strategi pengembangan daya saing industri asam lemak dan ... · pohon industri kelapa sawit dapat...
Post on 15-Mar-2019
231 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1 PENDAHULUAN
Kebutuhan dunia akan minyak kelapa sawit bertambah dari tahun ke tahun dikarenakan minyak kelapa sawit tidak hanya digunakan untuk pangan dan pakan saja tetapi juga sebagai bahan baku serat dan energi. Bertambahnya kebutuhan terhadap minyak kelapa sawit memicu negara-negara produsen minyak kelapa sawit untuk meningkatkan produksinya. Produksi minyak nabati dan lemak dunia yang terdiri atas kedelai, biji rapa (rapeseed), bunga matahari, kelapa, dan lain-lainnya, termasuk kelapa sawit, selama periode tahun 1998-2011 seperti diperlihatkan pada Lampiran 1. Negara pengimpor minyak kelapa sawit terbesar di dunia dalam beberapa tahun terakhir adalah India, China, dan Eropa (Lampiran 2).
Sejak tahun 2004 jumlah produksi minyak kelapa sawit telah melampaui minyak kedelai. Produksi minyak kelapa sawit dan minyak inti kelapa sawit selama periode 2004-2011 mengalami pertumbuhan rata-rata tahunan tertinggi, yaitu masing-masing sebesar 11.6% dan 14.0% per tahun. Pertumbuhan rata-rata tahunan tersebut jauh di atas minyak nabati dan total minyak dan lemak dunia, yaitu masing-masing sebesar 6.5% dan 4.7%.
Industri kelapa sawit Indonesia tumbuh secara signifikan dalam 20 tahun terakhir. Sejak tahun 2006 Indonesia telah menjadi produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Bersama dengan Malaysia, pada tahun 2011 Indonesia menguasai sekitar 85% produksi minyak kelapa sawit dunia. Rata-rata pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit Indonesia adalah 12.5% per tahun pada kurun waktu 1998-2011, sedangkan pertumbuhan produksi Malaysia rata-rata adalah 5.8% per tahun pada kurun waktu yang sama. Lampiran 3 dan Lampiran 4 berisi data negara produsen minyak kelapa sawit dunia dan negara eksportir minyak kelapa sawit dunia tahun 1998-2011.
Peran kelapa sawit terhadap ekspor non migas Indonesia cenderung meningkat dari tahun ke tahun. Industri kelapa sawit telah menjadi salah satu faktor pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kontribusi ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya terhadap perekonomian Indonesia secara makro pada tahun 2012 adalah US$20.8 milyar atau lebih dari 20% terhadap total nilai ekspor non migas. Penerimaan negara yang diperoleh dari industri kelapa sawit juga besar, antara lain dari bea keluar, pajak penghasilan badan, pajak bumi dan bangunan, pajak pertambahan nilai, dan lain-lain.
Perkebunan kelapa sawit menghasilkan bahan mentah berupa tandan buah segar (TBS) yang diolah di pabrik menjadi bahan setengah jadi, seperti minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan minyak inti kelapa sawit (crude palm kernel oil/CPKO). Bahan setengah jadi diolah menjadi produk akhir (produk pangan/edible dan produk non pangan/nonedible) pada industri pengolahan hilir sehingga memberikan nilai tambah.
Menurut Arianto (2011), industri kelapa sawit Indonesia, baik di sektor hulu (upstream) maupun hilir (downstream) memiliki prospek yang cerah karena alasan-alasan berikut: (1) Kebutuhan minyak nabati cukup besar dan akan terus meningkat seiring
dengan jumlah penduduk dunia yang terus meningkat.
2
(2) Di antara berbagai tanaman penghasil minyak nabati, kelapa sawit memiliki potensi produksi minyak tertinggi. Bahkan melalui program-program pemuliaan tanaman yang mutakhir, potensi tersebut masih dapat ditingkatkan.
(3) Indonesia memiliki berbagai keunggulan komparatif, antara lain masih tersedianya lahan dengan iklim yang sesuai untuk perluasan perkebunan kelapa sawit dan tersedianya tenaga kerja yang relatif murah dalam jumlah cukup besar.
(4) Dikembangkannya kebijakan deregulasi dan debirokratisasi terkait kelapa sawit.
