sulaiman 121510601102
Post on 12-Apr-2017
649 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MANAJEMEN TEBANG MUAT ANGKUT DAN TREND
POTENSI RANDEMEN TEBU DI PG. PRADJEKAN
KABUPATEN BONDOWOSO
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Guna Melengkapi Tugas Akhir dan Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Program Studi Agribisnis (S1)
dan Mencapai Gelar Sarjana Pertanian
Oleh:
Sulaiman
NIM 121510601102
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2015
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor
pertanian sebagai sumber mata pencarian penduduknya, dengan demikian
sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian.
Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di wilayah
Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian, dan hampir 50 persen dari total
angkatan kerja masih menggantungkan kebutuhan hidupnya pada sektor
pertanian. Sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam
perekonomian Indonesia, hal ini dikarenakan sektor pertanian berfungsi sebagai
basis atau landasan pembangunan ekonomi (Yamin, 2005).
Sektor pertanian memegang peranan penting dalam pembangunan
perekonomian di Indonesia dikarenakan sebagian besar bermatapencaharian
disektor ini. Pertanian dalam pengertian luas mencakup semua kegiatan
pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikrobia) untuk
kepentingan manusia. Arti sempit pertanian sebagai kegiatan pemanfaatan
sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman tertentu, terutama bersifat
semusim. Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai sektor atau subjek
secara bersama-sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Semua
usaha pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga memerlukan
dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha, pemilihan
benih atau bibit, metode budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk,
pengolahan dan pengemasan produk, dan pemasaran (Mareta et al, 2011).
Salah satu subsektor yang memiliki peluang berkembang dalam agribisnis
adalah perkebunan. Soetriono dkk (2006) mengatakan bahwa perkebunan
didapatkan di daerah bermusim panas dekat khatulistiwa. Sektor perkebunan
merupakan subsektor pertanian salah satu faktor yang dapat mendukung kegiatan
perekonomian di Indonesia. Salah satu subsektor perkebunan yang cukup besar
potensinya dalam perekonomian Indonesia adalah komoditas tebu. Berikut tabel
produksi perkebunan di Indonesia berdasarkan komoditas tahun 2013.
Tabel 1.1. Produksi Perkebunan di Indonesia Berdasarkan Komoditas
Tahun 2013
Komoditas Produksi (Ton)
Asam Jawa 19
Cengkeh 26
Jambu Mete 156
Jarak 0
Kakao 8
Kapok 446
Kelapa 0
Kelapa Dalam 3.146
Kopi 6.575
Kopi Arabika 4.053
Kopi Robusta 2.522
Nilam 0
Pinang 19
Tebu 29.329
Tembakau 5.607
Total 51.906 Sumber : Badan Pusat Statistik 2013
Berdasarkan tabel diatas, produksi perkebunan di Indonesia daru berbagai
komoditas sebanyak 51.906 ton. Komoditas asam jawa sebanyak 19 ton.
Komoditas cengkeh sebanyak 26 ton. Komoditas jambu mete sebanyak 156 ton.
Komoditas jarak tidak menghasilkan tahun 2013. Komoditas kakao sebanyak 8
ton. Komoditas kapok sebanyak 446 ton. Komoditas kelapa sebanyak 26 ton.
Komoditas kelapa dalam sebanyak 3.146 ton. Komoditas kopi sebanyak 6.575
ton. Komoditas kopi arabika sebanyak 4.053 ton. Komoditas kopi robusta
sebanyak 2.522 ton. Komoditas nilam sebanyak 26 ton. Komoditas pinang
sebanyak 19 ton. Komoditas tebu sebanyak 29.329 ton. Komoditas tembakau
sebanyak 5.607 ton. Komoditas perkebunan tertinggi di Indonesia adalah tebu.
Menurut Suwarto (2014), tanaman tebu berasal dari Papua yang tumbuh
didataran rendah. Tanaman ini memiliki kesamaan dengan tanaman bambu yang
berukuran kecil. Tanaman ini hanya dapat tumbuh didaerah iklim tropis. Tebu
merupakan tanaman jenis rumput-rumputan. Tanaman ini memiliki nilai
ekonomis tinggi dan merupakan tanaman perekonomian bagi Indonesia. Berikut
produksi dan luas areal tanaman tebu di indonesia tahun 2009 sampai 2013.
Tabel 1.2 Produksi dan Luas Areal Tanaman Tebu di Indonesia Tahun 2009
Sampai 2013
Tahun Produksi (Ton) Luas Areal (Ha)
2009 39,264.00 6,486.00
2010 32,404.00 5,486.00
2011 26,447.00 5,111.00
2012 32,447.00 5,231.00
2013 29,329.00 6,414.00 Sumber : Data Statistik Deptan
Berdasarkan tabel diatas, produksi tebu dan luas areal tanaman tebu di
Indonesia mengalami fluktuasi. Tahun 2009 produksi tebu mencapai 39.264 ton
dengan luas areal sebesar 6.486 hektar. Tahun 2010 produksi tebu mengalami
penurunan drastis untuk produksi tebu menjadi 32.404 ton dengan luas areal yang
berkurang menjadi 5.486 hektar. Tahun 2011 produksi tebu mengalami penurunan
drastis kembali untuk produksi tebu menjadi 26.447 ton dengan luas areal yang
berkurang menjadi 5.111 hektar. Tahun 2012 produksi tebu mengalami kenaikan
drastis untuk produksi tebu menjadi 32.447 ton dengan luas areal yang bertambah
menjadi 5.231. Tahun 2013 produksi tebu mengalami penurunan drastis kembali
untuk produksi tebu menjadi 29.329 ton dengan luas areal yang berkurang
menjadi 6.414 hektar.
Tebu adalah tanaman yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
gula. Tebu didaerah tropis merupakan tanaman utama sebagai penghasil gula,
selain kelapa dan enau. Tebu mengandung hidrokarbon yang terjadi dalam
tanaman karena proses fotosintesa. Karbohidrat-karbohidrat ini terdiri dari
monosakarida (glukosa, fruktosa), disakarida (sakharosa), dan polisakharida
(selulosa). Gula dalam kehidupan sehari-hari sebagai bahan makanan pokok, baik
untuk minuman ataupun makanan. Gula merupakan salah satu kebutuhan yang
penting bagi manusia, karena hampir setiap hari kita mengkonsumsi gula. Namun
Indonesia masih mengimpor gula. Berikut data ekspor-impor gula di Indonesia
tiap lima tahun dari tahun 1980 sampai 2011.
Tabel 1.3 Ekspor-Impor Gula di Indonesia Tiap 5 Tahun dari Tahun
1980-2011
Tahun Ekspor (Ton) Impor (Ton)
1985 4.354 4.354
1990 8.000 280.978
1995 17.163 544.300
2000 5.385 1.538.519
2005 965 1.980.487
2010 581 1.382.525
2011 696 2.371.250
Sumber: Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 2014
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan Indonesia masih mengimpor gula.
Impor gula lebih besar daripada ekspor gula. Tahun 1985, adanya kestabilan
dalam mengimpor dan mengekspor gula masing-masing sebanyak 4.354 ton.
