student centered learning process
Post on 10-Nov-2021
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
STUDENT CENTERED LEARNING PROCESS MAHASISWA MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
Oleh:
Ni Nyoman Rsi Respati
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA 2018
ii
ABSTRAK
Perkembangan teknologi yang kian pesat dan persaingan global yang semakin ketat menekan lahirnya sumber daya manusia Indonesia yang kuat, kreatif, kritis, tahan banting, harus bersosialisasi baik dan mengikuti perkembangan jaman. Hal tersebut harus ditanamkan sejak masa sekolah dengan metode pembelajaran yang tepat yaitu Student Centered Learning (SCL). Dalam penerapannya ditemukan hambatan berupa masih pasifnya beberapa mahasiswa dalam proses belajar. Permasalahan ini kemudian mendasari penelitian untuk melakukan observasi dan memberikan gambaran mengenai penerapan dan hambatan dalam penerapan metode SCL.Metode penelitian yang digunakan adalah metode observasi. Observasi dilakukan pada dua kelas yaitu kelas bisnis pariwisatanon reguler dan kelas manajemen regular. Kata kunci: proses, student centered learning, observasi
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha
Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Laporan penelitian
dengan judul Student Centered Learning Process Mahasiswa Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Dalam kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada:
1. Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE., M.Si., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
2. Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., MS., selaku Wakil Dekan I
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
3. Dr. I Gst. Ayu Ketut Giantari, Msi., Ph.D selaku Ketua Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4. Ir. A. A. Gede Putra selaku owner The Sanctoo Villa telah memberikan
kesempatan bagi mahasiswa kelas bisnis pariwisata Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana melakukan studi lapangan.
5. Mahasiswa kelas Manajemen regular dan mahasiswa kelas bisnis
pariwisata program non regular atas semangatnya.
6. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan Laporan penelitian
ini, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini tidak akan berhasil tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Meskipun demikian, penulis tetap
bertanggungjawab terhadap semua isi laporan penelitian. Penulis berharap
semoga laporan penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
Denpasar, Januari 2018
Penulis
iv
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................................. ii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Tujuan Penelitian ................................................................................... 3
BAB II STUDI PUSTAKA .................................................................................... 4
2.1. Proses Pembelajaran .............................................................................. 4
2.2. Student Centered Learning ..................................................................... 5
2.3. Dosen dalam TCL dan SCL ................................................................... 8
2.4. Elemen- Elemen dalam SCL .................................................................. 9
2.5. Perbedaan antara TCL dengan SCL ..................................................... 11
2.6. Model Pembelajaran dalam SCL ......................................................... 13
2.6.1. Small Group Discussion.................................................................... 13
2.6.2. Role Play and Simulation .................................................................. 14
2.6.3. Discovery Learning ........................................................................... 14
2.6.4. Self Directed Learning ...................................................................... 15
2.6.5. Cooperative Learning ....................................................................... 15
2.6.6. Contextual Learning ......................................................................... 16
2.6.7. Problem Base Learning .................................................................... 17
2.6.8. Collaborative Learning ..................................................................... 18
2.6.9. Project Base Learning ...................................................................... 18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 20
3.1. Data/Informasi ..................................................................................... 20
3.2. Metode Penelitian ................................................................................ 20
3.3. Gambaran Hasil Penelitian ................................................................... 21
BAB IV HASIL PENELITIAN ............................................................................ 22
v
4.1. Penerapan Pembelajaran Student Centered Learning .......................... 22
4.2. Hambatan Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning ........... 24
4.3. Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan SCL .................................... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 27
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 27
5.2. Saran..................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 29
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Faculty Teaching atau yang dikenal dengan Teacher Centered Learning
(TCL) belakangan ini dinilai kurang sesuai dengan dinamika ilmu
pengetahuan.Hal tersebut selaras dengan rencana pemerintah memasukan
pembentukan karakter siswa kedalam kurikulum. Harden dan Crosby (2000)
dalam tulisan O’Neill dan McMahon (2005) menyebutkan bahwa teacher-
centered learning (TCL) adalah sebuah paradigma atau pendekatan dalam
dunia pendidikan dimana dosen selaku pakar (expert) di bidangnya
memfokuskan diri untuk menyampaikan (transfer) ilmu pengetahuan yang ia
miliki kepada siswa selaku (novice) orang awam. Dalam metode ini pengajar
lebih memfokuskan materi yang disampaikan dibanding proses pembelajaran
yang diterima oleh mahasiswa. Komunikasi satu arah dalam proses belajar
mengajar dalam TCL menghambat terbentuknya kreatifitas, kepemimpinan
dan kemandirian dalam diri mahasiswa. Selain itu pula dalam model
konvensional ini sulit untuk memasukkan nilai moral dan budi pekerti luhur
seperti rencana pemerintah.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka pola pembelajaran konvensional
Teacher Centered Learning TCL ke Student Centered Learning SCL tepat
untuk diaplikasikan pada proses pembelajaran mahasiswa manajemen Fakultas
2
Ekonomi Universitas Udayana. Dalam paradigma ini dosen memberikan
kendali lebih besar kepada mahasiswa untuk menentukan cepat lambat
tahapan penerimaan materi dalam pembelajaran.Mahasiswa juga memperoleh
kesempatan dan fasilitas untuk membangun sendiri pengetahuannya sehingga
mereka memperoleh pengalaman dan pemahaman yang mendalam mengenai
materi perkuliahan serta diarahkan berpikir secara kreatif, kritis dan
bertanggung jawab dengan tugasnya dan mampu memecahkan masalahnya
sendiri.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat dapat membantu mahasiswa
dalam proses pembelajaran ini, dimana mereka dapat menggunakan kemajuan
teknologi dalam mendemonstrasikan kreatifitasnya dalam membawakan
presentasi, membuat atau memperagakan tugas. Peran dosen dalam
pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa bergeser dari semula sebagai
pengajar menjadi fasilitator. Permasalahan yang dihadapi pada proses
pembelajaran SCL dalam kelas manajemen dan bisnis pariwisata Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universtitas Udayana adalah kemampuan seluruh
mahasiswa untuk aktif dan fokus dalam proses pembelajaran ini. Dalam
penelitian ini akan dibahas mengenai proses pembelajaran Student Centered
Learning di dalam kelas manajemen dan bisnis pariwisata mahasiswa jurusan
manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana melalui
metode observasi.
