tinjauan ekonomi makro...tinjauan ekonomi makro executive summary organisasi kesehatan dunia (who)...
Post on 05-Nov-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
TINJAUANEKONOMI MAKRO
Maret 2020
Ikhtisar Ekonomi Makro Indonesia
Disclaimer: Sudut pandang dan / atau hasil analisis dalam penelitian ini merupakan ikhtisar dari kondisi yang umum. Hasil analisis dari penelitian ini tidak dapat dijadikan semata-mata sebagai dasar dalam pengambilan keputusan dan tidak mewajibkan untuk menggunakan penelitian ini sebagai dasar untuk pengambilan keputusan.
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
EXECUTIVE SUMMARY❑ Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa laju pandemi Corona mulai melambat.
❑ Fitch Solutions dalam outlook yang dirilis bulan Maret memprediksi perekonomian global akan mengalami resesi di tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi 2020 diprediksi berada di antara 0% dan -0,5%.
❑ Harga komoditas emas mengalami fluktuasi dan sempat menyentuh harga terendahnya di USD 1.480,60 per troy ounce pada 18 Maret
2020 lalu bergerak naik hingga akhirnya ditutup di level USD1.596,60 per troy ounce pada 31 Maret 2020.
❑ Harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kini berada di kisaran USD20 per barel atau telah menyamai kondisi pada saat
terjadi krisis global pada tahun 2008.
❑ Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo
Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,50%, suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,75%, dan suku bunga Lending
Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%.
❑ Inflasi Bulan Maret Tercatat Sebesar 0,10% (m-t-m) atau 2,96% (y-o-y).
❑ Rupiah mengalami depresiasi tajam terhadap USD sebesar 14,20% hingga akhirnya ditutup di level Rp16.310 per USD pada 31 Maret
2020
❑ Neraca perdagangan Indonesia pada bulan Februari 2020 mengalami surplus sebesar USD2,34 miliar.
❑ Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 sebesar USD120,97 miliar, turun dibandingkan dengan posisi akhir Februari
2020 yang sebesar USD130,44 miliar.
❑ Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sebesar -16,76% yaitu turun ke level 4.538,93 pada akhir Maret 2020.
❑ Trend bearish di pasar finansial akibat wabah Covid-19 mendorong yield SBSN mengalami kenaikan tajam.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Februari 2020
1. IKHTISAR EKONOMI GLOBAL
Sumber: investing.com, diolah
A. Ekonomi global diprediksi mengalami resesi di tahun 2020
Bank sentral di berbagai negara melonggarkan kebijakan
moneter dengan memangkas suku bunga, dan menggelontorkan
stimulus dengan kebijakan yang tidak biasa (unconventional) seperti
program pembelian aset atau yang dikenal dengan quantitative
easing (QE). Selain itu, pemerintah negara-negara yang terdampak
Covid-19 juga memberikan stimulus fiskal. Bank sentral AS, The Fed,
sepanjang bulan Maret memangkas suku bunga acuannya (Federal
Funds Rate/FFR) menjadi 0-0,25%. The Fed juga mengumumkan
program QE dengan nilai tak terbatas. Kebijakan yang diambil The Fed
sama dengan ketika menghadapi krisis finansial 2008, bahkan kali ini
lebih agresif lagi nilai QE tanpa batas.
Harga komoditas emas mengalami fluktuasi dan sempat
menyentuh harga terendahnya di USD 1.480,60 per troy ounce pada
18 Maret 2020 lalu bergerak naik hingga akhirnya ditutup di level
USD1.596,60 per troy ounce pada 31 Maret 2020. Kendati sempat
anjlok tajam namun secara point-to-point, pergerakan harga emas di
bulan Maret menguat 1,91%.
Komoditas minyak mentah ikut terpengaruh dengan kondisi
ekonomi global yang kian terpuruk akibat wabah Covid-19 membuat
permintaan terhadap jenis komoditas ini juga melemah. Harga
minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) kini berada di
kisaran USD20 per barel atau telah menyamai kondisi pada saat
terjadi krisis global pada tahun 2008. Harga minyak secara point-to-
point melemah 0,54% hingga ditutup di level USD20,48 per barel.
B. Harga Emas Berfluktuasi dan Minyak Melemah
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Maret 2020
1
Fitch Solutions dalam outlook yang dirilis
bulan Maret memprediksi perekonomian
global akan mengalami resesi di tahun ini.
