skripsi pemberdayaan masyarakat petani …/pemberd… · pencanangan program pertanian terpadu pada...
Post on 22-Apr-2018
228 Views
Preview:
TRANSCRIPT
SKRIPSI
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DALAM PROGRAM
PEKARANGAN TERPADU DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN
NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
Endang Sri Rahayu
H 0406028
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
1) Mahasiswa Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
2) Dosen Pembimbing Utama 3) Dosen Pembimbing Pendamping
ABSTRAK
The endurance of food is the most important part of food right fulfil. The
farmers have strategic posotion within the food endurance, because the farmer is the
food producer and also the biggest consument. The ability for producing food by
themselves is one off the effort to fulfil the need of food and increase productivity and
quality of farmer society’s food endurance. So that, an empowerment of farmer
society is done in order to increase the farmer’s ability to achieve the purposes.
The method that is used is qualitative with descriptive approach. The research
location purposively was at Sambirejo Village, Ngawen District, Gunungkidul
Regency. The informant and subject appoinment was done with purposive and
snowball sampling. The kind of data source that is used was informant, subject, and
archive or documentation. The validity of data that is used was source and method
triangulation and informat review. The data analysis that is used was data reduction,
data presentation, and conclusion drawing or verification and analisis score median.
According to the research result, it can be concluted that: 1) Concept from yard
intensification was the use of yard unitedly, 2) Process of society empowerment in
united yard program consist of instruction activity and training about the order of
yard, the development of breeding animal, fish and yard plant, 3) internal factor in the
empowerment society was education level, that majority was junior high school, the
wide of yard is about 0,2 ha. Sum of the little familiy member is four people.
Meanwhile, the external factor consist of the hight society participation, lack of
goverment accountability, the capacity of local organization, that gave advantage for
farmer society and information access that was very easy from Farmer Group Leader,
Gapoktan Leader and PPL. 4) The increase of yard produktivity can be seen from the
harvest result of vegetable, fruit, breeding, animal and fish, besides the incrase of
farmer family income. 5) Supporter factor of farmer society empowerment was
participation, local organization capacity, informant access, yard wide and education
level, meanwhile obstacle factor was goverment accountability and sum of familiy
member. 6) Intensivication yard formula in the future was with intenfivication
approach of yard naturally to aim at organic agriculture using source existed in the
yard. The empowerment of society is necessary to give mitifation and support the
farmer for doing the increase life quality activity of family selfly.
THE EMPOWERMENT OF FARMER SOCIETY
IN UNITED YARD PROGRAM AT SAMBIREJO
VILLAGE, NGAWEN DISTRICT,
GUNUNGKIDUL REGENCY
Endang Sri Rahayu1)
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS2)
Emi Widiyanti, SP, MSi3)
Key Word: Empowerment of Society, united yard program, Sambirejo Village
1) Mahasiswa Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
2) Dosen Pembimbing Utama 3) Dosen Pembimbing Pendamping
ABSTRAK
Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas
pangan. Petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan, karena petani
adalah produsen pangan sekaligus konsumen terbesar. Kemampuan untuk
memproduksi pangan secara mandiri merupakan salah satu upaya untuk memenuhi
kebutuhan pangan serta meningkatkan produktifitas dan kualitas ketahanan pangan
masyarakat petani. Sehingga dilakukan suatu pemberdayaan masyarakat petani guna
meningkatkan kemandirian petani dalam mencapai tujuan tersebut.
Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Lokasi
penelitian secara purposive yaitu di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten
Gunungkidul. Penentuan informan dan subyek dilakukan secara purposive dan
snowball sampling. Jenis sumber data yang digunakan adalah informan, subyek dan
arsip atau dokumen. Teknik pengumpulan datanya adalah wawancara, observasi, dan
dokumenter. Validitas data menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi metode
serta review informan. Analisis data yang digunakan adalah reduksi data, sajian data,
dan penarikan kesimpulan atau verifikasi serta analisis median skor.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1)Konsep dari
intensifikasi pekarangan merupakan pemanfaatan pekarangan secara terpadu.
(2)Proses pemberdayaan masyarakat dalam program pekarangan terpadu meliputi
kegiatan penyuluhan dan pelatihan mengenai penataan lahan pekarangan,
pengembangan ternak dan ikan serta budidaya tanaman pekarangan (3)Faktor internal
dalam pemberdayaan masyarakat yaitu tingkat pendidikan yang mayoritas SMP, luas
lahan pekarangan rata-rata 0,2 Ha dan jumlah anggota keluarga yang kecil(empat
orang). Sedangkan faktor eksternal meliputi partisipasi masyarakat yang tinggi,
akuntabilitas pemerintah yang kurang, kapasitas organisasi lokal yang memberikan
manfaat bagi masyarakat petani dan aksesitas informasi yang mudah dari ketua
kelompok tani, ketua Gapoktan dan PPL. (4)Peningkatan produktivitas lahan
pekarangan dilihat dari kenaikan hasil panen dari tanaman sayuran, buah, ternak serta
ikan, selain itu juga terjadinya peningkatan pendapatan keluarga petani. (5)Faktor
pendukung pemberdayaan masyarakat petani adalah partisipasi, kapasitas organisai
lokal, aksesitas informasi, luas lahan pekarangan dan tingkat pendidikan, sedangkan
faktor penghambat adalah akuntabilitas pemerintah dan jumlah anggota keluarga.
(6)Rumusan intensifikasi pekarangan masa depan adalah dengan pendekatan
intensifikasi pekarangan secara alami menuju pertanian organik dengan pemanfaatan
sumberdaya yang ada di pekarangan. Pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan
untuk memotivasi dan menggerakkan petani untuk melakukan kegiatan peningkatan
kualitas hidup keluarga secara mandiri.
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DALAM
PROGRAM PEKARANGAN TERPADU DI DESA
SAMBIREJO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN
GUNUNGKIDUL
Endang Sri Rahayu1)
Prof. Dr. Ir. Totok Mardikanto, MS2)
Emi Widiyanti, SP, MSi3)
Kata kunci: Pemberdayaan Masyarakat, Petani dan wanita tani, Kegiatan
Pekarangan Terpadu, Desa Sambirejo
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. x
RINGKASAN ............................................................................................ xi
SUMMARY ............................................................................................... xii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Perumusan Masalah ........................................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 4
D. Kegunaan Penelitian........................................................................ 4
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 5
B. Kerangka Berfikir............................................................................ 32
C. Dimensi Penelitian .......................................................................... 33
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian ............................................................................. 36
B. Lokasi Penelitian ............................................................................. 37
C. Teknik Cuplikan (Sampling) ........................................................... 37
D. Jenis dan Sumber Data .................................................................... 38
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen ...................................... 41
F. Validitas Data .................................................................................. 45
G. Teknik Analisis ............................................................................... 48
vi
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Desa ...................................................................... 55
B. Keadaan Penduduk .......................................................................... 57
C. Keadaan Pertanian dan Peternakan ................................................. 62
D. Keadaan Perekonomian ................................................................... 67
E. Keadaan Pendidikan ........................................................................ 68
V. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. Sajian Data ...................................................................................... 70
1. . Gambaran Umum Keadaan Program Pekarangan
Terpadu......................................................................................... 70
2. . Konsep Program Intensifikasi Pekarangan di Desa
Sambirejo...................................................................................... 72
3. . Proses Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Program
Pekarangan Terpadu................................................................... 73
4. . Peningkatan Produktivitas Lahan Pekarangan dan Pendapatan petani
dalam Program Pekarangan Terpadu.......................................... 83
5. . Faktor Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Program Pekarangan
Terpadu ....................................................................................... 88
6. . Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemberdayaan
Masyarakat Petani dalam Program Pekarangan Terpadu .......... 100
7. . Rumusan Intensifikasi Pekarangan Masa Depan........................ 104
B. Pembahasan …………………………………………………….... 106
1. Konsep Program Intensifikasi Pekarangan di Desa Sambirejo..... 106
2. Proses Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Program
Pekarangan Terpadu................................................................... 107
3. Peningkatan Produktivitas Lahan Pekarangan dan Pendapatan
petani dalam Program Pekarangan Terpadu............................... 111
4. Faktor Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Program Pekarangan
Terpadu ....................................................................................... 114
5. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemberdayaan
Masyarakat Petani dalam Program Pekarangan Terpadu .......... 118
vii
6. Peningkatan Ketahanan Pangan Rumah Tangga Petani................ 119
7. Rumusan Intensifikasi Pekarangan Masa Depan........................... 121
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ..................................................................................... 123
B. Saran ............................................................................................. 126
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Luas Lahan Desa Sambirejo..................................................... 37
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang dibutuhkan.......................................... 39
Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor dalam Penelitian..................................... 52
Tabel 4. Luas Lahan Desa Sambirejo Menurut Penggunaan Tanah............... 56
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sambirejo........ 57
Tabel 6. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di
Desa Sambirejo.................................................................................
58
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Sambirejo. 60
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Sambirejo... 61
Tabel 9. Luas Panen Tanaman Pangan Di Desa Sambirejo............................ 62
Tabel 10. Luas Panen Tanaman Hortikultura Di Desa Sambirejo.................... 64
Tabel 11. Luas Panen Tanaman Perkebunan Di Desa Sambirejo..................... 65
Tabel 12. Keadaan Peternakan di Desa Sambirejo........................................... 66
Tabel 13. Keadaan Perikanan di Desa Sambirejo............................................. 67
Tabel 14. Keadaan Kelembagaan Perekonomian di Desa Sambirejo............... 68
Tabel 15. Keadaan Lembaga Pendidikan di Desa Sambirejo........................... 68
Tabel 16. Produktivitas Tanaman Buah di Pekarangan .................................. 83
Tabel 17. Produktivitas Ternak di Pekarangan ............................................... 84
Tabel 18. Produktivitas Tanaman Sayuran di Pekarangan .............................. 85
Tabel 19. Produktivitas Ternak dan Ikan di Pekarangan ................................ 87
Tabel 20. Distribusi Petani dan Wanita tani berdasarkan Tingkat Pendidikan. 88
Tabel 21. Distribusi Petani dan Wanita tani berdasar Luas Lahan Pekarangan 89
Tabel 22. Distribusi Petani dan Wanita tani berdasar Jumlah Anggota
Keluarga……………………………………………………………
90
Tabel 23. Partisipasi Petani dan Wanita tani dalam Tahap Perencanaan……. 91
Tabel 24. Partisipasi Petani dan Wanita tani dalam Tahap Pelaksanaan…….. 93
Tabel 25. Partisipasi Petani dan Wanita tani dalam Pemantauan dan Evaluasi 97
Tabel 26. Partisipasi Petani dan Wanita tani dalam Tahap Pemanfaatan
Hasil.................................................................................................
98
Halaman
ix
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Skema Kerangka Berpikir ...................................................................... 32
Gambar 2. Skema Triangulasi Sumber .................................................................... 47
Gambar 3. Skema Model Analisis Data Interaktif ................................................... 50
Gambar 4. Denah Pekarangan Terpadu .................................................................... 78
Gambar 5. Kandang Kambing di pekarangan ........................................................... 79
Gambar 6. Kolam Ikan di pekarangan ...................................................................... 80
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Informan dan Pendapatan petani dan Wanita Tani
Lampiran 2. Hasil Wawancara
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
Lampiran 4. Catatan Harian Penelitian
Lampiran 5. Produktivitas Lahan Pertanian
Lampiran 6. Partisipasi Subyek
Lampiran 7. Triangulasi
Lampiran 8. Surat Ijin Penelitian
Lampiran 9. Peta Desa Penelitian Desa Sambirejo.
Lampiran 10. Foto Penelitian Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Program
Pekarangan Terpadu di Desa Sambirejo.
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak
atas pangan sekaligus merupakan salah satu pilar utama hak azasi manusia.
Ketahanan pangan juga merupakan bagian sangat penting dari ketahanan
nasional. Dalam hal ini hak atas pangan seharusnya mendapat perhatian yang
sama besar dengan usaha menegakkan pilar-pilar hak azasi manusia lain.
Untuk mewujudkan kondisi ketahanan pangan nasional yang mantap,
subsistem ketahanan pangan (ketersediaan, distribusi dan konsumsi) dalam
system ketahanan pengan diharapkan dapat berfungsi secara sinergis, melalui
kerja sama antar komponen-komponen yang digerakkan oleh pemerintah dan
masyarakat (Suryana, 2003)
Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan
pangan yang cukup, tetapi juga kemampuan untuk mengakses (termasuk
membeli) pangan dan tidak terjadinya ketergantungan pangan pada pihak
manapun. Dalam hal inilah, petani memiliki kedudukan strategis dalam
ketahanan pangan, dimana petani adalah produsen pangan sekaligus kelompok
konsumen pangan terbesar. Petani harus memiliki kemampuan untuk
memproduksi pangan secara mandiri dan juga harus memiliki pendapatan
yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sendiri. Salah satu
upaya untuk memenuhi kebutuhan pangan serta meningkatkan produktifitas
dan kualitas ketahanan pangan masyarakat petani dapat dilakukan secara
beranekaragam. Dengan demikian diperlukan pendekatan-pendekatan yang
pelaksanaannya mengikutsertakan masyarakat termasuk memanfaatkan
sumberdaya alam yang tersedia dilingkungan.
Peranan masyarakat dalam pembangunan sangatlah mutlak diperlukan.
Tanpa adanya partisipasi masyarakat pembangunan hanyalah menjadikan
masyarakat sebagai objek semata. Penempatan masyarakat sebagai subjek
pembangunan mutlak diperlukan sehingga masyarakat dapat berperan serta
secara aktif mulai dalam kegiatan pembangunan pedesaan. Terlebih apabila
kita akan melakukan pendekatan pembangunan dengan semangat lokalitas.
1
2
Masyarakat lokal menjadi bagian yang paling memahami keadaan daerahnya,
dan hal ini tentu akan mampu memberikan masukan yang sangat berharga.
Masyarakat lokal dengan pengetahuan serta pengalamannya menjadi modal
yang sangat besar dalam melaksanakan pembangunan. Masyarakat lokallah
yang mengetahui apa permasalahan yang dihadapi serta potensi sumberdaya
alam yang dimiliki oleh daerahnya.
Salah satu sumberdaya alam yang berpotensi dalam peningkatan kinerja
petani pedesaan adalah pemanfaatan pekarangan. Usaha di pekarangan jika
dikelola secara intensif sesuai dengan potensi pekarangan itu sendiri,
disamping dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga, juga dapat
memberikan sumbangan pendapatan bagi rumah tangga. Lahan pekarangan
sudah lama dikenal dan memiliki fungsi multiguna, yaitu untuk menghasilkan
bahan makan sebagai tambahan hasil sawah dan tegalnya, sayur dan buah-
buahan, unggas, ternak kecil dan ikan, rempah, bumbu-bumbu dan wangi-
wangian, bahan kerajinan tangan, serta uang tunai.
Pencanangan program pertanian terpadu pada tahun 2008 yang
disetujui oleh Dinas Pertanian Gunungkidul diharapkan untuk direalisasikan
oleh masyarakat petani di wilayah Kabupaten Gunungkidul terutama
Kecamatan Ngawen yang tepatnya di Desa Sambirejo untuk menjalankan
program pekarangan terpadu. Program pekarangan terpadu ini pertama kali
dilakukan di Desa Sambirejo yang merupakan salah satu desa percontohan di
Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul sehingga diharapkan masyarakat
Desa Sambirejo sendiri mampu meningkatkan peran ”Desa Mandiri” dalam
membangun Agricultural Comunity Development yang berbasis pada
partisipasi masyarakat sesuai dengan tujuan dari program pertanian terpadu
yang dilaksanakan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa
Sambirejo pada khususnya dan Pertanian Indonesia pada umumnya.
3
B. Perumusan Masalah
Memberdayakan masyarakat merupakan upaya peningkatan kualitas
keluarga yang mandiri dan ketahanan keluarga yang tinggi dalam
meningkatkan harkat dan martabat masyarakat dari perangkap kemiskinan dan
keterbelakangan. Oleh karena itu, upaya yang dilakukan untuk meningkatkan
kemandirian masyarakat dalam mencapai ketahanan pangan keluarga dapat
dicapai melalui peningkatan produktivitas sumberdaya alam yang ada
dilingkungan sekitar yaitu pekarangan.
Lahan pekarangan sebenarnya mempunyai fungsi multiguna, baik dalam
bentuk tata lahan maupun budidaya tanaman, beternak serta budidaya ikan
untuk menambah nilai ekonomis dari pekarangan. Secara berkesinambungan,
pekarangan dapat menyediakan kebutuhan sehari-hari keluarga petani.
Pentingnya pengembangan program pekarangan terpadu sehingga menarik
untuk diteliti yaitu terkait dengan upaya pemberdayaan masyarakat terhadap
intensifikasi pekarangan secara alami untuk menuju pertanian terpadu di Desa
Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dapat disusun suatu rumusan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep program intensifikasi pekarangan di Desa Sambirejo
Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul?
2. Bagaimana proses pemberdayaan masyarakat petani dalam program
pekarangan terpadu di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten
Gunungkidul?
3. Seberapa besar terjadi peningkatan produktivitas lahan pekarangan dan
pendapatan petani setelah pelaksanaan program pekarangan terpadu di
Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul?
4. Apasajakah faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi
pemberdayaan masyarakat petani di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen
Kabupaten Gunungkidul?
5. Bagaimana rumusan intensifikasi pekarangan di masa depan?
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengkaji konsep program intensifikasi pekarangan di Desa Sambirejo
Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul.
2. Mengkaji proses pemberdayaan masyarakat petani dalam program
pekarangan terpadu di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten
Gunungkidul.
3. Mengetahui seberapa besar terjadi peningkatan produktivitas lahan
pekarangan dan pendapatan petani setelah pelaksanaan program
pekarangan terpadu di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten
Gunungkidul.
4. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat yang mempengaruhi
pemberdayaan masyarakat petani di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen
Kabupaten Gunungkidul.
5. Mengetahui rumusan intensifikasi pekarangan di masa depan.
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian ini untuk menambah wawasan peneliti serta
merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Pertanian UNS
2. Bagi Pemerintah dan instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam
menentukan kebijakan selanjutnya mengenai program peningkatan
produktivitas pekarangan dan pendapatan masyarakat petani.
3. Bagi peneliti lain, sebagai bahan informasi dan pertimbangan untuk
penelitian selanjutnya.
4. Bagi Petani, sebagai bahan pembelajaran untuk menentukan tindakan
pelestarian lingkungan dan peningkatan produktivitas rumah tangga petani
guna mancapai ketahanan pangan rumah tangga petani pedesaan.
5
A. Tinjauan Pustaka
1. Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan adalah proses untuk memperbaiki orang dengan cara
membangun dan menyebarkan pengaruh wewenang. Untuk dapat
melakukan hal tersebut, seseorang atau suatu organisasi harus memiliki
kekuasaan. Dengan demikian kekuasaan merupakan kemampuan untuk
mempengaruhi individu, kelompok, keputusan, atau kejadian. Teori
penerimaan wewenang pada dasarnya terletak pada pihak yang
dipengaruhi (influencee), bukan pada pihak yang mempengaruhi
(influencer) (Kinlaw, 1999).
Menurut Prijono dan Pranarka dalam Sulistiyani (2004), menyatakan
bahwa pemberdayaan mengandung dua arti. Pengertian yang pertama
adalah to give power or aurthority, pengertian yang kedua to give ability ti
or eneble. Pemaknaan pengertian pertama meliputi memberikan
kekuasaan, mengalihkan kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada
pihak yang kurang/belum berdaya. Di sisi lain pemaknaan pengertian
kedua adalah memberikan kemampuan atau kebudayaan serta peluang
kepada pihak lain untuk melakukan sesuatu.
Pemberdayaan atau empowerment secara singkat dapat diartikan
sebagai upaya untuk memberikan kesempatan dan kemampuan kepada
masyarakat (miskin) untuk mampu dan berani bersuara (voice) serta
kemampuan dan keberanian untuk memilih (choice) alternative perbaikan
kehidupan yang baik. Karena itu, pemberdayaan dapat diartikan sebagai
proses terencana guna meningkatkan skala/upgrade utilitas dari objek
yang diberdayakan. Dasar pemikiran suatu objek atau target group perlu
diberdayagunakan karena objek tersebut mencapai keterbatasan,
ketidakberdayaan, keterbelakangan dan kebodohan dari berbagai aspek.
Oleh karena itu guna mengupayakan kesetaraan serta untuk mengurangi
kesenjangan diperlukan upaya merevitalisasi untuk mengoptimalkan
utilitas melalui penambahan nilai (Mardikanto, 2009).
5
II. LANDASAN TEORI
6
Czuba (1999) menyatakan bahwa:
“Empowerment is a construct shared by many disciplines
and arenas: community development, psychology, education,
economics, and studies of social movements and
organizations, among others”.
Pemberdayaan adalah sebuah upaya pembangunan bagi barbagai
disiplin ilmu dan wilayah; pembangunan masyarakat, psikologi,
pendidikan, ekonomi dan ilmu pengetahuan dari kehidupan sosial serta
organisasi dan lain sebagainya.
Pemberdayaan masyarakat adalah meningkatkan kemampuan dan
meningkatkan memandirian masyarakat. Sejalan dengan itu,
pemberdayaan dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan
masyarakat (miskin) untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan
mengendalikan kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung jawab
(accountable) demi perbaikan kehidupan. Oleh karena itu,
memberdayakan masyarakat merupakan upaya untuk terus menerus
meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah yang tidak
mampu melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan
(Mardikanto, 2009).
Wilkinson (1998), menyatakan bahwa:
“Empowerment in the workplace is regarded by critics as
more a empowerment exercise, the idea of which is to change
the attitudes of workers, so as to make them work harder
rather than giving them any real power”
Pemberdayaan adalam tempat bekarja yang dihargai dari kritik
sebagai pelatihan pemberdayaan, sebuah gagasan yang mengetahui
perilaku dari manusia sehingga akan membuat mereka bekerja lebih keras
sesuai kemampuan mereka
Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat,
inti dari pemberdayaan adalah meliputi tiga hal, yaitu pengembangan
(enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), dan terciptanya
kemandirian (autonomy). Bertolak dari pendapat ini, berarti pemberdayaan
tidak saja terjadi pada masyarakat yang tidak memiliki kemampuan, akan
tetapi pada masyarakat yang masih memiliki daya yang masih terbatas,
7
dapat dikembangkan hingga mencapai kemandirian (Winarni, 1998).
Tujuan yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk
membentuk individu dan masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian
tersebut meliputi kemandirian berfikir, bertindak dan mengendalikan apa
yang mereka lakukan tersebut. Untuk menjadi mandiri perlu dukungan
kemampuan berupa sumberdaya manusia yang utuh dengan kondisi
kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif serta sumberdaya lainnya yang
bersifat fisik material (Sulistiyani, 2004).
Faktor yang mempengaruhi kegiatan pemberdayaan masyarakat
terdiri dari faktor lntern dan faktor ekstern. Faktor intern seperti
pendidikan, pekerjaan, luas lahan pekarangan dan jumlah anggota
keluarga. Sedangkan faktor ekstern seperti partisipasi, aksesitas informasi,
kapasitas organisasi lokal, dan akuntabilitas. Menurut Sudarwati (2003),
faktor intern merupakan faktor pendorong untuk bekerja yakni biasanya
disebabkan oleh desakan atau kesulitan ekonomi keluarga sedangkan
faktor ekstern merupakan faktor penarik untuk bekerja yakni adanya
kesempatan kerja yang ditawarkan. Menurut Muhdar (2008), faktor
internal biasanya berasal dari dalam diri sendiri. Sementara faktor
eksternal bisa berasal dari lingkungan rumah atau teman kondisi keluarga
yang kurang kondusif. Namun faktor internal dan eksternal dapat
mendorong atau menghambat kemajuan seseorang.
Pemberdayaan menunjukkan kemampuan orang, khususnya
kelompok rentan dan lemah sehingga mereka memiliki kekuatan atau
kemampuan dalam (a). Memenuhi kebutuhan dasarnya, sehingga mereka
memiliki kebebasan(freedom), dalam arti bukan saja bebas
mengemukakan pendapat, melainkan bebas dari kelaparan, bebas dari
kebodohan, bebas dari kesakitan. (b). Terjangkau sumber-sumber
produktif yang memperoleh barang-barang dan jasa-jasa yang mereka
perlukan, dan (c) Partisipasi dalam proses pembanguanan dan keputusan-
keputusan yang pemberdayaanya dilihat dari proses, tujuan dan cara
pemberdayaan (Suharto, 2009).
8
Menurut Sulistiyani (2004), pemberdayaan masyarakat merupakan
suatu proses yang akan berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang
harus dilalui meliputi:
a. Tahap penyadaran dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar
dan peduli sehingga merasa membutuhkan peningkatan kapasitas diri.
b. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan,
kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan
keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam
pembangunan.
c. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-keterampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian.
Pemberdayaan adalah sebuah proses dan tujuan. Sebagai proses,
pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat kekuasaan
atau keberdayaan kelompok lemah masyarakat. Sebagai tujuan, maka
pemberdayaan menunjuk pada keadaan atau hasil yang ingin dicapai oleh
sebuah instansi sosial, yaitu masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan
dan mempunyai pengetahuandan kemampiuan dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya (Soeharto,2009).
Proses pemberdayaan oleh penyuluh pertanian memiliki tujuan yang
tidak terbatas pada “better farming, better business, dan better living”,
tetapi untuk menfasilitasi masyarakat dalam mengadopsi inovasi dan
pemasaran demi peningkatan pendapatan (Mardikanto, 2009).
Upaya peningkatan pendapatan petani melalui kegiatan usahatani
secara mandiri sekarang sudah banyak beralih pada usahatani komersial,
yaitu usaha tani yang menjual sebagian atau seluruh produksinya kepada
pihak luar. Menurut Popkin dalam Mardikanto (2009), mengemukakan
cirri-ciri usaha tani komersial yaitu:
a. Menyukai inovasi (perubahan). Usahatani komersiil selalu mencari
inovasi demi perubahan demi peningkatan produksi dan
produktivitasnya serta perbaikan efisiensi. Perubahan bukanlah
9
ancaman, malainkan justru dinilai sebagai peluang menuju perbaikan
usaha tani dan kehidupannya.
b. Memerlukan pasar. Karena usahatani komersiil selalu berusaha untuk
meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya, maka mereka sangat
membutuhkan pasar sebagai tempat menjual (kelebihan) produksi
yang tidak habis dikonsumsi sendiri. Pada perkembangan lebih lanjut,
pasar juga diperlukan sebagai sumber input dan peralatan yang
dibutuhka, serta sebagai sumber informasi/inovasi yang sangat
dibutuhkan bagi perbaikan menajemen, perbaikan teknik berusahatani
serta peningkatan efisien usahataninya.
c. Hubungan eksploitasi. Yaitu hubungan kerjasama bisnis yang saling
mengeksploitasi demi peningkatan pendapatan.
Pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan
terpadu adalah kegiatan teknis yang dilakukan guna manjalankan program
pekarangan terpadu di Desa Sambirejo. Kegiatan pemberdayaan
masyarakat yang dilakukan meliputi: penyuluhan, Penataan lahan
pekarangan, pengembangan ternak di pekarangan, pengembangan ikan di
pekarangan, dan pemilihan tanaman pekarangan.
2. Faktor yang Mempengaruhi Pemberdayaan Masyarakat
a. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor yang berhubungan dengan kegiatan
yang berasal dari luar lingkup bidang kajian. Menurut Mardikanto
(2009), Pemberdayaan masyarakat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang
harus diperhatikan antara lain: aksesibilitas informasi, keterlibatan
atau partisipasi, akuntabilitas dan kapasitas organisasi lokal.
1) Aksesibilitas Informasi
Informasi dan komunikasi merupakan bagian hakiki dari
kehidupan manusia, sebagaimana juga manusia merupakan bagian
dari masyarakat. Hanya orang atau suatu bangsa yang mempunyai
banyak informasi yang dapat berkembang dengan pesat. Dengan
informasi orang dapat mengetahui apa yang telah, sedang dan
10
akan terjadi di suatu masyarakat atau negara. Dengan informasi
pula, orang dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan
diperbaiki hidupnya ( Rachmadi, 1988).
Aksesibilitas informasi merupakan kebutuhan yang harus di
perhatikan kelancarannya dalam kegiatan pemberdayaan
masyarakat karena informasi merupakan kekuasaaan baru
kaitannya dengan peluang, layanan, penegakan hokum, efektivitas
negosiasi dan akuntabilitas (Mardikanto, 2009).
Pearson (2004) mengatakan bahwa:
“A pit fall top be avoided in organizing the
collection of information in the assumption that no
one else has carried out any relevant previous work
on the commondity systems to be studied”
Dapat di artikan bahwa:
Kesulitan yang perlu diwaspadai dalam mengatur kumpulan
informasi yang menganggap bahwa tak seorangpun mampu
bekerja secara relevan dan semua anggota kelompok organisasi
masih melakukan proses belajar.
Pemberdayaan masyarakat terkait dengan pemberian akses
informasi bagi masyarakat, lembaga, dan organisasi masyarakat
dalam memperoleh dan memanfaatkan hak masyarakat bagi
peningkatan kehidupan ekonomi, sosial dan politik. Oleh sebab
itu, pemberdayaan masyarakat amat penting untuk mengatasi
ketidakberdayaan masyarakat yang disebabkan oleh keterbatasan
akses, kurangnya pengetahuan dan keterampilan, adanya kondisi
kemiskinan yang dialami sebagaian masyarakat, dan adanya
keengganan untuk membagi wewenang dan sumber daya yang
berada pada pemerintah kepada masyarakat
(Sumardi dan Evers, 1982).
Petani di pedesaan tak kalah aksesnya terhadap informasi ,
media elektronik berupa televisi, radio dan HP senantiasa melekat
dalam kehidupan mereka. Selain itu peranan penyuluh dalam
11
kegiatan pendampingan petani selalu mengakses internet dan
harian pertanian yang nantinya akan disampaikan kepada petani.
Aliran informasi yang terjadi di masyarakat petani adalah bermula
dari pemerintah pusat, pemerintah kabupaten, kecamatan,
penyuluh pertanian lapangan dan akhirnya kepada petani,
sehingga akses petani terhadap informasi yang dibutuhkan biasa
memasai (Rachmadi, 1988).
Golongan petani yang inovatif biasanya banyak
memanfaatkan beragam sumber informasi, seperti: LEmbaga
ppendidikan/perguruan tinggi, lembaga penelitian, dinas-dinas
terkait, media massa, tokoh-tokoh masyarakat (petani) setempat
maupun dari luar, maupun lembega-lembaga komersial. Berbeda
dengan golongan inovatif, golongan masyarakat yang kurang
inovatif umumnya hanya memanfaatkan informasi dari tokoh-
tokoh (petani) setempat, dan relative sedikit memanfaatkan
informasi dari media masa (Mardikanto, 2009).
2) Kapasitas Organisasi Lokal
Kapasitas yaitu kemampuan untuk menunjukan/memerankan
fungsinya secara efektif, efisien dan berkelanjutan. Kapasitas
organisasi lokal berkaitan dengan kemampuan bekerjasama,
mengorganisasi warga masyarakat, serta memobilisasi sumberdaya
untuk memecahkan masalah-masalah yang mereka hadapi
(Mardikanto, 2009).
Pengembangan kapasitas manusia dapat berupa
pengembangan wawasan dan tingkat pengetahuan, peningkatan
pegetahuan, peningkatan kemampuan untuk merespons dinamika
lingkungannya, peningkatan skill, peningkatan akses pada
informasi, peningkatan akses dalam proses pengambilan
keputusan. Sebagai perubahan yang terencana, yang direncanakan
adalah bagaimana memberikan ransangan dan dorongan agar
masyarakat terbangun dan berkembang kapasitasnya (Soetomo,
12
2009).
Kapasitas yang selalu berkembang meliputi kapasitas untuk
mengorganisasi dan mengelola tindakan bersama dalam rangka
memenuhi kebutuhan melalui pemanfaatan sumber daya dan
peluang, serta antisipasi tantangan dan kelola masalah sosial yang
muncul. Dengan demikian, pengembangan organisasional yang
dapat meningkatkan kemampuan dalam struktur manajemen,
proses dan prosedur dalam pencapaian tujuan juga dapat
ditempatkan sebagai bagian penting dalam pengembangan
kapasitas masyarakat (Soetomo,2009).
Organisasi lokal merupakan kelompok yang tumbuh dari
bawah. Kelompok ini memberikan kesempatan yang sebesar-
besarnya pada mereka yang terlibat untuk saling bantu dalam
memecahkan persoalan. Dengan cara koordinasi secara ekonomis
beban yang harus ditanggung oleh seorang yang membangun
sebuah kondisi akan terkurangi. Prinsip resiprokal ini
mnampaknya telah diterima dengan baik dikalangan penduduk
desa dan yang menjadi catatan penting, kebanykan petani atau
penduduk miskin terlibat dalam pranata organisasi ini
(Mubyarto, 1994).
Setiap masyarakat hidup dalam bentuk dan dikuasai oleh
lembaga-lembaga sosial tertentu. Yang dimaksudkan lembaga
(institution) disini adalah organisasi atau kaidah-kaidah, baik
formal maupun informal yang mengatur perilaku dan tindakan
anggota masyarakat tertentu baik dalam kegiatan rutin sehari-hari
maupun dalam usahanya untuk mencapai tujuan tertentu
(Mubyarto, 1994).
Peranan organisasi pedesaan dalam memecahkan problema
pertanian Indonesia antara lain membantu pemerintah dengan
usaha-usaha yang dapat membuat pemerintah desa lebih mandiri
dalam menangani problema pangan bagi si miskin, selain itu
13
organisasi pedesaan dapat meningkatkan ketrampilan anak muda
desa menjadi tenaga buruh yang profesional (Hagul, 1992).
3) Partisipasi
Partisipasi adalah keterlibatan aktif dan bermakna dari massa
penduduk pada tingkatan berbeda seperti: a) pembentukan
keputusan untuk menentukan tujuan-tujuan b) Pelaksanaan
program-program dan proyek-proyek secara sukarela dan
pembagian yang merata, dan c) Pemanfaatan hasil-hasil dari suatu
program. Jadi partisipasi masyarakat disini merupakan partsipasi
aktif baik dalam identifikasi masalah, perencanaan, pelaksanaan,
monitoring maupun evaluasi dalam suatu kegiatan atau program
pembangunan (Awang, 1999).
Istilah partisipasi telah cukup lama dikenal khususnya di
dalam pengkajian peranan anggota di dalam suatu organisasi, baik
organisasi yang sifatnya tidak sukarela maupun yang sukarela.
Partisipasi sering diartikan dalam kaitannya dengan pembangunan
sebagai pembangunan masyarakat yang mandiri, mobilitas sosial,
pembagian sosial yang merata terhadap hasil pembangunan,
penetapan kelembagaan khusus, demokrasi politik dan sosial.
Partisipasi dapat diartikan sebagai keterlibatan mental, pikiran dan
perasaan seseorang di dalam situasi kelompok yang
mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada kelompok
dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggung jawab
terhadap usaha yang bersangkutan (Slamet, 1994).
Ada beberapa alasan mengapa petani dianjurkan untuk
berpartisipasi. Pertama adalah mereka memiliki informasi yang
sangat penting untuk merencanakan program yang berhasil. Kedua
adalah mereka akan lebih termotivasi untuk bekerja dalam
kegiatan jika mereka ikut di dalamnya. Alasan ketiga adalah
masyarakat yang demokrtatis secara umum menerima bahwa
rakyat yang terlibat mempunyai hak untuk berpartisipasi dalam
14
keputusan mengenai tujuan yang ingin mereka capai. Alasan
keempat adalah banyak permasalahan pembangunan pertanian
sehingga partisipasi kelompok dalam keputusan kelompok sangat
dibutuhkan. Partisipasi memungkinkan perubahan-perubahan yang
lebih besar dalam cara berpikir manusia. Perubahan dalam
pemikiran dan tindakan akan lebih sedikit terjadi dan perubahan-
perubahan ini tidak akan berjalan lama jika perubahan tersebut
dikarenakan menuruti agen penyuluhan dengan patuh dari pada
apabila mereka ikut bertanggung jawab di dalamnya
(Hawkins dan Ven den Ban, 1999).
Berkaitan dengan berbagai bentuk kegiatan partisipasi,
Yadav (1973) dalam Mardikanto (1988) mengemukakan tentang
adanya empat macam kegiatan yang menunjukkan partisipasi
masyarakat di dalam pembangunan, yaitu :
a) Partisipasi dalam pengambilan keputusan, yaitu menumbuhkan
partisipasi masyarakat melalui forum yang memungkinkan
masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses
pengambilan keputusan tentang program-program
pembangunan di wilayah lokal (setempat).
b) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan, yaitu pemerataan
sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja dan uang
tunai yang sepadan dengan manfaat yang akan diterima oleh
masing-masing warga masyarakat yang bersangkutan.
c) Partisipasi dalam pemantauan dan evaluasi, dilakukan agar
tujuan kegiatan dapat dicapai seperti yang diharapkan, dan juga
diperlukan untuk memperoleh umpan balik tentang masalah-
masalah dan kendala yang muncul dalam pelaksanaan
pembangunan yang bersangkutan.
d) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil, yang bertujuan untuk
memperbaiki mutu hidup masyarakat banyak. Di samping itu
dengan pemanfaatan hasil akan merangsang kemauan dan
15
kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam
setiap program pembangunan yang akan datang.
Slamet (1994) mengemukakan adanya tiga bentuk kegiatan
partisipsi yaitu : (a) Parisipasi dalam tahap perencanaan, (b)
Partisipsi dalam tahap pelaksanaan, (c) partisipasi dalam tahap
pemanfaatan. Partisipasi tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a) Partisipasi pada tahap perencanaan
Keterlibatan seseorang dalam perencanaan pembangunan
sekaligus membawa dalam proses pembentukan keputusan,
mencakup empat tingkatan yang pertama ialah mendefinisikan
situasi yang menghendaki adanya keputusan. Kedua, memilih
alternatif yang cocok untuk dipilih sesuai dengan kondisi dan
situasi, dan yang ketiga, menentukan cara terbaik agar
keputusan yang telah dibuat dapat dilaksanakan. Dengan
demikian dalam tahapan ketiga ini merupakan jabaran rencana,
operasionalisasi rencana. Berikutnya adalah mengevaluasi
akibat apa saja yang timbul sebagai akibat dari pilihan
keputusan itu.
b) Partisipasi pada tahap pelaksanaan
Pada tahap pelaksanaan, pengukuran bertitik tolak pada
sejauh mana masyarakat secara nyata terlibat dalam aktivitas-
aktivitas riil yang merupakan perwujudan program-program
yang telah digariskan di dalam kegiatan-kegiatan fisik.
c) Partisipasi pada tahap pemanfaatan
Pada tahap pemanfaatan ialah partisipasi masyarakat di
dalam fase penggunaan atau pemanfaatan hasil-hasil kegiatan
pembangunan.
4) Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan upaya pemberdayaan masyarakat
yang perlu mengikutsertakan semua potensi masyarakat.
Akuntabilitas berkaitan dengan pertanggungjawaban public atas
16
segala kegiatan yang dilakukan dengan mengatasnamakan rakyat.
Dalam hal ini pemerintah harus mengambil peranan lebih besar
karena mereka yang paling mengetahui mengenai kondisi, potensi
dan kebutuhan masyarakat (Mardikanto, 2009).
Akuntabilitas dalam pemberdayaan bisa dikatakan sebagai
upaya mengendalikan usaha-usaha kelompok karena kontribusi
individu mereka tidak dapat teridentifikasi. Tim yang kinerjanya
tinggi mengurangi kecenderungan semacam ini dengan tetap
memberikan mereka tanggung jawab baik ditingkat individu
maupun tingkat lain. Tim yang sukses memberi tanggung jawab
individu dan tanggung jawab bersama demi tujuan suatu tim
(Robbins, 2002).
b. Faktor Intern
Faktor intern yang mempengaruhi pelaksanaa pemberdayaan
masyarakat adalah faktor yang berasal dari dalam rumah tangga petani
itu sendiri. Faktor-faktor tersebut antara lain Luas lahan, tingkat
pendidikan, dan jumlah anggota keluarga.
a. Luas Lahan
Menurut Prayitno dan Lincolin (1987), besarnya luas
garapan dapat meningkatkan produksi petani. Berhubungan
dengan kepemilikan tanah oleh petani miskin sudah sangat
terbatas, maka usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
pendapatan adalah dengan pendayagunaan seluruh potensi tanah
garapan yang dimiliki oleh petani. Selain itu ada beberapa upaya
lain misalnya berusaha menurut kemampuan dan keterampilannya.
Menurut Buckett (1988), menjelaskan bahwa:
“Land is primary agricultural resource but it varies
enormously in quality. This variation has a major
influence on the type of farming practiced and upon
farm values.”
17
Dapat diartikan bahwa tanah merupakan sumber alam paling
penting dalam pertanian tapi mempunyai kualitas jenis tanah yang
sangat bervariasi sehingga akan memepengaruhi kualitas
kesuburan lahan tersebut. Bebarapa jenis tersebut memberikan
pengaruh besar dalam menentukan tipe pelatihan pertanian dan
menilai hasil pertanian.
Pearson (2004) mengatakan bahwa:
“Land is a fixed factor in agricultural production.
Some land is lacated near an urban center and has
residential or industrial uses. That periurban land
is very valuable. But it is not relevant for assessing
land cost in agriculture for agricultural land” Bahwa, lahan pakarangan merupakan salah satu faktor
penentu produksi pertanian. Beberapa lahan pertanian biasanya
dekat dengan pemukiman atau perusahaan industri. Tanah yang
berada di dekat pemukiman sangatlah bernilai tinggi. Tapi hal
tersebut tidak relevan jika tanah pertanian diubah menjadi non
pertanian.
Menurut Kuswardhani (1998), bahwa luas penguasaan lahan
akan menentukan partisipasi petani terhadap program. Luas
sempitnya lahan yang dikuasai akan mempengaruhi anggota untuk
mengolah lahan. Menurut Mubyarto (1979), hasil bruto produksi
pertanian dihitung dengan mengalikan luas lahan tanah dan hasil
persatuan luas. Dengan demikian semakin luas tanah garapan,
hasil produksi pertanian pun semakin tinggi.
Kegiatan perencanaan yang dilakukan untuk menanami
pekarangan dengan sayuran yang dapat digunakan sepanjang
tahun, perlu perencanaan yang mantap. Untuk itu perlu
mengetahui luas lahan pekarangan yang tepat. Luas pekarangan
sangat menentukan jumlah komoditas yang diusahakan dalam
kegiatan usaha tani, semakin besar lahan semakin tinggi
kesempatan hasil yang diperoleh nantinya (Sajogjo, 1994).
