skripsi - e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.ide-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/1284/1/konsep...
Post on 23-Oct-2019
9 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA
PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Miftahul Khoiriah
111-12-138
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
ii
iii
KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA
PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Miftahul Khoiriah
111-12-138
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
iv
v
vi
vii
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.
(Q.S al-Insyirah: 6)
SELALU OPTIMIS UNTUK MERAIH KESUKSESAN
PERSEMBAHAN
Untuk Orangtuaku (Bapak Ngatno dan Ibu Satini),
Para Saudara-saudaraku, dosen-dosen serta guru-guruku,
Teman-teman seperjuanganku, sahabat-sahabatku,
Dan teman spesialku yang selalu setia “menemaniku”
viii
ABSTRAK
Khoiriah, Miftahul. 2016. Konsep Pendidikan Keluarga Perspektif
Zakiah Daradjat. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam.
Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institus Agama Islam
Negeri Salatiga. Dr. Asfa Widiyanto, M.A.
Kata Kunci: Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah
Penelitian ini membahas konsep pendidikan Islam dalam keluarga
perspektif Zakiah Daradjat. Kajianya dilatarbelakangi bahwa pendidikan
keluarga dapat dikembangkan dalam lingkungan keluarga dan sekolah
serta hasil dari pendidikan itu dapat diaplikasikan dalam kehidupan
mereka. Karena pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang pertama
dan utama, serta merupakan peletak fondasi awal dari watak dan
pendidikan anak. Fokus penelitian (1) Bagaimana konsep pendidikan
keluarga perspektif Zakiah Daradjat? (2) Bagaimana relevansi konsep
pendidikan Islam dalam keluarga perspektif Zakiah Daradjat. Guna
menjawab pertanyaan tersebut peneliti melakukan penelitian literatur yaitu
lebih menekankan kata-kata sebagai unit analisis, dibandingkan dengan
angka-angka.
Hasil Penelitian menunjukkan (1)Konsep pendidikan keluarga
dapat dikembangkan dalam lingkungan keluarga dan sekolah serta hasil
dari pendidikan itu dapat diaplikasikan dalam kehidupan mereka. (2) Yaitu
keluarga ikut serta berperan penting di dalam proses pembelajaran.
Pendidikan yang diharapkan supaya anak mempunyai tingkah laku yang
baik, akhlak yang terpuji. Tujuannya supaya mengetahui potensi dan
akhlak yang dimilik anak didik. Dengan menggunakan metode
pembiasaan, pembentukan karakter, pendidikan ibadah, pendidikan
aqidah, pendidikan akhak, pendidikan nasehat, pendidikan dengan perintah
dan larangan, pendidikan dengan perhatian, pendidikan melalui
penghargaan dan hukuman. Yang bertujuan untuk meningkatkan keimanan
dan ketakwaan peserta didik.
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT.yang telah melimpahkan rahmat,
taufik, hidayah dan inayah-Nya kepada kita semua. Sehingga penulis bisa
menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridho-Nya. Sholawat dan salam
semoga tercurahkan kepada Nabi besar kita Nabi Muhammad SAW. atas
limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan judul “ Konsep Pendidikan Keluarga Perspektif Zakiah
Daradjat”. Sesuai dengan rencana.
Ucapan terimakasih tidak lupa penulis sampaikan kepada berbagai
pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, arahan dan bantuan
dalam menyelesaikan skripsi ini, khususnya kepada:
1. Dr. Rahmat Haryadi, M. Pd. selaku Rektor IAIN Salatiga
2. Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
IAIN Salatiga.
3. Siti Rukhayati, M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
IAIN Salatiga
4. Dra. Ulfa Susilowati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik.
5. Dr. Asfa Widiyanto, M.A selaku pembimbing skripsi yang telah
mengarahkan, membimbing, memberikan petunjuk dan meluangkan
waktunya dalam penulisan skripsi ini.
x
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu,
bagian akademik dan staf perpustakaan yang telah memberikan
layanan serta bantuan kepada penulis.
7. Bapak Ngatno dan Ibu Satini yang senantiasa memberikan dukungan
berupa moril, materil dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
8. Keluargaku,, teman-teman kos, sahabat-sahabatku seperjuangan
Mahasiswa “Pendidikan Agama Islam angkatan 2012” yang peneliti
sayangi. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per
satu. Terimakasih atas bantuan dan motivasinya.
Semoga kebaikan yang mereka berikan kepada peneliti diberikan
balasan yang terbaik dan lebih baik oleh Allah SWT. Semoga skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 14 September 2016
Penulis
Miftahul Khoiriah
111 12 138
xi
DAFTAR ISI
SAMPUL ................................................................................................ i
GAMBAR BERLOGO ........................................................................... ii
JUDUL .................................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................. v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .............................................. vi
MOTTO ................................................................................................. vii
PERSEMBAHAN ................................................................................... vii
ABSTRAK .............................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................ ix
DAFTAR ISI ........................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................ 1
B. Rumusan Masalah ..................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ...................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................... 7
E. Metode Penelitian...................................................... 9
F. Penegasan Istilah ....................................................... 12
G. Sistematika Penulisan ............................................... 13
BAB II BIOGRAFI ZAKIAH DARADJAT
A. Latar Belakang Keluarga Zakiah Daradjat ................ 15
B. Latar Belakang Pendidikan Zakiah Daradjat ............ 17
C. Karya-karya Zakiah Daradjat .................................... 22
BAB III KONSEP PENDIDIKAN DALAM KELUARGA PERSPEKTIF
ZAKIAH DARADJAT
A. Keluarga Sebagai Wadah Pertama Pendidikan .............. 25
xii
1. Masalah Kejiwaan .................................................... 29
2. Perana Ibu dalam Keluarga ...................................... 30
B. Pembentukan Kepribadian Anak .................................... 32
1. Pembinaan Iman dan Tauhid .................................... 33
2. Pembinaan Akhlak ................................................... 35
3. Pembinaan Ibadah dan Agama ................................. 36
4. Pembinaan Kepribadian dan Sosial Anak ................ 37
C. Pendidikan Agama dalam Keluarga ............................... 38
D. Pembentukan Sifat-sifat Terpuji..................................... 40
1. Menghayati Al Akhlakul Mahmudah ........................ 41
2. Penerapan Al Akhlakul Mahmudah dalam Kehidupan Sehari-
hari ............................................................................. 42
E. Pendidikan Anak Secara Umum .................................... 43
1. Perkembangan Bahasa ............................................... 44
2. Perkembangan Sosial................................................. 44
3. Perkembangan Agama ............................................... 44
BAB IV RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA
PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT DENGAN PENDIDIKAN
ISLAM
A. Tinjauan Pendidikan Islam ....................................... 46
B. Analisis Konsep Pendidikan Keluarga Perspektif Zakiah
Daradjat ..................................................................... 54
C. Relevansi Konsep Pendidikan dalam Keluarga Perspektif
Zakiah Daradjat Terhadap Masa Kini ...................... 57
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................... 59
B. Saran .......................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BIOGRAFI PENULIS
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi
Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 3 Lembar Dokumentasi
Lampiran 4 Daftar Nilai SKK
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup
xiv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak
pernah selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di
dunia ini. Dikatakan demikian, karena pendidikan merupakan bagian dari
kebudayaan dan peradaban manusia yang terus berkembang. Hal ini
sejalan dengan pembawaan manusia yang memiliki potensi kreatif dan
inovatif dalam segala bidang kehidupannya (Hasbullah, 2009 :
IX).Pendidikan pada dasarnya adalah sebuah proses transformasi
pengetahuan menuju ke arah perbaikan , pengetahuan, dan penyempurnaan
semua potensi manusia. Oleh karena itu, pendidikan tidak mengenal ruang
dan waktu; ia tidak dibatasi oleh tebalnya tembok sekolah dan juga
sempitnya waktu belajar di kelas. pendidikan berlangsung sepanjang hayat
dan bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja manusia mau dan mampu
melakukan proses kependidikan.
Dalam Islam, tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan adalah
membentuk insan kamil, yakni manusia paripurna yang memiliki
kecerdasan intelektual dan spiritual sekaligus. tujuan seperti ini tidak
mungkin bisa terwujud tanpa adanya sistem dan proses pendidikan yang
baik. Oleh karena itu, para pakar pendidikan Islam kemudian mencoba
merumuskan dan merancang bangunan pemikiran kependidikan Islam
1
2
yang diharapkan mampu menciptakan manusia-manusia paripurna, yang
akan mengembang tugas menyejahterakan dan memakmurkan kehidupan
di muka bumi ini (Raqib, 2009 : v).
Belajar dikatakan identik dengan sekolah, padahal sekolah
hanyalah salah satu dari tempat belajar bagi peserta didik. Pendidikan
adalah suatu aktivitas untuk mengembangkan seluruh aspek kepribadiaan
manusia yang berjalan seumur hidup. Dengan kata lain pendidikan tidak
hanya berlangsung di dalam kelas tetapi berlangsung di luar kelas.
Pendidikan bukan hanya bersifat formal saja, tetapi mencangkup pula yang
non formal (Zuhairini, 1995 : 149).
Konsep pendidikan Islam mencangkup kehidupan manusia
seutuhnya, tidak hanya memperhatikan segi akidah saja, juga tidak
memperhatikan segi ibadah saja, tidak pula segi akhlak. Akan tetapi jauh
lebih luas dan lebih dalam dari pada itu ( Zakiah Daradjat, 1995 :
35).Pendidikan Islam dimulai dari keluarga (rumah) dimana anak-anak
menerima pengaruh dari apa yang dilakukan oleh kedua orang tuanya
dengan cara meniru dan menerima pelajaran.
Agama Islam adalah agama yang universal, yang mengajarkan
kepada umat manusia berbagai aspek kehidupan, baik duniawi maupun
akhirat.Salah satu diantara ajaran Islam tersebut adalah mewajibkan
kepada umat Islam untuk melaksanakan pendidikan karena menurut ajaran
Islam, pendidikan adalah juga merupakan kebutuhan hidup manusia yang
3
mutlak yang harus dipenuhi, demi untuk mencapai kesejahteraan dan
kebahagiaan dunia dan akhirat. Dengan demikian itu pula manusia akan
mendapatkan sebagai macam ilmu pengetahuan untuk bekal dan
kehidupannya (Zuhairini, 1995 : 98).
Pendidikan akhlak wajib dimulai dari lingkungan keluarga yaitu
dengan diberi bimbingan dan petunjuk-petunjuk yang benar agar anak-
anak terbiasa dengan adat dan kebiasaan yang baik, meraka harus dilatih
sejak dini mungkin berperilaku yang baik dari dalam keluarga. Sebab anak
pada saat demikian ini dalam keadaan masih bersih dan mudah
terpengaruhi atau di didik, ia ibarat kertas putih yang belum ada coretan
tinta sedikitpun.Keluarga merupakan lingkungan pertama bagi anak, di
lingkungan keluarga pertama-tama anak mendapatkan pengaruh.
Sebagaimana firman Allah SWT berikut ini:
Artinya “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu
dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah
manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras,
dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya
kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.(QS. At Tahrim : 6).
Karena itu keluarga merupakan pendidik tertua yang bersifat
informal dan kodrati. Lahirnya keluarga sebagai lembaga pendidikan
4
semenjak manusia itu ada. Tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar
bagi perkembangan secara baik.Keluarga bukan saja bertugas mendidik
anak-anak tetapi sekaligus mampu memerankan anak, dimana anak
diharapkan mampu memerankan dirinya, menyesuaikan diri, mencontoh
pola dan tingkah laku dari orang tua serta dari orang-orang yang berada
dekat dengan lingkungan keluarga. Jadi peran ayah, ibu dan seluruh
anggota keluarga adalah hal yang paling penting bagi proses pembentukan
dan pengembangan pribadi (Nur Ahid, 2010 : 1).
Dengan demikian terlihat betapa besar tanggung jawab orang tua
terhadap anak. Bagi seorang anak, keluarga merupakan persekutuan hidup
pada lingkungan keluarga tempat dimana ia menjadi pribadi atau diri
sendiri. Keluarga juga merupakan wadah pertama bagi anak dalam konteks
proses belajarnya untuk mengembangkan dan membentuk diri dalam
fungsi sosialnya. Disamping itu keluarga merupakan tempat belajar bagi
anak dalam segala sikap untuk berbakti kepada Tuhan sebagai perwujudan
nilai hidup tertinggi.
Pada dasarnya pendidikan di sekolah merupakan bagian dari
pendidikan dalam keluarga, yang sekaligus juga merupakan lanjutan dari
pendidikan dalam keluarga. Disamping itu kehidupan di sekolah adalah
jembatan bagi anak yang menghubungkan kehidupan dalam keluarga
dengan kehidupan dalam masyarakat kelak. Pendidikan di sekolah adalah
pendidikan yang diperoleh seseorang di sekolah secara teratur, sistematis,
5
bertingkat, dan dengan mengikuti syarat-syarat yang jelas dan ketat (mulai
dari Taman Kanak-kanak sampai perguruan tinggi).
