tugas praktikum petrologi - batuan beku
Post on 21-Dec-2015
71 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
TUGAS PRAKTIKUM PETROLOGI
BATUAN BEKU
DISUSUN OLEH :
JOHAN EDWART LESMANA HUTABARAT[ 410014276 ]
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Praktikum ini.
Adapun judul Makalah ini adalah “Tugas Praktikum Petrologi – Batuan Beku“.
Penulis sangat berterima kasih pada Dosen Pengampu yang telah memberikan bimbingan
serta petunjuk yang Penulis perlukan dalam penulisan Laporan ini, keluarga Penulis yang selalu
mendukung dan mendoakan Penulis, serta Teman - Teman jurusan Teknik Geologi STTNAS
Yogyakarta yang telah memberikan semangat serta masukan pada Penulis.
Penulis juga mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Kepada Tuhan Yang Maha Esa,
2. Ketua Jurusan Teknik Geologi STTNas Yogyakarta, Ibu Winarti, S.T., M.T.
3. Dosen Petrologi STTNas, Bapak Dr. Hill G. Hartono S.T.
4. Orang Tua yang selalu memberikan bantuan dukungan dan doa.
Penulis juga menyadari akan keterbatasan dan kekurangan pada Makalah Praktikum ini,
maka dari itu penulis mengharapkan semua kritik dan masukan dari semua pihak yang bersifat
membangun demi hasil yang lebih baik sehingga di dalam pembuatan Makalah yang akan datang
akan jauh lebih sempurna. Semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Yogyakarta, 5 April 2015
Johan Edwart L. H. [410014276]
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I..............................................................................................................................................3
BATUAN BEKU............................................................................................................................3
1.1 DEFINISI PETROLOGI......................................................................................................3
1.2 BATUAN BEKU.................................................................................................................4
2.1.1 JENIS BATUAN BEKU.........................................................................................4
2.1.2 STRUKTUR BATUAN BEKU...............................................................................5
2.1.3 KLASIFIKASI BATUAN BEKU...........................................................................6
BAB II.............................................................................................................................................7
PETROGENESIS DAN DESKRIPSI BATUAN BEKU...............................................................7
2.1 PETROGENESIS BATUAN BEKU...................................................................................7
2.2 DESKRIPSI BATUAN BEKU..........................................................................................12
2.3 DESKRIPSI MINERAL....................................................................................................22
BAB III.........................................................................................................................................23
KESIMPULAN.............................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................24
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 2
BAB I
BATUAN BEKU
1.1 DEFINISI PETROLOGI
Petrologi berasal dari dua kata yaitu “ petro “ yang berarti batu dan kata “ logos “ yang
berarti ilmu. Jadi, petrologi secara bahasa adalah ilmu yang mempelajari tentang batuan.
Sedangkan secara istilah petrologi adalah ilmu mengenai batuan, secara luas mempelajari asal,
kejadian, sejarah dan sejarah batuan. Batuan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu : Batuan beku,
Batuan sendimen dan Batuan metamorf.
Petrologi adalah salah satu cabang ilmu pengetahuan geologi yang mempelajari batuan
pembentuk kulit bumi, mencakup aspek pemerian (deskripsi) dan aspek genesa-interpretasi.
Pengertian luas dari petrologi adalah mempelajari batuan secara mata telanjang, secara optik/
mikroskopis, secara kimia dan radio isotop. Studi petrologi secara kimia sering disebut petrokimia
yang dapat dipandang sebagai bagian dari ilmu geokimia. Untuk kuliah dan praktikum mahasiswa
Teknik Geologi semester 2 maka studi petrologi dibatasi secara megaskopis saja. Aspek pemerian
antara lain meliputi warna, tekstur, struktur, komposisi, berat jenis, kekerasan, kesarangan
(porositas), kelulusan (permebilitas) dan klasifikasi atau penamaan batuan. Aspek genesa –
interpretasi mencakup tentang sumber asal (“source”) hingga proses atau cara terbentuknya
batuan. Batuan didefinisikan sebagai semua bahan yang menyusun kerak (kulit) bumi dan
merupakan suatu agregat (kumpulan) mineral-mineral yang telah menghablur (mengkristal).