Tahun 1990, ekspor-impor mengalami kenaikan yaitu ekspor gula menjadi 8.000
ton dan impor gula menjadi 280.978. Tahun 1995, ekspor-impor mengalami
kenaikan yaitu ekspor gula menjadi 17.163 ton dan impor gula menjadi 544.300
ton. Tahun 2000, ekspor mengalami penurunan menjadi 5.385 ton dan impor
mengalami kenaikan menjadi 1.538.519 ton. Tahun 2005, ekspor mengalami
penurunan menjadi 965 ton dan impor mengalami kenaikan menjadi 1.980.487
ton. Tahun 2010, ekspor mengalami penurunan menjadi 581 ton dan impor
mengalami penurunan menjadi 1.382.525 ton. Tahun 2011, ekspor mengalami
kenaikan menjadi 696 ton dan impor mengalami kenaikan menjadi 2.371.250 ton.
Menurut Ariyanti (2013), indonesia masih ketergantungan terhadap
produk impor. Terdapat 29 komoditas pangan yang masuk dalam deretan impor
rutin setiap bulan Indonesia dari negara lain. Indonesia kembali mencatatkan
impor bahan pangan yang bisa dihasilkan dari lahan pertanian di sendiri dalam
bulan Januari-Agustus 2013. Hal ini dikarenakan permintaan domestik tak
sebanding dengan produksi sehingga pemerintah mengimpor agar tidak terjadi
kelangkaan bahan pangan. Salah satunya adalah komoditas gula Tebu. impor gula
tebu Indonesia berasal dari Thailand, Brazil, Australia, El Savador, dan Afrika
Selatan. Saat ini pemerintah melakukan penanaman tebu untuk mengatasi
rendahnya produksi gula di Indonesia. Hal ini dilakukan mengingat Indonesia
pernah mengalami masa kejayaan sebagai pengekspor gula. Salah usaha yang
dilakukan dengan adanya PT Perkebunan Nusantara XI.
PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) atau PTPN XI adalah badan usaha
milik negara (BUMN) agribisnis perkebunan dengan core business gula.
Perusahaan ini bahkan satu-satunya BUMN yang mengusahakan komoditas
tunggal, yakni gula, dengan kontribusi sekitar16-18% terhadap produksi nasional.
Sebagian besar bahan baku berasal dari tebu rakyat yang diusahakan para petani
sekitar melalui kemitraan dengan pabrik gula (PG). PTPN XI (PERSERO)
mempunyai beberapa unit usaha Pabrik Gula yang tersebar di beberapa tempat,
antara lain PG. Soedhono, PG. Poerwodadie, PG. Redjosarie, PG. Pagottan, PG.
Kanigoro, PG. Kedawoeng, PG. Wonolangan, PG. Gending, PG. Padjarakan, PG.
Djatiroto, PG. Semboro, PG. Wringin Anom, PG. Olean, PG. Pandjie, PG.
Assembagoes, dan PG. Pradjekan.
Pabrik gula PRADJEKAN merupakan unit bisnis milik PTPN XI, dengan
kapasitas produksi 3200 TCD, yang bertempat di kota Bondowoso. Pabrik ini
merupakan pabrik satu-satunya yang berada dikota Bondowoso sehingga pabrik
ini menopang kehidupan petani tebu di Bondowoso. Dalam pemenuhan kebutuhan
bahan baku pengolahan gula PG Pradjekan membudidayakan tebu milik pabrik
sendiri dengan lahan sewa yang didapat dari pemilik lahan yang bersedia
lahannya disewa oleh pihak PG yang disebut TS (tebu sendiri). Selain
membudidayakan sendiri pihak pabrik juga melakukan sistem kemitraan dengan
petani tebu Bondowoso dan petani diluar daerah. Kemitraan yang dilakukan oleh
pihak pabrik dengan petani bertujuan untuk pendampingan terhadap petani tebu
agar tetap termotivasi melakukan penanaman tebu guna memenuhi kebutuhan
bahan baku pengolahan pabrik gula Pradekan untuk memenuhi permintaan gula
nasional. Disamping itu, tujuan dari kemitraan ini adalah untuk mempermudah
petani tebu mendapatkan kebutuhannya dalam proses budidaya tebu seperti sarana
produksi, dan kandungan rendemen.
Tabel 1.4 Luas Areal Dan Produksi Tebu PG PRADJEKAN 2000-2010
Tahun
Kapasit
as Luas
Areal
(Ha)
Tebu
Digiling
(Ton)
Rende
men
(%)
Produksi
Gula (Ton)
Hari Tenaga Kerja
Incl. Giling Tetap Msm
2000 22.122 4.703 2.262 7.66 17226.2 103 388 350
2001 22.302 5.044 2.579 7.46 19151.5 116 429 330
2002 22.678 4.592 2.901 7.52 21744.1 129 447 308
2003 23.375 5.285 2.793 7.59 21132.3 121 452 271
2004 22.781 5.245 3.356 7.40 24668.9 148 395 250
2005 23.155 5.125 3.817 7.43 28082.5 165 379 246
2006 21.371 6.214 4.144 7.20 29578.0 197 389 228
2007 21.285 7.429 4.522 6.87 30828.3 222 363 209
2008 20.681 7.356 4.283 7.02 29888.9 207 334 333
2009 21.802 6.486 3.387 6.94 23407.0 157 307 338
2010 19.108 6.018 3.865 5.81 22388.4 203 308 291
Sumber : litbang PG PRADJEKAN Bondowoso tahun 2011
Berdasarkan tabel diatas dari tahun ke tahun PG. Pradjekan dalam jumlah
luas areal, tebu digiling, rendemen, produksi gula mengalami fluktuasi. Produksi
gula terendah terjadi pada tahun 2000 yaitu sebesar 17226.2 ton, sedangkan
produksi gula terbesar yaitu pada tahun 2007 yaitu sebesar 30828.3 ton. Akan
tetapi, pada tahun 2012 terjadi peningkatan jumlah produksi, sehingga produksi
tahun 2012 lebih besar dibandingkan tahun 2007. Untuk meningkatkan hasil
produksi PG. Pradjekan perlu melakukan perluasan areal tanam dan melakukan
pembinaan serta pengembangan kepada petani tebu agar produksi dan
produktivitas meningkat. Disamping itu dengan adanya pembinaan dan
pengembangan kepada petani dalam proses budidaya dapat meningkatkan
rendemen dari produksi tebu yang dihasilkan.
Perbandingan pasokan tebu antara Tebu Rakyat (TR) dan Tebu Sendiri
(TS) di PG. Pradjekan yaitu ± 90% : 10%. Tebu rakyat terdiri dari Tebu Rakyat
Kemitraan (TRK) dan Tebu Rakyat Mandiri (TRM), sedangkan Tebu Sendiri (TS)
adalah tebu milik sendiri dengan cara sewa lahan. Perbandingan jumlah tebu TR
dengan TS yang sangat jauh, PG. Pradjekan melakukan program kemitraan
dengan petani tebu khususnya petani tebu yang berada di daerah Kabupaten
Bondowoso. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk mencukupi kapasitas
giling serta target produksi PG. Pradjekan setiap tahunnya. Adanya program
kemitraan tersebut sangat berpengaruh signifikan terhadap perolehan bahan baku
di PG. Pradjekan.
