studi kasus asuhan keperawatan pemenuhan...
Post on 23-Mar-2019
224 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANANDAN KESELAMATAN PADA Sdr.L
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN
DIRUANG ABIMANYU RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
DI SUSUN OLEH:
DODY SAKTI OKTAVIANTO
P.09013
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
��
�
STUDI KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN
KEAMANANDAN KESELAMATAN PADA Sdr.L
DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN
DIRUANG ABIMANYU RUMAH
SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA
Karya Tulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH:
DODY SAKTI OKTAVIANTO
P.09013
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2012
���
�
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan da bawah ini:
Nama : Dody Sakti Oktavianto
Nim : P 09013
Program Studi : D III Keperawatan
Judul karya tulis Ilmiah: STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN KEAMANAN DAN
KESELAMATAN PADA Sdr.L DENGAN
HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG
ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH
SURAKARTA.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar hasil karya tulis saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah
hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
dengan ketentuan akademik yang berlaku.
Surakarta, 10 April 2012
Dody Sakti Oktavianto
P09013
����
�
LEMBAR PERSETUJUAN
Karya Tulis ilmiah ini di ajukan oleh:
Nama : Dody Sakti Oktavianto
NIM : P 09013
Program Studi : D III Keperawatan.
Judul :STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA
Sdr.L DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG
ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.
Telah disetujui untuk diajukan diuhadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Kamis,26 April 2012
Pembimbing: Fakhrudin Nasrul Sani,Skep.,Ns. ( )
NIK. 201185071
���
�
HALAMAN PENGESAHAN
Karya Tulis ilmiah ini diajukan oleh:
Nama : Dody Sakti Oktavianto
NIM : P 09013
Program Studi : D III Keperawatan.
Judul :STUDI KASUS ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA
Sdr.L DENGAN HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG
ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA.
Telah disetujui untuk diajukan diuhadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Kamis, 10 Mei 2012
DEWAN PENGUJI
Penguji I : Fakhrudin Nasrul Sani, Skep., Ns, (……………………. ..)
NIK. 201185071
Penguji II : Erlina Widyastuti, Skep., Ns (……………………… )
NIK. 201187065
Penguji III : Siti Mardiyah, S.Kep., Ns (………………………)
NIK. 201183063
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES Kusuma Husada Surakarta
Setiyawan, S.Kep.,Ns NIK. 201084050
��
�
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Kuasa
karena berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN
KEBUTUHAN KEAMANAN DAN KESELAMATAN PADA Sdr.L DENGAN
HALUSINASI PENDENGARAN DIRUANG ABIMANYU RUMAH SAKIT JIWA
DAERAH SURAKARTA”
. Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya
kepada yang terhormat :
1. Setiyawan, S.Kep., Ns , selaku Ketua program studi DIII Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Stikes
Kusuma Husada Surakarta.
2. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku Sekretaris Ketua Program studi
DIII Keperawatan yang telah memberi kesempatan untuk dapat menimba
ilmu di Stikes Kusuma Husada Surakarta.
3. Fakhrudin Nasrul Sani, S.Kep., Ns, selaku dosen pembimbing sekaligus
penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
demi sempurnanya studi kasus ini.
4. Erlina Windyastuti, S.Kep., Ns, selaku penguji yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman
dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
���
�
5. Siti Mardiyah, S.Kep., Ns selaku penguji yang telah membimbing dengan
cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam
bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.
6. Semua dosen Program studi D III Keperawatan Stikes Kusuma Husada
Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya
serta ilmu yang bermanfaat.
7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat
untuk menyelesaikan pendidikan.
8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi D III Keperawatan Stikes kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-
persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu
keperawatan dan kesehatan. Amin.
Surakarta, 10 April 2012
Dody Sakti Oktavianto
P09013
����
�
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL........................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ........................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAAN.............................................................................. iv
KATA PENGANTAR......................................................................................... v
DAFTAR ISI........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………… ix
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………… x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................... 1
B. Tujuan Penulisan.................................................. 3
C. Manfaat Penulisan................................................ 4
BAB II LAPORAN KASUS
A. Pengkajian............................................................... 6
B. Diagnosa Keperawatan.......................................... 11
C. Intervensi Keperawatan......................................... 12
D. Implementasi Keperawatan................................... 14
E. Evaluasi Keperawatan........................................... 15
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan........................................................... 17
B. Simpulan................................................................ 23
C. Saran ……………………………………………. 25
�����
�
Daftar Pustaka
Daftar Riwayat Hidup
���
�
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Gambar 2. 1 Genogram………………………… 7
2 Gambar 2. 2 Pohon Masalah…………………… 12
��
�
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Daftar Riwayat Hidup.
Lampiran 2. Log Book.
Lampiran 3. Format Pendelegasian Pasien.
Lampiran 4. Asuhan Kepeperawatan.
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah.
���
�
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Dody Sakti Oktavianto
Tempat, tanggal lahir : Klaten, 31 Oktober 1987
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat Rumah : Bajangan, 10/02 Kayen, Juwangi, Boyolali.
Riwayat Pendidikan : SDN 2 KAYEN (Lulus tahun 1999)
SMPN 2 JUWANGI (Lulus tahun 2002)
SMK SAKTI GEMOLONG (Lulus tahun 2005)
STIKES KUSUMA HUSADA SURAKARTA
Riwayat Pekerjaan : -
Riwayat Organisasi : -
Publikasi : -
�
�
�
�
�
�
�
��
�
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah.
