tugas 1, 2 dan 3 ahmad hakim (5215 08 3416))
Post on 04-Jul-2015
876 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 1
Nama :AHMAD HAKIM
No.Reg :5215083416
Prodi :Pend Teknik Elektronika (regular)
Tugas :1,2,dan 3
TUGAS I
1. Nama Blog : Kelompokg-metodologipenelitian.blogspot.com
Ketua : Muhammad Marzuki
Anggota : Ahmad Hakim
Fahmi Imansyah
Hilman Arafah
Satrio Iman P
Jurnal
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elektronika Pada Mata
Kuliah Elektronika 1
Chairiah
Alumni Universitas Negeri Jakarta Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika (2009)
Arum Setyowati
Dosen Teknik Elektro FT-UNJ
Ahmad Hakim
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika (2008)
This research intent to make media by use of flash's animations program 8 deep i.
Electronics college eyes at Elektro's tech majors Jakarta Country University. Method that
is used is Laboratory Experiment with material that is made among those: Transistor job,
Transistor diffraction, Transistor series, Transistor characteristic, Transistors
Substantiating series, Analyse Transistors Substantiating Series. Aim makes this media it
is subject to be help college student to study Electronics basic.
Kata kunci : Elektronika dasar, belajar aktif, media pelajaran, hasil belajar.
2 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
Penelitian ini bertujuan untuk membuat media dengan menggunakan program animasi
flash 8 dalam mata kuliah Elektronika I dijurusan teknik Elektro Universitas Negeri
Jakarta. Metode yang dipakai adalah Eksperimen Laboratorium dengan materi yang
dibuat diantaranya: Kerja Transistor, Bias Transistor, Rangkaian Transistor, Karakteristik
Transistor, Rangkaian Penguat Transistor, Analisa Rangkaian Penguat Transistor. Media
ini dibuat Tujuannya adalah untuk membantu mahasiswa mempelajari prinsip–prinsip
dasar Elektronika.
Latar Belakang
Proses Pembelajaran merupakan
rangkaian kegiatan suatu lembaga
pendidikan formal maupun non
formal. Proses pembelajaran tersebut
mempengaruhi peserta didik dalam
mencapai tujuan pendidikan yang
telah ditetapkan. Dalam proses ini
diperlukan sejumlah komponen
diantaranya:
1. Komponen tujuan pembelajaran
2. Komponen strategi
3. Komponen bahan ajar
4. Komponen evaluasi
5. Serta komponen penunjang lainya
Media merupaka bagian dari
komponen bahan ajar untuk
menyampaikan materi kepada peserta
didik, maka harus dibuat media yang
interaktif agar peserta didik bisa
dengan baik menerima materi yang
diajarkan
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 3
Belajar pada hakikatnya merupakan
salah satu bentuk tingkah laku
individu dalam usahanya memenuhi
Kajian Teori
Hakikat Belajar dan Hasil
Belajar
kebutuhan hidup dalam mencapai
tujuan tertentu. Arif Sadiman belajar
sebagai mutu proses yang Kompleks
yang terjadi pada semua orang dan
berlangsung seumur hidup, salah
satu tanda bahwa seseorang telah
belajar adalah adanya perubahan
tingkah laku dalam dirinya baik
bersifat pengetahuan, keterampilan,
maupun nilai dan sikap.
Tujuan proses belajar
mengajar adalah materi yang ada
dapat dimengerti dengan baik oleh
guru dan siswa sebagai subyek
belajar.Semua usaha dikerahkan
untuk meningkatkan efektifitas
proses belajar mengajar agar tujuan
itu dapat tercapai.tujuan tercapai
apabila siswa memperoleh hasil
belajar seperti yang diharapkan
dalam proses belajar mengajar. Hasil
belajar itu dapat diukur dengan
angka-angka yang bersifat
pasti,tetapi mungkin saja hanya
dapat diamati karena berupa
perbuatan tingkah laku.
Untuk melihat sejauh mana taraf
keberhasilan siswa, diperlukan
informasi yang didukung oleh data
yang objektif tentang indicator-
indikator perubahan prilaku pribadi
siswa perubahan prilaku dan pribadi
siswa inilah yang disebut hasil
belajar.
Kualitas pembelajaran sangat
erat kaitannya dengan guru dalam
mengelola dan menyajikan ilmu
pengetahuan. Guru dituntut untuk
kreatif, yaitu kemampuan untuk
menciptakan situasi belajar agar
4 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
lebih baik. Salah satunya adalah
dengan memilih media pembelajaran
yang tepat bagi siswa sehingga siswa
mendapat situasi belajar yang efektif.
Seperti yang diterangkan oleh
pendapat Usman yang dikutip oleh
Sri Rejeki, “Dalam menciptakan
kondisi belajar mengajar sedikitnya
ditentukan oleh lima variabel, yaitu:
(1) menarik minat dan perhatian
siswa, (2) melibatkan siswa secara
aktif, (3) membangkitkan motivasi
siswa, (4) prinsip individualitas, serta
(5) peragaan dalam pengajaran.”1
Oleh karena itu guru dapat
menggunakan alat peraga sebagai
media pembelajaran, karena dengan
alat peraga siswa akan lebih
termotivasi untuk mengikuti
pelajaran yang sedang berlangsung.
Dengan demikian proses kegiatan
belajar mengajar jadi lebih efektif.
Berdasarkan uraian diatas, maka
untuk meningkatkan daya ingat
siswa dalam hal penyampaian materi
perlu ada perubahan, guru dapat
menyajikan materi pelajaran dengan
menggunakan media pembelajaran
berupa alat peraga. Sehingga siswa
akan mendapat suasana dan
pengalaman yang baru dalam belajar.
