skripsi - lib.unnes.ac.idlib.unnes.ac.id/10933/1/12236.pdfpenelusuran potensi daerah untuk pembinaan...
Post on 13-Aug-2019
233 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK
PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI
TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan dalam Rangka Menyelesaikan Studi Strata 1
untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Laksana Aribowo
6101407221
PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI
FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
Jurusan Pend. Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan
Universitas Negeri Semarang September 2011
SARI Laksana Aribowo. Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010. V + 106 + 34 tabel + 7 gambar + 9 lampiran
Pembinaan adalah usaha atau tindakan yang dilakukan secara berdaya guna dengan tujuan untuk meningkatkan atau memperoleh hasil yang lebih baik. Selama ini pembinaan olahraga hanya terfokus pada daerah perkotaan yang memiliki potensi sarana prasarana yang lebih menunjang. Lalu bagaimana pembinaan di daerah non perkotaan? Permasalahan yang akan di kaji dalam penelitian ini bagaimana bagaimana potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010.
Sumber data atau subjek dalam penelitian ini yaitu SDN 1 Baturetno, SDN 2 Baturetno, SDN 3 Baturetno, SDN 4 Baturetno, SDN 6 Baturetno, tokoh masyarakat di kecamatan Baturetno, Pengurus Koni dan Dinpora Kabupaten Wonogiri. Sumber data yang digunakan berasal dari siswa Sekolah Dasar Negeri sejumlah 103 siswa, 5 orang Kepala Sekolah, 5 orang Guru Pendidikan Jasmani, 10 Tokoh Masyarakat di Kecamatan Baturetno, pengurus Koni/Dinpora Kabupaten Wonogiri. Variable dalam penelitian ini adalah potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Metode pengumpulan data menggunakan Iowa-Brace Test for Motor Educability, kuisioner, dan wawancara Selanjutnya data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif kuantitatif.
Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability untuk keseluruhan Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri menunjukan : a) kategori sangat baik sebanyak 53 siswa dengan jumlah persentase 51,45%. b) kategori baik sebanyak 49 siswa dengan jumlah persentase 47,58%. c) kategori sedang sebanyak 1 siswa dengan jumlah persentase 0,97%. d) kategori kurang sebanyak 0 siswa dengan jumlah persentase 0,00%. . Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno berkategori sangat baik.
Saran yang dapat peneliti berikan antara lain bahwa diharapkan dengan penelitian ini, perhatian pihak-pihak terkait dalam membina potensi-potensi usia dini di kecamatan Baturetno menjadi lebih besar. Hal ini bertujuan agar potensi-potensi yang sangat baik ini dapat mendapat pembinaan yang terarah dan menghasilkan prestasi maksimal yang dapat menjadi kebanggaan daerah.
Kata Kunci : Penelusuran, Potensi, Pembinaan Usia Dini, Bakat Kepustakaan : 21 (1970-2011)
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang
berjudul “Penalusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di
Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010” adalah benar-benar karya
saya sendiri. Semua kutipan baik langsung maupun tidak langsung, sumber
kepustakaan telah disertai keterangan identitas sumber sebagai mana yang lazim
dalam penulisan karya ilmiah.
Demikian pernyataan ini saya buat agar dapat digunakan sebagai mana
mestinya.
Semarang, September 2011
Laksana Aribowo NIM.6101407221
iii
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Sidang Skripsi Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, skripsi atas nama : Nama : Laksana Aribowo NIM : 6101407221 Judul : Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini
di Kecamatan baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010 Pada hari : Rabu Tanggal : 28 September 2011
Panitia Ujian Ketua Panitia, Sekertaris, Drs. Said Junaidi, M. Kes Drs. Hermawan Pamot R., M. Pd NIP. 19690715 199403 1 001 NIP. 19651020 199103 1 002
Dewan Penguji
1. Dra. Heny Setyawati, M. Si Ketua ________________ NIP. 19670610 199203 2 001
2. Drs. Mugiyo Hartono, M. Pd. Anggota ________________
NIP. 19610903 198803 1 002 (Pembimbing Utama)
3. Drs. Bambang Priyono, M. Pd Anggota ________________
NIP. 19600422 198601 1 001 (Pembimbing Pendamping)
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO :
1. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu
telah selesai dari suatu urusan kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan
lain, dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu berharap” (Q.S Al
Insyirah:6-8)
2. ”Semua orang menginginkan kesuksesan. Bagi saya kesuksesan hanya bisa
diraih dengan kegagalan dan introspeksi diri” (Soiciro Honda)
3. ”Tinggalkanlah kesenangan yang menghalangi pencapaian kecemerlangan
hidup yang diidamkan. Dan berhati-hatilah, karena beberapa kesenangan
adalah cara gembira menuju kegagalan” (Mario Teguh)
Persembahan :
Karya yang sederhana ini ananda persembahkan
kepada :
1. Ayah, Ibu, Kakak, dan Keponakan tercinta
yang senantiasa selalu memberikan do’a, kasih
sayang dan dukungan.
2. Almamater Universitas Negeri Semarang
v
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat,
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul “Penelusuran Potensi
Daerah untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri Tahun 2010” dapat diselesaikan dengan baik dan lancar. Skripsi ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan
Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang.
Keberhasilan penulis dalam penyususnan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan
dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segenap ketulusan hati
pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dengan ucapan terima kasih
kepada:
1. Prof. Dr. H. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si., Rektor Unnes.
2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Drs. Harry
Pramono, M.Si., yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis
untuk melaksanakan penelitian.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Drs. Hermawan
Pamot R, M.Pd., atas izin yang telah diberikan
4. Drs. Mugiyo Hartono, M.Pd Pembimbing utama yang telah sabar dan teliti
memberikan bimbingan guna menyelesaikan skripsi ini
vi
5. Drs. Bambang Priyono, M.Pd Pembimbing pendamping yang telah sabar dan
teliti memberikan bimbingan, dan motivasi kepada penulis hingga skripsi ini
terwujud.
6. Bapak dan Ibu tercinta yang luar biasa dalam memberikan segala perhatian,
motivasi, dan bekal hidup dunia dan akhirat kepada penulis
7. Kakak dan keponakanku tersayang, jangan takut menjalani hidup. Kalian berada
diantar orang-orang yang sangat menyayangi kalian.
8. Ikke Nurdyastutik, “my luv bee”, yang senantiasa menemani dari awal hingga
skripsi ini terwujud. Terima kasih atas perhatian dan sayang yang telah
diberikan.
9. Kepala UPT-DISDIK Kecamatan Baturetno, Drs. Mohamad Zunaidi, M.Pd,
yang telah memberikan izin dan bantuan dalam melaksanakan penelitian
10. Kepala Sekolah SDN 1 Baturetno, SDN 2 Baturetno, SDN 3 Baturetno, SDN 4
Baturetno, SDN 6 Baturetno yang telah bersedia memberikan ijin penelitian dan
semua fasilitas yang mendukung jalannya penelitian ini.
11. Seluruh siswa SDN 3 Baturetno, yang telah bersedia menjadi subjek penelitian
ini.
12. Bapak Ibu dosen Jurusan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi atas
bekal ilmu pengetahuan dan pengalaman selama penulis melaksankan studi.
13. Teman-teman PJKR angkatan 2007 yang telah memberi semangat dan dorongan.
14. Teman-teman “kontrakan bapak Rahmat”, Arif pacitan, Arif demak, kholik,
triyaz, susilo, hakim, aris.
vi
15. Teman-teman nongkrong dan ngopi sampai subuh, benny, cempluk, kucing, rafy,
terimaksih untuk motivasi dan guyonannya.
16. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam penelitian sebagai acuan penulisan skripsi ini.
Semoga semua kebaikan yang diberikan kepada penulis dapat menjadi
kemuliaan dan memperoleh pahala yang melimpah dari Allah SWT. Dan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada
umumnya.
Semarang, September 2011
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................... i
SARI ................................................................................................................ ii
LEMBAR PERNYATAAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... 11
1.3 Tujuan Penelitian ................................................................................ 11
1.4 Penegasan Istilah .................................................................................. 12
1.4.1 Penelusuran ............................................................................... 12
1.4.2 Potensi ...................................................................................... 13
1.4.3 Daerah ...................................................................................... 13
1.4.4 Pembinaan ................................................................................. 13
ix
1.4.5 Olahraga ..................................................................................... 14
1.4.6 Olahraga Usia Dini .................................................................... 14
1.5 Manfaat Penelitian .............................................................................. 14
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Potensi Diri .......................................................................................... 15
2.1.1 Pengertian Potensi Diri .............................................................. 15
2.1.2 Jenis-Jenis Potensi Diri .............................................................. 16
2.2 Bakat .................................................................................................... 17
2.2.1 Pengertian Bakat ........................................................................ 17
2.2.2 Macam-Macam Bakat ................................................................ 18
2.3 Identifikasi Bakat Olahraga.................................................................. 24
2.3.1 Tujuan Identifikasi Bakat .......................................................... 26
2.3.2 Manfaat Identifikasi Bakat ........................................................ 26
2.3.3 Metode Identifikasi Bakat ......................................................... 27
2.3.4 Kriteria Utama dalam Identifikasi Bakat ................................... 28
2.3.5 Tahap Identifikasi Bakat ............................................................ 30
2.3.5.1 Tahap Identifikasi Awal ............................................. 30
2.3.5.2 Tahap Identikasi Kedua .............................................. 31
2.3.5.3 Tahap Identifikasi Akhir ............................................. 32
2.4 Motor ducability ................................................................................... 34
2.5 Pemanduan IOWA-Brance Test for Motor Educability ....................... 35
2.5.1 IOWA-Brance Test for Motor Educability................................. 26
x
2.6 Unsur-Unsur Dominan pada Cabang-Cabang Olahraga ...................... 41
2.7 Pemanduan dan Pembinaan bakat ........................................................ 42
2.7.1 Tahap Pemanduan dan Pembinaan Bakat .................................. 43
2.7.2 Pembinaan Olahraga di Sekolah ................................................ 45
2.7.2.1 Intrakurikuler .............................................................. 45
2.7.2.2 Ekstrakurikuler ........................................................... 45
2.8 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Dini (6-15
tahun ..................................................................................................... 47
2.8.1 Perkembangan Fisik dan Motorik.............................................. 49
2.8.2 Aspek Psikologis Anak Usia Dini dalam Berolahraga .............. 51
2.8.3 Indikator Perkembangan Anak Usia Dini .................................. 53
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian ......................................................................... 54
3.2 Lokasi Dan Sasaran Penelitian ............................................................. 54
3.2.1 Lokasi Penelitian ...................................................................... 54
3.2.2 Sasaran Penelitian .................................................................... 54
3.3 Variabel Penelitian ............................................................................... 55
3.4 Sumber Data Penelitian ........................................................................ 55
3.5 Instrumen Penelitian............................................................................. 56
3.5.1 Tes Iowa-Brace Test for Motor Educability .......................... 56
3.5.2 Metode Dokumentasi ............................................................. 60
3.5.3 Wawancara ............................................................................. 60
xi
3.5.4 Metode Angket ....................................................................... 61
3.6 Prosedur Penelitian............................................................................... 62
3.6.1 Prosedur Pelaksanaan Tes Iowa-Brance Test for Motor
Educability .............................................................................. 62
3.6.2 Norma Penilaian Tes .............................................................. 63
3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penelitian .................................... 65
3.7.1 Faktor Psikologis Sampel ....................................................... 65
3.7.2 Faktor Kegiatan di Luar Penelitian ......................................... 65
3.7.3 Faktor Alat .............................................................................. 65
3.7.4 Faktor Kondisi dan Kemampuan Sampel ............................... 65
3.8 Teknis Analisis Data ............................................................................ 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Wilayah Penelitian ............................................................. 67
4.2 Hasil Penelitian .................................................................................... 74
4.3 Hasil Analisis Data Tes Iowa-Brace Test For Motor Educability ....... 75
4.2.1 Siswa Putra ............................................................................. 75
4.2.2 Siswa Putri ............................................................................. 82
4.2.3 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Putra ....................................... 89
4.2.4 Rekapitulasi Hasil Tes Siswa Putri ........................................ 90
4.2.5 Rekapitulasi Hasil Tes Seluruh Siswa.................................... 91
4.4 Hasil Analisis Data Kuesioner ............................................................. 93
4.3.1 Hasil Kuesioner di Masyarakat .............................................. 93
xii
4.3.2 Hasil Kuesioner di Sekolah .................................................... 94
4.5 Hasil Analisis Data Wawancara ........................................................... 97
3.6.1 Wawancara dengan Tokoh KONI dan DISPORA ................. 97
4.6 Pembahasan .......................................................................................... 99
4.5.1 Hasil Tes Iowa-Brance Test for Motor Educability ............... 99
4.5.2 Hasil Pengisian Koesioner dengan Tokoh Masyarakat .......... 99
4.5.3 Hasil Pengisian Koesioner dengan Guru Penjasorkes ............ 101
4.5.4 Hasil Pengisian Koesioner dengan Kepala SD ....................... 102
4.5.5 Hasil Wawancara dengan KONI dan DISPORA ................... 102
4.6 Kelemahan Penelitian........................................................................... 103
BAB V PENUTUP
5.1 Simpulan .............................................................................................. 104
5.2 Saran ..................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 107
LAMPIRAN – LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
1.1 Hasil Perolehan Medali PON XVI Sumatra Selatan ............................. 2
1.2 Hasil Perolehan Medali PON XVII Kalimantan Timur ........................ 3
1.3 Hasil Perolehan Medali PORPROV XIII JATENG Tahun 2009 .......... 4
2.1 Urutan Gerak dalam IOWA-Brance Test for Motor Educability ........... 39
2.2 Daftar Skor T untuk Hasil IOWA-Brance Test for Motor Educability .. 40
2.3 Unsur-Unsur Dominan dalam Cabang Olahraga ................................... 41
3.1 Daftar Skor T untuk Hasil IOWA-Brance Test for Motor Educability .. 63
4.1 Daftar Sekolah, Guru, dan Murid Per Kecamatan Tahun 2007/2008 ... 73
4.2 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putra ....................... 75
4.3 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 4 Siswa Putra ....................... 76
4.4 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 10 Siswa Putra ..................... 77
4.5 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putra ....................... 77
4.6 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 7 Siswa Putra ....................... 78
4.7 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 2 Siswa Putra ....................... 79
4.8 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putra ....................... 79
4.9 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 6 Siswa Putra ....................... 80
4.10 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putra ..................... 81
4.11 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 13 Siswa Putra ..................... 82
4.12 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putri ....................... 82
4.13 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 14 Siswa Putri ..................... 83
xiv
4.14 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 7 Siswa Putri ....................... 84
4.15 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 15 Siswa Putri ..................... 84
4.16 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putri ....................... 85
4.17 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 1 Siswa Putri ....................... 86
4.18 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putri ....................... 87
4.19 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putri ..................... 87
4.20 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 11 Siswa Putri ..................... 88
4.21 Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 5 Siswa Putri ....................... 89
4.22 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Siswa Putra .. 89
4.23 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Siswa Putri .. 90
4.24 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Seluruh
Siswa ...................................................................................................... 91
4.25 Hasil Analisis Kuesioner untuk Masyarakat ......................................... 93
4.26 Hasil Analisis Kuesioner untuk Kepala Sekolah SD ............................. 94
4.27 Hasil Analisis Kuesioner untuk Guru Penjasorkes ................................ 96
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Jenjang pembinaan Olahraga Nasional ..................................................... 33
4.1 Grafik Hasil Deskriptif Tes Siswa Putra ................................................. 90
4.2 Grafik Hasil Deskriptif Tes Siswa Putri .................................................. 91
4.3 Grafik Hasil Deskriptif Tes Seluruhan Siswa.......................................... 92
4.4 Grafik Hasil Deskriptif Kuisioner untuk Masyarakat............................... 94
4.5 Grafik Hasil Deskriptif Koesioner untuk Kepala Sekolah SD ................. 95
4.6 Grafik Hasil Deskriptif Koesioner untuk Guru Penjasorkes .................... 97
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
1. Usul Penetapan Pembimbing ............................................................... 109
2. SK Pembimbing ................................................................................... 110
3. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas Ilmu Keolahragaan ........................ 112
4. Surat Ijin Penelitian dari UPT-DISDIK Kecamatan Baturetno ........... 113
5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .................................... 114
6. Daftar Nama Siswa Peserta Test Iowa ................................................. 117
7. Instrumen Penelitian............................................................................. 119
8. Hasil Penelitian TKJI ........................................................................... 134
9. Dokumentasi Penelitian ....................................................................... 138
xvii
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar Belakang Masalah
Tertinggalnya prestasi olahraga nasional dengan negara-negara Asia lainnya
merupakan salah satu masalah besar bagi bangsa untuk meningkatkan prestasi
olahraganya. Percepatan (acceleration) prestasi olahraga kita lebih lamban bila
dibandingkan dengan negara Cina, Jepang, Korea, Thailand bahkan Vietnam yang
baru-baru ini pada Sea Games merupakan ancaman besar bagi prestasi olahraga
bangsa. Ketertinggalan ini mendorong perlunya penataan sistem pembinaan olahraga
nasional termasuk di dalamnya sistem pembinaan dan pengembangan atlet berbakat.
Program pembinaan dan pengembangan bibit atlet berbakat di negara-negara
yang maju prestasinya telah dilaksanakan dengan mendapatkan dukungan sumber-
sumber daya memadai, termasuk bukan saja dari dana pemerintah dan masyarakat,
tetapi dukungan kepakaran melalui pendekatan ilmiah secara lintas dan inter disiplin.
Kecanggihan dalam bidang pengukuran dan evaluasi dan ditemukannya instrumen
yang dapat digunakan untuk meramal prestasi seseorang mendorong kita untuk
bekerja secara efektif dalam mengidentifikasi dan memilih calon atlet berbakat.
Kegiatan PON yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali di Indonesia
merupakan wujud dari usaha pembinaan atlet berprestasi di Indonesia. Kegiatan ini
1
merupakan tolak ukur kegiatan pembinaan olahraga yang dilakukan setiap provinsi di
seluruh Indonesia. Jawa Tengah sebagai salah satu provinsi besar di Indonesia
memiliki cacatan prestasi yang cukup impresif di ajang ini. Pada PON ke XVI di
Palembang Sumatra Selatan, Jawa Tengah berhasil menduduki peringkat ke-4 dari 30
provinsi. Akan tetapi pada penyelenggaraan PON ke XVII di Kalimantan Timur
peringkat Jawa Tengah justru menurun satu tingkat di peringkat 5. Dari jumlah
perolehan medali atlet-atlet pun menurun. Berikut ini adalah tabel perolehan medali
pada PON ke XVI dan XVII.
Tabel 1.1 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVI Sumatra Selatan
Peringkat Provinsi Emas Perak Perunggu Total
1 DKI 141 111 114 366
2 JATIM 77 81 111 269
3 JABAR 76 79 94 249
4 JATENG 56 59 64 179
5 SUMSEL 30 41 40 111
6 JAMBI 27 28 15 70
7 PAPUA 23 13 19 55
8 LAMPUNG 22 21 21 64
9 KALTIM 19 28 33 80
10 SELSEL 17 22 19 58
Sumber : http://www.Wikimediaonline.com. Diakses pada 10 Agustus 2010
2
Pada tabel di atas Jawa Tengah berada pada peringkat 4 dengan 56 medali
emas, 59 medali perak, 64 medali perunggu. Sedangkan pada penyelenggaraan PON
XVII di Kalimantan Timur prestasi Jawa Tengah mengalami penurunan. Hasil
perolehan medali PON XVII di Kalimantan Timur adalah sebagai berikut.
Tabel 1.2 : Tabel Hasil Perolehan Medali PON XVII Kalimantan Timur
Peringkat Provinsi Emas Perak Perunggu Total
1 JATIM 92 75 65 232
2 KALTIM 83 76 76 235
3 DKI 70 71 78 219
4 JABAR 70 58 94 222
5 JATENG 33 57 52 142
6 LAMPUNG 18 12 14 44
7 SULSEL 15 11 16 40
8 SUMUT 14 9 15 39
9 RIAU 12 9 14 36
10 DIY 11 12 16 37
Sumber : Jurnal PB PON XVII KALTIM. Diakses pada 11 Agustus 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat penurunan perolehan medali para atlet Jawa
Tengah. Sebagian masyarakat pasti bertanya-tanya mengapa ditengah beberapa
daerah seperti Jawa Timur, Kalimantan Timur yang mengalami peningkatan prestasi
justru Jawa Tengah mengalami penurunan.
3
Di Jawa Tengah sendiri pembinaan prestasi sebenarnya sudah berjalan, terbukti
dengan diadakannya Pekan Olahraga Provinsi (PORPROV). PORPROV di Jawa
Tengah terakhir diselenggarakan di kota Surakarta tahun 2009. Ajang olahraga 4
tahunan ini bersifat multieven seperti halnya Pekan Olahraga Nasional. Hasil
pembinaan prestasi di masing-masing kabupaten dan kota di Jawa Tengah akan
diukur di ajang ini. Selain sebagai ajang mencari prestasi ajang ini juga menjadi
seleksi bagi atlet-atlet daerah untuk mewakili Jawa Tengah dalam Pekan Olahraga
Nasional. Hasil dari PORPROV Jawa Tengah ke-XIII adalah sebagai berikut.
Tabel 1.3 : Hasil PORPROV XIII SOLO
Peringkat Daerah Emas Perak Perunggu Total
1 Kota Semarang 156 128 107 391
2 Kota Surakarta 78 73 99 250
3 Kab. Banyumas 61 39 61 161
4 Kab. Grobogan 42 28 39 109
5 Kota Salatiga 28 20 33 81
6 Kab. Kudus 24 26 31 81
7 Kab. Klaten 22 18 27 67
8 Kab. Blora 19 24 30 73
9 Kab. Karanganyar 11 34 33 78
10 Kab. Semarang 18 14 22 54
11 Kab. Cilacap 14 17 20 51
12 Kab. Banjarnegara 17 12 13 42
4
13 Kab. Pati 13 20 9 42
14 Kab. Jepara 12 14 22 48
15 Kab. Boyolali 9 11 22 42
16 Kab. Demak 7 15 17 39
17 Kota Magelang 7 14 19 40
18 Kota Pekalongan 9 9 12 30
19 Kab. Purbalingga 7 9 22 38
20 Kab. Kendal 6 13 17 36
21 Kab. Purworejo 8 9 13 30
22 Kab. Sukoharjo 5 12 20 37
23 Kab. Sragen 6 10 10 26
24 Kota Tegal 7 4 16 27
25 Kab. Wonogiri 7 5 7 19
26 Kab. Magelang 4 7 8 19
27 Kab. Wonosobo 4 6 10 20
28 Kab. Brebes 5 1 12 18
29 Kab. Pemalang 1 7 18 26
30 Kab Pekalongan 4 3 5 12
31 Kab. Temanggung 2 3 6 11
32 Kab. Rembang 2 3 5 10
33 Kab. Batang 1 5 5 11
34 Kab. Kebumen 1 2 7 10
5
35 Kab. Tegal 0 0 1 1
Sumber : www.pasarsolo.com. Di akses pada 11 Agustus 2011
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa daerah-daerah perkotaan mendominasi
perolehan medali. Hal ini menunjukan bahwa pembinaan prestasi di daerah kota di
Jawa Tengah lebih baik daripada daerah lain. Hal ini tentunya didukung dengan
adanya potensi-potensi baik potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia
yang ada di daerah tersebut. Potensi-potensi ini saling bekerja sama dengan
peranannya masing-masing sehingga mengahasilkan suatu prestasi maksimal. Lalu
bagaimana dengan pembinaan prestasi di daerah non perkotaan? Hal ini
memunculkan permasalahan, apakah di didaerah non perkotaan ini pembinaannya
yang kurang baik ataukah potensi-potensinya yang belum dikembangkan?.