Sebagai lembaga pendidikan formal, sekolah yang lahir dan
berkembang secara efektif dan efisien dari dan oleh serta untuk
masyarakat, merupakan perangkat yang berkewajiban memberikan
pelayanan kepada masyarakat dalam mendidik warga negara. Sekolah
dikelola secara formal, hierarkis dan kronologis yang berhaluan pada
falsafah dan tujuan pendidikan nasional (Hasbullahh,2009 : 47).
Terdapat tiga lingkungan yang bertanggung jawab dalam mendidik
anak. Ketiga lingkungan yang bertanggung jawab tersebut adalah keluarga
(kedua orang tua), sekolah (para guru), dan masyarakat (tokoh masyarakat
dan pemerintah) peran dan tanggung jawab dalam bidang pendidikan dari
tiga lingkungan tersebut adalah keluarga memiliki tanggung jawab utama
dan peran pertama dalam bidang pendidikan. Berbagai aspek yang terkait
dalam keluarga selalu mempertimbangkan dengan perannya sebagai
pendidik tersebut.
Zakiah Daradjat (1995:35) berpendapat bahwa pembentukan
identitas anak menurut Islam dimulai sejak anak dalam kandungan, bahkan
sebelum membina rumah tangga harus mempertimbangkan kemungkinan
dan syarat-syarat yang diperlukan untuk dapat membentuk pribadi
anak.Dengan demikian jelaslah bahwa orang yang pertama dan utama
6
bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan pendidikan anak
adalah orang tua (Hasbullah, 2009 : 39).
Menurut Zakiah Daradjat (1995:55) orang tua adalah pembina
kepribadian yang pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian orang tua,
sikap dan cara hidup mereka, merupakan unsur-unsur pendidikan yang
tidak langsung yang dengan sendirinya akan masuk kedalam pribadi anak
yang sedang bertumbuh itu.
Penulis mengatakan dalam kaitanya dengan pendidikan Islam di
lingkungan keluarga bahwa yang paling utama dan pertama adalah
lingkungan keluarga karena anak pertama kali mendapatkan didikan dan
bimbingan, juga dapat dikatakan sebagai besar kehidupan anak adalah di
dalam keluarga, sehingga pendidikan yang paling banyak diterima anak
adalah dalam keluarga atau orang tua. Dan sekolah sebagai suatu
pendidikan formal supaya anak dapat lebih mendapatkan pengalaman yang
banyak dan mendapatkan pendidikan yang teratur dan terencana. Karena
keluarga dan sekolah dalam pendidikan sangat saling berkaitan terutama
dalam pendidikan agama Islam.
Gagasan dan pemikiran Zakiah Daradjat tersebut menarik untuk
diteliti lebih mendalam lagi, maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul: KONSEP PENDIDIKAN
KELUARGA PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT.
B. Rumusan Masalah
7
Rumusan masalah berisi penegasan mengenai pertanyaan-
pertanyaan yang hendak dicarikan jawabannya melalui penelitian. Di
dalamnya tercakup keseluruhan ruang lingkup masalah yang akan diteliti
berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah (Maslikhah, 2013 : 302).
1. Bagaimana konsep pendidikan dalamkeluarga perspektif Zakiah
Daradjat?
2. Bagaimana relevansikonsep pendidikan dalam keluarga perspektif
Zakiah Daradjat dengan pendidikan Islam masa kini?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berisi gambaran yang khusus atau spesifik
mengenai arah dari kegiatan kajian kepustakaan yang dilakukan, berupa
keinginan realitas penelitian tentang hasil yang akan diperoleh. Tujuan
penelitan harus mempunyai kaitan atau hubungan yang relevan dengan
masalah yang akan diteliti.
Adapun tujuan dari penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui konsep pendidikan dalamkeluargaperspektif Zakiah
Daradjat.
2. Untuk dapat mengatahui relevansi konsep pendidikan dalam keluarga
perspektif Zakiah Daradjat dengan masa pendidikan Islam masa kini.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini dapat dikemukakan menjadi dua sisi :
1. Manfaat teoretis
8
Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara teori, dapat
berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia pendidikan
khusunya dunia pendidikan Islam.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis
Menambah wawasan kependidikan terutama dalam bidang konsep
pendidikanIslam dalam keluarga dan sekolah perspektif Zakiah
Daradjat.
b. Bagi Lembaga Pendidikan
1) Sebagai masukan yang membangun guna meningkatkan
kualitas lembaga kependidikan yang ada, termasuk para
pendidik yang ada di dalamnya dan penentu kebajikan dalam
lembaga pendidikan serta pemerintahan secara umum.
2) Dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam dunia
pendidikan pada lembaga-lembaga pendidik yang ada di
Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan pendidikan
yang ada.
c. Bagi Ilmu Pengetahuan
1) Menambah khazanah keilmuan tentang konsep pendidikan
keluarga menurut tokoh Islam sehingga mengetahui pemikiran
tokoh dalam dunia pendidikan.
2) Sebagai bahan referensi dalam ilmu pendidikan sehingga dapat
memperkaya dan menambah wawasan dibidang tersebut .
9
3) Bagi peneliti berikutnya dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan atau dikembangkan lebih lanjut, serta referensi
terhadap penelitian yang sejenisnya.
E. Metode Penelitian
Istilah metode berasal dari kata Yunani berarti cara atau jalan.
Menyangkut dengan upaya ilmiah, metode dihubungkan dengan cara kerja
yaitu cara kerja untuk dapat memahami, objek yang menjadi sasaran ilmu
yang bersangkutan. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh
peneliti untuk mendapatkan data dan informasi mengenai beberapa hal
yang berkaitan dengan masalah yang diteliti (Darmawan, 2013:127).
Adapun komponen dalam metode ini adalah :
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan penelitian pustaka (Library Research)
yaitu suatu peenelitian yang dilaksanakan untuk memecahkan suatu
masalah yang pada dasarnya bertumpuh pada penelaahan kritis
mendalam terhadap bahan-bahan pustaka yang relevan(Subagyo, 1991:
100). Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan
mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literatur-literatur,
catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan
masalah yang dipecahkan (Nazir, 1988: 111).
2. Sumber Data
10
Sumber data ialah benda, hal atau prang tempat peneliti
mengamati, membaca, atau bertanya tentang data (Arikunto, 2005 :
88). Dalam penulisan skripsi ini, sumber data yang digunakan adalah
sumber data yang relevan dengan pembahasan skripsi. Data yang
terkumpul melalui penelitian ini adalah data yang sesuai denga fokus
penelitian yaitu mengenai konsep pendidikan Islam dalam keluarga
dan sekolah perspektif Zakiah Daradjat.
Adapun sumber data sebagai berikut :
a. Sumber Primer
Merupakan sumber data utama yang digunakan dalam
penelitian ini, data yang diperoleh atau dikumpulkan secara
langsung oleh peneliti dari lapangan. Sumber langsung yang
diperoleh dengan observasi dan wawancara dan buku Pendidikan
Islam dalam Keluarga dan Sekolah karangan Prof. Dr. Hj. Zakiah
Daradjat yang diterbitkan oleh CV Ruhama.
b. Sumber sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh atau
dikumpulkan oleh peneliti dari sumber-sumber yang telah ada.
Data sekunder disebut juga data tersedia atau sumber tertulis. Data
sekunder berasal dari sumber buku, majalah ilmuah, dokumen
resmi, arsip dan lain-lain. Data-data tersebut berguna untuk
melengkapi data primer.
3. Teknik Pengumpulan Data
11
Oleh karena sumber data yang digunakan dalam skripsi ini
adalah bahan-bahan perpustakaan, maka teknik pengumpulan data
yang di terapkan adalah membaca bagian-bagian terpenting dari bahan
pustaka yang telah disiapkan berdasrkan sub bab yang ada
relevansinya dengan pembahasan, kemudian diadakan analisis
kembali dalam rangka berfikir sistematis, selanjutnya peneliti
tuangkan dalam bentuk konsep atau kesimpulan.
4. Teknik Analisis Data
Untuk menganalisis terhadap data yang sudah terkumpul,
pendekatan yang di gunakan adalah “Deskriptif Analitik” yaitu dengan
menggambarkan dan memaparkan konsep pendidikan Islam dalam
keluarga perspektif Zakiah Daradjat kemudian di analisa secara cermat
dengan menggunakan berbagai metode sebagai berikut :
a. Metode Deduktif
Yaitu proses berfikir yang bergerak dari pertanyaan-
pertanyaan umum kepertanyaan khusus dengan penerapan Kaidah-
kaidah logika. Dalam kaitannya dengan pembahasan kali ini,
Metode deduksi di gunakan untuk memperoleh gambaran detailnya
pemikiran Zakiah Daradjat tentang pendidikan dalam keluarga dan
sekolah.
b. Metode Induktif
Yaitu proses berfikir yang berangkat dari pertanyaan-
pertanyaan khusus, peristiwa yang kogkrit, kemudian Data-data itu
12
di tarik generalisasi yang mempunyai sifat umum.Dalam kaitannya
dengan penelitian ini, metode ini di gunakan untuk memperoleh
gambaran yang utuh terhadap pemikiran Zakiah Daradjat tentang
pendidikan keluarga dan sekolah.
F. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran terhadap judul
penelitian di atas, maka penulis menjelaskan dari berbagai istilah pokok
yang terkandung dalam judul tersebut, diantaranya sebagai berikut :
1. Konsep
Konsep adalah ide umum, pengertian, pemikiran, renungan, dan
rencana dasar (Jumali, 2004:132). Konsep merupakan abstraksi suatu
ide atau gambaran mental, yang dinyatakan dalam suatu kata atau
simbol.
2. Pendidikan
Menurut UU No. 20 th 2003. Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa
dan negara.Pendidikan diartikan juga sebagai proses timbal balik dari
tiap pribadi manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, dengan
teman dan keluarga (Jumali, 2004 : 18).
3. Keluarga
13
Keluarga adalah sebagai wadah pertama dalam pendidikan.
Keluarga ialah sanak saudara, kaum kerabat, orang seisi rumah dan
anak bini (Ahmad Marimba, 1962 : 19).
4. Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga yaitu pendidikan yang berlangsung dalam
keluarga yang dilaksanakan oleh orang tua sebagai tugas dan
tanggung jawabnya dalam mendidik anak dalam keluarga.
G. Sistematika Penulisan
Sitematika penulisan skripsi terbagi dalam tiga bagian yaitu, yaitu
bagian awal, bagian isi, bagian akhir. Bagian awal terdiri dari sampul,
lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan pembimbing,
halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan orisinalitas, halaman
motto dan persembahan, halaman kata pengantar, halaman abstrak,
halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.
Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun
kedalam lima bab dengan rincian sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan ini berisi latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
metode penelitian, penegasan istilah, dan sistematika
penulisan.
BAB II BIOGRAFI ZAKIAH DARADJAT.
14
Dalam bab ini akan diuraikan menganai : Biografi Zakiah
Daradjat yang memuat tentang latar belakang keluarga,
pendidikan dan karya-karyanya.
BAB III KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF
ZAKIAH DARADJAT
Dalam bab ini akan memaparkan pemikiran Zakiah
Daradjat mengenai konsep pendidikan keluargaperspektif
Zakiah Daradjat.
BAB IV RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA
PERSPEKTIF ZAKIAH DARADJAT DENGAN
PENDIDIKAN ISLAM
Dalam bab ini akan diuraikan pembahasan tentang hasil
penelitian data: relevansikonsep pendidikan dalam keluarga
perspektif Zakiah Daradjat terhadap pendidikan Islam pada
masa kini.
BAB V PENUTUP
Dalam bab terakhir ini akan disajikan tentang kesimpulan
sebagai hasil dari penelitian dan dilanjutkan dengan saran-
saran yang sekiranya dapat dijadikan pikiran bagi yang
berkepentingan.
15
BAB II
BIOGRAFI ZAKIAH DARADJAT
A. Latar Belakang Keluarga
Dalam Buku Jajat Burhanudin (2002:140) mengatakan bahwa
Zakiah Daradjat dilahirkan di kampung Kota Merak, Nagari Lambah,
Kecamatan Ampek Angkek, Agam, Kotamadya Bukit Tinggi Sumatera
Barat, 6 November 1929. Ayahnya, Haji Daradjat Husain memiliki dua
istri. Dari istri yang pertama, Rafi’ah, ia memiliki enam anak, dan Zakiah
adalah anak pertama dari keenam bersaudara. Sedangkan dari istri yang
kedua, HJ Rasunah, ia dikaruniai lima orang anak. Dengan demikian, dari
dua istri tersebut, H. Dradjat memiliki 11 orang anak putra. Meskipun
memiliki dua istri, ia kelihatannya cukup berhasil mengelola keluarganya.
