supervisi akademik kepala sekolah dalam …e-repository.perpus.iainsalatiga.ac.id/974/1/cd...
Post on 10-Jul-2019
235 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI
PROFESIONAL GURU PAI
(Studi Kasus di SD se-Kecamatan Sregen Tahun 2016)
Oleh:
PUJI HANDRIYANI
NIM. M2.14.024
Tesis diajukan sebagai pelengkap persyaratan
Untuk gelar Magister Pendidikan
PROGRAM BEASISWA SUPERVISI PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2016
5
ABSTRAK
SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH DALAM
MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU PAI
(Studi Kasus di SD se-Kecamatan Sregen Tahun 2016)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan supervisi akademik Kepala
Sekolah dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan tindak lanjut serta
keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru PAI. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif
deskriptif. Teknik pengambilan data melalui observasi dan wawancara. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa pertama, perencanaan kegiatan supervisi
akademik kepala sekolah dimulai dengan pembuatan program supervisi kemudian
disosialisasikan kepada semua guru agar mengetahui dan memahami sehingga
timbul rasa tanggung jawab. Kedua, pelaksanaan supervisi akademik kepala
sekolah di Kecamatan Sragen menggunakan tehnik kelompok dan perorangan.
Sebagian besar kepala sekolah hanya melakukan supervisi secara kelompok
dengan pembinaan guru secara bersama-sama di awal tahun ajaran baru. Beberapa
kepala sekolah tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan kelas,
observasi kelas maupun pertemuan individual. Ketiga, program tindak lanjut
supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen hanya berupa pembinaan
yang bersifat umum dan dilakukan dalam rapat guru sehingga kurang menyasar
kepada guru PAI. Keempat, supervisi akademik kepala sekolah di kecamatan
Sragen belum berhasil dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI
karena pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah belum terencana,
sistematis dan berkelanjutan.
Kata kunci: supervisi akademik, kepala sekolah, kompetensi profesional, guru
PAI
6
ABSTRACK
PRINCIPAL ACADEMIC SUPERVISION OF IMPROVING TEACHER
PROFESSIONAL COMPETENCE PAI
(Case Study in elementary sub-district Sregen 2016)
The purpose of study is to investigate implementation of the principal academic
supervision. The study starting from the planning, implementation and follow-up
academic supervision to improving the professional competence of islamic
teachers. This study used descriptive qualitative approach, Technique intake of
data through observation and interviews.
The study concludes that first, the planning activities of the principal
academic supervision starting with the production supervision program and then
disseminate to all teachers in order to know and understand so that the resulting
sense of responsibility. Second, the implementation of the principal academic
supervision in the district of Sragen using the technique with groups and
individuals. Most principals just do supervision in groups with teachers coaching
together at the meeting of new school year. Some principal were supervising
individual with visit classroom, observation classroom and individual meetings.
Third, the follow-up program of the principal academic supervision in the district
only form of guidance a general nature and is done in a teachers' meeting so that
less targeted to islamic teachers. Fourth, the principal academic supervision in the
district of Sragen has not success to improving the professional competence of
islamic teachers. In the mplementation of the principal academic supervision, the
principal has not been planned, systematic and sustainable.
Inggris keywords: academic supervision, principal, professional competence,
islamic teachers.
7
PRAKATA
Alhamdulillahirobbil „alamin, segala puji bagi Allah SWT atas segala
karunia terindahnya. Atas rahmat Allah SWT, penulis bisa menyelesaikan Tesis
yang berjudul “Supervisi Akademik Kepala Sekolah dalam Meningkatkan
Kompetensi Profesional Guru PAI (Studi Kasus SD se-Kecamatan Sragen tahun
2016).
Dalam penyelesaian Tesis ini, penulis mendapat bantuan, motivasi dari
berbagai pihak. Dalam kesempatan ini saya mengucapkan Jazakallah khoiron
katsiro kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku Rektor Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga.
2. Bapak Dr. Zakiyuddin, M.Ag selaku direktur Pascasarjana Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
3. Bapak Dr. H. Muh. Saerozi, M.Pd selaku pembimbing Tesis, yang telah
membimbing dengan ikhlas sampai Tesis selesai.
4. Semua Dosen program Beasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga yang telah membimbing dan memberi kemudahan selama
penulis mengikuti kuliah.
5. Teman-teman program Beasiswa Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga.
6. Kepada seluruh Kepala Sekolah dan guru PAI se-Kecamatan Sragen terima
kasih atas bantuan selama ini.
8
7. Untuk keluarga, suami dan anak-anakku terima kasih atas motivasi selama ini.
Semoga karya ilmiah ini bisa bermanfaat untuk penulis dan juga semua
pihak. Akhirnya penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini jauh dari sempurna,
oleh karena itu penulis mengharap saran dan kritik yang membangun.
Penulis
Puji Handriyani
9
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………………
HALAMAN PERNYATAAN………………………………………………
ABSTRAK………………………………………………………………….
PRAKATA………………………………………………………………….
DAFTAR ISI………………………………………………………………..
DAFTAR BAGAN …………………………………………………………
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..
i
ii
iii
iv
vi
viii
x
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ….…………………………………
B. Rumusan Masalah …………..……………………………...
1. Identifikasi Masalah …………………………………….
2. Pembatasan Masalah ……………………………………
3. Rumusan Masalah ………………………………………
C. Tujuan Penelitian …..……………………………………….
D. Manfaat Penelitian ….……………………………………….
E. Penelitian yang Relevan …………………………………….
F. Sistematika Penulisan………………………………………..
1
10
10
11
11
12
12
14
BAB II KAJIAN TEORI
A. Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...……………………..
B. Tujuan Supervisi Akademik ...………………………………
C. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik .……………………….
D. Ruang Lingkup Supervisi Akademik ……………………….
E. Perencanaan Supervisi Akademik ………………………….
F. Model-model Supervisi Akademik …………………………
G. Teknik Supervisi Akademik ………………………………...
H. Tindak Lanjut Supervisi Akademik ………………………...
I. Kompetensi Profesional Guru PAI ………………………….
22
23
25
26
27
31
33
40
43
10
J. Indikator Kompetensi Profesional Guru PAI ………………. 45
BAB III HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Sragen
B. Kondisi Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Sragen …...........
C. Perencanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ......……..
D. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ......……..
E. Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala Sekolah ......…...
47
49
66
72
84
BAB IV PEMBAHASAN
A. Tingkat Keberhasilan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...
B. Faktor Pendukung Supervisi Akademik Kepala Sekolah ...….
C. Kendala yang Dihadapi ………………………………………
92
106
108
BAB V PENUTUP
A. Simpulan……………………………………………………...
B. Saran………………………………………………………….
112
114
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………. 115
LAMPIRAN…………………………………………………………………
BIOGRAFI PENULIS………………………………………………………
11
DAFTAR BAGAN
Hal
Bagan 1 Struktur Organisasi SD Birrul Walidain Muhammadiyah
Sragen ……………………………………………………
50
Bagan 2 Struktur Organisasi SD N Mojo 58 ………………………. 51
Bagan 3 Struktur Organisasi SD N Karang Tengah 1 …………….. 53
Bagan 4 Struktur Organisasi SD N 16 Sragen …………………… 54
Bagan 5 Struktur Organisasi SD N Mojomulyo 2 ………………… 56
Bagan 6 Struktur Organisasi SD N Tangkil 4 ……………………. 58
Bagan 7 Struktur Organisasi SD Sragen 6 ……………………….. 59
Bagan 8 Struktur Organisasi SD N Nglorog 3 …………………… 61
Bagan 9 Struktur Organisasi SD N Nglorog 1 …………………… 63
Bagan 10 Struktur Organisasi SD N Sragen 4 …………………… 65
12
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HAL
Lampiran 1 Panduan Wawancara untuk Kepala Sekolah ...………..
Lampiran 2 Panduan Wawancara untuk Guru PAI …..….…… …
Lampiran 3 Transkrip Wawancara ….……………… ……………..
Lampiran 4 Foto Kegiatan Wawancara …...………………………..
13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tujuan nasional Indonesia sebagaimana tercantum dalam pembukaan
UUD 45, adalah “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.”1 Usaha mencerdaskan
kehidupan bangsa salah satunya dengan memajukan pendidikan yang
operasionalnya diatur melalui Undang-undang.
Sebagai konsekuensi logis dari adanya arah tujuan nasional, maka
pemerintah menyelenggarakan pendidikan sebagai sarana untuk
mengembangkan sumberdaya manusia Indonesia yang berkualitas.
Penyelenggaran pendidikan oleh pemerintah dilaksanakan melalui jalur
pendidikan formal, informal, dan non formal.
Pendidikan dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 dijelaskan
bahwa:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
1 Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945, Sekretariat Jenderal MPR RI Cetakan
keempatbelas, Jakarta. 2015, 3.
14
serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara.2
Sistem pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.3 Maka perlu
lembaga/sekolah yang mampu menghasilkan manusia yang berkualitas serta
didukung sumber daya manusia yang berkualitas pula.
Salah satu sumber daya manusia dalam penyelenggaraan pendidikan
adalah kepala sekolah. Kepala sekolah mempunyai peran yang sangat penting
dalam mempengaruhi sistem dalam sekolah. Secara operasional, kepala
sekolah adalah orang yang berada terdepan dalam mengkoordinasikan upaya
meningkatkan pembelajaran yang bermutu. Sebagai pemimpin lembaga di
suatu sekolah memiliki peran yang cukup besar dalam membina kemampuan
guru dalam proses pembelajaran. Untuk membuat guru menjadi profesional
tidak semata-mata hanya meningkatkan kompetensinya baik melalui
pemberian penataran, pelatihan maupun memperoleh kesempatan untuk
belajar lagi, namun juga perlu memperhatikan guru dari segi yang lain seperti
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf diunduh pada hari Rabu, 10
Pebruari 2016 pukul 23.30 WIB. 3 Yudha M.Saputra, “Supervisi Pembelajaran untuk Meningkatkan Kinerja Guru
Pendidikan Jasmani”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 8 (Juni 2011), 417.
15
peningkatan disiplin, pemberian motivasi, pemberian bimbingan melalui
supervisi.
Suharsimi4 menjelaskan bahwa kepala sekolah lebih dekat dengan
sekolah bahkan melekat pada kehidupan sekolah yang lebih banyak
mengarahkan perhatiannya pada supervisi pengajaran/akademik. Kepala
sekolah merupakan supervisor yang sangat tepat karena kepala sekolahlah
yang paling memahami seluk beluk kondisi dan kebutuhan sekolah yang
dipimpinnya. Kepala Sekolah dituntut melakukan fungsinya sebagai manajer
sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan melakukan
supervisi, membina, dan memberikan saran-saran positif kepada guru.
Sebagai manajer sekolah, kepala sekolah juga dituntut untuk
meningkatkan proses pembelajaran, dengan melakukan supervisi kelas,
membina dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Di samping
itu, kepala sekolah juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran,
dan studi banding antar sekolah untuk menyerap kiat-kiat kepemimpinan
dari kepala sekolah yang lain.5
Salah satu kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah adalah
kompetensi supervisi. Kompetensi supervisi sesuai permendiknas nomor 13
tahun 2007 mencakup perencanakan program supervisi akademik dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru, melaksanakan supervisi akademik
terhadap guru dengan menggunakan pendekatan dan tehnik supervisi yang
tepat dan menindaklanjuti hasil supervisi akademis terhadap guru dalam
rangka peningkatan profesionalisme guru.6 Untuk menunjang kompetensi
4 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar supervisi, Jakarta: Rineka Cipta, 2004, 7.
5 E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2006, 40. 6 Permendiknas nomor 13 taun 2007 , http://www.slideshare.net/YaniPitoy/permen-13-
2007standar-kepala-sekolah. diunduh pada hari Kamis, 21 Juli 2016.
16
tersebut, kepala sekolah harus mempunyai pengetahuan dan keterampilan
dalam merencanakan, melaksanakan dan menindaklanjuti supervisi dalam
upaya meningkatkan kualitas sekolah. Untuk meningkatkan kualitas guru,
kegiatan supervisi kepala sekolah melalui kegiatan pelayanan dan pembinaan
dengan memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk dapat berkembang
secara profesional.
Supervisi merupakan aktivitas yang harus dilakukan oleh seorang
pemimpin berkaitan dengan peran kepemimpinan yang diembannya dalam
rangka menjaga kualitas produk yang dihasilkan lembaga.7 Hal tersebut
bertujuan meningkatkan kualitas dan kinerja. Dengan bimbingan dan bantuan,
kualitas sumber daya manusia yang ada akan senantiasa bisa dijaga dan
ditingkatkan.
Dalam proses supervisi, supervisor dapat berperan sebagai sumber
informasi, sumber ide, sumber petunjuk dalam berbagai hal dalam rangka
peningkatan kemampuan profesional guru. Supervisi sebagai koordinasi,
kepala sekolah sebagai supervisor harus memimpin sejumlah guru/straf yang
masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab sendiri-sendiri.
Supervisor haruslah menjaga agar setiap guru dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dalam situasi kerja yang kooperatif. Supervisi sebagai evaluasi,
untuk mengetahui kemampuan guru yang akan dibina perlu dilakukan evaluasi
sehingga program supervisi cocok dengan kebutuhan guru. Selain itu melalui
7 Suharsimi Arikunto dan Lia Yuliana, Manajemen Pendidikan, Yogyakarta: Aditya
Media, 2008, 370.
17
evaluasi dapat pula diketahui kemampuan guru setelah mendapatkan bantuan
dan latihan dari supervisor.8
Bafadal mengemukakan pula bahwa supervisi akademik akan mampu
membuat guru semakin profesional apabila programnya mampu
mengembangkan dimensi persyaratan profesional/kemampuan kerja.9 Oleh
karena itu kegiatan supervisi akademik dipandang perlu untuk meningkatkan
kompetensi profesional guru termasuk guru PAI dalam proses pembelajaran.
Dan dengan perkembangan pendidikan yang semakin pesat, menuntut guru
menjadi seorang yang berkembang pula di setiap tahunnya dan semakin
profesional dalam mengajar, sehingga supervisi akademik perlu dilakukan
secara efektif agar kekurangan-kekurangan dari guru dapat segera diatasi.
Guru Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu guru di Sekolah
Dasar yang mempunyai peran penting dalam pembentukan akhlak dan
karakter anak. Sebagai guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, guru
PAI mempunyai hak yang sama dengan guru-guru yang lain seperti guru kelas
dan guru Penjasorkes dalam supervisi Kepala Sekolah. Guru PAI mempunyai
pengawas dari Kementrian Agama, namun hal ini tidak maksimal sehingga
perlu peran Kepala Sekolah dalam memberikan supervisi.
Pelaksanaan supervisi perlu dilaksanakan secara rutin dan bertahap
dengan jadwal dan program supervisi yang jelas. Pencapaian target nilai
kelulusan peserta didik dari tahun ke tahun yang semakin bertambah dan
banyaknya tuntutan untuk menjadi sekolah lebih maju, merupakan kewajiban
8 Kompri, Manajemen Pendidikan 3, Bandung: Alfabeta, 2015, 196-197.
9 Ibrahim Bafadal, Supervisi pengajaran: Teori dan aplikasinya dalam membina
profesional guru, Jakarta: Bumi Aksara, 1992, 10.
18
kepala sekolah untuk melaksanakan supervisi agar guru lebih profesional
dalam pembelajaran.
Dalam pelaksanaannya di lembaga pendidikan, supervisi masih menemui
berbagai kendala baik itu dalam teknik penyampaian maupun intensitas
pelaksanaan supervisi yang dilakukan belum ditetapkan dengan baik sehingga
kepala sekolah masih insidental mengadakan pembinaan dan pelatihan kepada
guru dalam proses pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah kurang menguasai
kompetensi yang harus dimiliki untuk mengadakan pembinaan dan pelatihan
kepada guru dalam proses pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pendapat
Suharsimi10
yang mengemukakan bahwa dalam kenyataannya kepala sekolah
belum dapat melaksanakan supervisi dengan baik dengan alasan beban kerja
kepala sekolah yang terlalu berat serta latar belakang pendidikan yang kurang
sesuai dengan bidang studi yang disupervisi. Sehingga tujuan untuk membina
dan membimbing guru masih belum sempurna serta guru kurang memahami
makna dari pentingnya supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah.
Selain itu pelaksanaan supervisi oleh Kepala Sekolah belum maksimal
terutama untuk guru Pendidikan Agama Islam. Secara umum persoalan
tersebut meliputi kualitas dan kuantitas supervisi dari Kepala Sekolah yang
masih tergolong rendah. Tinggi rendahnya peran Kepala Sekolah sebagai
supervisor menjadi hal yang patut untuk dipertanyakan, hal ini dikarenakan
banyaknya tugas dan tanggungjwab Kepala Sekolah menjadi salah satu alasan
minimnya pelaksanaan supervisi di sekolah. Bahkan tidak jarang kepala
10
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar …., 4.
19
sekolah hanya menekankan pada sisi tanggungjawab administratif guru PAI
tanpa memperhatikan pembinaan kompetensi profesionalnya yang jauh lebih
penting. Pelaksanan supervisi oleh kepala sekolah harus dilakukan secara
kontinyu mengingat peningkatan kompetensi profesional guru PAI tidak bisa
dilakukan secara instan. Sebagai supervisor, kepala sekolah harus mampu
memahami karakteristik dan kondisi setiap guru sehingga apa yang menjadi
esensi ataupun tujuan supervisi dapat tercapai. Selain itu kepala sekolah juga
harus bisa merencanakan melaksanakan dan membuat tindak lanjut dari hasil
pelaksanaan supervisi.
Alasan peneliti memilih Kecamatan Sragen sebagai lokasi penelitian
karena kecamatan Sragen merupakan tempat strategi yang berada di tengah-
tengah kota dan merupakan ibu kota kabupaten Sragen. Hal ini menjadikan
kecamatan Sragen sebagai tujuan orang tua dalam memilih pendidikan untuk
anak-anaknya. Tidak hanya tingkat SLTA dan SLTP, tingkat Sekolah Dasar
juga menjadi pilihan bagi orang tua.
Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen terdiri dari 37 Sekolah Dasar. 30 SD
Negeri, 4 SD Swasta berbasis Islam, dan 3 SD Swasta non Islam. Dari
Sekolah negeri dan swasta terdiri dari 48 Guru Pendidikan Agama Islam. Guru
PAI lebih banyak dari jumlah sekolah karena ada beberapa sekolah yang
memiliki rombel lebih dari satu. Dari 48 guru PAI, terdiri dari 12 guru PNS
dan 36 guru Wiyata Bhakti dan guru yayasan.
Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen banyak menuai prestasi di tingkat
karisidenan, propinsi maupun tingkat nasional. Sebagaimana info yang kami
20
dapatkan dari ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (K3S) Joko Laksono,
bahwa Sekolah Dasar di Sragen mempunyai prestasi yang menggembirakan
baik di tingkat karesidenan Surakarta, propinsi maupun tingkat nasional.
Termasuk lomba-lomba dalam Pendidikan Agama Islam juga meraih juara di
tingkat Propinsi Jawa Tengah. Tentu ini tidak lepas dari peran guru
Pendidikan Agama Islam dalam memberikan arahan dan bimbingan kepada
murid-muridnya.11
Upaya peningkatan kompetensi profesional guru PAI di sekolah bukan
masalah yang sederhana, tetapi memerlukan penanganan yang multidimensi
dengan melibatkan berbagai pihak yang terkait. Untuk mencapai hal itu,
kepala sekolah SD se-Kecamatan Sragen melakukan berbagai upaya
diantaranya adalah dengan meningkatkan kemampuan supervisi akademik
kepala sekolah.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini akan dikaji tentang
supervisi kepala sekolah SD dengan judul “Supervisi Akademik Kepala
Sekolah dalam Meningkatkan Kompetensi Profesional Guru PAI.” (Studi
kasus SD se-Kecamatan Sragen Tahun 2016).
B. Perumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
a. Rendahnya pemahaman kepala sekolah tentang supervisi akademik
sehingga kepala sekolah hanya memahami supervisi sebagai bentuk
pengawasan dan penilaian kinerja guru dalam pembelajaran.
11
Wawancara pada hari Jum’at, 3 Juni 2016.
21
b. Minimnya pelatihan kepala sekolah tentang supervisi, serta beban
tugas kepala SD yang tidak dibantu oleh tenaga administrasi/TU
membuat kepala sekolah tidak maksimal melakukan supervisi
akademik.
c. Kurangnya perhatian kepala sekolah terhadap guru dalam
meningkatkan kompetensi profesional terutama guru Pendidikan
Agama Islam.
d. Guru Pendidikan Agama Islam kurang memahami pentingnya
pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah sehingga pembinaan
terkesan kurang bermakna dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru dalam proses pembelajaran
2. Pembatasan Masalah
a. Pembatasan masalah dalam penelitian ini yaitu supervisi akademik
yang dilakukan oleh kepala sekolah SD di Kecamatan Sragen.
b. Kompetensi guru terdiri dari kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial. Peneliti membatasi penelitian ini dalam hal
peningkatan kompetensi profesional guru PAI
c. Peneliti membatasi permasalahan dari perencanaan sampai tindak
lanjut dan keberhasilan supervisi akademik kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SD di Sekolah Dasar
se-Kecamatan Sragen.
3. Rumusan Masalah
22
a. Bagaimana perencanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen?
b. Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen?
c. Bagaimana tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen?
d. Bagaimana keberhasilan supervisi akademik dalam meningkatkan
kompetensi profesional guru PAI se Kecamatan Sragen?
C. Signifikansi Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui/menemukan perencanaan supervisi akademik
kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI
se Kecamatan Sragen.
b. Untuk mengetahui/menemukan pelaksanaan supervisi akademik
kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI
se Kecamatan Sragen.
c. Untuk mengetahui/menemukan tindak lanjut supervisi akademik
kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI
se Kecamatan Sragen.
d. Untuk mengetahui/menemukan keberhasilan supervisi akademik
kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI
se Kecamatan Sragen.
2. Manfaat Penelitian
23
a. Manfaat Praktis
1) Hasil penelitian ini menjadi masukan dan pertimbangan bagi SD
se-Kecamatan Sragen dalam rangka peningkatan kompetensi
profesional guru PAI.
2) Penelitian ini dapat diterapkan sebagai langkah meningkatkan
kemampuan supervisi kepala sekolah, sebagai upaya dalam rangka
meningkatkan kompetensi profesional guru PAI.
b. Manfaat Teoritis
1) Bagi peneliti
Dapat menambah pengetahuan, pengalaman, dan wawasan di
bidang supervisi pendidikan
2) Bagi akademisi
Untuk menambah wawasan dan literatur dalam pengembangan
ilmu pengetahuan khususnya supervisi pendidikan.
D. Kajian Pustaka
Penelitian Puji Rahayu tahun 2015 bahwa pertama, penyusunan
program supervisi sangat penting berdasarkan pertimbangan perlunya
orientasi kepada seluruh guru SMP Budaya dalam bentuk latihan khusus guru
dalam perbaikan PBM di kelas, meningkatkan kompetensi dan
profesionalisme guru dan pengembangan SDM. Kedua, Kepala Sekolah
dibantu guru dan tim supervisi sekolah telah mampu melaksanakan program
sekolah. Pelaksanaan supervisi didasarkan atas usulan dan kebutuhan guru
untuk meningkatkan kompetensi serta pelaksanaan supervisi disesuaikan
24
dengan kebutuhan guru bidang studi dan kondisi sekolah /daerah sendiri.
Ketiga, tim supervisi mempunyai moral tangggung jawab dalam pelaksanaan
Supervisi sampai dengan evaluasi supervisi dan pemantauan di lapangan
sehingga akan mengetahui kelemahan dan kekurangan Guru, setelah itu
diadakan supervisi tidak lanjut. Keempat, pengaruh supervisi bagi guru di
SMP Budaya dapat merubah paradigma terhadap arti dari supervisi di sekolah
sehingga dapat meningkatkan kompetensi dan profesionalisme guru dalam
tugasnya sebagai tenaga pengajar sehingga proses PBM dapat tercapai
tujuannya.12
Penelitian Donni Juni Priansa dan Rismi Somad tahun 2014
menyatakan bahwa kepala sekolah perlu menguasai perencanaan supervisi
akademik sehingga ia perlu menguasai kompetensi perencanaan supervisi
akademik dengan baik. Terdapat sejumlah prinsip yang perlu diperhatikan
dalam perencanaan supervisi akademik, yaitu menyangkut obyektivitas (data
apa adanya) tanggung jawab, berkesinambungan, didasarkan pada Standar
Nasional Pendidikan; serta didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah.13
Penelitian Wahid Hasim tahun 2013 diperoleh temuan pada sekolah
dan madrasah bahwa pertama, pelaksanaan supervisi pembelajaran yang
dilakukan oleh kepala sekolah/madrasah ditandai dengan melalui membuat
perencanaan jadwal supervisi, pelaksanaannya menggunakan model,
12
Puji Rahayu, “Peran Kepala Sekolah dalam Supervisi Akademik untuk Meningkatkan
Profesionalisme Guru (Studi Kasus di SMP Budaya Bandar Lampung)”, Lampung: Universitas
Lampung, 2015. 13
Donni Juni Priansa, Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepamimpinan Kepala
Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014.
25
pendekatan dan teknik supervisi, observasi kelas dilakukan dengan
menggunakan instrumen, dan menindaklanjuti supervisi. Kedua, pelaksanaan
supervisi ditinjau dari teori supervisi di kedua sekolah/madrasah tersebut
hanya sebagian yang dilaksanakan. Ketiga, dampak supervisi dapat
meningkatan kompetensi profesional ditandai dengan meningkatnya guru
dalam membuat silabus dan RPP secara mandiri. Keempat, perbedaan
pelaksanaan supervisi di MTs Negeri belum melibatkan wakil kepala
madrasah dan guru senior, sedangkan di SMP Islam Al-Azhar telah
melibatkan wakil kepala sekolah dan guru senior, dan dampaknya dapat
meningkatkan kompetensi profesional guru.14
Penelitian M. Dja’far HS, dalam Jurnal Evaluasi Pendidikan Volume 4,
Nomor 2 bulan Oktober 2013, menyatakan bahwa supervisi kepala sekolah
berpengaruh positif dan memberikan kontribusi/pengaruh langsung positif
terhadap kualitas tes buatan guru.15
Penelitian Rohikah tahun 2012 menyimpulkan bahwa supervisi Kepala
Sekolah terhadap pembelajaran PAI terbukti efektif dengan adanya
peningkatan guru PAI dalam hal: peningkatan Guru PAI dalam persiapan
mengajar, peningkatan guru PAI dalam mengelola kelas, peningkatan guru
14
Wahid Hasim, “Supervisi Pembelajaran Kepala Madrasah dalam Meningkatkan
Kompetensi Guru (Studi Multi Kasus di MTs Negeri dan SMP Islam Al-Azhar 18 Salatiga)”,
Salatiga: Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, 2013. 15
M. Dja’far HS. “Supervisi Kepala Sekolah Meningkatkan Kualitas Tes Buatan Guru,
Jakarta”, Jurnal Evaluasi Pendidikan, Vol. 4, No. 2, (Oktober 2013), 172-182.
26
PAI memahami peserta didik dan peningkatan guru PAI dalam memanfaatkan
teknologi pembelajaran.16
Penelitian Andi Tenriningsih dalam Jurnal Ilmu Pendidikan Jilid 17,
nomor 6 bulan Oktober 2011, menyatakan bahwa supervisi yang dilakukan
kepala sekolah dapat memberikan kontribusi pada peningkatan motivasi kerja
para guru yang berdampak pada kinerja guru. Kinerja guru yang baik akan
memberikan kontribusi pada keberhasilan belajar siswa yang baik. Oleh
karena itu kegiatan supervisi yang dilakukan kepala sekolah memiliki peranan
yang sangat penting bagi terciptanya kinerja sekolah secara menyeluruh baik
dari aspek motivasi kerja para guru, kinerja para guru serta pada akhirnya
dapat menciptakan keberhasilan belajar.17
Penelitian Sutikno tahun 2009 menyimpulkan bahwa supervisi yang
dilakukan pengawas TK/SD/SDLB telah berhasil meningkatkan
profesionalisme guru SD pada pembelajaran mata pelajaran Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS) Sejarah di Sekolah Dasar Colo dan Sekolah Dasar 2 Japan.18
Penelitian Tri Martiningsih tahun 2008 menyimpulkan bahwa: 1)
Semakin baik persepsi guru terhadap supervisi akademik akan diikuti dengan
semakin tingginya kompetensi profesional guru SD Negeri di Kecamatan
Pekalongan Utara. 2) Semakin baik partisipasi guru dalam KKG (Kelompok
Kerja Guru) akan diikuti dengan semakin tingginya kompetensi profesional
16
Rohikah., “Efektivitas Supervisi Kepala Sekolah terhadap Pembelajaran PAI di SMP
Negeri 2 Ponjong”, Kabupaten Gunung Kidul, Yogyakarta, UIN, 2012. 17
Andi Tenriningsih, “Supervisi Pengajaran, Motivasi Kerja, Kinerja Guru dan Prestasi
Belajar”, Jurnal Ilmu Pendidikan, Jilid 17, Nomor 5, (Oktober 2011), 425-428. 18
Sutikno, “Peranan Supervisi Pengawas TK/SD/SDLB dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru SD pada Pembelajaran IPS Sejarah (Studi Kasus di SD Kecamatan Dawe
Kabupaten Kudus)”, Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2009.
27
guru SD Negeri di Kecamatan Pekalongan Utara. 3) Semakin baik persepsi
guru terhadap supervisi akademik dan partisipasi guru dalam KKG
(Kelompok Kerja Guru) akan diikuti dengan semakin tingginya kompetensi
profesional guru SD Negeri di Kecamatan Pekalongan Utara.19
Dengan menjelaskan penelitian-penelitian di atas, maka akan bisa dilihat
perbedaan dan persamaannya dengan penelitian yang akan dilakukan ini.
Persamaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang ditampilkan di atas
adalah membahas tentang supervisi kepala sekolah. Adapun yang
membedakan penelitian ini dengan karya ilmiah dan penelitian lainnya yang
telah ada pertama, lokasi yang peneliti lakukan di Kecamatan Sragen. Kedua,
dalam penelitian sebelumnya, membahas tentang supervisi kepala sekolah
terhadap guru secara umum, namun dalam penelitian ini, peneliti berusaha
untuk menjelaskan supervisi akademik kepala sekolah dalam meningkatkan
kompetensi profesional guru PAI di SD se Kecamatan Sragen. Dalam
penelitian ini, peneliti menekankan pada supervisi akademik kepala sekolah
dalam peningkatan kompetensi profesional guru terutama guru Pendidikan
Agama Islam (PAI) di Sekolah Dasar yang berada di kecamatan Sragen
Kabupaten Sragen.
E. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan
dan Taylor dalam Lexy J. Moleong mendefinisikan metodologi kualitatif
19
Tri Martiningsih, “Pengaruh Supervisi Akademik dan Partisipasi Guru dalam KKG
(Kelompok Kerja Guru) terhadap Kompetensi Profesional Guru SD di Kecamatan Pekalongan
Utara”, Semarang, UNNES, 2008.
28
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa
kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati.20
Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian
ini berusaha untuk mendreskripsikan atau menggambarkan data-data yang
telah diperoleh dari lapangan maupun literatur kepustakaan yang berkaitan
dengan pembahasan.
Penelitian ini bersifat deskriptif, hanya sebatas pada usaha untuk
mengungkapkan suatu permasalahan, keadaan atau peristiwa sebagaimana
berkenaan dengan masalah penelitian yaitu gambaran pelaksanaan
supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah dalam upaya
meningkatkan kompetensi profesional guru PAI di SD se kecamatan
Sragen. Teori-teori dalam penelitian ini digunakan untuk memahami dan
menjelaskan realita sosial yang terjadi, sehingga teori tidak digunakan
untuk mengintervensi realitas sosial tersebut. Dalam arti bahwa penelitian
ini tidak untuk mendukung, membantah suatu teori.
2. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di SD se Kecamatan Sragen yang terdiri dari 37
SD dan akan menggunakan teknik purposive sampling, di mana lokasi
Sekolah Dasar yang dipilih dianggap tahu dan dapat dipercaya untuk
menjadi sumber data. Untuk menentukan Sekolah Dasar yang akan dipilih,
peneliti membagi menjadi 5 karena kecamatan Sragen terdiri dari 5 gugus,
20
Lexy J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
2007, 4.
29
dan tiap gugus peneliti mengambil 2 sekolah. Sehingga obyek yang
peneliti ambil sejumlah 10 SD yang terdiri dari SD Birrul Walidain
Muhammadiyah Sragen, SD N Mojo 58, SD N Karang Tengah 1, SD N 16
Sragen, SD N Mojomulyo 2, SD N Tangkil 4, SD N 6 Sragen, SD N
Nglorog 3, SD N Nglorog 1, dan SD N 4 Sragen.
Peneliti mengambil obyek penelitian di 10 Sekolah Dasar tersebut
dengan alasan sekolah-sekolah tersebut cukup mewakili kondisi sekolah di
Kecamatan Sragen baik sekolah negeri maupun sekolah swasta. Kemudian
peneliti mengambil sekolah di masing-masing gugus agar obyek yang
peneliti ambil bisa mewakili kondisi Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen.
3. Tehnik Pengumpulan Data
a. Sumber Data
Sumber data yang digunakan adalah data primer dan data
sekunder. Data primer yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari
kepala SD se-Kecamatan Sragen yang merupakan subyek dalam
penelitian.
Data sekunder adalah sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, misalnya dalam hal ini melalui guru-
guru PAI, serta dokumen yang terkait dengan penelitian. Semua itu
untuk menjelaskan supervisi akademik kepala sekolah dalam
meningkatkan kompetensi profesional guru PAI SD se-Kecamatan
Sragen.
b. Tehnik Pengumpulan Data
30
1) Tehnik Observasi
Dalam proses pengumpulan data peneliti menggunakan teknik
observasi yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematik
tentang fenomena–fenomena yang diselidiki secara sistematik.21
Dalam hal ini, observasi dilakukan untuk meneliti tentang
gambaran lokasi penelitian, aktivitas supervisi akademik kepala SD
se-Kecamatan Sragen dalam meningkatkan kompetensi profesional
guru PAI.
2) Teknik Wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti memilih bentuk wawancara tak
terstruktur. Wawancara tak terstruktur dalam pelaksanaan tanya
jawab mengalir seperti dalam percakapan sehari-hari.22
Alasan
peneliti menggunakan teknik wawancara tak terstruktur adalah
untuk memberikan kesempatan kepada seseorang atau responden
untuk menyatakan dan menangkap pernyataan secara mendetail.
Yang menjadi informan dalam penelitian ini terdiri dari (1). Kepala
sekolah, (2) Guru PAI SD se-Kecamatan Sragen.
3) Teknik Dokumentasi
Teknik ini dikenal dengan penelitian dokumentasi
(dokumentation research) yang mencari data melalui beberapa
21
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 3, Yogyakarta:Penerbit Andi, 2007, 36. 22
Lexy J. MoleonG, Metodologi Penelitian…, 191.
31
arsip dan dokumen sejarah madrasah/sekolah, raport, surat kabar,
majalah, jurnal, buku dan benda-benda tulis lainnya yang relevan.23
Dalam penelitian ini metode dokumentasi untuk
mengumpulkan data tentang supervisi akademik kepala sekolah di
SD se-Kecamatan Sragen.
4. Validitas Data
Setelah seluruh data yang dibutuhkan berhasil dikumpulkan, langkah
selanjutnya adalah melakukan proses verifikasi data supaya data yang ada
dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah. Menurut J. Moleong dalam
penelitian kualitatif terdapat empat kriteria yang dapat digunakan dalam
uji validitas data yaitu berkaitan dengan derajat kepercayaan (credebility)
keteralihan (transferability), ketergantungan (dependability) dan kepastian
(confirmability).24
Data tersebut diuji keabsahan dengan triangulasi data,25 untuk
mengetahui sejauhmana temuan-temuan di lapangan benar-benar
representatif untuk dijadikan pedoman analisis dan juga untuk
mendapatkan informasi yang luas tentang perspektif penelitian.
Teknik yang digunakan dalam triangulasi adalah dengan
menggunakan banyak sumber untuk satu data yaitu membandingkan
antara hasil wawancara dengan hasil observasi antara ucapan informan di
depan umum dengan ucapan ketika informan sendirian (secara informal)
23
Suharsini Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan, Jakarta:Rineka Cipa,1993,
200. 24
Lexy J. Moleong,, Metodologi Penelitian …, 173. 25
Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian …, 177.
32
Dan antara hasil wawancara dengan data yang ada pada dokumen. Juga
dilakukan chek-richek, konsultasi dengan kepala sekolah, guru dan
sumber-sumber data yang terkait.
F. Sistematika Penelitian
Penelitian Tesis ini terdiri atas lima bab. Bab Pertama: Pendahuluan,
yang meliputi: Latar belakang masalah; Perumusan masalah; Tujuan
Penelitian, Manfaat Penelitian; Penelitian yang relevan dan Sistematika
Penelitian.
Bab Kedua: Kajian Teori. Bab ini meliputi: Supervisi akademik Kepala
Sekolah; Tujuan supervisi akademik; prinsip-prinsip supervisi akademik;
Ruang lingkup supervisi akademik; Model-model supervisi akademik; teknik-
teknik supervisi akademik; perencanaan supervisi akademik; langkah-langkah
supervisi akademik; tindak lanjut supervisi akademik; kompetensi profesional
guru PAI dan indikatornya.
Bab Ketiga: Hasil penelitian yang meliputi gambaran dan kondisi
Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen, perencanaan, pelaksanaan dan tindak
lanjut supervisi akademik kepala sekolah.
Bab Keempat: Pembahasan yang meliputi tingkat keberhasilan
supervisi akademik kepala sekolah serta hambatan dalam pelaksanaan
supervisi akademik kepala sekolah.
Bab Kelima: Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran-saran. Akhirnya
tulisan ini juga dilengkapi dengan daftar pustaka dan beberapa lampiran yang
mendukung terhadap validitas data serta biografi peneliti.
34
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Menurut Glickman sebagaimana dikutip Sudjana26
, supervisi akademik
adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya
mengelola proses pembelajaran demi tercapainya tujuan pembelajaran.
Menurut Kemendiknas dalam Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, supervisi
akademik merupakan upaya untuk membantu guru-guru dalam
mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran.27
Supervisi akademik adalah supervisi yang menitikberatkan pengamatan
pada masalah akademik, yaitu yang langsung berada dalam lingkup kegiatan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru untuk membantu siswa ketika sedang
dalam proses belajar mengajar.28
Sedangkan Syaiful Sagala memberikan
definisi:
Supervisi akademik adalah bantuan dan pelayanan yang diberikan
kepada guru agar mau terus belajar, meningkatkan kualitas
pembelajarannya menumbuhkan kreativitas guru memperbaiki bersama-
sama dengan cara melakukan seleksi dan revisi tujuan-tujuan
pendidikan, bahan pengajaran, model dan metode pengajaran, dan
evaluasi pengajaran untuk meningkatkan kualitas pengajaran,
pendidikan, dan kurikulum dalam perkembangan dari belajar mengajar
dengan baik agar memperoleh hasil lebih baik.29
26
Nana Sudjana, Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui Supervisi
Klinis, Jakarta: Binamita Publishing, 2011, 54. 27
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 2014, 107. 28
Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar …., 5. 29
Syaiful Sagala, Supervisi Pembelajaran: dalam Profesi Pendidikan, Bandung:
Alfabeta, 1992, 94.
35
Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa supervisi
akademik merupakan serangkaian kegiatan pembinaan dan pelayanan yang
menitikberatkan pada masalah akademik untuk membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran demi
tercapainya tujuan pembelajaran
Sebagai seorang pemimpin, kepala sekolah mempunyai peran penting
dalam supervisi. Kepala sekolah mempunyai peran memberikan petunjuk dan
pengarahan kepada guru-guru, sebagaimana firman Allah SWT dalam surat
As Sajdah ayat 24:
Artinya : Dan Kami jadikan diantara mereka itu pemimpin-pemimpin yang
memberi petunjuk dengan perintah Kami selama mereka sabar.30
Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah diharapkan
memberi dampak terbentuknya sikap profesional guru. Sikap profesional guru
sangat penting dalam meningkatkan kualitas guru, karena selalu berpengaruh
pada perilaku dan aktivitas keseharian guru. Perilaku profesional akan lebih
diwujudkan dalam diri guru, apabila institusi tempat ia bekerja memberi
perhatian lebih banyak pada pembinaan, pembentukan, dan pengembangan
sikap profesional.31
Oleh sebab itu, setiap kepala sekolah harus memiliki dan
menguasai konsep supervisi akademik yang meliputi pengertian, tujuan dan
fungsi, prinsip-prinsip, dan tehnik-teknik supervisi.
30
Kementrian Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012, 589. 31
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah,
Bandung: Alfabeta, 2013, 215.
36
B. Tujuan Supervisi Akademik
Menurut Glickman dalam Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Secara
umum, tujuan supervisi akademik adalah membantu guru untuk
mengembangkan kemampuannya dalam mencapai tujuan pembelajaran yang
direncanakan bagi peserta didiknya.32
Menurut Peter Oliva dalam Donni Juni
Priansa dan Rismi Somad, menyatakan bahwa kegiatan supervisi akademik
dimaksudkan untuk:
1. Membantu guru dalam merencanakan pembelajaran
2. Membantu guru dalam penyajian materi pembelajaran
3. Membantu guru dalam mengevaluasi pembelajaran
4. Membantu guru dalam mengelola kelas
5. Membantu guru mengembangkan kurikulum
6. Membantu guru dalam mengevaluasi kurikulum
7. Membantu guru dalam mengevaluasi diri mereka sendiri
8. Membantu guru bekerjasama dengan kelompok
9. Membantu guru melalui inservice program33
Tiga tujuan supervisi akademik antara lain pengembangan profesional,
pengawasan kualitas dan penumbuhan motivasi yang dapat dijelaskan sebagai
berikut34
:
1. Pengembangan profesional
32
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi …, 108. 33
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi …, 109. 34
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah,
Bandung: Alfabeta, 2013, 216.
37
Supervisi akademik dimaksudkan untuk membantu guru mengembangkan
kemampuan profesionalnya dalam memahami akademik, kehidupan
kelas, mengembangkan keterampilan mengajarnya melalui teknik-teknik
tertentu.
2. Pengawasan kualitas
Supervisi akademik untuk memonitor kegiatan belajar mengajar di
sekolah. Kegiatan memonitor ini bisa dilakukan melalui kunjungan kepala
sekolah ke kelas-kelas di saat guru sedang mengajar, percakapan pribadi
dengan guru, teman sejawatnya, maupun dengan peserta didik.
3. Penumbuhan motivasi
Supervisi akademik untuk mendorong guru menerapkan kemampuannya
dalam melaksanakan tugas-tugas mengajarnya, mendorong guru
mengembangkan kemampuannya sendiri, serta mendorong guru agar ia
memiliki perhatian yang sungguh-sungguh terhadap tugas dan tanggung
jawabnya.
C. Prinsip-prinsip Supervisi Akademik
Menurut Dodd dalam Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala
Sekolah menyatakan bahwa prinsip-prinsip supervisi akademik yaitu:
1. Praktis, artinya mudah dikerjakan sesuai kondisi sekolah.
2. Sistematis, artinya dikembangkan sesuai perencanaan program
supervisi yang matang dan tujuan pembelajaran.
3. Objektif, artinya masukan sesuai aspek-aspek instrumen.
4. Realistis, artinya berdasarkan kenyataan sebenarnya.
5. Antisipatif, artinya mampu menghadapi masalah-masalah yang
mungkin akan terjadi.
6. Konstruktif, artinya mengembangkan kreativitas dan inovasi guru
dalam mengembangkan proses pembelajaran.
38
7. Kooperatif, artinya ada kerja sama yang baik antara supervisor dan
guru dalam mengembangkan pembelajaran.
8. Kekeluargaan, artinya mempertimbangkan saling asah, asih, dan asuh
dalam mengembangkan pembelajaran.
9. Demokratis, artinya supervisor tidak boleh mendominasi pelaksanaan
supervisi akademik.
10. Aktif, artinya guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi.
11. Humanis, artinya mampu menciptakan hubungan kemanusiaan yang
harmonis, terbuka, jujur, ajeg, sabar, antusias, dan penuh humor
12. Berkesinambungan (supervisi akademik dilakukan secara teratur dan
berkelanjutan oleh Kepala sekolah).
13. Terpadu, artinya menyatu dengan dengan program pendidikan.
14. Komprehensif, artinya memenuhi ketiga tujuan supervisi akademik di
atas.35
D. Ruang Lingkup Supervisi Akademik
Ruang lingkup supervisi akademik meliputi:36
1. Pelaksanaan kurikulum
2. Persiapan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran oleh guru.
3. Pencapaian standar kompetensi lulusan, standar proses, standar Isi, dan
peraturan pelaksanaannya.
4. Peningkatan mutu pembelajaran melalui pengembangan sebagai
berikut:
a. model kegiatan pembelajaran yang mengacu pada Standar Proses;
b. peran serta peserta didik dalam proses pembelajaran secara aktif,
kreatif, demokratis, mendidik, memotivasi, mendorong kreativitas
dan dialogis;
c. peserta didik dapat membentuk karakter dan memiliki pola pikir
serta kebebasan berpikir sehingga dapat melaksanakan aktivitas
intelektual yang kreatif dan inovatif, berargumentasi,
mempertanyakan, mengkaji, menemukan, dan memprediksi;
d. keterlibatan peserta didik secara aktif dalam proses belajar yang
dilakukan secara sungguh-sungguh dan mendalam untuk mencapai
pemahaman konsep, tidak terbatas pada materi yang diberikan oleh
guru.
e. bertanggung jawab terhadap mutu perencanaan kegiatan
pembelajaran untuk setiap mata pelajaran yang diampunya agar
siswa mampu:
1) meningkat rasa ingin tahunya;
2) mencapai keberhasilan belajarnya secara konsisten sesuai
dengan tujuan pendidikan;
35
Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Dirjen PMPTK, 2010,
https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com diunduh pada hari Kamis, 7 April 2016 pukul 21.00
WIB, 8-9. 36
Materi Pelatihan ..., 15-17.
39
3) memahami perkembangan pengetahuan dengan kemampuan
mencari sumber informasi;
4) mengolah informasi menjadi pengetahuan;
5) menggunakan pengetahuan untuk menyelesaikan masalah;
6) mengkomunikasikan pengetahuan pada pihak lain; dan
7) mengembangkan belajar mandiri dan kelompok dengan
proporsi yang wajar.
Supervisi akademik juga mencakup buku kurikulum, kegiatan belajar
mengajar dan pelaksanaan bimbingan dan konseling. Supervisi akademik
tidak kalah pentingnya dibanding dengan supervisi administratif. Sasaran
utama supervisi edukatif adalah proses belajar mengajar dengan tujuan
meningkatkan mutu proses dan mutu hasil pembelajaran. Variabel yang
mempengaruhi proses pembelajaran antara lain guru, siswa, kurikulum, alat
dan buku pelajaran serta kondisi lingkungan dan fisik. Oleh sebab itu, fokus
utama supervisi edukatif adalah usaha-usaha yang sifatnya memberikan
kesempatan kepada guru untuk berkembang secara profesional sehingga
mampu melaksanakan tugas pokoknya, yaitu: memperbaiki dan
meningkatkan proses dan hasil pembelajaran.
E. Perencanaan Supervisi Akademik
Perencanaan program supervisi akademik adalah penyusunan dokumen
perencanaan, pemantauan serangkaian kegiatan membantu guru
mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran.37
37
Lantip Diat Prasojo dan Budiyono, Supervisi Pendidikan, Yogyakarta: Gava Media,
2011, 99.
40
Perencanaan penting dilakukan sebagai pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan. Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Al Hasyr: 18
yang berbunyi:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya
untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.38
Perencanaan dalam fungsi manajemen pendidikan merupakan bagian
yang penting dan menjadi fungsi pertama. Begitu pula dalam kegiatan
supervisi, perlu diawali dengan perencanaan yang baik. Kegiatan supervisi
adalah kegiatan yang terencana untuk memperbaiki pengajaran menjadi lebih
baik. Karena itu perlu perencanaan yang matang agar dapat berjalan sesuai
yang diharapkan. Dalam melaksanakan supervisi, merencanakan program
supervisi merupakan salah satu tugas kepala sekolah. Perencanaan supervisi
akademik disusun dengan tujuan agar dapat memberikan gambaran atau
prosedur yang jelas untuk mencapai tujuan supervisi akademik serta
mempermudah dalam mengukur membuat etercapaian program. Di samping
itu kepala sekolah harus memiliki kompetensi membuat rencana program
supervisi akademik agar dapat menyusun perencanaan yang maksimal.
38
Kementrian Agama RI, Al Qur‟an dan Terjemahnya, Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012.
41
Perencanaan program supervisi akademik meliputi pembuatan program
supervisi, sosialisasi kepada guru, pembinaan dan pendampingan sebelum
pelaksanaan supervisi, pelaksanaan supervisi, dan langkah-langkah tindak
lanjut. Seorang kepala sekolah harus memahami bahwa kagiatan ini untuk
memperbaiki proses dan hasil belajar yang mengacu pada perubahan tingkah
laku dan pola mengajar guru ke arah yang lebih baik.
Program supervisi terdiri dari kesatuan dalam kerangka untuk
meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan kesadaran dalam menjalankan
tugas, peran dan fungsi seorang kepala sekolah sebagai supervisor. Program
supervisi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki dan
meningkatkan proses dan hasil belajar. Kegiatan ini menggambarkan hal-hal
yang akan dilakukan, bagaimana melakukan, fasilitas apa yang diperlukan,
kapan waktu pelaksanaan dan untuk mengetahui berhasil tidaknya usaha yang
dilakukan.
Manfaat perencanaan program supervisi akademik adalah sebagai
berikut:39
1. Sebagai pedoman pelaksanaan dan pengawasan akademik,
2. Untuk menyamakan persepsi seluruh warga sekolah tentang program
supervisi akademik, dan
3. Penjamin penghematan serta keefektifan penggunaan sumber daya sekolah
(tenaga, waktu dan biaya).
39
Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah, Dirjen PMPTK, 2010,
https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com diunduh pada hari Kamis, 7 April 2016 pukul 21.00
WIB, 15.
42
Prinsip-prinsip perencanaan program supervisi akademik adalah:
1. obyektif (data apa adanya),
2. bertanggung jawab,
3. berkelanjutan,
4. didasarkan pada Standar Nasional Pendidikan, dan
5. didasarkan pada kebutuhan dan kondisi sekolah/madrasah. 40
Program supervisi akademik hendaknya disusun sesaca jelas, sistematis
yang memuat jadwal secara rinci dan disampaikan kepada guru. Jadwal
supervisi memuat jadwal kunjungan, waktu kunjungan guru yang disupervisi
serta kelasnya.
Dalam menyusun program supervisi perlu disosialisasikan kepada guru
dengan tujuan agar guru mengetahui program kepala sekolah serta jadwal
kunjungan masing-masing. Jika guru mengetahui ada program supervisi dari
kepala sekolah, tentu guru dengan senang mempersiapkan terkait
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Program supervisi ini perlu
disosialisasikan kepada guru dengan tujuan agar mempunyai persepsi yang
sama dan saling tanggung jawab.
Program supervisi dimaksudkan sebagai bahan acuan dalam
melaksanakan supervisi. Program supervisi dibuat untuk mengukur apakah
pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan perencanaan atau belum. Apabila
pelaksanaan supervisi sudah sesuai dengan program supervisi, berarti
pelaksanaan supervisi sudah berjalan, namun tidak menutup kemungkinan ada
beberapa hal yang menjadi kendala. Program supervisi dibuat juga untuk
menyamakan persepsi seluruh warga sekolah tentang program supervisi akademik.
40
Materi Pelatihan ..., 15.
43
Kegiatan supervisi tidak hanya untuk menilai guru, tapi juga sebagai sarana untuk
pembinaan dan pendampingan kepada guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Selain
itu, diharapkan dengan supervisi akademik akan dapat mengefektifankan penggunaan
sumber daya sekolah seperti tenaga, waktu dan biaya.
Program supervisi yang baik, akan menentukan pelaksanaan supervisi.
Program supervisi yang direncanakan secara matang, akan memberikan hasil
yang maksimal. Sebaliknya apabila program supervisi hanya disusun secara
asal-asalan tentu pelaksanaannya pun tidak sistematis. Melalui program
supervisi akademik ini, gambaran kegiatan kepala sekolah dalam mensupervisi
dapat direncanakan.
Perencanaan program supervisi akademik yang baik dimulai dengan
penyusunan dokumen perencanaan pemantauan kegiatan dalam membantu
guru mengembangkan kemampuannya mengelola proses pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Tidak ada aturan yang baku mengenai
perencanaan supervisi akademik kepala sekolah. Kepala sekolah bisa
menyesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi sekolah masing-masing.
Program supervisi di suatu sekolah belum tentu bisa diterapkan di sekolah
lain.
Untuk mencapai supervisi akademik yang benar-benar bisa
dilaksanakan di sekolah, seorang kepala sekolah hendaknya membuat
perencanaan yang realistis sehingga bisa dilaksanakan. Program supervisi
akademik bisa disusun setahun sekali, namun perlu disusun secara spesifik
dalam pelaksanaannya, misalnya dalam bentuk program mingguan, bulanan
ataupun semesteran. Dan program supervisi tidak harus sama di suatu
44
kecamatan, disesuaikan dengan kondisi sekolah dan tidak ada salahnya bila
melibatkan guru, agar timbul rasa tanggung jawab bersama.
F. Model-model Supervisi Akademik
Model yang dapat digunakan dalam melaksanakan kegiatan supervisi
akademik, antara lain41
:
1. Model supervisi tradisional, meliputi:
a. Observasi langsung
Supervisi model ini dapat dilakukan dengan observasi langsung kepada
guru yang sedang mengajar melalui prosedur: praobservasi, observasi,
dan post-observasi.
1) Pra-Observasi
Sebelum observasi kelas, supervisor seharusnya melakukan
wawancara serta diskusi dengan guru yang akan diamati. Isi
diskusi dan wawancara tersebut mencakup kurikulum, pendekatan,
metode dan strategi, media pengajaran, evaluasi dan analisis.
2) Observasi
Setelah wawancara dan diskusi mengenai apa yang akan
dilaksanakan guru dalam kegiatan belajar mengajar, kemudian
supervisor mengadakan observasi kelas. Observasi kelas meliputi
pendahuluan (apersepsi), pengembangan, penerapan dan penutup.
3) Post-Observasi
Setelah observasi kelas selesai, sebaiknya supervisor mengadakan
wawancara dan diskusi tentang: kesan guru terhadap
penampilannya, identifikasi keberhasilan dan kelemahan guru,
identifikasi ketrampilan-ketrampilan mengajar yang perlu
ditingkatkan, gagasan-gagasan baru yang akan dilakukan.42
b. Observasi tidak langsung
Observasi ini dilakukan melalui tes dadakan, diskusi kasus, dan
metode angket.
41
Donni Juni Priansa dan Rismi Somad, Manajemen Supervisi …, 111-113. 42
Materi Pelatihan ..., 18.
45
1) Tes dadakan
Sebaiknya soal yang digunakan pada saat diadakan sudah diketahui
validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukarannya. Soal
yang diberikan sesuai dengan yang sudah dipelajari peserta didik
waktu itu.
2) Diskusi kasus
Diskusi kasus berawal dari kasus-kasus yang ditemukan pada
observasi Proses Pembelajaran (PBM), laporan-laporan atau hasil
studi dokumentasi. Supervisor dengan guru mendiskusikan kasus
demi kasus, mencari akar permasalahan dan mencari berbagai
alternatif jalan keluarnya.
3) Metode angket
Angket ini berisi pokok-pokok pemikiran yang berkaitan erat dan
mencerminkan penampilan, kinerja guru, kualifikasi hubungan
guru dengan siswanya dan sebagainya.43
2. Model kontemporer
Supervisi akademik model kontemporer dilaksanakan dengan
pendekatan klinis, sehingga sering disebut dengan model supervisi klinis.
Model supervisi klinis adalah suatu proses pembimbingan dalam
pendidikan yang bertujuan membantu pengembangan profesional guru
dalam pengenalan mengajar melalui observasi dan analisis data secara
obyektif serta teliti sebagai dasar untuk mengubah perilaku mengajar
guru.44
Tekanan dalam model supervisi klinis bersifat khusus melalui tatap
muka ketika guru mengajar dikelas. Inti bantuan dari supervisor berpusat
pada perbaikan penampilan dan perilaku guru dalam mengajar.
Tujuan supervisi klinis adalah memperbaiki perilaku guru dalam
proses belajar mengajar, terutama yang kronis secara aspek demi aspek
dengan intensif, hingga mereka dapat mengajar dengan baik. Ini berarti
43
Materi Pelatihan ..., 19. 44
Jasmani Asf, M.Ag, Syaiful Mustofa, M.Pd.,M.A, Supervisi Pendidikan Terobosan
Baru dalam Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru, Yogyakarta: Arruzz Media, 2013,
97.
46
perilaku yang tidak kronis bisa diperbaiki dengan teknik supervisi yang
lain. Secara teknik mereka mengatakan bahwa supervisi klinis adalah
suatu model supervisi yang terdiri atas tiga fase, yaitu pertemuan
perencanaan, observasi kelas, dan pertemuan balik. Supervisi klinis adalah
supervisi yang terfokus pada penampilan guru secara nyata di kelas,
termasuk pula guru sebagai peserta atau partisipan aktif dalam proses
supervisi tersebut45
G. Teknik Supervisi Akademik
Teknik supervisi akademik merupakan suatu cara yang digunakan oleh
seorang supervisor dalam memberikan pelayanan dan bantuan kepada guru
yang disupervisi. Teknik-teknik supervisi pendidikan dapat ditinjau dari
banyaknya guru dan cara menghadapi guru.46
Pertama ditinjau dari banyaknya
guru, dapat dilakukan melalui:
1. Teknik Kelompok
Teknik supervisi kelompok adalah satu cara melaksanakan
program supervisi yang ditujukan pada dua orang atau lebih. Guru-guru
yang diduga, sesuai dengan analisis kebutuhan, memiliki masalah atau
kebutuhan atau kelemahan-kelemahan yang sama dikelompokkan atau
dikumpulkan menjadi satu/bersama-sama. Kemudian kepada mereka
diberikan layanan supervisi sesuai dengan permasalahan atau kebutuhan
yang mereka hadapi.
45
Mukhtar dan Iskandar, Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung Persada
Press, 2009, 61. 46
Hendiyat Soetopo dan Easti Soemanto, Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan,
Jakarta: Bina Aksara, 1984, 44.
47
Teknik-teknik yang dapat dipakai dalam supervisi kelompok antara
lain:
a. Rapat guru
Rapat Guru merupakan teknik supervisi kelompok melalui suatu
pertemuan guru yang dilakukan untuk membicarakan proses
pembelajaan, dan upaya atau cara meningkatkan profesi guru. Rapat
guru yang dipimpin oleh supervisor akan menghasilkan guru yang baik
jika direncanakan dengan baik, dilaksanakan sesuai rencana, dan
ditindaklanjuti sesuai dengan kesepakatan yang telah dicapai dalam
rapat. Contoh rapat guru adalah rapat membahas kegiatan dan
pelaksanaan pengembangan kurikulum, rapat pembinaan awal tahun
ajaran baru, rapat untuk meningkatkan kemampuan lulusan, termasuk
meningkatkan kualitas lulusan, dan juga untuk mengatasi masalah-
masalah yang ada.
b. Lokakarya (Workshop)
Lokakarya/Workshop diartikan sebagai suatu kegiatan belajar
memecahkan suatu masalah melalui percakapan. Ciri lokakarya
adalah:
1) Masalah yang dibahas bersifat “life centered" dan muncul
dari guru;
2) Menggunakan secara maksimal aktivitas mental dan fisik
dalam kegiatannya, sehingga tercapai taraf pertumbuhan
profesi yang lebih tinggi dan lebih baik dari semula atau
terjadi perubahan yang berarti setelah megikuti lokakarya;
3) Metode yang digunakan dalam bekerja adalah metode
pemecahan masalah, musyawarah, dan penyelidikan;
4) Dilaksanakan berdasarkan kebutuhan bersama;
48
5) Menggunakan narasumber yang memberi bantuan yang
besar dalam mencapai hasil; dan
6) Senantiasa memelihara kehidupan seimbang di samping
memperkembangkan pengetahuan, kecakapan, dan
perubahan tingkah laku.47
c. Diskusi
Diskusi merupakan kegiatan pertukaran pikiran atau pendapat
melalui suatu proses percakapan antara dua atau lebih individu tentang
suatu masalah untuk mencari alternatif pemecahannya. Melalui teknik
ini, kepala sekolah dapat membantu guru untuk saling mengetahui,
memahami atau mendalami suatu permasalahan, sehingga secara
bersama-sama akan berusaha mencari alternatif pemecahan masalah
tersebut. Contoh: guru PAI berdiskusi dengan kepala sekolah tentang
strategi yang tepat untuk penyampaian materi tertentu.
d. Studi kelompok.
Studi kelompok dapat diadakan dengan membentuk kelompok
guru bidang studi sejenis (biasanya untuk sekolah lanjutan). Untuk SD
dapat pula dibentuk kelompok-kelompok guru yang berminat pada
mata pelajaran tertentu. Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu
diprogramkan untuk mengadakan pertemuan/diskusi guna
membicaraka hal-hal yang berhubungan dengan usaha pengembangan
dan peranan proses belajar-mengajar. Di dalam setiap diskusi,
supervisor atau kepala sekolah dapat memberikan pengarahan,
bimbingan, nasihat-nasihat ataupun saran-saran yang diperlukan.
47
Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja …, 226.
49
2. Teknik Perorangan
Teknik yang dipergunakan apabila hanya seorang guru memiliki
masalah khusus dan meminta bimbingan tersendiri dari supervisor. Dalam
hal ini teknik-teknik yang dapat digunakan antara lain: kunjungan kelas,
observasi kelas, pertemuan individual, kunjungan antarkelas, dan menilai
diri sendiri.
a. Kunjungan Kelas
Kunjungan kelas adalah teknik pembinaan guru oleh kepala sekolah
untuk mengamati proses pembelajaran di kelas. Tujuannya adalah
untuk menolong guru dalam mengatasi masalah di dalam kelas.
Pertemuan individual adalah satu pertemuan, percakapan, dialog, dan
tukar pikiran antara supervisor guru. Cara melaksanakan kunjungan
kelas:
1) dengan atau tanpa pemberitahuan terlebih dahulu tergantung sifat
tujuan dan masalahnya,
2) atas permintaan guru bersangkutan,
3) sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan, dan
4) tujuan kunjungan harus jelas.48
b. Observasi Kelas
Observasi kelas adalah mengamati proses pembelajaran secara
teliti di kelas. Tujuannya adalah untuk memperoleh data obyektif
aspek-aspek situasi pembelajaran, kesulitan-kesulitan guru dalam
usaha memperbaiki proses pembelajaran. Secara umum, aspek-aspek
yang diobservasi meliputi usaha-usaha dan aktivitas guru-siswa dalam
48
Materi Pelatihan ..., 24.
50
proses pembelajaran, cara menggunakan media pengajaran, variasi
metode, ketepatan penggunaan media dengan materi, ketepatan
penggunaan metode dengan materi, dan reaksi mental para siswa
dalam proses belajar mengajar.49
Pelaksanaan observasi kelas ini melalui tahapan persiapan,
pelaksanaan, penutupan, penilaian hasil observasi; dan tindak lanjut.