Program kemitraan yang dilakukan oleh PG. Pradjekan yaitu pihak PG
menyediakan sarana produksi pertanian yang diperlukan oleh petani mitra,
peminjaman modal dengan sistem kredit dan sebagai jaminan adalah tebu
tegakan, pembinaan dan pengembangan oleh pihak PG kepada petani tebu serta
penampungan hasil tebu yang sesuai dengan kualitas standar yang ditetapkan
yaitu Manis, Bersih dan Segar (MBS). Kemudian para petani mitra menggiling
hasil produksinya kepada PG. Pradjekan. Dengan kemitraan usaha yang baik,
akan tercipta keuntungan bersama dan kesinambungan produksi. Petani
mendapatkan jaminan harga, jaminan rendemen dan kualitas yang tinggi,
terjaminnya sarana produksi usahatani. Di sisi lain, PG sebagai mitra kerja
menjadi efisien, produktif, output gula terjamin, harga kompetitif, sehingga
keuntungan yang diperoleh perusahaan lebih baik. Keberhasilan kemitraan sangat
ditentukan oleh manfaat yang diterima oleh kedua pihak dengan melihat kepuasan
petani mitra.
Menurut Suhartanti (2009), bahan baku merupakan salah satu faktor
penentu dalam kelancaran proses produksi, sehingga setiap perusahaan harus
memmpunyai persediaan bahan baku yang mencukupi serta memadai dalam
menunjang kegiatan produksi perusahaan. Apabila pasokan bahan baku tersendat
maka kegiatan proses produksi akan terhambat. Terhambatnya proses produksi
tentu akan berpengaruh terhadap tingkat output yang dihasilkan. Penurunan
tingkat output ini tentu akan mempengaruhi tingkat penjualan yang berakibat
perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen. Hal ini pada akhirnya
mempengaruhi laba perusahaan dan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.
Bahan baku dari gula adalah tebu, sehingga kebutuhan gula Indonesia dapat
terpenuhi jika bahan baku yang dimiliki olah Industri gula dapat tercukupi. Bahan
baku tersebut dapat tercukupi apabila industri gula tersebut memiliki manajemen
pengadaan bahan baku yang optimal. Salah satu manajemen yang dilakukan untuk
mengadakan peenyediaan bahan baku tebu menjadi gula adalah manajemen
tebang muat angkut.
Kegiatan tebang muat angkut merupakan salah tugas pokok bagian
tanaman yang sangat penting. Ketepatan dan kecermatan dalam perencanaan dan
pelaksanaannya mempunyai andil yang sangat dominan dalam satu rangkaian
budidaya panen dan proses untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Tugas dan
kewajiban tebang muat angkut adalah melakukan panen untuk mendapatkan gula
yang tertinggi dan menyediakan kebutuhan bahan baku giling sesuai kapasitas
pabrik secara kontinyu dengan kualitas yang baik serta mengakomodasi
kepentingan tebu sendiri (TS) dan tebu rakyat (TR).
Berdasarkan pernyataan diatas, peneliti mengangkat dua permasalahan.
Permasalahan pertama adalah manajemen tebang muat angkut tebu di PG.
Pradjekan dengan memfokuskan bagaimana pelaksanaan fungsi manajemen.
Permasalahan kedua adalah trend randemen tanaman tebu untuk produksi gula di
PG. Pradjekan dimana dari permasalah pertama menjelaskan bagaimana
mempersiapkan bahan baku gula tebu di PG. Pradjekan. Adanya manajemen
tebang muat angkut persediaan bahan baku dapat tersedia secara kontinue bahkan
terjadi surplus tebu sehingga produksi gula dapat stabil baik kuantitas maupun
kualitas. Penyediaan bahan baku tebu mengutamakan kualitas randemen untuk
menghasilkan produksi gula yang tinggi dan bermutu. Hal ini menyebabkan
adanya permasalah kedua mengenai trend randemen tebu 5 tahun selanjutnya
untuk hasil produksi gula di PG. Pradjekan. Permasalahan tersebut akan dibahas
dalam penelitian “Manajemen Tebang Muat Angkut dan Trend Potensi Randemen
Tebu di PG. Pradjekan Kabupaten Bondowoso”.
1.1 Rumusan Masalah
1. Bagaimana manajemen tebang muat angkut dalam pengadaaan bahan baku
giling di PG. Pradjekan Kabupaten Bondowoso?
2. Bagaimana trend tingkat randemen tebu di PG. Pradjekan Kabupaten
Bondowoso?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui manajemen tebang muat angkut dalam pengadaaan bahan baku
giling di PG. Pradjekan Kabupaten Bondowoso.
2. Mengetahui trend tingkat randemen tebu di PG. Pradjekan Kabupaten
Bondowoso.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Instansi, diharapkan dapat meningkatkan dan mengembangkan kegiatan
tebang muat angkut untuk meningkatkan kandungan randemen tebu.
2. Bagi pemerintah, diharapkan mampu memberikan kebijakan untuk
meningkatkan kemampuan manajemen di PG. Pradjekan.
3. Bagi pembaca, dapat dijadikan referensi penelitian selanjutnya.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Menurut penelitian Bantacut (2012) yang berjudul “Kehilangan Gula
Dalam Sistem Tebang Muat Angkut di Pabrik Gula Sindang Laut dan Tersana
Baru, Cirebon” menyatakan bahwa Pabrik gula menggunakan sistem tebang dan
sistem muat secara manual yaitu dengan tenaga manusia. Pelaksanaan penebangan
dilakukan dengan penerapan tebang rata tanah untuk PC, keprasan 1, dan
keprasan 2, yaitu dengan tinggi maksimal tunggak 5 cm. Kandungan sampah
maksimal yang diizinkan adalah 5%. Setelah ditebang tebu diikat untuk
memudahkan pemuatan tebu ke truk yang dilakukan oleh penebang. Waktu proses
pemuatan berkisar antara 0.5–1.5 jam/truk tergantung pada banyaknya tenaga
muat. Proses pemuatan dilakukan secepatnya setelah proses tebang tebu. Akan
tetapi proses pemuatan juga dipengaruhi oleh tersedianya alat.
Menurut penelitian Hairani., dkk (2014) yang berjudul “Analisis Trend
Produksi dan Impor Gula Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Gula
Indonesia” menyatakan bahwa peramalan produksi gula kristal putih selama
kurun waktu tahun 2012-2016 cenderung mengalami peningkatan. grafik
perkembangan produksi GKR di Indonesia selama kurun waktu 1997-2011
mengalami kecenderungan meningkat. persamaan garis trend produksi Gula
Kristal Rafinasi (GKR) di Indonesia adalah Y = 871.074 + 192.470 X. Nilai
intersep yang diperoleh dari hasil analisis adalah sebesar 871.074 Ton yang berarti
bahwa rata-rata produksi gula kristal rafinasi di Indonesia selama kurun waktu 15
tahun terakhir adalah sebesar 871.074 ton. Persamaan ini menunjukkan besarnya
nilai koefisien trend sebesar 192.470 yang berarti bahwa produksi gula
kristal rafinasi di Indonesia setiap tahunnya mengalami kenaikan sebesar
192.470 ton.