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 5
Perumusan Masalah
“Bagaimana pembuatan media
pembelajaran interaktif yang dapat
membantu pemahaman dalam
mempelajari prinsip-prinsip dasar
elektronika pada mata kuliah
Elektronika I”
Kegiatan Penelitian
Adapun kegiatan Penelitian
diantaranya :
1. Dengan adanya media
pembelajran yang interaktif
diharapkan dapat membantu
mahasiswa dalam memahami prinsip
dasar Elektronika.
2. Dapat digunakan sebagai
bahan ajar dosen dalam matakulian
Elektronika Dasar
3. Sebagai bahan kajian
penelitian selanjutnya.
Pembatasan Masalah
Dengan mempertimbangkan
perumusan masalah maka penulis
membatasi pembuatan media dalam
mata kuliah Elektronika I dalam hal:
1. Kerja Transistor
2. Bias Transistor
3. Rangkaian Transistor
4. Karakteristik Transistor
5. Rangkaian Penguat
Transistor
6. Analisa Rangkaian Penguat
Transistor
Kelebihan Media
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki
media diantara lain:
1. Media ini dapat digunakan
pada komputer Pentium II
dengan spesifikasi minimal
6 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
prosesor 333MHz, Hardisk 5
Giga, RAM 128 MB, VGA
dengan resolusi 800 x 600.
2. Lama proses belajar dapat
disesuaikan dengan
kecepatan belajar masing-
masing siswa.
3. Media dilengkapi dengan
Pretest dan Evaluasi sehingga
pengguna dapat mengetahui
perkembangan
pemahamannya.
4. Media dapat dijalankan tanpa
meginstal program terlebih
dahulu.
5. Media dapat digunakan
secara mandiri dimanapun
dan kapanpun.
Keterbatasan Penelitian
Penelitian dalam pembuatan media
ini memiliki beberapa kelebihan
diantaranya:
1. Materi yang diberikan pada
media terbatas pada
rangkaian transistor yang
tidak mencakup semua materi
yang ada pada kuliah
Elektronika I.
2. Keterbatasan waktu, tenaga,
kemampuan, sumber, dan
biaya yang dimiliki oleh
peneliti untuk dapat
menghasilkan produk yang
sempurna.
3. Terbatasnya fasilitas untuk
mengembangkan produk.
Hasil Evaluasi
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 7
Kegiatan evaluasi dilakukan untuk
mengetahui media yang telah dibuat.
Hasil evaluasi media digambarkan
sebagai berikut:
1. Tahap pertama evaluasi
dilakukan oleh bapak Dr.
Moch. Sukardjo, M.Pd dosen
mata kuliah Elektronika I
sebagai ahli materi, Adapun
evaluasi mata kuliah
Elektronika I dilakukan pada
tiap pertemuan selama 6 kali
pertemuan.revisi untuk
materi dilakukan terhadap
penjelasan materi yang
kurang jelas dan animasi
yang kurang sesuai.
2. Tahap kedua evaluasi
dilakukan oleh bapak Drs.
Chaenudin, M.Pd. dosen
teknologi pendidikan UNJ.
Data yang dihasilkan dari
rekapitulasi evaluasi media
ditunjukan pada table 5.
Tabel 5.
Komponen Evaluasi Skor Keterangan
Desain 80 % Baik
Prosedur 60 % Kurang Baik
Efisiensi 67 % Cukup Baik
Efektifitas 80 % Baik
Dari hasil evaluasi oleh ahli media
diperoleh rata-rata skor keseluruhan
komponen yaitu sebesar 72 %.
Dalam hal ini kualitas skor tesebut
termasuk dalam range Cukup Baik
adapun komentar yang diberikan
oleh ahli media adalah media yang
dibuat untuk proses pembelajaran.
8 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
Kesimpulan
Pembuatan media pembelajaran
interaktif prinsip–prinsip dasar
Elektronika I dibuat dengan software
Flash 8 yang memungkinkan dalam
pembuatan media pembelajaran tidak
hanya animasi dalam bentuk gambar
tetapi dalam bentuk audio dan video.
Media pembelajaran interaktif
prinsip–prinsip dasar Elektronika I
yang dapat digunakan mahasiswa
teknik elektro untuk pembelajaran
mandiri. Tujuannya adalah untuk
membantu mahasiswa mempelajari
prinsip–prinsip dasar Elektronika
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 9
DAFTAR PUSTAKA
A.M, Sardiman. 2006 Interaksi dan Motivasi Mengajar. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Azhar, Arsad. 2008 . Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raj.agrafindo Persada.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Chattoppadhyay,D,dkk. 1989. Dasar-dasar Elektronika. Jakarta:UI-Press.
Malvino. 1999. Prinsip-prinsip Elektronik edisi kedua Jakarta: Penerbit Erlangga.
Malvino. 2003 Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remadja Rosela
Karya.
Winkel,W,S.1991. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Grasindo.
10 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
TUGAS II
Metode apakah yang digunakan? Dan analisa
Metode yang digunakan adalah mengajar menggunakan media pembelajaran
menggunakan FLASH 8 yang memungkinkan dalam pembuatan media pembelajaran tidak
hanya animasi dalam bentuk gambar tetapi dalam bentuk audio dan video. Media
pembelajaran interaktif prinsip–prinsip dasar Elektronika I yang dapat digunakan mahasiswa
teknik elektro untuk pembelajaran mandiri.
