studi risiko kerentanan tanah akibat soil liquefaction...
Post on 06-Sep-2018
219 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
Abstrak—Wilayah pesisir kota Pacitan merupakan
daerah rawan gempa karena dilalui oleh Lempeng
Indo-Australia dan Lempeng Eurasia. Berdasarkan
hasil boring test di 5 titik yang telah dilakukan, bahwa
kondisi tanah di lokasi studi sebagian besar adalah
tanah berpasir yang berpotensi terjadi soil liquefaction.
Potensi soil liquefaction dievaluasi berdasarkan nilai
SF (Safety Factor) yang merupakan perbandingan
antara CSR (Cyclic Stress Ratio) dengan CRR (Cyclic
Resistance Ratio). Untuk penilaian risiko dilakukan
dengan menggunakan metode probabilitas likuifaksi
dan nilai LPI (Liquefaction Potential Index). Hasil
analisis yang didapatkan bahwa lokasi yang
memungkinkan terjadi fenomena soil liquefaction di
wilayah pesisir kota Pacitan yaitu di daerah sisi barat
daya Bagak, daerah sisi tenggara Bagak, daerah
Sidorejo, daerah sisi barat laut Sidorejo, daerah sisi
barat Kali Muso, daerah sisi timur Kali Muso, daerah
sisi barat daya Kali Teleng, daerah Sidoharjo, daerah
sisi barat laut Pleren, daerah Ngampel, daerah sisi
utara Kali Muso, daerah Selare, daerah sisi timur
Sidosari, daerah Plosomakmur, daerah sisi barat
Plosorejo, daerah sisi timur Plosorejo, daerah sisi barat
laut Selare, daerah Kradenan, daerah sisi timur
Sidorukun, daerah sisi timur Baleharjo, daerah
Sundeng, daerah Betulo, daerah Purwoharjo, dan
daerah sisi timur laut Kuwarasan. Untuk tingkat risiko
yang dihadapi akibat terjadinya soil liquefaction yaitu
daerah dengan kategori risiko “Sangat Tinggi” terjadi
di daerah sisi barat Kali Muso, daerah sisi barat daya
Kali Teleng, daerah Sidoharjo, daerah sisi barat laut
Pleren, daerah Ngampel, daerah Selare, daerah
Plosomakmur, daerah sisi barat Plosorejo, daerah sisi
barat laut Selare, dan daerah Sundeng. Sedangkan
daerah dengan kategori risiko “Rendah” terjadi di
daerah sisi tenggara Bagak, daerah Sidorejo, daerah
sisi barat laut Sidorejo, dan daerah sisi timur
Sidorukun.
Kata kunci: Soil liquefaction, Gempa bumi, Risiko,
Probabilitas likuifaksi, LPI (Liquefaction Potential
Index).
I. PENDAHULUAN
ndonesia berada pada jalur 3 lempeng besar dunia, yaitu
Lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan
Lempeng Pasifik. Akibat pergerakan lempeng-lempeng
tersebut menyebabkan Indonesia rawan terjadi gempa
bumi.
Untuk memperjelas gambaran peta tektonik Indonesia
dapat dilihat pada Gambar 1:
Gambar 1. Tektonik Indonesia, Pertemuan Lempeng
Indo-Australia, Pasifik, dan Eurasia di Indonesia [1]
Salah satu dampak dari terjadinya gempa bumi adalah
fenomena soil liquefaction. Para ahli menyebutkan bahwa
soil liquefaction menjadi penyebab utama kerusakan parah
yang terjadi di wilayah Kobe, Jepang pada tahun 1996 dan
di wilayah Alaska, Amerika pada tahun 1964 setelah
terjadinya gempa bumi [2].
Salah satu wilayah di Indonesia yang berisiko mendapat
ancaman gempa bumi adalah Pacitan. Untuk memperjelas
gambaran wilayah kota Pacitan dapat dilihat pada Gambar
2 berikut ini:
Gambar 2. Pesisir kota Pacitan [3]
Permasalahan yang dibahas pada Tugas Akhir ini
adalah:
1. Di lokasi mana yang memungkinkan terjadi fenomena
soil liquefaction di wilayah pesisir kota Pacitan?
2. Berapa tingkat risiko yang dihadapi akibat terjadinya
soil liquefaction karena gempa bumi?
