://news.detik.com/berita-jawa-barat/d-3896505/jadi-tersangka-
penyebaran-hoax-pelajar-di-sukabumi-menyesal
Ampuni, S. (1998). Proses kognitif dalam pemahaman bacaan. Buletin Psikologi,
6(2). DOI: 10.22146/bpsi.7395
Aziz, A. (2017, 24 Agustus). Grup Saracen: Sindikat Penyebar Konten SARA
Pesanan. Tirto. Diunduh 17 September, 2018, dari https://tirto.id/grup-
saracen-sindikat-penyebar-konten-sara-pesanan-cveG
Azwar. (2018). 4 Pilar Jurnalistik : Pengetahuan Dasar Belajar Jurnalistik.
Jakarta: Prenadamedia Group.
Azwar, S. (2005). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Edisi Kedua.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset.
Barclay, D, A. (2018). Fake News, Propaganda, and Plain Old Lies : How to
Find Trustworthy Information in the Digital Age. United States of America:
Rowman & Littlefield Publishing Group.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi Sosial, Edisi Sepuluh, jilid I. Jakarta:
Erlangga.
Baron, R. A., & Byrne, D. (2005). Psikologi Sosial, Edisi Sepuluh, Jilid II.
Jakarta: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
Berlian, C. (2017). Sanksi pidana pelaku penyebar berita bohong dan
menyesatkan (hoax) melalui media online. Journal Equitable, 2(2).
Bossio, D. (2017). Journalism and Social Media: Practitioners, Organisations
and Institutions. Switzerland: Springer Nature.
Clinten, B. (2019, 4 April). Akun YouTube Presiden Jokowi Tembus 1 Juta
"Subscriber". Kompas Tekno. Diunduh 1 Desember, 2019, dari
https://tekno.kompas.com/read/2019/04/15/07300057/akun-youtube-
presiden-jokowi-tembus-1-juta-subscriber
Creswell, J. W. (2017). Research Design: Pendekatan Metode Kualitatif,
Kuanitatif, dan Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Deliusno. (2016, 28 Mei). Presiden Jokowi Kini Punya Akun YouTube Resmi.
Kompas Tekno. Diunduh 1 Desember, 2019, dari
https://tekno.kompas.com/read/2016/05/28/10335477/presiden.jokowi.kini.p
unya.akun.youtube.resmi
Deliusno, & Hakim, R.N. (2016, 28 November). 4 Poin Perubahan UU ITE Hasil
Revisi yang Mulai Berlaku Hari Ini. Kompas Tekno. Diunduh 7 Agustus,
2018, dari
https://tekno.kompas.com/read/2016/11/28/10350337/4.poin.perubahan.uu.i
te.hasil.revisi.yang.mulai.berlaku.hari.ini
Edwards, A. L. (1957). Techniques of Attitude Scale Construction. New York:
Appleton Century Crofts, Inc.
Ekopriyono, A. (2018). Pendekatan kritis menangkal hoax. IPTEK Journal of
Proceedings Series, (5), 290-297. DOI:
http://dx.doi.org/10.12962/j23546026.y2018i5.4448
Fatmawati, S., Salzabila, R., Rizkitama, G. A., & Nugroho, R. A. (2019). Analisis
berita hoaks di korpus sosial media guna mengembangkan model “KAPAK
HOAKS”(kemandirian pembaca menganalisis konten hoaks) studi analisis
wacana kritis. LITE: Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya, 15(2), 113-135.
Fauzi, G. (2016, 28 November). Revisi UU ITE Berlaku Hari Ini, Salah Bicara
Bisa Masuk Bui. CNN Indonesia. Diunduh 8 Agustus, 2018, dari
https://www.cnnindonesia.com/nasional/20161128072837-12-
175708/revisi-uu-ite-berlaku-hari-ini-salah-bicara-bisa-masuk-bui
Feist, J., & Feist, G. J. (2010). Teori Kepribadian. Jakarta: Salemba Humanika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
Feldman, R.D., & Papalia, D.E. (2014). Menyelami Perkembangan Manusia,
Edisi kedua belas, Buku Dua. Jakarta: Salemba Humanika.
Gumelar, G., Erik, E., & Robbany, M. A. (2019). Intensi menyebarkan berita
palsu ditinjau dari model kepribadian lima besar pada mahasiswa psikologi.
JPPP-Jurnal Penelitian dan Pengukuran Psikologi, 8(1), 48-58. DOI:
https://doi.org/10.21009/JPPP.081.07
Heggde, G., & Shainesh, G. (2018). Social Media Marketing: Emerging Concepts
and Applications. Singapura: Springer Nature.
Herdiansyah, H. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial.
Jakarta: Salemba Humanika.
Herwanto, & Febyani, S. (2015). Kecemasan terhadap berita hoax ditinjau dari
strategi emosi pada millennial mom. Jurnal Penelitian dan Pengukuran
Psikologi, 4(1), 12-17. DOI: https://doi.org/10.21009/JPPP.041.03
Hooley, J. M., Butcher, J. N., Nock, M. K., & Mineka, S. (2018). Psikologi
Abnormal. Jakarta: Salemba Humanika
Irawan, Y. K. (2017, 13 Juni). Keroyok Tertuduh Penculik hingga Tewas, Warga
Satu Kecamatan Dihukum Adat Dayak. Kompas. Diunduh 28 November,
2018, dari
https://regional.kompas.com/read/2017/06/13/17252271/keroyok.tertuduh.p
enculik.hingga.tewas.warga.satu.kecamatan.dihukum.adat.dayak.
Jamaludin, F. (2018, 5 Maret). Media sosial merajai pengguna internet di dunia.
Merdeka. Diunduh 24 November, 2018, dari
https://www.merdeka.com/teknologi/media-sosial-merajai-pengguna-
internet-di-dunia.html
Johnston, W. M., & Davey, G. C. (1997). The psychological impact of negative
TV news bulletins: The catastrophizing of personal worries. British Journal
of Psychology, 88(1), 85-91. DOI: https://doi.org/10.1111/j.2044-
8295.1997.tb02622.x
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Diunduh 30 April 2019 dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/hoaks
Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2016). Diunduh 30 April 2019 dari
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/mahasiswa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
Kurnia, E. (2017, 28 Agustus). Stres karena Berita Hoax Bisa Bangkitkan Trauma
Lama. Detik. Diunduh 29 November, 2018, dari
https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-3618557/stres-karena-berita-
hoax-bisa-bangkitkan-trauma-lama
Librianty, A. (2017, 13 Februari). Survei: Media Sosial Jadi Sumber Utama
Penyebaran Hoax. Liputan6. Diunduh 24 November, 2018, dari
https://www.liputan6.com/tekno/read/2854713/survei-media-sosial-jadi-
sumber-utama-penyebaran-hoax
Mappiwali, H. (2019, 27 November). Ini Penampakan Emas Batangan-Koin
Sukarno Hoax Kades di Bone. Detik. Diunduh 29 November, 2019, dari
https://news.detik.com/berita/d-4800952/ini-penampakan-emas-batangan-
koin-sukarno-hoax-kades-di-
bone?_ga=2.254588299.2058071554.1574962301-683559696.1574962301
Movanita, A. N. K. (2017, 24 Desember). 11 Kasus Ujaran Kebencian dan Hoaks
yang Menonjol Selama 2017. Kompas. Diunduh 17 September, 2018, dari
https://nasional.kompas.com/read/2017/12/24/23245851/11-kasus-ujaran-
kebencian-dan-hoaks-yang-menonjol-selama-2017?page=all
Mulawarman, & Nurfitri, A. D. (2017). Perilaku pengguna media sosial beserta
implikasinya ditinjau dari perspektif psikologi sosial terapan. Buletin
Psikologi, 25(1), 36-44. DOI: 10.22146/buletinpsikologi.22759
Myers, D. G. (2014). Psikologi Sosial, Edisi Sepuluh, Buku Satu. Jakarta: Salemba
Humanika.
Nasrullah, R. (2018). Media Sosial : Perspektif Komunikasi, Budaya, dan
Sosioteknologi. Bandung: Simbiosa Rekatama Media.
Nawawi, H. H. (2005). Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Neuman, W. L. (2016). Metodologi Penelitian Sosial : Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif. Jakarta: Permata Puri Media.
Pertiwi, W. K. (2018, 1 Maret). Riset Ungkap Pola Pemakaian Medsos Orang
Indonesia. Kompas. Diunduh 24 November, 2018, dari
https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-pola-
pemakaian-medsos-orang-indonesia.
Pratama, F. (2016, 28 November). UU ITE Baru Bisa Jadi Senjata Lawan Hoax,
Tapi Jangan Sampai Kebablasan. Detik News. Diunduh 8 Agustus, 2018,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
dari https://news.detik.com/berita/d-3356724/uu-ite-baru-bisa-jadi-senjata-
lawan-hoax-tapi-jangan-sampai-kebablasan
Priyantoro, D. D. (2019, 10 September). Viral Pemutihan SIM yang Sudah Mati,
Polisi Sebut Hoax. Kompas. Diunduh 29 November, 2019, dari
https://otomotif.kompas.com/read/2019/09/10/133325815/viral-pemutihan-
sim-yang-sudah-mati-polisi-sebut-
hoax?_ga=2.92730781.1296081282.1574962315-1849049257.1574962303.
Rahadi, D. R. (2017). Perilaku pengguna dan informasi hoax di media sosial.
Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 5(1), 58-70. DOI:
https://doi.org/10.26905/jmdk.v5i1.1342
Rahardjo, W., Citra, A. F., Saputra, M., Damariyanti, M., Ayuningsih, A. M., &
Siahay, M. M. (2017). Perilaku Seks Pranikah pada Mahasiswa: Menilik
Peran Harga Diri, Komitmen Hubungan, dan Sikap terhadap Perilaku Seks
Pranikah. Jurnal Psikologi, 44(2), 139-152. DOI: 10.22146/jpsi.23659
Respati, S. (2017, 23 Januari). Mengapa Banyak Orang Mudah Percaya Berita
"Hoax"?. Kompas. Diunduh 2 April, 2018, dari
https://nasional.kompas.com/read/2017/01/23/18181951/mengapa.banyak.or
ang.mudah.percaya.berita.hoax
Rifa’i, B. (2018, 2 Maret). Akibat Hoax, Terjadi 6 Kasus Orang Gila Dikeroyok di
Banten. Detik News. Diunduh 2 April, 2018, dari
https://news.detik.com/berita/d-3895203/akibat-hoax-terjadi-6-kasus-orang-
gila-dikeroyok-di-banten
Ruslan, W. (2018, 6 November). Sebar Hoaks Penculikan Anak di Medsos,
Mahasiswi di Makassar Ditangkap. Inews. Diunduh 30 November, 2018,
dari https://www.inews.id/daerah/sulsel/sebar-hoaks-penculikan-anak-di-
medsos-mahasiswi-di-makassar-ditangkap/320146
Sabrina, A. R. (2019). Literasi digital sebagai upaya preventif menanggulangi
hoax. Communicare, 5(2), 31-46.
Santoso, A. (2018, 7 Maret). Menkominfo Cerita Sulitnya Tindak Akun Medsos
Bermasalah. Detik News. Diunduh 29 November, 2018, dari
https://news.detik.com/berita/d-3903792/menkominfo-cerita-sulitnya-
tindak-akun-medsos-bermasalah
Santrock, J. W. (2012). Life-span Development: Perkembangan Masa Hidup.
Edisi 13. Penerbit: Erlangga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Sarwono, S. W. (1978). Perbedaan antara Pemimpin dan Aktivis dalam Gerakan
Protes Mahasiswa. Jakarta: Bulan Bintang.
Sarwono, S. W., & Meinarno, E. A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Salemba
Humanika.
Sembiring, K. D. R. (2017). Hubungan antara kesepian dan kecenderungan
narsisistik pada pengguna jejaring sosial media instagram. Jurnal Psikologi
Undip, 16(2), 147-154. DOI : https://doi.org/10.14710/jp.16.2.147-154
Setiawan, S. R. D. (2018, 19 Februari). Hampir 90 Persen Penggunaan Internet di
Indonesia untuk "Chatting". Kompas. Diunduh 30 November, 2018, dari
https://ekonomi.kompas.com/read/2018/02/19/171500926/hampir-90-
persen-penggunaan-internet-di-indonesia-untuk-chatting-
Shu, K., Sliva, A., Wang, S., Tang, J., & Liu, H. (2017). Fake news detection on
social media: A data mining perspective. ACM SIGKDD Explorations
Newsletter, 19(1), 22-36.
Singarimbun, M., & Effendi, S. (1989). Metode Penelitian Survei. Jakarta:
LP3ES.
Sukmana, Y. (2018, 23 Oktober). Survei LSI: 75 Persen Publik Khawatir Hoaks.
Kompas. Diunduh 25 November, 2018, dari
https://nasional.kompas.com/read/2018/10/23/17372461/survei-lsi-75-
persen-publik-khawatir-hoaks.
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif dalam
Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.
Susanti, R., Husni, D., & Fitriyani, E. (2015). Perasaan terluka membuat marah.
Jurnal Psikologi, 10(2), 103-109. DOI:
http://dx.doi.org/10.24014/jp.v10i2.1188
Vosoughi, S., Roy, D., & Aral, S. (2018). The spread of true and false news
online. Science, 359(6380), 1146-1151. DOI: 10.1126/science.aap9559
Wade, C., Garry, M., & Tavris, C. (2014). Psikologi, Edisi Sebelas, Jilid Satu.
Jakarta: Erlangga.
Wahyu, D. (2017, 28 Februari). Kata "Hoaks" dan "Meme" Sudah Tercatat di
Kamus Bahasa Indonesia. Kompas. Diunduh 19 November, 2019, dari
https://nasional.kompas.com/read/2017/02/28/13203281/kata.hoaks.dan.me
me.sudah.tercatat.di.kamus.bahasa.indonesia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
Walgito, B. (1991). Psikologi Sosial: Suatu Pengantar (edisi revisi). Yogyakarta:
Andi Offset.
Wawan, A., & Dewi, M. (2010). Teori dan Pengukuran: Pengetahuan, Sikap dan
Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wisnuhardana, A. (2018). Anak Muda & Medsos: Memahami Geliat Anak Muda,
Media Sosial, dan Kepemimpinan Jokowi dalam Ekosistem Digital. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Yulianto, B. (2018, 18 September). Mahasiswi Penyebar Berita Begal Hoax
Diciduk Polda Kalteng. Borneo News. Diunduh 30 November, 2018, dari
https://www.borneonews.co.id/berita/104076-mahasiswi-penyebar-berita-
begal-hoax-diciduk-polda-kalteng
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
Lampiran 1. Kuesioner
KUESIONER SIKAP MAHASISWA TERHADAP
BERITA DI MEDIA SOSIAL DAN HOAKS
Disusun Oleh :
Nama : Filibertus Vanio Christanda
NIM : 149114177
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2019
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
Perkenalkan saya Filibertus Vanio Christanda, selaku mahasiswa Fakultas
Psikologi Universitas Sanata Dharma yang mengerjakan tugas akhir dengan topik
“Sikap Mahasiswa terhadap Berita di Media Sosial dan Hoaks”. Saya meminta
kesediaan saudara/saudari untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini
memiliki tujuan untuk mengetahui dan memberi gambaran bagaimana sikap yang
dimiliki mahasiswa terhadap informasi di media sosial yang dipenuhi hoaks. Data
dalam penelitian ini akan dikumpulkan dengan metode kuesioner terbuka. Dalam
kuesioner ini akan terdapat 12 pertanyaan yang harus Anda jawab secara lengkap.
Informasi yang Anda berikan akan menjadi informasi yang sangat berguna
bagi penelitian saya apabila Anda memberikan jawaban yang jujur, lengkap, dan
jelas. Oleh karena itu saya sangat berharap saudara/saudari tidak menjawab
pertanyaan yang diberikan secara singkat. Tidak ada jawaban yang benar ataupun
salah, maka saya harap Anda menjawab dengan jujur dan sesuai dengan diri
Anda. Kemudian apabila data yang terkumpul masih perlu digali lebih dalam,
maka peneliti akan meminta kesediaan saudara/saudari untuk melakukan
wawancara.
Saya memahami bahwa mungkin saja jawaban yang Anda berikan bersifat
rahasia. Oleh karena itu, identitas dan jawaban yang telah Anda berikan akan
dijaga kerahasiaannya sesuai dengan Kode Etik Psikologi. Sebagai ucapan terima
kasih, akan ada hadiah pulsa sebesar Rp.10.000 bagi 5 orang yang beruntung.
Apabila ada pertanyaan terkait dengan penelitian silahkan hubungi nomor
085649172221 atau email ke FilibertusVanioCh@gmail.com.
PENGANTAR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
1. Mahasiswa aktif Universitas Sanata Dharma yang sedang mengerjakan skripsi
2. Aktif menggunakan media sosial
3. Pernah membaca berita di media sosial
4. Pernah menemui hoaks di media sosial
Setelah membaca dan memahami hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
ini, saya bersedia berpartisipasi secara sukarela dan tanpa paksaan atau tekanan
dari pihak tertentu. Semua jawaban yang saya berikan merupakan jawaban yang
jujur dan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
Saya juga mengijinkan peneliti untuk menggunakan jawaban-jawaban
yang saya berikan untuk kepentingan penelitian ini. Dengan ini saya menyetujui
untuk menjadi subjek penelitian ini.
Menyetujui,
Yogyakarta, 2019
(Paraf/Tanda Tangan)
KRITERIA PARTISIPAN
LEMBAR PERSETUJUAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
IDENTITAS
Nama/Inisial :
Usia :
Jenis Kelamin : Laki-laki/Perempuan
Fakultas :
Prodi :
Angkatan :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Silahkan mengisi jawaban Anda pada kolom jawaban yang
telah disediakan. Hal-hal yang perlu diingat dalam mengerjakan
kuesioner ini adalah :
1. Saudara-saudari diminta menjawab pertanyaan nomor 1a,
2, dan 3 di bagian 1 dengan cara memberi tanda centang (√)
pada kotak pilihan jawaban “Ya” atau “Tidak”. Selain itu,
khusus pertanyaan nomor 1b silahkan mengisi jawaban
Anda pada kolom jawaban yang tersedia. Apabila Anda
memberi tanda centang (√) pada kotak pilihan jawaban
“Ya” di nomor 1a, 2, dan 3, silahkan lanjutkan ke
pertanyaan bagian 2.
2. Saudara-saudari diminta untuk menjawab secara lengkap
dan jelas di kolom jawaban yang tersedia pada setiap
pertanyaan yang ada di bagian 2. Oleh karena itu saya
sangat berharap saudara/saudari tidak menjawab
pertanyaan yang diberikan secara singkat.
3. Tidak ada jawaban yang benar atau salah dalam pertanyaan
yang diberikan, oleh karena itu silahkan kerjakan sesuai
keadaan Anda yang sebenarnya. Skala ini tidak
berpengaruh terhadap penilaian pribadi Anda.