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 11
TUGAS III
PROPOSAL SKRIPSI
PROPOSAL SKRIPSI
PERBEDAAN HASIL BELAJAR TEKNIK AUDIO VIDEO MENGGUNAKAN POLA
PIKIR INDUKTIF DENGAN HASIL BELAJAR TEKNIK AUDIO VIDEO
MENGGUNAKAN POLA PIKIR DEDUKTIF DI SMKN 5 JAKARTA TIMUR
DiSusun oleh:
AHMAD HAKIM (5215083416)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
12 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah,Segala puji syukur kehadirat Allah SWT. Salawat serta salam tercurah
kepada pemimpin besar kita Nabi Muhammad SAW. yang telah memberikan rahmat dan
karunianya, sehingga penulis dapat mengajukan proposal skripsi dengan judul ”PERBEDAAN
HASIL BELAJAR TEKNIK AUDIO VIDEO MENGGUNAKAN POLA PIKIR
INDUKTIF DENGAN HASIL BELAJAR TEKNIK AUDIO VIDEO MENGGUNAKAN
POLA PIKIR DEDUKTIF DI SMKN 5 JAKARTA TIMUR ” harapan penulis agar bisa
selesai tepat pada waktunya amiin. Salawat serta salam semoga tercurah kepada pemimpin besar
kita Nabi Muhammad SAW.
Penyusun menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang telah
diperbuat, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, Atas
perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Jakarta, 1 Januari 2012
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 13
Penyusun
ABSTRAK
AHMAD HAKIM, Perbedaan Hasil Belajar Teknik Audio Video Menggunakan Pola Pikir Induktif Dengan
Hasil Belajar Teknik Audio Video Menggunakan Pola Pikir Deduktif di SMKN 5 Jakarta Timur. Skripsi,
Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika, Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Negeri
Jakarta. 2008.
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai perbedaan hasil belajar
sub kompetensi Teknik Audio Video antara siswa yang diajar menggunakan pola pikir induktif
dengan siswa yang diajar menggunakan pola pikir deduktif di kelas I Program Keahlian
Elektronika SMK Negeri 5 Jakarta tahun ajaran 2012/2013 semester genap.
Penelitian ini menggunakan metode experiment dengan populasi terjangkau seluruh
siswa kelas I Program Keahlian Teknik Elektronika SMKN 5 Jakarta. Sampel penelitian diambil
dengan metode Random Sampling. Jumlah siswa yang diamati adalah 80 orang, 40 siswa sebagai
kelas eksperimen I yaitu proses belajar mengajar menggunakan pola pikir induktif dan 40 siswa
sebagai kelas eksperimen II dimana proses belajar mengajar menggunakan pola pikir deduktif.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes ulangan harian. Koefisien reliabilitas instrumen
dan rata-rata indeks daya pembeda soal. Uji normalitas dilakukan menggunakan uji Liliefors
pada kelas eksperimen I didapat nilai 0L dan pada kelas eksperimen II didapat nilai 0L . Nilai
keduanya terletak di bawah harga tabelL pada taraf signifikan . Uji homogenitas hasil belajar
menggunakan uji-T
14 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
Dari hasil analisis pengujian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar
sub kompetensi teknik audio video antara siswa yang diajar dengan menggunakan pola pikir
induktif dengan hasil belajar menggunakan pola pikir deduktif.
DAFTAR ISI
ABSTRAK
PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Identifikasi Masalah
C. Pembahasan Masalah
D. Perumusan Masalah
E. Tujuan Umum Penelitian
F. Manfaat Penelitian
BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritis
1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
2. Hakikat Demonstrasi
3. Hakikat Konsep
4. Hakikat Pola Pikir Induktif
5. Hakikat Pola Pikir Deduktif
B. Kerangka Berpikir
C. Pengajuan Hipotesis
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 15
C. Metode Penelitian
D. Desain Penelitian
E. Teknik Pengambilan Sampel
F. Teknik Pengumpulan Data
G. Instrument Penelitian
H. Hipotesis Statistik
I. Teknik Analisis Data
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
B. Pengujian Persyaratan Analisis Data
C. Pengujian Hipotesis
D. Penafsiran Kesimpulan Analisis Data
E. Kesimpulan Pengujian Hipotesis
F. Diskusi
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Implikasi
C. Saran
16 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
DAFTAR TABEL
1. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Teknik Audio Video Kelompok Siswa Yang Diajar
Dengan Demonstrasi Melalui Pola Pikir Induktif
2. Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Teknik Audio Video Kelompok Siswa Yang Diajar
Dengan Demonstrasi Melalui Pola Pikir Deduktif
3. Harga Uji-T
4. Wilayah Luas Dibawah Kurva Normal
5. Harga Krisis L Untuk Uji Lilieforse
6. Nilai Presentil Untuk Distribusi F
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 17
DAFTAR LAMPIRAN
1. Program Satuan Pelajaran
2. Spesifikasi Penyusunan Soal Tes
3. Instrumen Tes Penelitian
4. Kunci Jawaban
5. Demonstrasi Melalui Pola Pikir Induktif
6. Demonstrasi Melalui Pola Pikir Deduktif
7. Analisis Reabilitas Alat Ukur
8. Analisis Validitas Alat Ukur
9. Analisis Derajat Kesulitan Alat Ukur
10. Analisis Daya Beda Soal
11. Data Hasil Belajar Teknik Audio Video Kelompok Siswa Yang Diajar Dengan
Demonstrasi Melalui Pola Pikir Induktif
12. Data Hasil Belajar Teknik Audio Video Kelompok Siswa Yang Diajar Dengan
Demonstrasi Melalui Pola Pikir Deduktif
13. Perhitungan Kelas dan Interval Kelas
14. Distribusi Frekuensi Skor Kelompok Siswa Yang Diajar Dengan Demonstrasi Melalui
Pola Pikir Induktif
15. Distribusi Frekuensi Skor Kelompok Siswa Yang Diajar Dengan Demonstrasi Melalui
Pola Pikir Deduktif
16. Simpangan Baku
17. Uji Normalitas
18. Uji Homogenitas
19. Analisis Data Dengan Uji-T
18 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
LATAR BELAKANG MASALAH
Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan merupakan bagian penting dalam upaya
meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan di sekolah dapat menghasilkan
manusia yang cerdas, kreatif dan bertanggung jawab. Kualitas sumber daya manusia sangat
ditentukan oleh kualitas pendidikan yang diperolehnya. Semakin tinggi kualitas pendidikan yang
diperolehnya, semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dihasilkan.