3
1.2.Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang maka tujuan penelitian ini adalah untuk
menganalisis penerapan pembelajaran dengan metode SCL dan hambatan
yang ditemui dalam proses pembelajaran mahasiswa regular mata kuliah
manajemen dan mahasiswa non regular mata kuliah bisnis pariwisata Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.
4
BAB II
STUDI PUSTAKA
2.1 Proses Pembelajaran
Pembelajaran dapat diartikan sebagai ‘segala usaha atau proses belajar
mengajar dalam rangka terciptanya proses belajar mengajar yang efektif dan
efisien’ (Bafadal 2005:11). Sejalan dengan itu, Jogiyanto (2007:12)
berpendapat bahwa pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu proses
yang mana suatu kegiatan berasal atau berubah lewat reaksi suatu situasi
yang dihadapi dan karakteristik-karakteristik dari perubahan aktivitas
tersebut.
Pengertian proses pembelajaran antara lain menurut Rooijakkers
(1991:114)
“Proses pembelajaran merupakan suatu kegiatan belajar mengajar,
meyangkut kegiatan tenaga pendidik, kegiatan peserta didik, pola dan proses
interaksi tenaga pendidik dan peserta didik dan sumber belajar dalam suatu
lingkungan belajar dalam suatu lingkungan belajar dalam kerangka
keterlaksanaan program Pendidikan”
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran
adalah upaya bersama antar dosen dan mahasiswa untuk mengolah informasi
secara efektif dan efisien dalam suatu lingkungan program pendidikan
dengan harapanadanya perbaikan mutu yang lebih baik dari aktivitas
tersebut. Disamping dosen dan mahasiswa proses pembelajaran didukung
5
oleh staf pendukung, fasilitas, kurikulum dan peluang. Output nantinya
dapat diukur dari IPK, proporsi lulusan, lama studi dan waktu tunggu
memperoleh pekerjaan.
Menurut Tiffin dan Rajasingham dalam abdulaziz (2013) tujuan
pendidikan adalah
“providing assistance to learners that enables them to achieve levels of
development (and efficiency) that they would not be able to achieve by
themselves”, dan tantangan pendidikan adalah “creating effective learning
environtment and resources”
Sementara itu, pendidikan mempunyai tujuan sosial, bukan semata-
mata pencapaian pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan tertentu yang
bersifat individual.
2.2 Student Centered Learning
Komisi Internasional menganai Pendidikan untuk abad XXII (1996)
UNESCO, menyebutkan bahwa dalam pengembangan pendidikan harus
berlandaskan 4 pilar (Delors, 1996):
1) Belajar Mengetahui
Dalam hal ini kesempatan untuk mengembangkan sikap dan cara
belajar (learning to learn) lebih penting daripada sekedar
memperoleh informasi. Pesera didik bukan hanya disiapkan untuk
menjawab pertanyaan jangka pendek tetapi yang lebih penting yaitu
mendorong mereka untuk memahami, medorong rasa ingin tahu,
berpikir kritis, intelektual, mengambil keputusan dan memecahkan
6
masalah sendiri. Belajar jenis ini dapat dilakukan melalui
kesempatan berdiskusi, menghadiri pertemuan ilmiah, percobaan di
lab, organisasi kemahasiswaan, kegiatan ekstrakulikuler diluar
kampus.
2) Belajar Berbuat
Peserta didik atau mahasiswa tidak hanya memiliki keterampilan
kerja, namun juga kompetensi untuk menghadapi berbagai situasi,
mampu bekerja dengan tim, berkomunikasi dan menangani masalah
serta bersosialisasi. Belajar jenis ini dapat dilakukan melalui magang
kerja, aktivitas pengabdian masyarakat, praktek kerja lapangan,
KKN atau melakukan penelitian bersama.
3) Belajar Hidup Bersama
Peserta didik atau mahasiwa belajar menghargai konflik dengan
semangat menghargai keanekaragaman, saling toleransi dan
perdamaian.Belajar jenis ini dapat dijalin antara dosen dan
mahasiswa dalam penyediaan waktu yang cukup untuk saling
bekerjasama dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan budaya.
4) Belajar menjadi seseorang
Dalam hal ini pendidikan tidak bisa mengabaikan satu aspek pun
dari potensi seseorang seperti ingatan, akal sehat, estetika,
kemampuan fisik serta keteramplian berkomunikasi.
Perkembangan teknologi yang sangat pesat, menipiskan batas wilayah,
bahasa dan budaya serta akses informasi yang semakin mudah menyebabkan
7
ilmu pengetahuan dan keahlian yang diperoleh menjadi cepat
using.Persaingan yang semakin tajam, mudahnya segala akses komunikasi
menjadikan persaingan di dunia kerja semakin tajam, Indonesia
membutuhkan sumber daya manusia yang kreatif, kuat, memiliki jiwa
entrepreneur dan kepemimpinan. Pendidikan yang menekankan pada
transfer ilmu pengetahuan tidak lagi relevan karena hanya akan
menghasilkan sumber daya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan
masa lampau tanpa praktek sehingga tidak dapat mengadaptasinya dengan
kebutuhan masa kini dan masa depan.
Student Centered Learning, menekankan pada minat, kemampuan
menjanjikan model belajar yang menggali motivasi intrinsik untuk
membangun masyarakat yang suka dan selalu belajar. Model belajar ini juga
mengembangkan kualitas manusia yang kuat, dapat bersosialisasi, kreatif,
dapat bekerjasama dalam tim dan mengikuti perkembangan jaman.
Definisi Student Centered Learning
Berikut ini beberapa pengertian SCL dari berbagai literatur
1.) Kember (1997), SCL merupakan sebuah kutub proses pembelajaran yang
menekankan mahasiswa sebagai pembangun pengetahuan sedangkan
kutub yang lain adalah dosen sebagai agen yang memberikan pengetahuan.