4. Pastikan Anda telah mengisi lembar persetujuan, identitas,
serta menjawab semua pertanyaan yang diberikan
PETUNJUK PENGERJAAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
1. a. Apakah anda aktif menggunakan media sosial?
Ya
Tidak
b. Jika anda menjawab ya, media sosial apa yang sering anda gunakan?
2. Apakah anda pernah membaca berita di media sosial?
Ya
Tidak
3. Apakah Anda pernah menemui hoaks di media sosial?
Ya
Tidak
PERTANYAAN
BAGIAN I
Jika di pertanyaan bagian pertama Anda menjawab ya di
tiga pertanyaan yang diberikan, lanjutkan ke bagian kedua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
112
1. Bagaimana pandangan anda terhadap banyaknya berita (Entah itu tentang
politik, isu sosial-ekonomi, olahraga, dunia hiburan, dll) yang menyebar di
media sosial saat ini? Jelaskan alasan Anda memiliki pandangan tersebut.
2. Bagaimana perasaan Anda terhadap banyaknya berita yang menyebar di
media sosial saat ini? Kenapa Anda merasa seperti itu?
3. Apa yang biasa anda lakukan pertama kali ketika menerima berita di media
sosial? Jelaskan.
4. Menurut anda apakah hoaks itu? Jelaskan.
PERTANYAAN
BAGIAN II
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
113
5. Apa pandangan anda terhadap hoaks yang semakin marak saat ini? Mengapa
anda memiliki pandangan seperti itu?
6. Bagaimana perasaan anda terhadap banyaknya hoaks yang anda terima di
media sosial saat ini? Kenapa anda merasa seperti itu?
7. Perasaan apa yang muncul dalam diri anda saat mengetahui suatu hoaks viral
dan dipercayai masyarakat? Kenapa anda merasa seperti itu?
8. Apa yang anda lakukan ketika mengetahui sebuah berita yang anda terima
ternyata adalah hoaks? Jelaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
114
9. Apa yang anda lakukan ketika menemui akun-akun yang secara sengaja
menyebarkan hoaks di media sosial? Jelaskan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
115
Lampiran 2. Tabel Respon
Data responden
A : Pendidikan Sejarah
B : Sastra Sejarah
C : Farmasi
D : Pendidikan Bahasa Inggris
E : Pendidikan Ekonomi
F : Pendidikan Fisika
G : Sastra Indonesia
H : Akutansi
I : Psikologi
J : Sastra Inggris
K : Pendidikan Biologi
L : Pendidikan Bahasa Indonesia
M : Teknik Elektro
N : Matematika
O : Teologi
P : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Q : Teknik Mesin
R : Pendidikan Matematika
S : Manajemen
T : Pendidikan Akutansi
U : Pendidikan Agama
V : Teknik Informatika
W : Bimbingan Konseling
Pertanyaan 1
Responden Respon
A1 Ya tidak masalah, malah ini menambah
pengetahuan kita tentang informasi tertentu
A2 Perlu dikritisi dengan sungguh-sungguh karena
jika tidak dikritisi bisa menyesatkan
A3
Pandangan saya positif aja karena itu juga
bagian dari realita yang sekarang ini bisa saja terjadi dan juga mengenai hal-hal
baru maupun berita yang bisa menambah segi wawasan maupun ilmu
pengetahuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
116
A4
Berita-berita yang ada di medsos, memang saya baca, akan tetapi saya kembali
membaca dari berita lain, karena berita yang saya baca di medsos belum tentu
benar adanya
A5
Pendapat saya kita harus benar-benar mencari
informasi dengan baik dan jangan mudah percaya sebelum mendapat informasi
yang akurat sebab banyak tersebar berita-berita hoaks.
B1 Manusia semakin bodoh, karena menyebarkan berita hoax
B2
Menurut saya silahkan saja sih, malah
bagus, karena itu termasuk kebebasan berekspresi. Tinggal kita yang
menyaringnya
B3 Semakin menurunnya kualitas orang
Indonesia, karena orang penyebar hoax tidak punya kualitas diri yang baik
B4
Jika berita yang beredar merupakan
berita fakta menurut saya itu hal yang baik, tetapi jika berita itu hoaks itu akan
merusuh, sekarang orang sulit membedakan opini dan fakta dan terkadang opini-
opini tersebut dianggap fakta
B5
Sangat cepat tapi tidak akurat, mungkin
karena pengolahan data yang tidak matang dan lemah juga secara editing
(tergantung sumber)
C1 Cukup baik, karena dengan adanya media sosial, maka sumber informasi yang
kita dapat juga semakin banyak
C2
Banyaknya berita yang ada di media sosial sangat penting bagi pengetahuan para
pengguna medsos, namun sangat disayangkan karena begitu banyak berita yang
belum pasti kebenarannya
C3 Menurut saya berita di sosmed adalah suatu hal yang positif dan baik, karena
internet (sosmed) memberikan pengetahuan tambahan bagi penggunanya
C4
Banyak berita yang dapat tersebar itu baik
karena kita dapat semakin cepat dan mudah untuk mendapatkan informasi dari
berbagai tempat dan bidang kehidupan
C5 Banyaknya berita yang beredar terkadang
membuat jenuh dan bingung, karena tidak semua berita dapat dipercaya
D1
Berita-berita ini memudahkan kita untuk
menambah pengetahuan dan memperlebar sudut pandang namun dibutuhkan
critical thinking dari tiap individu
D2 Baik karena berita kini mudah diakses hanya
dengan menyentuh layar smartphone
D3 Beberapa berita cukup membantu saya dalam
mendapatkan informasi yang saya rasa penting bagi saya
D4 Sebetulnya bagus karena informasi tersebar
dengan cepat sehingga orang-orang lebih teredukasi dengan berita-berita terbaru
D5
Saya sangat mendukung penyebaran berita di
media sosial karena hal tersebut membantu saya memahami apa yang terjadi di
sekitar saya
E1 Tidak dapat disaring sehingga jika tidak
berhati-hati memilih berita dapat terkena hoaks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
117
E2 Kurang efektif, karena medsos hanya digunakan
untuk hal-hal yang tidak bermoral dan beretika
E3 Pandangan saya mengenai hal ini, masyarakat
terlalu mudah terhasut
E4
Dengan banyaknya berita yang disajikan dapat
membantu saya mengetahui lingkungan sekitar, baik perkembangan tentang
politik, ekonomi, dan lain-lain
E5 Masyarakat terlalu terburu-buru untuk
menyebar luaskan, tanpa mengetahui berita itu benar atau tidak
F1
Sebenarnya miris. Tetapi itulah salah satu
fungsi dari media sosial. Tinggal bagaimana kita menyikapi berbagai berita yang
dibaca, didengar maupun dilihat
F2 Menarik. Karena berita menjadi lebih mudah
dijangkau
F3
Pandangan saya tentang berita-berita yang
menyebar di media sosial itu sebenarnya baik, karena kita tidak
kekurangan/tertinggal dengan berita-berita. Namun beda halnya dengan berita
hoaks, akan membuat kita percaya hal-hal yang tidak benar
F4
Pandangan saya terhadap berita-berita yang
menyebar di media sosial banyak mengandung hoaks. Saya kurang percaya pada
berita-berita yang beredar di media sosial sekarang ini karena berasal dari orang-
orang yang tidak bertanggung jawab
F5 Sebenarnya baik, karena kita dapat mengetahui berita dengan cepat sehingga
kita tidak ketinggalan info mengenai apa yang terjadi di luar sana
G1 Kurang jelas/pasti karena sekarang lebih
mengutamakan sensasi daripada kebenaran
G2
Untuk saat ini isu politik sedang marak dan
menimbulkan keresahan ditengah masyarakat. Demokrasi saat ini sedang jatuh
karena maraknya hoax yang menyebar di media sosial
G3
Pandangan saya ya terkadang bingung dan
heran saja, mengapa begitu banyak isu yang tidak sesuai dengan faktanya. Tidak
ada gunanya
G4 Berita di media sosial terlalu rancu dan
berkubu-kubu. Seperti berita politik yang saling menyerang dan menjatuhkan
G5
Pandangan saya adalah bahwa media sosial
sekarang ini justru disalah gunakan oleh masyarakat sehingga banyak berita
hoax
H1 Berita jaman sekarang terlalu banyak dan
kadang tidak jelas sumbernya dari mana
H2
Bersikap skeptis (hati-hati) terhadap berita
yang ada di medsos karena banyak orang yang mengganti berita aslinya menjadi
berita hoax demi kepentingan kelompok/pribadinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
118
H3
Pandangan saya terhadap berita saat ini
adalah kurang aktual dan tidak disertai dengan data atau fakta yang
sesungguhnya terjadi. Hal tersebut cukup meresahkan bagi para pembaca karena
kualitas berita tidak aktual yang menimbulkan perspektif yang salah
H4 Berita yang terlalu dilebih-lebihkan, dan tidak
pasti kebenarannya. Sebaiknya harus mencek kebenaran beritanya
H5 Beberapa berita terkadang tidak sesuai dengan
kenyataan. Mungkin hanya untuk mendapatkan rating
I1
Saya merasa bingung menentukan berita yang
benar itu seperti apa karena beberapa sumber berita yang terpercaya justru
mempunyai indikasi menyebarkan berita hoax
I2
Menurut saya berita-berita di media sosial
sangat membantu para pembaca/masyarakat karena semakin mudah
mendapatkan informasi. Tapi perlu berhati-hati tidak asal percaya
I3 Lelah, dikepung banyak berita enggak jelas
sumbernya. Biasanya orang asal share aja, ngga dilihat sumbernya
I4
Menurut saya saat ini banyak sekali berita
hoaks yang muncul, hal ini terlihat dari banyaknya sumber-sumber yang tidak
terpercaya yang banyak menyebarkan berita
I5
Masih terlalu tidak beragam, ketika ada suatu
pemberitaan semua akan melaporkan yang sama bahkan ada yang tidak penting
atau dilebih-lebihkan
J1 Baik" saja. Media massa berjalan dgn baik
J2 Arus informasi yang menyebar dengan
cepat di media sosial harus disaring dengan benar
J3
Sekarang, saya pribadi susah untuk
percaya saat membaca berita di medsos. Mudah sekali untuk orang2 mengupload
sesuatu di medsos dan yang bacapun bisa berjuta2 orang. Namun di lain sisi,
saya bersyukur juga dapat membaca berita lewat medsos karena lebih praktis.
J4
Semakin banyaknya berita kita dapatkan
membuat kita harus lebih selektif dan tidak mudah terpancing hoax yg belum
tentu kebenarannya apalagi jika membahas isu politik yang membuat orang
geram, untuk itu kita harus tetap crosscheck supaya menghindari hoax
J5 Terkadang sulit mempercayai, karena bs
jadi berita tsb adalah hoax, terutama berita politik, sosial, dan agama
K1 Merasa senang karena bisa mendapatkan
informasi dari hal-hal yang tidak bisa saya lihat secara langsung
K2 Pembaca harus pandai dalam menyaring
berita
K3
Pandangan saya prihatin, karena berita
yang menyebar di media sosial cenderung bukan memberi informasi tetapi
cenderung menjatuhkan pihak tertentu serta memberikan efek negatif sehingga
orang-orang yang menerima informasi menjadi terprovokasi
K4 Menakutkan, karena berita mengenai
politik dan dunia hiburan khususnya tidak memberikan cerminan yang baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
119
Banyak drama dibalik setiap kejadian yang ditayangkan
K5
Media sosial memiliki peranan penting
dalam menyampaikan berita dan dapat mempengaruhi penggunanya yang
sebagian besar merupakan anak muda. Tetapi masih cukup banyak anak muda
yang kurang dapat menggunakan medsos dengan baik sehingga dapat merubah
berita itu sendiri
L1
Menurut pandangan saya berita-berita
tersebut sangat membantu saya untuk mengetahui berbagai perkembangan yang
ada
L2
Sedikit terbantu untuk mengetahui apa
yang sedang hangat dibicarakan. Namun lebih banyak was-was karena sebagian
berita tersebut mengandung hoaks
L3 Sangat membantu saya untuk lebih cepat
mendapatkan informasi
L4 Menurut saya sebagai orang yang terdidik
harus lebih efektif dan selektif dalam menanggapi sebuah berita
L5 Berita di media sosial lebih menarik
daripada media cetak tetapi banyak sekali hoax yang bertebaran
M1 Mereka hanya ingin mencari pengikut di
akun mereka
M2 Jangan mudah percaya dengan isu-isu
yang tidak masuk akal
M3 Berita tersebut dapat mengganggu
stabilitas politik, sosial, dan budaya
M4
Menurut saya itu bagus, hanya saja untuk
dikonsumsi harus berhati-hati karena banyak hoaks yang tersebar jadi harus
mengkroscek kebenarannya terlebih dahulu
M5
Menurut saya pandangan mengenai berita
terkait pertanyaan di atas, saya sangat suka karena banyak info-info penting,
baik di luar dan di dalam negeri. Di sisi lain sangat bermanfaat apalagi untuk
mencari lowongan pekerjaan
N1 Baik sebab memberikan informasi yang
bermanfaat serta pengetahuan terbaru
N2 Pandangan saya, jika itu penting saya
baca, jika tidak terlalu penting tidak saya hiraukan
N3
Pandangannya baik-baik saja, karena jika
ada berita ya saya cari tau kebenarannya
dulu
N4
Pandangan saya terhadap banyaknya
berita yang menyebar di media sosial adalah baik, karena kita bisa mengetahui
banyak informasi
N5
Pandangan saya baik karena dengan
adanya media sosial kita dapat memperoleh berita dengan cepat tanpa harus
melihat versi cetak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
120
O1
Berita yang marak di media sosial sering
kurang akurat dan cenderung berita sekilas. Ulasan mengenai berita kurang
mendalam dan kritis. Kerapkali berita hanya headline
O2 Berita memang begitu banyak. Bukan hal
yang ganjil karena ini masa dimana orang-orang bebas berpendapat
O3
Bagi saya hal tersebut bagus, karena
banyaknya berita di sosmed membuat pengguna dapat dengan mudah
mengetahui peristiwa-peristiwa apa saja yang sedang terjadi (di Indonesia
maupun di luar negeri). Kalau saya sih lebih suka berita olahraga
O4 Ada 2 hal : 1.membantu dapat informasi
atau hiburan 2. berita di sosmed menarik
O5
Baik-baik saja. Alasannya tentu saja
karena lebih memudahkan siapa saja untuk mengakses berita. Siapa saja dapat
menuliskan berita secara lebih mudah dibandingkan harus mengirimkan berita
ke media massa tradisional (koran dan televisi). Siapa saja dapat menggunakan
kebebasannya yang dasariah untuk mengakses berita, baik untuk menulis
maupun untuk membaca. Dibandingkan dengan koran, berita di media sosial
membuat siapa saja menjadi lebih praktis untuk membawa berita ke manapun.
Dibandingkan dengan televisi, berita di media sosial membuat siapa saja
menjadi lebih praktis untuk membaca (menonton) berita kapan saja.
Bagaimanapun juga, tidak semua akun di media sosial termasuk dalam anggota
pers yang resmi. Tidak semua berita di media sosial memiliki kebenaran yang
tekstual dan yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka, kebenaran yang
diperoleh dari kemudahan untuk mengakses berita tersebut tetap berada dalam
batasan-batasan tertentu dan tidak dapat direlativir menjadi kebenaran yang
mutlak.
P1 Prihatin, karena banyaknya berita hoax
yang meresahkan
P2 Ya tidak apa-apa asal beritanya benar
adanya dan tidak hoaks
P3 Berita saat ini sangat cepat dalam
penyebarannya, namun kadang banyak yang tidak sesuai dengan apa yang ada
P4
Sebaiknya kita jadi pengguna medsos yang
baik dan benar ketika melihat berita-berita tersebut jangan langsung percaya dan
turut berkomentar yang tidak-tidak.
P5
Berita yang ada terlalu banyak sehingga banyak juga hoax yang muncul.
Masyarakat banyak yang kurang bisa menyaring berita yang sehat sehingga
banyak pula terpengaruh tentang isu hoax.
Q1 Sangat informatif sebenarnya namun
sedikit sulit untuk memilih berita yang benar dan salah
Q2
Pandangan saya terhadap berita-berita
yang beredar selama ini kebanyakan yang saya temui baik, kebanyakan berita
yang beredar di sosmed sesuai dengan apa yang ditayangkan di TV
Q3 Saya tidak pernah mengurusi berita
seperti itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
121
Q4
Menurut saya berita yang terunggah di
media sosial tidak ada salahnya. Entah itu hoaks atau tidak semuanya
bergantung dari penerima. Bagi saya yang lebih berbahaya bukanlah si pembuat
berita hoaks, tapi justru pembaca atau penerima berita.
Q5 Lebih skeptis dan selektif terhadap berita
dan media yang menyebar tersebut.
R1
Menurut saya, dengan adanya berita yang
menyebar dengan cepat dapat memberikan akses informasi yang cepat pula.
