skripsi - erepo.unud.ac.id
Post on 20-Oct-2021
22 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PENGARUH THERAPEUTIC WALKING EXERCISE TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ANAK OBESITAS USIA
9-10 TAHUN DENGAN HIPERTENSI DI SEKOLAH DASAR
SARASWATI TABANAN
011
OLEH:
MADE SATRIA AMBARSIKA
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
i
SKRIPSI
PENGARUH THERAPEUTIC WALKING EXERCISE TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ANAK OBESITAS USIA
9-10 TAHUN DENGAN HIPERTENSI DI SEKOLAH DASAR
SARASWATI TABANAN
011
OLEH:
MADE SATRIA AMBARSIKA
1302305048
KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI
PROGRAM STUDI FISIOTERAPI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2017
PENGARUH THERAPEUTIC WALKING EXERCISE TERHADAP
PENURUNAN TEKANAN DARAH PADA ANAK OBESITAS USIA 9 - 10
TAHUN DENGAN HIPERTENSI DI SEKOLAH DASAR SARASWATI
TABANAN
ABSTRAK
Hipertensi merupakan salah satu gangguan yang sering dialami oleh anak
dengan obesitas. Salah satu terapi non farmakologi yang dapat dilakukan untuk
menurunkan tekanan darah pada anak obesitas adalah dengan therapeutic walking
exercise. Latihan ini merupakan salah satu latihan endurance dengan intensitas
sedang dan low impact untuk melatih daya tahan kardiovaskular. Penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah pemberian perlakuan Therapeutic Walking
Exercise dapat menurunkan tekanan darah pada anak dengan hipertensi usia 9 –
10 tahun di Sekolah Dasar.
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan rancangan Pre
and Post Test Control Group Design. Teknik pengambilan sampel adalah
purposive sampling. Sampel berjumlah 16 orang yang sebelumnya telah diukur
tekanan darahnya menggunakan sphygmomanometer. Sampel dibagi menjadi 2
kelompok, yaitu kelompok perlakuan yang mendapatkan therapeutic walking
exercise berjumlah 8 orang dan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan
perlakuan berjumlah 8 orang. Dilakukan uji normalitas dengan Saphiro-Wilk Test
dan uji homogenitas dengan Levene’s Test. Hipotesis diuji dengan Paired Sample
T-Test untuk mengetahui penurunan tekanan darah pada kedua kelompok dan
Independent Sample T-Test untuk mengetahui perbedaan penurunan tekanan darah
pada kedua kelompok.
Hasil analisis dengan uji Paired Sample T-Test untuk tekanan darah pada
kelompok perlakuan didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) untuk tekanan darah
sistolik dan nilai p=0,010 (p<0,05) untuk tekanan darah diastolik. Pada kelompok
kontrol, tekanan darah sistolik didapatkan nilai p = 0,598 (p > 0,05) dan tekanan
darah diastolik didapatkan nilai p = 0,170 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa
pada kelompok perlakuan terjadi penurunan tekanan darah secara bermakna,
sedangkan pada kelompok kontrol tidak ada penurunan tekanan darah secara
bermakna. Rerata selisih penurunan tekanan darah pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol diperoleh hasil p=0,000 (p<0,05) untuk data tekanan darah
sistolik dan p=0,009 (p<0,05) untuk data tekanan darah diastolik.
Disimpulakan bahwa terdapat perbedaan penurunan tekanan darah yang
signifikan antara kelompok perlakuan dan kelompok. Hal ini disebabkan karena
pelebaran pembuluh darah dan relaksasi pembuluh darah. Therapeutic walking
exercise dapat menurunkan tekanan darah pada anak obesitas dengan hipertensi.
Kata kunci: Therapeutic walking exercise, obesitas, hipertensi
THE EFFECT OF THERAPEUTIC WALKING EXERCISE FOR
DECREASING BLOOD PREASSURE IN CHILDREN WITH OBESITY 9 –
10 YEARS OLD WITH HYPERTENSION AT SARASWATI TABANAN
ELEMENTARY SCHOOL
ABSTRACT
Hypertension is one of the disorders often experienced by children with
obesity. One of the non-pharmacological therapies that can be done to lower
blood pressure in obese children is by therapeutic walking exercise. This exercise
is one of endurance exercise with moderate and low impact instensity to train
cardiovascular endurance. This study was conducted to determine whether the
treatment of Therapeutic Walking Exercise can lower blood pressure in children
with hypertension aged 9 to 10 years in Saraswati Tabanan Elementary School.
This research was an experimental research with Pre and Post Test
Control Group Design. The sampling technique is purposive sampling. The
sample numbered 16 people who had previously measured their blood pressure
using a sphygmomanometer. The sample was divided into 2 groups, ie treatment
group that received therapeutic walking exercise amounted to 8 people and the
control group that did not get treatment amounted to 8 people. The normality test
was performed with Saphiro-Wilk Test and homogeneity test with Levene's Test.
The hypothesis was tested by Paired Sample T-test to determine the decrease in
blood pressure in both groups and the Independent Sample T-Test to determine
the difference in blood pressure decrease in both groups.
The result of the analysis with paired sample t-test for blood pressure in
the treatment group obtained p = 0,000 (p <0,05) for systolic blood pressure and
p = 0,010 (p <0,05) for diastolic blood pressure. In the control group, systolic
blood pressure was obtained p = 0,598 (p> 0,05) and diastolic blood pressure got
p value = 0,170 (p> 0,05). This shows that in the treatment group there was a
significant decrease in blood pressure, whereas in the control group there was no
significant drop in blood pressure. The mean difference of blood pressure
decrease in treatment group and control group was obtained p = 0,000 (p <0,05)
for systolic blood pressure data and p = 0,009 (p <0,05) for diastolic blood
pressure data.
It was concluded that there was a significant difference in blood pressure
decrease between the treatment group and control group. This is due to the
dilation of blood vessels and the relaxation of blood vessels. Therapeutic walking
exercise can decrease blood pressure in obese children with hypertension.
Keywords : therapeutic walking exercise, obesity, hypertension.
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunianya, penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang
berjudul “Pengaruh Therapeautic Walking Excercise terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Anak Obesitas Usia 9 – 10 Tahun dengan Hipertensi di SD Saraswati
Tabanan”.
Tugas ini merupakan salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar
sarjana Fisioterapi. Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam penyusunan
skirpsi ini tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk
itu dengan segala kerendahan hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang terkait dalam penulisan
skripsi ini, yaitu kepada :
1. Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT., M.Kes selaku dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
2. Prof. Dr. dr. I Nyoman Adiputra, MOH, PFK. selaku ketua Program Studi
Fisioterapi Universitas Udayana.
3. dr. Nila Wahyuni, M. Fis selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah
banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
4. dr. I Gusti Ayu Artini, M.Sc selaku pembimbing sekaligus pengajar yang telah
banyak memberikan petunjuk dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Seluruh dosen yang telah memberikan bimbingan sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini.
viii
6. Kedua orang tua dan keluarga besar saya yang tidak bisa saya sebutkan satu
per satu yang selalu memberikan motivasi, semangat agar penulis dapat
menyelesaikan skripsi penelitian dan pendidikan Sarjana Fisioterapi.
7. Desak Made Wahyu Ariningsih yang senantiasa membantu dan memotivasi
penyelesaian skripsi saya.
8. Seluruh kerabat dan sejawat fisioterapi yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu persatu yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kritik dan saran yang konstruktif dari semua pihak sangat
diharapkan.
Denpasar, Juni 2017
Penulis
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
PERNYATAAN PERSETUJUAN ...................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv
ABSTRAK ........................................................................................................... v
ABSTRACT ........................................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. .xi
BAB I PENDAHULUAN. .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian ................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8
2.1 Obesitas pada Anak .................................................................................. 8
2.1.1 Definisi Obesitas ........................................................................ .8
2.1.2 Penyebab obesitas ......................................................................... .9
2.1.3 Penatalaksanaan Obesitas ........................................................ .10
2.2 Hipertensi ............................................................................................... 12
2.2.1 Definisi Hipertensi pada Anak .................................................. 12
2.2.2 Diagnosa Hipertensi pada Anak ................................................. 13
2.2.3 Patofisiologi Hipertensi .............................................................. 18
2.3 Hubungan IMT dengan Hipertensi pada Anak ......................................... 22
2.4 Therapeutic Walking Exercise ................................................................... 23
2.4.1 Definisi Therapeutic Walking Exercise ......................................... 23
2.4.2 Siklus Berjalan .......................................................................... 25
2.4.3 Efek Therapeutic Walking Exercise .......................................... 26
2.4.4 Efektivitas Therapeutic Wallking Exercise .............................. 27
x
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ..................... 30
3.1 Kerangka Berpikir ................................................................................. 30
3.2 Kerangka Konsep Penelitian ................................................................. 32
3.3 Hipotesis ............................................................................................... 33
BAB IV METODE PENELITIAN ..................................................................... 34
4.1 Desain Penelitian .................................................................................. 34
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 35
4.3 Populasi dan Sampel ............................................................................. 35
4.3.1 Populasi ....................................................................................... 35
4.3.2 Sampel ......................................................................................... 35
4.3.3 Besar Sampel ............................................................................... 37
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel....................................................... 38
4.4 Variabel Penelitian ................................................................................ 39
4.5 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 39
4.6 Instrumen Penelitian ............................................................................. 40
4.7 Prosedur Penelitian ............................................................................... 41
4.7.1 Prosedur Pendahuluan ................................................................. 41
4.7.2 Prosedur Pelaksanaan .................................................................. 43
4.8 Alur Penelitian ...................................................................................... 45
4.9 Teknik Analisis Data ............................................................................. 46
4.10 Jadwal Penelitian..................................................................................48
BAB V HASIL PENELITIAN............................................................................49
5.1 Karakteristik Responden.......................................................................49
5.2 Uji Persyaratan Analisis.........................................................................51
5.3 Pengujian Hipotesis...............................................................................53
5.3.1 Uji Beda Rerata Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan
Sesudah pada Masing-Masing Kelompok ......................................53
5.3.2 Uji Beda Hasil setelah dan Selisih Penurunan Tekanan Darah pada
Kelompok Perlakuan dan Kontrol..................................................54
BAB VI PEMBAHASAN..................................................................................57
xi
6.1 Karakteristik Sampel .........................................................................57
6.2 Tekanan Darah pada Kelompok Perlakuan (KP) Setelah
Pemberian Perlakuan Therapeutic Walking Exercise........................59
6.3 Tekanan Darah pada Kelompok Kontrol (KK)..................................62
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN…………………. . . .…………………66
7.1 Simpulan………………………………………….………………..66
7.2 Saran……………………………………………………………….66
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada pertengahan
antara olecranon dan acromion ........................................................................ 15
Gambar 2.2 Siklus berjalan pada manusia .......................................................... 26
Gambar 3.1 Kerangka konsep penelitian ........................................................... 32
Gambar 4.1 Desain penelitian ............................................................................. 34
Gambar 4.2 Alur Penelitian................................................................................. 45
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Prosedur Assesment Fisioterapi ....................................................... 42
Tabel 4.2 Jadwal Penelitian ............................................................................. 48
Tabel 5.1 Distribusi data sampel berdasarkan Usia, IMT kategori obesitas,
tekanan darah sebelum ...................................................................................... 49
Tabel 5.2 Hasil Uji Normalitas dan Homogenitas data....................................51
Tabel 5.3 Hasil Uji Rerata Penurunan Tekanan Darah Sistolik dan Diastolik
pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol .......................................... 53
Tabel 5.4 Uji Beda Hasil Setelah Intervensi dan Selisih Penurunan Tekanan
Darah Anak dengan Obesitas Usia 9-10 Tahun pada Kedua Kelompok .......... 54
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan zaman terjadi berbagai perubahan gaya hidup
pada penduduk dengan usia muda maupun tua. Di Indonesia, terutama di kota-
kota besar, dengan adanya perubahan gaya hidup yang menjurus ke westernisasi
dan sedentary berakibat pada perubahan pola makan atau konsumsi masyarakat
yang merujuk pada pola makan tinggi kalori, tinggi lemak dan kolesterol (Satoto,
1998). Hal ini menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan energi yang masuk
dan keluar pada tubuh seiring dengan kurangnya aktivitas fisik. Konsumsi makan
anak yang tinggi ditambah kurangnya aktivitas fisik memicu terjadinya
kegemukan pada anak yang dikenal dengan overweight dan pada taraf yang lebih
lanjut dapat berkembang menjadi obesitas.
Obesitas merupakan masalah kesehatan yang di alami tidak hanya oleh
orang dewasa melainkan juga dialami oleh anak-anak, dimana terdapat
penimbunan lemak yang berlebihan dari apa yang diperlukan untuk fungsi tubuh
akibat dari menkonsumsi makanan melebihi kebutuhannya. Obesitas saat ini
sudah menjadi masalah global. Prevalensinya meningkat tidak saja dinegara maju
tapi juga di negara-negara berkembang. Data National Health and Nutrition
Examination Survey (NHANES) didapatkan hubungan linier antara kenaikan
indeks massa tubuh (IMT) dengan tekanan darah sistolik dan diastolik serta
tekanan nadi di Amerika Serikat (El-Atat dkk., 2004).
2
Konferensi obesitas Internasional di Milan melaporkan Italia merupakan
negara nomor satu kasus obesitas terbanyak pada anak-anak Eropa dengan
prevalensi 36%. Penelitian pada tahun 1981-1996 di Kanada pada anak umur 7-13
tahun mendapatkan prevalensi obesitas meningkat menjadi dua kali lipat, dari 5%
menjadi 14% pada anak laki-laki dan 11% pada anak perempuan (Salvadori et al.,
2008 dalam Purnami, 2015). Prevalensi overweight dan obesitas pada anak di
dunia meningkat dari 4,2% di tahun 1990 menjadi 6,7% di tahun 2010, dan
diperkirakan akan mencapai 9,1% di tahun 2020 (de Onis M et al., 2010).
Penelitian pada anak usia sekolah dari berbagai etnik (Hispanich, Afrika–
Amerika, Asia dan lainnya) meningkat dengan meningkatnya IMT yaitu 2% pada
anak underweight (IMT < persentil ke-5), dan 11% pada anak obesitas (IMT >
persentil ke-95) (Sorof et al, 2002).
Berdasarkan Riskesdas (2010) dalam Purnami (2015), disebutkan bahwa di
Indonesia prevalensi anak obesitas usia 9-12 tahun sebesar 9,2%. Berdasarkan
data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 didapatkan prevalensi obesitas pada
anak berusia 5-12, 13-15, dan 16-18 tahun berturut-turut 8,8%, 2,5%, dan 1,6%
berdasarkan Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut usia lebih dari Z score 2
menggunakan baku antropometri WHO 2007 untuk anak berusia 5-18 tahun.
Penelitian oleh Maharditha (2005) dalam Purnami (2015) pada sebanyak 1200
anak kelas 1-6 SD di Denpasar didapatkan obesitas sebesar 11,7%. Penelitian
Hartini (2010) didapatkan prevalensi obesitas sebesar 16,1% pada anak usia 6-13
tahun. Berdasarkan Riskesdas Provinsi Bali (2013) didapatkan prevalensi obesitas
pada anak kelompok umur 5-12 tahun tertinggi di Kabupaten Badung sebesar
3
15,2% kemudian di Kota Denpasar sebesar 11,3%, dan di Kabupaten Tabanan
sebesar 10,7%. Prevalensi obesitas yang semakin meningkat ini didapatkan pada
sekolah negeri maupun swasta, dengan prevalensi lebih tinggi pada sekolah
swasta dibandingkan di sekolah negeri (Bovet et al., 2014 dalam Purnami, 2015).