Hal ini terlihat dari kerukunan yang tampak dari putra-putrinya itu. Zakiah
memperoleh perhatian yang besar dari ibu tirinya, sebesar kasih sayang ia
terima dari ibu kandungnya (Abudin Nata, 2005:233).
H. Daradjat yang bergelar Raja Ameh (Raja Emas) dan Rapi’ah
binti Abdul Karim, sejak kecil tidak hanya dikenal rajin beribadah, tetapi
juga tekun belajar. Keduanya dikenal aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial.
H.Daradjat ayah kandung Zakiah tercatat sebagai aktivis organisasi
Muhammadiyah. Sedangkan ibunya aktif di Sarikat Islam (PSII). Kedua
organisasi yang berdiri pada akhir penjajahan Belanda ini tercatat sebagai
organisasi yang cukup disegani masyarakat karena kiprah dan
komitmennya pada perjuangan kemerdekaan Indonesia telah berhasil
16
menangani mengolah pendidikan modern serta mengatasi problema sosial
keagamaan dan sebagainya.Sejak kecil Zakiah Daradjat telah ditempa
pendidikan agama dan dasar-dasar keimanan yang kuat . Ia sudah
dibiasakan oleh ibunya untuk menghadiri pengajian-pengajian agama dan
dilatih berpidato oleh ayahnya. Zakiah Daradjat meninggal di Jakarta
dalam usia 83 tahun pada 15 Januari 2013 sekitar pukul 09.00 WIB.
Setelah dislatkan, jenazahnya dimakamkan di Komplek UIN Ciputat pada
hari yang sama. Menjelang akhir hayatnya, ia masih aktif mengajar, ia
sempat menjalani perawatan di RS Hermina, Jakarta Selatan pada
pertengahan Desember 2012.
Jajat Burhanudin (2002:142) mengatakan “Semasa hidup Zakiah
Daradjat tidak hanya dikenal sebagai psikolog dan dosen, tetapi juga
mubaligh dan tokoh masyarakat”. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Komaruddin Hidayat menyebut Zakiah Daradjat sebagai pelopor psikologi
Islam di Indonesia. Sementara itu, Wakil Menteri Agama Nasaruddin
Umar mencatat, Zakiah Daradjat adalah sosok yang bisa diterima dengan
baik oleh semua kalangan. Umar menambahkan, sosok Zakiah Daradjat
seperti sosok Hamka dalam versi Muslimah.
Dari hasil penelitian Jajat (2002:143) di atas penulis
menyimpulkan bahwa Zakiah Daradjat merupakan sosok pribadi yang
tekun, karena Zakiah mengatakan “jika tiba waktu shalat, masyarakat
kampung saya akan meninggalkan semua aktivitasnya dan bergegas pergi
ke masjid untuk menunaikan kewajibannya sebagai muslim”, keluarga
17
Zakiah bukan dari kalangan ulama atau pemimpin agama. Lingkungan
keluarga Zakiah yang senantiasa dinafasi semangat keIslaman, tak heran
jika Zakiah sudah mendapatkan pendidikan agama dan dasar keimanan
yang kuat. Sejak kecil Zakiah sudah dibiasakan oleh ibunya untuk
menghadiri pengajian-pengajian agama.
B. Latar Belakang Pendidikan
Zakiah pertama kali masuk ke sekolah standars school
Muhammadiyah di bukit tinggi. Di lembaga pendidikan inilah, pertama
kali Zakiah mendapatkan pendidikan agama serta ilmu pengetahuan dan
pengalaman intelektual. Semenjak belajar di lembaga pendidikan ini,
Zakiah telah memperlihatkan minatnya yang cukup besar dalam ilmu
pengetahuan. Hal ini terlihat pada usianya yang baru 12 tahun, Zakiah
telah berhasil menyelesaikan pendidikan dasarnya cukup baik, tepatnya
pada tahun 1941 (Jajat Burhanudin, 2002:140). Kecenderungan, bakat dan
minat Zakiah untuk menjadi ahli agama Islam terlihat jelas pula mengikuti
kuliyatul mubalighat dipadang pajang selama hampir enam tahun.
Dilembaga pendidikan ini, Zakiah memperoleh pendidikan agama secara
lebih mendalam. Namun demikian, perhatiannya terhadap bidang studi
umum, juga tetap besar. Hal ini terlihat pada aktivitas Zakiah dalam
memasuki sekolah menengah pertama negeri (SMPN) dikota yang sama.
Di lembaga pendidikan ini, Zakiah berhasil menyelesaikannya dengan
tepat waktu. Pendidikan yag ia dapati darikedua lembaga ini benar-benar
menjadi modal utama untuk melanjutkan pendidikannya dilembaga
18
pendidikan yang lebih tinggi. Sementara itu budaya minangkabau yang
memberikan tanggung jawab yang lebih besar kepada perempuan didaerah
lain, juga memberikan hasil andil cukup besar dalam diri Zakiah.
Setelah selesai menamatkan pendidikan dasar dan menengah
pertama, Zakiah melanjutkan ke sekolah menengah atas pemuda bukit
tinggi. Dilembaga pendidikan ini Zakiah memilih program B, yaitu
program yang mendalami ilmu alam dan selesai sesuatu waktu (Zakiah
Daradjat, 2002:207).
Masuknya Zakiah pada sekolah menengah atas (SMA) dengan
program B tersebut ternyata bukan merupakan petunjuk bahwa ia akan
menjadi ahli ilmu umum, melainkan ilmu umum itu hanya sebagai
pengetahuan yang pada suatu saat dapat digunakan sebagai dasar untuk
memahami agama lebih mendalam lagi. Hal ini terlihat ketika Zakiah
memasuki perguruan tinggi ternyata yang ia pilih adalah perguruan tinggi
agama Islam negeri (PTAIN) Yogyakarta. Bakat dan minat serta dasar
pengetahuan agama dan umum yang cukup ternyata menjadi dasar bagi
Zakiah untuk menyelesaikan studinya dengan baik dan berprestasi
diperguruan tinggi tersebut.
Prestasi yang demikian itu selanjutnya telah membuka peluang
bagi Zakiah untuk mendapatkan tawaran melanjutkan studi di Kairo.
Tawaran tersebut tidak disia-siakan oleh Zakiah. Ia berangkat ke Kairo
(Zakiah Daradjat,2002:207) untuk mendalami bidang yang diminati, yaitu
19
psikologi. Sesampainya di Kairo, Zakiah mendaftarkan diri di Universitas
Ain Syam Fakultas Tarbiyah dengan kosentrasi special diploma for
Education, dan Zakiah diterima tanpa tes. Dengan bakal pengetahuan yang
kuat serta didukung oleh ketekunan, semangat dan bakatnya yang besar,
menyebabkan ia berhasil menyelesaikan studinya sesua dengan waktu
yang ditentukan.
Setelah itu Zakiah mengikuti Program Magister pada jurusan
Spesialisasi Kesehatan Mental pada Fakultas Tarbiyah di Universitas yang
sama. Program ini ia selesaikan dalam waktu yang singkat, yaitu selama
dua tahun, dengan tesis yang berjudul Problematika Remaja di Indonesia
(Musykilat al-Muharaqah fi Indonesia).Untuk menuntaskan studi
tingginya Zakiah mengikuti Program Dokter (Ph.D) pada Universitas yang
sama dengan mendalami lagi bidang psikologi, khusunya psikoterapi.
Desertasi yang berhasil disusun dan dipertahankan pada program
doktornya ini adalah “Perawatn Jiwa Untuk Anak-anak (Dirasah tajribiyah
li taghayyur al-lati tathrau ala sykhyat al- athfal al- musykil infi’al fi khilal
fitrah al-aja al- nafs ghir al- muwajjahann thariq al-la’b) bimbingan
Mustafa Fahm dan Atia Mahmoud Hanna. Dengan demikian Zakiah telah
menjadi seorang doktor muslimah pertama dalam bidang psikologi dengan
spesialisasi psikoterapi (Jajat Burhanudin, 2002:146).
Selanjutnya pada tahun 1984, bersama dengan ditetapkannya
sebagai direktur pascasarjana di IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta di
kukuhkan sebagai Guru besar (profesor) dalam bidang ilmu jiwa agama di
20
IAIN. Karena itu secara akademis lengkap sudah ia sebagai ilmuwan yang
memiliki keahlian yang handal dalam bidangnya. Namun demikian,
Zakiah tetap seorang yang rendah hati, sabar, lemah lembut dan tidak
tinggi hati (Jajat Burhanudin, 2002:143).
Melihat kemampuan yang dimiliki Zakiah yang demikian itu, maka
pada tahun, 1967 Zakiah dipercaya oleh Syaifuddin Zuhri selaku mentri
agama Republik Indonesia untuk menduduki jabatan sebagai kepala dinas
penelitian dan kurikulum perguruan tinggi di biro perguruan tinggi dan
pesantren luhur departemen agama (Zakiah Daradjat,2002:209). Tugas ini
berlangsung hingga jabatan mentri agama dipegang oleh A.Mukti Ali pada
masa kepemimpinan Mukti Ali inilah Zakiah Daradjat dipromosikan untuk
menduduki sebagai direktur perguruan tinggi Agama Islam (Dinpartais)
Departemen Agama. Dengan demikian, ia telah menjadi seorang ilmuwan
dan sekaligus biokrat pendidikan. Jabatan sebagai derpatais ini telah
dimanfaatkan sebaik-baiknya oleh Zakiah Daradjat melalui pengembangan
dan pembaharuan dalam bidang pendidikan. Hal demikian sejalan pula
dengan kebijakan pemerintah orde baru yang berusaha melakukan
pembaharuan dalam berbagai kehidupan, termasuk dalam bidang
pendidikan.Adalah satu gagasan pembaharuan yang monumental yang
hingga kini masih terasa pengaruhnya dalam keluarnya surat keputusan
bersama tiga mentri, yaitu mentri agama republik Indonesia, mentri
pendidikan dan kebudayaan (pada waktu itu), serta mentri dalam negri.
21
Lahirnya SKB tiga mentri ini tidak bisa dilepaskan dari peran yang
dilakukan oleh Zakiah Daradjat.
Dengan SKB tiga mentri ini terjadi perubahan dalam bidang
pendidikan Madrasah (Jajat Burhanudin, 2002: 153). Diantara perubahan
tersebut bahwa kedalam Madrasah diberikan pengetahuan umum sebanyak
70 persen dan pengetahuan agama sebanyak 30 persen. Dengan demikian
kurikulum mengalami perubahan yang amat signifikan, dan dengan
demikian lulusnya dapat diterima di perguruan tinggi umum sebagaimana
telah disebutkan diatas. Lulusan Madrasah Aliyah produk SKB3 mentri ini
terjadi pada tahun 1987, dan diantaranya ada yang diterima kuliah di
Institut Pertanian Bogor (IPB). Upaya lainnya yang dilakukan oleh Zakiah
Daradjat adalah peningkatan mutu pengolahan (administrasi) dan
akademik madrasah-madrasah yang ada di Indonesia. Untuk di zaman ini
telah muncul apa yang disebut sebagai Madrasah Model.
Selanjutnya Zakiah Daradjat juga berupaya menyelesaikan kasus
ujian guru agama (UGA) yang cukup menggegerkan pada saat ini.
Pembaharuan dan penerbitan perguruan tinggi agam Islam seperti haknya
Institute Agama Islam Negeri juga mendapatkan perhatian Zakiah
Daradjat. Pada zamanya brhasil disusun rencana induk penegmbangan
(RIP) IAIN untuk jangka waktu selama 25 tahun yang berfungsi sebagai
landasan bagi pengembangan IAIN dalam jangka panjang (Jajat
Burhanudin,2002:158).
22
Pengalaman Zakiah Daradjat sebagai direktur perguruan tinggi
agama serta berbagai konsep serta teorinya dalam bidang pendidikan telah
mendorongnya untuk mengaplikasikannya melalui lembaga pendidikan
yang didirikan dan dikelolanya. Lembaga pendidikan yang ia
selenggarakan mulai dari taman kanak-kanak, sekolah dasar, sekolah
menengah atas dan sekolah menengah kejuruan (SMK). Lembaga
pendidikan yang ada di Desa Pisangan kecamatan Ciputat Tengerang
Banten itu, bernaung di bawah yayasan yang bernama Ruhama.
Dari penelitian diatas penulis mengatakan bahwa Zakiah Daradjat
adalah sosok multimendimensi. Ia tidak hanya dikenal sebagai tokoh
psikolog, tetapi juga mubaligah dan sekaligus pendidik. Zakiah merupakan
satu-satunya perempuan yang dikirim studi ke Mesir karena kepintarannya
dan minatnya untuk melanjutkan pendidikannya kejenjang yang lebih
tinggi. Sehingga Ia mendapatkan mewujudkan keinginannya.
