teluk kiluan
Post on 04-Oct-2015
38 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
-
56
#### KESIMPULANNYA: Kemarin emang kita semua
GILAAAAA..... banget pengalamannya (bukan orangnya), dan
aku emang benar-benar nekad, spekulasi tinggi.....
===============TUTUP CERITA ================
1
Mengejar Waktu Diantara DOA
Tokoh dalam cerita
Bunda : Ibu angkatnya Nindya (Tiwi), seorang guru yang saat ini sedang ngabisin duitnya untuk kuliah lagi program pascasarjana MPIPS Unila, dalam cerita ini berperan sebagai sopir
Nindya (Tiwi): Mahasiswa Fisip Unila, yang punya impian
pengen nginjakin kakinya di Bulan, eh Teluk Kiluan. Tiwi memiliki mata yang indah, hanya banyak orang yang tak memperhatikannya karena tertutup kacamatanya
Kristy : Mahasiswa Fisip Unila, teman kuliah Tiwi,
cantik tapi memiliki fisik yang lemah. Penakut
Iid : Mahasiswa Fisip Unila, teman kuliah sekaligus teman kost Tiwi, Manis dan kreatif. Dan dia paling semangat kalau diajak bicara tentang hal yang dia sukai.
-
2
Chiko : Mahasiswa Fisip Unila, Kurus tinggi, memiliki jiwa pemimpin, bisa diandalkan dalam situasi darurat
Rano : Mahasiswa Fisip Unila, kurus kecil, sederhana, dan terlihat sensitif sifatnya.
Rendi : Mahasiswa Fisip Unila , manis dan selalu merasa paling ganteng diantara yang cantik , tapi masih sedikit kekanakan, mungkin karena terlalu dijaga oleh orangtuanya.
Kita dibawah LANGIT yang sama, melihat BINTANG yang sama.
55
Selamat malam anak-anak bunda, selamat tidur,
semoga segala kelelahan dan ketegangan hari ini bisa larut
dalam tidur yang pulas
***********&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&&***********
#Malamnya aku gak bisa tidur, pegal semua badan ditambah
batuk yang eksis gara-gara kelelahan, air hujan plus mandi air
dingin malam-malam
##Besoknya pas cerita ma teman-teman kuliah, mereka pada
gak percaya kalau aku kemarin ke Teluk Kiluan pulang pergi,
untung ada foto-foto sebagai bukti, dan semua langsung
bilang: GILAAAAAAA........NEKAAAAAD, malam-malam
pulang dari Kiluan!!! Gilaaaa luuuu.....
### Pas cerita ma teman-teman kerja di SMKN 1 Metro,
commentnya sama dengan teman-teman kuliah, ditambah
geleng-geleng kepala gak berhenti-henti....untung pada gak
copot tuh kepala
-
54
yang masih lemah seperti itu akibat jalan mendaki diTeluk
Kiluan tadi. Lagipula toh kami melewati daerah rumahnya, jadi
sekalian aja pikirku.
Rendi, Chiko dan Rano masih ikut dalam mobil karena
motor Rendi dan Chiko dititip di kamar kostnya Tiwi.
Legaaaaa.......sudah sampai Bandarlampung, kataku.
Tiwi nyahut, aku baru lega kalau sudah masuk
gerbang kostku....hahahahahaha......
Kami sampai dikost sekitar jam 22.00. Rasanya lengket
semua badan karena air laut membuatku ingin cepat-cepat
mandi. Mana tadi aku sempat kena hujan juga, dan hujan
merupakan salah satu musuh bagi fisikku. Sementara itu
Chiko, Rendi dan Rano langsung pulang.
Benar-benar seperti mimpi apa yang kami alami
seharian ini, luarbiasa....Apalagi dengan rute jalan yang
memacu adrenalin seperti itu, tapi jujur saja....aku gak
kapok......hahahaha, setidaknya pengalaman sekali akan
membuat kita lain kali lebih siap dan lebih berhati-hati... (Hm,
apa akan ada LAIN KALI itu?).
3
umat pagi. Aku lagi jengkel banget. Sudah sengaja
jauh-jauh dari Metro ke Bandarlampung untuk
kuliah, eh malah sampai jam 9 lewat, batang
hidung tuh dosen belum kelihatan juga.
Kalau bayar mahal SPPnya cuma buat ketemu kursi kosong,
ngapain? Dirumahku juga banyak tuh kursi kosong
Aku mahasiswa pascasarjana di Magister Pendidikan
IPS Universitas Lampung, mayoritas teman kuliahku rata-rata
sudah bekerja semua, guru dan juga telah berumahtangga.
Kuliah pascasarjana ini bagi sebagian dari kami hanya karena
tuntutan pekerjaan sebagai salah satu syarat untuk naik
pangkat atau golongan bagi PNS.
Kami berasal dari berbagai kabupaten diLampung, ada
yang dari Pringsewu, Tulangbawang, Kotabumi, Metro,
Bandarlampung, Waykanan, bahkan ada juga yang dari
Palembang. Karena itu rasanya menyebalkan banget jika kami
sudah sengaja berangkat dari rumah eh dosennya gak masuk
tanpa ada pemberitahuan dahulu.
J
I
-
4
Akhirnya untuk mengisi waktu jam kuliah yang kosong
itu, aku mengerjakan pekerjaanku sebagai guru SMK, input
nilai rapor, karena minggu depan sudah pembagian rapor. Aku
memang gak terlalu suka menghabiskan waktuku hanya untuk
ngobrol ngalor ngidul gak jelas, walau bukan berarti aku tipe
yang serius, hanya jika udah menyangkut tugas kuliah dan
pekerjaan, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik. Aku
rasa setiap orang juga berpikir yang sama.
Tiba-tiba handphoneku bergetar, ada sms masuk.
Hmm....dari nindya atau biasa dipanggil Tiwi, anak angkatku
yang kebetulan kuliah juga di Fakultas Fisip Unila, aku
biasanya setiap istirahat atau kalau capek bolak balik Metro-
Bandarlampung sering milih nginap di tempat kostnya,
sebenarnya sih buat ngirit bensin juga.....hahahaha.....
Nda, aku mau izin pergi ya.... Bunda memang
panggilanku baik oleh murid-muridku, anak-anak angkatku
baik yang dari dunia Maya ataupun mereka yang kenal dengan
diriku, bahkan teman kuliahku juga memanggilku dengan
sebutan itu.
Wah, berarti istirahat nanti Nda terdampar dikampus
dong....
53
Setelah melewati semua jalan yang super parah dan
rusak berat disepanjang jalan dari Teluk Kiluan tadi, rasanya
semua jalan rusak yang sekarang kami lalui menuju
keBandarlampung gak ada arti apa-apa. Tapi aku sudah mulai
merasa lelah, nyetir sekitar 9 jam dengan rute yang
menyeramkan tadi menguras semua tenagaku. Karenanya aku
memilih lewat Telukbetung saja.
Chiko sempat menyuruhku istirahat, biar gantian
dengan dia. Tapi aku bertahan untuk tetap nyetir mobil. Aku
lebih percaya dengan diriku sendiri. Lagipula pikirku nanggung
banget, udah mau sampai, dan udah terlanjur capek, sekalian
aja deh capeknya.
Begitu memasuki daerah Telukbetung dan jalan-jalan
yang aku sudah paham, rasanya ketegangan yang dirasakan
tubuhku semua menjadi hilang. Ini benar-benar pengalaman
yang gak akan aku lupakan seumur hidupku. Perjalanan
dengan maut yang setiap waktu mengintai kami. Setidaknya
aku bersyukur, satu janjiku pada Tiwi telah kutepatin
Sampai diBandarlampung kota, kami nganterin Kristy
dulu pulang kerumahnya. Karena hujan masih lumayan deras,
kasihan kalau dia harus dibonceng naik motor dengan fisik
-
52
Begitu memasuki kawasan markas TNI AL menuju
kepantai Klara, rasanya lega banget. Setidaknya jalan gak
terlalu buruk seperti dari punduh pidada keTeluk Kiluan.
Lagipula masih ada 1-2 rumah dijalan yang kami lalui.
Gak kerasa sudah sekitar jam 21.00 wib, berarti hampir
3 jam sudah kami dijalan. Kepulangan kami memakan waktu
yang lebih lama, karena kami jalan dimalam hari, sehingga
harus lebih hati-hati, belum lagi masalah-masalah yang kami
hadapi dari Teluk Kiluan sampai Punduh Pidada, yang kalau
diingat-ingat benar-benar suatu KEAJAIBAN kami bisa selamat
melewati semua itu.
