skripsi efektivitas pijat bayi usia 3 - 12 bulan dengan
Post on 05-Oct-2021
8 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PIJAT BAYI USIA 3 - 12 BULAN DENGAN AROMA
TERAPI LAVENDER TERHADAP KUALITAS TIDUR BAYI
DI POSYANDU KARTINI TANJUNG MORAWA
TAHUN 2018
OLEH:
SRI KANDI HARSI
NIM P0.7524517095
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
SKRIPSI
EFEKTIVITAS PIJAT BAYI USIA 3 - 12 BULAN DENGAN AROMA
TERAPI LAVENDER TERHADAP KUALITAS TIDUR BAYI
DI POSYANDU KARTINI TANJUNG MORAWA
TAHUN 2018
Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi Diploma IV
OLEH:
SRI KANDI HARSI
NIM P0.7524517095
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
JURUSAN KEBIDANAN MEDAN
PRODI D-IV KEBIDANAN
TAHUN 2018
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN JURUSAN D-IV KEBIDANAN MEDAN SKRIPSI, 24 Juli 2018 Sri Kandi Harsi Efektivitas Pijat Bayi Usia 3-12 Bulan dengan Aromaterapi Lavender terhadap Kualitas Tidur Bayi di Posyandu Kartini Tanjung Morawa Tahun 2018
Vii + 51 halaman, 13 tabel, 3 gambar, 13 lampiran
Abstrak
Kualitas tidur bayi merupakan mutu dari keadaan fisiologis yang didapatkan selama bayi tidur, yang memulihkan proses-proses tubuh yang terjadi pada waktu bayi bangun dengan jumlah tidur yang tepat. Tidur memegang peran yang sangat besar bagi perkembangan bayi. Namun sekitar 25% gangguan tidur terjadi pada bayi sehingga mengganggu kualitas tidur bayi. Tujuan pijat bayi dengan aromaterapi Lavender membantu bayi untuk mendapatkan kualitas tidur yang baik yang membantu proses pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan metode quasi eksperimental dengan desain posttest only non-equivalent control group design. Sampel pada penelitian ini adalah bayi usia 3-12 bulan yang imunisasi di Posyandu Kartini wilayah kerja Puskesmas Dalu Sepuluh Tanjung Morawa. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling diperoleh jumlah sampel sebanyak 30 orang. Metode analisis data menggunakan teknik analisis statis non parametrik wilcoxon dan Mann Whitney dengan α 0,05.
Hasil penelitian dengan Wilcoxon menunjukkan perbedaaan Pretest dan Posttest pada kelompok intervensi yaitu terjadi peningkatan kualitas tidur bayi setelah perlakuan yaitu terjadi perbedaan mean Pretest 2,40 dan mean Posttest 4,27 dengan hasil P = 0,001 < α 0,05. Pada uji menggunakan Mann Whithney menunjukkan bahwa pijat bayi dengan aromaterapi lavender bayi pada kelompok kontrol dan intervensi memiliki perbedaan yang signifikan dibuktikan dengan perbedaan mean intervensi 4,27 dan kontrol 2,47 dengan hasil P = 0,000 < α 0,05.
Penelitian ini diharapkan dapat diterapkan oleh orang tua di rumah kepada bayi. Disarankan agar para praktisi kebidanan untuk dapat mengembangkan perawatan yang dapat meningkatkan kualitas tidur bagi bayi dan menjadi keterampilan tambahan oleh para praktisi kebidanan.
Kata Kunci : Aromaterapi Lavender, Pijat Bayi, Kualitas Tidur Daftar bacaan : 26 (2000-2017)
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas semua berkat
dan rahmatNya sehingga dapat terselesaikan Skripsi yang berjudul
“Efektivitas pijat bayi Usia 3-12 bulan dengan aromaterapi lavender
terhadap kualitas tidur bayi di posyandu kartini Tanjung Morawa Tahun
2018”, sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan Sarjana Sains
Terapan Kebidanan pada Program Studi D-IV Kebidanan Medan Poltekkes
Kemenkes RI Medan.
Dalam hal ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak, karena itu pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan banyak
terima kasih kepada :
1. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Kemenkes RI
Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun skripsi ini.
2. Betty Mangkuji, SST, M.Kes, selaku Ketua Jurusan Poltekkes
Kemenkes RI Medan, yang telah memberikan kesempatan menyusun
skripsi ini.
3. Yusniar Siregar, SST, M.Kes, selaku Ketua Program Studi D-IV
Kebidanan Poltekkes Kemenkes RI Medan, yang telah memberikan
kesempatan menyusun dan membimbing skripsi ini.
4. Dewi Meliasari, SKM, M.Kes selaku Dosen Penguji Utama yang telah
memberikan saran dalam penelitian skripsi ini sehingga skripsi ini.
5. Rismahara Lubis, SST, M.Kes, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
6. Yulina Dwi Hastuty, S.Kep, Ners. M.Bio.Med, selaku Dosen
Pembimbing II dan Dosen Pembimbing Akademik (PA) yang telah
memberikan bimbingan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
7. Dr. Tatasi, selaku Kepala Puskesmas Dalu Sepuluh Tanjung Morawa,
telah memberi kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian
di Posyandu Kartini Wilayah Kerja Puskesmas Dalu Sepuluh Tahun
2018.
8. Kepada Bidan Desa dan Kader Desa Wonosari yang telah membantu
penulis dalam memperoleh data survei awal untuk penelitian.
9. Kepada orang tua Hartono dan Ibunda Siti Hawa, yang telah
membesarkan, membimbing, dan mengasuh saya dengan penuh cinta
dan kasih sayang, yang selalu menjadi inspirasi dan motivasi penulis
dan juga telah memberikan dukungan moral selama penulis
menyelesaikan pendidikan.
10. Kepada abang Wahyu Handoko, ST serta adik-adikku tersayang Dimas
Rahdan Harsi dan Syahdam Harsi yang selalu menjadi inspirasi dan
motivasi penulis dan juga telah memberikan dukungan moral selama
penulis menyelesaikan pendidikan.
11. Kepada kakak Desy Octavia Panjaitan Amd.Keb dan Mega Fransiska
Siallagan Amd.Keb yang selalu memberi semangat dalam suka dan
duka dalam menyusun proposal skripsi.
12. Seluruh teman – teman seperjuangan di Poltekkes Kemenkes RI
Medan, terima kasih atas kebersamaan dan kerjasamanya sampai kita
sama – sama tuntas dalam penyelesaian skripsi ini
Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan balasan pahala atas
segala amal baik yang telah diberikan dan semoga skripsi ini berguna bagi
semua pihak yang memanfaatkan.
Medan, 24 Juli 2018
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN ABSTRAK ...................................................................................... i KATA PENGANTAR ...................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................... iii DAFTAR TABEL ............................................................................ iv DAFTAR GAMBAR. ....................................................................... v DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN ................................................................ 1 A. Latar Belakang ........................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 5 C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 5 C.1 Tujuan Umum. .................................................................... 5 C.2 Tujuan Khusus. .................................................................. 5 D. Manfaat Penelitian ..................................................................... 5 D.1 Manfaat Teoritis. .................................................................. 5 D.2 Manfaat Praktis. .................................................................. 5 E. Keaslian Penelitian ..................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................ 7 A. Konsep Tidur .............................................................................. 7
A.1 Pengertian Tidur ................................................................. 7 A.2 Fungsi Tidur bagi Bayi…………………………………... ........ 8 A.3 Fisiologis Tidur .................................................................... 9 A.4 Tahapan dan Siklus Tidur Bayi ............................................ 10 A.5 Kebutuhan Tidur.................................................................. 14 A.6 Kualitas Tidur Bayi .............................................................. 15 A.7 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Bayi .................. 15
B. Konsep Pijat Bayi ....................................................................... 16 B.1 Pengertian Pijat Bayi ........................................................... 16 B.2 Manfaat Pijat Bayi ............................................................... 17 B.3 Ketentuan Pelaksanaan Pijat Bayi ...................................... 20 B.4 Persiapan untuk Memijat ..................................................... 21 B.5 Prosedur untuk Memijat Bayi............................................... 23
C. Aromaterapi .............................................................................. 26 C.1 Pengertian Aroma terapi Lavender ..................................... 26 C.2 Ketentuan Aroma Terapi ..................................................... 27 C.3 Manfaat Aromaterapi Lavender ........................................... 28
D. Kerangka Teori ........................................................................... 30 E. Kerangka Konsep ....................................................................... 30 F. Defenisi Operasional .................................................................. 31 G. Hipotesis Penelitian ................................................................... 32
BAB III METODELOGI PENELITIAN ............................................. 33 A. Jenis dan Desain Penelitian ...................................................... 33 B. Waktu dan Lokasi Penelitian ..................................................... 33
B.1 Lokasi ............................................................................... 33 B.2 Waktu ............................................................................... 33
C. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................ 34 C.1 Populasi ........................................................................... 34 C.2 Sampel ............................................................................. 34
D. Jenis Data dan Cara Pengumpulan Data .................................. 34 D.1 Jenis Data ......................................................................... 34 D.2 Cara Pengumpulan Data ................................................... 35 E. Alat Ukur / Instrumen Penelitiandan……………………………….. 35 F. Pengolahan Data dan Analisa Data ........................................... 36 F.1 Pengelolahan Data ............................................................ 36 F.2 Analisa Data ...................................................................... 37 G. Etika Penelitian ......................................................................... 38 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................. 39 A. Hasil Penelitian .......................................................................... 39 B. Pembahasan ............................................................................. 44 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................. 48 A. Hasil Penelitian .......................................................................... 48 B. Pembahasan ............................................................................. 48 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 50 Lampiran
DAFTAR TABEL
1.1 Keaslian Penelitian .................................................................. 6
2.1 Tahapan Siklus Tidur ................................................................ 10
2.2 Kebutuhan Tidur Bayi Berdasarkan Usia .................................. 13
2.3 Kebutuhan tidur oleh anak dari usia 0 bulan hingga 24 bulan ... 13
2.4 Defenisi Operasional ................................................................. 31
3.1 Model rancangan Penelitian ..................................................... 33
4.1 Distribusi Frekuensi Demografi Responden .............................. 39
4.2 Frekuensi Kualitas Tidur Kelompok Intervensi .......................... 40
4.3 Frekuensi Kualitas Tidur Kelompok Kontrol .............................. 41
4.4 Analisis Frekuensi Kualitas Tidur Bayi Kelompok Intervensi ..... 42
4.5 Analisis Frekuensi Kualitas Tidur Bayi Kelompok Kontrol.......... 42
4.6 Analisis Efektivitas Kualitas Tidur Bayi ...................................... 43
4.7 Perbedaan Kualiats Tidur Intervensi dan Kontrol ...................... 43
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Teori ......................................................................... 30
2.2 Kerangka Konsep ..................................................................... 31
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Permohonan Izin Penelitian
2. Surat Balasan Penlitian
3. Etica clirent
4. Keterangan Penelitian Asli
5. Surat Keterangan Hak royalti
6. Lembaran penjelasan peneliti untuk responden
7. Daftar/Lembar Check List
8. Panduan memijat bayi
9. Lembaran penegelolahan data (SPSS)
10. Daftra Riwayat Hidup
11. Daftar Konsulan Proposal Skripsi
12. Foto dokumentasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup memerlukan aktivitas tidur, termasuk
manusia. Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap manusia,
baik untuk kebutuhan fisik maupun kebutuhan mental. Pada saat tidur
terjadi proses restorative (memperbaiki) kembali organ-organ tubuh
(Arifin dkk, 2010).
Tidur adalah keadaan fisiologis, yaitu kondisi istirahat reguler
dengan karakteristik berkurangnya gerakan tubuh dan penurunan
tingkat kesadaran terhadap sekelilingnya. Tidur tidak hanya merupakan
sebuah keadaan tidak sadar yang berkepanjangan, ada berbagai tahap
yang dilalui sepanjang malam itu, yang masing-masing dapat
diidentifikasi melalui aktivitas gelombang listrik otak (Widodo, D.P dan
Taslim S, 2000).
Pola tidur pada usia 1-12 bulan, bayi membutuhkan waktu tidur
14-15 jam setiap hari, termaksud tidur siang. Masa bagi kehidupan
mereka. Tidur cukup akan membuat tubuh dan otak bayi berkembang
baik dan normal (Gelania, 2014).
Menurut Jodi Mindell, pakar tidur anak di Children’s Hospital of
Philadelphia, tidur memiliki peran ganda bagi bayi, yaitu member
kesempatan untuk mengistirahatkan tubuh dan meningkatkan proses
metabolisme, yakni proses pengolahan pangan menjadi energi yang
dibutuhkan. Pada fase bayi pertumbuhan sel-sel saraf belum sempurna
sehingga diperlukan waktu tidur yang berkualitas dan sehat untuk
perkembangan saraf, pembentukan sinaps serta pelepasan 75%
hormon pertumbuhan pada saat bayi tidur (Permata A, 2017).
Proses tidur yang nyenyak dan teratur sangat baik bagi bayi
sebab pada masa inilah bayi mengalami proses perkembangan. Waktu
tidur siang dan tidur malam pada anak sangatlah penting. Keduanya
sangat dibutuhkan dan memiliki peranan yang tidak dapat
menggantikan satu sama lainnya. Anak yang tidur siang dengan cukup
biasanya tidak terlalu rewel dan tidur pulas saat malamnya (Gelania,
2014).
Tidur tidak hanya merupakan sebuah keadaan tidak sadar yang
berkelanjutan, tetapi ada berbagai tahap dilalui sepanjang malam itu,
yang masing-masing dapat diidentifikasi melalui aktifitas gelombang
lisitrik di otak. Tidak ada bayi atau anak yang melewati masa kecilnya
tanpa pernah mengalami gangguan tidur sama sekali. Bagi sebagian
orang hal ini tidak pernah menjadi masalah. Mereka dapat mengatasi
dengan baik gangguan tidur anak mereka. Mereka tidak merasa kwatir,
tetapi kenyataannya tidak selalu mudah. Bagi banyak orang tua, bayi
menjerit sepanjang. Gangguan tidur mempengaruhi seluruh keluarga,
bahkan membawa dampak pada kehidupan tetangga di sekitar
(Widodo, D.P dan Taslim S, 2000).
Menurut sekartini R dan Nuri P (2006) Prevalensi gangguan
tidur pada anak bawah 3 tahun di 5 kota besar di Indonesia ditemukan
pada (44,2%) kasus yang diteliti dengan rata-rata usia anak 12 bulan.
Ditemukan hubungan bermakna secara statistik antara tertidur ketika
disusui dan jumlah waktu tidur siang serta waktu mulai tidur malam
dengan gangguan tidur. Sebagian besar orangtua (42,3%)
menganggap bahwa gangguan tidur pada anak bukan merupakan
suatu masalah, (29,9%) menggangap masalah yang kecil dan (27,8%)
merupakan masalah yang sangat serius. Keluhan yang biasanya
disampaikan oleh orangtua antara lain adalah kebiasaan tidur yang
tidak teratur, kurangnya atau berlebihannya waktu tidur, terbangun
pada malam hari, dan mengantuk pada siang hari. Anak usia dibawah
tiga tahun yang mempunyai kesulitan tidur pada malam hari secara
teratur dapat menunjukkan gejala kegelisahan seperti perubahan emosi
dan tingkah laku.