Namun semua berita itu perlu disaring lagi dan melakukan crosscheck sehingga
kita tidak menerima berita yang salah
R2
Menurut saya berita-berita yang menyebar
di sosial media merupakan sesuatu yang
positif karena sosial media ternyata tidak hanya untuk sosialisasi tetapi juga
dapat menjadi sumber informasi
R3
Karena saya tidak memiliki TV, menurut
saya berita di media sosial cukup berguna
agar tidak terlalu ketinggalan berita
terkini
R4
Cukup menarik dengan berbagai berita
saat ini sebab memberikan informasi terkini untuk suasana diluar sana namun
tetap memilah berita yang akan dibaca/dilihat
R5
Menurut saya banyaknya berita sekarang
banyak yang tidak benar. Alasannya karena banyak berita yang judulnya tidak
sesuai dengan isi berita tersebut
S1
Menurut saya berita tersebut sangat
informatif sehingga masyarakat yang ingin mengetahui/ingin mencari berita
lebih dipermudah dengan adanya berita tersebut
S2 Menurut saya banyaknya berita di media
sosial sangat bagus karena mempermudah informasi diperoleh
S3
Saat ini banyak berita yang beredar di
media sosial, entah berita benar atau berita hoax. Jadi sebagai orang cerdas, kita
harus bisa memilih dan memilah berita mana yang benar atau hoax, dan jangan
asal menyebarkan berita yang belum tahu kebenarannya
S4
Sebagai orang yang cerdas, kita perlu
memilah-milah dengan baik dan benar berita yang muncul. Tidak mudah
terpengaruh dengan cepat karena harus mencerna berita dengan baik
S5 Sangat bagus karena bisa menambah
wawasan dari banyaknya berita yang menyebar di media sosial
T1
Setiap berita yang ada harus diperhatikan
terlebih dahulu jangan langsung diterima mentah-mentah, harus diperhatikan
sumbernya juga agar kita tidak menjadi penerima kabar hoak
T2 Membuat kita update, tidak ketinggalan
berita
T3 Berita jadi mudah ditemukan tanpa harus
membeli koran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
122
T4
Banyaknya berita tentu menambah
wawasan dan cara pandang saya, tapi berita-berita itu belum bisa saya bedakan
mana yang benar adanya dengan berita hoax
T5
Menarik, karena media sosial selalu
merekomendasikan berita yang paling populer dan terpanas serta yang terbaru di
halaman terdepan
U1
Menurut saya berita sekarang terlalu
berlebihan dan banyak bohongnya sehingga terkadang membuat orang salah
paham
U2 Pandangan saya biasa saja tentang
berita yang menyebar tetapi terkadang banyak berita yang tidak sesuai fakta
U3
Media sosial tempat untuk berkomunikasi,
mengeksplor dunia, dan menemukan berita online. Menurut saya bagus-bagus
saja asalkan digunakan secara tepat
U4
Menurut saya, berita yang ditampilkan
oleh media terkadang agak lebay atau melebih-lebihkan karena banyak sekali
berita yang hanya mencari ketenaran semata
U5 Pengetahuan semakin bertambah
V1
Berita yang dipublikasikan tidak atau
kurang bisa diterima masyarakat karena masyarakat menyikapi berita yang
tersiar tidak dipelajari terlebih dahulu
V2
Banyak menemui berita di media sosial
baik hoax maupun bukan. Mudahnya mengakses sosmed harus bisa menerima
berita dengan bijak
V3 Pandangan saya yaitu lebih menyikapinya
dengan pandangan positif dan memfilter semua berita apakah benar adanya
V4 Hanya sensasi tak memiliki esensi. Karena
banyaknya akun yang berkontent sama
V5
Banyaknya berita yang ada di sosmed
membuat sosmed itu sendiri menarik. Hal-hal yang sebelumnya saya tidak tahu
menjadi tahu melalui sosmed
W1 Sangat mengganggu.. Apalagi berita² yg isinya hanya bisa mengkritik dan
menjelek²kan
W2 Banyak orang kurang kerjaan buat berita
hoax untuk menjatuhkan pihak tertentu
W3
Pandangan saya ya, itu hal wajar sih.
soalnya buat ksh informasi ke masyarakat juga. tapi kalo sudah buat hoax terlalu
lebay sih
W4
Semakin banyak berita hoax tersebar.
Memicu perpecahan di masyarakat luas. Terkadang terlalu pintar membuat
pernyataan hingga orang yang benar2membutuhkan berita atau informasi bisa
salah menerima informasi atau berita.
W5 Sangat membantu, karena akses informasi
lebih mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
123
Pertanyaan 2
Responden Respon
A1 Menarik, efisien, dan efektif. Dari medsos kita
bisa langsung melihat video yang berisi audio visual
A2 Perasaan saya was-was karena berita saat ini
mengandung kepentingan tertentu jadi benar-benar harus kritis
A3
Perasaan saya dengan banyaknya berita
tersebut merupakan pelajaran atau hal baru yang mengajari atau mengasah saya
membedakan apakah berita tersebut benar atau tidak
A4 Perasaan ada senangnya, karena menjadi
mengetahui berita yang sedang diperbincangkan
A5 Banyak berita hoaks. Media sosial dijadikan
alat menebar kebohongan demi kepentingan tertentu
B1 Sedih, tidak mempunyai kualitas
B2
Baik-baik saja, karena saya juga
menghargai apa yang mereka pikirkan, apa yang mereka ingin sampaikan, dan
apa maksud di belakangnya
B3 Terkadang merasa kesal, karena sedikit berita
yang disebarkan mempunyai tingkat kebenaran yang tinggi
B4 Selama berita tersebut sesuai fakta yang
ada saya tidak merasa keberatan, tetapi jika berita itu hoaks saya keberatan
B5 Biasa saja (bukan berarti apatis) karena
sumber yang saya baca memiliki informasi yang valid
C1 Cukup senang, karena makin banyak macam
informasi yang dapat kita baca melalui media sosial
C2
Merasa senang dan selalu penasaran dengan
berita yang ada karena melalui medsos kita dapat dengan gampang untuk
mendapat berita
C3
Perasaan saya biasa saja, karena saya sebagai
pembaca saya harus bisa membedakan mana yang bermanfaat dan tidak
bermanfaat bagi diri saya
C4
Biasa saja, karena tidak semua berita penting
untuk diketahui, kita cukup mengakses konten yang dianggap penting atau
menarik minat kita saja
C5 Biasa saja, toh tidak semua berita dapat
dipercaya dan dinalar secara logika
D1 Anxious, karena info-info saat ini sangat mudah
menyebar baik yang hoax maupun tidak
D2 Menarik jika diulas dengan cara yang menarik
dan modern menyesuaikan media sosial saat ini
D3
Sedikit risau. Karena sebagian berita berisi
informasi yang tidak benar dan hal tersebut mudah dipercayai oleh beberapa
kalangan
D4
Saya merasa senang karena tidak perlu beli
koran atau akses web-web tertentu untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang
up to date. Sambil mainan IG, saya bisa sekalian lihat berita
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
124
D5 Senang karena dapat mengakses berita dengan
lebih mudah
E1 Sedih, karena banyak orang yang masih minim
mengenai kebenaran berita jadi mudah sekali terkena imbasnya
E2 Kecewa karena medsos yang seharusnya
membawa manfaat yang baik justru malah sebaliknya
E3 Biasa aja, tidak mudah terpengaruh
E4 Merasa senang. Karena banyak pengetahuan
yang didapatkan. Sedih karena apa yang disampaikan tidak bermutu
E5 Biasa saja, selama berita tersebut tidak
berpengaruh bagi saya
F1
Miris. Karena media sosial yang seharusnya
dapat digunakan untuk hal-hal positif, malah menjadi salah satu "alat" untuk
merusak dan memperdaya orang lain
F2 Cukup senang karena tetap update berita
terbaru walaupun tidak bisa nonton di TV
F3
Perasaan saya terhadap berita yang menyebar
di sosmed saat ini biasa saja, dengan lebih banyak berita politik tentang pemilu
2019 karena saya tidak suka
F4
Saya kurang senang terhadap berita-berita yang
menyebar di media sosial saat ini karena banyak berita yang nantinya
menyebabkan perpecahan antar warga negara, antar umat beragama karena
kebanyakan berita yang beredar adalah berita menyudutkan pihak lain,
menyudutkan agama lain. Menyudutkan kelompok lain
F5 Biasa saja
G1 Kurang percaya karena banyaknya hoax
G2
Dengan banyaknya berita yang menyebar di
media sosial sangat membantu saya untuk mengetahui kondisi atau keadaan
terkini tentang sesuatu yang diberitakan. Ketika saya membaca berita saya harus
memastikan itu hoax atau fakta
G3 Perasaan saya kesal dan heran saja. Di zaman
yang serba canggih ini, begitu mudahnya menyebarkan hoaks
G4 Perasaan saya membaca berita di media sosial
adalah muak
G5 Saya biasa saja. Tidak perlu ditanggapi
H1
Kadang menjadi sedikit cemas karena ada
ketakutan tersendiri jika membayangkan hal tersebut benar-benar terjadi dan
dampaknya akan membahayakan bagi kita yang merasakannya
H2 Takut, memiliki sikap skeptis yang tinggi karena
banyak berita hoax yang tersebar
H3
Perasaan saya khawatir. Karena banyak berita
yang tidak sesuai dengan fakta yang dapat menyebabkan masyarakat
memberikan pandangan buruk terhadap hal yang belum tentu buruk pada
kenyataannya
H4 Senang karena informasi lengkap. Sedih karena
kadang berita tidak benar yang diberitakan
H5 Sedih. Karena banyak masyarakat menjadi
salah persepsi terhadap berita-berita yang salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
125
I1 Bingung karena beberapa yang saya baca/lihat
terindikasi menyebarkan hoax
I2
Perasaan saya jadi semakin was-was dalam
membaca berita, lebih berhati-hati karena bisa saja berita-berita tersebut hanya
untuk kepentingan pihak tertentu
I3 Sedih, karena menunjukkan rendahnya literasi
baca di Indonesia
I4
Saya merasa kesal karena kalau kita tidak
pandai memilah-milah berita yang benar dan hoaks maka kita dapat terbawa
atau terjerumus lalu kemudian suasana malah semakin memanas
I5 Miris. Karena sumber informasi banyak yang
percaya dari situ dan banyak juga yang menanggapi
J1 Biasa saja. Saya kadang ignorant dgn
kabar" tsb
J2 Saya tidak masalah, karena saya terbiasa
melakukan cek ulang untuk memastikan kebenarannya
J3
Sekarang saya merasa agak khawatir
dengan berita2 yang tersebar di media. Setiap saya lihat sesi komentar, pasti
akan ada yang membuat komentar negative. Pantas saja mudah bagi masyarakat
untuk terprovokasi karena banyak pihak yang tidak bijak dalam menggunakan
medsos.
J4
Kita tidak bisa menyetop berita hoax tp
sebagai pelajar yg berpendidikan kita harus smart dlm menyikapi berita yg
belum tentu benar dan jgn mudah terusulut emosi yg bisa memecah belah.
J5
Heran dan cemas. Cemas karena hoax yg
beredar kadang berasal dari media yang sudah terkenal, jadi kadang sedikit sulit
untuk mempercayai, dan heran karena terkadang berasal dari media terkenal,
apakah tidak melewati proses pengecekan yang baik
K1 Merasa senang karena bisa mendapatkan
informasi dari hal-hal yang tidak bisa saya lihat secara langsung
K2 Biasa saja, yang penting cerdas dalam
menyikapi
K3
Perasaan saya prihatin, karena berita yang
disajikan terkadang tidak memiliki nilai guna yang bisa diambil. Berita yang
muncul di media sosial hanya membuat perpecahan sehingga saling menghujat
satu sama lain yang tidak mereka kenal
K4
Miris, karena berita yang menyebar di
medsos tidak semestinya seperti itu yang meracuni setiap orang sehingga
muncul tindakan-tindakan yang tidak baik
K5
Senang karena banyak anak muda yang
menggunakan media sosial jadi dapat mengetahui isu-isu yang sedang hangat di
masyarakat dan dapat lebih mudah dalam mengakses info-info di dalam maupun
luar negeri
L1
Perasaan saya terhadap banyaknya berita
yang menyebar di media sosial sebenarnya biasa saja, karena saya membaca
berita untuk menghilangkan rasa bosan
L2
Merasa terganggu apalagi banyak orang di
negara kita yang masih sering percaya berita-berita hoaks tanpa mencari
kebenarannya terlebih dahulu
L3 Senang, karena sekarang informasi terkait
berita terkini lebih mudah ditemukan dimana-mana tanpa harus membaca koran
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
126
L4
Perasaan saya sedikit khawatir
dikarenakan takut orang-orang tertipu oleh berita yang belum benar hingga
akhirnya jatuhnya fitnah
L5
Perasaan saya lebih was-was dan
hati-hati. Karena terkadang berita tidak sesuai fakta atau berita yang satu
dengan yang lain berbeda
M1 Senang jika berita itu merupakan sebuah
fakta. Karena zaman sekarang memperoleh informasi sangat mudah
M2 Karena terlalu banyak berita yang ada, dan
mudah viral sehingga sulit untuk membedakan mana yang hoax dan tidak hoax
M3 Sangat menyayangkan sikap orang-orang
yang menyebar hoaks yang dapat mengacaukan kehidupan masyarakat
M4
Kebanyakan sedih sih, karena kebanyakan
berita yang tersebar di media sosial hanyalah hoaxs dan isinya tentang SARA
sehingga menimbulkan perpecahan di
masyarakat
M5
Perasaan saya, ada beberapa berita yang
sangat baik untuk diketahui, ada juga berita yang sedikit memprihatinkan terkait
isu-isu hoax, isu-isu seperti ini yang sangat meresahkan
N1 Baik, sebab saya senang menerima
informasi terbaru
N2 Biasa saja, karena saya kurang tertarik.
Karena banyak yang belum tentu benar
N3 Merasa prihatin karena banyak berita yang
tidak benar beredar
N4
Perasaan saya senang karena dengan
berita yang menyebar di media sosial saya jadi mengetahui berbagai informasi
yang sedang banyak menjadi perbincangan
N5
Perasaan saya terhadap banyaknya berita
yang menyebar di media sosial saat ini adalah bingung dengan adanya
kesimpangsiuran berita yang ada, tidak tahu mana berita yang benar dan tidak
O1
Perasaan yang muncul kurang puas karena
berita-berita di media sosial kurang mendalam pada ulasannya. Selain itu, berita
hanya sekilas
O2
Karena yang dibahas adalah banyaknya
berita di medsos secara umum saya apresiasi. Tidak semua berita itu hoaks, dan
berita itu sedikit banyak juga membantu menambah wawasan
O3
Perasaan saya yang dominan adalah
khawatir, karena tidak semua berita yang tersebar adalah berita yang baik dan
benar. Mungkin orang "bijak" dapat memilah-milah berita yang ada, tapi
masyarakat kita banyak yang kurang bijak dalam hal ini
O4 Skeptis : kroscek kebenaran dari berita,
tidak langsung percaya begitu saja
O5
Cemas. Saya merasa bahwa belum
semua lapisan dalam masyarakat mampu untuk melihat sesuatu yang berada di
balik teks-teks berita. Pembaca menjadi terkurung dalam teks-teks. Apa yang
tertulis, sesuai dengan kenyataan atau tidak, dengan mudah menjadi suatu
kebenaran.
P1 Gelisah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
127
P2 Ya tidak apa-apa. Dengan semakin
canggihnya teknologi berita dapat menyebar dengan cepat di media sosial
P3
Senang namun khawatir, senang karena
dapat menerima informasi secara cepat namun khawatir karena sedikit banyak
saat ini berita dibumbui dengan hoaks atau kalimat yang berlebihan. saya sering
hanya membaca lalu memilih kemudian mengkaji mengenai berita tersebut dan
cenderung tidak menanggapinya jika berita tersebut berlebihan. jadi saya baca
berita dengan perbandingan percaya dan tidak sebanyak 50:50
P4 Biasa saja, tergantung jenis beritanya.
P5
Terlalu banyaknya berita membuat sebagian orang mudah terpengaruh, dan
sebagian dari mereka hanya memahami dari judul berita tanpa membaca isinya.
Padahal, judul berita yang tersaji biasanya mengandung hal yang berlebihan.
Saya merasa seperti itu karena saya menemukan sendiri bahwa banyak berita
dengan judul yang memang bertujuan untuk menarik pembaca namun terlalu
berlebihan, sedangkan ketika saya membaca isinya ya judul tersebut kurang pas
dengan isi yang dijabarkan.
Q1 Kadang merasa senang, kadang pula
merasa biasa saja karena kadang berita yang diterima kurang berpengaruh
Q2
Senang dan tidak senangnya jika melihat
berita-berita yang baik-baik, tidaknya ketika melihat berita yang tidak baik
misal peperangan, fitnah bahkan hoak
Q3 Ya saya cuma membaca saja dan tidak
pernah saya pikirkan karena saya tidak mementingkan seperti itu
Q4
Saya merasa penyebaran berita lewat
media sosial itu sebenarnya adalah sebuah jalan yang baik. Karna perlu kita
akui, berita-berita yang tersebar di media sosial akan lebih mudah untuk dibaca,
karna waktu kita banyak tercurah di medsos daripada harus membaca artikel
yang khusus menyajikan berita-berita terbaru.
Q5
Biasa aja. sebenernya kita mau melihat apa
dan melakukan apa kontrol itu yang punya ya cuman diri kita. kita lihat berita
isinya hoaks, bencana dan pembunuhan atau berita isinya pengetahuan,
kemajuan teknologi dll. itu semua tergantung media sosial apa yang kita pilih
dan kita bisa memfilter itu sendiri
R1
Saya cukup senang dan khawatir. Senang
karna mendapatkan info dengan cepat namun juga khawatir karena bisa saja
berita itu salah dan mungkin kita sudah mempercayainya yang menyebabkan
kebingungan
R2
Sangat senang karena semakin mudah
untuk mendapatkan berita-berita baru di media sosial namun saya tetap harus
waspada dalam menyaring berita
R3 Saya merasa cukup senang membaca
berita-berita di media sosial karena cukup memberikan berita terkini
R4
Terkesan dengan hal ini, sebab hal kecil
pun terkadang dapat menjadi besar dan bodoh, hal yang tidak seharusnya
dilakukan tetapi dilakukan dan dibesar-besarkan demi sebuah popularitas
R5
Saya merasa sedikit terbantu dengan
adanya berita-berita yang menyebar di medsos saat ini, karena beberapa berita
sangat berkaitan erat dengan kegiatan saya sehari-hari
S1 Saya merasa bahagia, bangga dikarenakan
saya dapat mengakses berita/informasi dengan mudah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
128
S2
Senang, sedih campur aduk karena ada
berita yang benar dan ada juga yang hoaks yang membuat masyarakat menjadi
bingung memilah mana informasi yang harus dipercaya
S3
Bingung, karena kita belum tahu berita itu
benar atau hoax. Jadi kita harus mencari tahu kebenarannya dulu baru
menyebarkan
S4 Sedih dan kecewa karena banyaknya orang
yang menyebarkan berita-berita tanpa tahu sumbernya
S5
Sangat senang apabila berita tersebut
update dan terpercaya, tetapi bila berita tersebut hoaks atau bohongan, saya
sangat kecewa
T1 Biasa-biasa saja karena tergantung dengan
diri kita bagaimana menerima berita tersebut
T2 Senang karena dapat membantu dan
memudahkan kita dalam mengetahui berita tersebut
T3 Antara bahagia atau bingung. Bahagia
karena bisa update berita, bingungnya adalah berita tersebut hoax apa tidak
T4
Saya merasa senang dan kagum karena
semakin banyak orang tertarik menulis berita dan gaya penulisannya sekarang
ini seperti cerita (tidak terlalu formal)
T5
Senang, saya dapat mengakses berita
dengan mudah dan bisa memilih berita yang saya suka untuk
dibaca/didengarkan
U1 Saya merasa jarang percaya dengan berita
yang beredar karena banyak bohongnya dan terlalu alay berita jaman sekarang
U2
Perasaan saya mengenai berita sekarang
yang banyak beredar banyak yang tidak sesuai dengan realita terkadang saya
tidak percaya
U3 Bingung, karena harus teliti dan memilih
mana yang hoaks, mana yang benar
U4
Saya senang tapi juga khawatir, karena
banyak berita yang terkadang hoax dan bisa mempengaruhi masyarakat untuk
memiliki pandangan yang barbar dalam artian bisa diadu domba oleh berita itu
U5 Informasi lebih cepat diketahui lupa kapan
V1
Kasihan karena saya merasa khawatir
dengan perkembangan generasi-generasi muda yang akan terpengaruh berita
saat ini
V2
Banyaknya berita di sosmed belum tentu
kebenarannya. Mudahnya membaca menyebar berita membuat kita harus lebih
bisa menyaring isi dari berita tersebut
V3
Perasaan saya lebih ke arah miris
sebenarnya ketika melihat banyaknya berita yang masih belum tentu
kebenarannya
V4 Pusing. Terlalu banyak informasi, sulit
untuk difilter
V5 Semakin penasaran terhadap berita
tersebut. Penasaran berita yang termuat memang benar adanya atau hanya hoax
W1 Terganggu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
129
W2 Risih, banyak berita klickbait yg gampang
mempengaruhi orang
W3 Sedikit sedih, soalnya nyebar beritanya
gak bener
W4 Kecewa. Berita yang menyebar sebagian
besar hoax. Saya kecewa karna tidak mendapat informasi yang sesungguhnya.