Peningkatan kualitas pendidikan tidak lepas dari upaya peningkatan komponen-
komponen yang terdapat didalamnya. Komponen tersebut saling terikat erat satu dengan yang
lainnya dalam satu sistem. Komponen yang dimaksud meliputi: guru, metode pengajaran,
kurikulum, siswa, sarana dan prasarana sekolah.
Peningkatan kualitas pendidikan ini tidak hanya diberikan pada sekolah-sekolah tingkat
Dasar, Menengah Pertama (SMP), ataupun Sekolah Menengah Atas (SMA), tetapi perlu
diperhatikan pula pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Pada tingkat SMK mulai diberikan
dasar pengetahuan dan keterampilan yang memegang peran penting dalam mempersiapkan siswa
untuk menjadi tenaga kerja yang profesional sesuai dengan bidang keahlian yang diminatinya.
Maka dari itu dalam proses belajar dan mengajar guru harus menentukan metode yang
efektif dan cara peyampaian suatu konsep dari sebuah mata pelajaran agar proses tersebut dapat
berjalan secara efektif agar peserta didik dapat menguasai konsep dengan baik.
Proses belajar mengajar merupakan interaksi antara guru dan siswa. Dalam proses
tersebut guru berperan sebagai pengajar atau pemimpin belajar, sedangkan siswa berperan
sebagai subjek belajar. Di dalam proses belajar mengajar siswa tidak hanya menerima informasi
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 19
akan tetapi siswa harus terlibat dalam berbagai kegiatan maupun tindakan kelas agar proses
belajar menjadi efektif dan tujuan belajarpun tercapai.
Guru memiliki peran penting dalam proses belajar.Tujuan belajar mengajar secara umum
adalah untuk mengembangkan kemampuan penguasaan bahan ajar,pengembangan keterampilan,
dan mengembangkan nilai dan sikap yang ada pada siswa.
Siswa berperan sebagai subyek belajar, maka aktivitas siswa merupakan syarat mutlak untuk
berlangsungnya proses interaksi belajar mengajar.Tanpa aktivitas siswa belajar hanyalah
pemberian informasi yang berarti interaksi dalam proses belajar mengajar tidak berlangsung
dengan baik.
Guru berperan penting dalam mengusahakan agar siswa aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.Hal ini dapat dilakukan menggunakan upaya menerapkan beberapa metode atau teknik
penyampaian materi pelajaran yang dapat merangsang atau membangkitkan minat belajar siswa
dalam kegiatan belajar mengajar agar dapat berjalan dengan efisien dan efektif.
Salah satu metode yang dapat mengaktifkan siswa agar dapat terlibat dalam proses
pembentukan atau pembuktian suatu konsep yaitu dengan metode demonstrasi melakukan
eksperimen siswa dibimbing untuk mengamati objek-objek, kejadian-kejadian kemudian
dihubungkan dengan ngagasan yang dimiliki siswa.
Dengan metode demonstrasi ini siswa diharapkan dapat lebih memahami dan mengingat
konsep yang telah dipelajarinya serta meningkatkan penalaran dan kemampuan siswa untuk
berpikir secara bebas untuk menemukan masalah dan memecahkanya sendiri.
Untuk mengetahui keefektifan dari suatu demonstrasi dalam perolehan konsep perlu
diadakan penelitian mana yang lebih efektif antara perolehan konsep melalui pola pikir induktif
dengan konsep pola pikir deduktif.
IDENTIFIKASI MASALAH
Dari latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka timbul berbagai pemasalahan,
diantaranya:
1. Apakah metode demonstrasi dapat memotifasi siswa belajar?
2. Upaya apasaja yang dapat dilakukan guru untuk mengefektifitaskan demonstrasi
agar dapat mencapai tujuan belajar mengajar?
20 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
3. Apakah berbeda hasil belajar siswa yang melakukan demonstrasi untuk
memperoleh konsep melalui pola pikir dengan pola pikir deduktif?
4. Apakah demonstrasi dalam perolehan konsep melalui pola pikir induktif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
5. Apakah demonstrasi dalam perolehan konsep melalui pola pikir deduktif dapat
meningkatkan hasil belajar siswa?
6. Apakah demonstrasi untuk memperoleh konsep melalui pola pikir dengan pola
pikir deduktif dapat meningkatkan mutu pendidikan disekolah?
LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. DESKRIPSI TEORITIS
1. Hakikat Belajar dan Hasil Belajar
Belajar merupakan suatu proses yang akan menghasilkan suatu perubahan yang
lebih baik pada diri individu yang melaksanakan belajar tersebut. Sekolah merupakan
tempat terjadinya proses belajar mengajar antara siswa dengan guru, diharapkan siswa
dapat mengembangkan pengetahuannya dengan cara latihan maupun praktek. Sekolah
menengah kejuruan, banyak mata pelajaran yang saling berhubungan satu sama lain. Baik
itu berkesinambungan (mata pelajaran lanjutan) ataupun mata pelajaran yang membantu
proses pemahaman siswa dalam mendalami suatu materi di pelajaran lain.
Menurut S. Nasution, “Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan kelakuan
baru atau mengubah kelakuan lama sehingga seorang lebih mampu untuk menghadapi
situasi dalam hidupnya. Dengan belajar diharapkan individu yang melaksanakan proses
belajar yaitu siswa dapat mengembangkan masalah yang baru berdasarkan konsep yang
sudah dipelajari”.
“Belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar oleh seseorang
untuk mencapai suatu perubahan tingkah laku. Kegiatan yang dilakukan dalam belajar
pada dasarnya adalah proses aktif dari orang yang belajar sehingga terjadi hubungan yang
dinamis dan saling mempengaruhi antara diri orang yang belajar dengan lingkungannya.