WHO mendefinisikan kesehatan sebagai “keadaan sehat fisik, mental, dan
sosial, bukan hanya keadaan tanpa penyakit atau kelemahan. Definisi ini menekankan
kesehatan sebagai suatu keadaan sejahtera yang positif, bukan sekedar keadaan tanpa
penyakit. Orang yang memiliki kesehatan emosional, fisik, dan sosial dapat
memenuhi tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif dalam kehidupan
sehari- hari, dan puas dengan hubungan interpersonal dan diri sendiri. Tidak ada
satupun definisi universal kesehatan jiwa, tetapi kita dapat menyimpulkan kesehatan
jiwa seseorang dari perilakunya. Karena perilaku seseorang dapat dilihat atau
ditafsirkan berbeda oleh orang lain, yang bergantung kepada nilai dan keyakinan,
maka penentuan kesehatan jiwa menjadi sulit. Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi
sehat emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang
memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan
kestabilan emosional (Videbeck, 2008).
Skizofrenia menggambarkan suatu kondisi psikotik yang kadang - kadang
ditandai dengan apatis, tidak mempunyai hasrat, asosial, afek tumpul, dan alogika.
Klien mengalami gangguan pada pikiran, persepsi, dan perilaku. Pengalaman
subjektif dari pikiran yang terganggu dimanifestasikan pada gangguan bentuk konsep
yang sewaktu - waktu dapat mengarah kesalah mengartikan kenyataan, dan
��
�
�
halusinasi. Perubahan alam perasaan ambivalen, perasaan konstriksi atau tidak sesuai,
dan hilangnya empati kepada orang lain. Perilaku dapat berupa menarik diri, regresif,
atau aneh (Doenges, 2006).
Seorang psikolog dari Amerika Abraham Maslow mengembangkan teori
tentang kebutuhan dasar manusia yang dikenal dengan istilah Hirarki Kebutuhan
Dasar Manusia Maslow yang meliputi lima kategori kebutuhan dasar yaitu:
Kebutuhan fisiologis, kebutuhan keselamatan dan rasa aman, kebutuhan rasa cinta,
memiliki dan dimiliki, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri. Dan salah
satunya yang telah digambarkan dalam teori Maslow adalah Kebutuhan Keselamatan
dan Rasa Aman (Safety and Security Needs), yaitu aman dari berbagai aspek, baik
fisiologis, maupun psikologis dan meliputi kebutuhan perlindungan diri dari udara
dingin, panas, kecelakaan, infeksi, bebas dari rasa takut dan kecemasan, serta bebas
dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru atau asing (Mubarak, 2007).
Definisi halusinasi adalah suatu kondisi dimana individu mengalami perubahan
dalam jumlah atau pola dari stimulasi yang datang dikaitkan dengan penurunan,
berlebihan distorsi atau kerusakan respon terhadap stimulasi (Nurjannah, 2005).
WHO pada tahun 2006 mengungkapkan bahwa 26 juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa, panik dan cemas merupakan gejala paling ringan. Dari
total populasi 26 juta gangguan jiwa, terdapat 12-16% yang mengalami gangguan
jiwa serius. Ditahun 2006 status kesehatan jiwa dikota semarang menunjukkan bahwa
angka penduduknya yang mengalami gangguan jiwa serius sebanyak 4.096 klien atau
sekitar 0,29% dari total penduduk kota semarang (Mubin dkk, 2009).
��
�
�
Angka penderita gangguan jiwa di RSJD Surakarta pada periode April 2012,
pasien yang dirawat di ruang Abimanyu didapatkan dari 32 pasien yang mengalami
gangguan jiwa terdapat 16 pasien yang mengalami gangguan persepsi halusinasi,
berarti prosentasi pasie 50% dari jumlah keseluruhan pasien yang ada di ruang
abimanyu mengalami gangguan persepsi sensori halusinasi, dan sisanya merupakan
pasien perilaku kekerasan, menarik diri. Rata - rata pasien berumur antara 23 - 46
tahun. Berdasarkan hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan penulis tertarik
untuk mengangkat judul, “Studi Kasus Asuhan Keperawatan Pemenuhan Kebutuhan
Keamanan dan Keselamatan Pada Sdr.L dengan Halusinasi di Ruang Abimanyu
RSJD Surakarta”.
B. Tujuan Penulisan.
1. Tujuan Umum.
Melaporkan kasus keperawatan jiwa pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi di ruang Abimanyu RSJD
Surakarta.
2. Tujuan Khusus.
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Sdr.L dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.
b. Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Sdr.L dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada Sdr.L dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi
��
�
�
d. Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan pada Sdr.L dengan
gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.
e. Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Sdr.L dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.
f. Penulis mampu menganalisa kondisi kejiwaan pada Sdr.L dengan gangguan
pemenuhan kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.
C. Manfaat Penulisan.
Penulis berharap semoga karya tulis ilmiahnya dapat berguna bagi :
1. Bagi Penulis.
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penulis dalam menerapkan
asuhan keperawatan jiwa pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
keamanan dan keselamatan: halusinasi.
2. Bagi Profesi.
Sebagai salah satu tambahan ilmu pengetahuaan bagi organisasi profesi
keperawatan dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan standar
asuhan keperawatan jiwa pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
keamanan dan keselamatan: halusinasi.
3. Bagi Institusi.
a. Rumah Sakit.
Sebagai toloukur dalam meningkatkan mutu pelayanan sesuai dengan
standar asuhan keperawatan jiwa pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan keamanan dan keselamatan: halusinasi.
��
�
�
b. Pendidikan.