2.) Harden dan Crosby (2000), SCL menekankan pada Mahasiswa sebagai
pembelajar dan apa yang dilakukan siswa untuk sukses dalam belajar
dibanding dengan apa yang dilakukan oleh dosen.
Dari berbagai definisi tersebut dapat dipahami bahwa Student Centered
8
Learning (SCL)adalah suatu model pembelajaran yang menempatkan peserta
didik atau mahasiswa sebagai pusat dari proses belajar. Model pembelajaran
ini berbeda dari model belajar Teacher Centered Learning yang menekankan
pada transfer pengetahuan dari dosen ke mahasiswa yang relatif bersikap
pasif.
Dalam menerapkan konsep Student-Centered Leaning, mahasiswa diharapkan
sebagai peserta aktif dan mandiri dalam proses belajarnya, yang bertanggung
jawab dan berinisiatif untuk mengenali kebutuhan belajarnya, menemukan
sumber-sumber informasi untuk dapat menjawab kebutuhannya, membangun
serta mempresentasikan pengetahuannya berdasarkan kebutuhan serta sumber-
sumber yang ditemukannya.
Dengan anggapan bahwa tiap mahasiswa adalah individu yang unik,
proses, materi dan metode belajar disesuaikan secara fleksibel dengan minat,
bakat, kecepatan, gaya serta strategi belajar dari tiap peserta didik.
Tersedianya pilihan-pilihan bebas ini bertujuan untuk menggali motivasi
intrinsik dari dalam dirinya sendiri untuk belajar sesuai dengan kebutuhannya
secara individu, bukan kebutuhan yang diseragamkan.
Sebagai ganti proses transfer ilmu pengetahuan, peserta didik lebih
diarahkan untuk belajar ketrampilan Learn how to learn seperti problem
solving, berpikir kritis dan reflektif serta ketrampilan untuk bekerja dalam tim.
2.3 Dosen dalam TCL dan SCL
Dalam TCL ilmu pengetahuan berpusat penuh pada dosen sebagai
pengajar. Dalam metode pembelajaran SCL sebagian beban mempersiapkan
9
dan mengkomunikasikan materi berpindah ke mahasiswa yang wajib berperan
aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Dosen bukan lagi tokoh sentral yang
tahu segalanya.Hal bukan berarti tugas dosen menjadi lebih ringan. Dosen
tetap memainkan peran utama dalam proses belajar namun bukan sebagai
satu-satunya sumber pengetahuan. Dalam perubahan peranan ini dibutuhkan
kepemimpinan, keterbukaan, kemampuan berkomunikasi untuk dapat
mengikuti perkembangan mahasiswa. Hati dan ilmu menjadi tuntutan bagi
pendidik dalam menerapkan SCL (fairuzelsaid: 2010)
Dalam metode Standard centered learning (SCL) Dosen beralih fungsi
dari pengajar menjadi mitra pembelajaran maupun fasilitator (from mentor in
the center to guide on the side). Standard Centered Learning merupakan
strategi pembelajaran yang menempatkan mahasiswa sebagai subyek aktif dan
mandiri, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya serta mampu
mengikuti pembelajaran luar ruangan.Dimana harapan dari pembelajaran
model SCL ini adalah mahasiswa benar-benar menghayati materi
pembelajarannya, menguasai hard skills, soft skills dan life skills yang saling
mendukung.
2.4 Elemen- Elemen dalam SCL
Untuk memenuhi standard SCL, Seitzinger (2006) mendaftar empat (4)
elemen yang harus dipenuhi oleh lembaga yang ingin mengimplementasikan
paradigma ini. Berikut keempat elemen tersebut:
1. Adanya kontrol dari pembelajar/mahasiswa. Ini berarti bahwa dosen
lebih bertindak sebagai fasilitator ketimbang hanya sebagai pemberi
10
materi. Pada saat yang sama, mahasiswa diberi kesempatan lebih besar
untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Siswa memilikisifat-sifat pembelajar aktif (active learner). Pembelajar
aktif adalah siswa yang mampu mengerjakan hal-hal berikut ini:
a. Mampu menentukan topik, masalah, kasus, serta membuat
keputusan berdasarkan opini yang masuk akal (logis)
b. Berani menyajikan/mempresentasikan karyanya kepada public,
mengajari orang lain, memberi tanggapan serta dukungan kepada
rekan kerja.
c. Berani memilih dan menentukan cara untuk menyelesaikan tugas
masing-masing.
d. Mampu mengaplikasikan materi-materi yang telah dipelajari serta
mengimplementasikan ide-ide sesuai dengan konteks yang
diinginkan.
e. Berani, mampu, sekaligus aktif turt serta dalam diskusi, baik itu
sebelum, selama, atau setelah kelas/forum berakhir (baik itu
forum bersifat online maupun off-line)
3. Refleksi dan artikulasi. Hal ini berkaitan dengan keberadaan suatu area
atau aktivitas yang bisa digunakan oleh para siswa untuk menuangkan
pemahamannya atas sesuatu yang selama ini telah dipelajari. Misalnya
dengan membuat semacam jurnal harian atau aktivitas semacamnya.
4. Fleksibel. Ini bisa berarti dua hal. Pertama, suatu kegiatan belajar
mengajar yang fleksibel harusnya memberikan kesempatan bagi para
11
siswa untuk memilih bahkan menentukan beberapa elemen
pembelajaran seperti waktu, tempat, cepat lambat tahapan (pace),
sekaligus kemudahan akses, kenyamanan, serta kebebasan. Kedua,
para siswa memiliki kemudahan untuk mentransfer dan menggunakan
ilmu yang dimiliki untuk kasus-kasus lain, juga kesempatan untuk
mengaplikasikan keahliannya di situasi lain yang diinginkan.