Dalam pelaksanaan observasi kelas seorang supervisor sudah siap
dengan instrumen observasi, menguasai masalah dan tujuan supervisi,
dan tidak mengganggu proses pembelajaran.
c. Pertemuan Individual
Pertemuan individual bertujuan untuk memberikan
kemungkinan pertumbuhan jabatan guru melalui pemecahan kesulitan
yang dihadapi; mengembangkan hal mengajar yang lebih baik;
memperbaiki segala kelemahan dan kekurangan pada diri guru; dan
menghilangkan atau menghindari segala prasangka. Kunjungan antar
kelas adalah guru yang satu berkunjung ke kelas yang lain di sekolah
itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi pengalaman dalam
pembelajaran.
Menurut Swearingen dalam Materi Pelatihan Penguatan
Kemampuan Kepala Sekolah mengklasifikasi empat jenis pertemuan
(percakapan) individual sebagai berikut:
49
Materi Pelatihan ..., 26.
51
1) classroom-conference, yaitu percakapan individual yang
dilaksanakan di dalam kelas ketika murid-murid sedang
meninggalkan kelas (istirahat).
2) office-conference. Yaitu percakapan individual yang dilaksanakan
di ruang kepala sekolah atau ruang guru, di mana sudah dilengkapi
dengan alat-alat bantu yang dapat digunakan untuk memberikan
penjelasan pada guru.
3) causal-conference. Yaitu percakapan individual yang bersifat
informal, yang dilaksanakan secara kebetulan bertemu dengan guru
4) observational visitation. Yaitu percakapan individual yang
dilaksanakan setelah supervisor melakukan kunjungan kelas atau
observasi kelas.50
Supervisor harus berusaha mengembangkan segi-segi positif
guru, mendorong guru mengatasi kesulitan-kesulitannya, memberikan
pengarahan, dan melakukan kesepakatan terhadap hal-hal yang masih
meragukan.
d. Kunjungan Antar Kelas
Kunjungan antar kelas adalah guru yang satu berkunjung ke
kelas yang lain di sekolah itu sendiri. Tujuannya adalah untuk berbagi
pengalaman dalam pembelajaran. Melaksanakan kunjungan antar kelas
dengan cara direncanakan; guru-guru yang akan dikunjungi harus
diseleksi; tentukan guru-guru yang akan mengunjungi; sediakan segala
fasilitas yang diperlukan; supervisor hendaknya mengikuti acara ini
dengan pengamatan yang cermat; adakah tindak lanjut setelah
kunjungan antar kelas selesai, misalnya dalam bentuk percakapan
pribadi, penegasan, dan pemberian tugas-tugas tertentu; segera
aplikasikan ke sekolah atau ke kelas guru bersangkutan, dengan
menyesuaikan pada situasi dan kondisi yang dihadapi; dan adakan
50
Materi Pelatihan ..., 27.
52
perjanjian-perjanjian untuk mengadakan kunjungan antar kelas
berikutnya.51
e. Menilai diri sendiri
Menilai diri adalah penilaian diri yang dilakukan oleh diri sendiri
secara objektif. Untuk maksud itu diperlukan kejujuran diri sendiri.
Cara menilai diri sendiri yaitu dengan:
1) Suatu daftar pandangan atau pendapat yang disampaikan kepada
murid-murid untuk menilai pekerjaan atau suatu aktivitas.
Biasanya disusun dalam bentuk pertanyaan baik secara tertutup
maupun terbuka, dengan tidak perlu menyebut nama.
2) Menganalisa tes-tes terhadap unit kerja.
3) Mencatat aktivitas murid-murid dalam suatu catatan, baik mereka
bekerja secara individu maupun secara kelompok.52
Kedua ditinjau dari cara menghadapi guru, yaitu:
1. Teknik langsung misalnya menyelenggarakan rapat guru, kunjungan
kelas, menyelenggarakan workshop, dan mengadakan coverence.
2. Teknik tidak langsung dapat dilakukan melalui quesioner (angket), buku
presensi guru, jurnal mengajar, buku paket guru, bulletin board.
Teknik-teknik supervisi individual atau kelompok di atas tidak semua
bisa diterapkan untuk semua pembinaan guru di sekolah. Oleh sebab itu,
seorang kepala sekolah harus mampu menetapkan teknik-teknik mana yang
sekiranya mampu membina keterampilan pembelajaran seorang guru. Untuk
menetapkan teknik-teknik supervisi akademik yang tepat tidaklah mudah.
Seorang kepala sekolah, selain harus mengetahui aspek atau bidang
keterampilan yang akan dibina, juga harus mengetahui karakteristik setiap
51
Materi Pelatihan ..., 28. 52
Ibid.
53
teknik di atas dan sifat atau kepribadian guru sehingga teknik yang digunakan
betul-betul sesuai dengan guru yang sedang dibina melalui supervisi
akademik.
H. Tindak Lanjut Supervisi Akademik
Kegiatan tindak lanjut merupakan rangkaian akhir kegiatan supervisi.
Kegiatan tindak lanjut diantaranya dengan penguatan dan penghargaan
diberikan kepada guru yang telah memenuhi standar, teguran yang bersifat
mendidik diberikan kepada guru yang belum memenuhi standar dan guru
diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan/penataran lebih lanjut.
Kegiatan tindak lanjut diharapkan akan memberikan dampak perubahan
dalam peningkatan kompetensi profesional guru. Jenis tindak lanjut juga
disesuaikan dengan permasalahan dan kendala guru. Pemilihan program
tindak lanjut yang tepat akan berdampak signifikan pada keberhasilan guru.
Guru yang kurang menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar,
materi keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu tentu perlu
tindak lanjut dalam penguasaan materi pembelajaran. Guru yang kurang dalam
penggunaan media teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri, perlu pelatihan dan diklat yang berkaitan tentang
teknologi informasi. Selain itu, kegiatan tindak lanjut diharapkan mampu
memberikan peningkatan kemampuan guru dalam pembelajaran. Kepala
sekolah menyadari bahwa pemberian tindak lanjut sering diabaikan, dan ada
yang tidak melakukannya. Pembinaan dalam rapat hanya bersifat rutinitas dan
tidak menyasar pada permasalahan yang sedang dihadapi guru. Permasalahan
54
dalam mengajar tentu dialami oleh masing-masing guru, namun terkadang
kepala sekolah hanya menyimpan instrumen supervisi sebagai dokumen
administrasi saja. Tentu hal ini tidak memberikan manfaat dalam peningkatan
kompetensi guru.
Bentuk tindak lanjut supervisi akademik dapat berupa53
:
1. Pembinaan
Pembinaan dapat dilakukan secara langsung maupun tidak
langsung. Pembinaan langsung bila berkaitan dengan hal-hal yang bersifat
khusus dan perlu perbaikan dengan segera dari hasil analisis supervisi.
Pembinaan tidak langsung dilakukan terhadap hal-hal yang sifatnya umum
yang perlu perbaikan dan perhatian setelah memperoleh hasil analisis
supervisi.
Beberapa cara yang dapat dilakukan kepala sekolah/madrasah
dalam membina guru untuk meningkatkan proses pembelajaran
diantaranya dengan:
a. Menggunakan secara efektif petunjuk bagi guru dan bahan
pembantu guru lainnya
b. Menggunakan buku teks secara efektif
c. Menggunakan praktek pembelajaran yang efektif yang dapat
mereka pelajari selama pelatihan profesional/inservice training
d. Mengembangkan teknik pembelajaran yang telah mereka miliki
e. Menggunakan metodologi yang luwes (fleksibel)
f. Merespon kebutuhan dan kemampuan individual siswa
g. Menggunakan lingkungan sekitar sebagai alat bantu
pembelajaran
h. Mengelompokan siswa secara lebih efektif
i. Mengevaluasi siswa dengan lebih akurat/teliti/seksama
j. Berkooperasi dengan guru lain agar lebih berhasil
53
Donni Juni Priansa dan Risma Somad, Manajemen Supervisi dan Kepemimpinan
Kepala Sekolah, Bandung: Alfabeta, 117.
55
k. Meraih moral dan motivasi mereka sendiri
l. Memperkenalkan teknik pembelajaran modern untuk inovasi
dan kreatifitas layanan pembelajaran
m. Membantu membuktikan siswa dalam meningkatkan
ketrampilan berpikir kritis, menyelesaikan masalah dan
pengambilan keputusan
n. Menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif54
Tindak lanjut supervisi akademik bisa berupa penghargaan dan
motivasi yang diberikan kepala sekolah kepada guru yang telah melakukan
pembelajaran sesuai strandar kompetensinya. Saran dan kritik membangun
diharapkan mampu membekali guru dalam meningkatkan kemampuan
mengajar yang lebih baik. Guru diberi kesempatan seluas-luasnya untuk
mengikuti kegiatan peningkatan kompetensi diri melalui seminar,
pelatihan dan kegiatan lain dalam rangka peningkatan kompetensi
profesional guru.
2. Pemantapan instrumen supervisi akademik
Kegiatan pemantapan instrumen supervisi akademik dapat dilakukan
dengan cara diskusi kelompok oleh kepala sekolah tentang instrumen
supervisi.
Cara-cara melaksanakan tindak lanjut hasil supervisi akademik
sebagai berikut.
a. Mengkaji rangkuman hasil penilaian.
b. Apabila ternyata tujuan supervisi akademik dan standar-standar
pembelajaran belum tercapai, maka sebaiknya dilakukan penilaian
ulang terhadap pengetahuan, keterampilan dan sikap guru yang
menjadi tujuan pembinaan.
c. Apabila ternyata memang tujuannya belum tercapai maka mulailah
merancang kembali program supervisi akademik guru untuk masa
berikutnya.
54
Materi Pelatihan ..., 41.
56
d. Membuat rencana aksi supervisi akademik berikutnya.
e. Mengimplementasikan rencana aksi tersebut pada masa
berikutnya.55
I. Kompetensi Profesional Guru PAI
Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir
c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah
kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi
yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan.56
Sedangkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74
Tahun 2008 Tentang Guru bab II pasal 3 dijelaskan bahwa kompetensi
profesional sebagaimana dimaksud adalah merupakan kemampuan guru dalam
menguasai pengetahuan bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni budaya
yang diampunya yang sekurang-kurangnya meliputi penguasaan:
1. Materi pelajaran secara luas dan mendalam sesuai dengan standar
isi prorgram satuan pendidikan, mata pelajaran dan kelompok mata
pelajaran yang akan diampu
2. Konsep dan metode disiplin keilmuan, teknologi, atau seni yang
relevan, yang secara konseptual menaungi atau koheren dengan
program satuan pendidikan, mata pelajaran atau kelompok mata
pelajaran yang akan diampu.57
Kompetensi profesional guru adalah seperangkat kemampuan yang
harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan tugas
55
Materi Pelatihan ..., 43 56
Penjelasan Standar Nasional Pendidikan, http://kemenag.go.id/file/dokumen/
PP1905.pdf, diunduh hari Selasa 12 April 2016 pukul 10.00 WIB. 57
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
BAB II Pasal 3, http://www.slideshare.net/wellyindrianykurniyawan/pp-no-74-tahun-2008,
diunduh pada hari Selasa, 12 April 2016 pukul 10.00 WIB.
57
mengajarnya dengan berhasil.58
Jadi seorang guru harus memilki
kemampuan profesional tersebut agar dapat melaksanakan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai.
Sedangkan pengertian pendidikan agama dalam Peraturan Pemerintah
Nomor 55 tahun 2007 pasal 1 adalah :
Pendidikan agama adalah pendidikan yang memberikan pengetahuan
dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan peserta didik
dalam mengamalkan ajaran agamanya, yang dilaksanakan sekurang-
kurangnya melalui mata pelajaran/kuliah pada semua jalur, jenjang,
dan jenis pendidikan.59
Jadi kompetensi profesional guru pendidikan agama Islam dalam
penelitian ini merupakan seperangkat kemampuan yang dimiliki oleh guru
PAI dalam pengetahuan dan membentuk sikap, kepribadian, dan keterampilan
peserta didik dalam mengamalkan ajaran agama Islam secara luas dan
mendalam yang memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam
Standar Nasional Pendidikan
J. Indikator Kompetensi Profesional Guru PAI
Dalam Permendiknas no.16 tahun 2007 disebutkan standar kompetensi
profesional yang harus dimiliki oleh seorang guru. Standar kompetensi
profesional guru mata pelajaran adalah sebagai berikut:
1. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran yang diampu.
2. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran yang diampu.
3. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
58
Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan
di Indonesia, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, Cet. Ke-7, 18. 59
Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007, https://gurumimu.wordpress.com/
2012/04/15/pp-no-55-tahun-2007/, diunduh pada hari Selasa, 26 Juli 2016 pukul 13.00 WIB.
58
4. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri.60
Menurut Muhaimin dan Abdul Majib dalam Abdul Majid61
, guru
Agama Islam profesional harus memiliki kompetensi sebagai berikut:
1. Penguasaan materi Al Islam yang komprehensif serta wawasan dan
bahan pengajaran, terutama pada bidang yang menjadi tugasnya.
2. Penguasaan strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik)
pendidikan Islam termasuk kemampuan evaluasinya.
3. Penguasaan ilmu dan wawasan kependidikan.
4. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian
pendidikan pada umumnya guna keperluan pengembangan
Pendidikan Islam. Menurut kepekaan terhadap informasi secara
langsung atau tidak langsung yang mendukung kepentingan
tugasnya.
Departemen Agama Republik Indonesia melalui program pengadaan
dan penyetaraan guru PAI telah merumuskan kemampuan-kemampuan yang
harus dimiliki oleh guru PAI, yaitu:
1. Memiliki sifat dan kepribadian sebagai muslim yang bertakwa
kepada Allah SWT dan sebagai warga negara Indonesia serta
cendekia dan mampu mengembangkannya.
2. Menguasai wawasan kependidikan, khususnya berkenaan dengan
pendidikan pada tingkat dasar. (Sekolah/Madarasah).
3. Menguasai bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang
pendidikan dasar serta konsep dasar keilmuan yang menjadi
sumbernya.
4. Mampu merencanakan dan mengembangkan program pengajaran
Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar.
5. Mampu melaksanakan program pengajaran Pendidikan Agama Islam
sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak usia pendidikan
dasar
6. Mampu menilai proses dan hasil belajar mengajar murid
sekolah/madrasah.
60
Permendiknas no. 16 tahun 2007 https://www.google.com/search?q= Permen diknas+
no.16+tahun+2007&ie=utf-8&oe=utf-8, diunduh hari Minggu, 10 April 2016 pukul 23.00. 61
Abdul Majid, Belajar dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2014, 91-92.
59
7. Mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat serta peserta
didik sekolah/madrasah.
8. Mampu memahami dan memanfaatkan hasil penelitian untuk
menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai guru agama Islam di
sekolah/madrasah.62
Dari indikator-indikator kompetensi profesional guru PAI di atas, dapat
kami sampaikan bahwa indikator kompetensi profesional guru PAI yaitu:
1. Bertaqwa kepada Allah SWT
2. Menguasaan materi Al Islam dan ilmu kependidikan yang komprehensif
serta wawasan dan bahan pengajaran, terutama pada bidang yang menjadi
tugasnya.
3. Mampu merencanakan dan mengembangkan program pengajaran PAI
serta menguasai strategi (mencakup pendekatan, metode, dan teknik)
pendidikan Islam termasuk kemampuan evaluasinya.
4. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian pendidikan
pada umumnya guna keperluan pengembangan Pendidikan Islam.
5. Mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat serta peserta didik
sekolah/madrasah.
62
Abdul Majid, Belajar …, 92.
60
BAB III
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran umum Sekolah Dasar (SD) di Kecamatan Sragen
Kecamatan Sragen merupakan kecamatan yang terletak di pusat kota.
Jumlah Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen terdiri dari 37 yang terdiri dari 30
SD Negeri, dan 7 SD swasta.
Tabel 1
Daftar Nama dan Status Sekolah di Kecamatan Sragen
No Nama sekolah Status No Nama sekolah Status
1 SDN 1 Sragen Negeri 20 SDN Tangkil 4 Negeri
2 SDN 2 Sragen Negeri 21 SDN Kedungpit 1 Negeri
3 SDN 3 Sragen Negeri 22 SDN Kedungpit 2 Negeri
4 SDN 4 Sragen Negeri 23 SDN Kedungpit 3 Negeri
5 SDN 6 Sragen Negeri 24 SDN Nglorog 1 Negeri
6 SDN 7 Sragen Negeri 25 SDN Nglorog 3 Negeri
7 SDN 9 Sragen Negeri 26 SDN Nglorog 4 Negeri
8 SDN 12 Sragen Negeri 27 SDN Nglorog 5 Negeri
9 SDN 14 Sragen Negeri 28 SDN Teguhan Negeri
10 SDN 15 Sragen Negeri 29 SDN Mojomulyo 2 Negeri
11 SDN 16 Sragen Negeri 30 SDN Mojo 58 Negeri
12 SDN 1 Sragen Negeri 31 SD Muh. Sragen Swasta
13 SDN Kr Tengah 1 Negeri 32 SD Birrul Walidain
Muhammadiyah Sragen
Swasta
14 SDN Kr Tengah 3 Negeri 33 SDIT Az Zahro Swasta
15 SDN Sine 1 Negeri 34 SD Al Hidayah Swasta
16 SDN Sine 2 Negeri 35 SD Elim Swasta
17 SDN Sine 3 Negeri 36 SD Santo Swasta
18 SDN Tangkil 1 Negeri 37 SD Kristen Swasta
19 SDN Tangkil 2 Negeri
Sumber: UPTD Dinas Pendidikan Kec. Sragen
Guru-guru PAI terdiri dari 48 orang yang terdiri dari 12 PNS dan 36
guru Wiyata Bhakti di Sekolah Dasar Negeri dan guru yayasan. Sebanyak 46
guru PAI sudah lulus S-1/D-IV, 2 orang berpendidikan Diploma dan ada 10
61
orang yang sudah sertifikasi. Melihat sisi akademik, guru-guru PAI sudah
memiliki kompetensi dan profesional di bidang materi dan tugasnya masing-
masing. Namun guru-guru yang sudah tersertifikasi, belum ada jaminan mutu
pendidikan akan meningkat, tentu masih perlu banyak faktor pendukung lain
seperti supervisi, siswa, guru, sarana dan prasarana dan lain-lain.
Penelitian ini dilaksanakaan di beberapa SD di kecamatan Sragen yaitu
SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, SD N Mojo 58, SD N Karang
Tengah 1, SD N 16 Sragen, SD N Mojomulyo 2, SD N Tangkil 4, SD N 6
Sragen, SD N Nglorog 3, SD N Nglorog 1, dan SD N Sragen 4. Penelitian
dimulai pada bulan Pebruari sampai bulan Juli 2016. Kepala Sekolah Dasar
(SD) di kecamatan Sragen dalam hal kualifikasi pendidikan sudah sesuai
dengan Permendiknas Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah, yaitu harus memiliki kualifikasi akademik S1/D-IV
kependidikan. Bahkan sudah ada kepala sekolah yang sudah menempuh S-2.
Hal ini tentu akan mempengaruhi kepemimpinan seorang kepala sekolah,
karena kompetensi dan keterampilan kepala sekolah sangat diharapkan di
dalam mengelola sekolah yang dipimpinnya. Ada juga beberapa kepala
sekolah yang sudah mengikuti pelatihan supervisi sehingga diharapkan dengan
mengikuti program-program peningkatan kompetensi ini, kwalitas kepala
sekolah akan meningkat. Kepala sekolah juga memiliki sertifikat pendidik
yang diperoleh melalui sertifikasi, secara teoritis kepala sekolah sebagai guru
sudah profesional dalam menjalankan tugas pembelajaran.
62
B. Kondisi Sekolah Dasar di Kecamatan Sragen
1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen merupakan salah satu
sekolah swasta di bawah naungan Muhammadiyah yang beralamat di Jl.
Batanghari – Rt 02/XII Sumengko, Sragen Tengah, nomor telepon / Fax :
(0271) 894309, Web Site / email : www.sdmbirrul_srg.com / sdbirrul-
srg@yahoo.co.id. Sekolah ini berdiri sejak tahun 2004 dengan jenjang
akreditasi A. Visi sekolah untuk mewujudkan sekolah unggul dan generasi
taqwa, cerdas dan mandiri. Jumlah siswa pada tahun ajaran 2015/2016
berjumlah 704 dengan jumlah rombel sebanyak 23 dengan rincingan kelas
1 ada 4 rombel, kelas dua ada 4 rombel, kelas 3 ada 4 rombel, kelas 4 ada
4 rombel, kelas 5 ada 4 rombel dan kelas 6 ada 3 rombel.
Jumlah guru dan karyawan di SD Birrul ada 56 orang. Petugas
satpam dan kebersihan sebanyak 5 orang, guru tetap yayasan 15 orang,
guru tidak tetap yayasan 32 Orang, staf tata usaha 3 orang dan
maintenance 1 orang. Guru Pendidikan Agama Islam diampu oleh 5 orang
yaitu:
Tabel 2
Daftar Nama Guru PAI SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
No Nama Guru Gelar Asal Pendidikan
1 Dartopo S.Pd.I UIN Yogyakarta
2 Tutik Ernawati S.Pd.I Universitas Muhammadiyah Surakarta
3 Umi Muslimah S.Pd.I STIT Gontor
4 Annas Sayyidina S.Sy Universitas Muhammadiyah Surakarta
5 Hariyanto A.Md UNS (sedang menempuh Pendd.
Agama Islam di STIT Muh. Ngawi)
63
Struktur organisasi SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
sebagai berikut:
Bagan 1
Struktur Organisasi
SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
2. SD N Mojo 58
SD Negeri Mojo 58 merupakan salah satu Sekolah Dasar Negeri
yang ada di dekat pasar kota Sragen. Yaitu terletak di jalan RA. Kartini
Nomor 1 Sragen. Dahulu SD Mojo 58 merupakan penggabungan dari dua
sekolah yaitu SD N Mojo 5 dan SD N Mojo 8. Tahun ini SD N Mojo 58
mendapat nilai akreditasi A.
Siswa SD N Mojo 58 berjumlah 594 siswa. Tiap tingkatan kelas
terbagi dalam dua rombel. Dari jumlah tersebut terdiri dari 527 siswa
beragama Islam dan non Islam berjumlah 67 siswa.
64
Guru SD N Mojo 58 berjumlah 23 orang yang terdiri dari 13 orang
guru PNS, 10 orang guru Wiyata Bhakti, satu orang pustakatan dan 3
orang penjaga sekolah yang berstatus 1 PNS dan 2 Wiyata Bhakti. Guru
Pendidikan Agama Islam terdiri dari tiga orang yaitu ibu Tutik Rusdiatun,
S.Pd.I, Ibu Siti Rohani, S.Pd.I dan seorang guru Wiyata Bhakti bernama
ibu Merynda Eastin, S.Pd.I.
Struktur organisasi SD N Mojo 58 sebagai berikut:
Bagan 2
Struktur Organisasi SD N Mojo 58
3. SD N Karang Tengah 1
SD Negeri Karang Tengah 1 beralamat di Desa Karang Tengah,
terletak bersebelahan dengan kantor Kelurahan Karang Tengah. Sekolah
Kepala Sekolah Komite
Gr. K 5
3
Gr. K 2
Gr. K 1
Gr. A.Kristen
Gr. B. Inggris
Gr. K 6
Guru OR
Guru PAI
Penjaga
Masyarakat Sekitar
Gr. K 3
Gr. K 4
3
Pustakawan
Penjaga
65
ini cukup luas karena penggabungan dari dua sekolah yaitu SD N Karang
Tengah 1 dan 2. Kekungan jumlah murid di SD N Karang Tengah 1 dan
SD N Karang Tengah 2 membuat dua sekolah digabung agar lebih efektif.
Jumlah siswa di SD N Karang Tengah 1 ada 60 siswa. Jumlah
siswa selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan
desa Karang Tengah letaknya perbatasan dengan kelurahan Sragen dan
banyak anak yang lebih memilih sekolah di sekolah-sekolah Kelurahan
Sragen. Seluruh siswa beragama Islam. Y.Sri Purwanti selaku kepala
sekolah juga sudah mengupayakan berbagai cara untuk menumbuhkan
minat anak untuk mendaftar di sekolah ini, namun tetap kurang berhasil.63
Guru di SD Negeri Karang Tengah 1 berjumlah 10 orang yang
terdiri dari 6 orang guru PNS dan 4 orang Wiyata Bhakti. Pelajaran
Pendidikan Agama Islam diampu oleh Haryatik. Dia orang yang lemah
lembut, namun pandai dalam mengelola kegiatan belajar mengajar. Selain
mempunyai kualifikasi akademik sebagai guru Pendidikan Agama Islam,
Haryatik juga sudah sertifikasi, sehingga dia sudah profesional dalam
menjalankan tugasnya.
Struktur organisasi di SD Negeri Karang Tengah 1 sebagaimana
terdapat dalam bagan berikut:
63
Wawancara hari Rabu, 23 Mei 2016
66
Bagan 3
Struktur Organisasi SD N Karang Tengah 1
4. SD N 16 Sragen
SD N 16 Sragen terletak di Jl. Kapten Tendean No.8 Sragen Wetan,
Sragen. SD N 16 Sragen berdiri sejak tahun 1967 dan mempunyai lahan
yang cukup luas, membuat anak-anak lebih leluasa dalam bermain
melakukan kegiatan sekolah.
Jumlah siswa di SD N 16 dari tahun ke tahun tidak mengalami
perubahan pesat. Tiap tahun jumlah murid selalu berada di atas 100, dan
pada tahun ini keseluruhan berjumlah 118, yang terdiri dari 110 beragama
Islam dan 8 orang beragama Kristen.
Kepala Sekolah Komite
Gr. K 3
Gr. K 2
Gr. K 1
Gr. K 6
Gr. K 5
Gr. K 4
Pustakawan
Guru OR
Guru PAI
Penjaga
67
Guru di SD N 16 berjumlah 10 orang yang terdiri dari 6 PNS dan 4
orang Wiyata Bhakti. Sale Wasesa sekalu Kepala sekolah berasal dari guru
PAI dan sekarang masih mengampu mata pelajaran PAI dibantu guru
Wiyata Bhakti bernama Fatimah. Sale Wasesa mengajar kelas 5, 6 dan
kelas 1,2,3 dan 4 diampu oleh Fatimah guru Wiyata Bhakti. Fatimah
adalah guru yang kreatif, terbukti dia sering menggunakan alat peraga dan
media seperti vidio dalam proses kegiatan belajar mengajar. Di SD N 16
Sragen tidak mempunyai tenaga tata usaha, namun dalam menjalankan
tugasnya, kepala sekolah berkoordinasi dengan guru dan karyawan.
Struktur organisasi di SD N 16 Sragen bisa digambarkan sebagai
berikut:
Bagan 4
Struktur Organisasi SD N 16 Sragen
Kepala Sekolah Komite
Guru kelas 3
Guru kelas 2
Guru kelas 1
Guru kelas 6
Guru kelas 5
Guru kelas 4
Pustakawan
Guru OR
Guru PAI
Penjaga
68
5. SD N Mojomulyo 2
SD N Mojomulyo 2 terletak di tengah-tengah perkampungan
penduduk. Letaknya sangat strategis di lingkungan desa Mojomulyo serta
berada diantara rumah-rumah penduduk dan jauh dari jalan raya, membuat
SD N Mojomulyo 2 aman untuk anak-anak. Alamat SD N Mojomulyo 2
di Jalan Kyai Agus Salim Gang 9, Kelurahan Sragen Kulon, Kecamatan
Sragen.
Jumlah siswa di SD N Mojomulyo 2 tergolong banyak di
lingkungan kecamatan Sragen. Jumlah siswa ada 209 yang terdiri dari 194
siswa beragama Islam dan 8 siswa beragama Kristen. Siswa di SD N
Mojomulyo hanya berasal dari daerah sekitar. Kondisi penduduk yang
padat, membuat SD N Sidomulyo tidak mengalami kekurangan murid
setiap tahunnya.
Jumlah guru di SD N Mojomulyo 2 sebanyak 11 orang yang terdiri
dari 7 orang PNS dan 4 orang Wiyata Bhakti. Kepala Sekolah SD N
Mojomulyo 2 Menuk Rusmiati merupakan Kepala Sekolah berprestasi
tingkat kabupaten Sragen. Sebelum menjadi kepala sekolah, dia menjadi
guru di SD N 3 Sragen. Guru Pendidikan Agama Islam diampu oleh
Masykuri. Dia adalah sekretaris Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama
Islam (KKG PAI) di kecamatan Sragen. Dia guru yang rajin dan
bersemangat. Jarak tempuh tempat tinggal ke sekolah sekitar 35 km, tidak
menjadi halangan untuk senantiasa datang ke sekolah tepat waktu. SD N
Mojomulyo 2 tidak mempunyai tenaga tata usaha, namun dalam
69
menyelesaikan administrasi dikerjakan sendiri oleh kepala sekolah dan
dibantu guru
Pembagian tugas di SD N Mojomulyo 2 terdapat dalam struktur
organisasi sebagaimana pada bagan berikut:
Bagan 5
Struktur Organisasi SD N Mojomulyo 2
6. SD N Tangkil 4
SD N Tangkil 4 terletak di bagian utara Kecamatan Sragen. Yaitu
di Bulakrejo RT. 02/13 desa Tangkil, kecamatan Sragen. Letak sekolah
yang jauh dari perkampungan penduduk membuat sekolah ini mempunyai
murid sedikit. Kemudian proyek jalan tol Solo-Kertosono yang berada di
Kepala Sekolah Komite
Gr. K 3
Gr. K 2
Gr. K 1
Gr. K 6
Gr. K 5
Gr. K 4
Pustakawan
Guru OR
Guru PAI
Penjaga
G. B. Inggris
Guru Ekstra
Masyarakat sekitar
70
dekat sekolah dan memisahkan SD N Tangkil 4 dengan perkampungan,
membuat jumlah murid SD N Tangkil 4 semakin menurun.64
Jumlah murid di SD N Tangkil 4 ada 84 siswa yang keseluruhan
beragama Islam. Kepala sekolah serta guru dan karyawan selalu berusaha
untuk menarik simpati warga agar menyekolahkan anaknya ke SD N
Tangkil 4, namun jumlah siswa setiap tahun belum mengalami kenaikan
yang signifikan.
Guru dan karyawan SD N Tangkil 4 berjumlah 10 orang yang
terdiri dari 6 PNS dan 4 orang guru Wiyata Bhakti termasuk penjaga
sekolah. Guru Pendidikan agama Islam di SD Negeri Tangkil 1 diampu
oleh Gadis Wahyutira. Dia sosok guru yang bersemangat dalam mengajar.
Walau baru 6 bulan di SD Negeri Tangkil 1, dia selalu berusaha untuk
menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Pelajaran Pendidikan
Agama Islam sering dilakukan di luar kelas, yaitu praktek di masjid.
Selain lebih menyenangkan, materi yang dilakukan dengan praktek secara
langsung akan lebih melekat di ingatan anak-anak.
Dalam melaksanakan tugas sebagai kepala sekolah maupun
administrasi sekolah, Sutardi selaku kepala sekolah senantiasa
berkoordinasi dengan guru-guru yang lain. Karena di SD N Tangkil 4
tidak ada tenaga administrasi, maka guru-guru yang mempunyai waktu
luang, diharapkan bisa membantu administrasi sekolah. Struktur
64
Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016
71
organisasi SD Negeri Tangkil 4 sebagaimana terdapat dalam bagan
berikut:
Bagan 6
Struktur Organisasi SD N Tangkil 1
7. SD N 6 Sragen
SD N 6 Sragen berlokasi di pinggir jalan raya dan bersebelahan
dengan SD N 9 Sragen, tepatnya di Jalan Ahmad yani no. 133 Sragen
Kulon, Sragen. Letak sekolah yang bersebelahan membuat 2 sekolahan
selalu bersaing untuk mendapatkan peserta didik. Hal ini justru membuat
semangan guru dan kepala sekolah untuk selalu berinovasi agar lebih baik.