C. Karya-karya Zakiah Daradjat
Zakiah Daradjat(1975:3) Sebagai salah seorang itelektual beliau
banyak mengadakan penelitian tentang kesehatan mental dan pembinaan
pendidikan agama di Indonesia. Welly Catur (2011: 12) Adapun di antara
hasil karya dan terjemahan beliau adalah :
a. Penerbit Bulan Bintang
1) Ilmu Jiwa Agama
2) Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental
23
3) Problema Remaja di Indonesia
4) Perawatan Jiwa untuk Anak-anak
5) Pembinaan Nilai-nilai Moral di Indonesia
6) Perkawinan yang Bertanggung Jawab
7) Islam dan Peranan Wanita
8) Peranan IAIN dalam Pelaksanaan P4
9) Pembinaan Remaja
10) Ketenangan dan Kebahagiaan dalam Keluarga
11) Pendidikan Orang Dewasa
12) Menghadapi Masa Manopoase
13) Kunci Kebahagiaan
14) Membangun Manusia Indonesia yang Bertaqwa Kepada Tuhan
YME.
15) Kepribadian Guru
16) Pembinaan Jiwa/ Mental
b. Penerbit Gunung Agung
1) Kesehatan Mental
2) Peranan Agama dalam Kesehatan Mental
3) Islam dan Kesehatan Mental
c. Penerbit YPI Ruhama
1) Shalat Menjadikan Hidup Bermakna
2) Kebahagiaan
3) Haji Ibadah yang Unik
24
4) Puasa meningkatkan Kesehatan Mental
5) Doa Menunjang Semangat Hidup
6) Zakat Pembersih Harta dan Jiwa
7) Remaja, Harapan dan Tantangan
8) Pendidikan Islam dalam Keluarga dan Sekolah
9) Shalat untuk Anak-anak
10) Puasa untuk Anak-anak.
d. Penerbit Pustaka Antara
1) Kesehatan Jilid I, II, III
2) Kesehatan (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan) Jilid IV
3) Kesehatan Mental dalan Keluarga
Dari hasil penelitian di atas penulis mengatakan bahwa dari
kegemarannya menulis Zakiah telah banyak menulis buku-buku yang
bermanfaat. Beberapa buku yang ditekuni oleh Zakiah adalah menulis
ilmu tentang psikolgi , kesehatan jiwa dan mental dan pendidikan Islam.
25
BAB III
KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF ZAKIAH
DARADJAT
A. Keluarga Sebagai Wadah Pertama Pendidikan
Zakiah Daradjat (1995:41) mengatakan bahwa Pembentukan
identitas anak menurut Islam, dimulai jauh sebelum anak itu diciptakan.
Nur Ahid (2010:100) bahwa keluarga merupakan pendidikan informal,
tugas keluarga adalah meletakkan dasar-dasar bagi perkembangan anak
berikutnya, agar anak dapat berkembang secara baik. Karena keluarga
sebagai lingkungan pendidikan yang pertama sangat penting membentuk
pola kepribadian anak.
Menurut Murni (1984:34) mengatakan pada umumnya pendidikan
dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan
pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena secara
kodrati suasan dan strukturnya memberikan kemungkinan alami
membangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat
adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal
balik antara orang tua dan anak. Islam memberikan berbagai syarat dan
ketentuan pembentukan keluarga, sebagai wadah yang akan mendidik
anak sampai umur tertentu yang disebut baligh-berakal. Karena itu perlu
kita singgung sedikit syarat-syarat pembentukan keluarga (Zakiah
Daradjat, 1995:42).
1. Larangan Pernikahan
26
a. Larangan menikah dengan wanita yang dalam hubungan darah dan
kerabat tertentu. Hal ini dilarang, karena dapat melahirkan anak-
anak yang kurang cerdas akalnya atau ediot.
b. Larangan menikah dengan orang yang berbeda agama. Larangan
ini disebabkan karena sulitnya mewujudkan rumah tangga yang
sakinah yang disebabkan karena kedua orang tua dalam rumah
tangga tersebut berbeda-beda agamanya. Seorang anak yang
dilahirkan dalam keluarga yang berbeda agama akan kebingunan
dalam mengikuti agama kedua orang tuanya. Selanjutnya, jika
timbul permasalahan dalam keluarga tersebut akan sulit
dipecahkan, karena masing-masing agama memiliki konsep
pemecahan yang berbeda.
c. Larangan menikah dengan orang yang berzina. Larangan ini
dilakukan karena sang suami sulit mendapatkan ketenangan. Suami
selalu dibayangi oleh kemungkinan istrinya menyeleweng atau
selingkuh dengan laki-laki lain. Dengan demikian larangan ketiga
hal tersebut diatas karena didasarkan keinginan menciptakan rumah
tangga yang sakinah yang sehat yang memungkinkan dapat
melahirkan putra putri yang cerdas, taat kepada Allah dan rasul-
Nya, taat kepada kedua orangtuanya serta berakhlak mulia.
2. Syarat-syarat Pernikahan
a. Suka sama suka (saling mencintai)
b. Diizinkan oleh kedua orang tua wanita (wali)
27
c. Dihadiri oleh saksi
d. Mengucapkan ijab kobul
e. Memberi maskawin serta
f. Memiliki kesiapan mental spiritual, lahir batin, jasmani dan rohani.
Setelah syarat-syarat bagi kedua calon suami istri itu dipenuhi,
maka dilaksanakanlah pernikahan menurut ketentuan yang diwajibkan
Allah. Setelah mereka diikat oleh tali perkawinan, maka masing-masing
pasangan suami istri mempunyai hak dan kewajiban yang ditentukan.
Mereka dibekali dengan beberapa petunjuk dalam mendayungkan bahtera
kehidupan dengan kasih sayang dan kepatuhan kepada ketentuan Allah,
agar mereka dapat meraih ketentraman dan kebahagiaan (sakinah). Firman
Allah syarat Ar Rum ayat 21:
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya
kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-
Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum
yang berfikir”.
Dalam buku Zakiah Daradjat (1995:44), dijelaskan bahwa Setelah
terbentuknya keluarga muslim yang memenuhi persyaratan yang
ditentukan Allah, dan keluarga tersebut telah siap untuk mendapatkan
28
keturunan, beberapa petunjuk dan pedoman yang membantu terciptanya
kehidupan sakinah pun telah dipahami dan dilaksanakan maka selanjutnya
keluarga tersebut memohon kepada Allah swt.supaya mereka dikaruniani
anak atau keturunan yang saleh.
3. Kewajiban Suami
a. Memberi nafkah keluarga
b. Perlindungan terhadap keluarga
c. Kasih sayang
d. Dan tanggungjawab atas keamanan keluarga
4. Kewajiban Istri
a. Menjaga dan mengatur rumah tangga dan harta benda milik
bersama
b. Menjaga dirinya
c. Merawat dan membimbing putra putrinya di rumah
d. Serta memberikan kasih sayang dan menyusuianya
Penulis menyimpulkan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin
antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan
membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal. Keluarga
adalah umat kecil yang memiliki pimpinan dan anggota, mempunyai
pembagian tugas dan kerja, serta hak dan kewajiban bagi masing-masing
anggotanya. Perkawinan menjadi salah satu bagian penting masalah
keagamaan. Sebab setiap agama berbicara tantang perkawinan dan
memiliki aturan-aturan khusus bagaimana pelaksanaan perkawinan para
29
pemelukknya. Kehidupan keluarga apabila diibaratkan sebagai satu
bangunan, demi terpeliharanya bangunan itu dari hantaman badai dan
guncangan gempa.
Zakiah Daradjat (1995:53) mengatakan Setelah terbentukya
keluarga muslim yang memenuhi persyaratan yang ditentukan Allah dan
siap mendapatkan keturunan ada beberapa petunujuk dan pedoman yang
membantu terciptanya kehidupan sakinah, selanjutnya adalah petunjuk
do’a yang baik diucapkan dari Allah.
1. Masalah Kejiwaan
Masalah kejiwaan menampilkan diri dalam berbagai bentuk, ada
yang dalam ketidaktentraman batin, cemas, gelisah, takut, sedih, marah,
bimbang, tertekan, frustasi, rasa rendah diri, rasa sombong, tidak percaya
diri, pesimis, putus asa dan sebagainya. Keadaan tidak tenteram itu boleh
jadi disertai oleh tidak dapat tidur, hilang nafsu makan, sulit buang air,
atau tidak mampu mengandalikan (Zakiah Daradjat,1995a:45).
Selanjutnya keadaan jiwa yang tidak tenteram dapat
mempengaruhi kemampuan berpikir, sehingga orang menjadi pelupa, tidak
dapat berkonsentrasi (memusatkan pikiran), sulit melanjutkan pemikiran
yang teratur, malas, lesu, bosan, cepat lelah, mudah dipengaruhi orang,
sulit belajar dan sulit berprestasi, baik dalam belajar maupun bekerja dan
sebagainya. Faktor luar, di antaranya perubahan nilai dan keadaan sosial-
ekonomi yang menyebabkan orang kehilangan pegangan atau sulit
menyesuaikan diri. Ini di antara dampak pembangunan yang berjalan
30
sangat cepat di bidang fisik, tetapi kurang dibidang nilai dan agama, serta
kejiwaan pada umumnya.
Kemajuan lahiriah dapat dirasakan keuntungan dan kesenanganya
secara nyata, dapat dilihat, diraba dan dinikmati. Sehingga orang mudah
tertarik untuk mengejarnya, tanpa memperhitungkan nilai, koral, kaidah
dan ketentuan agama, sehingga orang telah melepaskan nilai-nilai lama,
tetapi belum menemukan nilai-nilai lama, tetapi belum menemukan nilai
baru yang kuat dan mantap.Akibat ketidakseimbangan kemajuan lahiriah
dan batiniah itu, menyebabkan orang tidak mampu mengendalikan diri dan
mudah terpengaruh oleh kesenangan-kesenangan semua yang dapat
dijangkaunya.
Jiwa yang halus dan hati yang lembut penyayang dapat berubah
menjadi kasar, kesal maupun kejam, sehingga terjadilah berbagai
kekejaman, kekasaran dan kejahatan yang berat. Disamping itu terdapat
pula gejala-gejala kejiwaan yang mengarah kepada penyakit kejiwaan
yang berat (Zakiah Daradjat, 1995b:46).
2. Peranan Ibu dalam Keluarga
Menurut Zakiah Daradjat (1995:46) Keluarga adalah wadah
pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika
suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan
tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah
pertumbuhan anak tersebut. Peranan ibu dalam keluarga amat penting.
Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi
31
anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan
suaminya. Murni (1984:34) mengatakan Ibu merupakan orang yang mula-
mula dikenal anak, yang mula-mula menjadi temannya dan yang mula-
mula dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat dimanfaatkannya,
kecuali apabila ia ditinggalkan.
Di antara langkah penciptaan suasana yang baik itu adalah usaha
menciptakan terwujudnya saling pengertian, saling menerima, saling
menghargai, saling mempercayai dan saling menyayangi di antara suami-
istri dan antara seluruh anggota keluarga. Dengan pengertian, penerimaan,
penghargaan, kepercayaan dan kasih sayang yang dilandasi oleh keimanan
yang mendalam, yang terpantul ke dalam kehidupan sehari-hari, maka
akan dapatlah dihindarkan berbagai masalah negatif yang kadang-kadang
terjadi dalam tindakan dan sikap masing-masing atau salah seorang
(suami-istri). Suami akan bekerja dengan tenang dan penuh gairah, dalam
menghadapi tugasnya, ia tidak akan pernah berpikir mencari sesuatu yang
tidak di ridhoi Allah. Demikian juga istri, dengan hati lembutnya yang
penuh keimanan, dapat menerangi suasana keluarga sehingga menjadi
cerah ceria. Suasana keluarga itu merupakan tanah subur bagi penyemaian
tunas-tunas muda yang lahir dalam keluarga itu (Zakiah
Daradjat,1995c:47) .
Penulis menyimpulkan bahwa seorang ibu yang bijaksana tahu hak
dan kewajibannya yang telah ditentukan agama, salah satunya pengasuhan
32
ana-anaknya dengan baik, bisa memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani
anak.
Dan tanggung serang ibu terhadap masa depan anak yang dimana
ibu juga mengikut sertakan anak dalam berbagai kegiatan seperti
membaca, memperbaiki alat rumah, dan cara bersosialisasi dengan
masyarakat sekitar.