Obesitas pada anak dapat beresiko menimbulkan potensi terjadi masalah
pada kardiovaskular, yaitu hipertensi (Whitlock, 2010). Penelitian Wagesetiawan
(2007) di Kota Semarang didapatkan prevalensi hipertensi pada anak obesitas
sebesar 37,8%. Penelitian pada anak usia 11-13 tahun di Semarang didapatkan
prevalensi hipertensi secara signifikan berbeda antara anak laki-laki dan
perempuan untuk berbagai status gizi. Prevalensi hipertensi pada anak normal
adalah 8,5%, pada anak overweight 23,6%, dan pada anak obesitas 35,6%
(Purnami, 2015). Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa
gejala, hipertensi tidak dapat secara langsung membunuh penderitanya melainkan
hipertensi memicu terjadinya penyakit lain dimana tekanan darah yang tinggi di
dalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko terhadap penyakit-penyakit yang
berhubungan dengan kardiovaskular seperti stroke, gagal ginjal, serangan jantung,
dan kerusakan ginjal (Sutanto, 2010).
Hipertensi pada anak dibagi dua kategori yaitu hipertensi primer atau
essensial bila penyebab hipertensi tidak dapat dijelaskan atau tidak diketahui
penyakit dasarnya, biasanya berhubungan dengan faktor keturunan, masukan
garam, stres, dan kegemukan (overweight), sedangkan hipertensi sekunder terjadi
akibat adanya penyakit lain yang mendasarinya (Battegay et al, 2005). Banyak
faktor yang mempengaruhi tekanan darah anak, anak yang memiliki tinggi badan
4
lebih atau berat badan lebih (overweight) mempunyai nilai tekanan darah yang
lebih tinggi dibandingkan anak sebaya yang lebih kurus dan pendek (Battegay et
al., 2005). Penelitian yang meneliti tentang hubungan obesitas dengan hipertensi
pada anak telah banyak dilakukan. Obesitas diketahui merupakan salah satu faktor
yang meningkatkan risiko hipertensi primer pada anak (Lumoindong et al., 2013).
Oleh karena itu upaya menurunkan prevalensi kegemukan dan obesitas akan
menurunkan prevalensi hipertensi pada anak secara tidak langsung.
Bryant Stamford dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa olahraga
endurance, dapat menurunkan tekanan sistolik maupun diastolik pada orang yang
mempunyai tekanan darah tinggi tingkat ringan. Olahraga aerobik menimbulkan
efek seperti beta blocker yang dapat menenangkan sistem saraf simpatikus dan
melambatkan denyut jantung. Olahraga juga dapat menurunkan jumlah keluaran
noradrenalin dan hormon-hormon lain yang menyebabkan stres, yaitu yang
menyebabkan pembuluh darah menciut dan menaikkan tekanan darah (Sadoso
Sumosardjuno, 1995).
Beberapa organisasi seperti the American Heart Association, the American
College of Sports Medicine, the Surgeon General of the Unit-cardiorespied States,
The National Institutes of Health, dan the Centers for Disease Control telah
mengeluarkan pernyataan yang mendukung peran aktivitas fisik atau olahraga
sebagai pengobatan non farmakologis pada hipertensi (Rahadiyanti, 2013). Telah
banyak penelitian sebelumnya yang mendukung pernyataan bahwa aktivitas fisik
berpengaruh terhadap tekanan darah pada hipertensi. Seperti penelitian oleh
Martin et al (1990) yang menyatakan bahwa latihan aerobik ringan dapat
5
mengurangi tekanan darah sebesar 3,2 mmHg tekanan diastolik dan 5,7 mmHg
tekanan sistolik pada penderita hipertensi tanpa pengobatan.
Menurut The seventh Report of The Joint National Committe on Prevetion,
Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC 7) kunci dari
pengobatan hipertensi adalah merubah gaya hidup, salah satunya dengan cara
berjalan kaki santai selama minimal 30 menit sehari dan dilakukan beberapa kali
perminggu.
Berjalan kaki merupakan olahraga yang yang bersifat ringan,
sederhana, murah dan dapat dilakukan oleh pasien hipertensi di semua usia.
Dalam penelitian yang dilakukan Hagburg (1990) telah membuktikan bahwa
olahraga yang paling tepat untuk menurunkan tekanan darah pada pasien
hipertensi adalah kombinasi antara berjalan kaki, jogging dan bersepeda. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Rahadiyanti (2013) membuktikan bahwa terdapat
hubungan antara kebiasaan olahraga jalan kaki dengan kontrol tekanan darah pada
pasien hipertensi. Menurut penelitian Octavia (2014) pada sampel berjumlah 19
responden dengan hipertensi, didapatkan hasil penurunan tekanan darah setelah
melakukan therapeutic walking exercise.
Therapeutic walking exercise merupakan salah satu intervensi non
farmakologis yang dapat diterapkan untuk menurunkan tekanan darah karena
salah satu olahraga aerobik low impact. Berdasarkan beberapa penelitian yang
telah dilakukan mengenai efektivitas therapeutic walking exercise terhadap
penurunan tekanan darah pada orang dewasa. Namun belum ada penelitian yang
membahas efektivitas therapeutic walking exercise terhadap penurunan tekanan
darah pada anak, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian
6
mengenai pengaruh therapeutic walking exercise terhadap penurunan tekanan
darah pada anak obesitas yang menderita hipertensi di Sekolah Dasar Saraswati
Tabanan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut : “Apakah therapeutic walking exercise berpengaruh
terhadap penurunan tekanan darah pada anak obesitas usia 9 – 10 tahun dengan
hipertensi di SD Saraswati Tabanan?”
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Membuktikan therapeutic walking exercise berpengaruh terhadap
penurunan tekanan darah pada anak obesitas usia 9 – 10 tahun dengan hipertensi
di SD Saraswati Tabanan.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui dosis yang tepat dalam pemberian therapeutic walking exercise
terhadap penurunan tekanan darah anak obesitas.
2. Mengetahui olah raga yang tepat kepada anak obesitas penderita hipertensi.
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Mengetahui dan memahami therapeutic walking exercise terhadap penurunan
tekanan darah pada anak obesitas dengan hipertensi di SD Saraswati Tabanan.
7
2. Digunakan sebagai bahan referensi atau acuan untuk penelitian selanjutnya
yang akan membahas hal yang sama.
3. Menambah khasanah ilmu dalam bidang pendidikan pada umumnya dan
fisioterapi pada khususnya.
1.4.2 Manfaat Praktis
1. Sebagai acuan untuk memberikan terapi latihan kepada anak obesitas dengan
hipertensi.
2. Sebagai bahan masukan kepada anak, orangtua, dan guru bahwa tekanan darah
tinggi pada anak obesitas dapat dicegah dengan therapeutic walking exercise.
Sebagai pertimbangan dalam memberikan olahraga yang aman dan
bermaanfaat pada anak obesitas.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obesitas pada Anak
2.1.1 Definisi Obesitas
Obesitas merupakan keadaan patologis karena penimbunan lemak
berlebihan daripada yang diperlukan untuk fungsi tubuh. Penderita Obesitas
adalah seseorang yang timbunan lemak bawah kulitnya terlalu banyak. Obesitas
dari segi kesehatan merupakan salah satu penyakit salah gizi, sebagai akibat
konsumsi makanan yang jauh melebihi kebutuhanya (Utomo, 2012) . Menurut
Weaver dan Piatek (1999) dalam Syarif (2002), obesitas pada anak didefinisikan
sebagai berat badan menurut tinggi badan diatas persentil 90, atau 120%
dibandingkan berat badan ideal.
Secara klinis penampilan fisik dari anak obesitas mudah dikenali karena
mempunyai tanda dan gejala yang khas antara lain wajah yang membulat, pipi
yang tembem, dagu rangkap, leher relatif pendek, dada yang membusung dengan
payudara yang membesar mengandung jaringan lemak, perut membuncit disertai
dinding perut yang berlipat-lipat serta kedua tungkai umumnya berbentuk X
dengan kedua pangkal paha bagian dalam saling menempel dan bergesekan
sehingga menyebabkan laserasi dan ulserasi yang dapat menimbulkan bau yang
kurang sedap. Pada anak laki-laki, penis tampak kecil karena tersembunyi didalam
jaringan lemak suprapubik (burried penis) (Nassar, 1995)
Anak obesitas bentuk fisiknya dapat dibedakan menurut distribusi lemak
9
didalam tubuhnya yaitu bila lebih banyak lemak dibagian atas tubuh (dada dan
pinggang) maka disebut apple shape body (android), dan bila lebih banyak lemak
dibagian bawah tubuh (pinggul dan paha) maka disebut pear shape body (gynoid).
Sedangkan bentuk yang pertengahan disebut intermediate. Bentuk apple shape
cenderung mempunyai resiko lebih besar mengalami penyakit kardiovaskular,
hipertensi dan diabetes dibandingkan dengan bentuk pear shape ( Syarif, 2002).
2.1.2 Penyebab obesitas
Terdapat 3 faktor utama penyebab obesitas adalah masukan energi yang
melebihi dari kebutuhan tubuh, penggunaan kalori yang kurang, dan faktor
hormonal (Soetjiningsih, 1995). Disamping itu menurut hukum termodinamik,
obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan keluaran
energi sehingga terjadi kelebihan energi yang selanjutnya disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Kelebihan energi tersebut dapat disebabkan oleh asupan energi
yang tinggi atau keluaran energi yang rendah (Damayanti, 2002). Berikut ini akan
dipaparkan berbagai penyebab obesitas yang dirangkum dari berbagai sumber:
1. Faktor Genetik
Faktor genetik yang diketahui mempunyai peranan kuat adalah parental
fatness, anak yang obesitas biasanya berasal dari keluarga yang obesitas. Bila
kedua orang tua obesitas, sekitar 80% anak-anak mereka akan menjadi obesitas.
Bila salah satu orang tua obesitas kejadiannya menjadi 40%, dan bila kedua orang
tua tidak obesitas maka prevalensi obesitas akan turun menjadi 14 %. Peningkatan
resiko menjadi obesitas tersebut kemungkinan disebabkan oleh pengaruh gen atau
faktor lingkungan dalam keluarga (Damayanti, 2002).
10
2. Kebiasaan Makan
Hui (1985) mengatakan bahwa orang obesitas sangat suka sekali makan.
Mereka biasanya makan dengan jumlah kalori lebih banyak daripada yang mereka
butuhkan. Kebiasaan makan diartikan sebagai cara individu atau kelompok
individu dalam memilih pangan dan mengkonsumsinya sebagai reaksi terhadap
pengaruh fisiologik, psikologik, sosial, dan budaya.
3. Kurangnya Aktivitas Fisik
Suatu data menunjukkan bahwa aktivitas fisik anak-anak cenderung menurun.
Aktivitas meliputi aktivitas sehari-hari, kebiasaan, hobi, maupun latihan dan olah
raga. Anak yang kurang atau enggan melakukan aktivitas fisik menyebabkan
tubuh kurang menggunakan energi yang tersimpan di dalam tubuh. Oleh karena
itu, jika asupan energi berlebihan tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik yang
sesuai maka secara kontinyu dapat mengakibatkan obesitas (Damayanti, 2002).
2.1.3 Penatalaksanaan Obesitas
Penanganan obesitas pada anak dan remaja ditujukan untuk mencapai Berat
badan yang ideal dan pengurangan BMI secara aman dan efektif serta mampu
mencegah komplikasi jangka panjang akibat obesitas seperti hipertensi, diabetes
mellitus, dan penyakit kardiovaskuler. Kompleksnya permasalahan obesitas
tersebut, maka perlu ditangani bersama antara dokter anak, psikologi, ahli gizi dan
tentu saja orang tua. Oleh karena anak sedang dalam masa pertumbuhan maka
menurunkan berat badan anak harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat
agar tidak mengganggu pertumbuhanya. Menurut Rahmatika (2008) bahwa, ada
11
beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menangani obesitas, antara lain:
1. Olahraga
Olahraga yang dianjurkan adalah olahraga yang bersifat aerobik, yaitu
olahraga yang menggunakan oksigen dalam sistem pembentukan energinya.
Atau dengan kata lain olahraga yang tidak terlalu berat namun dalam waktu lebih
dari 15 menit. Contoh olahraga yang dianjurkan antar lain berjalan selama 20-30
menit setiap harinya, berenang, bersepeda santai, jogging, senam aerobik, dll.
2. Diet
Diet berhubungan dengan makanan yang dikonsumsi dalam keluarga sehari-
hari maka partisipasi seluruh anggota keluarga untuk ikut mengubah pola
makanan akan sangat bermanfaat. Kurangi konsumsi makanan cepat saji dan
banyak mengandung lemak terutama asam lemak tak jenuh dan mengurangi
makanan yang manis-manis.
3. Terapi Psikologis
Hal ini terutama ditujukan jika penyebab obesitas adalah masalah psikologis
seperti perceraian orang tua, ketidak harmonisan dalam keluarga maupun
rendahnya tingkat percaya diri anak. Selain itu kegemukan juga menyebabkan
anak menjadi minder dan cenderung mengasingkan diri dari teman-teman
sebayanya.
4. Operasi Penanganan obesitas
Operasi dilakukan apabila keadaan penderita sudah tidak mungkin lagi untuk
diberikan cara-cara lain seperti olahraga dan diet. Cara ini dilakukan juga dengan
alasan untuk mendapatkan tubuh yang ideal dengan cara yang cepat. Operasi ini
12
dilakukan dengan cara mengangkat jaringan lemak bawah kulit yang berlebihan
pada penderita.
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi pada Anak
Definisi hipertensi pada anak ditetapkan berdasarkan distribusi normal
tekanan darah (TD) pada anak sehat berdasarkan umur, jenis kelamin, dan
tinggi badan. Berdasarkan The Fourth Report on The Diagnosis, Evaluation,
and Treatment of High Blood Pressure in Children and Adolescent, tekanan
darah normal didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (TDS) dan tekanan
darah diastolik (TDD) kurang dari persentil ke-90 berdasarkan jenis kelamin,
umur, dan persentil tinggi badan. Hipertensi didefinisikan sebagai rata- rata
TDS danTDD lebih dari sama dengan persentil ke-95 berdasarkan jenis
kelamin, umur, dan tinggi badan pada tiga atau lebih kesempatan pengukuran.
Rata-rata TDS dan TDD yang kurang dari persentil ke 95 tetapi lebih dari
sama dengan persentil ke-90 disebut tekanan darah high normal atau disebut
juga prehipertensi (Falkner, dkk., 2005).
Berdasarkan kesepakatan The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High
Blood Pressure, pada dewasa tekanan darah lebih besar atau sama dengan
120/80 mmHg disebut prehipertensi, di mana pada kondisi ini seseorang akan
memiliki risiko besar untuk menderita hipertensi (Chobanian, dkk., 2004).
Sesuai dengan definisi prehipertensi pada dewasa tersebut, pada anak
(terutama pada remaja) dengan tekanan darah rata-rata 120/80 mmHg atau
13
lebih tetapi kurang dari persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, umur, dan
tingginya dimasukkan ke dalam klasifikasi prehipertensi (Falkner, dkk.,
2005). Suatu keadaan di mana seorang anak memiliki tekanan darah lebih dari
sama dengan persentil ke-95 ketika dilakukan pengukuran di klinik atau
tempat praktek dokter, tetapi anak tersebut memiliki rerata tekanan darah
kurang dari persentil ke-90 di luar pemeriksaan di klinik atau praktek dokter
disebut sebagai white-coat hypertension (Falkner, dkk., 2005).