Pertumbuhan ekonomi 2020 diprediksi berada
di antara 0% dan -0,5%. Fitch Solutions juga
melihat perekonomian global baru mulai keluar
dari resesi di akhir kuartal IV-2020.
Perekonomian Asia diprediksi akan
tumbuh 1,9% di tahun ini, jauh melambat
dibandingkan proyeksi pertumbuhan tahun lalu
4,3%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi China
yang merupakan asal virus corona juga
dipangkas hampir setengah dari proyeksi
sebelumnya yaitu melambat menjadi 2,6% di
tahun 2020, dari proyeksi sebelumnya 4,2%.
Sumber: investing.com
Untuk kawasan ASEAN, ekonomi Thailand diprediksi mengalami kontraksi 1,4% di tahun ini. Sementara Indonesia, meskipun
diperkirakan menderita penurunan yang parah, tetapi diprediksi tumbuh 4,2%, dengan nilai tukar rupiah berada di level Rp16.750/USD di
akhir tahun 2020. Prediksi ini termasuk sangat optimis, mengingat Kementerian Keuangan RI sebelumnya mengeluarkan indikator
skenario buruk yang memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh sebesar 2,3% atau bahkan -0,4% apabila mengalami skenario
sangat buruk.
Secara global, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan bahwa laju pandemi Corona mulai melambat. Dalam kurun waktu
20 Januari-6 April rata-rata pertumbuhan jumlah kasus corona adalah 12,52% per hari. Namun, sejak 24 Maret pertumbuhan jumlah
kasus baru di bawah level tersebut, yakni 9,67%. Dengan semakin rendahnya laju pertumbuhan kasus baru maka pandemi ini
diperkirakan akan segera berakhir di kuartal II tahun 2020, sehingga memberi kesempatan bagi setiap negara untuk mengatur ulang roda
perekonomiannya.
50.11 49.94
53.78
44.76
47.18
31.13
34.36
20.37
25.22 24.49
20.48
15.00
20.00
25.00
30.00
35.00
40.00
45.00
50.00
55.00
60.00
3-Feb-20 17-Feb-20 2-Mar-20 16-Mar-20 30-Mar-20
Harga Minyak (WTI)
1,599.50
1,678.60
1,519.50
1,488.60
1,528.10
1,480.60
1,663.30
1,596.60
1,450.00
1,500.00
1,550.00
1,600.00
1,650.00
1,700.00
Harga Emas (COMEX)
Central Bank Current Rate Next Meeting Last Change
Federal Reserve (FED) 0.00%-0.25% 29-Apr-20 Mar 15, 2020 (-100bp)
European Central Bank (ECB) 0.00% 30-Apr-20 Mar 10, 2016 (-5bp)
Bank of England (BOE) 0.10% 7-May-20 Mar 19, 2020 (-15bp)
Swiss National Bank (SNB) -0.75% 18-Jun-20 Jan 15, 2015 (-50bp)
Reserve Bank of Australia (RBA) 0.25% 5-May-20 Mar 19, 2020 (-25bp)
Bank of Canada (BOC) 0.25% 15-Apr-20 Mar 27, 2020 (-50bp)
Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) 0.25% 13-May-20 Mar 15, 2020 (-75bp)
Bank of Japan (BOJ) -0.10% 28-Apr-20 Jan 29, 2016 (-20bp)
Central Bank of the Russian Federation (CBR) 6.00% 24-Apr-20 Feb 07, 2020 (-25bp)
Reserve Bank of India (RBI) 4.40% 3-Apr-20 Mar 27, 2020 (-75bp)
People's Bank of China (PBOC) 4.35% Oct 23, 2015 (-25bp)
Central Bank of Brazil (BCB) 3.75% 6-May-20 Mar 18, 2020 (-50bp)
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
C. Indikator Ekonomi AS
Sumber: tradingeconomics
C.1. Tingkat Inflasi AS
C. 2. Tingkat Pengangguran AS
Sumber: tradingeconomics
D. Pergerakan indeks saham global
Sumber: investing.com
Sumber: investing.com
Pada bulan Maret 2020, ekonomi dunia kembali dibayangi
oleh dampak resesi akibat meluasnya penyebaran wabah Covid-19
yang telah memakan korban hingga 100 ribu orang lebih di seluruh
dunia. Bank sentral dari berbagai negara telah berusaha menahan
dampak wabah tersebut dengan beragam kebijakan mulai dari
penurunan suku bunga hingga meluncurkan program stimulus
untuk menjaga tetap bergeliatnya roda ekonomi sekalipun
mayoritas negara sekarang ini menerapkan work from home bagi
warganya. Bank Sentral AS bahkan menyatakan all out untuk
memberikan stimulus ekonomi bagi warganya dan telah
menandatangani sejumlah perjanjian bilateral dengan Bank Sental
negara lain untuk Bersama-sama berjuang mengatasi dampak
pandemi ini.