SD N 6 Sragen mempunyai murid berjumlah 197 terdiri dari 181
beragama Islam, 11 anak beragama Kristen dan 5 anak beragama Katolik
5. Jumlah murid yang sedemikian banyak diasuh oleh 13 guru dan
Kepala Sekolah Komite
Guru kelas 3
Guru kelas 2
Guru kelas 1
Guru kelas 6
Guru kelas 5
Guru kelas 4
Pustakawan
Guru OR
Guru PAI
Penjaga
72
karyawan, yang terdiri dari 9 orang PNS dan 4 orang Wiyata Bhakti
termasuk pustakawan dan penjaga.
Mata pelajaran Pendidikan Agama Islam diampu oleh Pranto
Sutrisno. Dia sekarang sedang menyelesaikan pendidikan S-2 jurusan
supervisi di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta. Di samping
kuliah, selama ini dia tetap mengajar. Tentunya disesuaikan dengan waktu
dia kuliah. Kepala sekolah juga memberikan ijin dan memberikan peluang
bagi guru untuk peningkatan kompetensi profesional guru.
Pembagian tugas di sekolah, digambarkan dalam bagan struktur
organisasi sebagai berikut:
Bagan 7
Struktur Organisasi SD N 6 Sragen
Kepala Sekolah Komite
Gr. K 5
3
Gr. K 2
Gr. K 1
Gr. A.Kristen
Gr. B. Inggris
Gr. K 6
Guru OR
Guru PAI
Penjaga
Murid
Masyarakat Sekitar
Gr. K 3
Gr. K 4
3
Pustakawan
73
8. SD N Nglorog 3
SD N Nglorog 3 terletak di ujung selatan Kecamatan Sragen.
Letaknya di Jalan Perintis Kemerdekaan nomor 40 Nglorog, Sragen.
Suasana kerja di SD N Nglorog 3 penuh kekeluargaan sebagaimana
diungkapkan oleh Sri Kuncoro “Suasana di sini sangat kekeluargaan
sekali, saya senang karena semua bapak ibu guru disini menganggap
teman adalah saudara, sehingga suasana kerja juga menyenangkan.”65
Murid di SD ini tergolong sedang, yaitu berjumlah 154 yang terdiri
dari 151 siswa beragama Islam dan 3 siswa beragama Kristen. Jumlah
siswa rata-rata tiap kelas 30 anak membuat proses belajar mengajar
menjadi lebih tenang dan terkendali.
Jumlah guru dan penjaga berjumlah 10 terdiri dari 6 orang guru
PNS termasuk guru PAI dan 4 orang guru Wiyata Bhakti. Mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam diampu oleh bapak Wiyono, S.Pd. Dia sosok
guru senior yang disegani. Tempat tinggal sekitar 30 km dari sekolah tidak
membuatnya mengeluh. Dia menjalani dengan penuh ikhlas hingga
pensiun tahun depan. Kedisiplinan dan ketelitiannya membuat dia
dipercaya sebagai bendahara Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Kepala sekolah SD N Nglorog 3 merupakan sosok ibu yang
bersahaja bernama Sri Kuncoro, S.Pd. Dia menjadi kepala sekolah sudah
lebih dari 6 tahun. Sebelum di SD N Nglorog 3, sempat menjadi kepala
sekolah di SD N Nglorog 1. Dalam melaksanakan tugas administrasi,
65
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
74
kepala sekolah dibantu guru-guru yang masih muda dan tentu bisa
mengoperasikan komputer. Berikut struktur organisasi di SD N Nglorog 3:
Bagan 8
Struktur Organisasi SD N Nglorog 3
9. SD N Nglorog 1
SD N Nglorog 1 merupakan Sekolah Dasar yang terletak di bagian
timur Kecamatan Sragen. SD N Nglorog 1 yang mempunyai visi unggul
dalam prestasi, teruji dalam keimanan, & ketaqwaan merupakan gabungan
dari dua sekolah yaitu SD N Nglorog 1 dan SD N Nglorog 2. Letak
sekolah sangat strategi dan berada di pinggir jalan dekat perkampungan
penduduk yaitu di Jalan Irian No. 26 Nglorog, Sragen.
Kepala Sekolah Komite
Guru kelas 3
Guru kelas 2
Guru kelas 1
Guru kelas 6
Guru kelas 5
Guru kelas 4
Pustakawan
Guru OR
Guru PAI
Penjaga
G. B. Inggris
75
Jumlah siswa di SD N Nglorog 1 mencapai 250 yang terdiri dari
248 siswa beragama Islam dan 2 siswa beragama Kristen. Tiap-tiap kelas
terdiri dari dua rombel sehingga rata-rata setiap kelas menampung 20-an
siswa.
SD N Nglorog 1 mempunyai tenaga pendidik sebanyak 15 guru
yang terdiri dari 11 Pegawai Negeri Sipil dan 3 guru Wiyata Bakti
termasuk 1 orang pustakawan. Guru PAI di SD N Nglorog 1 adalah sosok
yang sangat patuh dan disiplin. Walaupun kondisi kesehatan yang kurang
baik, Suharyati tetap masuk untuk mengajar. Dia senantiasa bersemangat
dalam mengajar, dan hanya ijin apabila sedang sakit yang memerlukan
istirahat total. Kondisi kesehatan guru Pendidikan Agama Islam yang tidak
stabil, membuat teman guru dan kepala sekolah tidak memberikan beban
terlalu berat. Guru-guru yang lain juga memahami dan bersedia membantu
dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Kepala Sekolah juga tidak
memberikan tugas tambahan kepada Suharyati mengingat kondisi
kesehatannya.
Kepala Sekolah SD N Nglorog 1 Paini, dalam melaksanakan tugas
administrasi untuk sekolah dibantu guru-guru karena tidak ada tenaga tata
usaha. Berikut struktur organisasi SD N Nglorog 1:
76
Bagan 9
Struktur Organisasi SD N Nglorog 1
10. SD N Sragen 4
SD Negeri 4 Sragen merupakan Sekolah Dasar negeri yang
mempunyai murid terbanyak. Sekolah ini terletak di pusat kota yaitu di
Jalan Diponegoro No. 6 Sragen. SD N 4 merupakan penggabungan dari
SD Negeri 4, SD Negeri 13, dan SD Negeri 19 Sragen. Visi sekolah untuk
menjadikan anak yang taqwa, berbudi pekerti luhur, cerdas, trampil, peduli
pada lingkungan dan berperspektif gender. Misi sekolah untuk
menumbuhkembangkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama, nilai-
nilai luhur kepribadian bangsa, norma-norma hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara dan bernegara dalam kehidupan sehari-hari.
Kepala Sekolah Komite
Guru kelas 3
Guru kelas 2
Guru kelas 1
Guru kelas 6
Guru kelas 5
Guru kelas 4
Pustakawan
Guru OR
Guru PAI
Penjaga
Guru Bhs. Inggris
77
Kedua, pemberdayaan seluruh komponen sekolah agar mampu
menghasilkan keluaran hasil belajar (output) yang berkualitas, memiliki
kemandirian, serta mampu berkompetisi pada jenjang pendidikan
selanjutnya. Ketiga, mengedepankan pendidikan anak seutuhnya (pas)
dalam setiap KBM. Keempat, mengembangkan pendidikan lingkungan
dengan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Kelima, menciptakan
lingkungan dan proses pembelajaran yang responsif gender.
SD Negeri 4 Sragen mempunyai murid terbanyak di kabupaten
Sragen untuk kategori sekolah negeri, yaitu berjumlah 896 siswa. Ada 849
siswa beragama Islam dan 47 siswa beragama Kristen. Dalam pelajaran
agama diampu oleh guru masing-masing.
Guru Pendidikan Agama Islam di SD N 4 Sragen terdiri dari 4 orang
yaitu:
Tabel 3
Daftar Nama Guru PAI SD N Sragen 4
No Nama Guru Gelar Asal Pendidikan
1 Siyami M.Pd.I UIN Yogyakarta
2 Sriyono S.Ag IIM Surakarta
3 Pristisa Nur F S.Pd.I Universitas Muhammadiyah Surakarta
4 Mustachim S.Pd.I IAIN Surakarta
Ibu Siyami, merupakan ketua Kelompok Kerja Guru Pendidikan
Agama Islam (KKG PAI) Kecamatan Sragen. Beliau sosok yang sangat
disiplin dan penuh tanggung jawab.
Kepala Sekolah SD N 4 Sragen adalah seorang ibu yang sangat
disiplin dalam memimpin. Beliau bernama Mastuti Rahayu. selain menjadi
78
kepala sekolah, beliau juga menjadi ketua Gugus Sukowati dan salah satu
kepala sekolah berprestasi di Kabupaten Sragen. Dalam menjalankan tugas
di sekolah, beliau dibantu oleh guru yang diberi tugas sebagai wakil kepala
sekolah. Struktur organisasi SD Negeri 4 Sragen yaitu:
Bagan 10
Struktur Organisasi SD N Sragen 4
Kepala Sekolah Komite
Guru kelas 3
Guru kelas 2
Guru kelas 1
Guru kelas 6
Guru kelas 5
Guru kelas 4
Pustakawan
Guru PAI
UPTD Dinas Pendidikan
Kec. Sragen
Guru Komputer
Guru Bhs. Inggris
Guru A. Kristen
Guru OR
Penjaga
Ko. Ekstra
79
C. Perencanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Kegiatan supervisi merupakan sesuatu hal yang direncanakan untuk
memperbaiki pengajaran tentu memerlukan perencanaan yang matang. Tugas
kepala sekolah dalam supervisi akademik yang pertama adalah merencanakan
program supervisi. Agar dapat melaksanakan supervisi, kepala sekolah harus
memiliki kompetensi dalam menyusun program supervisi akademik. Berikut
hasil penelitian di lapangan mengenai perencanaan supervisi akademik kepala
sekolah:
1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
Kepala Sekolah SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen, Rosit
Mustofa, selalu membuat perencanaan supervisi di awal tahun ajaran baru.
Perencanaan ini diwujudkan dalam program supervisi kepala sekolah.
Supervisi lebih ditekankan kepada semua guru baik guru kelas maupun
guru mata pelajaran seperti Pendidikan Agama Islam. Program supervisi
sangat penting bagi seorang kepala sekolah sebagaimana disampaikan
dalam wawancara bahwa:
“Program supervisi akademik itu sangat penting, karena itu
sebagai acuan dalam melaksanakan supervisi. Bayangkan saja
disini ada 50 an guru dan karyawan, kalau tidak ada perencanaan
tentu akan kewalahan. Dalam pembuatan perencanaan saya
selalu koordinasi dengan wakil kepala-wakil kepala yang lain
pada waktu rapat kerja (raker) awal tahun. Dan dalam
pelaksanaan supervisi saya koordinasi dengan bagian akademik.
Program supervisi ini juga saya sosialisasikan pada waktu rapat.
Hal ini dimaksudkan agar guru dan karyawan juga memahami
maksud dan tujuan program supervisi ini.66
66
Wawancara tanggal 6 April 2016 .
80
Kepala Sekolah SD Birrul Walidain, Rosit Mustofa menyusun
program supervisi dibantu oleh wakil kepala bagian Akademik yaitu Novi
Animah, Wakil Kepala bagian Kesiswaan Paryanto, serta dibantu
koordinator jenjang masing-masing kelas yaitu Yesi Puji Hastuti, Ari
Qudriyati, Tutik Ernawati, Dartopo, Annas Sayidina, dan Heni
Widiastuti. Penyusunan dilakukan di awal tahun ajaran baru. Kepala
sekolah melibatkan guru dalam menyusun program supervisi untuk selalu
koordinasi tentang jadwal dan waktu pelaksanaan. Setelah program
disusun, kemudian disampaikan dalam rapat kerja awal tahun ajaran agar
semua guru bisa memahami dan bisa mempersiapkan diri. Selain itu,
kepala sekolah juga menyampaikan tentang maksud dan tujuan diadakan
supervisi akademik.
Dalam menyusun program supervisi yang berkaitan dengan jadwal
kunjungan kelas, Kepala Sekolah berkoordinasi dengan guru yang terkait.
Hal ini dimaksudkan agar semua guru ikut terlibat dan bertanggung jawab
dalam pelaksanaannya. Apabila guru mengetahui adanya kegiatan
supervisi, mereka akan mempersiapkan diri sebaik mungkin. Adanya
supervisi akademik akan mendorong guru untuk melengkapi administrasi
dan menyiapkan pembelajaran baik guru kelas maupun guru mata
pelajaran. Dalam penyusunan kelengkapan administrasi dan perangkat
lainnya secara bersama-sama di awal tahun ajaran baru akan ada rasa
kebersamaan dan tentunya akan membuat guru bersemangat. Hal ini bisa
digunakan kepala sekolah untuk memberikan pembinaan dan bimbingan
81
dalam penyusunan administrasi serta menjelaskan manfaat adanya
supervisi.
2. SD N Mojo 58
Kepala Sekolah SD N Mojo 58, Sulardi menyusun program supervisi
sama dengan tahun sebelumnya. Program-program supervisi tahun ini
sama persis dengan tahun-tahun sebelumnya. Kepala Sekolah hanya
mengganti tanggal dan tahun pelaksanaan saja.
Menurut Sulardi, program supervisi hanya sebagai pelengkap dalam
administrasi kepala sekolah. Program supervisi tidak terlalu penting, yang
lebih adalah pelaksanaan supervisi. Program supervisi dari tahun lalu dan
sekarang juga sama, hanya mengubah tanggal dan tahun.67
3. SD N Karang Tengah 1
Dalam wawancara dengan ibu Y. Sri Purwanti Kepala Sekolah Dasar
Negeri Karang Tengah 1, tiap awal ajaran baru selalu menyusun program
supervisi, walaupun terkadang juga sama dengan tahun-tahun sebelumnya,
minimal untuk kelengkapan administrasi Kepala Sekolah. Namun dalam
pelaksanaannya kadang tidak sesuai jadwal, karena bersamaan dengan
kegiatan yang lain seperti rapat dinas atau sedang ada pelatihan.68
Jadwal supervisi disusun di awal tahun pelajaran, namun ketika ada
kegiatan yang bersamaan dan bersifat mendadak maka akan
menyesuaikan. Dalam hal ini perlu ada pengertian semua pihak baik
Kepala Sekolah maupun guru yang disupervisi, untuk diganti di hari lain.
67
Wawancara hari Senin, 21 Maret 2016. 68
wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016 .
82
4. SD N 16 Sragen
Kepala Sekolah SD N 16 Sragen, Sale Wasesa mempunyai program
supervisi kepala sekolah namun hanya mengkopi tahun-tahun sebelumnya.
Dia mengatakan bahwa perencanaan supervisi memang penting tapi
karena kesibukan kepala sekolah sehingga program supervisi dibuat sama
tiap tahunnya.
Menurut Sale Wasesa, program supervisi hanya sebagai administrasi
kepala sekolah, yang terpenting adalah bagaimana pelaksanaan supervisi.
Perhatian dan pendampingan kepala sekolah kepada guru lebih penting
daripada sekedar program supervisi.69
5. SD N Mojomulyo 2
Menuk Rusmiyati selaku kepala SD N Mojomulyo 2 menyusun
program supervisi untuk semua guru dan karyawan pada awal ajaran baru.
Kepala Sekolah menyusun program supervisi sendiri. Hal ini dimaksudkan
supaya lebih efisien waktu dan agar guru lebih konsentrasi dalam
mengajar.
Perencanaan program supervisi dilakukan oleh kepala sekolah
dengan menyesuaikan kondisi guru dan karyawan. Kepala sekolah juga
menyampaikan program supervisi kepada guru dan karyawan agar ada
kesepahaman dan tanggung jawab bersama.70
69
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016. 70
Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016.
83
6. SD N Tangkil 4
Sutardi selaku kepala sekolah tidak menyusun program supervisi.
Sutardi hanya melakukan supervisi secara insidental tanpa adanya
pedoman yang jelas. Program supervisi ada ditulis di papan secara
permanen yang dipajang di kantor sekolah. Program supervisi selalu sama
dan tidak berubah dari tahun ke tahun.
Kepala Sekolah menganggap penyusunan kegiatan supervisi tidak
penting. Sebagainya diungkapkan Sulardi dalam wawancara bahwa ada
tidaknya program supervisi tidak berpengaruh terhadap kegiatan belajar
mengajar. Walaupun tidak ada program supervisi, kepala sekolah tetap
mengawasi guru dalam mengajar secara insidental.71
7. SD N Sragen 6
Sumarni Kepala Sekolah Negeri 6 tidak menyusun program
supervisi. Program supervisi hanya dibuat dalam rencana kerja sekolah.
Kepala sekolah tidak membuat program supervisi maupun jadwal
kunjungan kelas. Sebagaimana diungkapkan dalam wawancara sebagai
berikut:
“Oo..kalau secara khusus tidak ada program supervisi, hanya
yang ada di dalam Rencana Kerja Sekolah. Di dalamnya cuma ada
jadwal pelaksanaannya secara umum tetapi kalau secara khusus
misalnya perkelas atau untuk guru mapel tidak ada. Saya
melaksanakan supervisi untuk mengamati guru mengajar. Saya
mengamati juga tidak pakai instrument. Saya cuma keliling begitu,
sambil mengamati guru-guru mengajar. Guru-guru juga sudah
paham kalau sedang diperhatikan mengajarnya.”72
71
Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016. 72
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.
84
8. SD N Nglorog 3
Sri Kuncoro Kepala Sekolah Dasar Negeri Nglorog 3 menyusun
program supervisi sebagaimana disampaikan bahwa selaku kepala sekolah
seharusnya menyusun program supervisi sebagai acuan dalam melakukan
supervisi selama setahun.73
Program supervisi digunakan sebagai pedoman
pelaksanaan supervisi kepala sekolah. Dengan program yang jelas,
diharapkan pelaksanaan supervisi akademik dapat berjalan lancar dan
maksimal.
Perencanaan supervisi Kepala Sekolah di SD N Nglorog 3 ditujukan
untuk semua guru baik guru kelas, guru Penjas, maupun guru Pendidikan
Agama Islam. Kepala Sekolah SD N Nglorog 3 merencanakan program
supervisi kepala sekolah dengan tujuan agar adanya perencanaan yang
baik dapat dilaksanakan dan mendapat hasil yang baik sesuai harapan.
9. SD N Nglorog 1
Kepala Sekolah SD N Nglorog 1, Paini belum menyusun program
supervisi kepala sekolah dengan alasan bahwa beliau baru diangkat Kepala
Sekolah 1 tahun. Sehingga belum sempat menyusun program supervisi
akademik kepala sekolah.74
Paini sebagai Kepala Sekolah beranggapan bahwa program supervisi
untuk guru PAI sudah dilakukan oleh pengawas PAI. Dia tidak membuat
perencanaan supervisi untuk guru Pendidikan Agama Islam. Dan dia juga
belum membuat program supervisi untuk guru kelas yang lain.
73
wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016. 74
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
85
10. SD N Sragen 4
Kepala Sekolah SD N 4 Sragen Mastuti Rahayu, menyusun program
supervisi pada awal tahun ajaran baru. Menurut Kepala Sekolah SD N 4
Sragen, perencanaan program supervisi diperlukan agar dalam
menjalankan supervisi, seorang kepala sekolah mempunyai pedoman dan
acuan yang jelas. Perencanaan program supervisi ditujukan untuk semua
guru dan karyawan termasuk guru Pendidikan Agama Islam baik yang
berstatus guru PNS maupun guru Wiyata Bhakti.75
Menurut Mastuti Rahayu, program supervisi selain sebagai pedoman
dalam supervisi juga sebagai administrasi kepala sekolah. Seorang kepala
sekolah harus mempunyai program supervisi yang didokumentasikan
dalam tulisan.
D. Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Berdasarkan temuan di sekolah Kecamatan Sragen dapat diketahui
bahwa pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah sebagai berikut:
1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SD Birrul
Walidain menggunakan dua tehnik yaitu kelompok dan perseorangan.
Supervisi kelompok dilakukan pada awal tahun ajaran baru dan setiap
bulan sekali di minggu pertama. Dalam tehnik kelompok, kepala sekolah
memberikan pembinaan dan menumbuhkan motivasi guru dalam
mengajar. Selain itu, dalam supervisi kelompok sering digunakan untuk
75
Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.
86
diskusi kasus tentang permasalahan yang muncul dalam kegiatan belajar
mengajar. Guru yang mempunyai permasalahan tentang anak didiknya di
kelas, disampaikan kemudian didiskusikan dengan kepala sekolah dan
guru yang lain.
Dalam supervisi kelompok digunakan kepala sekolah untuk
membantu guru mengembangkan kemampuan profesionalnya dalam
mengembangkan keterampilan mengajar melalui teknik-teknik tertentu.
Selain itu, dalam pelaksanaan supervisi kelompok digunakan kepala
sekolah untuk memberikan motivasi kepada guru agar memiliki semangat
dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas.
Persiapan supervisi kunjungan kelas di SD Birrul Walidain
Muhamamdiyah Sragen menggunakan metode guru senior, sebagaimana
disampaikan Rosit Mustofa bahwa:
“Biasanya sebelum ada supervisi, kalau ada guru mengalami
permasalahan dalam mengajar, mungkin tentang strategi atau
penggunaan media, guru terbiasa berdiskusi dengan sesama guru
per jenjang. Disini ada 4 rombel, dan tiap minggu ada pertemuan
rutin guru kelas maupun guru mapel tiap jenjang. Hal ini
dimaksudkan untuk penyamaan persepsi tentang materi serta
berdiskusi tentang strategi pembelajaran, pembuatan media
pembelajaran serta pola penanganan anak. Apabila dalam diskusi
tersebut belum menemukan solusi, biasanya konsultasi dengan
saya. Maklum disini ada lebih dari 50 guru, tentu saya tidak bisa
melakukannya sendiri.”76
Jumlah guru di SD Birrul Walidain tidak memungkinkan kepala
sekolah terjun secara langsung di setiap kelas. Dalam memberikan
bimbingan kepala sekolah bisa meminta bantuan kepada guru senior.
76
Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.
87
Strategi ini cukup efektif diterapkan untuk membantu kepala sekolah
dalam supervisi akademik.
Dalam pelaksanaan supervisi kunjungan kelas, kepala sekolah
dibantu wakil kepala bagian Akademik dan koordinator masing-masing
jenjang. Semua guru kelas maupun guru mata pelajaran Pendidikan
Agama Islam mempunyai waktu dan kesempatan yang sama dalam
supervisi. Kegiatan supervisi kunjungan kelas menggunakan instrumen
penilaian. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan wakil kepala sekolah
dan koordinator jenjang melaporkan hasil supervisi kepada kepala
sekolah.
Kepala sekolah dalam melaksanakan kegiatan supervisi perlu
menyiapkan perlengkapan supervisi, instrumen, sesuai dengan tujuan,
sasaran, objek metode, teknik dan pendekatan yang direncanakan, dan
instrumen yang sesuai. Hal ini senada dengan ungkapan Rosit Mustofa
bahwa:
“Tentu ada instrumennya, instrumen itu saya gunakan sebagai
bukti fisik adanya supervisi. Guru disini kan banyak, kalau tidak
menggunakan instrumen, ya saya tidak ingat lagipula dalam
melakukan supervisi dibantu oleh wakil kepala sekolah. Selain itu
hasil dari supervisi yang saya gunakan untuk evaluasi dan tindak
lanjutnya.”77
2. SD N Mojo 58
Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di SD N Mojo 58
menggunakan tehnik langsung dan secara kelompok seperti dalam rapat
guru. Kepala sekolah memberikan pembinaan di awal tahun ajaran baru.
77
Wawancara pada hari Rabu, 6 April 2016.
88
Kepala sekolah menyampaikan hal-hal yang perlu dipersiapkan terutama
dalam hal administrasi guru dan administrasi kelas.
Pelaksanaan supervisi kunjungan kelas, tiap guru dilakukan sekali
dalam satu semester. Untuk guru PAI, kepala sekolah hanya melakukan
kunjungan kelas kepada Tutik Rusdiatun, mengingat kegiatan kepala
sekolah yang padat serta jumlah guru yang banyak. Hal ini dilakukan
Kepala Sekolah pertimbangan bahwa Tutik Rusdiatun adalah guru
Pendidikan Agama Islam yang berstatus PNS.
Waktu pelaksanaan supervisi kunjungan kelas ditentukan dalam
program supervisi yang telah disusun di awal tahun ajaran baru. Namun
kenyataannya terkadang ada yang maju bahkan mundur dari jadwal karena
menyesuaikan kegiatan kepala sekolah. Sebagaimana diungkapkan
Sulardi Kepala Sekolah Dasar Mojo 58 bahwa:
“Kalau pelaksanaannya tiap semester cuma sekali, itupun waktunya
terkadang mundur dari jadwal. Karena saya juga memaklumi, disini
kekurangan guru. Bu Tutik sebagai guru PAI harus mengajar penuh
seminggu. Bisa dibayangkan saja, kelas 1 sampai 6 yang terdiri 3
rombel, hanya ada 1 guru dan 1 guru WB tapi jarang masuk juga,
terkadang bu Tutik itu harus mengajar dua kelas sekaligus dalam
jam yang sama, kerepotan sekali. Sedang saya sendiri juga banyak
kegiatan kepala sekolah, selain itu saya juga pengurus koperasi jadi
sering ada tamu yang kesini.”78
Dalam melakukan supervisi kunjungan kelas terhadap guru pelajaran
Pendidikan Agama Islam Tutik Rusdiatun, Sulardi tidak menilai dari sisi
materi yang disampaikan karena latar belakang keilmuan yang kurang
menguasai, namun dalam hal strategi dan perangkat pembelajaran.
78
wawancara hari Senin, 21 Maret 2016.
89
3. SD N Karang Tengah 1
Pelaksanaan supervisi kepala sekolah di SD Karang Tengah 1 hanya
dilakukan untuk menilai administrasi guru. Hal ini dilakukan ibu Y. Sri
Purwanti selaku kepala sekolah di setiap awal semester. Semua guru
termasuk guru Pendidikan Agama Islam, mengumpulkan semua perangkat
pembelajaran seperti silabus, RPP, jadwal mengajar, buku nilai dan buku
administrasi lainnya di meja kepala sekolah untuk diperiksa dan diberi
tanda tangan oleh kepala sekolah. Hal ini dilakukan agar guru tertib dalam
administrasi.79
Ibu Y. Sri Purwanti selaku kepala sekolah SD N Karang Tengah 1
tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan di kelas-kelas.
Kepala sekolah hanya mengamati guru mengajar dari luar kelas tanpa
instrumen dan dilakukan secara insidental. Hal ini juga diungkapkan
Haryatik bahwa selama menjadi guru Pendidikan Agama Islam di SD N
Karang Tengah 1 tidak pernah ada supervisi kunjungan kelas oleh kepala
sekolah. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah hanya menilai perangkat
administrasi guru saja.80
4. SD N 16 Sragen
Supervisi akademik kepala sekolah di SD N 16 Sragen sering
dilakukan dalam bentuk supervisi kelompok. Kepala sekolah sering
mengadakan pembinaan berkaitan kegiatan belajar mengajar secara
bersama-sama. Apabila ada permasalahan tertentu, kepala sekolah
79
Wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016. 80
Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.
90
mendiskusikan sendiri dengan guru yang bersangkutan. Termasuk guru
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam Fatimah sering konsultasi
dengan Kepala Sekolah mengenai strategi pembelajaran dan materi
Pendidikan Agama Islam. Seperti yang diungkapkan Sale Wasesa Kepala
Sekolah SD Negeri 16 Sragen. “Pada awalnya biasanya guru-guru tanya
apakah RPP nya dah betul atau belum, tapi selanjutnya mereka sudah
melanjutkan sendiri.”81
Pelaksanaan supervisi perseorangan di SD N 16 Sragen dilakukan
secara langsung. Sebelum melakukan observasi di kelas, kepala sekolah
berdiskusi dengan guru dan memeriksa RPP untuk mengetahui
perencanaan dalam pembelajaran. Kemudian kepala sekolah mengamati
guru dalam proses belajar mengajar di kelas.
Saat mengamati proses pembelajaran di kelas, kepala sekolah
menggunakan instrumen yang berfungsi sebagai penilaian. Selain sebagai
bukti fisik kegiatan supervisi, instrumen untuk mencatat hal-hal yang perlu
diperbaiki guna kegiatan tindak lanjut
5. SD N Mojomulyo 2
Kepala sekolah SD N Mojomulyo 2 menggunakan dua tehnik dalam
supervisi yaitu kelompok dan perseorangan. Supervisi kelompok
dilakukan kepala sekolah secara bersama-sama dalam rapat guru awal
tahun ajaran baru. Seperti yang disampaikan oleh Menuk Rusmiyati
Kepala Sekolah SD N Mojomulyo bahwa:
81
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.
91
“Dalam pelaksanaannya paling satu semester cuma satu kali. Tapi
pelaksanaannya tidak runtut. Pada awal ajaran baru saya
memberikan bimbingan seperti cara membuat RPP, silabus dan
lainnya. Namun pelaksanaan supervisi di kelas, tidak pasti harinya.
Saya menyesuaikan dan mencari waktu luang, karena kepala sekolah
tugasnya juga banyak.”82
Untuk kegiatan supervisi perseorangan, kepala sekolah SD N
Mojomulyo 2 melakukan kunjungan kelas. Kepala sekolah mengamati
guru dalam mengajar secara bergantian sesuai jadwal yang telah disepakati
bersama. Termasuk guru Pendidikan Agama Islam Masykuri juga
disupervisi. Supervisi akademik penting bagi kepala sekolah untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan guru dalam pembelajaran.
Supervisi akademik dilaksanakan sekali dalam tiap semester, sedangkan
waktu bisa menyesuaikan jadwal kepala sekolah dan guru yang akan
disupervisi. Sebagaimana diungkapkan Menuk Rusmiyati Kepala Sekolah
SD N Mojomulyo 2:
“Dalam pelaksanaanya paling satu semester cuma satu kali. Tapi
pelaksanaannya tidak runtut. Pada awal ajaran baru saya
memberikan bimbingan seperti cara membuat RPP, silabus dan
lainnya. Namun pelaksanaan supervisi di kelas, tidak pasti harinya.
Saya menyesuaikan dan mencari waktu luang, karena kepala sekolah
tugasnya juga banyak.”83
Menuk Rusmiyati dalam melakukan supervisi akademik didukung
dengan instrumen penilaian yang terdiri dari penilaian perencanaan
pembelajaran dan pelaksanaan pembelajaran. Dalam instrumen ini memuat
hal-hal atau komponen-komponen penilaian. Kepala sekolah perlu
82
Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016. 83
Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016.
92
mensosialisasikan instrumen ini kepada guru agar terjadi kesepahaman.
Instrumen ini merupakan pedoman dalam melaksanakan supervisi, agar
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
6. SD N Tangkil 4
Sebagai kepala sekolah SD N Tangkil 4 Sutardi, belum pernah
melakukan supervisi kunjungan kelas kepada guru-guru termasuk kepada
guru Pendidikan Agama Islam yaitu Gadis Wahyutira. Dia hanya
melakukan pembinaan kepada guru dalam waktu rapat guru. Pada waktu
luang, Sutardi terkadang berkeliling mengamati guru yang mengajar, tanpa
ada instrumen dan tujuan yang jelas.
Sutardi selaku Kepala Sekolah juga jarang melakukan supervisi
kelompok ataupun diskusi perseorangan dengan guru PAI. Sutardi yang
berasal dar guru Pendidikan Agama Islam sebelum menjadi Kepala
Sekolah merasa guru PAI sudah menguasai materi PAI dan sudah mampu
dalam mengajar, sehingga dia beranggapan tanpa adanya supervisi,
pembelajaran tetap berjalan lancar.