W5 Biasa saja. Karena saya tahu berita mana
yg bisa saya percaya
Pertanyaan 3
Responden Respon
A1 Mengecek apakah berita tersebut benar/tidak
dengan mencari sumber lain
A2 Membaca kembali dan membandingkannya
dengan sumber yang lain agar dapat melihat dari sudut pandang yang lebih luas
A3
Pertama-tama saya tidak langsung mengambil
keputusan bahwa berita yang saya dapatkan itu benar, artinya saya mencari tahu
lagi informasi yang lainnya apakah berita tersebut bisa dipercaya atau tidak
A4 Setelah membaca, saya membuka berita lain
untuk meyakinkan apakah berita yang saya baca benar adanya atau hoax
A5 Cari tahu kebenarannya
B1 Membaca dengan seksama kemudian
mencari berita yang sama dari sumber yang berbeda
B2 Lihat dulu, lalu memfilter berita yang
marak dengan cara melihat sumber-sumber yang tercantum lalu cocokan
B3 Mencari berita yang sama di halaman yang
beda. Karena jika mengandalkan satu berita saja tidak bisa dipercaya
B4
Membacanya dan mencari berita lain
yang memiliki topik sama untuk mengecek valid atau tidaknya berita tersebut
karena saya anak sejarah jadi fakta sangat penting
B5 Membacanya , lalu menelaah berita
tersebut
C1
Membacanya hingga habis, lalu mencoba
membaca berita lain yang berhubungan dengan berita itu, sehingga informasi
yang didapat juga banyak
C2 Menonton sampai habis atau dibaca dengan
baik
C3 Pertama-tama melihat judul artikel atau berita
yang saya terima. Berdasarkan judul, bisa dilihat berita yang saya ingin baca
C4
Memutuskan untuk percaya atau tidak, dengan
melihat sumber berita yang menyebarkan karena satu dua sumber sudah dicap
sebagai tukang melebih-lebihkan berita atau kurang objektif. Tapi ada kalanya
langsung menerima begitu saja tanpa pertimbangan
C5
Tentu saja membaca berita tersebut, kemudian
mencari berita lain yang mirip-mirip jika dirasa berita tersebut tidak dapat
dipercaya
D1 Browsing topik tersebut dan mencari info
berkaitan untuk melihat berita secara keseluruhan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
130
D2 Membaca sumber berita, membaca isi,
membandingkan dengan sumber lain
D3 Crosscheck. Melihat sumber berita tersebut
apakah cukup reliable atau tidak
D4 Tidak terlalu menanggapi karena tidak bisa
langsung percaya
D5 Cross-check sumber berita tersebut
E1 Memperhatikan sumber
E2 Membaca terlebih dahulu, ketika tidak
bermanfaat di skip saja
E3 Dibaca, dicari sumbernya supaya jelas tidak
menipu
E4
Tergantung berita yang disampaikan jika yang
disampaikan tentang kekerasan atau kejahatan akan membuat kita lebih berhati-
hati
E5 Saya baca, lalu saya mencari info lain. Setelah
itu abaikan
F1 Mencari tahu lebih dalam dan berpikir secara
realistis. Jika tertarik, maka saya akan membaca artikel-artikel lain yang terkait
F2 Baca judul
F3 Kadang saya membaca kadang tidak
F4
Saya biasanya hanya membaca dan menyimak
kemudian saya mencari berita yang berhubungan dengan berita yang saya baca.
Kalau beritanya kurang menyenangkan ya saya tutup beritanya
F5 Cross-check, biar tahu berita hoaks atau bukan
G1 Mencoba memahami dan bertanya-tanya
apakah berita itu benar atau salah
G2 Membaca dengan seksama untuk mengetahui
kebenaran dari berita tersebut
G3 Diam saja. Kalau saya ikut menyebarkan, saya
tidak ada bedanya dengan mereka yang menyebarkan di media sosial
G4 Menanyakan berita/isu tersebut kepada orang
lain asli/benar atau tidak
G5 Saya diam saja. Cukup membaca saja
H1 Membacanya berkali-kali untuk mengantisipasi
diri saya sendiri agar tidak salah tafsir terhadap berita tersebut
H2 Bertanya ke teman untuk memastikan bahwa
berita tersebut hoax atau tidak
H3 Meminta orang yang menyebar berita untuk
mengirimkan sumber berita
H4 Mencari sumber lain untuk memastikan
kebenarannya, jadi tidak lihat berita tersebut dari satu sumber saja
H5 Hapus. Karena bisa menyesatkan
I1
Mencermati isi berita dan sumbernya. Selain
itu, mencermati kata yang digunakan karena dari beberapa berita yang saya baca
penggunaan kalimat kadang-kadang menyudutkan suatu orang/tokoh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
131
I2 Membaca dan mencari sumber-sumber lain
I3 Cek sumber beritanya. Kalau benar dari portal
berita terpercaya, tidak perlu baca
I4
Saya cek dari sumber lain yang terpercaya
misalkan kompas.com/the jakarta post. Lalu saya juga membandingkan dengan
berita yang ada di televisi
I5 Kalau berita itu benar (setelah dilakukan
konfirmasi) akan saya bagikan. Apabila bohong maka akan saya report
J1 Membaca saja
J2 Melakukan cek ulang
J3
Saya check dulu pihak mana yang
mengupload berita tsb. Saya pribadi lebih percaya jika berita di upload oleh
stasiun tv.
J4 Crosscheck kebenaran berita
J5 Jika dirasa kurang masuk akal dan tidak
ada media lain yg memberitakan, langsung tutup halaman tersebut
K1 Membaca hingga selesai dan
membandingkan dengan berita lainnya
K2 Membaca
K3
Pertama kali saya mengecek kebenaran
tersebut melalui sumber yang lebih bisa dipercaya seperti berita yang disajikan
di stasiun tv
K4 Membaca dari awal hingga akhir
K5
Tidak langsung terpancing untuk percaya
dan melihat sumber-sumber yang lebih terpercaya dan sudah dikonfirmasi
kebenarannya
L1 Yang saya lakukan pertama kali ketika
menerima berita hanya sekedar membaca berita tersebut
L2
Cross check terlebih dahulu misalnya
mencari dari sumber terpercaya lainnya agar bisa memastikan berita tersebut
benar atau tidak
L3 Pertama dilihat atau dibaca dan disimak.
Kedua, mencari kebenaran
L4 Mencari sumber berita tersebut. Membaca
dengan teliti isi dari berita tersebut
L5 Membacanya lalu memfilternya baik-baik
M1 Mencari kebenaran dari sumber berita
tersebut. Tidak menelan mentah-mentah
M2 Membaca terlebih dahulu dengan cermat
M3 Saya diam saja dan tidak berkomentar
M4
Membaca lalu mengecek kebenarannya
terlebih dahulu dengan mencari pada situs-situs yang terpercaya dan bisa
dipertanggungjawabkan kebenarannya
M5 Langsung membaca dan melihatnya dan
rasa ingin tau itu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
132
N1 Mencari sumber lain untuk mencari
kebenarannya
N2 Membaca dengan seksama jika tertarik
N3 Dibaca dulu, lalu cari kebenaran tentang
berita itu dari sumber yang terpercaya
N4
Yang saya lakukan adalah membaca berita
tersebut dan mencari tahu kebenarannya agar tidak terjadi penyebaran berita
yang hoaks
N5
Hal yang pertama kali saya lakukan
adalah membaca dengan seksama berita yang ada di media sosial dan mengecek
dengan seksama berita yang diperoleh
O1
Biasanya mengecek berita dari media
sosial dengan sumber-sumber berita yang lain seperti koran, info televisi, dan
masuk akun berita surat kabar online
O2 Prinsip saya, berita di medsos bukanlah
acuan utama. Maka saya baca sambil lalu saja
O3
Membacanya (jika beritanya menarik).
Saya hanya tertarik dengan berita tentang olahraga dan masalah kemanusiaan
(bencana, dll). Di luar dari berita itu, saya tidak terlalu memberi perhatian
O4 Cari tahu kebenarannya ; cek dari siapa dan
juga faktanya. Tidak terburu-buru disampaikan ke orang lain
O5
Tentu saya membacanya terlebih dahulu
lalu membandingkannya dengan berita-berita dari lembaga yang berkualitas dan
independen. Satu sumber tidak cukup. Saya tidak pernah menuliskan berita atau
mengomentarinya di media sosial. Saya memilih langkah yang lebih sulit
daripada menuliskan berita di media sosial. Misalnya, koran. Saya ingin tulisan
saya teruji sehingga tidak ada pembaca yang jatuh dalam kesesatan yang berasal
dari saya.
P1 Mencari sumber lain melalui komentar
yang ada
P2 Mencari kebenarannya
P3
Membacanya, karena saat ini menurut
saya kalimat yang ada pada berita sering kali ada yang berlebihan dan tidak
sesuai dengan keadaan yang sebenarnya
P4 Membaca dan mencari tahu benar atau
salah, terkadang melewatinya.
P5
Tergantung topik dan waktu saya. Misal
ketika sedang luang dan topik beritanya cukup menarik bagi saya, saya klik dan
membacanya. Saya tipe orang yang rasa ingin tahunya tinggi, jadi apa yang saya
temui dan sekiranya itu menarik, pasti akan saya telusuri.
Q1 Kadang langsung melewatkan jika berita
kurang menarik
Q2 Yang saya lakukan yaitu membacanya
sampai tuntas dan menyikapinya dengan sebagaimananya
Q3 Ya cuma bisa membaca saja dan tidak
pernah saya pikirkan
Q4 Saya scroll ke bagian bawah, liat sumber,
bila ada saya akan membaca berita itu, bila tidak saya akan abaikan.
Q5 Membacanya dan jika ingin tau lebih dalam
lalu tidak langsung percaya dan melihat referensi lainnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
133
R1
Yang saya lakukan pertama kali adalah
membacanya namun tidak langsung percaya, saya menunggu berita lain yang
relevan
R2 Memeriksa kebenarannya dari berbagai
sumber misalnya : google atau diskusi dengan teman yang lebih tau
R3
Melihat gambarnya, apakah gambarnya
menarik atau tidak. Setelah itu membaca secara cepat baru membaca full
beritanya di caption
R4 Pertama melihat judul, jika menarik lanjut
membaca jika tidak lewati
R5
Pertama yang saya lakukan adalah
membaca berita tersebut dengan seksama, lalu jika saya menemukan hal-hal
yang ganjil dan tidak sesuai dengan berita tersebut saya akan mencari tahunya
sendiri dengan searching di media-media
terpercaya
S1 Yang pertama saya lakukan ialah tentunya
membaca dan ngeshare ke orang-orang terdekat
S2
Pertama pastinya saya akan membaca
berita tersebut. Lalu mencari sumbernya dan setelah itu saya mencari kebenaran
dari berita tersebut di youtube
S3 Baca berita itu dari awal sampai akhir.
Lalu mencari informasi lain tentang itu untuk mencari kebenarannya
S4 Membacanya sampai habis
S5 Memikirkan secara logika apakah berita
tersebut baik atau tidak
T1 Perhatikan sumber beritanya dan pastikan
kebenarannya agar kita tidak termakan hoak
T2 Membacanya
T3 Membacanya
T4 Saya baca dari atas sampai selesai
T5 Membaca, melihat/mendengarnya dengan
seksama dan berusaha memahami isi dari berita tersebut
U1 Melihat sumber berita itu berasal , dibaca
lebih cermat agar bisa dicari kebenarannya
U2
Yang saya rasakan pertama kali biasa saja
namun jika ada berita yang hoax dan tidak sesuai saya langsung aktif
menanggapinya
U3 Membaca dan mencermatinya supaya tidak tertipu
U4
Melihat darimana sumber berita itu
dahulu, dicari kebenarannya supaya tidak menelan mentah-mentah. Mencari
sumber berita lain untuk dijadikan perbandingan.
U5 Kalau baik bisa kembali disebarkan
V1
Pelajari lebih lanjut. Saya tidak akan
menerima mentah-mentah berita yang saya terima tetapi saya akan mempelajari
lebih lanjut jika saya tertarik
V2 Membaca kemudian mencari
sumber-sumber lain. Tidak hanya menerima berita begitu saja
V3 Tidak gampang percaya terlebih dahulu
sebelum melihat berita dari orang yang terpercaya kebenarannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
134
V4 Skip, kalau besok masih heboh, baru
dicari dan dibaca
V5 Mencari tahu kebenaran berita tersebut.
Cek sumbernya apakah bisa dipercaya atau tidak
W1 Dibaca
W2 Tergantung judul berita dan fenomena,
kalau sesuai dengan fenomena dibaca
W3 Saya baca semuanya, kemudian lihat
komen. baru bisa analisis ini hoax apa tidak.
W4
Bersikap tidak peduli. Saat ini apapun bisa
menimbulkan perpecahan di media sosial. Harus benar2berhati2. Maka saya
memilih tidak peduli.
W5 Membacanya dan mencari inti informasi
yg disampaikan
Pertanyaan 4
Responden Respon
A1 Berita bohong yang bertujuan mempengaruhi
pandangan pembaca
A2 Berita-berita yang belum terbukti keabsahannya
dan berita-berita yang jelas berisi kebohongan
A3
Hoaks adalah suatu berita maupun informasi
yang mudah didapatkan saat ini. Artinya berita bohong yang disampaikan demi
kepentingan tertentu
A4 Hoaks adalah suatu informasi yang belum tentu
kebenarannya
A5 Berita bohong yang jangan dipercaya
B1
Hoaks merupakan berita bohong atau
kebohongan publik yang disebarluaskan oleh orang-orang yang tidak
bertanggung jawab
B2
Hoaks adalah kebohongan dan
sebenarnya kalau menurut saya kita harus melihat pesan apa yang sebenarnya
ingin disampaikan
B3 Berita yang tidak mempunyai kekuatan
kebenaran, bahkan berita yang tidak benar sama sekali
B4 Berita bohong yang tidak sesuai fakta
B5 Berita palsu. Rekayasa
C1 Hoaks adalah berita palsu yang telah terbukti
tidak benar
C2 Suatu berita/isu yang dibuat dan disebarkan
tanpa ada kebenaran yang pasti
C3
Hoaks adalah berita yang tidak diketahui
kebenarannya. Hoax itu adalah suatu informasi yang dikemas secara rapi dan
menarik perhatian tetapi diragukan kebenaran informasinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
135
C4
Berita yang tidak sesuai dengan kenyataan,
tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya, dan atau menggiring opini ke
arah yang subjektif
C5
Berita yang disebarkan dengan tujuan untuk
mengancam atau memfitnah seseorang atau golongan tertentu melalui media
sosial
D1 Berita yang tidak berdasar bahkan tidak benar
D2 Hoaks adalah berita yang dengan sengaja
dibuat-buat untuk kepentingan tertentu
D3
Suatu berita yang belum tentu benar, tersebar
secara luas, tidak diketahui kebenarannya, dan berasal dari sumber yang tidak
jelas
D4 Hoaks adalah berita bohong/yang
kebenarannya tidak bisa dibuktikan dan dipertanggungjawabkan
D5 Berita bohong yang ditujukan untuk
menguntungkan suatu pihak
E1 Hoaks adalah berita bohong yang tidak jelas
sumber dan kebenarannya
E2 Berita palsu yang hanya ingin mencari sensasi
buruk
E3 Kebohongan
E4 Hoaks berita yang disampaikan untuk
kepentingan individu yang memberikan pengaruh kepada orang lain
E5 Hoaks adalah berita yang tidak sesuai dengan
apa yang terjadi sesungguhnya
F1 Informasi yang tidak benar, tetapi dibuat
seolah-olah benar adanya
F2 Berita atau informasi yang tidak sesuai dengan
fakta
F3 Hoaks itu berita-berita tidak jelas, yang
menyebarkan ketidakbenaran sebuah berita
F4 Menyebarkan berita yang belum tau
kebenarannya
F5
Penyebar berita yang tidak benar, yang akan
menimbulkan perpecahan atau isu-isu palsu untuk menakut-nakuti orang
lain/mengintimidasi orang lain
G1 Berita burung/berita yang tidak benar hanya
untuk menarik perhatian
G2 Hoaks adalah berita bohong atau tidak benar
yang tidak diketahui sumber aslinya
G3 Hoaks adalah berita bohong yang bisa menjadi
fitnah
G4 Sesuatu yang disebarluaskan untuk tujuan yang
tidak baik
G5 Berita yang sumbernya belum jelas
H1
Hoaks adalah penyebaran informasi yang
sumber, waktu, tempat, kronologinya belum dapat dipastikan kebenarannya dan
biasanya disebarkan oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab untuk
mencapai tujuan-tujuan yang dapat meresahkan penerimanya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
136
H2 Berita bohong, berita yang direkayasa oleh
pihak tertentu untuk kepentingan pribadi/kelompok
H3
Berita/kabar yang tidak sesuai dengan fakta.
Selain itu terdapat keberpihakan kepada pihak/hal tertentu yang meresahkan
masyarakat
H4 Berita bohong. Berita yang tidak tahu
kejelasannya sumbernya darimana tapi sudah disebarluaskan
H5 Berita yang tidak sesuai dengan kenyataan
I1
Hoaks adalah berita yang belum tentu
kebenarannya dan cenderung menyudutkan salah satu pihak. Menurut saya
hoaks juga salah satu media untuk mengadu domba antar pihak satu dan pihak
yang lain
I2 Informasi yang tidak benar keberadaannya
I3 Berita yang belum tahu kebenarannya
I4 Berita yang tidak sesuai dengan fakta dan
berusaha untuk menyudutkan pihak-pihak tertentu
I5 Berita bohong. Tidak benar dan ditujukan untuk
merugikan pihak tertentu
J1 Berita bohong
J2 Berita palsu yang bertujuan untuk
memecah belah atau memicu konflik
J3 Hoaks adalah berita atau informasi palsu
yang tersebar di publik.