Indeks Dow Jones Industrial Average melemah -13,74% yaitu
dari sebelumnya 25.409,36 pada akhir Februari 2020 menjadi
21.917,16 pada akhir Maret 2020. Indeks S&P500 bergerak
melemah -12,51% dari sebelumnya 2.954,22 pada akhir Februari
2020 menjadi 2.584,59 pada akhir Maret 2020. Indeks Nasdaq
melemah -7,66% dari sebelumnya 8.461,83 pada akhir Februari
2020 menjadi 7.813,50 pada akhir Maret 2020. Indeks Hang Seng di
bursa saham Hong Kong melemah -9,67% dari sebelumnya
26.129,93 pada akhir Februari 2020 menjadi 23.603,48 pada akhir
Maret 2020. Bursa saham Jepang dengan indeks Nikkei melemah -
10,53% yaitu dari sebelumnya 21.142,96 pada akhir Februari 2020
menjadi 18.917,01 pada akhir Maret 2020.
2
Tingkat inflasi bulan Maret di AS turun signifikan menjadi 1,50%
(y-o-y) dari 2,30% pada bulan sebelumnya. Ini adalah tingkat inflasi
terendah sejak Februari 2019. Secara bulanan, harga konsumen turun
0,4%, setelah naik 0,1% pada bulan Februari dan lebih buruk dari
ekspektasi penurunan 0,3%. Ini adalah penurunan bulanan terbesar
sejak Januari 2015, terutama disebabkan oleh penurunan 10,5% dalam
harga bensin.
Penurunan juga terjadi pada tarif penerbangan, penginapan dan
pakaian. Sebaliknya, kenaikan terlihat pada harga makanan, perawatan
medis, mobil dan truk bekas, asuransi kendaraan bermotor, dan
pendidikan. Harga konsumen inti naik 2,1% year-on-year tetapi month
to month turun 0,1%, penurunan bulanan pertama sejak Januari 2010.
Tingkat pengangguran AS naik signifikan ke angka 4,40% pada
Maret 2020. Adapun data bulan lalu tingkat pengangguran di level
3,50%. Angka tersebut merupakan tertinggi sejak Agustus 2017 dan
jauh di atas ekspektasi pasar sebesar 3,8 persen. Krisis Covid-19
membuat jutaan orang kehilangan pekerjaan. Jumlah pengangguran
meningkat sebesar 1,35 juta menjadi 7,14 juta, sementara jumlah
yang dipekerjakan menurun 2,99 juta menjadi 155,77 juta. Angka-
angka tersebut diperkirakan akan semakin buruk pada bulan April.