2.2 Tinjauan Pustaka
2.2.1 Komoditas Tebu
Menurut Leovici (2012), tebu merupakan tanaman yang berasal dari
India. Namun, banyak juga literatur yang menyatakan bahwa tebu berasal dari
Polynesia. Meski demikian, menurut Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli
botani Soviet, yang telah melakukan ekspedisi pada 1887-1942 ke
beberapa daerah di Asia, Eropa, Afrika, Amerika Selatan, dan seluruh
Uni Soviet,memastikan bahwa sentrum utama asal tanaman ini adalah India dan
IndoMalaya. Tanaman tebu memiliki morfologi yang tidak jauh berbeda dengan
tumbuhan yang berasal dari famili rumput-rumputan. Tanaman ini
memiliki ketinggian sekitar 2-5 meter.
Berikut merupakan klasifikasi botani tanamaan tebu (Plantamor, 2012) :
Kingdom : Plantae (tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta (menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu/monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Saccharum
Spesies : Saccharum officinarum L.
Menurut Fauzantoro (2013), tanaman tebu tumbuh lebih di 200 negara,
dan India adalah produsen gula terbesar kedua di dunia sedangkan penghasil
terbesarnya adalah Brasil. Di negara Karibia tebu diolah menjadi falernum dan
dipergunakan sebagai bahan campuran cocktail. Di Indonesia tanaman ini banyak
dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatera. Selain di Indonesia, tanaman ini juga
bisa hidup di daerah beriklim udara sedang sampai beriklim panas. Kondisi tanah
yang mendukung pertumbuhan tebu secara optimal yaitu tanah yang memiliki
sifat kering-kering basah. Karakteris tanah seperti ini meliputi: curah hujan
kurang dari 2000 mm pertahun, pH tanah lebih dari 6,4 sehingga tidak terlalu
asam, serta posisi ketinggian tanah atau lahan yang kurang dari 500 meter di
bawah permukaan laut (dpl).
2.2.2 Manfaat Tanaman Tebu
Tanaman tebu (Saccharum officinarum) adalah tanaman yang ditanam
untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah
beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman
sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia
tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra. Tanaman tebu dapat
diusahakan sebagai produk olahan seperti gula, campuran obat, pemanis bagi
industri makanan, serta minuman. Pengembangan olahan tebu mempunyai
peranan penting bukan saja dalam rangka mendorong pertumbuhan perekonomian
di daerah serta penambahan atau penghematan devisa, tetapi juga langsung terkait
dengan pemenuhan kebutuhan masyarakat dan penyediaan lapangan kerja
(Apriliani, 2012).
Bagian lain dari tanaman seperti daunnya dapat pula dimanfaatkan sebagai
pakan ternak dan bahan baku pembuatan pupuk hijau atau kompos. Ampas tebu
digunakan oleh pabrik gula itu sendiri untuk bahan bakar selain itu biasanya
dipakai oleh industri pembuat kertas sebagai campuran pembuat kertas. Daun tebu
yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang mempunyai nilai
kalori cukup tinggi. Di pedesaan dadhok sering dipakai sebagai bahan bakar untuk
memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar ini
juga cepat panas. Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas
batang tebu digunakan untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk
proses produksi dan pembangkit listrik (Fitriani,2013).
2.2.3 Budidaya Tanaman Tebu
Menurut Indrawanto., dkk (2010), tebu bibit dibudidayakan melalui
beberapa tingkat kebun bibit yaitu berturut-turut dari kebun bibit pokok (KBP),
kebun bibit nenek (KBN), kebun bibit induk (KBI), dan kebun bibit datar (KBD).
KBP yang merupakan kebun bibit tingkat I menyediakan bibit bagi KBN. Bahan
tanam untuk KBP merupakan varietas introduksi yang sudah lolos seleksi,
misalnya varietas unggul yang dilepas oleh P3GI. Penanaman KBP disentralisir
disuatu tempat agar dapat dijaga kemurniannya. Kebun bibit nenek (KBN)
merupakan kebun bibit tingkat II yang menyediakan bahan tanam bagi KBI.
Kebun bibit ini diusahakan oleh institusi penelitian secara tersentralisir untuk
menjaga kemurnian dan kesehatannya. Kebun bibit induk (KBI) merupakan kebun
bibit tingkat III yang menyediakan bahan tanam bagi KBD. Luasan KBI yang
lebih besar daripada KBP dan KBN mengharuskan KBI diselenggarakan dilokasi
yang tersebar. Varietas yang ditanam pada KBI harus sudah mencerminkan
komposisi jenis pada tanaman tebu giling yang akan datang. Kebun bibit datar
(KBD) merupakan kebun bibit tingkat IV yang menyediakan bahan tanaman bagi
kebun tebu giling (KTG). Lokasi KBD hendaknya sedekat mungkin.
Penyiapan bibit yang dilakukan dengan metode konvensional (bagal)
sangat berpengaruh terhadap waktu pembibitan karena membutuhkan waktu 6
bulan untuk satu kali periode tanam. Selain penyiapan bibit, kualitas bibit yang
digunakan juga mempengaruhi karena kualitas bibit merupakan salah satu faktor
yang sangat menentukan bagi keberhasilan budidaya tebu. Selain permasalah dari
sisi bibit, semakin sedikitnya ketersediaan lahan menyebabkan kebutuhan lahan
untuk pembibitan juga semakin sulit. Dari beberapa problematika tersebut di atas,
diperlukan teknologi penyiapan bibit yang singkat, tidak memakan tempat dan
berkualitas. Adapun teknik pembibitan yang dapat menghasilkan bibit yang
berkualitas tinggi serta tidak memerlukan penyiapan bibit melalui kebun
berjenjang adalah dengan teknik pembibitan bud chip. Bud chip adalah teknik
pembibitan tebu secara vegetatif yang menggunakan bibit satu mata. Bibit ini
berasal dari kultur jaringan yang kemudian ditanam di Kebun Bibit Pokok (KBP).
Bibit yang di gunakan berumur 5 - 6 bulan, murni (tidak tercampur dengan
varietas lain), bebas dari hama penyakit dan tidak mengalami kerusakan fisik
(Putri. A. D., dkk. 2013).
Proses pemanenan atau penebangan tebu merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memungut hasil melalui pemotongan batang tebu pada bagian
pangkal 10-20 cm dari permukaan guludan. Penebangan umumnya dilakukan
secara manual menggunakan alat potong berupa golok atau sabit. Daun-daun yang
kering dan klaras yang terdapat pada batang tebu dibersihkan terlebih dahulu.
Selanjutnya pucuk batang tersebut dipotong, kemudian batang tebu yang telah
dibersihkan ditumpuk pada satu barisan. Tebu keprasan merupakan tanaman tebu
yang tumbuh kembali dari jaringan batang yang masih tertinggal dalam tanah
setelah tebu ditebang dan dikepras. Proses pengeprasan ini, sisa-sisa tunggul
dipotong pada posisi rata atau lebih rendah dari permukaan guludan. Kebun yang
akan dikepras harus dibersihkan dari kotoran bekas tebangan yang lalu. Hal ini
untuk mempermudah dalam pengerjaan dan supaya alat yang digunakan bisa lebih
tahan lama. Sebelum mengepras, untuk tanah yang terlalu kering sebaiknya dialiri
air terlebih dahulu agar bekas tanaman tebu yang akan dikepras tidak mudah
terbongkar (Syafriandi. 2012).