Darahku berdesir cepat, setiap ingat bahwa nyawa
kami semua berada ditanganku saat itu. Jika aku lengah maka
nyawa kami taruhannya. Kuasa Allah yang memberiku
kekuatan menghadapi ini.
Tak terasa pantai Klara dan akhirnya pantai Mutun
kami lewatin.
Bun, mau lewat mana pulangnya? Kemiling apa
Teluk? Kalau kemiling disitu jalannya menanjak banget juga
sepi, rawan daerahnya.....kata Chiko.
5
Ini teman-teman mau ngajakin pergi....
Kemana?
Gak tau, belum ada tujuan juga. Lagipula gak ada
kendaraan....
Hm, dosen nda juga gak masuk nih....
Emang pada kemana Nda?
Gak tau pada kemana. Nih Nda ngerjain isi rapor aja
daripada bengong, ke Kiluan yo? Entah darimana tuh pikiran
tiba-tiba aku ngajakin dia ke Kiluan, salah satu tempat wisata
di Lampung, tepatnya di Kec. Kelumbayan, Kabupaten
Tanggamus. Sebenarnya aku iseng aja, karena ingat dia
pengen banget kesana, dan karena sikonnya belum
mendukung aku belum bisa menepatin janjiku untuk ngajak dia
kesana.
Ini ada 6 orang, beneran mau ke Kiluan? Beneran
Nda? Mauuuuuu...... Gubrak, aku tepuk jidat temanku,
soalnya kalau tepuk jidatku sendiri kan sakit. Ya ampun, aku
kan cuma iseng ngomongnya, tapi lihat balasan smsnya yang
antusias dan senang banget seperti itu rasanya aku jadi gak
tega kalau sampai membuyarkan rasa bahagia dia. Pyiuuuh,
mana bawa duit pas-pasan cuma buat kuliah dua hari doang.
-
6
Apa bunda bawa mobil? tanya Tiwi.
Bawa mobil...., balasku. Mobilku sejenis minibus,
toyota avanza yang bisa menampung sekitar 8 orang.
Cukuplah untuk kami tanpa harus berdesak-desakan
duduknya. Sementara itu otakku berpikir keras, bagaimana
caranya agar aku gak buat dia dan teman-temannya kecewa.
Kami HARUS PERGI.
Aku lihat teman-teman kuliahku siapa kira-kira yang
bisa aku pinjam uangnya, sialan....teman yang biasa tempat
aku pinjam malah lagi gak masuk pula. Dan rasanya gak enak
kalau pinjam dengan orang yang aku gak dekat banget.
Akhirnya aku sms Tiwi, aku bilang yang sebenarnya
kalau aku lagi gak pegang uang banyak, tapi kira-kira dia ada
simpanan apa gak, nanti aku ganti. Aku memang biasa jujur
dengannya, gak ada yang aku tutupin darinya. Alhamdulillah,
temannya si Rano ada uang simpanan, jadi aku bisa pakai
dulu uang Rano. Wah, Rano jadi Dewa bagiku hari
ini...hahahaha......
Hanya ada yang buat aku galau juga selain masalah
uang, diantara mereka yang ikut pada gak ada yang bisa
nyetir, jadi hanya aku yang bisa.
51
Perjalanan pulang sudah gak terlalu terdengar lagi
suara-suara mereka yang becanda seperti waktu berangkat.
Mungkin mereka kelelahan, dan karena mengalami
ketegangan demi ketegangan saat keluar dari Teluk Kiluan
membuat mereka gak bergairah lagi bicara banyak. Hanya
suara musik mobil yang terdengar dan sekali-kali suara Chiko
yang memberi arah jalan padaku.
Kami memasuki daerah Punduh Pidada. Dan tiba-tiba
aku merasa mobilku agak berat bagian stirnya. Waduh, apalagi
ini? Kayaknya ban belakang mobilku yang memang sering
kempes kumat nih, ya maklum aja kepuasan nghantam batu
dan jalan berlobang sih.... pikirku.
Hmmm....Kayaknya ban belakang kempes
nih....kataku pada mereka. Coba kita cari tambal ban
didaerah ini, tadi pas berangkat bunda lihat ada bengkel
motor....
Dan alhamdulillah, masih ada tambal ban yang buka
dekat kawasan militer TNI AL. Sambil ngisi angin, anak-anak
kesempatan untuk buang rezeki akibat ketegangan selama
dijalan tadi......hahahahaha.
-
50
Yank, coba kamu turun dulu tanya kerumah itu ini
benar gak jalan mau keluar.....,kataku pada Chiko.
Dan ternyata kami memang nyasar jauh, arah yang
kami ambil bukannya menuju jalan pulang tapi malah menuju
kegunung. Kata bapak itu, memang sering sekali orang-orang
yang nyasar lewat situ. Dengan mengikuti petunjuk yang
diberikan oleh bapak tersebut, kami bisa juga keluar dari desa
itu.
Jalan yang kami lalui sekarang sudah tidak terlalu
parah lagi seperti tadi, hanya tikungan-tikungan tajamnya yang
membahayakan, ditambah pula hujan yang turun membuat
jalan menjadi licin.
Bunda, capek bun? tanya Kristy. Aku cuma senyum-
senyum aja mendengarnya.
Tiwi yang menjawab, capeknya kita belum apa-apa
dibandingkan dengan capeknya bunda.....capeknya bunda itu
dua kali, tiga kali lipat dari capek kita....
Entahlah, sejujurnya aku malah gak ngrasain itu
semua, karena mungkin aku terlalu sibuk konsentrasi
mengendarai mobil dan melewati jalan-jalan yang rusak itu,
membuatku jadi lupa dengan rasa badan sendiri.
7
Ade ma Rinanda gak ikut yank? Mereka teman-
teman Tiwi yang bisa nyetir.
Mereka pada gak bisa Nda, katanya Rinanda mau
keWates dan Ade juga mau pergi.
Waduuh, yang bisa nyetir malah gak bisa ikut semua.
Chiko katanya bisa, tetapi aku gak pernah liat cara dia bawa
mobil, sedangkan jalan ke Kiluan jelek banget. Aku gak mau
ambil risiko, lagipula jujur aku gak suka nyawaku ditangan
orang lain. Ya udah, berarti aku bakal full nyetir pulang
perginya. Sedangkan jarak tempuhnya kata yang udah pernah
kesana sekitar 3-4 jam dari Bandarlampung. Tapi Ok deh
kalau aku sudah niatkan emang sulit buat dipatahkan, bagiku
ini malah sebuah tantangan sendiri apakah aku sanggup atau
tidak melakukannya.
Aku kasih tau ke teman-teman kuliahku kalau aku mau
bolos kuliah karena mau ke Kiluan, salah satu temanku Ana
langsung bilang:
Bun, besok pagi kan ujiannya Pak Edi, Assesment.....
Aku kaget juga dengarnya.
Gak salah yank? (aku memang biasa panggil orang-
orang yang aku kenal dengan panggilan yank dari kata
-
8
sayang, awalnya sih karena aku sering kesulitan nghafalin
nama murid-muridku yang jumlahnya ratusan orang, jadi
supaya aman aku panggil dengan panggilan seperti itu, jadi
gak bakal keliru salah panggil.....hahahaha, eh terus jadi
kebiasaan deh dengan siapa saja aku selalu panggil seperti
itu, tapi panggilan itu juga bisa menimbulkan rasa kedekatan
dengan mereka).
Benar Bun, udah lain kali aja looo....sayang banget
kalau sampai gak ikut ujian....
Duh, gimana nih? pikirku dalam hati. Rasanya aku
gak tega kalau ngebatalinnya, karena aku juga udah pernah
ngebatalin rencana ke Kiluan ini bulan kemarin, masa mau
batal lagi sih....bisa dibilangin PHP aku dengan mereka. Dan
aku gak ingin mengecewakan mereka. Sudahlah tentang
besok nanti aja mikirinnya sekarang berangkat aja dulu.
Terlalu banyak mikir malah buat mumet aja.
Bunda tetap berangkat yank, nanti PP aja atau besok
subuh pulangnya. Jadi masih bisa ikut ujian, Ana geleng-
geleng kepala liat aku tetap bersikeras mau pergi ke Kiluan.
49
khirnya kami memasuki desa, suasana benar-
benar sepi seperti tak ada kehidupan sama
sekali, hanya lampu-lampu disetiap rumah yang
membuat kami yakin kalau desa-desa yang kami
lewatin ada penduduknya. Karena cuaca sudah memasuki
malam hari semua rumah tampak mirip dengan yang kami lalui
pas berangkat tadi.
Ini nyasar apa gak ya? tanya mereka.