Masih kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya tidur
pada tumbuh kembang anak tercermin dari pendapat ibu tentang
masalah tidur pada anak. Sedangkan gangguan tidur pada anak dapat
memberikan dampak baik pada aspek pertumbuhan fisik, maupun
perkembangan kognitif, emosi, sosial dan perilaku anak (sekartini R
dan Nuri P, 2006).
Pengenalan pola tidur yang teratur dan cukup dangat penting
dilakukan agar bayi mendapatkan manfaat yang cukup dari tidur di
malam hari serta agar di siang hari bayi dapat terjaga dengan bugar
untuk beraktifitas dengan ceria bayi tidak hanya berpengaruh terhadap
perkembangan fisiknya, melainkan juga sikapnya keesokan hari. Bayi
yang tidur cukup tanpa sering terbangun akan lebih bugar dan tidak
gampang rewel. Membiasakan bayi tidur cukup dengan pola yang
teratur dapat membantu bayi mencapai pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal (Permata A, 2017).
Mempersiapkan generasi yang lebih baik dimulai dari masa bayi
untuk generasi yang sehat secara fisik maupun mental. Dan pada
masa bayi, stimulasi sedini mungkin sangat penting diberikan untuk
memberikan stimulasi kasih sayang untuk membantu proses
pertumbuhan dan perkembangan yang baik bagi bayi hingga kelak
dewasa. Stimulasi kasih sayang ini diberikan sejak dari dalam
kandungan hingga bayi lahir ke dunia. Rangsangan yang diberikan saat
bayi dapat diberikan melalui pijatan yang merupakan seni perawatan
kesehatan yang dapat dilakukan sendiri dalam lingkuangan keluarga,
murah, nyaman dan aman jika dilakukan dengan tepat (Permata A,
2017).
Melalui sentuhan bayi merasakan cinta dan perhatian dari ibu.
Anak yang dibesarkan sejak bayi dengan penuh cinta, otaknya akan
berkembang sehat dan pertumbuhannya menjadi lebih baik. Hal ini
terjadi karena ketika kulit disentuh sebuah sinyal akan dikirim ke otak
memerintahkan sel-sel saraf otak untuk tumbuh dan membuat
hubungan antarsel. Ibu dapat mewujudkan sentuhan dengan berbagai
cara salah satunya adalah melalui pijat bayi atau baby spa (Gelania,
2014).
Buat atmosfer yang menyenangkan saat melakukan pijat bayi,
ciptakan suasana yang menyenangkan, dapat menyetel musik yang
menyenangkan atau bersenandung lagu anak-anak namun hindari
volume yang terlalu keras, bisa juga menggunakan aromaterapi untuk
menenagkan bayi (Gelania, 2014).
Minyak aromaterapi disebut juga minyak atsiri atau minyak
esensial atau minyak sari, yang digunakan untuk meningkatkan
kesehatan fisik dan juga kesehatan emosi seseorang. Minyak
aromaterapi memiliki struktur molekul yang kecil sehingga dapat
menembus kulit ke lapisan epidermis, molekul minyak ini dapat dengan
mudah menyebar ke tubuh yang lain, misalnya saluran limfa, pembuluh
darah, saraf, kolagen, fibroblast, mast cell dan lain-lain. Kemudian
minyak aromaterapi menghantarkan pesan ke otak, melepaskan
berbagai neurokimiawi seperti relaksan, stimulan, sedatif dan sifat
eforik (menimbulkan rasa senang) (Basford & Slevin, 2006;
Koesoemardiyah, 2009 dalam Wijayanto.T dan Ratna, 2015).
Menurut (Jaelani, 2009) minyak esensial ini dapat memengaruhi
aktivitas fungsi kerja otak melalui sistem syaraf yang berhubungan
dengan indra penciuman. Respons ini akan dapat merangsang
peningkatan produksi masa penghantar saraf otak (neurotransmiter),
yaitu yang berkaitan dengan pemulihan kondisi psikis (seperti emosi,
perasaan, pikiran, dan keinginan).
Aromaterapi merupakan cara efektif dan lembut untuk
meningkatkan kesehatan tubuh, mengatasi gangguan-gangguan
ringan, serta membuat rileks (Charlish & Davies, 2005 dalam Umi
Soraya dkk, 2014). Menghirup minyak aromaterapi sendiri dianggap
sebagai cara penyembuhan yang paling langsung dan cepat. Hal ini
dikarenakan molekul-molekul minyak essensial yang mudah menguap
bereaksi langsung pada organ penciuman dan langsung dipersepsikan
oleh otak (Vitahealth, 2006 dalam Umi Soraya dkk, 2014).
Lavender diketahui efektif terhadap kecemasan, stres dan
depresi sebagai sebuah obat penenang yang kuat, memulihkan
kelelahan otot dan membantu sirkulasi darah (Buckle et al., 1997 dalam
Kim M., J.K, 2010). Lavender mengandung sebagian besar ester
(26%-52%), yang mana dapat menenangkan dan memberikan efek
langsung pada sistem saraf (Young DG, 2003 dalam Walsh et al.,
2011).
Studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di wilayah kerja
posyandu kartini Tanjung Morawa 17 Mei 2018 didapatkan 42 orang
bayi sering terbangun dan menangis di malam hari. Diantaranya 21
bayi (50%) menunjukkan reaksi sering terbangun dan menangis walau
sudah diberikan susu dan pampers dalam kondisi kering. Sedangkan
11 bayi (26,2%) tidak menunjukkan reaksi menangis tetapi sering
terbangun dan 10 (23,8%) bayi jarang terbangun dan menangis di
malam hari.
Berdasarkan latar belakang di atas, Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui efektifitas pijat bayi Usia 3-12 bulan dengan
aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur bayi di posyandu kartini
Tanjung Morawa.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah Bagaimana efektivitas pijat bayi Usia 3 -12 bulan
dengan aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur bayi di Posyandu
Kartini Tanjung Morawa?
C. Tujuan Penelitian
C.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui efektivitas pijat bayi dengan aromaterapi
lavender terhadap kualitas tidur bayi usia 3 -12 bulan di posyandu
kartini Tanjung Morawa.
C.2 Tujuan Khusus
1. Mengidentifikasi kualitas tidur bayi yang diberikan pijatan
dengan aromaterapi lavender berdasarkan total tidur malam
frekuensi terbangun malam, durasi setiap terbangun malam dan
siang hari, total tidur, dan kondisi saat terbangun di posyandu
kartini Tanjung Morawa.
2. Untuk melihat perbandingan pretest dan posttest pada
kelompok intervensi yang telah di pijat dengan aromaterapi
lavender.
3. Untuk mengetahui efektivitas pijat bayi dengan aromaterapi
lavender pada bayi yang diberikan perlakuan dibandingkan
dengan kelompok tanpa perlakuan pijat dengan aromaterapi
lavender
D. Manfaat Penelitian
D.1 Manfaat Teoritis
1. Bagi Praktik Kebidanan
Dapat dijadikan referensi informasi tentang adanya alternatif
perawatan untuk meningkatkan kualitas tidur bayi.
D.2 Manfaat Praktis
1. Bagi Pendidikan Kebidanan
Dapat dijadikan evidence based dalam materi kuliah di bidang
kebidanan.
2. Bagi masyarakat
Digunakan untuk menambah wawasan pengetahuan yang
berkaitan dengan pijat bayi dengan aromaterapi yang aman.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai referensi untuk melakukan melakukan penelitian
berikutnya sehubungan dengan topik.
E. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1 Keaslian Penelitian
Judul/Nama /Tahun Sasaran /Variabel/
Metode
Hasil
Pengaruh Pijat Bayi
Terhadap Peningkatan
- Sampel sebanyak 10 bayi berusia 3-6 bulan
Hasil analisis sebelum
dan setelah diberikan
Lama Tidur Malam
Pada BAYI 3 – 6
Bulan.
Ayu Permata, 2017.
- Variabel bebas yaitu pijat bayi, Variabel terikat yaitu lama tidur malam
- Metode penelitian yaitu Pre-Eksperimental one group pre test – post test design
- Paired sample t test
intervensi yang
didapatkan nilai
signifikansi p = 0.03.
Pengaruh Pijat Bayi
terhadap lama tidur
bayi di desa duwet
kecamatan wonosari
kabupaten klaten.
Warsini dan Dyah
Nugraini, 2016
- 20 bayi beruisa 0 - 12 Bulan
- Variabel bebas yaitu pijat bayi, variabel terikat yaitu pola tidur bayi
- Metode penelitian yaitu Pre-Eksperimental one group pre test – post test design
- Independent t-test
Dari hasil analisis
statistik Independent t-
test diperoleh nilai p :
0,047 dengan batas
atas 3,967 dan batas
bawah 0,33. Dengan
demikian dapat
disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh
yang secara statistik
signifikan pada pijat
bayi terhadap lama
tidur bayi.
Efektivitas pijat bayi
Usia 3-12 bulan
dengan aromaterapi
lavender terhadap
kualitas tidur bayi di
posyandu kartini
Tanjung Morawa.
Sri kandi Harsi
- Variabel bebas yaitu pijat bayi, variabel terikat yaitu kualitas tidur bayi
- Metode penelitian yaitu Quasi Eksperiment, Posttest only non-equivalent control group design dengan pengambilan sampel menggunakan purposive sampling.
- Wilcoxon dan Mann Whitney
Dari hasil disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kualitas tidur pada kelompok yang diberi perlakuan pijat dengan aromaterapi lavender (p = 0,001, α <0,05). Ada pengaruh Pijat Bayi dengan Aromaterapi Lavender Lavender terhadap Kualitas Tidur Bayi di Posyandu Kartini Tanjung Morawa Tahun 2018 dengan P = 0,000
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Tidur
A.1 Pengertian Tidur
Tidur merupakan keadaan tidak sadar yang relatif lebih
responsif terhadap rangsangan internal. Perbedaan tidur dengan
keadaan tidak sadar lainnya adalah pada keadaan tidur siklusnya
dapat diprediksi dan kurang respons terhadap rangsangan
eksternal. Otak berangsur-angsur menjadi kurang responsif
terhadap rangsang visual, auditori dan rangsangan lingkungan
lainnya. Tidur dianggap sebagai keadaan pasif yang dimulai dari
input sensoric walaupun mekanisme inisiasi aktif juga
mempengaruhi keadaan tidur (Widodo, D. P dan Taslim S, 2000).
Tidur bukan berarti tidak produktif. Meski saat tidur tanggapan
terhadap berbagai stimulus menjadi berkurang. Walaupun tidur
sering dipandang sebagai keadaan dimana tubuh tidak aktif,
sebenarnya tidur merupakan keadaan aktif, penting dan involunter,
dimana tanpanya kita tidak dapat berfungsi secara efektif
(Sherwood, 2001., Robotham, 2011 dalam William, 2013).
Tidur adalah keadaan fisiologis, yaitu kondisi istirahat reguler
dengan karakteristik berkurangnya gerakan tubuh dan penurunan
tingkat kesadaran terhadap sekelilingnya. Tidur tidak hanya
merupakan sebuah keadaan tidak sadar yang berkepanjangan, ada
berbagai tahap yang dilalui sepanjang malam itu, yang masing-
masing dapat diidentifikasi melalui aktivitas gelombang listrik otak
(Widodo, D.P dan Taslim S, 2000).
Dengan demikian keadaan tidur yang sebenarnya adalah saat
pikiran dan tubuh berbeda dengan keadaan terjaga, yakni ketika
tubuh beristirahat secara tenang, aktivitas metabolisme tubuh
menurun, dan pikiran menjadi tidak sadar terhadap dunia luar
(Putra, 2011 dalam Doe, 2012).
A.2 Fungsi Tidur Bagi Bayi
Meski tidur sering dikesampingkan karena dianggap sesuatu
yang bersifat pasif dan tidak produktif, tidur tetaplah suatu
kebutuhan dasar manusia yang harus dipenuhi. Tidur tidak hanya
berfungsi untuk mengistirahatkan tubuh dari kelelahan aktivitas,
namun juga mengkontribusi pemulihan fisiologis dan psikologis
(Oswald, 1984; Anch dkk, 1988 dalam Potter & Perry, 2006).
Bagi bayi, tidur memiliki fungsi lebih dominan. Menurut Joesoef
dalam Yudana (2003), selama fase bayi, pertumbuhan sel-sel saraf
belum sempurna sehingga diperlukan waktu tidur lebih lama untuk
perkembangan saraf, pembentukan sinaps, dan sebagainya. Otak
bayi tumbuh tiga kali lipat dari keadaan saat lahir atau 80% dari
otak orang dewasa di tahun pertamanya. Kondisi ini hanya terjadi
satu kali saja seumur hidup (Fathoni., NL., Roekistiningsih, 2006).
Aktivitas tidur merupakan salah satu stimulus bagi proses
tumbuh kembang otak, karena 75 % hormon pertumbuhan
dikeluarkan saat anak tidur Pada waktu bangun, penggunaan
oksigen dan nutrisi digunakan untuk keperluan kegiatan fisik dan
mentalnya. Keadaan katabolik mengakibatkan teraktifitasnya
hormon adrenalin (epineprin) dan kortikosteroid tubuh. Selama
tidur, keadaan sebaliknya yaitu anabolik terjadi, yang
memungkinkan berjalannya proses konservasi energi, perbaikan
sel-sel tubuh dan pertumbuhan. Akibat konsentrasi adrenalin dan
kortisol turun, maka tubuh mulai membentuk hormon pertumbuhan
(Ubaya, 2010; Afrina & Widodo, 2012).
Hormon pertumbuhan tersebut bertugas merangsang
pertumbuhan tulang dan jaringan. Selain itu, hormon pertumbuhan
juga memungkinkan tubuh memperbaiki dan memperbarui seluruh
sel yang ada di tubuh, dari sel kulit, sel darah sampai sel saraf otak.
Proses pembaruan sel ini akan berlangsung lebih cepat bila si bayi
sering terlelap sesuai dengan kebutuhan tidur bayi (Ubaya, 2010;
Afrina & Widodo, 2012).
Selain membantu proses pertumbuhan, tidur juga membantu
perkembangan psikis emosi, kognitif, konsolidasi pengalaman dan
kecerdasan. Oleh karena itu kebutuhan tidur pada bayi sesuai
usianya perlu mendapat perhatian dari keluarga agar nantinya bayi
dapat mencapai pertumbuhan dan perkembangan yang optimal
(Rafknowledge, 2004; Soedjatmiko, 2006; Jahja, 2009 dalam
Ubaya, 2010).
Periode tidur yang lama menjamin bahwa otak akan melalui
siklus tidur yang lengkap, termasuk tidur REM. Tidur REM terlihat
penting untuk pemulihan kognitif. Tidur REM dihubungkan dengan
perubahan dalam aliran darah serebral, peningkatan aktivitas
kortikal, peningkatan konsumsi oksigen, dan pelepasan epinefrin.
Sinkronisasi ini membantu penyimpanan memori dan pembelajaran
karena otak menyaring informasi yang disimpan tentang aktivitas
hari tersebut (Potter & Perry, 2006).