Pembibitan olahraga merupakan sebuah tahap penting dalam pembinaan
prestasi olahraga yang merupakan pondasi dari bangunan sistem pembinaan prestasi
olahraga. Jadi untuk mencapai jenjang prestasi tinggi diperlukan sistem pembibitan
yang bagus. Tanpa pembibitan yang tersistem dengan baik maka tahap pencapaian
prestasi tidak akan tercapai dengan baik. Sistem Pembibitan yang baik adalah sistem
pembibitan yang mampu memberikan pondasi yang kuat untuk menuju ketahap
selanjutnya yaitu spesialisasi yang selanjutnya secara berkelanjutan dibina menjadi
prestasi tingkat tinggi.
Pencapaian prestasi yang berkelanjutan adalah terciptanya sistem peralihan
yang baik antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi selanjutnya, sehingga
tidak terjadi kesenjangan antara satu generasi atlet berprestasi ke generasi
6
penggantinya (pelapisnya) sehingga prestasi tinggi dapat dicapai secara berantai dari
satu generasi ke generasi selanjutnya. Untuk itu pembibitan olahraga harus ditata
dengan pola yang terstruktur sesuai dengan fungsi perkembangan atlet pada usia
pembibitan. Usia pembibitan olahraga di Indonesia ditetapkan berdasarkan jenjang
pendidikan yaitu pada usia Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah
Atas (SMA).
Salah satu daerah di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang juga melaksanakan
pembinaan prestasi adalah Kabupaten Wonogiri. Kabupaten yang dalam PORPROV
2009 lalu hanya menduduki peringkat ke 25 dari 35 kabupaten kota di Jawa Tengah.
Kabupaten Wonogiri terletak di ujung selatan provinsi Jawa Tengah. Sebelah Timur
berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar dan Poonorogo, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timur), sebelah barat berbatasan dengan
DIY dan Kabupaten Klaten. Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan
antara satu kawasan dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga
saling berbeda. Di Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur
untuk pertanian, berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau.
Saat ini Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh Bupati Dhanar Rahmanto dan
Wakil Bupati Yuli Handoko yang memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah
untuk masa jabatan 2010-2015. Dalam jalannya roda pemerintahan, bertumpu pada
semboyan Wonogiri SUKSES yang merupakan singkatan dari STABILITAS,
UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT
JUANG.
7
Kabupaten Wonogiri termasuk terpencil apabila dilihat dari cakupan wilayah
Provinsi Jawa Tengah. Namun potensi yang ada di daerah ini tentu saja tidak kalah
dengan kabupaten-kabupaten lain di Jawa Tengah. Secara umum, wilayah Kabupaten
Wonogiri terbagi menjadi 2 kelompok. Wilayah selatan yang membentang dari
perbatasan Kabupaten Pacitan (Provinsi Jawa Timur) sampai perbatasan Kabupaten
Gunung Kidul (Provinsi DIY) adalah wilayah yang kaya dengan pegunungan kapur.
Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan kecuali berladang (palawija) dengan
ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan per tahun berada pada level yang
rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam, dimana sampai saat ini masih
belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat dijumpai sawah dengan jenis
padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media tanah yang sengaja diurugkan
di atas batuan kapur.
Dari area timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), area
utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan area barat berbatasan dengan
Kabupaten Sukoharjo, memiliki karakteristik yang relatif mendukung. Curah hujan
yang cukup, dengan dukungan irigasi yang optimal, mampu mendukung budaya
pertanian yang lebih menjanjikan. Hamparan sawah banyak dijumpai pada area ini.
Ditinjau dari sisi geografis, kabupaten Wonogiri merupakan salah satu daerah
yang berpotensi untuk mengembangkan olahraga prestasi baik di tingkat nasional
maupun internasional. Kondisi lingkungan yang beragam serta kesempatan
beraktivitas terutama pada anak-anak, merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi
kebugaran jasmani. Artinya meskipun kegiatan yang dilakukan tidak berorientasi pada
8
gerak olahraga, tetapi secara alamiah kegiatan yang dilakukan telah membentuk
kebugaran jasmani. Dengan demikian diduga anak-anak kabupaten Wonogiri
memiliki potensi yang besar untuk berprestasi di bidang olahraga.
Dengan luas wilayah 1.822,37 km² dan populasi penduduk mencapai 1.005.000
jiwa, Wonogiri merupakan salah satu Kabupaten di wilayah Provinsi Jawa Tengah
yang memiliki aset dalam menyumbangkan atlet berprestasi baik tingkat nasional
maupun internasional pada setiap kegiatan kejuaraan baik tingkat remaja maupun
dewasa, maka kontribusi atlet untuk menyumbangkan medali tentu ada. Untuk itu
dapat dikatakan bahwa kabupaten Wonogiri termasuk salah satu daerah yang
berpotensi untuk pembibitan atlet. Selain itu, Wonogiri merupakan salah satu
kabupaten yang memiliki kepedulian untuk terlibat secara aktif dalam meningkatkan
prestasi olahraga Indonesia.
Untuk meningkatkan kesehatan serta meningkatkan prestasi keolahragaan di
Kabupaten Wonogiri khususnya pegawai negeri sering kali mengadakan pertandingan
persahabatan antar instansi maupun klub-klub bulutangkis maupun pertandingan
antar Dinas/Instansi. Adapun untuk lapangan Bulutangkis yang ada di Kabupaten
Wonogiri Hampir di Setiap Kecamatan mempunyai sarana lapangan olah raga
bulutangkis bahkan ditingkat Kelurahan juga banyak yang memilikinya.seperti
Kecamatan Wonogiri mempunyai + 8 lapangan bulutangkis. Dengan banyaknya
sarana olahraga bulutangkis diharapkan banyak melahirkan atlit-atlit yang tangguh
yang lahir dari daerah bukan dimonopoli oleh daerah perkotaan saja. Disamping itu
Kabupaten Wonogiri juga seringkali mengadakan turnamen Wonogiri Cup yang
9
sementara ini baru mengikut sertakan sebagian Kabupaten Sukoharjo yang
dikemudian hari diharapkan akan mengadakan turnamen yang bersifat lebih besar
lagi. (sumber : http://www.wonogirikab.go.id/bulutangkis wonogiri.php.htm. diakses
pada 10 agustus 2011).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pemerintah Kabupaten Wonogiri
sangat peduli terhadap pembinaan prestasi olahraganya. Namun dari hasil yang
dicapai ternyata masih jauh dari harapan. Sampai di sini permasalahan muncul
kembali, terdapat ketidaksesuaian antara apa yang diharapkan dengan kenyataan di
lapangan. Untuk melihat hal ini perlu dicermati lagi tentang masalah pembinaan ke
dalam cakupan yang lebih sempit yaitu pembinaan prestasi olahraga di wilayah
kecamatan sebagai penyumbang kontribusi terhadap kemajuan prestasi kabupaten
Wonogiri.
Salah satu wilayah kecamatan yang terletak paling ujung dan berbatasan
dengan Provinsi Jawa Timur adalah Kecamatan Baturetno. Kecamatan dengan luas
89,10 km² dan populasi penduduk mencapai 45.639 jiwa ini bagi peneliti dianggap
menarik untuk ditelusuri menganai potensinya terutama potensi dan perkembangan
olahraganya. Serta bagaimana sumbangsihnya terhadap kemajuan prestasi olahraga di
Kabupaten Wonogiri. Potensi yang ingin ditelusuri berkaitan dengan pembinaan
olahraga terutama olahraga usia dini. Baik tentang kondisi sarana prasarana, kondisi
SDM, peran serta pemerintah setempat, sekolah, dan masyarakat.
10
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Rumusan Masalah Umum
Bedasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah bagaimana potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan
Baturetno Kabupaten Wonogiri ?
1.2.2 Rumusan Masalah Khusus
1) Bagaimana kondisi potensi anak usia dini (10-12 tahun) di Kecamatan Baturetno
Kabupaten Wonogiri.
2) Bagaimana peran serta sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam menangani
pembinaan olahraga usia dini di tingkat sekolah)
3) Bagaimana peran masyarakat dalam menanggapi dan menangani pembinaan
olahraga usia dini.
4) Bagaimana serta pemerintah daerah setempat terhadap pembinaan olahraga usia
dini.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian Penelusuran potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia
dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri taun 2010 adalah untuk
mengetahui potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan
baturetno Kabupaten Wonogiri.
11
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mengetahui kondisi potensi anak usia dini (10-12 tahun) di Kecamatan Baturetno
Kabupaten Wonogiri.
2) Mengetahui peran serta sekolah (kepala sekolah dan guru) dalam menangani
pembinaan olahraga usia dini di tingkat sekolah)
3) Mengetahui peran masyarakat dalam menanggapi dan menangani pembinaan
olahraga usia dini.
4) Mengetahui serta pemerintah daerah setempat terhadap pembinaan olahraga usia
dini.
1.4 Penegasan Istilah
Untuk menghindari salah tafsir atau pengertian yang berbeda maupun
penyimpangan yang dapat berakibat kaburnya permasalahan dalam penelitian ini,
penegasan ini digunakan untuk lebih menegaskan masalah yang akan di teliti.
1.4.1 Penelusuran
Penelusuran adalah penelaahan, penjajakan (KBBI, 2005:1164). Penelitian
penelusuran atau dalam bahasia inggris disebut tracer study. To trace artinya
mengikuti jejak yang tidak lain adalah menelusuri. Dari arti kata menelusuri dapat
diketahui bahwa kegiatan yang ada dalam penelitian ini adalah mengikuti jejak
seseorang yang sudah pergi atau sesuatu yang sudah lewat waktu. (Suharsimi
Arikunto, 2006:111)
12
Jadi penelusuran dalam penelitian ini adalah teknik riset yang bertujuan
mengadakan penelitian untuk memperoleh kualitas hasil tentang potensi olahraga usia
dini di daerah.
1.4.2 Potensi
Potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk
dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. (KBBI, 2005 : 890). Potensi dalam
penelitian ini adalah kemampuan olahraga yang dimiliki oleh anak usia dini.
1.4.3 Daerah
Lingkungan pemerintahan atau wilayah. Sekeliling tempat yang dipakai untuk
tujuan khusus. Kawasan atau tempat sekeliling atau yang termasuk dalam lingkungan
suatu kota. (KBBI, 2005 : 228)
Daerah dalam penelitian ini adalah wilayah kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri dalam pembinaan olahraga usia dini
1.4.4 Pembinaan
Usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif utuk
memperoleh hasil yang lebih baik. (KBBI, 2005 : 153) Jadi pembinaan adalah usaha
atau proses membina untuk mencapai tujuan yang diharapkan.dalam hal ini adalah
pembinaan olahraga usia dini.
1.4.5 Olahraga
Serangkaiaan gerak raga yang teratur dan terencana untuk memelihara gerak
(mempertahankan hidup) dan meningkatkan kemampuan gerak (meningkatkan
kualitas hidup. (Santosa Giriwijoyo dan Mucthamadji M.Ali, 2005 : 84)
13
1.4.6 Olahraga Usia Dini
Olahrga khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak usia dini yang berusia
antara 6 – 14 tahun, yang disesuaikan dengan kondisi fisik dan karakteristik
emosional periode tersebut.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Pemerintah Kabupaten
Sebagai gambaran bagi pemerintah kabupaten, dinas pendidikan dan KONI
mengenai pelaksanaan pembinaan olahraga usia dini yang telah dilakukan pada
daerah Kabupaten Wonogiri.
1.5.2 Bagi Sekolah dan Guru
1. Sebagai masukan bagi setiap sekolah tentang pembinaan dan potensi olahrga
yang ada disekolah
2. Sebagai masukan bagi guru pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan tentang
pembinaan olahrga dan potensi olahrga yang ada disekolah
1.5.3 Bagi penulis
Menambah wawasan serta pengetahuan tentang pembinaan dan potensi daerah
olahrga usia dini.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Potensi Diri
2.1.1 Pengertian Potensi Diri
Salah satu aturan main dalam permainan hidup (the game of life) adalah
diberlakukannya hukum kompetisi/persaingan. Kenyataan menunjukkan semua orang
memiliki keinginan umum yang sama. Ingin kaya, ingin dihormati atau ingin
berprestasi di bidang tertentu. Akan tetapi tidak semuanya dapat mencapai apa yang
diinginkannya. Mengapa demikian ?
Hal ini karena masing-masing individu memiliki potensi diri yang berbeda
dengan lainnya. Pengertian potensi diri adalah kemampuan yang dimiliki setiap
pribadi (individu) yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan dalam
berprestasi. Potensi diri adalah kemampuan yang terpendam pada diri setiap orang,
setiap orang memilikinya (Siahaan,Parlindungan,2005:4).
Potensi dalam KBBI (2005:890) berarti kemampuan yang mempunyai
kemungkinan untuk dikembangkan, kekuatan, kesanggupan, atau daya.diri berarti
orang seorang terpisah dari yang lain. Jadi potensi diri adalah kemampuan yang ada
atau dimiliki seseorang yang mempunyai kemampuan untuk di kembangkan.
15
Dari kedua pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa potensi merupakan
kemampuan yang trependam dalam diri seseorang dan memiliki kemungkinan dan
kemampuan untuk dikembangkan menjadi sebuah prestasi.
2.1.2 Jenis-Jenis Potensi Diri
Ciri khas dari potensi yang dimiliki oleh seseorang berpengaruh besar pada
pembentukan pemahaman diri dan konsep diri. Kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki dalam hal potensi diri adalah jika terolah dengan baik akan berkembang baik
secara fisik maupun mental. Berikut adalah aspek-aspek yang dimiliki seseorang yang
patut untuk dikembangkan antara lain :
1) Diri fisik : meliputi tubuh dan anggotanya beserta prosesnya
2) Proses diri : merupakan alur pikiran, emosi dan tingkah laku yang konstan.
3) Diri sosial : adalah bentuk pikiran dan perilaku yang diadopsi saat merespon
orang lain dan masyarakat sebagai satu kesatuan yang utuh
4) Konsep diri : adalah gambaran mental atau keseluruhan pandangan seseorang
tentanmg dirinya.
(Sumber : http://www.dempelonline.com/2009/11/potensi-diri/comment-page-1/
Diakses pada 10 Agustus 2011)
Potensi diri manusia secara utuh adalah keseluruhan badan atau tubuh
manusia sebagai suatu sistem yang sempurna dan paling sempurna bila dibandingkan
dengan makhluk ciptaan Tuhan lainnya. Apabila diidentifikasi, potensi-potensi yang
telah ada pada diri manusia adalah akal pikiran (otak), hati, dan indera (QS. Al-
Hijr.28-29).
16
Potensi apapun yang ada pada diri manusia, masing-masing mempunyai
fungsi, masing-masing dapat tumbuh dan berkembang, baik secara sendiri-sendiri
maupun bersama-sama, baik disengaja, maupun secara alami. Sesuai dengan potensi
diri yang Tuhan berikan kepada manusia, konsekwensi logisnya adalah manusia harus
memanfaatkan dan mengaktualisasikan semaksimal mungkin dalam hidup dan
kehidupannya. (Wiyono Slamet ,2005:38)
2.2 Bakat
2.2.1 Pengertian Bakat
Menurut Cholik ( 1995:28 ) mengartikan bakat atau talenta sebagai potensi
yang dibawa sejak lahir, merupakan pembawaan yang diperoleh secara genetik dari
faktor keturunan.
Dr. H. Yul Iskandar, Ph. D dalam Semiawan Conny (1997:61) menjelaskan
apa yang dimaksud bakat. Yang dimaksud bakat adalah sesuatu karakteristik unik
individu yang membuatnya mampu melakukan sesuatu aktivitas dan tugas secara
mudah dan sukses.
Menurut Leider dan Shapiro, bakat kita merupakan kecenderungan khusus
yang ada sejak lahir, kekuatan di belakang hal-hal yang kita nikmati dan kita lakukan
dengan baik yang tak pernah perlu kita pelajari. Mengekspresikan bakat kita adalah
sesuatu yang kita lakukan secara alami, dengan mudah, dan tanpa pamrih, sedangkan
bakat dalam pengertian bahasa atau dalam pengertian yang umum kita pahami, adalah
kelebihan / keunggulan alamiah yang melekat pada diri kita dan menjadi pembeda
17
antara kita dengan orang lain. Kamus Advance, misalnya, mengartikan talent dengan
“natural power to do something well”. Dalam kamus Marriam-Webster’s, dikatakan
“natural endowments of person.” (http://sumber-kearifan.blogspot.com/2009/04/34-
jenistema-bakat.html)
Dapat disimpulkan bahwa bakat merupakan kemampuan unik yang dimiliki
setiap individu yang diperoleh secara genetik dari faktor keturunan yang membuat
setiap individu mampu melakukan suatu aktivitas dan tugas dengan mudah dan
sukses. Kemampuan tersebut menunjukkan kemampuan di atas rata–rata yang telah
ada pada diri kita secara alamiah dan perlu dilatih untuk mencapai hasil yang
maksimal.
2.2.2 Macam-Macam Bakat
Ada banyak sekali pendapat mengenai macam–macam bakat. Berdasarkan
sumber yang penulis temukan di internet yaitu ada 34 bakat. 34 Tema Bakat tersebut
adalah :
1) Achiever
Memiliki stamina tinggi dan juga seorang pekerja keras. Mendapat kepuasan dari
kesibukan dan produktivitas.
2) Activator
Mampu merealisasikan ide-ide atau gagasan menjadu suatu tindakan nyata.
Cenderung tidak sabar.
18
3) Adaptibility
Cenderung bisa mengikuti arus , mampu menjadi orang masa kini maupun
menyiapkan untuk masa mendatang.
4) Analytical
Cenderung mencari penjelasan dan sebab sesuatu terjadi. Punya kemampuan
mencari tahu faktor-faktor yang mempengaruhi situasi.
5) Arranger
Terorganisir, tetapi juga fleksibel. Senang berusaha memanfaatkan sumber-
sumber yang ada agar menghasilkan produktivitas maksimal.
6) Belief
Memiliki nilai-nilai atau prinsip yang cenderung menetap, dalam mencapai tujuan
hidupnya.
7) Command
Mampu mengontrol situasi dan membuat keputusan
8) Communication
Mampu menyampaikan gagasan melalui kalimat yang mudah dipahami, seorang
lawan bicara dan presenter yang baik.
9) Competition
Selalu mengukur kemajuan dirinya dengan performa orang lain, berusaha menjadi
nomor satu.
19
10) Connectedness
Memiliki keyakinan dalam hubungannya dengan segala hal, meyakini bahwa
kebetulan hanya sebagian kecil, setiap kejadian ada penyebabnya.
11) Consistency
Berusaha adil, dengan cara membuat aturan yang jelas.
12) Context
Senang memahami kejadian masa kini melalui sejarah.
13) Deliberative
Sangat berhati-hati dalam mengambil keputusan atau menentukan pilihan,
mengantisipasi kesalahan.
14) Developer
Mengenali potensi orang lain, memperhatikan perkembangan walaupun kesil, dan
memperoleh kepuasan darinya.
15) Discipline
Menikmati bekerja dalam struktur dan rutinitas, bekerja dalam arahan/aturan.
16) Empathy
Mampu merasakan perasaan orang lain membayangkan dirinya berada di posisi
orang lain.
17) Focus
Bekerja dengan tujuan, melakukan tindakan selama masih dalam koridor tujuan,
membuat prioritas lalu bertindak.
20
18) Futuristic
Terinspirasi oleh apa yang akan terjadi di masa mendatang, dan apa yang bisa
dilakukan. Menginspirasi orang lain dengan visinya itu.
19) Harmony
Mencari konsensus, tidak menyukai konflik, mencari jalan tengah.
20) Ideation
Memiliki banyak ide, mampu menghubungkan fenomena yang berbeda.
21) Includer
Mudah menerima orang lain, menunjukkan kepedulian terhadap orang yang
merasa diasingkan, berusaha mengguyubkan.
22) Individualization
Tertarik dengan keunikan masing-masing orang, mampu melihat bagaimana
orang yang berbeda-beda dapat bekerjasama secara produktif.
23) Input
Senang mengumpulkan dan mencari berbagai informasi
24) Intellection
Memiliki daya intelektualitas tinggi, meminati diskusi-diskusi intelektual.
25) Learner
Memiliki keinginan besar untuk belajar dan terus melakukan perbaikan.
26) Maximizer
Cenderung fokus pada kekuatan untuk mendorong orang ataupun kelompok lebih
maksimal, berusaha merubah sesuatu yang kuat menjadi super.
21
27) Positivity
Antusias, mampu membuat orang lain tertarik dengan apa dilakukannya.
28) Relator
Menikmati hubungan dekat dengan orang lain, mendapat kepuasan mendalam
dengan bekerja keras bersama teman dalam mencapai tujuan.
29) Responsibility
Merasa apa yang dikatakan adalah apa yang akan dilakukannya, komitemen pada
nilai-nilai seperti kejujuran dan kesetiaan.
30) Restorative
Cakap dalam mencari tahu penyebab masalah dan berusaha menyelesaikannya.
31) Self-Assurance
Percaya diri pada kemampuannya dalam mengatur hidupnya sendiri,yakin bahwa
ia telah membuat keputusan yang tepat.
32) Significance
Ingin menjadi orang yang penting di mata orang lain, cenderung mandiri, dan
ingin dikenal.
33) Strategic
Membuat solusi alternatif atau antisipasi, dapat dengan cepat mengetahui
hubungan dan isu-isu yang relevan.
34) Woo
Senang berhadapan dengan orang-orang, dan menjadi pusat perhatian.
Memperoleh kepuasan dari memulai hubungan dengan orang lain.
22
(sumber:http://sumber-kearifan.blogspot.com/2009/04/34-jenistema-bakat.html.
Diakses pada 9 Agustus 2011)
Hal ini pun didukung oleh pendapat Gardner, masing-masing dari kita
memiliki sebuah kombinasi dari 7 kecerdasan. Setiap orang mempunyai kekuatan
relatif dari tiap kecerdasan di atas sedemikian rupa sehingga orang tersebut cenderung
menentukan pilihan aktifitas apapun yang dia sukai tanpaketerpaksaan. Kita
menyebutnya sebagai bakat. Lalu apa saja yang termasuk 7 kecerdasan itu ?
Howard Gardner (1983:216) menyimpulkan hasil risetnya yang mengatakan
bahwa sedikitnya ada tujuh jenis kecerdasan :
1) Kecerdasan linguistik, berkaitan dengan kemampuan bahasa dan
penggunaannya. Orang-orang yang berbakat dalam bidang ini senang bermain-
main dengan bahasa, gemar membaca dan menulis, tertarik dengan suara, arti
dan narasi. Mereka seringkali pengeja yang baik dan mudah mengingat tanggal,
tempat dan nama.
2) Kecerdasan musikal, berkaitan dengan musik, melodi, ritme dan nada. Orang-
orang ini pintar membuat musik sendiri dan juga sensitif terhadap musik dan
melodi. Sebagian bisa berkonsentrasi lebih baik jika musik diperdengarkan;
banyak dari mereka seringkali menyanyi atau bersenandung sendiri atau
mencipta lagu serta musik.
3) Kecerdasan logis-matematis, berhubungan dengan pola, rumus-rumus, angka-
angka dan logika. Orang-orang ini cenderung pintar dalam teka-teki, gambar,
23
aritmatika, dan memecahkan masalah matematika; mereka seringkali menyukai
komputer dan pemrograman.