Menurut aliran teori belajar modern bahwa belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan dan
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 21
perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku yang baru berkat
pengalaman dan latihan”.Menurut Oemar malik
Dikatakan pula bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan keseluruhan
tingkah laku, yaitu terjadinya aspek-aspek tingkah laku Kognitif, Afektif dan
Psikomotorik. Serta Menurut Miarso, “Belajar adalah kegiatan para siswa, baik itu
dengan bimbingan guru atau dengan usahanya sendiri sepenuhnya.”2
Sehingga dapat disimpulkan definisi belajar tersebut yaitu : belajar merupakan
usaha memperoleh ilmu, baik itu melalui berlatih maupun dari pengalaman. Dimana
pengalaman dan proses latihan tersebut dapat merubah tingkah laku secara permanen
sebagai hasil pembelajaran yang telah dilakukan. Belajar juga selalu meliputi 3 aspek
yaitu aspek kognitif, psikomotorik dan afektif.
Tujuan proses belajar mengajar adalah materi yang ada dapat dimengerti dengan
baik oleh guru dan siswa sebagai subyek belajar.Semua usaha dikerahkan untuk
meningkatkan efektifitas proses belajar mengajar agar tujuan itu dapat tercapai.tujuan
tercapai apabila siswa memperoleh hasil belajar seperti yang diharapkan dalam proses
belajar mengajar. Hasil belajar itu dapat diukur dengan angka-angka yang bersifat
pasti,tetapi mungkin saja hanya dapat diamati karena berupa perbuatan tingkah laku.
Untuk melihat sejauh mana taraf keberhasilan siswa, diperlukan informasi yang
didukung oleh data yang objektif tentang indikator-indikator perubahan prilaku pribadi
siswa perubahan prilaku dan pribadi siswa inilah yang disebut hasil belajar.
Menurut Ngalim Purwanto bahwa, “Hasil belajar adalah potensi, yang dapat
dipergunakan guru untuk menilai hasil pelajaran yang diberikan siswa dalam waktu
tertentu.” Pendapat lain juga dikemukakan oleh Wasty Sumanto bahwa, “Sebagai suatu
petumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara
bertingkah laku berkat pengalaman dan latihan.”
Untuk mengetahui meningkat atau tiadaknya suatu proses belajar, maka
dibutuhkan adanya evaluasi. Evaluasi mempunyai peranan yang sangat penting untuk
memperbaiki, memperbaharui serta menyempurnakan proses pembelajaran yang sedang
direncanakan, sedang berlangsung dan telah berakhir. Hasil belajar tersebut dapat diukur
dengan angka-angka yang bersifat pasti atau hanya dapat diamati.
2 Yusufhadi Miarso, Teknologi Komunikasi Pendidikan, (Jakarta: CV Rajawali, 1984), h. 25.
22 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
Setelah hasil belajar siswa meningkat maka mutu sekolah tersebutpun akan
mengalami peningkatan, Peningkatan mutu pendidikan yang berpusat pada peningkatan
mutu sekolah merupakan suatu proses yang dinamis, berjangka panjang yang musti
dilakukan secara sistematis lagi konsisten untuk diarahkan menuju suatu tujuan tertentu.
Peningkatan mutu sekolah tidak bersifat instan, dengan mengandalkan “aji Bandung
Bondowoso”, melainkan suatu proses yang harus dilakoni dengan sabar, tahap demi
tahap, yang terukur dengan arah yang jelas dan pasti. Dalam peningkatan mutu sekolah
tidak dikenal sesuatu yang gampang segampang teori, seperti yang disitir oleh Kurt
Lewin: “There is nothing to practical as good as a theory”. Pendapat ini berarti pula,
bahwa tidak mungkin ada peningkatan mutu sekolah tanpa didasari oleh suatu teori
(Levin, 2008). Peningkatan mutu sekolah memerlukan teori, namun implementasinya
tidak akan bisa mulus dan semudah teori yang ada.
2. Hakikat Demonstrasi
Demostrasi merupakan salah satu metode yang digunakan pada saat
mengajar.menurut pendapat knok ”metode adalah kumpulan prinsip terkordinir untuk
melaksanakan pengajaran” perumusan lain tentang metode adalah suatu proses yang
digunakan untuk mencapai tujuan tertentu sering pula diketahui metode adalah cara untuk
memperoleh langkah maju dengan terncana dan teratur untuk mencapai sebuah tujuan,
setiap keeadaan yang sadar menggunakan pengetahuan sistematik secara terus menerus
sambil mengadakan perbaikan terhadap cara tersebut dalam pengajaran mata pelajaran
Teknik Audio Video.
Jadi metode merupakan cara melakukan sesuatu untuk mencapai tujuan tertentu
yangtelah dirumuskan.berbagai metode yang umum dilakukan dalam proses belajar
mengajar yaitu:metode ceramah,Tanya jawab, demonstrasi dan lain-lain
Metode demonstrasi merupakan salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam
proses belajar mengajar dengan metode demonstrasi siswa akan terlibat secara langsung
dalam proses belajar pada mata pelajaran Teknik Audio Video.
Demonstrasi memiliki beberapa kerterbatasan diantaranya pengamatan siswa
kurang jelas karena mengamati dari jauh, peran siswa terbatas. Apabila salah
melakukanya metode demonstrasi dapat merusak tujuan pelajaran mata pelajaran Teknik
Audio Video.
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 23
3. Hakikat Konsep
Konsep adalah susunan simbol yang menunjukan ciri suatu suatu objek atau peristiwa
yang dapat dibedakan berdasarkan ciri-ciri berikut untuk mengengal suatu konsep
diantaranya adalah:
Nama konsep.
Aribut-atribut kriteria dan atribut-atribut variable konsep.
Definisi konsep.
Contoh-contoh dan bukan contoh konsep.