Pentingnya tidur pada proses belajar juga berkaitan dengan
kenyataan bahwa tidur meningkatkan produksi protein. Protein
berguna untuk membangun kembali sel-sel saraf (neuron) dalam
otak. Tanpa protein sinaps-sinaps baru tidak akan terbentuk, dan ini
akan mempengaruhi jumlah informasi yang bisa disimpan oleh
orang yang kekurangan tidur. Akan tetapi, peran hormon
pertumbuhan yang berfungsi sebagai promotor sintesis protein
bersifat terbatas dikarenakan pelepasannya tidak berhubungan
dengan kadar glukosa darah dan asam amino (Home, 1983 dalam
Potter & Perry, 2006; Garliah, 2009).
A.3 Fisiologis Tidur
Tidur tidak dapat diartikan sebagai manifestasi proses
deaktivasi susunan saraf pusat. Jadi seseorang yang tertidur
bukannya karena susunan sarafnya tidak aktif, melainkan sedang
bergiat. Tidur merupakan aktivitas area tertentu di otak yang
menyebabkan tidur dan masukan sensorik yang menurun pada
korteks serebri. Stimulasi pada area ini akan menghasilkan tidur,
sebaliknya kerusakan akan mengakibatkan sulit tidur (Widodo, D.P
dan Taslim S, 2000).
Bagian otak yang mengendalikan aktivitas tidur adalah batang
otak, tepatnya pada sistem pengaktifan retikularis atau reticularis
ativating system (RAS) dan Bulbular Synchonizing Regional (BSR).
RAS terdiri dari sistem retikularis batang otak, hipotalamus posterior
dan basal otak depan (Widodo, D.P dan Taslim S, 2000 didalam
Doe, 2012).
RAS diyakini memiliki sel-sel khusus yang dapat
mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran. Sedangkan BSR
berfungsi untuk memberikan rangsangan visual, pendengaran,
nyeri, dan perabaan, serta dapat menerima stimulus dari korteks
serebri termasuk rangsangan emosi dan proses berpikir. Pada saat
sadar, RAS melepaskan katekolamin untuk mempertahankan
kesadaran dan tetap terjaga. Pengeluaran serotonin dari BSR
menimbulkan rasa kantuk yang selanjutnya menyebabkan tidur.
Terbangun atau terjaganya seseorang tergantung pada
keseimbangan impuls yang diterima di pusat otak dan sistem limbik
(Saputra, 2012 dalam Doe, 2012).
Siklus tidur mempunyai kaitan-kaitan dengan hormon tubuh,
seperti hormon pertumbuhan, prolaktin, dan kortisol. Hormon
pertumbuhan disekresi pada awal periode tidur lelap, tahap 3 dan 4
dan dihambat selama tidur REM, yang berhubungan dengan mimpi,
dan prolaktin mencapai puncaknya antara jam 05.00 dan 07.00
pagi. Sekresi kortikosteroid yang biasanya terjadi selama malam
hari, dapat berubah sesuai dengan siklus tidur-bangun. Bila pola
tidur berubah, sekresi kortisol pada awalnya seperti semula, tetapi
secara bertahap melakukan penyesuaian atau resinkronisasi
dengan siklus yang baru (Widodo, D.P dan Taslim S, 2000).
Fluktuasi hormon selama tidur bergantung pada 3 faktor utama,
yaitu irama sirkadian, siklus bangun-tidur dan tahapan tidur non
REM/REM. Penyebab variasi ini masih tanda tanya. Sekresi
hormon kortisol dan adrenokortikotropik (ACTH) mengikuti irama
sirkadian, dengan puncaknya pada pagi hari (6-8 jam tidur sampai 1
jam setelah bangun) dengan titik terendah pada larut malam.
Thyrotropin-stimulating hormone juga berhubungan dengan irama
sirkadian dengan puncaknya pada larut malam dan awal siklus tidur
(Widodo, D.P dan Taslim S, 2000).
A.4 Tahapan dan Siklus Tidur Bayi
1. Tahapan Tidur Bayi
Tahapan tidur pada anak dan orang dewasa ternyata
terdapat pula pada bayi baru lahir, yaitu tidur aktif atau REM
(rapid eye movement) dan tidur tenang atau non REM. Pada
bayi normal, anak dan orang dewasa mempunyai periode REM
dan non REM yang berubah-ubah beberapa kali selama tidur
malam hari. Perkembangan tidur berkaitan dengan umur dan
bertambah besarnya anak, maka jumlah tidur yang diperlukan
berkurang dan diikuti dengan penurunan proporsi REM dan non
REM (Widodo, D.P dan Taslim S, 2000).
Setiap fase menunjukkan adanya perubahan fisiologis
(berkaitan dengan tubuh), neurologis (berkaitan dengan otak),
dan psikologis (berkaitan dengan jiwa) yanng kemudian
membentuk suatu siklus tidur yang lengkap. Berikut tahapan
siklus nREM dan REM menurut Potter & Perry, 2005 dalam
Agustin, 2012 :
Tabel 2.1 Tahapan Siklus Tidur
Tahapan Siklus
Tidur
Karakteristik
Tahap 1 : nREM 1) Tahap transisi diantara mengantuk dan tertidur.
2) Ditandai dengan pengurangan aktivitas fisiologis yang dimulai dengan
menutupnya mata, pergerakan lambat, otot berelaksasi, serta penurunan secara bertahap tanda-tanda vital dan metabolisme, menurunnya denyut nadi
3) Mudah terbangun
Tahap 2: nREM 1) Tahapan tidur ringan 2) Denyut jantung mulai melambat,
turunnya suhu tubuh, dan berhentinya pergerakan mata.
3) Masih relatif mudah terbangun dengan stimulasi
Tahap 3: nREM 1) Tahap awal dari tidur yang dalam 2) Laju pernapasan dan denyut jantung
makin melambat karena sistem saraf simpatik makin mendominasi.
3) Otot skeletal makin berelaksasi, terbatasnya pergerakan, dan mendengkur mungkin saja terjadi
4) Sulit dibangunkan dan tidak dapat diganggu oleh stimulasi sensori
Tahap 4: nREM 1) Tahap tidur terdalam. 2) Tidak ada pergerakan mata dan
aktivitas otot. 3) Tanda-tanda vital menurun sacara
bermakna dibanding selama terjaga, laju pernapasan dan denyut jantung menurun hingga 20-30%.
4) Seseorang yang terbangun pada tahap ini tidak secara langsung menyesuaikan diri, sering merasa pusing dan disorientasi dalam beberapa menit setelah bangun dari tidur
Tahap REM 1) Ditandai dengan pergerakan mata secara cepat ke berbagai arah, pernapasan cepat, tidak teratur, dan dangkal, otot tungkai mulai lumpuh sementara, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah.
2) Pada pria terjadi ereksi penis, sedangkan pada wanita terjadi sekresi vagina.
3) Mimpi yang terjadi pada tahap ini penuh warna dan tampak hidup, terkadang merasa sulit untuk bergerak.
Sumber: Potter & Perry, 2005 dalam Agustin, 2012
2. Siklus Tidur
Pada masa bayi terjadi beberapa perubahan, pola siklus
tidur-bangun baru jelas terlihat pada umur 3-4 bulan, yaitu
proporsi tidur lebih banyak pada malam hari. Pola tidur bayi
pada usia enam bulan mulai tampak mirip dengan orang
dewasa (Ubaya, 2010 dalam Afrina & Widodo, 2012).
Setelah mengatur periode yang umumnya memakan waktu
10 sampai 20 menit, tidur bayi berubah tahapnya yaitu dari
tahap 1 non-REM menuju tahap 3 atau 4. Bayi mungkin kembali
ke tahap 1 dan berputar kembali. Setelah satu atau dua putaran
tidur nREM, REM mulai timbul setelah 60 sampai 90 menit.
Siklus tidur yang lebih sering muncul pada bayi adalah tahap
REM dan menghasilkan tidur yang lebih pendek, sekitar 30%
dari waktu tidur dihabiskan dalam siklus REM (Ubaya, 2010).
A.5 Kebutuhan Tidur
Setiap individu memiliki kebutuhan waktu tidur yang berbeda-
beda, tergantung pada usia dan faktor-faktor tertentu yang
mempengaruhinya. Berikut ini jumlah waktu tidur yang dibutuhkan
seseorang berdasarkan usia dalam William (2012) dibawah ini:
Tabel 2.2 Kebutuhan Tidur Berdasarkan Usia
Usia Kebutuhan Waktu
0 bulan 15-18 jam
1-12 bulan 14-15 jam
1-3 tahun 12-14 jam
3-5 bulan 10-12 jam
7-12 tahun 10-11 jam
12-18 tahun 8-9 jam
Dewasa 7-8 jam
Lansia 6-7 jam
Sumber: William, 2012
Jumlah waktu tidur tiap kelompok usia berbeda-beda
tergantung faktor fisik, psikis, dan lingkungan. Pada usia 6-9 bulan
memerlukan waktu tidur sekitar 14 jam perhari dan mereka sudah
bisa tidur selama tujuh jam sekali waktu. Bayi melakukan satu
atau dua kali tidur siang perhari, yaitu sekali dipagi hari dan sekali
disore hari. Pada usia 9-12 bulan, bayi tidur dalam tempo sekitar
12 jam dimalam hari dan tidur siang dua kali sehari dalam tempo
satu jam atau dua jam sekali waktu (Ubaya, 2010).
Waktu tidur siang dan tidur malam pada anak sangatlah
penting. Keduanya sangat di butuhkan dan memiliki peranan yang
tidak dapat menggantikan satu sama lainnya. Anak yang tidur
siang dengan cukup biasanya tidak terlau rewel dan tidur pulas
saat malamnya. Ini juga membantu pertumbuhannya, sebab pada
bayi hingga balita, tidur adalah masa ketika ia tumbuh baik secara
fisik dan juga otaknya. Berikut ini jumlah waktu tidur yang
dibutuhkan anak dari usia 0 bulan hingga 24 bulan atau usia 2
tahun dalam gelania (2014) :
Tabel 2.3 Kebutuhan tidur oleh anak dari usia 0 bulan hingga 24
bulan
Usia Total Waktu Tidur (Jam)
Waktu Tidur Malam
Waktu Tidur Siang (Jam)
Baru lahir - 2 bulan
16 – 18 8 – 9 7 – 9 (3 – 5 kali)
2 - 4 bulan 14 – 16 9 – 10 4 – 5 (3 kali)
4 - 6 bulan 14 – 15 10 4 – 5 (2 – 3 kali)
6 - 9 bulan 14 10 – 11 3 – 4 (2 kali)
9 - 12 bulan 14 10 – 12 2 – 3 (2 kali)
12 - 18 bulan 13 – 14 11 – 12 2 – 3 (1 – 2 kali)
18 - 24 bulan 13 – 14 11 2 ( 1 kali)
Sumber: Gelania, 2014
A.6 Kualitas Tidur Bayi
Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu
yang didapatkan selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-
proses tubuh yang terjadi pada waktu orang itu bangun dengan
jumlah tidur nREM dan REM yang tepat. Jika kualitas tidurnya
bagus artinya fisiologi atau faal tubuh dalam hal ini sel otak
misalnya pulih kembali seperti semula saat bangun tidur (Candra,
2005; Kozier., dkk, 2004 dalam Agustin, 2012).
Kualitas tidur mempengaruhi baik secara fisiologi maupun
psikologi individu. Kualitas tidur secara langsung mempengaruhi
kualitas aktivitas saat terjaga, termasuk kewaspadaan mental,
produktivitas, keseimbangan emosi, kreativitas, tanda vital fisik dan
bahkan berat badan (Smith, 2012 dalam William, 2012).
Kualitas tidur yang buruk juga berpengaruh pada
perkembangan fisik tapi juga sikapnya keesokan harinya. Bayi yang
tidur cukup tanpa sering terbangun akan lebih bugar dan tidak
gampang rewel. Kualitas tidur bayi dikatakan tidak adekuat jika
mengalami gangguan tidur dengan kriteria jika pada malam hari
jumlah waktu tidur kurang dari 9 jam, frekuensi terbangun lebih dari
3 kali, dan lama terbangunnya lebih dari 1 jam. Selama tidur bayi
terlihat selalu rewel, menangis, dan sulit tidur kembali (Wahyuni,
2008 dalam Ubaya, 2010).
Ciri-ciri bayi cukup tidur yaitu, ia akan dapat jatuh tertidur
dengan mudah di malam hari, bugar saat bangun tidur, tidak rewel,
dan tidak memerlukan tidur siang yang melebihi kebutuhan sesuai
dengan perkembangannya (Ubaya, 2010).
Menurut Fatimah Siti, L (2014) bayi yang memiliki tidur
dengan kualitas baik jika telah memiliki kriteria tiga dari lima kriteria
bayi dengan kualitas tidur yaitu ia tidur malam bayi ≥9 jam,
frekuensi terbangun malam ≤3 kali, dengan lama nya terbangun
malam ≤ 1 jam, tidak memerlukan tidur siang yang berlebihan, dan
keadaaan anak pada saat terbangun pagi bugar dan ceria.
A.7 Faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tidur Bayi
Adekuat atau tidak adekuatnya kualitas tidur bayi tidak terjadi
begitu saja. Ada faktor-faktor yang bersumbangsih mempengaruhi
kualitas tidur bayi. Berikut adalah faktor-faktor yang diyakini berperan
dalam mempengaruhi kualitas tidur bayi dalam Ubaya, 2010 :
A. Lingkungan
Keadaan lingkungan yang aman dan nyaman bagi seseorang
dapat mempercepat terjadinya proses tidur. Lingkungan fisik tempat
bayi tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan
tetap tertidur. Pengaturan lingkungan tidur yang meliputi tata
cahaya, ventilasi, tata warna, suhu, dan juga keadaan boksnya.
Hindarkan juga suara bising yang membuatnya mudah terjaga.
Jangan gunakan pewangi ruangan dan obat pengusir nyamuk yang
bisa membuatnya sesak. Untuk menghindari bayi dari gigitan
nyamuk sebaiknya disiasati dengan menggunakan kelambu
(Ubaya, 2010).
B. Aktifitas Fisik
Keletihan akibat aktivitas fisik yang tinggi dapat memerlukan
lebih banyak tidur untuk menjaga keseimbangan energi yang telah
dikeluarkan. Hal tersebut dapat terlihat bila bayi melakukan aktivitas
sehari-hari. Dengan diberikan perawatan spa bayi yang terdiri dari
treatment renang bayi dan pijat bayi akan merangsang bayi lebih
rileks dan tenang. Rendaman air hangat dengan kombinasi
aromaterapi serta hantaman air yang ditimbulkan dari air yang
bergolak saat renang dapat memberi sensasi dan pijatan yang
menghilangkan lelah, melancarkan peredaran darah dan
menciptakan relaksasi. Pemijatan yang diberikan setelah bayi
berenang dapat mensekresi hormon melatonin yang dapat
menstimulus tidur lebih lelap. Dengan demikian tidur bayi akan
semakin lelap sehingga dapat meningkatkan jumlah jam tidur siang
dan malam (Ubaya, 2010).