7. SD N 6 Sragen
Pelaksanaan supervisi di SD N 6 Sragen, Kepala Sekolah hanya
menggunakan teknik kelompok. Supervisi kelompok dilakukan Kepala
Sekolah dalam bentuk rapat guru yang membahas tentang proses
pembelajaran secara umum.
Sumarni selaku kepala sekolah tidak melakukan supervisi
perseorangan baik kunjungan kelas, observasi kelas maupun secara
93
individual kepada guru PAI maupun guru kelas yang lain. Seperti yang
disampaikan Sumarni Kepala Sekolah Dasar 6 Sragen sebagai berikut:
“Tidak ada pembinaan khusus dari saya, karena saya mengamati
KBM juga insidental. Itupun tidak menggunakan instrumen. Biasanya
hal-hal yang belum pas atau perlu perbaikan saya catat di buku
harian saya, kemudian waktu rapat guru saya sampaikan. Dan
tentunya tidak saya sebutkan nama guru, untuk menjaga perasaan.”84
8. SD N Nglorog 3
Pelaksanaan supervisi akademik di SD N Nglorog 3 dilakukan
dengan tehnik kelompok dan perseorangan. Tehnik kelompok dilakukan
kepala sekolah pada awal tahun ajaran baru. Supervisi kelompok untuk
memberikan bimbingan kepada guru dalam menyusun silabus, RPP dan
menentukan strategi dalam pembelajaran. Sebagaimana diungkapkan Sri
Kuncoro kepala SD Nglorog 3 “Biasanya saya menanyakan dulu kepada
guru. Nanti jadwalnya apa, materinya tentang apa. Kemudian saya juga
menanyakan metode yang dipakai. Kalau ada yang belum pas, saya kasih
masukan. Termasuk pemilihan alat peraga kalau memang diperlukan.”85
Sri Kuncoro melakukan diskusi untuk mengetahui kesiapan guru
serta mengetahui permasalahan-permasalahan awal yang muncul untuk
dicari penyelesaiannya. Pembinaan kepala sekolah kepada guru dapat
memberikan semangat dan rasa percaya diri bagi guru karena kepala
sekolah telah memberikan perhatian dan bimbingan dalam pelaksanaan
pembelajaran.
84
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016. 85
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
94
Selain supervisi kelompok, kepala sekolah SD N Nglorog 3 juga
melakukan tehnik supervisi perseorangan dengan kunjungan kelas.
Kegiatan kunjungan kelas dilakukan sekali dalam satu semester ke semua
guru termasuk guru PAI. Kunjungan kelas ini dengan tujuan untuk
pembinaan guru oleh kepala sekolah untuk mengamati proses
pembelajaran di kelas. Namun pada tahun ajaran 2015/2016 ini, hanya
melakukan sekali dalam setahun kepada guru PAI Wiyono. Hal ini
dikarenakan kesibukan kepala sekolah dan banyaknya administrasi sekolah
yang perlu diselesaikan.
9. SD N Nglorog 1
Kepala SD N Nglorog 1 tidak melakukan supervisi kepada guru
Pendidikan Agama Islam dengan berbagai pertimbangan. Paini selaku
kepala sekolah memberikan kebijaksanaan kepada Suharyati selaku guru
Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan mengingat Suharyati sering
sakit. Kepala Sekolah hanya memberikan motivasi kepada Suharyati agar
tetap semangat dalam mengajar.
Paini selaku Kepala sekolah juga tidak memaksa Suharyati untuk
membuat administrasi yang berkaitan dengan pelajaran Pendidikan Agama
Islam. Seperti diungkapkan dalam wawancara sebagai berikut:
“Kalau supervisi di sekolah ini yang jelas dalam rapat-rapat saya
tekankan tertib adminstrasi. Kalau kegiatan pembelajaran di kelas,
belum saya terapkan. Apalagi maaf, bu guru PAI sering sakit. Saya
tidak tega kalau membebani dia terlalu lebih. Dulu diminta nilai rapot
PAI yang kurikulum 2013 saja malah masuk rumah sakit 10 hari.
Kalau saya laksanakan program supervisi beneran takutnya nanti
nambahi beban dan malah sakit tidak bisa ngajar. Kalau guru-guru
95
disini loyalitasnya sangat tinggi, saya sudah bersyukur mereka
mengajar dengan tertib gitu aja.”86
10. SD N 4 Sragen
Kegiatan supervisi akademik kepala sekolah di SD N 4 Sragen
menggunakan teknik kelompok dan perseorangan. Tehnik kelompok
dilakukan dalam wujud pembinaan awal tahun secara bersama-sama
dengan seluruh guru. Dalam pembinaan ini kepala sekolah menyampaikan
hal-hal yang perlu dipersiapkan selama setahun seperti pembuaatan RPP
dan perangkat kelas yang lain. Tidak hanya guru kelas, namun guru-guru
bidang studi juga mendapatkan supervisi.
Supervisi perseorangan dilakukan Mastuti Rahayu selaku kepala
sekolah SD N 4 Sragen dengan kunjungan kelas. Pelaksanaan supervisi
kunjungan kelas hanya dilakukan untuk guru PNS baik guru kelas
maupun guru bidang studi termasuk guru Pendidikan Agama Islam.
Mastuti Rahayu tidak melakukan supervisi kunjungan kelas untuk guru
Wiyata Bhakti dengan berbagai pertimbangan. Menurut Mastuti Kepala
Sekolah Dasar Negeri 4 Sragen bahwa:
“Seorang kepala sekolah haruslah mempunyai program supervisi,
karena itu sudah menjadi tugas kepala sekolah, ya dilaksanakan
semaksimal mungkin. Namun dalam pelaksanaannya tidak semua
guru saya supervisi. Saya lebih menekankan pada guru PNS, saya
tidak tega kalau guru WB ikut disupervisi. Dulu pernah saya
lakukan, tapi ya kembali lagi, saya tidak tega. Karena saya tidak
bisa menuntut terlalu banyak kepada WB, karena tidak ada ikatan
yang memaksa dia untuk berbagai tanggung jawab dalam
mengajar. Beda dengan yang PNS kan. Di samping itu, guru disini
ada 40 an orang, jadi tidak cukup waktu karena kegiatan kepala
sekolah juga tidak supervisi saja. Dan juga guru WB masih takut
86
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
96
ketika ada supervisi, pernah dulu saya lakukan untuk semua guru.
Tapi guru yang WB terlihat kurang siap dan membuat saya tidak
tega.”87
Mastuti Rahayu tidak bermaksud membedakan status guru dalam
supervisi, namun karena jumlah guru yang banyak sehingga kepala
sekolah tidak mampu melakukan kunjungan di setiap kelas. Maka kepala
sekolah memberikan prioritas kepada guru PNS karena secara tugas dan
tanggung jawab yang lebih berat.
Guru Pedidikan Agama Islam yang terdiri 4 orang, 1 orang yaitu
Siyami berstatus PNS dan 3 orang lainnya berstatus guru Wiyata Bhakti.
Kepala Sekolah SD N 4 Sragen melakukan supervisi kunjungan kelas
kepada Siyami selaku guru Pendidikan Agama Islam sekali dalam satu
semester. Kegiatan supervisi kunjungan kelas ini dimaksudkan untuk
memberikan semangat dalam peningkatan kompetensi profesfional guru
serta memberikan penilaian dalam kegiatan belajar mengajar di kelas.
Walaupun Kepala Sekolah Mastuti Rahayu tidak berlatar belakang
Pendidikan Agama Islam, namun dalam supervisi kepala sekolah bisa
memberikan saran dan penilaian dalam strategi dan metode mengajar yang
baik.
Dalam melakukan supervisi, kepala sekolah SD N 4 Sragen
menggunakan instrumen. Instrumen perencanaan pembelajaran terdiri dari
penilaian perencanaan yang akan dilakukan guru dalam pembelajaran
seperti RPP. Instrumen pelaksanaan pembelajaran terdiri dari penilaian
87
Wawancara pada hari Rabu, 1 Juni 2016.
97
kegiatan pembelajaran, mengelola interaksi kelas dan evaluasi. Kedua
instrumen tersebut berisi cacatan dan rekomendasi kepala sekolah dalam
penilaian, selanjutnya digunakan dalam tindak lanjut. Sebagaimana
diungkapkan Mastuti Kepala bahwa:
“Tentu saya memakai instrumen, sebagai kepala sekolah saya
perlu mendokumentasikan hasil supervisi itu. Instrumen ini
penting, karena hasil penilaian ada di sini, dan ini saya gunakan
untuk langkah selanjutnya. Kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran akan saya jadikan bahan untuk pembinaan guru.”88
E. Program Tindak Lanjut Supervisi Akademik Kepala Sekolah
1. SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
Bagi sekolah swasta seperti SD Birrul Walidain Muhammadiyah
Sragen, hasil supervisi sangat penting untuk menentukan tindak lanjut.
Guru yang mempunyai permasalahan bersifat pribadi, akan dipanggil
wakil kepala sekolah akademik Novi Animah secara pribadi agar tidak
menyinggung perasaan yang guru bersangkutan. Apabila belum ada
perubahan, akan diberi pembinaan oleh kepala sekolah. Permasalahan
yang bersifat umum dan dialami oleh beberapa guru bisa disampaikan
dalam rapat pembinaan guru. Selain itu, kelebihan-kelebihan guru juga
perlu dipromosikan, bisa berupa kenaikan gaji, penempatan posisi ataupun
bonus yang lain untuk memacu kinerja guru lebih profesional.
Hal ini sebagaimana disampaikan kepala sekolah SD Birrul
Walidain Rosit Mustofa:
“Ya tentu ada, catatan-catatan dalam supervisi itu saya evaluasi.
Kalau perlu saya panggil ke ruangan saya untuk saya beri masukan.
88
Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.
98
Hal ini untuk menjaga perasaan guru dan saya kira ini akan lebih
maksimal. Selain itu, saya sering mengirim guru untuk mengikuti
pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan tugas dan mata pelajaran
yang diampu.
Selain itu, hasil supervisi saya gunakan untuk pemetakan guru. Dari
hasil itu, saya bisa memetakkan mana guru yang perlu ditempatkan
sebagai wali kelas, guru mata pelajaran, tim lomba, guru kelas atas,
guru kelas bawah ataupun yang lainnya. Maaf karena kita sekolah
swasta, maka hasil kerja guru juga menentukan gaji yang akan
diperoleh. Kita tidak bisa menyamakan guru dengan kinerja rendah
dan guru yang mempunyai kinerja tinggi. Guru yang kurang bagus
kinerjanya selalu saya panggil, saya beri masukan. Dan apabila tidak
ada perubahan setelah dipanggil sampai 3 kali, ya saya beri surat
pemberhentian. Memang sanksi kita berlakukan secara bertahap, guru
yang punya kompetensi rendah tidak bisa menjadi wali kelas, kemudian
scorsing dan bila tidak ada perubahan akan berujung pemberhentian.
SD Birrul adalah sekolah swasta, tuntutan orang tua sangat luar biasa.
Maka perlu kerja profesional, kerja bersemangat dan tentunya
berharap hasil yang maksimal.”89
Sasaran terpenting dalam tindak lanjut hasil supervisi guru SD
Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen adalah peningkatan kegiatan
pembelajaran. Dengan adanya tindak lanjut, minimal dapat memberi solusi
terhadap kendala-kendala yang muncul dalam pembelajaran. Selain
masukan dari supervisor, masukan dari guru juga bisa dijadikan perbaikan
dalam proses supervisi.
2. SD N Mojo 58
Kepala Sekolah SD Mojo 58 tidak melakukan tindak lanjut secara
langsung kepada guru PAI, melainkan memberikan pembinaan secara
langsung pada rapat guru. sebagaimana disampaikan kepala SD N Mojo
58 Sulardi bahwa:
“Ya saya hanya menyampaikan kepada guru untuk selalu belajar.
karena ilmu itu semakin berkembang. Guru PAI, guru Penjas dan guru-
89
wawancara hari Rabu, 6 April 2016.
99
guru kelas selalu saya sarankan untuk aktif di kegiatan KKG masing-
masing. Agar lebih banyak wawasan dan pengetahuan. Kalau dari saya
selaku kepala sekolah, ya kurang maksimal. Kalau cuma dalam
menyusun RPP dan persiapan pembelajaran, saya bisa bantu, tapi
kalau berkaitan dengan pelajaran, ya tentu kurang pas untuk pelajaran
PAI, karena dulu saya sebagai guru kelas.”90
Sulardi selaku kepala sekolah kurang percaya diri ketika
memberikan masukan kepada guru PAI. Latar belakang disiplin ilmu yang
berbeda, membuat kepala sekolah tidak memberikan masukan dalam hal
materi pembelajaran PAI. Kepala sekolah beranggapan guru PAI sudah
menguasai materi pembelajaran karena sudah sesuai dengan disiplin
ilmunya.
3. SD N Karang Tengah 1
Kegiatan tindak lanjut di SD N Karang Tengah 1 hanya berupa
pembinaan pada waktu rapat guru. Karena Kepala Sekolah hanya
melaksanakan supervisi administrasi guru, maka bentuk tindak lanjut
hanya penekanan pada kelengkapan administrasi saja. Sebagaimana
diungkapkan Y. Sri Purwanti bahwa sebagai kepala sekolah dia selalu
memberikan pembinaan pada saat rapat. Guru harus baik dalam mengajar
dan tertib administrasi. Apalagi guru yang sudah sertifikasi. Pemerintah
memberikan tambahan gaji untuk meningkatkan profesional guru.91
Kepala Sekolah SD N Karang Tengah 1 tidak melakukan supervisi
kunjungan kelas kepada guru PAI, maka Kepala Sekolah juga tidak
melakukan tindak lanjut. Kepala Sekolah tidak pernah memberikan tindak
90
Wawancara hari Senin, 21 Maret 2016. 91
Wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016.
100
lanjut berupa pembinaan kepada guru PAI berkaitan dengan pembelajaran
PAI. Kepala Sekolah beranggapan bahwa pembinaan dalam tindak lanjut
supervisi untuk guru PAI menjadi tanggung jawab pengawas PAI.
4. SD N 16 Sragen
Kepala sekolah SD N 16 Sragen memberikan tindak lanjut kepada
guru Pendidikan Agama Islam dengan pembinaan langsung secara
perseorangan. Hal ini dilakukan karena Sale Wasesa selaku Kepala
Sekolah berasal dari guru Pendidikan Agama Islam. Latar belakang
akademik membuat Sale Wasesa lebih menguasai materi dan
berpengalaman dalam strategi pembelajaran PAI.
Kegiatan tindak lanjut dilakukan Kepala Sekolah dengan harapan
agar kekurangan guru PAI dalam proses pembelajarn dapat diperbaiki.
Kepala Sekolah perlu menyampaikan kelebihan guru agar menjadi
penyemangat dan dapat menggali potensi guru PAI.
5. SD N Mojomulyo 2
Kepala Sekolah SD Mojomulyo 2 melakukan tindak lanjut hasil
supervisi dengan selalu menyarankan kepada guru PAI untuk aktif di
kegiatan KKG agar guru PAI aktif di kegiatan KKG karena dalam
kegiatan KKG, guru PAI akan mendapatkan ilmu secara langsung
mengenai materi-materi yang berkaitan dengan tema-tema pembelajaran
PAI. Hal ini tentu akan lebih memudahkan guru PAI dalam menguasai
strandar kompetensi dan kompetensi dasar pelajaran PAI. Strategi-strategi
pembelajaran yang mendukung pembelajaran PAI, tentu akan lebih
101
mendalam dibahas dalam kegiatan ini. Hal ini diungkapkan Menuk
Rusmiyati Kepala SD Negeri Mojomulyo 2:
“Untuk tindak lanjutnya, pertama-tama saya lihat hasil supervisi
dulu. Saya mempunyai catatan-catatan tersendiri. Apabila perlu
saya beri masukan secara pribadi, maka saya akan memanggil guru
ke ruangan saya secara pribadi, karena ini menjaga perasaan guru
satu dengan yang lain. Kalau hanya bersifat umum, biasanya saya
sampaikan di rapat guru.
Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan kompetensi profesional
guru, terutama guru PAI. Ya saya sarankan aktif di kegiatan KKG.
Karena penguasaan kompetensi terutama guru PAI yang di KKG
itu. Latar belakang saya kan bukan guru PAI, jadi urusan
penguasaan materi itu ya kurang paham. Saya hanya memberikan
pendampingan dalam metode pengajaran, media pembelajaran, ya
pokoknya yang bersifat umum saja.”92
6. SD N Tangkil 4
Kepala sekolah SD N Tangkil 4 tidak mengadakan tindak lanjut
karena Kepala Sekolah tidak melaksanakan supervisi di kelas. Kegiatan
pembinaan yang dilakukan Kepala Sekolah hanya bersifat umum dan tidak
mengacu pada permasalahan guru.
Kepala Sekolah juga tidak melakukan pemantapan instrumen
supervisi akademik karena Kepala Sekolah tidak mempunyai instrumen
dalam supervisi. sebagaimana diungkapkan Sutardi selaku kepala sekolah
SD N Tangkil 4 bahwa:
“Saya tidak memberikan tindak lanjut secara spesifik. Saya hanya
memberikan pembinaan secara umum saja dalam rapat guru. Kalau
ada undangan pelatihan, ya saya kirim sesuai undangan. Misal
untuk guru kelas 1 ya saya kirim guru kelas 1. Kalau undangan
untuk guru PAI ya saya kirim guru PAI. Apalagi pelatihan-
pelatihan juga jarang, paling yang baru-baru ini pelatihan
kurikulum 2013.93
92
Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016. 93
Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016.
102
7. SD N Sragen 6
Kepala sekolah SD N 6 Sragen tidak memberikan tindak lanjut
karena tidak melakukan supervisi di kelas. Sumarni selaku Kepala Sekolah
SD N Sragen 6 hanya memberikan saran dan pembinaan secara umum
tanpa mengetahui secara pasti permasalahan, kelebihan dan kekurangan
guru dalam mengajar masing-masing guru. Selain itu sebagaimana
diungkapkan Sumarni bahwa dia tidak mengadakan tindak lanjut, karena
merasa kurang paham materi PAI.94
Sumarni kurang memahami konsep tindak lanjut. Menurut dia,
pembinaan dan pengawasan guru PAI menjadi tanggung jawab pengawas
PAI. Selain itu, dia merasa guru PAI di SD N Sragen 6 sudah menguasai
kompetensi dan sudah profesional dalam mengajar. Hal ini dilihat dari usia
guru PAI yang masih mudah dan sudah menempuh pendidikan S2.
8. SD N Nglorog 3
Kepala sekolah SD N Nglorog 3, Sri Kuncoro mengatakan bahwa
untuk tindak lanjut guru Pendidikan Agama Islam, dia menyarankan
untuk guru PAI selalu aktif mengikuti Kelompok Kerja Guru PAI. Dengan
mengikuti KKG PAI tentu akan dapat meningkatkan kemampuan guru
dalam mengajar.
Sri Kuncoro yang berlatar belakang guru kelas, merasa kurang
mampu memberikan pembinaan kepada guru PAI. Seperti diungkapkan
Sri Kuncoro bahwa:
94
Wawancara hari Kamis, 5 April 2016.
103
“Sebagai tindak lanjut ya saya pelajari dulu kekurangan masing-
masing guru. Catatan-catatan waktu supervisi saya gunakan untuk
pertimbangan. Saran dan masukan sudah pasti, kemudian saya
arahkan untuk senantiasa aktif di KKG PAI, biar lebih
meningkatkan kemampuan guru.”95
9. SD N Nglorog 1
Kepala sekolah SD N Nglorog 1 dan SD N Karang Tengah 1 tidak
melakukan tindak lanjut hasil supervisi kepada guru Pendidikan Agama
Islam dengan alasan tidak melakukan tindakan supervisi di kelas. Selain
itu, perbedaan keyakinan antara kepala sekolah SD N Karang Tengah 1
dengan guru PAI sehingga kepala sekolah SD N Karang Tengah 1 Y. Sri
Purwanti merasa tidak berwenang memberikan pembinaan kepada guru
PAI.
Kepala Sekolah SD N Nglorog 1 hanya melakukan supervisi khusus
administrasi guru. Bentuk tindak lanjut yang dilakukan Kepala Sekolah
hanya memberikan pembinaan dalam kelengkapan administrasi guru.
Kepala Sekolah sangat menekankan kepada guru untuk selalu tertib
administrasi.
10. SD N 4 Sragen
Bentuk tindak lanjut sangat penting bagi Kepala Sekolah untuk
menentukan langkah-langkah selanjutnya. Hasil supervisi ini pun juga
disesuaikan dengan kebutuhan guru yang bersangkutan. Sebagaimana
diungkapkan kepala SD N 4 Sragen Mastuti Rahayu bahwa hasil supervisi
perlu ditindak lanjuti, baik secara pribadi maupun secara umum
95
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
104
disampaikan melalui pembinaan guru. Guru yang sudah mengajar bagus,
juga disampaikan agar tambah semangat dan menjadi motivasi untuk guru
yang lain.96
Kepala sekolah SD N 4 Sragen Mastuti Rahayu, memberikan
tindak lanjut berupa pembinaan kepada guru. Pembinaan langsung
dilakukan secara perseorangan berkaitan dengan hasil supervisi dan
pembinaan secara umum disampaikan pada waktu rapat guru.
96
Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.
105
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tingkat Keberhasilan Supervisi Akademik
Setelah melakukan penelitian di lapangan, keberhasilan supervisi
akademik kepala sekolah masih belum maksimal. Kegiatan supervisi
akademik Kepala Sekolah yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan dan
tindak lanjut belum dilakukan Kepala Sekolah sesuai teknik, prinsip dan
tujuan supervisi. Hal ini tentu berpengaruh terhadap keberhasilan supervisi
akademik kepala sekolah dalam meningkatkan kompetensi profesional guru
PAI.
Dalam penyusunan program supervisi, masih ada Kepala Sekolah yang
tidak menyusun program supervisi. ada juga Kepala Sekolah yang menyusun
program supervisi namun hanya menggandakan program tahun sebelumnya,
bahkan ada yang menggandakan dari sekolah lain.
Kepala Sekolah yang menyusun program supervisi diantaranya SD
Birrul Walidain Muhammadiyah, SD N Nglorog 3 dan SD N 4 Sragen.
Penyusunan dilakukan kepala sekolah di awal tahun ajaran baru sebagai
pedoman pelaksanaan supervisi selama setahun yang akan datang. Dalam
menyusun program supervisi, Kepala Sekolah melibatkan guru dalam
koordinasi tentang jadwal dan waktu pelaksanaan. Hal ini bisa menumbuhkan
rasa tanggung jawab bersama antara guru dan Kepala Sekolah.
Program supervisi yang sudah jadi kemudian disampaikan dalam rapat
guru di awal tahun ajaran baru. Fungsi penyampaian program kepada guru
106
agar guru bisa mengetahui maksud dan tujuan supervisi serta bisa
mempersiapkan diri. Pemahaman persepsi ini penting untuk membangun pola
pikir guru bahwa kegiatan supervisi tidak untuk menakut-nakuti ataupun
mengawasi guru dalam mengajar, namun kegiatan supervisi merupakan
kegiatan untuk memberikan bimbingan kepada guru untuk memperbaiki
pembelajaran.
Namun kenyataan di lapangan, ada kepala sekolah yang tidak
melakukan perencanaan supervisi dengan menyusun program supervisi.
Kepala Sekolah menganggap program supervisi tidak berpengaruh terhadap
kemampuan profesional guru terutama guru PAI. Program supervisi hanya di
pajang pada papan yang dari tahun ke tahun tertulis sama dan tidak ada
perubahan apapun.
Kepala sekolah membuat program supervisi hanya untuk kelengkapan
administrasi apabila ada pemeriksaan dari pengawas sekolah. Untuk
memenuhi kewajiban administrasi, kepala sekolah membuat program
supervisi hanya memakai program supervisi dari tahun-tahun yang lalu. Hal
ini dilakukan hanya mengubah tanggal dan tahun kemudian digandakan tiap
tahun ajaran baru. Bahkan ada yang mengcopi program supervisi sekolah lain
dan hanya mengganti identitas sekolah saja. Program supervisi ini juga tidak
disosialisasikan kepada semua guru, sehingga guru juga tidak mengetahui
adanya program supervisi akademik kepala sekolah.
Kepala Sekolah tidak membuat program supervisi sesuai prinsip dan
manfaat perencanaan program supervisi akademik kepala sekolah. Membuat
107
program supervisi hanya menggunakan dokumen tahun sebelumnya ataupun
menggandakan program supervisi dari SD lain. Kebutuhan kondisi guru di
masing-masing sekolah tentu berbeda. Hal ini tidak sesuai dengan prinsip
perencanaan program supervisi akademik kepala sekolah yang mana harus
obyektif, bertanggung jawab, berkelanjutan, dan didasarkan pada kebutuhan dan
kondisi sekolah.97
Keberhasilan supervisi akademik Kepala Sekolah dalam meningkatkan
kompetensi profesional guru PAI juga kurang maksimal dilihat dari sisi
pelaksanaan. Kepala Sekolah hanya melaksanakan supervisi kelompok dengan
rapat guru di awal tahun ajaran baru. Hal ini disampaikan kepala sekolah
untuk memberikan pembinaan dan pengarahan tentang kelengkapan
administrasi kepada guru. Pembinaan dan pengarahan administrasi hanya
bersifat umum dan kurang fokus dalam peningkatan kompetensi profesional
guru Pendidikan Agama Islam.
Kepala Sekolah tidak melaksanakan supervisi akademik karena
kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang supervisi. Kepala sekolah
tidak memberikan bimbingan dalam perbaikan pembelajaran, hanya menuntut
guru-guru agar bekerja lebih baik dan nilai setiap mata pelajaran peserta didik
meningkat. Ini salah satu bukti bahwa kelemahan kepala sekolah tidak
memiliki kompetensi dalam mengelola sekolah. Kepala sekolah belum
memahami bahwa kegiatan supervisi tidak hanya menilai kinerja guru, tetapi
juga memberikan pembinaan dan bimbingan. Kepala sekolah hanya
97
Materi Pelatihan ..., 15.
108
mengetahui bahwa supervisi hanya dilakukan oleh pengawas sekolah. Kepala
sekolah juga belum memahami instrumen-instrumen supervisi akademik. Hal
ini diungkapkan oleh Sutardi Kepala SD N Tangkil 4 bahwa “saya belum
memahami instrumen untuk supervisi, karena kepala sekolah juga jarang ada
pelatihan tentang supervisi itu.”98
Kepala Sekolah ada yang tidak melakukan supervisi akademik kepada
guru PAI karena faktor latar belakang pendidikan. Supervisi hendaknya tidak
diartikan sempit, melainkan perlu mempertimbangkan prinsip dan tujuan
dalam supervisi. Penguasaan materi pelajaran yang diampu guru tidak semua
wajib dikuasai kepala sekolah. Apabila kepala sekolah menguasai materi yang
diampu guru, tentu bimbingan akan lebih maksimal karena kepala sekolah
sudah berpengalaman dalam menyampaikan materi tersebut. Namun hal ini
tidak perlu dijadikan alasan kepala sekolah tidak melakukan kegiatan supervisi
kepada guru PAI. Guru PAI juga perlu bimbingan dan pembinaan dari kepala
sekolah dalam memilih strategi dan metode dalam penyampaian materi
pembelajaran.
Kepala sekolah SD di Kecamatan Sragen sebagian besar berlatar
belakang guru kelas merasa tidak menguasai materi Pendidikan Agama Islam
menjadi alasan kepala sekolah tidak melakukan supervisi akademik kepada
guru PAI. Sebagaimana diungkapkan oleh bapak Joko Tri Laksono selaku
Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah (KKKS) kecamatan Sragen bahwa dia
98
Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016.
109
tidak melakukan supervisi kepada guru PAI karena tidak menguasai ilmunya
dan takut nanti kalau salah memberikan masukan.99
Hal ini menunjukkan bahwa Kepala Sekolah kurang memahami tujuan
supervisi akademik. Kepala Sekolah hanya melihat supervisi secara sempit.
Kepala Sekolah kurang memahami bahwa tujuan kegiatan supervisi adalah
untuk pengembangan profesional, pengawasan kualitas dan penumbuhan
motivasi. Melihat tujuan supervisi, tentu tidak membedakan latar belakang
pendidikan serta materi pelajaran yang diampu guru masing-masing.
Hal ini juga diungkapkan Sulardi selaku guru SD N Mojo 58 bahwa
dalam supervisi akademik, dia tidak banyak memberikan masukan kepada
guru PAI karena dia berlatar belakang guru kelas, kalau memberikan saran
takut salah. Dan dia yakin bahwa guru PAI pasti menguasai materi PAI,
karena PAI merupakan mata pelajaran yang selama kuliah didapatkan. Dia
hanya memberikan saran-saran seperti media yang perlu dipakai, cara
mengajar dan hal-hal lain yang bersifat umum. Selanjutnya menurut bapak
Sulardi kegiatan supervisi juga belum sepenuhnya berhasil, karena masih
banyak kekurangan dan kelemahan. Hal itu perlu proses, dan ketika kita ada
usaha untuk maju, maka pasti akan ada peningkatan. Guru PAI sudah
menguasai materi yang diampu namun masih perlu menguasai strategi dan
dalam kegiatan belajar mengajar. Seperti menggunakan media pendukung,
penggunaan media teknologi komputer dan LCD. Kepala sekolah terus
memberikan semangat kepada guru agar terus mencoba dan belajar
99
Wawancara hari Jum’at, 3 Juni 2016.
110
menggunakan media yang ada. Semangat dan kemauan guru untuk terus
belajar membuat usaha lebih maksimal.100
Motivasi Kepala Sekolah kepada guru merupakan salah satu tujuan
supervisi akademik Kepala Sekolah. Motivasi Kepala Sekolah menjadi
penyemangat untuk guru melakukan kegiatan belajar mengajar ke arah yang
lebih baik.
Dalam supervisi kelompok, Kepala Sekolah enggan dan tidak
melakukan diskusi dengan guru PAI membahas materi yang berkaitan dengan
pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dilakukan Kepala Sekolah dengan
alasan latar belakang pendidikan yang tidak sesuai. Ada pula anggapan bahwa
hal-hal yang berkaitan dengan guru PAI menjadi tugas dan tanggung jawab
pengawas PAI, sehingga Kepala Sekolah tidak perlu melakukan supervisi
akademik. Hanya kepala sekolah yang mempunyai latar belakang Pendidikan
Agama Islam yang melakukan diskusi dengan guru PAI.
Bimbingan dan pembinaan dalam penyusunan RPP, silabus dan lainnya
bisa dilakukan secara bersama-bersama sebagaimana teknik supervisi
kelompok. Namun apabila dilakukan secara umum untuk semua guru tentu
hasilnya kurang maksimal tanpa dilakukan pembinaan maupun diskusi secara
khusus dengan guru PAI.
Tujuan supervisi adalah memperbaiki pembelajaran. Namun ada kepala
sekolah yang melaksanakan supervisi hanya sekedar melaksanakan program
kepala sekolah dan sebagai bukti administrasi saja. Bukti administrasi ini
100
Wawancara hari Senin, 21 Maret 2016.
111
digunakan kepala sekolah ketika ditanya dan disupervisi manajerial oleh
pengawas sekolah.
Pelaksanaan supervisi dengan teknik perseorangan juga jarang
dilakukan kepala sekolah. Ada Kepala Sekolah melaksanakan supervisi tetapi
tanpa tujuan yang jelas dan tanpa menggunakan instrument. Kepala Sekolah
hanya mengawasi guru dari luar kelas tanpa menggunakan instrumen dan
tujuan yang jelas. Hal ini tidak sesuai dengan cara kunjungan kelas
sebagaimana terdapat dalam pedoman supervisi akademik bahwa melakukan
kunjungan kelas hendaknya sudah memiliki instrumen atau catatan-catatan
serta mempunyai tujuan yang jelas.101
Kepala Sekolah yang tidak melakukan tahapan-tahapan supervisi
akademik dari awal, membuat guru kebingungan dengan apa yang dilakukan
kepala sekolah. Kepala sekolah yang mengawasi cara mengajar guru dari luar
kelas, tanpa ada pemberitahuan, merupakan contoh supervisi yang belum baik.