2.2.2 Diagnosis Hipertensi pada Anak
Dalam menegakkan diagnosis hipertensi pada anak tetap harus mengacu
pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Namun, yang
terpenting dari semua proses itu adalah pemeriksaan tekanan darah. Teknik
pengukuran tekanan darah yang direkomendasikan menurut The Fourth
Report on The Diagnosis, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure
in Children and Adolescent adalah dengan cara auskultasi oleh karena tabel
tekanan darah yang ada dibuat berdasarkan pengukuran dengan teknik
auskultasi (Falkner, dkk., 2005; Luma dan Spiotta, 2006).
Sebaiknya anak yang akan diukur tekanan darahnya harus terbebas dari
obat maupun makanan yang mempengaruhi tekanan darah, telah duduk
dengan tenang selama 5 menit dengan posisi punggung yang ditopang
(bersandar), kaki menyentuh lantai, tangan kanan ditopang (berada di atas
meja) sehingga cubital fossa berada sejajar dengan jantung (Falkner et al.,
2005).
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
14
sphygmomanometer standar, yaitu sphygmomanometer air raksa dan
stetoskop. Stetoskop diletakkan di atas arteri brachial, proksimal dan medial
dari cubital fossa (sekitar 2 cm di atas cubital fossa), dan di bawah cuff
bladder. Lengan kanan lebih direkomendasikan untuk pengukuran yang
berulang karena lebih konsisten saat dibandingan dengan standar tabel dan
menghindari kemungkinan hasil pengukuran yang tidak konsisten (lebih
rendah) pada pengukuran di lengan kiri karena ada kemungkinan coarctation
of the aorta (Falkner, dkk., 2005; Luma dan Spiotta, 2006).
Pemeriksaan tekanan darah yang benar pada anak memerlukan ukuran
cuff bladder yang sesuai dengan ukuran lengan atas anak. Sesuai dengan
kesepakatan bahwa lebar cuff bladder paling tidak menutupi 40% dari
lingkar lengan atas pada bagian tengah antara olecranon dan acromion
(Gambar 2.1) dan panjang cuff bladder harus menutupi 80-100% dari lingkar
lengan atas (Gambar 2.2), sehingga kurang lebih perbandingan antara lebar
dan panjangnya adalah 1:2 (Falkner, dkk., 2005; Luma dan Spiotta, 2006).
Ukuran cuff bladder ini sangatlah penting karena akan mempengaruhi hasil
dari tekanan darah anak. Jika ukurannya terlalu besar, hasil pemeriksaan
tekanan darah akan lebih rendah. Jika ukurannya terlalu kecil, hasil
pengukuran tekanan darah akan lebih tinggi (Falkner, dkk., 2005; Luma dan
Spiotta, 2006; Supartha, dkk., 2009). Setelah cuff bladder dipasang pada
lengan kanan atas kemudian cuff bladder dipompa sampai denyut nadi arteri
radialis tidak teraba kemudian terus dipompa sampai tekanan naik 20-30
mmHg lagi. Stetoskop diletakkan di atas denyut arteri brachial kemudian cuff
15
blader dikosongkan perlahan-lahan dengan kecepatan 2-3 mmHg perdetik.
Pada saat penurunan air raksa ini akan terdengar bunyi-bunyi korotkoff.
Tekanan darah sistolik ditetapkan pada saat bunyi korotkoff I yaitu bunyi yang
pertama kali terdengar berupa bunyi detak yang perlahan, sedangkan tekanan
darah diastolik ditetapkan pada saat korotkoff V atau pada saat bunyi korotkoff
menghilang. Pada beberapa anak bunyi korotkoff dapat terdengar sampai 0
mmHg, jika hal ini terjadi maka bunyi korotkoff IV yaitu bunyi yang tiba-tiba
melemah ditetapkan sebagai tekanan darah diastolik (Supartha, dkk., 2009;
Falkner, dkk., 2005).
Gambar 2.1 Pengukuran lingkar lengan atas dilakukan pada
pertengahan antara olecranon dan acromion (Luma dan Spiotta,
2006)
Setelah dilakukan pengukuran tekanan darah maka dilakukan
pengukuran tinggi badan. Penetapan persentil tinggi badan dilakukan dengan
menggunakan kurva dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC),
kemudian hasil rerata TDS dan TDD dibandingkan dengan angka tekanan
darah yang sudah ada dalam tabel berdasarkan usia, jenis kelamin, dan tinggi
Olecranon
16
badan. Tekanan darah dikatakan normal jika berada di bawah persentil ke-90.
Pada saat pemeriksaan jika ditemukan tekanan darah baik TDS maupun TDD
lebih dari sama dengan persentil ke-90, harus dilakukan pengukuran tekanan
darah ulang pada saat pemeriksaan tersebut untuk mencari adanya peningkatan
tekanan darah. Jika hasil rerata pengukuran tekanan darah pada saat
pemeriksaan tersebut berada pada persentil ke-90 atau lebih tetapi di bawah
persentil ke-95 maka disebut prehipertensi. Demikian juga jika didapatkan
rerata tekanan darah 120/80 mmHg atau lebih dan hasil ini di bawah persentil
ke-95 juga disebut prehipertensi, hal ini biasanya terjadi pada anak berumur 12
sampai dengan 16 tahun. Jika hasil pengukuran rerata tekanan darah (baik
sistolik maupun diastolik) pada saat pemeriksaan berada pada persentil ke-95
atau lebih, kemungkinan anak tersebut menderita hipertensi, sehingga
pemeriksaan ulang harus dilakukan pada paling tidak dua kali kesempatan
pengukuran lagi untuk menegakkan diagnosis hipertensi. Berikut adalah cara
penggunaan tabel tekanan darah untuk anak dan remaja (Falkner et al., 2005)
Pertama kali diukur tinggi badan anak, kemudian digunakan kurva
standar CDC (lihat pada lampiran) untuk menentukan persentil dari tinggi
badan anak tersebut berdasarkan usia dan jenis kelamin.
1. Diukur tekanan darah anak, kemudian ditentukan tekanan darah sistolik
dan diastoliknya.
2. Digunakan tabel tekanan darah (lihat pada lampiran) yang sesuai
berdasarkan jenis kelaminnya.
3. Pada tabel tekanan darah, akan ditemukan kolom secara berturut-turut
17
sebagai berikut: kolom umur anak pada sisi paling kiri, kemudian diikuti
dengan kolom persentil tekanan darah, kolom tekanan darah sistolik
berdasarkan persentil tinggi badan, dan kolom tekanan darah diastolik
berdasarkan persentil tinggi badan pada kolom yang paling kanan.
4. Dipilih kolom usia yang sesuai dengan usia anak. Dikuti baris dari kolom
umur anak yang sesuai secara horisontal sampai menemukan perpotongan
dengan kolom tekanan darah sistolik dan diastolik berdasarkan persentil
tinggi badan yang sesuai berdaraskan pengukuran kurva CDC, kemudian
akan ditemukan persentil tekanan darah ke-50, ke-90, ke-95, dan ke-99
secara vertikal pada masing- masing persimpangan antara kolom umur dan
kolom tekanan darah sistolik dan diastolik berdasarkan persentil umur yang
sesuai.
5. Dibandingkan hasil pengukuran tekanan darah pada anak dengan persentil
tekanan darah yang didapatkan dalam tabel (persentil tekanan darah
tersebut sudah berdasarkan jenis kelamin, usia, dan persentil tinggi badan
anak):
a. Tekanan darah kurang dari persentil ke-90 disebut normal Tekanan
darah lebih dari sama dengan persentil ke-90 dan kurang dari
persentil ke-95, disebut prehipertensi. Pada remaja, tekanan darah
lebih dari sama dengan 120/80 mmHg tetapi kurang dari persentil
ke-95 disebut juga prehipertensi.
b. Tekanan darah lebih dari persentil ke-95 kemungkinan hipertensi.
6. Jika pada pengukuran pertama tekanan darah lebih dari sama dengan
18
persentil ke-90, pengukuran tekanan darah harus diulang dua kali lagi pada
kesempatan yang sama, dan rerata tekanan darah dari tiga kali pengukuran
tersebut yang dipergunakan untuk perbandingan dengan tabel tekanan
darah.
Jika rerata tekanan darah didapatkan lebih dari sama dengan persentil
ke-95, tekanan darah harus diklasifikasikan dalam stadium. Stadium 1
(tekanan darah lebih dari sama dengan persentil ke-95 sampai dengan 5
mmHg di atas persentil ke-99), pengukuran tekanan darah harus diulang pada
dua kali kesempatan yang berbeda, dan jika setelah diulang didapatkan
diagnosis hipertensi, harus segera dilakukan evaluasi. Jika termasuk dalam
stadium 2 (tekanan darah lebih dari 5 mmHg di atas persentil ke-99), harus
segera dilakukan evaluasi dan terapi. Jika pasien dengan gejala, harus segera
diberikan terapi.
2.1.3 Patofisiologi Hipertensi
Sampai saat ini masih banyak yang belum diketahui mengenai
patofisiologi dari hipertensi. Pada sebagian kasus hipertensi memang
ditemukan penyakit dasar yang menyebabkan terjadinya hipertensi tersebut di
mana yang terbanyak adalah kelainan/penyakit ginjal. Namun, pada sebagian
kasus tidak dapat diidentifikasi suatu penyebab dasar dari hipertensi dan
diperkirakan hipertensi ini disebabkan oleh interaksi berbagai faktor dan
berbagai mekanisme, pada kasus seperti ini disebut dengan hipertensi esensial
(Beevers, dkk., 2001).
Tekanan darah diatur oleh keseimbangan antara curah jantung dengan
19
tahanan perifer pembuluh darah dimana beberapa faktor dan mekanisme
berperanan dalam proses ini, di antaranya adalah sistem renin- angiotensin,
sistem saraf otonom, disfungsi endotelial, zat-zat vasoaktif, resistensi insulin,
genetis, dan pengaruh intrauterine (masa kehamilan). Kelainan dalam faktor
dan mekanisme ini akan dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah
(Beevers, dkk., 2001).
Tahanan perifer ditentukan oleh arteri kecil (arterioles) yang dindingnya
mengandung otot polos yang dapat berkontraksi. Kontraksi yang
berkepanjangan dari otot polos yang kemungkinan diperantarai oleh
angiotensin akan mengakibatkan perubahan tebal dari dinding pembuluh darah
sehingga dapat mengakibatkan peningkatan tahanan perifer yang irreversible.
Diperkirakan pada hipertensi dini peningkatan tekanan darah tidak disebabkan
oleh peningkatan tahanan perifer, melainkan oleh peningkatan curah jantung
yang dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas simpatis yang akan
meningkatkan kontraktilitas jantung dan peningkatan volume darah yang
mengakibatkan peningkatan preload jantung (Beevers, dkk., 2001; Sudoyo,
dkk., 2006).
Sistem renin-angiotensin-aldosteron (RAA) merupakan suatu sistem
hormonal enzimatik yang bersifat multikompleks dan berperanan dalam
naiknya tekanan darah serta pengaturan keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit. Renin dihasilkan oleh sel-sel jukstaglomerulus di ginjal, sekresi
renin ini oleh ginjal dipengaruhi oleh mekanisme intrarenal (reseptor vaskular
dan makula densa), mekanisme simpatoadrenergik, dan mekanisme humoral.
20
Renin akan merubah angiotensinogen menjadi angiotensin I, kemudian
angiotensin I oleh pengaruh angiotensin converting enzyme (ACE) yang
dihasilkan oleh paru, hati, dan ginjal diubah menjadi angiotensin II.
Angiotensin II ini akan menyebabkan stimulasi simpatik, vasokontriksi, dan
retensi garam dan air yang berperanan dalam peningkatan tekanan darah.
Selain itu, angiotensin II juga memberikan pengaruh trofic effect yang dapat
mengakibatkan vascular hypertrophy (Beevers, dkk., 2001; Sudoyo, dkk.,
2006). Selain sistem renin-angitensin yang dihasilkan oleh ginjal, terdapat
pula sistem renin angiotensin yang bersifat lokal yang juga berperan
penting dalam pengaturan tekanan darah terutama dalam pengaturan aliran
darah regional, sistem renin- angiotensin lokal ini terdapat di ginjal,
jantung, dan percabangan arteri (Beevers, dkk., 2001).
Aktivitas dari saraf otonom berperan penting dalam pengaturan tekanan
darah. Peningkatan dari sistem saraf simpatis akan mengakibatkan konstriksi
dari pembuluh darah termasuk arteri kecil (arterioles) dan mengakibatkan
peningkatan kontraktilitas jantung yang akan berperan dalam peningkatan
tekanan darah. Selain itu, stimulasi saraf simpatis ini juga dapat merangsang
sistem renin-angiotensin yang akan meningkatkan tekanan darah. Peningkatan
stimulasi saraf simpatis ini didapatkan pada keadaan stres dan olahraga fisik
yang berlebih, serta pada obesitas (Beevers, dkk., 2001; Sudoyo, dkk., 2006;
Kotchen, 2010).
Beberapa zat vasoaktif dan mekanisme yang mengatur transpor natrium
dan tonus pembuluh darah berperan dalam pengaturan tekanan darah. Sel
21
endotelial pada dinding pembuluh darah berperan dalam regulasi
kardiovaskuler dengan memproduksi zat-zat vasoaktif termasuk zat
vasodilator, yaitu nitric oxide dan zat vasokonstriktor yang kuat, yaitu peptide
endothelin yang akan meningkatkatkan tekanan darah dan juga mengaktifkan
sistem renin-angiotensin lokal. Bradykinin adalah vasodilator kuat yang akan
dilemahkan fungsinya oleh angiotensin converting enzyme (ACE), atrial
natriuretic peptide adalah hormon yang dihasilkan oleh atrium yang
merupakan respon dari peningkatan volume darah yang akan mengakibatkan
peningkatan pengeluaran natrium dan air di ginjal sebagai diuretik natural.
Kelainan pada sistem/zat ini dapat mengakibatkan terjadinya hipertensi.
Transpor natrium melewati otot polos dinding pembuluh darah juga berperan
dalam pengaturan tekanan darah melalui hubungannya dengan transpor
kalsium. Quabain merupakan steroid-like substance yang berinteraksi dengan
transpor natrium dan kalsium sel yang dapat mengakibatkan vasokonstriksi
dan peningkatan tekanan darah (Beevers, dkk., 2001).
Genetik juga berperan terhadap timbulnya hipertensi. Sampai saat ini
beberapa gen dan faktor genetik secara terpisah sudah dapat diidentifikasi
dalam pengaturan tekanan darah, diperkirakan timbulnya hipertensi esensial
disebabkan oleh gabungan dari beberapa gen sehingga sangat sulit
diidentifikasi secara akurat kontribusi dari masing-masing gen dalam
timbulnya hipertensi. Walaupun demikian, hipertensi diperkirakan dua kali
lebih banyak pada orang dengan riwayat hipertensi pada salah satu ataupun
kedua orang tuanya, dan dari hasil penelitian epidemiologi diperkirakan faktor
22
genetik berperan dalam 30% variasi tekanan darah dalam berbagai populasi.
Peningkatan angiotensinogen dalam darah juga pernah dilaporkan pada anak
dengan riwayat hipertensi pada orang tuanya (Beevers, dkk., 2001).
2.3 Hubungan IMT dengan Hipertensi pada Anak
Banyak penelitian melaporkan bahwa peningkatan IMT berkaitan erat
dengan peningkatan TD. IMT ≥ 95 persentil berkaitan erat dengan TD ≥ 90
persentil (RR, 3.8;CI 2.6-5.4) (Mexitalia, 2005). Penelitian pada anak usia sekolah
dari berbagai etnik (Hispanich, Afrika–Amerika, Asia dan lainnya) meningkat
dengan meningkatnya IMT yaitu 2% pada anak underweight (IMT < persentil ke-
5), dan 11% pada anak obesitas (IMT > persentil ke-95) (Sorof, 2004). Penelitian
pada anak usia 11-13 tahun di Semarang didapatkan prevalensi hipertensi secara
signifikan berbeda antara anak laki-laki dan perempuan untuk berbagai status gizi.