Menambah referensi dan sebagai sumber bacaan tentang asuhan keperawatan
jiwa pada Sdr.L dengan gangguan pemenuhan kebutuhan keamanan dan
keselamatan: halusinasi.
�
��
BAB II
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian.
Penulis melakukan pengkajian pada tanggal 5 April 2012. Jam 10.00 wib di
ruang Abimanyu RSJD Surakarta, dengan metode alloamamnesa dan autoanamnesa
dan hasil pengkajian didapatkan;
Klien berinisial Sdr.L umur 24 tahun, lulusan SMA, pekerjaan kuli bangunan
dan tanggal di Kebon Agung, Bandung, Wonosegoro, Boyolali. Berjenis kelamin laki
- laki,belum penah menikah. Klien dirawat di RSJD Surakarta sejak tanggal 14
Maret, penanggung jawab Sdr.L adalah Tn.K, umur 48 tahun, berjenis kelamin laki –
laki pekerjaan petani dan hubungannya Tn.K sebagai ayah dari Sdr.L alamatnya
Kebon Agung, Bandung, Wonosegoro, Boyolali.
Alasan masuk Sdr.L dibawa ke RSJD Surakarta karena mendengar bisikan –
bisikan yang menyuruh Sdr.L untuk mengamuk orang tuanya, dan lingkungan
rumahnya. Sdr.L juga melihat orang sebagai setan dan membuat Sdr.L takut, gelisah,
mondar – mandir, berteriak – teriak, nyanyi sendiri.
Sdr.L mengatakan pernah mengalami gangguan jiwa pada tahun 2009 yang
lalu dan dirawat di RSJD Surakarta. Pengobatan sebelunya tidak berhasil karena
Sdr.L tidak minum obat secara teratur, Sdr.L mengatakan pernah melakukan aniaya
fisik, mengamuk orang tuanya dan lingkungan rumahnya. Sdr.L mengatakan anggota
keluarganya tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Sdr.L mengatakan pernah
��
�
�
�
memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan yaitu putus cinta dengan kekasihnya
pada tahun 2009.
Hasil pemeriksaan fisik Sdr.L diperoleh data sebagai berikut: TD = 120/80
mmHg, Nadi: 76x/ menit, respirasi: 22x/ menit, suhu tubuhnya: 36, 6˚C, tinggi badan
Sdr.L 162 cm, berat badannya 57 kg, sedangkan hasil pemeriksaan head to toe
didapat data sebagai berikut: kepala Sdr.L bentuknya mesocepal, bersih, rambut
warna hitam bergelombang, kulit kepala tidak ada ketombe. untuk bagian mata Sdr.L
tidak mengunakan alat bantu penglihatan, simetris antara kanan - kiri, konjungtiva
tidak anemis, sklera tidak ikterik. Mulut Sdr.L tidak ada stomatitis, gigi tidak rata,
tidak ada keries gigi, lidah bersih. Hidung Sdr.L bersih tidak ada secret, tidak ada
polip, tidak ada gangguan penciuman. Telinga Sdr.L simetris antara kanan - kiri,
bersih tidak ada penumpukan serumen. Pada bagian ekstremitas Sdr.L tidak
mengalami gangguan semuanya normal berfungsi dengan baik. kesimpulannya pada
Sdr.L tidak mengalami gangguan dengan fisik.
�
�
�
�
����������������������������������������������������������������������������������������
��� �������������
��
�
�
�
Keteranagan genogram.
: Laki – laki.
: Perempuan.
: Garis Keturunan.
: Sdr.L
: Meninggal
: Tinggal Serumah.
Sdr.L merupakan anak sulung dari dua bersaudara, tinggal serumah dengan
kedua orangtua dan adiknya. Dikeluarganya tidak ada yang mengalami ganguan jiwa.
Hasil pengkajian dari konsep diri diperoleh data gambaran diri Sdr.L
mengatakan bahwa bagian tubuh yang disukainya adalah badannya yang kekar,
sedangkan bagian yang tidak disukai oleh Sdr.L adalah giginya karena tidak rata.
Sdr.L statusnya masih lajang belum menikah, seorang laki - laki berusia 24 tahun.
Peran Sdr.L sebagai anak pertama dari dua bersaudara, sedangkan didalam
keluarganya bertugas membantu pekerjaan orang tuanya dan didalam masyarakat
sebagai anggota karang taruna. Ideal diri Sdr.L mengatakan ingin cepat sembuh dan
kembali pulang kerumah untuk menjalankan tugasnya seperti sedia kala. Harga diri:
Sdr.L mengatakan bahwa hubungan dengan orang lain saling menghargai satu sama
lain.
Hubungan sosial Sdr.L diperoleh data yaitu Sdr.L mengatakan orang yang
paling berarti dalam kehidupanya adalah kedua orang tuanya. Peran serta dalam
��
�
�
�
kegiatan masyarakat adalah sebagai anggota karang taruna, dan tidak ada hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain. Sedangkan pengkajian spiritual Sdr. L di
peroleh data: nilai dan keyakinan Sdr.L tentang gangguan kejiwaan adalah sangat
menyedihkan. Kegiatan ibadah klien beragama islam dan rajin sholat 5 waktu.
