studi komparasi guru sertifikasi dan non sertifikasi...
Post on 22-Mar-2020
25 Views
Preview:
TRANSCRIPT
STUDI KOMPARASI GURU SERTIFIKASI DAN NON
SERTIFIKASI DALAM KOMPETENSI PEDAGOGIK
DAN PROFESIONAL PADA KELOMPOK KERJA
MADRASAH IBTIDAIYAH (KKMI) KECAMATAN
GEBOG KABUPATEN KUDUS TAHUN 2019
Disusun Oleh :
ALI MURTADLO
NIM. 12020170030
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
untuk gelar Magister Pendidikan
PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI)
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2019
STUDI KOMPARASI GURU SERTIFIKASI DAN NON
SERTIFIKASI DALAM KOMPETENSI PEDAGOGIK
DAN PROFESIONAL PADA KELOMPOK KERJA
MADRASAH IBTIDAIYAH (KKMI) KECAMATAN
GEBOG KABUPATEN KUDUS TAHUN 2019
Disusun Oleh :
ALI MURTADLO
NIM. 12020170030
Tesis diajukan kepada Program Pascasarjana
Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
sebagai pelengkap persyaratan untuk gelar Magister Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Proses pendidikan, guru merupakan salah satu komponen yang paling penting
selain komponen lainnya. Guru yang memiliki keahlian pada bidangnya akan
menghasilkan mutu pendidikan yang baik, sebaliknya guru yang "mandul" maka
kualitas pendidikan yang dihasilkannya akan rendah, oleh karena itu syarat
menjadi guru yang baik harus profesional. Perbaikan kualitas pendidikan
berpangkal dari guru dan berujung pada guru pula.1
Undang-undang RI No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta PP.
No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan secara resmi profesi
guru disejajarkan dengan profesi lainnya sebagai tenaga profesional. Sebagai
tenaga profesional harus memiliki kualifikasi akademik, memiliki kompetensi,
memiliki sertifikat pendidik, sehat jasmani rohani dan memiliki kemampuan
untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.2
Sertifikasi guru bertujuan
meningkatkan kualitas sumber daya guru untuk menciptakan siswa berprestasi dan
lulusan yang mampu bersaing secara nasional dan internasional. Titik utama dari
sertifikasi guru adalah peningkatan kesejahteraan guru, namun pada pelaksanaan
masih terdapat beberapa kesenjangan dengan realitas yang ada.3
1Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2007, 5.2Sarimaya, Farida, Sertifikasi Guru, Apa, Mengapa dan Bagaimana?, Bandung: Yrama
Widya, 2008, 14.3Moh. Syahrun Ibrahim, “Teachers’ Certification to Deal with Teachers’ Professionalism
and Prosperity, A Case Study on Teachers’ Hopes, Challenges and Reality in Indonesia”, Inovasi,
Volume 7, Nomor 1 (Maret 2010), 176-185.
2
Pendidikan yang menurut Barmawy Umari bertujuan membentuk orang
agar berilmu sempurna, berakhlak baik, serta bertujuan membimbing manusia
menuju kebaikan dan kesempurnaan lahir batin di dunia dan akhirat,4
ternyata
hanya sebatas teori dan harapan yang belum dapat diwujudkan. Situasi diperparah
lagi adanya realita bahwa menjadi guru adalah profesi loncatan setelah mencapai
kegagalan dalam mencari profesi yang lain. Rekrutmen atau pengangkatan guru
tidak dilakukan secara profesional yang didasarkan pada kemahiran dan
kemampuannya dibidangnya tetapi berdasarkan adanya koneksi dan lobi atau
dengan menyuap memakai uang untuk dapat lolos menjadi guru.5
Keadaan tenaga pendidik di Indonesia sangat memprihatinkan. Bahkan
sebagian guru dinyatakan "tidak layak mengajar". Persentase guru menurut
kelayakan mengajar pada tahun 2015-2016 sebagai berikut; untuk guru SD yang
layak mengajar hanya 74,83% (negeri) dan 88,00% (swasta), untuk guru SMP
yang layak mengajar 78,55% (negeri) dan 80,31% (swasta), untuk SMA yang
layak mengajar 80,84% (negeri) dan 86,17% (swasta).6
Hasil analisis berdasarkan
indikator menunjukkan jumlah guru layak mengajar atau memiliki ijazah S1 atau
D4 sebesar 84,82% masih 15,18% yang tidak layak mengajar. Guru perempuan
sebesar 57,80%, guru laki-laki hanya 42,20%. Guru PNS sebesar 57,29%
sedangkan 42,71% bukan PNS dan Guru pensiun 10,51%.7
4Zulkarnain, Transformasi nilai-nilai Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008,
21.5Dewi Hasanah, dkk, “Dampak Sertifikasi Profesi dan Sertifikasi Kompetensi Akuntansi
terhadap Kinerja Guru Akuntansi SMK”, Journal of Vocational and Career Educational Vol.2,
No.1 (2017), 37-496Yopa Taufik Saleh, “Sertifikasi untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru”, Naturalistic,
Vol.1, No.1 (2016), 96-108.7Kemendikbud, Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Dasar dan Menengah, Jakarta:
Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan, 2016, 74.
3
Penelitian kualitas pendidikan dasar oleh Asian South Pacific Beurau of
Adult Education (ASPBAE) dan Global Campaign for Education. Studi di 14
negara pada Maret-Juni 2005, tentang kualitas input pengajar atau guru, Indonesia
diberi nilai E dan menduduki peringkat ke-14 dari 14 negara. Ini artinya, guru di
Indonesia memiliki kualitas terburuk di kawasan Asia Pasifik.8
Bahkan penelitian
terhadap guru sertifikasi oleh mahasiswa Jember menyatakan, The result of impact
measurement showed that the teacher certification program has a low positive
impact to the education quality, hasil pengukuran dampak menunjukkan bahwa
program sertifikasi guru memiliki dampak positif yang rendah terhadap kualitas
pendidikan.9
Berdasarkan hasil Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) Tahun
Pelajaran 2017/2018, Kecamatan Gebog menempati peringkat ke-5 dari 9
Kecamatan, menjadikan peneliti bermaksud melakukan penelitian berjudul " Studi
Komparasi Guru Sertifikasi Dan Non Sertifikasi dalam Kompetensi Pedagogik
dan Profesional pada Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) Kecamatan
Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2019."
B. Rumusan Masalah
Permasalahan guru sertifikasi dan non sertifikasi di lokasi penelitian dapat
diidentifikasi sebagai berikut: beberapa guru belum menyiapkan atau membuat
sendiri perangkat pembelajarannya yang disebut RPP, kesulitan mengorganisir
dan mengadministrasikan kelas, tidak membawa dan menggunakan media atau
8Sujono Samba, Lebih baik tidak sekolah, Yogyakarta: LKiS, 2007, 10.
9Kalvin Edo Wahyudi, “Measuring Performance of Teacher Certification Program”,
International Journal of Administrative Science & Organization, Vol.19, No.3 (September 2012),
153-166.
4
alat pembelajaran, jarang membawa siswa ke dunia nyata dan hanya monoton di
kelas, jarang menggunakan metode yang menyenangkan, jarang memadukan
proses pembelajaran dengan pelajaran lain, jarang menanamkan unsur-unsur nilai,
norma, etika sehingga menipis kesopanan siswa dalam belajar, pengelompokan
kemampuan awal siswa kurang diperhatikan, belum melakukan evaluasi
terstruktur, jarang membaca buku referensi lain, jarang berkomunikasi dengan
siswa secara lebih dekat terutama siswa yang bermasalah, belum adanya cara
pembelajaran yang baru supaya siswa dapat lebih aktif.10
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka batasan masalah
penelitian ini adalah bagaimana kompetensi pedagogik dan profesional serta
problematika guru dalam pembelajaran antara guru sertifikasi dan non sertifikasi.
Dari beberapa permasalahan yang ada, rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kompetensi pedagogik antara guru sertifikasi dan non sertifikasi di
Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Gebog?
2. Bagaimana kompetensi profesional antara guru sertifikasi dan non sertifikasi di
Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Gebog?
3. Apa problematika kompetensi pedagogik dan profesional guru sertifikasi dan
non sertifikasi di Madrasah Ibtidaiyah Kecamatan Gebog?
C. Signifikansi Penelitian
Tujuan penelitian ini diuraikan sebagai berikut: 1) Mencari perbedaan tentang
profesionalisme guru terkait keterampilan mengajar dan pengelolaan
10Hasil Kunjungan ke beberapa madrasah secara acak sesuai lokasi tanggal 20 sampai 24
Januari 2019.
5
pembelajaran (pedagogik), antara lain: penyiapan perangkat pembelajaran,
penggunaan media atau alat pembelajaran dan teknologi, pembelajaran ke dalam
dunia nyata, penggunaan metode, pemaduan proses pembelajaran antar pelajaran,
penggunaan sarana dan prasarana, pengelompokan kemampuan awal siswa,
pengorganisiran dan pengadministrasian kelas, serta evaluasi. Penguasaan materi
(professional) seperti: penguasaan kurikulum, perencanaan pembelajaran, proses
belajar mengajar oleh guru sertifikasi dan non sertifikasi. Disamping itu
mengidentifikasi problematika dan solusi pembelajaran bagi guru; 2) Memberikan
informasi kepada para pembaca terutama pemerhati pendidikan dan Pengawas
Pendidikan Madrasah tentang profesionalitas guru MI di Kecamatan Gebog.
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat dan informasi: 1) Secara
teoretis, memberikan paradigma tentang kewajiban yang dimiliki seorang guru
dalam meningkatan profesionalisme dan mutu pendidikan serta menjadi referensi
bagi semua yang terlibat dalam dunia pendidikan; 2) Secara praktis, menjadi
bahan informasi bagi masyarakat dan praktisi pendidikan tentang profesi guru
sangat penting mengingat guru dituntut untuk mengandalkan ilmu praktik
kependidikan dalam pengajaran, mutu profesionalitas guru yang banyak
ditentukan oleh pendidikan, pelatihan, dan pengembangan diri lain.
Adapun fokus penelitian antara lain: 1) Mengetahui beberapa kewajiban
yang harus dimiliki seorang guru. Kompetensi yang harus dimiliki guru ada 4
macam,11
namun peneliti memfokuskan 2 kompetensi yaitu: a) Kompetensi
pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik; b)
11Masnur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2007, 7-9.
6
Kompetensi profesional, kemampuan penguasaan materi pelajaran. 2) Meneliti
tentang problematika (tantangan dan solusi) guru yaitu hasil penelitian yang akan
diperoleh oleh peneliti setelah terjun ke lapangan untuk meningkatkan
profesionalisasi guru sertifikasi dan non sertifikasi dalam pembelajaran.
D. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
Penelitian Ahmad Mubarok mahasiswa Program Pascasarjana UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta berjudul Studi Komparasi Kompetensi Pedagogik dan
Professional Guru Bersertifikasi dengan Guru Non Sertifikasi Pendidik Mata
Pelajaran Sains Pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Di Kota Metro Lampung.12
Hasil penelitian mengungkapkan kompetensi pedagogik dan profesional guru
pengampu mata pelajaran sains bersertifikasi pendidik telah baik, sedangkan guru
non sertifikasi terdapat kelemahan dibeberapa hal. Persamaan dengan penelitian
ini adalah ingin mengetahui perbedaan antara guru sertifikasi dengan guru yang
belum sertifikasi, dan perbedaan dengan peneliti sebelumnya pada penelitian
terdahulu hanya memfokuskan pada mata pelajaran sains, sedang penelitian
sekarang meneliti secara keseluruhan mata pelajaran (sekarang guru kelas).
Hasil penelitian Alinatul Khusna13
berjudul Studi Komparasi Antara Guru
yang Belum Sertifikasi Dengan Guru yang Sudah Sertifikasi Terhadap
Profesionalisme Guru IPA di SD NU Kepanjen Malang, bahwa tidak ada
12Ahmad Mubarok, “Studi Komparasi Kompetensi Pedagogik dan Professional Guru
Bersertifikasi dengan Guru Non Sertifikasi Pendidik Mata Pelajaran Sains Pada Madrasah
Ibtidaiyah Negeri Di Kota Metro Lampung”, Tesis, UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013.13
Alinatul Khusna, “Studi Komparasi Antara Guru yang Belum Sertifikasi Dengan Guru
yang Sudah Sertifikasi Terhadap Profesionalisme Guru IPA di SD NU Kepanjen Malang”, Tesis,
UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2013.
7
perbedaan signifikan antara kinerja guru yang belum sertifikasi dengan guru
bersertifikasi di SD NU Kepanjen Malang. Persamaan dengan penelitian sekarang
adalah bertujuan untuk menganalisis perbedaan antara guru yang sudah sertifikasi
dengan guru yang belum sertifikasi, sedangkan perbedaannya adalah penelitian
terdahulu dalam mengalisis empat kompetensi, sedang penelitian ini dalam
memfokuskan kompetensi padagogik dan professional.