18
b. Pendidikan
Mardikanto (1993) menerangkan bahwa pendidikan
merupakan proses timbal balik dari setiap pribadi manusia dalam
penyesuaian dirinya dengan alam, teman dan alam semesta.
Pendidikan formal merupakn jenjang pendidikan dari terendah
sampai tertinggi yang biasanya diterima di bangku sekolah.
Sedangkan pendidikan non formal biasanya diartikan sebagai
penyelenggaraan pendidikan terorganisir diluar sistem pendidikan
sekolah dengan isi pendidikan yang terprogram.
Darvan (2004) menjelaskan bahwa:
“Educational activities related to empowerment,
gender awareness etc. must be given to rural people.
Both women and men should be taken into
consideration together in this educational activity.
However, women are dependent on their husband. So,
first of all men have to be persuaded about women’s
active participation in rural life, especially on
economic/productive roles”. Jadi kegiatan pendidikan berkaitan dengan pemberdayaan.
Kesadaran akan persamaan gender harus disosialisasikan pada
masyarakat pedesaan. Baik laki-laki maupun wanita harus
bersama-sama terlibat dalam kegiatan pendidikan. Walaupun
semua itu juga tergantung kepala keluarga, sehingga pertama kali
suami harus diberitau mengenai pentingnya partisipasi wanita
terutama dalam meningkatkan ekonomi dan peran produktifnya
Menurut Mosher (1966) telah menempatkan arti pentingnya
program pendidikan untuk petani di pedesaan sebagai salah satu
factor pelancar pembangunan pertanian. Dalam proses adopsi
teknologi baru akan sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
petani dan masyarakat pedesaan pada umumnya. Hal ini
disebabkan karena adopsi teknologi baru akan berkembang dengan
cepatnya apabila masyarakat petani yang menerimanya cukup
mempunyai dasar pendidikan/pengetahuan dan ketrampilan untuk
19
menerapkannya sesuai dengan segala persyaratan yang harus
ditaati.
Salah satu indikator penting mengenai kedudukan social dan
mutu sumberdaya manusia adalah tingkat pendidikan penduduk.
Hal ini dapat tercermin dari komposisi berdasarkan tingkat
pendidikan yang diselesaikan oleh pendidik yang bersangkutan.
Dalam kaitannya dengan aktifitas ekonomi pendidik, secara tidak
langsung juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan seseorang.
Sehingga tingkat pendidikan yang diselesaikan akan berpengaruh
terhadap tingkat pemilihan pekerjaan tertentu. Terutama yang
memerlukan ketrampilan khusus. Disamping itu tingkat
pendidikan dapat menggambarkan tingkat kecerdasan seseorang.
Maka bisa digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui potensi
masyarakat secara umum dalam suatu wilayah (Sujarno, 1999).
c. Jumlah Anggota Keluarga
Anggota-anggota suatu rumah tangga petani bisa berfungsi
secara independen dan memiliki kebutuhan, orientasi serta tujuan
masing-masing yang berbeda. Mungkin ini beberapa subunit
dalam rumah tangga didalam tiap-tiap subunit itu berada di bawah
pengolahan seorang dewasa yang bertanggungjawab atas
rumahtangga secara keseluruhan. Dalam pengambilan keputusan
mereka, perempuan bisa memberi nilai yang lebih tinggi pada
perawatan lingkungan daripada anggota keluarga laki-laki
(Dankelman & Davidson, 1988).
3. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersediannya pangan yang cukup, baik
dalam jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Dengan
pengertian tersebut, terwujudnya ketahanan pangan dapat diartikan lebih
lanjut sebagai berikut:
20
a. Terpenuhinya pangan yang cukup, bukan hanya beras tetapi mencakup
pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi
kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral yang
bermanfaat bagi pertumbuhan kesehatan manusia.
b. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman, diartikan bebas dari
cemaran biologis, kimia dan benda/zat lain yang dapat manganggu,
merugikan dan mambahayakan kesehatan manusia serta aman dari
kaidah agama.
c. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, dapat diartikan
pangan harus tersedia setiap saat dan merata diseluruh tanah air.
d. Terpanuhinya pangan dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan
mudah diperoleh setiap rumah tangga dengan harga yang terjangkau
( Suryana, 2003).
Konsep ketahanan pengan mengandung tiga dimensi yang saling
berkait yaitu: Ketersediaan pangan, aksesibilitas terhadap pangan dan
stabilitas harga pengan. Sesuatu yang diyakini para ahli adlah apabila salah
satu dari dimensi tersebut belum terpenuhi, suatu Negara belum bisa
dika\takan mempunyai ketahanan pangan yang baik (Arifin, 2007).
Berdasarkan definisi ketahanan pangan dari FAO (1996) dan UU RI
No. 7 tahun 1996, yang mengadopsi definisi dari FAO, ada 4 komponen
yang harus dipenuhi untuk mencapai kondisi ketahanan pangan yaitu:
kecukupan ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan tanpa
fluktuasi dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun,
aksesibilitas/keterjangkauan terhadap pangan serta dan kualitas/keamanan
pangan ( LIPI, 2004).
Ketersediaan pangan dalam rumah tangga yang dipakai dalam
pengukuran mengacu p ada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah
yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Penentuan
jangka waktu ketersediaan makanan pokok di perdesaan (seperti daerah
penelitian) biasanya dilihat dengan mempertimbangkan jarak antara
musim tanam dengan musim tanam berikutnya (Suharjo dkk, 1985).
21
Stabilitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga diukur
berdasarkan kecukupan ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggota
rumah tangga dalam sehari. Dengan asumsi bahwa di daerah tertentu
masyarakat mempunyai kebiasaan makan 3 (tiga) kali sehari, frekuensi
makan sebenarnya dapat menggSulistiyanikan keberlanjutan ketersediaan
pangan dalam rumah tangga. Dalam satu rumah tangga, salah satu cara
untuk mempertahankan ketersediaan pangan dalam jangka waktu tertentu
adalah dengan mengurangi frekuensi makan atau mengkombinasikan
bahan makanan pokok (misal beras dengan ubi kayu)
(Raharto & Romdiati, 1999).
Indikator aksesibilitas atau keterjangkauan dalam pengukuran
ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dilihat dari kemudahan
rumahtangga memperoleh pangan, yang diukur dari pemilikan lahan
(missal sawah untuk provinsi Lampung dan ladang untuk provinsi NTT)
serta cara rumah tangga untuk memperoleh pangan. Akses yang diukur
berdasarkan pemilikan lahan dikelompokkan dalam 2 (dua) kategori:
Akses langsung (direct access), jika rumah tangga memiliki lahan
sawah/ladang dan Akses tidak langsung (indirect access) jika rumah
tangga tidak memiliki lahan sawah/ladang.
Kualitas atau keamanan jenis pangan yang dikonsumsi untuk
memenuhi kebutuhan gizi. Ukuran kualitas pangan seperti ini sangat sulit
dilakukan karena melibatkan berbagai macam jenis makanan dengan
kandungan gizi yang berbeda-beda, sehingga ukuran keamanan pangan
hanya dilihat dari „ada‟ atau „tidak‟nya bahan makanan yang mengandung
protein hewani dan/atau nabati yang dikonsumsi dalam rumah tangga.
Karena itu, ukuran kualitas pangan dilihat dari data pengeluaran untuk
konsumsi makanan (lauk-pauk) sehari-hari yang mengandung protein
hewani dan/atau nabati (LIPI, 2004).
Cooper (1995) menyatakan bahwa:
“The body needs food with protein to build and rebuild its
cells, hair, skin, teeth, and bones are all parts of your body
22
that’s require protein.. Aproximately 3 to 5 percent of your
body’s protein is rebuild each day.”
Jadi, tubuh membutuhkan makanan yang kandungan protein untuk
proses pembangunan dan pertumbuhan sel, rambut, kulit, gigi dan semua
bagian tubuh yang membutuhkan protein. Diperkirakan tiap hari tubuh kita
membutuhkan 3 sampai 5 persen protein untuk pembangunan.
Ketahanan pangan merupakan suatu sistem ekonomi pangan yang
terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem. Subsistem utamannya
adalah ketersediaan pangan, distribusi pangan dan konsumsi pangan.
Subsistem ketersediaan pengan mencakup aspek produksi, cadangan serta
keseimbangan antara ekspor dan impor pangan. Ketersediaan pangan harus
dikelola sedemikian rupa, sehingga walaupun produksi pangan bersifat
musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, volume pangan yang
tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya, serta stabil
penyediaannya dari waktu ke waktu. Distribusi pangan mancakup aspek
eksistabilitas secara fisik dan ekonomi atas pangan secara merata.
Sedangkan subsistem konsumsi menyangkut pengetahuan dan kemampuan
masyarakat agar mempunyai pemahaman atas pangan, gizi dan kesehatan
yang baik, sehingga dapat mengolah konsumsinya secara optimal
(Suryana, 2003).
4. Pekarangan Terpadu
Pekarangan adalah sebidang tanah sekitar rumah yang masih
diusahakan secara sambilan, sering disebut lumbung hidup, warung hidup
atau apotik hidup. Disebut lumbung hidup karena sewaktu-waktu
persediaan pangan pokok seperti beras, jagung dan sebagainya habis dapat
diperoleh bahan-bahan seperti buah dan sayuran untuk bahan makanan .
Bahan-bahan tersebut disimpan dalam pekarangan dalam keadaan hidup.
Disebut warung hidup, karena dalam pekarangan terdapat sayuran yang
berguna untuk memenuhi kebutuhan komsumsi keluarga. Disebut sebagai
apotik hidup karena dalam pekarangan ditanami berbagai tanaman obat-
23
obatan yang sangat bermanfaat dalam menyembuhkan penyakit secara
tradisional (Sajogjo, 1994).
Menurut Terra (1948) dalam Mardikanto (1994), mengatakan bahwa
pekarangan adalah tanah sekitar perumahan, kebanyakan berpagar keliling,
dan biasanya ditanami tanaman padat dengan beraneka macam tanaman
semusim maupun tanaman tahunan untuk keperluan sehari-hari dan untuk
diperdagangkan. Pekarangan kebanyakan saling berdekatan, dan bersama-
sama membentuk kampung, dukuh atau desa.
Menurut Terra (1967) dalam Sajogjo (1994), mengatakan bahwa
lahan pekarangan di Indonesia memiliki multiguna. Fungsinya adalah
untuk menghasilkan: 1) bahan makanan sebagai tambahan hasil sawah dan
tegalnya; 2) sayuran dan buah-buahan; 3) rempah, bumbu-bumbu dan
wangi-wangi; 4) bahan kerajinan tangan; 5) kayu bakar; 6) uang tunai dan;
7) hasil ternak dan ikan. Tradisi mengelola pekarangan untuk
mengembangkan diversifikasi produk bahan pangan, dengan berbagai
tanaman (pohon, semak, tanaman menjalar) telah lama berlangsung dijawa
dan beberapa tempat diluar jawa. Namun, oleh karena intensitas
pengelolaan masih bervariasi, maka pembinaan masih sangat diperlukan.
Kelebihan pekarangan dalam kehidupan petani adalah secara
berkesinambungan dapat menyediakan kebutuhan sehari-hari keluarga
petani. Sistem pekarangan dalam mempertahankan produktivitasnya dapat
ditinjau berdasarkan:
a. Mempertahankan dan meningkatkan hasil tanaman secara
berkelanjutan
b. Meningkatkan pasokan energi yang berasal dari sumber daya lokal,
terutama kayu bakar.
c. Menghasilkan beraneka bahan yang dapat dimanfaatkan untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari atau dijual kepasar, termasuk kayu,
sayuran, toga, buah-buahan dan lain-lain.
d. Perlindungan dan sekaligus meningkatkan kualitas ligkungan,
terutama tanah, air, flora dan fauna.
24
e. Meningkatkan kondisi sosial ekonomi petani sesuai dengan budaya
setempat (Sutanto, 2002).
Selain berfungsi sebagai perbaikan gizi, pekarangan juga berfungsi
sebagai bahan tambahan penghasilan. Bagi masyarakat yang tidak
mengharapkan pekarangan sebagai sumber pendapatan atau kebutuhan
sehari-hari, pekarangan difungsikan sebagai pemuas kebutuhan rohani
dalam bentuk keindahan. Hal itu disebut adanya penguasahaan penanaman
tanaman bungan atau tanaman hias. Sehubungan dengan hal tersebut,
pekarangan ditekankan sebagai lahan yang dapat ditanami tanaman bergizi
tinggi serta obat-obatan yang siap menghasilkan hasil setiap kali
dibutuhkan. Untuk itu, fungsi pekarangan mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut:
a. Letaknya harus berdekatan dengan rumah
b. Isinya beraneka macam kebutuhan rumah tangga
c. Hasilnya kecil untuk kebutuhan rumah tangga
d. Tidak memerlukan modal besar
(Soetriono, 2006).
Menurut Danoesastro (1978) dalam Mardikanto (1994), menyatakan
bahwa sedikitnya ada empat fungsi pokok pekarangan yaitu sebagai
sumber bahan makanan, sebagai penghasil tanaman perdagangan, sebagai
panghasil tanaman rempah-rempah atau obat-obatan, dan juga sumber
berbagai macam kayu-kayuan (untuk kayu bakar, bahan bangunan,
maupun bahan kerajinan). Hasil pekarangan yang bervariasi dapat
dihasilkan sepanjang tahun, dengan hasil yang segar. Bercocok tanam di
pekarangan dan pemeliharaannya dapat dilakukan setiap saat, tentu saja
mudah dijangkau, menghemat waktu, ekonomis, efisien dan efektif.
Pekarangan terpadu merupakan program peningkatan kemandirian
masyarakat petani dengan memanfaatkan sumberdaya sekitar yaitu
pekarangan. Karena pada umumnya pekarangan petani pedesaan
mempunyai potensi besar terhadap upaya ketahanan pangan bagi rumah
tangga petani di pedesaan. Pekarangan dapat merupakan tempat selingan
25
pekerjaan, menyalurkan hobi, dapat menjadi pengikat yang baik bagi
anggota rumah tangga, sehingga kebiasaan yang tidak perlu dapat
dikurangi. Demikian pula pengorbanan atau biaya untuk menanami
pekarangan jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan hasil yang
diberikannya, bahkan hasilnya pun berkualitas tinggi.
Pekarangan terpadu dilakukan melalui penanaman tanaman yang
berproduktif dan membuat taman pekarangan mampu memberikan
kesehatan yang memenuhi kepuasan jasmaniah dan rohaniah. Pemanfaatan
pekarangan dengan tanaman produktif seperti tanaman holtikultura
(tanaman buah-buahan, sayur-sayuran dan tanaman hias), rempah-rempah,
obat-obatan, bumbu-bumbuan dan lainnya akan memberikan keuntungan
yang berlipat ganda. Selain ditanami dengan tanaman dapat juga
memelihara ternak. Kotoran ternak itu dapat dimanfaatkan untuk dijadikan
pupuk. Begitu pula sampah atau daun-daunan bisa dijadikan kompos. Di
samping memberikan hasil bersifat kebendaan yang dapat memenuhi
kebutuhan jasmaniah, pekarangan juga memberikan hasil yang abstrak
yaitu ketenangan, keindahan dan kedamaian yang dapat memenuhi
kebutuhan untuk kesehatan rohaniah.
5. Rumah Tangga Petani
Rumah tangga petani merupakan sebuah gabungan yang unik antara
laki-laki dan perempuan, orang dewasa dan anak-anak yang semuannya
memberikan pengelolaan, pengetahuan, tenaga kerja, modal, dan lahan
untuk usaha tani dan mengkonsumsi paling tidak sebagian dari hasil usaha
usahatani. Rumah tangga berkenaan dengan proses dan hasil usaha tani
merupakan pusat sekaligus objek pengambilan keputusan. Tiap rumah
tangga dan tiap individu di dalamnya memiliki kebutuhan dan keinginan
khusus, namun dilihat dari tindakan dan pertanyaannya rumah tangga
petani dengan lahan sempit tampaknya secara bersama memiliki berbagai
macam tujuan antara lain produktivitas, keamanan, kesinambungan dan
identitas ( Reijntjes, C. Bertus H. Water, B, 1992).
26
Menurut Dankelman & Davidson (1988) dalam Reijntjes (1992)
Anggota-anggota suatu rumah tangga petani bisa berfungsi secara
independen dan memiliki kebutuhan, orientasi serta tujuan masing-masing
yang berbeda. Mungkin ini beberapa subunit dalam rumah tangga didalam
tiap-tiap subunit itu berada di bawah pengolahan seorang dewasa yang
bertanggungjawab atas rumahtangga secara keseluruhan. Karena biasanya
perempuan yeng bertugas mengambil air, bahan bakar, tumbuhan obat-
obatan dan sebagainya, mereka ini secara langsung merugikan degradasi
lingkungan. Dalam pengambilan keputusan mereka, perempuan bisa
memberi nilai yang lebih tinggi pada perawatan lingkungan daripada
anggota keluarga laki-laki.
Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi
sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian dalam arti
luas yang meliputi usahatani pertanian, peternakan, perikanan dan
pemungutan hasil laut. Peranan petani sebagai pengelola usahatani
berfungsi mengambil keputusan dalam mengorganisir faktor-faktor
produksi yang diketahui (Hernanto, 1993).
Ibu tani atau yang biasa disebut wanita tani, adalah wanita pedesaan,
baik dewasa maupun muda. Mereka adalah istri petani atau anggota
keluarga petani yang terlibat secara langsung atau tidak langsung, petani
atau sewaktu-waktu dalam kegiatan usaha tani dan kesibukan lain yang
berhubungan dengan kehidupan dan penghidupan keluarga petani di
pedesaan (Mardikanto dan Sri Sutarni, 1982).
Seorang wanita dalam kehidupan berumah tangganya harus bersedia
meluangkan waktu untuk bekerja dan berjuang menemukan identitasnya
sendiri. Seperti yang dinyatakan Kleiman (1980) sebagai berikut:
”Being a wife is a full time job and often women need to get
together just to talk about the realities of marrige. Wives often
struggle hard to find their own identity.”
Jadi seorang wanita selalu mempunyai pekerjaan yang penuh atau
banyak dan seringkali mereka membutuhkan waktu bersama hanya untuk
berbicara mengenai rumah tangganya atau pernikahannya. Istri-istri sering
27
berjuang keras menemukan identitas dirinya sendiri.
Menurut Sajogyo (1983) menyatakan bahwa rumah tangga petani
menerima pendapatan yang dikenal sebagai “single labour income” artinya
secara nyata hasil kerja per unit kerja tidak dapat dipisahkan dari hasil unit
kerja lainnya. Pendapatan rumah tangga petani di pedesaan tidak hanya
melalui sektor pertanian tetapi juga di bidang lainnya seperti usaha
dagang, kerajinan tangan dan industri.
Ketahanan pangan rumah tangga petani dalam suatu kelompok, salah
satu indikatornya adalah dengan melihat besarnya produktivitas dari
rumah tangga petani tersebut. Produktivitas merupakan hasil persatuan
lahan, tenaga kerja, modal, waktu atau input lainnya. Orang luar
cenderung mengukur produktivitas usaha tani berdasarkan hasil total
biomassa, hasil komponen-komponen tertentu, hasil ekonomis dan
keuntungan, seringkali memandang perlu untuk memeksimalkan hasil
persatuan lahan. Keluarga petani dan individu-individu didalam keluarga
itu memiliki cara mereka sendiri untuk merumuskan dan mandefinisikan,
produktivitas, mungkin dengan satuan tenaga kerja yang dibutuhkan pada
saat penanaman atau penyiangan, atau dengan satuan air irigasi yang
dimanfaatkan. Memang penting sekali, bahwa orang luar perlu menyadari
parameter ini, karena parameter ini sangat menentukan bagi petani
( Reijntjes, C. Bertus H. Water, B, 1992).
6. Pertanian Terpadu
Menurut Matsui (2002), yang menjelaskan bahwa para petani
melaksanakan pertanian terpadu, memproduksi produk-produk pertanian
untuk konsumsi mereka sendiri tanpa merusak lingkungan. Mencakup
pengembangbiakan ikan, menanam pohon buah-buahan, menanam padi,
sayur mayur dan beternak. Wanita juga memainkan peran utama dalam
jenis pertanian semacam ini. Wanita juga ikut memikul tanggung jawab
besar bagi kehidupan jika kaum laki-laki harus meninggalkan rumah untuk
bekerja sebagai buruh musiman.
28
Menurut Hesaterman dan Thorburn (1994) dalam Mardikanto
(2009), menyatakan bahwa melalui kegiatan pertanian dan produksi
pangan yang terpadu sebagai satu kesatuan yang utuh, akan meningkatkan
efisiensi penggunaan sumberdaya alam, ekonomi, dan social. Termasuk
dalam konsep ini adalah “Integrated and resource efficient crop and
livestock systems” yang mampu memelihara produktivitas, keuntungan
dan melindungi lingkungan, serta kesehatan petani dan keluarganya.
Pertanian terpadu merupakan usaha pertanian dengan dikelola secara
terpadu yaitu memadukan antara sumber daya yang memanfaatkan, yang
ada yang meliputi tanaman, keberadaan hewan ternak dan perikanan yang
diharapkan dengan adanya hubungan yang saling melengkapi dan
berkesinambungan sehingga tidak dikenal limbah sebagai produk
sampingan, semua hasil pertanian di asumsikan sebagai prooduk ekonomis
dan semua kegiatan adalah profit center, hasil sampingan dari salah satu
sub bidang usaha manjadi bahan baku atau bahan pembantu sub bidang
yang lainnya yang masih terkait.
Menurut Wididana (1999) dalam Salikin (2000), terdapat dua model
sistem pertanian terpadu, yaitu sistem pertanian terpadu konvensional dan
sistem pertanian terpadu dengan teknologi EM (Effective
Microorganisme). Praktek-praktek pertanian terpadu konvensional ini
belum tentu merupakan sistem berkelanjutan, karena hanya mengandalkan
proses dekomposisi biomassa alamiah yang berlangsung sangat lambat.
Oleh karena itu, diperlukan sentuhan teknologi yang mampu mempercepat
proses pembusukan dan penguraian bahan-bahan organik menjadi unsur
hara yang dibutuhkan oleh tanaman atau hewan. Sedangkan model sistem
pertanian terpadu dengan teknologi EM memadukan budidaya tanaman,
perkebunan, peternakan, perikanan dan pengolahan daur limbah secara
selaras, serasi dan berkesinambungan.
29
7. Intensifikasi Pekarangan
Intensifikasi pekarangan merupakan usaha memanfaatkan
pekarangan secara intensif melalui penanaman lahan pekarangan dengan
tanaman yang bermanfaat dan produktif yang dipadukan dengan
pengembangan ternak dan ikan sehingga dapat menambah pendapatan dan
sumber gizi keluarga. Kegiatan intensifikasi pekarangan yang dilakukan
antara lain: daur ulang hara, penggunaan bahan-bahan lokal, penggunaan
tenaga intensif, keanekaragaman tanaman dan keseimbangan ekosistem
secara terpadu yang nantinya akan mampu meningkatkan ketahanan
pangan rumah tangga petani (Dinas Pertanian DIY, 1990).
Menurut Sutanto (2002), Intensifikasi pekarangan dilakukan dengan
dua cara yaitu konvensional dan alami. Intensifikasi pekarangan
konvensional mempunyai ketergantungan yang tinggi pada masukan dari
luar termasuk benih, bibit, pupuk kimia, pestisida dan kebutuhan lainnya.
Keberhasilan intensifikasi pekarangan konvensional sangat tergantung
pada penyediaan masukan dari luar usaha tani. Pengembangan pekarangan
harus lebih menitikberatkan pada ketersediaan sumberdaya dan
pengetahuan yang dimiliki petani setempat. Sedangkan intensifikasi
pekarangan alami untuk petani kecil dilakukan dengan lebih menitik
beratkan pada penyiapan petak pertanaman dengan pengolahan tanah, daur
ulang hara, membangun kesuburan tanah, keanekaragaman pertanaman
dan keseimbangan ekosistem secara terpadu.
Melalui intensifikasi pekarangan alami, bahan organik didaur ulang
dengan cara dikembalikan ketanah dalam bentuk kompos. Berbagai jenis
tanaman ditanam berbeda kedalaman perakaran dan limbah organic
dimasukan kembali kedalam tanah pada kedalaman yang berbeda.
Pendekatan intensifikasi alamu juga membatasi penggunaan pestisida
sintetis. Keanekaregaman jenis sayuran pada setiap petak pertanaman
mampu mengendalikan serangan hama dan penyakit (Sutanto, 2002).
30
8. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensifikasi Pekarangan
Intensifikasi pekarangan dapat dilakukan melalui dua pendekatan
yaitu intensifikasi pekarangan konvensional dan pendekatan pekarangan
alami. Kedua pendekatan tersebut mampu memberikan dampak yang
berbeda dalam peningkatan produktifitas lahan pekarangan dan
pendapatan petani (Sutanto, 2002).
Faktor intern yang mempengaruhi intensifikasi pekarangan adalah
faktor yang berasal dari dalam usaha tani di pekarangan itu sendiri. Faktor-
faktor tersebut antara lain bahan organik, jenis tanaman dan keadaan
tanah. Menurut Soetriono (2006), faktor ekstern yang mempengaruhi
intensifikasi pekarangan antara lain: benih, pupuk kimia, limbah organik,
pestisida, perairan dan kultur teknik.
B. Kerangka Berpikir
Memberdayakan masyarakat berarti melakukan investasi pada
masyarakat, dan organisasi mereka, sehingga asset dan kemampuan mereka
bertambah, baik kapabilitas perorangan maupun kapasitas kelompok.
Keberhasilan dari kegiatan pemberdayaan masyarakat dipengaruhi oleh faktor-
faktor: (1) partisipasi; (2) aksesibilitas informasi; (3) organisasi lokal; dan (4)
akuntabilitas. Keempat elemen ini terkait satu sama lain dan saling
mendukung. Kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam pengembangan
program pekarangan terpadu ini meliputi kegiatan penyuluhan, pengaturan
lahan pekarangan, pengembangan ternak di pekarangan, pengembangan ikan
di pekarangan, dan pemilihan tanaman pekarangan.
Tujuan dari pemberdayaan masyarakat dalam program pekarangan
terpadu adalah melatih kemandirian petani serta meningkatkan kualitas rumah
tangga petani melalui kegiatan budidaya tanaman hortikultura, tanaman
perkebunan, tanaman obat-obatan, rempah-rempah, dan disertai memelihara
binatang ternak dan perikanan di pekarangan guna meningkatkan
produktivitas pekarangan dan pendapatan rumah tangga dalam upaya
menciptakan ketahanan pangan rumah tangga petani di Desa Sambirejo.
31
Tercapainya ketahanan pangan rumah tangga petani dapat dilihat dari:
kecukupan ketersediaan pangan, stabilitas ketersediaan pangan tanpa fluktuasi
dari musim ke musim atau dari tahun ke tahun, aksesibilitas/keterjangkauan
terhadap pangan serta dan kualitas pangan.
Berdasarkan penelitian pendahuluan yang sudah dilakukan, dari keadaan
masyarakat desa serta kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam program
pekarangan terpadu yang ada dapat dituangkan dalam kerangka berfikirnya
yaitu sebagai berikut:
32
Gambar 1. Skema Kerangka Berfikir Pemberdayaan Masyarakat Petani Dalam
Program Pekarangan Terpadu Di Desa Sambirejo Kecamatan
Ngawen Kabupaten Gunungkidul.
Pemberdayaan Masyarakat
Petani Dalam Program
pekarangan terpadu:
1. Penyuluhan
2. Pelatihan
a. Penataan
pekarangan
b. Pengembangan
ternak
c. Pengembangan
perikanan
d. Budidaya tanaman
pekarangan
Peningkatan
produktivitas lahan
pekarangan dan
pendapatan petani
dalam program
pekarangan terpadu
meliputi:
1. Budidaya
beragam
tanaman
2. Beternak
3. Budidaya ikan
Ketahanan pangan
rumah tangga petani
Faktor Pendukung
Faktor Pengambat
1. Faktor ekstern :
a. Partisipasi
b. Aksesibilitas infomasi
c. Kapasitas organisasi lokal
d. Akuntabilitas
2. Faktor intern:
a. Luas lahan pekarangan
b. Jumlah anggota keluarga
c. Pendidikan
1. Faktor ekstern :
a. Partisipasi
b. Aksesibilitas infomasi
c. Kapasitas organisasi lokal
d. Akuntabilitas
2. Faktor intern:
a. Luas lahan pekarangan
b. Jumlah anggota keluarga
c. Pendidikan
33
Dimensi Penelitian
1. Pemberdayaan Masyarakat Petani
Pemberdayaan masyarakat petani adalah keterkaitan antara pemberian
akses bagi masyarakat, lembaga dan organisasi masyarakat dalam upaya
meningkatkan produktivitas dan kemandirian masyarakat petani melalui
kegiatan antara lain penyuluhan dan pelatihan yang meliputi kegiatan
penataan lahan pekarangan, pengembangan ternak, pengembangan ikan,
dan budidaya tanaman pekarangan. Tahap-tahap tersebut termasuk dalam
proses pemberdayaan masyarakat yang meliputi: (a) Tahap penyadaran
dan pembentukan perilaku menuju perilaku sadar, (b) Tahap transformasi
kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan ketrampilan dan (c)
Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-ketrampilan
sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di pengaruhi oleh faktor ekstern dan
faktor intern. Faktor ekstern yang mempengaruhi pemberdayaan
masyarakat antara lain:
1) Aksesibilitas informasi
Aksesibilitas informasi adalah banyaknya informasi yang diperoleh
oleh masyarakat petani terkait dengan kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam program pekarangan terpadu. Informasi dapat
diakses melalui kegiatan penyuluhan dan pembinaan oleh PPL serta
komunikasi di dalam organisasi pertanian seperti Gapoktan, Kelompok
Tani, dan Kelompok Wanita Tani.
2) Partisipasi
Partisipasi adalah keterlibatan aktif dan bermakna dari masyarakat
pada berbagai kegiatan pemberdayaan baik dalam tahap pengambilan
keputusan, perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pemanfaatan
hasil-hasil dari program pekarangan terpadu.
34
3) Akuntabilitas
Akuntabilitas merupakan kewajiban dari pihak pemberdaya untuk
memberikan perlindungan dan pertanggungjawaban atas kegiatan
pemberdayaan yang dilakukan. Pihak pemberdayaan dalam kegiatan
pemberdayaan ini adalah Pemerintah Desa Sambirejo yang dibantu
oleh Penyuluh Pertanian Lapang Kecamatan Ngawen dan juga petani
sendiri.
4) Kapasitas organisasi lokal.
Kapasitas organisasi lokal adalah kemampuan organisasi untuk
menunjukkan atau memerankan fungsinya secara efektif, efisien dan
berkelanjutan. Peran organisasi lokal dalam kegiatan pemberdayaan
terlihat dari bentuk kerjasama, koordinasi antar masyarakat serta
membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi bersama-sama.
Faktor intern yang mempengaruhi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat
adalah faktor yang berasal dari dalam rumah tangga petani itu sendiri
antara lain: Luas lahan pekarangan, tingkat pendidikan, dan jumlah
anggota keluarga.
a. Luas lahan pekarangan yang dimiliki keluarga petani akan
mempengaruhi tingkat produktivitas keluarga petani.
b. Tingkat pendidikan anggota keluarga akan mempengaruhi tingkat
pertisipasi terhadap kegiatan pekarangan terpadu.
c. Jumlah anggota keluarga yang tinggal akan mempengaruhi jumlah
tenaga kerja produktif keluarga serta tingkat konsumsi keluarga.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan
terpadu merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan guna
meningkatkan ketrampilan dan kemandirian keluarga petani antara lain
penyuluhan, pengaturan lahan pekarangan, pengembangan ternak di
pekarangan, pengembangan ikan di pekarangan, dan pemilihan tanaman
pekarangan.
35
2. Faktor Pendukung
Faktor pendukung adalah faktor yang dapat mendukung atau
mempengaruhi pemberdayaan masyarakat. Faktor pendukung ini dapat
muncul dari faktor intern atau faktor ekstern dari pemberdayaan
masyarakat petani, antara lain: luas lahan pekarangan, tingkat pendidikan,
jumlah anggota keluarga, partisipasi, akuntabilitas, aksesitas informasi dan
kapasitas organisasi lokal.
3. Faktor Penghambat
Faktor penghambat adalah faktor yang dapat menghambat atau merupakan
faktor kendala dari kegiatan pemberdayaan masyarakat petani. Faktor
penghambat ini dapat muncul dari faktor intern atau faktor ekstern dari
pemberdayaan masyarakat petani, antara lain: luas lahan pekarangan,
tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, partisipasi, akuntabilitas,
aksesitas informasi dan kapasitas organisasi lokal.
4. Produktivitas dan Pendapatan
Produktivitas adalah hasil usaha tani yang diperoleh per satuan luas.
Peningkatan produktivitas rumah tangga petani dilihat dari penambahan
nilai dari produksi pekarangan, yaitu melalui kegiatan budidaya
beranekaragam tanaman, berternak dan budidaya perikanan untuk
menambah nilai ekonomis dari pekarangan terpadu.
Pendapatan adalah semua benda yang dimiliki dan mempunyai nilai uang
yang dimiliki oleh petani. Peningkatan pendapatan petani dilihat dari
peningkatan nilai uang yang diperoleh petani dari pelaksanaan pekarangan
terpadu ini.
5. Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin dari kecukupan pangan, kualitas pangan,
ketersediaan pangan dan keterjangkauan pangan oleh keluarga petani.
36
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian kualitatif yaitu penelitian yang memiliki karakteristik bahwa
datanya dinyatakan dalam keadaan sewajarnya dan bagaimana adanya
(natural setting), dengan tidak dirubah dalam bentuk simbol-simbol dan
bilangan, sedangkan pendekatan yang dilakukan adalah pendekatan deskriptif.
Pendekatan deskriptif dapat diartikan sebagai suatu prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan
obyek penelitian pada saat sekarang, dan memusatkan perhatiannya pada
penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan sebenarnya
(Nawawi dan Mimi Martini, 1996).
Penelitian kualitatif lebih banyak dipilih (terutama untuk penelitian
sosial) karena memiliki keunggulan dalam menjelaskan atau memberikan
deskripsi tentang banyak hal seperti: sifat-sifat hubungan antar manusia,
perubahan-perubahan perilaku manusia terhadap suatu obyek atau
lingkungannya (Mardikanto, 2006). Penelitian kualitatif bertitik tolak dari
fenomenologis atau fenomena sosial yaitu berasumsi bahwa pengalaman
manusia diperoleh melalui hasil intepretasi dan pada penelitian kualitatif
sebenarnya tidaklah tabu dengan angka-angka sebab angka-angka pun dapat
berbicara untuk memperkuat argumen-argumen kualitatif (Danim, 2002).
Penelitian deskriptif bertujuan untuk mendiskripsikan keadaan atau situasi
yang sebenarnya terjadi pada saat ini dengan menganalisis data dari bentuk
aslinya seperti pada waktu dicatat tanpa memotong cerita maupun datanya
dengan simbol-simbol angka. Sedangkan teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah studi kasus tunggal karena dalam penelitian ini
menyatakan kasus penting dalam menguji suatu teori yang telah tersusun
dengan baik dan perhatian diberikan pada satu unit analisis (Yin, 2000).
36
37
B. Lokasi Penelitian
Lokasi yang dipilih dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive) yaitu di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten
Gunungkidul. Dengan pertimbangan karena di Kecamatan Ngawen telah
melaksanakan program pekarangan terpadu untuk pertama kalinya di
Kecamatan Ngawen sejak akhir tahun 2008. Selain itu luas lahan pekarangan
di Desa Sambirejo termasuk masih tinggi namun realisasinya masih banyak
lahan pekarangan yang belum di manfaatkan secara potensial, seperti terlihat
dalam table berikut:
Tabel 1. Data Luas Lahan Desa Sambirejo
No Lahan Baku Luas (Ha) Tanah Potensial Luas (Ha)
1
2
3
4
5
6
Sawah Irigasi teknis
Sawah tadah hujan
Tegal
Pekarangan
Hutan rakyat
Lain-lain
3,50
172,88
332,74
301,04
41,25
23,39
Sawah Irigasi teknis
Sawah tadah hujan
Tegal
Pekarangan
Lain-lain
3,50
156,50
234,00
90,00
5,00
Jumlah 874,79 Jumlah 489,00
Sumber: Data Sekunder Desa Sambirejo tahun 2008
Berdasarkan tabel 1. dapat dilihat bahwa luas lahan pekarangan yang
dimanfaatkan secara potensial sangat rendah dibanding dengan luas lahan
pekarangan yang ada, sehingga potensi pekarangan di Desa Sambirejo cocok
untuk dilakukan pemberdayaan masyarakat khususnya bagi petani melalui
program pekarangan terpadu dan menjadi lokasi penelitian dari peneliti.
C. Teknik Cuplikan (Sampling)
Penentuan sampling dalam penelitian ini adalah purposive sampling
atau disengaja. Menurut Moleong (2009), penentuan sampling bertujuan untuk
menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan teori yang
muncul. Dengan secara sengaja memilih sampling diharapkan dapat
mendapatkan informasi yang akurat dan mendalam.
Penentuan subyek dan informan dalam penelitian ini dilakukan secara
snowball sampling atau teknik bola salju. Menurut Bungin (2008), Teknik
snowball sampling didefinisikan sebagai teknik untuk memperoleh beberapa
38
informasi dalam organisasi atau kelompok yang terbatas dan yang dikenal
sebagai teman dekat atau kerabat, kemudian informan tersebut bersedia
menunjukkan teman-teman kerabat lainnya sampai peneliti menemukan
konstilasi persahabatan yang berubah manjadi suatu pola-pola sosial yang
lengkap.
Teknik snowball sampling digunakan bilamana peneliti ingin
mengumpulkan data yang berupa informasi dari subyek penelitian dan
informan dalam salah satu lokasi, tetapi peneliti tidak mengetahui siapa yang
tepat untuk dipilih, sehingga peneliti tidak dapat merencanakan pengumpulan
data secara pasti. Oleh karena itu, peneliti dapat bertanya secara langsung
kepada key informan yang dianggap mengetahui informasi tentang objek
penelitian. Key informan dalam penelitian ini adalah ketua Gapoktan Desa
Sambirejo. Kemudian dari informan pertama yaitu key informan ini, peneliti
mendapatkan petunjuk mengenai pelaksanaan serta menemukan subyek dan
informan selanjutnya.
D. Jenis dan Sumber Data
Menurut Lofland (1984:47) dalam Moleong (2009) sumber data dalam
penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data
tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Kata-kata dan tindakan yang
dimaksud disini adalah perkataan dan tindakan dari manusia yang
diwawancarai. Sedangkan sumber data penelitian ini adalah subyek, informan,
arsip atau dokumen.
39
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang dibutuhkan
Data yang digunakan Cara
memperoleh
data
Sifat Data Sumber Data
Primer Sekunder Kuantitatif Kualitatif
Data Pokok
1. Proses Pemberdayaan
a. Penataan pekarangan
b. Pengembangan ternak
c. Pengembangan perikanan
d. Penanaman tanaman
2. Faktor Internal Pemberdayaan
a. Luas lahan pekarangan
b. Jumlah anggota keluarga
c. Tingkat pendidikan
3. Faktor Eksternal Pemberdayaan
a. Partisipasi
b. Aksesibilitas Informasi
c. Kapasitas Organisasi Lokal
d. Akuntabilitas
4. Faktor Pendukung
Pemberdayaan
5. Faktor Penghambat
Pemberdayaan
6. Tujuan pekarangan terpadu
a. Peningkatan produktivitas
b. Peningkatan pendapatan
keluarga
c. Pencapaian ketahanan
pangan rumah tangga
petani.
Data Pendukung
1. Keadaan Alam
2. Keadaan Pertanian
3. Data Pertanian Desa Sambirejo
4. Data Organisasi pertanian Desa
5.
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X
Subyek
Subyek
Subyek
Subyek
Subyek dan informan
Subyek dan informan
Subyek dan informan
Subyek
Subyek
Subyek
Subyek dan informan
Subyek
Subyek
Subyek
Subyek
Subyek
Monografi desa
Monografi desa
Arsip Gapoktan
Arsip PPL
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
1. Subyek
Subyek yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang
mempunyai keterlibatan langsung dengan objek penelitian. Menurut
Afifudin dan Saebani (2009) mengatakan bahwa istilah lain dari subyek
adalah partisipan, terutama apabila subyek mewakili suatu kelompok
tertentu. Subyek penelitian yang termasuk dalam penelitian ini antara lain:
40
a. Petani
Petani disini adalah petani yang sudah melaksanakan pekarangan
terpadu dan menjadi anggota kelompok tani sehingga terlibat langsung
dalam pelaksanaan program pekarangan terpadu. Petani yang menjadi
subyek dalam penelitian ini berjumlah 6 orang yang berasal dari
anggota kelompok tani di Desa Sambirejo.
b. Wanita Tani.
Wanita tani disini adalah wanita tani yang sudah melaksanakan
pekarangan terpadu dan menjadi anggota kelompok wanita tani
sehingga terlibat langsung dalam pelaksanaan program pekarangan
terpadu. Wanita tani yang menjadi subyek dalam penelitian ini
berjumlah 4 orang yang berasal dari anggota kelompok wanita tani di
Desa Sambirejo.
2. Informan
Menurut Bungin (2008), Informan penelitian adalah pihak yang
memahami objek penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang
memahami objek penelitian. Informan dalam penelitian ini antara lain
Ketua Gapoktan Desa Sambirejo, Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan
Tokoh Masyarakat yang merupakan pihak yang dianggap mengetahui
informasi mengenai masalah yang diteliti.
a. Ketua Gapoktan Desa Sambirejo, karena mengetahui informasi
mengenai program pertanian yang ada di desa sehingga dapat
memberikan informasi mengenai pekarangan terpadu.
b. Penyuluh Pertanian Lapang Desa Sambirejo, merupakan pendamping
dalam pelaksanaan program pekarangan terpadu sehingga mengetahui
seluk beluk tentang pekarangan terpadu.
c. Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngawen karena
mengetahui informasi mengenai program pertanian di Kecamatan
Ngawen.
d. Ketua Urusan Pembangunan Desa Sambirejo karena mengetahui
segala sesuatu yang berkembang dan terjadi di desa dan mengikuti
41
penyuluhan perencanaan program pertanian terpadu di Desa
Sambirejo.