Hasil pengkajian status mental Sdr.L sebagai berikut penampilan klien terlihat
rapi sesuai tempat dan kondisi, setiap hari ganti dengan pakaian bersih, kancing baju
tepat ditempatnya. Pembicaraan Sdr.L berbicara tidak terlalu cepat jelas tetapi dapat
dipahami. Aktifitas motorik Sdr.L tampak gelisah. Alam perasaan Sdr.L ingin cepat
pulang kerumahnya. Afek dari Sdr.L terlihat labil. Interaksi selama wawancara pada
Sdr.L kooperatif selalu menjawab pertanyaan dalam wawancara. Perspsi Sdr.L
mengatakan mendengar bisikan - bisikan yang menyuruh mengamuk, frekuensi 3x
dalam sehari, saat tidur, ±5 menit, respon takut, saat mendengar bisikan yang
dilakukan Sdr.L menutup telinganya.
Hasil pengkajian proses pikir Sdr.L jika ditanya jawabanya jelas sesuai
dengan pertanyaan yang di berikan. Waham curiga Sdr. L mengatakan yakin jika ada
beberapa orang yang sedang bercakap - cakap beranggapan sedang membicarakan
tentang dirinya. Tingkat kesadaran Sdr.L adalah compos mentis, tidak mengalami
disorientasi waktu dan tempat. Memori Sdr.L mengatakan tidak ada gangguan dengan
daya ingatnya. Tingkat konsentrasi dan berhitung Sdr.L mampu berkonsentrasi dan
berhitung secara sederhana. Kemampuan penilaian Sdr.L dapat membedakan
perbuatan baik dan yang tidak baik. Daya tilik diri Sdr.L menyadari tentang penyakit
���
�
�
�
yang sedang diderita saat ini dan menyalahkan ayahnya yang membuatnya tertekan
karena setiap hari di marahi oleh ayahnya dengan kata - kata kasar.
Hasil pengkajian pada kebutuhan persiapan pulang diperoleh data sebagai
berikut selama di RSJD Surakarta makan 3x sehari dengan menu nasi, sayur, lauk dan
buah tanpa bantuan orang lain, untuk BAB juga mandiri frekuensinya 1x sehari
dengan konsistensi lembek, warna kuning, bau khas. Dan kebutuhan BAK nya juga
dilakukan secara mandiri frekuensinya 7 – 9x sehari, warna kuning jernih, bau
amoniak, tidak terdapat darah dan nanah dalam urin. Sdr.L mandi, gosok gigi 2x
dalam sehari pagi dan sore tanpa di bantu. Berhias Sdr.L dapat melakukannya sendiri
tanpa bantuan. Istirahat tidur Sdr.L mengatakan saat di bangsal tidur siang ±1 jam
dari pukul 13.00 wib sampai pukul 14.00 wib, tidur malam selama ±8 jam mulai
pukul 20.00 wib sampai pukul 04.00 wib. Penggunaan obat selalu diingatkan oleh
perawat. Pemeliharaan kesehatan Sdr.L membutuhkan perawatan lanjutan, di RSJD
Surakarta dan memerlukan perawatan dukungan oleh keluarga. Sdr.L mempunyai
kegiatan dalam rumah yaitu menjaga kerapian rumah, mencuci piring dan pakaian.
Sedangkan kegiatan di luar rumah membantu pekerjaan orang tua di sawah.
Hasil pengkajian mekanisme koping pada Sdr.L didapatkan data: adaptif
Sdr.L mengatakan mampu memulai pembicaraan dengan orang lain, klien suka
berolahraga, sedangkan maladaptif Sdr.L mengatakan pernah minum alkohol, pernah
mengamuk memukul orang lain. Hasil pengkajian masalah psikososial dan
lingkungan didapatkan data: Sdr.L mengatakan tidak mendapat dukungan untuk
���
�
�
�
segera sembuh dan Sdr.L merasa tertekan karena ayahnya selalu memarahi Sdr.L
dengan kata - kata yang keras dan kasar.
Hasil pengkajian pengetahuan Sdr.L yang kurang tentang penggunaan obat:
Sdr.L mengatakan tidak jelas dengan kegunaan obat yang diberikan di RSJD
Surakarta dan sampai kapan Sdr.L harus minum obatnya, sehingga saat dirumah
Sdr.L tidak minum obat secara teratur dan menyebabkan gangguan jiwanya kambuh
lagi.
Sdr.L mendapatkan terapi medis Trihexsipenidil (THP) untuk rileks dan badan
tidak kaku dengan dosis 3X1 @ 2mg, Halloperidol (HLP) untuk membuat pikiran
Sdr.L tenang dengan dosis 3X1 @ 5 mg, Chlorpromasine (CPZ) untuk
menghilangkan suara bisikan yang didengar Sdr.L dengan dosis 2X1 @ 100mg.
Hasil pemeriksaan laboratorium GDS : 142 mg/dl, SGOT : 37 U/L, SGPT : 19
U/L, Hb : 14,9 g/dl, Ht : 42,2%.
B. Diagnosa Keperawatan.
Berdasarkan pengkajian diatas diperoleh data sebagai berikut: Data subjektif:
Sdr.L mengatakan dirumah mengamuk, memukul orang lain saat mendengar bisikan.
Data objektif: klien bicara dengan nada keras dan kasar, tangan mengepal, badan
tegang, dari data tersebut diperoleh masalah keperawatan perilaku kekerasan.
Data subjektif: Sdr.L mengatakan bisikan suara yang menyuruhnya
mengamuk, memukul, frekuensi 3x, saat mau tidur. Data objektif: klien tampak takut,
���
�
�
�
gelisah, menutup telinga, nyanyi sendiri, mondar – mandir diperoleh masalah
keperawatan gangguan persepsi sensori: halusinasi.