Prevalensi hipertensi pada anak normal adalah 8,5%, pada anak overweight
23,6%, dan pada anak obesitas 35,6% (Anindita, 2006). Risiko penyakit
kardiovaskuler di usia dewasa pada anak obesitas sebesar 1,7-2,6. IMT
mempunyai hubungan yang kuat (r = 0,5) dengan kadar insulin. Anak dengan
IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15%
mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar trigliserida
tinggi. Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan
denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi. Beberapa faktor yang
dikaitkan antara berat badan berlebih dengan peningkatan tekanan darah
diantaranya pada penderita obesitas terjadi peningkatan kebutuhan oksigen dan
zat-zat makanan dari darah yang dapat mengakibatkan terjadinya hipervolemia
23
dan peningkatan tekanan darah (Mexitalia, 2006)
Peningkatan berat badan secara khusus meningkatkan kadar insulin dalam
darah. Peningkatan insulin ini terkait dengan retensi natrium dan air sehingga
volume darah meningkat (Karyadi, 2002). Volume darah yang meningkat
mengakibatkan curah jantung juga meningkat. Hal ini berdampak terhadap
peningkatan tekanan darah dan hipertensi (Bahrun, 2004). Peningkatan berat
badan juga dikaitkan penyempitan pembuluh arteri yang dapat berperan pada
kenaikan tekanan darah (Karyadi, 2002). Peningkatan berat badan akan
menyebabkan hiperaktivitas saraf simpatis, yang kemudian akan menstimulasi
sistem renin-angitensin-aldosteron. Akibatnya akan terjadi peningkatan curah
jantung dan resistensi perifer. Selain itu, peningkatan aldosteron menyebabkan
ginjal menahan lebih banyak air dan natrium, akibatnya akan terjadi hipervolum
dan peningkatan curah jantung. Peningkatan curah jantung berdampak terhadap
peningkatan tekanan darah (Bahrun, 2004). Apabila kejadian obesitas terjadi sejak
usia dini maka akan memudahkan untuk terjadinya obesitas serta menderita
penyakit metabolik seperti hipertensi dikemudian hari (Mexitalia, 2005). Oleh
karena itu perlu dilakukan upaya penurunan berat badan, melalui gaya hidup sehat
dengan menjaga aktivitas fisik yang cukup dapat mencegah terjadinya penyakit
kardiovaskuler seperti hipertensi (Florentino, 2002).
2.4 Therapeutic Walking Exercise
2.4.1 Definisi Therapeutic Walking Exercise
Therapeutic walking exercise merupakan tindakan berjalan biasa dengan
mengayunkan tangan sesuai irama jalan, tindakan ini sangat baik dan cocok untuk
24
segala tingkatan umur (Octavia, 2014). Berjalan dalam therapeutic walking
exercise tersebut merupakan suatu aktivitas dasar kehidupan sehari-hari selain
bernafas, mendengar, melihat, dan berbicara (Tianusa, 2003). Selain itu,
Therapeutic walking exercise merupakan gerakan tubuh atau bagian-bagiannya
untuk mencapai gerak bebas sebagai tanda dan berfungsinya pergerakan, serta
latihan untuk kesehatan jantung (Octavia, 2014). Berdasarkan beberapa pengertian
di atas, dapat disimpulkan bahwa Therapeutic walking exercise merupakan suatu
gerakan berjalan dengan mengayunkan tangan sesuai irama jalan, gerakan bebas
dari seluruh tubuh untuk melihat fungsi pergerakan, dan latihan untuk kesehatan
jantung yang sangat baik serta cocok untuk segala tingkatan umur.
Latihan berjalan kaki bersifat dinamis dan berulang-ulang dari beberapa
grup otot, menstimulasi sistem kardiovaskular dan pulmonal untuk mengirim
oksigen ke otot yang sedang bekerja (Lateur et al, 1990). Berjalan kaki termasuk
jenis latihan aerobik yang bersifat Kontinyu dan menyebabkan perubahan pada
otot rangka dan kardiorespirasi (Prawirasaputra, 2000). Pada otot rangka terdapat
peningkatan konsentrasi mioglobin sebagai senyawa yang dapat mengikat
oksigen. Latihan ini meningkatkan kemampuan tubuh untuk mengkonsumsi
oksigen (Lateur et al, 1990). Selain itu juga terdapat beberapa perubahan yang
terjadi pada tubuh setelah melakukan latihan dengan berjalan kaki secara kontinyu
antara lain pembesaran ukuran jantung, peningkatan isi sekuncup, dan
peningkatan kapasitas paru serta peningkatan VO2 maks (Norkin, 1999).
Therapeutic walking exercise memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk
memperbaiki daya guna paru-paru, melancarkan sirkulasi darah, meningkatkan
25
perasaan tentram, rileks, kebugaran tubuh dan membantu istirahat tidur lebih baik,
serta meningkatkan kekuatan otot (Kuntaraf, 1996).
a. memperbaiki daya guna paru-paru
b. melancarkan sirkulasi darah
c. meningkatkan perasaan tentram, rileks, kebugaran tubuh dan membantu
d. meningkatkan fungsi dan kekuatan otot
2.4.2 Siklus Berjalan
Suatu siklus berjalan adalah aktivitas yang terjadi antara saat tumit
menyentuh lantai atau heel strike dari suatu ekstremitas dan heel strike berikutnya
pada ekstremitas yang sama (Norkin, 1999). Siklus berjalan terdiri dari 2 fase
yaitu fase stance yang merupakan 60% dari keseluruhan siklus dan fase swing
meliputi 40%. Diantara fase stance dan swing, terdapat saat dimana kedua kaki
menumpu berat badan yang disebut sebagai double stance (Li et al, 2000). Saat
tersebut akan lebih singkat apabila jalan semakin cepat. Fase stance terbagi atas
15% periode pertama dari siklus berjalan dimulai saat tumit menyentuh lantai
disebut heel strike, diikuti dengan foot flat dimana seluruh telapak kaki
menyentuh lantai. Terlihat fleksi pada lutut dan pinggul sebagai persiapan untuk
fase swing (Li et al., 2000). Sebelum fleksi lutut, tungkai yang berlawanan telah
selesai fase swing dan kontak dengan lantai mulai mempersiapkan untuk transfer
berat badan ke tungkai yang lain (Norkin, 1999). Lima persen terakhir fase stance
yang disebut sebagai akselerasi, dari fleksi lutut sampai toe off, dengan demikian
fase stance telah selesai dan dimulailah fase swing (Norkin, 1999).
Fase swing yang merupakan 40% dari siklus berjalan, terbagi atas 3 periode
26
yaitu initial swing dimulai saat toe off dan dilanjutkan dengan mengangkat kaki
dalam hubungan dengan fleksi lutut dan dilanjutkan dengan gerakan tungkai ke
depan dimulai oleh fleksi pinggul pada periode akselerasi stance, midswing, yang
merupakan 80% fase swing dimulai saat tungkai mengayun ke depan melewati
tungkai yang lain. 10% terakhir terjadi deselerasi, ayunan tungkai yang cepat ada
di depan tubuh dan secara perlahan turun karena gravitasi dan otot
tungkai melengkapi keseluruhan siklus berjalan dengan kontak terhadap lantai
pada heel strike (Norkin, 1999).
Gambar 2.2 Siklus berjalan pada manusia (Fishwick, 2013)
2.4.3 Efek Therapeutic Walking Exercise
Respon fisiologis berbagai sistem tubuh terhadap latihan tergantung dari jenis
intensitas latihan dan keadaan lingkungan (Scott, 2004). Menurut Basmajian
(2001) terdapat beberapa adaptasi aerobik yang utama, terjadi pada otot skeletal
yang dihasilkan oleh latihan berjalan kaki, yaitu :
1. Peningkatan kadar mioglobin
Mioglobin merupakan pigmen yang mengikat oksigen dengan hemoglobin.
Mioglobin merupakan tempat persediaan oksigen. Fungsi minor memperbaiki
27
sistim aerobik. Fungsi pokok adalah menambah difusi oksigen membran sel
ke mitokondria yang digunakan.
2. Peningkatan oksidasi karbohidrat (glikogen)
Latihan dapat meningkatkan kapasitas otot skeletal terhadap pemecahan
glikogen pada proses oksidasi dengan hasil ATP. Dengan kata lain kapasitas
otot menghasilkan energi aerobik yang meningkat, dibuktikan dengan
peningkatan tenaga aerobik maksimal (VO2 maks).
3. Perubahan relatif pada serabut otot tipe I dan II
Perubahan serabut otot pada latihan kontinyu terjadi terutama pada serabut
tipe I yang mempunyai kapasitas aerobik yang lebih tinggi dari tipe II.
2.4.4 Efektivitas Therapeutic Wallking Exercise terhadap Penurunan
Tekanan Darah
Therapeutic walking exercise bekerja melalui penurunan resistensi perifer.
Pada saat otot berkontraksi melalui aktivitas fisik akan terjadi peningkatan aliran
darah 30 kali lipat ketika kontraksi dilakukan secara ritmik. Adanya dilatasi
sfingter prekapiler dan arteriol menyebabkan peningkatan pembukaan pada
kapiler. Dilatasi pembuluh juga akan mengakibatkan penurunan jarak antara sel
aktif, serta jarak tempuh difusi O2 dan zat-zat metabolik sangat berkurang yang
dapat meningkatkan fungsi sel karena ketercukupan suplai darah, oksigen, serta
nutrisi dalam sel (Price, 2003). Penurunan tekanan darah pada pasien hipertensi
setelah therapeutic walking exercise disebabkan karena terjadinya beberapa
mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan aktivitas sistem saraf simpatis,
penurunan resistensi total perifer vaskular, penurunan curah jantung,
28
meningkatnya sensitivitas barorefleks dan menurunnya volume plasma (Burt et
al., 1991). Latihan berjalan kaki menurunkan tekanan darah harian baik pada saat
istirahat maupun saat aktivitas (Tiwari et al., 2011). Setelah melakukan latihan
berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien hipertensi akan mengalami penurunan
tekanan darah dan juga peningkatan fungsi jantung (Janet et al., 2003).
Menurut penelitian Octavia (2014) mengenai Pengaruh Therapeutic Exercise
Walking terhadap Tekanan Darah Klien Hipertensi di Desa Subo Kecamatan
Pakusari Kabupaten Jember didapatkan hasil analisis statistik dengan
menggunakan uji Paired t-test didapatkan nilai p value = 0,000, maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti ada pengaruh yang signifikan dari
Therapeutic Exercise Walking terhadap tekanan darah Klien Hipertensi di Desa
Subo Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember. Penelitian yang dilakukan oleh
Rahadiyanti (2013) pada 102 pasien dengan hipertensi di unit pelayanan jantung
terpadu RSUPN Cipto Mangunkusumo dengan desain penelitian potong lintang
mendapatkan hasil adanya hubungan antara kebiasaan olahraga jalan kaki dengan
kontrol tekanan darah pasien hipertensi.
Hipertensi memberikan respons positif terhadap aktivitas fisik yang bersifat
aerobik (Janet et al., 2003). Latihan aerobik tidak menurunkan tekanan darah pada
individu dengan tekanan darah normal tetapi pada individu dengan hipertensi
(Augustine et al., 2008). Latihan aerobik akan menurunkan tekanan darah sistolik
dan diastolik. Penurunan tekanan darah yang bermakna terlihat setelah latihan
sebanyak 14 kali. Dan akan menetap untuk selanjutnya apabila individu
meneruskan kebiasaannya (Janet et al., 2003).
Kegagalan dari latihan untuk
29
menurunkan tekanan darah pada beberapa individu telah menimbulkan
kemungkinan terdapat kelompok individu yang memberikan respon baik dan
kelompok individu yang memberikan respon negatif (Mughal, 1990).
Terdapat respon akut tekanan darah saat latihan, respon akut ini tergantung
dari jenis latihan yang digunakan (Lateur et al., 1990). Pada latihan berjalan kaki
yang merupakan latihan aerobik terdapat respon awal berupa peningkatan secara
linier tekanan darah sistolik yang terjadi bersamaan dengan peningkatan
intensitas kerja yang secara sekunder disebabkan oleh peningkatan curah jantung.
Penurunan resistesi ini lebih jelas terjadi pada tekanan darah diastolik (Scott,
2004).
Setelah melakukan latihan berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien
hipertensi akan mengalami penurunan tekanan darah dan juga peningkatan fungsi
jantung (Janet et al., 2003).
30
BAB III
KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka Berpikir
Pola hidup yang sedentary dan konsumsi tinggi kalori pada anak usia
sekolah dasar mengakibatkan penumpukan jaringan lemak pada tubuh. Hal ini
akan meningkatkan indeks massa tubuh yang bila dibiarkan akan menjadi
obesitas. Obesitas pada anak dapat beresiko menimbulkan potensi terjadi masalah
pada kardiovaskular seperti hipertensi. Hipertensi didefinisikan sebagai rata-
rata TDS dan atau TDD lebih dari sama dengan persentil ke-95 berdasarkan
jenis kelamin, umur, dan tinggi badan pada tiga atau lebih kesempatan
pengukuran
Olahraga merupakan salah satu tindakan yang dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah. Olahraga endurance, dapat menurunkan tekanan sistolik maupun
diastolik pada orang yang mempunyai tekanan darah tinggi tingkat ringan.
Olahraga aerobik menimbulkan efek seperti: beta blocker yang dapat
menenangkan sistem saraf simpatikus dan melambatkan denyut jantung. Olahraga
juga dapat menurunkan jumlah keluaran noradrenalin dan hormon-hormon lain
yang menyebabkan stres, yaitu yang menyebabkan pembuluh darah menciut dan
menaikkan tekanan darah. Olahraga aerobik ringan yang dapat diberikan pada
anak obesitas adalah therapeutic walking exercise.
Therapeutic walking exercise merupakan olahraga yang bersifat dinamis dan
kontinyu, sehingga akan menstimulasi kerja sistem kardiorespirasi dan pulmonal
31
untuk mengikat oksigen lebih banyak ke otot – otot rangka. Penurunan tekanan
darah pada pasien hipertensi setelah latihan jalan kaki disebabkan karena
terjadinya beberapa mekanisme dalam tubuh yaitu penurunan aktivitas sistim
saraf simpatis, penurunan resistensi total perifer vaskular, penurunan curah
jantung, meningkatnya sensitivitas barorefleks dan menurunnya volume plasma.
Setelah melakukan latihan berjalan kaki untuk waktu tertentu pasien hipertensi
akan mengalami penurunan tekanan darah dan juga peningkatan fungsi jantung.
32
3.2 Kerangka Konsep
Gambar 3.1 Konsep Penelitian
Keterangan : yang dicetak tebal variabel yang diteliti
Faktor eksternal :
- Makanan dan
Minuman
- Aktivitas fisik dan
Lingkungan
Faktor Internal :
- Usia
- Jenis Kelamin
- Obesitas
- Strees atau Depresi
- Penyakit Tertentu
Hipertensi
Vasoperin Aktivitas Simpatis Efisiensi Kerja
Jantung
Penurunan Tekanan Darah
Tekanan Darah
Sistolik
Curah Jantung
Tekanan Darah
Diastolik
Vasokontriksi
Pembuluh Darah
Therpeautic
Wallking Excercise
33
3.3 Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka konsep di atas, maka hipotesis
dapat dirumuskan sebagai berikut: Therapeutic Walking Exercise dapat
menurunkan tekanan darah pada anak obesitas di SD Saraswati Tabanan.