(5) Semakin berkembangnya jenis-jenis industri hulu kelapa sawit maupun industri hilir oleokimia (oleochemicals) dan pangan (oleofoods), jenis-jenis barang setengah jadi sampai dengan barang jadi, bahkan sebagai bahan bakar dalam bentuk biodiesel.
Importir utama minyak kelapa sawit dunia adalah China, Uni Eropa, dan India, yang secara total mengimpor 47% dari total impor minyak kelapa sawit dunia di tahun 2011. Secara rata-rata, impor minyak kelapa sawit China meningkat sebesar 18% per tahun dari total 1.3 juta ton pada tahun 1998 menjadi 6.1 juta ton pada tahun 2011. Konsumsi minyak kelapa sawit dunia yang pesat mulai tahun 1993 disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya meningkatnya populasi penduduk dunia yang mengakibatkan meningkatnya permintaan akan bahan bakar nabati (BBN) dan perubahan perilaku pasar yang menggantikan minyak kedelai dan minyak nabati lainnya dengan minyak kelapa sawit karena minyak kelapa sawit memiliki kelebihan dari segi kesehatan dan nutrisi. Minyak kelapa sawit memiliki kandungan asam lemak tidak jenuh tunggal yang tinggi, yang dapat menurunkan total kolestrol dalam darah. Minyak kelapa sawit juga memiliki kandungan karoten, antioksidan, dan vitamin E yang tinggi (Seafast IPB 2010).
Latar Belakang
CPO dan CPKO digunakan sebagai bahan baku produk konsumen, baik pangan maupun non pangan. Produksi CPO dan CPKO Indonesia, yang merupakan terbesar di dunia, berjumlah sekitar 28.2 juta ton di tahun 2012, dimana porsi ekspornya masih cukup besar. Indonesia baru memproduksi sekitar 40-an jenis produk berbasis minyak kelapa sawit, sementara Malaysia sudah memproduksi lebih dari 100 jenis. Sebagai produsen CPO/CPKO terbesar dunia, Indonesia masih belum mampu mengalahkan Malaysia dalam jumlah ekspor hasil industri produk berbasis minyak kelapa sawit. Malaysia sudah mengekspor berbagai produk berbasis minyak kelapa sawit yang bernilai tambah tinggi, sedangkan Indonesia masih cukup besar mengekspor CPO/CPKO.
Ekspor minyak kelapa sawit Indonesia dalam bentuk mentah (CPO/CPKO) mengakibatkan nilai tambah produk hilir kelapa sawit dinikmati oleh negara tujuan ekspor, antara lain China, India, Uni Eropa, dan Malaysia. Pohon industri kelapa sawit dapat dilihat pada Gambar 1. Dari gambar tersebut terlihat bahwa banyak sekali produk turunan yang bisa dihasilkan dari kelapa sawit.
3
4
tersebudari inmencalainnykonsumkelapa
Sumber
potensterlihakelapaminyaluas.
Rantai indut terlihat bandustri huluakup industriya, dan indumen. Dalama sawit di Ind
r: APOLIN (20
Industri hisial untuk diat bahwa inda sawit sangaak kelapa saw
Sumber: GAP
Gamb
dustri kelapaahwa rantai u yang berui oleokimia ustri akhir y
m beberapa tadonesia sem
011).
Gambar
lir kelapa sakembangkan
dustri-industrat banyak. Hwit akan dap
PKI (2010). ar 3 Potensi
a sawit dapapasok indus
upa perkebudasar, indusyang merupahun terakhir
makin memba
2 Rantai in
awit dan indun dapat dilihri yang salin
Hal ini berartpat membaw
i industri hil
at dilihat patri kelapa sa
unan kelapa stri surfaktanpakan industr perkembanaik.
ndustri kelap
ustri-industrhat pada Gamng terkait danti bahwa denwa efek lanj
lir berbasis m
ada Gambar awit mencak
sawit, indun, dan industtri aplikasi ngan produk
a sawit
ri terkait lainmbar 3. Darin menunjangngan berkemutan (multip
minyak kelap
2. Dari gakup beberapaustri antara tri-industri amenjadi pr
k berbasis mi
nnya yang sai gambar tersg industri mi
mbangnya indplier effect)
pa sawit
mbar a titik yang
antara roduk inyak
angat sebut inyak dustri yang
abPajp
O
amtt
mB(mhpbM(bI
Rantalcohol), danbahwa produProses dua asam lemakjenis oleokipenggunaann
Oleokimia Oleo
alami, baik metil ester turunannya tambahan un
Saat masih berbaBahan baku (tallow), stmencakup Charganya terproduk sambaku utama Minyak kela(tallow) dalabaku utamaIndonesia.