Dalam arti sempit, yang tidak termasuk batuan adalah tanah dan bahan lepas lainnya yang
merupakan hasil pelapukan kimia, fisis maupun biologis, serta proses erosi dari batuan. Namun
dalam arti luas tanah hasil pelapukan dan erosi tersebut termasuk batuan.
Batuan sebagai agregat mineral pembentuk kulit bumi secara genesa dapat dikelompokkan
menjadi tiga jenis batuan, yaitu :
1. Batuan Beku (“igneous rocks”), adalah kumpulan mineral silikat sebagai hasil
pembekuan daripada magma yang mendingin (Huang, 1962).
2. Batuan Sedimen (“sedimentary rocks”), adalah batuan hasil litifikasi bahan rombakan
batuan yang berasal dari proses denudasi atau hasil reaksi kimia maupun hasil kegiatan
organisme (Pettijohn, 1964).
3. Batuan Metamorf atau Batuan Malihan (“metamorphic rocks”), adalah batuan yang
berasal dari suatu batuan yang suda ad yang mengalami perubahan tekstur dan komposisi
mineral pada fasa padat sebagai perubahan kondisi fisika (tekanan dan temperatur)
(Winkler, 1967).
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 3
1.2 BATUAN BEKU
Magma dapat mendingin dan membeku dibawah atau diatas permukaan bumi. Bila
membeku dibawah permukaan bumi, terbentuklah batuan yang dinamakan batuan beku dalam
atau batuan beku intrusif. Dan sering juga dikatakan sebagai batuan beku plutonik. Sedangkan bila
magma dapat mencapai permukaan bumi kemudian membeku, terbentuklah batuan beku luar atau
batuan beku ekstrusif.
2.1.1 JENIS BATUAN BEKU
2.1.1.1 BATUAN BEKU INTRUSI
Magma yang membeku dibawah permukaan bumi, pendinginannya sangat lambat (dapat
sampai jutaan tahun), memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku dalam mempunyai bentuk dan
ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan batuan disekitarnya. Magma dapat
menyusup pada batuan disekitarnya, atau menerobos melalui rekahan-rekahan pada batuan
sekelilingnya. Pada gambar 1.1. terlihat diagram penampang tubuh-tubuh batuan plutonik.
Bentuk-bentuk yang memotong struktur batuan sekitarnya, diskordan, adalah batolit, stock, dyke
(korok) dan jenjang volkanik (volcanic neck). Sedangkan bentuk yang sejajar dengan struktur
batuan sekitarnya, konkordan, adalah sill, lakolit dan lopolit.
2.1.1.2 BATUAN BEKU EKSTRUSI
Magma yang mencapai permukaan bumi, keluar melalui rekahan atau lubang kepundan
gunung api sebagai erupsi, mendingin dengan cepat dan membeku menjadi batuan ekstrusif.
Keluarnya magma di permukaan bumi melalui rekahan dinamakan erupsi linier atau fissure
eruption. Pada umumnya magma basaltik yang viskositasnya rendah dapat mengalir disekitar
rekahannya, menjadi hamparan lava basalt, disebut plateau basalt.
Sedangkan yang keluar melalui lubang kepundan gunung api dinamakan erupsi sentral.
Magma dapat mengalir melalui lereng, sebagai aliran lava atau ikut tersembur keatas bersama gas-
gas sebagai piroklastik, atau rempah gunung api. Di udara segera membeku meskipun masih pijar.
Lava terdapat dalam berbagai bentuk dan jenis, tergantung pada komposisi magmanya dan
tempat atau lingkungan dimana pembekuannya terjadi. Apabila magma membeku dibawah
permukaan air terbentuklah lava bantal (pillow lava), dinamakan demikian karena bentuknya
mirip dengan bantal. Bagian depan alirannya membulat bentuknya dan bertumpuk saling tindih.