4) Kecerdasan spasial, berhubungan dengan bentuk, lokasi dan mebayangkan
hubungan di antaranya. Orang-orang ini biasanya menyukai perancangan dan
bangunan, disamping pintar membaca peta, diagram dan bagan.
5) Kecerdasan tubuh-kinestetik, berhubungan dengan pergerakan dan ketrampilan
olah tubuh. Orang-orang ini adalah para penari dan aktor, para pengrajin dan
atlet. Mereka memiliki bakat mekanik tubuh dan pintar meniru mimik serta sulit
untuk duduk diam.
6) Kecerdasan interpersonal, berhubungan dengan kemampuan untuk bisa mengerti
dan menghadapi perasaan orang lain. Orang-orang ini seringkali ahli
berkomunikasi dan pintar mengorganisasi, serta sangat sosial. Mereka biasanya
baik dalam memahami perasaan dan motif orang lain.
7) Kecerdasan intrapersonal, berhubungan dengan mengerti diri sendiri. Orang-
orang ini seringkali mandiri dan senang menekuni aktifitas sendirian. Mereka
cenderung percaya diri dan punya pendapat, dan memilih pekerjaan dimana
mereka bisa memiliki kendali terhadap cara mereka menghabiskan waktu.
2.3 Identifikasi Bakat Olahraga
Pemanduan bakat ( talent identification ) adalah suatu usaha yang di lakukan
untuk memperkirakan dengan probalitas yang tinggi peluang seseorang yang berbakat
dalam olahraga prestasi untuk dapat berhasil dalam menjalani program latihan
24
sehingga mampu mencapai prestasi puncaknya. Bakat merupakan kemampuan
terpendam seseorang yang di miliki sejak lahir dan menjadi dasar kemampuan nyata.
Pembagian bakat kita kenal dengan bakat umum yaitu: bakat yang di mililki setiap
orang, meskipun berbeda dalam kadarnya yang biasa disebut intelegensia. Bakat
khusus yaitu, kemampuan yang menonjol pada seseorang yang tidak terdapat pada
setiap orang. Sedangkan bakat olahraga yaitu, kemampuan dasar yang berkenaan
dengan penampilan gerak (motor performance) dan merupakan kombinasi dari
beberapa kemampuan dengan sikap badan seseorang (M. Furqon H dan Muchsin
Doewes, 1999: 1).
Pemanduan bakat olahraga dilakukan dengan menggunakan test pemanduan
bakat (sport search). Tes tersebut merupakan tes yang dilakukan untuk memandu
seseorang ke cabang olahraga disesuaikan dengan minat dan kemapuan
individualnya. Tes di berikan meliputi sepeluh bentuk tes yang pada dasarnya adalah
tes postur, tes kebugaran atu kesegaran jasmani, dan tes keterampilan. Instrumen
yang di gunakan dalam tes tersebut adalah: tinggi badan, tinggi duduk, berat badan,
panjang depa, lempar tangkap bola tenis, lempar bola basket, lompat raihan, lari
bolak balik lima meter, lari cepat 40 meter, dan multi stage. Dari data hasil test yang
lakukan kemudian dimasukkan dan oleh dalam komputer yang nantinya akan secara
otomatis diarahkan ke cabang olahraga yang sesuai dengan hasil test tersebut (Dirjen
Dik Das Men, 2001: 1).
Langkah – langkah pemanduan bakat yang dapat ditempuh sebagai berikut:
1) Analisis lengkap dari fisik dan mental sesuai dengan karekteristik cabang olahraga.
25
2) Seleksi umum dan khusus dengan menggunakan instrumen dari cabang olahraga
yang bersangkutan. 3) Seleksi berdasarkan karakteristik, antropometrik dan
kemampuan fisik, serta disesuaikan dengan tahapan perkembangan fisiknya.
Untuk melakukan seleksi dengan tepat, dapat di gunakan evaluasi tes dan
pengukuran kemampuan fisik, motorik, dan psikologis yang dilakukan secara khusus,
kemudian dianalisis faktor penentunya antara lain: 1) Prestasi atau penampilan yang
dicapai. 2) Peningkatan prestasi lebih cepat dari pada anak yang tidak berbakat. 3)
Kualitas mental yang baik. 4) Stabilitas peningkatan prestasi. 5) Daya toleransi beban
latihan yang di berikan.
2.3.1 Tujuan Identifikasi Bakat
Tujuan utama pengidentifikasian bakat adalah untuk mengidentifikasi dan
memilih calon atlet yang memiliki berbagai kemampuan tertinggi dalam cabang
olahraga tertentu (Harre. Ed. 1982:84 dalam KONI) mengemukakan bahwa tujuan
pengedentifikasian bakat adalah untuk memprediksi suatu derajat yang tinggi tentang
kemungkinan apakah calon atlet akan mampu berhasil memyelesaikan program
latihan junior dalam olahraga yang dipilih agar ia dapat mengukur secara pasti,
melakukan tahap latihan selanjutnya.
2.3.2 Manfaat Identifikasi Bakat
Bompa (1990:334) mengemukakan bahwa penggunaan kriteria ilmiah dalam
proses pengedintifikasian bakat memiliki beberapa manfaat, yaitu:
1) Menurunkan waktu yang diperlakukan untuk prestasi yang tinggi dengan
menyeleksi calon atlet berbakat dalam cabang olahraga tertentu.
26
2) Mengeliminasi volume kerja, energi dan memisahkan bakat yang tinggi bagi
pelatih. Keefektifan latihan dapat dicapai, terutama bagi calon atlet yang
memiliki kemampuan tinggi.
3) Meningkatkan daya saing dan jumlah atlet dalam mencapai tingkat prestasi yang
tinggi.
4) Meningkatkan kepercayaan diri calon atlet, karena perkembangan prestasi
tampak makin dinamis dibanding dengan atlet-atlet lain yang memiliki usia sama
yang tidak mengalami seleksi.
5) Secara tidak langsung mempermudah penerapan latihan.
2.3.3 Metode Pengidentifikasian Bakat
Bompa (1990:334) mengemukakan dua metode dalam mengidentifikasi bakat
calon atlet, yaitu:
1) Seleksi alamiah
Seleksi ini dianggap sebagai pendekatan normal dengan cara alamiah dalam
mengembangkan kemampuan seorang atlet dalam berolahraga. Mengasumsikan
bahawa seorang atlet yang mendaftar pada cabang tertentu sebagai hasil dari
pengaruh lokal ( tradisi sekolah, keinginan orang tua, atau teman seusia ).
2) Seleksi ilmiah
Seleksi ilmiah adalah suatu metode yang digunakan pelatih dalam memilih anak-
anak prospektif yang telah menunjukan kemampuan alami pada cabang olah raga
tertentu. Jadi dibandingkan dengan individu yang diidentifikasi melalui metode
alamiah, waktu untuk mencapai tingkat kemampuan yang tinggi bagi meereka
27
yang terseleksi secara ilmiah lebih pendek. Untuk cabang-cabang olahraga yang
membutuhkan tinggi atau berat tertentu (bola basket, sepak bola, mendayung,
cabang-cabang lempar) seleksi ilmiah sangat dianjurkan. Hal yang sama pada
cabang yang membutuhkan kecepatan, waktu, reaksi, koordinasi dan tenaga (
judo, sprint, hokey, cabang-cabang lompat pada atletik).
2.3.4 Kriteria Utama dalam Pengidentifikasian Bakat
Atlet yang berkemampuan tinggi mempunyai profil biologis yang spesifik,
kemampuan biomotorik yang tinggi dan sifat fisiologis yang kuat. Meskipun
demikian jika seseorang yang menekuni olahraga memiliki kekurangan secara
biologis atau lemah dalam hal – hal yang diperlukan dalam suatu cabang olahraga,
meskipun mendapatkan latihan yang lebih, tidak akan bisa menutupi kelemahan alami
pada cabang olahraga itu. Karena itulah pengenalan bakat secara ilmiah merupakan
hal yang penting untuk penampilan kemampuan atlet yang tinggi (peack
performance). Adapun beberapa kriteris tersebut adalah :
1) Sehat
Merupakan hal yang paling penting bagi seorang yang berpartisipasi dalam
pelatihan, maka sebelum diterima dalam klub tertentu setiap pemula harus
mendapatkan pemeriksaan medis yang seksama. Dokter dan pelatih harus
sepakat untuk memilih individu yang paling sehat.
2) Kualitas Biometrik
Kapasitas antropometrik dari seseorang merupakan hal yang penting pada
beberapa cabang olahraga, maka dari itu menjadi pertimbangan utama pada
28
kriteria identifikasi bakat. Tinggi dan berat atau panjang dari anggota badan
seringkali berperan penting dalam cabang olahraga tertentu.
3) Hereditas
Merupakan fenomena biologis yang komplek dan seringkali memainkan peranan
penting dalam latihan. Anak-anak cenderung mewariskan karakteristik biologis
dan psikologis orang tuanya, meskipun degan pendidikan,pelatihan dan
pengkondisian sosial hal-hal yang diwarisi tersebut dapat sedikit diubah.
4) Fasilitas Olahraga dan Iklim
Membatasi kesempatan atlet yang telah terseleksi, sebab itulah jika fasilitas
cabang olahraga tertentu kondisi alamnya tidak memungkinkan dan fasilitasnya
tidak ada, mungkin atlet itu mengambil cabang olahraga lain.
5) Kemampuan Spesialis
Kemampuan spesialis atau pengetahuan dari seorang pelatih pada identifikasi
bakat serta pengujian, juga menentukan selelksi kandidat. Semakin banyak dan
rumit metode ilmiah yang di gunakan untuk identifikasi bakat, semakin tinggi
pula kemungkinannya dalam menemukan bakat yang superior untuk cabang
tertentu.
(sumber : IDENTIFIKASI BAKAT OLAHRAGA ~ ERIYAN TONI Blog:
/identifikasi-bakat-olahraga.html. Diakses pada 9 Agustus 2011)
29
2.3.5 Tahap Identifikasi Bakat
Pengidentifikasian bakat yang berkomprehensif tidak hanya dilakukan sekali
usaha, tetapi dilakukan dalam beberapa tahun. Bompa (1990:337) mengemukaan tiga
tahap dalam pengidentifikasian bakat, tahap-tahap tesebut adalah :
2.3.5.1 Tahap Identifikasi Awal ( The Primary Phase )
Tahap awal ini dilakukan pada masa pro-adolensi (3-8 tahun). Sebagian besar
didominasi dengan pemeriksaan fisik pada kesehatan calon atlet danpengembangan
fisik umum serta dirancang untuk mendeteksi berbagai kegagalan fungsi atau
penyakit. Porsi pengujian kemampuan biometrik dapat memfokuskan pada (1)
menemukan kekurangan-kekurangan fisik yang memiliki peran membatasi atau
menghambat usaha keras calon atlet, (2) menentukan tingkat perkembangan fisik
calon atlet melalui cara sederhana, seperti rasio di antara tinggi dan berat badan; dan
(3) mendeteksi genetik yang dominan (misalnya tinggi badan) agar anak dapat
diarahkan pada klub-klub olahraga yang memungkinkan anak menspesialisaikan
cabang olahraga di kemudian hari.
Karena usia dini pada tahap awal ini dilakukan pengidentifikasian bakat,
sehingga hanya memperoleh informasi umum dari kondisi anak. Hasil
pengidentifikasian belum dapat diputuskan secara pasti, karena dinamika tentang
pertumbuhan dan perkembangan calon atlet pada masa yang akan datang masih
secara relatif belum dapat diprediksi atau masih berubah-ubah. Namun demikian,
untuk olahraga-olahraga seperti renang, senam dan figurskating di mana latihan yang
30
komprehensif harus sudah dimulai pada usia dini, maka tahap identifikasi awal harus
seluruhnya dilaksanakan.
2.3.5.2 Tahap Identifikasi Kedua (Secondry Phase)
Tahap ini dilakukan selama dan sesudah masa adolesensi, diantara usia 9-10
tahun untuk senam, figurskating dan renang. 10-15 tahun untuk puteri dan 10-17
tahun untuk putera utnuk olahraga yang lain. Ini menggambarkan tahap yang sangat
penting dalam pemiliohan calon atlet. Tahap ini digunakan untuk
Anak usia belasan tahun yang telah berpengalaman dengan latihan yang
terorganisasi. Teknik yang digunakan dalam tahap kedua ini menilai atau
mengevaluasi dinamika parameter biometrik dan parameter fungsional, karena tubuh
harus telah mencapai tingkat adaptasi tertentu untuk persyaratan dan kekhususan dari
olahraga yang dipilih. Akibatnya, pemeriksaan kesehatan harus dilakukan secara rinci
dan bermaksud mendeteksi hambatan-hambatan dalam meningkatakan prestasi
(misalnya rematik, hepatitis, penyakit akut dan lain-lain).
Momen ini merupakan tahap yang sangat penting dan menentukan bagi anak
pada masa adolesensi di mana perubahan-perubahan biometrik yang dramatis
berlangsung (misalnya jika anggota badan bagian bawah bertambah secara nyata.
maka otot berkernbang secara tidak proporsional dar lain-lain). Oleh karena itu,
selama pemeriksaaan perkembangan fisik urnum harus mempertimbangkan pengaruh
latihan yang di spesialisasikan pada pertumbuhan dan perkembangan atlet.
Proporsional dalam Bompa (1990:338) menyatakan bahwa latihan kekuatan intensif
dan dengan beban berat yang dilakukan pada usia yang sangat dini akan membatasi
31
pertumbuhan (tinggi) dengan mempercepat pengakhiran pertumbuhan serabut tulang
rawan, misalnya pengakhiran prematur tulang-tulang yang panjang.
Anak bukan “orang dewasa kecil”, tetapi anak adalah anak, yaitu anak harus
dipandang sebagai anak yang mempunyai dunianya sendiri yang disesuaikan dengan
karakteristiknya. Oleh karena itu tidaklah tepat menharapkan anak melakukan
kegiatan seperti yang dilakukan orang dewasa, dan tidak juga mengharapkan anak
anak melakukan kondisi yang sama sebagaimana yang dilakukan orang dewasa.
ASDEP Kemenpora (2007:37)
Untuk beberapa cabang olahraga, misalnya nomor-nomor lempar, kano, gulat
dan angkat besi, yang memerlukan keluasan bahu yang lebar (biacromial diameter),
karena bahu yang kuat sangat berkaitan dengan kekuatan individu, atau setidaknya
menggambarkan kerangka yang bagus untuk mengembangkan kekuatan.
Selama tahap pemanduan bakat kedua ini, psikolog olahraga mulai
memainkan perannya yang makin penting dengan melakukan tes psikologi secara
menyeluruh. Tiap profil psikologis atlet harus disusun untuk mengungkapkan apakah
ia memiliki ciri-ciri psikologis yang diperlukan untuk olahraga yang dipilih. Tes ini
akan membantu menentukan apakah gambaran tekanan-tekanan psikologis di masa
yang akan datang.
2.3.5.3 Tahap Identifikasi Akhir
Tahap ini terutama ditujukan untuk calon tim nasional. Pada tahap ini harus
sangat reliable dan sangat berhubungan dengan kekhususan dan persyaratan olahraga
yang dipilih. Diantara faktor-faktor utama yang harus dilakukan (1) pemeriksaaan
32
keschatan, (2) adaptasi psikolugis pada latihan dan kompetisi, (3) kemampuan untuk
mengatasi tekanan dan yang sangat penting udalah, (4) potensinya untuk
mengingkatkan prestasinya di masa selanjutnya. Pemeriksaan kesehatan, tes
psikologis dan tes latihan harus dilakukan secara periodik. Data-data tes ini harus
dicatat dan dikomparasikan untuk mengilustrasikan dinamika atlet dari tahap
pengidentifikasian awal sampai karier olahraga.
Di bawah ini adalah gambar Piramida olahraga prestasi:
PEMANTAPAN JUARA
SPESIALISASI CABOR MULTILATERAL
TALENT SCOUNTING
Gambar 2.1 Piramida Pembinaan Olahraga
Sumber: KONI, Gerakan Nasional Garuda Emas 1997-2007
Upaya perlu dilakukan pertama dalam pembinaan olahraga prestasi adalah
pencarian bakat yang proaktif pada piramid level bawah atau pertama. Kemudian
dilaksanakan pembinaan multilateral atau diadakannya Pusat Pendidikan dan Latihan
Pelajar (PPLP/, kelas olahraga ataupun perkumpulan olahraga. Kemudian
33
dilaksanakan tahapan ke piramida lebih tinggi yaitu tahap pembinaan spesialisasi
cabang olahraga. Dan menuju piramid tertinggi adalah pemantapan juara. Dapat pula
dilihat gambar jalur mekanisme Talent Scouting pada lampiran tiga.
2.4 Motor Educability
Motor educability adalah kemampuan seorang untuk dapat menguasai
gerakan-gerakan baru ( new motor skill ). Dalam proses latihan pengelompokan atlet
ke dalam kelompok-kelompok yang homogeny sangat perlu dilakukan, hal ini
berkaitan dengan prinsip individualisasi. Setiap atlet mempunyai kemampuan yang
berbeda dalam penguasaan gerak, sehingga dengan dilakukan pengelompokan dapat
memudahkan pelatih dalam memberikan atau menentukan metode serta cara
penyampaian teknik atau gerakannya. Karen dengan pengusaan teknik dasar yang
baik, akan menunjang terhadap keterampilan seorang dalam pencapaian prestasi.
Salah satu parameter dalam dunia olahraga yang sudah sangat dikenal untuk
melihat kemampuan anak dalam gerak atau keterampilan adalah motor educability.
Donal K (1983:150) menjelaskan bahwa “The ease with which a person
learns new skill is refered to as motor educability”. Selanjutnya Nurhasan (2007:142)
menjelaskan bahwa “Motor Educability adalah sebagai kemampuan seseorang untuk
mempelajari gerakan yang baru (new motor skill).
Dari semua pendapat di atas bias ditarik kesimpulan bahwa motor educability
adalah cepat atau lambatnya kemampuan seseorang dalam mempelajari dan
menguasai gerak baru, semakin anak menunjukan kemudahan ketika dia mempelajari
34
suatu gerak baru, maka hal tersebut menunjukan semakin tinggi derajat motor
educability yang dimiliki oleh anak tersebut. Dengan demikian motor educability
mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses pembelajaran gerak, terutama
ketika anak diperkenalkan pada keterampilan yang belum dikenal atau masih baru.
David K. Brace merupukan peneliti pertama yang menyatakan hasil
penelitiannya tentang motor educability pada tahun 1927. Hasil penelitian ini ternyata
belum bias memuaskan kerena dalam perkembangannya tingkat reliabilitasnya masih
rendah, karena tidak memliki norma yang tegas antara masing-masing kelompok,
baik menurut umur dan jenis kelamin.
Rendahnya tingkat reliabilitas tes motor educability yang disusun oleh David
K. Brace maka terbentuklah IOWA BRACE TEST
2.5 Pemanduan Iowa – Brace Test for Motor Educability
Dari hasil penyempurnaannya, maka diperoleh motor educability yang
mempunyai tingkat reliabilitas yang tinggi dan keseluruhan memnuhi kriteria sebagai
berikut :
1) Persentasi berhasilnya seseorang melakukan latihan bertambah, sesuai dengan
bertambahnya umur mereka
2) Item-itemnya mempunya korelasi yang rendah dengan pengukuran strength,
size, dan power.
3) Tes tersebut mempunyai korelasi yang tinggi dengan kemampuan beratletik
35
Pemanduan Iowa – Brace Test for Motor Educability dengan metode sport
search terdiri dari 15 butir tes yang bertujuan membantu untuk menemukan potensi
anak yang berbakat. Tetapi dalam pelaksanaannya yang digunakan hanya 10 tes
untuk siswa putar dan 10 tes untuk siswa putri dengan urutan acak.
2.5.1 Iowa-Brance Test for Motor Educability
1) Tes 1
Berdiri dengan kaki kiri. Membungkuk ke depan, dua telapak tangan menyentuh
lantai. Luruskan tungkai kanan ke belakang. Sentuhkan dahi ke lantai, dan
kembali ke posisi berdiri tanpa kehilangan keseimbangan
2) Tes 2
Duduk di lantai, tungkai lurus dan rapat. Letakaan tangan kanan di lantai di
belakang badan. Putar badan ke arah kanan daan luruskan lengan hinga badan
terangkat. Berat badan di sangga oleh tangan kanan daan kaki kanan.
Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.
3) Tes 3
Berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada diantara tungkai melewati
bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah jemari tangan dengan di
depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001,
1002, 1003, 1004, 1005.
36
4) Tes 4
Balik kanan, berlutut dengan 1 tungkai, dan angkat tungkai yang lain (bertumpu
hanya pada 1 lutut). Rentangkan kedua lengan ke samping. Pertahankan posisi
ini selama lima hitungan.1001,1002, 1003, 1004, 1005.
5) Tes 5
Melompat setinggi-tingginya, sambil kaki bertepuk 2×, mendarat dengan kaki
terbuka.
6) Tes 6
Tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri di bahu kanan. Tungkai menyilang,
kemudian duduk. Berdiri kembali dengan kedua tangan tetap di bahu, tidak boleh
menggerak-gerakan badan atau tungkai untuk membantu keseimbangan.
7) Tes 7
Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah
kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak
kehilangan keseimbangan atau melangkah.
8) Tes 8
Berdiri 1 kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5 lompatan
9) Tes 9
Melompat setingi tinginya, ayun kedua tungkai lurus ke depan, saat melayang
sentuh ujung jari kaki dengan jari tangan.
10) Tes 10
37
Berdiri dengan kaki kiri. Melompat sambil melakukan ½ putaran (180º) ke arah
kiri dan pertahankan keseimbangan
11) Tes 11
Melompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan. Ayun kedua tungkai ke arah sisi
kiri badan. Saat melayang, kedua kaki bertepuk. Saat kaki bertepuk/ bersentuhan,
posisi kaki berada di luar garis bahu. Mendarat dengan kaki terbuka.
12) Tes 12
Berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas (punggung kaki melekat di
lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan dua kaki. Sebelum
melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.
13) Tes 13
Jongkok, dengan satu tungkai lurus ke depan. Lakukan lompatan dengan
bergantian kaki tungku dan tungkai yang di luruskan. Lakukan dua kali lompatan
untuk tiap tungkai. Tumit tungkai harus lurus boleh menyentuh lantai, sementara
tumit tungkai yang di tekuk harus selalu menyentuh pinggul.
14) Tes 14
Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah
kanan. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak
bolah kehilangan keseimbangan atau melangkah.
15) Tes 15
Duduk dengan tungkai ditekuk di depan dada. Masukkan kedua lengan di antara
tungkai, lewat bawah lutut, pegang pergelangan kaki. Berguling cepat ke arah
38
kanan, dengan berat badan pertama di tumpukan di lutut kanan, kemudian bahu
kanan, punggung, bahu kiri, lutut kiri, dan kembali ke posisi duduk. Saat kembali
ke posisi duduk, menghadap ke arah yang berlawanan dengan arah menghadap
saat sebelum bergerak.