Sumber: APO
Gambar
tai proses in biodiesel duksi alkoholtahap dalam
k (fatty acid imia dasar ynya.
okimia merudari tumbuhlemak, alkoberupa sab
ntuk industriini industr
asis kepada utama yang
earin (turunCPKO dan rhadap perm
mping dari inuntuk indus
apa sawit daam banyak p untuk mem
OLIN (2011).
4 Rantai pr
industri asamdapat dilihatl lemak bisa m produksi
route). Asayang paling
upakan bahanhan maupunohol lemak,
bun padat, di plastik, kari oleokimia minyak/lem
g digunakannan CPO), minyak kel
mintaan dari ndustri daginstri pembuatan stearin dpenggunaan mproduksi o
oses industr
m lemak (ft pada Gambmelalui proalkohol lemam lemak dg utama dal
n kimia yann hewan. O, amina lemdeterjen, samret, pelumas,
khususnya mak atau trin dalam prod
dan minylapa, merupsektor oleok
ng sapi dan tan asam lem
dapat digunadan kedua m
oleokimia je
i asam lemak
fatty acid), bar 4. Dari goduksi asam mak ini dikedan alkohol lam hal pro
ng berasal daleokimia ter
mak, dan glmpo, pelem, dan banyak
asam lemagliserida se
duksi oleokimak laurat.
pakan jenis kimia. Lema
secara histmak di Ameakan sebagaiminyak ters
enis asam le
k, alkohol le
alkohol lemgambar terse
lemak terlebnal dengan lemak meru
oduksi, kons
ari minyak ardiri atas asliserin. Prod
mbut, kosmek lagi yang laak dan alkobagai bahanmia adalah Minyak lauminyak yan
ak sapi (tallotoris merupaerika Utara i substitusi lebut merupa
emak di Ma
emak, dan bi
5
mak (fatty but terlihat bih dahulu. nama rute
upakan dua sumsi, dan
atau lemak sam lemak, duk-produk etik, bahan ainnya. ohol lemak n bakunya. lemak sapi urat, yang ng sensitif ow) adalah akan bahan dan Eropa. lemak sapi akan bahan alaysia dan
iodiesel
6
Asam Lemak dan Alkohol Lemak Dunia Berbasis Minyak Kelapa Sawit Permintaan produk oleokimia dunia khususnya asam lemak dan alkohol
lemak terus meningkat setiap tahunnya dikarenakan semakin beragamnya penggunaan produk-produk oleokimia dalam berbagai produk kebutuhan sehari-hari, meningkatnya jumlah penduduk dunia, dan meningkatnya jumlah penduduk kelas menengah dan pendapatan per kapita berbagai negara. Peningkatan permintaan asam lemak dan alkohol lemak alami dunia juga disebabkan beberapa keunggulan yang dimilikinya dibandingkan dengan produk petrokimia (bahan kimia yang berasal dari minyak bumi), misalnya harga lebih murah, berasal dari sumber yang dapat diperbaharui, dan produk yang dihasilkan lebih ramah lingkungan.
Secara geografis, terdapat perbedaan antara lokasi pusat pasokan dan permintaan asam lemak dan alkohol lemak dunia yang berimplikasi terhadap aliran perdagangan dan pola investasi internasional. Pertumbuhan ekonomi di Asia mendorong peningkatan permintaan untuk produk-produk asam lemak dan alkohol lemak. Lebih dari empat juta ton kapasitas produksi baru bertambah di Asia di tahun 2000-an, khususnya di Malaysia, Indonesia, dan China. Sebaliknya, sangat sedikit atau hampir tidak ada penambahan kapasitas produksi baru di Amerika Utara dan Eropa.