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 4
Sebagai halnya batuan beku dalam, batuan beku luar juga terdapat dalam beberapa jenis,
yaitu riolit dan dasit, andesit, basalt dan berbagai batuan piroklastik. Dalam Klasifikasi Batuan
Beku.termasuk dalam kelompok batuan afanitik.
Kenyataan bahwa kecepatan pendinginan magma mempengaruhi besar butir dapat
dipergunakan sebagai cara sederhana untuk membedakan batuan beku dalam dari batuan beku
luar. Apabila batuan beku memperlihatkan butiran-butiran kasar (coarse grains) maka batuan
tersebut batuan intrusif. Dan sebaliknya, bila berbutir halus (fine grains) maka batuan ekstrusif.
Untuk lebih teliti haruslah diperhatikan sifat fisik lainnya, tekstur batuan.
2.1.2 STRUKTUR BATUAN BEKU
Meskipun batuan beku tebentuk dari pembekuan magma, namun beberapa batuan beku
memperlihatkan adanya struktur, seperti blok lava, ropy lava, lava bantal (pillow lava ), struktur
aliran dan struktur rekahan, serta vesikular dan amigdaloidal.
BLOK LAVA, yang di Hawaii dikatakan lava aa, adalah aliran lava yang permukaannya
sangat kasar, berbentuk bongkah-bongkah. Pada saat mengalir permukaannya yang
berhubungan langsung dengan amosfir sudah membeku, sedangkan didalam yang panas
dan cair masih mengalir. Akibatnya bagian yang membeku pecah-pecah dan terbawa
mengalir sebagai bongkah-bongkah.
LAVA TALI (ropy lava), dikatakan lava Pahoehoe di Hawaii, merupakan aliran lava yang
permukaannya halus dan dilihat dari atas berbentuk seperti pilinan tali. Bagian depannya
membulat, memnajang kebelakang, bergaris tengah sampai beberapa meter. Dan saling
tumpang tindih, mirip tali yang besar.
LAVA BANTAL, sesuai dengan namanya, aliran lava ini bentuknya menyerupai bantal
yang tumpang tindih. Sering dijumpai bersamaan dengan batuan sedimen marin sehingga
disimpulkan terbentuk dibawah permukaan air.
STRUKTUR ALIRAN, terlihat sebagai kesejajaran bentuk lensa-lensa kecil, garis-garis
dan goresan-goresan, yang diakibatkan oleh karena lava tidak homogen.
STRUKTUR REKAHAN, atau kekar, berbentuk kolom-kolom memanjang berbentuk
prisma, permukaannya berbentuk segi enam. Rekahan-rekahan yang merupa-. kan sumbu
panjang kolom, arahnya tegak lurus bidang pendinginan, dan dinamakan kekar kolom
(collumnar joint).
STRUKTUR VESIKULAR terjadi akibat keluarnya gas-gas yang terlarut dalam magma
karena penurunan tekanan disekitarnya, atau setelah mencapai permukaan bumi. Struktur
ini terlihat sebagai serat-serat dalam lava. Sedangkan struktur amigdaloid terjadi apabila
rongga-rongga pelepasan gas terisi oleh kristal mineral sekunder, kalsit misalnya.
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 5
2.1.3 KLASIFIKASI BATUAN BEKU
Batuan beku sangat banyak jenisnya, pengelompokkan atau klasifikasi sederhana
didasarkan atas tekstur dan komposisi mineralnya. Keragaman tekstur batuan beku diakibatkan
oleh. sejarah pendinginan magma, sedangkan komposisi mineral bergantung pada kandu- ngan
unsur kimia magma induk dan lingkungan kristalisasinya. Saat magma dengan komposisi tertentu
membeku, sama. Hanya teksturnya yang berbeda. Misalnya granit, terbentuk sebagai batuan
intrusif. Tetapi bila kelompok mineral yang terbentuk baik dalam batuan beku intrusif maupun
batuan beku ekstrusif adalah magma yang sama mencapai permukaan dan membeku, batuan yang
terbentuk adalah riolit.