C. Nutrisi
Faktor penting untuk memaksimalkan periode emas
pertumbuhan otak adalah terpenuhinya nutrisi dan kecukupan tidur
bayi. ASI terbukti mengandung alfa protein yang cukup tinggi, alfa
protein merupakan protein utama pada whey protein yang
merupakan protein halus dan mudah dicerna. Alfa protein kaya
akan asam amino essensial yang sangat berguna untuk tumbuh
kembang bayi, terutama triptofan. Triptofan adalah asam amino
yang berperan dalam proses neurotransmitter dan pengatur pola
hidup (neurobehavioral) dimana salah satu fungsinya adalah
mengatur pola tidur. Bayi yang sulit tidur atau sering terbangun dari
tidurnya karena merasa belum kenyang. Karena itu, penuhi
kebutuhan makan dan minum bayi sebelum tidur. Jika kebutuhan
fisiknya dipenuhi maka bayi tidak lagi sering terbangun di tengah
malam. Yang perlu diperhatikan, ditinjau dari kesehatan gigi,
kebiasaan memberikan susu di malam hari sebaiknya dihentikan
setelah gigi bayi muncul (sekitar usia 6 bulan setelah masa ASI
eksklusif) (Ubaya, 2010).
Sebagai gantinya, berikan air putih jika ia memang haus atau
tenangkan bayi agar tidur kembali. Selain itu, memberikan
makanan terlalu banyak pada bayi terutama susu akan membuat
kantong kemih kencang pada malam harinya dan kedaan ini akan
membuat bayi lebih sering terbangun (Ubaya, 2010).
D. Penyakit
Setiap penyakit yang menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan
fisik dapat menyebabkan masalah tidur. Pada bayi adanya
gangguan atau rasa sakit pada gigi, telinga, kulit, saluran napas,
saluran cerna, saluran kemih, otot atau tulangnya dapat
mengganggu tidur bayi (Turcin, 2000; Hidayat, 2006; Perry and
Potter, 2006; Saputra, 2009 dalam Ubaya, 2010).
B. Konsep Pijat Bayi
B.1 Pengertian Pijat Bayi
Pijat adalah terapi sentuh tertua dan paling populer yang di
kenal manusia. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan
pengobatan yang telah di praktekkan sejak berabad-abad silam.
Bahkan diperkirakan ilmu ini tekah dikenal sejak dari awal
kehidupan manusia di dunia (Siska Dewi, 2007).
Pemijatan merupakan kegiatan yang menyenangkan yang dapat
membuat ibu kontak dengan bayinya baik secara fisik maupun
emosi, pengalaman pijat pertama yang dialami manusia adalah
ketika lahir, saat melewati jalan lahir ibu (Roesli, 2007).
Pijat biasanya di sebut dengan stimulasi touch. Pijat dapat
diartikan sebagai sentuhan komunikasi yang nyaman antara ibu dan
bayi. Jadi pijat bayi ini merupakan suatu pengungkapan rasa kasih
sayang antara orang tua dengan anak lewat sentuhan pada kulit
yang dapat memberikan dampak sangat luar biasa. Hal ini karena,
sentuhan dan pelukan merupakan salah satu kebutuhan dasar bayi.
Sentuhan alamiah pada bayi sesungguhnya sama artinya dengan
tindakan mengurut atau memijat. Kalau tindakan ini dilakukan
secara teratur dan sesuai dengan tatacara dan teknik dengan
pemijatan bayi, pemijatan ini bisa menjadi terapi untuk
mendapatkan banyak manfaat untuk buah hati (Siska Dewi, 2016).
Pijat bayi merupakan praktek pengasuhan anak secara
tradisional yang bertahan sampai saat ini karena telah terbukti
khasiatnya. Nenek moyang kita sudah terbiasa memijat bayi ketika
ada masalah kesehatan yang ditunjukkan dengan gejala rewel,
tidak doyan makan, serta perut gembung. Masalah pijat memijat ini
biasanya diserahkan kepada dukun pijat. Saat ini, metode pijat bayi
yang diambil dari metode tradisional telah diperbaharui dan di
modifikasi dengan pola yang lebih modern sesuai dengan hasil riset
terbaru (Gelania, 2014).
B.2 Manfaat Pijat Bayi
Meskipun masih diperlukan penelitian lebih lanjut, tetapi
penemuan-penemuan ilmiah sampai saat ini sudah cukup untuk
menganjurkan agar pijat bayi dikerjakan sebagai upaya rutin untuk
mempertahankan kesehatan bayi pada umunya (Roesli, 2007).
Berikut ini beberapa hasil laporan penelitian para pakar mengenai
manfaat pijat bayi.
a. Meningkatkan berat badan
Penelitian yang dilakukan oleh Prof T. Field dan Scafidi
(1986 & 1990) menunjukkan bahwa pada 20 bayi prematur
(berat badan 1280 dan 1176 gram), yang dipijat 3x15 menit
selama 10 hari, mengalami kenaikan berat badan per hari
20% -47% lebih banyak dari yang tidak dipijat. Pada penelitian
terhadap bayi cukup bulan yang berusia 1-3 bulan yang dipijat
selama 15 menit sebanyak 2 kali seminggu untuk masa 6
minggu menunjukkan kenaikan berat badan yang lebih dari
bayi kontrol (Roesli, 2007).
Pijat menstimulasi enzim-ensim yang ada di perutnya
sehingga penyerapan nutrisi dalam tubuhnya lebih optimal.
Selain itu, memijat bayi secara teratur dapat memberikan
manfaat untuk mempengaruhi rangsangan saraf dan kulit
serta memprosuksi hormon-hormon yang berpengaruh dalam
meningkatkan nafsu makan bayi, seperti hormon gastrulin dan
insulin yang berperan penting dalam proses penyerapan
makanan dan nafsu makan yang meningkat. Nafsu makan
yang meningkat akan membuat berat badannya meningkat
(Gelania, 2014).
b. Meningkatkan daya tahan tubuh
Pijat bayi memperbaiki sistem imunitas si kecil serta
menambah jumlah produksi sel darah putih yang membuat
menjadi lebih sehat (Gelania, 2014). Penelitian terhadap
penderita HIV yang dipijat sebanyak 5 kali dalam seminggu
selama 1 bulan, menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah
dan toksisitas sel pembunuh alami (natural killer cells). Hal
tersebut dapat mengurangi kemungkinan terjadinya infeksi
sekunder pada penderita AIDS (Siska Dewi, 2016).
Pijat dapat meningkatkan daya tahan tubuh bayi. Produksi
Serotonin meningkatkan daya tahan tubuh, pemijatan akan
meningkatkan aktivitas neurotransmitter serotonin yang
meningkatkan kapasitas sel reseptor untuk mengikat
glukokortiroid (adrenalin suatu hormon stres) sehingga
menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin
dan meningkatkan daya tahan tubuh terutama IgM dan IgG
(Ubaya, 2010).
c. Membina ikatan kasih sayang orang-tua dan anak (bonding)
Sentuhan dan pandangan kasih sayang orang-tua pada
bayinya akan mengalirkan kekuatan jalinan kasih di antara
keduanya. Pada perkembangan anak, sentuhan orang tua
adalah dasar perkembangan komunikasi yang akan memupuk
cinta kasih secara timbal balik. Semua ini akan menjadi
penentu bagi anak untuk secara potensial menjadi anak
berbudi baik yang percaya diri (Siska Dewi, 2016).
Pijat akan merangsang hormon oksitosin. Hormon ini akan
menimbulkan rasa nyaman dan kasih sayang serta tercipta
ikatan tali psikologis yang kuat antara bayi dan ibunya
(Gelania, 2014).
d. Meningkatkan produksi ASI
Berdasarkan penelitian Cynthia Mersmann, ibu yang
memijat bayinya mampu memprosuksi ASI lebih banyak di
banding kleompok kontrol. Pada saat menyusi bayinya
mereka merasa kwalahan karena ASI terus menerus menetes
dari payudara jika tidak disusukan. Jadi pijat bayi dapat
meningkatkan jumlah volume ASI sehingga periode waktu
pemberian ASI secara eklslusif dapat ditingkatkan, khususnya
oleh ibu-ibu karyawati (Siska Dewi, 2016).
e. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi lelap tidur
Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap,
sedangkan pada waktu bangun konsentrasinya akan lebih
penuh. Di Touch Research Institute, Amerika, dilakukan
penelitian pada sekelompok anak dengan pemberian soal
matematika. Setelah itu, dilakukan pemijatan pada anak-anak
tersebut selama 2x15 menit setiap minggunya selama jangka
waktu 5 minggu. Selanjutnya pada anak-anak tersebut
diberikan lagi soal matematika lain. Ternyata, mereka hanya
memerlukan waktu penyelesaian setangah jam dari waktu
yang dipergunakan untuk menyelesaikan soal terlebih dahulu,
dan ternyata pula tingkat kesalahan sebanyak 50% dari
sebelum di pijat (Roesli, 2007).
Pijat berpengaruh pada pola tidur teratur, pengenalan
terhadap lingkungan, serta ketegangan emosi yang lebih baik.
Bayi yang dipijat selama kurang lebih 15 menit akan merasa
lebih rileks, tidur lebih lelap, dan lebih lama. Oleh karena itu,
bayi yang di pijat secara berkala pertumbuhannya akan lebih
baik dari pada bayi yang tidak dipijat (Gelania, 2014).
Pijat dapat meningkatkan konsentrasi bayi dan anak serta
membuat tidurnya lebih lelap karena pijatan dapat mengubah
gelombang otak dengan cara menurunkan gelombang beta
serta tetha yang dapat dibuktikan dengan penggunaan EEG
(electro enchephalogram) (Ubaya, 2010).
f. Meningkatkan pertumbuhan
Bayi yang di pijat secara berkala pertumbuhannya akan
lebih baik ketimbang bayi yang tidak dipijat. Tidak hanya itu
pijat juga mencegah bayi menglami kembung dan kolik. Bayi
yang aktif memiliki gerakan yang banyak. Ketegangan otot-
otot membuat mereka lelah dan mudah kembung. Pijatan
yang teratur dan lembut akan melemaskan otot-otot yang
tegang (Gelania, 2014).
g. Menyeimbangkan Hormon
Manfaat lain dari pijat bayi adalah membantu merangsang
dan menyeimbangkan hormon-hormon pada tubuhnya, yaitu
hormon kortisol dan oksitosin. Saat bunda memberikan pijatan
pada tubuh si kecil, hormon kortison yang ada dalam tubuh
akan berkurang. Hormon kortison adalah hormon penyebab
stres. Dengan penuruanan hormon kortison ini berarti bayi
akan menjadi lebih riang dan tidak suka menangis. Apalagi
dengan keharuman lotion atau minyak aromaterapi serta
pijatan yang lebih nyaman akan memberikan kesenangan
pada si kecil (Gelania, 2014).
B.3 Ketentuan Pelaksanaan Pijat Bayi
Sejumlah ahli mengatakan untuk pijat bayi sebaiknya di lakukan
setealah bayi melewati usia tiga bulan ketika fisik bayi tidak lagi
terlalu lemah untuk dipijat. Namun, ada pula ahli lain menyarankan
pemijatan dilakukan mulai usia bayi beberapa minggu dengan
alasan pijat dapat membantu bayi melewati masa transisi dari
dalam rahim ke dunia luar (Gelania, 2014).
Baby spa (pijat bayi) sebaiknya dilakukan secara rutin,
minimmal sebulan sekali. Bagi para ibu yang memiliki waktu luang,
kegiatan baby spa di rumah mahkan bisa dilakukan sesering
mungkin, setidaknya seminggu sekali. Waktu terbaik melakukan
pijat adalah pagi hari, pada saat orang tua dan anak siap untuk
memulai hari baru. Malam hari, sebelum tidur ini sangat baik untuk
membantu bayi tidur lebih nyenyak (Gelania, 2014).
Waktu terbaik untuk memijat adalah saat bayi alert dan tidak
selesai minum, serta secara khusus menyediakan waktu untuk tidak
di ganggu minimal 15 menit guna melakukan seluruh tahap
pemijatan (Roesli, 2001).
Tindakan pijat dikurangi seiring dengan bertambahnya usia bayi.
Sejak usia enam bulan, pijat dua hari sekali sudah memadai (Siska
Dewi, 2016).
Tidak semua bayi di pijat dengan cara yang sama karena
terdapat pertimbangan umur. Berikut cara pemijatan berdasarkan
usia bayi.
1. Bayi berumur 0-1 bulan
Untuk bayi berumur 0-1 bulan, disarankan hanya diberi
gerakan yang lebih mendekati usapan-usapan halus. Perlu
diingatkan bahwa sebelum tali pusat bayi leaps sebaiknya tidak
dilakukan pemijatan di saerah perut.
2. Bayi umur 1-3 bulan
Untuk bayi 1-3 bulan, disarankan diberi gerakan halus
sisertai tekanan ringan dalam waktu yang lebih singkat.
3. Bayi berumur 3 bulan sampai 3 tahun
Untuk bayi umur 3 bulan sampai 3 tahun, disarankan agar
seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang
lebih meningkat. Total
waktu pemijatan disarankan sekitar 15 menit (Gelania, 2014).
B.4 Persiapan Untuk Memijat Bayi
1. Persiapan perlengkapan untuk memijat bayi
a. Minyak untuk mengurut
Pada saat memijat bayi, gunakan minyak pijat bayi yang
tepat. Memastikan bahwa minyak bayi yang digunakan
tidaklah berbahaya bagi bayi. Asosiasi Internasional pijat
bayi merekomendasikan bahwa sebaiknya bayi dipijat
menggunakan minyak yang terbuat dari organik tumbuhan.
Contoh minyak kelapa, minyak telon, minyak zaitun dan
essential oil.
b. Bantal
Bantal digunakan untuk mengalas kepala. Gunakan
bantal yang nyaman untuk pijat bayi. tapi ingat, jangan
gunakan bantal yang terlalu tinggi.
c. Alas tahan air
Gunakan alas tahan air yang tebal untuk alas memijat.
Alas yang cukup tebal akan membuat bayi nyaman dipijat
dan alas tebal menghindari rasa dingin dari lantai.
d. Handuk mandi yang halus
Gunakan handuk yang halus dan lembut. Handuk ini
digunakan untuk menglap tubuh bayi setelah dipijat (Siska
Dewi, 2016).
2. Buat atmosfer yang menyenangkan saat melakukan pijat bayi,
dapat menyetel musik yang menyenangkan, namun hindari
volume yang terlalu keras, ata bersenandung lagu anak-anak
yang bayi sukai, bisa juga menggunakan aromaterapi untuk
menenagkan bayi.
3. Membersihkan produk yang akan digunakan. Kulit bayi yang
baru lahir sensitif sehingga harus ekstra perhatian dengan
kebersihan sarana dan tempat memijat termaksud pula
kebersihan tangan dari benda-benda yang dapat mengiritasi
atau melukai kulit bayi. Pastikan kuku pendek, rapi, dan tidak
tajam. Lepaskan gelang atau cincin dan pastikan tangan bersih
dan hangat.
4. Selanjutnya adalah memastikan bahwa bayi siap melakukan
pijat bayi. tidak semua bayi senang dipijat maka dari itu yang
harus dilakukan pertama kali adalah membuat suasana yang
membuat nyaman bayi. Perlu memberi tahu bahwa ia aman,
baik dalam bahasa verbal maupun nonverbal, seperti melalui
kontak mata dan ekspresi wajah.