Data subjektif: Sdr.L mengatakan jika dirumah tidak ada yang mengingatkan
untuk minum obat. Data objektif: klien tidak teratur minum obat, Sehingga diperoleh
masalah keperawatan ketidak efektifan koping keluarga.
Uraian analisa data diatas, dapat digambarkan dalam pohon masalah yang
terjadi pada Sdr.L sebagai berikut:
PK (akibat)
gangguan persepsi sensori: halusinasi (problem)
Ketidak efektifan koping keluarga (penyebab)
Gambar, 2.2 Pohon Masalah.
C. Intervensi Keperawatan.
Didapat dari hasil pengkajian rencana keperawatan gangguan persepsi
sensori: halusinasi. TUM: Sdr.L dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya.
TUK 1: Sdr.L dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria
evaluasi: ekspresi wajah bersahabat, menunjukan rasa tenang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk
���
�
�
�
berdampingan dengan perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi.
Intervensi: bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
terapeutik: sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan
nama, nama panggilan perawat, jelaskan tujuan berkenalan, tanyakan nama panggilan
yang disukai, buat kontrak yang jelas, tunjukan sikap jujur dan memepati janji setiap
kali interaksi, tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya, beri perhatian kepada
klien dan kebutuhan dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
klien, dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi klien.
TUK 2: Sdr.L dapat mengenal halusinasinya dengan kriteria evaluasi: klien
menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi.
Intervensi: observasi tingkah laku klien terkaid dengan halusinasinya, tanyakan
apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi dengar), jika klien menjawabnya,
tanyakan apa yang sedang dialami, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami
halusinasi namun perawat tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat), katakan
bahwa ada klien yang mengalami hal yang sama namun perawat akan membantu
klien, diskusikan dengan klien isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang
menimbulkan halusinasi.
TUK 3: Sdr.L dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil: klien
dapat menyebutkan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya, klien mampu
menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya, klien dapat memilih dan
memperagakan cara mengatasi halusinasinya. Intervensi: identivikasi bersama klien
cara atau tindakan yang dilakukan saat terjadi halusinasi, diskusikan cara yang
���
�
�
�
digunakan klien saat halusinasi muncul, jika cara yang digunakan maladaptif
diskusikan kerugian cara tersebut, jika cara yang digunakan adaptif beri pujian,
diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi: menghardik, menemui orang lain,
melakukan kegiatan harian, minum obat sesuai resep dokter. Beri kesempatan klien
mempraktekan cara yang telah dipilih, jika berhasil beri pujian.
TUK 4: Sdr.L dapat dukungan dari keluarga dalam mengontol halusinasinya.
Kriteria evaluasi: keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala
halusinasi. Intervensi: buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan, diskusikan
dengan keluarga pada saat pertemuan (pengertian halusinasi, tanda dan gejala
halusinasi, cara memutuskan halusunasi).
TUK 5: Kriteria evaluasi: Sdr.L mengikuti terapi aktifitas kelompok stimulasi
persepsi atau orientasi realitas. Intervensi: Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi sessi 1: menonton TV. Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
sessi 2: membaca majalah, koran. Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
sessi 3: Gambar.
D. Implementasi Keperawatan.
Penulis melakukan implementasi pada tanggal 5 April 2012 jam 10.00 wib
untuk diagnosa gangguan persepsi sensori: halusinasi pada Sdr.L dibangsal
Abimanyu RSJD Surakarta, yaitu SP 1: memberi salam, membina hubungan saling
percaya, membantu Sdr.L dalam mengenal halusinasi, menjelaskan cara mengontrol
halusinasi, mengajarkan Sdr.L mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Dan
���
�
�
�
cara yang ke 2: mengajarkan Sdr.L untuk mengontrol halusinasinya dengan metode
SP2, yaitu bercakap - cakap dengan orang lain dan pukul 12.10 wib memberikan
terapi medis minum obat Trihexsipenidil 2 mg, dan Haloperidol 5 mg. Tanggal 6
April pukul 10.45 penulis memberikan SP3: melatih Sdr.L untuk mengontrol
halusinasi dengan cara ketiga, yaitu melakukan aktifitas terjadwal dan pukul 12.15
wib, memberikan terapi medis minum obat yaitu Trihexsipenidil 2 mg, dan
halloperidol 5 mg. Selanjutnya tanggal 7 April 2012 penulis memberikan cara
mengontrol halusinasi yang terakhir yaitu SP 4: melatih Sdr.L minum obat secara
teratur, menjelaskan nama, warna obat yang harus berapa kali diminum dalam 1 hari
dan manfaatnya untuk Sdr.L, dan memberikan terapi obat pada pukul 12.15 wib
Trihexsipenidil 2 mg, dan Halloperidol 5 mg.
E. Evaluasi Keperawatan.
Hasil evaluasi setelah penulis memberikan implementasi pada tanggal 5 April
2012 dari SP 1 diperoleh data subjektif: Sdr.L mengatakan mendengar bisikan yang
menyuruh mengamuk, 3x dalam sehari, muncul saat mau tidur, ±5 menit, Sdr. L
mondar - mandir. Dan data objektif: Sdr.L kooperatif memperhatikan yang sedang
diajarkan oleh penulis, kontak mata ada, klien mampu mendemonstrasikan cara
menghardik, tampak meminum obat yang diberikan. Data assessment: Sdr.L mampu
menyebutkan jenis, waktu, frekuensi halusinasinya. Planing klien: anjurkan Sdr.L
memasukkan dalam jadwal harian, planing untuk penulis pertahankan SP 2, lanjutkan
SP 3.