II. URAIAN PENELITIAN
A. Soil Liquefaction
Seed et al (1982) mendefinisikan soil liquefaction
merupakan proses perubahan kondisi tanah pasir yang
jenuh air menjadi cair, akibat meningkatnya tekanan air
pori yang nilainya menjadi sama dengan tegangan total
oleh sebab terjadinya beban siklik, sehingga tegangan
efektif tanah menjadi nol.
Studi Risiko Kerentanan Tanah Akibat Soil Liquefaction Karena
Gempa Bumi Di Wilayah Pesisir Kota Pacitan
Dicky Nanda Warriessandy, Wahyudi, dan Kriyo Sambodho
Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: wahyudi@oe.its.ac.id
I
2
Untuk mempermudah gambaran terjadinya fenomena
soil liquefaction dapat dilihat pada Gambar 3:
Gambar 3. Kondisi tanah sebelum dan setelah terjadi
gempa [4]
B. Pengaruh Ukuran Butir Tanah Terhadap Soil
Liquefaction
Berikut adalah grafik liquefable soil pada Gambar 4
yang menunjukkan pengaruh dari ukuran butiran tanah
terhadap liquefaction. Soil liquefaction hanya terjadi pada
butiran tanah berpasir. Ukuran butiran tanah yang seragam
dengan 0,2 mm ≤ D50 ≤ 0,4 mm sensitif terhadap
liquefaction.
Gambar 4. Potensi soil liquefaction berdasarkan diameter
butiran tanah [5]
C. Metode Untuk Mengevaluasi Terjadinya Soil
Liquefaction Akibat Gempa Bumi Berdasarkan Data
CPT (Cone Penetration Test)
Pada dasarnya analisis potensi soil liquefaction
dilakukan dengan mencari dua parameter utama yaitu CSR
(Cyclic Stress Ratio) yang merupakan tegangan geser
siklik yang terjadi akibat gempa dibagi dengan tegangan
efektif lain, dan CRR (Cyclic Ressistance Ratio) yang
merupakan ketahanan tanah untuk menahan soil
liquefaction.
Nilai CSR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut [6]:
CSR = 𝜏𝑐𝑦𝑐
𝜎′ = 0.65
𝜎
𝜎′ 𝛼𝑚𝑎𝑥
𝑔 𝑟𝑑 (1)
dengan,
σ = tegangan vertikal total (kN/m²)
σ’ = tegangan vertikal efektif (kN/m²)
αmax = percepatan gempa maksimum di permukaan
tanah (m/s2)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2)
rd = faktor reduksi terhadap tegangan
Rasio antara tegangan total dengan tegangan efektif
dihitung dengan persamaan-persamaan yang ada di dalam
teori Mekanika Tanah [7]:
𝜎 = 𝐻𝛾𝑤 + 𝐻𝐴 + 𝐻 𝛾𝑠𝑎𝑡 (2)
dengan,
σ = tegangan vertikal total (kN/m2)
γw = berat volume air (9,8 kN/m3)
γsat = berat volume tanah jenuh air (kN/m3)
H = tinggi muka air diukur dari permukaan tanah
(m)
HA = jarak titik yang ditinjau dengan muka air (m)
Berat volume tanah jenuh air dihitung dengan
persamaan:
γsat
= Gs +e γw
1 +e (3)
dengan,
Gs = berat spesifik butiran
e = void ratio (angka pori)
γw = berat volume air (9,8 kN/m3)
Tegangan efektif tanah dihitung menggunakan
persamaan:
𝜎′ = 𝜎 – 𝑢 (4)
dengan,