Yuyun Elizabeth Patras, dalam jurnal seminar berjudul Analysis of Impact
from Teacher Certification,14
bahwa terdapat peningkatan proses pembelajaran
pada guru sertifikasi di SDN Bojangrangkas 02 Bogor. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat perbedaan antara kinerja guru sebelum sertifikasi dengan
guru sesudah sertifikasi. Persamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan
dalam menganalisis data menggunakan pendekatan kualitatif, sedangkan
perbedaannya adalah penelitian terdahulu lebih menekankan pada kompetensi
profesional dan peningkatan proses pembelajaran setelah program sertifikasi guru,
sedang penelitian sekarang membandingkan kompetensi profesional dan
peningkatan proses pembelajaran guru sertifikasi dan guru non sertifikasi.
Judul penelitian Pengaruh Sertifikasi, Iklim Kerja, dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Guru di SD Negeri Kabupaten Lampung Selatan oleh Yulistian
Arismunandar15
, menunjukkan apabila program sertifikasi dilaksanakan dengan
baik, terciptanya iklim kerja yang kondusif, dan guru memiliki motivasi kerja
tinggi maka kinerja guru juga akan mengalami peningkatan. Persamaan dengan
14Yuyun Elizabeth Patras, “Analysis of Impact from Teacher Certification”, Proceedings of
the 2nd SULE – IC, FKIP, October 7th – 9th, (2016), 1357-137115
Yulistian Arismunandar, “Pengaruh Sertifikasi, Iklim Kerja, dan Motivasi Kerja terhadap
Kinerja Guru di SD Negeri Kabupaten Lampung Selatan”, Tesis, Universitas Lampung, Bandar
Lampung, 2016.
8
penelitian ini adalah penelitian terdahulu bertujuan untuk mengetahui kinerja guru
sertifikasi, sedangkan perbedaannya adalah penelitian terdahulu hanya mengalisis
kinerja guru sertifikasi, sedang penelitian sekarang selain mengalisis kinerja guru
sertifikasi juga guru non sertifikasi.
Penelitian Herman, berjudul Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi (Studi
Kasus di Dinas Pendidikan dan Kementrian Agama RI di Kecamatan Pragaan
Sumenep)16
bahwa bentuk profesionalisme guru pasca sertifikasi di Dinas
Pendidikan Kecamatan Pragaan melalui empat kompetensi yaitu: kompetensi
kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial, namun kompetensi yang
mencolok hanya kompetensi pedagogik melalui penyusunan rencana pengajaran
dan kompetensi professional melalui lesson study. Persamaan dengan penelitian
yang peneliti lakukan adalah mengetahui profesionalisme guru pasca sertifikasi
melalui empat kompetensi, perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah hanya
mengalisis profesionalisme guru pasca sertifikasi, sedang penelitian sekarang
selain mengalisis profesionalisme guru pasca sertifikasi juga guru pra sertifikasi.
2. Kerangka Teori
Secara etimologi, profesionalisme adalah kualitas, mutu dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi.17
Sedangkan secara Terminologi, dapat diartikan
sebagai kualitas atau mutu suatu pekerjaan seseorang yang sangat mampu untuk
mengerjakannya didasari dengan keahlian yang dimiliki. Sedangkan Guru, dalam
Kamus Bahasa Indonesia sebagai orang yang pekerjaannya (profesi) mengajar.
16Herman, “Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi (Studi Kasus di Dinas Pendidikan dan
Kementrian Agama RI di Kecamatan Pragaan Kabupaten Sumenep)”, Tesis, UIN Sunan Ampel,
Surabaya, 2018.17
Windi Novia, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Kashiko, 2008, 471.
9
Menurut Poerwadarminta, guru adalah orang yang kerjanya mengajar dan
mendidik orang lain.18
Dalam Undang-Undang Guru dan Dosen adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.19
Profesionalisme berkaitan erat dengan kompetensi guru, yaitu suatu hal
yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang. Mc. Achsan
mengatakan bahwa kompetensi: “.... is a knowledge, skills, and abilities or
capabilities that a person achleves. Wich become part of his or her being to the
exent her or she can satisfactorily perform particuler cognitive, afective, and
psychomotor behaviors.” Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan,
keterampilan, dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi
bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan
psikomotorik dengan sebaik-baiknya.20
Ciri–ciri profesionalisme guru menurut Huole, C.O. dalam Suyanto adalah:
memiliki landasan pengetahuan yang kuat, harus berdasarkan atas kompetensi
individual bukan atas dasar KKN, memiliki sistem seleksi dan sertifikasi, ada
kerjasama dan kompetisi yang sehat antar sejawat, adanya kesadaran profesional
yang tinggi, memiliki prinsip–prinsip etik yang berupa kode etik, memiliki sanksi
profesi, adanya militansi individual dan memiliki organisasi profesi.21
18Nurdin, Muhamad, Kiat menjadi guru Profesional, Jogjakarta: Ar-ruzz Media, 2008, 127
19Penerbit Asa Mandiri, Permendiknas tentang Standar Kepala sekolah, Standar Pengawas
Sekolah, Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, Jakarta, 2008, 157.20
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011,
51-5321
Sujanto, Bejo, Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru, Jakarta: Raih Asah Sukses, 2009, 77.
10
Menurut Muh. Saeful Effendi, menjadi guru yang profesional adalah proses
bertindak dan mencerminkan pembelajaran yang terus dikembangkan oleh guru
secara kolaboratif.22
Jadi profesionalisme guru dapat diartikan sebagai
kemampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesinya. Artinya, guru
yang piawai dalam menjalankan tugas disebut sebagai guru profesional.23
Adapun indikator-indikator guru profesional antara lain: 1) memiliki
keterampilan mengajar yang baik; 2) memiliki wawasan yang luas; 3) menguasai
kurikulum; 4) menguasai media pembelajaran; 5) penguasaan teknologi; 6)
menjadi teladan yang baik; 7) memiliki kepribadian yang baik.24
Kelompok Kerja Madrasah Ibtidaiyah (KKMI) adalah suatu kepengurusan
organisasi yang bertujuan meningkatkan mutu guru dan pendidikan serta forum
konsultasi antar sesama Madrasah Ibtidaiyah, Sedangkan tugas fungsional
Pengawas Madrasah adalah melaksanakan pengawasan akademik dan manajerial
pada madrasah yang meliputi penyusunan program pengawasan, pelaksanaan
pembinaan, pemantauan pelaksanaan Delapan Standar Nasional Pendidikan,
penilaian, pembimbingan dan pelatihan profesional guru, evaluasi hasil
pelaksanaan pengawasan, dan pelaksanaan kepengawasan di daerah khusus.25
Berdasarkan signifikansi, penelitian ini memfokuskan pada kompetensi
pedagogik dan profesional. Dijelaskan dalam Standar Nasional Pendidikan,
22Muh. Saeful Effendi, “Improving Teacher Professionalism trough Lesson Study”, Ahmad
Dahlan Journal of English Studies (ADJES), Vol. 2, Issue 3 (March 2015), 72-8623
Moh. Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Persada Karya, 2008, 14.24
Deitje S. Borang, “Upaya Peningkatkan Kompetensi Dan Profesionalisme Guru SMK
Di Era Sertifikasi”, Universitas Negeri Jakarta, Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan
Vokasi di Indonesia, Apektindo, Seminar Internasional, (2010), 245-25025
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Pedoman Pembinaan Pengawas Madrasah
dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Jakarta: 2014, 2.
11
kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru pengelolaan pembelajaran
yang meliputi pemahaman peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan mengembangkan peserta didik untuk
mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya, sedangkan kompetensi profesional
adalah kemampuan penguasaan meteri pembelajaran secara mendalam untuk
membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan.26
Amanat Permendiknas No.16 Tahun 2007, kompetensi pedagogik guru
mengandung 10 kompetensi inti, yaitu: 1) Menguasai karakteristik peserta didik;
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran; 3) Mengembangkan
kurikulum mata pelajaran yang diampu; 4) Menyelenggarakan pembelajaran; 5)
Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi; 6) Berkomunikasi secara
efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; 7) Menfasilitasi pengembangan
potensi; 8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses; 9) Memanfaatkan
hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran; 10) Melakukan tindakan reflektif untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran. Sedangkan kompetensi profesional memuat
5 kompetensi inti, yaitu: 1) Menguasai materi, konsep, dan pola pikir keilmuan; 2)
Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar; 3) Mengembangkan materi
pembelajaran secara kreatif; 4) Mengembangkan keprofesionalan berkelanjutan;
5) Memanfaatkan teknologi untuk mengembangkan diri..27
Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru.
yang meliputi: Guru Sebagai Demonstrator, Pengelola Kelas, Mediator dan
26Abdorrakhman Gintings, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung:
Humaniora, 2012, 12-1327
Imam Wahyudi, Panduan Lengkap Uji Setifikasi Guru, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2012,
22-23
12
Fasilitator, Evaluator, Pengembang Kurikulum, Pembaharu (Inovator), Model dan
Teladan, dan Peneliti.28
Program sertifikasi merupakan proses pemberian sertifikat pendidik untuk
guru dan dosen sebagai pengakuan tenaga profesional.29
Sertifikasi, di Negara
bagian (Amerika Serikat) terdapat badan independen The American Association of
Colleges for Teacher Education (AACTE) yang berwenang menilai dan
menentukan calon pendidik layak atau tidak untuk diberikan lisensi pendidik.30
Sertifikasi guru adalah konsekuensi pengakuan profesional guru Indonesia.
Tinjauan mendalam dari aspek filosofis, karakteristik dari semua pembelajaran
adalah keterampilan dan pengalaman langsung yang merupakan persyaratan
prioritas tinggi bagi guru.31
Guru profesional dapat ditentukan dari pendidikan,
pelatihan, pengembangan diri, dan berbagai aktivitas yang terkait profesinya.32
E. Metode Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat deskriptif (descriptive research) yaitu penelitian yang
berusaha mengungkapkan dan menginterpretasikan fenomena yang sedang
berkembang. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif yaitu menyajikan
28Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010, 24-25
29Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung Persada
Press, 2006, 2.30
Costantinus Rudy Prihantoro, “Sertifikasi Sebagai Sarana Peningkatan Profesionalisme
Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan”, Universitas Negeri Jakarta, Peran LPTK Dalam
Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia, Apektindo, Seminar Internasional, (Mei 2010),
179-18931
Yuyun Estriyanto, “A Review of Indonesian Pre-Service Teacher Certification Policy
from the Point of View of the Philosophy of Vocational Education”, Prosiding ICTTE FKIP, Vol
1, Nomor 1 (Januari 2016), 245-25832
Lili Ng Chui Mi, “Meningkatkan Kemampuan Guru Yang Telah Disertifikasi Dalam
Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Bimbingan Berkelanjutan Pada Sekolah
Binaan Di Sambas”, Jurnal Visi Ilmu Pendidikan, Vol 2, No 1 (2010), 269-282
13
secara langsung hubungan antara peneliti dengan responden.33
Penelitian ini dapat
digolongkan penelitian pembanding atau komparatif yang membandingkan
profesionalisme guru sertifikasi dan non sertifikasi dalam pembelajaran.
Lokasi penelitian di madrasah ibtidaiyah yang ada di Kecamatan Gebog
Kudus sebanyak 26 madrasah dengan jumlah 305 guru. Adapun waktu penelitian
pada semester genap tahun pelajaran 2018-2019. Dalam penelitian kualitatif ini,
responden yang dimaksud adalah guru bersertifikasi dan non sertifikasi anggota
KKMI di Kecamatan Gebog dengan metode Purposive Sampling. Purposive
sampling adalah salah satu teknik penentuan sampel yang menggunakan
pertimbangan tertentu dengan menggunakan dasar-dasar yang ditentukan peneliti
agar bisa mendapatkan sampel yang sesuai dengan kegiatan penelitian.34
Sampling didasarkan pada wilayah (dataran rendah dan pegunungan, kota
Kecamatan dan pinggiran), dengan sasaran usia 25 sampai 40 tahun dan 41
sampai 55 tahun, gender (laki-laki dan perempuan), dan siswa (bila diperlukan).
Metode pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang
dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.35
Langkah-langkah dalam
pengumpulan data sebagai berikut: 1) Interview (wawancara), dilakukan secara
terstruktur dan dilakukan melalui tatap muka (face to face) dengan menggunakan
interview guide atau panduan agar wawancara lancar dan tidak tersendat. Penulis
menggunakan metode wawancara untuk pihak terkait yaitu kepada Pengawas
Pendidikan Madrasah, Ketua KKMI, Kepala Madrasah serta kepada guru dan
33Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Tindakan, Bandung: Remaja Rosda
Karya, 2006, 72.34
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta, 2013,
226.35
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif…, 231.