Dari 15 butir tes tersebut siswa putra dan siswa putra mendapat rangkaian tes
yang berbeda. Pembagiannya adalah sebagai berikut :
Tabel 2.1 : Ururtan Gerak Tes untuk Siswa Kelas 4, 5, 6 SD
PUTRA PUTRI
5 Tes Pertama 5 Tes Kedua 5 Tes Pertama 5 Tes Kedua
Tes 8 Tes 2 Tes 8 Tes 1
Tes 4 Tes 3 Tes 14 Tes 3
Tes 10 Tes 6 Tes 7 Tes 12
Tes 9 Tes 12 Tes 15 Tes 11
Tes 7 Tes 13 Tes 9 Tes 5
Tes ini berupa tes lapangan yang mudah dilaksanakan dan memerlukan
peralatan yang sederhana serta mudah dipersiapkan. Namun demikian, masih ditemui
sedikit kendala yang berkaitan dengan aspek pengolahan dan analisis data, karena tes
pemanduan bakat dengan metode Iowa – Brace Test for Motor Educability, hasilnya
diolah dan dianalisis dengan bantuan komputer. Dalam kenyataannya, sarana
komputer dan dengan piranti lunak yang dimiliki oleh KONI hanya dapat diakses
dengan bantuan sambungan internet. Oleh karena itu, perlu dicari upaya-upaya untuk
mengatasi masalah tersebut agar tes dapat dilaksanakan dengan baik.
39
Kemudian terciptalah modifikasi yang dilakukan pada aspek pengolahan dan
analisis data. Jika tes Iowa – Brace Test for Motor Educability pengolahan dan
analisisnya menggunakan bantuan komputer, maka untuk menyesuaikan kondisi
keterbatasan alat pengolahan dan analisis dimodifikasi atau diubah dengan
menggunakan teknik pengolahan dan analisis secara manual. Tujuan utama dalam
memodifikasi pengolahan ini adalah untuk mempermudah dalam menginterpretasikan
dan menilai hasil tes, sehingga ditemukan alternatif lain dalam menganalisis dan
mengolah hasil tes.
Tabel 2.2 Tabel Skor T untuk Hasil Tes Siswa Kelas 4-5-6 SD
Nilai skor T
SEKOLAH DASAR ( ELEMENTARY)
PUTRA PUTRI 20 69 69 19 66 65 18 63 62 17 60 60 16 57 58 15 54 56 14 51 54 13 48 52 12 45 50 11 43 48 10 41 45 9 39 42 8 37 39 7 35 36 6 33 33 5 31 30 4 29 28 3 27 26 2 25 24
40
1 23
Sumber : Brry L., Jack K. Nelson Practical Measurements for Evaluation in Physical Education
1970:144-148
2.6 Unsur-unsur Dominan Pada Cabang - Cabang Olahraga
Dalam upaya melihat secara mendalam faktor-faktor utama yang berkaitan
dengan prestasi dan pengidentifikasian bakat Kunts dan Florescu dalam Bompa
(1990:342) mengidentifikasi (1) kapasitas motorik, (2) kapasitas psikologis, (3)
kualitas biometrik termasuk pengukuran-pengukuran antrometrik dan jenis atau
bentuk tubuh.
Meskipun tiga hal tersebut menggambarkan faktor- faktor utama untuk semua
cabang olahraga, namun memiliki penekanan yang berada untuk setiap cabang
olahraga. Makin efektif sistem identifikasi bakat yang harus memulai dengan
karakterisasi olahraga, maka makin spesifik kemudian didasarkan pada analisis ini,
untuk memisahkan faktor-faktor utama tersebut untuk memilih calon atlet.
Dalam Bompa (1990:339) mengidentifikasi bakat sebagai berikut:
Olahraga Jenis tes
Lari Cepat Waktu reaksi, Eksitabilitas otot-syaraf, koordinasi, kemampuan mengatasi stress, perbandingan tinggi dan panjang tungkai.
Basket Tinggi dan lengan panjang, unaerobik, koordinasi, dayatahan, intelegensi.
Senam Koordinasi, kelentukan, kekuatan, keseimbangan vestibuler, kegigihan, kemampuan mengatasi emosi kemampuan anaerobik power, tinggi badan sedang dan pendek.
41
Sepak bola Koordinasi, semangat kerjasama, dayatahan mengatassi stress dan kelelehan, kapasitas aerobik dan anerobik, intelegensi.
Bola volly Tinggi badan, panjang lengan dan ukuran biacromial lebar, kapasitas anerobik dan aerobik, daya tahan mengatasi mengatasi kelelahan dan stress, intelegensi.
Renang Densitas badan rendah, lengan panjang, kaki lebar, bahu lebar, kapasitas aerobik dan anaerobik.
Balap Sepeda Kapasitas aerobik tinggi, memiliki kemampuan mengatsasi stress, ulet.
Judo Memiliki koordinasi, waktu reaksi, intelegensi, diameter misal lebar dan jangkauan panjang.
Menembak Memiliki koordinasi visual motorik, kecepatan reaksi, konsentrasi, ketahanan, kesimbangan emosi.
2.7 Pemanduan dan Pembinaan Bakat
Pemanduan bakat adalah suatu proses awal untuk mengidentifikasi
keterbakatan anak yang pemanduan bakat diterapkan pada anak usia dini. Pembinaan
dan pengembangan olahraga sejak usia dini, yaitu periode anak kurang lebih 6 tahun,
sampai dengan 14 tahun, pada hakekatnya merupakan bagian dari kebijaksanaan
nasional.( Said Junaidi 2003: 1).
Menurut Rusli Lutan ( 2000 : 11 )Perkembangan olahraga juga dipengaruhi
oleh sistem pembinaan, apabila sistem pembinaan yang dilaksanakan berjalan dengan
baik maka perkembangan olahraga juga akan lebih baik. Sistem pembinaan olahraga
berdasar pada (1) Pendidan jasmani dan organisasi, yang di dalamnya mencakup
42
program pendidikan di sekolah, rekreasi dan klub-klub olahraga dan struktur olahraga
dan strukur organisasi dalam kepemerintahan dan (2) sistem latihan
2.7.1 Tahapan Pemanduan dan Pembinaan Bakat
Pemanduan dan pembinaan atlet usia dini dalam lingkup perencanaan untuk
mencapai prestasi puncak, memerlukan latihan jangka panjang, kurang lebih berkisar
antara 8 s.d 10 tahun secra bertahap, kontinue, meningkat dan berkesinambungan
dengan tahap-tahap sebagai berikut : (1) pembibitan/ pemanduan bakat, (2)
spesialisasi cabang olahraga, (3) peningkatan prestasi. Menurut KONI dalam Proyek
Garuda Emas (2000: 11-12), rentang waktu setiap tahapan latihan, serta materi
latihannya adalah sebagai berikut :
1) Tahapan latihan persiapan, lamanya kurang lebih 3 s.d 4 tahun
Tahap latihan persiapan ini, merupakan tahap dasar untuk memberikan
kemampuan dasar yang menyeluruh (multilateral) kepada anak dalam aspek
fisik, mental dan sosial. Pada tahap dasar ini, anak sejak usia dini yang
berprestasi diarahkan/dijuruskan pada tahap spesialisasi, akan tetapi latihan
harus mampu membentuk kerangka tubuh yang kuat dan benar, khususnya
dalam perkembangan biomotorik, guna menunjang peningkatan prestasi di
tahapan latihan berikutnya. Oleh karena itu, latiahnnya perlu dilaksanakan
dengan cermat dan tepat.
2) Tahap latihan pembentukan, lamanya kurang lebih 2 s.d 3 tahun
Tahap latihan ini adalah untuk merealisasikan terwujudnya profil atlet seperti
yang diharapkan, sesuai dengan cabang olahraganya masing-masing.
43
Kemampuan fisik, maupun teknik telah terbentuk, demikian pula keterampilan
taktik, sehingga dapat digunakan/ dipakai sebagai titik tolak pengembangan,
serta peningkatan prestasi selanjutnya. Pada tahap ini, atlet dispesialisasikan
pada salah satu cabang olahraga yang paling cocok/ sesuai bagiannnya.
3) Tahap latihan pemantapan, lamanya kurang lebih 2 s.d 3 tahun
Profil yang telah diperolah pada tahap pembentukan, lebih ditingkatkan
pembinaannya, serta disempurnakan sampai ke batas optimal/ maksimal. Tahap
pemantapan ini merupakan usaha pengembangan potensi atlet semaksimal
mungkin, sehingga telah dapat mendekati atau bahkan mencapai puncak
potensinya.
Sasaran tahapan-tahapan pembinaan adalah agar atlet dapat mencapai pretasi
puncak, dimana pada umumnya disebut GOLDEN AGE (usia emas). Tahapan ini
didukung oleh program latihan yang baik, dimana perkembangannya dievaluasi
secara periodik.
2.7.2 Pembinaan Olahraga di Sekolah
Sekolah merupakan dasar pembinaan dan pengembangan olaharaga, baik
pelajar maupun masyarakat pada hakikatnya tidak dapat dipisahkan dari pembinaan
dan pengembangan olahraga nasional. Pembinaan lewat pembinaan olahraga Sekolah
Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), sekolah Menengah Atas (SMA), dan
Perguruan Tinggi, adalah upaya terobosan untuk meningkatkan akselerasi dan
mengajar ketingian pembinaan dan pembibitan olahraga prestasi. Pada prinsipnya,
pengembangan olahraga di masyarakat (termasuk sekolah) berpijak pada tiga
44
orintasi,yaitu olahraga sebagai rekreasi,olahraga sebagai kesehatan dan olahraga
sebagai prestasi.Pembinaan prestasi olahraga melalui kegiatan di sekolah di gunakan
sebagai pembinaan olahraga prestasi. Tujuan dari pembinaan olahraga prestasi ini
untuk menjaring siswa-siswi yang kompeten sejak dini,sehingga dapat di lakukan
pembinaan lebih awal dan dapat di lakukan secara berjenjang (Debdikbud,1976 : 3)
2.7.2.1 Intrakurikuler
Program intrakurikuler adalah mata pelajaran wajib di sekolah yang tujuan
utamanya meningkatkan kesegaran jasmani, lebih menekankan pada pengenalan dan
kemampuan gerak dasar dan keterampilan dasar cabang-cabang olahraga.
2.7.2.2 Ekstrakurikuler
Program ekstrakurikuler adalah suatu kegiatan olahraga yang dilakukan diluar
jam pelajaran sekolah dengan tujuan untuk lebih mengembangkan keterampilan pada
satu cabang olahraga dengan pilihannya / bakat dan kesenangannya. Program ini
merupakan kelanjutan dari program intrakulikuler, dengna demikian pengembangan
program ekstrakulikuler harus berdasarkan pada cabang olahraga yang telah diajarkan
di sekolah dasar yaitu :
1. Gerak dasar atletik,
2. Nomor-nomor atletik tertentu.
3. Senam dasar senam ketangkasan, senam irama,
4. Permainan kecil, dengan alat atau tanpa alat,
5. Permaianan bola besar meliputi sepak bola, bola tangan, bola basket, bola
voli mini.
45
Maksud dan tujuan pembinaan dan pengembangan olahraga usia dini meliputi
program ekstrakurikuler di sekolah adalah sebagai buku pegangan bagi para guru dan
pembina olahraga di sekolah untuk melaksanakan program ekstrakulikuler sebagai
upaya pemanduan bakat dan pembibitan para siswa (Direktorat TK dan SD, 2001 :
57-59)
Namun dalam pelaksanaannya, sekolah dihadapkan pada berbagai
permasalahan menyengkut pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler ini. Masalah tersebut
antara lain adalah :
1) Kurang atau tidak adanya guru pendidikan jasmani dan kesehatan yang mampu
menangani cabang olahraga tertentu.
2) Kurang atau tidak adanya sarana dan prasarana untuk cabang olahraga yang
ingin dikembangkan.
3) Tidak adanya anggaran untuk membiayai honor guru/ pelatih, sewa lapangan/
gedung dan pembelian alat, perlengkapan olahraga.
4) Program intrakurikuler dan ekstarkurikuler tidak merupakan satu kesatuan
program, tetapi berdiri sendiri-sendiri karena statusnya yang belum jelas.
5) Kurangnya perhatian dari pimpinan sekolah dan guru pendidikan jasmani
kesehatan dan penilik olahraga terhadap pembinaan atlet yang berbakat atau
berprestasi.
6) Belum terprogramnya dengan baik kegiatan latihan, pertandingan dan kompetisi
secara teratur, berjenjang dan berkesinambungan.
46
7) Belum melibatkan orang tua siswa dalam melaksanakan kegiatan
ekstrakurikuler.
8) Belum merupakan satu kesatuan sistem pembinaan.
9) Belum adanya penatara/ pelatihan bagi Guru Dasar Pendidikan Jasmani dan
Kesehatan di Sekolah Dasar.
2.8 Karakteristik Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia
Dini (6-12 tahun)
Pertumbuhan manusia sangat kompleks. Bukan hanya karena adanya variasi
di antara dua jenis kelamin atau di antara dua orang yang berbeda, tetapi juga variasi
di dalam diri orang yang sama dari waktu ke waktu selama proses pertumbuhan
berlangsung. Masa kanak-kanak memiliki karakteristik pertumbuhan yang lamban
dan relatif stabil. Tulang-tulang masih lemah dan akan tetap bertahan seperti itu
hingga masa pertumbuhan berakhir, yaitu sekitar akhir masa remaja.
Masa kanak-kanak secara garis besar dapat dibagi menjadi 3 periode, yaitu :
1) Periode usia 2 sampai 6 tahun yang disebut dengan awal masa kanak-kanak (usia
kelompok bermain taman kanak-kanak), 2) Periode usia 6 sampai 9 tahun yang
disebut dengan periode pertengahan masa kanak-kanak (usia kelas 1-4 sekolah dasar),
dan 3) Periode usia 9 usia 12 tahun yang disebut periode akhir masa kanak-kanak
(usia kelas 4-6 sekolah). (Asdep, 2010:21)
Pada usia 10-12 tahun karakteristik perkembangan gerak dasar seiring dengan
berkembangnya fisikya yang beranjak matang. Pada masa ini perkembangan gerak
47
atau motorik anak sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan sudah
selaras dengan kebutuhan dan minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan
gerak atau aktivitas fisik yang lincah. Oleh karena itu masa ini adalah masa yang
ideal untuk belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik. Ma’mun dan
Saputra (2000:67) menjelaskan keterampilan motorik sebagai berikut :
1) Keterampilan gerak kasar (gross motor skill), sebagai keterampilan yang
bercirikan gerak yang melibatkan kelompok otot-otot besar sebagai dasar utama
gerakannya, seperti : berjalan, berlari, melompat, naik dan turun tangga.
2) Keterampilan gerak halus (fine motor skill), adalah keterampilan-keterampilan
yang memerlukan kemampuan untuk mengontrol otot-otot kecil/halus agar
pelaksanaan keterampilan yang sukses tercapai. Seperti : menulis, menggambar,
memotong, melempar, dan menangkap bola serta memainkan benda-benda atau
alat-alat mainan.
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, penulis mempunya gambaran bahwa
anak-anak usia 10-12 tahun sudah memiliki keterampilan motorik baik keterampilan
kasar maupun keterampilan halus. Keterampilan berlari, berjalan, melompat dan naik
turun tangga misalnya, sering dilakukan oleh anak-anak pada saat mereka sedang
bermain. Hal ini berarti secara mendasar anak usia 10-12 tahun sudah memiliki
kemampuan gerak untuk ditindaklanjuti melalui suatu proses pembinaan.
2.8.1 Perkembangan Fisik dan Motorik
2) Tinggi dan berat badan anak laki-laki dan perempuan antara 111,8-152,4 cm
dan 20,0-40,8 kg.
48
3) Pertumbuhan lamban, terutama mulai usia sekitar 8 tahun hingga akhir periode
ini. Meskipun lamban, tetapi tetap ada penambahan pertumbuhan secara
bertahap dan ajeg, meskipun tidak senyata pertumbuhan yang di usia pra-
sekolah.
4) Tubuhnya akan memanjang, dengan penambahan tinggi badan rata-rata sekitar
5-7 cm dan berat badan sekitar 1,4-2,7 kg per tahun.
5) Perkembangan sesuai dengan prinsip cephalocaudal dan proximodistal, diman
otot-otot besar lebih berkembang disbanding otot kecil.
6) Perkembangan aspek fisiologis anak perempuan biasanya 1 tahun lebih awal
daripada anak laki-laki, dan perbedaan minat akan mulai tampak pada akhir
periode ini.
7) Kecendurungan untuk beraktivitas dengan tangan kanan sekitar 85% dan tangan
kiri 15%.
8) Kemampuan atau kecepatan reaksinya rendah khususnya di awal periode ini,
sebab mereka masih mengalami kesulitan untuk melakukan koordinasi mata-
tangan dan mata-kaki. Namun di akhir periode ini, kesulitan koordinasi sudah
dapat mereka atasi dengan baik.
9) Baik anak perempuan maupun laki-laki penuh tenaga dan enerjik, tapi pada
umumnya tidak memiliki daya tahan sehingga cepat lelah. Mereka biasanya
sangat responsif dalam berlatih.
10) Di akahir periode ini mekanisme persepsi visual sudah berkembang penuh.
49
11) Pada periode ini anak-anak biasanya masih perpenglihatan jarak jauh (
farsighted ) sehingga belum siap untuk melakukan pekerjaan yang
membutuhkan kecermatan penglihatan.
12) Sebagian besar gerak dasar mampu mereka lakukan dengan baik pada awal
periode ini.
13) Berbagai bentuk keterampilan dasar yang diperlukan dalam permainan, dapat
berkembang dengan baik.
14) Aktivitas yang memerlukan kecermatan mata dan anggota badan, seperti pasing
bola (dalam bolavoli) atau memukul lambungan bola (dalam softball),
berkembang sangat perlahan dan perlu berlatih berkali-kali sebelum mereka
dapat melakukan dengan baik.
Periode ini ditandai dengan adanya masa transisi dari perbaikan kemampuan
melakukan gerak dasar menuju kearah penguasaan keterampilan dasar yang
diperlukan dalam permainan olahraga kecabangan. ASDEP Kemenpora (2007:37)
2.8.2 Aspek Psikologis Anak Usia Dini dalam Berolahraga
Menurut Yuanita Nasution (2000) dalam KONI, Gerakan Nasional Garuda
Emas, Buku 1 (2000 : 3), tentang aspek psikologis dalam pemanduan bakat olahraga.
Seorang anak selalu mencari pengakuan dari orang dewasa akan kemampuan dirinya.
Dalam melakukan aktivitas olahraga, pujian terhadap penampilan anak dapat
mengembangkan aspek psikologisnya, seperti perasaan percaya diri, kegembiraan,
harga diri, pengalaman merasakan mencapai tujuan, dan pengakuan dari teman
sebaya. Sebaliknya, jika anak mendapatkan pengalaman yang negatif dalam
50
berolahraga, maka aspek psikologisnya pun dapat berkembang secara negatif. Disini
penilaian dari negatif, frustasi, agresi, dan aspek negatif lain dapat terlihat dengan
jelas.
Periode usia dini adalah periode umur anak sekitar 6-14 tahun. Periode umur
ini teramat penting, namun sekaligus juga teramat berpengaruh dalam perkembangan
dan pertumbuhan fisik serta psikologis anak. Apabila dalam masa kritis ini, anak
tidak memperoleh rangsangan dan latihan yang tepat untuk pertumbuhan dan
perkembangan potensi fisik serta kepribadiannya, maka kita akan kehilangan
kesempatan emas baginya untuk berkembang secara optimal. Kesempatan ini tidak
akan ditemui lagi pada tahap berikutnya, karena kesempatan baik seperti itu hanya
akan kita jumpai sekali saja dalam kurun waktu hidup kita.
Setelah anak mulai berusia 5 tahun, mereka mulai dapat dikenalkan dengan
jenis olahraga permainan yang lebih kompleks, yang melibatkan kerjasama dan
kompetisi. Namun perlu diperhatikan disini, kompetisi yang dimaksud haruslah tetap
berada dalam konteks bermain. Untuk memulai olahraga yang memiliki aturan formal
sebaiknya tunggu anak sampai berusia minimal 8-9 tahun.
Dalam olahraga kompetitif, pemain bukan hanya berusaha mencapai
targetnya, tapi juga berusaha mencegah lawan mencapai target mereka. Hal ini
biasanya terjadi karena terlalu menekankan untuk mencapai kemenangan. Oleh
karena itu, orang dewasa yang terlibat dalam kompetisi olahraga atlet usia dini juga
perlu mendapat pengetahuan dan pendidikan tentang pembinaan olahraga atlet usia
dini.
51
Sasaran yang ingin dicapai melalui pemanduan dan pembinaan olahraga sejak
usia dini secara umum, yaitu membantu terwujudnya pembangunan watak dan
karakter bangsa dalam pembangunan nasional Indonesia seutuhnya, disamping upaya
untuk mendapatkan olahragawan sejak usia dini yang berbakat dan potensial.
Sehingga siap dikembangkan dalam berbagai cabang olahraga, untuk mencapai
prestasi tinggi baik tingkat daerah, nasional maupun tingkat Internasional. Untuk
mencapai hasil yang maksimal dan optimal, maka pembibitan sejak usia dini harus
dilaksanakan dengan konsisten, berkesinambungan, mendasar, sistematis, efesien,
dan terpadu. Untuk itu perlu upaya agar anak-anak ingin, gemar bermain dan
berolahraga sedini mungkin dengan adanya panduan yang baik dan benar. Sehingga
dapat memacu perkembangan organ tubuhnya dan dengan pendekatan yang persuasif,
anak-anak usia dini tersebut dapat berminat menjadi atlet.
2.8.3 Indikator Perkembangan Anak Usia Dini
Beberapa hal yang dapat dijadikan indikator perkembangan anak usia dini,
dimana kiranya berbakat untuk menjadi atlet berprestasi tinggi, yaitu : (1) prestasi/
performa yang dicapai, (2) stabilitas peningkatan prestasi, (3) daya toleransi terhadap
beban/ latihan, (4) memiliki jiwa kompetitif yang tinggi, (5) mudah mempelajari/
menguasai keterampilan yang baru ( Said Junaidi, 2003: 19 ).
52
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan ditetapkan berdasarkan pada tujuan
penelitian yang diharapkan. Metode adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk
memecahkan masalah penelitian, sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan analisis
kuantitatif dan kualitatif, sesuai dengan tujuan agar dapat memperoleh data dengan
lengkap sesuai yang diinginkan.
3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian
3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dengan judul ”Penelusuran Potensi Daerah untuk Pembinaan
Olahraga Usia Dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun 2010” ini
dilaksanakan di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Sebuah kecamatan di
ujung selatan Provinsi Jawa Tengah yang berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa
Timur.
3.2.2 Sasaran Penelitian
Dalam penelitian yang bersifat penelusuran ini sasaran penelitiannya adalah :
1) 5 orang Kepala Sekolah Dasar di wilayah Kecamatan baturetno,2) 5 orang guru
53
Penjasorkes SD di wilayah Kecamatan Baturetno, 3) 5 Orang Wali murid SD, 4) 5
orang warga masyarakat yang peduli terhadap olahraga, 5) Tokoh KONI dan
DISPORA Kabupaten Wonogiri. Serta 103 siswa SD Negeri 3 Baturetno sebagai
peserta Iowa-Brance Test for Motor Educability.
3.3 Variabel Penelitian
Variabel adalah apa yang menjadi titik perhatian atau objek penelitian
(Arikunto, 1998:117). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal atau
satu variabel yaitu potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan
Baturetno Kabupaten Wonogiri.
3.4 Sumber Data Penelitian
Sumber data adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Sedangkan subjek
sendiri diambil dari sumber data, dalam hubungan dengan seluruh atau sebagian
sumber data. Suharsmi Arikunto (2006 : 129).
Subjek dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, guru penjas, tokoh
masyarakat dan unsur pimpinan KONI dan DINPORA Wonogiri, serta siswa putra
dan putri SD Negeri kelas 4, 5, dan 6 di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
yang ikut dalam tes penelusuran potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini
di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.