u = tekanan air pori tanah yang dihitung dengan
persamaan:
𝑢 = 𝐻𝐴 𝛾𝑤 (5)
dengan,
HA = jarak titik yang ditinjau dengan muka air (m)
Nilai percepatan gempa maksimum di permukaan tanah
(amax) dihitung dengan menggunakan persamaan [8]:
𝐿𝑜𝑔 𝑃𝐺𝐴 = −1.02 + 0.249𝑀𝑤 − log 𝑟 − 0.00255𝑟 (6)
dengan,
r = jarak episentrum (km)
Mw = magnitude gempa (SR)
Koefisien reduksi kedalaman (rd) dihitung berdasarkan
persamaan [6]:
rd = 1 – 0,00765z, untuk z ≤ 9,15 m (7)
rd = 1,174 – 0,0267z, untuk 9,15 m < z ≤ 23 m (8)
rd = 0,744 – 0,008z, untuk 23 m < z < 30 m (9)
rd = 0,5 untuk z > 30 m (10)
dengan,
rd = faktor reduksi terhadap tegangan
z = kedalaman tanah (m)
Pada dasarnya rumus CSR tersebut berlaku untuk gempa
dengan magnitude sama dengan 7,5. Sedangkan untuk
gempa dengan magnitude tidak sama dengan 7,5
menggunakan faktor koreksi MSF (Magnitude Scalling
Factor) terhadap persamaan CSR menjadi sebagai berikut [9]:
CSR = 0,65 𝜎
𝜎′ 𝛼𝑚𝑎𝑥
𝑔 𝑟𝑑
𝑀𝑆𝐹 (11)
Untuk gempa dengan magnitude lebih besar dari 7,5,
NCEER merekomendasikan menggunakan persamaan
MSF sebagai berikut [10]:
MSF = 102,24
𝑀𝑤2,56 (12)
Dan untuk gempa dengan magnitude lebih kecil dari 7,5,
menggunakan persamaan MSF sebagai berikut [10]:
3
MSF = (𝑀𝑊
7,5)−3,3 (13)
Dengan Mw adalah magnitude gempa.
Nilai CRR dihitung dengan persamaan berikut [11]:
CRR = 0,058 exp[0,02qc1N] (14)
dengan,
qc1N = normalisasi tahanan CPT (kPa)
dimana,
𝑞c1N = CQ (𝑞c
𝑃a) (15)
dimana,
CQ = (𝑃a
𝜎′)n (16)
dengan,
CQ = faktor normalisasi tahanan CPT (kPa)
qc = tekanan konus (kPa)
Pa = 100 kPa (1 atm untuk tekanan yang sama yang
digunakan oleh 𝜎’)
σ’ = tegangan vertikal efektif (kPa)
n = nilai eksponen untuk berbagai macam tipe
tanah, untuk clean sand 0,5, silty sand 0,5 – 1,
dan clay 1
Pada analisis soil liquefaction akibat gempa, safety
factor dapat ditentukan setelah didapatkan nilai CSR dan
CRR. NCEER (1996) mendefinisikan faktor keamanan
terhadap bahaya likuifaksi dapat dinyatakan sebagai
berikut [12]:
SF = 𝐶𝑅𝑅
𝐶𝑆𝑅 , SF ≤ 1 (17)
Jika SF (Safety Factor) lebih kecil atau sama dengan
satu (SF ≤ 1) maka terjadi soil liquefaction dan jika SF
lebih besar satu (SF > 1) maka tidak terjadi soil
liquefaction [13].
Dalam lingkup matematika, risiko dapat dihitung dengan
menggunakan rumus [14]:
Risiko = Frekuensi x Konsekuensi (18)
dengan,
Risiko = Kemungkinan bahaya yang dapat terjadi
akibat sebuah peristiwa yang sedang
berlangsung atau kejadian yang akan
datang.
Frekuensi = Kemungkinan terjadinya peristiwa per
satuan waktu, biasanya dalam satu
tahun.
Konsekuensi = Seberapa besar tingkat kerusakan yang
diakibatkan karena adanya bahaya.