14
siswa jika dianggap perlu; 2) Observasi, peneliti mengamati beberapa kegiatan
guru dengan survei ke Madrasah Ibtidaiyah anggota KKMI Kecamatan Gebog,
diantaranya mengamati tentang proses belajar mengajar di kelas, lingkungan
madrasah guru dan siswa serta warga madrasah; 3) Dokumentasi, Mengumpulkan
berbagai macam dokumen pengajaran guru (RPP, promes dan prota), dokumen
kepegawaian, gambar foto kegiatan pengajaran, dan data lain yang diperlukan.36
Untuk mencocokkan metode dengan data di lapangan baik wawancara,
observasi maupun dokumentasi, peneliti menggunakan pendekatan Triagulasi, ini
menjadi sangat penting dalam penelitian kualitatif dengan mencocokkan metode
dan sumber, karena dapat meningkatkan kedalaman pemahaman peneliti baik
mengenai fenomena yang diteliti maupun konteks fenomena itu muncul.37
Analisis data yang digunakan peneliti bersifat induktif maksudnya analisis
atas data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit dilanjutkan dengan
kategorisasi.38
Peneliti mencari abstraksi-abstraksi yang disusun atas dasar data
yang terkumpul dan dikelompokkan dengan cara: 1) Reduksi data, bentuk analisis
yang bertujuan untuk menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak relevan dan mengorganisasi data tentang profesionalisme guru
sertifikasi dan non sertifikasi sehingga kesimpulan akhir dapat diambil,39
menyeleksi secara ketat, membuat ringkasan dan rangkuman inti; 2) Penyajian
36Margono, Metologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK, Jakarta: PT. Rineka Cipta,
2007, 18737
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009,
33038
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
Bandung: Alfabeta, 2011, 245-25239
Karlingger, Fred N., Asas-Asas Penelitian Bevavioral, Yogyakarta: UGM Stoner, James
AF. 1982 Principal of Managemen II Edition. Publisher, Prentice-Hall, 2006, 49.
15
data, penyajian data adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi dari guru
sertifikasi dan non sertifikasi disusun, sehingga memberi kemungkinan akan
adanya penarikan kesimpulan.40
Bentuk penyajian data kualitatif berupa teks
naratif (berbentuk catatan lapangan), matriks, grafik, jaringan dan bagan; 3)
Penarikan kesimpulan, bertujuan untuk memberi arti atau memakai data yang
diperoleh baik melalui observasi, wawancara, maupun dokumentasi.
F. Sistematika penulisan
Penulisan tesis ini terdiri lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I
Pendahuluan, berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, signifikansi
penelitian, kajian pustaka, metode penelitian serta sistematika penulisan tesis. Bab
II Kompetensi Pedagogik Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi, memaparkan
tentang gambaran umum lokasi penelitian, diskripsi data, dan analisis data. Bab
III Kompetensi profesional Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi, berisi tentang
diskripsi data, dan analisis data. Bab IV Problematika Kompetensi Pedagogik dan
Profesional Guru Sertifikasi dan Non Sertifikasi, berupa diskripsi data, dan
analisis data. Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran yang diharapkan
berguna dan bermanfaat bagi berbagai pihak.
40Milles, M.B. and Huberman, M.A., Qualitative Data Analysis, London: Sage Publication,
1984, 133.
BAB II
KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU SERTIFIKASI
DAN NON SERTIFIKASI
A. Gambaran Umum Obyek Penelitian
Madrasah Ibtidaiyah di wilayah Kecamatan Gebog berjumlah 26 Madrasah dan
berstatus madrasah swasta binaan Kemenag. Setiap Madrasah Ibtidaiyah dikelola
oleh Pengurus Yayasan, 25 Madrasah menginduk ke Lembaga Pendidikan Ma'arif
NU Kabupaten Kudus, dan 1 Madrasah menginduk Dikdasmen Muhammadiyah.
Sebagian lokasi Madrasah Ibtidaiyah di Kecamatan Gebog terletak di lereng
deretan gunung Muria bagian barat dan terpencar di berbagai desa antara lain;
Getassrabi terdapat 3 Madrasah, Padurenan 2 Madrasah, Klumpit ada 3 Madrasah,
Gribig 1 Madrasah, Karangmalang ada 2 Madrasah, Besito 3 Madrasah, Jurang 3
MI, Gondosari 1 Madrasah, Desa Kedungsari 6 MI, Menawan 1 Madrasah dan
Desa Rahtawu 1 Madrasah Ibtidaiyah.40
Berikut ini tabel keadaan guru Madrasah Ibtidaiyah anggota KKMI di Kecamatan
Gebog pada Tahun Pelajaran 2018/2019:41
Tabel I
NoNama Madrasah
Ibtidaiyah
GuruJml
Guru
Sertifikasi
SiswaJml
L P L P
1 MI NU Manafi'ul Ulum 01 6 6 12 7 94 74 168
2 MI NU Manafi'ul Ulum 02 3 9 12 8 102 88 190
3 MI NU Islahussalafiyah 5 8 13 3 100 103 203
4 MI NU Al Huda 01 6 5 11 6 83 81 164
5 MI NU Al Huda 02 6 4 10 5 88 76 164
6 MI NU Miftahul Huda 01 7 5 12 7 82 86 168
40Papan demografi kantor PPA Gebog dan wawancara dengan Anik (TU PPA Kec. Gebog)
tanggal 2 Mei 2019.41
Dokumen papan demografi kantor PPA Kecamatan Gebog.
17
7 MI NU Miftahul Huda 02 9 5 14 8 156 108 264
8 MI NU Tarb. Banatil Isl. 6 5 11 8 0 120 120
9 MI NU Sabilul Ma'arif Is. 7 5 12 9 135 20 155
10 MI NU Khiyarul Ummah 5 5 10 0 55 35 90
11 MI Nahdlatul Ulama 4 6 10 5 72 74 146
12 MI NU Al Khurriyah 01 6 6 12 6 103 114 217
13 MI NU Al Khurriyah 02 4 8 12 7 84 71 155
14 MI NU Al Khurriyah 03 7 4 11 8 102 97 199
15 MI NU Tsamrotul Wathon 7 8 15 5 233 127 360
16 MI NU Al Azhariyah 7 5 12 5 73 85 158
17 MI NU Attarbiyatul Islam. 9 8 17 5 200 212 412
18 MI NU Hidayatul Athfal 5 5 10 3 48 44 92
19 MI Muhammadiyah 4 7 11 4 54 57 111
20 MI NU Matholi'ul Huda 5 7 12 8 55 56 111
21 MI NU Math. Ulum 01 5 5 10 4 59 72 131
22 MI NU Math. Ulum 02 8 4 12 6 110 89 199
23 MI NU Math. Ulum 03 5 7 12 5 45 46 91
24 MI NU Math. Ulum 04 5 6 11 5 65 51 116
25 MI NU Bidayatul Hidayah 9 2 11 2 35 37 72
26 MI NU Wahid Hasyim 8 2 10 0 39 30 69
Jumlah 158 147 305 139 2272 2053 4325
Sedangkan dalam Purposive sampling, pengambilan sampling madrasah
berdasarkan pada wilayah madrasah sebanyak 4 madrasah dengan jumlah 40
responden termasuk 4 kepala madrasah dan pengawas pendidikan antara lain:
Dataran rendah; MI Nahdlatul Ulama sebanyak 10 guru, dengan 5 guru
sertifikasi yaitu kepala madrasah dan guru tetap yang mengajar dikelas atas
lainnya serta 5 guru tetap yang berstatus non sertifikasi.42
Selanjutnya madrasah di wilayah pegunungan; MI NU Manafiul Ulum 02
Getassrabi yang mempunyai guru tetap sebanyak 12 guru dengan mengambil 10
guru sebagai responden, yaitu 5 guru sertifikasi termasuk kepala madrasah dan 5
guru tetap non sertifikasi.43
42Hasil wawancara dengan Sukrul Anam (Kepala MI Nahdlatul Ulama) tanggal 2 Mei 2019
43Hasil wawancara dengan Feri Andriawan (guru dan TU MI NU Manafiul Ulum 02)
tanggal 2 Mei 2019
18
Wilayah dalam kota Kecamatan; MI NU Miftahul Huda 01 berjumlah 12
guru, peneliti mengambil 10 responden yaitu 5 guru sertifikasi termasuk kepala
madrasah dan 5 guru non sertifikasi sebagai pembandingnya.44
Sedangkan wilayah pinggiran kota Kecamatan; MI NU Al Huda 02
mempunyai 10 guru tetap, dengan 5 guru sertifikasi dan 5 guru non sertifikasi
sebagai responden.45
B. Diskripsi Data
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap perserta didik, pengembangan potensi,
perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, serta pengevaluasian hasil belajar.46
Berdasarkan indikator yang diamanatkan Permendiknas No.16 Tahun 2007 dan
Peraturan Pemerintah nomor 74 tahun 2008 tentang guru yang menjelaskan bahwa
kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik sekurang-
kurangnya meliputi:
a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, b) Pemahaman
terhadap peserta didik, c) Perancangan pembelajaran, d) Pelaksanaan
pembelajaran yang mendidk dan dialogis, e) Pemanfaatan teknologi
pembelajaran, f) Evaluasi Hasil Belajar, g) Pengembangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.47
Pengumpulan data di lapangan, dapat disampaikan temuan penelitian
sebagai berikut:
44Hasil wawancara dengan Noor Hakim (guru dan TU MI NU Miftahul Huda 01) tanggal 2
Mei 201945
Hasil wawancara dengan Lisnawati Fahrida (guru dan TU MI NU Al Huda 02) tanggal 2
Mei 201946
Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, & Kompetensi
Guru, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2013, 101.47
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 74 tahun 2008 tentang Guru.
19
1. Guru Bersertifikasi
Kegiatan guru bersertifikasi dalam hal mengelola pembelajaran peserta didik,
seperti yang sudah diungkapkan oleh siswa kelas 5 Umi Salamah: “Ustadz F
menyenangkan jika mengajar tidak bikin bosan. Biasanya beliau kasih pertanyaan
yang sudah dipelajari minggu lalu agar kita tidak lupa sama pelajaran yang sudah
kita pelajari dan nanti waktu ujian, yang nilainya paling bagus dapat hadiah dari
beliau.”48
Begitu pula menurut Nabilatul Qoyyimah siswa kelas 6
mengungkapkan: “Bu G kalau mengajar enak dan runtut, sudah terlihat kalau bu
G sangat menguasai materi apa yang akan diajarkan tetapi kalau sudah selesai
pelajaran dan ada siswa yang tidak faham dengan apa yang dipelajarinya, maka bu
titin tidak marah dan membimbing dengan ramah.”49
Hal senada disampaikan oleh siswa-siswi dari guru A, B, C, E, I, J, K, M, N
P, Q, S, T yang merasa nyaman dan senang bila mengikuti proses belajar
mengajar oleh guru-guru tersebut, walaupun masih terdapat beberapa guru yang
dirasa kurang nyaman dan menyenangkan oleh siswa. Sedangkan dalam hal
pemilihan media pembelajaran sebagian besar guru sertifikasi telah memilih dan
menggunakan media pembelajaran dengan tepat walaupun hanya dengan media
yang sederhana, sebagai disampaikan ustadz K selaku kepala madrasah bahwa:
“guru M, N dan O sering mengajak siswa belajar di halaman dan taman madrasah,
bahkan terkadang siswa diajak ke sungai dekat madrasah”.50
48Hasil wawancara dengan Umi Salamah siswa kelas 5 (siswa Ustadz F) tanggal 3 Mei
201949
Hasil wawancara dengan Nabilatul Qoyyimah siswa kelas 6 (siswa Ibu G) pada tanggal 3
Mei 201950
Hasil wawancara dengan Ustadz K, selaku Kepala Madrasah pada tanggal 5 Mei 2019.
20
Hasil penilaian dari dokumentasi dan pengamatan sebanyak 88,47% guru
sertifikasi telah membuat RPP dan melaksanakan pembelajaran sesuai indikator-
indikator kompetensi dan 11,53% guru belum melaksanakannya.
Berkaitan dengan perencanaan pembelajaran guru tersertifikasi secara
keseluruhan sudah baik, meskipun beberapa guru masih perlu dioptimalkan.
Seperti pengakuan R, selaku guru kelas 3 yang sudah sertifikasi menyatakan
bahwa: “Sebelum melaksanakan pembelajaran, saya seringkali tidak membuat
RPP dan perangkat pembelajaran lainnya.”51
Ia juga mengaku kurang ada
kemampuan menyampaikan materi yang akan dipelajari berkaitan dengan isu-isu
terkini, namun dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi
memeriksa kesiapan siswa sebelum pembelajaran, memotivasi, dan kegiatan
apersepsi terhadap peserta didik telah dilakukan.
Pada kegiatan inti (proses pembelajaran), beberapa guru tersertifikasi masih
belum menggunakan media dan iptek secara efektif dan efisien. Bahkan Ibu C,
mengatakan: “Laptop tidak saya gunakan karena belum mahir menggunakannya,
umur saya sudah 56 tahun tetapi saya masih tetap belajar mengoperasikan
laptop.”52
Ia juga mengaku kurang mampu mengelola pembelajaran peserta didik
yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik. Berdasarkan pendapat siswa
kelas 5 M. Farikhin yang mengungkapkan: “Kalau di ajar Bu C saya tidak
mengerti apa yang diajarkan, dan saya yakin teman-teman yang lain juga merasa
seperti itu. Beliau kalau mengajar sering kali cerita yang macam-macam dan
keluar dari pembahasan serta kelas juga ramai, berbeda dengan Bu B yang
51Hasil wawancara dengan Bapak R, guru kelas 3 pada tanggal 3 Mei 2019.
52Hasil wawancara dengan Ibu C, guru kelas 5 pada tanggal 3 Mei 2019.