34
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat eksperimental dengan rancangan randomized pre-test
and post-test control group design yang merupakan uji diagnostik untuk
membuktikan bahwa pemberian therapeutic walking exercise dapat menurunkan
tekanan darah pada anak obesitas dengan hipertensi. Hasil pengukuran tekanan
darah tersebut akan dianalisis dan dibandingkan antara kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol. Bagan rancangan pre test and post test control group design
penelitian adalah sebagai berikut:
Gambar 4.1: Desain Penelitian
Keterangan:
P : Populasi
S : Sampel
RA : Random Alokasi
KP : Kelompok Perlakuan
35
KK : Kelompok Kontrol (Kontrol Negatif)
O1 : Observasi data awal tekanan darah pada Kelompok Perlakuan
(therapeutic walking exercise)
O2 : Observasi data akhir tekanan darah pada Kelompok Perlakuan
(therapeutic walking exercise)
O3 : Observasi data awal tekanan darah pada Kelompok Kontrol
(Kontrol Negatif)
O4 : Observasi data akhir tekanan darah pada Kelompok Kontrol
(Kontrol Negatif)
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian adalah di SD Saraswati Tabanan pada bulan Maret 2017
selama 4 minggu.
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi target dalam penelitian ini adalah anak obesitas dengan tekanan
darah tinggi di Kabupaten Tabanan, sedangkan populasi terjangkau dari penelitian
ini adalah anak obesitas usia 9 – 10 tahun dengan tekanan darah tinggi di SD
Saraswati Tabanan.
4.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian adalah jumlah sampel yang diambil dari populasi
terjangkau, dengan kriteria sebagai berikut:
Kriteria Inklusi:
36
1. Siswa SD Saraswati Tabanan usia 9 – 10 tahun.
2. IMT dengan kategori obesitas (persentil > 95) berdasarkan grafik persentil
IMT untuk anak laki – laki dan perempuan Centre of Diseases Control and
Prevention (CDC) tahun 2000.
3. Sampel terdiagnosis hipertensi derajat I yaitu rerata TDS (tekanan darah
sistolik) atau TDD (tekanan darah diastolik) yang berada ≥ 95 sampai dengan
5 mmHg diatas persentil 99 berdasarkan pengukuran tekanan darah dan tabel
persentil tekanan darah menurut The Fourth Report of National High Blood
Pressure Education Programme.
4. Bersedia mengikuti penelitian dan mendapat persetujuan dari orangtua/wali
dengan menandatangani informed consent.
Kriteria Eksklusi:
1. Sampel menderita patah tulang, strain, sprain, kurang dari 1 tahun terakhir.
2. Sampel tidak mampu berjalan dan beraktivitas normal.
3. Sampel mengkonsumsi obat yang dapat menurunkan tekanan darah.
4. Sampel sedang menjalankan program diet.
5. Sampel menjalankan program latihan fisik secara teratur.
6. Sampel memiliki riwayat penyakit jantung dan paru.
Kriteria Drop Out
1. Jika selama penelitian sampel tersebut mengundurkan diri sebagai sampel.
2. Tekanan darah sampel meningkat drastis setelah diberikan perlakuan.
3. Jika selama pengambilan data pasien tiba-tiba jatuh sakit atau cedera karena
suatu hal.
37
4. Jika selama penelitian sampel tidak hadir sebanyak tiga kali.
5. Jika selama penelitian sampel tersebut pindah sekolah.
4.3.3 Besaran Sampel
Pada penelitian ini, besar sampel dihitung dengan rumus Pocock (Pocock,
2008):
Keterangan:
n = jumlah sampel
σ = simpang baku
α = tingkat kesalahan I ditetapkan 5% atau 0,05
Interval kepercayaan (1-β) = 95% atau 0,95
β = tingkat kesalahan II ditetapkan 10% atau 0,10
µ1 = rerata tekanan darah pada anak sebelum perlakuan
µ2= harapan penurunan tekanan darah pada anak setelah diberikan perlakuan
ƒ(α,β) = interval kepercayaan 10,5 ( berdasarkan tabel value ofƒ(α,β) )
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Ewart, et
al., (1998) didapatkan standar deviasi σ = 6,3 dan rerata µ1 = 120 dengan harapan
penurunan tekanan darah sebesar 10% setelah perlakuan sehingga µ2 = 108
n = 2(6,3)2
(108 – 120)2
× 10,5
n = 833,49
144× 10,5
n = 5,78 = 6
),( x
22
12
2
fn
38
Dari hasil perhitungan sampel diatas, maka jumlah sampel dalam
penelitian ini ditetapkan 6, ditambah 20% untuk mengantisipasi terjadinya drop
out sehingga menjadi 8 sampel pada setiap kelompok. Sehingga, jumlah
keseluruhan sampel pada kedua kelompok adalah sebesar 16 sampel.
4.3.4 Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu,
dengan memasukan sampel berdasarkan kriteria penelitian yaitu anak –
anak dengan ciri – ciri fisik yang sesuai dengan anak obesitas.
2. Sampel diambil dari siswa obesitas di SD Saraswati Tabanan. Kemudian
dilakukan pemeriksaan tekanan darah, jika subjek masuk dalam kriteria
inklusi penelitian maka peneliti akan meminta kesediaan subjek sebagai
sampel penelitian. Apabila subjek bersedia sebagai sampel penelitian
maka peneliti akan memasukkan subjek sebagai sampel.
3. Jumlah sampel yang terpilih, diseleksi lebih lanjut berdasarkan kriteria
eksklusi.
4. Melakukan pembagian kelompok menjadi dua kelompok, yaitu kelompok
perlakuan (KP) dan kelompok kontrol (KK). Terdapat sejumlah 16
responden pada masing-masing kelompok. Pembagian kelompok
dilakukan dengan cara acak sederhana, yaitu dengan melakukan undian
pada masing-masing sampel untuk menentukan apakah sampel masuk
dalam kelompok perlakuan (KP) atau kelompok kontrol (KK).
39
4.4 Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri dari beberapa variabel, yaitu:
1. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah therapeutic walking exercise
2. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tekanan darah
3. Variabel Kontrol dalam penelitian ini adalah usia dan IMT
4.5 Definisi Operasional Variabel
1. IMT
Pengukuran berat badan (dalam kilogram) diukur dengan timbangan
dibagi dengan kuadrat tinggi badan (dalam meter) diukur dengan
microtoise staturemeter.Kemudian hasil dari perhitungan IMT tersebut
dicocokan dengan grafik IMT dari Center Diseases Control and
Prevention (CDC) tahun 2000. Anak dikategorikan obesitas apabila nilai
IMT berdasarkan usia dan jenis kelamin dengan persentil > 95.
2. Tekanan Darah
Hipertensi pada anak adalah rata-rata TDS dan atauTDD lebih dari sama
dengan persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, umur, dan tinggi
badan pada tiga atau lebih kesempatan pengukuran menggunakan
sphygmomanometer. Kemudian hasil pengukuran tekanan darah
dicocokkan dengan tabel persentil tekanan darah pada anakberdasarkan
The Fourth Report of National High Blood Pressure Education
Programme Working Group on High Blood Pressure in Children and
Adolescent tahun 2004
40
3. Jenis Kelamin
Jenis kelamin adalah pembagian jenis seksual yang ditentukan secra
biologis dan anatomis yang dinyatakan dalam jenis kelamin laki – laki dan
jenis kelamin perumpuan.
4. Therapeutic Walking Exercise
Therapeutic walking exercise merupakan tindakan berjalan biasa dengan
mengayunkan tangan sesuai irama jalan. dan latihan untuk kesehatan
jantung yang sangat baik serta cocok untuk segala tingkatan umur.Latihan
ini dilakukan 3 kali seminggu selama 4 minggu dengan durasi tiap latihan
30 menit.
4.6 Instrumen Penelitian
1. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan merk Camry dengan beban
maksimal 130 kg dan dengan ketelitian 1 kg.
2. Pengukuran tinggi badan dengan microtoise staturemeter yang memiliki
panjang maksimal 200 cm atau 2 meter.
3. Sphygmomanometer merk sphygmed medical dan stethoscope merk sphygmed
light weight
4. Grafik persentil IMT dari CDC tahun 2000.
5. Tabel persentil tekanan darah pada anak.
6. Stopwatch
7. Buku dan alat tulis untuk mencatat hasil sebelum dan sesudah latihan
dilakukan.
41
8. Penyimpanan dan pengolahan hasil data penelitian menggunakan perangkat
keras komputer.
9. Dokumentasi kegiatan selama penelitian berlangsung menggunakan kamera
digital.
4.7 Prosedur Penelitian
4.7.1 Prosedur Pendahuluan
1. Melakukan proses perijinan pada institusi tempat penelitian
2. Peneliti membuat surat persetujuan yang harus ditandatangani subjek
penelitian dan orangtua subjek serta disetujui oleh pengawas fisioterapi, yang
isinya bahwa subjek bersedia menjadi sampel penelitian ini sampai dengan
selesai.
3. Peneliti memberikan edukasi kepada subjek mengenai manfaat, tujuan,
bagaimana penelitian dilakukan, dan pentingnya dilakukan penelitian ini.
4. Peneliti melakukan pengukuran vital sign dan assessment fisioterapi untuk
mengetahui kondisi sampel. Assessment fisioterapi yang dilakukan adalah
sebagai berikut :
42
Tabel 4.1 Prosedur Assesment Fisioterapi UntukMenentukan Sample Penelitian
5. Peneliti melakukan random alokasi untuk membagi subjek ke dalam dua
kelompok. Pengundian dilakukan dengan pengambilan kertas yang berisi
No. Tahap Assesment Jenis Tes Hasil Temuan
1. Anamnesis - Keluhan Utama
- Riwayat Penyakit
Sekarang
- Riwayat Penyakit
Dahulu
- Tidak
ditemukan nyeri
pada ekstremitas
bawah, Tidak
ditemukan
oedema pada
ekstremitas
bawah
- Tidak sedang
mengkonsumsi
obat penurun
tensi
- Tidak
mengalami
cidera patah
tulang, sprain,
dan strain
selama 1 tahun
kebelakang
2. Pemeriksaan tanda
vital - Pemeriksaan tekanan
darah dengan
sphygmomanometer
- Hipertensi
3. Inspeksi - Dinamis - Tidak ada
gangguan pola
jalan
4. Pemeriksaan
Spesifik - Heel Bump - Tidak
ditemukan nyeri
pada telapak
kaki
- Thomson tes - Ada pergerakan
pada ankle saat
otot
gastrocnemius
diremas
- Anterior Drawer tes - Tidak ada nyeri
pada area lutut
43
nomor ganjil dan nomor genap. Subjek yang mengambil nomor ganjil disebut
sebagai kelompok perlakuan dan diberikan perlakuan therapeutic walking
exercise, sedangkan subjek yang mengambil nomor genap disebut sebagai
kelompok control yang tidak diberikan perlakuan.
4.7.2 Prosedur Pelaksanaan
1. Peneliti menentukan waktu penelitian. Penelitian akan dilakukan pada hari
Selasa, Kamis, dan Sabtu pada pukul 09.00 wita di Lapangan SD Saraswati
Tabanan dan Lapangan Alit Saputra. Sebelum melakukan therapeutic walking
exercise, tekanan darah subjek akan diukur terlebih dahulu untuk
mendapatkan data pre-test.
2. Therapeutic walking Exercise
Pemberian therapeutic walking exercise diawali dengan pemberian pemanasan
berupa stretching selama 10 menit terlebih dahulu. Setelah melakukan
pemanasan, subjek diminta untuk melakukan therapeutic walking exercise
dengan prosedur pelaksanaan sebagai berikut:
1. Instruksikan pada subjek untuk bersiap-siap melakukan therapeutic
walking exercise
2. Menjelaskan prosedur dan tujuan dari pemberian therapeutic walking
exercise.
3. Dalam waktu yang sama instruksikan seluruh subjek untuk berjalan teratur
dan mengayunkan tangan. Hitung waktu latihan subjek selama 30 menit
dengan stopwatch.
44
4. Latihan ini diberikan dengan frekuensi 3 kali seminggu dan selama 4
minggu
5. Setelah melakukan therapeutic walking exercise, kemudian subjek
diinstruksikan untuk melakukan latihan pendinginan.
45
4.8 Alur Penelitian
Gambar 4.2 Alur Penelitian
Populasi
Kriteria
Penilaian
Kelompok 1
(Perlakuan) n=8
Kelompok 2
(Kontrol) n=8
Pengukuran Tekanan
Darah (Pre-test)
Sampel (Hipertensi
derajat I) n= 16
Laporan
Analisis Data
Random
Alokasi
Pengukuran
Tekanan Darah
(Post-test)
Therapeutic
Walking Exercise Kontrol Negatif
46
4.9 Teknik Analisis Data
Dalam menganalisa data yang didapat dari hasil pengukuran dengan
sphygmomanometer dan stethoscope, terlihat perubahan tekanan darah sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan.Data tersebut selanjutnya diolah dengan
menggunakan perangkat lunak komputer. Data yang diperoleh dianalisis dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Statistik deskriptif, untuk menganalisis umur, jenis kelamin dan obat
antihipertensi yang dikonsumsi sampel, datanya tersebut diambil sebelum
dilakukan intervensi awal.
2. Uji normalitas, untuk menguji data berdistribusi normal atau tidak normal,
dengan menggunakan Saphiro-Wilk test. Data berdistribusi normal karena
nilai p > 0,05.
3. Uji homogenitas, untuk menguji kelompok data memiliki varians yang
relatif sama,denganmenggunakan Levene’s Test. Data homogen karena
nilai p > 0,05.
4. Uji Hipotesis
a. Uji Beda pada Kelompok Berpasangan
Uji beda dilakukan untuk menguji rerata hasil penurunan tekanan
darah sistolik dan diastolik sebelum dan sesudah perlakuan. Uji
Paired Sample T-test dilakukan untuk data berdistribusi normal.
47
b. Uji Beda pada Kelompok Tidak Berpasangan (pada Kelompok
Perlakuan dan Kelompok Kontrol)
Uji beda dilakukan untuk membandingkan hasil sebelum dan
setelah perlakuan diantara kedua kelompok. Bila data berdistribusi
normal maka dilakukan uji Independent Sample T-test.
4.10 Jadwal Penelitian
48
Tabel 4.2Jadwal Penelitian
Kegiatan Penelitian Maret April Mei
1. Persiapan
a. Orientasi dan Observasi
di SD Saraswati Tabanan
b. Mempersiapkan
instrumen penelitian
c. Pengurusan ijin dan
surat-surat
d. Membuat informed
consent
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pengukuran IMT
b. Pemeriksaan fisioterapi
c. Pengukuran Tekanan
Darah
3. Pengolahan dan Analisis
Data
4. Penyusunan Laporan
49
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1 Karakteristik Responden
Penelitian mengenai pengaruh therapeutic walking exercise terhadap
penurunan tekanan darah pada anak obesitas usia 9 – 10 tahun yang menderita
hipertensi telah dilakukan di Sekolah Dasar Saraswati Tabanan. Seluruh sampel
berjenis kelamin laki-laki. Latihan dilakukan dua kali seminggu selama 4 minggu
dengan waktu latihan pada pagi hari. Untuk memaparkan hasil penelitian yang
lebih lengkap dan memperkuat interpretasi pengujian hipotesis, dipaparkan
deskripsi data berupa karakteristik sampel penelitian.