J4 Berita yg belum tentu kebenarannya
J5 Berita yang belum jelas kebenarannya
K1 Berita yang tidak benar atau berita yang
tersebar tanpa diketahui sumber kebenarannya
K2 Berita yang belum jelas kebenarannya
K3
Hoaks merupakan informasi yang
diberikan bukan berdasarkan fakta. Informasi yang disajikan terlalu berlebihan
sehingga menjatuhkan pihak tertentu
K4 Penyebar informasi yang tidak benar atau
fitnah
K5 Kabar berita yang tidak benar adanya atau
tidak sesuai dengan fakta yang ada
L1 Menurut saya hoaks itu merupakan berita
bohong yang tidak sesuai dengan yang sebenarnya
L2
Hoaks itu adalah berita-berita yang tidak
benar atau mengandung ketidakbenaran dan tidak sesuai dengan kejadian atau
fakta yang sebenarnya
L3 Berita bohong, berita yang tidak benar
atau tidak sesuai fakta
L4 Hoaks itu berita yang belum benar
kebenarannya dan biasanya berisi berita yang bohong
L5
Hoaks adalah berita yang memberikan
fakta-fakta yang bukan sebenarnya untuk meningkatkan pamor tertentu atau
tujuan tertentu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
137
M1 Berita yang dibuat-buat untuk menyebar
kebencian
M2 Hoax adalah sebuah kebohongan yang
menyebar ke publik dan merugikan pihak tertentu
M3 Berita bohong yang bermaksud
menyalahkan suatu pihak
M4 Hoaks adalah berita palsu dan ditujukan
untuk suatu kepentingan tertentu
M5 Hoaxs itu berita yang dibuat atau
disebarkan dengan tujuan merusak dan tanpa ada fakta yang jelas
N1 Informasi yang tidak jelas dan kebenarannya tidak dapat
dipertanggungjawabkan
N2 Omong kosong
N3 Berita yang belum tentu kebenarannya
N4 Hoaks adalah suatu berita yang
disebarkan tanpa adanya kebenaran
N5
Hoaks itu adalah salah satu bentuk
penyebaran berita yang belum diketahui dengan pasti berita yang disebarkan itu
benar atau tidak
O1
Hoaks adalah penyebaran berita yang
tidak sesuai dengan fakta dan bukti yang real. Seringkali berita hanya
mementingkan kelompok tertentu
O2 Berita yang sengaja dibuat palsu dan
sengaja disebarkan
O3 Hoaks adalah fakta alternatif yang dibuat
demi kepentingan tertentu
O4
Hoaks : berita palsu. Hoaks adalah berita
yang sengaja direkayasa demi sensasi atau
menarik perhatian dan menipu orang
O5
Secara sederhana, hoaks adalah berita
yang tidak mengandung kebenaran yang tekstual, bahkan faktual. Namun, lebih
dari itu, hoaks memiliki kehendak dalam dirinya sendiri, yaitu menjadikan
pembacanya percaya terhadap sebuah ketidakbenaran sebagai sebuah kebenaran
secara perlahan-lahan.
P1 Berita yang belum diketahui kebenarannya
P2 Hoaks adalah berita tidak benar
P3 Hoaks adalah berita bohong
P4 Berita yang salah dan bohong.
P5 Menurut saya, hoax adalah berita yang
diberluaskan dengan kepalsuan/ tanpa data dan bukti nyata.
Q1 Berita bohong yang tidak jelas asal
mulanya
Q2 Berita yang tidak sesuai dengan faktanya
Q3 Berita yang tidak nyata
Q4 Bagi saya, hoaks adalah berita atau
kabar yang tidak terbukti kebenarannya.
Q5 Berita bohong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
138
R1 Menurut saya hoaks adalah berita yang
tidak sesuai dengan fakta yang ada
R2 Berita bohong; sesuatu yang tidak terbukti kebenarannya
R3 Berita yang keliru atau tidak benar yang
dengan sengaja disebar dengan maksud tertentu
R4
Berita palsu, berita palsu/hoaks ini tidak
terbukti kebenarannya yang kebanyakan memiliki tujuan untuk membuat heboh
dikalangan masyarakat dan tujuan lain adalah untuk memecah belah masyarakat
R5
Hoaks adalah sebuah berita yang tidak
benar tetapi dimasyarakat sudah dianggap benar padahal belum terbukti
faktanya
S1 Hoaks adalah berita bohong/informasi
yang tidak benar yang dishare di media sosial ataupun dari mulut ke mulut
S2 Menurut saya hoaks itu berita bohong
yang sengaja dibuat untuk membangun opini publik agar terarah pada tujuannya
S3 Berita bohong yang belum tahu
kebenarannya
S4 Berita bohong yang menyebar cepat
S5 Hoaks adalah suatu kebohongan
T1 Hoaks adalah berita bohong
T2 Berita palsu yang tidak jelas kepastiannya
T3 Berita bohong
T4 Berita tentang suatu hal yang berbeda
dari faktanya
T5 Hoaks adalah informasi yang
sesungguhnya tidak benar, tapi dibuat seolah-olah benar adanya
U1
Hoaks adalah berita yang palsu. hoaks
adalah sebuah kepalsuan yang dibuat oleh seseorang yang membuat orang
merasa tertipu
U2 Hoaks adalah berita yang palsu atau berita
bohong yang tidak sesuai realita
U3 Berita kurang benar
U4
Hoaks itu semacam donat yang tengahnya
bolong. Dalam artian hoaks itu didapat
terasa enak tapi tidak nyata, lebih tepatnya kebohongan atau omong kosong atau
kepalsuan
U5 Segala informasi yang tidak benar
V1 Berita yang dibuat oleh segelintir
orang-orang kurang kerjaan yang hanya ingin mencari sensasi
V2 Hoaks adalah berita yang belum tentu
kebenarannya
V3 Menurut saya hoaks adalah kabar berita
bohong yang belum tentu kebenarannya
V4 Berita bohong/tidak benar/dimanipulasi
V5 Berita bohong. Tidak sesuai dengan fakta
W1 Berita bohong
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
139
W2 Hoaks = berita bohong
W3 Berita yang tidak bener, hanya kebohongan
yg dilebih lebihkan
W4
Informasi atau berita yang tidak jelas asal
usulnya. Tidak ada kepastian bahwa itu berita atau informasi nyata. Kalimatnya
berlebihan.
W5 Berita yang tidak bisa dipertanggung
jawabkan kebenarannya
Pertanyaan 5
Responden Respon
A1
Hoaks tidak perlu dipercaya. Kalau mau baca
berita harus dari akun yang sudah
terpercaya
A2 Benar-benar merugikan karena pihak-pihak
pembaca yang tidak kritis akan tersesat setelah membaca hoaks tersebut
A3
Pandangan saya tentang hoaks saat ini, adanya
oknum yang memiliki kepentingan tertentu hanya saja sekarang ini bagaimana
cara menyikapi atau membedakan suatu berita yang kadangkala membuat si
penerima tidak bisa membedakan mana yang fakta mana yang hoaks
A4
Sangat disayangkan. Karena kita penerima
informasi tidak semua dapat berpikir jernih, ada yang menelan informasinya
mentah-mentah tanpa mencari info lain
A5 Hoaks harus dilawan sebab banyak yang
terkena tipuan berita hoaks
B1 Indonesia tidak akan maju
B2
Menurut saya biasa saja. Kembali ke kita
bagaimana memfilternya. Karena hal tersebut juga menantang kita untuk
membaca dan menemukan sumber asli
B3
Banyak orang bodoh yang mengandalkan
berita hoax, orang yang menyebarkan atau percaya sama saja seperti orang
bodoh
B4 Saya menolak, karena dapat menimbulkan
masalah ke depannya
B5 Perlu ditindak lanjuti tapi saya memaklumi
karena beberapa sumber berita kadang-kadang memiliki kepentingan
C1 Cukup miris, karena makin ke sini semakin
buruk cara seseorang/suatu media berita untuk menjadi terkenal
C2 Hoax akan memberi dampak yang buruk bagi
penonton berita tersebut
C3
Saya turut prihatin terhadap berita hoaks saat
ini, karena tidak sedikit dapat mengidentifikasi suatu informasi adalah hoaks
atau tidak. Selain itu masyarakat hanya menerima secara mentah informasi dan
membagikannya kepada orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
140
C4
Hoaks memang sulit untuk dicegah karena hal
itu tergantung dari kualitas mental pembuat hoaks itu sendiri. Jadi yang bisa
dilakukan adalah kita sebagai penerima berita harus menjadi lebih kritis dan
bijak dalam mencerna informasi baru
C5 Biasa saja, kalau semua berita dapat dipercaya
maka tidak akan mencari berita lain untuk dicari kebenarannya
D1 Marah. Karena berita hoaks hanya membuat
sesuatu hal menjadi buruk
D2 Sungguh miris karena menggunakan media
sebagai media penyebar hoaks
D3
Sangat merisaukan. Berita hoax saat ini
gampang sekali menyebar dan terkadang karena hal tersebut orang-orang susah
membedakan mana berita benar dan mana berita hoax
D4
Dari opini saya, saya sendiri tidak terlalu
terganggu karena saya kalau baca berita tidak langsung percaya dengan berita-
berita itu. Paling cuma kayak "oh" kalau ada berita hoaks
D5 Ikut melaporkan dan report berita-berita
tersebut
E1 Sangat memprihatinkan karena semakin tidak
disaring media yang dikonsumsi oleh masyarakat
E2 Tidak merespon jika itu berita yang tidak
bermanfaat
E3 Miris melihat masyarakat Indonesia mudah
terpengaruh
E4
Dengan adanya hoaks kita lebih berhati-hati
dalam menggunakan media sosial dengan baik dan benar dan jangan mudah
terpengaruh
E5 Memprihatinkan. Karena masyarakat tidak
memilah-milah berita tersebut dan langsung menyebarkan ke banyak orang
F1
Miris. Karena saat ini hoaks tidak lagi marak
digunakan dalam menunjang sensasi, melainkan sudah digunakan sebagai alat
untuk menjatuhkan orang lain. Apalagi saat ini yang marak terjadi dalam dunia
politik
F2 Hoaks merupakan kejahatan yang seharusnya
tidak bisa ditoleransi
F3 Biasa saja, karena kadang saya tidak membaca
berita yang ada, kadang saya melihat dari judul beritanya saja saya tidak suka
F4
Orang-orang yang menyebarkan hoaks orang
yang tidak memiliki jiwa nasionalisme jadi menurut saya perlu adanya
pembinaan atau penyuluhan terhadap warga negara agar jiwa cinta negara
tumbuh di hati warga negara Indonesia
F5 Biasa saja, yang penting harus dicrosscheck,
jangan mudah terpengaruh
G1 Kecewa, karena orang hanya
mementingkan sensasi bukan kebenaran
G2 Sangat memprihatinkan karena berita
hoaks bisa merusak masa depan anak bangsa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
141
G3
Pandangan saya masyarakat sekarang
diperalat oleh hoaks. Mereka langsung memakan mentah-mentah berita hoaks
tanpa mencari tahu faktanya
G4
Pandangan saya terhadap hoaks itu
sebenarnya biasa saja, tapi saya bingung dengan orang yang menyebarluaskan
hoaks tersebut, karena orang tersebut tidak melihat dampak jeleknya
G5 Pandangan saya biasa saja dan dijadikan
hiburan saja
H1
Hoaks yang semakin marak membuat keadaan
lingkungan masyarakat menjadi tidak kondusif karena adanya kecemasan-
kecemasan yang dibawa selama beraktivitas. Namun sisi positifnya kita lebih
waspada terhadap fenomena di sekitar kita
H2 Miris. Tidak percaya kalau orang-orang jaman
sekarang memiliki sikap yang di luar akal sehat
H3
Berita hoaks bisa mengubah pandangan
masyarakat menjadi salah yang berdampak pada sikap individu terhadap orang
lain/kelompok tertentu menjadi kurang tepat
H4
Sangat buruk, karena netizen gampang
dibohongi dan situasi menjadi kacau karena fitnah. Yang paling parah bisa
terprovokasi
H5 Mungkin kurang baik bagi masyarakat
I1
Saya merasa miris dan kurang nyaman dengan
maraknya berita hoaks karena itu dapat memecah belah masyarakat padahal
kebenaran berita tersebut belum tentu tepat dan akurat
I2
Menurut saya hoaks saat ini semakin marak
karena semakin banyak pihak-pihak yang licik/mencari keuntungan dengan
memanfaatkan segala cara dan tanpa memikirkan dampaknya
I3 Menunjukkan bahwa literasi media orang
Indonesia saat ini sangat rendah
I4
Saya sangat sedih karena kebebasan
berpendapat saat ini malah dijadikan ajang untuk menjatuhkan orang lain
dengan menggiring opini masyarakat sehingga suasana akan semakin memanas
I5 Miris. Karena masih ada yang percaya dan
terpengaruh
J1 Semakin aneh. Karen makin kesini
hoaxnya makin ga jelas dan TDK substansial.
J2
Hoaks semakin sering berkembang
terutama di tahun" politik saat ini dan kita sebagai pengguna media sosial harus
melakukan "penyaringan" dari berbagai sumber supaya terhindar dari hoaks
J3
Hoaks yang tersebar sekarang sangat
berbahaya, khususnya mengenai politik. Banyak masyarakat yang menelan
mentah2 informasi lalu disebar luaskan dengan mudah. Setelah itu bisa saja
orang2 termakan hoaks dan melakukan tindakan anarkis.
J4 Bijaklah dalam menanggapi berita
di sosial media
J5 Mencemaskan. Karena dapat menjadi
provokator dan sarana adu domba di masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
142
K1
Saya merasa heran dan bingung mengapa
orang-orang mau dengan mudah menyebarluaskan berita yang tidak benar dan
tidak sesuai fakta
K2 Biasa saja. Penerima berita harus bijak
K3
Pandangan saya terhadap hoaks miris.
Saya miris melihat hoaks karena mereka yang menyediakan hoaks seperti tidak
memiliki kegiatan yang lebih positif dan tidak bisa menemukan kebahagiaannya
sehingga ingin menjatuhkan pihak lain dengan hoaks yang disebarkan
K4 Sedih, karena dengan hoak banyak sekali
masalah yang ditimbulkan
K5
Hoaks dapat memicu kesalahpahaman
masyarakat dan memicu pertengkaran karena banyak masyarakat yang masih
kurang mengkritisi suatu berita dan merasa dirinyalah yang paling benar
L1
Pandangan saya terhadap hoaks yang
semakin marak adalah merasa terganggu, karena dapat menimbulkan berbagai
masalah
L2
Hoaks itu bisa menjadi pemicu
terpecahnya kedamaian dan menyebabkan kesalahpahaman antar masyarakat,
itulah sebabnya hoaks sangat tidak baik
L3
Saya melihat hoaks itu sesuatu yang
membuat orang sangat terganggu dan menjajah secara tidak terlihat. Maksudnya
karena hoaks menciptakan perbedaan pendapat dan kelahi
L4 Harus menjadi masyarakat yang cerdas dan
teliti dalam menyaring dan menerima berita
L5 Buruk. Karena hoaks dapat mengubah
pandangan seseorang
M1 Sedih karena seharusnya pada masa yang
modern ini kita mudah mendapatkan suatu informasi
M2
Harus semakin berhati-hati dan bersikap
kritis dalam menyikapi berita yang ada, karena sebagai mahasiswa tentunya
saya tidak mau dengan mudah terjerumus dalam hoax
M3 Hoaks harus dihentikan, dimulai dari diri
sendiri supaya kita dapat hidup bernegara dengan baik
M4
Miris sih karena itu menandakan
bagaimana masyarakat hanya menerima mentah-mentah informasi yang di dapat
tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu
M5 Pandangan saya mengenai hoaxs saat ini
sangat meresahkan
N1 Sangat tidak terpuji, sebab memberikan
informasi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan
N2 Yang menyebarkan hoaks kurang kerjaan
N3 Miris dan sedih karena bisa membuat
perselisihan
N4
Hoaks saat ini semakin marak, banyak
sekali orang yang selalu percaya dengan hoaks yang disebar tanpa mencari
kebenaran dan pada akhirnya menimbulkan masalah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
143
N5
Menurut saya orang-orang yang percaya
pada hoaks yang beredar saat ini adalah orang-orang yang mudah terhasut dan
termakan oleh berita yang tidak benar
O1
Berita hoaks yang marak merupakan
tindak kejahatan dan manipulasi realita. Hal ini karena hoaks tidak
menampilkan data-data real tetapi mengubah fakta-fakta demi kepentingan
tertentu
O2
Sebenarnya menandakan gejala dalam
masyarakat. Fenomena yang terjadi menunjukkan masyarakat ingin diakui
kategori-kategorinya (kelompok). Maka, jika kategori ini diserang, masyarakat
tertentu merasa direndahkan
O3
Sama seperti jawaban sebelumnya,
perasaan saya khawatir, karena masyarakat kita banyak yang kurang bijak.
Kalau masyarakat sudah bijak, maka hoaks tidak akan membuat kekacauan
O4
Hoaks itu meresahkan karena
menyebarkan kebohongan, tapi juga membuat orang semakin dewasa karena
harus selektif terhadap berita
O5 Hoaks adalah bagian dari zaman post-truth.
Hoaks dapat menjadikan kebenaran terlihat sangat kabur.
P1 Kuatir, banyak orang yang dengan mudah
percaya berita yang beredar
P2 Cukup prihatin karena akan banyak orang
yang terhasut dengan berita yang tidak benar
P3 Sangat menyayangkan hal tersebut karena
seharusnya berita itu memperjelas keadaan yang terjadi bukan memperkeruhnya
P4 Miris, karena sekarang banyak orang yang
langsung percaya bahkan turut menyebarkan tanpa tau benar atau salah.
P5
Hoax itu tidak penting, hanya menjadi
provokator untuk orang-orang, karena jelas sudah banyak orang yang
terprovokator dengan berita yang ada padahal berita tersebut jelas-jelas tak ada
buktinya.
Q1 Merasa miris karena tidak malu para
pembuat berita bohong dan dengan bangga menyebarkan
Q2 Pandangan saya buruk sekali karena bisa
memicu peperangan dan permusuhan
Q3 Saya mah tidak pernah mementingkan
selagi tidak mengganggu saya
Q4
Saya berprinsip bahwa berita-berita
yang tersebar melalui media sosial, tidak akan saya sebarluaskan entah itu benar
ataupun tidak. Karna sulit bagi kita untuk bisa mendeteksi persebaran berita di
medsos yang begitu masif.
Q5 lebih skeptis dan selektif dalam memilih
media yang memberitakan tersebut.
R1 Menurut saya hoaks sangat meresahkan
karena banyak orang yang mudah "dibodohi" dengan berita berita palsu
R2
Menurut saya berita hoax sangat
mengganggu karena biasanya berita hoax berupa "spam" yang dikirim dalam
jumlah banyak. Saya juga merasa bahwa berita hoax sangat meresahkan saya
karena berita tersebut dapat diterima benar oleh orang lain padahal berita itu
salah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
144
R3
Sangat disayangkan banyaknya
penyebaran hoaks saat ini karena menurut saya di Indonesia masih banyak
masyarakat yang tidak dapat memilah informasi dengan benar
R4
Semakin marak karena semakin banyak
orang yang menebarkan sensasi. Ingin populer namun lewat jalur yang salah.