5. Berikan perhatian penuh setiap proses kegiatan pijat bayi,
tataplah wajahnya dengan penuh kasih sayang agar terbentuk
ikatan emosional (Gelania, 2014).
6. Sebelum melakukan pijat minta lah izin pada bayi, tangan bersih
dan hangat, dan pastikan agar kuku dan perhiasan tidak
menggores kulit bayi.
B.5 Prosedur Untuk Pemijatan Bayi
Saat memijat, berikan sedikit tekanan pada bayi agar kulit, otot
dan sarafnya juga terstimulasi. Hal ini berfungsi memberikan efek
relaksasi, melancarkan peredaran darah dan peredaran limpa atau
getah bening (Gelania, 2014).
Bagian tubuh bayi yang wajib mendapatkan pijatan adalah alis
untuk kesehatan mata, bagian bawah telinga agar otot rahangnya
bekerja dengan baik yang berfungsi untuk kecakapannya berbicara
dan makan, serta bagian dada dan perut untuk menstimulasi
jantung serta sistem pencernaan.
Selama melakukan pijat bayi, dianjurkan untuk mengajak bayi
ngobrol atau bahkan mengajak bernyanyi. Hal ini dapat
mengingkatkan kemampuan verbal bayi. Berikut ini adalah langkah-
langkah pijat bayi, yaitu:
a. Kaki
1. Pertama peganglah pangkal paha bayi, kemudian gerakan
tangan kebawah secara bergantian seperti memerah susu
sapi (peraha india).
2. Kemudian peras putar dan kaki bayi dengan kedua tangan.
3. Pijat telapak kaki bayi menggunakan keua ibu jari secara
bergantian, lakukan usapan dari arah tumit ke perbatasan
jari. Peganglah pergelangan kaki dengan tangan, tekan
ujung telapak tangan kaki dengan ibu jari terapis, sedangkan
telunjuk terapis menekan bantalan kaki atau bagian bawah
jari.
4. Lalu pindahkan telunjuk terapis ke bagian tengah telapak
kaki. Gerakan selanjutnya adalah thumb press.
5. Lakukan gerakan mengurut dengan kedua ibu jari pada
punggung kaki, dan jari kaki ke arah pergelangan kaki.
6. Masih dengan ibu jari, buatlah lingkaran-lingkaran kecil di
sekeliling pergelangan kaki dan mata kaki lalu buat
lingkaran-lingkaran kecil di sekeliling pergelangan kaki dan
mata kaki.
7. Gerakan swedish milking atau perahang cara swedia.
8. Lakukan gerakan memilin atau rolling dari pangkal paha ke
arah bawah.
9. Usap kedua kaki bayi dengan kembut dari paha ke arah
pergelangan kaki. Ini merupakan gerakan akhir untuk bagian
kaki (Gelania, 2014).
b. Perut
1. Water wheel A yaitu gerakan memijat pada perut bayi
seperti mengusap dari dada ke bawah perut, bergantian
dengan tangan kanan dan kiri.
2. Gerakan bulan dan matahari.
3. Gerakan I Love you, gerakan ini berfungsi untuk mencegah
kolik pada bayi. pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas
ke bawah dengan menggunakan jari-jari tangan kanan
membentuk huruf “I”, untuk membentuk gerakan love,
pijatlah perut bayi membentuk huruf “L” terbalik, mulai dari
kanan atas ke kiri atas. Kemudian dari kiri atas ke kiri
bawah. Selanjutnya gerakan you. Pijatlah perut bayi
membentuk huruf “U” terabalik, mulai dari kanan bawah ke
atas.
4. Gerakan walking fingers atau jari-jari berjalan.
c. Dada
1. Geraka open book, letakkan kedua ibu jari di samping
kanan-kiri pusar perut dan gerakan ke arah samping kiri dan
kanan.
2. Gerakan butter fly atau gerakan menyilang, yaitu tangan
kanan membuat gerakan memijat nyilang dari tengah dada
ke arah bahu kanan dan kembali ke perut kiri.
3. Pijat ketiak, gerakan memijat pada daerah ketiak dari atas
ke bawah (Gelania, 2014).
d. Tangan
1. Perahang india.
2. Gerakan seperti memeras tangan bayi, di mulai dari pangkal
tangan sampai ujung tangan.
3. Pijat punggung tangan dengan menggunakan kedua ibu jari
terapis secara bergantian.
4. Gerakan ke pergelangan jari-jari tangan bayi.
5. Tarikan lembut jari-jari bayi.
6. Perahang swedia.
7. Lakukan gerakan memilin atau rolling pada tangan dari
pangkal tangan ke pergelangan (Gelania, 2014).
e. Muka
1. Gerakan membuka buku yaitu tekanan jari-jari terapis
dengan lembut mulai dari dahi keluar kesamping kanan dan
kiri.
2. Setrika alis yaitu letakkan kedua ibu jari terapis antara kedua
alis mata.
3. Lalu turun melalui tepi hidung ke arah pipi dengan membuat
gerakan ke samping lalu ke atas seolah membuat bayi
tersenyum.
4. Letakkan kedua ibu jari terapis di atas mulut di bawah sekat
hidung.
5. Letakkan kedua ibu jari ke tengah dagu dan pijat ke arah
samping.
6. Buatlah gerakan lingkaran-lingkaran kecil di daerah rahang
bayi.
7. Tekan lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri
(Gelania, 2014).
f. Punggung
1. Tengkurapkan bayi dan lakukan gerakan seperti maju
mundur menggunakan kedua telapak tangan terapis.
2. Gerakan seperti menyetrika yaitu lakukan dari leher ke
bawah sampai pantat bayi lalu kembali lagi ke leher.
3. Gerakan melingkar kecil di daerah punggung bagian bawah
hingga daerah pantat.
4. Gerakan menggaruk dari pangkal leher ke arah bawah
sampai pantat bayi (Gelania, 2014).
Jumlah gerakan pada setiap anggota badan bisa
disesuaikan dengan kondisi bayi, jika bayi sedang rewel sebaiknya
di kurangi jumlah gerakan dari 15 kali menjadi 6 kali. Pada
umumnya bayi tidak suka jika dipijat di daerah wajah. Jika bayi
rewel dan menangis, terapis dapat menghentikan gerakan dan
mengalihkan perhatiannya sesekali dengan mainan atau mengajak
bayi bercanda.
C. Aromaterapi
C.1 Pengertian Aromaterapi Lavender
Aromaterapi berasal dari kata aroma yang berarti harum atau
wangi, dan therapy yang dapat diartikan sebagai cara pengobatan
atau penyembuhan. Sehingga aromaterapi dapat diartikan
sebagai: “suatu cara perawatan tubuh dan atau penyembuhan
penyakit dengan menggunakan minyak esensial (essential oil)”
(Jaelani, 2009).
Aromaterapi Lavender pada masa lalu, bunga dari tanaman ini
menghasilkan produk parfum kelas tinggi yang banyak dipakai
oleh para bangsawan eropa. Dalam aromaterapi, bahkan sering
digunakan sebagai oabat, bahan antinyamuk, dan pelembut kulit.
Parfum minyak lavender ini memiliki kesan maskulin sehingga
banyak digunakan oleh kaum pria (Jaelani, 2009).
Nama lavender berasal dari bahasa Latin “lavera” yang berarti
menyegarkan dan orang-orang Roma telah memakainya sebagai
parfum dan minyak mandi sejak zaman dahulu. Bunga lavender
dapat digosokkan ke kulit, selain memberikan aroma wangi,
lavender juga dapat menghindarkan diri dari gigitan nyamuk.
Bunga lavender kering dapat diolah menjadi teh yang dapat kita
konsumsi. Manfaat lain bunga lavender adalah dapat dijadikan
minyak esensial yang sering dipakai sebagai aromaterapi karena
dapat memberikan manfaat relaksasi dan memiliki efek sedasi
yang sangat membantu pada orang yang mengalami insomnia
(Prima Dewi, 2011).
Minyak lavender dengan kandungan linalool-nya adalah salah
satu minyak aromaterapi yang banyak digunakan saat ini, baik
secara inhalasi (dihirup) ataupun dengan teknik pemijatan pada
kulit (Prima Dewi, 2011).
Aromaterapi Lavender Banyak penelitian sebelumnya tentang
lavender yang berfokus pada pemberian lavender melalui rute
penciuman. Aktivitas anxiolitik penciuman lavender telah
ditunjukkan pada beberapa percobaan klinis kecil dan menengah.
Khasiat aromaterapi lavender dianggap karena efek psikologis
dari keharuman dikombinasikan dengan efek fisiologis minyak
atsiri dalam sistem limbik. Efek menenangkan minyak lavender
dan konstituen tunggal ini mungkin merupakan asal mula
penggunaan lavender tradisional. Penciuman minyak lavender
telah terbukti mengurangi kecemasan, yang diukur dengan skala
penilaian Hamilton dan dapat meningkatkan skor mood (Jeremy
Appleton, 2012).
Aromaterapi Lavender, dengan atau tanpa pijatan, juga dapat
mengurangi persepsi rasa sakit dan kebutuhan akan analgesik
konvensional pada orang dewasa dan anak-anak, meskipun
percobaan yang lebih ketat diperlukan (Jeremy Appleton, 2012).
C.2 Ketentuan Aroma terapi
Dalam aromaterapi, yang digunaan adalah minyak esesial
alami yang diambil dengan penyulingan ekstrasi atau pemerasan,
disebut juga dengan minyak atsiri. Beberapa minyak esensial
lembut yang sering digunakan untuk bayi antara lain geranium
(Graveolens angustifolia), mawar (Rosadamescena), roman
chamomile (Nobile chamamemelum), lemon, grapefruit, dan jetuk
mandarin (Aurantium sinensis). Menggunakan aromaterapi,
lakukan pengujian dengan jumlah yang terbatas sebelum
menerapkannya kepada bayi (Gelania, 2014).
Meskipun ada cukup bukti untuk merekomendasikan lavender
untuk pengobatan jangka pendek dari beberapa kelainan
neurologis, uji coba jangka panjang dan studi observasional
diperlukan untuk menetapkan tingkat keamanan penggunaan
jangka panjangnya baik untuk mengatasi kecanduan dan
perawatan di lingkungan asma. Data yang ada menunjukkan
bahwa terapi jangka pendek dengan lavender relatif aman (Peir
Hossein et al, 2013).
C.3 Manfaat Aromaterapi lavender
Aromaterapi pada bayi digunakan sebagai pendukung
suasana dalam melakukan pijat bayi sehingga meningkatkan
suasana hati, membantu bayi agar lebih tenang, tidur lebih tenang
dan tidak rewel atau gelisah (Gelania, 2014).
Berbagai tahapan dalam pijat bayi juga dapat menyehatkan
organ-organ tubuh serta menstimulasi kesadaran bayi. Stimulasi
kesadaran yang dimaksud salah satunya adalah menstimulasi
indra penciuman. Indra penciuman fungsinya bukan hanya untuk
merasakan, tetapi juga mengenali keluarga dan lingkungan
sekitarnya. Pada usia setahun kebanyakan bayi dapat mengenal
bau orang dewasa dan anak-anak lain. Juga dapat membedakan
bau dari makanan yang berbeda (Gelania, 2014).
Proses membau hidung pada dasarnya dipengaruhi oleh
molekul-molekul bau yang terbawa oleh udara yang masuk
kedalam rongga hidung. Kemudian informasi tersebut diteruskan
ke dasar otak melalui berbagai organ indra penciuman. Di otak
inilah kemudian informasi tersebut diidentifikasi sehingga kita
dapat mengetahui bau yang tercium oleh hidung. Indra penciuman
mempunya peran dan fungsi yang penting, terutama dalam hal-
hal yang berhubungan dengan kenikmatan hidup dan emosi
sesorang (Gelania, 2014).
Stimulasi indra penciuman pada bayi juga dapat mengurangi
resiko kelainan indra penciuman, seperti hyposmia, cacosmia,
prosmia, anosmia. Penggunaan produk bayi saat pijat bayi, mandi
serta setelah mandi dapat membantu memerkenalkan bayi
dengan berbagai wewangian. Selain menggunakan beragam
produk bayi yang memiliki kaharuman yang lembut dan segar,
juga dapat menggunakan minyak aromaterapi untuk menstimulasi
indra pendiuman bayi (Gelania, 2014).
Berikut ini beberapa hasil laporan penelitian para pakar
mengenai manfaat aromaterapi lavender, yaitu:
1. Minyak aromaterapi untuk menstimulai indra penciuman bayi,
aroma terapi ini sendiri merupakan terapi alternatif
menggunakan minyak esensial wangi yang dirancang untuk
memberikan manfaat secera fisik dan mental. Di Amerika
Serikat, Perancis, Inggris, dan negara maju lainnya,
aromaterapi menjadi bagian dari terapis medis. Aromaterapi
dapat digunakan oleh para ahli untuk membangkitkan
suasana hati, meningkatkan kinerja, dan daya konsentrasi
(Gelania, 2014).
2. Lavender telah disarankan sebagai obat alami yang sangat
baik untuk mengobati insomnia dan meningkatkan kualitas
tidur. Studi acak tuna netra menyelidiki efek dari kualitas hidup
pasien saat tidur menunjukkan bahwa lavender memperbaiki
skor rata-rata kualitas tidur.
3. Menghirup minyak esensial lavender disarankan untuk
menjadi modalitas pengobatan yang efektif dan aman dalam
penanganan akut sakit kepala migrain. Lavender telah
disarankan sebagai obat alami yang sangat baik untuk
mengobati insomnia dan meningkatkan kualitas tidur.
4. Studi ini menemukan efek relaksasi dengan peningkatan
aktivitas gelombang alfa setelah pemberian lavender;
menunjukkan bukti relaksasi EEG oleh aroma terpi lavender,
Selanjutnya, aromatherapy lavender dilaporkan menghasilkan
pola EEG karakteristik perasaan subyek yang nyaman (Peir
Hossein et al, 2013).
5. Aromaterapi adalah cara mengobati penyakit dengan
menggunakan aroma tanaman wangi seperti lavender, yang
bisa diserap tubuh melalui sistem penciuman kulit atau
olfaktori. Minyak esensial dari pijat lavender memberikan efek
relaksasi pada sistem saraf pusat yang membantu
meningkatkan produksi oksitosin. Lavender adalah salah satu
aromaterapi yang berpengaruh pada amigdala di otak dan
mampu menghasilkan efek penenang (Augustie PR et al,
2017).
6. Lavender adalah salah satu aromaterapi yang berpengaruh
pada amigdala di otak dan mampu menghasilkan efek
penenang (Augustie PR et al, 2017).
7. Salah satu mekanisme kerja aromaterapi Lavender adalah
bahwa minyak lavender dalam peran minyak esensial diserap
melalui pernapasan dan bisa mengurangi sekresi kortisol atau
meningkatkan serotonin (Somayeh Makvandi et al, 2016).
D. Kerangka Teori
Berdasarkan landasan teori Bab II maka dapat disusun kerangka
konsep sebagai berikut :
Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Roesli, 2007
E. Kerangka Konsep
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh efektivitas pijat
bayi dengan aroma terapi dengan kebutuhan tidur bayi usia 3-12 bulan.