2.5 Perbedaan antara TCL dengan SCL
Harsono (2005) mendaftar beberapa perbedaan antara Teacher Center
Learning (TCL) dengan Student Centered Learning (SCL) dalam tabel 1.1
sebagai berikut:
12
Tabel 1.1 Perbedaan TCL dengan SCL
No TRADITIONAL TEACHING (Teaching Centre Learning) NEW LEARNING (Student Centre Learning)
1 Transformasi pengetahuan dari dosen ke Mahasiswa.
Mahasiswa aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang dipelajari.
2 Mahasiswa menerima pengetahuan secara pasif.
Mahasiswa secara aktif terlibat dalam mengelola pengetahuan.
3 Lebih menekankan pada penguasaan materi.
Tidak terfokus hanya pada penguasaan materi, tetapi juga mengembangkan sikap belajar (life
long learning)
4 Single Media. Multimedia.
5 Fungsi dosen pemberi informasi utama dan evaluator.
Fungsi dosen sebagai motivator, fasilitator dan evaluator.
6 Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan terpisah.
Proses pembelajaran dan penilaian dilakukan berkesinambungan dan terintegrasi.
7 Menekankan pada jawaban yang benar saja.
Penekanan pada proses pengembangan pengetahuan. Kesalahan dapat digunakan sebagai
sumber belajar.
8 Sesuai dengan pengembangan ilmu dalam satu disiplin saja.
Sesuai dengan pengembangan ilmu dengan pendekatan interdisipliner.
9 Iklim belajar individual dan kompetitif. Iklim yang dikembangkan bersifat kolaboratif, suportif dan kooperatif.
10 Hanya mahasiswa yang dianggap melakukan proses pembelajaran.
Mahasiswa dan dosen belajar bersama dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
11 Perkuliahan merupakan bagian terbesar dalam proses pembelajaran.
Mahasiswa melakukan pembelajaran dengan berbagai model pembelajaran SCL.
12 Penekanan pada tuntasnya materi pembelajaran.
Penekanan pada pencapaian kompetensi mahasiswa
13 Penekanan pada bagaimana cara dosen melakukan pengajaran.
Penekanan pada bagaimana cara mahasiswa melakukan pembelajaran.
14 Cenderung penekanan pada penguasaan Hard-Skill Mahasiswa
Penekanan pada pengusaan Hard Skill dan Soft Skill.
Sumber: abdulaziz 2013
13
2.6 Model Pembelajaran dalam SCL
Dalam proses pembelajaran Student Centered Learning, dosen
diharapkan memotivasi mahasiswa untuk memperoleh pemahaman,
pengetahuan dan penerapan serta analisis serta mengintergrasikan beberapa
informasi. Dosen juga harus menciptkana bentuk pembelajaran yang membuat
mahasiswa memperoleh kesempatan untuk terlibat aktif dalam leboh dari satu
kegiatan (Wiharto: 2017). Untuk mewujudkan tujuan tersebut dosen dapat
memilih model SCL yang terdiri dari:
2.6.1. Small Group Discussion
Small Group Discussion adalah metode diskusi.Merupakan model
pembelajaran yang melibatkan antar kelompok mahasiswa, atau
kelompok mahasiswa dengan pengajar untuk menganalisa, menggali
atau memperdebatkan topic tertentu.
Dalam metode ini dosen harus menyiapkan beberapa hal sebagai
berikut:
1) Membuat rancangan bahan diskusi serta aturannya.
2) Menjadi moderator dan sekaligus mengulas disetiap akhir sesi
diskusi
Mahasiswa mempersiapkan hal berikut:
1) Membuat kelompok 5-10 orang
2) Memilih bahan diskusi
3) Mempresentasikan paper dan mendiskusikannya dikelas
14
2.6.2. Role Play and Simulation
Metode ini berbentuk interaksi antara dua atau lebih mahasiswa tentang
suatu topik atau kegiatan dengan menampilkan peralatan yang
menggantikan proses, kejadian atau system yang sebenarnya.Dengan
model ini mahasiswa mempelajari sistem dengan menggunakan model.
Dalam metode ini dosen menyiapkan:
1) Rancangan situasi atau kegiatan yang mirip dengan sesungguhnya,
berupa: bermain pern, model dan computer
2) Membahas kinerja mahasiswa
Mahasiswa menyiapkan:
1) Menjalankan peranyang ditugaskan
2) Mempraktekan berbagai mode yang telah disiapkan.
2.6.3. Discovery Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar atau penelitian kepada
mahasiswa dengan tujuan supaya mahasiswa dapat mencari sendiri
jawaban tanpa bantuan dosen.
Dalam metode ini dosen menyiapkan:
1) Menyediakan data atau metode untuk menelusuri pengetahuan
yang akan dipelajari mahasiswa
2) Memeriksa dan memeberi ulasan terhadap hasil belajar mahasiswa
Mahasiswa menyiapkan:
1) Seluruh informasi yang ada untuk mendeskripsikan dan menyusun
informasi suatu pengetahuan yang baru
15
2) Presentasi secara verbal atau nonverbal
2.6.4. Self Directed Learning
Metode ini berbentuk pemberian tugas belajar kepada mahasiswa,
seperti tugas membaca dan membuat ringkasan.
Dengan metode ini dosen menyiapkan:
1) Motivasi dan memfasilitasi mahasiswa
2) Arahan, bimbingan dan umpan balik kemajuan belajar mahasiswa.
Sedangkan mahasiswa:
1) Merencanakan kegiatan belajar, melaksanakan, dan menilai
pengalaman belajar sendiri,
2) Inisiatif belajar dari mahasiswa sendiri.
2.6.5. Cooperative Learning
Cooperative Learning mendidik dan menyadarkan mahasiswa bahwa
manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu dengan
yang lain, Saling membantu dan bekerjasama untuk mendapatkan hasil
yang lebih besar, memiliki tujuan dan tanggung jawab bersama.
Mahasiswa dilatih untuk saling berbagi (sharing), berkomunikasi dan
bersosialisasi yang baik.Serta belajar memahami kelebihan dan
kekurangan masing-masing individu.Cooperative learning merupakan
miniature dari kehidupan bermasyarakat.Tiap anggota terdiri dari 4-5
orang, mahasiswa heterogen (kemampuan, gender, karakter) dan wajib
mempresentasikan tugas.