2.2.4 Manajemen Agribisnis
Menurut Firdaus (2010), manajemen agribisnis adalah penerapan
manajemen dalam sistem agribisnis. Agribisnis memiliki keterkaitan dengan
beberapa ilmu yaitu ilmu pertanian dan pengambilan keputusan. Manajemen
merupakan seni melakukan pekerjaan melalui orang-orang yang diperintah.
Manajemen dilakukan oleh manajer yang memiliki tiga tingkatan yaitu manajer
puncak (menguasai semua bagian), manajemen tengah (menguasai 1 bagian), dan
manajer tingkat (menguasai bagian operasional saja). Ada 6 subsistem yang dalam
sistem agribisnis, yaitu praproduksi (perencanaan usaha, penyediaan input),
usahatani (budidaya yang dilakukan oleh petani dalam penanaman komoditas
pertanian), pengolahan hasil (dilakukan oleh agroindustri untuk mengubah bahan
mentah), pemasaran (adanya distributor), pembinaan (penyuluhan-penyuluhan
yang dilakukan oleh pemerintah dan lembaga-lembaga tertentu), dan prasarana
seperti jalan.
Peranan manajemen tidak dapat diabaikan untuk keberhasilan dari suatu
usaha. Bagaimanapun baiknya prospek dari gagasan usaha/proyek yang
dilaksanakan tanpa didukung dengan manajemen yang baik maka tidak mustahil
akan mengalami kegagalan. Umumnya tujuan yang tercantum pada studi
kelayakan adalah tujuan makro yang masih perlu dijabarkan dalam bentuk mikro
sehingga jelas apa yang dikerjakan. Tugas pokok yang harus dilakukan adalah
menyangkut dengan fungsi manajemen, antara lain perencanaan,
pengorganisasian, pengadaan tenaga kerja, pengarahan pekerjaan, dan
pelaksanaan pengawasan (Ibrahim, 2003).
2.2.5 Fungsi Manajemen Agribisnis
Menurut Tim Penulis PS (2007), manajemen sangat diperlukan dalam
suatu perusahaan karena dengan manajemen yang baik akan didapat suatu
penetapan dan pencapaian sasaran-sasaran usaha. Manajemen merupakan suatu
proses yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian,
penggerakkan, dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
tujuan melalui pemanfaatan sarana atau sumber-sumber daya. Fungsi manajemen
ada dalam suatu perusahaan untuk mencapai suatu tujuan. Fungsi manajemen
adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada danmelekat di dalam proses
manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan
kegiatan untuk mencapai tujuan. Berikut fungsi manajemen dalam suatu usaha.
3. Planning (perencanaan)
Planning adalah perencanaan tentang apa yang akan dicapai yang
kemudian memberi pedoman tentang apa yang akan dituju. Perencanaan
merupakan suatu rumusan persoalan-persoalan tentang apa dan bagaimana suatu
pekerjaan akan dilaksanakan, termasuk persiapan untuk tindakan-tindakan
administrasi. Perencanaan tidak harus tertulis, dapat saja hanya di dalam pikiran.
Perencanaan terdiri dari perencanaan produk, perencanaan lokasi usaha.
Perencanaan produk yang mencakup pemilihan jenis produk dan jumlah produk
yang akan diproduksi. Perencanaan lokasi usaha merupakan pemilihan lokasi
usaha yang bisa memberi keuntungan bagi kemajuan usaha dimasa mendatang.
Hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam pemilihan lokasi antara lain keadaan
lingkungan, sumber bahan, dan pasar. Perencanaan standar produksi berguna
untuk mempermudah pengendalian kualitas produk (Tim Penulis PS, 2008).
4. Organizing (Pengorganisasian)
Setelah ada rencana, diadakan penentuan dan pengaturan tentang tugas
atau pekerjaan, siapa yang akan melakukan, apa alat-alatnya, serta bagaimana
modal dan fasilitas-fasilitasnya. Pengorganisasian diadakan pembagian tugas, baik
macam maupun sifat tugasnya sehingga suatu tugas dapat dikerjakan oleh orang
yang tepat, dalam arti kecakapannya.
Pengorganisasian adalah membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pembagian kegiatan besar
organisasi/perusahaan tersebut dengan cara menetapkan struktur peran-peran
melalui penentuan aktivitas-aktivitas, pegelompokan aktivitas, penugasan
kelompok aktivitas, pendelegasian wewenang, pengkoordinasian hubungan antar
wewenang serta informasi baik secara vertikal maupun horizontal, yang
dibutuhkan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Peran organisasi
harus mencakup tujuan yang dapat direalisasikan, konsep dan batas kewajiban
yang jelas, kebijakan-kebijakan yang dapat dimengerti dan dapat dilaksanakan,
ketersediaan informasi yang diperlukan, alat-alat dan sumber-sumber yang
penting (Abidin, 2013).
5. Actuating (Pelaksanaan)
Selesainya pengaturan maka segala sesuatu perlu digerakkan untuk
menyelesaikan tugas demi tercapainya tujuan yang telah ditentukan. Fungsi
pelaksanaan dibagi menjadi fungsi kepemimpinan, pengarahan, dan koordinasi.
Bahkan fungsi pelaksanaan juga sering kali terpisah dengan fungsi-fungsi yang
lain. Fungsi kepemimpinan menekankan pada bagaimana seorang pimpinan untuk
menyalurkan semua kemampuan individu pada aktivitas organisasi untuk
mencapai tujuan bersama. Fungsi pengarahan lebih menekankan pada bagaimana
karyawan diarahkan untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan. Fungsi
koordinas lebih menekankan pada hubungan koordinasi antar individu, atas
berbagai aktivitas organisasi, sehingga diperoleh harmonisasi dalam suatu
kegiatan. Fungsi pelaksanaan lebih menekankan pada proses pelaksanaan kegiatan
organisasi sesuai dengan apa yang telah direncanakan (Prasetyo,dkk. 2004).
6. Controlling (Pengawasan)
Adanya rencana yang telah diatur dan digerakkan belum menjamin bahwa
tujuan akan tercapai dengan sendirinya. Masih perlu adanya kendali/kontrol
apakah orang-orang yang bekerja telah sesuai dengan posisinya serta apakah cara
bekerjanya sudah sesuai atau belum. Pengawasan dalam usaha produksi pertanian
meliputi pengawasan anggaran, pertanian meliputi pengawasan anggaran, proses,
masukan, jadwal kerja, dan lain-lain yang merupakan upaya untuk memperoleh
hasil maksimal dari usaha produksi. Pengawasan dilakukan agar semua rencana
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan semua karyawan melakukan
apa yang telah ditugaskan sesuai dengan apa yang telah ditugaskan sesuai dengan
pekerjaan masing-masing (Syahza, 2011).
2.2.6 Teori Trend
Menurut Abimayu (2004), time series adalah data yang diurut berdasarkan
waktu. Analisis time series biasanya menggunakan data time series yang sudah
ada kemudian diprediksi kedepan. Prediksi atau forecast-nya tergantung dari
gerakan datanya sendiri. Melaksanakan analisis dan hasil prediksi yang dapat
dipertanggungjawabkan dibutuhkan model yang bisa menunjukkan gerakan dan
karakteristik data tersebut. Berikut contoh gerakan data.