3. Arsip atau Dokumen
Arsip atau dokumen merupakan bahan tertulis yang berhubungan
dengan suatu peristiwa atau aktifitas tertentu, selain itu bisa disebut
sebagai sumber data yang mempunyai posisi penting dalam penelitian
kualitatif, karena mendukung proses interpretasi dari setiap peristiwa yang
diteliti (Sutopo, 2002). Arsip atau dokumen yang dianalisis pada penelitian
ini yaitu yang berasal dari BPP Kecamatan Ngawen, Kelurahan Desa
Sambirejo serta data-data yang diperoleh dari Gapoktan Desa Sambirejo.
Dokumen tersebut antara lain seperti data tentang proposal kegiatan
pekarangan terpadu, petunjuk teknis intensifikasi pekarangan, petunjuk
kegiatan kelompok wanita tani, data pengurus gapoktan, peta desa dan
monografi desa.
E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Kegiatan pengumpulan data merupakan proses pengumpulan berbagai
data dan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Proses pengumpulan
data ini mengacu pada prosedur penggalian data yang telah dirumuskan dalam
desain penelitian. Adapun data berdasarkan jenisnya dapat dibedakan atas data
primer, data sekunder, data kualitatif dan data kuantitatif (Afifudin dan
Saebani, 2009).
Instrumen penelitian adalah alat pengumpulan data. Instrumen
diperlukan karena peneliti dituntut untuk dapat menemukan data yang
diangkat dari peristiwa tertentu atau dokumen tertentu. Data kemudian diolah
diberi makna melalui interpretasi, dianalisis untuk selanjutnya menarik
kesimpulan (Danim, 2002).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
1. Wawancara Mendalam
Wawancara mendalam merupakan cara mengumpulkan data atau
informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, dengan
42
maksud mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti.
Wawancara mendalam dilakukan secara intensif dan berulang-ulang
(Bungin, 2003). Maksud dari kegiatan wawancara, seperti yang ditegaskan
oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam Moleong (2009), antara lain:
mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi,
dan tuntutan yang selanjutnya memverifikasi, mengubah dan memperluas
informasi yang diperoleh dari orang lain.
An interview is an exchage, two-way communication. An interview is
porposeful. The interviewer has information to give and he expects
to receive information. Successful interviewers know that
preparation is required for good interviews. They begin by making a
check list of their purposes anf of the information that they hope to
elicit (Anastasi, 1974).
Wawancara adalah sebuah pertukaran, komunikasi dua arah.
Wawancara mempunyai maksud tertentu. Pewawancara mempunyai tujuan
dimana dia memberikan informasi dan berharap menerima informasi.
Pewawancara yang berhasil tahu bahwa persiapan diperlukan agar
wawancara berlangsung dengan baik. Mereka dapat memulai dengan
membuat daftar pertanyaan dari tujuan dan informasi yang mereka
harapkan (Anastasi, 1974).
Instrumen yang digunakan dalam kegiatan wawancara agar
wawancara dapat terfokus yaitu pedoman wawancara. Wawancara
biasanya dilakukan kepada sejumlah responden yang jumlahnya relative
terbatas dan memungkinkan bagi peneliti untuk mengadakan kontak
langsung secara berulang-ulang sesuai dengan keperluan (Danim, 2002).
Pedoman wawancara yang berisi petunjuk secara garis besar tentang
proses dan isi wawancara yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang akan
ditanyakan kepada informan untuk menjaga agar pokok-pokok yang
direncanakan dapat seluruhnya tercakup. Peneliti juga menyiapkan alat
rekam serta alat tulis sehingga hasil wawancara terdokumentasikan, yang
nantinya akan dibutuhkan untuk mereview hasil wawancara
(Moleong, 2009)
43
Wawancara yang dilakukan peneliti bersifat terbuka yaitu subyek
yang diwawancara tahu bahwa mereka sedang diwawancarai dan
mengetahui pula maksud dan tujuan wawancara. Wawancara dilakukan
secara terstruktur dimana peneliti menetapkan sendiri masalah dan
pertanyaan yang diajukan kepada informan (Moleong, 2009).
Kegiatan wawancara yang dilakukan peneliti dilakukan secara
berkala. Dimana dilakukan kepada key informan terlebih dahulu yaitu
Ketua Gapoktan Desa Sambirejo, yang selanjutnya diarahkan kepada PPL
Desa Sambirejo Bapak Sunaryo dan petani-petani yang melaksanakan
pekarangan terpadu. Wawancara yang dilakukan selama penelitian kepada
informan antara lain kepada Ketua Gapoktan Desa Sambirejo selama enam
kali, penyuluh pertanian Desa Sambirejo selama enam kali, Koordinator
PPL Kecamatan Ngawen selama dua kali, dan Ketua Urusan
Pembangunan Desa Sambirejo selama dua kali. Selain itu, wawancara
kepada subyek dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan data yang lebih akurat serta mengetahui
perkembangan informasi dilapangan. Peneliti melakukan kegiatan
wawancara langsung di rumah subyek penelitian, sehingga peneliti
mengetahui langsung lokasi pekarangan yang dimiliki petani. Dari
kegiatan wawancara ini peneliti mendapatkan informasi mengenai
kegiatan pemberdayaan yang dilakukan oleh penyuluh kepada petani serta
pelaksana program pekarangan terpadu oleh keluarga petani di Desa
Sambirejo.
2. Observasi
Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis
terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala
yang diteliti (Nawawi dan Martini, 1996). Menurut Patton dalam Afifudin
dan Saebani (2009), tujuan observasi adalah mendiskripsikan setting yang
dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat
dalam aktivitas dan makna kejadian yang dilihat dari perspektif mereka
yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
44
Instrumen untuk melaksanakan observasi dengan baik yaitu dengan
menggunakan pedoman observasi. Pedoman observasi biasanya dalam
bentuk daftar cek (chek list) atau daftar isian, dimana aspek yang di
observasi meliputi keperilakuan, keadaan fisik dan pertumbuhan dan
perkembangan subjek tertentu. Obyek yang diobservasi dapat terbatas dan
dapat pula banyak jumlahnya (Danim, 2002)
Dalam penelitian ini observasi dilakukan dengan mendatangi lokasi
penelitian secara langsung, baik di kantor BPP Kecamatan Ngawen dan
Kelurahan Desa Sambirejo maupun di beberapa tempat kegiatan
pekarangan terpadu dilakukan. Kegiatan observasi ini akan dilakukan
bersamaan dengan wawancara dengan informan yang langsung ditemui di
lapang. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas kegiatan
perberdayaan di pekarangan terpadu, serta kegiatan pekarangan terpadu.
Hasil dari observasi peneliti di lokasi pekarangan terpadu sebagian sudah
membudidayakan beberapa jenis tanaman buah, sayur dan buah walaupun
jumlahnya masih sedikit serta membudidayakan ternak dan ikan. Selain
itu, beberapa subyek juga terlihat melakukan kegiatan dipekarangan
mereka sendiri.
3. Dokumenter
Metode dokumenter adalah salah satu metode pengumpulan data
yang digunakan dalam metode penelitian sosial, dimana metode ini
digunakan untuk menelusuri data historis. Menurut Afifudin dan Saebani
(2009), metode dokumenter adalah metode pengumpulan data dan
informasi melalui pencarian dan penemuan bukti-bukti yang berasal dari
sumber nonmanusia.
Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,
catatan harian, foto, cindera mata, laporan dan sebagainya. Sifat utama
dari data ini tidak tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberikan
peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi
diwaktu silam (Bungin, 2008). Dokumen-dokumen yang dikumpulkan
akan membantu peneliti dalam memahami fenomena yang terjadi dilokasi
45
penelitian dan membantu dalam menginterpretasi data. Selain itu,
dokumen dan data-data literer dapat membantu dalam penyusunan teori
dan melakukan validitas data.
Data-data yang diperoleh dari penelitian di lapangan ini antara lain
data monografi desa, proposal pertanian terpadu, data anggota gapoktan,
data kelompok tani, peta desa dan foto dokumenter lokasi kegiatan, dan
informasi dari lokasi yang di tuangkan dalam catatan lapang yang disebut
catatan harian. Data-data tersebut digunakan untuk melakukan analisis dari
penelitian terkait dengan data penduduk Desa Sambirejo, sarana dan
prasarana desa, komoditas tanaman yang di budidayakan serta keadaan
lokasi penelitian secara nyata mengenai kegiatan pemberdayaan
masyarakat petani dalam program pekarangan terpadu.
F. Validitas Data
Validitas data merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam penelitian.
Data yang telah berhasil dikumpulkan, digali dan dicatat harus diusahakan
kemantapan dan kebenarannya. Validitas ini merupakan jaminan bagi
kemantapan simpulan dan tafsir makna sebagai hasil penelitian
(Sutopo, 2002).
Validitas data yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain
validitas sumber dan validitas metode. Pengembangan validitas data yang
digunakan pada penelitian ini menggunakan cara teknik triangulasi dan review
informan. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan
atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Menurut Denzin (1978)
terdapat 4 teknik triangulasi yaitu trianggulasi sumber, trianggulasi metode,
trianggulasi penyidik dan trianggulasi teori (Moleong, 2009).
Dalam penelitian ini teknik trianggulasi yang digunakan adalah teknik
trianggulasi sumber dan triangulasi metode. Menurut Patton (1987) dalam
Moleong (2009) trianggulasi sumber adalah membandingkan dan mengecek
balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan
46
alat yang berbeda. Artinya data yang sama atau sejenis, akan lebih mantap
kebenarannya bila digali dari beberapa sumber yang berbeda. Tujuannya agar
peneliti memperoleh informasi dari subyek dan informan yang berbeda-beda
posisinya, sehingga informasi dari subyek dan informan yang satu dapat
dibandingkan dengan subyek dan informan yang lain.
Hasil dari triangulasi sumber yang dilakukan peneliti dalam penelitian
ini, dari kegiatan wawancara pada subyek dan informan program pekarangan
terpadu, maka dapat disimpulkan dari beberapa informasi dan pendapat yang
disampaikan oleh subyek dan juga informan dalam penelitian ini, antara lain:
akuntabilitas pemerintah/keterlibatan pemerintah sebagai penanggung jawab
program dillihat sangat kurang oleh beberapa informan. Menurut Bapak
Daryoto (Koordinator PPL Kecamatan Ngawen) mengatakan bahwa
“Seharusnya pihak pemerintah desa itu yang melakukan pemantauan dan
evaluasi program ini, tapi sampai saat ini tidak ada tindakan yang
menunjukkan adanya perhatian dari pemerintah sendiri mengenai program ini.
Padahal pada waktu pencanangan program, dari pihak pemerintah desa yang
mengusulkan adanya program pekarangan terpadu. Dahulu yang datang adalah
Kepala Desa Bapak Marjono dan Kaurbang Bapak Giyanto. Setelah Bapak
Marjono meninggal dunia setahun yang lalu, program ini kurang diperhatikan.
Namun sejak awal, pemerintah desa penunjuk PPL sebagai pendamping dalam
program ini guna membantu pelaksanaan program ini”. Menurut sebagian
besar subyek yang di wawancarai dalam penelitian ini juga mengatakan bahwa
petani bertanggung jawab penuh dalam kegiatan ini, karena semua yang
meenentukan adalah petani sendiri, tapi PPL juga ikut dalam membantunya.
Selain itu, selama ini tidak ada pemantauan langsung dari pihak pemerintah
desa sambirejo, hanya PPL saja yang mendampingi, walaupun PPL juga tidak
memantau di seluruh pelaksana program secara langsung dan menyeluruh.
Selain triangulasi sumber, peneliti juga menggunakan triangulasi
metode, yaitu penggunaan berbagai metode untuk meneliti sesuatu hal, seperti
metode wawancara, metode observasi dan juga di cocokan dengan dokumen
yang diperoleh dilapang. Menurut Patton dalam Moleong (2009), terdapat dua
47
strategi triangulasi metode yaitu: Pengecekan derajat kepercayaan penemuan
hasil penelitian beberapa teknik pengumpulan data dan beberapa sumber data
dengan metode yang sama. Teknik trianggulasi metode yang di lakukan dalam
penelitian ini dilihat dari metode wawancara secara langsung kepada petani
dan observasi pada lahan pekarangan petani pelaksana serta dokumenter yang
di peroleh dari Kelurahan Desa, PPL dan juga dokumen gapoktan.
Berdasarkan dari hasil wawancara yang menyatakan bahwa subyek
telah membudidayakan tanaman sayuran, buah, bat dan hias serta memelihara
ternak dan ikan yang menurut mereka mampu memenuhi kebutuhan konsumsi
keluarga, selain itu juga terjadi peningkatan pendapatan dari hasil penjualan
buah, kayu, ternak dan juga ikan. Sedangkan berdasarkan observasi yang
dilakukan peneliti, subyek telah membudidayakan tanaman, ternak dan ikan
dilahan pekaranganya walaupun jumlahnya tidak besar. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa terjadi sinkron antara hasil wawancara petani dengan
observasi yang dilakukan di lokasi penelitian. Namun terdapat perbedaan
informasi menngenai akuntabilitas pemerintah antara informan dan subyek
penelitian, karena informan penelitian yaitu PPL, Ketua Gapoktan dan
Kaurbang Desa Sambirejo lebih mengetahuinya.
Gambar 2. Skema Trianggulasi Sumber (Sutopo, 2002)
Review informan dapat dikatakan sebagai konfirmasi dengan informan
pokok (key informan) mengenai data yang telah diperoleh. Pada waktu peneliti
sudah mendapatkan data yang cukup lengkap dan menyusun sajian datanya,
meskipun belum utuh dan menyeluruh, maka unit-unit laporan yang telah
Data
Wawancara
Dokumenter
observasi
Subyek
Informan
Dokumen/arsip
aktivitas
48
disusunnya perlu dikomunikasikan dengan key informan. Hal ini perlu
dilakukan untuk mengetahui apakah laporan tersebut merupakan pernyataan
yang disetujui oleh mereka. Begitu pula dengan peneliti dalam program
pekarangan terpadu ini, setelah peneliti melakukan pencarian data yang di
anggap valid, maka ada konsultasi yang dilakukan antara peneliti dengan
informan yang diantaranya adalah Ketua Gapoktan Desa Sambirejo sebanyak
dua kali, penyuluh pertanian Desa Sambirejo sebanyak dua kali, dan Ketua
Urusan Pembangunan Desa Sambirejo sebanyak sekali. Hal ini dilakukan
untuk mendapatkan data baru serta mengetahui perkembangan kegiatan
pekarangan terpadu.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya dalam suatu pola, kategori dan satuan uraian dasar
(Afifudin dan Saebani, 2009). Metode analisis data yang dipilih pada
penelitian ini adalah analisis kualitatif. Analisis data dalam penelitian
pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan terpadu di Desa
Sambirejo berawal dari kegiatan pengumpulan data yaitu wawancara dengan
subyek dan informan, observasi di lokasi pekarangan dan dokumen yang
diperoleh dari foto, buku petunjuk, gambar dan lain sebagainya. Selanjutnya
dilakukan reduksi data guna mendapatkan bagian-bagian terpenting dari data,
dengan cara membuat abstraksi yang merupakan usaha membuat rangkuman
yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap
berada di dalamnya, sehingga hasil reduksi tersebut bisa di sajikan dalam
bentuk narasi dari peneliti. Setelah data disajikan, yang terakhir dilakukan
adalah penarikan simpulan (verifikasi) dari keseluruhan informasi yang
diperoleh.
Tahapan-tahapan proses analisis data tersebut dapat lebih dijelaskan
sebagai berikut :
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok,
menfokuskan pada hal-hal yang penting, mencari tema dan polanya.
49
Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberi gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya dan mencari bila diperlukan (Afifudin dan Saebani,2009).
Kegiatan reduksi data yang dalam penelitian ini dilakukan melalui
kegiatan wawancara, observasi langsung ke lapang serta melalui dokumen
yang di peroleh dari lapang. Dimana hasil dari wawancara, observasi dan
dokumen tersebut di reduksi untuk menemukan informasi yang bisa di
simpulkan dalam penelitian ini. Data atau informasi yang diperoleh dari
kegiatan reduksi data antara lain keterlibatan pemerintah sebagai
penanggungjawab program yang kurang perhatiannya terhadap program
pekarangan terpadu, penataan tanaman pekarangan yang dilakukan oleh
subyek sesuai kemauan dan kemampuan sendiri, budidaya ikan sesuai
kemampuan subyek, manfaat organisasi dalam program pekarangan
terpadu yang dirasa member manfaat, serta partisipasi petani dalam
program yang termasuk tinggi dan aktif melakukan kegiatan di
pekarangan.
2. Sajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan informasi atau penyajian
sekumpulan informasi dalam bentuk narasi yang memberi kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan tindakan. Penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan
sejenisnya. Dalam menyusun sajian ini harus disusun secara logis dan
sistematis, supaya makna peristiwanya menjadi lebih mudah dipahami,
dengan dilengkapi perabot sajian yang diperlukan (matriks, gambar dan
sebagainya) yang sangat mendukung kekuatan sajian data (Sutopo, 2002).
Dari hasil reduksi data yang dilakukan dalam penelitian ini disajikan
dalam bentuk tabel dan juga dalam bentuk narasi/cerita mengenai kegiatan
penelitian yang dilakukan untuk memudahkan dalam memahaminya.
50
Pengumpulan data
Reduksi
data
Sajian
data
Penarikan simpulan
/verifikasi
3. Kesimpulan (Verifikasi)
Simpulan dilakukan setelah proses pengumpulan data berakhir, dan
simpulan perlu diverifikasi agar mantap dan benar-benar bisa
dipertanggungjawabkan. Verifikasi dilakukan dengan cara pengulangan
untuk tujuan pemantapan. Selain itu verifikasi juga dapat dilakukan
dengan usaha yang lebih luas yaitu dengan melakukan replikasi dalam
satuan data yang lain dan data harus diuji validitasnya supaya simpulan
penelitian menjadi lebih kokoh dan lebih bisa dipercaya (Sutopo, 2002).
Model analisis dalam penelitian ini adalah model analisis data
interaktif yaitu aktivitas dari ketiga komponen analisis diatas dilakukan secara
interaksi, baik antar komponennya maupun dengan proses pengumpulan
datanya dalam proses yang berbentuk siklus.
Gambar 3. Skema Model Analisis Data Interaktif (Miles&Huberman, 1992)
Dari gambar diatas dapat dilihat prosesnya pada data, harus sudah
membuat reduksi data dan sajian data. Yaitu dengan menyusun rumusan
pengertiannya secara singkat, berupa pokok-pokok temuan yang penting
kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis dan
logis supaya makna peristiwa mudah dipahami. Reduksi data dan sajian data
harus disusun pada waktu unit data dari sejumlah unit yang diperlukan
diperoleh. Pada waktu pengumpulan data berakhir barulah melakukan usaha
penarikan kesimpulan dan verifikasinya berdasarkan semua hal yang terdapat
dalam reduksi data dan sajian data (Sutopo, 2002). Selain itu, untuk
51
memudahkan pembahasan juga digunakan analisis median skor yaitu melihat
nilai kecenderungan pada tiap variabel dengan mengukur nilai tengahnya,
dimana dari masing-masing dimensi penelitian partisipasi diberikan skor 1-5
untuk memudahkan menganalisis tingkat partisipasi petani dan wanita tani
dalam kegiatan pekarangan terpadu.
52
Tabel 3. Pedoman Pemberian Skor dalam Penelitian Pemberdayaan Msyarakat Petani
dalam Program Pekarangan Terpadu di Desa Sambirejo, Kecamatan Masaran, Kabupaten
Gunungkidul.
Variabel Indikator Kriteria Skor
1. Faktor Internal Pemberdayaan Petani
Pendidikan Formal
Jumlah Anggota
Keluarga
Luas Lahan
Pekarangan
Tingkat pendidikan yang
dicapai pada bangku
sekolah
Jumlah anggota keluarga
yang ikut melakukan
kegiatan pekarangan
terpadu
Luas lahan pekarangan
yang dikuasi subyek pada
waktu penelitian
Tidak sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA/SMK
Tamat PT
Sangat banyak (≥ 7)
Banyak (6)
Cukup (5)
Sedikit (4)
Sangat sedikit (≤ 3)
Sangat sempit (≤ 0,1 Ha)
Sempit (0,1-0,2 Ha)
Sedang (0,21-0,3 Ha)
Luas (0,31-0,4 Ha)
Sangat luas (≥ 0, 4 Ha)
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
2. Faktor Eksternal Pemberdayaan Petani
Akuntabilitas
Aksesibilitas
Informasi
Kapasitas Organisasi
Lokal
Tingkat keterlibatan
Pemerintah dalam program
pekarangan terpadu
Informasi yang didapat
tentang pekarangan terpadu
Keterlibatan organisasi
lokal pedesaan dalam
program pekaranmgan
terpadu
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
53
Partisipasi
Partisipasi tahap
perencanaan
Partisipasi tahap
pelaksanaan
Kehadiran dalam rapat
pengambilan keputusan
(perencanaan)
Memberikan Gagasan/
pertanyaan dalam rapat
Perencanaan
Memberikan tanggapan atas
gagasan/pertanyaan yang
diberikan dalam rapat
perencanaan
Kehadiran dalam
penyuluhan
Keterlibatan petani dalam
penataan tanaman
pekarangan
Keterlibatan petani dalam
pengembangan ternak di
pekarangan
Keterlibatan petani dalam
pengembangan perikanan di
pekarangan
Tidak pernah hadir dalam rapat
Jarang (1)
Kadang-kadang (2)
Sering (3)
Selalu (4)
Tidak ada ide/Gagasan
Mengajukan 1 ide/Gagasan
dalam rapat perencanaan
Mengajukan 2 ide/Gagasan
dalam rapat perencanaan
Mengajukan 3 ide/Gagasan
dalam rapat perencanaan
Mengajukan lebih dari 3 ide/
Gagasan dalam rapat
perencanaan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Tidak pernah hadir
Jarang (2-5)
Kadang-kadang (5-7)
Sering (7-10)
Selalu (>10)
tidak pernah
jarang
sering
aktif
sangat aktif
tidak pernah
jarang
sering
aktif
sangat aktif
tidak pernah
jarang
sering
aktif
sangat aktif
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
54
Partisipasi tahap
pemantauan dan evaluasi
kegiatan
Partisipasi tahap
pemanfaatan hasil
Keterlibatan petani dalam
penentuan jenis tanaman di
pekarangan
Keterlibatan petani dalam
memantau pekarangan
terpadu
Keterlibatan petani dalam
mengevaluasi kegiatan di
pekarangan terpadu
Keterlibatan petani dalam
kegiatan pemanenan hasil
Keterlibatan petani dalam
kegiatan pemanfaatan hasil
dari pekarangan
Manfaat yang diperoleh dari
kegiatan Pekarangan
Terpadu
tidak pernah
jarang
sering
aktif
sangat aktif
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Sangat rendah
Rendah
Sedang
Tinggi
Sangat tinggi
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
55
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. Keadaan Umum Desa
1. Letak Geografis dan Topografi
Desa Sambirejo terletak di Desa Sambirejo terdiri dari 9 dusun antara
lain Dusun Sambeng I, Dusun Sambeng II, Dusun Sambeng III, Dusun
Sambeng IV, Dusun Sambeng V, Dusun Tobong, Dusun Nongso, Dusun
Ngepek, dan Dusun Candi. Batas–batas wilayahnya adalah sebagai berikut
Jarak Desa Sambirejo dari Pusat Pemerintahan adalah sebagai berikut
Jarak dengan Ibukota Desa = 3 km
Jarak dengan Ibukota Kabupaten = 30 km
Jarak dengan Ibukota Propinsi = 60 km
Jarak dari Pusat Pemerintahan kota administrasi = 60 km
Desa Sambirejo termasuk daratan tinggi. Desa Sambirejo mempunyai
ketinggian 450 meter di atas permukaan laut. Dengan kondisi yang
demikian maka Desa Sambirejo termasuk daerah dataran tinggi. Suhu di
Desa Sambirejo berkisar 26oC hingga 36
oC sepanjang tahun.
2. Luas Wilayah dan Tata Guna Lahan
Luas wilayah merupakan potensi yang dimiliki masyarakat yang
dapat dimanfaatkan secara optimal. Tata guna lahan dapat
menggambarkan sejauhmana penduduk disuatu wilayah dapat
mendayagunakan luas lahan yang ada agar lebih bermanfaat bagi
masyarakat setempat.
Sebelah Utara : Desa Weru, Sukoharjo
Sebelah Selatan : Desa Sumberejo Desa Semin
Sebelah Barat : Desa Tancep
Sebelah Timur : Desa Candirejo Desa Semin
55
56
Desa Sambirejo, Desa Ngawen, Kabupaten Gunungkidul memiliki
luas wilayah 874,7957 Ha. Adapun tata guna lahan di Desa Sambirejo
yaitu sebagai berikut:
Tabel 4. Luas Lahan Desa Sambirejo menurut Penggunaan Tanah
No. Jenis Tanah Luas (Ha) Prosentase(%)
1. Tanah Sawah a. Irigasi1/2 teknis 3,50 0,4
b. Tadah Hujan 172,88 19,75
Jumlah 176,38 20,15
2. Tanah Kering a.Pekarangan/bangunan 301,04 34,42
b.Tegal/ kebun 332,74 38,03
c. Hutan rakyat
d. Lain-lain
41,25
23,39
4,7
2,7
Jumlah 698,42 79,85
Jumlah (1+2) 874,79 100
Sumber: Data Sekunder Desa Sambirejo tahun 2008
Berdasarkan Tabel 4 dapat diketahui bahwa pada lahan sawah
paling banyak menggunakan sistem tadah hujan dengan prosentase
19,75%. Sehingga para petani menggantungkan air hujan untuk
pengelolaan lahan sawah. Bahkan hanya sebagian kecil petani yang
menggunakan irigasi dalam pengolahan lahan sawah yaitu sekitar 0,4%
saja. Hal ini dikarenakan wilayah Desa Sambirejo merupakan daerah
dataran tinggi yang kering, sehingga untuk kebutuhan pertanian disawah
hanya mengandalkan irigasi dari tadah hujan. Dengan kondisi yang
demikian maka untuk kedepannya diharapkan pemanfaatan tanah di Desa
Sambirejo lebih dioptimalkan terutama lahan yang tahan air seperti tegal
dan pekarangan untuk kepentingan petani.
Hampir 80% tanah di wilayah Desa Sambirejo merupakan tanah
kering dengan luas 698,41 ha, yang sebagian besar terdapat lahan tegal dan
pekarangan penduduk. Lahan tegal atau kebun di wilayah Desa Sambirejo
yaitu sebesar 38,03%, sedangkan untuk pekarangan atau bangunan sebesar
301,04 atau 34,42%. Banyaknya luas lahan tanah kering untuk pekarangan
perlu dioptimalkan untuk mengembangkan potensi pertanian dan
peternakan yang ada. Sehingga dengan luasnya lahan pekarangan akan
57
dapat meningkatkan pendapatan masyarakat bila dapat dikelola dengan
baik guna menunjang ketahanan pangan keluarga.
B. Keadaan Pendudukan
Keadaan penduduk di suatu daerah erat hubungannya dengan kondisi
sosial ekonomi di daerah tersebut. Berikut adalah data keadaan penduduk
Desa Sambirejo menurut umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan mata
pencaharian. Adapun penjelasan secara lebih rinci yaitu sebagai berikut:
1. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin
Penduduk merupakan sejumlah orang yang bertempat tinggal di
suatu wilayah pada waktu tertentu. Berdasarkan jenis kelamin, penduduk
dibedakan menjadi laki-laki dan perempuan. Keadaan penduduk menurut
jenis kelamin dapat digunakan untuk mengetahui besarnya Sex Ratio atau
perbandingan antara jumlah penduduk laki-kaki dan perempuan. Keadaan
penduduk menurut jenis kelamin di Desa Sambirejo adalah sebagai
berikut :
Tabel 5. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Sambirejo
No. Jenis Kelamin Jumlah Penduduk Prosentase (%)
1. Laki-laki 3.728 49,3
2. Perempuan 3.834 50,7
Jumlah 7.562 100
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2008
Berdasarkan tabel 5 maka dapat diketahui bahwa jumlah penduduk
laki-laki sebesar 3.728 jiwa (49,3%), sedangkan jumlah penduduk
perempuan sebesar 3.834 jiwa (50,7%). Maka dapat dihitung sex ratio
sebagai berikut:
Sex Ratio = %100xmpuanjumlahpere
lakijumlahlaki
= 3.728 x 100 %
3.834
= 97,24 %
Angka sex ratio di Desa Sepat sebesar 97,24 %. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam 100 penduduk perempuan terdapat 97
58
penduduk laki-laki. Dengan demikian pembagian kerja yang harus
ditanggung oleh keduanya tidak jauh berbeda, misalnya dalam menggarap
lahan pekarangan perempuan cenderung melakukan pekerjaan yang ringan
seperti menanam dan memelihara tanaman.
2. Keadaan Penduduk Menurut Umur
Penduduk menurut umur dapat digambarkan menurut jenjang yang
berhubungan dengan kehidupan produktif manusia yaitu 0–14 tahun
merupakan kelompok umur non-produktif, umur 15–64 tahun merupakan
kelompok umur produktif dan penduduk umur 64 tahun keatas adalah
kelompok umur sudah tidak produktif (Mantra, 1995). Keadaan penduduk
menurut umur dapat digunakan untuk mengetahui besarnya Angka Beban
Tanggungan (ABT) di suatu wilayah. Adapun besarnya jumlah penduduk
menurut umur dan jenis kelamin yaitu sebagai berikut:
Tabel 6. Jumlah Penduduk menurut Umur dan Jenis Kelamin di Desa
Sambirejo
Kelompok
Umur (th)
Laki-laki Perempuan Jumlah
(L+P)
Prosen-
tase (%)
0 – 4 308 316 624 8,2
5 – 9 421 434 855 11,3
10 – 14 354 372 726 9,67
15 – 19 446 459 905 11,94
20 – 24 315 322 637 8,47
25 – 29 279 288 567 7,52
30 – 34 267 272 539 7,11
35 – 39 229 234 463 6,12
40 – 44 258 276 534 7,07
45 – 49 196 178 374 4,92
50 – 54 139 157 296 3,97
55 – 59 138 138 276 3,61
60 – 64 123 131 254 3,31
65 – 69 109 109 218 2,85
70 – 74 77 78 155 2,04
75 + 69 70 139 1,80
Jumlah 3.728 3.834 7.562 100,00
Sumber : Data Sekunder Desa Sambirejo tahun 2008
Dari tabel 6 dapat diketahui bahwa kelompok umur yang mempunyai
jumlah terbesar yaitu pada umur 15-19 tahun sebesar 905 jiwa (11,94%).
59
Sedangkan kelompok umur terkecil yaitu pada umur lebih dari 75 tahun
sebesar 139 jiwa (1,80%). Angka Beban Tanggungan (ABT) penduduk
Sambirejo dapat diketahui dengan menghitung nilai ABT dengan rumus
berikut:
ABT = 100Xproduktifusiapenduduk
produktifnonusiapenduduk
Usia produktif adalah usia penduduk antara 15-64 tahun, sehingga di
Desa Sambirejo terdapat 4854 orang usia produktif. Sedangkan usia non
produktif yaitu usia penduduk antara 0-14 tahun dan 65 tahun ke atas
terdapat 2717 penduduk usia non produktif. Sehingga dapat dihitung ABT
di Desa Sambirejo yaitu sebesar 55,9% berarti setiap 100 orang penduduk
usia produktif harus menanggung 56 orang usia non produktif. Usia non
produktif 0-14 tahun merupakan kelompok usia anak-anak yang secara
ekonomis belum produktif.
Dalam Program Pekarangan Terpadu melibatkan anggota keluarga
secara fleksible, dimana anggota keluarga yang kiranya mampu dan mau
melaksanakan dapat membantu kelancaran pelaksanaan pekarangan
terpadu di rumah tangga petani sendiri. Namun dari kegiatan pekarangan
terpadu ini di peruntukkan juga untuk melatih keterampilan anggota
keluarga petani dalam memanfaatkan lahan pekarangan secara intensif dan
optimal. Keterlibatan setiap anggota keluarga diharapkan mampu
menambah pengetahuan bagi anggota keluarga baik usia non produktif
maupun produktif untuk ikut serta dalam meningkatkan ketahanan pangan
rumah tangga petani.
3. Keadaan Penduduk menurut Tingkat Pendidikan
Tingkat pendidikan di suatu wilayah dapat menggambarkan kwalitas
penduduk di wilayah tersebut. Semakin tinggi tingkat pendidikan maka
keadaan penduduk akan semakin baik jika diukur dari aspek
pengetahuannya. Namun hal ini belum tentu dapat menjamin kesadaran
masyarakat. Apabila dalam suatu masyarakat yang mempunyai tingkat
pendidikan yang tinggi dan didukung dengan kesadaran masyarakat untuk
60
berkembang, maka tatanan masyarakat yang lebih baik akan dapat
terwujud. Keadaan penduduk di Desa Sambirejo menurut pendidikan dapat
dilihat dalam gambar berikut ini:
Tabel 7. Distribusi Penduduk Desa Sambirejo Menurut Tingkat
Pendidikan
Tingkat Pendidikan Jumlah (Jiwa) Prosentase
Tidak/belum sekolah
Belum tamat SD
Tidak tamat SD
Tamat SD
Tamat SLTP
Tamat SLTA
Tamat PT/ Akademi
114
393
1632
1553
1129
893
181
1,93
6,67
27,69
26,34
19,15
15,15
3,07
Jumlah 5895 100
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo tahun 2008
Berdasarkan tabel 7. dari data monografi Desa Sambirejo tahun 2008
dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan di Desa Sambirejo belum
tergolong tinggi, walaupun masyarakat yang bersekolah dalam jumlah
banyak namun mayoritas hanya sampai Sekolah Dasar. Hal ini
dikarenakan faktor ekonomi masyarakat, sehingga banyak masyarakat usia
sekolah yang memilih untuk bekerja daripada melanjutkan pendidikan
yang tinggi dengan biaya yang mahal. Tingkat pendidikan anggota
keluarga petani juga mempengaruhi kesadaran dan keterlibatannya dalam
mengelola pekarangan serta kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Semakin tinggi tingkat pendidikan anggota keluarga, kemungkinan
semakin peduli terhadap lingkungan sekitar.
4. Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian
Salah satu penunjang keberhasilan pembangunan daerah yaitu
tersedianya lapangan pekerjaan bagi penduduk sehingga mampu
meningkatkan pendapatan asli daerah. Adanya berbagai jenis pekerjaan,
maka pendapatan yang diperoleh juga berbeda-beda sesuai dengan
pekerjaannya. Mata pencaharian penduduk disuatu wilayah dapat
dipengaruhi oleh ketersediaan sumber daya alam atau potensi lokal,
61
ketersediaan jumlah tenaga kerja, serta kondisi sosial ekonomi penduduk
di suatu wilayah tersebut. Semakin banyak jenis mata pencaharian di suatu
wilayah, maka semakin banyak pula kesempatan masyarakat untuk bekerja
dan juga menunjukkan kemampuan wilayah tersebut untuk menyerap
tenaga kerja. Adapun jenis mata pencaharian penduduk di Desa Sambirejo
adalah sebagai berikut:
Tabel 8. Distribusi Penduduk Desa Sambirejo Menurut Mata Pencaharian
Mata Pencaharian Jumlah (jiwa) Prosentase
Petani dan buruh tani
Buruh/ karyawan swasta
Pedagang
Kesehatan
TNI/ Polri
PNS
Jasa dan sosial
2.832
76
40
11
64
157
313
89,06
2,4
0,35
1,26
4,9
2,0
9,8
Jumlah 3.493 100
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo tahun 2008
Berdasarkan tabel 8 dari data monografi Desa Sambirejo tahun 2008
dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk Desa Sambirejo bekerja
di sektor pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan. Banyaknya
penduduk yang bekerja di sektor tersebut, terutama sektor pertanian
dikarenakan adanya sumberdaya alam potensial yang mampu mendukung
pengelolaan usaha tani untuk mendapatkan hasil yang optimal. Selain itu
masyarakat juga memiliki keahlian dan pengalaman dalam berusaha tani
karena telah diwariskan secara turun temurun. Sehingga dari hasil usaha
tani dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan keluarga. Dengan
banyaknya penduduk yang bekerja disektor pertanian maka diharapkan
dari kegiatan pekarangan terpadu ini mampu meningkatkan produktivitas
dan pendapatan masyarakat petani untuk menuju pada ketahanan pangan
rumah tangga petani di Desa Sambirejo. Berdasarkan tabel 4.2 bahwa jika
dilihat dari sex ratio yaitu sebesar 97, maka proporsi antara laki-laki dan
perempuan tidak jauh berbeda walaupun terlihat bahwa jumlah perempuan
62
yang bekerja lebih banyak dibanding laki-laki terutama dalam
pemeliharaan lahan pekarangan.
C. Keadaan Pertanian
Keadaan pertanian disuatu wilayah dapat menjadi indikator
kemampuan suatu wilayah dalam mencukupi kebutuhan pangan penduduk di
wilayah tersebut. Kemampuan tersebut tentunya harus didukung oleh
tersedianya lahan usaha tani yang potensial, teknologi yang mendukung, serta
sumberdaya manusia yang memadai untuk mengolah lahan usaha tani secara
optimal. Lahan usaha tani di Desa Sambirejo ditanami tanaman pangan, sayur,
serta buah-buahan.
1. Tanaman Pangan
Tanaman pangan merupakan tanaman utama yang dibudidayakan
oleh penduduk di suatu wilayah untuk mencukupi kebutuhan pangan
pokok di wilayah tersebut. Luas areal panen dan produksi tanaman pangan
di suatu wilayah dapat menggambarkan potensi yang dimiliki oleh wilayah
tersebut, serta kemampuannya untuk menghasilkan makanan pokok untuk
penduduk di wilayah tersebut. Adapun luas panen dan produksi tanaman
pangan di Desa Sambirejo yaitu sebagai berikut:
Tabel 9. Luas Panen Tanaman Pangan di Desa Sambirejo
No Tanaman Pangan Luas Panen (Ha)
1. Jagung 365
2. Kedelai 216
3. Kacang Tanah 230
4. Padi Sawah 205
5. Padi Ladang 225
6. Ubi Kayu 350
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo tahun 2008
Prioritas komoditas yang dibudidayakan oleh penduduk di suatu
wilayah dapat dipengaruhi oleh kebiasaan penduduk di wilayah tersebut
serta tingkat kebutuhan penduduk terhadap suatu komoditas tertentu.
Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa luas panen terbesar yaitu pada
tanaman jagung. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tanaman jagung
63
menjadi prioritas utama untuk dibudaidayakan petani, karena komoditas
ini merupakan komoditas tanaman yang paling cocok untuk di tanam di
tanah kering seperti pada lahan tegal, selain itu tanaman jagung juga
merupakan tanaman yang tahan akan air sehngga cocok untuk daerah Desa
Sambirejo yang hanya mengandalkan tadah hujan untuk penyediaan
pengairan tanaman sehingga potensial untuk ditanami komoditas jagung.
Selain tanaman jagung, yang menjadi komoditas unggulan yaitu ubi kayu
yang menempati luas areal panen 350 ha, ubi kayu hanya dijadikan
tanaman tambahan atau tumpangsari pada tanaman pokok karena
pemeliharaannya yang tidak membutuhkan banyak biaya dan tenaga
sehingga banyak dibudidayakan.
2. Tanaman Hortikultura
Tanaman hortikultura merupakan tanaman pendukung dari tanaman
pangan. Tanaman hortikultura didalamnya termasuk tanaman buah dan
sayur yang dapat digunakan untuk mancukupi kebutuhan gizi penduduk.
Selain itu, tanaman buah dan sayur dapat digunakan sebagai tambahan
pendapatan penduduk apabila dibudidayakan untuk tujuan komersil.
Potensi produksi tanaman buah-buahan dan sayur di Desa Sambirejo
adalah sebagai berikut:
64
Tabel 10. Luas Panen Tanaman Hortikultura di Desa Sambirejo
No. Jenis Komoditi Luas panen (ha)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Pepaya
Pisang
Rambutan
Mangga
Sawo
Nangka
Sukun
Petai
Melinjo
Kluwih
Jambu biji
Belimbing
Kedondong
5,100
8,350
0,078
2,615
3,415
6,390
1,170
5,090
1,100
1,980
0,500
1,270
3,460
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2008
Dari tabel 10 dapat diketahui bahwa buah yang berpotensi untuk
dikembangkan di daerah Desa Sambirejo yaitu pisang, nangka dan pepaya.
Selama ini buah yang dihasilkan hanya dikonsumsi sendiri namununtuk
jenis buah tertentu yang produksinya banyak seperti mangga dan sawo
terkadang dijual dipasar maupun ditebas seluruh pohonnya. Hasil panen
dari buah-buahan ini juga hanya di bagikan kepada tetangga untuk tetap
menjaga kerukunan antar bertetangga. Sebagian besar penduduk di Desa
Sambirejo memiliki tanaman buah di pekarangannya, namun belum ada
usaha mendiri dari masyarakat untuk mengolahnya menjadi bentuk yang
lebih menarik. Oleh karena itu, melalui Kelompok Wanita Tani di Desa
sambirejo ini, masyarakat wanita tani akan dibimbing untuk melakukan
usaha mandiri wanita tani.
3. Tanaman Perkebunan
Tanaman perkebunan merupakan tanaman pendukung dari tanaman
pangan. Tanaman perkebunan banyak di budidayakan di Desa Sambirejo
sebagaimana di anjurkan oleh Dinas Pertanian Kabupaten Gunungkidul
yang juga memberikan bantuan bibit jambu mete, supaya lahan kosong
65
sekitar tegal petani lebih bermanfaat, mengingat bahwa sering terjadi
hujan angin di daerah pegunungan seperti Desa Sambirejo sehingga
diharapkan mampu menahan resapan air kedalam tanah. Luas panen
tanaman perkebunan di Desa Sambirejo adalah sebagai berikut:
Tabel 11. Luas Panen Tanaman Perkebunan di Desa Sambirejo
No. Jenis Komoditi Luas panen (ha)
1.
2.
3.
Kelapa
Tembakau
Jambu Mete
12
10
65
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2008
Dari tabel 11 dapat diketahui bahwa budidaya tanaman perkebunan
sangat dianjurkan oleh pemerintah Kabupaten Gunungkidul, terutama
komoditas jambu mete yang memiliki luas panen terbesar yaitu 65 ha.
Bahkan terdapat kelompok petani jambu mete di Desa Sambirejo yang
bekerja dalam pengembangan tanaman jambu mete.
4. Peternakan
Peternakan merupakan komoditas usaha tani yang banyak
dikembangkan oleh masyarakat petani di Desa Sambirejo. Pengembangan
ternak banyak dilakukan oleh petani karena disamping mampu
menghasilkan nilai ekonomis yang relatif tinggi juga limbah kotoran
ternak sangat berguna bagi kegiatan budidaya pertanian di lahan pertanian.