Konsumsi asam lemak terkonsentrasi di negara-negara yang lebih maju terutama di Eropa dan Amerika Utara yang tercatat sekitar setengah dari konsumsi dunia. Permintaan asam lemak di Asia Tenggara juga signifikan karena asam lemak digunakan untuk membuat sabun dan dikonversi menjadi alkohol lemak, yang kemudian diekspor. Di lain pihak, produksi asam lemak meningkat pesat dipicu oleh negara-negara produsen minyak kelapa sawit di Asia Tenggara. Pertumbuhan permintaan asam lemak selama ini dipenuhi oleh pertambahan kapasitas produksi baru di Asia Tenggara dan China. Sejak tahun 2000, lebih dari 70% pertumbuhan permintaan dunia dapat dipenuhi oleh ekspansi produksi dari kedua wilayah dunia tersebut.
Konsumsi alkohol lemak bahkan lebih terkonsentrasi di Eropa dan Amerika Utara yang berjumlah sekitar dua pertiga dari konsumsi dunia. Namun permintaan alkohol lemak di Asia juga terus meningkat. Produksi alkohol lemak lebih berimbang di antara ketiga wilayah utama dunia, yaitu Amerika Utara, Eropa, dan Asia Tenggara dibandingkan dengan produksi asam lemak. China juga menunjukkan tingkat produksi dan konsumsi yang meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir walaupun belum seperti ketiga wilayah utama dunia tersebut.
Alasan-alasan pergeseran lokasi produksi asam lemak dan alkohol lemak yang dramatis ke Asia, di antaranya adalah sebagai berikut (LMC International 2009): (1) Ketersediaan bahan baku dari minyak kelapa sawit (CPO dan CPKO). CPO
dapat mensubstitusi lemak sapi (tallow) dalam sebagian besar penggunaan, sedangkan CPKO dapat mensubstitusi minyak kelapa.
(2) Biaya kapital dan operasional jauh lebih murah di Asia dibandingkan dengan di Amerika Utara atau Eropa. Selain karena ketersediaan bahan baku CPO dan CPKO yang lebih dekat dengan pabrik-pabrik asam lemak dan alkohol lemak di Asia, juga pabrik-pabrik baru yang sekarang maupun ke depannya
7
lebih besar dan lebih efisien daripada pabrik-pabrik lama di Amerika Utara dan Eropa.
(3) Insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah di negara-negara Asia untuk industri baru asam lemak dan alkohol lemak, terutama di Malaysia dan Indonesia, telah mendorong pertumbuhan kapasitas produksi asam lemak dan alkohol lemak di Asia.
(4) Terjadi stagnansi dalam produksi lemak sapi (tallow) di Eropa dan Amerika Utara dan produksi minyak kelapa di Asia Tenggara sebagai bahan baku produksi asam lemak dan alkohol lemak.
(5) Industri minyak kelapa sawit Indonesia berkembang kemudian setelah Malaysia sehingga industri asam lemak dan alkohol lemak di Indonesia juga menyusul kemudian perkembangannya.
(6) Biaya pengiriman melalui laut yang lebih efisien dari Asia Tenggara ke pasar-pasar utama asam lemak dan alkohol lemak dunia.
(7) Harga minyak bumi (petroleum) yang tinggi di tahun 2000-an berkontribusi sebagai penyebab alkohol lemak berbasis petrokimia merugi atau tidak menguntungkan untuk waktu yang cukup lama. Dikarenakan kebanyakan kapasitas produksinya terletak di Amerika Utara dan Eropa, penurunan produksi alkohol sintetis memberikan peluang bagi produsen alkohol lemak alami mengisi kekosongan atau kekurangan pasokan tersebut.
(8) Permintaan baru untuk produk-produk asam lemak dan alkohol lemak terkonsentrasi di Asia sehingga membawa keuntungan bagi para produsen yang berlokasi di Asia karena dekat dengan pasarnya.
Asam Lemak dan Alkohol Lemak Indonesia Berbasis Minyak Kelapa Sawit
Indonesia lebih unggul dari Malaysia dalam hal ekspor CPO dan CPKO, tetapi tertinggal dalam mengekspor produk olahan CPO dan CPKO yang lebih bernilai tambah (Kementerian Perindustrian 2012). Sampai dengan tahun 2011 (sebelum berlakunya PMK 128/2011), Indonesia mengekspor sekitar 60% dalam bentuk CPO dan CPKO dan 40% dalam bentuk produk olahan CPO dan CPKO. Besaran ekspor tersebut bergeser menjadi sekitar 39% dalam bentuk CPO dan CPKO dan 61% dalam bentuk produk olahan CPO dan CPKO (setelah berlakunya PMK 128/2011) seperti diperlihatkan pada Tabel 1. Di lain pihak, Malaysia mengekspor sekitar 19% dalam bentuk CPO dan CPKO dan 81% dalam bentuk produk olahan CPO dan CPKO (termasuk di dalamnya adalah asam lemak dan alkohol lemak).