21
mengajar di kelas 6 yang menggunakan video dan LCD yang menampilkan
gambar berjalan dalam mengajar, kelihatan menarik dan mengasikkan”.53
Begitu
pula yang diungkapkan oleh A. Miftahuddin: “Bu C kalau mengajar tidak enak
dan kurang memahamkan sepertinya beliau kurang menguasai apa yang beliau
ajarkan sehingga sulit memahami apa yang beliau ajarkan dan akhirnya teman-
teman jenuh, ngantuk dan sebagainya, tidak seperti pembelajaran di kelas 6.”54
Kegiatan penutup pembelajaran terdapat beberapa guru sertifikasi
menindaklanjuti penilaian evaluasi belajar. Kepala Madrasah F terhadap guru H
mengaku bahwa: “Refleksi dan membuat rangkuman yang melibatkan siswa
jarang saya lakukan karena waktunya terbatas dengan tugas tambahan saya
sebagai operator madrasah.”55
Guru H juga terkadang tidak melakukan penilaian
hasil belajar, ini selaras dengan apa yang disampaikan siswa kelas 4 Novita Aini
bahwa: “Pak H jarang menilai dan mengoreksi ulangan, padahal saya sering
ditanya bapak ibu di rumah, dapat nilai berapa ulangan hari ini? Saya menjawab,
tidak dinilai bu, tidak seperti bu G guru kelas 6, selain hasil ulangan dibagikan bu
G juga sering memberikan hadiah kepada anak yang nilainya paling bagus.”56
Berdasarkan hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar guru
sertifikasi sudah melaksanakan pembelajaran dengan sangat baik namun sebagian
belum optimal, bahkan masih ada yang menilainya hanya cukup baik. Hasil telaah
terhadap guru sertifikasi sebanyak 95,88% kegiatan pembelajaran telah
53Hasil wawancara dengan M. Farikhin siswa kelas 5 (siswa ibu C) pada tanggal 3 Mei
2019.54
Hasil wawancara dengan A. Miftahuddin siswa kelas 5 (siswa Ibu B) tanggal 3 Mei 201955
Hasil wawancara dengan Bapak F, selaku Kepala Madrasah pada tanggal 3 Mei 2019.56
Hasil wawancara dengan Novita Anggreini siswa kelas 4 (siswa bapak H) tanggal 4 Mei
2019.
22
dilaksanakan guru dan sesuai indikator dan sebanyak 4,12% kegiatan
pembelajaran belum dilaksanakan guru yang bersangkutan.
2. Guru Non Sertifikasi
Penilaian pedagogik pada guru non sertifikasi menurut ustadz K selaku kepala
madrasah menyatakan: “Dalam hal RPP, guru non sertifikasi memang sebagian
besar telah membuatnya namun hanya sebatas melaksanakan tugas-tugas sebagai
guru bahkan penerapan dalam pembelajaran banyak yang tidak sesuai dengan
yang ditulis dalam RPP seperti pendekatan dan metode pembelajaran yang masih
menggunakan siswa sebagai obyek, pemanfaatan media lingkungan yang belum
optimal dan pelaksanaan remedial dan pengayaan yang sering ditinggalkan.”57
Ia
menambahkan karena memang kurangnya sarana dan prasarana bukan berarti
pembelajaran tidak menarik tetapi dengan media sederhana pembelajaran tetap
menyenangkan tapi nyatanya mereka kurang kreatif dalam hal itu.
Saifuddin Zuhri siswa kelas 3 yang menyatakan bahwa: “Bu Cc, saat
menyampaikan pelajaran tidak bisa menguasai anak-anak jadi ada yang ngomong
sendiri, bermain dan ada juga yang tidur, udah gitu aja.”58
Begitu pula pendapat
Emi Febrianingrum siswa kelas 6 bahwa: “Pak Mm tidak enak kalau mengajar,
tidak pernah membawa alat praktek dalam pembelajaran, beliau pembelajarannya
ya begitu-begitu saja, tidak ada yang baru sehingga tidak menarik.”59
Hal senada
disampaikan oleh beberapa siswa dari guru Aa, Dd, Ff, Gg, Hh, Jj, Kk, Nn, Pp,
Rr, dan Ss yang menyatakan bapak dan ibu guru tersebut saat mengajar kurang
57Hasil wawancara dengan Ustadz, selaku Kepala Madrasah pada tanggal 5 Mei 2019.
58Hasil wawancara dengan Saifuddin Zuhri siswa kelas 3 (siswa Ibu Cc) tanggal 3 Mei
2019.59
Hasil wawancara dengan Emi Febrianingrum siswa kelas 6 (siswa bapak Mm) tanggal 5
Mei 2019.
23
enak, jarang praktek pakai alat belajar dan jarang bahkan tidak pernah melakukan
ulangan susulan (remidi dan pengayaan).
Hasil penilaian dokumentasi dalam kompetensi pedagogik, sebanyak
66,53% guru non sertifikasi telah membuat RPP dan melaksanakan pembelajaran
sesuai indikator dan sisanya 33,47% guru belum melaksanakannya.
Dalam hal perencanaan dan proses pembelajaran guru non tersertifikasi
secara keseluruhan cukup baik, namun masih banyak kegiatan pembelajaran yang
belum dilaksanakan. Pengakuan guru Oo, selaku guru kelas 5 yang belum
sertifikasi oleh kepala madrasah mengatakan: “Terkadang ia bingung bagaimana
caranya supaya anak-anak bisa faham dan mengerti dengan materi yang ia ajarkan
apalagi pelajaran tematik K13 tapi ia mengaku memang salahnya juga karena
sebelum pembelajaran ia jarang membuat RPP dan kurang bisa dalam hal
membuat media pembelajaran sederhana.”60
Guru Oo juga mengaku kurang ada
kemampuan menyampaikan materi yang akan dipelajari berkaitan dengan isu-isu
terkini karena materi K13 berbentuk tematik antara pelajaran satu dengan
pelajaran lain saling berkaitan dengan tema. Guru Pp mengatakan: “Memang saya
belum bisa mendampingi siswa secara penuh, setelah menyampaikan materi
terkadang siswa saya tinggal ke kantor untuk menyelesaikan administrasi
madrasah sebagai tugas tambahan tata usaha.”61
Ia juga mengaku terkadang
meninggalkan siswa ke luar madrasah sebagai ketua organisasi kemasyarakatan,
namun tak lupa menitipkan kelas kepada guru sebelah. Hal senada disampaikan
guru Bb, bahwa: “Saya belum bisa melaksanakan pembelajaran siswa aktif dan
60Hasil wawancara dengan Ustadz K selaku Kepala Madrasah pada tanggal 5 Mei 2019.
61Hasil wawancara dengan Bapak Pp guru kelas 2 pada tanggal 3 Mei 2019.
24
interaktif secara penuh karena alat dan media kurang mendukung seperti laptop
dan LCD yang belum punya sendiri dan milik madrasah masih digunakan secara
bergantian.”62
Siswa kelas 6 bernama Andika mengatakan: “Pak Bb kalau
mengajar hanya di dalam kelas sambil duduk, ndak pernah belajar keluar kelas
sehingga saya dan teman-teman merasa jenuh dan ngantuk.”63
Tegar Wibowo juga
mengatakan: “Pak Bb kalau mengajar tidak enak, bikin bosan dan sering tidur, apa
yang beliau ajarkan sulit dipahami dan akhirnya teman-teman malas
mendengarkan bahkan banyak yang mengantuk atau berbicara sendiri.”64
Pada kegiatan penutup pembelajaran banyak guru non sertifikasi belum
melakukan refleksi, membuat rangkuman, pengoreksian hasil kerja siswa, bahkan
tidak melakukan remidi atau pengayaan. Ibu Rr mengaku: “Remidi dan pengayaan
jarang dilakukan karena kesulitan pelaksanaannya di kelas 1 yang siswanya selalu
mengiri teman yang tidak remidi sehingga ia tidak mau mengerjakannya.”65
Demikian guru non sertifikasi yang mengajar di kelas bawah lainya banyak yang
mengaku jarang melakukan remidi dan pengayaan dengan alasan yang sama.
Berdasarkan hasil interview dan pengamatan menunjukkan bahwa guru non
sertifikasi sudah melaksanakan pembelajaran dengan cukup baik namun sebagian
besar dari mereka kurang bisa mengembangkan materi yang mereka ajarkan
menjadi materi yang lebih menarik. Hasil telaah terhadap guru non sertifikasi
dalam kegiatan pembelajaran sebanyak 71,28% kegiatan telah dilaksanakan dan
sesuai indikator dan 28,72% belum dilaksanakan guru yang bersangkutan.
62Hasil wawancara dengan Bapak Bb guru kelas 4 pada tanggal 3 Mei 2019.
63Hasil wawancara dengan Andika siswa kelas 6 (siswa Bapak Bp) tanggal 3 Mei 2019.
64Hasil wawancara dengan Tegar Wibowo siswa kelas 6 (siswa Bapak Bp) pada tanggal 3
Mei 201965
Hasil wawancara dengan Ibu Rr guru kelas 4 pada tanggal 3 Mei 2019.
25
C. Analisis Data
1. Guru Bersertifikasi
Hasil penilaian kompetensi pedagogik yang dilakukan dengan penilaian RPP
disertai pengamatan lapangan, secara umum guru sertifikasi telah memenuhi
kriteria pembuatan RPP diantaranya terdapat tujuan pembelajaran, materi yang
sesuai KI dan KD, metode, skenario dan langkah-langkah pembelajaran,
pemilihan sumber dan media pembelajaran, penilaian dan evaluasi, serta kegiatan
pengayaan dan remedial yang diterapkan sesuai dengan karakteristik siswa. Hasil
penilaian dokumentasi dan pengamatan sebanyak 88,47% guru bersertifikasi telah
membuat RPP dan melaksanakan pembelajaran sesuai indikator dan 11,53% guru
belum melaksanakannya dikarenakan mereka masih kesulitan membuat RPP dan
perangkat lainnya dalam kurikulum K13 yang menggunakan pembelajaran
tematik dan sebagian lagi telah berumur tua serta kesulitan mengoperasikan
tehnologi computer dalam membuat perangkat pembelajaran.
Analisis data terhadap perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran oleh
guru sertifikasi terdapat beberapa hasil observasi menonjol dalam penilaian
kegiatan pembelajaran yaitu sebesar 95,88% dengan demikian menunjukkan
bahwa guru sertifikasi madrasah ibtidaiyah anggota KKMI Kecamatan Gebog
ketika akan mulai mengajar memeriksa kesiapan siswa terlebih dahulu,
melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi (tujuan) yang akan
dicapai, melaksanakan pembelajaran yang memungkinkan tumbuhnya kebiasaan
positif, menumbuhkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran dan banyak
yang sudah melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai indikator-indikator guru
26
professional. Sedangkan sisanya sebanyak 4,12% kegiatan pembelajaran belum
dilaksanakan guru yang bersangkutan dikarenakan saat proses KBM sebagian
guru belum menggunakan media dan alat pembelajaran sebab sarana dan
prasarana yang dimiliki madrasah kurang menunjang seperti alat peraga
matematika dan IPA, dari pihak madrasah bahwa alat peraga manual memang
sebagian besar sudah rusak dimakan usia namun sekarang guru sudah
menggunakan laptop dan LCD untuk menyampaikan media pembelajaran.
Persoalan lain muncul bagi guru yang sudah tua, sulit membuat alat peraga dalam
bentuk slide yang akan ditampilkan dalam pembelajaran, guru tersebut juga belum
mahir menggunakan computer atau laptop. Kaitan dengan kegiatan penutup dalam
pembelajaran, sebagian guru tidak melakukan penilain atau koreksi terhadap
evaluasi pembelajaran dan tidak membuat laporan perkembangan siswa, hal ini
dikarenakan guru yang bersangkutan mendapat tugas lain sebagai tata usaha atau
operator madrasah yang harus menyelesikan tugas-tugasnya sesegera mungkin,
itupun dilakukan waktu-waktu tertentu saja dan tidak setiap hari.
2. Guru Non Bersertifikasi
Observasi yang sama terhadap guru non sertifikasi, terdapat 66,53% telah
membuat perangkat pembelajaran dan 33,47% guru masih belum membuatan
perangkat pembelajaran dikarenakan ketika merumuskan tujuan pembelajaran dan
perencanaan evaluasi serta dalam memilih materi ajar dan media belum sesuai
dengan tujuan dan karakteristik siswa. Guru non sertifikasi masih kesulitan
membuat RPP dan perangkat lainnya dalam kurikulum K13 yang menggunakan
pembelajaran tematik sebab sebagian besar adalah guru-guru baru yang sebagian
27
atau bahkan belum pernah mengikuti pelatihan kurikulum K13 tematik yang
berbeda dengan kurikulum 2006.
Analisis data terhadap perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran guru
non sertifikasi sebanyak 71,28% kegiatan telah dilaksanakan dan sesuai indikator
dan 28,72% belum melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai indikator, hal ini
dikarenakan walaupun alat penunjang LCD dan proyektor disiapkan madrasah
namun sebagian besar guru non sertifikasi belum mempunyai alat penunjang lain
seperti laptop atau notebook untuk menyampaikan materi yang menyenangkan,
disamping itu pembelajaran guru non sertifikasi sebagian masih belum
mencerminkan pembelajaran aktif, belum dapat menyesuaikan metode dan materi
dengan karakteristik siswa, dan dalam mengajar sering tidak dilengkapi
instrument seperti soal, kunci jawaban dan pedoman penskoran serta pengayaan
maupun remedial karena mereka masih minim dalam tersebut dan kurangnya
pelatihan yang diberikan baik dari madrasah dan KKMI maupun Kemenag
Kabupaten, demikian juga masih jarang sekali melakukan refleksi atau membuat
rangkuman dengan melibatkan siswa sebab siswa yang dihadapi masih tingkatan
dasar, oleh karena itu guru harus membuat konklusi pada setiap akhir pertemuan
sebagai stressing atau penekanan materi yang diajarkan.