Catatan:Tingkat Pengangguran di Amerika Serikat mencapai rekor
tertinggi sepanjang masa di angka 10,80% pada November 1982 dan
rekor terendah 2,50% pada Mei 1953.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Maret 2020
26,703.32
26,121.28
23,553.22
21,200.62
23,185.62
20,188.52
20,087.19
18,591.93
20,704.91
22,552.17
22,327.48
21,917.16
18,000
19,000
20,000
21,000
22,000
23,000
24,000
25,000
26,000
27,000
28,000
2-Mar-20 7-Mar-20 12-Mar-20 17-Mar-20 22-Mar-20 27-Mar-20
Dow Jones Industrial Average
28-Feb-20 31-Mar-20 Change Change(%)
S&P 500 2,954.22 2,584.59 -369.63 -12.51%
Nasdaq 100 8,461.83 7,813.50 -648.33 -7.66%
Dow 30 25,409.36 21,917.16 -3,492.20 -13.74%
FTSE100 6,580.61 5,671.96 -908.65 -13.81%
DAX 11,890.35 9,935.84 -1,954.51 -16.44%
Hang Seng 26,129.93 23,603.48 -2,526.45 -9.67%
Nikkei 225 21,142.96 18,917.01 -2,225.95 -10.53%
1.90%
2.00%
1.80%
1.60%
1.80%1.70%
1.70%
1.80%
2.10%
2.30%
2.50%
2.30%
1.50%
1.40%
1.60%
1.80%
2.00%
2.20%
2.40%
2.60%
CPI Inflation
3.80%
3.60%3.60%
3.70%
3.70%
3.70%
3.50%
3.60%
3.50%3.50%
3.60%
3.50%
4.40%
3.20%
3.40%
3.60%
3.80%
4.00%
4.20%
4.40%
4.60%
US Jobless Rate
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
2. EKONOMI MAKRO INDONESIA: SUKU BUNGA TUJUH HARI TURUN 25BPS KE4,50% A. Suku Bunga BI rate Turun 25bps
Sumber: Bank Indonesia, update: 31 Maret 2020
Sumber: Badan Pusat Statistik
3
B. Inflasi Bulan Maret Tercatat Sebesar 0,10% (m-t-m) atau 2,96% (y-o-y)
Pada Maret 2020 terjadi inflasi sebesar 0,10% (m-
t-m) atau sebesar 2,96% (y-o-y. Inflasi terjadi karena
adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya
sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu
kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar
0,10%; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,12%;
kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar
rumah tangga sebesar 0,02%; kelompok perlengkapan,
peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar
0,28%; kelompok kesehatan sebesar 0,21%; kelompok
rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,02%; kelompok
penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar
0,36%; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya
sebesar 0,99%. Kelompok pengeluaran yang mengalami
deflasi, yaitu kelompok transportasi sebesar 0,43% dan
kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan
sebesar 0,09%. Sementara kelompok pengeluaran yang
tidak mengalami perubahan, yaitu kelompok pendidikan.
Komponen inti pada Maret 2020 mengalami inflasi
sebesar 0,29%. Sedangkan tingkat inflasi komponen inti
tahun ke tahun (Februari 2020 terhadap Februari 2019)
adalah sebesar 2,87%.
Bank Indonesia menargetkan tingkat inflasi di
tahun 2020 berada di kisaran 3±1%.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19
Maret 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse
Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,50%, suku
bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,75%, dan suku
bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,25%. Bank
Indonesia juga mengumumkan 7 kebijakan untuk
mempertahankan stabilitas makroekonomi diantaranya: 1) triple
intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah sesuai
dengan fundamental dan mekanisme pasar, baik secara spot,
Domestic Non-deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian
SBN dari pasar sekunder; 2) memperpanjang tenor Repo SBN
hingga 12 bulan dan menyediakan lelang setiap hari untuk
memperkuat pelonggaran likuiditas Rupiah perbankan, yang
berlaku efektif sejak 20 Maret 2020; 3) menambah frekuensi
lelang FX swap tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan dari 3
(tiga) kali seminggu menjadi setiap hari, guna memastikan
kecukupan likuiditas, yang berlaku efektif sejak 19 Maret 2020.
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Maret 2020
Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agt Sept Oct Nov Des
2018 3.25% 3.18% 3.40% 3.41% 3.23% 3.12% 3.18% 3.20% 2.88% 3.16% 3.23% 3.13%
2019 2.82% 2.57% 2.48% 2.83% 3.32% 3.28% 3.32% 3.49% 3.39% 3.13% 3.00% 2.72%
2020 2.68% 2.98% 2.96%
4) memperkuat instrumen Term Deposit valuta asing guna meningkatkan pengelolaan likuiditas valuta asing di pasar domestik, serta
mendorong perbankan untuk menggunakan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) valuta asing yang telah diputuskan Bank Indonesia
untuk kebutuhan di dalam negeri; 5) mempercepat berlakunya ketentuan penggunaan rekening Rupiah dalam negeri (Vostro) bagi investor
asing sebagai underlying transaksi dalam transaksi DNDF, sehingga dapat mendorong lebih banyak lindung nilai atas kepemilikan Rupiah di
Indonesia, berlaku efektif paling lambat pada 23 Maret 2020 dari semula 1 April 2020; 6) memperluas kebijakan insentif pelonggaran
GWM harian dalam Rupiah sebesar 50bps yang semula hanya ditujukan kepada bank-bank yang melakukan pembiayaan ekspor-impor,
ditambah dengan yang melakukan pembiayaan kepada UMKM dan sektor-sektor prioritas lain, berlaku efektif sejak 1 April 2020; dan 7)
memperkuat kebijakan sistem pembayaran untuk mendukung upaya mitigasi penyebaran COVID-19 melalui kepastian ketersediaan uang
layak edar, transaksi non tunai dan program penyaluran dana bantuan non-tunai.