Frekuensi kejadian dilakukan dengan menggunakan
metode probabilitas likuifaksi, yaitu dengan cara
mengaplikasikan nilai SF (Safety Factor) pada persamaan
PL (The Probability of Liquefaction) [15]:
PL = 1
1+ (𝑆𝐹/0.96)4.5 (19)
dengan,
SF = Safety Factor
Chen dan Juang (2000) memberikan klasifikasi
kemungkinan likuifaksi yang dapat diaplikasikan dengan
menggunakan nilai PL (The Probability of Liquefaction)
yang dapat dilihat pada Tabel 1 [15]:
Tabel 1. Klasifikasi probabilitas likuifaksi [15]
Probabilitas Deskripsi (kemungkinan likuifaksi)
0.85 ≤ PL < 1.00 Hampir pasti likuifaksi
0.65 ≤ PL < 0.85 Sangat mungkin
0.35 ≤ PL < 0.65 Mungkin
0.15 ≤ PL < 0.35 Tidak mungkin
0.00 ≤ PL < 0.15 Hampir pasti tidak likuifaksi
Konsekuensi yang mungkin terjadi bila terjadi soil
liquefaction yg disebabkan oleh gempa adalah terjadinya
kerusakan pada pondasi tanah. Persamaan yang dapat
digunakan untuk mengestimasi hal tersebut adalah dengan
menggunakan persamaan LPI (Liquefaction Potential
Index), yaitu suatu indeks yang digunakan untuk
mengestimasi potensi likuifaksi yang dapat menyebabkan
kerusakan pondasi tanah. LPI (Liquefaction Potential
Index) diusulkan pertama kali oleh Iwasaki et al. (1982)
dan divariasi oleh Sonmez (2003) yang dirumuskan pada
persamaan berikut [16]:
LPI = 𝐹 𝑖 . 𝑊 𝑖 . 𝐻𝑖𝑛
𝑖=1 (20)
dengan,
F(i) = SF (Safety Factor), yaitu F(i) = 1 – SF untuk SF
< 1, F(i) = 0 untuk SF ≥ 1
W(i) = fungsi bobot berdasarkan kedalaman, yaitu
W(i) = 10 – 0.5zi untuk 0 ≤ zi ≤ 20 m, W(i) = 0
untuk zi ≥ 20 m
zi = kedalaman titik tengah pada lapisan tanah (m)
Hi = selisih ketebalan antar lapisan tanah yg
terlikuifaksi (m)
n = kedalaman tanah
Untuk mengaplikasikan nilai LPI, Iwasaki (1982)
mengusulkan klasifikasi risiko kerusakan dan potensi
mengalami likuifaksi yang divariasi oleh Sonmez (2003)
yang dapat dilihat pada Tabel 2 [16]:
Tabel 2. Klasifikasi potensi likuifaksi [16]
LPI Kategori potensi likuifaksi
0 Tidak likuifaksi
0 < LPI ≤ 2 Rendah
2 < LPI ≤ 5 Menengah
5 < LPI ≤ 15 Tinggi
15 > LPI Sangat tinggi
Untuk melakukan evaluasi risiko, diperlukan matriks
risiko untuk mengkorelasikan frekuensi kejadian dan
konsekuensi kejadian yang dapat dilihat pada Gambar 5:
Gambar 5. Matriks Risiko
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Analisis Soil Liquefaction Berdasarkan Probabilitas
Magnitude Gempa dan Probabilitas Percepatan
Gempa
4
Berikut adalah data percepatan gempa (αmax) dari peta
zona seismik yang dikeluarkan oleh PU (Kementerian
Pekerjaan Umum) 2010 yang ditunjukkan pada Gambar 7:
Gambar 7. Peta zona seismik PU (Kementerian Pekerjaan
Umum) 2010 [17]
Pada Gambar 7 menunjukkan bahwa data percepatan
gempa (αmax) tersebut untuk probabilitas terlampaui
sebesar 2% dalam 50 tahun, yang artinya persentase
tersebut cukup besar untuk probabilitas dalam 50 tahun ke
depan. Percepatan gempa (αmax) di wilayah Pacitan dan
sekitarnya adalah sebesar 0,3g.
Dari data percepatan gempa yang didapatkan dari peta
zona seismik dari PU yaitu sebesar 0,3g dan probabilitas
gempa yang didapatkan dari simulasi monte carlo, dari
1000 kejadian gempa diambil nilai magnitude gempa yang
maksimum yaitu sebesar 0,65, maka selanjutnya dilakukan
analisis soil liquefaction pada semua titik lokasi studi yang
dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9:
Gambar 8. Grafik SF yang terjadi soil liquefaction pada
titik S-11, S-12, S-13, S-17, S-19, S-20, S-21, dan S-22
Gambar 9. Grafik SF yang terjadi soil liquefaction pada
titik S-23, S-24, S-25, S-26, S-27, S-28, S-29, S-30, S-31,
S-32, S-34, S-35, S-36, S-37, S-39, dan S-40
5
C. Peta Lokasi yang Berpotensi Terjadi Soil Liquefaction
Berikut adalah gambar pemetaan lokasi yang berpotensi
terjadi soil liquefaction yang dapat dilihat pada Gambar 9:
Gambar 9. Peta Lokasi yang Berpotensi Terjadi Soil
Liquefaction
Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa lokasi yang
berwarna merah adalah lokasi yang berpotensi terjadi soil
liquefaction yaitu pada magnitude gempa 6,5 SR dengan
percepatan gempa 0,3g. Dengan demikian, setelah
dilakukan pemetaan tersebut dapat dijadikan antisipasi
terhadap bahaya yang akan timbul jika terjadi soil
liquefaction pada lokasi yang ditinjau.