Sampai dengan sebelum tahun 2009, Indonesia menguasai sekitar 12% permintaan asam lemak dan alkohol lemak dunia yang mencapai enam juta ton per tahun, sementara Malaysia menguasai sebesar 18.6% (ICN 2009). Dari tahun 2009 sampai dengan 2012, ekspor asam lemak dan alkohol lemak Malaysia meningkat menjadi rata-rata di atas dua juta ton per tahun dimana di tahun 2012 adalah sebesar 2.6 juta ton. Ekspor asam lemak dan alkohol lemak Indonesia baru di tahun 2011 mampu mencapai di atas satu juta ton per tahun dimana di tahun 2012 adalah sebesar 1.5 juta ton (MPOB 2013; GIMNI 2013; CIC 2013). Menimbang porsi ekspor asam lemak dan alkohol lemak Indonesia masih jauh lebih kecil dari Malaysia, potensi untuk pengembangan dan peningkatan industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia di masa depan terbuka lebar. Apalagi industri asam lemak dan alkohol lemak di Indonesia
8
memilprodus
Indonedua paTotal kyang tlemakalkohoGresik
pulau Kalimbahan asam pulau Pulau Pulau bahan lemak
Tabel 1
liki dukungasen CPO dan
Sampai tah
esia tercatat abrik, yaitu kapasitas proterdiri atas k
k sebanyak 1ol lemak bek, Jawa Timu
Pabrik asaSumatera
mantan juga) baku industlemak dan Jawa sebagaJawa memiKalimantanbaku CPO
k dan alkohol
Ekspor min
an bahan bn CPKO terb
hun 2012, jusebanyak 10di Medan doduksi 10 pe
kapasitas pro1.13 juta tonerasal dari pur yang suda
am lemak dadan Jawa. menjadi pustri asam lemalkohol lemai lokasi pabiliki infrastrn, terutama
dan CPKOl lemak.
nyak kelapa
baku yang mbesar di du
umlah produ0 perusahaan
dan Batam) serusahaan te
oduksi asam n. Peningkatpabrik baru ah mulai beran alkohol le
Walaupun sat perkebunmak dan alkomak selain mbriknya. Halruktur yang kesiapan pe
O, dan untuk
sawit dan pr
melimpah kunia.
usen asam ln (PT Ecogrseperti yangersebut menc
lemak sebetan kapasitamilik PT W
roperasi di taemak di Indpulau Sum
nan kelapa saohol lemak, memilih pulal tersebut salebih menu
elabuhan lauk keperluan
roduk olahan
karena Indon
lemak dan areen Oleocheg diperlihatkacapai 2.19 jusar 1.06 juta
as produksi Wilmar Nabahun 2012. donesia semu
matera (dan awit yang menamun tampau Sumatera
alah satunya unjang dibanut untuk meekspor hasi
nnya (Indone
nesia merup
alkohol lemaemicals meman pada Tabuta ton per taa ton dan alkasam lemak
bati Indones
uanya terletasekarang p
erupakan supaknya proda, lebih memdisebabkan
ndingkan deenerima pasil produksi
esia dan Mal
pakan
ak di miliki bel 2. ahun, kohol k dan sia di
ak di pulau mber
dusen milih oleh
engan sokan asam
laysia)
dls2dt
mmrs
Ta
Menjdi Indonesialemak dan asekitar 5.672014, total kdapat mencaton per tahun
Indumeluas dan masing-masrata-rata persebesar 4.3%
abel 2 Produ(2012
jelang tahuna, untuk indualkohol lem juta kilolitkapasitas terapai 3.2 jutan (GIMNI 2stri penggunterus berkeming industri r tahun untu
% untuk asam
usen dan ka2)
n 2013, kapaustri refinery
mak sekitar 2ter per tahurpasang indua ton per tah013). na asam lemmbang. Jumdapat diliha
uk periode dm lemak dan
apasitas prod
asitas produkry sekitar 282.5 juta ton un (Komarudustri asam lehun (Sitangg
mak dan alkmlah konsum
at pada Tabdari tahun 2
n 12% untuk
duksi asam le
ksi produk o8 juta ton pe
per tahun, din 2013). Demak dan alkgang 2013) s
kohol lemak msi asam lem
el 3. Laju p2006 sampaalkohol lem
emak dan al
olahan CPO er tahun, inddan industrDiperkirakankohol lemaksampai deng
di Indonesimak dan alkopertumbuhanai dengan 20mak.