Dengan metode ini dosen meyiapkan:
16
1) Rancangan dan memonitor proses belajar mahasiswa
2) Menyiapkan kasus atau masalah untuk diselesaikan mahasiswa
secara berkelompok.
Sedangkan mahasiswa:
1) Membahas dan menyimpulkan masalah atau tugas yang diberikan
secara berkelompok
2) Melakukan koordinasi dalam kelompok.
2.6.6. Contextual Learning
Contextual Learning (CL) merupakan pembelajaran melalui sesi tanya
jawab atau negosiasi terbuka, tujuannya adalah untuk memunculkan
motivasi, daya kritis, suasana yang kondusif, nyaman dan
menyenangkan. Dalam metode ini akan timbul semangat mahasiswa
untuk berargumen dengan temannya, tidak hanya diam untuk
mendengarkan dan mencatat hal disampaikan dosen.
Tujuh indicator pembelajaran kontekstual sehingga bisa dibedakan
dengan model lainnya yaitu :
1) Modeling: pemusatan perhatian, motivasi, penyampaian
kompetensi –tujuan, pengarahan-petunjuk, rambu-rambu
2) Questioning: eksplorasi, membimbing, menuntun,
meengembangkan, evaluasi, generalisasi
3) Learning community: seluruh mahasiswa partisipatif dalam belajar
kelompok atau individual, minds on, hands on, mencoba
mengerjakan.
17
4) Inquiry: identifikasi, investigasi, hipotesis, tindak lanjut
5) Reflection: review, rangkuman, tindak lanjut
6) Authentic assessment: penilaian selama proses sesudah
pembelajaran, penilaian terhadap segala aktivitas, peniliaan
portfolio, subjek objektif dari berbagai objek berbagai cara
Dengan metode ini dosen menyiapkan:
1) Tugas untuk studi mahasiswa terjun di lapangan
2) Penjelasan bahan kajian yang bersifat teori dan mengkaitkan
dengan situasi nyata atau kerja profesional.
Sedangkan mahasiswa:
1) Melakukan studi lapapangan atau terjun di dunia nyata untuk
mempelajari kesesuaian teori
2) membahas konsep atau teori yang berkaitan dengan situasi nyata.
2.6.7. Problem Base Learning
Model pembelajaran ini melatih dan mengembangkan kemampuan
mahasiswa untuk menyelesaikan masalah dari kehidupan aktual
mahasiswa. Indikator model pembelajaran ini adalah metakognitif,
elaborasi, interpretasi, induksi, identifikasi, investigasi, eksplorasi,
konjektur, sintesis, generalisasi dan inkuiri.
Dalam metode ini dosen menyiapkan:
1) Rancangan tugas belajar dengan berbagai alternative metode
penyelesaian masalah
2) Sebagai fasilitator dan motivator
18
Sedangkan mahasiswa:
1) Belajar menggali atau mencari informasi
2) Memanfaatkan informasi tersebut untuk memecahkan faktual yang
sedang dihadapi
3) Menganalisis startegi pemecahan masalah
2.6.8. Collaborative Learning
Dalam collaborative learning memungkinkan mahasiswa saling
berinteraksi sesering mungkin untuk menemukan jawaban.
Dengan metode ini dosen menyiapkan:
1) Rancangan tugas yang bersifat open ended
2) Sebagai fasilitator dan motivator.
Sedangkan mahasiswa:
1) Membuat rancangan proses dan bentuk penilaian berdasarkan
konsensus kelompok sendiri
2) Bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam mengerjakan
tugas.
2.6.9. Project Base Learning
Metode pembelajaran ini adalah memberikan tugas-tugas project yang
harus diselesaikan oleh mahasiswa dengan mencari sumber pustaka
sendiri.
Dengan metode ini dosen menyiapkan
1) Tugas dan melakukan proses pembimbingan dan asesmen
2) Sebagai fasilitator dan motivator
19
Sedangkan mahasiswa
1) Mengerjakan tugas (berupa proyek) yang telah dirancang secara
sistematis
2) Menunjukan kinerja dan menunjukan dan mempertanggung-
jawabkan hasil kerja di forum
20
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1.Data/Informasi
Informasi yang diperoleh melalui observasi proses pembelajaran di
dalam dan luar kelas. Kelas yang diobservasi adalahdua kelas, yaitu kelas
bisnis pariwisata kelas non regular yang terdiri 42 orang mahasiswa dan
kelas regular mata kuliah manajemen yangterdiri atas 41 orang mahasiswa.
Seluruh mahasiswa adalah mahasiswa jurusan manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.Data yang digunakan adalah data
sekunderyaitu buku dan artikel mengenai metode pembelajaran SCL.Data
dan Informasi ini digunakan sebagai bahan acuan untuk melakukan
observasi.
3.2.Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode observasi yaitu melihat dan
mencatat secara langsung aktivitas proses pembelajaran dengan metode
student centered learning di kelas bisnis pariwisata mahasiswa jurusan
manajemen non reguler dan kelas mata kuliah manajemen mahasiswa reguler
di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Observasi dilakukan
selama satu semester(dokumentasi pada lampiran 2).
21
3.3.Gambaran Hasil Penelitian
Observasi ini menggambarkan penerapan metode SCL di dalam dan
di luar kelas sertahambatan yang ditemui dalam penerapan SCL dimana
hambatannya adalah masih adanya mahasiswa yang pasif pada saat proses
pembelajaran. Output penelitian ini adalah cara menghadapi mahasiswa yang
masih pasif dalam proses pembelajaran. Hasilnya dapat digunakan untuk
mendorong keaktifan mahasiswa dikelas dan di luar kelas.
22
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Penerapan Pembelajaran Student Centered Learning
Metode pembelajaran SCL dilakukan dalam kelas bisnis pariwisata
dan kelas manajemen mahasiswa jurusan manajemen Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Udayana bertujuan untuk meningkatkan daya kritis,
kreativitas dan semangat mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan.