D. Perkiraan Frekuensi
Hasil perhitungan PL (The Probability of Liquefaction)
dan klasifikasi probabilitas likuifaksi dapat dilihat pada
Tabel 3:
Tabel 3. Perhitungan PL (The Probability of
Liquefaction) dan klasifikasi probabilitas likuifaksi di
wilayah pesisir kota Pacitan
E. Perkiraan Konsekuensi
Hasil perhitungan nilai LPI (Liquefaction Potential
Index) dan klasifikasi risiko kerusakan tanah dapat dilihat
pada Tabel 4:
Tabel 4. Perhitungan LPI (Liquefaction Potential
Index) dan klasifikasi risiko kerusakan di wilayah
pesisir kota Pacitan
F. Evaluasi Risiko
Setelah didapatkan nilai frekuensi kejadian dan
konsekuensi kejadian, maka selanjutnya dapat dilakukan
evaluasi risiko dengan menggunakan matriks risiko seperti
pada Gambar 5. Hasil klasifikasi risiko dapat dilihat pada
Tabel 5:
Tabel 5. Klasifikasi risiko kerentanan tanah akibat soil
liquefaction karena gempa bumi di wilayah pesisir kota
Pacitan
G. Pemetaan Risiko (Risk Mapping)
Setelah dilakukan klasifikasi tingkat risiko, selanjutnya
dapat dibuat pemetaan risiko (risk mapping) dengan
menggunakan software Surfer 10 untuk mengetahui daerah
Likuifaksi
6
mana yang memiliki tingkat risiko yang paling tinggi
sampai tingkat risiko yang paling rendah dengan
menambahkan data penelitian Ariantini (2011). Hasil
pemetaan risiko (risk mapping) di wilayah pesisir kota
Pacitan dapat dilihat pada Gambar 11:
Gambar 11 Peta Risiko wilayah pesisir kota Pacitan
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan analisis dan pembahasan, maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Lokasi yang memungkinkan terjadi fenomena soil
liquefaction di wilayah pesisir kota Pacitan yaitu di
daerah sisi barat daya Bagak, daerah sisi tenggara
Bagak, daerah Sidorejo, daerah sisi barat laut Sidorejo,
daerah sisi barat Kali Muso, daerah sisi timur Kali
Muso, daerah sisi barat daya Kali Teleng, daerah
Sidoharjo, daerah sisi barat laut Pleren, daerah
Ngampel, daerah sisi utara Kali Muso, daerah Selare,
daerah sisi timur Sidosari, daerah Plosomakmur, daerah
sisi barat Plosorejo, daerah sisi timur Plosorejo, daerah
sisi barat laut Selare, daerah Kradenan, daerah sisi
timur Sidorukun, daerah sisi timur Baleharjo, daerah
Sundeng, daerah Betulo, daerah Purwoharjo, dan
daerah sisi timur laut Kuwarasan.
2. Tingkat risiko yang dihadapi akibat terjadinya soil
liquefaction karena gempa bumi di wilayah pesisir kota
Pacitan yaitu daerah dengan kategori risiko “Sangat
Tinggi” terjadi di daerah sisi barat Kali Muso, daerah
sisi barat daya Kali Teleng, daerah Sidoharjo, daerah
sisi barat laut Pleren, daerah Ngampel, daerah Selare,
daerah Plosomakmur, daerah sisi barat Plosorejo,
daerah sisi barat laut Selare, dan daerah Sundeng.
Untuk daerah dengan kategori risiko “Tinggi” terjadi di
daerah sisi barat daya Bagak, daerah sisi utara Kali
Muso, daerah sisi timur Sidosari, daerah sisi timur
Plosorejo, daerah sisi timur Baleharjo, daerah Betulo,
daerah Purwoharjo, dan daerah sisi timur laut
Kuwarasan. Untuk daerah dengan kategori risiko
“Sedang” hanya terjadi di daerah sisi timur Kali Muso
dan daerah Kradenan. Untuk daerah dengan kategori
risiko “Rendah” terjadi di daerah sisi tenggara Bagak,
daerah Sidorejo, daerah sisi barat laut Sidorejo, dan
daerah sisi timur Sidorukun. Sedangkan daerah dengan
kategori risiko “Sangat Rendah” terjadi di daerah sisi
timur Ploso, daerah ploso, daerah sisi barat daya
Sidoharjo, daerah sisi timur Pleren, daerah selatan
Sidomakmur, dan daerah utara Sidorukun.