Sedangkan Objek yang diteliti dalam penelitian ini adalah potensi daerah
untuk pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.
54
3.5 Instrumen Penelitian
Instrumen Penelitian adalah alat/ fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam
mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam
arti lebih cermat, lengkap dan sistematis. Dari pengertian tersebut diatas dapat
disimpulkan bahwa instrumen adalah alat yang digunakan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data yang berkaitan dengan permasalahan peneliti.
3.5.1 Tes Iowa-Brace Test for Motor Educability
Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan persiapan
alat-alat yang digunakan untuk pelaksanaan Iowa-Brace Test for Motor Educability
yaitu:
1) Tes 1
Berdiri dengan kaki kiri. Membungkuk ke depan, dua telapak tangan
menyentuh lantai. Luruskan tungkai kanan ke belakang. Sentuhkan dahi ke
lantai, dan kembali ke posisi berdiri tanpa kehilangan keseimbangan
2) Tes 2
Duduk di lantai, tungkai lurus dan rapat. Letakaan tangan kanan di lantai di
belakang badan. Putar badan ke arah kanan daan luruskan lengan hinga badan
terangkat. Berat badan di sangga oleh tangan kanan daan kaki kanan.
Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.
55
3) Tes 3
Berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada diantara tungkai melewati
bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah jemari tangan dengan di
depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001,
1002, 1003, 1004, 1005.
4) Tes 4
Balik kanan, berlutut dengan 1 tungkai, dan angkat tungkai yang lain (bertumpu
hanya pada 1 lutut). Rentangkan kedua lengan ke samping. Pertahankan posisi
ini selama lima hitungan.1001,1002, 1003, 1004, 1005.
5) Tes 5
Melompat setinggi-tingginya, sambil kaki bertepuk 2×, mendarat dengan kaki
terbuka.
6) Tes 6
Tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri di bahu kanan. Tungkai menyilang,
kemudian duduk. Berdiri kembali dengan kedua tangan tetap di bahu, tidak
boleh menggerak-gerakan badan atau tungkai untuk membantu keseimbangan.
7) Tes
Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah
kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak
kehilangan keseimbangan atau melangkah.
8) Tes 8
Berdiri 1 kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5 lompatan
56
9) Tes 9
Melompat setingi tinginya, ayun kedua tungkai lurus ke depan, saat melayang
sentuh ujung jari kaki dengan jari tangan.
10) Tes 10
Berdiri dengan kaki kiri. Melompat sambil melakukan ½ putaran (180º) ke arah
kiri dan pertahankan keseimbangan.
11) Tes 11
Melompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan. Ayun kedua tungkai ke arah sisi
kiri badan. Saat melayang, kedua kaki bertepuk. Saat kaki bertepuk/
bersentuhan, posisi kaki berada di luar garis bahu. Mendarat dengan kaki
terbuka.
12) Tes 12
Berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas (punggung kaki melekat di
lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan dua kaki. Sebelum
melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.
13) Tes 13
Jongkok, dengan satu tungkai lurus ke depan. Lakukan lompatan dengan
bergantian kaki tungku dan tungkai yang di luruskan. Lakukan dua kali
lompatan untuk tiap tungkai. Tumit tungkai harus lurus boleh menyentuh lantai,
sementara tumit tungkai yang di tekuk harus selalu menyentuh pinggul.
57
14) Tes 14
Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah
kanan. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak
bolah kehilangan keseimbangan atau melangkah.
15) Tes 15
Duduk dengan tungkai ditekuk di depan dada. Masukkan kedua lengan di antara
tungkai, lewat bawah lutut, pegang pergelangan kaki. Berguling cepat ke arah
kanan, dengan berat badan pertama di tumpukan di lutut kanan, kemudian bahu
kanan, punggung, bahu kiri, lutut kiri, dan kembali ke posisi duduk. Saat
kembali ke posisi duduk, menghadap ke arah yang berlawanan dengan arah
menghadap saat sebelum bergerak.
Tes ini dianggap cocok diterapkan untuk siswa sekolah dasar karena pada usia
10-12 tahun karakteristik perkembangan gerak dasar seiring dengan berkembangnya
fisikya yang beranjak matang. Pada masa ini perkembangan gerak atau motorik anak
sudah dapat terkoordinasi dengan baik. Setiap gerakan sudah selaras dengan
kebutuhan dan minatnya. Pada masa ini ditandai dengan kelebihan gerak atau
aktivitas fisik yang lincah. Oleh karena itu masa ini adalah masa yang ideal untuk
belajar keterampilan yang berkaitan dengan motorik.
Berdasarkan penjelasan diatas, penulis mempunyai gambaran bahwa anak-
anak usia 10-12 tahun sudah memiliki keterampilan motorik baik keterampilan kasar
maupun keterampilan halus. Keterampilan berlari, berjalan, melompat dan naik turun
tangga misalnya, sering dilakukan oleh anak-anak pada saat mereka sedang bermain.
58
Hal ini berarti secara mendasar anak usia 10-12 tahun sudah memiliki kemampuan
gerak untuk ditindaklanjuti melalui suatu proses pembinaan. Ma’mun dan Saputra
(2000:67)
3.5.2 Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger,
agenda, dan sebagainya ( Suharsimi Arikunto, 2006: 231). Dalam penelitian ini yang
didokumentasikan adalah daftar nama peserta Penelusuran Potensi Daerah Untuk
Pembinaan Olahraga Usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri Tahun
2010, dan foto-foto pelaksanaan Iowa-Brace Test for Motor Educability.
3.5.3 Wawancara
Menurut Suharsimi Arikunto wawancara adalah sebuah dialog yang dilakukan
oleh pewawancara untuk memperoleh informasi dari terwawancara (2006 : 155).
Peneliti menggunakan pedoman wawancara untuk mendapatkan informasi
yang berkaitan dengan pembelajaran penjas. Wawancara tersebut dilakukan dengan
teknik tanya jawab secara langsung terhadap kepala sekolah, guru penjas, tokoh
masyarakat dan unsur pimpinan KONI dan DINPORA Kabupaten Wonogiri.
Adapun aspek yang diungkap dalam lembar wawancara meliputi : (1) Aspek
Sumber Daya Manusia (2) aspek Sumber Daya Lingkungan (3) aspek Sumber Daya
Manajemen
59
3.5.4 Metode Angket
Angket atau kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan diukur dan tahu apa yang
bisa diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga cocok digunakan bila
jumlah responden cukup besar dan tesebar di wilayah yang luas. (Sugiyono, 2008 :
142)
Dalam penelitian ini angket digunakan guna memperoleh data mengenai
pembinaan olahraga usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.
Responden yang digunakan adalah kepala sekolah, guru penjas, wali murid dan tokoh
masyarakat di Kecamatan Baturetno, serta segenap pimpinan KONI dan DINPORA
Kabupaten Wonogiri.
Angket yang digunakan adalah jenis angket tertutup yaitu angket yang
diberikan langsung kepada responden untuk dijawab. Sebelum menyusun kuesioner
hendaknya pertanyaan di susun berdasarkan faktor- faktor yang digunakan untuk
mengukur selanjutnya faktor- faktor tersebut di jabarkan menjadi butir- butir
pertanyaan yang membentuk intrumen pertanyaan untuk memberikan gambaran
secara menyeluruh mengenai angket yang di gunakan. Mengadakan spesifikasi data
yang menjabarkan minat yang lebih mengarahkan bentuk kisi-kisi pertanyaan.
60
3.6 Prosedur Penelitian
Sebelum memulai dengan pengumpulan data, perlu diperhatikan beberapa
langkah yang harus ditempuh supaya tidak terjadi suatu kesalahan dalam penelitian.
Langkah awal yang harus di lakukan untuk mengumpulkan data adalah dengan
menggunakan persiapan secara terarah dan sistematis sehingga data yang terkumpul
benar-benar mewakili seluruh populasi serta pelaksanaan dapat efektif dan efisien.
3.6.1 Prosedur pelaksanaan Tes Iowa-Brace Test for Motor Educability
Tes Iowa-Brace Test for Motor Educability dilaksanakan di satu tempat yaitu
SD Negeri 3 Baturetno Kbupaten Wonogiri. Hanya dilakukan di satu sekolah karena
jumlah siswa kelas 4, 5, dan 6 sudah mencukupi criteria batas minimal yang
diharuskan dalam penelitian ini dengan jumlah 109 siswa. Tes dilaksanakan pada hari
Sabtu, 31 Juli 2010 pukul 07.00 - selesai di SD Negeri 3 Baturetno. Sebelum
melkukan tes terlebih dahulu semua siswa diukur tinggi badan dan berat badannya.
Petunjuk pelaksanaan tes Iowa-Brace Test for Motor Educability adalah sebagai
berikut :
1) Tiap siswa melakukan 10 macam tes, dengan criteria seperti yang dapat dilihat
pada table 2.1
2) Pelaksanaan tes dibagi menjadi 2 bagian, dimana tiap bagian berisi 5 jenis tes.
3) Peserta tes dibagi menjadi 2 kelompok
4) Kelompok 1 melakukan 1 bagian tes pertama ( 5 item tes ), kemudian istirahat,
sementara kelompok 2 melakukan 1 bagian pertama, dan seterusnya.
61
3.6.2 Norma Penilaian Tes
Penilaian untuk tes Iowa-Brace Test for Motor Educability adalah sebagai
berikut :
1) Setiap anak diberi kesempatan melakukan tiap item 2x
2) Bila pada kesempatan pertama siswa dapat melakukan gerakan dengan baik, nilai
2
3) Bila kesempatan pertama gagal, kemudian berhasil di kesempatan ke-2, nilai 1
4) Setelah 2x kesempatan melakukan tetap gagal, nilai 0
5) Jenis danurutan tes antara putra dan putrid berbeda.
6) SISWA TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK BERLATIH, tetapi berhak diberi
dan melihat contoh gerakan.
7) Jumlahkan nilai dari 10 gerakan, kemudian konversikan ke skor T seperti pada
table berikut ini :
Tabel 3.1 : Skor T untuk hasil tes siswa kelas 4, 5, dan 6 Sekolah Dasar
Nilai Hasil Tes PUTRA PUTRI
20 69 67
19 66 65
18 63 62
17 60 60
16 57 58
15 54 56
62
14 51 54
13 48 52
12 45 50
11 43 48
10 41 45
9 39 42
8 37 39
7 35 36
6 33 33
5 31 30
4 29 28
3 27 26
2 25 24
1 23 -
Sumber : Brry L., Jack K. Nelson
Practical Measurements for Evaluation in Physical Education
1970:144-148
63
3.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penelitian
3.7.1 Faktor Psikologis Sampel
Yang termasuk dalam faktor psikologis adalah :
1) Intelektual atau kecerdasan yang ditentukan oleh pendidikan dan bakat yang
dimiliki oleh sampel.
2) Motivasi, baik yang datang dari dalam maupun dari luar diri sampel, seperti
harga diri, kepercayaan diri, prasarana sehat, sedangkan yang dari luar adalah
penghargaan, pijian, dan lain sebagainya.
3.7.2 Faktor Kegiatan di Luar Penelitian
Kegiatan di luar atau sebelum dilaksanakan penelitian sangatlah sulit untuk
dipantau, sehingga sebelum tes dilaksanakan penulis dengan staf pengajar
memberikan penerbitan pada tastee untuk melakukan kegiatan yang tidak melelahkan
kondisi fisiknya.
3.7.3 Faktor Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan
beberapa faktor, antara lain : validitas, reabilitas, obyektifias, ekonomis mempunyai
norma dan tuntunan pelaksanaan.
3.7.4 Faktor Kondisi dan Kemampuan Sampel
Kondisi dan kemampuan sampel tidaklah sama, sehingga sebelum
melaksanakan tes, dibantu guru untuk menayakan kesehatan sampel, sehingga lebih
mudah untuk mengadakan koreksi ketika dalam persiapan dan pelaksanaan tes.
64
3.8 Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam penelitian, karena
analisis data dapat memberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah penelitian. Dari data yang telah dikumpulkan kemudian dipisah-pisah
menurut jenisnya masing-masing dan disusun untuk dianalisis dan disimpulkan.
Adapun teknik analisis yang telah digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis Deskriptif Prosentase.
Keterangan:
n = Jumlah Pilihan
N = Jumlah Responden
100% xN
n=
65
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Wilayah Penelitian
4.1.1 Keadaan Geografis
Kabupaten Wonogiri, dengan luas wilayah 182.236,02 Ha secara geografis
terletak pada garis lintang 7 0 32' sampai 8 0 15' dan garis bujur 110 0 41' sampai 111
0 18' dengan batas-batas sebagai berikut:
Sebelah Utara : berbatas dengan Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Karanganyar
Sebelah Timur : berbatas dengan Kabupaten Karanganyar dan Kabupaten
Ponorogo (Jawa Timur).
Sebelah Selatan : berbatas dengan Kabupaten Pacitan (Jawa Timir) dan
Samudra Indonesia.
Sebelah Barat : berbatas dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Kabupaten
Klaten.
Secara umum daerah ini beriklim tropis, mempunyai 2 musim yaitu
penghujan dan kemarau dengan temperatur rata-rata 24 ° C hingga 32 ° C.
66
4.1.2 Topografi
Dengan topografi daerah yang tidak rata, perbedaan antara satu kawasan
dengan kawasan lain membuat kondisi sumber daya alam juga saling berbeda. Di
Wonogiri hampir sebagian besar tanahnya tidak terlalu subur untuk pertanian,
berbatuan dan kering membuat penduduknya lebih banyak merantau(boro).
Kabupaten Wonogiri mempunyai Waduk buatan yaitu Gajah Mungkur yang
selain menjadi sumber mata pencaharian petani nelayan dan sumber irigasi
persawahan juga merupakan aset wisata yang telah banyak dikunjungi oleh para
wisatawan domestik.
Disamping itu Kabupaten Wonogiri juga mempunyai 2 (dua) pantai yaitu
Pantai Sembukan dan Pantai Nampu yang mempunyai pasir putih yang sangat tebal
dan cocok untuk berwisata.
4.1.3 Sumber Daya Alam
1) Komposisi Penggunaan Lahan
Komposisi penggunaan lahan adalah sebagai berikut : Sawah seluas 32.701 Ha
(17,94%), tegal seluas 65.381 Ha (35,88%), Bangunan/ pekarangan seluas
38.199 Ha (20,96 %), Hutan Negara seluas 13.942 Ha (7,65%), Hutan Rakyat
9278 Ha (5,09%) dan Lain-lain seluas 22.735 Ha (12,48 %).
2) Jenis Tanah
Ada jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Wonogiri, yaitu Aluvia, Litosol,
Regosol, Andesol, Grumusol, Mediterian, dan Latosal.
67
3) Bahan Galian ( Tambang )
Variasi dan potensi bahan galian mineral golongan B dan bahan galian Golongan
C yang bermanfaat untuk pembangunan dipengaruhi oleh Struktur antara lain :
sirtu, andesit, batu gamping, trass, padas, tanah liat, kalsit, batu ½ permata dan
emas. Formasi geologis. Potensi bahan galian (tambang) di Kabupaten Wonogiri.
( Sumber Data Wonogiri Dalam Angka Tahun 2006 )
4.1.4 Sejarah
Sejarah berdirinya Kabupaten Wonogiri dimulai dari embrio "kerajaan kecil"
di bumi Nglaroh Desa Pule Kecamatan Selogiri. Di daerah inilah dimulainya
penyusunan bentuk organisasi pemerintahan yang masih sangat terbatas dan sangat
sederhana, dan dikemudian hari menjadi simbol semangat pemersatu perjuangan
rakyat. Inisiatif untuk menjadikan Wonogiri (Nglaroh) sebagai basis perjuangan
Raden Mas Said, adalah dari rakyat Wonogiri sendiri (Wiradiwangsa) yang kemudian
didukung oleh penduduk Wonogiri pada saat itu.
Mulai saat itulah Nglaroh (Wonogiri) menjadi daerah yang sangat penting,
yang melahirkan peristiwa-peristiwa bersejarah di kemudian hari. Tepatnya pada hari
Rabu Kliwon tanggal 3 Rabi'ul awal (Mulud) Tahun Jumakir, Windu Senggoro:
Angrasa retu ngoyang jagad atau 1666, dan apabila mengikuti perhitungan masehi
maka menjadi hari Rabu Kliwon tanggal 19 Mei 1741 ( Kahutaman Sumbering Giri
Linuwih), Ngalaroh telah menjadi kerajaan kecil yang dikuatkan dengan dibentuknya
kepala punggawa dan patih sebagai perlengkapan (institusi pemerintah) suatu
kerajaan walaupun masih sangat sederhana. Masyarakat Wonogiri dengan pimpinan
68
Raden Mas Said selama penjajajahan Belanda telah pula menunjukkan reaksinya
menentang kolonial.
Jerih payah pengeran Samber Nyawa ( Raden Mas Said ) ini berakhir dengan
hasil sukses terbukti beliau dapat menjadi Adipati di Mangkunegaran dan Bergelar
Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro I. Peristiwa tersebut
diteladani hingga sekarang karena berkat sikap dan sifat kahutaman ( keberanian dan
keluhuran budi ) perjuangan pemimpin, pemuka masyarakat yang selalu didukung
semangat kerja sama seluruh rakyat di Wilayah Kabupaten Wonogiri.
4.1.5 Pemerintahan
Saat ini Kabupaten Wonogiri dipimpin oleh Bupati Dhanar Rahmanto dan
Wakil Bupati Yuli Handoko yang memenangkan Pemilihan Umum Kepala Daerah
untuk masa jabatan 2010-2015. Dalam jalannya roda pemerintahan, bertumpu pada
semboyan Wonogiri SUKSES yang merupakan singkatan dari STABILITAS,
UNDANG-UNDANG, KOORDINASI, SASARAN, EVALUASI, dan SEMANGAT
JUANG.
4.1.6 Priwisata
Di Kabupaten Wonogiri terdapat banyak tempat wisata yang bisa dikunjungi.
Baik wisata spiritual, petualangan, wisata alam dan lain sebagainya. Di antaranya
obyek wisata Waduk Gajah Mungkur, wisata gantole.
Terdapat sebuah situs bersejarah bernama "Kahyangan" di dusun Dlepih,
Tirtomoyo, yang jaraknya kurang lebih 47 km dari ibu kota kabupaten Wonogiri.
69
Dari Kota Wonogiri, pengunjung bisa naik bus dari terminal bus giriwono dan
naik minibus dari dekat ponten (dekat Kantor Badan Pertanahan), jurusan Tirtomoyo.
Dari Tirtomoyo, bisa naik angdes jurusan Kahyangan atau Sukarjo. Sampai sekarang
belum ada angdes yang bisa masuk sampai Kahyangan, sehingga harus dilanjutkan
jalan kaki sekitar 1 Km. Pengunjung berkendaraan bisa langsung sampai ke tempat
parkir Kahyangan.
Desa Taman, di mana Kahyangan berada, dulunya merupakan sentra batik
tulis, yang produknya banyak disetorkan ke Solo, untuk diproses lanjut. Banyak
warga desa yang bergerak di bidang yang berhubungan dengan batik, baik sebagai
pembatik, pembuat patron, pemasok kain mori. Akan tetapi, seiring dengan
diperkenalkannya teknik pembuatan genting press, yang hasilnya cepat diperoleh,
maka semakin lama industri batik semakin tergeser.
Sesampai di Kahyangan, pengunjung akan mendapati goa yang terletak di atas
kedung. Konon, tempat itu sebagai tempat bersemedinya Danang Suto Wijoyo, atau
yang dikenal dengan Panembahan Senopati, raja pertama kerajaan Mataram Islam.
Selain itu, terdapat pula air terjun, dan puncak Kahyangan yang konon merupakan
tempat di mana Sutowijoyo menemuai Kanjeng Ratu Kidul, sehingga bagi yang
percaya takhayul, dilarang memakai baju yang berwarna hijau.
Tempat itu sangat ramai di malam menjelang pergantian tahun Jawa (bulan
Suro). Banyak pendatang dari luar daerah, terutama dari daerah Yogyakarta, untuk
bertirakatan di sana. Di hari-hari biasa, terutama malam Jumat Kliwon, biasanya
banyak dikunjungi orang-orang dari luar daerah, yang mengadakan syukuran atas
70
keberhasilan yang telah dicapai di tempat perantaunnya, dengan mengundang warga
sekitar.
4.1.7 Pertanian
Secara umum, wilayah Kabupaten Wonogiri terbagi menjadi 2 kelompok.
Wilayah selatan yang membentang dari perbatasan Kabupaten Pacitan (Provinsi Jawa
Timur) sampai perbatasan Kabupaten Gunung Kidul (Provinsi DIY) adalah wilayah
yang kaya dengan pegunungan kapur. Pada area ini tidak banyak yang bisa dilakukan
kecuali berladang (palawija) dengan ketergantungan pada curah hujan. Curah hujan
per tahun berada pada level yang rendah. Area ini memiliki banyak sumber air dalam,
dimana sampai saat ini masih belum bisa dimanfaatkan. Di beberapa tempat, dapat
dijumpai sawah dengan jenis padi khusus (padi Gogo Rancah), ditanam pada media
tanah yang sengaja diurugkan di atas batuan kapur.
Dari area timur berbatasan dengan Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur), area
utara berbatasan dengan Kabupaten Karanganyar, dan area barat berbatasan dengan
berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, memiliki karakteristik yang relatif
mendukung. Curah hujan yang cukup, dengan dukungan irigasi yang optimal, mampu
mendukung budaya pertanian yang lebih menjanjikan. Hamparan sawah banyak
dijumpai pada area ini.
4.1.8 Industri
Di bidang industri, Kabupaten Wonogiri memiliki beberapa perusahaan yang
maju. Deltomed Laboratories dan Air Mancur contoh perusahaan jamu yang maju.
Menghasilkan produk-produk jamu kemasan modern, perusahaan ini termasuk salah
71
satu industri yang mampu bersaing di tingkat nasional. Industri jamu juga terdapat
pada level industri kecil, di mana banyak perajin jamu yang memasarkan di pasaran
lokal. Banyak pula perajin jamu yang merantau ke luar daerah, lalu eksis di kota-kota
besar di Indonesia.
Di samping jamu, Kabupaten Wonogiri juga memiliki industri makanan
bakso. Sebagaimana perajin jamu, mereka juga banyak yang merantau ke luar daerah,
lalu mendapatkan hasil yang memuaskan. Industri transportasi di Kabupaten
Wonogiri juga turut memberikan sumbangan. Beberapa perusahaan transportasi bus
AKAP (antar kota antar provinsi) banyak terdapat dan dimiliki oleh pengusaha lokal.
Rata-rata mereka melayani rute ke arah Jakarta, beberapa kota di pulau Sumatera dan
kota Denpasar.
4.1.9 Pendidikan
Dinas Pendidikan mencatat bahwa jumlah murid SD/MI 98.381 orang dengan
jumlah sekolah sebanyak 862 SD/MI negeri maupun swasta. Rasio guru murid SD
sebesar 17.