2.48%
2.83%
3.32%
3.28%
3.32%
3.49%
3.39%
3.13%
3.00%
2.72%
2.68%
2.98%
2.96%
2.00%
2.20%
2.40%
2.60%
2.80%
3.00%
3.20%
3.40%
3.60%
Inflasi Indonesia (year on year)
5.25
6.00 6.13
6.24 6.38
6.50
4.75
5.50 5.55 5.58
5.66
5.89 5.94 6.00
4.50
5.25 5.28 5.30 5.33
5.68 5.69 5.75
4.00
4.75 4.76 4.76 4.77
5.04 5.07 5.10
3.75
4.50 4.51 4.52 4.64
4.80
4.57
4.85
3.50
4.00
4.50
5.00
5.50
6.00
6.50
Overnight 1 Minggu 2 Minggu 1 Bulan 3 Bulan 6 Bulan 9 Bulan 12 Bulan
Term Structure Bank Indonesia
Term Structure BI24 Juni 2019
Term Structure BI23 Agustus 2019
Term Structure BI23 September 2019
Term Structure27 Feb 2020
Term Structure13 Maret 2020
TINJAUAN EKONOMI MAKRO
C. Mata uang USD bergerak menguat terhadap mayoritas mata uang dunia
4
Sumber: investing.com, disesuaikan dengan USD sebagai reference currencySumber: investing.com
D. Neraca Perdagangan Indonesia Tercatat Surplus
Sumber: Badan Pusat Statistik (dalam juta USD)
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Maret 2020
Mayoritas mata uang Asia dan dunia mengalami pelemahan terhadap mata uang Dollar AS sehubungan tingginya risiko di tengah wabah
Covid-19. Dengan jumlah penderita yang semakin banyak dan sejumlah negara melakukan lockdown, membuat pelaku pasar cenderung untuk
menahan selera risiko mereka agar tidak masuk ke aset-aset berisiko tinggi. Beberapa negara bahkan mengalami depresiasi mata uang yang lebih
parah dari Rupiah diantaranya mata uang Rubel Rusia sebesar 17,29%dan mata uang Real Brazil sebesar 16,36%. Cash is King menjadi pegangan
investor pada saat terjadinya krisis sehingga flight to quality pun terjadi. Namun demikian, sejumlah bank Sentral negara di dunia juga tidak
tinggal diam dengan mengeluarkan kebijakan dan program stimulus yang diharapkan mampu untuk mestabilkan nilai tukar negaranya. Bank
Indonesia secara konsisten juga mengeluarkan kebijakan triple intervention, salah satunya pada Rupiah dengan menggunakan cadangan devisa.
Cadangan devisa Indonesia di bulan Maret tercatat sebesar USD120,97 miliar atau terjadi penurunan sebesar USD9,47 miliar. Bank Indonesia
juga menyebutkan bahwa Rupiah akan stabil di level Rp15.000 per USD pada akhir tahun. (Siaran Pers: 9 April 2020)
Pada bulan Maret 2020, mata uang Dolar AS (USD) menguat terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk Rupiah yang mengalami
depresiasi tajam terhadap USD sebesar 14,20%. Mata uang Rupiah ditutup di level Rp16.310 per USD pada 31 Maret 2020 dari sebelumnya
Rp14.347,50 pada 28 Februari. Secara rerata mata uang Rupiah juga mengalami depresiasi dari sebelumnya di Rp13.767,13 pada bulan Februari
menjadi Rp15.294,20 pada bulan Maret. Depresiasi mata uang Rupiah didorong oleh net sell asing di surat-surat berharga negara sebesar –
Rp123,98 triliun dan pada saham sebesar –Rp6,06 triliun.