B. Saran
Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dapat
dilakukan penelitian tentang mitigasi atau penanggulangan
bencana penyebab terjadinya fenomena soil liquefaction
karena gempa bumi di wilayah pesisir kota Pacitan.
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu sehingga penelitian ini dapat
terselesaikan dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Palmadi, E., 2011, Potensi Bencana Geologi di Provinsi
Banten, http://pertambangan-
geologi.blogspot.com/2011/04/potensi-bencana-geologi-di-
provinsi.html, diakses pada tanggal 4 September 2013.
[2] The Japanese Geotechnical Society, 1988, Remedial Measures
Againts Soil Liquefaction, A. A. Balkema, Rotterdam,
Netherlands.
[3] Google Satellite, 2013, Pesisir Pacitan, diakses pada tanggal 4
September 2013.
[4] Watkins, A., 2000, Environmental Geology,
http://geology.isu.edu/wapi/envgeo/EG5_earthqks/eg_mod5.ht
m, diakses pada tanggal 4 September 2013.
[5] Oka, F, 1995, Soil Mechanics Lecture, Morikita Publishing
Company, Tokyo, Japan (in Japanese).
[6] Seed, H. B., and Idriss, I. M., 1971, “Simplified Procedure for
Evaluating Soil Liquefaction Potential”, Journal of Soil
Mechanics and Foundation Division, ASCE, Vol. 97, No.
SM9, hal. 1249-1273.
[7] Das, B. M., Endah, N., dan Mochtar, I. B., 1998, Mekanika
Tanah, Jilid 1, Fakultas Teknik Sipil, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya.
[8] Boore, D. M. and Joyner, W. B., 1981, “Peak Horizontal
Acceleration And Velocity From Strongmotion Records
Including Records From The 1979 Imperial Valley,
California, Earthquake”, Bulletin of the Seismological Society
of America, Vol. 71, No. 6, pp. 2011-2038.
[9] Seed, H. B, and Idriss, I. M., 1982, “Ground Motions and Soil
Liquefaction During Earthquakes”, Earthquake Engineering
Research Institute Monograph, Oakland, Calif.
[10] Crespellani, T., et al., 2003, “CPT-based liquefaction hazard
maps for an Italian coastal area”, Dipartimento di Ingegneria
Civile, Universita di Firenze, Firenze, Italy.
[11] Chih-Sheng Ku et al., 2004, “Evaluation of soil liquefaction in
the Chi-Chi, Taiwan Earthquake using CPT”, Soil and
Dynamics and Earthquake Engineering, 24 (2004) 659-673.
[12] National Center for Earthquake Engineering Research, 1996,
Liquefaction Potential And Post-Liquefaction Settlement of
Saturated Clean Sands and Effect of Geofiber Reinforcement,
University of Alaska Fairbanks, Alaska.
[13] Jha, S. K., and Kiichi Suzuki., 2008, “Reability Analysis of
Soil Liquefaction Based on Standard Penetration Test”,
Computer and Geotechnics, 36 (2009), 589-596.
[14] American Bureau of Shipping, 2003, Risk Evaluations For the
Classification of Marine-Related Facilities, Houston, USA.
[15] Hannich, D., et al., 2007, “Liquefaction Probability In
Bucharest And Influencing Factors”, International Symposium
on Strong Vrancea Earthquakes and Risk Mitigation,
Bucharest, Romania.
[16] Sonmez, H., et al., 2008, “Liquefaction severity map for
Aksaray city center (Central Anatolia, Turkey)”, Department
of Geological Engineering, Applied Geology Division,
Aksaray University, Aksaray, Turkey.
[17] Rovicky, 2010, Peta Zonasi Gempa 2010,
http://rovicky.wordpress.com/2010/07/19/peta-zonasi-gempa-
2010/, diakses pada tanggal 4 September 2013.
top related