lkohol lemak
9
dan CPKO dustri asam ri biodiesel n di tahun
k Indonesia gan 3.4 juta
ia semakin ohol lemak n konsumsi 012 adalah
k di Indonessia
10
pengenberbaghilir berkemlemak masih produsdibandpermafaktor
komersatuan
Tabel
Berbagai naan bea kgai kemudahkelapa sawmbangnya in
k dan alkohoditemui ke
sen CPO ddingkan denasalahan infr
lainnya. Nilai tamb
rsial masingn bobot yang
3 Konsumpenggun
kebijakan keluar untukhan atau ins
wit. Berbagandustri hilir l lemak. Ak
endala pasokdan CPKOgan memasorastruktur ja
bah dari prog-masing dibg sama di ta
msi asam nanya di Ind
telah digulk ekspor CPentif bagi inai kebijakakelapa saw
kan tetapi makan bahan b yang lebiok kebutuhaalan, pelabu
oduk-produkbandingkan ahun 2011 s
lemak dandonesia (200
lirkan oleh PO dan CPKnvestor yangan tersebut wit di Indonasih terdapabaku CPO dih memilih
an dalam neguhan, pasoka
k hilir kelapdengan har
seperti diper
n alkohol l06-2012)
pemerintahKO yang cug ingin terju
telah mamesia termasu
at berbagai mdan CPKO
untuk megeri. Selain ian gas, listri
pa sawit bega CPO/CPrlihatkan pad
lemak oleh
h, di antarukup tinggi
un dalam indmpu mendouk industri masalah misadikarenakan
elakukan ekitu, terdapatik, dan berb
erdasarkan hPKO berdasada Tabel 4.
h industri-in
ranya i dan dustri orong asam alnya n ada kspor t pula bagai
harga arkan Dari
ndustri
tb
(
(
(
(
dst
T
tabel tersebubisa mencap
Masa(1) Sejauh m
minyak depan m
(2) Faktor-flemak d
(3) Keterkamempenminyak
(4) Pemilihkepentinalkohol
Penedan alkoholstrategi untutujuan dari p
Tabel 4 Nila
ut terlihat bapai beberapa
alah-masalahmana kondiskelapa sawi
menuju indusfaktor utama
dan alkohol laitan sepertingaruhi daykelapa sawi
han strategi ngan dalamlemak berba
elitian ini sec lemak berbuk mengempenelitian ini
ai tambah pr
ahwa nilai takali lipat da
Perum
h dalam pensi saat ini init di Indonesstri yang bera apa saja ylemak berbasi apa yang a saing induit di Indones
yang bagm pengemba
asis minyak
Tuju
cara umum bbasis minyak
mbangkan dai adalah seba
roduk hilir k
ambah produaripada produ
musan Mas
nelitian ini dindustri asam sia dibandingrdaya saing tyang mempesis minyak k
terjadi di ustri asam lsia. gaimana yanangan daya
kelapa sawi
uan Peneliti
bertujuan mk kelapa sawaya saing iagai berikut:
kelapa sawit
uk asam lemuk CPO/CPK
alah
irumuskan selemak dan agkan dengantinggi. engaruhi daykelapa sawit antara faktemak dan a
ng sesuai saing indu
it di Indones
ian
menilai kinerjwit di Indonndustri ters:
mak dan alkoKO.
ebagai berikalkohol leman kondisi ide
ya saing inddi Indonesia
tor-faktor utalkohol lema
bagi para ustri asam lia.
ja industri anesia dan mebut. Secar
11
ohol lemak
kut: ak berbasis eal di masa
dustri asam a. tama yang ak berbasis
pemangku lemak dan
asam lemak menentukan ra spesifik,
12
(1) Mengidentifikasi dan membandingkan kondisi saat ini industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia dengan kondisi ideal di masa depan menuju industri yang berdaya saing tinggi.