Konsep ada dua yang konkrit dapat ditunjukan bedanya, jadi diperoleh melalui
pengamatan indera contoh konsep konkrit televisi,radio,antena dan lain-lain.pada taraf
yang lebih tinggi diperoleh konsep yang abstrak seperti massa jenis, polaritas pancaran
dan lain-lain.
4. Hakikat Pola Pikir Induktif dan Deduktif
Pola pikir adalah bagaimana cara seseorang menerima informasi dan pola pikir
seseorang akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkunganya.
Induktif adalah “Penarikan kesimpulan dimulai dengan menyebutkan pernyataan-
pernyataan yang khusus untuk memperoleh kesimpulan yang umum yang mencakup
keseluruhan dari keseluruhan pernyataan-pernyataan yang khusus.
Pembentukan konsep melalui pola pikir induktif dimana teori-teori menjadi
generalisasi-generalisasi dari fakta-fakta empiris.Pola pikir induktif bekerja dari bawah
keatas menyusun sistem-sistem yang memperhatikan hasil-hasil penelitian yang telah
berkali-kali di uji. Lalu menyusun sistem-sistem yang lebih tinggi tingkatnya sebagai
generalisasi dan akhirnya merumuskan suatu terori yang dapat mencakup semua
pernyataan-pernyataan yang lebih rendah tingkatnya.
Pola pikir induktif dalam pembentukan konsep merupakan suatu bentuk belajar
penemuan (Discovery Learning), yang melibatkan proses-proses psikologi analisis
deskriminatif, abstaksi, dan lain-lain sehingga menunjang kualitas pendidikan sebagai
bagian dari tugas dan tanggung jawab guru.
Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya pembelajaran
inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis proyek, pembelajaran
24 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan induktif
dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal khusus dan
menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah konstekstual, siswa
dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan prosedur-prosedur berdasar pengamatan
siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif
efektif untuk mengajarkan konsep atau generalisasi. Pembelajaran diawali dengan
memberikan contoh-contoh atau kasus khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa
melakukan sejumlah pengamatan yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau
geralisasi. Siswa tidak harus memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai
pada abstraksi tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau
masalah. Kemp (1994: 90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam
membahas materi pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya
matematika bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir
deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang
bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16).
Deduktif adalah “Penarikan kesimpulan dimulai dengan menyebutkan pernyataan-
pernyataan yang umum untuk memperoleh kesimpulan yang khusus yang mencakup
keseluruhan dari keseluruhan pernyataan-pernyataan yang umum.
Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah
pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran
bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui
wilayah persoalannya dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
Prince dan Felder (2006) menyatakan pembelajaran tradisional adalah
pembelajaran dengan pendekatan deduktif, memulai dengan teori-teori dan meningkat ke
penerapan teori. Di bidang sain dan teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan
topik baru yang menyajikan kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus
dengan sedikit memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak
mengkaitkan dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 25
menekankan pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince
dan Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya
adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous learning”,
artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi berbasis pembelajaran
sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam pembelajaran dengan pendekatan deduktif
dimulai dengan menyajikan generalisasi atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan
argumen logika. Contoh urutan pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi
contoh, dan beberapa tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji
pemahaman siswa tentang definisi yang disampaikan.
Dalam kegiatan memecahkan masalah siswa dapat terlibat berpikir dengan
dengan menggunakan pola pikir induktif, pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan
secara bergantian.
Metode belajar yang digunakan sangatlah menentukan kegiatan hasil belajar
mengajar dan juga mutu pendidikan disekolah tersebut.
B. KERANGKA BERPIKIR
Belajar adalah suatu proses yang menimbulkan kelakuan baru atau mengubah
kelakuan lama sehingga seorang lebih mampu untuk menghadapi situasi dalam hidupnya.
Dengan belajar diharapkan individu yang melaksanakan proses belajar yaitu siswa dapat
mengembangkan masalah yang baru berdasarkan konsep yang sudah dipelajari. Hasil
belajar teknik audio video dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal siswa.
Diantaranya metode mengajar guru dan lingkungan yang kondusif. Sudah menjadi tugas
guru untuk menciptakan suasana belajar yang aktif dan menyenangkan.
Metode demonstrasi merupakan salah satu cara untuk mengaktifkan siswa dalam
proses belajar mengajar dengan metode demonstrasi siswa akan terlibat secara langsung
dalam proses belajar pada mata pelajaran Teknik Audio Video.
Dalam metode demonstrasi terdapat diantaranya dua pola pikir yang berbeda dalam
pembentukan konsep yaitu pola pikir induktif dan pola pikir deduktif. Pembentukan
konsep melalui pola pikir induktif dimana teori-teori menjadi generalisasi-generalisasi
dari fakta-fakta empiris.Pola pikir induktif bekerja dari bawah keatas menyusun sistem-
sistem yang memperhatikan hasil-hasil penelitian yang telah berkali-kali di uji. Lalu
26 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
menyusun sistem-sistem yang lebih tinggi tingkatnya sebagai generalisasi dan akhirnya
merumuskan suatu terori yang dapat mencakup semua pernyataan-pernyataan yang lebih
rendah tingkatnya. Sedangkan pembentukan konsep melalui pola pikir deduktif ditandai
dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran.
Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran akan
berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya dan konsep
dasarnya.
C. HIPOTESIS PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang diajukan dengan ditunjang oleh kerangka teori
dan kerangka berpikir diatas maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian adalah
“Terdapat perbedaan antara hasil belajar teknik audio video menggunakan pola pikir
induktif dengan hasil belajar teknik audio video menggunakan pola pikir deduktif ”.
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 27
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penulis secara umum mengadakan penilitian perbedaan hasil belajar teknik audio
video mengunakan polapikir induktif dengan hasil belajar teknik audio video menggunakan
polapikir deduktif adalah agar guru dapat menentukan metode yang tepat serta efektif dalam
mengajar teknik audio video di sekolah menenengah kejuruan.