Orang-orang seperti ini berlomba-lomba menikmati kesenangan dalam
kebohongan
R5
Menurut saya hoaks itu tidak tercipta jika
para pengguna media sosial lebih cerdas dalam menyebarkan berita dan hanya
ingin media sosialnya lebih populer
S1
Pandangan saya terhadap hoaks saat ini,
saya merasa kurangnya pengawasan/konsekuensi terhadap orang yang
melakukan penyebaran hoaks. Pandangan saya seperti itu karena sampai saat ini
masih merajalela berita-berita hoaks. Orang dengan gampangnya melakukan
penyebaran hoaks
S2
Menurut saya banyaknya hoaks yang
tersebar sangat meresahkan masyarakat karena masyarakat selalu menjadi
sasaran yang seolah-olah diadu domba yang berpotensi menimbulkan kerusuhan
S3 Jangan terlalu percaya dengan hoaks yang
beredar, karena bisa saja kita salah paham tanpa tahu kebenarannya
S4 Saya tidak terlalu percaya dan
mempedulikan hoaks yang muncul
S5 Saya tidak percaya terhadap semua hoaks
tersebut
T1
Hoaks yang ada bisa membuat kekacauan,
perpecahan, kesalahpahaman, dan yang lainnya. Hal tersebut dikarenakan masih
banyak orang yang mudah termakan oleh berita-berita yang beredar tanpa
memperhatikan kebenarannya terlebih dahulu
T2 Miris, karena hoaks berhasil membuat
orang-orang percaya padanya
T3 Banyak pihak yang dirugikan, perlu
dipidana
T4
Banyak orang cenderung membaca berita
hanya bagian judulnya saja, judulnya menarik langsung dishare tanpa melihat
dulu kontennya
T5 Seru, karena komentar pro dan kontra
pembaca berita saling sambung menyambung
U1 Menurut saya hoaks itu sangat alay dan
berlebihan karena hoaks dapat membuat seseorang tertipu daya
U2 Pandangan saya akan hoak sangat kacau,
membuat orang yang membaca terkadang percaya akan berita tersebut
U3 Prihatin, karena mereka ingin
mempengaruhi otak masyarakat
U4
Dimusnahkan atau dipersempit ruang
geraknya untuk hadirnya hoaks. Karena hoaks banyak memakan korban dan
bisa membuat hubungan terpecah belah.
U5 Bisa memperkeruh suasana bangsa
V1 Semakin tidak teratur. Semakin banyak
orang yang menyebarkan hoaks untuk mencari sensasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
145
V2 Hoaks semakin mudah dibuat dan banyak
pula yang menerima berita tanpa mencari keadaan yang benar-benar terjadi
V3
Semakin miris karena akan sulit mencari
kebenaran berita yang sesungguhnya dan karena banyaknya hoaks akan
mengakibatkan menjadi takut untuk menyebar berita yang belum tentu benar
V4 Kepentingan politik. Karena berita hoaks
isinya tentang politik semua
V5 Hanya menguntungkan satu pihak
merugikan banyak pihak lain. Harus hati-hati ketika membaca berita
W1 Memecah belah..
W2 Hoaks meresahkan masyarakat, karena
menyebabkan perubahan pola pikir masyarakat (contohnya berita hoaks politik)
W3 Kurang mencerdaskan bangsa
W4
Semakin maraknya hoax justru disengaja
menurut saya. Mereka penyebar hoax mungkin senang dengan tersebarnya hoax
yang mereka buat, ramainya komentar2yang muncul, bahkan menimbulkan
perpecahan.
W5 Tidak terlalu ikut campur
Pertanyaan 6
Responden Respon
A1 Kurang senang sebab hanya menghabiskan
waktu untuk membacanya
A2
Was-was karena banyak orang yang
menggunakan medsos dan tidak mau menyaring informasi tersebut. Sehingga
ketika membicarakannya dengan orang lain, yang dibicarakan adalah hoax
A3
Perasaan kadang marah, kesal sendiri akan
berita hoaks, belum lagi ada teman, sesama yang melanjutkan informasi itu ke
yang lainnya
A4 Sedih sekali. Karena menerima berita seperti
itu, padahal berita adalah salah satu informasi yang harus benar
A5 Saya prihatin tetapi saya selalu mencari
kebenarannya
B1 Jengkel, karena sama sekali tidak ada
keuntungan yang diambil
B2 Biasa saja, karena hoaks mungkin kadang
kala adalah bentuk keresahan masyarakat. Kembali ke diri kita lagi
B3
Sedih dan merasa semakin banyak
manusia yang bodoh. Hoax dijadikan alat untuk mencari kekuasaan dan
kebenaran yang palsu
B4 Kecewa dan saya akan mencari faktanya,
karena hoak akan menimbulkan masalah
B5 Malas, menjadi sulit mencari berita yang
valid
C1 Cukup sedih, karena dengan banyaknya hoaks
yang ada, berarti pemikiran masyarakat semakin "bodoh", karena semakin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
146
banyaknya hoaks yang ada di media sosial
C2
Prihatin. Karena medsos yang sekarang menjadi
sarana bagi pembaca untuk mendapatkan berita dengan biaya yang murah
untuk disajikan berita/isu yang belum pasti
C3
Saya merasa prihatin, karena hoaks lebih bisa
diterima oleh masyarakat secara umum dan membuat orang beradu argumen
antar kebohongan dan kebenaran informasi
C4
Bosan, malas, dan menjadi lebih sulit untuk
langsung percaya saat menerima informasi sekecil apapun dari media sosial,
karena akhir-akhir ini hal kecil saja bisa menjadi hoaks yang besar di media
sosial
C5
Kesal, karena kebenarannya dapat tenggelam
dalam kebohongannya . Tergantung masing-masing individu yang menerima
berita tersebut
D1
Prihatin dan juga sedih karena hal ini
menunjukkan rendahnya kemampuan berpikir kritis pada mayoritas masyarakat
Indonesia
D2 Harus cek lagi sumber berita. Biasa aja tetapi
miris. Karena akan banyak orang yang tertipu
D3
Capek, karena begitu mudahnya berita tersebut
menyebar dan tidak sedikit pula orang yang percaya dan termakan berita-berita
tersebut
D4 Sebenarnya tidak terlalu berpengaruh pada
hidup saya sehingga saya tidak merasa bagaimana-bagaimana
D5 Kecewa dengan berita hoaks karena berita
tersebut memberi efek negatif kepada mereka yang tertipu
E1 Sedih, karena banyak masyarakat minim
pendidikan mudah termakan hoaks
E2 Biasa saja karena berita yang disampaikan
hanya palsu dan saya perlu memilah mana yang baik dan tidak
E3 Perasaan saya biasa saja
E4
Sedih karena mereka menggunakan media untuk
merusak kesatuan bangsa dan moral anak-anak. Sehingga membuat anak-anak
mudah terpengaruh
E5 Biasa saja, karena tidak berpengaruh bagi saya
F1
Ada perasaan kesal dan ada perasaan senang.
Kesal karena isi berita hoaks tersebut sering menyudutkan salah satu pihak
yang mungkin tidak ada kaitannya. Senang karena dapat memberikan
pembelajaran untuk lebih selektif dan berpikir kritis dalam menerima informasi
apapun
F2 Prihatin karena merugikan banyak orang demi
kepentingan pribadi
F3 Biasa saja, karena saya tidak peduli dengan
berita-berita hoaks
F4
Saya sangat risih, khawatir, takut, marah
(dominan) karena berita bohong dampaknya sangat besar yaitu bisa dapat
memecah belah persatuan dan kesatuan. Saya ingin Indonesia hidup dalam
kedamaian dan persatuan
F5 Biasa saja
G1 Biasa saja, karena sudah menjadi hal umum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
147
G2
Sangat kecewa karena hoaks adalah
berita bohong yang mampu mempengaruhi masyarakat sehingga menimbulkan
masalah pro dan kontra terhadap berita tersebut
G3 Perasaan saya kesal, tapi berusaha diam
saja
G4 Perasaan saya kesal karena saya ditipu
G5 Perasaan saya biasa saja. Asal kita bisa
mengontrol diri kita saja
H1
Sedikit cemas tapi juga melatih diri untuk lebih
waspada terhadap lingkungan. Sedikit merasakan cemas karena terlalu mikir
kejauhan
H2 Miris, kecewa dan skeptis karena kebohongan
sudah banyak dibuat maka kita perlu menyaring berita tersebut
H3
Merasa sedih karena berita hoaks mampu
mempengaruhi sudut pandang orang dan menggiring opini ke arah yang tidak
baik
H4 Waspada, jangan sampai salah informasi
H5 Marah dan sedih. Banyak masyarakat yang
terkadang terbawa arus
I1 Saya merasa sangat tidak nyaman karena isi
berita hoaks yang saya baca cenderung melebih-lebihkan peristiwa yang terjadi
I2 Sedih, karena bisa memicu perpecahan atau
masalah di masyarakat
I3
Sedih. Soalnya berita yang belum tahu
bener atau enggaknya disebar dan diunggah kembali. Sehingga masyarakat
awam berpikir bahwa hoaks tersebut benar adanya
I4
Kesal karena sampai saat ini masih ada orang
yang percaya dan dengan santainya menyebarkan hal tersebut ke orang lain,
padahal jika orang lain menerima dengan mentah-mentah maka itu akan
berbahaya
I5 Sedih. Karena itu menampakkan masih banyak
orang Indonesia yang mudah sekali terpengaruh hoaks
J1 Ya cukup prihatin kadang memecah belah
bangsa
J2 Saya merasa miris, karena hoaks
merupakan alat yg efektif untuk memicu konflik
J3
Saya merasa kesal. Kenapa konten2 hoaks
selalu saja dibagikan oleh banyak orang. Apakah orang2 yang membuat atau
membagikan hoaks tidak berpikir panjang? Saya selalu berharap orang2 tidak
sembarangan menyebarkan berita yang tidak terkonfirmasi.
J4
Hoax dapat memecah belah bangsa
seperti contohnya judul berita di sosial media dpt di edit dan orang yg tidak
bertanggung jawab menyebarkannya lalu timbul lah perpecahan yg
menyudutkan suatu kubu
J5
Cemas. Karena disaat seseorang benar2
terlanjur mempercayai hoax, akhirnya Bisa menyebabkan salah paham satu
dengan yg lain
K1 Saya merasa risih karena tidak seharusnya
hoaks disebarluaskan kemana-mana
K2 Bingung karena beritanya simpang siur
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
148
K3 Perasaan saya sedih karena hoaks lebih
unggul dari pada berita yang lebih mutu
K4 Sedih, karena saya merasa dibodohi
K5
Perasaan saya miris melihat maraknya
hoaks saat ini. Seharusnya masyarakat menggunakan media sosial untuk hal-
hal positif sehingga dapat mengembangkan potensi atau bakat dirinya sendiri
sehingga berguna bagi bangsa dan negara
L1
Saya merasa miris, karena itu berarti
banyak orang yang ingin membuat masalah seperti fitnah sampai pada
memecah-belah orang-orang
L2
Saya merasa khawatir apabila hoaks
semakin banyak karena masih banyak warga Indonesia yang mempercayai
semua berita yang mereka terima. Hal ini bisa menguntungkan orang-orang
atau oknum-oknum yang ingin menggunakan hoaks untuk keuntungan pribadi
L3 Kesal, karena tidak sesuai fakta dan
setiap berita hoaks menimbulkan ancaman
L4 Perasaan saya merasa khawatir dan
terbohongi oleh berita hoaks tersebut
L5 Lebih was-was dan hati-hati karena berita
hoaks dapat membodohi pikiran masyarakat secara luas
M1 Marah karena ada oknum yang
menyalahgunakannya
M2
Saya sedih, karena era digital ini dengan
teknologi yang semakin berkembang tentunya diciptakan untuk hal-hal yang
positif bukan negatif
M3 Saya merasa sedih dan kesal dengan
orang-orang yang menyebarkan hoaks karena saya suka kejujuran
M4 Sedih, khawatir karena bisa mengancam
kedamaian di masyarakat bahkan bisa mengancam keutuhan suatu negara
M5
Kecewa dan agak marah, ya dikarenakan
misalnya lowongan pekerjaan, nyatanya pihak perusahaan tidak membuka
lowongan, apalagi terkait isu teroris, justru membuat kita menjadi takut dan
down
N1 Kecewa, sebab merupakan hal yang tidak
terpuji
N2 Biasa saja, karena saya tidak percaya
begitu saja
N3 Sedih karena bisa membuat perselisihan
N4
Perasaan saya sangat prihatin karena
sebenarnya berita hoaks tersebut tidak
perlu disebarkan seperti itu tanpa mencari tahu kebenaran dari berita itu
N5 Saya merasa kesal akan hoaks yang saya
terima kenapa ada orang yang bersusah payah menyebarkan berita hoaks
O1
Prihatin dan cemas karena media sosial
merupakan sarana yang paling mudah untuk menyebarkan informasi. Apalagi
pengguna medsos kebanyakan usia muda yang kurang kritis dan cenderung
menerima dan menyebarkan berita tersebut
O2
Tentu saja prihatin, namun lebih dari itu
saya pribadi lebih mensoroti masyarakat yang mudah percaya hoaks daripada
pembuat hoaksnya. Hal ini menandakan kesadaran masyarakat masih kurang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
149
O3 Saya merasa resah karena hoaks ini dapat
menjadi biang kekacauan di masyarakat
O4
Tenang, lalu cari tahu. Karena kalau
terbawa hoaks, nanti jadi asal-asalan dan
tidak terkontrol tindakannya
O5
Biasa-biasa saja. Pemerintah melalui
kementrian yang terkait memiliki sistem untuk mendeteksi ketersebaran berita
hoaks.
P1 Sedih, kecewa, galau. Terkadang susah
membedakan berita hoax atau tidak
P2
Cukup prihatin, karena kurang tegasnya
peraturan dari pemerintah sehingga banyak orang yang mempercayai berita
tidak benar tersebut
P3
Sangat menyayangkan hal tersebut karena
seharusnya berita itu memperjelas keadaan yang terjadi bukan
memperkeruhnya
P4 Bikin kita bingung itu benar atau salah.
P5
Saya sampai malas dengan hoax yang ada.
Maraknya hoax membuat saya menjadi sulit percaya dengan berita-berita yang
ada.
Q1 Sedih dan prihatin, karena kadang berita
hoaks seperti itu diterima mentah-mentah oleh pembaca
Q2 Miris, karena alasannya kembali ke no 5
Q3 Ya saya cuma biasa saja
Q4
Saya pribadi tidak begitu risau, tidak takut
meskipun berita hoaks banyak menyebar di medsos. Karna berita hoaks akan
berhasil menipu orang atau tidak itu tergantung dari kita sebagai pembaca
berita. Selama kita bisa selektif dan kritis terhadap berita-berita itu, berita
hoaks bukan menjadi masalah.
Q5 Tertawain aja. karena hal seperti tidak perlu
dianggap serius
R1 Perasaan saya cukup geregetan karna
banyak orang yang mudah percaya dan menjadi anarkis (contohnya pemilu)
R2 Kesal karena mengganggu sekali
R3 Saya merasa kesal dan harus lebih
berhati-hati dalam menanggapi berita
R4
Miris, sedih melihat fenomena ini. Misal
ada salah satu artis digosipkan berpacaran dengan artis lain kemudian fans dari
masing-masing artis tidak setuju. Berujung menghujat, menghitung, memberi
teror. Hal itu sangat merugikan korban, hal itu pula dapat membuat korban
terintimidasi. Oleh karena itu berita hoaks membuat sedih dan miris saat
menerimanya
R5
Saya merasa saya harus lebih berhati-hati,
karena berita hoaks yang menyebar sekarang lebih mengutamakan kaum
mayoritas sehingga jika tidak hati-hati maka kita akan diserang dengan
bullying di media sosial
S1
Dengan adanya hoaks saya merasa
terganggu/tidak nyaman, karena dapat memunculkan kepanikan ataupun
tindakan yang tidak diinginkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
150
S2
Saya merasa sedih, karena hoaks ini
sangat mudah mempengaruhi opini publik dan membuat masyarakat menjadi
bingung harus percaya pada informasi yang mana
S3 Prihatin karena terlalu banyak orang
mudah percaya terhadap hoaks
S4
Prihatin karena banyak orang yang
menerima berita secara mentah dan mudah percaya pada hal yang negatif
sehingga timbul profokasi
S5 Sedih dan kecewa apalagi kalau berita
tersebut membuat perpecahan
T1 Sungguh sangat memprihatinkan karena
ada orang yang ingin membuat kekacauan, perpecahan, dan yang lainnya
T2 Kesal, karena merasa ditipu/dibodohi
T3 Sedih, banyak pihak dirugikan
T4
Saya merasa khawatir karena orang
dengan mudahnya meneruskan hoaks tanpa disadari, bagaimana kehidupan
sosialisasi kita 10 tahun mendatang
T5 Kesal, saya butuh informasi yang tepat
dan akurat
U1 Saya merasa prihatin dan kecewa karena
adanya hoaks orang semakin lebih tidak percaya
U2 Perasaan saya kesal, marah, karena hoak
membuat orang mudah terpengaruh berita yang tidak sesuai fakta
U3 Sedih, karena hoaks tidak ada gunanya
U4 Prihatin dan sedih, karena ini telah
membuat saya menjadi orang yang tidak terbuka akan kebenaran
U5 Cuek aja, masa bodoh toh sebaiknya
berita hoaks diteliti lebih dahulu
V1 Tertarik karena melihat orang-orang yang
terlibat berita tersebut menarik untuk dinilai sifatnya
V2 Merasa miris. Banyak yang tidak sadar
dalam menyebarkan hoax dan banyak pula yang menerima begitu saja
V3 Perasaan lebih berhati-hati dan tidak
gampang menerimanya secara mentah-mentah
V4 Muak. Ya karena buat apa gitu
V5
Penasaran dan kesal. Biasanya saya
mencari tahu kebenaran berita tersebut
setelah saya tahu berita tersebut hoax saya kesal
W1 Jengkel
W2 Tidak nyaman karena membuat keresahan
W3 Sedih dan kasihan, kasian yang baca kalo
sampe itu dipercaya, nanti akan jadi masalah
W4 Kecewa. Hoax bisa menimbulkan
perpecahan dan kesalahpahaman.