Tabel 5.1 Distribusi data sampel berdasarkan Usia, IMT, tekanan darah sebelum
Karakteristik Kelompok
Perlakuan
(n = 8)
Kelompok
Kontrol
(n = 8)
p
Usia (%)
9 tahun 37,5 62,5 1,000
10 tahun 62,5
37,5
IMT (Mean ± SD) 28,663 ± 3,2293
24,600 ±
2,1981
0,011
Tekanan Darah Sebelum
(Mean ± SD)
Sistolik 127,25 ± 4.268 125,75 ± 4,062 0,483
Diastolik 86,75 ± 3.536 85,00 ± 4,140 0,379
Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan karakteristik sampel berdasarkan usia
dengan jumlah sampel pada kelompok perlakuan (KP) yang berusia 9 tahun
berjumlah 3 orang (37,5%) dan yang berusia 10 tahun berjumlah 5 orang (62,5%).
Sedangkan pada kelompok kontrol (KK) sampel yang berusia 9 tahun berjumlah 5
50
orang (62,5%) dan yang berusia 10 tahun berjumlah 3 orang (37,5%). Sehingga
jumlah keseluruhan sampel pada kelompok perlakuan dan kelompk kontrol adalah
16 orang. Uji Chi Square digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
yang bermakna pada karakteristik usia antara kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, didapatkan nilai p = 1,000 (p > 0,05) berarti tidak ada perbedaan yang
bermakna pada usia antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
Subjek penelitian pada kelompok perlakuan (KP) memiliki rerata IMT
kategori obesitas sebesar 28,663 dengan standar deviasi 3,2293. Pada kelompok
kontrol rerata nilai IMT sebesar 24,600 dengan standar deviasi 2,1981. Uji
Independent Sample T-Test digunakan untuk melihat apakah terdapat perbedaan
yang bermakna pada karakteristik IMT kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol, didapatkan nilai p = 0,011 (p < 0,05) berarti ada perbedaan yang
bermakna pada karakteristik IMT antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan.
Nilai rerata dan simpang baku tekanan darah sistolik sebelum (pre-test) pada
kelompok perlakuan (KP) adalah 127,25 ± 4,268. Sedangkan nilai rerata dan
simpang baku tekanan darah sistolik sebelum (pre-test) pada kelompok kontrol
adalah 125,75 ± 4,062. Uji Independent Sample T-Test digunakan untuk melihat
apakah terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah sistolik sebelum
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, didapatkan nilai p = 0,483 (p >
0,05) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna pada karakteristik usia atara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
51
Nilai rerata dan simpang baku tekanan darah diastolik sebelum (pre-test) pada
kelompok perlakuan (KP) adalah 86,75 ± 3,536. Sedangkan nilai rerata dan
simpang baku tekanan darah diastolik sebelum (pre-test) pada kelompok kontrol
adalah 85,00 ± 4,140. Uji Independent Sample T-Test digunakan untuk melihat
apakah terdapat perbedaan yang bermakna pada tekanan darah diastolik sebelum
pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, didapatkan nilai p = 0,379 (p >
0,05) berarti tidak ada perbedaan yang bermakna pada karakteristik usia atara
kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.
5.2 Uji Persyaratan Analisis
Untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak dilakukan
uji Saphiro-Wilk Test dan untuk mengetahui apakah data homogen atau tidak
dilakukan dengan uji Lavene’s Test. Berikut uji normalitas dan homogenitas data
pada tabel 5.2:
Tabel 5.2 Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Data
Uji Normalitas
Saphiro-Wilk Test
Uji Homogenitas
Levene’s Test
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Sistolik
(p)
Diastolik
(p)
Sistolik
(p)
Diastolik
(p) Sistolik Diastolik
Rerata
Sebelum 0,197 0,178 0,152 0,274 0,906 0,436
Rerata
Sesudah 0,83 0,413 0,64 0,130 0,957 0,268
52
Tabel 5.2 menunjukkan hasil uji normalitas data dengan menggunakan
Saphiro-Wilk Test, dimana didapatkan nilai probabilitas dari tekanan darah
sistolik dan diastolik untuk kelompok perlakuan (KP) dan kelompok kontrol
(KK). Untuk kelompok perlakuan (KP), pada data tekanan darah sistolik sebelum
perlakuan didapatkan nilai p = 0,197 (p > 0,05), sesudah perlakuan didapatkan
nilai p = 0,83 (p < 0,05) yang berarti data tekanan darah sistolik pada kelompok
perlakuan berdistribusi normal. Pada data tekanan darah diastolik sebelum
perlakuan didapatkan nilai p = 0,178 (p > 0,05), sesudah perlakuan didapatkan
nilai p = 0,413 (p > 0,05) yang berarti data tekanan darah diastolik pada kelompok
perlakuan juga berdistribusi normal.
Pada kelompok kontrol (KK), data tekanan darah sistolik awal (sebelum)
didapatkan nilai p = 0,152 (p > 0,05), pada pengukuran akhir (sesudah)
didapatkan nilai p = 0, 64 (p > 0,05) dan selisih didapatkan nilai p = 0,944 (p >
0,05), yang berarti data tekanan darah sistolik pada kelompok kontrol berdistribusi
normal. Pada data tekanan darah diastolik awal (sebelum) perlakuan didapatkan
nilai p = 0,274 (p > 0,05), akhir (sesudah) perlakuan didapatkan nilai p = 0,130 (p
> 0,05) yang berarti data tekanan darah diastolik pada kelompok kontrol
berdistribusi normal.
Hasil uji homogenitas dengan menggunakan Levene’s Test pada Tabel 5.4
diatas menunjukkan bahwa data sebelum, sesudah dan selisih pada tekanan darah
sistolik bersifat homogen karena didapatkan nilai p > 0,05. Pada tekanan darah
sistolik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol sebelum dan sesudah
memiliki nilai p > 0,05 dan data hasil tekanan darah diastolik sebelum dan
53
sesudah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol memiliki nilai p > 0,05.
Melihat hasil uji persyaratan analisis, untuk pengujian hipotesis selanjutnya
dilakukan uji statistik parametrik.
5.3 Pengujian Hipotesis
5.3.1 Uji Beda Rerata Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah
pada Masing-Masing Kelompok
Uji hipotesis yang digunakan adalah Paired Sample T-Test. Uji tersebut
digunakan untuk mengetahui apakah terjadi penurunan tekanan darah sebelum
dan sesudah diberikan perlakuan therapeutic walking exercise pada kelompok
perlakuan, dan untuk mengetahui apakah terjadi penurunan tekanan darah pada
kelompok kontrol tanpa adanya pemberian perlakuan therapeutic walking
exercise.
Tabel 5.3 Uji Rerata Penurunan Tekanan Darah Sebelum dan Sesudah pada
Kelompok Kontrol dan Kelompok Perlakuan
Kelompok Perlakuan Kelompok Kontrol
Sistolik Diastolik Sistolik Diastolik
Rerata Sebelum 127,25 86,75 125,75 85,00
Rerata Sesudah 120,75 82,00 125,50 84,50
p 0,000 0,010 0,598 0,170
Tabel 5.3 menunjukkan hasil uji rerata penurunan tekanan darah sistolik
dan diastolik pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pada kelompok
perlakuan (KP), data tekanan darah sistolik dilakukan uji Paired Sample T-Test ,
54
didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05), yang berarti ada penurunan tekanan darah
sistolik yang bermakna sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan. Data
tekanan darah diastolik dilakukan uji hipotesis Paired Sample T-Test, didapatkan
nilai p = 0,01 (p < 0,05), yang berarti ada penurunan tekanan darah diastolik yang
bermakna juga sebelum dan sesudah pada kelompok perlakuan. Pada kelompok
kontrol (KK), untuk data tekanan darah sistolik, dilakukan uji hipotesis Paired
Sample T-test dan didapatkan nilai p = 0,598 (p > 0,05), yang berarti tidak ada
penurunan tekanan darah sistolik yang bermakna pada kelompok kontrol. Data
tekanan darah diastolik dilakukan uji hipotesis Paired Sample T-Test dan
didapatkan nilai p = 0,170 (p > 0,05) yang berarti tidak ada penurunan tekanan
darah diastolik yang bermakna juga pada kelompok kontrol.
5.3.2 Uji Beda Hasil Setelah Intervensi dan Selisih Penurunan Tekanan
Darah Anak dengan Obesitas Usia 9-10 Tahun pada Kedua Kelompok
Untuk menguji perbandingan rerata setelah intervensi dan selisih penurunan
tekanan darah pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, dilakukan
pengujian menggunakan uji Independent Sample T-test yang tertera pada Tabel
5.4:
Tabel 5.4 Uji Beda Hasil Setelah Intervensi dan Selisih Penurunan Tekanan
Darah Anak dengan Obesitas Usia 9-10 Tahun pada Kedua Kelompok
Kelompok N Rerata±SD P
Post-test Sistolik Perlakuan 8 120.755.120
0,025 Kontrol 8 125.504.751
Post-test Diastolik Perlakuan 8 82.003.207
0,044 Kontrol 8 84.504.106
55
Selisih Sistolik Perlakuan 8 6,50±2,330
0,000 Kontrol 8 0,50±0,926
Selisih Diastolik Perlakuan 8 4,75±3,845
0,009 Kontrol 8 0,50±0,926
Berdasarkan Tabel 5.4 didapatkan post-test sistolik dengan nilai p = 0,025
(p>0,05) yang berarti terdapat perbedaan penurunan tekanan darah pada kedua
kelompok. Pada post-test diastolik dengan nilai p = 0,044 sehingga terdapat
perbedaan penurunan tekanan darah pada kedua kelompok. Pada selisih tekanan
darah sistolik diperoleh nilai p = 0,000 (p<0,05). Data tersebut menunjukan
bahwa terdapat perbedaan penurunan tekanan darah sistolik yang bermakna antara
kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Hal yang sama juga terlihat pada
tekanan darah diastolik diperoleh nilai p = 0,009 (p<0,05), data tersebut
menunjukan bahwa terdapat perbedaan penurunan tekanan darah diastolik yang
bermakna antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
57
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel pada penelitian ini (kelompok perlakuan dan kelompok
kontrol) seluruhnya berjenis kelamin laki-laki dengan IMT kategori obesitas.
Buch dkk dalam penelitian mereka pada anak-anak umur 6-18 tahun, pada total
1.249 anak, 727 anak laki-laki dan 511 perempuan, ditemukan sebanyak 49 anak
lali-laki dengan hipertensi, sedangkan pada anak perempuan sebanyak 32 dengan
hipertensi. Pemilihan sampel anak laki-laki dilakukan karena prevalensi obesitas
dengan hipertensi pada anak laki-laki lebih tinggi dibandingkan perempuan,
sehingga kontrol terhadap jenis kelamin dilakukan untuk mengurangi
kemungkinan bias pada hasil penelitian.
Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan antara asupan energi dengan
luaran energi, yaitu asupan energi yang tinggi atau luaran energi yang rendah.
Asupan energi tinggi disebabkan konsumsi makanan yang berlebihan, sedangkan
luaran energi rendah disebabkan metabolisme tubuh yang rendah, aktivitas fisik,
dan efek termogenesis makanan. Kelebihan energi disimpan dalam bentuk
jaringan lemak. Hubungan obesitas dengan hipertensi telah lama diketahui.
Sebagian besar peneliti menitikberatkan patofisiologi tersebut pada tiga hal utama
yaitu gangguan sistem autonom, resistensi insulin, serta abnormalitas struktur dan
fungsi pembuluh darah. Ketiga hal tersebut dapat saling mempengaruhi satu
dengan lainnya (Sinaiko et al, 1985). Pada obesitas terjadi resistensi insulin dan
58
gangguan fungsi endotel pembuluh darah yang menyebabkan vasokonstriksi dan
reabsorpsi natrium di ginjal yang mengakibatkan hipertensi (Manunta, 2004).
Obesitas sering berhubungan dengan hiperinsulinemia, khususnya tipe
android. Laki-laki obesitas cenderung mempunyai deposit lemak di daerah atas
tubuh khususnya pada tengkuk, leher, bahu, dan perut yang disebut obesitas tipe
android. Pada obesitas tipe android (obesitas sentral), lemak berakumulasi sebagai
lemak viseral/intra-abdominal atau lemak subkutan abdomen. Obesitas tipe
android berisiko mengalami sindrom metabolik dan penyakit kardiovaskular,
khususnya jika terdapat lemak viseral yang berlebihan. Kadar adiponektin yang
rendah, adanya resistensi leptin, serta berbagai sitokin yang terlepas dari sel
adiposa dan sel inflamasi yang menginfiltrasi jaringan lemak (misalnya makrofag)
menurunkan ambilan asam lemak bebas oleh mitokondria pada beberapa jaringan,
menurunkan oksidasi asam lemak bebas, dan menyebabkan akumulasi asam
lemak bebas intrasel. Kelebihan asam lemak bebas intraselular dan metabolik
(fatty acyl CoA, diacyglgycerol,dan ceramide) dapat memicu terjadi resistensi
insulin (bahkan hiperinsulinemia dan hiperglikemia) (Yogiantoro, 2006).
Hubungan antara resisten insulin dan tekanan darah pada anak obesitas
telah diteliti oleh Umboh dkk (2007) Sebagian besar anak obesitas menderita pre-
hipertensi dan terdapat korelasi linier yang lemah antara kadar insulin dan tekanan
darah, serta resistensi insulin mempengaruhi peningkatan tekanan darah sistolik
pada anak obese. Pada penelitian ini anak yang obesitas diambil dari anak yang
BMI lebih dari persentil ke-95. Sesuai kriteria inklusi tekanan darah pada anak
menurut The Fourth Report on The Diagnosis, Evaluation, and Treatment of
59
High Blood Pressure in Children and Adolescent rata-rata TDS dan atau TDD
lebih dari sama dengan persentil ke-95 berdasarkan jenis kelamin, umur, dan
tinggi badan pada tiga atau lebih kesempatan pengukuran menggunakan
sphygmomanometer. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Wagesetiawan (2007) mengenai hubungan antara hipertensi dengan kejadian
mikroalbuminuria pada anak obesitas usia 12 – 14 tahun mendapatkan hasil
rerata tekanan darah sistolik anak adalah 138,7 mmHg dan rerata tekanan
diastolik anak adalah 85,3 mmHg.
6.2 Penurunan Tekanan Darah pada Kelompok Perlakuan (KP) Setelah
Pemberian Perlakuan Therapeutic Walking Exercise
Berdasarkan hasil uji statistik paired sample t-test untuk data tekanan darah
sistolik dan diastolik pada kelompok perlakuan yang diberikan therapeutic
walking exercise, didapatkan nilai p = 0,000 (p < 0,05) untuk tekanan darah
sistolik dan nilai p = 0,01 (p < 0,05) untuk tekanan darah diastolik. Hal tersebut
menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah sistolik dan diastolik yang
bermakna antara sebelum dan sesudah diberikan perlakuan therapeutic walking
exercise selama 12 kali perlakuan selama 4 minggu. Beberapa penelitian telah
membuktikan bahwa obesitas merupakan salah satu faktor risiko hipertensi pada
anak. Dalam penelitian Lumoindong (2013) yang dilakukan pada 111 anak
obesitas didapatkan hasil terdapat hubungan yang bermakna dengan uji Chi
Square (p=0,007). Dari hasil penelitian ini, diketahui bahwa pada anak obesitas
dengan melakukan therapeutic walking exercise secara teratur selama 3 kali
dalam seminggu dalam waktu 4 minggu dan berdurasi 30 menit setiap latihan
60
akan terjadi penurunan darah sistolik dan diastolik. Augustine (2008) menyatakan
bahwa terdapa hubungan berolahraga terutama jalan kaki dengan tekanan darah
pada hipertensi, terdapat penurunan tekanan darah sistolik sebesar 9,0 % dan
diastolik sebesar 7,42% pada pasien hipertensi yang mendapatkan intervensi
berjalan kaki selama 30 menit setiap harinya. Penelitian yang dilakukan oleh
Trisusilowati (2016) mendapatkan hasil olahraga berjalan kaki (casual walking)
memiliki efek yang signifikan terhadap penurunan tekanan darah sistolik (p =
0,002) dengan rata-rata penurunan nilai tekanan darah sistolik sebesar 11,8
mmHg, tetapi tidak memiliki efek yang signifikan terhadap penurunan tekanan
darah diastolik (p = 0,089) dengan rata-rata penurunan nilai tekanan darah
diastolik sebesar 4,1 mmHg.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Rahidayanti (2013) mengenai kebiasaan
olahraga jalan kaki terhadap kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi
didapatkan hasil adanya hubungan antara kebiasaan olahraga jalan kaki terhadap
kontrol tekanan darah pada pasien hipertensi dengan nilai p=0,001. Penelitian
yang dilakukan Martin (1990) menunjukkan terdapat penurunan tekanan darah
pada pasien hipertensi sebesar 3,2 mmHg tekanan diastolik dan 5,7 mmHg
tekanan sistolik pada penderita hipertensi dengan olahraga aerobik ringan. Saat
melakukan aktivitas fisik yang bersifat aerobik seperti berjalan kaki, tekanan
darah akan naik cukup banyak. Seperti pada saat melakukan olahraga aerobik
yang bersifat keras, tekanan darah sistolik akan naik mejadi 150-200 mmH dari
tekanan darah sistolik ketika istirahat sebesar 110-120 mmHg. sebaliknya, segera
61
setelah latihan aerobik selesai, tekanan darah akan turun sampai di bawah normal
dan berlangsung selama 30-120 menit (Kusmana, 1997).