B. Pembentukan Kepribadian Anak
Berbahagialah anak yang lahir dan dibesarkan oleh ibu yang saleh,
penyayang dan bijaksana (Zakiah Daradjat,1995d:53). Kerana
pertumbuhan kepribadian anak terjadi melalui seluruh pengalaman yang
diterimanya sejak dalam kandungan. Ibu yang baik, saleh dan penyayang
sejak semula, sebelum mengandung ia telah memohon kepada Allah agar
dikaruniai anak yang saleh yang berguna bagi bangsa, negara dan
agamanya. Bila ia mulai mengandung, hatinya gembira menanti kelahiran
bayinya. Sejak dalam kandungan, janin itu mendapat pengaruh yang
menyenangkan dan menjadi unsur positif dalam kepribadianya yang akan
bertumbuh kelak.
Waktu dalam kandungan janin mendapatkan pengaruh sikap dan
perasaan ibu terhadapnya, melalui saraf-saraf pada rahim ibu. Maka, sikap
positif ibu terhadap janin dan ketenteraman batin dalam hidup,
menyebabkan saraf-saraf bekerja lancar dan wajar, karena tidak ada
kegoncangan jiwa yang menegangkan. Hubungannya dengan suaminya
baik, dengan orang lain pun baik. Kelahiran anak ditunggu dengan
33
berbagai kesiapan dan perlengkapan sesuai kemampuan yang ada padanya.
Dengan demikian unsur-unsur dalam pertumbuhan kepribadian anak yang
akan lahir cukup baik dan positif, yang nanti menjadi dasar pertama dalam
pertumbuhan selanjutnya setelah lahir.
Pendidikan anak pada dasarnya adalah tanggung jawab orang tua.
Hanya karena keterbatasan kemampuan orang tua, maka perlu adanya
bantuan dari orang yang mampu dan mau membantu orang tua dalam
pendidikan anak-anaknya, terutama dalam mengajarkan berbagai ilmu dan
keterampilan yang selalu berkembang dan dituntut pengembangannya bagi
kepentingan manusia. Pada umunya pendidik muslim menjadikan
Luqmanul Hakim sebagai contoh dalam pendidikan, di mana nasihatnya
kepada anaknya terdapat dalam surat Luqman ayat 12-19. Allah
mengatakan Luqman dikaruniai-Nya hikmah dan bijaksana (Zakiah
Daradjat,1995e:54).
Penulis menyimpulkan bahwa kepribadian anak tergantung pada
kondisi keluarganya. Terutama yang terletak pada sosok ibunya, karena
anak pertama kali yang dikenalnya adalah ibunya. Anak akan meniru
semua kegiatan yang dilakukan oleh ibunya baik dari segi perilaku
maupun perkataan.
1. Pembinaan Iman dan Tauhid
Pembentukan iman seharusnya mulai sejak dalam kandungan,
sejalan dengan pertumbuhan kepribadian. (Zakiah Daradjat,1995f:54)
mengatakan bahwa berbagai hasil pengamatan pakar kejiwaan
34
menunjukkan bahwa janin yang dalam kandungan, telah mendapat
pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungnya.
Luqmanul Hakim orang yang diangkat Allah sebagai manusia contoh
dalam pendidikan anak, telah dibekali oleh Allah dengan iman dan sifat-
sifat terpuji, di antaranya syukur kepada Allah, yang sudah pasti beriman
dan bertaqwa kepada-Nya.
Oleh karena itu, pendidikan iman terhadap anak, sesungguhnya
telah dimulai sejak persiapan wadah untuk pembinaan anak, yaitu
pembentukan keluarga, yang syarat-syaratnya ditentukan Allah di dalam
beberapa ayat di antaranya :
a. Persyaratan keimanan
b. Pesyaratan akhlak
c. Persyaratan Tidak ada Hubungan Darah.
Setelah persyaratan itu dipenuhi, maka hubungan kedua calon
suami istri diikat dengan tali pernikahan yang ditentukan Allah. Kemudian
kehidupan dan hubungan antara suami dan istridiatur pula dengan hak dan
kewajiban masing-masing yang dipedulikan. Si anak mulai mendapat
bahan-bahan atau unsur-unsur pendidikan serta pembinaan yang
berlangsung tanpa disadari oleh orang tuanya.
Penulis menyimpulkan bahwa pendidikan iman dan tauhid
dilakukan dengan kata-kata yang baik dan dengan perilaku yang baik juga.
Pembentukan iman terhadap anak dimulai sejak kecil sejak masih dalam
35
kandungan. Contohnya dengan kebiasaan orang tua yang sering
mengucapkan basmalah dan hamdalah.
2. Pembinaan Akhlak
Menurut Deden (2013:139) Akhlak merupakan amal perbuatan
yang sifatnya terbuka sehingga dapat menjadi indikator seseorang apakah
seorang Muslim yang baik dan buruk. Akhlak ini merupakan buah dari
akidah dan syariah yang benar dan secara mendasar, akhlak ini erat dengan
kejadian manusia yaitu pendipta dan yang diciptakan. Akhlak adalah
implementasi dari iman dalam segala bentuk perilaku. (Zakiah
Daradjat,1995g:58) Diantara contoh akhlak yang diajarkan oleh Luqman
kepada anaknya adalah :
a. Akhlak anak terhadap kedua bapak ibunya
Zakiah Daradjat (1995: 58) Akhlak terhadap kedua bapak ibunya,
dengan berbuat baik dan berterima kasih kepada keduanya. Bahkan anak
harus tetap hormat dan memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik,
kecuali mereka mempersekutukan Tuhan, hanya yang dilarang adalah
mengikuti ajakan mereka untuk meninggalkan iman tauhid. Deden
(2013:150) mengatakan dalam Islam semua anggota keluarga memiliki
hak dan kewajiban yang sama-sama harus dilaksanakan. Seluruh anggota
keluarga berperan untuk memberikan konstribusi menciptakan keluarga
yang sakinah dan mawadah dan penuh rahmah.
1) Akhlak terhadap orang lain
36
Akhlak terhadap orang lain, adalah adab, sopan santun dalam bergaul,
tidak sombong dan tidak angkuh, serta berjalan sederhana dan bersuara
lembut. Zakiah Daradjat (1995:59) Pendidikan akhlak di dalam
keluarga dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orang tua.
2) Akhlak dalam Penampilan.
Zakiah Daradjat (1995:59) Perkataan dan cara berbicara, bahkan gaya
menanggapi teman-temannya atau orang lain, terpengaruh oleh orang
tuanya. Adapun akhlak, sopan santun dan cara menghadapi orang
tuanya, banyak tergantung kepada sikap orang tua terhadap anak.
Dari keterangan diatas penulis menyimpulkan bahwa dengan
pembinaan akhlak yang baik, anak akan mempunyai kepribadian dengan
sifat-sifat yang terpuji dan akhlak yang mulia dengan semua orang
teruatam berakhlak kepada orang tuanya (Ibu Bapak). Dan dengan akhlak
yang baik anak akan tau mana yang baik dan mana yang buruk. Selain
berakhlak kepada orang tua seseorang juga berakhlak pada diri sendiri,
dan masyarakat.
3. Pembinaan Ibadah dan Agama Pada Umumnya
Pembinaan ketaatan beribadah pada anak, juga mulai dari dalam
keluarga (Zakiah Daradjat,1995h:60). Maka pelaksanaan perintah tersebut
bagi anak-anak adalah dengan persuasi, mengajak dan membimbing
mereka untuk melakukan shalat. Jika anak-anak telah terbiasa shalat dalam
keluarga, maka kebiasaan tersebut akan terbawa sampai ia dewasa, bahkan
tua di kemudian hari.
37
Penulis mengatakan bahwa ketaatan beribadah anak yang dimulai
dari orang tua atau keluarga. Anak akan meniru keluarganya terutama pada
bapak ibunya ketika mereka sedang melaksanakan ibadah shalat, dan
orang tua juga berkewajiban memerintah bagi anaknya untuk
melaksanakan ibadah dengan mengajak dan membimbing dan
memberikan kebiasaan itu akan terbawa sampai ia dewasa seumur
hidupnya.
4. Pembinaan Kepribadian dan Sosial Anak
Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa yang panjang, mulai
sejak dalam kandungan sampai umur 21 tahun. Pembentukan kepribadian
berkaitan erat dengan pembinaan iman dan akhlak. Secara umum para
pakar kejiwaan berpendapat, bahwa kepribadian merupakan suatu
mekanisme yang mengendalikan dan mengarahkan sikap dan perilaku
seseorang.
Kepribadian terbentuk melalui semua pengalaman dan nilai-nilai
yang diserapnya dalam pertumbuhan dan perkembangannya, terutama
pada tahun-tahun pertama dari umurnya. Apabila nilai-nilai agama banyak
masuk ke dalam pembentukan kepribadian seseorang, maka tingkah laku
sesesorang tersebut akan banyak di arahkan dan dikendalikan oleh nilai-
nilai agama. Di sinilah letak pentingnya pengalaman dan pendidikan
agama pada masa-masa pertumbuhan dan perkembangan seseorang
tentang pembinaan iman (tauhid), amal saleh, akhlak terpuji dan
kepribadian yang sehat, kuat dan penuh kepedulian terhadap masyarakat.
38
Para pendidik muslim masih perlu mengkaji dan mengolah prinsip-prinsip
pendidikan dan psikologi yang ada, untuk kemudian kluar dengan suatu
teori pendidikan Islam yang mudah dilaksnakan di dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat (Zakiah Daradjat,1995i:62).
Penulis telah mengatakan pada sebelumnya bahwa pembinaan
kepribadian dan sosial anak tergantung pada keluarganya terutama orang
tuanya. Pembinaan kepribadian dan sosial anak berhubungan dengan
pembinaan iman dan akhlak. Kepribadian yang terbentuk melalui semua
pengalaman baik dari dalam rumah mapun dari luar rumah. Dan nilai-nilai
yang diserapnya dalam pertumbuhan dan perkembangan kepribadian yang
dihiasi dengan sifat-sifat yang menyenangkan baik untuk diri sendiri
maupun untuk sekitarnya seperti ramah, rendah hati, lemah lembut dan
sopan santun.
C. Pendidikan Agama dalam Keluarga
Dalam Islam penyemaian rasa agama dimulai sejak pertemuan ibu
dan bapak yang membuahkan janin dalam kandungan, yang dimulai
dengan do’a kepada Allah. Selanjutnya memanjat do’a dan harapan
kepada Allah, agar janinnya kelak lahir dan besar menjadi anak yang saleh
(Zakiah Daradjat,1995j:64).
Agama bukan ibadah saja. Agama mengatur seluruh segi
kehidupan. Semua penampilan ibu dan bapak dalam kehidupan sehari-hari
yang disaksikan dan dialami oleh anak bernafaskan agama, di samping
latihan dan pembiasaan tentang agama, perlu dilaksanakan sejak anak
39
kecil, sesuai pertumbuhan dan perkembangan jiwanya. Apabila anak tidak
mendapatkan pendidikan, latihan dan pembinaan keagamaan waktu
kecilnya, ia akan besar dengan sikap tidak acuh atau anti agama. Dalam
memperkenalkan sifat-sifat Allah kepada anak, hendaklah didahulukan
sifat-sifat Allah yang mendekatkan hatinya kepada Allah, misalnya
Penyayang, Pengasih, Pemurah, Adil dan sebagainya, pada umur anak
belum mencapai 12 tahun.
Perlu diketahui, bahwa kualitas hubungan anak dan orang tuanya,
akan mempengaruhi keyakinan beragamanya di kemudian hari. Apabila ia
merasa disayang dan diperlakukan adil, maka ia akan meniru orang tuanya
dan menyerap agama dan nilai-nilai yang dianut oleh orang tuanya. Dan
jika yang terjadi sebaliknya, maka ia menjauhi apa yang diharapkan orang
tuanya, mungkin ia tidak mau melaksanakan ajaran agama dalam
hidupnya, tidak shalat, tidak puasa dan sebagainya (Zakiah
Daradjat,1995k:66). Perkembangan sikap sosial pada anak terbentuk mulai
di dalam keluarga. Orang tua yang penyayang, lemah lembut, adil dan
bijaksana, akan menumbuhkan sikap sosial yang menyenangkan pada
anak. Ia akan terlihat ramah, gembira dan segera akrab dengan orang lain.
Karena ia merasa diterima dan disayangi oleh orang tuanya, maka akan
tumbuh padanya rasa percaya diri dan percaya terhadap lingkungannya,
hal yang menunjang terbentuknya pribadinya yang menyenangkan dan
suka bergaul.
40
Penulis mengatakan bahwa keluarga sebagai lingkungan
pendidikan yang pertama yang sangat penting untuk membentuk pola
kepribadian anak. Yang dimana anak pertama kali mengetahui nilai dan
norma pengetahuan agama dan kepercayaan dan nilai-nilai moral.
D. Pembentukan Sifat-sifat Terpuji
Didalam ajaran Islam, akhlak tidak dapat dipisahkan dari iman.