Hal ini kurang memberikan pengaruh signifikan terhadap guru PAI. Hal ini
tidak sesuai dengan prinsip supervisi akademik yaitu bersifat sistematis,
artinya dikembangkan sesuai perencanaan program supervisi yang matang dan
tujuan pembelajaran serta kooperatif (ada kerja sama yang baik antara
supervisor dan guru dalam mengembangkan pembelajaran). 102
Kegiatan supervisi akademik Kepala Sekolah kurang memberikan
kontribusi kepada peningkatan kompetensi guru PAI. Hal ini diungkapkan
salah satu guru PAI yaitu Pranto Sutrisno yang mengatakan bahwa supervisi
101
Materi Pelatihan ..., 24. 102
Materi Pelatihan ..., 8-9.
112
akademik kepala sekolah belum signifikan pada kemajuan pembelajaran PAI
di kelas.103
Hal ini dirasakan oleh guru PAI, karena kepala sekolah hanya
memberikan bimbingan secara kelompok saja dan tidak spesifik kepada guru
PAI. Sebagai seorang guru PAI, Pranto Sutrisno merasa supervisi akademik
Kepala Sekolah saat ini belum berhasil dalam meningkatkan kompetensi
profesional guru PAI.
Kegiatan supervisi sudah dilakukan kepala sekolah namun kondisi guru
yang kurang tanggap membuat supervisi belum berhasil. Sebagaimana terjadi
di SD N Mojomulyo 2 berdasarkan pernyataan Menuk Rusmiati Kepala SD N
Mojomulyo 2 bahwa:
“Saya kira belum berhasil, karena itu perlu proses. Sebagai contoh,
kemarin guru-guru minta dibelikan LCD lagi karena disini baru punya
1 buah, oke saya belikan 3 buah. Dan saya menyarankan untuk
kegiatan pembelajaran agar lebih variatif, supaya guru menggunakan
LCD. Namun kenyataannya juga jarang digunakan. Saya berusaha
memberikan fasilitas, tapi karena SDM yang kurang greget untuk
belajar, ya kurang maksimal jadinya. Tapi saya yakin apabila supervisi
akademik dilaksanakan dengan berkelanjutan, akan ada perubahan.
Memang mengubah pola pikir terutama guru-guru ya maaf (sudah usia
agak tua), sangat sulit sekali. Disini ada yang muda, tapi masih wiyata
bakti. Jadi saya yang tidak tega kalau saya tuntut tanggung jawab
maksimal.”104
Menuk Rusmiati selaku Kepala Sekolah memberikan fasilitas
pendukung pembelajaran agar dapat meningkatkan kompetensi profesional
guru PAI. Selain pengadaan sarana penunjang pembelajaran, guru juga
dibimbing dalam penggunaannya. Fasilitas media tidak akan berfungsi apabila
103
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016 104104
Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016.
113
guru tidak bisa mengoperasikan. Namun apabila guru tidak punya semangat
untuk berubah, juga tidak maksimal hasilnya.
Hal ini diperlukan kerja sama antara guru dan Kepala Sekolah
sebagaimana prinsip supervisi akademik yaitu aktif dan kooperatif. Aktif
dalam artian guru dan supervisor harus aktif berpartisipasi, serta kooperatif
dengan kerja sama yang baik antara supervisor dan guru dalam
mengembangkan pembelajaran. Apabila guru dan Kepala Sekolah tidak saling
kooperatif tentu pelaksanaan supervisi tidak mendapatkan hasil maksimal.
Kepala SD Birrul Walidain, SD N 4 Sragen dan SD N Nglorog 3
melaksanakan supervisi kunjungan kelas kepada guru PAI satu kali dalam satu
semester. Dalam melakukan kunjungan kelas, Kepala Sekolah juga
menyiapkan instrumen sebagai penilaian serta catatan-catatan hal yang perlu
ditindak lanjutan setelah pelaksanaan supervisi akademik. Instrumen ini
penting, selain untuk administrasi juga untuk pedoman pemberian tindak
lanjut.
Kepala Sekolah SD Birrul Walidain dalam melaksanakan supervisi
akademik dibantu guru senior. Pelaksanaan sueprvisi juga menggunakan
instrumen untuk laporan kepada kepala sekolah. Adanya instrumen supervisi
sudah disosialisasikan kepada semua guru agar ada kesamaan persepsi
terutama untuk kepala sekolah dan guru senior.
Hasil supervisi baik persiapan pembelajaran sampai pelaksanaan
pembelajaran dimasukkan dalam instrumen sebagai wujud penilaian kepala
sekolah. Hal-hal yang terjadi dalam pembelajaran dicatat untuk digunakan
114
dalam menentukan langkah tindak lanjut. Kepala sekolah perlu
mendokumentasikan hasil supervisi sebagai bukti administrasi.
Rosit Mustofa mengungkapkan bahwa supervisi akademik belum
semua berhasil. Tetapi adanya supervisi akademik dapat meningkatkan
semangat guru dalam mengajar. Selain itu, guru akan terus terpacu untuk
belajar guna meningkatkan kemampuan mengajar dan penguasaan materi
pelajaran yang diampu.105
Sri Kuncoro kepala sekolah SD N Nglorog 3 menyampaikan bahwa
pelaksanaan supervisi belum maksimal. Karena masih adanya hambatan dan
kendala. Apabila supervisi akademik ini berjalan maka guru PAI akan
menjadi profesional dalam mengajar dan kualitas pembelajaran akan
meningkat.106
Hal senada juga disampaikan Mastuti Rahayu selaku kepala SD
N 4 Sragen bahwa supervisi akademik kepala sekolah terhadap guru
Pendidikan Agama Islam di SD 4 Sragen belum semua berhasil, namun ada
peningkatan dari tahun sebelumnya.107
Selain perencanaan dan pelaksanaan yang matang, rangkaian kegiatan
supervisi akademik adalah program tindak lanjut. Kepala Sekolah kurang
memperhatikan dan tidak melakukan tindak lanjut. Kegiatan tindak lanjut
dapat berupa penguatan dan penghargaan diberikan kepada guru yang telah
memenuhi standar, teguran yang bersifat mendidik diberikan kepada guru
yang belum memenuhi standar dan guru diberi kesempatan untuk mengikuti
pelatihan/penataran lebih lanjut. Namun kebanyakan kepala sekolah hanya
105
Wawancara hari Rabu, 6 April 2016. 106
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016. 107
Wawancara hari Rabu, 1 Juni 2016.
115
berhenti di pelaksanaan supervisi akademik. Hasil dari pelaksanaan supervisi
hanya berupa catatan-catatan di instrumen penilaian supervisi tanpa ada tindak
lanjut. Kepala sekolah hanya memberikan tindak lanjut dengan menyarankan
kepada guru PAI untuk selalu aktif di kegiatan Kelompok Kerja Guru (KKG)
PAI sebagaimana diungkapkan Menuk Rusmiyati Kepala Sekolah SD N
Mojomulyo 2:
“Untuk meningkatkan kemampuan kompetensi profesional guru,
terutama guru PAI. Ya saya sarankan aktif di kegiatan KKG. Karena
penguasaan kompetensi terutama guru PAI yang di KKG itu. Latang
belakang saya kan bukan guru PAI, jadi urusan penguasaan materi itu
ya kurang paham. Saya hanya memberikan pendampingan dalam
metode pengajaran, media pembelajaran, ya pokoknya yang bersifat
umum saja.”108
Jenis tindak lanjut juga tidak disesuaikan dengan permasalahan guru.
Guru yang kurang menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar,
materi keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu tentu perlu
tindak lanjut dalam penguasaan materi pembelajaran. Namun kenyataan di
lapangan, Kepala Sekolah hanya memberikan tindak lanjut dengan
memberikan pembinaan secara umum saja. Sebagaimana diungkapkan Sutardi
Kepala Sekolah SD N Tangkil 4 “Saya tidak memberikan tindak lanjut secara
sistematis, saya hanya memberikan pembinaan secara umum saja dalam rapat
guru.”109
Selain itu, Kepala sekolah menyadari bahwa pemberian tindak lanjut
sering diabaikan, dan ada yang tidak melakukannya. Pembinaan dalam rapat
108
Wawancara hari Selasa, 24 Mei 2016. 109
Wawancara hari Kamis, 24 Maret 2016.
116
hanya bersifat rutinitas dan tidak menyasar pada permasalahan yang sedang
dihadapi guru. Permasalahan dalam mengajar tentu dialami oleh masing-
masing guru, namun terkadang kepala sekolah hanya menyimpan instrumen
supervisi sebagai dokumen administrasi saja. Tentu hal ini tidak memberikan
manfaat dalam peningkatan kompetensi profesional guru PAI.
Dalam kegiatan tindak lanjut, peran kepala sekolah dalam memberikan
pembinaan sangat diperlukan. Guru yang mempunyai kekurangan perlu
dimotivasi dan diberi saran sesuai permasalahan yang dihadapi. Guru yang
mempunyai kelebihan perlu diapresiasi dan diberi penghargaan agar lebih
bersemangat lagi dalam meningkatkan kemampuan diri.
Peningkatan kompetensi profesional guru PAI ditandai dengan
meningkatnya kualitas guru PAI. Hal ini ditunjukkan bahwa guru PAI
memiliki sifat dan kepribadian sebagai muslim yang bertakwa kepada Allah
SWT dan sebagai warga negara Indonesia serta cendekia dan mampu
mengembangkannya, menguasai wawasan kependidikan, khususnya
berkenaan dengan pendidikan pada tingkat dasar, menguasai bahan pengajaran
Pendidikan Agama Islam pada jenjang pendidikan dasar serta konsep dasar
keilmuan yang menjadi sumbernya, mampu merencanakan dan
mengembangkan program pengajaran Pendidikan Agama Islam pada jenjang
pendidikan dasar, mampu melaksanakan program pengajaran Pendidikan
Agama Islam sesuai dengan kemampuan dan perkembangan anak usia
pendidikan dasar, mampu menilai proses dan hasil belajar mengajar murid
sekolah, mampu berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat serta peserta
117
didik sekolah, dan mampu memahami dan memanfaatkan hasil penelitian
untuk menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai guru agama Islam di
sekolah.110
Dari penelitian di atas, dapat dilihat bahwa supervisi akademik kepala
sekolah belum berhasil meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Guru
PAI dalam penguasaan bahan pengajaran Pendidikan Agama Islam,
merencanakan, melaksanakan serta menilai proses dan hasil belajar diperoleh
selama menempuh pendidikan. Kegiatan supervisi yang dilakukan kepala
sekolah kurang memberi dampak kepada guru PAI, karena kegiatan supervisi
akademik kepala sekolah tidak dilaksanakan secara terencana, sistematis dan
berkelanjutan.
Pelaksanaan supervisi Kepala Sekolah terhadap guru PAI dirasa kurang
maksimal sebagaimana dirasakan guru PAI Gadis Wahyutira guru PAI SD N
Tangkil 4 bahwa:
“Saya kurang merasakan manfaatnya, karena selama ini saya mengajar
berdasarkan ilmu yang saya dapat selama kuliah. Kepala sekolah tidak
pernah memberikan masukan kepada saya. Strategi mengajar juga saya
dapatkan di pelatihan-pelatihan sebelum saya mengajar di sekolah ini.
Pembinaan kepala sekolah biasanya hanya secara global saja dan
tidak spesifik untuk guru PAI.”111
Hal ini juga diungkapkan Pranto Sutrisno bahwa “Selama ini saya kira tidak
terlalu berpengaruh kepada saya, karena kepala sekolah jarang melakukan
kunjungan kelas, pembinaan guru juga hanya bersifat umum dan tidak
menyasar kepada guru PAI.”112
110
Abdul Majid, Belajar …, 92. 111
Wawancara hari Rabu, 6 April 2016. 112
Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.
118
Pelaksanaan supervisi akademik di sekolah belum memberikan
pengaruh dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI. Guru PAI
tidak merasakan bahwa adanya supervisi akademik kepala sekolah untuk
memberikan bantuan mengatasi kesulitan dalam melaksanakan tugas
mengajar. Di sisi lain kepala sekolah belum menguasai prinsip dan teknik
supervisi yang benar sehingga menyebabkan berbagai masalah seperti guru
seakan-akan tidak membutuhkan supervisi akademik kepala sekolah.
Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan Sragen
yang belum menyasar kepada guru PAI, belum berdampak terhadap
peningkatan profesional guru PAI. Namun demikian, nilai hasil belajar siswa
terutama pelajaran Pendidikan Agama Islam tetap di atas Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Hal ini dikarenakan kebijakan pemerintah dalam
pendidikan. Aturan pemerintah yang menetapkan batas minimal ketuntasan
dalam pencapaian nilai mata pelajaran, membuat guru kurang profesional
dalam memberikan nilai. Anak yang mendapat nilai di bawah KKM ditindak
lanjuti dengan kegiatan remidial sampai nilai mencapai KKM. Namun ketika
sudah diadakan remidial tetapi nilai tetap sama, guru tetap memberikan nilai
sesuai KKM karena kebijakan pemerintah yang membuat guru harus
melakukan hal tersebut.
Sebagai guru PAI, peningkatan kompetensi profesional tetap perlu
ditingkatkan. Kemampuan profesional guru PAI tidak hanya untuk
meningkatkan hasil belajar anak, namun juga untuk peningkatan kualitas diri
dan menunjang pelaksanaan tugas sebagai guru PAI di sekolah
119
Tugas kepala sekolah sebagai supervisor adalah memberi bimbingan,
pembinaan, pelayanan, pengawasan dan penilaian pada masalah-masalah yang
berhubungan dengan teknis penyelenggaraan dan pengembangan pendidikan
dan pengajaran. Sebelum melakukan supervisi terhadap guru, Kepala sekolah
hendaknya menyusun program supervisi akademik secara sistematis serta
melibatkan guru dengan tujuan untuk mencapai persamaan persepsi bahwa
kegiatan supervisi dalam rangka membantu dan memperbaiki kekurangan
guru dalam prosesa pembelajaran, bukan untuk mencari kesalahan dan
kekurangan guru. Sehingga tercipta rasa tanggung jawab bersama. Kemudian
melakukan sosialisasi sebelum pelaksanaan supervisi. Kepala sekolah sebagai
supervisor perlu memahami pengertian, prinsip-prinsip, tujuan dan teknik-
teknik dalam supervisi. Setelah pelaksanaan, sebagai pemantapan perlu tindak
lanjut sebagai bentuk analisis hasil supervisi yang telah dilaksanakan dengan
memberikan penghargaan, saran perbaikan maupun bimbingan dan
pembinaan.
B. Faktor Pendukung Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Faktor pendukung pelaksanaan supervisi bisa dijadikan kekuatan dan
dorongan dalam melaksanakan supervisi akademik. Kesadaran Kepala
Sekolah tentang kompetensi supervisi yang harus dijalankan serta suasana
kebersamaan antara guru dan kepala sekolah seharusnya menjadi
penyemangat dalam pelaksanaan supervisi akademik. Sebagaimana
diungkapkan Sri Kuncoro Kepala Sekolah Dasar Negeri Nglorog 3 bahwa:
“Kalau yang mendukung pelaksanaan supervisi selain memang sudah
120
program juga kedekatan dan kebersamaan antara kepala sekolah dengan
guru dan kemudian bantuan atau saran dari guru yang sudah senior. Mereka
sangat mendukung sekali program ini. ….113
Kesadaran kepala sekolah dalam melaksanakan supervisi tentu menjadi
modal penting. Kepala sekolah mempunyai kewajiban untuk melakukan
pembinaan, pendampingan dan memantau kinerja guru dan karyawan lain di
sekolah yang dipimpinnya. Pembinaan kepala sekolah akan memberikan
pengaruh terhadap proses pembelajaran pembelajaran. Kepala sekolah yang
terbuka memberikan pengarahan, mendampingi guru dalam menyusun
program pembelajaran akan bermanfaat terhadap peningkatan kwalitas guru
PAI.
Selain sudah menjadi program Kepala Sekolah, faktor pendukung
kegiatan supervisi diantaranya semangat guru-guru yang masih muda
mengharapkan diadakan supervisi. Sebagaimana diungkapkan Sumarni selaku
Kepala Sekolah SD N Sragen 6 bahwa keinginan dari guru yang masih muda
untuk diadakan supervisi.114
Keinginan guru PAI untuk disupervisi dalam pembelajaran merupakan
faktor pendukung yang perlu diapresiasi. Semangat guru untuk lebih
meningkatkan kompetensi profesionalnya, perlu mendapat motivasi,
bimbingan dan saran dari kepala sekolah. Apabila guru bersemangat dan
113
wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016. 114
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.
121
kepala sekolah memberikan respon positif, tentu kegiatan supervisi akan
berjalan lebih baik.
Menurut Y. Sri Purwani Kepala Sekolah SD N Karang Tengah 1
mengatakan bahwa pendukung kegiatan supervisi adalah kerjasama,
kekompakan antara guru dan kepala sekolah serta suasana kekeluargaan, di
lingkungan kerja akan.115
Apabila hubungan guru PAI dan kepala sekolah
baik, tentu akan menjadi faktor pendukung dalam kegiatan supervisi.
Sebagai kepala sekolah hendaknya melihat faktor pendukung sebagai
hal yang bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin. Suasana kebersamaan
sekolah yang mendukung bisa dijadikan sarana untuk membangun kinerja
lebih maksimal. Dengan suasana kebersamaan, akan membuat suasana
supervisi tidak kaku, tidak otoriter dan akan membuat guru semakin nyaman.
Sebagaimana diungkapkan Pranto Sutrisno Guru PAI SD N 6 Sragen bahwa
supervisi yang dirasa paling tepat adalah supervisi yang kontinyu, membuka
peluang komunikasi dua arah dan terjadi pemecahan masalah.116
Faktor pendukung dalam supervisi perlu ditindak lanjuti dengan positif.
Kondisi guru yang terbuka dalam menerima masukan, akan mempermudah
kepala sekolah melakukan supervisi sehingga peningkatan dalam
pembelajaran akan terwujud. Begitu juga ketika semangat guru-guru yang
masih muda, perlu dibimbing dan diarahkan agar peningkatan kompetensi
profesional guru dapat terus ditingkatkan.
115
Wawancara hari Rabu, 23 Maret 2016. 116
Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.
122
C. Kendala dalam Pelaksanaan Supervisi Akademik Kepala Sekolah
Dalam setiap pelaksanaan kegiatan tentu ada kendala-kendala yang
dihadapi, termasuk dalam kegiatan supervisi akademik kepala sekolah.
Kendala dalam pelaksanaan kegiatan supervisi diantaranya yaitu kurangnya
kompetensi yang dimiliki kepala sekolah terutama kompetensi supervisi.
Pemahaman Kepala Sekolah dalam hal supervisi masih rendah
sebagaimana diungkapkan Joko Tri Laksono selaku ketua Kelompok Kerja
Kepala Sekolah (K3S) Kecamatan Sragen bahwa kendala pelaksanaan
supervisi karena kurangnya pelatihan-pelatihan tentang supervisi, yang
berdampak pada rendahnya pengetahuan dan pemahaman Kepala Sekolah
tentang supervisi akademik Kepala Sekolah. Sebagaimana diungkapkan dalam
wawancara sebagai berikut:
“…menurut saya kwalitas kepala sekolah itu sendiri. Jarang sekali ada
pelatihan kepala sekolah tentang supervisi. Pembekalan-pembekalan
dan materi-materi tentang supervisi tidak pernah di dapat. Maka tidak
heran jika ada kepala sekolah yang tidak paham tentang supervisi.
Bagaimana mau melaksanakan apabila kepala sekolah sendiri tidak
paham tentang supervisi. Bahkan ada kepala sekolah yang
beranggapan bahwa supervisi adalah tugas pengawas sekolah, dan dia
tidak menyadari kalau kepala sekolah juga bertindak sebagai
supervisor untuk guru-gurunya. Kemudian pemahamannya tentang
kegiatan supervisi yang hanya dimaknai sempit hanya dalam penilaian,
membuat kegiatan supervisi akademik kepala sekolah tidak berjalan
maksimal.”117
Pemahaman Kepala Sekolah yang masih kurang tentang supervisi
membuat Kepala Sekolah tidak melakukan supervisi akademik kepada guru
PAI. Kepala Sekolah beranggapan bahwa bahwa supervisi kepada guru PAI
menjadi tanggung jawab pengawas PAI. Perbedaan latar belakang keilmuan
117
Wawancara hari Jum’at, 3 Juni 2016.
123
juga membuat Kepala Sekolah enggan melakukan supervisi. Hal ini tentu
tidak terjadi apabila Kepala Sekolah mengetahui dan memahami bahwa
supervisi kepada semua guru merupakan salah satu tugas yang harus
dilaksanakan Kepala Sekolah.
Kedua, kendala pelaksanaan supervisi kepala sekolah adalah perasaan
kurang nyaman melakukan supervisi terhadap guru senior dan sudah tua. Hal
ini diungkapkan Sumarni Kepala Sekolah SD N 6 Sragen sebagaimana
diungkapkan dalam wawancara bahwa: … faktor yang menghambat secara
prinsipil sih tidak ada, hanya pada diri saya ada perasaan kurang nyaman
melakukan supervisi terhadap guru senior dan sudah tua. Kemudian ada juga
guru yang mengharapkan jangan ada supervisi terhadap mereka.118
Hal
senada juga diungkapkan Sri Kuncoro selaku Kepala Sekolah SD N Nglorog 3
bahwa:
… faktor penghambat dari luar secara serius tidak ada. Hanya saya
sebagai kepala sekolah yang baru dari dari dalam diri saya masih ada
kekhawatiran dari tanggapan guru-guru misalnya kalau menjadi
kepala sekolah sudah mau supervisi, rasanya tidak nyaman dan
pekewuh pada guru yang sudah senior. Walaupun mereka tidak
mengaap seperti itu. Kemudian beban tugas-tugas yang cukup banyak
seperti rapat dll, membuat saya kesulitan membagi waktu dan tenaga.
Sedangkan sekolah ini tidak ada staf TU sehingga jadwal ang disusun
kadang terlupakan. Kemudian saya sebagai kepala sekolah merasa
kurang tentang ilmu supervisi.119
Sebagai Kepala Sekolah harus bisa bersikap tegas dalam menjalankan
tugas. Rasa tidak nyaman dalam melakukan supervisi hendaknya disikapi
dengan bijak dan memandang supervisi akademik sebagai tugas Kepala
118
Wawancara hari Selasa, 5 April 2016. 119
Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
124
Sekolah. Rasa tidak nyaman bisa dikurangi dengan saling komunikasi antara
Kepala Sekolah dan guru. Komunikasi yang baik antara Kepala Sekolah dan
guru menjadi saling pengertian dalam menjalankan tugas masing-masing.
Kendala ketiga yang dirasakan kepala sekolah diantaranya beban tugas
dan tidak adanya staf Tata Usaha. Hal ini membuat kepala sekolah tidak
maksimal dalam melaksanakan supervisi. Hal ini diungkapkan Sale Wasesa
kepala sekolah SD N 16 Sragen bahwa yang menjadi penghambat supervisi
akademik adalah terlalu banyak tugas administrasi dan kegiatan Kepala
Sekolah. Tidak adanya tenaga TU membuat supervisi tidak maksimal.120
Hal
ini juga diungkapkan Paini Kepala SD N Nglorog 3 bahwa penghambat dalam
melakukan supervisi karena terlalu sibuk dengan kegiatan dinas.121
Namun apabila Kepala Sekolah bisa membagi waktu, kesibukan tidak
menjadi hambatan untuk melakukan supervisi. Menurut Rosit Mustofa Kepala
Sekolah SD Birrul Walidain, faktor penghambat pelaksanaan supervisi
akademik karena waktu dan kesibukan kepala sekolah bisa diatasi dengan
meminta bantuan kepada guru senior.122
Sekolah Dasar yang mempunyai guru lebih banyak bisa melakukan
supervisi dengan meminta bantuan kepada guru senior. Sebagaimana guru SD
Birrul Walidain yang mempunyai guru lebih dari 40 dan kesibukan kepala
sekolah yang padat, tentu tidak mampu melakukan supervisi sendiri. Hasil
supervisi dan tindak lanjut bisa didiskusikan antara guru senior dan kepala
sekolah sebagai penanggung jawab supervisi.
120 Wawancara hari Selasa, 5 April 2016.
121 Wawancara hari Selasa, 22 Maret 2016.
122 Wawancara hari Rabu, 6 April 2016.
125
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan data dan pembahasan tentang supervisi akademik kepala
sekolah di Kecamatan Sragen dapat diambil suatu kesimpulan untuk
menjawab permasalahan sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan kegiatan supervisi akademik kepala sekolah dimulai
dengan pembuatan program supervisi oleh kepala sekolah. Kemudian
program supervisi disosialisasikan kepada semua guru agar guru PAI juga
mengetahui dan memahami sehingga timbul rasa tanggung jawab.
Belum semua kepala sekolah melakukan perencanaan dalam
supervisi akademik. Terbukti ada kepala sekolah yang tidak menyusun
program supervisi. Ada yang sudah menyusun tetapi hanya menggunakan
program tahun-tahun sebelumnya tanpa ada perubahan.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah di Kecamatan
Sragen menggunakan tehnik kelompok dan perorangan. Sebagian besar
kepala sekolah hanya melakukan supervisi secara kelompok dengan
pembinaan guru secara bersama-sama di awal tahun ajaran baru. Beberapa
kepala sekolah tidak melakukan supervisi perseorangan dengan kunjungan
126
kelas, observasi kelas maupun pertemuan individual. Kepala sekolah
memahami supervisi hanya untuk mengawasi dan menilai kinerja guru.
3. Tindak lanjut
Program tindak lanjut supervisi akademik kepala sekolah di
Kecamatan Sragen hanya dengan pembinaan yang bersifat umum dan
dilakukan dalam rapat guru sehingga kurang menyasar kepada guru PAI.
Sebagaian besar Kepala Sekolah hanya menyarankan agar guru PAI aktif
di kegiatan Kelompok Kerja Guru Pendidikan Agama Islam (KKG PAI) di
kecamatan Sragen.
4. Supervisi akademik kepala sekolah di kecamatan Sragen belum berhasil
dalam meningkatkan kompetensi profesional guru PAI karena pelaksanaan
supervisi akademik kepala sekolah belum terencana, sistematis dan
berkelanjutan. Kepala sekolah belum dapat memberikan layanan dan
bantuan kepada guru PAI sesuai tujuan dan fungsi supervisi karena masih
banyak kendala diantaranya pertama, kepala sekolah kurang memahami
tehnik dan tujuan supervisi akademik. Kedua, perasaan tidak nyaman
kepada guru senior membuat kepala sekolah tidak melakukan supervisi.
Ketiga, Kepala Sekolah sebagian besar belum melakukan supervisi kepada
guru PAI, dengan alasan latar belakang pendidikan yang berbeda dan
kurang memahami materi PAI. Keempat, tugas dan kewajiban kepala
sekolah serta belum ada tenaga administrasi membuat kepala sekolah
kerepotan dalam administrasi.
127
B. Saran
Masukan pemikiran untuk keberhasilan supervisi akademik kepala
sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi profesional guru PAI sebagai
berikut:
1. Program supervisi kepala sekolah hendaknya dibuat secara terencana,
runtut dan berkelanjutan. Dimulai dari penyusunan program, sosialisasi,
pelaksanaan supervisi, dan kemudian program tindak lanjut. Kegiatan
supervisi dilaksanakan dengan terbuka dan kekeluargaan sesuai prinsip
dan tujuan supervisi serta disosialisasikan kepada guru termasuk guru PAI,
agar dapat dimengerti dan dapat dilaksanakan dengan baik.
2. Perlu adanya pelatihan-pelatihan Kepala Sekolah tentang supervisi, agar
Kepala Sekolah lebih mengerti dan memahami supervisi akademik Kepala
Sekolah.
3. Faktor-faktor penghambat supaya bisa diminimalkan agar peningkatan
kompetensi profesional guru PAI dapat berhasil baik.
4. Perlu ada tenaga administrasi/Tata Usaha guna membantu administrasi di
Sekolah Dasar.
5. Guru PAI hendaknya selalu menjalin komunikasi dengan kepala sekolah,
agar supervisi dapat berjalan lancar.
6. Guru PAI hendaknya selalu meningkatkan kompetensi profesional, agar
dapat meningkatkan kualitas dalam mengajar.
128
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Supervisi. Jakarta: PT Rineka Cipta, 2006.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan. Jakarta:Rineka
Cipa,1993.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar supervisi. Jakarta: Rineka Cipta, 2004
Arikunto, Suharsimi dan Lia Yuliana. Manajemen Pendidikan. Yogyakarta:
Aditya Media, 2008.
Barlian, Ikbal. Manajemen Berbasis Sekolah; Menuju Sekolah Berprestasi.
Jakarta: Penerbit Erlangga, 2013.
Daryanto. Administrasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2011.
Daryanto. Administrasi dan Manajemen Sekolah. Jakarya: PT. Rineka Cipta,
2013.
Diat Prasojo. Lantip dan Budiyono. Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Gava
Media, 2011.
E. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2006.
E. Mulyasa. Menjadi Kepala Sekolah Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya,
2004.
Hadi, Sutrisno. Metodologi Research, Jilid 3. Yogyakarta: Penerbit Andi, 2007.
Hendarman. Revolusi Kinerja Kepala Sekolah. Jakarta: Permata Puri Media,
2015.
Ibrahim Bafadal. Supervisi pengajaran: Teori dan aplikasinya dalam membina
profesional guru. Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Jasmani Asf, Syaiful Mustofa. Supervisi Pendidikan Terobosan Baru dalam
Peningkatan Kinerja Pengawas Sekolah dan Guru. Yogyakarta: Arruzz
Media, 2013.
Karwati, Euis dan Donni Juni Priansa. Kinerja dan Profesionalisme Kepala
Sekolah. Bandung: Alfabeta, 2013.
129
Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Tim Pusat Bahasa Depdiknas, 2008.
Kementrian Agama RI. Al Qur‟an dan Terjemahnya. Jakarta: PT. Sinergi Pustaka
Indonesia, 2012.
Kompri. Manajemen Pendidikan 3. Bandung: Alfabeta, 2015.
Maunah, Binti. Supervisi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Teras, 2009.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2007.
Mukhtar dan Iskandar. Orientasi Baru Supervisi Pendidikan. Jakarta: Gaung
Persada Press, 2009.
Nawawi, Hadari. Administrasi Pendidikan,Cetakan ke-13. Jakarta: Gunung
Agung, 1996.
E. Mulyasa. Manajemen Berbasis Sekolah Srategi dan Imlementasi. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003.
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2004.
Suhardiman, Budi. Studi Pengembangan Kepala Sekolah, Konsep dan Aplikasi.
Jakarta: Rineka Cipta, 2012.
Sahertian, Piet A. dan Frans Mataheru. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi
Pendidikan, Dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia.
Jakarta: Rineka Cipta, 2008.
Soetopo, Hendyat dan Waty Soemanto. Kepemimpinan dan Supervisi Pendidikan.
Jakarta: Bina Aksara, 2012.
Sudjana, Nana. Supervisi Akademik Membina Profesionalisme Guru melalui
Supervisi Klinis. Jakarta: Binamita Publishing, 2011.
Suhardi, Dadang. Supervisi Profesional: Layanan dalam Meningkatkan Mutu
Pembelajaran di Era Otonomi Daerah. Jakarta: Alfabeta, 2012.
Suryosubroto. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta, 2004.