Penurunan tekanan darah pada hipertensi ini terjadi lantaran adanya
penurunan tekanan darah karena pembuluh darah mengalami pelebaran dan terjadi
relaksasi pembuluh darah. Sehingga terjadi penurunan tekanan darah seperti
halnya melebarnya pipa air yang akan menurunkan tekanan pada aliran air. Dalam
hal ini olahraga aerobik yang bersifat kontinyu dapat mengurangi tahanan perifer
pembuluh darah. Mekanisme penurunan tekanan darah juga diakibatkan oleh
aktivitas memompa jantung yang berkurang (Wallace, 2013).
Otot jantung
individu yang berolahraga secara rutin lebih kuat dibandingkan dengan individu
yang jarang berolahraga. Pada individu yang rutin berolahraga jantungnya
berkontraksi lebih sedikit untuk memompakan darah dengan volume yang sama
(Scott, 2004). Karena olahraga dapat menyebabkan penurunan denyut jantung,
maka olahraga secara kontinyu akan menurunkan cardiac output, yang pada
akhirnya akan menyebabkan terjadinya penurunan tekanan darah pada penderita
hipertensi (Wallace, 2013).
Peningkatan efisiensi kerja jantung dicerminkan
dengan penurunan tekanan darah sistolik, sedangkan penurunan tahanan perifer
dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolic (Sherwood, 2001).
Pemberian therapeutic walking exercise secara teratur juga menunjukkan
adaptasi yang positif pada sistem kardiovaskular. Park et al mengevaluasi efek
dari latihan aerobik dan program latihan resisten terhadap fungsi pembuluh
endotel pada 29 orang sampel anak obesitas menunjukkan adanya peningkatan
kapasitas vasodilatasi endotel terhadap aliran darah ke seluruh tubuh dan
62
penurunan kekuatan ejeksi ventrikel dan penurunan cardiac overload. Saat
melakukan aktivitas aerobik, tekanan darah akan naik cukup banyak. Misalnya,
selama melakukan latihan-latihan aerobik yang keras, tekanan darah sistolik dapat
naik menjadi 150 - 200 mmHg dari tekanan sistolik ketika istirahat sebesar 110 -
120 mmHg. Sebaliknya, segera setelah latihan aerobik selesai, tekanan darah akan
turun sampai di bawah normal dan berlangsung selama 30 - 120 menit. Kalau
olahraga aerobic dilakukan berulang-ulang, lama-kelamaan penurunan tekanan
darah tadi berlangsung lebih lama. Itulah sebabnya latihan olahraga secara teratur
akan dapat menurunkan tekanan darah. Jenis olahraga yang efektif menurunkan
tekanan darah adalah olahraga aerobik dengan intensitas sedang. Frekuensi
latihannya 3 - 5 kali seminggu, dengan lama latihan 20 - 60 menit sekali latihan
(Sumosardjono, 2006 dalam Syatria, 2006).
6.3 Tekanan Darah pada Kelompok Kontrol (KK)
Berdasarkan hasil pengukuran tekanan darah pada awal (pre-test) dan akhir
(post-test) penelitian pada kelompok kontrol (KK) yang merupakan kelompok
kontrol negatif, dimana sampel pada kelompok ini tidak diberikan perlakuan
therapeutic walking exercise. Pertama-tama dilakukan pengukuran tekanan darah
awal (pre-test), yang diikuti oleh pengukuran tekanan darah akhir (post-test) dua
puluh menit kemudian. Berdasarkan hasil uji statistik Paired Sample T-test untuk
data tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik, diperoleh nilai p = 0,598
untuk tekanan darah sistolik dan nilai p = 0,170 untuk tekanan darah diastolik,
yang berarti tidak ada penurunan tekanan darah yang bermakna pada kelompok
kontrol.
63
Salah satu faktor penting yang berperan pada obesitas adalah aktivitas fisik.
Obesitas bukan hanya terkait masalah banyaknya mengonsumsi makanan tapi
juga kurangnya aktivitas fisik. Seiring dengan perkembangan zaman terjadi
berbagai perubahan gaya hidup, terutama pada aktivitas fisik. Olahraga, jalan
kaki, permainan fisik atau aktivitas fisik yang lainnya semakin jarang dilakukan.
Kebanyakan sekolah memberikan jadwal olahraga hanya satu kali dalam
seminggu dan sisanya diisi dengan belajar dalam ruangan. Ditambah lagi remaja
sekarang ini lebih banyak menghabiskan waktu mereka dengan duduk sambil
bermain gadjet, nongkrong sambil makan dengan teman-teman sebayanya, nonton
TV, les atau bimbel yang membuat mereka untuk duduk lebih lama dan juga
kebanyakan dari mereka sekarang ini untuk berangkat maupun pulang sekolah
diantar dan dijemput orang tua memakai kendaraan pribadi atau menggunakan
kendaraan umum (Mujur, 2011).
Penurunan tekanan darah pada kelompok kontrol dapat disebabkan oleh
aktivitas fisik yang dilakukan di sekolah seperti olahraga, dimana olahraga
merupakan salah satu mata pelajaran wajib di sekolah. Namun karena
keterbatasan waktu untuk melakukan olahraga, maka pelajaran olahraga hanya
dilakukan sekali dalam seminggu. Sehingga penurunan tekanan darah pada anak
obesitas tidak mendapatkan hasil yang bermakna. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Syatria (2006) mengenai pengaruh olahraga terprogram terhadap
penurunan tekanan darah dimana kelompok perlakuan menerima latihan basket
terprogram, yaitu latihan 3 kali seminggu selama 60 menit setiap latihan. Untuk
kelompok kontrol tidak ada latihan terprogram. Tekanan darah sistolik (TDS) dan
64
tekanan darah diastolik (TDD) diukur pada awal (minggu ke-0) dan akhir
penelitian (minggu ke-12) mendapatkan hasil tidak ada perubahan yang bermakna
TDS pada kelompok kontrol (p = 0,705) dan pada kelompok perlakuan ada
perubahan yang bermakna terhadap TDS (p = 0,000). Didapatkan pula perbedaan
yang bermakna pada TSD minggu ke-12 antara kelompok kontrol dan kelompok
perlakuan (p=0,022), akan tetapi tidak dijumpai perbedaan yang bermakna pada
TDD minggu ke-12 antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan (p=0,614).
Penurunan tekanan darah ini antara lain terjadi karena pembuluh darah
mengalami pelebaran dan relaksasi. Lama-kelamaan, latihan olahraga dapat
melemaskan pembuluh-pembuluh darah, sehingga tekanan darah menurun, sama
halnya dengan melebarnya pipa air akan menurunkan tekanan air. Dalam hal ini,
olahraga dapat mengurangi tahanan perifer. Penurunan tekanan darah juga dapat
terjadi akibat aktivitas memompa jantung berkurang. Otot jantung pada orang
yang rutin berolahraga sangat kuat, maka otot jantung pada individu tersebut
berkontraksi lebih sedikit daripada otot jantung individu yang jarang berolahraga,
untuk memompakan volume darah yang sama (Mirkin et al, 1987 dalam Syatria,
2003). Olahraga akan menurunkan cardiac output, yang pada akhirnya
menyebabkan penurunan tekanan darah. Peningkatan efisiensi kerja jantung
dicerminkan dengan penurunan tekanan sistolik, sedangkan penurunan tahanan
perifer dicerminkan dengan penurunan tekanan diastolik (Ganong, 1995 dalam
Syatria, 2003). Dari hasil penelitian yang telah saya lakukan, menunjukkan bahwa
tekanan darah pada kelompok kontrol tidak mengalami perubahan secara
bermakna. Sedangkan pada kelompok perlakuan, tekanan sistolik dan diastolik
65
mengalami penurunan secara bermakna. Hal ini mencerminkan adanya
peningkatan efisiensi kerja jantung yang menyebabkan penurunan tekanan darah.
66
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis pada penelitian ini, dapat
disimpulkan bahwa:
Therapeutic walking exercise dapat menurunkan tekanan darah pada anak
obesitas dengan hipertensi.
7.2 Saran
Beberapa saran yang dapat diajukan berdasarkan temuan dan kajian dalam
penelitian ini adalah:
1. Therapeutic walking exercise dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan
tindakan fisioterapi dalam menurunkan tekanan darah pada anak
obesitas dengan hipertensi secara non-farmakologis.
2. Diharapkan kepada rekan-rekan fisioterapis maupun mahasiswa
fisioterapi dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut mengenai
latihan therapeutic walking exercise dengan intensitas waktu yang
berbeda dalam penatalaksanaan hipertensi untuk menurunkan tekanan
darah.
DAFTAR PUSTAKA
Aneja, A., El-Atat, F., McFarlane, S.I., and Sowers J.R. 2004. Hypertension and
obesity. Recent Progress in Hormone Research, 59:169-205.
Augustine, J. S., Memoona, H., James, M. 2008. Impact of Exercise (Walking) on
Blood Pressure Levels in Hypertension in African American Adults With
Newly Diagnosed Hypertension. African.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
2010. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Jakarta.
Basmajian, JV. 2008. Therapeutic exercise 4th
edition, London: Williams and
Wilkins co Baltimore , page 45-69.
Battegay, E.J., Gregory L.I.P., Bakris, L.H. George S. 2005. Hypertension
Principles And Practice: Definition And Classification Hypertension .
United States of America: Taylor and Francis Group, page 17.
Beevers, D.G. 2002. Tekanan Darah. Jakarta: Dian Rakyat.
Black, J.M and Hawks, J.H. 2005.Medical surgical nursing: clinical management
for positive outcomes. 7th
Edition. St. Louis: Elsevier Saunders.
Burt VL., Cutler JA., Higgins M., Horan MJ., Labarthe D., Whelton P., Brown C.,
Roccella E.J. 1995. Trends in the prevalence, awareness, treatment, and
control of hypertension in the adult US population: data from the health
examination surveys, Hypertension, 26: 60–69.
Buch N, Goyal JP, Kumar N, Palmar I, Shah VB, Charan J. 2011. Prevelence of
hypertension in school going children of Surat City, Wastern India. JCDR
Nov;2(4):228-32.
Chobanian, A.V. 2003. Seventh report of the Joint National Committee (JNC 7)
on prevention, detection, evaluation, and treatment of high blood pressure.
Hypertension, 42:1206-1252
Damayanti, S. 2002. Obesitas pada Anak. Prosiding Simposium Temu Ilmiah
Akbar. Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI
De Onis M., Blössner M., Borghi E. 2010. Global Prevalence and Trends of
Overweight and Obesity Among Preschool Children. Am J Clin Nutr,
92:1257-1264.
Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., and Lewis, S.M. 2000. Medical surgical
nursing: assessment and management of clinical problems. USA: Mosby.
Ewart, C.K., Young, D.R., and Hagberg, J.M. 1998. Effects of School-Based
Aerobic Exefcise on Blood Pressure in Adolescent Girls at Risk for
Hypertension. American Journal of Public Health, 88:949-951
Falkner, B. 2005. Effect of Obesitasity and High Blood Pressure on Plasma Lipid
Levels in Children Obesitasity. Pediatrics: 116: 442-6.
Hagburg, J.M. 1990. Exercise, fitness, and hypertension. Dalam: Bouchard, C.
Exercise, Fitness, and Health: A Consensus of Current Knowledge,.
Champaign, IL: Human Kinetics, 455–466.
Hahn, D.B., Payne, W.A. 2003. Focus on health. 6th
Edition. USA: Mc Graw Hill.
Hartini. 2012. Perbedaan Pengaruh Latihan Senam Aerobik High Impact dan
Low Impact Terhadap Penurunan Persentase Lemak Tubuh Ditinjau dari
Body Mass Index. Jurnal Ilmiah Spirit, 12(2):1411-8319.
Janet, P.W. 2003. Exercise in Hypertension, Clinical Exercise Physiology
Laboratory, Department of Kinesiology, Indiana University,Bloomington,
Indiana, USA.
Kotchen, T.A. 2008. Hypertensive Vascular Disease. Dalam: Fauci, A.S., Kasper,
D.I. Harrison’s Principles of Internal Medicine. United States of America:
Mc Graw Hill, 211-214.
Kusmana, D. 1997. Olahraga bagi kesehatan jantung. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia P.58-59
Lateur B.J., Lehmann J.F. 1990. Therapeutic exercise to develop strengh and
endurance. In: Krusen’s handbook of physical medicine and rehabilitation.
4th edition. Philadelphia: WB saunders Co.
Li, C.Y., Imaishi, K., Shiba, N., Tagawa, Y., Maeda, T., Matsuo, S. 2000.
Biomechanical evaluation of foot pressure and loading force gait in
rheumatoid arthritic patiens with and without foot orthosis. Kurume Med J:
47: p211-7
Luma G.B. 2006. Hypertention in children and adolescent. American Family
Physician; 73:1558-66
Lumoindong, A., Umboh, A., Masloman, N. 2013. Hubungan Obesitas dengan
Profil Tekanan Darah pada Anak Usia 10 – 12 Tahun di Kota Manado.
Jurnal e-Biomedik (eBM), 1:147-153
Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Esculapius.
Manunta P, Bianchi G. Low-salt diet and diuretic effect on blood pressure and
organ damage. 2004 J Am Soc Nephrol ;15:43-6.
Martin, J.E., Dubbert, P.M. 1990. Controlled trial of aerobic exercise in
Hypertension. Dallas.
Mughal, M.A. 1990. The effects of Aerobic Exercise Training on resting Blood
Pressure in Hypertensive Patients.
Mujur, A. 2015. Hubungan antara Pola Makan dan Aktivitas Fisik dengan
Kejadian Berat Badan Lebih pada Remaja.
Nasar, S.S. 1995. Obesitas pada anak. Aspek Klinis dan Pencegahan. Dalam:
Samsudin, Nasar S.S, Syarif, D.R. Naskah lengkap PKB-IKA XXXV.
Masalah gizi ganda dan tumbuh kembang anak.Jakarta; Binarupa Aksara.
Norkin C.C. 1999. Gait analysis, physical rehabilitation: Assesment and
treatment. 3rd edition. FA David Company;.p 167-91
Oktavia, D. N. 2014. “Pengaruh Therapeutic Exercise Walking terhadap Tekanan
Darah (Hipertensi) di Desa Subo Kecamatan Pakusari Kabupaten Jember”.
