soy protein sensitization in cow’s milk allergy patients fariz hilman print

Post on 18-Jan-2016

224 Views

Category:

Documents

7 Downloads

Preview:

Click to see full reader

DESCRIPTION

journal reading presentation

TRANSCRIPT

OLEH :FARIZ HILMAN

2010730037  

PEMBIMBING :DR. JAUHARI TRI WASISTO, SP.A

LATAR BELAKANG

Manajemen terhadap alergi susu sapi adalah dengan menghindari konsumsi susu sapi sebisa mungkin.

Extensive Hydrolized protein dan formula asam amino merupakan makanan yang direkomendasikan untuk terapi alergi susu sapi. Tetapi produk tersebut memiliki keterbatasan, yaitu rasa yang kurang enak dan harga yang mahal.

Sumber Protein alternatif bisa didapatkan dari protein nabati, salah satunya adalah susu kacang kedelai.

prevalensi alergi kacang kedelai pada pasien alergi susu sapi di negara Barat memiliki range 0- 63%, tetapi prevalensi di Asia tidak lebih besar dari 20%, dan di indonesia belum ada data mengenai hal tersebut.

Dari beberapa hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan di beberapa negara didapatkan bahwa pasien dengan alergi susu sapi di negera-negara barat berkisar antara 20-59,4%, namun setelah dilakukan uji alergi protein kedelai didapatkan angka antara 10-14%.

Sedangkan penelitian yang dilakukan di Korea, Japang , dan Thailand mengindikasikan nilai tidak lebih dari 20%.

Namun untuk data mengenai sensitisasi protein kedelai pada pasien alergi susu sapi di Indonesia belum di ketahui.

Hasil Penelitian

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui proporsi sensitisasi protein susu kedelai pada pasien dengan alergi susu sapi dan karakteristik pasien dengan alergi susu sapi yang telah di sensitisasi protein susu kedelai.

Metode Penelitian

Menggunakan metode penelitian deskriptif- Cross sectional. Dilakukan di Departemen Kesehatan anak –RSCM. Subjek penelitian merupakan pasien yang sebelumnya telah

terdiagnosis Alergi susu sapi yang didapatkan dari Anamnesa, dan bagi anak anak yang mengonsumsi susu kedelai.

Pasien yang menkonsumsi ASI eksklusif dan orang tua yang tidak menyetujui anaknnya mengikuti penelitian ini merupakan kriteria eksklusi.

Spesimen darah diambil untuk mengetahui soy-spesific IgE dengan menggunakan FEIA (fluoroenzymeimmuniassay).

Jika Soy-spesific IgE yang ≥0,35 Kua/L maka dinyatakan positif dan pasien merupakan pasien dengan alergi susu sapi yang tersensitisasi protein kedelai.

Hasil Penelitian

Hasil

Dari 57 peserta dengan usia 2 bulan – 5 tahun (median usia 17 bulan), didapatkan beberapa gejala alergi susu sapi Dermatitis (60%) Diare (42%) Batuk kronik (33%)

Dari hasil pemeriksaan IgE kedelai didapatkan 10 orang dari total 57 orang peserta positif tersensitisasi oleh protein kedelai. 9 orang memiliki kadar IgE kedelai rendah (0,36-0,69 kUA/L) 1 orang memiliki kadar IgE kedelai menengah (0,74 kUA/L)

Diskusi

Reaksi alergi pada alergi makanan dapat terbagi menjadi beberapa fase Fase sensitisasi Fase effektor Fase kronis

Pada fase sensitisasi, biasanya tidak didapatkan gejala alergi. Tetapi, spesifik IgE sudah bisa terdeteksi dengan skin prick test atau tes spesifik IgE.

Diskusi

Alergi susu sapi merupakan salah satu alergi makanan yang paling banyak ditemukan pada bayi dan anak-anak (Balita), dikarenakan susu sapi merupakan produk makanan tambahan yang pertama diperkenalkan ke bayi

Manajemen alergi susu sapi adalah dengan menghindari konsumsi protein susu sapi sebagai langkah terapi terhadap alergi susu sapi.

Hal tersebut dapat mencegah timbulnya alergi susu sapi sebesar 90%. American Academy of Pediatrics merekomendasikan formula kedelai sebaiknya sudah dapat diberikan pada pasien dengan Alergi susu sapi di usia diatas 6 bulan.

Alasan formula susu kedelai menjadi pengganti susu sapi sejak 1929 adalah karena kedelai bebas dari protein susu sapi, rendah immunogenicity, rendah alergi jika dibandingkan formula susu sapi.

Kebanyakan pasien dengan alergi susu sapi dimana mereka juga tersensitisasi protein kedelai berusia dibawah 12 bulan. Setelah usia mereka 3 tahun, tidak ada pasien yang alergi susu sapi dapat tersensitisasi kedelai.

Hal itu merupakan indikasi bahwa kekebalan tubuh dan sistem pencernaan yang belum matang adalah faktor terjadinya alergi makanan.

Keterbatasan dari penelitian

penelitian ini hanya mencari sensitisasi kedelai dengan pemeriksaan Soy-specific IgE tanpa tes eliminasi dan percobaan langsung dengan protein kedelai untuk membuktikan bahwa gejala yang timbul merupakan reaksi dari alergi kedelai.

Kesimpulan

Proporsi pasien alergi susu sapi yang tersesitasi oleh protein kedelai sebanyak 17,5%, jumlahnya serupa dengan hasil penelitian sebelumnya di negara-negara asia, dan kadar IgE kedelai yang didapat pada penelitian ini tergolong rendah (0.8 kUA/L)

Untuk praktik klinik protein kedelai dapat digunakan sebagai sumber protein alternatif pengganti bagi pasien dengan alergi protein susu sapi.

top related