Kerangka penelitian ini menggambarkan bahwa pijat bayi dengan
aroam terapi lavender merupakan variabel bebas, sedangkan
pemenuhan kebutuhan tidur bayi merupakan variabel terikat.
Penelitian efektifitas pijat bayi dengan aroma terapi lavender
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur bayi usia 3-12 bulan ini dapat
digambarkan melalui kerangka konsep dibawah ini :
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
tidur bayi
Gejala kegelisahan seperti perubahan emosi dan
tingkah laku serta pola tidur
Pijat Bayi dengan aromaterapi Lavender Pijat bayi dengan aroma terapi lavender merupakan terapi sentuhan yang membantu merangsang dan membangun keseimbangan hormon pada tubuh bayi di dukung dengan aromaterapi sebagai penenang suasana.
Berpengaruh pada pola tidur yang teratur.
Dampak
1. Mempelancar peredaran darah dan membantu menguatkan otot-otot bayi
2. Mengoptimalisasi pertumbuhan anak
3. Meningkatkan berat badan anak
4. Memperbaiki sistem imunitas bayi
5. Memperbaiki pola tidur
Gambar 2.2 Kerangka Konsep
Variabel Independen Variabel Dependen
F. Defenisi Operasional
Tabel 2.4 Defenisi Operasional
Variabel diteliti
Defenisi operasional
Alat ukur Hasil ukur Skala
Kualitas tidur
Mutu tidur dengan proses tidur nREM dan REM yang tepat yang dengan mudah memulai tidur dan mempertahankadan tidur dan tidak mengalami masalah ketika bangun tidur.
lembar Check List dengan 5 item pertanyaan dengan formula penilaian tentang kualitas tidur bayi .
1. Kualitas tidur baik yaitu skor 3-5
2. Kualitas tidur buruk yaitu skor 1-2
Ordinal
Pijat bayi dengan aroma terapi lavender
Pijat bayi adalah mengurut bagian tubuh untuk melemaskan otot sehingga peredaran darah lancar yang dilakukan pada seluruh permukaan tubuh bayi selama ≥15 menit dengan aromaterapi lavender sebagai pendukung kegiatan memijat bayi untuk menstimulasi indra penciuman bayi.
Lembar observasi untuk mengidentifikasi frekuensi dan durasi pijat bayi dengan aromaterapi levender
1. Dilakukan pijat bayi dengan aromaterapi lavender dengan frekuensi pijat 2 kali seminggu pijat efektif. Durasi pijat ≥15 menit pijat efektif.
2. Tidak dilakukan pijat bayi dengan aromaterapi lavender
Nominal
Pijat Bayi dengan
Aromaterapi Lavender
Kualitas Tidur
Bayi
G. Hipotesis
Hipotesa dalam penelitian adalah suatu jawaban sementara dari
pertanyaan penelitian (Notoadmojo, 2010). Hipotesis penelitian (Ha)
merupakan jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang
menunjukan adanya hubungan antara variable bebas dan variable
terikat. Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Ha : Ada pengaruh antara pijat bayi dengan aroma terapi lavender
terhadap pemenuhan kebutuhan tidur bayi wilayah kerja
posyandu kartini Tanjung Morawa.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan
menggunakan metode quasi eksperimental design. Desain penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah posttest only, non-
equivalent control group design, yaitu rancangan ini mempunyai
kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Ada kelompok
eksperimen dikenai perlakuan dan pada kelompok kontrol tidak dikenai
perlakuan dan pada akhir penelitian kedua kelompok dikenai posttest.
Tabel 3.1 Model Rancangan Penelitian
Grup Variabel Terikat Posttest
(NR) X Y2
(NR) - Y2
Keterangan:
X = diberi perlakuan
Y2 = tidak diberi perlakuan
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
B.1 Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Desa Wonosari Dusun III, VI dan VII
wilayah kerja posyandu kartini Puseksmas Dalu Sepuluh
kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.
B.2 Waktu
Proses penelitian berlangsung selama bulan Januari 2018
hingga Mei 2018. Studi pendahuluan dan pengajuan judul dilakukan
pada bulan Januari 2018. Penyusunan BAB 1 sampai BAB 3 di mulai
dari bulan Januari hingga April 2018. Ujian proposal dan perbaikan
pada bulan Mei 2018. Penelitian di lakukan pada akhir bulan mai
hingga akhir Juni. Pengambilan data pada penelitian ini akan dilakukan
pada minggu pertama bulan juli 2018 dan dilanjutkan dengan
pengelolahan data. Laporan hasil dan ujian skripsi dilakukan pada
bulan minggu ketiga bulan Juli 2018.
C. Populasi dan Sampel Penelitian
C.1 Populasi
Populasi dalam penelitian ini di ambil dari jumlah populasi dari
bulan Mei hingga Juni 2018 yaitu sebanyak 42 orang dan
seluruhnya merupakan bayi dalam rentan usia 3 – 12 bulan yang
berada di wilayah kerja posyandu kartini kecamatan Tanjung
Morawa.
C.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah bayi berumur 3 - 12 bulan
yang berada di wilayah kerja posyandu kartini kecamatan Tanjung
Morawa.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
purposive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian ini diperoleh
sebanyak 30 responden berdasarkan perhitungan dengan rumus
Slovin, yaitu :
n =
keterangan: n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
d2 = presisi yang ditetapkan
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel
yang ditentukan saat melakukan penelitian yang memenuhi kriteria
inklusi sebagai berikut:
1) Bayi berumur 3-12 bulan
2) Bayi dalam keadaan sehat
3) Ibu bayi bersedia menjadi responden
D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data
D.1 Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan
data primer yaitu data yang dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dari sumber datanya dengan menggunakan lembaran
check list diperoleh langsung dari responden (ibu bayi). Instrumen
wawancara terstruktur yang disusun dalam bentuk lembaran check
list yang telah disiapkan mencangkup variabel yang kualitas tidur
bayi.
D.2 Cara Pengeumpulan Data
Sebelum melakukan pengumpulan data, prosedur awal yang
harus dilakukan penelitian yaitu mengajukan penelitian yaitu
mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada
institusi pendidikan (Prodi D-IV Poltekkes Kemenkes Medan),
kemudian mengajukan permohonan izin melakukan penelitian
kepada Puskesmas Dalu Sepuluh Kecamatan Tanjung Morawa.
Setelah mendapatkan izin maka proses pengumpulan data dapat
dilakukan.
Peneliti selanjutnya meminta data jumlah bayi usia 3-12
bulan di posyandu kartini di wilayah kerja Pukesmas Dalu
Sepuluh, setelah data tersebut diberikan lalu peneliti melakukan
survey awal tentang pola tidur bayi di posyandu kartini di wilayah
kerja Pukesmas Dalu Sepuluh. Kemudian data survey awal
tersebut tersebut dimasukkan ke dalam
Bab I untuk dijadikan sebagai latar belakang.
Peneliti mendampingi langsung responden, kemudian
peneliti mentukan responden sesuai dengan kriteria yang telah
dibuat sebelumnya, apakah peneliti telah menemukan calon
responden sebagaimana peneliti yang telah di kriteriakan. Peneliti
melakukan survey awal tentang keadaan tidur bayi. Lalu peneliti
melakukan ekperimen (perlakuan) kepada seluruh bayi yang
terpilih sebagai responden intervensi untuk dilakukan pijat bayi
dengan aromaterapi lavender. Kemudian peneliti melakukan
evaluasi dengan menggunakan lembar check list untuk mengukur
perubahan pola tidur bayi untuk melihat hasil intervensi dan
kontrol.
E. Alat ukur/Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian ini menggunakan daftar check list. Instrumen
ini terdiri dari 4 bagian yaitu data demografi, daftar check list data
penunjang, daftar check list mengenai pijat bayi dengan aromaterapi
levender, dan daftar check list mengenai pemenuhan kebutuhan tidur
bayi.
Data demografi meliputi inisial nama anak, usia, jenis kelamin, dan
berat badan bayi. data demografi ini bertujuan untuk mengetahui
karakteristik responden, mendeskripsikan distribusi frekuensi dan
penelitian demografi responden.
Daftar check list mengenai pijat bayi meliputi frekuensi pijat bayi
dengan aromaterapi lavender, dan durasi pijat bayi dengan aromaterapi
lavender. Data pijat bayi dengan aroma terapi lavender ini bertujuan
untuk mengetahui karakteristik perawatan pijat bayi dengan aroma
terapi lavender yang dilakukan oleh peneliti. Daftar check list mengenai
pemenuhan kebutuhan tidur bayi tersaji dalam bentuk pertanyaan
tertutup model check list sebanyak 6 pertanyaan dan 1 pertanyaan
daftar check list untuk mengukur kualitas tidur bayi. Berikut cara cara
pengukuran Penilaian, yaitu:
1. Penilaian 1 yaitu total tidur malam
Jika nilai selisih jawaban ≥ 9 jam maka skor = 1, jika nilai selisih
jawaban < 9 maka skor = 0
2. Penilaian 2 yaitu frekuensi terbangun malam
Jika jawaban ≤ 3 kali maka skor = 1, jika jawaban > 3 kali maka skor
= 0
3. Penilaian 3 yaitu durasi setiap terbangun malam
Jika jawaban ≥ 30 menit skor = 1, jika jawaban > 30 menit maka skor
= 0
4. Penilaian 4 yaitu total waktu tidur malam dan siang hari
Jika hasil (jawaban ≥ 14 jam maka skor – 1, jika hasil jawaban < 14
jam maka skor = 0
5. Penilaian 5 yaitu konsisi saat terbangun.
Jika jawaban a nilai (1), jika jawaban b nilai (0)
Skor tertinggi 5 dan terendah 0, dengan penggolongan. Skor 3-5
yaitu kualitas tidur baik. Skor 0-2 yaitu kualitas tidur buruk.
F. Pengelolaan dan Analisis Data
F.1 Pengelolahan Data
Sebelum melakukan analisa data, peneliti perlu melakukan
pengolahan data untuk mencegah terjadinya kualitas data yang
buruk. Kegiatan pengolahan data tersebut meliputi:
a) Memeriksa (editing)
Dalam proses ini dilakukan pengecekan dan perbaikan
isian lembar check list. Hal yang harus diperhatikan dalam
editing adalah mengecek pertanyaan telah dijawab dengan
lengkap, catatan sudah jelas dan mudah dibaca, Jika terdapat
coretan, sudah diperbaiki. Editing dilakukan ditempat
pengumpulan data sehingga apabila ada kekurangan dapat
segera dilengkapi oleh peneliti dari sumber responden.
b) Memberi Kode (coding)
Koding adalah pemberian kode-kode tertentu pada
jawaban responden. Klasifikasi dilakukan dengan jalan
menandai masing-masing jawaban dengan kode berupa angka
kemudian dimasukkan dalam lembaran tabel kerja agar lebih
mudah dibaca.
c) Tabulasi data (tabulating)
Jawaban-jawaban yang telah diisi dan disajikan dalam
bentuk kode kemudian dimasukkan ke dalam program komputer
sehingga dapat diperoleh hasil dari data yang telah diolah.
F.2 Analisa Data
Setelah melalui proses pengolahan data, maka dilakukan
analisis data yang meliputi:
A. Analisis Univarat
Analisis univariat bertujuan menjelaskan atau
mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian yang
pada umumnya menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap variabel. Dalam penelitian ini akan
dilakukan analisis univariat untuk mengetahui distribusi
frekuensi dari data demografi, pijat bayi dengan aroma terapi
lavender sebagai variabel bebas dan tingkat pemenuhan tidur
bayi sebagai variabel terikat.
B. Analisis Bivariat
Setelah dilakukan analisis univariat, maka dilakukan
analisis bivariat terhadap dua variabel dalam penelitian ini
yaitu pijat bayi dengan aromaterapi lavender dan kualitas tidur
bayi dilakukan dengan menggunakan uji dependensi. Uji yang
dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang
signifikan antara bayi yang mendapatkan perlakuan sebelum
dan sesudah pijat bayi dengan aromaterapi lavender. Serta
untuk mengetahui perbedaan perlakuan pijat bayi dengan
aromaterapi lavender lebih efektif dibandingkan yang tanpa
perlakuan pijat bayi dengan aromaterapi lavender.
Dalam penelitian ini untuk mengukur efektivitas antara
pijat bayi dengan aromaterapi lavender sebagai variabel
bebas dengan kualitas tidur bayi sebagai variabel terikat yang
keduanya memiliki skala nominal dan Ordinal. Data distribusi
tidak normal maka analisa bivariat yang digunakan adalah uji
wilcoxon pada data berpasangan dan Mann Whitney pada
data tidak berpasangan.
Uji wilcoxon digunakan untuk mengetahui adanya
pengaruh sebelum dan sesudah pijat bayi usia 3-12 bulan
dengan aromaterapi lavender.
Uji statistic Mann Whitney digunakan untuk mengetahui
adanya pengaruh pijat bayi usia 3-12 bulan dengan
aromaterapi lavender sebelum dan pijat bayi usia 3-12 bulan
sesudah pada kelompok intervensi dan kontrol.
G. Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian, peneliti mempertimbangkan
beberapa pertimbangan etik untuk menghormati hak-hak calon
responden. Sebelum mulai pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu
memperkenalkan diri dan menyebutkan asal institusi pendidikan
kemudian memberikan informed consent kepada calon responden yang
berisi penjelasan tentang tujuan manfaat dan penelitian serta hak
responden untuk menerima atau menolak menjadi responden atau
bahkan jika ingin berhenti ditengah proses penelitian.
Data yang telah di kumpulkan dari responden akan di jaga
kerahasiaan informasinya dengan dengan menerapkan prinsip etik
confidentiality sehingga responden tidak perlu khawatir jika informasi
peneliti tersebar di pihak lain. Selain itu nama dan identitas responden
juga telah di rahasiakan (anonimity) dengan cara memberikan kode
responden berupa angka pada lembar check list untuk mewakili setiap
respoden.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian
Pada bab ini diuraikan hasil penelitian terhadap 30
responden. Ini dilakukan sejak tanggal 29 Mei 2018 sampai dengan 9
Juli 2018 di Posyandu Kartini wilayah kerja Puskesmas Dalu Sepuluh
Tanjung Morawa. Hasil penelitian ini menggambarkan tentang
efektifitas pijat bayi dengan aromaterapi lavender terhadap kualitas
tidur bayi.
A.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Posyandu Kartini wilayah kerja
Puskesmas Dalu Sepuluh Tanjung Morawa Kecamatan Tanjung
Morawa Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Posyandu kartini
ini berada di desa Wonosari yang ditanggung jawabkan oleh seorang
bidan.
A.2. Karakteristik Responden
1. Analisis Univariat
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Demografi Responden di Posyandu Kartini
Tanjung Morawa Tahun 2018
Karakteristik Frekuensi (n) Presentase (%)
Usia 3-5 bulan 6-9 bulan 10-12 bulan
4
16 10
14 53 33
Total 30 100
Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan
14 16
47
53
Total 30 100
Berat Badan
5-6,9 Kg
7-8,9 Kg
5
16
17
53
9-9,9 Kg
>10 Kg
4
5
13
17
Total 30 100
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa diperoleh
karakeristik responden mayoritas berada rentang usia 10-12 bulan
sebesar 47%, kemudian sebesar 53% berjenis kelamin perempuan
dan sebesar 53% memiliki berat pada rentang 7-8,9 kg.