Panel A Panel B Panel C
Gambar 2.1 Contoh Gerakan Data
Panel A menunjukkan gerakan data yang dipengaruhi oleh random
variation tetapi pada umumnya konstan sepanjang periode. Panel B menunjukkan
gerakan data yang dipengaruhi oleh random variation tetapi pada umumnya
menunjukkan trend meningkat. Panel C menunjukkan gerakan data yang
dipengaruhi oleh cyclical variation (variasi musim).
Menururut Soeharno (2010), analisis time series merupakan peramalan
yang didasarkan pada data seri waktu. Data seri waktu adalah data yang disusun
menurut urutan waktu: mingguan, bulanan, kuartalan, atau tahunan. Analisis seri
waktu dilakukan dengan meletakkan nilai variabel untuk digambarkan pada
sumbu datar. Pada analisis ini digunakan asumsi bahwa seri waktu akan terus
berkelanjutan tanpa ada perubahan. Oleh karena itu analisis sering disebut
peramalan naif, tidak dibuat-buat. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa
data seri waktu berfluktuasi atau bervariasi menurut waktu. Variasi tersebut
disebabkan oleh adanya secular trend, fluktuasi menurut siklus (cyclial
flictuation), variasi musiman (seasonal variaton), dan oleh karena itu faktor
random.
1. Secular trend adalah kenaikan atau penurunan data seri waktu dalam jangka
panjang, misalnya data seri waktu penjualan yang menunjukkan trend yang
meningkat karena pertumbuhan penduduk atau peningkatannya pengeluaran
penduduk berkapita.
2. Cylical fluctuation menunjukkan ekspansi atau kontraksi ekonomi yang silih
berganti atau berulang kali dari waktu ke waktu.
3. Seasonal variation adalah fluktuasi aktivitas ekonomi berulang kali yang
terjadi secara teratur.
4. Variasi yang tidak teratur atau pengaruh acak adalah variasi data seri waktu
sebagai akibat adanya perang, bencana alam, penyakit dan sebagainya.
Analisis time series dapat dilakukan dengan beberapa metode salah
satunha teknik Least Square. Metode ini mencocokan fungsi sekumpulan data.
Pola data linier doestomasi dengan menggunakan persamaan regresi sebagai
berikut (Kusuma, 2009).
ΣY = na + b ΣX
ΣXY = a ΣX + bΣX2
Keterangan:
Y = harga-harga hasil observasi
X = unit tahun yang dihitung dari periode dasar
a = nilai trend pada periode dasar
b = perubahan trend (koefisien arah garis)
n = banyaknya data
2.3 Kerangka Pemikiran
Salah satu subsektor yang memiliki peluang berkembang dalam agribisnis
adalah perkebunan. Subsektor perkebunan memiliki nilai ekonomis tinggi oleh
karena itu sangat diperhatikan dalam pembangunan pertanian. Perkebunan yang
cukup besar potensinya dalam perekonomian Indonesia adalah komoditas tebu.
Tebu merupakan tanaman keras yang banyak ditemui di Indonesia. Tebu
adalah komoditas utama yang menghasilkan produksi terbesar dari komoditas
lainnya dalam perkebunan. Tanaman ini sejenis tanaman rumput-rumputan yang
berasal dari Papua. Tebu di daerah tropis digunakan sebagai bahan baku gula.
Kandungan randemen mampu menghasilkan gula kristal yang dapat dikonsumsi.
Indonesia merupakan negara agraris yang kaya akan hasil pertaniannya
tetapi Indonesia banyak mengimpor barang pertanian dari negara lain salah
satunya adalah gula. Gula merupakan hasil pengolahan dari tanaman perkebunan
musiman yaitu tanaman tebu. gula dapat diproses sendiri oleh Indonesia. Namun,
masih melakukan impor gula untuk pemenuhan kebutuhan nasional.
PT Perkebunan Nusantara XI (Persero) atau PTPN XI adalah badan usaha
milik negara (BUMN) agribisnis perkebunan dengan core business gula.
Perusahaan ini bahkan satu-satunya BUMN yang mengusahakan komoditas
tunggal, yakni gula. Sebagian besar bahan baku berasal dari tebu rakyat yang
diusahakan para petani sekitar melalui kemitraan dengan pabrik gula (PG). PTPN
XI (PERSERO) mempunyai beberapa unit usaha Pabrik Gula yang tersebar di
beberapa tempat salah satunya adalah PG. Pradjekan.
Pabrik gula PRADJEKAN merupakan unit bisnis milik PTPN XI, dengan
kapasitas produksi 3200 TCD, yang bertempat di kota Bondowoso. Pabrik ini
merupakan pabrik satu-satunya yang berada dikota Bondowoso sehingga pabrik
ini menopang kehidupan petani tebu di Bondowoso. Bahan baku pengolahan gula
PG Pradjekan digunakan dengan membudidayakan tebu milik pabrik sendiri
dengan lahan sewa yang didapat dari pemilik lahan yang bersedia lahannya
disewa oleh pihak PG yang disebut TS (tebu sendiri). Pabrik juga melakukan
sistem kemitraan dengan petani tebu Bondowoso dan petani diluar daerah.
Kemitraan yang dilakukan oleh pihak pabrik dengan petani bertujuan untuk
pendampingan terhadap petani tebu agar tetap termotivasi melakukan penanaman
tebu dan mempermudah petani tebu mendapatkan kebutuhannya dalam proses
budidaya tebu seperti sarana produksi, dan kandungan rendemen.
Kegiatan tebang muat angkut merupakan salah satu tugas pokok bagian
tanaman dalam pabrik gula yang sangat penting. Kegiatan ini mengutamakan
ketepatan dan kecermatan dalam perencanaan dan pelaksanaannya dalam satu
rangkaian budidaya panen dan proses untuk mendapatkan hasil yang maksimal
sebagai bahan baku pengolahan gula. Tugas dan kewajiban tebang muat angkut
adalah melakukan panen untuk mendapatkan gula yang tertinggi dan
menyediakan kebutuhan bahan baku giling sesuai kapasitas pabrik secara
kontinyu dengan kualitas yang baik serta mengakomodasi kepentingan tebu
sendiri (TS) dan tebu rakyat (TR). Oleh karena itu adanya manajemen tebang
muat angkut.
Manajemen tebang muat angkut terdiri dari empat fungsi yaitu
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengawasan. Perencanaan
merupakan suatu rumusan persoalan-persoalan tentang apa dan bagaimana suatu
pekerjaan akan dilaksanakan, termasuk persiapan untuk tindakan-tindakan
administrasi. Pengorganisasian merupakan tindakan yang diadakan pembagian
tugas, baik macam maupun sifat tugasnya sehingga suatu tugas dapat dikerjakan
oleh orang yang tepat, dalam arti kecakapannya. Pengorganisasian membagi suatu
kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Fungsi pelaksanaan
dibagi menjadi fungsi kepemimpinan, pengarahan, dan koordinasi. Fungsi
pelaksanaan juga sering kali terpisah dengan fungsi-fungsi yang lain. Adanya
rencana yang telah diatur dan digerakkan belum menjamin bahwa tujuan akan
tercapai dengan sendirinya. Masih perlu adanya kendali/kontrol apakah
orang-orang yang bekerja telah sesuai dengan posisinya serta apakah cara
bekerjanya sudah sesuai atau belum.