���
�
�
�
Hasil evaluasi pada tanggal 6 April diperoleh data subjektif: Sdr.L
mengatakan masih mendengar bisikan tadi pagi, data objektif: Sdr.L mampu
mengulang SP 1 dan SP 2, Sdr.L memperhatikan, dan mengisi kesibukan untuk
mengontrol halusinasinya, Sdr.L meminum obat terapi. Data assessment: Sdr.L
mampu menyebutkan kegiatan yang dapat mengontrol halusinasi. Planing untuk
Sdr.L anjurkan untuk menggunakan SP 3 jika bisikan terdengar, planing untuk
penulis: lanjutkan SP 4.
Hasil evaluasi pada tanggal 7 April 2012 diperoleh data subjektif: Sdr.L
mengatakan suara bisikan muncul menjelang tidur malam. Data objektif: Sdr.L
mampu mengulang SP 1, SP 2, dan SP 3 dengan baik, Sdr.L tampak memperhatikan
cara menggontrol halusinasi SP 4 menggunakan obat secara teratur, Sdr.L tampak
meminum terapi obat. Data assessment: Sdr.L mampu menjelaskan nama, warna,
dosis, dan kegunaan obat. Planing untuk Sdr.L anjurkan untuk disiplin minum obat,
planing untuk perawat pertahankan SP 4.��
�
�
���
�
BAB III
PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN
A. Pembahasan
Menurut Direja,(2011) definisi halusinasi adalah salah satu gejala gangguan
jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi: merasakan sensori palsu
berupa suara, pengecapan, perabaan atau pembau. Halusinasi adalah gangguan
pencerapan (persepsi) panca indra tanpa adanya rangasangan dari luar yang didapat
meliputi semua system pengindraan dimana terjadi pada saat kesadaran individu itu
penuh atau baik (Stuart & sudden, 2005). Menurut Saidah (2003), halusinasi adalah
ganguan penyerapan atau persepsi panca indra tanpa adanya rangsangan dari luar
yang dapat terjadi pada sistem pengindraan pada saat kesadaran penuh dan baik.
Masuknya rangsangan tersebut terjadi pada saat klien dapat menerima rangsang dari
luar dan dari individu. Dengan kata lain klien berespon terhadap rangsangan yang
tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh klien dan tidak dapat dibuktikan.
Manifestasi klinis halusinasi antara lain yaitu bingung, apatis terhadap
lingkungan, pasien tidak dapat membedakan anttara realita dan khayalan. Sulit tidur
dan konsentrasi menurun, gelisah, agitasi, agresif, destruktif, ekspresi wajah tenang,
perasaan tidak aman, curiga, tersinggung, bicara sendiri, berkeringat, nadi cepat,
tekanan darah meningkat, halusinasi dengar, klien menyumbat telinga, sikap seperti
mendengar sesuatu, tertawa sendiri, terdiam, terengah - engah dalam pembicaraan
sulit membuat keputusan (Kusumawati, 2010).
���
�
�
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan,
tahap pengkajian terdiri atas pengumpulan data dan perumusan masalah klien. Data
yang dikumpulkan meliputi data biologis, data psikologis, sosial dan spiritual. Data
pada pengkajian kesehatan jiwa dapat dikelompokkan menjadi faktor predisposisi,
faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor, sumber koping dan kemampuan koping
yang dimiliki klien (Keliat, 2005).
Pengkajian merupakan elemen penting untuk pembuatan rencana asuhan
keperawatan yang efektif yang relevensinya teridentifikasi pada pengkajian klien.
Maka dari itu pembuatan rencana dimulai dari pengkajian format pengkajian dapat
digunakan sebagai pedoman agar informasi yang diperoleh sistematis dan sebagai
bagian dokumentasi (Towsend M.C,2006).
Berdasarkan hasil pengkajian yang telah dilakukan oleh penulis terhadap
Sdr.L dengan metode auto anamnesa dan allo anamnesa, diperoleh data subjektif dan
data objektif yang sesuai dengan prioritas masalah keperawatan yang dialami Sdr. L
yaitu gangguan persepsi sensori: halusinasi didukung dengan data subjektif: Sdr.L
mendengar bisikan – bisikan yang menyuruhnya untuk mengamuk orang tuanya, dan
linkungan rumahnya, dan data objektif: Sdr.L takut, gelisah, mondar – mandir,
berteriak – teriak, nyanyi sendiri, dalam hal ini dapat simpulkan bahwa manifestasi
klinis yang dialami Sdr. L sesuai dengan manifestasi klinis yang terdapat dalam teori
yaitu gelisah, curiga, halusi dengar, menyumbat telinga.
���
�
�
Diagnosa keperawatan adalah suatu pertimbangan klinis tentang respon
individu,keluarga, atau komunitas terhadap masalah kesehatan/proses kehidupan yang
actual dan potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar bagi pemilihan
intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang menjadi tanggung gugat perawat
(Townsend.M.C 2006).
Diagnosa keperawatan adalah merupakan suatau pernyataan yang
menjelaskan respon manusia terhadap status kesehatan atau resiko perubahan dari
kelompok dimana perawat secara accountabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurun,
membatasi, mencegah, merubah. Terdapat 4 diagnosa keperawatan yaitu, resiko
menciderai diri, orang lain dan lingkungan sebagai akibat, gangguan persepsi sensori
halusinasi sebagai core problem, dan menarik diri sebagai etiologi. (Keliat, 2005).