Tabel 4.1 JUMLAH SLB, TK DAN SD, GURU DAN MURID DIPERINCI PER
KECAMATAN DI KABUPATEN WONOGIRI TAHUN AJARAN 2007/2 008
Kecamatan
Sekolah Luar Biasa
Taman Kanak-kanak Sekolah Dasar
Sklh Guru Murid Sekolah Guru PNS dan NON
Murid Sekolah Guru Murid
1.Pracimantoro - - - 25 50 569 54 406 5.382
2.Paranggupito - - - 9 14 312 19 101 1.619
72
3.Giritontro - - - 9 17 125 18 145 1.737
4.Giriwoyo - - - 16 25 288 37 302 3.168
5.Batuwarno - - - 17 39 229 19 130 1.490
6.Karangtengah - - - 6 15 87 19 82 2.111
7.Tirtomoyo - - - 20 72 492 43 322 4.565
8.Nguntoronadi 1 5 41 14 33 274 24 164 1.994
9.Baturetno - - - 31 85 780 38 309 4.148
10.Eromoko 1 12 62 20 29 452 43 314 3.637
11.Wuryantoro - - - 19 55 415 25 185 2.211
12.Manyaran - - - 11 26 309 35 248 3.282
13.Selogiri 2 23 81 24 58 564 33 329 3.322
14.Wonogiri 1 14 83 54 186 1.809 54 507 7.737
15.Ngadirojo - - - 26 72 489 41 322 4.803
16.Sidoharjo - - - 22 53 521 33 223 4.159
17.Jatiroto - - - 20 43 419 33 207 3.849
18.Kismantoro - - - 15 30 276 27 207 3.891
19.Purwantoro - - - 22 57 540 35 234 5.271
20.Bulukerto - - - 17 44 374 25 166 3.388
21.Puhpelem - - - 7 6 114 14 82 1.824
22.Slogohimo - - - 24 54 591 39 285 5.141
23.Jatisrono - - - 33 87 777 37 263 5.995
24.Jatipurno - - - 18 22 376 28 159 3.694
73
74
25.Girimarto - - - 24 45 343 35 257 3.772
Tahun 2007 Tahun 2006 Tahun 2005 Tahun 2004 Tahun 2003
5 5 5 4 4
54 54 49 36 39
267 248 242 196 150
502 499 494 455 438
1.217 1.054 1.134 921 936
11.616 11.578 12.079 10.757 10.336
808 816 819 820 829
5.949 5.761 5.676 5.530 5.481
92.190 93.680 94.786 95.779 98.582
Sumber : http://www.wonogirikab.go.id. Diakses pada 10 Agustus 2011
4.2 Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi siswa sekolah dasar di
Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri serta untuk mengetahui bakat siswa
sekolah dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Untuk mengetahui
potensi bakat dalam penelitian ini digunakan tes dengan metode Iowa-Brace Test for
Motor Educability. Dimana dalam metode tersebut terdiri dari 10 butir tes untuk
siswa putra dan 10 butir tes untuk siswa putri yang terbagi dalam 2 kali test. Pada
siswa putra ,tes pertama yang dilakukan 5 test yaitu test 8, test 4, test 10, test 9, dan
test 7. Kedua dilakukan 5 test terdiri dari : test 2, test 3, test 6, test 12, dan test 13.
Pada siswa putri juga dilakukan 2 kali tes. Pertama terdiri dari test 8, test 14, test
7, test 15, dan test 9. Kedua terdiri dari test 1, test 3, test 12, test 11, dan test 5.
4.2 Hasil Analisis Data Tes Iowa-Brace Test For Motor Educability
Pada pelaksanaannya tes Iowa-Brace Test for Motor Educability yang
dilakukan terhadap siswa putra dan putri sesuai dengan petunjuk pelaksanaan tes,
diperoleh data sebagai berikut :
4.2.1 Siswa Putra
1) Test 8
Test 8 ini terdiri dari berdiri 1 kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5
lompatan.
Tabel 4.2 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 40 71,42%
2 1 13 23,21%
3 0 3 5,35%
Total 56 100%
Hasil tes 8 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 40 siswa dan dengan jumlah persentase 71,42 %. b)
Nilai 1 sebanyak 13 siswa dengan jumlah persentase 23,21%. c) Nilai 0 sebanyak 3
siswa dengan jumlah persentase 5,35%.
2) Test 4
Test 4 ini terdiri dari balik kanan, berlutut dengan 1 tungkai, dan angkat
tungkai yang lain (bertumpu hanya pada 1 lutut). Rentangkan kedua lengan ke
samping. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan.1001,1002, 1003, 1004, 1005.
75
Tabel 4.3. Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 4 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 29 51,79%
2 1 23 41,08%
3 0 4 7,14%
Total 56 100%
Hasil tes 4 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 29 siswa dan dengan jumlah persentase 51,79%. b)
Nilai 1 sebanyak 23 siswa dengan jumlah persentase 41,08%. c) Nilai 0 sebanyak 4
siswa dengan jumlah persentase 7,14%.
3) Test 10
Test 10 ini terdiri dari berdiri dengan kaki kiri. Melompat sambil melakukan
½ putaran (180º) ke arah kiri dan pertahankan keseimbangan.
Tabel 4.4. Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 10 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 43 76,79%
2 1 12 21,42%
3 0 1 1,79%
Total 56 100%
76
Hasil tes 10 untuk siswa putra Sekolah Dasar Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 43 siswa dan dengan jumlah persentase 76,79%. b)
Nilai 1 sebanyak 12 siswa dengan jumlah persentase 21,42%. c) Nilai 0 sebanyak 1
siswa atau tidak ada dengan jumlah persentase 1,79%.
4) Test 9
Test 9 ini terdiri dari melompat setinggi-tingginya, ayun kedua tungkai lurus
ke depan, saat melayang sentuh ujung jari kaki dengan jari tangan.
Tabel 4.5 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 21 37,50%
2 1 22 39,29%
3 0 13 23,21%
Total 56 100%
Hasil tes 9 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 21 siswa dengan jumlah persentase 37,5%. b) Nilai 1
sebanyak 22 siswa dengan jumlah persentase 39,29%. c) Nilai 0 sebanyak 13 siswa
dengan jumlah persentase 23,21%.
5) Test 7
Test 7 ini terdiri dari berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan
putaran 360º ke arah kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat
mendarat, tidak kehilangan keseimbangan atau melangkah.
77
Tabel 4.6. Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 7 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 35 62,50%
2 1 18 32,14%
3 0 3 5,35%
Total 56 100%
Hasil tes 7 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 35 siswa dan dengan jumlah persentase 62,50%. b)
Nilai 1 sebanyak 18 siswa dengan jumlah persentase 23,14%. c) Nilai 0 sebanyak 3
siswa dengan jumlah persentase 5,35%.
6) Test 2
Test 2 ini terdiri dari duduk di lantai, tungkai lurus dan rapat. Letakaan
tangan kanan di lantai di belakang badan. Putar badan ke arah kanan daan luruskan
lengan hinga badan terangkat. Berat badan di sangga oleh tangan kanan daan kaki
kanan. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.
Tabel 4.7 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 2 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 41 73,21%
2 1 11 19,64%
78
3 0 4 7,14%
Total 56 100%
Hasil tes 8 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 41 siswa dan dengan jumlah persentase 73,21%. b)
Nilai 1 sebanyak 11 siswa dan dengan jumlah persentase 19,64%. c) Nilai 0
sebanyak 4 siswa dengan jumlah persentase 7,14%.
7) Test 3
Test 3 ini terdiri dari berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada
diantara tungkai melewati bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah
jemari tangan dengan di depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima
hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.
Tabel 4.8 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 38 67,85%
2 1 7 12,50%
3 0 11 19,64%
Total 56 100%
Hasil tes 3 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 38 siswa dan dengan jumlah persentase 67,85 %. b)
79
Nilai 1 sebanyak 7 siswa dengan jumlah persentase 12,50%. c) Nilai 0 sebanyak 11
siswa dengan jumlah persentase 19,64%.
8) Test 6
Test 6 ini terdiri dari tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri di bahu kanan.
Tungkai menyilang, kemudian duduk. Berdiri kembali dengan kedua tangan tetap di
bahu, tidak boleh menggerak-gerakan badan atau tungkai untuk membantu
keseimbangan.
Tabel 4.9 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 6 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 46 82,14%
2 1 9 16,08%
3 0 1 1,79%
Total 56 100%
Hasil tes 6 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 46 siswa dan dengan jumlah persentase 82,14%. b)
Nilai 1 sebanyak 9 siswa dengan jumlah persentase 16,08%. c) Nilai 0 sebanyak 1
siswa dengan jumlah persentase 1,79%.
80
9) Test 12
Test 12 ini terdiri dari berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas
(punggung kaki melekat di lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan
dua kaki. Sebelum melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.
Tabel 4.10 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 47 83,92%
2 1 5 8,92%
3 0 4 7,14%
Total 56 100%
Hasil tes 12 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 47 siswa dengan jumlah persentase 83,92%. b) Nilai
1 sebanyak 5 siswa dengan jumlah persentase 8,92%. c) Nilai 0 sebanyak 4 siswa
dengan jumlah persentase 7,14%.
10) Test 13
Test 13 ini terdiri dari jongkok, dengan satu tungkai lurus ke depan. Lakukan
lompatan dengan bergantian kaki tungku dan tungkai yang di luruskan. Lakukan dua
kali lompatan untuk tiap tungkai. Tumit tungkai harus lurus boleh menyentuh lantai,
sementara tumit tungkai yang di tekuk harus selalu menyentuh pinggul.
81
Tabel 4.11 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 13 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 32 57,14%
2 1 12 21,42%
3 0 12 21,42%
Total 56 100%
Hasil tes 13 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Kecamatan Baturetno
Kabupaten Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 32 siswa dan dengan jumlah persentase
57,14%. b) Nilai 1 sebanyak 12 siswa dengan jumlah persentase 21,42%. c) Nilai 0
sebanyak 12 siswa dengan jumlah persentase 21,42%.
4.2.2 Siswa Putri
1) Test 8
Test 8 ini terdiri dari derdiri satu kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5
lompatan.
Tabel 4.12 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 8 Siswa Putri Sekolah
Dasar di Kecamatan Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 41 87,23%
2 1 6 12,77%
3 0 0 0,00%
82
Total 47 100%
Hasil tes 8 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 41 siswa dan dengan jumlah persentase 87,23%. b)
Nilai 1 sebanyak 6 siswa dengan jumlah persentase 12,77%. c) Nilai 0 sebanyak 0
siswa dengan jumlah persentase 0,00%.
2) Test 14
Test 14 ini terdiri dari berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas
dengan putaran 360º ke arah kanan. Mendarat dengan arah menghadap yang sama.
Pada saat mendarat, tidak bolah kehilangan keseimbangan atau melangkah.
Tabel 4.13 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 14 Siswa Putri Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 44 93,61%
2 1 3 6,39%
3 0 0 0,00%
Total 47 100%
Hasil tes 14 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 44 siswa dan dengan jumlah persentase 93,61%. b)
Nilai 1 sebanyak 3 siswa dengan jumlah persentase 6,39%. c) Nilai 0 sebanyak 0
siswa dengan jumlah persentase 0,00%.
83
3) Test 7
Test 7 ini terdiri dari berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas
dengan putaran 360º ke arah kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada
saat mendarat, tidak boleh kehilangan keseimbangan atau melangkah.
Tabel 4.14 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 7 Siswa Putri Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 44 93,61%
2 1 3 6,39%
3 0 0 0,00%
Total 47 100%
Hasil tes 7 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 44 siswa dan dengan jumlah persentase 93,61%. b)
Nilai 1 sebanyak 3 siswa dengan jumlah persentase 6,39%. c) Nilai 0 sebanyak 0
siswa dengan jumlah persentase 0,00%.
4) Test 15
Test 15 ini terdiri dari duduk dengan tungkai ditekuk di depan dada.
Masukkan kedua lengan di antara tungkai, lewat bawah lutut, pegang pergelangan
kaki. Berguling cepat ke arah kanan, dengan berat badan pertama di tumpukan di
lutut kanan, kemudian bahu kanan, punggung, bahu kiri, lutut kiri, dan kembali ke
posisi duduk. Saat kembali ke posisi duduk, menghadap ke arah yang berlawanan
dengan arah menghadap saat sebelum bergerak.
84
Tabel 4.15 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 15 Siswa Putri Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 21 44,69%
2 1 9 19,14%
3 0 17 36,17%
Total 47 100%
Hasil tes 14 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 21 siswa dengan jumlah persentase 44,69%. b)
Nilai 1 sebanyak 9 siswa dengan jumlah persentase 19,14%. c) Nilai 0 sebanyak 17
siswa dengan jumlah persentase 36,17%.
5) Test 9
Test 9 ini terdiri dari melompat setinggi-tingginya, ayun kedua tungkai lurus
ke depan, saat melayang sentuh ujung jari kaki dengan jari kanan.
Tabel 4.16 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 9 Siswa Putri Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 22 46,80%
2 1 13 27,65%
3 0 12 25,53%
Total 47 100%
85
Hasil tes 9 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 22 siswa dengan jumlah persentase 46,80%. b) Nilai
1 sebanyak 13 siswa dengan jumlah persentase 27,65%. c) Nilai 0 sebanyak 12
siswa dengan jumlah persentase 25,53%.
6) Test 1
Test 1 ini terdiri dari Berdiri dengan kaki kiri. Membungkuk ke depan, dua
telapak tangan menyentuh lantai. Luruskan tungkai kanan ke belakang. Sentuhkan
dahi ke lantai, dan kembali ke posisi berdiri tanpa kehilangan keseimbangan.
Tabel 4.17 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 1 Siswa Putri Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 35 74,47%
2 1 6 12,77%
3 0 6 12,77%
Total 47 100%
Hasil tes 1 untuk siswa putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 35 siswa dengan jumlah persentase 74,47%. b) Nilai
1 sebanyak 6 siswa dengan jumlah persentase 12,77%. c) Nilai 0 sebanyak 6 siswa
atau dengan jumlah persentase 12,77%.
86
7) Test 3
Test 3 ini terdiri dari berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada di
antara tungkai, melewati bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah
jemari tangan di depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima
hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.
Tabel 4.18 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 3 Siswa Putra Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 32 68,09%
2 1 10 21,28%
3 0 5 10,63%
Total 47 100%
Hasil tes 3 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 32 siswa dan dengan jumlah persentase 68,09%. b)
Nilai 1 sebanyak 10 siswa dengan jumlah persentase 21,28%. c) Nilai 0 sebanyak 5
siswa dengan jumlah persentase 10,63%.
8) Test 12
Test 12 ini terdiri dari berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas
(punggung kaki melekat di lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan
dua kaki. Sebelum melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.
87
88
Tabel 4.19
Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 12 Siswa Putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 43 91,49%
2 1 4 8,51%
3 0 0 0,00%
Total 47 100%
Hasil tes 12 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 43 siswa dengan jumlah persentase 91,49%. b) Nilai
1 sebanyak 4 siswa dengan jumlah persentase 8,51%. c) Nilai 0 sebanyak 0 siswa
dengan jumlah persentase 0,00%.
9) Test 11
Test 11 ini terdiri dari melompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan. Ayun
kedua tungkai ke arah sisi kiri badan. Saat melayang, kedua kaki bertepuk. Saat kaki
bertepuk/ bersentuhan, posisi kaki berada di luar garis bahu. Mendarat dengan kaki
terbuka.
Tabel 4.20 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 11 Siswa Putri Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 44 93,61%
2 1 3 6,39%
89
3 0 0 0,00%
Total 47 100%
Hasil tes 11 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 44 siswa dengan jumlah persentase 93,61%. b) Nilai
1 sebanyak 3 siswa dengan jumlah persentase 6,39%. c) Nilai 0 sebanyak siswa
dengan jumlah persentase 0,00%.
10) Test 5
Test 5 ini terdiri Melompat setinggi-tingginya, sambil kaki bertepuk 2×,
mendarat dengan kaki terbuka.
Tabel 4.21 Tabel Analisis Deskriptif Persentase hasil Tes 5 Siswa Putri Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
No Nilai Frekuensi Persentase (%)
1 2 4 8,51%
2 1 10 21,28%
3 0 33 70,21%
Total 47 100%
Hasil tes 5 untuk siswa putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten
Wonogiri: a) Nilai 2 sebanyak 4 siswa dengan jumlah persentase 8,51%. b) Nilai 1
sebanyak 10 siswa dengan jumlah persentase 21,28%. c) Nilai 0 sebanyak 33 siswa
dengan jumlah persentase 70,21%.
4.2.3 Rekapitulasi Analisis Diskriptif Persentase Siswa Putra
Table 4.22 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Iowa-Brace
Test for Motor Educability Siswa Putra
No Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase ( % )
1 57 – 69 Sangat Baik 29 51,79%
2 43 – 54 Baik 26 46,42%
3 33 – 41 Sedang 1 1,79%
4 23 – 31 Kurang 0 0.00%
∑f = 56 100%
Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Putra Sekolah Dasar di
Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri: a) kategori sangat baik sebanyak 29 siswa
dengan jumlah persentase 51,79%. b) kategori baik sebanyak 26 siswa dengan
jumlah persentase 46,42%. c) kategori sedang sebanyak 1 siswa dengan jumlah
persentase 1,79%. d) kategori kurang sebanyak 0 siswa dengan jumlah persentase 0
%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.
90
Grafik 4.1. Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Putra Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
4.2.4 Rekapitulasi Analisis Diskriptif Persentase Siswa Putri
Tabel 4.23 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor
Educability Siswa Putri
No Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase ( % )
1 58 – 67 Sangat Baik 24 51,07%
2 48 – 56 Baik 23 48,93%
3 33 – 45 Sedang 0 0,00%
4 24 – 30 Kurang 0 0.00%
∑f = 47 100%
Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Putri Sekolah Dasar di
Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri: a) kategori sangat baik sebanyak 24 siswa
91
dengan jumlah persentase 51,07%. b) kategori baik sebanyak 23 siswa dengan
jumlah persentase 48,93%. c) kategori sedang sebanyak 0 siswa dengan jumlah
persentase 0,00%. d) kategori kurang sebanyak 0 siswa dengan jumlah persentase
0,00%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 4.2. Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Putri Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri.
4.2.5 Rekapitulasi Analisis Diskriptif Persentase Seluruh Siswa
Tabel 4.24 Rekapitulasi Analisis Deskriptif Persentase Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor
Educability Seluruh Siswa
No Jumlah Nilai Klasifikasi Frekuensi Persentase ( % )
1 57 ke atas Sangat Baik 53 51,45%
2 46 – 56 Baik 49 47,58%
92
3 31 – 45 Sedang 1 0,97%
4 0 - 30 Kurang 0 0.00%
∑f = 103 100%
Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Sekolah Dasar di
Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri: a) kategori sangat baik sebanyak 53 siswa
dengan jumlah persentase 51,45%. b) kategori baik sebanyak 49 siswa dengan
jumlah persentase 47,58%. c) kategori sedang sebanyak 1 siswa dengan jumlah
persentase 0,97%. d) kategori kurang sebanyak 0 siswa dengan jumlah persentase
0%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Grafik 4.3. Hasil Test Iowa-Brace Test for Motor Educability Siswa Sekolah
Dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri
93
4.3 Hasil Analisis Data Kuesioner
4.3.1 Hasil Kuesioner Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Masyarakat
Tabel 4.25 Rekapitulasi Hasil Analisis Kuesioner Tentang
Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Masyarakat Kecamatan Baturetno
No Pernyataan Ya
Tidak
Persen
KET
1 Ada kegiatan pemasalan olah raga di daerah setempat
9 1 90% Sangat
Baik
2 Masyarakat berpartisipasi jika ada kegiatan pemasalan olah raga
9 1 90% Sangat
Baik
3 Ada wadah pelaksanaan kegiatan pemasalan olah raga
10 0 100% Sangat
Baik
4 Ada cabang olahraga tertentu yang sering dilakukan dalam pemasalan olahraga
10 0 100% Sangat
Baik
5 Kegiatan pemasalan olahraga dilaksanakan secara rutin
8 2 80% Baik
6 Kegiatan pemasalan olahraga diperuntukkan juga untuk usia dini
4 6 40% Kurang
7 Dominasi peserta dari usia dini 4 6 40% Kurang
8 Ada institusi yang terlibat dalam pemasalan olahraga
1 9 10% Kurang
Sekali
9 Ada tindak lanjut dari kegiatan pemasalan olahraga
7 3 70% Baik
10 Ada cabang olahraga tertentu yang sampai sekarang dilakukan pembinaan mulai usia dini
7 3 70% Baik
94
11 Atlit dipilih dari hasil tes pencarian bakat/bibit 2 8 20% Kurang
Sekali
12 Pembinaan olahraga usia dini dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan
2 8 20% Kurang
Sekali
13 Ada cabang olahraga tertentu yg memliki prestasi membanggakan dari usia dini
9 1 90% Sangat
Baik
14 Sarana dan prasana kegiatan olahraga sudah sesuai standar
5 5 50% Sedang
15 Sarana dan prasarana yang ada mampu mendukung peningkatan prestasi olahraga
7 3 70% Baik
16 SDM yang mendukung pembinaan olahraga sudah memilki kualitas dan kuantitas yang memadai
7 3 70% Baik
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa di wilayah kecamatan
Baturetno, pemasalan olahraga sudah dilaksanakan dengan baik. Ketersediaan sarana
prasarana, meski dapat dikatakan belum memenuhi standar, namun sudah dapat
digunakan untuk melakukan aktifitas olahraga secara rutin. Akan tetapi perhatian
terhadap pembinaan olahraga usia dini masih rendah, karena pembinaan dianggap
lebih memakan waktu. Padahal potensi di kecamatan Baturetno sangat baik, SDM
yang mendukung pembinaan juga kualitasnya memadai.
95
Grafik 4.4 Hasil Analisis Kuesioner Tentang
Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Masyarakat Kecamatan Baturetno 4.3.2 Hasil Kuesioner Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Sekolah
Tabel 4.26 Hasil analisis kuesioner terhadap Kepala Sekolah SD
No. Sub pertanyaan Ya Tidak Persen
1 Sekolah menuntut siswa berprestasi olahraga 5 0 100%
2 Penjasorkes mampu menghasilkan prestasi olahraga 5 0 100%
3 Sekolah ada pembinaan olahraga usia dini 5 0 100%
4 Ada kegiatan ekstrakurikuler di sekolah 5 0 100%
5 Ekstrakurikuler di sekolah disesuaikan dengan masyarakat sekitar
5 0 100%
6 Ada sarpras yang mendukung ekstrakurikuler 5 0 100%
7 Keadaan sarpras sesuai standar 4 1 80%
96
8 Apa ekstrakulikuler di latih oleh tenaga profesional 1 4 20%
Berdasarkan tabel persentase di atas, 5 orang atau 100% Kepala Sekolah
menyatakan bahwa sekolah selalu menghimbau kepada guru penjasorkes dan
siswanya untuk agar dapat berprestasi di bidang olahraga. Disampaikan oleh ibu Sri
Hardianti, Kepala Sekolah SDN 2 Baturetno, selain sebagai kebanggaan apabila
siswa suatu sekolah mendapatkan prestasi, hal ini juga secara tidak langsung akan
menarik para orang tua siswa untuk menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut.
Hal ini juga sejalan dengan ketersediaan sarpras olahraga di Kecamatan Baturetno
yang memungkinkan untuk dilaksanakan kegiatan pembinaan usia dini walaupun
hanya 80% yang sesuai standar. Akan tetapi masalah yang timbul adalah kurang
tersedianya tenaga ahli dalam proses pembinaan ini.