Secara khusus,peneelitian ini dilakukan untuk memperoleh informasi apakah ada
perbedaan hasil belajar teknik audio video menggunakan pola pikir induktif dengan peserta didik
yang diajarkan menggunakan pola pikir deduktif sehingga baik guru maupun peserta didik dapat
menguasai materi pelajaran tersebut dengan baik.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian akan dilakukan di SMKN 5 Jakarta Timur tahun ajaran 2012/2013 demikan
penulis berharap agar dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya.
C. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode experiment. Penelitian
dilakukan terhadap kelompok-kelompok yang homogen, terdiri atas dua kelompok. Kelompok
pertama adalah kelompok yang diajar dengan menggunakan pola pikir induktif dan kelompok
kedua adalah kelompok yang diajar dengan mengunakan pola pikir deduktif dalam mata
pelajaran teknik audio video.
D. Desain Penelitian
Dalam penelitian ini variabel yang akan diteliti yaitu pembelajaran dengan menggunakan
pola pikir induktif dan pembelajaran dengan menggunakan pola pikir deduktif sebagai variabel
bebas dan hasil belajar teknik audio video siswa sebagai variabel terikat.
28 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
Kelas Perlakuan Pasca Tes
(R)E I XE I Y
(R)E II XE II Y
Keterangan:
E I : Kelas eksperimen I (pembelajaran dengan menggunakan pola pikir induktif)
E II : Kelas eksperimen II (pembelajaran dengan menggunakan pola pikir deduktif)
XE I : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen I
XE II : Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen II
Y : Tes akhir yang sama pada kedua kelas
R : Proses pemilihan subjek secara acak
Data penelitian diperoleh dari hasil belajar teknik audio video pada kelas eksperimen I
dan kelas eksperimen II yang diperoleh dari skor tes.
E. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik yang dilakukan untuk memperoleh sampel penelitian adalah teknik Random
Sampling yaitu penentuan kelas eksperimen dilakukan secara acak, kemudian dilakukan
pengamatan terhadap seluruh siswa pada kelas terpilih dengan:
1. Populasi Target
Populasi target pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas I SMKN 5 Jakarta semester
II tahun ajaran 2012/2013.
2. Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas I Program Keahlian Teknik Elektronika
SMKN 5 Jakarta semester II tahun ajaran 2012/2013.
3. Sampel
Sampel dipilih dari populasi terjangkau sebanyak dua kelas yang dipilih secara acak
(random sampling).
F. Teknik Pengumpulan Data
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 29
1. Variabel Yang Diteliti
a. Variabel bebas: pembelajaran dengan menggunakan pola pikir induktif dan
pembelajaran dengan menggunakan pola pikir deduktif.
b. Variabel terikat: hasil belajar teknik audio video.
2. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer adalah
nilai tes ulangan harian siswa pada kriteria kinerja identifikasi dan prosedur gambar teknik
elektronika berdasarkan pada standar gambar teknik audio video dan teknik elektronika yang
diperoleh dari kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II setelah kedua kelas tersebut diberi
perlakuan. Data sekunder adalah nilai praktik gambar siswa dari kelas eksperimen I dan kelas
eksperimen II pada sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika.
G. Instrumen Penelitian
1. Konsep
Instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menyelesaikan
soal-soal sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika pada kriteria kinerja
identifikasi dan prosedur gambar teknik elektronika berdasarkan pada standar gambar
teknik listrik dan teknik elektronika adalah tes ulangan harian yang disusun sendiri oleh
peneliti. Bentuk tes berupa soal pilihan ganda sebanyak 40 soal dan setiap soal memiliki
skor 1 untuk jawaban benar dan 0 (nol) untuk jawaban salah, sehingga jumlah skor total
adalah 40 jika semua soal terjawab dengan benar. Instrumen ini didasarkan pada aspek
kognitif yang meliputi ingatan, pemahaman dan aplikasi.
Nilai akhir yang diperoleh siswa adalah:
Nilai Akhir = 4
skor total
2. Hasil Uji Coba Instrumen
Sebelum instrumen digunakan pada sampel, instrumen tersebut diujicobakan terlebih
dahulu untuk mengetahui apakah soal tersebut telah memenuhi syarat tes yang baik atau
tidak. Syarat tes tersebut yaitu validitas, reliabilitas, taraf kesukaran dan daya pembeda
soal. Dari 40 soal yang diuji coba hanya 36 yang memenuhi syarat tes yang baik.
a. Pengujian Validitas
30 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
Uji validitas yang digunakan dalam instrumen ini adalah validitas isi (content
validity), artinya butir-butir soal disusun sesuai dengan materi dan indikator pada
desain pembelajaran.
Untuk menghitung validitas item soal digunakan rumus3:
pbi = q
p
S
MM
t
tp
Keterangan:
pbi : Koefisien korelasi biserial
Mp : Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari
validitasnya
Mt : Rerata skor total
St : Standar deviasi dari skor total
p : Proporsi siswa yang menjawab benar
(p = siswaseluruh jumlah
benar yang siswa banyaknya)
q : Proporsi siswa yang menjawab salah
(q = 1 – p)
Dari hasil uji coba validitas diperoleh 36 soal yang valid dan 4 soal drop atau tidak
valid (Lampiran 10, hal 117).
b. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas tes menentukan ketepatan atau ketelitian suatu alat evaluasi (tes). Dalam
penelitian ini reliabilitas tes dihitung dengan menggunkan rumus KR-20 yaitu4:
2
2
111 s
pqs
k
kr
Keterangan:
3 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003) h. 79.