Klasifikasi sederhana batuan beku yang umum adalah seperti pada Tabel 1.1. Batuan yang
kaya akan kuarsa berwarna terang, seperti granit atau riolit. Dalam tabel terdapat disebelah kiri.
Dan sebaliknya, makin berkurang kandungan kuarsa (kearah kanan) batuan makin
berwarna gelap, seperti gabbro dan peridotit.
Batuan pada bagian kanan tabel, kaya akan mineral-mineral yang mengkristal paling dulu,
mengandung lebih banyak unsur Mg dan Fe, sebab itu dinamakan mineral mafik (Magnesium dan
Fe). Kandungan SiO2 nya sangat kecil, sehingga memberikan warna lebih gelap dibandingkan
dengan batuan pada bagian kiri tabel. Sedangkan batuan pada bagian kiri lebih banyak feldspar
dan silika dinamakan mineral felsik yang merupakan mineral-mineral berwarna terang dan
batuannya berwarna lebih terang dari pada batuan bagian kanan tabel. dan teksturnya. Batas-batas
antara tipe batuan tidak tegas, melainkan bertahap, yang diperlihatkan sebagai garis putus-putus.
Dalam tabel terlihat juga bahwa batuan berkomposisi mineral dengan perbandingan sama,
tetapi dapat bertekstur kasar dan halus, tergantung dari cara pendinginannya. Yang mencerminkan
dimana batuan tersebut terbentuk.
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 6
BAB II
PETROGENESIS DAN DESKRIPSI BATUAN BEKU
2.1 PETROGENESIS BATUAN BEKU
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk oleh aktivitas pembekuan magma.
Petrogenesa,dari kata”nya yaitu petro:batuan ; genesa : proses terbentuknya jadi memilikki arti
tentang proses pembentukan batuan. Petrogenesa batuan beku menyangkut segala hal yang
berkaitan dengan pembentukan batuan beku, seperti mekanisme pembekuan magma, lama
pembekuannya, tempat pembekuannya dan sifat asal magma.
1) TERMINOLOGI
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk sebagai hasil pembekuan daripada magma.
Magma adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi atau
bagian bawah kerak bumi, bersuhu tinggi (900 – 1300 oC) serta mempunyai kekentalan
tinggi, bersifat mudah bergerak dan cenderung menuju ke permukaan bumi.
Pada saat penurunan suhu akan melewati tahapan perubahan fase cair ke padat. Apabila
pada saat itu terdapat cukup energi pembentukan kristal maka akan terbentuk kristal-kristal
mineral berukuran besar sedangkan bila energi pembentukan rendah akan terbentuk kristal
yang berukuran halus. Bila pendinginan berlangsung sangat cepat maka kristal tidak
terbentuk dan cairan magma membeku menjadi gelas.
2) PROSES KRISTALISASI MAGMA
Karena magma merupakan cairan yang panas, maka ion-ion yang menyusun magma
akan bergerak bebas tak beraturan. Sebaliknya pada saat magma mengalami pendinginan,
pergerakan ion-ion yang tidak beraturan ini akan menurun, dan ion-ion akan mulai mengatur
dirinya menyusun bentuk yang teratur. Proses inilah yang disebut kristalisasi. Pada proses
ini yang merupakan kebalikan dari proses pencairan, ion-ion akan saling mengikat satu
dengan yang lainnya dan melepaskan kebebasan untuk bergerak. Ion-ion tersebut akan
membentuk ikatan kimia dan membentuk kristal yang teratur. Pada umumnya material yang
menyusun magma tidak membeku pada waktu yang bersamaan.
Kecepatan pendinginan magma akan sangat berpengaruh terhadap proses kristalisasi,
terutama pada ukuran kristal. Apabila pendinginan magma berlangsung dengan lambat, ion-
ion mempunyai kesempatan untuk mengembangkan dirinya, sehingga akan menghasilkan
bentuk kristal yang besar. Sebaliknya pada pendinginan yang cepat, ion-ion tersebut tidak
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 7
mempunyai kesempatan bagi ion untuk membentuk kristal, sehingga hasil pembekuannya
akan menghasilkan atom yang tidak beraturan (hablur), yang dinamakan dengan mineral
gelas (glass).