Manajemen TMA merupakan kunci yang sangat penting dalam
menciptakan kualitas yang baik pada tebu, baik dari kebersihan tebangan tebu,
kematangan tebu dan kesegaran tebu. Dalam hal ini kualitas tebu tersebut sangat
berpengaruh terhadap kandungan gula yang ada dalam tebu yaitu rendemen,
dengan adanya manejemen yang baik dalam tebang muat angkut tebu maka akan
meningkatkan potensi rendemen tebu yang baik.
Gambar 2.1 Skema Kerangka Pemikiran
Subsektor
Perkebunan
Tingginya
Impor Gula
Pengolahan Gula PG.
Pradjekan
Perencanaan
Ketersediaan bahan baku
pembuatan gula dari tebu
melalui Manajemen
Tebang Muat Angkut
(TMA)
Manajemen TMA yang baik akan meningkatkan potensi randemen yang tinggi
Pengorganisasian Pelaksanaan Pengevaluasian
Analisi Trend
Randemen
2.4 Hipotesis
Manajemen Tebang Muat Angkut berpengaruh besar terhadap persediaan
bahan baku tebu menjadi gula, manajemen tebang muat angkut di PG. Pradjekan
menghasilkan randemen yang tiap tahun meningkat.
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian ini dilakukan secara sengaja (Purposive
Methode), yaitu di PT Perkebunan Nusantara XI tepatnya di Pabrik Gula
Pradjekan Kecamatan Pradjekan Kabupaten Bondowoso. Pabrik Gula Pradjekan
dipilih berdasarkan pertimbangan dalam proses pengadaan bahan baku melalui
proses tebang muat angkut tebu degan kualitas MBS (Manis Bersih Segar).
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan analitik. Menurut Sudarwan dan Darwis (2003), metode deskriptif
merupakan metode yang bertujuan untuk menemukan makna baru, menjelaskan
sebuah kondisi keberadaan, menentukan frekuensi kemunculan sesuatu dan
mengkategorikan informasi. Metode analitik merupakan data yang dikumpulkan
mula-mula disusun, dijelaskan, dianalisis, dan kemudian mengadakan interpretasi
dari data yang diperoleh.
3.3 Metode Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
Non Probability Sampling metodhe. Bugin (2001) menyatakan pada rancangan
Non Probability Sampling metodhe, penarikan sampel tidak penuh dengan
menggunakan hukum probabilitas, artinya tidak semua populasi memiliki
kesempatan untuk dijadikan sampel penelitian. Hal ini karena sifat populasi itu
sendiri yang heterogen sehingga terdapat diskriminasi tertentu terhadapa unit-unit
populasi, oleh karena itu harus ada perlakuan khusus lainnya. Populasi yang
digunakan dalam penelotian ini adalah karyawan dari PG.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik
keputusan (judgment Sampling). Cari ini diaanggap sama dengan purposisive
sampling. Nasution (2007) Mengatakan bahwa pengambilan sampel dilakukan
dengan memilih kelompok yang berkopetensi dalam menyediakan informasi yang
dibutuhkan. Peneliti tida menjadikan semua individu PG Pradjekan sebagai
sampel, tetapi memilih personal yang berkopeten. Sampel yang diambil yaitu
karyawan PG Pradjekan dari bagian Tanaman dan Quality Control yang
berhubungan langsung dengan prsoses tebang muat angkut tebu dan pengadaan
areal lahan.
3.4 Metode Pengambilan Data
Pengambilan data dalam penelitian ini dalah data primer dan data
sekunder, yaitu;
a. Data Primer. Sekaran (2006) mrnyatakan data primer yaitu mengacu pada
informasi yang di peroleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan
dengan variabel minat untuk tujuan spesifik studi. Data primer ini diperoleh
dari hasil wawancara dengan narasumber berdasarkan pertanyaan-pertanyaan
yang telah disusun sebelumnya. Data ini juga digunakan untuk menyelesaikan
permasalahan pertama mengenai manajemen tebang muat angkut.
b. Data Sekunder. Daniel (2005) menyatakan data sekunder merupakan data
yang telah tersedia dalam berbagai bentuk. Biasanya sumber data ini lebih
banyak sebagai data statistik atau data yang sudah diolah sedemikian rupa
sehingga siap digunakan. Sumber yang dijadikan acuan adalah PG Pradjekan,
Badan Pusat Statistik dan intansi yang terkait dengan penelitian. Data tersebut
dapat mengenai luas areal tebu, randemen dan produksi tebu dan digunakan
untuk menyelesaikan permasalahan kedua mengenai peramalan randemen 5
tahun kemudian di PG. Pradjekan.
3.5 Metode Analisis Data
Pengujian permasalahan pertama tentang manajemen tebang muat angkut
dilakukan dengan teori manajemen. Manajemen terdiri dari empat fungsi
manajemen. Berikut empat fungsi manajemen untuk menjelaskan manajemen
tabang muat angkut di PG. Pradjekan.
1. Perencanaan adalah tentang apa yang akan dicapai yang kemudian memberi
pedoman bagi PG. Pradjekan tentang apa yang akan dituju untuk persediaan
bahan baku tebu.
2. Pengorganisasian adalah penentuan dan pengaturan tentang tugas atau
pekerjaan, siapa yang akan melakukan, apa alat-alatnya, serta bagaimana
modal dan fasilitas-fasilitasnya dalam tebang muat angkut.
3. Pelaksanaan adalah segala sesuatu yang dilakukan untuk menyelesaikan tugas
demi tercapainya tujuan yaitu penebangan, pemuatan dan pengangkutan tebu
untuk PG. Pradjekan sesuai standar operasional prosedur.
4. Pengawasan dilakukan untuk mengawasi jalannya pelaksanaan tebang muat
angkut di PG Pradjekan.
Pengujian permasalahan mengenai trend randemen tebu dalam pembuatan
gula di PG Pradjekan tahun 2015/2016 baik TR dan TS. Data yang digunakan
dalam penelitian selama kurun waktu 2001-2014, peramalan ini dilakukan untuk
memproyeksi randemen tebu selama 5 tahun kedepan dalam kurun waktu
2015-2020 yang bertujuan untuk mengetahui apakah randemen tebu tiap tahun
meningkat atau menurun. Metode trend yang digunakan adalah metode kuadrat
terkecil (least square method) dengan formulasi berikut (Djarwanto, 2001).
Y = a + bX
Keterangan :
X = Periode waktu
Y = Variabel yang diramalkan (luas areal)
a = Intercep/konstanta (nilai Y apabila X=0)
b = Besarnya perubahan variabel Y yang terjadi pada setiap peruabahan satu
unit variabel X
Rumus untuk mendapatkan nilai a dan b adalah
a =∑ Y
n
a =∑ XY
∑ X2
Santoso dan Muliawan (2007) menyatakan bahwa terdapat beberapa
kriteria keputusan dalam metode trend yaitu :
1. Jika nilai didalam pergerakan trend mengalami kenaikan maka trend tesebut
menunjukkan arah yang posotif
2. Jikan nilai di dalam pergerakan trend mengalami penurunan maka trend
tersebut menunjukan nilai yang negatif
3. Jika nilai di dalam pergerakan trend konstan maka trend tersebut tidak
menunjukkan arah yang positif dan negatif melainkan konstan.