4 Ibid., h. 100.
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 31
11r : Reliabilitas tes secara keseluruhan
p : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar
q : Proporsi subjek yang menjawab item dengan salah
(q = 1-p)
pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q
k : Banyaknya item
2s : Varians tes
Klasifikasi koefisisen reliabilitas5:
11r : 0,800-1,000 : sangat tinggi
11r : 0,600-0,800 : tinggi
11r : 0,400-0,600 : cukup
11r : 0,200-0,400 : rendah
11r : 0,000-0,200 : rendah sekali
Dari hasil uji coba instrumen diperoleh koefisien reliabilitas instrumen tes.Hal ini
berarti koefisien reliabilitas instrumen tersebut tergolong sangat tinggi sehingga dapat
dijadikan sebagai alat ukur.
c. Pengujian Taraf Kesukaran
Penghitungan taraf kesukaran instrumen bertujuan untuk mengetahui apakah soal
tergolong sukar, sedang atau mudah. Rumus yang digunakan untuk menghitung
indeks kesukaran adalah6:
JS
BP
Keterangan:
P : Indeks Kesukaran
B : Banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
5 Ibid., h. 75.
6 Ibid., h. 208.
32 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
JS : Jumlah seluruh siswa peserta tes
Klasifikasi Indeks Kesukaran7:
0,00 – 0,29 : Sukar
0,30 – 0,69 : Sedang
0,70 – 1,00 : Mudah
Dari hasil uji coba instrumen diperoleh indeks kesukaran antara 0,13 – 0,80 dan rata-
rata indeks kesukaran 0,51 (Lampiran 13, hal 121).
d. Pengujian Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa
yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah dengan
menggunakan8:
B
B
A
ABA
J
B
J
BPPD
Keterangan:
D : Indeks Diskriminasi (Daya Pembeda)
J : Jumlah peserta tes
JA : Banyaknya peserta kelompok atas
JB : Banyaknya peserta kelompok bawah
BA : Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB : Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan
benar
PA : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB : Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
Klsifikasi Daya Pembeda Soal9:
7 Ibid., h. 210.
8 Ibid., h. 213.
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 33
D < 0,00 : Sangat jelek
D = 0,00 – 0,19 : Jelek
D = 0,20 – 0,39 : Cukup
D = 0,40 – 0,69 : Baik
D = 0,70 – 1,09 : Baik sekali
Dari hasil uji coba instrumen diperoleh daya pembeda soal antara dan rata-rata indeks
daya pembeda.
H. Hipotesis Statistik
H0 : 1 = 2
H1 : 1 2
Keterangan:
1 : Rata-rata hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika siswa
yang diajar dengan menggunakan pola pikir induktif.
2 : Rata-rata hasil sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika teknik siswa
yang diajar dengan menggunakan pola pikir deduktif.
I. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat Analisis Data
a. Uji homogenitas menggunakan Uji Fisher dengan taraf signifikan = 0,05
Hipotesis Statistik: H0 : 2
2
2
1
H1 : 2
2
2
1
Rumus Uji Fisher yang digunakan adalah10
:
F = 2
2
2
1
s
s
Keterangan:
2
1s : Varians hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika
kelas eksperimen I
2
2s : Varians hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika
kelas eksperimen II
9 Ibid., h. 218.
10 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 1992), h. 249.
34 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
Kriteria pengujian, terima H0 jika:
1 ,12
11
hitung1 ,1
2
12121
F F F
nnnn
b. Uji normalitas menggunakan Uji Liliefors dengan taraf signifikan = 0,05
Hipotesis Statistik: H0 : Data berdistribusi normal
H1 : Data tidak berdistribusi normal
Rumus uji Liliefors yang digunakan adalah11
:
110 zSzF maksL
dengan s
xxz
1
1 dan S( 1z ) =n
z yang z ,...,z ,z banyaknya 1n21
Keterangan:
x : Rata-rata hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika
sampel
1x : Hasil belajar sub kompetensi menguasai gambar teknik elektronika sample
s : Simpangan baku sampel
1zF : Peluang (z ≤ 1z ) dan menggunakan daftar distribusi normal baku
Kriteria Pengujian, terima H0 jika 0L < tabelL
2. Uji Analisis Data
Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan taraf signifikan = 0,05.
Pada penelitian ini, jika kondisi kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah
homogen (2
2
2
1 ), maka statistik uji yang digunakan untuk melakukan uji rata-rata di
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen II adalah sebagai berikut12
:
21
21
n
1
n
1s
XXt
dengan
11
Ibid., h. 446. 12
Ibid., h. 241.
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 35
2nn
s1ns1ns
21
2
22
2
11
derajat kebebasan (dk) = ( 221 nn )
Kriteria pengujian, tolak H0 jika t >
2
11
t
Keterangan:
1x : Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen I
2x : Rata-rata hasil belajar kelompok eksperimen II
1n : Banyaknya sampel kelompok eksperimen I
2n : Banyaknya sampel kelompok eksperimen II
2
1s : Varians hasil belajar kelompok eksperimen I
2
2s : Varians hasil belajar kelompok eksperimen II
s : Varians gabungan
36 Pevote , Vol.4, No.6, September 2009 : 1-7
DAFTAR PUSTAKA
Wasty Sumanto, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Remaja Rosdakarya, 1980.
Ngalim Purwanto, Prinsip dan Teknik Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Wijaya, 1982.
Oemar Malik, Metode belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito, 1983.
A. Surjadi, Membuat Siswa Aktif Belajar, Bandung: Mandar Maju, 1989.
A. Tabrani Rusyan, dkk., Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remadja
Karya, 1989.
Nana Sudjana, Penilaian Proses Hasil Belajar Mengajar, Bandung: PT. Remadja Rosda Karya,
1990.
Oemar Malik, Metode belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar, Bandung: Tarsito, 1983.
Sudjana, Metoda Statistika, Bandung: Tarsito, 1992
Pembuatan Media Pembelajaran Interaktif Prinsip-Prinsip Dasar Elka Pada Mata Kuliah Elektronika I 37
top related