Penerapan pembelajaran melalui metode Student Centered
Learningmemerlukan strategi pembelajaran yang tepat sehingga dalam
penerapannya dapat berjalan dengan baik dan tidak membosankan.
Strategi- strategi SCL yang diterapkan dalam kelas bisnis pariwisata dan
manajemen yaitu
Small Group Discussion merupakan model pembelajaran yang
melibatkan antar kelompok mahasiswa, atau kelompok mahasiswa dengan
dosen untuk menganalisa, menggali atau memperdebatkan topik yang telah
ditentukan dalam Satuan Acara Perkuliahan (SAP). SGD terdiri atas 4-5
orang mahasiswa, dalam kelas setiap kelompok wajib membuat satu kasus
dan akan dibahas bersama dengan kelompok lain.
Roll play and simulation Metode ini berbentuk interaksi antara dua
atau lebih mahasiswa tentang suatu topik atau kegiatan dengan
menampilkan peralatan yang menggantikan proses, kejadian atau system
yang sebenarnya. Disini mahasiswa bermain peran, seperti dalam kelas
23
manajemen, mahasiswa membentuk struktur organisasi dalam
perusahaannya kemudian memainkan peran bagaimana memecahkan
dalam organisasinya.
Self directed learning Metode ini berbentuk pemberian tugas
belajar kepada mahasiswa, seperti tugas membaca dan membuat ringkasan.
Penulis memberikan tugas kepada mahasiswa meringkas materi pada
pertemuan yang telah ditentukan, untuk selanjutnya dibahas di dalam
kelas.
Contextual Learning (CL) merupakan pembelajaran melalui sesi
tanya jawab atau negosiasi terbuka, tujuannya adalah untuk memunculkan
motivasi, daya kritis, suasana yang kondusif, nyaman dan menyenangkan.
Penulis mengajak mahasiswa kelas bisnis pariwisata turun langsung ke
lapangan, untuk melihat bagaimana bisnis pariwisata secara nyata.Penulis
mengajak mahasiswa mengunjungi villa The Sanctoo Ubud Gianyar.Di
lapangan, mahasiswa terlihat semangat, tumbuhnya rasa kritis dan
krativitas yang tercermin dari pertanyaan-pertanyaan mahasiswa di
lapangan dan hasil tugas pengamatan lapangan mereka yang sangat baik.
Proses yang dialami oleh mahasiswa ini transfer pengetahuan dapat
berjalan secara optimal, karena mahasiswa mengalami sendiri sehingga
tidak hanya teori didalam kelas.
Project Base Learning Metode pembelajaran ini adalah
memberikan tugas-tugas project yang harus diselesaikan oleh mahasiswa
dengan mencari sumber pustaka sendiri. Setelah mahasiswa terjun
24
langsung ke lapangan dan melihat kondisi lapangan, penulis meminta
mahasiswa untuk membuat perusahaan yang menjanjikan di bidang
pariwisata.
Pembelajaran Student Centered Learning memanfaatkan berbagai
sumber belajar yang ada. Sumber belajar yang utama adalah buku dan
jurnal yang tercantum dalam Silabus, mahasiswa juga dapat mengakses
internet untuk melihat contoh kasus, contoh kasus tersebut bisa digunakan
untuk pembahasan di dalam kelas dengan kelompok lainnya. Selain itu
mahasiswa juga belajar dari lingkungan sekitar, masyarakat, instansi,
profesi dan teman sebayanya. Saat penulis mengajak mahasiswa turun ke
lapangan, mahasiswa bisa bertanya apapun yang ingin mereka tanyakan
seputar bisnis pariwisata kepada staff villa The Sanctoo. Jadi dalam SCL
peran dosen bukan lagi satu-satunya sumber belajar tapi sebagai mitra
belajar/fasilitator.
4.2 Hambatan Pembelajaran Berbasis Student Centered Learning
Dalam proses pembelajaran dengan metode SCL di dua kelas yaitu
kelas manajemen dan bisnis pariwisata terdapat beberapa hambatan yaitu
sebagai berikut:
1. Terdapat beberapa mahasiswa yang masih pasif dalam diskusi
kelompok (SGD), hanya beberapa mahasiswa yang menonjol.
2. Tidak semua mahasiswa aktif dalam bermain peran (roll play and
simulation), contohnya dalam kelas manajemen dimana mahasiswa
25
membawakan satu kesatuan struktur organisasi, peran staff paling
bawah tidak terlalu menonjol atau kurang aktif
3. Pada saat turun ke lapangan, dalam praktek metode contextual
learning, ada beberapa mahasiswa yang pasif atau hanya
mendengarkan, tidak semua mahasiswa berani bertanya kepada
pihak hotel akibat rasa malu atau kurang percaya diri
mengemukakan pendapatnya.
4. Dalam tugas/ project base learning ada mahasiswa yang tidak ikut
mengerjakan tugas kelompok namun namanya masuk kedalam
kelompok tersebut.
Rata-rata tiap mahasiswa tiga kali bertanya dan dua kali menjawab
bahkan ada yang tidak bertanya atau menjawab (pasif) sama sekali
(lampiran 1)
4.3 Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan SCL
Penulis sebagai mediator/fasilitator dalam proses pembelajaran SCL
berusaha untuk mengatasi atau memperkecil hambatan yang ditemui
dengan cara sebagai berikut:
1. Dalam proses pembelajaran dalam grup diskusi (SGD) bila ada
mahasiswa yang tidak aktif penulis mengajukan pertanyaan mengenai
seputar materi yang sedang dibahas.
26
2. Dalam proses pembelajaran main peran (roll play anad simulation)
apabila ada mahasiswa yang kurang aktif maka penulis memberi
contoh kasus dimana peran mahasiswa tersebut dapat menonjol.
3. Dalam proses pembelajaran contextual learning, pada saat observasi
keaktifan mahasiswa dimana ada mahasiswa yang tidak fokus atau
pasif maka penulis melempar pertanyaan seputar kegiatan di lapangan
atau materi yang terkandung dalam kegiatan tersebut.