Pada saat magma mengalami pendinginan, atom-atom oksigen dan silikon akan saling
mengikat pertama kali untuk membentuk tetrahedra oksigen-silikon. Kemudian tetahedra-
tetahedra oksigen-silikon tersebut akan saling bergabung dan dengan ion-ion lainnya akan
membentuk inti kristal dan bermacam mineral silikat. Tiap inti kristal akan tumbuh dan
membentuk jaringan kristalin yang tidak berubah. Mineral yang menyusun magma tidak
terbentuk pada waktu yang bersamaan atau pada kondisi yang sama. Mineral tertentu akan
mengkristal pada temperatur yang lebih tinggi dari mineral lainnya, sehingga kadang-
kadang magma mengandung kristal-kristal padat yang dikelilingi oleh material yang masih
cair.
Komposisi dari magma dan jumlah kandungan bahan volatil juga mempengaruhi proses
kristalisasi. Karena magma dibedakan dari faktor-faktor tersebut, maka penampakan fisik
dan komposisi mineral batuan beku sangat bervariasi. Dari hal tersebut, maka penggolongan
(klasifikasi) batuan beku dapat didasarkan pada faktor-faktor tersebut di atas. Kondisi
lingkungan pada saat kristalisasi dapat diperkirakan dari sifat dan susunan dari butiran
mineral yang biasa disebut sebagai tekstur. Jadi klasifikasi batuan beku sering didasarkan
pada tekstur dan komposisi mineralnya.
3) GENESA BATUAN BEKU BERDASARKAN SIFAT FISIK
1. WARNA BATUAN
Warna batuan beku berkaitan erat dengan komposisi mineral dan waktu serta tempat
pembekuan batuan tersebut. Semakin terang warna batuan tersebut, maka pembekuan
batuan tersebut berlangsung secara ekstrusif serta waktu pembekuan yang lebih cepat di
banding pembekuan secara intrusive, begitupun sebaliknya, batuan yang membeku secara
intrusive memiliki warna relatif gelap. Mineral penyusun batuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh komposisi magma asalnya, sehingga dari warna dapat diketahui jenis
magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur gelasan.
2. STRUKTUR BATUAN
Struktur adalah penampakan hubungan antar bagian-bagian batuan yang berbeda.
Pengertian struktur pada batuan beku biasanya mengacu pada pengamatan dalam skala
besar atau singkapan di lapangan. Pada bekuan beku, struktur yang sering ditemukan
adalah :
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 8
Masif : Bila batuan pejal, tanpa retakan ataupun lubang-lubang gas.
Jointing : Bila batuan tampak mempunyai retakan-retakan. Penampakan ini akan mudah
diamati pada singkapan di lapangan.
Vesikuler : Dicirikan dengan adanya lubang-lubang gas. Struktur ini dibagi lagi menjadi
tiga, yaitu :
a) Skoriaan, bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
b) Pumisan, bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
c) Aliran, bila ada penampakan aliran dari kristal-kristal maupun lubang-lubang gas.
Amigdaloidal : Bila lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-mineral sekunder.
3. TEKSTUR BATUAN
Pengertian tekstur dalam batuan beku mengacu pada penampakan butir-butir mineral
di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran butir, bentuk butir, granularitas dan
hubungan antar butir (fabric). Jika warna batuan berkaitan erat dengan komposisi kimia
dan mineralogi, maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses sebelum, selama dan
sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi:
1) TINGKAT KRISTALISASI
Tingkat kristalisasi pada batuan beku tergantung dari proses pembekuan itu sendiri.
Bila pembekuan berlangsung lambat maka akan terdapat cukup energi pertumbuhan
kristal pada saat melewati perubahan dari fase cair ke fase padat sehingga akan
terbentuk kristal-kristal yang berukuran besar. Bila penurunan suhu relatif cepat
maka kristal yang dihasilkan kecil-kecil dan tidak sempurna. Apabila pembekuan
magma terjadi sangat cepat maka kristl tidak akan terbentuk karena tidak ada energi
yang cukup untuk pengintian dan pertumbuhan kristal sehingga akan dihasilkan
gelas.