Selain itu, sebagian petani menyatakan bahwa memelihara ternak
merupakan bagian dari hobi. Terdapat beberapa jenis ternak yang
dikembangkan di Desa Sambirejo, antara lain yaitu sebagai berikut:
66
Tabel 12. Peternakan di Desa Sambirejo
Jenis Ternak Jumlah (ekor)
Sapi 915
Kambing 1.276
Domba 13
Ayam Buras 7.578
Ayam Petelur 1.500
Ayam Pedaging 5.300
Itik
Anjing
Kelinci
Angsa
Bebek
141
415
250
500
300
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2008
Dari tabel 12 dapat diketahui bahwa jenis ternak yang paling banyak
di Desa Sambirejo yaitu ayam buras yaitu sebanyak 7.578 ekor, dan pada
urutan kedua yaitu ayam pedaging sebanyak 5.300 ekor. Selain itu jenis
ternak yang lain yaitu sapi, domba, kambing, itik, anjing, kelinci, bebek,
ayam petelur, sapi, dan angsa. Ternak yang ada di Desa Sambirejo tersebut
termasuk ternak yang dikembangkan untuk dijual tetapi ada sebagian yang
dipelihara sebagai hobi dan juga tabungan maupun untuk dikonsumsi
sendiri.
5. Perikanan
Perikanan banyak dikembangkan oleh masyarakat pedesaan karena
melihat prospek budidaya perikanan yang semakin baik bahkan di Desa
Sambirejo sendiri. Kegiatan budidaya ikan di Desa Sambirejo sebenarnya
mudah untuk dilakukan apalagi di lahan pekarangan sebagai tambahan
bahan konsumsi keluarga. Terutama untuk ikan lele dumbo, selain
kandungan gizi yang tinggi juga limbahnya sangat bermanfaat bagi pupuk
untuk tanaman pekarangan lainnya. Terdapat beberapa jenis ikan yang
dikembangkan di Desa Sambirejo, antara lain yaitu sebagai berikut:
67
Tabel 13. Perikanan di Desa Sambirejo
Jenis Ikan Luas Kolam
(Ha/m2)
Jumlah
(ekor)
Produktivitas(ton/th)
Lele
Nila
0,5
0,25
93.000
3.250
3
0,1
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2008
Dari tabel 13 dapat diketahui bahwa jernis ikan yang paling banyak
di kembangkan di Desa Sambirejo yaitu ikan lele, terutama lele dumbo
yaitu sebanyak 93.000 ekor dengan produktivitas yang diperoleh mencapai
3 ton/th, dan ikan nila berjumlah 3.250 ekor. Sebagian besar kegiatan
perikanan dilakukan untuk usaha komersial, namun sebagian penduduk
menbudidayakan ikan dalam jumlah kecil untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi keluarga.
D. Keadaan Perekonomian
Sarana perekonomian merupakan tempat dimana terjadi kegiatan jual
beli atau pemindahan barang dan jasa dari produsen ke konsumen, yang
merupakan kegiatan yang saling menguntungkan diantara kedua belah pihak.
Keberadaan sarana perekonomian di suatu wilayah merupakan suatu hal yang
sangat dibutuhkan untuk mendukung laju kegiatan perekonomian penduduk di
wilayah tersebut. Semakin banyak terjadi kegiatan jual beli maka akan
semakin tinggi pula laju kegiatan perekonomian penduduk, dan akan semakin
besar pula tingkat pendapatan daerah. Dengan adanya sarana perekonomian
maka dapat mempermudah masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dan juga
dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat. Keadaan lembaga
perekonomian di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten
Gunungkidul dapat dilihat pada tabel berikut:
68
Tabel 14. Keadaan Lembaga Perekonomian di Desa Sambirejo
No Jenis Sarana Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
Pasar
Warung Serba ada
Toko
Industri Kerajinan
Usaha Peternakan
Industri Makanan
KSP
1
55
55
15
20
15
15
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2008
Berdasarkan tabel 14 dapat diketahui bahwa sarana perekonomian
yang terdapat di Desa Sambirejo sudah bisa dikatakan cukup lengkap mulai
dari pasar hingga terdapatnya Kelompok Simpan Pinjam (KSP). Sarana
perekonomian yang terbanyak adalah toko dan warung serba ada yaitu 55
buah yang tersebar di seluruh Desa Sambirejo. Pasar hanya terdapat 1 buah
yaitu terdapat di dekat pusat Desa Sambirejo. Lembaga-lembaga
perekonomian yang lainnya adalah KSP sebanyak 15 buah,industri kerajinan
15 buah, industri makanan 15 buah dan usaha peternakan 20 buah.
E. Keadaan Pendidikan
Sarana pendidikan merupakan tempat terjadinya proses belajar
mengajar untuk mendapatkan ilmu. Sarana pendidikan sangat penting dalam
suatu wilayah agar tingkat pengetahuan masyarakat lebih tinggi. Sehingga
dengan tingkat pendidikan yang tinggi maka masyarakat dapat lebih maju dan
berkembang. Adapun lembaga pendidikan di Desa Sambirejo yaitu sebagai
berikut:
Tabel 15. Keadaan Lembaga Pendidikan di Desa Sambirejo tahun 2008
No Nama Jumlah
1
2
3
4
PAUD
Play grup
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
6
6
7
1
Sumber: Data Monografi Desa Sambirejo Tahun 2008
Dari tabel 15 dapat diketahui bahwa sarana pendidikan paling banyak
di wilayah Desa Sambirejo yaitu Sekolah Dasar atau MI sebanyak 7 unit yang
69
tersebar di seluruh dusun. Dengan banyaknya SD/MI ini dikarenakan tingkat
sekolah dasar ini penting sebagai modal awal untuk melanjutkan pendidikan
ke jenjang yang lebih tinggi.
Selain lembaga pendidikan sekolah dasar, di Desa Sambirejo juga
terdapat sarana pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTsN) sebanyak satu unit
sekolah. Dengan adanya sarana pendidikan di Desa Sambirejo maka
diharapkan pennduduk usia sekolah dapat memperoleh pendidikan yang layak.
Sehingga kualitas sumber daya manusia yang ada juga semakin baik. Guna
menunjang pendidikan bagi masyarakat Desa Sambirejo, sebenarnya masih
membutuhkan sarana pendidikan SMA atau sederajatnya di Desa Sambirejo,
hal ini dikarenakan jarak SMA yang jauh.
70
V. SAJIAN DATA DAN PEMBAHASAN
A. SAJIAN DATA
1. Gambaran Umum Program Pekarangan Terpadu di Desa Sambirejo
a. Latar Belakang Program Pekarangan Terpadu
Program pekarangan terpadu merupakan salah satu program untuk
masyarakat yang telah dirintis dan dipelopori oleh Dinas Pertanian
Kabupaten Gunungkidul pada akhir tahun 2008 yang diharapkan
masyarakat pedesaan mampu meningkatkan peran ”Desa Mandiri” dalam
membangun Agricultural Comunity Development yang berbasis pada
partisipasi masyarakat.
Sejauh ini, program pertanian terpadu baru di kembangkan di tiga
kecamatan di wilayah Kabupaten Gunungkidul yaitu Kecamatan
Karangmojo, Kecamatan Bejiarjo dan Kecamatan Ngawen. Kecamatan
Ngawen yang ditunjuk sebagai pelaksana program pertanian terpadu ini
adalah Desa Sambirejo. Desa Sambirejo merupakan desa percontohan
yang dipilih untuk mengembangkan program pekarangan terpadu. Keadaan
sumberdaya manusia yang berpotensi di bidang pertanian juga karena
sumberdaya alam yang dimiliki Desa Sambirejo perlu untuk
dikembangkan terkait dengan pekarangan yang belum dimanfaatkan secara
potensial. Oleh karena itu dipilih Desa Sambirejo sebagai desa pelaksana
program pekarangan terpadu.
Pekarangan Terpadu di Desa Sambirejo merupakan kegiatan
pembangunan pertanian yang ditujukan untuk memantapkan swasembada
pangan dan sekaligus untuk memperbaiki keadaan gizi masyarakat,
melalui penganekaraganam pangan baik yang bersumber dari tanaman,
ternak dan ikan yang diperoleh dari pemanfaatan pekarangan oleh petani
secara mandiri. Pekarangan yang dikelola secara intensif diharapkan
mampu memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga dan meningkatkan
pendapatan keluarga petani. Lahan pekarangan dikenal memiliki fungsi
multiguna, antara lain untuk menghasilkan bahan makan sebagai tambahan
70
71
hasil tanaman pangan dari sawah dan tegal antara lain sayuran dan buah-
buahan, unggas, ternak kecil dan ikan, rempah, bumbu-bumbu dan wangi-
wangian, bahan kerajinan tangan, serta uang tunai.
Program pekarangan terpadu tidak lepas dari peran organisasi
pertanian pedesaan. Bahkan di tingkat desa terdapat tempat pekarangan
percontohan sebagai acuan bagi seluruh petani supaya termotivasi untuk
melaksanakan pekarangan terpadu. Pemberdayaan masyarakat petani
dalam program pekarangan terpadu meliputi pendampingan dalam
kegiatan penyuluhan, pengaturan lahan pekarangan, pengembangan ternak
untuk pekarangan, pengembangan ikan untuk pekarangan, dan budidaya
tanaman pekarangan. Penyuluh pertanian sebagai pendamping hanya
bertanggungwajab pada kegiatan pendampingan petani dalam pelaksanaan
pekarangan terpadu, selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada petani
pemilik pekarangan untuk melaksanakan intensifikasi pekarangan karena
program ini dilakukan secara swadaya atau dengan modal dari petani
sendiri tanpa bantuan materi dari pemerintah.
b. Tujuan Pekarangan Terpadu
Program pertanian terpadu diharapkan mampu meningkatkan peran
”Desa Mandiri” dalam membangun Agricultural Comunity Development
yang berbasis pada partisipasi masyarakat sesuai dengan tujuan dari
program pertanian terpadu antara lain:
a. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan rumah tangga petani di
pedesaan.
b. Meningkatkan ketahanan pangan masyarakat di pedesaan
c. Mengentaskan kemiskinan dan mengurangi pengangguran pedesaan.
d. Meningkatkan kemampuan para petani dalam mengembangkan
usahatani pekarangan secara mandiri dan berkesinambungan sehingga
dapat meningkatkan mutu konsumsi pangan keluarga untuk
mewujudkan keluarga sehat dan sejahtera.
72
2. Konsep Program Intensifikasi Pekarangan
Masyarakat memahami konsep program intensifikasi pekarangan yang
ada di Desa Sambirejo ini merupakan suatu usaha memanfaatkan sumberdaya
pekarangan yang ada secara intensif dengan melakukan kegiatan
pembudidayaan tanaman, ternak dan/atau ikan yang dilakukan di lahan
pekarangan petani. Pengembangan intensifikasi pekarangan pada dasarnya
tergantung dengan ketersediaan sumber daya dan pengetahuan yang dimiliki
petani setempat dengan berorientasi pada pasar guna memenuhi kebutuhan
keluarga.
Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngawen mengatakan bahwa program
pekarangan terpadu ini merupakan kegiatan intensifikasi pekarangan, dimana
pada kenyataannya masih banyak pekarangan yang belum di manfaatkan
secara optimal untuk kebutuhan subsistem ataupun komersial, sehingga petani
dan wanita tani diarahkan pada kegiatan pemanfaatan pekarangan secara
potensial melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat. Petani dan wanita tani di
berikan bimbingan dengan mengikuti kegiatan penyuluhan selama beberapa
kali dan juga pelatihan yang dibina oleh PPL Desa Sambirejo. Setelah itu,
petani diharapkan mampu menerapkan pengetahuan tersebut dalam kegiatan
pembudidayaan pekarangan pribadi dengan orientasi pada peningkatan
produktivitas lahan pekarangan dan pendapatan keluarga sehingga mampu
tercapainya ketahanan pangan keluarga. Hasil yang diperoleh dari komoditas
pekarangan di jual ke pasar, sehingga petani juga akan mendapatkan
keuntungan dari penjualan hasil pekarangan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Komoditas yang dibudidayakan di lahan pekarangan pada program ini
diarahkan untuk jenis tanaman yang bernilai jual dan juga bisa dimanfaatkan
untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan masyarakat bisa menjangkaunya
dalam pemeliharaan dan membudidayakannya, misalnya sayuran dan buah-
buahan sehingga bisa memenuhi kebutuhan pangan keluarga, selain itu,
manfaat dari memelihara ternak dan ikan yang bisa memenuhi kebutuhan gizi
73
juga bisa memanfaatkan kotoran ternak dan ikan sebagai pupuk bagi lahan
pakarangan dan juga tambahan hasil berupa uang1.
Masyarakat petani memahami konsep pekarangan terpadu ini harus
memiliki tiga unsur utama dalam pekarangan mereka yaitu pertanian,
peternakan dan perikanan. Sehingga beberapa petani yang tingkat ekonominya
rendah masih merasa kesulitan untuk melakukan kegiatan keterpaduan ini,
apalagi dari pihak pemerintah tidak ada perhatian untuk membantu dalam
upaya awal pelaksanaannya, terutama permodalan sebagai bentuk dukungan
kapada masyarakat. Hal ini menjadi salah satu penghambat diterapkannya
kegiatan ini di masyarakat pedesaan. Namun sebenarnya, konsep program
intensifikasi pekarangan itu sendiri merupakan program pemanfaatan lahan
pekarangan secara optimal, jadi apapun yang bisa dimanfaatkan di pekarangan
maka manfaatkan sebaik mungkin selama hal tersebut bisa memberikan hasil
kepada petani pemilik untuk dimanfaatkan dan dijual kepasar untuk memenuhi
kebutuhan. Seperti yang diterangkan oleh Dinas Pertanian DIY (1990) yang
menjelaskan “intensifikasi pekarangan sebagai usaha memanfaatkan
pekarangan secara intensif melalui penanaman lahan pekarangan dengan
tanaman yang bermanfaat dan produktif serta pemeliharaan ternak yang
intensif di pekarangan sehingga dapat menambah pendapatan dan sumber gizi
keluarga petani”.
Program Intensifikasi pekarangan ini diusulkan guna meningkatkan
produktivitas lahan pekarangan dan pendapatan keluarga petani di Desa
Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul melalui kegiatan
pemberdayaan yang meliputi penyuluhan dan pelatihan kepada petani sehingga
petani mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai kebutuhan,
kemampuan dan kemauan petani sendiri.
3. Proses Pemberdayaan Masyarakat Petani Dalam Program Pekarangan
Terpadu
Kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan
terpadu di Desa Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul
yaitu melalui kegiatan pembinaan yang meliputi kegiatan penyuluhan dan
1Menurut Bapak Sunaryo, PPL Desa Sambirejo Wawancara 25 Agustus 2009
74
pelatihan intensifikasi pekarangan guna pemanfaatan lahan pekarangan secara
optimal, yang didalamnya meliputi kegiatan penataan lahan pekarangan,
pengembangan ternak di pekarangan, pengembangan ikan di pekarangan, dan
budidaya tanaman pekarangan.
a. Penyuluhan
Kegiatan penyuluhan dilakukan dalam dua periode yang berbeda
yaitu penyuluhan di kelompok tani dan juga kelompok wanita tani. Hal ini
terjadi karena tidak semua wanita tani menjadi anggota kelompok tani, dan
juga sebaliknya. Kegiatan penyuluhan tidak hanya dilakukan oleh PPL
saja, melainkan juga kegiatan pertemuan yang dipimpin oleh ketua untuk
menyampaikan informasi dan memecahkan masalah pertanian yang
menjadi masalah bersama.
Kegiatan penyuluhan di kelompok tani mengenai program
pekarangan terpadu tidak dijadwalkan secara khusus yang fokus dengan
pokok bahasan tersebut, melainkan hanya sebagai pokok materi yang
menjadi alternatif bahasan jika petani menanyakan pada waktu kegiatan
penyuluhan berlangsung, yaitu setiap selapan sekali (35 hari) tiap
bulannya. Hal ini dikarenakan di kelompok tani memiliki kegiatan yang
dianggap lebih besar dan lebih membutuhkan perhatian lebih untuk
peningkatan produktivitas sawah dan tegal mereka, misalnya SLPTT,
PUAP, pelatihan pupuk organik dan bokasi, pembagian benih padi dan
jagung hibrida, lomba kelompok tani, perbaikan saluran irigasi dan lain
sebagainya. Namun jika petani membutuhkan penyuluhan mengenai
pekarangan terpadu ini PPL selalu membantu. Karena beberapa petani
yang antusias melakukan kegiatan intensifikasi pekarangan ini juga
mengikuti pelatihan yang dilakukan PPL bersama dengan pelaksana dari
kelompok wanita tani.
Penyuluhan yang dilakukan pada kelompok wanita tani dilakukan
setiap bulan sekali yang bertempat di rumah ketua kelompok wanita tani
masing-masing. Kegiatan penyuluhan mengenai intensifikasi pekarangan
di kelompok wanita tani ini lebih secara lengkap, dimana wanita tani lebih
75
2Menurut Bapak Siswo Hartono selaku Ketua Gapoktan Desa Sambirejo Wawancara tanggal
7 Maret 2010
tertarik dalam program ini sehingga menjadikan materi intensifikasi
pekarangan sebagai materi utama dalam beberapa kegiatan penyuluhan.
Selama penyuluhan, PPL lebih banyak memberikan menjelaskan karena
pertanyaan mengenai kegiatan intensifikasi pekarangan dan juga
memberikan pengarahan mengenai pekarangan terpadu. Wanita tani
terlihat antusias karena hal ini merupakan sebuah hal yang baru bagi
wanita tani.
Materi penyuluhan adalah bahan penyuluhan yang disampaikan
kepada pelaku utama (petani) dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk
yang meliputi: informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi,
hukum dan kelestarian lingkungan. Materi yang disampaikan PPL dan
ketua kelompok tani pada waktu penyuluhan merupakan rekomendasi dari
petani sendiri mengenai permasalahan yang dialami dan informasi yang
diperolehnya. Sehingga terjadi partisipasi/keikutsertaan petani dalam
menentukan materi yang disampaikan dalam forum. Selain itu, materi
penyuluhan juga sangat beragam, diantaranya yaitu pemanfaatan kedelai
menjadi susu kedelai yang dilakukan secara berkelompok untuk
menambah pendapatan wanita tani2.
Petani yang ingin berbagi mengenai
permasalahn dilahan pertaniannya diberikan waktu setelah kegiatan
penyuluhan bersama PPL.
Penyuluhan yang dilaksanakan di ikuti oleh sebagian besar anggota
dari tiap kelompok tani dan kelompok wanita tani. Manfaat dari
penyuluhan ini sendiri dirasa penting bagi anggota karena petani merasa
memperoleh pengetahuan dan pengalaman baru setelah mengikuti
kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan juga sering kali dilakukan
secara demplot di lahan secara langsung agar materi yang disampaikan
mudah diterima melalui kegiatan praktek langsung. Demplot yang
dilakukan antara lain pembuatan pupuk organik langsung di lahan milik
Ketua Gapoktan, serta pemanenan hasil SLPTT.
76
b. Pelatihan di Pekarangan
Kegiatan pelatihan dalam program pekarangan terpadu ini meliputi
kegiatan penataan lahan pekarangan, pengembangan ternak, dan
pengembangan ikan. Setelah materi penyuluhan disampaikan, PPL
menawarkan kepada petani dan wanita tani untuk diadakan pelatihan bagi
petani dan wanita tani yang membutuhkan bantuan dalam intensifikasi
pekarangan ini. Pelatihan dilakukan di lahan pekarangan percontohan
milik Ibu Lilis yang juga merupakan ketua kelompok wanita tani.
Kegiatan yang dilakukan dalam pelatihan intensifikai pekarangan ini yaitu:
1) Penataan Lahan Pekarangan
Penataan lahan pekarangan bertujuan untuk merencanaan tata
tanam pekarangan sehingga areal lahan yang akan dikelola dapat
dimanfaatkan secara optimal dan produktif serta memperbaiki sanitasi
pekarangan. Penerapan pekarangan secara terpadu dimaksudkan agar
pekarangan ditanami dengan berbagai jenis tanaman yang meliputi
tanaman buah, tanaman hias, tanaman sayuran, dan tanaman obat,
terdapat ternak dan atau ikan yang disesuaikan dengan potensi wilayah
dan masyarakat yang mampu melakukannya. PPL memberikan
bimbingan dalam kegiatan penataan tanaman dan budidaya bibit yang
baik. Dan selanjutnya dilakukan sendiri oleh petani sesuai kemampuan
dan kemauannya masing-masing3.
Penataan lahan pekarangan di bagi menjadi beberapa bagian
menurut tata letak dari berbagai komoditas usaha tani, ternak dan juga
kolam ikan. Penataan tanaman di pekarangan di bagi menjadi bagian
halaman depan, halaman samping dan halaman belakang. Halaman
depan rumah ditanami tanaman yang indah seperti tanaman hias,
tanaman sayuran maupun tanaman buah seperti mangga, sawo atau
lamtoro yang ditanam di tepi halaman sebagai pagar hidup yaitu
pemisah halaman depan dengan jalan dibuat rapi agar terkesan indah
dan melindungi. Pohon pelindung ditanam pada halaman depan agar
debu, angin, dan udara kotor tidak leluasa masuk ke dalam rumah. Pada
77
halaman samping rumah ditanam tanaman sayur seperti terung,
mentimun dan tanaman obat-obatan yang tidak terlalu tinggi seperti
kumis kucing, daun dewa, mahkota dewa dan rempah-rempah supaya
sinar matahari dapat masuk ke dalam rumah. Sedangkan halaman
belakang ditanam tanaman seperti pisang, jagung, ubi kayu, dan
tanaman rempah-rempah.
Kandang ternak di tempatkan di tempat yang jauh dari rumah
bertujuan untuk menjaga kesehatan anggota keluarga dari bakteri dan
penyakit yang bisa ditimbulkan akibat ternak dan kotorannya serta
menjaga kebersihan kandang agar kesehatan ternak terjamin.
Bangunan kandang ternak seperti kambing, dan sapi disertai tempat
pembuangan kotoran hewan sekaligus tempat persediaan pupuk
kandang sedangkan kandang ayam dan itik di siapkan tempat untuk
mengerami telur. Manfaat pembuatan kandang yang aman bagi ternak
yang dipelihara antara lain untuk mengamankan dari gangguan pihak
lain (pencuri dan hewan pemangsa), dan melindungi dari perubahan
cuaca. Penempatan kolam ikan di pekarangan sangat tergantung pada
persediaan air untuk memudahkan dalam pemenuhan media hidup
ikan, sehingga penempatan kolam ikan diletakkan di dekat dengan
sumber air atau dekat dengan kandang ternak untuk memudahkan
dalam memanfaatkan kotoran ternak untuk pakan ikan. Selain itu
sebagian subyek membuat kolam di dekat tanaman sayuran untuk
memudahkan pembuangan limbah air kolam sebagai bahan pupuk bagi
tanaman sayuran tersebut.
78
Denah penataan lahan pekarangan pada pekarangan terpadu Desa
Sambirejodapat terlihat pada gambar berikut ini:
Gambar 4. Denah pekarangan terpadu di Desa Sambirejo
2) Pengembangan ternak di pekarangan
Ternak yang dikembangkan dalam pekarangan terpadu yaitu
kambing. Karena bantuan yang diberikan dalam kegiatan gaduhan yaitu
kambing untuk dikembangkan oleh masyarakat miskin yang nantinya
petani akan mendapatkan keuntungan berupa anakan dari kambing
Keterangan:
1. Kelapa
2. Mangga
3. Mangga
4. Jati
5. Mahoni
6. Pisang
7. Jati
8. Pepaya
9. Srikaya
10. Rambutan
11. Anggur
12. Sawo
13. Jalan
14. Halaman rumput
15. Rumah
16. Tanaman Pangan dan obat-
obatan
17. Tanaman sayur
18. Tanaman Sayur
19. Tanaman obat & rempah2
20. Kandang sapi
21. Kandang Ayam
22. Kandang Bebek
23. Kolam Ikan
24. Sumur
25. Tanaman Hias
26. Pagar hidup [ ]
24
15
14
5
8 9
10
7
3
4
6
1 2
23 23
16
21 22
18
20
17
19
13
11
12
24
24
24
24
24
24
24
24
24
25
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
79
tersebut. Selain itu, dalam pekarangan terpadu ini juga memberikan
kegiatan pengaturan ternak lainnya yang sudah dimiliki petani misalnya
ayam buras, bebek, dan angsa, kelinci, serta sapi. Kegiatan
pengembangan ternak disini bertujuan agar ternak tidak berkeliaran di
lahan pekarangan sehingga dirasa kurang intensif dalam
pemeliharaannya. Kegiatan pengembangan ternak dalam kegiatan
pekarangan terpadu ini di khususkan untuk kambing sedangkan ternak
unggas dan sapi sebagai ternak yang sudah dimiliki petani
dikembangkan agar lebih teratur dalam pemeliharaannya. Kegiatan
pengembangan unggas meliputi kegiatan budidaya jenis ayam kampung
yang baik untuk di pelihara yaitu ayam yang sehat dan tidak terinfeksi
virus, pembuatan kandang ayam secara semi terkurung, pembuatan
kandang angsa, dan bebek yang lebih terbuka dan luas. Kandang
dilengkapi dengan tempat minum dan alat untuk bertengger, penyediaan
tempat untuk bertelur dan mengerami, pemberian makanan yang cukup
pada pagi dan sore hari, dan melakukan vaksinasi untuk anggota
kelompok ayam buras kepada ayam serta menjaga kebersihan kandang.
Pembuatan kandang untuk kambing dan sapi yang baik dengan
sertai tempat pakan di sekat di depan kandang, dan juga tempat
pembuangan limbah yang tersekat di belakang ternak. Kandang diberi
sekat antara tempat pakan, kandang, dan tempat limbah kotoran ternak
sehingga dapat memudahkan pemilik untuk membersihkan kandang dan
menjauhkan hewan ternak dari penyakit. Seperti terlihat pada gambar
kandang ternak berikut ini:
Gambar 5. Kandang Kambing/sapi
Kandang Kambing
Tempat pakan
Limbah Kotoran
80
3) Pengembangan Perikanan di Pekarangan
Kegiatan pengembangan ikan untuk pekarangan dalam
pekarangan meliputi pemeliharaan dan pengembangan benih ikan lele.
Kegiatan pengembangan ikan untuk pekarangan meliputi penyediaan
lahan untuk kolam, membuat bentuk dan denah kolam sesuai dengan
keadaan lahan, pemupukan dasar kolam, ketersediaan air yang cukup,
tidak beracun dan tidak berlumpur, pemberian makan yang berkualitas
baik seperti pellet serta jenis ikan yang dipilih yaitu yang mudah
menghasilkan misalnya lele dumbo, dan mudah diperoleh, cepat besar
dan cepat berkembang biak, disukai masyarakat dan mudah di
usahakan. Pemeliharaan ikan di Desa Sambirejo belum terlalu banyak
yang melaksanakan, hal ini karena ketersediaan air yang relatif rendah
untuk daerah dataran tinggi seperti Desa Sambirejo. Oleh karena itu
kebanyakan budidaya ikan di daerah Desa Sambirejo mayoritas adalah
ikan lele dumbo karena dapat hidup di air dengan kualitas rendah.
Selain itu, makanan untuk lele juga sangat mudah, yaitu seperti jentik
nyamuk, siput, cacing, larva, bahkan limbah rumah tangga.
Gambar 6. Kolam budidaya Ikan Lele
4) Budidaya Tanaman Pekarangan
Budidaya tanaman untuk pekarangan harus diperhatikan sebelum
melakukan pengolahan lahan. Dalam memilih hendaknya dipilih
tanaman yang banyak manfaat dan fungsinya antara lain: penghijauan,
Kolan Permanen
Ukuran 4x6
Kolam
pembibitan
Ukuran 2x3
Kolam
Pembibitan
Ukuran 2x3
81
4Menurut Sri Nuryani anggota Kelompok Wanita Tani Wawancara tanggal 12 Maret 2010
5Menurut Ibu Lilis Ketua Kelompok Wanita Tani Dusun Sambeng III Wawancara tanggal 10
Maret 2010
keindahan, peneduh dan pelindung, selain itu lahan dikelola sebagai
lumbung hidup, apotik hidup, warung hidup dan sekaligus sebagai
penambah keindahan tempat tinggal mereka.
Jenis tanaman yang dibudidayakan di pekarangan dalam
pelaksanaan program pekarangan terpadu meliputi tanaman sayuran,
tanaman buah, tanaman hias, tanaman obat dan juga sebagian tanaman
keras sebagai tanaman pelindung rumah.
a) Tanaman Sayuran
Budidaya tanaman sayuran di pekarangan ditanam di lahan
yang dekat dengan sumber air misalnya sumur dan rumah agar
memudahkan pemeliharaan dan pengawasan, selain itu tanaman
sayur dipilih yang bernilai gizi tinggi, mudah diperoleh benihnya,
mudah perawatannya dan cepat menghasilkan. Desa Sambirejo
Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul merupakan daerah
dataran tinggi berbukit-bukit, sehingga tanaman sayuran yang
dibudidayakan oleh petani antara lain bayam, mentimun, cabai,
terong, tomat, kacang panjang, dan ubi kayu. Sebagian besar
tanaman sayuran yang dibudidayakan di pekarangan petani hanya
dimanfaatkan untuk konsumsi keluarga sendiri dan diberikan
kepada tetangga, karena jumlahnya yang tidak begitu banyak4.
b) Tanaman Buah-buahan
Tanaman buah yang dikembangkan di pekarangan terpadu ini,
yaitu tanaman mangga, karena terdapat bantuan berupa bibit
mangga dari pemerintah. Sedangkan tanaman buah-buahan yang
banyak ditanam di pekarangan petani antara lain; mangga,
rambutan, jambu air, kedondong, jeruk, pepaya, pisang, sawo,
srikaya, belimbing, dan kalapa. Hasil dari budidaya tanaman buah
pada umumnya hanya dimanfaatkan untuk konsumsi sendiri, namun
jika produktivitasnya banyak juga sebagian dijual ke pasar ataupun
kepenebas5.
82
6Menurut Ibu Puji anggota Kelompok Wanita Tani Dusun Sambeng III Wawancara tanggal 12
Maret 2010
c) Tanaman Hias
Tanaman hias dan bunga-bunga ditanam di pekarangan untuk
menambah nilai keindahan yaitu indah untuk dipandang baik
menurut bentuk, warna dan letak. Sebagian besar tanaman hias
dalam pekarangan tidak di budidayakan secara komersial,
melainkan hanya sebagai tanaman penghias pekarangan untuk
memperindah rumah. Tanaman hias yang dibudidayakan di
pekarangan petani antara lain: mawar, melati, gelombang cinta,
cocor bebek, lidah mertua, dan bonsai. Pengembangan tanaman hias
hanya sebagai perindah pekarangan saja sesuai kemampuan dan
kemauan dari petani, bukan merupakan bantuan dari pemerintah.
d) Tanaman obat
Tanaman obat merupakan tanaman yang digunakan sebagai
pengganti obat-obatan kimia untuk menyembuhkan berbagai
macam penyakit. Penggunaan tumbuh-tumbuhan untuk obat secara
tradisional semakin disukai karena pada umumnya tidak
menimbulkan efek samping sehingga baik untuk dibudidayakan.
Selain tanaman obat, tanaman rempah-rempah pun bisa
dimanfaatkan sebagai obat dan juga bumbu masak.
Tanaman obat-obatan yang dikembangkan dalam program
pekarangan terpadu adalah tanaman rempah-rempah. Jenis tanaman
obat dan rempah yang biasa diusahakan petani di pekarangan
terpadu antara lain: jahe, kencur, kunyit, lengkuas, temulawak,
sirih, kumis kucing, dan temu giring. Sedangkan beberapa petani
juga mempunyai tanaman obat lain diantaranya gingseng, mahkota
dewa dan daun dewa. Seluruh tanaman tersebut mempunyai
kegunaan sendiri-sendiri sehingga sangat baik untuk dibudidayakan
di pekarangan petani, selain agar keluarga tetap sehat juga untuk
mengurangi biaya berobat ke rumah sakit6.
83
4. Peningkatan produktivitas lahan pekarangan dan pendapatan petani
a. Produktivitas
Peningkatan produktivitas lahan pekarangan yang dapat dilihat dari
program ini adalah dengan adanya penambahan komoditas selama
program pekarangan terpadu dilaksanakan. produktivitas dari tanaman
sayuran, tanaman buah mangga, tanaman obat, ternak kambing dan juga
ikan lele, karena hanya komoditas tersebut yang diusahakan selama
program pekarangan terpadu. Peningkatan produktivitas dapat dilihat dari
yang mulanya “tidak ada” menjadi “ada”. Peningkatan ini juga didukung
dengan dilakukannya penataan pekarangan serta penggunaan limbah
kolam dan juga ternak hewan sebagai pupuk.
1) Peningkatan Produktivitas Komoditas yang Sudah Ada Sebelum
Program.
a). Tanaman Buah
Tanaman buah-buahan dilahan pekarangan banyak dimiliki
oleh masyarakat di Desa Sambirejo karena dimanfaatkan sebagai
pohon pelindung dan juga buahnya banyak disukai keluarga. Namun
selama program pekarangan terpadu ini dilaksanakan, komoditas
yang ditambahkan adalah bibit mangga, namun sampai sekarang
belum memberikan hasil yang terlihat. Tanaman buah yang sudah
ada di pekarangan antara lain: mangga, pisang, sawo, rambutan dan
jambu air. Produktifitas tanaman buah petani subyek pelaksana
pekarangan terpadu dapat dilihat pada table berikut ini:
Tabel 16. Produktivitas Tanaman Buah-buahan Petani dan Wanita
Tani di Pekarangan tahun 2010
Sumber: Data primer
No. Komoditas Rata-rata (Kg/masa panen)
1. Mangga 31,1
2.
3.
4.
5.
Pisang
Sawo
Rambutan
Jambu air
31,6 20,7 15
29,5
84
7Menurut Ibu Lilis Ketua Kelompok Wanita Tani Dusun Sambeng III Wawancara tanggal 10
Maret 2010
Berdasarkan Tabel 16 dapat diketahui bahwa produktivitas
lahan pekarangan untuk komoditas tanaman buah-buahan belum bisa
dilihan secara nyata setelah melaksanakan program pekarangan
terpadu, karena bibit buah mangga baru berumur 2 tahun sehingga
peningkatan produktifitasnya belum bisa dihitung. Perbedaannya
adalah dengan adanya tanaman mangga baru, maka jumlah tanaman
peneduh bertambah. Penambahan jumlah pohon yang dibudidayakan
di pekarangan mampu meningkatkan produktivitas pekarangan,
selain itu pemeliharaan tanaman yang meningkatkan penggunaan
limbah organik misalnya dari limbah kolam ikan serta kotoran ternak
yang cukup. Sebagian besar hasil dari tanaman buah-buahan hanya
dikonsumsi untuk keluarga sendiri dan dibagikan ke tetangga, namun
jika hasilnya tinggi sebagian di jual di pasar7.
b). Ternak
Komoditas hewan ternak yang mayoritas ternak yang di
pelihara petani dan wanita tani di pekarangan adalah ayam, bebek,
angsa, dan juga sapi seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 17. Produktivitas ternak Petani dan Wanita Tani di Pekarangan
tahun 2010
No. Komoditas Rata-rata setelah melaksanakan
(Ekor/RT)
1. Ayam 13
2.
3.
4.
5.
Angsa
Kambing
Sapi
Bebek
2
4
2
28
Sumber: Data primer
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa produktivitas
lahan pekarangan untuk komoditas hewan ternak yang mayoritas
adalah ayam, bebek, angsa, kambing dan juga sapi yang sudah
dimilikinya sebelum program ini dilaksanakan rata-rata 13 ekor/RT
ayam, 2 ekor/RT angsa, 4 ekor/RT kambing, 2 ekor/Rt angsa dan 28
ekor/RT untuk bebek.
85
2) Peningkatan Produktivitas Komoditas yang Ada Dalam Program
Pekarangan Terpadu.
a). Tanaman Sayuran
Produktifitas lahan pekarangan untuk komoditas tanaman
sayuran setelah melaksanakan program pekarangan terpadu dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel 18. Produktivitas Tanaman Sayuran Petani dan Wanita Tani
dalam Program Pekarangan terpadu
No. Komoditas Rata-rata setelah melaksanakan
(kg/massa panen)
1. Mentimun 9,7
2.
3.
4.
5.
6.
Terung
Kacang panjang
Cabai Rawit
Tomat
Ubi kayu
9,5
17
7,4
10
43
Sumber: Data primer
Berdasarkan Tabel 18. dapat diketahui bahwa produktivitas
lahan pekarangan untuk komoditas tanaman sayuran sebelum
melaksanakan pekarangan terpadu sebagian besar subyek penelitian
merasa kurang memperhatikan adanya tanaman sayuran yang terdapat
di pekarangan, hal ini dimaksudkan bahwa subyek belum
membudidayakan tanaman sayuran secara baik karena penataan lahan
pekarangan yang masih di biarkan begitu saja seperti rumput liar,
sehingga keluarga juga tidak memanfaatkannya secara baik. Hasil
produktivitas tanaman sayuran setelah melaksanakan pekarangan
terpadu pada tahun 2010 yaitu rata-rata untuk komoditas sayuran
mentimun 9,7kg/masa panen, terung 9,5 kg/masa panen, kacang
panjang 17kg/masa panen, cabai 7,4 kg/masa panen, tomat 10 kg/masa
panen dan ubi kayu sebesar 43kg/ masa panen. Komoditas tanaman
sayuran mampu menghasilkan panen setelah pemeliharaan selama
kurang lebih tiga bulan. Komoditas tanaman sayuran terbesar yaitu
ubi kayu, karena ubi kayu mudah di tanam serta banyak digunakan
sebagai pagar pekarangan.
86
Perhitungan tanaman sayuran dilihat dari jumlah rata-rata hasil
panen yang dijual dipasar dalam bentuk kilogram. Sebagian hasil
dari tanaman sayuran ini hanya dikonsumsi untuk keluarga sendiri
untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan diberikan kepada
tetangga namun jika hasilnya berlebih sebagian juga di jual di pasar.
b). Tanaman Buah
Tanaman buah yang ditanam dalam program pekarangan
terpadu ini adalah komoditas tanaman mangga karena anggota
kelompok tani mendapatkan bantuan berupa bibit berupa pohon
mangga, namun sampai sekarang belum memberikan hasil yang
terlihat karena pertumbuhan pohon mangga lama dan bibit yang
masih sangat muda. Perbedaan dari komoditas ini yaitu adanya
tanaman mangga baru, maka jumlah tanaman peneduh bertambah.
c). Ternak dan Ikan
Peningkatan produktivitas dari pekarangan setelah
melaksanakan pekarangan terpadu jika dilihat dari hewan yang
memberikan manfaat baru yaitu adanya kambing gaduhan untuk
masyarakat miskin. Sedangkan beberapa subyek menyatakan bahwa
mereka hanya memelihara ternak yang telah dimilikinya dari dulu
yang mayoritas ayam, bebek, angsa, kambing dan juga sapi sejak
sebelum melaksanakan pekarangan terpadu. Sedangkan produktivitas
kambing sebagai salah satu bantuan kepada petani seletah
melaksanakan pekarangan terpadu sebesar 25 ekor/2 tahun ini untuk .
Selain itu, peningkatan lain yang bisa diambil manfaatnya adalah
dengan adanya modal berupa kambing gaduhan untuk di kembangkan
oleh petani miskin dan juga manfaat dari kotoran ternak yang
dimanfaatkan sebagai pupuk kandang di lahan pertanian.
87
Tabel 19. Produktivitas ternak dan ikan Petani dan Wanita Tani
dalam Program Pekarangan terpadu
No. Komoditas Produktifitas Ikan lele setelah melaksanakan rata-rata
1.
2.
Kambing
Lele
25 (kg/2 tahun)
388 (Kg/3 bulan)
Sumber: Data primer
Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa produktivitas
lahan pekarangan untuk budidaya ikan lele yang mayoritas adalah
lele dumbo setelah melaksanakan pekarangan terpadu sebesar 388
kg/masa panen. Budidaya ikan lele mulai banyak di terapkan di
pekarangan masyarakat setelah melihat keuntungan dari budidaya
ikan lele ini, selain menambah nilai gizi keluarga juga mampu
meningkatkan pendapatan keluarga sehari-hari dengan menjualnya ke
pasar. Budidaya ikan lele yang dilakukan di Desa Sambirejo masih
tergolong kecil sampai menengah, karena orientasi pada pasar belum
begitu besar, sebagian untuk konsumsi sendiri. Selain itu, memelihara
ikan juga merupakan salah satu hobi dari petani untuk mengisi waktu
dirumah.
Peningkatan produktivitas lahan pekarangan setelah
melaksanakan program pekarangan terpadu pada tanaman buah
belum terlihat pasti karena bibit mangga yang baru berumur 2 tahun.
Sedangkan untuk komoditas tanaman sayur sebesar 96,6 kg/masa
panen di kali 5 kali masa panen yaitu 483 kg/2 tahun ini, untuk
komoditas kambing yaitu 25 kg selama 2 tahun ini, dan produktivitas
ikan lele per 3 bulan rata-rata sebesar 388 kg/masa penen, sedangkan
selama 2 tahun ini telah panen selama 5 kali, sehingga produktifitas
ikan lele yaitu 1.940 kg/2 tahun ini.
b. Pendapatan
Pendapatan petani dan wanita tani dari usaha tani tiap bulan rata-rata
sebesar Rp. 1.042.857,- dan pendapatan dari luar usaha tani sebesar
Rp. 864.286,-. Keadaan ini dirasa sudah mampu mencukupi kebutuhan
keluarga sehari-hari walaupun terkadang masih terdapat pengeluaran tak
terhingga dari tiap keluarganya. Hal ini terjadi karena sebagian petani
88
mempunyai pekerjaan sampingan baik sebagai pedagang maupun
wirausaha lainnya, disamping itu sebagian petani pelaksana pekarangan
terpadu ini terdapat beberapa anggota keluarga yang bekerja sebagai
guru/PNS, sehingga mempu memberikan tambahan pendapatan bagi
keluarga. Karena sebagian besar kaum istri di Desa Sambirejo mampunyai
pekerjaan untuk membantu memenuhi pendapatan keluarga.
Pendapatan yang diperoleh dari pekarangan tiap bulannya rata-rata
sebesar Rp. 340.000,-, suatu nilai yang cukup tinggi untuk pekarangan
petani yang belum secara sempurna melaksanakan intensifikasi
pekarangan secara terpadu. Peningkatan pendapatan petani dari hasil
budidaya tanaman, ternak dan budidaya ikan yang nilainya karena nilai
penjualan daari ikan lele yang tinggi sangat dirasa manfaatnya oleh petani,
selain nilai ekonomis yang diperoleh juga terpenuhinya konsumsi dan gizi
keluarga.