Dalam hal ini, sebaiknya guru sertifikasi maupun guru non sertifikasi harus
mempelajari dan menerapkan PAIKEM GEMBROT (pembelajaran aktif inovatif
kreatif efektif menyenangkan, gembira dan berbobot) dalam pembelajaran yang
dilaksanakan di kelas maupun di luar kelas.
BAB III
KOMPETENSI PROFESIONAL GURU SERTIFIKASI
DAN NON SERTIFIKASI
A. Diskripsi Data
Kompetensi professional merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran secara mendalam dan memiliki berbagai keahlian di bidang
pendidikan. Meliputi: penguasaan materi, memahami kurikulum dan
perkembangannya, pengelolaan kelas, penggunaan strategi, media, dan sumber
belajar, memiliki wawasan tentang inovasi pendidikan, memberikan bantuan dan
bimbingan kepada peserta didik, dan lain-lain.40
Kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan
budaya yang diampunya sekurang-kurangnya meliputi:
a) Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar isi
atau kompetensi inti program satuan pelajaran, mata pelajaran,
dan/atau kelompok mata pelajaran yang akan diampu, dan b) Konsep
dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang relevan, yang
secara konseptual menaungi atau koheren dengan program satuan
pendidikan, mata pelajaran, dan/atau kelompok mata pelajaran yang
diampu.41
Perolehan data tentang kompetensi professional diperoleh dari responden
yang sama antara guru sertifikasi dan non sertifikasi serta kelas bawah dan kelas
atas yaitu menggunakan alat penilaian soal akhir semester yang dibuat KKMI
bersama PMWC NU Gebog. Soal yang diberikan adalah soal kelas 5 materi
tematik yang hasil sebagai berikut:
40Jamil Suprihatiningrum, Guru Profesional …. 114-115
41Departemen Agama, UU RI No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, serta UU RI
No.20 tahun 2003 tenteng Sisdiknas, dilengkapi Permendiknas No.11 tahun 2005 tentang Buku
Teks Pelajaran dan PP RI No.19 tahun 2005 tentang SNP, 136
29
1. Guru Sertifikasi
Penilaian Guru sertifikasi dalam kompetensi professional menunjukkan beberapa
guru belum bisa menyelesaikan soal yang berkaitan pelajaran kelas atas, sebanyak
87,33% guru telah menguasai materi pembelajaran yang sesuai indikator-indikator
kompetensi dengan terbukti dapat mengerjakan soal-soal ulangan akhir semester
dan sisanya 12,67% belum menguasai materi pembelajaran dan belum dapat
mengerjakan soal-soal tersebut secara benar.
Berkaitan dengan pembelajaran, kesesuaian program sertifikasi sebagai guru
kelas, guru mata pelajaran atau guru PAI memang sangat membantu guru
menyampaikan materi kepada peserta didik. Misalnya, M. Fadloli mengatakan
“Bu B (sebagai guru kelas 6) yang menggunakan video dan LCD yang
menampilkan gambar berjalan dalam mengajar, menarik dan mengasikkan”.42
bu
B meyampaikan materi Tematik dengan alat peraga yang sangat menunjang
pemahaman terhadap siswa sekaligus menarik. Hal yang sama didapat dari
pengamatan terhadap guru C, D, G, H, I, L, M, N, Q, R dan S yang mengasikkan
dalam menyampaikan materi pembelajaran.
Menurut Kepala Madrasah U yang sekaligus ketua KKMI Kecamatan
Gebog, penugasan guru-guru di Kecamatan Gebog telah sesuai dengan
kompetensinya terutama guru tersertifikasi akan mendapatkan tugas mengajar
sesuai dengan tugas yang tertulis di sertifikat pada sertifikasinya seperti guru
kelas, maka akan mengajar mata pelajaran umum dalam kelas tertentu walaupun
ijasah pendidikan formal yang didapatnya bukan jurusan guru kelas atau
42Hasil wawancara dengan M. Fadloli siswa kelas 6 (siswa ibu B) pada tanggal 3 Mei 2019.
30
PGMI/SD, karena ini juga akan berpengaruh terhadap tunjangan profesi yang
akan diterimanya.
2. Guru Non Sertifikasi
Penilaian guru non sertifikasi dalam kompetensi professional sebanyak 76,53%
guru telah melaksanakan pembelajaran dan sesuai indikator dan sisanya 23,47%
belum sepenuhnya dapat mengerjakan soal-soal ulangan akhir semester dengan
benar. Guru yang belum dapat mengerjakan soal-soal tersebut dengan benar, baik
guru sertifikasi maupun guru non sertifikasi dikarenakan para guru mengajar di
kelas bawah (kelas 1, 2 dan 3) sedangkan soal yang disampaikan dari kelas atas.
“Kami mengajar di kelas bawah, jadi sebagian soal tidak dapat kami kerjakan”
ujar pak J seorang guru sertifikasi.
Saat menyampaikan materi, Saifuddin Zuhri siswa kelas 3 yang menyatakan
bahwa: “Bu Cc, tidak bisa menguasai anak-anak jadi ada yang ngomong sendiri,
bermain dan ada juga yang tidur.”43
Begitu pula pendapat Emi Aida siswa kelas 6
bahwa: “Pak Mm tidak enak kalau mengajar, tidak pernah membawa alat praktek
dalam pembelajaran, beliau pembelajarannya ya begitu-begitu saja, tidak ada yang
baru sehingga tidak menarik.”44
Hal senada disampaikan oleh beberapa siswa dari
guru Aa, Dd, Ff, Gg, Hh, Jj, Kk, Nn, Pp, Rr, dan Ss.
B. Analisis Data
Penilaian kompetensi professional kepada guru, oleh peneliti diberikan dalam
bentuk ulangan akhir semester dengan menggunakan batas nilai KKM 70, dan
43Hasil wawancara dengan Saifuddin Zuhri siswa kelas 3 (siswa Ibu Cc) tanggal 3 Mei
2019.44
Hasil wawancara dengan Emi Febrianingrum siswa kelas 6 (siswa bapak Mm) tanggal 5
Mei 2019.
31
hasil penilaian kompetensi professional guru bersertifikasi menunjukkan 87,33%
guru sertifikasi dalam pembelajaran sudah menguasai materi dan sisanya 12,87%
belum dapat menjawab dengan benar dikarenakan soal yang ditanyakan soal kelas
atas, menurut bapak dan ibu guru “seharusnya soal yang diberikan sesuai dengan
kelas yang diampu oleh guru yang bersangkutan.” Akan tetapi karena peneliti
hanya ingin mengetahui kemampuan kompetensi guru secara umum maka peneliti
menggunakan satu alat yang sama.
Hal senada disampaikan oleh guru non sertifikasi yang mendapatkan hasil
jawaban benar sebesar 76,53% sehingga dapat dikatakan kompetensi professional
guru non sertifikasi cukup baik namun sisanya 23,47% belum dapat
menyelesaikan soal dengan benar, seperti jawaban guru sertifikasi, guru non
sertifikasi juga merasa soal yang diberikan tidak sesuai kelas dan mata pelajaran
yang diampu jadi para guru hanya mengerjakan soal-soal yang mereka ketahui
saja. Jadi setiap guru seharusnya menekuni dan mempelajari secara kontinyu
pengetahuan-pengetahuan yang berhubungan dengan tehnik atau proses belajar
mengajar secara umum, melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan,
mengembangkan materi dan metodologi yang sesuai kebutuhan pengajaran.
Oleh karena itu guru sertifikasi maupun guru non sertifikasi selain harus
menerapkan Paikem Gembrot, juga diadakan bedah kajian kaitan kegiatan
pembelajaran serta tugas-tugas guru professional agar terwujud pembelajaran
yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
BAB IV
PROBEMATIKA KOMPETENSI PEDAGOGIK DAN PROFESIONAL
GURU SERTIFIKASI DAN NON SERTIFIKASI
A. Diskripsi Data
Kewajiban yang harus dipenuhi dalam melaksanakan tugas pembelajaran, seorang
guru harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu untuk mencerdaskan bangsa dan
mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, beriman dan bertaqwa, berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan. Sesuai pertanyaan kepada kepala madrasah
tentang realita kegiatan dan kompetensi guru di madrasah.
Menurut ustadz K selaku Kepala menyatakan bahwa: “Dalam hal tugas
seorang guru, baik tugas pribadi seperti pembuatan RPP, silabus, promes, prota,
evaluasi pembelajaran dan laporan perkembangan siswa, maupun tugas madrasah
seperti kegiatan exstrakurikuler, menghadiri rapat berkaitan kegiatan siswa, antara
guru sertifikasi dengan guru non sertifikasi memang berbeda. Selain itu, dalam
pemanfaatan teknologi, guru non sertifikasi memang jarang menggunakan
teknologi apapun di dalam kelas, karena memang kurangnya sarana dan prasarana
yang dimiliki madrasah. Namun saya berharap guru bisa membuat pembelajaran
lebih menarik dengan menggunakan media pembelajaran sederhana.”40
Sesuai ungkapan Bapak F selaku Kepala Madrasah yang menyatakan
bahwa: “Saya mengerti sebenarnya anak-anak jenuh dengan pembelajaran yang
hanya monoton begitu-begitu saja, kalau menggunakan media sederhana itu
40Hasil wawancara dengan Bapak K selaku Kepala Madrasah pada tanggal 5 Mei 2019.
33
terlalu ribet, mungkin kalau ada proyektor atau LCD, itu akan sedikit membantu
agar pembelajaran lebih menarik, misalnya dengan video, gambar-gambar atau
power point dan lain sebagainya tapi ya kita syukuri saja apa yang ada, dan pasti
nanti kedepannya akan lebih baik.”41
Begitu pula pendapat Bapak P selaku Kepala Madrasah menyatakan bahwa:
“Kebanyakan ibu guru baik guru sertifikasi maupun guru non sertifikasi telah
memenuhi tugas dalam membuat perangkat pembelajaran tetapi kurang dalam
mengembangkan inovasi pembelajaran, berbanding terbalik dengan bapak guru
yang telah mengajar dengan berbagai pengembangan pembelajaran tetapi lemah
dalam menyiapkan perangkat pembelajaran seperti RPP, silabus, promes, prota,
evaluasi, laporan perkembangan siswa dan lain sebagainya.”42
Pendapat bapak A selaku Kepala Madrasah menyatakan bahwa: “Beberapa
ustadz non sertifikasi enak kok kalau ngajar, ya meskipun terkadang terlalu cepat
dalam mengajar tapi mereka tetap asyik diajak tanya jawab. Kalau media
pembelajaran yang kurang menarik tapi kalau dalam pengelolaan kelas, biasanya
dapat mengkondisikan dalam pelajarannya.”43
Data hasil observasi dan dokumenasi terhadap guru serta interview kepada
kepala madrasah dan pengawas pendidikan memberikan penilaian guru sertifikasi
sebanyak 89,20% telah melaksanakan pembelajaran sesuai kompetensi dan tujuan
pembelajaran serta menyiapkan perangkat sebelum melaksanakan pembelajaran
kemudian membuat laporan setelah pembelajaran, sedangkan sisanya 10,80%
belum melaksanakan pembelajaran sesuai kompetensi dan tujuan pembelajaran.
41Hasil wawancara dengan Bapak F selaku Kepala Madrasah pada tanggal 3 Mei 2019.
42Hasil wawancara dengan Bapak P selaku Kepala Madrasah pada tanggal 4 Mei 2019.
43Hasil wawancara dengan Bapak A selaku Kepala Madrasah pada tanggal 3 Mei 2019.
34
Sedangkan hasil penilaian untuk guru non sertifikasi mendapatkan data 68,80%
telah melaksanakan pembelajaran sesuai kompetensi dan tujuan pembelajaran
serta mempersiapkan perangkat sebelum melaksanakan pembelajaran dan laporan,
sedangkan 31,20% guru non sertifikasi belum melaksanakan pembelajaran sesuai
kompetensi dan tujuan pembelajaran serta tugas lainnya.
Berdasarkan data interview dan dokumentasi serta menganalisis beberapa
hal dengan cara observasi dan mencocokkan data menggunakan pendekatan
Triagulasi, peneliti mendapatkan beberapa problema dalam pembelajaran yang
dialami guru sertifikasi dan guru non sertifikasi di Kecamatan Gebog.