Ini benar koq, tadi kita kan ngelewati rumah bertingkat
yang belum jadi,kataku yakin. Tiwi juga nambahin,Benar ini
jalan yang kita lewatin tadi... tapi entah kenapa aku agak
ragu-ragu juga karena jalan yang kami lalui semakin mengecil,
seingatku tadi kami gak melewati jalan seperti ini. Kemudian
kami memutuskan untuk bertanya dengan penduduk setempat,
walau sulit juga karena hujan dan masih suasana magrib gak
ada orang yang berada diluar. Kemudian kami melewati satu
rumah dengan kendaraan motor yang masih terparkir diluar.
A
VI
-
48
Walau aku merasakan aura yang berbeda, aku merasa
tenang. Karena aku paham apapun yang saat itu ada disekitar
kami, mereka tidak jahat. Tidak ada aura negatif yang
kurasakan. Malah sepertinya mereka membantu kami,
memberi kemudahan jalan yang pada saat berangkat terasa
sulit sekali kami lalui, padahal waktu itu cuaca terang. Semua
berada dibawah Kuasa dan PerintahMu.....Ya Allah....
Sepanjang jalan, Chiko membantuku memberi arah
jalan, karena memang agak sulit melewati bagian jalan yang
rusak parah itu dimalam hari, kegelapan membuat jalan tidak
terlalu terlihat jelas, bahkan jurang-jurang yang ada dipinggiran
jalanpun tak terlihat batasnya dengan jalan. Walau sempat
terjadi berapa kali misscomunication antara aku ma Chiko.
Kadang petunjuknya yang gak jelas, kanan atau kiri.....
Aku berusaha tetap mengambil jalur sebelah kanan,
karena setidaknya itu lebih aman, berada jauh dari tepi jurang
yang berada disebelah kiri jalan. Akhirnya kami dapat keluar
dari jalan tersebut, aku berbisik pada sekitarku,
Terimakasih.....
9
Bun, Kiluan itu jauh.....mana jalannya rusak
banget......nekad kalau PP, ditunda aja kenapa toh?
Aku cuma senyum aja, sambil masukin laptop ke dalam
tas.
Tiba-tiba dosen mata kuliah EBK jam kedua masuk.
Alamak......gimana nih? pikirku. Masalahnya kalau
aku keluar tanpa bawa tas sih masih bisa kabur, ini aku bawa
tas ketahuan banget kalau mau perginya.Akhirnya aku nekad
aja dengan santai aku keluar ngelewatin tuh dosen. Mana dia
ngelihatin aku pula.
Masa bodoh aaaaah.....Kiluan, Im coming!!!
Teman-teman kuliahku pada ngelihatin semua, karena
bisa dikatakan aku termasuk rajin ikut kuliah, sakit-sakit aja
aku bela-belain tetap kuliah. Kecuali waktu aku lagi tes ilmu di
ruang ICU bulan oktober dulu, hahahaha.......
Woiiii Bun, mau kemana lu? tanya sebagian dari
mereka. Aku cuma senyum aja sambil melambaikan tangan.
-
10
esampainya aku di tempat kost, mereka sebagian
sudah kumpul. Teman-teman kuliahnya Tiwi:
Chiko, Rendi, Iid, Rano, sedangkan Kristy lagi
pulang dulu kerumahnya. Jadi kami menunggu
Kristy. Aku bolak balik lihat jam tangan, karena aku ingin kami
segera berangkat biar gak terlalu kesorean sampai disana.
Kami harus mengejar waktu.
Mana ada masalah dengan salah satu temannya Tiwi
yaitu Rendi, ibunya gak ngebolehin dia nginap dan ngejebur di
laut. Sedangkan dia pengen sekali bisa ikut. Hal ini mau gak
mau jadi pikiranku juga. Aku gak mau karena dia ikut kami
terus dia kena marah sama orangtuanya. Walau aku kasihan
juga kalau dia sampai gak bisa ikut. Tapi aku juga gak tau
bagaimana situasinya nanti disana, jadi gak pasti bisa pulang
atau gak nanti malam. Kalau keadaan gak memungkinkan
untuk pulang yah terpaksa kami harus nginap disana, itu
berarti dia bakal dapat masalah. Aku juga kepikiran dengan
ujianku besoknya. Wah, belum apa-apa udah ada macam-
S
II
47
kursi tolong kalian bacakan, perasaan bunda gak enak....
Mereka terdiam, aku seperti bisa mendengar detak jantung
ketakutan yang mereka rasakan, Iya bun....langsung aku
dengar suara pelan mereka membaca doa.
Kemudian aku berbisik dengan apapun yang saat itu
ada mengelilingi kami. Maaf, kami numpang lewat.....kami gak
bermaksud buruk, kami hanya ingin pulang....sambil aku
mengucapkan doa-doa dan memohon bantuan Allah. Ya
Allah, hanya Engkau yang aku takutkan.....Engkaulah yang
berkuasa atas semuanya, aku mohon perlindunganMu dari
segala hal yang buruk.....
Entah kenapa aku lalu melepaskan pijakan kakiku dari
gas mobil, perseneling mobil aku posisikan netral. Dan seperti
ada kekuatan yang gak nampak, mobil kami terus melaju
dengan kencang melewati tiap tikungan dan jalan yang belah
tersebut.
Ko, coba kamu lihat sendiri kan kalau bunda sama
sekali gak nginjak gas, tapi mobil kita tetap jalan terus dengan
kencang,kataku pada Chiko. Iya, bun...... Ciko menatap
kakiku yang lepas bebas dari pijakan gas.
-
46
Kali ini aku mengerahkan konsentrasi penuh, karena
kami melewati jalan-jalan tersebut dengan hanya
mengandalkan lampu mobil saja.
Akhirnya sampailah kami dibagian jalan yang paling
hancur, jalan dengan bagian tengahnya terbelah retak parah.
Cuaca mulai gelap, dengan hutan disebelah kami dan jurang
dibagian lainnya, suasana benar-benar sepi hanya suara
binatang malam dan musik dari mobil aja yang terdengar.
Kami semua lebih banyak diam. Membuat kami seolah-olah
berada didunia yang lain. Dunia yang penuh dengan mistik
yang mencekam. Segala sesuatu ada ditempat ini. Bahkan
hal-hal yang kasat mata, karena waktu sekarang (magrib)
adalah pergantian waktu dari siang menuju malam, dimana
segala hal yang halus mulai bergerak. Dalam hati aku
mengucapkan doa-doa pelindung.
Pada bagian jalan yang menurun tajam, tiba-tiba aku
merasakan angin dingin yang tidak sewajarnya mengelilingi
kami, dadaku mendadak terasa sesak.
Astaghfirullah....Aku paham sekali dengan tanda-tanda
tersebut....Dengan tenang aku bilang pada anak-anak,
Hmmm....coba kalian bantu bunda ya, kalau kalian hafal ayat
11
macam masalah, baru juga lagi mau berangkat. Entah apa
yang akan terjadi nanti.
Sebenarnya aku agak gak yakin dengan kepergian
kami yang mendadak ini, karena dari tadi malam perasaanku
gak enak banget, dan semakin jadi perasaan itu pagi ini waktu
aku mau berangkat kuliah dari Metro. Bahkan di jalan
sepanjang mau keBandarlampung, berulang-ulang aku
berdoa, Ya Allah, entah kenapa perasaanku gak enak banget
hari ini....mudah-mudahan hanya sekedar perasaan, bukan
sebuah tanda. Ya Allah....lindungilah keluargaku yang aku
tinggalkan, dan jagalah aku selama aku jauh dari
mereka....Lindungilah kami semua dari hal-hal yang buruk,
Amin.
Coba hubungi Kristy sih, koq lama amat, kataku pada
mereka.
Ini dia sms, udah di jalan katanya....
Paling dia baru keluar dari pintu rumah Bun, tapi
bilangnya udah dijalan.... kata Chiko sambil ketawa.
Akhirnya Kristy sms kalau dia nunggu kami di Halte
Robinson Unila. Siiiip....Kamipun langsung berangkat.
-
12
Setelah menjemput Kristy yang diantar ma pacarnya.
Kami ambil rute lewat Kemiling, aku nyuruh mereka untuk
makan siang dulu karena perjalanan kami masih jauh, dan
informasinya disana jarang ada warung makan sampai di
Kiluan nanti.
Tiwi sempat ngasih tau kalau teman-temannya pada
mau sumbangan untuk uang bensin mobilku, tapi aku bilang
gak usah karena aku tau mereka hanya anak kuliahan yang
belum kerja, kasihan kalau mereka harus keluar uang banyak.