W5 Sangat prihatin, karena media sosial
sangat cepat dan mudah untuk menyebarkan hoaks
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
151
Pertanyaan 7
Responden Respon
A1 Sangat prihatin. Karena banyak masyarakat
yang tidak bisa mengecek kebenaran suatu berita
A2 Sedih karena banyak orang yang belum mampu
berpikir kritis sehingga dengan mudah percaya pada hoaks tersebut
A3
Merasa sedih sih sebenarnya dalam pikiran
saya berpikirnya kalau masyarakat mudah termakan berita hoaks, karena
kurangnya mendapatkan atau mencari tahu informasi yang lebih valid lagi
untuk dipercaya
A4
Sangat sedih, kecewa, karena berita yang
disebarkan harusnya untuk sebuah info yang benar, tetapi malah berita hoaks
dipercayai menjadi dipercayai masyarakat
A5 Prihatin, karena malah banyak masyarakat
yang pemikirannya belum maju
B1 Kesal, karena masyarakat mudah
mempercayai hal itu
B2
Kalau menurut saya cukup prihatin, bila
dipercayai mungkin ada kesalahan tersendiri pada diri kita. Dan menurut saya
ini juga ada permasalahan di dalam pendidikan kita. Di mana kita kurang
diajarkan untuk menjadi pembaca yang baik
B3 Jengkel, karena saya merasa banyak orang
gampang dibodohi oleh hoax
B4 Sedih dan malu. Karena banyak orang yang
malas membaca dan malas mengecek kebenaran
B5 Kesal karena masyarakat kita terlalu
mudah terhasut hoaks
C1
Sangat sedih, karena makin ke sini, pemikiran
masyarakat semakin "mundur" karena semakin banyak hoaks viral dan
dipercaya masyarakat
C2
Prihatin dan sangat disayangkan. Kita sebagai
pengguna medsos merasa kecewa karena media sosial yang sangat diharapkan
memberi ilmu/isu yang menarik malah memberi berita yang tidak benar
C3 Terus terang sedih ya, karena hoaks bisa
meracuni pikiran orang-orang dan mengadu domba orang-orang
C4
Awalnya marah dan heran, tapi lama-kelamaan
biasa saja dan bosan. Marah dan heran karena mereka bisa-bisanya langsung
percaya tanpa berpikir dari banyak sudut pandang terlebih dahulu, tapi lama-
lama bosan sendiri karena mental masyarakatnya memang masih seperti itu
dan sulit sekali untuk belajar maju, jadi mau bagaimana lagi
C5 Lucu dan kesal, karena masyarakat mudah
sekali percaya pada berita viral yang belum tentu benar
D1 Prihatin, karena ini menunjukkan rendahnya
kualitas pikiran masyarakat dan akan menurunkan kekuatan negara
D2 Sedih karena masih banyak masyarakat yang
mudah percaya pada berita hoaks dari sumber tak jelas
D3
Prihatin. Banyak masyarakat sumbu pendek
yang mempercayai hoaks bahkan menyebarkannya tanpa cross check terlebih
dahulu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
152
D4 Sedih banget, harusnya orang-orang tidak boleh
langsung percaya tapi harus dikonfirmasi/dicari kebenarannya dulu
D5 Merasa lebih pintar karena orang lain tertipu
tapi saya tidak
E1 Merasa kesal, karena harusnya masyarakat
bisa melihat kebenaran yang ada
E2 Marah, karena sebagai masyarakat harus bisa
memilah berita yang baik dan tidak sehingga tidak mengakibatkan hal buruk
E3 Emosi, karena masyarakat mudah terpengaruh.
Ibaratnya tong kosong berbunyi nyaring
E4 Sedih karena akan merusak moral dan sikap
masyarakat juga terhadap lingkungan sekitarnya
E5 Bingung, kenapa masyarakat bisa mempercayai
berita hoaks dengan mudah, bahkan sampai memviralkan
F1
Miris. Karena sebegitu mudahnya masyarakat
percaya dengan hal-hal yang mungkin di luar akal sehat. Menunjukkan betapa
rendahnya kemampuan berpikir mereka
F2 Saya merasa masyarakat terlalu bodoh dan
gampang percaya
F3 Biasa saja, karena semua tergantung pribadi
masing-masing yang mempercayai berita hoaks
F4
Karena hoaks yang saya lihat selama ini
berdampak memecah belah persatuan rakyat jadi setiap ada berita hoaks (yg
dampaknya besar bagi kesatuan rakyat) saya khawatir dan takut mungkin
karena saya berasal dari minoritas
F5 Biasa saja, kalau emosi ndak bakal selesai,
paling minta mereka baca berita/kasus dari tempat terpercaya
G1 Marah, karena orang-orang tidak mau
mencari kebenaran
G2
Kecewa, kesal karena begitu mudahnya
orang-orang percaya pada berita bohong tanpa mengetahui kebenaran dari
berita tersebut
G3 Saya hanya tertawa. Begitu mudahnya
masyarakat termakan hoaks tanpa mencari tahu faktanya terlebih dahulu
G4 Merasa aneh, karena masih banyak orang
yang mudah percaya terhadap sesuatu orang lain
G5 Heran kenapa masyarakat mudah sekali
percaya
H1
Sedih juga, karena itu berarti si oknum tidak
bertanggung jawab itu sudah berhasil mempengaruhi kondisi psikologis
sebagian besar masyarakat (buktinya sampai bisa viral), bukan sekedar satu
atau dua orang saja
H2 Sedih, karena membohongi publik dan mungkin
publik/masyarakat menjadi resah karena berita tersebut
H3 Merasa resah karena dapat menimbulkan
pandangan yang salah
H4 Sedih, karena membuat masyarakat menjadi
kacau, khawatir terhadap berita hoax tersebut
H5 Marah. Karena menurut saya banyak orang
belum siap terhadap perkembangan dunia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
153
I1
Kesal karena masyarakat menjadi marah dan
terpancing setelah membaca berita tersebut dan menghina salah satu
objek/subjek yang diberitakan
I2 Miris, karena heran mengapa ada orang yang
tega memberikan informasi yang tidak benar
I3 Sedih. Contohnya kasus Audrey. Orang-orang
menghakimi massal tanpa tahu cerita yang sebenarnya
I4 Kesal karena harusnya masyarakat di jaman ini
bisa selektif dalam menerima berita
I5 Sedih. Karena menunjukkan masih banyak
masyarakat yang perlu edukasi lebih dalam
J1 Bingung. Ga paham sama orang"
J2 Sedih sejujurnya, karena masyarakat
harusnya bisa lebih berhati" dan pandai dalam memilah kabar" yang beredar
J3
Saya merasa marah. Alasannya adalah
kenapa orang2 dengan mudahnya membagi konten2 yang tidak terkonfirmasi.
Apakah mereka tidak memikirkan efek yang bisa terjadi dengan berita hoaks?
Opini publik itu sangat berbahaya. Kita bisa menyakiti orang yang tidak
bersalah. Sebegitu susahnya kah untuk menahan diri menanti konfirmasi
sebuah issue?
J4 Sungguh disayangkan karna mereka tidak
tahu yg sebenarnya terjadi tanpa mencari sumber berita yg jelas
J5 Miris. Karena akhir2 ini banyak salah
paham yg terjadi di masyarakat hanya karena hoax
K1
Miris karena masyarakat seharusnya bisa
lebih bijak untuk menggunakan media sosial dengan mencari kebenaran
terhadap suatu berita
K2 Heran, belum jelas kok udah disebar-sebar
K3
Perasaan sedih, karena masyarakat sudah
tidak bisa menilai berita atau hoaks sehingga mempercayai hoaks begitu saja
dan masyarakat bisa terpecah karena hoaks
K4 Sedih, karena saya merasa masyarakat
tidak cerdas dalam mengonsumsi informasi
K5
Saya merasa kesal karena ketika saya bisa
melihat bahwa suatu kabar merupakan hoax mengapa orang lain masih ada
yang percaya dan mungkin belum ada sanksi hukum yang tegas sehingga
penyebar-penyebar hoaks belum merasa jera
L1
Saya merasa sedih dan juga marah. Sedih
karena merasa dibohongi dan marah karena masih banyak orang yang berniat
memecah belah
L2
Miris karena itu menandakan bahwa
masyarakat kita masih belum aware terhadap hoaks yang mana hal tersebut
sangat berbahaya
L3 Sedih. Minimnya pengetahuan orang
terhadap hoaks
L4 Perasaan saya miris karena banyak yang
percaya dan tertipu
L5 Sedih, karena masyarakat tidak mampu
berpikir lebih jernih lagi tentang peristiwa yang terjadi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
154
M1 Kecewa karena masyarakat terlalu mudah
dibodohi dengan berita hoax tersebut
M2 Saya sedih, karena banyak masyarakat
yang percaya begitu saja tanpa melihat sumber berita yang ada
M3
Ingin menjelaskan ke masyarakat bahwa
itu semua salah. Karena berita bohong dapat menyebabkan masalah di
masyarakat
M4 Kecewa karena itu menandakan bahwa
kecerdasan masyarakat masih kurang
M5
Kecewa saja, apalagi isu-isu politik yang
membenarkan bahwa paslon no 02 sudah menang, padahal nyatanya tidak
benar. Perhitungan suara saja belum selesai, malah deklarasi menang
N1 Kecewa pada pihak yang menyebarkan
hoax dan masyarakat percaya sebab dapat menimbulkan perpecahan
N2 Perasaan tidak habis pikir bisa percaya
begitu saja
N3 Kasihan dan sedih karena mereka
mempercayai hoaks begitu saja tanpa mencari kebenaran
N4 Perasaan saya kesal karena seharusnya
berita tersebut harus dicari tahu kebenarannya terlebih dahulu
N5
Merasa kesal dan marah kepada
masyarakat yang mudah percaya dan terhasut oleh suatu berita yang tidak
benar
O1
Geram terhadap pembuat berita dan
pembaca yang percaya karena pembaca tidak memiliki daya kritis dalam
membaca fakta-fakta berita. Pembaca dengan mudahnya menerima berita
tanpa klarifikasi terlebih dahulu
O2
Jengkel sekaligus geli. Jengkel karena
hoaks viral lebih banyak memecah belah. Geli karena beritanya kadang tidak
masuk akal namun tetap saja masih dipercaya
O3
Marah dan menyesal. Saya marah dengan
orang-orang pintar yang membodohi masyarakat. Saya pikir yang membuat
hoak itu adalah orang pintar tapi dia menyalahgunakan kepintarannya demi
kepentingan tertentu, dengan memanipulasi fakta yang ada
O4
Pengin meluruskan tapi juga harus kuat
bukti, maka pertama-tama saya perlu kroscek hoaks itu dulu, baru
memberitahu pada yang lain
O5
Biasa-biasa saja. Sekalipun hoaks telah
menimbulkan konflik dalam masyarakat, bukankah untuk menuju pada kohesi
masyarakat perlu untuk mengalami konflik terlebih dahulu.
P1 Sedih, orang cenderung lebih percaya
berita yang sudah menyebar padahal belum tentu benar
P2 Sedih karena banyak masyarakat yang
tertipu
P3
Sangat menyayangkan hal tersebut karena
seharusnya berita itu memperjelas keadaan yang terjadi bukan
memperkeruhnya
P4 Prihatin, karena mereka kurang memilah
berita yang belum pasti kebenarannya serta banyak yang berkomentar jahat.
P5 Rasa 'jengkel' dan dongkol. Saya heran
juga kenapa banyak orang yang percaya dengan hoax-hoax tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
155
Q1 Prihatin, karena masyarakat terasa kurang
pandai dalam memilih berita dan sering menerima mentah-mentah
Q2 Miris, karena mudah terprovokasi
Q3 Ya saya biasa aja tidak pernah
memperhatinkan
Q4
Saya merasa miris saja. Yang muncul
dalam diri saya adalah pertanyaan mengapa orang Indonesia begitu mudahnya
untuk menerima sesuatu yang belum terbukti kebenarannya.
Q5
Terkadang sedih jika yang memberitakan
tersebut orang yang sangat berpengaruh bagi banyak orang dan banyak orang
yang mempercayainya tanpa mencari tahu kebenarannya.
R1 Perasaan yang muncul adalah sedih
karena masyarakat mudah ditipu dengan berita bohong
R2 Prihatin karena ternyata masih banyak
orang yang tidak kritis dalam menerima informasi terutama "hoaks"
R3
Saya merasa masyarakat Indonesia terlalu
"bodoh" untuk memviralkan hoaks karena seharusnya kita dapat lebih bijak
menanggapinya
R4
Lebih bertanya saja "kok bisa?" karena
sudah pasti tidak terbukti kebenarannya masih dipercaya. Inilah masyarakat
yang hanya sekedar menikmati teknologi namun tidak diimbangi budaya kritis
R5
Saya merasa sebal (marah) karena saya
merasa pengguna media-media sosial tidak cerdas dalam memilah berita yang
beredar
S1
Saya merasa jengkel karena saya merasa
geram terhadap orang yang menyebar hoaks tersebut dan pikiran masyarakat
menjadi terganggu
S2
Sedih, karena hal tersebut dapat
memecah belah masyarakat. Bisa berupa kerusuhan, saling membenci,
masyarakat dijadikan sasaran adu domba oleh oknum-oknum
S3 Sedih dan prihatin, karena kita belum
tahu kebenarannya tapi sudah percaya dan menyebarkannya
S4 Prihatin karena banyak orang yang percaya
hoaks lalu dengan rasa tidak bersalah menyebarkannya
S5 Sangat kesal, karena mungkin mereka
yang percaya hanya mengikuti teman atau atasannya
T1 Sungguh sangat memprihatinkan karena
masih ada orang yang mudah sekali termakan berita hoaks
T2 Kesal, karena hoaks membuat orang
berdebat akan keyakinan berita
T3 Sedih, banyak yang terhasut atau tertipu
dan sudah ada korban
T4
Saya merasa sedih karena berita hoaks
bisa membuat beberapa orang lupa diri
seperti melakukan tindakan kriminal ataupun anarkis
T5 Merasa sadar akan betapa bodohnya
masyarakat kita
U1 Prihatin dan kesal. Karna dapat merugikan
U2 Sedih dan miris karena masyarakat mudah
percaya akan berita hoax.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
156
U3 Miris, karena begitu mudahnya mereka
percaya
U4
Khawatir, karena bisa membuat orang
terbawa pada situasi yang telah dirancang oleh media-media yang tidak
bertanggung jawab untuk mengadu domba satu dengan yang lain
U5 Kesal aja dengan masyarakat yang begitu
V1 Miris. Karena merasa masyarakat semakin
mudah dibohongi
V2 Saya terheran-heran. Karena masih ada
orang yang sempat membuat berita bohong dan banyak yang percaya
V3 Miris karena masyarakat gampang sekali
percaya sebelum mengetahui kebenaran yang sesungguhnya
V4
Gobloknya masyarakat kita. Masyarakat
kita memang suka sesuatu yang heboh dan juga suka mengheboh-hebohkan
sesuatu
V5
Saya kesal mengapa ada orang banyak
yang sangat mudah percaya dengan berita yang belum tentu kebenarannya.
Mereka tak mencari tahu namun langsung menganggap berita itu benar
W1 Kecewa..
W2 Orang2 yg percaya hoaks menandakan
indonesia darurat membaca
W3 Pertama kaget terus anggap biasa aja
W4 Kesal. Masyarakat sudah percaya tapi
yang diterima hoax. Pembohodohan untuk masyarakat.
W5 Sangat prihatin, karena banyak orang yg
mudah terpengaruh
Pertanyaan 8
Responden Respon
A1 Saya akan berhenti mengikuti akun penyebar
hoaks tersebut
A2 Menolaknya dengan sepenuh hati karena hoaks
bukanlah hal yang patut diterima apalagi dipercaya
A3
Saya tidak bisa melakukan hal yang besar cukup
pribadi saya saja mendoakan semoga yang lainnya tidak menerima berita
hoaks tersebut
A4 Tidak ikut menyebarkan berita ke orang lain
A5 Mencari tahu berita yang benar
B1 Kesal karena mendapatkan berita bohong
B2 Saya pasti akan mengevaluasi diri dan
kenapa hal itu dapat terjadi
B3 Saya tidak akan menyebarkan berita
tersebut
B4 Mencoba untuk menghapusnya karena
mengganggu
B5 Biarkan atau mereport dengan keterangan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
157
"berita ini hoax"
C1 Langsung tidak membaca berita itu dan tidak
memikirkan berita itu lagi
C2 Melaporkan akun medsos yang menyebarkan
berita hoax tersebut melalui pihak medsos secara online
C3 Tetap saya baca apa isi hoaks tersebut dan
menghapus notifikasinya dari sosial media saya
C4
Kaget, karena saya pikir saya sudah cukup
kritis dalam menerima informasi baru, tapi ternyata masih belum cukup dan
bisa tertipu. Kemudian saya mengevaluasi diri agar lebih berhati-hati lagi
dalam menerima berita/informasi apapun jenisnya.
C5 Klarifikasi dan menyebarkan berita yang benar
D1 Tidak menyebarkan dan mencoba menyadarkan
orang lain mulai dari orang terdekat, bahwa berita tersebut tidak benar
D2 Cek lagi sumber berita. Report sumber berita
D3 Tidak mempedulikannya apalagi
menyebarkannya
D4 Biasanya saya diam saja, tidak melaporkannya
karena saya tidak tahu caranya
D5 Tidak akan menyebarkan berita tersebut
dan mereport
E1 Merasa ditipu, langsung tidak saya tanggapi
E2 Biasa saja karena saya sudah tahu bahwa itu
hanya hoaks
E3 Menghapus berita tersebut, dan membetulkan
bahwa itu hoaks
E4 Memberikan komentar dan mengatakan jangan
menyebarkan gosip
E5 Saya abaikan dan mencoba untuk lebih memilah
mana berita yang bermutu dan mana berita yang hanya hoax
F1
Cukup tahu dan tidak menyebarkannya. Jika
saya ikut menyebarkan berita yang sudah saya ketahui bahwa itu hoaks, maka
sama saja saya sendiri si penyebar hoaks tersebut
F2 Mencari kebenaran dari berita tersebut
F3 Cukup tahu saja, karena saya hanya membaca
berita yang perlu saya baca
F4 Saya tidak melakukan apa-apa (cukup tau)
F5 Biasa saja, soalnya kalo sekarang hoaks udah
kayak udara yang kita hirup tiap saat
G1 Marah karena merasa dibodohi dan dibohongi
G2
Memberitahu kepada orang-orang sekitar bahwa
berita tersebut bohong dengan memaparkan bukti berita itu bohong.
Memberitahu atau mengunggah di sosial media agar orang tahu kalau berita
itu bohong
G3 Diam saja. Tidak usah disebarkan lebih luas lagi
G4 Delete. Berita hoaks tidak penting dan tidak benar
jadi harus dihapus agar tidak semakin meluas
G5 Tidak menyebarluaskannya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
158
H1 Menyampaikan kebenaran berita dari sumber
yang sudah kredibilitas tentunya
H2 Kecewa, karena fakta sudah ditutupi dan
menyadari bahwa ada orang yang dengan tega memalsu berita tersebut
H3 Menghapus berita tersebut dan tidak
membagikan ke teman dan sosial media
H4 Saya mencari tahu kebenaran berita atau
kadang membiarkannya
H5 Hapus biar tidak tersebar
I1 Dibaca sampai selesai lalu melihat sumber
berita agar jika menemukan berita yang sama terindikasi hoaks saya akan skip
I2 Kesal karena merasa tertipu
I3 Report/tinggalkan berita semacam itu
I4
Kesal karena orang-orang yang membuat atau
menyebarkan berita tersebut ingin menjatuhkan kelompok lain dengan cara
yang tidak baik dan hanya menakuti masyarakat
I5 Laporkan sebagai spam
J1 Ya biasa aja. Sudah sering terjadi.