(2) Mengidentifikasi dan mengkaji faktor-faktor utama yang mempengaruhi daya saing industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia.
(3) Mengidentifikasi dan mengkaji keterkaitan di antara faktor-faktor utama yang mempengaruhi daya saing industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia.
(4) Merekomendasikan alternatif strategi yang dapat diambil oleh para pemangku kepentingan dalam pengembangan daya saing industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai sumbangan keilmuan dalam bidang manajemen agribisnis, khususnya di bidang industri kelapa sawit Indonesia. Keluaran yang dihasilkan dari penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan menjadi pustaka terkait pengembangan industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia.
(2) Bagi peneliti Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti dalam memberikan tambahan pengetahuan baik dalam proses melakukan penelitian maupun pemahaman terhadap berbagai aspek manajemen dan teoritis permasalahan yang diteliti.
(3) Bagi pemerintah • Sebagai masukan terhadap kebijakan yang ada terkait pengembangan
industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia guna meningkatkan daya saing industri di masa mendatang.
• Memberikan informasi rinci terkait solusi atas permasalahan yang dihadapi para pelaku industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia.
(4) Bagi akademisi Penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai acuan dan dapat menjadi
landasan untuk penelitian selanjutnya di bidang manajemen industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit pada khususnya, dan manajemen agribisnis pada umumnya.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia, yang mencakup berbagai permasalahan utama dalam pengembangan daya saing industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia. Adapun data sekunder
13
asam lemak dan alkohol lemak dunia yang digunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah data konsumsi dan kapasitas produksi keduanya di dunia (2000-2008) dan di Indonesia (2006-2012).
Penelitian ini berfokus hanya ke asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit dengan tiga pertimbangan utama di bawah ini: (1) Keduanya merupakan produk oleokimia dasar yang paling utama dalam hal
produksi dan konsumsi. (2) Keduanya merupakan produk oleokimia yang paling luas dan variatif
penggunaannya. (3) Alkohol lemak juga dapat diproduksi dari asam lemak (fatty acid route)
sehingga keduanya perlu diteliti sebagai kesatuan walaupun penggunaan dan pasar keduanya berbeda.
Akan tetapi dalam penelitian ini asam lemak dan alkohol lemak tidak dibagi lagi ke dalam produk-produknya secara rinci dikarenakan alasan berikut: (1) Pada umumnya, individual produk asam lemak dan alkohol lemak dan bahan
bakunya tidak dipisah dalam data-data asam lemak dan alkohol lemak yang ada.
(2) Kebanyakan pabrik asam lemak modern memiliki kemampuan untuk memproduksi hampir semua jenis produk yang dapat disesuaikan produksinya dengan kebutuhan pasar guna memaksimalkan keuntungan.
(3) Pasar alkohol lemak berfokus kepada dua bahan baku utama, yaitu minyak laurat (lauric oil) dan oleofin.
(4) Surfaktan menyerap sekitar 80% dari hasil produksi alkohol lemak C12-C18. Gliserin tidak dimasukkan ke dalam ruang lingkup penelitian ini walaupun
juga termasuk sebagai salah satu produk oleokimia dasar dikarenakan gliserin merupakan produk sampingan dari produksi asam lemak dan alkohol lemak sehingga produksinya tidak ditentukan oleh permintaan melainkan oleh jumlah produksi asam lemak dan alkohol lemak. Selain itu, gliserin juga merupakan produk sampingan dari industri sabun dan biodiesel.
Kebaruan (Novelty)
Kebaruan (novelty) dari penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Pembuatan model daya saing industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis
minyak kelapa sawit di Indonesia untuk mengkonfirmasikan faktor-faktor penting yang mempengaruhi daya saing industri berdasarkan teori organisasi industri (Industrial Organization/IO).
(2) Penentuan prioritas pengelolaan industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia berdasarkan analisis kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi ideal di masa depan dengan mengadopsi kerangka penilaian daya saing yang dikembangkan oleh International Institute for Management Development (IMD) dan World Economic Forum (WEF).
(3) Penentuan alternatif strategi pengembangan daya saing industri asam lemak dan alkohol lemak berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia menggunakan metode Analytic Network Process-Benefits Opportunities Costs Risks (ANP-BOCR).
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB
top related