Penulis menyimpulkan masalah keperawatan yang utama yang dialami Sdr. L
adalah halusinasi pendengaran yang didukung dengan data subjektif: Sdr.L
mendengar bisikan – bisikan yang menyuruhnya untuk mengamuk orang tuanya, dan
linkungan rumahnya, dan data objektif: Sdr.L takut, gelisah, mondar – mandir,
berteriak – teriak, nyanyi sendiri, Masalah keperawatan sebagai penyebab dari
halusinasi yang terdapat pada Sdr.L diperoleh diagnosa ketidak efektifan koping
keluarga hal ini didukung dengan data subjektif: Sdr.L mengatakan jika dirumah
tidak ada yang mengingatkan untuk minum obat. Data objektif: tidak ada dukungan
dari keluarga dalam mengingatkan klien untuk minum obat secara teratur. Akibat dari
masalah keperawatan halusinasi pada Sdr.L adalah perilaku kekerasan hal tersebut
���
�
�
didukung dengan data subjektif: Sdr.L mengatakan bisikan suara yang menyuruhnya
mengamuk, memukul, frekuensi 3x, saat mau tidur. Data objektif: klien tampak takut,
gelisah.
Berdasarkan pohon masalah yang dialami Sdr. L dapat disimpulkan ada
kesenjangan antara pohon masalah yang dialami Sdr. L dengan pohon masalah yang
terdapat pada Sdr. L dimana masalah keperawatan yang menjadi penyebab halusinasi
dalam teori adalah menarik diri: isolasi sosial. Tetapi yang menjadi penyebab
halusinasi pada Sdr. L adalah ketidakefektifan koping keluarga.
Intervensi keperawatan adalah suatu tindakan dalam membantu pemilihan
perencanaan untuk memberikan petunjuk terhadap pemberian asuahan keperawatan
kepada klien (Townsend.M.C 2006). Intervensi keperawatan terdiri dari tiga aspek
yaitu tujuan umum, tujuan khusus dan rencana tindakan keperawatan. Tujuan umum
berfokus pada penyelesaian permasalahan (P) dari diagnosa tertentu. Tujuan umum
dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus telah dicapai.Tujuan khusus berfokus
pada penyelesaian etiologi (E) dari diagnosa tersebut. Tujuan khusus merupakan
rumusan kemampuan yang perlu dicapai atau dimiliki klien. Kemampuan ini dapat
bervariasi sesuai dengan masalah kebutuhan klien. Umumnya, kemampuan klien pada
tujuan khusus dapat menjadi tiga aspek yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan
untuk menyelesaikan etiologi dari diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor
yang diperlukan agar etiologi dapat teratasi dan kemampuan afektif yang perlu
dimiliki agar klien percaya pada kemampuan menyelesaikan masalah (Stuart dan
Laria, 2005).
���
�
�
Tujuan umum dilakukan tindakan keperawatan pada permasalahan yang
dihadapi klien yaitu agar klien dapat mengontrol halusinasinya yang di alami. TUK 1:
Sdr.L dapat membina hubungan saling percaya dengan kriteria evaluasi: ekspresi
wajah bersahabatan, menunjukan rasa tenang, ada kontak mata, mau berjabat tangan,
mau menyebutkan nama, mau menjawab salam, mau duduk berdampingan dengan
perawat, bersedia mengungkapkan masalah yang dihadapi. Intervensi: bina hubungan
saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi terapeutik: sapa klien
dengan ramah baik verbal maupun non verbal, perkenalkan nama, nama panggilan
perawat, jelaskan tujuan berkenalan, tanyakan nama panggilan yang disukai, buat
kontrak yang jelas, tunjukan sikap jujur dan memepati janji setiap kali interaksi,
tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya, beri perhatian kepada klien dan
kebutuhan dasar klien, tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien,
dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi klien.
TUK 2: Sdr.L dapat mengenal halusinasinya dengan kriteria evaluasi: klien
menyebutkan isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang menimbulkan halusinasi.
Intervensi: observasi tingkah laku klien terkaid dengan halusinasinya, tanyakan
apakah klien mengalami sesuatu (halusinasi dengar), jika klien menjawabnya,
tanyakan apa yang sedang dialami, katakan bahwa perawat percaya klien mengalami
halusinasi namun perawat tidak mengalaminya (dengan nada bersahabat). Katakan
bahwa ada klien yang mengalami hal yang sama namun perawat akan membantu
klien, diskusikan dengan klien isi, waktu, frekuensi, situasi dan kondisi yang
menimbulkan halusinasi.
���
�
�
TUK 3: Sdr.L dapat mengontrol halusinasinya dengan kriteria hasil: klien
dapat menyebutkan tindakan untuk mengendalikan halusinasinya, klien mampu
menyebutkan cara baru mengontrol halusinasinya, klien dapat memilih dan
memperagakan cara mengatasi halusinasinya. Intervensi: identivikasi bersama klien
cara atau tindakan yang dilakukan saat terjadi halusinasi, diskusikan cara yang
digunakan klien saat halusinasi muncul, jika cara yang digunakan maladaptif
diskusikan kerugian cara tersebut, jika cara yang digunakan adaptif beri pujian,
diskusikan cara baru untuk mengontrol halusinasi: menghardik, menemui orang lain,
melakukan kegiatan harian, minum obat sesuai resep dokter. Beri kesempatan klien
mempraktekan cara yang telah dipilih, jika berhasil beri pujian.
TUK 4: Sdr.L dapat dukungan dari keluarga dalam mengontol halusinasinya.