4. Dalam penugasan/project base learning mahasiswa yang tidak ikut
membuat tugas maka diberi tugas tambahan yang bobotnya sama
dengan tugas satu kelompok.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Sebagai fasilitator dan mediator dalam proses pembelajaran dengan
metode Student Centered Learning, dosen memang tidak perlu lagi
melakukan ceramah di depan kelas seperti metode Teacher Center Learning
sebelumnya, namun dalam metode ini dosen dituntut lebih kreatif dalam
memberikan tugas, project dan kasus, selalu melek dengan perkembangan
teknologi yang kian pesat serta memahami konsep, pola pikir, filosofi dan
strategi pembelajaran sehingga tujuan dari proses pembelajaran dengan
metode SCL yaitu menghasilkan mahasiswa yang mampu memecahkan
masalahnya sendiri, kreatif, berdaya saing tinggi, kritis dan berani
berpendapat dapat tercapai.
Penerapan metode SCL memberikan suasana lebih hidup di dalam
kelas karena tumbuhnya semangat mahasiswa mengeluarkan
pendapatnya.Penerapan SCL dengan contextual learning (turun ke lapangan)
memberikan angin segar berupa pengalaman, semangat, kesempatan yang
baik dan suasana baru bagi mahasiswa terutama sekembalinya mereka dari
studi lapangan, mahasiswa lebih bersemangat dalam membuat tugas/ project
dan lebih kompak bekerja dalam tim.
28
Dalam penerapan metode ini ditemukan beberapa hambatan yaitu
masih adanya beberapa mahasiswa yang kurang aktif/pasif dalam mengikuti
diskusi, mengerjakan tugas atau pada saat turun ke lapangan. Hambatan
tersebut diatasi dengan pemberian tugas tambahan yang bobotnya sama
dengan kelompoknya.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil observasi maka dapat diberikan beberapa saran yang
ditujukan kepada Fakultas Ekonomi Universitas Udayana sebagai berikut:
1) Fakultas bekerjasama dengan beberapa instansi atau perusahaan
sehingga kedepannya dapat dibuatkan penjadwalan mahasiswa
melihat dunia usaha yang nyata.
2) Adanya support berupa dana atau transportasi dari Fakultas untuk
mahasiswa secara bersama belajar langsung ke lapangan (ke dunia
usaha).
29
DAFTAR PUSTAKA
Ary Ginanjar Agustian. 2002. Emotional Spritual Quotient (ESQ). Jakarta: Arga.
Bafadal, Ibrahim. 2005. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Buku Kerja. 2000. Rancangan Aplikasi Peningkatan Proses Belajar Mengajar.
APTIK Cord. 2001. What is Contextual Learning. WWI Publishing Texas: Waco.
Delors, Jacques. 1996. “Learning”: The Treasure Within, Report to UNESCO of the International Commision on Education for the Twenty-First Century. Paris: UNESCO Publishing
Depdiknas. 2003. Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning),
Jakarta: Ditjen Dikdasmen. Harden dan Crosby. 2000. Student-Centered Learning: A Personal Journal,
Educause Center For Apllied Research – Research Bulletin, http://www.educuse.edu/ir/library/pdf/ERB0211.pdf
Harsono, Dwiyanto D. 2005. Pembelajaran Berpusat Mahasiswa. Yogyakarta:
Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Gadjah Mada, Aditya Media Fairulelsaid. 2010. Pendidikan Konsep SCL Student Centred Learning. Diakses
padahttps://fairuzelsaid.wordpress.com/2010/08/28/pendidikan-konsep-scl-student-centered-learning/
Goleman, Daniel. 1995. Emotional Intelligence. New York: Bantam Books. Harsono. 2004. Kearifan dalam transformasi pembelajaran: dari teacher-
centered ke student-centered learning, Makalah Seminar Implementasi nilai kearifan dalam proses pembelajaran berorientasi student-centered learning UGM.
Jogiyanto,HM.2001. Analisis dan Desain Sistem Informasi: Pendekatan
Terstuktur. Yogyakarta: Andi Kember, D. 1997. A re-conceptualisation of the research into university academic’
conceptions of teaching, learning and Instruction, 7, No.3, 255-275
30
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, Bandung: Pt Refika Aditama
Materi Pelatihan Kurikulum Berbasis Kompetensi. 2008. Model Pembelajaran,
DIKTI. Murwani, Elika Dwi. 2006. Peran Guru dalam Membangun Kesadaran Kritis
Siswa. Jurnal Pendidikan Penabur-No 6/Th.V/Juni Ngalimun, Fauzani, M., Salabi, A. 2016.Strategi dan Model Pembelajaran.
Yogyakarta: Aswaja Pressindo. O’Neill G and McMahon T. 2005. Student Centred Learninng: What does it mean
for students and lectures? In GO’Neill, S. Moore & B. McMullin, Emmerging issues in the practice of university learning and teaching (pp.27-36). Dublin, Ireland: AISHE.
Pannen, Paulina dkk. 2011. Konstruktivisme Dalam Pembelajaran, Jakrta: PAU-
PPAI Universitas Terbuka Rooijakkers, Ad. 1991. Mengajar dengan Sukses: Petunjuk untuk Merencanakan
dan Menyampaikan Pengajaran. Jakarta: PT Presindo. Rzabdulaziz. 2013. Proses Pembelajaran dan Student Centred Learning SCL.