Iman merupakan pengakuan hati, dan akhlak adalah pantulan iman itu
pada perilaku, ucapan dan sikap. Iman adalah maknawi, sedangkan akhlak
adalah bukti beriman dalam perbuatan, yang dilakukan dengan kesadaran
dan karena Allah semata (Zakiah Daradjat, 1995l : 67).
Didalam Al Qur’an banyak ayat-ayat yang mendorong manusia
untuk beriman dan beramal saleh dengan berbagai janji, di antaranya
terdapat di dalam surat Yunus ayat 9 :
”Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-
amal saleh, mereka diberi petunjuk oleh Tuhan mereka karena
keimanannya[670], di bawah mereka mengalir sungai- sungai di
dalam syurga yang penuh kenikmatan”.
[670] Maksudnya: diberi petunjuk oleh Allah untuk
mengerjakan amal-amal yang menyampaikan surga.
Dalam surat Al Fath 29 :
41
”Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan
pahala yang besar”.
[1406] Maksudnya: pada air muka mereka kelihatan
keimanan dan kesucian hati mereka.
Di dalam beberapa ayat tersebut, jelas mendorong Allah kepada
manusia agar beriman kepada-Nya dan mengerjakan amal saleh (perbuatan
terpuji), dengan janji akan mendapatkan surga di akhirat nanti, dikeluarkan
dari kegelapan menuju tempat yang terang benderang, memperoleh
bimbingan kehidupan, meraih ampunan, pahala dan rezeki dari Allah.
Zakiah Daradjat (1995m:70) Janji Allah akan membalas setiap
amal saleh dengan pahala yang berlipat ganda, akan menjadikan manusia
beramal dengan ikhlas, tanpa mengaharap balas dari orang yang
ditolongnya atau yang disebut dengan istilah tanpa pamrih. Deden
(2013:142) mengatakan bahwa akhlak adalah sifat yang sudah tertanam
dalam jiwa yang mendorong perilaku seseorang dengan mudah sehingga
menjadi perilaku kebiasaan. Jika sifat tersebut melahirkan suatu perilaku
yang terpuji menurut akal dan agama dinamakan akhlak baik (akhlak
mahmudah) dan sebaliknya akhlak yang tercela atau buruk (akhlak
mazmumah).
a. Menghayati Al Akhlakul Mahmudah
Zakiah Daradjat (1995:70) Yang dimaksud dengan Al
Akhlakul Mahmudah adalah akhlak terpuji, semua perilaku baik dan
di ridhoi oleh Allah swt.maka selayaknyalah kita menghayati dengan
42
sebenarnya arti dari Al Akhlakul Mahmudah itu. Memahami sesuatu
belum tentu secara otomatis menghayatinya. Pemahaman terhadap Al
Akhlakul Mahmudah sudah jelas, baiknya dan pentingnya dimiliki
oleh setiap orang. Di dalam rangka penghayatan Al Akhlakul
Mahmudah yang sudah dipahami, perlu adanya pengalaman.
pengalaman lewat penerapannya dalam berbagai keadaan dan
kesempatan. Dan pengalaman tersebut akan membawa kepada
kepuasan dan kegembiraan yang berhasil dicapai dalam pergaulan dari
reaksi orang yang berhubungan dengannya.
b. Penerapan Al Akhlakul Mahmudah Dalam Kehidupan Sehari-hari
Zakiah Daradjat (1995:71) Menerapkan Al Akhlakul
Mahmudah dalam kehidupan sehari-hari, terutama bagi para pendidik
amat penting, sebab penampilan, perkataan, akhlak dan apa saja yang
terdapat padanya, dilihat, didengar dan diketahui oleh para anak didik
akan mereka serap dan tiru dan lebih jauh akan mempengaruhi
pembentukan dan pembinaan akhlak mereka.
Menghentikan kebiasaan yang lama dan menggantinya dengan
yang baru, memerlukan usaha dan pengorbanan, karena menumbuhkan
kebiasaan baru itu memerlukan pemikiran, kesadaran dan kesengajaan.
Dilain pihak kebiasaan lama sering terjadi tanpa proses pengolahan
dalam pikiran dan mudah menyelesaikan masalah. Oleh karena itu
kemampuan menerapkan Al Akhlakul Mahmudah perlu dibina dan
diusahakan dengan sungguh-sungguh. Usaha untuk menerapkan Al
43
Akhlakul Mahmudah perlu disertai dengan petunjuk agama,
pelaksanaan agama dalam kehidupan sehari-hari (Zakiah
Daradjat,1995n:73).
Penulis mengatakan bahwa pembentukan sifat-sifat terpuji
salah satunya adalah pembentukan akhlak yang mulia dan terpuji,
karena akhlak akan menjadi perhatian orang dimana saja, baik dalam
masyarakat maupun dalam keluarganya sendiri. Karena akhlak
merupakan hal yang utama dan yang penting untuk kehidupan sehari-
hari dan untuk pribadi diri sendiri.
E. Pendidikan Anak Secara Umum
Zakiah Daradjat (1995:73) Pendidikan anak secara umum di dalam
keluarga terjadi secara alamiah, tanpa disadari oleh orang tua, namun
pengaruh dan akibatnya amat besar. Terutama pada tahun-tahun pertama
dari kehidupan anak atau pada masa balita (di bawah lima tahun). Pada
umur tersebut pertumbuhan kecerdasan anak masih terkait kepada panca
inderanya dan belum berumbuh pemikiran logis atau maknawi (abstrak),
atau dapat kita katakan bahwa anak masih berpikir inderawi.
Faktor indentifikasi dan meniru pada anak-anak amat penting,
sehingga mereka terbina, terdidik dan belajar dari pengalaman langsung,
lebih besar dari pada informasi atau pengajaran lewat intruksi dan
petunjuk dengan kata-kata. Karena itulah maka suasana keluarga, ketaatan
ibu bapak beribadah dan perilaku, sikap dan cara hidup yang sesuai
dengan ajaran Islam, akan menjadikan anak yang lahir dan dibesarkan
44
dalam keluarga baik, beriman dan berakhlak terpuji (Zakiah
Daradjat,1995o:75).
1. Perkembangan Bahasa
Kata-kata merupakan awal dari bahasa, yang kemudian membantu
pengembangan pikir anak lewat pendengaran. Semakin banyak anak dapat
mengenal kata, semakin berkembang daya pikirnya.
2. Perkembangan Sosial Anak
Sebenarnya anak pada umur 3 atau 4 tahun mulai tertarik pada
anak lain seumuran mereka, karena mereka mulai suka bergaul, mencoba
memberi, disamping menerima dan belajar memperhatikan orang lain,
bukan hanya mementingkan dirinya sendiri. Karena itu pelaksanaan
pendidikan agama yang bersifat gerak, bermain dan bersama-sama dengan
teman-teman sebaya akan membantu pengembangan akhlak agamis.
3. Perkembangan Agama
Zakiah Daradjat (1995:77) Anak mulai mengenal agama lewat
pengalaman melihat orang tuanya melaksanakan ibadah, mendengarkan
kata Allah dan kata agamis yang mereka ucapkan dalam berbagai
kesempatan. Maka pembinaan kebudayaan pada anak oleh ibunya
berlangsung secara tidak sengaja, dibawa bersama dalam kehidupan dan
penampilan ibu di hadapannya setiap harinya.
Penulis mengatakan bahwa pendidikan anak secara umum yaitu
semua pengalaman yang terjadi secara langsung dari dalam keluarga atau
rumah ataupun masyarakat dengan beribadah, berucap, bersikap dan cara
45
hidup yang baik. Semua itu akan diserapnya dalam pendidikannya baik
untuk perkembangan bahasa, agama dan sosial anak dalam pendidikan.
46
BAB IV
RELEVANSI KONSEP PENDIDIKAN KELUARGA PERSPEKTIF
ZAKIAH DARADJAT DENGAN PENDIIDKAN ISLAM
A. Tinjauan Pendidikan Islam
1. Pengertian Pendidikan Islam
Pendidikan Islam merupakan pengembangan pikiran, penataan
perilaku, pengaturan emosional, hubungan peranan manusia dengan
dunia ini, serta bagaimana manusia mampu memanfaatkan dunia
sehingga mampu meraih tujuan kehidupan sekaligus mengupayakan
perwujuduan (Silahuddin, 1995: 34).Seluruh ide tersebut telah
tergambar secara integrative (utuh) dalam sebuah konsep dasar yang
kokoh. Islam juga menawarkan konsep akidah yang wajib untuk di
imani agar dalam diri manusia tertanam perasaan yang mendorongnya
pada perilaku normative yang mengacu pada syariat Islam.
Kemudian pendidikan Islam juga memperhatikan penataan
individual, dan sosial yang membawa penganutnya pada pemelukan
mengaplikasikan Islam secara komprehensif. Agar penganutnya
mampu memikul amanat yang dikehendaki oleh Allah.hal ini di
dukung dengan adanya sumber dari pendidikan Islam itu sendiri yakni
Al-qur’an dan As-sunnah.
Oleh karna itu pendidikan islam adalah sekaligus pendidikan
iman dan pendidikan amal. Dan karena ajaran Islam berisi ajaran
tentang sikap dan tingkah laku pribadi masyarakat,menuju
47
kesejahteraan hidup perorangan dan bersama, maka pendidikan Islam
adalah pendidikan individu dan pendidikan masyarakat. Semula orang
yang bertugas mendidik adalah para Nabi dan Rasul, selanjutnya para
ulama dan cerdik pandailah sebagai penerus tugas dan kewajiban
mereka (Muhaimin, 2004: 29)
Tinjauan Pendidikan islam dalam Filsafat Pendidikan Islam.
Zhuairini dkk (1995: 147) Pendidikan atau al Tarbiyah menurut
pandangan Islam, adalah merupakan bagian dari tugas kekhalifahan
manusia. Allah adalah Rabb al’alamin, juga Rabb al Nas. Tuhan adalah
yang mendidik makhluk alamiah dan juga yang mendidik manusia.
Pendidikan menyangkut dan berhubungan dengan hidup dan kehidupan
manusia, dan menyangkut pula masalah-masalah yang berhubungan
dengan sifat dasar dan hakikat manusia, hakikat dan tujuan hidupnya, serta
hal-hal lain dalam kepribadiannya. Secara umum pendidikan dapat
diartikan sebagai usaha menusia untuk membina kepribadianya sesuai
dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dengan
demikian, bagaimanapun sederhanya peradaban suatu masyrakat, di
dalamnya terjadi atau berlangsung suatu proses pendidikan. Oleh karena
itu sering dinyatakan pendidikan telah ada sepanjang peradaban umat
manusia. Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha manusia
melestarikan hidupnya.
Prof. Dr. Moh. Athiyah al-Abrasyi (1980: 15) dalam bukunya
menegaskan bahwa pendidikan agama adalah untuk mendidik akhlak dan
48
jiwa mereka, menanamkan rasa fadhilah (keutamaan), membiasakan
mereka dengan kesopanan yang tinggi, mempersiapkan mereka untuk
suatu kehidupan yang suci seluruhnya ikhlas dan jujur.
Roqib (2009:16) mengatakan Pendidikan memiliki peranan yang
sangat penting bahkan paling penting dalam mengembangkan perdaban
Islam dan mencapai kejayaan umat Islam. Dilihat dari formalnya,
pendidikan memang menjadikan sarana kemampuan manusia untuk
dibahas dan dikembangkan. Pendidikan pada umumnya ditunjukkan untuk
menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tertentu sebagaimana yang telah
ditetapkan dalam filsafat pendidikan. Karena pendidikan juga diperlukan
dan dilakukan pertama kali oleh anggota keluarga, terutama orang tua
terhadap anak-anak mereka. Dengan mempertimbangkan efektivitas dan
efisiensi, oleh karena keterbatasan waktu dan fasilitas yang dimiliki orang
tua, akhirnya didirikanlah lembaga pendidikan dengan maksud untuk
mengatasi keterbatsan tersebut.
Membahas tentang kemajuan pendidikan maka tidak terlepas dari
proses pendidikan. Dalam skripsi ini kan mencoba untuk mengetahui
tentang proses pendidikan yang dilaksnakan dalam pendidikan Islam
ditinjau dari filsafat pendidikan Islam.