Kriteria evaluasi: keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda dan gejala
halusinasi. Intervensi: buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan, diskusikan
dengan keluarga pada saat pertemuan (pengertian halusinasi, tanda dan gejala
halusinasi, cara memutuskan halusunasi).
TUK 5: Kriteria evaluasi: Sdr.L mengikuti terapi aktifitas kelompok stimulasi
persepsi atau orientasi realitas. Intervensi: Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi
persepsi sessi 1: menonton TV. Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
sessi 2: membaca majalah, koran. Anjurkan klien mengikuti TAK stimulasi persepsi
sessi 3: Gambar.
Implementasi kepeawatan adalah apabila tujuan, hasil dan intervensi telah
diidentifikasi perawat siap untuk melakukan aktivitas pencatatan pada rencana
���
�
�
keperawatan klien (Towsend.M.C 2006). Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh
penulis untuk Sdr.L pada saat diruang Abimanyu yaitu melakukan bina hubungan
saling percaya, menanyakan apakah masih mendengar bisikan suara yang
menyuruhnya mengamuk, memukul, meyakinkan bahwa klien saja yang
mendengarkan suara tersebut, mengatakan perawat akan membantu menghilangkan
bisikan yang dialaminya, menanyakan pada saat apa halusinasi itu muncul, membantu
mengenal halusinasinya, mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan
menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, melakukan aktifitas harian, dan
minum obat dengan benar.
Evaluasi keperawatan adalah proses berkesinambungan yang perlu dilakukan
untuk menentukan seberapa baik rencana keperawatan dilakukan (Towsend. 2006).
Penulis melakukan implementsai dan selanjutnya mendapatkan hasil evaluasi dengan
data subjektif: Sdr.L mengatakan suara bisikan muncul menjelang tidur malam, data
objektif: Sdr.L mampu mengulang SP 1, SP 2, dan SP 3 dengan baik, Sdr.L tampak
memperhatikan cara menggontrol halusinasi SP 4 menggunakan obat secara teratur,
Sdr.L tampak meminum terapi obat, data assessment: Sdr.L mampu menjelaskan
nama, warna, dosis, dan kegunaan obat, Planing untuk Sdr.L anjurkan untuk disiplin
minum obat, planing untuk perawat pertahankan SP 4.
B. Simpulan
1. Dari pembahasan diatas penulis menyimpulkan bahwa halusinasi adalah keadaan
dimana individu atau kelompok mengalami atau beresiko mengalami suatu
perubahan dalam jumlah, pola atau interpretasi stimulus yang datang. Dengan
��
�
�
tanda dan gejala dari pemenuhan kebutuha keamanan dan keselamtan : halusinasi
yang menunjukkan sikap seperti takut, gelisah, menutup telinga, nyanyi sendiri,
mondar – mandir.
2. Diagnosa keperawatan yang terdapat pada Sdr. L penulis mendapatkan masalah
keperawata ketidak efektifan koping keluarga sebagai penyebab. Perilaku
kekerasan sebagai akibat, dan penulis mengangkat gangguan persepsi sensori:
halusinasi sebagai masalah utama dalam kasus Sdr.L yang didukung data subjektif
dan data objektif.
3. Implementasi yang dilaksanakan oleh penulis pada Sdr.L diruang Abimanyu RSJD
Surakarta yaitu melakukan bina hubungan saling percaya, menanyakan apakah
masih mendengar bisikan suara yang menyuruhnya mengamuk, memukul.
Meyakinkan bahwa klien saja yang mendengarkan suara tersebut, mengatakan
perawat akan membantu menghilangkan bisikan yang dialaminya, menanyakan
pada saat apa halusinasi itu muncul, membantu mengenal halusinasinya,
mengajarkan cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap
dengan orang lain, melakukan aktifitas harian, dan minum obat dengan benar.
4. Evaluasi yang telah dilaksanakan oleh penulis pada kasus halusinasi Sdr.L diruang
Abimanyu RSJD Surakarta yaitu diperoleh data:
Subjektif: Sdr.L mengatakan suara bisikan muncul menjelang tidur malam.
Objektif: Sdr.L mampu mengulang SP 1, SP 2, dan SP 3 dengan baik, Sdr.L
tampak memperhatikan cara menggontrol halusinasi SP 4 menggunakan obat
secara teratur, Sdr.L tampak meminum terapi obat.
��
�
�
Assessment: Sdr.L mampu menjelaskan nama, warna, dosis, dan kegunaan obat.
Plan untuk Sdr.L anjurkan untuk disiplin minum obat,
planing untuk perawat pertahankan SP 4.
C. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis memberikan saran yang diharapkan
bermanfaat, sebagai berikut:
1. Bagi rumah sakit, hendaknya menyediakan dan memfasilitasi apa yang
dibutuhkan oleh klien untuk penyembuhan, rumah sakit selalu meningkatkan
kemampuan tenaga kesehatan guna membantu penyembuhan pasien gangguan
jiwa.
2. Bagi institusi untuk selalu memberikan motivasi dorongan kepada mahasiswa
untuk penyelesaian tugas karya tulis ilmiah.
3. Bagi keluarga berikan motivasi kepada klien dan konsultasi secara rutin, belajar
cara merawat klien dengan sabar pada anggota keluarga yang menderita gangguan
jiwa.
4. Bagi perawat untuk selalu meningkatkan kemampuan dalam memberikan asuhan
keperawatan supaya lebih profesional dalam merawat pasien dan lebih sabar
dalam memberikan pelayanan guna peningkatan keadaan pasien.
top related