Lagipula aku yang ngajak mereka, jadi biarlah ini
tanggunganku, yang penting aku bisa membuat mereka
senang, terutama Tiwi, karena ini impian dia. Melihat wajahnya
ma teman-temannya bahagia kayak gitu rasanya gak rugi deh
aku bolos kuliah hari ini, walau sebenarnya dosen-dosen itu
yang rugi sebab hari ini gak bisa melihat wajah manisku......
hahahaha.
45
Aku lihat semua keliatannya baik-baik aja, hanya nafas
mereka yang masih senin-kamis, diantara mereka hanya Kristy
yang tampak paling kepayahan.
Setelah semua naik mobil kami melanjutkan
perjalanan, karena kami masih harus melewati sungai batu,
kami takut sungai itu banjir kalau hujan seperti kata Bu Yon
tadi.
Sesampainya disana, aku gak mau ambil resiko. Aku
menyuruh mereka turun agar beban mobil lebih ringan.
Pertama aku nyoba naik gagal, karena kali ini tepian
sungainya posisinya lebih tinggi dan tidak terlalu miring seperti
tepian disebrangnya. Dan aku terlalu lurus mengambil jalan.
Aku coba jalan yang disebelahnya, walau aku sempat ragu-
ragu juga melihat tanah lintasan yang seperti kubangan itu,
tapi gak ada pilihan lain.....aku harus mencobanya dan
berhasil. YES!!!
Tikungan demi tikungan kami lalui, jarang kendaraan
yang papasan dengan kami, karena memang saat itu masih
suasana magrib. Dan mereka gak senekad kami jalan malam
didaerah tersebut. Hmmm.....mungkin aku sopir perempuan
pertama yang melakukannya, hahahahaha......
-
44
Tapi aku mengerti apa yang dia rasakan, tanpa bicara
aku tahu apa yang dia pikirkankan. Khawatir, takut semua
menjadi satu. Pengalaman tadi benar-benar terlalu berat untuk
dirasakan remaja seumurnya. Aku hanya tersenyum aja
berusaha menenangkannya.
Satu persatu yang lain menyusul dengan nafas megap-
megap, dalam hati aku merasa geli dan kasihan juga lihat
mereka. Tapi mau gimana lagi ini semua demi keselamatan
kami juga. Yang membuatku khawatir keadaan Kristy. Jalan
mendaki melewati tanjakan setinggi itu benar-benar menguras
tenaganya. Tubuhnya memang lemah. Untung dia dibantu
teman-temannya.
Yank, gimana? Kuatkan? tanyaku. Iya bun....Kristy
menjawab lemah. Aku lirik Chiko yang gantiin Tiwi duduk
didepan sebelahku. Keliatan dia masih sibuk atur nafas.
Aduh bun....yang gak perokok kayak Chiko aja ngos-
ngosan gitu, apalagi chiko....tadi aja karena ngejar mobil
bunda, chiko sampai tepar geletak dijalan.... hahahaha, bisa
KO juga Chiko
13
etelah makan dirumah makan Padang dan
membeli bekal untuk makan minum disana,
sekitar jam 12.30 wib kami berangkat. Awalnya
sepanjang jalan lancar-lancar aja. Kami sempat
mutar arah balik lagi karena lupa ngisi bensin mobil, karena
takut disana gak ada pertamina. Kami kearah Padang Cermin
melewati pantai Mutun, terus kearah pantai Klara. Jalan belum
banyak yang rusak, hanya tikungan-tikungan biasa yang masih
bisa aku lewatin. Aku sempat gereget juga, pengen banget
memacu kendaraan dengan kencang setiap melewati tikungan
atau jalan yang agak lebar dan mulus, tapi Kristy selalu
langsung jerit-jerit setiap aku ngebut dikit.....hahahahaha,
kayak bawa emak gw aja, pikirku dalam hati.
Sedikit-sedikit amazing.....bunda amazing....
yaelaaa....untung gak ada lakban dimobil, kalau gak Kristy
pasti udah aku lakban biar aku bisa ngebut, hahahaha.....Saat
itu cuaca juga kurang cerah, hujan gerimis, hal itu membuat
jalan jadi agak licin.
S
III
-
14
Bun, nanti aku tunjukin tempat biasa kami bilas kalau
dari pantai Klara, sebenarnya karena mau ngirit aja, gak mau
keluar duit buat bayar kamar mandi.....hahahaha, kata Tiwi.
Tapi tempatnya bagus, kata Rendi atau Chiko, aku
lupa.
Sempat ada sedikit pertengkaran kecil antara aku
dengan Tiwi pas dijalan, kebetulan dia duduk disebelahku.
Setiap ada tikungan atau jalan yang menurun dia selalu bolak
balik kasih peringatan ke aku, jujur itu malah buatku jadi gak
konsentrasi, seperti anak kecil aja sedikit-dikit diperingatin. Aku
juga tau mana yang bahaya atau tidak, apalagi bawa
rombongan seperti itu tentunya aku akan lebih berhati-hati.
Mungkin memang sikapku kelihatannya santai dan
meremehkan, tetapi sebenarnya aku tetap konsentrasi dengan
apa yang aku hadapi. Seharusnya dia hafal ma gaya
bundanya, ckckckckck......
Akhirnya aku ngebentaknya, sambil mengrem mobil,
Kalau gak kamu aja deh yang bawa nih mobil!!
Tiwi langsung diam, dan seketika aku langsung
menyesal karena udah bicara keras seperti itu padanya
dihadapan teman-temannya. Aku juga tau dia paling gak suka
43
Chiko, kalian jalan aja ya.....bunda tunggu
diatas,kataku. Sebab posisi jalan masih menanjak banget, aku
khawatir jika aku berhenti menunggu mereka maka mobilku
akan bergerak mundur lagi, tanjakannya sangat tinggi. Jadi
aku gak mau ambil resiko untuk kedua kalinya macet ditengah
jalan.
Sampai diatas, lewat gapura gerbang Teluk Kiluan, aku
berhenti dan turun dari mobil. Aku periksa kondisi mobil,
karena aku khawatir gara-gara kejadian tadi ada kerusakan
dibawahnya, sedangkan perjalanan kami masih jauh dan
masih banyak kesulitan yang akan kami hadapi. Semua terlihat
baik, syukurlah....Lalu aku masuk kembali kedalam mobil,
menunggu anak-anak sambil mendengarkan musik dimobil.
Yang pertama sampai diatas Tiwi, aku lihat dia
berusaha sekuatnya lari menghampiri mobilku. Aku sempat
bengong juga lihat dia dengan nafas ngos-ngosan berdiri
disamping jendela mobilku. Sambil mengatur nafasnya yang
terengah-engah dia terus menatapku.
Lah, kenapa pula nih anak? bingung aku jadinya.
Cara dia menatapku seperti aku ini manusia dari luar angkasa
aja, hahahahaha.....
-
42
bismillahhirohmannirohiim....bisikku dalam hati. Aku tetap
berusaha fokus dan tenang.
Aku sempat mendengar mereka memanggil-manggilku
karena mencemaskan keadaanku, Bunda....bunda..... tapi
aku terus konsentrasi, aku acuhkan semuanya, aku hanya
fokus dengan jalan yang ada didepan mataku.
Tiwi, jangan nangis.....tahan wi, jangan nangis....,
entah suara Kristy atau Iid yang aku dengar meminta Tiwi
jangan menangis. Bunda.... suara Tiwi.
Sempat juga aku mikir, Ngapain sih tuh anak pakai
acara mau nangis segala disituasi kayak gini? Apa gak bisa
dicancel dulu nangisnya?
Aku menunggu Chiko dan tiwi selesai membuat jalur
baru untuk kulalui,Bunda ambil sebelah kanan.....jangan
kekiri...kata Chiko.
Aku coba mengikuti jalur baru yang mereka buat
dengan tekanan penuh pada gas, mereka semua dengan
tegang melihat mobilku melaju dengan kencang melewati itu
semua. BERHASIL!! Alhamdulillah.....
Chiko berlari-lari mengejarku.
15
kalau ada orang yang bicara keras atau bentak-bentak dirinya.
Aku mengerti maksudnya baik agar aku lebih berhati-hati.
Kemudian aku minta maaf padanya, karena sudah berkata
keras dengannya. Awalnya dia diam saja, terus aku
mengulurkan jari kelingkingku tanda damai. Rasanya gak enak
kalau sampai kami ribut sedangkan perjalanan masih jauh.
Akhirnya dia mau juga terima jari kelingkingku. DAMAI.....
Kristy langsung ketawa liat kami kayak gitu,
hehehe......kayak anak kecil emang pake baikan dengan jari
kelingking saling berkaitan begitu
Kalau Kristy lain lagi cara kasih peringatan ma aku,
setiap aku agak ngebut dia bilang gini: Bunda nih gak bisa
banget liat jalan agak mulus ma lebar dikit....