Tidak Diterbitkan. Skripsi. Jember: Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Jember.
Park J, Miyashita M, Kwon Y, Park H, Kim E, Park J, et al. A 12-week after-
school physical activity programme improves endothelial cell function in
overweight and obese children: a randomized controlled study. BMC
Pediatrics. 2012;12:111.
Prawirasaputra, S. 2000. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Tambak Kusuma
Purnami, N.M.D. 2015. Prevalensi Obesitas dan Hubungan Antara Obesitas
dengan Kejadian Hipertensi dan Proteinuria pada Anak Usia 12-14 Tahun
di Sekolah Menengah Pertama Swasta di Kota Denpasar. Tesis. Program
Pasca Sarjana Magister Ilmu Biomedik. Universitas Udayana. Denpasar
Rahadiyanti, L.S. 2013. Hubungan Kebiasaan Olahraga Jalan Kaki dengan
Kontrol Tekanan Darah pada Pasien Hipertensi. Skripsi. Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan. Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayattulah. Jakarta
Rahmatika. 2008. Obesitas Pada Anak Dan Remaja. Online. Available at
http://www.idituban.files.wordpress.com2008/11/nh-2.pdf\.[accesed
29/11/2012]
Rogers, M.W., Probst, M.M., Gruber, J.J., Berger, R., Boone, J.B. 1996.
Differential effects of exercise training intensity on blood pressure
andcardiovascular responses to stress in borderline hypertensive humans. J
Hypertens : 14(11):1369–1375.
Satoto, Karjati, S., Darmojo, B., Ropawiro, A.T., Kodyat, BA. 1998. Kegemukan,
Obesitas dan Penyakit Degeneratif Epidemiologi dan Strategi
Penanggulangan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI. LIPI : Jakarta
Scott, K.P. 2004. Exercise physiology theory and application to fitness and
performance. University of florida.
Sherwood, Lauralee. 2001. Fisiologi Manusia. 2nd Edition. Jakarta: Buku
Kedokteran EGC.
Soeharto, I. 2004. Serangan Jantung dan Stroke. Edisi Kedua. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Soetjiningsih., 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC. pp: 1, 29-30, 65-73, 121-6.
Sorof, J.M., Poffenbarger, T., Franco, K., Bernard, L., Portman, R.J. 2002.
Isolated Sistolic Hypertension, Obesity, and Hyperkinetic Hemodynamic
States in Children. J.Pediatr; 140:660-6
Sudoyo, A.W. 2007. Buku Ajar Ilmu penyakit Dalam. Edisi 4, Jilid 1. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
Sumosardjuno, Sadoso. 1996. Pengetahuan Praktis Kesehatan dalam Olahraga.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Sukarmin, Nurachmah, E., Gayatri, D. 2013. Penurunan Tekanan Darah Pada
Pasien Hipertensi Melalui Brisk Walking Exercise. STIKES Muhamadiyah
Kudus, Keperawatan Medikal Bedah , Kudus.
Supartha, M. 2009. Hipertensi pada Anak. Majalah Kedokteran Indonesia,
Volume: 59, Nomor: 5.
Sustrani. 2004. Hipertensi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Sutanto. 2010. Cekal Penyakit Modern Hipertensi, Stroke, Jantung, Kolesterol,
dan Diabetes. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET
Syarif, D.R. 2002. Obesitas pada anak dan permasalahannya. Dalam: Trihono
P.P., Purnamawati, S., Syarif, D.R., et al .Hot Topics in Pediatrics II.PKB
IKA XLV FK Universitas Indonesia. RS.DR Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Syatria, . 2006. Pengaruh Olahraga Terprogram terhadap Tekanan Darah pada
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro yang Mengikuti
Ekstrakurikuler Basket. Karya Tulis Ilmiah. Semarang: Fakultas Kedokteran.
Universitas Diponegoro
Tianusa, N. 2003. Hubungan Jarak tempuh berjalan dengan Kualitas Hidup Pada
Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronis , Manado : FK Universitas
Samratulangi.
Tiwari, S. 2011. Effect of Isotonic Exercise (Walking) on Various Physiological
Parameters in Hypertension. Journal of Stress Physiology and Biochemistry,
Volume 7 nomor 3, pp. 122-131.
Trisusilowati, E. 2016. Pengaruh Olahraga Berjalan Kaki (Casual Walking)
Terhadap Perubahan Tekanan Darah Lansia dengan Hipertensi di Panti
tresna Werdha Hargodedali Surabaya. Tesis. Fakultas Keperawatan.
Universitas Airlangga. Suarabaya.
Whitlock, G. 2011. Body Mass Index and Cause Specific Mortality in 900.000
adults : Collaborative Analyses of 57 Prospective Studies. Lancet.
373:1083-96.
Wallace, J.P. 2003. Exercise in Hypertension, Clinical Exercise Physiology and
Laboratory. USA: Sports Medicine.
Yogiantoro. 2006. M. Hypertension and insulin resistance. Dalam: Makalah
lengkap The 6th Jakarta nephrology &hypertension course and symposium
on hypertension.103-115.
Lampiran 1. Ethical Clearance
Lampiran 2. Curriculum Vitae
Nama : Made Satria Ambarsika
Tempat/Tanggal Lahir : Tabanan, 15 November 1995
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Hindu
Alamat : Jalan Majapahati, Gang I no 2, Tabanan
No Handphone : 087860635164
e-mail : madesatriaambarsika@gmail.com
RIWAYAT PENDIDIKAN
- TK Saraswati (2000 - 2001)
- SD Saraswati Tabanan (2001 - 2007)
- SMP Negeri 1 Tabanan (2007 - 2010)
- SMA Negeri 1 Tabanan (2010 - 2013)
- S1 Fisioterapi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana (2013 -
sekarang)
Lampiran 3. Informed Consent
INFORMED CONSENT
Denpasar, April 2017
Kepada :
Yth. …………………
di Tempat
Dengan hormat,
Dalam rangkamenyelesaikan tugas akhir dari Program Studi Fisioterapi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, maka akan diadakan penelitian
mengenai Pengaruh Therapeutic Walking Excercise terhadap Penurunan Tekanan
Darah pada Anak Obesitas Usia 9 – 10 Tahun dengan Hipertensi di SD Saraswati
Tabanan.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Therapeautic Walking
Excercise terhadap Penurunan Tekanan Darah pada Anak Obesitas dengan
Hipertensi.Penelitian akan dilakukan pengukuran tekanan darah menggunakan
alat Sphymammeter.
Segala hasil dari penelitian ini menjadi rahasia peneliti. Mohon
kesediaannya untuk ikut serta dengan sukarela, dan sewaktu-waktu bisa
mengundurkan diri apabila tidak berkenan.
Terimakasih atas keikutsertaan anda, dan info lebih lengkap dapat
menghubungi Made Satria Ambarsika , HP 087860635164.
Hormat saya,
Made Satria Ambarsika
LEMBAR PERSETUJUAN MENGIKUTI PROGRAM
PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :…………………………………………………………………….
Umur :……………………………………………………………………
Jenis kelamin : (L/P)
Alamat :…………………………………………………………………….
Dengan ini menyatakan persetujuan untuk mengikuti program penelitian
terhadap anak saya :
Nama :…………………………………………………………………….
Umur :…………………………………………………………………….
Jenis kelamin :…………………………………………………………………….
Alamat :…………………………………………………………………….
Telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang maksud atau tujuan
penelitian, cara melakukan dan konsekuensinya, demi manfaat yang sebesar-
besarnya, dengan ini menyatakan :
1. Memahami sepenuhnya maksud dan tujuan penelitian, prosedur penelitian
dan segala konsekuensinya.
2. Mengizinkan anak kami mengikuti dan melaksanakan petunjuk serta
program penelitian yang diberikan secara sungguh-sungguh dan
bertanggung jawab.
3. Mengizinkan anak kami untuk mengikuti penelitian ini secara tidak
terpaksa.
Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya.
Denpasar,…………………2017
Peneliti, Saksi Orangtua/Wali
Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 5. Grafik indeks massa tubuh (IMT) anak laki-laki 2-20 tahun
Lampiran 6. Tabel Persentil Tekanan Darah untuk Anak Laki-Laki
Lampiran 7. Hasil Analisis Data dengan Software Komputer
1. Frekuensi dan Distribusi Data
Statistics
Usia IMT Pre-test
sistolik
Pre-test
diastolik
Post-test
sistolik
Post-test
diastolik
N Valid 16 16 16 16 16 16
Missing 0 0 0 0 0 0
Mean 9.50 26.631 126.50 85.88 123.13 83.25
Std. Deviation .516 3.3945 4.099 3.828 5.365 3.786
- Frekuensi Usia pada kelompok Perlakuan
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
9 3 37.5 37.5 37.5
10 5 62.5 62.5 100.0
Total 8 100.0 100.0
- Frekuensi Usia pada Kelompok Kontrol
Usia
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
9 5 62.5 62.5 62.5
10 3 37.5 37.5 100.0
Total 8 100.0 100.0
- Uji Rerata Tekanan Darah Sebelum pada Kelompok Perlakuan
Statistics
IMT Pre-test sistolik Pre-test
diastolik
Post-test sistolik Post-test
diastolik
N Valid 8 8 8 8 8
Missing 0 0 0 0 0
Mean 28.663 127.25 86.75 120.75 82.00
Std. Deviation 3.2293 4.268 3.536 5.120 3.207
- Uji Rerata Tekanan Darah Sebelum pada Kelompok Kontrol
Statistics
IMT Pre-test sistolik Pre-test
diastolik
Post-test sistolik Post-test
diastolic
N Valid 8 8 8 8 8
Missing 0 0 0 0 0
Mean 24.600 125.75 85.00 125.50 84.50
Std. Deviation 2.1981 4.062 4.140 4.751 4.106
- Uji chi square untuk Usia
Chi-Square Tests
Value df Asymp. Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (2-
sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 1.000a 1 .317
Continuity Correctionb .250 1 .617
Likelihood Ratio 1.011 1 .315
Fisher's Exact Test .619 .310
Linear-by-Linear
Association .938 1 .333
N of Valid Cases 16
a. 4 cells (100.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.00.
b. Computed only for a 2x2 table
- Uji Independent Sample T-Test untuk IMT
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
IMT Perlakuan 8 28.663 3.2293 1.1417
Kontrol 8 24.600 2.1981 .7771
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-
tailed)
Mean
Differen
ce
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
IM
T
Equal
variances
assumed
1.091 .314 2.94
1 14 .011 4.0625 1.3811 1.1003 7.0247
Equal
variances not
assumed
2.94
1
12.3
40 .012 4.0625 1.3811 1.0625 7.0625
2. Uji Normalitas Data
- Kelompok Perlakuan
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre-test sistolik .240 8 .194 .882 8 .197
Pre-test diastolik .196 8 .200* .877 8 .178
Post-test sistolik .237 8 .200* .844 8 .083
Post-test diastolik .234 8 .200* .918 8 .413
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
- Kelompok Kontrol
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
Pre-test sistolik .210 8 .200* .870 8 .152
Pre-test diastolik .141 8 .200* .897 8 .274
Post-test sistolik .326 8 .013 .833 8 .064
Post-test diastolik .238 8 .200* .864 8 .130
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
3. Uji Homogenitas
- Kelompok Perlakuan
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Pre-test sistolik .014 1 14 .906
Pre-test diastolik .643 1 14 .436
Post-test sistolik .003 1 14 .957
Post-test diastolik 1.333 1 14 .268
- Kelompok Kontrol
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
Pre-test sistolik .014 1 14 .906
Pre-test diastolik .643 1 14 .436
Post-test sistolik .003 1 14 .957
Post-test diastolik 1.333 1 14 .268
4. Hasil Uji Beda Rerata Kelompok Berpasangan
- Kelompok Perlakuan
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre-test sistolik 127.25 8 4.268 1.509
Post-test sistolik 120.75 8 5.120 1.810
Pair 2 Pre-test diastolik 86.75 8 3.536 1.250
Post-test diastolik 82.00 8 3.207 1.134
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre-test sistolik & Post-test
sistolik 8 .892 .003
Pair 2 Pre-test diastolik & Post-test
diastolik 8 .353 .391
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Pre-test sistolik -
Post-test sistolik 6.500 2.330 .824 4.552 8.448 7.891 7 .000
Pair
2
Pre-test diastolik -
Post-test diastolik 4.750 3.845 1.359 1.535 7.965 3.494 7 .010
- Kelompok Kontrol
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error Mean
Pair 1 Pre-test sistolik 125.75 8 4.062 1.436
Post-test sistolik 125.50 8 4.751 1.680
Pair 2 Pre-test diastolik 85.00 8 4.140 1.464
Post-test diastolik 84.50 8 4.106 1.452
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 Pre-test sistolik & Post-test
sistolik 8 .970 .000
Pair 2 Pre-test diastolik & Post-test
diastolik 8 .975 .000
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair
1
Pre-test sistolik -
Post-test sistolik .250 1.282 .453 -.822 1.322 .552 7 .598
Pair
2
Pre-test diastolik
- Post-test
diastolic
.500 .926 .327 -.274 1.274 1.528 7 .170
5. Uji Beda Penurunan Tekanan Darah pada Kelompok Perlakuan dan Kontrol
pada kelompok tidak berpasangan
Group Statistics
Kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Pre-test sistolik Perlakuan 8 127.25 4.268 1.509
Kontrol 8 125.75 4.062 1.436
Pre-test diastolik Perlakuan 8 86.75 3.536 1.250
Kontrol 8 85.00 4.140 1.464
Post-test sistolik Perlakuan 8 120.75 5.120 1.810
Kontrol 8 125.50 4.751 1.680
Post-test diastolik Perlakuan 8 82.00 3.207 1.134
Kontrol 8 84.50 4.106 1.452
Selisih Sistolik Perlakuan 8 6.50 2.330 .824
Kontrol 8 .50 .926 .327
Selisih Diastolik Perlakuan 8 4.75 3.845 1.359
Kontrol 8 .50 .926 .327
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of
Variances
t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig.
(2-
taile
d)
Mean
Differ
ence
Std.
Error
Differen
ce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pre-test
sistolik
Equal
variances
assumed
.014 .906 .720 14 .483 1.500 2.083 -2.968 5.968
Equal
variances not
assumed
.720 13.966 .483 1.500 2.083 -2.969 5.969
Pre-test
diastolik
Equal
variances
assumed
.643 .436 .909 14 .379 1.750 1.925 -2.379 5.879
Equal
variances not
assumed
.909 13.665 .379 1.750 1.925 -2.388 5.888
Post-test
sistolik
Equal
variances
assumed
.003 .957 1.924 14 .025 4.750 2.469 -10.046 .546
Equal
variances not
assumed
1.924 13.922 .025 4.750 2.469 -10.049 .549
Post-test
diastolik
Equal
variances
assumed
1.333 .268 1.357 14 .044 2.500 1.842 -6.451 1.451
Equal
variances not
assumed
1.357 13.225 .045 2.500 1.842 -6.472 1.472
Selisih
Sistolik
Equal
variances
assumed
3.733 .074 6.769 14 .000 6.000 .886 4.099 7.901
Equal
variances not
assumed
6.769 9.157 .000 6.000 .886 4.000 8.000
Selisih
Diastolik
Equal
variances
assumed
7.450 .016 3.039 14 .009 4.250 1.398 1.251 7.249
Equal
variances not
assumed
3.039 7.809 .017 4.250 1.398 1.012 7.488
Lampiran 8 Dokumentasi
1. Pengukuran Indeks Masa Tubuh dan Pemeriksaan Fisioterapi
2. Pelaksanaan Therapeautic Walking Exercise
top related