Untuk menganalisa rata-rata lama tidur bayi dan perbedaan
efektifitas pijat bayi dengan menggunakan aromaterapi lavender pada
kelompok intervensi di posyandu kartini Tanjung Morawa dapat dilihat
pada tabel 4.2 dibawah ini :
Tabel 4.2
Frekuensi Kualitas Tidur Kelompok Intervensi Sebelum dan Sesudah dilakukan Pijat dengan Aromaterapi Lavender di Posyandu Kartini
Tanjung Morawa Tahun 2018
Sebelum (Pre) Sesudah (Post)
Kualitas Tidur Frekuensi (n)
Presentase (%)
Frekuensi (n)
Presentase (%)
Total waktu tidur malam
<9 jam ≥9 jam
11 4
73,3 26,7
0
15
0 100
Total 15 100 15 100
Frekuensi terbangun
malam ≤3 kali >3 kali
11 4
73,3 26,7
14 1
93,3 6,67
Total 15 100 15 100
Durasi setiap terbangun
malam ≤30 menit >30 menit
13 2
86,7 13,3
14 1
93,3 6,67
Total 15 100 15 100
Total Tidur Siang dan
Malam <14 jam ≥14 jam
15 0
100 0
9 6
60 40
Total 15 100 15 100
Kondisi saat bangun
Bugar dan ceria Lemas dan Rewel
8 7
53,3 46,7
15 0
100 0
Total 15 100 15 100
Dari tabel di 4.2 diatas dapat diketahui bawa pada kelompok
intervensi, sebelum diberi perlakuan pijat bayi dengan aromaterapi
lavender didapat total tidur malam <9 jam yaitu 11 orang (73,3%) dan
setelah priode pijat dengan aromaterapi lavender mengalami
peningkatan total tidur yaitu 15 orang (100%). Frekuensi terbangun
malam ≤3 kali yaitu 11 orang (73,3%) dan setelah intervensi yaitu 14
orang (93,3%). Durasi terbangun malam ≤30 menit yaitu 13 orang
(86,7%) dan setelah intervensi menjadi 14 orang (93,3%). Total tidur
malam dan siang responden sebesar ≥14 jam yaitu (0%) dan setelah
intervensi didapatkan peningkatan total tidur malam dan siang pada
responden yaitu 6 orang (60%), dan kondisi saat bangun bugar dan
ceria sebesar 8 orang (53,3%) dan setelah priode pijat bayi dengan
aromaterapi lavender meningkat menjadi (100%).
Tabel 4.3 Frekuensi kelompok Kontrol Pijat Bayi Usia 3-12 Bulan dengan
Aromaterapi Lavender di Posyandu Kartini Tanjung Morawa Tahun 2018
Kelompok Kontrol
Kualitas Tidur Frekuensi (n) Presentase (%)
Total waktu tidur malam <9 jam ≥9 jam
11 4
73,3 26,7
Total 15 100
Frekuensi terbangun malam ≤3 kali >3 kali
13 2
86,7 13,3
Total 15 100
Durasi setiap terbangun malam ≤30 menit >30 menit
6 9
40 60
Total 15 100
Total Tidur Siang dan Malam <14 jam ≥14 jam
15 0
100 0
Total 15 100
Kondisi saat bangun Bugar dan ceria
9
60
Lemas dan Rewel 6 40
Total 15 100
Dari tabel di 4.3 diatas diketahui bahwa pada kelompok kontrol,
mayoritas total waktu tidur malam <9 jam yaitu (73,3%), sedangkan
mayoritas frekuensi terbangun malam yaitu (86,7%). Mayoritas durasi
setiap terbangun malam >30 menit yaitu 60%, mayoritas total tidur
siang dan malam <14 jam yaitu (100%), sedangkan mayoritas kondisi
bugar dan ceria yaitu (60%).
Tabel 4.4 Frekuensi Kualitas Tidur Bayi Usia 3-12 Bulan Kelompok Intervensi
Sebelum dan Sesudah Pijat dengan Aromaterapi Lavender di Posyandu Kartini Tanjung Morawa Tahun 2018
Sebelum (Pre) Sesudah (Post)
F % F %
Kelompok Intervensi
Kualitas Tidur Baik 7 46,7 15 100
Kualitas Tidur Buruk 8 53,3 0 0
Total 15 100 15 100
Berdasarkan tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa pada
kelompok intervensi, sebelum dan sesudah diberikan pijat dengan
aromaterapi lavender didapatkan mayoritas bayi dengan kualitas tidur
buruk yaitu 8 orang (53,3%), dan setelah diberikan pijat dengan
aromaterapi lavender didapat seluruh kelompok intervensi memiliki
kualitas tidur baik yaitu sebesar 15 orang (100%).
Tabel 4.5
Frekuensi Kualitas Tidur Bayi Usia 3-12 Bulan Kelompok Kontrol Pasca Pijat dengan Aromaterapi Lavender di Posyandu
Kartini Tanjung Morawa Tahun 2018
Kelompok Kontrol f %
Kualitas Tidur Baik 8 53,3
Kualitas Tidur Buruk 7 46,7
Total 15 100
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat diketahui bahwa pada
kelompok kontrol hanya dilakukan satu kali pengukuran kualitas tidur
bayi, yaitu pengukuran dilakukan bersamaan dengan posttest pada
kelompok intervensi yaitu didapatkan mayoritas bayi dengan kualitas
tidur baik yaitu 8 orang (53,3%), dan kualitas tidur bayi buruk yaitu 7
orang (46,7%).
2. Analisis Bivariat
2.1. Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Pijat dengan Aromaterapi
Lavender pada Kelompok Intervensi
Tabel 4.6 Analisis Efektifitas Kualitas Tidur Bayi Usia 3-12 Bulan Sebelum dan
Sesudah Pijat dengan Aromaterapi Lavender di Posyandu Kartini Tanjung Morawa Tahun 2018
Kelompok Intervensi Mean SD Min-Max P
Pre Test 2,40 0,632 1-3 0.001
Post Test 4,27 0,594 3-5
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat diketahui rata-rata
kualitas tidur pada kelompok intervensi sebelum perlakuan pijat
dengan aromaterapi lavender adalah 2,40 sedangkan sesudah
diberikan aromaterapi diperoleh rata-rata kualitas tidur adalah 4,27
sehingga terjadi peningkatan kualitas tidur sebanyak 1,87 point. Uji
wilcoxon menghasilkan nilai p = 0,001 <0,05 menyimpulkan bahwa
secara statistik terdapat perbedaan kualitas tidur yang memaksa
antara sebelum diberi pijat dengan aromaterapi lavender dengan
sesudah pijat dengan aromaterapi lavender pada kelompok intervensi.
Dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan kualitas tidur pada
kelompok yang diberi perlakuan pijat dengan aromaterapi lavender (p
= 0,001, α <0,05).
2.2. Perbedaan Kualitas Tidur sesudah intervensi pada kelompok intervensi
dan
Kelompok kontrol.
Tabel 4.7
Perbedaan Perubahan Kualitas Tidur Bayi Usia 3-12 Bulan Sesudah Intervensi Pada Kelompok Intervensi dan Kelompok Kontrol
di Posyandu Kartini Tanjung Morawa Tahun 2018
Kualias Tidur Sesudah Intervensi
Mean Median SD Min-Max
Mean Rank
P
Intervensi 4,27 4,00 0,594 3-5 22,43 0.000
Kontrol 2,47 2,00 0,743 1-4 8,57
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa terdapat
perbedaan perubahan kualitas tidur sesudah intervensi pada kelompok
intervensi dan kelompok kontrol. Hasil uji beda menggunakan Mann
Whithney diperoleh nilai (P = 0,000). Dari hasil analisa tersebut dapat
di simpulkan bahwa terdapat perubahan kualitas tidur pada kelompok
perlakuan pijat dengan aromaterapi lavender dengan kelompok yang
tidak di lakukan pijat dengan aromaterapi lavender. Kualitas tidur pada
kelompok yang yang di lakukan pijat dengan aromaterapi lavender
jauh lebih tinggi dari pada kelompok yang tidak di beri perlakuan pijat
dengan aromaterapi lavender.
B. Pembahasan
B.1 Kualitas Tidur Bayi di Posyandu Kartini Tanjung Morawa
Kualitas tidur adalah mutu atau keadaan fisiologis tertentu yang
didapatkan selama seseorang tidur, yang memulihkan proses-proses
tubuh yang terjadi pada waktu orang itu bangun dengan jumlah tidur
nREM dan REM yang tepat. Jika kualitas tidurnya bagus artinya
fisiologi tubuh dalam hal ini sel otak misalnya pulih kembali seperti
semula saat bangun tidur (Candra, 2005 dalam Agustin, 2012).
Melalui analisa 4 item pertanyaan, yakni pertanyaan nomor 1
sampai 4, didapatkan bahwa seluruh responden yaitu 15 (50%) pada
kelompok intervensi pasca intervensi memperoleh waktu tidur malam
≥9 jam, sedangkan kelompok kontrol mayoritas memperoleh waktu
tidur malam <9 jam sebesar 11 orang (73,3%). Terbangun malam hari
dengan frekuensi kurang dari 3 kali dalam semalam dengan lama
terbangun kurang dari 1 jam setiap kali terbangun. Berdasarkan
konsep yang diutarakan Wahyuni (2008), dalam Ubaya (2010), bahwa
bayi dikatakan mengalami gangguan tidur yang mempengaruhi
kualitas tidurnya jika pada malam hari jumlah waktu tidur kurang dari 9
jam, frekuensi terbangun lebih dari 3 kali, dan lama terbangunnya lebih
dari 1 jam. Sehingga persepsi dapat mengacu bahwa mayoritas
responden tidak mengalami gangguan tidur yang mempengaruhi
kualitas tidurnya setelah di lakukan intervensi pijat bayi dengan
aromaterapi lavender.
Bayi usia 1-12 bulan memerlukan waktu tidur 14-15 jam per hari.
Mereka masih tidur siang sebanyak 2-3 kali sehari dengan waktu tidur
yang mulai diarahkan agar memiliki pola kebiasaan yang baik
(Benaroch, 2012 dalam William, 2013). Analisa 6 butir pertanyaan
kuesioner memunculkan data sebanyak 15 responden (50%) pada
kelompok kontrol mendapatkan total total tidur malam kurang dari 14
jam sehari, sedangkan sebanyak 6 responden (40%) yang dilakukan
pijat bayi dengan aromaterapi lavender mendapatkan total tidur lebih
dari 14 jam sehari, sehingga dapat diasumsikan bahwa dari sebagian
jumlah responden yang dilakukan intervensi memperoleh total waktu
tidur yang sesuai dengan usia. Waktu tidur dan siang tidak bisa
memberikan patokan waktu bayi untuk tidur yang seragam pada setiap
bayi, sebab setiap anak memiliki keunikan masing-masing. Waktu tidur
siang dan malam sangatlah penting, keduanya sangat dibutuhkan dan
memiliki peranan yang tidak dapat menggantikan satu sama lainnya.
Anak yang tidur siang cukup biasanya tidak terlalu rewel dan tidur
pulas pada malam harinya (Gelania, 2014).
Dari hasil analisa distribusi data juga diperoleh sebanyak 15
responden (100%) yang dilakukan pijat bayi dengan aromaterapi
lavender bangun tidur di pagi hari dalam keadaan bugar dan ceria.
Pijat dengan aromaterapi lavender mampu mampu menurunkan kadar
hormon kortisol yaitu hormon penyebab stress. Dengan penurunan
hormon kortisol ini membuat bayi lebih riang dan tidak suka menangis.
Kualitas tidur yang buruk juga berpengaruh pada perkembangan
fisik tapi juga sikapnya keesokan harinya. Bayi yang cukup tidur akan
memperlihatkan ciri-ciri dapat mudah tertidur di malam hari, bugar saat
bangun tidur, tidak rewel, dan tidak memerlukan waktu tidur sesuai
dengan perkembangannya (Ubaya, 2010).
Pada hasil penelitian didapatkan jumlah yang sangat berbeda
antara responden yang mendapatkan pijat bayi dengan aromaterapi
lavender dengan responden yang menjadi kelompok kontrol dalam
jumlah total tidur bayi sesuai dengan kebutuhan tidur bayi.
B.2 Kualitas Tidur Sebelum dan Sesudah Pemberian Pijat Bayi
dengan Aromaterapi Lavender Pada Kelompok Intervensi
Perubahan kualitas tidur pada sebelum dan sesudah intervensi
pada kelompok intervensi adalah kualitas tidur sebelum intervensi lebih
rendah dari pada kualitas tidur sesudah intervensi. Kualitas tidur
sebelum intervensi tinggi adalah kualitas tidur buruk dan yang rendah
yaitu kualitas tidur baik. Sedangkan setelah intervensi, kualitas tidur
paling tinggi adalah kualitas tidur baik.
Berdasarkan hasil uji Wilcoxon pada kelompok intervensi
diperoleh p = 0,001 < α = 0,05 dengan demikian terdapat perbedaan
kualitas tidur bayi sebelum dan kualitas tidur sesudah pada kelompok
intervensi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Ayu Permata
(2017) yang menemukan bahwa Pijat bayi dapat meningkatkan
lamanya tidur malam pada bayi usia 3 - 6 bulan Hal ini didasari pada
Hasil analisis sebelum dan setelah diberikan intervensi yang
didapatkan nilai signifikansi P = 0.03.
Agustin (2012) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa
aktivitas fisik dan kelelahan menjadi salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Hal ini juga dibenarkan oleh
pendapat Harkreader, dkk (2007) bahwa meningkatnya latihan fisik
akan meningkatkan waktu tidur REM dan NREM.
Pijatan dapat mengubah gelombang otak sedemikian rupa
sehingga menjadi penurunan gelombang alpha dan peningkatan
gelombang beta, serta tetha. Gelombang otak seperti ini akan
membuat bayi tidur lelap dan saat terbangun nanti akan berada dalam
keadaan siaga (full alert). Gambaran otak ini dibuktikan dengan
menggunakan EEC (electro encephalogram) Roesli, (2007).
Somayeh Makvandi et al, (2016) dalam penelitiannya salah
satu mekanisme kerja aromaterapi Lavender adalah bahwa minyak
lavender dalam peran minyak esensial diserap melalui pernapasan
dan bisa mengurangi sekresi kortisol atau meningkatkan serotonin
dan akan membuat seseorang lebih relaks dan tenang.
Menurut ausmsi peneliti Pijat bayi dengan aromaterapi bunga
lavender yang diberikan pada responden akan dapat bermanfaat
untuk relaksasi, karena pijat bayi dengan aroma terapi bunga lavender
menenangkan. Sehingga dapat meningkatkan kualitas tidur bayi
sesuai dengan pertumbuhannya.
B.3 Kualitas Tidur Sesudah Intervensi Pijat Bayi dengan
Aromaterapi
Lavender dan Kelompok Kontrol Setelah Intervensi Pijat
Bayi
dengan Aromaterapi Lavender
Berdasarkaan hasil uji Mann Whithney dapat disimpulkan
terdapat perbedaan kualitas tidur sesudah intervensi yang bermakna
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dengan nilai P =
0,000 (Tabel 4.6).