B. Analisis Data
Setelah data terkumpul secara lengkap, kemudian mengklasifikasikan data
tersebut agar sesuai akar permasalahan dengan menganalisis hasil interview,
observasi dan dokumentasi tentang tugas guru terkait dengan UU Guru dan Dosen
No.14 tahun 2005 yang telah baku dan disahkan oleh pemerintah,44
Guru tetap Madrasah Ibtidaiyah anggota KKMI Kecamatan Gebog telah
memiliki kualifikasi akademik ditunjukkan dengan ijazah yang merefleksikan
kemampuan bagi guru untuk melaksanakan tugas sebagai pendidik pada jenjang,
jenis dan satuan pendidikan atau mata pelajaran yang diajarkannya sesuai Standar
Nasional Pendidikan yaitu untuk guru pada pendidikan SD/MI memiliki
kualifikasi akademik minimal Diploma empat (D-IV) atau Sarjana (S1) dan semua
guru tetap serta responden 100% telah memenuhi kualifikasi tersebut.
44Penerbit Asa Mandiri, Permendiknas tentang Standar Kepala sekolah, Standar Pengawas
Sekolah, Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, Jakarta: 2008, 161.
35
Selanjutnya memiliki sertifikat pendidik guru dalam jabatan oleh seorang
yang telah bertugas sebagai guru pada satuan pendidikan yang ada dalam binaan
Kemendiknas atau Kemenag. Data pada tabel.I menunjukkan 45,57% telah
memiliki sertifikat pendidik dan sisanya masih menunggu proses pemanggilan
yang didasarkan pada kuota yang telah ditetapkan oleh Menteri Pendidikan
Nasional dengan pertimbangan Menteri Agama.
Guru harus sehat jasmani dan rohani maksudnya kondisi kesehatan fisik dan
mental yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan baik. Kondisi
kesehatan fisik dan mental tersebut tidak ditujukan kepada penyandang cacat. Ada
sebuah ungkapan "Mens sana in corpore sano", di dalam tubuh yang kuat terdapat
jiwa yang sehat, walaupun tidak seluruhnya benar.45
Semua guru anggota KKMI
di wilayah kecamatan gebog menunjukkan kondisi sehat fisik dan mental.46
Sebagian besar guru telah memiliki kemampuan untuk mewujudkan Tujuan
Pendidikan Nasional, Tujuan Pendidikan Dasar (mengembangkan sikap dan
kemampuan serta memberikan pengetahuan, keterampilan dasar) dikarenakan
semua guru madrasah ibtidaiyah sudah pernah mengikuti pelatihan yang diadakan
KKMI Kecamatan Gebog.
Memiliki kompetensi atau seperangkat pengetahuan, keterampilan dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan
tugas keprofesionalannya yang ditampilkan melalui unjuk kerja. Dari keempat
kompetensi guru, peneliti mengkaji pada kompetensi pedagogik dan profesional
guru dengan pertanyaan, observasi dan dokumen kepada responden.
45Nurdin, Muhamad, Kiat menjadi guru…. 131.
46Hasil wawancara dengan H. Ahmad Ni’am, S.Ag, M.Pd.I (Pengawas Pendidikan
Kecamatan Gebog) tanggal 2 Mei 2019
36
Berdasarkan data interview dan observasi dengan mencocokkan data
menggunakan pendekatan triagulasi, maka beberapa masalah yang dihadapi guru
beserta solusinya antara lain:
a. Sebagian guru belum menyiapkan perangkat pembelajaran dan laporan
perkembangan siswa. Solusinya adalah membuat RPP, Promes, Prota, silabus
dan evaluasi pembelajaran yang disesuaikan dengan kurikulum yang ada agar
penyampaian materi dapat diprediksi selesainya, laporan perkembangan siswa
dilaksanakan setiap hari dan dibawa ketika mengajar karena digunakan
sebagai pedoman pengajaran agar materi sesuai dengan tujuan pembelajaran.
b. Sebagian besar guru tidak mengikuti kegiatan kesiswaan karena merasa tidak
mendapat tugas dari kepala MI dan tidak menguasai meteri kegiatan. Sebagai
solusi, guru ikut melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler karena disamping
sebagai pembelajaran juga mengetahui karakter siswa yang dihadapi.
c. Kurangnya pendidikan, pelatihan, seminar, sarasehan, workshop, penataran
guru, karena semakin banyak pengalaman maka guru akan semakin smart
(cerdas) dalam mengelola bidang pendidikan. Hendaknya beberapa pelatihan
tersebut lebih ditingkatkan di tingkat Madrasah, KKMI maupun Kemenag
Kabupaten dari setahun dua kali menjadi empat sampai lima kali.
Maka, sangat penting bagi guru sertifikasi maupun non sertifikasi untuk
meningkatkan kinerjanya sehingga perlu dilakukan uji kompetensi secara berkala.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hasil penelitian guru sertifikasi dan non sertifikasi dalam kompetensi pedagogik
dan profesional di KKMI Kecamatan Gebog Kabupaten Kudus Tahun 2019,
peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Hasil penilaian kompetensi pedagogik guru bersertifikasi menunjukkan
bahwa sebagian besar memiliki kemampuan untuk mengelola pembelajaran
dengan persentase 88,47% walaupun masih terdapat beberapa guru belum
mempunyai kemampuan tersebut dikarenakan faktor usia yang tidak
menunjang. Sedangkan guru non sertifikasi baru sebesar 66,53% karena
masih kurang kreatif menggunakan bahan-bahan sekitar dalam proses
pembelajaran, kurang kajian dan membaca buku-buku yang terkait dengan
pembelajaran sebab madrasah tidak menyediakan buku pendamping
pembelajaran serta para guru belum mampu membelinya.
Demikian juga penilaian kompetensi pedagogik dalam perumusan tujuan
pembelajaran, perencanaan evaluasi, pemilihan materi ajar dan media telah
sesuai dengan tujuan dan karakteristik siswa dengan persentase sebesar
95,88%. Sedangkan pada guru non sertifikasi dengan 88,47% masih kurang
dapat menyesuaikan metode dan materi dengan karakteristik siswa serta
dalam pembelajaran sering tidak didukung instrumen disebabkan kurangnya
alat penunjang, LCD dan proyektor serta laptop atau notebook untuk
menyampaikan materi yang menyenangkan, disamping itu pembelajaran
38
masih belum mencerminkan pembelajaran aktif, karena mereka masih minim
pengetahuan dan kurangnya pelatihan yang diberikan baik dari madrasah dan
KKMI maupun Kemenag Kabupaten.
2. Kompetensi profesional guru sertifikasi telah menguasai materi pelajaran,
dengan batas nilai KKM 70 guru dapat mengerjakan soal yang diberikan dan
memenuhi nilai standar kompetensi pencapaian sebesar 87,33%. Sedangkan
guru non sertifikasi hanya terdapat separo item jawaban yang menonjol
dengan 76,53% pencapaian dalam mengerjakan soal dikarenakan merasa soal
yang diberikan tidak sesuai kelas dan mata pelajaran yang diampu sehingga
hanya mengerjakan soal-soal yang diketahui saja. Seharusnya guru menekuni
dan mempelajari secara kontinyu pengetahuan-pengetahuan yang
berhubungan dengan tehnik atau proses belajar mengajar secara umum,
melakukan kegiatan-kegiatan mandiri yang relevan, mengembangkan materi
dan metodologi yang sesuai kebutuhan pengajaran.
3. Beberapa masalah yang dihadapi guru MI di Kecamatan Gebog antara lain: a)
Sebagian guru belum menyiapkan perangkat pembelajaran dan laporan
perkembangan siswa setiap hari serta evaluasi pembelajaran karena faktor
usia bagi guru tua dan kurangnya pelatihan dan praktek bagi guru muda; b)
Sebagian besar guru tidak mengikuti kegiatan kesiswaan karena merasa tidak
mendapat tugas dari kepala MI yang mempertimbangkan biaya kegiatan dan
kurang menguasai meteri kegiatan tersebut; c) Beberapa guru belum
melaksanakan tugas pembelajaran dengan tepat waktu karena tugas ganda
lainnya dari madrasah; d) Kurangnya pendidikan, pelatihan, seminar,
39
sarasehan, workshop, penataran bagi guru dikarenakan kurangnya alokasi
biaya kegiatan.
B. Saran
1. Melihat kondisi guru sertifikasi dan non sertifikasi yang ada di Kecamatan
Gebog dalam perencanaan, proses dan evaluasi pembelajaran, maka perlu ada
pihak yang selalu memberikan sosialisasi serta motivasi tentang pentingnya
studi agar mutu ilmu dan pengetahuan guru lebih meningkat. Guru sertifikasi
maupun guru non sertifikasi harus menerapkan PAIKEM GEMBROT
(pembelajaran aktif inovatif kreatif efektif menyenangkan, gembira dan
berbobot) dalam pembelajaran yang dilaksanakan di kelas maupun di luar
kelas. Sosialisasi dan motivasi dapat disampaikan oleh Pengawas Pendidikan
Madrasah, KKMI, Kepala Madrasah Ibtidaiyah, Pengurus Madrasah
Ibtidaiyah, dan pihak-pihak yang berkompeten.
2. Selain menerapkan Paikem Gembrot, guru sebagai tenaga pendidik dan
pengajar hendaknya lebih meningkatkan potensi diri dengan mengikuti bedah
kajian kaitan kegiatan pembelajaran serta kompetensi pedagogik dan
professional guna memacu diri menapak pendidikan di Indonesia yang lebih
baik dan cerah, demi mewujudkan Tujuan Pendidikan Nasional.
3. Agar problema yang dihadapi guru terselesaikan dan profesionalisasi guru
dapat meningkat, maka perlu dilakukan beberapa pembekalan yang dapat
meningkatkan profesionalisme guru, diantaranya: mengadakan pendidikan
dan pelatihan, workshop, seminar, dan sebagainya minimal 2 kali dalam satu
tahun; mengadakan akreditasi dan apel administrasi terkait dengan
40
kompetensi pedagogik guru yaitu administrasi pembelajaran; mengadakan
latihan pembuatan soal Ulangan Akhir Semester yang dikoordinir oleh
KKMI; mengadakan supervisi terhadap guru dan madrasah untuk meneliti
kelengkapan administrasi guru dan madrasah minimal dalam satu tahun
sekali; memberikan bantuan kesejahteraan guru, seperti: tunjangan fungsional
dan APBD. Bantuan ini sangat terkait dengan profesionalisme guru.
41
Daftar Pustaka
Arismunandar, Yulistian, “Pengaruh Sertifikasi, Iklim Kerja, dan Motivasi Kerja
terhadap Kinerja Guru di SD Negeri Kabupaten Lampung Selatan”,
Tesis,Universitas Lampung, Bandar Lampung, 2016.
Borang, Deitje S., “Upaya Peningkatkan Kompetensi Dan Profesionalisme
Guru SMK Di Era Sertifikasi”, Universitas Negeri Jakarta, Peran LPTK
Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di Indonesia, Apektindo, Seminar
Internasional, (2010), 245-250.
Dewi Hasanah, Rodia Syamwil, & I Made Sudana, “Dampak Sertifikasi Profesi
dan Sertifikasi Kompetensi Akuntansi terhadap Kinerja Guru Akuntansi
SMK”, Journal of Vocational and Career Educational, Vol.2, No.1 (2017),
37-49.
Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam, Pedoman Pembinaan Pengawas
Madrasah dan Pengawas Pendidikan Agama Islam pada Sekolah, Jakarta:
2014.
Effendi, Muh. Saeful, “Improving Teacher Professionalism trough Lesson Study”,
Ahmad Dahlan Journal of English Studies (ADJES), Vol. 2, Issue 3 (March
2015), 72-86
Estriyanto, Yuyun, “A Review of Indonesian Pre-Service Teacher Certification
Policy from the Point of View of the Philosophy of Vocational Education”,
Prosiding ICTTE FKIP, Vol 1, Nomor 1 (Januari 2016), 245-258
Gintings, Abdorrakhman, Esensi Praktis Belajar dan Pembelajaran, Bandung:
Humaniora, 2012.
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010.
Herman, “Profesionalisme Guru Pasca Sertifikasi (Studi Kasus di Dinas
Pendidikan dan Kementrian Agama RI di Kecamatan Pragaan Kabupaten
Sumenep)”, Tesis, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel, Surabaya, 2018.
Ibrahim, Moh. Syahrun, “Teachers’ Certification to Deal with Teachers’
Professionalism and Prosperity, A Case Study on Teachers’ Hopes,
Challenges and Reality in Indonesia”, Inovasi, Volume 7, Nomor 1 (Maret
2010), 176-185.
Kemendikbud, Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Dasar dan Menengah,
Jakarta: Bidang Pendayagunaan dan Pelayanan Data dan Statistik Pendidikan
dan Kebudayaan, 2016.
42
Khusna, Alinatul, “Studi Komparasi Antara Guru yang Belum Sertifikasi Dengan
Guru yang Sudah Sertifikasi Terhadap Profesionalisme Guru IPA di SD NU
Kepanjen Malang”, Tesis, UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, 2013.
Kunandar, Guru Profesional Implementasi KTSP, Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2011.
Lili Ng Chui Mi, “Meningkatkan Kemampuan Guru Yang Telah Disertifikasi
Dalam Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Melalui Bimbingan
Berkelanjutan Pada Sekolah Binaan Di Sambas”, Jurnal Visi Ilmu
Pendidikan, Vol 2, No 1 (2010), 269-282
Moh. Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: Remaja Persada Karya, 2008.
Mubarok, Ahmad, “Studi Komparasi Kompetensi Pedagogik dan Professional
Guru Bersertifikasi dengan Guru Non Sertifikasi Pendidik Mata Pelajaran
Sains Pada Madrasah Ibtidaiyah Negeri Di Kota Metro Lampung”, Tesis,
UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2013.
Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. 2007.
Muslich, Masnur, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, Jakarta: PT
Bumi Aksara, 2007.
Novia, Windi, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Kashiko, 2008.
Nurdin, Muhamad, Kiat menjadi guru Profesional, Ar-ruzz Media, Jogjakarta,
2008.
Patras, Yuyun Elizabeth, “Analysis of Impact from Teacher Certification”,
Proceedings of the 2nd SULE – IC 2016, FKIP, October 7th – 9th, (2016),
1357-1371
Penerbit Asa Mandiri, Permendiknas tentang Standar Kepala sekolah, Standar
Pengawas Sekolah, Standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru,
Jakarta, 2008.
Prihantoro, Costantinus Rudy, “Sertifikasi Sebagai Sarana Peningkatan
Profesionalisme Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan”, Universitas
Negeri Jakarta, Peran LPTK Dalam Pengembangan Pendidikan Vokasi di
Indonesia, Apektindo, Seminar Internasional, (Mei 2010), 179-189.
Saleh, Yopa Taufik, “Sertifikasi untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru”,
Naturalistic, Vol.1, No.1 (2016), 96-108.
43
Samba, Sujono, Lebih Baik tidak Sekolah, Yogyakarta: LKiS, 2007.
Sarimaya, Farida, Sertifikasi Guru, Apa, Mengapa dan Bagaimana?, Bandung:
Yrama Widya, 2008.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D, Bandung:
Alfabeta, 2013.
Sujanto, Bejo, Cara Efektif Menuju Sertifikasi Guru, Jakarta: Raih Asah Sukses,
2009.
Sukmadinata, Nana Syaodih, Metode Penelitian Tindakan, Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2006.
Suprihatiningrum, Jamil, Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi, &
Kompetensi Guru, Yogyakarta: Ar-Ruzz, 2013.
Wahyudi, Imam, Panduan Lengkap Uji Setifikasi Guru, Jakarta: Prestasi Pustaka,
2012.
Wahyudi, Kalvin Edo, “Measuring Performance of Teacher Certification
Program”, International Journal of Administrative Science & Organization,
Vol.19, No.3 (September 2012), 153-166.
Yamin, Martinis, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, Jakarta: Gaung
Persada Press, 2006.
Zulkarnain, Transformasi nilai-nilai Pendidikan Islam, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2008.
LAMPIRAN - LAMPIRAN
44
INSTRUMEN PENILAIAN PEMBELAJARAN
Responden : 1 / 2 / 3 / 4 / 5 / 6 / 7 / 8 / 9 / 10
11 / 12 / 13 / 14 / 15 / 16 / 17 / 18 / 19 / 20
Kelompok : Guru Sertifikasi (A) / Guru Non Sertifikasi (Aa)
Skor butir-butir penilaian pembelajaran dengan melingkari angka pada kolom
skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1 = sangat tidak baik, 2
= tidak baik, 3 = kurang baik, 4 = baik, 5 = sangat baik.
No Indikator/Aspek yang dinilai/diamati Skor
A. Perencanaan
1 Memeriksa kesiapan siswa sebelum pelajaran dimulai
secara fisik dan mental (meliputi pengaturan tempat duduk
siswa, penyampaian salam, berdo’a, menanyakan kondisi
siswa, dan presensi).
1 2 3 4 5
2 Memotivasi siswa, dan menyampaikan manfaat materi
yang akan dipelajari.
1 2 3 4 5
3 Melakukan kegiatan apersepsi (meningkatkan perhatian
siswa, misalnya dengan melakukan demonstrasi,
mengajukan pertanyaan terkait pengetahuan sebelumnya
dengan materi yang akan dipelajari, mengaitkan dengan
kehidupan sehari-hari, mengaitkan dengan isu mutakhir).
1 2 3 4 5
4 Menyampaikan tujuan pembelajaran sesuai dengan
tema/subtema, relevan dengan indikator pembelajaran.
1 2 3 4 5
5 Menyampaikan cakupan materi (berupa pokok-pokok
materi dan disampaikan secara berurutan).
1 2 3 4 5
B. Kegiatan Inti / Proses Pembelajaran
1 Menunjukkan penguasaan materi pembelajaran. 1 2 3 4 5
Lampiran 1
45
2 Menyampaikan materi dengan jelas dan sesuai dengan
tujuan pembelajaran pada RPP, konsep disampaikan secara
benar, sistematis (dari mudah ke sulit, konkrit ke abstrak,
dari yang dekat dengan lingkungan siswa ke jauh), dan
mengaitkan materi dengan pengetahuan lain yang relevan.
1 2 3 4 5
3 Mengaitkan materi dengan realitas kehidupan memberikan
contoh-contoh riil, mengaitkan dengan informasi terkini,
mengaitkan dengan salingtemas (sains, lingkungan,
teknologi, dan masyarakat).
1 2 3 4 5
4 Melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kompetensi
(tujuan) yang akan dicapai.
1 2 3 4 5
5 Melaksanakan model/pendekatan/strategi mencerminkan
pembelajaran aktif/pembelajaran saintifik melaksanakan
langkah-langkah pembelajaran mencerminkan
pembelajaran aktif/pembelajaran saintifik (mendorong
siswa untuk melakukan kegiatan mengalami langsung:
mengamati/melakukan percobaan, mengajak siswa untuk
melakukan kegiatan berinteraksi, mendiskusikan bagian
sulit, membuat inferensi, menstimulasi kemampuan siswa
berpikir tingkat tinggi, menumbuhkan keceriaan).
1 2 3 4 5
6 Membiasakan siswa bertindak disiplin, kerja sama,
mendorong siswa untuk berani berpendapat atau bertanya,
membiasakan siswa berkomunikasi secara santun,
memberi apresiasi secara tepat dan proporsional.
1 2 3 4 5
7 menggunakan alat/bahan dan media dan TIK secara efektif
dan efisien (dilakukan secara tepat dan aman, terampil
menggunakan alat/bahan/media/TIK, menumbuhkan
partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran, menguatkan
pemahaman siswa, menarik perhatian siswa).
1 2 3 4 5
46
8 Melaksanakan pembelajaran secara runtut. 1 2 3 4 5
9 Melaksanakan penilaian proses belajar berkeliling
memantau kemajuan belajar siswa, mengajukan
pertanyaan untuk memantau capaian siswa, memotivasi
siswa untuk mencapai perkembangan yang lebih tinggi,
melaksanakan penilaian proses sesuai rencana.
1 2 3 4 5
10 Menguasai pengelolaan kelas, terampil membimbing siswa
secara klasikal, kelompok dan individual, kelas tetap
kondusif, selalu memberikan penguatan dan motivasi,
dapat menarik perhatian siswa agar tetap fokus dalam
melaksanakan kegiatan, mobilitas guru di dalam kelas
memiliki tujuan, kontak mata dengan siswa terjaga.
1 2 3 4 5
11 Melaksanakan pembelajaran yang bersifat kontekstual dan
menghasilkan pesan yang menarik.
1 2 3 4 5
12 Melaksanakan pembelajaran sesuai alokasi waktu yang
direncanakan.
1 2 3 4 5
13 Menunjukkan sikap terbuka terhadap respon siswa. 1 2 3 4 5
14 Memberi keceriaan dan antusiasme siswa dalam belajar. 1 2 3 4 5
15 Menyampaikan pesan dengan gaya yang sesuai dan
menggunakan bahasa lisan dan tulis secara jelas, baik dan
benar.
1 2 3 4 5
C. Menutup Pembelajaran
1 Memantau kemajuan belajar selama proses. 1 2 3 4 5
2 Melakukan penilaian hasil belajar melakukan penilaian
sesuai tujuan, melaksanakan penilaian hasil sesuai dengan
perencanaan, menggunakan rubrik di dalam menilai,
menindaklanjuti hasil penilaian selama pembelajaran.
1 2 3 4 5
47
3 Melakukan refleksi atau membuat rangkuman dengan
melibatkan siswa.
1 2 3 4 5
4 Melaksanakan tindaklanjut dengan memberikan arahan,
kegiatan, atau tugas sebagai bagian remidi/pengayaan.
1 2 3 4 5
5 Membimbing siswa melakukan evaluasi diri menemukan
manfaat, memberikan umpan balik terhadap proses
pembelajaran, memberikan tugas, menginformasikan
rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.
1 2 3 4 5
Jumlah Nilai :
Rata-Rata :
Kudus, Mei 2019
Peneliti
Ali Murtadlo
48
INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PAEDAGOGIK (RPP)
Responden : 1 / 2 / 3 / 4 / 5 / 6 / 7 / 8 / 9 / 10
11 / 12 / 13 / 14 / 15 / 16 / 17 / 18 / 19 / 20
Kelompok : Guru Sertifikasi (A) / Guru Non Sertifikasi (AA)
Skor butir-butir penilaian pembelajaran dengan melingkari angka pada kolom
skor (1, 2, 3, 4, 5) sesuai dengan kriteria sebagai berikut: 1 = sangat tidak baik, 2
= tidak baik, 3 = kurang baik, 4 = baik, 5 = sangat baik.
No Indikator/Aspek yang dinilai/diamati dalam pembelajara Skor
1 Perumusan tujuan pembelajaran yang disampaikan guru
jelas dan tidak menimbulkan penafsiran ganda dan
mengandung perilaku hasil belajar.
1 2 3 4 5
2 Telah sesuai tujuan pembelajaran dengan indikator
pencapaian kompetensi serta kata kerja operasional yang
digunakan dapat diamati dan diukur.
1 2 3 4 5
3 Tujuan pembelajaran mencakup sikap (disiplin, kerjasama,
dan lain-lain), pengetahuan (berpikir tingkat tinggi/HOTS,
berpikir kritis, dan lain-lain), dan keterampilan
(menggunakan alat ukur, melakukan percobaan, dan lain-
lain).
1 2 3 4 5
4 Perumusan tujuan pembelajaran mencakup A, B, C, D
(Audience, Behavior, Condition, Degree). Contoh: Siswa
(A) dapat mengidentifikasi kata-kata yang berkaitan
dengan waktu pagi hari (B) sekurang-kurangnya tiga kata-
kata yang sesuai (C) berdasarkan pengamatan di
lingkungan sekolah (D) berdasarkan tingkat kemapuan
berfikir siswa.
1 2 3 4 5
Lampiran 2
49
5 Sesuai materi pembelajaran dengan kompetensi dasar dan
indikator yang akan dicapai.
1 2 3 4 5
6 Pemilihan materi ajar memperhatikan relevansi dan
kemutakhiran sesuai dengan tujuan dan karakteristik siswa.
1 2 3 4 5
7 Pengorganisasian materi ajar (keruntutan, sistematika
materi dan kesesuaian alokasi waktu) sudah tepat.
1 2 3 4 5
8 Model, pendekatan, dan metode pembelajaran ditulis
secara lengkap dan sesuai dengan KD, karakteristik materi
yang diajarkan dan karakteristik siswa.
1 2 3 4 5
9 Langkah-langkah/sintaks pembelajaran sesuai dengan
model pembelajaran yang digunakan.
1 2 3 4 5
10 Skenario pembelajaran (langkah-langkah kegiatan
pembelajaran: awal, inti dan penutup) yang disampaikan
oleh guru sudah jelas.
1 2 3 4 5
11 Langkah-langkah pembelajaran mencerminkan
pembelajaran aktif/pembelajaran saintifik (misal: siswa
diajak melakukan percobaan, pengamatan lingkungan, dan
lain-lain).
1 2 3 4 5
12 Pemilihan sumber/media pembelajaran oleh guru sesuai
dengan tujuan, materi, karakteristik siswa dan
memperhatikan keselamatan.
1 2 3 4 5
13 Penilaian mencakup aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan sesuai dengan tujuan/indikator.
1 2 3 4 5
14 Instrument evaluasi (kisi-kisi, soal, kunci, pedoman
penskoran) yang disediakan oleh guru lengkap.
1 2 3 4 5
15 Merencanakan/memberikan kegiatan pengayaan bagi siswa
yang memiliki kemampuan lebih, merencanakan/
1 2 3 4 5
50
memberikan remedial bagi siswa yang memiliki
kemampuan kurang, dan menyediakan bahan ajar untuk
kegiatan pengayaan dan remedial.
Jumlah Nilai :
Rata-Rata :
Kudus, Mei 2019
Peneliti
Ali Murtadlo
51
INSTRUMEN PENILAIAN KOMPETENSI PROFESIONAL
Responden : 1 / 2 / 3 / 4 / 5 / 6 / 7 / 8 / 9 / 10
11 / 12 / 13 / 14 / 15 / 16 / 17 / 18 / 19 / 20
Kelompok : Guru Sertifikasi (A) / Guru Non Sertifikasi (Aa)
Petunjuk Umum
Tujuan penelitian ini adalah semata-mata untuk meningkatkan kualitas
pendidikan di Indonesia pada umumnya. Sedangkan titik beratnya di khususkan pada
kompetensi professional yang merupakan kemampuan penguasaan materi
pembelajaran pembelajaran secara mendalam dan memiliki berbagai keahlian di
bidang pendidikan antara guru sertifikasi dan guru non sertifikasi dalam
mengimplementasikan kompetensi yang dimiliki secara maksimal.