Neraca perdagangan Indonesia pada
Februari 2020 mengalami surplus sebesar
USD2,34 miliar. Apabila dibandingkan dengan
bulan Januari 2020, ekspor non-migas Indonesia
mengalami kenaikan sebesar 4,10% yaitu dari
sebelumnya USD12,61 miliar pada Januari 2020
menjadi USD13,12 miliar pada Februari 2020.
Adapun impor non-Migas mengalami penurunan
sebesar -19,81% yaitu dari sebelumnya USD12,29
miliar pada Januari 2020 menjadi USD9,85 miliar
pada Februari 2020.
Ekspor migas Indonesia mengalami
kenaikan sebesar 1,25% yaitu dari sebelumnya
USD0,81 miliar pada Januari 2020 menjadi
USD0,82 miliar pada Februari 2020. Adapun impor
migas mengalami penurunan sebesar -12,05%
yaitu dari sebelumnya USD1,99 miliar menjadi
USD1,75 miliar.
14.20%
3.90%
2.03%2.42%
1.62%
-2.72%
-0.18%
16.36%
17.29%
-0.50%
1.54%
3.87%
5.95%
-0.05%
3.13%
5.75%
4.73%
-0.47%
-5% 0% 5% 10% 15% 20%
USD/IDR
USD/THB
USD/SGD
USD/MYR
USD/VND
USD/MMK
USD/PHP
USD/BRL
USD/RUB
USD/JPY
USD/KRW
USD/INR
USD/TRY
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
NZD/USD
USD/CHF
Nilai Tukar Maret 2020
14,029
14,20414,137
14,37614,251
14,031
14,23214,100 14,113 14,061
14,002
13,714 13,767
15,294
Rerata USD/IDR
329.90670.80
-2,285.60
218.50297.30
-64.30
112.40
-163.90
172.50
-1,329.90
-28.20
-864.20
2,335.90
(3,000.00)
(2,000.00)
(1,000.00)
-
1,000.00
2,000.00
3,000.00
Neraca Nilai Perdagangan Indonesia
Komponen Jan-20 Feb-20 Selisih %
Ekspor Non Migas 12,605.10 13,121.50 516.40 4.10%
Ekspor Migas 805.90 816.00 10.10 1.25%
Impor Non Migas 12,288.10 9,854.00 (2,434.10) -19.81%
Impor Migas 1,987.10 1,747.60 (239.50) -12.05%
TINJAUAN EKONOMI MAKRO 5
F. Cadangan Devisa : Posisi Cadangan Devisa Indonesia berada di atas standar kecukupan internasional
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Maret 2020 sebesar
USD120,97 miliar, turun dibandingkan dengan posisi akhir Februari 2020
yang sebesar USD130,44 miliar. Kendati mengalami penurunan namun
posisi cadangan devisa tersebut masih tinggi yaitu setara dengan
pembiayaan 7,2 bulan impor atau 7,0 bulan impor dan pembayaran utang
luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan
internasional sekitar 3 bulan impor. Penurunan cadangan devisa pada
Februari 2020 antara lain dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri
pemerintah, juga untuk menginjeksi pasar keuangan dalam rangka
menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. (sumber: Bank Indonesia). Adapun
defisit transaksi berjalan tahun 2020 diperkirakan berada di kisaran 2,5-
3,0% PDB.Sumber: Bank Indonesia, dalam miliar USD
G. Kinerja Pasar Saham Domestik: IHSG mengalami koreksi tajam di bulan Maret tahun 2020
Pada periode Maret 2020, bursa saham domestik terkoreksi tajam.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sebesar -16,76% yaitu
turun ke level 4.538,93 pada akhir Maret 2020. Kondisi tersebut juga diikuti
oleh indeks domestik lainnya yaitu indeks LQ45 yang terkoreksi sebesar -
21,42% yaitu dari level 879,53 pada 28 Februari 2020 ke level 691,13 pada
akhir Maret 2020 dan indeks Syariah JII melemah sebesar -15,68% yaitu
dari level 565,01 pada 28 Februari ke level 476,39 pada akhir Maret 2020.