Penelitian lain yang dilakukan oleh Nugraini, Dyah & Warsini
(2016) juga menunjang hasil penelitian ini. Dengan hasil statistik P =
0,047 dengan batas atas 3,967 dan batas bawah 0,33. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang secara
statistik signifikan pada pijat bayi terhadap lama tidur bayi di desa
duwet kecamatan wonosari kabupaten klaten.
Roekistiningsih (2006) mengemukakan bahwa pemijatan dapat
meningkatkan kadar serotonin yang akan diubah menjadi melatonin
melalui proses N-asetilisasi dan O-metilisasi di kelenjar pineal.
Melatonin merupakan hormon yang disintesis dan disekresikan oleh
kelenjar pineal langsung ke dalam sirkulasi dan didistribusikan ke
seluruh tubuh. Sebagai respon pada keadaan gelap, sekresi melatonin
akan meningkat sehingga dapat memicu tidur dengan cara menekan
wake-promoting signal pada SCN (suprachiasmatic nucleus) yang
mempertahankan kesadaran dan menghambat dorongan untuk tidur.
Sehingga dalam mekanisme tidur, melatonin berperan menurunkan
sleep oncet latency melalui sleep switch model yang dapat
mempertahankan keadaan tidur pada malam hari sehingga membuat
tidur lebih lama dan lelap pada malam hari.
Menurut asumsi peneliti pengaruh pijat bayi dengan aromaterapi
lavender meningkatkan kualitas tidur bayi dengan ciri-ciri dapat mudah
tertidur di malam hari, bugar saat bangun tidur pada pagi hari, dan
tidur siang hingga sore tidak berlebihan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian pada 30 responden bayi berumur 3-12
bulan tentang Efektifitas Pijat Bayi Usia 3-12 Bulan dengan Aromaterapi
Lavender terhadap Kualitas Tidur Bayi di Posyandu Kartini Tanjung
Morawa Tahun 2018, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh pijat bayi dengan aromaterapi lavender terhadap
kualitas tidur bayi berdasarkan tidur malam, durasi terbangun malam,
total tidur dan kondisi saat terbangun.
2. Terdapat perbedaan kualitas tidur bayi sebelum diberi pijat dengan
aromaterapi lavender dengan sesudah pijat dengan aromaterapi
lavender pada kelompok intervensi. Dapat disimpulkan bahwa terjadi
peningkatan kualitas tidur pada kelompok yang diberi perlakuan pijat
dengan aromaterapi lavender (p = 0,001, α <0,05).
3. Ada pengaruh Pijat Bayi dengan Aromaterapi Lavender Lavender
terhadap Kualitas Tidur Bayi di Posyandu Kartini Tanjung Morawa
Tahun 2018 dengan P = 0,000 α <0,05.
A.2 Saran
1. Bagi Tempat Penelitian
Bagi para praktisi kebidanan hasil penelitian ini dapat
menjadi referensi tentang alternatif kebidanan yang dapat diberikan
untuk bayi, dan dapat menjadi sumber informasi bagi para praktisi
untuk dapat mengembangkan kebidanan yang dapat meningkatkan
kualitas tidur bagi bayi sehingga dapat di fasilitasi pelatihan pijat
bayi di Puskesmas Dalu Sepuluh Tanjung Morawa.
2. Bagi Pendidikan Kebidanan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan evidence based dan juga
dapat diajarkan sebagai salah satu materi skill lab ataupun
praktikum pijat bayi untuk bayi, setelah sebelumnya telah ada
materi mengenai pijat bayi yang dijadikan salah satu materi
praktikum.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Peneliti juga merekomendasikan pada peneliti selanjutnya
untuk dapat mengkorelasikan pijat bayi dengan variabel lainnya,
sehingga konsep tentang pijat bayi dapat lebih dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, dkk. 2010. Fisiologi Tidur dan Pernafasan. Jakarta: Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI – SMF Paru RSUP Persahabatan.
Arikunto, S. 2009. Prosedur Penlitian suatu pendekatan praktik. Jakarta:
Rineka Cipta Augestie PR, et al. (2017). Effect of Oxytocin Massage Using Lavender
Essential Oil on Prolactin Level and Breast Milk Production in Primiparous Mother After Caesarean Delivery. Belitung nursing journal, 3(4):337-344.
Doe, Nomo. (2012). Gangguan Tidur pada Perawat Pekerja Shift
Undergraduate Thesis. Salatiga: Program Sarjana PSIK Fakultas Ilmu Kesehatan Kristen Stya Wacana.
Gelania. (2014). Home Baby Spa. Jakarta: Penerbit Plus
Hidayat. (2014). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Penerbit Salemba Medika
Fathoni, M., dkk, (2006). Pengaruh Pemijatan Terhadap Peningkatan
Kwalitas Tidur Bayi Usia 4-6 Bulan Di Kelurahan Sumbersari Kecamatan Lowokwaru Kota Malang. Jurnal Malang: Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Brawijaya.
Jaelani. (2009). Aromaterapi. Bandung: Yayasan Obor Indonesia. Jeremy Appleton, ND. (2012). Lavender Oil for Anxiety and Depression:
Review of the literature on the safety and efficacy of lavender. Medicin journal Vol. 4 Issue 2.
Kianpour M, et al. (2014). Effect of lavender scent inhalation on prevention of stress, anxiety and depression in the postpartum period. Irian journal of nursing and midwifery research, 197–201
Kim, M., Yun, J. K. (2010). International Journal of Advanced Science and
Technology.Effects of Aroma Inhalation on Blood Pressure, Pulse, Visual Analog Scale, and McNair Scale in Nursing Students Practicing Intravenous Injections at the First Time. Volume 23.
Notoadmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Peir Hossein, et al,. (2013). Lavender and the Nervous System. Hindawi
Publishing Corporation Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine: Volume 2013
Permata A. (2017). Pengaruh Pijat Bayi Terhadap Peningkatan Lama Tidur
Malam Pada Bayi 3-6 Bulan. Prima Dewi. (2013). Aromaterapi Lavender sebagai Media Relaksasi. E-
Jurnal Medika Udayana: Vol. 2 No.1. Potter & Perry. (2006). Buku Ajar Fundamental Keperawatan Edisi 4 Vol. 2.
Jakarta: EGC. Roekistiningsih., 2009. Aromaterapi Untuk Kesehatan, Kebugaran Dan
Kecantikan. Yogyakarta: Lily Publisher
Roesli, Utami. 2002. Pedoman Pijat Bayi prematur dan Bayi Usia 0-3 Bulan. Jakarta: PT Trubus Agriwidya.
_ _ 2007. Pedoman Pijat Bayi, edisi Revisi. Jakarta: PT Trubus Agriwidya. Sekartini, R dan Nuri P.A. (2006). Gangguan Tidur Pada Anak Usia Bawah
Tiga Tahun di Lima Kota di Indonesia. Sari Pedia, Vol. 7, No. 4. Diunduh dari: https://saripediatri.org. diakses pada tanggal 28 Februari 2018.
Somayeh Makvandi et al, (2016). A Review of Ra andomized Clinical
Trials on the Effect of Aromatherapy with Lavender on Labor Pain Relief. Nursing & Care Open Access Journal Vol 1 Issue 3.
Siska Dewi. (2016). Pijat & Asupan Gizi Tepat Untuk Melejitkan Tumbuh
kembang Anak. Yogyakrta: Pustaka Baru Press Ubaya, R.L. (2010). Analisis Pijat Bayi dengan Kwalitas Tidur Bayi Umur 6-
12 Bulan di Desa Kertosari Kecamatan Singosari Kabupaten Kendal Undergraduate Thesis. Semanrang: Program Sarjana Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Semarang.
Widodo, D.P., dan Taslim S.S. (2000). Perkembangan Normal Tidur Pada
Anak dan Kelainannya. Sari Pedia, Vol. 2 No.3. Diunduh dari: https://saripediatri.org/index.php/sari-pediatri/article/view/833/767. Diakses pada tanggal 28 Februari 2018.
Wijayanto. T dan Rita Sari. (2015). Perbedaan Pengaruh Terapi Masase
dengan Minyak Aromaterapi dan Minyak VCO Terhadap Penurunan
Tekanan Darah Pasien Hipertensi Primer. Jurnal Kesehatan Metro Sai Wawai Volume VIII No 2 Edisi Desember 2015.
William, M. C. (2013). Hubungan Kwalitas Tidur dengan Kosentrasi Pada
Mhasiswa Angkatan 2009 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Undergraduate Thesis. Medan: Program Sarjana Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
PERNYATAAN
EFEKTIVITAS PIJAT BAYI USIA 3-12 BULAN DENGAN AROMATERAPI LAVENDER TERHADAP KUALITAS
TIDUR BAYI DI POSYANDU KARTINI TANJUNG MORAWA TAHUN 2018
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak
terdapat karya yang pernah di ajukan karya yang pernah di
ajukan untuk disuatu perguruan tinggi dan sepanjang
pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar
pustaka
Medan 15 Agustus 2018
Peneliti
Sri Kandi Harsi
P07524517095
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Poltekkes Kemenkes Medan , Saya yang
bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Sri kandi Harsi
NIM : P07524517095
Program Studi : DIV Kebidanan
Jurusan : Kebidanan Medan
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan
kepada Poltekkes Kemenkes Medan Hak Bebas Royalti Noneksklusif
(Nonexclusive Royalti Free Right) atas skripsi saya yang berjudul :
Efektivitas Pijat Bayi Usia 3-12 Bulan Dengan Aromaterapi Lavender
Terhadap Kualitas Tidur Bayi Di Posyandu kartini Tanjung Morawa
Tahun 2018.
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Poltekkes Kemenkes Medan berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap
mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik
Hak cipta.Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan
Pada Tanggal : 15 Agustus 2018
Yang Menyatakan
( Sri Kandi Harsi)
PERSETUJUAN (PIJAT BAYI DENGAN AROMATERAPI LAVENDER) SETELAH PENJELASAN (PSP)
Saya telah mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai
hal yang berkaitan dengan Penelitian Efektifitas pijat bayi Usia 3-12 bulan
dengan aromaterapi lavender terhadap kualitas tidur bayi di posyandu
kartini Tanjung Morawa yang dilakukan oleh sri kandi harsi, Kmahasiswa
Poltekkes kemenkes Medan Prodi D-IV Kebidanan Medan. Saya
memutuskan sutuju untuk ikut berpartisipasi wawancara dan dilakukan pijat
dengan aromaterapi lavender oleh bayi saya dalam penelitian ini secara
sukarela tanpa paksaan. Bila saya inginkan, saya dapat mengundurkan diri
sewaktu-waktu tanpa sanksi apapun.
NAMA IBU BAYI:
ALAMAT RUMAH:
No Responden
Nama Responden Umur Tgl/Bln Wawancara
Tanda Tangan
Keterangan :
- Responden yang boleh menandatangani informed consent adalah
mereka yang berumur diatas usia 17 tahun
*Psp dibuat astu rangkap dan dilampirkan di lembar cek list responden
**Diluar peneliti, bisa orang yang mempunyai hubungan keluarga, tetangga
atau ketua RT
Nama Sanksi** Tgl/Bln Tanda Tangan
EXAMINE VARIABLES=Kualitas_before Kualitas_After
/PLOT BOXPLOT STEMLEAF NPPLOT
/COMPARE GROUPS
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/CINTERVAL 95
/MISSING LISTWISE
/NOTOTAL.
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Kualitas Tidur Sebelum 15 50.0% 15 50.0% 30 100.0%
Kualitas Tidur Sesudah 15 50.0% 15 50.0% 30 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
Kualitas Tidur Sebelum
Mean 2.40 .163
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 2.05
Upper Bound 2.75
5% Trimmed Mean 2.44
Median 2.00
Variance .400
Std. Deviation .632
Minimum 1
Maximum 3
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.547 .580
Kurtosis -.385 1.121
Kualitas Tidur Sesudah
Mean 4.27 .153
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 3.94
Upper Bound 4.60
5% Trimmed Mean 4.30
Median 4.00
Variance .352
Std. Deviation .594
Minimum 3
Maximum 5
Range 2
Interquartile Range 1
Skewness -.091 .580
Kurtosis -.171 1.121
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Kualitas Tidur Sebelum .295 15 .001 .761 15 .001
Kualitas Tidur Sesudah .340 15 .000 .758 15 .001
a. Lilliefors Significance Correction
NPAR TESTS
/WILCOXON=Kualitas_before WITH Kualitas_After (PAIRED)
/STATISTICS DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(10000).
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kualitas Tidur Sebelum 15 2.40 .632 1 3
Kualitas Tidur Sesudah 15 4.27 .594 3 5
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
Kualitas Tidur Sesudah -
Kualitas Tidur Sebelum
Negative Ranks 0a .00 .00
Positive Ranks 15b 8.00 120.00
Ties 0c
Total 15
a. Kualitas Tidur Sesudah < Kualitas Tidur Sebelum
b. Kualitas Tidur Sesudah > Kualitas Tidur Sebelum
c. Kualitas Tidur Sesudah = Kualitas Tidur Sebelum
NPAR TESTS
/M-W= Kualitas BY Kelompok(1 2)
/STATISTICS=DESCRIPTIVES
/MISSING ANALYSIS
/METHOD= MC CIN(95) SAMPLES(10000).
NPar Tests
Descriptive Statistics
N Mean Std. Deviation Minimum Maximum
Kualitas Tidur 30 3.37 1.129 1 5
Kelompok 30 1.50 .509 1 2
Mann-Whitney Test
Ranks
Kelompok N Mean Rank Sum of Ranks
Kualitas Tidur
1 15 22.43 336.50
2 15 8.57 128.50
Total 30
Test Statisticsa
Kualitas Tidur
Mann-Whitney U 8.500
Wilcoxon W 128.500
Z -4.464
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .000b
Monte Carlo Sig. (2-tailed)
Sig. .000c
95% Confidence Interval Lower Bound .000
Upper Bound .000
Monte Carlo Sig. (1-tailed)
Sig. .000c
95% Confidence Interval Lower Bound .000
Upper Bound .000
a. Grouping Variable: Kelompok
b. Not corrected for ties.
c. Based on 10000 sampled tables with starting seed 303130861.
Daftar Riwayat Hidup
Identitas Diri
Nama : Sri Kandi Harsi
Tempat, Tanggal Lahir : Sei Blumai, 29 Agustus 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Dusun V Wonosari Tanjung Morawa,
Kab. Deli Serdang Sumatera Utara
No. HP : 081375018336
Alamat Email : srikandiharsi@gmail.com
Data Orang Tua
Nama Ayah : Hartono
Nama Ibu : Siti Hawa
Riwayat Pendidikan
Pendidikan Formal
Tahun Institusi
2000-2006 Dasar Negeri 104240 Wonosari Tanjung
Morawa
2006-2009 Madrasah Tsanawiyah Negeri Lubuk Pakam
2009-2012 Madrasah Aliyah Negeri 1 Medan
2012-2015 Poltekkes Kemenkes Medan Prodi Kebidanan
Pematangsiantar
DOKUMENTASI PIJAT BAYI DENGAN
AROMATERAPI LAVENDER
top related