Grafik 4.5 Hasil Analisis Kuesioner Kepala Sekolah SD Tentang
Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Kecamatan Baturetno
97
Tabel 4.27 Hasil Analisis Kuesioner Terhadap Guru Pendidikan Jasmani
NO Sub pertanyaan Ya Tidak Presentase
1 Guru penjas dituntut menghasilkan siswa berprestasi
4 1 80%
2 Guru penjas melaksanakan ekstrakurikuler 5 0 100%
3 Jumlah peserta ekstrakulkuler banyak 3 2 60%
4 Ada siswa yang berprestasi olahraga di sekolah 5 0 100%
5 Keadaan sarpras cukup memadai 0 5 0%
6 Dalam pembinaan ekstrakurikuler ada dukungan dari lembaga lain.
2 3 40%
7 Guru lain memberikan apresiasi terhadap siswa berprestasi olahraga
5 0 100%
Dari data tabel diatas dapat dilihat 80% guru penjas SD di kecamatan
Baturetno dituntut untuk menghasilkan siwa berprestai di bidang olahraga. Walaupun
hakekat penjas utamanya adalah untuk mencapai tujuan pendidikan melalui aktifitas
jasmani tetapi apabila disekolah memiliki potensi yang baik maka guru penjas harus
berperan serta dalam mebina poten-potensi tersebut. Hal ini sejalan dengan hasil yang
dicapai yaitu bahwa setiap sekolah atau 100% sekolah mampu menghasilkan
setidaknya 1 siswa berprestasi dalam bidang olahraga. Namun dikhawatirkan keadaan
seperti ini tidak mampu berjalan konsisten mengingat sarana prasarana yang tersedia
kurang mamadai. Dari data yang ada menunjukkan 100% atau 5 sekolah yang
menjadi subyek penelitian memiliki fasilitas olahraga yang kurang memadai.
98
Grafik 4.6 Hasil Analisis Kuesioner Guru Penjasorkes Tentang
Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Kecamatan Baturetno
4.4 Hasil Analisis Data Wawancara
4.4.1 Wawancara Tokoh KONI dan DINPORA
Informasi dari pihak KONI didapat melalui wawancra dengan ketua umum
KONI Kabupaten Wonogiri yang sekaligus menjabat Ketua DPRD Kabupaten
Wonogiri Wawan Setyanugraha, S. Sos. Dari hasil wawancara dapat diperoleh
gambaran tentang bagaimana kegiatan pembinaan olahraga usia dini di Kabupaten
Wonogiri dilihat dari sudut pandang KONI sebagai induk olahraga di Kabupaten
Wonogiri.
KONI sendiri menganggap pembinaan olahraga usia dini melalui kegiatan
ekstra kurikuler sebagai cikal bakal munculnya prestasi olahraga. Ketua KONI dan
segenap jajarannya sangat mendukung kegiatan ini dengan berkoordinasi dengan
99
pihak DISPORA guna mengirimkan Pembina ekstra atau guru penjas untuk
mengikuti workshop atau pelatihan yang tujuannya untuk meningkatkan
profesionalitas. Namun untuk dukungan materi, KONI sendiri belum memiliki
anggaran khusus untuk pembinaan melalui ekstrakurikuler di sekolah. Yang ada
hanya dana pembinaan bagi atlet atau siswa yang akan mewakili Kabupaten Wonogiri
dalam kejuaraan yang tingkatnya lebih tinggi. Akan tetapi dukungan sepenuhnya
diberikan oleh KONI terhadap pembinaan usia dini di wilayah Kabupaten Wonogiri.
Dari pihak Dispora informasi diperoleh dari Kasubdin TK/SD Dispora
Kabupaten Wonogiri Drs. Turmudzi. Wawancara yang berlangsung santai di
kediaman beliau ini menghasilkan beberapa hal sebagai informasi dan gambaran
mengenai peran pemerintah dalam menangani pembinaan usia dini di tiap sekolah
yang ada di wilayah kabupaten Wonogiri. Menurut beliau, dukungan ini dilakukan
pemerintah memalui peran serta KONI selaku institusi yang mengurus masalah
olahraga.
Contoh kegiatan yang melibatkan Disdikpora sebagai wakil pemerintah dan
KONI adalah rutin mengadakan kejuaraan setingkat kabupaten seperti POPDA
ataupun O2SN. Siswa berprestai dalam kegiatan ini nantinya akan dibina oleh KONI
melalui pengcab-pengcab setiap cabang olahraga guna mewakili Kabupaten Wonogiri
dalam kejuaraan di tingkat lebih tinggi. Namun pembinaan dibawah level ini
diserahkan kepada masin-masing sekolah. Selain untuk mengahadirkan unsur
kompetisi, dengan kegiatan ini diharapkan setiap sekolah, guru penjasorkes, dan
pembina kegiatan olahraga disekolah lebih terpacu untuk mempersiapkan anak
100
didiknya untuk mencapai prestasi tertinggi. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan
ekstrakurikuler maupun kegiatan lain yang tujuan utamanya adalah melakukan
pembinaan. Guna mewujudkan hal ini Disdikpora melalui KONI juga sering
mengadakan pelatihan, workshop maupun kegiatan-kegiatan lain untuk menambah
bekal ilmu bagi para guru penjasorkes dan pembina ekstra di sekolah.
4.5 Pembahasan
4.5.1 Hasil Tes IOWA-Brance Test for Motor Educability
Hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan pengelompokkan tes baik tes
untuk siswa putra maupun tes untuk siswa putri sekolah dasar di Kecamatan
Baturetno Kabupaten Wonogiri menunjukkan bahwa siswa-siswa tersebut masuk
dalam kategori sangat baik. Dari keseluruhan siswa yang mengikuti tes sebanyak 103
siswa, 53 diantaranya atau 51,45 % berhasil masuk dalam kategori sangat baik.
Sedangkan 49 siswa atau 47,58 % masuk dalam kategori baik. Hanya 1 siswa atau
0,97 % yang masuk dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkan bahwa siswa di
Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri memliki potensi besar dalam bidang
olahraga. Hal ini merupakan aset berharga bagi Pemerintah Kabupaten Wonogiri
khususnya dan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada umumnya.
4.5.2 Hasil Pengisian Koesioner dengan Tokoh Masyarakat
Lingkungan tempat tinggal merupakan cikal bakal munculnya potensi alami
seorang anak. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap proses tumbuh kembang
seorang anak. Dengan adanya peran serta orang tua, diharapkan potensi dalam diri
101
anak dapat disalurkan dengan benar termasuk didalamnya potensi anak dalam bidang
olahraga. Dari hasil pengisian koesioner dan wawancara dengan tokoh masyarakat
yang terdiri dari wali murid dan tokoh masyarakat yang peduli terhadap olahraga di
Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri, peneliti mendapatkan gambaran
mengenai peran serta masyarakat dalam pengembangan olahraga terutama pembinaan
usia dini di wilayah Kecamatan Baturetno.
Pembinaan usia dini kurang diperhatihan di masyarakat, rata-rata yang ikut
berpatisipasi dalam kegiatan olahraga di lingkungan masyarakat adalah anak-anak
remaja usia 17 tahun ke atas. Anak-anak dengan usia kurang dari 17 tahun justru
kurang mendapat perhatian. Padahal seharusnya justru anak-anak usia dini inilah
yang harus lebih serius dibina agar mereka dapat kesempatan untuk mengembangkan
potensi olahraga dalam dirinya. Tetapi pada kenyataannya masyarakat lebih memilih
jalur instan untuk dapat mencapai suatu prestasi olahraga. Sebenarnya dilihat dari
saran prasarana yang ada di wilayah Kecamatan Baturetno ini sangat mendukung
untuk pembinaan usia dini. Hampir di setiap desa terdapat lapangan sepak bola
dengan kondisi yang baik. Banyak klub-klub sepak bola yang dapat menjadi tempat
membina potensi-potensi yang sebenarnya sangat baik ini. Namun masalah pokok
yang muncul adalah anggapan masyarakat yang lebih mementingkan prestasi instan
guna mencari nama baik dari pada membina potensi usia dini yang nantinya bisa
menjadi aset kebanggaan daerah.
102
4.5.3 Hasil Pengisian Koesioner dengan Guru Penjasorkes
Seorang guru penjas dibekali dengan pengetahuan mengenai karakteristik
pertumbuhan anak usia dini sebagai bekal untuk menentukan metode pembelajaran
yang tepat sesuai tingkatan usia siswa yang diajarnya. Selain tugasnya sebagai
seorang pengajar disekolah, guru juga diberikan beban untuk membina potensi
bidang olahraga usia dini melalui kegiatan ekstra kurikuler. Sekolah Dasar di
Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri juga melaksanakan hal ini. Guru diberi
tugas untuk membina kegiatan ekstra kurikuler di sekolah. Minimal dalam satu
minggu 3 x kegiatan ini dilaksanakan. Antusiasme siswa dalam mengikuti kegiatan
ini juga cukup besar terbukti dengan banyaknya siswa yang mengikuti kegiatan tiap
minggunya. Bola voli, sepak takraw, sepak bola merupakan beberapa contoh cabang
yang diajarkan dalam kegiatan ekstra kurikuler. Bahkan di salah satu sekolah yang
dianggap sebagai sekolah favorit menyelenggarakan kegiatan ektra kurikuler tenis
lapangan Karen cabang inilah yang memberikan pretasi. Salah satu siswanya berhasil
mencapai kejuaraan tinggkat naisonal dalam cabang tenis lapangan. Selain guru
penjas, beberapa sekolah juga mendatangkan pelatih dari luar untuk cabang olahraga
tertentu.
Dari hasil wawancara dengan guru penjas, mereka beranggapan bahwa
pembinaan olahraga usia dini melalui kegiatan ekstra kurikuler sangat penting dan
bermanfaat bagi siswa. Namun masalah klasik kembali muncul yaitu ketersediann
dana, sarana, prasarana, dukungan dari pihak terkait yang sangan minim, serta
konsistensi dari kegiatan ini. Sering kali kegiatan ini hanya ramai saat minggu awal
103
semester atau ketika akan ada kejuaraan baik kejuaraan tingkat kecamatan maupun
POPDA. Hal ini masih menjadi pekerjaan rumah bagi guru penjasorkes untuk
membina siswa di bidang olahraga tanpa terhambat biaya dan berkelanjutan sehingga
dapat mengahsilkan prestasi maksimal.
4.5.4 Hasil Pengisian Koesioner dengan Kapala Sekolah SD Negeri
Sekolah sebagai tempat dimana siswa didik menjadi tempat yang sangat tepat
untuk membina potensi siswa usia dini di Kecamatan Baturetno Kabupaten wonogiri
terutama potensi dalam bidang olahraga. Dari hasil wawancara dengan beberapa
kepala sekolah SD di wilayah Kecamatan Baturetno penulis memperoleh beberapa
informasi yang erat kaitannya dengan proses pembinaan potensi usia dini. Sekolah
juga menuntut siswanya untuk berprestasi dalam bidang olahraga selain prestasi
akademik. Diadakan kegiatan ekstrakurikuler cabang olahraga guna menampung
potensi siswa. Siswa diberi keleluasaan untuk memilih cabang mana yang akan
diikuti. Namun sarana dan prasaran yang diberikan hanya terbatas karen sekolah
dasar di wilayah Kecamatan Baturetno tahun ini sudah memakai dana BOS yang
jumlanya terbatas sehingga sekolah harus membuat skala prioritas kebutuhan yang
akan dipenuhi.
4.5.5 Hasil Wawancara dengan KONI dan DISPORA
KONI sebagai induk olahraga di Kabupaten Wonogiri juga berperan dalam
mendukung terlaksananya pembinaan potensi olahraga usia dini di Kecamatan
Baturetno dan Kecamatan-kecamatan lain di wilayah Kabupaten Wonogiri. Namun
dukungan ini sifatnya tidak menyeluruh tetapi hanya kepada siswa atau atlit yang
104
akan mewakili Kabupaten Wonogiri saja. Usaha guna memjukan system pembinaan
usia dini juga ditempuh KONI kabupaten dengan mengirim Pembina ekstra dan guru
penjas untuk mengikuti pelatiha atau workshop guna meningkatkan kemampuan dan
profesionalitas.
Sebagai bahan evaluasi dan tolok ukur dari apa yang telah dilakukan, KONI
Kabupaten Wonogiri juga melakuklan monev dan supervise ke daerah tetapi tidak
khusus dalam hal pembinaan olahraga usia dini melainkan pembinaan olahraga secara
umum. Semua hal diatas merupaka wujud dukungan KONI Kabupaten Wonogiri
dalam membina potensi-potensi olahraga usia dini yang ada di seluruh wilayah
Kabupaten Wonogiri.
4.6 Kelemahan Penelitian
Kelemahan dalam penelitian ini antara lain adalah keterbatasan kemampuan
pengamatan peneliti terhadap gerakan siswa saat pelaksanaan tes IOWA-Brance test
for Motor Educability. Standar keberhasilan yang digunakan bersifat relatif sehingga
hasil tes kurang sesuia dengan harapan. Kelemahan berikutnya adalah kurangnya
penguasaan peneliti terhadap wilayah yang di digunakan sebagai objek penelitian.
Namun dengan adanya kelemahan-kelemahan tersebut tidak mengurangi keaslian
penelitian yang telah peneliti lakukan.
105
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 SIMPULAN
5.1.1 Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat diperoleh suatu simpulan bahwa
siswa sekolah dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri memiliki
potensi yang besar dalam bidang olahraga. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes
Iowa-Brace Test for Motor Educability yang diberikan kepada siswa kelas 4,
5, dan 6 sekolah dasar di Kecamatan Baturetno Kabupaten Wonogiri. Dari
103 siswa yang mengikuti tes, 53 diantaranya atau 51,45 % berhasil masuk
dalam kategori sangat baik. Sedangkan 49 siswa atau 47,58 % masuk dalam
kategori baik. Hanya 1 siswa atau 0,97 % yang masuk dalam kategori sedang.
5.1.2 Pihak sekolah baik Kepala Sekolah maupun guru Penjasorkes sangat
memberikan dukungan dalam kegiatan pembinaan potensi usia dini dalam
bidang olahraga ini. Dukungan diberikan melalui adanya kegiatan ekstra
kurikuler olahraga dan dikirimnya atlet berprestasi untuk mengikuti kejuaraan.
5.1.3 KONI Kabupaten Wonogiri juga berkoordinasi dengan masing-masing KONI
kecamatan untuk bekerja sama berkaitan dengan program pembinaan
ekstrakurikuler olahraga di sekolah-sekolah. Usaha guna memajukan sistem
pembinaan usia dini juga ditempuh KONI kabupaten dengan mengirim
106
Pembina ekstra dan guru penjas untuk mengikuti pelatihan atau workshop
guna meningkatkan kemampuan dan profesionalitas. Selalu melaksankan
monev dan supervise ke daerah.
5.1.4 Dengan dukungan yang sangat baik dari berbagai pihak diatas seharusnya
pembinaan potensi-potensi olahraga di Kecamatan Baturetno dapat berjalan
baik dan mengahasilkan prestasi maksimal. Namun pada kenyataanya hal
tersebut belum terlaksana dengan maksimal. Masalah baru yang muncul
adalah konsistensi pelaksanaan kegiatan pembinaan. Pembinaan tidak
dilaksankan secara konsisten akan tetapi hanya pada saat menjelang
pertandingan saja seperti ketika akan diadakan POPDA. Hal ini tidak lepas
dari permasalahan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan tersebut. Seluruh
sekolah di Kecamatan Baturetno menggunakan sumber dana BOS yang
jumlahnya terbatas. Sekolah harus membuat skala prioritas untuk
menggunakan dana BOS agar semua kebutuhan sekolah dapat tercukupi. Pada
kondisi inilah kegiatan pembinaan olahraga usia dini seringkali
dikesampingkan dan dipandang sebelah mata.
5.2 SARAN
5.2.1 Bagi Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Baturetno
Dengan diadakannya penelitian dengan menggunakan tes ini diharapkan siswa
menjadi termotivasi untuk berolahraga dan mengembangkan potensi mereka dalam
107
bidang olahraga dengan baik dan terarah. Sehinnga di kemudian hari prestasi yang
tinggi dapat diraih.
5.2.2 Bagi Kepala Sekolah dan Guru Penjasorkes SD Negeri di Kecamatan
Baturetno.
Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan pihak sekolah lebih
memberikan peran dan perhatiannya dalam pembinaan potensi usia dini karena dari
olahraga ini siswa juga dapat berprestasi.
Para guru juga harus lebih serius dalam menangani potensi usia dini
disekolah. Harus lebih inovatif dalam melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler agar
siswa lebih semangat dalam mengikutinya.
5.2.3 Bagi Masyarakat Kecamatan Baturetno
Dengan penelitian ini hendaknya hati masyarakat dapat terbuka dan
menyadari bahwa sebuah prestasi tidak dapat diraih secara instan. Harus melalui
proses pembinaan yang terarah dan berkelanjutan. Berilah kesempatan kepada anak-
anak usia dini untuk mengembangkan potensi yang mereka punya.
5.2.4 Bagi KONI dan Pemerintah Kabupaten Wonogiri
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi gambaran dan acuan dalam
memberikan perhatian terhadap potensi daerah untuk pembinaan olahraga usia dini.
Pembinaan jangan hanya terpusat di perkotaan tetapi harus menyeluruh dan mencapai
ke daerah.
108
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bandung: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi
Revisi V. Bandung: Rineke Cipta. Barry L. Johson and Jack K. Nelson, 1970. Practical Meassurement For Evaluation In
Psycal Education. Minneapolis, Minnoseta : Burgess Publishing Company. http://sumber-kearifan.blogspot.com/2009/04/34-jenistema-bakat.html
( accesed 09/08/2011)
http://www.dempelonline.com/2009/11/potensi-diri/comment-page-1/ ( accesed 17/07/2011)
http://www.Wikimediaonline.com. ( accesed 09/08/2011)
http://www.wonogirikab.go.id. ( accesed 09/08/2011)
Junaidi, Said. 2003. Pembinaan Olahraga Usia Dini. Universitas Negeri Semarang. Kelompok Kerja Nasional Garuda Emas. 2000. Pemanduan Bakat dan Pembinaan
Usia Dini. KONI. 2007. Pelatihan Olahraga Usia Dini. Jakarta : ASDEP KEMENPORA
Munandar, Utami.2009.Pengembangan Kreatifitas Anak Berbakat. Jakarta.Rineka
Cipta
Pramono, Harry Dkk. 2009. Pedoman Penyusunan Skripsi Mahasiswa Program Strata 1 Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.
Pusat Bahasa Depdiknas. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III. Jakarta:
Balai Pustaka.
109
Rusli Lutan dan Sumardianto.2000.Filsafat Olahraga: Jakarta.Departemen Pendidikan Nasional
Semiawan, Conny. 1997. Perspektif Pendidikan Anak Berbakat. Jakarta: Grasindo Soetrisno Hadi.2004.Metodologi Research.Yogyakarta:Andi Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta. Suherman, Adang. 1999. Dasar-Dasar Penjaskes. Depdikbud.
Sukardi, 2003. Metode Penilitian Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.
Syaodih, Nana. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
Wiyono, Slamet. 2005. Manajemen Potensi Diri. Jakarta: Grasindo
110
6. LAMPIRAN 6 Daftar Nama Peserta IOWA-Brance Test for Motor Educability Siswa Putra
No Nama No Nama
1 RIKI FERIANTO 29 HERU NURURL A. 2 NUR SYAHID 30 JULIUS DIMAS W. 3 ANDIKA DIKI P. 31 MUH. FAQIH 4 SHIDIQ AM MA’RUF 32 MUH. RIDWAN 5 AFIF SYUKUR 33 NARWOTO 6 BAGAS PRIYANGGA 34 NASIP SAMBUDI 7 BASTIAN RISKY 35 REKHA CUCU K. 8 GADING SATRIO 36 ROKI TRI M. 9 GALIH PRIYO 37 SOFIAN TRI EFENDI 10 KODANG BHALAWA 38 SUPRI KURNIA 11 MOH. RAHMADANI 39 RATNA SUGARDA 12 SETYWAN 40 AGUNG WICAKSONO 13 ZHEIDAN ALVIAN 41 BENI SAPUTRO 14 GREALISTA 42 OKI ADITYA N. 15 YOHANES IVAN 43 ADI AHMAD 16 DENDY TIGARA 44 ANDIKA NUR 17 ALVIANTO ANDI 45 ANDREAS MAFIN 18 SRI HAMBUKA A. 46 ANGGITO ABI 19 FAHREZI EDO 47 ARAN SIDIQ 20 ABI RAMADHAN 48 ARIF DWI 21 AGA GILANG ARYADI 49 BIMANTARA SAKTI 22 ALI PRASETYO 50 CHAISAR UNGKI 23 ANGGA TOMI L. 51 RAFAEL C. 24 BAGAS PUTRA 52 ERVAN ERAWATI 25 BASTIAN SYAH 53 IQVALDO ALIF 26 CUK INDRA P. 54 THEO FEDO MILANO 27 FIRMAN W. 55 EDWIN P. 28 GALANG RAMA 56 ALYABI IQBAL
119
Siswa Putri
No Nama No Nama
1 FITRIA C 25 RINI PUJIASTUTI 2 IRMA DWI P 26 SEPTIANA DWI 3 MARIA M 27 ZULFA K HOIRUNISA 4 DINA MARDANI 28 ABELINDA 5 ALDA SURYA TRI 29 ANISA FELI 6 INTAN KURNIA 30 DEA FITRIANA 7 MARETA AYU 31 DEVA RAHMA 8 NABILAH AYU 32 DEVI RAHMA 9 NURUL FATIMAH 33 DIAN AYU W 10 SELFI TRI 34 DWI VITASARI 11 TRI PRASETYANING 35 INTAN KUMALASARI 12 WIDA SAPUTRI 36 MERNA SARI 13 YULITA RUMSORI 37 RATIH 14 SITI ASFIRA 38 RATIH SIBA RESMI 15 AHMES NUR 39 RENI JAYANTI 16 APRILIA DAMAYANTI 40 RIANTI 17 NIKEN SAPITRI 41 ROSA HANA 18 EVI LUTFIAH 42 ROSITA INTAN 19 ARSITA MAYA SARI 43 SARAS CAHYADEWI 20 AYU EKA MAULANA 44 SEPTIAN HAYU 21 BERLIANA P 45 SRI HUMAYAH 22 FINDRI RIYANDARI 46 REKA CUCUKARINA 23 FLOREN KRISNA 47 AFIFAH 24 MURDIANA
120
7. LAMPIRAN 7 ( Instrumen Penelitian) 1) KOESIONER
KUESIONER UNTUK GURU PENJASORKES SEKOLAH DASAR NEGERI
“PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN BATURETNO
KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010”
Dalam rangka Penelusuran Potensi Daerah Untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Jawa Tengah Tahun 2010, kami mohon dengan harmat kesediaan bapak/ibu untuk membantu memberikan informasi melalui kuesioner dibawah ini, dengan memberikan jawaban berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diisi dengan sebenar-benarnya yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan
A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama Lengkap : ……………………. 2. Usia : ……………………. 3. Pekerjaan : …………………….