Aliran dana asing sepanjang periode Maret 2020 tercatat net sell
sebesar –Rp5,23 triliun. Aliran dana keluar asing terjadi paling banyak pada
minggu ke-2 (16-20 Maret 2020 yaitu sebesar –Rp2,46 triliun.
Sumber: investing.com, Bursa Efek Indonesia
Sumber: data diolah internal BPKH dari sumber PHEI
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Maret 2020
Hingga akhir Maret 2020 posisi kepemilikan asing pada surat
berharga negara (total SBN dan SBSN) tercatat sebesar Rp926,9 miliar.
Pada periode bulan Maret ini porsi kepemilikan investor asing berkurang
sebesar Rp123,98 triliun.
Pada periode Maret 2020, tenor 5 tahun mengalami kenaikan yield
sebesar +124bps ke level 7,52%; tenor 10 tahun mengalami kenaikan yield
sebesar +98bps menjadi 8,25%; tenor 15 tahun yield naik sebesar +89bps
menjadi 8,49%, tenor 20 tahun mengalami kenaikan yield sebesar +84bps
menjadi 8,61% dan tenor 30 tahun mengalami kenaikan yield sebesar
+79bps menjadi 8,73%.
Kecenderungan bearish diperkirakan berlanjut selama wabah Covid-
19 masih meluas, dan Bank Indonesia akan mengimbangi trend tersebut
dengan kebijakan triple intervention yang akan membentuk equilibrium
baru.
Indicative yield Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) di bulan Maret
2020 cenderung mengalami kenaikan. Pada lelang SBSN terakhir yang
berlangsung pada 24 Maret 2020 masih mengalami oversubscribed 2,09
kali atau senilai Rp14,61 triliun, adapun yang diserap pemerintah di bawah
target indikatifnya yaitu Rp6,60 triliun. Penawaran masuk lelang kali ini
sangat sepi karena kecenderungan pasar yang berada dalam trend bearish
di tengah ancaman resesi akibat wabah Covid-19.
Perlambatan ekonomi akibat wabah virus Corona masih menjadi isu
yang mendorong pergerakan pasar pada bulan Maret 2020. Dampak
langsung dari wabah akan menekan sektor pariwisata, perdagangan dan
investasi (sumber: Bank Indonesia) karena terhambatnya aliran ekspor
maupun impor dari mitra dagang terbesar Indonesia yaitu Tiongkok. Risiko
perbankan juga meningkat sehubungan adanya kemungkinan kenaikan NPL
yang disengaja.
H. Kinerja Surat Berharga Syariah Negara (SBSN): Capital Outflow, Yield cenderung naik
5,361.25
5,650.14
5,220.83
5,154.10
4,456.75
4,105.42
3,937.63
4,338.90
4,545.57
4,538.93
3,800
4,300
4,800
5,300
5,800
6,300
Indek Harga Saham Gabungan
28-Feb-20 31-Mar-20 Change Change(%)
IHSG 5,452.70 4,538.93 -913.77 -16.76%
LQ45 879.53 691.13 -188.40 -21.42%
JII 565.01 476.39 -88.62 -15.68%
124.54
124.29
120.35
123.82
125.90 126.44
124.33
126.69126.63
129.18
131.70130.44
120.97
110.00
115.00
120.00
125.00
130.00
135.00
Cadangan Devisa Indonesia (miliar USD)
3.50
4.50
5.50
6.50
7.50
8.50
9.50
0.1 5 10 15 20 25 30
SBSN Yield Curve
27-Dec-19 28-Feb-20 31-Mar-20
Indicative
Yield SBSN27-Dec-19 28-Feb-20 31-Mar-20
Perubahan
(m-t-m)
Perubahan
(y-t-d)
5 6.89 6.28 7.52 1.24 0.63
10 7.56 7.26 8.25 0.98 0.69
15 7.81 7.61 8.49 0.89 0.69
20 7.93 7.78 8.61 0.84 0.68
30 8.05 7.95 8.73 0.79 0.68
TINJAUAN EKONOMI MAKRO 6
3. REFERENSI
❑www.bi.go.id
❑www.tradingeconomics.com
❑www.bloomberg.com
❑www.bps.go.id
❑www.ibpa.co.id
Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH)Tinjauan Ekonomi Makro – Desember 2019
top related