5. Faktor Pemberdayaan Masyarakat Petani Dalam Program Pekarangan
Terpadu Di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten
Gunungkidul
a. Faktor Internal
1) Pendidikan Formal
Pendidikan formal merupakan jenjang pendidikan dari terendah
sampai tertinggi yang biasanya diterima di bangku sekolah
(Mardikanto, 1993). Tingkat pendidikan yang ditempuh wanita tani
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 20. Distribusi Petani Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Kriteria Skor Jumlah
(orang)
Prosentase
(%)
Median
1.
2.
3.
4.
5.
Tidak sekolah
Tamat SD
Tamat SMP
Tamat SMA/SMK
Tamat PT
1
2
3
4
5
0
2
6
3
3
0
14,3
42,8
21,4
21,4
3
Sumber : Analisis Data Primer, 2010
89
Berdasarkan tabel 20 dapat adiketahui bahwa tingkat pendidikan
formal petani dan wanita tani dalam pekarangan terpadu termasuk
dalam kategori cukup tinggi (median 3). Tingkat pendidikan formal
yang banyak ditempuh petani adalah SMP yaitu sebanyak 6 orang.
Tingkat pendidikan petani dan wanita tani yang cukup tinggi akan
berpengaruh pada partisipasi petani dan wanita tani dalam kegiatan
pekarangan terpadu. Selain itu, tingkat pendidikan juga dapat
mempengaruhi kualitas sumber daya manusia, dan pada umumnya
bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan maka pola berfikirnya pun
juga semakin lebih maju dan berkembang.
2) Luas Lahan Pekarangan
Luas penguasaan lahan pekarangan yang dimiliki masyarakat
petani akan menentukan petani terhadap kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam program pekarangan terpadu. Luas sempitnya lahan
yang dikuasai akan mempengaruhi anggota untuk melakukan
pengolahan lahan. Menurut Prayitno (1987), besar kecilnya pendapatan
petani dari usahataninya terutama ditentukan oleh luas tanah
garapannya. Berikut ini dapat dilihat luas lahan pekarangan milik
petani pelaksana pekarangan terpadu:
Tabel 21. Distribusi Petani Berdasarkan Luas Lahan Pekarangan.
No Kriteria Skor Jumlah (orang) Median
1.
2.
3.
4.
5.
≤ 100 m2
100-200 m2
210-300 m2
310-400 m2
≥ 400 m2
1
2
3
4
5
0
5
7
2
0
3
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 21 dapat diketahui bahwa distribusi petani
berdasarkan luas lahan pekarangan termasuk dalam kategori sedang
(median 3). Luas lahan pekarangan disekitar rumah terbanyak yang
dikuasai petani yaitu 210-300 m2 sebanyak 7 orang. Luas lahan
pekarangan yang relatif luas untuk pekarangan di pedesaan menjadikan
petani mempunyai banyak peluang untuk memanfaatkan pekarangan
90
secara optimal dan efektif sehingga mampu meningkatkan
produktivitas lahan pekarangan serta menambah pendapatan keluarga.
3) Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga dilihat dari banyaknya tanggungan yang
ada pada keluarga, yaitu terdiri dari suami, istri dan anak-anaknya.
Berikut adalah distribusi jumlah anggota keluarga padapetani dan
wanita tani:
Tabel 22. Distribusi Petani Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga
No Kriteria Skor Jumlah (orang) Median
1.
2.
3.
4.
5.
sangat sedikit (≤ 3)
sedikit (4)
cukup (5)
banyak (6)
sangat banyak (≥ 7)
1
2
3
4
5
1
7
4
1
1
2
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 22 di atas dapat diketahui bahwa jumlah
anggota keluarga yang dimiliki responden termasuk dalam kategori
sedikit (median 2) yaitu responden yang memiliki jumlah anggota
keluarga berjumlah empat orang sebanyak 7 orang. Empat anggota
keluarga yaitu suami, istri dan dua orang anak. Suami sebagian besar
melakukan pekerjaan pengolahan pekarangan sendiri, dengan dibantu
oleh istri dan juga anggota keluarga lainnya. Dalam pengolahan
pekarangan yang membutuhkan tenaga besar petani sering meminta
bantuan orang lain untuk membantunya misalnya dalam pembuatan
kolam ikan.
b. Faktor Eksternal
1) Akuntabilitas
Akuntabilitas terkait dengan pertanggungjawaban atas
pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam program
pekarangan terpadu ini, yaitu pemerintah kelurahan Sambirejo dan di
limpahkan kepada PPL Desa Sambirejo untuk mendampingi program
tersebut. Keterlibatan pemerintah kelurahan pada awal kegiatan
perencanaan untuk memberdayakan masyarakat petani melalui
91
8Menurut Bapak Daryoto Koordinator PPL Kecamatan Ngawen Wawancara tanggal 20
Maret 2010 9Menurut Bapak Sunarya PPL Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Wawancara tanggal 20
Maret 2010
pekarangan terpadu adalah penyuluhan mengenai program pertanian
terpadu termasuk pekarangan terpadu di Desa Sambirejo, serta
penentuan pekarangan percontohan di tingkat desa dan tiap kelompok
tani8.
Selama pelaksanaan pemberdayaan, pemerintah desa tidak
melakukan pendampingan , hanya PPL desa yang sebagai pendamping
terkait dengan pelatihan yang dilakukan antara lain pembuatan
pembuatan kandang ternak serta budidaya tanaman pekarangan dan
juga pendampingan guna melakukan monitoring. Walaupun tidak
selalu terkait langsung setiap saat, namun PPL merupakan sumber
informasi yang dipercaya oleh petani Desa Sambirejo. Sedangkan
pada tahap evaluasi dan pemanfaatan hasil pemerintah pusat dan PPL
pun tidak terlibat. Kegiatan ini dilakukan oleh keluarga petani sendiri
karena kegiatan pemberdayaan merupakan kegiatan yang di
peruntukkan guna melatih masyarakat agar mendiri. Selain itu,
program ini juga bersifat swadana dimana modal dan kegiatan
keseluruhan dilakukan oleh petani termasuk pemanfaatan hasil
pekarangan tersebut. Penyuluh hanya sekedar mengetahui bahwa
petani sudah melaksanakan dan memberikan manfaat bagi keluarga
petani9.
2) Partisipasi
Partisipasi petani dalam kegiatan pekarangan terpadu di Desa
Sambirejo, Kecamatan Ngawen, Kabupaten Gunungkidul meliputi
partisipasi dalam tahap perencanaan, partisipasi dalam tahap
pelaksanaan, partisipasi dalam tahap pemantauan dan evaluasi serta
partisipasi dalam tahap pemanfaatan hasil.
a) Partisipasi Tahap Perencanaan
Partisipasi pada tahap perencanaan yaitu keikutsertaan
masyarakat secara langsung dalam kegiatan rapat perencanaan dan
pengambilan keputusan dalam kegiatan yang akan dilakukan.
Partisipasi masyarakat petani dan wanita tani dalam tahap
92
perencanaan meliputi intensitas kehadiran rapat pengambilan
keputusan, memberikan gagasan/ pertanyaan dalam rapat, dan
memberikan tanggapan atas gagasan/pertanyaan yang diberikan.
Uraian mengenai partisipasi petani pada tahap perencanaan dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 23. Partisipasi Petani dan wanita tani pada Tahap
Perencanaan Program Pekarangan Terpadu
No Kriteria Skor Jumlah (orang) Median
1.
.
2.
3.
Kehadiran dalam rapat
pengambilan keputusan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Memberikan gagasan/
pertanyaan dalam rapat
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Memberikan tanggapan atas
gagasan/pertanyaan yang
diberikan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0
1
2
7
0
0
4
4
1
1
0
0
0
0
10
4
3
5
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 23 menunjukkan bahwa partisipasi petani
dan wanita tani dilihat dari kehadiran petani pada rapat perencanaan
termasuk pada kategori tinggi (median 4) hal ini dapat diartikan
bahwa mereka mau dilibatkan dalam kegiatan perencanaan, dimana
rapat perencanaan dilaksanakan selama empat kali mulai bulan
April sampai September 2008. Sebanyak 7 petani dan wanita tani
sering menghadiri rapat perencanaan yang dilakukan di Balai Desa
93
Sambirejo dan dihadiri oleh perwakilan dari Pemerintah Desa
Sambirejo serta PPL kecamatan Ngawen. Rapat perencanaan
program pertanian terpadu ini meliputi kegiatan penentuan program
yang diusulkan meliputi SLPTT, Pelatihan pembuatan pupuk
organik cair, pekarangan terpadu dan lain-lain. Selain itu, petani
juga menyetujui usulan program ini walaupun modal dari kegiatan
pekarangan terpadu ini bersifat swadaya masyarakat10
.
Partisipasi masyarakat petani dan wanita tani dalam kegiatan
memberikan ide/gagasan pada saat pengambilan keputusan pada
saat rapat tergolong sedang dengan median 3. Sebanyak 4 petani
dan wanita tani terkadang memberikan gagasan/pertanyaan pada
saat pengambilan keputusan ini artinya bahwa kamauan petani dan
wanita tani untuk melaksanakan program pertanian terpadu
termasuk tinggi dan juga gagasan/pertanyaan yang disampaikan
bisa menjadi pertimbangan dalam melaksanakan program tersebut.
Sedangkan dua orang sering memberikan ide gagasan pada saat
pengambilan keputusan karena mereka merupakan ketua kelompok
tani dan juga kelompok wanita tani, yaitu Bapak Siswo Suwono
dan juga Ibu Lilis.
Selain itu, partisipasi petani dan wanita tani dalam tahap
perencanaan juga dilihat dari keterlibatan petani dan wanita tani
dalam memberikan tanggapan atas gagsan/pertanyaan dalam
kegiatan rapat perencanaan dapat dikatakan sangat tinggi dengan
median 5, dimana secara keseluruhan subyek selalu menanggapi
gagasan/pertanyaan yang diberikan pada saat rapat sebagai bentuk
keterlibatan petani dan wanita tani dalam perencanaan kegiatan.
Bentuk tanggapan yang di berikan meliputi pernyataan menyetujui
ide/gagasan yang disampaikan, melakukan feed back/ umpan balik
terhadap usulan atau pertanyaan dari pihak lain dan lain
sebagainya.
10Menurut Bapak Sunarya PPL Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Wawancara tanggal
10 Maret 2010
94
b) Partisipasi Tahap Pelaksanaan
Partisipasi petani dalam pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
masyarakat dalam pekarangan terpadu ini meliputi:
Tabel 24. Partisipasi Petani dan wanita tani pada Tahap
Pelaksanaan Program Pekarangan Terpadu
No Kriteria Skor Jumlah (orang) Median
1.
.
2.
3.
4.
5.
Kehadiran dalam penyuluhan
Tidak pernah hadir
Jarang (2-5)
Kadang-kadang (5-7)
Sering (7-10)
Selalu (>10)
Keterlibatan petani dalam
penataan tanaman
pekarangan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Keterlibatan petani dalam
pengembangan ternak di
pekarangan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Keterlibatan petani dalam
pengembangan perikanan di
pekarangan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Keterlibatan petani dalam
budidaya tanaman di pekarangan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0
0
0
4
6
0
0
3
6
1
0
0
1
4
5
0
0
5
4
1
0
2
4
2
2
5
4
5
3
3
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
95
11Menurut Bapak Giyanto Kaurbang Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Wawancara
tanggal 10 Maret 2010
Berdasarkan tabel 24 menunjukkan bahwa partisipasi petani
dan wanita tani dilihat dari kehadiran dalam penyuluhan termasuk
pada kategori tinggi (median 5) yaitu 6 petani dan wanita tani aktif
mengikuti kegiatan penyuluhan. Hal ini dapat diartikan bahwa
petani subyek memiliki kesadaran akan pentingnya kegiatan
penyuluhan guna menambah pengetahuan mengenai pekarangan
terpadu juga melakukan kewajiban anggota kelompok tani dan
kelompok wanita tani untuk menghadiri penyuluhan rutin dari tiap
kelompok. Kagiatan penyuluhan yang dilakukan di kelompok tani
dan kelompok wanita tani di lakukan secara rutin pada tiap
bulannya. Kegiatan penyuluhan selama dilakukan program
pertanian terpadu dilaksanakan mulai bulan Desember tahun 2008
sampai sekarang ini masih berlangsung11
.
Keterlibatan petani dan wanita tani dalam kegiatan penataan
tanaman di pekarangan termasuk dalam kategori tinggi (median 4),
dengan kata lain bahwa petani dan wanita tani subyek aktif
melakukan penataan pekarangan mereka dengan tenaga kerja
keluarga yang dimiliki untuk mengoptimalkan fungsi pekarangan
sebagai lumbung hidup, warung hidup dan apotik hidup. Sebagian
besar petani atau 6 petani dan wanita tani subyek aktif melakukan
penataan pekarangan karena letaknya yang di sekitar rumah
sehingga mudah dijangkau dan juga tidak membutuhkan banyak
waktu untuk melakukannya.
Partisipasi masyarakat petani dalam pengembangan ternak di
pekarangan termasuk dalam kategori tinggi yaitu median 5, dimana
petani sangat aktif dalam mengembangkan ternak di pekarangannya
karena selain pemeliharaan hewan ternak harus secara teliti dan
teratur, juga karena sebagian besar memelihara ternak adalah hobi
bagi petani. Selain itu, memelihara ternak merupakan salah satu
inventaris bagi petani untuk menabung di hari depan. Keterlibatan
petani dalam kegiatan pengembangan ikan pun tidak jauh beda
96
12Menurut Bapak Sunarya PPL Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Wawancara
tanggal 10 Maret 2010
dengan pengembangan ternak, hanya saja pengembangan ikan lebih
membutuhkan tenaga yang sudah berpengalaman, baik dalam
pembuatan kolam, penyebaran bibit, pemeliharaan sampai pada
panen membutuhkan tenaga yang berpengalaman dan teliti.
Sebagian petani subyek kurang aktif melakukan pengembangan
perikanan dengan median 3 karena biasanya dilakukan oleh
anggota keluarga laki-laki ataupun meminta bantuan orang lain
untuk melakukannya. Sedangkan keterlibatan petani subyek dalam
penentuan jenis tanaman pekarangan yang ditanam dipekarangan
dilakukan oleh petani sendiri, dengan kategori sedang yaitu 4
petani dan wanita tani sering melakukan penentuan jenis tanaman
yang akan ditanam di lahan pekarangan, selain itu petani juga
membiarkan tanaman yang tumbuh kurang beraturan guna
melakukan penghijauan pekarangan, yang penting pekarangan tetap
terlihat hijau dan subur12
.
c) Partisipasi Tahap Pemantauan dan Evaluasi
Partisipasi petani dan wanita tani dalam kegiatan pemantauan
dan evaluasi secara sepenuhnya dilakukan sendiri oleh petani,
karena kegiatan ini merupakan kegiatan swadana masyarakat
sehingga seluruh kegiatan dibiayai oleh masyarakat. Masyarakat
sendiri bertanggungjawab terhadap keberhasilan program ini dan
juga secara tidak langsung juga bertanggung jawab kepada
pemerintah desa yang diperoleh dari laporan penyuluh pertanian
desa yang merupakan pendamping program ini.
97
Tabel 25. Partisipasi Petani dan wanita tani pada Tahap
Pemantauan dan evaluasi Program Pekarangan Terpadu
No Kriteria Skor Jumlah (orang) Median
1.
.
2.
Keterlibatan petani dalam
memantau pekarangan terpadu
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Keterlibatan petani dalam
mengevaluasi kegiatan di
pekarangan terpadu
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0
0
0
0
10
0
0
0
0
10
5
5
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
Hasil dari tabel 25 menunjukkan bahwa partisipasi
masyarakat petani pada tahap pemantauan dan evaluasi kegiatan
pekarangan terpadu ini sangat tinggi dengan 10 petani dan wanita
tani subyek selalu melakukan pemantauan dan evaluasi secara
penuh. Kegiatan pemantauan dilakukan selama melaksanakan
kegiatan di pekarangan sedangkan evaluasi di lakukan pada saat
pemanenan, dari hasil yang diperoleh dilakukan perbandingan dari
hasil yang diperoleh saat ini dengan yang sebelumnya. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui besarnya produktivitas dan pendapatan
yang diperoleh tiap tahunnya.
d) Partisipasi Tahap Pemanfaatan Hasil
Partisipasi petani dan wanita tani dalam kegiatan pekarangan
terpadu pada tahap pemanfaatan hasil dapat dilihat dari adanya
manfaat ekonomi, manfaat sosial dan manfaat psikologis yang
dirasakan oleh petani. Petani memanfaatkan hasil secara sendiri
tanpa melibatkan pihak manapun.
98
Tabel 26. Partisipasi Petani dan wanita tani pada Tahap
Pemanfaatan Hasil Program Pekarangan Terpadu
No Kriteria Skor Jumlah (orang) Median
1.
.
2.
3.
Keterlibatan petani dalam
kegiatan pemanenan hasil
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Keterlibatan petani dalam
kegiatan pemanfaatan hasil
dari pekarangan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Manfaat yang diperoleh dari
kegiatan Pekarangan Terpadu
Sangat rendah
Rendah
Cukup
Tinggi
Sangat tinggi
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0
0
0
0
10
0
0
0
0
10
0
0
0
4
6
5
5
5
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
Berdasarkan tabel 26 bahwa di peroleh median 5 untuk
keterlibatan petani dan wanita tani dalam kegiatan pemanenan dan
pemanfaatan hasil dari pekarangan terpadu ini. Hal ini dikarenakan
modal yang digunakan adalah milik petani sendiri (swadana) sehingga
petani di beri hak untuk melakukan kegiatan pemanfaatan hasil.
Sedangkan untuk menfaat yang diperoleh dari kegiatan pekarangan
terpadu ini termasuk dalam ketegori sangat tinggi dengan median 5
dimana 6 orang petani telah mampu memenuhi kebutuhan konsumsi
keluarga, meningkatkan produktivitas dan juga meningkatkan
pendapatan keluarga petani.
99
3) Kapasitas Organisasi Lokal
Organisasi lokal pedesaan yang ada di Desa Sambirejo berada di
setiap dusun antara lain kelompok tani, kelompok wanita tani,
kelompok dasa wisma, PKK, dan kelompok ternak. Namun, dalam
penanganan program pekarangan terpadu ini, organisasi yang terlibat
langsung hanya kelompok tani dan kelompok wanita tani. Menurut
beberapa petani dan wanita tani, peranan organisasi pedesaan terhadap
program pekarangan terpadu bisa dirasakan oleh petani antara lain
bertambahnya pengalaman dan pengetahuan, menjalin silaturahmi,
dan sering mendapat bantuan, misalnya pupuk dan benih bagi anggota
kelompok tani pertanian tersebut sebagaimana diungkapkan oleh
petani dan wanita tani pelaksana pekarangan terpadu berikut ini:
“ kalau ikut kan bisa sering komunikasi sama temen-temen bisa
tukar kabar, menyambung silaturahmi, bisa dapat ilmu juga.
Kadang-kadang juga dapat bantuan bibit pohon mangga dan
mete, kadang juga dapat benih jagung”
(Ibu Lilis, wawancara tanggal 28 Februari 2010)
“ Kemarin pernah dapat kambing gaduhan tapi sekarang dah
tidak ada, ada juga penyuluhan tentang usaha pemanfaatan
hasil pertanian buat ibu-ibu, untuk memberdayakan ibu-ibu
rumah tangga. Ya kayak buat susu kedelai, buat jamu dari
empon-empon, dan hasilnya buat ibu-ibu sendiri”
(Sri Nuryani, wawancara tanggal 10 Maret 2010)
Dengan adanya organisasi pertanian di Desa Sambirejo
memberikan manfaat dalam memecahkan masalah pertanian pedesaan
antara lain membantu pemerintah mengkoordinir petani di tiap
pedukuhan melalui kegiatan-kegiatan usaha tani untuk meningkatkan
kemandirian dan partisipasi petani dalam menangani masalah
pertanian di Desa Sambirejo.
4) Aksesibilitas Informasi
Informasi mengenai pekarangan terpadu diperoleh melalui
kegiatan penyuluhan dan interaksi antar masyarakat petani pelaksana
pekarangan terpadu dan juga dari pengetahuan yang dimiliki oleh
petani sendiri. Pihak yang sering dijadikan acuan atau sumber
100
informasi bagi petani pelaksana pekarangan terpadu adalah penyuluh
pertanian, ketua kelompok tani dan ketua kelompok tani karena
merupakan sumber informasi yang paling mudah diakses oleh petani
terkait dengan lokasi pemukiman yang berdekatan. Petani sering
bertanya kepada PPL dan juga ketua kelompok tani serta ketua
kelompok wanita tani sebagaimana diungkapkan oleh petani dan
wanita tani palaksana pekarangan terpadu berikut ini:
”Informasi tentang pekarangan terpadu saya tanya sama teman
yang juga ikut program, kalau teman saya tidak tahu baru saya
tanya sama ketua kelompok wanita tani”
(Ibu Sri Nuryani, wawancara tanggal 10 Maret 2010)
”Kalau selama ini saya selalu bertanya ke PPL, karena saya
juga sering bertemu beliau ketika mengurusi kegiatan-kegiatan
pertanian di luar, selain itu saya mendapat pengetahuan sendiri
tentang pekarangan dari pengalaman terdahulu”
(Lilis, wawancara tanggal 28 Februari 2010)
“Kalau saya biasanya cari informasi tentang pekarangan
terpadu ke kelompok tani. Kebetulan rumahnya dekat dengan
rumah saya juga”
(Wariyo, wawancara tanggal 10 Maret 2010)
Ketua gapoktan dan PPL merupakan sumber informasi yang
sering di akses dan juga dijamin mempunyai informasi mengenai
pekarangan terpadu. Selain itu pihak pemerintah desa misalnya kepala
urusan pembangunan juga merupakan pihak yang mengetahui tentang
pekarangan terpadu karena merupakan salah satu penanggungjawab
program tersebut.
6. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat
Petani dalam Pekarangan Terpadu
a. Faktor Pendukung
Faktor internal dan faktor eksternal petani untuk melaksanakan
pekarangan terpadu dapat menjadi faktor pendukung atau penghambat
dalam kegiatan pemberdayaan dalam program pekarangan terpadu.
Faktor internal antara lain luas lahan pekarangan, pendidikan dan jumlah
anggota keluarga, sedangkan faktor eksternal meliputi partisipasi,
101
13Menurut Bapak Sunarya PPL Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Wawancara tanggal 10
Maret 2010
aksesibilitas informasi, kapasitas organisasi lokal dan akuntabilitas.
Faktor-faktor tersebut dapat menjadi faktor pendukung dan faktor
penghambat pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan
terpadu.
Luas lahan pekarangan yang dimiliki petani merupakan faktor
pendukung kegiatan pekarangan terpadu. Jika lahan pekarangan petani
cukup luas untuk budidaya tanaman yang beranekaragam, memelihara
ternak dan ikan, maka bisa dikatakan petani tersebut bisa lebih mudah
menerapkan intensifikasi pekarangan secara terpadu. Walaupun
sebenarnya pekarangan terpadu tidak menuntut untuk menanam tanaman
di lahan tanah tapi bisa juga dengan menggunakan tabulampot atau media
tanam lainnya. Luas lahan pekarangan rata-rata petani berkisar antara 200-
400m2, dengan luas lahan pekarangan seluas itu kegiatan intensifikasi
pekarangan sudah bisa dilaksanakan13
.
Pendidikan formal petani dapat dikatakan sebagai faktor pendukung
kegiatan pekarangan terpadu. Tingkat pendidikan petani akan berpengaruh
pada pengetahuan dan cara berpikir petani. Kemampuan dasar dalam baca
tulis dan berhitung yang mana pada umumnya diperoleh pada pendidikan
formal sangat diperlukan untuk melakukan manajemen usaha tani yang
baik disektor pertanian dan juga berguna dalam sektor non pertanian.
Mayoritas pendidikan petani sudah sampai Sekolah Menengah Pertama
(SMP), hal ini mempengaruhi pengetahuan dan pola pikir petani terhadap
program pekarangan terpadu. Pekarangan terpadu yang mempunyai tujuan
untuk meningkatkan nilai konsumsi keluarga dan meningkatkan
produktivitas lahan pekarangan serta pendapatan petani, merupakan salah
satu motivasi petani untuk memanfaatkan pekarangan secara lebih intensif
sehingga bisa tercapai ketahanan rumah tangga petani.
Selain faktor internal, faktor eksternal seperti partisipasi,
aksesibilitas informasi, dan kapasitas organisasi lokal juga dapat menjadi
faktor pendukung kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam
program pekarangan terpadu. Partisipasi petani merupakan kunci
102
terlaksananya seluruh kegiatan yang yang berhubungan dengan
masyarakat, karena selalu membutuhkan keterlibatan masyarakat setempat
untuk memperlancar kegiatan kemasyarakatan tersebut. Partisipasi
masyarakat dalam kegiatan pekarangan terpadu ini bisa dikatakan aktif,
apalagi kegiatan pekarangan terpadu ini bersifat swadana dan swadaya,
dimana seluruh biaya pelaksanaannya ditanggung oleh petani sendiri.
Keaktifan petani untuk mengikuti penyuluhan juga diikuti dengan
keaktifan petani ketika berdiskusi pada saat penyuluhan. Keaktifan petani
dalam mengikuti penyuluhan merupakan salah satu cerminan dari
keaktifan petani dalam mengikuti kegiatan dalam organisasi lokal
pedesaan, misalnya kelompok tani dan kelompok wanita tani, sehingga
kapasitas organisasi lokal disini memberikan manfaat yang positif bagi
petani Desa Sambirejo pada tentunya. Melalui kegiatan di organisasi dan
juga komunikasi yang terjalin antara anggota kelompok organisasi dan
hubungan tetangga dalam satu wilayah manghasilkan kemudahan dalam
mengakses informasi mengenai program pekarangan terpadu.
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat dari pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan
pekarangan terpadu bisa berasal dari faktor internal dan juga faktor
eksternal dari masyarakat petani. Jumlah anggota keluarga petani dan
akuntabilitas pemerintah desa menjadi faktor penghambat dalam
pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pekarangan terpadu.
Jumlah anggota keluarga dapat manjadi faktor penghambat
pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pekarangan terpadu. Hal ini
dapat dilihat dari jumlah anggota petani yang sedikit dan mempunyai anak
yang masih kecil, selain itu petani yang mempunyai pekerjaan lain selain
menjadi petani sehingga hal tersebut juga akan menghambat kegiatan
pengelolaan pekarangan. Sebagaimana diungkapkan oleh wanita tani
pelaksana pekarangan terpadu berikut ini
“ Sebenarnya yang paling menghambat itu kalau sedang banyak
kerjaan dirumah apalagi kalau masa panen di sawah mbak, jadi
103
kadang pekarangan tidak di gagas karena anak-anak masih kecil-
kecil dan belum ngerti ngatur pekarangan”
(Mursio, wawancara tanggal 12 Maret 2010)
“dirumah banyak cucu saya yang masih kecil-kecil Mbak, kalau
waktu orang tuanya tidak ada ya saya yang jagain mereka, makanya
kadang tertunda mau bersih-bersih pekarangan Mbak ”
(Lilis, wawancara tanggal 13 Februari 2010) “...kalau anak saya lagi tidak rewel ya saya bisa beres-beres
pekarangan saya, apalagi kalau istri sedang ada kerjaan dari
sekolahan, saya tidak bisa ngerjain pekarangan terus......”
(Fajar, wawancara tanggal 11 Maret 2010)
Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa pelaksanaan
pekarangan terpadu oleh petani terhambat oleh kesibukan sendiri dan
kurangnya anggota keluarga yang mengerti tentang intensifikasi
pekarangan. Hal ini dikarenakan banyak anak-anak petani yang masih
kecil dan juga pendidikan anak yang belum begitu tinggi sehingga
pengetahuannya pun belum seberapa tentang intensifikasi pekarangan.
Selain jumlah anggota keluarga, faktor eksternal seperti akuntabilitas
juga dapat menjadi faktor penghambat kegiatan pemberdayaan masyarakat
dalam kegiatan pekarangan terpadu. Akuntabilitas atau
pertanggungjawaban serta keterlibatan pemerintah kelurahan dalam
kegiatan pemberdayaan masyarakat, hal ini dikarenakan oleh pendanaan
teknis kegiatan pekarangan terpadu ini di bebankan seluruhnya oleh
petani, tanpa ada bantuan finansial dari pemerintah untuk
melaksanakannya, selain itu pemerintah sendiri tidak melakukan
pemantauan atau evaluasi dari kegiatan tersebut, seluruhnya kegiatan
pendampingan di serahkan kepada PPL. Hal ini menyebabkan petani yang
kurang mampu merasa kewalahan dalam menerapkan pekarangan terpadu,
terkait
104
7. Peningkatan Ketahanan Pangan Keluarga Petani
Ketahanan pangan keluarga petani selama program pekarangan terpadu
ini dilaksanakan dilihat dengan indicator ketahanan pangan yang meliputi
empat komponen yaitu ketersediaan pangan, kualitas pangan, kecukupan
pangan dan juga aksesibilitas/keterjangkauan pangan. Ketahanan pangan
keluarga bisa dicapai dari hasil usaha anggota keluarga sendiri, baik dari
pekerjaan maupun kegiatan lain yang dilakuka oleh angota kaluarga. Dari
hasil wawancara pada penelitian ini di peroleh bahwa kesediaan pengan
keluarga petani meyoritas cukup, walaupun dari beberapa subyek menyatakan
bahwa
“Yah, lumayan mbak hasilnya buat makan sehari-hari. Kalau
dulu makan seadanya, makan semampunya, tapi sekarang bisa
makan enak dari hasil pekarangan sendiri, Alqamdulillah..Tiap
hari bisa makan sesukanya, gak pernah kurang lagi tidak
kayak dulu, lagipula sekarang bapak juga kerja jadi pedagang
kayu”
(Wawancara Sri Nuryani, 10 Maret 2010)
“Kalau dulu mau makan lele mesti beli mbak, tapi sekarang
kan bisa ambil sendiri,kalau kebetulan g bisa ke pasar bisa
langsung cari sayuran ke pekarangan, jadi bisa ngirit uang
belanja kan. Yang penting keluarga bisa makan bergizi tiap
hari biar cuma seadanya di pekarangan”
(Wawancara Ibu Puji, 12 Maret 2010)
Sehingga dapat dikatakan bahwa kebutuhan pangan keluarga petani
sudah tercukupi oleh tanaman sayuran, buah dan rempah-rempah serta ikan
dan ternak yang bisa digunakan sebagai bahan masakan yang sudah tersedia
di pekarangan, sehingga ketersediaan pengan sudah tercukupi. Bahkan semua
subyek mengatakan bahwa tiap hari keluarga bisa makan sebanyak tiga kali,
bahkan bisa lebih untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga dan juga
untuk membayar upah tenaga kerja dari luar. selain itu kualitas dari makanan
yang ditanam sendiri di pekarangan bisa di pantau sendiri. Dimana arahan
dari PPL untuk tidak menggunakan pupuk kimia dalam setiap kegiatan
pemdudidayaan, guna melindungi keluarga dan komoditas yang ada di
pekarangan tersebut.
105
8. Rumusan Intensifikasi Pekarangan di Masa Depan
Pekarangan terpadu merupakan salah satu kegiatan dari intensifikasi
pekarangan yang merupakan salah satu upaya pelestarian sumberdaya sekitar
khususnya pekarangan bagi keluarga petani yang mayoritas miskin untuk
meningkatkan nilai ekonomis konsumsi keluarga petani. Setelah melihat
manfaat dari kegiatan pekarangan terpadu di Desa Sambirejo disamping
mampu meningkatkan produktivitas lahan pekarangan dan pendapatan petani,
intensifikasi pekarangan juga mampu mengembalikan kesuburan tanah
melalui pola pertanian organik.
Dari penelitian yang dilakukan dalam program pekarangan terpadu ini
dapat di simpulkan bahwa sebagian besar petani yang sudah melaksanakan
program pekarangan terpadu tergolong dalam petani yang memiliki tingkat
ekonomi menengah ke atas. Hal ini dapat dilihat dari keadaan rumah yang
baik dan pekerjaan dari anggota keluarga lain yang mampu menambah
pendapatan keluarga, sehingga hal ini bisa mendukung pelaksanaan
pekarangan terpadu ini. Oleh karena itu, adanya pekerjaan lain dalam
keluarga menjadi salah satu faktor pendukung terlaksananya pekarangan
terpadu karena untuk mulai menerapkannya juga membutuhkan biaya yang
tidak sedikit.
Guna menanggulangi keadaan tersebut maka dapat dirumuskan sebuah
gagasan mengenai intensifikasi pekarangan untuk masa depan, yaitu kegiatan
intensifikasi pekarangan yang diterapkan di lahan pekarangan masyarakat
petani dengan menerapkan intensifikasi pekarangan secara alami, bukan
konvensional. Intensifikasi pekarangan alami mengarahkan petani untuk
menggunakan segala sesuatu yang ada di lingkungan sendiri, penggunaan
tenaga kerja keluarga, pemanfaatan input dari lingkungan sekitar,tanpa perlu
mendatangkan input dari luar yang akan menambah beban biaya petani serta
mengarah pada pertanian organik yang aman bagi keluarga petani. Keadaan
yang seperti ini merupakan sebuah inovsi baru bagi petani pedesaan sehingga
masih sangat membutuhkan perhatian dan dampingan dari pihak yang
bertanggungjawab, yaitu pemerintah dan PPL.
106
B. PEMBAHASAN
1. Konsep Program Intensifikasi Pekarangan
Pengembangan intensifikasi pekarangan pada dasarnya tergantung
dengan ketersediaan sumber daya dan pengetahuan yang dimiliki petani
setempat. Konsep dari intensifikasi pekarangan merupakan perpaduan antara
tiga unsur utama dalam pekarangan yaitu pertanian, peternakan dan perikanan.
Sehingga petani yang tingkat ekonominya rendah pun mampu melaksanakan
intensifikasi pekarangan mereka sesuai kemampuan dan kemauan mereka yang
bertujuan untuk meningkatkan pendapatan keluarga.
Masyarakat petani di berikan pendekatan mengenai kegiatan intensifikasi
pekarangan secara alami, yaitu kegiatan pemanfaatan segala input dari dalam
pekarangan untuk melaksanakan intensifikasi tersebut. Sehingga petani lebih
kreatif dan inovatif dalam melakukan kegiatan pemanfaatan sumberdaya alam
disekitar rumahnya. Karena konsep program intensifikasi pekarangan itu
sendiri merupakan program pemanfaatan lahan pekarangan secara optimal, jadi
apapun yang bisa dimanfaatkan di pekarangan maka manfaatkan sebaik
mungkin selama hal tersebut bisa memberikan hasil kepada petani pemilik. Hal
ini adalah bentuk kemandirian dari petani dalam kegiatan intensifikasi
pekarangan yang juga merupakan tujuan dari kegiatan pemberdayaan
masyarakat.
Program Intensifikasi pekarangan ini diusulkan guna meningkatkan
produktivitas lahan pekarangan dan pendapatan keluarga petani di Desa
Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul melalui kegiatan
pemberdayaan yang meliputi penyuluhan dan pelatihan kepada petani sehingga
petani mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari sesuai kebutuhan,
kemampuan dan kemauan petani sendiri. Terbentuknya konsep program
intensifikasi pekarangan ini di bantu oleh PPL dan juga Gapoktan Desa
Sambirejo yang di perkuat oleh petani di Desa Sambirejo sendiri. PPL
merupakan sumber informasi bagi petani kaitannya dengan pekarangan
terpadu. Dengan adanya PPL sebagai pendamping, petani cara mendaur ulang
daun-daun busuk dan limbah kolam ikan untuk dijadikan pupuk di pekarangan,
107
petani mengetahui cara membuat kandang sapi yang aman bagi kesehatan
keluarga petani dan lain sebagainya. Sehingga petani memahami konsep
program intensifikasi pekarangan ini membantu petani memperbaiki kehidupan
petani melalui pendayagunaan sumberdaya alam di lingkungan sekitar secara
mandiri.
2. Proses Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Program Pekarangan
Terpadu
Proses pemberdayaan masyarakat petani yang dilakukan dalam program
pekarangan terpadu mencakup kegiatan pembinaan yang meliputi kegiatan
penyuluhan dan pelatihan intensifikasi pekarangan guna pemanfaatan lahan
pekarangan secara optimal, yang didalamnya meliputi kegiatan penataan lahan
pekarangan, pengembangan ternak di pekarangan, pengembangan ikan di
pekarangan, dan budidaya tanaman pekarangan yang di damping oleh PPL
Desa Sambirejo Bapak Sunaryo.
Kegiatan penyuluhan yang dilakukan dalam proses pemberdayaan
masyarakat ini dilakukan pada awal pencanangan program saja selama
beberapa kali, selanjutnya petani melakukan kegiatan di pekarangan mereka
sendiri, berdasarkan kemampuan, kemauan dan kebutuhan sendiri. Selain itu,
petani juga meminta untuk dilakukan pelatihan selama dua kali guna
membantu dalam kegiatan intensifikasi pekarangan yaitu pelatihan penataan
lahan pekarangan dan pembuatan kandang ayam serta pembudidayaan ikan di
pekarangan. Selanjutnya petani dan wanita tani melakukan kegiatan
intensifikasi pekarangan sendiri dengan tenaga kerja dari intern keluarga
sendiri. Sehingga keadaan ini memberikan kesempatan bagi petani dan wanita
tani untuk kreatif melakukan kegiatan di pekarangan sesuai dengan kemauan,
kemampuan dan sesuatu yang diinginkan guna tercapai tujuannya
meningkatkan pendapatan. Tahapan dari proses pemberdayaan ini dilakukan
melalui beberapa pendekatan, mulai dari pendekatan secara personal sampai
pada massa. Proses ini dilakukan mulai dari tahap penyadaran, pelatihan dan
pendampingan seperti yang dilakukan oleh PPL. Seperti yang di sampaikan
oleh Sulistyani (2004), bahwa “Tahap-tahap yang harus dilalui dalam proses
108
pemberdayaan masyarakat meliputi: (a) Tahap penyadaran dan pembentukan
perilaku menuju perilaku sadar, (b) Tahap transformasi kemampuan berupa
wawasan pengetahuan, kecakapan ketrampilan agar terbuka wawasan dan
memberikan ketrampilan dasar sehingga dapat mengambil peran dalam
pembangunan, dan (c) Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan-
ketrampilan sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk
mengantarkan pada kemandirian” Pada tahap penyadaran ini merupakan tahap
persiapan dalam proses pemberdayaan masyarakat. Pada tahap ini penyuluh
sebagai pihak yang memberdayakan, memberikan sentuhan penyadaran yang
akan membuka keinginan dan kesadaran masyarakat mengenai kondisinya saat
ini, dan dengan demikian akan dapat merangsang kesadaran mereka tentang
perlunya perbaikan kondisi untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Begitu juga dengan proses penyadaaran pada pemberdayaan masyarakat dalam
program pekarangan terpadu ini, dimana penyuluh dan pemerintah desa
melakukan kegiatan penyuluhan sebelum menyampaikan usulan program
pekarangan terpadu ini. Masyarakat Desa Sambirejo menanggapinya dengan
antusias mengikuti penyuluhan mengenai upaya peningkatan pendapatan
keluarga ini, namun karena keterbatasan dana sampai saat ini pelaksana
pekarangan terpadu belum mencapai sepenuhnya.
Kegiatan penyuluhan ini merupakan upaya penyadaran dan sekaligus
pengenalan program. Seperti pernyataan mosher (1966), yang menyatakan
bahwa penyuluh pertanian hanya sebagai “faktor pelancar”, pengalaman di
Indonesia menunjukkan bahwa kegiatan penyuluhan menjadi sangat mutlak,
sebagai pemicu sekaligus pemacu pembangunan pertanian, atau lebih sering
dikatakan sebagai ujung tombak pembangunan pertanian. Oleh karena itu,
dengan keterlibatan penyuluh dalam kegiatan pemberdayaan ini sangat
memberikan manfaat yang besar bagi pelaksanaan kegiatan pemberdayaan
dalam program pekarangan terpadu.
Tahap transformasi kemampuan dalam pemberdayaan masyarakat ini
pelatihan pekarangan percontohan milik Ibu Lilis yang meliputi kegiatan
penataan lahan pekarangan, meliputi cara menempatkan tanaman, kandang dan
109
ikan yang baik, cara membuat kandang ayam yang aman, dan membuat kolam
ikan, pengembangan ternak dan ikan. Penyuluh hanya melakukan pengawasan
dan pendampingan jika petani hendak bertanya, seluruh kegiatan tersebut
dilakukan oleh petani. Kegiatan Penyuluhan dan demplot pada tahap
pembelajaran/transformasi kemampuan ini hanya dilakukan selama dua kali
pada awal program pekarangan terpadu ini dilaksanakan, setelah itu semuanya
dilakukan oleh petani sendiri.
Tahap ketiga ini merupakan tahan pengayaan atau peningkatan
intelektualitas dan ketrampilan yang diperlukan supaya mereka membentuk
kemampuan yang mandiri. Dari kegiatan pemberdayaan masyarakat dalam
program pekaranga terpadu ini selama pelaksanaan pemberdayaan masyarakat,
petani mengambil keputusan dan melakukan kegiatan di pekarangan sendiri,
dengan modal sendiri dan tenaga sendiri melakukan kegiatan penataan
pekarangan, pengembangan ternak dan ikan serta memilih tanaman yang akan
ditanam di pekarangan sendiri. Penyuluh hanya melakukan kegiatan
pembinaan pada saat penyuluhan rutin setiap bulannya dan pendampingan
ketika mendatangi lahan petani.
Pemahaman petani mengenai program pekarangan terpadu dan petani
yang melakukan kegiatan pengolahan pekarangan sendiri merupakan wujud
kemandirian petani dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat. Hal ini sangat
membantu pelaksanaan proses pemberdayaan masyarakat dalam program
pekarangan terpadu seperti di ungkapkan oleh Mardikanto (2009), bahwa
pemberdayaan masyarakat adalah upaya meningkatkan kemampuan dan
meningkatkan memandirian masyarakat. Sejalan dengan itu, pemberdayaan
dapat diartikan sebagai upaya peningkatan kemampuan masyarakat (miskin)
untuk berpartisipasi, bernegosiasi, mempengaruhi dan mengendalikan
kelembagaan masyarakatnya secara bertanggung jawab (accountable) demi
perbaikan kehidupan. Oleh karena itu, melalui partisipasi petani terhadap
program pekarangan terpadu ini menjadi modal utama keberhasilan kegiatan
pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan petani Desa
Sambirejo.