Tingkat kristalisasi batuan beku dapat dibagi menjadi :
1. Holokristalin, jika mineral dalam batuan semua berbentuk kristal.
2. Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal sedangkan yang lain berbentuk
mineral gelas.
3. Holohyalin, hampir seluruh mineral terdiri dari gelas. Pengertian gelas disini
adalah mineral yang tidak mengkristal atau amorf.
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 9
2) GRANULARITAS
Dalam Batuan beku, granularitas menyangkut derajat kesamaan ukuran butir dari
kristal penyusun batuan. Pada batuan beku non-fragmental, granularitas dapat dibagi
menjadi beberapa macam, yaitu :
1. Equigranular
Disebut equigranular apabila memiliki ukuran butir yang seragam. Tekstur
equigranular dibagi lagi menjadi:
a) Fanerik granular. Bila mineral kristal mineral dapat dibedakan dengan mata
telanjang dan berukuran seragam. Contoh : granit, gabbro.
b) Afanitik. Apabila kristal mineral sangat halus sehingga tidak dapat dibedakkan
dengan mata telanjang. Contoh : basalt.
2. Inequigranular
Disebut inequigranular bila ukuran krisral pembentuknya tidak seragam. Tekstur
ini dibagi menjadi:
a) Faneroporfiritik. Bila kristal mineral yang besar (fenokris) dikelilingi kristal
mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenali dengan mata
telanjang. Contoh : diorit porfir.
b) Porfiroafanitik. Bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar yang afanitik. Contoh :
andesit porfir.
3. Gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memiliki tekstur gelasan apabila semuanya tersusun atas
gelas. Batuan ini terbentuk secara ekstrusif dan membeku sangat cepat, sehingga tidak
sempat mengkristal dan membentuk gelasan, Antara fenokris dan massa dasar terdapat
perbedaan ukuran butir yang menyolok.
a) Fenokris : Mineral yang ukuran butirnya jauh lebih besar dari mineral
lainnya.Biasanya merupakan mineral sulung, dengan bentuk subhedral hingga
euhedral.
b) Massa dasar : Mineral-mineral kecil yang berada di sekitar fenokris.
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 11
4. BENTUK KRISTAL
Untuk kristal yang mempunyai ukuran cukup besar dapat dilihat kesempurnaan bentuk
kristalnya. Hal ini dapat memberi gambaran mengenai proses kristalisasi mineral
pembentuk batuan. Bentuk kristal dibedakan menjadi:
a) Euhedral : Apabila bentuk kristal sempurna dan dibatasi oeh bidang yang jelas.
b) Subhedral : Apabila bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang
dibatasi bidan kristal.
c) Anhedral : Apabila bidang batas tidak jelas.