Dalam mengisi tes ini bapak/ibu guru tidak perlu ragu-ragu, karena hasilnya
tidak mempengaruhi apapun pada diri anda. Jawablah dengan jujur sesuai dengan
hati nurani dan pengetahuan bapak/ibu guru. Kami akan menjamin kerahasiaannya.
Jawablah semua pertanyaan yang tersedia pada lembar jawaban yang disediakan.
PENILAIAN AKHIR SEMESTER
MADRASAH IBTIDAIYAH DI PMWC LP MA’ARIF NU
KECAMATAN GEBOG TAHUN PELAJARAN 2018/2019
Mata Pelajaran : Tematik (Tema 9)
Kelas : V (lima)
I . Berilah tanda silang (x) pada huruf a,b, atau c pada jawaban yang benar!
PPKn
1. Perilaku yang mencerminkan persatuan dan kesatuan di sekolah adalah ….
a. tawuran c. kerja bakti
b. mengejek teman d. acuh tak acuh
2. Salah satu contoh corak kehidupan dimasyarakat yang mencerminkan upaya
menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan adalah….
a. bertengkar dengan tetangga c. belajar dengan rajin
b. kerja bakti dimasyarakat d. bekerja sungguh-sungguh
Lampiran 3
52
3. Contoh kegiatan gotong royong di lingkungan masyarakat adalah….
a. mendirikan poskamling c. memperhatikan guru saat mengajar
b. melaksanakan tugas piket d. mengembalikan buku di perpustakaan
4. Salah satu manfaat gotong royong adalah.....
a. meningkatkan kesenjangan c. menumbuhkan kebersamaan
b. menimbulkan pertentangan d. mengakibatkan rasa rendah diri
5. Gotong royong harus dilaksanakan dengan hati yang….
a. Marah b. Malas c. Ikhlas d. Sedih
6. Berikut ini yang bukan termasuk perilaku yang mencerminkan persatuan dan
kesatuan dalam kehidupan masyarakat adalah….
a. Setiap warga masyarakat menyelesaikan masalah sosial bersama-sama
b. Bekerjasama dalam menjaga keamanan lingkungan
c. Hidup rukun dengan semangat kekeluargaan antarmasyarakat
d. Bergaul sesama warga yang membeda-bedakan suku agama, ras dan suku
7. Menjaga kerukunan antar sesama merupakan tugas dari….
a. anggota TNI c. presiden RI
b. anggota Polri d. seluruh warga RI
B. Indonesia
8. Bahasa dalam iklan selalu membuat pembaca atau pendengarnya tergugah
hatinya untuk menyimak dan bahkan membeli produk yang ditawarkan. Hal
tersebut berarti bahasa iklan bersifat….
a. Naratif b. Profokatif c. Persuasif d. Deskriptif
9. Berikut ini yang bukan merupakan unsur-unsur dalam iklan adalah….
a. Nama produk c. Cara membuat iklan
b. Keunggulan produk d. Harga produk
10. Iklan yang menggunakan media berbasis perangkat elektronik disebut….
a. Iklan media c. cetak Iklan baris
b. Iklan elektronik d. Iklan majalah
11. Berikut ini yang bukan merupakan ciri-ciri iklan adalah….
a. Komunikatif c. sulit dimengerti
b. informatif d. menarik perhatian
53
12. Iklan yang memuat ajakan atau himbauan kepada masyarakat untuk
melakukan sesuatu demi kepentingan umum adalah….
a. Iklan layanan masyarakat c. Iklan penawaran
b. Iklan pengumuman d. Iklan pemberitahuan
13. Iklan yang ada di radio dikemas dalam bentuk….
a. Tulisan b. Gambar c. Gerak d. Suara
14. Salah satu manfaat iklan bagi konsumen yaitu…
a. Menerima diskon setiap bulan c. Meningkatkan keuntungan
b. Mendapat produk yang diingankan d. Mendapatkan lahan pekerjaan
IPA
15. Zat yang terdiri atas materi satu jenis disebut….
a. Zat tunggal c. Materi
b. Zat campuran d. Senyawa
16. Dibawah ini termasuk contoh zat tunggal yang berbentuk unsur adalah….
a. Oksigen b. Air c. Garam d. Cuka
17. Berikut ini yang bukan merupakan zat campuran adalah….
a. Air cuka b. Air keran c. Air sirup d.Air kapur
18. Perhatikan ciri-ciri zat di bawah ini!
- Terdiri dari berbagai materi berbeda
- Zat yang bercampur berukuran molekul
- Partikel zat tercampur merata
- Campuran tidak mengendap
Berdasarkan pernyataan di atas merupakan ciri-ciri zat….
a. Zat tunggal c. Campuran heterogen
b. Campuran homogen d. Campuran senyawa
19. Perhatikan benda-benda di bawah ini!
1. Emas murni 4. Air sirup
2. Air kapur 5. Paku besi
3. Air garam 6. Kawat tembaga
Yang termasuk zat tunggal adalah….
a. 1,2 dan 3 b. 1,5 dan 6 c. 1,2 dan 5 d. 2,3 dan 4
54
20. Materi penyusun benda kursi, lemari, dan meja adalah….
a. Plastic b. Kertas c. Karet d. Kayu
21. Di bawah ini yang termasuk campuran heterogen adalah….
a. Emas dan jarum besi c. Air garam dan air oralit
b. Air keran dan air sirup d. Air kopi dan air pasir
IPS
22. Yang termasuk kenampakan alam berupa daratan adalah….
a. Selat b. Danau c. Pegunungan d. Sungai
23. Indonesia memiliki laut yang luas sehingga hasil sumber daya lautnya sangat
melimpah. Sehingga indonesia disebut Negara…
a. Agraris b. Kesatuan c. Maritim d. Republic
24. Secara astronomis Indonesia terletak di….
a. 6o
LU – 10o
LS dan 90o
BT – 140o
BT
b. 6o
LU – 10o
LS dan 95o
BT – 140o
BT
c. 6o
LU – 11o
LS dan 95o
BT – 141o
BT
d. 6o
LU – 11o
LS dan 90o
BT – 141o
BT
25. Wilayah daratan yang berada pada ketinggian 0 – 200 meter disebut….
a. Dataran rendah c. Dataran tinggi
b. Pegunungan d. Perbukitan
26. Sungai terpanjang di pulau Jawa adalah….
a. Widas b. Brantas c. Citarum d. Bengawan solo
27. Garis lintang terbagi menjadi dua yaitu…
a. lintang utara dan lintang selatan c. lintang timur dan lintang barat
b. lintang selatan dan lintang barat d. lintang utara dan lintang timur
28. Hasil yang diperoleh dari kegiatan pertambangan adalah….
a. Kopi b. Karet c. Emas d. Daging
SBdP
29. Urutan tangga nada dalam lagu "Gambang Suling" adalah 1 3 4 7.
Jadi, tangga nada dalam lagu tersebut adalah tangga nada pentatonis . . . .
a. pelog b. slendro c. madenda d. degung
55
30. Tangga nada “Maju tak gentar” menggunakan tangga nada diantonis…
a. Mayor b. Minor c. Pelog d. Slendro
31. Pola lantai pada tarian kecak adalah…
a. Horizontal b. Vertical c. Zig-zag d. Melingkar
32. Lagu yang dinyanyikan dengan pelan dan bernuansa sedih biasanya
bertangga nada…
a. Minor b. Mayor c. Pentatonic d. Diantonis
33. Berikut ini yang bukan termasuk jenis alat music melodis adalah…
a. Pianika b. Gitar c. Rebana d. Piano
34. Pola interval untuk tangga nada diatonis mayor adalah ....
a. 1- 1 - – 1 – 1 – 1 - c. 1 - - 1 – 1 – 1 - - 1
b. 1- - 1 – 1 - - 1 – 1 d. 1 - - 1 – 1 – 1 – 1 -
35. Tari “tangan seribu” menggunakan pola lantai…
a. Horizontal b. Vertical c. Melingkar d. Zig-zag
II. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang tepat!
1. Menjaga kebersihan sekolah merupakan tanggungjawab….
2. Ketika berteman sebaiknya sikap kita…
3. Iklan yang bertujuan untuk menawarkan produk disebut iklan…
4. Bahasa yang digunakan iklan bersifat.…
5. Kopi, gula, air termasuk contoh dari zat …..
6. Zat yang penyusunnya terdiri dari 2 atau lebih materi disebut…..
7. Indonesia diapit oleh dua benua yaitu benua ... dan ….
8. Kopi, teh dan cengkeh lebih cocok ditanam di daerah…
9. Gugur bunga memiliki tangga nada…..
10. Tangga nada mayor diawali dan diakhiri dengan nada….
III. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jawaban yang tepat!
1. Berilah 2 contoh perilaku yang mencerminkan sikap toleransi!
Jawab :
56
2. Sebutkan 3 unsur yang harus ada pada iklan!
Jawab:
3. Berilah 3 contoh benda zat campuran heterogen!
Jawab:
4. Sebutkan 2 contoh kegiatan konsumsi!
Jawab:
5. Sebutkan 3 contoh benda yang termasuk karya seni 3 dimensi!
Jawab:
Jumlah Nilai : Kudus, Mei 2019
Peneliti
Ali Murtadlo
57
Kunci jawaban
PPKN
1. C
2. B
3. A
4. C
5. C
6. D
7. D
B.INDONESIA
8. C
9. C
10. B
11. C
12. A
13. D
14. B
IPA
15. A
16. A
17. B
18. B
19. B
20. D
21. D
IPS
22. C
23. C
24. C
25. A
26. D
27. A
28. C
SBDP
29. A
30. A
31. D
32. A
33. C
34. A
35. B
ROM II
1. Seluruh warga sekolah
2. Saling mengahargai, tidak membeda-bedakan teman
3. Iklan penawaran
4. Persuasive
5. Zat Tunggal
6. Zat campuran
7. Asia dan Australia
8. Dataran tinggi
9. Minor
10. Do
ROM III
1. Tidak membeda-bedakan teman, saling menghargai pendapat teman
2. Nama produk, gambar menarik, kalimat iklan, keunggulan produk, harga
produk, nomor telepon, alamat pengiklanan
3. Air dan pasir, air kopi, air susu,air dan minyak
4. Menggunakan computer, memakai baju
5. Patung, meja, kursi, lemari
58
Lampiran Foto-foto Penelitian
Gb.1. Kegiatan proses belajar mengajar guru bersertifikasi
Gb.2. Pembelajaran aktif dalam dan luar oleh kelas guru sertifikasi
Gb.3. Kegiatan proses belajar mengajar guru non sertifikasi
Lampiran 4
59
Gb.4. Kegiatan evaluasi di kelas atas dan kelas bawah
Gb.4. Wawancara dengan H. Zainuddin, S.Ag ketua KKMI Kec. Gebog
Gb.6. Wawancara dengan H. Ahmad Ni’am, S.Pd.I, M.Pd.I
Pengawas Madrasah Kec. Gebog
60
Gb.7. Wawancara dengan Bpk Haryono, S.Pd.I M.Pd.I dan Bpk Syukrul Anam,
S.Pd.I kepala MI NU Manafiul Ulum 02 dan kepala MI Nahdlatul Ulama
Gb.8. Wawancara dengan Bpk Musyaddad, S.Pd.I dan Bpk Abdul Jalil, S.Pd.I
kepala MI NU Miftahul Huda 01 dan kepala MI NU Al Huda 02
Gb.9. Wawancara dengan Bpk Feri Andriawan, S.Pd dan Ibu Siti Maesaroh, S.Pd.I
Guru MI NU Manafiul Ulum 02
61
Gb.10. Wawancara dengan Bapak Abadi, S.Pd.I dan Ibu Uswatun Malihah, S.Pd.I
Guru MI NU Manafiul Ulum 02
Gb.11. Wawancara dengan Bapak Nurul Huda, S.Pd.I dan Ibu Eni Shofuah, S.Pd.I
Guru MI NU Manafiul Ulum 02
Gb.12. Wawancara dengan Bapak Faizin, S.Pd.I dan Ibu Naily Shofiya, S.Ag
Guru MI NU Miftahul Huda 01
62
Gb.13. Wawancara dengan Bapak Imam Fathoni, S.Pd.I dan Ibu Masri’ah, S.Pd.I
Guru MI NU Miftahul Huda 01
Gb.14. Wawancara dengan Ibu Nor Faizah, S.Pd.I dan Ibu Sulaekah, S.Pd.I
Guru MI NU Miftahul Huda 01 dan Guru MI Nahdlatul Ulama
Gb.15. Wawancara dengan Ibu Sri Rahayu, S.Pd.I dan Bapak Jazuli, S.Pd.I
Guru MI Nahdlatul Ulama
63
Gb.16. Wawancara dengan Bpk Mustahal, S.Pd.I dan Ibu Niamah Asroriyah, S.Pd.I
Guru MI NU Al Huda 02
Gb.17. Wawancara dengan Ibu Hj. Syufaati, S.Pd.I dan Bapak H. Suparjan, S.Ag
Guru MI NU Al Huda 02
Gb.18. Wawancara dengan Ibu Ati Yuchanna, S.Pd.I dan Ibu NAilun Nadhifah, S.Ag
Guru MI NU Al Huda 02
top related