Atau setiap jalan udah mulai menyempit, dia bilang:
Jalan menyempiiiiiiiiiit...... hahahaha, teguran halus buatku
untuk ngurangi kecepatan
Kalau yang cowok-cowoknya malah sibuk provokatorin
aku supaya ngebut bawa mobilnya,
Hayoooo Bun.....hayooo....yang kencang bun.... tapi
Kristy sibuk jerit-jerit sih....lagipula aku ingat mereka kan baru
-
16
makan, kalau dibawa ngebut nanti malah jadi mual, bahaya
kalau sampai muntah dimobil. Sayang mobilnya, hahahaha.....
Kasihan juga ma Chiko, dia duduk dibelakang dan
karena badannya tinggi setiap aku ngebut dan lewat jalan
yang jelek kepalanya selalu benturan ma atap mobil.
Hadeuuuuh....kenapa gak dilipat aja makanya tuh badan biar
bisa pendekkan dikit
Si iid mah dijalan lebih banyak diamnya, mungkin lagi
sibuk zikiran dalam hati....supaya kami selamat sepanjang
jalan ke Kiluan, dia udah pernah ikut mobilku jadi dia tau
banget gimana caraku bawa mobil. Makanya kalau dia diam
dan sibuk berdoa dalam hati, ya aku bisa maklum....hahaha...
Sementara Rano juga lebih banyak diam, mungkin lagi
ngumpulin tenaga buat siap-siap nyebur di Laut nanti
Yang lucunya, si Kristy karena takut jatuh kedepan (dia
posisi duduk dideretan kedua dan ditengah), badannya dililitin
pake sabuk pengaman, yang akhirnya malah buat dia susah
sendiri kalau yang dari belakang mau keluar dari mobil, ada-
ada aja.
Dimobil aku kan setel lagu-lagu Geisha yang mellow
itu....si Rendi yang suka banget, dia minta dikerasin suara
41
jalan membuat suasana semakin runyam. Saking kuatnya gas
yang aku tekan membuat ban mobil mengepul keluar asap
beradu dengan jalan. Bau karet terbakar langsung menusuk
hidungku.
Turun!!! Kalian semua cepat turun!!! Mobil ini terlalu
berat.....!!! seruku sambil sekuatnya aku memegang rem
tangan dan menginjak rem kaki, perseneling tetap aku
masukkan kegigi 1 agar mobil bisa bertahan gak mundur terus.
Mereka semua langsung secepatnya melompat turun dari
mobil.
Chiko, kita buat jalur baru...!!seru Tiwi disela-sela
kepanikannya. Dengan gesit Chiko langsung mengambil batu-
batu yang ada, bersama Tiwi menimbunin bagian jalan yang
berlobang. Tangan Chiko sampai luka terkena batu yang
tajam. Jalan yang rusak sebenarnya hanya beberapa meter,
yang lain mulus. Tetapi karena posisinya pas ditengah-tengah
tanjakan itu yang berbahaya.
Sementara itu mobilku perlahan-lahan terus turun
kearah jurang. Ya Allah, bantu aku, aku pasrahkan diriku
padaMu Ya Allah, Kau yang memiliki diriku.....hidup matiku
Kau yang berkuasa... laahaaulaawallaquataillahbillah,
-
40
dibagian tengah, ada beberapa lobang yang lebar-lebar,
dengan pecahan batu berserakan.
Mana pinggirannya jurang pula. AC sengaja aku
matikan biar mobilku kuat tarikannya. Tetapi kali ini benar-
benar aku ketemu MASALAH! Pas ditengah bagian jalan yang
rusak, mobilku gak kuat menanjak walau gas sudah aku tekan
sekuatnya sampai dasar. Mobil kami mundur!!!! MUNDUR dan
terus bergerak mundur!!!!
Astaghfirullah.....Aku berusaha sekuatnya dengan
menggunakan kedua rem, baik rem tangan dan rem
kaki....tanganku yang satunya semampunya mengendalikan
stir mobil tapi posisi mobil tetap mundur!! Aku mencoba segala
cara agar bisa maju kedepan, tetapi sekali lagi semua
percuma. Dengan beban penumpang seperti itu, rem seperti
tak berfungsi.Mobil kami terus bergerak mundur kebawah
dengan posisi miring kearah jurang tak tertahankan....
Anak-anak menjadi panik, ketakutan menguasai
mereka karena jika aku gak bisa menahan lajunya mobil itu,
kami semua akan masuk kedalam jurang disamping kami....
Aku berulang-ulang menekan gas agar mobil maju
kedepan, bunyi decitan ban mobil yang bergesekan dengan
17
musiknya, teman-temannya pada ngeledekin dia, karena ada
bagian dari lagu-lagu itu yang cocok ma kisah percintaannya
Rendi.....Cieeee, cieeee....
Setelah melewati Pantai Klara, kami memasuki
kawasan pangkalan TNI AL. Kami sempat berhenti sebentar di
ATM BNI yang ada dipinggir jalan. Kebetulan Rendi dan Rano
juga udah kebelet, jadi ini kesempatan buat mereka bagi-bagi
rezeki dimesjid terdekat......hihihihihi....
Terus ada bapak-bapak yang sempat menanyakan
kami mau kemana. Setelah tau kami mau ke Kiluan, dia bilang
sayang kalau Ke Kiluan bawa mobil kayak mobilku itu, karena
jalan disana rusak banget. Waduuuuh......pikirku.....
Pangkalan TNI AL
Saat memasuki persimpangan di Pangkalan TNI AL,
kami ambil jalur yang sebelah kiri menuju pangkalan AL/ bumi
marinir atau Punduh Pidada. Sambil berbelok, mataku sempat
melihat sekilas ada tentara muda disitu yang tampangnya
manis, sayang amat tuh orang terdampar disini pikirku, cuma
aku diam aja gak bilang ma Tiwi, karena aku sudah bisa
bayangin pasti dia ngomong gini:
-
18
Ya ampun Bundaaaa.......sempat-sempatnya tuh mata
liat yang kayak gitu.....uuuuuh....,
Ya namanya juga manusia normal, wajar atuh bereaksi
terhadap hal-hal yang menarik mata, itu namanya proses alam
Kebetulan Kristy pernah ke Kiluan, walau udah lama
tapi sedikit-sedikit dia masih ingat rutenya. Penunjuk jalan ke
Kiluan juga hanya berupa papan kecil yang kalau terburu-buru
bisa terlewatkan oleh mata. Berapa kali Chiko memintaku
untuk berhenti dulu kalau aku merasa capek. Tapi semua
masih terasa biasa aja bagiku,
Bunda tau sampai dimana batas kemampuan bunda,
kalau bunda gak berhenti berarti bunda masih kuat....kataku
pada mereka.
Berulang-ulang Tiwi juga nanya ke Kristy, masih jauh
gak Kiluan itu. Terus aku bilang setengah meledeknya, yynk
bisa sabar nahan pengen ke Kiluan berbulan-bulan, masa
nahan beberapa jam aja gak bisa sih?
Lepas dari kawasan pangkalan TNI AL atau setelah
melewati Punduh Pidada mulailah banyak rintangan dijalan.
Jalan yang kami lalui sebagian besar rusak berat,
banyak kubangan air yang rata-rata lebar dan cukup dalam
39
Aku ngelihat mereka, Ayooo....kalau gitu kita pergi
sekarang mumpung masih terang dan belum deras
hujannya...
Karena mengejar waktu, jangan sampai ketemu gelap
didaerah yag parah banget jalannya, kami semua langsung
berangkat.
Ada diantara mereka yang bertanya,Bunda ngrasa
yakin gak nih? Hmm....aku selalu yakin dengan diriku, terlalu
yakin malah . Kalau aku tetap nekad ngajak pulang magrib
itu juga karena semuanya sudah kupikirkan. Mungkin aku
memang suka mengambil risiko, tetapi semua pakai
perhitungan. Saat itu waktu menunjukkan pukul sekitar jam
18.00 wib.
ada saat melewati tanjakan jalan yang rusak
dekat gapura Teluk Kiluan, aku sempat kesulitan
karena tanjakannya tinggi sekali, dan dengan
kemiringan yang tajam, belum lagi jalannya rusak
P
V
-
38
Saat itu jam menunjukkan sekitar pukul 17.00. Aku tau
mungkin Tiwi agak kecewa karena gak bisa melihat sunset,
tetapi semua sudah aku pertimbangan baik-baik. Ya
setidaknya sebagian harapan dia sudah aku penuhin, bisa
datang keTeluk Kiluan.
Diatas perahu yang membawa kami kembali keTeluk
Kiluan, kami melihat awan semakin hitam, gerimispun mulai
turun. Gimana nih Nda? Gelap banget awannya.... kata Tiwi.