B. PERTANYAAN
1. Sebagai guru penjasorkes di SD, apakah anda setuju bila mata pelajaran
Penjasorkes diberi beban tugas menghasilkan siswa yang berprestasi di salah satu cabang olahraga? (Ya/Tidak). Bila anda setuju atau tidak setuju, jelaskan alasannya
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Apakah selama menjadi guru Penjasorkes di SD, selain mengajar apakah anda juga melaksanakan pembinaan ekstrakurikuler olahraga bagi siswa yang memiliki bakat dan minat untuk menjadi seorang atlit? (Ya/Tidak)
121
3. Bila Ya, apakah banyak siswa yang berminat ingin mengikuti program pembinaan ekstrakurikuler cabang olahraga yang anda kembangkan di sekolah (sebutkan kuantitas dan kualitas keikut sertaan siswa anda)
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Dalam pelaksanaan pembinaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah anda,
berapa kali latihan dilaksanakan dalam setiap minggunya, dan mengapa hal itu dilakukan?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5. Pembinaan ekstrakurikuler olahraga yang selama ini anda lakukan, apakah ada siswa yang mampu berprestasi dan sampai tingkat mana prestasi yang mereka capai ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
6. Apakah sarana-prasarana dalam pelaksanaan pembinaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah telah tercukupi ? ? (Ya/Tidak). Mengapa jelaskan alasannya ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
122
7. Apakah dalam proses pembinaan ekstrakurikuler olahraga di SD yang selama ini anda lakukan ada dukungan dari lembaga atau institusi, dan dari lembaga atau instusi mana saja yang banyak memberikan dukungan, dan dalam bentuk apa dukungan yang selama ini diberikan?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
8. Bagi siswa yang mampu berprestasi dalam bidang olahraga, karena sering meninggalkan pelajaran di sekolah, bagaimana tanggapan guru bidang studi lain terhadap siswa tersebut?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
123
KUESIONER UNTUK KEPALA SEKOLAH SD NEGERI “PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK PEMBINAAN
OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010”
Dalam rangka Penelusuran Potensi Daerah Untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Jawa Tengah Tahun 2010, kami mohon dengan harmat kesediaan bapak/ibu untuk membantu memberikan informasi melalui kuesioner dibawah ini, dengan memberikan jawaban berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diisi dengan sebenar-benarnya yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan
A . IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Lengkap : …………………… 2. Usia : …………………… 3. Pekerjaan : ……………………
B. PERTANYAAN
1. Sebagai kepala sekolah, apakah di sekolah yang bp/ibu pimpin sampai saat ini juga menuntut siswa yang ada untuk mampu berprestasi dalam cabang olahraga tertentu ? (Ya/Tdk).
2. Bila Ya, apakah setuju bila melalui mata pelajaran Penjasorkes juga mampu menghasilkan siswa-siswi yang berprestasi di berbagai cabang lahraga? (Ya/Tdk)
3. Apakah selama ini di sekolah Bpk/Ibu menyelenggarakan pembinaan olahraga usia dini? (Ya/Tdk)
4. Untuk pelaksanaan pembinaan olahraga usia dini, apakah di sekolah Bp/Ibu juga mengembangkan program pengembangan diri ekstrakurikuler olahraga? (Ya/Tdk).
5. Bila Ya, ada berapa cabang lahraga apa yang selama ini telah dikembangkan melalui ekstrakurikuler?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
124
6. Apakah ekstrakurikuler olahraga yang dikembangkan di sekolah, juga mempertimbangkan cabang olahraga yang dikembangkan di masyarakat? (Ya/Tdk).
7. Bila Ya, siapa saja yang dilibatkan untuk pengembangan ekstrakurikuler olahraga di sekolah Bpk/Ibu selama ini?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
8. Untuk pengembangan ekstrakurikuler olahraga yang dilaksanakan di sekolah Bp/Ibu, juga didukung oleh sarana dan prasarana yang diperlukan? (Ya/Tdk)
9. Bila Ya, apakah prasarana yang tersedia untuk pembinaan ekstrakurikuler olahraga tersebut, telah memenuhi standar? (Ya/Tdk)
10. Apakah pembinaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah Bp/Ibu selama ini ditangani oleh pelatih yang berkualitas sesuai cabang olahraga yang dikembangkan, dan memiliki sertifikasi kepelatihan? (Ya/Tdk).
11. Berapa kali dalam seminggu pembinaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah Bp/Ibu di laksanakan secara rutin? ………………………….
125
KUESIONER UNTUK TOKOH MASYARAKAT “PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK PEMBINAAN
OLAHRAGA USIA DINI DI KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010”
Dalam rangka Penelusuran Potensi Daerah Untuk Pembinaan Olahraga Usia Dini Di Jawa Tengah Tahun 2010, kami mohon dengan harmat kesediaan bapak/ibu untuk membantu memberikan informasi melalui kuesioner dibawah ini, dengan memberikan jawaban berdasarkan pengalaman, pengamatan dan diisi dengan sebenar-benarnya yang sesuai dengan kenyataan yang ada di lapangan
A. IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama Lengkap : …………………… 2. Usia : …………………… 3. Pekerjaan : ……………………
B. PERTANYAAN
1. Apakah di kota/daerah tempat Bp/Ibu tinggal sekarang ini ada kegiatan pemassalan olahraga yang dilakukan oleh masyarakat ? (Sebutkan jenis kegiatannya)
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2. Bila ada, bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan olahraga (berikan data kuantitatif dan kualitatif) ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3. Bagaimana bentuk dan wadah pelaksanaan kegiatan pemassalan olahraga yang telah dilaksanakan selama ini?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
126
………………………………………………………………………………………………………………………………
4. Apa jenis/cabang olahraga yang paling sering dilakukan untuk kegiatan pemassalan olahraga di masyarakat setempat?
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
5. Dalam pelaksanaan pemassalan olahraga di masyarakat, seberapa sering kegiatan tersebut dilaksanakan setiap minggunya?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
6. Siapakah peserta kegiatan pemassalan olahraga yang selama ini banyak berpartisipasi?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
7. Berdasarkan kelompok usia peserta pemassalan yang dilaksanakan selama ini, kelompok usia berapakah yang menurut Bpk/Ibu paling mendominasi ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
8. Siapakah institusi atau organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan kegiatan pemassalan olahraga di daerah Bpk/Ibu selama ini ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
9. Dari hasil program pemassalan olahraga di daerah bp/Ibu tersebut, apakah ada tindaklanjut dengan program pembinaan olahraga usia dini ? (Ya/Tidak) ?
127
10. Bila Ya, cabang olahraga apa saja yang sampai sekarang telah dilakukan pembinaan mulai usia dini ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
11. Dalam pembinaan olahraga usia dini tersebut, apakah atlet yang dibina dipilih berdasarkan hasil tes pencarian bibit/bakat ? (Ya/Tidak)
12. Dalam pencaian bibit calon atlet, institusi apa yang selama ini dilibatkan atau siapa yang selama ini ditugasi untuk pemanduan bakat atlit yang akan dipilih ?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
13. Apakah pembinaan olahraga usia dini tersebut, pengelolaan pembinaannya telah dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan? (Ya/Tidak)
14. Bila ya, ada berapa jenjang pembinaan yang selama ini telah dilakukan di daerah Bp/Ibu?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
15. Dalam proses pembinaan olahraga yang telah dilakukan secara berjenjang dan berkelanjutan tersebut, cabang olahraga apa saja yang selama ini telah menunjukkan prestasi yang membanggakan bagi masyarakat, sejak mulai atlet usia dini sampai senior?
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
16. Bagaimanakah ketersediaan sarana dan prasarana olahraga di daerah Bp/Ibu (data kuantitatif dan kualitatif untuk sarana dan prasarana olahraga yang sesuai standar)? (sebutkan jumlah dan kondisi yang ada)
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………
128
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
17. Apakah sarana dan prasarana olahraga yang ada mampu mendukung peningkatan prestasi olahraga yang ada? (Ya/Tidak)
18. Apakah SDM yang mendukung pembinaan olahraga prestasi di daerah Bp/Ibu telah memiliki kualitas dan kuantitas yang memadai? (Ya/Tidak?)
129
2) WAWANCARA
PENELUSURAN POTENSI DAERAH UNTUK PEMBINAAN OLAHRAGA USIA DINI
DI KECAMATAN BATURETNO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2010
PANDUAN WAWANCARA
UNTUK KONI DAN DINPORA KAB/KOTA
Nama : ……………………. Kantor : ……………………. Alamat Kantor : …………………….
NO
ASPEK YANG PERLU DIUNGKAP HASIL WAWANCARA
I Sumber Daya
Manusia
1. Latar belakang pendidikan, dan jabatan ?
2. Latar belakang keterlibatan ybs dalam pembinaan olahraga, apakah mantan atlet, jika ya atlet apa, prestasi yang pernah dicapai
II Sumber Daya
Lingkungan
3. Sejauhmana pemahaman ybs terkait dengan pembinaan ekstrakurikuler olahraga ?
4. Berapa sekolah yang melaksanakan program Pembinaan ekstrakurikuler olahraga secara rutin ?
5. Apakah lembaga ybs ada alokasi dana dan sarpras untuk mendukung pembinaan ekstrakurikuler Or di sekolah?
6. Sejauhmana keterlibatan lembaga ybs terkait dengan program pembinaan
130
131
ekstrakurikuler olahraga di sekolah-sekolah ?
III Sumber Daya
Manajemen
7. Apakah lembaga ybs pernah memberikan pelatihan untuk peningkatan SDM terkait prog. pembinaan ekstrakurikuler olahraga di sekolah ?
8. Apakah instansi ybs pernah melakukan koordinasi, monev, supervisi pembinaan ekstrakurikuler Or di sekolah?
9. Sejauhmana peran lembaga ybs terhadap pengembangan pembinaan olahraga usia dini ?
3) IOWA-BRANCE TEST FOR MOTOR EDUCABILITY
Iowa-Brance Test for Motor Educability
PETUNJUK PELAKSANAAN TES
8) Setiap anak diberi kesempatan melakukan tiap item 2x
9) Bila pada kesempatan pertama siswa dapat melakukan gerakan dengan baik, nilai
2
10) Bila kesempatan pertama gagal, kemudian berhasil di kesempatan ke-2, nilai 1
11) Setelah 2x kesempatan melakukan tetap gagal, nilai 0
12) Jenis danurutan tes antara putra dan putrid berbeda.
13) SISWA TIDAK DIPERKENANKAN UNTUK BERLATIH, tetapi berhak diberi
dan melihat contoh gerakan.
14) Jumlahkan nilai dari 10 gerakan, kemudian konversikan ke skor T seperti pada
table berikut ini :
Tabel 1
Ururtan Gerak Tes untuk Siswa Kelas 4, 5, 6 SD
PUTRA PUTRI
5 Tes Pertama 5 Tes Kedua 5 Tes Pertama 5 Tes Kedua
Tes 8 Tes 2 Tes 8 Tes 1
Tes 4 Tes 3 Tes 14 Tes 3
Tes 10 Tes 6 Tes 7 Tes 12
Tes 9 Tes 12 Tes 15 Tes 11
Tes 7 Tes 13 Tes 9 Tes 5
132
1) Tes 1
Berdiri dengan kaki kiri. Membungkuk ke depan, dua telapak tangan
menyentuh lantai. Luruskan tungkai kanan ke belakang. Sentuhkan dahi ke
lantai, dan kembali ke posisi berdiri tanpa kehilangan keseimbangan
2) Tes 2
Duduk di lantai, tungkai lurus dan rapat. Letakaan tangan kanan di lantai di
belakang badan. Putar badan ke arah kanan daan luruskan lengan hinga badan
terangkat. Berat badan di sangga oleh tangan kanan daan kaki kanan.
Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001, 1002, 1003, 1004, 1005.
3) Tes 3
Berdiri kaki rapat. Jongkok, kedua lengan berada diantara tungkai melewati
bagian belakang pergelangan kaki, tautkan kedua belah jemari tangan dengan
di depan pergelangan kaki. Pertahankan posisi ini selama lima hitungan. 1001,
1002, 1003, 1004, 1005.
4) Tes 4
Balik kanan, berlutut dengan 1 tungkai, dan angkat tungkai yang lain
(bertumpu hanya pada 1 lutut). Rentangkan kedua lengan ke samping.
Pertahankan posisi ini selama lima hitungan.1001,1002, 1003, 1004, 1005.
5) Tes 5
Melompat setinggi-tingginya, sambil kaki bertepuk 2×, mendarat dengan kaki
terbuka.
6) Tes 6
Tangan kanan di bahu kiri, tangan kiri di bahu kanan. Tungkai menyilang,
kemudian duduk. Berdiri kembali dengan kedua tangan tetap di bahu, tidak
boleh menggerak-gerakan badan atau tungkai untuk membantu keseimbangan.
7) Tes 7
Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah
kiri. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat, tidak
kehilangan keseimbangan atau melangkah.
133
8) Tes 8
Berdiri 1 kaki. Tutup mata. Melompat ke belakang 5 lompatan
9) Tes 9
Melompat setingi tinginya, ayun kedua tungkai lurus ke depan, saat melayang
sentuh ujung jari kaki dengan jari tangan.
10) Tes 10
Berdiri dengan kaki kiri. Melompat sambil melakukan ½ putaran (180º) ke
arah kiri dan pertahankan keseimbangan.
11) Tes 11
Melompat ke atas dengan tumpuan kaki kanan. Ayun kedua tungkai ke arah
sisi kiri badan. Saat melayang, kedua kaki bertepuk. Saat kaki bertepuk/
bersentuhan, posisi kaki berada di luar garis bahu. Mendarat dengan kaki
terbuka.
12) Tes 12
Berlutut. Kedua telapak kaki menghadap ke atas (punggung kaki melekat di
lantai). Ayun kedua tangan, melompat, mendarat dengan dua kaki. Sebelum
melompat, kedua telapak kaki harus tetap menghadap ke atas.
13) Tes 13
Jongkok, dengan satu tungkai lurus ke depan. Lakukan lompatan dengan
bergantian kaki tungku dan tungkai yang di luruskan. Lakukan dua kali
lompatan untuk tiap tungkai. Tumit tungkai harus lurus boleh menyentuh
lantai, sementara tumit tungkai yang di tekuk harus selalu menyentuh pinggul.
14) Tes 14
Berdiri dengan dua kaki rapat. Melompat ke atas dengan putaran 360º ke arah
kanan. Mendarat dengan arah menghadap yang sama. Pada saat mendarat,
tidak bolah kehilangan keseimbangan atau melangkah.
15) Tes 15
Duduk dengan tungkai ditekuk di depan dada. Masukkan kedua lengan di
antara tungkai, lewat bawah lutut, pegang pergelangan kaki. Berguling cepat
134
ke arah kanan, dengan berat badan pertama di tumpukan di lutut kanan,
kemudian bahu kanan, punggung, bahu kiri, lutut kiri, dan kembali ke posisi
duduk. Saat kembali ke posisi duduk, menghadap ke arah yang berlawanan
dengan arah menghadap saat sebelum bergerak.
135
136
HASIL TES MOTOR EDUCABILITY IOWA-BRACE TEST ANAK KELAS 4-5-6 SD PUTRA
No N a m a TB BB NILAI TIAP JENIS TES
TOTAL N
SKOR T Tes
8 Tes 4
Tes 10
Tes 9
Tes 7
Tes 2
Tes 3
Tes 6
Tes 12
Tes 13
1 RIKI FERIANTO 133 24 2 2 2 0 1 2 2 2 0 1 14 51 2 NUR SYAHID 146 36 2 2 2 0 2 2 2 1 2 0 15 54 3 ANDIKA DIKI P. 123 23 2 2 2 1 1 2 0 2 2 2 16 57 4 SHIDIQ AM MA’RUF 130 24 1 1 1 1 2 0 1 1 2 2 12 45 5 AFIF SYUKUR 123 25 2 2 2 1 0 2 2 2 0 0 13 48 6 BAGAS PRIYANGGA 138 30 2 1 1 1 1 1 1 2 2 0 12 45 7 BASTIAN RISKY 130 27 2 1 2 2 2 1 2 1 1 0 14 51 8 GADING SATRIO 135 25 2 0 2 1 2 2 2 1 2 0 14 51 9 GALIH PRIYO 134 41 1 1 2 1 1 2 2 2 2 0 14 51 10 KODANG BHALAWA 131 27 2 2 2 2 2 2 0 2 0 0 14 51 11 MOH. RAHMADANI 134 25 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 63 12 SETYWAN 129 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 66 13 ZHEIDAN ALVIAN 121 22 2 1 2 2 2 2 0 2 2 0 15 54 14 GREALISTA 138 26 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 17 60 15 YOHANES IVAN 135 25 2 1 2 1 2 2 2 2 2 0 16 57 16 DENDY TIGARA 129 39 2 1 2 0 0 1 0 0 0 0 6 33 17 ALVIANTO ANDI 153 26 2 2 2 1 2 1 0 2 2 1 15 54 18 SRI HAMBUKA A. 130 34 2 1 2 0 2 2 1 2 2 2 16 57 19 FAHREZI EDO 130 40 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 19 66 20 ABI RAMADHAN 129 24 2 2 2 0 1 2 2 2 2 2 17 60 21 AGA GILANG ARYADI 147 31 1 1 2 2 1 0 0 2 2 0 11 43 22 ALI PRASETYO 140 31 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 18 63 23 ANGGA TOMI L. 138 29 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 69 24 BAGAS PUTRA 148 33 2 2 1 2 2 1 2 2 2 1 17 60 25 BASTIAN SYAH 139 29 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 18 63 26 CUK INDRA P. 122 27 1 2 1 2 2 2 2 2 2 1 17 60
137
27 FIRMAN W. 142 32 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 18 63 28 GALANG RAMA 140 31 2 1 1 1 2 2 1 2 2 1 15 54 29 HERU NURURL A. 150 40 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 18 63 30 JULIUS DIMAS W. 144 54 0 0 1 0 2 2 2 2 2 2 13 48 31 MUH. FAQIH 138 28 1 0 1 1 2 2 2 2 2 2 15 54 32 MUH. RIDWAN 137 33 0 1 1 1 1 1 2 2 2 1 12 45 33 NARWOTO 147 33 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 19 66 34 NASIP SAMBUDI 147 34 1 1 0 1 2 2 2 2 2 2 15 54 35 REKHA CUCU K. 143 37 2 2 2 1 1 2 1 1 2 2 16 57 36 ROKI TRI M. 140 37 2 2 2 2 2 0 0 2 1 1 14 51 37 SOFIAN TRI EFENDI 145 44 0 1 1 1 2 2 2 2 2 2 15 54 38 SUPRI KURNIA 170 66 1 1 1 0 2 2 2 2 2 2 15 54 39 RATNA SUGARDA 140 31 1 0 1 2 1 1 2 2 2 1 13 48 40 AGUNG WICAKSONO 128 25 2 1 2 0 2 2 2 2 1 2 16 57 41 BENI SAPUTRO 137 30 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18 63 42 OKI ADITYA N. 140 42 1 2 2 0 2 0 0 1 2 2 12 45 43 ADI AHMAD 131 29 1 2 2 0 2 2 2 2 2 2 17 60 44 ANDIKA NUR 126 25 2 2 2 0 1 2 1 2 2 2 16 57 45 ANDREAS MAFIN 131 26 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 20 69 46 ANGGITO ABI 128 21 2 1 2 2 1 2 2 2 2 1 17 60 47 ARAN SIDIQ 131 28 2 2 2 1 1 2 2 1 2 2 17 60 48 ARIF DWI 137 32 2 2 2 1 2 1 1 2 2 2 17 60 49 BIMANTARA SAKTI 124 25 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 19 66 50 CHAISAR UNGKI 132 30 2 1 2 1 1 2 0 2 2 2 15 54 51 RAFAEL C. 142 31 2 1 2 1 2 2 0 1 2 2 15 54 52 ERVAN ERAWATI 135 35 2 1 2 1 1 2 0 1 2 2 14 51 53 IQVALDO ALIF 133 30 2 2 2 0 2 2 2 2 2 2 18 63 54 THEO FEDO MILANO 133 27 2 2 2 2 1 2 2 2 1 2 18 63 55 EDWIN P. 137 32 2 1 2 1 0 2 2 2 1 2 15 54 56 ALYABI IQBAL 134 26 2 2 2 1 1 1 2 2 2 2 17 60
138
HASIL TES MOTOR EDUCABILITY IOWA-BRACE TEST ANAK KELAS 4-5-6 SD PUTRI
No N a m a TB BB NILAI TIAP JENIS TES
TOTAL N
SKOR T Tes
8 Tes 14
Tes 7
Tes 15
Tes 9
Tes 1
Tes 3
Tes 12
Tes 11
Tes 5
1 FITRIA C 130 25 2 2 2 0 1 2 2 2 2 0 15 56 2 IRMA DWI P 126 25 2 2 2 0 1 2 2 2 2 0 15 56 3 MARIA M 133 27 2 2 2 0 1 2 2 2 2 0 15 56 4 DINA MARDANI 136 40 1 2 2 2 1 2 1 2 2 0 15 56 5 ALDA SURYA TRI 126 20 2 1 2 2 1 2 2 2 1 0 15 56 6 INTAN KURNIA 122 21 2 2 2 0 0 2 1 1 2 0 14 54 7 MARETA AYU 125 25 2 2 2 2 0 2 2 2 2 0 18 62 8 NABILAH AYU 130 25 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 17 60 9 NURUL FATIMAH 127 27 2 2 2 1 1 2 2 2 2 0 16 58 10 SELFI TRI 131 24 2 1 2 2 1 2 2 2 2 0 16 58 11 TRI PRASETYANING 120 24 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 18 62 12 WIDA SAPUTRI 125 26 1 1 2 1 1 2 2 2 2 0 14 54 13 YULITA RUMSORI 127 32 2 2 2 1 1 2 1 1 1 0 13 52 14 SITI ASFIRA 121 25 2 2 2 1 1 2 1 2 2 0 15 56 15 AHMES NUR 127 25 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 17 60 16 APRILIA DAMAYANTI 133 33 2 2 2 1 2 0 1 2 2 1 15 56 17 NIKEN SAPITRI 137 30 2 2 2 1 2 2 2 1 2 1 17 60 18 EVI LUTFIAH 139 30 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 19 65 19 ARSITA MAYA SARI 136 28 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 62 20 AYU EKA MAULANA 150 49 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 17 60 21 BERLIANA P 149 43 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 17 60 22 FINDRI RIYANDARI 135 40 2 2 2 2 2 2 1 2 2 0 17 60 23 FLOREN KRISNA 141 33 2 2 2 2 2 2 0 2 2 0 16 58 24 MURDIANA 144 36 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 19 65 25 RINI PUJIASTUTI 127 22 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 65 26 SEPTIANA DWI 135 30 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 18 62
139
27 ZULFA K HOIRUNISA 137 32 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 19 65 28 ABELINDA 139 31 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 62 29 ANISA FELI 152 46 2 2 1 0 2 1 0 2 2 0 12 50 30 DEA FITRIANA 148 33 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 17 60 31 DEVA RAHMA 133 31 2 2 2 2 2 2 1 2 2 0 17 60 32 DEVI RAHMA 132 30 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 18 62 33 DIAN AYU W 138 30 2 2 2 1 2 2 2 2 2 0 17 60 34 DWI VITASARI 138 47 2 2 2 0 2 0 0 2 2 0 12 50 35 INTAN KUMALASARI 142 49 2 2 2 1 2 2 0 2 1 0 14 54 36 MERNA SARI 148 36 2 2 2 0 2 2 2 2 2 0 16 58 37 RATIH 135 28 2 2 2 2 1 0 2 2 2 1 16 58 38 RATIH SIBA RESMI 142 42 2 2 2 0 0 0 2 2 2 1 13 52 39 RENI JAYANTI 137 26 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 14 54 40 RIANTI 146 44 2 2 2 0 0 0 0 2 2 1 11 48 41 ROSA HANA 147 43 1 2 1 0 0 1 1 2 2 1 11 48 42 ROSITA INTAN 152 38 1 2 2 0 0 2 1 2 2 0 12 50 43 SARAS CAHYADEWI 140 50 2 2 2 0 0 1 2 2 2 0 13 52 44 SEPTIAN HAYU 145 29 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 14 54 45 SRI HUMAYAH 127 25 2 2 2 0 0 2 2 2 2 0 14 54 46 REKA CUCUKARINA 143 37 2 2 2 0 0 0 2 2 2 0 12 50 47 AFIFAH 150 56 2 2 2 0 0 1 2 2 2 0 13 52
Semarang, 6 September 2010
Peneliti,
LAKSANA ARIBOWO
top related