110
Kegiatan pemberdayaan masyarakat di Desa Sambirejo Kecamatan
Ngawen, Kabupaten Gunungkidul meliputi kegiatan penyuluhan, penataan
lahan pekarangan, pengembangan ternak di pekarangan, pengembangan ikan di
pekarangan, dan budidaya tanaman pekarangan. Masyarakat petani paham
bahwa kegiatan pemberdayaan ini merupakan kegiatan guna meningkatkan
kemandirian petani serta membantu meningkatkan produktivitas serta
pendapatan keluarga. Upaya meningkatkan kemandirian masyarakat petani
melalui kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan
terpadu ini seperti yang diungkapkan oleh Sulistyani (2004) bahwa “tujuan
yang ingin dicapai dari pemberdayaan adalah untuk membentuk individu dan
masyarakat menjadi mandiri. Kemandirian tersebut meliputi kemandirian
berfikir, bertindak dan mengendalikan apa yang mereka lakukan tersebut.
Untuk menjadi mandiri perlu dukungan kemampuan berupa sumberdaya
manusia yang utuh dengan kondisi kognitif, konatif, psikomotorik dan afektif
serta sumberdaya lainnya yang bersifat fisik material”. Sehingga masyarakat
petani Desa Sambirejo mengetahui tujuan kegiatan pemberdayaan ini.
Kegiatan dalam peningkatan kemampuan petani sendiri meliputi kegiatan
penataan lahan pekarangan dilakukan oleh petani pemilik pekarangan sendiri,
dengan arahan dari penyuluh pada saat penyuluhan, sehingga petani melakukan
penataan pekarangan sesuai keinginannya sendiri dengan memanfaatkan apa
yang ada di lahan pekarangan miliknya. Selain itu kegiatan pengembangan
ternak yang di budidayakan, dimana di pilih ternak yang mudah dalam
pemeliharaannya, misalnya unggas, sapi dan kambing. Selain mudah
pemeliharaannya, juga sangat bermanfaat bagi kehidupan petani baik untuk
konsumsi keluarga, dijual ataupun kotorannnya yang berguna untuk tanah
pertanian petani. Kegiatan pengembangan ternak di pekarangan dalam
pemberdayaan ini dilakukan kegiatan pemeliharaan ternak yang bisa
dimanfaatkan oleh petani, baik untuk konsumsi, dijual ataupun kotorannya
seperti unggas, kambing atau sapi.
Pengembangan ikan lele merupakan jenis ikan yang paling banyak
dibudidayakan karena mudah dalam pembudidayaannya dimana lele bisa hidup
111
di dalam lumpur atau air yang mengandung sedikit oksigen, sehingga lele bisa
dipelihara di perairan yang kualitas airnya rendah sekalipun. Selain itu,
makanan untuk lele juga sangat mudah, yaitu seperti jentik nyamuk, siput,
cacing, larva, bahkan limbah rumah tangga. Seperti yang dikemukakan oleh
Bapak Sunaryo (wawancara, 10 Maret 2010) sebaiknya dalam memilih
tanaman pekarangan, petani memperhatikan hal-hal antara lain nilai gizi, umur
tanaman, menghasilkan hasil yang tinggi, baik dalam pengaturan iklim,
memilih jenis tanaman sesuai selera, serta budidaya jenis tanaman yang
disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
3. Peningkatan Produktivitas Lahan Pekarangan Dan Pendapatan Petani
Peningkatan produktivitas lahan pekarangan setelah adanya kegiatan
pemberdayaan masyarakat dengan melaksanakan program pekarangan terpadu
ini mampu meningkatkan pendapatan petani di Desa Sambirejo dapat dilihat
dari komoditas tanaman sayuran, kambing dan ikan. Karena komoditas
tersebutlah yang merupakan bantuan yang diberikan selama program
pekarangan terpadu ini dilaksanakan. Selain itu, dalam komoditas tanaman dan
ternak yang sudah ada di pekarangan petani dan wanita tani Desa Sambirejo,
dengan adanya program ini dibantu dalam melakukan kegiatan penataan lahan
pekarangan dan juga pengoptimalan pemeliharaan komoditas tanaman dan
ternak yang sudah ada supaya mampu meningkatkan hasil yang telah lalu.
Penataan letak tanaman akan mempengaruhi sanitasi lingkungan sekitar rumah,
system ekologi antara tanaman, hewan dan manusia, memperindah pekarangan
serta memperbaiki kesuburan tanah karena kebutuhan akan unsur hara dan
pupuk organik dalam tanah akan di pengaruhi oleh jarak tanam antar tanaman
dan jenis tanaman yang di tanam.
Meskipun peningkatan produktivitas hewan ternak yang sudah dimiliki
petani dan wanita tani sebelum adanya program ini tidak begitu besar namun
paling tidak mampu memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga hasilnya
pun mampu meningkatkan ketahanan pangan keluarga petani. Peningkatan
produktivitas hewan ternak dilahan pekarangan ini di sebabkan pula oleh hobi
dan kemauan keluarga petani untuk meningkatkan nilai gizi keluarga. Selain
112
hasil penjualan dari hewan ternak tersebut, produktivitas dari telur dan daging
yang diperoleh dari hewan-hewan ternak tersebut mampu meningkatkan
kemampuan komsumsi keluarga sehingga kebutuhan gizi keluarga bisa
tercukupu misalnya kebutuhan akan protein hewani,kalsium dan lemak.
Budidaya ikan lele mulai banyak di terapkan di pekarangan masyarakat
setelah melihat keuntungan dari budidaya ikan lele ini, selain menambah nilai
gizi keluarga juga mampu meningkatkan pendapatan keluarga sehari-hari
dengan menjualnya ke pasar.
Perbandingan produktifitas tanaman, ternak dan ikan di pekarangan
sebelum dan sesudah melaksanakan pekarangan terpadu dapat dilihat dari
peningkatan hasil panen tiap komoditas serta rendahnya input yang dikeluarkan
oleh keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga karena sudah terpenuhi
oleh milik pribadi. Seperti yang disampaikan Sutanto dalam buku Pertanian
Organik (2002), bahwa “Produktifitas tidak hanya didasarkan atas parameter
sederhana, hasil tanaman/pendapatan saja, tetapi penilaian harus didasarkan
atas bahan yang dapat dikumpulkan sehingga meningkatkan pendapatan
keluarga petani, termasuk bahan pangan dan pendapatan”. Produktivitas juga
harus didasarkan perbaikan stabilitas usaha tani, meningkatkan efisiensi tenaga
kerja, menurunnya masukan dari luar usaha tani dan harkat lahan meningkat.
Dari teori di atas maka peroduktifitas juga dilihat dari besarnya perbandingan
antara masukan dari luar yang harus dikeluarkan dengan hasil yang di peroleh
dari pekarangan tersebut.
Peningkatan pendapatan petani melalui kegiatan usahatani di pekarangan
ini dilakukan secara mandiri dan juga komersial, yaitu dengan menjual
sebagian atau seluruh produksinya kepada pihak luar. Seperti ungkapkan oleh
Popkin dalam Mardikanto (2009), bahwa “ciri-ciri usaha tani komersial yaitu:
menyukai inovasi (perubahan),memerlukan pasar dan hubungan eksploitasi”.
Usahatani komersiil selalu mencari inovasi demi perubahan demi peningkatan
produksi dan produktivitasnya serta perbaikan efisiensi. Karena dengan adanya
inovasi memberikan peluang menuju perbaikan usaha tani dan
kehidupannya.Sedangkan petani juga membutuhkan pasar sebagai tempat
113
menjual (kelebihan) produksi yang tidak habis dikonsumsi sendiri. Akses
petani Desa Sambirejo sebagian besar menjual hasil pekarangannya di pasar
tradisional Desa Sambirejo, Pasar Kecamatan Ngawen dan juga pasar Cawas
yang merupakan pasar yang lebih besar dan beragam. Selain itu, petani juga
membutuhkan dampingan dari PPL dan pemerintah guna memperbaiki kualitas
dari hasil pekarangan dan juga mengakses pasar dan inovasi yang dibutuhkan.
Peningkatan pendapatan keluarga petani tidak hanya diakibatkan dari
peningkatan pendapatan dari pekarangan melainkan juga terjadi karena
sebagian petani mempunyai pekerjaan sampingan baik sebagai pedagang
maupun wirausaha lainnya, disamping itu sebagian petani pelaksana
pekarangan terpadu ini terdapat beberapa anggota keluarga yang bekerja
sebagai guru/pedagang, sehingga mampu memberikan tambahan pendapatan
bagi keluarga. Karena sebagian besar ibu rumah tangga di Desa Sambirejo
mampunyai pekerjaan untuk membantu memenuhi pendapatan keluarga.
Pencapaian ketahanan pengan yang di lihat dari unsur kesediaan pangan
keluarga petani mayoritas cukup, walaupun dari beberapa subyek menyatakan
bahwa dahulu belum bisa semudah ini mendapatkan makanan seperti saat ini
karena faktor ekonomi, namun setelah melakukan kegiatan pekarangan
terpadu dan didukung dengan adanya pekerjaan sampingan anggota keluarga
sehingga pangan bisa tersedia setiap hari. Sehingga dapat dikatakan bahwa
kebutuhan pangan keluarga sudah tercukupi oleh bahan masakan yang sudah
tersedia di pekarangan sehingga keluarga petani bisa mengaksesnya dengan
cepat, selain dari pekarangan milik sendiri juga karena letak pasar desa juga
terletak di tengan-tengan kelurahan sehingga mudah mengaksesnya. Kualitas
dari makanan yang ditanam sendiri di pekarangan bisa di pantau sendiri oleh
petani, sehingga petani mengerti tingkat keamanan/kualitas dari tanaman
tersebut untuk keluarga karena dalam program pekarangan terpadu ini
diarahkan untuk tidak menggunakan pupuk kimia, semuanya meggunakan
organik.
114
4. Faktor Pemberdayaan Masyarakat Petani dalam Pekarangan Terpadu
Pelaksanaan kegiatan pemberdayaan masyarakat petani dalam program
pekarangan terpadu di Desa Sambirejo Kecamatan Ngawen Kabupaten
Gunungkidul ini dipengaruhi oleh beberapa faktor intern dan faktor ekstern.
Berdasarkan pernyataan dari Mardikanto (2009) bahwa “unsur-unsur yang
mempengaruhi keberhasilan dari pemberdayaan masyarakat adalah
partisipasi, akuntabilitas, aksesibilitas informasi dan kapasitas organisasi
lokal”. Unsur tersebut di terangkan sebagai faktor eksternal yang
mempengaruhi kegiatan pemberdayaan masyarakat ini. Sedangkan faktor
internal yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat petani adalah luas
lahan pekarangan, pendidikan dan juga jumlah anggota keluarga.
Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan pekarangan terpadu ini
membawa pada keberhasilan proses pemberdayaan dan juga program
pekarangan terpadu ini. Masayarakat sebagai perencana, penyedia modal juga
sebagai pelaksana dan pengevaluasi kegiatan pekarangan terpadu juga di
bantu oleh PPL desa sebagai pendamping untuk mengarahkan teknis dari
kegiatan di pekarangan dan pemerintah. Petani pelaksana sebagai pembuat
perencanaan dalam menentukan penataan lahan pekarangan, mulai dari
penyedia modal sampai perancang komoditas yang ditanam, dilakukan oleh
petani sendiri. Pelaksana teknis kegiatan budidaya jenis tanaman, penataan
lahan pekarangan, pengembangan ternak dan juga ikan juga di lakukan oleh
petani. Sedangkan dalam proses monitoring dilakukan oleh petani, sedangkan
evaluasi dilakukan oleh petani dan PPL, yang melakukan pelaporan bagi
keberhasilan program pembangunan pertanian di Desa sambirejo. Menurut
Mardikanto (2009), ”Partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau
sekelompok anggota masyarakat dalam suatu kegiatan. Partisipasi
masyarakat dalam pembangunan merupakan aktualisasi dari ketersediaan
dan kemauan anggota masyarakat untuk berkorban dan berkontribusi dalam
pelaksanaan program yang dilaksanakan”. Sehingga tujuan dari
pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan terpadu ini dapat
tercapai bila disertai dengan partisipasi masyarakat. Dengan mengikuti
115
kegiatan pemberdayaan secara penuh, masyarakat lebih memahami konsep
dari pekarangan terpadu melalui intensifikasi pekarangan dengan tujuan untuk
meningkatkan pendapatan keluarga petani khususnya dan membantu petani
supaya mandiri.
Partisipasi petani pada saat perencanaan kegiatan ini tercermin dari
kesediaan petani menghadiri penyuluhan dari pemerintah desa dan PPL
selama beberapa kali, begitu pula dalam kegiatan penyuluhan petani tidak
hanya diam, melainkan petani juga mengikuti kegiatan diskusi dengan
beberapa kali bertanya dan memberikan usulan. Selama pelaksanaan
pemberdayaan, partisipasi petani terlihat dari keterlibatan petani secara
langsung mengenai kegiatan intensifikasi pekarangan seperti budidaya
tanaman untuk pekarangan, kegiatan usahatani (penanaman, pemeliharaan,
pemupukan, irigasi, pemanenan), pembuatan kandang ternak, pembuatan
kolam ikan dan lain-lain. Sedangkan pada tahap pemantauan dan evaluasi,
petani melakukan sendiri. Dimana kegiatan pekarangan terpadu ini di kelola
sendiri oleh petani, dan posisi PPL hanya sebagai pendamping yang
membantu masalah dan kesulitan petani dalam kegiatannya. Sedangkan pada
tahan pemanfaatan hasil, petani juga melakukannya sendiri dan hasilnyapun di
nikmati keluarga endiri dan tetangga. Pihak pemerintah dan PPL tidak terlibat
di dalamnya, hanya sekali-kali PPL mendatangi pekarangan petani untuk
melakukan pemantauan.
Menurut Koordinator Penyuluh Pertanian Kecamatan Ngawen, Bapak
Daryoto (Wawancara, 20 Maret 2010) menyatakan bahwa, Pihak yang paling
bertanggungjawab dalam program pekarangan terpadu ini adalah Pemerintah
Desa Sambirejo, karena pihak pemerintah desa adalah pihak yang
mengusulkan program pertanian terpadu yang didalamnya terdapat program
pekarangan terpadu. Namun pihak pemerintah hanya menunjuk PPL Desa
Sambirejo untuk mendampingi petani dalam melaksanakannya. Keterlibatan
pemerintah dalam program ini tidak terlihat menonjol, karena pemerintah
langsung melepaskan petani dan PPL untuk melaksanakan, bahkan evaluasi
juga hanya dilakukan oleh PPL dan petani sendiri.
116
Organisasi pertanian lokal di Desa Sambirejo termasuk banyak yang
maju, hal ini dilihat dari banyaknya kegiatan yang di lakukan dan subsidi yang
di peroleh dari organisasi pertanian di Desa Sambirejo. Salah satunya adalah
Gapoktan, Organisasi Gapoktan Desa Sambirejo sudah pernah melakukan
kegiatan besar seperti SLPTT dan mendapat dana PUAP selama beberapa
kali, mengikuti perlombaan gapoktan sampai tingkat kabupaten, mendirikan
koperasi pertanian, mendirikan radio RAG, mengikuti Pekan Nasional
(PENAS) bagi petani berprestasi se-Indonesia dan juga mampu mengkoordinir
kelompok tani dan kelompok wanita tani untuk selalu eksis di Sambirejo.
Menurut subyek petani pelaksana pekarangan terpadu Bapak Mursiyo dan Ibu
Sri Nuryani (wawancara, 21 Maret 2010), bahwa dengan mengikuti organisasi
Gapoktan, kelompok tani dan kelompok ternak mereka merasakan manfaat
yang banyak. Karena anggota organisasi tersebut sering dibantu dalam
mencari pupuk untuk tanaman, mendapatkan vaksinasi ayam, sering
mendapatkan penyuluhan dari PPL baik untuk pertanian maupun peternakan,
mendapat bantuan bibit tanaman mangga dan jambu mete, mendapat pelatihan
pembuatan pupuk organik dan lain sebagainya . Oleh karena itu, organisasi
pertanian lokal ini mereka rasa sangat memberi dampak yang baik bagi petani
di Desa Sambirejo.
PPL merupakan sumber informasi bagi petani, terutama berkaitan
dengan program pertanian terpadu ini. Selain itu, Ketua Gapoktan juga
merupakan salah satu pihak yang mengetahui program pertanian terpadu
sehingga merupakan informan dalam pelaksanaan program. Selain itu, tokoh
masyarakat yaitu Kepala Urusan Pembangunan Desa Sambirejo, karena
Kepala Desa Sambirejo baru dilantik sehingga yang lebih mengetahui
program ini karena dahulu ikut serta dalam merancang program ini adalah
Kepala Urusan Pembangunan Bapak Giyanto dan Mantan Kepala Desa
Alm.Bapak Marjono yang sudah meninggal dunia. Menurut Bapak Daryoto
dan Bapak Sunaryo (wawancara 20 Maret 2010), mengatakan bahwa
sebenarnya yang paling menguasai konsep dari program ini adalah Almarhum
Bapak Marjono (Kepala Desa) dan Bapak Giyanto (Kaurbang), karena beliau
117
yang mengikuti rapat perencanaan dahulu. Sampai tahun 2009 kemarin
Almarhum masih sering melakukan monitoring dengan PPL mengenai
perkembangan program, namun sekarang ini sama sekali tidak ada kabar dari
pemerintah desa mengenai perkembangan program ini.
Luas lahan pekarangan petani subyek pelaksana pekarangan terpadu
rata-rata sebesar 210-300 m2 yang dimanfaatkan sebagai lahan budidaya
beraneka macam tanaman, kandang ternak serta kolam ikan yang mampu
meningkatkan produktifitas dan pendapatan keluarga petani. Semakin sempit
luas lahan pekarangan, keberhasilah dalam meningkatkan pendapatan
keluarga juga tidak tinggi, yang penting mampu mencukupi kebutuhan pangan
dan gizi keluarga. Sedangkan pendidikan petani subyek pelaksana pekarangan
terpadu ini sebagian besar adalah SMP, sehingga kemampuan mengakses
informasi, mengadopsi inovasi pun bisa dikatakan cukup tinggi. Selain itu,
sebagian anggota keluarga juga terdapat anggota keluarga yang berpendidikan
sampai keperguruan tinggi dan juga ada yang menjadi PNS. Hal ini mampu
mendukung bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka kemampuan
mengadopsi inovasi juga semakin cepat.
Faktor yang terakhir adalah jumlah anggota keluarga, bahwa rata-rata
jumlah anggota keluargadari petani subyek pekarangan terpadu berjumlah
empat orang. Hal ini juga mempengaruhi besarnya konsumsi keluarga yang
dibutuhkan dan juga tenaga kerja keluarga yang dapat digunakan untuk
memelihara pekarangan. Dengan jumlah anggota keluarga empat orang ini,
keluarga petani sudah mampu membudidayakan lahan pekarangan secara
optimal, walaupun terkadang membutuhkan bantuan dari tenaga kerja luar
untuk memanen ikan dan membuat kolam. Jumlah anggota keluarga yang
sedemikian tersebut sudah bisa dijamin kecukupan dan ketersediaan pangan
oleh keluarga, sehingga ketahanan pangan pada oetani subyek pekarangan
terpadu sudah mencapai tingkat cukup.
118
5. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Pemberdayaan Masyarakat
Petani dalam Pekarangan Terpadu
Dari pembahasan dan wawancara dengan subyek dan informan penelitian
dapat di peroleh faktor pendukung dan faktor penghambat kegiatan
pemberdayaan masyarakat dalam program pekarangan terpadu di Desa
Sambirejo. Faktor pendukung dari kegiatan pemberdayaan ini adalah
pendidikan formal, luas lahan pekarangan, partisipasi, aksesibilitas informasi
dan kapasitas organasi lokal. Pendidikan formal keluarga subyek mayoritas
SMP, dimana dengan pendidikan yang relatif tinggi untuk kalangan petani
sudah bisa melakukan kegiatan membaca dan menulis, sehingga sangat
membantu petani dalam memahami konsep dari program pekarangan terpadu
ini. Selain itu, dengan pendidikan yeng relatif tinggi petani bisa secara kreatif
melakukan seni penataan pekarangan sesuai kemauan dan kemampuan petani
dan sumberdaya yang ada di sekitarnya.
Luas lahan pekarangan menjadi salah satu faktor mendukung dalam
pemberdayaan masyarakat ini karena dengan luas lahan pekarangan petani
yang relatif luas tapi kurang dimanfaatkan dengan baik, membuat petani
merasa diharuskan untuk melakukan pengolahan guna menambah pendapatan
keluarga sesuai dengan tujuan pemberdayaan itu sendiri. Partisipasi masyarakat
Desa Sambirejo yang aktif merupakan salah satu faktor pendukung dalam
pemberdayaan masyarakat, dimana dengan masyarakat desa yang aktif dalam
mengikuti kegiatan penyuluhan, tertarik dengan materi yang disampaikan,
bersedia menerapkan program di pekarangan miliknya sendiri dengan
kemampuan yang mereka miliki merupakan bentuk partisipasi masyarakat
yang aktif. Hal ini juga di pengaruhi oleh kapasitas organisasi lokal yang
memberikan sarana untuk selalu terlibat langsung dengan kegiatan pertanian
dan kemasyarakatan di desa, misalnya penyuluhan dan pelatihan bersama
anggota dan PPL Desa Sambirejo. Kapasitas organisasi lokal menjadi salah
satu faktor pendukung dilihat dari pelaku program semuanya mengikuti
organisasi di pedesaan, minimal adalah anggota dari kelompok tani dan
kelompok wanita tani. Karena dengan menjadi anggota dari organisasi
119
pedesaan ini memudahkan petani dalam mendapatkan subsidi, informasi dan
pengetahuan yang banyak dari berbagai pihak. Informasi yang di peroleh
merupakan informasi yang berkaitan dengan dunia pertanian, kebijakan
pemerintah, program pembangunan, dan lain sebagainya. Petani sebagian besar
bisa mengakses informasi dari PPL Desa Sambirejo Bapak Sunaryo dan juga
Bapak Siswo Hartono selaku Ketua Gapoktan Desa Sambirejo.
Faktor penghambat dalam pemberdayaan masyarakat petani adalah
jumlah anggota keluarga dan akuntabilitas. Jumlah anggota keluarga dapat
manjadi faktor penghambat pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan
pekarangan terpadu karena sebagian dari petani memiliki jumlah anggota yang
sedikit dan mempunyai anak yang masih kecil, selain itu petani yang
mempunyai pekerjaan lain selain menjadi petani yang juga menjadi
penghambat kegiatan pengelolaan pekarangan karena waktu yang banyak
digunakan untuk melakukan kegiatan yang lebih utama, misalnya bertani di
sawah dan menjadi pedagang. Selain itu, akuntabilitas atau
pertanggungjawaban serta keterlibatan pemerintah desa dalam kegiatan
pemberdayaan masyarakat juga bisa menjadi faktor penghambat karena
pendanaan teknis kegiatan pekarangan terpadu ini dipenuhi oleh petani sendiri,
tanpa ada bantuan finansial dari pemerintah untuk melaksanakannya, dan juga
pemerintah sendiri tidak pernah melakukan pemantauan atau evaluasi dari
kegiatan tersebut, seluruhnya kegiatan pendampingan di serahkan kepada PPL.
6. Peningkatan Ketahanan Pangan Keluarga Petani
Ketersediaan pangan dalam rumah tangga yang dipakai dalam
pengukuran mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah
yang dapat memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Penentuan jangka
waktu ketersediaan makanan pokok di perdesaan biasanya dilihat dengan
mempertimbangkan jarak antara musim tanam dengan musim tanam
berikutnya (Suharjo dkk, 1985). Jenis makanan yang dikonsumsi di desa
Sambirejo adalah nasi sebagai makanan pokok, sedangkan sebagian
penduduk juga masih mengkonsumsi tiwul sebagai makanan khas daerah
Gunungkidul. Selain itu, ketersediaan pangan berupa ubi kayu yang banyak di
120
budidayakan di daerah Gunungkidul juga menjadi prioritas bagi petani untuk
menanamnya sebagai tambahan pendapatan karena selain bisa dijual juga bisa
dimanfaatkan sebagai makanan sehari-hari dan sayuran. Sehingga
ketersediaan pangan antara musim tanam dengan musim berikutnya bisa di
penuhi dengan adanya tiwul dan bahan makanan lainnya misalnya membeli
beras dipasar.
Stabilitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga diukur
berdasarkan kecukupan ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggota
rumah tangga dalam sehari. Satu rumah tangga dikatakan memiliki stabilitas
ketersediaan pangan jika mempunyai persediaan pangan dan anggota rumah
tangga dapat makan 3 (tiga) kali sehari sesuai dengan kebiasaan makan
penduduk di daerah tersebut. Dengan adanya bukti bahwa di daerah tertentu
masyarakat mempunyai kebiasaan makan 3 (tiga) kali sehari, frekuensi
makan dapat menggambarkan keberlanjutan ketersediaan pangan dalam
rumah tangga dimana salah satu cara untuk mempertahankan ketersediaan
pangan dalam jangka waktu tertentu adalah dengan mengkombinasikan bahan
makanan pokok yaitu beras dengan tiwul/ubi kayu. Walaupun jumlah protein
dari tiwul lebih rendah disbanding beras, namun hal ini bisa di imbangi
dengan lauk pauk yaitu lele atau telur ayam yang mengandung protein tinggi.
Kualitas/keamanan jenis pangan yang dikonsumsi untuk memenuhi
kebutuhan gizi. Ukuran kualitas pangan seperti ini sangat sulit dilakukan
karena melibatkan berbagai macam jenis makanan dengan kandungan gizi
yang berbeda-beda, sehingga ukuran keamanan pangan hanya dilihat dari
„ada‟ atau „tidak‟nya bahan makanan yang mengandung protein hewani
dan/atau nabati yang dikonsumsi dalam rumah tangga. Karena itu, ukuran
kualitas pangan dilihat dari data pengeluaran untuk konsumsi makanan (lauk-
pauk) sehari-hari yang mengandung protein hewani dan/atau nabati. Dari
hasil pekarangan terpadu ini di tekankan pada pemenuhan gizi keluarga dari
komoditas yang dibudidayakan di pekarangan, misalnya Sayuran yang
mengandung vitamin dan mineral, telur ayam dan daging ayam yang
mengandung protein dan lemak sehingga sebagian gizi keluarga bisa
121
terpenuhi. Selain itu hasil penjualan dari pekarangan juga bisa dimanfaatkan
untuk membeli lauk pauk yang memenuhi gizi.
7. Rumusan Intensifikasi Pekarangan di Masa Depan
Pekarangan terpadu merupakan salah satu kegiatan dari intensifikasi
pekarangan yang merupakan salah satu upaya pelestarian sumberdaya sekitar
khususnya pekarangan bagi keluarga petani yang mayoritas miskin untuk
meningkatkan nilai ekonomis konsumsi keluarga petani. kegiatan intensifikasi
pekarangan yang diterapkan di lahan pekarangan masyarakat petani dengan
menerapkan intensifikasi pekarangan secara alami, bukan konvensional.
Intensifikasi pekarangan alami mengarahkan petani untuk menggunakan segala
sesuatu yang ada di lingkungan sendiri, menggunakan input lokal dari alam dan
dari dalam usaha tani tersebut misalnya, pupuk berasal dari limbah kolam ikan,
kotoran ternak dan kompos, sedangkan bibit berasal dari anakan produk sendiri
atau mengusahakan varietas yang baik dengan membeli ke pasar, tenaga kerja
dari anggota keluarga sendiri sehingga bisa menghemat biaya tenaga kerja,
pemanfaatan input dari lingkungan sekitar,tanpa perlu mendatangkan input dari
luar yang akan menambah beban biaya petani serta mengarah pada pertanian
organik yang aman bagi keluarga petani, sedangkan hasil panen dimanfaatkan
sendiri.
Seperti yang diungkapkan oleh sutanto (2002), bahwa “Pengembangan
pekarangan harus lebih menitikberatkan pada ketersediaan sumberdaya dan
pengetahuan yang dimiliki petani setempat. Sedangkan intensifikasi
pekarangan alami untuk petani kecil dilakukan dengan lebih menitik beratkan
pada penyiapan petak pertanaman dengan pengolahan tanah, daur ulang
hara, membangun kesuburan tanah, keanekaragaman pertanaman dan
keseimbangan ekosistem secara terpadu”. Keadaan yang seperti ini merupakan
sebuah inovasi baru bagi petani pedesaan sehingga masih sangat
membutuhkan perhatian dan dampingan dari pihak yang bertanggungjawab,
yaitu pemerintah dan PPL. Program pekarangan terpadu di Desa Sambirejo
sangat tepat untuk di terapkan pada saat sekarang sebagai sarana menuntun
petani di Desa Sambirejo dan sekitarnya untuk lebih memperhatikan potensi
122
yang ada di lingkungan sekitar secara mandiri dengan memanfaatkan
pekarangan dengan seoptimal untuk mencapai pertanian organik serta guna
meningkatkan ketahanan pangan keluarga petani.
123
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat diambil kesimpulan
bahwa
1. Konsep dari intensifikasi pekarangan merupakan perpaduan antara tiga
unsur utama dalam pekarangan yaitu pertanian, peternakan dan perikanan
yang pada dasarnya tergantung dengan ketersediaan sumber daya dan
pengetahuan yang dimiliki petani setempat.
2. Proses pemberdayaan masyarakat petani dalam program pekarangan
terpadu meliputi:
a. Penyuluhan, yang dilakukan di kelompok tani dan kelompok wanita
tani sebagai bahasan jika petani dan wanita tani tertanya mengenai
pekarangan terpadu pada waktu kegiatan penyuluhan berlangsung.
b. Pelatihan, dilakukan selama dua kali dilokasi pekarangan
percontohan pada saat petani dan wanita tani mengharapkan bantuan
PPL dalam teknis kegiatan yang meliputi:
1) Penataan lahan pekarangan, dimana pekarangan di bagi menjadi
bagian halaman depan, halaman samping dan halaman belakang
dengan ditanami tanaman sayuran, buah, hias dan obat-obatan ,
ternak dan juga kolam ikan.
2) Pengembangan ternak, dilakukan dengan pelatihan membuat
kandang ayam dan kambing, serta pemeliharaan ternak kambing
dan pemeliharaan ternak lain yang dimiliki.
3) Pengembangan ikan, dilakukan dengan pemilihan bibit ikan lele,
persiapan pembibitan, pembuatan kolam terpal dan
pemeliharaannya.
4) Budidaya tanaman pekarangan, dilakukan dengan memilih
komoditas yang cocok ditanam di iklim Desa Sambirejo, antara
lain: mangga, mentimun, cabe, terung dan ain sebagainya.
123
124
3. Peningkatan produktivitas lahan pekarangan dan pendapatan petani
setelah pelaksanaan program pekarangan terpadu di Desa Sambirejo
Kecamatan Ngawen Kabupaten Gunungkidul, yaitu:
a. Peningkatan produktivitas lahan pekarangan setelah melaksanakan
program pekarangan terpadu pada tanaman buah belum terlihat pasti
karena bibit mangga yang baru berumur 2 tahun. Sedangkan untuk
komoditas tanaman sayur sebesar 96,6 kg/masa panen di kali 5 kali
masa panen yaitu 483 kg/2 tahun ini, dan produktivitas ikan lele per
3 bulan rata-rata sebesar 388 kg/masa penen, sedangkan selama 2
tahun ini telah panen selama 5 kali, sehingga produktifitas ikan lele
yaitu 1.940 kg/2 tahun ini.
b. Pendapatan yang diperoleh dari pekarangan tiap bulannya rata-rata
sebesar Rp. 335.000,- sedangkan pendapatan total tiap bulannya rata-
rata sebesar Rp. 2.246.428,- Peningkatan pendapatan petani dari
pekarangan berasal dari hasil budidaya tanaman sayur, ternak
kambing dan budidaya ikan lele sangat dirasa manfaatnya oleh
petani.
4. Faktor pendukung pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pekarangan
terpadu yaitu:
a. Pendidikan formal petani dan wanita tani yaitu sampai SMP
sehingga mempengaruhi tingkat adopsi inovasi untuk melaksanakan
pekarangan terpadu.
b. Luas penguasaan lahan dimana luas rata-rata lahan pekarangan
petani subyek rata-rata sebesar 210-400 m2, sehingga sangat
berpotensi untuk di laksanakan pekarangan terpadu.
c. Aksesitas informasi petani dan wanita tani mengenai program
pekarangan terpadu diperoleh dari PPL dan Ketua Gapoktan.
d. Partisipasi masyarakat petani dalam kegiatan pekarangan terpadu
termasuk dalam kategori tinggi, karena pelaksanaan, monitoring,
evaluasi sampai pemanfaatan hasil petani melakukan sendiri. Walau
terkadang di bantu oleh PPL sebagai pendamping program.
125
1) Partisipasi petani dan wanita tani dalam tahap perencanaan dalam
kategori cukup tinggi meliputi intensitas kehadiran rapat
pengambilan keputusan, memberikan gagasan/ pertanyaan dalam
rapat, dan memberikan tanggapan atas gagasan/pertanyaan yang
diberikan dalam rapat perencanaan
2) Partisipasi petani dan wanita tani dalam kegiatan pekarangan
terpadu pada tahap pelaksanaan dalam kategori tinggi, dapat
dilihat dari kehadiran petani dalam penyuluhan, keterlibatan
petani dalam kegiatan penataan tanaman pekarangan, keterlibatan
dalam pengembangan ternak, keterlibatan petani dalam
pengembangan perikanan di pekarangan serta keterlibatan petani
dalam penentuan jenis tanaman di pekarangan.
3) Partisipasi petani dan wanita tani dalam kegiatan pekarangan
terpadu pada tahap pemantauan dan evaluasi dapat dikatakan
sangat tinggi artinya bahwa petani terlibat langsung dalam
kegiatan pemantauan dan evaluasi, karena segala bentuk
pemantauan dan evaluasi dilaksanakan sendiri oleh petani sebagai
pemilik pekarangan walau terkadang PPL juga memantau
4) Partisipasi petani dan wanita tani dalam kegiatan pekarangan
terpadu pada tahap pemanfaatan hasil dalam kategori sangat
tinggi dapat dilihat dari adanya peningkatan produktivitas,
pendapatan dan ketahanan pengan keluarga petani.
e. Kapasitas organisasi lokal dalam kegiatan pekarangan terpadu sangat
dirasa oleh petani dan wanita tani memberikan manfaat dalam
memecahkan masalah pertanian, peternakan dan bantuan teknis
berupa subsidi melalui kegiatan penyuluhan.
5. Faktor penghambat pemberdayaan masyarakat petani dalam kegiatan
pekarangan terpadu, yaitu:
a. Jumlah anggota keluarga, dimana keluarga petani rata-rata empat
orang dan mempunyai anak yang masih kecil, selain itu terdapat
126
anggota keluarga yang mempunyai pekerjaan lain, sehingga waktu
digunakan untuk melakukan kegiatan pekarangan sangat minim.
b. Akuntabilitas pemerintah, dimana pemerintah desa tidak melakukan
kegiatan dalam kegiatan pemantauan/evaluasi sehingga petani
kurang merasa di perhatikan, selain itu petani merasa membutuhkan
bantuan modal yang diharapkan dari pemerintah.
6. Peningkatan ketahanan pangan keluarga terjadi karena adanya
peningkatan produktivitas dan pendapatan keluarga, dilihat dari
kecukupan pangan keluarga untuk makan semua anggota keluarga
sebanyak tiga kali sehari karena ketersediaannya bahan pangan yang
sudah tersedia di pekarangan dan kualitas pangan yang baik karena
budidaya di lakukan sendiri.
7. Rumusan intensifikasi pekarangan masa depan sangat menentukan dari
keberadaan input dari alam sekitar dan bersifat lokal sehingga petani
tidak tergantung pada input dari luar yang membutuhkan biaya yang
lebih tinggi. Sehingga petani akan lebih kreatif dan mendiri dalam
melaksanakan intensifikasi pekarangan untuk keluarga petani.
B. SARAN
1. Bagi Pemerintah Desa Sambirejo, sebaiknya ikut berpartisipasi dalam
pemantauan dan evaluasi dari kegiatan pekarangan terpadu agar petani
lebih termotivasi.
2. Bagi petani dan wanita tani, sebaiknya lebih memperhatikan keadaan
pekarangannya dan lebih kreatif memanfaatkan apa yang ada di
lingkungan sekitar guna meningkatkan kelestarian dan ketahanan pangan
keluarga.
3. Bagi penyuluh pertanian, sebaiknya melakukan pemantauan langsung pada
lokasi pekarangan terpadu untuk mengetahui keadaan pekarangan tiap
petani dan juga memudahkan dalam evaluasi.
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin dan Saebani. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Pustaka Setia.
Bandung
Anastasi, Thomas E. 1974. Desk Guide To Communition. Addison-Wesley
Publishing Company. Philippines.
Arifin, Bastanul. 2007. Diagnosis ekonomi Pangan dan Ekonomi. Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Astrid S. 1994. Pembangunan Masyarakat Pedesaan Suatu Telaah Analitis
Masyarakat Wamena, Irian jaya. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta.
Awang , B. 1999. Kebijakan pangan nasional. PT. Dharma karsa utama. Jakarta
Buckett, M. 1988. An Introdution To Farm Organisation and Management.
Pergamon Press. U.S.A.
Bungin, B. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Cooper, E. 1995. Agriscience Fundamentals and Applications. Delmar Publishers.
Tokyo.
Cambers, Robert. 1996. Partipatory Rural Appraisal Memahami Desa Secara
Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta
Cheryl E. Czuba. 1999. Empowerment. University of Connecticut Cooperative
Extension System. Haddam,
Connecticut.cczuba@canr1.cag.uconn.edu Diakses pada hari Minggu
tanggal 13 Juni 2010.
Danim, Sudarwan. 2002. Menjadi Peneliti Kualitatif. Pustaka Setia. Bandung
Davran, Müge. 2004. Participation of Women Farmer and Women Agricultural
Engineer to Water Management in Turkey From the Gender Point of
View: Threads and Opportunities. http://www.fao.org.. Diakses pada
hari Minggu tanggal 30 Agustus 2009.
Dinas Pertanian Provinsi Sumatra. 2008. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT)
Jagung.http://209.85.175.104/search?q=cache:3JAzv7bAohYJ:www.d
enpasarkota.go.id. Diakses Pada Tanggal 25 Oktober Pukul 17.00
WIB.
Gulo, W. 2002. Metodologi Penelitian. PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Jakarta.
Hagul, Peter. 1992. Pembangunan Desa dan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Rajawali Pers. Jakarta.
Hawkins, HS. Van den Ban, AW. 1999. Penyuluhan Pertanian. Penerbit
Kanisius. Yogyakarta
Hernanto. F. 1984. Petani Kecil Potensi dan Tantangan Pembangunan. Ganesha.
Jakarta
Ibrahim, 2003. Dasar-dasar Penyuluhan pertanian. Erlangga. Yogyakarta.
Kontjaraningrat. 1990. Pengantar Ilmu Antropologi. Rineka Cipta. Jakarta.
Mardikanto, T dan Sri Sutarni. 1982. Pengantar Penyuluhan Pertanian. LSP3.
Surakarta
. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
. 1994. Bunga Rampai Pembangunan Pertanian. UNS Press.
Surakarta.
. 1996. Penyuluhan Pembangunan Kehutanan. UNS Pers. Surakarta
. 2009. Membangun Pertanian Modern. UNS Pers. Surakarta
. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Pers. Surakarta
Matsui, Yayori. 2002. Perempuan Asia. Obor Indonesia. Jakarta.
Moleong, L. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT. Remaja Rosdakarya.
Bandung.
Mosher, A. T. 1978 Menggerakkan dan Membangun Pertanian Syarat-Syarat
Pokok Pembangunan dan Modernisasi. Yasaguna. Jakarta.
Mubyarto. 1994. Keswadayaan Masyarakat Desa Tertinggal. Adtya Media.
Yogyakarta.
Nawawi, H dan Mimi. 1996. Penelitian Terapan. Gadjah Mada University.
Yogyakarta.
Pearson, Scoott. 2004. Applications of The Policy Analisis Matrix in Indonesian
Agriculture. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
PPK-LIPI. 2004. Ketahanan Pangan, Kemiskinan dan Demografi Rumah Tangga.
Seri Penelitian PPK-LIPI No. 56/2004. Jakarta: Puslit kependudukan _
LIPI
Prijono, OS dan AMW Pranarka. 1996. Pemberdayaan; Konsep, Kebijakan dan
Implementasi. Jakarta. CSIS.
Prayitno dan Lincolin. 1987. Petani Desa dan Kemiskinan. BPFE. Yogyakarta.
Rachmadi. 1988. Informasi dan Komunikasi Dalam Percaturan Internasional. PT.
Alumni. Bandung.
Raharto, Aswatini dan Haning Romdiati. 1999. “Identifikasi Rumah Tangga
Miskin”, dalam Seta, Ananto Kusuma et.al (editor), Widyakarya
Nasional Pangan dan Gizi VII, hal: 259-284. Jakarta: Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia.
Rahardjo. 1999. Pengantar Sosiologi Pedesan dan Pertanian. Universitas Gadjah
Mada Press. Yogyakarta
Reinjntjes, Bertus. 1992. Pertanian Masa Depan. Kanisius. Yogyakarta.
Robbins. 2002. Prinsip-Prinsip Perilaku Organisasi. Erlangga. Jakarta.
Sajogyo, Pudjiwati. 1983. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat
Desa. CV Rajawali. Jakarta
. 1994. Menuju Gizi Baik Yang Merata di Pedesaan dan Di Kota. Gajah
Mada Press. Yogyakarta.
Salikin, Karwan. 2005. Sistem Pertanian Berkelanjutan. Kanisius. Yogyakarta.
Slamet, Y.1989. Konsep-konsep Dasar Partisipasi Sosial. Pusat Antar
Universitas-Studi Sosial, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Slamet, Y. 1994. Pembangunan Masyarakat Berwawasan Partisipasi. UNS Press.
Surakarta.
Soeharto, Edi. 2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Refika
Aditama. Bandung.
Soetomo. 2007. Strategi-Strategi Pembangunan Masyarakat. Pustaka Pelajar.
Yogyakarta.
Soetomo. 2009. Pembangunan Masyarakat Merangkai Sebuah Kerangka. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.