Sutikno. Peranan Supervisi Pengawas TK/SD/SDLB dalam Meningkatkan
Profesionalisme Guru SD pada Pembelajaran IPS Sejarah. Universitas
Sebelas Maret Surakarta, 2009.
130
Undang-Undang Dasar Negara RI tahun 1945. Cetakan keempatbelas. Jakarta.
2015.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional. http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf
http://web.iaincirebon.ac.id/ebook/repository/PAI-126030010.pdf. Diunduh pada
hari Sabtu, 9 April 2016.
Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Dirjen PMPTK. 2010,
https://teguhsasmitosdp1.files.wordpress.com diunduh pada hari Kamis,
7 April 2016 pukul 21.00 WIB.
Penjelasan Standar Nasional Pendidikan. http://kemenag.go.id/file/dokumen/
PP1905.pdf. diunduh hari Selasa 12 April 2016 pukul 10.00 WIB.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 Tentang Guru
BAB II Pasal 3, http://www.slideshare.net/wellyindrianykurniyawan/pp-
no-74-tahun-2008, diunduh pada hari Selasa, 12 April 2016 pukul 10.00
WIB.
Hamzah B. Uno. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi
Pendidikan di Indonesia. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2011, Cet. Ke-7.
Undang-undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 39.
http://kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf. diunduh pada hari
Selasa, 12 April 2016 pukul 16.30 WIB.
Permendiknas no. 16 tahun 2007. https://www.google.com/search?q= Permen
diknas+ no.16+tahun+2007&ie=utf-8&oe=utf-8. diunduh hari Minggu,
10 April 2016 pukul 23.00.
131
PANDUAN WAWANCARA
Informan : Kepala Sekolah
Kepada Bapak/Ibu Kepala Sekolah yang saya hormati, mohon memberikan
jawaban atau penjelasan yang benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Terima
kasih atas perhatian dan bantuan Bapak/Ibu kepala sekolah.
Daftar pertanyaan:
1. Sejak kapan Bapak/Ibu diangkat menjadi Kepala Sekolah?
2. Berapa jumlah murid di sekolah Bapak/Ibu?
3. Berapa jumlah yang muslim?
4. Berapa jumlah guru PNS dan guru WB di sekolah Bapak/ibu?
5. Bagaimana kondisi guru PAI?
6. Bagaimana Bapak/Ibu membuat perencanaan dalam supervisi?
7. Apakah program supervisi disampaikan kepada guru?
8. Berapa kali Bapak/Ibu melakukan supervisi kepada guru PAI dalam semester?
9. Apakah ada pertemuan awal dengan guru yang akan disupervisi?
10. Apakah Bapak/Ibu menggunakan instrumen saat penilaian supervisi?
11. Bagaimana tanggapan guru terhadap pelaksanaan supervisi akademik
Bapak/Ibu?
12. Apakah guru PAI menguasai materi PAI?
13. Pernahkan Bapak/Ibu memberikan tindak lanjut dari hasil supervisi?
Bagaimana bentuk tindak lanjutnya?
14. Permasalahan apa yang muncul dalam pelaksanaan supervisi akademik
Bapak/Ibu?
15. Apakah upaya Bapak/Ibu dalam mengatasi kendala dalam pelaksanaan
supervisi akademik?
16. Apakah supervisi akademik kepala sekolah sudah berhasil meningkatkan
kompetensi profesional guru PAI?
132
PANDUAN WAWANCARA
Informan : Guru PAI
Kepada Bapak/Ibu guru PAI yang saya hormati, mohon memberikan jawaban atau
penjelasan yang benar sesuai dengan keadaan sesungguhnya. Terima kasih atas
partisipasi Bapak/Ibu guru PAI.
Daftar pertanyaan:
1. Bapak/ibu menjadi guru sudah berapa tahun?
2. Apakah Bapak/ibu pernah disupervisi oleh kepala sekolah? Berapa kali dalam
1 semester?
3. Pernahkan Bapak/ibu melakukan pertemuan awal dengan kepala sekolah yang
membahas masalah yang akan disupervisi?
4. Bagaimana tanggapan Bapak/ibu terhadap supervisi kepala sekolah?
5. Apakah manfaat supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah untuk
peningkatan profesionalisme guru dalam tugas pembelajaran?
6. Apakah Bapak/ibu pernah diberikan bimbingan dan pembinaan oleh kepala
sekolah baik secara perseorangan maupun bersama-sama?
7. Menurut Bapak/ibu bagaimana supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah
sebaiknya?
133
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Sri Kuncoro, S.Pd (Kepala Sekolah Dasar Negeri Nglorog 3)
Hari/tanggal : Selasa, 22 Maret 2016
Peneliti : Sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : Saya disini udah 1,5 tahunan bu, sebelumnya saya kepala sekolah di
SD Nglorog 1
Peneliti : berapa jumlah murid di sekolah ini bu?
Informan : 154 siswa bu, ada 3 yang non muslim
Peneliti : bagaimana suasana kerja di SD N Nglorog 1 ini bu?
Informan : suasana di sini sangat kekeluargaan sekali, saya senang karena
semua bapak ibu guru disini menganggap teman adalah saudara,
sehingga suasana kerja juga menyenangkan.
Peneliti : Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program
supervisi?
Informan : ya mesti nho bu, sudah tentu saya harus menyusun program supervisi
karena merupakan acuan saya nanti dalam melaksanakan supervisi.
Peneliti : Bagaimana perencanaannya bu? Apakah bisa dilaksanakan?
Bagaimana pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru?
Informan : perencanaan program supervisi tentunya didahului dengan
penyusunan program supervisi kemudian saya sosialisasikan dalam
rapat tentang maksud dan tujuan saya membuat ini. Sehingga guru-
guru memahami dan jadwalnya kami susun bersama pada
pertengahan semester yaitu bulan September dan Maret. Satu
semester cuma sekali. Ini berguna bagi kami, sehingga guru-guru
sudah dapat mempersiapkan diri sebelum dilaksanakan supervisi.
Namun dalam pelaksanaannya kadang-kadang bergeser dari jadwal
karena saya ada acara luar. Tapi sudah saya beritahu dulu, agar guru
bisa mempersiapkan diri
134
Peneliti : Bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : guru menanggapi positif, karena mereka juga memahami ini semua
untuk kemajuan sekolah dan guru itu sendiri. Dan ini merupakan
program sekolah dan untuk memperbaiki kinerja guru
Peneliti : Sebelum mengadakan supervisi, apakah Ibu melakukan diskusi
dengan guru untuk membahas tentang metode, strategi ataupun
media pembelajaran?
Informan : Biasanya saya menanyakan dulu kepada guru. Nanti jadwalnya apa,
materinya tentang apa. Kemudian saya juga menanyakan metode
yang dipakai. Kalau ada yang belum pas, saya kasih masukan.
Termasuk pemilihan alat peraga kalau memang diperlukan.
Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : kalau yang mendukung pelaksanaan supervisi selain memang sudah
program juga kedekatan dan kebersamaan antara kepala sekolah
dengan guru dan kemudian bantuan atau saran dari guru yang sudah
senior. Mereka sangat mendukung sekali program ini. Kalau faktor
penghambat dari luar secara serius tidak ada. Hanya saya sebagai
kepala sekolah yang baru dari dari dalam diri saya masih ada
kekhawatiran dari tanggapan guru-guru misalnya kalau menjadi
kepala sekolah sudah mau supervisi, rasanya tidak nyaman dan
pekewuh pada guru yang sudah senior. Walaupun mereka tidak
mengaap seperti itu. Kemudian beban tugas-tugas yang cukup
banyak seperti rapat dll, membuat saya kesulitan membagi waktu
dan tenaga. Sedangkan sekolah ini tidak ada staf TU sehingga jadwal
ang disusun kadang terlupakan. Kemudian saya sebagai kepala
sekolah merasa kurang tentang ilmu supervisi.
Peneliti : menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : kalau kendala dari diri saya sendiri ya saya berusaha semaksimal
mungkin untuk selalu belajar agar kedepan lebih baik.
135
Untuk pelaksanaan supervisi sendiri, perlu pemahaman kembali,
kemudian menjelaskan kembali program supervisi yang harus
dilaksanakan, selanjutnya memberikan pengertian terhadap guru dan
personil lainnya dan tidak lupa saya minta saran dan masukan dari
semua guru-guru.
Peneliti : menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di
sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : bagi saya pelaksanaan supervisi belum maksimal. Karena masih
adanya hambatan dan kendala. Jadi menurut saya bahwa pelaksanaan
supervisi akademik yang saya lakukan di sekolah ini belum tercapai
secara maksimal. Karena masih ada kendala tadi. Saya yakin kalau
supervisi akademik ini berjalan maka guru akan menjadi profesional
dalam mengajar dan kualitas pembelajaran akan meningkat.
Peneliti : Kegiatan tindak lanjut apa yang Ibu lakukan terhadap hasil
supervisi?
Informan : sebagai tindak lanjut ya saya pelajari dulu kekurangan masing-
masing guru. Catatan-catatan dalam supervisi saya gunakan untuk
pertimbangan. Saran dan masukan sudah pasti, kemudian saya
arahkan untuk senantiasa aktif di KKG PAI, biar lebih meningkatkan
kemampuan guru.
136
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Sale Wasesa, S.Ag (Kepala Sekolah Negeri 16 Sragen)
Hari/tanggal : Selasa, 5 April 2016
Peneliti : Sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : Sudah 6 tahunan
Peneliti : Berapa jumlah murid di SD ini pak?
Informan : 118 siswa, 110 beragama Islam dan 8 siswa non Islam
Peneliti : Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program
supervisi?
Informan : Ya saya punya program supervisi walau cuma mengcopy tahun lalu,
itu saya lakukan sekali dalam semester.
Peneliti : Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan supervisi
akademik terhadap guru?
Informan : Sebelum saya melakukan supervisi, saya beritahu dulu kepada guru
agar guru-guru menyiapkan RPP dan lain-lain.
Seperti tadi, jenengan juga lihat saya mengamati KBM PAI. Kalau
ada perhatian dari kepala sekolah, guru juga akan mengajar lebih
serius.
Peneliti : Apakah dalam menyusun RPP, guru konsultasi dengan Kepala
Sekolah?
Informan : pada awalnya biasanya guru-guru tanya apakah RPP nya dah betul
atau belum, tapi selanjutnya mereka sudah melanjutkan sendiri.
Peneliti : menurut Bapak, apakah guru menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu (terutama guru PAI)?
Informan : saya kira iya, karena bu Fatimah sudah sarjana agama, berarti secara
akademik sudah memenuhi kualifikasi. Dan saya melihat dia
mengajar juga bagus dan bisa menguasai anak. Dalam KBM juga
bagus.
Peneliti : Setelah supervisi, apakah Bapak melakukan tindak lanjut?
137
Informan : ya ada bu, pembuatan RPP yang belum lengkap ya saya suruh
melengkapi. Kekurangan dalam mengajar, ya saya kasih masukan.
Seperti penggunaan media dan memilihan alat peraga.
Peneliti : Menurut Bapak, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : Yang menjadi penghambat karena saya terlalu banyak kegiatan
administrasi dan kegiatan K3S jadi belum bisa maksimal. Kerepotan
kepala sekolah SD dan tidak adanya tenaga TU, membuat saya tidak
maksimal. Kalau yang mendukung ya karena disini suasana
kebersamaannya sangat kuat, ya enak-enak saja bu.
Peneliti : menurut Bapak, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : Untuk mengatasi kendala tersebut ya sebisa bisanya saya ngatur
waktu bu, kalau guru-guru disini manut kepalanya. Tapi saya sendiri
yang terkadang tidak tega kalau membuat aturan yang memberatkan
guru. Karena tugas mereka sudah banyak.
Peneliti : menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di
sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : kalau itu, ya belum berhasil baik menurut saya. Sebab masih banyak
kendala. Supervisi akademik itu penting bagi guru, agar
meningkatkan mutu guru dalam mengajar. Dan akhirnya akan
mempengaruhi mutu sekolah ini juga.
Peneliti : dari hasil supervisi, tindak lanjut apa yang bapak siapkan? Terutama
untuk guru PAI?
Informan : tindak lanjut yang saya ambil biasanya kalau mengajarnya sudah
baik ya saya beri penghargaan walaupun hanya dengan ucapan
selamat. Apabila ada yang perlu perbaikan, maka saya akan memberi
masukan. Saya sendiri juga guru PAI, jadi saya paham materi serta
sedikit banyak tentang strategi dalam pembelajaran PAI.
138
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Sumarni, S.Pd (Kepala Sekolah Dasar Negeri 6 Sragen)
Hari/tanggal : Selasa, 5 April 2016
Peneliti : Sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : Saya diangkat kepala sekolah pertama disini dan sudah 8 tahun.
InsyaAllah berakhir Juni nanti bersamaan saya pensiun.
Peneliti : Berapa jumlah murid di SD ini bu?
Informan : 197 siswa, yang 181 beragama Islam, yang lain Kristiani
Peneliti : Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program
supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan
supervisi akademik terhadap guru?
Informan : Oo..kalau secara khusus tidak ada program supervisi, hanya yang
ada di dalam Rencana Kerja Sekolah.
Di dalamnya cuma ada jadwal pelaksanaannya secara umum tetapi
kalau secara khusus misalnya perkelas atau untuk guru mapel tidak
ada. Saya melaksanakan supervisi untuk mengamati guru mengajar.
Saya mengamati juga tidak pakai instrument. Saya cuma keliling
begitu, sambil mengamati guru-guru mengajar. Guru-guru juga
sudah paham kalau sedang diperhatikan mengajarnya.
Peneliti : menurut Ibu, apakah guru menguasai standar kompetensi dan
kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu (terutama guru PAI)?
Informan : guru PAI disini sekarang menempuh S2, jadi saya kira dia
menguasai mata pelajaran PAI. Dalam mengajar juga bagus, dia juga
bisa komputer.
Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : Kalau faktor yang mempengaruhi tentu saja ada. Yang mendukung
agar dilaksanakan supervisi misalnya karena sudah merupakan
program kepala sekolah yaitu tugas dan tanggung jawab sebagai
139
kepala sekolah. Namun ada juga keinginan dari guru yang masih
muda untuk diadakan supervisi.
Kalau faktor yang menghambat secara prinsipil sih tidak ada, hanya
pada diri saya ada perasaan kurang nyaman melakukan supervisi
terhadap guru senior dan sudah tua. Kemudian ada juga guru yang
mengharapkan jangan ada supervisi terhadap mereka. Selanjutnya
tugas-tugas dinas luar yang sifatnya mendadak seperti rapat-rapat
dan banyaknya laporan yang segera diminta, apalagi di sekolah ini
tidak ada tenaga administrasi. Hal ini cukup mengganggu
pelaksanaan supervisi terhadap guru.
Peneliti : Menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : upaya saya mengatasi hambatan tersebut dengan memberikan
pengertian kepada guru, bahwa kegiatan supervisi baik administrasi
maupun proses KBM perlu mendapat dukungan dari guru. Dan itu
semua saya lakukan karna sudah menjadi tugas saya sebagai kepala
sekolah untuk meningkatkan kinerja guru.
Peneliti : Menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di
sekolah ini dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : Kalau berhasil ya belum. Tapi ketika saya keliling mengamati guru-
guru yang sedang mengajar, guru-guru akan lain mengajarnya. Saya
melihat mereka lebih serius. Kalau belum saya amati, mereka
mengajar sambil duduk, tapi waktu saya lewat dan berhenti di dekat
kelas, dia berdiri dan mengajar sambil keliling memperhatikan
murid-murid.
Peneliti : Apakah ada tindak lanjut terutama guru PAI dari hasil pengamatan
ibu?
Informan : kalau tindak lanjut tidak ada bu, karena saya juga kurang paham
materi di PAI. Saya cuma menyapaikan dalam rapat guru, dan itu
juga bersifat umum untuk semua guru. Saya percaya saja dengan
guru PAI.
140
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Paini, S.Pd, M.Pd (Kepala Sekolah Dasar Nglorog 1)
Hari/tanggal : Selasa, 22 Maret 2016
Peneliti : Sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : Saya diangkat kepala sekolah baru satu tahunan dan langsung di
sekolah ini.
Peneliti : Berapa jumlah murid disini bu?
Informan : Jumlah murid ada 250, ada 2 anak yang non muslim
Peneliti : Bagaimana kesan ibu terhadap guru dan karyawan disini?
Informan : Hubungan kami baik-baik saja. Sini gurunya banyak yang muda, jadi
pada senang humor sehingga suasana kekeluargaan sangat terlihat
sekali.
Peneliti : Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program
supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan
supervisi akademik terhadap guru?
Informan : Program belum ada bu, maaf saya belum menyusun program
supervisi kepala sekolah saya diangkat menjadi Kepala Sekolah
baru 1 tahun. Sehingga belum sempat menyusun program supervisi
akademik kepala sekolah. Saya juga kepala sekolah baru dan belum
berpengalaman. Semester ini juga belum sempat karena repot buat
administrasi mau akreditasi.
Peneliti : Kalau kegiatan supervisi untuk guru PAI bentuknya seperti apa bu?
Informan : Kalau supervisi di sekolah ini yang jelas dalam rapat-rapat saya
tekankan tertib adminstrasi. Kalau kegiatan pembelajaran di kelas,
belum saya terapkan. Apalagi maaf, bu guru PAI sering sakit. Saya
tidak tega kalau membebani dia terlalu lebih. Dulu diminta nilai
rapot PAI aja malah masuk rumah sakit 10 hari. Kalau saya
laksanakan program supervisi beneran takutnya nanti nambahi beban
dan malah sakit ga bisa ngajar. Kalau guru-guru disini loyalitasnya
141
sangat tinggi, saya sudah bersyukur mereka mengajar dengan tertib
gitu aja.
Peneliti : Apakah guru menguasai kompetensi mata pelajaran yang diampu
bu? Terutama guru PAI?
Informan : Bu Suharyati guru PAI memang cuma lulusan D2 bu, tapi dia
mengajar bagus, disiplin. Namun karena beliau sudah tua dan sering
sakit, maka dia dalam mengajar cuma monoton ceramah saja. Tidak
memakai LCD atau media lain, karena dia tidak bisa
mengoperasikan komputer.
Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : Kalau faktor pendukung dalam kegiatan supervisi sebenarnya sudah
ada, guru disini semua terbuka dan siap untuk dibimbing dan diajak
maju karena disini suasananya kekeluargaan. Sedangkan faktor
penghambatnya ya karena saya terlalu sibuk dengan kegiatan dinas,
kemudian kalau melihat guru yang sudah sepuh dan sering sakit,
membuat saya tidak tega.
Peneliti : Menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : Ya saya sebagai kepala sekolah baru, sedikit demi sedikit
memberikan pengertian kepada guru, bahwa guru tidak hanya
mengajar, namun juga tertib administrasi. Saya memberikan
pengarahan pada rapat-rapat guru, namun untuk melakukan supervisi
di kelas-kelas secara formal belum bisa saya laksanakan. InsyaAllah
tahun ajaran baru akan saya coba.
Peneliti : Menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di
sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : Belum bu, masih banyak yang perlu diperbaiki
Peneliti : Berarti juga tidak ada tindak lanjut ya bu?
Informan : (sambil tersenyum) supervisi aja belum dilaksanakan, apalagi tindak
lanjut.
142
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Sutardi, S.Ag (Kepala Sekolah Dasar Negeri Tangkil 4)
Hari/tanggal : Kamis, 24 Maret 2016
Peneliti : Sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : Saya jadi kepala sekolah pertama di SD N 14, kemudian saya
dipindah disini sudah 4 tahunan. Dan ini saya mau pensiun.
Peneliti : berapa jumlah murid di SD ini pak?
Informan : Letak sekolah yang jauh dari perkampungan penduduk membuat
sekolah ini mempunyai murid sedikit. Kemudian proyek jalan tol
Solo-Kertosono yang berada di dekat sekolah dan memisahkan SD N
Tangkil 4 dengan perkampungan, membuat jumlah murid SD N
Tangkil 4 semakin menurun. Tahun ini jumlah murid ada 84 siswa.
Peneliti : Bagaimana suasana kerja di sekolah ini pak?
Informan : hehe…. (sambil tersenyum)
Saya itu orangnya santai, jadi disini saya juga santai. Dengan teman-
teman guru juga begitu. Seperti keluarga lah. Latar belakang saya
guru agama Islam bu, tapi saya tidak mau kalah dengan kepala
sekolah yang lain, saya ingin buktikan bahwa guru agama juga bisa
jadi kepala sekolah yang baik.
Peneliti : Sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program
supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan
supervisi akademik terhadap guru?
Informan : Kalau program secara tertulis tidak ada, namun saya sering keliling
mengamati cara mengajar guru-guru. Kalau saya kira tidak pas, saya
kasih masukan kalau rapat guru. Kadang juga saya kasih masukan
waktu ngobol biasa.
Peneliti : Berarti tidak ada dokumen atau instrumen pak?
143
Informan : Tidak ada bu, ini cuma ada blangko supervisi/monitoring dari
pengawas seperti ini. (sambil menjunjukkan dokumen monitoring
kegiatan UTS oleh pengawas sekolah)
Peneliti : Bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : Biasa-biasa saja. Guru-guru lebih suka seperti itu dari pada harus
pakai instrumen dan ditungguin di dalam kelas. Katanya pada grogi
begitu.
Peneliti : Menurut Bapak yang dulunya juga guru PAI, apakah guru PAI disini
menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
yang diampu? Terutama guru PAI?
Informan : bu guru disini namanya bu Gadis, dia baru lulus sarjana. Dulunya dia
ngajar TK. Saya lihat dalam mengajar sangat kreatif sekali,
terkadang anak-anak melakukan pembelajaran di luar dan langsung
praktek. Dia juga mahir mengoperasikan komputer, jadi sering saya
mintai tolong mengerjakan administrasi sekolah.
Peneliti : apakah guru PAI juga menguasai IT pak? Terutama yang berkaitan
dengan pembelajaran?
Informan : bu guru PAI menguasai IT bu, guru-guru disini terutama yang muda-
muda bisa menggunakan komputer. Tetapi guru yang sudah sepuh
memang kurang. Saya sendiri mengakui, dalam hal IT memang
kurang fasih.
Peneliti : Menurut Bapak, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : Hambatan yang ada saya kira tidak begitu serius, cuma kesiapan
guru-guru yang masih kurang ketika disupervisi. Dan pengetahuan
saya yang masih kurang tentang supervisi inilah yang saya kira
menjadi hambatan bagi saya. Saya belum memahami instrumen
untuk supervisi, karena kepala sekolah juga jarang ada pelatihan
tentang supervisi itu.
Peneliti : Menurut Bapak, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
144
Informan : Untuk mengatasinya ya harus belajar dan belajar terus. Namun ni
saya sudah mau pensiun. Hehehehe …..
Saya hanya berharap semoga kepala sekolah yang akan datang bisa
lebih baik lagi.
Peneliti : Menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di
sekolah ini sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : ya belum bu. Masih banyak yang perlu dibenahi. Namun sejak saya
disini, sudah ada peningkatan di sekolah ini sedikit demi sedikit.
Peneliti : Bagaimana bentuk tindak lanjut dari hasil supervisi pak?
Informan : Saya tidak memberikan tindak lanjut secara sistematis. Saya hanya
memberikan pembinaan secara umum saja dalam rapat guru. Kalau
ada undangan pelatihan, ya saya kirim sesuai undangan. Misal untuk
guru kelas 1 ya saya kirim guru kelas 1. Kalau undangan untuk guru
PAI ya saya kirim guru PAI. Apalagi pelatihan-pelatihan juga jarang,
paling yang baru-baru ini pelatihan kurikulum 2013.
145
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Menuk Rusmiyati, S.Pd (Kepala SD Negeri Mojomulyo 2)
Hari/tanggal : Selasa, 24 Mei 2016
Peneliti : Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini sudah berapa tahun?
Informan : 4 tahun bu, tapi kalau menjadi guru sudah 34 tahun
Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program
supervisi?
Informan : ya tentu saya menyusun program supervisi di awal tahun ajaran baru.
Peneliti : Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan supervisi
akademik terhadap guru terutama guru PAI?
Informan : Dalam pelaksanaanya paling satu semester cuma satu kali. Tapi
pelaksanaannya tidak runtut. Pada awal ajaran baru saya
memberikan bimbingan seperti cara membuat RPP, silabus dan
lainnya. Namun pelaksanaan supervisi di kelas, tidak pasti harinya.
Saya menyesuaikan dan mencari waktu luang, karena kepala sekolah
tugasnya juga banyak.
Peneliti : apakah ibu memakai instrumen supervisi?
Instrumen : iya, saya memakai instrumen dan saya masuk dalam kelas tapi ya
tidak dari awal. Paling cuma berapa menit gitu.
Peneliti : apakah guru-guru memahami instrumen supervisi yang akan
digunakan?
Informan : ya saya kira paham, karena waktu rapat guru, saya sudah
menyampaikan kalau saya akan melakukan supervisi di kelas. Hal-
hal yang dinilai seperti ini dan ini. Mereka sudah tahu.
Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : Guru-guru menanggapi dengan baik, karena pada waktu rapat sudah
saya sampaikan bahwa kepala sekolah perlu melakukan supervisi
karena itu sudah menjadi tugas dan kewajiban.
146
Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : kalau pendukung, ya guru-guru disini semua mendukung
pelaksanaan kegiatan ini.
Kekurangannya ya guru-guru disini ada yang ekonominya lemah,
makanya sering mengajar tidak fokus. Adalagi yang mengajar bagus,
tapi karena sering sakit, maka sering juga ijin. Kemudian yang
wiyata bakti juga ada 3 yang megang guru kelas. Saya tidak bisa
menuntut banyak, karena sekolah tidak bisa memberikan gaji yang
memadai. Tapi yang paling sulit bagi saya adalah mengubah pola
pikir guru itu sendiri yang sulit. Mengajak mereka untuk maju,
sangat sulit. Karena mereka sudah bertahun-tahun terpola begitu.
Peneliti : Bagaimana dengan guru PAI disini? Apakah menurut Ibu dia
menguasai materi yang diampu?
Informan : Kalau guru PAI, masih muda. Dia angkatan K2, bagus ngajarnya.
Dia sudah sarjana, dan dia sekretaris KKG kecamatan Sragen, jadi
saya yakin dia pasti menguasai materi. Saya kasihan, dia rumahnya
jauh, tiap hari sragen solo.
Peneliti : menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : ya untuk membuka dan mengarahkan pola pikir guru, melalui
pembinaan guru pada waktu rapat. Selain itu, saya juga
membiasakan ngobrol secara perorangan dan informal. Biar lebih
dekat dan lebih maksimal.
Peneliti : Apakah pelaksanaan program supervisi akademik di sekolah ini
sudah dapat meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : Saya kira belum berhasil, karena itu perlu proses. Sebagai contoh,
kemarin guru-guru minta dibelikan LCD lagi karena disini baru
punya 1 buah, oke saya belikan 3 buah. Dan saya menyarankan
untuk kegiatan pembelajaran agar lebih variatif, supaya guru
menggunakan LCD. Namun kenyataannya juga jarang digunakan.
Saya berusaha memberikan fasilitas, tapi karena SDM yang kurang
147
greget untuk belajar, ya kurang maksimal jadinya. Tapi saya yakin
apabila supervisi akademik dilaksanakan dengan berkelanjutan, akan
ada perubahan. Memang mengubah pola pikir terutama guru-guru ya
maaf (sudah usia agak tua), sangat sulit sekali. Disini ada yang
muda, tapi masih wiyata bakti. Jadi saya yang tidak tega kalau saya
tuntut tanggung jawab maksimal.
Peneliti : Bagaimana program tindak lanjutnya bu?
Informan : untuk tindak lanjutnya, pertama-tama saya lihat hasil supervisi dulu.
Saya mempunyai catatan-catatan tersendiri. Apabila perlu saya beri
masukan secara pribadi, maka saya akan memanggil guru ke ruangan
saya secara pribadi, karena ini menjaga perasaan guru satu dengan
yang lain. Kalau hanya bersifat umum, biasanya saya sampaikan di
rapat guru.
Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan kompetensi profesional
guru, terutama guru PAI. Ya saya sarankan aktif di kegiatan KKG.
Karena penguasaan kompetensi terutama guru PAI yang di KKG itu.
Latang belakang saya kan bukan guru PAI, jadi urusan penguasaan
materi itu ya kurang paham. Saya hanya memberikan pendampingan
dalam metode pengajaran, media pembelajaran, ya pokoknya yang
bersifat umum saja.
148
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Sulardi, S.Pd (Kepala Sekolah Dasar Mojo 58)
Hari/tanggal : Senin, 21 Maret 2016
Peneliti : sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : 3 tahunan bu
Peneliti : SD Mojo 58 ada berapa rombel pak?
Informan : ada 3 rombel bu. Sekolah ini gabungan dari 3 sekolahan, SD Sragen
5, SD Sragen 8 dan SD Mojo. Jumlah murid mencapai 594.
Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program
supervisi?
Informan : ya ada programnya, tiap kepala sekolah sudah seharusnya menyusun
tapi bagi saya yang penting pelaksanaannya
Peneliti : Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan supervisi
akademik terhadap guru (terutama guru PAI)?
Informan : Kalau pelaksanaannya tiap semester cuma sekali, itupun waktunya
terkadang mundur dari jadwal. Karena saya juga memaklumi, disini
kekurangan guru. Bu Tutik sebagai guru PAI harus mengajar penuh
seminggu. Bisa dibayangkan saja, kelas 1 sampai 6 yang terdiri 3
rombel, hanya ada 1 guru dan 1 guru WB tapi jarang masuk juga,
terkadang bu Tutik itu harus mengajar dua kelas sekaligus dalam jam
yang sama, kerepotan sekali. Sedang saya sendiri juga banyak
kegiatan kepala sekolah, selain itu saya juga pengurus koperasi jadi
sering ada tamu yang kesini.
Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : guru-guru juga senang, mereka merespon positif. Cuma ada
beberapa guru yang grogi karena kurang siap
Peneliti : Bagaimana mengatasi agar guru tidak grogi pak?
Informan : Sebenarnya saya menggunakan pendekatan kekeluargaan agar lebih
santai, tapi tetap saja grogi. Diawasi dengan tidak tetap lain.
149
Peneliti : menurut Bapak, apakah guru terutama guru PAI menguasai standar
kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PAI?
Informan : ya guru PAI disini menguasai materinya, cuma kalau penggunaan IT
masih kurang. Saya juga menyediakan LCD agar KBM bisa lebih
baik dan membuat anak semakin semangat. Walaupun belum bisa,
guru semangat mencoba dan belajar menggunakan media yang ada.
Peneliti : menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di
sekolah ini sudah bisa meningkatkan kompetensi profesional guru?
Informan : kalau di SD sini belum sepenuhnya berhasil, karena masih banyak
kekurangan dan kelemahan. Tapi saya yakin itu perlu proses, dan
ketika kita ada usaha untuk maju, maka pasti akan ada peningkatan.
Mohon maaf bila saya tidak banyak memberikan masukan kepada
guru PAI. Karena saya dari guru kelas, kalau saya memberikan
masukan nanti takut salah. Lagi pula saya yakin guru PAI pasti
menguasai materi PAI, karena itu mata pelajaran yang selama kuliah
dia dapatkan. Saya cuma memberikan saran-saran saja, umpamanya
media yang dipakai, cara mengajar dan hal-hal lain yang bersifat
umum.
Peneliti : Bagaimana bentuk tindak lanjut hasil supervisi pak?
Informan : ya saya hanya menyampaikan kepada guru untuk selalu belajar.
karena ilmu itu semakin berkembang. Guru PAI, guru Penjas dan
guru-guru kelas selalu saya sarankan untuk aktif di kegiatan KKG
masing-masing. Agar lebih banyak wawasan dan pengetahuan.
Kalau dari saya selaku kepala sekolah, ya kurang maksimal. Kalau
cuma dalam menyusun RPP dan persiapan pembelajaran, saya bisa
bantu, tapi kalau berkaitan dengan pelajaran, ya tentu kurang pas
untuk pelajaran PAI, karena dulu saya sebagai guru kelas.