Aku diam aja, hanya berharap jangan hujan deras sekarang,
setidaknya sampai kami melewati rute-rute yang sulit dijalan
nanti.
Dengan terburu-buru kami dari pantai langsung lari
ketempat mobil kami diparkir. Aku bilang sama Bu Yon tempat
kami nitip mobil, bahwa kami mau pulang saat itu juga, dia
menatapku dengan heran,
Gak jadi nginap Bu?
Aku jawab, Gak Bu, kami pulang aja..... Tiwi nanya ke
ibu itu, Memang kalau jalan malam susah ya Bu? Ibu
itu sambil senyum,Iya, kalau hujan sungai tempat
lewat itu sering banjir.....jadi gak bisa lewat.
19
karena saat itu mulai masuk musim hujan, jalan grompal
dimana-mana, belum lagi sebagian besar jalan masih
menggunakan batu kali yang besarnya sebesar buah kelapa,
ditambah tikungan-tikungan tajam yang membuatku harus
ekstra hati-hati dan waspada setiap saat. Selain tikungan yang
tajam, ditambah lagi alur jalan yang menanjak dan menurun
karena masuk daerah pegunungan membuatku kesulitan
melihat ada tidaknya kendaraan dari arah depan.
Ada beberapa pemandangan yang menurut kami lucu
juga, kami berapa kali papasan dengan rombongan ibu-ibu,
tetapi mereka bawahannya pada pake kain atau sarung
gitu....adat kebiasaannya masih kuat kalau ada acara-acara
tertentu disitu. Aku bayangin gimana kalau gaya gitu
diterapkan dikota besar, waaaaah, beribet kayaknya....
Gimana Bun, jalannya? tanya Kristy berulangkali,
karena aku selalu menjawab kalau jalan itu rusaknya belum
apa-apa. Ah, masih biasa aja koq.....ini mah belum parah
banget..., jawabku sambil tetap fokus melihat jalan didepan.
Sebab selip sedikit mobil bisa terperosok kedalam lobang
dijalan. Aku juga pakai insting aja mengira-ngira mana
kubangan yang gak terlalu dalam untuk aku lewatin.
-
20
Genangan air membuat jalan tidak jelas dalam atau dangkal
lobangnya.
Dan yang lebih ekstrim serta memacu adrenalin
adalah, karena sepanjang pinggiran jalan adalah jurang-jurang
yang tanpa batas pengaman dan hutan besar, sedangkan
jalan yang ada lebarnya hanya pas untuk dua mobil bersisian,
itupun sulit dilakukan sebab licin terkena air hujan dan karena
parahnya jalan.
Sebalnya, kami merasa sudah berjalan berkilo-
kilometer, tetapi kenyataannya dari penunjuk jalan bahwa kami
hanya baru melalui 3-4km saja. Contohnya ada penunjuk jarak
tertulis 32 km lagi, jadi kami perkirakan sekitar kurang lebih 1
jam lagi kami sampainya. Terus setelah berjalan jauh yang
kami perkirakan sekitar 20-25km, ternyata ada plang penunjuk
jarak tertulis: KILUAN 21km. Jiaaah.....berarti baru berapa
kilometer aja yang kami tempuh. Gubraaak banget deh.....
Pokoknya setiap kami lihat penunjuk jalan
menunjukkan berapa kilometer lagi yang harus kami lewati,
langsung saja kami ngoceh-ngoceh gemes sendiri, seperti
dipermainkan. Masyaallah......kapan sampainya kalau begini,
pikirku dalam hati.
37
bawa anak orang, kalau ada apa-apa dengan mereka
bagaimana?
Aku melihat mereka satu persatu. Wajah-wajah yang
sedang bahagia. Saat bermain seperti itu, mereka terlihat
seperti bocah-bocah yang tanpa beban.
Akhirnya aku memutuskan untuk balik kepondok, aku
ajak anak-anak biar mereka makan dulu bekal yang kami
bawa. Sementara kami makan, Tiwi sibuk mengabadikan
pemandangan di Kiluan baik dengan foto maupun video.
Aku memperhatikan Rendi, dia terlihat senang ikut
kami, tapi aku bisa lihat dan rasakan kalau sebenarnya dia
kepikiran kalau kami sampai nginap. Walau dia bilang gak apa-
apa, pasti perasaan khawatir bakal kena marah orangtuanya
tetap ada. Hanya dia gak enak aja kalau kami semua terpaksa
pulang gara-gara dia. Sedangkan situasi jalannya seperti itu.
Akhirnya aku katakan pada mereka bahwa aku
memutuskan untuk pulang sekarang. Anak-anak hanya
menurut saja apa kataku, karena bagaimanapun aku yang
mereka ikutin.Selesai makan kami siap-siap mau pulang,
tukang perahu sudah dihubungi untuk menjemput kami.
-
36
Dan ujian mata kuliah Assement besok benar-benar
gak bisa pergi dari pikiranku. Karena itu termasuk makul yang
paling sulit aku pahami, ditambah dosennya kalau pas ngajar
sering kayak anak autis, asyik dengan dunianya sendiri.....,
mikirin bakal ngikut ujian susulannya aja udah buat aku pusing
duluan, lebih pusing daripada ngelewatin jalan yang hancur
pas ke Kiluan tadi
Tapi aku juga bisa lihat cuaca gak bagus, mendung
banget tanda mau hujan. Aku melakukan perhitungan, kira-kira
kalau pulang dari Kiluan sebelum malam bisa gak ya?
Bagaimana situasi dijalan kalau malam hari gini? Siang yang
terang aja udah sulit melewati semua rute itu, apalagi malam
hari dimana cuaca mulai gelap.
Aku bertanya-tanya dengan diriku sendiri: Apa kamu
sanggup melakukannya? Jika terjadi hal yang buruk dijalan
bagaimana? Hanya kamu yang berpengalaman nyetir, apa
kondisi fisik kamu kuat bolak balik nyetir selama 9 jam lebih?
Bagaimana kalau mobil kamu rusak dijalan? Sedangkan ada
bagian rute yang lokasinya benar-benar terkucil dan terputus
dari dunia luar, sehingga sulit meminta bantuan. Kamu tuh
21
Melewati jalan rusak seperti itu benar-benar menguras
energiku, 1km jalan yang rusak sama seperti melalui 3-4km
jalan yang mulus. Kami sempat juga ketemu rombongan
penduduk disana yang sedang memperbaiki bagian jalan yang
termasuk rusak berat dengan menggunakan batu kali yang
ada. Memang parah banget jalan disitu, rasanya ikhlas kami
memberi mereka sekedar uang rokok asal tuh jalan jadi
mendingan untuk dilewati. Yang SEMANGAT ya Pakde, Oom,
Kangmas......cemunguuut, cemunguuut....
Lagi-lagi Tiwi nanya ke Kristy kapan sampainya di
Kiluan.
Pokoknya kalau gunung itu sudah gak kelihatan lagi
baru kita sampai...., jawab Kristy. Aku lihat kedepan, wah
gunungnya masih terlihat jelas banget seperti mengejekku,
berarti masih lama.
Bunda capek? tanya Kristy. Hahahaha....pertanyaan
yang aku rasa gak perlu aku jawab. Mereka yang cuma duduk
aja udah ngerasa capek, apalagi aku yang harus konsentrasi
nyetir, dimana kaki dan tanganku harus bergerak berulang-
ulang antara kopling, gas dan rem, belum lagi punggung yang
harus tegak karena biar bisa lihat jalan dengan jelas. Tetapi
-
22
jujur, aku menyukai perjalanan ini, karena ini semacam
tantangan bagiku. Lagipula aku memang senang menyetir,
bisa membuatku teralihkan dari hal-hal yang lagi tak ingin
kupikirkan. Aku suka dengan kegiatan yang memacu
adrenalin, hahahahaha.....jiwa petualangnya terlalu kuat
Akhirnya kami sampai dijalan yang membuat kami
semua benar-benar kaget, karena jalan yang kami hadapi
bukan lagi parah, tapi rusaknya sangat, amat berat, benar-
benar super hancur....
Ada bagian alur jalan yang membuatku harus berjibaku
dan menuntut konsentrasi tinggi serta doa yang banyak-
banyak, karena jalan itu bentuknya menanjak, berliku-liku serta
terbelah dua, retak dan dalam, disebabkan ada aliran air yang
melewati jalan tersebut dari arah gunung, sedangkan
pinggirannya sebagian jalan grompal berbatu-batu atau tanah
yang becek dan licin.
Sebelah kiri kami hutan dengan sebagian tanah
tebingnya longsor terkikis terbawa air, karena hujan.