Soetriono. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian. Bayu Media Publishing. Malang
Sugandhy, Aca. 2007. Prinsip Dasar Kebijakan Pembangunan Berkelanjutan
Berwawasan Lingkungan. Bumi Aksara. Jakarta
Suhartono. 1995. Metode Penelitian Sosial. Remaja Roesdakarya, Bandung
Sulistiyani, Ambar. 2004. Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Gava
Media. Yogyakarta.
Suryana, A. 2003. Kapita Selekta Evolusi Pemikiran Kebijakan Ketahanan
Pangan. BPFE. Yogyakarta.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik, Pemasyarakatan dan
Pengembangannya. Kanisius. Yogyakarta.
Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Penerapannya
dalam Penelitian. UNS Press. Surakarta
Sutrisno. 1999. Pertanian Pada Abad 21. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta
Usman, Sunyoto. 2003. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat,
Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Wilkinson, A. 1998. Empowerment: theory and practice. Personnel Review.
http://hermia.emeraldinsight.com
Yin, K. 2000. Study Kasus Tunggal (Desain dan Metode). PT. Raja Grafindo
Persada. Jakarta.
DATA SUBJEK DAN INFORMAN
PENELITIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI
DALAM PROGRAM PEKARANGAN TERPADU
DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
No
Nama Umur Pendidik
an
terakhir
Jumlah
Anggota
keluarga
Pekerjaan lain
anggota
keluarga
Luas
Lahan
usaha tani
/m2
Luas
Lahan
pekarang
an / m2
Pendapatan
Usaha
tani/bulan
Pendapatan
Non usaha
tani/bulan
Pendapatan
bersih
dari
pekarangan/
bulan
Total
pendapatan/
bulan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
11.
12.
13.
14.
Suratman
Lilis
Siswo Suwono
Sri Nuryani
Fajarudin L
Abdul Mukti
Daryoto
Encik
Mursiyo
Puji
Wariyo
Giyanto
Siswo Hartono
Sunaryo
35
55
37
53
32
67
40
30
53
32
54
40
58
54
SMP
SMP
SMP
SD
SMA
SD
SMP
SMP
SMA
PT
PT
SMP
SMA
PT
4
7
6
5
3
5
4
4
5
4
4
4
4
4
Supir
Pensiunan Guru
-
Pedagang
Guru
Pensiunan Guru
Pedagang
-
Wiraswasta
Guru
-
Pedagang
Wiraswasta
-
500
5000
7000
500
1000
5000
4000
3000
6000
4000
4000
3000
30000
5000
100
400
300
100
350
300
200
200
200
100
200
200
100
100
Rp. 700.000
Rp.1.500.000
Rp.1.600.000
Rp. 500.000
Rp. 800.000
Rp.1.900.000
Rp. 700.000
Rp. 500.000
Rp. 800.000
Rp. 600.000
Rp. 700.000
Rp. 500.000
Rp.3.000.000
Rp. 800.000
Rp. 300.000
Rp. 1.500.000
Rp. 500.000
Rp. 500.000
Rp. 1.700.000
Rp. 1.000.000
Rp. 1.200.000
Rp. 400.000
Rp. 400.000
Rp. 1.000.000
Rp. 600.000
Rp. 800.000
Rp. 1.000.000
Rp. 1.200.000
Rp. 200.000
Rp. 700.000
Rp. 300.000
Rp. 300.000
Rp. 700.000
Rp. 250.000
Rp. 150.000
Rp. 400.000
Rp. 300.000
Rp. 300.000
Rp. 400.000
Rp. 300.000
Rp. 300.000
Rp. 150.000
Rp. 1.200.000
Rp. 3.700.000
Rp. 2.400.000
Rp. 1.300.000
Rp. 3.200.000
Rp. 3.150.000
Rp. 2.050.000
Rp. 1.300.000
Rp. 1.500.000
Rp. 1.900.000
Rp. 1.700.000
Rp. 1.600.000
Rp. 4.300.000
Rp. 2.150.000
78.000 2.850 Rp.14.600.000 Rp.12.100.000 Rp.4.750.000 Rp.31.450.000
Rata-rata 200 Rp. 1.042.857 Rp. 864.286 Rp. 339.285 Rp. 2.246.428
Lampiran 1
Hasil Wawancara Penelitian Pekarangan terpadu
No Pertanyaan Subjek/Informan Jawaban
1 Motivasi Anda memanfaatkan
pekarangan
Wariyo Menambah pendapatan keluarga dan
memanfaatkan pekarangan yang tidak
teratur.
2 Informan yang sudah
melaksanakan pekarangan
terpadu secara optimal
Pak Naryo (PPL) Bu lilis, dan dijadikan lokasi
percontohan di tingkat desa.
3 Keterlibatan langsung dalam
kegiatan pekarangan terpadu
Bu Lilis Keluarga terlibat langsung sepagar
manajer dan pelaksana, tapi kadang di
bantu pekerja untuk membuat kolam
dsb.
Fajarudin L Semua dilakukan keluarga sendiri
4 Yang bertanggungjawab dalam
program pekarangan terpadu
Bu Lilis Petani pemilik pekarangan sendiri
sebagai penanggung jawab mutlak,
Dan PPL sebagai pendamping
Pak Daryoto
(Koordinator
PPL)
Pemerintah Kelurahan, karena yang
mengusulkan program ini. Tapi
kenyataannya belum ada tindak lanjut
dari pemerintah sendiri. Semua
diserahkan kepada petani agar mandiri
dan di damping oleh PPL desa.
Giyanto Pemerintah Desa, tapi telah di serahkan
ke PPL sebagai pendamping, Kelurahan
hanya menerima leporannya saja.
5 Keterlibatan pemerintah pada
awal program
Puji Adanya penyuluhan besar untuk semua
kelompok tani di Dsa Sambirejo dan
pemerintah pusat mengusulkan program
ini. Dengan catatan, modal berasal dari
petani sendiri.
Sri Nuryani Cuma sekali waktu disuruh
memanfaatkan pekarangan, suruhbuat
pekarangan terpadu, nanti akan di bantu
penyuluh.
Ada juga bantuan kambing gaduhan,
tapi udah lama itu.
Giyanto Pemerintah yang mengusulkan dan
mengurusi semua program pertanian
terpadu ke dinas, untuk program
pekarangan terpadu di serahkan kepada
PPL sebagai pendamping.
6 Keterlibatan pemerintah pada
pelaksanaan program
Bu Lilis Penyuluh sering melihat ke pekarangan,
kadang-kadang membantu memperbaiki
kandang dan mengarahkan yang salah.
Ada juga pemantauan dari dinas
perikanan yang memantau keadaan
perikanan saya.
Lampiran 2
Sri Nuryani Ada penyuluhan dengan wanita tani,
jadi bisa Tanya-tanya masalah
pekarangan.
7 Keterlibatan pemerintah pada
evaluasi dan pemanfaatan hasil
program
Bapak Siswo
Hartono
Evaluasi hanya di di tingkat kelompok
tani dan gapoktan, itu puin hanya
sebatas laporan lisan dari petani
pelaksana.
Selanjutnya dari pihak petani sendiri
yang mengevaluasi.
Wariyo Tidak ada evaluasi, hasil dimanfaatkan
sendiri sama keluarga. Tapi jika ditanya
ya tetap meningkat pendpatannya.
Suratman Pemerintah tidak Tanya apa-apa, hanya
penyuluh yang menanyakan, tapi tetap
keluarga dan tetangga yang menikmati
hasilnya.
8 Mendapatkan informasi
darimana?
Sri Nuryani PPL, di waktu ketemu dan penyuluhan.
Ke Ketua KWT
Siswo Suwono Ke PPL dan Ketua Gapoktan
9 Organisasi lokal yang di ikuti Sri Nuryani dan
puji
KWT, Kelompok ternak ayam buras dan
PKK
Suratman, encik,
Fajar
Kelompok Tani, Karang taruna
10 Kontribusi organisasi terhadap
pekarangan terpadu
Mursiyo Tambah pengetahuan tentang budidaya
ternak dan ikan yang baik.
Abdul Mukti Dapat ilmu tentang ternak itik dan ikan
lele.
Suratman Tahu cara daur ulang kompos yang
baik.
11 Yang merancang tata letak
tanaman, ternak dan ikan
Bu Lilis Awalnya saya dan keluarga, tapi
kemudian di ubah sama-sama penyuluh
waktu meninjau dirumah.
Encik Saya sendiri, awalnya seadanya aj. Tapi
setelah ikut penyuluhan agak saya ubah.
12 Ternak yang di pelihara di
pekarangan
Bu Lilis Ayam 25 ekor
Itik 20 ekor
Kelinci 4 ekor
Wariyo Kambing4 ekor
Burung Merpati2 ekor
Itik2 ekor
Ayam 12 ekor
Kelinci2 ekor
Sri Nuryani Ayam 30 ekor
Burung dara 10 ekor
Kelinci 7 ekor
Fajarudin L Sapi3 ekor
Ayam 25 ekor
Bebek50 ekor
Kambing8 ekor
Angsa3 ekor
13 Jenis dan jumlah ikan yang
dibudidayakan di pekarangan
Bu Lilis Lele dumbo Bibit 10.000 ekor
Encik Lele 500 ekor
Puji Lele dumbo 1500 ekor
Sri Nuryani Lele 300 ekor
Fajarudin L Lele 2500 ekor
PEDOMAN WAWANCARA
A. SUBYEK
Nomor Subyek :
Nama Subyek :
Umur :
Hari/ tanggal :
Tempat :
Waktu wawancara :
B. INTENSIFIKASI PEKARANGAN
1. Apa motivasi Anda memanfaatkan pekarangan Anda?
2. Sejauhmana Anda mengetahui mengenai intensifikasi pekarangan yang dilaksanakan
ini?
C. FAKTOR INTERN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
3. Jumlah Anggota Keluarga
Berapa jumlah anggota keluarga anda?
4. Pendidikan
Apasajakahkah pendidikan setiap anggota keluarga Anda?
5. Luas Lahan
Berapa luas lahan pertanian yang Anda garap?
………..Ha
Berapa luas lahan pekarangan yang Anda miliki?
………..Ha
D. FAKTOR EKSTERN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
6. Akuntabilitas.
Siapakah yang bertangungjawab atas program Pekarangan Terpadu?
Sejauhmana pihak pemerintah terlibat dalam program Pekarangan Terpadu?
Bagaimana keterlibatan pemerintah pada awal program Pekarangan Terpadu?
Bagaimana keterlibatan pemerintah pada saat pelaksanaan program Pekarangan
Terpadu?
Bagaimana keterlibatan pemerintah pada saat pemanfaatan hasil dari program
Pekarangan Terpadu?
Bagaimana peran Penyuluh Pertanian terhadap program Pekarangan Terpadu?
Lampiran 3
7. Aksesitas Informasi.
Apakah Anda pernah kesulitan dalam mandapatkan informasi mengenai
pekarangan terpadu yang di anjurkan oleh pemerintah?
Ya/Tidak, jika ya bagaimana Anda mandapatkan informasi tersebut?
Jika tidak, darimana Anda mendapatkan informasi mengenai pekarangan terpadu?
Kepada siapa Anda bertanya tentang pekarangan terpadu?
Apakah Anda pernah kesulitan dalam mengakses informasi pasar?
8. Kapasitas Organisasi Lokal
Apakah Anda mengikuti organisasi lokal di desa?
Ya/Tidak, jika ya organisasi apa?
Apakah Anda merasakan manfaat setelah mengikuti organisasi tersebut?
Apakah kontribusi organisasi yang diberikan terhadap kegiatan pekarangan
terpadu?
Apakah Anda aktif dalam kegiatan organisasi tersebut?
9. Partisipasi
Sejauhmana partisipasi Anda dalam kegiatan perencanaan program pekarangan
terpadu yang meliputi
a. Kehadiran dalam rapat pengambilan keputusan?
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
b. Memberikan gagasan/ pertanyaan dalam rapat perencanaan pekarangan
terpadu?
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
c. Memberikan tanggapan atas gagasan/pertanyaan yang diberikan dalam rapat
perencanaan program pekarangan terpadu?
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
Sejauhmana partisipasi Anda dalam kegiatan pelaksanaan program pekarangan
terpadu yang meliputi
a. Kehadiran dalam penyuluhan?
1) Tidak pernah hadir
2) Jarang (2-5)
3) Kadang-kadang (5-7)
4) Sering (7-10)
5) Selalu (>10)
b. Keterlibatan petani dalam penataan tanaman pekarangan?
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
c. Keterlibatan petani dalam pengembangan ternak di pekarangan ?
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
d. Keterlibatan petani dalam pengembangan perikanan di pekarangan ?
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
e. Keterlibatan petani dalam penentuan jenis tanaman di pekarangan ?
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
Sejauhmana partisipasi Anda dalam kegiatan pemantauan program pekarangan
terpadu yang meliputi
a. Keterlibatan petani dalam memantau pekarangan terpadu
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
b. Keterlibatan petani dalam mengevaluasi kegiatan di pekarangan terpadu
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
Sejauhmana partisipasi Anda dalam kegiatan pemanfaatan hasil dari program
pekarangan terpadu yang meliputi
a. Keterlibatan petani dalam kegiatan pemanenan hasil
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
b. Keterlibatan petani dalam kegiatan pemanfaatan hasil dari pekarangan
1) Tidak pernah
2) Jarang
3) Kadang-kadang
4) Sering
5) Selalu
c. Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Pekarangan Terpadu
1) Sangat rendah
2) Rendah
3) Sedang
4) Tinggi
5) Sangat tinggi
E. PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
10. Penyuluhan
Apa manfaat yang Anda peroleh dari kegiatan penyuluhan mengenai pekarangan
terpadu?
Apakah Anda mengikuti kegiatan penyuluhan?
Ya/Tidak, jika ya berapa kali anda mengikutinya?
Jika tidak, mengapa Anda tidak mengikutinya?
11. Penataan Pekarangan
Siapakah yang merancang tata penanaman tanaman, letak kandang dan kolam di
pekarangan Anda?
12. Pengembangan ternak
Apakah Anda memelihara ternak di pekarangan?
Ya/Tidak, jika ya apasaja ternak yang Anda pelihara?
Berapa jumlah ternak yang Anda budidayakan?
Siapa yang membuat kandang ternak di pekarangan Anda?
13. Pengembangan perikanan
Apakah Anda memelihara ikan di pekarangan Anda?
Ya/Tidak, jika ya apasaja jenis ikan yang anda budidayakan?
Berapa jumlah ikan yang Anda budidayakan?
Siapa yang membuat kolam ikan di pekarangan Anda?
Berapa jumlah kolam yang anda miliki untuk budidaya ikan di pekarangan Anda?
14. Pemilihan tanaman pekarangan
Apasajakah komoditas tanaman sayuran yang ada di pekarangan Anda?
Apasajakah komoditas tanaman buah-buahan yang ada di pekarangan Anda?
Apasajakah komoditas tanaman hias yang ada di pekarangan Anda?
Apasajakah komoditas tanaman obat-obatan yang ada di pekarangan Anda?
Apa saja kegiatan yang Anda lakukan dalam pemeliharaan pekarangan?
F. PENINGKATAN PRODUKTIVITAS LAHAN PEKARANGAN DAN
PENDAPATAN PETANI
15. Apakah Anda merasakan manfaat dari program pekarangan terpadu?
Ya/Tidak. Jika ya, apa saja manfaat yang bisa Anda rasakan?
Jika tidak, mengapa?
16. Dampak apa yang Anda rasakan dari kegiatan pekarangan terpadu?
17. Produktivitas
Apakah Anda merasakan adanya peningkatan produktivitas rumah tangga dari
kegiatan intensifikasi pekarangan?
Ya./Tidak, jika ya seberapabesar peningkatan produktivitas Anda?
Berapa Produktivitas dari hasil budidaya tanaman di pekarangan Anda?
Berapa Produktivitas dari hasil beternak di pekarangan Anda?
Berapa Produktivitas dari hasil budidaya ikan di pekarangan Anda?
18. Pendapatan
Apakah Anda merasakan adanya peningkatan pendapatan dari kegiatan
intensifikasi pekarangan?
Ya./Tidak, jika ya seberapabesar peningkatan pendapatan Anda?
Berapa Pendapatan usaha tani Anda perbulan?
Berapa Pendapatan non usaha tani Anda perbulan?
Berapa Pendapatan dari pekarangan Anda sebelum melaksanakan pekarangan
terpadu?
Berapa Pendapatan dari pekarangan Anda setelah melaksanakan pekarangan
terpadu ?
CATATAN HARIAN PENELITIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DALAM PROGRAM PEKARANGAN TERPADU DI DESA SAMBIREJO
KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
No Tanggal Subyek/
Informan
Kegiatan Tempat Dokumen Keterangan
PRA PENELITIAN
1. 23 Agustus
2009
Bapak
Siswo
Hartono
Mencari informasi
mengenai program
pertanian di
Gapoktan Desa
Sambirejo
Rumah
Ketua
Gapoktan
(Bapak
Siswo
Hartono)
Pedoman
FMA dan
PRA
Program kegiatan pertanian di Gapoktan tahun ini antara lain pembuatan pupuk
bokasi, pupuk organik, PUAP, SLPTT dan pekarangan terpadu.
PUAP sudah dilaksanakan dan sedang berlangsung, SLPTT pada bulan
November.
Pekarangan terpadu baru dirintis, evaluasi belum dilakukan dari pemerintah desa.
Pekarangan percontohan yang di tunjuk tingkat desa di rumah ibu Lilis Sambeng
III.
2. 25 Agustus
2009
Bapak
Sunaryo
Mengetahui
program pekarangan
terpadu
BPP Kec.
Ngawen
Proposal
kegiatan
pertanian
terpadu
Sampel pekarangan sebagai contoh pekarangan perintis yaitu di Bu Lilis Sambeng
III
Pertemuan membahas program ini dilakukan pada tanggal 15 tiap bulannya.
Bupati Gunungkidul juga menghimbau untuk menanam pagar dari tanaman
karena tahan kering dan bisa digunakan untuk pakan ternak
Komoditas yang di budidayakan di pekarangan: Ternak-Besar, Ternak Kecil,
Ikan, Tanaman obat, Hortikultura(Sayur dan Buah)
Arahan program pekarangan terpadu berasal dari Bupati Gunungkidul. Desa yang
di tunjuk sebagai desa percontohan adalah : Desa Bejiarjo, Desa Karangmojo, dan
Desa Sambirejo.
Program pertanian terpadu mendapatkan dana VIT sebesar 100jt. Namun untuk
program pekarangan terpadu tidak ada alokasi dana.Sehingga bersifat swadana
petani sendiri.
3. 21
November
2009
Sekretaris
Desa
Mengetahui
program
pembangunan Desa
Kelurahan
Desa
Sambirejo
Monografi
Desa
Profil Desa
Kegiatan pertanian yang mengetahui secara lengkap adalah kepada Bapak
Giyanto selaku Kepala Urusan Pembangunan.
4. 02
Desember
2009
Ibu Lilis Survey dan
wawancara
mengenai
pekarangan terpadu
Rumah
ibu Lilis
Denah lahan
pekarangan
Pekarangan bu Lilis merupakan lokasi percontohan yang dipilih dari beberapa
pekarangan sebagai contoh pekarangan terpadu yang nantinya akan di lombakan
di tingkat kabupaten.
PPL sering melihat kelokasi pekarangan milik Bu Lili, selain itu juga dari
penyuluh perikanan kabupaten memantau perkembangan dari ikan lele.
Peneliti di beritahu mengenai petani sekitar Bu Lilis yang juga sedang
melaksanakan program ini antara lain ibu Puji, Bapak Triman, Bapak Wagino.
Bu Lilis merupakan ketua kelompok wanita tani Dusun Sambeng III, anggota
gapoktan, ketua kelompok Dasa Wisma dan ketua PKK Dusun Sambeng III,
anggota kelompok tani, anggota kelompok ternak unggas dsb.
Lampiran 4
PENELITIAN
1. 30 Januari
2010
Bapak
Sunaryo
Wawancara dengan
PPL Desa Sambirejo
selaku pendamping
petani dalam
program pekarangan
terpadu
BPP Kec.
Ngawen
Buku
Petunjuk
KWT
Diversifika
si pangan
dan gizi
Buku
Intensifikas
i
Pekarangan
Buku
Pemanfaata
n Air
Budidaya
leledumbo
untuk
tanaman
sayuran
Wawancara dilakukan selama 30 menit PPL Pertanian dan PPL Perikanan Kab tidk ada koordinasi, PPL Pertanian sudah
merupakan multifungsi,jadi penyuluh yang berkembang dalam semua bidang
(Pertanian, perikanan, peternakan dsb), Jadi pihak PPL Perikanan Kabupaten
hanya berwenang sebagai pemantau dan mengawasi perkembangan perikanan
dalam pekarangan terpadu ini.
PPL mempunyai tugas:
# Melakukan kegiatan penyuluhan tentang teknik pemanfaatan pekarangan
# Menfasilitasi kegiatan penyuluhan
# Mengarahkan pelaksanaan pekarangan terpadu (Penanaman dab)
Bentuk partisipasi masyarakat dalam program Pekarangan terpadu
# Ikut penyuluhan secara aktif
# Praktek dirumah belum semua melaksanakan pekarangan terpadu
# Tingkat adopsi relative
# Adanya pembinaan dari kabupaten
2. 13 Februari
2010
Bu Lilis Wawancara dengan
Bu Lilis selaku
ketua kelompok
wanita tani
Rumah Bu
Lilis
Agenda
Kelompok
Wanita
Tani
Dusun
Sambeng
III
Wawancara dilakukan selama 90 menit Partisipasi masyarakat petani anggota KWT, Dasa Wisma dan Kelompok tani :
# Dalam menghadiri kegiatan penyuluhan: Aktif (banyak yang datang)
# Tapi yang melaksanakan belum sepenuhnya, karena alasan diatas.
# Penyuluh hanya membina dalam penataan penanaman dan pembuatan kolam.
Tapi yang melakukan semuanya dari pihak keluarga petani sendiri.
# Penyuluh melakukan penyuluhan setiap bulan sekali
# Penyuluh memonitoring kadang2 untuk melihat perkembangan tanaman dan
membantu petani mengenai perkembangan tanaman dan ternak serta ikan.
# Hasil dari pekarangan
Di konsumsi sendiri dan untuk tetangga sekitar rumah
Jika jumlahnya banyak, dijual ke pasar tradisional desa.
Tanaman keras digunakan sebagai pelindung dan merupakan tanaman
tahunan sebagai asset masa depan.
kotoran ternak di manfaatkan sebagai pupuk organik bersama dengan
kompos.
Kendala dalam melaksanakan pekarangan terpadu:
# Luas pekarangan yang sempit dan halaman yang di semen.
# Kurangnya akses pada bibit tanaman yang akan ditanam
# Tingkat perekonomian keluarga yang rendah
# Pekerjaan sebagai petani yang lebih banyak menyita waktu untuk di sawah
dibanding dirumah.
# Jumlah anggota keluarga yang sedikit, sehingga tenaga kerja keluarga untuk
mengurusi pekarangan kurang.
3. 26 Februari
2010
Bapak
Siswo H
Wawancara dengan
Bapak Siswo
Hartono selaku
ketua Gapoktan
Desa Sambirejo
Rumah
Bapak
Siswo
Hartono
Dokumen
Kelompok
tani Desa
Sambirejo
Dokumena
nggota
Gapoktan
Desa
Sambirejo
Wawancara dilakukan selama 20 menit Pelaksana program pekarangan terpadu di beberapa kelompok tani antara lain
adalah Bapak Siswo suwono, Bapak Nemu, Bapak Abdul Mukti, Bapak
Fajarudin, Ibu Lilis, Bapak Mursiyo.
Data anggota Gapoktan ada 20 anggota
Data kelompok tani di Desa Sambirejo ada 9 Kelompok tani
4. 28 Februari
2010
Bu Lilis Wawancara dengan
Ibu Lilis
Rumah Bu
Lilis
- Wawancara dilakukan selama 60 menit
Tujuan melaksanakan pekarangan terpadu ini untuk memenuhi kebutuhan
keluarga.
Luas lahan pekarangan : Sekitar 0,5 Ha
Komoditas yang di budidayakan di pekarangan a. l kelapa, mangga, sawo,
jambu air, kelengkeng, duku, duren, nangka, pisang, jeruk nipis, rambutan,
sukun, belimbing, srikaya, kedondong. Sedangkan untuk tanaman sayuran
antara lain: kacang panjang, cabai, salam, pandan, tomat, mentimun, ubi
kayu, ubi jalar, terung. Sedangkan tanaman obat-obatan yang di
budidayakan antara lain: daun dewa, kunyit, temu giring, gingseng jawa,
mahkota dewa, kumis kucing, daun sirih, lengkuas, dan lain sebagainya.
Jenis ternak yang dibudidayakan antara lain: Ayam, itik, kelinci.
Jenis Ikan : Ikan Lele dumbo
Kolam : Permanen ( 6 buah Kolam ) ukuran 4x5
Kolam terpal
Penataan ruang penanaman di pekarangan di lakukan sendiri oleh pemilik
pekarangan dan di bantu di arahkan oleh penyuluh pertanian Bapak
Sunaryo.
Mulai penanaman tanaman pada pekarangan: Sudah lama, dan sekarang
komoditasnya ditambahi dan mulai di tata agar lebih rapi 5. 7 Maret
2010
Bapak
Siswo
Hartono
Mencari data
kelompok tani
pelaksana
Rumah
Bapak
Siswo
Data
pengurus
Gapoktan
Wawancara dilakukan selama 20 menit
Kelompok tani yang sudah melaksanakan antara lain: Kelompok tani
Sentul sari, Al-Barokah, dan Dadi manunggal.
pekarangan terpadu
dengan Ketua
Gapoktan
Hartono Daftar
inventeris
kelompok
tani
Profil
kelompok
tani desa
sambirejo
Data
pengurus
kelompok
tani di
Desa
Sambirejo
Peta Desa
Sambirejo
Pertemuan Gapoktan dnan seluruh kelompok tani di adakan setiap bulan
pada tanggal 15.
Anggota kelompok wanita tani yang melaksanakan adalah ibu Puji, ibu
Nuryani, dan yang jelas ibu Lilis.
6. 10 Maret
2010
Ibu Lilis Wawancara Bu Lilis
dan observasi di
pekarangan milik
Ibu Lilis.
Rumah ibu
Lilis
- Wawancara dilakukan selama 90 menit mengenai produktivitas lahan
pekarangan yang di peroleh dari tanaman, ternak dan ikan.
Pendapatan yang di peroleh selama melaksanakan pekarangan terpadu
relative tinggi minimal mampu mencukupi kebutuhan konsumsi keluarga. Bapak
Fajarudin
Wawancara dengan
Bapak Fajarudin dan
observasi di
pekarangan milik
Bapak Fajarudin
Rumah
Bapak
Fajarudin
- Wawancara dilakukan selama 45 menit
Lokasi pekarangan Bapak Fajar cukup luas, namun tanaman yang ditanami
belum begitu beragam. Sebagian
Ibu Sri
Nuryani
Wawancara dengan
Ibu Sri Nuryani dan
observasi di
pekarangan milik
Ibu Sri Nuryani
Rumah Ibu
Sri Nuryani
- Wawancara dilakukan selama 30 menit
Beliau merasakan manfaat dari mengikuti organisasi lokal seperti
kelompok wanita tani dan PKK.
Hasil dari panen ikan dan tanaman sayuran dari pekarangan hanya
dimanfaatkan untuk konsumsi keluarga sendiri, sebagian juga di berikan
kepada tetangga.
Pekarangan Ibu Sri Nuryani tidak begitu luas, tapi sekeliling rumah di
tanami berbagai tanaman dan juga kolam ikan berukuran 2x3 di depan
rumah. Bapak
Wariyo
Wawancara dengan
Bapak Wariyo dan
observasi di
pekarangan milik
Bapak Wariyo
Rumah
Bapak
Wariyo
- Wawancara dilakukan selama 45 menit
Bapak
Sunaryo
Wawancara dengan
Bapak Sunaryo
Rumah
Bapak
Sunaryo
- Wawancara dilakukan selama 30 menit karena Bapak PPL hendak pergi
menghadiri kegiatan pengubinan di desa lain.
Pekarangan terpadu ini bisa di siasati dengan menerapkan penanaman
pekarangan menggunakan hidroponik dan penanaman vertikal untuk
tanaman sayur2an
Penanaman dengan membudidayakan tanaman pagar untuk melindungi
rumah dari debu 11 Maret
2010
Bapak
Abdul
Mukti
Wawancara dengan
Bapak Abdul M dan
observasi
pekarangan
Rumah
Bapak
Abdul M
Wawancara dilakukan selama 60 menit
Memelihara rerumputan di lahan pekarangan agar terlihat hijau dan juga
bisa digunakan sebagai pakan ternak.
12 Maret
2010
Ibu Sri
Nuryani
Wawancara dengan
Ibu Sri Nuryani
observasi
pekarangan
Wawancara dilakukan selama 45 menit
Hasil dari tanaman sayuran dan buah hanya di konsumsi keluatga dan
tetangga, bahkan tidak di jual ke pasar. Karena hasilnya pun tidak
seberapa, banyakan di minta tetangga. Ibu Puji Wawancara dengan
Ibu Puji dan
observasi
pekarangan
Wawancara dilakukan selama 70 menit
Hasil produktivitas yang diperoleh dari pekarangan relative tinggi,
sebagian di jual di pasar, tapi juga kebanyakan dikonsumsi sendiri.
Lahan pekarangan millik bu Puji cukup luas, dan sebagian besar di tanami
tanaman sayur dan buah-buhan seperti mangga, sawo, jambu air dan
rambutan. Bapak
Encik
Wawancara dengan
Bapak Encik
observasi
pekarangan
Wawancara dilakukan selama 45 menit
Selama ini, lahan pekarangan saya atur sendiri. Letak2 tanaman dan kolam
saya atur sendiri. Penyuluh tidak pernah datang ke pekarangan saya.
20 Maret
2010
Bapak
Darno
Wawancara dilakukan selama 30 menit
Penanggungjawab program ini sebenarnya ada pada pemerintah desa
karena program ini di usulkan dari pemerintah pusat dan juga PPL hanya
ditunjuk sebagai pendamping program ini. Bapak
Sunaryo
Wawancara dilakukan selama 30 menit
Pelaksanaan program dimulai pada tahun 2008 dengan melibatkan
Pemerintah Desa Sambirejo dan juga PPL Kecamatan Ngawen. Bapak
Giyanto
Wawancara dilakukan selama 25 menit
Dari pemerintah desa selama ini belum melaksanakan evaluasi secara
langsung, melainkan melalui perantara PPL desa Bpak Sunaryo. 21 Maret
2010
Bapak
Mursiyo
Wawancara dengan
Bapak Mursiyo dan
observasi
Wawancara dilakukan selama 50 menit
pekarangan
Bapak
Siswo
Suwono
Wawancara dengan
Bapak Siswo
Suwono dan
observasi
pekarangan
Wawancara dilakukan selama 60 menit
25 Maret
2010
Bapak
Giyanto
Wawancara dengan
Bapak Giyanto dan
selaku Kaurbang
desa Sambirejo
Wawancara dilakukan selama 30 menit
`
Data Produktivitas Tanaman Sayuran Petani setelah Melaksanakan Pekarangan Terpadu
No Nama
Komoditas Tanaman Sayuran (Kg/masa panen)
Mentimun
Terung Kacang
panjang
Cabai Tomat Ubi Kayu
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
Wariyo
Sri Nuryani
Siswo Suwono
Lilis
Puji
Suratman
Fajarudin L
Abdul Mukti
Encik
Mursiyo
7
7
13
15
9
-
-
-
7
10
-
15
-
10
5
10
10
7
10
-
10
14
20
15
-
20
-
-
25
15
6
12
5
8
13
7
5
5
4
9
-
5
10
20
10
5
5
10
5
20
30
30
50
60
40
30
40
70
50
80
68 67 119 74 90 430
Rata-rata/RT 9,7 9,5 17 7,4 10 43
Data Produktivitas Tanaman Buah di Pekarangan
No Nama Komoditas Tanaman Buah (Kg/Masa Panen)
Mangga
Sawo Rambutan Jambu air Pisang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
Wariyo
Sri Nuryani
Siswo Suwono
Lilis
Puji
Suratman
Fajarudin L
Abdul Mukti
Encik
Mursiyo
30
-
40
40
40
20
20
30
20
40
-
-
30
30
-
20
40
40
-
30
15
-
20
20
40
15
-
20
-
15
10
15
15
10
20
15
-
20
10
20
15
20
30
60
20
30
30
40
20
30
280 190 145 135 295
Rata-rata/RT 31,1 31,6 20,7 15 29,5
Lampiran 5
Data Produktivitas Ternak di Pekarangan
Data Produktivitas Ikan Lele Setelah Melaksanakan Pekarangan Terpadu
No Nama Komoditas ternak (ekor)
Ayam
Bebek Angsa Kambing Sapi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
Wariyo
Sri Nuryani
Siswo Suwono
Lilis
Puji
Suratman
Fajarudin L
Abdul Mukti
Encik
Mursiyo
4
8
20
25
-
8
15
15
20
10
10
-
-
20
-
-
50
20
-
40
2
2
-
4
2
-
3
2
-
2
-
4
2
-
-
2
-
8
6
3
-
-
3
-
4
2
2
2
1
2
121 140 17 25 16
Rata-rata/RT 13,4 28 2,4 4,1 2,3
No Nama Produktivitas Ikan Lele(Kg/masa panen
3 bulan)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9
10.
Wariyo
Sri Nuryani
Siswo Suwono
Lilis
Puji
Suratman
Fajarudin L
Abdul Mukti
Encik
Mursiyo
240
240
300
750
600
210
300
400
240
600
3880
Rata-rata/RT 388
ANALISIS PARTISIPASI MASYARAKAT PETANI DALAM PROGRAM
PEKARANGAN TERPADU
Partisipasi Petani pada Tahap Perencanaan Program Pekarangan Terpadu
No Kriteria Skor Jumlah
(orang)
Prosentase
(%)
Median
1.
.
2.
3.
Kehadiran dalam rapat
pengambilan keputusan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Memberikan gagasan/
pertanyaan dalam rapat
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Memberikan tanggapan
atas gagasan/pertanyaan
yang diberikan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0
1
2
7
0
0
4
4
1
1
0
0
0
0
10
0
10
20
70
0
0
40
40
10
10
0
0
0
0
100
4
3
5
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
Lampiran 6
Partisipasi Petani pada Tahap Pelaksanaan Program Pekarangan Terpadu
No Kriteria Skor Jumlah
(orang)
Prosentase
(%)
Median
1.
.
2.
3.
4.
5.
Kehadiran dalam penyuluhan
Tidak pernah hadir
Jarang (2-5)
Kadang-kadang (5-7)
Sering (7-10)
Selalu (>10)
Keterlibatan petani dalam
penataan tanaman
pekarangan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Keterlibatan petani dalam
pengembangan ternak di
pekarangan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Keterlibatan petani dalam
pengembangan perikanan di
pekarangan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Keterlibatan petani dalam
penentuan jenis tanaman di
pekarangan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0
0
0
4
6
0
0
3
6
1
0
0
1
4
5
0
0
5
4
1
0
2
4
2
2
0
0
0
40
60
0
0
30
60
10
0
0
10
40
50
0
0
50
40
10
0
20
40
20
20
5
4
5
3
3
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
Partisipasi Petani pada Tahap Pemantauan dan evaluasi Program Pekarangan Terpadu
No Kriteria Skor Jumlah
(orang)
Prosentase
(%)
Median
1.
.
2.
Keterlibatan petani dalam
memantau pekarangan terpadu
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Keterlibatan petani dalam
mengevaluasi kegiatan di
pekarangan terpadu
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0
0
0
0
10
0
0
0
0
10
0
0
0
0
100
0
0
0
0
100
5
5
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
Partisipasi Petani pada Tahap Pemanfaatan Hasil Program Pekarangan Terpadu
No Kriteria Skor Jumlah (orang) Prosentase(%) Median
1.
.
2.
3.
Keterlibatan petani dalam
kegiatan pemanenan hasil
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Keterlibatan petani dalam
kegiatan pemanfaatan hasil dari
pekarangan
Tidak pernah
Jarang
Kadang-kadang
Sering
Selalu
Manfaat yang diperoleh dari
kegiatan Pekarangan Terpadu
Sangat rendah
Rendah
Cukup
Tinggi
Sangat tinggi
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
1
2
3
4
5
0
0
0
0
10
0
0
0
0
10
0
0
0
4
6
0
0
0
0
100
0
0
0
0
100
0
0
0
40
60
5
5
5
Sumber: Analisis Data Primer, 2010
TRIANGULASI SUMBER
PENELITIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DALAM PROGRAM PEKARANGAN TERPADU
DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
A. INTENSIFIKASI PEKARANGAN
Pertanyaan 1. Apa motivasi Anda memanfaatkan pekarangan Anda? No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Ya untuk menambah pendapatan keluarga mbak, kan bisa mengurangi uang buat
ke pasar kalau sayuran, buah, ayam dan lele sudah punya sendiri dirumah. Lagian
bisa bagi-bagi sama tetangga, rasanya seneng.
Bisa menambah penghasilan mbak, kan uangnya juga bisa buat keperluan lain.
Lagian ne juga di sarankan dari desa, jadi dilaksanakan saja, kan pekarangan juga
biar terawat.
Buat nambah konsumsi keluarga saja, biar kalau butuh masak apa-apa tinggal
ambil di kebun. Jadi tidak perlu ke pasar tiap hari.
Kalau ikan dan ternak itu karena hobi saja, tapi semenjak ada program pekarangan
terpadu ini tanaman semakin di tata lagi, ternyata hasilnya lumayan untuk makan
keuarga sehari-hari.
Buat makan sehari-hari mbak, lagian agak jauh dari pasar jadi kalau di
pekarangan dan ada ya tinggal ambil aja. Kalau ada tetangga/saudara pengan ikan
juga bisa ngasih. Alqamdulillah juga bisa makan lele hampir tiap hari, jadi gizi
keluarga bertambah.
Memelihara ikan dan ternak kelinci dan burung ini hanya hibi saya saja sejak
dahulu. Trus istri juga rajin memelihara tanaman di pekarangan jadi bisa lebih
menghemat pengeluaran belanja
.Buat ngisi waktu aja mbak, dari pada nganggur dirumah, lahian saya sudah tua,
mau kesawah juga gak kuat lama. Syukur aja bisa nambah-nambah penghasilan.
Awalnya Cuma pengen-pengen tetangga punya ikan, trus kebetulan juga punya
ternak lumayan, jadi kenapa tidak sekalian di lengkapi kayak pekarangan terpadu
itu, gitu.
Motivasi terbesar dari
petani subyek adalah
untuk menambah
pendapatan keluarga,
selain itu untuk memenuhi
kebutuhan konsumsi
keluarga sehari2
Dengan tersedianya
sayuran, buah, dan ikan di
pekarangan sendiri di rasa
lebih menghemat
pengeluaran untuk
konsumsi keluarga pada
sehari-harinya. Lagi pula
bisa berbagi dengan
tetangga sangat
menyenangkan.
Lampiran 7
9.
10.
12 Maret 2010
21 Maret 2010
Puji
Mursiyo
Untuk menambah bahan makanan keluarga mbak. Lagian pasar juga agak jauh
dari rumah. Jadi bisa lebih hemat juga.
Menambah pendapatan keluarga dan memanfaatkan pekarangan yang tidak
teratur.
Pertanyaan 2. Sejauhmana Anda mengetahui mengenai intensifikasi pekarangan yang dilaksanakan ini? No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Puji
Mursiyo
Memanfaatkan pekarangan sebaik mungkin. Ya dengan ditanami tanaman sayuran,
obat, hias, keras, buah, dan lain-lain yang bisa digunakan keluarga sendiri, seperti
warung hidupternak juga dimanfaatkan dengan teratur dan rapi, tidak di biarkan
begitu saja.
Pekarangan dimanfaatkan untuk hal-hal yang produktif mbak. Bisa buat memelihara
ternak, ikan dan juga ditanami sayuran. Selain itu juga bisa digunakan untuk
melakukan kegiatan industri juga kan.
Kalau setahu saya, intensifikasi pekarangan itu ya memanfaaatkan pekarangan
secara intensif, jadi pekarangan tidak dibiarkan begitu saja, tapi juga dimanfaatksn
entah dengan ditanami tanaman apapun, yang nantinya bisa diambil manfaatnya.
Memanfaatkan pekarangan dengan baik. Dengan dirapikan, ditata yang baik agar
enak dipandang. Apalagi sekarang ada pekarangan terpadu, jadi ya supaya lebih di
perhatikan keberadaan ternak dan ikan dipekarangan juga.
Tanaman tidak dibiarkan begitu saja jadi bisa ditanami tannaman apa aja dan
memelihara ternak juga dari pada tidak buat apa-apa, kan bisa menambah
pendapatan.
Memelihara ikan dan ternak serta tanaman yang bisa dimanfaatkan dipekarangan
tentunya, jaadi pekarangan tidak nganggur.
.Buat ngisi waktu aja mbak, dari pada nganggur dirumah, lahian saya sudah tua, mau
kesawah juga gak kuat lama. Syukur aja bisa nambah-nambah penghasilan.
Awalnya Cuma pengen-pengen tetangga punya ikan, trus kebetulan juga punya
ternak lumayan, jadi kenapa tidak sekalian di lengkapi kayak pekarangan terpadu
itu, gitu.
Untuk menambah bahan makanan keluarga mbak. Lagian pasar juga agak jauh dari
rumah. Jadi bisa lebih hemat juga.
Menambah pendapatan keluarga dan memanfaatkan pekarangan yang tidak teratur.
Sebagian besar petani dan
wanita tani mengetahui
intensifikasi pekarangan
hanya sebatas
memenfaatkan
pekarangan untuk
memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Konsep yang diketahui
yaitu pekarangan terpadu
yang memedukan antara
unsur pertanian, hewan
dan ikan dipekarangan.
B. FAKTOR INTERN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pertanyaan 3. Berapa Jumlah Anggota Keluarga Anda?
No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
25 Maret 2010
12 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Puji
Mursiyo
Siswo Hartono
Sunaryo
Giyanto
Daryoto
Yang tinggal dirumah ada 7 orang . Saya, suami, anak, menantu dan tiga cucu.
Anak-anak yang lain sudah punya rumah sendiri. Kadang saya dititipi cucu karena
ayah ibu mereka yang masih bekerja.
4 orang. Saya, istri dan dua orang anak perempuan yang masih bersekolah di SMP
dan SMA.
4 orang. Anak saya masih kecil-kecil. Anak pertama masih kelas 1 SD, dan yang
kecil masih di TK
3 orang. Saya, istri dan putri satu-satunta saya berumur 1 tahun 2 bulan. Anak
masih butuh perhatian banyak dari keluarga.
5 orang.
4 orang.