150
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Y. Sri Purwanti, S.Pd (Kepala SD N Karang Tengah 1)
Hari/tanggal : Rabu, 23 Maret 2016
Peneliti : sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : saya baru setahun ini mbak
Peneliti : berapa jumlah murid disini bu?
Informan : Jumlah siswa di SD N Karang Tengah 1 ada 60 siswa. Jumlah siswa
selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan
desa Karang Tengah letaknya perbatasan dengan kelurahan Sragen
dan banyak anak yang lebih memilih sekolah di sekolah-sekolah
Kelurahan Sragen.
Peneliti : bagaimana hubungan kepala sekolah dengan guru dan karyawan?
Informan : baik semua, walau disini muridnya cuma sedikit, tapi guru-guru
disini semua baik, ramah dan bersemangat
Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program
supervisi? Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan
supervisi akademik terhadap guru?
Informan : tiap awal ajaran baru, saya selalu menyusun program supervisi,
walaupun terkadang juga sama dengan tahun-tahun sebelumnya,
minimal untuk kelengkapan administrasi Kepala Sekolah. Namun
dalam pelaksanaannya kadang tidak sesuai jadwal, karena bersamaan
dengan kegiatan saya yang lain seperti rapat dinas atau sedang ada
pelatihan. Kelengkapan administrasi guru-guru disini tertib mbak,
tiap awal ajaran baru memang saya suruh ngumpulkan di meja saya
untuk saya periksa dan saya tanda tangani.
Peneliti : Untuk yang supervisi akademik untuk guru PAI bagaimana bu?
Informan : Supervisi selama ini hanya di administrasi saja bu yang berjalan.
Selain saya juga repot urusan administrasi dan kegiatan kepala
sekolah, saya juga masih punya jam ngajar 6 jam pelajaran juga.
151
Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : mereka merespon baik, ini bisa dilihat. Tiap awal tahun ajaran,
semua administrasi sudah ditaruh di meja yang sudah saya sediakan.
Nanti saya periksa dan saya tandatangani.
Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : yang menjadi pendukung yang jelas kerjasama dan kekompakan
antara guru dan kepala sekolah. Suasana kekeluargaan, kedamaian
dalam bergaul akan sangat mendukung dalam kerja
Kalau kelemahan, ya ada satu dua guru yang terkadang males dalam
administrasi, tapi saya maklumi karena faktor kesibukan dalam
mengajar. Sehingga administrasi terkadang tidak rapi dan lengkap.
Peneliti : menurut Ibu, apa upaya untuk mengatasi kendala tersebut?
Informan : ya sebagai kepala sekolah saya tidak bosan untuk selalu memberikan
pembinaan pada saat-saat rapat. Bahwa guru harus baik dalam
mengajar dan tertib administrasi. Apalagi guru yang sudah
sertifikasi. Pemerintah memberikan tambahan gaji untuk
meningkatkan profesional guru.
Peneliti : menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di
sekolah ini sudah berhasil?
Informan : kalau berhasil ya belum, namun kita juga harus berusaha semaksimal
mungkin agar lebih baik lagi
152
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Rosit Mustofa, ST, S.Pd
Jabatan : Kepala SD Birrul Walidain Muh. Sragen
Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016
Peneliti : sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : sekitar 6 tahun
Peneliti : berapa jumlah murid baru di SD Birul tahun ini pak?
Informan : SD Birrul Walidain pada tahun ajaran baru 2016/2017 menerima
murid kelas 1 sebanyak 190 terdiri dari 6 rombel berasal dari
berbagai daerah di kabupaten Sragen.
Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, bagaimana tanggapan Bapak tentang
supervisi akademik yang dilakukan kepala sekolah? apakah Bapak
menyusun program supervisi?
Informan : Program supervisi akademik itu sangat penting, karena itu sebagai
acuan dalam melaksanakan supervisi. Bayangkan saja disini ada 50
an guru dan karyawan, kalau tidak ada perencanaan tentu akan
kewalahan. Dalam pembuatan perencanaan saya selalu koordinasi
dengan waka-waka yang lain pada waktu rapat kerja (raker) awal
tahun. Dan dalam pelaksanaan supervisi saya koordinasi dengan
bagian akademik. Program supervisi ini juga saya sosialisasikan
pada waktu rapat. Hal ini dimaksudkan agar guru dan karyawan juga
memahami maksud dan tujuan program supervisi ini
Peneliti : Apakah dalam supervisi, ada instrumennya?
Informan : Tentu ada instrumennya, instrumen itu saya gunakan sebagai bukti
fisik adanya supervisi. Guru disini kan banyak, kalau tidak
menggunakan instrumen, ya saya tidak ingat lagipula dalam
melakukan supervisi dibantu oleh wakil kepala sekolah. Selain itu
hasil dari supervisi yang saya gunakan untuk evaluasi dan tindak
lanjutnya.
153
Peneliti : apakah guru-guru memahami instrumen supervisi yang akan
digunakan?
Informan : ya paham, guru disini masih muda semua. Usia 20 sampai 40
tahunan
Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : biasa saja. Supervisi sudah menjadi hal biasa. Waktu tes guru saja
dulu ada sesi microteaching juga kok
Peneliti : Sebelum melakukan melakukan supervisi, apakah ada diskusi
tentang strategi serta media pembelajaran yang dipakai guru?
Informan : biasanya sebelum ada supervisi, kalau ada guru mengalami
permasalahan dalam mengajar, mungkin tentang strategi atau
penggunaan media, guru terbiasa berdiskusi dengan sesama guru per
jenjang. Disini ada 4 rombel, dan tiap minggu ada pertemuan rutin
guru kelas maupun guru mapel tiap jenjang. Hal ini dimaksudkan
untuk penyamaan persepsi tentang materi serta berdiskusi tentang
strategi pembelajaran, pembuatan media pembelajaran serta pola
penanganan anak. Apabila dalam diskusi tersebut belum menemukan
solusi, biasanya konsultasi dengan saya. Maklum disini ada lebih
dari 40 guru, tentu saya tidak bisa melakukannya sendiri.
Peneliti : apakah kepala sekolah pernah melakukan supervisi akademik secara
tidak langsung?
Informan : supervisi tidak langsung maksudnya?
Peneliti : seperti diskusi tentang suatu masalah yang ada kaitannya dengan
KBM atau mungkin dengan angket tentang kinerja guru?
Informan : pernah dan itu sering saya lakukan. Di sekolah ini terdiri dari 704
siswa, tentu mempunyai karakter masing-masing. Terdiri dari latar
belakang yang berbeda pula. Tingkat ekonomi yang bervariasi, pola
asuh orang tua yang berbeda-beda, sehingga sering masalah muncul.
Ketika hal itu terjadi, sering wali kelas berdiskusi dengan saya.
Peneliti : Apakah guru disini menguasai kompetensi mata pelajaran yang
diampu?
154
Informan : tentu bu, karena ketika masuk menjadi guru dan karyawan disini ada
4 tahapan tes yang harus dilalui. Mulai dari mengaji, tes tertulis,
mikroteaching dan wawancara. Semua guru mengajar disesuaikan
dengan kemampuan dan jurusan masing-masing
Peneliti : apakah guru menguasai dan sering menggunakan media IT dalam
pembelajaran?
Informan : masuk jadi guru disini sudah harus menguasai IT bu, jadi semua
guru wajib bisa. Dan saya selalu menyarankan penggunakaan media
IT dalam pembelajaran agar lebih menyenangkan untuk anak-anak.
Sekolah juga memberikan fasilitas Wifi, jadi saya berharap lebih
maksimal lagi.
Peneliti : menurut Bapak, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : faktor pendukungnya ya guru-guru disini muda-muda serta enerjik
dan bersemangat, apalagi sekolah ini bukan sekolah negri melainkan
dibawah suatu yayasan, semua guru dituntut untuk selalu
meningkatkan kemampuan dalam mengajar. Kalau penghambatnya
ya karena waktu dan kesibukan kepala sekolah, jadi sering supervisi
dilakukan oleh guru senior.
Peneliti : apakah setelah supervisi ada tindak lanjut pak?
Informan : ya tentu ada, catatan-catatan dalam supervisi itu saya evaluasi. Kalau
perlu saya panggil ke ruangan saya untuk saya beri masukan. Hal ini
untuk menjaga perasaan guru dan saya kira ini akan lebih maksimal.
Selain itu, saya sering mengirim guru untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan yang berkaitan dengan tugas dan mata pelajaran yang
diampu.
Selain itu, hasil supervisi saya gunakan untuk pemetakan guru. Dari
hasil itu, saya bisa memetakkan mana guru yang perlu ditempatkan
sebagai wali kelas, guru mata pelajaran, tim lomba, guru kelas atas,
guru kelas bawah ataupun yang lainnya. Maaf karena kita sekolah
swasta, maka hasil kerja guru juga menentukan gaji yang akan
155
diperoleh. Kita tidak bisa menyamakan guru dengan kinerja rendah
dan guru yang mempunyai kinerja tinggi. Guru yang kurang bagus
kinerjanya selalu saya panggil, saya beri masukan. Dan apabila tidak
ada perubahan setelah dipanggil sampai 3 kali, ya saya beri surat
pemberhentian. Memang sanksi kita berlakukan secara bertahap,
guru yang punya kompetensi rendah tidak bisa menjadi wali kelas,
kemudian scorsing dan bila tidak ada perubahan akan berujung
pemberhentian. SD Birrul adalah sekolah swasta, tuntutan orang tua
sangat luar biasa. Maka perlu kerja profesional, kerja bersemangat
dan tentunya berharap hasil yang maksimal.
Peneliti : menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di
sekolah ini sudah berhasil?
Informan : saya kira belum semuanya. Namun adanya supervisi akademik dapat
meningkatkan semangat guru dalam mengajar. Selain itu, guru akan
terus terpacu untuk belajar guna meningkatkan kemampuan
mengajar dan penguasaan materi pelajaran yang diampu
156
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Mastuti Rahayu, S.Pd, M.Pd (Kepala SD N 4 Sragen)
Hari/tanggal : Rabu, 1 Juni 2016
Peneliti : sudah berapa lama Ibu menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : sudah 4 tahunan
Peneliti : Berapa jumlah siswa disini bu?
Peneliti : jumlah murid ada 896 dan tahun ini menerima 4 rombel yang berasal
dari kecamatan Sragen dan juga kecamatan lain
Peneliti : Menurut Ibu, manfaat apa yang bisa diambil kepala sekolah dalam
melaksanakan supervisi kepala sekolah
Informan : Bagi saya supervisi akademik itu sangat bermanfaat sekali, sebagai
kepala sekolah jadi tahu kapasitas guru-gurunya. Karena setiap guru
mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Terkadang kita melihat
seorang guru yang giat, semangat, belum tentu dia bagus dalam
KBM. Terkadang guru yang biasa-biasa saja ternyata mempunyai
kemampuan bagus dalam mengajar. Kalau kita sebagai kepala
sekolah tidak melakukan supervisi, ya tidak tau kemampuan guru.
Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, apakah Ibu menyusun program
supervisi?
Informan : ya membuat, kan itu sudah tugas kepala sekolah
Peneliti : Apakah bisa dilaksanakan? Bagaimana pelaksanaan supervisi
akademik terhadap guru?
Informan : karena itu sudah menjadi tugas kepala sekolah, yaitu salah satunya
semaksimal mungkin saya laksanakan. Namun dalam
pelaksanaannya tidak semua guru saya supervisi. Saya lebih
menekankan pada guru PNS, saya tidak tega kalau guru WB ikut
disupervisi. Dulu pernah saya lakukan, tapi ya kembali lagi, saya
tidak tega. Karena saya tidak bisa menuntut terlalu banyak kepada
WB, karena tidak ada ikatan yang memaksa dia untuk berbagai
157
tanggung jawab dalam mengajar. Beda dengan yang PNS kan. Di
samping itu, guru disini ada 40 an orang, jadi tidak cukup waktu
karena kegiatan kepala sekolah juga tidak supervisi saja. Dan juga
guru WB masih takut ketika ada supervisi, pernah dulu saya lakukan
untuk semua guru. Tapi guru yang WB terlihat kurang siap dan
membuat saya tidak tega.
Peneliti : Untuk menangani jumlah guru yang sangat banyak, apakah ibu tidak
memanfaatkan guru senior dalam supervisi bu?
Informan : Maaf saya tidak melibatkan guru senior, karena itu sudah tugas saya
sebagai kepala sekolah. Lagipula kalau saya wakilkan dan dia belum
mengikuti pelatihan tentang kepengawasan, menurut saya itu kurang
pas.
Peneliti : Apakah dalam supervisi ada blangko instrumennya bu?
Informan : Tentu saya memakai instrumen, sebagai kepala sekolah saya perlu
mendokumentasikan hasil supervisi itu. Instrumen ini penting,
karena hasil penilaian ada di sini, dan ini saya gunakan untuk
langkah selanjutnya. Kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran
akan saya jadikan bahan untuk pembinaan guru.
Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : ada yang biasa saja, ada yang grogi. Disini sudah menjadi hal yang
biasa, mereka ngajar, saya nungguin dari awal sampai selesai dan
saya nilai juga pernah.
Peneliti : apakah guru PAI disini sering menggunakan media IT dalam
pembelajaran?
Informan : sering, mereka sering menggunakan LCD dalam menyampaikan
materi.
Peneliti : menurut Ibu, faktor apa saja yang menjadi pendukung dan
menghambat pelaksanaan supervisi di sekolah ini?
Informan : kalau pendukungnya yang karena itu sudah tugas, jadi ya jalan gitu
aja.
158
Kalau kelemahan, waktu yang sering saya tidak bisa karena banyak
hal dan pekerjaan selaku kepala sekolah
Peneliti : menurut Ibu, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di
sekolah ini sudah berhasil?
Informan : belum semua berhasil, tapi yang jelas ada peningkatan
Peneliti : bagaimana bentuk tindak lanjut dari hasil supervisi bu?
Informan : dari hasil supervisi, tentu saya lihat dulu catatan-catatan yang ada.
Apabila ada hal-hal yang perlu saya tindak lanjuti secara pribadi ya
saya lakukan secara pribadi. Namun apabila cuma ringan dan
permasalahan umum, maka saya akan sampaikan melalui pembinaan
guru. Biasanya saya lakukan pada rapat rutin guru. Guru yang sudah
mengajar bagus, juga saya sampaikan agar guru tersebut semakin
bersemangat dan menjadi motivasi untuk guru yang lain.
159
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Joko Tri Laksono, S.Pd (Ketua K3S Kec. Sragen)
Hari/tanggal : Jum’at, 3 Juni 2016
Peneliti : sudah berapa lama Bapak menjadi kepala sekolah di SD ini?
Informan : sudah 14 tahunan, saya menjadi kepala sekolah dah 3 SD. Pertama di
SD 12, kemudian SD N 3 sudah 8 tahun dan baru di SD 1 ini
setahun.
Peneliti : berarti Bapak sudah lama menjadi kepala sekolah di Sragen, prestasi
ada prestasi anak yang menonjol di bidang Pendidikan Agama
Islam?
Informan : Sekolah Dasar di Sragen mempunyai prestasi yang menggembirakan
baik di tingkat karesidenan Surakarta, propinsi maupun tingkat
nasional. Termasuk lomba-lomba dalam Pendidikan Agama Islam
juga meraih juara di tingkat Propinsi Jawa Tengah. Tentu ini tidak
lepas dari peran guru Pendidikan Agama Islam dalam memberikan
arahan dan bimbingan kepada murid-muridnya.
Peneliti : sebagai seorang kepala sekolah, apakah Bapak menyusun program
supervisi?
Informan : Ya mesti menyusun, saya juga menyusun sendiri program supervisi.
Karena itu sudah menjadi tugas seorang kepala sekolah untuk
melaksanakan supervisi.
Peneliti : menurut Bapak, seberapa besar manfaat supervisi kepala sekolah
bagi guru?
Informan : Sebagai kepala sekolah supervisi itu penting, minimal dengan
supervisi akan memberi motivasi kepada guru untuk mengajar lebih
baik. Sebagai contoh, kalau tidak ada kegiatan supervisi, guru
mengajar seadanya, biasa dan tidak memakai media. Tapi ketika ada
kegiatan supervisi, pasti akan mempersiapkan diri.
160
Bagi saya, dalam pembelajaran itu yang penting ada target. Kalau
guru mengajar serius dan mempunyai target, pasti ada peningkatan
kemampuan anak.
Peneliti : Apakah supervisi akademik di SD ini bisa dilaksanakan? Bagaimana
pelaksanaan supervisi akademik terhadap guru?
Informan : Bisa dilaksanakan, tapi ya cuma beberapa guru saja.
Peneliti : Bagaimana dengan guru PAI?
Informan : Maksudnya?
Peneliti : Apakah Bapak pernah melakukan supervisi akademik (maksudnya
supervisi dalam kunjungan kelas) untuk guru PAI?
Informan : Selama saya menjadi kepala sekolah, saya belum pernah
mensupervisi guru PAI. Karena saya tidak menguasai ilmunya. Saya
tidak enak kalau dengan guru PAI, takutnya nanti kalau saya
memberikan masukan, malah salah. (sambil tersenyum). Saya dari
latar belakang guru kelas, jadi saya lebih mantap mensupervisi guru
kelas. Bukannya saya membedakan, tapi karena saya tidak
menguasai materinya, tapi kalau bimbingan dan motivasi tetap saya
berikan.
Peneliti : Apakah menurut bapak, guru PAI disini menguasai materi yang
diampu serta bisa menggunakan media IT dalam pembelajaran?
Informan : kalau itu saya yakin bisa, guru PAI walaupun masih WB tapi
penguasaan materinya bagus, dia juga bisa mengoperasikan
komputer jadi saya yakin dia bisa menggunakan media IT. Buktinya
nilai anak-anak untuk PAI bagus.
Peneliti : bagaimana tanggapan guru terhadap supervisi yang dilakukan?
Informan : semua guru siap, apalagi guru-guru yang masih muda itu. Dia malah
bilang, kalau mau disupervisi yang silahkan saja pak. Disupervisi
bagian tentang apa begitu. (sambil tertawa)
Peneliti : menurut Bapak, apakah pelaksanaan program supervisi akademik di
sekolah ini sudah berhasil?
161
Informan : belum semua berhasil, tapi ada perubahan yang lebih baik. Nilai
ujian tahun ini ada peningkatan. Rata2 anak bisa diatas 8.
Peneliti : ternyata banyak kepala sekolah yang belum berhasil dalam
melaksanakan supervisi, kira-kira apa penyebabnya pak?
Informan : selain kesibukan kepala sekolah sendiri, menurut saya kwalitas
kepala sekolah itu sendiri. Jarang sekali ada pelatihan kepala sekolah
tentang supervisi. Pembekalan-pembekalan dan materi-materi
tentang supervisi tidak pernah di dapat. Maka tidak heran jika ada
kepala sekolah yang tidak paham tentang supervisi. Bagaimana mau
melaksanakan apabila kepala sekolah sendiri tidak paham tentang
supervisi. Bahkan ada kepala sekolah yang beranggapan bahwa
supervisi adalah tugas pengawas sekolah, dan dia tidak menyadari
kalau kepala sekolah juga bertindak sebagai supervisor untuk guru-
gurunya. Kemudian pemahamannya tentang kegiatan supervisi yang
hanya dimaknai sempit hanya dalam penilaian, membuat kegiatan
supervisi akademik kepala sekolah tidak berjalan maksimal.
Peneliti : Bagaimana bentuk tindak lanjut setelah supervisi pak?
Informan : Kalau untuk guru kelas, saya kasih masukan berkaitan dengan materi
yang diampu karena saya dulu guru kelas dan saya paham materinya.
Tapi kalau guru PAI saya tidak berani bu, takut salah karena saya
kurang paham materi PAI. Saya hanya memberikan bimbingan
secara umum saja pada rapat guru.
162
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Haryatik, S.Pd.I
Jabatan : Guru PAI SD N Karang Tengah 1
Hari/tanggal : Selasa, 3 Mei 2016
Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi akademik oleh kepala
sekolah?
Informan : saya pernah disupervisi tapi administrasi saja, tiap awal semester
Peneliti : kalau supervisi waktu pembelajaran di kelas?
Informan : belum pernah
Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala
sekolah?
Informan : Senang aja, karena kepala sekolah memperhatikan guru-gurunya.
Kalau ada pemeriksanaan, kita jadi semangat mengajar
Peneliti : mohon maaf, kan kepala sekolah sini non muslim, apakah tetap
memberikan perhatian yang sama terhadap guru PAI?
Informan : kepala sekolah kami profesional, dia tidak membeda-bedakan guru.
Dia juga perhatian kepada kami guru PAI.
Namun selama menjadi guru Pendidikan Agama Islam di SD N
Karang Tengah 1, saya tidak pernah ada supervisi kunjungan kelas
oleh kepala sekolah. Supervisi yang dilakukan kepala sekolah hanya
menilai perangkat administrasi guru saja.
Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari kepala
sekolah?
Informan : saya pengen yang ramah, tidak tegang. Tidak hanya menyalahkan
tapi juga memberi solusi. Ibu kepala juga mengajar, jadi saya bisa
mencontoh cara dia mengajar
163
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Gadis Wahyutira, S.Pd.I
Jabatan : Guru PAI SD N Tangkil 4
Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016
Peneliti : Apakah Ibu guru PAI pernah disupervisi administrasi oleh kepala
sekolah?
Informan : pernah, karena saya juga guru baru ya seadanya. Kepala sekolah
saya juga guru agama, jadi administrasi beliau yang punya
Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi dalam pembelajaran oleh
kepala sekolah?
Informan : belum pernah, pernah tapi oleh pengawas PAI
Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : saya tidak tahu bu
Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala
sekolah?
Informan : kepala sekolah belum supervisi di kelas bu
Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari
kepala sekolah?
Informan : apa ya, ya mungkin lebih ditingkatkan lagi supaya lebih baik
Peneliti : Bagaimana menurut ibu, pelaksanaan supervisi akademik kepala
sekolah selama ini?
Informan : saya kurang merasakan manfaatnya, karena selama ini saya mengajar
berdasarkan ilmu yang saya dapat selama kuliah. Kepala sekolah
tidak pernah memberikan masukan kepada saya. Strategi mengajar
juga saya dapatkan di pelatihan-pelatihan sebelum saya mengajar di
sekolah ini. Pembinaan kepala sekolah biasanya hanya secara global
saja dan tidak spesifik untuk guru PAI.
164
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Tutik Rusdiatun, S.Ag
Jabatan : Guru PAI SD N Mojo 58
Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016
Peneliti : Apakah Ibu guru PAI pernah disupervisi administrasi oleh kepala
sekolah?
Informan : ya pernah
Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi dalam pembelajaran oleh
kepala sekolah?
Informan : ya tapi sudah lama
Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : ada tapi yang membawa pak kepala
Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan
supervisi?
Informan : tidak tentu, sudah tahun lalu
Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala
sekolah?
Informan : saya sangat mendukung dengan diadakannya supervisi oleh kepala
sekolah, karena dengan demikian dapat meningkatkan kinerja kami
baik secara administrasi maupun dalam KBM.
Peneliti : apakah ibu sering menggunakan media TP seperti LCD dalam
pembelajaran?
Informan : pernah, tapi saya kurang bisa mengoperasikan. Kalau mau pakai saya
minta tolong guru lain yang bisa mengoperasikan
Peneliti : apakah ibu pernah dilatih dalam penggunaannya? Sehingga bisa
menggunakan sendiri?
Informan : pernah juga, tapi ya kadang masih bingung. Perlu proses mungkin
(sambil tersenyum)
165
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Fatimah, S.Pd.I
Jabatan : Guru PAI SD N 16 Sragen
Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016
Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?
Informan : pernah
Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : tentunya ada
Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan
supervisi?
Informan : 1 kali
Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala
sekolah?
Informan : senang sekali, sebagai guru pemula menjadikan saya lebih tahu.
Apalagi pak kepala adalah guru PAI, dia banyak memberikan
masukan dan bimbingan, walaupun disini cuma membantu saja.
Karena kepala sekolah masih mengajar 6 jam, maka sisanya
diserahkan kepada saya
Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari kepala
sekolah?
Informan : ya seperti saat ini. Pak kepala orang yang santai dan penuh
kekeluargaan. Jadi saya merasa nyaman-nyaman saja, rasa grogi
tetap ada, tapi saya optimis karena untuk kemajuan saya juga.
166
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Pranto Sutrisno, S.Pd.I
Jabatan : Guru PAI SD N 6 Sragen
Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016
Peneliti : Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi administrasi oleh kepala
sekolah?
Informan : pernah, sesekali ditanya kelengkapan administrasi
Peneliti : Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi dalam pembelajaran
oleh kepala sekolah?
Informan : pernah, kepala sekolah di luar kelas memperhatikan pembelajaran
Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : mungkin saja ada, tetapi guru PAI tidak ditunjukkan
Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan
supervisi?
Informan : tidak pasti
Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap supervisi yang dilakukan
kepala sekolah?
Informan : masih belum signifikan pada kemajuan pembelajaran PAI di kelas
Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Bapak guru PAI harapkan dari
kepala sekolah?
Informan : supervisi yang dirasa paling tepat, kami rasa supervisi yang
kontinyu, membuka peluang komunikasi dua arah dan terjadi
pemecahan masalah
Peneliti : Bagaimana menurut Bapak, pelaksanaan supervisi akademik kepala
sekolah selama ini?
Informan : Selama ini saya kira tidak terlalu berpengaruh kepada saya, karena
kepala sekolah jarang melakukan kunjungan kelas, pembinaan guru
juga hanya bersifat umum dan tidak menyasar kepada guru PAI.
167
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Siyami, S.Ag, M.Pd.I
Jabatan : Guru SD 4 Sragen. Ketua KKG PAI Kecamatan Sragen
Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016
Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?
Informan : ya rutin tiap semester sekali
Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : ada, tapi dibawa kepala sekolah
Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan
supervisi?
Informan : 1 kali tiap semester
Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala
sekolah?
Informan : senang tentunya, karena ketika kita diawasi, maka kita akan
semangat dan dapat membantu dalam hal peningkatan kemampuan
guru
Peneliti : apakah ibu menggunakan media seperti LCD dalam pembelajaran?
Informan : sering, malah ibu kepala sekolah menekankan. Kalau sekiranya perlu
ya suruh pakai.
Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari
kepala sekolah?
Informan : supervisi yang memberi arahan agar lebih baik, suasana dibuat santai
agar tidak terkesan kaku. Guru yang disupervisi biar bisa santai dan
suasana kekeluargaan.
168
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Wiyono, S.Pd.I
Jabatan : Guru PAI SD N Nglorog 3
Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016
Peneliti : Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?
Informan : ya pernah
Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : ada
Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan
supervisi?
Informan : tidak tentu, menyesuaikan waktu Ibu kepala sekolah
Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap supervisi yang dilakukan
kepala sekolah?
Informan : saya senang, walaupun saya sudah tua dan mau pensiun
Peneliti : apakah bapak menggunakan media seperti LCD dalam
pembelajaran?
Informan : maaf saya sudah tua bu, bingung masang dan menggunakan kalau
mau pakai LCD. Saya lebih sering ceramah saja.
Peneliti : apakah tidak ada pelatihan IT di sekolah pak?
Informan : kalau mau latihan sebenarnya ada guru yang bisa melatih, tapi saya
sudah tidak sempat latihan bu. Rumah saya jauh, lagipula di sekolah
juga ada tambahan ngurusi BOS juga. Sebenarnya ibu kepala
sekolah sudah menawarkan kalau mau latihan, tapi saya yang nyerah
dahulu
Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Bapak guru PAI harapkan dari
kepala sekolah?
Informan : supervisi yang bersifat membangun, memberi masukan atas
kekurangan dalam kegiatan belajar mengajar
169
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Masykuri, S.Ag
Jabatan : Guru PAI SD N Mojomulyo 2
Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016
Peneliti : Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?
Informan : ya pernah
Peneliti : Apakah dalam supervisi pembelajaran ada instrumennya?
Informan : ada
Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan
supervisi?
Informan : tidak tentu, menyesuaikan waktu Ibu kepala sekolah
Peneliti : Bagaimana tanggapan Bapak terhadap supervisi yang dilakukan
kepala sekolah?
Informan : saya senang, sebagai guru PAI kita harus siap, kita tidak boleh
ketinggalan dengan guru yang lain
Peneliti : apakah bapak menggunakan media seperti LCD dalam
pembelajaran?
Informan : ya pernah pakai tapi tidak setiap hari, menyesuaikan materi saja.
Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Bapak/Ibu guru PAI harapkan dari
kepala sekolah?
Informan : supervisi yang memberikan pembinaan dan pendampingan dari
pembuaatan RPP sampai pelaksanaan pembelajaran. Tidak hanya
diawasi cara mengajarnya saja, tapi guru juga dibimbing dalam
persiapan dan pelaksanaan pembelajaran
170
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Suharyati, A.Ma.Ag
Jabatan : Guru PAI SD N Nglorog 1
Hari/tanggal : Selasa, 22 Maret 2016
Peneliti : Apakah ibu guru PAI pernah disupervisi oleh kepala sekolah?
Informan : belum bu, saya bingung kalau di supervisi
Peneliti : Lha kenapa bu?
Informan : saya kalau disuruh masuk dan mengajar siap. Tapi kalau disupervisi,
tensi saya langsung naik, penyakit diabetes saya juga kambuh.
Kemarin waktu pelaksanaan kurikulum 2013 disuruh mengisi nilai,
saya malah sakit mikir itu. Karena saya tidak bisa komputer
Peneliti : apakah ibu menggunakan media seperti LCD dalam pembelajaran?
Informan : maaf saya tidak bisa, komputer saja saya tidak bisa menggunakan
Peneliti : apakah tidak dibantu kepala sekolah atau guru yang lain untuk
latihan komputer bu?
Informan : maaf saya sendiri yang tidak mau bu, kalau banyak pikiran saya jadi
sakit.
Peneliti : Lha terus bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan
dari kepala sekolah?
Informan : ya yang saya harapkan bu kepala selalu memberikan pembinaan dan
bimbingan. Jangan formal-formal, karena nanti saya grogi dan
membuat penyakit hipertensi saya kambuh
171
TRANSKRIP WAWANCARA
Nama informan : Ummi Muslimah, S.Pd.I
Jabatan : Guru PAI SD Birrul Walidain Muhammadiyah Sragen
Hari/tanggal : Rabu, 6 April 2016
Peneliti : Apakah Bapak guru PAI pernah disupervisi akademik oleh kepala
sekolah?
Informan : pernah tapi yang nunggu waka akademik
Peneliti : Berapa kali dalam satu semester, kepala sekolah melakukan
supervisi?
Informan : biasanya 1 kali tiap semester
Peneliti : Bagaimana tanggapan Ibu terhadap supervisi yang dilakukan kepala
sekolah?
Informan : biasa saja, bapak kepala sekolah tidak menunggu di dalam kelas
secara langsung dan saya memaklumi. Karena disini gurunya
banyak, maka diwakilkan kepala wakil kepala sekolah
Peneliti : Apakah Bapak/Ibu menggunakan media IT untuk mendukung proses
pembelajaran?
Informan : ya kadang memakai kalau memang materi perlu menggunakan
media IT seperti kisah-kisah nabi dan lainnya. Anak-anak lebih
tertarik dengan itu daripada saya ceramah. Dalam pembinaan, kepala
sekolah juga menyarankan penggunaan LCD dan sekolah
menyediakan beberapa LCD untuk menunjang kegiatan
pembelajaran.
Peneliti : Bagaimana bentuk supervisi yang Ibu guru PAI harapkan dari
kepala sekolah?
Informan : supervisi yang saya harapkan ya yang memberikan bimbingan,
memberikan solusi terhadap permasalahan guru. Tidak hanya
penilaian administrasi saja
172
Wawancara dengan Kepala SD N Mojo 58
Wawancara dengan Kepala SD N Nglorog 3
Wawancara dengan Kepala SD N 16 sragen
top related