Sedangkan sebelah kanan kami adalah jurang yang
membentang dalam dan curam, gak bisa dibayangkan kalau
mobil kami terjun bebas kebawah, dan aku gak ingin
35
Hanya sayang cuaca saat itu mendung, yang membuat
kami gak bisa menikmati sepenuhnya keindahan disana.
Ombak disana besar-besar dan termasuk tinggi, sehingga
walau kami sudah diatas karang yang tinggi tetap aja
kecipratan airnya. Dan karena posisiku saat itu melindungi
Tiwi, badanku kena cipratan air, lumayan buat dingin.....yang
jelas jadi BASAH, hahahaha....
Berapa kali juga kami peringatin Chiko dan Rano agar
gak terlalu ketengah karena ombaknya besar gitu, khawatir aja
mereka terseret. Maklum mereka berdua kan kurus-kurus, jadi
mudah keseret ombak
Tapi Chiko keliatan banget penasaran pengen naik
kekarang yg merupakan salah satu ciri khas diTeluk Kiluan itu.
Dan horeeee......walau dengan susah payah berapa kali
keseret ombak balik kepantai Chiko berhasil juga naik
kekarang tersebut. Siiip.....salah satu pengamalan dari 18 nilai
karakter bangsa sudah Chiko terapkan: Kerja keras.
(Hahahaha.......kata-kataku keliatan guru banget sih....).
Sementara melihat mereka bermain-main dengan air
laut, aku duduk diam sambil memikirkan bagaimana caranya
supaya kami gak usah nginap tetapi langsung pulang saja.
-
34
duyung tadi, untung dia pake legging, jadi celana luarnya bisa
diangin-anginin dulu biar gak terlalu basah.
Sementara itu barang bawaan kami letakkan di
pondok-pondokan terbuka tempat duduk yang ada disitu,
tetapi barang berharga aku suruh simpan diranselku biar
dibawa jangan ditinggal demi keamanan, karena disitu gak ada
yang jaga.
Sini bun, biar chiko yang bawain ranselnya...., Chiko
menawarkan bantuan. Anak baik..... #lirik Rendi dan Rano
Kemudian kami menyusuri pantai disebelah kanan,
karena kami gak tau kalau disebelah kiri lebih indah pantainya
Chiko dan Rano langsung khilaf liat air laut, sementara
Rendi gak berani nyebur karena udah diwanti-wanti ma
enyaknya supaya gak jebur kelaut, pokoknya gak boleh basah,
hahahahaha.......susah jadi anak mami....Akhirnya dia
menemani Kristy (dan ini emang yang Rendi harapin, bisa
berdekatan dengan Kristy terus.....hahahaha, dasaaaar.... ).
Sedangkan aku bertiga Iid dan Tiwi sibuk foto-foto
dikarang yang ada disitu, walau resikonya kakiku dengan kaki
Tiwi jadi kegores karang disana, lumayan pedih juga. Kompak
amat emak ma anak sama-sama luka kena karang -,-
23
membayangkannya, bahkan niat membayangkannya pun jauh-
jauh aku singkirkan -,-
Jadi aku harus pintar-pintar memilih jalan yang bisa
dilalui atau mobil kami terpeleset masuk jurang. Anak-anak
langsung terlihat panik, aku tahu saat itu kami memiliki
pemikiran yang sama, apa kami bisa melewati semua itu?
Tiwi yang posisi duduk depan disebelahku tentu saja
dengan jelas melihat bagaimana rusaknya jalan yang harus
kami lewati, aku bisa merasakan ketegangannya juga yang
lainnya. Aku tahu mereka takut, obrolan dan becandaan
seperti saat berangkat sudah mulai hilang, semua fokus
dengan jalan yang kami hadapi didepan, karena itu aku
berusaha tetap tenang sebab mereka semua bergantung dan
berharap banyak pada diriku.
Bismillah.....Ya Allah, lindungi kami semua, bisikku
dalam hati. Sempat juga terbayang keluarga kecilku, anak-
anakku, Abang dan Kaka. Ya Allah, mereka gak tau kalau
bundanya sedang menghadapi perjalanan yang berbahaya
seperti ini, jika sampai terjadi hal buruk pada diriku mereka gak
tau....(iih, kayak sinetron jadinya...).
-
24
Kalau aku amati, posisi kami seperti menyeberang dari
gunung yang satu kegunung yang lain, makanya jalannya
berbentuk melingkar, naik turun.
Mana di daerah pegunungan ini sinyal handphone
hilang, gak ada rumah penduduk satupun, benar-benar masih l
alam liar, kendaraan yang lewat hanya 1-2 saja, membuat
kami terputus komunikasi dengan dunia luar.
Tapi pada dasarnya aku memang tipe yang selalu
optimis, sudah sering aku berhadapan dengan nyawa diujung
tanduk. Aku selalu yakin dengan kebesaran dan kasih sayang
Allah pada diriku. Jika selama ini Beliau selalu memberiku
kekuatan dalam menghadapi setiap ujian hidup yang
kuhadapi, maka aku yakin Beliau juga akan melindungiku saat
ini.
Dengan bantuan Tiwi yang menjadi navigator dadakan,
aku perlahan-lahan mengendarai melewati jalan tersebut.
Benar-benar semua keahlianku menyetir terujikan disini.
Tantangan. Dan bagiku ini malah lebih menantang daripada
saat aku bertahan hidup diruang ICU. Sebab bukan nyawaku
saja yang harus kuselamatkan, tetapi ada 6 orang yang
nyawanya tergantung pada keahlianku menyetir (sayang, gak
33
aku lihat masih seadanya. Kamar mandi untuk umum malah
bentuknya sederhana banget. Ada beberapa tempat sampah
disetiap sudut tapi rupanya masih banyak orang yang belum
ada kesadaran tentang kebersihan, karena masih banyak
sampah bekas snack atau makanan yang tercecer dipinggiran
pantai.Sayang banget.....
Disitu sudah ada beberapa pengunjung yang bermalam
termasuk ada sepasang muda mudi yang seperti sedang
menikmati bulan madu, tapi gak tau juga sih mereka suami istri
atau bukan -,- ini termasuk jadi bahan guyonan kami, karena
tuh cewek pake celana pendek yang sexi banget.....trus
cowoknya seperti masih keturunan arab gitu dengan hiasan
brewok diwajahnya, yang buat Kristy terpana
(hayoooo......apakah yang ada dalam pikiran Kristy? Tanda
tanya BESAAAAR....hahaha).
Tawaran untuk nyewa cottage belum kami ambil,
karena kami masih mau lihat sikon dulu, kami belum pasti mau
nginap atau gak. Chiko dan Rano langsung ganti baju yang
sudah mereka persiapkan untuk main dilaut, Iid kekamar
mandi mengganti celananya yang basah karena jadi putri
-
32
bawa baju salinan untuk nginap tapi aku tinggal dimobil,
sedangkan kami kan gak mungkin putar haluan lagi perahunya
cuma buat ngambil tuh baju), akhirnya kami mulai
berlayar......jiaah, berlayar bahasanya.
Yang duduk paling depan si Rendi, trus Rano, Iid, aku,
Kristy, Tiwi, Chiko, dan Robi situkang perahu (ya dia pasti
ikutlah.....hahahahaha).
Perjalanan naik perahu ke pulau Kelapa memakan
waktu sekitar kurang lebih 15 menit, mana si Robi bawa
perahunya agak ngebut sehingga air laut muncrat-muncrat
kearah kami. Ngejar setoran banget tuh orang.... -,-
Sambil menikmati pemandangan yang ada aku sibuk
ngambil foto-fotoku diatas perahu, yang buat Tiwi jadi jerit-jerit
marahin aku karena kuatir aku dan Hpku jatuh (kayaknya dia
lebih sayang Hpku yang jatuh deh daripada bundanya yang
jatuh -,-).
Begitu turun kami disambut bapak-bapak penjaga
pantai disitu, dia meminta kami membayar tarif masuk
Rp.5000,-/orang. Dan kalau kami mau nginap, cottage disitu
ditawarkan Rp.200.000. Cottagenya terbuat dari papan,
berbentuk kamar-kamar seperti kost-kostan. Kamar mandinya
25
sempat didokumentasikan sebagai bukti....hahahaha, di ICU
aja aku sempat foto-foto, Iiiih...lagipula dengan keadaan
seperti itu siapa pula yang terpikir mau ambil foto atau video?
Hadeuuh....buun...buun, pasti mereka pada ngomong gitu ).
Semua jalan itu gak ada yang baik, jadi aku hanya
memilih yang kira-kira paling kecil risiko bahayanya. Tanganku
sudah seperti bermata saja, meliuk-liuk secara otomatis
mengendalikan stir mobil, mencari jalan yang layak dan bisa
dilalui.