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 12
2.2 DESKRIPSI BATUAN BEKU
Komposisi Mineral : Plagioklas, Mikroklin, Biotit, Orthoklas
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 13
1. No. Urut : 1
2. Warna : Cokelat
3. Jenis Batuan : Beku Asam
4. Struktur : Massif
6. Granularitas : Afanitik
7. Kristalisasi : Hipokristalin
8. Genesa Batuan :batuan ini terbentuk karena proses
pembekuan magma yang bersifat cepat
9. Komposisi Mineral :Plagioklas, Mikroklin, Biotit, Orthoklas,
Glass
10. Nama Batuan : RHYOLITE
1. No. Urut : 2
2. Warna : Cokelat
3. Jenis Batuan : Beku Asam
4. Struktur : Massif
6. Granularitas : Fanerik
7. Kristalisasi : Hipokristalin
8. Relasi : Inequigranular
9. Genesa Batuan : batuan ini terbentuk karena proses
pembekuan magma yang bersifat cepat
10. Komposisi Mineral : Plagioklas, Hornblend, Anorthoklas,
Orthoklas, Glass
11. Nama Batuan : GRANITE
Komposisi Mineral : Plagioklas, Hornblend, Anorthoklas, Orthoklas
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 14
1. No. Urut : 3
2. Warna : Cokelat
3. Jenis Batuan : Beku Asam
4. Struktur : Massif
6. Granularitas : Fanerik
7. Kristalisasi : Hipokristalin
8. Relasi : Inequigranular
9. Genesa Batuan : batuan ini terbentuk karena proses
pembekuan magma yang bersifat cepat
10. Komposisi Mineral : Hornblend, plagioklas, orthoklas, biotit,
adularia, gelas
11. Nama Batuan : APLITE
Komposisi Mineral : Hornblend, Plagioklas, Orthoklas, Biotit, Adularia
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 15
Komposisi Mineral : Biotit, Plagioklas, Anorthoklas, Adularia, Mikroklin
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 16
1. No. Urut : 4
2. Warna : Abu-abu
3. Jenis Batuan : Beku Asam
4. Struktur : Massif
6. Granularitas : Afanitik
7. Kristalisasi : Hipokristalin
8. Relasi : Inequigranular
9. Genesa Batuan : batuan ini terbentuk karena proses
pembekuan magma yang bersifat cepat
10. Komposisi Mineral : Biotit, plagioklas, anorthoklas, adularia,
mikroklin, gelas
11. Nama Batuan : DASIT
Komposisi Mineral : Plagioklas, Biotit, Sanidine
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 17
1. No. Urut : 5
2. Warna : Abu-abu
3. Jenis Batuan : Beku Asam
4. Struktur : Massif
6. Granularitas : Fanerik
7. Kristalisasi : Hipokristalin
8. Relasi : Inequigranular
9. Genesa Batuan : batuan ini terbentuk karena proses
pembekuan magma yang bersifat cepat
10. Komposisi Mineral : plagioklas, biotit, sanidine, gelas
11. Nama Batuan : DIORIT
Komposisi Mineral : Adularia, Mikroklin, Plagioklas, Piroksin
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 18
1. No. Urut : 6
2. Warna : Abu-abu
3. Jenis Batuan : Beku Intermediet
4. Struktur : Massif
6. Granularitas : Fanerik
7. Kristalisasi : Hipokristalin
8. Relasi : Inequigranular
9. Genesa Batuan : merupakan batuan beku yang membeku
lebih lambat dan mengakibatkan
memiliki warna campuran antara hitam
dan putih
10. Komposisi Mineral : Adularia, mikroklin, plagioklas,
piroksin, glass
11. Nama Batuan : NEPELIN SYENIT
Komposisi Mineral : Piroksin, Plagioklas, Mikroklin
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 19
1. No. Urut : 7
2. Warna : Abu-abu
3. Jenis Batuan : Beku Intermediet
4. Struktur : Massif
6. Granularitas : Fanerik
7. Kristalisasi : Hipokristalin
8. Relasi : Inequigranular
9. Genesa Batuan : merupakan batuan beku yang membeku
lebih lambat dan mengakibatkan
memiliki warna campuran antara hitam
dan putih
10. Komposisi Mineral : Piroksin, plagioklas, mikroklin, glass
11. Nama Batuan : MONZONITE
Komposisi Mineral : Biotit, Plagioklas, Orthoklas, Olivin
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 20
1. No. Urut : 8
2. Warna : Abu-abu
3. Jenis Batuan : Beku Intermediet
4. Struktur : Massif
6. Granularitas : Fanerik
7. Kristalisasi : Hipokristalin
8. Relasi : Inequigranular
9. Genesa Batuan : merupakan batuan beku yang membeku
lebih lambat dan mengakibatkan