J2 Segera meninggalkan berita tersebut dan
memperingatkan orang" terdekat untuk tidak mempercayainya
J3 Tentunya saya akan membagikan temuan
itu ke orang2 terdekat. Supaya tidak percaya dan membagikan konten hoaks.
J4 Tidak perlu ditanggapi
J5
Bertanya kepada orang sekitar, apakah
berita tsb benar atau tidak, jika memang terbukti hoax, saya diamkan, saya
hapus
K1 Mencari tahu yang sebenarnya dan tidak
ikut menyebarkan berita tersebut
K2 Tidak percaya
K3 Saya diam saja. Lain kali lebih berhati-hati
dalam menerima berita
K4 Menutup berita dan tidak mengomentari
K5
Memberitahukan kepada teman atau
kerabat agar ke depannya melalui contoh tersebut tidak mudah percaya setiap
kabar yang beredar dan menggunakan media sosial yang saya miliki dengan
sepatutnya
L1 Saya merasa marah, tetapi tidak tahu
harus melakukan apa dan marah pada siapa
L2
Apabila berita tersebut sudah terbukti
hoaks, saya akan membiarkannya saja. Saya juga akan menegur orang yang
membagikan berita tersebut bahwa itu hanyalah hoaks
L3 Marah. Langsung bertanya apa faktanya
dan menegur "Jangan menyebar berita tanpa tahu kebenarannya
L4 Merasa tidak selektif dalam menerima
berita
L5 Biasa saja dan menanggapinya dengan
bodo amat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
159
M1 Saya biasanya mereport berita tersebut
jika ada fitur report ada medsos tersebut
M2 Saya tentunya kesal ketika menerima
berita hoax dan saya percaya
M3 Saya berusaha menjelaskan bahwa itu
hoaks
M4 Mereplay dan memberikan informasi
bahwa ini hoaks agar teman sosmed tau
M5
Tidak mau mengetahui lebih lanjut,
karena berita tersebut nyatanya hoaks ngapain difokusin lagi. Yang ada malah
dikira tambah kesel tau
N1 Mengabaikan
N2 Membiarkan saja
N3
Saya biarkan saja, dan saya ceritakan
kepada orang terdekat saya supaya kalau mereka mendapatkan berita tersebut
jangan langsung percaya harus mencari kebenaran dari berita tersebut
N4 Yang saya lakukan adalah membiarkan
berita tersebut dan tidak akan menyebarkan kepada orang lain
N5 Menghapus berita yang saya peroleh atau
diskip di bagian berita itu
O1 Setelah membaca, saya tidak menyebarkan
berita tersebut dan menghapus berita yang diterima
O2 Setidaknya berhenti menyebarkannya
lebih jauh
O3 Saya hanya mengabaikannya
O4
Cari tahu yang sebenarnya dan keep dulu
untuk pribadi, jangan disebarkan ke orang lain. Biar saya sendiri dulu yang
tahu
O5
Membiarkannya dengan begitu saja. Saya
tidak perlu untuk melawan berita yang tidak benar, tetapi cukup untuk terus
menghadirkan berita yang benar.
P1 Kecewa
P2 Sebal sehingga saya sulit merasa percaya
lagi dengan berita yang saya baca
P3
Sangat menyayangkan hal tersebut karena
seharusnya berita itu memperjelas keadaan yang terjadi bukan
memperkeruhnya
P4 Melewatinya serta tidak usah terlibat
untuk berkomentar yang tidak baik.
P5
Tidak menyebarluaskannya, mencari tahu
kebenaran berita dengan mencari dari referensi lain. Hal ini saya lakukan ya
agar saya tidak jadi penyebar hoax juga. Menyebarkan berita hoax adalah hal
yang memalukan.
Q1
Langsung meninggalkan berita itu dan
melupakan dan juga jika tau kebenaran dari berita akan memberikan info yang
benar
Q2 Saya report mungkin, atau biasanya saya
diamkan dan hapus kalau bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
160
Q3 Tidak saya gubris selagi masih bisa makan
saya
Q4
Jika berita itu saya dapatkan di kolom
media sosial atau di grup medsos, saya tidak akan muncul sebagai seorang
yang menyatakan bahwa itu adalah berita bohong. Karna hal itu sama saja
akan menyulut permasalahan lain yang bisa menyebabkan perseteruan yang
lain. Bagi saya, saya cukup untuk tidak memberikan respon apa pun, karna
jika berita hoaks itu tidak disebarluaskan, maka berita hoaks itu akan mati di
situ.
Q5
Selama kita tidak pernah menyebarkan
berita tersebut dan merugikan orang lain yaudah disimpan buat diri sendiri aja
dan lebih berhati-hati lagi kedepannya.
R1
Memberitahukan orang-orang terdekat
bahwa itu berita hoaks dan sebisa mungkin menyampaikan untuk tidak mudah
percaya pada berita
R2
Tidak menyebarkannya dan kadang ikut
berkomentar di kolom komentar tentang
fakta yang sebenarnya
R3
Saya akan memberi tahu teman sekitar
dan juga menyebar berita tersebut, bahwa berita itu hoaks dan tidak perlu
disebarluaskan
R4
Tertawa sebab kalau ditindaklanjuti
dengan memahami beritanya itu adalah hal yang mustahil kemudian untuk
memastikan dengan mencari berita serupa di sumber yang berbeda
R5 Saya akan menanggapinya dengan tenang
supaya tidak tersulut emosi
S1 Tentu yang saya lakukan ialah sharing
terhadap orang-orang terdekat bahwa berita tersebut bohong/hoaks
S2
Saya akan berusaha mencari tahu
kebenarannya dengan harapan agar saya tidak mudah dipengaruhi dan
memberi tahu orang terdekat mengenai hal tersebut
S3 Membacanya saja tanpa harus
menyebarkannya
S4 Membacanya saja tapi tidak menyebarkan
S5 Membacanya saja dan membiarkannya
T1
Beritanya tidak disebarkan dan memberi
tahu kepada yang mengirim bahwa berita itu hoaks agar hoaks itu tidak
semakin menyebar
T2 Mengacuhkannya
T3 Kecewa dan marah. Karena merasa ditipu
T4 Saya baca beritanya dan menghapusnya
T5 Saya akan hapus dan blokir penyedia
berita tersebut
U1
Saya sebarkan pada orang-orang dan saya
beri keterangan bahwa itu berita tidak benar dengan memberikan bukti
kebenarannya
U2 Memberitahu kepada orang-orang dan
memberikan info pada orang berwajib
U3 Hanya saya baca, tidak saya tindak lanjuti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
161
U4
Tidak mengikuti berita itu lagi atau bahkan tidak membagikan kepada orang
lain supaya tidak bertambah banyak korbannya atau memberi informasi
kepada yang lan bahwa itu berita hoaks
U5 Iya masa bodoh, cuek aja
V1
Pelajari tentang berita tersebut dan
instropeksi diri, kenapa saya bisa melakukan statement bahwa berita hoaks
tersebut dapat saya terima
V2
Merasa kecewa dengan si pembuat hoaks.
Tapi saya tidak ikut comment di medsos karena hanya akan memperburuk
keadaan dan kondisi
V3
Kesal karena ketika menerima berita yang
menurut saya penting dan sudah sangat waspada dan ternyata itu cuma hoaks
jadi takut untuk menyebarkan berita lebih dulu
V4 Geleng-geleng kepala
V5 Diam saja
W1 Tidak akan saya sebar
W2 Didiamkan saja, karena dgn menanggapi
berita hoaks juga menyebar luaskan berita itu scr tdk langsung
W3 Tidak saya pedulikan
W4 Jika memang ada kebenaran dan
buktinya akan saya klarifikasi. Tergantung konteksnya.
W5 Membiarkannya. Tidak ikut menyebarkan
Pertanyaan 9
Responden Respon
A1 Unfollow sebab hanya akan merugikan
A2 Saya report daripada merugikan orang lain
yang membaca hoaks itu
A3
Tentang akun saya akan berusaha memberikan
informasi melalui group kalau akun tersebut menyebarluaskan berita atau
informasi yang salah
A4 Memblock akun-akun medsos yang
menyebarkan hoaks, atau melaporkan ke pihak medsos
A5
Saya block, hal itu saya lakukan karena
akun-akun tersebut hanya membawa dampak negatif. Saya juga report biar
akunnya non aktif
B1 Memblokir dan mereport akun-akun
tersebut
B2 Biasa saja, mungkin mereka ingin
menyuarakan pikirannya. Namun salah dalam pelaksanaannya
B3 Saya akan block, karena saya tidak ingin
tau tentang berita hoax
B4 Mereport dan ngeblock karena
mengganggu dan buat resah diri sendiri
B5 Report untuk menjernihkan lagi timeline
di media sosial
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
162
C1
Dapat dengan cara melaporkan akun tersebut.
Seperti di Instagram sekarang sudah ada fitur untuk melaporkan bila akun
tersebut menyebarkan berita hoaks/menyinggung perasaan orang lain
C2 Saya akan blokir akun tersebut, dan melaporkan
akun tersebut pada pihak berwajib
C3 Hal yang saya lakukan mematikan notifikasi
dari akun tersebut
C4
Kalau hanya sesekali hanya report per postnya
saja, kalau terus-menerus report akunnya atau diblok supaya saya sendiri tidak
perlu melihat akun itu lagi
C5 Untuk apa mengikuti akun-akun tersebut?
Lagipula ada fitur "block" dan "report"
D1 Report dan block
D2 Report akunnya. Share agar dibantu report oleh
teman-teman dekat
D3 Jika saya rasa akun tersebut telah menyebar
hoaks dan saya merasa terganggu, saya akan "report" akun tersebut
D4
Biasanya saya tidak papa dengan akun-akun
seperti itu, dalam artian saya tidak mengambil tindakan seperti report account
atau something like that
D5 Unfollow dan report
E1 Saya senyapkan
E2 Di skip saja
E3 Blokir, karena tidak bermutu menyebarkan
berita hoaks
E4 Menghapus dan memberitahukan kepada teman
jangan percaya dengan berita yang akan merusak
E5 Saya blokir akun tersebut karena jika dibiarkan
akan semakin menyebarkan hoax
F1
Yang saya lakukan adalah tidak mengikuti
akun itu lagi. Alasannya ya sudah jelas. Untuk apa saya mengikuti sesuatu
yang salah
F2 Biarkan saja. Tidak perlu diviralkan
F3 Saya tidak suka akun yang menyebarkan
hoaks
F4 Saya tidak melakukan apa-apa
F5 Ndak lakukan apa-apa (jujur) paling ndak mau
baca lagi kalo dia buat berita
G1 Report agar tidak menyebarkan hoax lagi
G2 Blokir biar tidak menambah banyak masalah.
Blokir dan laporkan kepada pihak aplikasi agar diboikot
G3 Saya blokir atau report, jangan sampai mereka
menyebarluaskan lagi berita-berita hoaks
G4 Block. Akun-akun seperti itu harus diberantas
habis hingga ke akar-akarnya
G5 Saya laporkan dan blokir
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163
H1 Blokir dan laporkan, karena dengan tindakan
seperti itu saya rasa bisa membatasi ruang gerak oknum penyebar hoax
H2 Kalau terbukti hoaks. Saya tidak akan percaya
lagi berita yang dipost oleh akun tersebut
H3 Melakukan report untuk sosial media
tersebut
H4 Tidak membuka akun tersebut, karena tidak
percaya
H5 Report dan block. Supaya menghentikan
penyebaran hoaks
I1 Saya report
I2 Mengabaikan dan memblokir karena dapat
menyesatkan banyak orang
I3 Report. Agar akun tersebut tidak muncul
lagi
I4 Saya akan report dan block sehingga bisa
meminimalisir munculnya hoaks
I5 Laporkan sebagai akun spam. Apabila sangat
parah berita maupun efeknya, akan saya informasikan pada rekan lainnya
J1 Diam saja. Ada pihak yg berwajib yg harus meluruskan
J2 Blokir dan memperingatkan orang"
terdekat untuk waspada dengan akun" tersebut
J3 Cukup saya block akunnya.
J4 Tidak akan saya tanggapi
J5 Dilaporkan, supaya diberhentikan dan
diberhentikan dari aktifitas di media sosial
K1 Melaporkan akun atau memblokir akun-akun tersebut
K2 Biarkan saja, mereka yang dosa. Ada
hukumannya juga kan
K3 Memblock akun tersebut atau mereport
akun tersebut
K4 Akunnya saya block karena tidak bermutu
K5
Menegur pemilik akun tersebut agar
mawas diri. Apabila dirasa kurang berarti saya akan melaporkan akun tersebut
ke pihak pengembang media sosial yang bersangkutan
L1 Kalau saya bisa saya ingin menonaktifkan
akun-akun tersebut dan melaporkan kepada pihak berwajib
L2
Saya akan memblokir akun tersebut dan
memberitahukan kepada orang-orang terdekat saya bahwa akun tersebut
hanya menyebarkan hoaks
L3 Langsung komen aja
L4 Biasanya selalu saya skip atau saya report
L5 Mengabaikan dan tidak mau untuk
membukanya
M1 Tidak melakukan apa-apa karena jika saya
menyebarkan atau memberitakannya bisa membuat si pembuat berita senang
M2 Saya laporkan/report dengan fitur yang
ada di medsos
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164
M3 Cuek dan diem saja
M4 Melaporkan biar dibanned oleh pihak
sosial media akun-akun penyebar hoaks
M5 Kalau bisa/kalau ada kolom komentar di
akun tersebut. Saya maki aja deh. Akun-akun perusak bangsa itu namanya
N1 Laporkan
N2 Hanya membaca saja berita-berita hoaks
tersebut
N3 Saya tidak peduli karena menurut saya itu
membuang-buang waktu saya
N4 Blokir akun tersebut karena akun tersebut
menyebarkan hoaks yang akan menimbulkan opini tidak baik
N5
Blok dan laporkan akun-akun yang secara
sengaja menyebarkan hoaks. Agar akun-akun yang ingin menyebarkan hoaks
berpikir panjang sebelum menyebarkan
O1
Menginformasikan kepada kenalan nama
akun-akun yang menyebarkan hoaks di medsos agar tidak terpengaruh dan
menghindari akun tersebut
O2
Sampai saat ini saya belum melakukan
tindakan apa-apa. Jika hoaknya sampai ke saya, maka jawaban kembali ke no.
8
O3 Gak berbuat apa-apa, cukup mendiaminya
saja
O4 1.Abaikan
2.Unfollow/delete
O5
Membiarkannya dengan begitu saja.
Pemerintah melalui kementrian yang terkait memiliki sistem untuk
mendeteksi penyebar berita hoaks.
P1 Tidak melihat postingannya lagi
P2 Memblokirnya
P3
Sangat menyayangkan hal tersebut karena
seharusnya akun tersebut memperjelas keadaan yang terjadi bukan
memperkeruhnya
P4 Melewatinya dan tidak usah mempercayai
berita yang disampaikan
P5
Saya lihat di 'replay'annya. Biasanya
beberapa orang sudah tahu bahwa itu adalah hoax kemudian meluruskan, saya
hanya membaca-baca balasannya namun terkadang saya menggunakan fitur
report yang telah tersedia agar akun-akun semacam itu tidak dengan mudah
melakukan hal negatif sejenis.
Q1 Membiarkan, karena sudah ada pihak yang
lebih berhak mengurus hal tersebut
Q2 Report
Q3 Bodo amat tidak saya gubris
Q4
Tentu saya akan memutuskan hubungan
dengan akun-akun tersebut, dan sebisa mungkin mengajak orang-orang
terdekat untuk berhati-hati dengan akun-akun tersebut.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165
Q5
lihat seberapa besar dampaknya berita
tersebut kalo dampaknya besar memblokir atau mereportnya. karena menurut
saya akun tersebut sudah tidak berkompeten dalam menyebarkan berita.
R1 Melaporkannya supaya tidak menyebarkan
berita hoaks lebih banyak
R2 Report akun atau report content yang mengandung hoax
R3 Biasanya saya report atau block dan
memberitahu yang lain agar tidak terjadi hoaks tidak jelas
R4
"Wah gak bener nih" biasanya saya
berkata demikian, kemudian tidak meneruskan melihat/eksplore lebih jauh
untuk akun tersebut
R5 Saya akan melaporkan akun-akun tersebut
melalui fasilitas pelaporan yang ada di media sosial tersebut
S1
Jika akun tersebut sangat berpengaruh
negatif maka saya akan memberitahu/share ke orang-orang terdekat dan
sebaliknya jika akunnya tidak terlalu berpengaruh negatif terhadap
masyarakat, saya hanya diam saja
S2
Saya akan membagikan kepada orang
terdekat untuk tidak mempercayai akun tersebut sehingga akan lebih mudah
mengantisipasi/mengurangi berita hoaks yang beredar agar tidak mudah
dipercayai
S3 Tidak saya perhatikan dan langsung
unfollow
S4 Saya akan unfriend atau tidak mengikuti
akun tersebut
S5 Tidak mengikutinya
T1 Tidak saya ikuti agar saya tidak termakan
berita hoaks
T2 Membiarkan saja atau terkadang
mengomentarinya agar stop sebar hoaks
T3 Melaporkan dan blokir
T4
Biasanya saya komentar di postingannya
"Apakah anda terlibat langsung dengan kejadian tersebut?" atau pertanyaan
sejenis itu. Dan saya unfollow akun-akun seperti itu
T5 Melaporkan akun tersebut dan
memblokirnya
U1
Saya delete atau saya tandai agar saya
tidak membacanya lagi dan hafal dengan akun-akun hoaks sehingga ketika
menemuinya lagi saya dapat lebih cermat
U2 Melaporkannya ke orang yang pintar dalam
media sosial atau melaporkan ke polisi
U3 Blokir
U4
Saya langsung memblokir dan tidak
mengikuti lagi dan membagikan info ini kepada sesama, supaya tidak ada
korban lain
U5 Ya udah gak usah dipikirkan gak usah
disebarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166
V1
Saya biarkan karena tidak ada sangkut
paut dengan saya dan saya tidak suka mencampuri urusan rumah tangga orang
lain
V2 Saya mengabaikan dan tidak peduli
dengan akun-akun hoaks. Kadang baca commentnya sih
V3 Akunnya direport atau diblock aja biar
tidak meresahkan orang-orang yang melihat berita hoaks
V4 Tidak akan saya baca lagi akun-akun itu
V5 Saya diam saja. Hanya memberi tahu
teman-teman terdekat bahwa akun tersebut menyebarkan berita hoax
W1 Memostingnya di story ig supaya org lain
tau
W2 Report atau block, buat toxic dan tidak
nyaman
W3 Saya biarkan
W4
Saya tidak begitu tertarik untuk ikut campur.
Saya tidak akan melakukan apapun pada akun tersebut namun untuk
orang2sekitar saya akan memberi tahu bahwa itu akun penyebar hoax agar
mereka berhati2
W5 Tidak perlu mengikutinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
top related