diambil dari https://rzabdulaziz.wordpress.com Seitzinger. 2006. Be Constructive: Blogs, Podcast and Wikis as Constructivis
Learning Tools. http://www.elearningguild.com/pdf/2 Sugiyo, Warlan dkk. 2009. Efektivitas Metode Student Centered Learningyang
Berbasis Fun Chemistry untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia-No 02/Vol 3
Suryobroto, B. 2009.Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT Rineka
Cipta. Soyomukti, Nurani. 2010. Teori-Teori Pendidikan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif, Jakarta:
Kencana Prenada Media Group
31
Lampiran 1 Keaktifan Tanya-jawab mahasiswa Manajemen (regular) selama satu semester
NO NAMA KEAKTIFAN
TOTAL TANYA
TOTAL JAWAB TOTAL
1 I Made Dika Mahendra 2 1 3 2 KADEK DESY PUSPITHA SARI 2 1 3 3 I PUTU YUDHI SETIAWAN 0 1 1 4 GEDE JAYA ARTAWAN 1 0 1 5 NI MADE DIAH KUSUMA DEWI 2 2 4
6 PUTRI KUSUMA DEWI 0 1 1
7 NI WAYAN MULYAWATI 4 5 9
8 WINDA IRNYWATI OTTU 0 0 0
9 ANAK AGUNG SAGUNG INTAN PRATIVI SETIAWAN 7 5 12
10 I MADE YOGI JUSTIKA 2 0 2
11 MADE ANGGA BAGASKARA 2 0 2
12 Fannie Kristina Sokoy 0 0 0
13 Deljansen Yohanes Thesia 0 1 1
16 I MADE ADI PRADANA 2 0 2
17 NI MADE CAHAYA SEPTYA DEWI 8 5 13
18 Lazaro Jose Jovi Pereira 4 3 7
19 MADE DYAH DWITA ANGGARANI 3 3 6
20 NI PUTU YUWINDIAH PUTRI 3 4 7 21 GRECIA VEGA LOLITA APRILIYANTI POLING 2 3 5
22 GD BRYANANDA LAKSMANA 6 2 8
23 IDA AYU DINAR WULAN 3 2 5
24 NI LUH PUTU WIDYA SAWITRI 2 1 3
25 PUTU GDE KAMASAKA WIDIARTA 4 3 7
26 I MADE ANGGA ADIKERTA 3 1 4 27 I PT DICKY MAHARDIKA 4 4 8
28 PUTU TATI DIAN PERTIWI 5 3 8
29 NYOMAN AGUS SURYA NUGRAHA 5 6 11 30 I GUSTI AGUNG MAS OKARIA ANGGRAENI 6 5 11
31 I DEWA GEDE WILANTA TINTARA 2 0 2
32 I DEWA AYU BULAN PRANITI SARI 2 3 5
33 NI LUH PUTU MITA PRAMESTYA UTAMI 3 0 3
34 GEDE WISNU SAPUTRA 2 1 3
35 KOMPYANG GEDE SATHYA NARAYANA 1 2 3
36 NI KADEK TIRA SAHYONI 4 2 6
37 NI MADE PADMAWATI 3 2 5
38 NI KADEK WIWIK YUNIARTINI 4 3 7
39 I MADE SAITAMA ARIE PUTRA 6 2 8
40 NYOMAN AYU DEWANGGI DIPARESTA ARNAYA 5 4 9 41 BRIYAN ARTHA GINTING 7 5 12
42 NI PUTU TRI UTAMI NINGSIH 4 3 7
TOTAL 3 2 5
32
Keaktifan Tanya-jawab mahasiswa Bisnis Pariwisata (non- regular) selama satu semester
NO NAMA KEAKTIFAN
TOTAL TANYA
TOTAL JAWAB TOTAL
1 Ketut Joni Santika 2 2 4
2 SEPTIA WULANDARI SUARKA 2 1 3
3 I GUSTI AYU TARA DIANI SAWITRI 1 1 2 4 IDA AYU RUBY KUBERASYANI 2 1 3 5 ASTARI ARMAYANI 3 2 5 6 RIZAL PRASETYO 5 6 11 7 KADEK AYU ANGGRENI 7 7 14 8 I MADE IVAN ADIWINATA 7 6 13
9 NI MADE MAS ANINDYA STHIRA SISTA 4 3 7 10 I GUSTI MADE DIAH WINDARI 2 2 4
11 PUTU ANGGA ARMAWAN 3 1 4
12 NI LUH PUTU ANINDYA PUTRI M 2 1 3
13 NI KOMANG KRISNA PURNAMA YANTI 3 2 5
14 I GST NGR MD WIDIA ASTAWA 8 4 12 15 GUSTI AGUNG NARENDRA ISWARA 5 2 7 16 I GST AYU NYOMAN KRISNIA PUTRI 3 2 5 17 NI NYM. SRI JAYANTI PERWANI D. 4 2 6 18 NI PUTU AYU KARTIKA KURNIA PUTRI 3 3 6
19 PUTU WAHYU YANA PRASETYA 3 2 5
20 COKORDA ISTRI GITA APSARI DEWI 5 2 7 21 KRISNA ANGGARA DWI PUTRA F 2 1 3
22 I KOMANG LINGGAR YOGI 1 2 3
23 I GEDE WIDYA DARMAWAN 2 1 3 24 I GUSTI AYU AGUNG TRI TUNGGA DEWI 3 2 5 25 A.A SAYU MIRAH LADYSIA V 3 1 4
26 I KADEK DIAN KERTIANA 3 5 8 27 COK GEDE BAGUS SANDI RAHADIAN 2 1 3 28 NI MADE CINDY ARDINA ANTRIKSA 5 5 10
29 GOURA SUNDARAM PRASADA 4 3 7 30 IDA BAGUS GEDE BAYU KRESNADANA 3 3 6 31 NI MADE DIAH MALINI CAHYANI 3 4 7 32 PUTU RIZKY MAYSA WIRAWAN 4 2 6
33 ANAK AGUNG ANDI PUTRA UTAMA 2 5 7 34 I GUSTI A NADIA PARIBAWA DEWI 5 3 8 35 TJUT ALLYA MAGITA HARUMI 4 1 5 36 DESAK MADE YUNI ASTUTI 3 4 7 37 DEWA PUTU IRWAN DARMA PUTRA 3 2 5 38 I GEDE UTARAYANA 6 2 8 39 NI LUH PUTU MARTHA PRADNYADEWI 5 3 8 40 NI MADE SANIA PRATIWI 4 2 6 41 I NYOMAN ADI WISNAWA 2 1 3
TOTAL 3 2 6
33
Lampiran 2 Metode SCL dengan Contextual Learning, Proses pembelajaran di luar kelas
34
Metode SCL active learning, proses pembelajaran di dalam kelas
35
top related