memiliki warna campuran antara hitam
dan putih
10. Komposisi Mineral : biotit, plagioklas, orthoklas, olivin, glass
11. Nama Batuan : TRACHYTE
Komposisi Mineral : Mikroklin, Hornblend, Plagioklas
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 21
1. No. Urut : 9
2. Warna : Abu-abu
3. Jenis Batuan : Beku Intermediet
4. Struktur : Massif
6. Granularitas : Fanerik
7. Kristalisasi : Hipokristalin
8. Relasi : Inequigranular
9. Genesa Batuan : merupakan batuan beku yang membeku
lebih lambat dan mengakibatkan
memiliki warna campuran antara hitam
dan putih
10. Komposisi Mineral : mikroklin, hornblend, plagioklas, glass
11. Nama Batuan : ALKALIN SYENITE
Komposisi Mineral : Biotit, Hornblend, Plagioklas, Adularia
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 22
1. No. Urut : 102. Warna : Hitam3. Jenis Batuan : Beku Intermediet4. Struktur : Massif
6. Granularitas : Fanerik
7. Kristalisasi : Holohialin
8. Relasi : Inequigranular9. Genesa Batuan : merupakan batuan beku yang membeku
lebih lambat dan mengakibatkan memiliki warna campuran antara hitam dan putih
10. Komposisi Mineral : biotit, hornblende, plagioklas, adularia, glass
11. Nama Batuan : HORNBLENDE SYENITE
BAB III
KESIMPULAN
Batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari pembekuan langsng magma. Magma
adalah bahan cair pijar di dalam bumi, berasal dari bagian atas selubung bumi atau bagian bawah
kerak bumi, bersuhu tinggi (900 – 1300 oC) serta mempunyai kekentalan tinggi, bersifat mudah
bergerak dan cenderung menuju ke permukaan bumi hal itu disebabkan dari kandungan silica
didalam magma atau lava. Batuan beku juga dapat disebut batuan induk kerena batuan ini adalah
batuan yang terbentuk pertama dan akan menjadi batuan batuan selanjutnya mealalui proses-
proses dalam siklus batuan Batuan beku menurut sifat kimianya dapat di bagi menjadi batuan
beku Ultra basa, basa, intermediet, dan asam. Hal ini didasarkan pada jenis magma
pembentuknya.
Batuan beku menurut letak pembekuannya dapat dibagi menjadi, batuan beku dalam
(plutonik), batuan beku luar (vulkanik) dan batuan beku hipabisal. Batuan beku dalam adalah
batuan beku yang terbentuk di dalam bumi; sering disebut batuan beku intrusion. Batuan beku
dalam ( plutonik) memiliki ciri khusus tekstur fanerik atau mineral dapat dilihat dengan mata atau
bisa dikatakan besar-besar dan hal dikerenakan pembentukan mineralnya berada pada sushu yang
penurunanya relative pelan sehingga kristalisasi berjalan dengan sempurna.
Batuan beku luar adalah batuan beku yang terbentuk di permukaan bumi; sering disebut
batuan beku ekstrusi. Batuan beku ini mempunyai ciri-ciri khusus yang berbalikan dengan batuan
beku dalam yaitu afanitik ( halus ) atau bias dikatakan mineral relative kecil-kecil hal ini
desebabkan proses kristalisasi yang berjalan sangat cepat. Mineral penyusun batuan dapat dilihat
dari warna batuan itu sendiri ketika segar. Ketika batuan berwarna gelap pada umumnya
didominasi mineral-mineral deret discontinouos dan yang terang mineral deret continuous.
Demikianlah makalah yang kami buat ini, semoga bermanfaat dan menambah pengetahuan
para pembaca. Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam penulisan kata dan kalimat
yang kurang jelas, dimengerti, dan lugas.Karena kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari
kesalahan Dan kami juga sangat mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. Sekian penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan kami
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 24
DAFTAR PUSTAKA
http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/13/petrologi-batuan-beku/ (Diakses pada 5/4/2015
pukul 21.45 WIB)
http://nationalinks.blogspot.com/2008/11/golongan-batuan-beku-berdasarkan-genesa.html
(Diakses pada 5/4/2015 pukul 21.45 WIB)
Geology.com
PRAKTIKUM PETROLOGI – BATUAN BEKU P A G E 26
top related