5 orang. Saya, istri dan anak saya. Ada juga 2 orang cucu saya yang masih kecil.
4 orang.
5 orang. Ada suami, anak yang masih 1 tahun dan ayah, ibu yang sudah tua.
4 orang.
4 orang. Tapi anak-anak juga jarang dirumah karena sudah kuliah di Universitas.
5 orang
4 orang
4 orang
Jumlah anggota keluarga
petani dan wanita tani yaitu
antara 3 sampai 7 orang.
Mayoritas keluarga masih
mempunyai anak kecil
dirumah atau bahkan cucu,
sehingga pekerjaan menjaga
anak-anak sering dilakukan
oleh wanita tani terutama.
Pertanyaan 4. Apasajakahkah pendidikan setiap anggota keluarga Anda?
No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
25 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Puji
Mursiyo
Siswo Hartono
Sunaryo
Giyanto
Daryoto
Suami Lulusan D3.tapi sekarang sudah pensiun.
Saya SLTP tapi itu sudah jaman dahulu, sekolah perempuan gitu.
Anak SMA dan PT, sedangkan menentu juga SMA.
Cucu masih di Play grup dan SD
Saya lulusan SMP, sedangkan ibu SD. Kalau anak masih bersekolah di SMP dan
SMA.
Saya hanya sampai SMA, kalau istri sampai SMA, tapi sekarang baru
melanjutkan kuliah S1. Anak pertama masih SD kelas 2 sedangkan anak kedua
masih di TK.
Saya sampai SMA saja, kalau istri lulusan PT, S1 di UMS. Anak masih 1 tahun
mbak..
Suami sekolah sampai SMA, kalau saya hanya sampai SD saja. Tapi anak-anak
harus tetap sekolah. Anak pertama di SMA, anak kedua masih SMP dan anak
ketiga masih di SD.
Saya dan istri dulu sekolah sampai SMP. Kalau anak masih di SMP dan SD
Saya lulusan SD dan ibu juga SMP. Kalau anak-anak lulusan SMP, SMA dan ada
juga yang PT.
Saya dulu sekolah sampai SMP kalau istri sampai SMA. Kalau ayah ibu tidak
sekolah dulunya.
Saya dan Suami lulusan PT. Kalau ibu lulusan SMA dan anak saya baru 1 tahun.
Saya dan ibu dulkunya sekolah sampai SMA, kalau anak-anak sekarangan masih
di SMP dan SMA.
Saya lulusan SMP, ibu lulusan SD. Kalau anak masih kuliah semua.
Saya lulusan D3 kalau ibu sampai SMA. Sedangkan anak masih di SMA semua.
Saya lulusan SMA, istri SMP. Dan dua anak saya masih duduk di bangku SMP
dan SMA.
Saya dan ibu lulusan PT tapi ya cuma D3. Kalau anak masih di SMP dan SMA.
Dari seluruh subyek dan
informan yang
diwawancarai, sebagian
besar lulusan SMP.
Bhakan anggota keluarga
mereka juga msaih banyak
yang masih muda yang
masih bersekolah di SMP
dan SMA.
Sehingga hal ini bisa
mempengaruhi pola pikir
keluarga untuk menerima
sebuah inovasi baru
ataupu melakukan sebuah
pembaruan.
Pertanyaan 5. Berapa luas lahan usaha tani yang Anda garap?
No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
25 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Puji
Mursiyo
Siswo Hartono
Sunaryo
Giyanto
Daryoto
1 ha
1 ha
0,3 ha
0,5 ha
0,2 ha
0,4 ha
1,5 ha
0,3 ha
0,4 ha
0,6 ha
3 ha
0,5 ha
0,3 ha
0,4 ha
Rata-rata luas lahan
pertanian subyek dan
informan yaitu 0,4 ha.
Lahan pertanian di desa
Sambirejo banyak yang
terdiri dari tegalan,
sedangkan sawah hanya
ada sawah tadah hujan
saja.
Pertanyaan 6. Berapa luas lahan pekarangan yang Anda miliki? No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
25 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Puji
Mursiyo
Siswo Hartono
Sunaryo
Giyanto
Daryoto
0,4
0,3
0,1
0,35
0,2
0,3
0,2
0,2
0,1
0,2
0,1
0,1
0,2
0,1
Rata-rata luas lahan
pertanian subyek dan
informan yaitu 0,2 ha.
Lahan pekarangan di Desa
Sambirejo masih
tergolong luas, namun
pemanfaatannya yang
belum baik. Hanya
dibersihkan tanpa
ditanami apa-apa.
C. FAKTOR EKSTERN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pertanyaan 7. Akuntabilitas.
Siapakah yang bertangungjawab atas program Pekarangan Terpadu?
Sejauhmana pihak pemerintah terlibat dalam program Pekarangan Terpadu?
Bagaimana keterlibatan pemerintah pada awal program Pekarangan Terpadu?
Bagaimana keterlibatan pemerintah pada saat pelaksanaan program Pekarangan Terpadu?
Bagaimana keterlibatan pemerintah pada saat pemanfaatan hasil dari program Pekarangan Terpadu?
Bagaimana peran Penyuluh Pertanian terhadap program Pekarangan Terpadu? No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Petani pemilik pekarangan sendiri sebagai penanggung jawab mutlak,
Dan PPL sebagai pendamping. Kalau dari pemerintah sama sekali tidak ada
perhatian, jenguk atau apa. Hanya PPL saja yang kadang datang melihat
pekarangan saya.
Sebenarnya ya dari peyani sendiri yang harus bertanggungjawab. Karena ini
untuk kepentingan petani sendiri, bukan orang lain.
Pemerintah Desa melakukan penyuluhan pada awal pengenalan program ini.
Pemerintah tidak pernah datang kepekarangan saya untuk melihat pekarangan.
Hanya pada waktu penyuluhan dan ketemu PPL saja bisa tanya-tanya kalau saya
lagi bingung.
Dari awal sebenarnya yang pengen memanfaatkan pekarangan kan ya saya sendiri
mbak. Hanya saja kemarin itu pemerintah ngasih arahan lagi mengenai
pekarangan terpadu. Kegiatan ini kan dari kita sendiri, untuk kita juga, jadi yeng
tanggung jawab ya petani sendiri, pemerintah dan ppl hanya membantu saja.
Kalau masalah yang tanggungjawab, saya kurang tahu mbak. Setahu saya ya ini
dari kita sendiri, pemerintah g pernah nengok atau tanya-tanya lagi. Pemerintah
hanya mengurusi program besar bukan yang seperti ini mungkin lho.
Ini juga hobi saya sejak dulu, jadi kalau bicara pertanggungjawaban, ya kita
sendiri. Tapi karna pemerintah juga menyarankan dan memberikan penyuluhan
melalui PPL harusnya juga memberikan perhatian sedikit. Bantuk atau modal
awal gitu buat pinjaman. Karena tetangga itu ada yang tidak mampu banget, ya
karena kekurangan biaya juga.
Pemerintah hanya terlibat pada awal perencanaannya saja, selanjutnya saya
kurang mengetahui kinerja pemerintah terhadap program ini. Soalnya jarang ada
keterlibatan langsung yang saya tahu dari pemerintah sendiri.
Pemilik pakarangan
adalah penanggungjawb
mutlak dari program ini.
Karena semuanya oleh
petani dan untuk etani.
Sedangkan pemerintah
psat sangat kuran
memberikan perhatian
mengenai program ini,
paling tidak melakukan
evaluasi atau memberikan
sedikit perhatian supaya
pelaksana program
banyak dan merasa
dibantu.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
Encik
Puji
Mursiyo
Siswo Hartono
Sunaryo
Giyanto
Daryoto
Sayan malah tidak tahu mengenai pemerintah sebenarnya mau gimana kalau tidak
membantu seperti ini. Karena untuk memulai melakukan pekarangan terpadu ini
juga butuh biaya, terutama untuk ikan. Kalau masyarakat petaninya mampu sih
tak masalah, tapi kan tidak semua mampu, butuh bantuan juga donk..
Yang melakukan keluarga sendiri, karena kesadaran sendiri, jadi ya keluarga yang
harus tanggungjawab. Kalau pemerintah kurang tahu, soalnya tidak pernah ada
keterlibatan langsung. Mungkin kalau dari PL ada. Baliaunya yang sering
membantu.
Pemerintah sudah memberikan arahan pada waktu perencanaan, selanjutnya
diserahkan kepada petani sendiri, den menunjuk PPL sebagai pendamping.PPL
juga sangat membantu, jika ada yang kurang paman, saya bisa langsung
menghubungi beliaunya.
Pemerintah banyak fokus pada program besar yang membutuhkan biaya banyak,
apalagi jika ada bantuan dari APBD/APBN, pemerintah kurang memperhatikan
program kecil seperti ini. Untung ada PPL yang sering ada jika dibutuhkan petani
mengenai kegiatan teknik maupun non teknis.
Pemerintah tidak terlibat dalam pelaksanaaannya, bahkan monitoring pun tidak.
Jadi petani di biarkan begitu saja dengan saya.
Pemerintah Desa, tapi telah di serahkan ke PPL sebagai pendamping, Kelurahan
hanya menerima leporannya saja.
Pemerintah Kelurahan, karena yang mengusulkan program ini. Tapi kenyataannya
belum ada tindak lanjut dari pemerintah sendiri. Semua diserahkan kepada petani
agar mandiri dan di damping oleh PPL desa..
Pertanyaan 8. Aksesitas Informasi.
Apakah Anda pernah kesulitan dalam mandapatkan informasi mengenai pekarangan terpadu yang di anjurkan oleh pemerintah?
Ya/Tidak, jika ya bagaimana Anda mandapatkan informasi tersebut?
Jika tidak, darimana Anda mendapatkan informasi mengenai pekarangan terpadu?
Kepada siapa Anda bertanya tentang pekarangan terpadu?
Apakah Anda pernah kesulitan dalam mengakses informasi pasar?
No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
13 Februari 2010
Lilis
Tidak, saya sering berkomunikasi dengan PPL, dan anggota Gapoktan lainnya
karena saya juga pengurus gapoktan, selain itu juga berbincang dengan tetangga
yang melaksanakan program, sehingga saya bisa sering bertanya menganai
pekarangan. Lagi pula pekarangan saya kan pekarangan percontohan yang kadang
Informasi sebagian besar
diperoleh dari PPL, ketua
gapoktan dan ketua
kelompok tani, selain itu
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Puji
Mursiyo
buat praktek/pelatihan.
Tidak. Pada waktu penyuluhan sering ada diskusi mengenai kegiatan pertanian,
jadi bisa tanya ke PPL langsug. Atau pada waktu rapat dengan Gapoktan.
Tidak juga mbak, biasanya pada waktu ikut penyuluhan ada yang tanya mengenai
permasalahan, jadi bisa tanya juga mengenai masalah pekarangan ke PPL. Dan
terkadang petani yang lain juga ikut membantu memecahkan masalah..
Tidak. Tetangga juga ada yang ketua kalompok tani jadi bisa langsung tanya ke
beliaunyaKadang juga telpon/sms sama PPL kalau bener-bener tidak
mengetahuinya. Informasi pasar bisa langsung duakses ketempatnya, kan jaraknya
juga tidk begitu jauh.
Tidak juga. Ketua Gapoktan kan pakde saya sendiri, rumahnya juga dekat, jadi
mudah bisa tanya-tanya. Pada waktu Panyuluhan juga bisa tanya-tanya ko.
Informasi pasar juga mudah di peroleh, banyak tetangga yang jualan ke pasar,
baik pasar tradisional maupun pasar besar.
Tidak. Bisa tanya ke PPL atau tetangga sendiri. Kan ini masalah pekarangan yang
saya sudah hafal dari dulu, jadi ya saya buat santai saja. Kalau informasi pasar
didapat dari tetangga, kebanyakna jadfi pedagang. Lagipula pasar juga tidak jauh
dari rumah ko.
Tidak juga. Dari kecil sudah di ajari sama orang tua. Lagian pada waktu
penyuluhan juga mengerti.
Kadang-kadang, karena rumah saya agak jauh dari balai desa dan pasar,
sedangkan rumah saya juga di pinggir desa, jadi agak lama mengakses
informasinya.
Tidak, ibu sering kepasar. Suami juga mengetahui cara memelihara ternak dan
ikan. Kalau mau tanya ya ke PPL langsung apa ke ketua kelompok tani pada
waktu ketemu.
Tidak. Karena saya sering ketemu dengan PPL dan ketua gapoktan di pertemuan
apasaja. Sering sekali.
juga dari komunikasi
dengan tetanga mengatani
pekarangan.
Pertanyaan 9. Kapasitas Organisasi Lokal
Apakah Anda mengikuti organisasi lokal di desa?
Ya/Tidak, jika ya organisasi apa?
Apakah Anda merasakan manfaat setelah mengikuti organisasi tersebut?
Apakah kontribusi organisasi yang diberikan terhadap kegiatan pekarangan terpadu?
Apakah Anda aktif dalam kegiatan organisasi tersebut?
No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Ikut. Saya banyak mengikuti organisasi di desa antara lain ketua kelompok wanita
tani Dusun Sambeng III, anggota gapoktan, ketua kelompok Dasa Wisma dan
ketua PKK Dusun Sambeng III, anggota kelompok tani, anggota kelompok ternak
unggas dsb. Dan saya sangat merasakan manfaatnya, biasa saling bertukar
pengetahuan, pengalaman, bisa silaturahmi, kedang dapat bantuan alat dan lain
sebagainya.
Saya Ketua kalompok tani Sambeng I. Dan saya merasakan manfaat dari
organisaasi ini, kan sering ada penyuluhan dan diskusi dengan PPL dan opetani
lain jadi bisa tahu masalah2 dan pemecahannya.bisa tahu kasus dan pemechannya.
Kadang juga dapat subsidi pupuk.
Saya hanya anggota kelompok tani. Dan punya pekerjaan lain, sehingga jarang
mengikuti rapat rutin karena pekarjaan lain saya. Tapi dengan ikut di kelompok
tani saya jadi lebih memahami menganai pertanian di tegal dan sawah, karena
dulu saya hanya membantu orang tua, sekarang bekerja sendiria.
Ikut kelompok tani dan kelompok ternak, selain itu juga karang taruna. Bisa tukar
pendapat dan pengalaman hidup. Bisa ikut pelatihan pekarangan, dapat bibit
tanaman jati dan mangga kadang-kadang.
Ikut kelompok wanita tani mbak. Alqamdulilah dulu pernah dapat kambing
gaduhan sehingga bisa di pelihara untuk menambah pendpatan. Makannya ada
pupuk kandang dirumah yang bisa dimanfaatkan di pekarangan.
Saya jarang mengikuti penyuluhan karena sekarang juga bekerja sebagai
pedagang, jadi istri yang banyak ikut kegiatan. Padahal kalau ikut penyuluhan,
ikut ngumpul2 juga bisa namabah pengetahuan. Apalagi pekarangan saya masih
belum baik banget.
Saya ikut kelompok tani dan kelompok ternak, tapi bisa dapat menfaat yang
banyak. Sering ada kegiatan yang melibatkan petani langsung, bisa sering
interaksai dengan PPL dan petani lainnya. Dan juga bisa mengatahui intensifikasi
pekarangan yang baru sekarang saya mengetahuinya.
Saya ikut kelompok tani, tapi saya jarang ikut p[enyuluihan. Bisa dibilang kurang
begitu aktif karena saya juga punya pekarjaan lainnya diluar.
Semua petanu subyek
adalah aggota dari
organisasi di Desa
Sambirejo. Yaitu
kelompok tani ataupun
kelompok wanita atani.
Petani dan wanita tani
sangat merasakan
manfaatnya, mulai dari
tambah pengetahuan,
pengalaman, silaturahmi,
mengetahui cara
melakukan intensifikasi
pekarangan dan lain
sebagainya.
9.
10.
12 Maret 2010
21 Maret 2010
Puji
Mursiyo
Iktu kelompok wanita tani karena punya lahan juga, kan wanita tani juga
melakukan kegiatan seperti di rumah tangg, misalnya etika memasak, membuat
kerajinan dan lain sebagainya..
Saya sering mendapatkan informasi dari gapoktan, kelompok tani dan PPL
langsung, karena saya pengurus kelompoktani dan gapoktan juga..
Pertanyaan 10. Partisipasi
Sejauhmana partisipasi Anda dalam kegiatan perencanaan program pekarangan terpadu yang meliputi Kehadiran dalam rapat pengambilan keputusan,
Memberikan gagasan/ pertanyaan dalam rapat perencanaan pekarangan dan Memberikan tanggapan atas gagasan/pertanyaan yang diberikan dalam rapat
perencanaan program pekarangan terpadu?
No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Pada waktu perencanaan saya ikut dalam rapatnya. Dalam pengambilan keputusan
untu melaksanakan program ini pun saya memberikan usulan. Dan pekarangan
saya dipilih sebagai pekarangan percontohan untuk dilaksanakan pelatihan jika
dibutuhkan oleh petani.
Saya ketua kelompok tani, jadi saya sering ditanya dan memberikan masukan
dalam setiap penyuluhan. Dan saya juga sering ikut penyuluhan, bahkan selalu.
Karena tanggungjawab sebagai ketua kelompok tani.
Waktu perencanaan saya hanya mengkuti dua kali saja. Karena saja juga punya
pekerjaan lain.tapi juga bertanya mengenai pekarangan yang agak sempit jika
akan dilakukan pekarangan terpadu.
Saya ikut terus waktu perencanaan di balai desa itu,memberikan tanggapan sih
semuanya memberikan tanggapan/respon mengenai setiap usulan dan pendapat.
Karena kan petani Desa itu masih kolot yang masih pengen tahu lebih dan juga
ngeyel.
Saya ikut terus ko.kadangjuga memberikan pertanyaan.
Saya jarang mengikuti penyuluhan karena sekarang juga bekerja sebagai
pedagang, jadi istri yang banyak ikut kegiatan. Padahal kalau ikut penyuluhan,
ikut ngumpul2 juga bisa namabah pengetahuan. Apalagi pekarangan saya masih
belum baik banget.
Saya ikut penyuluhan awal hanya beberapa kali. Itu pun sebentar. Tapi saya
mengetahui maksudnya, karena bisa bertanya lengsung dengan PPLnya.
Saya ikut kelompok tani, tapi saya jarang ikut penyuluihan. Bisa dibilang kurang
Mayoritas petani aktif
dalam kegiatan
perencanaan, mulai dari
memberikan pertanyaan
dan pendapat juga
memberika tangggapan
atas keputusan yang
diambil.
Hal ini menunjukkna
bahwa petani sudah
memahami dan menerima
dilaksanakannya
prkarangan terpadu ini.
9.
10.
11.
12.
13
14.
12 Maret 2010
21 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
Puji
Mursiyo
Siswo Hartono
Sunaryo
Giyanto
Daryoto
begitu aktif karena saya juga punya pekarjaan lainnya diluar.
Waktu perencanaa saya ikut hanya 3 kali, kadang juga memberikan pertanyaan
dan kalao tanggapan pasti itu.
Saya ikut terus selama perencanaan. Saya juga sering memberikan pertannyaan
dan tenggapan, karena saya ingin lebih tahu.
Banyak yang ikut serta dalam penyuluhan perencanaan ini, dan banyak yang
antusias untuk bertanya.
Petani tertarik dengan pekarangan terpadu, namun biaya yang menghambat
mereka. Karena dilihat pada waktu perencanaan mereka antusian, tapi sempai
sekarang masih benyak yang belum melakukan.
Pada waktu perencanaan banyak yang datang dan bertanya.
Banyak petani yang memberikan tanggapan dan pertanyaan mengenai program
oertanian terpadu ini.
Pertanyaan 11. Sejauhmana partisipasi Anda dalam kegiatan pelaksanaan program pekarangan terpadu yang meliputi
Kehadiran dalam penyuluhan?
Keterlibatan petani dalam penentuan jenis tanaman di pekarangan ?
Keterlibatan petani dalam pengembangan ternak di pekarangan ?
Keterlibatan petani dalam pengembangan perikanan di pekarangan ?
Keterlibatan petani dalam penataan tanaman pekarangan? No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
5.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Pada waktu pelaksanaan ya saya melakukan sendiri kegiatan di pekarangan. Kalau
penyuluhan dilakukan tidak untuk pekarangan saja, tetapi juga pada waktu bhas
maslah pertanian lainnya.
Penyuluhan tetap ikut. Dan pelaksanaan di pekarangan saya lakukan sendiri
bersama keluarga. Klau pelatihan mengenai pekalsanaan juga ikut di pekarangan
bu Lilis.
Penyuluhan jarang ikut, tapi kelau pelatihan penataan, dan pengembangan ternak
ikan saya ikut.
Saya ikut penyuluhan dan juga pelaithannya, sering sekali..
Ikut terus pelatihannya. Kan selanjutnya saya melakukannya sendiri di rumah.
Semua petani aktif dalam
kegiatan pemberdayaan,
yaitu penyuluhan dan
pelatihan. Sedangkan
kegiatan di pekarangan
dilakukan sendiri.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Puji
Mursiyo
Siswo Hartono
Sunaryo
Giyanto
Daryoto
Penyuluhan jarang ikut, tapi kelau pelatihan penataan, dan pengembangan ternak
ikan saya ikut.
Saya ikut penyuluhan awal hanya beberapa kali. Itu pun sebentar. Tapi saya
mengetahui maksudnya, karena bisa bertanya lengsung dengan PPLnya.
Penyuluhan kadang ikut, tapi kelau pelatihan penataan, dan pengembangan ternak
ikan saya ikut
Ikut terus kegiatan selama pelaksanaanya. Kan ini tergantung bagaimana kita
memanfaatkan pekarangan milik sendiri.
Saya ikut terus selama penyuluhan dan pelatihan.
Petani mengikuti penyuluhan dan pelatihan, mereka bertanya mengenai hal yang
tidak dimengertinya untuk selanjutnya diterapkan di pekarangan mereka sendiri.
Petani terlihat menikmeti pelatihan yang dilakukan, karena baanyak hal baru yang
dilatihkan di pelatihan pekarangan ini.
Saya kurang tahu mengenai kegiatan petani.
Petani berpartisipasi aktif.
Pertanyaan 12. partisipasi Anda dalam kegiatan pemantauan dan pemanfaatan hasil dari program pekarangan terpadu Keterlibatan petani dalam kegiatan pemanenan hasil
Keterlibatan petani dalam kegiatan pemanfaatan hasil dari pekarangan
Manfaat yang diperoleh dari kegiatan Pekarangan Terpadu No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
4.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Fajarudin L
Dipantau sendiri mbak, yang ngetur kan juga saya sendiri. Tapi kadang PPL juga
datang untuk mengecek perkembangannya. Hasilnya dimanfatakan sendiri, untuk
konsumsi sendiri. Sebagian juga dijual di pasar.
Diawasi sendiri mbak, hanya kadang PPL bertanya mengenai perkembangan
pekarangannya. Manfaatnya juga buat keluarga sendiri, unyuk makan dan dijual..
Semuanya dilakukan saya sendiri mbak.
Diawaasi sendiri.hasilnya juga buat keluarga sendiri, buat tetangga juga dan dijual
ke pasar.
Semua petani aktif dalam
kegiatan pemantauan dan
evaluasi. Karena semua
keberhasilan yang
menentukan adalah petani
sendiri sebagai pihak yang
akan memenfaatkan
hasilnya. PPl hanya
mendatangi beberapa
pekarangan untuk
dipantau.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Puji
Mursiyo
Siswo Hartono
Sunaryo
Giyanto
Daryoto
PPL tidak mengawasi sampai ketempat saya, jadi yang ngawasi dan
memanfaatkan ya saya sendiri.
Sendiri semuanya. Kan untuk kebutuhan keluarga sendiri juga.
Dilakukan sendiri, PPL tidak ikut. Hanya kadang ditanykan pada waktu bertemu/
pada waktu penyuluhan.
Semuany saya lakukan sendiri dengan keluarga.
Suamu, dan keluarga sendiri yang mengawasi dan mengevaluasi keadaan
pekarangan kami.
Sendiri yang melakukan. Tanpa ada bantuan nhu.
Petani sendiri yang melakukan, terkadang PPL juga mendatangi rumah masing-
masing.
Saya hanya mengmantau saja kadang2, semuanya tetap tergantung dari petani
sendiri.
Petani sendiri yang melakukannya. PPl juga iya. Pemerintah juga sebaiknya iya,
tapi belum terlaksnaa sampai sekaranga ini.
Petani sendiri yang melakukannya..
D. PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
Pertanyaan 13. Penyuluhan
Apa manfaat yang Anda peroleh dari kegiatan penyuluhan mengenai pekarangan terpadu?
Apakah Anda mengikuti kegiatan penyuluhan?
Ya/Tidak, jika ya berapa kali anda mengikutinya?
Jika tidak, mengapa Anda tidak mengikutinya? No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
3.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
11 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Suratman
Ikut penyuluhan sering. Bisa tambah pengetahuan.
Saya ikut terus mbak. Penyuluhan pekarangan terpadu kan berengan dengan
penyuluhan materi lain, jadi maslah yang dibahas banyak sekali.
Bisa mengetahui pengembangaan ternak dan ikan yang baik. Bisa mengetahui
Semua petani aktif dalam
kegiatan penyuluhan.
Petani juga memberikan
pendapat dan tanggapan
terhadap materi yang
diberikan dengan diskusi..
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
10 Maret 2010
12 Maret 2010
11 Maret 2010
10 Maret 2010
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Puji
Mursiyo
Siswo Hartono
Sunaryo
Giyanto
Daryoto
maslah baru.
Ikut. Bisa tukar pendapat mengenai intensifikasi pekarangan dan modal juga
dengan teman-teman.
Ikut. Bisa silaturahmi, bisa dapat ilmu baru lagi.
Kadang-kadang ikut.
Kadang-kadang ikut. Disesuaikan dengan keadaan kesehatan saya mbak.
Jarang ikut. Karena banyak pekerjaan juga diluar.
Ikut, kan bisa tambah pengetahuan dan pengalaman.
Ikut terus.
Banyak yang ikut dan mereka antusia mengikutinya, dengan saling bertanya dan
memberikan pendapat.
Partisipasi petani sudah aktif, karena banyak yang bertanya pada waktu
penyuluhan., tidak hanya diam saja.
Kurang tahu.
Petani aktif
Pertanyaan 14. Pelatihan
Penataan Pekarangan
Pengembangan ternak
Pengembangan perikanan
Pemilihan tanaman pekarangan
No. Pelaksanaan
Wawancara
Subyek/Informan Hasil Wawancara Rangkuman
1.
2.
13 Februari 2010
21 Maret 2010
Lilis
Siswo Suwono
Ikut pelatihannya. Ikut membantu dalam prakteknya. Selanjutnya saya lakukan
sendiri di rumah..
Saya ikut terus mbak. Biar mengetahui mengenai penataan lahan, pengembangan
ikan dan ternak juga. Karena itu ribet menurut saya..
Semua petani aktif dalam
kegiatan pelatihan. Dan
selanjutnya petani
menerapkan apa yang
dilakukan di pelatihan
pada pekarangannya
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13
14.
11 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
10 Maret 2010
10 Maret 2010
11 Maret 2010
12 Maret 2010
12 Maret 2010
21 Maret 2010
Suratman
Fajarudin L
Sri Nuryani
Wariyo
Abdul Mukti
Encik
Puji
Mursiyo
Siswo Hartono
Sunaryo
Giyanto
Daryoto
Bisa mengetahui pengembangaan ternak dan ikan yang baik. Bisa mengetahui
maslah baru.
Ikut pelatihannya. Ikut membantu dalam prakteknya. Selanjutnya saya lakukan
sendiri di rumah..
Ikut donk. Kan saya kurang tahu kalau tidak di praktekkan seperti itu.
Ikut pelatihannya. Ikut membantu dalam prakteknya. Selanjutnya saya lakukan
sendiri di rumah..
Kadang-kadang ikut. Disesuaikan dengan keadaan kesehatan saya mbak.
Ikut pelatihannya. Ikut membantu dalam prakteknya. Selanjutnya saya lakukan
sendiri di rumah..
Ikut, kan bisa tambah pengetahuan dan pengalaman.
Ikut terus.
Banyak yang ikut dan mereka antusia mengikutinya, dengan saling praktek dan
mencoba melakukannya..
Petani bekerjasama dalam melakukannya. Dan seling membantu untuk mencoba.
Dan selanjutnya untuk diterapkan di pekarangan sendiri.
Kurang tahu.
Petani antuasias.
sendiri.
TRIANGULASI METODE
PENELITIAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PETANI DALAM PROGRAM PEKARANGAN TERPADU DI DESA SAMBIREJO KECAMATAN
NGAWEN KABUPATEN GUNUNGKIDUL
No Tanggal Subyek/
Informan
Wawancara Observasi Dokumen Keterangan
1. 23 Agustus
2009
Bapak Siswo
Hartono
Program yang ada
Rumah Ketua Gapoktan
(Bapak Siswo Hartono)
Hasil pelatihan
pembuatan pupuk
organic di rumah Bapak
Siswo Hartono dan
dokumen PUAP juga.
Pedoman FMA
dan PRA
Proposal Program
pertanian terpadu
PUAP sudah dilaksanakan dan sedang
berlangsung, SLPTT pada bulan November.
Pekarangan terpadu baru dirintis, evaluasi belum
dilakukan dari pemerintah desa.
Pekarangan percontohan yang di tunjuk tingkat
desa di rumah ibu Lilis Sambeng III.
2. 25 Agustus
2009
Bapak
Sunaryo
Kegiatan Program
Pertanian terpadu
SLPTT
Kegiatan ubinan
SLPTT dilakukan
bersama petani.
Data pelaporan
SLPTT
Komoditas yang di budidayakan di pekarangan:
Ternak-Besar, Ternak Kecil, Ikan, Tanaman obat,
Hortikultura(Sayur dan Buah)
3. 21
November
2009
Sekretaris
Desa
Mengetahui program
pembangunan Desa
Kelurahan Desa
Sambirejo
Monografi Desa
Profil Desa
Kegiatan pertanian yang mengetahui secara
lengkap adalah kepada Bapak Giyanto selaku
Kepala Urusan Pembangunan.
4. 02
Desember
2009
Ibu Lilis Survey dan
wawancara mengenai
pekarangan terpadu
Rumah
ibu Lilis
Denah lahan
pekarangan
Pekarangan bu Lilis merupakan lokasi
percontohan yang dipilih dari beberapa
pekarangan sebagai contoh pekarangan terpadu
yang nantinya akan di lombakan di tingkat
kabupaten.
PPL sering melihat kelokasi pekarangan milik Bu
Lili, selain itu juga dari penyuluh perikanan
kabupaten memantau perkembangan dari ikan lele.
Peneliti di beritahu mengenai petani sekitar Bu
Lilis yang juga sedang melaksanakan program ini
antara lain ibu Puji, Bapak Triman, Bapak
Wagino.
Bu Lilis merupakan ketua kelompok wanita tani
Dusun Sambeng III, anggota gapoktan, ketua
kelompok Dasa Wisma dan ketua PKK Dusun
Sambeng III, anggota kelompok tani, anggota
kelompok ternak unggas dsb.
Lampiran 8
2. 13 Februari
2010
Bu Lilis Wawancara dengan
Bu Lilis selaku ketua
kelompok wanita tani
Rumah Bu Lilis Agenda Kelompok
Wanita Tani
Dusun Sambeng
III
Wawancara dilakukan selama 90 menit Partisipasi masyarakat petani anggota KWT, Dasa
Wisma dan Kelompok tani :
# Dalam menghadiri kegiatan penyuluhan: Aktif
(banyak yang datang)
# Tapi yang melaksanakan belum sepenuhnya,
karena alasan diatas.
# Penyuluh hanya membina dalam penataan
penanaman dan pembuatan kolam. Tapi yang
melakukan semuanya dari pihak keluarga
petani sendiri.
# Penyuluh melakukan penyuluhan setiap bulan
sekali
# Penyuluh memonitoring kadang2 untuk
melihat perkembangan tanaman dan
membantu petani mengenai perkembangan
tanaman dan ternak serta ikan.
# Hasil dari pekarangan
Di konsumsi sendiri dan untuk tetangga
sekitar rumah
Jika jumlahnya banyak, dijual ke pasar
tradisional desa.
Tanaman keras digunakan sebagai
pelindung dan merupakan tanaman
tahunan sebagai asset masa depan.
kotoran ternak di manfaatkan sebagai
pupuk organik bersama dengan kompos.
Kendala dalam melaksanakan pekarangan terpadu:
# Luas pekarangan yang sempit dan halaman
yang di semen.
# Kurangnya akses pada bibit tanaman yang
akan ditanam
# Tingkat perekonomian keluarga yang rendah
# Pekerjaan sebagai petani yang lebih banyak
menyita waktu untuk di sawah dibanding
dirumah.
# Jumlah anggota keluarga yang sedikit,
sehingga tenaga kerja keluarga untuk
mengurusi pekarangan kurang.
3. 26 Februari
2010
Bapak Siswo
H
Wawancara dengan
Bapak Siswo
Hartono selaku ketua
Gapoktan Desa
Sambirejo
Rumah Bapak Siswo
Hartono
Dokumen
Kelompok tani
Desa Sambirejo
Dokumen anggota
Gapoktan Desa
Sambirejo
Wawancara dilakukan selama 20 menit Pelaksana program pekarangan terpadu di
beberapa kelompok tani antara lain adalah Bapak
Siswo suwono, Bapak Nemu, Bapak Abdul Mukti,
Bapak Fajarudin, Ibu Lilis, Bapak Mursiyo.
Data anggota Gapoktan ada 20 anggota
Data kelompok tani di Desa Sambirejo ada 9
Kelompok tani
4. 28 Februari
2010
Bu Lilis Wawancara dengan
Ibu Lilis
Rumah Bu Lilis - Wawancara dilakukan selama 60 menit
Tujuan melaksanakan pekarangan terpadu ini
untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
Luas lahan pekarangan : Sekitar 0,5 Ha
Komoditas yang di budidayakan di
pekarangan a. l kelapa, mangga, sawo, jambu
air, kelengkeng, duku, duren, nangka, pisang,
jeruk nipis, rambutan, sukun, belimbing,
srikaya, kedondong. Sedangkan untuk
tanaman sayuran antara lain: kacang panjang,
cabai, salam, pandan, tomat, mentimun, ubi
kayu, ubi jalar, terung. Sedangkan tanaman
obat-obatan yang di budidayakan antara lain:
daun dewa, kunyit, temu giring, gingseng
jawa, mahkota dewa, kumis kucing, daun
sirih, lengkuas, dan lain sebagainya.
Jenis ternak yang dibudidayakan antara lain:
Ayam, itik, kelinci.
Jenis Ikan : Ikan Lele dumbo
Kolam : Permanen ( 6 buah Kolam ) ukuran
4x5
Kolam terpal
Penataan ruang penanaman di pekarangan di
lakukan sendiri oleh pemilik pekarangan dan
di bantu di arahkan oleh penyuluh pertanian
Bapak Sunaryo.
Mulai penanaman tanaman pada pekarangan:
Sudah lama, dan sekarang komoditasnya
ditambahi dan mulai di tata agar lebih rapi 5. 7 Maret
2010
Bapak Siswo
Hartono
Mencari data
kelompok tani
pelaksana
pekarangan terpadu
dengan Ketua
Gapoktan
Rumah Bapak Siswo
Hartono
Data pengurus
Gapoktan
Daftar inventeris
kelompok tani
Profil kelompok
tani desa sambirejo
Data pengurus
kelompok tani di
Desa Sambirejo
Peta Desa
Sambirejo
Wawancara dilakukan selama 20 menit
Kelompok tani yang sudah melaksanakan
antara lain: Kelompok tani Sentul sari, Al-
Barokah, dan Dadi manunggal.
Pertemuan Gapoktan dnan seluruh kelompok
tani di adakan setiap bulan pada tanggal 15.
Anggota kelompok wanita tani yang
melaksanakan adalah ibu Puji, ibu Nuryani,
dan yang jelas ibu Lilis.
6. 10 Maret
2010
Ibu Lilis Wawancara Bu Lilis
dan observasi di
pekarangan milik Ibu
Lilis.
Rumah ibu Lilis - Wawancara dilakukan selama 90 menit
mengenai produktivitas lahan pekarangan
yang di peroleh dari tanaman, ternak dan ikan.
Pendapatan yang di peroleh selama
melaksanakan pekarangan terpadu relative
tinggi minimal mampu mencukupi kebutuhan
konsumsi keluarga. Bapak
Fajarudin
Wawancara dengan
Bapak Fajarudin dan
observasi di
pekarangan milik
Bapak Fajarudin
Rumah Bapak
Fajarudin
- Wawancara dilakukan selama 45 menit
Lokasi pekarangan Bapak Fajar cukup luas,
namun tanaman yang ditanami belum begitu
beragam. Sebagian
Ibu Sri
Nuryani
Wawancara dengan
Ibu Sri Nuryani dan
observasi di
pekarangan milik Ibu
Sri Nuryani
Rumah Ibu Sri Nuryani - Wawancara dilakukan selama 30 menit
Beliau merasakan manfaat dari mengikuti
organisasi lokal seperti kelompok wanita tani
dan PKK.
Hasil dari panen ikan dan tanaman sayuran
dari pekarangan hanya dimanfaatkan untuk
konsumsi keluarga sendiri, sebagian juga di
berikan kepada tetangga.
Pekarangan Ibu Sri Nuryani tidak begitu luas,
tapi mengelilingi rumah dengan di Tanami
berbagai tanaman dan juga kolam ikan
berukuran 2x3 di depan rumah. Bapak Wariyo Wawancara dengan
Bapak Wariyo dan
observasi di
pekarangan milik
Bapak Wariyo
Rumah Bapak Wariyo - Wawancara dilakukan selama 45 menit
Bapak
Sunaryo
Wawancara dengan
Bapak Sunaryo
Rumah Bapak Sunaryo - Wawancara dilakukan selama 30 menit karena
Bapak PPL hendak pergi menghadiri kegiatan
pengubinan di desa lain.
Pekarangan terpadu ini bisa di siasati dengan
menerapkan penanaman pekarangan
menggunakan hidroponik dan penanaman
vertikal untuk tanaman sayur2an
Penanaman dengan membudidayakan
tanaman pagar untuk melindungi rumah dari
debu 11 Maret
2010
Bapak Abdul
Mukti
Wawancara dengan
Bapak Abdul M dan
observasi pekarangan
Rumah Bapak Abdul M Wawancara dilakukan selama 60 menit
Memelihara rerumputan di lahan pekarangan
agar terlihat hijau dan juga bisa digunakan
sebagai pakan ternak. 12 Maret
2010
Ibu Sri
Nuryani
Wawancara dengan
Ibu Sri Nuryani
observasi pekarangan
Wawancara dilakukan selama 45 menit
Hasil dari tanaman sayuran dan buah hanya di
konsumsi keluatga dan tetangga, bahkan tidak
di jual ke pasar. Karena hasilnya pun tidak
seberapa, banyakan di minta tetangga. Ibu Puji Wawancara dengan
Ibu Puji dan
observasi pekarangan
Wawancara dilakukan selama 70 menit
Hasil produktivitas yang diperoleh dari
pekarangan relative tinggi, sebagian di jual di
pasar, tapi juga kebanyakan dikonsumsi
sendiri.
Lahan pekarangan millik bu Puji cukup luas,
dan sebagian besar di tanami tanaman sayur
dan buah-buhan seperti mangga, sawo, jambu
air dan rambutan. Bapak Encik Wawancara dengan
Bapak Encik
observasi pekarangan
Wawancara dilakukan selama 45 menit
Selama ini, lahan pekarangan saya atur
sendiri. Letak2 tanaman dan kolam saya atur
sendiri. Penyuluh tidak pernah datang ke
pekarangan saya. 20 Maret
2010
Bapak
Daryoto
Wawancara dilakukan selama 30 menit
Penanggungjawab program ini sebenarnya ada
pada pemerintah desa karena program ini di
usulkan dari pemerintah pusat dan juga PPL
hanya ditunjuk sebagai pendamping program
ini. Bapak
Sunaryo
Wawancara dilakukan selama 30 menit
Pelaksanaan program dimulai pada tahun
2008 dengan melibatkan Pemerintah Desa
Sambirejo dan juga PPL Kecamatan Ngawen. Bapak
Giyanto
Wawancara dilakukan selama 25 menit
Dari pemerintah desa selama ini belum
melaksanakan evaluasi secara langsung,
melainkan melalui perantara PPL desa Bpak
Sunaryo. 21 Maret
2010
Bapak
Mursiyo
Wawancara dengan
Bapak Mursiyo dan
observasi pekarangan
Wawancara dilakukan selama 50 menit
Keadaan pekarangan yang sangat banyak
dengan ternak ayam, kembing, sapi dan ikan
serta tanaman pekarangan yang cukup banyak.
Ibu dan anak-anak juga sering bantu di
pekaarangan. Bapak Siswo
Suwono
Wawancara dengan
Bapak Siswo
Suwono dan
observasi pekarangan
Wawancara dilakukan selama 60 menit
Pekarjaan disawah sangat menyita waktu,
sehingga untuk memelihara pekarangan juga
agak terhambat, kalau waktu penataan dulu
diluangkan waktunya tapi sekarangan hanya
abu dan anak yang merawat. 25 Maret
2010
Bapak
Giyanto
Wawancara dengan
Bapak Giyanto dan
selaku Kaurbang
desa Sambirejo
Wawancara dilakukan selama 30 menit
Pemerintah yang mengusulkan program
pertanian terpadu ini, tapi yang buat
perencanaannya ya dari petani sendiri,
khususnya PPL dan gapoktan yang nantinya
dibagikan kepada seluruh kelompok tani di
Desa Sambirejo.
Pemerintah sekarang sedang banyak gawean
di pembangunan jalan, lomba Desa dan juga
perbaikan birokrasi pemerintahan, dan
program pertanian lain yang menyangkut
biaya dari pemerintah pusat. Kalau pekarngan
terpadu kan pakai modal petani sendiri, jadi di
serahkan kepatani biar mandiri dan PPL
sebagai pendampingnya. Lagian ini kan
pemberdayaan masyarakan, biar petani
mandiri.
Gambar 2 pekarangan yang ditanami tanaman buah-buahan
Gambar 1 Halaman Belakang pekarangan yang ditanami
bermacam-macam tanaman
Lampiran 10
Gambar 4 Kolam Permanen Ikan Lele di Pekarangan
Gambar 3 Kolam terpal Ikan Lele di Pekarangan
Gambar 5 Wawancara dengan Bapak Fajarudin dan Ibu Titik di Rumah
Gambar 6 Wawancara dengan Ibu Lilis di halaman depan rumah
Gambar 7 Halaman Depan pekarangan ditanami tanaman hias
Gambar 8 Kandang Ayam di Pekarangan
top related