Alhamdulillah, kami bisa melewati bagian yang
mengerikan tersebut. Tetapi bukan berarti kami sudah boleh
tenang, karena jalan masih lumayan buruk sampai didaerah
desa Bawang.
Dan Ya Allah.....masih ada satu ujian lagi untukku
sebagai sopir, yaitu menyeberangi sungai berbatu. Karena
jalan yang biasa dilewati sedang diperbaiki, dibuatkan
jembatan. Jalan dari tanah serta becek penuh kubangan air,
membuat jalan menjadi licin dan kalau tidak hati-hati
kendaraan kita bisa nyangkut disana.
Anak-anak sudah sibuk dengan celotehan mereka
karena sama kagetnya seperti aku. Posisi sungai itu tepinya
-
26
tinggi sekitar 1meter dengan posisi yang gak terlalu miring,
agak tegak lurus gitu. Jadi aku harus mengendarai mobil terjun
kedalam sungai tersebut, yang kebetulan ketinggian airnya
hanya kurang lebih sejengkal, terus menyeberang dengan
posisi menanjak. Dan aku gak tau gambaran jalan yang ada
diatas. Aku malas mau turun, malas basah kakinya. Jadi aku
spekulasi aja deh.....
Lebih baik kalian turun dulu, takut gak kuat
nanjaknya, kataku sama mereka. Dengan cepat mereka
segera menuruti kata-kataku. Dan sekali lagi Tiwi sebagai
pemberi arah untuk jalan yang harus aku ambil. Bunda, ambil
sebelah kiri terus kekanan.... sementara yang lain berjaga-
jaga dibelakang mobilku. Petunjuk dari Tiwi itu aku turutin. Aku
kira-kirain saja kecepatan gas mobil untuk bisa melewati tepian
sungai itu. Dan, sekali lagi aku lulus ujian.......
Anak-anak langsung lega melihat mobil udah
nyeberang sungai.
Bunda keren, kereeeeen banget..... kata mereka
sambil acung jempol. Pyiuuuh.....kalau kerennya karena
melewati bahaya kayak gini, hadeuuuh.....gak usah deh,
makasih....
31
ada didekatnya untuk pegangan agar gak kejebur dalam laut.
Kebetulan aku berada diposisi sampingnya, sehingga bahuku
yang dia pegang. Tetapi karena posisinya udah miring banget
pegangannya terlepas.Jebur deh Iid..... Otomatis tangan
kananku memegang tangannya, berusaha menahan agar
kepala Iid bisa ketahan gak masuk kedalam air. Sementara itu
Chiko yang sudah naik dan duduk dekat tukang perahu
dengan sigap langsung loncat turun meraih badan Iid, sambil
memeluk Iid tangannya juga berusaha mengambil handphone
iid dari saku celananya agar gak masuk air, untung gak salah
ambil ma pegang ya Ko?
Wah, kagum juga aku lihat kesigapan Chiko, karena dia
bisa cepat mengambil tindakan seperti itu, sementara yang lain
masih terpana lihat Iid mendadak seperti putri duyung yang
lagi jebur dalam laut......1 point nilai Chiko naik
dimataku....hahahahaha, yang gelinya Kristy pikir Iid lagi
becanda, jadi dia malah bengong liatin muka Iid. Wah, yang
jelas Iid udah tes duluan tuh laut, gak sabaran dia pengen
cepat-cepat nyemplung.....
Setelah semua naik perahu (kasihan juga liat iid yang
basah kuyup gitu, mana gak bawa salinan baju pula, aku sih
-
30
pendatang serta menyediakan tempat penitipan kendaraan.
Setelah bincang-bincang sejenak menanyakan ongkos
naik perahu untuk menyeberang kepulau kelapa dengan
tukang sewa perahu, akhirnya kami pun sepakat. Biaya
nyeberang Rp. 15.000/orang. Kapasitas perahu sanggup
menampung sampai dengan sekitar 10 orang, kecuali bagi
mereka yang dengan ukuran tubuh overweight sih.....
Ada lucunya juga si Rendi kan minta nomor HP si
tukang perahu, biar kami bisa nghubungi dia pas minta jemput
dari pulau, Rendi save dengan nama Oom Kiluan,
hahahaha....., aku langsung tanya nama si tukang perahu.
Mas, namanya siapa ya? Masa nomornya disimpan
ma dia dengan nama Oom Kiluan, kataku sambil nunjuk
Rendi.
Tukang perahunya ketawa,ROBI....
Jiaaah, keren amat namanya, terlalu bagus.....aku pikir
namanya Dullah, Joni atau paling bagus Beni....kataku dalam
hati.
Saat naik perahu, sempat terjadi insiden. Karena posisi
perahu yang bergoyang-goyang, Iid saat naik perahu menjadi
oleng badannya. Dia langsung berusaha meraih apa saja yang
27
Dari sana, kami terus melewati jalan tanah dengan
sawah-sawah dipinggiran jalan hingga kami sampai disuatu
pasar yang namanya Pasar Bawang. Dipersimpangan pasar
Bawang, kami ambil jalan yang sebelah kanan sampai
dipersimpangan terakhir, kami mengikuti berdasarkan petunjuk
jalan yang ada. Rumah-rumah penduduk disini mulai rapat,
dengan bentuk yang sederhana, sebagian besar rumah
berbentuk panggung. Halamannya ditutupin dengan batu
sungai, untuk menghindari tanah yang licin dan berlumut,
sebab kalau musim hujan posisi tanah menjadi becek dan licin.
Banyak anak-anak yang bermain di jalan, hewan peliharaan
juga dengan bebasnya berkeliaran dijalan. Disini jalannya
berkerikil.
Akhirnya gapura Teluk Kiluan Kelumbayan, Kab.
Tanggamus terlihat juga oleh kami. Horeeee........Legaaa....
Setidaknya kami bisa mencapai teluk Kiluan ini walau sulitnya
jalan yang kami tempuh. Kemudian kami turun sebentar untuk
foto-foto, dan kalau sudah foto-foto gitu apa yang kami alami
sepanjang jalan tadi seperti hilang gak ada bekasnya,
hahahahaha.....
-
28
Dan sebenarnya ini salah satu cara kami melepaskan
ketegangan selama dijalan tadi. Cara rileksisasi yang
menyenangkan
Apalagi alam sekitar dapat mengobati rasa lelah.
Hanya satu kata yang bisa aku katakan. Indah. Karena dengan
posisi diatas gunung seperti itu, kami bisa melihat
pemandangan yang ada dibawah.....laut dan bukit-bukit
karang, pengunungan disekitarnya.
Setelah foto-foto, kami melanjutkan perjalanan.
Melewati gapura masuk Teluk Kiluan ada jalan kecil disebelah
kiri yang menurun tajam dengan bagian tengah yang rusak
berat. Pinggiran jalan masih jurang yang terjal dan
disebelahnya tebing hutan. Memang itu jalan cor semen, tetapi
tampaknya yang mengerjakan jalan itu banyak korupsinya,
sehingga takaran semennya kurang. Makanya jalannya udah
pada rusak seperti itu -,-
Setelah menuruni turunan tajam tersebut, tampak oleh
kami perkampungan dan rumah-rumah orang Bali. Di Kiluan
memang banyak orang Bali jadi jangan heran akan banyak
gapura-gapura dan pura khas bali disini. Jalannya kecil tapi
cukup untuk dua mobil bersisian. Setelah melewati
29
perkampungan orang Bali, akhirnya sekitar jam 15.35 wib kami
sampai juga di Teluk Kiluan.
Ya ampuuuuuun......kami benar-benar berada di
TELUK KILUAN!!! Kayak MIMPI rasanya, padahal beberapa
jam yang lalu aku masih duduk di ruang kuliah UNILA dengan
badmood, sekarang sudah di daerah Tanggamus!! Buset
deh.....Dan rasa lelahku langsung hilang begitu melihat wajah
Tiwi yang kelihatan senang banget, begitu juga teman-
temannya. Mungkin mereka gak menyangka hari ini mereka
bisa menginjakkan kaki mereka di Teluk Kiluan juga akhirnya,
padahal tadi kumpul-kumpul dikostnya Tiwi tanpa punya tujuan
yang pasti mau ngapain....hahahahaha....
Makasih Ya Allah, aku bisa memberi kebahagiaan
untuk mereka.....rasanya letih yang kurasa raib entah kemana.
ami parkir mobil di halaman rumahnya Pak Yon,
salah satu penduduk disana yang juga punya
bisnis menyewakan tempat penginapan untuk K
IV
top related