3.6 Defenisi Oprasional
1. Biaya tanam adalah jumlah dari keseluruhan biaya tebu giling, biaya tebang
muat angkut dan eksploitasi alat-alat pertanian selama 1 tahun
2. Randemen adalah kadar kandungan gula didalam batang tebu yang
dinyatakan dengan persen. Bila dikatakan rendemen tebu 10 %,artinya ialah
bahwa dari 100 kg tebu yang digilingkan di Pabrik Gula akan diperoleh gula
sebanyak 10 kg.
3. Brix adalah zat kering terlarut dalam nira tebu.
4. Pol adalah jumlah gula (dalam garam) yang ada dalam setiap 100 gram
larutan yang diperoleh dari pengukuran degan menggunakan polarimeter
secara langsung.
5. Randemen tebu adalah kandungan gula yang berasal dari perasan tebu yang
dinyatakan dengan persen.
6. Daduk adalah bagian daun tebu yang sudah kering biasanya terbawa tebu dari
lahan ke pabrik gula ketika tebu akan digiling
7. Sogolan adalah bagian tebu muda yang merupakan tunas dari tebu utama
yang mempunyai nilai randemen yang lebih kecil dari tebu utama.
8. Tanaman C4 adalah tanaman ang dapat tumbuh dan beradaptasi didaerah
panas.
9. Produktifitas adalah perbandingan antara ouput yang dikeluarkan dengan
input yang digunakan dalam usahatani.
10. Hipotesis adalah dugaan sementara peneliti.
11. Sampel merupakan bagian dari populasi yang diambil dalam penelitian.
12. Populasi adalah total subyek keseluruhan dalam penelitian.
13. Kuisioner adalah cara mendapatkan data dengan memberikan pertanyaan baik
pertanyaan berstruktur maupun tidak.
14. Pabrik gula adalah unit kerja produksi dalam menghasilkan gul, meliputi
penanaman dan pemrosesan tebu menjadi gula kristal.
15. Kualitas adalah ukuran seberapa mampu suatu barang atau jasa memenuhi
kebutuhan konsumen sesuai dengan standar tertentu.
16. Narasumber merupakan informasi kunci (key information) yang dapat
meberi informasi terkait dengan penelitian.
17. Data primer dalah data yang didapatkan dari wawancara langsung terhadap
narasumber atau yang terlibat dalamusaha tani tebu ini atau tokoh otoritas,
dan yang memiliki pengalaman yang luas dalah perkebunan tebu.
18. Data sekunder adalah data yang dikumpulakn dari sumber-sumber instansi
atau media cetak yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abimanyu, Yoopi. 2004. Ekonomi Manajerial. Bogor: Ghalia Indonesia.
Apriliani, Suwarto, dan Aulia Qonita. 2012. Analisis Komparatif Usahatani Tebu
Untuk Pembuatan Gula Pasir Dan Gula Tumbu Di Kecamatan Dawe
Kabupaten Kudus. Bisnis 1(2) : 1977-1987.
Ariyanti, Fiki. 2013. Daftar Lengkap 29 Komoditas Pangan yang di Impor RI.
http://m.liputan6.com/bisnis/read/719523/daftar-lengkap-29-komoditas-pa
ngan-yang-diimpor-ri. [Serial Online]. [15 Agustus 2015].
Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya : Universitas
Airlangga.
Darwis Sudarwan Danim. 2003. Metode Penelitian Kebidanan. Jakarta: Pustaka
Pelajar.
Djarwanto, PS. 2001. Pokok – pokok Analisa Laporan Keuangan, Edisi
Pertama,Cetakan Kedelapan, BPFE, Yogyakarta.
Fauzantoro, R. Ahmad. 2013. Si Manis Beribu Manfaat.
http://www.biotek.bppt.go.id/index.php/artikel-sains/122-si-manis-beribu-
manfaat. [Serial Online]. [15 Agustus 2015].
Firdaus, Muhammad. 2010. Manajemen Agribisnis. Jakarta: Bumi Aksara.
Fitriani, Sutarni, dan Luluk Irawati. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Produksi, Curahan Kerja dan Konsumsi Petani Tebu Rakyat di Propinsi
Lampung. Ilmiah ESAI, 7(1): 1978-6034.
Hairani, Ratri Indah., Aji, Joni Murti Mulyo., Januar, Jani. 2014. Analisis Trend
Produksi dan Impor Gula Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Impor Gula
Indonesia. Berkala Ilmiah PERTANIAN, (1):4, 77-85.
Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Indrawanto, Chadra., Purwono., Siswanto., Syakir, M., & Rumini Widi. 2010.
Budidaya dan Pasca Panen Tebu. Jakarta: ESKA Media.
Kusuma, Hendra. 2009. Manajemen Produksi (Perencanaan dan Pengendalian
Produksi). Yogyakarta: ANDI.
Leovici. Helena. 2012. Pemanfaatan Blotong Pada Budidaya Tebu (Saccharum
officinarum L.) Di Lahan Kering. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Mareta, D. 2011. Pengemasan Produk Sayuran Dengan Bahan Kemas Plastik
Pada Penyimpanan Suhu Ruang Dan Suhu Dingin. Mediagro,7 (1) : 1-15.
Nasution, S. 2007. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara.
Plantamor. 2012. Informasi Spesies Tomat.
[http://www.plantamor.com/index.php?plant=1165]. [Diakses pada tanggal
15 Maret 2015].
Prasetyo, Edy., & Setiadi, Agus. 2004. Manajemen Agribisnis Peternakan.
Handout Kuliah, Universitas Diponegoro.
PS, Tim Penulis. 2007. Agribisnis Tanaman Buah edisi revisi. Jakarta: Penebar
Swadaya.
PS, Tim Penulis. 2008. Agribisnis Tanaman Perkebunan edisi revisi. Jakarta:
Penebar Swadaya.
Putri. A. D., Sudiarso dan Islami. T. 2013. Pengaruh Komposisi Media Tanam
Pada Teknik Bud Chip Tiga Varietas Tebu (Saccharum officinarum L.).
Jurnal Produksi Tanaman. Vol. 1(1): 17.
Santoso, Budi. Proses Pembuatan Gula dari Tebu pada PG X. Jurnal online,
Universitas Gunadarma.
Sekaran, Uma. 2006. Research Methods for Business Buku2. Edisi 4. Salemba
Empat. Jakarta.
Soeharno. 2010. Ekonomi Manajerial.Yogyakarta: Andi.
Soetriono., Anik Suwandari dan Rijanto. 2006. Pengantar Ilmu Pertanian.
Jember: Bayu Media.
Suhartanti, Reinna Elly. 2009. Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Minuman Bandrek pada CV. Cihanjuang Inti Teknik. Skripsi, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Suwarto., Oktavianty, Yuke., & Hermawati Silvia. 2014. Top 15 Tanaman
Perkebunan. Jakarta: Penebar Swadaya.
Syafriandi. 2012. Analisis Kecepatan Maju Traktor dan Putaran Pisau Pemotong
Pada Pengeprasan Tebu Ratoon. Rona Teknik Pertanian. Vol. 5(2): 373.
Syahza, Almasdi. 2011. Manajemen Produksi Agribisnis.
[http://almasdi.staff.unri.ac.id/files/2011/10/04-Manajemen-Produksi-AGR.
pdf]. [diakses pada tanggal 15 Maret 2015].
top related