Abudin Nata (1997: 1) Pengertian filsafat pendidikan Islam, secara
harfiah, kata filsafat berasa dari kata Philo yang berarti cinta, dan kata
sophos yang berarti ilmu atau hikmah. Dengan demikian filsafat berarti
49
cinta terhadap ilmu atau hikmah. Terhadap pengertian seperti ini al-
Syaibany (1979: 25) mengatakan bahwa filsafat bukanlah hikmah itu
sendiri melainkan cinta terhadap hikmah dan berusaha mendapatkannya,
memusatkan perhatian padanya dan menciptakan sikap positif
terhadapnya. Selanjutnya, ia menambahkan bahwaa filsafat dapat pula
berarti mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan sebab dan akibat dan
berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Selai itu terdapat pula teori lain yang mengatakan bahwa filsafat
berasal dari kata Arab falsafah yang berasal dari bahasa Yunani,
Philosophia: philos berarti cinta, suka (loving) dan sophia berarti
pengetahuan, hikmah (wisdom). Jadi philosophia berarti cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta kepeada kebenaran. Orang yang cinta kepada
pengetahuan atau kebenaran itu lazimnya disebut philosopher yang dalam
bahasa Arab disebut failasuf(Poerwanto dkk, 1991: 1).
Jalaludin (1999: 9) mengatakan pengertian filsafat :
a. Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan
dan alam yang biasanya diterima secara kritis.
b. Falsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap
kepercayaan dan sikap yang sangat kita junjung tinggi.
c. Falsafah adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan.
d. Falsafah adalah analisa logos dari bahasa serta penjelasan tentang arti
kata dan konsep.
50
e. Falsafah adalah sekempulan problema-probelma yang langsung
maendapat perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh
ahli filsafat.
Filsafat pendidikan bukanlah filsafat umum atau filsafat murni,
melainkan merupakan filsafat khusu dan terapan. Filsafat pendidikan
adalah filsafat terapan yang menyelidiki hakikat pendidikan yang
bersangkut paut dengan tujuan, latar belakang, cara dan hasilnya, serta
hakikat pendidikan yang bersangkut paut dengan analisis kritis terhadap
struktur dan kegunaanya (Mahmud, 2011: 33).
Hubungan antara pendidikan dan falsafah pendidikan menjadi
sedemikian pentingnya, sebab ia menjadi dasar yang menjadi tumpuan
suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan berperan penting dalam suatu
sistem pendidikan karena ia berfungsi sebagai pedoman bagi usaha-usaha
perbaikan, meningkatkan kemajuan dan sebagai dasar yang kokoh bagi
tegaknya sistem pendidikan.
Abudin Nata (1997: 15) mengatakan bahwa filsafat pendidikan
Islam itu merupakan suatu kajian secara filososfis mengenai berbagai
masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada
al-Qur’an dan al-Hadits. Selain itu filsafat pendidikan Islam juga dapat
dikatakan upaya menggunakan jasa filosofis, yakni berpikir secara
mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang masalah-masalah
pendidikan seperti masalah manusia (anak didik), guru, kurikulum, metode
dan lingkungan. Dengan demikian filsafat pendidikan Islam adalah ilsafat
51
pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang
dijiwai oleh ajaran Islam.
Omar Muhammad (1979: 17) mengemukakan tiga manfaat dari
mempelajari filsafat pendidikan Islam
a. Filsafat pendidikan dapat menolong para perancang pendidikan
dan orang-orang yang melaksanakannya dalam suatu negara
untuuk membentuk pemikiran sehat terhadap proses pendidikan.
Selain itu dapat berguna untuk memperbaiki peningkatan
pelaksanaan pendidikan serta kaidah dan cara mereka mengajar
yang mencakup penilaian, bimbingan dan penyuluhan.
b. Filafat pendidikan dapat menjadi asa yang terbaik untuk penilaian
pendidikan dalam arti yang menyuluruh. Penilaian penddikan itu
dianggap persoalan yang perlu bagi setiap pengajaran yang baik.
c. Filsafat pendidikan Islam akan menolong dalam memberikan
pendalaman pikiran bagi faktor-faktor spiritual, kebudayaan,
sosial, ekonomi, dan polotik di negara kita.
Ali Ashraf (1996: 23) menulis dalam buku filsafat pendidikan
Islam (Toto Suharto, 2006: 29) mengatakan “Pendidikan Islam adalah
pendidikan yang melatih sensibilitas murid-murid sedemikian rupa,
sehingga salam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan
keputusan, begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu
pengetahuan, diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam
52
dirasakan”. Muzayyin Arifin (1987: ix) dalam pendidikan Filsafat
Pendidikan Islam juga menulis “Filsafat Pendidikan Islam pada hakikatnya
adalah konsep-konsep berpikir tentang kependidikan yang bersumber atau
berlandaskan pada ajaran Islam tentang hakikat kemampuan manusia
untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia
Muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam".
Dari kutipan di atas, tampak bahwa Arifin di dalam
mengemukakan pengertian filsafat pendidikan Islam lebih menekankan
pada tema pendidikan Islamnya dari pada unsur filsafatnya. Asfa
Widiyanto (2015: 51) mengatakan bahwa al-Attas mendefinisikan
pendidikan Islam sebagai: Pengenalan dan pengakuan yang secara
berangsung-angsur ditanamkan ke dalam manusia tentang tempat-tempat
yang tempat yang tepat dari segala sesuatu di dalam tatanan penciptaan
sedemikian rupa, sehingga hal ini membimbing ke arah pengenalan dan
pengakuan tempat Tuhan yang tepat di dalam tatanan wujud dan
kepribadian.
Toto Suharto (2006: 39) mengatakan Filsafat pendidikan Islam
berdasarkan ajaran Islam berarti sumber utama ajaran Islam, yaitu al-
Qur’an dan al-Sunnah, senantiasa dijadikan landasan bagi filsafat
pendidikan Islam. Filsafat pendidikan Islam berdasarkan ajaran yang
dijiwai Islam.
53
Asfa Widiyanto (2015: 37) Kesatuan antara Tuhan dan alam
merupakan prinsip utama yang mengatur kehidupan intelektual Islam.
Tuhan menciptakan alam dalam keserasian yang sempurna dan seluruh
bagian alam yang saling berkaitan menggambarkan keesaan Tuhan.
Satu model kosmologi Islam menganggap alam sebagai bangunan
yang terdiri dari beberapa lapisan, dengan catatan bahwa, secara
metafisik, realitas itu pada dasarnya satu. Ilmu Islam pada akhirnya
berusaha mencapai ilmu yang akan memberikan saham untuk
kesempurnaan spiritual dan keselamatan orang yang sanggup
mengkajinya sehingga nilainya lebih sukar dikenali. Dengan demikian
terlihat bahwa ilmu dalam Islam tidak bebas nilai (value bond), sebab
bila ilmu itu bebas nilai akan menimbulkan kesulitan bahkan
kekacauan, karena pemilik ilmu tidak mempunyai tanggung jawab
moral untuk memanfaatkan ilmu dalam rangka nilai-nilai tertentu
(2015: 35)
2. Hakikat Pendidikan
Hakikat pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sekedar
sadar untuk membimbing dan mengembangkan keribadian serta
kemampuan dasar anak didik baik dalam bentuk pendidikan formal
dan non-formal.
Jadi dengan kata lain, pendidikan pada hakikatnya adalah
ikhtiar manusia untuk membantu dan mengarahkan fitrah manusia
54
supaya berkembang sampai kepada titik maksimal yang dapat dicapai
sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan (Arifin, 1997: 12).
3. Hubungan antara Islam dengan Pendidikan
Islam adalah syari’at Allah yang diturunkan kepada umat
manusia agar mereka beribadah kepada-Nya di muka bumi.
Pelaksanaan syari’at ini menuntut adanya pendidikan manusia,
sehingga dia pantas untuk memikul amanat dan menjalankan khalifah.
Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan Islam.
Syari’at Islam hanya dapat dilaksanakan dengan mendidik diri,
generasi dan masyarakat supaya beriman dan tuntuk kepada Allah
semata serta selalu mengingat-Nya. Oleh sebab itu, pendidikan Islam
menjadi kewajiban orang tua dan guru di samping menjadi amanat
yang harus dipukul oleh satu generasi untuk disampaikan kepada
generasi berikutnya dan dijalankan oleh para pendidik dalam
mendidik anak-anak. Barang siapa menghianati amanat ini,
menyimpang dari tujuannya, menyalahtafsirkannya, atau mengubah
kandungannya, maka nerakalah baginya (Abdurrahman, 1996: 37).
B. Analisis Konsep Pendidikan Keluarga Perspektif Zakiah Daradjat
Menurut Zakiah Daradjat terdapat tiga lingkungan yang
bertanggung jawab dalam mendidik anak. Ketiga lingkungan yang
bertanggung jawab dalam mendidik tersebut adalah keluarga (kedua orang
tua(, Sekolah (para Guru), dan Masyarakat (Zakiah Dardajat, 1997: 71).
1. Analisis Konsep Pendidikan islam didalam Keluarga
55
Zakiah Daradjat menjelaskan ada beberapa hal yang harus
diperhatikan atau diketahui dalam melaksanakan pendidikan Islam di
lingkungan keluarga yaitu:
a. Peran Ibu dalam Keluarga
Berbicara mengenai pendidikan Islam dalam keluarga terhadap
anak, paling besar pengaruhnya adalah ibu. ditangan ibu, keberhasilan
pendidikan anak-anaknya, walau tentunya keikutsertaan bapak, tidak
dapat diabaikan begitu saja. Ibu memainkan peran yang penting
didalam mendidik anak-anaknya, terutama masa balita.
Tidak diragukan bahwa peran ibu dalam keluarga adalah sangta
penting. Bahkan, dapat dikatakan bahwa kesuksesan dan kebahagiaan
keluarga sangat ditentukan oleh peran seorang ibu. Jika ibu adalah
seorang wanita yang baik, akan baiklah kondisi keluarga, begitu juga
sebaliknya. Baik dalam hal menyusui, mengasuh maupun memberikan
kasih sayang dalam membina rasa tanggung jawab untuk anak-
anaknya, ibu lah yang mempunyai andil besar dalam hal terebut. Ibu
adalah orang yang pertama memberikan pendidikan pada anak,
bahkan mulai dalam janin.
Jadi hal pertama yang harus diciptakan oleh keluarga terutama
oleh seorang ibu adalah menciptakan sikon yang kondusif sehingga
kendala dalam mendidik anak, mengarahkan mereka terhadap ajaran
agama, menciptakan kepribadian yang solih akan lebih mudah, karena
56
ada saling percaya dan ikatan kasih sayang yang kuat antara ibu dan
anak, dari seluruh pihak keluarga.
b. Pembentukan Kepribadian Muslim pada Anak dalam Keluarga
Bekenaan dengan pembentukan kepribadian anak dalam
keluarga, sudah jelaslah bahwa lingkungan keluarga sangat
mempengaruhi bagi pengembangan kepribadian anak dalam hala ini
orang tua harus berusaha untuk menciptakan lingkungan keluarga
harus diciptakan suasana yang serasi, seimbang dan selaras, orang tua
harus bersikap demokrasi baik dalam memberikan larangan dan
berupaya merangsang anak menjadi percaya diri.
Pembentukan kepribadian terjadi dalam masa yag panjang,
mulai sejak dalam kandungan sampai berumur sekitar 21 tahun. Serta
pembentukan kepribadian berkaitan erat dengan pembiaan iman dan
akhlak.
Untuk memberikan pembiasaan latihan keagamaan kepada
anak yang menyangkut akhlak dan ibadah, tentunya harus disertai
dengan contoh teladan dari orang tua sebagai pendidik, tidak hanya
dengan kata-kata saja. Karena menurut Zakiah Daradjat (1995: 75)
bahwasanya seorang pendidik (orang tua) hendaknya mempunyai
kepribadian yang dapat mencerminkan ajaran agama, yang akan
diajarkan kepada anak, lalu sikap dalam melatih kebiasaan yang biak
yang sesuai dengan ajaran agama itu, hendaknya menyenangkan dan
tidak kaku.
57
Dengan demikian maka orang tua dalam konteks pembentukan
kepribadian muslim pada diri anak adalah orang tua memberikan
bimbingan atau pimpinan belajar melalui pembiasaan dan keteladanan
yang dapat dicontoh anak
C. Relevansi Konsep Pendidikan Keluarga Perspekttif Zakiah Daradjat
terhadap Pendidikan Islam Masa Kini
1. Agar anak memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi diri,
bermanfaat untuk orang lain dan masyarakat yaitu menanamkan sikap
hubungan yang seimbang dan selaras dengan Tuhannya, membentuk
sikap hubungan yang harmonis, selaras dan seimbang dengan
masyarakat, mengembangkan kemampuannya untuk menggali,
mengelola, dan memanfaatkan kekayaan alam ciptaan Allah bagi
kepentingan kesejahteraan hidupnya dan hidup sesamanya serta bagi
kepentingan ubudiahnya kepada Allah, dengan dilandasi sikap
hubungan yang harmonis pula.
2. Membangun Anak yang Berakhlakul al-Karimah
Pendidikan dan pengajaran bukanlah memenuhi otak anak didik
dengan segala macam ilmu yang belum mereka ketahui, melainkan
yaitu: mendidik akhlak dan jiwa mereka, menanamkan rasa
keutamaan, membiasakan mereka dengan kesopanan yang tinggi,
mempersiapkan mereka untuk selalu hidup yang suci seluruhnya.
3. Membangun Anak yang Cerdas dalam Iman dan Taqwa
58
Muslim yang sempurna atau manusia yang taqwa, beriman yang
beribadah kepada Allah, muslim yang sempurna ialah manusia yang
memiliki akal cerdas serta pandai, jasmaninya kuat, hatinya taqwa
kepada Allah, berketerampilan, mampu menyelesaikan masalah secara
ilmiah dan filosofis.
59
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
a. Konsep Pendidikan Islam dalam keluarga
Pendidikan dalam keluarga setelah kami pelajari memang
sangat menentukan dalam membentuk kepribadian seorang anak,
kepribadian ini mencangkup berbagai aspek yang harus
dikembangkan dan harus tertanam dalam diri anak, dalam hal ini
keluargalah merupakan lembaga pendidikan pertama dan uatama.
Selain tanggungjawab orang tua yang telah disebutkan diatas
ada tanggung lain yang perlu dierhatiakn yaitu: Pembetukan iman dan
tauhid, pembinaan akhlak baik akhlak kepaa Allah, akhlak kepada
orang tua, akhlak kepada tetangga dan masyarakat luas serta akhlak
terhadap lingkungan.
B. Saran-saran
a. Bagi Keluarga
Orang tua hendaknya berupaya mengoptimalisasikan perannya
sebagai pendidik pertama dan utama bagi anak yang tentunya
dilandasi dengan konsep Islam selalu mengawasi anak-anaknya.
b. Anak
60
Bagi anak hendaknya selalu mentaati kedua orang tua selama tidak
melanggar ketentuan agama Islam agar dalam kehidupannya bahagia
di dunia dan akhirat.
c. Peserta Didik
Bagi peserta didik hendaknya selalu rajin belajar mulai dari tigkat
taman kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan
(SMP atau SMA) dan Sekolah Tinggi serta mentaati para guru dan
mentaati segala tata tertib yang ada di sekolah agar mempunyai masa
depan yang cerah.
61
DAFTAR PUSTAKA
Ahid, Nur, 2010. Pendidikan Keluarga dalam perspetif Islam. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Al- Hasan, Yusuf, Muhammad, 1997. Pendidikan Anak dalam Islam.
Jakarta: Yayasan al-Sofwa.
Al-Abrasyi, Muh, Athiyah, 1980. Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam.
Jakarta: Bulan Bintang.
Arifin, Muzayyin, 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
1987. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bina Aksara.
Arikunto, Suharsimi, 2005. Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Ashraf, Ali, 1996. Horizon Baru Pendidikan Islam. jakarta: Pustaka
Firdaus.
Burhanudin, Jajat, 2002. Ulama Perempuan Indonesia. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Darmawan, Deni, 2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Daradjat, Zakiah, 1995. Pendidikan Islam Dalam Keluarga ilmu Sekolah.
Jakarta: Ruhama.
, 2002. Psikoterapi Islami. Jakarta: Bulan Bintang
, 2014. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Djamal, Usman, 1984. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Pembinaan
Prasarana dan srana Perguruan Tinggi Agama IAIN Jakarta.
62
Fadhil, al-Jamiy, 1992. Menerabas Kritis Pendidikan Islam. Jakarta:
Golden Trayon.
Fauzan, Abudin, Nata, 2005. Pendidikan Dalam perspektif Hadits. Jakarta
:UIN Jakarta Press.
Hasbullah, 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo.
Jumali, 2004. Landasan Prndidikan. Surakarta: Muhammadiyah
University Press.
Mahmud, 2011. Pemikiran Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.
Makbuloh, Deden, 2013. PendidikanAgama Islam Arah Baru
Penembangan Ilmu dan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta:
Rajawali Pers.
Maslikhah, 2013. Menjelitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi
Mahasiswa. Yogyakarta: TrustMedia.
Marimba, Ahmad, 1962. Pengantar Filsafah Pendidikan Islam. Bandung:
PT al- Ma’arif.
Moleong, Lexy J, 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Nata, Abudin, 2005. Tokoh-tokoh Pembaharuan Pendidikan Islam di
Indonesia. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
, 2002. Metodologi Studi Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
,1997. Filsafat Pendidikan Islam 1. Jakarta: logos,Wacana Ilmu.
, 2013. Kapita Selekta Pendidikan Islam : Isu-isu Kontemporer tentang
Pendidikan Islam. Jakarta: Rajawali Pers.
63
Omar, Mohammad, al-Toumny, al-Syaibany, 1979. Falsafah Pendidikan
Islam (Terjemahan Hasan Langgulung dari Filsafah al-Tarbiyah
al-Islamiyyah). Jakarta: Bulan Bintang.
Poerwannto, Dkk, 1991. Seluk Beluk Filsafat Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Roqib, Moh, 2009. Ilmu Pendidikan Islam Pengembangan Pendidikan
Integratif di Sekolah, Keluarga, ilmu Masyarakat. Yogyakarta: PT.
LkiS.
Ramayulis, 1998. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Radar Jaya Offest.
Said, Muhammad, As, 2011. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Mitra
Pustaka.
Said, Umar, Jalaludin, 1999. Filsafat Pendidikan Islam Konsep dan
Perkembangan Pemikirannya. Jakarta: Raja Grafindo persada.
Satioso, Welly Catur, 2011. Skripsi Fungsi Pendidikan Agama Islam Pada
Anak Menurut Prof. Dr. Zakiah Daradjat. Jakarta: UIN Syarif
Hidayatullah.
Scupin, Raymond, 1989. Aspect Of Development Islamic Education In
Thailand and Malaiysia. Univ Leiden Bibl.
Subagyo, P. Joko, 1999. Metodologi Penelitian Teori dan Praktek. Jakarta:
PT Rineka Cipta.
Suharto, Toto, 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Sugiono, 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Pustaka Pelajar.
Widiyanto, Asfa, 2015. Konstruk Ilmu Pengetahuan dan Signifikansinya
dalam Upaya Restorasi Pendidikan Islam. Salatiga: LP2M-Press.
64
Widodo, Ardi, Sembodo, 2009. Pendidikan Islam di Indonesia Dasar
Pemikiran dan Implementasi. Yogyakarta: Pustaka Felicha.
Wiyani, Novan, Ardy, 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Iman dan
Taqwa. Yogyakarta: Sukses Offset.
Yasin, A, Fatah, 2008. Dimensi-dimensi Pendidikan Islam. UIN: Malang
Press.
Zuhairini, 1992. Filsafat Pendidikan Islam . jakarta: Bumi Aksara.
Zuhairini, dkk, 1995. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
65
LAMPIRAN
66
67
68
DAFTAR NILAI SKK
Nama : Miftahul Khoiriah Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan
NIM : 111 12 138 Progdi : PAI
P.A : Dra. Ulfa Susilawati, M.Si.
No Jenis Kegiatan Pelaksanaan Jabatan Nilai
1 Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
oleh Dewan Mahasiswa
(DEMA) STAIN Salatiga
05-07 September
2012
Peserta 3
2 Orientasi Pengenalan
Akademik dan
Kemahasiswaan (OPAK)
Jurusan Tarbiyah Oleh
Himpunan Mahasiswa
Jurusan (HMJ) Tarbiyah
STAIN Salatiga
08-09 September
2012
Peserta 3
3 Orientasi Dasar Keislaman
(ODK) Oleh STAIN Salatiga
10 September 2012 Peserta 2
4 Seminar Entrepreneurship
dan Perkoperasian 2012 oleh
MAPALA MITAPASA dan
KSEI STAIN Salatiga
11 September 2012 Peserta 2
5 Achiecvment Motivation
Training (AMT) Oleh JQH
dan LDK STAIN Salatiga
12 September 2012 Peserta 2
69
6 LIBRARY USER
EDUCATION Oleh UPT
PERPUSTAKAAN STAIN
Salatiga
13 September 2012 Peserta 2
7 Seminar Pra Youth
Leadership
“Surat Cinta Pembasmi
Galau” oleh KAMMI
Komisariat Salatiga
06 Oktober 2012 Peserta 2
8 Seminar
“Technology Era , The Best
Moment to Learn
English”oleh CEC STAIN
Salatiga
12 Desember 2012 Peserta 2
9 SEMINAR NASIONAL
“Ahlussunnah Wal Jamaah
dalam Perspektif Islam
Indonesia” oleh Dewan
Mahasiswa (DEMA) STAIN
Salatiga
26 Maret 2013 Peserta 8
10 “TAHTIMUL QUR’AN”
oleh JQH STAIN Salatiga
05 April 2013 Peserta 2
11 TAFSIR TEMATIK
“Sihir dalam Perspektif Al-
Qur’an dan Hukum Negara”
oleh JQH STAIN Salatiga
04 Mei 2013 Peserta 2
12 AKHIRUSANAH MA’HAD
STAIN SALATIGA
“Pesantren Sebagai Wadah
Perkembangan Karakter
30 Juni 2013 Peserta 2
70
Pemuda Islam yang
Berakhlaqul Karimah dan
Bernalar Ilmiah” oleh
Ma’had STAIN Salatiga
13 SEMINAR NASIONAL
Entrepreneurship oleh
Gerakan Pramuka Racana
Kusuma Dilaga – Woro
Srikandhi STAIN Salatiga
16 November 2014 Peserta 8
14 Seminar “Mempertegas
Peran Pendidikan dalam
Mencerahkan Masa Depan
Anak Bangsa” oleh HMI
Cabang Salatiga
19 November 2014 Peserta 2
15 SEMINAR NASIONAL
“Perlindungan Hukum
Terhadap Usaha Mikro
Menghadapi Pasar Bebas
Asean” oleh HMP S-AS
STAIN Salatiga
Peserta 8
16 “Potret Kebudayaan Papua
Bagian dari Kekayaan
Indonesia” oleh Forum
Mahasiswa Satu Aspirasi
(FORMASI)
11 Desember 2014 Peserta 2
17 Workhsop Fotografi
“Lifestyle” oleh LPM
Dinamika IAIN Salatiga
25 September 2015 Peserta 2
18 SEMINAR NASIONAL 30 Oktober 2015 Peserta 8
71
KEWIRAUSAHAAN
“Jiwa Muda, Berani
Berwirausaha” oleh HMJ
PAI IAIN Salatiga
19 SEMINAR NASIONAL
“Wacana Islam Nusantara
Dalam Menjaga
Kebhinekaan Dan Keutuhan
NKRI” oleh Al Khidmah
Kampus Kota Salatiga
31 Oktober 2015 Peserta 8
20 IAIN Salatiga Bersholawat
dan Orasi Kebangsaan
“Menyamai Nilai-nilai Islam
Indonesia Untuk
Memperkokoh NKRI dalam
Mewujudkan Baldatun
Toyyibatun Warobbun
Ghofur” oleh Dewan
Mahasiswa (DEMA) IAIN
Salatiga
03 November 2015 Peserta 2
21 SEMINAR NASIONAL
“Jenderal Sudirman Inspirasi
Anak Bangsa” oleh HMJ SKI
IAIN Salatiga
11 November 2015 Peserta 8
22 SEMINAR PENDIDIKAN
“Menciptakan Metode
Pendidikan Agama Islam
yang Ideal Dalam Proses
Membebaskan dan
Memerdekakan Manusia”
12 November 2015 Peserta 2
72
oleh HMJ PAI IAIN Salatiga
23 SEMINAR NASIONAL
“Pendidikan Karakter Untuk
Melahirkan Pemimpin Masa
Depan” oleh HMJ PGMI
IAIN Salatiga
17 November 2015 Peserta 8
24 SEMINAR NASIONAL
“Peran Media Massa
Terhadap Kelestarian
Lingkungan Hidup” oleh
HMJ KPI Fakultas Dakwah
IAIN Salatiga
19 November 2015 Peserta 8
25 SEMINAR NASIONAL
“Musik, Islam, dan
Nusantara” oleh SMC IAIN
Salatiga
05 Desember 2015 Peserta 8
26 SEMINAR NASIONAL
“Hak Gender Kaum Difabel
Dalam Perspektif Sosiologi
dan Hukum Islam” oleh HMJ
AS
24 Desember 2015 Peserta 8
73
74
RIWAYAT HIDUP PENULIS
Nama : Miftahul Khoiriah
Tempat Tanggal Lahir : Boyolali, 20 Oktober 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jengglong RT 30 RW 09, Sempu, Andong,
Boyolali
Pendidikan :
1. RA Perwanida Jengglong
2. MI Jengglong
3. MTs Ma’arif Andong
4. MA.Al-Azhar Andong
No. Hp/ Email : 081 218 608 307 / miftah.libra@gmail.com
top related